IDENTIFIKASI MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN …...penelitian tersebut secara umum memiliki...
Transcript of IDENTIFIKASI MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN …...penelitian tersebut secara umum memiliki...
15
Bab II
IDENTIFIKASI MASALAH DAN TUJUAN
PENELITIAN TINDAKAN
Dalam bab I ditekankan bahwa penelitian merupakan suatu
rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka menjawab suatu
permasalahan. Rangkaian kegiatan ilmiah tersebut bersifat
sistematis sehingga antara langkah pertama dengan langkah-
langkah berikutnya selalu mengikuti kaidah (metode) yang telah
ditentukan. Sistematika kerja dan langkah yang tepat merupakan
persyaratan mutlak supaya validitas hasil penelitian dapat terjamin,
dan laporan penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan.
Sistematika kerja yang tepat terwujud dari pelaksanaan metode
dan prosedur penelitian serta analisis yang tepat, sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
Perlu dipahami bahwa pemilihan suatu metode beserta
dengan prosedur penelitiannya tergantung dari rumusan tujuan
penelitian yang hendak dicapai. Kejelasan rumusan tujuan
menentukan metode beserta prosedur penelitiannya, karena
rumusan tujuan menggambarkan arah dan target yang hendak
dicapai dalam kegiatan penelitian tersebut. Menurut Azwar (dalam
Soesilo 2010), tujuan penelitian selalu dirumuskan dalam kaitannya
dengan usaha pemecahan permasalahan.
16
Pada umumnya, tujuan penelitian yang terumuskan dengan
jelas akan menunjukkan apakah tujuan penelitian tersebut
berkaitan dengan jawaban pada masalahnya atau tidak, realistik
atau tidak, dan urgen atau belum urgen untuk dilaksanakan. Tujuan
penelitian yang dirumuskan dengan jelas maka akan menuntut dan
memperjelas pemilihan metode beserta langkah-langkah
penelitiannya. Selain itu, juga mempermudah (memperjelas) dalam
menentukan cara pengukuran maupun analisisnya.
Seorang peneliti wajib memahami dan mendalami prosedur
penelitian yang dilakukannya karena setiap jenis penelitian
memiliki prosedur atau langkah-langkah yang berbeda. Meskipun
demikian, kesemua jenis penelitian memiliki kesamaan tentang
gambaran umum tahap penelitiannya. Namun, apapun jenis
penelitiannya, seorang peneliti harus memahami gambaran yang
jelas dan detail mengenai rancangan dan tahap-tahap penelitian
sampai pada penyusunan laporan penelitiannya.
Sebelum membahas mengenai identifikasi masalah penelitian
dan tujuan penelitian, pada bagian ini dijelaskan terlebih dahulu
secara ringkas mengenai tahap-tahap umum penelitian.
A. Gambaran Umum Tahap Penelitian
Setiap jenis penelitian selalu memiliki prosedur penelitian
yang harus dilalui oleh peneliti. Namun demikian, beragam jenis
penelitian tersebut secara umum memiliki tahap-tahap yang sama.
Secara umum tahap-tahap penelitian terdiri dari 1) Identifikasi
Masalah dan Tujuan Penelitian, 2) Penentuan Subjek Penelitian, 3)
Penentuan variabel, 4) Kajian Teoritis, 5) Penyusunan Instrumen
Penelitian, 6) Penentuan Teknik Analisis, 7) Pengumpuan Data, 8)
17
Pengolahan Data, dan 9) Analisis dan Pembahasan (Pelaporan Hasil
Penelitian), seperti yang disajikan pada gambar 1.
Gambar 1. Tahap-tahap Penelitian
Pada gambar 1, menggambarkan bahwa dalam kegiatan
penelitian berawal dari temuan adanya permasalahan
(problematika) penelitian, dan diakhiri dengan penyusunan laporan
hasil penelitian. Dalam awal penelitian, peneliti perlu melakukan
identifikasi masalah dan merumuskan masalah penelitiannya. Pada
tahap ini peneliti menguraikan kesenjangan (masalah)
penelitiannya secara jelas dan ringkas. Tanpa mewujudkan adanya
kesenjangan, maka penelitian tersebut belum layak diteliti, karena
belum menunjukkan alasan mengapa penelitian tersebut perlu
dilakukan. Jika kesenjangan tersebut sudah diuraikan (dijelaskan)
dalam latar belakang penelitian, maka peneliti menindaklanjutinya
dengan merumuskan rumusan masalah penelitiannya.
