vinaislamicom.files.wordpress.com · i JurnalECODEMICA Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Bisnis ISSN :...
Transcript of vinaislamicom.files.wordpress.com · i JurnalECODEMICA Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Bisnis ISSN :...
-
i
Jurnal ECODEMICAJurnal Ekonomi, Manajemen dan Bisnis
ISSN : 2355-0295, E-ISSN : 2549-8932
Volume II, Nomor 1, April 2018
Jurnal Ecodemica pertama publikasi tahun 2013, dengan registrasi ISSN dari LIPIIndonesia.
ISSN terdaftar pertama 2355-0295 (print) dan 2528-2255 (eprint) dengan namaEcodemica: Jurnal Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas BSI Bandung. Namundemikian terjadi kesalahan nama jurnal saat cetakan pertama sampai September2016. Maka didaftarkan ulang ISSN (2549-8932 eprint) dengan nama yang telah
sesuai yaitu Jurnal Ecodemica melalui SK ISSN No.0005.25498932/JI.3.1/DK.ISSN/2017.03. Sesuai petunjuk LIPI, maka volume dan
nomor terbitan April 2017 dimulai dari 1.
Jurnal Ecodemica menerima artikel ilmiah dengan area penelitian padamanajemen pemasaran, manajemen sumber daya manusia, manajemen produksi,manajemen keuangan, manajemen akuntansi, sistem informasi manajemen, bisnis
internasional, hukum bisnis, dan kewirausahaan. Dengan artikel yang memilikisitasi primer dan tidak pernah dipublikasikan secara online atau versi cetak
sebelumnya.
Jurnal Ecodemica memiliki versi online dan cetak dengan jadwal publikasi padabulan April dan September setiap tahunnya.
Redaksi tidak bertanggungjawab atas semua konten isi dalam artikel terkait isu copyrights,plagiarism, dll. Penulis bertanggungjawab penuh atas konten isi artikel.
Sekretariat RedaksiLembaga Penelitian & Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas BSIJl. Sekolah International, No. 1-6, Terusan Jl. Jakarta, Antapani, Bandung 40282Telp: 022-7100124, E-mail: [email protected]: ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica
-
ii
DAFTAR ISI
1. Membangkit Spontanitas Belanja Pada Supermarket Melalui Promosi,Pramuniaga dan Atmosfer TokoAgung Sunawarman, Acep Rohendi, Iwan Sofyan .................................... 1-11
2. Analisa Rasio Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan PTKino Indonesia TbkDenny Erica.................................................................................................... 12-20
3. Pengembangan Jiwa Kewirausahaan: Studi Kasus Terhadap Mahasiswa yangBerwirausaha di YogyakartaHeri Maulana................................................................................................. 21-29
4. Analisa SWOT Dalam Menentukan Strategi Bisnis Susu Murni Q-MilkKasmanto Miharja ........................................................................................ 30-38
5. Analisis Pengukuran Kinerja Direktorat Kepelabuhanan Pada KementerianPerhubungan Kota Jakarta Tahun 2016Vina Islami, Lauren Rizky Marthanthy...................................................... 39-48
6. Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Nasabah Terhadap Loyalitas Pada BankBJBJaka Atmaja................................................................................................... 49-63
7. Pengaruh Experiental Marketing Terhadap Loyalitas Pengunjung TamanWisata Edukasi D’Kandang DepokWiwik Widiyanti, Julia Retnowulan........................................................... 64-73
8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Umum Syariah diIndonesiaRatnawaty Marginingsih .............................................................................. 74-85
9. Pengaruh Awareness, Daya Tarik Iklan Terhadap Brand Attitude IndomieKota TangselRoby Irzal Maulana ...................................................................................... 86-101
10. Manfaat Informasi Akuntansi Dalam Perkembangan Usaha Mikro Kecil danMenengahAde Sri Mulyani............................................................................................. 102-108
11. Pengukuran Kinerja Perusahaan Hotel Berdasarkan Kriteria MalcolmBaldrigeMuhamad Ardi Nupi Hasyim....................................................................... 109-116
12. Implikasi Kualitas Pelayanan Dalam Meningkatkan Kepuasan PelangganPada PDAM Cibadak SukabumiAndi Riyanto .................................................................................................. 117-124
13. Peran Lembaga Keuangan Syariah Dalam Mengimplementasikan KeuanganInklusif Bagi Pelaku UMKM TasikmalayaLina Marlina, Biki Zulfikri Rahmat............................................................ 125-135
-
iii
14. Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Perilaku Online Shopping: PerspektifPemasaran AgribisnisHesty Nurul Utami, Iqbal Fauzi Akbar Firdaus ........................................ 136-146
-
Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018
ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 1
Membangkit Spontanitas Belanja Pada
Supermarket Melalui Promosi, Pramuniaga dan
Atmosfer Toko
Agung Sunawarman1, Acep Rohendi
2, Iwan Sofyan
3
1Universitas BSI, [email protected]
2Universitas BSI, [email protected]
3Universitas BSI, [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran “Pengaruh Promosi Penjualan Dan
Pramuniaga Serta Atmosfer Toko Terhadap Spontanitas Belanja Di Supermarket Toserba
XYZ Sunda Bandung”. Adapun yang menjadi target populasi dalam penelitian ini adalah
konsumen Supermarket Toserba XYZ Sunda Bandung dan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 80 orang responden. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan
adalah deskriptif verifikatif dan alat analisis yang digunakan adalah regresi linier
berganda yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana pengaruh antara variabel yang
satu dan lainnya serta menggunakan uji hipotesis t dan F yang bertujuan untuk melihat
pengaruh variabel promosi penjualan pramuniaga dan atmosfer toko terhadap spontanitas
belanja secara parsial dan simultan. Hasil menunjukaan promosi penjualan, pramuniaga
dan atmosfer toko dapat mempengaruhi perilaku spontanitas belanja konsumen
Supermarket Toserba XYZ Sunda Bandung.
Kata Kunci :Promosi Penjualan, Pramuniaga, Atmosfer Toko, Spontanitas Belanja
ABSTRACT
This research was conducted to find out the description of "The Influence of Sales
Promotion And Salesperson And Atmospheric Stores To Spontaneity Shopping At
Supermarket Toserba XYZ Sunda Bandung". The target population in this research is
consumer Supermarket Toserba XYZ Sunda Bandung and the sample used in this study as
many as 80 respondents. In this study, the method used is descriptive verifikatif and
analysis tool used is multiple linear regression which aims to measure the extent of the
influence between one variable and another and use hypothesis test t and F aims to see
the effect of sales promotion variables, sales and sales shop atmosphere to spontaneity of
shopping partially and simultaneously. The result of sales promotion, salesperson and
store atmosphere can influence spontaneity behavior of shopping consumer of
Supermarket XYZ Sunda Bandung.
Keywords:Sales Promotion, Personal Selling, Store Atmosphere, Impulse Buying
Naskah diterima : 24 November 2017 , Naskah dipublikasikan : 15 April 2018
PENDAHULUAN
Kehadiran toko swalayan (supermarket)
dengan konsep pasar yang berbeda dapat
menggeser pola hidup masyarakat.
Masyarakat menjadi lebih konsumtif jika
sebelumnya suatu keluarga akan memilih
objek wisata untuk melakukan rekreasi
ketika liburan, namun kini mereka akan
lebih memilih pergi ke mall atau toko
swalayan (Pradana & Suparna, 2016).
Sehingga konsep toko swalayan yang
disajikan menjadi salah satu strategi
dalam menarik calon konsumen. Sebagai
contoh Transmart menawarkan konsep 4
in 1 (yaitu berbelanja, bersantap, bermain,
dan menonton yang terintegrasi dalam
satu bangunan) pada toko-toko barunya.
Toko swalayan (supermarket) lainnya
seperti Allfresh yang konsep tokonya yaitu
penyediaan khusus produk segar seperti
buah, sayur ikan ,daging dan produk
olahan. Disisi lainya para pelaku usaha
-
Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018
ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 2
mulai berlomba untuk membuka usaha
yang berjenis e-commerce (Electronic
Commerce Transaction), maka dengan
demikian semakain menambah ketatnya
persaingan dibidang usah ritel. Ditambah
dengan adanya pengakuan e-commerce di
Indonesia melalui peraturan Undang-
Undang No 11 tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU
ITE). Dua hal penting pengaturan e-
commerce dalam undang-undang tersebut:
Pertama yaitu pengakuan transaksi
elektronik dan dokumen elektronik dalam
kerangka hukum perikatan dan hukum
pembuktian, sehingga kepastian hukum
transaksi elektronik dapat terjamin. Kedua
yaitu dengan diklasifikasikannya
tindakan-tindakan yang termasuk
kualifikasi pelanggaran hukum terkait
penyalahgunaan TI (Teknologi Informasi)
disertai dengan sanksi pidananya
(Rohendi, 2015). Peraturan tersebut
membuat konsumen tidak ragu untuk
berbelanja online. Dengan demikian toko
swalayan harus mampu mempertahankan
konsumen agar tetap berbelanja pada toko
swalayan tersebut.
Perilaku konsumen sebagai proses dari
ketika seseorang atau calon pembeli
berhubungan dengan pencarian,
pemilihan, pembelian, penggunaan, serta
pengevaluasian produk dan jasa demi
memenuhi kebutuhan dan keinginan,
maka hal ini sudah masuk kedalam
kategori terwujudnya pemasaran secara
umum (Yuliansyah, 2014) Perilaku
belanja tidak terencana adalah keputusan
belanja yang dibuat oleh konsumen secara
spontan atau seketika setelah melihat
barang dagangan (Utami, 2010). Dunne &
Lusch dalam Lisda Rahmasari (2010)
menyatakan 70% dari pembelian ternyata
merupakan pembelian yang tidak
direncanakan (impulse buying).
Komunikasi dengan konsumen merupakan
hal penting untuk merangsang,
mendorong penjualan produk dan
memelihara image toko. Salah satu bentuk
komunikasi ritel adalah promosi
penjualan. Promosi penjualan dapat
digelar di area luar toko maupun di dalam
toko tersebut. Promosi di luar toko dapat
dilakukan dengan tujuan untuk menarik
konsumen mengunjungi toko dan promosi
yang dilakukan didalam bertujuan untuk
menjadi stimulus yang dapat merangsang
keputusan pembelian spontan konsumen
didalam toko, baik keputusan yang telah
direncanakan atau pun keputusan yang
belum direncanakan sebelum datang ke
toko (Rahmasari, 2010).
Komunikasi antara pramuniaga dengan
konsumen merupakan hal selanjutnya
yang harus diperhatikan dalam
menciptakan keputusan belanja konsumen
secara spontan (impulse buying). Rohaeni
(2016) menyebutkan bahwa personal
selling dalam marketing communication
merupakan mitra penting yang tidak dapat
digantikan dengan unsur promosi lain.
