ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini...

38
Bab. PPh 21 *Perhitungan PPh 21 Terbaru dengan PTKP 2016 Perhitungan PPh 21 2016 harus disesuaikan dengan tarif PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) 2016 yang ditetapkan Menteri Keuangan dan DJP yaitu Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016, Peraturan Menteri Keuangan No. 101/PMK.010/2016 dan No. 102/PMK.010/2016 mengenai Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang berlaku sejak tahun pajak 2016. Berikut ini adalah cara menghitung PPh 21 menggunakan PTKP 2016 ( PTKP terbaru ), baik secara manual maupun secara otomatis dengan menggunakan aplikasi PPh Pasal 21 OnlinePajak . Perhitungan PPh 21 2016 selalu disesuaikan dengan tarif PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) terbaru yang ditetapkan DJP. PTKP 2016 ( PTKP terbaru ) yang tercantum pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 adalah sebagai berikut:

Transcript of ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini...

Page 1: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

Bab. PPh 21

*Perhitungan PPh 21 Terbaru dengan PTKP 2016

Perhitungan PPh 21 2016 harus disesuaikan dengan tarif PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) 2016 yang ditetapkan Menteri Keuangan dan DJP yaitu Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016, Peraturan Menteri Keuangan No. 101/PMK.010/2016 dan No. 102/PMK.010/2016 mengenai Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang berlaku sejak tahun pajak 2016. Berikut ini adalah cara menghitung PPh 21 menggunakan PTKP 2016 ( PTKP terbaru ), baik secara manual maupun secara otomatis dengan menggunakan aplikasi PPh Pasal 21 OnlinePajak.

Perhitungan PPh 21 2016 selalu disesuaikan dengan tarif PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) terbaru yang ditetapkan DJP. PTKP 2016 ( PTKP terbaru ) yang tercantum pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 adalah sebagai berikut:

1. Rp 54.000.000,- per tahun atau setara dengan Rp 4.500.000,- per bulan untuk wajib pajak orang pribadi.

2. Rp   4.500.000,- per tahun atau setara dengan Rp    375.000,- per bulan tambahan untuk wajib pajak yang kawin (tanpa tanggungan).

3. Rp   4.500.000,- per tahun atau setara dengan Rp    375.000,- per bulan tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus atau anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (orang) untuk setiap keluarga.

Page 2: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

Adanya penyesuaian tarif PTKP 2016 ( PTKP terbaru ) tersebut, membuat cara penghitungan PPh 21 juga mengalami perubahan.

Perhitungan PPh 21 2016 : Karyawan Tetap

Beikut ini adalah contoh-contoh penghitungan PPh 21 2016 untuk karyawan atau pegawai tetap dengan PTKP 2016 ( PTKP Terbaru ), baik secara manual maupun otomatis dengan menggunakan aplikasi OnlinePajak.

Contoh Perhitungan PPh 21 2016  Secara Manual

Berikut ini adalah contoh cara penghitungan PPh Pasal 21 secara manual:

Sita Rianti adalah karyawati pada perusahaan PT. Onix Komunika dengan status menikah dan mempunyai tiga anak. Suami Sita merupakan pegawai negeri sipil di Kementrian Komunikasi & Informatika. Sita menerima gaji Rp 6.000.000,- per bulan.

PT. Onix Komunika mengikuti program pensiun dan BPJS Kesehatan. Perusahaan membayarkan iuran pensiun dari BPJS sebesar 1% dari perhitungan gaji, yakni sebesar Rp 30.000,- per bulan. Di samping itu perusahaan membayarkan iuran Jaminan Hari Tua (JHT) karyawannya setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji, sedangkan Sita membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 2,00% dari gaji. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JK) dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing sebesar 1,00% dan 0,30% dari gaji.

Pada bulan Juli 2016 di samping menerima pembayaran gaji, Sita juga menerima uang lembur (overtime) sebesar Rp 2.000.000,-.

Hasilnya dalah sebagai berikut:

Gaji Pokok 6.000.000,00(i) Tunjangan Lainnya (jika ada) 2.000.000,00(ii) JKK 0.24% 14.400,00JK 0.3% 18.000,00Penghasilan bruto (kotor) 8.032.400,00Pengurangan1.(iii) Biaya Jabatan: 5% x 8.032.400,00 = 401.620,00 401.620,002. Iuran JHT (Jaminan Hari Tua), 2% dari gaji pokok 120.000,003. (iv) JP (Jaminan Pensiun), 1% dari gaji pokok, jika ada 60.000,00

(581.620,00)Penghasilan neto (bersih) sebulan 7.450.780,00(v) Penghasilan neto setahun 12 x 7.450.780,00 89.409.360,00(vi) Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 54.000.000,00

(54.000.000,00)Penghasilan Kena Pajak Setahun 35.409.360,00(vii) Pembulatan ke bawah 35.409.000,00PPh Terutang (lihat Tarif PPh Pasal 21)5% x 50.000.000,00 1.770.450,00

Page 3: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

PPh Pasal 21 Bulan Juli = 1.770.450,00 : 12 147.538,00

 

*Berlaku bagi WP dengan NPWP, tanpa NPWP maka perlu dikalikan 120% : Rp 147.538,00 x 120% = Rp 177.046,00 

Penjelasan :

Diasumsikan gaji pokok sebesar Rp 6.000.000,-.

(i) Tunjangan lainnya seperti tunjangan transportasi, uang lembur, akomodasi, komunikasi, dan tunjangan tidak tetap lainnya. Umumnya tunjangan tersebut dapat diberikan oleh perusahaan atau tidak, tergantung dari kebijakan perusahaan itu sendiri.

(ii) Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) berkisar antara 0.24% - 1.74% sesuai kelompok jenis usaha seperti yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2007. Di OnlinePajak, tarif iuran JPP yang diterapkan adalah tarif JKK yang paling umum dipakai perusahaan-perusahaan yaitu 0.24%.

