Hukum Perjanjian

11
HUKUM PERJANJIAN (KONTRAK) DALAM BISNIS Oleh: Junaidi Abdullah 1 Abstrak Dalam melaksanakan kerjasama bisnis, tentu para pihak tidak akan lepas dari perjanjian (kontrak). Perjanjian (kontrak) mempunyai pengertian, asas-asas, sumber hukum, syarat-syarat, dan anatomi kontrak. Namun dalam perjanjian (kontrak) kadang tidak brjalan sesuai dengan apa yang diperjanjikan, salah satu pihak melakukan wanprestasi. Perjanjian (kontrak) bisnis pun bisa berakhir. Dan cara menyelesaikan permasalahan wanprestasi bisa dilakukan melalui jalur pengadilan dan jalur arbitrase. Kata Kunci: Perjanjian, Wanprestasi, Pengadilan, Arbitrase A. PENDAHULUAN Istilah kontrak atau perjanjian dalam sistem hukum nasional memiliki pengertian yang sama. Manusia berupaya untuk memenuhi berbagai kepentingan, salah satu wujudnya berupa perjanjian (kontrak). Perjanjian (kontrak) berawal pada abad XIX di Amerika Serikat dan Inggris. Perjanjian (kontrak) yang dibuat manusia dengan sesama dalam pergaulan hidup sehari-hari. Setiap individu memiliki kebebasan dalam setiap penawaran dan mempertimbangkan manfaatnya bagi dirinya. Untuk memudahkan setiap hubungan bisnis, maka diperlukan membuat suatu perjanjian (kontrak). Dalam suatu perjanjian harus terdapat kebebasan untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja dan dalam bentuk apa saja, sepanjang dalam membuat suatu kontrak tidak diperbolehkan bertentangan dengan Undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum. Serta dalam menyangkut apa yang telah diperjanjikan, masing-masing pihak harus saling menghormati terhadap apa yang telah mereka perjanjikan. Apabila seseorang telah melakukan suatu perbuatan yang melanggar hukum, maka kepada pelakunya dapat dijatuhkan suatu sanksi. Sanksi tersebut dapat berupa pemutusan atas perjanjian kerjasama. Di dalam menjalankan bisnis, pengusaha harus memperhatikan perjanjian (kontrak), karena perjanjian (kontrak) merupakan dasar hukum bagi pengusaha dalam menjalankan aktifitas bisnisnya dengan teman bisnisnya. Walaupun perjanjian (kontrak) sudah disepakati, namun sering terjadi wanprestasi- wanprestasi sehingga menyebabkan salah satu pihak dirugikan. Untuk itu perlu penyelesaian- penyelesaiannya. B. PEMBAHASAN Pengertian Perjanjian (Kontrak) Kontrak dalam Bahasa Inggris “contracts”, dan dalam Bahasa Belanda “oveenkomst” (Johannes Ibrahim Linda Sewu, 2004: 42-43). Serta dalam Bahasa Arab “mu’ahadah ittifa’ atau akad” (Chairuman Pasaribu & Suhrawadi K Lubis, 2004: 1). 1 Penulis adalah Dosen tetap STAIN Kudus Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Transcript of Hukum Perjanjian

Page 1: Hukum Perjanjian

HUKUM PERJANJIAN (KONTRAK) DALAM BISNIS

Oleh: Junaidi Abdullah1

Abstrak

Dalam melaksanakan kerjasama bisnis, tentu para pihak tidak akan lepas dari perjanjian (kontrak). Perjanjian (kontrak) mempunyai pengertian, asas-asas, sumber hukum, syarat-syarat, dan anatomi kontrak. Namun dalam perjanjian (kontrak) kadang tidak brjalan sesuai dengan apa yang diperjanjikan, salah satu pihak melakukan wanprestasi. Perjanjian (kontrak) bisnis pun bisa berakhir. Dan cara menyelesaikan permasalahan wanprestasi bisa dilakukan melalui jalur pengadilan dan jalur arbitrase.

Kata Kunci: Perjanjian, Wanprestasi, Pengadilan, Arbitrase

A. PENDAHULUAN

Istilah kontrak atau perjanjian dalam sistem hukum nasional memiliki pengertian yang sama. Manusia berupaya untuk memenuhi berbagai kepentingan, salah satu wujudnya berupa perjanjian (kontrak). Perjanjian (kontrak) berawal pada abad XIX di Amerika Serikat dan Inggris. Perjanjian (kontrak) yang dibuat manusia dengan sesama dalam pergaulan hidup sehari-hari. Setiap individu memiliki kebebasan dalam setiap penawaran dan mempertimbangkan manfaatnya bagi dirinya.

