Hukum Rumah Sakit

download Hukum Rumah Sakit

of 6

Transcript of Hukum Rumah Sakit

  • 7/28/2019 Hukum Rumah Sakit

    1/6

    Hukum Rumah Sakit

    Hukum kesehatan eksistensinya masih sangat relatif baru, dalam

    perkembangannya di Indonesia, semula dikembangkan oleh Fred Ameln danAlmarhum Prof. Oetama dalam bentuk ilmu hukum kedokteran. Perkembangan

    kehidupan yang pesat di bidang kesehatan dalam bentuk sistem kesehatan

    nasional mengakibatkan di perlukannya pengaturan yang lebih luas, dari hukum

    kedokteran ke hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan (hukum kesehatan).Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam rangka memberikan kepastian dan

    perlindungan hukum, baik bagi pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun bagi

    penerima jasa pelayanan kesehatan, untuk meningkatkan, mengarahkan dan

    memberikan dasar bagi pembangunan di bidang kesehatan diperlukan adanya

    perangkat hukum kesehatan yang dinamis. Banyak terjadi perubahan terhadap

    kaidah-kaidah kesehatan, terutama mengenai hak dan kewajiban para pihak yang

    terkait di dalam upaya kesehatan serta perlindungan hukum bagi para pihak yang

    terkait.Sesuai dengan pengertian hukum kesehatan, maka hukum rumah sakit dapat

    disebut sebagai semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan

    pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya serta hak dan

    kewajiban segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan

    maupun dari pihak penyelenggara pelayanaan kesehatan yaitu rumah sakit dalam

    segala aspek organisasi, sarana, pedoman medik serta sumber-sumber hukum

    lainnya.Selanjutnya apabila dilihat dari hubungan hukum yang timbul antara pasien dan

    rumah sakit dapat dibedakan pada dua macam perjanjian yaitu :a). Perjanjian perawatan dimana terdapat kesepakatan antara rumah sakit danpasien bahwa pihak rumah sakit menyediakan kamar perawatan dan di mana

    tenaga perawatan melakukan tindakan perawatan.b). Perjanjian pelayanan medis di mana terdapat kesepakatan antara rumah sakit

    dan pasien bahwa tenaga medis pada rumah sakit akan berupaya secara maksimal

    untuk menyembuhkan pasien melalui tindakan medis Inspannings Verbintenis

    (Fred Ameln, 1991: 75-76).

    Rumah sakit dalam menjamin perlindungan hukum bagi dokter/ tenaga kesehatanagar tidak menimbulkan kesalahan medik dalam menangani pasien, sekaligus

  • 7/28/2019 Hukum Rumah Sakit

    2/6

    pasien mendapatkan perlindungan hukum dari suatu tanggungjawab rumah sakit

    dan dokter/ tenaga kesehatan.Dalam kaitan dengan tanggung jawab rumah sakit, maka pada prinsipnya rumah

    sakit bertanggung jawab secara perdata terhadap semua kegiatan yang dilakukanoleh tenaga kesehatan sesuai dengan bunyi pasal 1367 (3) KUHPerdata. Selain itu

    rumah sakit juga bertanggungjawab atas wanprestasi dan perbuatan melawan

    hukum (1243, 1370, 1371, dan 1365 KUHPerdata) (Fred Ameln, 1991: 71).Peran dan fungsi Rumah Sakit sebagai tempat untuk melakukan pelayanan

    kesehatan (YANKES) yang profesional akan erat kaitannya dengan 3 (tiga) unsur,

    yaitu yang terdiri dari :1) Unsur mutu yang dijamin kualitasnya;2) Unsur keuntungan atau manfaat yang tercermin dalam mutu pelayanan; dan3) Hukum yang mengatur perumahsakitan secara umum dan kedokteran dan atau

    medik khususnya (Hermien Hadiati Koeswadji, 2002: 118).Dalam hal ini dokter dan tenaga kesehatan lainnya perlu memahami adanya

