eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

50
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat dalam beberapa abad terakhir, Dengan berbagai kemajuan yang menggambarkan perkembangan yang pesat baik dalam ilmu pengetahuan, teknologi informasi, dan komunikasi maupun bidang lainnya, Hal ini sangat mempengaruhi kebudayaan masyarakat terkhusus dalam kehidupan manusia. sedangkan kita mengetahui bahwa Manusia adalah pencipta kebudayaan dan sebagai ciptaan manusia kebudayaan adalah eksprasi eksistensi manusia di dunia. Dengan melalui eksternalisasi manusia akan menciptakan kebudayaan, Sedangkan melalui internalisasi, kebudayaan membentuk manusia. 1 Kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah seluruh sistem gagasan tindakan serta hasil karsa karya manusia yang di tuangkan dalam belajar yang dijadikan milik 1 Rafael Raga Maran.1999. manusia dan kebudayaan dalam perspektif ilmu budaya dasar. Jakarta: Pustaka Media, hlm.18 1

Transcript of eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

Page 1: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan

cepat dalam beberapa abad terakhir, Dengan berbagai kemajuan yang

menggambarkan perkembangan yang pesat baik dalam ilmu pengetahuan,

teknologi informasi, dan komunikasi maupun bidang lainnya, Hal ini sangat

mempengaruhi kebudayaan masyarakat terkhusus dalam kehidupan manusia.

sedangkan kita mengetahui bahwa Manusia adalah pencipta kebudayaan dan

sebagai ciptaan manusia kebudayaan adalah eksprasi eksistensi manusia di dunia.

Dengan melalui eksternalisasi manusia akan menciptakan kebudayaan, Sedangkan

melalui internalisasi, kebudayaan membentuk manusia.1

Kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah seluruh sistem gagasan

tindakan serta hasil karsa karya manusia yang di tuangkan dalam belajar yang

dijadikan milik manusia itu sendiri.2 kebudaayaan lahir dari kebiasaan orang-

orang di lingkungan sosial seperti di pedesaan sampai di perkotaan. Masyarakat

perkotaan umunya terbagi dalam lima macam klasifikasi berdasarkan jumlah

penduduk yaitu yang pertama, kota Megapolitan adalah kota yang dimana dengan

jumlah penduduk di atas dari lima juta orang, kedua, kota Metropolitan adalah

kota dengan jumlah penduduk antara satu juta sampai lima juta orang, ketiga, kota

sedang adalah kota dengan jumlah penduduk antara seratus ribu sampai lima ratus

1 Rafael Raga Maran.1999. manusia dan kebudayaan dalam perspektif ilmu budaya dasar. Jakarta: Pustaka Media, hlm.18

2 Koentjaningrat. 2009. pengantar ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta. Hlm. 144

1

Page 2: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

2

ribu orang, dan terakhir kota kecil adalah kota dengan jumlah penduduk antara

dua puluh ribu sampai seratus ribu orang3. dari keempat unsur klarifikasi kota

diatas makassar berada pada kota metropolitan. Kota metropolitan merupakan

pusat perekonomian serta segala hal yang berkaitan dengan kehidupan. Kehidupan

di kota metropolitan bisa menjadi trend setter bagi wilayah lainnya. Banyak

penduduk yang tergiur untuk pindah ke kota dengan berbagai alasan, mulai dari

mencari nafkah, hingga melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Masyarakat dari berbagai kalangan yang berbondong-bondong pergi ke kota,

semakin menambah keberagaman lapisan masyarakat di perkotaan. Manusia

dengan berbagai suku, golongan, agama, dan warna kulit banyak kita temui di

kota-kota besar, Bahkan perbedaan ekonomi dan tingkat pendidikan sangat

beragam.

Keberagaman lapisan masyarakat tersebut diatas menjadikan penduduk

kota memiliki beragam mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan kehidupan

dan setiap kalangan memiliki potensi dan kemampuan masing-masing. Selain itu,

tingkat pendidikan yang cukup tinggi juga menyebabkan masyarakat kota

memiliki keterampilan dan pengetahuan yang luas, sehingga banyak tercipta

lapangan kerja, seperti pegawai kantoran, pedagang, buruh, jasa, dan lain-lain

sebagainya.

Dengan memiliki keberagaman kerja, maka masyarakat perkotaan

mempunyai kesibukan diri sendiri bahkan tinggal secara individualisme dan

kurang bersosialisasi dengan masyarakat di lingkungannya. Selain individualisme,

3 Rudi Hartono. (Jurnal) Klasifikasi kota menurut jumlah penduduknya, dalam http:gurugeobandung.blogspot.co.id/2012/11/klasifikasi kota-menurut-jumlah-penduduk?m

Page 3: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

3

ciri kedua yang paling menonjol pada masyarakat perkotaan yaitu materialisme.

Setiap orang selalu berusaha untuk mencapai pekerjaan yang lebih bagus, lebih

tinggi dari orang lain, bahkan setinggi-tingginya dan tidak pernah puas dengan

apa yang telah mereka miliki. Mereka selalu berupaya untuk memperkaya diri.

Karena dengan kekayaan mereka bisa mendapatkan materi yang mereka inginkan.

Untuk memenuhi kebutuhan dalam berpenampilan sebagai penunjang

seseorang dalam hal berkarir, perkotaan juga di kenal dengan trend terbaru dan

pusat segala jenis model mulai dari yang bermerek sampai kepada tiruan. Hal

inilah memunculkan fenomena-fenomena baru di perkotaan seperti fenomena

bibir sulam, alis sinchan, penggunaan behel, geng motor, penggemar batu akik,

barber shop, warkop, cafe dan fenomena-fenomena lainnya. beberapa tahun

terakhir muncul fenomena baru yaitu fenomena Metroseksual.

Pada dasarnya metroseksual adalah sebuah istilah yang baru, sebuah kata

majemuk yang berasal dari paduan istilah: Metropolitan dan heteroseksual. Istilah

ini di populerkan pada tahun 1994 untuk merujuk kepada pria (khususnya yang

hidup pada masyarkat post-industri, dengan budaya kapitalis) yang menampilakan

ciri-ciri atau steorotipe yang sering di kaitkan dengan kaum pria metroseksual

(sperti perhatian berlebih kepada penampilan), meski dia bukanlah seorang

homoseksual.4

Asal mula istilah metoseksual yang pertama kali di kemukakan oleh

seorang wartawan yang menulis sebuah artikel pada tanggal 15 November 1994

bernama Mark Simpson di harian The independent. Beliau mendefenisikan

4 Ahmad Maulyana. 2015. Gaya Hidup Metroseksual. Jakarta : PT : Bumi Aksara. Hlm. 40

Page 4: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

4

metroseksual secara sederhana yaitu lelaki yang tidak hanya mencintai dirinya

sendiri melainkan juga mencintai gaya hidup kota besar yang di jalaninya. Istilah

metroseksual ini semakin populer dengan munculnya artikel sinpon’s salon pada

tahun 2002 “Meet The Metroxesual” mendaulat David Beckham sebagai poster

boy pria metroseksual.5 Ikon pria metroseksual yang paling terkenal di dunia

adalah David Beckham, seorang pemain sepak bola sekaligus seorang selebriti

dunia yang selalu tampil feminim, klimis dan wangi bahkan tampak terlihat lebih

cantik bila di bandingkan dengan pria-pria metroseksual lainnya. Di Indonesia

sendiri ikon pria metroseksual adalah Feri Salim dan Dave Hendrik yang selalu

terlihat modis dengan penampilan pakaian yang selalu modis dan stylist.

