Hukum Pajak

64
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Identifikasi Masalah Adapun pokok permasalahan tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1 Bagaimana Perlindungan hukum atas karya buku seseorang guna terhindar dari pembajakan buku ? 2 Apakah Undang-undang No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta terdapat pengaturan mengenai perjanjian antara Penulis dan Penerbit buku. ? C. Tujuan Penelitian

description

Selanjutnya Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan bahwa tanpa kepastian hukum dan ketertiban masyarakat yang menjelmakan olehnya tidak mungkin mengembangkan bakat-bakat dan kemampuan yang diberikan Tuhan kepadanya secara optimal didalam masyarakat tempat ia hidup.

Transcript of Hukum Pajak

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Identifikasi Masalah

Adapun pokok permasalahan tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1 Bagaimana Perlindungan hukum atas karya buku seseorang guna terhindar dari

pembajakan buku ?

2 Apakah Undang-undang No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta terdapat

pengaturan mengenai perjanjian antara Penulis dan Penerbit buku. ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dalam melakukan penelitian inni adalah :

1 untuk mengetahui bagaimana Undang-undang Hak Cipta melindungi karya buku

seseorang dari tindakan pembajakan

2 untuk melihat apakah di dalam Undang-undang hak cipta telah mengatur tentang

perjanjian antara penulis dan penerbit buku.

2

D. Kegunaan Penelitian

Melalui penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai

berikut :

1. Secara teoretis , sebagai suatu sumbangan dalam pengembangan ilmu hukum

pada umumnya dalam bidang HaKI, khususnya mengenai Hukum Hak Cipta.

2. Secara Praktis , sebagai suatu masukan bagi pembuat Undang-undang dalam

merumuskan Undang-undang khususnya mengenai karya buku, dan sebagai

pembanding bagi kasus sejenis maupun masalah lain yang berkaitan dengan

hal yang diteliti oleh penulis.

E. Kerangka Pemikiran

Ciptaan-ciptaan sebagai hasil olah pikir manusia dan melekat secara alamiah sebagai

suatu kekayaan pencipta telah mendapat perlindungan hukum yang memadai , karena

merupakan salah satu hak asasi manusia , sebagaimana telah diterapkan dalam pasal

27 ayat (1) Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang menetapkan :

Setiap orang mempunyai hak sebagai pencipta untuk mendapat perlindungan atas

kepentingan-kepentingan moral dan material yang merupakan hasil dari ciptaannya

dibidang ilmu pengetahuan sastra dan seni.

3

Dengan adanya pengakuan secara universal ini , sudah tidak diragukan lagi bahwa

suatu ciptaan mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia dan mempunyai nilai

ekonomi sehingga menimbulkan adanya tiga macam konsepsi 1:

1. Konsepsi kekayaan

2. Konsepsi hak

3. Konsepsi perlindungan hukum

Kehadiran tiga konsepsi ini lebih lanjut lagi menimbulkan kebutuhan adanya

pembangunan hukum dalam bentuk berbagai perundang-undangan misalnya

mengenai HKI : Undang-undang hak cipta , Undang-undang Merek , Undang-

undang Paten, Disain Industri, Disain tata letak sirkuit terpadu, dan Rahasia

Dagang, serta indikasi geografis.

Selanjutnya Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan bahwa tanpa kepastian hukum

dan ketertiban masyarakat yang menjelmakan olehnya tidak mungkin

mengembangkan bakat-bakat dan kemampuan yang diberikan Tuhan kepadanya

secara optimal didalam masyarakat tempat ia hidup.

HaKI dapat diartikan sebagai hak yang berasal dari kegiatan kreatif sesuatu

kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada khalayak umum dan

1 Ibid hlm 18

4

berbagai bentuknya, yang memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang

kehidupan manusia , juga memiliki nilai ekonomi.

Dari segi hukum , perlu dipahami bahwa yang dilindungi oleh hukum adalah HaKI

bukan benda material bentuk jelmaan HaKI. Alasannya HaKI adalah hak eksklusif

yang hanya ada dan melekat pada pemilik atau pemegang hak, sehingga pihak

lainapabila ingin memanfaatkan atau menggunakan hak tersebut untuk menciptakan

atau memproduksi benda material bentuk jelmaannya wajib memperoleh izin (lisensi)

dari pemilik atau pemegang hak.

Adanya Undang-undang No.12 tahun 2002 tentang hak cipta dan berbagai

perundang-undangan lain mengenai HaKI, menunjukkan peran hukum sebagai sarana

pembangunan hukum nasional dengan memberikan pengakuan dan perlindungan

hukum terhadap individu yang berkarya cipta dan sekaligus individu-individu/

anggota-anggita masyarakat lainnya dapat ikut menikmati atau menggunakan karya

cipta si pencipta atas dasar ijin. Bahkan mengembangkannya lebih lanjut.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini, menggunakan metode sebagai berikut :

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis normatif, yaitu metode

pendekatan yang menitikberatkan pada penelitian terhadap data sekunder

dengan dukungan oleh data primer.

5

2. Spesifikasi Penelitian

Dilihat dari sifatnya , penelitian ini termasuk penelitian deskriptis analisis

yaitu penelitian yang menggambarkan peraturan nasional yang dikaitkan

dengan teori hukum dalam praktik serta literature yang mendukung

sehubungan dengan permasalahan yang diteliti, kemudian dianalisis untuk

menyusun beberapa kesimpulan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang perlu dipergunakan dalam penelitian ini

adalah :

a. Studi kepustakaan dan informasi, yaitu mengumpulkan referensi-

referensi dari buku, jurnal dan internet sebagai rujukan teori dan

asumsi yang berkaitan serta menunjang penelitian.

4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

kualitatif , dimana data-data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif

dari sudut pandang ilmu hukum.

6

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA SEBAGAI

SALAH SATU BENTUK PERLINDUNGAN HAK

KEKAYAAN INTELEKTUAL

A. Hak kekayaan intelektual

1. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

HaKI dapat diartikan sebagai hak atas kepemilikan terhadap karya-karya yang timbul

atau lahir karena adanya kemampuan intelektualitas manusia dalam bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi . karya-karya tersebut merupakan kebendaan tidak

berwujud yang merupakan hasil kemampuan intelektualitas seseorang atau manusia

dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi melalui daya cipta , rasa, karsa dan

karyanya , yang memiliki nilai moral , praktis dan ekonomis. Pada dasarnya yang

termasuk dalam lingkup Haki adalah segala karya dalam bidang ilmu pengetahuan

dan teknologi yang dihasilkan melalui akal atau daya pikiran seseorang atau manusia

tadi . hal ini yang membedakan HaKI dengan hak-hak milik lainnya yang diperoleh

dari alam2.

