I(OMPASpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/07/kompas...filmyangdisiarkan televisi umurn-nya...

2
I(OMPAS o Selasa o Rabu o Kamis Jumat o Sabtu o Minggu 2 3 4 5 6 7 8 9 1() 11 12 13 14 15 19 20 21 22 @ 24 25 26 27 28 ~9 30 31 OPeb o Mar OApr OMei OJun .Jul OAgs OSep OOkt ONov ODes N asib Anak-anak - --- di Depan Televisi T ragis sekali nasib anak -anak zaman sekarang. Akibat waktu yangdimiliki orangtua terbatas, akhimya dalam keseharian, mereka sudah terbiasa ditemani televisi. Bahkan, dengan televisilah kadang anak -anak lebih akrab ketimbangdengan orangtua Itu sangatdimaklumi karena kebersamaan mereka dengan "kotak ajaib" inijauh lebih sering ketimbang dcngan orangtua. Kehidupan anak dan televisi memiliki hubungan yang sangat dekat. Bahkan, bisa jadi hubimgan antara anak dan televisi ini lebih dekat dibandingkan dengan inter- aksi antara anak dan keluarga atau orangtua. Kehadiran televisi yang akrab dengan anak-anak bagai pi- sau bermata dua. la memberikan pengetahuan, tetapi juga sekaligus berdampak negatif. Televisi berdampak negatifbagi anak-anak antara lain memeng- aruhi perkembangan otak sehing- ga menyebabkan gangguan per- kembangan bicara serta rnening- katkan agresivitas dan kekerasan. Mereka tidak mampu membeda- kan realitas dan khayalan sehingga sering kali menjadi targetiklan di televisi yang menyebabkan mere- ka menjadi konsumtif. Anehnya justru banyak orang- tua yang merasa '''nyaman'' jika anaknya betah berada di depan te- levisi. Mereka tidak menyadari pe- ngaruh negatif tayangan televisi yang"mengancam" anak-ariaknya, Orangtua menganggap, selama acara yang ditonton anaknya ada- lah untuk anak-anak, hal itu tidak menjadi masalah. Padahal, persentase acara televi- si yang secara khusus ditujukan ba- gi anak-anak relatifkecil, hanya se- kitar 4,5 persen dari total tayangan yang ada Darijumlah yang kecil ini pun temyata materi acara yang di- sajikan sangat mengkhawatirkan perkembangan anak-anak, ''Tangan usil" Hasil temuan Sri Andayani (1997) membuktikan bahwa ta- yangan film (yang suka ditonton anak-anak) temyata banyak mengandung adegan antisosial (58,4 persen) dibandingkan de- ngan adegan prososial 41,6 per- sen). Studi ini menemukan bahwa kategori perlakuan antisosial yang paling sering muncul di layar kaca berturut-turut adalah berkata ka- sar (38,56 persen), mencelakakan (28,46 persen), dan pengejekan (11,44 persen). Adapun perlakuan prososial yang kerap kali muncul adalah kehangatan (17,16persen), kesopanan (16,05 persen), empati (13,43 persen), dan nasihat (13,06 persen). Data ini sejalan dengan hasil te- muan YLKl yang mencatat bahwa film kartun yang bertemakan ke- pahlawanan justru lebih banyak menampilkan adegan antisosial (63,51 persen) daripada adegan prososial (36,49 persen). Hal sama dikatakan pakar ko- munikasi Jalaluddin Rakhmat (1991). Gambaran dunia dalam te- levisi sebetulnya merupakan gam- baran dunia yang sudah diolah. Ja- laluddin menyebutnya sebagai "ta- ngan-tangan usil". Tangan perta- ma yang usil adalah kamera (ca- mera), gerak (motions), ambilan (shots), dan sudut kamera (angles) ----~~--------- Kliping Humas Unpad 2010 O/eh DEDE MULKAN yang menentukan Cl kesan pada diri pe- mirsanya. Tangan kedua adalah penyunting- an. Dua gambar atau lebih dapat dipadu- kan untuk menim- bulkan kesan yang dikehendaki. Ade- gan-adegan di luar batas logika manu- sia merupakan hasil ulah editor dalam penyuntingan. Tangan ketiga adalah saat gam- bar muncul di televisi. Televisi te- lah mengubah persepsi kita ten- tang ruang dan waktu. Televisi bisa mengakrabkan obyek yang jauh dengan pemirsanya. Seorang pe- non ton sepak bola akan berteriak kegirangan manakala pemain yang dijagokannya berhasil mencetak gol. Memangtelevisi bisa menjadi- kan komunikasi interpersonal an- tara penonton dan obyek yang di- tonton. Perasaan gembira, sedih, dan simpatik bisa terjalin tanpa terhalang oleh letak geografis yang beradajauhdi ujungsana. Tangan keempat adalah perila- ku penyiar (pembaca berita) di te- levisi. Mereka bisa memberi pene- kanan tertentupadakataataukali- mat yang diucapkan sehingga bisa memberi makna lain. Para pekerja televisi ini memiliki posisi yang sa- ngat strategis dalam menyampai- kan pesan-pesan tertentu kepada khalayak. Kekhawatiran kita terhadap ta- yangan-tayangan anak di televisi juga disebabkan oleh kemampuan berpikir mereka yang relatif masih sederhana. Anak-anak cenderung menganggap apa yang ditampilkan di televisi sudah sesuai dengan yang sebenamya terjadi, Mereka masih sulit membedakan mana sebuah

Transcript of I(OMPASpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/07/kompas...filmyangdisiarkan televisi umurn-nya...