(iii) Biaya Jabatan sebesar 5% dari Penghasilan Bruto, setinggi-tingginya Rp 500.000,- sebulan, atau Rp 6.000.000,- setahun

(iv) Jaminan atau Iuran Pensiun ditentukan oleh lembaga keuangan yang pendiriannya disahkan dalam Peraturan Menteri Keuangan dan ditunjuk oleh perusahaan. Jumlah persentase yang diterapkan di sini adalah 1%.

(v) Penghasilan Neto: Jika pegawai merupakan pegawai lama (lebih dari satu tahun) atau pegawai baru yang mulai bekerja pada bulan Januari tahun itu, maka penghasilan neto dikalikan 12 untuk memperoleh nilai penghasilan neto setahun, namun jika pegawai merupakan pegawai baru yang mulai bekerja pada bulan Mei misalkan, maka penghasilan neto setahun dikalikan 8 (diperoleh dari penghitungan bulan dalam setahun: Mei-Desember = 8 bulan). Pada contoh ini diasumsikan pegawai merupakan pegawai baru yang mulai bekerja pada bulan Januari.

(vi) Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) berfungsi untuk mengurangi penghasilan bruto, agar diperoleh nilai Penghasilan Kena Pajak yang akan dihitung sebagai objek pajak penghasilan milik wajib pajak. 

Pada contoh ini WP sudah menikah dan memiliki 3 tanggungan anak, namun karena suami WP menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP WP Sita adalah PTKP untuk dirinya sendiri (TK/0).

(vii) Penghasilan Kena Pajak harus dibulatkan ke bawah hingga nominal ribuan penuh, atau 3 angka di belakang (ratusan rupiah) adalah 0. Contoh: 56.901.200,00 menjadi 56.901.000,00. 

Contoh Penghitungan PPh 21 2016 Secara Otomatis 

Page 4: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

Di aplikasi PPh Pasal 21 OnlinePajak, gaji dan PPh Pasal 21 untuk karyawan tetap dihitung secara otomatis dan akurat. Silakan mencoba dulu cara menghitung PPh 21 otomatis dan akurat ini di OnlinePajak dengan memasukkan data dummy. Data dan SPT Masa Anda tidak akan dapat diakses atau dikirimkan ke DJP, sepanjang Anda tidak mengklik "Lapor". Langkah-langkahnya sangat mudah, yaitu:

Masukkan data gaji dan tunjangan karyawan pada menu "Karyawan" atau unduh template data karyawan dari OnlinePajak agar Anda dapat mengimpor atau memindahkan semua data sekaligus dan menghitung otomatis  

Pilih “Karyawan Permanen”, perhitungan “Gaji Kotor” dan masa kontrak bekerja. Isi detil BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan (jika ada dan tidak menggunakan

fitur impor data). Pilih masa pemberian BPJS Ketenagakerjaan dan centang jaminan yang diberikan kepada karyawan (Jaminan Pensiun, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, dan Jaminan Kesehatan Masyarakat). Jumlah persentase yang diterapkan pada perhitungan BPJS di OnlinePajak dengan adalah:

o Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) : 0,24 % dan Jaminan Kematian (JK) : 0,30 % dari gaji pokok

o Jaminan Hari Tua (JHT) : 2% dari gaji pokok (ditanggung oleh karyawan)o Jaminan Pensiun (JP) : 1% dari gaji pokok

Centang dasar perhitungan pemberian BPJS Ketenagakerjaan yaitu "Gaji" dan isikan jumlah persentase yang ditanggung oleh perusahaan, misalnya 40. Dasar perhitungan BPJS yang diterapkan di aplikasi OnlinePajak adalah gaji pokok, bukan pendapatan bersih (take home pay).

Maka Anda akan mendapatkan hasil seperti ini dengan seketika:

Penghitungan PPh 21 2016 secara otomatis dengan aplikasi PPh Pasal 21 OnlinePajak  

Perhitungan PPh 21 2016 : Karyawan yang Menerima Tunjangan Pajak

Page 5: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

Cara menghitung PPh 21 karyawan atau pegawai tetap yang menerima tunjangan pajak atau gross up dari perusahaan tempatnya bekerja adalah dengan memperlakukan tunjangan pajak tersebut sebagai penghasilan pegawai yang bersangkutan dan ditambahkan pada penghasilan yang diterimanya.

Contoh Perhitungan PPh 21 2016  Secara Manual

Berikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak (mendapatkan gaji bersih setelah dipotong pajak) :

Fahri bekerja pada PT. Kartika Kawashima yang berstatus belum menikah dan tidak mempunyai tanggungan dengan memperoleh gaji bersih sebesar Rp 5.500.000,- sebulan. Perusahaan tempatnya bekerja memberikan tunjangan pajak penuh kepada Fahri sebesar Rp 35.167,-. Iuran pensiun yang dibayar oleh Fahri adalah sebesar Rp 55.000,- sebulan.

Hasil penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 bulan Agustus 2016 bagi Fahri yang tidak menerima penghasilan lain dari PT. Kartika Kawashima selain gaji adalah:

Gaji Pokok 5.500.000,00(i) Tunjangan Pajak 35.167,00Penghasilan bruto (kotor) sebulan 5.464.833,00Pengurangan1. Biaya Jabatan: 5% x 5.464.833,00 = 276.758,00 276.758,002. Iuran/Jaminan Pensiun, 1% dari gaji pokok 55.000,003. (iv) JP (Jaminan Pensiun), 1% dari gaji pokok, jika ada 60.000,00

(331.758,00)Penghasilan neto (bersih) sebulan 5.203.408,00Penghasilan neto setahun 12 x 5.203.408,00 62.440.900,00Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 54.000.000,00