2 Rachmadi Usman Hukum hak atas kekayaan intelektual : perlindungan dan dimensi hukumnya di Indonesia.PT. Alumni, Bandung, 2003, hlm 2

7

HaKI sulit untuk didefinisikan . Meskipun demikian , uraian HaKI dapat melindungi

karya sastra dan karya artistic serta invensi dari penggunaan atau peniruan yang

dilakukan oleh pihak lain tanpa izin . jika topiknya berkaitan dengan buku, hukum

HaKI akan melindungi seorang pengarang buku dari perbuatan penjiplakan yang

dilakukan orang lain tanpa izin. Jika buku tersebut dijiplak , selanjutnya pengarang

yang bersangkutan dapat menuntut pihak yang menjiplak buku tersebut ke pengadilan

dan memperoleh kompensasi atas kerugian yang dideritanya atau keuntungan yang

telah dihasilkan oleh si pelanggar . pengarang tersebut juga mungkin dapat meminta

penetapan sementara pengadilan untuk mencegah penjualan lebih lanjut atas barang-

barang yang berasal dari perbuatan yang dilakukan tanpa izin tersebut3.

HaKI pada umumnya berhubungan dengan perlindungan penerapan ide dan

informasi yang memiliki nilai komersial. HaKI adalah kekayaan pribadi yang dapat

dimiliki dan diperlakukan sama dengan bentuk-bentuk kekayaan lainnya. Misalnya,

kekayaan intelektual dapat diperjual belikan seperti buku. HaKI dapat juga disewakan

selama kurun waktu tertentu dimana pihak penyewa membayar sejumlah uang kepada

pihak yang menyewakan hak tersebut untuk menggunakan kekayaan intelektual

tersebut. Perjanjian ini disebut “lisensi”.

3 Tim Lindsey , Hak kekayaan intelektual suatu pengantar, PT Alumni , Bandung, 2005, hlm 2

8

WIPO sebagai organisasi internasional yang mengurusi bidang hak kekayaan

intelektual memakai istilah intellectual property yang mempunyai pengertian luas dan

mencakup antara lain karya kesusasteraan , artistic maupun ilmu pengetahuan

(scientific), pertunjukkan oleh para artis, kaset, dan penyiaran audio visual, penemuan

dalam segala bidang usaha manusia, penemuan ilmiah, desain industry, merek dagang

, nama usaha , dan penentuan komersial dan perlindungan terhadap persaingan

curang.

2. Sifat-sifat Hak Kekayaan Intelektual

Dari perkembangan yang ada , tampaknya kini pengaturan hak kekayaan intelektual

menempatkan undang-undang tidak semata-mata bersifat tambahan, melainkan

bahwa pembuat undang-undang telah bermaksud untuk memberikan suatu ketentuan

yang lebih bersifat memaksa . Namun demikian perubahan pengaturan tersebut masih

bertumpu pada sifat asli yang ada pada hak milik intelektual tersebut, yaitu

diantaranya4*:

Mempunyai jangka waktu terbatas

4 M. Djumhana dan R. Djubaedillah , Hak milik Intelektual : sejarah , teori , dan prakteknya diindonesia, PT CITRA ADITYA BAKTI , BANDUNG, 1997. hlm 22

9

Dalam arti setelah habis masa perlindungannya ciptaan (penemuan) tersebut

akan menjadi milik umum , tetapi ada pula yang setelah habis masa

perlindungannya bisa diperpanjang terus, misalnya hak merek , tetapi juga

yang perlindungannya hanya bisa diperpanjang satu kali dan jangka waktunya

tidak sama lamanya dengan jangka waktu perlindungan pertama , contohnya

hak paten. Jangka waktu perlindungan hak milik intelektual ini ditentukan

secara jelas dan pasti dalam undang-undangnya , misalnya paten dilindungi

selama 14 tahun , dan kemudian setelah habis masa perlindungannya hanya

dapat diperpanjang 2 tahun setelah itu maka menjadi milik umum.

Bersifat ekslusif dan mutlak

Maksud ekslusif dan mutlak , yaitu bahwa hak tersebut dapat dipertahankan

terhadap siapapun . yang mempunyai hak itu dapat menuntut terhadap

pelanggaran yang dilakukan oleh siapapun. Si pemilik/pemegang hak milik

intelektual mempunyai suatu hak monopoli, yaitu bahwa dia dapat

mempergunakan haknya dengan melarang siapapun tanpa persetujuannya

membuat ciptaan /penemuan , ataupun menggunakannya

Bersifat hak mutlak yang bukan kebendaan .

Maksudnya bahwa hak tersebut dapat dipertahankan terhadap siapapun tetapi

tidak berbentuk hanya merupakan intelektual manusia yang dilakukan sebagai

perwujudan kualitas rasa, karsa, dan ciptaannya.

a. Prinsip Hak Kekayaan Intelektual

10

Prinsip utama pada hak kekayaan intelektual yaitu bahwa kreasi dari pekerjaan

utama dengan memakai kemampuan intelektualnya tersebut, maka pribadi yang

menghasilkannya mendapatkan kepemilikannya berupa hak alamiah (natural)5

sebagai cara untuk menyeimbangkan kepentingan , dan peranan pribadi individu

dengan kepentingan masyarakat, maka sistem hak kekayaan intelektual berdasarkan

pada prinsip :

a. Prinsip Keadilan (the principle of natural justice)

Pencipta sebuah kaya atau orang lain yang bekerja membuahkan hasil

dari kemampuan intelektualnya , wajar memperoleh imbalan. Imbalan

tersebut dapat berupa materi maupun bukan materi seperti adanya rasa

aman karena dilindungi , dan diakui atas hasil karyanya. Hukum

memberikan perlindungan tersebut demi kepentingan pencipta berupa

suatu kekuasaan untuk bertindak dalam rangka kepentingannya

tersebut , yang kita sebut hak.

b. Prinsip ekonomi Hak milik intelektual ini merupakan hak yang berasal

dari hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang

diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai bentuknya,

yang memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang kehidupan

manusia, maksudnya ialah bahwa kepemilikan itu wajar karena sifat

5 Ibid hal 23.

11

ekonomis manusia yang menjadikan hal itu satu keharusan untuk

menunjang kehidupannya di dalam masyarakat.

c. Prinsip kebudayaan

Kita mengkonsepsikan bahwa karya manusia itu pada hakikatnya

bertujuan untuk memungkinkannya hidup , selanjutnya dari karya itu

pula akan timbul pula suatu gerak hidup yang harus menghasilkan

lebih banyak karya lagi. Pengakuan atas kreasi , karya , karsa, cipta

manusia yang dibakukan dalam sistem hak kekayaan intelektual

adalah suatu usaha yang tidak dapat dilepaskan sebagai perwujudan

suasana yang diharapkan mampu membangkitkan semangat dan minat

untuk mendorong melahirkan ciptaan baru.

d. Prinsip sosial

Hukum tidak mengatur kepentingan manusia sebagai perseorangan

yang berdiri sendiri , terlepas dari manusia yang lain akan tetapi

hukum mengatur kepentingan manusia sebagai warga masyarakat.