    landasan hukum dalam transaksi terapetik antara dokter dengan pasien (kontrak-

    terapetik), mengetahui dan memahami hak dan kewajiban pasien serta hak dan

    kewajiban dokter dan adanya wajib simpan rahasia kedokteran, rahasia jabatan

    dan pekerjaan (M.Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, 1999: 29).Didalam memberikan pelayanan kepada pasien dan bermitra dengan dokter rumah

    sakit memiliki hak dan kewajiban yang diatur sesuai dengan Kode Etik Rumah

    Sakit (KODERSI), Surat Edaran Dirjen Yan Med No: YM 02.04.3.5.2504 tentang

    Pedoman Hak & Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah SakitPanitia Etika Rumah Sakit (PERS)

    Etika Rumah Sakit Indonesia (ERSI) disusun oleh Persatuan Rumah SakitSeluruh Indonesia (PERSI). ERSI ini memuat tentang kewajiban umum rumah

    sakit, kewajiban rumah sakit terhadap masyarakat, kewajiban rumah sakit

    terhadap pasien, kewajiban rumah sakit terhadap staf dan lain-lain.Pada saat ini beberapa rumah sakit telah mulai merasakan perlunya sebuah badan

    yang menangani pelanggaran etik yang terjadi di rumah sakit. Di rumah sakit

    besar di Indonesia telah ada badan yang dibentuk di bawah nama Panitia Etika

    Rumah Sakit (PERS) yang di luar negeri disebut Hospital Ethical

  • 7/28/2019 Hukum Rumah Sakit

    3/6

    Commiteedimana anggotanya terdiri dari staf medis, perawatan, administratif

    dan pihak lain yang berkaitan dengan tugas rumah sakit.Fungsi Panitia Etika Rumah SakitFungsi PERS ini adalah memberikan nasihat atau konsultasi melalui diskusi atauberperan dalam menilai penyelesaian melalui kebijaksanaan, pendidikan pada

    lingkungannya dan memberikan anjuran-anjuran pada pelayan kasus-kasus sulit.Dengan demikian PERS dapat memberikan manfaat :1. Sebagai sumber informasi yang relevan untuk menyelesaikan masalah etik di

    rumah sakit.2. Mengidentifikasi masalah pelanggaran etik di rumah sakit dan memberikan

    pendapat untuk penyelesaian.3. Memberikan nasihat kepada direksi rumah sakit untuk meneruskan atau tidak,

    perkara pelanggaran etik ke MKEK.Tugas PERS adalah membantu para dokter, perawat dan anggota tim kesehatan

    di rumah sakit dalam menghadapi masalah-masalah pelanggaran etik maupun

    pemantapan pengalaman kode etik masing-masing profesi.Hospital Bylaw

    Istilah Hospital Bylaw itu terdiri dari dua kata Hospital dan Bylaw. Kata

    Hospital mungkin sudah cukup familiar bagi kita, yang berarti rumah sakit.

    Sementara kata Bylaw terdapat beberapa definisi yang dikemukakan para ahli.

    Menurut The Oxford Illustrated Dictionary:Bylaw is regulation made by local

    authority or corporation. Pengertian lainnya, Bylaws means a set of laws or rules

    formally adopted internally by a faculty, organization, or specified group of

    persons to govern internal functions or practices within that group, facility, or

    organization(Guwandi, 2004). Dengan demikian, pengertian Bylaw tersebut dapatdisimpulkan sebagai peraturan dan ketentuan yang dibuat suatu organisasi atau

    perkumpulan untuk mengatur para anggota-anggotanya. Keberadaan Hospital

    Bylaw memegang peranan penting sebagai tata tertib dan menjamin kepastian

    hukum di rumah sakit. Ia adalah rules of the game dari dan dalam manajemen

    rumah sakit.Ada beberapa ciri dan sifat Hospital Bylaw yaitu pertama tailor-made. Hal ini

    berarti bahwa isi, substansi, dan rumusan rinci Hospital Bylaw tidaklah mestisama. Hal ini disebabkan oleh karena tiap rumah sakit memiliki latar belakang,

  • 7/28/2019 Hukum Rumah Sakit

    4/6

    maksud, tujuan, kepemilikan, situasi, dan kondisi yang berbeda. Adapun ciri

    kedua, Hospital Bylaw dapat berfungsi sebagai perpanjangan tangan hukum.