(54.000.000,00)Penghasilan Kena Pajak Setahun 8.440.000,00PPh Terutang(lihat Tarif PPh Pasal 21)5% x 8.440.000,00 422.000,00PPh Pasal 21 Bulan September = 422.000,00 : 12 35.167,00

*Berlaku bagi WP dengan NPWP, tanpa NPWP maka perlu dikalikan 120% : Rp 35.167,00 x 120% = Rp 42.200,00

 

Contoh Penghitungan PPh 21 2016 Secara Otomatis 

Berikut ini adalah cara menghitung PPh 21 karyawan tetap yang mendapat tunjangan pajak (gross up) secara otomatis di OnlinePajak:

Page 6: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

Masukkan data gaji dan tunjangan karyawan pada menu "Karyawan". Pilih “Karyawan Permanen”, perhitungan “Gaji Bersih” dan masa kontrak bekerja. Isi detil BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan (jika ada). Pilih masa pemberian

BPJS Ketenagakerjaan dan centang jaminan yang diberikan kepada karyawan (Jaminan Pensiun).

Centang dasar perhitungan pemberian BPJS Ketenagakerjaan yaitu "Gaji". Dasar perhitungan BPJS di OnlinePajak adalah gaji pokok dan bukan berdasarkan pendapatan bersih (take home pay).

Maka Anda akan mendapatkan hasil seperti ini dengan seketika:

 

Perhitungan PPh 21 2016 : Pegawai Tidak Tetap Tidak BerkesinambunganBerikut ini adalah cara menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 pegawai tidak tetap yang menerima penghasilan tidak berkesinambungan:

Page 7: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

Contoh Penghitungan PPh 21 2016 Secara Manual

Ardi adalah pegawai tenaga lepas untuk desain grafis di PT. Cahaya Kurnia dengan penghasilan sebesar Rp 5.000.000,-.

Besarnya PPh Pasal 21 yang terutang adalah sebesar:

5% x 50% x Rp 5.000.000,00 = Rp 125.000,00

Bila Aditya tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh Pasal 21 yang terutang menjadi sebesar:

120% x 5% x 50% x Rp 5.000.000,00 = Rp 150.000,00

Penjelasan

Karena Ardi bukan pegawai tetap di PT. Cahaya Kurnia, maka PKP yang dikenakan sebesar 50% dari jumlah penghasilan bruto berdasarkan peraturan PER-32/PJ/2015 Pasal 3 huruf c sedangkan tarif PPh Pasal 21 untuk penghasilan tahunan sampai dengan Rp 50.000.000,- adalah 5%.

Contoh Penghitungan PPh 21 2016 Secara Otomatis 

Di OnlinePajak, penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 untuk karyawan tidak tetap yang menerima penghasilan tidak berkesinambungan dihitung secara otomatis dan akurat. Caranya cukup:

Masukkan data penghasilan karyawan pada menu "Karyawan". Pilih “Karyawan Tidak Permanen”, perhitungan “Tidak Berkesinambungan”

dan masa kontrak bekerja.

Maka Anda akan mendapatkan hasil seperti ini dengan seketika:

Page 8: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

 

Buat SPT Masa, ID Billing, Setor & e-Filing PPh Pasal 21 Secara Gratis Di OnlinePajakSetelah melakukan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 di OnlinePajak, berikut ini adalah langkah-langkah selanjutnya yang dapat dilakukan dalam satu aplikasi terpadu di OnlinePajak:

1. Buat laporan SPT Masa PPh Pasal 21. Di OnlinePajak, buat SPT Masa dapat dilakukan dalam satu klik saja menu "PPh 21" dan data langsung terisi otomatis.

2. Buat "ID billing" di OnlinePajak sebelum bayar pajak online.3. Gunakan fitur bayar pajak online di OnlinePajak dan dapatkan NTPN (Nomor

Transaksi Penerimaan Negara) Anda.4. Efiling gratis di OnlinePajak dan dapatkan bukti lapor pajak elektronik atau NTTE

(Nomor Tanda Terima Elektronik) Anda dari DJP. 

Page 9: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

 

Kesimpulan

Di aplikasi PPh Pasal 21 OnlinePajak, Anda bisa melakukan perhitungan PPh 21 2016 dengan PTKP terbaru ( PTKP 2016 ) termasuk laporan pembetulannya, buat laporan SPT Masa PPh Pasal 21 dan bukti potongnya, buat ID Billing,  bayar pajak online dan efiling pajak dalam satu aplikasi terpadu secara gratis!

Metode atau cara menghitung PPh 21 di OnlinePajak, selalu disesuaikan  dengan peraturan terbaru, mudah, otomatis, akurat, tanpa hitung manual di excel, cepat dan gratis!

Penghitungan PPh 21 2016 di OnlinePajak dilengkapi dengan fitur-fitur penghitungan gaji untuk karyawan tetap dan tidak tetap (berkesinambungan dan tidak berkesinambungan), BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan, penghitungan gaji kotor dan bersih (menerima tunjangan pajak), bonus, dll.

Page 10: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

Bab. PPh Pasal 22PPh Pasal 22 atau Pajak Penghasilan Pasal 22 dikenakan kepada badan-badan usaha tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan perdagangan ekspor, impor dan re-impor. Melalui penerbitan peraturan No. 90/PMK.03/2015, pemerintah melebarkan badan-badan yang berhak memungut PPh Pasal 22 yaitu menjadi wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah. 

Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22)

Menurut UU Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 tahun 2008, Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22) adalah bentuk pemotongan atau pemungutan pajak yang dilakukan satu pihak terhadap Wajib Pajak dan berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang. Mengingat sangat bervariasinya obyek, pemungut, dan bahkan tarifnya, ketentuan PPh Pasal 22 relatif lebih rumit dibandingkan dengan PPh lainnya, seperti PPh 21 atau pun PPh 23. Pada umumnya, PPh Pasal 22 dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap ‘menguntungkan’, sehingga baik penjual maupun pembelinya dapat menerima keuntungan dari perdagangan tersebut. Karena itulah, PPh Pasal 22 dapat dikenakan baik saat penjualan maupun pembelian.