Dengan diberikannya hak tersebut kepada perseorangan , persekutuan

ataupun kesatuan hukum itu, kepentingan seluruh masyarakat akan

terpenuhi.

A. Pengaturan Hak Cipta dalam UU No 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.

e. Pengertian dan sifat dasar yang berkaitan dengan Hak Cipta

12

a. Pengertian hak cipta

Menurut Pasal 1 ayat 1 UUHC , Hak cipta adalah hak

eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk

mengumunkan atau memperbanyak ciptaanya maupun member

izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-

pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Hak cipta adalah bagian dari sekumpulan hak yang dinamakan

hak-hak atas kekayaan intelektual (HAKI) yang pengaturannya

terdapat dalam ilmu hukum dan dinamakan Hukum HaKI.

Sedangkan menurut Konvensi bern adalah :

“hak tunggal daripada pencipta atau hak dari yang

mendapatkan hak tersebut , atas hasil ciptaannya dalan

lapangan kesastraan , pengetahuan , dan kesenian , untuk

mengumumkan dan memperbanyak dengan mengingat

batasan-batasan yang ditentukan oleh undang-undang.”

b. Sifat Dasar Hak Cipta

Hukum hak cipta bertujuan melindungi ciptaan-ciptaan para

Pencipta yang dapat terdiri dari pengarang , artis, musisi ,

dramawan, pemahat, programmer computer dan sebagainya.

13

Hak-hak para pencipta ini perlu dilindungi dari perbuatan

orang lain yang tanpa izin mengumumkan atau memperbanyak

karya cipta Pencipta6. Pada dasarnya hak Cipta adalah sejenis

kepemilikan pribadi atas suatu ciptaan yang berupa perwujudan

dari suatu ide penciptadi bidang seni, sastra dan ilmu

pengetahuan. Misalnya buku yang dibeli adalah hak untuk

menyimpannya.

2. Hak yang dimiliki pencipta

a. Hak ekonomi

Hak ekonomi timbul karena hak cipta adalah hak

khusus yang melarang orang lain tanpa seizinnya untuk

memperbanyak , mengumunkan , atau memberi izin

untuk itu. Izin disini dapat diasumsikan dengan

royalty .

maka yang dimaksud dengan hak ekonomi adalah hak

yang dimiliki oleh seseorang pencipta untuk

mendapatkan keuntungan atas ciptaannya. 7

6 Tim Lindsey ,Op.Cit.hlm 967 M. Djumhana dan R. Djubedillah, op.cit,hlm.,65

14

b. Hak moral (moral right)

Adalah hak pribadi pencipta/pengarang untuk dapat

mencegah perubahan atas karyanya dan untuk tetap

disebut sebagai pencipta karya tersebut . hak-hak ini

menggambarkan hidupnya hubungan berkelanjutan dari

si pencipta dengan karyanya walaupun control ekonomi

atas karya tersebut hilang, karena telah diserahkan

sepenuhnya kepada pemegang hak cipta atau lewat

jangka waktu perlindungannya seperti diatur dalam

UUHC yang berlaku.8

Hak moral merupakan ciri khas dari HKI , termasuk

hak cipta . secara umum hak moral mencakup hak

untuk menjamin agar nama atau nama samara tetap

terdapat dalam ciptaannya. Kemudian pencipta juga

dapat bentuk-bentuk distorsi , mutilasi atau perubahan

lain terhadap karya ciptaanya.

f. Ciptaan-ciptaan yang Dilindungi Hak Cipta

Hukum hak cipta Indonesia dan juga hukum nasional tentang hak cipta

berbagai negara lain, biasanya mengatur secara jelas ciptaan-ciptaan

8 Tim Lindsey, op.cit, hlm. 118

15

yang dilindungi dan berapa lama masa berlaku perlindungan hukum

yang diberikan terhadap suatu jenis ciptaan. Berdasarkan prinsip

kedaulatan , setiap negara berhak mengatur ciptaan-ciptaan yang akan

dilindunginya sesuai dengan ciptaan yang berkembang di dalam

negaranya. Menurut Undang-undang Hak Cipta pasal 12 mengatur

jenis-jenis ciptaan yang dilindungi yang berupa ciptaan-ciptaan atau

karya yang sifatnya asli yang dapat dibedakan dengan karya cipta yang

bersifat turunan atau derivatif.

Menurut Pasal 29 (1) UUHC 2002 masa berlaku perlindungan hak

cipta adalah selama hidup pencipta dan terus berlangsung hingga 50

(lima puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia, untuk ciptaan

yang tergolong asli, yaitu

Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lain

Drama atau drama musika, tari, koreografi;

Segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, dan seni

patung;

Seni batik;

Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;

Arsitektur;

Ceramah , kuliah, pidato dan ciptaan sejenis lain;

Alat peraga;

Peta;

16

Terjemahan, tafsir, saduran, dan bunga rampai.

Selanjutnya masa berlaku perllindungan hak cipta untuk ciptaan-

ciptaan yang tergolong turunan , pengaturannya menurut pasal 30

adalah sebagai berikut :

Program komputer, sinematografi, fotografi, database, dan

karya hasil pengalihwujudan adalah 50 tahun sejak

pertamakali diumumkan.

Susunan perwajahan karya tulis yang diterbitkan berlaku

selama 50 tahun sejak pertama kali di terbitkan.

g. Pengaturan tentang Karya Tulis (Buku)

Karya tulis adalah suatu ciptaan intelektual manusia yang

dinyatakan dalam bahasa dengan menggunakan tanda-tanda tertentu

sehingga mudah dibaca. Bentuk perwujudan dari karya tulis dapat

bermacam-macam jenisnya seperti buku, surat kabar, majalah berkala,

dan pamflet.

