HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL...

83
HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI FIQIH EMPAT MAZHAB DAN FATWA MUI NO. 53 TAHUN 2016 SKRIPSI Oleh AL QODRI NIM. SPM.141888 PEMBIMBING Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Transcript of HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL...

Page 1: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

i

HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU

DARI FIQIH EMPAT MAZHAB DAN FATWA MUI

NO. 53 TAHUN 2016

SKRIPSI

Oleh

AL QODRI

NIM. SPM.141888

PEMBIMBING

Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag

Al Husni, S. Ag., M. HI

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2019

Page 2: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

i

i

HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU

DARI FIQIH EMPAT MAZHAB DAN FATWA MUI

NO. 53 TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan sebgai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan

Oleh

AL QODRI

NIM. SPM.141888

PEMBIMBING

Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag

Al Husni, S. Ag., M. HI

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2019

Page 3: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

ii

ii

Page 4: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

iii

iii

Pembimbing I : Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag

Pembimbing II : Al Husni, S. Ag., M. HI

Alamat : Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Jln. Jambi – Muaro Bulian KM. 16 simp. Sei Duren

Kab. Muaro Jambi 31346 Telp. (0741) 582021

Jambi, September 2019

Kepada Yth,

Bapak Dekan Syari‟ah

UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Di-

Jambi

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Assalamu‟alaikum Wr.Wb.

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara Al

Qodri yang berjudul “Hukum Shalat Jum’at Selain Di Masjid Ditinjau Dari

Fiqih Empat Mazhab Dan Fatwa Mui No. 53 Tahun 2016” telah

disetujui dan dapat diajukan untuk dimunaqasahkan guna melengkapi syarat-

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam ilmu Perbandingan

Mazhab pada Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi .

Demikianlah kami ucakpan terima kasih, semoga bermanfaat bagi

kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa.

Wassalamu‟alaikum Wr.Wb

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI

NIP. 196406081992031004 NIP. 19761225 200901 1 017

Page 5: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

iv

iv

Page 6: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

v

v

MOTTO

Artinya:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar

merekalah orang-orang yang beruntung.” (Qs. Ali „Imran: 104)

Page 7: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

vi

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi yang sederhana ini penulis mempersembahkan buat orang-orang yang

terkasih dan tersayang yang selama ini banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan perkuliahan di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

1. Ayahanda Hafizul yang selalu memberikan motivasi serta bantuan yang

bersifat moril atau materil kepada penulis dalam mengenyam pendidikan

dari mulai tingkat dasar hingga ke perguruan tinggi.

2. Ibunda Nazifah yang telah mengandung, melahirkan dan membesarkanku,

sehinga penulis dapat menjadikan insan yang berpengetahuan.

3. Kakak tercinta Masni Ulfa dan Adik ku tercinta Aulia, Dan keluarga

besarku tercinta yang selalu memberikan do‟a yang selalu memberikan

semangat dalam menulis skripsi ini.

4. Dan untuk teman seperjuangan ku Bahtiar mahasiswa Sastra Ingris

angkatan tahun 2014 yang memberi semangat dalam membuat Skripsi ini.

Mudah-mudahan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT,

Amiin yaa robbal ’alamin

Page 8: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

vii

vii

ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui Problematika Sholat Jum‟at

Menurut Imam Mazhab. Sebagai tujuan diantaranya adalah untuk mengetahui

problem sholat jum‟at tentang tempat sholat jum‟at menurut imam mazhab.

Skripsi ini menggunakan pendekatan tinjauan pustaka dengan metode

pengumpulan data melalui membaca, meneliiti, menganalisis dan mengadakan

pengecekan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai

berikut: pendapat keempat imam mazhab yakni imam Abu Hanifah, imam Asy-

Syafi‟i , imam Ahmad bin Hambal, dan Imam Malik. Ketiga para ulama ini

sepakat tentang kebolehannya melaksanakan sholat jum‟at di tanah lapang.

Namun yang terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ulama mazhab yakni

Ulama Malikiyah. Mazhab malikiyah berpendapat sholat jum‟at itu tidak sah

dilaksanakan di rumah-rumah dan tanah lapang, jadi sholat jum‟at harus

dilaksanakan di masjid.

Page 9: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

viii

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yanag mana dalam

penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Disamping itu, tidak lupa pula

iringan sholawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi

Muhammad saw.

Menjadi kewajiban bagi setiap mahasiswa pada semester akhir untuk

menyusun skripsi sebagai suatu syarat untuk memperoleh predikat Sarjana dalam

bidang ilmu yang dituntut maka penulis dapat persetujuan untuk menyusun skripsi

dengan judul Problematika Shalat Jum‟at Menurut Imam Mazhab.

Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui tidak sedikit

hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam mengumpulkan data

maupun dalam penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dan bimbingan yang

diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih

kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini terutama sekali

kepada yang terhormat:

1. Bapak, Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN STS Jambi

2. Bapak, Dr. A. A Miftah, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah UIN STS

Jambi

3. Bapak, Dr. H. Hermanto Harun, Lc. MA selaku Wakil Dekan I Bidang

Akademik,

Page 10: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

ix

ix

4. Ibu, Dr. Rahmi Hidayati, S.Ag., M. HI selaku Wakil Dekan II Bidang Umum,

Perencanaan dan Keuangan,

5. Ibu, Dr. Yuliatin, S. Ag., M. HI selaku Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan

Kerjasama di lingkungan Fakultas Syari‟ah UIN STS Jambi.

6. Bapak, Al Husni, S. Ag., M. HI selaku Ketua Jurusan Perbandingan Mazhab

Fakultas Syariah UIN STS Jambi serta selaku Pembimbing II

7. Bapak, Yudi Armansyah, S. Th. I., M. Hum Selaku Sekretaris Jurusan

Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah UIN STS Jambi.

8. Bapak, Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag selaku Pembimbing I Skripsi,

9. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen dan seluruh Karyawan/Karyawati

Fakultas Syari‟ah UIN STS Jambi.

10. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Skripsi ini, baik langsung

maupun tidak langsung.

Disamping itu, didasari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat

memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT

kita memohon ampunannya, dan kepada manusia kita memohon kemaafannya.

Semoga amal kebaikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT

Jambi, Juli 2019

Penulis

Al Qodri

SPM.141888

Page 11: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

x

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... ii

PESETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................................. iv

MOTTO ......................................................................................................... v

PERSEMBAHAN .......................................................................................... vi

ABSTRAK ..................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5

C. Batasan Masalah ............................................................................... 5

D. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6

E. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 6

F. Kerangka Teori ................................................................................. 7

G. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 18

H. Metode Penelitian ............................................................................. 22

I. Sistematika Penulisan ....................................................................... 28

BAB II BIOGRAFI IMAM MAZHAB

A. Imam Abu Hanifah Annu‟man ......................................................... 30

B. Imam Malik Bin Anas ....................................................................... 34

C. Imam Asy-Syafi‟i .............................................................................. 35

D. Imam Ahmad Bin Hambal ................................................................ 36

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG SHOLAT JUM’AT

A. Pengertian Shalat Jum‟at ................................................................... 39

B. Hukum Shalat Jum‟at ........................................................................ 40

C. Waktu Shalat Jum‟at ......................................................................... 41

Page 12: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

xi

xi

D. Kapan Wajib Bersegera Menuju Shalat Jum‟at ................................. 43

E. Dalil Tentang Shalat Jum‟at............................................................... 44

F. Keutamaan Shalat Jum‟at dan Ancaman Bagi Yang

Meninggalkannya ............................................................................... 46

G. Tempat Yang Dilarang Melaksanakan Shalat Jum‟at ........................ 47

H. Berada di Suatu Negeri (Pusat Kota) ................................................. 48

BAB IV PEMBAHASAN

A. Shalat Jum‟at di Tanah Lapang.......................................................... 50

B. Analisis Hukum Shalat Jum‟at Selain di Masjid di Tinjau

dari Fiqh Empat Mazhab .................................................................... 53

C. Analisis Fatwa MUI No. 53 Tahun 2016 Tentang Pelaksanaan

Shalat Jum‟at di Tempat Selain Masjid ............................................. 60

D. Analisa Penulis Terhadap Shalat Jum‟at Selain di Masjid ................ 65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 68

B. Saran ................................................................................................. 69

C. Penutup ............................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA

CURRICULUM VITAE

Page 13: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ibadah shalat merupakan salah satu media komunikasi antara manusia

dengan Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Di samping itu shalat merupakan rukun

Islam yang kedua dan merupakan bentuk amaliah ibadah seorang hamba kepada

khaliknya untuk mendekatkan diri.1 Dalam agama Islam shalat menempati

kedudukan tertinggi dibandingkan dengan ibadah-ibadah yang lainnya, karena

shalat merupakan kewajban bagi setiap orang yang beriman, sebagaimana dalam

Al-Quran surat An-Nisa ayat 103 sebagai berikut;

لة فاذكروا اللو قياما وق عودا وعلى جنوبكم فإذا اطمأننتم فأقيموا الصلة فإذا قضيتم الصلة كانت على المؤمنني كتابا موقوتا إن الص

Artinya: ”Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di

waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila

kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana

biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya

atas orang-orang yang beriman.”2

Dari ayat di atas menjelaskan bahwa hukum shalat bagi umat Islam adalah

wajib, ini menunjukkan bahwa hamba tersebut merupakan hamba yang beriman

kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Shalat sebagai tiang agama, artinya

seseorang yang mendirikan shalat telah membangun fondasi agama; sebaliknya,

seseorang yang meninggalkan shalat berarti meruntuhkan dasar bangunan agama.

Hal ini sekaligus memberikan pengertian pada umat Islam bahwa yang

1Ahmad Sarwat, Fiqih Perbedaan, (Jakarta: PT Gramedia, 2011), hlm. 34

2Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemah, 1982, (An-

Nisa: 103), hlm. 95

1

Page 14: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

2

menegakkan dan meruntuhkan agama itu bukan umat yang lain akan tetapi

tergantung pada umat Islam itu sendiri.3 Dalam sebuah hadis diterangkan bahwa

yang pertama-tama dihisab oleh Allah swt. Dari amal seorang hamba pada hari

kiamat adalah shalatnya; jika shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya.

Sebaliknya, jika shalatnya rusak, maka ia akan merugi dan sia-sialah seluruh

amalnya. Dari „Abdullah bin Mas‟ud radhiyallahu „anhu, Rasulullah shallallahu

„alaihi wa sallam bersabda,

ل ما لة، وأو ل ما ياسب بو العبد الص ماء أو )رواه النسائي( ي قضى ب ني الناس ف الدArtinya: “Perkara yang pertama kali dihisab adalah shalat. Sedangkan yang

diputuskan pertama kali di antara manusia adalah (yang berkaitan

dengan) darah.” (HR. An-Nasa‟i).”4

Itu artinya amal seorang hamba yang pertama kali dihisab pada hari kiamat

adalah shalat. Sedangkan yang pertama kali diputuskan berkaitan dengan perkara

yang terjadi di antara sesama manusia adalah darah. Shalat adalah hubungan

antara manusia dengan Rabb-nya. Sedangkan darah berkaitan dengan masalah

yang terjadi antara sesama manusia.

Lebih dari itu, apabila dilihat dari kacamata hukum Islam, semua jenis

ibadah termasuk shalat adalah memiliki syarat dan rukun dalam pelaksanaannya,

sehingga pemenuhan terhadap syarat dan rukun tersebut yang nantinya akan

menentukan sah dan tidaknya ibadah seseorang. Adapun mengenai syarat sahnya

shalat, yaitu terdiri dari 11 syarat yang telah disepakati oleh para ulama, yaitu:

mengetahui masuknya waktu shalat, suci dari hadas besar dankecil, suci dari najis,

3Mazdar Amir, Fiqih Praktis Empat Mazhab, (Jakarta: QafNediaKreativia,

2017), hlm.206 4 An nasa‟i. No. 466

Page 15: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

3

menutup aurat, menghadap kiblat, niat, tartib, bersegera, tidak berbicara,

meninggalkan perbuatan yang membatalkan shalat dan tidak makan dan minum.

Adapun rukun-rukun shalat adalah terdiri dari; niat, takbiratul ihram, berdiri jika

mampu, membaca fatihah, rukuk, iktidal, sujud, duduk diantara duas ujud, duduk

tasyahud akhir, membaca tasyahud akhir, tumakninah dalam semua rukun dan

salam yang pertama.

Kesepakatan para ulama dalam menentukan syarat dan rukun-rukun shalat

ini apabila ditilik lebih jauh lagi, ternyata mereka masih berbeda pendapat ketika

menentukan bagaimana seharusnya syarat dan rukun-rukun tersebut dilaksanakan

dalam shalat. Salah satunya dalam shalat jumat, hukum melaksanakan shalat

jumat adalah fardu „ain yang mana Allah berfirman dalam Al-Quran dalam surat

Al-Jumu‟ah ayat 9 sebagai berikut:

Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat

Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan

tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu

mengetahui.5

Dari ayat di atas dapat dicermati bahwa, shalat jumat atas muslim yang

berakal sehat, baligh, berkelamin laki-laki merdeka, bermukmin serta tidak

berhalangan maka hukumnya wajib. Sedangkan shalat jumat tidak diwajibkan atas

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemah, 1982, (Al-

Jumu‟ah: 9)

Page 16: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

4

orang kafir, orang gila, budak, serta musafir yang melakukan perjalanan

sekurangnya 89 km yang merupakan jarak minimal diperbolehkannya qashar.

Menurut mazhab Maliki dan Syafi‟i menetapkan shalat jumat tidak

dianggap sah kecuali dilaksanakan di masjid. Sedangkan mazhab Hanafi dan

Hambali berpendapat shalat jumat boleh dilaksanakan di mana pun. Adapun

perbedaan dalam jumlah minimal jamaah yang mengikuti shalat jumat, menurut

mazhab Hanafi bahwa shalat jumat minimal diikuti oleh seorang makmum dan

seorang imam, mazhab Maliki berpendapat minimal dihadiri oleh seorang imam

dan dua belas makmum, sedangkan mazhab Syafi‟i berpendapat bahwa dalam

melaksanakan shalat jumat harus mencapai empat puluh orang.

Dewasa ini, praktek keagamaan yang berkembang terkadang terasa janggal

dan diluar kebiasaan. Misalnya masalah sholat Jum‟at yang telah berkembang,

dimana sholat Jum‟at tidak hanya dilakukan di masjid saja, tetapi di pasar,

perkantoran, kampus, sekolah, atau tempat lain selain masjid. Pendapat apakah

yang mereka ambil dan atas dasar apa melakukan itu? Memang kini banyak

perusahan atau lembaga pendidikan yang dengan alasan efisiensi waktu dan

tenaga, melarang untuk berjamaah di Masjid Jami‟ lalu sebagai jalan keluarnya

menyulap halaman besar, ballroom atau tempat parkir untuk dijadikan sholat

Jum‟at di kalangan tersebut6

Oleh karenanya, dari penjelasan di atas diketahui bahwa persoalan dalam

pelaksanaan shalat jumat memiliki perbedaan antara keempat mazhab di atas,

6 Rahmat Hidayatullah, Talfiq dan Sholat Juma‟at di Selain Masjid, dalam

http://hitamkelam-budaksundaoke.blogspot.co.id/2011/05/talfiq-sholat-jumaat-di-

selainmasjid.html (Diakses pada tanggal 18 Mei 2011).