    Fungsi hukum adalah membuat peraturan-peraturan yang bersifat umum dan yang

    berlaku secara umum dalam berbagai hal. Sedangkan kasus-kasus hukumkedokteran dan rumah sakit bersifat kasuistis. Dengan demikian, maka peraturan

    perundang-undangannya masih harus ditafsirkan lagi dengan peraturan yang lebih

    rinci, yaitu Hospital Bylaw. Sebagaimana diketahui, hampir tidak ada kasus

    kedokteran yang persis sama, karena sangat tergantung kepada situasi dan

    kondisi pasien, seperti kegawatannya, tingkat penyakitnya, umur, daya tahan

    tubuh, komplikasi penyakitnya, lama pengobatan yang sudah dilakukan, dan

    sebagainya. Ketiga, Hospital Bylaw mengatur bidang yang berkaitan dengan

    seluruh manajemen rumah sakit meliputi administrasi, medik, perawatan, pasien,

    dokter, karyawan, dan lain-lain. Keempat, rumusan Hospital Bylaw harus tegas,

    jelas, dan terperinci. Hospital Bylaw tidak membuka peluang untuk ditafsirkan

    lagi secara individual. Kelima, Hospital Bylaw harus bersifat sistematis dan

    berjenjang.Hospital Bylaw merupakan materi muatan pengaturan dapat meliputi antara lain:

    tata tertib rawat inap pasien, identitas pasien, hak dan kewajiban pasien, dokter

    dan rumah sakit, informed consent, rekam medik, visum et repertum, wajib

    simpan rahasia kedokteran, komite medik, panitia etik kedokteran, panitia etika

    rumah sakit, hak akses dokter terhadap fasilitas rumah sakit, persyaratan kerja,

    jaminan keselamatan dan kesehatan, kontrak kerja dengan tenaga kesehatan dan

    rekanan. Adapun bentuk HBL dapat merupakan kumpulan dari Peraturan Rumah

    Sakit,Standar Operating Procedure(SOP), Surat Keputusan, Surat Penugasan,

    Pengumuman, Pemberitahuan dan Perjanjian (MOU). Namun demikian, peraturan

    internal rumah sakit tidak boleh bertentangan dengan peraturan diatasnyaseperti Keputusan Menteri, Keputusan Presiden, Peraturan Pemerintah dan

    Undang-undang. Dalam bidang kesehatan pengaturan tersebut harus selaras

    dengan Undang-undang nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan peraturan

    pelaksanaannya.Belakangan ini tidak jarang keluhan masyarakat bahwa rumah sakit tidak

    melayani masyarakat dengan baik. Bahkan beberapa rumah sakit saat ini telah

    dituntut karena pelayanan yang tidak sesuai harapan. Ini bisa menjadi salah satuindikasi bahwa masih ada rumah sakit yang belum mempunyai aturan rumah sakit

  • 7/28/2019 Hukum Rumah Sakit

    5/6

    yang jelas, sistematis, dan rinci. Karena itu, sesuai prinsip tailor maderumah

    sakit seharusnya mempunyai Hospital Bylaw yang disesuaikan dengan situasi dan

    kondisi.Banyaknya kasus malapraktik di negara ini merupakan salah satu bentuk darikurang demokratisnya dokter dalam melayani pasien. Tidak dapat disangkal

    bahwa di negara ini masih banyak rumah sakit yang menerapkan doctor-oriented.