Dengan diaturnya buku sebagai salah satu ciptaan yang

dilindungi oleh berbagai perundang-undangan nasional dan dua

konvensi utama hak cipta, tidak dapat disangkal lagi bahwa kehadiran

buku sebagai ciptaan yang harus dilindungi sudah jelas diakui. Hal ini

17

disebabkan buku merupakan kekayaan intelektual seorang pencipta

selain mempunyai arti ekonomis bagi yang mengeksploitasinya , juga

mempunyai arti yang penting bagi pembangunan spiritual dan material

suatu bangsa.

Dalam hubungan ini dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya

budaya suatu bangsa dapat diukur dari berapa banyak karya tulis

masyhur di bidang ilmu pengetahuan , sastra dan seni yang telah

dihasilkan oleh suatu bangsa , yang telah diterbitkan berbentuk buku.

h. Jangka Waktu Perlindungan

Sebagai kategori pertama adalah ciptaan yang sifatnya asli atau

orisinil, jangka waktu perlindungan hukum diberikan untuk selama

seumur hidup pencipta ditambah 50 tahun setelah pencipta meninggal,

untuk ciptaan-ciptaan :

Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lain

Drama atau drama musika, tari, koreografi;

Segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, dan seni

patung;

Seni batik;

Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;

18

Arsitektur;

Ceramah , kuliah, pidato dan ciptaan sejenis lain;

Alat peraga;

Peta;

Terjemahan, tafsir, saduran, dan bunga rampai.(Pasal 29 (1))

Jika kepemilikan ciptaan-ciptaan diatas dimiliki oleh dua orang atau

lebih , hak cipta berlaku selama hidup pencipta terlama hidupnya dan

berlangsung hingga 50 tahun setelah Pencipta yang terlama hidupnya

tersebut meninggal.

Bagi suatu badan hukum yang memiliki ciptaan-ciptaan yang sama

diatas, hak cipta berlaku hanya 50 tahun sejak pertama kali

diumumkan.

Yang termasuk kategori kedua adalah ciptaan-ciptaan yang bersifat

turunan (derivatif), jangka waktu perlindungan hukum hak cipta hanya

berlangsung 50 tahun untuk orang perorangan maupun badan hukum ,

sejak ciptaan bersangkutan pertama kali diumumkan unutk ciptaan-

ciptaan :

Program komputer

Sinematografi

Rekaman suara

Karya pertunjukkan

Karya siaran (pasal 30 (1))

19

BAB III

PERJANJIAN PENERBITAN BUKU DAN HAK CIPTA DALAM

PERINDUSTRIAN BUKU

A. PERJANJIAN PENERBITAN BUKU

Dengan keberadaan Undang-undang Hak Cipta Nomor 19 tahun 2002 , ciptaan-

ciptaan yang secara turun temurun telah ada dikalangan masyarakat tradisional,

berdampingan dengan ciptaan-ciptaan yang sebagian besar berasal dari kebudayaan

asing. Kedua-duanya memperoleh tempat pengaturan didalamnya. Sebelum adanya

UUHC tersebut masyarakat tradisional tidak mengenal adanya hak menikmati hasil

ciptaan yang dialihkan seperti diatur dalam UUHC berbagai negara pada dewasa ini.

20

Yang dapat dialihkan adalah semua ciptaan yang dilindungi undang-undang hak

cipta, termasuk ciptaan karya tulis.

Seorang penulis , menurut UUHC, untuk melaksanakan haknya menikmati hasil

ciptaan, melakukannya dengan mengalihkan hak yang dimiliki. Hak yang dialihkan

pada dasarnya , tiada lain adalah pengalihan hak yang dimiliki. Hak dialihkan pada

dasarnya , tiada lain adalah pengalihan hak eksklusif pencipta atas suatu ciptaan yang

dapat berupa suatu karya tulis , misalnya kepada penerbit. Penerbit kemudian akan

mengeksploitsi ciptaan karya tulis bersangkutan. Yang dieksploitasi adalah hak-hak

ekonomi karya tulis seorang pencipta dalam suatu jangka waktu tertentu. Caranya

dengan mendayagunakan atau mengelola suatu karya tulis ciptaan seorang penulis.

WIPO merumuskan, seorang pencipta dalam mengeksploitasi hak cipta atas ciptaan

yang berwujud karya tulis dapat melakukannya sendiri atau mengalihkan kepada

pihak lain. Selanjutnya pihak lain ini memberi suatu imbalan sebagai kompensasi atas

hak untuk mengeksploitasi hak cipta suatu ciptaan karya tulis misalnya, salah satu

bentuk imbalan dapat berupa royalti, honorarium, lunpsun, fee, atau bentuk-bentuk

imbalan lain yang disepakati bersama dalam suatu perjanjian.

Salah satu dari berbagai jenis perjanjian yang mengatur pengalihan hak cipta suatu

ciptaan, khususnya karya tulis yang diterbitkan dalam wujud buku untuk

dieksploitasi adalah perjanjian penerbitan buku antara penulis dengan penerbit buku.

Jenis perjanjian ini secara khusus akan mendapat tempat untuk dikaji dibawah ini.

21

a. Dasar hukum perjanjian penerbitan buku

suatu perjanjian penerbitan buku antara seorang penulis atau pengarang sebagai

pencipta karya tulis dengan penerbit, pada hakikatnya merupakan suatu perjanjian

keperdataan yang mengatur pengalihan hak cipta karya tulis seorang penulis kepada

penerbit. Selanjutnya , penerbit akan menerbitkan ciptaan karya tulis dalam bentuk

buku yang akan dipasarkan kepada para pembacanya.

Dengan pengalihan hak cipta, penulis melaksanakan hak-hak ekonominya berupa hak

menikmati hasil ciptaan yang dialihkan . sesuai dengan fungsi hak cipta, yang

dialihkan pada hakikatnya tiada lain adalah hak eksklusif dari suatu ciptaan. Yang

dimaksud hak eksklusif adalah hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegang

sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin

pemegang.

Pengalihan hak cipta yang merupakan hak khusus atau eksklusif dimungkinkan oleh

perundang-undang hak cipta , karena hak cipta dianggap sebagai benda bergerak yang

dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian. (UUHC 2002 pasal 3)

Pengalihan hak cipta , selain harus berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diatur di

dalam UUHC 2002 , perlu juga berdasarkan pada ketentuan-ketentuan tentang syarat-

syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya perjanjian seperti diatur di dalam Kitab

22

Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Pasal 1320 yang mengatur tentang

syarat sah perjanjian9.

b. Perjanjian buku antara penulis dan penerbit

Suatu perjanjian penerbitan buku antara penulis dengan penerbit buku dapat

digolongkan ke dalam golongan pekerjaan untuk melakukan pekerjaan (jasa) tertentu

sebagaimana diatur dalam KUH Perdata , Buku III, Bab ketujuh A, Pasal 1601

sampai Pasal 1601C10.