Pemungut PPh Pasal 22

Bendahara & badan-badan yang memungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5% dari pembelian adalah:

1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) atas objek PPh Pasal 22 impor barang;

2. Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau Lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang;

3. Bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP);

4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)  atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberikan delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS);

5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, yang meliputi:

o PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero), PT Krakatau Steel (Persero);

o Bank-bank Badan Usaha Milik Negara, berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usahanya.

Page 11: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

6. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan, atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya atau ekspornya.

7. Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan. 

Wajib pajak badan atau perusahaan swasta yang wajib memungut PPh Pasal 22 saat penjualan adalah:

1. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di dalam negeri;

2. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri;

3. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas; 

4. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja yang merupakan industri hulu, termasuk industri hulu yang terintegrasi dengan industri antara dan industri hilir.

5. Pedagang pengumpul berupa badan atau orang pribadi yang kegiatan usahanya: o mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan

perikanan; dano menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan eksportir yang

bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan.

6. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.  90/PMK.03/2015, pemerintah menambahkan pemungut PPh Pasal 22 dengan wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah. 

Sudah menyiapkan SPT PPh 22? Impor file CSV-nya dan e-Filing gratis di OnlinePajak sekarang !

Objek PPh Pasal 22

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 90/PMK.03/2016, lihat lampiran berikut ini mengenai objek PPh Pasal 22 berupa impor barang-barang mewah tertentu. 

Tarif PPh Pasal 22

1. Atas impor:o yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% x nilai impor;o non-API = 7,5% x nilai impor;o yang tidak dikuasai = 7,5% x harga jual lelang.

2. Atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB, Bendahara Pemerintah, BUMN/BUMD = 1,5% x harga pembelian (tidak termasuk PPN dan tidak final.)

3. Atas penjualan hasil produksi ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak, yaitu:

o Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)

Page 12: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

o Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)o Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)o Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)

4. Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir bahan bakar minyak,gas, dan pelumas adalah sebagai berikut:

o Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen, bersifat final. Selain penyalur/agen bersifat tidak final

5. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang pengumpul ditetapkan = 0,25 % x harga pembelian (tidak termasuk PPN)

6. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan API = 0,5% x nilai impor.

7. Atas penjualan o Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp 20.000.000.000,-o Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 10.000.000.000,-o Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih

dari Rp 10.000.000.000,- dan luas bangunan lebih dari 500 m2.o Apartemen, kondominium,dan sejenisnya dengan harga jual atau

pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000,- dan/atau luas bangunan lebih dari 400 m2.

o Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep, sport utility vehicle(suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) dan dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM.

8. Untuk yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 22.

Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22

Berikut ini adalah daftar pengecualian terhadap pemungutan PPh Pasal 22:

1. Impor barang-barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tidak terutang PPh. Pengecualian tersebut, harus dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

2. Impor barang-barang yang dibebaskan dari bea masuk: o yang dilakukan ke dalam Kawasan Berikat (kawasan tanpa bea masuk hingga

barang tersebut dikeluarkan untuk impor, ekspor atau re-impor) dan Entrepot Produksi Untuk Tujuan Ekspor (EPTE), yaitu tempat penimbunan barang dagangan karena pengimpornya tidak membayar bea masuk sebagaimana mestinya;

o sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 PP Nomor 6 Tahun 1969 tentang Pembebanan atas Impor sebagaimana diubah dan ditambah terakhir dengan PP Nomor 26 tahun 1988 Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1973;

o berupa kiriman hadiah;o untuk tujuan keilmuan.

3. Pembayaran atas penyerahan barang yang dibebankan kepada belanja negara/daerah yang meliputi jumlah kurang dari Rp 2.000.000,- (bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah).

Page 13: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

4. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM, benda-benda pos, dan telepon.

Pembayaran PPh Pasal 22

PPh Pasal 22 adalah cicilan PPh pada tahun berjalan. Maksudnya, pada akhir tahun, cicilan ini akan diperhitungkan menjadi kredit pajak PPh badan atau PPh orang pribadi.

PPh Pasal 22 yang berbentuk SSE, artinya PPh Pasal 22 tersebut dibayar langsung ke bank persepsi oleh wajib pajak yang bersangkutan pada saat transaksi. Transaksi yang wajib dibayar langsung adalah transaksi yang berkaitan dengan impor dan bendahara.

Kewajiban Membuat Bukti Pungut

Pemungut PPh Pasal 22 selain wajib membuat bukti pungut juga wajib menyetor PPh yang dipungut dengan kode pajak 411122-900 ke bank persepsi, kemudian melaporkannya dalam SPT Masa PPh Pasal 22.

Sedangkan pihak yang dipungut mendapat bukti pungut dan dapat dikreditkan pada akhir tahun di SPT Tahunan. 

Penjualan bahan bakar minyak dan gas ke agen atau penyalur dikenakan atas PPh bersifat final. Artinya, wajib pajak yang hanya memiliki usaha tersebut, maka hanya wajib lapor SPT Tahunan yang dilampiri bukti potong. 

e-Filing PPh Pasal 22

Page 14: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

PPh Pasal 22 dilaporkan paling lambat tanggal 20 setiap bulannya. Melalui e-Filing di OnlinePajak, caranya mudah dan cepat, serta tak perlu antre di KPP lagi. Cukup impor file CSV SPT Masa PPh Pasal 22 dari software e-SPT ke OnlinePajak. Lalu lapor dan dapatkan bukti lapornya dalam 1 klik saja!

Kesimpulan

PPh Pasal 22 adalah pajak yang dikenakan pada bendahara atau badan-badan tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan perdagangan ekspor, impor dan re-impor. Sekarang dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan No. 90/PMK.03/2015, pemerintah melebarkan badan-badan yang berhak memungut PPh Pasal 22 yaitu menjadi wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah. 

