IDENTIFIKASI BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK ...
Transcript of IDENTIFIKASI BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK ...
IDENTIFIKASI BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE
GEOLISTRIK INDUCED POLARIZATION (IP) DI DAERAH
“X” PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh:
SUCI MAULIDIYAH
NIM. 11140970000009
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021 M/1442 H
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
IDENTIFIKASI BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE
GEOLISTRIK INDUCED POLARIZATION (IP) DI DAERAH
“X” PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si)
SUCI MAULIDIYAH
NIM 11140970000009
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Arif Tjahjono, M.Si Adhika Junara K, MT
NIP. 19751107 200701 1 015 NIP. 19801204 200801 1 008
Mengetahui,
Ketua Program Studi Fisika
Tati Zera, M.Si
NIP. 19690608 200501 2 002
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul Identifikasi Bijih Besi Menggunakan Metode Geolistrik
Induced Polarization (IP) di Daerah “X” Provinsi Kalimantan Selatan yang
telah disusun oleh Suci Maulidiyah dengan NIM 11140970000009 telah diujikan
dan dinyatakan lulus dalam sidang munaqasyah Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Februari
2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Sains (S.Si) pada Program Studi Fisika.
Jakarta, 10 Februari 2021
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Dr. Sutrisno, Dipl. Seis. Muhammad Nafian, M.Si
NIP. 19590202 198203 1 005 NIP. 19850711 202012 1 002
Pembimbing I Pembimbing II
Arif Tjahjono, M.Si Adhika Junara K, MT
NIP. 19751107 200701 1 015 NIP. 19801204 200801 1 008
Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi Fisika
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Sain dan Teknologi
Nashrul Hakiem, S.Si.,M.T., Ph.D Tati Zera, M.Si
NIP. 19710608 200501 1 005 NIP. 19690608 200501 2 002
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Suci Maulidiyah
NIM : 11140970000009
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul IDENTIFIKASI BIJIH BESI
MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK INDUCED POLARIZATION (IP)
DI DAERAH “X” PROVINSI KALIMANTAN SELATAN adalah benar
merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam
penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya
cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 10 Februari 2021
Suci Maulidiyah
11140970000009
v
ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam, baik itu
mineral logam, mineral non logam maupun mineral energi. Salah satunya yaitu
pulau Kalimantan yang secara geologi memberikan potensi jebakan bijih besi.
Meningkatnya permintaan dunia industri terhadap mineral logam, menjadikan
Indonesia bergantung pada impor. Untuk itu dilakukan penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui keberadaan dan sebaran bijih besi guna memenuhi kebutuhan
industri dalam negeri. Penelitian ini dilakukan pada 10 lintasan, yaitu lintasan A, B,
C, E, F, G, H, I, M dan O. Konfigurasi yang digunakan pada penelitian ini adalah
konfigurasi Wenner dan jarak spasi antar elektroda yaitu sepanjang 25 meter.
Pengolahan data diawali dengan proses inversi 2-Dimensi untuk mendapatkan nilai
resistivitas dan chargeability yang sebenarnya hingga mendapatkan model 3-
Dimensi. Dari pemodelan yang telah dibuat, diduga keberadaan bijih besi
ditemukan pada 7 lintasan diantaranya lintasan A, B, E, G, I, M, dan O yang ditandai
dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara 34,638 -1246 Ωm dan rentang nilai
chargeability berkisar antara 131,966 - 263,830 msec.
Kata kunci: Metode Geolistrik, konfigurasi Wenner, bijih besi, resistivitas,
chargeability
vi
ABSTRACT
Indonesia is acknowledged as one of the countries with the most natural resources
of metal and mineral as well as energy minerals resources. One of the contributors
is Kalimantan Island, which geologically provides a potential iron-ore. Due to the
increasing demand for the industrial sector related to metal minerals, Indonesia has
become dependent on its import activities. As a result of that, the research aims to
identify the existence and distribution of iron-ore in order to fulfill domestic interest
related to industrial. The research was carried out on 10 tracks, namely A, B, C, E,
F, G, H, I, M, and O. Aside from that, the study utilized Wenner configuration and
made 25 meters long of the spacing between the electrodes. The data processing
began with a 2-dimensional inversion process to obtain the actual resistivity and
chargeability values in order to achieve a 3-dimensional model. According to the
modeling, it is presumed that the existence of the iron-ore was found in 7 tracks,
such as A, B, E, G, I, M and O which marked by resistivity value around 34.638 –
1246 Ωm and chargeability around 131.966 – 263.830 msec.
Keywords: Geoelectric method, Wenner configuration, iron-ore, resistivity,
Chargeability
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala karunia, nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat kesehatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari penuh bahwa banyak sekali
kekurangan dalam penulisan dan keterbatasan dalam kemampuan maupun
pengetahuan. Namun, berkat usaha, do’a, dorongan serta nasehat positif dari
berbagai pihak, skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena ini, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua, Ibu Titi Aida dan Bapak Muhamad Yasin serta adik
perempuan penulis, Naila Rasya Novani yang senantiasa memberikan
dukungan baik moril maupun materil serta do’a terbesar kepada penulis.
2. Bapak Arif Tjahjono, M.Si., selaku dosen pembimbing I yang dengan penuh
kesabaran memberikan bimbingan, arahan, waktu, dan nasihat dalam penulisan
skripsi ini dan juga pembimbing II Bapak Adhika Juniar, M.Si yang telah
membimbing dan banyak memberikan pengarahan kepada penulis terkait
penelitian yang dilakukan.
3. Ibu Tati Zera, M.Si selaku Ketua Prodi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen yang sering membantu penulis
dalam pelaksanaan skripsi.
4. Bapak Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan persetujuan
pelaksanaan tugas akhir skripsi.
5. Seluruh dosen dan staff pengajar Fakultas Sains dan Teknologi yang telah
memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan dapat
bermanfaat dan memperoleh keberkahan dari Allah SWT
viii
6. Bapak Syaiful, Bapak Dwi Haryanto, dan Karyawan bidang Eksplorasi lainnya
yang telah banyak membantu dan memberikan saran serta masukan terbaik
dalam penelitian.
7. Teman-teman seperjuangan Fisika angkatan 2014 yang telah memberikan
banyak dukungan dan masukan kepada penulis.
8. Sahabat cabe-cabe, Siva Dwi Harum, Ilman Luthfi Hilmi, dan Arianto Saipul
Hak yang selalu menyemangati serta menghibur penulis saat menyelesaikan
penelitian ini.
9. Dudu Abdul Manan, Zamarotul Azkiyah, Putri Selawati, Andi Ramadhana,
Ramdani Aldi, dan sahabat-sahabat se-Betawi lainnya di FKMB yang tak bisa
penulis sebutkan satu persatu.
10. Keluarga HMI KOMFASTEK Cabang Ciputat, yang juga menyemangati
penulis dalam menyelesaikan skripsi di sela-sela kegiatan organisasi.
11. The one and only beloved partner, wqwq, Saudara Rivaldy yang menyemangati
serta menemani penulis untuk terus cepat menyelesaikan skripsi ini dan
menghibur suka-duka dalam proses pengerjaan skripsi.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
penulis dimasa mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca sekalian pada umumnya.