    Padahal, seharusnya manajemen rumah sakit menetapkan patient-oriented.Akibat manajemen rumah sakit yang kerap kali menganakemaskan para

    dokternya, dalam artian mengelola rumah sakit berdasarkan keinginan para

    dokter, telah menjadi bumerang bagi perkembangan rumah sakit di negara ini.

    Contoh kecil berkembangnya sikap doctor-oriented dapat dilihat dari perekrutan

    dokter oleh pihak pengelola rumah sakit. Dalam hal ini, pihak manajemen akan

    mempekerjakan dokter-dokter yang sudah terkenal dan mempunyai pasien tetap.Secara ekonomis, praktik seperti ini memang menguntungan. Pasien-pasien

    dokter yang direkrut tersebut akan berpindah ke rumah sakit di mana si dokter

    berpraktik, selain berpraktik secara pribadi. Padahal, hal seperti ini tidak boleh

    dilakukan karena dokter dengan kemampuannya yang terbatas, tidak mungkin

    bisa menangani begitu banyak pasien. Otak dan tubuh kita perlu istirahat setelah

    digunakan dalam jangka waktu tertentu. Tapi, hal ini sering diabaikan karena

    sejumlah dokter lebih mementingkan nilai material yang dapat diraihnya.Dengan demikian, kepentingan Hospital Bylaw dapat dilihat dari tiga sudut yaitu

    pertama, untuk kepentingan peningkatan mutu pelayanan. Dalam hal ini Hospital

    Bylaw dapat menjadi instrumen akreditasi rumah sakit. Rumah sakit perlu

    membuat standar-standar yang berlaku baik untuk tingkat rumah sakit maupun

    untuk masing-masing pelayanan misalnya pelayanan medis, pelayananan

    keperawatan, administrasi dan manajemen, rekam medis, pelayanan gawatdarurat, dan sebagainya. Standar-standar ini terdiri dari elemen struktur,

    proses, dan hasil. Adapun elemen struktur meliputi fasilitas fisik, organisasi,

    sumber daya manusianya, sistem keuangan, peralatan medis dan non-medis,

    AD/ART, kebijakan, SOP/Protap, dan program. Proses adalah semua pelaksanaan

    operasional dari staf/unit/bagian rumah sakit kepada

    pasien/keluarga/masyarakat pengguna jasa rumah sakit tersebut. Hasil

    (outcome) adalah perubahan status kesehatan pasien, perubahan

  • 7/28/2019 Hukum Rumah Sakit

    6/6

    pengetahuan/pemahaman serta perilaku yang mempengaruhi status kesehatannya

    di masa depan, dan kepuasan pasien.Kepentingan yang kedua, dilihat dari segi hukum Hospital Bylaw dapat menjadi

    tolak ukur mengenai ada tidaknya suatu kelalaian atau kesalahan di dalam suatukasus hukum kedokteran. Di dalam Hukum Rumah Sakit pembuktian yang lebih

    rinci harus terdapat dalam Hospital Bylaw. Ketiga, dilihat dari segi manajemen

    risiko, maka HBL dapat menjadi alat (tool) untuk mencegah timbulnya atau

    mencegah terulangnya suatu risiko yang merugikan. Dengan demikian, pasien akan

    semakin terlindungi sesuai prinsippatient safety. Hospital Bylaw juga akan

    memperjelas fungsi dan kedudukan dokter dalam sebuah rumah sakit . Sebagai

    tenaga medis, dokter dituntut melakukan tindakan medis sesuai dengan standar

    profesi yang ditetapkan dalam upaya pemeliharaan kesehatan, pencegahan

    penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan.

    Apalagi, berdasarkan strategi WTO pada tahun 2010 Indonesia akan membuka

    peluang dokter asing untuk berpraktik. Sementara itu, ASEAN bersepakat dua

    tahu lebih cepat yaitu pada tahun 2008 membuka peluang yang sama untuk

    tenaga kesehatan.