Hubungan kerjasama antara penulis dengan penerbit , yang bertujuan untuk

mengalihkan karya tulis (untk dieksploitasi) dari penulis kepada penerbit. Hubungan

kerjasama itu harus dituangkan dalam akta otentik atau akta dibawah tangan ,

dinamakan perjanjian penerbitan buku.

Penerbit yang menghendaki dari pihak penulis dilakukannya pekerjaan menciptakaan

suatu karya tulis yang akan dieksploitasi hak-hak ekonominya oleh penerbit , dengan

cara menerbitkannya dalam bentuk buku. Pengeksploitasian dilakukan untuk

mencapai tujuan perolehan keuntungan-keuntungan materiil , misalnya dalam bentuk

dana yang dibayarkan sebagai royalti atau honorarium, juga keuntungan-keuntungan

immateril dapat diperoleh penulis dalam bentuk misalnya perolehan nama terkenal

sebagai penulis.

9 KUHPerdata, Pasal 132010 KUHPerdata, Pasal 1601

23

Perlisensian di bidang hak cipta ini diatur dalam Pasal 45 sampai 47 UUHC 2002.

11Bunyi Pasal-pasal tersebut , sebagai berikut :

Pasal 45

1) Pemegang Hak Cipta berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain

berdasarkan surat perjanjian lisensi untuk melaksanakan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

2) Kecuali diperjanjikan lain , lingkup Lisensi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 berlangsung selama jangka waktu lisensi diberikan dan berlaku

untuk seluruh wilayah Negara Republik Indonesia

3) Kecuali diperjanjikan lain, pelaksanaan perbuatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) disertai dengan kewajiban pemberian royalti

kepada Pemegang Hak Cipta oleh Penerima lisensi.

4) Jumlah royalty yang wajib dibayarkan kepada Pemegang Hak Cipta oleh

penerima Lisensi adalah berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak

dengan berpedoman kepada kesepatan organisasi profesi.

11 UUHC 2002, pasal 45-47

24

Dalam praktek dikenal dua jenis utama perjanjian pengalihan suatu ciptaan (karya

tulis) yang dilindungi hak cipta oelh pencipta kepada pemegang hak cipta untuk

dieksploitasi, diantaranya :

1. Perjanjian lisensi eksklusif

Jenis perjanjian lisensi eksklusif digunakan bila pencipta mengalihkan

satu atau beberapa hak dari suatu hak cipta yang dimilikinya kepada

pemegang hak cipta, tetapi tetap menahan hak-hak lain yang masih ada

pada hak cipta bersangkutan. Hal ini berarti pencipta tetap dapat

melaksanakan hak ciptanya atau memberikan lisensi yang sama

kepada pihak ketiga.

2. Perjanjian lisensi tidak eksklusif

Jenis lisensi semacam ini berupa hak untuk mengeksploitasi satu atau

beberapa hak cipta yang dimiliki seorang pencipta. Walaupun pencipta

telah memberikan suatu lisensi yang tidak eksklusif kepada pemegang

hak cipta , pencipta tidak menutup kemungkinan untuk memberikan

hak serupa kepada orang lan pada waktu yang bersamaan.hal ini

dimungkinkan , karena pemberi lisensi tidak eksklusif bukanlah suatu

pengalihan kepemilikan Hak Cipta.

25

B . Ketentuan Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Perlindungan Hak

Cipta Terhadap Ciptaan Buku.

Hak cipta yang melekat pada suatu karya tulis diterbitkan dalam bentuk buku, jika

dikembangkan lebih lanjut dapat terdiri dari sekumpulan hak-hak khusus yang

masing-masing memperoleh perlindungan hukum hak cipta yang berbeda.

Menurut UUHC, pencipta suatu karya tulis mempunyai sekumpulan hak khusus yang

mendapat perlindungan . dapat disebtkan beberapa diantaranya :

1) Hak untuk memperbanyak dalam bentuk buku yang diterbitkan sendiri oleh

penerbit berdasarkan suatu lisensi

2) Hak untuk menerjemahkan buku ke dalam bahasa lain

3) Hak untuk membuat karya pertunjukkan dalam bentuk apapun

4) Hak untuk membuat karya siaran dan lain sebagainya.

Kegiatan penerbitan buku yang memuat suatu ciptaan karya tulis seperti ini seperti

dalam butir pertama di atas, pada dasarnya merupakan proses manufaktur yanf

dikelola oleh penerbit sebagai badan usaha. Penerbit merupakan pihak yang

mewujudkan suatu ciptaan karya tulis seorang pencipta.

26

Untuk menerbitkan suatu karya tulis , penerbit akan terlebih dahulu menyunting nya.

Baru kemudian melengkapinya dengan susunan perwajahan karya tulis pada sampul

luar dan isi karya tulis, serta menyusun huruf-huruf cetaknya. Khusus untuk susunan

perwajahan karya tulis yang diciptakan penerbit dalam suatu buku yang

diterbitkannya, UUHC 2002 menetapkan dalam pasal 30 (2), sebagai berikut:

Hak atas karya susunan perwajahan karya tulis yang diterbitkan selama 50 (lima

puluh) tahun sejak pertama kali diterbitkan.

Dalam kebanyakan hukum hak cipta baik internasional maupun nasional, buku

sebagai bentuk perwujudan karya/ciptaan tulis dikategorikan sebagai ciptaan karya

tulis yang dieksploitasi menjadi buku dan mendapat perlindungan hukum.

Pada Undang-undang Hak Cipta 2002 juga telah menyediakan dua sarana

hukum yang dapat dipergunakan untuk menindak pelaku pelanggaran terhadap hak

cipta , yaitu melalui sarana instrument hukum pidana dan hukum perdata . bahkan

dalam UUHC 2002 , penyelesaian sengketa di bidang hak cipta dapat dilakukan

diluar pengadilan melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa lainnya.

Dalam Pasal 66 UUHC 2002 dinyatakan bahwa : hak untuk mengajukan gugatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, Pasal 56, dan Pasal 65 tidak mengurangi

hak Negara untuk melakukan tuntutan terhadap pelanggaran Hak Cipta12.

12 UUHC, Pasal 66

27

Ini berarti berdasarkan ketentuan Pasal 66 UUHC 2002, pelaku pelanggaran

Hak Cipta , selain dapat dituntut secara perdata, juga dapat dituntut secara pidana.