Jakarta, 10 Februari 2020
Penulis,
Suci Maulidiyah
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
1.4 Batasan Masalah ..................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................. 6
1.6 Sistematika Penelitian ............................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 8
2.1 Biji Besi .................................................................................................... 8
2.2 Metode Resistivitas ............................................................................... 10
2.2.1 Metode Resistivitas Sounding .................................................... 13
2.2.2 Metode Resistivitas Mapping ...................................................... 13
2.3 Konfigurasi Elektroda ......................................................................... 13
2.4 Metode Induced Polarization (IP) ........................................................ 15
2.4.1 Polarisasi Membran .................................................................... 16
2.4.2 Polarisasi Elektroda .................................................................... 17
x
2.7 Pemodelan 2-dimensi ........................................................................... 21
2.8 Pemodelan 3-dimensi ........................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 23
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 23
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................... 23
3.3 Tahapan Penelitian ............................................................................... 24
3.3.1 Pengolahan Data dan Pemodelan 2-Dimensi Menggunakan
Software RES2Dinv .............................................................................. 25
3.3.2 Pemodelan 3-Dimensi mengunakan Software Voxler .............. 27
3.4 Analisis dan Interpretasi Data ............................................................ 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 30
4.1 Data Penelitian ...................................................................................... 30
4.2 Hasil Pemodelan 2-Dimensi ................................................................. 32
4.2.1 Lintasan A .................................................................................... 33
4.2.2 Lintasan B .................................................................................... 34
4.2.3 Lintasan C .................................................................................... 35
4.2.4 Lintasan E .................................................................................... 36
4.2.5 Lintasan F .................................................................................... 37
4.2.6 Lintasan G ................................................................................... 38
4.2.7 Lintasan H ................................................................................... 39
4.2.8 Lintasan I ..................................................................................... 40
4.2.9 Lintasan M ................................................................................... 41
4.2.10 Lintasan O .............................................................................. 42
xi
4.3 Hasil Pemodelan 3-Dimensi ................................................................. 43
4.3.1 Hasil Pemodelan 3-Dimensi Resistivitas ................................... 44
4.3.2 Hasil Pemodelan 3-Dimensi Chargeability ................................ 47
4.4 Pembahasan ......................................... Error! Bookmark not defined.9
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 52
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 52
5.2 Saran ...................................................................................................... 53
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Nilai chargeability beberapa mineral…………………………... 20
Tabel 2. 2 Nilai chargeability beberapa mineral dan batuan……………… 20
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Konfigurasi wenner……………………………....……...…......…14
Gambar 2. 2 Efek Induced Polarization (IP) …...………………………………16
Gambar 2. 3 Polarisasi Membran …...……………………………………...…..17
Gambar 2. 4 Polarisasi Elektroda …...…………………………………...……..18
Gambar 2. 5 Nilai Resistivitas Mineral Dan Batuan …...………………...…….21
Gambar 3. 1 Diagram Tahapan Penelitian………………………………………24
Gambar 3. 2 Format Penulisan Data ……………………………………………25
Gambar 3. 3 Hasil Pemodelan 2-Dimensi ……………………………...………27
Gambar 3. 4 Format Penulisan Data Input Untuk Software Voxler ……………28
Gambar 3. 5 Tampilan Model 3-Dimensi Chargeability ……………………….29
Gambar 4. 1 Peta Lokasi Penelitian …………………………………………….30
Gambar 4. 2 Peta Titik Pengukuran Lokasi Penelitian …………………………31
Gambar 4. 3 Pemodelan 2-Dimensi Lintasan A ………………………………..33
Gambar 4. 4 Pemodelan 2-Dimensi Lintasan B ………………………...……...34
Gambar 4. 5 Pemodelan 2-Dimensi Lintasan C ………………………...……...35
Gambar 4. 6 Pemodelan 2-Dimensi Lintasan E ………………………………...36
Gambar 4. 7 Pemodelan 2-Dimensi Lintasan F ………………………………...37
Gambar 4. 8 Pemodelan 2-Dimensi Lintasan G ………………………………..38
Gambar 4. 9 Pemodelan 2-Dimensi Lintasan H ………………………………..39
Gambar 4. 10 Pemodelan 2-Dimensi Lintasan I ………………………………..40
Gambar 4. 11 Pemodelan 2-Dimensi Lintasan M ……………………………...41
Gambar 4. 12 Pemodelan 2-Dimensi Lintasan O ………………………………42
Gambar 4. 13 Model 3-Dimensi Resistivitas …………………………………...44
Gambar 4. 14 Irisan Membagi Utara-Selatan …………………..………………45
Gambar 4. 15 Irisan Membagi Barat-Timur …………………..………………..45
Gambar 4. 16 Cross Section Resistivitas ………………………………….……46
xiv
Gambar 4. 17 Model 3-Dimensi Chargeability …………………………...……47
Gambar 4. 18 Irisan Membagi Utara-Selatan ……………..……………………48
Gambar 4. 19 Irisan Membagi Barat-Timur ……………..……………………..48
Gambar 4. 20 Cross Section Chargeability ……………………………………..49
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam,
baik itu mineral logam, mineral non logam maupun mineral energi. Mineral-
mineral seperti tembaga, besi, emas, perak, timah, nikel, mangan, aluminium
tergolong sebagai mineral logam. Besi merupakan unsur logam kedua yang
memiliki kelimpahan alam tertinggi setelah aluminium. Besi juga merupakan
unsur keempat yang paling banyak terdapat di kulit bumi. Bijih utama unsur logam
besi terdapat dalam mineral magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), limonit (Fe2O3.
H2O) dan siderit (Fe2CO3).[1]
Besi merupakan unsur transisi yang mempunyai sifat logam sebagaimana
semua unsur transisi lainnya. Elektron-elektron tidak berpasangan tersebut akan
bergerak bebas pada kisi kristalnya sehingga membentuk ikatan logam yang lebih
kuat dibandingkan dengan unsur golongan utama. Adanya ikatan logam ini
menyebabkan titik leleh dan titik didih serta densitas unsur Fe cukup besar
sehingga bersifat keras dan kuat. Pergerakan elektron-elektron yang tidak
berpasangan pada kisi kristal juga menyebabkan logam besi bersifat konduktor
atau penghantar panas yang baik dan mempunyai nilai resistivitas listrik yang
rendah. Karena sifat kelistrikan ini besi dapat diidentifikasi menggunakan aplikasi
metode geolistrik.
2
Potensi sumber daya bijih besi di Indonesia cukup besar dengan jumlah
deposit berupa sumber daya dan cadangan sekitar 778 juta ton [2]. Jumlah tersebut
masih kurang untuk memenuhi kebutuhan besi yang semakin meningkat. Oleh
karena itu, harus dilakukan kegiatan eksplorasi untuk menjadikan potensi sumber
daya menjadi cadangan [3], sehingga impor bijih besi dapat dikurangi.
Pulau Kalimantan terkenal akan sumber daya alam yang dimilikinya.
Beberapa sumber daya alam yang terdapat di daerah tersebut diantaranya batubara,
minyak bumi, emas, bijih besi dan bahan tambang lainnya [4]. Sehingga banyak
perusahaan melakukan kegiatan ekplorasi di daerah tersebut. Penelitian kali ini
dilakukan di daerah Provinsi Kalimantan Selatan tepatnya pada Kabupaten Tanah
Laut yang secara topografis, wilayahnya didominasi oleh dataran rendah yang
landai yang membentang dari barat ke timur, mulai dari selatan (Pantai Laut Jawa)
ke arah utara, dan bergelombang hingga bergunung di daerah pedalaman yang
berbatasan dengan Kabupaten Banjar.
3
Gambar 1.1 Peta Provinsi Kalimantan Selatan [5]
Pada hipotesa awal dikatakan bahawa daerah penelitian ini berpotensi
mengandung bijih besi, sehingga untuk mengetahui secara jelas terkait potensi bijih
besi di daerah “X” Provinsi Kalimantan Selatan dilakukanlah survei di lapangan
oleh Tim BATAN. Ada dua metode dalam geofisika yaitu metode aktif dan pasif.
Pengukuran metode aktif dilakukan dengan membangkitkan suatu sumber sehingga
timbul respon yang dijadikan parameter untuk diukur dan sebaliknya. Salah satu
contoh metode aktif yaitu metode geolistrik. Metode geolistrik lebih efektif bila
dipakai untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal. Oleh karena itu, metode ini banyak
digunakan pada bidang engineering geology seperti penentuan kedalaman batuan
dasar, pencarian reservoir air, dan juga geofisika lingkungan. Ada beberapa macam
4
metode geolistrik, diantaranya metode resistivitas (tahanan jenis) dan metode IP
(Induced Polarization).
Metode resistivitas (tahanan jenis) merupakan salah satu metode yang
memperlajari sifat resistivitas dari lapisan batuan di dalam bumi. Sedangkan
metode IP (Induced Polarization) merupakan pengembangan dari metode geolistrik
resistivitas yang prinsip kerjanya tidak jauh berbeda. Metode geolistrik yang
digunakan pada penelitian ini ialah metode IP yang merupakan pengembangan dari
metode resistivitas sehingga teknis pengukurannya tidak jauh berbeda. Prinsip
metode ini yaitu menginjeksikan arus listrik kedalam bumi kemudian melihat
respon yang ditimbulkan dari batuan di bawah permukaan, yang membedakan
metode ini dengan metode resistivitas terdapat pada pengukuran potensial [6].
Dalam penelitian ini, software yang digunakan untuk mengolah data
menjadi bentuk pemodelan 2-dimensi adalah software RES2DINV, sedangkan
pemodelan 3-dimensi adalah software Voxler. Software ini menampilkan
pemodelan 2-dimensi bawah permukaan daerah penelitian sehingga dapat
mempermudah dalam menginterpretasikan hasilnya apakah kemungkinan
keterdapatan bijih besi di daerah penelitian.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah hasil interpretasi pemodelan 2-dimensi dan 3-dimensi pada
daerah “X” Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan hasil pengolahan data
nilai resistivitas dan nilai chargebilitynya ?
5
2. Bagaimanakah kondisi batuan di daerah “X” Provinsi Kalimantan Selatan?
3. Bagaimanakah potensi kandungan bijih besi pada daerah tersebut ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Memperoleh pemodelan 2-dimensi dan 3-dimensi pada daerah “X” Provinsi
Kalimantan Selatan berdasarkan hasil pengolahan data nilai resistivitas dan
nilai chargebility dengan menggunakan software yang selanjutnya
dianalisis dan diinterpretasi.
2. Menganalisis batuan penyusun daerah “X” Provinsi Kalimantan Selatan
3. Menganalisis potensi bijih besi di daerah “X” Provinsi Kalimantan Selatan
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Data yang digunakan dalam penelitian merupakan data sekunder hasil
survei yang telah dilakukan oleh Tim Badan Tenaga Nuklir (BATAN) pada
daerah “X” Provinsi Kalimantan Selatan.
2. Metode geofisika yang digunakan yaitu metode induced polarization
dengan data resistivitas dan data IP dalam kawasan waktu menggunakan
konfigurasi Wenner.
3. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah resistivitas dan
chargeability.
4. Analisis dan interpretasi dilakukan dengan pemodelan 2-Dimensi dan
pemodelan 3-Dimensi.
