Hukum I Termodinamika
-
Upload
komang-suardika -
Category
Documents
-
view
140 -
download
9
description
Transcript of Hukum I Termodinamika
KOMANG SUARDIKA ; 0913021034; PENDIDIKAN FISIKA;UNDIKSHA
HUKUM I TERMODINAMIKA
1. Hukum I Termodinamika
Hukum pertama termodinamika adalah suatu pernyataan mengenai
hukum universal dari kekekalan energi dan mengidentifikasikan perpindahan
panas sebagai suatu bentuk perpindahan energi. Pernyataan paling umum dari
hukum pertama termodinamika ini berbunyi: Kenaikan energi internal dari
suatu sistem termodinamika sebanding dengan jumlah energi panas yang
ditambahkan ke dalam sistem dikurangi dengan kerja yang dilakukan oleh
sistem terhadap lingkungannya.
Sebelum lebih membahas tentang Hukum I Termodinamika maka
terlebih dulu akan dibahas konsep kalor dan reservoir. Ada dua sistem, yaitu
sistem A dan sistem B, masing-masing temperaturnya TA dan TB seperti
terlihat pada gambar di bawah ini, di mana temperatur sistem A lebih besar
daripada temperatur sistem B.
Jika kedua sistem ini saling dikontakkan atau disentuhkan suatu saat
temperatur sistem A akan sama dengan temperatur sistem B, karena ada
sesuatu yang berpindah dari sistem A ke sistem B. Sesuatu tersebut kemudian
disebut dengan kalor yang merupakan salah satu bentuk energi. Jadi kalor
adalah energi yang berpindah dari benda yang bertemperatur lebih tinggi ke
Hukum I Termodinamika Page 1
Kalor
TA>TB
Gambar 1
sistem
ΔS
QR
KOMANG SUARDIKA ; 0913021034; PENDIDIKAN FISIKA;UNDIKSHA
benda yang bertemperatur lebih rendah. Jadi, kalor baru muncul jika ada
perpindahan energi.
Reservoir adalah suatu benda yang begitu besarnya, sehingga
temperaturnya tetap meskipun menerima atau melepaskan sejumlah kalor. Udara
luar dan angin laut dapat dipandang sebagai reservoir.
Jika sistem dikontakkan dengan reservoir yang mempunyai temperatur
lebih tinggi daripada sistem, maka sejumlah kalor akan masuk sistem seperti yang
ditunjukan pada gambar 2.
Gambar 2.
Apabila sistem berekspansi dan melakukan kerja sebesar W, maka
sebagian kalor akan digunakan untuk itu, dan sisanya akan digunakan menambah
energi sistem (U). Jika energi awal sistem U1 dan energi sistem pada akhir proses
U2, maka pada akhir proses selisih energi sistem sama dengan selisih antara Q dan
W, secara matematik dapat dirumuskan dengan persamaan :
………………………………………..(1)
Persamaan (1) merupakan salah satu bentuk persamaan Hukum I Termodinamika.
U disebut dengan energi dalam sistem. Jadi perubahan energi dalam sistem sama
dengan selisih antara jumlah kalor dengan jumlah usaha.
Hukum I Termodinamika Page 2
KOMANG SUARDIKA ; 0913021034; PENDIDIKAN FISIKA;UNDIKSHA
Seperti yang telah ketahui bahwa usaha (W) bergantung pada lintasan atau
bergantung pada proses yang dijalani sistem. Namun, dengan menggunakan
Hukum I Termodinamika ternyata perubahan energi dalam sitem (U) tidak
bergantung pada proses yang dijalani sistem, untuk lebih memahami perhatikan
diagram p-V berikut :
Suatu sistem keadaannya berubah dari keadaan a ke keadaan b. Banyak
proses yang bisa dilakukan untuk mencapai b, di antaranya melalui proses ab, acb,
dan adb. Tetapi perubahan energi dalam sistem sama, jadi U acb = U adb = U
ab. Perubahan energi dalam sistem hanya bergantung pada keadaan awal sistem
dan keadaan akhir sistem. Oleh karena perubahan energi dalam tidak bergantung
pada proses, maka U merupakan fungsi keadaan sistem/variabel sistem.