Personal selling secara parsial
berpengaruh signifikan dan positif
terhadap variabel terikat impulse buying
(Rahmasari, 2010).
Faktor atmosfer toko atau suasana
lingkungan tempat pembelanjaan adalah
salah satu media yang dapat digunakan
untuk berkomunikasi dengan konsumen
yang bertujuan untuk mendorong perilaku
pembelian. Utami (2010) menyatakan
tempat belanja dan lingkungannya adalah
hal yang penting karena 70%-80%
keputusan pembelian dilakukan ditempat
belanja ketika memeriksa barang. Ketrin
Sahertian dan Olivia Laura Sahertian
(2014) suasana lingkungan fisik yang
terdiridari musik yang diputar, desain
interior, pencahayaan ruangan, aroma
danketersediaan produk berpengaruh
signifikan dan positif terhadap pembelian
spontan.
Toserba XYZ Sunda Bandung merupakan
salah satu toko swalayan (supermarket)
anak cabang perusahaan XYZ GROUP
yang terletak di jalan Sunda kota
Bandung. Toserba XYZ Sunda menggelar
promosi penjualan sepanjang tahun 2017
dalam menyambut HUT 35. Berdasarkan
grafik penjualan diketahui terjadi
penurunan drastis terjadi setelah gelaran
promosi pada bulan PUASA yang
menempatkan titik paling bawah dari
gelaran promosi lainnya yang telah
berlangsung pada bulan-bulan sebelumnya
dan berada dibawah target penjualan.
Setelah mengkaji beberapa penelitian,
maka disusun rumusan masalah penelitian
sebagai berikut:
-
Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018
ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 3
1. Adakah pengaruh promosi penjualan mempengaruhi
spontanitas belanja?
2. Adakah pengaruh pramuniaga mempengaruhi spontanitas belanja?
3. Adakah pengaruh atmosfer toko mempengaruhi spontanitas belanja?
4. Adakah pengaruh promosi penjualan, pramuniaga dan
atmosfer lingkungan secara
bersamaan mempengaruhi
spontanitas belanja?
KAJIAN LITERATUR
Promosi Penjualan
Promosi penjualan yang baik dapat
membantu bentuk-bentuk bauran promosi
yang lainnya, seperti yang dikemukakan
oleh Walker dalam Sunyoto (2014)
promosi penjualan adalah suatu
perencanaan untuk membantu atau
melengkapi koordinasi periklanan dan
penjualan yang dilakukan pramuniaga
atau bauran promosi lainnya. Tjiptono
(2012) mendefinisikan promosi penjualan
merupakan segala bentuk penawaran atau
insentif jangka pendek yang ditujukan
bagi pembeli, pengecer atau pedagang
grosir dan dirancang untuk memperoleh
respon spesifik dan segera dari calon
pembeli. Kotler dan Armstrong (2012)
mendefinisikan promosi penjualan adalah
bahan inti dari kampanye pemasaran,
terdiri dari koleksi alat insentif, sebagian
besar jangka pendek, yang dirancang
untuk menstimulasi pembelian yang lebih
cepat atau lebih besar atas produk atau
jasa tertentu oleh konsumen atau
perdagangan. Jenis promosi penjualan
yang umum digunakan oleh sebuah toko
antara lain: Titik penjualan, Diskon,
Kupon, Sampel produk, Demonstrasi,
Program konsumen setia, Hadiah
langsung, Hadiah untuk rujukan, Suvenir
dan Acara-acara Khusus (Utami, 2010).
Pramuniaga
Pramuniaga dalam KBBI (Kamus Besar
Bahasa Indonesia) ialah karyawan
perusahaan dagang yang bertugas
melayani konsumen (pelayan toko).
Sehingga pramuniaga dapat diartikan
kegiatan karyawan perusahaan untuk
bertugas melayani konsumen. Pramuniaga
dalam teori ekonomi sering disebut
sebagai personal selling. Fandy Tjiptono
(Tjiptono, 2012) menyatakan personal
selling adalah komunikasi langsung secara
tatap muka antara penjual dan calon
pembeli untuk memperkenalkan suatu
produk kepada calon konsumen dan
membentuk pemahaman konsumen
terhadap produk sehingga mereka akan
mencoba membelinya. Kotler dan
Armstrong (2012) mengartikan personal
selling erdiri dari interaksi antara
pramuniaga dengan konsumen atau calon
konsumen untuk membuat penjualan dan
mempertahankan hubungan dengan
konsumen. Personal selling dalam
marketing communication merupakan
mitra penting yang tidak dapat digantikan
dengan unsur promosi lain. Seperti
Kennedi & Soemanegara dalam (Rohaeni,
2016) mendefinisikan personal selling
adalah improvisasi dari penjualan dengan
menggunakan komunikasi person to
person. Menurut Mc Carthy (2009)
terdapat lima tipe personal selling yaitu:
1. Responsive selling, penjual bertugas untuk memenuhi permintaan
konsumen. Tipe ini biasanya
pramuniaga mengadakan perjalanan
dan menjumpai banyak pengecer.
2. Trade selling, pramuniaga bertindak sebagai ordertaker (menerima pesan)
tetapi lebih fokus pada pelayanan.
3. Missionary selling, tugas utamanya adalah mempromosikan produk baru,
kadang-kadang melakukan order
taker.
4. Tehnical selling, biasanya menyelesaikan masalah konsumen
dengan keahlian dan pengalamannya.
5. Creative selling, biasanya berhubungan dengan produk,
menangani masalah serius, dan
memberikan solusi terbaik.
Atmosfer Toko
Atmosfer toko merupakan upaya
menciptakan suasana lingkungan toko
yang meliputi 5 indra konsumen yang
bertujuan mempengaruhi persepsi. Levy
dan Weitz (2012) mendefinisikan
atmosfer toko (store atmosphere)
merupakan rancangan suasana toko yang
mengacu pada desain lingkungan seperti
komunikasi visual, pencahayaan, warna,
musik dan aroma untuk mensimulasikan
-
Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018
ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 4
respon persepsi dan emosi konsumen dan
pada akhirnya mempengaruhi perilaku
pembelian mereka.
Utami (2010) store atmosphere adalah
desain lingkungan melalui komunikasi
visual, pencahayaan, warna, musik,
danwangi-wangian untuk merancang
respon emosional dan persepsi pelanggan
danuntuk mempengaruhi pelanggan dalam
membeli barang. Kotler dan Armstrong
(2012) store atmosphere adalah suasana
terencana yang sesuai dengan pasar
sasarannya dan yang dapat menarik
konsumen untuk membeli. Sedangkan
menurut Berman dan Evans (2011)
suasana toko mengacu pada karakteristik
fisik toko yang digunakan untuk
mengembangkan citra dan menarik
konsumen untuk perusahaan berbasis
toko, atmosfer hingga karakteristik fisik
katalog, mesin penjual, situs web dan
sebagainya.
Levy dan Weitz (2012) menyimpulkan
strategi retail didalam lingkungan toko
untuk membentuk suasana toko meliputi:
1. Store design
a. Layout, yaitu penataan toko yang
menarik akan memberikan
kenyamanan bagi konsumen.
b. Signage and graphics, yaitu papan
penanda dan gambaran seperti
lukisan atau foto.
c. Feature areas yaitu, area di dalam
toko yang dirancang untuk
mendapatkan perhatian konsumen.
2. Space management yaitu, pengelolaan peletakan barang di
dalam toko (planogram).
3. Visual merchandising yaitu, presentasi dari sebuah toko dan
barang dagangan dengan cara-cara
yang akan menarik konsumen
potensial.
4. Atmospheric yaitu: desain suasana yang mempengaruhi perilaku
pembelian mereka sehingga dapat
menciptakan mood atau perasaan
yang dapat merepresentasikan image
toko, yaitu melalui lighting
(pencahayaan), color (pemilihan
warna), music (pemilihan lagu), scent
(penggunaan wewangian).
Spontanitas Belanja
Spontanitas berbelanja dalam ilmu
pemasaran disebut pembelian spontan
atau pembelian tidak terencana (impulse
buying). Utami (2010) menyarankan
untuk memaksimalkan penjualan,
perusahaan harus mampu menciptakan
perilaku pembelian spontanitas atau
pembelian yang tidak direncanakan oleh
konsumen. Perilaku pembelian yang tidak
direncanakan merupakan perilaku
pembelian yang dilakukan di area
penjualan, dimana pembelian yang terjadi
berbeda dariapada yang telah
direncanakan oleh konsumen.
Hirschman dan Stern dalam Ujang
Sumarwan (2011) impulse buying yaitu
kecenderungan konsumen untuk
melakukan pembelian secara spontan,
tidak terfleksi, terburu-buru, dan didorong
oleh aspek psikologis emosional terhadap
suatu produk serta tergoda oleh persuasi
dari pemasar. Lisda Rahmasari (2010)
menguraikan impulse buying adalah
proses pembelian suatu barang, dimana
pembeli tidak mempunyai niatan untuk
membeli sebelumnya pembelian terjadi
tanpa rencana atau pembelian seketika.
Stern dalam Utami (2010) menyatakan
bahwa ada empat tipe pembelian spontan
sebagai pengukuran, yaitu:
1. Pure Impulse (murni) Pembelian dilakukan murni tanpa rencana atau
terkesan mendadak.
2. Reminder Impulse (pengingat) Pembelian dilakukan tanpa rencana
setelah diingatkan ketika melihat
iklan yang ada di toko.
3. Suggestion Impulse (saran) Pembelian dilakukan tanpa terencana
pada saat berbelanja di pusat
perbelanjaan.
4. Planned Impulse (terencana) Pembelian karena sebenarnya sudah
direncanakan tetapi karena barang
yang dimaksud habis atau tidak
sesuai dengan apa yang diinginkan,
maka pembelian dilakukan dengan
membeli jenis barang yang sama
tetapi dengan merek atau ukuran
yang berbeda.
-
Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018
ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 5
Kerangka Pemikiran
HIPOTESIS
H1: Promosi penjualan (X1) berpengaruh
signifikan dan positif terhadap
spontanitas belanja (Y) konsumen
supermarket Toserba XYZ Sunda
Bandung.
H2: Pramuniaga (X2) berpengaruh
signifikan dan positif terhadap
spontanitas belanja (Y) konsumen
supermarket Toserba XYZ Sunda
Bandung.
H3: Atmosfer toko (X3) berpengaruh
signifikan dan positif terhadap
spontanitas belanja (Y) konsumen
Supermarket Toserba XYZ Sunda
Bandung.
H4: Promosi penjualan (X1), pramuniaga
(X2) dan atmosfer toko (X3) secara
simultan berpengaruh signifikan dan
positif terhadap spontanitas belanja
(Y) konsumen supermarket Toserba
XYZ Sunda Bandung.
METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakan metode
dekskriptif dan metode verifikatif dengan
pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner dan wawancara.
Serta didukung dengan media internet
atau situs internal perusahaan, buku,
jurnal dan majalah yang berupa
dokumentasi atau artikel yang terkait
dengan perusahaan.
Populasi yang digunakan ialah konsumen
supermarket di Toserba XYZ Sunda
Bandung. Pengambilan sampel yang
digunakan yaitu nonprobability sampling.
Penentuan dalam memilih sampel yang
akan diambil sebagai sampel yaitu
menggunakan teknik sampling purposive.
Jumlah sampel sebanyak 80 responden.
Jumlah tersebut berdasarkan saran Rocsoe
dalam Sugiyono (2016) yang memberikan
saran-saran tentang ukuran jumlah sampel
yang layak dalam penelitian adalah antara
30 sampai dengan 500 atau minimal 10
kali dari jumlah variabel yang diteliti.
Operasionalisasi Variabel
Dalam penelitian ini ditetapkan empat
variabel penelitian yang akan digunakan
antara lain sebagai berikut:
1. Promosi Penjualan (Sales Promotion) (X1)Indikator yang digunakan untuk
mengukur promosi penjualan (sales
promotion) adalah jenis-jenis
promosi meliputi: titik penjualan,
diskon, kupon, sampel produk,
hadiah langsung, suvenir dan acara-
acara khusus (Utami, 2010).
2. Pramuniaga (Personal Selling) (X2) Indikator yang digunakan adalah
aktivitas pramuniaga yang meliputi
responsive selling, trade selling,
misionary selling, tehnical selling
dan creative selling (Carthy,
Perreault, & Cannon, 2009).
3. Atmosfer Toko (Store Atmosphere) (X3) Indikator yang digunakan
adalah strategi retail yang diterapkan
didalam maupun diluar toko hal
tersebut meliputi meliputi store
design, space management, visual
merchandaising dan atmospheric
(Levy & Weitz, 2012).
4. Spontanitas Belanja (Impulse Buying) (Y)Indikator yang digunakan
meliputi pure impulse (murni),
reminder impulse (pengingat),
suggestion impulse (saran) dan
planned impulse (terencana) (Utami,
2010)
Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan
analisis regresi linier dengan
menggunakan Statistic Program of Social
H4
H3
H2
H1
Promosi
Penjualan X1
Pramuniaga
X2
Spontanitas
Belanja Y
Atmosfer
TokoX3
: Simultan
: Parsial
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
-
Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018
ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 6
Science (SPSS) versi 17, yang meliputi uji
F (simultan), uji t (parsial) dan R2
(determinasi). Untuk memperoleh hasil
yang lebih dalam melakukan uji regresi
linier berganda, suatu penelitian harus
melakukan dan dilakukan uji validitas
terhadap kuesioner dan uji asumsi klasik.
Berdasarkan hasil analisis didapat nilai
korelasi untuk semua variabel butir- butir
item pertanyaan tersebut dinyatakan valid
dan reliabel. Hasil uji asumsi klasik
menunjukan data yang diperoleh dalam
penelitian dinyatakan berdistribusi
normal, bebas dari permasalahan
multikolinieritas dan heteroskedastisitas,
sehingga memenuhi syarat untuk
melakukan uji regresi linier.
PEMBAHASAN
Distribusi Frekuensi Responden
Penelitian
Responden yang dijadikan sampel untuk
menguji variabel adalah konsumen
Supermarket Toserba XYZ Sunda kota
Bandung. Responden yang terkumpul
dalam penelitian ini sebanyak 80 orang.
Distribusi berdasarkan jeniskelamin,
responden berjenis kelamin perempuan
lebih banyak dengan jumlah sebanyak 50
orang (63%), sedangkan responden
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 30
orang (37%). Distribusi berdasarkan usia,
responden yang paling mendominasi
diusia 20 hingga 30 tahun yang berjumlah
42 orang (52.5%). Kemudian usia 31
hingga 40 tahun berjumlah 20 orang
(25%), usia 41 tahun atau lebih berjumlah
14 orang (17.5%) dan 19 tahun atau
kurang berjumlah 4 (5%). Distribusi
berdasarkan pendidikan terakhir,
responden yang paling mendominasi
adalah tingkat SMA berjumlah 48 orang
(60%), tingkat sarjana berjumlah 25 orang
(31%), tingkat pascasarjana 3 orang (4%),
tingkat diploma 2 orang (2.5%) dan
tingkat dibawah SMA berjumlah 2 orang
(2.5%). Distribusi berdasarkan status
pekerjaan responden yang terdiri dari
Pelajar/Mahasiswa berjumlah 13 orang
(16%), kemudian yang berprofesi pegawai
negeri 11 orang (13%), Pegawai swasta
berjumlah 15 orang (19%), Ibu rumah
tangga berjumlah 18 orang (22.5%),
Wiraswasta berjumlah 9 orang (11%) dan
lainnya berjumlah 14 orang (17.5%).
Pengaruh Promosi Penjualan (Sales
Promotion) Terhadap Spontanitas
Belanja (Impulse Buying)
Tabel 1
Uji t Promosi Penjualan
Coefficientsa
Model
t Sig. R R Square
1 (Constant) 3.817 .000 .811a .657
Promosi
Penjualan
12.230 .000
a. Dependent: Spontanitas Belanja
Sumber: Data Penelitian 2017
Hasil perhitungan uji t menggunakan
SPSS 17 variabel promosi penjualan
memperoleh t hitung12.230 lebih besar dari t
tabel 1,992 dengan nilai signifikan 0,00
lebih kecil dari taraf signifikan 0,05.
Dapat diartikan bahwa promosi penjualan
secara parsial dapat mempengaruhi
spontanitas belanja konsumen
supermarket Toserba XYZ Sunda
Bandung. Besarnya pengaruh dapat
diketahui melalui nilai koefisien
determinasi yang didapat sebesar 0,657.
Nilai tersebut menunjukan promosi
penjualan dapat mempengaruhi
spontanitas belanja sebesar 65,7% dan
34,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
diluar variabel promosi penjualan (sales
promotion). Persamaan regresi
menunjukkan jika nilai koefisien promosi
penjualan (sales promotion) mengalami
peningkatan 1 satuan dan variabel lainnya
tetap maka spontanitas belanja mengalami
peningkatan sebesar 0,554 satuan.
Sehingga apabila promosi penjualan
Toserba XYZ ditingkatkan maka akan
meningkatkan perilaku pembelian yang
spontan supermarket Toserba XYZ Sunda
Bandung.
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan
bahwa suatu produk promosi yang
dipajang (display) menarik dapat
mengundang rasa penasaran konsumen
untuk menghampiri dan melihat pajangan
tersebut. Pemberian diskon yang
menguntungkan bagi konsumen dapat
menimbulkan keinginan konsumen untuk
-
Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018
ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 7
membeli. Penyediaan sampel, hadiah
langsung, program tukar point dan
penyediaan suvenir dapat memotivasi
konsumen untuk membeli. Selanjutnya
suatu event/festival yang diselenggarakan
seperti Fresh Festival, Festival Kuliner
Nusantara, Home Sweet Home dan
event/festival lainnya dapat menimbulkan
keinginan konsumen untuk membeli suatu
produk yang sesuai dengan event/festival
yang sedang berjalan. Sehingga dapat
disimpulkan promosi penjualan yang
dilakukan supermarket Toserba XYZ
Sunda Bandung dapat menstimulus
pembelian secara spontan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Lisda Rahmasari
(2010) yang menyebutkan promosi
penjualan merupakan stimulus terjadinya
pembelian spontan yang dapat dilakukan
melalui berbagai macam jenis media baik
di luar toko ataupun promosi yang
dilakukan di dalam toko (in-store
promotion).
Hasil penelitian ini mempertegas
penelitian yang dilakukan Nurmasarie
(2013), yang menyimpulkan promosi
penjualan yang digelar memberi manfaat
yang dapat diterima oleh pembeli yaitu
harga lebih murah, pemberian hadiah
gratis, dan juga tertarik saat mencoba
sampling yang diberikan sehingga muncul
keingnan untuk membeli. Penelitian
lainnya yang mempertegas penaruh
promosi penjualan terhadap spontanitas
belanja dilakukan Temaja dkk (2015),
hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
promosi penjualan akan meningkatkan
keputusan impulse buying pada produk
fashion di Matahari Department Store.
Pengaruh Pramuniaga (Personal
Selling) Terhadap Spontanitas Belanja
(Impulse Buying)
Tabel 2
Uji t Pramuniaga
Coefficientsa
Model
t Sig. R R Square
1 (Constant) 5.528 .690a .690a .476
Pramuniaga 8.425 .000
a. Dependent: Spontanitas Belanja
Sumber: Data Penelitian 2017
Hasil perhitungan uji t variabel
pramuniaga memperoleh t hitung 8,691 lebih
besar dari t tabel 1,992 dengan nilai
signifikan 0,00 lebih kecil dari taraf
signifikan 0,05. Dapat diartikan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan dan
positif antara pramuniaga (personal
selling) terhadap spontanitas belanja
(impulse buying). Besarnya pengaruh dari
nilai koefisien determinasi pramuniaga
(X2) sebesar 47,6%. Dapat diartikan
bahwa spontanitas belanja (impulse
buying) konsumen Supermarket Toserba
XYZ Sunda Bandung dipengaruhi oleh
pramuniaga (personal selling) (X2)
sebesar 47,6% dan 52.4% dipengaruhi
oleh faktor lain diluar variabel
pramuniaga (personal selling) (X2).
Berdasarkan persamaan yang didapat jika
nilai koefisien pramuniaga (personal
selling) mengalami peningkatan 1 satuan
dan maka spontanitas belanja (impulse
buying) mengalami peningkatan sebesar
0,560 satuan. Sehingga apabila pelayanan
dan penawaran pramuniaga kepada
konsumen ditingkatkan maka perilaku
spontanitas belanja konsumen akan
meningkat.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
kegiatan pramuniaga yang menghampiri
dan melayani konsumen, pemenuhan
permintaan konsumen terhadap suatu
produk, gaya bahasa ketika memberi
penawaran, pemberian informasi kepada
konsumen dapat dapat merangsang
keinginan membeli dari konsumen dan
membuat konsumen membeli produk
lebih dari yang direncanakannya.
Kemudian sikap dalam menjawab keluhan
konsumen dapat mempertahankan
konsumen untuk tetap berbelanja di
Toserba XYZ Sunda. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa aktivitas pramuniaga
sangat berperan untuk menciptakan
perilaku spontanitas belanja konsumen.
hal ini sesuai dengan yang disampaikan
Rohaeni (2016) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa personal selling
dalam marketing communication
merupakan mitra penting yang tidak dapat
digantikan dengan unsur promosi lain.
