HUKUM KIRCHOFF.doc
-
Upload
herman-santoso-pakpahan -
Category
Documents
-
view
291 -
download
5
Transcript of HUKUM KIRCHOFF.doc
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II
PERCOBAAN 05
HUKUM KIRCHOFF
Oleh
ALMIRA ULIMAZ
J1C106049
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2007
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
Nama : Almira Ulimaz
NIM : J1C106049
Kelompok : 3 (tiga)
Judul Percobaan : Hukum Kirchoff
Tanggal Percobaan : 30 Maret 2007
Fakultas : MIPA
Program Studi : Biologi
Asisten : Binar Utami
Nilai Banjarbaru, 30 Maret 2007
(Binar Utami)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada percobaan hukum Kirchoff ini diperkenalkan untuk rangkaian arus
searah (d-c); sekarang hukum ini dirampatkan untuk mencakup arus yang
berubah-ubah secara lambat. Rampatan pertama memperhatikan bahwa yang
harus dimasukkan sebagai elemen rangkaian tidak saja penghambat tetapi juga
kapasitor dan penghantar induktor. Setiap bagian seperti ini mempunyai beda
potensial antara ujungnya, yang harus dimasukkan di dalam hukum kirchoff.
Rampatan yang lain adalah untuk mengamati bahwa kedua hukum kirchoff harus
berlaku setiap saat, yang berarti harus berlaku pada nilai sesaat arus, tegangan
terpasang, dan tegangan balik. Mengingat pengetahuan elektronika yang
berkembang saat ini maka sudah sepantasnyalah atau selayaknya sebagai seorang
mahasiswa paling tidak mengetahui dan mengerti apa sebenarnya rangkaian
elektronika maupun rangakaian listrik (Renreng, 1985).
Banyak hal yang perlu diketahui untuk memahami suatu rangkaian listrik.
Salah satu hal yang palingt dasar yakni mengenai hukum-hukum atau toerema
yang berlaku atau mendasari prinsip suatu rangkaian listrik atau pun elektronika.
Hukum kirchoff adalah suatu landasan atau toerema yang mampu menjelaskan
berbagai fenomena yang terjadi dalam suatu rangkaian elektronika. Hukum
kirchoff mempunyai beberapa bagian yaitu : hukum kirchoff I dan hukum kirchoff
II. Sesuai tinjauan diatas maka praktikan melalui percobaan ini akan bekerja
mengamati bagaimana cara kerja dan fenomena yang terjadi pada suatu rangkaian
listrik atau elektronika berdasarkan hukum-hukum kirchoff (Mismail, 1995).
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan kali ini adalah:
1. Mengetahui hukum tegangan kirchoff dan hukum arus kirchoff pada
rangkaian seri dan paralel.
2. Mengetahui cara kerja rangkaian loop
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hukum dasar rangkaian secara rasional mengikuti sifat besaran listrik
yang telah dibahas dalam materi besaran dan unsur rangkaian. Hukum ini secara
langsung memberikan tuntunan menuju cara yang sistematik dalam pembahasan
masalah rangkaian listrik. Hukum tersebut dikenal sebagai Hukum Kirchoff.
Hukum pertama Kirchoff disebut juga sebagai hukum arus yang berkata bahwa
jumlah aljabar semua arus yang menuju ke suatu titik hubung sama dengan nol.
Secara sistematis hukum ini dituliskan sebagai berikut:
i1 + i2 + i3 + .....+ in = 0 Σ i = 0 ..................... (1)
Suatu titik-hubung dalam rangkaian adalah titik dengan tiga atau lebih unsur dan /
atau sumber bertemu. Titik-hubung itu juga disebut sebagai simpul. Hal itu dapat
dilihat dari gambar 1. di bawah ini:
Gambar 1. Titik – hubung rangkaian.
Bukti hukum arus Kirchoff tersebut sudah jelas karena dalam hal ini tidak
ada muatan yang tertimbun pada simpul dan tidak ada arus yang mengalir ke luar
simpul menuju ke ruang bebas. Jadi, paling sedikit harus ada satu jalur yang
membawa muatan ke luar dari simpul itu. Sehingga dalam gambar 1 jika
i1 + i2 + i3 + i4 = 0
satu atau lebih arus itu harus bernilai negatif. Perjanjian tanda untuk arus dalam
rangkaian adalah sebagai berikut : Tetapkan suatu arah sembarang dengan
pertolongan anak panah dalam cabang tempat arus itu mengalir dan katakan arus
itu positif. Jika ternyata arus yang sebenarnya mengalir berlawanan arah dengan
tanda anak panah itu maka dikatakan bahwa arus itu negatif (Mismail, 1995).