Berlandaskan rumusan masalah tersebut maka selanjutnya peneliti
Identifikasi Masalah &
Tujuan Penelitian
Penentuan Subjek
Penentuan Variabel
Penentuan Teknik Analsis
Penyusunan Instrumen
Kajian Teoritisdan Kerangka
Berpikir
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisa & Pembahasan (Pelaporan)
18
merumuskan tujuan penelitian yang terkait dengan rumusan
masalah penelitian tersebut.
Pada tahap berikut, peneliti menentukan subjek penelitian.
Perlu dipahami bahwa subjek penelitian dapat ditentukan saat
peneliti menemukan dan menyusun identifikasi masalahnya.
Dengan demikian, dalam penjelasan masalah penelitian, peneliti
secara eksplisit sebenarnya juga sudah dapat menjelaskan
mengenai kondisi subjek penelitiannya.
Jika peneliti sudah menentukan subjek penelitiannya, maka
selanjutnya peneliti perlu menentukan variabel penelitiannya.
Penentuan jumlah dan fungsi variabel penelitian dapat dilakukan
setelah peneliti merumuskan tujuan penelitiannya. Bahkan,
variabel penelitian sebenarnya sudah dapat ditentukan hanya
dengan mengkaji judul penelitian.
Setelah variabel penelitian ditentukan maka selanjutnya
peneliti menentukan dan menelaah teori-teori yang benar-benar
relevan dengan variabel yang diteliti. Penentuan variabel penelitian
akan mendukung pada pilihan dan telaah teori yang relevan. Hasil
telaah teori mendukung pada tersusunnya konsep yang jelas
mengenai variabel penelitian sehingga peneliti dapat menyusun
kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi instrumen dikembangkan menjadi draf
instrumen untuk mengumpukan data sesuai variabel penelitian.
Draf instrumen perlu diuji validitas serta reliabilitasnya maupun uji
ahli terlebih dahulu sehingga dapat diketahui sebagai instrumen
yang siap digunakan untuk mengumpulkan data.
Sebelum data terkumpul dan diolah, peneliti juga
menetapkan teknik analisis penelitiannya. Perlu dipahami bahwa
penetapan teknik analisis peneitian selalu dilandasi dari tujuan
penelitian dan skala data yang digunakan sesuai variabel penelitian.
19
Jika teknik analisis sudah ditentukan dan data sudah dikumpulkan,
maka peneliti dapat melakukan analisa dan pembahasan penelitian,
serta menyusunnya menjadi suatu laporan penelitian.
B. Identifikasi Permasalahan Penelitian
Meskipun pada sub bab di atas sudah menjelaskan secara
umum tahap-tahap penelitian, namun pada bagian ini menjelaskan
mengenai identifikasi masalah agar lebih terinci. Perlu diakui bahwa
tahap identifikasi masalah bukan merupakan hal yang gampang
dilakukan. Identifikasi masalah merupakan bagian awal penelitian
yang harus dilakukan oleh peneliti. Peneliti perlu menguraikan
identifikasi masalahnya sehingga masalah penelitiannya menjadi
jelas dalam latar belakang masalahnya.
Tidak sedikit mahasiswa mengalami kebingungan dalam
menentukan judul calon penelitiannya saat menyusun tugas akhir
(skripsi) berupa penelitian. Judul penelitian yang diajukan oleh
mahasiswa tidak jarang pula ditolak oleh dosen pembimbingnya
dengan berbagai alasan, misalnya karena judul tersebut sudah
banyak diteliti, atau karena teori dan alat ukur penelitiannya yang
belum ada (belum tersedia), atau bahkan karena penelitian
tersebut tidak layak untuk diteliti. Namun bagi penulis, awal dari
sebuah penelitian bukan terletak pada perumusan judul penelitian
terlebih dahulu tetapi terletak pada hasil identifikasi masalah yang
diketemukan oleh calon peneliti. Judul penelitian dapat dirumuskan
kemudian ketika masalah penelitian sudah diidentifikasi oleh calon
peneliti. Jika calon peneliti sudah menemukan masalah yang akan
ditelitinya maka calon peneliti dapat melanjutkan langkah-langkah
penelitian berikutnya.