6
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi bijih besi di
daerah penelitian dan diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk
tahap selanjutnya dalam mencari cadangan bijih besi yang bernilai ekonomis
khususnya di daerah penelitian.
1.6 Sistematika Penelitian
Penulisan skripsi ini dibagi mejadi dua bagian, dimana bagian pertama
terdiri dari abstrak dan bagian kedua terdiri dari kata pengantar, daftar isi, daftar
gambar, daftar tabel dan dilanjutkan dengan laporan penelitian. Laporan penelitian
ini terdiri dari lima bab, yang sistematika dan tujuannya diuraikan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan secara singkat mengenai latar belakang secara
mendasar dilakukannya penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan laporan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisikan rangkuman dari dasar teori yang mendasari peneltian.
Sebagian isi dari bab ini akan dijadikan rujukan dalam melakukan analisis
dari pengolahan data.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan mengenai waktu dan tempat penelitian, alat dan
bahan penelitian serta tahapan-tahapan penelitian.
7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan hasil dari penelitian beserta analisis dari hasil
penelitian tersebut.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi poin-poin singkat yang memaparkan kesimpulan dari
penelitian tugas akhir dan dilanjutkan dengan saran penulis untuk penelitian
yang akan dilakukan selanjutnya.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biji Besi
Besi (Fe) merupakan salah satu logam yang paling banyak di bumi dan
memiliki peran sangat besar dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan
perkembangan teknologi saat ini, kebutuhan sumber daya mineral pun meningkat
khususnya penggunaan besi pada sektor industri. Karakter endapan besi ini dapat
berupa endapan logam yang berdiri sendiri namun seringkali berasosiasi dengan
mineral logam lainya. Endapan besi yang ekonomis umumnya berupa
magnetit(Fe3O4), hematit(Fe2O3), limonit (Fe2O3H2O), dan siderit (FeO4CO3)
[1].
Menurut Jensen dan Batemen, berdasarkan proses terbentuknya endapan
bijih besi dapat terbentuk secara primer maupun sekunder. Pembentukan endapan
bijih besi primer dapat terbentuk oleh proses magmatik, metasomatik kontak, dan
hidrotermal. Sedangkan endapan bijih besi sekunder terbentuk oleh sedimenter,
residual, dan oksidasi [7].
Endapan bijih besi primer sangat erat hubungannya dengan peristiwa
tektonik. Pada peristiwa ini akan terbentuk struktur sesar yang merupakan zona
lemah. Zona ini memungkinkan terjadinya proses intrusi magma menerobos batuan
tua yang disebut magmatism. Proses metasomatik kontak terjadi pada tekanan dan
suhu yang sangat tinggi berkisar antara 500ᵒ-1100ᵒ C terutama pada kontak
terobosan antara magma yang masih cair dengan batuan di sekitarnya. Proses
9
metasomatik kontak menghasilkan mineral logam yang bervariasi seperti magnetit
dan hematit yang disertai mineral lainnya seperti kasiterit, pirit, kalkopirit, dan
galena. Selanjutnya, proses hidrotermal merupakan produk terakhir dimana larutan
hidrotermal banyak mengandung logam yang relatif ringan. Pada proses ini larutan
akan kehilangan temperaturnya dikarenakan semakin menjauhi sumber magma [8].
Endapan bijih besi sekunder terjadi karena proses pelapukan, transportasi,
dan sedimentasi pada batuan atau mineral. Endapan ini secara ilmiah terpisah
karena gravitasi dan dibantu pergerakan media cair, padat, dan udara [8].
Ditinjau dari nilai resistivitas dan chargeability, karakteristik bijih besi
memiliki nilai resistivitas yang rendah. Hal ini dikarenakan bijih besi termasuk
kedalam kelompok mineral logam. Mineral logam bersifat konduktor sehingga nilai
resistivitas atau kemampuan untuk menghambat arus listriknya rendah. Sebaliknya,
nilai chargeability akan tinggi namun secara teoritis, mineral bijih oksida (mineral
dengan unsur oksida) umumnya mempunyai kisaran nilai chargeability lebih rendah
dibandingkan dengan mineral-mineral bijih sulfida. Namun banyak faktor yang
mempengaruhi tinggi rendahnya nilai resistivitas dan chargeability dari suatu
material, antara lain kandungan air, porositas, jenis batuan, dan lain-lain.
Menurut Karyanto, Terdapat empat jenis cebakan bijih besi di Indonesia [9],
yaitu:
a. Cebakan Bijih Besi Skarn
Cebakan ini terbentuk oleh proses metasomatik kontak, sebagai hasil reaksi
magma berkomposisi menengah sampai ultrabasa dengan batuan gamping
atau bersifat karbonat.
10
b. Cebakan Bijih Besi Placer
Cebakan ini terbentuk oleh proses pelapukan, disintregasi dan akumulasi
secara mekanik kemudian menghasilkan endapan yang terdiri dari fragmen
mineral dan batuan rombakan. Mineral bijih besi ini dapat ditemukan dalam
aluvium pantai dan sungai.
c. Cebakan Bijih Besi Laterit
Cebakan ini merupakan hasil proses pelapukan, dekomposisi dan akumulasi
residu. Pembentukan cebakan ini melibatkan proses kimiawi atau mekanis
sehingga pelarutan dan pengendapannya dikendalikan oleh kondisi geologi
dan kondisi fisika – kimia lingkungan setempat.
d. Cebakan Bijih Besi Sedimen
Pembentukan cebakan ini berhubungan dengan proses sedimentasi. Proses
kimia mempunyai peran utama dalam proses pengendapannya, dengan
disintegrasi mekanis sebagai penyebabnya. Seperti yang terjadi pada
sebagian cebakan bijih besi laterit.
2.2 Metode Resistivitas
Metode resistivitas atau biasa disebut metode tahanan jenis adalah satu
metode geofisika aktif yang menggunakan sumber buatan dengan menginjeksikan
listrik melalui elektroda kedalam bumi untuk mengetahui persebaran resistivitas
bawah permukaan yang akan di interpretasi untuk menentukan informasi geologi
bawah permukaan. Resisitivitas (tahanan jenis) merupakan suatu parameter sifat
fisis dari suatu medium untuk menghambat arus listrik. Metode ini umumnya
11
digunakan untuk eksplorasi dangkal dengan kedalaman sekitar 100 meter [10],
karena jika melebihi kedalaman tersebut informasi yang didapatkan kurang akurat.
Perubahan tahanan jenis suatu lapisan batuan di bawah permukaan tanah
dapat diketahui dengan mengalirkan arus listrik DC (Direct Current) ke dalam
tanah melalui dua buah elektroda arus pada jarak tertentu. Lalu dua buah elektroda
lainnya digunakan untuk mengukur beda tegangan yang disebut elektroda potensial
yang kemudian dari arus I dan nilai tegangan V, dapat dihitung nilai resistivitasnya.
Dalam eksplorasi metode geolistrik berbagai jenis konfigurasi yang
digunakan menentukan faktor geometri (k) dan dari konfigurasi inilah yang
menentukan hasil untuk interpretasi penentuan nilai resistivitas bawah permukaan.
Hukum fisika yang digunakan dalam metode resistivitas adalah Hukum
Ohm, yang ditunjukkan dalam persamaan:
𝑉 = 𝐼 𝑅 (2.1)
Dimana:
V = Beda Potensial (V)
I = Arus Listrik (A)
R = Hambatan/Resistansi (Ω)
Arus listrik dapat mengalir pada suatu batuan dan mineral apabila terdapat
banyak elektron bebas di dalamnya. Selain itu arus listrik juga dipengaruhi oleh
sifat atau karakteristik dari setiap batuan yang dilewatinya, salah satunya yaitu nilai
tahanan jenis suatu batuan. Semakin besar nilai resistivitas suatu bahan maka
semakin sulit bahan tersebut menghantarkan arus listrik dan sebaliknya.
12
Telah dilakukan percobaan pada kawat yang berbeda tetapi dengan bahan
yang sama. Hasilnya menunjukkan bahwa kawat yang lebih panjang memiliki
resistansi yang lebih besar daripada kawat yang pendek, sedangkan kawat yang tipis
memiliki resistansi yang lebih besar daripada kawat yang tebal. Sehingga
didapatkan hubungan bahwa resistansi bahan berbanding lurus dengan panjang
bahan L dan berbanding terbalik dengan luas penampang dari bahan A [11].
Hubungan tersebut dituliskan dalam persamaan:
𝑅 = 𝜌𝐿
𝐴 (2.2)
Dimana :
R = Hambatan/resistansi (Ω)
𝜌 = Resistivitas (Ωm)
L = Panjang bahan (m)
A = Luas penampang (m2)
Resistivitas merupakan kemampuan suatu bahan untuk menghambat arus
listrik. Bumi terdiri dari lapisan dengan variasi tahanan jenis berbeda-beda sehingga
besar potensial yang terukur merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan yang
didefinisikan sebagai harga tahanan jenis semu atau resistivitas semu. Besarnya bisa
dihitung melalui persamaan
𝜌𝑎 = 𝑘𝑉
𝐼 (2.3)
dimana k merupakan faktor geometri yang besarnya tergantung pada susunan
elektroda (konfigurasi). Nilai k dapat dihitung dengan persamaan :
13
𝑘 =2𝜋
(1
𝑟1−
1
𝑟2)−(
1
𝑟3−
1
𝑟4)
(2.4)
2.2.1 Metode Resistivitas Sounding
Metode resistivitas sounding bertujuan untuk menyelidiki perubahan
tahanan jenis pada bawah permukaan bumi secara vertikal. Teknik pengukurannya
berpengaruh sesuai dengan konfigurasi yang digunakan yaitu jarak elektroda arus
dan potensial diperbesar secara bertahap [6].