Untuk memudahkan setiap hubungan bisnis, maka diperlukan membuat suatu perjanjian (kontrak). Dalam suatu perjanjian harus terdapat kebebasan untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja dan dalam bentuk apa saja, sepanjang dalam membuat suatu kontrak tidak diperbolehkan bertentangan dengan Undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum. Serta dalam menyangkut apa yang telah diperjanjikan, masing-masing pihak harus saling menghormati terhadap apa yang telah mereka perjanjikan. Apabila seseorang telah melakukan suatu perbuatan yang melanggar hukum, maka kepada pelakunya dapat dijatuhkan suatu sanksi. Sanksi tersebut dapat berupa pemutusan atas perjanjian kerjasama.

Di dalam menjalankan bisnis, pengusaha harus memperhatikan perjanjian (kontrak), karena perjanjian (kontrak) merupakan dasar hukum bagi pengusaha dalam menjalankan aktifitas bisnisnya dengan teman bisnisnya.

Walaupun perjanjian (kontrak) sudah disepakati, namun sering terjadi wanprestasi-wanprestasi sehingga menyebabkan salah satu pihak dirugikan. Untuk itu perlu penyelesaian-penyelesaiannya.

B. PEMBAHASAN

Pengertian Perjanjian (Kontrak)

Kontrak dalam Bahasa Inggris “contracts”, dan dalam Bahasa Belanda “oveenkomst” (Johannes Ibrahim Linda Sewu, 2004: 42-43). Serta dalam Bahasa Arab “mu’ahadah ittifa’ atau akad” (Chairuman Pasaribu & Suhrawadi K Lubis, 2004: 1).

1 Penulis adalah Dosen tetap STAIN Kudus

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 2: Hukum Perjanjian

Subekti mengartikan perjanjian (kontrak) dengan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal (Subekti, 1984: 1).

Menurut R. Setiawan perjanjian diartikan dengan suatu perbuatan hukum, di mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih (R. Setiawan, 1979: 49).

Sedangkan di dalam KUHPerdata istilah perjanjian (kontrak) dibahas dalam Buku III tentang perikatan, dalam pasal 1313 merumuskan perjanjian sebagai berikut: “Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”

Perjanjian ini mengandung unsur :

a. Perbuatan, penggunaan kata “Perbuatan” pada perumusan Perjanjian lebih tepat jika diganti dengan kata perbuatan hukum atau tindakan hukum, arena perbuatan tersebut membawa akibat hukum bagi para pihak yang memperjanjikan;

b. Satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih, untuk adanya suatu perjanjian, paling sedikit harus ada dua pihak yang saling berhadap-hadapan dan saling memberikan pernyataan yang cocok atau sesuai satu sama lain. Pihak tersebut adalah orang atau badan hukum.

c. Mengikatkan dirinya, di dalam perjanjian terdapat unsur janji yang diberikan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain. Dalam perjanjian ini orang terikat kepada akibat hukum yang muncul karena kehendaknya sendiri.

Jadi, perjanjian (kontrak) adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu, yang biasanya secara tertulis. Para pihak yang bersepakat untuk mentaati dan melaksanakannya, sehingga perjanjian tersebut menimbulkan hubungan hukum yang disebut perikatan (verbintenis). Maka, kontrak dapat menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang membuat kontrak tersebut, karena itu kontrak yang mereka buat adalah sumber hukum formal, asal kontrak tersebut adalah kontrak yang sah (Abdul R. Saliman, 2004: 12). Dengan demikian, perjanjian (kontrak) merupakan dasar hukum para pihak dalam menjalankan kerja sama bisnisnya selain acuan Undang-undang.

