I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan...

39
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemidanaan merupakan bagian terpenting dalam hukum pidana, karena merupakan puncak dari seluruh proses mempertanggungjawabkan seseorang yang telah bersalah melakukan tindak pidana 1 . Sistem peradilan pidana juga tidak dapat dipisahkan dari sistem hukum. Menurut Lawrence M. Friedman yang dikutip oleh Esmi Warassih membedakan unsur sistem hukum ke dalam tiga macam yaitu struktur (Legal Structure), Substansi (Legal Substance), Kultur budaya (Legal Culture) 2 . Sistem hukum sendiri terdiri dari substansi hukum, struktur hukum, dan budaya hukum. Substansi hukum dalam hal ini yaitu seperangkat norma hukum yang dianut dan dibentuk berupa peraturan perundangan. Sedangkan struktur hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, yang di wujudkan melalui para aparat penegak hukum yaitu polisi, jaksa, hakim, lembaga pemasyarakatan, dan advokat. Baharudin Lopa berpendapat bahwa semua kegiatan di bidang hukum perlu dijaga keterkaitan dan keterpaduannya. 3 Penegakan hukum adalah menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. 4 Budaya hukum yaitu bagaimana kesadaran masyarakat pada hukum, apa harapan- harapan masyarakat pada hukum dan pandangan hukum. Secara sempit budaya 1 Chairul Huda, 2006, “Dari Tiada Pidana, Tanpa Kesalahan menuju pada Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan”, Kencana Media Group Jakarta, h 129. 2 Esmi Warassih Puji Rahayu, 2005, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, , Suryandaru Utama, Semarang, h 29 3 Baharudin Lopa, 2001, Permasalahan Pembinaan dan Penegakan Hukum, Bulan Bintang, Jakarta, h 133 4 Barda Nawawi Arief, masalah penegakan hukum pidana dalam penanggulangan kejahatan, jakarta, Kencana Prenada Media Group, , 2008 h 23

Transcript of I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan...

Page 1: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pemidanaan merupakan bagian terpenting dalam hukum pidana, karena

merupakan puncak dari seluruh proses mempertanggungjawabkan seseorang yang

telah bersalah melakukan tindak pidana1. Sistem peradilan pidana juga tidak dapat

dipisahkan dari sistem hukum. Menurut Lawrence M. Friedman yang dikutip oleh

Esmi Warassih membedakan unsur sistem hukum ke dalam tiga macam yaitu

struktur (Legal Structure), Substansi (Legal Substance), Kultur budaya (Legal

Culture)2. Sistem hukum sendiri terdiri dari substansi hukum, struktur hukum, dan

budaya hukum. Substansi hukum dalam hal ini yaitu seperangkat norma hukum

yang dianut dan dibentuk berupa peraturan perundangan. Sedangkan struktur

hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, yang di wujudkan melalui para

aparat penegak hukum yaitu polisi, jaksa, hakim, lembaga pemasyarakatan, dan

advokat. Baharudin Lopa berpendapat bahwa semua kegiatan di bidang hukum

perlu dijaga keterkaitan dan keterpaduannya.3

Penegakan hukum adalah menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan.4

Budaya hukum yaitu bagaimana kesadaran masyarakat pada hukum, apa harapan-

harapan masyarakat pada hukum dan pandangan hukum. Secara sempit budaya

1 Chairul Huda, 2006, “Dari Tiada Pidana, Tanpa Kesalahan menuju pada Tiada

Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan”, Kencana Media Group Jakarta, h 129. 2 Esmi Warassih Puji Rahayu, 2005, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, ,

Suryandaru Utama, Semarang, h 29 3 Baharudin Lopa, 2001, Permasalahan Pembinaan dan Penegakan Hukum, Bulan

Bintang, Jakarta, h 133 4 Barda Nawawi Arief, masalah penegakan hukum pidana dalam penanggulangan

kejahatan, jakarta, Kencana Prenada Media Group, , 2008 h 23

Page 2: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

2

hukum Indonesia diartikan sebagai tradisi hukum yang dimiliki atau dianut oleh

masyarakat hukum Indonesia5. Dalam pengertian yang lebih luas, budaya hukum

Indonesia diartikan sebagai keseluruhan endapan dari kegiatan dan karya hukum

masyarakat Indonesia6.

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan membawahi empat unit pelaksana

teknis, diantaranya Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), Balai Pemasyarakatan

(Bapas), Rumah Tahanan Negara (Rutan), Rumah Penyimpanan Benda Sitaan

Negara (Rupbasan). Keempat unit tersebut memiliki tugas dan fungsi masing-

masing. Khusus berkaitan dengan pelaksanaan pemidanaan dilaksanakan oleh

lapas dan bapas. Di dalam tugas pelaksanaan pidana penjara dilaksanakan oleh

pihak lapas. Sedangkan bapas berfungsi dalam kaitan proses pelaksanaan

pembimbingan pelanggar hukum di luar lapas, baik disebut Pembebasan Bersyarat

(PB), ataupun Cuti Bersyarat (CB). Hakikat pemidanaan dalam sistem

pemasyarakatan adalah upaya menyadarkan narapidana agar menyesali

perbuatannya, mengembalikan menjadi warga masyarakat yang baik, taat kepada

hukum dan mejunjung tinggi nilai-nilai norma, sosial dan keagamaan sehingga

tercipta kehidupan masyarakat yang aman dan tertib7.

Rumah Tahanan Negara adalah unit pelaksana teknis pemasyarakatan,

tempat tersangka ditahan selama proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan

5 Lili Rasidi dan I B Wiyasa Putra, 2003, “Hukum Sebagai Suatu Sistem”, Bandung, h 193.

6 Ibid, h194.

7 Jokie Siahaan M.S., 2003, “Hak Asasi Manusia”, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi

Manusia RI, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, Akademi Ilmu Pemasyarakatan, Jakarta, h

265.

Page 3: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

3

di sidang pengadilan8. Di dalam rutan dilangsungkan proses pelayanan perawatan

tahanan yang dilaksanakan mulai dari penerimaan sampai pengeluaran tahanan.

Rutan berfungsi sebagai tempat perawatan tahanan titipan yang sedang menjalani

proses peradilan atau belum menerima putusan hakim yang sah. Perawatan

tahanan meliputi pendaftaran, pendataan pribadi, pengaturan pengamanan dan tata

tertib, mengerjakan program perawatan fisik, mental, spiritual, memfasilitasi

bantuan hukum, dan penyuluhan.

Lembaga pemasyarakatan sebagai instansi terakhir dalam tata peradilan

pidana di Indonesia, memiliki tugas dan fungsi pembinaan terhadap narapidana

berdasarkan konsep “Sistem Pemasyarakatan”. Sejarah Istilah “Pemasyarakatan”

sendiri secara resmi menggantikan istilah “Kepenjaraan” sejak 27 April 1964,

melalui amanat tertulis Presiden Republik Indonesia yang deberikan pada

Konferensi Dinas para pejabat Kepenjaraan (sebutan masa lampau) di Lembang,

Bandung, juga dalam rangka mengadakan “retooling” dan “reshaping” dari

sistem kepenjaraan, yang dianggap tidak selaras dengan adanya ide pengayoman

sebagai konsepsi hukum nasional yang berkepribadian Pancasila9.

Tahanan merupakan tersangka atau terdakwa yang ditahan karena

dikhawatirkan akan melarikan diri, atau menghilangkan barang bukti. Secara

yuridis bahwa terdakwa memiliki hak sipil dan politik yang sama dengan warga di

luar, terkecuali hak kemerdekaan bergerak. Dan perlu digaris bawahi bahwa

8 Yayan Madyana G, 2003, “Perawatan Tahanan Rumah Tahanan Negara”, Departemen

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, Akademi Ilmu

Pemasyarakatan, Jakarta. 9 Soegondo, R , 1983, “Sejarah Pemasyarakatan(Dari Kepenjaraan ke Pemasyarakatan)”,

Jakarta, h 3.

