repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu...
Transcript of repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak
perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha
pembaharuan dalam dunia pendidikan. Akibat pembaharuan itu dunia pendidikan
di Indonesia semakin mengalami kemajuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut,
maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan
perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena adanya
dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru
selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan
semangat dan hasil belajar yang baik bagi para peserta didik.
Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi
atau hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik dalam satuan
pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar
merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar
penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral
pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar
di kelas, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu
dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu metode dan pendekatan
pengajaran menjadi lebih efektif dan menarik sehingga bahan pelajaran yang
1
2
disampaikan akan membuat peserta didik merasa senang dan merasa perlu untuk
mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan
nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri,
cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu
menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal
semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan hal itu,
maka pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia
pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa Indonesia.
Berhasil tidaknya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor salah
satunya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena
guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan
kecerdasan serta keterampilan peserta didik. Peningkatan kualitas pendidikan
tidak terlepas dari usaha-usaha guru untuk menerapkan metode-metode belajar
yang dapat memotivasi siswa untuk lebih efektif belajar. Namun kenyataannya
masih banyak guru yang belum menerapkan metode-metode pembelajaran yang
sesuai dengan materi pelajaran, sehingga siswa gagal mencapai hasil belajar.
Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan
secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara
3
atau model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang
tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.
Oleh karena itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan dan pengajaran di sekolah salah satunya adalah dengan memilih
strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh
peningkatan hasil belajar peserta didik khususnya pada pelajaran IPA. Misalnya
dengan membimbing peserta didik untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dan mampu membantu peserta didik berkembang sesuai dengan
taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman peserta didik terhadap
konsep-konsep yang diajarkan oleh guru di kelas.
Berdasarkan pernyataan di atas serta fakta di lapangan terlihat bahwa pada
saat proses belajar mengajar masih menggunakan metode sederhana atau
tradisional, yaitu guru hanya memberikan ceramah dimana metode ini hanya
berpusat pada guru (teacer centered) dan peserta didik hanya mendengar dan
mencatat saja sehingga terlihat siswa cepat merasa bosan dalam menyimak
pelajaran yang kemudian, siswa memilih untuk ngobrol dengan teman
sebangkunya. Masih dalam proses belajar siswa terlihat kebingungan ketikadiberi
pertanyaan atau pun diberi kesempatan untuk bertanya, mereka cendrung memilih
diam walaupun dia tidak menerti atau tidak paham.
Hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan dikelas IV SDN
Bojongsalam di dapat bahwa metode yang digunakan yaitu metode ceramah atau
metode satu arah kurang cocok diterapkan pada anak, karena metode tersebut
kurang memicu siswa untuk belajar aktif dan berfikir kritis dalam menerima
4
materi pembelajaran sehingga hasil belajar kurang maksismal. Hasil belajar
peserta didik pada mata pelajaran IPA yang menunjukan bahwa dari 26 peserta
didik hanya 2 peserta didik yang mendapat nilai di atas atau sama dengan KKM
yang ditetapkan , yakni 70 (Kriteria Ketuntasan Minimal).
Kurang maksimalnya hasil belajar yang dihadapi oleh sejumlah peserta
didik dikarenakan mereka merasa bosan sehingga kurang memahami materi yang
disampaikan guru, untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
dengan upaya membangkitkan motivasi belajar peserta didik misalnya dengan
membimbing peserta didik untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang
melibatkan peserta didik sehingga peserta didik bisa menemukan jawaban dari apa
yang menjadi masalah atau pertanyaan dari guru, dari keterlibatan peserta dididk
ini siswa tiadak akan merasa bosan dan aka termotivasi pada pembelajaran
tersebut. Peserta didik yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan
proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi yang diberikan,
sehingga peserta didik tersebut akan mampu meyerap materi itu dengan lebih
baik. Untuk itu sebagai seorang guru, disamping menguasai materi pembelajaran,
juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang
sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan prestasi belajar
yang optimal.
Berdasarkan uraian di atas penulis perlu digunakannya metode yang tepat
dan menarik sehingga membuat siswa menjadi aktif dalam proses belajar
mengajar serta terciptanya suasana belajar yang tidak membosankan, salah
5
satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning.
Menurut Bruner (dalam Winataputra, 2008: 318) :
Belajar penemuan (discovery) adalah proses belajar dimana guru harus menciptakan situasi belajar yang problematis, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa mencari jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.
Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model pembelajaran yang
digunakan dalam pendekatan konstruktivis modern. Pada pembelajaran
penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan
aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar
mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan
mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.
Pembelajaran Discovery learning adalah model pembelajaran yang
mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum
diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya
ditemukan sendiri.
Pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi sampai dengan jalan
dan hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini sejalan dengan
pendapat Maier (Winddiharto:2004: 46) yang menyatakan bahwa, apa yang
ditemukan, jalan, atau proses semata – mata ditemukan oleh siswa sendiri. Penulis
memilih model pembelajaran ini supaya siswa dapat terbiasa menemukan masalah
dan memecahkan masalah dengan mandiri dan guru hanya sebagai fasilator atau
pembimbing dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa hasil belajar siswa meningkat
dengan menerapkan model discovery learning (Susilawati: 2013).
6
Dari beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa model discovery
learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena dengan menerapkan
model tersebut siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip antara
lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Diharapkan, jika
siswa secara aktif terlibat didalam menemukan suatu prinsip dasar sendiri, Ia akan
memahami konsep lebih baik, ingat lama dan akan mampu menggunakannya
kedalam konteks yang lain. Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
untuk mengkaji dan menguasai pelajaran tema selalu berhemat energi subtema
macam-macam energi sehingga nantinya akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Untuk itulah peneliti menerapkan model discovery learning di kelas IV SDN
Bojongsalam.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa
aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh
akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa.
Belajar penemuan juga anak bisa belajar berfikir analisis dan mencoba
memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan di transfer dalam
kehidupan bermasyarakat.
Penerapan metode pembelajaran penemuan (discovery), aka membuat
siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan, sedang guru berperan
sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.
7
Pendekatan discovery learning di kelas empat bisa kita lakukan dengan
metode pembelajaran tematik sesuai dengan kurikulum 2013, metode ini
menggabungkan antara satu pelajaran dengan pelajaran lain, dan menggunakan
tema sehingga pembelajaran menjadi menarik, siswa aktif, efektif dalam
pengelolaan waktu, dan menyenangkan karena siswa bisa belajar sambil bermain.
Masalah yang muncul adalah bahwa di sekolah-sekolah dasar yang ada khususnya
di pelosok daerah pembelajaran tematik ini belum begitu dipahami sebagian guru,
sehingga pembelajaran dengan metode tematik guru masih sulit untuk
menerapkan dan melaksanakannya, akan tetapi tentunya kita berharap upaya
untuk meningkatkan hasil belajar siswa harus dilaksanakan dalam proses
pembelajaran demi tercapainya tujuan penyelenggara pendidikan dasar.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu untuk diadakan
suatu penelitian tindakan kelas, sehingga peneliti melakukan penelitian dengan
judul: “Penerapan Pendekatan Discovery Learning Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Tema Selalu Berhemat Energi Subtema Macam-
Macam Sumber Energi Pada Siswa Kelas IV SDN Bojongsalam”.
B. Identifikasi Masalah
Proses pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada
tema Selalu Berhemat Energi Subtema Macam-Macam Sumber Energi pada
Siswa Kelas IV SDN Bojongsalam dengan menggunakan metode ceramah
menyebabkan hasil belajar menjadi kurang optimal. Beberapa peserta didik malah
tampak tidak menyimak penjelasan yang disampaikan oleh guru di depan kelas.
8
Setelah selesai ceramah dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, biasanya peserta
didik akan berkata paham dari penjelasan yang disampaikan peneliti tetapi ketika
diberi pertanyaan semuanya diam dan tidak menjawab sama sekali.
Untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik dilaksanakan tes
formatif, setelah di koreksi ternyata didapatkan fenomena sebagai berikut:
1. Hasil belajar peserta didik masih rendah, hal ini dapat dilihat dari jumlah 26
peserta didik dalam satu kelas hanya 2 orang peserta didik yang mendapat
nilai di atas atau sama dengan 70 (Kriteria Ketuntasan Minimal). Hasil belajar
yang rendah ini harus segera diberikan tindakan perbaikan, untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi berikutnya. Penyebab
dari rendahnya hasil belajar siswa yaitu dikarenakan oleh kurang penguasaan
materi yang diberikan oleh guru.
2. Peserta didik kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, hal ini dapat dilihat
dari hasil observasi awal peneliti, dimana dari 26 peserta didik di kelas IV
SDN Bojongsalam ternyata baru 35% saja yang aktif dalam pembelajaran,
sedangkan sisanya 65% peserta didik yang belum berperan aktif dalam proses
pembelajaran.
3. Peserta didik kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran di kelas
dikarenakan gaya mengejar guru yang monoton dan lebih banyak
menggunakan metode ceramah, sehingga peserta didik terlihat bosan dan
kurang bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan
oleh guru di kelas, untuk itu diperlukan model atau metode baru dalam
pembelajaran salah satunya dengan penerapan pendekatan discovery learning.
9
C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah sebagaimana
yang telah diutarakan di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: “Apakah penerapan pendekatan discovery learning dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada tema selalu berhemat energi
subtema macam-macam sumber energi pada siswa kelas IV SDN Bojongsalam?”
2. Pertanyaan Penelitian
Mengingat rumusan masalah utama sebagaimana telah diutarakan di atas
masih terlalu luas sehingga belum secara spesifik menunjukkan batas-batas mana
yang harus diteliti, maka rumusan masalah utama tersebut kemudian dirinci dalam
bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana hasil belajar siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran
dengan menerapkan pendekatan discovery learning?
b. Bagaimana respon siswa selama mengikuti pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan discovery learning?
c. Bagaimana aktivitas belajar siswa selama mengikuti pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan discovery learning?
d. Bagaimana aktivitas guru selama melaksanakan pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan discovery learning?
e. Bagaimana hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran
dengan menerapkan pendekatan discovery learning?
10
D. Pembatasan Masalah
Memperhatikan hasil diidentifikasi masalah, rumusan masalah dan
pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah diutarakan, diperoleh gambaran
dimensi permasalahan yang begitu luas. Namun, menyadari adanya keterbatasan
waktu dan kemampuan, maka dalam penelitian ini penulis memandang perlu
memberi batasan masalah secara jelas sebagai berikut:
1. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini yaitu meliputi aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik.
2. Dari sekian banyak pokok bahasan yang ada pada mata pelajaran IPA, maka
dalam penelitian ini hanya akan mengkaji atau menelaah pembelajaran pada
tema selalu berhemat energi subtema macam-macam sumber energi.
3. Obyek dalam penelitian ini hanya akan meneliti peserta didik Kelas IV di
Sekolah Dasar Negeri Bojongsalam.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini ingin
mengetahui hasil pembelajaran peserta didik dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam pada tema selalu berhemat energi subtema macam-macam
sumber energi dengan menerapkan pendekatan discovery learning sehingga
mengarah kepada suasana belajar yang lebih hidup, menyenangkan dan hasil
belajar peserta didik mengalami peningkatan. Adapun tujuan diadakannya
penelitian ini adalah sebagai berikut:
11
1. Untuk memperoleh gambaran hasil belajar siswa sebelum mengikuti proses
pembelajaran dengan menerapkan pendekatan discovery learning.
2. Untuk memperoleh gambaran respon siswa selama mengikuti pembelajaran
dengan menerapkan pendekatan discovery learning.
3. Untuk memperoleh gambaran aktivitas belajar siswa selama mengikuti
pembelajaran dengan menerapkan pendekatan discovery learning.
4. Untuk memperoleh gambaran aktivitas guru selama melaksanakan
pembelajaran dengan menerapkan pendekatan discovery learning.
5. Untuk memperoleh gambaran hasil belajar siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran dengan menerapkan pendekatan discovery learning.
F. Manfaaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat bagi
berbagai pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagaia berikut:
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan pengetahuan yang diperoleh
selama berada di bangku perkuliahan untuk mengidentifikasi
permasalahan-permasalahan yang timbul selama proses belajar mengajar
di dalam kelas, sekaligus mencari solusi terbaik dalam pemecahannya.
2. Bagi Peserta Didik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mengikuti proses belajar
12
mengajar di kelas sehingga hasil belajar peserta didik khususnya pada
pembelajaran IPA mengalami peningkatan sesuai dengan harapan.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan masukan yang
berharga bagi pihak SDN Bojongsalam dan sebagai upaya sosialisasi
perlunya penggunaan pendekatan yang baik, efektif dan inovatif dalam
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik khususnya
pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
G. Paradigma atau Kerangka Pemikiran
Sebelum di laksanakan penelitian tindakan penelitian kelas, peneliti
melakukan wawancara dengan guru IPA kelas IV Sekolah Dasar Negeri
Bojongsalam. Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa terdapat
berbagai permasalahan yang dihadapi guru terutama dalam pembelajaran IPA.
Permasalahan tersebut diantaranya peserta didik kurang termotivasi dalam
mengikuti pembelajaran IPA karena cara pembelajarannya yang dirasa kurang
menarik perhatian peserta didik sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar
peserta didik dalam pembelajaran IPA, karena mereka tidak dapat mencerna
materi yang diajarkan oleh guru dengan baik.
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik
tersebut adalah karena guru hanya menyampaikan pembelajaran dengan metode
ceramah saja tidak menggunakan metode pembelajaran yang bisa membuat
suasana dikelas menjadi hidup atau peserta didik menjadi lebih aktif karena guru
13
malas untuk melakukan perubahan-perubahan dalam cara mengajar. Hal ini
dibuktikan dengan data yang menunjukan bahwa hasil belajar peserta didik masih
rendah.
Hal ini dapat dilihat dari nilai peserta didik pada mata pelajaran IPA yang
menunjukan bahwa dari 26 peserta didik hanya 2 peserta didik yang mendapat
nilai di atas atau sama dengan 70 (kriteria ketuntasan minimal). Melihat
kenyataan tersebut perlu adanya tindakan yang harus dilakukan agar dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran IPA. Oleh karena itu
peneliti mengadakan sebuah penelitian tindakan kelas di kelas IV SDN
Bojongsalam dengan penerapan pendekatan discovery learning.
Metode discovery learning menurut Rohani (2004: 39), adalah “suatu
metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek
di samping sebagai objek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar
untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka
miliki”. Discovery learning ialah suatu cara mengajar atau model pembelajaran
yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat,
dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mecoba sendiri.
Dalam mengaplikasikan model Discovery Learning di kelas tahapan atau
prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum
adalah sebagai berikut:
1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan).
2. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah).
3. Data collection (pengumpulan data).
14
4. Data processing (pengolahan data).
5. Verification (pentahkikan/pembuktian).
6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan dalam dua siklus
yaitu siklus I dan siklus II. Tindakan I dan II dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV SDN Bojongsalam pada
pembelajaran IPA. Oleh karena itu diharapkan melalui penerapan pendekatan
discovery ini diharapkan akan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Menurut Sudjana (2004: 22), “hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya.
Ada tiga macam hasil belajar mengajar yaitu keterampilan, pengetahuan, dan
sikap”. Sedangkan menurut Sri Anitah (2007: 219), ia mengatakan bahwa, “hasil
belajar merupakan perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada satu
aspek saja tetapi terpadu secara utuh”.
Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan digunakan
pada setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Dalam penelitian siklus I terdiri dari tiga pertemuan, pertemuan pertama
digunakan untuk penyampaian materi, pertemuan kedua digunakan untuk
melanjutkan sedikit materi kemudian menerapkan metode diskusi dan pada
pertemuan ketiga akan dilaksanakan evaluasi akhir siklus. Apabila pembelajaran
siklus I sudah menunjukan keberhasilan maka akan dilanjutkan pada siklus II
dengan materi yang berbeda dan apabila pada siklus I belum menunjukan
15
keberhasilan dari tindakan yang dilakukan maka pada siklus II akan mengulang
pada materi yang sama.
Sedangkan kegiatan pembelajaran pada siklus II juga meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang terdiri dari tiga pertemuan,
pertemuan pertama digunakan untuk penyampaian materi pembelajaran,
pertemuan kedua yaitu penerapan pendekatan discovery dalam pembelajaran dan
pada pertemuan ketiga akan dilaksanakan evaluasi akhir siklus. Apabila
pembelajaran pada siklus II sudah menunjukan keberhasilan maka tidak dilakukan
pengulangan tindakan dan dianggap selesai. Hasil belajar sebagai salah satu
indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri.
Sugihartono, dkk. (2007: 76-77), menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:
1. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis
2. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal
meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Berdasarkan permasalahan dan teori yang telah diuraikan diatas maka
dapat digambarkan melalui skema sebagai berikut:
16
Gambar 1.1
Kerangka Berpikir
Redahnya Mutu Hasil Belajar Siswa pada materi Selalu Berhemat Energi Subtema Macam-Macam Sumber
Energi
Faktor Penyebab
Hasil Belajar Masih Rendah
Pendekatan Discovery Learning
Instrumen
Tulis AngketWawancara Observasi
Data Hasil Belajar
Pendekatan Discovery Learning dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Peserta Didik Kurang Aktif Model Pembelajaran Tidak Relevan
17
H. Asumsi
Berdasarkan kerangka pemikiran atau paradigma penelitian sebagaimana
telah diutarakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa asumsi dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Biknell-Holmes dan Hoffman, menjelaskan sifat utama metode discovery yaitu
mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk membuat, mengintegrasikan,
menggeneralisasi pengetahuan, siswa dibimbing untuk melakukan aktivitas
berdasarkan ketertarikannya, dan menentukan tahapan dan frekuensi kerjanya
sendiri-sendiri.
2. Discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang
mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari
prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman.
I. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, diketahui bahwa
terdapat berbagai permasalahan diantaranya peserta didik Kelas IV SDN
Bojongsalam kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran IPA, dan hasil
belajar yang diperoleh masih banyak yang belum mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM). Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah dengan cara menerapkan
pendekatan atau metode yang tepat dalam proses pembelajaran.
Dalam hal ini metode yang sesuai untuk pembelajaran IPA khususnya
pada tema selalu berhemat energi subtema macam-macam sumber energi yaitu
18
pendekatan discovery learning, karena metode ini memungkinkan peserta didik
untuk berupaya mencari materi sendiri sehingga akan meningkatkan hasil belajar
mereka. Maka Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Penerapan
pendekatan discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
didik dalam pembelajaran pada tema tema selalu berhemat energi subtema
macam-macam sumber energi kelas IV SDN Bojongsalam”.
J. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap variabel – variabel penelitian ini,
maka peneliti perlu membuat definisi sebagai berikut:
1. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian
rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono,
2002: 24-25).
2. Metode discovery adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa
peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran.
Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai
dengan kemampuan yang mereka miliki (Rohani, 2004: 39).
3. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik
setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004: 22).
4. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan
(BSNP, 2006: 484).
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Metode Discovery
1. Pengertian Metode Discovery
Discovery berasal dari kata “discover” yang berarti menemukan dan
“discovery” adalah penemuan. Bahasa Indonesia memberi pengertian discover
sebagai menemukan. Makna menemukan dalam pembelajaran mengarah pada
pengertian memperoleh pengetahuan yang membawa kepada suatu pandangan.
Menurut Bruner (dalam Winataputra, 2008:3.18) belajar penemuan (discovery) adalah proses belajar dimana guru harus menciptakan situasi belajar yang problematis, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa mencari jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.