Menurut Satrio, unsur perjanjian ada 6, yaitu:

a. Ada pihak-pihak

Para pihak bertindak sebagai subyek perjanjian tersebut. Subyek biasanya terdiri dari manusia atau badan hukum.

b. Ada persetujuan antara para pihak

Para pihak sebelum membuat suatu perjanjian atau dalam membuat perjanjian harus diberikan kebebasan untuk menggadakan bargaining atau tawar-menawar diantara keduanya, hal ini biasa disebut dengan asas konsensualitas dalam suatu perjanjian. Konsensualitas tidak boleh disertai dengan paksaan, tipuan dan kehakiman.

c. Ada tujuan yang akan dicapai suatu perjanjian

Suatu perjanjian harus mempunyai tujuan yang ingin dicapai dan dengan perjanjian tersebut ingin dicapai atau dengan sarana perjanjian tersebut suatu tujuan ingin dicapai (Djumadi, 2004: 16), baik yang dilakukan sendiri maupun pihak lain. Dalam

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 3: Hukum Perjanjian

mencapai suatu tujuan tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum.

d. Ada prestasi yang dilaksanakan

Para pihak dalam suatu perjanjian mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Apabila pihak yang satu berkewajiban untuk memenuhi suatu prestasi, maka pihak lain adalah merupakan hak dan sebaliknya.

e. Ada bentuk tertentu

Suatu perjanjian dapat dibuat secara lisan maupun tertulis, dalam hal suatu perjanjian dibuat secara tertulis dan dibuat dalam suatu akta (Satrio, 1992: 36)

Menurut pasal 1320 KUHPerdata, kontrak adalah sah bila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a) Syarat subyektif, meliputi:

1) Kecakapan untuk membuat kontrak (dewasa dan tidak sakit ingatan)

2) Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya.

b) Syarat obyektif, meliputi :

1) Suatu hal (obyek) tertentu

2) Sesuatu sebab yang halal (kuasa).

Kesepakatan adalah sepakat para pihak yang mengadakan perjanjian untuk setuju dan seia sekata dalam hal yang pokok dari perjanjin tersebut. Sedangkan kecakapan untuk membuat kontrak adalah para pihak harus cakap menurut hukum yaitu dewasa dan tidak dibawah pengampuan (Advensi Simangunsong Elsi Kartika Sari, 2004: 17). Menurut KUHPerdata seseorang dikatakan dewasa apabila sudah berumur 21 tahun bagi laki-laki dan 19 tahun bagi perempuan, sedangkan menurut undang undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan orang dikatakan sudah dewasa apabila sudah berumur 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan. Namun yang dipakai dalam hal perjanjian (kontrak) bisnis ini adalah kedewasaan menurut KUHPerdata.

Mengenai suatu hal tertentu, artinya apa yang akan diperjanjikan harus jelas dan terperinci (jenis, jumlah, harga) atau keterangan terhadap obyek sudah cukup jelas, dapat diketahui hak dan kewajiban masing-masing pihak sehingga tidak akan terjadi suatu perselisihan antara para pihak. Suatu sebab yang halal, artinya bahwa isi dari perjanjian tersebut harus mempunyai tujuan yang diperbolehkan oleh undang-undang dan tidak melanggar kesusilaan, dan ketertiban umum.

Apabila salah satu dari syarat-syarat subyektif tidak terpenuhi maka salah satu pihak dapaat meminta pembatalan perjanjian, dalam pasal 1454 KUHPerdata jangka waktu permintaan pembatalan perjanjian dibatasi hingga lima tahun.

Apabila salah satu dari syarat-syarat obyektif tidak terpenuhi, maka perjanjian batal demi hukum, yang artinya perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada (null and noid).

1. Asas-asas dalam Perjanjian (kontrak)

Berbagai asas dalam berkontrak adalah sebagai berikut:

a) Asas kebebasan berkontrak (open system)

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 4: Hukum Perjanjian

Asas kebebasan berkontrak adalah setiap orang boleh mengadakan perjanjian apa saja dan dengan siapa saja. Isi dari perjanjian juga terserah para pihak yang akan melakukan perjanjian (kontrak).

b) Asas konsensual atau asas kekuasaan bersepakat

Asas konsensual adalah perjanjian itu ada sejak tercapai kata sepakat antara pihak yang mengadakan perjanjian.

c) Asas facta sun servanda

perjanjian (kontrak) itu merupakan undang-undang bagi para pihak yang membuatnya mengikat para pihak).

