Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...

22
Materi Siaran Radio “Pojok Hukum” Rabu, 18 Januari 2017 Tema: Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia terhadap Alam di Bumi Manusia Oleh: Ilva Nurfitriati, S.H., M.Si. dan Lembaga Bantuan Hukum Pengayoman” UNPAR 1. Latar Belakang 2. Metode Pembahasan 3. Konsep Keterbatasan 4. Implementasi Prinsip Daya Dukung Pada Peraturan Nasional Indonesia sebagai Negara Hukum 5. Keterbatasan, Sebuah Fakta Yang Tidak Menggugah Manusia 6. Keterkaitan Daya Dukung terhadap Kasus Lingkungan Hidup 7. Hukum Represif sebagai Kunci 8. Saran dan Rekomendasi

Transcript of Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...

Page 1: Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...

Materi Siaran Radio “Pojok Hukum”

Rabu, 18 Januari 2017

Tema:

Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia

terhadap Alam di Bumi Manusia

Oleh:

Ilva Nurfitriati, S.H., M.Si.

dan

Lembaga Bantuan Hukum “Pengayoman” UNPAR

1. Latar Belakang

2. Metode Pembahasan

3. Konsep Keterbatasan

4. Implementasi Prinsip Daya Dukung Pada Peraturan Nasional Indonesia

sebagai Negara Hukum

5. Keterbatasan, Sebuah Fakta Yang Tidak Menggugah Manusia

6. Keterkaitan Daya Dukung terhadap Kasus Lingkungan Hidup

7. Hukum Represif sebagai Kunci

8. Saran dan Rekomendasi

Page 2: Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...

ii

DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii

RUNDOWN ................................................................................................................................... iii

DAFTAR PERTANYAAN ........................................................................................................... iv

1. Latar Belakang ......................................................................................................................... 1

2. Metode Pembahasan ................................................................................................................ 4

3. Konsep Keterbatasan ............................................................................................................... 4

4. Implementasi Prinsip Daya Dukung Pada Peraturan Nasional ............................................... 7

5. Keterbatasan, Sebuah Fakta Yang Tidak Menggugah Manusia .............................................. 8

6. Keterkaitan Daya Dukung Terhadap Kasus Lingkungan Hidup ............................................. 9

7. Hukum Represif Sebagai Kunci ............................................................................................ 10

8. Saran dan Rekomendasi ......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...

iii

RUNDOWN

Sesi 1 (30

Menit)

Latar Belakang

Metode Pembahasan

Vania (Kimberly)

Kimberly (Vania)

Sesi 2 (30

Menit)

Konsep Keterbatasan

Implementasi Prinsip Daya Dukung Pada

Peraturan Nasional Indonesia sebagai Negara

Hukum

Clarisa (Iester)

Iester (Clarisa)

Sesi 3 (30

Menit)

Keterbatasan, Sebuah Fakta Yang Tidak

Menggugah Manusia

Keterkaitan Daya Dukung terhadap Kasus

Lingkungan Hidup

Myriam (Clarisa)

Iester (Myriam)

Sesi 4 (30

Menit)

Hukum Represif sebagai Kunci

Saran dan Rekomendasi

Kimberly (Vania)

Iester

Page 4: Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...

iv

DAFTAR PERTANYAAN

1. Apa yang melatarbelakangi pembahasan mengenai “Hukum Lingkungan sebagai

Pembatas Perilaku Manusia terhadap Alam di Bumi Manusia”?

2. Apa latar belakang dibutuhkan hukum lingkungan di masyarakat?

3. Bagaimana cara pandang masyarakat terhadap hukum lingkungan?

4. Bagaimana dampak hukum lingkungan terhadap kelangsungan hidup manusia di masa

depan?

5. Apa dampak adanya MDG’s terhadap masyarakat adat?

6. Bagaimana kedudukan hukum lingkungan dalam masyarakat adat?

7. Apa yang dimaksud dengan AMDAL?

8. Apa perbedaan AMDAL dan UKL-UPL?

9. Bagaimana memperoleh izin lingkungan?

10. Apa keterkaitan instrumen lingkungan dengan aspek bisnis dari hukum lingkungan?

11. Apa kesimpulan dan saran yang dapat kita tarik dari pembahasan kali ini?

Page 5: Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...
Page 6: Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...

1

1. Latar Belakang

Hukum lingkungan merupakan bidang hukum yang dapat dikatakan sedang beranjak

berkembang di Indonesia, hal ini merujuk pada keberadaan undang-undang yang mengatur

lingkungan hidup pertama kali muncul di tahun 1982. Hukum lingkungan di Indonesia semakin

berkembang dan dikenal oleh masyarakat seiring dengan meningkatnya isu dan permasalahan

terkait lingkungan hidup. Media yang banyak dikonsumsi masyarakat umum mulai

mengetengahkan isu dan permasalahan terkait lingkungan baik isu nasional maupun

internasional.

Memang tidak semua masyarakat Indonesia memahami apa yang disebut sebagai hukum

lingkungan dalam konteks buku peraturan hukum, namun paling tidak, masyarakat mulai

mengetahui bahwa negara Indonesia memiliki peraturan terkait lingkungan hidup. Peraturan

yang terkait dengan perlindungan lingkungan hidup sudah cukup banyak dimiliki oleh Negara

Indonesia, namun yang menjadi acuan adalah Undang-undang No.32 Tahun 2009 tentang

Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup atau disebut sebagai UUPPLH.