Fenomena yang sedang marak terjadi dalam masyarakat indonesia maupun

dunia adalah gaya berpenanpilan para pria-pria yang notabene berpenampilan

gagah namun tetap cantik dengan polesan berbagai jenis riasan wajah dan

penampilan dengan pakaian yang sangat trendy. Pada dasarnya hal ini sudah di

lakukan di berbagai kota besar di seluruh dunia, untuk di Indonesia prilaku pria-

pria seperti ini tidak hanya di lakukan di kalangan kota besar saja, namun

beberapa kota kecil di Indonesia nampaknya sudah mulai mewabah termasuk di

kota Makassar. Tidak ada yang salah dengan tingkah laku pria-pria seperti ini,

apalagi beberapa produk kecantikan sudah tidak hanya menjual produk kosmetik

saja, kini beberapa negara seperti Korea pun mulai menjual kosmetik khusus pria.

Pada awalnya memang kebiasaan perilaku berdanda ini yang di lakukan oleh

sebagian pria feminim atau orang awan biasa menyebutnya dengan kewanita-

5 wikipedia. Metroseksual . dalam http://id.m.wikipedia .org /wiki/Metroseksual.html

Page 5: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

5

wanitaan. Kebiasaan pria yang suka berdandandan berpenampilan feminim biasa

di sebut dengan metroseksual.

Fenomena metroseksual ini merupakan hasil dari rambahan kota-kota

besar di Indonesia, dengan melihat selintas lingkungan material kota besar , kita

dengan mudah mengenali gejala ini. Jika Anda lihat produk konsumtif untuk

kalangan pria, yang ditujukan untuk konsumen 20-30 tahun, maka model yang

terpampang umumnya sosok pria yang soft.6

Fenomena pria-pria kelas atas yang cenderung ke arah metroseksual di

Kota Makassar, dimana mereka semakin peduli dengan kesehatan dan penampilan

tubuh dengan rajin berolahraga. Karena itu semakin banyak dari mereka yang

rutin ke fitnes center atau tempat-tempat pembentukan tubuh agar badan mereka

kencang dan fit selalu. Kalau dulu pusat-pusat kebugaran banyak didominasi oleh

kaum hawa, maka kini komposisi wanita dan pria mulai berimbang. Dari temuan

kecil pergeseran perilaku pria-pria mapan Kota Makassar di atas, kita bisa

mendapatkan gambaran kasar betapa mereka memiliki suatu yang unik untuk

diteliti. Pria metroseksual mempunyai ekonomi kelas atas hal ini dapat dilihat dari

cara pria metroseksual itu menggunakan pendapatan yang mereka hasilkan untuk

dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang bergaya metroseksual. Pengeluaran

untuk memenuhi gaya hidup metroseksual yang dilakukan oleh pria kota

Makassar ini memerlukan biaya yang cukup tinggi, hal ini berkaitan dengan

perawatan tubuh yang dilakukannya, pakaian bermerek, jenis parfum dan

kegemaran mereka pergi ke kafe. Dengan pendapatan yang tinggi pria

6Dwi Setyasi. (Jurnal). Fenomena Metroseksual. dalam http://ucuagustin.blogspot.co.id/2004/09/kontroversi-pria-metroseksual.html

Page 6: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

6

metroseksual di Kota Makassar ini dapat memenuhi fasilitas hidup yang

dibutuhkannya, antara lain tempat tinggal dan kendaraan pribadi yang terkesan

mewah.

Berdasarkan pengamatan, pria metroseksual di Kota Makassar mempunyai

permasalah yang menarik untuk diteliliti yaitu jika pasangan atau keluarga hendak

pergi dalam sebuah acara, misalanya acara keluarga, penikahan, syukuran atau

acara apapun itu biasanya perempuan yang memakan waktu yang lama untuk

berdandan tetapi dengan munculnya pria metroseksual sebaliknya yang terjadi jika

hendak bepergian prialah yang membtuhkan waktu yang lama untuk memoles

dirinya bahkan ada yang pergi ke salon untuk menjaga penampilan, pria

metroseksual sangat memperhatikan penampilannya sehingga jika hendak

bepergian dalam sebuah acara biasanya pria pergi ke salon agar penampilan tetap

terjaga.

Gaya hidup metroseksual yang dilakukan oleh pria di Kota Makassar ini

berhubungan dengan jenis pekerjaan yang dijalani oleh pria-pria tersebut yang

menuntut mereka agar berpenampilan rapi, wangi dan bersih. Untuk dapat

memenuhi tuntutan gaya hidup tersebut mereka melakukan beberapa aktivitas,

yaitu membentuk tubuh ideal dengan cara olahraga, perawatan tubuh ke salon, dan

menggunakan aksesoris elektronik yang terkesan mewah. hal ini terlihat dari

masyarakat dengan munculnya gaya hidup baru baik pria maupun wanita. Gaya

hidup wanita senang berdandan dan berpenampilan cantik sudah tidak asing lagi

bila di perhatikan, namun apa jadinya bila perilaku gemar berdandan serta

berpenampilan menarik dilakukan oleh kaum pria, dan selalu bercermin agar

Page 7: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

7

penampilannya tetap terjaga, dan merapikan segera bila melihat ada kekurangan

dalam tampilannya.

Metroseksual merupakan hasil dari kesetaraan gender dimana sekarang

laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama dalam berpenampilan dalam

hal pekerjaann kecuali menyangkut kodrat sebagai laki-laki dan perempuan,

kodrat yang di maksud disini seperti jenis kelamin dan fungsi-fungsi tubuh,

wanita menagandung sedangkan laki-laki tidak, maksudnya fungsi tubuh adalah

tidak dapat di pertukarkan antara pria dan wanita yang merupakan ketentuan

biologis atau kodrat.7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penilis paparkan diatas, maka

penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang ;

1. Bagaimana pandangan pria metroseksual dengan gaya hidup Metroseksual?

2. Bagaimana Pola perilaku metroseksual di tengah-tengah kelompoknya?

3. Bagaimana kesulitan pria metroseksual menjalin hubungan dengan lawan

jenisnya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan

penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pandangan serta pola perilaku

metroseksual dan kisah hubungannya dengan lawan jenisnya di kota makassar.