Page 17: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

5

dimana perbedaan ini dijadikan khazanah keilmuan bukan semata untuk

diperselisihkan. Bertitik tolak dari tata cara pelaksanaan shalat jum‟at yang

memiliki perbedaan dalam pelaksanaanya menurut empat mazhab maka perlu

dilakukan pengkajian lebih dalam, maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi

dengan judul: “Hukum Shalat Jum’at Selain Di Masjid Ditinjau Dari Fiqih

Empat Mazhab dan Fatwa MUI No. 53 Tahun 2016”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, dalam upaya

mengkonkretkan pokok masalah tersebut, beberapa masalah krusial yang akan

diangkat melalui karya ini adalah:

1. Bagaimana hukum Sholat Jumat di tempat selain masjid menurut Fiqh

Empat Madzhab?

2. Bagaimana hukum sholat Jumat di tempat selain masjid menurut Fatwa

MUI Nomor 53 Tahun 2016?

3. Bagaimana Analisa Penulis Terhadap Shalat Jum‟at Selain Di masjid?

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari adanya perluasan masalah yang dibahas yang

menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan rumusan masalah yang

telah penulis buat sebelumnya, untuk itu penulis memberikan batasan masalah

dalam penelitian ini yaitu :

Page 18: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

6

1. Mengenai hukum Sholat Jumat di tempat selain masjid menurut Fiqh

Empat Madzhab dan Fatwa MUI No. 53 Tahun 2016.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang telah dipaparkan peneliti diatas, maka

tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan hukum Sholat Jumat di tempat selain masjid

menurut Fiqh Empat Madzhab.

2. Untuk mendeskripsikan hukum sholat Jumat di tempat selain masjid

menurut Fatwa MUI Nomor 53 Tahun 2016.

3. Untuk mengetahui dasar hukum mengenai Shalat Jum‟at selain di

Masjid.

E. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman

dalam mengadakan penelitian selanjutnya.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

a. Bagi Masyarakat

Sebagai informasi agar lebih berhati-hati dalam melaksanakan

sholat Jumat di selain masjid.

Page 19: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

7

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini sangat penting untuk memperoleh informasi tentang

hukum sholat Jumat di selain masjid menurut Fiqh Empat

Madzhab dan Fatwa MUI Nomor 53 Tahun 2016. Selain daripada

itu, penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

studi strata satu (S1).

F. Kerangka Teori

1. Pengertian Shalat Jum’at

Shalat Jum‟at merupakan salah satu bentuk dari amal shaleh yang

merupakan kewajiban untuk dilaksanakan bagi setiap muslim apabila tidak ada

udzur dan memenuhi syarat untuk terselenggaranya jamaah shalat Jum‟at.7 Salah

satu kegiatan yang berkesinambungan yang di selenggarakan di masjid-masjid

dalam rangka pembinaan umat Islam adalah shalat Jum‟at yang di pimpin oleh

imam dan khatib, hari Jum‟at bagi umat Islam merupakan hari yang mulia

(Sayyidul Ayyam). Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah

R.a. Rasulullah S.a.w dengan tegas menjelaskan bahwa hari yang paling baik

ialah hari Jum‟at. Shalat Jum‟at itu fardu ain bagi setiap orang muslim yang tidak

udzur atau berhalangan maupun sakit. Dasar kewajiban melaksanakan

shalatJum‟at adalah sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Jumu‟ah : 9:

7Ghazali IhyaUllumuddin,(Jakarta: PT Gramedia, 2008), hlm. 11

Page 20: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

8

Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at,

Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang

demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”8

Dalam ayat ini, Allah SWT menggunakan lafadz Amr (perintah) yaitu

untuk segera menunaikan shalat Jum‟at. Lafadz perintah dalam usul fiqh

menunjukkan kepada hukum wajib. Hal ini diperkuat lagi dengan larangan Allah

SWT untuk melakukan aktivitas apapun jika waktu shalat Jum‟at sudah

masuk, seperti segeralah meninggalkan jual beli sebagaimana tercantum dalam

ayat tersebut. Shalat jum'at adalah wajib bagi setiap orang yang beriman. Ketika

telah sampai waktu untuk menunaikan ibadah shalat jum‟at maka janganlah kita

menunda-nunda shalat jum'at. Kata “ingatlah” bermakna agar kita meninggalkan

seluruh kegiatan keduniawian.9 seperti menuntut ilmu, bekerja termasuk jual beli

dan lainya agar kita segera melaksanakan shalat jum'at. Dikuatkan lagi dengan

sabda Nabi shallallahu „alaihi wa sallam.

و المعة حق واجب على كل مسلم ف جاعة إال أرب عة عبد ملوك أو امرأة أو صب أ مريض

8 Departemen agama Republik Indonesi. Al-qurand an Terjermah, 1982, Al-

Jumu‟ah 9. 9Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Fiqih Shalat Empat Mazhab,(Jakarta: HikamPustaka,

2009), hlm. 19

Page 21: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

9

Artinya: “(Shalat) Jum‟at adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim dalam

jama‟ah kecuali bagi empat orang: budak yang dimiliki, wanita, anak

kecil dan orang yang sakit.” (HR. Abu Daud)10

Begitu pula disebutkan dalam sabda lainnya,

قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم: من ترك جعة من غري عذر فليتصدق بدينار فإن مل )رواه النسائي( جيد فبنصف دينار

Artinya: Rasulullah Shalallahu „Alaihi Wa sallam bersabda : “ Barangsiapa yang

meninggalkan shalat jum‟at tanpa ada udzur (alasan yang dibenarkan),

hendaklah dia bersedekah dengan satu dinar, jika dia tidak bisa maka dengan

setengah dinar. 11

Dan (atas dasar dalil diatas) telah diadakan Ijma‟ bahwa shalat jum‟at itu

hukumnya fardhu „ain.

2. Syarat-Syarat Shalat Jum'at

Syarat sholat Jum‟at sama dengan syarat sholat Dzuhur dan sholat-sholat

lainnya, akan tetapi pada sholat Jum‟at ada beberapa syarat tambahan. Masing-

masing imam madzhab mempunyai pendapat yang berbeda.12

Menurut Hanafiyah, syarat-syarat Jum‟at yang tidak termasuk dalam

syarat-syarat sholat lainnya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu syarat wajib

dan syarat sah. Syarat wajib menurut mereka ada enam, diantaranya yaitu:13

a. Laki-laki, maka sholat Jum‟at tidak wajib bagi wanita.

10

Abu Dawud, Terjemah Sunan Abi Dawud, alih bahasa H. Bey Arifin

(Semarang : CV . Asy Syifa, 1992). Hlm 19. 11

HR. Nasa‟i, Sunan Nasa‟i, No. 1355, dalam lidwa pusaka i-Software – Kitab 9

Imam Hadist. 12

Ibid. Hlm 9. 13

Ibid. Hlm 9.

Page 22: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

10

b. Merdeka, maka sholat Jum‟at tidak wajib bagi hamba.

c. Sehat, maka sholat Jum‟at tidak wajib atas orang yang tengah sakit

dan tidak dapat menghadiri sholat Jum‟at dengan jalan kaki. Jika

tidak dapat jalan kaki menuju sholat Jum‟at maka kewajiban itu

gugur baginya.

d. Bermukim di daerah tempat didirikannya sholat Jum‟at atau dekat

dengannya. e. Berakal, maka sholat Jum‟at tidak wajib bagi orang

gila dan yang sama hukumnya dengan orang gila.

e. Baligh, maka sholat Jum‟at tidak wajib bagi anak kecil yang belum

mencapai usia baligh.

Sedangkan syarat sahnya sholat Jum‟at ada 7,14

diantaranya yaitu:

a. Di dalam kota, maka sholat Jum‟at tidak diwajibkan atas orang

yang tinggal di desa.

b. Ada izin dari penguasa (pemimpin) atau wakilnya yang

dipercayakan.

c. Masuk waktu, maka sholat Jum‟at tidak sah kecuali apabila waktu

Dzuhur telah masuk.

d. Berkhutbah.

e. Khutbah dilakukan sebelum sholat Jum‟at.

f. Berjama‟ah, maka sholat Jum‟at tidak sah apabila dilaksanakan

sendirian.

14

Ibid. Hlm 10.

Page 23: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

11

g. Diperkenankan untuk masyarakat umum oleh imam (penguasa),

maka sholat Jum‟at tidak sah dilaksanakan di suatu tempat yang

sebagian orangnya dilarang memasuki daerah tersebut. Sholat

Jum‟at juga sah dilaksanakan di tanah lapang dengan dua syarat:

1. Mendapat izin dari imam (penguasa).

2. Tanah lapang tersebut tidak jauh dari kota dengan jarak

lebih dari satu farsakh (3 mil) dan hendaklah antara tanah

lapang dengan kota itu terhubung, misalnya terdapat tempat

yang disediakan untuk pacuan kuda atau untuk mengubur

mayat.

Malikiyah berpendapat bahwa sholat Jum‟at itu dibagi menjadi dua bagian

yaitu syarat wajib dan syarat sah. Adapun syarat wajibnya sholat Jum‟at sama

seperti syarat wajibnya sholat yang lain, namun ada beberapa hal yang

ditambahkan, yaitu:15

a. Laki-laki, maka sholat Jum‟at tidak diwajibkan kepada wanita.

b. Merdeka, maka sholat Jum‟at tidak diwajibkan kepada hamba.

c. Tidak ada udzur yang membolehkan untuk meninggalkan sholat

Jum‟at. Maka sholat Jum‟at itu gugur dari kewajiban seseorang

yang tidak bisa pergi dengan cara berkendara atau digotong.

15

Ibid. Hlm 13.

Page 24: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

12

d. Orang tersebut dapat melihat, maka sholat Jum‟at tidak wajib atas

orang yang buta bila ia tidak dapat hadir sendirian, atau ia tidak

mendapatkan orang yang dapat menuntunnya.

e. Bukan seseorang yang tua bangka yang sulit untuk menghadiri

sholat Jum‟at.

f. Ia tidak khawatir ada seorang dzalim memenjarakannya atau

memukulnya dengan aniaya. Sedang apabila ia memang berhak

memperoleh itu, maka kewajiban sholat Jum‟at itu tidak gugur.

g. Bukan pada waktu panas membakar atau dingin mencekam.

h. Ia tidak mengkhawatirkan hartanya, kehormatannya, atau jiwanya.

Dalam hal harta disyaratkan hilangnya itu dapat melenyapkan

seluruh harta.

i. Ia bermukim di suatu kota yang disana didirikan sholat Jum‟at,

atau bermukim di suatu desa atau kemah yang jauhnya dari kota itu

berjarak 3 1/3 mil.

j. Hendaknya ia berada di negeri tempat tinggalnya. Jika sejumlah

orang singgah di suatu tempat dan berniat untuk bermukim di

tempat itu selama satu bulan misalnya, dan mereka hendak

mendirikan sholat Jum‟at di tempat itu maka sholat Jum‟at itu tidak

wajib bagi mereka dan tidak sah.

Page 25: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

13

Sedangkan syarat-syarat sholat Jum‟at ada lima perkara, yaitu:16

a. Tinggal di suatu kota atau daerah dimana ia hidup di kota

tersebut selamanya dalam keadaan aman dari orang-orang

pendatang yang dapat menguasai.

b. Dihadiri oleh 12 orang selain imam, dan tidak harus dihadiri

oleh seluruh penduduk kota itu, sekalipun hanya pada awal sholat

Jum‟at berdasarkan pendapat yang shohih. Memang mereka

disyaratkan ada dalam kota tersebut atau tempat yang dekat dengan

kota itu sehingga memungkinkan untuk diminta bantuannya setiap

Jum‟at.

c. Imam. Mengenai imam ada dua syarat yang harus dipenuhi,

yaitu:

1) Imam tersebut seorang yang mukim atau musafir yang

berniat mukim selama empat hari.

2) Yang menjadi imam adalah orang yang menjadi khatib.

Jika yang mengimami mereka bukan yang menjadi khatib

Jum‟at, maka sholat tersebut hukumnya batal kecuali

apabila ada suatu halangan bagi khatib yang

memperbolehkan untuk mengundurkan diri, seperti

hidungnya berdarah atau wudhunya batal, maka yang

demikian tersebut sah. Atau ada orang lain yang

menggantikannya bila udzurnya tidak dapat ditunggu dalam

16

Ibid. Hlm 15.

Page 26: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

14

waktu dekat. Jika dapat ditunggu, maka wajib ditunggu.

Batas waktu dekat yang dimaksud adalah selama kurang

lebih dua rakaat pertama sholat Isya‟ termasuk bacaannya.

d. Dua khutbah.

e. Di masjid Jami‟, maka sholat Jum‟at tidak sah dilaksanakan di

rumah-rumah atau di tanah lapang. Untuk masjid Jami‟ ada empat

syarat, yaitu:

1) Masjid tersebut dibangun, maka sholat Jum‟at tidak sah

dilaksanakan di masjid yang sekelilingnya batu-batu atau

batu bata tanpa dibangun.

2) Minimal bangunan itu sama dengan bangunan yang

biasa dipakai oleh penduduk kota. Jika orang kota

menggunakan bangunan masjid yang

terbuat dari kayu, maka masjid itu sah dibangun dengan

bambu.

3) Masjid Jami‟ itu berada di dalam kota atau dekat

dengannya, dimana asap kota tempat didirikan sholat

Jum‟at itu bisa sampai ke tempat orang yang mukim tadi.

4) Masjid Jami‟ itu satu. Jika dalam sebuah kota terdapat

banyak masjid, maka tidak sah kecuali di masjid Jami‟ yang

tertua.

Page 27: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

15

Ulama dari golongan Syafi‟iyah juga berpendapat bahwa syarat-syarat

sholat Jum‟at itu dibagi menjadi dua bagian, yaitu syarat wajib dan syarat sah.17

Adapun syarat-syarat wajibnya yang ditambahkan kepada ketentuan syarat yang

telah dikemukakan terdahulu dalam syarat-syarat wajib sholat antara lain adalah

syarat-syarat yang telah disebutkan oleh Malikiyah hingga syarat yang kesepuluh.

