repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu...

206
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam dunia pendidikan. Akibat pembaharuan itu dunia pendidikan di Indonesia semakin mengalami kemajuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat dan hasil belajar yang baik bagi para peserta didik. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik dalam satuan 1

Transcript of repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu...

Page 1: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak

perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha

pembaharuan dalam dunia pendidikan. Akibat pembaharuan itu dunia pendidikan

di Indonesia semakin mengalami kemajuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut,

maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan

perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena adanya

dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru

selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan

semangat dan hasil belajar yang baik bagi para peserta didik.

Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi

atau hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik dalam satuan

pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar

merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar

penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral

pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar

di kelas, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu

dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu metode dan pendekatan

pengajaran menjadi lebih efektif dan menarik sehingga bahan pelajaran yang

1

Page 2: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

2

disampaikan akan membuat peserta didik merasa senang dan merasa perlu untuk

mempelajari bahan pelajaran tersebut.

Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan

nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang

beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,

berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri,

cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu

menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal

semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan hal itu,

maka pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia

pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas

pembangunan bangsa Indonesia.

Berhasil tidaknya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor salah

satunya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena

guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan

kecerdasan serta keterampilan peserta didik. Peningkatan kualitas pendidikan

tidak terlepas dari usaha-usaha guru untuk menerapkan metode-metode belajar

yang dapat memotivasi siswa untuk lebih efektif belajar. Namun kenyataannya

masih banyak guru yang belum menerapkan metode-metode pembelajaran yang

sesuai dengan materi pelajaran, sehingga siswa gagal mencapai hasil belajar.

Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan

secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara

Page 3: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

3

atau model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang

tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.

Oleh karena itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan dan pengajaran di sekolah salah satunya adalah dengan memilih

strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh

peningkatan hasil belajar peserta didik khususnya pada pelajaran IPA. Misalnya

dengan membimbing peserta didik untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses

pembelajaran dan mampu membantu peserta didik berkembang sesuai dengan

taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman peserta didik terhadap

konsep-konsep yang diajarkan oleh guru di kelas.

Berdasarkan pernyataan di atas serta fakta di lapangan terlihat bahwa pada

saat proses belajar mengajar masih menggunakan metode sederhana atau

tradisional, yaitu guru hanya memberikan ceramah dimana metode ini hanya

berpusat pada guru (teacer centered) dan peserta didik hanya mendengar dan

mencatat saja sehingga terlihat siswa cepat merasa bosan dalam menyimak

pelajaran yang kemudian, siswa memilih untuk ngobrol dengan teman

sebangkunya. Masih dalam proses belajar siswa terlihat kebingungan ketikadiberi

pertanyaan atau pun diberi kesempatan untuk bertanya, mereka cendrung memilih

diam walaupun dia tidak menerti atau tidak paham.

Hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan dikelas IV SDN

Bojongsalam di dapat bahwa metode yang digunakan yaitu metode ceramah atau

metode satu arah kurang cocok diterapkan pada anak, karena metode tersebut

kurang memicu siswa untuk belajar aktif dan berfikir kritis dalam menerima

Page 4: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

4

materi pembelajaran sehingga hasil belajar kurang maksismal. Hasil belajar

peserta didik pada mata pelajaran IPA yang menunjukan bahwa dari 26 peserta

didik hanya 2 peserta didik yang mendapat nilai di atas atau sama dengan KKM

yang ditetapkan , yakni 70 (Kriteria Ketuntasan Minimal).

Kurang maksimalnya hasil belajar yang dihadapi oleh sejumlah peserta

didik dikarenakan mereka merasa bosan sehingga kurang memahami materi yang

disampaikan guru, untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru

dengan upaya membangkitkan motivasi belajar peserta didik misalnya dengan

membimbing peserta didik untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang

melibatkan peserta didik sehingga peserta didik bisa menemukan jawaban dari apa

yang menjadi masalah atau pertanyaan dari guru, dari keterlibatan peserta dididk

ini siswa tiadak akan merasa bosan dan aka termotivasi pada pembelajaran

tersebut. Peserta didik yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan

proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi yang diberikan,

sehingga peserta didik tersebut akan mampu meyerap materi itu dengan lebih

baik. Untuk itu sebagai seorang guru, disamping menguasai materi pembelajaran,

juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang

sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan prestasi belajar

yang optimal.

Berdasarkan uraian di atas penulis perlu digunakannya metode yang tepat

dan menarik sehingga membuat siswa menjadi aktif dalam proses belajar

mengajar serta terciptanya suasana belajar yang tidak membosankan, salah

Page 5: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

5

satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning.

Menurut Bruner (dalam Winataputra, 2008: 318) :

Belajar penemuan (discovery) adalah proses belajar dimana guru harus menciptakan situasi belajar yang problematis, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa mencari jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.

Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model pembelajaran yang

digunakan dalam pendekatan konstruktivis modern. Pada pembelajaran

penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan

aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar

mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan

mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.

Pembelajaran Discovery learning adalah model pembelajaran yang

mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum

diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya

ditemukan sendiri.

Pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi sampai dengan jalan

dan hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini sejalan dengan

pendapat Maier (Winddiharto:2004: 46) yang menyatakan bahwa, apa yang

ditemukan, jalan, atau proses semata – mata ditemukan oleh siswa sendiri. Penulis

memilih model pembelajaran ini supaya siswa dapat terbiasa menemukan masalah

dan memecahkan masalah dengan mandiri dan guru hanya sebagai fasilator atau

pembimbing dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa hasil belajar siswa meningkat

dengan menerapkan model discovery learning (Susilawati: 2013).

Page 6: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

6

Dari beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa model discovery

learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena dengan menerapkan

model tersebut siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip antara

lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan,

menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Diharapkan, jika

siswa secara aktif terlibat didalam menemukan suatu prinsip dasar sendiri, Ia akan

memahami konsep lebih baik, ingat lama dan akan mampu menggunakannya

kedalam konteks yang lain. Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

untuk mengkaji dan menguasai pelajaran tema selalu berhemat energi subtema

macam-macam energi sehingga nantinya akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Untuk itulah peneliti menerapkan model discovery learning di kelas IV SDN

Bojongsalam.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa

aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh

akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa.

Belajar penemuan juga anak bisa belajar berfikir analisis dan mencoba

memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan di transfer dalam

kehidupan bermasyarakat.

Penerapan metode pembelajaran penemuan (discovery), aka membuat

siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan, sedang guru berperan

sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.

Page 7: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

7

Pendekatan discovery learning di kelas empat bisa kita lakukan dengan

metode pembelajaran tematik sesuai dengan kurikulum 2013, metode ini

menggabungkan antara satu pelajaran dengan pelajaran lain, dan menggunakan

tema sehingga pembelajaran menjadi menarik, siswa aktif, efektif dalam

pengelolaan waktu, dan menyenangkan karena siswa bisa belajar sambil bermain.

Masalah yang muncul adalah bahwa di sekolah-sekolah dasar yang ada khususnya

di pelosok daerah pembelajaran tematik ini belum begitu dipahami sebagian guru,

sehingga pembelajaran dengan metode tematik guru masih sulit untuk

menerapkan dan melaksanakannya, akan tetapi tentunya kita berharap upaya

untuk meningkatkan hasil belajar siswa harus dilaksanakan dalam proses

pembelajaran demi tercapainya tujuan penyelenggara pendidikan dasar.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu untuk diadakan

suatu penelitian tindakan kelas, sehingga peneliti melakukan penelitian dengan

judul: “Penerapan Pendekatan Discovery Learning Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa Pada Tema Selalu Berhemat Energi Subtema Macam-

Macam Sumber Energi Pada Siswa Kelas IV SDN Bojongsalam”.

B. Identifikasi Masalah

Proses pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada

tema Selalu Berhemat Energi Subtema Macam-Macam Sumber Energi pada

Siswa Kelas IV SDN Bojongsalam dengan menggunakan metode ceramah

menyebabkan hasil belajar menjadi kurang optimal. Beberapa peserta didik malah

tampak tidak menyimak penjelasan yang disampaikan oleh guru di depan kelas.

Page 8: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

8

Setelah selesai ceramah dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, biasanya peserta

didik akan berkata paham dari penjelasan yang disampaikan peneliti tetapi ketika

diberi pertanyaan semuanya diam dan tidak menjawab sama sekali.

Untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik dilaksanakan tes

formatif, setelah di koreksi ternyata didapatkan fenomena sebagai berikut:

1. Hasil belajar peserta didik masih rendah, hal ini dapat dilihat dari jumlah 26

peserta didik dalam satu kelas hanya 2 orang peserta didik yang mendapat

nilai di atas atau sama dengan 70 (Kriteria Ketuntasan Minimal). Hasil belajar

yang rendah ini harus segera diberikan tindakan perbaikan, untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi berikutnya. Penyebab

dari rendahnya hasil belajar siswa yaitu dikarenakan oleh kurang penguasaan

materi yang diberikan oleh guru.

2. Peserta didik kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, hal ini dapat dilihat

dari hasil observasi awal peneliti, dimana dari 26 peserta didik di kelas IV

SDN Bojongsalam ternyata baru 35% saja yang aktif dalam pembelajaran,

sedangkan sisanya 65% peserta didik yang belum berperan aktif dalam proses

pembelajaran.

3. Peserta didik kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran di kelas

dikarenakan gaya mengejar guru yang monoton dan lebih banyak

menggunakan metode ceramah, sehingga peserta didik terlihat bosan dan

kurang bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan

oleh guru di kelas, untuk itu diperlukan model atau metode baru dalam

pembelajaran salah satunya dengan penerapan pendekatan discovery learning.

Page 9: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

9

C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah sebagaimana

yang telah diutarakan di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut: “Apakah penerapan pendekatan discovery learning dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik pada tema selalu berhemat energi

subtema macam-macam sumber energi pada siswa kelas IV SDN Bojongsalam?”

2. Pertanyaan Penelitian

Mengingat rumusan masalah utama sebagaimana telah diutarakan di atas

masih terlalu luas sehingga belum secara spesifik menunjukkan batas-batas mana

yang harus diteliti, maka rumusan masalah utama tersebut kemudian dirinci dalam

bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana hasil belajar siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran

dengan menerapkan pendekatan discovery learning?

b. Bagaimana respon siswa selama mengikuti pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan discovery learning?

c. Bagaimana aktivitas belajar siswa selama mengikuti pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan discovery learning?

d. Bagaimana aktivitas guru selama melaksanakan pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan discovery learning?

e. Bagaimana hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran

dengan menerapkan pendekatan discovery learning?

Page 10: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

10

D. Pembatasan Masalah

Memperhatikan hasil diidentifikasi masalah, rumusan masalah dan

pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah diutarakan, diperoleh gambaran

dimensi permasalahan yang begitu luas. Namun, menyadari adanya keterbatasan

waktu dan kemampuan, maka dalam penelitian ini penulis memandang perlu

memberi batasan masalah secara jelas sebagai berikut:

1. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini yaitu meliputi aspek kognitif,

afektif dan psikomotorik.

2. Dari sekian banyak pokok bahasan yang ada pada mata pelajaran IPA, maka

dalam penelitian ini hanya akan mengkaji atau menelaah pembelajaran pada

tema selalu berhemat energi subtema macam-macam sumber energi.

3. Obyek dalam penelitian ini hanya akan meneliti peserta didik Kelas IV di

Sekolah Dasar Negeri Bojongsalam.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini ingin

mengetahui hasil pembelajaran peserta didik dalam pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam pada tema selalu berhemat energi subtema macam-macam

sumber energi dengan menerapkan pendekatan discovery learning sehingga

mengarah kepada suasana belajar yang lebih hidup, menyenangkan dan hasil

belajar peserta didik mengalami peningkatan. Adapun tujuan diadakannya

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 11: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

11

1. Untuk memperoleh gambaran hasil belajar siswa sebelum mengikuti proses

pembelajaran dengan menerapkan pendekatan discovery learning.

2. Untuk memperoleh gambaran respon siswa selama mengikuti pembelajaran

dengan menerapkan pendekatan discovery learning.

3. Untuk memperoleh gambaran aktivitas belajar siswa selama mengikuti

pembelajaran dengan menerapkan pendekatan discovery learning.

4. Untuk memperoleh gambaran aktivitas guru selama melaksanakan

pembelajaran dengan menerapkan pendekatan discovery learning.

5. Untuk memperoleh gambaran hasil belajar siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran dengan menerapkan pendekatan discovery learning.

F. Manfaaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat bagi

berbagai pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagaia berikut:

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan pengetahuan yang diperoleh

selama berada di bangku perkuliahan untuk mengidentifikasi

permasalahan-permasalahan yang timbul selama proses belajar mengajar

di dalam kelas, sekaligus mencari solusi terbaik dalam pemecahannya.

2. Bagi Peserta Didik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mengikuti proses belajar

Page 12: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

12

mengajar di kelas sehingga hasil belajar peserta didik khususnya pada

pembelajaran IPA mengalami peningkatan sesuai dengan harapan.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan masukan yang

berharga bagi pihak SDN Bojongsalam dan sebagai upaya sosialisasi

perlunya penggunaan pendekatan yang baik, efektif dan inovatif dalam

pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik khususnya

pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

G. Paradigma atau Kerangka Pemikiran

Sebelum di laksanakan penelitian tindakan penelitian kelas, peneliti

melakukan wawancara dengan guru IPA kelas IV Sekolah Dasar Negeri

Bojongsalam. Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa terdapat

berbagai permasalahan yang dihadapi guru terutama dalam pembelajaran IPA.

Permasalahan tersebut diantaranya peserta didik kurang termotivasi dalam

mengikuti pembelajaran IPA karena cara pembelajarannya yang dirasa kurang

menarik perhatian peserta didik sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar

peserta didik dalam pembelajaran IPA, karena mereka tidak dapat mencerna

materi yang diajarkan oleh guru dengan baik.

Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik

tersebut adalah karena guru hanya menyampaikan pembelajaran dengan metode

ceramah saja tidak menggunakan metode pembelajaran yang bisa membuat

suasana dikelas menjadi hidup atau peserta didik menjadi lebih aktif karena guru

Page 13: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

13

malas untuk melakukan perubahan-perubahan dalam cara mengajar. Hal ini

dibuktikan dengan data yang menunjukan bahwa hasil belajar peserta didik masih

rendah.

Hal ini dapat dilihat dari nilai peserta didik pada mata pelajaran IPA yang

menunjukan bahwa dari 26 peserta didik hanya 2 peserta didik yang mendapat

nilai di atas atau sama dengan 70 (kriteria ketuntasan minimal). Melihat

kenyataan tersebut perlu adanya tindakan yang harus dilakukan agar dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran IPA. Oleh karena itu

peneliti mengadakan sebuah penelitian tindakan kelas di kelas IV SDN

Bojongsalam dengan penerapan pendekatan discovery learning.

Metode discovery learning menurut Rohani (2004: 39), adalah “suatu

metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek

di samping sebagai objek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar

untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka

miliki”. Discovery learning ialah suatu cara mengajar atau model pembelajaran

yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat,

dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mecoba sendiri.

Dalam mengaplikasikan model Discovery Learning di kelas tahapan atau

prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum

adalah sebagai berikut:

1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan).

2. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah).

3. Data collection (pengumpulan data).

Page 14: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

14

4. Data processing (pengolahan data).

5. Verification (pentahkikan/pembuktian).

6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan dalam dua siklus

yaitu siklus I dan siklus II. Tindakan I dan II dilakukan dengan tujuan untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV SDN Bojongsalam pada

pembelajaran IPA. Oleh karena itu diharapkan melalui penerapan pendekatan

discovery ini diharapkan akan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Menurut Sudjana (2004: 22), “hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya.

Ada tiga macam hasil belajar mengajar yaitu keterampilan, pengetahuan, dan

sikap”. Sedangkan menurut Sri Anitah (2007: 219), ia mengatakan bahwa, “hasil

belajar merupakan perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada satu

aspek saja tetapi terpadu secara utuh”.

Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan digunakan

pada setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Dalam penelitian siklus I terdiri dari tiga pertemuan, pertemuan pertama

digunakan untuk penyampaian materi, pertemuan kedua digunakan untuk

melanjutkan sedikit materi kemudian menerapkan metode diskusi dan pada

pertemuan ketiga akan dilaksanakan evaluasi akhir siklus. Apabila pembelajaran

siklus I sudah menunjukan keberhasilan maka akan dilanjutkan pada siklus II

dengan materi yang berbeda dan apabila pada siklus I belum menunjukan

Page 15: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

15

keberhasilan dari tindakan yang dilakukan maka pada siklus II akan mengulang

pada materi yang sama.

Sedangkan kegiatan pembelajaran pada siklus II juga meliputi tahap

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang terdiri dari tiga pertemuan,

pertemuan pertama digunakan untuk penyampaian materi pembelajaran,

pertemuan kedua yaitu penerapan pendekatan discovery dalam pembelajaran dan

pada pertemuan ketiga akan dilaksanakan evaluasi akhir siklus. Apabila

pembelajaran pada siklus II sudah menunjukan keberhasilan maka tidak dilakukan

pengulangan tindakan dan dianggap selesai. Hasil belajar sebagai salah satu

indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri.

Sugihartono, dkk. (2007: 76-77), menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:

1. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang

belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis

2. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal

meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Berdasarkan permasalahan dan teori yang telah diuraikan diatas maka

dapat digambarkan melalui skema sebagai berikut:

Page 16: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

16

Gambar 1.1

Kerangka Berpikir

Redahnya Mutu Hasil Belajar Siswa pada materi Selalu Berhemat Energi Subtema Macam-Macam Sumber

Energi

Faktor Penyebab

Hasil Belajar Masih Rendah

Pendekatan Discovery Learning

Instrumen

Tulis AngketWawancara Observasi

Data Hasil Belajar

Pendekatan Discovery Learning dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Peserta Didik Kurang Aktif Model Pembelajaran Tidak Relevan

Page 17: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

17

H. Asumsi

Berdasarkan kerangka pemikiran atau paradigma penelitian sebagaimana

telah diutarakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa asumsi dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Biknell-Holmes dan Hoffman, menjelaskan sifat utama metode discovery yaitu

mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk membuat, mengintegrasikan,

menggeneralisasi pengetahuan, siswa dibimbing untuk melakukan aktivitas

berdasarkan ketertarikannya, dan menentukan tahapan dan frekuensi kerjanya

sendiri-sendiri.

2. Discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang

mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari

prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman.

I. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, diketahui bahwa

terdapat berbagai permasalahan diantaranya peserta didik Kelas IV SDN

Bojongsalam kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran IPA, dan hasil

belajar yang diperoleh masih banyak yang belum mencapai kriteria ketuntasan

minimal (KKM). Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah dengan cara menerapkan

pendekatan atau metode yang tepat dalam proses pembelajaran.

Dalam hal ini metode yang sesuai untuk pembelajaran IPA khususnya

pada tema selalu berhemat energi subtema macam-macam sumber energi yaitu

Page 18: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

18

pendekatan discovery learning, karena metode ini memungkinkan peserta didik

untuk berupaya mencari materi sendiri sehingga akan meningkatkan hasil belajar

mereka. Maka Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Penerapan

pendekatan discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik

didik dalam pembelajaran pada tema tema selalu berhemat energi subtema

macam-macam sumber energi kelas IV SDN Bojongsalam”.

J. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap variabel – variabel penelitian ini,

maka peneliti perlu membuat definisi sebagai berikut:

1. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian

rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono,

2002: 24-25).

2. Metode discovery adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa

peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran.

Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai

dengan kemampuan yang mereka miliki (Rohani, 2004: 39).

3. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik

setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004: 22).

4. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berhubungan dengan cara

mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan

(BSNP, 2006: 484).

Page 19: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Metode Discovery

1. Pengertian Metode Discovery

Discovery berasal dari kata “discover” yang berarti menemukan dan

“discovery” adalah penemuan. Bahasa Indonesia memberi pengertian discover

sebagai menemukan. Makna menemukan dalam pembelajaran mengarah pada

pengertian memperoleh pengetahuan yang membawa kepada suatu pandangan.