Secara khusus, tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini adalah:

1. Mengindentifikasi pandangan apa saja yang menjadi penyebab pria di kota

makassar menjadi seorang metroseksual.7Musdaliah Mustadjar. 2013. Sosiologi gender. Makassar : Rayhan Intermedia. Hlm. 2

Page 8: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

8

2. Menganalisis pola prilaku pria metroseksual di tengah-tengah kelompoknya

atau di tenga-tengah masyarakat.

3. Menganalisis kesulitan yang dialami pria metroseksual dengan lawan

jenisnya.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang ingin penulis harapakan adalah

1. Manfaat teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat menambah dan memperluas wawasan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada jurusan Pendidikan

Antropologi dan sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yakni

mengenai pria Metroseksual di kota Makassar.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis, diharapakan karya ilmiah ini bisa menjadi bahan acuan dan

sekaligus mampu memberikan nilai stimulus untuk peneliti lain yang tertarik

untuk meneliti topik yang terkait sehingga studi Pendidikan Antropologi

selalu mampu menyelesaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangsi pengetahuan mengenai Pria

Metroseksual di kota makassar.

Page 9: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Kehidupan di Kota Urban

Masyarakat urban dapat diartikan sebagai masyarakat yang tinggal di kota

dan mempunyai sifat yang kekota-kotaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) di jelaskan bahwa urban artinya berkenaan dengan kota bersifat kekota-

kotaan orang yang berpindah dari desa ke kota.8 Pemahaman arti kota akan

meliputi dua aspek besar yang satu sama lain tidak dapat di pisahkan. Kedua

aspek tersebut yaitu, 1) aspek fisik (terbangun dengan alam) sebagai wujud ruang

dengan elemen-elemennya, 2) aspek masusia sebagai subjek pembangunan dan

pengguna ruang kota. Yang pertama menyangkut wujud suatu tempat yan

terbentuk oleh prasarna dan sarana di atas ruang alam, dan yang ke dua,

menyangkut penghuni yang ada di dalamnya.9 Dari pemahaman di atas tentang

kota maka dapat di jelaskan oleh tim penyusun dari Universitas PGRI, yang

menyatakan sifat kekota-kotaan atau masyarakat urban seperti:

a) Dari sisi keagamaan, kepercayaan dan tingkat ibadah masyarakat perkotaan ini kurang karena hanya mementingkan keduniaan saja,

b) Individualisme, atau dapat mengurus diri sendiri tanpa bantuan orang lain,

c) Pembagian kerja yang tegas dan terkesan membuat batas nyata antara pekerja,

d) Pengaturan waktu yang disiplin,e) Mudah terpengaruh budaya baru, atau budaya yang masuk kehidupan

masyarakat urban tanpa dilihat dan ditimbang terlebih dahulu.10

8 Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI), Cetakan ke-6, Jakarta Barat : PT. Media Pustaka Poenix. Hlm. 926

9 Sugiono Soetomo. 2013. Urbanusasi dan Morfologi Proses Peradaban dan Wadah Ruangnya Mwnuju Ruang yang Manusiawai. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hlm. 19

10 Tim Penyusun Universitas Indraprasta PGRI (Jurnal) . Mengenal Istilah Masyarakat Urban. Dalam http://www.selasar .com/gaya-hidup/ mengenal –istilah-masyarakat-urban.html

9

Page 10: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

10

Dari beberapa ciri dan sifat masyarakat urban di atas, maka tidak heran

jika istilah masyarakat urban dekat dengan arti masyarakat yang modern dan

kekini-kinian. Selain dikaitkan dengan modern, masyarakat dengan gaya kekini-

kinian berbeda dengan masyarakat yang berada di pedesaan. Masyarakat urban

juga sangat percaya dengan teknologi jika dilihat dari pemakaian para masyarakat

urban menilai teknologi informasi merupakan jendela dunia dimana dengan

teknologi mereka dengan mudah mencari informasi seputar kejadian yang ada di

belahan dunia. Pola pikir masyarkat urban juga sering berbeda antara khalayak

muda dan tua yang dimana mereka menggunakan pemikiran rasional dan

teknologi, jadi wajar jika masyarakat urban dikaitkan dengan hal modern, baru

dan dinamis.

Perkembangan masyarkat urban saat ini semakin pesat dengan munculnya

sistem komunikasi yang semakin canggih dan lebih jauh memudahkan masyarakat

urban untuk saling berkomunikasi dalam bentuk apapun. Dilihat dari gaya hidup

kaum urban yang hidupnya semakin mengikuti perkembangan jaman. Sifat kaum

urban yang hedonis, menjadi salah satu faktor utama yang membuat kaum urban

menjadi semakin konsumtif. Gaya hidup kekinian sudah menjadi budaya baru

bagi kaum urban, Ini bisa dilihat dari gaya hidup mereka mulai dari pendidikan,

pekerjaan, komunitas, kesehatan, dan hobi.

Perkembangan kehidupan bisnis di indonesia semakin mendukung gaya

hidup kaum urban saat ini sperti pusat-pusat perbelanjaan ternama, resetoran, cafe,

tempat karaoke, juga dan club-club malam yang menyuguhkan kesenangan untuk

kaum urban, tempat- tempat diatas menjadi pendukung dalam kehidupan kaum

Page 11: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

11

urban dengan di lengkapi fasilitas-fasilitas yang memuaska. Sperti halnya kafe

yang dikunjungi, tidak sampain disitu bahkan dalam prasarana pendidikan seperti

perpustakaan juga memiliki fasilitas penunjang kaum urban contohnya

penyediaan air contitioner, dan Wifi.

Kehidupan masyarakat urban memiliki rasa persaingan sosial yang lebih

ketat sehingga orang cenderung bekerja keras untuk dirinya sendiri.

induvidualisme yang nyata dalam masyarakat urban melahirkan sifat kesendirian

dan kesepian, dari sifat kesepian pada dasarnya dari diri masyarakat urban

terdapat benih-benih impian untuk ingin bersenang-senang bersama, dengan

sesama masyarakat urban, dengan sesama pribadi individualisme, tanpa

mempedulikan adanya persaingan sosial. Yang penting bisa bersama-sama dan

tidak sendiri, rasa rindu terhadap kebersamaan.11

2. Fenomena Sosial Budaya

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) di jelaskan bahwa

Fenomena merupakan sebuah atau sekumpulan data tentang pengalaman pada

setiap saat gejala-gejala yang dapat disaksikan dengan panca indera dan dapat

diterangkan dan dikaji secara ilmiah; peristiwa, keajaiban.12 dengan kata lain

fenomena merupakan rangkaian peristiwa serta bentuk keadaan yang dapat di

amati dan di nilai lewat kaca mata ilmiah atau lewat disiplin ilmu tertentu.