2.2.2 Metode Resistivitas Mapping
Metode resistivitas mapping bertujuan untuk menyelidiki perubahan
tahanan jenis pada bawah permukaan bumi secara horizontal. Pada metode ini, jarak
spasi antar elektroda dibuat tetap [6].
2.3 Konfigurasi Elektroda
Pada pelaksanaan survei dengan metode resistivitas ataupun metode IP, arus
listrik diinjeksikan ke bawah permukaan melalui dua buah elektroda arus dan beda
potensialnya diukur melalui dua buah elektroda potensial yang disusun dalam satu
garis lurus [12]. Aturan penyusunan elektroda tersebut disebut dengan konfigurasi
elektroda. Konfigurasi elektroda bervariasi, yang banyak digunakan adalah
konfigurasi Wenner, konfigurasi Schlumberger, dan konfigurasi dipole – dipole.
Pada penelitian ini, konfigurasi yang digunakan adalah konfigurasi Wenner.
14
Gambar 2. 1 Konfigurasi Wenner
Konfigurasi Wenner lebih sederhana dalam penyusunan elektroda.
Elektroda arus dan elektroda potensial disusun dengan jarak yang sama (a) [13].
Penyusunannya adalah kedua elektroda arus diletakkan paling luar dan dua
elektroda potensial diletakkan di antara kedua elektroda arus (di dalam).
Untuk mengetahui faktor geometri dari konfigurasi Wenner, masukkan
jarak – jarak yang telah disebutkan sebelumnya ke dalam persamaan (2.4), maka
didapatkan :
𝑘 =2𝜋
(1
𝑎−
1
2𝑎)−(
1
2𝑎−
1
𝑎)
= 2𝜋𝑎 (2.5)
Konfigurasi ini digunakan sebagai pengukur profiling untuk mengetahui
kontak resistivitas batuan secara vertikal. Keunggulan konfigurasi Wenner adalah
perhitungannya relatif sederhana dan kekuatan sinyalnya paling besar dibandingkan
dengan konfigurasi lain sehingga sangat sensitif terhadap ketidakhomogenan tanah.
Hal ini menjadi sangat menguntungkan jika survei dilakukan di daerah dengan
tingkat gangguan yang tinggi [14]. Namun konfigurasi ini juga memiliki
15
kekurangan, yaitu cakupan horisontal daerah survei relatif rendah, karena setiap
jarak elektroda dinaikkan maka kedalaman yang terukur semakin kecil dan dari segi
pengukuran di lapangan konfigurasi ini kurang praktis karena seluruh elektroda
harus dipindah – pindahkan untuk memaksimalkan kedalaman pengukuran.
2.4 Metode Induced Polarization (IP)
Metode Induced Polarization (IP) adalah salah satu metode geofisika yang
relatif baru di banding dengan metode geolistrik yang lain. Sesuai dengan namanya
metode IP mengukur adanya polarisasi di dalam medium karena pengaruh arus
listrik yang melewatinya [15]. Metode IP ini bekerja dengan cara menginduksikan
arus listrik ke bawah permukaan kemudian mengukur polarisasi yang terjadi.
Polarisasi banyak yang terjadi pada medium yang mengandung mineral logam
sehingga metode ini lebih banyak dipakai untuk eksplorasi logam dan kadang-
kadang dilakukan untuk penyelidikan air tanah. Metode ini merupakan
pengembangan dari metode resistivitas, teknis pengukurannya tidak jauh berbeda
[16].
Kelebihan metode IP dibandingkan dengan metode lain adalah dapat
mendeteksi keberadaan mineral sulfida yang tersebar tak teratur (disseminated).
Oleh karena itu, metode IP cocok digunakan untuk mengidentifikasi cadangan
mineral sulfida yang berasosiasi dengan bijih besi, emas, dan bijih logam yang
lainnya [17].
Jika suatu medium dialiri arus listrik, maka akan terjadi beda tegangan pada
medium tersebut. Saat arus listriknya diputus, seharusnya beda tegangan akan
16
langsung hilang atau menjadi nol. Tetapi ada medium yang dapat menyimpan
tenaga listrik dan akan dikembalikan lagi saat tidak ada arus. Sehingga meski arus
listrik diputus tegangannya tidak langsung hilang melainkan meluruh secara
perlahan lalu menghilang. Efek inilah yang disebut efek Induced Polarization [16].
Gambar 2. 2 Efek Induced Polarization (IP) [11]
2.4.1 Polarisasi Membran
Polarisasi membran merupakan ciri dari konduksi elektrolitik yang timbul
dari perbedaan kemampuan ion dalam fluida pori yang berpindah melalui batuan
berpori. Polarisasi membran dapat disebabkan menyempitnya pori – pori akibat
adanya partikel lempung (clay). Partikel lempung (clay) umumnya mempunyai
muatan negatif dan hal tersebut menyebabkan ion positif dalam fluida pori tertarik.
Kemudian ion positif terkumpul pada sisi – sisi pori sehingga pada bagian pori yang
menyempit, ion negatif yang berasal dari fluida elektrolit akan terhambat. Ketika
diberi beda potensial, distribusi ion positif dapat melalui awan positif tetapi
distribusi ion negatif akan tetap terhambat dan menumpuk. Akibat adanya
penumpukan tersebut, arus yang diinjeksikan akan terhambat sehingga membentuk
17
membran yang mengurangi mobilitas ion. Hal tersebut akan terlihat saat arus listrik
dialirkan pada frekuensi rendah. Penumpukan ionik terjadi dalam waktu singkat
setelah tegangan dinyalakan. Ketika arus dimatikan, ion kembali ke posisi awal
[11].
Gambar 2. 3 Polarisasi Membran [13]
2.4.2 Polarisasi Elektroda
Polarisasi elektroda merupaka efek yang terjadi bila terdapat mineral logam
pada batuan. Adanya mineral logam akan menghalangi aliran arus yang melewati
batuan. Akan terjadi reaksi kimia pada bidang batas mineral logam yang
menimbulkan potensial ekstra yang disebut overvoltage. Besarnya overvoltage
tergantung pada besar arus dan durasi arus yang melewatinya, dapat berharga positif
atau negatif [16].
Saat arus melewati butiran mineral logam, terjadi polarisasi pada mineral,
karena efek elektrokimia satu sisi pada bidang batas menjadi kutub positif dan sisi
lain menjadi negatif. Batuan yang mengandung mineral logam dapat menyimpan
muatan sehingga setelah arus dimatikan, tegangan yang ada tidak langsung hilang
melainkan meluruh perlahan. Gambar 2.4 menunjukan saat batuan dialiri arus
18
listrik, mineral logam dapat menghambat pori sehingga sebagian muatan tertahan.
Sumbatan tersebut yang menyebabkan terjadinya polarisasi elektroda.
Gambar 2. 4 Polarisasi Elektroda [13]
2.5 Pengukuran Metode Induced Polarization (IP)
Ada dua teknik pengukuran pada metode Induced Polarization. Pada teknik
pertama, pengukuran potensial meluruh selama selang waktu tertentu disebut time
domain IP. Teknik kedua, pengukuran resistivitas yang dilakukan pada dua
frekuensi atau lebih disebut frequency domain IP. Pada penelitian ini teknik
pengukuran yang digunakan adalah time domain IP.
Prinsip pengukuran time domain IP adalah mengukur waktu peluruhan
potensial pada batuan ketika arus listrik diinjeksikan dan dimatikan. Perhitungan
peluruhan potensial ketika arus diinjeksikan lalu dimatikan dan saat potensial
meluruh sempurna akan menghasilkan nilai yang disebut chargeability M (msec)
[18]. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
19
𝑀 =1
𝑉0∫ 𝑉(𝑡) 𝑑𝑡
𝑡2
𝑡1 (2.6)
Dimana 𝑉0 adalah beda potensial saat arus dialirkan sedangkan V(t) beda potensial
sesaat setelah arus terputus sebagai fungsi waktu, satuan keduanya adalah milivolt
dan nilai V(t) jauh lebih kecil dibandingkan 𝑉0 [19].
Adanya keberadaan mineral dapat diketahui dari respon yang diberikan saat
pengukuran. Respon yang diberikan jika terdapat mineral adalah waktu peluruhan
potensial relatif lebih lama dan jika tidak terdapat mineral, waktu peluruhan relatif
lebih cepat [17]. Pengukuran time domain IP ini didasarkan pada polarisasi
elektroda [20].
2.6 Nilai Resistivitas dan Chargeability pada Batuan dan Mineral
Setiap material memiliki nilai resisitivitas dan chargeability yang berbeda.
Nilai resistivitas merupakan kemampuan suatu material untuk menghambat arus
listrik. Semakin besar nilai resistivitas suatu material maka semakin sulit bahan
tersebut menghantarkan arus listrik, begitupun sebaliknya. Sedangkan nilai
chargeability merupakan kemampuan suatu material untuk menyimpan listrik [18].