Hukum I Kirchoff tersebut sebenarnya tidak lain dari hukum kekekalan
muatan listrik seperti tampak dalam analogi pada gambar 2. berikut. Hukum I
Kirchoff secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
ΣI masuk =ΣI keluar
aliran keluar
aliran masuk
Gambar 2. Skema diagram untuk hukum I Kirchoff serta analogi mekaniknya.
Pembatasan berlakunya hukum Kirchoff tersebut adalah tidak boleh ada
muatan yang tertimbun dalam simpul. Pengecualian penting untuk hukum ini
terjadi jika simpul itu terletak di tengah-tengah kapasitor, karena muatan yang
tersimpan dalm kapasitor tersebut akan membatalkan hukum ini. Dalam tekhnik
frekuensi tinggi adanya kapasitansi mungkin tidak terlalu jelas, tetapi biasanya
suatu simpul tidak terletak dalam kapasitor dan ukurannya tidak lebih besar
daripada panjang gelombang frekuensinya, sehingga hukum tersebut tetap
berlaku. Hal itu juga merupakan salah satu ciri analisis rangkaian yang sangat
jelas berbeda dengan konsep dalam teori medan (Renreng, 1985).
Hukum Kedua = Hukum Tegangan. Jumlah aljabar semua tegangan
yang di ambil menurut arah tertentu sepanjang jalur yang tertutup adalah sama
dengan nol atau di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak
listrik ( ε ) dengan penurunan tegangan ( IR ) dama dengan nol. Secara
matematis hukum II Kirchoff dapat dituliskan sebagai berikut:
Σ ε + Σ (IR) = 0
Setiap tegangan, termasuk tegangan imbas oleh arus yang berubah di luar
rangkaian, harus disertakan. Secara matematis hukum Kirchoff tegangan tersebut
dapat juga dituliskan sebagai berikut:
v1 + v2 + v3 + ..... + vn = 0 Σv = 0
Hukum kedua ini merupakan akibat dari prinsip kekekalan tenaga yang setara
dengan kesetimbangan tenaga di mana tenaga yang diberikan sama dengan tenaga
yang diserap oleh rangkaian. Dalam menuliskan persamaan hukum ini arah yang
dipilih boleh sembarang dan tegangan jatuh positif adlah tagangan yang
mempunyai perubahan potensial dari (+) ke (–) dalam rangkaiannya (Tipler,
1998).
Aturan untuk menggunakan hukunm II Kirchoff adalah sebagai berikut:
1. Pilih loop untuk masing-masing lintasan tertutup dengan arah tertentu.
Pada dasarnya, pemilihan arah loop bebas, namun jika memungkinkan
usahakan searah dengan arus.
2. Jika pada suatu cabang, arah loop sama dengan arah arus, maka penurunan
tenaga (IR) bertanda positif, sedangakan bila berlawanan arah, maka
penurunan tegangan (IR) bertanda negatif.
3. Bila saat mengikuti arah loop, kutub sumber tegangan yang lebih dahulu
dijumpai adalah kutub positif, maka ggl ε bertanda positif. Sebaliknya bila
kutub negatif yang lebih dahulu dijumpai adalah kutub negatif, maka ggl ε bertanda negatif.
Perhatikan gambar 3. di bawah ini. Apabila aturan di atas diterapkan pada
gambar 3. akan diperoleh hasil sebagai berikut.
1. Loop yang dipilih adalah loop abdfga dengan arah loop sesuaidengan
penamaan a-b-d-f-g-a.
2. Terapkan hukum II Kirchoff Σ ε + Σ (IR) = 0. dengan memperhatikan
aturan penentuan tanda dan mulai dari titik a maka:
-ε1 + I R1 + I R2 + ε2 + I R3 = 0 atau - ε1 + ε2 + I (R1 + R2 + R3) = 0
I
Gambar 3. Suatu loop tertutup untuk penerapan hukum II Kirchoff.
Hukum kedua kirchoff juga bisa disebut hukum simpal, karena pada
kenyataannya beda potensial diantara dua titik dalam suatu rangkaian pada
keadaan tunak selalu konstan. Secara umum, penyelesaian rangkaian meliputi
penentuan arus dan tegangan dalam unsur rangkaian tertentu jika arus atau
tegangan dalam unsur lainnya diketahui. Penentuan arah dan polaritas variabel
arus dengan tegangan adalah bebas, meskipun biasanya dipakai aturan-aturan
tertentu untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan (Halliday, 1985).