Sosial buadaya merupakan semua unsur yang berkaitan atau berhubungan

dengan masyarakat atau kemasyarakatan, suka memperhatikan kepentingan

umum. budaya secara harfiyah berasal dari bahasa latin colere yang memiliki arti

11Fadhilah farhan. (Jurnal) . Gaya dalam cerpen sebagai penjabaran urban. Mahasiwa Program Studi Jerman. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Universiras Indonesia

12Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI). Op.Cit. Hlm. 240

Page 12: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

12

mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang. Menurut Soerjono Soekanto

dalam Muhammad Syukri Albani Nasution dkk, Budaya adalah keseluruhan

sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan

masyarakat yang akan di jadikan milik diri manusia dengan cara belajar.13 Jadi

dapat di katakan bahwa Fenomena sosial budaya merupakan kejadian-kejadian di

lingkungan masyarakat yang biasa terjadi pada semua tempat yang bisa di amati

oleh manusia di lingkungan sekitarnya sebagai gejala-gejala kemasyarakatan dan

kultural. Mengingat semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi dan

industrialisasiyang mengakibatkan semakin kompleknya masyarakat, maka

banyak muncul fenomena-fenomena sosial dan gangguan mental di kota-kota

besar.14

3. Gaya Hidup

Setiap orang memiliki cara masing dalam melakukan hal yang di inginkan,

bagaimana individu menghabiskan waktu luang dan bagaiman individu

menggunakan pendapatan untuk membeli suatu produk atau jasa. Hal-hal tersebut

merupakan gaya hidup seseorang di mana individu memilih barang atau jasa dan

melakukan aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan gaya hidup tertentu.

Menurut assael (1995) dalam Satwika K. Setyanegara gaya hidup adalah

suatu kehidupan dari orang-orang yang terbentuk dari tiga aspek yaitu,(1)

aktivitas yang dilakukan untuk memanfaatkan waktu, (2) minat orang-orang yang

kemudian menjadi hal yang penting dalam lingkungan, dan (3) pikiran orang-

orang tersebut tentang diri sendiri dan lingkungan di sekeliling yang tertuang

13 Muhammad Syukri Albani Nasution dkk. 2015. Ilmu Sosial Budaya. Jakarta : Rajawali Pers.Hal. 15

14 Kartini Kartono. 2014. Patologi Sosial. Depok : Karisma Putra Utama Offset. Hlm. 272

Page 13: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

13

dalam berbagai pendapat.15 Gaya hidup bisa di lihat dari cara berpakaian dan

kebiasaan seseorang, bisa di nilai relatif tergantung dari penilaian orang lain. Gaya

hidup juga bisa di jadikan contoh dan bisa juga di jadikan hal tabu. Sekarang ini

masyarakat serba modern dan praktis, menuntut masyarakat untuk tidak

ketinggalan dalam segala hal termasuk dalam bidang teknologi banyak orang

berlomba-lomba ingin menjadi yang terbaik dalam hal pemahaman teknologi.

Teknologi informasi sangat berperan untuk mengefesiankan segala sesuatu yang

kita lakukan baik masa kini, maupun masa depan dengan satu tujuan hanya ingin

mencapai efesiansi dan dan produktivitas maksimum.

4. Kehidupan Metroseksual

Pada dasarnya metroseksual adalah sebuah istilah yang baru, sebuah kata

majemuk yang berasal dari paduan istilah: Metropolitan dan heteroseksual. Istilah

ini di polulerkan pada tahun 1994 untuk merujuk kepada pria (khususnya yang

hidup pada masyarkat post-industri, dengan budaya kapitalis) yang menampilakan

ciri-ciri atau steorotipe yang sering di kaitkan dengan kaum pria metroseksual

(sperti perhatian berlebih kepada penampilan), meski dia bukanlah seorang

homoseksual.16

Secara etimologis metroseksual memiliki akar kata metropolis yang berarti

perkotaan, dan seksual yang berhubungan dengan jenis kelamin tertentu (dalam

kasus metroseksual), jenis kelamin yang dimaksud adalah pria), dapat di tarik

kesimpulan bahwa metroseksual adalah pria yang hidup di tengah perkotaan dan

15 Satwika K. Setyanegara dan Wityono pantjoharyo. (Jurnal). Gaya Hidup Pria Metroseksual. Universitas Surabaya

16 Ahmad Maulan. Op.Cit. Hlm.40

Page 14: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

14

mengikuti gaya hidup metropolitan.17 Dengan devenisi tersebut menjelaskan

bahwa metroseksual merujuk kepada pria dan gaya hidupnya, Tetapi pada

dasarnya kata metrosekksual muncul pertama kali dalam sebuah artikel yang

berjudul “Here Come the Mirror Men” yang di tuliskan oleh Mark Simpson,

seorang Jurnalis asal Inggris pada tanggal 15 November 1994. Menjelaskan

bahwa metroseksual adalah ciri dari seorang pria perkotaan yang memiliki

orientasi seksual tertentu dengan rasa estetika yang tinggi, serta menghabiskan

banyak uang dan waktu dalam jumlah yang banyak demi penampilan dan gaya

hidunya.

Menurut Hermawan Kartajaya dalam Muhammad Gazali Bagus Ani Putra

menjelaskan arti metroseksual yaitu seorang pria perkotaan yang memiliki suatu

orientasi seksual tertentu dengan estetika yang tinggi, dan menghabiskan uang dan

waktu dalam jumlah yang banyak demi penampilan dan gaya hidupnya. 18 Pria

metroseksual memiliki beberapa ciri yang membedakan dari pria biasa lainya,

Raharjo (2007) dalam Gazali Bagus Ani Putra menjelaskan beberapa ciri-ciri

Metroseksual, yaitu :

1. Pria metroseksual cenderung memilih kota besar sebagai tempat tinggal, ini tidak terlepas dari kemudahan-kemudahan yang ada di kota besar dalam kaitannya dengan gaya hidup mereka beberapa kemudahan di maksud seperti keberadaan gym, kafe, pusat perbelanjaan dan berbagai informasi yang terkait,

2. Pada umumnya pria metroseksual merupakan orang-orang yang secara ekonomi tercukupi. Keberadaan materi sangat di butuhkan untuk membiayai gaya hidup mereka,

17 Ibid. Hlm.4118 Muhammad Gazali Bagus Ani Putra. (Jurnal). Hubungan antara bodi image dan

tingkat metroseksual pada pria dengan kualitas perkawinan. Fakultas psikologi. Universitas Airlangga. Hlm. 3

Page 15: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

15

3. Metroseksual selalu tertarik menganai perkembangan fashion. Untuk mendapatkan informasi perkembangan fashion terakhir maka mereka secara rutin mengomsumsi gejala-gejala terkait.