Terdapat beberapa asas lain dalam standar kontrak, yaitu :

Asas kepercayaan

Asas persamaan hak

Asas keseimbangan

Asas moral

Asas kepatutan

Asas kebiasaan

Asas kepastian hukum (Abdul R Saliman : 2004 : 13)

2. Sumber hukum Perjanjian (kontrak)

Sumber hukum perjanjian (kontrak) bersumber dari Undang-undang dijelaskan :

a) Persetujuan para pihak (kontrak)

b) Undang-undang, selanjutnya yang lahir dari UU ini dapat dibagi :

1. Undang-undang saja,

2. Undang-Undang karena suatu perbuatan, selanjutnya yang lahir dari Undang-Undang karena suatu perbuatan dapat dibagi:

Yang dibolehkan

Yang berlawanan dengan hukum.(Abdul R Saliman : 2004 : 14)

Menurut P. S Atiyah dalam johanes Ibrahim dan linda Sewu, kontrak memiliki tiga tujuan, yaitu :

1) Janji yang telah diberikan harus dilaksanakan dan memberikan perlindungan terhadap suatu harapan yang pantas

2) Agar tidak terjadi suatu penambahan kekayaan yang tidak halal

3) Agar dihindari suatu kerugian. (Johannes Ibrahim Linda Sewu, 2004: 45)

3. Macam-macam Perjanjian (Kontrak) dalam Bisnis

Berikut ini beberapa contoh yang terjadi dalam praktek bisnis pada umumnya, antara lain :

a) Perjanjian Kredit

Perjanjian kredit dibedakan menjadi dua, yaitu:

Perjanjian utang (perjanjian kartu kredit)

Perjanjian kredit barang (contoh perjanjian sewa beli)

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 5: Hukum Perjanjian

b) Perjanjian Leasing (kredit barang)

Perjanjian leasing adalah perjanjian yang pembayarannya dilakukan secara angsurannya lunas dibayar.

c) Keagenan dan distributor

Keagenan perjanjian adalah hubungan hukum antara pemegang merek (principal) dan suatu perusahaan dalam petunujuk untuk melakukan perakitan / pembuatan / manufaktur serta penjualan / distribusi barang modal atau produk industry tertentu.

d) Perjanjian franchising dan lisensi

Franchising adalah pemilikan dari sebuah merek dagang, nama dagang, sebuah rahasia dagang, paten, atau sebuah produk yang memberikan lisensi ke pihak lain (biasa disebut “franchisee”) untuk menjual atau member pelayanan dari produk dari bawah nama franchisor.

4. Anatomi Perjanjian (kontrak)

Setiap akta perjanjian (kontrak) yang dibuat, baik di bawah tangan atau akta otentik biasanya akan terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :

1) Judul

2) Kepala

3) Komparisi

4) Sebab/dasar

5) Syarat-syarat

6) Penutup

7) Tanda tangan (Richard Burton Simatupang : 1996 : 42)

A. Wanprestasi

Ketika para pihak melaksanakan apa yang ada dalam perjanjian maka itu dinamakan prestasi, yang disebut prestasi dalam KUHPerdata pasal 1234 adalah seseorang yang menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu dan dan tidak melakukan sesuatu yang diperjanjikan. Dalam perjanjian (kontrak) terkadang ada perselisihan-perselisihan, perselisihan ini dikarenakan ada salah satu pihak yang tidak melaksanakan apa yang diatur dalam perjanjian (kontrak), dan ini dinamakan wanprestasi. Bentuk-bentuk wanprestasi:

1) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya

2) Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidal sebagaimana dijanjikan

3) Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat

4) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian (kontrak) tidak boleh dilakukannya.

Akibat dari wanprestasi ini biasanya dikenakan sanksi-sanksi :

1. membayar ganti rugi

Ganti rugi biasanya meliputi 3 unsur :

biaya adalah segala pengeluaran atau pengongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh salah satu pihak.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 6: Hukum Perjanjian

Rugi adalah merupakan kerugian karena kerusakan barang-barang salah satu pihak oleh pihak lain.

Bunga adalah kerugian yang berupa kehilangan keuntungan, yang sudah dibayangkan atau yang sudah dihitung.

2. Pembatalan perjanjian (kontrak)

Pembatalan ini bertujuan membawa kedua belah pihak kembali kepada keadaan sebelum perjanjian diadakan.

3. Peralihan resiko

Adalah kewajiban memikul kerugian jika terjadi suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak.