Secara sederhana, apa yang terdapat dalam UUPPLH mengatur pedoman yang diamanatkan

oleh undang-undang untuk mengatur kegiatan manusia. Dalam hal inilah, UUPPLH menjadi

pembatas perilaku manusia dalam menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan

lingkungan hidup. Apabila sistem hukum dapat berjalan secara utuh menyeluruh, subsumtif dan

komplementer, dapat diasumsikan, tujuan untuk melindungi lingkungan hidup dapat terpenuhi.

Tulisan berikut ini akan memaparkan secara singkat bagaimana hukum lingkungan dapat

difungsikan sebagai pembatas perilaku manusia. Kemampuan lingkungan hidup akan menjadi

pertimbangan utama sebagai dasar keharusan dalam menjaga lingkungan hidup.

Berdasarkan aliran hukum modern, apa yang dapat berlaku sebagai hukum bermacam-

macam yakni dari mulai undang-undang, putusan hakim hingga kebiasaan yang terdapat di

masyarakat.1 Negara Indonesia memiliki ragam macam hukum tersebut, bahkan sebagai negara

hukum yang plural2, pilihan masyarakat dalam memilih hukum mana yang hendak

diberlakukannya cenderung terbuka. Terkait dengan lingkungan hidup, negara Indonesia telah

memiliki peraturan yang melindungi lingkungan hidup dilihat dari keberadaan peraturan dari

1 Disampaikan pada perkuliahan Teori Hukum oleh Bpk. Budi Prastowo, November 2016. 2 Terdapat lebih dari satu hukum yang dapat berlaku pada satu waktu di satu tempat, misalnya terdapat hukum nasional dan hukum adat. Disampaikan pada perkuliahan Sosiologi Hukum oleh Bpk. Herlambang W, November 2016.

Page 7: Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...

2

tingkat undang-undang hingga peraturan pelaksana, hukum adat dan kebiasaan yang terdapat

dimasyarakat.

Sangat disayangkan keberadaan peraturan yang telah ada dan rasanya cukup banyak dalam

melindungi lingkungan hidup tidak berjalan linier dengan keadaan lingkungan hidup di

Indonesia. Data memperlihatkan, degradasi lingkungan hidup secara kualitas dan kuantitas

merosot signifikan. Gambar dibawah ini menjadi salah satu contoh.

Gambar 2. Foto Sebaran Hutan di Kalimantan

Dua gambar tersebut diatas memperlihatkan kemerosotan luas hutan baik di dunia maupun di

Kalimantan. Hal tersebut menunjukkan adanya kegiatan yang dapat disebut kerusakan

lingkungan3. Hukum yang berfungsi sebagai pengatur ketertiban dengan cara mengatur perilaku

manusia nampaknya belum efektif, sebagaimana disampaikan Prof. Sunaryati bahwa tujuan akhir

hukum adalah membentuk perilaku manusia menjadi manusia yang berperilaku baik.4

Harapannya adalah hukum dapat mencegah manusia untuk melakukan perbuatan yang merusak

lingkungan hidup.

Apabila keberadaan hukum tidak berjalan sesuai dengan fungsi dan harapan dibentuknya

hukum melalui peraturan, maka dimanakah letak permasalahan ketidakberfungsian hukum

tersebut? Asumsi sementara penulis terhadap pertanyaan tersebut adalah:

1. Indonesia memasuki periode pembenahan ulang sebagai sebuah negara, akan terjadi

kekacauan dan ketidakpastian dalam berbagai bidang yang menjadi sebuah proses untuk

3 Disebut merusak lingkungan karena berkurangnya jumlah luasan hutan dapat mengakibatkan terganggunya ekosistem setempat dan

mengganggu keseimbangan habitat makhluk hidup. Gangguan ekosistem tersebut termasuk kedalam kategori rusaknya lingkungan hidup. The

Nature Conservancy (TNC) pada 2012 dalam https://alamendah.org/2014/08/01/kerusakan-lingkungan-hidup-di-indonesia-dan-penyebabnya/) 4 Disampaikan pada perkuliahan Pengaruh Ekonomi Terhadap Hukum Pembangunan di Indonesia pertengahan Bulan November 2016.

Page 8: Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...

3

menemukan bentuk sistem hukum yang cocok untuk diterapkan sebagai reaksi sebuah

negara yang plural;

2. Pembenahan ulang sebagaimana disebut pada nomor satu diatas merupakan sebuah cara

dalam menjawab kondisi masyarakat Indonesia masa kini, dijelaskan oleh Prof.

Sunaryati5, jika Indonesia mengalami lompatan peradaban manusia, yang berdasarkan

klasifikasi Alvin Toffler, masyarakat Indonesia yang masih berada ditataran agraris harus

menghadapi percepatan periode masyarakat dunia yang telah memasuki masa gelombang

industri dan saat ini gelombang globalisasi dan komputerisasi (digital);

3. Lompatan gelombang yang dialami masyarakat Indonesia saat ini memerlukan hukum

yang kuat dari berbagai unsur dalam mengatur masyarakat yang plural, dimulai dari dasar

filosofis pembentukan hingga penegakan hukumnya, yang apabila mempertimbangkan

nomor satu dan dua, saat ini kekuatan hukum Indonesia belum tercapai.

Asumsi tersebut diatas tentunya memerlukan penelusuran yang mendalam untuk bisa

dikatakan dapat dibuktikan secara ilmiah /valid, namun penulis akan membatasi penelusuran

pada nomor tiga terkait keberadaan hukum, khususnya terkait hukum yang mengatur lingkungan

hidup.