Menurut Bruner (dalam Winataputra, 2008:3.18) belajar penemuan (discovery) adalah proses belajar dimana guru harus menciptakan situasi belajar yang problematis, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa mencari jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.

Menurut Suryobroto (dalam Suparno, 2007:73) metode penemuan (discovery) diartikan sebagai cara mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai generalisasi umum. Metode penemuan (discovery) adalah metode dimana dalam proses belajar siswa diperkenankan menemukan sendiri informasinya. Maka keaktifan siswa sangat penting. Metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau keseluruhannya ditemukan sendiri.

Piaget (dalam Mulyasa, 2005 : 108) menyatakan discovery merupakan teknik yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lainnya.

Metode Discovery menurut Rohani (2004:39) adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar

1

Page 20: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

20

untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.

Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai

suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan,

manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.

Belajar penemuan (discovery) pada akhirnya dapat meningkatkan

penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas dan melatih keterampilan

kognitif siswa dengan cara menemukan dan memecahkan masalah yang ditemui

dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan menghasilkan pengetahuan yang

benar-benar bermakna bagi dirinya.

Discovery learning dari Bruner, merupakan model pengajaran dan prinsip

konstruktivis. Di dalam Discovery learning siswa didorong untuk belajar sendiri

secara mandiri. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep

dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah, dan guru mendorong siswa

untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan

siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri, bukan memberi tahu

tetapi memberikan kesempatan atau dengan berdialog agar siswa menemukan

sendiri. Pembelajaran ini membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi siswa

untuk bekerja sampai menemukan jawabannya. Siswa belajar memecahkan secara

mendiri dengan ketrampilan berpikir sebab mereka harus menganalisis dan

memanipulasi informasi.

Adapun ciri utama dari metode discovery ada tiga yaitu:

a. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah.

b. Untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan.

Page 21: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

21

c. Berpusat pada siswa, kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru

dan pengetahuan yang sudah ada.

Sedangkan menurut Biknell-Holmes dan Hoffman (2008, h. 8)

menjelaskan 3 sifat utama dari metode discovery, yaitu:

a. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk membuat, mengintegrasikan.

b. Menggeneralisasi pengetahuan. c. Siswa dibimbing untuk melakukan aktivitas berdasarkan

ketertarikannya, dan menentukan tahapan dan frekuensi kerjanya sendiri-sendiri.

2. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Discovery

Tahap-tahap penerapan dalam discovery learning adalah sebagai berikut:

1. Stimulus (pemberian perangsang/stimuli); kegiatan belajar dimulai dengan

memberikan pertanyaan yang merangsang berpikir siswa, menganjurkan

dan mendorongnya untuk membaca buku dan aktivitas belajar lain yang

mengarah kepada persiapan pemecahan masalah.

2. Problem statement (mengidentifikasi masalah); memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang

relevan dengan bahan pelajaran, kemudian memilih dan merumuskannya

dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara dari masalah tersebut).

3. Data collection (pengumpulan data); memberikan kesempatan kepada

siswa mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk

membuktikan benar tidaknya hipotesis tersebut.

Page 22: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

22

4. Data processing (pengolahan data); mengolah data yang telah diperoleh siswa

melalui kegiatan wawancara, observasi dan lain-lain. Data tersebut kemudian

ditafsirkan.

5. Verifikasi; mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan

benar tidaknya hipotesis yang ditetapkan dan dihubungkan dengan hasil dan

pengolahan data.

6. Generalisasi; mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip

umum yang berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan

memperhatikan hasil verifikasi. (Muhibbin Syah 1995, hal. 245)

3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Discovery

Menurut Bruner (dalam Paul Suparno, 2007:75) beberapa keuntungan dari

penggunaan metode discovery antara lain sebagai berikut:

1. Mengembangkan potensi intelektual. Siswa hanya akan dapat

mengembangkan pikirannya dengan berpikir, dengan menggunakan

pikiran itu sendiri.

2. Mengembangkan motivasi intrinsik. Dengan menemukan sendiri dalam

discovery iswa merasa puas secara intelektual.

3. Belajar menemukan sesuatu. Untuk terampil dalam menemukan sesuatu,

siswa hanya dapat lewat praktik menemukan sesuatu.

4. Ingatan lebih tahan lama. Dengan menemukan sendiri, siswa lebih ingat

akan yang dipelajari. Sesuatu yang ditemukan sendiri biasanya tahan lama

dan tidak mudah dilupakan.

Page 23: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

23

5. Discovery juga menimbulkan keingintahuan siswa dan memotivasi siswa

untuk terus berusaha menemukan sesuatu sampai ketemu.

6. Melatih keterampilan memecahkan persoalan sendiri dan melatih siswa

untukdapat mengumpulkan dan menganalisis data sendiri.

Beberapa kelebihan metode penemuan (discovery) juga diungkapkan

oleh Suherman, dkk (2001:179), sebagai berikut:

a. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.

b. Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat.

c. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat.

d. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.

e. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.

Selain memiliki beberapa keuntungan, metode discovery (penemuan) juga

memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:

1. Membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar

menerima

2. Penemuan akan dimonopoli oleh siswa yang lebih pandai dan menimbulkan

perasaan frustasi pada siswa yang kurang pandai

3. Kurang sesuai untuk kelas dengan jumlah siswa yang banyak, dan

4. Kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan karena yang

lebih diutamakan adalah pengertian. Untuk mengurangi kelemahan tersebut

maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan

Page 24: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

24

mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara

singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimuat dalam lembar kerja

siswa (LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran

dimulai.

B. Hasil Belajar Peserta Didik

1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan.

Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam

belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan

seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan

oleh peserta didik dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu

terjadi interaksi dengan guru. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang peserta didik setelah ia

menerima perlakukan dari pengajar (guru).

Menurut Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah: “Pola-pola perbuatan, nilai-nilai pengertian, sikap, apresiasi, dan ketrampilan’. Hasil belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang hasil belajarnya tinggi dapat dikatakan, bahwa dia telah berhasil dalam belajar. Demikian pula sebaliknya. Sedangkan dalam usaha untuk mencapai suatu hasil belajar dari proses belajar mengajar, seorang siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal.

Menurut Nana Sudjana (2009:3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada

hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian

yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Page 25: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

25

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2003:102)”hasil belajar merupakan

realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang

dimiliki seseorang”.

Menurut Horwart Kingsley dalam Sudjana (2004: 22), “ada tiga macam

hasil belajar mengajar yaitu keterampilan, pengetahuan, dan sikap”. Sedangkan

menurut Sri Anitah (2007:219) mengatakan bahwa, “hasil belajar merupakan

perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja tetapi

terpadu secara utuh”. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil

belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari

sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses

belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh

peserta didik setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga

dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Hasil

belajar meliputi perubahan perilaku secara menyeluruh dengan ditandai adanya

kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya.

Dimyati dan Mudjiono (2009:26) mengemukakan bahwa, ranah tujuan

pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan

menjadi 3, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

Page 26: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

26

Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan

enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah

dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan

dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang

hal yang dipelajari.

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk

menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan

prinsip.

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-

bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.

e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya

kemampuan menyusun suatu program.

f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa

hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil

ulangan.

Kratwohl & Bloom dalam Dimyati dan Mudjiyono (2009:27) mengemukakan

ranah afektif sebagai berikut:

1. Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan

memperhatikan hal tersebut.

Page 27: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

27

2. Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan

berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

3. Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai,

menghargai, mengakui, dan menentukan sikap.

4. Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai

sebagai pedoman dan pegangan hidup.

5. Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan

membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.

Ranah psikomotor (Simpson) terdiri dari tujuh jenis perilaku (Dimyati dan

Mudjiyono (2009:29).

1. Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan

(mendiskriminasikan) hal-hal secara khas, dan menyadari adanya

perbedaan yang khas tersebut.

2. Kesiapan, yang mencakup kemampuan menempatkan diri dalam keadaan

dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

3. Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai

contoh, atau gerakan peniruan.

4. Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-

gerakan tanpa contoh.

5. Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau

keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancer, efisien, dan tepat.

Page 28: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

28

6. Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan

perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan pernyataan khusus yang

berlaku.

7. Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru

atas dasar prakarsa sendiri.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran

di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu

sendiri. Sugihartono, dkk. (2007: 76-77), menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar,sebagai berikut:

a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang

sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor

psikologis.

b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal

meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

3. Ciri-ciri Hasil Belajar yang Optimal

Keberhasilan seorang guru diukur dari keterlibatan siswa dalam proses

belajar mengajar dan hasil belajar yang dicapainya. Hasil belajar yang dicapai

siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal menunjukan hasil yang

optimal ditunjukan dengan cirri-ciri sebagai berikut:

Page 29: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

29

1.    Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsic

pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan

berjuang lebih keras untuk memperbaiki dan setidaknya mempertahankan apa

yang telah dicapai.

2.    Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan

dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak sebagaimana

mestinya.

3.    Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama

diingat, membentuk prilaku, bermanfaat untuk mencapai aspek lain, kemauan

dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.

4.    Hasil belajar yang dicapai bermakna secara menyeluruh (komprehensif) yakni

mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan ranah afektif (sikap) dan

arah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.

5.    Kemampuan siswa untuk mengonrol atau menilai dan mengendalikan diri

terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan

mengendalikan proses dan usaha belajarnya (sudjana, 1990:57).

C. Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik atau pembelajaran terpadu adalah suatu konsep

pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan

pengalaman yang bermakna pada anak. Dalam model ini, guru pun harus mampu

membangun bagian keterpaduan melalui satu tema. Pembelajaran tematik sangat

Page 30: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

30

menuntut kreatifitas guru dalam memilih dan mengembangkan tema

pembelajaran. Tema yang dipilih hendaknya diangkat dari lingkungan kehidupan

peserta didik, agar pembelajaran menjadihidup dan tidak kaku. Demikian halnya

pembelajaran menjadi ilustrasi dan contoh-contoh yang menarik dalam

pembelajaran. Dalam pembelajaran ini guru harus bisa memiliki pemahaman yang

luas tentang tema yang akan dipilih dalam mata pelajaran. Sehingga saling

berhubungan antara satu denganyang lainnya. Karena pembelajaran tematik ini

merupakan suatu pembelajaranyang menggabungkan antara materi pelajaran

dengan pengalaman belajar. Disamping itu guru harus mempunyai kemampuan

untuk mengembangkan program pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya,

peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan belajar harus sudah tersedia, baik di

lingkungan sekolah maupun di luar.

Menurut Joni, T. R (1996: 3) dalam Trianto (2010: 56), pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara hoilistik, bermakna, dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik/tema menjadi pengendali di dalam kegiatan pembelajaran. Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema/peristiwa tersebut siswa belajar sekaligus proses dan isi beberapa mata pelajaran secara serempak.

Menurut Hadisubroto (2000: 9) dalam Trianto (2010: 56), pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara sepontan ataupun direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar anak, maka pembelajaran akan lebih bermakna.

Sri Anitah (2003: 10) menyatakan “pembelajaran terpadu adalah sebagai suatu konsep yang menggunakan pendekatan pembelajaran konsep-konsep secara terkoneksi baik secara inter maupun antar mata pelajaran”. Terjalinnya hubungan antar setiap konsep secara terpadu akan

Page 31: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

31

memvasilitasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan mendorong siswa untuk memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menhubungkannya dengan pengalamannyata.

Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran terpadu yang

menggunakan pendekatan tematik sebagai pemadu bahan dan kegiatan

pembelajaran. Pendekan ini dimulai dengan menentukan tema, yang kemudian

dikembangkan menjadi subtema dengan memperhatikan keterkaitannya dengan

mata pelajaran yang terkait. Dalam hubungan ini, tema dapat mengikat kegiatan

pembelajaran, baik dalam matapelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran.

Menurut Robin Fogarty (1991) model ini disebut model webbed (jarring laba-

laba) yang merupakan model yang paling populer dalam pembelajaran terpadu.

Pembelajaran tematik banyak dipengaruhi oleh eksplorasi topik yang ada

di dalam kurikulum sehingga siswa dapat belajar menghubungkan proses dan isi

pembelajaran secara lintas disiplin dalam waktu yang bersamaan. Pembelajaran

tematik sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran

yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang

bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik

ini, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui

pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah

mereka pahami.

Definisi lain mengatakan, Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang

dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu

ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “Selalu Berhemat

Page 32: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

32

Energi” dapat ditinjau dari matapelajaran IPA dan matematika. Lebih luas lagi,

tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, bahasa, dan seni.

Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi

kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk

memunculkan dinamika dalam pendidikan.

Pembelajaran tematik merupakan strategi pembelajaran yang diterapkan

bagi anak kelas awal sekolah dasar. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak,

karakteristik cara anak belajar,  konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka

kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan

Pembelajaran tematik.

Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema

untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat  memberikan

pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan

pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983).

Dengan tema diharapkan akan  memberikan banyak keuntungan, di

antaranya:

1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu

2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai

kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;

3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;

4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan

matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;

Page 33: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

33

5) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi

disajikan dalam konteks tema yang jelas;

6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat  berkomunikasi dalam situasi

nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran

sekaligus mempelajari matapelajaran lain;

7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara

tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga

pertemuan,  waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,

pemantapan, atau pengayaan.

2. Landasan Pembelajaran Tematik

Landasan-landasan pembelajaran terpadu secara umum yaitu landasan

filosofis, landasan psikologis, landasan praktis, dan landasan yuridis. 

1. Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga

aliran filsafat yaitu: (a) progresivisme, (b) konstruktivisme, dan (c) humanisme.

a. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada 

pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah

(natural), dan memperhatikan pengalaman siswa.

b. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct

experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan

adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi

pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan

lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru

kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa.

Page 34: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

34

Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang

berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin

tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya.

c. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya,

dan motivasi yang dimilikinya.

2. Landasan psikologis dalam pembelajaran terpadu terutama berkaitan dengan

psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi

perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran

tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya

sesuai dengan tahapperkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan

kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut

disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.

3. Landasan praktis, berkaitan dengan kondisi-kondisi nyata yang pada

umumnya terjadi dalam proses pembelajaran saat ini, sehingga harus mendapat

perhatian dalam pembelajaran terpadu yang meliputi :

a. Perkembangan ilmu pengetahuan begitu cepat sehingga terlalu banyak

informasi yang harus dimuat dalam kurikulum.

b. Hampir semua pelajaran di sekolah diberikan secara terpisah satu sama lain,

padahal seharusnya saling terkait.

c. Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran (interdisipliner) sehingga

diperlukan usaha kolaboratif antara berbagai mata pelajaran untuk

memecahkannya.

Page 35: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

35

d. Kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktek dapat dipersempit dengan

pembelajaran yang dirancang secara terpadu sehingga siswa akan mampu

berpikir teoritis dan pada saat yang sama mampu berpikir praktis.

4. Landasan yuridis dalam pembelajaran terpadu berkaitan dengan berbagai

kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran terpadu

di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak

memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan

pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, serta

(pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak

mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan

kemampuannya. Disamping itu pada Permendiknas No 22 Th 2006 02. BAB

II Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum menyatakan Pembelajaran pada

Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada

Kelas IV s.d. VI  dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. 

3. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran, pembelajaran tematik memiliki

karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1. Berpusat pada Siswa

 Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini

sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan

Page 36: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

36

siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai

fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk

melakukan aktivitas belajar.

2. Memberikan Pengalaman Langsung

 Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada

siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa

dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami

hal-hal yang lebih abstrak.

3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas

 Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi

tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-

tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata

pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu

memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk

membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam

kehidupan sehari-hari.

5. Bersifat fleksibel

 Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat

mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang

lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan

lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

Page 37: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

37

6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. 

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya

sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

D. Pengembangan Materi

1. Pembelajaran IPA

IPA didefinisikan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun

secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi

juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan

ilmiah menekankan pada hakikat IPA.

Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7)

adalah sebagai berikut:

a. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam

bentuk angka-angka.

b. Observasi dan eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami

konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.

c. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa

misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi

tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan

terjadi dapat diprediksikan secara tepat.

d. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang

lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari

Page 38: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

38

penemuan sebelumnya. Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan

dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu

kebernaran.

e. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA merupakan

bagian dari IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan

menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh

hasil (produk).

Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau

unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling

berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman,

2000: 5).

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat

menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah.

Tujuan mata pelajaran IPA menurut permendiknas nomor 22 tahun 2006

adalah sebagai berikut:

Page 39: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

39

2. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan dan ciptaan Nya.

3. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

5. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

6. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,

dan melestarikan lingkungan.

7. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturanya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran “Salingtemas”

(Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman

belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA

dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

2. Sumber – Sumber Energi

Sumber energi adalah benda-benda di sekeliling kita yang mampu untuk

menghasilkan atau mengeluarkan energi atau secara sederhana yang dimaksud

dengan sumber energi adalah sesuatu yang dapat memberikan atau menghasilkan

energi lainnya.

Page 40: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

40

Di bumi ini ada banyak unsur material alam dalam berbagai bentuk yang

dapat diubah menjadi energi yang dapat digunakan dan bisa diubah untuk

menghasilkan jenis energi lain seperti listrik, panas, cahaya, dan gerak.

a. Matahari

Sumber energi terbesar yang digunakan dalam kehidupan adalah matahari.

Matahari memberikan energi panas pada berbagai benda di bumi. Pada gejala

pancaran radiasi, panas matahari dapat merambat ke bumi yang dapat berlangsung

baik melalui media perantara ataupun tanpa media perantara. Demikian pula saat

energi panas mengenai benda padat, energi panas tersebut kemudian merambat

secara konduksi. Contohnya adalah pada rel kereta api yang terkena sinar

matahari, salah satu bagian rel suhunya menjadi lebih tinggi dari yang lain,

sehingga terjadi gejala rambatan secara konduksi yang berlangsung dari suhu

yang lebih tinggi menuju suhu rendah akibat getaran partikel penyusun besi.

Sebaliknya saat energi panas mengenai fluida yang dapat berupa cairan maupun

gas, energi panas tersebut kemudian merambat secara konveksi, seperti apabila

mengenai permukaan air maka massa jenis air di permukaan berkurang sehingga

terjadi proses aliran air dari bagian dasar ke permukaan. Hal yang sama dapat

terjadi apabila mengenai energi panas matahari melalui udara maka udara akan

memuai sehingga terjadi aliran udara dari suhu yang rendah ke suhu yang lebih

tinggi akibat perbedaan massa jenis dan gejala semacam ini seringkali diwujudkan

dalam bentuk angin.

Dalam hal pancarannya matahari juga memberikan penerangan di muka

bumi ini dalam bentuk energi cahaya. Apabila cahaya matahari mengenai

Page 41: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

41

permukaan daun, pada daun terjadi proses fotosintesis, yang artinya mengubah

energi matahari menjadi energi kimia. Perubahan energi matahari menjadi energi

kimia juga terjadi saat kita memotret, maka pada negative film terbentuk gambar

dan kegiatan ini sering termasuk pada kegiatan fotografi. Energi matahari juga

dapat diubah menjadi energi listrik yang sering dimanfaatkan sebagai sumber

energi listrik.

b. Energi Listrik

Energi listrik merupakan suatu bentuk energi yang berasal dari sumber

arus. Energi listrik dapat diubah menjadi bentuk lain, misalnya:

Energi listrik menjadi energi kalor / panas, contoh: seterika, solder, dan

kompor listrik.

Energi listrik menjadi energi cahaya, contoh: lampu.

Energi listrik menjadi energi mekanik, contoh: motor listrik.

Energi listrik menjadi energi kimia, contoh: peristiwa pengisian accu,

peristiwa penyepuhan (peristiwa melapisi logam dengan logam lain).