Sebagian dari Syafi‟iyah sepakat dengan Malikiyah, bahwa sholat Jum‟at tidak

diwajibkan atas orang yang sakit, orang yang tidak mampu dan orang yang buta

kecuali dengan beberapa syarat yang telah disebutkan oleh Malikiyah dalam

syarat wajib sholat Jum‟at.18

Dan diantara syarat-syarat wajib sholat Jum‟at menurut pendapat

Syafi‟iyah adalah bermukim di tempat dilaksanakannya sholat Jum‟at atau di

tempat yang dekat dengannya sebagaimana dikatakan oleh imam-imam madzhab

lainnya. Hanya saja dalam hal ini, Syafi‟iyah mensyaratkan bagi orang yang

bermukim di tempat yang dekat dengan tempat didirikannya sholat Jum‟at

hendaklah dapat mendengar adzan atau seruan sholat.19

Dalam syarat wajibnya sholat Jum‟at tidak disyaratkan istithan (bermukim

di suatu negeri untuk selamanya) sehingga mereka tidak berpindah-pindah lagi

dari tempat tersebut pada musim panas atau dingin kecuali karena suatu

kepentingan seperti biasa bagi penduduk asli suatu negeri. Melainkan istithan

yang dimaksud tidak lain adalah syarat untuk mendirikan sholat Jum‟at.20

17

Ibid. Hlm 16. 18

Ibid. 19

Ibid. Hlm 17. 20

Ibid. Hlm 18.

Page 28: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

16

Diantara syarat wajib sholat Jum‟at lainnya adalah mukim, maka sholat

Jum‟at tidak diwajibkan kepada musafir, kecuali apabila musafir itu berniat

mukim selama empat hari di negeri tempat didirikan sholat Jum‟at

tersebut.Adapun syarat sahnya sholat Jum‟at menurut Syafi‟iyah ada enam

perkara, yaitu:21

a. Keseluruhan sholat Jum‟at dan kedua khutbahnya jatuh pada waktu

Dzuhur dengan yakin.

b. Dilaksanakan dalam suatu bangunan yang luas (memadai), baik

bangunan tersebut di desa, kota, kampung, gua dalam gunung, atau

pun di bangunan bawah tanah. Maka sholat Jum‟at itu tidak sah

dilaksanakan di padang pasir.

c. Sholat Jum‟at dilaksanakan secara berjamaah.

d. Jumlah jamaahnya mencapai empat puluh orang.

e. Sholat Jum‟at hendaklah dilakukan terlebih dahulu daripada sholat

lainnya di tempat sholat Jum‟at tersebut dilaksanakan.

f. Mendahulukan dua khutbah lengkap dengan syarat dan rukunnya.

Hanabilah berpendapat bahwa syarat-syarat sholat Jum‟at yang ditambahkan

kepada syarat sholat dapat diklasifikasikan menjadi syarat wajib dan syarat sah.

Adapun syarat wajibnya yang ditambahkan kepada syarat sholat telah

dikemukakan pada pembahasan terdahulu, sebagian berupa syarat-syarat yang

21

Ibid. Hlm 18.

Page 29: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

17

telah disebutkan oleh Malikiyah, Syafi‟iyah, dan Hanafiyah. Diantaranya

adalah:22

a. Merdeka, maka sholat Jum‟at tidak wajib atas seorang hamba.

b. Laki-laki, maka sholat Jum‟at tidak diwajibkan kepada wanita.

c. Tidak ada udzur yang membolehkan untuk meninggalkan sholat

Jum‟at. Maka sholat Jum‟at itu tidak diwajibkan kepada orang sakit

yang dapat berbahaya bila pergi menghadiri sholat Jum‟at, baik

dengan berkendaraan atau digotong. Sedang apabila ia mampu

walaupun dengan membayar upah yang tidak sampai sampai

menghabiskan hartanya, maka sholat Jum‟at itu wajib baginya.

Yang semisal dengan orang sakit adalah orang yang lumpuh.

d. Hendaklah orang itu dapat melihat. Maka sholat Jum‟at itu tidak

diwajibkan kepada orang buta sekalipun ia mendapatkan orang lain

yang dapat menuntunnya, kecuali apabila memungkinkan baginya

untuk berpegang pada tali yang bersambung ke masjid tempat

melaksanakan sholat Jum‟at.

e. Bukan pada waktu panas membakar atau dingin mencekam, atau

pada waktu hujan deras dan tanah sangat berlumpur.

f. Tidak takut dipenjarakan dan lain sebagainya karena didzalimi,

bukan karena ia sendiri dzalim.

22

Ibid. Hlm 19.

Page 30: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

18

g. Tidak khawatir akan kehilangan harta, atau mengkhawatirkan

kehormatannya atau jiwanya, dan disyaratkan hilangnya harta itu

dapat menghabiskan seluruhnya.

h. Sholat Jum‟at itu didirikan di sebuah gedung (bangunan) yang

meliputi sebuah nama, misalnya Mesir. Maka setiap orang yang

tinggal di kota Mesir itu wajib melaksanakan sholat Jum‟at

sekalipun jarak antara mereka dan tempat mendirikan sholat Jum‟at

itu berfarsakh-farsakh, karena tempat itu adalah satu kota yang

mempunyai satu nama.

G. Tinjauan Pustaka

Terdapat penelitian yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian yang

peneliti lakukan, yaitu;

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Faizun mahasiswa

Jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syari‟ah Dan Hukum Uin Sunan Kalijaga

Yogyakarta angkatan tahun 2016, dengan judul “Salat Menggunakan Bahasa

Terjemahan Studi Komparasi Pemikiran Imam Abû Ḥanîfah Dan Imam As

Syafi‟i”.23

Penelitian ini berfokus pada hukum salat menggunakan bahasa

terjemahan menurut hukum Islam, khususnya menurut pandangan Imam Abû

Ḥanîfah dan Imam asy-Syâfi‟î.Jenis penelitian ini adalah library reseacrh, yaitu

penelitian yang mengambil dan mengolah data yang bersumber dari buku-buku

atau kitab fikih. Kitab Badâi‟ aṣ-Ṣanâi‟ fî Tartîb asy-Syarâi‟, al-Umm, At-Tahżîb

23

Muhamad Faizun, “Salat Menggunakan Bahasa Terjemahan Studi Komparasi

Pemikiran Imam Abû Ḥanîfah Dan Imam”, Jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas

Syari‟ah Dan Hukum Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014, hlm. 4

Page 31: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

19

fî Fiqh al-Imâm asy-Syafi‟i, dan al-Majmû‟ Syarh al-Muhażżab sebagai rujukan

utama. Adapun pendekatan yang digunakan adalah uṣûl al-fiqh dengan

menggunakan teori ta‟abbudî dan ta‟aqqulî, serta teori ṭarîqah lafẓiyyah

lugawiyyah dan ṭarîqah lafẓiyyah ma‟nawiyyah yang merupakan salah satu teori

atau metodologi yang ada dalam ilmu uṣûl al-fiqh. Penelitian ini merupakan

penelitian kualitatif yang analisis datanya menggunakan metode analisis data

deskriptif non statistik, yaitu menggambarkan atau menguraikan suatu masalah.

Berdasarkan kepada hasil penelitian, persamaan pemikiran Imam Abû

Ḥanîfah dan Imam Asy-Syâfi‟î tentang salat menggunakan bahasa terjemahan

adalah sama-sama memperbolehkannya. Adapun pemahaman dalil tentang salat

menggunakan bahasa terjemahan antara Imam Abû Ḥanîfah dan Imam

Asy-Syâfi‟î adalah berbeda. Imam Abû Ḥanîfah secara konstekstual dalam

memahami Al-Quran ataupun Hadis sebagai pijakan, ia memperbolehkan salat

menggunakan bahasa terjemahan yaitu dengan melakukan penalaran lebih jauh

dan rasional terhadap kandungan nas. Sedangkan Imam Asy-Syâfi‟î yang sangat

tekstual, ia menetapkan ketidak hujahan salat menggunakan bahasa terjemahan

kecuali ada uzur atau darurat yang tidak menghendaki demikian karena mengikuti

apa adanya terhadap ketentuan nas yang terdapat dalam al-Quran dan Hadis.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ari Setiawan, mahasiswa Fakultas

Syari‟ah Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibraim Malang angkatan tahun 2004, dengan judul “Aktivitas Shalat Jum‟at

Bagi Tersangka Muslim Di Polresta Malang Perspektif Fiqih Dan

Page 32: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

20

Ham”.24

Penelitian ini berfokus pada ibadah para tersangka di dalama tahanan

Polresta Malang, yang bertujuan mutlak untuk menggali lebih dalam tentang

metode pengambilan hukum islam secara mahdloh, sehingga dapat memberikan

solusi terhadap problematika tersebut. Obyek dalam penelitian ini adalah lembaga

kepolisian POLRESTA Malang. Adapun metode pendekatan yang digunakan

penulis dalam penelitian ini adalah metode observasi; metode dokumentasi; dan

metode interview. Hasil penelitian ini memperoleh gambaran bahwa para

tersangka mendapatkan hak-haknya walaupun mereka berada di dalam tahanan,

akan tetapi terdapat batasan-batasan dalam hal beribadah khususnya pada

pelaksanaan shalat jum‟at yang mana para tersangka dibolehkan mengikuti

shalat jum‟at di dalam tahanan dengan difasilitasi media (CCTV) sebagai acuan

dalam shalat jum‟at. Di dalam syariat Islam tidak dijumpai adanya hukum yang

melarang model berjama‟ah melalui media televisi, dan bahkan dalam konsep

syariat tentang shalat terdapat juga sebuah rukhsah (keringanan) yang berfungsi

ketika dalam kondisi musaqqah.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Firdaus mahasiswa Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru pada

tahun 2012, dengan judul “Shalat Jum‟at Di Desa Ranah Singkuang Kecamatan

Kampar (Studi Kasus Terhadap Masyarakat Penyadap Karet Dan

Buruh)”.25

Penelitian ini berfokus pada menggambarkan pemahaman tentang

24

Ari Setiawan, “Aktivitas Shalat Jum‟at Bagi Tersangka Muslim Di Polresta

Malang Perspektif Fiqih Dan Ham “, Fakultas Syari‟ah Jurusan Al-Ahwal Al-

Syakhshiyyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibraim Malang, 2004, hlm. 4 25

Firdaus, “Shalat Jum‟at Di Desa Ranah Singkuang Kecamatan Kampar (Studi

Kasus Terhadap Masyarakat Penyadap Karet Dan Buruh)”, Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, 2012, hlm. 4

Page 33: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

21

shalat Jum‟at dikalangan masyarakat penyadap karet dan buruh di Desa Ranah

Singkuang kecamatan Kampar kabupaten Kampar. Dari penelitian ini dapat

dilihat bahwa dalam masyarakat Ranah Singkuang khususnya, ada yang

melaksanakan shalat Jum‟at, akan tetapi mereka tidak paham atas apa yang

mereka kerjakan. Mereka kurang memahami persoalan tentang shalat Jum‟at

antara lain masyarakat buruh, sedangkan masyarakat pedagang mereka paham

tentang shalat Jum‟at akan tetapi ada diantara mereka yang tidak

melaksanakannya.

Dari beberapa contoh hasil penelitian di atas, maka dapat digambarkan

beberapa persamaan dan perbedaannya. Persamaan skripsi ini dengan hasil-hasil

penelitian sebelumnya adalah pada salah satu variabel yang digunakan dalam

membahas pokok permasalahan, yaitu variabel shalat jumat. Sedangkan,

perbedaan antara skripsi ini dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya adalah pada

kaitan pembahasan mengenai Problematika shalat jumat di tinjau dari perspektif

imam mazhab itu sendiri. Pada proposal skripsi ini kajian lebih difokuskan untuk

menjelaskan secara deskriptif mengenai pandangan imam mazham terkait

pelaksanaan shalat jum‟at.

Adanya persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam skripsi ini dengan

hasil-hasil penelitian sebelumnya tentu membawa konsekuensi pada hasil

penelitian yang diperolehnya. Bila pada hasil-hasil penelitian sebelumnya

ditujukan untuk memperoleh gambaran/deskriptif variabel itu sendiri (shalat

jum‟at), maka pada penelitian ini diharapkan untuk menghasilkan gambaran

Page 34: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

22

tentang persamaan dan perbedaan pandangan empat mazhab tentang pelaksanaan

shalat jum‟at.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu

untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti.

Sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam

rangka mengetahui Problematika Shalat Jum‟at Ditinjau Dari Perpspektif

Imam Mazhab. Dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada

generalisasi.26

2. Sumber dan Jenis Data

Sumber data dalam skripsi ini adalah dokumentasi. Menurut Martinis,

“Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan

sebagainya.”.27

Itu artinya dokumentasi berupa data dalam bentuk literature,

pustaka lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.28

Dalam hal ini penulis

akan menggunakan beberapa buku yang dijadikan rujukan dalam penyelesaian

26

Umar, Metode Penelitian Untuk Sekripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2011), hlm.22 27

Martinis Yamin, Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Sosial Kualitatif Dan

Kuantitatif, (Jakarta: Komplek Kejaksaan Agung, Cipaayung, 2009), hlm. 219 28

Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas

Ushuludin Iain Sts Jambi (Jambi: Fakultas Ushuludin Institute Agama Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2015), hlm. 59

Page 35: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

23

skripsi ini. Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder.

Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri atau

dirinya sendiri. Ini adalah data yang belum pernah dikumpulkan sebelumnya, baik

dengan cara tertentu atau pada periode waktu tertentu.29

Penelitian ini termasuk

jenis penelitian kepustakaan (library research). Sehingga penelitian ini berupaya

melakukan pengkajian dan penelaahan terhadap literatur yang tekait dengan tema

yang penulis angkat, yakni Problematika Shalat Jum‟at Ditinjau Dari

Perpspektif Imam Mazhab, untuk itu buku yang digunakan sebagai data primer

yaitu dari buku karya Mazdar Amir dengan judul Fiqih Praktis Empat Mazhab.

Abdul Qadir Ar-Rahbawi dengan judul Fiqih Shalat Empat Mazhab, Hidayatullah

Husain Al-Habsyi dengan judul Shalat Dalam Mazhab Ahlul Bait.

b. Data skunder

Data skunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya melalui orang lain, dokumentasi, literature, pustaka

lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.30

Penulis dapat memperoleh data

melalui data sekunder misalnya melalui orang lain, dokumentasi, literature,

pustaka lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu dari buku karya

Ahmad Sarwat dengan judul Fiqih Perbedaan,dan buku-buku lain yang memberi

informasi tentang Problematika Shalat Jum‟at Ditinjau Dari Perspektif Imam

Mazhab.

29

Martinis Yamin, Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Sosial Kualitatif Dan

Kuantitatif,hlm. 79 30

Ibid., hlm. 81

Page 36: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

24

3. Teknik Pengumpulan Data

Karena penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian kepustakaan, maka

untuk mendapatkan data peneliti melakukan pencarian, pengumpulan dan

dokumentasi melalui studi kepustakaan untuk mendapatkan buku maupun literatur

yang relevan dengan pokok bahasan.31

Di dalam skripsi penulis menggunakan

tehnik pengumpulan bahan penelitian menggunakn dokumentasi. analisis

dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan

dokumen baik terkait Problematika Shalat Jum‟at Ditinjau Dari Perspektif Imam

Mazhab. Nasution menyatakan dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan

cara mengalir atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi

yang sesuai dengan masalah yang diteliti.32

Dalam hal ini dokumentasi diperoleh

melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari lembaga yang di teliti.

Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa sumber data berasal

dari literatur pustaka. Untuk itu langkah yang diambil adalah mencari literatur

yang ada hubungannya dengan pokok masalah, kemudian dibaca, dianalisa dan

disesuaikan dengan kebutuhan. Setelah itu diklasifikasikan sesuai dengan

kebutuhan dan menurut kelompoknya masing-masing secara sistematis, sehingga

mudah dalam memberikan penganalisaan. Adapun di dalam skripsi ini penulis

mengumpulkan data mengenai Problematika Shalat Jum‟at Ditinjau Dari

Perspektif Imam Mazhab.

31

Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas

Ushuludin Iain Sts Jambi, hlm. 59 32

Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmia, (Jakarta: Bumi Aksara,

2003), hlm.143

Page 37: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

25

4. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya

ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana

yang penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan

kepada orang lain. Sedangkan jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah

Analisis Isi (Content Analysis) yang artinya suatu model yang dipakai untuk

meneliti dokumentasi data yang berupa teks, gambar, simbol, dan sebagainya.

Analisis Isi (Content Analysis) pada awalnya berkembang dalam bidang surat

kabar yang bersifat Kuantitatif . Ricard Budd, dalam bukunya Content Analysis In

Communication Research, mengemukakan, “Analisis adalah teknik sistematik

untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan, atau suatu alat untuk

mengopservasi dan menganalisis perilaku komunikasi yang terbuka dari

komunikator yang dipilih.”33

Penelitian dengan metode Analisis Isi digunakan untuk memperoleh

keterangan dari komunikasi, yang disampaikan dalam bentuk lambang yang

terdokumentasi atau dapat didokumentasikan. Metode ini dapat dipakai untuk

menganalisa semua bentuk komunikasi, seperti pada surat kabar, buku, film dan

sebagainya. Dengan menggunakan metode Analisis Isi, maka akan diperoleh

suatu pemahaman terhadap berbagai isi pesan komunikasi yang disamapaikan

oleh media massa, atau dari sumber lain secara obyektif, sistematis, dan relevan.34

Menurut Sugiono “Analisis Isi bukan sekedar menjadikan isi pesan

sebagai obyeknya, melainkan lebih dari itu terkait dengan konsepsikonsepsi yang

33

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, 128. 34

Ibid, hlm. 128

Page 38: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

26

lebih baru tentang gejala-gejala simbolik dalam dunia komunikasi...”. Sedangkan

untuk jenis penelitiannya, menggunakan analisis isi (Content Anayisis). Analisis

isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat

ditiru (repicable) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Sebagai

suatu teknik penelitian, analisis isi mencakup prosedur-prosedur khusus untuk

pemerosesan dalam data ilmiah dengan tujuan memberikan pengetahuan,

membuka wawasan baru dan menyajikan fakta. Selain itu digunakknya analisis isi

dalam penelitian ini untuk meneliti dokumen yang berupa Problematika, dengan

menggunakan analisis isi secara kualitatif terhadap Problematika Shalat Jum‟at

Ditinjau Dari Perspektif Imam Mazhab.

Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan teknik analisis model

Miles and Huberman. Menurut Miles and Huberman di dalam buku Sugiyono

mengemukakan bahwa “Aktivitas analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya

sudah jenu...”.35

Aktivitas analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan

mengambil kesimpulan lalu diverifikasi.

1. Reduksi Data

Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-

catatan atau data penelitian. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai

dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus,

menulis memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data atau informasi

35

Ibid, hlm. 95

Page 39: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

27

yang tidak relevan. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Adapun data yang direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penulis untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui buku, jurnal dan internet kemudian

data tersebut dirangkum, dan diseleksi sehingga akan memberikan gambaran yang

jelas kepada penulis.

2. Penyajian Data

Langkah selanjutnya setelah data direduksi adalah data display atau

menyajikan data. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif.

Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan. Penyajian

data juga dapat dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan antara kategori dan

sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan “The most frequent

from of display data for qualitative research data in the past has been narrative

text...”.36

Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian

kualitatif adalah data teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka

akan memudahkan penulis untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami, selain dengan teks yang naratif,

juga dapat berupa, grafik, matrik, nerwork (jejaring kerja) dan chart.

Dalam penulisan kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya, tetapi yang paling

sering digunakan adalah teks yang bersifat naratif dan di dalam skripsi ini peneliti

36

Ibid, hlm. 249

Page 40: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

28

menggunakan teks yang bersifat naratif. Penyajian data dilakukan dengan

mengelompokkan data sesuai dengan sub bab-nya masing-masing. Data yang

telah didapatkan dari hasil dokumentai, dari sumber tulisan maupun dari sumber

pustaka. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teks yang bersifat naratif.

3. Kesimpulan/Verifikasi

Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat

yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.37

Kesimpulan dalam

penulisan kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya

kurang jelas sehingga menjadi jelas setelah diteliti.

Dari ketiga metode analisis data di atas penulis menyimpulkan bahwa,

ketiga metode ini yang meliputi reduksi data, penyajian data dan kesimpulan akan

penulis lakukan setelah semua data telah diperoleh melalui dokumentasi, dan juga

memudahkan penulis di dalam mengetahui dan menarik kesimpulan terkait

Problematika Shalat Jum‟at Ditinjau Dari Perspektif Imam Mazhab.

I. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dan mendapatkan gambaran yang jelas tentang

penulisan skripsi ini, penulis membaginya dalam lima bab sebagai berikut:

37

Ibid, hlm. 252

Page 41: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

29

BAB I : Adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,

perumusan masah, batasan masalah, tujuan penulisan skripsi, kerangka teori,

tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II : Biografi Imam (Hanafiyyah, Syafi‟iyyah, Malikiyah, Hambaliyah),

Pendidikan (Hanafiyyah, Syafi‟iyyah), Pengalaman (Hanafiyyah, Syafi‟iyyah,

Malikiyah, Hambaliyah), Wafatnya (Hanafiyyah, Syafi‟iyyah, Malikiyah,

Hambaliyah), Karya-karya (Hanafiyyah, Syafi‟iyyah, Malikiyah, Hambaliyah).

BAB III : Gambaran umum tentang Shalat Jum‟at. Pengertian, hukum. Tempat

pelaksanaan, serta tata cara pelaksanaan shalat jum‟at.

BAB IV : Pandangan Imam Mazhab tentang Hukum Shalat Jum‟at Selain Di

Masjid

BAB V : Adalah penutup yang berisi kesimpulan, saran-saran, dan penutup

Page 42: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

30

BAB II

BIOGRAFI IMAM MAZHAB

A. Imam Abu Hanifah An-Nu’man

1. Kedudukan Imam Abu Hanifah

Imam Abu Hanifah salah seorang imam yang empat dalam Islam. Ia lahir

dan meninggal lebih dahulu dari para imam-imam yang lain. Imam Abu Hanifah

seorang seorang yang berjiwa besar dalam arti kata seorang yang berhasil dalam

hidupnya, dia seorang yang bijak dalam bidang ilmu pengetahuan tepat dalam

memberikan sesuatu keputusan bagi sesuatu masalah atau peristiwa yang

dihadapi.

Imam Abu Hanifah terkenal sebagai seorang ahli dalam ilmu fiqh di negara

Irak, dan beliau juga sebagai ketua kelompok ahli pikir (ahlu- Ra‟yi). Ia dapat

penghargaan di masa itu.38

2. Masa Hidup Imam Abu Hanifah

Abu Hanifah hidup di zaman pemerintah kerajaan Umawiyah dan

pemerintahan Abbasiyah. Ia lahir di sebuah desa di wilayah pemerintah Abdullah

bin Marwan dan beliau meninggal dunia pada masa khalifah Abu Ja‟far Al-

Mansur.

Ketika hidupnya ia dapat mengikuti bermacam-macam pertumbuhan dan

perkembangan ilmu pengetahuan baik di bidang ilmu politik maupun timbulnya

agama. Zaman ini memang terkenal sebagai zaman politik, agama dan ideologi-

ideologi atau isme-isme.

38

Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam, (Jakarta: Amzah,

2015), hlm. 12

30

Page 43: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

31

Waktu terjadi penggantian pemerintah umawiyyah pada raja Adhudh,

timbullah fitnah dan kekacauan di dalam negeri. Seruan kaum (Nationalist) Arab

kelihatan dengan nyata dan begitu juga unsur-unsur yang anti pada bangsa asing.

Tekanan-tekanan yang kuat terhadap pemerintah terjadi, sehingga

bermacam-macam hal telah timbul. Sering kedengaran isu-isu begitu juga siksaan

terhadap keluarga Rasulullah telah terjadi.

Ketika pemerintah Abbasiyah ia dapat mengikuti perselisihan hebat antara

mereka yang pro-Abbasiyah dan pro-Umawiyah. Bermacam-macam agama dan

ideologi telah tibul. Penerjemah buku-buku menyebabkan pertalian Islam dengan

falsafah Yunani lebih luas dan begitu juga dengan ideologi Persi dan Hindu.

Ia hidup dalam masyarakat yang kacau balau disebabkan penduduk waktu

itu dari berbagai suku bangsa seperti Arab, Asing , Persi dan Romawi.39

3. Kelahiran dan Keturunan Imam Abu Hanifah

Abu Hanifah dilahirkan pada tahun 80 H/659 M. Nama asli Abu Hanifah

ialah Annu‟man dan keturunan beliau seelanjutnya adalah di bawah ini:

Tsabit, Zuta, Maah, Muli-Taimullah dan akhirmya Ta‟labah, ahli sejarah

ada pula yang berpendapat bahwa Abu Hanifah berasal dari bangsa ara suku

(Bani) Yahya bin Asad dan ada pula yang mengatakan ia berasal dari keturunan

Ibnu Rusyd Al-Ansari.40

39

Ibid, hlm. 13 40

Ibid, hlm. 14

Page 44: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

32

4. Bapak Imam Abu Hanifah

Bapak Abu Hanifah dilahirkan dalam Islam. Ada beberapa pendapat ahli

sejarah tentang bapaknya. Diantaranya mengatakan bahwa dia berasal dari Anbar

dan ia pernah tinggal di Tarmuz dan Nisa

Bapak Abu Hanifah seorang pedagang beliau satu keturunan dengan bapak

saudara Rasulullah. Manakala neneknya Zuta adalah hamba kepada suku (Bani)

Tamim.

5. Ibu Imam Abu Hanifah

Ibu Hanifah tidak terkenal dikalangan ahli sejarah tetapi walau

bagaimanapun juga ia menghormati dan sangat taat kepada ibunya. Abu Yusuf

pernah menceritakan bahwa Abu Hanifah pernah membawa ibunya bersama-sama

diatas keledai untuk menghadiri majlis ilmu pengetahuan Umar bin Zar untuk

memenuhi kehendak ibunya.41

6. Menuntut Ilmu

Abu Hanifah tinggal di kota Kupah di Irak. Kota ini terkenal sebagai kota

yang dapat menerimaperubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Ia seorang

yang bijaksana dan gemar ilmu pengetahuan. Ketika ia menambah ilmu

pengetahuan, mula-mula ia belajar sastra bahasa arab. Karna ilmu bahasa, tidak

banyak dapat digunakan akal (pikiran). Ia meninggalkan pelajaran ini dan beralih

mempelajari fiqh.

41

Ibid, hlm. 15

Page 45: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

33

Disamping itu, beliau sempat juga mempelajari ilmu-ilmu lain seperti tauhid

dan lain-lain. Diantara buku kajiannya antara lain: Al-Fiqhhul Akbar, Al-Rad Ala

Al-Qadariyah dan Al-„Alim Wal-Muta‟alim.42

7. Guru-Guru Abu Hanifah

Abu Hanifah terkenal sebagai seorang alim dalam ilmu fiqih dan tauhid.

Menurut sebagian dari para ahli sdejarah bahwa beliau mempelajari ilmu fiqh dari

Ibrahim, Umar, Ali bin abi Thalib, Abdullah bin Mas‟ud dan Abdullah bin Abbas.

Diantara para guurunya ialah Hamad bin Abu Sulaiman Al-Asya‟ari. Beliau

banyak sekali memberi pelajaran kepadanya. Setelah Hamad meninggal dunia

beliau menggantikan gurunya untuk mengajar ilmu fiqih.

Pelajaran ilmu tajwid juga beliau pelajari dari Idris bin „Asir seorang yang

alim dalam ilmu tajwid. 43

8. Abu Hanifah Meninggal

Abu Hanifah meninggal dunia pada tahun 150 H dan ada beberapa pendapat

yang berbeda tentang tarikh ini, diantara mereka ada yang mengatakan bahwa

beliau meninggal pada tahun 151 dan 153 H, pendapat yang lebih kuat ialah

beliau meniggal pada tahun 150 H.

Jenazah Abu Hanifah dikebumikan dimakam perkuburan „Al-khaizaran di

Timur kota Baghdad.44

42

Ibid, hlm. 17 43

Ibid, hlm. 17 44

Ibid, hlm. 69

Page 46: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

34

B. Imam Malik Bin Annas

1. Kelahiran Malik

Imam Malik adalah imam yang kedua dari imam-imam empat serangkai

dalam Islam dari segi umur. Ia dilahirkan tiga belas tahun setelah kelahiran Abu

Hanifah. Imam Malik ialah imam dari kota Madinah dan imam bagi penduduk

Hijaz. Ia salah seorang dari ahli fiqh yang terakhir bagi kota Madinah dan juga

yang terakhir bagi fuqaha Madinah.

Imam Malik semasa hidupnya sebagai pejuang demi agama dan umat

islam. Imam malik dilahirkan pada masa pemerintahan Al-Walid bin Abdul Malik

Al-Umawi. Dia meninggal dunia pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid

dimasa pemerintahan Abbasiyah. Semasa hidupnya, Imam Malik mengalami dua

corak kehidupan, Umayyah dan Abbasiyah dimana terjadi perselisihan hebat

antara dua pemerintahan tersebut.

Imam Malik dilahirkan disuatu tempat yang bernama Zulmarwah.

Kemudian beliau tinggal di Al-Akik buat sementara waktu, akhirnya beliau terus

menetap di Madinah.

Silsilah keturunan Imam Malik seperti berikut:

Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amru bin Ghaiman bin

Huthail bin Amru bin Al-Haris dan beliau pendukung suku (Bani) Tamim Ibnu

Murrah.

Datuknya yang kedua Abu Amir bin Umru salah seorang sahabat

Rasulullah SAW yang ikut berperang bersama Rasulullah SAW kecuali dalam

Page 47: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

35

perang badar. Datuk Malik yang pertama yaitu Malik bin Amar dari golongan

Tabi‟in gelarnya ialah Abu Anas.

Bapak imam Malik bukan seorang yang biasa menuntut ilmu. Walaupun

demikian beliau pernah mempelajari sedikit banyak hadist-hadist Rasulullah,

beliau bekerja sebagai pembuat panah sebagai sumber nafkah bagi hidupnya.

