hukun kelautan dan perikanan

3
Materi Inisiasi 4 Topik: Pengaturan Alat Tangkap Saudara Mahasiswa! Pada materi inisiasi ke-4 ini kita akan mendiskusikan topik pengaturan alat tangkap. Silakan Anda baca BMP Legalitas Hukum Kelautan dan Perikanan Modul 3 KB 2 atau literatur lain yang berhubungan dengan materi pengaturan alat tangkap. Setelah Anda membaca literatur tersebut, silakan membaca inisiasi 4 ini dan jawablah pertanyaan yang diberikan pada forum diskusi. Selamat membaca! Dalam Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) disebutkan bahwa negara-negara dan semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan perikanan, melalui suatu kerangka kebijakan hukum dan kelembagaan yang tepat, harus mengadopsi langkah konservasi jangka panjang dan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan. Langkah-langkah konservasi dan pengelolaan baik pada tingkat lokal, nasional, subregional atau regional, harus didasarkan pada bukti ilmiah terbaik dan tersedia dan dirancang untuk menjamin kelestarian jangka panjang sumberdaya perikanan pada tingkat yang dapat mendukung pencapaian tujuan dari pemanfaatan yang optimal dan mempertahankan ketersediaan untuk generasi kini dan mendatang, pertimbangan-pertimbangan jangka pendek tidak boleh mengabaikan tujuan ini Dalam kaitan tersebut di atas Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Kelautan dan Perikanan telah melakukan langkah-langkah strategis melalui berbagai program konservasi jangka panjang, seperti pelestarian terumbu karang melalui proyek

description

legalitas hukun kelautan dan perikanan

Transcript of hukun kelautan dan perikanan

Page 1: hukun kelautan dan perikanan

Materi Inisiasi 4

Topik: Pengaturan Alat Tangkap

Saudara Mahasiswa! Pada materi inisiasi ke-4 ini kita akan mendiskusikan topik

pengaturan alat tangkap. Silakan Anda baca BMP Legalitas Hukum Kelautan dan Perikanan

Modul 3 KB 2 atau literatur lain yang berhubungan dengan materi pengaturan alat tangkap.

Setelah Anda membaca literatur tersebut, silakan membaca inisiasi 4 ini dan jawablah

pertanyaan yang diberikan pada forum diskusi. Selamat membaca!

Dalam Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) disebutkan bahwa negara-

negara dan semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan perikanan, melalui suatu kerangka

kebijakan hukum dan kelembagaan yang tepat, harus mengadopsi langkah konservasi jangka

panjang dan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan. Langkah-langkah

konservasi dan pengelolaan baik pada tingkat lokal, nasional, subregional atau regional, harus

didasarkan pada bukti ilmiah terbaik dan tersedia dan dirancang untuk menjamin kelestarian

jangka panjang sumberdaya perikanan pada tingkat yang dapat mendukung pencapaian tujuan

dari pemanfaatan yang optimal dan mempertahankan ketersediaan untuk generasi kini dan

mendatang, pertimbangan-pertimbangan jangka pendek tidak boleh mengabaikan tujuan ini

Dalam kaitan tersebut di atas Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen

Kelautan dan Perikanan telah melakukan langkah-langkah strategis melalui berbagai program

konservasi jangka panjang, seperti pelestarian terumbu karang melalui proyek Coremap,

program Mitra Bahari, dan pemberdayaan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia.

Dari program ini yang perlu dievaluasi adalah bagaimana dampak positif dan efektivitas dari

program-program tersebut terhadap kelestarian lingkungan dan penyadaran masyarakat akan

kelestarian lingkungan sumberdaya laut. Pemerintah juga merencanakan peningkatan jumlah

Taman Nasional Laut dan Daerah-Daerah Perlindungan Laut sebagai penyangga plasma nutfah

dan biodiversity laut. Program-program tersebut sesuai dan merupakan amanat CCRF.

Negara-negara di dunia harus mengambil langkah untuk mencegah atau menghapus

penangkapan ikan yang melebihi kapasitas dan harus menjamin bahwa tingkat upaya

penangkapan adalah sepadan dengan pemanfaatan sumberdaya ikan yang lestari sebagai suatu

cara menjamin keefektivan langkah konservasi. Dengan demikian harus diinventarisir daerah

yang over exploited, full exploited dan under exploited. Dalam kaitan dengan operasi

Page 2: hukun kelautan dan perikanan

penangkapan ikan di wilayah pesisir dan pantai ada beberapa hal yang diamanatkan dalam CCRF

antara lain:

1. Nelayan dan kapal yang digunakan harus mematuhi persyaratan keselamatan di laut (Artikel

8.2.5). Nelayan kita yang sebagian besar adalah nelayan tradisional, jangankan memiliki radio

navigasi, jaket pelampung saja, atau P3K jarang sekali kita temukan di atas kapal, padahal ini

penting untuk menjamin keamanan dan keselamatan di laut.

2. Negara harus melarang praktik penangkapan yang menggunakan bahan peledak, racun dan

praktik penangkapan yang merusak lainnya (Artikel 8.4.2). Sekiranya perairan Indonesia

termasuk perairan Sulawesi Selatan dieksploitasi dengan cara yang ramah lingkungan maka

bisa dipastikan bahwa perairan tersebut akan menjadi lahan yang subur bagi para nelayan

untuk mengais rezeki. Sayangnya banyak orang yang mengambil jalan pintas dalam

mengeksploitasi sumberdaya perikanan dengan melakukan penangkapan secara dekstruktif.

3. Negara harus mensyaratkan bahwa alat, metode, praktik penangkapan ikan agar cukup

selektif, sehingga meminimalkan ikan buangan, hasil tangkapan bukan target serta dampak

terhadap species yang terkait.

Dalam kaitan dengan selektivitas alat tangkap khususnya selektivitas ukuran ikan, maka

ikan yang ditangkap adalah ikan-ikan yang sudah melakukan pemijahan minimal sekali dalam

hidupnya. Dengan demikian kita harus mengetahui ukuran ikan yang telah melakukan pemijahan

melalui penelitian secara terencana. Di Indonesia termasuk di Sulawesi Selatan data tersebut

sangat sedikit diketahui, namun penelitian ke arah ini kurang dilirik oleh para pengambil

kebijakan.