Pada keadaan tunak, medan listrik pada setiap titik (diluar sumber ggl)
dalam rangkaian terjadi karena menumpuknya muatan pada permukaan baterai,
resistor, kawat maupun elemen lain pada rangkaian tersebut. Karena medan listrik
merupakan medan koservatif, dengan demikian fungsi potensialnya akan berlaku
disetiap titik pada ruang. Dalam mengukur arus, beda potensial dan resistensi
diperlukan alat yang bernama amperemeter, voltmeter, dan ohmmeter. Umumnya
ketiga alat tersebut sudah menyatu dalam satu alat yaitu multi meter. Jadi, dalam
penggunaannya kita bisa memilih sendiri sesuai keperluannya. Anda bisa
menggunakan ohmmeter untuk mengukur resistensi antara dua titik dalam
peralatan di rumah seperti pemanggang roti atau mengukur tegangan terminal
pada mobil dengan memilih voltmeter (Tipler, 1998).
Saat kita bergerak melintasi suatu simpal rangkaian, beda potensial dapat
berkurang atau bertambah jika kita melewati resistor atau baterai, namun jika
simpal tersebut telah dilewati sepenuhnya dan kita melewati sepenuhnya dan kita
sampai kembali ketitik awal lintasan, perubahan potensialnya akan sama dengan
nol. Hukum ini merupakan bukti dari adanya hukum konservasi energi. Jika kita
memiliki suatu muatan q pada sembarang titik dengan potensial V, dengan
demikian energi yang dimiliki oleh muatan tersebut adalah qV, selanjutnya jika
muatan mulai bergerak melintasi simpal tersebut, maka muatan yang kita miliki
dapat memperoleh tambahan energi maupun kehilangan energi saat ia melalui
resistor baterai, atau elemen lainnya, namun begitu kembali ke titik awalnya,
energinya kembali menjadi qV (Reitz, 1993).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Catu daya berfungsi sebagai sumber tegangan
2. Resistor berfungsi sebagai bahan percobaan
3. Multimeter berfungsi sebagai alat ukur tegangan dan arus
4. Kabel penghubung berfungsi sebagai penghubung bahan-bahan
resistor, catu daya dan dalam rangkaian
3.2 Prosedur Percobaan
A. Resistor hubungan seri
1. Menyusun seperti pada gambar di bawah ini
a i b
R1 R2 R3
E
2. Mengukur tegangan sumber
3. Mengukur tegangan pada ujung-ujung r1, r2 dan r3.
4. Mengukur arus pada setiap masukan r1, r2 dan r3.
5. Mengulangi percobaan untuk harga r1, r2 dan r3 yang lain.
B. Resistor hubungan pararel
1. Menyusun seperti pada gambar di bawah ini
R1
a i R2 b
R3
2. Mengukur tegangan sumber
3. Mengukur tegangan pada ujung-ujung r1, r2 dan r3.
4. Mengukur arus pada setiap masukan r1, r2 dan r3.
5. Mengulangi tahap 4, jika sumber tegangan dibalik.
C. Analisa loop
1. Menyusun seperti pada gambar di bawah ini
i3
i2
2. Mengukur masing-masing tegangan sumber
3. Mengukur tegangan pada ujung-ujung r1, r2 dan r3.
4. Mengukur arus pada setiap masukan r1, r2 dan r3.
5. Mengulangi tahap 4, jika sumber tegangan dibalik.
R1 Loop 1 R2 R3Loop 2
i1
E1 E2
C. Pembahasan
Dari percobaan yang dilakukan didapatkan beberapa data hasil pengamatan
yang nilainya bervariasi. Tegangan sumber yang dipakai sebesar 5, 42 Volt untuk
rangkaian seri percobaan I dan II. Pada rangkaian seri percobaan I nilai resistor
yang digunakan sebesar 10, 20, dan 50 ohm. Pada rangkaian seri percobaan II
nilai resistor yang digunakan sebesar 50, 100, dan 200 ohm. Tegangan sumber
yang digunakan pada rangkaian sei percoban III adalah sebesar 12,4 Volt. Pada
rangkaian seri percobaan III nilai resistor yang digunakan sebesar 100, 1000, dan
2700 ohm. Dari data-data tersebut akan dicari nilai tegangan dan arus yang dapat
diukur melalui multimeter. Setelah diperoleh nilai tegangan dan arus dapat
diketehui bahwa nilai tegangan terus naik. Hal ini berarti nilai tegangan
berbanding lurus dengan nilai hambatan. Tetapi saat pengukuran arus pada
seluruh percobaan rangkaian seri nilai arus pada data 1, 2,dan 3 nilainya sama
lalu pada data ke-4 nilainya baru berbeda karena merupakan hasil dari
penjumlahan nilai seluruh arus pada data 1, 2, dan 3. Hal ini dapat terjadi karena
pada pengukuran arus memang sangat sulit mencari nilai arus yang benar.