Semakin besar nilai chargeability suatu material maka semakin banyak mineral
logam yang terkandung di dalamnya. Untuk menentukan formasi batuan dan
kandungan mineralnya pada suatu daerah dapat dilakukan dengan melihat nilai
resistivitas dan nilai chargeability yang mengacu pada referensi yang sudah ada. Di
bawah ini nilai resistivitas dan nilai chargeability berbagai material.
20
Tabel 2. 1 Nilai chargeability beberapa mineral [10]
Tabel 2. 2 Nilai chargeability beberapa mineral dan batuan [10]
21
Gambar 2. 5 Nilai resistivitas mineral dan batuan [14]
2.7 Pemodelan 2-dimensi
Pemodelan geolistrik 2-Dimensi digunakan untuk memudahkan
penginterpretasian dalam proses pengolahan data. Proses inversi merupakan proses
pengolahan data lapangan yang melibatkan teknik penyelesaian matematika dan
statistik untk mendapatkan informasi yang berguna mengenai distribusi sifat fisis
bawah permukaan [21]. Salah satu software yang menggunakan proses inversi
untuk pemodelan 2-Dimensi yaitu software RES2Dinv. Software RES2Dinv ini
menggunakan Algoritma Least Square saat proses inversi dilakukan yang terdiri
dari dua macam, yaitu :
22
1. Standart Smoothness-Constrain Least Square Inversion, digunakan untuk
zona dengan batas antar material cenderung gradual atau tidak memiliki
kontak yang tajam [14].
2. Robust Constrain Least Square Inversion, digunakan untuk zona batas
kontak antar material yang tajam misalnya zona patahan atau kontak batuan
intrusif lapisan minral logam.
Menurut Loke, model yang dihasilkan dari proses inversi akan memiliki
nilai residual error atau root mean squared error (RMSE). Semakin besar nilai
RMS maka model yang diperoleh dari proses inversi menunjukan model yang tidak
mewakili kondisi sebenarnya di lapangan. Oleh sebab itu dilakukan iterasi untuk
mengurangi perbedaan antara hasil pengukuran terhadap kondisi daerah penelitian
yang sebenarnya. Model yang dipilih dari hasil iterasi sebaiknya memiliki nilai
RMS yang tidak berubah secara signifikan. Hal tersebut biasanya terjadi antara tiga
hingga 5 kali iterasi [22].
2.8 Pemodelan 3-dimensi
Proses pemodelan 3-Dimensi hampir sama dengan proses pemodelan 2-
Dimensi, menggunakan suatu model bawah permukaan yang membentuk blok 3D
berupa susunan kotak persegi. Pada setiap susunannya akan terikat oleh distribusi
titik datum dan penampang yang membuat lintasan tersebut saling berpotongan.
Pendistribusian ukuran kotak secara otomatis dihasilkan melalui program, sehingga
jumlah kotak tidak akan melebihi jumlah datum [23].
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Pengolahan dan analisis data geolistrik Induced Polarization (IP) ini
menggunakan data sekunder milik Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang
diperoleh dari hasil penelitian di daerah “X”, Provinsi Kalimantan Selatan.
Pengolahan dan analisis data sekunder ini dilakukan di Badan Tenaga Nuklir
Nasional (BATAN) bagian Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir Lebak Bulus
Raya No. 9 Pasar Jumat, Jakarta. Adapun waktu penelitian dimulai pada bulan
November 2019 sampai Juni 2020.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat digunakan pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Software ArcGis, untuk membuat titik-titik pada peta.
2. Software RES2DINV versi 3.2, untuk membuat pemodelan 2-dimensi.
3. Software Voxler, untuk membuat pemodelan 3-dimensi.
Bahan digunakan pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Data Induced Polarization (IP), yaitu berupa nilai resistivitas dan nilai
chargeability hasil penelitian di daerah “X” Provinsi Kalimantan
Selatan.
2. Data titik koordinat lokasi akuisisi data di daerah “X” Provinsi
Kalimantan Selatan.
24
3.3 Tahapan Penelitian
Penelitian ini meliputi beberapa tahapan. Adapun tahapan tersebut tersusun
seperti gambar di bawah ini :
Gambar 3. 1 Diagram tahapan penelitian
Mulai
Studi Literatur
Input Data
• Apparent resistivitas (Ωm)
• Apparent chargeability (msec)
Pemodelan Inversi
• Model penampang 2 dimensi resistivitas
• Model penampang 2 dimensi chargeability
Ekstrak Data
Input Data
• True resistivitas (Ωm)
• True chargeability (msec)
Pemodelan 3 dimensi
Slice vertikal
Cross section
Analisis dan Interpretasi
Kesimpulan
Peta Geologi
25
3.3.1 Pengolahan Data dan Pemodelan 2-Dimensi Menggunakan Software
RES2Dinv
Data resistivitas dan data chargeability yang didapat kemudian diolah untuk
memperoleh pemodelan 2 dimensi. Pada tahap pengolahan data dilakukan dengan
software RES2DINV melalui proses inversi. Data harus dalam format (*.txt) atau
(*.dat) agar dapat diproses pada software ini, format penulisannya pun harus sesuai.
Berikut format penulisannya :
Gambar 3. 2 Format Penulisan Data
Line 1 : Judul data
Line 2 : Jarak elektroda
Line 3: Jenis konfigurasi yang digunakan (1=Wenner, 2=Pole-Pole, 3=Dipole-
Dipole, 6=Pole-Dipole, 7=Sclumberger)
26
Line 4 : Jumlah total data
Line 5 : Lokasi titik x (masukkan 0 jika titik x dimulai dari titik awal dan masukkan
1 jika titik x dimulai dari titik tengah)
Line 6 : Jenis data (masukkan 0 untuk data resistivitas dan masukkan 1 untuk data
IP)
Line 7 : Tipe data IP
Line 8 : Satuan dari data IP
Line 9 : Waktu peluruhan, waktu terintegrasi
Line 10 : Lokasi x, a, nilai resistivitas, nilai chargeability
Pada data yang didapat saat akuisisi mungkin akan terdapat data yang buruk
dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi saat pengambilan data. Hal
tersebut akan mempengaruhi tinggi rendahnya nilai RMS pada hasil inversi. Maka
diperlukan proses pengeditan data agar nilai RMS menjadi lebih kecil, yaitu dengan
cara menghapus data yang dianggap buruk. Proses pengeditan data dapat dilakukan
di menu Edit dan pilih Exterminate Bad Datum Points.
Setelah melakukan pengeditan pada data yang buruk, data tersebut disimpan
dan kemudian diinversi kembali. Proses ini disebut sebagai proses iterasi yaitu
perhitungan ulang data yang dimasukan dalam fungsi matematis yang sama secara
berulang-ulang untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Apabila data inversi
27
sudah tersimpan maka akan muncul pemodelan 2-Dimensi penampang bawah
permukaan.
Untuk menampilkan bentuk penampang yang disertai topografi dapat
ditampilkan dengan pilihan Include topography in model display pada menu
Display Section. Hasil akhir yang didapatkan yaitu berupa penampang resistivitas
dan penampang chargeability yang disertai dengan topografi, warna skala dari nilai
terkecil hingga terbesar, kedalam (depth) penampang dan nilai RMS Erorrnya
Gambar 3. 3 Hasil Pemodelan 2-dimensi
3.3.2 Pemodelan 3-Dimensi mengunakan Software Voxler
Selain dibuat pemodelan 2-dimensi, data tersebut juga dapat dibuat
pemodelan 3-dimensinya sehingga distribusi nilainya lebih terlihat. Software yang
digunakan adalah Voxler, datanya berupa data xyz pada semua lintasan. Voxler
28
dirancang untuk menampilkan data XYZC, dimana C adalah variabel pada setiap
X, Y, Z lokasi seperti nilai resistivitas atau chargeability. Pemodelan 3-Dimensi
pada software Voxler ini menampilkan solid model, irisan vertikal. Format data
yang digunakan dapat bervariasi, yang terdiri dari data X-location, Y-location,
elevasi dan nilai resistivitas atau chargeability serta kode lintasan.
Gambar 3. 4 Format penulisan data input untuk software Voxler
Kolom 1 : X-Location dalam UTM
Kolom 2 : Y-Location dalam UTM
Kolom 3 : Nilai Elevasi
Kolom 4 : Nilai resistivitas atau chargeability
Kolom 5 : Nama Lintasan
Gambar 3.4 menunjukan format penulisan data input untuk model 3-
Dimensi resistivitasnya. Sedangkan untuk model 3-Dimensi chargeability
perbedaannya hanya pada format kolom ke-4 yang menunjukan nilai
chargeability. Kemudian seluruh data setiap lintasan digabungkan dan di simpan
29
dalam format (.xls). Selanjutnya merupakan proses pemodelan dengan menginput
data masukan kedalam software Voxler.
Gambar 3. 5 Tampilan model 3-Dimensi chargeability
3.4 Analisis dan Interpretasi Data
Pemodelan 2 dimensi hasil inversi data kemudian dianalisis dan
diinterpretasi. Dari pemodelan tersebut diamati nilai anomali resistivitas dan
chargeabilitynya, kemudian mencocokkan nilai tersebut dengan referensi yang
dijadikan acuan untuk mengetahui jenis material dan keterdapatan bijih besi di
daerah penelitian kemudian dikorelasikan terhadap kondisi geologi daerah tersebut.