Menurut Suryobroto (dalam Suparno, 2007:73) metode penemuan (discovery) diartikan sebagai cara mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai generalisasi umum. Metode penemuan (discovery) adalah metode dimana dalam proses belajar siswa diperkenankan menemukan sendiri informasinya. Maka keaktifan siswa sangat penting. Metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau keseluruhannya ditemukan sendiri.
Piaget (dalam Mulyasa, 2005 : 108) menyatakan discovery merupakan teknik yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lainnya.
Metode Discovery menurut Rohani (2004:39) adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar
1
20
untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai
suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan,
manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.
Belajar penemuan (discovery) pada akhirnya dapat meningkatkan
penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas dan melatih keterampilan
kognitif siswa dengan cara menemukan dan memecahkan masalah yang ditemui
dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan menghasilkan pengetahuan yang
benar-benar bermakna bagi dirinya.
Discovery learning dari Bruner, merupakan model pengajaran dan prinsip
konstruktivis. Di dalam Discovery learning siswa didorong untuk belajar sendiri
secara mandiri. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah, dan guru mendorong siswa
untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan
siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri, bukan memberi tahu
tetapi memberikan kesempatan atau dengan berdialog agar siswa menemukan
sendiri. Pembelajaran ini membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi siswa
untuk bekerja sampai menemukan jawabannya. Siswa belajar memecahkan secara
mendiri dengan ketrampilan berpikir sebab mereka harus menganalisis dan
memanipulasi informasi.
Adapun ciri utama dari metode discovery ada tiga yaitu:
a. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah.
b. Untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan.
21
c. Berpusat pada siswa, kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru
dan pengetahuan yang sudah ada.
Sedangkan menurut Biknell-Holmes dan Hoffman (2008, h. 8)
menjelaskan 3 sifat utama dari metode discovery, yaitu:
a. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk membuat, mengintegrasikan.
b. Menggeneralisasi pengetahuan. c. Siswa dibimbing untuk melakukan aktivitas berdasarkan
ketertarikannya, dan menentukan tahapan dan frekuensi kerjanya sendiri-sendiri.
2. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Discovery
Tahap-tahap penerapan dalam discovery learning adalah sebagai berikut:
1. Stimulus (pemberian perangsang/stimuli); kegiatan belajar dimulai dengan
memberikan pertanyaan yang merangsang berpikir siswa, menganjurkan
dan mendorongnya untuk membaca buku dan aktivitas belajar lain yang
mengarah kepada persiapan pemecahan masalah.
2. Problem statement (mengidentifikasi masalah); memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang
relevan dengan bahan pelajaran, kemudian memilih dan merumuskannya
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara dari masalah tersebut).
3. Data collection (pengumpulan data); memberikan kesempatan kepada
siswa mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk
membuktikan benar tidaknya hipotesis tersebut.
22
4. Data processing (pengolahan data); mengolah data yang telah diperoleh siswa
melalui kegiatan wawancara, observasi dan lain-lain. Data tersebut kemudian
ditafsirkan.
5. Verifikasi; mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan
benar tidaknya hipotesis yang ditetapkan dan dihubungkan dengan hasil dan
pengolahan data.
6. Generalisasi; mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip
umum yang berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan
memperhatikan hasil verifikasi. (Muhibbin Syah 1995, hal. 245)
3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Discovery
Menurut Bruner (dalam Paul Suparno, 2007:75) beberapa keuntungan dari
penggunaan metode discovery antara lain sebagai berikut:
1. Mengembangkan potensi intelektual. Siswa hanya akan dapat
mengembangkan pikirannya dengan berpikir, dengan menggunakan
pikiran itu sendiri.
2. Mengembangkan motivasi intrinsik. Dengan menemukan sendiri dalam
discovery iswa merasa puas secara intelektual.
3. Belajar menemukan sesuatu. Untuk terampil dalam menemukan sesuatu,
siswa hanya dapat lewat praktik menemukan sesuatu.
4. Ingatan lebih tahan lama. Dengan menemukan sendiri, siswa lebih ingat
akan yang dipelajari. Sesuatu yang ditemukan sendiri biasanya tahan lama
dan tidak mudah dilupakan.
23
5. Discovery juga menimbulkan keingintahuan siswa dan memotivasi siswa
untuk terus berusaha menemukan sesuatu sampai ketemu.
6. Melatih keterampilan memecahkan persoalan sendiri dan melatih siswa
untukdapat mengumpulkan dan menganalisis data sendiri.
Beberapa kelebihan metode penemuan (discovery) juga diungkapkan
oleh Suherman, dkk (2001:179), sebagai berikut:
a. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
b. Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat.
c. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat.
d. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
e. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Selain memiliki beberapa keuntungan, metode discovery (penemuan) juga
memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:
1. Membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar
menerima
2. Penemuan akan dimonopoli oleh siswa yang lebih pandai dan menimbulkan
perasaan frustasi pada siswa yang kurang pandai
3. Kurang sesuai untuk kelas dengan jumlah siswa yang banyak, dan
4. Kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan karena yang
lebih diutamakan adalah pengertian. Untuk mengurangi kelemahan tersebut
maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan
24
mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara
singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimuat dalam lembar kerja
siswa (LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran
dimulai.
B. Hasil Belajar Peserta Didik
1. Pengertian Hasil Belajar
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan.
Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam
belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan
seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan
oleh peserta didik dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu
terjadi interaksi dengan guru. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang peserta didik setelah ia
menerima perlakukan dari pengajar (guru).
Menurut Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah: “Pola-pola perbuatan, nilai-nilai pengertian, sikap, apresiasi, dan ketrampilan’. Hasil belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang hasil belajarnya tinggi dapat dikatakan, bahwa dia telah berhasil dalam belajar. Demikian pula sebaliknya. Sedangkan dalam usaha untuk mencapai suatu hasil belajar dari proses belajar mengajar, seorang siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Menurut Nana Sudjana (2009:3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian
yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
25
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2003:102)”hasil belajar merupakan
realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang
dimiliki seseorang”.
Menurut Horwart Kingsley dalam Sudjana (2004: 22), “ada tiga macam
hasil belajar mengajar yaitu keterampilan, pengetahuan, dan sikap”. Sedangkan
menurut Sri Anitah (2007:219) mengatakan bahwa, “hasil belajar merupakan
perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja tetapi
terpadu secara utuh”. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil
belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari
sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses
belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh
peserta didik setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga
dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Hasil
belajar meliputi perubahan perilaku secara menyeluruh dengan ditandai adanya
kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.
Dimyati dan Mudjiono (2009:26) mengemukakan bahwa, ranah tujuan
pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan
menjadi 3, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.
26
Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan
enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan
dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang
hal yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan
prinsip.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-
bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa
hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil
ulangan.
Kratwohl & Bloom dalam Dimyati dan Mudjiyono (2009:27) mengemukakan
ranah afektif sebagai berikut:
1. Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan
memperhatikan hal tersebut.
27
2. Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
3. Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai,
menghargai, mengakui, dan menentukan sikap.
4. Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai
sebagai pedoman dan pegangan hidup.
5. Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan
membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.
Ranah psikomotor (Simpson) terdiri dari tujuh jenis perilaku (Dimyati dan
Mudjiyono (2009:29).
1. Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan
(mendiskriminasikan) hal-hal secara khas, dan menyadari adanya
perbedaan yang khas tersebut.
2. Kesiapan, yang mencakup kemampuan menempatkan diri dalam keadaan
dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
3. Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai
contoh, atau gerakan peniruan.
4. Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-
gerakan tanpa contoh.
5. Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau
keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancer, efisien, dan tepat.
28
6. Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan
perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan pernyataan khusus yang
berlaku.
7. Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru
atas dasar prakarsa sendiri.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran
di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu
sendiri. Sugihartono, dkk. (2007: 76-77), menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar,sebagai berikut:
a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor
psikologis.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal
meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
3. Ciri-ciri Hasil Belajar yang Optimal
Keberhasilan seorang guru diukur dari keterlibatan siswa dalam proses
belajar mengajar dan hasil belajar yang dicapainya. Hasil belajar yang dicapai
siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal menunjukan hasil yang
optimal ditunjukan dengan cirri-ciri sebagai berikut:
29
1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsic
pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan
berjuang lebih keras untuk memperbaiki dan setidaknya mempertahankan apa
yang telah dicapai.
2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan
dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak sebagaimana
mestinya.
3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama
diingat, membentuk prilaku, bermanfaat untuk mencapai aspek lain, kemauan
dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
4. Hasil belajar yang dicapai bermakna secara menyeluruh (komprehensif) yakni
mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan ranah afektif (sikap) dan
arah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.
5. Kemampuan siswa untuk mengonrol atau menilai dan mengendalikan diri
terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan
mengendalikan proses dan usaha belajarnya (sudjana, 1990:57).
C. Pembelajaran Tematik
1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik atau pembelajaran terpadu adalah suatu konsep
pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman yang bermakna pada anak. Dalam model ini, guru pun harus mampu
membangun bagian keterpaduan melalui satu tema. Pembelajaran tematik sangat
30
menuntut kreatifitas guru dalam memilih dan mengembangkan tema
pembelajaran. Tema yang dipilih hendaknya diangkat dari lingkungan kehidupan
peserta didik, agar pembelajaran menjadihidup dan tidak kaku. Demikian halnya
pembelajaran menjadi ilustrasi dan contoh-contoh yang menarik dalam
pembelajaran. Dalam pembelajaran ini guru harus bisa memiliki pemahaman yang
luas tentang tema yang akan dipilih dalam mata pelajaran. Sehingga saling
berhubungan antara satu denganyang lainnya. Karena pembelajaran tematik ini
merupakan suatu pembelajaranyang menggabungkan antara materi pelajaran
dengan pengalaman belajar. Disamping itu guru harus mempunyai kemampuan
untuk mengembangkan program pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya,
peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan belajar harus sudah tersedia, baik di
lingkungan sekolah maupun di luar.
Menurut Joni, T. R (1996: 3) dalam Trianto (2010: 56), pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara hoilistik, bermakna, dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik/tema menjadi pengendali di dalam kegiatan pembelajaran. Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema/peristiwa tersebut siswa belajar sekaligus proses dan isi beberapa mata pelajaran secara serempak.
Menurut Hadisubroto (2000: 9) dalam Trianto (2010: 56), pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara sepontan ataupun direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar anak, maka pembelajaran akan lebih bermakna.
Sri Anitah (2003: 10) menyatakan “pembelajaran terpadu adalah sebagai suatu konsep yang menggunakan pendekatan pembelajaran konsep-konsep secara terkoneksi baik secara inter maupun antar mata pelajaran”. Terjalinnya hubungan antar setiap konsep secara terpadu akan
31
memvasilitasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan mendorong siswa untuk memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menhubungkannya dengan pengalamannyata.
Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik sebagai pemadu bahan dan kegiatan
pembelajaran. Pendekan ini dimulai dengan menentukan tema, yang kemudian
dikembangkan menjadi subtema dengan memperhatikan keterkaitannya dengan
mata pelajaran yang terkait. Dalam hubungan ini, tema dapat mengikat kegiatan
pembelajaran, baik dalam matapelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran.
Menurut Robin Fogarty (1991) model ini disebut model webbed (jarring laba-
laba) yang merupakan model yang paling populer dalam pembelajaran terpadu.
Pembelajaran tematik banyak dipengaruhi oleh eksplorasi topik yang ada
di dalam kurikulum sehingga siswa dapat belajar menghubungkan proses dan isi
pembelajaran secara lintas disiplin dalam waktu yang bersamaan. Pembelajaran
tematik sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran
yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik
ini, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah
mereka pahami.
Definisi lain mengatakan, Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang
dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu
ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “Selalu Berhemat
32
Energi” dapat ditinjau dari matapelajaran IPA dan matematika. Lebih luas lagi,
tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, bahasa, dan seni.
Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi
kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk
memunculkan dinamika dalam pendidikan.
Pembelajaran tematik merupakan strategi pembelajaran yang diterapkan
bagi anak kelas awal sekolah dasar. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak,
karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka
kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan
Pembelajaran tematik.
Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan
pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983).
Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di
antaranya:
1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu
2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;
3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan
matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
33
5) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas;
6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi
nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran
sekaligus mempelajari matapelajaran lain;
7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara
tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,
pemantapan, atau pengayaan.
2. Landasan Pembelajaran Tematik
Landasan-landasan pembelajaran terpadu secara umum yaitu landasan
filosofis, landasan psikologis, landasan praktis, dan landasan yuridis.
1. Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga
aliran filsafat yaitu: (a) progresivisme, (b) konstruktivisme, dan (c) humanisme.
a. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada
pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah
(natural), dan memperhatikan pengalaman siswa.
b. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct
experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan
adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi
pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan
lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru
kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa.
34
Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang
berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin
tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya.
c. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya,
dan motivasi yang dimilikinya.
2. Landasan psikologis dalam pembelajaran terpadu terutama berkaitan dengan
psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi
perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran
tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya
sesuai dengan tahapperkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan
kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut
disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.
3. Landasan praktis, berkaitan dengan kondisi-kondisi nyata yang pada
umumnya terjadi dalam proses pembelajaran saat ini, sehingga harus mendapat
perhatian dalam pembelajaran terpadu yang meliputi :
a. Perkembangan ilmu pengetahuan begitu cepat sehingga terlalu banyak
informasi yang harus dimuat dalam kurikulum.
b. Hampir semua pelajaran di sekolah diberikan secara terpisah satu sama lain,
padahal seharusnya saling terkait.
c. Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran (interdisipliner) sehingga
diperlukan usaha kolaboratif antara berbagai mata pelajaran untuk
memecahkannya.
35
d. Kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktek dapat dipersempit dengan
pembelajaran yang dirancang secara terpadu sehingga siswa akan mampu
berpikir teoritis dan pada saat yang sama mampu berpikir praktis.
4. Landasan yuridis dalam pembelajaran terpadu berkaitan dengan berbagai
kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran terpadu
di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, serta
(pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya. Disamping itu pada Permendiknas No 22 Th 2006 02. BAB
II Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum menyatakan Pembelajaran pada
Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada
Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.
3. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran, pembelajaran tematik memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada Siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini
sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan
36
siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai
fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk
melakukan aktivitas belajar.
2. Memberikan Pengalaman Langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada
siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami
hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi
tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-
tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu
memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang
lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
37
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya
sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
D. Pengembangan Materi
1. Pembelajaran IPA
IPA didefinisikan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi
juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan
ilmiah menekankan pada hakikat IPA.
Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7)
adalah sebagai berikut:
a. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam
bentuk angka-angka.
b. Observasi dan eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami
konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.
c. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa
misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi
tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan
terjadi dapat diprediksikan secara tepat.
d. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang
lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari
38
penemuan sebelumnya. Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan
dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu
kebernaran.
e. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA merupakan
bagian dari IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan
menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh
hasil (produk).
Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau
unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling
berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman,
2000: 5).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah.
Tujuan mata pelajaran IPA menurut permendiknas nomor 22 tahun 2006
adalah sebagai berikut:
39
2. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan dan ciptaan Nya.
3. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
5. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
6. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,
dan melestarikan lingkungan.
7. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturanya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran “Salingtemas”
(Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman
belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA
dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
2. Sumber – Sumber Energi
Sumber energi adalah benda-benda di sekeliling kita yang mampu untuk
menghasilkan atau mengeluarkan energi atau secara sederhana yang dimaksud
dengan sumber energi adalah sesuatu yang dapat memberikan atau menghasilkan
energi lainnya.
40
Di bumi ini ada banyak unsur material alam dalam berbagai bentuk yang
dapat diubah menjadi energi yang dapat digunakan dan bisa diubah untuk
menghasilkan jenis energi lain seperti listrik, panas, cahaya, dan gerak.
a. Matahari
Sumber energi terbesar yang digunakan dalam kehidupan adalah matahari.
Matahari memberikan energi panas pada berbagai benda di bumi. Pada gejala
pancaran radiasi, panas matahari dapat merambat ke bumi yang dapat berlangsung
baik melalui media perantara ataupun tanpa media perantara. Demikian pula saat
energi panas mengenai benda padat, energi panas tersebut kemudian merambat
secara konduksi. Contohnya adalah pada rel kereta api yang terkena sinar
matahari, salah satu bagian rel suhunya menjadi lebih tinggi dari yang lain,
sehingga terjadi gejala rambatan secara konduksi yang berlangsung dari suhu
yang lebih tinggi menuju suhu rendah akibat getaran partikel penyusun besi.
Sebaliknya saat energi panas mengenai fluida yang dapat berupa cairan maupun
gas, energi panas tersebut kemudian merambat secara konveksi, seperti apabila
mengenai permukaan air maka massa jenis air di permukaan berkurang sehingga
terjadi proses aliran air dari bagian dasar ke permukaan. Hal yang sama dapat
terjadi apabila mengenai energi panas matahari melalui udara maka udara akan
memuai sehingga terjadi aliran udara dari suhu yang rendah ke suhu yang lebih
tinggi akibat perbedaan massa jenis dan gejala semacam ini seringkali diwujudkan
dalam bentuk angin.
Dalam hal pancarannya matahari juga memberikan penerangan di muka
bumi ini dalam bentuk energi cahaya. Apabila cahaya matahari mengenai
41
permukaan daun, pada daun terjadi proses fotosintesis, yang artinya mengubah
energi matahari menjadi energi kimia. Perubahan energi matahari menjadi energi
kimia juga terjadi saat kita memotret, maka pada negative film terbentuk gambar
dan kegiatan ini sering termasuk pada kegiatan fotografi. Energi matahari juga
dapat diubah menjadi energi listrik yang sering dimanfaatkan sebagai sumber
energi listrik.
b. Energi Listrik
Energi listrik merupakan suatu bentuk energi yang berasal dari sumber
arus. Energi listrik dapat diubah menjadi bentuk lain, misalnya:
Energi listrik menjadi energi kalor / panas, contoh: seterika, solder, dan
kompor listrik.
Energi listrik menjadi energi cahaya, contoh: lampu.
Energi listrik menjadi energi mekanik, contoh: motor listrik.
Energi listrik menjadi energi kimia, contoh: peristiwa pengisian accu,
peristiwa penyepuhan (peristiwa melapisi logam dengan logam lain).
Energi listrik menjadi energi bunyi dan energi cahaya, contohnya televisi.
c. Energi Air dan Angin
Sumber energi lain yang tersedia di alam adalah energi air dan angin. Energi
air dan energi angin ini dapat menghasilkan energi mekanik. Energi mekanik
adalah gabungan antara energi potensial dengan energi kinetik. Gerakan aliran air
dapat terjadi dari tempat yang tinggi menuju tempat yang lebih rendah. Air
ditampung dalam bendungan sehingga terkumpul dalam jumlah yang banyak.
