vinaislamicom.files.wordpress.com · i JurnalECODEMICA Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Bisnis ISSN :...

153
i Jurnal ECODEMICA Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Bisnis ISSN : 2355-0295, E-ISSN : 2549-8932 Volume II, Nomor 1, April 2018 Jurnal Ecodemica pertama publikasi tahun 2013, dengan registrasi ISSN dari LIPI Indonesia. ISSN terdaftar pertama 2355-0295 (print) dan 2528-2255 (eprint) dengan nama Ecodemica: Jurnal Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas BSI Bandung. Namun demikian terjadi kesalahan nama jurnal saat cetakan pertama sampai September 2016. Maka didaftarkan ulang ISSN (2549-8932 eprint) dengan nama yang telah sesuai yaitu Jurnal Ecodemica melalui SK ISSN No. 0005.25498932/JI.3.1/DK.ISSN/2017.03. Sesuai petunjuk LIPI, maka volume dan nomor terbitan April 2017 dimulai dari 1. Jurnal Ecodemica menerima artikel ilmiah dengan area penelitian pada manajemen pemasaran, manajemen sumber daya manusia, manajemen produksi, manajemen keuangan, manajemen akuntansi, sistem informasi manajemen, bisnis internasional, hukum bisnis, dan kewirausahaan. Dengan artikel yang memiliki sitasi primer dan tidak pernah dipublikasikan secara online atau versi cetak sebelumnya. Jurnal Ecodemica memiliki versi online dan cetak dengan jadwal publikasi pada bulan April dan September setiap tahunnya. Redaksi tidak bertanggungjawab atas semua konten isi dalam artikel terkait isu copyrights, plagiarism, dll. Penulis bertanggungjawab penuh atas konten isi artikel. Sekretariat Redaksi Lembaga Penelitian & Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas BSI Jl. Sekolah International, No. 1-6, Terusan Jl. Jakarta, Antapani, Bandung 40282 Telp: 022-7100124, E-mail: [email protected] Website: ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica

Transcript of vinaislamicom.files.wordpress.com · i JurnalECODEMICA Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Bisnis ISSN :...

  • i

    Jurnal ECODEMICAJurnal Ekonomi, Manajemen dan Bisnis

    ISSN : 2355-0295, E-ISSN : 2549-8932

    Volume II, Nomor 1, April 2018

    Jurnal Ecodemica pertama publikasi tahun 2013, dengan registrasi ISSN dari LIPIIndonesia.

    ISSN terdaftar pertama 2355-0295 (print) dan 2528-2255 (eprint) dengan namaEcodemica: Jurnal Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas BSI Bandung. Namundemikian terjadi kesalahan nama jurnal saat cetakan pertama sampai September2016. Maka didaftarkan ulang ISSN (2549-8932 eprint) dengan nama yang telah

    sesuai yaitu Jurnal Ecodemica melalui SK ISSN No.0005.25498932/JI.3.1/DK.ISSN/2017.03. Sesuai petunjuk LIPI, maka volume dan

    nomor terbitan April 2017 dimulai dari 1.

    Jurnal Ecodemica menerima artikel ilmiah dengan area penelitian padamanajemen pemasaran, manajemen sumber daya manusia, manajemen produksi,manajemen keuangan, manajemen akuntansi, sistem informasi manajemen, bisnis

    internasional, hukum bisnis, dan kewirausahaan. Dengan artikel yang memilikisitasi primer dan tidak pernah dipublikasikan secara online atau versi cetak

    sebelumnya.

    Jurnal Ecodemica memiliki versi online dan cetak dengan jadwal publikasi padabulan April dan September setiap tahunnya.

    Redaksi tidak bertanggungjawab atas semua konten isi dalam artikel terkait isu copyrights,plagiarism, dll. Penulis bertanggungjawab penuh atas konten isi artikel.

    Sekretariat RedaksiLembaga Penelitian & Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas BSIJl. Sekolah International, No. 1-6, Terusan Jl. Jakarta, Antapani, Bandung 40282Telp: 022-7100124, E-mail: [email protected]: ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica

  • ii

    DAFTAR ISI

    1. Membangkit Spontanitas Belanja Pada Supermarket Melalui Promosi,Pramuniaga dan Atmosfer TokoAgung Sunawarman, Acep Rohendi, Iwan Sofyan .................................... 1-11

    2. Analisa Rasio Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan PTKino Indonesia TbkDenny Erica.................................................................................................... 12-20

    3. Pengembangan Jiwa Kewirausahaan: Studi Kasus Terhadap Mahasiswa yangBerwirausaha di YogyakartaHeri Maulana................................................................................................. 21-29

    4. Analisa SWOT Dalam Menentukan Strategi Bisnis Susu Murni Q-MilkKasmanto Miharja ........................................................................................ 30-38

    5. Analisis Pengukuran Kinerja Direktorat Kepelabuhanan Pada KementerianPerhubungan Kota Jakarta Tahun 2016Vina Islami, Lauren Rizky Marthanthy...................................................... 39-48

    6. Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Nasabah Terhadap Loyalitas Pada BankBJBJaka Atmaja................................................................................................... 49-63

    7. Pengaruh Experiental Marketing Terhadap Loyalitas Pengunjung TamanWisata Edukasi D’Kandang DepokWiwik Widiyanti, Julia Retnowulan........................................................... 64-73

    8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Umum Syariah diIndonesiaRatnawaty Marginingsih .............................................................................. 74-85

    9. Pengaruh Awareness, Daya Tarik Iklan Terhadap Brand Attitude IndomieKota TangselRoby Irzal Maulana ...................................................................................... 86-101

    10. Manfaat Informasi Akuntansi Dalam Perkembangan Usaha Mikro Kecil danMenengahAde Sri Mulyani............................................................................................. 102-108

    11. Pengukuran Kinerja Perusahaan Hotel Berdasarkan Kriteria MalcolmBaldrigeMuhamad Ardi Nupi Hasyim....................................................................... 109-116

    12. Implikasi Kualitas Pelayanan Dalam Meningkatkan Kepuasan PelangganPada PDAM Cibadak SukabumiAndi Riyanto .................................................................................................. 117-124

    13. Peran Lembaga Keuangan Syariah Dalam Mengimplementasikan KeuanganInklusif Bagi Pelaku UMKM TasikmalayaLina Marlina, Biki Zulfikri Rahmat............................................................ 125-135

  • iii

    14. Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Perilaku Online Shopping: PerspektifPemasaran AgribisnisHesty Nurul Utami, Iqbal Fauzi Akbar Firdaus ........................................ 136-146

  • Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

    ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 1

    Membangkit Spontanitas Belanja Pada

    Supermarket Melalui Promosi, Pramuniaga dan

    Atmosfer Toko

    Agung Sunawarman1, Acep Rohendi

    2, Iwan Sofyan

    3

    1Universitas BSI, [email protected]

    2Universitas BSI, [email protected]

    3Universitas BSI, [email protected]

    ABSTRAK

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran “Pengaruh Promosi Penjualan Dan

    Pramuniaga Serta Atmosfer Toko Terhadap Spontanitas Belanja Di Supermarket Toserba

    XYZ Sunda Bandung”. Adapun yang menjadi target populasi dalam penelitian ini adalah

    konsumen Supermarket Toserba XYZ Sunda Bandung dan sampel yang digunakan dalam

    penelitian ini sebanyak 80 orang responden. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan

    adalah deskriptif verifikatif dan alat analisis yang digunakan adalah regresi linier

    berganda yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana pengaruh antara variabel yang

    satu dan lainnya serta menggunakan uji hipotesis t dan F yang bertujuan untuk melihat

    pengaruh variabel promosi penjualan pramuniaga dan atmosfer toko terhadap spontanitas

    belanja secara parsial dan simultan. Hasil menunjukaan promosi penjualan, pramuniaga

    dan atmosfer toko dapat mempengaruhi perilaku spontanitas belanja konsumen

    Supermarket Toserba XYZ Sunda Bandung.

    Kata Kunci :Promosi Penjualan, Pramuniaga, Atmosfer Toko, Spontanitas Belanja

    ABSTRACT

    This research was conducted to find out the description of "The Influence of Sales

    Promotion And Salesperson And Atmospheric Stores To Spontaneity Shopping At

    Supermarket Toserba XYZ Sunda Bandung". The target population in this research is

    consumer Supermarket Toserba XYZ Sunda Bandung and the sample used in this study as

    many as 80 respondents. In this study, the method used is descriptive verifikatif and

    analysis tool used is multiple linear regression which aims to measure the extent of the

    influence between one variable and another and use hypothesis test t and F aims to see

    the effect of sales promotion variables, sales and sales shop atmosphere to spontaneity of

    shopping partially and simultaneously. The result of sales promotion, salesperson and

    store atmosphere can influence spontaneity behavior of shopping consumer of

    Supermarket XYZ Sunda Bandung.

    Keywords:Sales Promotion, Personal Selling, Store Atmosphere, Impulse Buying

    Naskah diterima : 24 November 2017 , Naskah dipublikasikan : 15 April 2018

    PENDAHULUAN

    Kehadiran toko swalayan (supermarket)

    dengan konsep pasar yang berbeda dapat

    menggeser pola hidup masyarakat.

    Masyarakat menjadi lebih konsumtif jika

    sebelumnya suatu keluarga akan memilih

    objek wisata untuk melakukan rekreasi

    ketika liburan, namun kini mereka akan

    lebih memilih pergi ke mall atau toko

    swalayan (Pradana & Suparna, 2016).

    Sehingga konsep toko swalayan yang

    disajikan menjadi salah satu strategi

    dalam menarik calon konsumen. Sebagai

    contoh Transmart menawarkan konsep 4

    in 1 (yaitu berbelanja, bersantap, bermain,

    dan menonton yang terintegrasi dalam

    satu bangunan) pada toko-toko barunya.

    Toko swalayan (supermarket) lainnya

    seperti Allfresh yang konsep tokonya yaitu

    penyediaan khusus produk segar seperti

    buah, sayur ikan ,daging dan produk

    olahan. Disisi lainya para pelaku usaha

  • Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

    ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 2

    mulai berlomba untuk membuka usaha

    yang berjenis e-commerce (Electronic

    Commerce Transaction), maka dengan

    demikian semakain menambah ketatnya

    persaingan dibidang usah ritel. Ditambah

    dengan adanya pengakuan e-commerce di

    Indonesia melalui peraturan Undang-

    Undang No 11 tahun 2008 tentang

    Informasi dan Transaksi Elektronik (UU

    ITE). Dua hal penting pengaturan e-

    commerce dalam undang-undang tersebut:

    Pertama yaitu pengakuan transaksi

    elektronik dan dokumen elektronik dalam

    kerangka hukum perikatan dan hukum

    pembuktian, sehingga kepastian hukum

    transaksi elektronik dapat terjamin. Kedua

    yaitu dengan diklasifikasikannya

    tindakan-tindakan yang termasuk

    kualifikasi pelanggaran hukum terkait

    penyalahgunaan TI (Teknologi Informasi)

    disertai dengan sanksi pidananya

    (Rohendi, 2015). Peraturan tersebut

    membuat konsumen tidak ragu untuk

    berbelanja online. Dengan demikian toko

    swalayan harus mampu mempertahankan

    konsumen agar tetap berbelanja pada toko

    swalayan tersebut.

    Perilaku konsumen sebagai proses dari

    ketika seseorang atau calon pembeli

    berhubungan dengan pencarian,

    pemilihan, pembelian, penggunaan, serta

    pengevaluasian produk dan jasa demi

    memenuhi kebutuhan dan keinginan,

    maka hal ini sudah masuk kedalam

    kategori terwujudnya pemasaran secara

    umum (Yuliansyah, 2014) Perilaku

    belanja tidak terencana adalah keputusan

    belanja yang dibuat oleh konsumen secara

    spontan atau seketika setelah melihat

    barang dagangan (Utami, 2010). Dunne &

    Lusch dalam Lisda Rahmasari (2010)

    menyatakan 70% dari pembelian ternyata

    merupakan pembelian yang tidak

    direncanakan (impulse buying).