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
Gambar 4. 1 Peta Lokasi Penelitian
Data penelitian yang digunakan merupakan data sekunder milik Badan
Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Data penelitian ini berupa data induced
polarization (IP) yang diperoleh dari hasil penelitian di daerah “X”, Provinsi
Kalimantan Selatan. Pengolahan dan analisis data sekunder ini dilakukan di Badan
Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) bagian Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir
Lebak Bulus Raya No. 9, Pasar Jumat, Jakarta yang dimulai pada bulan Februari
2020 sampai bulan Juli 2020.
Penelitian ini dilakukan pada 10 lintasan, yaitu lintasan A, B, C, E, F, G, H,
I, M dan O. Konfigurasi yang digunakan pada penelitian ini adalah konfigurasi
Wenner dan jarak spasi antar elektroda yaitu sepanjang 25 meter. Data yang
31
didapatkan saat akuisisi data adalah data IP, yaitu nilai resistivitas dan nilai
chargeability. Setelah data diolah dan dibuat pemodelan, kemudian dilakukan
interpretasi.
Gambar 4. 2 Peta titik pengukuran lokasi penelitian
32
4.2 Hasil Pemodelan 2-Dimensi
Dari penelitian yang telah dilakukan menggunakan metode induced
polarization, data semu yang didapat kemudian diolah hingga mendapatkan bentuk
pemodelan. Untuk menghasilkan model 2-Dimensi, data diolah menggunakan
software RES2Dinv dengan metode inversi Smoothness Constrain Least Square.
Model 2-Dimensi ini akan menampilkan 2 buah penampang diantaranya
penampang resistivitas dan penampang chargeability. 2 buah penampang ini yang
akan dianalisis keberadaan bijih besi dari tiap lintasannya.
Anomali bijih besi pada daerah penelitian dapat diidentifikasi berdasarkan
nilai resistivitas yang rendah dan chargeability yang tinggi. Nilai resistivitas yang
rendah menandakan suatu batuan yang memiliki porositas yang baik dan
mineralnya bersifat konduktor.
Setelah mengidentifikasikan anomali bijih besi, berdasarkan nilai
resistivitas dan chargeabilitynya dapat ditentukan batuan penyusunnya dengan cara
mengkorelasikan nilainya dengan tabel refensi batuan dan mineral.
33
4.2.1 Lintasan A
Gambar 4. 3 Pemodelan 2-Dimensi lintasan A
Hasil inversi lintasan A berada pada elevasi -5,88 sampai 109,92 meter di
atas permukaan laut dengan titik pengukuran berjumlah 36 titik. Pada lintasan ini
titik ukur dimulai dari titik 62,5 meter sampai titik 762,5 meter dengan keadaan
permukaan bergelombang. Nilai resistivitas berkisar antara 3,98 Ωm sampai 5301,2
Ωm dan nilai chargeability berkisar antara 0,0308 msec sampai 253,53 msec.
Berdasarkan penampang resistivitas dan chargeability, diduga terdapat
anomali bijih besi pada jarak bentangan ke 437,5 sampai 537,5 meter dengan
elevasi 0 sampai 50 meter di bawah permukaan. Anomali tersebut ditandai dengan
rentang nilai resistivitas berkisar antara 3,98 - 209,33 Ωm dan rentang nilai
chargeability berkisar antara 1,04 - 160,66 msec, diduga lapisan batuan pada titik
ini merupakan shale.
34
4.2.2 Lintasan B
Gambar 4. 4 Pemodelan 2-Dimensi lintasan B
Hasil inversi lintasan B berada pada elevasi -9,61 sampai 104,8 meter di
atas permukaan laut dengan titik pengukuran berjumlah 38 titik. Pada lintasan ini
titik ukur dimulai dari titik 62,5 meter sampai titik 887,5 meter dengan keadaan
permukaan bergelombang. Nilai resistivitas berkisar antara 14,72 Ωm sampai
4554,7 Ωm dan nilai chargeability berkisar antara 0,0002 msec sampai 51,74 msec.
Berdasarkan penampang resistivitas dan chargeability, diduga terdapat
anomali bijih besi pada jarak bentangan ke 337,5 sampai 462,5 meter dengan
elevasi 5 sampai 100 meter di bawah permukaan. Anomali tersebut ditandai dengan
rentang nilai resistivitas berkisar antara 15,81 – 438,42 Ωm dan rentang nilai
chargeability berkisar antara 0,0002 – 32,17 msec, diduga lapisan batuan pada titik
ini merupakan shale.
35
4.2.3 Lintasan C
Gambar 4. 5 Pemodelan 2-Dimensi lintasan C
Hasil inversi lintasan C berada pada elevasi -9,59 sampai 95,79 meter di
atas permukaan laut dengan titik pengukuran berjumlah 37 titik. Pada lintasan ini
titik ukur dimulai dari titik 62,5 meter sampai titik 887,5 meter dengan keadaan
permukaan bergelombang. Nilai resistivitas berkisar antara 22,57 Ωm sampai
4078,3 Ωm dan nilai chargeability berkisar antara 0 msec sampai 40,76 msec.
Berdasarkan model (Gambar 4.5) terlihat tidak adanya warna yang kontras
antara kedua penampang tersebut. Sehingga dapat diduga lintasan C tidak
berpotensi mengandung bijih besi.
36
4.2.4 Lintasan E
Gambar 4. 6 Pemodelan 2-Dimensi lintasan E
Hasil inversi lintasan E berada pada elevasi -86,38 sampai -6,25 meter di
atas permukaan laut dengan titik pengukuran berjumlah 38 titik. Pada lintasan ini
titik ukur dimulai dari titik 37,5 meter sampai titik 837,5 meter dengan keadaan
permukaan bergelombang. Nilai resistivitas berkisar antara 15,07 Ωm sampai 4238
Ωm dan nilai chargeability berkisar antara 0,0003 msec sampai 85,01 msec.
Berdasarkan penampang resistivitas dan chargeability, diduga terdapat
anomali bijih besi pada jarak bentangan ke 412,5 sampai 562,5 meter dengan
elevasi -86,4 sampai -6,25 meter di bawah permukaan. Anomali tersebut ditandai
dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara 50,65 – 528,15 Ωm dan rentang
nilai chargeability berkisar antara 0,0011 – 55,33 msec, diduga lapisan batuan pada
titik ini merupakan shale.
37
4.2.5 Lintasan F
Gambar 4. 7 Pemodelan 2-Dimensi lintasan F
Hasil inversi lintasan F berada pada elevasi -14,07 sampai 70,82 meter di
atas permukaan laut dengan titik pengukuran berjumlah 33 titik. Pada lintasan ini
titik ukur dimulai dari titik 62,5 meter sampai titik 812,5 meter dengan keadaan
permukaan bergelombang. Nilai resistivitas berkisar antara 39,74 Ωm sampai
2948,1 Ωm dan nilai chargeability berkisar antara 0,0032 msec sampai 34,4 msec.
Berdasarkan model (Gambar 4.7) terlihat tidak adanya warna yang kontras
antara kedua penampang tersebut. Sehingga dapat diduga lintasan F tidak
berpotensi mengandung bijih besi.
38
4.2.6 Lintasan G
Gambar 4. 8 Pemodelan 2-Dimensi lintasan G
Hasil inversi lintasan G berada pada elevasi -15,62 sampai 75,22 meter di
atas permukaan laut dengan titik pengukuran berjumlah 30 titik. Pada lintasan ini
titik ukur dimulai dari titik 237,5 meter sampai titik 937,5 meter dengan keadaan
permukaan bergelombang. Nilai resistivitas berkisar antara 37,03 Ωm sampai 4106
Ωm dan nilai chargeability berkisar antara 0 msec sampai 111,4 msec.
Berdasarkan penampang resistivitas dan chargeability, diduga terdapat
anomali bijih besi pada jarak bentangan ke 487,5 sampai 737,5 meter dengan
elevasi -10 sampai -70 meter di bawah permukaan. Anomali tersebut ditandai
dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara 37,46 – 543,6 Ωm dan rentang nilai
chargeability berkisar antara 0,0023 – 44,18 msec, diduga lapisan batuan pada titik
ini merupakan shale.
39
4.2.7 Lintasan H
Gambar 4. 9 Pemodelan 2-Dimensi lintasan H
Hasil inversi lintasan H berada pada elevasi -8,47 sampai 100,78 meter di
atas permukaan laut dengan titik pengukuran berjumlah 31 titik. Pada lintasan ini
titik ukur dimulai dari titik 237,5 meter sampai titik 962,5 meter dengan keadaan
permukaan bergelombang. Nilai resistivitas berkisar antara 3,83 Ωm sampai 1557,8
Ωm dan nilai chargeability berkisar antara 0,0148 msec sampai 430,81 msec.
Berdasarkan model (Gambar 4.9) terlihat tidak adanya warna yang kontras
antara kedua penampang tersebut. Sehingga dapat diduga lintasan H tidak
berpotensi mengandung bijih besi.