Page 4: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

4

tahanan bukanlah narapidana. Oleh sebab itu walaupun ditempatkan pada suatu

tempat bersama dengan narapidana, namun tetap harus mendapat perlakuan

selayaknya terdakwa yang masih belum bersalah dengan memperhatikan asas

praduga tak berasalah.

Tujuan pembinaan narapidana yaitu reintegrasi sosial. Pembinaan dalam

sistem pemasyarakatan ini bertujuan agar narapidana setelah selesai menjalani

masa pidananya di lembaga pemasyarakatan dapat menyesuaikan diri dan kembali

ditengah masyarakat dan hidup secara wajar, yaitu menjalankan aturan, norma-

norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat dengan baik. Narapidana

merupakan bagian dari aset bangsa dalam upaya pembangunan. Oleh karena itu

narapidana perlu dibina dan dibimbing agar mereka dapat kembali menjadi

manusia yang bertanggung jawab serta mandiri. Sehingga apabila ia kembali ke

tengah-tengah masyarakat dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya agar

dapat menjadi manusia yang berdaya guna.

Dualisme tugas dan fungsi petugas Lapas Klas IIA Denpasar yaitu sebagai

petugas pembinaan narapidana, dan sebagai petugas pelayanan perawatan

tahanan. Satu sisi petugas lapas harus memberikan upaya paksa demi lancarnya

proses pembinaan narapidana. Sisi lain petugas lapas juga harus menghilangkan

upaya paksa dalam perlakuan pelayanan perawatan terhadap tahanan. Kondisi

demikian akan menimbulkan kontradiksi, serta diskriminasi dalam pemenuhan

hak asasi manusia bagi tiap tahanan dan narapidana.

Page 5: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

5

Dualisme tujuan dari konsep perlakuan petugas terhadap tahanan dan

narapidana juga merupakan alasan penulis melakukan penelitian ini. Tujuan dari

pembinaan yaitu reintegrasi sosial, sedangkan tujuan pelayanan perawatan

tahanan yaitu terlaksanaya asas praduga tak bersalah. Konsep dalam pembinaan

narapidana yaitu dengan sistem pemasyarakatan, sedangkan konsep dalam

perawatan tahanan adalah penerapan asas praduga tak bersalah.

Sebuah adagium latin ubi societas ibi yusticia memiliki makna bahwa

dimana ada masyarakat dan kehidupan, maka disanalah ada hukum. Terpidana,

narapidana, dan tahanan yang dikumpulkan dalam suatu tempat secara bersama-

sama juga pasti akan menumbuhkan budaya tersendiri dalam kehidupan

kesehariannya. Seperti tragedi pembakaran Lapas Kerobokan oleh penghuni pada

februari 2012, dimana hasil pertemuan antara Kapolda Bali Inspektur Jenderal

Totoy Herawan Indra dengan perwakilan dari narapidana yang hasilnya antara

lain mereka(napi) meminta keadilan dan tidak lagi diskriminasi. Mereka

mencontohkan semisal ijin berobat. Selain itu mereka juga mengeluhkan kapasitas

Lapas Kerobokan yang sudah tidak memadai. Menurut mereka(napi), kondisi

lapas tidak manusiawi, karena diisi sekitar 1000 orang Narapidana yang melebihi

kuota seharusnya 300 narapidana10

.

Kasus-kasus tersebut mempunyai nuansa terselubung dan secara kasat mata

dianggap ada semacam penyimpangan hukum (deviant of law) dari fakta-fakta

hukum. Hal tersebut sangat memungkinkan terjadinya oposisi pendapat dan

10

Mulyadi, 2012, Inilah Biang Kerusuhan di Lapas Kerobokan, http.//www.

Regional.kompas.com/read/2012/02/22, diakses 15 oktober 2014.

Page 6: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

6

pandangan oleh para pengamat masalah hukum sebagai ajang pemicu konflik dari

berbagai pihak berkepentingan (vested interest) ataupun intervensi politis dari

pihak tertentu.11

Padatnya tingkat hunian lapas dan rutan menghambat pelaksanaan fungsi

pelayanan perawatan dan pembinaan. Bahkan pada tataran yang lebih ekstrem,

kondisi over kapasitas akan menurunkan kualitas hidup narapidana dan tahanan

karena daya dukung sumber daya yang dimiliki lapas dan rutan tidak memenuhi

kebutuhan hidup narapidana dan tahanan. Keadaan sanitasi dan kesehatan

lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas tidak akan mampu

mendukung secara optimal terhadap tingkat kesehatan narapidana atau tahanan.

Tingkat kematian yang tinggi, sebagaimana yang terjadi pada Lapas Klas IIA

Pemuda Tangerang dan Lapas Klas I Dewasa pada medio Februari hingga april

2007 yaitu sebanyak 22 orang meninggal dunia, merupakan salah satu dampak

dari kurang optimalnya pelayanan kesehatan narapidanan dan tahanan pada lapas

atau rutan yang mengalami over kapasitas12

.

Setiap manusia memiliki hak asasi yang dimiliki sejak lahir, begitu juga

dengan tahanan maupun narapidana. Walaupun ada sebagian hak yang harus

dibatasi dalam proses persidangan atau proses pemidanaan, namun tetap

perlindungan hak-hak lainnya harus tetap dijaga. Batasan perlindungan hak bagi

tahanan dan narapidana menjadi penting dalam penelitian ini, karena itu

11

Abraham H.F. Amos, 2004, Legal Opinion Aktualisasi Teoritis dan Empirisme, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta, h 3 12

Aman Riyadi dan Andi Rifai, 2009, Penghukuman Teori dan Aplikasi, Vetlas Publishing,

Jakarta, , h 69.

Page 7: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

7

merupakan tolak ukur dalam implementasinya. Berikut data penghuni pada Lapas

Klas IIA Denpasar

Kebenaran ilmiah dalam ilmu sosial dan humaniora tidak ada yang mutlak,

yang ada hanyalah kebenaran relatif. Artinya kebenaran ilmiah itu hanya menurut

asumsi dan konsep serta indikator yang dipergunakan untuk istilah atau variabel

tertentu13

.Adanya surat penahanan yang sah dari instansi yang berwenang untuk

menempatkan tahanan titipan dalam Lapas Klas IIA Denpasar tentu menjadi dasar

yuridis. Selama masih berstatus tahanan, maka orang tersebut masih

memungkinkan untuk mendapat putusan hakim bebas demi hukum. Meskipun

masih dalam tingkat banding atau kasasi, tetap statusnya tahanan. Dalam perkara

pidana, jenis-jenis putusan yang dapat dijatuhkan Mahkamah Agung adalah

sebagai berikut14

: Putusan pemidanaan/ penghukuman (veroordeling), putusan

bebas/ pembebasan (vrijspraak). Putusan Lepas dari segala tuntutan pidana

(ontslag van alle rechtsvervolging). Istilah Pemidanaan itu sinonim dengan istilah

penghukuman yakni pemberian atau penjatuhan hukuman oleh Hakim (sentence

atau veroodeling15

).

13

Mohammad Mahfud MD, 2012, Politik Hukum di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, h 4. 14

Hamdan, 2012, Alasan penghapus pidana teori, dan studi kasus, Refika aditama,

Bandung, h 2. 15

Adi Sujatno dan Didin Sudirman, 2008, Pemasyarakatan Menjawab Tantangan Zaman,

Vetlas Production, Jakarta, h 87.

Page 8: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

8

Tabel 1. Data Jumlah Penghuni Lapas Klas IIA Denpasar

Berdasarkan Jenis Kelamin

No Kategori Dewasa Anak Jum

lah

Ket

Pria Wanita Pria Wanita

1 Narapidana 595 79 1 - 675

2 Tahanan 195 30 4 - 229

Jumlah 790 109 5 - 904

Sumber : Buku Harian Isi Lapas, Sub Seksi Registrasi Lapas Klas IIA

Denpasar, januari 2015. Data diolah oleh penulis.