    Komunikasi dengan konsumen merupakan

    hal penting untuk merangsang,

    mendorong penjualan produk dan

    memelihara image toko. Salah satu bentuk

    komunikasi ritel adalah promosi

    penjualan. Promosi penjualan dapat

    digelar di area luar toko maupun di dalam

    toko tersebut. Promosi di luar toko dapat

    dilakukan dengan tujuan untuk menarik

    konsumen mengunjungi toko dan promosi

    yang dilakukan didalam bertujuan untuk

    menjadi stimulus yang dapat merangsang

    keputusan pembelian spontan konsumen

    didalam toko, baik keputusan yang telah

    direncanakan atau pun keputusan yang

    belum direncanakan sebelum datang ke

    toko (Rahmasari, 2010).

    Komunikasi antara pramuniaga dengan

    konsumen merupakan hal selanjutnya

    yang harus diperhatikan dalam

    menciptakan keputusan belanja konsumen

    secara spontan (impulse buying). Rohaeni

    (2016) menyebutkan bahwa personal

    selling dalam marketing communication

    merupakan mitra penting yang tidak dapat

    digantikan dengan unsur promosi lain.

    Personal selling secara parsial

    berpengaruh signifikan dan positif

    terhadap variabel terikat impulse buying

    (Rahmasari, 2010).

    Faktor atmosfer toko atau suasana

    lingkungan tempat pembelanjaan adalah

    salah satu media yang dapat digunakan

    untuk berkomunikasi dengan konsumen

    yang bertujuan untuk mendorong perilaku

    pembelian. Utami (2010) menyatakan

    tempat belanja dan lingkungannya adalah

    hal yang penting karena 70%-80%

    keputusan pembelian dilakukan ditempat

    belanja ketika memeriksa barang. Ketrin

    Sahertian dan Olivia Laura Sahertian

    (2014) suasana lingkungan fisik yang

    terdiridari musik yang diputar, desain

    interior, pencahayaan ruangan, aroma

    danketersediaan produk berpengaruh

    signifikan dan positif terhadap pembelian

    spontan.

    Toserba XYZ Sunda Bandung merupakan

    salah satu toko swalayan (supermarket)

    anak cabang perusahaan XYZ GROUP

    yang terletak di jalan Sunda kota

    Bandung. Toserba XYZ Sunda menggelar

    promosi penjualan sepanjang tahun 2017

    dalam menyambut HUT 35. Berdasarkan

    grafik penjualan diketahui terjadi

    penurunan drastis terjadi setelah gelaran

    promosi pada bulan PUASA yang

    menempatkan titik paling bawah dari

    gelaran promosi lainnya yang telah

    berlangsung pada bulan-bulan sebelumnya

    dan berada dibawah target penjualan.

    Setelah mengkaji beberapa penelitian,

    maka disusun rumusan masalah penelitian

    sebagai berikut:

  • Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

    ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 3

    1. Adakah pengaruh promosi penjualan mempengaruhi

    spontanitas belanja?

    2. Adakah pengaruh pramuniaga mempengaruhi spontanitas belanja?

    3. Adakah pengaruh atmosfer toko mempengaruhi spontanitas belanja?

    4. Adakah pengaruh promosi penjualan, pramuniaga dan

    atmosfer lingkungan secara

    bersamaan mempengaruhi

    spontanitas belanja?

    KAJIAN LITERATUR

    Promosi Penjualan

    Promosi penjualan yang baik dapat

    membantu bentuk-bentuk bauran promosi

    yang lainnya, seperti yang dikemukakan

    oleh Walker dalam Sunyoto (2014)

    promosi penjualan adalah suatu

    perencanaan untuk membantu atau

    melengkapi koordinasi periklanan dan

    penjualan yang dilakukan pramuniaga

    atau bauran promosi lainnya. Tjiptono

    (2012) mendefinisikan promosi penjualan

    merupakan segala bentuk penawaran atau

    insentif jangka pendek yang ditujukan

    bagi pembeli, pengecer atau pedagang

    grosir dan dirancang untuk memperoleh

    respon spesifik dan segera dari calon

    pembeli. Kotler dan Armstrong (2012)

    mendefinisikan promosi penjualan adalah

    bahan inti dari kampanye pemasaran,

    terdiri dari koleksi alat insentif, sebagian

    besar jangka pendek, yang dirancang

    untuk menstimulasi pembelian yang lebih

    cepat atau lebih besar atas produk atau

    jasa tertentu oleh konsumen atau

    perdagangan. Jenis promosi penjualan

    yang umum digunakan oleh sebuah toko

    antara lain: Titik penjualan, Diskon,

    Kupon, Sampel produk, Demonstrasi,

    Program konsumen setia, Hadiah

    langsung, Hadiah untuk rujukan, Suvenir

    dan Acara-acara Khusus (Utami, 2010).

    Pramuniaga

    Pramuniaga dalam KBBI (Kamus Besar

    Bahasa Indonesia) ialah karyawan

    perusahaan dagang yang bertugas

    melayani konsumen (pelayan toko).

    Sehingga pramuniaga dapat diartikan

    kegiatan karyawan perusahaan untuk

    bertugas melayani konsumen. Pramuniaga

    dalam teori ekonomi sering disebut

    sebagai personal selling. Fandy Tjiptono

    (Tjiptono, 2012) menyatakan personal

    selling adalah komunikasi langsung secara

    tatap muka antara penjual dan calon

    pembeli untuk memperkenalkan suatu

    produk kepada calon konsumen dan

    membentuk pemahaman konsumen

    terhadap produk sehingga mereka akan

    mencoba membelinya. Kotler dan

    Armstrong (2012) mengartikan personal

    selling erdiri dari interaksi antara

    pramuniaga dengan konsumen atau calon

    konsumen untuk membuat penjualan dan

    mempertahankan hubungan dengan

    konsumen. Personal selling dalam

    marketing communication merupakan

    mitra penting yang tidak dapat digantikan

    dengan unsur promosi lain. Seperti

    Kennedi & Soemanegara dalam (Rohaeni,

    2016) mendefinisikan personal selling

    adalah improvisasi dari penjualan dengan

    menggunakan komunikasi person to

    person. Menurut Mc Carthy (2009)

    terdapat lima tipe personal selling yaitu:

    1. Responsive selling, penjual bertugas untuk memenuhi permintaan

    konsumen. Tipe ini biasanya

    pramuniaga mengadakan perjalanan

    dan menjumpai banyak pengecer.

    2. Trade selling, pramuniaga bertindak sebagai ordertaker (menerima pesan)

    tetapi lebih fokus pada pelayanan.

    3. Missionary selling, tugas utamanya adalah mempromosikan produk baru,

    kadang-kadang melakukan order

    taker.

    4. Tehnical selling, biasanya menyelesaikan masalah konsumen

    dengan keahlian dan pengalamannya.

    5. Creative selling, biasanya berhubungan dengan produk,

    menangani masalah serius, dan

    memberikan solusi terbaik.

    Atmosfer Toko

    Atmosfer toko merupakan upaya

    menciptakan suasana lingkungan toko

    yang meliputi 5 indra konsumen yang

    bertujuan mempengaruhi persepsi. Levy

    dan Weitz (2012) mendefinisikan

    atmosfer toko (store atmosphere)

    merupakan rancangan suasana toko yang

    mengacu pada desain lingkungan seperti

    komunikasi visual, pencahayaan, warna,

    musik dan aroma untuk mensimulasikan

  • Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

    ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 4

    respon persepsi dan emosi konsumen dan

    pada akhirnya mempengaruhi perilaku

    pembelian mereka.

    Utami (2010) store atmosphere adalah

    desain lingkungan melalui komunikasi

    visual, pencahayaan, warna, musik,

    danwangi-wangian untuk merancang

    respon emosional dan persepsi pelanggan

    danuntuk mempengaruhi pelanggan dalam

    membeli barang. Kotler dan Armstrong

    (2012) store atmosphere adalah suasana

    terencana yang sesuai dengan pasar

    sasarannya dan yang dapat menarik

    konsumen untuk membeli. Sedangkan

    menurut Berman dan Evans (2011)

    suasana toko mengacu pada karakteristik

    fisik toko yang digunakan untuk

    mengembangkan citra dan menarik

    konsumen untuk perusahaan berbasis

    toko, atmosfer hingga karakteristik fisik

    katalog, mesin penjual, situs web dan

    sebagainya.

    Levy dan Weitz (2012) menyimpulkan

    strategi retail didalam lingkungan toko

    untuk membentuk suasana toko meliputi:

    1. Store design

    a. Layout, yaitu penataan toko yang

    menarik akan memberikan

    kenyamanan bagi konsumen.

    b. Signage and graphics, yaitu papan

    penanda dan gambaran seperti

    lukisan atau foto.

    c. Feature areas yaitu, area di dalam

    toko yang dirancang untuk

    mendapatkan perhatian konsumen.

    2. Space management yaitu, pengelolaan peletakan barang di

    dalam toko (planogram).

    3. Visual merchandising yaitu, presentasi dari sebuah toko dan

    barang dagangan dengan cara-cara

    yang akan menarik konsumen

    potensial.

    4. Atmospheric yaitu: desain suasana yang mempengaruhi perilaku

    pembelian mereka sehingga dapat

    menciptakan mood atau perasaan

    yang dapat merepresentasikan image

    toko, yaitu melalui lighting

    (pencahayaan), color (pemilihan

    warna), music (pemilihan lagu), scent

    (penggunaan wewangian).

    Spontanitas Belanja

    Spontanitas berbelanja dalam ilmu

    pemasaran disebut pembelian spontan

    atau pembelian tidak terencana (impulse

    buying). Utami (2010) menyarankan

    untuk memaksimalkan penjualan,

    perusahaan harus mampu menciptakan

    perilaku pembelian spontanitas atau

    pembelian yang tidak direncanakan oleh

    konsumen. Perilaku pembelian yang tidak

    direncanakan merupakan perilaku

    pembelian yang dilakukan di area

    penjualan, dimana pembelian yang terjadi

    berbeda dariapada yang telah

    direncanakan oleh konsumen.

    Hirschman dan Stern dalam Ujang

    Sumarwan (2011) impulse buying yaitu

    kecenderungan konsumen untuk

    melakukan pembelian secara spontan,

    tidak terfleksi, terburu-buru, dan didorong

    oleh aspek psikologis emosional terhadap

    suatu produk serta tergoda oleh persuasi

    dari pemasar. Lisda Rahmasari (2010)

    menguraikan impulse buying adalah

    proses pembelian suatu barang, dimana

    pembeli tidak mempunyai niatan untuk

    membeli sebelumnya pembelian terjadi

    tanpa rencana atau pembelian seketika.

    Stern dalam Utami (2010) menyatakan

    bahwa ada empat tipe pembelian spontan

    sebagai pengukuran, yaitu:

    1. Pure Impulse (murni) Pembelian dilakukan murni tanpa rencana atau

    terkesan mendadak.

    2. Reminder Impulse (pengingat) Pembelian dilakukan tanpa rencana

    setelah diingatkan ketika melihat

    iklan yang ada di toko.

    3. Suggestion Impulse (saran) Pembelian dilakukan tanpa terencana

    pada saat berbelanja di pusat

    perbelanjaan.

    4. Planned Impulse (terencana) Pembelian karena sebenarnya sudah

    direncanakan tetapi karena barang

    yang dimaksud habis atau tidak

    sesuai dengan apa yang diinginkan,

    maka pembelian dilakukan dengan

    membeli jenis barang yang sama

    tetapi dengan merek atau ukuran

    yang berbeda.

  • Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

    ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 5

    Kerangka Pemikiran

    HIPOTESIS

    H1: Promosi penjualan (X1) berpengaruh

    signifikan dan positif terhadap

    spontanitas belanja (Y) konsumen

    supermarket Toserba XYZ Sunda

    Bandung.

    H2: Pramuniaga (X2) berpengaruh

    signifikan dan positif terhadap

    spontanitas belanja (Y) konsumen

    supermarket Toserba XYZ Sunda

    Bandung.

    H3: Atmosfer toko (X3) berpengaruh

    signifikan dan positif terhadap

    spontanitas belanja (Y) konsumen

    Supermarket Toserba XYZ Sunda

    Bandung.

    H4: Promosi penjualan (X1), pramuniaga

    (X2) dan atmosfer toko (X3) secara

    simultan berpengaruh signifikan dan

    positif terhadap spontanitas belanja

    (Y) konsumen supermarket Toserba

    XYZ Sunda Bandung.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian menggunakan metode

    dekskriptif dan metode verifikatif dengan

    pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data

    menggunakan kuesioner dan wawancara.

    Serta didukung dengan media internet

    atau situs internal perusahaan, buku,

    jurnal dan majalah yang berupa

    dokumentasi atau artikel yang terkait

    dengan perusahaan.

    Populasi yang digunakan ialah konsumen

    supermarket di Toserba XYZ Sunda

    Bandung. Pengambilan sampel yang

    digunakan yaitu nonprobability sampling.

    Penentuan dalam memilih sampel yang

    akan diambil sebagai sampel yaitu

    menggunakan teknik sampling purposive.

    Jumlah sampel sebanyak 80 responden.

    Jumlah tersebut berdasarkan saran Rocsoe

    dalam Sugiyono (2016) yang memberikan

    saran-saran tentang ukuran jumlah sampel

    yang layak dalam penelitian adalah antara

    30 sampai dengan 500 atau minimal 10

    kali dari jumlah variabel yang diteliti.

    Operasionalisasi Variabel

    Dalam penelitian ini ditetapkan empat

    variabel penelitian yang akan digunakan

    antara lain sebagai berikut:

    1. Promosi Penjualan (Sales Promotion) (X1)Indikator yang digunakan untuk

    mengukur promosi penjualan (sales

    promotion) adalah jenis-jenis

    promosi meliputi: titik penjualan,

    diskon, kupon, sampel produk,

    hadiah langsung, suvenir dan acara-

    acara khusus (Utami, 2010).

    2. Pramuniaga (Personal Selling) (X2) Indikator yang digunakan adalah

    aktivitas pramuniaga yang meliputi

    responsive selling, trade selling,

    misionary selling, tehnical selling

    dan creative selling (Carthy,

    Perreault, & Cannon, 2009).

    3. Atmosfer Toko (Store Atmosphere) (X3) Indikator yang digunakan

    adalah strategi retail yang diterapkan

    didalam maupun diluar toko hal

    tersebut meliputi meliputi store

    design, space management, visual

    merchandaising dan atmospheric

    (Levy & Weitz, 2012).

    4. Spontanitas Belanja (Impulse Buying) (Y)Indikator yang digunakan

    meliputi pure impulse (murni),

    reminder impulse (pengingat),

    suggestion impulse (saran) dan

    planned impulse (terencana) (Utami,

    2010)

    Analisis Data

    Teknik analisis data menggunakan

    analisis regresi linier dengan

    menggunakan Statistic Program of Social

    H4

    H3

    H2

    H1

    Promosi

    Penjualan X1

    Pramuniaga

    X2

    Spontanitas

    Belanja Y

    Atmosfer

    TokoX3

    : Simultan

    : Parsial

    Gambar 1

    Kerangka Pemikiran

  • Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

    ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 6

    Science (SPSS) versi 17, yang meliputi uji

    F (simultan), uji t (parsial) dan R2

    (determinasi). Untuk memperoleh hasil

    yang lebih dalam melakukan uji regresi

    linier berganda, suatu penelitian harus

    melakukan dan dilakukan uji validitas

    terhadap kuesioner dan uji asumsi klasik.

    Berdasarkan hasil analisis didapat nilai

    korelasi untuk semua variabel butir- butir

    item pertanyaan tersebut dinyatakan valid

    dan reliabel. Hasil uji asumsi klasik

    menunjukan data yang diperoleh dalam

    penelitian dinyatakan berdistribusi

    normal, bebas dari permasalahan

    multikolinieritas dan heteroskedastisitas,

    sehingga memenuhi syarat untuk

    melakukan uji regresi linier.

    PEMBAHASAN

    Distribusi Frekuensi Responden

    Penelitian

    Responden yang dijadikan sampel untuk

    menguji variabel adalah konsumen

    Supermarket Toserba XYZ Sunda kota

    Bandung. Responden yang terkumpul

    dalam penelitian ini sebanyak 80 orang.

    Distribusi berdasarkan jeniskelamin,

    responden berjenis kelamin perempuan

    lebih banyak dengan jumlah sebanyak 50

    orang (63%), sedangkan responden

    berjenis kelamin laki-laki sebanyak 30

    orang (37%). Distribusi berdasarkan usia,

    responden yang paling mendominasi

    diusia 20 hingga 30 tahun yang berjumlah

    42 orang (52.5%). Kemudian usia 31

    hingga 40 tahun berjumlah 20 orang

    (25%), usia 41 tahun atau lebih berjumlah

    14 orang (17.5%) dan 19 tahun atau

    kurang berjumlah 4 (5%). Distribusi

    berdasarkan pendidikan terakhir,

    responden yang paling mendominasi

    adalah tingkat SMA berjumlah 48 orang

    (60%), tingkat sarjana berjumlah 25 orang

    (31%), tingkat pascasarjana 3 orang (4%),

    tingkat diploma 2 orang (2.5%) dan

    tingkat dibawah SMA berjumlah 2 orang

    (2.5%). Distribusi berdasarkan status

    pekerjaan responden yang terdiri dari

    Pelajar/Mahasiswa berjumlah 13 orang

    (16%), kemudian yang berprofesi pegawai

    negeri 11 orang (13%), Pegawai swasta

    berjumlah 15 orang (19%), Ibu rumah

    tangga berjumlah 18 orang (22.5%),

    Wiraswasta berjumlah 9 orang (11%) dan

    lainnya berjumlah 14 orang (17.5%).

    Pengaruh Promosi Penjualan (Sales

    Promotion) Terhadap Spontanitas

    Belanja (Impulse Buying)

    Tabel 1

    Uji t Promosi Penjualan

    Coefficientsa

    Model

    t Sig. R R Square

    1 (Constant) 3.817 .000 .811a .657

    Promosi

    Penjualan

    12.230 .000

    a. Dependent: Spontanitas Belanja

    Sumber: Data Penelitian 2017

    Hasil perhitungan uji t menggunakan

    SPSS 17 variabel promosi penjualan

    memperoleh t hitung12.230 lebih besar dari t

    tabel 1,992 dengan nilai signifikan 0,00

    lebih kecil dari taraf signifikan 0,05.

    Dapat diartikan bahwa promosi penjualan

    secara parsial dapat mempengaruhi

    spontanitas belanja konsumen

    supermarket Toserba XYZ Sunda

    Bandung. Besarnya pengaruh dapat

    diketahui melalui nilai koefisien

    determinasi yang didapat sebesar 0,657.

    Nilai tersebut menunjukan promosi

    penjualan dapat mempengaruhi

    spontanitas belanja sebesar 65,7% dan

    34,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

    diluar variabel promosi penjualan (sales

    promotion). Persamaan regresi

    menunjukkan jika nilai koefisien promosi

    penjualan (sales promotion) mengalami

    peningkatan 1 satuan dan variabel lainnya

    tetap maka spontanitas belanja mengalami

    peningkatan sebesar 0,554 satuan.

    Sehingga apabila promosi penjualan

    Toserba XYZ ditingkatkan maka akan

    meningkatkan perilaku pembelian yang

    spontan supermarket Toserba XYZ Sunda

    Bandung.

    Hasil perhitungan tersebut menunjukkan

    bahwa suatu produk promosi yang

    dipajang (display) menarik dapat

    mengundang rasa penasaran konsumen

    untuk menghampiri dan melihat pajangan

    tersebut. Pemberian diskon yang

    menguntungkan bagi konsumen dapat

    menimbulkan keinginan konsumen untuk

  • Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

    ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 7

    membeli. Penyediaan sampel, hadiah

    langsung, program tukar point dan

    penyediaan suvenir dapat memotivasi

    konsumen untuk membeli. Selanjutnya

    suatu event/festival yang diselenggarakan

    seperti Fresh Festival, Festival Kuliner

    Nusantara, Home Sweet Home dan

    event/festival lainnya dapat menimbulkan

    keinginan konsumen untuk membeli suatu

    produk yang sesuai dengan event/festival

    yang sedang berjalan. Sehingga dapat

    disimpulkan promosi penjualan yang

    dilakukan supermarket Toserba XYZ

    Sunda Bandung dapat menstimulus

    pembelian secara spontan. Hal ini sesuai

    dengan pernyataan Lisda Rahmasari

    (2010) yang menyebutkan promosi

    penjualan merupakan stimulus terjadinya

    pembelian spontan yang dapat dilakukan

    melalui berbagai macam jenis media baik

    di luar toko ataupun promosi yang

    dilakukan di dalam toko (in-store

    promotion).

    Hasil penelitian ini mempertegas

    penelitian yang dilakukan Nurmasarie

    (2013), yang menyimpulkan promosi

    penjualan yang digelar memberi manfaat

    yang dapat diterima oleh pembeli yaitu

    harga lebih murah, pemberian hadiah

    gratis, dan juga tertarik saat mencoba

    sampling yang diberikan sehingga muncul

    keingnan untuk membeli. Penelitian

    lainnya yang mempertegas penaruh

    promosi penjualan terhadap spontanitas

    belanja dilakukan Temaja dkk (2015),

    hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

    promosi penjualan akan meningkatkan

    keputusan impulse buying pada produk

    fashion di Matahari Department Store.

    Pengaruh Pramuniaga (Personal

    Selling) Terhadap Spontanitas Belanja

    (Impulse Buying)

    Tabel 2

    Uji t Pramuniaga

    Coefficientsa

    Model

    t Sig. R R Square

    1 (Constant) 5.528 .690a .690a .476

    Pramuniaga 8.425 .000

    a. Dependent: Spontanitas Belanja

    Sumber: Data Penelitian 2017

    Hasil perhitungan uji t variabel

    pramuniaga memperoleh t hitung 8,691 lebih

    besar dari t tabel 1,992 dengan nilai

    signifikan 0,00 lebih kecil dari taraf

    signifikan 0,05. Dapat diartikan bahwa

    terdapat pengaruh yang signifikan dan

    positif antara pramuniaga (personal

    selling) terhadap spontanitas belanja

    (impulse buying). Besarnya pengaruh dari

    nilai koefisien determinasi pramuniaga

    (X2) sebesar 47,6%. Dapat diartikan

    bahwa spontanitas belanja (impulse

    buying) konsumen Supermarket Toserba

    XYZ Sunda Bandung dipengaruhi oleh

    pramuniaga (personal selling) (X2)

    sebesar 47,6% dan 52.4% dipengaruhi

    oleh faktor lain diluar variabel

    pramuniaga (personal selling) (X2).

    Berdasarkan persamaan yang didapat jika

    nilai koefisien pramuniaga (personal

    selling) mengalami peningkatan 1 satuan

    dan maka spontanitas belanja (impulse

    buying) mengalami peningkatan sebesar

    0,560 satuan. Sehingga apabila pelayanan

    dan penawaran pramuniaga kepada

    konsumen ditingkatkan maka perilaku

    spontanitas belanja konsumen akan

    meningkat.