Selanjutnya melalui saluran air yang berada pada bendungan pada ketinggian
42
tertentu memiliki energi potensial, atau sering disebut energi tempat. Pada saat air
dialirkan dari bendungan, energi potensial berkurang dan berubah menjadi energi
kinetik yang dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik
yang posisinya lebih rendah. Pada gerakan turbin terjadi perubahan energi
mekanik menjadi energi listrik. Hal yang sama pada energi angin yang dapat
dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin yang kemudian terjadi perubahan
energi mekanik menjadi energi listrik. Sebagai bentuk bersih dan terbarukan
energi, tenaga angin telah mendapatkan banyak perhatian dalam beberapa tahun
terakhir karena harga minyak melonjak. Tenaga angin semakin menjadi subjek
politik sebagai partai politik mengambil posisi agar dipandang sebagai pro-
lingkungan.
d. Energi Minyak bumi
Selain sumber energi matahari, air, dan angin yang selalu tersedia di alam
dalam jumlah yang banyak, ada juga sumber energi yang akan habis bila dipakai
terus menerus, yaitu sumber energi yang tersimpan di bumi dalam bentuk fosil
energi. Energi ini dapat digolongkan ke dalam energi kimia yang harus
dieksplorasi, seperti minyak bumi, batu bara, dan bahan tambang lainnya. Ada
sumber energi lain yang dihasilkan dari proses kimia tertentu, yang menghasilkan
bahan yang dapat dimanfaatkan oleh kita semua dengan mudah antara lain biogas
yang diolah dari kotoran hewan dan manusia; alkohol dan spirtus yang didapat
dari proses fermentasi, umumnya dihasilkan oleh pabrik.
43
3. Manfaat Listrik
Listrik mempunyai manfaat yang sangat besar kita bisa menggunakan
untuk memasak, menyalakan lampu, menghidupkan radio dan berbagai macam
yang lain. Dalam pemanfaatanya listrik di bedakan menjadi sebagai berikut :
a) Listrik sebagai penghasil cahaya
Setiap sudut rumah kiat banyak lampu yang di pasang . Gunanya lampu
sebagai cahaya yang menerangi bila malam datang dan sebagai pengganti cahaya
matahari. Cara kerja nya apabila arus listrik mengalir pada kawat wolfarm pada
lampu maka akan terjadi panas dan mengakibatkan berpijar. Kawat wolfram ini
bersifat halus dan berhambatan tinggi.
b) Listrik sebagai penghasil panas.
Listrik sebagai penghasil panas kita aplikasikan pada alat yang
menggunakan elemen pemanas. Bisanya di gunakan untuk keperluan rumah
tangga seperti untuk memasak (kompor listrik ),untuk menanak nasi (magic
com),untuk menyetrika (setrika listrik ) dan masih banyak lagi alat yang
menggunakan pemanas.bila arus mengalir pada nikel atau elemen pemanas maka
akan mengakibatkan panas , panas inilah yang di gunakan untuk kebutuhan
sehari-hari.
c) Listrik sebagai penghasil gerak
Di dalam kehidupan sehari hari kita sering menjumpai berbagai macam
kebutuhan yang menggunakan listrik untuk menghasilkan gerak . Sebagai contoh
motor, mobil, kipas angin dan lain lain alat ini menghasilkan gerak untuk berjalan
atapun untuk memudahkan manusia dalam segala aktivitasnya.
44
4. Penghematan Energi
Dasar pengertian menghemat energi adalah meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pemakaian energi setinggi mungkin. Bukan mengurangi kebutuhan
akan pemakaian energi. Jadi, berapapun besar dan lama tindakan pemakaian
energi adalah sah-sah saja selama dilakukan dengan cara yang benar dan efektif.
Misalnya, menyalakan lampu penerangan di luar rumah saat menjelang malam
dan (pasti) dimatikan saat fajar. Bukan dengan cara tidak menyalakannya
sepanjang malam atau tetap membiarkannya menyala sepanjang siang.
Batas penerapan dari tindakan menghemat energi adalah menekan/
meminimalisir jumlah pemakaian energi secara sia-sia. Bukan mengurangi/
meminimalisir pemakaian energi yang dibutuhkan (memang seharusnya dipakai).
Pentingnya memahami arti menghemat energi yang kita anut, akan menentukan
tindakan selanjutnya yang hendak kita kenakan dalam menciptakan kondisi hemat
energi sehari-hari di rumah. Perlu dipahami dengan benar bahwa wujud tindakan
menghemat energi harus ditentukan berdasarkan efektifitas cara kita
memperlakukan penggunaan energi. Bukan berdasarkan besar nilai uang yang
dikeluarkan untuk membiayainya.
Harga energi itu sendiri telah ditentukan oleh penjualnya. Naik-turunnya
harga energi yang harus kita beli, berada diluar kendali dan jangkauan kita.
Sebagai pengguna (pembeli) adalah salah jika kita mencoba terus mengatur
jumlah pengeluaran biaya pemakaian energi menggunakan dasar harga jual energi
yang diberlakukan. Dengan kata lain, kita tidak bisa terus mengandalkan cara
45
mengurangi pemakaian energi (yang sebenarnya memang kita butuhkan) agar
biaya untuk membeli energi dapat tercukupi, khususnya energi listrik.
Upaya menghemat energi bisa kita lakukan dengane beberapa langkah
berikut diantaranya :
1. Menggunakan lampu hemat energi, misalnya lampu neon yang lebih bersifat
hemat energi daripada lampu bohlem. Di siang hari dapat menggunakan
penerang alami secara optimal.
2. Membentuk perilaku dan kebiasaan diri untuk menggunakan listrik saat
diperlukan, secara bergantian, dan tidak berlebihan.
3. Mematikan televisi, kran air, komputer atau lampu jika sudah tidak digunakan.
Jika memungkinkan untuk mengeringkan pakaian secara alami di bawah sinar
matahari.
4. Menggunakan alat rumah tangga atau kantor yang bersifat hemat energi dan
ramah lingkungan, seperti pendingin ruangan dan kulkas dengan freon yang
ramah lingkungan.
5. Mengefisienkan pemakaian energi di tempat umum, seperti di pusat
perbelanjaan, perkantoran, terminal, jalan raya, bandara, stasiun dan
sebagainya.
6. Mendesain rumah atau gedung hemat energi, misalnya pencahayaan yang baik
dengan cukup ventilasi, sehingga mengurangi penggunaan lampu di siang
hari, mempergunakan bahan atap bangunan yang dapat mendinginkan suhu di
dalam ruangan seperti atap berbahan tanah atau keramik, menaruh tanaman
46
hias di dalam rumah untuk menyejukkan udara di dalam ruangan dan
sebagainya.
7. Pemerintah meyediakan fasilitas kendaraan umum massal secara efektif dan
efisien.Pemerintah menyusun kebijakan dan memberikan penghargaan atau
apresiasi positif atas segala upaya atau inovasi penghematan energi.
8. Mensosialisasikan kegiatan-kegiatan yang bersifat menghemat energi.
9. Memakai jenis pakaian yang nyaman dan sesuai dengan kondisi cuaca dan
suhu udara, sehingga mengurangi penggunaan energi untuk pendingin atau
pemanas ruangan.
10. Mengembangkan dan melakukan penelitian untuk energi alternatif, misalnya
energi biodiesel.
E. Karekteristik Materi dan Bahan Ajar
1. Keluasan dan Kedalaman Materi
Menurut Suryobroto (dalam Suparno, 2007:73) metode penemuan
(discovery) diartikan sebagai cara mengajar yang mementingkan pengajaran
perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai
generalisasi umum. Metode penemuan (discovery) adalah metode dimana dalam
proses belajar siswa diperkenankan menemukan sendiri informasinya. Maka
keaktifan siswa sangat penting.
Metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran
sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum
diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau keseluruhannya
47
ditemukan sendiri. Discovery learning dari Bruner, merupakan model pengajaran
dan prinsip konstruktivis. Di dalam Discovery learning siswa didorong untuk
belajar sendiri secara mandiri. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah, dan guru
mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan
yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri,
bukan memberi tahu tetapi memberikan kesempatan atau dengan berdialog agar
siswa menemukan sendiri. Pembelajaran ini membangkitkan keingintahuan siswa,
memotivasi siswa untuk bekerja sampai menemukan jawabannya. Siswa belajar
memecahkan secara mendiri dengan ketrampilan berpikir sebab mereka harus
menganalisis dan memanipulasi informasi.
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingka laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai
dengan yang diutarakan Burton (dalam Usman, 2000: 5). bahwa seseorang
setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik
aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari
tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab
moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam
kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan
anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.
Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar
48
mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru
dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik
antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses
belajar mengajar (Usman, 2000: 4).
Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam,
proses belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan
kegiatan perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program
tindak lanjut (dalam Suryabrata, 1997: 18).
Kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar
mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,
pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA.
Pembelajaran IPA dengan discovery learning untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya
sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD
kelas IV menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung
melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah,
sehingga peserta didik dapat menemukan sesuatu (pembelajaran
menemukan/discovery).
Dalam hasil studi eksperimental tentang pengaruh metode discovery
pada peningkatan hasil belajar siswa yang dilakukan Sari (2011) menunjukkan
bahwa metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Subjek
49
penelitian eksperimen tersebut adalah siswa kelas IV yang terdiri dari 32 siswa
dengan 16 siswa sebagai kelas kontrol dan 16 orang sebagai kelas eksperimen.
Kelas control dan kelas eksperimen dikelompokkan secara seimbang, sehingga
kedua kelas tersebut setara. Kemudian pada kelas kontrol dikenai metode
konvensional dengan ceramah dan pada kelas eksperimen dikenai metode
discovery. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang didapatkan kelas
kontrol adalah 69,69, sedangkan pada kelas eksperimen rata-rata nilainya adalah
79,3. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode discovery
meningkatkan nilai yang menjadi tolok ukur hasil belajar siswa, dengan demikian
metode discovery berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Penelitian Tindakan Kelas di SDN 3 Ampel yang dilakukan Trisnawati
(2009) menunjukkan adanya pengaruh penggunaan metode discovery dalam
pembelajaran IPA untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Pada PTK ini
dilakukan 2 siklus dengan subjek penelitian siswa kelas IV yang terdiri dari 34
siswa, 16 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Pada siklus I nilai rata rata
siswa adalah 76,47 dan pada siklus II rata-rata siswa 92,40. Selain itu pada siklus
I ketuntasan belajar yang dicapai siswa sebesar 65% sedangkan pada siklus II
ketuntasannya sebesar 100%. Hal tersebut menunjukkan bahwa metode discovery
berpengaruh terhadap pembelajaran IPA di SD.
Pada penelitian yang pertama dapat dilihat bahwa metode discovery
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dan pada penelitian yang kedua,
meskipun penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, tapi dalam penelitian
ini diterapkan metode discovery pada mata pelajaran IPA dan diteliti pengaruhnya
50
terhadap prestasi belajar yang diukur dengan nilai siswa. Nilai siswa terus
meningkat pada setiap siklus, sehingga dari penelitian ini dapat diambil
kesimpulan bahwa penerapan metode discovery pada mata pelajaran IPA
berpengaruh terhadap prestasi atau hasil belajar siswa.
Metode discovery tepat digunakan dalam pembelajaran IPA, yang
menuntut pola pembelajaran aktif, kreatif, dan inovatif. Melalui pembelajaran
menggunakan metode discovery akan menambah pengetahuan siswa melalui
lingkungan sekitar. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA
karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Metode discovery
merupakan metode pengajaran yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif
menggunakan proses mentalnya untuk menentukan alternatif metode yang dapat
dipilih dalam pengajaran IPA di SD mengingat diperlukan suatu bentuk kegiatan
yang dapat mengarahkan siswa untuk menemukan suatu konsep melalui pengujian
atau penemuan secara langsung. Dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan
discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada tema
selalu berhemat energi subtema macam-macam sumber energi pada siswa kelas
IV SDN Bojongsalam.
2. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI
merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta
didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan
pendidikan. Pencapaian KI dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik
51
untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang
difasilitasi oleh guru.
Adapun kompetensi inti dan kompetensi dasar kurikulum 2013 IPA untuk
kelas IV secara rinci dalam tabel 2.1. berikut ini :
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA
Kelas IV
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya
1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya, serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; obyektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan inkuiri ilmiah dan berdiskusi
2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan penelaahan fenomena alam secara mandiri maupun berkelompok
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di
3.1 Menjelaskan bentuk luar tubuh hewan dan tumbuhan dan fungsinya
3.2 Mendeskripsikan daur hidup beberapa jenis mahluk hidup
3.3 Memahami hubungan antara
52
rumah, di sekolah dan tempat bermain
gaya, gerak, dan energi melalui pengamatan, serta mendeskripsikan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari
3.4 Membedakan berbagai bentuk energi melalui pengamatan dan mendeskripsikan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari
3.5 Memahami sifat-sifat bunyi melalui pengamatan dan keterkaitannya dengan indera pendengaran
3.6 Memahami sifat-sifat cahaya melalui pengamatan dan mendeskripsikan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
3.7 Mendeskrisikan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat
4. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain
4.1 Menuliskan hasil pengamatan tentang bentuk luar (morfologi) tubuh hewan dan tumbuhan serta fungsinya
4.2 Menyajikan secara tertulis hasil pengamatan daur hidup beberapa jenis mahluk hidup.
4.3 Menyajikan laporan hasil percobaan gaya dan gerak menggunakan table dan grafik
4.4 Menyajikan hasil percobaan atau observasi tentang bunyi
4.5 Membuat sebuah karya/model yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya
4.6 Menyajikan laporan tentang sumberdaya alam dan pemanfaatannya oleh masyarakat
4.7 Menyajikan laporan hasil pengamatan tentang teknologi yang digunakan di kehidupan sehari-hari serta kemudahan yang diperoleh oleh masyarakat
53
dengan memanfaatkan teknologi tersebut
Pada ruang lingkup materi IPA kelas IV dijelaskan pada bab sebelunya
bahwa penelitian ini mengambil tema selalu berhemat energi dengan subtema
macam – macam energi, untuk itu kompetensi inti dalam penelitian ini yaitu
Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya dengan kompetensi dasar
membedakan berbagai bentuk energi melalui pengamatan dan mendeskripsikan
pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari dan menyajikan laporan hasil
pengamatan tentang teknologi yang digunakan di kehidupan sehari-hari serta
kemudahan yang diperoleh oleh masyarakat dengan memanfaatkan teknologi
tersebut sebagai materi pembelajaran dalam Penelitian Tindakan Kelas yang
dilakukan oleh peneliti.
Adapun indikator pencapain secara umum bagi siswa SD menurut
kurikulum 2013 dapat dilihat dari tabel 2.2 di bawah ini :
Tabel 2.2 Indikator Pencapaian Lulusan SD Kurikulum 2013
INDIKATOR PENCAPAIAN
KOGNITIF
Memiliki [melalui
mengetahui,memahami,menerapkan,menganalisis, mengevaluasi]
pengetahuan factual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan,teknologi,seni,dan budaya dalam
wawasan kemanusiaan,kebangsaan,kenegaraan,dan peradaban
terkait fenomena dankejadian dilingkungan rumah,sekolah,dan
tempat bermain
AFEKTIF Memiliki[melalui menerima,menjalankan,menghargai,menghayati,
54
mengamalkan perilaku yang mencerminkan sikap orang
beriman,berakhlak mulia jujur,santun,peduli,disiplin,demokratis,
percayadiri,dan bertanggungjawab dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulannya
PSIKOMOTOR
Memiliki melalui
mengamati,menanya,mencoba,mengolah,menyaji,menalar,mecipta
kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah
abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan
sumber lain sejenis
Indikator pencapaian pada penelitian ini dengan tema selalu berhemat
energi sub tema macam-macam sumber energi dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 2.3 Indikator Pencapaian Tema Selalu Berhemat Energi
INDIKATOR PENCAPAIAN
KOGNITIF
1. Mengetahui sumber-sumber energi
2. Benda-benda elektronik memiliki kegunaan untuk
mempermudah kehidupan manusia.
3. Benda-benda elektronik dapat menjalankan fungsinya
jika dialiri arus listrik.
4. Arus listrik merupakan salah satu bentuk energi
karena menyebabkan benda-benda elektronik
bekerja/berfungsi.
5. Arus listrik bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari,
yaitu mempermudah kehidupan manusia.
AFEKTIF1. Selalu berhemat energi dengan mematikan listrik
yang tidak terpakai
55
2. Mengajak keluarga dan orang sekitar untk berhemat
energi
PSIKOMOTOR
1. Melaporkan sumber-sumber energi
2. Melaporkan hasil pengamatan tentang manfaat benda-
benda elektronik
3. Melaporkan hasil pengamatan tentang manfaat sumber
energi listrik bagi kehidupan manusia
3. Bahan dan Media Pembelajaran
Bahan merupakan perangkat lunak yang mengandung pesan-pesan belajar,
yang biasanya disajikan menggunakan peralatan tertentu. Contonya: buku teks,
modul, transparansi (OHT), kaset program audio, kaset program video, program
slide, film. Bahan yang digunakan dalam pembelajaran dan penelitian ini adalah :
1. Buku Guru Tematik SD Kelas IV Tema 1 : Selalu Berhemat Energi
2. Buku Siswa Tematik SD Kelas IV Tema 1 : Selalu Berhemat Energi
3. LKS
Secara Makna umum media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Istilah
media ini sangat populer dalam bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada
dasamya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan
dalam pembelajaran disebut media pembelajaran.
Kalau kita amati lebih cermat lagi, pada mulanya media pembelajaran
hanyalah dianggap sebagai alat untuk membantu guru dalam kegiatan mengajar
56
(teaching aids). Alat bantu mengajar yang mula-mula digunakan adalah alat bantu
visual seperti gambar, model, grafis atau benda nyata lain. Alat-alat bantu itu
dimaksudkan untuk memberikan pengalaman lebih konkrit, memotivasi serta
mempertinggi daya serap dan daya ingat siswa dalam belajar.
Peran guru adalah menyediakan, menunjukkan, membimbing dan
memotivasi siswa agar mereka dapat berinteraksi dengan berbagai sumber belajar
yang ada. Bukan hanya sumber belajar yang berupa orang , melainkan juga
sumber-sumber belajar yang lain. Bukan hanya sumber belajar yang sengaja
dirancang untuk keperluan belajar, melainkan juga sumber belajar yang telah
tersedia. Semua sumber belajar itu dapat kita temukan, kita pilih dan kita
manfaatkan sebagai sumber belajar bagi siswa kita.
Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajran dengan tema
selalu berhemat energi subtema macam-macam sumber energi yaitu media yang
sederhana dan berada diruangan kelas, misalnya :
1. Alat Elektronik (radio, televisi, setrikaan dll)
2. Stop kontak lampu (sakelar)
3. Spidol, papan tulis
4. Ketas HVS
4. Strategi Pembelajaran
57
Strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008: 99). Dikatakan pola umum, sebab suatu
strategi pada hakekatnya belum mengarah kepada hal-hal yang bersifat praktis,
masih berupa rencana atau gambaran menyeluruh. Sedangkan untuk mencapai
tujuan, strategi disusun untuk tujuan tertentu.
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai “a plan, method, or series
of activities designed to achieves a particular educational goal“ (J. R. David,
1976). Demikian juga halnya dalam proses pembelajaran, untuk mencapai tujuan
pembelajaran perlu disusun suatu strategi agar tujuan itu tercapai secara optimal.
Tanpa suatu strategi yang cocok, tepat dan jitu, tidak mungkin tujuan dapat
tercapai.
Menurut Uno (2008: 3), Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan
digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan
selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan
karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran tertentu.
Model pembelajaran yang digunakan oleh peneliti adalah model pembelajaran
tematik dengan menggunakan metode discovery learning. Model dan metode ini
lebih mengutamakan pengalaman belajar peserta didik, yakni melalui belajar yang
menyenangkan tanpa tekanan dan ketakutan, tetapi tetap bermakna bagi peserta
didik. Dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan keterampilan, peserta
didik tidak harus diberi latihan hafalan berulang-ulang (drill), tetapi ia belajar
58
melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
sudah dipahami.