Berdasarkan data tersebut diatas, dapat diketahui bahwa Lapas Klas IIA

Denpasar dihuni oleh Narapidana dan Tahanan, dengan jenis kelamin laki-laki,

dan wanita, serta pula dihuni oleh tahanan anak atau narapidana anak Dualisme

fungsi petugas lapas disinyalir akan menimbulkan permasalahan dalam

Implementasi Perlindungan Hak Sipil dan Politik bagi Tahanan yang dititipkan

pada Lapas Klas IIA Denpasar.

Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

Undang Undang Dasar 1945 secara konstitusional mencerminkan prinsip

menjamin, menghormati, dan melindungi hak-hak asasi manusia. Negara

mengakui dan menjunjung tinggi penerapannya. Berdasarkan keselarasan dan

keserasian kehidupan manusia sebagai individu-individu dan masyarakat yang

bersumber dari kodratnya sebagai perseorangan dan mahkluk sosial. Pancasila

sendiri, sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, bukan saja

merupakan norma dasar bagi kehidupan bangsa dan sumber dari segala sumber

Page 9: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

9

hukum, tapi lebih dari itu, juga merupakan sumber dari segala sumber hak-hak

asasi manusia16

.

Negara Kesatuan Republik Indonesia mengakui perlindungan hak asasi

manusia sejak awal berdirinya. Dalam penjelasan umum KUHAP angka 3

disebutkan bahwa oleh karena itu undang-undang ini yang mengatur tentang

hukum acara pidana nasional, wajib didasarkan pada falsafah/pandangan hidup

bangsa dan dasar negara. Sudah seharusnyalah didalam ketentuan materi pasal

ayat tercermin perlindungan terhadap hak asasi manusia serta kewajiban warga

negara seperti diuraikan dimuka, maupun asas yang disebutkan selanjutnya.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP telah mengatur hak-

hak tersangka dan terdakwa sebenarnya sudah memadai.17

Selain itu ada beberapa

peraturan yang mendukung yaitu antara lain Pasal 10 Undang Undang Nomor 12

Tahun 2005 Tentang Pengesahan International Covenan of Civil and Politic

Rights menegaskan bahwa penahanan yang dilakukan kepada orang yang belum

dinyatakan bersalah secara sah oleh hukum (tahanan) harus tetap memperhatikan

sisi manusiawi pihak tertahan sebagai seorang pribadi masyarakat yang utuh.

Dualisme tugas, fungsi dan perlakuan petugas terhadap tahanan dan

narapidana di dalam Lapas Klas II A Denpasar akan dapat menimbulkan

kontradiksi dan atau perlakuan diskriminasi. Untuk mendapatkan penelitian yang

lebih terperinci maka dalam penelitian ini, penulis menitikberatkan penelitian

16

Ramdlon Naning, S.H., 1983, Cita dan Citra Hak – Hak Asasi Manusia di Indonesia,

Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia Program Penunjang Bantuan Hukum Indonesia,

Jakarta, h ix. 17

Bambang Waluyo, 2004, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, h. 38.

Page 10: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

10

pada Implementasi Perlindungan Hak Sipil dan Politik Bagi Tahanan yang

dititipkan pada Lapas Klas IIA Denpasar. Dari uraian tersebut maka penulis

melakukan penelitian lebih dalam tentang masalah tersebut dan penulis sajikan

dalam uraian Ilmiah (Thesis) dengan Judul “Implementasi Perlindungan Hak

Sipil dan Politik bagi Tahanan yang dititipkan di Lapas Klas IIA Denpasar.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Bagaimana Implementasi Perlindungan Hak Sipil dan Politik Bagi

Tahanan Yang dititipkan pada Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA

Denpasar ?

2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung Implementasi

Perlindungan Hak Sipil dan Politik Bagi Tahanan Yang dititipkan

pada Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar ?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang dapat dibahas, maka dipandang

perlu adanya pembatasan mengenai ruang lingkup masalah yang akan dibahas

pada bab berikutnya. Penulis membatasi pembahasan permasalahan yaitu hak sipil

dan hak politik tahanan yang ada di Lapas Klas IIA Denpasar. Tahanan yang

dimaksud disini adalah tahanan perkara pidana, bukan tahanan politik atau

tahanan lainnya. Didalam pasal 10 terdapat tiga poin penting yang menjadi objek

Page 11: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

11

penelitian yaitu pertama perlakuan yang manusiawi terhadap tahanan, kedua

penempatan tahanan yang harus dipisahkan dari narapidana, ketiga tahanan anak

yang harus dipisahkan dari narapidana serta segera disidangkan. Pembahasan akan

juga berkaitan dengan Undang Undang No 12 Tahun 1995 Tentang

Pemasyarakatan, dan Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 1999 Tentang Syarat

dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan

Tahanan.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Sejak awal renaissance, tujuan ilmu pengetahuan adalah penemuan.18

Secara Umum Penelitian ini disusun untuk dapat memperluas pengetahuan

tentang ilmu hukum dan memberikan informasi yang benar dan akurat terhadap

publik mengenai Implementasi Perlindungan Hak Sipil dan Politik bagi Tahanan

yang dititipkan pada Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar. Selain itu juga

agar dapat mengetahui faktor penghambat dan pendorong Implementasi

Perlindungan Hak Sipil dan Politik bagi Tahanan yang dititipkan pada Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar. Selain itu juga sebagai bahan kajian

pengembangan Ilmu Hukum itu sendiri.

1.4.2. Tujuan Khusus

Penelitian ini bertujuan pada apa yang dirumuskan dalam rumusan

masalah yaitu :

18

Anselm Strauss dan Juliet Corbin, 2003, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Pustaka

Pelajar, Jakarta, h 3.

Page 12: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

12

1. Untuk mengetahui, mengkaji, dan menganalisa keadaan

sebenarnya, realita dilapangan mengenai Implementasi

Perlindungan Hak Sipil dan Politik bagi Tahanan yang dititipkan

pada Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar

2. Untuk mengetahui, mengkaji, menganalisa faktor penghambat

implementasi Perlindungan Hak Sipil dan Politik bagi Tahanan

yang dititipkan pada Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Teoritis

Untuk meningkatkan dan mengkaji lebih dalam mengenai keadaan faktual

Implementasi Perlindungan Hak Sipil dan Politik bagi Tahanan yang dititipkan

pada Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar. Serta dapat menemukan

faktor penghambat dan pendukung implementasi Perlindungan Hak Sipil dan

Politik bagi Tahanan yang dititipkan pada Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA

Denpasar. Dengan demikian dapat diketahui sejauh mana perlindungan hak sipil

dan politik bagi tahanan yang ditempatkan dalam lembaga yang notabene

berfungsi sebagai tempat pembinaan narapidana.

1.5.2. Manfaat Praktis

Dengan melakukan penelitian ini diharapkan agar penulis dapat

menggambarkan keadaan sebenarnya Implementasi Perlindungan Hak Sipil dan

Politik bagi Tahanan yang dititipkan pada Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA

Denpasar. Agar supaya hasil penelitian ini menjadi bahan atau pandangan baru

Page 13: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

13

atau pertimbangan bagi para Petugas Lapas khususnya Lapas Klas IIA Denpasar

dalam memperlakukan tahanan yang dititipkan pada Lapas Klas IIA Denpasar,

serta tetap tidak mengesampingkan kepentingan pembinaan narapidana.

1.6. Orisinalitas Tesis

Penulisan tesis dengan judul Implementasi Perlindungan Hak Sipil dan

Politik bagi Tahanan yang dititipkan pada Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA

Denpasar. Sebagai bahan pembanding terhadap tesis yang pernah dilakukan

sebelumnya adalah sebagai berikuti :

a) Pelaksanaan Hak Asasi Manusia dalam Pembinaan Narapidana (Studi

Lembaga Pemasyarakatan se-Nusakambangan dan Cilacap Jawa Tengah)

(oleh Diyah Irawati, S.H , tahun 1998, Universitas Diponegoro Semarang)

Rumusan Masalah :

1. Bagaimana keterkaitan antara pelaksanaan Hak Asasi Narapidana

dengan Pembinaan Narapidana d Lapas-Lapas Se-Nusakambangan

berdasarkan UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan?