    Hasil perhitungan menunjukkan bahwa

    kegiatan pramuniaga yang menghampiri

    dan melayani konsumen, pemenuhan

    permintaan konsumen terhadap suatu

    produk, gaya bahasa ketika memberi

    penawaran, pemberian informasi kepada

    konsumen dapat dapat merangsang

    keinginan membeli dari konsumen dan

    membuat konsumen membeli produk

    lebih dari yang direncanakannya.

    Kemudian sikap dalam menjawab keluhan

    konsumen dapat mempertahankan

    konsumen untuk tetap berbelanja di

    Toserba XYZ Sunda. Sehingga dapat

    disimpulkan bahwa aktivitas pramuniaga

    sangat berperan untuk menciptakan

    perilaku spontanitas belanja konsumen.

    hal ini sesuai dengan yang disampaikan

    Rohaeni (2016) dalam penelitiannya

    menyebutkan bahwa personal selling

    dalam marketing communication

    merupakan mitra penting yang tidak dapat

    digantikan dengan unsur promosi lain.

    Hasil penelitian ini mempertegas

    penelitian Nurmasarie (2013) yang

    menyimpulkan bahwa tenaga sales person

  • Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

    ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 8

    (pramuniaga) yang disiapkan perusahaan

    dapat membantu para pelanggan

    mengetahui tentang pengetahuan produk

    yang ditawarkan yang kebanyakan adalah

    produk yang dipromosikan, sehingga

    dapat membantu pelanggan membuat

    keputusan belanja saat itu juga. Penelitian

    lainnya oleh Pradipta (2014) yang

    mempertegas variabel pramuniaga dapat

    mempengaruhi spontanitas belanja. Hasil

    penelitiannya menyimpulkan perhatian

    yang diberikan oleh karyawan

    (pramuniaga) kepada konsumen yang

    mengalami kesulitan dalam memutuskan

    suatu pembelian barang dagangan dapat

    membantu konsumen dalam mengambil

    suatu keputusan pembelian.

    Pengaruh Atmosfer Toko (Store

    Atmosphere) Terhadap Spontanitas

    Belanja (Impulse Buying)

    Tabel 3

    Uji t Atmosfer Toko Coefficientsa

    Model

    t Sig. R R Square

    1 (Constant) 9.333 .000 .701a .492

    Atmosfer

    Toko

    8.691 .000

    a. Dependent: Spontanitas Belanja

    Sumber: Data Penelitian 2017

    Hasil perhitungan Uji t variabel atmosfer

    toko memperoleh t hitung 8,691 lebih besar

    dari t tabel 1,992 dengan nilai signifikan

    0,00 lebih kecil dari taraf signifikan 0,05.

    Dapat diartikan bahwa variabel atmosfer

    toko signifikan dan positf dapat

    mempengaruhi variabel spontanitas

    belanja. Besarnya pengaruh ditunjukan

    dengan nilai koefisien determinasi (R2)

    yang didapat sebesar sebesar 0,492. Dapat

    diartikan bahwa spontanitas belanja

    (impulse buying) konsumen supermarket

    Toserba XYZ Sunda Bandung

    dipengaruhi oleh atmosfer toko (X3)

    sebesar 49,2% dan 50,8% dipengaruhi

    oleh faktor-faktor lain diluar atmosfer

    toko (X3). Persamaan regresi dapat

    diasumsikan jika nilai koefisien atmosfer

    toko (store atmosphere) mengalami

    peningkatan 1 satuan dan variabel lainnya

    tetap maka spontanitas belanja (impulse

    buying) mengalami peningkatan sebesar

    0,554 satuan. Sehingga apabila atmosfer

    toko ditingkatkan makan perilaku

    spontanitas belanja konsumen akan

    meningkat.

    Hasil perhitungan menunjukkan konsep

    lay-out area penjualan dan penyusunan

    produk (planogram) dapat memudahkan

    konsumen mencari produk yang

    dibutuhkan, agar konsumen merasa

    nyaman ketika berbelanja. Penyajian

    informasi promosi dan iklan persuasif

    secara visual dapat merangsang perilaku

    pembelian konsumen. Penerangan, aroma

    ruangan dan pemilihan musik yang

    diputar membuat konsumen merasa

    nyaman untuk berada dalam waktu lama

    ketika berbelanja di Supermarket Toserba

    XYZ Sunda. Hal ini dikarenakan

    masyarakat atau konsumen menjadi lebih

    konsumtif jika sebelumnya suatu keluarga

    akan memilih objek wisata untuk

    melakukan rekreasi ketika liburan, namun

    kini mereka akan lebih memilih pergi ke

    mall atau toko swalayan (Pradana &

    Suparna, 2016).

    Hasil penelitian ini mempertegas

    penelitian yang dilakukan Prasetyo (2016)

    dan Temaja dkk (2015) yang hasil

    penelitian menunjukkan bahwa variabel

    store atmosphere (atmosfer toko)

    memiliki pengaruh signifikan terhadap

    impulse buying. Koefisien regresi kedua

    penelitian menunjukkan hasil yang sama,

    jika atmosfer toko ditingkatkan maka

    spontanitas belanja konsumen akan ikut

    meningkat. Sehingga dapat disimpulkan

    bahwa semakin nyaman atmosfer toko

    (store atmosphere) yang diciptakan

    konsumen akan berinteraksi dengan toko

    dalam jangka waktu yang lama dalam

    artian konsumen akan berlama-lama di

    dalam toko sehingga meningkatkan

    perilaku impulse buying.

    Pengaruh Promosi Penjualan (Sales

    Promotion), Pramuniaga (Personal

    Selling) Dan Atmosfer Toko (Store

    Atmosphere) Terhadap Spontanitas

    Belanja (Impulse Buying)

    Keputusan pembelian konsumen untuk

    berbelanja dapat distimulus oleh beberapa

    faktor yang ada di toko tersebut. Ketika

    konsumen memasuki area pembelanjaan

  • Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

    ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 9

    dengan tujuan mencari suatu produk yang

    akan dibeli oleh konsumen tersebut.

    Namun terkadang konsumen berubah

    pikiran atau terpengaruhi untuk membeli

    suatu produk yang sebelumnya

    direncanakan oleh promosi penjualan

    yang sedang berlangsung, tergiur oleh

    penawaran yang dilakukan pramuniaga

    atau terpengaruhi oleh iklan persuasif

    yang mengkomunikasikan suatu informasi

    atau produk. Sehingga perilaku pembelian

    tidak terencana secara spontan merupakan

    peluang yang dapat meningkatkan

    penjualan. Seperti yang dinyatakan oleh

    Dunne & Lusch dalam Lisda Rahmasari

    (2010) menyatakan 70% dari pembelian

    ternyata merupakan pembelian yang tidak

    direncanakan (impulse buying).

    Tabel 4

    Uji F

    Hasil uji F promosi penjualan (sales

    promotion), pramuniaga (personal selling)

    dan atmosfer toko (store atmosphere)

    memperoleh F hitung 113,107 lebih besar

    dari F tabel 2,73 dan signifikan

    menunjukkan 0,00 lebih kecil dari taraf

    signifikan 0,05. Dapat diartikan variabel

    promosi penjualan (sales promotion),

    pramuniaga (personal selling) dan

    atmosfer toko (store atmosphere) secara

    bersamaan signifikan dan positif dapat

    mempengaruhi spontanitas belanja

    (impulse buying).

    Gambar 2. Pengaruh variable

    Besarnya pengaruh ditunjukan dengan

    nilai koefisien determinasi didapat sebesar

    0,817. Dapat disimpulkan bahwa promosi

    penjualan, pramuniaga dan atmosfer toko

    secara bersamaan dapat mempengaruhi

    serbesar 81% perilaku spontanitas belanja

    konsumen Supermarket Toserba XYZ

    Sunda Bandung dan 19% perilaku

    spontanitas belanja (impulse buying)

    dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar

    variabel penelitian. Persamaan regresi

    menunjukkan jika masing-masing variabel

    independen yaitu promosi penjualan,

    pramuniaga dan atmosfer ditingkatkan

    maka akan diikuti oleh peningkatan

    terhadap variabel dependen yaitu

    spontanitas belanja.

    Hasil penelitian tersebut mempertegas

    penelitian yang dilakukan Pradipta dan

    Rastini (2014) hasil uji simultan (uji F)

    menunjukkan bahwa atmosfer toko,

    promosi penjualan, interaksi karyawan

    (personal selling) dengan pembeli, secara

    simultan berpengaruh signifikan dan

    positif terhadap impulse buying di

    Carrefour Hypermarket. Dapat

    disimpulkan apabila terjadi peningkatan

    terhadap variabel promosi penjualan

    (sales promotion), pramuniaga (personal

    selling) dan atmosfer toko (store

    atmosphere), maka perilaku spontanitas

    belanja (impulse buying) akan ikut

    meningkat. Sehingga untuk meningkatkan

    penjualan salah satunya dengan cara

    meningkatkan promosi penjualan (sales

    promotion), pramuniaga (personal selling)

    dan atmosfer toko (store atmosphere) agar

    terciptanya perilaku spontanitas belanja.

    ANOVAb

    Model F Sig. R

    Square

    Adjusted R

    Square

    1 Regression 113.107 .000a .817 .810

    Residual

    Total

    a. Predictors: (Constant), Atmosfer Toko , Promosi Penjualan, Aktivitas Pramuniaga

    b. Dependent Variabel : Spontanitas Belanja

    Sumber: Data Penelitian 2017

    0.810

    0.492

    0.476

    0.637

    Promosi

    Penjualan

    Pramuniaga Spontanitas

    Belanja Y

    Atmosfer Toko

  • Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

    ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 10

    PENUTUP

    Promosi penjualan, pramuniaga dan

    atmosfer toko berpengaruh secara

    simultan terhadap spontanitas belanja

    konsumen supermarket Toserba XYZ

    Sunda Bandung. Untuk meningkatkan

    penjualan salah satunya dengan cara

    meningkatkan promosi penjualan (sales

    promotion), pramuniaga (personal selling)

    dan atmosfer toko (store atmosphere) agar

    terciptanya perilaku spontanitas belanja.

    Promosi penjualan mempunyai pengaruh

    yang lebih besar sehingga aktivitas

    promosi seperti diskon, festival, dan

    hadiah langsung harus lebih fokuskan agar

    penjualan dapat meningkat. Kemudian

    palayan dan atmosfer toko mempunyai

    pengaruh yang hampir sama sehingga

    kenyaman berbelanja konsumen dapat

    ditingkatkan melalui perbaikan kualitas

    pelayanan pramuniaga terhadap konsumen

    dan penciptaan atmosfer toko yang lebih

    merangsang keinginan konsumen untuk

    berbelanja dan mempertahankan royalitas

    konsumen untuk tetap berbelanja.

    REFERENSI Berman, B., & Evans, J. 2011. Retail

    Management: a strategic

    approach (11th ed.). Upper saddle

    River : Pretice Hall International,

    Inc.

    Carthy, M., Perreault, & Cannon. 2009.

    Pemasaran Dasar Pendekatan

    Manejerial Global. Jakarta:

    Selemba Empat.

    Kotler, P., & Armstrong, G. 2012.

    Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi

    13. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

    Levy, & Weitz. 2012. Retail

    Management6th edition. United

    States of America: McGraw-Hill

    International.

    Nurmasarie, R., & Iriani, S. S. 2013.

    Pengaruh Promosi Penjualan

    Dan Penjualan Perseorangan

    Terhadap Keputusan Belanja

    Tidak Terencana. Surabaya:

    Jurnal Ilmu Manajemen

    Universitas Negeri Surabaya, Vol.

    1 No. 2 Maret 2013 :528-540.

    Pradana, I. G., & Suparna, G. 2016.