4. Gaya hidup metroseksual selalu berkaitan dengan penampilan dan dan perawatan tubuh, pria metroseksual melakukan berbagai hal untuk menjaga penampilan mereka agar tetap ideal dan menarik, pria metroseksual umumnya selalu tampil dandy selalu tampil rapi dan terawat.19

Metroseksual juga berhubungan dengan harga diri dimana itu menjadi

sebuah perbandingan diri seorang individu dengan individu lainnya atau individu

dengan kelompok lainnya. Perbandingan ini sangatlah mencolok terlihat mereka

para metroseksual dengan gaya hidup yang mereka miliki bergaya Dandy tentu

membuat para masyarakat atau orang-orang sekitarnya melalukan perbandingan

terhadap metroseksual dan pria biasa pada umumnya. Metroseksual ini juga erat

kaitannya dengan pembentukan dan perubahan sikap individu metroseksual. Pada

dasarnya sikap metroseksual terjadi karena ada pembentukan diri mencari jati diri

mereka apakah perubahan atau pembentukan itu terjadi kakrena pembawaan dari

diri sendiri atau karena faktor dari hasil interaksi interaksi dari luar.

4. Laki-Laki Dalam Pandangan Budaya Bugis Makassar

Dalam pandangan Bugis Makassar laki-laki dikenak dengan panaik

darah,suka mengamuk, membunuh dan mau mati untuk sebuah perkara dalam diri

laki-laki bugis makassar terkenal dengan pemberani. Namun di balik itu pria

Makassar terkenal dengan pria pekerja keras, dimana pria bugis sangat tekun

dalam menjalani kehidupan dan punya semangat kerja keras demi mencari nafkah.

19 Ibid. Hlm. 4

Page 16: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

16

Namun dalam pandangan budaya Bugis Makassar sebelum munculnya agama

kristen dan agama islam di Sulawesi Selatan pada umunya menempatkan

pembagian gender hanya ada dua yaitu laki-laki dan perempuan secara kodrati.

Masyarakat Kota Makassar mengenal lima jenis kelamin yang masing-masing

mempunyai posisi pada masyarakat, kelima jenis kelamin tersebut sebagai

berikut:

1. Bura’ne artinya pria atau laki-laki, biasanya jenis kelamin ini di tuntut

harus maskulin dan mampu menjalin hubungan dengan lawan jenisnya

atau perempun, pria atau laki-laki ini bisa saja termasuk dalam pria

metroseksual.

2. Makkunrai, artinya wanita atau perempuan, Makkunrai kerap kali di

tuntut untuk menjadi feminim, jatu cinta dan bersedia menikah dengan

lelaki atau bura’me mempunyai anak dan mengurusnya serta wajib

melayani suami.

3. Calalai sebagai gender ketiga yang diakui dalam kebudayaan bugis

makassar, calalai ini perempuan yang berpenampilan seperti layaknya

laki-laki, calalai biasa juga di sebut dengan perempuan maskulin atau

tomboy.

4. Calabai merupakan laki-laki yang berpenampilan seperti layaknya

perempuan, menurut sistem gender suku bugis calabai adalah wanita

palsu, oleh karena itu orang-orang ini umumnya laki-laki secara pisik

tetapi mengambil peran seorang perempuan.

Page 17: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

17

5. Bissu mereka adalah golongan yang disebut buka lelaki bukan perempuan

bissu atau kelompok orang-orang mistik dalam budaya suku bugis mereka

memiliki posisi yang sangat penting.20

Berdasarkan pembagian gender di atas bura’ne atau laki-laki menempati

urutan yang paling pertama dan tidak menutup kemungkinan di antara beberapa

pria-pria yang ada di Kota Makassar sejak dahulu sudah mengenal dengan gaya

hidup pria metroseksual, tetapi belum menjadi sebuah fenomena dalam masyakat

seperti saat ini.

B. Teori Dasar

Sesuai dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu tentang

Metroseksual, maka teori yang akan penulis gunakan adalah teori fenomenologi.

Fenomenologi adalah suatu teori yang lebih menekankan kepada kenyataan dan

realitas budaya yang ada. Fenomenologi berusaha memahami budaya lewat

pandangan pemilik budaya atau pelakunya. Menurut paham fenomenologi, ilmu

bukanlah bebas nilai dari apapun melainkan memiliki hubungan dengan nilai.

Menurut Hadiwiyono dalam buku Wirawan, istilah fenomenologi sebenarnya sebenarnya sudah ada sejak Emmanuel Kant yang mencoba memikirkan dan memilah unsur mana yang berasal dari pengalaman dan unsur mana yang terdapat di dalam akal.21

Wawasan utama Fenomenologi adalah pengertian dan penjelasan dari

suatu realitas harus di buahkan dari gejala realitas itu sendiri. Berhubungan

dengan metroseksual bahwa teori fenomenologi ini melihat masyarakat Makassar

dari sisi fenomena yang terjadi tentang gaya hidup metroseksual, salah satunya

20 Ancha Hardiansyah. (Jurnal). Mengenal lima jenis kelamin di Sulawesi Selatan. Dalam http://bicara.id/orang-sulawesi-selatan-mengenal-5-jenis kelamin/?

21 Wirawam. 2012. Teori-Teori Sosial. Jakarta : Prenadamedia Group. Hal. 133

Page 18: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

18

fashion seperti pakaiannya yang mereka gunakan selalu mengitu trend dan berbau

brand dapat dikatakan bahwa masyarakat metroseksual lebih up to date, oleh

karena itu teori fenomenologi sangat cocok di gunakan pada penelitian khusus

metroseksual yang dimana seperti yang kita ketahui bersama bahwasanya

keberadaan mereka ini sangat nyata. 22

C. Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan dalam pertimbangan dalam penelitian ini akan di

cantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah

penulis baca diantaranya :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Prita Ayunita yakni “Konstruksi Metroseksual

dalam Iklan Men’s Biore” di Depok pada tahun 2012 dimana penelitiannya

hidup metroseksual dianggap aneh dan mendapatkan banyak cibiran, karena

transformasi tren macho ke tren pria dandy yang mengedepankan penampilan

di atas segalanya merupakan perbedaan tren yang sangat bertolak belakang

tetapi lama kelamaan tren ini pun dapat diterimah oleh masyarakat, bahkan

menjadi salah satu tren gaya hidup yang mendunia.23

Dalam hasil penelitian di atas memiliki persamaan dan perbedaan, yaitu

persamaannya sama-sama mengkaji tentang gaya hidup pria metroseksual

pada masyarakat urban, yakni pria yang sangat memperhatikan penampilan,

dan perbedaanya selain tempat penelitian yang berbeda peneliti di atas lebih

fokus ke pada transformasi tren macho ke tren pria dandy , sedangkan peneliti

ini lebih fokus kepada fenomena pria metroseksual khususnya pandangasn

22

23Prita Ayunita (Jurnal). 2012. Konstruksi Metroseksual Dalam Iklan Men’s Biore. Depok

Page 19: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

19

masyarakat dengan gaya hidup metroseksual, pola prilaku pria metroseksual

dei tengah-tengah kelompoknya serta kesulitan pria metroseksual dengan

lawan jenisnya.