PPh Pasal 22 dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap ‘menguntungkan’, karena itu PPh Pasal 22 dapat dikenakan baik saat penjualan maupun pembelian. 

Tarif PPh Pasal 22 bervariasi tergantung dari objek pajaknya, yaitu berkisar antara 0,25%-1,5%.

Bab. PPh Pasal 23

Objek PPh Pasal 23 telah ditambahkan oleh pemerintah hingga menjadi 62 jenis jasa lainnya seperti yang tercantum dalam PMK No. 141/PMK.03/2015. Berikut ini adalah daftar lengkap objek PPh Pasal 23, tarif dan cara buat hitung, setor dan e-filing yang mudah, cepat, aman dan gratis!

Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh 23)Menurut situs Dirjen Pajak, Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23) adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan atas modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.

Umumnya penghasilan jenis ini terjadi saat adanya transaksi antara dua pihak. Pihak yang menerima penghasilan atau penjual atau pemberi jasa akan dikenakan PPh pasal 23. Pihak pemberi penghasilan atau pembeli atau penerima jasa akan memotong dan melaporkan PPh pasal 23 tersebut kepada kantor pajak.

Objek PPh Pasal 23 telah ditambahkan oleh pemerintah hingga menjadi 62 jenis jasa lainnya seperti yang tercantum dalam PMK No. 141/PMK.03/2015.

Page 15: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

 

Pembayaran, Pelaporan dan Bukti Potong PPh Pasal 23Berikut ini ketentuan pembayaran, pelaporan dan bukti potong PPh Pasal 23. 

Pembayaran PPh Pasal 23

Pembayaran dilakukan oleh pihak pemotong dengan cara membuat ID billing terlebih dahulu, lalu membayarnya melalui Bank Persepsi (ATM, teller bank, fitur bayar pajak online di OnlinePajak, dll) yang telah disetujui oleh Kementerian Keuangan. Jatuh tempo pembayaran adalah tanggal 10, sebulan setelah bulan terutang pajak penghasilan 23.

Bukti Potong PPh Pasal 23

Sebagai tanda bahwa PPh Pasal 23 telah dipotong, pihak pemotong harus memberikan bukti potong (rangkap ke-1) yang sudah dilengkapi kepada pihak yang dikenakan pajak tersebut dan bukti potong (rangkap ke-2) pada saat melakukan e-Filing pajak PPh 23 di OnlinePajak. 

Pelaporan PPh Pasal 23

Pelaporan dilakukan oleh pihak pemotong dengan cara mengisi SPT Masa PPh Pasal 23, lalu bisa melaporkannya melalui fitur lapor pajak online atau efiling gratis di OnlinePajak. Jatuh tempo pelaporan adalah tanggal 20, sebulan setelah bulan terutang pajak penghasilan 23.

Jika sebelumnya perhitungan, pembayaran dan pelaporan PPh Pasal 23 dilakukan secara terpisah-pisah, kini ketiga hal tersebut bisa dilakukan dengan satu aplikasi OnlinePajak yang terintegrasi, mudah, otomatis dan lebih cepat. Baik Anda membuat laporan PPh 23 di OnlinePajak atau menggunakan file CSV PPh 23 dari aplikasi e-SPT, lalu mengimpornya untuk efiling pajak gratis di OnlinePajak. Sangat memudahkan akuntan yang ingin menyelesaikan pelaporan dan pembayarannya tepat waktu.

 

Tarif PPh 23 dan Objek PPh Pasal 23Tarif PPh 23 dikenakan atas nilai Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau jumlah bruto dari penghasilan. Ada dua jenis tarif yang dikenakan pada penghasilan yaitu 15% dan 2%, tergantung dari objek PPh 23 tersebut. Berikut ini adalah daftar tarif PPh 23 dan objek PPh Pasal 23 :

1. Tarif 15% dari jumlah bruto atas :

1. Dividen, kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenakan final, bunga dan royalti;

2. Hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh pasal 21;

Page 16: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

2. Tarif 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain yang berkaitan dengan penggunaan harta kecuali sewa tanah dan/atau bangunan.

3. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi dan jasa konsultan.

4. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya adalah yang diuraikan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 141/PMK.03/2015 dan efektif mulai berlaku pada tanggal 24 Agustus 2015. Berikut ini adalah daftar objek pph 23 jasa lainnya tersebut: 

1. Penilai (appraisal);2. Aktuaris;3. Akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;4. Hukum;5. Arsitektur;6. Perencanaan kota dan arsitektur landscape; 7. Perancang (design);8. Pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas) kecuali

yang dilakukan oleh Badan Usaha Tetap (BUT);9. Penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi

(migas);10. Penambangan dan jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan

minyak dan gas bumi (migas);11. Penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;12. Penebangan hutan;13. Pengolahan limbah;14. Penyedia tenaga kerja dan/atau tenaga ahli (outsourcing services);15. Perantara dan/atau keagenan;16. Bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan Bursa Efek,

Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI);

17. Kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI;18. Pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;19.  Mixing film;20. Pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, foto, slide, klise, banner, pamphlet,

baliho dan folder;21. Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem komputer, termasuk

perawatan, pemeliharaan dan perbaikan.22. Pembuatan dan/atau pengelolaan website;23. Internet termasuk sambungannya;24. Penyimpanan, pengolahan dan/atau penyaluran data, informasi, dan/atau program;25. Instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau TV

Kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi; 

26. Perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;

27. Perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat.28. Maklon;

Page 17: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

29. Penyelidikan dan keamanan;30. Penyelenggara kegiatan atau event organizer;31. Penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media luar ruang atau media

lain untuk penyampaian informasi, dan/atau jasa periklanan;32. Pembasmian hama;33. Kebersihan atau cleaning service;34. Sedot septic tank;35. Pemeliharaan kolam;36. Katering atau tata boga;37.  Freight forwarding;38. Logistik;39. Pengurusan dokumen;40. Pengepakan;41. Loading dan unloading;42. Laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang dilakukan oleh lembaga atau institusi

pendidikan dalam rangka penelitian akademis;43. Pengelolaan parkir;44. Penyondiran tanah;45. Penyiapan dan/atau pengolahan lahan;46. Pembibitan dan/atau penanaman bibit;47. Pemeliharaan tanaman;48. Permanenan;49. Pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan/atau perhutanan;50. Dekorasi;51. Pencetakan/penerbitan;52. Penerjemahan;53. Pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang

Pajak Penghasilan;54. Pelayanan pelabuhan;55. Pengangkutan melalui jalur pipa;56. Pengelolaan penitipan anak;57. Pelatihan dan/atau kursus;58. Pengiriman dan pengisian uang ke ATM;59. Sertifikasi;60. Survey;61. Tester;62. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan pada APBN

(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) atau APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).

4. Bagi Wajib Pajak yang tidak ber-NPWP akan dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 23.

5. Jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, tidak termasuk:

Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak penyedia tenaga

Page 18: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

kerja kepada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa;

Pembayaran atas pengadaan/pembelian barang atau material (dibuktikan dengan faktur pembelian);

Pembayaran kepada pihak kedua (sebagai perantara) untuk selanjutnya dibayarkan kepada pihak ketiga (dibuktikan dengan faktur tagihan pihak ketiga disertai dengan perjanjian tertulis);

Pembayaran penggantian biaya (reimbursement) yaitu penggantian pembayaran sebesar jumlah yang nyata-nyata telah dibayarkan oleh pihak kedua kepada pihak ketiga (dibuktikan dengan faktur tagihan atau bukti pembayaran yang telah dibayarkan kepada pihak ketiga).

Jumlah bruto tersebut tidak berlaku atas:

Penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa katering; Penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa, telah dikenakan pajak yang

bersifat final. 

Lihat penjelasan lebih lanjut di tautan berikut ini mengenai jasa lain objek PPh 23.  

 

Pihak Pemotong PPh Pasal 23 dan Pihak yang Dikenakan PPh Pasal 23Bukti Penerimaan Elektronik (BPE) eFiling PPh Pasal 23 di OnlinePajak

Tidak semua pihak dapat dikenakan atau pun memotong PPh Pasal 23. Pihak-pihak tersebut hanya mereka yang masuk pada kelompok berikut ini:

1. Pihak pemotong PPh Pasal 23:

Badan pemerintah; Subjek pajak badan dalam negeri; Penyelenggara kegiatan; Bentuk Usaha Tetap (BUT); Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya; Wajib pajak orang pribadi dalam negeri tertentu yang ditunjuk Direktur Jenderal

Pajak.  

2. Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23: 

Wajib pajak dalam negeri; Bentuk Usaha Tetap (BUT)

 

Page 19: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

Pengecualian PPh 23Pemotongan PPh 23 dikecualikan atas: 

1. Penghasilan yang dibayar atau berulang kepada bank;2. Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak

opsi;3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai

wajib pajak dalam negeri, koperasi, BUMN/BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; Bagi perseroan terbatas, BUMN/BUMB, kepemilikan saham pada badan yang

memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;

Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.

SHU koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya; Penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan

yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan.

Kesimpulan

Pemerintah telah menambahkan objek PPh Pasal 23 menjadi 62 jenis jasa lainnya dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 141/PMK.040/2015. 

PPh Pasal 23 adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan atas modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.

Tarif PPh 23 ada dua yaitu 15% dan 2% tergantung pada objek pajaknya.  Ada 5 manfaat buat setor dan efiling PPh 23 di OnlinePajak, yaitu:

o Telah disahkan DJP.o Cepat dan mudah (perhitungannya otomatis dan akurat).o Terintegrasi. Hitung, setor dan lapor pajak online PPh 23 dilakukan dalam satu

aplikasi terpadu.o Gratis untuk buat ID billing, setor pajak online dan e-Filing PPh 23.  o Sedia jasa pengiriman bukti potong pajak. 

Page 20: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

Bab. PPh Pasal 25Wajib Pajak (WP), baik berupa Orang Pribadi atau pun Badan yang melakukan suatu kegiatan usaha dikenai Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 berupa angsuran PPh tiap bulannya. Keterlambatan, baik dalam menyetor maupun melapor, dapat dikenai sanksi sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.

Pengertian PPh Pasal 25Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) adalah pembayaran Pajak Penghasilan secara angsuran. Tujuannya adalah untuk meringankan beban Wajib Pajak, mengingat pajak yang terutang harus dilunasi dalam waktu satu tahun. Pembayaran ini harus dilakukan sendiri dan tidak bisa diwakilkan.

Perhitungan PPh Pasal 25Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan (tahun pajak berikutnya setelah tahun yang dilaporkan di SPT tahunan PPh) dihitung sebesar PPh yang terutang pajak tahun lalu, yang dikurangi dengan:

Pajak penghasilan yang dipotong sesuai Pasal 21 (yaitu sesuai tarif pasal 17 ayat (1) bagi pemilik NPWP dan tambahan 20% bagi yang tidak memiliki NPWP) dan Pasal 23 (15% berdasarkan dividen, bunga, royalti, dan hadiah - serta 2% berdasarkan sewa dan penghasilan lain serta imbalan jasa) - serta pajak penghasilan yang dipungut sesuai pasal 22 (pungutan 100% bagi yang tidak memiliki NPWP);

Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sesuai pasal 24; lalu dibagi 12 atau total bulan dalam pajak masa setahun. 