20
1. Pemahaman tentang Masalah Penelitian
Seperti yang digambarkan pada gambar 1 bahwa langkah
paling awal dalam penelitian adalah mengidentifikasi masalah
penelitian. Ketika peneliti sudah mengidentifikasi (menemukan)
masalah penelitiannya maka sebenarnya peneliti sekaligus sudah
menentukan topik penelitiannya. Oleh karena itu, calon peneliti
perlu memahami tentang masalah dalam penelitian.
Dalam kegiatan penelitian, masalah dipahami sebagai adanya
kesenjangan antara kondisi riel (nyata) yang ada dengan teoritis,
atau apa yang diharapkan ternyata berbeda dengan kenyataan
yang ada. Masalah juga dapat dipahami sebagai kesenjangan
(adanya perbedaan) hasil temuan penelitian si A dengan hasil
temuan si B meskipun topik dan subjek yang diteliti sama.
Contoh pertama. Misalnya penelitian yang membahas
motivasi belajar siswa. Pada umumnya ada keterkaitan antara
motivasi belajar dengan prestasi yang dicapai siswa yakni jika
motivasi belajar tinggi selalu diikuti oleh prestasi yang tinggi pula;
sebaliknya jika motivasi belajar rendah juga memiliki prestasi yang
rendah pula. Oleh karena itu, diharapkan siswa memiliki motivasi
belajar tinggi agar prestasinya juga tinggi. Namun, kenyataannya di
sekolah ’x’ diketemukan motivasi belajar siswa pada umumnya
berkategori rendah, yang dibuktikan dengan hasil penyebaran skala
sikap tentang motivasi belajar. Kondisi tersebut dapat berakibat
pada pencapaian prestasi yang rendah pula. Dengan demikian, yang
menjadi permasalahan dalam penelitian tersebut adalah
bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa? Hal ini diawali
dengan mengidentifikasi mengapa motivasi belajar siswa tersebut
rendah? Contoh pertama ini sangat sesuai untuk penelitian
tindakan maupun eksperimen yang berupaya untuk meningkatkan
21
(memperbaiki) kondisi subjek penelitian. Data konkret tentang
kondisi permasalahan diri subjek perlu disertakan dalam latar
belakang penelitian.
Contoh kedua. Dalam upaya melakukan kegiatan parenting
tentang pendidikan seks anak usia dini, dibutuhkan suatu model
yang tepat agar orangtua dapat memahami secara tepat bagaimana
menerapkan pendidikan seks kepada anak usia dini. Namun, sejauh
ini belum ada model dan media yang tersedia untuk melakukan
kegiatan parenting tentang pendidikan seks anak usia dini.
Permasalahan yang diketemukan dalam contoh ini adalah belum
tersedianya model yang tepat untuk kegiatan parenting tentang
pendidikan seks anak usia dini sehingga perlu disusun dan
dikembangkan model yang tepat untuk kegiatan parenting
tersebut. Permasalahan yang diungkapkan pada contoh kedua ini
lebih tepat untuk jenis penelitian pengembangan, khususnya
pengembangan model parenting.
Contoh ketiga. Pada hasil penelitian tentang Hubungan
antara Konsep Diri dengan Kedisiplinan Belajar Mahasiswa Progdi
PAUD di UNNES, yang diteliti oleh Rahman (2011) menemukan ada
hubungan yang signifikan antara Konsep Diri dengan Kedisiplinan
Belajar dengan skore sig sebesar 0,008, dan tingkat korelasi sebesar
0,645. Hal ini didukung hasil penelitian Yenni (2012) yang
menemukan adanya korelasi yang signifikan antara Konsep Diri
dengan Kedisiplinan Belajar Mahasiswa Progdi PAUD di UMS,
dengan skore sig sebesar 0,011, dan taraf korelasi sebesar 0,345.