2. Penelitian oleh Dicky Hudiandy “Interaksi Simbolik Pria Metroseksual Di

Kota Bandung Suatu Fenomenologi interaksi Simbolik Pria Metroseksual

Pada sosok Sales Promotion Boy di kota Bandung” di Bandung pada tahun

2010, Diamana komonikasi verbal apa saja yang mereka tampilkan sebagai

pria metroseksual. Komunikasi nonverbal yang bagaimana kepribadian dan

komonitas pria metroseksual dikalangan sales promotion boy sebagaimana

kita ketahui bersama bahwasanya fenomena metroseksual merupakan

fenomena sosial yang kini mulai banyak dan tersebar di seluruh kota besar di

indonesia dan masih di pandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat.24

Dalam hasil penelitian di atas memiliki persamaan dan perbedaan, yaitu

persamaannya sama-sama mengkaji tentang gaya hidup pria metroseksual

pada masyarakat urban, yakni pria yang sangat memperhatikan penampilan,

dan perbedaanya selain tempat penelitian yang berbeda, penelitian di atas

lebuh fokus kepada kepribadian dan komunitas pria metroseksual dikalangan

sales promotion boy, sedangkan peneliti ini lebih fokus kepada fenomena

pria metroseksual khususnya pandangasn masyarakat dengan gaya hidup

metroseksual, pola prilaku pria metroseksual dei tengah-tengah kelompoknya

serta kesulitan pria metroseksual dengan lawan jenisnya.

24Dicky Hudiandy. (Jurnal). Inetraksi Simbolik Pria Metroseksual Suatu Fenomena Sales Boy Promotion Pria di Kota Bandung. Bandung

Page 20: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

20

3. Penelitian oleh Ricky Apriliono “Representasi Nilai-Nilai Metroseksual Di

Dalam Majalah Mens’Guide” di Semarang pada tahun dimana, penelitiannya

ini menunjukkan bahwa nilai-nilai metroseksual yang dipresentasekan oleh

majalah Guide di gambarkan dari sosok pria yang menjadi bahasan dalam

artikel profille Guide sebagai pria yang menjaga penampilan dirinya,

berkarakter sensitif dan lembut yaitu terlihat dari peduli terhadap dirinya25.

Dalam hasil penelitian di atas memiliki persamaan dan perbedaan, yaitu

persamaannya sama-sama mengkaji tentang gaya hidup pria metroseksual

pada masyarakat urban, yakni pria yang sangat memperhatikan penampilan,

dan perbedaanya selain tempat penelitian yang berbeda, penelitian di atas

lebih fokus kepada nilai-nilai metroseksual yang dipresentasekan oleh

majalah Guide, sedangkan peneliti ini lebih fokus kepada fenomena pria

metroseksual khususnya pandangasn masyarakat dengan gaya hidup

metroseksual, pola prilaku pria metroseksual dei tengah-tengah kelompoknya

serta kesulitan pria metroseksual dengan lawan jenisnya.

D. Kerangka Fikir

Kehidupan metroseksual kini semakin dianggap sebagai target sudut

pandang sosial dan budaya, fenomena ini dianggap sebagai bahan yang menarik

untuk di perbincangkan dimana gaya seorang meroseksual dalam kehidupannya

sangatlah begitu mencolok betapa tidak semua begitu sempurna tercermin dari

sikap, materi, penampilan bahkan meraka para metroseksual dapat dikatan Cerdas

karna untuk mendukung kemapanan dan menunjang life style yg begitu dandydan

25Dicky Apriliono (Jurnal). Representasi Nilai-Nilai Metroseksual dalam Majalah Guide. Semarang

Page 21: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

21

mengikuti trend, karena jika tidak itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk

kehidupan metroseksual yang dimana notabene para metroseksual ini ingin

terlihat sempurna bukan hanya dari penampilan saja tapi, dari kemapanan materi,

materi disini dimaksudkan yakni : uang, kendaraan, rumah perusahaan atupun

milik pribadi yang menghasilkan penampilan terlihat begitu waw, selain itu

mereka juga memiliki perasaan yang sangat sensitif terhadap perempuan dimana,

mereka sangat setia dan menjadi laki-laki yang begitu penyayang dan sifat

romatisme yang kuat terhadap wanitanya. Hal tersebut tergambar ringkas pada

gambar berikut :

KERANGKA FIKIR

Kehudupan di Kota Urban

Fenomena Sosial

Page 22: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

22

Gambar 1. Kerangka fikir

Gaya HidupMetroseksual Kehidupan

Metroseksual

Pandangan Masyarakat tentang Metroseksual

Perilaku Metroseksual di Tengah Kelompoknya

Kesulitan dalam Kehidupan

Metroseksual

Page 23: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian dengan menggunakan penelitian kualitatif. penelitian kualitatif

merupakan tradisi ilmia dalam penelitian sisial di mana metode penelitian ini

pertm kli asalnya dari filsafat fenomenologi Edmund Husler, yang kemudian oeh

max weber metode penelitian ini di terapkan serta di kembangkan pada setiap riset

sosiologinya. Metode peneitian ini di tekankan pada anggapan bahwa manusia

adalah subjek pertama dalam peristiwa sosial maupun budaya.26

Penelitian kualitatif menurut Bog dan Taylor dalam Imam Gunawan dh

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriktif yaitu berupa kata-kata

tertulis maupun lisan dari informan serta dari perilaku yang di amati yang di

arahkan pada latar dan individu secara utuh (holistik). Untuk itu tidak di anjurkan

mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam hipotesis, tetapi memandang

sebagai bagian dari sebuah keutuhan. Dengan begitu penelitian yang di lakukan

akan menghasilkan data secara alamiah atau natural data konperehensif sesuai

dengan tempat dan data yang di peroleh bukan hasil manipulasi atau rekayasa.27

Penelitian kualitatif di lakukan dalam situasi wajar (natural setting ) dan

data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. maksudnya adalah cara

untuk mmemngambil data karena adanaya peristiwa atau interaksi manusia

menurut perspektif itu sendiri, tidak di buat-buat agar data yang di kumpullkan

26Ahmadin, 2013. Metode Penelitian Sosial. Raihan Intermedia : Makassar Hlm.2727 Imam Gunawan. 2014. Metode Penelitian Kuaitatif, Teori dan Praktik. Jakarta : Bumi

Aksara. Hlm.82

23

Page 24: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

24

lebih memuaskan dari responden. Penelitian ini bersifat deskriktif, sebab

penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau melukiskan realitas sosial

yang kompleks yang ada pada masyarakat. Dimana kita sebagai peneliti harus

mampu mendapatkan hasil penelitian yang akurat dengan cara mengumpulkan

data sebanyak-banyaknya agar dapat menemukan solusi dari suatu permasalahan

yang telah terjadi.