Hasil penelitian ini mempertegas
penelitian Nurmasarie (2013) yang
menyimpulkan bahwa tenaga sales person
-
Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018
ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 8
(pramuniaga) yang disiapkan perusahaan
dapat membantu para pelanggan
mengetahui tentang pengetahuan produk
yang ditawarkan yang kebanyakan adalah
produk yang dipromosikan, sehingga
dapat membantu pelanggan membuat
keputusan belanja saat itu juga. Penelitian
lainnya oleh Pradipta (2014) yang
mempertegas variabel pramuniaga dapat
mempengaruhi spontanitas belanja. Hasil
penelitiannya menyimpulkan perhatian
yang diberikan oleh karyawan
(pramuniaga) kepada konsumen yang
mengalami kesulitan dalam memutuskan
suatu pembelian barang dagangan dapat
membantu konsumen dalam mengambil
suatu keputusan pembelian.
Pengaruh Atmosfer Toko (Store
Atmosphere) Terhadap Spontanitas
Belanja (Impulse Buying)
Tabel 3
Uji t Atmosfer Toko Coefficientsa
Model
t Sig. R R Square
1 (Constant) 9.333 .000 .701a .492
Atmosfer
Toko
8.691 .000
a. Dependent: Spontanitas Belanja
Sumber: Data Penelitian 2017
Hasil perhitungan Uji t variabel atmosfer
toko memperoleh t hitung 8,691 lebih besar
dari t tabel 1,992 dengan nilai signifikan
0,00 lebih kecil dari taraf signifikan 0,05.
Dapat diartikan bahwa variabel atmosfer
toko signifikan dan positf dapat
mempengaruhi variabel spontanitas
belanja. Besarnya pengaruh ditunjukan
dengan nilai koefisien determinasi (R2)
yang didapat sebesar sebesar 0,492. Dapat
diartikan bahwa spontanitas belanja
(impulse buying) konsumen supermarket
Toserba XYZ Sunda Bandung
dipengaruhi oleh atmosfer toko (X3)
sebesar 49,2% dan 50,8% dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain diluar atmosfer
toko (X3). Persamaan regresi dapat
diasumsikan jika nilai koefisien atmosfer
toko (store atmosphere) mengalami
peningkatan 1 satuan dan variabel lainnya
tetap maka spontanitas belanja (impulse
buying) mengalami peningkatan sebesar
0,554 satuan. Sehingga apabila atmosfer
toko ditingkatkan makan perilaku
spontanitas belanja konsumen akan
meningkat.
Hasil perhitungan menunjukkan konsep
lay-out area penjualan dan penyusunan
produk (planogram) dapat memudahkan
konsumen mencari produk yang
dibutuhkan, agar konsumen merasa
nyaman ketika berbelanja. Penyajian
informasi promosi dan iklan persuasif
secara visual dapat merangsang perilaku
pembelian konsumen. Penerangan, aroma
ruangan dan pemilihan musik yang
diputar membuat konsumen merasa
nyaman untuk berada dalam waktu lama
ketika berbelanja di Supermarket Toserba
XYZ Sunda. Hal ini dikarenakan
masyarakat atau konsumen menjadi lebih
konsumtif jika sebelumnya suatu keluarga
akan memilih objek wisata untuk
melakukan rekreasi ketika liburan, namun
kini mereka akan lebih memilih pergi ke
mall atau toko swalayan (Pradana &
Suparna, 2016).
Hasil penelitian ini mempertegas
penelitian yang dilakukan Prasetyo (2016)
dan Temaja dkk (2015) yang hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel
store atmosphere (atmosfer toko)
memiliki pengaruh signifikan terhadap
impulse buying. Koefisien regresi kedua
penelitian menunjukkan hasil yang sama,
jika atmosfer toko ditingkatkan maka
spontanitas belanja konsumen akan ikut
meningkat. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa semakin nyaman atmosfer toko
(store atmosphere) yang diciptakan
konsumen akan berinteraksi dengan toko
dalam jangka waktu yang lama dalam
artian konsumen akan berlama-lama di
dalam toko sehingga meningkatkan
perilaku impulse buying.
Pengaruh Promosi Penjualan (Sales
Promotion), Pramuniaga (Personal
Selling) Dan Atmosfer Toko (Store
Atmosphere) Terhadap Spontanitas
Belanja (Impulse Buying)
Keputusan pembelian konsumen untuk
berbelanja dapat distimulus oleh beberapa
faktor yang ada di toko tersebut. Ketika
konsumen memasuki area pembelanjaan
-
Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018
ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 9
dengan tujuan mencari suatu produk yang
akan dibeli oleh konsumen tersebut.
Namun terkadang konsumen berubah
pikiran atau terpengaruhi untuk membeli
suatu produk yang sebelumnya
direncanakan oleh promosi penjualan
yang sedang berlangsung, tergiur oleh
penawaran yang dilakukan pramuniaga
atau terpengaruhi oleh iklan persuasif
yang mengkomunikasikan suatu informasi
atau produk. Sehingga perilaku pembelian
tidak terencana secara spontan merupakan
peluang yang dapat meningkatkan
penjualan. Seperti yang dinyatakan oleh
Dunne & Lusch dalam Lisda Rahmasari
(2010) menyatakan 70% dari pembelian
ternyata merupakan pembelian yang tidak
direncanakan (impulse buying).
Tabel 4
Uji F
Hasil uji F promosi penjualan (sales
promotion), pramuniaga (personal selling)
dan atmosfer toko (store atmosphere)
memperoleh F hitung 113,107 lebih besar
dari F tabel 2,73 dan signifikan
menunjukkan 0,00 lebih kecil dari taraf
signifikan 0,05. Dapat diartikan variabel
promosi penjualan (sales promotion),
pramuniaga (personal selling) dan
atmosfer toko (store atmosphere) secara
bersamaan signifikan dan positif dapat
mempengaruhi spontanitas belanja
(impulse buying).
Gambar 2. Pengaruh variable
Besarnya pengaruh ditunjukan dengan
nilai koefisien determinasi didapat sebesar
0,817. Dapat disimpulkan bahwa promosi
penjualan, pramuniaga dan atmosfer toko
secara bersamaan dapat mempengaruhi
serbesar 81% perilaku spontanitas belanja
konsumen Supermarket Toserba XYZ
Sunda Bandung dan 19% perilaku
spontanitas belanja (impulse buying)
dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar
variabel penelitian. Persamaan regresi
menunjukkan jika masing-masing variabel
independen yaitu promosi penjualan,
pramuniaga dan atmosfer ditingkatkan
maka akan diikuti oleh peningkatan
terhadap variabel dependen yaitu
spontanitas belanja.
Hasil penelitian tersebut mempertegas
penelitian yang dilakukan Pradipta dan
Rastini (2014) hasil uji simultan (uji F)
menunjukkan bahwa atmosfer toko,
promosi penjualan, interaksi karyawan
(personal selling) dengan pembeli, secara
simultan berpengaruh signifikan dan
positif terhadap impulse buying di
Carrefour Hypermarket. Dapat
disimpulkan apabila terjadi peningkatan
terhadap variabel promosi penjualan
(sales promotion), pramuniaga (personal
selling) dan atmosfer toko (store
atmosphere), maka perilaku spontanitas
belanja (impulse buying) akan ikut
meningkat. Sehingga untuk meningkatkan
penjualan salah satunya dengan cara
meningkatkan promosi penjualan (sales
promotion), pramuniaga (personal selling)
dan atmosfer toko (store atmosphere) agar
terciptanya perilaku spontanitas belanja.
ANOVAb
Model F Sig. R
Square
Adjusted R
Square
1 Regression 113.107 .000a .817 .810
Residual
Total
a. Predictors: (Constant), Atmosfer Toko , Promosi Penjualan, Aktivitas Pramuniaga
b. Dependent Variabel : Spontanitas Belanja
Sumber: Data Penelitian 2017
0.810
0.492
0.476
0.637
Promosi
Penjualan
Pramuniaga Spontanitas
Belanja Y
Atmosfer Toko
-
Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018
ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 10
PENUTUP
Promosi penjualan, pramuniaga dan
atmosfer toko berpengaruh secara
simultan terhadap spontanitas belanja
konsumen supermarket Toserba XYZ
Sunda Bandung. Untuk meningkatkan
penjualan salah satunya dengan cara
meningkatkan promosi penjualan (sales
promotion), pramuniaga (personal selling)
dan atmosfer toko (store atmosphere) agar
terciptanya perilaku spontanitas belanja.
Promosi penjualan mempunyai pengaruh
yang lebih besar sehingga aktivitas
promosi seperti diskon, festival, dan
hadiah langsung harus lebih fokuskan agar
penjualan dapat meningkat. Kemudian
palayan dan atmosfer toko mempunyai
pengaruh yang hampir sama sehingga
kenyaman berbelanja konsumen dapat
ditingkatkan melalui perbaikan kualitas
pelayanan pramuniaga terhadap konsumen
dan penciptaan atmosfer toko yang lebih
merangsang keinginan konsumen untuk
berbelanja dan mempertahankan royalitas
konsumen untuk tetap berbelanja.
REFERENSI Berman, B., & Evans, J. 2011. Retail
Management: a strategic
approach (11th ed.). Upper saddle
River : Pretice Hall International,
Inc.
Carthy, M., Perreault, & Cannon. 2009.
Pemasaran Dasar Pendekatan
Manejerial Global. Jakarta:
Selemba Empat.
Kotler, P., & Armstrong, G. 2012.
Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi
13. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Levy, & Weitz. 2012. Retail
Management6th edition. United
States of America: McGraw-Hill
International.
Nurmasarie, R., & Iriani, S. S. 2013.
Pengaruh Promosi Penjualan
Dan Penjualan Perseorangan
Terhadap Keputusan Belanja
Tidak Terencana. Surabaya:
Jurnal Ilmu Manajemen
Universitas Negeri Surabaya, Vol.
1 No. 2 Maret 2013 :528-540.
Pradana, I. G., & Suparna, G. 2016.
Pengaruh Store Environment Dan
Impulse Buying Tendency
Terhadap Urge To Buy
Impulsively Dan Impulse Buying
Behaviour. ISSN : 2302-8912.
Bali: E-Jurnal Manajemen
Universitas Udayana, Vol. 5 No.
7 Juli 2016 : 4101 - 4131.
Pradipta, I. N., & Rastini, N. M. 2014.
Pengaruh Atmosfer Toko Promosi
Penjualan Dan Interaksi Antara
Karyawan Toko Dengan Pembeli
Terhadap Keputusan Impulse
Buying Di Carrefour
Hypermarket ISSN 2302 - 8912.