Energi listrik menjadi energi bunyi dan energi cahaya, contohnya televisi.

c. Energi Air dan Angin

Sumber energi lain yang tersedia di alam adalah energi air dan angin. Energi

air dan energi angin ini dapat menghasilkan energi mekanik. Energi mekanik

adalah gabungan antara energi potensial dengan energi kinetik. Gerakan aliran air

dapat terjadi dari tempat yang tinggi menuju tempat yang lebih rendah. Air

ditampung dalam bendungan sehingga terkumpul dalam jumlah yang banyak.

Selanjutnya melalui saluran air yang berada pada bendungan pada ketinggian

Page 42: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

42

tertentu memiliki energi potensial, atau sering disebut energi tempat. Pada saat air

dialirkan dari bendungan, energi potensial berkurang dan berubah menjadi energi

kinetik yang dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik

yang posisinya lebih rendah. Pada gerakan turbin terjadi perubahan energi

mekanik menjadi energi listrik. Hal yang sama pada energi angin yang dapat

dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin yang kemudian terjadi perubahan

energi mekanik menjadi energi listrik. Sebagai bentuk bersih dan terbarukan

energi, tenaga angin telah mendapatkan banyak perhatian dalam beberapa tahun

terakhir karena harga minyak melonjak. Tenaga angin semakin menjadi subjek

politik sebagai partai politik mengambil posisi agar dipandang sebagai pro-

lingkungan.

d. Energi Minyak bumi

Selain sumber energi matahari, air, dan angin yang selalu tersedia di alam

dalam jumlah yang banyak, ada juga sumber energi yang akan habis bila dipakai

terus menerus, yaitu sumber energi yang tersimpan di bumi dalam bentuk fosil

energi. Energi ini dapat digolongkan ke dalam energi kimia yang harus

dieksplorasi, seperti minyak bumi, batu bara, dan bahan tambang lainnya. Ada

sumber energi lain yang dihasilkan dari proses kimia tertentu, yang menghasilkan

bahan yang dapat dimanfaatkan oleh kita semua dengan mudah antara lain biogas

yang diolah dari kotoran hewan dan manusia; alkohol dan spirtus yang didapat

dari proses fermentasi, umumnya dihasilkan oleh pabrik.

Page 43: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

43

3. Manfaat Listrik

 Listrik mempunyai manfaat yang sangat besar kita bisa menggunakan

untuk memasak, menyalakan lampu, menghidupkan radio dan berbagai macam

yang lain. Dalam pemanfaatanya listrik  di bedakan menjadi sebagai berikut :

a) Listrik sebagai penghasil cahaya

Setiap sudut rumah kiat banyak lampu yang di pasang . Gunanya lampu

sebagai cahaya yang menerangi bila malam datang dan sebagai pengganti cahaya

matahari. Cara kerja nya apabila arus listrik  mengalir pada kawat wolfarm pada

lampu maka akan terjadi panas dan mengakibatkan berpijar. Kawat wolfram ini

bersifat halus dan berhambatan tinggi.

b) Listrik sebagai penghasil panas.

Listrik  sebagai penghasil panas kita aplikasikan pada alat yang

menggunakan elemen pemanas. Bisanya di gunakan untuk keperluan rumah

tangga seperti untuk memasak (kompor listrik ),untuk menanak nasi (magic

com),untuk menyetrika (setrika listrik ) dan masih banyak lagi alat yang

menggunakan pemanas.bila arus mengalir pada nikel atau elemen pemanas maka

akan mengakibatkan panas , panas inilah yang di gunakan untuk kebutuhan

sehari-hari.

c) Listrik sebagai penghasil gerak

Di dalam kehidupan sehari hari kita sering menjumpai berbagai macam

kebutuhan yang menggunakan listrik untuk menghasilkan gerak . Sebagai contoh

motor, mobil, kipas angin dan lain lain alat ini menghasilkan gerak untuk berjalan

atapun untuk memudahkan manusia dalam segala aktivitasnya. 

Page 44: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

44

4. Penghematan Energi

Dasar pengertian menghemat energi adalah meningkatkan efisiensi dan

efektifitas pemakaian energi setinggi mungkin. Bukan mengurangi kebutuhan

akan pemakaian energi. Jadi, berapapun besar dan lama tindakan pemakaian

energi adalah sah-sah saja selama dilakukan dengan cara yang benar dan efektif.

Misalnya, menyalakan lampu penerangan di luar rumah saat menjelang malam

dan (pasti) dimatikan saat fajar. Bukan dengan cara tidak menyalakannya

sepanjang malam atau tetap membiarkannya menyala sepanjang siang.

Batas penerapan dari tindakan menghemat energi adalah menekan/

meminimalisir jumlah pemakaian energi secara sia-sia. Bukan mengurangi/

meminimalisir pemakaian energi yang dibutuhkan (memang seharusnya dipakai).

Pentingnya memahami arti menghemat energi yang kita anut, akan menentukan

tindakan selanjutnya yang hendak kita kenakan dalam menciptakan kondisi hemat

energi sehari-hari di rumah. Perlu dipahami dengan benar bahwa wujud tindakan

menghemat energi harus ditentukan berdasarkan efektifitas cara kita

memperlakukan penggunaan energi. Bukan berdasarkan besar nilai uang yang

dikeluarkan untuk membiayainya.

Harga energi itu sendiri telah ditentukan oleh penjualnya. Naik-turunnya

harga energi yang harus kita beli, berada diluar kendali dan jangkauan kita.

Sebagai pengguna (pembeli) adalah salah jika kita mencoba terus mengatur

jumlah pengeluaran biaya pemakaian energi menggunakan dasar harga jual energi

yang diberlakukan. Dengan kata lain, kita tidak bisa terus mengandalkan cara

Page 45: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

45

mengurangi pemakaian energi (yang sebenarnya memang kita butuhkan) agar

biaya untuk membeli energi dapat tercukupi, khususnya energi listrik.

Upaya menghemat energi bisa kita lakukan dengane beberapa langkah

berikut diantaranya :

1. Menggunakan lampu hemat energi, misalnya lampu neon yang lebih bersifat

hemat energi daripada lampu bohlem. Di siang hari dapat menggunakan

penerang alami secara optimal.

2. Membentuk perilaku dan kebiasaan diri untuk menggunakan listrik saat

diperlukan, secara bergantian, dan tidak berlebihan.

3. Mematikan televisi, kran air, komputer atau lampu jika sudah tidak digunakan.

Jika memungkinkan untuk mengeringkan pakaian secara alami di bawah sinar

matahari.

4. Menggunakan alat rumah tangga atau kantor yang bersifat hemat energi dan

ramah lingkungan, seperti pendingin ruangan dan kulkas dengan freon yang

ramah lingkungan.

5. Mengefisienkan pemakaian energi di tempat umum, seperti di pusat

perbelanjaan, perkantoran, terminal, jalan raya, bandara, stasiun dan

sebagainya.

6. Mendesain rumah atau gedung hemat energi, misalnya pencahayaan yang baik

dengan cukup ventilasi, sehingga mengurangi penggunaan lampu di siang

hari, mempergunakan bahan atap bangunan yang dapat mendinginkan suhu di

dalam ruangan seperti atap berbahan tanah atau keramik, menaruh tanaman

Page 46: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

46

hias di dalam rumah untuk menyejukkan udara di dalam ruangan dan

sebagainya.

7. Pemerintah meyediakan fasilitas kendaraan umum massal secara efektif dan

efisien.Pemerintah menyusun kebijakan dan memberikan penghargaan atau

apresiasi positif atas segala upaya atau inovasi penghematan energi.

8. Mensosialisasikan kegiatan-kegiatan yang bersifat menghemat energi.

9. Memakai jenis pakaian yang nyaman dan sesuai dengan kondisi cuaca dan

suhu udara, sehingga mengurangi penggunaan energi untuk pendingin atau

pemanas ruangan.

10. Mengembangkan dan melakukan penelitian untuk energi alternatif, misalnya

energi biodiesel.

E. Karekteristik Materi dan Bahan Ajar

1. Keluasan dan Kedalaman Materi

Menurut Suryobroto (dalam Suparno, 2007:73) metode penemuan

(discovery) diartikan sebagai cara mengajar yang mementingkan pengajaran

perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai

generalisasi umum. Metode penemuan (discovery) adalah metode dimana dalam

proses belajar siswa diperkenankan menemukan sendiri informasinya. Maka

keaktifan siswa sangat penting.

Metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran

sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum

diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau keseluruhannya

Page 47: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

47

ditemukan sendiri. Discovery learning dari Bruner, merupakan model pengajaran

dan prinsip konstruktivis. Di dalam Discovery learning siswa didorong untuk

belajar sendiri secara mandiri. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan

konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah, dan guru

mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan

yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri,

bukan memberi tahu tetapi memberikan kesempatan atau dengan berdialog agar

siswa menemukan sendiri. Pembelajaran ini membangkitkan keingintahuan siswa,

memotivasi siswa untuk bekerja sampai menemukan jawabannya. Siswa belajar

memecahkan secara mendiri dengan ketrampilan berpikir sebab mereka harus

menganalisis dan memanipulasi informasi.

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingka laku pada diri individu

berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

dengan yang diutarakan Burton (dalam Usman, 2000: 5). bahwa seseorang

setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik

aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari

tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab

moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam

kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan

anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.

Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan

secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar

Page 48: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

48

mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru

dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi

edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik

antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses

belajar mengajar (Usman, 2000: 4).

Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam,

proses belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan

kegiatan perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program

tindak lanjut (dalam Suryabrata, 1997: 18).

Kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar

mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,

pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung

dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA.

Pembelajaran IPA dengan discovery learning untuk menumbuhkan

kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya

sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD

kelas IV menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung

melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah,

sehingga peserta didik dapat menemukan sesuatu (pembelajaran

menemukan/discovery).

Dalam hasil studi eksperimental tentang pengaruh metode discovery

pada peningkatan hasil belajar siswa yang dilakukan Sari (2011) menunjukkan

bahwa metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Subjek

Page 49: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

49

penelitian eksperimen tersebut adalah siswa kelas IV yang terdiri dari 32 siswa

dengan 16 siswa sebagai kelas kontrol dan 16 orang sebagai kelas eksperimen.

Kelas control dan kelas eksperimen dikelompokkan secara seimbang, sehingga

kedua kelas tersebut setara. Kemudian pada kelas kontrol dikenai metode

konvensional dengan ceramah dan pada kelas eksperimen dikenai metode

discovery. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang didapatkan kelas

kontrol adalah 69,69, sedangkan pada kelas eksperimen rata-rata nilainya adalah

79,3. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode discovery

meningkatkan nilai yang menjadi tolok ukur hasil belajar siswa, dengan demikian

metode discovery berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian Tindakan Kelas di SDN 3 Ampel yang dilakukan Trisnawati

(2009) menunjukkan adanya pengaruh penggunaan metode discovery dalam

pembelajaran IPA untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Pada PTK ini

dilakukan 2 siklus dengan subjek penelitian siswa kelas IV yang terdiri dari 34

siswa, 16 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Pada siklus I nilai rata rata

siswa adalah 76,47 dan pada siklus II rata-rata siswa 92,40. Selain itu pada siklus

I ketuntasan belajar yang dicapai siswa sebesar 65% sedangkan pada siklus II

ketuntasannya sebesar 100%. Hal tersebut menunjukkan bahwa metode discovery

berpengaruh terhadap pembelajaran IPA di SD.

Pada penelitian yang pertama dapat dilihat bahwa metode discovery

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dan pada penelitian yang kedua,

meskipun penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, tapi dalam penelitian

ini diterapkan metode discovery pada mata pelajaran IPA dan diteliti pengaruhnya

Page 50: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

50

terhadap prestasi belajar yang diukur dengan nilai siswa. Nilai siswa terus

meningkat pada setiap siklus, sehingga dari penelitian ini dapat diambil

kesimpulan bahwa penerapan metode discovery pada mata pelajaran IPA

berpengaruh terhadap prestasi atau hasil belajar siswa.

Metode discovery tepat digunakan dalam pembelajaran IPA, yang

menuntut pola pembelajaran aktif, kreatif, dan inovatif. Melalui pembelajaran

menggunakan metode discovery akan menambah pengetahuan siswa melalui

lingkungan sekitar. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA

karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Metode discovery

merupakan metode pengajaran yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif

menggunakan proses mentalnya untuk menentukan alternatif metode yang dapat

dipilih dalam pengajaran IPA di SD mengingat diperlukan suatu bentuk kegiatan

yang dapat mengarahkan siswa untuk menemukan suatu konsep melalui pengujian

atau penemuan secara langsung. Dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan

discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada tema

selalu berhemat energi subtema macam-macam sumber energi pada siswa kelas

IV SDN Bojongsalam.

2. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian

Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI

merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta

didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan

pendidikan. Pencapaian KI dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik

Page 51: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

51

untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang

difasilitasi oleh guru.

Adapun kompetensi inti dan kompetensi dasar kurikulum 2013 IPA untuk

kelas IV secara rinci dalam tabel 2.1. berikut ini :

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA

Kelas IV

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya

1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya, serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; obyektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan inkuiri ilmiah dan berdiskusi

2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan penelaahan fenomena alam secara mandiri maupun berkelompok

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di

3.1 Menjelaskan bentuk luar tubuh hewan dan tumbuhan dan fungsinya

3.2 Mendeskripsikan daur hidup beberapa jenis mahluk hidup

3.3 Memahami hubungan antara

Page 52: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

52

rumah, di sekolah dan tempat bermain

gaya, gerak, dan energi melalui pengamatan, serta mendeskripsikan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari

3.4 Membedakan berbagai bentuk energi melalui pengamatan dan mendeskripsikan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari

3.5 Memahami sifat-sifat bunyi melalui pengamatan dan keterkaitannya dengan indera pendengaran

3.6 Memahami sifat-sifat cahaya melalui pengamatan dan mendeskripsikan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

3.7 Mendeskrisikan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat

4. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain

4.1 Menuliskan hasil pengamatan tentang bentuk luar (morfologi) tubuh hewan dan tumbuhan serta fungsinya

4.2 Menyajikan secara tertulis hasil pengamatan daur hidup beberapa jenis mahluk hidup.

4.3 Menyajikan laporan hasil percobaan gaya dan gerak menggunakan table dan grafik

4.4 Menyajikan hasil percobaan atau observasi tentang bunyi

4.5 Membuat sebuah karya/model yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya

4.6 Menyajikan laporan tentang sumberdaya alam dan pemanfaatannya oleh masyarakat

4.7 Menyajikan laporan hasil pengamatan tentang teknologi yang digunakan di kehidupan sehari-hari serta kemudahan yang diperoleh oleh masyarakat

Page 53: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

53

dengan memanfaatkan teknologi tersebut

Pada ruang lingkup materi IPA kelas IV dijelaskan pada bab sebelunya

bahwa penelitian ini mengambil tema selalu berhemat energi dengan subtema

macam – macam energi, untuk itu kompetensi inti dalam penelitian ini yaitu

Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya

berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya dengan kompetensi dasar

membedakan berbagai bentuk energi melalui pengamatan dan mendeskripsikan

pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari dan menyajikan laporan hasil

pengamatan tentang teknologi yang digunakan di kehidupan sehari-hari serta

kemudahan yang diperoleh oleh masyarakat dengan memanfaatkan teknologi

tersebut sebagai materi pembelajaran dalam Penelitian Tindakan Kelas yang

dilakukan oleh peneliti.

Adapun indikator pencapain secara umum bagi siswa SD menurut

kurikulum 2013 dapat dilihat dari tabel 2.2 di bawah ini :

Tabel 2.2 Indikator Pencapaian Lulusan SD Kurikulum 2013

INDIKATOR PENCAPAIAN

KOGNITIF

Memiliki [melalui

mengetahui,memahami,menerapkan,menganalisis, mengevaluasi]

pengetahuan factual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya

tentang ilmu pengetahuan,teknologi,seni,dan budaya dalam

wawasan kemanusiaan,kebangsaan,kenegaraan,dan peradaban

terkait fenomena dankejadian dilingkungan rumah,sekolah,dan

tempat bermain

AFEKTIF Memiliki[melalui menerima,menjalankan,menghargai,menghayati,

Page 54: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

54

mengamalkan perilaku yang mencerminkan sikap orang

beriman,berakhlak mulia jujur,santun,peduli,disiplin,demokratis,

percayadiri,dan bertanggungjawab dalam berinteraksi secara efektif

dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulannya

PSIKOMOTOR

Memiliki melalui

mengamati,menanya,mencoba,mengolah,menyaji,menalar,mecipta

kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah

abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan

sumber lain sejenis

Indikator pencapaian pada penelitian ini dengan tema selalu berhemat

energi sub tema macam-macam sumber energi dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2.3 Indikator Pencapaian Tema Selalu Berhemat Energi

INDIKATOR PENCAPAIAN

KOGNITIF

1. Mengetahui sumber-sumber energi

2. Benda-benda elektronik memiliki kegunaan untuk

mempermudah kehidupan manusia.

3. Benda-benda elektronik dapat menjalankan fungsinya

jika dialiri arus listrik.

4. Arus listrik merupakan salah satu bentuk energi

karena menyebabkan benda-benda elektronik

bekerja/berfungsi.

5. Arus listrik bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari,

yaitu mempermudah kehidupan manusia.

AFEKTIF1. Selalu berhemat energi dengan mematikan listrik

yang tidak terpakai

Page 55: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

55

2. Mengajak keluarga dan orang sekitar untk berhemat

energi

PSIKOMOTOR

1. Melaporkan sumber-sumber energi

2. Melaporkan hasil pengamatan tentang manfaat benda-

benda elektronik

3. Melaporkan hasil pengamatan tentang manfaat sumber

energi listrik bagi kehidupan manusia

3. Bahan dan Media Pembelajaran

Bahan merupakan perangkat lunak yang mengandung pesan-pesan belajar,

yang biasanya disajikan menggunakan peralatan tertentu. Contonya: buku teks,

modul, transparansi (OHT), kaset program audio, kaset program video, program

slide, film. Bahan yang digunakan dalam pembelajaran dan penelitian ini adalah :

1. Buku Guru Tematik SD Kelas IV Tema 1 : Selalu Berhemat Energi

2. Buku Siswa Tematik SD Kelas IV Tema 1 : Selalu Berhemat Energi

3. LKS

Secara Makna umum media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Istilah

media ini sangat populer dalam bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada

dasamya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan

dalam pembelajaran disebut media pembelajaran.

Kalau kita amati lebih cermat lagi, pada mulanya media pembelajaran

hanyalah dianggap sebagai alat untuk membantu guru dalam kegiatan mengajar

Page 56: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

56

(teaching aids). Alat bantu mengajar yang mula-mula digunakan adalah alat bantu

visual seperti gambar, model, grafis atau benda nyata lain. Alat-alat bantu itu

dimaksudkan untuk memberikan pengalaman lebih konkrit, memotivasi serta

mempertinggi daya serap dan daya ingat siswa dalam belajar.

Peran guru adalah menyediakan, menunjukkan, membimbing dan

memotivasi siswa agar mereka dapat berinteraksi dengan berbagai sumber belajar

yang ada. Bukan hanya sumber belajar yang berupa orang , melainkan juga

sumber-sumber belajar yang lain. Bukan hanya sumber belajar yang sengaja

dirancang untuk keperluan belajar, melainkan juga sumber belajar yang telah

tersedia. Semua sumber belajar itu dapat kita temukan, kita pilih dan kita

manfaatkan sebagai sumber belajar bagi siswa kita.

Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajran dengan tema

selalu berhemat energi subtema macam-macam sumber energi yaitu media yang

sederhana dan berada diruangan kelas, misalnya :

1. Alat Elektronik (radio, televisi, setrikaan dll)

2. Stop kontak lampu (sakelar)

3. Spidol, papan tulis

4. Ketas HVS

4. Strategi Pembelajaran

Page 57: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

57

Strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan untuk

mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008: 99). Dikatakan pola umum, sebab suatu

strategi pada hakekatnya belum mengarah kepada hal-hal yang bersifat praktis,

masih berupa rencana atau gambaran menyeluruh. Sedangkan untuk mencapai

tujuan, strategi disusun untuk tujuan tertentu.