    Pengaruh Store Environment Dan

    Impulse Buying Tendency

    Terhadap Urge To Buy

    Impulsively Dan Impulse Buying

    Behaviour. ISSN : 2302-8912.

    Bali: E-Jurnal Manajemen

    Universitas Udayana, Vol. 5 No.

    7 Juli 2016 : 4101 - 4131.

    Pradipta, I. N., & Rastini, N. M. 2014.

    Pengaruh Atmosfer Toko Promosi

    Penjualan Dan Interaksi Antara

    Karyawan Toko Dengan Pembeli

    Terhadap Keputusan Impulse

    Buying Di Carrefour

    Hypermarket ISSN 2302 - 8912.

    Bali: E-Jurnal Manajemen

    Universitas Udayana Vol 3, No 8,

    Agustus 2014.

    Prasetyo, W., Yulianto, E., & Kumadji

    Srikandi. 2016. Pengaruh Store

    Atmosphere Terhadap Hedonic

    Shopping Value Dan Impulse

    Buying (Survei Pada Onsumen

    Matahari Department Store

    Malang Town Square). Malang:

    Jurnal Administrasi Bisnis

    Universitas Brawijaya. Vol. 39

    No. 2 Oktober 2016 :127-134.

    Rahmasari, L. 2010. Menciptakan Impulse

    Buying. ISSN 1411-6413.

    Semarang: Majalah Ilmiah

    INFORMATIKA Universitas

    AKI Vol.1 No.3 September 2010

    :56-68.

    Rohaeni, H. 2016. Peranan Promosi

    Melalui Personal Selling

    Terhadap Volume Penjualan.

    ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-

    2255. Bandung: Jurnal Ecodemica

    Universitas Bsi Vol. 4 No. 2

    September 2016 : 223-231.

    Rohendi, A. 2015. Perlindungan

    Konsumen Dalam Transaksi E-

  • Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

    ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 11

    Commerce Perspektif Hukum

    Nasional Dan Internasional. ISSN

    : 2355-0295. Bandung: Jurnal

    Ecodemica Universitas Bsi Vol 3.

    No.2 September 2015 : 474-488.

    Sahertian, K., & Sahertian, O. L. 2014.

    Pengaruh Stimulus Lingkungan

    Fisik Dan Lingkungan Sosial

    Terhadap Pembelian Impulsif.

    Malang: Jurnal Arthavidya

    Universitas Wisnuwardhana

    Malang Vol. 16 No. 1 Maret

    2014.

    Sugiyono. 2016. Metode Penelitian

    Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

    Bandung: Alfabeta.

    Sumarwan, U. 2011. Perilaku Konsumen.

    Bogor: Ghalia Indonesia.

    Sunyoto. 2014. Dasar-Dasar Manajemen

    Pemasaran (Konsep, Strategi, dan

    Kasus) Cetakan Pertama.

    Yogyakarta: CAPS (Center of

    Academic Publishing Service).

    Temaja, K. W., Rahanatha, G. B., & Yasa,

    N. N. 2015. Pengaruh Fashion

    Involvement Atmosfer Toko Dan

    Promosi Penjualan Terhadap

    Impulse Buying Pada Matahari

    Department Store Di Kota

    Denpasar. ISSN: 2302-8912. Bali:

    E-Jurnal Manajemen Universitas

    Udayana Vol. 4 No. 6 2015

    :1466-1482.

    Tjiptono, F. 2012. Strategi Pemasaran

    edisi-4. Jakarta: Andi Offset.

    Utami, C. W. 2010. Manajemen Ritel:

    Strategi dan Implementasi

    Operasional Bisnis Ritel Modern

    di Indonesia (2 ed.). Jakarta:

    Salemba Empat.

    Yuliansyah, H. 2014. Pengembangan

    Pemasaran Reza Bakery Dan

    Kualitas Layanan Dalam

    Meningkatkan Minat Beli

    Konsumen. Bandung: Jurnal

    Ecodemica Universitas Bsi Vol. 2

    No. 2 September 2014 : 211-221.

    BIODATA PENULIS 1Agung Sunawarman, adalah lulusan

    Sarjana Ekonomi 2017, bidang studi

    Manajemen, Universitas BSI. Pernah

    mengikuti pendidikan Ritel GRIYA

    PERINDO 2012. Ketertarikan penelitian

    terhadap ilmu manajemen pemasaran. 2Acep Rohendi, adalah Dosen

    dariUniversitas BSI yang telah meraih

    gelar Doktor pada bidang hukum.

    Ketertarikan penelitian lebih difokuskan

    pada hukum perbankan manajemen

    pelayanan. 3Iwan Sofyan, adalah Dosen dari

    Universitas BSI yang yang telah meraih

    gelar Master Manajemen dengan

    ketertarikan penelitian pada bidang

    manajemen sumber daya manusia.

  • Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

    ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2528-2255 12

    Analisa Rasio Laporan Keuangan Untuk Menilai

    Kinerja Perusahaan PT Kino Indonesia Tbk

    Denny Erica

    AMIK BSI Jakarta, [email protected]

    ABSTRAK

    PT Kino Indonesia Tbk awalnya dibangun pada tahun 1999 dengan hanya satu pabrik dan

    58 karyawan. Salah satu perusahaan yang telah menghasilkan lebih dari 400 jenis produk

    yang meliputi produk tubuh, makanan, minuman, dan obat-obatan. PT Kino Indonesia

    Tbk pada tahun 2014 telah menjadi salah satu perusahaan besar di Indonesia yang

    memiliki 4 pabrik dengan 3.234 karyawan, tentu saja memiliki laporan keuangan internal

    dan eksternal. Dalam hal ini perusahaan dapat menggunakan analisis rasio terhadap

    laporan keuangan. Sedangkan untuk metode data yang digunakan dalam penelitian ini

    menggunakan metode observasi dan studi pustaka terkait data keuangan PT Kino

    Indonesia Tbk, untuk kemudian dianalisis dengan menghitung rasio aritmatika yang dapat

    ditafsirkan dalam hubungan ekonomi yang berkaitan dengan kinerja perusahaan. Hasil

    analisis laporan keuangan menggunakan pengukuran Rasio Likuiditas, Rasio Leverage,

    Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas, dan perusahaan memiliki kemampuan yang cukup

    untuk mengambil tindakan dalam menjamin dan melunasi hutang kepada kreditur, dan

    untuk hasil analisis rasio keuangan usaha lainnya dapat dilakukan. dijadikan patokan bagi

    investor dalam menginvestasikan dana ke perusahaan.

    Kata kunci: kinerja perusahaan, analisis.

    ABSTRACT

    PT Kino Indonesia Tbk was originally built in 1999 with only one factory and 58

    employees. One company that has produced more than 400 types of products which

    include body products, food, beverages, and pharmaceuticals. PT Kino Indonesia Tbk in

    2014 has become one of the big companies in Indonesia which has 4 factories with 3,234

    employees,, of course have financial statements that should always be analyzed

    periodically from period to period that can be used as very basic information useful for

    company internal and external. In this case the company can use ratio analysis to the

    financial statements. While for data method used in this research use observation method

    and library study related to financial data of PT Kino Indonesia Tbk, to then be analyzed

    by calculating arithmetic ratio which can be interpreted in economic relation related to

    company performance. The result of financial statement analysis using measurement of

    Liquidity Ratio, Leverage Ratio, Activity Ratio, Profitability Ratio, and it can be said that

    the company's financial condition is good enough, and the company has enough

    capability to take action in guaranteeing and repaying the debt to the creditor, and for

    other business from financial ratio analysis results can be used as a benchmark for

    investors in investing funds to the company.

    Keywords: company performance, analysis.

    Naskah diterima : 07 Desember 2017 , Naskah dipublikasikan : 15 April 2018

    PENDAHULUAN

    Laporan keuangan disiapkan oleh setiap

    perusahaan untuk dapat memberikan

    informasi yang berguna bagi para pemakai

    laporan, terutama untuk dijadikan sebagai

    dasar pertimbangan dalam proses

    pengambilan keputusan. Laporan

    keuangan merupakan produk akhir dari

    serangkaian proses pencatatan dan

    pengikhtisaran data transaksi bisnis,

    dimana seorang akuntan diharapkan

    mampu untuk mengorganisir seluruh data

  • Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

    ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 13

    akuntansi hingga dapat

    menginterpretasikan serta menganalisis

    laporan keuangan perusahaan, Selain itu

    laporan keuangan pada dasarnya adalah

    hasil dari proses akuntansi yang dapat

    digunakan sebagai alat untuk

    mengkomunikasikan data keuangan atau

    aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak

    yang berkepentingan. Pihak-pihak yang

    berkepentingan terhadap posisi keuangan

    maupun perkembangan perusahaan, yaitu

    pihak internal seperti manajemen

    perusahaan dan karyawan, dan pihak

    eksternal seperti pemegang saham,

    kreditor, pemerintah, dan masyarakat.

    (Hery, 2012)

    Laporan keuangan pada perusahaan juga

    memiliki suatu fungsi yang sangat penting

    dalam pasar modal, dimana laporan

    keuangan merupakan suatu informasi yang

    dapat menggambarkan kinerja perusahaan.

    Selain itu laporan keuangan selalu

    melaporkan aktivitas perusahaan dalam

    suatu periode tertentu. Aktivitas yang

    sudah dilakukan dituangkan dalam nilai

    mata uang, baik dalam mata uang rupiah

    maupun dalam mata uang asing. (Erica,

    2016)

    Tujuan utama dari sebuah entitas adalah

    meningkatkan nilai entitas tersebut.

    Peningkatan nilai suatu entitas harus

    dibarengi dengan meningkatnya penjualan.

    Dan semua hal tersebut dapat direfleksikan

    dalam suatu laporan. Laporan yang

    menggambarkan perekembangan finansial

    perusahaan dari suatu periode tertentu.

    Laporan tersebut biasa disebut dengan

    laporan keuangan (Pongoh, 2013)

    PT Kino Indonesia Tbk, pada walnya

    dibangun pada Tahun 1999 dengan hanya

    satu pabrik dan 58 karyawan. Sampai

    dengan Tahun 2014 PT Kino Indonesia

    Tbk berhasil memiliki 4 pabrik dengan

    jumlah karyawan 3.234 jiwa yang

    memproduksi lebih dari 400 jenis produk

    yang meliputi produk tubuh, makanan,

    minuman, dan obat-obatan, tentunya

    memiliki laporan keuangan yang harus

    selalu dianalisa secara berurutan dari satu

    periode ke periode berikutnya untuk dapat

    dijadikan sebagai dasar informasi yang

    dapat berguna baik itu oleh pihak internal

    ataupun pihak eksternal perusahaan, dan

    dalam hal ini, perusahaan dapat

    menggunakan analisa rasio laporan

    keuangan. (PT Kino Indonesia Tbk)

    Pada dasarnya hasil dari analisis laporan

    keuangan yang dilakukan oleh pihak

    manajemen perusahaan dapat memberikan

    beberapa informasi tentang kelemahan dan

    kekuatan yang dimiliki perusahaan dengan

    melihat hasil perbandingan rasio keuangan,

    seperti menghitung Rasio Likuiditas

    (Liquidity Ratio) untuk melihat

    kemampuan perusahaan dalam memenuhi

    kewajiban jangka pendek, Rasio

    Solvabilitas (Leverage Ratio) untuk

    mengukur sejauh mana aktiva perusahaan

    dibiayai dengan utang, Rasio Aktivitas

    (Activity Ratio) untuk mengukur tingkat

    efisiensi pemanfaatan sumber daya

    perusahaan, Rasio Profitabilitas

    (Profitability Ratio) untuk menilai

    kemampuan perusahaan dalam mencari

    keuntungan atau laba dalam suatu periode

    tertentu. Secara garis besar informasi yang

    terkait dengan adanya kelemahan dan

    kekuatan tersebut telah menggambarkan

    situasi dan kondisi dari kinerja manajemen

    di dalam mengelola keuangan perusahaan.