Tarif PPh Pasal 25Terdapat dua (2) jenis pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) untuk Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP), yaitu:

Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP – OPPT), yaitu yang melakukan usaha penjualan barang, baik grosir maupun eceran, serta jasa – dengan satu atau lebih tempat usaha. PPh 25 bagi OPPT = 0.75% x omzet bulanan tiap masing-masing tempat usaha.

Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (WP – OPSPT), yaitu pekerja bebas atau karyawan, yang tidak memiliki usaha sendiri. PPh 25 bagi OPSPT = Penghasilan Kena Pajak (PKP) x Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh (12 bulan).

Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh adalah:

Sampai Rp 50.000.000 = 5% Rp 50.000.000 – Rp 250.000.000 = 15% Rp 250.000.000 – Rp 500.000.000 = 25% Di atas Rp 500.000.000 = 30%

Page 21: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

Pembayaran angsuran PPh 25 untuk Wajib Pajak Badan yaitu = Penghasilan Kena Pajak (PKP) x 25% (Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b UU PPh).

Batas Waktu Pembayaran PPh Pasal 25Misalnya: untuk bulan Februari 2014, angsuran PPh 25 harus dibayar paling lambat 15 Maret 2014. Jika batas waktu penyetoran jatuh pada hari libur (termasuk Sabtu, Minggu, hari libur nasional, dan Pemilihan Umum), maka pembayaran masih dapat dilakukan pada hari berikutnya – sesuai Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan No.184/PMK.03/2007, yang kemudian diubah lagi sesuai Peraturan Menteri Keuangan No.80/PMK.03/2010.

Sesuai Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-22/PJ/2008 pada 21 Mei 2008, pembayaran harus dilakukan dengan membawa Surat Setoran Pajak (SSP) atau dokumen sejenisnya.

Untuk melakukan setoran pajak, Anda harus membuat ID Billing terlebih dahulu. OnlinePajak menyediakan layanan pembuatan ID Billing secara online yang mudah, cepat dan akurat. 

Sanksi-sanksi Keterlambatan Pembayaran PPh Pasal 25Apabila Wajib Pajak (WP) terlambat membayar, maka WP akan dikenai bunga sebesar 2% per bulan, dihitung dari tanggal jatuh tempo hingga tanggal pembayaran. Misalnya: untuk bulan Februari 2014, WP terlambat dan baru membayarnya pada 16 Maret. Sesuai Pasal 9 ayat (2a) UU KUP, WP dikenai bunga 2%.

OnlinePajak adalah aplikasi hitung, setor dan lapor pajak menyediakan kemudahan dalam membuat laporan PPN, PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 21 yang Anda butuhkan sebelum membuat laporan Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25).

Kesimpulan

Gunakan OnlinePajak, aplikasi pajak online yang mudah dan hemat waktu. Hitung, setor dan lapor PPN, PPh 23 dan PPh 21 dilakukan dalam satu aplikasi terpadu!

Bab. Pajak Pertambahan Nilai

Page 22: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen.Merupakan jenis pajak konsumsi yang dalam bahasa Inggris disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods and Services Tax (GST). PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung.

Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak pedagang atau produsen sehingga muncul istilah Pengusaha Kena Pajak yang disingkat PKP. Dalam perhitungan PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal istilah pajak keluaran dan pajak masukan. Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya, sedangkan pajak masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh, atau membuat produknya.

Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk PPN, yaitu sebesar 10 persen untuk penyerahan dalam negeri dan 0 persen untuk ekspor. Dasar hukum utama yang digunakan untuk penerapan PPN di Indonesia adalah Undang-Undang No. 8 Tahun 1983 berikut perubahannya, yaitu Undang-Undang No. 11 Tahun 1994, Undang-Undang No. 18 Tahun 2000, dan Undang-Undang No. 42 Tahun 2009.

Karakteristik Pajak tidak langsung (indirect tax), maksudnya pemikul beban pajak dan penanggung

jawab atas pembayaran pajak ke kantor pelayanan pajak adalah subjek yang berbeda. Multitahap (multi stage), maksudnya pajak dikenakan di tiap mata rantai jalur

produksi dan jalur distribusi dari pabrikan. Pajak objektif, maksudnya pengenaan pajak didasarkan pada objek pajak tanpa

melihat kondisi subjek pajak. bersifat netral. yaitu PPN tidak hanya dikenakan pada barang tetapi juga jasa. Menghindari pengenaan pajak berganda (double tax). karena PPN hanya dikenakan

pada pertambahan nilainya saja. dipungut menggunakan faktur. PPN dikenakan sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri (domestic consumptions). Dihitung dengan metode pengurangan tidak langsung (indirect subtraction), yaitu

dengan memperhitungkan besaran pajak masukan dan pajak keluaran.

Dasar Pengenaan PajakDasar Pengenaan Pajak dalam Undang-Undang PPN 1984 dan perubahannya adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang yang ditetapkan menteri keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.

Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang PPN 1984 dan perubahannya dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau

Page 23: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut menurut Undang-Undang PPN.

Nilai Lain misalnya atas kegiatan membangun sendiri yang terutang PPN = 20 persen dari biaya yang dikeluarkan.

Daerah Pabean [1]

Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang yang mengatur mengenai kepabeanan yaitu Undang-Undang Nnmor 10 tahun 1995 sebagaimana telah dirubah dengan Undang-undang nomor 17 tahun 2006 tentang Kepabeanan.

Objek Pajak Pertambahan NilaiObjek Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana diatur dalam pasal 4 Undang-undang PPN 1984 dan perubahannya (UU 42 Tahun 2009 yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2010) adalah :

a.        penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;

b.       impor Barang Kena Pajak;

c.        penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;

d.       pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam  Daerah Pabean;

e.        pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

f.        ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;

g.       ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; dan

h.        ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

Objek Pajak Pertambahan Nilai yang lain diatur dalam pasal 16 C dan Pasal 16 D UU PPN 1984 dan perubahannya yaitu

Page 24: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

1. Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain yang batasan dan tata caranya diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan

2. Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan.