         Dalam perlindungan hukum tersebut apabila terjadi pelanggaran hak Hak untuk

mengajukan gugatan perdata sebagaimana telah diatur dalam pasal pasal UUHC 2002

ini tidak mengurangi hak untuk melakukan tuntutan pidana terhadap pelanggar Hak

Cipta. Seperti yang tertera dalam UUHC 2002 sebagai berikut :

a. Menurut Pasal 72 (1) menjelaskan bahwa perbuatan dengan sengaja

dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan maka

dapat dikenakan hukuman penjara paling lama selama 7 tahun

dan/atau denda paling banyak 5 milyar rupiah.

b. Menurut Pasal 72 (2) menjelaskan bahwa perbuatan dengan segaja

menyiarkan , memamerkan , mengedarkan/menjual kepada umum

suatu ciptaan hasil pelanggaran maka dapat dikenakan hukum penjara

paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak 500 juta rupiah

c. Menurut Pasal 72 (6) menjelaskan bahwa perbuatan dengan sengaja

dan tanpa hak tidak mencantumkan nama pencipta pada

ciptaannya/mengubah isi suatu ciptaan, judul dan anak judul ciptaan

maka dapat dikenai hukuman penjara paling lama 2 tahun dan/atau

dikenai denda paling banyak sebesar 150 juta rupiah.

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Perlindungan Terhadap Ciptaan Karya Tulis menurut Undang-undang No. 19

Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Indonesia sejak zaman Hindia Belanda hingga sekarang , pengaturan yuridis tentang

salah satu ciptaan yang dilindungi hukum yaitu buku telah mendapat tempatnya

dalam perundang-undangan nasional . beberapa diantaranya didalam UUHC tahun

2002 .

Ditempatkannya buku sebagai ciptaan yang dilindungi , terutama karena selain untuk

memenuhi keinginan yang kuat bangsa Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa seperti dicantumkan dalam Mukadimah UUD 1945 juga karena terkaitnya

dengan empat fungsi positif yang terdapat pada buku, yaitu :

29

1) Buku sebagai media atau perantara

Artinya buku dapat menjadi latar belakang bagi kita atau pendorong

untuk melakukan sesuatu.

2) Buku sebagai milik

Di sini dimaksudkan bahwa buku adalah kekayaan yang sangat

berharga , tak ternilai harganya, karena merupakan sumber ilmu

pengetahuan

3) Buku sebagai pencipta suasana

Berarti buku setiap saat dapat menjadi teman dalam situasi apapun ;

buku daoat menciptakan suasana akrab hingga mempengaruhi

perkembangan dan karakter seseorang menjadi baik

4) Buku sebagai sumber kreativitas

Dengan banyak membaca buku , dapat mendorong kreativitas yang

kaya gagasan dan kreativitas biasanya memiliki wawasan yang luas.

Karya tulis berupa buku memiliki ketentuan hak cipta yang telah diatur dalam Pasal 1

angka 1 UUHC, bahwa sebuah hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pemilik hak

cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak hak ciptanya ataupun memberikan

izin untuk itu. Berdasarkan ketentuan ini , pengumuman atau memperbanyak sebuah

buku memerlukan lisensi dari pemegang hak cipta buku tersebut.

Dengan adanya ketentuan Pasal 1 angka 1 UUHC sebagaimana yang telah disebutkan

diatas , apabila suatu buku akan diumumkan atau diperbanyak , maka pihak-pihak

30

yang ingin menerbitkannya atau memperbanyak buku tersebut membutuhkan ijin

yaitu berupa perjanjian dari pemegang hak cipta.

Apabila sebuah buku diedarkan di masyarakat tabpa adanya lisensi dari pemegang

hak cipta , maka peredaran karya tulis atau buku tersebut merupakan pelanggaran

Pasal 1 angka 1 UUHC. Pelanggaran terhadap Pasal 1 angka 1 UUHC merupakan

pelanggaran terhadap hak eksklusif Pemegang hak cipta. Pelanggaran hak cipta antara

lain melanggar :

1) Hak Moral

a. The Right of Publication, yaitu hak pencipta untuk menentukan

apakah dan dimana karyanya akan dipublikasikan. Penerbit atau

pelaku yang menyiarkan karya pencipta buku tanpa seijin Pemegang

Hak Cipta akan melanggar prinsip The Right of Publication , karena

hanya pemegang hak ciptalah yang berhak menentukan apakah

karyanya akan diumumkan atau dimanakah karyanya akan

diumumkan.

b. The Right to Paternity, yaitu hak menuntut pencantuman nama

Pencipta pada semua hasil perbanyakan karyanya untuk selamanya .

2) Hak Ekonomi, yaitu hak untuk mengumumkan, dalam hal ini buku

merupakan sarana pengumuman hak cipta berbentuk karya tulis yang

diedarkan , lebih lanjut dalam UUHC. Berdasarkan kesimpulan itu

31

karya tulis yang tanpa ijin atau lisensi dari pemegang hak cipta adalah

pelanggaran hak ekonomi.

Dengan adanya pelanggaran hak eksklusif pemegang hak cipta sebagaimana yang

diatur pada pasal 1 angka 1 UUHC serta pelanggaran terhadap hak yang terkait yang

diatur pada Pasal 49 UUHC, timbul sebuah perbuatan melawan hukum oleh pihak

penerbit yang tidak memiliki lisensi dalam memperbanyak karya tulis seseorang.

Perbuatan melawan hukum adalah setiap perbuatan yang melanggar hukum dan

mengakibatkan kerugian kepada orang lain, dari perbuatannya ini timbul sebuah

kewajiban bagi pihak yang melanggar untuk melakukan ganti rugi. Adapun unsur-

unsur perbuatan melawan hukum dikaitkan dengan memperbanyak karya tulis tanpa

lisensi adalah :

1) Perbuatan melawan hukum

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas , suatu perbanyakan karya

tulis yang tidak memiliki lisensi dari pemegang hak cipta merupakan

pelanggaran terhadap Pasal 1 angka 1 dan Pasal 49 UUHC.

2) Harus ada kesalahan

Dengan adanya pelanggaran hukum terhadap pasal-pasal UUHC,

maka memperbanyak karya tulis tanpa lisensi merupakan perbuatan

yang betentangan dengan hukum maka perbuatan tersebut merupakan

kesalahan.

3) Harus ada kerugian yang ditimbulkan

32

Dengan adanya perbanyakan karya tulis tanpa lisensi , pemegang hak

cipta sebagai pihak eksklusif atas buku tersebut telah dilanggar haknya

dan tidak mendapat royalty atas karya ciptaannya.