2. Bagaimana pelaksanaan Hak-Hak Narapidana di Lapas-Lapas Se-

Nusakambangan?

3. Apa Kendala dan upaya yang dilakukan dalam Pelaksanaan HAM

terhadap pembinaan Narapidana di Lapas-Lapas se-Nusakambangan ?

b) Perlindungan Hukum Narapidana Wanita dalam Sistem Pemasyarakatan

(oleh Ni Wayan Armasanthi, 2011, Universitas Udayana Bali)

Rumusan Masalah :

Page 14: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

14

1. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap narapidana wanita dalam

sistem pemasyarakatan?

2. Apakah perlindungan narapidana wanita sudah sesuai dengan sistem

pemasyarakatan ?

c) Hak Narapidana atas Fasilitas di Lembaga Pemasyarakatan dihubungkan

dengan Undang-Undang Nomoer 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

(oleh Rio Mulyadi Sitorus, 2008, Universitas Padjajaran Bandung)

Rumusan Masalah :

1. Bagaimana pelaksanaan pemenuhan hak narapidana atas fasilitas

makanan dan pelayanan kesehatan yang layak di lembaga

pemasyarakatan dihubungkan dengan Undang Undang Nomor 12

Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan?

2. Bagaimana tanggung jawab lembaga pemasyarakatan dengan tidak

terpenuhinya hak atas fasilitas makanan dan pelayanan kesehatan yang

layak bagi narapidana dihubungkan dengan Undang Undang Nomor

12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan?

1.7. Landasan Teoritis

Landasan teoritis adalah upaya untuk mengidentifikasikan asas-asas

hukum, doktrin, dasar hukum, dan yurisprudensi. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan asas-asas hukum, doktrin dan dasar hukum sebagai landasan

Page 15: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

15

teoritis. Asas hukum adalah suatu pemikiran yang dirumuskan secara luas dan

mendasari adanya suatu norma hukum.19

Undang Undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan International

Covenan of Civil and Politic Rights mengatur tentang hak sipil dan hak politik

yang dimiliki oleh setiap warga negara. Khusus berkaitan dengan penelitian ini

yaitu pada pasal 10 ayat 1, dimana menyatakan bahwa semua orang yang

dirampas kebebasannya harus diperlakukan secara manusiawi dan dengan

menghormati martabat yang melekat pada umat manusia. Pasal 10 ayat 2 huruf a

menyatakan bahwa para terdakwa, kecuali dalam keadaan yang sangat khusus,

harus dipisahkan dari para narapidana, dan harus mendapatkan perlakuan

tersendiri sesuai dengan statusnya sebagai orang-orang yang bukan narapidana.

Pasal 10 ayat 2 huruf b menyatakan bahwa para terdakwa yang masih dibawah

umur harus dipisahkan dari narapidana dan secepat mungkin dibawa ke sidang

pengadilan. Secara umum penulis merangkum isi pasal 10 yaitu mengatur (1)

perlakuan yang manusiawi terhadap tahanan, (2) penempatan bagi para tahanan

yang terpisah dari narapidana, (3) perlakuan bagi tahanan anak.

Pasal 10 ayat 1 mengatur hak atas pelayanan perawatan tahanan yang

manusiawi. Perlakuan manusiawi disini dimaksudkan yaitu perlakuan oleh

petugas pemasyarakatan dalam pemenuhan hak atas pelayanan perawatan tahanan.

Aturan yang mengatur secara lengkap tentang hak atas pelayanan perawatan

tahanan yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata

19

Marwan M. dan Jimmy, P., 2009, Kamus hukum; Dictionary of Law Complete Edition,

cetakan pertama, Reality Publisher, Surabaya, h 56

Page 16: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

16

Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan.

Penelitian ini akan juga mengupas aturan tersebut sebagai kepanjangan tangan

dari Pasal 10 Undang Undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan

Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik.

Pasal 10 ayat 2 a Undang Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun

2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik yang

menyatakan bahwa para terdakwa, kecuali dalam keadaan yang sangat khusus,

harus dipisahkan dari para narapidana dan harus mendapatkan perlakuan tersendiri

dengan statusnya sebagai orang-orang yang bukan narapidana. Kondisi sangat

khusus berarti kondisi yang tidak ideal dan dengan sangat terpaksa dilakukan

pengecualian namun tetap harus memiliki dasar yang logis dan yuridis. Menurut I

Made Suardhana bahwa penyatuan tempat tahanan dan narapidana dikarenakan

Lapas Klas IIA Denpasar merupakan satu-satunya institusi atau lembaga yang

terdapat dan memungkinkan dijadikan tempat penitipan tahanan yang sedang

dalam proses peradilan wilayah hukum Denpasar dan Badung (Hasil Wawancara

dengan I Made Suardana, seorang Petugas Lapas Klas IIA Denpasar pada 25 Desember

2014).

Berbeda dengan rumah tahanan dimana berfungsi dan dirancang khusus

sebagai tempat perawatan tahanan. Dalam pasal 1 ayat 2 PP No. 58 tahun 1999

tentang Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab

Perawatan Tahanan menyatakan bahwa Tahanan adalah tersangka atau terdakwa

yang ditempatkan dalam Rutan/Cabang Rutan. Tempat penahanan bagi tersangka

atau terdakwa yang belum dinyatakan bersalah yaitu berada pada rumah tahanan

Page 17: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

17

negara. Ketika tahanan tidak dititipkan pada institusi rutan dan bahkan dititipkan

di lapas, maka hal tersebut sudah merupakan sebuah pelanggaran aturan. Kondisi

tersebut merupakan kondisi yang tidak ideal dan terpaksa dilakukan karena ada

pertimbangan khusus.

Pasal 2 ayat 2 PP No. 58 tahun 1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Wewenang, tugas, dan tanggung jawab perawatan Tahanan menyatakan bahwa

dalam hal lembaga pemasyarakatan (lapas) tertentu ditetapkan oleh menteri

sebagai rutan, maka tanggung jawab perawatan tahanan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dilaksanakan oleh kepala lapas/cabang lapas. Seperti Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar dimana juga berfungsi sebagai rumah

tahanan. Kondisi tersebut merupakan keadaan yang tidak ideal dan penuh resiko

negatif dalam pelaksanaannya. Kondisi dualisme fungsi Lapas Klas IIA Denpasar

tersebut membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam.

Menurut Undang Undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan

Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik pasal 10 menyebutkan bahwa

tahanan harus dipisahkan dari narapidana. Kesenjangan terjadi antara kondisi

yang seharusnya dilaksanakan (das sein) dengan kondisi sebenarnya (das sollen).

Aturan memerintahkan tahanan dipisahkan dari narapidana (das sein) namun

realitanya tahanan ditempatkan pada satu tempat bersama dengan narapidana (das

sollen)..

Dalam pasal 4 Undang Undang Nomor 58 tahun 1999 tentang Syarat-

syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab

Page 18: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

18

Perawatan Tahanan dimana berbunyi Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) dalam melaksanakan tugasnya wajib memperhatikan perlindungan hak asasi

manusia. Adanya perbedaan status tahanan dan narapidana maka perlakuan

petugas juga harus berbeda sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing

tahanan atau narapidana. Tahanan memiliki hak dan kewajiban yang berbeda

dengan narapidana. Perbedaan perlakuan petugas terhadap kedua status hukum ini

dimungkinkan secara sosiologis menimbulkan kesenjangan sosial antara si

tahanan dan si narapidana. Pemerintah menyatukan penempatan tahanan dan

narapidana dalam satu tempat secara bersama namun tetap harus memenuhi hak

atas penahanan yang manusiawi

Ketika tahanan juga ditempatkan didalam Lapas Klas IIA Denpasar maka

akan mempengaruhi pembinaan narapidana. Pancasila sebagai tonggak utama

dalam proses pemidanaan harus juga tercermin dalam Pola Pembinaan

Narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Karena secara tugas dan fungsi

bahwa Lapas Klas IIA Denpasar sengaja dibangun dan didesain untuk pembinaan

narapaidana. Hal tersebut diwujudkan dalam pemberian Hak-Hak Narapidana

yang diberikan secara utuh, adil, dan merata. Landasan teoritis yang dipakai

dalam penelitian ini antara lain yang utama dan terutama adalah pembinaan

narapidana yang berdasarkan pancasila serta sistem penahanan yang manusiawi.