Faktur PajakIndonesia menganut metode pengurangan secara tidak langsung (indirect subtraction method) menggunakan mekanisme pengkreditan dengan faktur pajak (invoice method) sehingga keberadaan faktur pajak sangat penting dalam membuktikan adanya transaksi yang terutang pajak pertambahan nilai.

Faktur Pajak didefiniskan dalam pasal 1 angka 23 UU Pajak Pertambahan  Nilai 1984 dan perubahannya sebagai bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak, atau bukti pungutan pajak karena impor Barang Kena Pajak yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Bagi Penjual Faktur pajak yang diterima merupakan bukti Pajak Keluaran sedangkan bagi pembeli faktur pajak tersebut merupakan pajak masukan.

Faktur Pajak harus dibuat pada:

a.  saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak;

b.  saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;

c.  saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau

d.  saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat:

a.  nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;

b.  nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;

c.  jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;

d.  Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;

e.  Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;

Page 25: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

f.  kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan

g.  nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak (tandatangan secara elektronik diperbolehkan).

.

PengecualianIndonesia menganut prinsip Negative list, dimana pada dasarnya semua barang dan jasa merupakan barang kena pajak dan jasa kena pajak sehingga dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), kecuali yang disebutkan lain dalam Undang-undang Pajak Pertambahan NIlai 1984 dan perubahannya.

Jenis barang dan jenis jasa yang dikecualikan dari pengenaan PPN diatur dalam Pasal 4A Undang-Undang No. 8/1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 42 Tahun 2009, yaitu:

Barang tidak kena PPN

barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, meliputi:

1. minyak mentah (crude oil).2. Gas bumi tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi langsung oleh

masyarakat.3. Panas bumi .4. asbes , batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata,

bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat(phospat), talk, tanah serap (fullers earth),tanah diatome, tanah liat, tawas (alum),tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit.

5. Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara dan.6. bijih besi , bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta bijih

bauksit.

Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, meliputi:

1. beras 2. gabah 3. jagung 4. sagu 5. kedelai 6. garam , baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium7. daging , yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses disembelih,

dikuliti, dipotong, didinginkan,dibekukan, dikemas atau tidak dikemas,digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/atau direbus

Page 26: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

8. telur , yaitu telur yang tidak diolah,termasuk telur yang dibersihkan,diasinkan, atau dikemas

9. susu , yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau dikemas atau tidak dikemas

10. buah-buahan , yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melalui proses dicuci, disortasi, dikupas,dipotong, diiris, di-grading, dan/atau dikemas atau tidak dikemas

11. sayur-sayuran , yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah

makanan dan minuman yang disajikan di hotel,restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya,meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering.

Uang , emas batangan, dan surat berharga

Jasa tidak kena PPN

jasa pelayanan kesehatan medis, meliputi:

1. Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi.2. Jasa dokter hewan.3. Jasa ahli kesehatan, seperti ahli akupunktur, ahli gigi, ahli gizi, dan ahli fisioterapi.4. Jasa kebidanan dan dukun bayi.5. Jasa paramedis dan perawat.6. Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan

sanatorium.7. Jasa psikolog dan psikiater.((konsultan kesehatan))8. Jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh paranormal.

jasa pelayanan sosial, meliputi:

1. Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo.2. Jasa pemadam kebakaran.3. Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan.4. Jasa lembaga rehabilitasi.5. jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk krematorium.6. jasa di bidang olahraga kecuali yang bersifat komersial.

jasa pengiriman surat dengan perangko meliputi jasa pengiriman surat dengan menggunakan perangko tempel danmenggunakan cara lain pengganti perangko tempel.

jasa keuangan, meliputi:

1. jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

Page 27: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

2. jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada pihak lain dengan menggunakan surat,sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya.

3. jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa: 1. sewa guna usaha dengan hak opsi;2. anjak piutang;3. usaha kartu kredit; dan/atau4. pembiayaan konsumen;

4. jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah dan fidusia5. jasa penjaminan

jasa asuransi

jasa keagamaan, meliputi:

1. Jasa pelayanan rumah ibadah.2. Jasa pemberian khotbah atau dakwah.3. jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan4. Jasa lainnya di bidang keagamaan.

jasa pendidikan, meliputi:

1. Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional.

2. Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah.

jasa kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan termasuk jasa di bidang kesenian yang tidak bersifat komersial, seperti pementasan kesenian tradisional yang diselenggarakan secara cuma-cuma.

jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan

jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri.

jasa tenaga kerja, meliputi:

1. jasa tenaga kerja.2. jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak

bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut.3. Jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja.

jasa perhotelan, meliputi:

1. Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap.

2. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel.

Page 28: ibmi-medan.comibmi-medan.com/materikuliah/MATERI PERPAJAKAN 1 DAN 2.d… · Web viewBerikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang menerima tunjangan pajak

jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum

jasa penyediaan tempat parkir jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam jasa pengiriman uang dengan wesel pos jasa boga atau katering

PPN atas kegiatan membangun sendiriKegiatan membangun sendiri yang dilakukan diluar kegiatan usaha atau pekerjaannya terutang PPN berdasarkan Pasal 16 C Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.

Persyaratan agar dikenakan PPN adalah bahwa bangunan yang berupa satu atau lebih konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada satu kesatuan tanah dan /atau perairan dengan konstruksi utamanya dari kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan sejensi, dan atau baja yang diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat usaha dengan luas keseluruhan paling sedikit 200 meter persegi.

PPN atas kegiatan membangun sendiri dikenakan tanpa melihat apakah yang melakukan kegiatan tersebut pengusaha kena pajak atau bukan baik orang pribadi atau badan.

PPN atas kegiatn membangun sendiri adalah sebesar 10 persen dikalikan Dasar Pengenaan Pajak (20 persen dari jumlah biaya yang dikeluarkan)