4) Adanya hubungan kausal antara perbuatan dan kerugian

Hubungan kausal disini merupakan suatu kerugian yang timbul

disebabkan karena adanya suatu perbuatan . dalam hal ini kerugian

terjadi pada pemegang hak cipta buku disebabkan adanya perbuatan

memperbanyak karya cipta tanpa adanya lisensi dari pemegang hak

cipta

Suatu perjanjian penerbitan buku antara seorang penulis atau pengarang sebagai

pencipta karya tulis dengan penerbit pada hakikatnya merupakan suatu perjanjian

keperdataan yang mengatur pengalihan hak cipta karya tulis seorang penulis kepada

penerbit. Selanjutnya, penerbit akan menerbitkan ciptaan karya tulis dalam bentuk

buku yang akan dipasarkan kepada para pembacanya.

Dengan mengalihan hak cipta, penulis melaksanakan hak ekonomi berupa hak

menikmati hasil ciptaan yang dialihkan. Hak hak ekslusif yang dapat dialihkan dari

suatu hak cipta atau suatu ciptaan menurut UUHC 2002 pengaturannya tersebar

dalam beberapa pasal dan bentuknya sangat beragam antara lain

Pasal 1 (1) mengatur hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaan

33

Pasal 2 (2) pencipta atau pemegang hak cipta atas karya sinematografi dan program

kommputer memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang

tanpa persetujuannya menyewakan ciptaan tersebut untuk kepentingan yang bersifat

komersial

Pasal 24 (1) mengatur suatu hak yang dikenal sebagai salah satu moral yang hak

menuntut kepada pemegang gak cipta supaya nama pencipta tetap dicantumkan

8

 

Pasal 49 (1) (2) dan (3) mengatur hak hak ekslusif pelaku, produser rekaman

suara dan lembaga penyiaran, masing masing sebagai pemegang gak cipta memiliki

hak ekslusif untuk member izin atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya

memperbanyak atau menyiarkan ciptaan ciptaan : gambar pertunjukannya, karya

rekaman suara atau bunyi atau karya siaran melalui transmisi dengan atau tanpa kabel

atau melalui system elektromagnetik lain para pemegang hak cipta.

Untuk pengalihan hak cipta selain harus sesuai dengan UUHC 2002 tetapi juga

diperlukan 4 syarat yaitu :

1.      Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

2.      Kemampuan untuk membuat suatu perikatan

3.      Adanya suatu hal tertentu

4.      Adanya suatu sebab yang halal

Suatu perjanjian penerbitan buku antara penulis dengan penerbit buku dapat

digolongkan ke dalam golongan perjanjian melakukan pekerjaan tertentu (jasa).

34

Hubungan kerjasama anatara penulis dengan penerbit yang bertujuan untuk

mengalihkan karya tulis (untuk dieksploitasi) dari penulis kepada penerbit, hubungan

kerjasama itu harus dituangkan dalam akta otentik atau akta dibawah tangan.

Ada beberapa contoh hak yang dikemukakan ini, merupakah Hak Khusus yang

dimiliki pencipta karya tulis yang setidaktidaknya perlu mendapat perhatian untuk

memperoleh tempat pengaturan dalam perjanjian penerbitan buku yang diadakan

antara pencipta ciptaan karya tulis dengan penerbit buku, yaitu

1.      Hak memperbanyak suatu karya tulis dengan arti bahwa karya tulis bersangkutan

ditambah dengan pembuatan yang sama

2.      Hak mengumumkan karya tulis dengan cara pembacaan, penyiaran atau penyebaran

karya tulis

3.      Hak mengalihkan ciptaan karya tulis berwujud buku menjadi suatu ciptaan

derivative missal dialihkan menjadi film, sinetron

4.      Hak menampilkan memeragakan atau mendeklamasikan

Dalam praktek dikenal dua jenis utama perjanjian pengalihan suatu karya tulis yang

dilindungi hak cipta oleh pencipta kepada pemegang gak cipta untuk di eksploitasi

yaitu

1. Perjanjian lisensi eksklusif

Digunakan bila pencipta mengalihkan satu atau beberapa hak dari suatu hak cipta

yang dimiliki kepada pemegang hak cipta tetapi tetap menaham hak hak lain yang

masih ada pada hak cipta bersangkutan . hal ini berarti pencipta dapat melaksanakan

35

hak ciptanya atau memberikan lisensi yang sama kepada pihak ketiga missal hak

cipta untuk menerbitkan karya tulis bersangkutan dalam bahasa lain berbentuk buku /

dalam bentuk film, compact disc

2.      Lisensi tidak eksklusif

Berupa hak untuk mengeksploitasi satu atau beberapa hak cipta yang diiliki seorang

pencipta walaupun pencipta telah memberikan suatu lisensi yang tidak eksklusif

kepada pemegang hak cipta, pencipta tidak tertutup kemungkinannya untuk

memberikan hak serupa kepada orang lan pada waktu yang bersamaan. Hal ini

dimungkinkan karena pemberi lisensi tidak eksklusif bukanlah suatu pengalihan

kepemilikan hak cipta

contoh, toni menulis buku tentang Tenis, lalu Toni memberi izin memperbanyak

tulisannya gratis kepada kepada perkumpulan sekolah Tenis untuk dipelajari. Toni

telah memberikan lisensi tidak eksklusif dan tetap mempertahankan kepemilikan hak

cipta karya tulisnya dan memiliki hak untuk memperbanuak karya tulisnya oleh suatu

penerbit buku dengan perjanjian lisensi eksklusif.

 

2.4 PERJANJIAN PENYERAHAN (ASSIGNMENT AGREEMENT)

Apabila seseorang dengan suatu perjanjian mengalihkan dengan meyerahkan

keseluruhan hak cipta yang terdapat pada suatu ciptaan, maka jenis perjanjian yang

demikian ini digolongkan sebagai perjanjoan penyerahan atau assignment agreement

36

Suatu perjanjian penyerahan harus diadakan oleh para pihak secara tertulis,

contoh : Alfa menyerahkan keseluruhan hak cipta atas ciptaan karya tulis roman

kepada penerbit beta berdasarkan penerbitan buku yang merupakan jenis perjanjoan

Penyerahan (assignment agreement) hal ini berarti bahwa penerbit beta menjadi

pemilik keseluruhan hak hak yang terdapat pada hak cipta karya tulis yang dialihka.