Sebaliknya, hasil penelitian One (2014) tentang Hubungan antara
Konsep Diri dengan Kedispilinan Belajar Mahasiswa Progdi PAUD di
UKSW, menemukan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara
Konsep Diri dengan Kedispilinan Belajar Mahasiswa.
22
Pada contoh ketiga, bagian latar belakang penilitian memberi
gambaran mengenai hasil dari beberapa penelitian dengan topik
(variabel) yang sama, tetapi kenyataannya hasilnya berbeda atau
bahkan bertolak belakang. Keberagaman (kesenjangan) dari
beberapa hasil penelitian tersebut sering disebut sebagai isyu
research, yang dapat digunakan sebagai landasan adanya masalah
penelitian. Melalui adanya isyu research tersebut, maka calon
peneliti dapat menguji rumusan hipotesisnya, dengan melakukan
penelitian pada lokasi yang berbeda, tetapi menggunakan alat ukur
dan variabel yang sama. Pengungkapkan masalah pada contoh
ketiga ini lebih tepat digunakan sebagai penguraian masalah untuk
jenis penelitian inferensial yakni penelitian yang harus menguji
suatu hipotesis.
2. Cara Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah penelitian pada umumnya terwujud saat
peneliti menguraikan masalah penelitiannya. Identifikasi masalah
tersebut merupakan wujud penguraian dan penegasan batas-batas
temuan permasalahan penelitian, sehingga cakupan penelitian
terfokus pada hal-hal tertentu saja. Dalam identifikasi
permasalahan penelitian terdiri atas dua langkah pokok, yaitu (a)
penguraian latar belakang permasalahan dan (b) perumusan
permasalahan.
a) Penguraian Latar Belakang Masalah Penelitian
Penguraian latar belakang permasalahan penelitian
dimaksudkan untuk mengantarkan dan menjelaskan mengenai
fenomena apakah yang tampak di mata peneliti atau yang terjadi di
lapangan sehingga memerlukan penelitian. Permasalahan
penelitian juga mengungkapkan mengapa hal-hal (fenomena-
fenomena atau variabel-variabel) tertentu yang diteliti dan
23
dianggap penting, Selain itu, peneliti juga perlu mengungkap alasan
mengapa subjek tersebut yang dipilih.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pada dasarnya,
permasalahan diuraikan sebagai suatu kondisi kesenjangan atau
ketidaksesuaian antara apa yang seharusnya terjadi (das sollen-
what should be) dan apa yang sesungguhnya sedang terjadi (das
sein-what is happening). Kesenjangan tersebut juga dapat berupa
adanya keragaman hasil penelitian, meskipun variabel, tujuan
maupun teknik analisis penelitiannya sama. Oleh karena itu, dalam
latar belakang masalah perlu disajikan data atau fakta yang relevan
dan mendukung uraian mengenai pentingnya permasalahan yang
dibicarakan.
Pada umumnya, penguraian permasalahan penelitian
berangkat dari latar belakang yang bersifat umum, yaitu berada
dalam kerangka pemikiran yang luas dengan mengaitkan topik
penelitian pada banyak hal yang relevan menuju ke permasalahan
yang lebih spesifik dan terpusat pada pokok persoalannya. Cara
yang demikian ini yang disebut deduktif. Dengan demikian,
pembaca tergiring dari sudut pandang permasalahan yang luas
menuju kepada suatu topik tertentu yang hendak diteliti saja.
Menurut Azwar (1999), berpikir deduktif adalah proses
pendekatan yang berangkat dari kebenaran umum
mengenai suatu fenomena (teori) dan meng-
generalisasikan kebenaran tersebut pada suatu
peristiwa atau data tertentu yang berciri sama dengan
fenomena yang bersangkutan (prediksi). Dengan kata
lain, deduksi berarti menyimpulkan hubungan yang
tadinya tidak tampak, berdasarkan generalisasi yang
sudah ada.