2. Kalor Tergantung pada Proses/Lintasan
Sama seperti usaha (W), jumlah kalor yang diperlukan untuk mengubah
keadaan sistem dari suatu keadaan setimbang menuju keadaan kesetimbangan
baru tergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir sistem dan juga bergantung
pada proses yang dijalani oleh sistem (Rapi, 2009). Seperti proses yang
ditunjukkan pada gambar 3, maka Q adb ≠ Q acb ≠ Q ab. Karena kalor (Q) bukan
merupakan fungsi keadaan sistem dan dQ bukan diferensial eksak, maka ditulis
dengan đQ. Apabila perubahan yang dialami sistem infinit yaitu, proses yang
sistemnya berubah dari keadaan setimbang awal ke keadaan setimbang
berikutnya, maka persamaan Hukum I Termodinamika menjadi :
Hukum I Termodinamika Page 3
V
P
Pb
Pa
Va Vb
a
b
d
c
Gambar 3.
KOMANG SUARDIKA ; 0913021034; PENDIDIKAN FISIKA;UNDIKSHA
dU = đq – đW...............................................(2)
Per unit massa/permol sistem maka persamaan Hukum I Termodinamika menjadi:
du = đq – đw.................................................(3)
Konversi/perjanjian tanda untuk Q :
Q positif jika kalor masuk sistem
Q negatif jika kalor keluar sistem
Catatan :
dU = perubahan kecil energi dalam
đq = sejumlah kecil kalor
đW = sejumlah kecil usaha
Dalam sumber lain juga disebutkan persamaan Hukum I Termodinamika, yaitu
sebagai berikut.
Perhatikan bahwa tanda diferensial pada Q dan W ditulis , sementara kita
menulis dU. Besaran Q dan W berbeda dengan sifat U secara mendasar. Sifat
seperti U selalu mempunyai harga bergantung hanya pada keadaan sistem. Sebuah
proses yang merubah keadannya, merubah U. Jadi, dU mewakili perubahan U
yang sangat kecil dan integrasi memberikan perbedaan antara kedua harga sifat
tersebut :
Di sisi lain, Q dan W bukan sifat-sifat sistem dan bergantung pada jalur proses.
Jadi, digunakan untuk menunjukkan besaran yang sangat kecil. Integrasi tidak
memberikan perbedaan antara kedua harga, tetapi sebuah besaran tertentu, yaitu :
Jadi integrasi : menghasilkan
Penerapam Hukum I Termodinamika
Hukum I Termodinamika Page 4
KOMANG SUARDIKA ; 0913021034; PENDIDIKAN FISIKA;UNDIKSHA
3. Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor merupakan banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu zat sebesar satu Kelvin atau satu derajat Celsius. Apabila kalor
diserap oleh suatu sistem, maka perubahan temperatur bisa terjadi dan bisa juga
tidak, hal ini tergantung pada prosesnya. Jika sistem menjalani perubahan
temperatur dari T1 ke T2 selama berlangsungnya perpindahan kalor (Q), maka
kapasitas kalor rata-rata dari sistem didefinisikan sebagai berikut
Dengan :
= Kapasitas kalor rata-rata
Q = Jumlah kalor yang diserap sistem
T1 = Temperatur awal
T2 = Temperatur akhir
Kapasitas kalor sesungguhnya (C) yang didefinisikan sebagai energi panas
yang diperlukan untuk menaikkan suhu sejumlah zat tertentu sebesar 1 K atau 1 0C. Jika jumlah kalor yang diserap sistem kecil (đQ), maka perubahan
temperaturnya juga kecil (dT). Perbandingan antara đQ dengan dT disebut
Kapasitas kalor (C) sesungguhnya :
C = đQ/dT
Kapasitas kalor sesungguhnya tiap satu satuan massa disebut dengan kalor
jenis (c) :
Dari definisi C = đQ/dT maka c = đQ/mdT, maka :
đQ = m c dT
Hukum I Termodinamika Page 5
KOMANG SUARDIKA ; 0913021034; PENDIDIKAN FISIKA;UNDIKSHA
Berdasarkan persamaan di atas, dapat ditentukan secara kuantitatif nilai Q dengan
mengetahui massa benda dan perubahan temperatur benda.
Telah diketahui bahwa perubahan energi dalam sistem (∆U) tidak
tergantung pada proses yang dijalani oleh sistem, lalu bagaimanakah dengan kalor
jenisnya, apakah bergantung pada proses yang dijalani oleh sistem atau tidak?