B. Lokasi penelitian

Penelitian ini di lakukan di Kota Makassar tepatnya di Ibu Kota Sulawesi

Selatan, letaknya strategis karena telah menjadi pusat perkotaan. Adapun penulis

mengambil lokasi ini karena Makassar telah termasuk salah satu kota besar di

Indonesia yang notabene mempunyai banyak sekali sample metroseksual. Penulis

memilih lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian karna merupakan Kota urban

yang mengalami kemajuan derastis setiap tahunnya. Penulis memilih lokasi

tersebut sebagai lokasi penelitian karna berdasarkan pertimbangan :

1. Kota Makassar merupakan salah satu kota yang ada di provinsi Sulawesi

Selatan yang penduduknya mayoritas bekerja di berbagai istansi maupun

perusahaan-perusahaan yang ada di Kota Makassar, sehingga tidak

menutup kemungkinan informan dapat dengan mudah di temukan.

2. Pria metroseksual banyak di temukan di berbagai pusat perbelanjaan dan

tempat-tempat lainnya seperti salon pria (barbershop), tempat GYM, dan

cafe di Kota Makassar.

3. Lokasi penelitian tepat di tengah-tengah Kota Makassar yaitu Kecamatan

Mamajang dan Kecamatan Panakukkang.

Page 25: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

25

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengambilan data dilakukan pada Natural setting

melalui sumber data primer, yaitu data di peroleh langsung melalui sumber data

yaitu pria Metroseksual tekhnik yang di gunakan adalah:

1. Observasi

Obsevasi adalah teknik yang di lakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan

data, yaitu seorang peneliti akan mengamati secara langsung objek yang ingin di

teliti dengan tujuan untuk lebih mengenal lagi objek penelitian.28Observasi dalam

penelitian penting dilakukan agar dalam penelitian tersebut data-data yang

diperoleh dari wawancara dan sumber tertulis dapat dianalisis nantinya dengan

melihat kecenderungan yang terjadi melalui proses di lapangan.

Hasil pengamatan peneliti dengan metode Observasi, dilakukan dengan cara

mendatangi pria metroseksual untuk melihat langsung aktivitas mereka seperti di

salon khusus laki-laki (barbershop) tempat GYM, dan cafe tempat nongkrong

pria-pria metroseksual serta melihat langsung sebuah Brand di Kota Makassar

yang menggunakan tenaga pria metroseksual untuk memasarkan brand nya

tersebut. Oleh karena itu metode obsevasi merupakan cara yang sangat baik untuk

mengamati budaya fenomena metroseksual sebagai bentuk ke unikan masyarakat

kota makassar.

Untuk menunjang hasil obsevasi di lapangan maka di perlukan alat

penangkap gambar berupa camera guna mempermudah peneliti dalam melakukan

kegiatan obsevasi. Hal ini di lakukan demi untuk mendapat data yang akurat dari

kaum pria metroseksual di kota Makassar. Dalam tahap observasi ini, peneliti 28 Ahmadin. Op.Cit. Hlm. 99

Page 26: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

26

melakukan obsevasi sejak bulan juni 2016, kemudia meneliti pada bulan agustus

2016.

2. Dokumentasi

Dokumentasi yang di maksud di sini adalah teknik pengambilan data berupa

gambar, rekaman suara dan dapat juga berupa buku, atau dokumen-dokumen yang

kiranya dapat di gunakan sebagai sumber referensi. Data-data yang brupa gambar,

catatan suara, buku dan sebagainyadapat juga di sebut sebagai data sekunder yang

merupakan sumber literatur pendukung yang terkaita dengan masalah yang

peneliti tidak pernah terlepas dari referensi yang di gunakan. Referensi tersebut

berfungsi untuk memberikan informasi terhadap penelitian yang di lakukan. Pada

penelitian kualitatif, kegiatan ini di lakukan secara dasar, terarah dan senantiasa

bertujuan memperoleh informasi yang di perlukan.29 Data ini berupa arsip atau

dokumen dan data-data lain yang berkaitan dengan subjek penelitian. Hal ini di

lakukan untuk mempermudah dan memperlancar jalannya suatu penelitian

mengenai aktivitas metroseksul masyarakat urban. Karna selain hasil obsevasi

langsung sangat di butuhkan juga referensi berupa buku, gambar dan rekaman

suara dari informan yang ada.

Hasil penelitian data yang di peroleh dari dokumentasi peneliti selama

melakukan penelitian di berbagai tempat di Kota Makassar yakni selain data hasil

rekaman wawancara, peneliti juga mengambil beberapa dokumentasi namun

peneliti mempunyai kesulitan pada saat mengunjungi tempat GYM yaitu tempat

perkumpulan mereka karena beberapa infoman yang telah saya wawancai pada

29 Lexi J. Moleong. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : Rosda Karya, Hlm. 112

Page 27: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

27

saat saya meminta dokumentasi, memanggil semua teman-teman untuk foto

bersama sehingga peneliti harus memasukkan dokumentasi maskipun tidak

semuanya informan yang ada pada dokumentasi tersebut.

3. Wawancara Mendalam

Wawancara (interview) dalam suatu penelitian yang bertujuan untuk

mengumpulkan keterngan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat

serta pendirian secara lisan (verbal) dari seorang informan, dan bercakap-cakap

terhadap muka informan. Sebelum seorang peneliti memulai wawancara, artinya

sebelum peneliti mulai berhadapan muka dengan informan, maka ada beberapa

soal mengenai persiapan untuk wawancr yng hrus di pecahkan terlebih dahulu

seperti : (1) seleksi individu untuk wawancara, (2) pendekatan orang yang telah di

seleksi untuk di wawancarai, (3) pengembangan suasana lancar dalam wawancara,

serta usaha untuk menimbulkan pengertian dan bantuan dari orang yang

diwawancarai.30

Untuk memperoleh data informasi secara akurat dari informan langsung

sebagai data primer, peneliti melakukan metode wawancara. Wawancara adalah

pengumpulan data yang dalam pelaksanaanya adalah mengadakan tanya jawab

terhadap orang-orang yang erat kaitannya dengan permasalahan. Baik tertulis

maupun lisan guna memperoleh masalah yang diteliti.

Wawancara dapat beberapa kali dilakukan untuk mendapatkan data-data

yang benar-benar aktual. Seperti juga dalam metode penelitian lainnya. Kualitatif

sangat tergantung dari data di lapangan dengan melihat fakta-fakta yang ada. Data

30 Koentjaningrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 129

Page 28: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

28

yang terus bertambah dimanfaatkan untuk verifikasi teori yang timbul dilapangan

kemudian terus menerus di sempurnakan selama penelitian berlangsung.