Strategi pembelajaran pada peneltian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis KI dan KD mata pelajaran IPA
2. Menentukan Tema yang sesuai dengan konsep konsep yang ada dalam setiap
nomor KD IPA
3. Penjabaran (perumusan) Kompetensi Dasar ke dalam indikator sesuai
topik/tema
4. Membuat peta hubungan antar indikator dengan judul tema
5. Pengembangan Silabus
6. Menyusun RPP Tematik Terpadu
7. Evaluasi
5. Sistem Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran pada
khususnya, dan sistem pendidikan pada umumnya. Artinya, evaluasi merupakan
kegiatan yang tidak mungkin dielakkan dalam proses pembelajaran. Dengan kata
lain, kegiatan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi pembelajaran
merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pendidikan.
Menurut Mardapi (2004:19) evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi
untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok. Menurut Davies
(Santiung,2006:81) evaluasi merupakan proses sederhana memberikan atau
menetapkan nilai sesuatu tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses orang,
59
dan objek. Sedangkan menurut Ratumanan (2003:1). Evaluasi dapat dinyatakan
sebagai suatu proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan
instruksional.
Sistem evaluasi pembelajaran pada penelitian ini meliputi hal sebagai berikut:
a. Penilaian kompetensi sikap (Afektif)
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian
diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal.
Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar
peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan (Kognitif)
menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan
dengan menggunakan Lebar Kerja Siswa (LKS).
c. Penilaian Kompetensi Keterampilan (Psikomotor)
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini diobservasi di SDN Bojongsalam, yang
beralamat di Jl. Raya Wado Kabupaten Sumedang. Sekolah ini di bangun pada
Tahun 1979. Aset yang dimiliki seperti yang ada pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1Asset yang dimiliki SDN Bojongsalam
No. Jenis Banyak Keterangan1 Bangunan 6 lokal Ada 6 ruangan kelas2 Ruangan Kepala Sekolah 1 buah3 Ruangan Guru 1 buah4 Ruangan TU 1 buah5 Ruangan Perpustakaan 1 buah6 Ruangan Kesenian 1 buah7 Ruangan Mushola 1 buah8 Ruangan WC 2 buah9 Lapangan olah raga 1 lokalSumber: SDN Bojongsalam (2014)
SDN Bojongsalam sudah terakreditasi pada tanggal 8 Desember 2009 dengan
nilai “A”. Adapun pertimbangan memilih SDN Bojongsalam untuk observasi
dikarenakan alasan-alasan sebagai berikut:
a. Sudah mendapat ijin dari kepala sekolah untuk melakukan observasi
disekolah tersebut.
b. Merupakan tempat peneliti melakukan Program Pengalaman Lapangan
(PPL).
61
c. Sudah melakukan observasi sebelumnya sehingga lebih mudah untuk
memperoleh ijin penelitian.
Target yang diharapkan peneliti dengan menerapakan metode discovery
learning yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas.
2. Waktu
Penelitian ini secara keseluruhan dilaksanakan selama tujuh bulan, sejak
bulan Mei 2014 sampai dengan bulan November 2014.
Adapun jadwal waktu penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:
Tabel 3.2Jadwal Penelitian Tindakan Kelas
No Kegiatan Bulan/MingguMei Juni Juli Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 Pembuatan
Proposal √2 Sidang Proposal √3 Bimbingan
Skripsi√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 Siklus I √ √ √a. Perencanaan √b. Pelaksanaan √c. Observasi √d. Refleksi √e. Revisi √
5 Siklus II √a. Perencanaan √b. Pelaksanaan √c. Observasi √d. Refleksi √e. Revisi √
6 Penyusunan Hasil Penelitian √ √
7 Konsultasi Skripsi √ √ √
8 Sidang Skripsi√
62
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah Tim Peneliti yang terdiri dari 2 orang yaitu :
penyusun sebagai peneliti dan guru kelas IV sebagai pengamat. Subjek penelitian
adalah siswa kelas IV sebanyak 26 siswa. 12 diantaranya adalah siswa laki-laki
dan 14 diantaranya siswa perempuan.
Berikut adalah daftar nama siswa yang menjadi subjek penelitian:
Tabel 3.3Daftar Subjek Penelitian
No. Nama Siswa KeteranganLaki-laki (L) Perempuan (P)
1. Abisatya P2. Agnes Amelia P3. Ahmad Milyar L4. Amanda Laudza P5. Asih Gunarina P6. Aulia Trie P7. Dina Nur Fauziah P8. Finka Lestari P9. Haggi H.N L10. Hendra Jaelani L11. Hendri Mulyana L12. Isma Khairunnisa P13. M.Dzulfikar L14. M.Haris L15. M.Lutfi L16. M.Rifaldi Adhri Zidan L17. M.Rizqi L18. Nabila Maharani P19. Puput Melati S P20. Raihan Kurniawan L21. Razwa Faiza P22. Reysha M.S P23. Sandra Natasya P24. Shafril M.S L25. Visca Ria Kamelia P26. Zaki Rafi.A L
63
Adapun pemilihan subjek kelas IV Sekolah Dasar Bojong Salam dalam
penelitian ini didasari atas pertimbangan bahwa pembelajaran IPA di Sekolah
Dasar Kelas IV, di dalam kurikulum salah satu kompetensi dasar yang harus
dicapai adalah selalu berhemat energi serta menegetahui macam-macam sumber
energi, dengan indikator sebagai berikut:
1. Mencatat macam-macam sumber energi
2. Mencatat tempat persebaran sumber energi
3. Menyebutkan manfaat energi
4. Menjelaskan pentingnya sumber energi
Pertimbangan lain, bahwa usia kelas IV SD berada pada fase perkembangan
kognitif operasional konkrit yang tingkat kemampuan pemahamannya masih
terbatas pada konsep-konsep konkrit dan kemampuan pemecahan masalah yang
bersifat sederhana, sehingga untuk memahami suatu materi secara terus menerus
itu membuat siswa merasa stres karena kemampuan memahaminya masih
terbatas, sehingga hasil belajar siswa tidak maksimal untuk itu diperlukan metode
yang mudah dipahami oleh siswa salah satunya discovery learning.
Dengan menggunakan metode discovery learning diharapkan siswa akan
lebih mudah memahami suatu materi dan bisa mengemukakannya lagi secara lisan
di depan kelas, dengan demikian dapat disimpulkan apabila siswa bisa
mengemukakan materi pelajaran secara lisan berarti siswa telah memahami
pembelajaran tersebut.
64
Variabel-variabel yang diselidiki dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
sebagai berikut:
1. Variabel proses, yakni variabel yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran
yaitu implementasi RPP dengan menggunakan metode discovery learning,
dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas IV SDN
Bojongsalam pada pada tema selalu berhemat energi subtema macam-macam
sumber enegi.
2. Variabel hasil, yakni variabel yang berhubungan dengan analisis yang di
harapkan yaitu peningkatan hasil belajar pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam di kelas IV SDN Bojongsalam pada pada tema selalu berhemat energi
subtema macam-macam sumber energi.
C. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu proses kegiatan atau aktifitas yang terdiri dari
suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis
agar dapat memecahkan suatu masalah atau problema yang dihadapi oleh seorang
penulis. Demikian pula metode dalam suatu penelitian merupakan hal yang
penting, karena di dalam metode penelitian ditemukan cara-cara bagaimana objek
penelitian hendak diketahui sehingga menghasilkan data-data yang tepat sesuai
dengan tujuan penelitian. Prosedur dan persiapan yang dilakukan penelitian dalam
penelitian ini meliputi metode penelitian, sumber data dan instrumen teknik
pengumpulan data, penentuan lokasi dan subjek penelitian, validasi data dan
pelaksanaan penelitian.
65
Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Bog dan Tylor (2002: 30) mendefinisikan:
Penelitian kualitatif itu berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengandalkan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dan dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitian bersifat sementara, dan basil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dengan subjek penelitian.
Penelitian kualitatif pada hakikatnya mengamati orang dalam lingkungan
hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran
tentang dunia sekitarnya, peneliti harus terjun ke lapangan untuk mempelajari
dengan mengumpulkan data yang banyak, mencoba, mencari, dan menemukan
suatu teori berdasarkan data yang dikumpulkan.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Nasution (1996: 5), yang mengemukakan
bahwa:
Penelitian kualitatif hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Dengan demikian salah satu sifat dari penelitian kualitatif adalah sangat deskriptif, artinya dalam penelitian ini diusahakan dikumpulkan data-data yang deskriptif yang banyak dan dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian, penelitian ini juga tidak mengutamakan angka-angka dan statistik walaupun tidak menolak data kuantitatif.
Pengertian secara harpiah bahwa metode ini tidak menentukan realitas objek
penelitian berdasarkan kumpulan angka-angka yang selanjutnya dihitung
berdasarkan skala statistik tetapi menekankan kepada kewajaran cara dan
perolehan data, sehingga diperoleh masukan seadanya dari kondisi objek-objek
penelitian. Penelitian kualitatif ini pada hakikatnya mengamati orang pada
66
lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami tentang
dunia sekitarnya.
Adapun ciri-ciri metode penelitian kualitatif (naturalistik) yang dijelaskan
oleh Nasution (2003: 9-11) sebagai berikut:
1. Sumber data ialah situasi yang wajar atau “natural setting”. Peneliti mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar, tanpa dipengaruhi dengan sengaja, berhubungan langsung dengan situasi dan orang yang diseledikinya.
2. Peneliti sebagai instrument penelitian. Peneliti adalah “key instrument” atau alat penelitian utama, yang mengadakan pengamatan atau wawancara berstruktur, dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, dan menyelami perasaannya.
3. Sangat deskriptif. Dalam penelitian ini diusahakan mengumpulkan data deskriptif yang banyak dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian.
4. Mementingkan proses maupun produk, memperhatikan bagaimana perkembangan terjadinya sesuatu.
5. Mencari makna dibelakang kelakukan atau perbuatan, sehingga dapat memahami masalah atau situasi.
6. Mengutamakan data langsung atau “first hand”. Peneliti sendiri terjun kelapangan untuk mengadakan observasi atau wawancara.
7. Triangulasi. Data atau informasi dari satu pihak harus di chek kebenarannya dengan cara memperoleh data dari sumber lain.
8. Menonjolkan rincian kontekstual. Peneliti mengumpulkan dan mencatat data yang sangat rinci yang bertalian dengan masalah yang diteliti.
9. Subjek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti.10. Mengutamakan perspektif emic, artinya mementingkan pandangan
responden, tidak mendesakan pandangannya sendiri.11. Verifikasi, untuk memperoleh hasil yang dapat dipercaya.12. Sampling yang purposif. Metode kualitatif menggunakan sampel sedikit
sesuai dengan tujuan penelitian yaitu studi kasus atau multi kasus.13. Menggunakan “audit trail” yaitu untuk mengetahui apakah laporan penelitian
sesuai dengan data yang dikumpulkan.14. Partisipasi tanpa mengganggu. Dalam situasi yang wajar, peneliti jangan
menonjolkan diri dalam melakukan observasi.15. Mengadakan analisis sejak awal penelitian sampai akhir penelitian.16. Desain penelitian tampil dalam proses penelitian.
Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka metode penelitian yang digunakan
oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu
suatu kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas dalam arti luas. Penelitian
67
Tindakan Kelas, selain bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar, juga untuk
meningkatkan kinerja guru dan dosen dalam proses pembelajaran. Dengan kata
lain Penelitian Tindakan Kelas bukan hanya bertujuan untuk mengungkapkan
penyebab dari berbagai permasalahan yang dihadapi, tetapi juga memberikan
pemecahan berupa tindakan untuk mengatasi masalah.
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) menurut Suyatno
(1977: 4) adalah “suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat diperbaiki dan meningkatkan
praktik pembelajaran di kelas secara profesional”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas
adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang
ada dalam proses pembelajaran dan upaya meningkatkan proses serta hasil belajar.
Penelitian Tindakan Kelas memiliki peranan yang sangat penting dan strategis
untuk meningkatkan mutu suatu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan
baik dan benar.
D. Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan berdasarkan atas tahapan yang
dikemukakan Kemmis & Taggart (Suyatno, 1997: 93) merupakan pengembangan
lebih lanjut dari model Kurt Lewin. Secara mendasar tidak ada perbedaan pada
prinsip antara keduanya. Model ini banyak dipakai karena sederhana dan mudah
dipahami. Rancangan Kemmis & Taggart dapat mencakup sejumlah siklus,
masing-masing terdiri dari tahap-tahap: perencanaan (plan), pelaksanaan dan
PLAN
1
2
ACT & OBSERVE
REFLECT3
R PE LV AI NS E ID
4ACT & OBSERVE
5
REFLECT6
R PE LV AI NSE IID
7ACT & OBSERVE
8
REFLECT9
68
pengamatan (act & observe), dan refleksi (reflect). Tahapan-tahapan ini
berlangsung secara berulang-ulang, sampai tujuan penelitian tercapai. Dituangkan
dalam bentuk gambar, rancangan Kemmis & McTaggart akan tampak sebagai
berikut:
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 3.1. Rancangan Penelitian Tindakan Model Kemmis & Taggart
69
Langkah pertama pada setiap siklus adalah penyusunan rencana tindakan.
Tahapan berikutnya pelaksanaan dan sekaligus pengamatan terhadap pelaksanaan
tindakan. Hasil pengamatan kemudian dievaluasi dalam bentuk refleksi. Apabila
hasil refleksi siklus pertama menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan belum
memberikan hasil sebagaimana diharapkan, maka berikutnya disusun lagi rencana
untuk dilaksanakan pada siklus kedua. Demikian seterusnya sampai hasil yang
dinginkan benar-benar tercapai.
1. Tahap Perencanaan Tindakan
Tahap perencanaan merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan.
Rencana tindakan yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini disusun
berdasarkan masalah yang telah ditemukan. Alasan perlunya disusun rencana
tindakan adalah untuk menguji secara empirik dari hipotesis tindakan yang telah
diajukan sebelumnya. Adapun jenis perencanaan yang dapat disusun ada dua jenis
yaitu:
a. Perencanaan awal yaitu perencanaan yang diambil sejak ide atau
pemasalahan muncul sehingga peneliti mempunyai anggapan bahwa rencana yang
akan dilakukan merupakan rencana yang baik dalam proses penelitian.
Perencanaan awal ini belum tersentuh dengan perbaikan atau evaluasi dari
perencanaan-perecanaan sebelumnya jadi merupakan asumsi awal terhadap
tindakan-tidakan yang akan dilakukan.
b. Perencanaan lanjutan merupakan percanaan yang diambil dari refleksi
setelah peneliti melakukan penelitian sehingga disini ada yang namanya perbaikan
atas kelemahan atau kekeurangan perecanaan sebelumnya.
70
Langkah-langkah rencana tindakan yang dibuat oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
a. Membuat rencana pembelajaran serta skenario pembelajaran dan tindakannya
yang akan dilaksanakan yang mencakup langkah-langkah kegiatan ketika
tindakan dilangsungkan.
b. Membuat lembar observasi kegiatan guru dan siswa untuk melihat bagaimana
proses pembelajaran berlangsung di kelas ketika latihan atau metode tersebut
diaplikasikan.
c. Menyediakan sarana pendukung yang diperlukan diantaranya menyiapkan
media pengajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
d. Mendesain alat evaluasi untuk melihat kemampuan siswa dalam menguasai
materi yang diajarkan.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Setelah persiapan selesai, selanjutnya guru melaksanakan pembelajaran IPA
pada tema selalu berhemat energi subtema macam – macam sumber enegi dengan
menerapkan metode pendekatan discovery learning.
Siklus I
1. Tahap Perencanaan (Planning):
a. Mengidentifikasi masalah
b. Menganalisis dan merumuskan masalah
c. Merancang metode pembelajaran discovery learning
d. Penerapan metode discovery learning
e. Menyiapkan instrumen (wawancara, pedoman observasi, tes akhir)
71
f. Menyusun kelompok belajar peserta didik
g. Merencanakan tugas kelompok
2. Tahap Melakukan Tindakan (Action):
a. Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan
b. Menerapkan metode pembelajaran discovery learning
c. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai
rencana
d. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang
dilaksanakan.
e. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat
melakukan tahap tindakan
3. Tahap Pengamatan (Observation)
a. Melakukan diskusi dengan kepala sekolah untuk rencana observasi
b. Melakukan pengamatan terhadap penerapan metode pembelajaran
discovery learning
c. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan
metode discovery learning
d. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan-
kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran
perbaikan untuk pembelajaran berikutnya
4. Tahap refleksi (Reflection)
a. Menganalisis temuan saat melakukan observasi pelaksanaan observasi
72
b. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model
pembelajaran discovery learning dengan kerja kelompok dan
mempertimbangkan langkah selanjutnya
c. Melakukan refleksi terhadap penerapan metode discovery learning dengan
kerja kelompok
d. Melakukan refleksi terhadap aktivitas peserta didik dalam pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam
e. Melakukan refleksi terhadap hasil belajar peserta didik.
Jika pada siklus I belum tercapai maka akan dilanjutkan dengan siklus
yang ke- II dengan langkah – langkah yang sama seperti pada siklus I.
E. Rancangan Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara peneliti untuk mengumpulkan data
agar tujuan penelitian dapat tercapai dengan optimal. Tujuan dari teknik
pengumpulan data adalah untuk memperoleh atau menggali data sebanyak-
banyaknya yang nantinya data ini akan menjadi sumber bagi penelti untuk
melakukan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakuakn adalah
sebagi berikut:
1. Observasi
Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian
di mana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. biasanya observasi
sangat sesuai digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan
kondisi/interaksi belajar mengajar, tingkah laku, dan interaksi kelompok seperti
yang akan dilakukan oleh peneliti.
73
2. Wawancara
Wawancara adalah tenik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan
secara lisan kepada subjek yang diteliti. Seperti yang dikatakan oleh Arikunto
(2006: 155), bahwa “wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara (Interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara
(Interviewer)”. Wawancara memilki sifat yang luwes, pertanyaan yang diberikan
dapat disesuaikan dengan subjek, sehingga segala sesuatu yang ingin diungkap
dapat digali dengan baik.
Wawancara terdapat dua jenis wawancara ada yang disebut wawancara
berstruktur dan tidak berstruktur. Dalam wawancara berstruktur, pertanyaan dan
alternatif jawaban yang diberikan kepada subjek telah ditetapkan terlebih dahulu
oleh pewawancara. Wawancara tidak berstruktur bersifat informal. Pertanyaan
tentang pandangan, sikap, keyakinan subyek, atau keterangan lainnya dapat
diajukan secara bebas kepada subyek.
3. Angket
Angket digunakan untuk memperoleh data dari siswa guna memperoleh
umpan balik atas apa yang dirasakan oleh siswa. Angket berisi tanggapan siswa
tentang pembelajaran dengan pendekatan discovery learning. Apabila hasil angket
dirasa kurang memuaskan maka akan diadakan tindak lanjut pada siklus
selanjutnya
4. Tes
Tes merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat
pemahaman siswa terhadap suatu pembelajaran yang telah diberikan ha; ini sesuai
74
dengan yang didefinisikan Arikunto (2006: 150), bahwa “Tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, intelgensi kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok”. Penelitian ini, tes bersifat individual karena bertujuan
untuk mengukur perkembangan kognitif siswa, tes ini bisa berupa uraian pelihan
ganda maupun tes jawaban singkat namun karena dalam penelitian ini peneliti
bertujuan untuk meningkatakn hasil belajar maka peneliti menggunakan tes uraian
untuk mengetahui pemahaman siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam.
5. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran/tema
tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam
silabus. RPP dibuat oleh guru sebagai pegangan untuk menyiapkan,
menyelenggarakan, dan mengevaluasi hasil kegiatan pembelajaran.
F. Pengembangan Instrumen Penelitian
75
Setiap penelitian baik kualitatif maupun kuantitatif pasti memerlukan data
yang empiris serta objektif di dalam penelitiannya, dan untuk mendapatkan data
tersebut peneliti harus menggunakan instrumen yang tepat dalam mengumpulkan
datanya, sebab dengan intrumen yang tepat peneliti dapat menghasilkan data yang
akurat sesuai dengan yang diharapkan.
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan suatu alat yang dijadikan rekaman pada saat
kejadian atau tindakan pada saat berlangsungnya pembelajaran didalam kelas.
Adapun menurut Arikunto (Dyanita, 2010: 45) mengatakan bahwa dalam
observasi diperlukan adanya pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan
menggunakan alat tertentu’. Tujuan dari alat ini adalah untuk mengumpulkan data
mengenai kegiatan pembelajaran dengan cara mengamati setiap kejadian yang
berlangsung dan mencatatnya dilembar obsevasi.
Adapun hal-hal yang diamati pada berlangsungnya kegiatan pembelajaran di
dalam kelas meliputi pemahaman konsep dan prosedur, penggunaan alat
bantu/media pembelajaran, kekurangan mampuan kelebihan siswa dalam
memahami setiap materi yang telah disampaikan, serta kesesuaian antara rencana
dengan pelaksanaannya.
2. Lembar Wawancara
Lembar wawancara merupakan alat pengumpul data yang dilaksanakan
secara komunikasi langsung antara peneliti dengan subjek atau responden adapun
menurut Kunandar (2009: 157), bahwa “Lembar Wawancara adalah suatu cara
76
untuk mengetahui situasi tertentu didalam kelas dilihat dari sudut pandang lain”.
Wawancara biasanya peneliti mengajukan berbagai pertanyaan secara langsung
kepada para informan dengan tujuan untuk mendapatkan data secara langsung dan
mendalam.
Wawancara merupakan instrument yang bertujuan sama dengan instrument
yang lainnya yaitu sebagai alat pengumpul data, dengan menggunakan lembar
wawancara/pedoman peneliti juga dapat mengetahui ungkapan siswa tentang
berbagai hal yang terjadi dalam pembelajaran serta serta alasannya. Di samping
itu pula hasil wawancara yang tercatat pada lembar wawancara itu merupakan
bahan masukan yang penting untuk melakukan perbaikan pada tahap
pembelajaran selanjutnya. Adapun kisi-kisinya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 3.4Kisi-kisi Wawancara
No. Komponen Utama Sub Komponen Angket
1. Pra Pembelajaran
a. Kendala Pembelajaranb. Penggunaan Model dalam
Pembelajaranc. Penggunaan Media dalam
Pembelajaran
12, 3, 4, 5, 6
7, 8
2. Pasca Pembelajaran
a. Respon Obsever pada pendekatan discovery learning
b. Respon Observer pada hasil Pembelajaran
1
2, 3, 4
3. Angket
Angket ini digunakan untuk mengetahui tanggapan pada saat proses
pembelajaran dan penilaian terhadap metode pembelajaran. Angket angket
77
didistribusikan setelah pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
pertanyaan terbuka dengan tujuan agar siswa bebas memberikan pendapatnya.
Adapun kisi-kisinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.5
Kisi-kisi Lembar Angket
No. Komponen Sub KomponenNo. Lembar
Angket1.
Sikap
a. Ketertarikan siswa terhadap pembelajaran
b. Antusiasme siswa dalam pembelajaran
1, 2, 3, 4
2.
Tanggapan
a. Pendapat siswa pada pembelajaran dengan model pembelajaran
b. Pendapat siswa pada saat pembelajaran
c. Penyampaian materi pada saat proses pembelajaran
5, 6
7, 8, 9, 10, 11, 12, 1314
3. Penilain a. Penilaian terhadap sumber belajar 15, 16
4. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar kerja siswa (LKS) digunakan untuk mengetahui keberhasilan kerja
siswa dalam pembelajaran melalui kerja kelompok. Dengan lembaran kerja siswa
ini peniliti dapat melihat hasil belajar terutama dalam segi keaktifan siswa seperti
keaktifan bertanya, menjawab, melakukan kerjasama dan juga yang lainnya. Hasil
yang diperoleh melalui lembar kerja siswa dapat dijadikan tolak ukur terhadap
rancangan kegiatan dalam melaksanakan tindakan selanjutnya sehingga yang
menjadi kekurangan atau kelemahan selama berlangsungnya proses pembelajaran
sebelumnya dapat diperbaiki sesuai dengan materinya yang disampaikan.
78
5. Lembar Penilaian Ketepatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lembar penilaian ketepatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
digunakan untuk menilai apakah RPP yang dibuat oleh peneliti telah sesuai
dengan cara penulisan RPP. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
merupakan suatu perencanaan jangka pendek yang dipersiapkan untuk sebuah
proses pelaksanaan pembelajaran. Dalam rencana tersebut digambarkan apa yang
akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) merupakan suatu rencana yang dapat memperkirakan tindakan apa yang
akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Dalam rencana tersebut
memuat komponen-komponen pembelajaran, yaitu standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi
ajar, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan teknik penilaian.
6. Kamera Fhoto
Kamera fhoto merupakan instrumen yang sama penting dengan instrumen
lainnya, karena instrument ini merupakan Alat yang digunakan untuk
mengabadikan sebuah moment atau peristiwa di dalam proses pembelajaran.
Kamera Fhoto ini sering disebut juga sebagai dokumentasi sesuai yang dinyatakan
oleh Sugiyono (2008: 329) bahwa “dokumen merupakan catatan yang sudah
berlalau, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental
dari seseorang”. Hasil gambar dari kamera fhoto akan memberikan ciri atau bukti
secara fisik tentang berbagai kegiatan selama pembelajaran yang nantinya akan
memiliki tingkat kebenaran dan bukti real yang tidak diragukan lagi kebenaraanya
79
7. Lembar Evaluasi
Lembar evaluasi merupakan alat pengumpulan data yang diberikan kepada
setiap individu atau perorangan adapun menurut Arikunto (2006: 151), Evaluasi
yaitu merupakan sebuah “tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian
seseorang setelah mempelajari seseuatu”. Adapun dalam pelaksanaannya lembar
observasi ini bisa berupa tes tertulis dalam bentuk isian, jawaban singkat, pilihan
ganda, dan uraian atau essay. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh
mana pemahaman siswa terhadap pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
G. Rancangan Analisis Data
Data yang diperolah dari hasil-hasil belajar direfleksikan dan dikelompokkan
menurut sub rumusan masalah penelitian. Data yang telah dikumpulkan melalui
instrument penelitian masih berupa data yang memerlukan pengolahan supaya
dapat di gunakan dalam penelitian tindakan kelas bisa secara kualitatif maupun
kuantitatif. Data yang diperoleh dikategorisasikan dan diklasifikasikan
berdasarkan analisis kaitan logisnya kemudian ditafsirkan, disajikan secara aktual
dan sistematis dalam keseluruhan permasalahan dan kegiatan penelitian.
Untuk memperkuat keabsahan data yang diperlukan dalam penelitian, maka
diperlukan pengumpulan data, pengumpulan data sendiri merupakan proses
pengumpulan data yang masih bersifat umum atau mentah sebagai hasil dari
observasi, dan tes yang dirangkum kemudian dideskripsikan dalam bentuk naratif,
grafik, bagan, maupun tabel. Semua data yang terkumpul dikategorisasikan
80
sehingga dapat memberikan penjelasan terhadap temuan yang di dapat oleh
peneliti.
Adapun pengambilan data dalam penelitian ini dengan cara:
1. Tes
Tes terdiri dari soal pilihan ganda. Tes digunakan untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa. Analisis data yang dilakukan pada tes ini yaitu dengan
menghitung nilai jawaban yang dijawab oleh siswa dengan bobot tertentu
menggunakan rumus :
Untuk menghitung rata-rata nilai tes di kelas 4 menggunakan rumus :
Dari hasil analisis dengan rumus diatas diperoleh kategori nilai sebagai berikut :
Tabel 3.6
Tabel Kategori Nilai Rata-Rata Tes
Interval Kategori91-100 Sangat Tinggi81 – 90 Tinggi66 – 80 Sedang
< 65 Rendah
Untuk menghitung persentase kelulusan siswa, digunakan rumus :
Nilai tes = Jumlah jawaban yangbenar
skor maksimal x
100
X = Jumlah tes seluruh siswa
jumlah seluruh siswa
Persentase Kelulusan = Jumlah siswa yangmendapat predikat lulus
jumlahtotal siswa x
100 %
81
Dari hasil analisis dengan rumus diatas diperoleh kategori nilai sebagai berikut :
Tabel 3.8
Tabel Kategori Tingkat Kelulusan Siswa
Interval % Kategori91-100 Sangat Tinggi81 – 90 Tinggi66 – 80 Sedang
< 65 Rendah
2. Lembar observasi
Lembar observasi implementasi digunakan untuk menilai keterlaksanaan
pembelajaran berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Jenis data
yang diperoleh adalah data kualitatif. Untuk lembar observasi implementasi
menggunakan format seperti di bawah ini:
Langkah yang dilakukan peneliti dalam menganalis hasil implementasi RPP
adalah:
a. Memberi bobot skor atas pelaksanaan pembelajaran dengan kriteria sebagai
berikut:
Tabel 3.9Tabel Bobot Skor Dan Kategori Keterlaksanaan Pembelajaran
Skor Kategori1 Kurang Baik2 Cukup Baik3 Baik4 Sangat Baik
1) Menghitung total skor yang diperoleh.
82
2) Menghitung persentase keberhasilan dengan menggunakan rumus di bawah
ini:
3. Angket
Angket diisi oleh siswa, angket berisi beberapa pernyataan yang berhubungan
dengan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan discovery learning yang telah
dilaksanakan. Siswa member tanda checklist(√) pada kolom Sangat Setuju (SS)
Setuju (S) bila siswa merasakan hal yang terdapat dalam pernyataan, pada kolom
Tidak Setuju (TS) bila tidak merasakan apapun dari pernyataan dan atau pada
kolom Sangat Tidak Setuju (STS) bila merasa tidak setuju pada pernyataan,
Untuk selanjutnya skala kualitatif di transfer ke dalam skala kuanitatif. Untuk
mengukur data angket digunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan
P = persentase jawabanf = frekuensi jawabann = banyaknya responden
Kategori respon siswa terhadap pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan
pendekatan discovery learning menggunakan pedoman penafsiran Kuntjaraningrat
(dalam Tarwin, 2011:45)
Persentase = Jumlah skor yang diperoleh
skor maksimal x 100 %
83
Tabel 3.10Pedoman Penafsiran Persentase Hasil Angket
P Kategori% P = 0 Tidak Ada
0 < % P < 25 Sebagian Kecil25 < % P < 50 Hampir Setengahnya
% P = 50 Setengahnya50 < % P < 100 Hampir Seluruhnya
% P = 100 Seluruhnya
H. Indikator Keberhasilan
Untuk mengetahui apakah penelitian tindakan ini berhasil mencapai
tujuannya maka perlu ditetapkan indikator keberhasilan. Dengan adanya indikator
keberhasilan maka dapat dilakukan pengukuran dan mudah diketahui apakah
penerapan tindakan ini sudah tepat atau belum (Sulipan dalam Ruli 2012: 53).
Sedangkan menurut Sudjana (Anggita 2012: 56) mengatakan “dengan indikator
keberhasilan maka seorang peneliti dapat mengukur apakah penerapan
tindakannya sudah tepat atau belum”.
Penelitian ini dinyatakan berhasil jika siswa kelas IV SDN Bojongsalam
mendapat kenaikan terhadap hasil belajar siswa di kelas dalam pembelajaran IPA
pada tema selalu berhemat energi subtema macam-macam sumber energi berupa
nilai rata-rata dan banyaknya jumlah siswa yang memeroleh nilai di atas KKM.
Indikator keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hasil belajar siswa mencapai nilai rata-
rata di atas 70
84
2. Kriteria Ketuntasan Ideal (KKI) mencapai rata-rata 85%
3. Lebih dari ≥ 70% siswa kelas IV atau sejumlah ≥ 20 siswa dari jumlah
keseluruhan 26 yang memperoleh nilai di atas KKM yaitu 70
< 70 : Tidak Tuntas
> 70 : Tuntas
85
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dilakukan di kelas IV SDN Bojongsalam, yang beralamat
di Jl. Raya Wado Kabupaten Sumedang. Sekolah ini memiliki 6 ruangan kelas dan
masing-masing satu ruangan untuk kantor dan perpustakaan. Sisiwa kelas IV SDN
Bojongsalam terdiri dari 26 siswa 12 diantaranya adalah siswa laki-laki dan 14
diantaranya siswa perempuan.
Penelitian ini dilakukan di SDN Bojongsalam dengan pertimbangan sebagai
berikut :
d. Dekat dengan rumah peneliti sehingga lebih efektif dan efisen dalam
melakuakn penelitian.
e. Tingkat kemempuan siswa yang berbeda-beda sehingga hasil yang dicapai
beranekaragam, dan hal ini menarik untuk diteliti
f. Sudah melakukan observasi sebelumnya sehingga lebih mudah untuk
memperoleh ijin penelitian.
2. Objek Penelitian
a. Karakateristik Sekolah
Sekolah SDN Bojongsalam berada di tengah perkampuangan yang mayoritas
penduduknya bertani. Keadaan sekolah tersebut lumayan bagus dan menunjang
untuk penelitian. Sekolah ini menampung 257 siswa dan 18 guru termasuk tata
86
usaha. Kondisi di lingkungan sekolah cukup memadai karena berada diaerah desa
yang masih asri banyak pepohonan, udaranya masih sejuk sehingga menunjang
bagi kenyamanan proses belajar mengajar.
b. Karakteristik Siswa
Mayoritas dari siswa yang sekolah di SDN Bojongsalam merupakan anak-
anak dari lingkungan dekat sekolah itu sendiri dimana mayoritas ddari mereka
merupakan anak dari orang tua yang bermata pencahrian sebagai petani yang
ekonominya menengah kebawah.
Sebagai anak desa siswa dari sekolah SDN Bojongsalam dalam proses
belajar, mereka masih pasif artinya mereka hanya mendengarkan apa yang
disampaikan oleh guru. Hal ini sangat dipengaruhi oleh metode dan model
pembelajaran ang disampaikan oleh guru itu sendiri.
B. Hasil Penelitian dan Pembahsan
1. Hasil Penelitian
Uraian hasil penelitian pada dasarnya merupakan jawaban terhadap
rumusan masalah dan pertanyaan-pertanyaan penelitian serta hipotesis penelitian
yang diajukan pada bab I. Hasil penelitian diambil dari hasil tes awala (prestes)
dan tes akhir (postes). Proses penelitian ini dilakuakn dengan dua siklus dimana
setiap siklusnya terdiri dari empat tahap diantaranya perencanaan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan dan refleksi. Penelitian tindakan kelas pada penelitian ini
mengcu pada teori yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart.
87
a. Siklus I
1. Hasil Belajar Siswa sebelum Pembelajaran dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Discovery Learning
Tes sebelum tindakan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 4 Agustus 2014.
Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa tentang materi
macam-macam sumber-sumber energi yang akan diajarkan (kondisi awal).
Sebelum tes dilaksanakan siswa diberi penjelasan seperlunya kemudian diberi
lembaran soal untuk dikerjakan secara individu. Setelah selesai mengerjaka soal
guru mengoreksinya dan sekaligus memberi nilai. Pelaksanaan pretes dengan
tema macam-macam sumber energi diperoleh hasil sebagai berikut:
Ttabel 4.1
Hasil pretes sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning
No. Nama Siswa KKM NilaiKeterangan
Tuntas Belum Tuntas
(1) (2) (3) (4) (5) (6)1. Abisatya 70 60 √2. Agnes Amelia 70 65 √3. Ahmad Milyar 70 60 √4. Amanda Laudza 70 50 √5. Asih Gunarina 70 65 √6. Aulia Trie 70 65 √7. Dina Nur Fauziah 70 75 √8. Finka Lestari 70 65 √9. Haggi H.N 70 60 √10. Hendra Jaelani 70 65 √11. Hendri Mulyana 70 65 √12. Isma Khairunnisa 70 65 √13. M.Dzulfikar 70 80 √14. M.Haris 70 60 √15. M.Lutfi 70 65 √16. M.Rifaldi Adhri Z 70 60 √
88
17. M.Rizqi 70 60 √18. Nabila Maharani 70 65 √19. Puput Melati S 70 60 √20. Raihan Kurniawan 70 60 √21. Razwa Faiza 70 65 √22. Reysha M.S 70 65 √23. Sandra Natasya 70 60 √24. Shafril M.S 70 60 √25. Visca Ria K 70 65 √26. Zaki Rafi.A 70 65 √
Jumlah 2 24Persentase (%) 8% 92%
Pada bab sebelumnya dijelaskan bahwa siswa dikatakan lulus atau tuntas
apabila hasil belajar siswa mencapai nilai rata-rata di atas 70. Berdasarkan tabel
diatas dapat dilihat bahwa siswa yang mencapai nilai KKM hanya 2 orang atau
8% sedangkan siswa yang belum tuntas berjumlah 24 siswa atau 92% , hal ini
menunjukan bahwa pemahaman siswa terhadap tema macam-macam sumber
energi masih sangat rendah. Pemahaman tersebut biasa dilihat dalam bentuk
diagram sebagai berikut :
89
Pretes0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
TuntasBelum Tuntas
Diagram 4.1
Hasil Pretes sebeum menggunakan Model Pembelajaran Discovery
Learning
Berdasarkan diagram diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa
yang dilakukan melalui pretes tersebut belum optimal sehingga diperlukan upaya
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan
menerapkan model pembelajaran yang lebih inovatif dan tidak membosankan
sehingga siswa bisa meningkatkan pemahamannnya yang pada akhirnya hasil
belajarnya pun meningkat. Model pembelaaran yang akan digunakan pada
penelitian ini yaitu model pembelajaran discovery learning.
Pelaksanaan hasil pretes didukung dengan hasil wawancara kepada siswa
tentang pembelajaran IPA dan tentang materi macam-macam energi serta
perubahannya dari hasil wawancara disimpulkan bahwa IPA merupakan salah satu
pelajaran yang disenangi anak, tetapi dalam materi macam-macam sumber energi
dan perubahannya masih mengalami kesulitan dan belum paham terutama dalam
90
perubahan energi, selain itu siswa berharap ada model pembelajaran yang lebih
menyenangkan.
Wawancara pada pretes dilakukan juga pada guru wali kelas IV
Bojongsalam dari hasil wawancara didapat kesimpulan bahwa Dalam
menyampaikan materi macam-macam energi dan perubahannya guru tidak
menyuruh siswa untuk mencari tahu dulu sehingga guru menyadari bahwa respon
siswa sangat kurang dalam mendengarkan penjelasan guru, hal yang perlu
diperhatikan yaitu masih kurang pemahaman siswa tentang materi yang
disampaikalukan. Diperlukan model pembelajaran yang menarik perhatian siswa.
2. Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus I
Dari data di atas maka disusunlah perencanaan, perlakuan tindakan
menerapkan metode pembelajaran discovery learning bertujuan meningkatkan
ketuntasan hasil belajar siswa pada siswa kelas IV SD Negeri Bojongsalam.
Untuk meningkatkan kemampuan siswa yang terlibat dalam setiap kegiatan
pembelajaran, maka pembelajaran pada siklus I yang di mulai dari tahap
perencanaan , tindakan, observasi dan refleksi.
a. Perencanaan Tindakan
Pada siklus ini peneliti dan guru observer bersama-sama menyusun
langkah-langkah pembelajaran dengan menyusun bentuk kegiatan pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam yang sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai. Tahap ini guru menyiapakan hal-hal sebagi berikut:
1. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajara (RPP) yang memuat skenario
pembelajaran
91
2. Menyiapkan alat peraga yang digunakan
3. Merancang instrument penelitian untuk mengetahui hasil belajar siswa
4. Menyiakan pedoman wawancara untuk guru dan siswa
5. Membuat panduan observasi untuk mengamati proses pembelajaran yang
dilakuakn siswa dan guru.
6. Menyiapkan media untuk kegiatan praktium
7. Menyiapkan alat dokumentasi
b. Pelaksanaan Tindakan
Siklus I dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan dengan materi macam-macam
sumber energi. Siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 11 Agustus 2014 dengan
alokasi waktu selama 6 jam pelajaran (6 x 35 menit). Kegiatan pembelajaran
diikuti oleh 26 orang siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 14 siswa
perempuan.
Penelitian ini dibantu oleh seorang guru wali kelas IV SDN Bojongsalam
sebagai observer untuk membantu pada prose pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan model discovery learning.
Pembelajaran pada siklus I dimulai pada pukul 07.00 WIB sampai dengan
pukul 09.20 WIB, diselingi dengan istirahat selama 20 menit, dilanjutkan pada
pukul 09.40 sampai dengan pukul 10.50. Guru mendampingi siswa berbaris di
depan kelas dan menyalami siswa pada saat akan masuk kelas satu persatu sambil
memberi ucapan selamat pagi. Setelah seluruh siswa memasuki ruang kelas, guru
dan observer masuk ke ruang kelas. Untuk mengatasi keadaan kelas yang agak
gaduh guru mengajak siswa berdoa bersama yang dipimpin oleh salah satu siswa
92
yang pada hari ini mendapat giliran untuk memimpin doa. Selesai berdoa, siswa
yang tadi memimpin doa kemudian memimpin teman-temannya untuk memberi
salam kepada guru dan observer. Setelah guru menjawab salam, guru kemudian
mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan siapa siswa yang tidak hadir di kelas
pada pagi hari ini kepada siswa yang hadir, kemudian guru mengkondisikan kelas
untuk mempersiapkan diri masuk ke dalam proses pembelajaran. Proses awal
pembelajaran guru memberikan pertanyaan pada siswa. Berikut pertanyaan yang
diberikan guru kepada siswa.
Guru : “Sebutkan macam-macam, sumber energi yang kalian ketahui ?”
Siswa : “ (siswa terdiam dan terlihat bingung serta tidak menjawab) “
Guru : tidak ada yang tahu? Sekarang Ibu mau bertanya lagi kenapa
lampu di kelas ini bisa menyala?
Siswa : “karena ada kabel Bu”
Guru : “ ada yang lain?”
Siswa : “ karena ada cetrekannnya (baca: sakelar) Bu”
Guru : “ yang lain apa ayo?”
Siswa : “karena ada listriknya Bu”
Guru : Betul,,karena ada aliran listriknya dan listrik termasuk sumber
energi bagi kita semua”
Berdasarkan percakapan pada awal pembelajaran diatas dapat kita lihat bahwa
siswa masih belum tahu dan terlihat bingung ketika diberi pertanyaan apa saja
sumber-sumber energi itu, setelah diberi pertanyaan dan guru terus menggali daya
93
tangkap siswa dengan menjawab apa yang mereka lihat dan ketahui akhirnya
siswa bisa memberikan jawaban yang benar. Lalu guru memberikan pretes.
Table 4.2
Hasil Pretes Siklus I
No. Nama Siswa KKM NilaiKeterangan
Tuntas Belum Tuntas
(1) (2) (3) (4) (5) (6)1. Abisatya 70 60 √2. Agnes Amelia 70 65 √3. Ahmad Milyar 70 60 √4. Amanda Laudza 70 50 √5. Asih Gunarina 70 65 √6. Aulia Trie 70 55 √7. Dina Nur Fauziah 70 75 √8. Finka Lestari 70 65 √9. Haggi H.N 70 60 √10. Hendra Jaelani 70 65 √11. Hendri Mulyana 70 65 √12. Isma Khairunnisa 70 65 √13. M.Dzulfikar 70 80 √14. M.Haris 70 60 √15. M.Lutfi 70 65 √16. M.Rifaldi Adhri Z 70 60 √17. M.Rizqi 70 60 √18. Nabila Maharani 70 65 √19. Puput Melati S 70 60 √20. Raihan Kurniawan 70 60 √21. Razwa Faiza 70 65 √22. Reysha M.S 70 75 √23. Sandra Natasya 70 60 √24. Shafril M.S 70 60 √25. Visca Ria K 70 65 √26. Zaki Rafi.A 70 65 √
Jumlah 3 23Persentase (%) 12% 88%
94
Berdasarkan tabel diatas hasil observasi pretes siswa dalam proses
pembelajaran termasuk dalam kategori kurang dengan persentase 88% dari hasil
tersebut menjadi bahan evaluasi untuk dilakukannya perbaikan pada siklus
selanjutnya supaya diperoleh hasil yang meningkat pada aktivitas belajar siswa.
Proses pembelajaran dilanjutkan oleh guru dengan mengajak siswa untuk
mengamati lampu di ruang kelas kembali kemudian meminta satu siswa untuk
menyalakan dan memadamkan lampu tersebut lewat saklar yang ada. Hal in
dilakukan untuk lebih menekankan pengetahuan tentang sumber energi listrik.
Selanjutnya guru memberikan bebrapa pertanyaan kepada siswa dan
menyuruh siswa menulis dibuku masing-masing. Berikut pertanyaan yang
disampaikan oleh guru :
a. Mengapa lampu itu bisa menyala dan padam? (karena ada tombol saklar yang
digerakkan)
b. Apa fungsi saklar lampu di dinding tersebut? (untuk menyalakan dan
memadamkan lampu)
c. Saat lampu dimatikan, saklar berubah posisi, mengapa demikian? (arus listrik
diputus sehingga tidak mengalir ke lampu)
d. Demikian pula saat lampu dinyalakan, saklar berubah posisi, mengapa
demikian? (arus listrik dialirkan ke lampu)
e. Selain karena saklar yang berubah posisi, adakah hal lain yang menyebabkan
lampu itu terus menyala? (karena ada sumber energi listrik/arus listrik)
Pada proses pemelajaran ini siswa terlihat bersemangat dan serius
mengamati sakelar dan lampu yang ada diruangan kelas. Peneliti mengamati
95
bahwa dengan terlibat langsung dalam praktek siwa lebih antusias dan aktif dalam
mengikuti pelajaran. Keterlibatan langsung siswa dalam pengamatan ini menjadi
pengalaman yang nantinya siswa akan lebih ingat terhadap materi yang
disampaikan.
Selesai melakukan pengamatan secara langsung dan mencatat jawaban
yang dibuat oleh sisiwa, kemudian siswa dipersilahkan mencatatnya kembali
dipapan tulis. Hasil pengamatan siswa menunjukan bahwa masih ada jawaban
yang kurang tepat yang dicatat oleh siswa. Pada siklus ini guru membahas
pertanyaan dan jawaban yang disampaikan oleh siswa , kemudian guru
menyampaikan materi pada tema yang dibahas dan mempersilahkan siswa untuk
bertanya jika ada yang belum paham dan dimengerti.
Pembelajaran dilanjutkan oleh guru dengan memberikan LKS kepada
siswa untuk mencatat dan mengamati benda-benda elektronik yang ada
dilingkungan sekolah serta mencatat perubahan energi apa yang dihasilkan.
Sebagai tugas tambahan guru juga memberikan pekerjaan rumah dengan
memberikan LKS yang sama mencatat dan mengamati benda elektronik dan
perubahan energinya yang ada dilingkungan rumah.
Diakhir Pembelajaran pada siklus I ini guru dan siswa mengambil
kesimpulan dari pembelajaran yang telah disampaikan dengan menggunakan
pembelajaran discovery learning.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan secara langsung bersamaan dengan pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar. Pada tahap observasi siklus I yang dilaksanakan pada
96
saat kegiatan proses belajar mengajar sedang berlangsung dapat diketahui aktifitas
pada saat guru menggunakan media lampu dan sakelar dan menyampaikan materi
yang akan dibahas hari itu, suasana kelas terlihat menyenangkan, siswa terlihat
antusias terhadap materi pembelajaran.
Diakhir pembelajaran pada siklus I dilaksanakan kegiatan wawancara dengan
sebagian siswa untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran
yang telah dilaksanakan dengan menggunakan metode discovery learning. Hasil
dari wawancara diperoleh bahwa siswa merasa senang dan antusias terhadap
metode pembelajaran yang digunakan.
Selain wawancara peneliti juga mengajukan beberapa pertanyaan dengan
menggunakan angket dengan tujuan mengetahui aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran dengan menggunakan metode discovery learning. Hasil dari angket
tersebut dapat dlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Aktivitas Belajar Siswa
No Nama SiswaAktivitas Belajar Siswa
Jumlah Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 Abisatya 3 3 3 1 2 2 1 3 2 3 232 Agnes Amelia 3 2 3 2 1 3 2 2 2 3 233 Ahmad Milyar 2 2 3 2 1 1 3 2 1 4 214 Amanda Laudza 2 2 2 1 1 3 3 3 2 3 225 Asih Gunarina 3 3 3 1 1 2 2 2 2 3 226 Aulia Trie 2 2 2 1 1 3 3 3 2 3 227 Dina Nur F 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 298 Finka Lestari 2 3 1 1 2 2 3 3 2 3 229 Haggi H.N 2 3 1 1 2 2 3 2 2 2 20
10. Hendra Jaelani 3 2 3 2 1 3 2 2 2 3 2311. Hendri Mulyana 3 3 2 1 2 2 1 2 2 3 21
97
12. Isma K 3 3 3 2 1 2 2 2 2 3 2313. M.Dzulfikar 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 2914. M.Haris 2 3 1 1 2 2 3 3 2 3 2215. M.Lutfi 2 2 3 2 1 1 3 2 2 4 2216. M.Rifaldi Adhri 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2417. M.Rizqi 3 2 3 2 1 3 2 2 2 3 2318. NabilaMaharani 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2819. Puput Melati S 3 3 2 1 2 2 1 3 2 3 2220. Raihan K 3 2 3 2 1 3 2 2 2 3 2321. Razwa Faiza 3 3 3 2 1 2 2 3 2 3 2422. Reysha M.S 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 2923. Sandra Natasya 3 2 3 2 1 3 2 2 2 3 2324. Shafril M.S 2 3 2 1 2 2 3 3 2 3 2325. Visca Ria K 3 3 3 1 2 2 1 3 2 3 2326. Zaki Rafi.A 2 3 1 2 2 2 3 3 2 3 23
Jumlah Skor 609
Persentase = Jumlah skor yangdiperoleh
Jumlah skor maksimal x 100 %58%
Pedoman Penskoran Keterangan Nilai:1 = Kurang Baik 3 = Baik2 = Cukup Baik 4 = Sangat Baik
Keterangan:1. Siswa memperhatikan guru yang sedang menyampaikan materi tentang energi
dan perubahannya2. Semangat siswa dalam mengikuti pelajaran3. Siswa memperhatikan arahan guru untuk mengeksplorasi media belajar secara
detail dan cermat4. Siwa memberikan pendapat5. Siswa bertanya kepada guru 6. Siswa menulis dan mengkomunikasikan hasil pengamatan di depan kelas 7. Siswa mendiskusikan jawaban bersama teman 8. Siswa menyajikan hasil laporan 9. Siswa dan guru bersama-sama mengoreksi jawaban yang benar10. Siswa diminta mengamati benda elektronik, manfaat dan perubahan energinya
dilingkungan sekitar siswa
98
Berdasarkan tabel diatas hasil observasi aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran termasuk dalam kategori sedang dengan persentase 58% dari hasil
tersebut menjadi bahan evaluasi untuk dilakukannya perbaikan pada siklus
selanjutnya supaya diperoleh hasil yang meningkat pada aktivitas belajar siswa.
Berikut hasil aktivitas belajar dalam bentuk diagram pada siklus I :
Persentase0%
10%20%30%40%50%60%70%80%90%
Chart Title
Aktivitas Siswa
Diagram 4.2Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Keberhasilan dari sebuah pembelajaran tentunya tidak terlepas dari peran
guru itu sendiri, apabila guru melaksanakan prose pembelajaran dengan baik maka
tentunya hasil yang diperoleh pun baik dan begitu sebaliknya. Proses
pembelajaran pada siklus I diamati pula aktivitas guru, adapun hasil pengamatan
tersebut bisa dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.4
Aktivitas Guru
No Aspek yang Diamati Skor1. Mempersiapkan Media Pembelajaran 32. Mempersiapkan Siswa untuk Belajar 4
99
3 Guru menyampaikan informasi tema pembelajaran 34 Guru menguasai materi pembelajaran 35 Guru memberikan rangsangan dengan pertanyaan 3
6Guru memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah
2
7Guru memberi kesempatan siswa mengumpulkan informasi dan membuktikannya
2
8 Guru melakukan observasi dan wawancara 3
9Guru melakukan verifikasi kepada siswa terhadap jawaban siswa
2
10 Guru memberikan kesimpulan 311 Melaksanakan pembelajaran secara runtut 3
12Melaksanakan pembelajaran sesuai alokasi waktu yang direncankan
3
13 Menggunakan media secara efektif 414 Melibatkan siswa dalam memanfaatkan media 4
15Menumbuhkan partisipasi siswa dalam pemanfaatan media pembelaaran
3
16 Menunjukan sikap terbuka pada jawaban siswa 317 Memberikan suasana ceria pada siswa 218 Memantau kemajuan selama proses pembelajaran 319 Melakukan rangkuman dengan melibatkan siswa 220 Melaksanakan tidak lanjut dengan memberikan tugas 3
Jumlah Skor58
Persentase = Jumlah skor yangdiperoleh
Jumlah skor maksimal x 100 %72,5%
Keterangan Nilai:
1 = Kurang Baik 3 = Baik
2 = Cukup Baik 4 = Sangat Baik
100
Berdasarkan pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hasil analisis aktivitas guru
menunjukan skor 58 yang jika dipersentasekan sekitar 72,5%. Data perolehan
aktivitas guru pada siklus I dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut :
Siklus I0%
10%20%30%40%50%60%70%80%90%
Aktivitas Guru
Aktivitas Guru
Diagram 4.3
Hasil Observasi aktivitas Guru
Dari diagram diatas dapat disimpilkan bahwa aktivitas guru pada siklus I
dikategorikan sedang atau kurang maksimal dan tentunya perlu dilakukan
perbaikan-perbaikan pada siklus selanjutnya dengan harapan pada aktivitas guru
mendapat nilai atau skor pada interval 81-90 dengan kategori tinggi.
3. Hasil Belajar Siswa dengan Model Discovery Learning
Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus I maka perlu diadakan
tes yang diberikan kepada siswa. Tes yang diberikan pada penelitian ini terdiri
dari 10 soal pilihan ganda dan 5 soal essay jadi total keseluruhan 15 soal, pada
masing-masing soal pilihan ganda mempunyai nilai obot 5 sedangkan utuk soal
essay diberikan nilai 10 jadi nilai maksimumnya adalah 100. Berikut tabel hasil
postes siswa pada siklus I :
101
Table 4.5
Hasil Postes Siklus I
No. Nama Siswa KKM NilaiKeterangan
Tuntas Belum Tuntas
(1) (2) (3) (4) (5) (6)1. Abisatya 70 80 √2. Agnes Amelia 70 85 √3. Ahmad Milyar 70 80 √4. Amanda Laudza 70 70 √5. Asih Gunarina 70 95 √6. Aulia Trie 70 65 √7. Dina Nur Fauziah 70 95 √8. Finka Lestari 70 65 √9. Haggi H.N 70 60 √10. Hendra Jaelani 70 85 √11. Hendri Mulyana 70 75 √12. Isma Khairunnisa 70 95 √13. M.Dzulfikar 70 80 √14. M.Haris 70 70 √15. M.Lutfi 70 85 √16. M.Rifaldi Adhri Z 70 70 √17. M.Rizqi 70 90 √18. Nabila Maharani 70 95 √19. Puput Melati S 70 80 √20. Raihan Kurniawan 70 90 √21. Razwa Faiza 70 95 √22. Reysha M.S 70 95 √23. Sandra Natasya 70 80 √24. Shafril M.S 70 70 √25. Visca Ria K 70 75 √26. Zaki Rafi.A 70 65 √
Jumlah 22 4Persentase (%) 85% 15%
102
Dari hasil postes pada siklus I terlihat bahawa adanya peningkatan hasil
belajar siswa di bandingkan dengan hasil pretes I sebelumnya. Selanjutnya guru
mengakumuasikan dari nilai pretes dan postes untuk mengetahui keberhasilan
belajar siswa pada siklus I. Berikut tabel hasil belajar siswa pada siklus I :
Tabel 4.6
Hasil Belajar Siswa dengan Model Discovery Learning
No. Nama Siswa KKM NilaiKeterangan
Tuntas Belum Tuntas
(1) (2) (3) (4) (5) (6)1. Abisatya 70 70 √2. Agnes Amelia 70 75 √3. Ahmad Milyar 70 70 √4. Amanda Laudza 70 60 √5. Asih Gunarina 70 80 √6. Aulia Trie 70 60 √7. Dina Nur Fauziah 70 85 √8. Finka Lestari 70 65 √9. Haggi H.N 70 60 √10. Hendra Jaelani 70 75 √11. Hendri Mulyana 70 70 √12. Isma Khairunnisa 70 80 √13. M.Dzulfikar 70 80 √14. M.Haris 70 65 √15. M.Lutfi 70 75 √16. M.Rifaldi Adhri Z 70 65 √17. M.Rizqi 70 75 √18. Nabila Maharani 70 80 √19. Puput Melati S 70 70 √20. Raihan Kurniawan 70 75 √21. Razwa Faiza 70 80 √22. Reysha M.S 70 85 √23. Sandra Natasya 70 70 √24. Shafril M.S 70 65 √
103
25. Visca Ria K 70 70 √26. Zaki Rafi.A 70 65 √
Jumlah 18 8Persentase (%) 69% 31%
Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh hasil belajar siswa pada siklus I bahwa siswa
yang tuntas dalam pembelajaran sebnyak 18 orang atau 69% adari siswa sebanyak
26 orang, sedangkan untuk siswa yang belum tuntas sebanyak orang atau 31%.
Hasil ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa masih kurang, hal ini terlihat dari
ketuntasan hasil belajar baru mencapai 69% dari target ketuntusan dalam
penelitian ini mencapai ≥ 70%.