Konsep pemasyarakatan yang lahir tahun 1964 akhirnya dapat dituangkan dalam

suatu aturan perundangan yang sah dan baku pada Undang Undang Nomor 12

Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. Serta didukung oleh peraturan lainnya

Page 19: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

19

seperti peraturan presiden, keputusan presiden, peraturan menteri, keputusan

menteri dan seterusnya.

Proses pelaksanaan pembinaan narapidana untuk tercapainya tujuan

pemasyarakatan, maka unsur-unsur pokok yang sangat terkait terdiri dari Petugas

Lembaga Pemasyarakatan, Narapidana, Masyarakat20

. Ketiga unsur pokok

tersebut diatas harus saling bersinergi untuk tercapainya tujuan cita-cita luhur

pemasyarakatan. Cita-cita sistem pemasyarakatan yaitu mengembalikan kesatuan

hubungan hidup, kehidupan, dan penghidupan narapidana. Pada

perkembangannya dalam praktek pembinaan berdasarkan sistem pemasyarakatan

dirumuskan adanya 10 (sepuluh) Prinsip Pemasyarakatan:

1. Orang tersesat diayomi juga dengan memberikan kepadanya bekal hidup

sebagai warga negara yang baik dan berguna bagi masyarakat.

2. Menjatuhi pidana bukan tindakan balas dendam dari negara.

3. Tobat tidak dapat dicapai dengan penyiksaan, melainkan dengan

bimbingan.

4. Negara tidak berhak membuat seseorang lebih buruk dan atau lebih jahat

daripada sebelum ia masuk penjara.

5. Selama kehilangan bergerak, narapidana harus dikenalkan dengan

masyarakat dan tidak boleh diasingkan.

6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh bersifat mengisi

waktu, atau hanya diperuntukkan kepada kepentingan instansi atau

negara dan pemerintah sewaktu-waktu saja.

7. Bimbingan atau didikan harus berdasarkan Pancasila.

8. Tiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia

meskipun ia tersesat.

9. Narapidana hanya dijatuhi hukuman hilang kemerdekaan.

10. Yang menjadi hambatan untuk melaksanakan Sistem Pemasyarakatan

ialah warisan-warisan rumah penjara yang keberadaannya menyedihkan

yang sekarang disesuaikan dengan Tugas Pemasyarakatan yang letaknya

ditengah-tengah kota dengan tembok yang tinggi dan tebal 21

.

20

Simanjuntak S, , 2003, “Politik dan Praktek Pemasyarakatan”, Departemen Hukum dan

Hak Asasi Manusia, Akademi Ilmu Pemasyarakatan, Jakarta, h 73. 21

Ibid, h 38.

Page 20: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

20

Aturan norma tersebut diatas selalu dilakukan pengkajian untuk

penyempurnaan-penyempurnaan, agar tetap dapat sesuai dengan perkembangan

zaman dengan tidak keluar dari koridor pancasila. Berdasarkan Sepuluh Prinsip

Pemasyarakatan maka terbentuk Program Pembinaan dalam Lapas antara lain :

1. Pembinaan Kepribadian

a. Pembinaan fisik :

1) Penempatan hunian,

2) Kesehatan

3) Olahraga

b. Pembinaan Psikis

c. Pembinaan Mental dan Spiritual

1) Agama

2) Kepercayaan

3) Kebebasan

d. Pembinaan Pendidikan

1) Umum

2) Ketrampilan

e. Pembinaan Kemasyarakatan

1) Pengenalan Lingkungan

2) Asimilasi

3) Intergrasi

2. Pembinaan Kemandirian yang meliputi :

a. Pembinaan Kesadaran Beragama.

b. Pembinaan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.

c. Pembinaan Kemampuan Intelektual.

d. Pembinaan Kesadaran Hukum.

e. Pembinaan Mengintegrasikan diri ke dalam Masyarakat22

.

Adanya program pembinaan tersebut diatas, besar harapan pemerintah

agar menurunya angka residivis atau pengulangan tindak kejahatan. Namun

dengan adanya penempatan tahanan pada Lapas Kerobokan maka akan

berpengaruh terhadap proses pembinaan. Selain itu juga akan berpengaruh

terhadap pemenuhan hak atas pelayanan perawatan tahanan didalamnya. Karena

22

Ibid, h 44.

Page 21: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

21

harus dipahami bahwa tahanan belum tentu bersalah dan belum tentu dipidana

penjara.

Masyarakat umum harus memahami secara luas akan proses

pemasyarakatan serta tujuan cita-cita luhur pemasyarakatan agar dapat terwujud

rasa keadilan dan ketenangan serta perlindungan hukum. Karena bagaimanapun

juga kedamaian sejati dapat terwujud apabila warga masyarakat telah merasakan

baik lahir maupun bathin penerapan perlindungan hukum yang berkeadilan sosial.

Begitu juga dengan ketentraman dianggap sudah ada jika warga masyarakat

merasa yakin bahwa kelangsungan hidup dan pelaksanaan hak tidak tergantung

pada kekuatan fisik maupun non fisik belaka23

.Berdasarkan uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa konsep perlindungan hukum mempunyai makna yaitu Segala

daya upaya yang menjamin adanya kepastian hukum dan keadilan bagi seluruh

lapisan masyarakat tanpa kecuali.24

Perlindungan Hak Sipil dan Politik bagi Tahanan yang dititipkan pada

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar dalam implementasinya menjadi

bagian dari tugas dan fungsi pihak pemasyarakatan. Konsep pemasyarakatan tidak

terlepas dari tujuan dari falsafah pancasila dimana salah satu tujuannya yaitu

mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata. Hal ini selaras

dengan konsep budaya bali yaitu Trihitakarana. Nama Trihitakarana diambil dari

Kata Tri (tiga), Hitha (sejahtera/bahagia) dan Karanan berasal dari kata Sang

Hyang Jagat Karana, nama lain Sang Hyang Widhi Wasa selaku penyebab

23

Mahjudin Dudu Dusuna, 2000, Pengantar Ilmu Hukum, Sebuah Sketsa, Bandung,

Renika Aditama, h.26-27. 24

Soerjono Soekanto, 2008, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, ,

Rajawali Grafindo Persada Jakarta (Selanjutnya disebut Soerjono Soekanto I), h. 23.

Page 22: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

22

(karana) kehidupan di permukaan bumi berjalan25

. Ada tiga unsur yang

terkandung didalam kehidupan dan selanjutnya mesti dijadikan pegangan dalam

setiap kegiatan dalam hidup. Unsur tersebut yaitu Tuhan Yang Maha Esa, Alam,

dan Manusia itu sendiri. Seperti proses pemasyarakatan yang tetap

mengedepankan pembinaan kesadaran beragama, dan pembinaan kesadaran

kepribadian, namun kurang adanya Pembinaan kesadaran Lingkungan.

Komponen-komponen sistem peradilan pidana berawal dari proses

penyidikan oleh pihak kepolisian. Pola pemeriksaan yang diperlukan bagi POLRI

adalah pola pemeriksaan yang scientcetific investigation yang tentunya

menghindari segala bentuk intimidasi, ancaman, kekerasan fisik, maupun

psikologi. Kesatuan sistem yang dimaksud adalah criminal justice system

sebagaimana dikemukakan oleh Remington dan Ohlin bahwa pemakaian

pendekatan sistem terhadap mekanisme administrasi peradilan pidana, dan

peradilan pidana sebagai suatu sistem merupakan hasil interaksi antara peraturan

perundang-undangan, praktik administrasi dan sikap tingkah laku sosial.26

Sedangkan penegakan hukum sendiri merupakan upaya dari penegak hukum

untuk memulihkan kembali keamanan dan ketertiban masyarakat yang sempat

terganggu sehingga tercipta kepastian hukum.27

Hak asasi manusia adalah hak seorang manusia yang sangat asasi yang

tidak bisa diintervensi oleh manusia diluar dirinya atau oleh kelompok atau oleh

25

Mertha Sutedja, I Wayan, 1998, Penjara Bukan Cara, Denpasar, h 87. 26

Romli Atmasasmita, 2010, Sistem Peradilan Pidana Kontemporet, Prada Media Group,

Jakarta, h 2. 27

Teguh Sulistia dan Aria Zurnetti, 2011, Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

h 36.

