Hukum Kontrak Bisnis1

5
HUKUM KONTRAK BISNIS Abdul Rokhim 1. Batasan dan Obyek Studi Hukum sebagai norma yang mengikat dan memaksa. Kontrak (perjanjian, akad, traktat, pacta) sebagai salah satu sumber hukum di samping undang-undang dll. Kontrak (perjanjian; akad) adalah kesepakatan (tertulis atau tidak) yang dibuat oleh para pihak dan oleh karena itu mereka terikat satu sama lain dalam hubungan hukum hak dan kewajiban. Obyek kontrak sangat luas, bergantung kemauan (kesepakatan) para pihak, dapat menyangkut atau meliputi hampir di semua aspek atau lapangan hukum baik di lapangan hukum perdata maupun hukum publik, baik di sektor bisnis (usaha berorientasi keuntungan) maupun non-bisnis (non profit oriented). Misalnya, perjanjian jual beli, perjanjian sewa beli kendaraan bermotor, perjanjian tapal batas wilayah negara, perjanjian ekstradisi, perjanjian perkawinan, dll. Jenis kontrak: nominaat (kontrak bernama), misalnya jual beli (koop en verkoop), sewa-menyewa (huur en verhuur); dan innominaat (kontrak tak bernama), misalnya huur koop (huur en verhuur – koop en verkoop) atau sewa beli. Obyek studi Hukum Kontrak Bisnis adalah analisis atau kajian hukum (legal analyse) mengenai kontrak bisnis, yakni perjanjian atau kontrak yang dibuat oleh para pihak dalam hubungan bisnis. Hubungan bisnis adalah hubungan hukum (hak dan kewajiban) dalam sektor bisnis. Sektor bisnis adalah lapangan usaha yang bertujuan mencari keuntungan (profit oriented sector), baik di bidang produksi (production), perdagangan (trading), maupun jasa (services). 2. Asas-asas Hukum Kontrak

description

kh

Transcript of Hukum Kontrak Bisnis1

Page 1: Hukum Kontrak Bisnis1

HUKUM KONTRAK BISNIS Abdul Rokhim

1. Batasan dan Obyek Studi

Hukum sebagai norma yang mengikat dan memaksa.

Kontrak (perjanjian, akad, traktat, pacta) sebagai salah satu sumber hukum di samping undang-undang dll.

Kontrak (perjanjian; akad) adalah kesepakatan (tertulis atau tidak) yang dibuat oleh para pihak dan oleh karena itu mereka terikat satu sama lain dalam hubungan hukum hak dan kewajiban.

Obyek kontrak sangat luas, bergantung kemauan (kesepakatan) para pihak, dapat menyangkut atau meliputi hampir di semua aspek atau lapangan hukum baik di lapangan hukum perdata maupun hukum publik, baik di sektor bisnis (usaha berorientasi keuntungan) maupun non-bisnis (non profit oriented). Misalnya, perjanjian jual beli, perjanjian sewa beli kendaraan bermotor, perjanjian tapal batas wilayah negara, perjanjian ekstradisi, perjanjian perkawinan, dll.

Jenis kontrak: nominaat (kontrak bernama), misalnya jual beli (koop en verkoop), sewa-menyewa (huur en verhuur); dan innominaat (kontrak tak bernama), misalnya huur koop (huur en verhuur – koop en verkoop) atau sewa beli.

Obyek studi Hukum Kontrak Bisnis adalah analisis atau kajian hukum ( legal analyse) mengenai kontrak bisnis, yakni perjanjian atau kontrak yang dibuat oleh para pihak dalam hubungan bisnis.

Hubungan bisnis adalah hubungan hukum (hak dan kewajiban) dalam sektor bisnis.

Sektor bisnis adalah lapangan usaha yang bertujuan mencari keuntungan (profit oriented sector), baik di bidang produksi (production), perdagangan (trading), maupun jasa (services).

2. Asas-asas Hukum Kontrak

Ada beberapa asas hukum kontrak atau perjanjian, antara lain:

a. Asas Kebebasan Berkontrak (contract der vrijheid beginsel; freedom of contract principle)

- Asas kebebasan berkontrak merupakan prinsip hukum yang diakui secara universal, yang mengandung makna bahwa setiap orang bebas membuat perjanjian (kontrak) apapun isinya dan bagaimanapun bentuknya, sepanjang tidak bertentangan ketertiban umum (openbare

Page 2: Hukum Kontrak Bisnis1

orde), kesusilaan, dan ketentuan hukum yang memaksa (dwingend recht).

- Kebebasan berkontrak sebagai bagian dari hak asasi manusia (HAM), ada batasnya, di antaranya tidak boleh melanggar hak orang lain. Pembatasan asas berkontrak bergantung pada nilai-nilai ideologi, keyakinan (agama) dan budaya masyarakat suatu Negara. Pembatasannya dapat diatur dalam suatu undang-undang atau dibiarkan menurut persepsi dan interpretasi masyarakat dan terutama penegak hukum.

b. Asas Konsensualisme (consensus beginsel)- Perjanjian (kontrak) lahir sejak ada kesepakatan (consensus; accoord

(acc.) di antara para pihak;- Bentuk kesepakatan para pihak bisa secara lisan (isyarat) atau tertulis.

Kesepakatan tertulis bisa berbentu akta (surat) bawah tangan atau akta otentik.