Berdasarkan tabel 4.3 ketuntasan hasil belajar pada siklus I bisa dilihat pada
diagram berikut ini:
Siklus I0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
TuntasBelum Tuntas
Diagram 4.4
Hasil Belajar Siswa dengan Model Discovery Learning siklus I
Dari hasil pembelajaran siklus I terlihat adanya peningkatan hasil belajar
siswa, pada tes sebelumnya hasil belajar siswa hanya mencapai 8% dari jumlah
siswa 26 orang, sedangkan pada postes pada siklus I diperoleh hasil belajar yang
104
mencapai KKM sebesar 69%, walaupun belum mencapai nilai KKM yang ideal
akan tetapi hal ini menunjukan adanya peningkatan signifikan dari hasil belajar
dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning.
4. Refleksi Siklus I
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I yang di
ikuti oleh 26 siswa diperoleh catatan sebagai kelebihan dan kekurangan dari
pembelajaran siklus I. berikut kelebihan dan kekurangan pada siklus I :
1. Kelebihan
a) Guru sudah membuka pelajaran, melaksanakan apersepsi, menyampaikan
tujuan pembelajaran, dan memotivasi siswa agar lebih aktif sehingga tercipta
suasana kreatifitas pada diri siswa saat proses belajar.
b) Guru masih menyiapkan materi pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran yang efektif dan efesien
c) Guru sudah melakukan pendekatan discovery learning agar siswa aktif dalam
dalam pembelajaran
d) Guru sudah memberi tugas pada siswa untuk mengamati lingkungan sekitar
siswa
e) Siswa antusias dengan model pembelajaran discovery learning
f) Guru sudah memberikan tes formatif kegiatan akhir pembelajaran untuk
mengetahui hasil evaluasi.
g) Guru melakukan observasi keaktifan siswa, diperoleh rata-rata keaktivan
siswa masih dalam katagori sedang .
2. Kekurangan
105
a) Sebagian Siswa kurang aktif dan kurang konsentrasi terhadap arahan guru
b) Guru belum maksimal dalam menggunakan pembelajaran discovery learning
untuk meningkatkan keaktifan siswa.
c) Siswa masih jarang berdiskusi dengan temanya.
d) Materi macam-macam energi dan perubahannya belum bisa sepenuhnya
dikuasai siswa, hal ini dapat terlihat pada hasil tes formatif pada pembelajaran
siklus I yang mencapai ketuntasan mencapai 18 dari 26 siswa (69%).
Meskipun ada peningkatan ketuntasan dari ketetapan yang dikehendaki
dalam kegiatan belajar siklus I, siswa yang belum tuntas dikarenakan siswa
kurang memahami arahan guru dan kurang aktif dalam proses pembealajaran.
Maka hasil diskusi peneliti dan guru observer dari kekurangan pada siklus I akan
diperbaiki pada siklus II.
b. Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 18 April 2014 dengan alokasi
waktu 4 x 35 menit. Pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran
discovery learning dilatahap yang dilakukan pada siklus II dilakukan tahap seperti
siklus I, adapun tahapannya sebagai berikut:
1. Perencanaan
Melihat refleksi hasil belajar formatif siklus I masih terdapat kekurangan,
peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan dibantu
observer dalam pelaksanaan pembelajaran. Pada siklus II ini peneliti berharap
memperbaiki pemahaman materi macam-macam sumber energi dan perubahanya
106
dengan menggunkan model pembelajaran discovery learning. Sehingga keaktifan
dalam kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa dapat tercapai
sebagaimana target yang ditetapkan. Hal yang dilakukan pada taha perencanaan
yaitu :
1. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajara (RPP) yang memuat skenario
pembelajaran dengan menggunkan model discovery learning
2. Menyiapkan alat peraga yang digunakan
3. Merancang instrument penelitian untuk mengetahui hasil belajar siswa
4. Membuat panduan observasi untuk mengamati proses pembelajaran yang
dilakuakn siswa dan guru.
5. Menyiapkan alat dokumentasi
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II yaitu proses belajar
mengajar mengacu pada skenario pembelajaran yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Penelitian pada siklus II dibantu oleh observer yang membantu
mengamati proses pembelajaran yang berlangsung dengan model pembelajaran
discovery learning. Penelitian ini memeberikan penguatan materi kepada siswa
yang mencapai nilai KKM. Berikut pelaksanaan penelitian pada siklus II:
Diawal pemebelajaran guru membuka pelajaran dengan mengucapkan
salam, berdo’a, dan mempersiapkan materi ajar, setelah itu guru melakukan
apersepsi dengan menanyakan materi pembelajaran pada siklus I. Berdasarkan
hasil tersebut pada awal pembelajaran terlihat bahwa siswa sudah mulai paham
tentang materi yang sudah dipelajari pada siklus I.
107
Proses pembelajaran selanjutnya dilakukan penguatan kepada siswa yang
telah mencapai KKM yang terdiri dari 18 orang siswa mengenai macam-macam
sumber energi dan perubahnya serta diberi pemahaman bahwa kita harus selalu
berhemat energi. Proses penguatan pada siswa dilakukan dengan memberi pretes
kepada siswa atau siswa, dari proses ini terlihat adanya peningkatan pemahaman
terhadap materi yang diajarkan. Brikut hasil pretes pada siklus II :
Tabel 4.7
Hasil Pretes Siklus II
No. Nama Siswa KKM NilaiKeterangan
Tuntas Belum Tuntas
(1) (2) (3) (4) (5) (6)1. Abisatya 70 65 √2. Agnes Amelia 70 65 √3. Ahmad Milyar 70 60 √4. Amanda Laudza 70 70 √5. Asih Gunarina 70 65 √6. Aulia Trie 70 55 √7. Dina Nur Fauziah 70 75 √8. Finka Lestari 70 70 √9. Haggi H.N 70 65 √10. Hendra Jaelani 70 65 √11. Hendri Mulyana 70 65 √12. Isma Khairunnisa 70 75 √13. M.Dzulfikar 70 70 √14. M.Haris 70 70 √15. M.Lutfi 70 65 √16. M.Rifaldi Adhri Z 70 60 √17. M.Rizqi 70 60 √18. Nabila Maharani 70 65 √19. Puput Melati S 70 60 √20. Raihan Kurniawan 70 65 √21. Razwa Faiza 70 70 √
108
22. Reysha M.S 70 75 √23. Sandra Natasya 70 60 √24. Shafril M.S 70 60 √25. Visca Ria K 70 65 √26. Zaki Rafi.A 70 65 √
Jumlah 8 18Persentase (%) 31% 69%
Setelah proses diatas guru mempersilahkan siswa untuk bertanya hal-hal
yang belum dimengerti atau hal-hal yang ingin diketahui oleh siswa, setelah itu
guru memfokuskan untuk membingbing siswa yang belum mencapai KKM yang
terdiri dari 8 orang. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa tersebut untuk
merangsang pemahaman siswa. Terlihat dari 8 orang ini masih belum memahamai
sepenuhnya dan harus terus dirangasang dengan peratanyaan. Jawaban dari 8
siswa tesrebut sekaligus sebagai cara untuk mengidentifikasi sejaauh mana
pemahamna siswa tersebut.
Proses selanjutnya guru membagi 8 orang ini menjai 2 kelompok, masing-
masing kelompok terdiri dari 4 orang, selanjutnya siswa diberi tugas untuk
mengamati kembali benda-benda elektronik dan mencatat perubahan energinya
pada benda-benda yang ada disekitar lingkungan sekolah, hal ini dimaksudkan
untuk siswa mengumpulkan data dan inforrmasi terkait materi yang diajarkan.
Hasil pengamatan siswa kemudian ditafsirkan atau disimpulkan, setelah itu guru
memerikasa hasil pengamatan siswa sebagai langkah memverifikasi hasil
pengamatan siswa tersebut, langkah selanjutnya yaitu guru dan siswa
menyimpulkan bersama dari hasil pengamatan dan jawaban siswa tersebut.
109
Bedasarkan proses diatas menurut hasil pengamatan peneliti kegiatan
pemebelajaran yang dilakukan sudah maksimal dan begitupunn pemahaman
materi dari siswa meningkat.
3. Observasi
Observasi dilaksanakan secara langsung bersamaan dengan pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar. Seperti halnya pada siklus I, pada siklus II situasi yang
terjadi hampir sama dengan siklus I. pada saat guru mengawali kegiatan dengan
menyampaikan materi ada peningkatan keaktifan siswa dalam mengajukan
pertanyaan, dan berkonsentrasi dalam menyimak materi tersebut. Berikut data
observasi pada siklus II:
Ttabel 4.8
Aktivitas Belajar Siswa
No Nama SiswaAktivitas Belajar Siswa
Jumlah Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 331 Abisatya 4 4 4 2 3 3 2 4 3 4 322 Agnes Amelia 4 4 4 2 2 3 2 4 3 4 333 Ahmad Milyar 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 334 Amanda Laudza 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 325 Asih Gunarina 4 4 4 2 2 3 2 4 3 4 336 Aulia Trie 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 347 Dina Nur F 4 4 4 2 3 3 3 4 3 4 338 Finka Lestari 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 339 Haggi H.N 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 32
10. Hendra Jaelani 4 4 4 2 2 3 2 4 3 4 3211. Hendri Mulyana 4 4 4 2 2 3 2 4 3 4 3312. Isma K 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 3413. M.Dzulfikar 4 4 4 2 3 3 3 4 3 4 3314. M.Haris 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 3315. M.Lutfi 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 3316. M.Rifaldi Adhri 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 32
110
17. M.Rizqi 4 4 4 2 2 3 2 4 3 4 3418. NabilaMaharani 4 4 4 2 3 3 3 4 3 4 3219. Puput Melati S 4 4 4 2 2 3 2 4 3 4 3220. Raihan K 4 4 4 2 2 3 2 4 3 4 3221. Razwa Faiza 4 4 4 2 2 3 2 4 3 4 3322. Reysha M.S 4 4 4 2 3 3 2 4 3 4 3223. Sandra Natasya 4 4 4 2 2 3 2 4 3 4 3324. Shafril M.S 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 3225. Visca Ria K 4 4 4 2 2 3 2 4 3 4 3326. Zaki Rafi.A 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 33
Jumlah Skor 851
Persentase = Jumla h skor yang diperole h
Jumla h skor maksimal x 100 %82%
Pedoman Penskoran Keterangan Nilai:1 = Kurang Baik 3 = Baik2 = Cukup Baik 4 = Sangat Baik
Keterangan:1. Siswa memperhatikan guru yang sedang menyampaikan materi tentang energi
dan perubahannya2. Semangat siswa dalam mengikuti pelajaran3. Siswa memperhatikan arahan guru untuk mengeksplorasi media belajar secara
detail dan cermat4. Siwa memberikan pendapat5. Siswa bertanya kepada guru 6. Siswa menulis dan mengkomunikasikan hasil pengamatan di depan kelas7. Siswa mendiskusikan jawaban bersama teman 8. Siswa menyajikan hasil laporan 9. Siswa dan guru bersama-sama mengoreksi jawaban yang benar10. Siswa diminta mengamati benda elektronik, manfaat dan perubahan energinya
dilingkungan sekitar siswa
Berdasarkan tabel diatas hasil observasi aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase 82% dari hasil
tersebut menunjukan bahwa adanya peningkatan aktivitas siswa dari siklus I ke
111
siklus II. Berikut data hasil perbandingan aktivitas siswa antara siklus I dan siklus
II dalam bentuk grafik :
Aktivitas Siswa
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Siklus ISiklus II
Diagram 4.5Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa pada
siklus II mengalami peningkatan yang signifikan dan dapat sikatakan berhasil
karena pada proses pembelajaran semua siswa berperan aktif dan peningkatan
tersebut telah mencapi nilai yang diharapkan oleh peneliti.
Selanjutnya proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dapat dilihat dari
hasil observasi terhadap kinerja guru. Berikut data dari aktivtas guru:
Tabel 4.9
Aktivitas Guru Siklus II
No Aspek yang Diamati Skor1. Mempersiapkan Media Pembelajaran 42. Mempersiapkan Siswa untuk Belajar 4
3 Guru menyampaikan informasi tema pembelajaran 44 Guru menguasai materi pembelajaran 35 Guru memberikan rangsangan dengan pertanyaan 46 Guru memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi 4
112
sebanyak mungkin masalah
7Guru memberi kesempatan siswa mengumpulkan informasi dan membuktikannya
3
8 Guru melakukan observasi dan wawancara 3
9Guru melakukan verifikasi kepada siswa terhadap jawaban siswa
3
10 Guru memberikan kesimpulan 411 Melaksanakan pembelajaran secara runtut 3
12Melaksanakan pembelajaran sesuai alokasi waktu yang direncankan
3
13 Menggunakan media secara efektif 414 Melibatkan siswa dalam memanfaatkan media 4
15Menumbuhkan partisipasi siswa dalam pemanfaatan media pembelaaran
3
16 Menunjukan sikap terbuka pada jawaban siswa 417 Memberikan suasana ceria pada siswa 318 Memantau kemajuan selama proses pembelajaran 319 Melakukan rangkuman dengan melibatkan siswa 320 Melaksanakan tidak lanjut dengan memberikan tugas 3
Jumlah Skor69
Persentase = Jumlah skor yangdiperoleh
Jumlah skor maksimal x 100 %86%
Berdasarkan pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa hasil analisis aktivitas guru
menunjukan skor 69 yang jika dipersentasekan sekitar 86%. Hal ini menunjukan
bahwa adanya peningkatan pada aktivitas guru pada siklus II. Berikut data
perbandingan perolehan aktivitas guru pada siklus I dan siklus II dapat
digambarkan dalam diagram sebagai berikut :
113
Aktivitas Guru
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Siklus ISiklus II
Diagram 4.6Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II
4. Hasil Belajar Siswa dengan Model Discovery Learning Siklus II
Dari data sebelumnya disebutkan bahwa adanya peningkatan pada aktivitas
siswa yang signifikan antara siklus I dan siklus II akan tetapai apakah keaktifaan
tersebut berpengaruh kepada hasil belajar siswa, untuk mengetahui pertanyaan
tersebut dilakukan tes yang diberikan kepada siswa. Adapun tabel hasil postes
pada siklus II adalah sebagai berikut :
Table 4.10
Hasil Postes Siklus II
No. Nama Siswa KKM NilaiKeterangan
Tuntas Belum Tuntas
(1) (2) (3) (4) (5) (6)1. Abisatya 70 75 √2. Agnes Amelia 70 85 √3. Ahmad Milyar 70 80 √4. Amanda Laudza 70 80 √5. Asih Gunarina 70 95 √
114
6. Aulia Trie 70 65 √7. Dina Nur Fauziah 70 95 √8. Finka Lestari 70 80 √9. Haggi H.N 70 75 √10. Hendra Jaelani 70 85 √11. Hendri Mulyana 70 75 √12. Isma Khairunnisa 70 85 √13. M.Dzulfikar 70 90 √14. M.Haris 70 80 √15. M.Lutfi 70 85 √16. M.Rifaldi Adhri Z 70 70 √17. M.Rizqi 70 90 √18. Nabila Maharani 70 95 √19. Puput Melati S 70 80 √20. Raihan Kurniawan 70 85 √21. Razwa Faiza 70 85 √22. Reysha M.S 70 95 √23. Sandra Natasya 70 80 √24. Shafril M.S 70 70 √25. Visca Ria K 70 75 √26. Zaki Rafi.A 70 65 √
Jumlah 24 2Persentase (%) 92% 8%
Dari hasil postes pada siklus II terlihat bahawa adanya peningkatan hasil
belajar siswa di bandingkan dengan hasil pretes II sebelumnya. Selanjutnya guru
mengakumuasikan dari nilai pretes dan postes untuk mengetahui keberhasilan
belajar siswa pada siklus II. Berikut tabel hasil belajar siswa pada siklus II :
Tabel 4.11
Hasil Belajar Siswa dengan Model Discovery Learning siklus II
No. Nama Siswa KKM NilaiKeterangan
Tuntas Belum Tuntas
(1) (2) (3) (4) (5) (6)1. Abisatya 70 70 √
115
2. Agnes Amelia 70 75 √3. Ahmad Milyar 70 70 √4. Amanda Laudza 70 75 √5. Asih Gunarina 70 80 √6. Aulia Trie 70 60 √7. Dina Nur Fauziah 70 85 √8. Finka Lestari 70 75 √9. Haggi H.N 70 70 √10. Hendra Jaelani 70 75 √11. Hendri Mulyana 70 70 √12. Isma Khairunnisa 70 80 √13. M.Dzulfikar 70 80 √14. M.Haris 70 75 √15. M.Lutfi 70 75 √16. M.Rifaldi Adhri Z 70 65 √17. M.Rizqi 70 75 √18. Nabila Maharani 70 80 √19. Puput Melati S 70 70 √20. Raihan Kurniawan 70 75 √21. Razwa Faiza 70 80 √22. Reysha M.S 70 85 √23. Sandra Natasya 70 70 √24. Shafril M.S 70 65 √25. Visca Ria K 70 70 √26. Zaki Rafi.A 70 65 √
Jumlah 22 4Persentase (%) 85% 15%
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dikatakan bahwa adanya peningkatan hasil
belajar siswa dari siklus I, pada siklus I ada 18 siswa yang mencapai nilai KKM
sedangkan yang belum mencapai nilai KKM ada 6 siswa. Pada siklus II siswa
yang mencapi nilai KKM ada 22 orang siswa sedangkan yang belum mencapai
KKM ada 4 orang. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat dari diagram dibawah
ini perbandingan hasil belajar pada siklus I dan siklus II :
116
Siklus I Siklus II0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
TuntasBelum Tuntas
Diagram 4.7Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan data diatas menunjukan adanya peningkatan hasil belajar
menigkat dari 69% menjadi 85% dan pada siklus II ini ketuntas belajar telah
mencapi target dari 70% dari jumlah siswa.
5. Refleksi Hasil Pembelajaran Siklus II
Berdasakan refleksi pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yang diikuti
oleh 26 siswa yang mengikuti pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1) Aspek keaktifan, diperoleh data 82% siswa aktif dalam proses pembelajaran.
Artinya pada Siklus trerjadi peningkatan dari siklus I yang memperoleh 58%.
2) Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai 85% dari jumlah siswa 26 orang
artinya ada 22 orang yang telah mencapai nilai KKM, data iini meningkat dari
siklus I yang mencapi 69% siswa yang mencapai KKM.
3) Adanya peningkatan aktivitas guru dalam proses pembelajaran ini menujukan
perbaikan pada aktivitas guru pada siklus I.
117
2. Pembahasan
Berdasarkan pada proses pembelajaran yang dilakukan pada siklus I dan siklus
II pada bagian ini akan dipaparkan mengenai hasil-hasil temuan yang pada siklus
Idan siklus II sebagai berikut :
a. Hasil Belajar Siswa sebelum Pembelajaran Discovery Learning
Dari data yang diperoleh dari ahsil pretes sebelum mengunakan pembelajaran
dengan model Discovery Learning dapat dilihat bahwa siswa yang mencapai nilai
KKM hanya 2 orang atau 8% sedangkan siswa yang belum tuntas berjumlah 24
siswa atau 92%, hal ini menunjukan bahwa pemahaman siswa terhadap tema
macam-macam sumber energi masih sangat rendah. Pemahaman tersebut biasa
dilihat dalam bentuk diagram sebagai berikut :
Berdasarkan diagram 4.1 dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa
yang dilakukan melalui pretes tersebut belum optimal sehingga diperlukan upaya
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kurang optimalnya hasil belajar bisa saja
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya penggunanan metode
pembelajaran.
Metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh para
pendidik agar proses belajar-mengajar pada siswa tercapai sesuai dengan tujuan.
metode pembelajaran yang dignakan oleh guru pada hasil diatas menggunakan
metode ceramah metode ini hanya berpusat pada guru (teacer centered) artinya
metode ini guru memberikan penjelasan secara lisan kepada muridnya. Murid
mendengarkan apa yang dijelaskan oleh gurunya dan membuat catatan kecil yang
dianggap penting. Pada umumnya murid bersifat pasif, yaitu hanya menerima
118
semua yang dijelaskan oleh guru. Guru menggunakan alat pendukung alam
kegiatan belajar-mengajarnya,yaitu papan tulis, kapur/spidol, gambar-gambar, dan
sebagainya.
Menurut Menurut Suryono (1992:99) mengatakan bahwa Metode ceramah
adalah Penuturan atau penjelasan guru secara lisan, di mana dalam pelaksanaanya
guru dapat menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang
disampaikan kepada murid-muridnya. Sedangkan menurut Roestiyah N.K
(2001:137) Metode ceramah adalah Suatu cara mengajar yang digunakan untuk
menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok
persoalan serta masalah secara lisan.
Metode pada penelitian ini menjadi salah satu penyebab menurunnya hasil
belajar siswa kelas IV SDN Bojongsalam, hal ini dikarenakan pelajaran berjalan
membosankan dan siswa-siswa menjadi pasif, karena tidak berkesempatan untuk
menemukan sendiri oleh konsep yang diajarkan. Sisawa hanya aktif membuat
catatan saja, selain itu kepadatan konsep-konsep yang diberikan melalui metode
ini dapat berakibat siswa tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan serta
pengetahuan yang diperoleh melaui ceramah lebih cepat terlupakan.
Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran
yang lebih inovatif dan tidak membosankan sehingga siswa bisa meningkatkan
pemahamannnya yang pada akhirnya hasil belajarnya pun meningkat. Model
pemebelajaran yang bisa digunakan yaitu pembelajaran dengan pendekatan
discovery learning.
Menurut Bruner (dalam Winataputra, 2008:3.18) belajar penemuan (discovery) adalah proses belajar dimana guru harus menciptakan situasi
119
belajar yang problematis, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa mencari jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.
Menurut Suryobroto (dalam Suparno, 2007:73) metode penemuan (discovery) diartikan sebagai cara mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai generalisasi umum. Metode penemuan (discovery) adalah metode dimana dalam proses belajar siswa diperkenankan menemukan sendiri informasinya. Maka keaktifan siswa sangat penting. Metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau keseluruhannya ditemukan sendiri.
Piaget (dalam Mulyasa, 2005 : 108) menyatakan discovery merupakan
teknik yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan
eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan
sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri,
serta menghubungkan penemuan yang lain, membandingkan apa yang
ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lainnya.
Belajar penemuan (discovery) pada akhirnya dapat meningkatkan
penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas dan melatih keterampilan
kognitif siswa dengan cara menemukan dan memecahkan masalah yang ditemui
dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan menghasilkan pengetahuan yang
benar-benar bermakna bagi dirinya.
Tahap-tahap penerapan dalam discovery learning adalah (1) Stimulus
(pemberian perangsang/stimuli); kegiatan belajar dimulai dengan memberikan
pertanyaan yang merangsang berpikir siswa, (2) Problem statement
(mengidentifikasi masalah); memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan
120
pelajaran, kemudian memilih dan merumuskannya dalam bentuk hipotesis (3)
Data collection (pengumpulan data); memberikan kesempatan kepada siswa
mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan
benar tidaknya hipotesis tersebut. (4) Data processing (pengolahan data); mengolah
data yang telah diperoleh siswa melalui kegiatan wawancara, observasi dan lain-lain.
Data tersebut kemudian ditafsirkan (5) Verifikasi; mengadakan pemeriksaan secara
cermat untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis yang ditetapkan dan
dihubungkan dengan hasil dan pengolahan data. (6) Generalisasi; mengadakan
penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum yang berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil verifikasi. (Muhibbin
Syah 1995, hal. 245).
Dari data dan catatan diatas dapat disimpulkan bahwa metode ceramah
kurang cocok digunakan pada pemebelajaran IPA dengan tema selalu berhemat
energi sub tema macam-macam energi. Pendekatan yang relevan yaitu dengan
pendekatan discovery learning. Pendekatan ini siswa didorong untuk belajar
sendiri secara mandiri. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah, dan guru mendorong
siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang
memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri,
bukan memberi tahu tetapi memberikan kesempatan atau dengan berdialog agar
siswa menemukan sendiri. Pembelajaran ini membangkitkan keingintahuan siswa,
memotivasi siswa untuk bekerja sampai menemukan jawabannya. Siswa belajar
memecahkan secara mendiri dengan ketrampilan berpikir sebab mereka harus
menganalisis dan memanipulasi informasi.
121
b. Respon Siswa terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan discovery
learning pada Siklus I dan Siklus II
Pada wawanncara awal pada tanggal 4 Agustus 2014 hasil pada siklus I
respon siswa terhadap pembelajaran IPA dengan materi macam-macam sumber
energi, sebelum menggunakan pendekatan discovery learning diperoleh hasil
dengan persentasi 85% bahwa IPA merupakan salah satu pelajaran yang disenangi
anak, tetapi dalam materi macam-macam sumber energi memperoleh persentasi
45% masih mengalami kesulitan dan belum paham terutama dalam perubahan
energi, harapan siswa pembelajaran selanjutnya dilakukan dengan menyenangkan
dan tidak membosankan.
Wawancara lanjutan dengan siswa pada hari senin 11 Agustus 2014 mengenai
respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan pendekatan discovery learning
disimpukan bahwa 90% setelah siswa pembelajaran menggunakan discovery
learning pada materi energi siswa dapat memahami materi serta siswa merasa
senang pada pemebelajaran tersebut.
Siswa yang belajar diharapkan mengalami perubahan baik dalam bidang
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. Perubahan tersebut dapat
tercapai bila ditunjang berbagai macam faktor, salah satunya adalah mengenai
respon siswa pada proses pembelajaran.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan kurangnya respon siswa dalam
belajar termasuk pelajaran Sains. Diantaranya; kurangnya interaksi antara guru
dengan siswa yang menyebabkan adanya ketidak hormonisan pada saat
pembelajaran berlangsung sehingga suasana kelas menjadi kurang menarik dan
cenderung membosankan. Sarana dan prasarana kurang memadai untuk
meningkatkan respons belajar siswa khususnya pada pembelajaran Sains. Tidak
122
dapat dipungkiri bahwa cara belajar yang tepat dapat meningkatkan respon belajar
siswa.
Menurut Hamalik dalam Sugiharto (2008:45) menyatakan, sambutan
(responding) adalah suatu sikap terbuka ke arah sambutan. Menurut Winataputra
dan Rosita (2008:25) mengatakan bahwa respon adalah prilaku yang lahir dan
merupakan hasil masuknya stimulus kedalam pikiran seseorang. Menurut Eilesres
(1995:93) cara orang menerima dengan indra dan respon yang ditimbulkan
berbeda-beda karena respons (persepsi, sikap dan prilaku) dibentuk oleh budaya.
Dalam proses pembelajaran adanya respon positif dari siswa sangat
memegang peranan penting untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa terhadap
pelajaran iru sendiri. Siswa yang memiliki respon belajar positif cendrung untuk
lebih aktif, kreatif, dan berani mengambil setiap kesempatan, misalnya dalam
bertanya, memberikan ide – ide dan menerangkan kepada teman-temannya
apabila ada hal-hal yang kurang dipahami oleh temannya. Hal ini merupakan
impilaksi dari cara guru dalam mengelola pembelajaran, artinya dalam
melaksanakan proses belajar mengajar peranan guru sangat dituntut agar siswa
memberikan respon positif dalam belajar kerena dengan adanya respon positif
tersebut setidaknya dapat memahamkan siswa bahwa IPA itu merupakan pelajaran
yang menyenangkan.
Kesimpulan dari siklus I dan siklus II dapat dikatakan bahwa respon siswa
terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan menggunakan metode
discovery learning memberikan respon yang positif. Hal ini telihat bahwa siswa
merasa senang dan antusias terhadap metode pembelajaran yang digunakan.
123
c. Aktivitas Belajar Siswa Selama Mengikuti Pembelajaran dengan
Menerapkan Pendekatan Discovery Learning
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan pada siklus I aktivitas belajar
siswa hanya memperoleh nilai dengan persentase 58% keaktivan siswa mengikuti
pembelajaran. Siklus II aktivitas siswa meperoleh nilai dengan persentase 82%.
Data tersebut bisa dilihat dari diagram 4.5 di halaman 111.
Pengertian Aktivitas Aktivitas berasal dari bahasa Inggris activity yang berarti
kegiatan (Echols dan Shadily, 2000: 10). Bigot mengartikan aktivitas sebagai
“sifat mudah atau sukar bertindak dengan sendirinya” (Bigot, 1990: 275). Dalam
hal ini, aktivitas diartikan suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada saat
proses pembelajaran.
Menurut Hamalik (2008: 89-90), siswa adalah suatu organisme yang hidup.
Dalam dirinya terkandung banyak kemungkinan dan potensi yang hidup dan
sedang berkembang. Nasution (1986: 92), menyatakan bahwa dalam kegiatan
pembelajaran setiap siswa terdapat ”prinsip aktif” yakni keinginan berbuat dan
bekerja sendiri. Prinsip aktif mengendalikan tingkah lakunya. Pembelajaran perlu
mengarahkan tingkah laku menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan.
Potensi yang hidup perlu mendapat kesempatan berkembang ke arah tujuan
tertentu.
Di dalam pembelajaran, siswa dibina dan dikembangkan keaktifannya melalui
tanya jawab, berfikir kritis, diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman
nyata dalam pelaksanaan praktikum, pengamatan dan diskusi juga
mempertanggungjawabkan segala hasil dari pekerjaan yang ditugaskan. Dalam
124
pembelajaran, menurut Bruner yang dikutip Ruseffendi (1997: 178) siswa
haruslah aktif untuk menemukan prinsip-prinsip dan mendapatkan pengalaman
untuk melakukan eksperimen, dan guru mendorong siswa untuk melakukan
aktivitasnya. Dalam teori belajarnya, Bruner sangat menyarankan keaktifan siswa
dalam proses belajar secara penuh untuk mencapai hasil yang maksimal.
Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi
pembelajaran sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah
tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Dalam kegiatan belajar,
subyek didik atau siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam
belajar sangat diperlukan adanya aktivitas (Sardiman, 2003:95). Dalam proses
belajar siswa diperlukan aktivitas, siswa bukan hanya jadi obyek tapi subyek didik
dan harus aktif agar proses kemandirian dapat tercapai.
Kesimpulan dari data dan pembahasan diatas bahwa keaktifan siswa dalm
proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang keberhasilan dari
meningkatya hasil belajar siswa itu sendiri. Data pada siklus I 58% dan siklus II
82% ini menunjukan adanya peningkatan dalam keaktivan siswa kelas IV SDN
Bojongsalam dalam mengikuti pembelajaran dan dikategorikan dalam kategori
keaktivan tinggi.
d. Aktivitas Guru Selama Melaksanakan Pembelajaran dengan
Menerapkan Pendekatan Discovery Learning
Guru termasuk dalam masukan instrumen yang merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar dan pembelajaran. Bisa dikatakan bahwa guru
125
mempengaruhi belajar dan pembelajaran, dengan demikian bisa kita katakan
bahwa aktivitas guru mampu mempengaruhi proses pembelajaran.
Data aktivitas guru pada siklus I dan siklus II dapat dilihat dari diagram 4.6
halaman 113.
Berdasrkan data didiagram 4.6 menunjukan bahwa aktivitas guru pada
siklus I dan siklus II menunjukan adanya peningkatan pada siklus I menujukan
aktivitas guru mendapat persentase 72,5% dimana nilai ini dikatagorikan dalam
akrivitas yang sedang. Pada siklus II mengalami peningkatan sejumlah 86% yang
menujukan aktivitas dalam kategori tinggi.
Peran guru sebagai pengajar, kadang diartikan sebagai menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa. Dalam posisi ini, guru aktif menempatkan dirinya sebagai
pelaku imposisi yaitu menuangkan materi ajar kepada siswa. Sedangkan di lain
pihak, siswa secara pasif menerima materi pelajaran yang diberikan tersebut
sehingga proses pengajaran bersifat monoton. Padahal, peran guru sebagai
pengajar bukan hanya menyampaikan informasi, tetapi masih banyak kegiatan
lain yang harus dilakukan guru agar proses pengajaran mencapai tujuan dengan
efektif dan efisien.
Guru adalah faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran yang
berkualitas. Sehingga berhasil tidaknya pendidikan mencapai tujuan selalu
dihubungkan dengan kiprah para guru. Oleh karena itu, usaha-usaha yang
dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan hendaknya dimulai dari
peningkatan kualitas guru. Guru yang berkualitas diantaranya adalah mengetahui
dan mengerti peran dan fungsinya dalam proses pembelajaran.
126
Menurut Rusman, (2012:59) ada beberapa aktivitas guru yang terdapat dalam
proses pembelajaran, antara lain :
1) Mengatur alokasi waktu berkenaan dengan berlangsungnya proses pembelajaran.
2) Memberikan dorongan kepada siswa agar tumbuh semangat untuk belajar,
sehingga minat belajar tumbuh kondusif dalam diri siswa.
3) Melaksanakan diskusi dalam kelas. Diskusi adalah wahana yang tepat untuk
menciptakan dan menumbuhkan siswa yang kreatif dan produktif serta terlatih
berargumentasi secara sehat serta terbiasa menghadapi perbedaan.
4) Mengamati siswa. Mengacu pada hasil pengamatan ini guru dapat mengatahui
siswa mana yang membutuhkan pembinaan lebih.
5) Memberikan informasi lisan maupun tulisan dengan bahasa sederhana dan mudah
dimengerti siswa.
6) Memberikan masalah untuk dicari solusi pemecahannya, sehingga siswa dapat
menggunakan daya pikir dan daya nalarnya secara maksimal.
7) Mengajukan pertanyaan dan memberikan respon terhadap pertanyaan yang
diajukan siswa.
8) Menggunakan media/alat peraga.
Menurut Prey Katz (2003:65) menggambarkan peranan guru sebagai
komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai
pebemberian inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap
dan tingkah laku serta nilai-nilai, seseorang yang menguasai bahan ajarnya. Peran
guru di sekolah, tidah hanya sebagai trasmiter dari ide tetapi juga berperan sebagai
transformer. Saadarma A.M (2010: 142).
127
Kesimpulan dari data dan pembahsan diatas bahwa guru juga merupakan
faktor penentu dari keberhasilan pembelajaran, apabila guru mampu melibatkan
siswa dalam kegiatan pembelajaran maka keberhasilan dari pembelajaran bisa
optimal. Dari data diatas adanya peningktan yang dilakukan oleh guru pada siklus
I 72,5% dan siklus II 86% berdampak kepada hasil belajar siswa kelas IV SDN
Bojongsalam.
e. Hasil Belajar Siswa Setelah Mengikuti Proses Pembelajaran Dengan
Pendekatan Discovery Learning pada Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dikatakan bahwa adanya peningkatan hasil
belajar siswa dari siklus I, pada siklus I ada 18 siswa yang mencapai nilai KKM
sedangkan yang belum mencapai nilai KKM ada 6 siswa. Pada siklus II siswa
yang mencapi nilai KKM ada 22 orang siswa sedangkan yang belum mencapai
KKM ada 4 orang. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat dari diagram dibawah
ini perbandingan hasil belajar pada siklus I dan siklus II :
Peningkatan hasil belajar tidak telepas dari proses belajar mengajar yang
dilakukan oleh peserta didik dan guru dalam satu kegiatan pembelajaran .
Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Oleh karena itu hasil belajar
yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang
peserta didik setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru).
Menurut Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah: “Pola-pola perbuatan, nilai-nilai pengertian, sikap, apresiasi, dan ketrampilan’. Hasil belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang hasil belajarnya tinggi dapat dikatakan, bahwa dia telah berhasil dalam belajar. Demikian pula sebaliknya. Sedangkan dalam usaha untuk mencapai suatu hasil belajar dari proses belajar
128
mengajar, seorang siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Menurut Nana Sudjana (2009:3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian
yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut
Nana Syaodih Sukmadinata (2003:102)”hasil belajar merupakan realisasi atau
pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki
seseorang”.
Hasil belajar yang dicapai pada penelitian ini seperti disebutkan diatas
tidak terlepas dari guru dan siswa itu sendiri dan pendekatan pembelajaan yang
mana dalam penelitian ini menggunakan penedekatan discovery learning. Pada
setiap siklus yang di mulai dari tahap perencanaan , tindakan, observasi dan
refleksi guru melakukan dan memadukan langkah-langkah penggunaan discovery
learning yaitu Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), problem statement
(pernyataan/ identifikasi masalah), data collection (pengumpulan data), data
processing (pengolahan data), verification (pentahkikan/pembuktian),
generalization (menarik kesimpulan/generalisasi). Dari langkah-langkah ini
tingkat keberhasilan pembelajaran menggunakan discovery learning bisa optimal.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:26) mengemukakan bahwa, ranah
tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat
diklasifikasikan menjadi 3, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor.
129
Dari hasil observasi hasil belajar pada ranah diatas pada pemebelajaran IPA
pada tema selalu berhemat energi sub tema macam-macam sumber energi
diperoleh hasil sebagai berikut :
RANAH HASIL BELAJAR
KOGNITIF
6. Mengetahui sumber-sumber energi7. Benda-benda elektronik memiliki kegunaan untuk
mempermudah kehidupan manusia.8. Benda-benda elektronik dapat menjalankan
fungsinya jika dialiri arus listrik.9. Arus listrik merupakan salah satu bentuk energi
karena menyebabkan benda-benda elektronik bekerja/berfungsi.
10. Arus listrik bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, yaitu mempermudah kehidupan manusia.
11. Perubahan energi listrikmenjadi energi lainnya
AFEKTIF
3. Selalu berhemat energi dengan mematikan listrik yang tidak terpakai
4. Mengajak keluarga dan orang sekitar untk berhemat energi
5. Memakai listrik seperlunya
PSIKOMOTOR
4. Melaporkan sumber-sumber energi5. Melaporkan hasil pengamatan tentang manfaat benda-
benda elektronik6. Melaporkan hasil pengamatan tentang manfaat
sumber energi listrik bagi kehidupan manusia7. Melaporkan hasil pengamatan perubahan energi listrik
menjadi energi lainnya
Hasil belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor
dijadikan pula data evaluasi untuk pembelajaran berikutnya karena evaluasi
merupakan kegiatan yang tidak mungkin dielakkan dalam proses pembelajaran.
Dengan kata lain, kegiatan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi
pembelajaran merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan pendidikan.
130
Dari data pembahasan di atas disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
pendekatan discovery learning memberikan dampak positif kepada hasil belajar
siswa hal ini terlihat dari hasil pretes dimana siswa yang mencapai nilai KKM
hanya 2 orang atau 8% dari siswa yang berjumlah 26 orang, setelah menggunakan
discovery learning pada siklus I meningkat menjadi 18 orang atau sekitar 69%
dari jumlah siswa, pada siklus II meningkat kembali menjadi 22 orang atau
mencapai 85% dari jumlah siswa. Pada siklus II nilai KKM telah mencapi nilai
ketuntasan maksimal yaitu diatas 70% bahkan mencapai nilai KKI yaitu 85%.