4. Membayar biaya perkara, apabila perkara wanpresyasi ini sampai diajukan ke pengadilan.

Namun sanksi tersebut di atas tidak berlaku, apabila :

1. Ada keadaan yang memaksa

Pihak yang melakukan wanprestasi bisa tidak mendapat sanlsi apabila bisa menunjukkan bukti-bukti bahwa tidak terlaksananya isi dalam prjanjian disebabkan olae hal-hal yang sama sekali tidak dapat diduga dan dimana dia tidak dapat berbuat apa-apa terhadap keadaan atau peristiwa yang timbul di luar dugaan.

Keadaan memaksa adalah suatu kejadian di luar dugaan atau yang tak terduga, tak disengaja, dan tak dapat dipertanggungjawabkan.

2. Kelalaian salah satu pihak

Sanksi bisa tidak terlaksana apabila pihak lainpun melakukan kelalaian. Karena ada ungkapan “jangan menganggap saya lalai, kalau kau juga sendiri melalaikan kewajibanmu”.

3. Salah satu pihak melepaskan haknya untuk minta ganti rugi.

Pihak yang dirugikan meminta ganti rugi, akibaiwanprestasi yang telah dilakukan.

Untuk dikatakan sebagai keadaan memaksa bila keadaan itu :

1) Di luar kekuasaannya

2) Memaksa

3) Tidak dapat diketahui sebelumnya.

Keadaan memaksa ada dua macam, yang pertama keadaan memaksa yang absolute atau yang bersifat mutlak (seperti bencana alam), yang kedua keadaan memaksa yang tidak mutlak misalnya berupa suatu keadaan dimana perjanjian (kontrak) masih dapat dilaksanakan, tetapi dengan biaya yang lebih tinggi di karenakan krisis moneter.

B. Berakhirnya Kontrak

Secara umum tentang pembatalan perjanjian tidak mungkin dilaksanakan, sebab dasar perjanjian adalah kesepakatan tersebut. Namun demikian pembatalan perjanjian dapat dilakukan apabila (Chairuman Pasaribu & Suhrawadi K Lubis, 2004: 4):

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 7: Hukum Perjanjian

a) Jangka waktu perjanjian telah berakhir

b) Salah satu pihak menyimpang dari apa yang diperjanjikan, dan

c) Jika ada bukti kelancaran dan bukti penghianatan (penipuan).

Adapun prosedur pembatalan perjanjian adalah dengan cara terlebih dahulu kepada pihak yang tersangkut dalam perjanjian tersebut diberitahukan, bahwa perjanjian atau kesepakatan yang telah diikat akan dihentikan (dibatalkan), dalam hal ini harus diberitahukan alas an pembatalan. Setelah waktu berlalu, maksudnya agar pihak yang tersangkut dalam perjanjian mempunyai waktu untuk bersiap-siap menghadapi resiko pembatalan. (Chairuman Pasaribu & Suhrawadi K Lubis, 2004: 6-7).

Sedangkan dalam praktek bisinis berakhirnya kontrak dapat disebabkan : (Abdul R Saliman, 2004: 35) :

1) Pembayaran

2) Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpangan produk yang hendak dibayarkan itu di suatu tempat

3) Pembauran utang

4) Kompensasi

5) Percampuran utang

6) Pembebasan utang

7) Hapusnya produk yang dimaksudkan dalam kontrak

8) Pembatalan kontrak

9) Akibat berlakunya suatu syarat pembatalan

10) Lewat waktu

C. Penyelesaian Sengketa Perjanjian Kontrak

1. Jalur Pengadilan

Apabila terjadi sengketa dari sebuah kontrak (breach of contract), tentu akan diselesaikan secara perdata. Penyelesaian kasus ini tentunya harus didahului dengan adanya surat gugatan ke pengadilan di wilayah hukum tergugat berada.

Proses di pengadilan ini pada umumnya akan diselesaikan melalui usaha perdamaian oleh Hakim Pengadilan Perdata. Perdamaian bisa dilakukan di luar pengadilan. Jika hal ini bisa dicapai, maka akibatnya gugatan akan dicabut oleh penggugat dengan atau tanpa persetujuan tergugat. Tetapi perdamaian pun dapat diselesaiakan di muka pengadilan, kemungkinan ini diadakan atas anjuran hakim. Jika perdamaian telah disepakati para pihak, maka sewaktu siding berjalan akan dibuatkan akta perdamaian, dalam hal ini kedua belah pihak dihukum untuk mentaati persetujuan yang dibuat. Akta perdamaian ini mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan suatu vonis hakim.