Bali: E-Jurnal Manajemen
Universitas Udayana Vol 3, No 8,
Agustus 2014.
Prasetyo, W., Yulianto, E., & Kumadji
Srikandi. 2016. Pengaruh Store
Atmosphere Terhadap Hedonic
Shopping Value Dan Impulse
Buying (Survei Pada Onsumen
Matahari Department Store
Malang Town Square). Malang:
Jurnal Administrasi Bisnis
Universitas Brawijaya. Vol. 39
No. 2 Oktober 2016 :127-134.
Rahmasari, L. 2010. Menciptakan Impulse
Buying. ISSN 1411-6413.
Semarang: Majalah Ilmiah
INFORMATIKA Universitas
AKI Vol.1 No.3 September 2010
:56-68.
Rohaeni, H. 2016. Peranan Promosi
Melalui Personal Selling
Terhadap Volume Penjualan.
ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-
2255. Bandung: Jurnal Ecodemica
Universitas Bsi Vol. 4 No. 2
September 2016 : 223-231.
Rohendi, A. 2015. Perlindungan
Konsumen Dalam Transaksi E-
-
Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018
ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 11
Commerce Perspektif Hukum
Nasional Dan Internasional. ISSN
: 2355-0295. Bandung: Jurnal
Ecodemica Universitas Bsi Vol 3.
No.2 September 2015 : 474-488.
Sahertian, K., & Sahertian, O. L. 2014.
Pengaruh Stimulus Lingkungan
Fisik Dan Lingkungan Sosial
Terhadap Pembelian Impulsif.
Malang: Jurnal Arthavidya
Universitas Wisnuwardhana
Malang Vol. 16 No. 1 Maret
2014.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sumarwan, U. 2011. Perilaku Konsumen.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Sunyoto. 2014. Dasar-Dasar Manajemen
Pemasaran (Konsep, Strategi, dan
Kasus) Cetakan Pertama.
Yogyakarta: CAPS (Center of
Academic Publishing Service).
Temaja, K. W., Rahanatha, G. B., & Yasa,
N. N. 2015. Pengaruh Fashion
Involvement Atmosfer Toko Dan
Promosi Penjualan Terhadap
Impulse Buying Pada Matahari
Department Store Di Kota
Denpasar. ISSN: 2302-8912. Bali:
E-Jurnal Manajemen Universitas
Udayana Vol. 4 No. 6 2015
:1466-1482.
Tjiptono, F. 2012. Strategi Pemasaran
edisi-4. Jakarta: Andi Offset.
Utami, C. W. 2010. Manajemen Ritel:
Strategi dan Implementasi
Operasional Bisnis Ritel Modern
di Indonesia (2 ed.). Jakarta:
Salemba Empat.
Yuliansyah, H. 2014. Pengembangan
Pemasaran Reza Bakery Dan
Kualitas Layanan Dalam
Meningkatkan Minat Beli
Konsumen. Bandung: Jurnal
Ecodemica Universitas Bsi Vol. 2
No. 2 September 2014 : 211-221.
BIODATA PENULIS 1Agung Sunawarman, adalah lulusan
Sarjana Ekonomi 2017, bidang studi
Manajemen, Universitas BSI. Pernah
mengikuti pendidikan Ritel GRIYA
PERINDO 2012. Ketertarikan penelitian
terhadap ilmu manajemen pemasaran. 2Acep Rohendi, adalah Dosen
dariUniversitas BSI yang telah meraih
gelar Doktor pada bidang hukum.
Ketertarikan penelitian lebih difokuskan
pada hukum perbankan manajemen
pelayanan. 3Iwan Sofyan, adalah Dosen dari
Universitas BSI yang yang telah meraih
gelar Master Manajemen dengan
ketertarikan penelitian pada bidang
manajemen sumber daya manusia.
-
Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018
ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2528-2255 12
Analisa Rasio Laporan Keuangan Untuk Menilai
Kinerja Perusahaan PT Kino Indonesia Tbk
Denny Erica
AMIK BSI Jakarta, [email protected]
ABSTRAK
PT Kino Indonesia Tbk awalnya dibangun pada tahun 1999 dengan hanya satu pabrik dan
58 karyawan. Salah satu perusahaan yang telah menghasilkan lebih dari 400 jenis produk
yang meliputi produk tubuh, makanan, minuman, dan obat-obatan. PT Kino Indonesia
Tbk pada tahun 2014 telah menjadi salah satu perusahaan besar di Indonesia yang
memiliki 4 pabrik dengan 3.234 karyawan, tentu saja memiliki laporan keuangan internal
dan eksternal. Dalam hal ini perusahaan dapat menggunakan analisis rasio terhadap
laporan keuangan. Sedangkan untuk metode data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode observasi dan studi pustaka terkait data keuangan PT Kino
Indonesia Tbk, untuk kemudian dianalisis dengan menghitung rasio aritmatika yang dapat
ditafsirkan dalam hubungan ekonomi yang berkaitan dengan kinerja perusahaan. Hasil
analisis laporan keuangan menggunakan pengukuran Rasio Likuiditas, Rasio Leverage,
Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas, dan perusahaan memiliki kemampuan yang cukup
untuk mengambil tindakan dalam menjamin dan melunasi hutang kepada kreditur, dan
untuk hasil analisis rasio keuangan usaha lainnya dapat dilakukan. dijadikan patokan bagi
investor dalam menginvestasikan dana ke perusahaan.
Kata kunci: kinerja perusahaan, analisis.
ABSTRACT
PT Kino Indonesia Tbk was originally built in 1999 with only one factory and 58
employees. One company that has produced more than 400 types of products which
include body products, food, beverages, and pharmaceuticals. PT Kino Indonesia Tbk in
2014 has become one of the big companies in Indonesia which has 4 factories with 3,234
employees,, of course have financial statements that should always be analyzed
periodically from period to period that can be used as very basic information useful for
company internal and external. In this case the company can use ratio analysis to the
financial statements. While for data method used in this research use observation method
and library study related to financial data of PT Kino Indonesia Tbk, to then be analyzed
by calculating arithmetic ratio which can be interpreted in economic relation related to
company performance. The result of financial statement analysis using measurement of
Liquidity Ratio, Leverage Ratio, Activity Ratio, Profitability Ratio, and it can be said that
the company's financial condition is good enough, and the company has enough
capability to take action in guaranteeing and repaying the debt to the creditor, and for
other business from financial ratio analysis results can be used as a benchmark for
investors in investing funds to the company.
Keywords: company performance, analysis.
Naskah diterima : 07 Desember 2017 , Naskah dipublikasikan : 15 April 2018
PENDAHULUAN
Laporan keuangan disiapkan oleh setiap
perusahaan untuk dapat memberikan
informasi yang berguna bagi para pemakai
laporan, terutama untuk dijadikan sebagai
dasar pertimbangan dalam proses
pengambilan keputusan. Laporan
keuangan merupakan produk akhir dari
serangkaian proses pencatatan dan
pengikhtisaran data transaksi bisnis,
dimana seorang akuntan diharapkan
mampu untuk mengorganisir seluruh data
-
Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018
ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 13
akuntansi hingga dapat
menginterpretasikan serta menganalisis
laporan keuangan perusahaan, Selain itu
laporan keuangan pada dasarnya adalah
hasil dari proses akuntansi yang dapat
digunakan sebagai alat untuk
mengkomunikasikan data keuangan atau
aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan. Pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap posisi keuangan
maupun perkembangan perusahaan, yaitu
pihak internal seperti manajemen
perusahaan dan karyawan, dan pihak
eksternal seperti pemegang saham,
kreditor, pemerintah, dan masyarakat.
(Hery, 2012)
Laporan keuangan pada perusahaan juga
memiliki suatu fungsi yang sangat penting
dalam pasar modal, dimana laporan
keuangan merupakan suatu informasi yang
dapat menggambarkan kinerja perusahaan.
Selain itu laporan keuangan selalu
melaporkan aktivitas perusahaan dalam
suatu periode tertentu. Aktivitas yang
sudah dilakukan dituangkan dalam nilai
mata uang, baik dalam mata uang rupiah
maupun dalam mata uang asing. (Erica,
2016)
Tujuan utama dari sebuah entitas adalah
meningkatkan nilai entitas tersebut.
Peningkatan nilai suatu entitas harus
dibarengi dengan meningkatnya penjualan.
Dan semua hal tersebut dapat direfleksikan
dalam suatu laporan. Laporan yang
menggambarkan perekembangan finansial
perusahaan dari suatu periode tertentu.
Laporan tersebut biasa disebut dengan
laporan keuangan (Pongoh, 2013)
PT Kino Indonesia Tbk, pada walnya
dibangun pada Tahun 1999 dengan hanya
satu pabrik dan 58 karyawan. Sampai
dengan Tahun 2014 PT Kino Indonesia
Tbk berhasil memiliki 4 pabrik dengan
jumlah karyawan 3.234 jiwa yang
memproduksi lebih dari 400 jenis produk
yang meliputi produk tubuh, makanan,
minuman, dan obat-obatan, tentunya
memiliki laporan keuangan yang harus
selalu dianalisa secara berurutan dari satu
periode ke periode berikutnya untuk dapat
dijadikan sebagai dasar informasi yang
dapat berguna baik itu oleh pihak internal
ataupun pihak eksternal perusahaan, dan
dalam hal ini, perusahaan dapat
menggunakan analisa rasio laporan
keuangan. (PT Kino Indonesia Tbk)
Pada dasarnya hasil dari analisis laporan
keuangan yang dilakukan oleh pihak
manajemen perusahaan dapat memberikan
beberapa informasi tentang kelemahan dan
kekuatan yang dimiliki perusahaan dengan
melihat hasil perbandingan rasio keuangan,
seperti menghitung Rasio Likuiditas
(Liquidity Ratio) untuk melihat
kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek, Rasio
Solvabilitas (Leverage Ratio) untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan
dibiayai dengan utang, Rasio Aktivitas
(Activity Ratio) untuk mengukur tingkat
efisiensi pemanfaatan sumber daya
perusahaan, Rasio Profitabilitas
(Profitability Ratio) untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan atau laba dalam suatu periode
tertentu. Secara garis besar informasi yang
terkait dengan adanya kelemahan dan
kekuatan tersebut telah menggambarkan
situasi dan kondisi dari kinerja manajemen
di dalam mengelola keuangan perusahaan.
(Erica, 2017)
KAJIAN LITERATUR
Analisa rasio merupakan salah satu alat
analisis keuangan yang paling banyak
digunakan, dimana dalam perhitungan
rasio ini menggunakan perhitungan
aritmatika sederhana yang dapat
diintreprestasikan, dimana setiap
perhitungan rasio akan jauh lebih
bermanfaat jika dibandingkan dengan hasil
perhitungan rasio tahun sebelumnya.