    (Erica, 2017)

    KAJIAN LITERATUR

    Analisa rasio merupakan salah satu alat

    analisis keuangan yang paling banyak

    digunakan, dimana dalam perhitungan

    rasio ini menggunakan perhitungan

    aritmatika sederhana yang dapat

    diintreprestasikan, dimana setiap

    perhitungan rasio akan jauh lebih

    bermanfaat jika dibandingkan dengan hasil

    perhitungan rasio tahun sebelumnya.

    (Hery, 2012)

    Analisa Rasio Keuangan merupakan

    proses analisis dan penilaian yang

    membantu dalam menjawab pertanyaan

    yang sudah sewajarnya diajukan, jadi itu

    merupakan alat untuk mencapai tujuan.

    (Hery, 2014)

    Definisi Rasio Keuangan

    Setiap tutup periode di akhir bulan

    biasanya pihak Divisi Keuangan (The

    Accounting Division) perusahaan selalu

    menyiapkan dan menyusun Laporan

    Keuangan (Financial Statement) yang

    terdiri dari Laporan Neraca (Balance

    Sheet), Laporan Laba Rugi (Income

    Statement), Laporan Arus Kas (Cash Flow

  • Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

    ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2528-2255 14

    Statement), Laporan Perubahan Modal

    (Capital Statement), dan Laporan tersebut

    diserahkan kepada pimpinan perusahaan.

    Namun demikian selain Laporan

    Keuangan (Financial Statement) ada hal

    lain yang penting dan perlu untuk disajikan

    dalam penyampaian laporan keuangan

    yaitu mengenai Analisis Laporan

    Keuangan (Financial Statement Analysis).

    Menurut James, Rasio Keuangan

    (Financial Ratio) merupakan indeks yang

    menghubungkan dua angka akuntansi dan

    diperoleh dengan membagi satu angka

    dengan angka lainnya. Rasio keuangan

    digunakan untuk mengevaluasi kondisi

    keuangan dan kinerja perusahaan. Dari

    hasil rasio keuangan ini akan terlihat

    kondisi kesehatan perusahaan yang

    bersangkutan. (Kasmir, 2011)

    Rasio Keuangan (Financial Ratio)

    merupakan suatu gambaran dari hubungan

    atau perimbangan (mathematical

    relationship) antara suatu jumlah tertentu

    dengan jumlah yang lain. Dan dengan

    menggunakan alat analisa berupa rasio ini

    akan dapat menjelaskan atau memberi

    gambaran kepada penganalisa tentang baik

    atau buruknya keadaan atau posisi

    keuangan suatu perusahaan terutama

    apabila angka rasio tersebut dibandingkan

    dengan angka rasio pembanding yang

    digunakan sebagai standard dalam rasio

    keuangan. (Munawir, 2014)

    Analisa Rasio keuangan (Financial Ratio

    Analysis) merupakan kegiatan

    membandingkan angka-angka yang ada

    dalam laporan keuangan dengan cara

    membagi satu angka dengan angka

    lainnya, maka perbandingannya dapat

    dilakukan antara satu komponen dengan

    komponen lainnya dalam satu laporan

    keuangan atau antar komponen yang ada

    diantara laporan keuangan tersebut dalam

    bentuk angka-angka pada suatu periode

    tertentu.

    Hasil dari Analisa Rasio Keuangan

    (Financial Ratio Analysis) ini dapat

    digunakan oleh pihak manajemen

    perusahaan untuk menilai kinerjanya

    dalam suatu periode, apakah pihak

    manajemen perusahaan telah mencapai

    target yang telah ditetapkan atau

    sebaliknya, dan selain itu juga hasil dari

    rasio keuangan ini dapat dijadikan sebagai

    suatu penilaian terhadap kemampuan

    manajemen di dalam memberdayakan

    semua sumber daya perusahaan yang

    dimiliki secara lebih efektif. Karena pada

    dasarnya tujuan utama dari Analisis

    Laporan Keuangan (Financial Statement

    Analysis) adalah sebagai berikut: (1)

    Sebagai alat barometer untuk melakukan

    forecasting atau memproyeksikan posisi

    keuangan dimasa yang akan dating; (2)

    Mereview kondisi perusahaan saat ini,

    permasalahan dalam manajemen,

    operasional maupun, keuangan; (3) Alat

    ukur untuk melakukan efisiensi di semua

    departemen perusahaan. (Erica, 2016)

    Selain itu hasil dari analisis laporan

    keuangan yang dilakukan oleh pihak

    manajemen perusahaan dapat memberikan

    beberapa informasi yang terkait tentang

    kelemahan dan kekuatan yang dimiliki

    oleh perusahaan, seperti seberapa besar

    asset perusahaan yang dapat dijadikan

    sebagai penjamin terhadap hutang-

    hutangnya dan seberapa besar kemampuan

    perusahaan di dalam membayar hutang-

    hutangnya. Sehingga jika suatu saat

    perusahaan mengalami krisis keuangan

    dan defisit terhadap anggaran sebagai

    suatu kelemahan perusahaan maka pihak

    manajemen dapat mengukur seberapa

    besar perusahan dapat melakukan

    penjaminan terhadap hutang-hutangnya

    dan pembayaran terhadap hutang-

    hutangnya, selain itu pihak manajemen

    perusahaan juga dapat mengambil

    keputusan dengan cepat untuk melakukan

    perbaikan dan pemangkasan terhadap

    biaya-biaya yang dianggap memberatkan

    perusahaan, sehingga keuangan perusahaan

    dapat kembali stabil. Sedangkan apabila

    pihak manajemen perusahaan

    mendapatkan informasi yang terkait

    dengan kondisi keuangan yang cukup baik

    maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai

    suatu kekuatan yang dimiliki oleh

    perusahaan untuk dapat menarik para

    investor agar dapat menginvestasikan

    dananya ke perusahaan. Maka secara garis

    besarnya informasi yang terkait dengan

    adanya kelemahan dan kekuatan tersebut

    bisa dikatakan telah cukup

    menggambarkan mengenai situasi dan

    kondisi dari kinerja manajemen

    perusahaan di dalam mengelola keuangan.

  • Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

    ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 15

    Kasmir menyatakan bahwa dalam

    praktiknya analisis rasio keuangan suatu

    perusahaan dapat digolongkan menjadi

    tiga, yaitu:

    1. Rasio Neraca (Balance Sheet Ratio), yaitu membandingkan angka-angka

    yang hanya bersumber dari neraca.

    2. Rasio Laporan Laba Rugi (Income Statement Ratio), yaitu

    membandingkan angka-angka yang

    hanya bersumber dari laporan laba

    rugi.

    3. Rasio antar laporan, yaitu membandingkan angka-angka dari

    dua sumber (data campuran), baik

    yang ada di neraca maupun di laporan

    laba rugi. (Kasmir, 2011)

    Dari pernyataan Kasmir yang tersebut di

    atas dapat disimpulkan bahwa ada 2 (dua)

    unsur laporan keuangan (Financial

    Statement) dan 1 (satu) unsur data

    campuran dari keduanya yang perlu untuk

    dianalisa lebih lanjut, yaitu: laporan Laba

    Rugi (Income Statement), Neraca (Balance

    Sheet) dan Antar Laporan (data campuran

    dari kedua laporan).

    Teknik analisis laporan keuangan

    digunakan untuk menentukan dan

    mengukur hubungan antara pos-pos yang

    ada dalam laporan sehingga dapat

    diketahui perubahan-perubahan dari

    masing-masing pos tersebut bila

    diperbandingkan dengan laporan dari

    masing-masing pos tersebut bila

    diperbandingkan dengan laporan dari

    beberapa periode untuk satu perusahaan

    tertentu atau diperbandingkan dengan alat

    pembanding lainnya. (Sunyoto, 2013)

    Bentuk-Bentuk Rasio Keuangan

    Penilaian dari kinerja keuangan (Financial

    Performance) pada suatu perusahaan dapat

    dilakukan dengan cara menggunakan

    beberapa metode penghitungan rasio

    keuangan terhadap Laporan Keuangan

    (Financial Statement) perusahaan, dimana

    pada masing-masing rasio keuangan

    tersebut memiliki tujuan, kegunaan, dan

    arti tertentu yang dapat diinterprestasikan

    oleh pihak manajemen perusahaan yang

    dapat dipergunakan didalam melakukan

    pengambilan keputusan dan menentukan

    serta menetapkan kebijakan perusahaan.

    Weston menyatakan bahwa bentuk-bentuk

    Analisa Rasio Keuangan (Financial Ratio

    Analysis) adalah sebagai berikut :

    1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) 2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) 3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) 4. Rasio Profitabilitas (Profitability

    Ratio)

    5. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio) 6. Rasio Penilaian (Valuation Ratio).

    (Kasmir, 2011)

    James menyatakan bahwa bentuk-bentuk

    rasio keuangan adalah sebagai berikut :

    1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) 2. Rasio Pengungkit (Leverage Ratio) 3. Rasio Pencakupan (Coverage Ratio) 4. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) 5. Rasio Profitabilitas (Profitability

    Ratio).

    (Kasmir, 2011)

    Penjabaran bentuk-bentuk rasio menurut

    Weston, yaitu:

    1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Merupakan rasio yang

    menggambarkan kemampuan

    perusahaan dalam memenuhi

    kewajiban jangka pendek.

    Jenis-jenis rasio likuiditas:

    Rasio Lancar (Current Ratio)

    Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio)

    Rasio Kas (Cash Ratio)

    Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover Ratio)

    Rasio Persediaan untuk Modal Kerja Bersih (Inventory to Net

    Working Capital)

    (Kasmir, 2011)

    2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) Merupakan rasio yang digunakan

    untuk mengukur sejauh mana aktiva

    perusahaan dibiayai dengan utang.

    Jenis-jenis rasio solvabilitas:

    Rasio Hutang Terhadap Harta (Debt to Asset Ratio)

    Rasio Hutang Terhadap Modal (Debt to Equity Ratio)

    Rasio Hutang Jangka Panjang Terhadap Modal (Long Term Debt

    to Equity Ratio)

    Tangible Assets Debt Coverage

    Current Liabilities to Net Worth

    Times Interest Earned

    Fixed Charge Coverage

  • Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

    ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2528-2255 16

    3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Merupakan rasio yang digunakan

    untuk mengukur tingkat efisiensi

    pemanfaatan sumber daya perusahaan.

    Jenis-jenis rasio aktivitas:

    Perputaran Piutang (Receivable Turn over)

    Hari Rata-Rata Penagihan Piutang (Days of Receivable)

    Perputaran Persediaan (Inventory Turn over)

    Hari Rata-Rata Penagihan Persediaan (Days of Inventory)

    Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn over)

    Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn over)

    Perputaran Aktiva (Assets Turn over)

    4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

    Merupakan rasio untuk menilai

    kemampuan perusahaan dalam

    mencari keuntungan atau laba dalam

    suatu periode tertentu.

    Jenis-jenis rasio profitabilitas:

    Profit Margin on Sales

    Return on Investment (ROI)

    Return on Equity (ROE)

    Earning per Share of Common Stock

    5. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio) Merupakan rasio yang

    menggambarkan kemampuan

    perusahaan dalam mempertahankan

    posisi ekonominya di tengah

    pertumbuhan perekonomian dan

    sektor usahanya.

    6. Rasio Penilaian (Valuation Ratio) Merupakan rasio yang memberikan

    ukuran dari kemampuan manajemen

    menciptakan nilai pasar usahanya di

    atas biaya investasi.