Page 23: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

23

lembaga-lembaga manapun untuk meniadakanannya28

. Pada dasarnya hak asasi

manusia telah ada sejak seorang manusia masih berada dalam kandungan ibunya,

hingga lahir dan sepanjang hidupnya, hingga suatu saat meninggal. Dalam hal

pemidanaan terhadap pelanggar hukum, maka negara berhak melindungi atas hak-

hak asasi pelanggar hukum sesuai ketentuan yang berlaku. Sistem peradilan

pidana merupakan salah satu sarana dalam penanggulangan kejahatan dengan

tujuan untuk :

a. Mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan.

b. Menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas

bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana.

c. Mengusahakan agar mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak

mengulangi lagi kejahatannya29

.

Pembatasan pemberian hak asasi manusia bagi pelanggar hukum yaitu

hanya kebebasan bergerak atau hilang kemerdekaan, seperti tertuang pada pasal 5

huruf f Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. Undang

Undang No. 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Convenant on

Civil dan Political Right dikuatkan dengan Peraturan Pemerintah No. 58 tahun

1999 tentang Syarat dan Cara Pelaksanaan tugas wewenang, dan tanggung jawab

perawatan tahanan menjadi salah satu dasar dalam implementasi perlindungan hak

atas sistem penahanan yang manusiawi bagi tahanan yang dititipkan pada Lapas

Klas IIA Denpasar.

28

Bazar A. Harahap, dan Nawangsih Sutardi, 2006, Hak Asasi Manusia dan Hukumnya,

Jakarta, h 6 29

Abdussalam, HR, dan Sitompul, DPM, 2007, Sistem Peradilan Pidana, Jakarta, h 3

Page 24: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

24

Dalam pembahasan dan analisa permasalahan dalam penelitian ini, maka

penulis menggunakan teori antara lain :

1. Teori Hak Asasi Manusia

Teori Hak Asasi Manusia merupakan bagian dari aliran hukum

alam. Ham adalah hak-hak yang dimiliki oleh semua orang setiap saat dan

di semua tempat oleh karena manusia dilahirkan sebagai manusia. Hak

tersebut termasuk hak untuk hidup, kebebasan dan harta kekayaan. Hak-

hak sipil dianggap sebagai hak-hak alami. Thomas Jefferson menulis

bahwa orang bebas(mengklaim) hak-hak mereka sebagai berasal dari

hukum alam, dan bukan sebagai karunia hakim utama mereka30

.Dalam hal

ini tahanan merupakan suatu sebutan bagi para pelanggar hukum yang

masih dalam proses persidangan dan belum dinyatakan bersalah. Mereka

ditahan berdasarkan surat penahanan dari pihak berwenang. Alasan

penahanan yaitu untuk memudahkan proses persidangan. Dan juga agar si

tahanan tidak dapat berkeliaran untuk menghilangkan barang bukti.

Namun tetap tidak menghilangkan asas praduga tak bersalah. Dengan

demikian hak tahanan yang dibatasi dalam tempat penahanan yaitu hanya

hak bebas. Hak-hak manusia memiliki pengertian yang sangat luas, baik

yang bersangkut paut dengan berlakunya maupun konotasinya. Hak-hak

manusia menunjukkan pada hal hal yang memperoleh pengakuan secara

internasional atau juga difahami sebagai hal-hal yang dibela dan

30

Anissa Faricha, 2013, Hak Sipil sebagai Pelindung Kebebasan Fundamental Individu,

www.lbhyogyakarta.org/2013/04/hak-sipil-sebagai-pelindung-kebebasan-fundamental-individu,

diakses 12 januari 2015.

Page 25: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

25

dipertahankan secara internasional. Lebih-lebih manusia juga menjadi layu

besar dalam teori praktek hubungan internasional31

.

2. Teori Perlindungan Hukum

Menurut Fitzgerald, Teori perlindungan hukum Salmond bahwa

hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai

kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalulintas kepentingan

di lain pihak.32

Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan

kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk

menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi.33

Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum

lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang

diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan

masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota-

anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang

dianggap mewakili kepentingan masyarakat.

Menurut Satjipto Raharjo, Perlindungan hukum adalah

memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang

dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat

agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.34

Menurut Pjillipus M. Hadjon bahwa perlindungan hukum bagi rakyat

31

Yohanes Usfunan, 2011, Ham Politik Kebebasan Berpendapat di Indonesia, Udayana

University Press, Bali, h 177. 32

Satjipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h 53. 33

Ibid, h 69 34

Ibid, h 54

Page 26: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

26

sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan resprensif.35

Perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya

sengketa, yang mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-hati dalam

pengambilan keputusan berdasarkan diskresi dan perlindungan yang

resprensif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, termasuk

penanganannya di lembaga peradilan.36

Selama ini pengaturan perlindungan korban belum menampakkan

pola yang jelas, dalam hukum pidana positif yang berlaku pada saat ini

perlindungan korban lebih banyak merupakan “perlindungan abstrak” atau

“perlindungan tidak langsung”. Artinya berbagai rumusan tindak pidana

dalam peraturan perundang-undangan selama ini pada hakekatnya telah

ada perlindungan in abstracto secara langsung terhadap kepentingan

hukum dan hak asasi korban.37

Perlindungan secara tidak langsung dalam

peraturan hukum positif tersebut belum mampu memberikan perlindungan

secara maksimal. Karena realitas di Indonesia menunjukkan bahwa hukum

yang berlaku secara pasti belum mampu menjamin kepastian dan rasa

keadilan.

3. Teori Sistem Hukum

35

Pjillipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, PT. Bina Ilmu,

Surabaya, h 2 36

Maria Alfons, 2010, Implementasi Perlindungan Indikasi Geografis Atas Produk Produk

Masyarakat Lokal Dalam Prespektif Hak Kekayaan Intelektual, Universitas Brawijaya, Malang,, h

18. 37

Barda Nawawi Arief, 1998, Perlindungan Korban Kejahatan Dalam Proses Peradilan

Pidana, Jurnal Hukum Pidana dan Kriminologi, Vol.I/No.I, h 16-17

Page 27: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

27

Teori Sistem Hukum (Legal System Theory) dari Lawrence

M.Friedman yang pada intinya adalah menyatakan bahwa suatu sistem

hukum terdiri dari 3 (tiga) komponen yaitu :

a. Substansi Hukum (Legal Substance)

“The substance id composed of substantive rules and rules

about how instittutions should behave.” 38

(Substansi tersusun

dari peraturan-peraturan dan ketentuan menhenai bagaimana

institusi-institusi harus berperilaku / bertindak. Dalam hali ini

dimaksud sebagai substansi hukum adalah aturan perundangan

yang digunakan sebagai dasar dalam menjalankan tugas pokok

dan fungsinya.

b. Struktur Hukum (Legal Structure)

“Structure, to be sure, is one basic and obvious element of the

legal system...... The structure of a system is its skeletal

framework , it is the elements shape, the institutional body of the

system.” (struktur adalah satu dasar dan merupakan unsur nyata

dari sistem hukum. Struktur dalam sebuah sistem adalah

kerangka permanen, atau unsur tubuh lembaga dalam sistem

hukum). Dalam hal ini yang dimaksud dengan struktur hukum

adalah institusi penegak hukum sebagai salah satu unsur nyata

dalam suatu sistem hukum, termasuk juga lembaga yang turut

melaksanakan aturan-aturan hukum.