(Hery, 2012)
Analisa Rasio Keuangan merupakan
proses analisis dan penilaian yang
membantu dalam menjawab pertanyaan
yang sudah sewajarnya diajukan, jadi itu
merupakan alat untuk mencapai tujuan.
(Hery, 2014)
Definisi Rasio Keuangan
Setiap tutup periode di akhir bulan
biasanya pihak Divisi Keuangan (The
Accounting Division) perusahaan selalu
menyiapkan dan menyusun Laporan
Keuangan (Financial Statement) yang
terdiri dari Laporan Neraca (Balance
Sheet), Laporan Laba Rugi (Income
Statement), Laporan Arus Kas (Cash Flow
-
Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018
ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2528-2255 14
Statement), Laporan Perubahan Modal
(Capital Statement), dan Laporan tersebut
diserahkan kepada pimpinan perusahaan.
Namun demikian selain Laporan
Keuangan (Financial Statement) ada hal
lain yang penting dan perlu untuk disajikan
dalam penyampaian laporan keuangan
yaitu mengenai Analisis Laporan
Keuangan (Financial Statement Analysis).
Menurut James, Rasio Keuangan
(Financial Ratio) merupakan indeks yang
menghubungkan dua angka akuntansi dan
diperoleh dengan membagi satu angka
dengan angka lainnya. Rasio keuangan
digunakan untuk mengevaluasi kondisi
keuangan dan kinerja perusahaan. Dari
hasil rasio keuangan ini akan terlihat
kondisi kesehatan perusahaan yang
bersangkutan. (Kasmir, 2011)
Rasio Keuangan (Financial Ratio)
merupakan suatu gambaran dari hubungan
atau perimbangan (mathematical
relationship) antara suatu jumlah tertentu
dengan jumlah yang lain. Dan dengan
menggunakan alat analisa berupa rasio ini
akan dapat menjelaskan atau memberi
gambaran kepada penganalisa tentang baik
atau buruknya keadaan atau posisi
keuangan suatu perusahaan terutama
apabila angka rasio tersebut dibandingkan
dengan angka rasio pembanding yang
digunakan sebagai standard dalam rasio
keuangan. (Munawir, 2014)
Analisa Rasio keuangan (Financial Ratio
Analysis) merupakan kegiatan
membandingkan angka-angka yang ada
dalam laporan keuangan dengan cara
membagi satu angka dengan angka
lainnya, maka perbandingannya dapat
dilakukan antara satu komponen dengan
komponen lainnya dalam satu laporan
keuangan atau antar komponen yang ada
diantara laporan keuangan tersebut dalam
bentuk angka-angka pada suatu periode
tertentu.
Hasil dari Analisa Rasio Keuangan
(Financial Ratio Analysis) ini dapat
digunakan oleh pihak manajemen
perusahaan untuk menilai kinerjanya
dalam suatu periode, apakah pihak
manajemen perusahaan telah mencapai
target yang telah ditetapkan atau
sebaliknya, dan selain itu juga hasil dari
rasio keuangan ini dapat dijadikan sebagai
suatu penilaian terhadap kemampuan
manajemen di dalam memberdayakan
semua sumber daya perusahaan yang
dimiliki secara lebih efektif. Karena pada
dasarnya tujuan utama dari Analisis
Laporan Keuangan (Financial Statement
Analysis) adalah sebagai berikut: (1)
Sebagai alat barometer untuk melakukan
forecasting atau memproyeksikan posisi
keuangan dimasa yang akan dating; (2)
Mereview kondisi perusahaan saat ini,
permasalahan dalam manajemen,
operasional maupun, keuangan; (3) Alat
ukur untuk melakukan efisiensi di semua
departemen perusahaan. (Erica, 2016)
Selain itu hasil dari analisis laporan
keuangan yang dilakukan oleh pihak
manajemen perusahaan dapat memberikan
beberapa informasi yang terkait tentang
kelemahan dan kekuatan yang dimiliki
oleh perusahaan, seperti seberapa besar
asset perusahaan yang dapat dijadikan
sebagai penjamin terhadap hutang-
hutangnya dan seberapa besar kemampuan
perusahaan di dalam membayar hutang-
hutangnya. Sehingga jika suatu saat
perusahaan mengalami krisis keuangan
dan defisit terhadap anggaran sebagai
suatu kelemahan perusahaan maka pihak
manajemen dapat mengukur seberapa
besar perusahan dapat melakukan
penjaminan terhadap hutang-hutangnya
dan pembayaran terhadap hutang-
hutangnya, selain itu pihak manajemen
perusahaan juga dapat mengambil
keputusan dengan cepat untuk melakukan
perbaikan dan pemangkasan terhadap
biaya-biaya yang dianggap memberatkan
perusahaan, sehingga keuangan perusahaan
dapat kembali stabil. Sedangkan apabila
pihak manajemen perusahaan
mendapatkan informasi yang terkait
dengan kondisi keuangan yang cukup baik
maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai
suatu kekuatan yang dimiliki oleh
perusahaan untuk dapat menarik para
investor agar dapat menginvestasikan
dananya ke perusahaan. Maka secara garis
besarnya informasi yang terkait dengan
adanya kelemahan dan kekuatan tersebut
bisa dikatakan telah cukup
menggambarkan mengenai situasi dan
kondisi dari kinerja manajemen
perusahaan di dalam mengelola keuangan.
-
Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018
ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 15
Kasmir menyatakan bahwa dalam
praktiknya analisis rasio keuangan suatu
perusahaan dapat digolongkan menjadi
tiga, yaitu:
1. Rasio Neraca (Balance Sheet Ratio), yaitu membandingkan angka-angka
yang hanya bersumber dari neraca.
2. Rasio Laporan Laba Rugi (Income Statement Ratio), yaitu
membandingkan angka-angka yang
hanya bersumber dari laporan laba
rugi.
3. Rasio antar laporan, yaitu membandingkan angka-angka dari
dua sumber (data campuran), baik
yang ada di neraca maupun di laporan
laba rugi. (Kasmir, 2011)
Dari pernyataan Kasmir yang tersebut di
atas dapat disimpulkan bahwa ada 2 (dua)
unsur laporan keuangan (Financial
Statement) dan 1 (satu) unsur data
campuran dari keduanya yang perlu untuk
dianalisa lebih lanjut, yaitu: laporan Laba
Rugi (Income Statement), Neraca (Balance
Sheet) dan Antar Laporan (data campuran
dari kedua laporan).
Teknik analisis laporan keuangan
digunakan untuk menentukan dan
mengukur hubungan antara pos-pos yang
ada dalam laporan sehingga dapat
diketahui perubahan-perubahan dari
masing-masing pos tersebut bila
diperbandingkan dengan laporan dari
masing-masing pos tersebut bila
diperbandingkan dengan laporan dari
beberapa periode untuk satu perusahaan
tertentu atau diperbandingkan dengan alat
pembanding lainnya. (Sunyoto, 2013)
Bentuk-Bentuk Rasio Keuangan
Penilaian dari kinerja keuangan (Financial
Performance) pada suatu perusahaan dapat
dilakukan dengan cara menggunakan
beberapa metode penghitungan rasio
keuangan terhadap Laporan Keuangan
(Financial Statement) perusahaan, dimana
pada masing-masing rasio keuangan
tersebut memiliki tujuan, kegunaan, dan
arti tertentu yang dapat diinterprestasikan
oleh pihak manajemen perusahaan yang
dapat dipergunakan didalam melakukan
pengambilan keputusan dan menentukan
serta menetapkan kebijakan perusahaan.
Weston menyatakan bahwa bentuk-bentuk
Analisa Rasio Keuangan (Financial Ratio
Analysis) adalah sebagai berikut :
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) 2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) 3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) 4. Rasio Profitabilitas (Profitability
Ratio)
5. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio) 6. Rasio Penilaian (Valuation Ratio).
(Kasmir, 2011)
James menyatakan bahwa bentuk-bentuk
rasio keuangan adalah sebagai berikut :
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) 2. Rasio Pengungkit (Leverage Ratio) 3. Rasio Pencakupan (Coverage Ratio) 4. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) 5. Rasio Profitabilitas (Profitability
Ratio).
(Kasmir, 2011)
Penjabaran bentuk-bentuk rasio menurut
Weston, yaitu:
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek.
Jenis-jenis rasio likuiditas:
Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio)
Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover Ratio)
Rasio Persediaan untuk Modal Kerja Bersih (Inventory to Net
Working Capital)
(Kasmir, 2011)
2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) Merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur sejauh mana aktiva
perusahaan dibiayai dengan utang.
Jenis-jenis rasio solvabilitas:
Rasio Hutang Terhadap Harta (Debt to Asset Ratio)
Rasio Hutang Terhadap Modal (Debt to Equity Ratio)
Rasio Hutang Jangka Panjang Terhadap Modal (Long Term Debt
to Equity Ratio)
Tangible Assets Debt Coverage
Current Liabilities to Net Worth
Times Interest Earned
Fixed Charge Coverage
-
Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018
ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2528-2255 16
3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi
pemanfaatan sumber daya perusahaan.
Jenis-jenis rasio aktivitas:
Perputaran Piutang (Receivable Turn over)
Hari Rata-Rata Penagihan Piutang (Days of Receivable)
Perputaran Persediaan (Inventory Turn over)
Hari Rata-Rata Penagihan Persediaan (Days of Inventory)
Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn over)
Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn over)
Perputaran Aktiva (Assets Turn over)
4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
Merupakan rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan atau laba dalam
suatu periode tertentu.
Jenis-jenis rasio profitabilitas:
Profit Margin on Sales
Return on Investment (ROI)
Return on Equity (ROE)
Earning per Share of Common Stock
5. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio) Merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan
posisi ekonominya di tengah
pertumbuhan perekonomian dan
sektor usahanya.
6. Rasio Penilaian (Valuation Ratio) Merupakan rasio yang memberikan
ukuran dari kemampuan manajemen
menciptakan nilai pasar usahanya di
atas biaya investasi.
Tujuan dan Manfaat Analisa Laporan
Keuangan
Analisis laporan keungan perlu dilakukan
secara cermat dan teliti terkait dengan data
keuangan dengan menggunakan metode
dan teknik analisis yang tepat sehingga
hasil yang diharapkan benar-benar tepat
pula. Kesalahan dalam memasukkan data
angka keuangan atau rumus dari analisa
keuangan maka akan berakibat pada tidak
akuratnya dari hasil yang hendak dicapai
oleh perusahaan sebagai penentu pihak
manajemen didalam menentukan alokasi
anggaran dan prediksi keuntungan di tahun
berikutnya. Kemudian, hasil perhitungan
tersebut, dianalisis dan diinterpretasikan
sehingga diketahui posisi keuangan yang
sesungguhnya. Kesemuanya ini harus
dilakukan secara teliti, mendalam, dan
jujur.