Penulis sengaja mengambil sumber literatur yang berasal dari buku Hukum Lingkungan

Buku I: Umum karya Munadjat Danusaputro cetakan pertama tahun 1981 sebagai salah satu

sumber utama karena dalam buku tersebut terdapat pemikiran, pidato bahkan dapat terlihat

situasi kondisi sekitar buku tersebut disusun. Alasan-alasan tersebut penulis pertimbangkan

karena dengan demikian dapat melihat gambaran hukum lingkungan baik tingkat nasional

maupun internasional mengingat hukum lingkungan tergolong bidang hukum baru, yang pada

tahun 19726 dapat dikatakan baru menemukan bentuknya sejalan dengan diselenggarakan

pertemuan skala internasional di tahun tersebut.

Pertemuan internasional Stockholm tahun 1972 yang kemudian diikuti dengan pertemuan-

pertemuan internasional berikutnya banyak mempengaruhi perkembangan hukum lingkungan di

Indonesia. Prinsip dan asas yang terdapat dari hasil pertemuan-pertemuan tersebut menjadi

prinsip dan asas dalam peraturan nasional. Sebagai sebuah prinsip dan asas yang berasal dari

konferensi internasional tentulah memiliki nilai yang telah diakui dan dijamin pelaksanaannya

5 Sunaryati Hartono, Bhineka Tunggal Ika Sebagai Asas Hukum Bagi Pembangunan Nasional, Bab. IV Membangun (sistem) Hukum Bagi Bangsa

Yang Hidup Dalam Lima Gelombang Peradaban Sekaligus, Hal.41. 6 5-16 Juni 1972 diselenggarakan Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup di Stockholm.

Page 9: Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...

4

dalam tataran internasional, hanya kadangkala ada saja prinsip maupun asas tersebut yang tidak

sesuai untuk diadopsi sebagai hukum nasional atau proses mengadopsi yang seringkali langsung

terap tanpa melalui proses pembaruan yang disesuaikan dengan corak atau kondisi masyarakat

Indonesia. Hal tersebut dapat terlihat dengan adanya garis putus atau ruang kosong yang terdapat

antara prinsip dan asas dengan isi pasal yang diberlakukan pada peraturan-peraturan.

2. Metode Pembahasan

Dalam rangka topik bahasan dalam kegiatan siaran radio hasil kerja sama antara LBH Unpar

dengan Radio Chevy terkait topik tentang lingkungan hidup dalam judul hukum lingkungan

sebagai pembatas perilaku manusia, penulis membatasi lebih lanjut pembahasan dengan cara:

1. Mengangkat satu konsep (yang menjadi sebuah prinsip) yang terdapat pada peraturan

lingkungan hidup;

2. Melihat daya keberlakuan konsep tersebut menjadi sebuah prinsip sebagai pondasi dalam

melindungi lingkungan hidup; dan

3. Memperlihatkan keterkaitan konsep tersebut dengan bidang hukum tata ruang.

Tujuan pembatasan menggunakan metode tersebut dilakukan adalah untuk:

1. Melihat sejarah dan pengertian konsep yang diangkat;

2. Menilai apakah konsep tersebut tepat untuk diberlakukan atau sudah tidak relevan

diberlakukan saat ini bagi masyarakat Indonesia; dan

3. Menunjukkan pengaruh konsep yang terdapat pada peraturan lingkungan hidup terhadap

bidang hukum lain.

3. Konsep Keterbatasan

3.1. Latar Belakang Pemilihan (Konsep) Prinsip

Penelusuran terhadap prinsip yang terdapat pada peraturan terkait lingkungan hidup

dilakukan berdasarkan banyak faktor. Faktor utamanya adalah kondisi lingkungan hidup yang

terjadi beserta kasus-kasus yang menyertainya. Kasus lingkungan hidup tidak terbatas pada

masalah polusi dan sampah, namun keseluruhan aspek terkait mahluk hidup merupakan ruang

Page 10: Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...

5

lingkup dari lingkungan hidup, diantaranya adalah terkait perlindungan hewan dan tumbuhan.

Salah satu konsep yang hendak penulis angkat adalah konsep, “keterbatasan”.

Keterbatasan sebagai sebuah konsep diartikan sebagai kondisi dimana bumi memiliki

keterbatasan dalam melakukan kegiatan sebagaimana bumi adanya (alamiahnya). Konsep

keterbatasan muncul pada saat pembangunan berjalan dan ditemukan oleh para ahli biologi dan

ekologi. Penulis menilai konsep keterbatasan merupakan konsep yang harus menjadi prinsip

dasar dalam melaksanakan kegiatan dan pembangunan.

3.2. Terminologi Konsep Keterbatasan

Konsep keterbatasan ini tidak ditemukan dalam buku Munadjat dalam bentuk terminologi

yang pada saat ini dikenal, namun pada buku munandjat telah disinggung persamaan intinya,

yakni padapernyataan: Pembangunan berarti mengolah dan mengubah sumber daya lingkungan

untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Namun, tidak menyadari bahwa tindakan-tindakannya itu

menimbulkan akibat sampingan yang tidak diperhitungkan sama sekali sebelumnya.

“Pembangunan yang telah dapat mewujudkan tujuan yang dicita-citakan ternyata meminta

pengorbanan yang lebih berat, yang mungkin tidak seimbang sama sekali dengan tujuan yang

telah dicapai”7

Disebutkan juga bahwa terdapat kesadaran bahwa manusia sering lupa bahwa di dalam

pembangunan, materi selalu melakukan siklus dalam ekosistem dan siklus itu sendiri

membutuhkan waktu dan ruang8.