38

Lawrence M. Friedman, 1975, The Legal System A Social Science Perspective, Russell

Sage Foundation, New York, h 14.

Page 28: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

28

c. Budaya Hukum (Legal Culture)

“Legal culture refers, to those parts of general culture, customs,

opinion, ways of doing and thinking, that bend social forces

toward or away from the law and in particular ways. (Budaya

hukum merupakan bagian dari budaya pada umumnya, yang

dapat berupa adat istiadat, pandangan, cara berfikir dan tingkah

laku yang dapat membentuk suatu kekuatan sosial yang

bergerak mendekati hukum dengan cara – cara tertentu). Dalam

hal ini dimaksud dengan budaya hukum adalah perilaku

masyarakat dalam memandang hukum untuk dipatuhi serta

ditaati.

Ketiga komponen dalam sistem hukum tersebut dapatdigunakan

untuk mengkaji efektifitas penerapan suatu sanksi dalam suatu aturan

hukum. Kata efektif berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia

mengandung arti ada efeknya (akibat pengaruhnya, kesannya, manjur atau

mujarab, dapat membawa hasil atau berhasil guna, mulai berlaku).39

Efektifitas pemidanaan diartikan sebagai tingkat tercapainya tujuan yang

ingin dicapai dengan adanya pemidanaan itu tercapai.40

Meneliti efektifitas

hukum pada dasarnya membandingkan antara realitas hukum dengan ideal

hukum.. Efektifitas dalam konteks dengan hukum diartikan bahwa hukum

itu benar-benar hidup dan berlaku, baik secara yuridis, sosiologis, dan

39

Naniek Suparni, 1996, Eksistensi Pidana Denda Dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan,

Sinar Grafika, Jakarta, h 59. 40

Ibid.

Page 29: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

29

filosofis.41

Orang mengatakan bahwwa kaidah hukum berlaku secara faktual

atau efektif, jika para warga masyarakat, untuk siapa kaidah hukum itu

berlaku, mematuhi kaidah hukum tersebut.42

Efektif atau tidaknya aturan hukum secara umum, juga tergantung

pada optimal dan profesional tidaknya aparat penegak hukum untuk

menegakkan berlakunya aturan hukum tersebut; mulai dari tahap

pembuatannya, sosialisasinya, proses penegakan hukumnya yang

mencakupi tahapan penemuan hukum (penggunaan penalaran hukum

interprestasi dan konstruksi) dan penerapannya terhadap suatu kasus

kongkret.43

4. Teori Bekerjanya Hukum

Sebagai kaidah merupakan patokan mengenai sikap tindak atau

perilaku yang pantas. Hal itu biasanya diketahui apakah pengaruhnya

berhasil mengatur sikap tindak atau perilaku tertentu sehingga sesuai sikap

yang pantas. Efektifitas penegakan hukum amat berkaitan dengan efektifitas

hukum. Agar hukum itu efektif, maka diperlukan aparat penegak hukum

untuk menegakan sanksi tertentu. Teori Bekerjanya Hukum yang

dekemukakan oleh Robert B.Siedman yang dimuat dalam bukunya yang

berjudul The State, Law and Development. Pada intinya teori berlakunya

41

Ibid. 42

Bruggink, J.J.JAL., ahli bahasa Arief Sidharta, 1999, Refleksi Tentang Hukum, Cetakan

Kedua, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h 149. 43

Ahmad Ali, 2012, Menguak Teori Hukum ( Legal Theory), dan Teori Peradilan (Judicial

Prudence) Termasuk Interpretasi Undang-undang (Legisprudence), Cetakan Keempat, Kencana

Prenada Media Group, Jakarta, h 378.

Page 30: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

30

hukum dikemukakan oleh Robert B. Siedmean dijabarkan dalam 4 proposisi

yaitu :

a. We can meet that objection, however, by substituting for the judge the

processes of government concerned with implementation, that is, with

inducing desired activity (the bureaucracy, the police, state

coorporation and so fort. (Kita bisa mencapai tujuan tersebut dengan

cara menggantikan peran hakim. Proses-proses dari implementasi

yang menjadi perhatian pemerintah yaitu dengan mendorong aktifitas

yang menjadi tujuan Implementasi (birokrasi, polisi, perusahaan

pemerintah dan semua yang dapat dijadikan benteng)

b. Broaden the concept of the norm addressed to the role – occupant to

include exhortation or other sort of prescripton, indicated by a wavy

line. I indicate the role addressed to the role occupant by a straight

line. I indicate the exhortation by wavy line. (Memperluas cakupan

konsep aturan/norma kepada warga negara dilakukan dengan

memasukkan nasihat maupun deskripsi lain yang ditandai dengan

suatu garis yang bergelombang. Saya menegaskan aturan dengan garis

yang tegas dan garis yang bergelombang ditujukan untuk semua

warga).

c. Any law, once passed, changes from the day of passage, either by

format amendment, or by the way the bureaucracy acts. It changes

because the arena of choice changes. Feedback constotutes the most

important explanation of these changes. Citizens exprss their

reactions to a particular law or programme to law makers or to

bereaucrats, who in turn communicate to lawmakers. In addition,

various sorts of formal and informal monitoring deveces teach law-

makers and bereaucrats about the rule’s relative success this affecting

decisions about the law. (Setiap aturan, sekali saja terlewati perubahan

dari saat dilanggar, baik berdasarkan amandemen, ataupun karena

perilaku birokrat. Aturan berubah seiring dengan ruang lingkup

hukum itu sendiri. Yang paling penting adalah adanya penjelasan dari

konstitusi dasar perubahan tersebut. Warga Negara memberikan reaksi

mereka terhadap aturan tertentu ataupun program tertentu kepada

pembuat aturan ataupun para birokrat, yang akan diteruskan /

dikomunikasikan dengan para pembuat aturan/hukum tersebut.

Sebagai tambahan, berbagai macam perangkat monitor secara formal

maupun informal, memberikan pelajaran bagi para pembuat atuaran

dan para birokrat tentang kesuksesan pelaksanaan aturan itu sendiri

secara relatif, yang akan mepengaruhi keputusab yang akan diambil

terkait aturan itu sendiri).

Page 31: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

31

d. The categories law makers and judge mus be replaced by law making

processes adn law implementing processess44

. (Kategori para pembuat

aturan dan hakim, seharusnya digantikan dengan proses pembuatan

aturan dan proses implementasi aturan)

Robert B. Seidman juga menjelaskan mengenai perilaku

pemegang peran dalam menghadapi peraturan yang ditujukan kepada

mereka oleh pembuat hukum. Hal ini juga dapat dijadikan indikator dalam

pengkajian pengimplementasian hukum. “law as a divice to structure

choice expresses at once law’s usual marginality in influencing behaviour,

and its importance as the principal instrument that government has to

influensce behaviour45

. (Hukum sebagai alat untuk struktur pilihan

mengekspresikan sekaligus hukum marginalitas biasa dalam mempengaruhi

perilaku)

5. Teori Penegakan Hukum

Menurut Soerjono Soekanto adalah ada 5 faktor yang

mempengaruhi efektif tidaknya keberlakuan suatu hukum yaitu :

a. Faktor hukumnya sendiri;

b. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk

maupun menerapkan hukum;

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

d. Faktor masyarakat, yaitu lingkungan diman hukum itu berlaku atau

diterapkan;

44

Robert B. Siedmen, 1978, The State, Law, and Development, St. Martin’s Press, New

York, h 74-75, lihat juga Prasetyo, Budi, 2014, Implementasi Tugas dan Wewenang Penyidik

terhadap perlindungan Penyu Hijau (Studi kasus di direktorat Kepolisian Perairan Daerah Bali),

(tesis) Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar, h

51 45

Ibid, h74

Page 32: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

32

e. Faktor kebudayaan, yakni hasil karya, cipta, dan rasa yang

didsasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup.46

Kelima faktor tersebut saling berkaitan erat, oleh karena

merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur dari

pada efektifitas penegakan hukum.