40
4.2.8 Lintasan I
Gambar 4. 10 Pemodelan 2-Dimensi lintasan I
Hasil inversi lintasan I berada pada elevasi -8,47 sampai 100,78 meter di
atas permukaan laut dengan titik pengukuran berjumlah 30 titik. Pada lintasan ini
titik ukur dimulai dari titik 62,5 meter sampai titik 762,5 meter dengan keadaan
permukaan bergelombang. Nilai resistivitas berkisar antara 26,15 Ωm sampai
1230,7 Ωm dan nilai chargeability berkisar antara 0,00115 msec sampai 144,31
msec.
Berdasarkan penampang resistivitas dan chargeability, diduga terdapat
anomali bijih besi pada jarak bentangan ke 337,5 sampai 512,5 meter dengan
elevasi 0 sampai 60 meter di bawah permukaan. Anomali tersebut ditandai dengan
rentang nilai resistivitas berkisar antara 27,71 – 366,09 Ωm dan rentang nilai
chargeability berkisar antara 0,0115 – 109,41 msec, diduga lapisan batuan pada
titik ini merupakan shale.
41
4.2.9 Lintasan M
Gambar 4. 11 Pemodelan 2-Dimensi lintasan M
Hasil inversi lintasan M berada pada elevasi -3,01 sampai 111,15 meter di
atas permukaan laut dengan titik pengukuran berjumlah 31 titik. Pada lintasan ini
titik ukur dimulai dari titik 62,5 meter sampai titik 762,5 meter dengan keadaan
permukaan bergelombang. Nilai resistivitas berkisar antara 19,37 Ωm sampai 2048
Ωm dan nilai chargeability berkisar antara 0,0009 msec sampai 228,34 msec.
Berdasarkan penampang resistivitas dan chargeability, diduga terdapat
anomali bijih besi pada jarak bentangan ke 312,5 sampai 412,5 meter dengan
elevasi 60 sampai 110 meter di bawah permukaan. Anomali tersebut ditandai
dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara 35,38 – 1278,7 Ωm dan rentang
nilai chargeability berkisar antara 0,3365 – 54,82 msec, diduga lapisan batuan pada
titik ini merupakan batupasir.
42
4.2.10 Lintasan O
Gambar 4. 12 Pemodelan 2-Dimensi lintasan O
Hasil inversi lintasan O berada pada elevasi -6,58 sampai 93,92 meter di
atas permukaan laut dengan titik pengukuran berjumlah 33 titik. Pada lintasan ini
titik ukur dimulai dari titik 62,5 meter sampai titik 762,5 meter dengan keadaan
permukaan bergelombang. Nilai resistivitas berkisar antara 24,63 Ωm sampai
2468,4 Ωm dan nilai chargeability berkisar antara 0,003 msec sampai 244,09 msec.
Berdasarkan penampang resistivitas dan chargeability, diduga terdapat
anomali bijih besi pada jarak bentangan ke 312,5 sampai 587,5 meter dengan
elevasi -10 sampai 90 meter di bawah permukaan. Anomali tersebut ditandai
dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara 24,63 – 1333,2 Ωm dan rentang
nilai chargeability berkisar antara 0,0144 – 54,85 msec, diduga lapisan batuan pada
titik ini merupakan batupasir.
43
4.3 Hasil Pemodelan 3-Dimensi
Sebanyak 10 lintasan yang telah diinversi oleh software RES2Dinv
menghasilkan nilai resistivitas dan chargeability yang sebenarnya. Pemodelan 2-
Dimensi sebelumnya tidak dapat memetakan lintasan secara menyeluruh, sehingga
perlu adanya pemodelan 3-Dimensi untuk mengetahui keadaan daerah penelitian.
Untuk menghasilkan model 3-Dimensi, diperlukan nilai resistivitas dan
chargeability sebenarnya yang didapat dari hasil konversi dari model 2-Dimensi.
Model 3-Dimensi yang dihasilkan merupakan gabungan dari seluruh data true
resistivitas dan true chargeability yang memvisualisasikan kondisi bawah
permukaan sesuai daerah penelitian. Dari model 3-Dimensi ini akan dianalisa
penyebaran bijih besi yang direpresentasikan ke dalam irisan. Irisan dilakukan
bebersps kali yang kemudian digabungkan hingga membentuk cross section..
44
4.3.1 Hasil Pemodelan 3-Dimensi Resistivitas
Gambar 4. 13 Model 3-dimensi Resistivitas
Model ini merupakan gabungan seluruh lintasan dengan nilai resistivitas
sebenarnya (true resistivitas) dari 10 lintasan yang kemudian menghasilkan solid
model. Model 3-Dimensi yang terlihat tidak jauh berbeda dengan penampang 2-
Dimensi hasil inversi dengan software RES2Dinv, hanya saja model 3-Dimensi ini
dapat menampilkan model dari 6 sisi. Model 3-Dimensi resistivitas ini memiliki
rentang 34,63 – 4401,389 Ωm. Untuk melihat lebih jelas pada model ini dilakukan
pengirisan. Pengirisan tersebut dilakukan untuk mempermudah proses analisis dan
interpretasi model. Berikut merupakan bentuk pemodelan dengan beberapa irisan
dan cross section nya.
45
Gambar 4. 14 Irisan membagi utara-selatan
Gambar 4. 15 Irisan membagi barat-timur
46
Gambar 4. 16 Cross section resistivitas
Untuk mengetahui bagian dalam dari model, dilakukan pengirisan yang
membagi utara-selatan (Gambar 4.14) dan irisan yang membagi barat-timur
(Gambar 4.15). Hasil kedua irisan tersebut kemudian digabungkan hingga
menghasilkan perpotongan atau cross section (Gambar 4.16). Berdasarkan model
cross section resistivitas (Gambar 4.16) terlihat adanya beberapa titik yang
merepresentasikan warna yang kontras terhadap daerah sekitarnya dengan hijau
muda hingga merah (2218,014 - 4401,389 Ωm) diduga kontras warna tersebut
merupakan lapisan batupasir.
Pada model 3-Dimensi keberadaan bijih besi di representasikan dengan
warna biru tua hingga biru muda dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara
34,63 – 1126,326 Ωm.
47
4.3.2 Hasil Pemodelan 3-Dimensi Chargeability
Gambar 4. 17 Model 3-Dimensi chargeability
Rentang nilai chargeability untuk pemodelan 3-Dimensi ini yaitu 0,103 –
263,8304 msec. Sehingga pemodelan 3-Dimensi chargeability ini menunjukan
hasil yang kurang lebih sama dengan hasil inversi menggunakan RES2Dinv.
Perbedaannya hanya terletak pada dimensinya saja. Model 3-Dimensi
chargeability (Gambar 4.17) menampilkan model yang bervolume sehingga dapat
diamati dari berbagai sisi. Untuk melihat lebih jelas pada model ini dilakukan
beberapa pengirisan. Pengirisan tersebut dilakukan untuk mempermudah proses
analisis dan interpretasi model. Berikut merupakan bentuk pemodelan irisan dan
cross section nya.
48
Gambar 4. 18 Irisan membagi utara-selatan
Gambar 4. 19 Irisan membagi barat-timur
49
Gambar 4. 20 Cross section chargeability
Untuk mengetahui bagian dalam dari model, dilakukan pengirisan yang
membagi utara-selatan (Gambar 4.18) dan irisan yang membagi barat-timur
(Gambar 4.19). Hasil kedua irisan tersebut kemudian digabungkan hingga
menghasilkan perpotongan atau cross section (Gambar 4.20). Berdasarkan model
cross section chargeability (Gambar 4.20) terlihat adanya beberapa titik yang
merepresentasikan warna yang kontras terhadap daerah sekitarnya dengan hijau
muda hingga merah (131,966 – 263,830 msec) diduga kontras warna tersebut
merupakan anomaly bijih besi.
4.4. Pembahasan
Secara geologi, daerah Kalimantan Selatan memberikan potensi jebakan
bijih besi yang tersebar dan setempat Dari penelitian yang telah dilakukan
menggunakan metode induced polarization, data semu yang didapat kemudian
diolah hingga mendapatkan bentuk pemodelan. Bentuk pemodelan ini diperoleh
50
dari berbagai software. Untuk menghasilkan model 2-Dimensi, data diolah
menggunakan software RES2Dinv dengan metode inversi Smoothness Constrain
Least Square. Model 2-Dimensi ini akan menampilkan 2 buah penampang
diantaranya penampang resistivitas dan penampang chargeability. 2 buah
penampang ini yang akan dianalisis keberadaan bijih besi dari tiap lintasannya.
Untuk menghasilkan model 3-Dimensi, diperlukan nilai resistivitas dan
chargeability sebenarnya yang didapat dari hasil konversi dari model 2-Dimensi.
Model 3-Dimensi yang dihasilkan merupakan gabungan dari seluruh data true
resistivitas dan true chargeability yang memvisualisasikan kondisi bawah
permukaan sesuai daerah penelitian. Dari model 3-Dimensi ini akan dianalisa
penyebaran bijih besi yang direpresentasikan ke dalam irisan vertikal. Irisan
vertikal dilakukan sebanyak dua kali yaitu membagi irisan utara-selatan dan irisan
barat-timur. Kemudian, kedua irisan itu digabungkan hingga membentuk cross
section. Anomali bijih besi pada daerah penelitian dapat diidentifikasi berdasarkan
nilai resistivitas yang rendah dan chargeability yang tinggi. Nilai resistivitas yang
rendah menandakan suatu batuan yang memiliki porositas yang baik dan
mineralnya bersifat konduktor.
Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi pemodelan, telah diduga adanya
keberaaan bijih besi pada beberapa lintasan di daerah penelitian yaitu pada lntasan
A, B, E, G, I, M, dan O. Rentang nilai resistivitasnya berkisar antara 34,638 -1246
Ωm dan rentang nilai chargeability berkisar antara 131,966 - 263,830 msec.
Dalam menganalisa pola penyebaran bijih besi pada daerah penelitian, telah
dilakukan pengirisan secara vertikal model resistivitas dan chargeability.
51
Berdasarkan model cross section resistivitas terlihat adanya beberapa titik yang
mempresentasikan warna yang kontras terhadap daerah sekitar, nilai resistivitasnya
berkisar antara 34,63-1126,326 Ωm dan diduga merupakan anomali bijih besi.
Namun dugaan ini harus dikorelasikan dengan hasil model cross section
chargeability untuk melihat seberapa banyak penyebaran bijih besinya dan pada
irisan chargeability terlihat penyebaran bijih besi di beberapa titik.
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi melalui model 2-Dimensi dan 3-
Dimensi yang telah dikorelasikan dengan nilai referensi resistivitas dan
chargeability serta kondisi geologinya didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil analisis dan interpretasi yang telah dilakukan pada model 2-Dimensi
menunjukan keberadaan bijih besi di daerah “X” Provinsi Kalimantan Selatan
yang ditemukan sebanyak 7 buah lintasan diantaranya lintasan A, B, E, G, I, M,
dan O yang ditandai dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara 34,638 -
1246 Ωm dan rentang nilai chargeability berkisar antara 131,966 - 263,830
msec. Berdasarkan model 3-Dimensi resistivitas dan chargeability-nya terlihat
penyebaran bijih besi di daerah “X” Provinsi Kalimantan Selatan terlihat di
beberapa titik yang menyebar dengan ditandai warna kontras terhadap daerah
sekitarnya.
2. Batuan penyusun pada daerah “X” Provinsi Kalimantan Selatan didominasi
oleh batuan sedimen. Hal tersebut terlihat dari rentang nilai resistivitas yang
rendah – sedang (34,638 -1246 Ωm)
3. Karena daerah penelitian didominasi oleh batuan sedimen sehingga
memungkinkan bila saat terjadinya pembentukan batuan sedimen berlangsung
pula proses mineralisasi bijih besi pada lapisan tersebut, maka daerah “X”
53
Provinsi Kalimantan Selatan memiliki potensi bijih besi dengan tipe cebakan
bijih besi sedimen yang terdapat pada lapisan dangkal atau dekat permukaan.
5.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya guna memaksimalkan hasil penelitian perlu
diberikan saran-saran seperti berikut:
1. Dilakukan penelitian dengan metode geofisika lainnya untuk dibuat
perbandingannya.
2. Menggunakan software lainnya seperti Rockwork untuk dijadikan
perbandingan agar hasilnya lebih akurat.
54
DAFTAR PUSTAKA
[1] Islah, Teuku;, "Potensi Bijih Besi Indonesia Dalam Kerangka Pengembangan Klaster
Baja," Jurnal Sumber Daya Geologi, vol. 2, 2009.
[2] Tawin, M;, “Kebijakan Pengendalian Produksi dan Pemanfaatan Minerba”. Direktorat
Jendral Mineral & Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Yogyakarta, 2015.
[3] Zulham, Zulfiadi;, “Aspek Teknologi dan Ekonomi Pembangunan Pabrik Pengolahan
Bijih Besi Menjadi Produk Baja di Indonesia”. Fakultas Teknik Pertambangan dan
Perminyakan, Institut Teknologi Bandung, 2012.
[4] Sofyan, Asep;, “Inventarisasi Cebakan Bijih Besi Primer Di Kab. Tanah Bumbu dan
Tanah Laut, Propinsi Kalimantan Selatan.” Kelompok Kerja Mineral Pusat Sumber
Daya Geologi: Bandung, 2012.
[5] BNPB, 2009;, Peta Wilayah Administrasi Provinsi Kalimantan Selatan.
http://geospasial.bnpb.go.id/2009/05/12/provinsi-kalimantan-selatan/. 15 Agustus
2018, pukul 20.37 WIB.
[6] Dwi Harum, Siva;, “Pemodelan 2-dimensi dan 3-dimensi Penyebaran Biji Besi
Menggunakan Data Resistivitas dan IP di Daerah “A” Provinsi Kalimantan Selatan.”
Universitas Islam Negeri, Jakarta, 2018.
[7] Sudiyanto, Yanto;, “Pemodelan 3 Dimensi Bijih besi Menggunakan Metoda
Resistivity dan Induced Polarization (IP).” Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Program Pasca Sarjana Fisika, Universitas Indonesia, Depok, 2010.
[8] Batemen, Alan M;, Economic Mineral Deposit, New York London: John Wiley &
Sons, inc, 1950.
[9] Karyanto, Haerudin, N., Saputra, I.;Wahyuningrum, R;, “Studi Tahanan Jenis Batuan
untuk Mengidentifikasi Mineral Bijih Besi di Tegineneng Limau Tanggamus.” Jurnal
Sains MIPA. 15(1): 51-58, 2009.
[10] Telford, W; Geldart, L; Sheriff, R;, Applied Geophysics Second Edition, New York:
Press Syndicate of The University of Cambridge, 1990.
[11] W, Lowrie;, Fundamentals of Geophysics Second Edition, New York: Cambridge
University, 2007.
55
[12] Aqidah, Nurul;, “Penerapan Metode Geolistrik Tahanan Jenis 2D dengan Konfigurasi
Wenner Untuk Analisis Penyebaran Air Payau Di Daerah “X” Kota Dumai Provinsi
Riau.” Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta, 2014.
[13] Kearey, P., Brooks, M.,;Hill, I.;, “An Introduction to Geophysical Exploration, 3rd ed.
Blackwell Science Ltd: 183-202, 2002.
[14] M, Loke;, "Tutorial: 2-D and 3-D Electrical Imaging Surveys," [Online]. Available:
www.geoelectrical.com.
[15] Nafian, Muhammad;, "Identifikasi Mineral Bijih Besi dengan Menggunakan Metode
Induced Polarization di Daerah Oku Selatan, Sumatera Selatan," in Prosiding Seminar
Nasional E-Jorunal (SNF 2015), Jakarta, 2015.
[16] Zulhilmi, Wicaksono;, "Interpretasi Data Geolistrik IP (Induced Polarization) untuk
Mengidentifikasi Mineral Logam di Daerah Bogor,Jawa Barat," Al-Fiziya, vol. X, no.
1, pp. 45-50, 2015.
[17] Zakia, Kholida, 2015;, " Metode Induced Polarization.
http://hmgf.fmipa.ugm.ac.id/metode-induced-polarization/ 15 Agustus 2018, pukul
21.22 WIB.
[18] Firelli, Luga Chania, 2015;, Konsep TDIP (Time Domain Induced Polarization) dan
FDIP (Frequency Domain Induced Polarization). http://iagfupn.or.id 15 Agustus
2018, pukul. 22.30 WIB
[19] Rahmah, Siti;, "Pencitraan Dua Dimensi Data Resisitivity dan Induced Polarization
untuk Mendelineasi Deposit Emas Sistem Epithermal di Daerah “X”. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok, 2009.
[20] Supriyanto, Analisis data Geofisika: Memahami Teori Inversi, Depok: Departemen
Fisika-MIPA Universitas Indonesia, 2007.
[21] Geotomo, Rapid 2-Dimensi resistivity & IP Using The Least-Squares Method,
Geotomo Software, 2000.
[22] Kartika, Yuni;, "Pemodelan 3-Dimensi Data Induced Polarization untuk
Mengidentifikasi Bijih Besi di Daerah "A"Kabupaten Tanah Laut," Universitas Islam
Negeri, Jakarta, 2017.
56
LAMPIRAN Hasil Analisis dan Interpretasi Semua Lintasan
Lintasan Jarak Bentangan
(Meter) Elevasi (Meter)
Resistivitas (ohm.m)
Chargeability (msec)
Keterangan
A 437,5 – 537,5 0 – 50 3,98 - 209,33 1,04 - 160,66 Bijih besi
B 337,5 – 462,5 5 – 100 15,81 – 438,42 0,0002 – 32,17 Bijih besi
C - - - - Tidak ada anomali bijih besi
E 412,5 – 562,5 -86,4 – -6,25 50,65 – 528,15 0,0011 – 55,33 Bijih besi
F - - - - Tidak ada anomali bijih Besi
G 487,5 - 737,5 -10 - -70 37,46 – 543,6 0,0023 – 44,18 Bijih Besi
H - - - - Tidak ada anomali bijih Besi
I 337,5 - 512,5 0 – 60 27,71 – 366,09 0,0115 – 109,41 Bijih Besi
M 312,5 - 412,5 60 – 110 35,38 – 1278,7 0,3365 – 54,82 Bijih Besi
O 312,5 - 587,5 -10 – 90 24,63 – 1333,2 0,0144 – 54,85 Bijih Besi