Konsep keterbatasan banyak ditemukan pada literatur asing, diantaranya diungkap oleh

Garrett Hardin seorang ahli biologi, bahkan konsep keterbatasan yang kemudian dikenal dengan

terminology, “Carrying capacity”, diawali dengan teori peledakan populasi penduduk dunia,

“The population bomb”. 9

Berawal dari konsep over populasi inilah ditemukan adanya keterkaitan dengan lingkungan

hidup dan sebenarnya jelas terlihat benang merah antara perilaku manusia dengan lingkungan

7Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan Buku I:Umum, Binacipta, 1981,Hlm. 32. 8 Id.,Hlm. 72. 9 Aliran Neomalthusian berusaha menyadarkan manusia dengan menggunakan fakta fakta tentang jumlah penduduk dunia yang terus bertambah

serta mengungkapkan proyeksi jumlah penduduk dunia di masa mendatang dengan akibat yang ditimbulkan, misalnya: jumlah penduduk

dunia yang akan mendekati 7 milyar (2015) dan jumlah penduduk akan terus meningkat hingga 12 – 15 milyar di tahun 2050. Paul Ehrlich dan Garrett Hardin dalam essaynya ’The Population Boom’ menjelaskan hubungan antara penduduk dunia dan kondisi lingkungan, antara lain:

jumlah penduduk dunia meningkat pesat dan semakin padat; 2. pertambahan bahan pangan terbatas dan tidak secepat pertumbuhan penduduk

sehingga dibeberapa wilayah dunia akan mengalami kelangkaan bahan makanan ;3. lingkungan tempat tinggal manusia semakin rusak dan tercemar.

Page 11: Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...

6

pada penelitian Hardin, yakni perilaku manusia yang tidak teratur dapat mengakibatkan

kerusakan lingkungan. Sebetulnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penelitian

Hardin, bahwa apakah apabila perilaku manusia sesuai dengan hukum yang berlaku maka

kerusakan lingkungan yang menjadi reaksi dari over populasi dapat dicegah.

Konsep keterbatasan menemukan bentuk terminologinya dalam istilah carrying capacity.

Merujuk pada pengertian terkait over populasi yang dicetuskan oleh Hardin, “Carrying capacity

refers to the number of individuals who can be supported in a given area within natural resource

limits, and without degrading the natural social, cultural and economic environment for present

and future generations. The carrying capacity for any given area is not fixed. It can be altered by

improved technology, but mostly it is changed for the worse by pressures which accompany a

population increase. As the environment is degraded, carrying capacity actually shrinks, leaving

the environment no longer able to support even the number of people who could formerly have

lived in the area on a sustainable basis. No population can live beyond the environment's

carrying capacity for very long.”.10

Terminologi carrying capacity kemudian diterjemahkan menjadi Daya Dukung. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012) daya dukung adalah faktor-faktor pendukung di dalam

kehidupan. Sedangkan menurut Astra dan Gunawan (2012) yang dimaksud dengan daya dukung

diartikan sebagai kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan

mahluk lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daya dukung merupakan kapasitas atau

kemampuan lahan yang berupa lingkungan untuk mendukung kehidupan manusia dan makhluk

hidup lainnya.

Dalam kajian lain11 disebutkan ada 4 (empat) syarat yang harus dipenuhi bagi suatu proses

pembangunan berkelanjutan, yang berkaitan dengan prinsip keterbatasan, yaitu:

- Pertama, menempatkan suatu kegiatan dan proyek pembangunan pada lokasi yang secara

ekologis, benar.

- Kedua, pemanfaatan sumber daya terbarukan (renewable resources) tidak boleh melebihi

potensi lestarinya serta upaya mencari pengganti bagi sumber daya tak terbarukan (non-

renewable resources).

10 Policy Forum, Economic Growth, Carrying Capacity, and The Environment. Science Journal Vol.268, 28 April 1995. Hlm.521. 11 Konsep yang diajukan oleh Otto Soemarwoto tidak jauh berbeda dengan konsep yang diajukan oleh Stockholm Environment Institute

(1996) yang mengembangkan suatu sistem yaitu Sistem Sosio Ekologi yang terdiri dari atas 3 sub-sistem,yang masing-masing berkenaan dengan masyarakat manusia, lingkungan hidup dan ekonomi.

Page 12: Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...

7

- Ketiga, pembuangan limbah industri maupun rumah tangga tidak boleh melebihi

kapasitas asimilasi pencemaran.

- Keempat, perubahan fungsi ekologis tidak boleh melebihi kapasitas daya dukung

lingkungan (carrying capacity).12

Perjalanan konsep keterbatasan yang diawali dari penelitian ledakan populasi memiliki

tempat yang pasti dalam hukum lingkungan yang berwujud dalam istilah, “Daya Dukung

Lingkungan Hidup”. Konsep ini kemudian diterapkan dalam hukum nasional Indonesia, yang

setelah ditelusuri diadopsi dalam peraturan terkait lingkungan hidup dan juga terkait penataan

ruang. Hal ini memperlihatkan bahwa berjalannya lingkungan yang baik haruslah utuh

menyeluruh sebagaimana Hukum Lingkungan Modern yang membawa konsep Environment

used diterapkan, bentuk hukum lingkungan klasik yang hanya used oriented dan parsial tidak

dapat diterapkan untuk mencapai lingkungan hidup yang baik.