Ibu Imam Malik bernama Al-Ghalit binti Syarik bin Abdul Rahman bin

Syarik Al-Azdiyyah dan ada pula yang mengatakan namanya Talhah. Tetapi dia

lebih dikenal dengan nama yang pertama.45

2. Malik Meninggal Dunia

Imam Malik meninggal dunia di Madinah, yaitu pada tanggal 4 bulan

Rabi‟ul Awwal tahun 179 Hijriah, ada juga yang berpendapat beliau meninggal

dunia pada 11,13, dan 14 bulan rajab. Sementara An-Nawawi juga berpendapat

bahwa beliau meninggal pada bulan safar. 46

C. Imam Asy-Syafi’i

Imam Syafi‟i adalah imam yang ketiga menurut susunan tarikh kelahiran.

Beliau adalah pendukung terhadap ilmu hadis dan pembaharu dalam agama

(mujaddid) dalam abad kedua Hijriah.

Keluarga imam Syafi‟i adalah dari keluarga Palestina yang miskin yang

dihalau dari negerinya. Mereka hidup di dalam perkampungan orang Yaman,

tetapi kemuliaan keturunan beliau adalah menjadi tebusan kepada kemiskinan.

45

Ibid, hlm. 73 46

Ibid, hlm. 138

Page 48: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

36

Bapak imam Syafi‟i meninggal dunia ketika beliau masih kecil. Ibu beliau

membawanya ke Mekah di waktu umur beliau dua tahun. Ibu imam Syafi‟i adalah

keturunan Al-Azd. Nama ibunya ialah Fatimah binti Abdullah Al-Azdiyyah.

Semasa muda imam Syafi‟i hidup dalam kemiskinan, sehingga beliau

terpaksa mengumpulkan batu-batu, belulang, pelepah tamar dan tulang unta di

tulis di atasnya. Kadangkala beliau pergi ketempat-tempat perkumpulan orang

banyak meminta kertas untuk menulis pelajarannya.

Imam Syafi‟i dapat menghafal Al-Qur‟an dengan mudah, yaitu ketika

beliau masih kecil dan beliau menghafal serta menulis hadist-hadist. Beliau sangat

tekun mempelajari kaidah-kaidah dan nahwu bahasa Arab.

Imam Syafi‟i meninggal dunia di Mesir pada malam kamissesudah

maghrib, yaitu pada malam akhir bulan rajab tahun 204 Hijriah. Umurnya di

waktu itu ialah 54 tahun. Beliau wafat di tempat kediaman Abdullah bin Abdul

Hakam dan kepadanyalah ia meninggalkan wasiat. Jenazah imam Syafi‟i

dikebumikan pada hari jum‟at. Anak-anak Abdul Hakam mengebumikannya di

tanah perkuburan mereka.47

D. Imam Ahmad Bin Hambal

Ahmad bin Muhammad bin Hambal atau Ahmad bin Hambal adalah

imam yang keempat dari para fuqaha Islam. Beliau adalah seorang yang

mempunyai sifat-sifat yang luhur dan tinggi yaitu sebagaimana yang dikatakan

oleh orang-orang yang hidup semasa dengannya, juga orang yang mengenalinya.

Beliau imam bagi umat Islam seluruh dunia, juga imam bagi Darul Salam, mufti

47

Ibid, hlm. 139-188

Page 49: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

37

bagi negeri Irak dan seorang yang alim tentang hadist-hadist Rasulullah SAW.

juga seorang yang zuhud dewasa itu, penerang untuk dunia dan sebagai contoh

dan teladan bagi orang-orang ahli Sunnah, seorang yang sabar dikala menghadapi

percobaan, seorang yang saleh dan zuhud.

As-Sayyid Ridha berpendapat bahwa Ahmad bin Hambal adalah seorang

pembaharu (mujaddid) agama dalam abad ke-3 H, dan menurut sebagian pengkaji

sejarah yang lain pula mereka berpendapat Ibnu Hambal adalah orang yang lebih

berhak dengan gelar tersebut sebanding dengan Ibnu Suraij, Syafii, Al-Khilal dan

An-Nasai.

Masa hidup Ahmad bin Hambal ialah di zaman pemerintahan Abbasiyah

dimana golongan kebangsaan Persi mengatasi kelompok kebangsaan Arab, dan

diwaktu itu juga perselisihan merebut kekuasaan sering terjadi, dan manakala

kekuasaan ditangan golongan orang-orang Mu‟tazilah. Mereka itu mempunyai

pendapat-pendapat yang terasing, yaitu disamping penolakan mereka terhadap

pembangkang-pembangkang dan pengkritik-pengkritik. Dizaman inilah bidang

ilmu fiqh berkembang lebih luas dan matang. Dimasa ini juga Imam Syafi‟i mulai

menjaga ilmu ushul fiqh, ilmu hadist juga turut berkembang. Dimasa ini juga ikut

dikumpulkan bermacam-macam ilmu serta disusun kitab-kitab.

Ahmad bin Hambal dilahirkan di kota Baghdad, pada bulan Rabi‟ul

Awwal tahun 164 Hijriah. Bapak Ibnu Hambal meninggal dunia sewaktu beliau

masih kecil. Oleh karena itu, beliau hidup sebagai seorang anak yatim yang diasuh

oleh ibunya saja. Ibu beliau bernama Safiyyah binti Maimunah binti Abdul Malik

Asy-Syaibani dari suku Amir.

Page 50: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

38

Ibnu Hambal hidup sebagai seorang yang rendah dan miskin, karena

bapaknya tidak meninggalkan warisan padanya selain dari sebuah rumah kecil,

dan sedikit tanah yang sangat kecil penghasilannya. Oleh karena itu beliau

menempuh kehidupan yang susah beberapa lama sehingga beliau terpaksa bekerja

untuk mencari kebutuhan hidup, beliau pernah bekerja dikedai-kedai jahit

sebagaimana diceritakan oleh Ibnu Rajabul Hambali, dan kadangkala beliau

memungut sisa-sisa tanaman yang ditinggalkan sesudah musim panen, sesudah

mendapat izi dari pemilik-pemiliknya. Diwaktu yang lain pula beliau mengambil

upah menenun kain atau mejualnya, dan kadangkala beliau terpaksa mengambil

upah membawa barang-barang dijalan-jalan, sungguhpun demikian beliau sangat

menjaga dengan perkara yang halal, beliau tidak menerima perkara yang ada

subhat dan tidak pula beliau menerima hadiah-hadiah atau pemberian-pemberian.

Semasa dalam perjalanan ke Kufah untuk menuntut ilmu, beliau pernah

tidur disebuah rumah berbantalkan tanah. Beliau selalu bercita-cita ingin

mengembara ke kota “Ar-Rai” untuk belajar kepada Jurair bin Abdul Hamid.

Ahmad bin Hambal menghafal Al-Qur‟an dan mempelajari bahasa. Beliau

mempelajari dna menulis di Diwai, umurnya diwaktu itu adalah empat belas

tahun. Beliau hidup sebagai seorang yang cnta menuntut ilmu dan bekerja keras.48

48

Ibid, hlm. 190

Page 51: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

39

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG SHALAT JUM’AT

A. Pengertian Shalat Jum’at

Sebelum membahas tentang pengertian shalat jum‟at, penulis akan

mengemukakan arti dari shalat. Shalat menurut bahasa (etimologi) adalah do‟a.

Sedangkan arti shalat menurut syara‟ adalah beberapa ucapan dan beberapa

perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhirri dengan salam menurut syarat-

syarat yang telah ditentukan. Adapun arti shalat yang melengkapi bentuk hakikat

dan jiwa adalah berharap hati (jiwa) kepada Allah SWT yang mendatangkan rasa

takut, serta menumbuhkan rasa kebesaran-Nya dan kekuasan-Nya dengan khusu‟

dan ikhlas didalam beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri

dengan salam.

Sedangkan pengertian shalat jum‟at menurut etimologi adalah

sebagaimana yang dikemukakan oleh Syekh Muhammad al Syarbini al- Khatib

dalam kitab Al-Iqna sebagai berikut: shalat jum‟at secara etimologi dari kata

jama‟a yang artinya berkumpul. Sedangkan shalat jum‟at menurut para fuqaha

adalah shalat dua rakaat yang dilakukan dengan berjamaah, dilaksanakan pada

waktu dzuhur pada setiap hari jum‟at.

Adapun sebab dinamakan shalat jum‟at menurut T. M. Hasbi Ash Shidiqy

ialah karena shalat ini dilakukan pada shalat jum‟at.49

49

https://www.tongkrongan islami.net/pengertian-shalat-jumat-dan-dasar/

39

Page 52: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

40

B. Hukum Shalat Jum’at

Shalat jum‟at adalah shalat yang diwajibkan kepada setiap laki-laki

muslim dan dewasa. Hukum wajibnya bersumber dari firman Allah SWT dalam

Al-Qur‟an surah Al-Jumu‟ah ayat 9:

Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat

Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual

beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui

Shalat Jum‟at itu dua raka‟at, berdasarkan dari hadist yang diriwayatkan

dari Umar r.a ia berkata:

صلة المعة ركعتان دتام غري قصر على لسان نبيكم صلى اهلل عليو وسلم )رواه امحد(Artinya: Shalat Jum‟at itu dua raka‟at , dilaksanakan dengan sempurna tanpa

qashar berdasarkan lisan Nabi SAW. 50

Shalat Jum‟at itu hukumnya fardhu „ain bagi setiap mukallaf yang mampu

dan memenuhi syarat-syaratnya, dan ia bukan sebagai pengganti shalat zuhur. Bila

ketinggalan, maka wajib melaksanakan shalat zuhur empat raka‟at. Hukum fardhu

shalat Jum‟at itu ditetapkan dalam kitab (al-Qur‟an), Sunnah , dan Ijma‟.51

Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa shalat jum‟at hukumnya

fardhu ain (kewajiban bagi setiap pribadi muslim) dan orang yang

mengingkarinya dianggap kafir, karena keberadaan shalat jum‟at telah ditetapkan

50

HR. Ahmad, Musnad Ahmad, No. 248, dalam Lidwa Pusaka i-Software –

Kitab 9 Imam Hadist. 51

Syekh Abdurrahman Al-Juzairi, Al-fiqh „Ala Mazahib Al Arba‟ah, terj. Prof.

H. Chatibul Umam dan Abu Hurairah, (Darul Ulum Press, 2001). Hlm 4

Page 53: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

41

berdasarkan dalil qot‟i (pasti) dan shalat jum‟at merupakan kewajiban

tersendiri dalam ajaran islam. Oleh karena itu, shalat jum‟at tidak bisa

dilaksanakan dengan niat shalat dzuhur.52

C. Waktu Shalat Jum’at

Waktu shalat Jum‟at adalah sama dengan waktu Dzuhur, yaitu dari

tergelincirnya matahari hingga ukuran bayangan sesuatu sama dengannya, setelah

bayangan istiwa‟. Maka jika sholat Jum‟at dilakukan di selain waktu Dzuhu

rhukumnya tidak sah. Hal itu disepakati oleh Hanafiyah dan Syafi‟iyah. Namun

berbeda halnya dengan pendapat ulama Hanabilah dan Malikiyah.53

Ulama Hanabilah berpendapat bahwa waktu sholat Jum‟at itu mulai

matahari menyingsing setinggi satu tombak dan berakhir ketika bayangan sesuatu

itu sama dengannya, tidak termasuk bayangan zawal. Akan tetapi sebelum

tergelincirnya matahari adalah waktu boleh melaksanakan sholat Jum‟at,

sedangkan setelah tergelincirnya matahari adalah waktu wajib melaksanakan

sholat Jum‟at. Dan melaksanakan pada waktu ini (setelah tergelincirnya matahari)

lebih utama.54

Sedangkan Malikiyah berpendapat bahwa waktu sholat Jum‟at adalah

sejak tergelincirnya matahari hingga terbenam dimana ia dapat melaksanakannya

secara sempurna beserta khutbah sebelum matahari terbenam. Jika ia tahu bahwa

waktu yang tersisa hingga terbenamnya matahari tidak cukup kecuali untuk satu

rakaat Jum‟at setelah khutbah, maka tidak boleh memulai sholat Jum‟at

52

Ibid. Hlm 5. 53

Ibid. Hlm 5. 54

Ibid. Hlm 5.

Page 54: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

42

melainkan hendaklah melaksanakan sholat Dzuhur. Kalaupun ia memulai sholat

Jum‟at, maka itu sah.55

Apabila waktunya habis sementara mereka tengah melaksanakan sholat

Jum‟at, maka tentang sah-tidaknya sholat itu terdapat perbedaan pendapat dalam

berbagai madzhab. Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa sholat mereka itu batal

dengan habisnya waktu sebelum sholat itu sempurna, karena ia telah kehilangan

syarat, sekalipun setelah duduk sebatas tasyahud.56

Ulama Syafi‟iyah berpendapat bahwa bila telah memulai sholat Jum‟at,

sementara waktunya tinggal sebatas cukup untuk sholat tetapi mereka

memanjangkan sholatnya sehingga waktunya keluar (habis), maka sholat yang

dilakukan itu tidak batal, akan tetapi hendaklah sholat itu disempurnakan sebagai

sholat Dzuhur dengan tetap melanjutkan sholat yang sebelumnya tanpa berniat

Dzuhur. Dan bagi imam hendaklah menyamarkan sisa bacaannya, dan haram bagi

mereka membatalkan sholat itu dengan memulai sholat Dzuhur dari awal. Sedang

apabila mereka memulai sholat Jum‟at setelah waktunya sempit dengan dugaan

bahwa waktunya masih cukup, tapi ternyata tidak dan waktunya habis ketika

mereka tengah melaksanakan sholat Jum‟at, maka sholat itu batal dan tidak boleh

dialihkan menjadi sholat Dzuhur.57

55

Ibid. Hlm 5. 56

Ibid. Hlm 5. 57

Ibid. Hlm 6.

Page 55: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

43

Ulama Hanabilah berpendapat bahwa apabila mereka memulai sholat

Jum‟at pada akhir waktu, kemudian waktunya habis sementara mereka tengah

melaksanakan sholat, maka hendaklah tetap menyempurnakan sholat Jum‟at itu.

Yang terakhir adalah ulama Malikiyah, mereka berpendapat bahwa apabila

memulai sholat Jum‟at dengan yakin bahwa ia akan dapat melaksanakannya

secara sempurna, kemudian matahari terbenam sebelum sholat itu sempurna,

maka jika terbenamnya itu setelah rakaatnya sempurna beserta sujudnya, maka

hendaklah sholat itu disempurnakan sebagai sholat Jum‟at. Jika tidak, maka

hendaklah disempurnakan sebagai sholat Dzuhur.58

D. Kapan Wajib Bersegera Menuju Sholat Jum’at

Bersegera menuju sholat Jum‟at adalah wajib atas orang yang diwajibkan

melaksanakan sholat Jum‟at apabila telah diseru dengan adzan yang

dikumandangkan di hadapan khatib. Berdasarkan firman Allah swt. Pada surat al

Jumu‟ah ayat 9 berikut.

Artinya:

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum‟at, maka

bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang

demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.59

58

Ibid. Hlm 7. 59

(QS. Al Jumu‟ah: 9)

Page 56: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

44

Ketiga imam madzhab sepakat bahwa orang mukallaf wajib bersegera

menuju sholat Jum‟at apabila telah mendengar seruan adzan yang

dikumandangkan di hadapan khatib. Namun Hanafiyah menyangkal pendapat ini.