    Tujuan dan Manfaat Analisa Laporan

    Keuangan

    Analisis laporan keungan perlu dilakukan

    secara cermat dan teliti terkait dengan data

    keuangan dengan menggunakan metode

    dan teknik analisis yang tepat sehingga

    hasil yang diharapkan benar-benar tepat

    pula. Kesalahan dalam memasukkan data

    angka keuangan atau rumus dari analisa

    keuangan maka akan berakibat pada tidak

    akuratnya dari hasil yang hendak dicapai

    oleh perusahaan sebagai penentu pihak

    manajemen didalam menentukan alokasi

    anggaran dan prediksi keuntungan di tahun

    berikutnya. Kemudian, hasil perhitungan

    tersebut, dianalisis dan diinterpretasikan

    sehingga diketahui posisi keuangan yang

    sesungguhnya. Kesemuanya ini harus

    dilakukan secara teliti, mendalam, dan

    jujur.

    Tujuan dan manfaat dari analisa laporan

    keuangan, adalah:

    1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode

    tertentu, baik harta, kewajiban, modal,

    maupun hasil usaha yang telah dicapai

    untuk beberapa periode.

    2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi

    kekurangan perusahaan.

    3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.

    4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu

    dilakukan ke depan yang berkaitan

    dengan posisi keuangan perusahaan

    saat ini.

    5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu

    penyegaran atau tidak karena sudah

    dianggap berhasil atau gagal.

    6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan

    sejenis tentang hasil yang dicapai.

    (Kasmir, 2011)

    Dari beberapa manfaat yang disampaikan

    oleh Kasmir tersebut di atas, dapat

    disimpulkan bahwa analisis dari macam-

    macam rasio keuangan berikut

    intreprestasinya dapat memberikan kepada

    pihak manajemen perusahaan suatu

    informasi tentang kondisi dan prestasi dari

    kinerja perusahaan kepada para investor

    dan kreditur. Selain itu dengan analisa

    rasio keuangan pihak manajemen

    perusahaan dapat membuat suatu laporan

    keuangan proyeksi sebagai bentuk target

    pencapaian.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini pada dasarnya untuk

    menjelaskan bagaimanakah keadaan dan

    kondisi keuangan PT. Kino Indonesia Tbk

    pada Bulan September Tahun 2016 dengan

  • Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

    ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 17

    menggunakan rumus perhitungan rasio

    dari masing-masing data akun dilaporan

    keuangan perusahaan. Penelitian ini

    didesain dengan menggunakan 2 (dua)

    metode di dalam melakukan pengumpulan

    datanya, yaitu: metode observasi dan

    metode studi literatur yang terkait dengan

    data keuangan perusahaan PT. Kino

    Indonesia Tbk untuk kemudian dilakukan

    suatu proses analisa dengan prosedur

    terkait dengan analisa rasio keuangan

    menggunakan penghitungan aritmatika

    yang dapat diinterpretasikan ke dalam

    hubungan ekonomis yang terkait dengan

    kinerja dari PT. Kino Indonesia Tbk.

    PEMBAHASAN

    Laporan Neraca PT. Kino Indonesia

    Tbk, bulan September Tahun 2016

    Tabel 1 : Balance Sheet

    PT Kino Indonesia Tbk Balance Sheet (Million Rp

    except Par Value)

    September 2016

    Cash & Cash Equivalents 488.190

    Receivables 894.781

    Inventories 453.824

    Current Assets 2.047.641

    Fixed Assets 1.183.051

    Other Assets 70.194

    Total Assets 3.414.051

    Current Liabilities 1.372.498

    Long Term Liabilities 117.982

    Total Liabilities 1.490.480

    Authorized Capital 480.000

    Paid up Capital 142.857

    Paid up Capital (Shares) 1.429

    Par Value 0

    Retained Earnings 599.708

    Total Equity 1.923.570

    Sumber : (Bursa Efek Indonesia)

    Laporan Laba Rugi PT Kino Indonesia

    Tbk, bulan September Tahun 2016

    Tabel 2 : Income Statements

    PT Niko Indonesia Tbk Income Statements (Million Rp

    except Par Value)

    September

    2016

    Total Revenues 2.700.168

    Cost of Revenues 1.597.771

    Gross Profit 1.102.397

    Expenses (Income) 876.186

    Operating Profit 226.211

    Income before Tax 226.221

    Tax 41.556

    Profit for the period 184.655

    Period Attributable 184.642

    Comprehensive Income 178.748

    Comprehensive Attributable 178.735

    Sumber : (Bursa Efek Indonesia)

    Grafik Total Assets dan Liabilities Bulan

    September Tahun 2016

    Sumber : (Bursa Efek Indonesia)

    Gambar 1 : Grafik Total Assets dan

    Liabilities PT Kino Indonesia Tbk

    Grafik Total Equity Bulan September

    Tahun 2016

    Sumber : (Bursa Efek Indonesia)

    Gambar 2 : Grafik Total Equity

    PT Kino Indonesia Tbk

    Total Revenues Bulan September Tahun

    2016

    Sumber : (Bursa Efek Indonesia)

    Gambar 3 : Grafik Total Revenues

    PT Kino Indonesia Tbk

  • Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

    ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2528-2255 18

    Profit For The Period

    Sumber : (Bursa Efek Indonesia)

    Gambar : Grafik Profit For The Period

    PT Kino Indonesia Tbk

    Analisa Rasio Keuangan Bulan

    September Tahun 2016 Pada PT. Kino

    Indonesia Tbk

    1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

    Current Ratio = Current Assets : Current Liabilities = 2.047.641 :

    1.372.498 = 1,4919 (149,19)

    Artinya setiap Rp. 1,00 hutang

    lancar dijamin atau di tanggung oleh

    aktiva lancar sebesar Rp. 149,19

    atau dengan kata lain semakin tinggi

    rasio berarti semakin terjamin

    hutang-hutang perusahaan kepada

    kreditur.

    Quick Ratio = (Current Assets - Inventory) : Current Liabilities =

    (2.047.641 – 453.824) : 1.372.498 =

    1,1613 (116,13) Artinya setiap Rp. 1,00 hutang

    lancar dijamin oleh aktiva lancar

    selain persediaan (inventory) sebesar

    Rp. 116,13

    Cash Ratio = Cash or Cash Equivalents : Current Liabilities =

    488.190 : 1.372.498 = 0,3557

    (35,57) Artinya setiap Rp. 1,00 hutang

    lancar di jamin oleh kas dan surat-

    surat beharga sebesar 0,3557 atau

    35,57%

    Cash Turnover Ratio = Net Sales : (Current Assets – Current

    Liabilities) = 2.700.168 : (2.047.641

    – 1.372.498) = 2.700.168 : 675.143

    = 3,99

    Artinya tingkat kecukupan modal

    kerja perusahaan yang dibutuhkan

    untuk membayar tagihan (utang) dan

    biaya-biaya yang berkaitan dengan

    penjualan sebesar 3,99%

    Inventory to Net Working Capital = Inventory : (Current Assets –

    Current Liabilities) = 453.824 :

    675.143 = 0,67

    Artinya perbandingan antara

    persediaan dan modal kerja

    perusahaan sebesar 0,67%

    2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)

    Debt to Asset Ratio = Total Debt : Total Assets = 1.490.480 :

    3.414.051 = 0,44 (44%)

    Artinya besarnya aktiva perusahaan

    yang dibiayai oleh utang adalah

    sebesar 31%

    Debt to Equity Ratio = Total Debt : Equity = 1.490.480 : 1.923.570 =

    0,77 (77%) Artinya besarnya modal yang dapat

    dijadikan sebagai jaminan utang

    adalah sebesar 77%

    Long Term Debt to Equity Ratio = Long Term Debt : Equity = 117.982

    : 1.923.570 = 0,06 (6%)

    Artinya besarnya modal yang dapat

    dijadikan sebagai jaminan utang

    adalah sebesar 6%

    3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)

    Inventory Turnover = Sales : Inventory = 2.700.168 : 453.824 =

    5,95 atau 6 kali Artinya perputaran persediaan dalam

    satu periode sebanyak 6 kali

    Days of Inventory = Jumlah hari dalam 1 tahun : Inventory Turnover

    = 365 : 5,95 = 61,34 atau 61 hari

    Artinya jumlah hari untuk rata-rata

    persediaan tersimpan dalam gudang

    sebanyak 61 hari

    Working Capital Turnover = Net Sales : Current Assets = 2.700.168 :

    2.047.641 = 1,32 atau 1 kali

    Artinya perputaran modal kerja

    dalam satu periode sebanyak 1 kali

    Fixed Assets Turnover = Sales : Total Fixed Assets = 2.700.168 :

    1.183.051 = 2,28 atau 2 kali

    Artinya perputaran aktiva tetap

    dalam satu periode sebanyak 2 kali

  • Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

    ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 19

    Total Assets Turnover = Sales : Total Assets = 2.700.168 : 3.414.051

    = 0,79 atau 1 kali

    Artinya perputaran Total Aktiva

    dalam satu periode sebanyak 1 kali

    4. Rasio Profitabilitas (Profitability

    Ratio)

    Profit Margin on Sales = Gross

    Profit : Sales = 1.102.397 :

    2.700.168 = 0,4083 (40,83%)

    Artinya margin laba atas penjualan

    sebesar 40,83%

    Net Profit Margin = Earning After

    Interest and Tax : Sales = 184.655 :

    2.700.168 = 0,0684 (6,84%)

    Artinya pendapatan bersih

    perusahaan atas penjualan sebesar

    6,84%

    Return on Investment (ROI) =

    Earning After Interest and Tax :

    Total Assets = 184.655 : 3.414.051 =

    0,0541 (5,41%)

    Artinya rasio yang menunjukkan

    hasil atas jumlah aktiva yang

    digunakan dalam perusahaan atau

    hasil pengembalian investasi sebesar

    5,41%

    Return on Equity (ROE) = Earning

    After Interest and Tax : Equity =

    184.655 : 1.923.570 = 0,0960

    (9,60%)

    Artinya hasil pengembalian ekuitas

    atau rentabilitas modal sendiri

    sebesar 9,60%.

    PENUTUP

    Berdasarkan pada hasil dari perhitungan

    Analisa Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio),

    Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio),

    Analisa Rasio Aktivitas (Activity Ratio),

    Analisa Rasio Profitabilitas (Profitability

    Ratio), maka dapat dikatakan kondisi

    keuangan PT. Kino Indonesia Tbk pada

    Tahun 2016 masih dalam keadaan cukup

    baik dan dampak manfaatnya bagi

    perusahaan pada tahun tersebut masih

    memiliki cukup kemampuan untuk

    melakukan suatu tindakan didalam

    penjaminan dan pembayaran hutang-

    hutangnya kepada pihak kreditur, dan

    untuk manfaat lainnya dari hasil analisa

    rasio keuangan ini juga dapat dijadikan

    sebagai tolak ukur bagi para investor

    didalam menginvestasikan dananya ke PT.

    Kino Indonesia Tbk, dikarenakan pada

    Tahun 2016 ini keadaan dan kondisi

    keuangan perusahaan masih dalam

    keadaan cukup baik.

    Sebaiknya melakukan perhitungan dua

    rasio lagi selain dari Analisa Rasio

    Likuiditas (Liquidity Ratio), Analisa Rasio

    Solvabilitas (Leverage Ratio), Analisa

    Rasio Aktivitas (Activity Ratio), Analisa

    Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio),

    yaitu : Analisa Rasio Pertumbuhan

    (Growth Ratio) untuk mengukur

    kemampuan perusahaan dalam

    mempertahankan posisi ekonominya di

    tengah pertumbuhan perekonomian dan

    sektor usahanya, dan Analisa Rasio

    Penilaian (Valuation Ratio) yang

    memberikan ukuran dari kemampuan

    manajemen di dalam menciptakan nilai

    pasar usahanya di atas biaya investasi.