Page 1: I(OMPASpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/07/kompas...filmyangdisiarkan televisi umurn-nya sarat nilai kekerasan dan kri-minalitas. Sebuah tayangan diang-gap seru jika di

I(OMPASo Selasa o Rabu o Kamis • Jumat o Sabtu o Minggu

2 3 4 5 6 7 8 9 1() 11 12 13 14 1519 20 21 22 @ 24 25 26 27 28 ~9 30 31

OPeb oMar OApr OMei OJun .Jul OAgs OSep OOkt ONov ODes

Nasib Anak-anak- ---

diDepan Televisi

Tragis sekali nasib anak -anak zaman sekarang. Akibatwaktu yangdimiliki orangtua terbatas, akhimyadalam keseharian, mereka sudah terbiasa ditemani

televisi. Bahkan, dengan televisilah kadang anak -anak lebihakrab ketimbangdengan orangtua Itu sangatdimaklumikarena kebersamaan mereka dengan "kotak ajaib" inijauhlebih sering ketimbang dcngan orangtua.

Kehidupan anak dan televisimemiliki hubungan yang sangatdekat. Bahkan, bisa jadi hubimganantara anak dan televisi ini lebihdekat dibandingkan dengan inter-aksi antara anak dan keluarga atauorangtua. Kehadiran televisi yangakrab dengan anak-anak bagai pi-sau bermata dua. la memberikanpengetahuan, tetapi juga sekaligusberdampak negatif.

Televisi berdampak negatifbagianak-anak antara lain memeng-aruhi perkembangan otak sehing-ga menyebabkan gangguan per-kembangan bicara serta rnening-katkan agresivitas dan kekerasan.Mereka tidak mampu membeda-kan realitas dan khayalan sehinggasering kali menjadi targetiklan ditelevisi yang menyebabkan mere-ka menjadi konsumtif.

Anehnya justru banyak orang-tua yang merasa '''nyaman'' jikaanaknya betah berada di depan te-levisi. Mereka tidak menyadari pe-ngaruh negatif tayangan televisiyang"mengancam" anak-ariaknya,Orangtua menganggap, selamaacara yang ditonton anaknya ada-lah untuk anak-anak, hal itu tidakmenjadi masalah.

Padahal, persentase acara televi-si yang secara khusus ditujukan ba-gi anak-anak relatifkecil, hanya se-kitar 4,5 persen dari total tayanganyang ada Darijumlah yang kecil inipun temyata materi acara yang di-sajikan sangat mengkhawatirkan

perkembangan anak-anak,

''Tangan usil"Hasil temuan Sri Andayani

(1997) membuktikan bahwa ta-yangan film (yang suka ditontonanak-anak) temyata banyakmengandung adegan antisosial(58,4 persen) dibandingkan de-ngan adegan prososial 41,6 per-sen). Studi ini menemukan bahwakategori perlakuan antisosial yangpaling sering muncul di layar kacaberturut-turut adalah berkata ka-sar (38,56 persen), mencelakakan(28,46 persen), dan pengejekan(11,44 persen). Adapun perlakuanprososial yang kerap kali munculadalah kehangatan (17,16persen),kesopanan (16,05 persen), empati(13,43 persen), dan nasihat (13,06persen).

Data ini sejalan dengan hasil te-muan YLKl yang mencatat bahwafilm kartun yang bertemakan ke-pahlawanan justru lebih banyakmenampilkan adegan antisosial(63,51 persen) daripada adeganprososial (36,49 persen).

Hal sama dikatakan pakar ko-munikasi Jalaluddin Rakhmat(1991). Gambaran dunia dalam te-levisi sebetulnya merupakan gam-baran dunia yang sudah diolah. Ja-laluddin menyebutnya sebagai "ta-ngan-tangan usil". Tangan perta-ma yang usil adalah kamera (ca-mera), gerak (motions), ambilan(shots), dan sudut kamera (angles)----~~---------

Kliping Humas Unpad 2010

O/eh DEDE MULKAN

yang menentukan Clkesan pada diri pe-mirsanya.

Tangan keduaadalah penyunting-an. Dua gambar ataulebih dapat dipadu-kan untuk menim-bulkan kesan yangdikehendaki. Ade-gan-adegan di luarbatas logika manu-sia merupakan hasilulah editor dalampenyuntingan.