Menurut mereka, ketika mendengar adzan Jum‟at setelah tergelincirnya matahari,

maka ia wajib bersegera. Jadi adzan yang biasanya dikumandangkan atas

mi‟dzanah (tempat adzan) adalah isyarat wajib untuk bersegera menuju sholat,

karena ia adalah panggilan yang disyariatkan. Dan ayat tadi bersifat umum, tidak

mengkhususkan pada adzan yang dikumandangkan di hadapan khatib

sebagaimana yang dikatakan oleh ketiga imam madzhab sebelumnya.60

Semua itu berlaku bagi orang yang berkewajiban melaksanakan sholat

Jum‟at. Sedangkan bagi mereka yang tidak berkewajiban maka tidak ada

kewajiban pula untuk memenuhinya.

E. Dalil Tentang Shalat Jum’at

Ketentuan salat jum‟at yang telah dijelaskan di atas tentunya mempunyai

landasan hukum (dalil)nya. Berikut dikemukakan beberapa dalillnya,yakni

sebagai berikut:

1. Al-Qur‟an

Dalil wajibnya shalat jum‟at ditemukan dalam nash Al-Qur‟an pada surah Al-

Jumu‟ah ayat 9:

60

Syekh Abdurrahman Al-Juzairi, Al Fiqh „Ala…………, hlm 8.

Page 57: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

45

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat

pada hari jum‟at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan

tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagi kamu jika

kamu mengetahui”.

Penggunaan ayat diatas sebagai dalil atas wajibnya shalat jum‟at

dipandang sebagai dalil qat‟i (pasti). Oleh karena itu, menunjukkan wajibnya apa

yang harus segera didatangi, sedangkan larangan jual beli pada dasarnya adalah

mubah, padahal tidak ada yang bisa melarang dari yang mubah kecuali hal-hal

yang wajib.

2. Hadis

Hadis- hadis yang dapat dijadikan dalil wajibnya shalat jum‟at terdapat

dalam hadis sebagai berikut:

Hadis yang diriwayatkan dari Abu Daud :

صب, أة, أو المعة حق واجب على كل مسلم ف جاعة اال أر ب عة. عبد ملو ك, أوامر

أو مريض Artinya: dari Nabi SAW beliau bersabda: “ Salat jum‟at adalah suatu hak yang

wajib bagi setiap muslim deengan berjamaah kecuali atas empat orang, yaitu

hamba sahaya, perempuan, anak-anak dan orang yang sakit”.61

61

(H.R Abu Daud) Abu Daud Bab Jum‟at , Hadist No. 1069, juz III, hlm. 439

Page 58: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

46

3. Ijma‟

Disamping nash Al-Qur‟an dan Hadis Nabi yang dijadikan sebagai

landasan hukum wajibnya salat jum‟at sebagaimana dijelaskan diatas, maka ijma‟

mendukung sekaligus dalil atas wajibnya salat jum‟at

Dengan demikian, kewajiban salat jum‟at sangat mutlak yang tidak hanya

ditunjukkan oleh nash Al-Qur‟an sebagai dalilnya, tetapi lebih dari itu, bahwa

hadis Nabi juga menunjukkan hal yang sama pada akhirnya ijma‟lah kaum

muslimin atas wajibnya.62

F. Keutamaan Shalat Jum’at dan acaman Bagi Yang Meninggalkannya

Allah telah memberikan karunia yang besar pada kita dengan adanya

Shalat Jum‟at. Diantara keutamaan shalat jum‟at tersebut bisa menghapuskan dosa

dan kesalahan, juga bisa meninggikan derajat seorang mukmin. Keutamaan/

fadhilah dalam mengerjakan shalat jum‟at adalah sebagai berikut:

a. Dapat menghapuskan dosa

b. Allah menyempurnakan Islam dan mencukupi nikmat

c. Hari yang disebut Asy Syahid

d. Jika bersegera menghadiri shalat jum‟at, akan memperoleh pahala yang

besar

e. Setiap langkah menuju shalat jum‟at mendapat ganjaran puasa dan shalat

setahun

62

Rahmat Fajri Rao, Hukum Pelaksanaan Salat Jum‟at yang kurang dari 40

orang, Fakultas Syari‟ah,Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Tahun 2017

Page 59: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

47

Adapula ancaman bagi orang yang meninggalkan shalat jum‟at dengan

sengaja antara lain sebagai berikut:

Meninggalkan shalat jum‟at tanpa sebab yang syar‟i seperti sakit parah,

safar, hujan, sangat lebat adalah dosa besar. Rasulullah SAW telah

memperingatkan dengan keras atas siapa saja yang melalaikannya,

اهلل على ق لو بم ث ليكو نن من الغا لي نتهني اق وام عن ودعهم المعات أو ليختمن

فلني Artinya: “Hendaknya suatu kaum berhenti dari meninggalkan shalat jum‟at atau

Allah akan menutup hati mereka kemudian menjadi bagian dari orang-

orang yang lalai”63

Dalam Musnad Ahmad dan Kutub Sunan, Nabi SAW. bersabda,

ى ق لبو من ت رك ثلث جع ت هاونا با طبع اهلل عل

Artinya: “Siapa yang meninggalkan tiga kali shalat jum‟at karena

meremehkannya, pasti Allah menutup mati hatinya.”64

G. Tempat Yang dilarang Melaksanakan Shalat Jum’at

Beberapa syarat sahnya shalat diantaranya adalah memakai pakaian yang

suci dari najis, menghadap ke kiblat dan tempat yang suci. Boleh saja seseorang

menjalankan shalat di tempat manapun asalkan tempat tersebut suci dari najis,

entah di rumah, di sekolah, di apartemen, kos-kosan dan lain-lain. Perihal

63

”( H.R. Muslim dari Abu Hurairah dan Ibnu Umar)HR. Muslim, shahih

muslim, No. 1432, dalam Lidwa Pusaka i-Software – Kitab 9 Imam Hadist. 64

HR. Abu Daud, Sunan Abu Daud, No. 1052, dalam Lidwa Pusaka i-Software –

Kitab 9 Imam Hadist.

Page 60: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

48

pelaksanaan shalat jum‟at di halaman masjid dan dijalan hukumnya makruh

apabila tidak dalam kondisi mendesak.

H. Berada Di Suatu Negeri (Pusat Kota)

Sholat Jum‟at hendaknya diselenggarakan di pusat kota atau musholla-nya

menurut Hanafiyah, yaitu setiap daerah yang ada kepala daerahnya dan hakim

yang melaksanakan berbagai hukum dan peraturan. Inilah yang masyhur di

kalangan madzhab Hanafi. Akan tetapi menurut hasil fatwa dari mayoritas

pendapat Hanafiyah dikatakan bahwa yang dinamakan pusat kota adalah suatu

tempat yang masjid Jami‟nya cukup menampung orang-orang yang wajib sholat

Jum‟at. Hal ini merupakan syarat wajib dan sahnya sholat Jum‟at. Oleh sebab itu,

sholat Jum‟at tidak sah dilakukan selain di pusat kota atau bagian wilayahnya.

Maka penduduk perkampungan tidak wajib sholat Jum‟at, sebab bukan bagian

dari wilayah kota bahkan sholat Jum‟at tidak sah bila diselenggarakan disana.65

\ Malikiyah berpendapat, hendaklah sholat Jum‟at diselenggarakan di

tempat yang tetap, baik di kota maupun di desa, di sebuah bangunan berbatu atau

berkayu selama bukan berbentuk kemah dari bulu atau perkakas rumah, sebab

tempat seperti ini umumnya jarang dihuni, sehingga penghuninya laksana orang

yang bepergian. Inilah merupakan syarat sah dan wajib sholat Jum‟at menurut

Malikiyah, sebab menurut mereka keempat syarat, yaitu imam, berjamaah, masjid

dan terletak dalam suatu negeri, sekaligus merupakan syarat wajib dan sahnya

sholat Jum‟at. Oleh sebab itu, suatu desa mesti mempunyai penduduknya yang

65

Ibid. Hlm 652.

Page 61: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

49

aman dan cukup kehidupannya. Jumlah mereka tidak dibatasi sedikit lebihnya

oleh bilangan tertentu, umpamanya 10 orang.66

Syafi‟iyah menetapkan bahwa sholat Jum‟at hendaknya diselenggarakan

di tempat yang telah disediakan (khittah) di suatu negeri atau desa dalam sebuah

bangunan yang menampung jama‟ah menurut adat setempat.67

Hanabillah berpendapat, hendaknya orang yang wajib sholat Jum‟at

(mukallaf) berjumlah 40 orang atau lebih dan berada di suatu desa dalam sebuah

bangunan masjid yang sesuai dengan adat setempat, baik terbuat dari batu, bata,

tanah, bambu atau kayu. Karena Nabi saw. telah mengirim surat kepada desa

„Urainah agar sholat Jum‟at, kecuali bagi penghuni kemah, rumah-rumah bulu dan

tenda-tenda yang umumnya bukan merupakan tempat tinggal.68

Kesimpulan dari uraian-uraian diatas yaitu, menurut Jumhur, Jum‟at mesti

diselenggarakan di suatu kota atau desa. Menurut Hanafiyah, hendaklah

desatempat sholat Jum‟at itu desa yang besar, sebab sholat Jum‟at tidak wajib

bagi desa yang kecil. Sedangkan menurut ulama lainnya, ukuran besar kecilnya

desa tidak menjadi syarat, sebab tidak ada bedanya antara desa dengan kota.69

66

Ibid. Hlm 653. 67

Ibid. 68

Ibid. 69

Ibid. Hlm 653.

Page 62: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

50

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

Setelah melewati proses penelitian sehingga terkumpul berbagai data dari

berbagai sumber yang berbeda, maka peneliti menemukan perbedaan pendapat

Imam Mazhab tentang shalat jum‟at selain di masjid. Berikut peneliti sampaikan

pendapat mengenai pelaksanaan shalat jum‟at selain dimasjid;

A. Shalat jum’at di tanah lapang

1. Imam Abu Hanifah

Mazhab Hanafi mengkategorikan bahwa pelaksanaan shalat

jum‟at dimasjid bukanlah syarat sahnya shalat jum‟at. Mereka

berpendapat bahwa sahnya shalat jum‟at itu tidak di syaratkan harus

dilaksanakan di dalam masjid, melainkan sah juga hukumnya jika di

laksanakan di tanah lapang dengan syarat jarak jauhnya dari kota tidak

lebih dari satu fasakh dan di izinkan oleh imam untuk mendirikan

shalat jum‟at.

Pernyataan diatas sesuai dengan apa yang disampaikan oleh

Abi Abdullah bahwa Mazhab Hanafi berpendapat bahwa, shalat

jum‟at itu sah di lakukan didekat tanah lapang jika itu didekat

bangunan, jika tanah lapang itu tidak dekat dengan bangunan maka

shalat itu tidak sah.70

70

Abi Muhammad Abdullah bin Ibnu Qudomah, hlm. 213

50

Page 63: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

51

2. Imam Maliki

Berbeda halnya dengan Mazhab Maliki mereka berpendapat

bahwa shalat jum‟at itu tidak sah dilaksanakan di rumah, tidak pula di

tanah lapang, dihalaman rumah, dan di hotel. Melainkan harus

dimasjid. Dan ini merupakansyarat mutlak yang harus dipenuhi agar

terciptanya kekhusyukan di dalam pelaksanaan shalat jum‟at.71

3. Imam Syafi’i

Senada dengan pernyataan mayoritas ulama dalam Mazhab

Hanafi, Mazhab Syafi‟i juga berpendapat bahwa, shalat jum‟at itu sah

jika dilaksanakan di tanah lapang apabila tanah lapang tersebut dekat

dengan bangunan. Batas dekat disini menurut mereka adalah tempat

yang tidak sah bagi seorang musyafir mengqhasar shalat ketika

sampai ditempat shalat itu. Yang semisal dengan tanah lapang adalah

lembah yang terdapat dalam pagar suatu negeri.

Sesuai dengan pernyataan Zainuddin Bin Muhammad Al-

Ghazali yang bermazhabkan Imam Syafi‟i menyatakan bahwa

sekalipun jika pelaksanaan shalat jum‟at disebuah padang yang masih

pedalaman wilayahnya maka shalat tersebut tidak boleh dilaksanakan

sejauh diperbolehkannya shalat qhasar 86 km.

71

Wahbah Az-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islam Wa Adillatuhu, hlm. 388

Page 64: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

52

4. Imam Hambali

Mazhab Hanabilah, mereka berpendapat bahwa sholat jum‟at itu

sah dilaksanakan di tanah lapang tidak dekat dengan bangunan. Yang

dimaksud dengan bangunan yaitu hendaklah disesuaikan dengan „urf.

Jika tanah lapang tidak dekat dengan bangunan, maka sholat itu tidak

sah. Jika imam hendak melaksanakan sholat tersebut dipadang pasir,

maka hendaklah ia mencari pengganti orang lain agar sholat bersama

orang-orang yang lemah

Dari keempat Mazhab tersebut diatas maka jelaslah bahwa mayoritas

ulama dan Imam Mazhab menghukumi sah shalat jum‟at yang dilaksanakan

dengan ditanah lapang kecuali Maliki. Pendapat jumhur imam mazhab inilah yang

dianggap mu‟tamad dan paling kuat sehingga banyak digunakan dalam

menjalankan shalat jum‟at jika kondisi menuntut untuk dilaksanakan ditanah

lapang.

Jumhur pendapat ini juga yang digunakan pada perlatan akbar aksi 212

dalam rangka aksi damai untuk menuntut keadilan supaya mempenjarakan penista

agama. Jumlah umat Islam yang berkumpul di Monas mencapai 7 juta manusia,

sehingga tidak memungkinkan untuk dilaksanakan shalat jum‟at dimasjid Istiqlal

dan masjid-masjid terdekat, oleh karena itu diadakanlah shalat jum‟at dilokasi

acara 212 tersebut.