24
Dalam penguraian masalah, peneliti selalu membatasi pada
masalah tertentu saja. Akibat keterbatasan kemampuan (dana,
tenaga dan pikiran) maka peneliti tidak mungkin mampu meneliti
banyak problematika yang ada melainkan hanya dapat meneliti
sebagian kecil, bahkan pada bidang tertentu saja yang memang
benar-benar dikuasainya. Selain itu, dengan adanya penentuan
masalah tertentu saja maka peneliti dapat terfokus dan dapat
mengulas secara mendalam hasil penelitiannya.
Uraian latar belakang permasalahan harus disusun secara
sistematik dengan membatasi permasalahan yang hendak diteliti,
meskipun diawali dengan uraian (referensi) yang lebih luas.
Penyusunan alenia demi alenia secara sistematik tersebut akan
memudahkan pembaca untuk mencernanya. Selain itu, dalam
uraian masalah, khususnya pada penelitian tindakan, juga perlu
disertai data sebagai bukti adanya permasalahan (kesenjangan)
penelitian, sehingga hal ini dapat memudahkan pembaca untuk
memahaminya juga.
Perlu dipahami bahwa uraian permasalahan penelitian pada
kelompok jenis penelitian yang inferensial berbeda penekanannya
dengan jenis penelitian tindakan atau eksperimen. Hal ini
disebabkan kedua kelompok penelitian tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda.
Pada penelitian tindakan maupun eksperimen, permasalahan
ditekankan pada adanya penguraian dan penyajian masalah
konkret yang benar-benar dialami oleh diri subjek. Hal ini
disebabkan jenis penelitian tindakan maupun eksperimen
merupakan penelitian yang bersifat kekinian, yang
menggambarkan kondisi subjek penelitian setelah mendapat
perlakuan.
25
Seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa penelitian
tindakan maupun eksperimen merupakan penelitian yang hasilnya
tidak dapat digeneralisasi. Hal ini disebabkan subjek penelitiannya
dipilih secara purposive, dengan ciri tertentu saja; sampel dipilih
tidak menggunakan teknik probabilitas. Dengan demikian, hasil
penelitian tindakan maupun eksperimen hanya berlaku pada subjek
di tempat dan saat penelitian tersebut berlangsung. Kalaupun ada
penelitian yang menggunakan variabel bebas (sebagai treatment)
yang sama dengan penelitian sebelumnya, maka hasilnya sangat
dimungkinkan berbeda, karena subjek dan kondisi penelitian
tersebut berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Penekanan adanya masalah konkret pada penelitian tindakan
maupun eksperimen dibuktikan dengan adanya data yang disajikan
dan dianalisis secara ringkas di bagian latar belakang penelitian.
Oleh karena itu, peneliti harus terlebih dahulu mencari masalah
konkret tersebut dengan melakukan survei terlebih dahulu kepada
subjek penelitian yang diduga memiliki (mengalami) permasalahan.
Kegiatan inilah yang sering disebut sebagai Pra-Penelitian.
Dalam kegiatan pra-penelitian, peneliti terlebih dahulu
mengidentifikasi gejala-gejala masalah penelitian dengan
melakukan wawancara maupun pengamatan pada pihak-pihak
yang dianggap berwenang atau relevan di tempat tersebut. Temuan
adanya gejala-gejala di atas ditindaklanjuti oleh peneliti dengan
menyebarkan instrumen sesuai temuan gejala (masalah) tersebut.
Instrumen seyogyanya sudah dipersiapkan oleh peneliti; setidak-
tidaknya sudah dilakukan uji validitas isi (konten). Data hasil
temuan pra-penelitian melalui penyebaran instrumen tersebut
merupakan bukti konkret adanya suatu masalah.
26
Dalam uraian latar belakang penelitian, peneliti perlu
menjelaskan alasan mengapa perlu ada tindakan untuk mengatasi
masalah konkret yang diketemukan saat pra-penelitian.