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai “a plan, method, or series

of activities designed to achieves a particular educational goal“ (J. R. David,

1976). Demikian juga halnya dalam proses pembelajaran, untuk mencapai tujuan

pembelajaran perlu disusun suatu strategi agar tujuan itu tercapai secara optimal.

Tanpa suatu strategi yang cocok, tepat dan jitu, tidak mungkin tujuan dapat

tercapai.

Menurut Uno (2008: 3), Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan

digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan

selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan

mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan

karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran tertentu.

Model pembelajaran yang digunakan oleh peneliti adalah model pembelajaran

tematik dengan menggunakan metode discovery learning. Model dan metode ini

lebih mengutamakan pengalaman belajar peserta didik, yakni melalui belajar yang

menyenangkan tanpa tekanan dan ketakutan, tetapi tetap bermakna bagi peserta

didik. Dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan keterampilan, peserta

didik tidak harus diberi latihan hafalan berulang-ulang (drill), tetapi ia belajar

Page 58: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

58

melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang

sudah dipahami.

Strategi pembelajaran pada peneltian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis KI dan KD mata pelajaran IPA

2. Menentukan Tema yang sesuai dengan konsep konsep yang ada dalam setiap

nomor KD IPA

3. Penjabaran (perumusan) Kompetensi Dasar ke dalam indikator sesuai

topik/tema

4. Membuat peta hubungan antar indikator dengan judul tema

5. Pengembangan Silabus

6. Menyusun RPP Tematik Terpadu

7. Evaluasi

5. Sistem Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran pada

khususnya, dan sistem pendidikan pada umumnya. Artinya, evaluasi merupakan

kegiatan yang tidak mungkin dielakkan dalam proses pembelajaran. Dengan kata

lain, kegiatan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi pembelajaran

merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pendidikan.

Menurut Mardapi (2004:19) evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi

untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok. Menurut Davies

(Santiung,2006:81) evaluasi merupakan proses sederhana memberikan atau

menetapkan nilai sesuatu tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses orang,

Page 59: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

59

dan objek. Sedangkan menurut Ratumanan (2003:1). Evaluasi dapat dinyatakan

sebagai suatu proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan

instruksional.

Sistem evaluasi pembelajaran pada penelitian ini meliputi hal sebagai berikut:

a. Penilaian kompetensi sikap (Afektif)

Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian

diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal.

Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar

peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang

disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.

b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan (Kognitif)

menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan

dengan menggunakan Lebar Kerja Siswa (LKS).

c. Penilaian Kompetensi Keterampilan (Psikomotor)

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu

penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi

tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.

Page 60: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini diobservasi di SDN Bojongsalam, yang

beralamat di Jl. Raya Wado Kabupaten Sumedang. Sekolah ini di bangun pada

Tahun 1979. Aset yang dimiliki seperti yang ada pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1Asset yang dimiliki SDN Bojongsalam

No. Jenis Banyak Keterangan1 Bangunan 6 lokal Ada 6 ruangan kelas2 Ruangan Kepala Sekolah 1 buah3 Ruangan Guru 1 buah4 Ruangan TU 1 buah5 Ruangan Perpustakaan 1 buah6 Ruangan Kesenian 1 buah7 Ruangan Mushola 1 buah8 Ruangan WC 2 buah9 Lapangan olah raga 1 lokalSumber: SDN Bojongsalam (2014)

SDN Bojongsalam sudah terakreditasi pada tanggal 8 Desember 2009 dengan

nilai “A”. Adapun pertimbangan memilih SDN Bojongsalam untuk observasi

dikarenakan alasan-alasan sebagai berikut:

a. Sudah mendapat ijin dari kepala sekolah untuk melakukan observasi

disekolah tersebut.

b. Merupakan tempat peneliti melakukan Program Pengalaman Lapangan

(PPL).

Page 61: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

61

c. Sudah melakukan observasi sebelumnya sehingga lebih mudah untuk

memperoleh ijin penelitian.

Target yang diharapkan peneliti dengan menerapakan metode discovery

learning yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas.

2. Waktu

Penelitian ini secara keseluruhan dilaksanakan selama tujuh bulan, sejak

bulan Mei 2014 sampai dengan bulan November 2014.

Adapun jadwal waktu penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:

Tabel 3.2Jadwal Penelitian Tindakan Kelas

No Kegiatan Bulan/MingguMei Juni Juli Agustus September Oktober

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 Pembuatan

Proposal √2 Sidang Proposal √3 Bimbingan

Skripsi√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4 Siklus I √ √ √a. Perencanaan √b. Pelaksanaan √c. Observasi √d. Refleksi √e. Revisi √

5 Siklus II √a. Perencanaan √b. Pelaksanaan √c. Observasi √d. Refleksi √e. Revisi √

6 Penyusunan Hasil Penelitian √ √

7 Konsultasi Skripsi √ √ √

8 Sidang Skripsi√

Page 62: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

62

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah Tim Peneliti yang terdiri dari 2 orang yaitu :

penyusun sebagai peneliti dan guru kelas IV sebagai pengamat. Subjek penelitian

adalah siswa kelas IV sebanyak 26 siswa. 12 diantaranya adalah siswa laki-laki

dan 14 diantaranya siswa perempuan.

Berikut adalah daftar nama siswa yang menjadi subjek penelitian:

Tabel 3.3Daftar Subjek Penelitian

No. Nama Siswa KeteranganLaki-laki (L) Perempuan (P)

1. Abisatya P2. Agnes Amelia P3. Ahmad Milyar L4. Amanda Laudza P5. Asih Gunarina P6. Aulia Trie P7. Dina Nur Fauziah P8. Finka Lestari P9. Haggi H.N L10. Hendra Jaelani L11. Hendri Mulyana L12. Isma Khairunnisa P13. M.Dzulfikar L14. M.Haris L15. M.Lutfi L16. M.Rifaldi Adhri Zidan L17. M.Rizqi L18. Nabila Maharani P19. Puput Melati S P20. Raihan Kurniawan L21. Razwa Faiza P22. Reysha M.S P23. Sandra Natasya P24. Shafril M.S L25. Visca Ria Kamelia P26. Zaki Rafi.A L

Page 63: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

63

Adapun pemilihan subjek kelas IV Sekolah Dasar Bojong Salam dalam

penelitian ini didasari atas pertimbangan bahwa pembelajaran IPA di Sekolah

Dasar Kelas IV, di dalam kurikulum salah satu kompetensi dasar yang harus

dicapai adalah selalu berhemat energi serta menegetahui macam-macam sumber

energi, dengan indikator sebagai berikut:

1. Mencatat macam-macam sumber energi

2. Mencatat tempat persebaran sumber energi

3. Menyebutkan manfaat energi

4. Menjelaskan pentingnya sumber energi

Pertimbangan lain, bahwa usia kelas IV SD berada pada fase perkembangan

kognitif operasional konkrit yang tingkat kemampuan pemahamannya masih

terbatas pada konsep-konsep konkrit dan kemampuan pemecahan masalah yang

bersifat sederhana, sehingga untuk memahami suatu materi secara terus menerus

itu membuat siswa merasa stres karena kemampuan memahaminya masih

terbatas, sehingga hasil belajar siswa tidak maksimal untuk itu diperlukan metode

yang mudah dipahami oleh siswa salah satunya discovery learning.

Dengan menggunakan metode discovery learning diharapkan siswa akan

lebih mudah memahami suatu materi dan bisa mengemukakannya lagi secara lisan

di depan kelas, dengan demikian dapat disimpulkan apabila siswa bisa

mengemukakan materi pelajaran secara lisan berarti siswa telah memahami

pembelajaran tersebut.

Page 64: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

64

Variabel-variabel yang diselidiki dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

sebagai berikut:

1. Variabel proses, yakni variabel yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran

yaitu implementasi RPP dengan menggunakan metode discovery learning,

dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas IV SDN

Bojongsalam pada pada tema selalu berhemat energi subtema macam-macam

sumber enegi.

2. Variabel hasil, yakni variabel yang berhubungan dengan analisis yang di

harapkan yaitu peningkatan hasil belajar pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam di kelas IV SDN Bojongsalam pada pada tema selalu berhemat energi

subtema macam-macam sumber energi.

C. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu proses kegiatan atau aktifitas yang terdiri dari

suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis

agar dapat memecahkan suatu masalah atau problema yang dihadapi oleh seorang

penulis. Demikian pula metode dalam suatu penelitian merupakan hal yang

penting, karena di dalam metode penelitian ditemukan cara-cara bagaimana objek

penelitian hendak diketahui sehingga menghasilkan data-data yang tepat sesuai

dengan tujuan penelitian. Prosedur dan persiapan yang dilakukan penelitian dalam

penelitian ini meliputi metode penelitian, sumber data dan instrumen teknik

pengumpulan data, penentuan lokasi dan subjek penelitian, validasi data dan

pelaksanaan penelitian.

Page 65: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

65

Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Bog dan Tylor (2002: 30) mendefinisikan:

Penelitian kualitatif itu berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengandalkan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dan dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitian bersifat sementara, dan basil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dengan subjek penelitian.

Penelitian kualitatif pada hakikatnya mengamati orang dalam lingkungan

hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran

tentang dunia sekitarnya, peneliti harus terjun ke lapangan untuk mempelajari

dengan mengumpulkan data yang banyak, mencoba, mencari, dan menemukan

suatu teori berdasarkan data yang dikumpulkan.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Nasution (1996: 5), yang mengemukakan

bahwa:

Penelitian kualitatif hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Dengan demikian salah satu sifat dari penelitian kualitatif adalah sangat deskriptif, artinya dalam penelitian ini diusahakan dikumpulkan data-data yang deskriptif yang banyak dan dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian, penelitian ini juga tidak mengutamakan angka-angka dan statistik walaupun tidak menolak data kuantitatif.

Pengertian secara harpiah bahwa metode ini tidak menentukan realitas objek

penelitian berdasarkan kumpulan angka-angka yang selanjutnya dihitung

berdasarkan skala statistik tetapi menekankan kepada kewajaran cara dan

perolehan data, sehingga diperoleh masukan seadanya dari kondisi objek-objek

penelitian. Penelitian kualitatif ini pada hakikatnya mengamati orang pada

Page 66: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

66

lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami tentang

dunia sekitarnya.

Adapun ciri-ciri metode penelitian kualitatif (naturalistik) yang dijelaskan

oleh Nasution (2003: 9-11) sebagai berikut:

1. Sumber data ialah situasi yang wajar atau “natural setting”. Peneliti mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar, tanpa dipengaruhi dengan sengaja, berhubungan langsung dengan situasi dan orang yang diseledikinya.

2. Peneliti sebagai instrument penelitian. Peneliti adalah “key instrument” atau alat penelitian utama, yang mengadakan pengamatan atau wawancara berstruktur, dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, dan menyelami perasaannya.

3. Sangat deskriptif. Dalam penelitian ini diusahakan mengumpulkan data deskriptif yang banyak dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian.

4. Mementingkan proses maupun produk, memperhatikan bagaimana perkembangan terjadinya sesuatu.

5. Mencari makna dibelakang kelakukan atau perbuatan, sehingga dapat memahami masalah atau situasi.

6. Mengutamakan data langsung atau “first hand”. Peneliti sendiri terjun kelapangan untuk mengadakan observasi atau wawancara.

7. Triangulasi. Data atau informasi dari satu pihak harus di chek kebenarannya dengan cara memperoleh data dari sumber lain.

8. Menonjolkan rincian kontekstual. Peneliti mengumpulkan dan mencatat data yang sangat rinci yang bertalian dengan masalah yang diteliti.

9. Subjek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti.10. Mengutamakan perspektif emic, artinya mementingkan pandangan

responden, tidak mendesakan pandangannya sendiri.11. Verifikasi, untuk memperoleh hasil yang dapat dipercaya.12. Sampling yang purposif. Metode kualitatif menggunakan sampel sedikit

sesuai dengan tujuan penelitian yaitu studi kasus atau multi kasus.13. Menggunakan “audit trail” yaitu untuk mengetahui apakah laporan penelitian

sesuai dengan data yang dikumpulkan.14. Partisipasi tanpa mengganggu. Dalam situasi yang wajar, peneliti jangan

menonjolkan diri dalam melakukan observasi.15. Mengadakan analisis sejak awal penelitian sampai akhir penelitian.16. Desain penelitian tampil dalam proses penelitian.

Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka metode penelitian yang digunakan

oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu

suatu kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas dalam arti luas. Penelitian

Page 67: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

67

Tindakan Kelas, selain bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar, juga untuk

meningkatkan kinerja guru dan dosen dalam proses pembelajaran. Dengan kata

lain Penelitian Tindakan Kelas bukan hanya bertujuan untuk mengungkapkan

penyebab dari berbagai permasalahan yang dihadapi, tetapi juga memberikan

pemecahan berupa tindakan untuk mengatasi masalah.

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) menurut Suyatno

(1977: 4) adalah “suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan

melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat diperbaiki dan meningkatkan

praktik pembelajaran di kelas secara profesional”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas

adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang

ada dalam proses pembelajaran dan upaya meningkatkan proses serta hasil belajar.

Penelitian Tindakan Kelas memiliki peranan yang sangat penting dan strategis

untuk meningkatkan mutu suatu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan

baik dan benar.

D. Desain Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan berdasarkan atas tahapan yang

dikemukakan Kemmis & Taggart (Suyatno, 1997: 93) merupakan pengembangan

lebih lanjut dari model Kurt Lewin. Secara mendasar tidak ada perbedaan pada

prinsip antara keduanya. Model ini banyak dipakai karena sederhana dan mudah

dipahami. Rancangan Kemmis & Taggart dapat mencakup sejumlah siklus,

masing-masing terdiri dari tahap-tahap: perencanaan (plan), pelaksanaan dan

Page 68: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

PLAN

1

2

ACT & OBSERVE

REFLECT3

R PE LV AI NS E ID

4ACT & OBSERVE

5

REFLECT6

R PE LV AI NSE IID

7ACT & OBSERVE

8

REFLECT9

68

pengamatan (act & observe), dan refleksi (reflect). Tahapan-tahapan ini

berlangsung secara berulang-ulang, sampai tujuan penelitian tercapai. Dituangkan

dalam bentuk gambar, rancangan Kemmis & McTaggart akan tampak sebagai

berikut:

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Gambar 3.1. Rancangan Penelitian Tindakan Model Kemmis & Taggart

Page 69: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

69

Langkah pertama pada setiap siklus adalah penyusunan rencana tindakan.

Tahapan berikutnya pelaksanaan dan sekaligus pengamatan terhadap pelaksanaan

tindakan. Hasil pengamatan kemudian dievaluasi dalam bentuk refleksi. Apabila

hasil refleksi siklus pertama menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan belum

memberikan hasil sebagaimana diharapkan, maka berikutnya disusun lagi rencana

untuk dilaksanakan pada siklus kedua. Demikian seterusnya sampai hasil yang

dinginkan benar-benar tercapai.

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan.

Rencana tindakan yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini disusun

berdasarkan masalah yang telah ditemukan. Alasan perlunya disusun rencana

tindakan adalah untuk menguji secara empirik dari hipotesis tindakan yang telah

diajukan sebelumnya. Adapun jenis perencanaan yang dapat disusun ada dua jenis

yaitu:

a. Perencanaan awal yaitu perencanaan yang diambil sejak ide atau

pemasalahan muncul sehingga peneliti mempunyai anggapan bahwa rencana yang

akan dilakukan merupakan rencana yang baik dalam proses penelitian.

Perencanaan awal ini belum tersentuh dengan perbaikan atau evaluasi dari

perencanaan-perecanaan sebelumnya jadi merupakan asumsi awal terhadap

tindakan-tidakan yang akan dilakukan.

b. Perencanaan lanjutan merupakan percanaan yang diambil dari refleksi

setelah peneliti melakukan penelitian sehingga disini ada yang namanya perbaikan

atas kelemahan atau kekeurangan perecanaan sebelumnya.

Page 70: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

70

Langkah-langkah rencana tindakan yang dibuat oleh peneliti adalah sebagai

berikut:

a. Membuat rencana pembelajaran serta skenario pembelajaran dan tindakannya

yang akan dilaksanakan yang mencakup langkah-langkah kegiatan ketika

tindakan dilangsungkan.

b. Membuat lembar observasi kegiatan guru dan siswa untuk melihat bagaimana

proses pembelajaran berlangsung di kelas ketika latihan atau metode tersebut

diaplikasikan.

c. Menyediakan sarana pendukung yang diperlukan diantaranya menyiapkan

media pengajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.

d. Mendesain alat evaluasi untuk melihat kemampuan siswa dalam menguasai

materi yang diajarkan.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Setelah persiapan selesai, selanjutnya guru melaksanakan pembelajaran IPA

pada tema selalu berhemat energi subtema macam – macam sumber enegi dengan

menerapkan metode pendekatan discovery learning.

Siklus I

1. Tahap Perencanaan (Planning):

a. Mengidentifikasi masalah

b. Menganalisis dan merumuskan masalah

c. Merancang metode pembelajaran discovery learning

d. Penerapan metode discovery learning

e. Menyiapkan instrumen (wawancara, pedoman observasi, tes akhir)

Page 71: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

71

f. Menyusun kelompok belajar peserta didik

g. Merencanakan tugas kelompok 

2. Tahap Melakukan Tindakan (Action):

a. Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan

b. Menerapkan metode pembelajaran discovery learning

c. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai

rencana

d. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang

dilaksanakan.

e. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat

melakukan tahap tindakan

3. Tahap Pengamatan (Observation)

a. Melakukan diskusi dengan kepala sekolah untuk rencana observasi

b. Melakukan pengamatan terhadap penerapan metode pembelajaran

discovery learning

c. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan

metode discovery learning

d. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan-

kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran

perbaikan untuk pembelajaran berikutnya

4. Tahap refleksi (Reflection)

a. Menganalisis temuan saat melakukan observasi pelaksanaan observasi

Page 72: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

72

b. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model

pembelajaran discovery learning dengan kerja kelompok dan

mempertimbangkan langkah selanjutnya

c. Melakukan refleksi terhadap penerapan metode discovery learning dengan

kerja kelompok 

d. Melakukan refleksi terhadap aktivitas peserta didik dalam pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam

e. Melakukan refleksi terhadap hasil belajar peserta didik.

Jika pada siklus I belum tercapai maka akan dilanjutkan dengan siklus

yang ke- II dengan langkah – langkah yang sama seperti pada siklus I.

E. Rancangan Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara peneliti untuk mengumpulkan data

agar tujuan penelitian dapat tercapai dengan optimal. Tujuan dari teknik

pengumpulan data adalah untuk memperoleh atau menggali data sebanyak-

banyaknya yang nantinya data ini akan menjadi sumber bagi penelti untuk

melakukan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakuakn adalah

sebagi berikut:

1. Observasi

Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian

di mana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. biasanya observasi

sangat sesuai digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan

kondisi/interaksi belajar mengajar, tingkah laku, dan interaksi kelompok seperti

yang akan dilakukan oleh peneliti.

Page 73: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

73

2. Wawancara

Wawancara adalah tenik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan

secara lisan kepada subjek yang diteliti. Seperti yang dikatakan oleh Arikunto

(2006: 155), bahwa “wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara (Interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara

(Interviewer)”. Wawancara memilki sifat yang luwes, pertanyaan yang diberikan

dapat disesuaikan dengan subjek, sehingga segala sesuatu yang ingin diungkap

dapat digali dengan baik.

Wawancara terdapat dua jenis wawancara ada yang disebut wawancara

berstruktur dan tidak berstruktur. Dalam wawancara berstruktur, pertanyaan dan

alternatif jawaban yang diberikan kepada subjek telah ditetapkan terlebih dahulu

oleh pewawancara. Wawancara tidak berstruktur bersifat informal. Pertanyaan

tentang pandangan, sikap, keyakinan subyek, atau keterangan lainnya dapat

diajukan secara bebas kepada subyek.