Untuk menjawabnya, kita pandang suatu sistem yang menyerap sejumlah kalor,
sehingga temperatur sistem berubah dari T menjadi T + dT. Perubahan ini dilalui
dengan berbagai proses, seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar di atas menunjukkan sebuah sistem yang menyerap kalor,
sehingga temperatur berubah dari T menjadi T + dT, karena Q bergantung pada
proses yang dijalani sistem, maka đQ ab ≠ đQ ac ≠ đQ ad ≠ đQ ae , dalam hal ini
pada setiap proses memiliki harga tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kalor jenis tergantung pada proses dan juga pada jenis benda.
Untuk gas, proses perubahan suhu dapat dilakukan pada tekanan tetap
(isobarik) atau pada volume tetap (isokhorik). Kapasitas kalor gas dibedakan
menjadi dua, yaitu : kapasitas kalor gas pada tekanan tetap (Cp) dan kapasitas
kalor gas pada volume tetap (Cv) yang masing-masing memiliki persamaan :
dan
Hukum I Termodinamika Page 6
v
T
e
d
c
b
a
p
T + dT
Gambar 5. Diagram p-v
KOMANG SUARDIKA ; 0913021034; PENDIDIKAN FISIKA;UNDIKSHA
Berdasarkan persamaan hukum I termodinamika, untuk gas pada volume
tetap diperoleh : QV = ΔU + W. Dalam proses ishokorik ΔV = 0 maka W = P. ΔV
= 0, sehingga dalam proses isokhorik didapatkan :
QV = ΔU
Sedangkan untuk tekanan tetap dituliskan QP = ΔU + W, dengan memasukkan
persamaan di atas maka diperoleh :
Nilai QP dan QV diperoleh dari persamaan di atas, maka menjadi
karena dalam persamaan gas ideal PV = nRT, maka persamaan di atas dapat
ditulis dengan Cp – Cv = nR atau CP = CV + nR. Dengan n adalah jumlah mol gas
(mol) dan R adalah tetapan gas (8,315 joule/mol K). Untuk gas monoatomik
energi dalam gas dituliskan dengan :
Oleh karena QV = ΔU, maka :
Dari persamaan di atas ditunjukkan bahwa kapasitas kalor gas pada volume tetap
adalah nR, dengan persamaan Cp – Cv = nR dapat ditentukan kapasitas gas
monoatomik pada tekanan tetap yaitu :
CP = CV + nR
Hukum I Termodinamika Page 7
KOMANG SUARDIKA ; 0913021034; PENDIDIKAN FISIKA;UNDIKSHA
Untuk gas diatomik, besarnya kapasitas kalor gas pada tekanan tetap dan kapasitas
kalor pada volume tetap tergantung pada derajat kebebasan gas.
a. Pada suhu rendah ( ±250 K)
sehingga dan , maka besarnya
konstanta laplace adalah :
b. Pada suhu sedang ( ±500K)
sehingga dan , maka besarnya
konstanta laplace adalah :
c. Pada suhu tinggi ( ±1000 K)
sehingga dan , maka besarnya
konstanta laplace adalah :
4. Penerapan Hukum I Termodinamika
a. Isotermis
Pada proses isotermik, temperatur sistemnya konstan ( ), maka
. Sesuai dengan hukum I termodinamika :
b. Isokhorik
Pada proses isokhorik, volume sistemnya yang konstan (( ), maka
. Sesuai dengan hukum I termodinamika :
Hukum I Termodinamika Page 8
KOMANG SUARDIKA ; 0913021034; PENDIDIKAN FISIKA;UNDIKSHA
c. Isobaris
Pada proses isobaris, tekanan sistemnya bernilai konstan. Sesuai dengan
hukum I termodinamika :
d. Adiabatis
Pada proses adiabatis tidak ada pertukaran kalor antara sistem dengan
lingkungan ( Q = 0). Sesuai dengan hukum I termodinamika :
DAFTAR PUSTAKA
Haryadi,Bambang.2008. Fisika : Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Pusat
Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional
Rapi,Ni Ketut. 2099. Buku Ajar Termodinamika. Singaraja : FMIPA
UNDIKSHA.
Http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_pertama_termodinamika
Hukum I Termodinamika Page 9