Selanjutnya peneliti juga perlu menjelaskan alasan penggunaan
variabel bebas sebagai treatment (perlakuan) dalam mengatasi
temuan masalah konkretnya. Penjelasan tersebut berisikan
mengenai mengapa treatment dilakukan untuk mengatasi temuan
masalahnya, dan apa keterkaitan treatment dengan masalah
penelitiannya. Sebaiknya peneliti mencari atau mengutip
penjelasan-penjelasan tersebut dari pendapat ahli yang relevan,
dengan menyertakan sumber kutipannya.
b) Perumusan Masalah Penelitian
Sebelum menyusun rumusan masalah, sering dijumpai pula
peneliti – terutama pada penelitian tindakan – yang melakukan
identifikasi masalah penelitiannya, dan menempatkan bagian
tersebut pada sub bab Identifikasi Masalah. Pada bagian ini
berisikan rincian masalah yang diketemukan peneliti beserta
keterkaitan penyebab timbulnya permasalahan tersebut.
Penyusunan identifikasi masalah pada umumnya dilakukan saat
pra-penelitian yakni melalui kegiatan wawancara, pengamatan
maupun mengkaji data dokumenter yang tersedia. Dengan adanya
identifikasi masalah, akan memudahkan peneliti dalam menyusun
rancangan tindakan dalam upaya mengatasi masalah konkret yang
diketemukan peneliti.
Setelah latar belakang permasalahan diuraikan dengan
seksama, maka selanjutnya peneliti merumuskan pokok-pokok
permasalahan dalam bentuk kalimat-kalimat tanya yang hendak
dicari jawabannya, yakni berupa rumusan masalah. Rumusan
masalah merupakan pertanyaan-pertanyaan dasar dalam
27
penelitian (basic questions) yang akan dicari jawabannya dengan
menganalisis data sesuai tujuan penelitiannya. Pada penelitian
yang termasuk kelompok tindakan khususnya eksperimen, peneliti
bukan hanya merumuskan pertanyaan penelitian tetapi juga
merumuskan jawaban sementara dari pertanyaan tersebut.
Jawaban sementara tersebut diformulasikan dalam bentuk
hipotesis penelitian, biasanya disusun pada bagian kajian teoritis.
Adapun ciri-ciri rumusan masalah pada umumnya sebagai
berikut:
a. Disusun dalam bentuk kalimat tanya,
b. Menanyakan mengenai hubungan atau mengaitkan
keberadaan antar variabel, minimal pada dua variabel.
c. Harus dapat diuji melalui metode empirik, yakni
melalui analisis dari data yang dikumpulkan sesuai
variabel penelitian.
Adapun contoh susunan rumusan masalah penelitian dapat
dibaca pada bagian di bawah ini yakni pada sub tujuan penelitian.
C. Tujuan Penelitian
Setelah menyusun rumusan masalah penelitiannya,
selanjutnya peneliti merumuskan tujuan penelitian. Rumusan
tujuan penelitian berisikan kalimat pernyataan yang menjelaskan
secara lugas tujuan yang ingin dan akan dicapai oleh peneliti dalam
penelitiannya. Isi rumusan tujuan penelitian harus memiliki ‘benang
merah’ (keterkaitan) dengan isi rumusan masalah.
Isi kalimat tujuan penelitian, juga terkait dengan jenis
penelitiannya. Misalnya, jika tujuan hanya untuk mendeskripsikan
maka jenis penelitian tersebut berupa penelitian deskripsi.
28
Sedangkan jika tujuan berupa menguji signifikansi (misalnya
hubungan, atau pengaruh, atau perbedaan) maka penelitian
tersebut berjenis penelitian inferensial. Begitu pula jika tujuan
penelitian adalah untuk meningkatkan (memperbaiki) kondisi
subjek penelitian, maka penelitian tersebut berjenis penelitian
tindakan. Jika penelitian tersebut bertujuan mengembangkan satu
model layanan atau pembelajaran, maka jenis penelitian yang tepat
berupa penelitian pengembangan. Berikut di bawah ini contoh-
contoh rumusan tujuan sesuai dengan rumusan masalah berdasar
jenis penelitiannya.
1) Contoh rumusan masalah, rumusan tujuan pada
penelitian deskripsi.