3. Angket

Angket digunakan untuk memperoleh data dari siswa guna memperoleh

umpan balik atas apa yang dirasakan oleh siswa. Angket berisi tanggapan siswa

tentang pembelajaran dengan pendekatan discovery learning. Apabila hasil angket

dirasa kurang memuaskan maka akan diadakan tindak lanjut pada siklus

selanjutnya

4. Tes

Tes merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat

pemahaman siswa terhadap suatu pembelajaran yang telah diberikan ha; ini sesuai

Page 74: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

74

dengan yang didefinisikan Arikunto (2006: 150), bahwa “Tes adalah serentetan

pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan, intelgensi kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh

individu atau kelompok”. Penelitian ini, tes bersifat individual karena bertujuan

untuk mengukur perkembangan kognitif siswa, tes ini bisa berupa uraian pelihan

ganda maupun tes jawaban singkat namun karena dalam penelitian ini peneliti

bertujuan untuk meningkatakn hasil belajar maka peneliti menggunakan tes uraian

untuk mengetahui pemahaman siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam.

5. Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran/tema

tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan

sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan

kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan

indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai

satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam

silabus.  RPP dibuat oleh guru sebagai pegangan untuk menyiapkan,

menyelenggarakan, dan mengevaluasi hasil kegiatan pembelajaran.

F. Pengembangan Instrumen Penelitian

Page 75: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

75

Setiap penelitian baik kualitatif maupun kuantitatif pasti memerlukan data

yang empiris serta objektif di dalam penelitiannya, dan untuk mendapatkan data

tersebut peneliti harus menggunakan instrumen yang tepat dalam mengumpulkan

datanya, sebab dengan intrumen yang tepat peneliti dapat menghasilkan data yang

akurat sesuai dengan yang diharapkan.

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan suatu alat yang dijadikan rekaman pada saat

kejadian atau tindakan pada saat berlangsungnya pembelajaran didalam kelas.

Adapun menurut Arikunto (Dyanita, 2010: 45) mengatakan bahwa dalam

observasi diperlukan adanya pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan

menggunakan alat tertentu’. Tujuan dari alat ini adalah untuk mengumpulkan data

mengenai kegiatan pembelajaran dengan cara mengamati setiap kejadian yang

berlangsung dan mencatatnya dilembar obsevasi.

Adapun hal-hal yang diamati pada berlangsungnya kegiatan pembelajaran di

dalam kelas meliputi pemahaman konsep dan prosedur, penggunaan alat

bantu/media pembelajaran, kekurangan mampuan kelebihan siswa dalam

memahami setiap materi yang telah disampaikan, serta kesesuaian antara rencana

dengan pelaksanaannya.

2. Lembar Wawancara

Lembar wawancara merupakan alat pengumpul data yang dilaksanakan

secara komunikasi langsung antara peneliti dengan subjek atau responden adapun

menurut Kunandar (2009: 157), bahwa “Lembar Wawancara adalah suatu cara

Page 76: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

76

untuk mengetahui situasi tertentu didalam kelas dilihat dari sudut pandang lain”.

Wawancara biasanya peneliti mengajukan berbagai pertanyaan secara langsung

kepada para informan dengan tujuan untuk mendapatkan data secara langsung dan

mendalam.

Wawancara merupakan instrument yang bertujuan sama dengan instrument

yang lainnya yaitu sebagai alat pengumpul data, dengan menggunakan lembar

wawancara/pedoman peneliti juga dapat mengetahui ungkapan siswa tentang

berbagai hal yang terjadi dalam pembelajaran serta serta alasannya. Di samping

itu pula hasil wawancara yang tercatat pada lembar wawancara itu merupakan

bahan masukan yang penting untuk melakukan perbaikan pada tahap

pembelajaran selanjutnya. Adapun kisi-kisinya dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Tabel 3.4Kisi-kisi Wawancara

No. Komponen Utama Sub Komponen Angket

1. Pra Pembelajaran

a. Kendala Pembelajaranb. Penggunaan Model dalam

Pembelajaranc. Penggunaan Media dalam

Pembelajaran

12, 3, 4, 5, 6

7, 8

2. Pasca Pembelajaran

a. Respon Obsever pada pendekatan discovery learning

b. Respon Observer pada hasil Pembelajaran

1

2, 3, 4

3. Angket

Angket ini digunakan untuk mengetahui tanggapan pada saat proses

pembelajaran dan penilaian terhadap metode pembelajaran. Angket angket

Page 77: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

77

didistribusikan setelah pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

pertanyaan terbuka dengan tujuan agar siswa bebas memberikan pendapatnya.

Adapun kisi-kisinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.5

Kisi-kisi Lembar Angket

No. Komponen Sub KomponenNo. Lembar

Angket1.

Sikap

a. Ketertarikan siswa terhadap pembelajaran

b. Antusiasme siswa dalam pembelajaran

1, 2, 3, 4

2.

Tanggapan

a. Pendapat siswa pada pembelajaran dengan model pembelajaran

b. Pendapat siswa pada saat pembelajaran

c. Penyampaian materi pada saat proses pembelajaran

5, 6

7, 8, 9, 10, 11, 12, 1314

3. Penilain a. Penilaian terhadap sumber belajar 15, 16

4. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa (LKS) digunakan untuk mengetahui keberhasilan kerja

siswa dalam pembelajaran melalui kerja kelompok. Dengan lembaran kerja siswa

ini peniliti dapat melihat hasil belajar terutama dalam segi keaktifan siswa seperti

keaktifan bertanya, menjawab, melakukan kerjasama dan juga yang lainnya. Hasil

yang diperoleh melalui lembar kerja siswa dapat dijadikan tolak ukur terhadap

rancangan kegiatan dalam melaksanakan tindakan selanjutnya sehingga yang

menjadi kekurangan atau kelemahan selama berlangsungnya proses pembelajaran

sebelumnya dapat diperbaiki sesuai dengan materinya yang disampaikan.

Page 78: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

78

5. Lembar Penilaian Ketepatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lembar penilaian ketepatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

digunakan untuk menilai apakah RPP yang dibuat oleh peneliti telah sesuai

dengan cara penulisan RPP. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

merupakan suatu perencanaan jangka pendek yang dipersiapkan untuk sebuah

proses pelaksanaan pembelajaran. Dalam rencana tersebut digambarkan apa yang

akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) merupakan suatu rencana yang dapat memperkirakan tindakan apa yang

akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Dalam rencana tersebut

memuat komponen-komponen pembelajaran, yaitu standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi

ajar, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan teknik penilaian.

6. Kamera Fhoto

Kamera fhoto merupakan instrumen yang sama penting dengan instrumen

lainnya, karena instrument ini merupakan Alat yang digunakan untuk

mengabadikan sebuah moment atau peristiwa di dalam proses pembelajaran.

Kamera Fhoto ini sering disebut juga sebagai dokumentasi sesuai yang dinyatakan

oleh Sugiyono (2008: 329) bahwa “dokumen merupakan catatan yang sudah

berlalau, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental

dari seseorang”. Hasil gambar dari kamera fhoto akan memberikan ciri atau bukti

secara fisik tentang berbagai kegiatan selama pembelajaran yang nantinya akan

memiliki tingkat kebenaran dan bukti real yang tidak diragukan lagi kebenaraanya

Page 79: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

79

7. Lembar Evaluasi

Lembar evaluasi merupakan alat pengumpulan data yang diberikan kepada

setiap individu atau perorangan adapun menurut Arikunto (2006: 151), Evaluasi

yaitu merupakan sebuah “tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian

seseorang setelah mempelajari seseuatu”. Adapun dalam pelaksanaannya lembar

observasi ini bisa berupa tes tertulis dalam bentuk isian, jawaban singkat, pilihan

ganda, dan uraian atau essay. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh

mana pemahaman siswa terhadap pembelajaran yang sudah dilaksanakan.

G. Rancangan Analisis Data

Data yang diperolah dari hasil-hasil belajar direfleksikan dan dikelompokkan

menurut sub rumusan masalah penelitian. Data yang telah dikumpulkan melalui

instrument penelitian masih berupa data yang memerlukan pengolahan supaya

dapat di gunakan dalam penelitian tindakan kelas bisa secara kualitatif maupun

kuantitatif. Data yang diperoleh dikategorisasikan dan diklasifikasikan

berdasarkan analisis kaitan logisnya kemudian ditafsirkan, disajikan secara aktual

dan sistematis dalam keseluruhan permasalahan dan kegiatan penelitian.

Untuk memperkuat keabsahan data yang diperlukan dalam penelitian, maka

diperlukan pengumpulan data, pengumpulan data sendiri merupakan proses

pengumpulan data yang masih bersifat umum atau mentah sebagai hasil dari

observasi, dan tes yang dirangkum kemudian dideskripsikan dalam bentuk naratif,

grafik, bagan, maupun tabel. Semua data yang terkumpul dikategorisasikan

Page 80: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

80

sehingga dapat memberikan penjelasan terhadap temuan yang di dapat oleh

peneliti.

Adapun pengambilan data dalam penelitian ini dengan cara:

1. Tes

Tes terdiri dari soal pilihan ganda. Tes digunakan untuk mengetahui tingkat

pemahaman siswa. Analisis data yang dilakukan pada tes ini yaitu dengan

menghitung nilai jawaban yang dijawab oleh siswa dengan bobot tertentu

menggunakan rumus :

Untuk menghitung rata-rata nilai tes di kelas 4 menggunakan rumus :

Dari hasil analisis dengan rumus diatas diperoleh kategori nilai sebagai berikut :

Tabel 3.6

Tabel Kategori Nilai Rata-Rata Tes

Interval Kategori91-100 Sangat Tinggi81 – 90 Tinggi66 – 80 Sedang

< 65 Rendah

Untuk menghitung persentase kelulusan siswa, digunakan rumus :

Nilai tes = Jumlah jawaban yangbenar

skor maksimal x

100

X = Jumlah tes seluruh siswa

jumlah seluruh siswa

Persentase Kelulusan = Jumlah siswa yangmendapat predikat lulus

jumlahtotal siswa x

100 %

Page 81: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

81

Dari hasil analisis dengan rumus diatas diperoleh kategori nilai sebagai berikut :

Tabel 3.8

Tabel Kategori Tingkat Kelulusan Siswa

Interval % Kategori91-100 Sangat Tinggi81 – 90 Tinggi66 – 80 Sedang

< 65 Rendah

2. Lembar observasi

Lembar observasi implementasi digunakan untuk menilai keterlaksanaan

pembelajaran berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Jenis data

yang diperoleh adalah data kualitatif. Untuk lembar observasi implementasi

menggunakan format seperti di bawah ini:

Langkah yang dilakukan peneliti dalam menganalis hasil implementasi RPP

adalah:

a. Memberi bobot skor atas pelaksanaan pembelajaran dengan kriteria sebagai

berikut:

Tabel 3.9Tabel Bobot Skor Dan Kategori Keterlaksanaan Pembelajaran

Skor Kategori1 Kurang Baik2 Cukup Baik3 Baik4 Sangat Baik

1) Menghitung total skor yang diperoleh.

Page 82: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

82

2) Menghitung persentase keberhasilan dengan menggunakan rumus di bawah

ini:

3. Angket

Angket diisi oleh siswa, angket berisi beberapa pernyataan yang berhubungan

dengan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan discovery learning yang telah

dilaksanakan. Siswa member tanda checklist(√) pada kolom Sangat Setuju (SS)

Setuju (S) bila siswa merasakan hal yang terdapat dalam pernyataan, pada kolom

Tidak Setuju (TS) bila tidak merasakan apapun dari pernyataan dan atau pada

kolom Sangat Tidak Setuju (STS) bila merasa tidak setuju pada pernyataan,

Untuk selanjutnya skala kualitatif di transfer ke dalam skala kuanitatif. Untuk

mengukur data angket digunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan

P = persentase jawabanf = frekuensi jawabann = banyaknya responden

Kategori respon siswa terhadap pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan

pendekatan discovery learning menggunakan pedoman penafsiran Kuntjaraningrat

(dalam Tarwin, 2011:45)

Persentase = Jumlah skor yang diperoleh

skor maksimal x 100 %

Page 83: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

83

Tabel 3.10Pedoman Penafsiran Persentase Hasil Angket

P Kategori% P = 0 Tidak Ada

0 < % P < 25 Sebagian Kecil25 < % P < 50 Hampir Setengahnya

% P = 50 Setengahnya50 < % P < 100 Hampir Seluruhnya

% P = 100 Seluruhnya

H. Indikator Keberhasilan

Untuk mengetahui apakah penelitian tindakan ini berhasil mencapai

tujuannya maka perlu ditetapkan indikator keberhasilan. Dengan adanya indikator

keberhasilan maka dapat dilakukan pengukuran dan mudah diketahui apakah

penerapan tindakan ini sudah tepat atau belum (Sulipan dalam Ruli 2012: 53).

Sedangkan menurut Sudjana (Anggita 2012: 56) mengatakan “dengan indikator

keberhasilan maka seorang peneliti dapat mengukur apakah penerapan

tindakannya sudah tepat atau belum”.

Penelitian ini dinyatakan berhasil jika siswa kelas IV SDN Bojongsalam

mendapat kenaikan terhadap hasil belajar siswa di kelas dalam pembelajaran IPA

pada tema selalu berhemat energi subtema macam-macam sumber energi berupa

nilai rata-rata dan banyaknya jumlah siswa yang memeroleh nilai di atas KKM.

Indikator keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hasil belajar siswa mencapai nilai rata-

rata di atas 70

Page 84: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

84

2. Kriteria Ketuntasan Ideal (KKI) mencapai rata-rata 85%

3. Lebih dari ≥ 70% siswa kelas IV atau sejumlah ≥ 20 siswa dari jumlah

keseluruhan 26 yang memperoleh nilai di atas KKM yaitu 70

< 70 : Tidak Tuntas

> 70 : Tuntas

Page 85: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

85

Page 86: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dilakukan di kelas IV SDN Bojongsalam, yang beralamat

di Jl. Raya Wado Kabupaten Sumedang. Sekolah ini memiliki 6 ruangan kelas dan

masing-masing satu ruangan untuk kantor dan perpustakaan. Sisiwa kelas IV SDN

Bojongsalam terdiri dari 26 siswa 12 diantaranya adalah siswa laki-laki dan 14

diantaranya siswa perempuan.

Penelitian ini dilakukan di SDN Bojongsalam dengan pertimbangan sebagai

berikut :

d. Dekat dengan rumah peneliti sehingga lebih efektif dan efisen dalam

melakuakn penelitian.

e. Tingkat kemempuan siswa yang berbeda-beda sehingga hasil yang dicapai

beranekaragam, dan hal ini menarik untuk diteliti

f. Sudah melakukan observasi sebelumnya sehingga lebih mudah untuk

memperoleh ijin penelitian.

2. Objek Penelitian

a. Karakateristik Sekolah

Sekolah SDN Bojongsalam berada di tengah perkampuangan yang mayoritas

penduduknya bertani. Keadaan sekolah tersebut lumayan bagus dan menunjang

untuk penelitian. Sekolah ini menampung 257 siswa dan 18 guru termasuk tata

Page 87: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

86

usaha. Kondisi di lingkungan sekolah cukup memadai karena berada diaerah desa

yang masih asri banyak pepohonan, udaranya masih sejuk sehingga menunjang

bagi kenyamanan proses belajar mengajar.

b. Karakteristik Siswa

Mayoritas dari siswa yang sekolah di SDN Bojongsalam merupakan anak-

anak dari lingkungan dekat sekolah itu sendiri dimana mayoritas ddari mereka

merupakan anak dari orang tua yang bermata pencahrian sebagai petani yang

ekonominya menengah kebawah.

Sebagai anak desa siswa dari sekolah SDN Bojongsalam dalam proses

belajar, mereka masih pasif artinya mereka hanya mendengarkan apa yang

disampaikan oleh guru. Hal ini sangat dipengaruhi oleh metode dan model

pembelajaran ang disampaikan oleh guru itu sendiri.

B. Hasil Penelitian dan Pembahsan

1. Hasil Penelitian

Uraian hasil penelitian pada dasarnya merupakan jawaban terhadap

rumusan masalah dan pertanyaan-pertanyaan penelitian serta hipotesis penelitian

yang diajukan pada bab I. Hasil penelitian diambil dari hasil tes awala (prestes)

dan tes akhir (postes). Proses penelitian ini dilakuakn dengan dua siklus dimana

setiap siklusnya terdiri dari empat tahap diantaranya perencanaan, pelaksanaan

tindakan, pengamatan dan refleksi. Penelitian tindakan kelas pada penelitian ini

mengcu pada teori yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart.

Page 88: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

87

a. Siklus I

1. Hasil Belajar Siswa sebelum Pembelajaran dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Discovery Learning

Tes sebelum tindakan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 4 Agustus 2014.

Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa tentang materi

macam-macam sumber-sumber energi yang akan diajarkan (kondisi awal).

Sebelum tes dilaksanakan siswa diberi penjelasan seperlunya kemudian diberi

lembaran soal untuk dikerjakan secara individu. Setelah selesai mengerjaka soal

guru mengoreksinya dan sekaligus memberi nilai. Pelaksanaan pretes dengan

tema macam-macam sumber energi diperoleh hasil sebagai berikut:

Ttabel 4.1

Hasil pretes sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning

No. Nama Siswa KKM NilaiKeterangan

Tuntas Belum Tuntas

(1) (2) (3) (4) (5) (6)1. Abisatya 70 60 √2. Agnes Amelia 70 65 √3. Ahmad Milyar 70 60 √4. Amanda Laudza 70 50 √5. Asih Gunarina 70 65 √6. Aulia Trie 70 65 √7. Dina Nur Fauziah 70 75 √8. Finka Lestari 70 65 √9. Haggi H.N 70 60 √10. Hendra Jaelani 70 65 √11. Hendri Mulyana 70 65 √12. Isma Khairunnisa 70 65 √13. M.Dzulfikar 70 80 √14. M.Haris 70 60 √15. M.Lutfi 70 65 √16. M.Rifaldi Adhri Z 70 60 √

Page 89: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

88

17. M.Rizqi 70 60 √18. Nabila Maharani 70 65 √19. Puput Melati S 70 60 √20. Raihan Kurniawan 70 60 √21. Razwa Faiza 70 65 √22. Reysha M.S 70 65 √23. Sandra Natasya 70 60 √24. Shafril M.S 70 60 √25. Visca Ria K 70 65 √26. Zaki Rafi.A 70 65 √

Jumlah 2 24Persentase (%) 8% 92%

Pada bab sebelumnya dijelaskan bahwa siswa dikatakan lulus atau tuntas

apabila hasil belajar siswa mencapai nilai rata-rata di atas 70. Berdasarkan tabel

diatas dapat dilihat bahwa siswa yang mencapai nilai KKM hanya 2 orang atau

8% sedangkan siswa yang belum tuntas berjumlah 24 siswa atau 92% , hal ini

menunjukan bahwa pemahaman siswa terhadap tema macam-macam sumber

energi masih sangat rendah. Pemahaman tersebut biasa dilihat dalam bentuk

diagram sebagai berikut :

Page 90: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

89

Pretes0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

TuntasBelum Tuntas

Diagram 4.1

Hasil Pretes sebeum menggunakan Model Pembelajaran Discovery

Learning

Berdasarkan diagram diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa

yang dilakukan melalui pretes tersebut belum optimal sehingga diperlukan upaya

untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan

menerapkan model pembelajaran yang lebih inovatif dan tidak membosankan

sehingga siswa bisa meningkatkan pemahamannnya yang pada akhirnya hasil

belajarnya pun meningkat. Model pembelaaran yang akan digunakan pada

penelitian ini yaitu model pembelajaran discovery learning.

Pelaksanaan hasil pretes didukung dengan hasil wawancara kepada siswa

tentang pembelajaran IPA dan tentang materi macam-macam energi serta

perubahannya dari hasil wawancara disimpulkan bahwa IPA merupakan salah satu

pelajaran yang disenangi anak, tetapi dalam materi macam-macam sumber energi

dan perubahannya masih mengalami kesulitan dan belum paham terutama dalam

Page 91: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

90

perubahan energi, selain itu siswa berharap ada model pembelajaran yang lebih

menyenangkan.