Tujuan dan manfaat dari analisa laporan
keuangan, adalah:
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode
tertentu, baik harta, kewajiban, modal,
maupun hasil usaha yang telah dicapai
untuk beberapa periode.
2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi
kekurangan perusahaan.
3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu
dilakukan ke depan yang berkaitan
dengan posisi keuangan perusahaan
saat ini.
5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah
dianggap berhasil atau gagal.
6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan
sejenis tentang hasil yang dicapai.
(Kasmir, 2011)
Dari beberapa manfaat yang disampaikan
oleh Kasmir tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa analisis dari macam-
macam rasio keuangan berikut
intreprestasinya dapat memberikan kepada
pihak manajemen perusahaan suatu
informasi tentang kondisi dan prestasi dari
kinerja perusahaan kepada para investor
dan kreditur. Selain itu dengan analisa
rasio keuangan pihak manajemen
perusahaan dapat membuat suatu laporan
keuangan proyeksi sebagai bentuk target
pencapaian.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini pada dasarnya untuk
menjelaskan bagaimanakah keadaan dan
kondisi keuangan PT. Kino Indonesia Tbk
pada Bulan September Tahun 2016 dengan
-
Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018
ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 17
menggunakan rumus perhitungan rasio
dari masing-masing data akun dilaporan
keuangan perusahaan. Penelitian ini
didesain dengan menggunakan 2 (dua)
metode di dalam melakukan pengumpulan
datanya, yaitu: metode observasi dan
metode studi literatur yang terkait dengan
data keuangan perusahaan PT. Kino
Indonesia Tbk untuk kemudian dilakukan
suatu proses analisa dengan prosedur
terkait dengan analisa rasio keuangan
menggunakan penghitungan aritmatika
yang dapat diinterpretasikan ke dalam
hubungan ekonomis yang terkait dengan
kinerja dari PT. Kino Indonesia Tbk.
PEMBAHASAN
Laporan Neraca PT. Kino Indonesia
Tbk, bulan September Tahun 2016
Tabel 1 : Balance Sheet
PT Kino Indonesia Tbk Balance Sheet (Million Rp
except Par Value)
September 2016
Cash & Cash Equivalents 488.190
Receivables 894.781
Inventories 453.824
Current Assets 2.047.641
Fixed Assets 1.183.051
Other Assets 70.194
Total Assets 3.414.051
Current Liabilities 1.372.498
Long Term Liabilities 117.982
Total Liabilities 1.490.480
Authorized Capital 480.000
Paid up Capital 142.857
Paid up Capital (Shares) 1.429
Par Value 0
Retained Earnings 599.708
Total Equity 1.923.570
Sumber : (Bursa Efek Indonesia)
Laporan Laba Rugi PT Kino Indonesia
Tbk, bulan September Tahun 2016
Tabel 2 : Income Statements
PT Niko Indonesia Tbk Income Statements (Million Rp
except Par Value)
September
2016
Total Revenues 2.700.168
Cost of Revenues 1.597.771
Gross Profit 1.102.397
Expenses (Income) 876.186
Operating Profit 226.211
Income before Tax 226.221
Tax 41.556
Profit for the period 184.655
Period Attributable 184.642
Comprehensive Income 178.748
Comprehensive Attributable 178.735
Sumber : (Bursa Efek Indonesia)
Grafik Total Assets dan Liabilities Bulan
September Tahun 2016
Sumber : (Bursa Efek Indonesia)
Gambar 1 : Grafik Total Assets dan
Liabilities PT Kino Indonesia Tbk
Grafik Total Equity Bulan September
Tahun 2016
Sumber : (Bursa Efek Indonesia)
Gambar 2 : Grafik Total Equity
PT Kino Indonesia Tbk
Total Revenues Bulan September Tahun
2016
Sumber : (Bursa Efek Indonesia)
Gambar 3 : Grafik Total Revenues
PT Kino Indonesia Tbk
-
Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018
ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2528-2255 18
Profit For The Period
Sumber : (Bursa Efek Indonesia)
Gambar : Grafik Profit For The Period
PT Kino Indonesia Tbk
Analisa Rasio Keuangan Bulan
September Tahun 2016 Pada PT. Kino
Indonesia Tbk
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Current Ratio = Current Assets : Current Liabilities = 2.047.641 :
1.372.498 = 1,4919 (149,19)
Artinya setiap Rp. 1,00 hutang
lancar dijamin atau di tanggung oleh
aktiva lancar sebesar Rp. 149,19
atau dengan kata lain semakin tinggi
rasio berarti semakin terjamin
hutang-hutang perusahaan kepada
kreditur.
Quick Ratio = (Current Assets - Inventory) : Current Liabilities =
(2.047.641 – 453.824) : 1.372.498 =
1,1613 (116,13) Artinya setiap Rp. 1,00 hutang
lancar dijamin oleh aktiva lancar
selain persediaan (inventory) sebesar
Rp. 116,13
Cash Ratio = Cash or Cash Equivalents : Current Liabilities =
488.190 : 1.372.498 = 0,3557
(35,57) Artinya setiap Rp. 1,00 hutang
lancar di jamin oleh kas dan surat-
surat beharga sebesar 0,3557 atau
35,57%
Cash Turnover Ratio = Net Sales : (Current Assets – Current
Liabilities) = 2.700.168 : (2.047.641
– 1.372.498) = 2.700.168 : 675.143
= 3,99
Artinya tingkat kecukupan modal
kerja perusahaan yang dibutuhkan
untuk membayar tagihan (utang) dan
biaya-biaya yang berkaitan dengan
penjualan sebesar 3,99%
Inventory to Net Working Capital = Inventory : (Current Assets –
Current Liabilities) = 453.824 :
675.143 = 0,67
Artinya perbandingan antara
persediaan dan modal kerja
perusahaan sebesar 0,67%
2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
Debt to Asset Ratio = Total Debt : Total Assets = 1.490.480 :
3.414.051 = 0,44 (44%)
Artinya besarnya aktiva perusahaan
yang dibiayai oleh utang adalah
sebesar 31%
Debt to Equity Ratio = Total Debt : Equity = 1.490.480 : 1.923.570 =
0,77 (77%) Artinya besarnya modal yang dapat
dijadikan sebagai jaminan utang
adalah sebesar 77%
Long Term Debt to Equity Ratio = Long Term Debt : Equity = 117.982
: 1.923.570 = 0,06 (6%)
Artinya besarnya modal yang dapat
dijadikan sebagai jaminan utang
adalah sebesar 6%
3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
Inventory Turnover = Sales : Inventory = 2.700.168 : 453.824 =
5,95 atau 6 kali Artinya perputaran persediaan dalam
satu periode sebanyak 6 kali
Days of Inventory = Jumlah hari dalam 1 tahun : Inventory Turnover
= 365 : 5,95 = 61,34 atau 61 hari
Artinya jumlah hari untuk rata-rata
persediaan tersimpan dalam gudang
sebanyak 61 hari
Working Capital Turnover = Net Sales : Current Assets = 2.700.168 :
2.047.641 = 1,32 atau 1 kali
Artinya perputaran modal kerja
dalam satu periode sebanyak 1 kali
Fixed Assets Turnover = Sales : Total Fixed Assets = 2.700.168 :
1.183.051 = 2,28 atau 2 kali
Artinya perputaran aktiva tetap
dalam satu periode sebanyak 2 kali
-
Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018
ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 19
Total Assets Turnover = Sales : Total Assets = 2.700.168 : 3.414.051
= 0,79 atau 1 kali
Artinya perputaran Total Aktiva
dalam satu periode sebanyak 1 kali
4. Rasio Profitabilitas (Profitability
Ratio)
Profit Margin on Sales = Gross
Profit : Sales = 1.102.397 :
2.700.168 = 0,4083 (40,83%)
Artinya margin laba atas penjualan
sebesar 40,83%
Net Profit Margin = Earning After
Interest and Tax : Sales = 184.655 :
2.700.168 = 0,0684 (6,84%)
Artinya pendapatan bersih
perusahaan atas penjualan sebesar
6,84%
Return on Investment (ROI) =
Earning After Interest and Tax :
Total Assets = 184.655 : 3.414.051 =
0,0541 (5,41%)
Artinya rasio yang menunjukkan
hasil atas jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan atau
hasil pengembalian investasi sebesar
5,41%
Return on Equity (ROE) = Earning
After Interest and Tax : Equity =
184.655 : 1.923.570 = 0,0960
(9,60%)
Artinya hasil pengembalian ekuitas
atau rentabilitas modal sendiri
sebesar 9,60%.
PENUTUP
Berdasarkan pada hasil dari perhitungan
Analisa Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio),
Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio),
Analisa Rasio Aktivitas (Activity Ratio),
Analisa Rasio Profitabilitas (Profitability
Ratio), maka dapat dikatakan kondisi
keuangan PT. Kino Indonesia Tbk pada
Tahun 2016 masih dalam keadaan cukup
baik dan dampak manfaatnya bagi
perusahaan pada tahun tersebut masih
memiliki cukup kemampuan untuk
melakukan suatu tindakan didalam
penjaminan dan pembayaran hutang-
hutangnya kepada pihak kreditur, dan
untuk manfaat lainnya dari hasil analisa
rasio keuangan ini juga dapat dijadikan
sebagai tolak ukur bagi para investor
didalam menginvestasikan dananya ke PT.
Kino Indonesia Tbk, dikarenakan pada
Tahun 2016 ini keadaan dan kondisi
keuangan perusahaan masih dalam
keadaan cukup baik.
Sebaiknya melakukan perhitungan dua
rasio lagi selain dari Analisa Rasio
Likuiditas (Liquidity Ratio), Analisa Rasio
Solvabilitas (Leverage Ratio), Analisa
Rasio Aktivitas (Activity Ratio), Analisa
Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio),
yaitu : Analisa Rasio Pertumbuhan
(Growth Ratio) untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan posisi ekonominya di
tengah pertumbuhan perekonomian dan
sektor usahanya, dan Analisa Rasio
Penilaian (Valuation Ratio) yang
memberikan ukuran dari kemampuan
manajemen di dalam menciptakan nilai
pasar usahanya di atas biaya investasi.
