Hutan adat

10
Memastikan Pengelolaan Hutan Adat menuju Kedaulatan dan Kemandirian Masyarakat Suku Dayak Paser di Kalimantan Timur By Padi Indonesia : Forest People, Food And Energy Alternative Disampaikan pada: Lokakarya Membangun Ide dan Gagasan Pengelolaan Hutan eks HPH Jambi 2-4 November 2009 @ Padi Indonesia Kalimantan Timur

description

 

Transcript of Hutan adat

Page 1: Hutan adat

MemastikanPengelolaan Hutan Adat

menuju Kedaulatan dan Kemandirian Masyarakat Suku Dayak Paser di

Kalimantan Timur

By Padi Indonesia : Forest People, Food And Energy Alternative

Disampaikan pada:Lokakarya Membangun Ide dan GagasanPengelolaan Hutan eks HPH Jambi 2-4 November 2009@ Padi Indonesia Kalimantan Timur

Page 2: Hutan adat

Hutan Adat adalah tempat kehidupan masyarakat adat untuk bahan pangan,

air bersih, obat-obatan, pendidikan sosial-budaya bagi generasi,

tabungan (bank) sumberdaya masyarakat,

dan perlindungan bagi masyarakat adat.Catatan Penting:

Pilihan nama hutan adat di landasi oleh sejarah pembentukan,Pengetahuan lokal, praktek/sistem yang berjalan, aturan lokal ,

Kelembagaan adat yang mengurus hutan. Nama ini memilik sebuah pandanganAtas hutan, hub. sosial, budaya hukum dan politik antar generasi.

Bila menggunakan nama Hutan Produksi, Hutan Desa, maka, masyarakat tidak memiliki sejarah dan pengetahuan yang baik,

Justru masyarakat dijauhkan dari kehidupan sosial budayanya memandang hutan.

Page 3: Hutan adat

Pengantar

PADI Indonesia didirikan terhitung sejak bulan Juni 1996. Jauh sebelumnya sekitar tahun 1980, PADI Indonesia dulu bernama REKARI, pada tahun 1996, REKARI atas dasar pertimbangan politik Nasional, maka berganti nama menjadi Padi Indonesia.

Mewujudkan proses pelestarian dan pemanfaatan biodiversity Sumberdaya Alam yang berkeadilan sosial, peningkatan ekonomi dan kelestarian lingkungan hidup. Kedua: Membangun kekuatan rakyat dalam proses pembangunan yang berbasis pada demokratisasi dan keadilan sosial.

PADI Indonesia saat ini bekerja di wilayah Kabupaten Paser, Kabupaten Kutai Kertanegara [Bukit Soeharto], Kabupaten Berau, Kotamadya Balikpapan, membangun program khusus di Kabupaten PPU dan Nunukan. Dan membantu jaringan kerja NGO di wilayah Borneo di wilayah Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah.

Page 4: Hutan adat

Pengelolaan HUTAN ADAT berbasis pengetahuan lokal dayak Paser - Kaltim

DATA DASAR:

Lokasi : di 4 Desa (Lusan, Muluy, Telake, Sayo) Kabupaten Paser

Luas areal : 25.000 hektar (saat ini sudah 61.800 hektar + 4 desa baru)

Status: Hutan adat masuk dalam areal

HPH - PT. Telaga Mas dan PT. Balikpapan Forest Industri dan

PT. Nata Marga.

Jumlah Penduduk: 500 KK, 2.263 jiwa

Areal DAS : DAS Kandilo, DAS Tunan,

DAS Telake dan DAS Semuntai.

Kabupaten: Paser dan PPU Kaltim

Page 5: Hutan adat

Proses Program Hutan Adat Paser (1) Program ini dimulai dari studi kecil tahun 1990-1991, ditemukan

praktek pemanfaatan hutan oleh suku Dayak Paser di Kaltim, kemudian, hasil studi ini menjadi referensi berkembangnya model kelola hutan dengan sebutan sistem hutan kerakyatan atau community based forest management, padi Indonesia memilih dengan nama Hutan Adat.

Laporan hasil studi potensi sumberdaya hutan yang dikeluarkan PADI Indonesia tahun 1995 – 2003, menunjukan contoh hutan adat di 15 Desa, luas total + 150.000 hektar. Kawasan ini memberikan kehidupan + 20.000 jiwa pendudukan di 15 Desa dan memberikan kontribusi air bersih pada lebih 50.000 jiwa di Ibukota Kabupaten, hampir mencapai 5.000 keluarga yang ikut mencari kehidupan di sekitar hutan adat.

Pemberontakan masyarakat terhadap HPH terjadi tahun 1980 di Desa Muluy, Kecamatan Muara Komam. Pendudukan Membakar camp-camp dan kendaraan logging HPH PT. Telaga Mas (sejak 1970), karena wilayah hutan adat masuk kedalam areal konsesi HPH.