Wawancara yang di lakukan dalam penelitian ini merupkan wawancara

mendalam, di mana wawancara merupakan wawancara yang terdiri dari

pertanyaan yang sedemikian rupa bentunya sehingga informan tidak terbatas

dalam jawaban-jawabnnya (ya atau tidak), tetapi dapat mengucapkan dalam

memberikan keterangan-keterangan dan dapat menjawab dengan ceritaa-cerita

yang panjang.31

Dengan wawancara yang di lakukan peneliti kepada informan maka

peneliti dapat mengetahui bagaimana sebenarnya pandangan masyarakat dengan

gaya hidup pria metroseksual, pola prilaku pria metroseksual di tengah-tengah

kelompoknya serta kesulitan pria metroseksual menjalin hubungan dengan lawan

jenisnya. Jadi sangat di butuhkan informan yang benar-benar mengetehui dan

dapat memberikan informasi mengenai masalah yang hendak di teliti oleh penulis,

agar tercipta hasil penelitian yang akurat dan benar-benar murni atau asli dari

suatu penelitian lapangan, peneliti memberikan sebuah pertanyaan kepada

informan dengan mnggunakan alat perekam suara, dengan pertanyaan secara lisan

sesuai dengan pertanyaan yang akan di teliti, meskipun sedikit di iringi dengan

candaan oleh peneliti maupun informan sehingga suasan tanya jawab terjadi

antara peneliti dengan informa mengenai metroseksual.

4. Studi literatur

31 Ibid. Hlm. 140

Page 29: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

29

Peneliti yang menggunakan pencarian data melalui sumber-sumber tertulis

untuk memperoleh informasi mengenai objek penelitian ini. Sebagai data

sekunder. Diantaranya data literatur untuk mendapatkan kerangka teoritis dan

memperkaya latar belakang penelitian melalui jurnal-jurnal yang berkaitan dengan

penelitian, kliping dari berbagai media cetak yang mendukung penelitian.

Dengam penulisan hasil penelitian dari beberapa informan yang telah di

wawancarai peneliti masih kekurangan atau masih perlu pengetahuan untuk

mengembangkan atau mempermantap penulisan yakni dengan cara

mengumpulkan beberapa buku untuk menjadi literatur dalam sebuah penulisan

hasil penelitian ini. Setelah mengumpulkan beberapa buku yang berkaitan dengan

gaya hidup pria metroseksual peneliti membaca dan penemukan berbagai bacaan

yang sesuai dengan hasil wawancara beberapa informan.

5. Internet searching

Perkembangan teknologi kini telah banyak membantu dalam kegiatan

penelitian. Perkembangan teknologi dijadikan sebagai alat untuk mendapatkan

data yang berkaitan dengan penelitian. Internet digunakan sebagai salah satu

teknik pengumpulan data. Internet menjelma menjadi ensyklopedia raksasa yang

memuat berbagai informasi mengenai penelitian dari berbagai daerah di berbagai

penjuru dunia. Maka dri itu penulis sangat membutuhkan internet untuk

menyelesaikan data informan dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan peneliti susah untuk menulis

atau mengolah data dari informan maka dari itu peneliti sangat membutuhkan

Page 30: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

30

internet serching untuk menyelesaikan atau menulis hasil penelitian tentang gaya

hidup pria metroseksual di Kota Makassar.

D. Teknik Analisis data

Dalam penelitian diperlukan tahap-tahap penelitian yang memungkinkan

peneliti untuk tetap berada pada jalur yang benar memiliki langkah-langkah yang

akan diambil dalam penelitian. Tahapan-tahapan ini berguna sebagai sistematika

proses penelitian yang akan mengarahkan peneliti dengan patokan jelas sebagai

gambaran dari proses penelitian dan digunakan sebagai analisis data. Teknik

analisis data dilakukan dengan langkah :

1. Penyelesaian data, pemeriksaan kelengkapan dan kesempurnaan data dan

serta kejelasan data. Memilih data yang didapatkan untuk dijadikan sebagai

bahan laporan penelitian. Hal ini dilakukan agar data yang di dapatkan

sesuai dengan kebutuhan penelitian dan dianggap relevan untuk dijadikan

sebagai hasil laporan penelitian. Data yang diperoleh kemungkinan tidak

sejalan dengan tujuan penelitian sebelumnya, oleh karena itu penyelesaian

data yang dianggap layak sangat dibutuhkan. Penyeleksian data ini juga

berfungsi sebagai cara untuk dapat memfokuskan pembahasan penelitian

tertentu yang dianggap menunjang.

2. Klarifikasi data yaitu mengelompokkan data dan dipilih-pilih sesuai dengan

jenisnya. Klasrifikasi data ini dilakukan untuk memberikan batasan

pembahasan dan berusaha untuk menyusun laporannya secara sistematis

menurut klarifikasinya. Klarifikasi ini juga membantu penulis dalam

memberikan penjelasan secara detail dan jelas.

Page 31: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

31

3. Merumuskan hasil penelitian, semua data yang diperoleh kemudian

dirumuskan menurut pengklasifikasian data yang telah ditentukan. Rumusan

hasil penelitian ini memaparkan beragam hasil yang di dapat di lapangan

dan berusaha untuk menjelaskan dalam bentuk laporan penelitian yang

terarah dan sistematis.

4. Pengambilan hasil penelitian tahap akhir yang di peroleh dan berusaha

membandingkannya dengan berbagai teori atas penelitian sejenis lainnya

dengan data yang diperoleh secara nyata di lapangan. Menganilis jawaban

atas penelitian yang dilakukan dan berusaha mengusikan yang ada.

5. Penarikan kesimpulan dan saran, tahap ini mengambilsatu intisari yang di

peroleh selama penelitian dapat bercakap secara menyeluruh agar mudah di

menegrti dan dipahami.

E. Teknik Pengabsahan Data

Pengabsahan peneitian kualitatif terjadi pada waktu proses pengumpulan

data, dan untuk menentukan pengabsahan data di perlukan teknik pemeriksasaan.

Teknik pengabsahan data yang digunakan penulis pada saat penelitian adalah

memberchek.

Memberchek adalah tahap di mana memberchek ini di peroleh setelah di

lapangan telah di temukan data yang di cari, dan informan telah mengisi data,

kuesioner, serta informan di beri kesempatan untuk menilai data informasi yang di

berikan kepada peneliti, untuk melengkapi merevisi data yang baru, maka data

yang ada tersebut di angkat dan di lakukan audit trail yaitu mengecek data sesuai

dengan sumber aslinya.

Page 32: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6560/1/BAB I-III.docx · Web view1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berjalannya waktu pemahaman manusia telah meningkat dengan cepat

32

Dalam proses penelitian ini cara kerja Memberchek adalah, 1) terlebih

dahulu meneliti melakukan wawancara terhadap informan dengan mengajukan

beberapa pertanyaan berkaitan dengan apa yang hendak diteliti yaitu mengenai

Metroseksual. Setelah peneliti melakukan wawancara terhadap informan, 2) di

akhir wawancara peneliti menanyakan ulang kembali yang di berikan informan.

Untuk memastikan kebenaran apakah data tersebut absa atau tidak.

F. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Kualitatif Deskriptif.

Penelitian deskriptif kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang

menggunakandata deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan pelaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses

dari pada hasil, artinya dalam pengumpulan data sering memerhatikan hasil dan

akibat dari berbagai variabel yang saling mempengaruh.