Secara teroritis, kewenangan bersuber dari peraturan perundang

undangan tersebut diperoleh dengan tiga cara yaitu atribusi, delegasi, dan

mandat.47

Menurut Robert Bierstedt, wewenang adalah institutionalized

power (kekuasaan yang dilembagakan).48

46

Op.Cit., Soerjono Soekanto I, h.8. 47

Ridwan H.R. , 2006, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h

100 -102. 48

Arifin Firmansyah, dkk, 2005, Lembaga Negara dan Sengketa Kewenangan Antar

Lembaga Negara, Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KHRN), Jakarta, h 16.

Page 33: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

33

1.8. Kerangka Berpikir

Page 34: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

34

1.9. Metode Penelitian

1.9.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Hukum Empiris. Dimana

merupakan penelitian yang mengkaji Implementasi Perlindungan Hak

Sipil dan Politik bagi Tahanan yang dititipkan di Lapas Klas IIA

Denpasar dikaitkan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang

Pengesahan International Covenant of Civil and Politic Rights. Suatu

penelitian yang beranjak dari adanya kesenjangan antara das solen dan

das sein yaitu kesenjangan antara teori atau ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dengan realita pelaksanaanya

dilapangan, kesenjangan antara keadaan teoritis dengan fakta hukum, dan

atau adanya situasi ketidaktahuan yang dikaji untuk pemenuhan kepuasan

akademik49

.

1.9.2. Sifat Penelitian

Penelitian hukum empiris ini merupakan penelitian yang bersifat

Deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat

sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau

untuk menentukan ada tidaknya hubungan antar suatu gejala dengan

gejala lain di masyarakat50

.karena lebih kepada mencari data faktual

keadaan sebenarnya mengenai keberlakuan hukum dalam peri kehidupan

komunitas tahanan dan narapidana, serta dalam hal pemenuhan

49

Program Pascasarjana Universitas Udayana, 2013, Pedoman Penulisan Usulan

Penelitian Tesis dan Penulisan Tesis Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum, Denpasar Bali, 11

April 2013 h 52 50

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2008, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta, h 25

Page 35: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

35

Perlindungan Hak Sipil dan Politik khususnya bagi Tahanan yang

dititipkan pada Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar.

1.9.3. Data dan Sumber Data

Data yang akan dicari antara lain :

a. Data Primer : berupa hasil data yang bersumber dari Responden dalam

hal ini tahanan dan petugas Lapas Klas IIA Denpasar, dan informan

lainnya. Sampel tahanan berjumlah 30 persen dari jumlah tahanan,

dan sampel petugas berjumlah 30 persen dari jumlah petugas yang

bersinggungan langsung dengan tahanan.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen

resmi, buku-buku yang berhubungan dengan obyek penelitian, hasil

penelitian dalam bentuk laporan, Skripsi, tesis, disertasi, dan peraturan

perundangan51

Data sekunder dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Bahan hukum primer

Merupakan bahan hukum yang mengikat terdiri dari peraturan

perundangan terkait obyek penelitian antara lain :

a. Undang Undang Dasar Negara RI tahun 1945.

b. Undang Undang RI No. 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang

Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

c. Undang Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

51

Ali Zainudin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h 106

Page 36: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

36

d. Peraturan Pemerintah RI No. 58 Tahun 1999 Tentang Syarat

dan Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung jawab

Perawatan Tahanan.

e. Undang Undang RI No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia.

f. Undang Undang RI No. 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan

Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik.

2. Bahan hukum Sekunder yaitu bahan penelitian hukum yang

memberikan penjelasan mengenai bagan hukum primer. Sebagai

bahan hukum sekunder yang terutama adalah buku – buku hukum

termasuk skripsi, tesis, disertasi hukum dan jurnal – jurnal

hukum52

. Bahan hukum sekunder dapat juga diambil dari artikel

dari internet.

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah petunjuk atau penjelasan mengenai

bahan hukum primer dan sekunder yang berasal dari kamus

hukum dan kamus bahasa Indonesia.

1.9.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam Penelitian ini Penulis akan mengumpulkan data melalui :

a. Teknik Studi Dokumen

52

Peter Mahmud Masduki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group,

Jakarta, h 155.

Page 37: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

37

Melalui aturan-aturan serta literatur buku-buku sehingga penulis dapat

menentukan kondisi ideal dalam pemenuhan hak tahanan, terkait

perlindungan Hak Asasi Manusi bagi Tahanan.

b. Teknik Observasi/Pengamatan

Untuk mendapatkan informasi yang valid maka penulis hendak

mengumpulkan data dengan cara melakukan pengamatan secara

langsung terhadap Tahanan dalam kehidupannya bermasyarakat

dengan Narapidana, Terpidana, dan Petugas Lapas Sendiri

c. Teknik Wawancara (interview)

Wawancara merupakan salah satu teknik yang sering dan paling lazim

digunakan dalam penelitian ilmu hukum dalam aspek empiris53

.

Wawancara atau interview adalah suatu cara untuk mengumpulkan

data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang

informan atau seorang autoritas (seorang ahli atau yang berwenang

dalam suatu masalah)54

. Wawancara yang dilakukan oleh penulis

adalah wawancara terbuka (face to face) untuk memperoleh informasi

langsung dari narasumber. Informan yang akan diwawancarai oleh

penulis antara lain Tahanan dan Petugas Lapas.

1.9.5. Teknik Penentuan Sampel Penelitian

Penentuan Sampel menjadi penting karena sampel harus dapat

mewakili keadaan keseluruhan populasi yang hendak diteliti. Populasi

adalah keseluruhan atau himpunan obyek dengan ciri yang sama.

53

Program Pascasarjana Universitas Udayana, Op Cit, h 61. 54

Gorys Keraf, 1993, Komposisi Cetakan ke 9, Nusa Indahj, Flores, NTT, h 161.

Page 38: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

38

Populasi dapat berupa himpunan orang, benda (hidup atau mati),

kejadian, kasus-kasus, waktu atau tempat, dengan sifat atau ciri yang

sama55

. Sampling merupakan salah satu langkah yang penting dalam

penelitian, yang menentukan seberapa besar keberlakuan generalisasi

hasil penelitian56

. Populasi adalah keseluruhan dari obyek pengamatan

atau objek penelitian. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan

diteliti yang dianggap mewakili populasi. Dalam penentuan Sampel

Penelitian, penulis menentukan menggunakan teknik Probability

Sampling/Random Sampling. Teknik ini didasarkan pada teori

probabilitas yaitu bahwa semua elemen atau setiap unit atau individu

dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi

sampel. Penentuan teknik ini didasarkan data awal yang telah penulis

dapat dari Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar. Cara yang

digunakan dalam penggunaan teknik ini yaitu cara Simple Random

Sampling/ teknik random sampling sederhana yaitu : dengan cara lotere

(fishbowl). Dari jumlah populasi tahanan 229 orang, maka akan diambil

30 % dari jumlah tersebut. Kemudian akan diacak berdasarkan nama.

Dari tiga puluh persen tersebut penulis mendapatkan 77 orang tahanan

yang dipilih acak untuk dijadikan sampel.

55

Bambang Sunggono, 2007, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta, h 118 56

Ibid, h118

Page 39: I. PENDAHULUAN 1.pdf · hukum berkaitan dengan hal penegakan hukum, ... dan penyuluhan. ... Keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan lapas atau rutan yang mengalami over kapasitas

39

1.9.6. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh baik berupa data primer, data sekunder

kemudian diolah dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Setelah dilakukan analisis secara kualitatif kemudian data akan disajikan

secara deskriptif kualitatif dan sistematis57

. Setelah diolah kemudian data

dikaitkan dengan teori hukum , asas, dan pendapat para pakar hukum

agar dapat memperoleh kesimpulan yang jelas dan dipaparkan dalam

bentuk uraian-uraian guna menjawab rumusan permasalahan. Dengan

analisis deskriptif kualitatif diharapkan penulis dapat menggambarkan

secara luas dan jelas tentang hasil pengamatan terhadap populasi yang

hendak di teliti.

57

Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2009, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum

Universitas Udayana, Denpasar Bali, h 76