Penerbit beta dapat menerbitkan dalam berntuk buku karya tulis atau meyerah kan

kepihak lain untuk dibuat sandiwara, sintron, film

Penulis yang menghasilkan karya tulis dianggap pencipta sekaligus pemegang hak

cipta. Bisakah hak cipta diperjualbelikan? Kata yang tepat adalah dialihkan. Artinya,

hak cipta yang dimiliki oleh penulis bisa dialihkan kepada orang lain atau sebuah

institusi lain. Pengalihan hak cipta bisa dituangkan dalam perjanjian pengalihan hak

cipta atau yang populer di dunia penerbitan disebut sistem outright dan penulis akan

mendapatkan imbalan atas pengalihan tersebut. Adapun pengalihan hak ekonomi

biasa disebut perjanjian lisensi.

Dalam sistem outright ini hak moral tetap melekat pada pencipta sehingga begitu hak

cipta dialihkan, seseorang atau institusi tetap tidak bisa menyebut karya tersebut

adalah ciptaannya. Seseorang atau institusi itu hanya bisa disebut sebagai pemegang

hak cipta, bukan pencipta itu sendiri.

Ada pandangan keliru tentang outright ini bahwa artinya penulis menjual hak

ciptanya dan hak cipta itu akan dimiliki seterusnya oleh penerbit. Padahal, hak cipta

37

yang dialihkan bisa dalam limit waktu atau limit produksi tertentu sesuai dengan

kesepakatan. Apabila tidak dicantumkan limit waktu karena ketidaktahuan penulis,

hak cipta memang akan seterusnya dimiliki oleh penerbit sampai karya itu menjadi

public domain (milik publik) sehingga ahli waris pun akan gigit jari. Di sinilah

memang bisa terjadi celah-celah yang merugikan penulis karena ketidakpahaman

tentang hak cipta.

Selanjutnya, dalam kaitan suatu pekerjaan mencipta yang ditugaskan atau disponsori

oleh sebuah institusi maka boleh jadi pemegang hak cipta adalah institusi tersebut. Di

dalam UU No. 19 Tahun 2002 jelas disebutkan bahwa pemegang hak cipta atas karya

cipta yang diupayakan oleh para pekerja atau karyawan adalah perusahaan yang

menggaji karyawan itu sendiri. Dalam hal ini karya tulis berupa berita yang

diupayakan oleh seorang wartawan maka hak ciptanya dipegang oleh penerbit media

massa tersebut dan wartawan hanya tercatat sebagai pencipta yang memiliki hak

moral untuk namanya dicantumkan—seperti yang telah dilakukan beberapa media

massa dengan mencantumkan nama penulis berita.

Editor yang bekerja di penerbit dan menghasilkan karya berupa hasil editing ataupun

karya tulis (jika bagian dari penugasan penerbit) maka hak ciptanya dipegang oleh

penerbit yang menggaji para editor tersebut. Begitupun para layouter (penata letak)

atau desainer yang membuat perwajahan tulisan, hak ciptanya dipegang oleh penerbit

yang menggaji mereka. Namun, para pekerja ini tetap memiliki hak moral sebagai

38

pencipta untuk dicantumkan namanya dalam karya yang diciptakannya itu. Biasanya

penerbit menghormati hak moral ini dengan mencantumkan nama karyawannya

sebagai pencipta di halaman copyright sebuah buku.

Para pemilik ide yang membayar para penulis profesional bisa membuat dua

kesepakatan, yaitu penulis sebagai co-writer maka hak cipta dipegang berdua dan

penulis sebagai ghost writer maka hak cipta dipegang sepenuhnya oleh si pemilik ide

kali pertama yaitu yang membayar sang penulis. Jadi, ada kesepakatan yang mengatur

peralihan hak cipta ini.

39

BAB V

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

      Hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu

dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Hak cipta merupakan hak ekslusif, yang memberi arti bahwa

selain pencipta maka orang lain tidak berhak atasnya kecuali atas izin penciptanya.

         Pengaturan mengenai hak cipta dimuat dalam Undang-Undang No. 19 Tahun

2002 yang bertujuan untuk merealisasi amanah Garis Besar Haluan Negara (GBHN)

dalam rangka pembangunan di bidang hukum, dimaksudkan untuk mendorong dan

melindungi pencipta dan hasil karya ciptaanya.

      Berbicara mengenai hak cipta, tentunya tidak terlepas mengenai pelanggaran

hak cipta. Suatu pelanggaran terhadap sebuah karya ciptaan terjadi apabila :

a. Terjadi pengeksploitasian (pengumuman, penggandaan dan pengedaran) untuk

kepentingan komersial sebuah karya cipta tanpa terlebih dahulu meminta izin atau

mendapatkan Lisensi dari penciptanya atau ahli warisnya. Termasuk di dalamnya

tindakan penjiplakan.

b.  Peniadaan nama pencipta pada ciptaannya.

40

c. Penggantian atau perubahan nama pencipta pada ciptaannya yang dilakukan tanpa

persetujuan dari pemilik hak ciptanya.

d.  Penggantian atau perubahan judul sebuah ciptaan tanpa persetujuan dari

penciptanya atau ahli warisnya.

         Dengan mengamati kasus yang dibahas dalam makalah ini, dapat disimpulkan

bahwa begitu banyak kasus pelanggaran hak cipta yang terjadi di Indonesia. Masih

banyak kasus-kasus pelanggaran hak cipta lainnya yang belum kami bahas dalam

makalah ini. Dari pembahasan kasus yang telah kami jelaskan, kita dapat melihat

masih kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap ketentuan hak cipta yang

telah diberlakukan.

3.2 Saran

        Adapun saran yang dapat kami sampaikan mengenai kasus pelanggaran hak

cipta di Indonesia, yaitu sebagai berikut:

a. Pemerintah harus memberikan sosialisasi kepada semua masyarakat untuk

menghargai hasil karya cipta seseorang.

b. Pemerintah harus bertindak tegas untuk menghukum pelaku yang terlibat dalam

kasus pelanggaran hak cipta di Indonesia.

c. Pemerintah mengharuskan setiap pencipta suatu karya untuk segera mendaftarkan

karya ciptaannya, agar tidak terjadi plagiatisme atau pembajakan terhadap hasil

karyanya.

41

d. Pemerintah mempermudah pencipta suatu karya untuk mendaftarkan karya

ciptaannya, melalui prosedur-prosedur yang sederhana dan tidak berbelit-belit.

e. Setiap masyarakat ikut berpartisipasi menerapkan peraturan mengenai hak cipta

yang berlaku.

f. Setiap masyarakat, khususnya konsumen atau pengguna suatu karya, harusnya

membeli karya cipta orang yang orisinil, bukan membeli barang-barang atau

produk bajakan.

g. Setiap masyarakat yang melihat adanya tindakan berupa pembajakan atau

plagiatisme terhadap suatu karya, sebaiknya melapor kepada aparat yang berwajib

untuk segera menangani kasus tersebut.