    REFERENSI

    Bursa Efek Indonesia. 2017. Ringkasan

    Kinerja Perusahaan Tercatat, Diambil

    dari:

    http://www.idx.co.id/StaticData/Listed

    Companies/PerformanceSummary/KI

    NO.pdf

    Erica. 2016. Analisa Rasio Laporan

    Keuangan Untuk Menilai Kinerja

    Perusahaan PT Astra Agro Lestari

    Tbk. Jurnal Moneter, Vol. III No. 2,

    Hal. 136-142

    Erica. 2017. Analisa Rasio Laporan

    Keuangan Untuk Menilai Kinerja

    Perusahaan PT Semen Indonesia Tbk

    (Persero). Jurnal Perspektif, Vol. XV

    No. 2, Hal. 89-94

    Hery. 2012. Analisis Laporan Keuangan,

    Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

    Hery. 2014. Analisis Laporan Keuangan,

    Penerbit Bumi Aksara, Jakarta

    Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan,

    Penerbit Raja Grafindo Persada,

    Jakarta

    Munawir. 2014. Analisis Laporan

    Keuangan, Penerbit Liberty,

    Yogyakarta.

  • Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

    ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2528-2255 20

    Pongoh. 2013. Analisa Laporan Keuangan

    Untuk Menilai Kinerja Keuangan PT.

    Bumi Resources Tbk. Jurnal EMBA,

    Vol 1 No. 3, Hal. 669-679

    Sunyoto. 2013. Analisis Laporan

    Keuangan Untuk Bisnis, Penerbit

    CAPS, Yogyakarta.

    PT Kino Indonesia Tbk. 2017. Ringkasan

    Profil our Group PT Kino Indonesia,

    Diambil dari:

    http://www.kino.co.id/company/our-

    group/

    BIODATA PENULIS Denny Erica, SE, MM, Dosen AMIK

    Bina Sarana Informatika (BSI). Pendidikan

    S1 dari Fakultas Ekonomi Universitas

    Mercu Buana pada Tahun 1999, dan

    melanjutkan pendidikan Akta IV di

    Universitas Negeri Jakarta pada Tahun

    2003, selanjutnya Pendidikan S2 Magister

    Manajemen di Universitas Mercu Buana

    pada Tahun 2011. Pada Tahun 2016 saya

    lulus Sertifikasi Dosen.

    http://www.kino.co.id/company/our-group/http://www.kino.co.id/company/our-group/

  • Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

    ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 21

    Pengembangan Jiwa Kewirausahaan:

    Studi Kasus Terhadap Mahasiswa yang

    Berwirausaha di Yogyakarta

    Heri Maulana

    AMIK BSI Yogyakarta, [email protected]

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk menggali fenomena mahasiswa yang berwirausaha.

    Penelitian ini menggambarkan alasan mahasiswa berwirausaha, kendala apa saja yang

    dihadapi, jiwa kewirausahaan apa yang berkembang dan bagaimana mengembangkan

    jiwa kewirausahaan tersebut. Pendekatan kualitatif dengan strategi studi kasus digunakan

    dalam penelitian ini. Responden yang digunakan adalah mahasiswa aktif yang memiliki

    usaha minimal sudah 2 tahun, memiliki omzet minimal 5 juta per bulan dan berperan

    sebagai owner yang terlibat langsung dan aktif membangun usaha. Hasil penelitian yang

    diperoleh melalui responden bahwa alasan mahasiswa berwirausaha adalah mendapatkan

    penghasilan untuk membiayai hidup dan kuliah, mengoptimalkan waktu dan membangun

    pemberdayaan diri dan masyarakat. Kemudian jiwa kewirausahaan yang banyak

    berkembang adalah kepemimpinan, kemandirianl kerja keras, kerja sama, kreatif, inovasi

    dan berani mengambil keputusan dan resiko.

    Kata Kunci : kewirausahaan, jiwa kewirausahaan, mahasiswa

    ABSTRACT

    This study was directed to explore the entrepreneurship student phenomenon. It was

    intended to understand and explain why the student interested with entrepreneurship,

    what entrepreneurial spirit is developing and how to develop the entrepreneurial spirit.

    Qualitative research approach with case study as the research strategy was implemented.

    Respondents used are active students who have a business at least 2 years, have a

    minimum turnover of 5 million per month and the owner who is involved directly and

    actively build a business. Based on the story revealed from the respondents, this research

    explained that income to finance life and lectures, optimize time and build self-

    empowerment and society becomed the great reason. Then a growing entrepreneurial

    spirit is leadership, independence of hard work, cooperation, creative, innovation and

    courage to take decisions and risks.

    Keywords: entrepreneurship, entrepreneurial spirit, student

    Naskah diterima :20 November 2017 , Naskah dipublikasi :15 April 2018

    PENDAHULUAN

    Mahasiswa merupakan salah satu

    komponen pembangunan bangsa yang

    sangat potensial. Dengan rentang usia yang

    masih muda, tenaga yang masih kuat,

    jaringan yang cukup luas dan kemampuan

    berfikir dan kreatifitas yang tinggi menjadi

    pondasi dan modal dasar bagi kemajuan

    negara.

    Menurut Hanif Dhakiri (Menteri Tenaga

    Kerja), di Indonesia terdapat sekitar 7 juta

    orang pengangguran, 4 juta orang di

    antaranya adalah pengangguran kaum

    muda yang berusia sekitar 15 sampai 24

    tahun (detik.com, 2017). Menurut Tribun

    Jogja (2017), di kota Yogyakarta terdapat

    6.721 pengangguran. Sedangkan pada

    tahun 2016 berdasarkan data pencari kerja

    terdapat 1.472 orang. Sekitar 45,79%

    adalah lulusan SMA, 36,28% adalah

    lulusan sarjana, 11,21% diploma dan lain-

    lain 6,72%.

  • Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

    ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 22

    Usia muda semestinya penuh dengan

    produktifitas dan karya, sehingga akan

    meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

    Data jumlah pengangguran menunjukkan

    banyaknya lulusan pada tingkat pendidikan

    yang lebih tinggi namun miskin

    keterampilan atau keahlian. Hal ini

    dijelaskan oleh Tukiran dan Endang (2005)

    bahwa usia muda yang menganggur yang

    berasal dari lulusan pendidikan

    SMA/sederajat dan perguruan tinggi tidak

    memiliki keterampilan dan keahlian yang

    memadai bagi dunia kerja. Tuntutan dunia

    kerja dan usaha semakin kompleks

    sedangkan kemampuan lulusan lembaga

    pendidikan tidak sesuai kebutuhan kerja

    dan usaha.

    Melihat jumlah pengangguran usia muda

    tersebut tentunya menjadi permasalahan

    yang sangat besar bagi pembangunan

    bangsa di masa depan. Apabila tidak

    dikelola dengan benar, maka

    dikhawatirkan akan menjadi bom waktu

    yang akan menimbulkan masalah sosial

    seperti kriminalitas, kenakalan remaja dan

    lain sebagainya.

    Berbagai upaya telah dilakukan

    pemerintah untuk menekan angka

    pengangguran terutama pengagguran muda

    terdidik terutama melalui pelatihan dan

    pendampingan usaha, namun banyak

    pencari kerja yang mengeluhkan materi

    pelatihan yang tidak memadai untuk dunia

    kerja dan usaha di lapangan (Tukiran dan

    Endang, 1998).

    Melihat permasalahan tersebut, pemerintah

    dan pihak terkait mengembangkan strategi

    penanggulangan pengangguran yang

    awalnya memberikan kesempatan kerja

    bagi pencari kerja menjadi menciptakan

    lapangan kerja bagi pencari kerja itu

    sendiri yaitu melalui kewirausahaan. Guna

    menghadapi situasi yang demikian sudah

    selayaknya jika dilakukan upaya untuk

    mengarahkan para lulusan teutama

    perguruan tinggi menjadi pencipta kerja

    (job creator), bukan sebagai pencari kerja

    (job seeker) (Tamriatin, 2015). Salah satu

    upaya yang dapat dilakukan untuk

    mengatasi tingkat pengangguran (muda)

    dan dampak yang ditimbulkannya adalah

    dengan mendorong semangat berwirausaha

    bagi mahasiswa.

    Wirausaha menurut McClelland (Kasali,

    dkk., 2010) merupakan salah satu faktor

    yang menyebabkan sebuah negara menjadi

    maju. Majunya sebuah negara adalah

    ketika jumlah wirausaha yang terdapat di

    negara tersebut minimal 2% dari populasi

    penduduknya. Saat ini jumlah wirausaha di

    Indonesia baru mencapai 1,56%, masih

    tertinggal jauh bila dibandingkan dengan

    Amerika Serikat (11,5%) dan Singapura

    (7,2%), Malaysia (5%), dan Thailand

    (4%). Dengan jumlah penduduk Indonesia

    sebesar 250 juta, maka dibutuhkan sekitar

    lima juta wirausaha. Jika hal ini dibiarkan

    tanpa upaya menumbuhkannya, maka

    sangat lambat untuk memenuhi angka 2%

    wirausaha.

    Kewirausahaan merupakan jiwa yang bisa

    dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang

    memiliki jiwa kewirausahaan, pada

    umumnya memiliki potensi menjadi

    pengusaha tetapi hal ini bukan menjadi

    jaminan untuk menjadi pengusaha. Setiap

    pengusaha umumnya memiliki jiwa

    kewirausahaan. Ciri penting dari seseorang

    yang memiliki jiwa wirausaha adalah

    kemampuan memimpin, kemandirian,

    kerjasama dalam tim, kreativitas dan

    inovasi, serta keberaniannya dalam

    menghadapi dan mengambil resiko

    terhadap keputusan yang dibuat yang

    mendasari tindakan riil yang dilakukan.

    Untuk menumbuhkan semangat

    berwirausaha tersebut, generasi muda

    termasuk mahasiswa harus didorong,

    difasilitasi dan dimobilisasi untuk menjadi

    wirausaha-wirausaha muda yang tangguh.

    Mahasiswa semestinya juga dibekali

    dengan pengatahuan, wawasan,

    pengalaman nyata dan pendampingan dari

    mentor-mentor bisnis berpengalaman.

    Sehingga mahasiswa yang sudah memiliki

    semangat akademik yang tinggi akan

    menjadi individu-individu yang

    menggerakkan perubahan bagi kehidupan

    masyarakat dan bernegara.

    Realitas yang banyak ditemukan bahwa

    mahasiswa setelah lulus nantinya akan

    mencari pekerjaan yang ideal dan akan

    menjadi kebanggaan di dalam hidupnya.

    Kebutuhan mencari pekerjaan ini terlihat

    dari banyaknya pencari kerja di setiap

    bursa atau pameran lowongan kerja.

    Bahkan pameran lowongan kerja sudah

  • Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

    ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 23

    menjadi ajang pameran yang paling

    menarik untuk didatangi.

    Di tengah persaingan mencari pekerjaan di

    kalangan mahasiswa dan lulusan

    perguruan tinggi muncul fenomena

    menarik di kalangan mahasiswa, yakni

    mahasiswa aktif yang berwirausaha atau

    menjalankan bisnis di tengah kesibukan

    kampus. Hal ini tentunya unik, sebab

    kebanyakan mahasiswa memilih untuk

    segera menyelasikan studi dan

    mendapatkan nilai terbaik sehingga mudah

    mencari pekerjaan. Para mahasiswa ini

    memilih untuk menempa dirinya dengan

    berwirausaha.

    Studi pendahuluan dari seorang mahasiswa

    yang berwirausaha menunjukkan adanya

    alasan-alasan kuat untuk berwirausaha.

    Selain alasan menambah penghasilan,

    alasan pemberdayaan diri dan masyarakat

    menjadi motivasi kuat untuk berwirausaha.

    Bahkan berwirausaha mampu

    mengembangkan karakter atau jiwa

    wirausaha ya