Rumusan masalah yang disusun oleh Soesilo (2018) dalam
penelitian Pelaksanaan Parenting Pendidikan Seks AUD di PAUD
Tunas Bangsa Ungaran, sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan parenting pendidikan seks
AUD di PAUD Tunas Bangsa Ungaran?
2. Model parenting bagaimanakah yang dibutuhkan dalam
melakukan pendidikan seks bagi AUD di PAUD Tunas
Bangsa Ungaran?
Adapun tujuan penelitian berdasar hasil rumusan masalah
di atas, sebagai berikut:
1. mengidentifikasi pelaksanaan parenting pendidikan
seks AUD di PAUD Tunas Bangsa Gugus Merpati Ungaran
Kab Semarang.
2. mengidentifikasi model parenting yang dibutuhkan
dalam melakukan pendidikan seks bagi AUD di PAUD
Tunas Bangsa Gugus Merpati Ungaran Kab Semarang
29
2) Contoh rumusan masalah, rumusan tujuan pada
penelitian eksperimen.
Di bawah ini rumusan masalah penelitian Susi (2016)
yang berjudul Pengaruh Penggunaan Permainan Tradisional
Telepon Kaleng terhadap Perkembangan Bahasa Percakapan
Anak di Kelompok B2 TK M. Xaverius 78 Salatiga tahun
pelajaran 2014/2015, sebagai berikut: Adakah pengaruh yang
signifikan permainan tradisional telepon kaleng terhadap
perkembangan bahasa percakapan anak di Kelompok B2 TK M.
Xaverius 78 Salatiga tahun pelajaran 2014/2015?
Sedangkan rumusan tujuan penelitian berdasar masalah
di atas adalah untuk mengetahui signifikansi pengaruh
permainan tradisional telepon kaleng terhadap perkembangan
bahasa percakapan anak di Kelompok B2 TK M. Xaverius 78
Salatiga tahun pelajaran 2014/2015.
3) Contoh rumusan masalah, rumusan tujuan pada
penelitian tindakan.
Rumusan masalah penelitian Agatha (2016) dari
penelitiannya yang berjudul Peningkatan Kemandirian Anak Usia 4-
5 Tahun melalui Penerapan Teknik Scaffolding di TK Sang Timur
Salatiga, yaitu: Apakah melalui penerapan teknik scaffolding dapat
meningkatkan kemandirian anak usia 4-5 tahun di TK Sang Timur
Kota Salatiga?
Adapun rumusan tujuan penelitian Agatha di atas adalah
untuk meningkatkan kemandirian anak usia 4-5 tahun melalui
penerapan teknik scaffolding di TK Sang Timur Salatiga.
4) Contoh rumusan masalah, rumusan tujuan pada
penelitian pengembangan.
30
Rumusan masalah penelitian yang dilakukan Soesilo (2018)
dalam penelitian yang berjudul Pengembangan Model Parenting
Pendidikan Seks bagi AUD melalui Media Permainan Pinball adalah
sebagai berikut: bagaimanakah pengembangan model parenting
pendidikan seks bagi AUD melalui Media Permainan Pinball agar
orang tua dapat melakukan pendidikan seks pada AUD.
Sedangkan rumusan tujuan penelitian Soesilo tersebut
adalah untuk mengembangkan model parenting pendidikan seks
AUD melalui media permainan pinball.
Tugas 2.
1. Menurut anda, mana yang lebih dahulu perlu dilakukan?
Menentukan judul terlebih dahulu ataukah menemukan
masalah penelitian terlebih dahulu? Jelaskan alasan anda!
2. Apa yang dimaksud dengan kesenjangan dalam latar
belakang penelitian?
3. Carilah suatu penelitian, dan kutiplah kalimat-kalimat yang
menunjukkan adanya kesenjangan dalam penelitian
tersebut!
4. Carilah satu contoh penelitian yang ternyata antara
rumusan masalah dengan tujuannya tidak saling terkait
(tidak memiliki benang merah)!
5. Menurut anda, mengapa pada setiap penelitian selalu
memiliki rumusan masalah?