Tangan ketiga adalah saat gam-bar muncul di televisi. Televisi te-lah mengubah persepsi kita ten-tang ruang dan waktu. Televisi bisamengakrabkan obyek yang jauhdengan pemirsanya. Seorang pe-non ton sepak bola akan berteriakkegirangan manakala pemain yangdijagokannya berhasil mencetakgol. Memangtelevisi bisa menjadi-kan komunikasi interpersonal an-tara penonton dan obyek yang di-tonton. Perasaan gembira, sedih,dan simpatik bisa terjalin tanpaterhalang oleh letak geografis yangberadajauhdi ujungsana.

Tangan keempat adalah perila-ku penyiar (pembaca berita) di te-levisi. Mereka bisa memberi pene-kanan tertentupadakataataukali-mat yang diucapkan sehingga bisamemberi makna lain. Para pekerjatelevisi ini memiliki posisi yang sa-ngat strategis dalam menyampai-kan pesan-pesan tertentu kepadakhalayak.

Kekhawatiran kita terhadap ta-yangan-tayangan anak di televisijuga disebabkan oleh kemampuanberpikir mereka yang relatif masihsederhana. Anak-anak cenderungmenganggap apa yang ditampilkandi televisi sudah sesuai dengan yangsebenamya terjadi, Mereka masihsulit membedakan mana sebuah

Page 2: I(OMPASpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/07/kompas...filmyangdisiarkan televisi umurn-nya sarat nilai kekerasan dan kri-minalitas. Sebuah tayangan diang-gap seru jika di

perilaku (tayangan)yang fiktif (hasil reka-yasa) dengan tayangan -yang memang merupa-kan kisah nyata.

Tiga karakteristikProses sampainya

pesan kepada pemirsadapat dibagi menjaditiga karakteristik. Per-tama, pesan tayangantelevisi dapat sampai

} kepada pemirsa tanpamemerlukan birnbing-

an atau petunjuk. Kedua, pesan-pesan tayangan televisi itu sampaikepada pemirsa tanpa mernerlu-kan pemikiran. Ketiga, televisi ti-dak memberikan pemisahan bagipemirsa. Artinya, siapa saja dapatmenyaksikan siaran televisi.

Ketiga karakteristik pesan ta-yangan televisi ini akan berakibatbaik bila materi pesan yang disam-paikan adalah pesan-pesan yangbaik dan bermoral. Sebalilrnya,akan menjadi bahaya besar ketikatelevisi menyiarkan program-program yang bobrok, jelek, danamoral, seperti kekerasan dan kri-minalitas. Sayangnya, justru film-film yang disiarkan televisi umurn-nya sarat nilai kekerasan dan kri-minalitas. Sebuah tayangan diang-gap seru jika di dalamnya banyakmengandung adegan kekerasanatau kriminal.

Namun, ada sebuah temuanyang menarik-hasil penelitianpakar psikiatri dari UniversitasHarvard, Robert Coles-yaitu bah-wa pengaruh negatif tayangan te-levisijustru muncul dari keharmo-nisan di dalam keluarga Dalam ha-sil temtiannya, Coles menemukan,~ak-anak yang mutu kehidupan-nya rendah temyata sangat rawanterhadap pengaruh buruk tayang-an televisi. Adapun keluarga yang

memegang teguh nilai, etika, danmoral, serta kehidupan orangtuayang benar-benar menjadi panut-an anaknyajustru tidak rawan ter-hadap pengaruh tayangan negatiftelevisi.

Hasil temuan ini semestinya se-makin meneguhkan sikap orang-tua bahwa waJaupun serbuan ta-yangan negatif televisi begitu de-ras menerpa anak-anak kita, ter-nyata mereka cukup kuat mengha-dapinyajika diawali oleh pendidik-an keluarga yang baik.

Secara umum ada tiga lingkung-an yang sangat memengaruhi kua-litas mental dan spiritual anak.yai-tu lingkungan keluarga, sekolah,dan sosial budaya yang berhu-bungan dengan nilai-nilai dan nor-ma-norma yang berlaku di masya-rakat, termasuk di dalamnya pe-ngaruh televisi, buku, dan mediamassa. Ketiga lingkungan tersebutsaling menopang dalam meme-ngaruhi perkembangan dan pem-bentukan karakter anak di masamendatang.

Pendidikan dalam keluargamenjadi kata kunci untuk membe-rikan landasan yang kuat bagi ke-"hidupan anak -anak ke depan kare-na perilaku anak akan sangat do-minan dipengaruhi lingkungan ke-luarga

Oleh karena itu, tiadakado yangteramat istimewa bagi anak-anakkita dalam rangka memperingatiHari Anak Nasional kecuali men-dampingi mereka di saat anak-anak kita berada di depan layar ka-ca. Inilah kado terindah yangmungkin akan selaJu dikenang danbisa membentuk pribadi anakyang sehat di masa mendatang.

DEDEMULKANDosen

Jurusan Ilmu JurnaJistikFakultas Ilmu KomunikasiUniversitas Padjadjaran