Pada percobaan dengan rangkaian paralel nilai resistor yang digunakan
sebesar 1000, 2700, dan 4700 ohm. Nilai tegangan yang diperoleh sebesar 9,44,
9,41, dan 9,47 ohm. Sedangkan nilai arusnya terus menurun dari 0,14 menjadi
0,13 ampere. Pada rangkaian analisa loop nilai resistor yang digunakan sebesar
1000, 2700, dan 4700 ohm. Dari data tersebut diperoleh nilai tegangan sebesar
9,45 , 1.10-4 , dan 9,70 volt. Sedangkan nilai arusnya terbaca sebesar 0,18 , 0,01 ,
dan 0,48 mikroAmpere. Nilai tegangan sumber yang dipakai untuk rangkaian
paralel sebesar10,33 volt, dan untuk rangkaian loop nilai GGl yang dipakai
sebesar 10,46 volt dan 11,19 volt. Kesalahan relatif pada percobaan dengan
rangkaian seri kali ini adalah sebesar 0,0101 dengan taraf ketelitian sebesar 99,99
%. Dengan rangkain paralel kesalahan relatifnya sebesar 9,05.10-4 dan taraf
ketelitian sebesar 99,99%. Pada rangkaian Loop kesalahan relatifnya sebesar
4,24.10-5 dengan taraf ketelitian sebesar 99,99%
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan tentang Hukum Kirchoff yang telah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan Hukum Kirchoff baik pada tegangan maupun pada arus dapat
dilihat pada percobaan kali ini dengan pengukuran dengan nilai
hambatan yang berbeda-beda.
2. Nilai tegangan dan arus yang terukur hasilnya sangat bergantung pada
tegangan sumber yang dipakai.
3. Taraf ketelitian pada percobaan kali ini seluruh nilainya didapat sebesar
99,99%.
4. Rangkaian Loop bekerja dengan cara menggabungkan dua buah tegagan
sumber yang berbeda sehingga dalam satu rangkain nantinya ada 2 buah
Loop didalamnya.
5.2 Saran
1. Kepada para praktikan lebih mencermati lagi bagaimana cara menyusun
dan merangkai alat-alat percobaan dengan baik dan benar.
2. Kepada asisten hendaknya lebih memperhatikan praktikannya lagi dalam
bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Halliday, Resnick. Dkk. 1985, Fisika, Jakarta: Erlangga.
Mismail, Budiono. 1995, Rangkaian Listrik, ITB: Bandung
Reitz, John R. 1993, Dasar Teori Listrik-Magnet. ITB: Bandung.
Renreng, Abdullah. 1984, Asas-asas Ilmu Alam Universitas, Ujung Pandang: Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur.
Tipler, Paul. 1998, Fisika Untuk Sains Dan Teknik, Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN
TUGAS PENDAHULUAN
1. Gunakan hukum tegangan Kirchoff untuk menjelaskan gambar 1.
2. Gunakan hukum arus Kirchoff untuk menjelaskan gambar 2.
3. Buktikan persamaan arus I2 dan I3 pada gambar 3.
Penyelesaian:
1. Pada gambar 1 merupakan rangkian seri, sesuai dengan hukum Kirchoff,
tegangan sumber (VAB) sama dengan jumlah yang melalui setiap
hambatannya.
VAB = VR1+VR2+VR3
Karena pada rangkaian seri, kuat arus yang melalui setiaptitik adalah sama
maka besar VAB dapat ditentukan dengan:
VAB = I.R1+I.R2+I.R3
VAB = I (R1+R2+R3)
2. Gambar dua merupakan rangkaian paralel, arus (IAB) sama dengan jumlah
arus yang melalui hambatannya.
IAB = I1+I2+I3
Karena rangkaian paralel, tegangan yang melalui setiap cabang adalah
sama, maka besar IAB dapat ditentukan dengan:
IAB =V/R1+V/R2+V/R3
3. dan
I1 + I2 = I
E1= I1. R1- I1.R2
E2= I2.R2 - I3.R3
R2 (E1+E2) R3.E1
I1=
R1.R2+ R1.R3+R2.R3
R2 (I1.R1-I2.R2+I2.R2+I3.R3) + R3. (I1.R1-I2.R2)
=
R1.R2+R1.R3+R2.R3
I1.R1.R2-I2.R2.R2+I3.R3.R2+I1.R1.R3-I2.R2.R3
= R1.R2+R1.R3+R2.R3
R1.R2 +R1.R3+R2.R3
I1 = I1 ( )R1.R2+R1.R3+R2.R3
I1 = I1
I2 = R1.R2 – R3.R2
R1.R2 + R1.R3 +R2.R3
R1(I2.R2+I3.R3)-R3 (I1R2-R2I1) = R1.R2 + R1.R3 +R2.R3
I2.R1R2 +I3R3R1+R1I1R3-I2R2R3
= R1.R2 + R1.R3 +R2.R3
= I2.R1.R2+ (I3I1) R1.R3-I3R2R3
R1.R2 + R1.R3 +R2.R3
I2 = I2 R1.R2 +R1.R3+R2.R3
( )R1.R2+R1.R3+R2.R3
I2 = I2