REFERENSI
Bursa Efek Indonesia. 2017. Ringkasan
Kinerja Perusahaan Tercatat, Diambil
dari:
http://www.idx.co.id/StaticData/Listed
Companies/PerformanceSummary/KI
NO.pdf
Erica. 2016. Analisa Rasio Laporan
Keuangan Untuk Menilai Kinerja
Perusahaan PT Astra Agro Lestari
Tbk. Jurnal Moneter, Vol. III No. 2,
Hal. 136-142
Erica. 2017. Analisa Rasio Laporan
Keuangan Untuk Menilai Kinerja
Perusahaan PT Semen Indonesia Tbk
(Persero). Jurnal Perspektif, Vol. XV
No. 2, Hal. 89-94
Hery. 2012. Analisis Laporan Keuangan,
Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Hery. 2014. Analisis Laporan Keuangan,
Penerbit Bumi Aksara, Jakarta
Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan,
Penerbit Raja Grafindo Persada,
Jakarta
Munawir. 2014. Analisis Laporan
Keuangan, Penerbit Liberty,
Yogyakarta.
-
Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018
ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2528-2255 20
Pongoh. 2013. Analisa Laporan Keuangan
Untuk Menilai Kinerja Keuangan PT.
Bumi Resources Tbk. Jurnal EMBA,
Vol 1 No. 3, Hal. 669-679
Sunyoto. 2013. Analisis Laporan
Keuangan Untuk Bisnis, Penerbit
CAPS, Yogyakarta.
PT Kino Indonesia Tbk. 2017. Ringkasan
Profil our Group PT Kino Indonesia,
Diambil dari:
http://www.kino.co.id/company/our-
group/
BIODATA PENULIS Denny Erica, SE, MM, Dosen AMIK
Bina Sarana Informatika (BSI). Pendidikan
S1 dari Fakultas Ekonomi Universitas
Mercu Buana pada Tahun 1999, dan
melanjutkan pendidikan Akta IV di
Universitas Negeri Jakarta pada Tahun
2003, selanjutnya Pendidikan S2 Magister
Manajemen di Universitas Mercu Buana
pada Tahun 2011. Pada Tahun 2016 saya
lulus Sertifikasi Dosen.
http://www.kino.co.id/company/our-group/http://www.kino.co.id/company/our-group/
-
Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018
ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 21
Pengembangan Jiwa Kewirausahaan:
Studi Kasus Terhadap Mahasiswa yang
Berwirausaha di Yogyakarta
Heri Maulana
AMIK BSI Yogyakarta, [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggali fenomena mahasiswa yang berwirausaha.
Penelitian ini menggambarkan alasan mahasiswa berwirausaha, kendala apa saja yang
dihadapi, jiwa kewirausahaan apa yang berkembang dan bagaimana mengembangkan
jiwa kewirausahaan tersebut. Pendekatan kualitatif dengan strategi studi kasus digunakan
dalam penelitian ini. Responden yang digunakan adalah mahasiswa aktif yang memiliki
usaha minimal sudah 2 tahun, memiliki omzet minimal 5 juta per bulan dan berperan
sebagai owner yang terlibat langsung dan aktif membangun usaha. Hasil penelitian yang
diperoleh melalui responden bahwa alasan mahasiswa berwirausaha adalah mendapatkan
penghasilan untuk membiayai hidup dan kuliah, mengoptimalkan waktu dan membangun
pemberdayaan diri dan masyarakat. Kemudian jiwa kewirausahaan yang banyak
berkembang adalah kepemimpinan, kemandirianl kerja keras, kerja sama, kreatif, inovasi
dan berani mengambil keputusan dan resiko.
Kata Kunci : kewirausahaan, jiwa kewirausahaan, mahasiswa
ABSTRACT
This study was directed to explore the entrepreneurship student phenomenon. It was
intended to understand and explain why the student interested with entrepreneurship,
what entrepreneurial spirit is developing and how to develop the entrepreneurial spirit.
Qualitative research approach with case study as the research strategy was implemented.
Respondents used are active students who have a business at least 2 years, have a
minimum turnover of 5 million per month and the owner who is involved directly and
actively build a business. Based on the story revealed from the respondents, this research
explained that income to finance life and lectures, optimize time and build self-
empowerment and society becomed the great reason. Then a growing entrepreneurial
spirit is leadership, independence of hard work, cooperation, creative, innovation and
courage to take decisions and risks.
Keywords: entrepreneurship, entrepreneurial spirit, student
Naskah diterima :20 November 2017 , Naskah dipublikasi :15 April 2018
PENDAHULUAN
Mahasiswa merupakan salah satu
komponen pembangunan bangsa yang
sangat potensial. Dengan rentang usia yang
masih muda, tenaga yang masih kuat,
jaringan yang cukup luas dan kemampuan
berfikir dan kreatifitas yang tinggi menjadi
pondasi dan modal dasar bagi kemajuan
negara.
Menurut Hanif Dhakiri (Menteri Tenaga
Kerja), di Indonesia terdapat sekitar 7 juta
orang pengangguran, 4 juta orang di
antaranya adalah pengangguran kaum
muda yang berusia sekitar 15 sampai 24
tahun (detik.com, 2017). Menurut Tribun
Jogja (2017), di kota Yogyakarta terdapat
6.721 pengangguran. Sedangkan pada
tahun 2016 berdasarkan data pencari kerja
terdapat 1.472 orang. Sekitar 45,79%
adalah lulusan SMA, 36,28% adalah
lulusan sarjana, 11,21% diploma dan lain-
lain 6,72%.
-
Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018
ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 22
Usia muda semestinya penuh dengan
produktifitas dan karya, sehingga akan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Data jumlah pengangguran menunjukkan
banyaknya lulusan pada tingkat pendidikan
yang lebih tinggi namun miskin
keterampilan atau keahlian. Hal ini
dijelaskan oleh Tukiran dan Endang (2005)
bahwa usia muda yang menganggur yang
berasal dari lulusan pendidikan
SMA/sederajat dan perguruan tinggi tidak
memiliki keterampilan dan keahlian yang
memadai bagi dunia kerja. Tuntutan dunia
kerja dan usaha semakin kompleks
sedangkan kemampuan lulusan lembaga
pendidikan tidak sesuai kebutuhan kerja
dan usaha.
Melihat jumlah pengangguran usia muda
tersebut tentunya menjadi permasalahan
yang sangat besar bagi pembangunan
bangsa di masa depan. Apabila tidak
dikelola dengan benar, maka
dikhawatirkan akan menjadi bom waktu
yang akan menimbulkan masalah sosial
seperti kriminalitas, kenakalan remaja dan
lain sebagainya.
Berbagai upaya telah dilakukan
pemerintah untuk menekan angka
pengangguran terutama pengagguran muda
terdidik terutama melalui pelatihan dan
pendampingan usaha, namun banyak
pencari kerja yang mengeluhkan materi
pelatihan yang tidak memadai untuk dunia
kerja dan usaha di lapangan (Tukiran dan
Endang, 1998).
Melihat permasalahan tersebut, pemerintah
dan pihak terkait mengembangkan strategi
penanggulangan pengangguran yang
awalnya memberikan kesempatan kerja
bagi pencari kerja menjadi menciptakan
lapangan kerja bagi pencari kerja itu
sendiri yaitu melalui kewirausahaan. Guna
menghadapi situasi yang demikian sudah
selayaknya jika dilakukan upaya untuk
mengarahkan para lulusan teutama
perguruan tinggi menjadi pencipta kerja
(job creator), bukan sebagai pencari kerja
(job seeker) (Tamriatin, 2015). Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi tingkat pengangguran (muda)
dan dampak yang ditimbulkannya adalah
dengan mendorong semangat berwirausaha
bagi mahasiswa.
Wirausaha menurut McClelland (Kasali,
dkk., 2010) merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan sebuah negara menjadi
maju. Majunya sebuah negara adalah
ketika jumlah wirausaha yang terdapat di
negara tersebut minimal 2% dari populasi
penduduknya. Saat ini jumlah wirausaha di
Indonesia baru mencapai 1,56%, masih
tertinggal jauh bila dibandingkan dengan
Amerika Serikat (11,5%) dan Singapura
(7,2%), Malaysia (5%), dan Thailand
(4%). Dengan jumlah penduduk Indonesia
sebesar 250 juta, maka dibutuhkan sekitar
lima juta wirausaha. Jika hal ini dibiarkan
tanpa upaya menumbuhkannya, maka
sangat lambat untuk memenuhi angka 2%
wirausaha.
Kewirausahaan merupakan jiwa yang bisa
dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang
memiliki jiwa kewirausahaan, pada
umumnya memiliki potensi menjadi
pengusaha tetapi hal ini bukan menjadi
jaminan untuk menjadi pengusaha. Setiap
pengusaha umumnya memiliki jiwa
kewirausahaan. Ciri penting dari seseorang
yang memiliki jiwa wirausaha adalah
kemampuan memimpin, kemandirian,
kerjasama dalam tim, kreativitas dan
inovasi, serta keberaniannya dalam
menghadapi dan mengambil resiko
terhadap keputusan yang dibuat yang
mendasari tindakan riil yang dilakukan.
Untuk menumbuhkan semangat
berwirausaha tersebut, generasi muda
termasuk mahasiswa harus didorong,
difasilitasi dan dimobilisasi untuk menjadi
wirausaha-wirausaha muda yang tangguh.
Mahasiswa semestinya juga dibekali
dengan pengatahuan, wawasan,
pengalaman nyata dan pendampingan dari
mentor-mentor bisnis berpengalaman.
Sehingga mahasiswa yang sudah memiliki
semangat akademik yang tinggi akan
menjadi individu-individu yang
menggerakkan perubahan bagi kehidupan
masyarakat dan bernegara.
Realitas yang banyak ditemukan bahwa
mahasiswa setelah lulus nantinya akan
mencari pekerjaan yang ideal dan akan
menjadi kebanggaan di dalam hidupnya.
Kebutuhan mencari pekerjaan ini terlihat
dari banyaknya pencari kerja di setiap
bursa atau pameran lowongan kerja.
Bahkan pameran lowongan kerja sudah
-
Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018
ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 23
menjadi ajang pameran yang paling
menarik untuk didatangi.
Di tengah persaingan mencari pekerjaan di
kalangan mahasiswa dan lulusan
perguruan tinggi muncul fenomena
menarik di kalangan mahasiswa, yakni
mahasiswa aktif yang berwirausaha atau
menjalankan bisnis di tengah kesibukan
kampus. Hal ini tentunya unik, sebab
kebanyakan mahasiswa memilih untuk
segera menyelasikan studi dan
mendapatkan nilai terbaik sehingga mudah
mencari pekerjaan. Para mahasiswa ini
memilih untuk menempa dirinya dengan
berwirausaha.
Studi pendahuluan dari seorang mahasiswa
yang berwirausaha menunjukkan adanya
alasan-alasan kuat untuk berwirausaha.
Selain alasan menambah penghasilan,
alasan pemberdayaan diri dan masyarakat
menjadi motivasi kuat untuk berwirausaha.
Bahkan berwirausaha mampu
mengembangkan karakter atau jiwa
wirausaha ya