Humaniora Dalam Pendidikan Sains 2

download Humaniora Dalam Pendidikan Sains 2

of 3

Transcript of Humaniora Dalam Pendidikan Sains 2

HUMANIORA DALAM PENDIDIKAN SAINS Humaniora dapat diartikan sebagai memanusiakan manusia. Di dalam pendidikan humaniora, terdapat beberapa poin penting yakni mengintregasikan seluruh unsur pendidikan yang menggambarkan keutuhan manusia dan memunculkan sifat-sifat manusiawi pada manusia. Ilmu- ilmu eksakta, sains, dan teknologi, pada dasarnya mengandung nilainilai humaniora yang dapat dikembangkan untuk menjadikan peserta didik sebagai manusia seutuhnya. Ilmu-ilmu eksakta, sains, dan teknologi tidak hanya mengembangkan sisi kognitif peserta didik saja, tetapi di dalamnya tersirat juga sisi afektif dan karakter yang merupakan bagian dari nilai-nilai humaniora. Menurut Sarkim (dalam Connant, 1971:25, Kuslan & Stones, 1968:2, dan Campbell, 1953:1) hakikat sains mencakup dua aspek yakni aspek produk dan aspek metode atau proses. Dijelaskan bahwa aspek produk adalah prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori yang merupakan hasil pemikiran atau rekayasa manusia dalam rangka memahami dan menjelaskan alam beserta fenomenafenomena yang terjadi di dalamnya. Para ilmuwan realis berpendapat bahwa aspek produk ini merupakan jawaban atas dasar kebutuhan manusia terhadap rasa keingintahuan terhadap sesuatu yang bersifat nyata. Di lain pandangan, para instrumentalis menganggap sains adalah pengetahuan yang nilai kebenarannya tidak bersifat mutlak dan dapat terbantahkan dengan pembuktian-pembuktian baru. Tetapi nilai kebenaran yang ada pada pengetahuan bernilai guna untuk membuat perkembangan-perkembangan dan kemajuan selanjutnya. Maka dari itu para instrumentalis lebih memilih menempatkan sains untuk keperluan praktis manusia. Aspek yang kedua adalah aspek proses dimana aspek ini mengungkapkan bahwa di dalam memperoleh suatu kebenaran atau pengetahuan, diperlukan langkah-langkah atau metode untuk mendapatkan nilai kebenaran maupun pengetahuan tersebut. Pengetahuan dan kebenaran yang ada merupakan hasil penyimpulan dari pola pikir setelah melakukan serangkaian percobaan maupun pengamatan. Pola pikir tersebut bisa berupa ola berpikir secara induktif dan juga

bisa berupa pola pikir secara deduktif. Terdapat juga hasil metode keilmuan yang dihasilkan dari gabungan antara keduanya, baik induktif maupun deduktif. Tarkim (dalam Riggs, 1992:10) menambahkan metode kilmuan yang ada sekarang didasarkan pada perpaduan antara observationali dan theoreitical. Hukum-hukum observational ditemukan melalui suatu proses generalisasi induktif dari data yang dapat diukur dan dapat diindra. Sedangkan hukum-hukum theoreitical, mengacu kepada besaran-besaran dan proses-proses yang tidak dapat diamati (diobservasi), sehingga hukum-hukum teoritis tidak memiliki basis empiris sebagai suatu kebenaran. Dalam proses pengajaran aspek proses dapat diwujudkan melalui peran aktif dari pendidik dan peserta didik. Contohnya, pendidik di dalam menyampaikan suatu teori yang ada di dalam pelajaran, tidak dengan begitu saja menyampaikan sesuai dengan sumber yang ada tanpa meninggalkan kesan. Tetapi pendidik mendorong peserta didik melalui aktivitas-aktivitas fisik dan mental sampai pada akhirnya peserta didik mampu merumuskan kembali teori yang sudah ada tersebut berdasarkan pengalaman belajar mereka. Terdapat juga satu aspek yang penting di dalam sains menurut para ahli, aspek ini adalah aspek sikap. Aspek sikap adalah keyakinan, pendapat, dan nilainilai yang harus dipertahankan dan dikembangkan ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Aspek sikap dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni: 1) seperangkat sikap yang apabila diikuti dapat membantu proses pemecahan masalah, dan 2)seperangkat sikap yang menekankan sikap tertentu terhadap sains sebagai suatu cara pandang terhadap dunia serta dapat berguna bagi pengembangan karir di masa depan (Tarkim, 2004:134 dalam Dawson, 1995: 2432). Pengajaran sains bukanlah pengajaran yang menempatkan peserta didik sebagai penerima informasi saja, tetapi pengajaran sains memiliki tujuan-tujuan yang hendak dicapai melalui proses pengajaran itu sendiri. Tujuan-tujuan ini sangat bergantung kepada pemilihan materi dan metode pengajaran yang dilakukan. Pengajaran yang dilakukan ditekankan pada aspek teoritis, yakni menekankan pada

struktur keilmuan; aspek terapan, yaitu penekanan pada sains dan penerapannya dalam kehidupan praktis sehari-hari; aspek liberal atau konstektual, yakni penekanan terhadap sejarah perkembangan dan implikasi kultural dari sains.Tujuan pengajaran sains juga bisa mengalami perubahan tergantung pada kondisi-kondisi tertentu tetapi perubahan-perubahan yang terjadi merupakan proses dinamis hasil pembaruan atas tujuan pada periode sebelumnya. Tujuan pengajaran sains sekarang memiliki tiga aspek hakikat sains, seperti proses, produk dan sikap. Aspek-aspek ini melalui taksonomi pendidikan diterjemahkan sebagai ranah pengetahuan, ranah keterampilan, dan ranah sikap. Selama praktik pengajaran sains, pendidik harus jeli memilih-milih metode atau cara mengajar sains yang dirasa paling efektif dan baik. Hal ini penting karena semua metode pengajaran yang ada tidak semuanya cocok digunakan pada semua pokok pembahasan dan pada kondisi tertentu. Pendidik sebaiknya menghindari proses belajar mengajar bersifat satu arah yang hanya terpaku pada pendidik. Pengajaran sains harus diberikan secara utuh meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Para pendidik diharapkan selalu mendorong peserta didik untuk berfikir aktif, mengkonstruk pengetahuan, memberikan opini-opini mereka, berdasarkan konsep mereka terhadap kebenaran-kebenaran teori-teori sains yang sudah ada dari sumber belajar. Apabila hal ini dilakukan, maka potensi-potensi kepribadian positif pada peserta didik akan terasah dan muncul. Proses inilah yang disebut dengan pendidikan menjadikan manusia menjadi manusia seutuhnya. Selain itu, yang harus diperhatikan adalah sistem evaluasi terhadap proses belajar mengajar maupun hasil belajar. Sistem evaluasi dikehendaki adalah sistem evaluasi yang mampu menyeimbangkan antara aspek produk dan proses. Yang ada sekarang, aspek proses dan sikap kurang mendapatkan porsi lebih. Ini dikarenakan pembentukan aspek proses dan sikap cenderung memerlukan waktu yang lebih, sedangkan tuntutan kurikulum adalah harus menyelesaikan begitu banyak materi pada kurun waktu tertentu, akibatnya tenggat waktu menjadi prioritas utama. Jika hal ini terus terjadi, maka pengajaran sains yang secara utuh menyentuh peserta didik akan selalu terkendala dan sulit untuk berkembang.