Page 6: Hutan adat

Proses Program …………………….(2)

Awal 2006, Padi mulai mengembangkan pemanfaatan hutan untuk Energi Listrik desa, saat ini sedang membangun 2 microhydro (PLTA) di Muluy dan Kepala Telake. Listrik tenaga mikrohydro yang sudah selesai di Muluy dapat memasok listrik sekitar 30.000 watt, di Telake dalam proses pengerjaan. Selain untuk energy listrik, hutan adat untuk ekonomi hasil hutan sepeti madu, rotan, kopi, obat-obatan dlsb.

Hutan adat yang telah dipetakan dan dokumentasi wilayah beserta potensi ekonomi, ekologinya di ajukan kepada pemerintah setempat untuk mendapat pengakuan hak kelola hutan adat.

Pada awal bulan Juli 2009, Pemerintah Kabupaten Paser merespon secara resmi akan mendukung kelola hutan adat 61.800 hektar dengan cara mengeluarkan SK khusus bagi hutan adat yang dikelola masyarakat adat.

Page 7: Hutan adat

Proses Program …………………….(3)

Saat ini upaya kelengkapan data dan informasi baik peta, potensi, aturan lokal sengat penting. Dimana informasi hutan adat yang dikemas dalam bentuk media untuk di komunikasi kepada Pemerintah Setempat seperti: Bupati, Wakil Bupati, DPRD, Dinas Intantasi terkait.

Sementara di tingkat lapangan, upaya penguatan masyarakat melalui pelatihan, pendidikan, membuat aturan-aturan yang mendukung dari lembaga adat, lembaga desa dan musyawarah untuk mengambil keputusan dan berbagi informasi perkembangan.

Kegiatan ragam ekonomi dari hasil hutan dilakukan, seperti: rotan, obat-obatan, madu, kopi, dlsb. Hal ini dilakukan untuk memperkuat posisi masyarakat dalam perjuangan atas hak-hak kelola hutan adat.

Page 8: Hutan adat

Pelajaran yang didapat ( 1 ) Proses fasilitasi masyarakat adat memperjuangkan

hak-hak atas kelola hutan adat di peroleh pelajaran yang sangat penting, diantaranya:

Bahwa masyarakat lokal memiliki cara (model) pengelolaan hutan yang secara turun temurun telah berjalan, sehingga, wilayah kelola memiliki sejarah, batas-batas wilayah kelola, semangat untuk menjaga kehidupan dan keselamatan umat yang lain, kelembagaan rakyat yang militan dan tetap menjaga.

Penggunaan istilah-istilah yang mudah di pahami, di mengerti dan di tranformasi antar generasi.

Kesabaran dalam pendampingan, melakukan pendidikan terus menerus adalah salah satu cara untuk menjembatani masyarakat memperjuangkan hak-haknya atas hutan adat

Page 9: Hutan adat

Pelajaran …………( 2 ) Menjadi sangat penting bahwa hutan memiliki manfaat

ekonomi, sosial, budaya hukum dan politik secara langsung Masyarakat setempat dan sekitarnya.

Komunikasi yang baik dan jelas atas rencana masyarakat dalam mengelola hutan adat kepada Pemerintah Daerah sangat penting untuk tetap dilakukan , agar mereka mau memahami apa yang sedang di upayakan mayarakat membantu pemerintah dalam menyelamatkan hutan dan mengentaskan kemiskinan.

Banyak peluang kedepan untuk mengelola hutan adat bersama masyarakat, walaupun tantangan dan ancaman terus menerus dihadapi tidak berhenti baik dari dalam masyarakat maupun dari luar (kebijakan dan investasi).

Kekuatan masyarakat lokal paling dalam menyelamatkan dirinya sendiri secara bersama-sama.

Page 10: Hutan adat

Penutup Luas 61.000 hektar di 8 Desa yang sedang dilakukan

Padi Indonesia, salah satu bagian dari usaha jangka panjang menyelamatkan hutan dan rakyat.

Sampai tahun 2015, Padi Indonesia menargetkan sekitar 40 Desa hutan adat (25 PLTA/ listrik miktohydro) mencapai luas 300.000 -500.000 hektar yang dapat menyelamatkan lebih dari 5.000 – 7.000 KK, sekitar 40.000 jiwa, dan hutan adat dapat di kelola berbasiskan pengetahuan lokal yang diakui secara tertulis (aturan lokal, peta wilayah) oleh masyarakat dan Pemerintah daerah dalam bentuk dikeluarkannya kebijakan lokal (SK atau Perda khusus). Pemanfaatan hutan adat untuk (listrik desa) dapat memberikan perkembangan sistem ekonomi dan pendidikan bagi warga desa. Hutan untuk rakyat, bahan pangan dan energy alternatif masa depan.

Terima kasih.