Page 65: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

53

B. Analisis Hukum Shalat Jumat Selain Di Masjid Ditinjau Dari Fiqh

Empat Madzhab

Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah tertera diatas, peneliti

menemukan pendapat dari beberapa imam madzhab terkait hukum sholat Jum‟at

di selain masjid. Yaitu bahwa para imam madzhab sepakat tentang bolehnya

sholat Jum‟at di tanah lapang. Kecuali Malikiyah, mereka berpendapat bahwa

sholat Jum‟at tidak sah kecuali di masjid Jami‟. Imam Maliki menyatakan bahwa

sholat Jum‟at harus dilaksanakan di masjid dengan alasan bahwa Nabi dan para

sahabat setiap melaksanakan sholat Jum‟at selalu di masjid. Seperti yang tertulis

dalam beberapa kitab berikut :

وال يصح أن يقول أحد ف املسجد أنو ليس من شرائط الصحة، إذا ال اختلف ف أنو ال يصح أن تقام المعة ف غري مسجد

Tak ada ikhtilaf atau perbedaan para ulama‟ (Perbedaan yang dimaksud

disini yaitu dalam kalangan ulama yang mengikuti madzhab Imam Maliki. Bahwa

sholat Jum‟at hanya dapat dilaksanakan di Masjid Jami‟) dan shalat jum‟at itu

tidak sah dilaksanakan di selain masjid72

ووقوع الصلة واخلطبة ف الامع املبين على وجو العادة وأن يكون متحدا وأن يكون متصل بالبلد املتصل حني بنائوأو ف حكم

72

Khalil bin Ishaq al-Maliki, at-Taudhih fi Syarh Mukhtashar ibn al-Hajib, Juz

2. Hlm 54.

Page 66: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

54

Shalat jum‟at dan khutbahnya harus diadakan di al-Jami‟ yang berupa bangunan

sebagaimana biasanya, bangunan itu menyatu dan menyambung dengan suatu

daerah tempat tinggal.73

الشرط الرابع املسجد .... وقال الباجي ال تقام إال ف الامعSyarat keempat adalah (jum‟at) harus diadakan di masjid… al-Baji Abu

al-Walid berkata: Shalat jum‟at tak boleh diadakan kecuali di alJami‟.74

Dijelaskan dalam kitab-kitab diatas bahwa menurut Imam Maliki sholat

Jum‟at harus dilaksanakan di masjid Jami‟ yang menyatu dan berada dalam area

pemukiman penduduk setempat. Karena salah satu syarat sholat Jum‟at menurut

Imam Maliki yaitu sholat Jum‟at haru dilaksanakan di masjid Jami‟, seperti yang

telah disebutkan oleh al Baji Abu al-Walid bahwa syarat keempat dalam

melaksanakan sholat Jum‟at harus diadakan/ dilaksanakan di masjid. Dan juga

telah dijelaskan pada sub bab pembahasan yang telah tertulis di depan, Imam

Maliki menyebutkan bahwa syarat-syarat dilaksanakannya sholat Jum‟at yaitu:

a. Tinggal di suatu kota atau daerah dimana ia hidup di kota tersebut

selamanya dalam keadaan aman dari orang-orang pendatang yang dapat

menguasai.

b. Dihadiri oleh 12 orang selain imam, dan tidak harus dihadiri oleh seluruh

penduduk kota itu, sekalipun hanya pada awal sholat Jum‟at berdasarkan

pendapat yang shohih.

c. Imam.

73

Ahmad bin Ghanim al-Azhari al-Maliki, al-Fawakih ad-Dawani, Juz 1. Hlm

260 74

Syihabuddin al-Qarafi, ad-Dzakhirah, Juz 2. Hlm 335

Page 67: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

55

d. Dua khutbah.

e. Di masjid Jami‟, maka sholat Jum‟at tidak sah dilaksanakan di rumah-

rumah atau di tanah lapang.

Menurut Hanabilah, mereka berpendapat bahwa sholat Jum‟at itu sah

dilaksanakan di tanah lapang apabila tanah lapang tersebut dekat dengan

bangunan. Yang dimaksud dekat dengan bangunan yaitu hendaklah disesuaikan

dengan ukuran „urf. Jika tanah lapang tidak dekat dengan bangunan, maka sholat

itu tidak sah. Jika imam hendak melaksanakan sholat tersebut di padang pasir,

maka hendaklah ia mencari pengganti orang lain agar sholat bersama orang-orang

yang lemah.

Ibnu Qudamah al Maqdisi al Hanbali menyatakan dalam kitabnya:

فصل: وال يشرتط لصحة المعة إقامتها ف البنيان، وجيوز إقامتها فيما قاربو من الصحراءShalat jum‟at tidak disyaratkan harus dilaksanakan di suatu bangunan, bahkan

boleh dilakukan di suatu tempat yang seperti bangunan di padang pasir.75

Dalam kutipan kitab tersebut dinyatakan bahwa sholat Jum‟at tidak harus

dilaksanakan di sebuah bangunan tertentu, namun bisa dilakukan di suatu tempat

yang menyerupai bangunan. Misalkan di padang pasir sekalipun ada sebuah

tempat yang menyerupai sebuah bangunan yang mana bisa untuk melaksanakan

sholat Jum‟at, maka boleh melakukan sholat Jum‟at di tempat tersebut. Bangunan

tertentu yang dimaksud disini yaitu masjid, tempat yang biasa untuk

melaksanakan sholat Jum‟at pada umumnya.

75

Ibnu Qudamah al-Maqdisi al-Hanbali, al-Mughni, Juz 2. Hlm 246.

Page 68: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

56

Sedangkan alasan yang dikemukakan oleh Ibnu Qudamah dalam kitab al-

Mughni adalah suatu ketika ada salah seorang sahabat Nabi, yaitu Mush‟ab bin

Umair melaksanakan sholat Jum‟at dengan para sahabat Anshar di suatu tempat

yang tak dihuni oleh manusia, atau biasa disebut dengan Naqi‟ al-Khadhimat.

Yaitu nama tempat penampungan air di desa Hazm an-Nabit di Madinah. Melihat

hal tersebut, maka beliau mengambil kesimpulan bahwa sholat Jum‟at boleh

dilaksanakan di tempat selain masjid. Alasan lain yang dikemukakan oleh Ibnu

Quddamah dalam kitabnya adalah shalat Jum‟at itu seperti shalat „Id. Sedangkan

shalat „Id boleh dilaksanakan di selain masjid. Secara teks dalil juga tidak ada

peraturan yang mengharuskan sholat Jum‟at dilaksanakan disuatu tempat tertentu.

Ulama golongan Syafi‟iyah berpendapat bahwa sholat Jum‟at itu sah

dilaksanakan di tanah lapang dengan syarat tanah lapang tersebut dekat dengan

bangunan. Batas dekat disini menurut mereka adalah jarak tempat yang tidak sah

bagi seorang musafir meng-qashar sholat ketika sampai di tempat itu. Yang

semisal dengan tanah lapang adalah lembah yang terdapat di dalam pagar suatu

negeri, jika ia berpagar.

Dalam kitab Tharhu at-Tatsrib karya al-Hafidz Abu al-Fadhl Zainuddin

al-Iraqi disebutkan:

خطة ابأبنية فلو فعلوىا ف غري مسجد مل مذىبنا أن إقامة المعة ال ختتص باملسجد بل تقام ف يصل الداخل إىل ذلك املوضع ف حالة اخلطبة إذ ليست لو حتية فل يرتك استماع اخلطبة

Madzhab kami (as-Syafi‟iyyah) berpendapat bahwa pelaksanaanshalat

jum‟at tak hanya khusus di masjid. Tetapi boleh dilaksanakan di suatu bangunan.

Hanya saja ketika shalat jum‟at dilaksanakan tidak dimasjid, ketika ada orang

Page 69: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

57

masuk dan khatib telah naik keatas mimbar, maka dia tak disunnahkan shalat

tahiyyat al-masjid.76

Dalam kutipan kitab diatas dijelaskan bahwa menurut madzhab

Syafi‟iyah tidak diharuskan melaksanakan sholat Jum‟at di masjid, melainkan

dapat dilaksanakan di tempat lain atau di bangunan dengan syarat masih berada

dalam lingkup pemukiman warga sekitar. Dan jika ada orang yang masuk dalam

bangunan tersebut saat khatib sedang berkhutbah, maka tidak disunnahkan untuk

sholat tahiyyatal masjid, karena bangunan yang ditempati untuk melaksanakan

sholat Jum‟at tersebut bukanlah masjid.

Imam Nawawi asy-Syafi‟i juga berpendapat dalam kitabnya:

الثاين: أن تقام ف خطة أبنية أوطان اجملتمعنيKedua: (Shalat jum‟at) dilaksanakan di suatu bangunan orang-orang yang

mempunyai kewajiban shalat Jum‟at.77

Dalam cuplikan diatas dijelaskan bahwa menurut Imam Syafi‟i

memperbolehkan sholat Jum‟at dilaksanakan di tempat selain masjid dengan

ketentuan tempat tersebut berada di lingkup masyarakat yang juga berkewajiban

untuk melaksanakan sholat Jum‟at. Jadi jika ada sebuah perkampungan penduduk

yang mayoritas penduduknya bukan muslim, maka tidak boleh melaksanakan

sholat Jum‟at di tempat tersebut karena tidak berada di lingkup perkampungan/

pemukiman penduduk yang berkewajiban melaksanakan sholat Jum‟at.

قال أصحابنا وال يشرتط إقامتها ف مسجد ولكن جتوز ف ساحة مكشوفة بشرط أن تكون داخلة أو البلدة معدودة خطهاف القرية

76

Abu al-Fadhl Zainuddin al-Iraqi, Tharhu at-Tatsrib, Juz 3. Hlm 190. 77

Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Minhaj at-Thalibin. Hlm 47

Page 70: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

58

Ulama-ulama Syafi‟iyyah berkata: (shalat jum‟at) tidak harus dilaksanakan di

masjid, tetapi boleh di pelataran, asalkan masih di tengah-tengah kampung atau

suatu wilayah tertentu.78

Maksud dari cuplikan kitab diatas yaitu, imam Syafi‟i memperbolehkan

sholat tidak di masjid ataupun di bangunan tertentu, misalnya di lapangan atau di

pelataran yang lebih luas, namun dengan syarat tempat tersebut masih di tengah

tengah perkampungan atau masih dalam lingkup suatu wilayah tertentu.

Yang mana perkampungan tersebut merupakan wilayah yang mayoritas

penduduknya muslim.

Imam al-Khatib as-Syirbini menjelaskan perkataan Imam Nawawi:

ين( من الشروط )أ، تقام ف خطة أبنية أوطان اجملمعني( بشديد امليم: أي املصلني )الثا -صلى اهلل عليو وسلم-المعة، وإن مل تكن ف مسجد بأهنا مل تقم ف عصر النب

واخللفاء الراشدين إال ف مواضع اإلقامة كما ىو معلوم

Syarat kedua dari syaratnya shalat jum‟at adalah diadakan di suatu bangunan

orang yang mempunyai kewajiban shalat jum‟at. Meskipun

bangunan itu tidak masjid.79

Hampir sama dengan penjelasan cuplikan kitab yang diatas, menurut

Imam al-Khatib as-Syirbini sholat Jum‟at yang tidak dilaksanakan di masjid

seperti biasanya harus dilaksanakan di tempat yang berada di lingkup masyarakat

yang berkewajiban untuk melaksanakan sholat Jum‟at, yaitu harus berada di

lingkup pemukiman muslim.

Sedangkan menurut ulama Hanafiyah, sahnya sholat Jum‟at itu tidak

disyaratkan harus dilaksanakan di dalam masjid, melainkan sah dilaksanakan di

78

Ibid. 79

al-Khatib as-Syirbini, Mughni al-Muhtaj, Juz 1. Hlm 543.

Page 71: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

59

tanah lapang dengan syarat jarak jauhnya dari negeri (kota) tidak lebih dari 1

farsakh, dan diizinkan oleh imam (pemimpin) untuk mendirikan sholat Jum‟at di

tempat tersebut sebagaimana telah dikemukakan dalam syarat-syarat sholat Jum‟at

terdahulu.

Disebutkan dalam kitab Bahru ar-Raiq karya Ibnu Nujaim al-Hanafi :

ف احمليط: فإن فتح باب قصره وأذن للناس بالدخول: جاز، ويكره: بأن يقض حق املسجد الامع

Ketika sang pemimpin/ penguasa membuka pintu istananya dan mengijinkan

masyarakat untuk masuk (untuk shalat jum‟at disitu), maka hukumnya boleh

tetapi makruh. Karena si pemimpin itu tidak menunaikan hak masjid Jami‟.80

Seperti yang telah tertera di paragraf atas bahwa menurut ulama

Hanafiyah, sholat Jum‟at boleh dilakukan di tempat selain masjid misalkan

lapangan atau tempat yang lain, namun dengan syarat harus ada izin dari

pemimpin/ penguasa wilayah tersebut. Karena tanpa adanya izin dari pemimpin

maka sholat tersebut tidak akan bisa terselenggarakan. Maka dalam madzhab

Hanafiyyah, jika penguasa mengadakan shalat jum‟at di Istananya dan

mengijinkan orang lain untuk shalat di istana tersebut, maka hukumnya boleh

tetapi makruh.

Menurut pendapat yang lain dalam buku karangan Dr. Wahbah al Zuhaily

yang berjudul “Fikih Sholat Kajian Berbagai Madzhab” dinyatakan bahwa sholat

Jum‟at sah jika dilakukan di halaman masjid termasuk di jalan yang saling

bersambung barisan sholatnya. Tetapi kalau tanpa terpaksa, sholat Jum‟at di

halaman masjid hukumnya makruh.

80

Ibnu Nujaim al-Mishri al-Hanafi, Bahru ar-Roiq, Juz 2. Hlm 163.

Page 72: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

60

C. Analisis Fatwa MUI Nomor 53 Tahun 2016 Tentang Pelaksanaan Shalat

Jum’at Di Tempat Selain Masjid

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menetapkan sebuah

fatwa pada tanggal 28 November 2016/ 28 Shafar 1437 H. tentang Pelaksanaan

Shalat Jum‟at, Di Tempat Selain Masjid.81

Menimbang:

1. Bahwa di tengah masyarakat ada rencana kegiatan sosial

kemasyarakatan yang dilaksanakan dan dirangkai dengan kegiatan

keagamaan yang mengambil tempat di jalan dan fasilitas umum, salah

satunya adalah kegiatan unjuk rasa untuk menuntut keadilan;

2. Bahwa penyelenggara unjuk rasa merencanakan kegiatan dzikir dan doa

serta Shalat Jum‟at secara berjamaah di fasilitas umum, yang salah satu

sebabnya adalah jumlah jamaah yang sangat banyak sehingga tidak

tertampung jika dilaksanakan di masjid, kemudian memilih

melaksanakannya di fasilitas umum yang dapat mengganggu ketertiban

umum; bahwa terhadap masalah tersebut, Kepolisian Negara Republik

Indonesia mengajukan permohonan pandangan dan penjelasan terkait

dengan pelaksanaan Sholat Jum‟at dan Dzikir di jalan raya;

3. Bahwa oleh karena itu dipandang perlu menetapkan fatwa tentang

pelaksanaan Shalat Jum‟at dan dzikir di tempat selain masjid guna

dijadikan pedoman.

81

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Fatwa tentang Pelaksanaan Shalat

Jum‟at, Dzikir, Dan Kegiatan Keagamaan Di Tempat Selain Masjid, (Jakarta: Sekretariat

MUI, 2016). Halaman 1-6.

Page 73: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

61

Mengingat:

1. Al-Quran:

a. Firman Allah SWT yang menegaskan perintah untuk melaksanakan

Shalat Jum‟at, antara lain:

Artinya:

Wahai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan

shalatJum‟at, maka bersegeralah kalian kepada mengingat Allah dan

tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika

kamumengetahui.82

b. Firman Allah SWT yang menegaskan tanggung jawab orang beriman

untuk memakmurkan masjid, antara lain:

Artinya:

Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang

yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan

shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain

kepadaAllah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk

golonganorang-orang yang mendapat petunjuk.83

(QS At-Taubah; 18 )

82

(QS Al-Jumu‟ah: 9) Surabaya: Mekar Surabaya, 2004. Halaman 554.

83 Ibid. hlm 189.

Page 74: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

62

Artinya:

Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah. Oleh karena

itu, janganlah kamu menyembah seorang pun (di dalamnya) di samping juga (menyembah) Allah. (QS. Al-Jin: 18)

84

2. Hadis Rasulullah SAW, antara lain:

ام ابأرض كلها مسجد إال المقب رة والمArtinya:

Dijadikan untukku bumi ini sebagai masjid dan suci. Maka dimanapun

kamu menemui waktu shalat, maka shalatlah.85

لي نتهني أق وام عن ودعهم المعات أو ليختمن اللو على ق لوبم ث ليكونن من الغافلني

Artinya:

Hendaklah orang-orang berhenti dari meninggalkan Shalat Jum‟at

atau Allah akan menutup hati mereka dari hidayah sehingga mereka

menjadi orang-orang yang lalai.86

3. Ijma‟ Ulama mengenai kewajiban Shalat Jum‟at bagi setiap muslim yang

memenuhi syarat dan kebolehan untuk tidak melaksanakan Shalat Jum‟at

bagi yang memperoleh dispensasi.

Berdasarkan paparan materi diatas, ada beberapa pendapat yang

memperbolehkan sholat Jum‟at di selain masjid namun ada juga pendapat yang

84

Ibid. Hlm 573. 85

HR. Bukhari, Shahih Bukhari, No. 419, dalam Lidwa Pusaka i-Software -

Kitab 9 Imam Hadist. 86

HR. Muslim, Shahih Muslim, No. 865, dalam Lidwa Pusaka i-Software -

Kitab 9 Imam Hadist.

Page 75: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

63

menyatakan makruh apabila sholat Jum‟at dilaksanakan di selain masjid. Berikut

rincian pendapat-pendapat yang telah dijelaskan diatas:

1. Imam Nawawi berpendapat dalam kitab “al Majmu‟ Syarh al

Muhadzdzab” juz halaman 648, bahwa ulama Syafi‟iyah memperbolehkan

pelaksanaan sholat Jum‟at di area terbuka dengan syarat masih di tengah-

tengah pemukiman atau suatu wilayah tertentu.

2. Imam al Khatib as Syarbini berpendapat dalam kitab “Mughni al Muhtaj”

juz 1 halaman 543, bahwa syarat kedua dari syarat sahnya sholat jum‟at

adalah dilaksanakan di lokasi permukiman yang dihuni oleh orang-orang

yang wajib sholat jum‟at, sekalipun sholat jum‟atnya bukan di masjid. Jadi

sholat Jum‟at tetap sah dilaksanakan walau bukan di masjid.

3. Imam al Ramli berpendapat dalam kitab “Nihayah al Muhtaj” juz 2

halaman 63, bahwa sholat di jalan dan di bangunan saat orang-orang

sedang berlalu-lalang hukumnya makruh karena dapat mengganggu

kekhusyukan. Namun lain halnya jika dilaksanakan di lapangan yang sepi

dari lalu-lalang orang banyak, maka hukumnya tidak makruh.

4. Imam al Mardawi berpendapat dalam kitab “al Inshaf” juz 2 halaman 378,

bahwa shalat Jum‟at boleh dilaksanakan di beberapa bangunan yang

terpisah sepanjang masih meliputi satu tempat, boleh juga dilaksanakan di

tanah lapang dekat bangunan permukiman.

5. Imam al Imam Ibn Qudamah al Maqdisi berpendapat dalam kitab “al

Mughni” juz 2 halaman 171, bahwa tidak termasuk syarat sah pelaksanaan

Page 76: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

64

shalat Jum‟at harus dilakukan di dalam bangunan. Pelaksanaan Shalat

Jum‟at boleh dilakukan di tanah lapang yang dekat dengan bangunan.

6. Imam Abu Husain Yahya bin Abu al Khair Salim al „Imrani al Yamani

berpendapat dalam kitab “al Bayan fi Madzhabi al Imam al Syafi‟i” juz 2

halaman 113, bahwa menurut hadits riwayat Umar ra. sholat Jum‟at di

jalanan maka hukumnya makruh karena tidak memungkinkan khusyu‟

dalam menjalankan sholat akibat banyaknya orang yang berlalu-lalang

serta bisa terkena najis. Apabila sholat di gang jalanan dan nampak jelas

akan kesuciannya maka sah sholatnya.

Dari rincian-rincian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sholat

Jum‟at dalam kondisi normal harus dilaksanakan di masjid, namun jika dalam

kondisi tertentu dan terpaksa sholat Jum‟at dilaksanakan di selain masjid misalnya

di jalanan atau di lapangan maka hukumnya tetap sah ditinjau dari Fatwa MUI

Nomor 53 Tahun 2016 dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:87

1. Terjaminnya kekhusyukan rangkaian pelaksanaan Shalat Jum‟at.

2. Terjamin kesucian tempat dari najis.

3. Tidak mengganggu kemaslahatan umum.

4. Menginformasikan kepada aparat untuk dilakukan pengamanan dan

rekayasa lalu lintas.

5. Mematuhi aturan hukum yang berlaku

.

87

Ibid. Hlm 5.

Page 77: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

65

Sedangkan setiap orang muslim yang berkewajiban melaksanakan sholat

Jum‟at namun sedang bertugas untuk mengamankan kegiatan yang tidak

memungkinkan meninggalkan tugas saat Shalat Jum'at tiba, maka tidak wajib

Shalat Jum'at melainkan harus menggantinya dengan shalat Dzuhur.

D. Analisa Penulis Terhadap Shalat Jum’at Selain Di masjid

Peneliti telah menemukan beberapa pendapat yang membahas tentang

hukum sholat yang dilaksanakan tidak di masjid. Sebelum dibahas mengenai

hukum sholat Jumat Selain di Masjid lebih lanjut, mari kita sejenak mengingat

salah satu cerita sejarah dalam Islam.

Dahulu pernah terjadi peristiwa yang bisa dikatakan mirip dengan

peristiwa aksi demo 212 yaitu sholat Jum‟at yang dilaksanakan di jalanan. Sholat

Jumat di jalanan pernah terjadi pada tahun 1453 dilakukan oleh Sultan

Muhammad Al Fatih saat hendak menaklukan Konstantinopel. Sholat tersebut

dinyatakan sebagai sholat termegah karena dilakukan di jalan menuju

Konstatinopel dengan jamaah yang membentang sepanjang 4 km dari Pantai

Marmara hingga Selat Golden Horn di utara. Sholat jumat tesebut terjadi 1,5 KM

di depan benteng Konstantinopel, dalam proses Penaklukan Konstantinopel oleh

Sultan Muhammad Al Fatih.88

88

Nahimunkar.com, Sholat Jumat Di Jalan & Penaklukan Konstatinopel, dalam

https://www.nahimunkar.org/sholat-jumat-jalan-penaklukan-konstantinopel/ . Diakses

tanggal 25 November 2016.

Page 78: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

66

Ibnu Abi Syaibah telah meriwayatkan dari Abu Hurairah Ra. أن هم كتب وا إىل عمر يسألونو عن المعة فكتب: جعوا حيثما كنتم

Kaum muslimin pernah menulis surat kepada Khalifah „Umar binKhatab

menanyakan tentang shalat Jum‟at. Lalu beliau menulis suratkepada mereka

(yang isinya): „Lakukanlah shalat Jum‟at di mana saja kalian berada. 89

Dalam hadits diatas telah jelas bahwa Umar bin Khatab memperbolehkan

sholat Jum‟at dimana saja berada. Namun pastinya dengan keadaan dan juga

syarat-syarat tertentu. Maka dengan berdasarkan hadits tersebut Sultan

Muhammad al Fatih melaksanakan sholat Jum‟at di sepanjang jalan 4 km di

Pantai Marmara hingga Selat Golden Horn.

Namun berbeda hal mengenai hukum sholat Jum‟at di selain masjid ini

jika ditinjau dari Fiqh Empat Madzhab. Ada perbedaan pendapat dari 4 imam

Madzhab, yang mana ketiga Imam Madzhab (Hanafi, Syafi‟i, dan Hanbali)

memperbolehkan sholat Jum‟at di selain masjid dengan ketentuan masing-masing

dari ketiga imam madzhab tersebut. Sedangkan imam Maliki tidak

memperbolehkan sholat Jum‟at di selain masjid Jami‟, dengan alasan bahwa salah

satu syarat sah sholat Jum‟at adalah dilaksanakan di Masjid Jami‟.

Jadi pada kesimpulannya, ketiga imam madzhab yaitu imam Hanafi, imam

Syafi‟i, dan imam Hanbali memperbolehkan sholat Jumat dilaksanakan di tanah

yang lapang atau di tempat selain di masjid dengan syarat-syarat yang telah

disebutkan. Namun berbeda dengan imam Maliki yang berpendapat bahwa

89

Abu Ja‟far Ahmad bin Muhammad bin Salamah at Thohawiy, Syarh Musykil

al Atsar, Juz 3. Hlm 189

Page 79: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

67

melaksanakan sholat Jum‟at di tanah yang lapang atau selain di masjid maka

hukumnya tidak sah. Karena menurut Imam Maliki, salah satu syarat sah untuk

melaksanakan sholat Jum‟at yaitu harus dilaksanakan di masjid Jami‟.

Page 80: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah penulis uraikan pada bab-bab di atas, maka setelah

penulis membaca uraian dari beberapa bab di atas, maka akhirnya sampailah

penulis untuk mengemukakan beberapa kesimpulan yang merupakan inti dari

skripsi ini, untuk lebih tegasnya dapat penulis sajikan sebagai berikut:

1. Mazhab Malikiyah berpendapat sholat jum‟at itu tidak sah dilaksanakan di

rumah-rumah dan tanah lapang, jadi sholat jum‟at harus dilaksanakan di

masjid

2. Mazhab Hambaliyah berpendapat bahwa sholat jum‟at itu sah hukumnya

jika dilaksanakan di tanah lapang dekat dengan pemukiman. Jika tanah

lapang itu tidak dekat dengan pemukiman maka sholatnya tidak sah.

3. Mazhab Safi‟iyah berpendapat bahwa sholat jum‟at itu sah dilaksanakan di

tanah lapang apabila tanah lapang itu dekat dengan pemukiman,. Batas

jarak tempat yang tidak sah bagi musafir untuk mengqhasar sholat ketika

sampai di tempat.

4. Mazhab Hanafiyah berpendapat bahwa sahnya sholat jum‟at itu tidak

disyaratkan harus dilaksanakan di masjid . jadi sah dilaksanakan di tanah

lapang dengan syarat jarak jauhnya dari kota tidak lebih satu fasakh.

68

Page 81: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

69

A. Saran

1. Agar setiap muslim tidak merasa bingung ketika ingin melaksanakan

sholat jum‟at dimnapun berada.

2. Agar setiap muslim mengetahuihukum sholat jum‟at di ntanah lapang

menurut empat mazhab

B. Penututup

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, dipersembahkan kepada zat

yang Maha Sempurna. Yang telah memberi petunjuk dan jalan keluar bagi penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun dengan rintangan dan

hambatan yang dihadapi. Tetapi rintangan dan hambatan itu penulis anggap

sebagai motivasi untuk meraih kesuksesan pada masa yang akan datang.

Dalam hal ini penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata

sempurna, masih banyak terdapat kekeliruan dan kekurangan dalam penulisannya.

Oleh karena itu, penulis sangatlah mengharapkan sumbangan, saran dan kritikan

yang sifatnya membangun bagi para pembaca guna menyempurnakan

pembahasan skripsi ini.

Semoga apa yang tertuang dalam skripsi nini dapat menjadi salah satu

sumber informasi serta bermanfaat bagi pembaca dan merupakan amal ibadah

bagi penulis.

Akhirukalam Wassalamu‟alaikum Wr.Wb.

Page 82: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

70

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemah, 1982

Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Fiqih Shalat Empat Mazhab

Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Fiqih Shalat Empat Mazhab,(Jakarta: HikamPustaka,

2009)

Abi Muhammad Abdullah bin Ahmad Ibnu Qudomah

Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam, (Jakarta: Amzah,

2015)

Ahmad Sarwat, Fiqih Perbedaan, (Jakarta: PT Gramedia, 2011)

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqih, (Jakarta: Perpustakaan Nasional KDT, 1999)

Ari Setiawan, “Aktivitas Shalat Jum‟at Bagi Tersangka Muslim Di Polresta

Malang Perspektif Fiqih Dan Ham “, Fakultas Syari‟ah Jurusan Al-Ahwal

Al-Syakhshiyyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibraim Malang,

2004

Firdaus, “Shalat Jum‟at Di Desa Ranah Singkuang Kecamatan Kampar (Studi

Kasus Terhadap Masyarakat Penyadap Karet Dan Buruh)”, Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Pekanbaru, 2012

Ghazali IhyaUllumuddin

Hartinis Yamin, Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Sosial Kualitatif Dan

Kuantitatif, (Jakarta: Komplek Kejaksaan Agung, Cipaayung, 2009)

Hartinis Yamin, Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Sosial Kualitatif Dan

Kuantitatif,

Hidayatullah Husain Al-Habsyi, Shalat Dalam Mazhab Ahlul Bait, (Jakarta:

Yayasan Islam, 2002)

Juhaya Pradja, Konflik Antar Mazhab Dalam Islam, (Bandung: Pustaka Setia,

2013)

Mazdar Amir, Fiqih Praktis Empat Mazhab, (Jakarta: QafNediaKreativia, 2017)

Muhamad Faizun, “Salat Menggunakan Bahasa Terjemahan Studi Komparasi

Pemikiran Imam Abû Ḥanîfah Dan Imam”, Jurusan Perbandingan Mazhab

Fakultas Syari‟ah Dan Hukum Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014

Page 83: HUKUM SHALAT JUM’AT SELAIN DI MASJID DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/1197/1/AL QODRI_SPM... · Drs. Hasbi Ash Shiddiqi, M. Ag Al Husni, S. Ag., M. HI PROGRAM STUDI PERBANDINGAN

71

Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003)

Rahmat Fajri Rao, Hukum Pelaksanaan Salat Jum‟at yang kurang dari 40 orang,

Fakultas Syari‟ah,Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Tahun 2017

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D

Syaikh NashiruddinAl Albani,SifatShalatNabi, (Jakarta: DarulHaq, 2004)

Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuludin

Iain Sts Jambi (Jambi: Fakultas Ushuludin Institute Agama Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2015)

Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuludin

Iain Sts Jambi

Umar, Metode Penelitian Untuk Sekripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2011)

Wahbah Az-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islam Wa Adillatuhu

B. Lain-Lain

https://www.tongkrongan islami.net/pengertian-shalat-jumat-dan-dasar/

https://www.tongkrongan islami.net/pengertian-shalat-jumat-dan-dasar/

http://bloggerbondowoso24.blogspot.com/2013/05/keutamaan-sholat-jumat-dan-

ancaman-bagi.html?m=1