4. Implementasi Prinsip Daya Dukung Pada Peraturan Nasional

Daya dukung lingkungan yang diusung peraturan terkait lingkungan dapat terlihat dari

Undang-undang tentang Lingkungan Hidup yang pertama, yakni UU No.4 Tahun 1982 tentang

Ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup, meskipun pada UU No.4 Tahun 1982 ini

konsep daya dukung diungkapkan pada bagian penjelasan pasal per pasal13, namun paling tidak

dapat menunjukkan bahwa konsep keterbatasan telah menjadi dasar dan pembatas dalam rangka

perilaku manusia ketika memanfaatkan sumber daya alam. Pada Undang-undang terkait

lingkungan hidup selanjutnya, baru terlihat diangkatnya konsep Daya Dukung tersebut secara

terang.

Daya dukung lingkungan hidup bahkan didukung dengan prinsip daya tampung lingkungan

hidup. Belum ditemukan lebih lanjut awal mula konsep daya tampung tersebut dimasukkan ke

dalam UU No.32 Tahun 2009, namun jika menafsirkan pengertian atas prinsip tersebut,

peraturan tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tersebut mengupayakan

tindakan utuh dalam menjaga lingkungan. Hal-hal tersebut menunjukkan besarnya proteksi yang

12 Almanak Lingkungan Hidup Indonesia 1995/1996, Kantor Meneg Lingkungan Hidup, 1996, hlm. 228. 13 Dapat dilihat pada lampiran

Page 13: Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...

8

diupayakan, bahwa kondisi lingkungan betul-betul harus diukur terlebih dahulu sebelum terdapat

kegiatan dari tingkat nasional hingga daerah.

Konsep Daya dukung dapat ditemukan juga pada peraturan terkait penataan ruang. Dua

undang-undang terkait penataan ruang memiliki terminologi daya dukung, berdasarkan tahun

berlakunya undang-undang penataan ruang, diasumsikan memang prinsip daya dukung mengacu

pada prinsip yang diamanatkan dalam undang-undang terkait lingkungan hidup14. Bahkan pada

UU No.32 Tahun 2009 diwajibkan bahwa dalam melaksanakan kegiatan pembangunan

diperlukan adanya Kajian Lingkungan Hidup Strategis15 untuk melihat daya dukung lingkungan

hidup16.

5. Keterbatasan, Sebuah Fakta Yang Tidak Menggugah Manusia

Literatur yang telah dipaparkan diatas telah memperlihatkan bagaimana keterbatasan dan

kemampuan lingkungan hidup dipertimbangkan dan diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan

maupun pembangunan. Kenyataan tersebut merupakan fakta yang menjamin bahwa

keberlangsung sumber daya dapat terus dijaga melalui pengaturan yang tercantum dalam

peraturan selaku pembatas perilaku manusia. Namun, pertanyaan yang sama tetap berulang,

“Mengapa, dalam sebuah peraturan yang mengandung konsep dan bahkan telah dituangkan

kedalam isi peraturannya, konsep keterbatasan yang menjadi dasar jika tidak dapat disebut akar,

tidak berjalan linier dengan kenyataan lingkungan yang ada?”. Tidak hanya pada tataran

keberadaan hukum, namun pada tataran yang lebih jauh, perlindungan terhadap lingkungan

rupanya telah sedemikian rupa dimasukkan kedalam teks. Apakah hal ini merupakan tanda,

bahwa manusia selalu subjek yang menjalankan hukum memerlukan sebuah konsep yang lebih

besar?

Meski terdengar sederhana, konsep keterbatasan ini memiliki pertanda kelangsungan hidup

manusia. Jikalau bumi mencapai titik berhenti evolusi, maka otomatis sumber daya alam sebagai

sumber penghidupan manusia akan terhenti. Namun, rupanya fakta tersebut tidak diidahkan oleh

14 Undang-undang No.4 Tahun 1982 tentang ketetuan pokok pengelolaan lingkungan hidup sebagai undang-undang pertama terkait lingkungan hidup telah memiliki konsep daya dukung lingkungan hidup, sehingga diasumsikan Undang-undang No.24 Tahun 1992 tentang penataan ruang

sebagai undang-undang pertama terkait penataan ruang mengacu pada prinsip daya dukung lingkungan hidup. 15 Pasal 1 Angka 10 UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian lingkungan hidup strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip

pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau

program. 16 Lihat Pasal 17 dan Pasal 19 UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang terdapat pada lampiran.

Page 14: Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...

9

manusia. Lebih jauh, keterbatasan dapat mengakibatkan perubahan paradigm atas pembagian

jenis sumber daya alam. David Benner (Dalam Sony, Etika Lingkungan, 2006: 43-46)

mengemukakan apa yang disebutnya prudential argument, yaitu, kelangsungan hidup manusia

tergantung dari kelestarian dan kualitas lingkungannya.17

Dalam buku Hukum Lingkungan yang ditulis oleh Prof. Munadjat, Prof. Dr. H.Tb. Bachtiar

Rifai menjelaskan tentang sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan diperbaharui18.

Sebagaimana kita ketahui bahwa sumber daya alam yang tidak dapat diperbahari, apabila

dimanfaatkan maka sumber alam tersebut akan berkurang setiap kali dimanfaatkan oleh manusia,

sedangkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui apabila pemanfaatannya tidak bijaksana

maka sumber daya alam tersebut secara praktis tidak dapat bertahan tak terhingga lamanya.