- Akta otentik adalah surat yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang berwenang (menurut UU) mengenai suatu perjanjian (kontrak) tertentu, misalnya akta nikah adalah perjanjian perkawinan yang dibuat oleh pejabat pembuat akta nikah (KUA atau KCS), akta jual beli tanah adalah surat yang berisi peralihan hak atas tanah berdasarkan kesepakatan jual beli atas sebidang tanah antara penjual dan pembeli tanah yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat pembuat akta tanah (notaris PPAT);

- Kesepakatan (consensus) adalah kehendak bebas (free will) dari masing-masing pihak, sesuai kemauan mereka, tanpa ada tekanan atau paksaan dari pihak lain.

- Kesepakatan merupakan syarat pertama lahir atau terbentuknya suatu perjanjian (kontrak). Oleh karena itu, “no consensus is no contract”.

- Kesepakatan yang lahir akibat paksaan (dwang), tipuan (dwaling), atau kekhilafan (bedrog) dapat mengakibatkan suatu kontrak dapat dibatalkan (vernietigbaar; voidable), bukan batal demi hukum (nietig van rechtheid; null and void).

c. Asas Daya Mengikatnya Perjanjian (Panca Sunt Servanda; Pacta Servanda Sunt))

- Perjanjian yang dibuat secara sah mengikat bagi para pihak seperti undang-undang (pasal 1338 BW). Dengan perkataan lain, kontrak adalah “undang-undang” (baca: peraturan yang mengikat) yang dibuat oleh para pihak;

- Berdasarkan prinsip (asas) hukum ini, maka suatu kontrak tidak dapat dibatalkan secara sepihak. Pengingkaran atau ketidaktaatan dari salah satu pihak terhadap isi kontrak secara hukum dinyatakan sebagai tindakan ingkar janji (wanprestasi);

- Berdasarkan asas ini pula, secara hukum para pihak bebas mengubah isi kontrak (dengan membuat adendum apabila perjanjiannya tertulis) sesuai kemauan bersama kedua belah pihak.

d. Asas Kepribadian

Page 3: Hukum Kontrak Bisnis1

- Pada prinsipnya hanya para (kedua belah) pihak saja yang terikat pada isi kontrak. Atau dengan kata lain, pada asasnya perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya mengikat mereka sendiri yang membuat kontrak, tidak mengikat pada pihak ketiga atau pihak lain;

- Dalam hal-hal tertentu dapat diperjanjikan (disepakati) atau menurut undang-undang suatu perjanjian (kontrak) dapat mengikat pihak ketiga (derden beding), seperti pada perjanjian asuransi. Ini merupakan eksepsi (perkecualian) dari asas kepribadian (infinity principle).

e. Asas Itikad Baik (Good Fait Principle; ter Goder Trouw Beginsel)- Kontrak harus dibuat dan dilaksanakan dengan “itikad baik”;- Kontrak yang dibuat dan/atau dilaksanakan dengan itikad buruk (ter

kwader trouw) misalnya dibuat atau dilaksanakan dengan cara-cara yang tidak patut, termasuk menyalahgunakan kesempatan di balik kesempitan (kesulitan) pihak lain dapat mengakibatkan perjanjiannya dapat dibatalkan atau “disesuaikan” (dimodifikasi) isinya oleh hakim atas gugatan pihak yang dirugikan;

- Dalam yurisprudensi, hakim memperhatikan adanya indikasi tertentu sebagai telah terjadi penyalahgunaan keadaan akibat ketidakseimbangan kedudukan para pihak dalam perjanjian. Misalnya, dalam perkara Ny. Boesono vs Sri Setianingsih, 3431K/Pdt/1985 (1987), Mahkamah Agung mengatakan bunga 10% tiap bulan sebagaimana telah diperjanjian adalah tidak patut. Pada saat itu bunga bank umum berlaku adalah 10% per tahun. Perjanjian tersebut bertentangan dengan kepatutan dan itikad baik.

f. Asas kesetaraan (equality)- kedudukan para pihak dalam perjanjian adalah sama (setara);- para pihak memiliki “bargaining position” yang sama (setara)

2. Syarat-syarat sahnya perjanjian (1320 BW):(1) sepakat (consensus);(2) cakap (bekwaam);(3) obyek tertentu atau dapat ditentukan;(4) causa diperbolehkan (georloofde oorzaak).

Syarat (1) dan (2) merupakan syarat subyektif, karena terkait dengan diri subyek yang membuat perjanjian, khususnya mengenai kapasitas dan kecakapan dari para pihak;

Syarat (3) dan (4) merupakan syarat obyektif, karena terkait obyek atau hal yang diperjanjikan.Secara teoritis-yuridis, ketidakjelasan atau bahkan pelanggaran terhadap syarat subyektif dapat mengakibatkan perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak dapat dibatalkan (vernietigbaar; canceling; voidable). Sebaliknya, pelanggaran terhadap syarat obyektif, secara hukum perjanjiannya dianggap batal demi hukum (nieting van rechtswege; null

Page 4: Hukum Kontrak Bisnis1

and void) dalam arti perjanjiannya dianggap tidak pernah ada atau batal, dan oleh karena itu para pihak tidak terikat untuk melaksanakannya.

Jawaban untuk audience:

1. Perjanjian Jaminan: (1) Jaminan Perorangan (personal guaranty); (2) jaminan kebendaan (zakelijk verzekering)

2. Levering (transfer of ownership) : (1) feitelijk levering; (2) juridische levering

3. Misbruik van omstandigheden (penyalahgunaan kesempatan) 4. Misbruik van recht

5. perjanjian pemborongan kerja – “tidak sesuai bestek”; standar; legal standing siapa? “geen belang, geen actie”