Apabila jalan perdamaian tidak dapat diselesaikan oleh para pihak, proses penyelesaian selanjutnya akan memakan waktu yang panjang.

2. Jalur Arbitrase

Dasar hukum arbritase adalah bahwa menurut hukum dianggap wajar apabila dua orang atau pihak yang terlibat dalam suatu sengketa mengadakan persetujuan dan

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 8: Hukum Perjanjian

mereka menunjuk seorang pihak ketiga yang mereka berikan wewenang untuk memutus sengketa. Mereka pun berjanji untuk tunduk kepada keputusan yang akan diberikan oleh pihak ketiga tersebut. (Richard Burton Simatupang, 1996: 42-54).

Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata diluar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh pihak yang bersengketa, putusan arbitarse mengikat para pihak dan bersifat final.

Perjanjian arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum terjadi sengketa , atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah terjadi sengketa.

Arbiter yang dimaksud disini adalah seorang atau lebih yang dipilaih para pihak yang berselisih dari daftar arbiter yang ditetapkan oleh menteri untuk memberikan keputusan mengenai perselisihan.

Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa atau yang ditunjuk oleh Pengadilan Negeri atau lembaga arbitrase, untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase.

Syarat untuk ditetapkan menjadi arbiter :

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

cakap melakukan tindakan hukum

warga Negara Indonesia

berumur sekurang-kurangnya 45 tahun

berpendidikan sekurang-kurangnya SI

berbadan sehat menurut keterangan dokter

mengetahui peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang dibuktikan dengan sertifikat atau bukti kelulusan talah mengikuti ujian arbitrase

memiliki pengalaman dibidang hubungan industrial sekurang-kurangnya 5 tahun.

Penyelesaian perselisihan perjanjian (kontrak) bisnisl melalui arbiter dilakukan atas dasar kesepakatan para pihak yang berselisih. Kesepakatan tersebut dibuat dalam bentuk surat perjanjian arbitrase, ranglap 3 dan masing-masing pihak mendapatkan satu yang mempunyai kekuatan hukum yang sama.

Adapun surat perjanjian arbitrase sekurang-kurangnya memuat:

nama lenglap dan alamat atau tempat kedudukan para pihak yang berselisih

pokok-pokok persoalan yang menjadi perselisihan dan yang diserahkan arbitrase untuk diselesaikan dan diambil putusan

jumlah arbiter yang disepakati

pernyataan para pihak yang berselisih untuk tunduk dan menjalankan keputusan arbitrase

tanggal dan tempat pembuatan surat perjanjian, dan tanda tangan para pihak yang berselisih.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 9: Hukum Perjanjian

Penunjukan arbiter dapat dilakukan mlalui arbiter tunggal maupun arbiter majlis sebanyak-banyaknya 3 arbiter. Penunjukan arbiter dilakukan secara tertulis dalam bentuk perjanjian arbiter dengan para pihak yang berselisih. Perjanjian penunjukan arbiter ini sekurang-kurangnya memuat:

nama lenglap dan alamat atau tempat kedudukan para pihak yang berselisih dan arbiter

pokok-pokok persoalan yang menjadi perselisihan dan yang diserahkan arbitrase untuk diselesaikan dan diambil putusan

biaya arbitrase dan hoborarium arbiter

pernyataan para pihak yang berselisih untuk tunduk dan menjalankan keputusan arbitrase

tanggal dan tempat pembuatan surat perjanjian, dan tanda tangan para pihak yang berselisih dan arbiter

pernyataan arbiter atau para arbiter untuk tidak melampaui kewenangannya dalam perkara yang ditanganinya

tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat kedua dengan salah satu pihak yang berselisih.

Penyelesaian perselisihan perjanjian (kontrak) melalui arbitrase, arbiter harus mengupayakan perdamaian kedua belah pihak yang berselisih. Apabila perdamaian terjadi, maka arbiter wajib membuat Akta Perdamaian yang ditanda tangani oleh para pihak yang berselisih dan arbiter atau majlis arbiter.

Akta Perdamaian tersebut didaftarkan di Pengadilan Niagal pada Pengadilan Negeri dimana wilayah arbiter mengadakan perdamaian untik mendapatkan Akta bukti Pendaftaran, yang dapat digunakan srbagai dasar permohonan eksekusi.