Dikatakan,”Air lazimnya adalah renewable, namun ekstrasi cepat dari lapisan-lapisan dalam

dapat membuat prosesnya sama dengan menambang mineral”.

Selama ini manusia berlega hati karena merasa memiliki faktor sumber daya alam yang dapat

diperbaharui. Namun perlu dicermati, kemungkinan adanya pergeseran bahkan perubahan makna

atas faktor tersebut. Dalam kondisi ekologi yang rusak, sumber daya alam yang dapat

diperbaharui tidak dapat melakukan siklus dengan waktu yang umumnya diperlukan. Ruang dan

waktu yang diperlukan ini dapat menyebabkan situasi kekosongan sumber daya alam yang

penulis sebut dengan kemungkinan semua sumber daya alam hanya akan memiliki satu jenis

saja, yakni sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Hal tersebut didasari dengan

argument bahwa, untuk melakukan siklusnya, organisme memerlukan unsur-unsur yang

membentuknya, apabila unsur yang diperlukan tidak utuh, rusak bahkan hilang, diasumsikan

organisme tersebut tidak lagi akan ada (eksis), kalaupun organisme tersebut menarik unsur lain,

maka jenis organisme tersebut diasumsikan telah menjadi jenis organisme baru dimana

organisme yang lama dikatakan telah punah.

6. Keterkaitan Daya Dukung Terhadap Kasus Lingkungan Hidup

Mengambil dua kasus yang baru saja terjadi di Kota Bandung, Banjir dan penangguhan

RDTR Kota Bandung, menimbulkan pertanyaan berunut. Tidakkah peraturan yang ada telah

mengatur? Apakah peraturan tersebut tidak berjalan efektif? Penangguhan RDTR kerap

17 Marhaeni Ria Siombo. Hukum Lingkungan dan Pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia. Hlm. 13. 18 Munadjat, supra catatan no.7,pada 74.

Page 15: Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...

10

menghasilkan lelucon, bahwa dalam membuat perencanaan pola ruang kota, hanya tinggal

menggunakan pinsil warna yang berbeda menggunakan warna yang dikehendaki penguasa.

Seringkali warna peta yang memiliki fungsi publik, yaitu ruang terbuka hijau yang memiliki

simbol warna hijau pada keterangan peta diubah menjadi warna peta yang bertendesi komersil

dan menguntungkan sekelompok orang saja, yaitu ruang komersil yang memiliki simbol warna

merah, kuning atau abu-abu19.

Peristiwa perubahan warna tersebut yang terjadi pada RDTR, perubahan warna kawasan

ruang terbuka hijau menjadi kawasan komersil. Merujuk pada peristiwa banjir yang melanda

kota Bandung, tentu saja perubahan fungsi peruntukan tersebut menjadi permasalahan yang

dikhawatirkan masyarakat. Banjir yang melanda pusat kota Bandung, daerah Pagarsih dan titik

lainnya membuka kesadaran masyarakat bahwa kemampuan lingkungan kota Bandung ketika

turun curah hujan yang besar dan terus menerus tidak lagi bisaditanggulangi. Selain itu mucul

fakta sejarah yang mengingatkan masyarakat Bandung pada khususnya dan masyarakat

Indonesia pada umumnya. Fakta bahwa kota Bandung merupakan cekungan dan berdasarkan

sejarah, wilayah Bandung merupakan danau purba.

Alam memiliki caranya sendiri dalam menjagakelangsungan bumi ini, seorang ilmuwan

James Lovelock tahun 1979 melalui buku pertamanya Gaia : A New Look at Life on Earth

menjelaskan bahwa bumi merupakan organisme tunggal yang hidup dan mampu menyembuhkan

sendiri rasa sakitnya, sehingga bencana yang banyak terjadi adalah bentuk penyembuhan bumi

itu sendiri20. Apabila teori yang dikemukakan oleh Lovelock benar adanya, maka kemungkinan

banjir yang terjadi di Kota Bandung sebenarnya memperlihatkan teori Lovelock, untuk

menjawab ketidakmampuan lingkungan masyarakat Bandung, lingkungan mencarikan jawaban

dengan cara mengembalikan bentuk alami alam, yakni lingkungan yang dahulu merupakan

Danau (purba) akan kembali ke bentuk semulanya, kembali menjadi danau.

7. Hukum Represif Sebagai Kunci

Berdasarkan uraian yang tersebutdiatas, maka sebenarnya apa yang disebut sebagai aturan

hukum dalam konteks pelaksanaan peraturan lingkungan hidup, bagaimana aturan hukum

19 Warna merah, kuning dan abu-abu mewakili kawasan komersil, perdagangan dan permukiman. 20 Wahyuana. Lomba Tulis YPHL : Gaia, Kosmologi Konservasi Hutan Dan Lingkungan. 31 Oktober 2008, pada http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=4&dn=20081031184602

Page 16: Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...

11

tersebut dapat berlaku21 agar mencapai tujuan yang diharapkan karena hingga tataran konsep

yang dituangkan dalam prinsip, tidak tercapai keberlakuan hukumnya.Mengamati dari situasi dan

kondisi yang dapat mempengaruhi berjalannya hukum pada saat ini di Indonesia, sepertinya

sedang berlangsung bentuk hukum represif ditengah masyarakat. Meskipun, mungkin banyak

fihak yang akan menentang pendapat jika hukum represif sedang berjalan, bahwa bentuk

represifitas sudah hilang bersamaan dengan masa reformasi, namun fakta atas keberadaan hukum

represif ini tidak dapat dipungkiri.

Represif mengandung proses tekanan, ancaman dan paksaaan dalam pengertiannya. Hal yang

harus disepakati lebih dahulu adalah tidak ada kondisi apapun yang menjadi alasan

diperbolehkannya terjadi tindakan represif terhadap makhluk hidup. Bagaimanapun adanya,

tindakan yang mengarah kesewenang-wenangan tidak dibenarkan. Sebagai sebuah bentuk sistem

hukum yang paling keras dibandingkan bentuk hukum otonom dan responsif, terdapat sedikit

peluang untuk menerapkan hukum represif tanpa mencapai tingkat kekerasan yang dimiliki

hukum represif sebagai teori. Disebutkan, “Seperti halnya paksaan tidak harus represif, demikian

juga represi tidak harus bersifat memaksa secara langsung”22. Meski memang dalam

pelaksanaannya, masyarakat tidak merasa terancam, namun terdapat perasaan takut atas

penegakan hukum represif. Namun, bukankah manusia akan selalu merasa takut berhadapan

dengan peristiwa yang tidak secara umumnya berlangsung? Perasaan takut akan selalu muncul

secara alamiah sebagai reaksi dari sebuah perbuatan keras, tegas bahkan jahat. Perasaan was-was

akan selalu muncul sebagai respon fisik dan mental manusia ketika mendengar atau melihat

adanya penegakan hukum. Sehingga, yang memang perlu dikontrol adalah sejauh mana dan

seberapa besar kekuatan dan kekuasaan pada saat hukum represif berlaku agar tindakan represif

yang diperlukan untuk dijalankan tidak melebihi maksud dan tujuannya.

Tiga asumsi23 awal yang disebutkan dalam tulisan ini menjelaskan kondisi yang sedang

dialami masyarakat Indonesia. Sejalan dengan fungsi keberadaan hukum represif, yakni

mengatasi ketidakadilan yang benar-benar parah dengan cara menerapkan tertib hukum

menggunakan bentuk represif. Terdapat kemungkinan bahwa kondisi kacau negara Indonesia

dapat sedikit ditertibkan menggunakan bentuk represif. Karena identifikasi terhadap individu dan

kelompok di negara Indonesia dirasa penulis tidak dapat ditebak sikap dan arah

21 Budiono Kusumohamidjojo. Teori Hukum: Dilema Antara Hukum dan Kekuasaan.Bandung:Ikapi,2016. Hlm. 57. 22 Philippe Nonet, Philip. Hukum Responsif. Bandung: Nusa Media, 2010. Hlm. 37. 23 Lihat hal 2 pada makalah ini.

Page 17: Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...

12

keberpihakannya. Meski memang, pada tingkat pemerintahan dan penguasa, terdapat juga

kekacauan politik yang menyebabkan kebingungan, penguasa mana yang lantas akan

menerapkan hukum represif tersebut. Karena, apabila para penguasa itu sendiri bertikai, maka

masyarakat sudah tentu menjadi tumbal yang dipergunakan para penguasa tersebut untuk

menguasai pemerintahan.

Tentu saja bentuk hukum represif merupakan usulan teoritis yang diharapkan tidak perlu

terjadi. Dalam kasus-kasus hukum lingkungan, tidak cukup berlakunya sanksi bagi manusia

karena lingkungan terkena imbas yang seringkali tidak begitu diperhatikan bobot kerugiannya.

Kesadaran merupakan kunci utama dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan hidup.

Terlepas dari kondisi dan situasi politik yang ada, sangat terlihat bahwa arahan pengendalian

hukum Indonesia bertujuan untuk menciptakan ketertiban, tujuan hukum ketertiban merupakan

salah satu ciri hukum represif yang utama, dimana peraturan kerapkali tajam ke bawah dan

tumpul ke atas atau berdasarkan teori hukum represif diartikan keras dan rinci namun berlaku

lemah terhadap pembuah hukum. Bahkan, masa dimana katanya kebebasan berpendapat terbuka

luas seperti saat ini, sebenarnya pengekangan terhadap sikap dan pendapat yang tidak sejalan

dengan negara kerap berlangsung dimana berdasarkan teori hukum represif disebut sebagai

partisipasi pasif dan kritikan dipandang sebagai ketidaksetiaan yang harus diwaspadai24.

8. Saran dan Rekomendasi

Sebagai sebuah teori, pemahaman konsep ini diperlukan tidak hanya untuk bidang hukum

lingkungan dan hukum tata ruang. Rasanya keseluruhan bentuk kehidupan manusia harus mulai

memperhatikan faktor keterbatasan yang dimiliki bumi karena seluruh kegiatan manusia,

langsung ataupun tidak langsung akan bersentuhan dengan alam (lingkungan) dan sebagai

konsep keterbatasan merupakan konsep universal yang patut dipahami seluruh umat manusia

untuk tetap berpegang teguh pada semangat Konferensi Stockholm 1972, “One World”, bahwa

bumi ini hanya satu dan wajib dilindungi dan dipertahankan keberadaan kualitasnya demi

keberlangsungan generasi yang akan datang.

24 Philippe Nonet, Philip. Supra catatan no. 22, pada 19.

Page 18: Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...

13

Langkah yang dapat dilakukan selanjutnya terkait pelaksanaan peraturan lingkungan hidup

agar dapat tercapai sesuai harapan, antara lain:

1. Membuka ulang dan menyebarkan pengetahuan mengenai konsep keterbatasan

menggunakan sarana informasi dan media digital seluas-luasnya bahkan mengungkapkan

fakta terkait lingkungan sampai dengan tingkatan prediksi fakta terburuk yang mungkin

terjadi, sehingga umat manusia benar-benar merasa ketakutan untuk mencapai tingkat

kesadaran atas melindungi lingkungan hidup;

2. Melakukan penelitian lebih jauh tentang perubahan paradigma yang mungkin terjadi

mengenai kemungkinan berubahnya sumber daya alam yang dapat diperbaharui menjadi

sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui;

3. Memanfaatkan bentuk hukum represif yang sedang terjadi di Indonesia sebagai solusi

dalam mencapai ketertiban. Apabila hukum represif dapat membentuk perilaku manusia,

mungkin telah sampai masanya, hukum harus bertindak keras dalam menegakkan hukum

terkait perlindungan lingkungan hidup, paling tidak terhadap masyarakat yang menutup

mata terhadap aturan hukum yang berlaku. Setelah tujuan hukum tersebut tercapai, secara

ideal barulah dilakukan penggeseran bentuk hukum represif menjadi bentuk hukum yang

lebih lunak bagi masyarakat;

4. Menempatkan dan memasukkan konsep dasar peraturan lingkungan hidup kedalam

seluruh bidang peraturan di Indonesia ssebagai dasar dan pembatas manusia untuk

mengatur perilaku dan melaksanakan kegiatan;

5. Memperluas pemahaman dan ruang lingkup terkait kerusakan lingkungan hidup tidak

hanya sebatas kerusakan hutan atau pencemaran.

Langkah tersebut diatas merupakan rekomendasi yang dapat dilakukan untuk mencapai

sebuah tujuan hukum, yang dapat diimplementasikan dengan baik dan utuh apabila memahami

bagaimana teori hukum berlaku di masa dan waktu tertentu. Seperti, apa yang disebut hukum

oleh masyarakat setempat, bagaiman hukum yang diakui oleh masyarakat tersebut dapat berlaku

secara efektif. Meskipun suara bulat tidak akan tercapai untuk memperoleh jawaban-jawaban

tersebut, dengan cara mengamati, kita dapat memperoleh jawaban-jawaban tersebut. Indonesia

saat ini memang juga tidak dapat sepenuhnya dikatakan sebagai bentuk hukum represif, namun

terdapat kecenderungan kondisi dan situasi yang memenuhi unsur tersebut. Setiap bentuk hukum

Page 19: Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...

14

memiliki dampak positif dan negatif yang berdasarkan pengamatan penulis, pada saat ini, jika

bentuk hukum represif dalam dipergunakan dengan tepat dapat menjadi jawaban yang memang

masih jauh dari ideal untuk memotong permasalah terkait lingkungan hidup sebelum pernyataan

Lovelock terwujud menjadi sebuah kebenaran yakni,” Disaat bumi ini sudah merasa sangat sakit

maka bumi akan menyehatkan dirinya sendiri menggunakan cara yang tidak akan memihak umat

manusia”.

Page 20: Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...
Page 21: Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...

Daftar Pustaka

Buku

Danusaputro, Munadjat. 1981. Hukum Lingkungan Buku I:Umum, Binacipta, 1981.

Hartono, Sunaryati. Bhineka Tunggal Ika Sebagai Asas Hukum Bagi Pembangunan Nasional,

Bab. IV Membangun (sistem) Hukum Bagi Bangsa Yang Hidup Dalam Lima

Gelombang Peradaban Sekaligus.

Kantor Meneg Lingkungan Hidup.1996. Almanak Lingkungan Hidup Indonesia 1995/1996.

Kusumohamidjojo, Budiono. 2016. Teori Hukum: Dilema Antara Hukum dan

Kekuasaan.Bandung:Ikapi.

Nonet, Philippe dan Philip Selznick. 2010. Hukum Responsif. Bandung: Nusa Media.

Ria Siombo, Marhaeni. 2012. Hukum Lingkungan dan Pelaksanaan Pembangunan

Berkelanjutan di Indonesia. Gramedia.

Jurnal

Policy Forum, Economic Growth, Carrying Capacity, and The Environment. Science Journal

Vol.268, 28 April 1995.

Pustaka yang tidak dipublikasi

Bahan perkuliahan: Disampaikan pada perkuliahan Pengaruh Ekonomi Terhadap Hukum

Pembangunan di Indonesia oleh Prof. Sunaryati Hartono tentang,”Fungsi hukum”

pertengahan Bulan November 2016.

Bahan perkuliahan: Disampaikan pada perkuliahan Teori Hukum oleh Dr. Budi Prastowo

tentang,”Apa yang disebut sebagai teori hukum” Bulan November 2016.

Bahan perkuliahan: Disampaikan pada perkuliahan Sosiologi Hukum oleh Dr. Herlambang

Wiratma tentang,”Hukum Pluralisme” Bulan November 2016.

Page 22: Hukum Lingkungan sebagai Pembatas Perilaku Manusia Oleh ...

Pustaka internet

Wahyuana. Lomba Tulis YPHL : Gaia, Kosmologi Konservasi Hutan Dan Lingkungan. 31

Oktober 2008, pada

http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=4&dn=20081031184602 (25

November 2016)

The Nature Conservancy (TNC) pada 2012 dalam

https://alamendah.org/2014/08/01/kerusakan-lingkungan-hidup-di-indonesia-dan-

penyebabnya/. (25 November 2016)