Wawancara pada pretes dilakukan juga pada guru wali kelas IV

Bojongsalam dari hasil wawancara didapat kesimpulan bahwa Dalam

menyampaikan materi macam-macam energi dan perubahannya guru tidak

menyuruh siswa untuk mencari tahu dulu sehingga guru menyadari bahwa respon

siswa sangat kurang dalam mendengarkan penjelasan guru, hal yang perlu

diperhatikan yaitu masih kurang pemahaman siswa tentang materi yang

disampaikalukan. Diperlukan model pembelajaran yang menarik perhatian siswa.

2. Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus I

Dari data di atas maka disusunlah perencanaan, perlakuan tindakan

menerapkan metode pembelajaran discovery learning bertujuan meningkatkan

ketuntasan hasil belajar siswa pada siswa kelas IV SD Negeri Bojongsalam.

Untuk meningkatkan kemampuan siswa yang terlibat dalam setiap kegiatan

pembelajaran, maka pembelajaran pada siklus I yang di mulai dari tahap

perencanaan , tindakan, observasi dan refleksi.

a. Perencanaan Tindakan

Pada siklus ini peneliti dan guru observer bersama-sama menyusun

langkah-langkah pembelajaran dengan menyusun bentuk kegiatan pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam yang sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai. Tahap ini guru menyiapakan hal-hal sebagi berikut:

1. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajara (RPP) yang memuat skenario

pembelajaran

Page 92: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

91

2. Menyiapkan alat peraga yang digunakan

3. Merancang instrument penelitian untuk mengetahui hasil belajar siswa

4. Menyiakan pedoman wawancara untuk guru dan siswa

5. Membuat panduan observasi untuk mengamati proses pembelajaran yang

dilakuakn siswa dan guru.

6. Menyiapkan media untuk kegiatan praktium

7. Menyiapkan alat dokumentasi

b. Pelaksanaan Tindakan

Siklus I dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan dengan materi macam-macam

sumber energi. Siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 11 Agustus 2014 dengan

alokasi waktu selama 6 jam pelajaran (6 x 35 menit). Kegiatan pembelajaran

diikuti oleh 26 orang siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 14 siswa

perempuan.

Penelitian ini dibantu oleh seorang guru wali kelas IV SDN Bojongsalam

sebagai observer untuk membantu pada prose pembelajaran berlangsung dengan

menggunakan model discovery learning.

Pembelajaran pada siklus I dimulai pada pukul 07.00 WIB sampai dengan

pukul 09.20 WIB, diselingi dengan istirahat selama 20 menit, dilanjutkan pada

pukul 09.40 sampai dengan pukul 10.50. Guru mendampingi siswa berbaris di

depan kelas dan menyalami siswa pada saat akan masuk kelas satu persatu sambil

memberi ucapan selamat pagi. Setelah seluruh siswa memasuki ruang kelas, guru

dan observer masuk ke ruang kelas. Untuk mengatasi keadaan kelas yang agak

gaduh guru mengajak siswa berdoa bersama yang dipimpin oleh salah satu siswa

Page 93: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

92

yang pada hari ini mendapat giliran untuk memimpin doa. Selesai berdoa, siswa

yang tadi memimpin doa kemudian memimpin teman-temannya untuk memberi

salam kepada guru dan observer. Setelah guru menjawab salam, guru kemudian

mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan siapa siswa yang tidak hadir di kelas

pada pagi hari ini kepada siswa yang hadir, kemudian guru mengkondisikan kelas

untuk mempersiapkan diri masuk ke dalam proses pembelajaran. Proses awal

pembelajaran guru memberikan pertanyaan pada siswa. Berikut pertanyaan yang

diberikan guru kepada siswa.

Guru : “Sebutkan macam-macam, sumber energi yang kalian ketahui ?”

Siswa : “ (siswa terdiam dan terlihat bingung serta tidak menjawab) “

Guru : tidak ada yang tahu? Sekarang Ibu mau bertanya lagi kenapa

lampu di kelas ini bisa menyala?

Siswa : “karena ada kabel Bu”

Guru : “ ada yang lain?”

Siswa : “ karena ada cetrekannnya (baca: sakelar) Bu”

Guru : “ yang lain apa ayo?”

Siswa : “karena ada listriknya Bu”

Guru : Betul,,karena ada aliran listriknya dan listrik termasuk sumber

energi bagi kita semua”

Berdasarkan percakapan pada awal pembelajaran diatas dapat kita lihat bahwa

siswa masih belum tahu dan terlihat bingung ketika diberi pertanyaan apa saja

sumber-sumber energi itu, setelah diberi pertanyaan dan guru terus menggali daya

Page 94: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

93

tangkap siswa dengan menjawab apa yang mereka lihat dan ketahui akhirnya

siswa bisa memberikan jawaban yang benar. Lalu guru memberikan pretes.

Table 4.2

Hasil Pretes Siklus I

No. Nama Siswa KKM NilaiKeterangan

Tuntas Belum Tuntas

(1) (2) (3) (4) (5) (6)1. Abisatya 70 60 √2. Agnes Amelia 70 65 √3. Ahmad Milyar 70 60 √4. Amanda Laudza 70 50 √5. Asih Gunarina 70 65 √6. Aulia Trie 70 55 √7. Dina Nur Fauziah 70 75 √8. Finka Lestari 70 65 √9. Haggi H.N 70 60 √10. Hendra Jaelani 70 65 √11. Hendri Mulyana 70 65 √12. Isma Khairunnisa 70 65 √13. M.Dzulfikar 70 80 √14. M.Haris 70 60 √15. M.Lutfi 70 65 √16. M.Rifaldi Adhri Z 70 60 √17. M.Rizqi 70 60 √18. Nabila Maharani 70 65 √19. Puput Melati S 70 60 √20. Raihan Kurniawan 70 60 √21. Razwa Faiza 70 65 √22. Reysha M.S 70 75 √23. Sandra Natasya 70 60 √24. Shafril M.S 70 60 √25. Visca Ria K 70 65 √26. Zaki Rafi.A 70 65 √

Jumlah 3 23Persentase (%) 12% 88%

Page 95: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

94

Berdasarkan tabel diatas hasil observasi pretes siswa dalam proses

pembelajaran termasuk dalam kategori kurang dengan persentase 88% dari hasil

tersebut menjadi bahan evaluasi untuk dilakukannya perbaikan pada siklus

selanjutnya supaya diperoleh hasil yang meningkat pada aktivitas belajar siswa.

Proses pembelajaran dilanjutkan oleh guru dengan mengajak siswa untuk

mengamati lampu di ruang kelas kembali kemudian meminta satu siswa untuk

menyalakan dan memadamkan lampu tersebut lewat saklar yang ada. Hal in

dilakukan untuk lebih menekankan pengetahuan tentang sumber energi listrik.

Selanjutnya guru memberikan bebrapa pertanyaan kepada siswa dan

menyuruh siswa menulis dibuku masing-masing. Berikut pertanyaan yang

disampaikan oleh guru :

a. Mengapa lampu itu bisa menyala dan padam? (karena ada tombol saklar yang

digerakkan)

b. Apa fungsi saklar lampu di dinding tersebut? (untuk menyalakan dan

memadamkan lampu)

c. Saat lampu dimatikan, saklar berubah posisi, mengapa demikian? (arus listrik

diputus sehingga tidak mengalir ke lampu)

d. Demikian pula saat lampu dinyalakan, saklar berubah posisi, mengapa

demikian? (arus listrik dialirkan ke lampu)

e. Selain karena saklar yang berubah posisi, adakah hal lain yang menyebabkan

lampu itu terus menyala? (karena ada sumber energi listrik/arus listrik)

Pada proses pemelajaran ini siswa terlihat bersemangat dan serius

mengamati sakelar dan lampu yang ada diruangan kelas. Peneliti mengamati

Page 96: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

95

bahwa dengan terlibat langsung dalam praktek siwa lebih antusias dan aktif dalam

mengikuti pelajaran. Keterlibatan langsung siswa dalam pengamatan ini menjadi

pengalaman yang nantinya siswa akan lebih ingat terhadap materi yang

disampaikan.

Selesai melakukan pengamatan secara langsung dan mencatat jawaban

yang dibuat oleh sisiwa, kemudian siswa dipersilahkan mencatatnya kembali

dipapan tulis. Hasil pengamatan siswa menunjukan bahwa masih ada jawaban

yang kurang tepat yang dicatat oleh siswa. Pada siklus ini guru membahas

pertanyaan dan jawaban yang disampaikan oleh siswa , kemudian guru

menyampaikan materi pada tema yang dibahas dan mempersilahkan siswa untuk

bertanya jika ada yang belum paham dan dimengerti.

Pembelajaran dilanjutkan oleh guru dengan memberikan LKS kepada

siswa untuk mencatat dan mengamati benda-benda elektronik yang ada

dilingkungan sekolah serta mencatat perubahan energi apa yang dihasilkan.

Sebagai tugas tambahan guru juga memberikan pekerjaan rumah dengan

memberikan LKS yang sama mencatat dan mengamati benda elektronik dan

perubahan energinya yang ada dilingkungan rumah.

Diakhir Pembelajaran pada siklus I ini guru dan siswa mengambil

kesimpulan dari pembelajaran yang telah disampaikan dengan menggunakan

pembelajaran discovery learning.

c. Observasi

Observasi dilaksanakan secara langsung bersamaan dengan pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar. Pada tahap observasi siklus I yang dilaksanakan pada

Page 97: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

96

saat kegiatan proses belajar mengajar sedang berlangsung dapat diketahui aktifitas

pada saat guru menggunakan media lampu dan sakelar dan menyampaikan materi

yang akan dibahas hari itu, suasana kelas terlihat menyenangkan, siswa terlihat

antusias terhadap materi pembelajaran.

Diakhir pembelajaran pada siklus I dilaksanakan kegiatan wawancara dengan

sebagian siswa untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran

yang telah dilaksanakan dengan menggunakan metode discovery learning. Hasil

dari wawancara diperoleh bahwa siswa merasa senang dan antusias terhadap

metode pembelajaran yang digunakan.

Selain wawancara peneliti juga mengajukan beberapa pertanyaan dengan

menggunakan angket dengan tujuan mengetahui aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran dengan menggunakan metode discovery learning. Hasil dari angket

tersebut dapat dlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Aktivitas Belajar Siswa

No Nama SiswaAktivitas Belajar Siswa

Jumlah Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 Abisatya 3 3 3 1 2 2 1 3 2 3 232 Agnes Amelia 3 2 3 2 1 3 2 2 2 3 233 Ahmad Milyar 2 2 3 2 1 1 3 2 1 4 214 Amanda Laudza 2 2 2 1 1 3 3 3 2 3 225 Asih Gunarina 3 3 3 1 1 2 2 2 2 3 226 Aulia Trie 2 2 2 1 1 3 3 3 2 3 227 Dina Nur F 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 298 Finka Lestari 2 3 1 1 2 2 3 3 2 3 229 Haggi H.N 2 3 1 1 2 2 3 2 2 2 20

10. Hendra Jaelani 3 2 3 2 1 3 2 2 2 3 2311. Hendri Mulyana 3 3 2 1 2 2 1 2 2 3 21

Page 98: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

97

12. Isma K 3 3 3 2 1 2 2 2 2 3 2313. M.Dzulfikar 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 2914. M.Haris 2 3 1 1 2 2 3 3 2 3 2215. M.Lutfi 2 2 3 2 1 1 3 2 2 4 2216. M.Rifaldi Adhri 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2417. M.Rizqi 3 2 3 2 1 3 2 2 2 3 2318. NabilaMaharani 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2819. Puput Melati S 3 3 2 1 2 2 1 3 2 3 2220. Raihan K 3 2 3 2 1 3 2 2 2 3 2321. Razwa Faiza 3 3 3 2 1 2 2 3 2 3 2422. Reysha M.S 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 2923. Sandra Natasya 3 2 3 2 1 3 2 2 2 3 2324. Shafril M.S 2 3 2 1 2 2 3 3 2 3 2325. Visca Ria K 3 3 3 1 2 2 1 3 2 3 2326. Zaki Rafi.A 2 3 1 2 2 2 3 3 2 3 23

Jumlah Skor 609

Persentase = Jumlah skor yangdiperoleh

Jumlah skor maksimal x 100 %58%

Pedoman Penskoran Keterangan Nilai:1 = Kurang Baik 3 = Baik2 = Cukup Baik 4 = Sangat Baik

Keterangan:1. Siswa memperhatikan guru yang sedang menyampaikan materi tentang energi

dan perubahannya2. Semangat siswa dalam mengikuti pelajaran3. Siswa memperhatikan arahan guru untuk mengeksplorasi media belajar secara

detail dan cermat4. Siwa memberikan pendapat5. Siswa bertanya kepada guru 6. Siswa menulis dan mengkomunikasikan hasil pengamatan di depan kelas 7. Siswa mendiskusikan jawaban bersama teman 8. Siswa menyajikan hasil laporan 9. Siswa dan guru bersama-sama mengoreksi jawaban yang benar10. Siswa diminta mengamati benda elektronik, manfaat dan perubahan energinya

dilingkungan sekitar siswa

Page 99: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

98

Berdasarkan tabel diatas hasil observasi aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran termasuk dalam kategori sedang dengan persentase 58% dari hasil

tersebut menjadi bahan evaluasi untuk dilakukannya perbaikan pada siklus

selanjutnya supaya diperoleh hasil yang meningkat pada aktivitas belajar siswa.

Berikut hasil aktivitas belajar dalam bentuk diagram pada siklus I :

Persentase0%

10%20%30%40%50%60%70%80%90%

Chart Title

Aktivitas Siswa

Diagram 4.2Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

Keberhasilan dari sebuah pembelajaran tentunya tidak terlepas dari peran

guru itu sendiri, apabila guru melaksanakan prose pembelajaran dengan baik maka

tentunya hasil yang diperoleh pun baik dan begitu sebaliknya. Proses

pembelajaran pada siklus I diamati pula aktivitas guru, adapun hasil pengamatan

tersebut bisa dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.4

Aktivitas Guru

No Aspek yang Diamati Skor1. Mempersiapkan Media Pembelajaran 32. Mempersiapkan Siswa untuk Belajar 4

Page 100: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

99

3 Guru menyampaikan informasi tema pembelajaran 34 Guru menguasai materi pembelajaran 35 Guru memberikan rangsangan dengan pertanyaan 3

6Guru memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah

2

7Guru memberi kesempatan siswa mengumpulkan informasi dan membuktikannya

2

8 Guru melakukan observasi dan wawancara 3

9Guru melakukan verifikasi kepada siswa terhadap jawaban siswa

2

10 Guru memberikan kesimpulan 311 Melaksanakan pembelajaran secara runtut 3

12Melaksanakan pembelajaran sesuai alokasi waktu yang direncankan

3

13 Menggunakan media secara efektif 414 Melibatkan siswa dalam memanfaatkan media 4

15Menumbuhkan partisipasi siswa dalam pemanfaatan media pembelaaran

3

16 Menunjukan sikap terbuka pada jawaban siswa 317 Memberikan suasana ceria pada siswa 218 Memantau kemajuan selama proses pembelajaran 319 Melakukan rangkuman dengan melibatkan siswa 220 Melaksanakan tidak lanjut dengan memberikan tugas 3

Jumlah Skor58

Persentase = Jumlah skor yangdiperoleh

Jumlah skor maksimal x 100 %72,5%

Keterangan Nilai:

1 = Kurang Baik 3 = Baik

2 = Cukup Baik 4 = Sangat Baik

Page 101: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

100

Berdasarkan pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hasil analisis aktivitas guru

menunjukan skor 58 yang jika dipersentasekan sekitar 72,5%. Data perolehan

aktivitas guru pada siklus I dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut :

Siklus I0%

10%20%30%40%50%60%70%80%90%

Aktivitas Guru

Aktivitas Guru

Diagram 4.3

Hasil Observasi aktivitas Guru

Dari diagram diatas dapat disimpilkan bahwa aktivitas guru pada siklus I

dikategorikan sedang atau kurang maksimal dan tentunya perlu dilakukan

perbaikan-perbaikan pada siklus selanjutnya dengan harapan pada aktivitas guru

mendapat nilai atau skor pada interval 81-90 dengan kategori tinggi.

3. Hasil Belajar Siswa dengan Model Discovery Learning

Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus I maka perlu diadakan

tes yang diberikan kepada siswa. Tes yang diberikan pada penelitian ini terdiri

dari 10 soal pilihan ganda dan 5 soal essay jadi total keseluruhan 15 soal, pada

masing-masing soal pilihan ganda mempunyai nilai obot 5 sedangkan utuk soal

essay diberikan nilai 10 jadi nilai maksimumnya adalah 100. Berikut tabel hasil

postes siswa pada siklus I :

Page 102: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

101

Table 4.5

Hasil Postes Siklus I

No. Nama Siswa KKM NilaiKeterangan

Tuntas Belum Tuntas

(1) (2) (3) (4) (5) (6)1. Abisatya 70 80 √2. Agnes Amelia 70 85 √3. Ahmad Milyar 70 80 √4. Amanda Laudza 70 70 √5. Asih Gunarina 70 95 √6. Aulia Trie 70 65 √7. Dina Nur Fauziah 70 95 √8. Finka Lestari 70 65 √9. Haggi H.N 70 60 √10. Hendra Jaelani 70 85 √11. Hendri Mulyana 70 75 √12. Isma Khairunnisa 70 95 √13. M.Dzulfikar 70 80 √14. M.Haris 70 70 √15. M.Lutfi 70 85 √16. M.Rifaldi Adhri Z 70 70 √17. M.Rizqi 70 90 √18. Nabila Maharani 70 95 √19. Puput Melati S 70 80 √20. Raihan Kurniawan 70 90 √21. Razwa Faiza 70 95 √22. Reysha M.S 70 95 √23. Sandra Natasya 70 80 √24. Shafril M.S 70 70 √25. Visca Ria K 70 75 √26. Zaki Rafi.A 70 65 √

Jumlah 22 4Persentase (%) 85% 15%

Page 103: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

102

Dari hasil postes pada siklus I terlihat bahawa adanya peningkatan hasil

belajar siswa di bandingkan dengan hasil pretes I sebelumnya. Selanjutnya guru

mengakumuasikan dari nilai pretes dan postes untuk mengetahui keberhasilan

belajar siswa pada siklus I. Berikut tabel hasil belajar siswa pada siklus I :

Tabel 4.6

Hasil Belajar Siswa dengan Model Discovery Learning

No. Nama Siswa KKM NilaiKeterangan

Tuntas Belum Tuntas

(1) (2) (3) (4) (5) (6)1. Abisatya 70 70 √2. Agnes Amelia 70 75 √3. Ahmad Milyar 70 70 √4. Amanda Laudza 70 60 √5. Asih Gunarina 70 80 √6. Aulia Trie 70 60 √7. Dina Nur Fauziah 70 85 √8. Finka Lestari 70 65 √9. Haggi H.N 70 60 √10. Hendra Jaelani 70 75 √11. Hendri Mulyana 70 70 √12. Isma Khairunnisa 70 80 √13. M.Dzulfikar 70 80 √14. M.Haris 70 65 √15. M.Lutfi 70 75 √16. M.Rifaldi Adhri Z 70 65 √17. M.Rizqi 70 75 √18. Nabila Maharani 70 80 √19. Puput Melati S 70 70 √20. Raihan Kurniawan 70 75 √21. Razwa Faiza 70 80 √22. Reysha M.S 70 85 √23. Sandra Natasya 70 70 √24. Shafril M.S 70 65 √

Page 104: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

103

25. Visca Ria K 70 70 √26. Zaki Rafi.A 70 65 √

Jumlah 18 8Persentase (%) 69% 31%

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh hasil belajar siswa pada siklus I bahwa siswa

yang tuntas dalam pembelajaran sebnyak 18 orang atau 69% adari siswa sebanyak

26 orang, sedangkan untuk siswa yang belum tuntas sebanyak orang atau 31%.

Hasil ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa masih kurang, hal ini terlihat dari

ketuntasan hasil belajar baru mencapai 69% dari target ketuntusan dalam

penelitian ini mencapai ≥ 70%.