Putusan Arbitrase memuat:

kepala putusan yang berbunyi “ Demi Keadilan Yang Berdasar Pada Ketuhanan Yang Maha Esa

nama lengkap dan alamat arbiter/majlis arbiter

nama lengkap dan alamat para pihak

hal-hal yang termuat dalam suatu perjanjian yang diajukan oleh para pihak yang berselisih

ikhtisar dari tuntutan, jawaban dan penjelasan lebih lanjut dari para pihak yang berselisih

pertimbangan yang menjadi dasar putusan

pokok putusan

tempat dan tanggal putusan

mulai berlakunya putusan

tanda tangan arbiter/majlis arbiter.

Putusan Arbitrase mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan mengikat para pihak dan berdifat final serta dapat dilaksanakan selambat-lambatnya 30 hari sejak

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 10: Hukum Perjanjian

diputuskan.Putusan Arbitrase dapat dimintakan pembatalan kepada Mahkamah Agung,apabila mengandung unsure sebagai berikut :

ditemukan dokumen yang bersifat palsu

ditemukan dokumen yang bersifat menemukan dan disembunyikan oleh pihak lain

ada tipu muslihat yang dilaukan oleh salah satu pihak dalam pemeriksaan perselisihan

putusan melampaui kewenangan arbitrase

putusan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

Tugas arbiter berakhir karena :

putusan mengenai sengketa telah diambil;

jangka waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian arbitrase atau sesudah diperpanjang oleh para pihak telah lampau; atau

para pihak sepakat untuk menarik kembali penunjukan arbiter.

-

C. KESIMPULAN

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan:

1. Kontrak adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu, yang biasanya secara tertulis. Para pihak yang bersepakat untuk mentaati dan melaksanakannya, sehingga perjanjian tersebut menimbulkan hubungan hukum yang disebut perikatan (verbintenis). Asas-asas dalam Perjanjian (kontrak) Asas kebebasan berkontrak (open system), asas konsensual atau asas kekuasaan bersepakat, asas facta sun servanda, asas kepercayaan, asas persamaan hak, asas kepastian hukum, asas keseimbangan, asas moral, asas kepatutan, asas kebiasaan. Sumber hukum perjanjian (kontrak) bersumber dari persetujuan para pihak (kontrak) dan Undang-undang. Anatomi Perjanjian (kontrak) adalah Judul, Kepala, Komparisi, Sebab/dasar, Syarat-syarat, Penutup, Tanda tangan.

2. Bentuk-bentuk wanprestasi :

a) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya

b) Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidal sebagaimana dijanjikan

c) Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat

d) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian (kontrak) tidak boleh dilakukannya.

3. Berakhirnya kontrak dapat disebabkan : Pembayaran, Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpangan produk yang hendak dibayarkan itu di suatu tempat, Pembauran utang, Kompensasi, Percampuran utang, Pembebasan utang, Hapusnya produk yang dimaksudkan dalam kontrak, Pembatalan kontrak, Akibat berlakunya suatu syarat pembatalan, Lewat waktu.

4. Penyelesaian Sengketa Perjanjian Kontrak, melalui jalur pengadilan dan arbitrase.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 11: Hukum Perjanjian

DAFTAR PUSTAKA

Abdul R Saliman, Esensi Hukum Bisnis Indonesia Teori dan Contoh Kasus, Prenada Media, Jakarta, 2004

Advensi Simangusong, Eli Kartika Sari, Hukum dalam Ekonomi, Grassindo, Jakarta 2004

Chairuman Pasaribu & Suhrawadi K Lubis, Hukum Perjanjian, Sinar Grafika, Jakarta, 2004

Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004

Johannes Ibrahim Linda Sewu, Hukum Bisnis Dalam Persepsi Manusia Modern, Refika Aditama, Bandung, 2004

Richard burton Simatupang, Aspek Hukun Dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta, 1996

R. Setiawan, Pokok Pokok Hukum Perikatan, Binacipta, Bandung 1979

Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1984

Satrio, Hukum Perjanjian, Citr Aditya Bakti, Bandung, 1992

Kitab Undang Undang Hukum Perdata

Undang Undang No 39 Tahun 1999 Tentang Arbitrase

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.