Berdasarkan tabel 4.3 ketuntasan hasil belajar pada siklus I bisa dilihat pada

diagram berikut ini:

Siklus I0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

TuntasBelum Tuntas

Diagram 4.4

Hasil Belajar Siswa dengan Model Discovery Learning siklus I

Dari hasil pembelajaran siklus I terlihat adanya peningkatan hasil belajar

siswa, pada tes sebelumnya hasil belajar siswa hanya mencapai 8% dari jumlah

siswa 26 orang, sedangkan pada postes pada siklus I diperoleh hasil belajar yang

Page 105: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

104

mencapai KKM sebesar 69%, walaupun belum mencapai nilai KKM yang ideal

akan tetapi hal ini menunjukan adanya peningkatan signifikan dari hasil belajar

dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning.

4. Refleksi Siklus I

Berdasarkan pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I yang di

ikuti oleh 26 siswa diperoleh catatan sebagai kelebihan dan kekurangan dari

pembelajaran siklus I. berikut kelebihan dan kekurangan pada siklus I :

1. Kelebihan

a) Guru sudah membuka pelajaran, melaksanakan apersepsi, menyampaikan

tujuan pembelajaran, dan memotivasi siswa agar lebih aktif sehingga tercipta

suasana kreatifitas pada diri siswa saat proses belajar.

b) Guru masih menyiapkan materi pembelajaran dengan menggunakan media

pembelajaran yang efektif dan efesien

c) Guru sudah melakukan pendekatan discovery learning agar siswa aktif dalam

dalam pembelajaran

d) Guru sudah memberi tugas pada siswa untuk mengamati lingkungan sekitar

siswa

e) Siswa antusias dengan model pembelajaran discovery learning

f) Guru sudah memberikan tes formatif kegiatan akhir pembelajaran untuk

mengetahui hasil evaluasi.

g) Guru melakukan observasi keaktifan siswa, diperoleh rata-rata keaktivan

siswa masih dalam katagori sedang .

2. Kekurangan

Page 106: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

105

a) Sebagian Siswa kurang aktif dan kurang konsentrasi terhadap arahan guru

b) Guru belum maksimal dalam menggunakan pembelajaran discovery learning

untuk meningkatkan keaktifan siswa.

c) Siswa masih jarang berdiskusi dengan temanya.

d) Materi macam-macam energi dan perubahannya belum bisa sepenuhnya

dikuasai siswa, hal ini dapat terlihat pada hasil tes formatif pada pembelajaran

siklus I yang mencapai ketuntasan mencapai 18 dari 26 siswa (69%).

Meskipun ada peningkatan ketuntasan dari ketetapan yang dikehendaki

dalam kegiatan belajar siklus I, siswa yang belum tuntas dikarenakan siswa

kurang memahami arahan guru dan kurang aktif dalam proses pembealajaran.

Maka hasil diskusi peneliti dan guru observer dari kekurangan pada siklus I akan

diperbaiki pada siklus II.

b. Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 18 April 2014 dengan alokasi

waktu 4 x 35 menit. Pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran

discovery learning dilatahap yang dilakukan pada siklus II dilakukan tahap seperti

siklus I, adapun tahapannya sebagai berikut:

1. Perencanaan

Melihat refleksi hasil belajar formatif siklus I masih terdapat kekurangan,

peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan dibantu

observer dalam pelaksanaan pembelajaran. Pada siklus II ini peneliti berharap

memperbaiki pemahaman materi macam-macam sumber energi dan perubahanya

Page 107: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

106

dengan menggunkan model pembelajaran discovery learning. Sehingga keaktifan

dalam kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa dapat tercapai

sebagaimana target yang ditetapkan. Hal yang dilakukan pada taha perencanaan

yaitu :

1. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajara (RPP) yang memuat skenario

pembelajaran dengan menggunkan model discovery learning

2. Menyiapkan alat peraga yang digunakan

3. Merancang instrument penelitian untuk mengetahui hasil belajar siswa

4. Membuat panduan observasi untuk mengamati proses pembelajaran yang

dilakuakn siswa dan guru.

5. Menyiapkan alat dokumentasi

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II yaitu proses belajar

mengajar mengacu pada skenario pembelajaran yang telah dipersiapkan

sebelumnya. Penelitian pada siklus II dibantu oleh observer yang membantu

mengamati proses pembelajaran yang berlangsung dengan model pembelajaran

discovery learning. Penelitian ini memeberikan penguatan materi kepada siswa

yang mencapai nilai KKM. Berikut pelaksanaan penelitian pada siklus II:

Diawal pemebelajaran guru membuka pelajaran dengan mengucapkan

salam, berdo’a, dan mempersiapkan materi ajar, setelah itu guru melakukan

apersepsi dengan menanyakan materi pembelajaran pada siklus I. Berdasarkan

hasil tersebut pada awal pembelajaran terlihat bahwa siswa sudah mulai paham

tentang materi yang sudah dipelajari pada siklus I.

Page 108: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

107

Proses pembelajaran selanjutnya dilakukan penguatan kepada siswa yang

telah mencapai KKM yang terdiri dari 18 orang siswa mengenai macam-macam

sumber energi dan perubahnya serta diberi pemahaman bahwa kita harus selalu

berhemat energi. Proses penguatan pada siswa dilakukan dengan memberi pretes

kepada siswa atau siswa, dari proses ini terlihat adanya peningkatan pemahaman

terhadap materi yang diajarkan. Brikut hasil pretes pada siklus II :

Tabel 4.7

Hasil Pretes Siklus II

No. Nama Siswa KKM NilaiKeterangan

Tuntas Belum Tuntas

(1) (2) (3) (4) (5) (6)1. Abisatya 70 65 √2. Agnes Amelia 70 65 √3. Ahmad Milyar 70 60 √4. Amanda Laudza 70 70 √5. Asih Gunarina 70 65 √6. Aulia Trie 70 55 √7. Dina Nur Fauziah 70 75 √8. Finka Lestari 70 70 √9. Haggi H.N 70 65 √10. Hendra Jaelani 70 65 √11. Hendri Mulyana 70 65 √12. Isma Khairunnisa 70 75 √13. M.Dzulfikar 70 70 √14. M.Haris 70 70 √15. M.Lutfi 70 65 √16. M.Rifaldi Adhri Z 70 60 √17. M.Rizqi 70 60 √18. Nabila Maharani 70 65 √19. Puput Melati S 70 60 √20. Raihan Kurniawan 70 65 √21. Razwa Faiza 70 70 √

Page 109: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

108

22. Reysha M.S 70 75 √23. Sandra Natasya 70 60 √24. Shafril M.S 70 60 √25. Visca Ria K 70 65 √26. Zaki Rafi.A 70 65 √

Jumlah 8 18Persentase (%) 31% 69%

Setelah proses diatas guru mempersilahkan siswa untuk bertanya hal-hal

yang belum dimengerti atau hal-hal yang ingin diketahui oleh siswa, setelah itu

guru memfokuskan untuk membingbing siswa yang belum mencapai KKM yang

terdiri dari 8 orang. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa tersebut untuk

merangsang pemahaman siswa. Terlihat dari 8 orang ini masih belum memahamai

sepenuhnya dan harus terus dirangasang dengan peratanyaan. Jawaban dari 8

siswa tesrebut sekaligus sebagai cara untuk mengidentifikasi sejaauh mana

pemahamna siswa tersebut.

Proses selanjutnya guru membagi 8 orang ini menjai 2 kelompok, masing-

masing kelompok terdiri dari 4 orang, selanjutnya siswa diberi tugas untuk

mengamati kembali benda-benda elektronik dan mencatat perubahan energinya

pada benda-benda yang ada disekitar lingkungan sekolah, hal ini dimaksudkan

untuk siswa mengumpulkan data dan inforrmasi terkait materi yang diajarkan.

Hasil pengamatan siswa kemudian ditafsirkan atau disimpulkan, setelah itu guru

memerikasa hasil pengamatan siswa sebagai langkah memverifikasi hasil

pengamatan siswa tersebut, langkah selanjutnya yaitu guru dan siswa

menyimpulkan bersama dari hasil pengamatan dan jawaban siswa tersebut.

Page 110: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

109

Bedasarkan proses diatas menurut hasil pengamatan peneliti kegiatan

pemebelajaran yang dilakukan sudah maksimal dan begitupunn pemahaman

materi dari siswa meningkat.

3. Observasi

Observasi dilaksanakan secara langsung bersamaan dengan pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar. Seperti halnya pada siklus I, pada siklus II situasi yang

terjadi hampir sama dengan siklus I. pada saat guru mengawali kegiatan dengan

menyampaikan materi ada peningkatan keaktifan siswa dalam mengajukan

pertanyaan, dan berkonsentrasi dalam menyimak materi tersebut. Berikut data

observasi pada siklus II:

Ttabel 4.8

Aktivitas Belajar Siswa

No Nama SiswaAktivitas Belajar Siswa

Jumlah Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 331 Abisatya 4 4 4 2 3 3 2 4 3 4 322 Agnes Amelia 4 4 4 2 2 3 2 4 3 4 333 Ahmad Milyar 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 334 Amanda Laudza 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 325 Asih Gunarina 4 4 4 2 2 3 2 4 3 4 336 Aulia Trie 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 347 Dina Nur F 4 4 4 2 3 3 3 4 3 4 338 Finka Lestari 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 339 Haggi H.N 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 32

10. Hendra Jaelani 4 4 4 2 2 3 2 4 3 4 3211. Hendri Mulyana 4 4 4 2 2 3 2 4 3 4 3312. Isma K 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 3413. M.Dzulfikar 4 4 4 2 3 3 3 4 3 4 3314. M.Haris 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 3315. M.Lutfi 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 3316. M.Rifaldi Adhri 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 32

Page 111: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

110

17. M.Rizqi 4 4 4 2 2 3 2 4 3 4 3418. NabilaMaharani 4 4 4 2 3 3 3 4 3 4 3219. Puput Melati S 4 4 4 2 2 3 2 4 3 4 3220. Raihan K 4 4 4 2 2 3 2 4 3 4 3221. Razwa Faiza 4 4 4 2 2 3 2 4 3 4 3322. Reysha M.S 4 4 4 2 3 3 2 4 3 4 3223. Sandra Natasya 4 4 4 2 2 3 2 4 3 4 3324. Shafril M.S 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 3225. Visca Ria K 4 4 4 2 2 3 2 4 3 4 3326. Zaki Rafi.A 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 33

Jumlah Skor 851

Persentase = Jumla h skor yang diperole h

Jumla h skor maksimal x 100 %82%

Pedoman Penskoran Keterangan Nilai:1 = Kurang Baik 3 = Baik2 = Cukup Baik 4 = Sangat Baik

Keterangan:1. Siswa memperhatikan guru yang sedang menyampaikan materi tentang energi

dan perubahannya2. Semangat siswa dalam mengikuti pelajaran3. Siswa memperhatikan arahan guru untuk mengeksplorasi media belajar secara

detail dan cermat4. Siwa memberikan pendapat5. Siswa bertanya kepada guru 6. Siswa menulis dan mengkomunikasikan hasil pengamatan di depan kelas7. Siswa mendiskusikan jawaban bersama teman 8. Siswa menyajikan hasil laporan 9. Siswa dan guru bersama-sama mengoreksi jawaban yang benar10. Siswa diminta mengamati benda elektronik, manfaat dan perubahan energinya

dilingkungan sekitar siswa

Berdasarkan tabel diatas hasil observasi aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase 82% dari hasil

tersebut menunjukan bahwa adanya peningkatan aktivitas siswa dari siklus I ke

Page 112: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

111

siklus II. Berikut data hasil perbandingan aktivitas siswa antara siklus I dan siklus

II dalam bentuk grafik :

Aktivitas Siswa

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Siklus ISiklus II

Diagram 4.5Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa pada

siklus II mengalami peningkatan yang signifikan dan dapat sikatakan berhasil

karena pada proses pembelajaran semua siswa berperan aktif dan peningkatan

tersebut telah mencapi nilai yang diharapkan oleh peneliti.

Selanjutnya proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dapat dilihat dari

hasil observasi terhadap kinerja guru. Berikut data dari aktivtas guru:

Tabel 4.9

Aktivitas Guru Siklus II

No Aspek yang Diamati Skor1. Mempersiapkan Media Pembelajaran 42. Mempersiapkan Siswa untuk Belajar 4

3 Guru menyampaikan informasi tema pembelajaran 44 Guru menguasai materi pembelajaran 35 Guru memberikan rangsangan dengan pertanyaan 46 Guru memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi 4

Page 113: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

112

sebanyak mungkin masalah

7Guru memberi kesempatan siswa mengumpulkan informasi dan membuktikannya

3

8 Guru melakukan observasi dan wawancara 3

9Guru melakukan verifikasi kepada siswa terhadap jawaban siswa

3

10 Guru memberikan kesimpulan 411 Melaksanakan pembelajaran secara runtut 3

12Melaksanakan pembelajaran sesuai alokasi waktu yang direncankan

3

13 Menggunakan media secara efektif 414 Melibatkan siswa dalam memanfaatkan media 4

15Menumbuhkan partisipasi siswa dalam pemanfaatan media pembelaaran

3

16 Menunjukan sikap terbuka pada jawaban siswa 417 Memberikan suasana ceria pada siswa 318 Memantau kemajuan selama proses pembelajaran 319 Melakukan rangkuman dengan melibatkan siswa 320 Melaksanakan tidak lanjut dengan memberikan tugas 3

Jumlah Skor69

Persentase = Jumlah skor yangdiperoleh

Jumlah skor maksimal x 100 %86%

Berdasarkan pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa hasil analisis aktivitas guru

menunjukan skor 69 yang jika dipersentasekan sekitar 86%. Hal ini menunjukan

bahwa adanya peningkatan pada aktivitas guru pada siklus II. Berikut data

perbandingan perolehan aktivitas guru pada siklus I dan siklus II dapat

digambarkan dalam diagram sebagai berikut :

Page 114: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

113

Aktivitas Guru

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Siklus ISiklus II

Diagram 4.6Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II

4. Hasil Belajar Siswa dengan Model Discovery Learning Siklus II

Dari data sebelumnya disebutkan bahwa adanya peningkatan pada aktivitas

siswa yang signifikan antara siklus I dan siklus II akan tetapai apakah keaktifaan

tersebut berpengaruh kepada hasil belajar siswa, untuk mengetahui pertanyaan

tersebut dilakukan tes yang diberikan kepada siswa. Adapun tabel hasil postes

pada siklus II adalah sebagai berikut :

Table 4.10

Hasil Postes Siklus II

No. Nama Siswa KKM NilaiKeterangan

Tuntas Belum Tuntas

(1) (2) (3) (4) (5) (6)1. Abisatya 70 75 √2. Agnes Amelia 70 85 √3. Ahmad Milyar 70 80 √4. Amanda Laudza 70 80 √5. Asih Gunarina 70 95 √

Page 115: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

114

6. Aulia Trie 70 65 √7. Dina Nur Fauziah 70 95 √8. Finka Lestari 70 80 √9. Haggi H.N 70 75 √10. Hendra Jaelani 70 85 √11. Hendri Mulyana 70 75 √12. Isma Khairunnisa 70 85 √13. M.Dzulfikar 70 90 √14. M.Haris 70 80 √15. M.Lutfi 70 85 √16. M.Rifaldi Adhri Z 70 70 √17. M.Rizqi 70 90 √18. Nabila Maharani 70 95 √19. Puput Melati S 70 80 √20. Raihan Kurniawan 70 85 √21. Razwa Faiza 70 85 √22. Reysha M.S 70 95 √23. Sandra Natasya 70 80 √24. Shafril M.S 70 70 √25. Visca Ria K 70 75 √26. Zaki Rafi.A 70 65 √

Jumlah 24 2Persentase (%) 92% 8%

Dari hasil postes pada siklus II terlihat bahawa adanya peningkatan hasil

belajar siswa di bandingkan dengan hasil pretes II sebelumnya. Selanjutnya guru

mengakumuasikan dari nilai pretes dan postes untuk mengetahui keberhasilan

belajar siswa pada siklus II. Berikut tabel hasil belajar siswa pada siklus II :

Tabel 4.11

Hasil Belajar Siswa dengan Model Discovery Learning siklus II

No. Nama Siswa KKM NilaiKeterangan

Tuntas Belum Tuntas

(1) (2) (3) (4) (5) (6)1. Abisatya 70 70 √

Page 116: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

115

2. Agnes Amelia 70 75 √3. Ahmad Milyar 70 70 √4. Amanda Laudza 70 75 √5. Asih Gunarina 70 80 √6. Aulia Trie 70 60 √7. Dina Nur Fauziah 70 85 √8. Finka Lestari 70 75 √9. Haggi H.N 70 70 √10. Hendra Jaelani 70 75 √11. Hendri Mulyana 70 70 √12. Isma Khairunnisa 70 80 √13. M.Dzulfikar 70 80 √14. M.Haris 70 75 √15. M.Lutfi 70 75 √16. M.Rifaldi Adhri Z 70 65 √17. M.Rizqi 70 75 √18. Nabila Maharani 70 80 √19. Puput Melati S 70 70 √20. Raihan Kurniawan 70 75 √21. Razwa Faiza 70 80 √22. Reysha M.S 70 85 √23. Sandra Natasya 70 70 √24. Shafril M.S 70 65 √25. Visca Ria K 70 70 √26. Zaki Rafi.A 70 65 √

Jumlah 22 4Persentase (%) 85% 15%

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dikatakan bahwa adanya peningkatan hasil

belajar siswa dari siklus I, pada siklus I ada 18 siswa yang mencapai nilai KKM

sedangkan yang belum mencapai nilai KKM ada 6 siswa. Pada siklus II siswa

yang mencapi nilai KKM ada 22 orang siswa sedangkan yang belum mencapai

KKM ada 4 orang. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat dari diagram dibawah

ini perbandingan hasil belajar pada siklus I dan siklus II :

Page 117: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

116

Siklus I Siklus II0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

TuntasBelum Tuntas

Diagram 4.7Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan data diatas menunjukan adanya peningkatan hasil belajar

menigkat dari 69% menjadi 85% dan pada siklus II ini ketuntas belajar telah

mencapi target dari 70% dari jumlah siswa.

5. Refleksi Hasil Pembelajaran Siklus II

Berdasakan refleksi pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yang diikuti

oleh 26 siswa yang mengikuti pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1) Aspek keaktifan, diperoleh data 82% siswa aktif dalam proses pembelajaran.

Artinya pada Siklus trerjadi peningkatan dari siklus I yang memperoleh 58%.

2) Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai 85% dari jumlah siswa 26 orang

artinya ada 22 orang yang telah mencapai nilai KKM, data iini meningkat dari

siklus I yang mencapi 69% siswa yang mencapai KKM.

3) Adanya peningkatan aktivitas guru dalam proses pembelajaran ini menujukan

perbaikan pada aktivitas guru pada siklus I.

Page 118: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

117

2. Pembahasan

Berdasarkan pada proses pembelajaran yang dilakukan pada siklus I dan siklus

II pada bagian ini akan dipaparkan mengenai hasil-hasil temuan yang pada siklus

Idan siklus II sebagai berikut :

a. Hasil Belajar Siswa sebelum Pembelajaran Discovery Learning

Dari data yang diperoleh dari ahsil pretes sebelum mengunakan pembelajaran

dengan model Discovery Learning dapat dilihat bahwa siswa yang mencapai nilai

KKM hanya 2 orang atau 8% sedangkan siswa yang belum tuntas berjumlah 24

siswa atau 92%, hal ini menunjukan bahwa pemahaman siswa terhadap tema

macam-macam sumber energi masih sangat rendah. Pemahaman tersebut biasa

dilihat dalam bentuk diagram sebagai berikut :

Berdasarkan diagram 4.1 dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa

yang dilakukan melalui pretes tersebut belum optimal sehingga diperlukan upaya

untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kurang optimalnya hasil belajar bisa saja

dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya penggunanan metode

pembelajaran.

Metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh para

pendidik agar proses belajar-mengajar pada siswa tercapai sesuai dengan tujuan.

metode pembelajaran yang dignakan oleh guru pada hasil diatas menggunakan

metode ceramah metode ini hanya berpusat pada guru (teacer centered) artinya

metode ini guru memberikan penjelasan secara lisan kepada muridnya. Murid

mendengarkan apa yang dijelaskan oleh gurunya dan membuat catatan kecil yang

dianggap penting. Pada umumnya murid bersifat pasif, yaitu hanya menerima

Page 119: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

118

semua yang dijelaskan oleh guru. Guru menggunakan alat pendukung alam

kegiatan belajar-mengajarnya,yaitu papan tulis, kapur/spidol, gambar-gambar, dan

sebagainya.

Menurut Menurut Suryono (1992:99) mengatakan bahwa Metode ceramah

adalah Penuturan atau penjelasan guru secara lisan, di mana dalam pelaksanaanya

guru dapat menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang

disampaikan  kepada murid-muridnya. Sedangkan menurut  Roestiyah N.K

(2001:137) Metode ceramah adalah Suatu cara mengajar yang digunakan untuk

menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok

persoalan serta masalah secara lisan.

Metode pada penelitian ini menjadi salah satu penyebab menurunnya hasil

belajar siswa kelas IV SDN Bojongsalam, hal ini dikarenakan pelajaran berjalan

membosankan dan siswa-siswa menjadi pasif, karena tidak berkesempatan untuk

menemukan sendiri oleh konsep yang diajarkan. Sisawa hanya aktif membuat

catatan saja, selain itu  kepadatan konsep-konsep yang diberikan melalui metode

ini dapat berakibat siswa tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan serta

pengetahuan yang diperoleh melaui ceramah lebih cepat terlupakan.

Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran

yang lebih inovatif dan tidak membosankan sehingga siswa bisa meningkatkan

pemahamannnya yang pada akhirnya hasil belajarnya pun meningkat. Model

pemebelajaran yang bisa digunakan yaitu pembelajaran dengan pendekatan

discovery learning.

Menurut Bruner (dalam Winataputra, 2008:3.18) belajar penemuan (discovery) adalah proses belajar dimana guru harus menciptakan situasi

Page 120: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

119

belajar yang problematis, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa mencari jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.

Menurut Suryobroto (dalam Suparno, 2007:73) metode penemuan (discovery) diartikan sebagai cara mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai generalisasi umum. Metode penemuan (discovery) adalah metode dimana dalam proses belajar siswa diperkenankan menemukan sendiri informasinya. Maka keaktifan siswa sangat penting. Metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau keseluruhannya ditemukan sendiri.

Piaget (dalam Mulyasa, 2005 : 108) menyatakan discovery merupakan

teknik yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan

eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan

sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri,

serta menghubungkan penemuan yang lain, membandingkan apa yang

ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lainnya.

Belajar penemuan (discovery) pada akhirnya dapat meningkatkan

penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas dan melatih keterampilan

kognitif siswa dengan cara menemukan dan memecahkan masalah yang ditemui

dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan menghasilkan pengetahuan yang

benar-benar bermakna bagi dirinya.

Tahap-tahap penerapan dalam discovery learning adalah (1) Stimulus

(pemberian perangsang/stimuli); kegiatan belajar dimulai dengan memberikan

pertanyaan yang merangsang berpikir siswa, (2) Problem statement

(mengidentifikasi masalah); memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan

Page 121: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

120

pelajaran, kemudian memilih dan merumuskannya dalam bentuk hipotesis (3)

Data collection (pengumpulan data); memberikan kesempatan kepada siswa

mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan

benar tidaknya hipotesis tersebut. (4) Data processing (pengolahan data); mengolah

data yang telah diperoleh siswa melalui kegiatan wawancara, observasi dan lain-lain.

Data tersebut kemudian ditafsirkan (5) Verifikasi; mengadakan pemeriksaan secara

cermat untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis yang ditetapkan dan

dihubungkan dengan hasil dan pengolahan data. (6) Generalisasi; mengadakan

penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum yang berlaku untuk semua

kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil verifikasi. (Muhibbin

Syah 1995, hal. 245).

Dari data dan catatan diatas dapat disimpulkan bahwa metode ceramah

kurang cocok digunakan pada pemebelajaran IPA dengan tema selalu berhemat

energi sub tema macam-macam energi. Pendekatan yang relevan yaitu dengan

pendekatan discovery learning. Pendekatan ini siswa didorong untuk belajar

sendiri secara mandiri. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-

konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah, dan guru mendorong

siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang

memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri,

bukan memberi tahu tetapi memberikan kesempatan atau dengan berdialog agar

siswa menemukan sendiri. Pembelajaran ini membangkitkan keingintahuan siswa,

memotivasi siswa untuk bekerja sampai menemukan jawabannya. Siswa belajar

memecahkan secara mendiri dengan ketrampilan berpikir sebab mereka harus

menganalisis dan memanipulasi informasi.

Page 122: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

121

b. Respon Siswa terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan discovery

learning pada Siklus I dan Siklus II

Pada wawanncara awal pada tanggal 4 Agustus 2014 hasil pada siklus I

respon siswa terhadap pembelajaran IPA dengan materi macam-macam sumber

energi, sebelum menggunakan pendekatan discovery learning diperoleh hasil

dengan persentasi 85% bahwa IPA merupakan salah satu pelajaran yang disenangi

anak, tetapi dalam materi macam-macam sumber energi memperoleh persentasi

45% masih mengalami kesulitan dan belum paham terutama dalam perubahan

energi, harapan siswa pembelajaran selanjutnya dilakukan dengan menyenangkan

dan tidak membosankan.

Wawancara lanjutan dengan siswa pada hari senin 11 Agustus 2014 mengenai

respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan pendekatan discovery learning

disimpukan bahwa 90% setelah siswa pembelajaran menggunakan discovery

learning pada materi energi siswa dapat memahami materi serta siswa merasa

senang pada pemebelajaran tersebut.

Siswa yang belajar diharapkan mengalami perubahan baik dalam bidang

pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. Perubahan tersebut dapat

tercapai bila ditunjang berbagai macam faktor, salah satunya adalah mengenai

respon siswa pada proses pembelajaran.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan kurangnya respon siswa dalam

belajar termasuk pelajaran Sains. Diantaranya; kurangnya interaksi antara guru

dengan siswa yang menyebabkan adanya ketidak hormonisan pada saat

pembelajaran berlangsung sehingga suasana kelas menjadi kurang menarik dan

cenderung membosankan. Sarana dan prasarana kurang memadai untuk

meningkatkan respons belajar siswa khususnya pada pembelajaran Sains. Tidak

Page 123: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

122

dapat dipungkiri bahwa cara belajar yang tepat dapat meningkatkan respon belajar

siswa.

Menurut Hamalik dalam Sugiharto (2008:45) menyatakan, sambutan

(responding) adalah suatu sikap terbuka ke arah sambutan. Menurut Winataputra

dan Rosita (2008:25) mengatakan bahwa respon adalah prilaku yang lahir dan

merupakan hasil masuknya stimulus kedalam pikiran seseorang. Menurut Eilesres

(1995:93) cara orang menerima dengan indra dan respon yang ditimbulkan

berbeda-beda karena respons (persepsi, sikap dan prilaku) dibentuk oleh budaya.

Dalam proses pembelajaran adanya respon positif dari siswa sangat

memegang peranan penting untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa terhadap

pelajaran iru sendiri. Siswa yang memiliki respon belajar positif cendrung untuk

lebih aktif, kreatif, dan berani mengambil setiap kesempatan, misalnya dalam

bertanya, memberikan ide – ide dan menerangkan kepada teman-temannya

apabila ada hal-hal yang kurang dipahami oleh temannya. Hal ini merupakan

impilaksi dari cara guru dalam mengelola pembelajaran, artinya dalam

melaksanakan proses belajar mengajar peranan guru sangat dituntut agar siswa

memberikan respon positif dalam belajar kerena dengan adanya respon positif

tersebut setidaknya dapat memahamkan siswa bahwa IPA itu merupakan pelajaran

yang menyenangkan.

Kesimpulan dari siklus I dan siklus II dapat dikatakan bahwa respon siswa

terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan menggunakan metode

discovery learning memberikan respon yang positif. Hal ini telihat bahwa siswa

merasa senang dan antusias terhadap metode pembelajaran yang digunakan.

Page 124: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

123

c. Aktivitas Belajar Siswa Selama Mengikuti Pembelajaran dengan

Menerapkan Pendekatan Discovery Learning

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan pada siklus I aktivitas belajar

siswa hanya memperoleh nilai dengan persentase 58% keaktivan siswa mengikuti

pembelajaran. Siklus II aktivitas siswa meperoleh nilai dengan persentase 82%.

Data tersebut bisa dilihat dari diagram 4.5 di halaman 111.

Pengertian Aktivitas Aktivitas berasal dari bahasa Inggris activity yang berarti

kegiatan (Echols dan Shadily, 2000: 10). Bigot mengartikan aktivitas sebagai

“sifat mudah atau sukar bertindak dengan sendirinya” (Bigot, 1990: 275). Dalam

hal ini, aktivitas diartikan suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada saat

proses pembelajaran. 

Menurut Hamalik (2008: 89-90), siswa adalah suatu organisme yang hidup.

Dalam dirinya terkandung banyak kemungkinan dan potensi yang hidup dan

sedang berkembang. Nasution (1986: 92), menyatakan bahwa dalam kegiatan

pembelajaran setiap siswa terdapat ”prinsip aktif” yakni keinginan berbuat dan

bekerja sendiri. Prinsip aktif mengendalikan tingkah lakunya. Pembelajaran perlu

mengarahkan tingkah laku menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan.

Potensi yang hidup perlu mendapat kesempatan berkembang ke arah tujuan

tertentu. 

Di dalam pembelajaran, siswa dibina dan dikembangkan keaktifannya melalui

tanya jawab, berfikir kritis, diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman

nyata dalam pelaksanaan praktikum, pengamatan dan diskusi juga

mempertanggungjawabkan segala hasil dari pekerjaan yang ditugaskan. Dalam

Page 125: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

124

pembelajaran, menurut Bruner yang dikutip Ruseffendi (1997: 178) siswa

haruslah aktif untuk menemukan prinsip-prinsip dan mendapatkan pengalaman

untuk melakukan eksperimen, dan guru mendorong siswa untuk melakukan

aktivitasnya. Dalam teori belajarnya, Bruner sangat menyarankan keaktifan siswa

dalam proses belajar secara penuh untuk mencapai hasil yang maksimal. 

Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi

pembelajaran sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah

tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Dalam kegiatan belajar,

subyek didik atau siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam

belajar sangat diperlukan adanya aktivitas (Sardiman, 2003:95). Dalam proses

belajar siswa diperlukan aktivitas, siswa bukan hanya jadi obyek tapi subyek didik

dan harus aktif agar proses kemandirian dapat tercapai.

Kesimpulan dari data dan pembahasan diatas bahwa keaktifan siswa dalm

proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang keberhasilan dari

meningkatya hasil belajar siswa itu sendiri. Data pada siklus I 58% dan siklus II

82% ini menunjukan adanya peningkatan dalam keaktivan siswa kelas IV SDN

Bojongsalam dalam mengikuti pembelajaran dan dikategorikan dalam kategori

keaktivan tinggi.

d. Aktivitas Guru Selama Melaksanakan Pembelajaran dengan

Menerapkan Pendekatan Discovery Learning

Guru termasuk dalam masukan instrumen yang merupakan faktor-faktor  yang

mempengaruhi belajar dan pembelajaran. Bisa dikatakan bahwa guru

Page 126: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

125

mempengaruhi belajar dan pembelajaran, dengan demikian bisa  kita katakan

bahwa aktivitas guru mampu mempengaruhi proses pembelajaran. 

Data aktivitas guru pada siklus I dan siklus II dapat dilihat dari diagram 4.6

halaman 113.

Berdasrkan data didiagram 4.6 menunjukan bahwa aktivitas guru pada

siklus I dan siklus II menunjukan adanya peningkatan pada siklus I menujukan

aktivitas guru mendapat persentase 72,5% dimana nilai ini dikatagorikan dalam

akrivitas yang sedang. Pada siklus II mengalami peningkatan sejumlah 86% yang

menujukan aktivitas dalam kategori tinggi.

Peran guru sebagai pengajar, kadang diartikan sebagai menyampaikan materi

pelajaran kepada siswa. Dalam posisi ini, guru aktif menempatkan dirinya sebagai

pelaku imposisi yaitu menuangkan materi ajar kepada siswa. Sedangkan di lain

pihak, siswa secara pasif menerima materi pelajaran yang diberikan tersebut

sehingga proses pengajaran bersifat monoton. Padahal, peran guru sebagai

pengajar bukan hanya menyampaikan informasi, tetapi masih banyak kegiatan

lain yang harus dilakukan guru agar proses pengajaran mencapai tujuan dengan

efektif dan efisien.

Guru adalah faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran yang

berkualitas. Sehingga berhasil tidaknya pendidikan mencapai tujuan selalu

dihubungkan dengan kiprah para guru. Oleh karena itu, usaha-usaha yang

dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan hendaknya dimulai dari

peningkatan kualitas guru. Guru yang berkualitas diantaranya adalah mengetahui

dan mengerti peran dan fungsinya dalam proses pembelajaran.

Page 127: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

126

Menurut Rusman, (2012:59) ada beberapa aktivitas guru yang terdapat dalam

proses pembelajaran, antara lain :

1) Mengatur alokasi waktu berkenaan dengan berlangsungnya proses pembelajaran.

2)  Memberikan dorongan kepada siswa agar tumbuh semangat untuk belajar,

sehingga minat belajar tumbuh kondusif dalam diri siswa.

3)   Melaksanakan diskusi dalam kelas. Diskusi adalah wahana yang tepat untuk

menciptakan dan menumbuhkan siswa yang kreatif dan produktif serta terlatih

berargumentasi secara sehat serta terbiasa menghadapi perbedaan.

4)   Mengamati siswa. Mengacu pada hasil pengamatan ini guru dapat mengatahui

siswa mana yang membutuhkan pembinaan lebih.

5)  Memberikan informasi lisan maupun tulisan dengan bahasa sederhana dan mudah

dimengerti siswa.

6)  Memberikan masalah untuk dicari solusi pemecahannya, sehingga siswa dapat

menggunakan daya pikir dan daya nalarnya secara maksimal.

7)   Mengajukan pertanyaan dan memberikan respon terhadap pertanyaan yang

diajukan siswa.

8)   Menggunakan media/alat peraga.

Menurut Prey Katz (2003:65) menggambarkan peranan guru sebagai

komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai

pebemberian inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap

dan tingkah laku serta nilai-nilai, seseorang yang menguasai bahan ajarnya. Peran

guru di sekolah, tidah hanya sebagai trasmiter dari ide tetapi juga berperan sebagai

transformer. Saadarma A.M (2010: 142).

Page 128: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

127

Kesimpulan dari data dan pembahsan diatas bahwa guru juga merupakan

faktor penentu dari keberhasilan pembelajaran, apabila guru mampu melibatkan

siswa dalam kegiatan pembelajaran maka keberhasilan dari pembelajaran bisa

optimal. Dari data diatas adanya peningktan yang dilakukan oleh guru pada siklus

I 72,5% dan siklus II 86% berdampak kepada hasil belajar siswa kelas IV SDN

Bojongsalam.

e. Hasil Belajar Siswa Setelah Mengikuti Proses Pembelajaran Dengan

Pendekatan Discovery Learning pada Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dikatakan bahwa adanya peningkatan hasil

belajar siswa dari siklus I, pada siklus I ada 18 siswa yang mencapai nilai KKM

sedangkan yang belum mencapai nilai KKM ada 6 siswa. Pada siklus II siswa

yang mencapi nilai KKM ada 22 orang siswa sedangkan yang belum mencapai

KKM ada 4 orang. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat dari diagram dibawah

ini perbandingan hasil belajar pada siklus I dan siklus II :

Peningkatan hasil belajar tidak telepas dari proses belajar mengajar yang

dilakukan oleh peserta didik dan guru dalam satu kegiatan pembelajaran .

Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Oleh karena itu hasil belajar

yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang

peserta didik setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru).

Menurut Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah: “Pola-pola perbuatan, nilai-nilai pengertian, sikap, apresiasi, dan ketrampilan’. Hasil belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang hasil belajarnya tinggi dapat dikatakan, bahwa dia telah berhasil dalam belajar. Demikian pula sebaliknya. Sedangkan dalam usaha untuk mencapai suatu hasil belajar dari proses belajar

Page 129: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

128

mengajar, seorang siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal.

Menurut Nana Sudjana (2009:3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada

hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian

yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut

Nana Syaodih Sukmadinata (2003:102)”hasil belajar merupakan realisasi atau

pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki

seseorang”.

Hasil belajar yang dicapai pada penelitian ini seperti disebutkan diatas

tidak terlepas dari guru dan siswa itu sendiri dan pendekatan pembelajaan yang

mana dalam penelitian ini menggunakan penedekatan discovery learning. Pada

setiap siklus yang di mulai dari tahap perencanaan , tindakan, observasi dan

refleksi guru melakukan dan memadukan langkah-langkah penggunaan discovery

learning yaitu Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), problem statement

(pernyataan/ identifikasi masalah), data collection (pengumpulan data), data

processing (pengolahan data), verification (pentahkikan/pembuktian),

generalization (menarik kesimpulan/generalisasi). Dari langkah-langkah ini

tingkat keberhasilan pembelajaran menggunakan discovery learning bisa optimal.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:26) mengemukakan bahwa, ranah

tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat

diklasifikasikan menjadi 3, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah

psikomotor.

Page 130: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

129

Dari hasil observasi hasil belajar pada ranah diatas pada pemebelajaran IPA

pada tema selalu berhemat energi sub tema macam-macam sumber energi

diperoleh hasil sebagai berikut :

RANAH HASIL BELAJAR

KOGNITIF

6. Mengetahui sumber-sumber energi7. Benda-benda elektronik memiliki kegunaan untuk

mempermudah kehidupan manusia.8. Benda-benda elektronik dapat menjalankan

fungsinya jika dialiri arus listrik.9. Arus listrik merupakan salah satu bentuk energi

karena menyebabkan benda-benda elektronik bekerja/berfungsi.

10. Arus listrik bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, yaitu mempermudah kehidupan manusia.

11. Perubahan energi listrikmenjadi energi lainnya

AFEKTIF

3. Selalu berhemat energi dengan mematikan listrik yang tidak terpakai

4. Mengajak keluarga dan orang sekitar untk berhemat energi

5. Memakai listrik seperlunya

PSIKOMOTOR

4. Melaporkan sumber-sumber energi5. Melaporkan hasil pengamatan tentang manfaat benda-

benda elektronik6. Melaporkan hasil pengamatan tentang manfaat

sumber energi listrik bagi kehidupan manusia7. Melaporkan hasil pengamatan perubahan energi listrik

menjadi energi lainnya

Hasil belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor

dijadikan pula data evaluasi untuk pembelajaran berikutnya karena evaluasi

merupakan kegiatan yang tidak mungkin dielakkan dalam proses pembelajaran.

Dengan kata lain, kegiatan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi

pembelajaran merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari

kegiatan pendidikan.

Page 131: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun

130

Dari data pembahasan di atas disimpulkan bahwa pembelajaran dengan

pendekatan discovery learning memberikan dampak positif kepada hasil belajar

siswa hal ini terlihat dari hasil pretes dimana siswa yang mencapai nilai KKM

hanya 2 orang atau 8% dari siswa yang berjumlah 26 orang, setelah menggunakan

discovery learning pada siklus I meningkat menjadi 18 orang atau sekitar 69%

dari jumlah siswa, pada siklus II meningkat kembali menjadi 22 orang atau

mencapai 85% dari jumlah siswa. Pada siklus II nilai KKM telah mencapi nilai

ketuntasan maksimal yaitu diatas 70% bahkan mencapai nilai KKI yaitu 85%.

Page 132: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5519/4/BAB I-V (2).docx · Web viewPerkembangan itu terjadi karena adanya dorongan dari pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun