Hukum Dan Sistem Politik

58
HUKUM DAN SISTEM POLITIK OLEH HERNIMUS RATU UDJU,SH.MH. BAB I HUKUM DAN KEKUASAAN SERTA HUBUNGANNYA. A.Konsep Hukum. 1.Pengertian Hukum Dalam tataran studi ilmu hukum tidak ada seorang ahli hukumpun yang mampu memberi pengertian ataupun definisi hukum yang dapat diterima oleh semua orang. Hal ini dikarenakan disamping hukum itu mempunyai aspek yang sangat luas dan kompleks juga setiap ahli dalam memberi definisi dipengaruhi oleh aspek social budaya yang melingkupi masa hidupnya serta latar belakang disiplin ilmu yang digelutinya. Karena itulah maka jauh sebelumnya IMANUEL KANT telah mengemukakan pendapatnya bahwa : tidak seorangpun ahli hukum yang mampu membuat definisi hukum yang dapat diterima/dipahami oleh semua ahli hukum( Noch suchen die juristen eine definition zu ihrem begriffe von recht). Namun untuk memperoleh gambaran umum tentang hukum,maka beberapa definisi dapat dikemukakan disini. 1

description

Hukum Dan Sistem Politik

Transcript of Hukum Dan Sistem Politik

Page 1: Hukum Dan Sistem Politik

HUKUM DAN SISTEM POLITIKOLEH HERNIMUS RATU UDJU,SH.MH.

BAB I HUKUM DAN KEKUASAAN SERTA HUBUNGANNYA.

A.Konsep Hukum.1.Pengertian Hukum

Dalam tataran studi ilmu hukum tidak ada seorang ahli hukumpun yang mampu memberi pengertian ataupun definisi hukum yang dapat diterima oleh semua orang. Hal ini dikarenakan disamping hukum itu mempunyai aspek yang sangat luas dan kompleks juga setiap ahli dalam memberi definisi dipengaruhi oleh aspek social budaya yang melingkupi masa hidupnya serta latar belakang disiplin ilmu yang digelutinya. Karena itulah maka jauh sebelumnya IMANUEL KANT telah mengemukakan pendapatnya bahwa : tidak seorangpun ahli hukum yang mampu membuat definisi hukum yang dapat diterima/dipahami oleh semua ahli hukum( Noch suchen die juristen eine definition zu ihrem begriffe von recht).Namun untuk memperoleh gambaran umum tentang hukum,maka beberapa definisi dapat dikemukakan disini.

1. HANS KELSEN mengemukakan hukum adalah sesuatu peraturan mengenai perilaku manusia ( Law is an order of human behavoir). Peraturan tersebut menurut Kelsen adalah patokan, standar, petunjuk dan larangan sebagai suatu system yang menyatu dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain dan dipaksakan dengan sanksi.

2. ALLOT membedakan hukum dalam pengertian yang abstrak (law), sebagai system yang berlaku dalam suatu masyarakat berupa norma norma, institusi dan proses (law) dan ketentuan ketentuan normative atau aturan yang ada pada setiap system hukum.

1

Page 2: Hukum Dan Sistem Politik

3. MOCHTAR KUSUMAATMADJA mendefinisikan hukum sebagai keseluruhan asas asas dan kaidah kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat,lembaga lembaga (institutions),proses (processes) yang mewujudkan berlakunya kaidah kaidah itu dalam masyarakat.

4. DONALD BLACK dalam bukunya The Behavoir of Law (Perilaku Hukum) mengemukakan bahwa hukum adalah control social dari pemerintah. Black mengartikan control social ini sebagai aturan dan proses social yang mencoba mendorong perilaku yang baik dan berguna untuk mencegah perilaku yang buruk. Sebagai sarana control social maka menurut GUSTAV RADBRUCH hukum mempunyai tiga nilai penting yaitu nilai kebenaran, nilai kepastian dan nilai kegunaan/kemanfaatan. Dalam era keterbukaan dan globalisasi ini hukum dengan ketiga nilainya tersebut harus mampu mengatasi segala permasalahan yang ada dalam masyarakat,juga progresif terhadap perkembangan masyarakat serta mampu mengantisipasi dan menjawabi segala tantangan yang timbul dalam masyarakat. Karena itu pembangunan hukum yang akan dilaksanakan haruslah bersifat antisipatif,progresif dan proaktif.

SUNARYATI HARTONO mengemukakan bahwa dalam rangka pembangunan hukum nasional (Indonesia), maka hukum mempunyai empat fungsi yaitu :

(1). Sebagai sarana pengendalian ketertiban dan keamanan; (2). Sarana pembangunan; (3). Sarana penegak keadilan dan (4). Sarana pendidikan masyarakat.

Sepanjang manusia itu hidup bersama dan juga dalam melakukan aktivitas dan inter aksi sosial maka norma hukum selalu berperan penting untuk memelihara ketertiban dan keamanan dalam masyarakat sehingga suasana hidup aman dan tertib dapat terwujud. Norma hukum itu berfungsi agar keadilan dalam masyarakat dapat ditegakkan,tanpa norma hukum mustahil keadilan itu dapat ditegakkan, sebab tiap tiap

2

Page 3: Hukum Dan Sistem Politik

orang mempunyai sifat egoisnya masing masing. Dalam era pembangunan, juga hukum berfungsi sebagai sarana pendorong dan pengarah kegiatan kegiatan pembangunan agar berlangsung secara teratur dan membuahkan hasil bagi kesejahteraan masyarakat. Dalam bidang pendidikan masyarakat hukum juga berfungsi untuk memelihara nilai nilai positif yang ada dalam masyarakat. Karena itu materi hukum harus mencerminkan nilai nilai positif yang ada dan berkembang dalam masyarakat. B. Konsep Kekuasaan.1. Pengertian Umum. Salah satu konsep ilmu politik yang banyak dibahas dan dipermasalahkan adalah kekuasaan. Kekuasaan sebagai suatu konsep pada hakekatnya sudah dikenal dan dibahas dalam berbagai jenis disiplin termasuk ilmu politik dan Hukum Tata Negara.Apabila kita menjelajahi kepustakaan atau buku buku mengenai kekuasaan, maka kita mendapatkan sekian banyak definisi dan pandangan mengenai konsep kekuasaan, seperti antara lain: OSSIP K.FLECTHEIN mengatakan bahwa kekuasaan adalah

Keseluruhan dari kemampuan,hubungan hubungan dan proses proses yang menghasilkan ketaatan dari pihak lain… untuk tujuan tujuan yang ditetapka oleh pemegang kekuasaan (Social power is the sum total of all those capacities,relationships and processes by which compliance of others is secured…for ends determined by the power holder).

ROBERT M. MAC IVER mengatakan bahwa kekuasaan social adalah kemampuan untuk mengendalikan tigkah laku orang lain, baik secara langsung dengan jalam memberi perintah,maupun secara tidak langsung dengan mempergunakan segala alat dan cara yang tersedia. (social power is the capacity to control the behavior of others either directly by fiator indirectly by the manipulation of available means).

3

Page 4: Hukum Dan Sistem Politik

PROF.MIRIAM BUDIARDJO mengatakan bahwa kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu.

Dari berbagai definisi dan pandangan mengenai konsep kekuasaan,maka menurut HARLD D.LASWELL dan ABRAHAM KAPLAN sebagaimana dikutip MIRIAM BUDIARDJO ( Aneka Pemikiran Tentang kekuasaan dan Wibawa; 1983: 9) bahwa ada satu inti yang tampak dari definisi definisi yang dikemukakan oleh para sarjana yaitu bahwa “Kekuasan dianggap sebagai kemampuan pelaku(seseorang atau sekelompok orang) untuk mempengaruhi pelaku (orang/pihak lain) sedemikian rupa sehingga tingkah laku orang atau kelompok lain itu sesuai dengan keinginan orang atau kelompok yang mempunyai kekuasaan. Kaitan dengan konsep kekuasaan JOHN KOTHAN dan RAFAEL TUPEN mencoba mengelompokkan pandangan para sarjana dalam tiga kelompok yaitu:

a) Kelompok pertama (al. Nicolo Machiavelle, Thomas Hobes, J.J Von Schmid, Max Weber dan April Charter) mengartikan bahawa kekuasaan itu sebagai kemampuan orang atau kelompok orang yang mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok lain yang tidak mempunyai kekuasaan. Hubungan yang terjadi antara dua kelompok itu adalah tidak seimbang,sehingga dalam mempengaruhi orang atau kelompok lain tersebut tampak penekanan pada aspek paksaan.

b) Kelompok kedua (al. Harold D. Laswell, Abraham Kaplan, J.J.A. Von Dorn dan Robert Dahl) mengartikan kekuasaan sebagai pengaruh atau persuasi dari orang atau kelompok yang mempunyai kekuasaan kepada orang lain atau kelompok lain dengan cara persuasif untuk meyakinkan orang lain atau

4

Page 5: Hukum Dan Sistem Politik

kelompok lain agar bersama sama mewujudkan tujuan tertentu yang ditentukan oleh orang atau kelompok yang berkuasa.

c) Kelompok ketiga ( R.J.Mokken, Talcott Parsons dan R.F.Berling) mengartikan kekuasaan sebagai sesuatu yang netral secara etis. Artinya kekuasaan itu baik buruknya tergantung kepada penggunaannya. Kekuasaan itu tidak saja mengandung aspek negatif tetapi juga mengandung aspek positif.

Contoh bahwa kekuasaan itu membatasi alternatif bertindak (negative) juga memperbesar dan memperluas alternatif bertindak dari yang dipengaruhi(positifnya). Dari berbagai definisi atau pandangan tersebut,maka dapat disimpulkan bahwa kekuasaan adalah kemampuan dari seseorang atau sekelompok orang untuk mengarahkan orang lain atau kelompok lain untuk mengakui atau mengikuti kehendaknya baik melalui paksaan ataupun dengan cara persuasif atau dengan memberi informasi yang benar. Yang menjadi pertanyaan: apa dasar dari kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok lain untuk mengikuti kehendaknya? Terhadap pertanyaan ini Max Weber mengatakan bahwa dasarnya terletak pada kewibawaan dan kekuasaan orang atau kelompok orang yang mempunyai kehendak atau keinginan itu. Kemudian Max Weber membedakan kewibawaan(gezag) menjadi tiga bagian yaitu:

1.Kewibawaan Karismatik(Charismatic gezag);2.Kewibawaan Tradisional (Traditional gezag) dan3.Kewibawaan Rasional ( Rational Gezag).

C. Hubungan Hukum dan Kekuasaan.Kekuasaan itu pada hakekatnya bertujuan mengurus kepentingan

masyarakat dalam mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka kekuasaan itu harus di bingkai oleh hukum. Dengan demikian kekuasaan itu memperoleh legitimasi hukum untuk mengurus dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Artinya bahwa

5

Page 6: Hukum Dan Sistem Politik

kewenangan yang dimiliki oleh pemegang kekuasaan itu bersumber pada hukum. Hubungan hukum dan kekuasaan harusnya bersifat fungsional,artinya hubungan hukum dan kekuasaan itu dilihat dari fungsi fungsi tertentu dari hukum dan kekuasaan itu. Terdapat fungsi timbale balik antara hukum dan kekuasaan yaitu kekuasan memiliki tiga fungsi terhadap hukum demikian hukum memiliki tiga fungsi terhadap kekuasaan( HM.Wahyudin Husein dan H. Hufron, 2008 : 19 – 21)Fungsi fungsi kekuasaan terhadap hukum adalah:1). Kekuasaan merupakan sarana membentuk hukum(law making); Khususnya pembentukan peraturan perundang undangan,baik di pu Sat maupun di daerah. Dalam kaitan ini Moh. Mahfud MD mengata kan bahwa “hukum” merupakan produk politik di parlemen sehingga materi muatan hukum merupakan “kompromi”kepentingan kepen tingan politik yang ada. 2) Kekuasaan merupakan alat penegak hukum. Penegakan hukum meru kan suatu proses mewujudkan keinginan hukum menjadi kenyataan. Yang dimaksud dengan keinginan hukum adalah pikiran badan legis lator yang berisi prinsip keadilan dan moral yang dirumuskan dalam peraturan perundang undangan. Mochtar Kusumaatmadja berpen dat bahwa hukum tanpa kekuasaan akan lumpuh, kekuasaan tanpa akan tirani/anarki.3). Kekuasaan sebagai media mengeksekusi putusan hukum. Putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap,tidak akan ba nyak memiliki arti bagi pengorganisasian kehidupan masyarakat,tan pa adanya pelaksanaan (execution) secara konsekuen dan konsisten. Dalam konteks ilmu hukum membutuhkan kekuasaan untuk mene gakannya. Sebaliknya hukum juga mempunyai tiga fungsi bagi kekuasaan yaitu:1). Hukum sebagai media melegalisasi kekuasaan; Legalisasi hukum terhadap kekuasaan berarti menetapkan keabsah an (validity) kekuasaan dari aspek yuridisnya. Setiap kekuasaan ha rus berasal dari hukum (bersumber pada hukum/peraturan perund ang undangan).Kekuasaan yang memiliki legitimasi hukum dan tidak

6

Page 7: Hukum Dan Sistem Politik

dijalankan secara sewenang wenang akan mendapat pengakuan da ri masyarakat,tetapi sebaliknya walaupun kekuasaan memiliki legi timasi hukum,tetapi dijalankan secara sewenang wenang dan tidak sesuai dengan keadilan masyarakat, maka kekuasaan yang demikian tetap tidak akan mendapat legitimasi/pengakuan dari masyarakat. 2). Hukum berfungsi mengatur/membagi dan membatasi kekuasaan. Hukum harus membagi dan mengatur kekuasaan kepada organ or gan Negara yang telah dibentuk oleh hukum (hukum tata Negara) itu sendiri. Kekuasaan yang dibatasi oleh hukum bertujuan untuk menghidari penumpukan kekuasaan pada satu tangan/lembaga. Kekuasaan yang diatur oleh hukum adalah kekuasaan yang dibatasi baik isi, ruang lingkup dan prosedur memperolehnya kesemuanya ditentukan oleh hukum (Konstitusi dan peraturan perungang un dangan lainnya). 3). Hukum berfungsi meminta pertanggung jawaban kekuasaan. Dalam Negara demokrasi konstitusional,maka kekuasaan itu harus bersumber pada hukum(konstitusi dan peraturan perundang und angan lainnya). Karena itu pemangku kekuasaan harus memper tanggung jawabkan pelaksanaannya kepada hukum apakah sesuai dengan mekanisme dan tujuan pemberian kekuasaan tersebut oleh hukum.

7

Page 8: Hukum Dan Sistem Politik

BAB II SISTEM POLITIK DAN SISTEM POLITIK INDONESIA

A.Sistem Politik.Sistem politik terdiri dari dua kata yaitu sistem dan politik. Sistem

adalah perangkat unsure yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas (KUBI,1995). Politik adalah segala urusan dan tindakan(kebijakan,siasat dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap Negara lain (KUBI,1995). Prof. Miriam Budiardjo mengemukakan bahwa Politik adalah bermacam macam kegiatan dalam suatu system politik (atau Negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan tujuan dari system itu dan melaksanakan tujuan tujuan itu.(1985: 8). Lebih lanjut beliau mengemukakan bahwa suatu sistem politik adalah seperti halnya organisme dalam ilmu biologi terdiri dari bagian bagian atau komponen komponen yang saling bergantung kepada yang lain dan saling mengadakan interaksi.( Dalam Bintan R.Saragih, 2006 : 29). J. Soedjati Djiwandono dan T.A. Legowo (dalam John Kothan Dan Rafael Tupen,2009 : 35) mengemukakan bahwa system politik mengandung satuan satuan berupa badan badan atau lembaga lembaga (politik) seperti partai politik, lembaga lembaga perwakilan rakyat dan sebagainya. Dari berbagai pengertian tersebut, maka menurut penulis bahwa Sistem Politik adalah Keseluruhan yang terdiri dari bagian bagian atau unsure unsure yang saling berkorelasi/berkaitan satu dengan yang lain dalam segala urusan dan tindakan mengenai pemerintahan Negara atau terhadap Negara lain.Dalam membahas system politik maka akan berkisar pada dua komponen dari sisetem politik itu. Komponen komponen dari system politik itu adalah: (a). Suasana kehidupan politik pemerintahan ( Suprastruktur politik) yaitu lembaga lembaga Negara dan lembaga lembaga pemerintahan. (b). Suasana kehidupan politik rakyat ( Infrastruktur politik) yaitu: partai politik,tokoh politik kelompok kepentingan,kelompok penekan Pemilu dll.

8

Page 9: Hukum Dan Sistem Politik

Bagaimana system politik suatu Negara, jawabannya sangat tergantung pada tipe rezim yang berkuasa di Negara tersebut. Dan tipe rezim yang berkuasa akan mempengaruhi produk hukum yang dihasilkan oleh Negara tersebut.Afan Gaffar membuat bagan mengenai tipe regim dan produk hukumnya dari suatu Negara sebagai berikut:Tipe Rezim Karakteristik Produk Hukum MekanismenyaDemokrasi Populis/Rakyat

Progresif (Responsif) Penafsiran dibatasi

Pluralistik/ Kompetisi

Non Demokrasi

Elit Konservasif/Represif Terbuka untuk

penafsiran

Terpusat/non kompetisi

Dari apa yang dikemukakan oleh Afan Gaffar bahwa sampai dengan abad ke 20 bahwa Negara Negara yang tingkat demokrasinya rendah adalah Negara Negara sedang berkembang yang terdapat di Asia, Afrika dan Amerika Latin dengan pengecualian beberapa Negara yang demokrasinya sudah cukup baik atau mapan seperti : India, Malaysia,Singapur,Thailand an Mexico. Rendah demokrasi pada Negara Negara berkembang menurut Afan Gaffar ditandai dengan system pergantian pimpinan nasional yang kebanyakan dilakukan melalui perebutan kekuasaan(kudeta baik secara halus maupun secara kasar),kalaupun pergantian itu dilakukan melalui pemilu,maka pemilu itu kurang demokratis atau pemilu yang direkayasa untuk mempertahan kekuasaan rezim yang sedang berkuasa. Pada awal abad ke 21 arus globalisasi,demokratisasi,penegakan hak asasi manusia dan keterbukaan sedang melanda dunia,yang menyebabkan terjadinya perubahan perubahan pada system politik dan ketatanegaraan dari Negara Negara berkembang yang pada abad ke 20

9

Page 10: Hukum Dan Sistem Politik

mempraktekan system politik yang kurang demokratis, telah beralih dengan menerapkan system politik yang demokratis, kecuali Negara Negara monarki absolute (Arab Saudi, Burnai Darusalam) dan Negara Negara yang menganut idiologi komunis ( China, Korea utara dan Cuba). B.Sistem Politik Indonesia.Dalam membahas system politik Indonesia sangat berkaitan dengan tipe rezim yang berkuasa dan tipe rezim yang berkuasa akan menentukan atau mempengaruhi politik dan politik hukum yang dibangun. Pembahasan system politik Indonesia akan dikaitkan dengan periode periode tertentu (Bintan R,Saragih, 2006: 37 ) yaitu:1.Periode liberal 1945 sampai dengan 1959;2.Periode demokrasi terpimpin 1959 sampai dengan 1966;3.Periode orde baru 1966 sampai dengan 1998 dan4.Masa reformasi 1998 sampai sekarang. Periode 1945 sampai dengan 1959 dikatakan liberal karena UUD 1945 hanya berlaku penuh dari tanggal 18 Agustus hingga dikeluarkannya maklumat wakil Presiden Nomor X tanggal 16 oktober 1945 yang disusul lagi dikeluarkan maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945 yang intinya tentang perubahan pertanggung jawab kabinet dari Presiden kepada Parlemen (system pemerintahan parlrmenter). Menurut Bintan R. Saragih sejak pembentukan cabinet Syahir tanggal 14 November 1945, Undang Undang Dasar 1945 tidak lagi berlaku secara normative (utuh) tetapi hanya berlaku secara nominal (tidak utuh), karena pada prinsipnya sejak tanggal 14 November 1945 telah terjadi perubahan system pemerintahan dari sistem presidensil menjadi sistem parlementer. Sistem pemerintahan parlemnter dipraktekan terus hingga tanggal 5 Juli 1959. Memang periode berlakunya Konstitusi RIS 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 dan periode berlakunya UUDS 1950, 17 Desember 1950 - 5Juli 1959, Indonesia menganut system pemerintahan parlementer sesuai dengan yang ditegaskan dalam kedua Undang Undang Dasar tersebut. Demokrasi yang dianut oleh kedua Undang Undang Dasar tersebut ( Konstitusi RIS.1949 dan UUDS 1950) adalah demokrasi yang bercorak

10

Page 11: Hukum Dan Sistem Politik

liberal. Pada masa liberal ini demokrasi ala barat diterapkan sepenuhnya. Badan Perwakilan Rakyat dapat melaksanakan fungsinya sebagaimana mestinya.Pemerintah (eksekutif) tunduk pada kebijakan dan pengawasan parlemen. Pemerintah merupakan pencerminan dari kekuatan kekuatan ril yang ada di badan perwakilan rakyat (parlemen). Asas Negara hukum berjalan sebagaimana mestinya.Kelemahan dari system pemerintahan parlementer yang dipraktekan pada periode 1945 -1959 adalah kabinet yang dibentuk tidak dapat bertahan lama sehingga tidak sempat melaksanakan program kerjanya secara sempurna. Memang system politik dan konfigurasi politik benar benar demokratis. Karena itu politik hukum yang dibangun pada masa liberal ini umumnya adalah politik hukum yang menciptakan hukum yang mendekatkan tata hukum itu dengan realitas social ( hukum yang responsive). Periode demokrsi terpimpin, dari 1959 sampai dengan 1966 atau disebut juda orde lama. Pada masa ini sistem politik yang dibangun dan konfigurasi politik yang terbentuk adalah yang non demokratis. Pemerintahan yang dibangun adalah autokrasi dan anti liberal(Pro.Dr.Bintan R. Saragih, 2006 : 40 ).Ciri cirri periode demokrasi terpimpin adalah dominasi Presiden yang sangat besar, meskipun presiden (pemerintah) mengartikan bahwa demokrasi terpimpin adalah sama dengan demokrasi Pancasila. Terpimpin di sini adalah berdasarkan Sila ke empat dari Pancasila: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarata/perwakilan. Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan ini yang menjadi prinsip utama dalam penyelenggaraan pemerintahan pada periode demokrasi terpimpin.Pernyataan ini secara teoritis benar dan dapat diterima,namun dalam tataran praktek hal itu berbalik 180 derajat. Hal ini ditandai dengan besarnya dominasi presiden(pemerintahan autokrasi).Sebagai contoh misalnya pada tahun 1960 Presiden membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat hasil pemilihan umum tahun 1955, pada hal dengan penetapan presiden nomor 1 tahun 1959, Dewan Perwakilan Rakyat hasil pemilu

11

Page 12: Hukum Dan Sistem Politik

1955 diberi kewenangan untuk menjalankan tugas DPR menurut UUD 1945 yang dinyatakan berlaku kembali berdasarkan dekrit presiden tanggal 5 Juli 1959. Dalam penjelasan UUD 1945 secara tegas dikatakan presiden tidak dapat membubarkan DPR. Karena system politik yang dibangun dan konfigurasi politik yang terbentuk pada periode demokrasi terpimpim kurang/tidak demokratis, maka politik hukum yang dianut adalah politik hukum untuk mempertahankan dan mengkonsentrasikan kekuasaan ketangan Presiden. Cara yang ditempuh adalah memberlakukan peraturan perundang undangan menurut hirarki UUD 1945 melalui penetapan presiden dan peraturan presiden. Dengan system politik yang kurang demokratis itu, maka hukum yang dibangun umumnya hukum yang jauh dari realitas social(hukum yang represif). Periode Orde Baru 1966 sampai dengan 1998.Lahirnya orde baru adalah untuk melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konsekwen dengan cara mengoreksi dan memperbaiki system politik dan hukum yang dipraktekan selama masa demokrasi terpimpin. Namun slogan itu hanya tetap sebagai slogan dan tidak pernah ada aksi yang mencerminkan slogan itu. Pada periode orde baru diupayakan terciptanya stabilitas politik agar pembangun ekononi dapat dilaksanakan. Dalam rangka pembangunan ekonomi maka system politik yang dibangun dan konfigurasi politik yang terbentuk sama dengan pada periode demokrsi terpimpin yaitu tidak demokratis. Pemerintahan orde baru juga adalah autokrasi yang kemudian mengarah pada totaliter dan otoriter serta oligarki pembangunan. Politik hukum yang ditempuh/dibangun adalah untuk menciptakan hukum yang berfungsi untuk mempertahankan dan mengkonsentrasikan kekuasaan pada Presiden. Disamping itu hukum yang represif itu dijadikan landasan kuat pembangunan ekonomi.Hukum yang dibuat pada periode orde baru umumnya adalah hukum yang represif sehingga tata hukumnya jauh dari realitas sosial,meskipun ada Undang undang yang sesuai dengan realitas social yaitu Undang

12

Page 13: Hukum Dan Sistem Politik

Undang nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum acara Pidana yang cukup baik menjamin hak asasi manusia. Periode 1998 sampai sekarang (masa reformasi),pada periode ini dapat ditelaah sebelum pemilihan umum tahun 1999 dan sesudah pemilihan umum 1999.Menurut Prof. Dr. Bintan R. Saragih bahwa tahun 1998 – 1999 walaupun konfigurasi politik di DPR dan MPR tidak berubah,tetapi tuntutan reformasi setelah turunnya Soeharto dari tampuk kekuasaan terus bergetar di seluruh pelosok tanah air yang menyebabkan system politik yang dibangun menjadi lebih demokratis dari sebelumnya,sifat dan sikap anggota anggota DPR dan MPR cenderung berubah menjadi demokratis,sehingga system politik dan konfigurasi yang terbentuk menjadi lebih demokratis. Politik hukum pada masa 1998 – 1999 mengarah pada pembentukan hukum yang mendekatkan tata hukum dengan realitas social(2006 : 41). Pada awal reformasi dipimpinan Presiden J.B. Habibi bangsa Indonesia menyelenggarakan pemilihan umum pada tahun 1999. Pemilihan umum ini adalah sangat demokratis berbeda dengan pemilihan umum yang diadakan oleh pemerintah orde baru yang penuh dengan rekayasa dan tidak demokratis. Periode sesudah Pemilihan umum yang demokratis tahun 1999 bergelora terus tuntutan perubahan dalam segala aspek kehidupan. Tuntutan ini ditanggapi oleh MPR hasil pemilihan umum tahun 1999 dengan mengadakan perubahan terhadap batang tubuh Undang Undang Dasar 1945. Dengan adanya amandemen UUD 1945 makin menguatnya demokrasi yang ditandai dengan adanya ketegasan pembatasan kekuasaan presiden,beralihnya pemegang kekuasaan pembentukan undang undang dari presiden ke DPR, predikat lembaga tertinggi dan tinggi Negara dihapus, prinsip keterbukaan dan HAM menjadi bagian dari kehidupan masyarakat,kebebasan pers menjadi hal yang biasa, system politik dan konfigurasi politik di DPR, MPR dan Eksekutif menjadi demokratis,kebebasan mengemukakan pendapat menjadi ciri khas dari system politik yang dibangun dan Eksekutif, DPR

13

Page 14: Hukum Dan Sistem Politik

dan MPR terbuka bahkan terbiasa kritik dari masyarakat, adanya lembaga Negara (MK) yang berfungsi menangani perkara perkara tertentu di bidang ketatanegaran,dalam rangka menjaga konstitusi agar dilaksanakan secara bertanggung jawab sesuai kehendak rakyat dan cita cita demokrasi. Meskipun pertumbuhan ekonomi melambat dan koflik horizontal dan vertical sering muncul kepermukaan, tetapi secara keselurahan dari system politik dan konfigurasi politik yang dibangun membuat politik hukum mengarah pada pembentukan hukum yang populis atau sesuai dengan aspirasi dan perasaan hukum masyarakat. Pada era reformasi ini tiap orang mempunyai ruang yang cukup luas untuk menggunakan haknya mengajukan uji material terhadap undang undang yang dinilai bertentangan dengan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 kepada Mahkamah konstitusi,sesuatu yang pada sebelum reformasi adalah hal yang tabu untuk dilakukan.

BAB III SISTEM HUKUM

A. Pengertian Dan Komponen Sistem Hukum. Mengenai pengertian sistem hukum sangat bervariasi baik pengertian dari para ahli maupun pengertian/definisi stipulatif dalam peraturan perundang undangan.Dalam penjelasan Pasal 17 Undang Undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang Undangan . ditegaskan bahwa sisten hukum nasional adalah suatu sistem hukum yang berlaku di Indonesia dengan semua elemennya serta saling menunjang satu dengan lain dalam rangka mengantisipasi

14

Page 15: Hukum Dan Sistem Politik

permasalahan yang timbul dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyakat yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indomesia Tahun 1945. J.H.Merryman mengemukakan bahwa: Sistem Hukum adalah seperangkat operasional yang meliputi: instansi,prosedure, aturan hukum,dalam konteks ini ada satu Negara federal dengan lima puluh system hukum di Amerika Serikat,adanya sistem hukum setiap bangsa secara terpisah serta ada system hukum yang berbeda seperti halnya dalam organisasi masyarakat Ekonomi Eropa dan Perserikatan Bangsa Bangsa. Sedangkan Lawrence M.Friedman mengemukakan bahwa Sistem Hukum adalah suatu sistem yang meliputi: Substansi,Struktur dan Budaya hukum. Bruggink menggambarkan dua deminsi pandangan tentang sistem hukum yaitu: 1). Orang hukum yang hampiri hukum dari aspek sistematisnya. Mereka mengartikannya sebagai susunan dan hubungan yang saling berkaitan dari aturan aturan dan putusan hukum (sebagai sistem ideal) yang berlaku dalam suatu masyarakat. Dalam hal ini,sistem hukum berkenaan dengan sistem ideal dari kaedah kaedah hukum yang mungkin direkam yang di dalamnya orang memperoleh pemahaman tentang tuntutan dari hukum, ketimbang untuk mengantisipasi tatanan tatanan hukum positif yang ada. 2). Orang sosiologi hukum, yang bertolak dari kenyataan kemasyarakatan akan menguraikan unsure unsure apa saja yang masuk dalam sistem hukum.Orang hukum melihat bahwa sistem hukum itu hanya dalam unsur idiil berupa aturan aturan, kaidah kaidah dan asas asas. Sosiolog Hukum melihat sistem hukum terdiri dari unsur idiil dan juga unsur operasional, terdiri dari organisasi organisasi, lembaga lembaga dan pejabat hukum,serta unsur factual terdiri dari keseluruhan putusan dan perbuatan kongkrit yang bertalian dengan makna dari sistem hukum baik pejabat maupun masyarakat(Dalam John Kothan dan Rafael Tupen,2009 : 48). Fuller menguraikan pendapatnya tentang ukuran adanya sistem hukum dan kualifikasi dari suatu sistem hukum yang mengandung moralitas tertentu. Kegagalan untuk menciptakan sistem hukum yang demikian menurut Fuller tidak hanya melahirkan sistem

15

Page 16: Hukum Dan Sistem Politik

hukum yang jelek, melainkan sesuatu yang tidak bisa disebut system hukum. Ukuran untuk menentukan adanya system hukum yang disebut principles of legality menurut Fuller (Dalam Satjipto Rahardjo, 1986 : 91-92 ) adalah : 1). Suatu system hukum harus mengandung peraturan peraturan tidak boleh sekedar keputusan keputusan yang bersifat ad hoc; 2). Peraturan peraturan yang telah dibuat itu harus diumumkan; 3). Tidak ada peraturan yang berlaku surut karena dapat merusak integritas peraturan yang ditujukan berlaku untuk waktu yang akan datang; 4). Peraturan peraturan harus disusun dalam rumusan yang dapat dimengerti; 5).Suatu system tidak boleh mengandung peraturan yang bertentangan satu sama lain; 6).peraturan peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang melebihi apa yang dapat dilakukan; 7). Tidak boleh ada kebiasaan untuk sering mengubah ubah peraturan sehingga menyebabkan seorang akan kehilangan orientasi; dan 8). Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengan pelaksanaannya sehari hari. dan Lawrence M.Friedman maka suatu system hukum terdiri dari tiga unsur yaitu 1). Substansi hukum ; 2). Struktur hukum dan 3). Budaya hukum. Substansi Hukum adalah berkaitan dengan isi hukum itu yang dapat berupa aturan, norma/kaidah yang mengatur pola perilaku manusia yang berada dalam system itu. Sebagai contoh : seorang mahasiswa fakultas hukum Undana yang tidak melakukan registrsi,maka ia dikenakan hukum untuk tidak boleh mengikuti kegiatan akademik/perkuliahan selama semester tersebut. Contoh ini merupakan sebuah produk hukum material yang mengharuskan norm adresat melakukan registrasi.Lawrence M. Friedman mengemukakan bahwa pengertian substansi hukum tidak hanya terbatas pada persoalan hukum tertulis(law book) ,tetapi juga termasuk living law atau hukum yang berlaku dan hidup dan berkembang dalam masyarakat. Struktur hukum merupakan institusionalisasi kedalam entitas entitas hukum yang berkaitan dengan lembaga pembentukan hukum

16

Page 17: Hukum Dan Sistem Politik

seperti badan legislative ( DPR dan Presiden, DPRD dan Kepala Daerah), lembaga penegak hukum ( Kepolisian, kejaksaan,pengadilan, KPK. dll.) Budaya Hukum adalah sikap sikap dan nilai nilai yang berhubungan atau terkait dengan tingkah laku masyarakat dan/atau individu yang berhubungan dengan hukum dan lembaga lembaganya,baik secara positif maupun negatif. Budaya hukum tiap bangsa berbeda satu sama lain, tetapi dalam aspek aspek tertentu mungkin terdapat kesamaan.B. Macam Macam Dan Karakter Sistem Hukum di Dunia. Secara umum terdapat 5 (lima) sistem hukum yang dianut oleh bangsa bangsa di dunia ini,( Baca Satjipto Rahardjo, 1986 : 301 – 307) yaitu :

1. System Romawi-Jerman (Civil law system/system hukum sipil) yang terkodifikasi.Sistem hukum ini berakar dari hukum Romawi yang diperaktekan oleh Negara Jerman dan Negara Negara Eropah continental/daratan serta Negara Negara bekas jajahan mereka.Sistem hukum sipil bersumber pada peraturan perundang undangan, dengan demikian maka hakim di Negara Negara yang menggunakan system hukum sipil( Eropah Benua) hanya melihat pada hukum perundang undangan. Sistem hukum Eropah Benua/ Hukum Sipil ini berjalan dan tumbuh dan berkembang atas dasar peraturan perundang undangan, karena itu aparat penegakkan hukum hanya sebagai corong undang undang. Karena hukum dalam system hukum Eropah Benua bersumber pada peraturan perundang undangan, maka parlemen memegang peranan penting dalam pembuatan hukum.

2.Common law system/system hukum Anglo Saxon.Sistem Anglo Xason adalah system hukum yang berdasarkan pada custom/kebiasaan atau judge made law. Sistem hukum ini di anut oleh Negara Anglo Saxon seperti Inggeris dan Amerika Serikat serta Negara bekas jajahan mereka. Sistem hukum Anglo Saxon berkembang melalaui putusan putusan hakim, karena itu asas preceden menjadi keharusan bagi para hakim dalam proses

17

Page 18: Hukum Dan Sistem Politik

pembentukan hukum, karena dalam system hukum anglo xason hakimlah yang memegang peranan penting dalam pembentukan hukum.

3. Sistem Hukum Islam adalah system hukum yang hukumnya berdasarkan syariah Islam yang bersumber pada Alquran dan hadist. Sistem hukum islam ini dianut oleh Negara Negara Islam antara lain: Iran, Afganistan dan lain lain.

4. Sistem Hukum Sosialis adalah system hukum yang dianut di Negara Negara yang beridiologi social dan komunis seperti Vitnam, Cina dan lain lain.

5. Sistem Campuran yaitu campuran antara system hukum tersebu tadi ditambah system hukum adat yaitu campuran antara:a. Civil law dan Common law yang dianut oleh Negara Negara

antara lain: Pilipina, Thailand,Namibia,Afrika Selatan dan lain lain.

b. Sistem hukum sipil dan hukum Islam seperti yang dianut oleh: Burnai Darrusalam, Libya, Kwait, Libanon, Surya dan lain lain,

c. Sisstem hukum sipil,hukum Islam dan Hukum adat yang dianut oleh antara lain: Djiboti, Indonesia dan lain lain.

d. Civil Law System,Common Law System dan Hukum adat seperti yang dianut oleh : Srilanka, Vanuatu, Camerun, Zjmbabwe dll.

e. Civil Law System, Common Law System dan hukum islam seprti yang dianut Negara Negara: Saudi Arabia, Yaman, Somalia dll.

f. Sistem Hukum Sipil dan Hukum Adat seperti yang dianut oleh Negara Negara : Korea Utara, Korea Selatan, Taiwan, Madagaskar dll.

g. Common Law System dan Hukum Islam seperti yang dianut oleh Negara Negara : Pakistan,Banglades ,Qatar, Sudan, dll.

18

Page 19: Hukum Dan Sistem Politik

BAB IV SISTEM HUKUM INDONESIA

A.Pengertian. Sistem hukum Indonesia atau sering disebut system hukum nasional Indonesia adalah keseluruhan asas asas hukum ,kaidah kaidah hukum, organisasi organisasi,lembaga lembaga,pejabat hukum serta putusan dan perbuatan kongkrit yang bertalian dengan system dan makna dari hukum,baik pejabat maupun masyarakat ,yang berkembang

19

Page 20: Hukum Dan Sistem Politik

dan berlaku di wilayah Republik Indonesia ( John Kothan dan Rafael Tupen, 2009 : 58).Bagirmanan sebagaimana dikutip John Kothan dan Rafael Tupen (2009 : 58) mengemukakan bahwa system hukum Indonesia hendak menunjukkan dua makna yaitu: 1). Sistem hukum Indonesia merupakan wadah yang menjamin harmonisasi dan mengarahkan perkembangan asas dan kaidah hukum satu sama lain; dan 2). Sistem hukum Indonesia merupakan kumpulan asas dan kaidah hukum itu sendiri yang senantiasa tumbuh dan berkembang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan asas dan kaidah hukum. Dengan demikian system hukum Indonesia merupakan refleksi sistematik dari asas dan kaidah hukum yang ada dan tumbuh dalam Negara Republik Indonesia. Sistem hukum Indonesia sebagai suatu yang senantiasa tumbuh dan berkembang bersama sama dengan pertumbuhan dan perkembangan asas dan kaidah hukum serta komponen lainnya.Soenaryati Hartono (dalam John Kothan dan Rafael Tupen, 2009 : 58 ) mengemukakan bahwa Sistem Hukum Indonesia adalah: Seluruh falsafah hukum, nilai nilai, asas asas dan norma hukum, maupun aparatur dan lain lain sumber daya manusia yang tergabung dalam lembaga dan organisasi hukum,selanjutnya proses dan prosdur serta interaksi dan pelaksanaan hukum yang secara utuh mewujudkan dan menggambarkan kehadiran suatu tatanan hukum (rechtsorde dan rechtsordening) yang menumbuhkembangkan kehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat yang berdasarkan nilai nilai Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Dengan demikian menurut pemikiran Soenaryati Hartono bahwa hukum nasional Indonesia merupakan suatu sistem (in the making) yang akan terus mengalami perubahan dalam menyiapkan dan menyediakan serta mengantisipasi kebutuhan masyarakat yang terus tumbuh. Sistem Hukum Indonesia juga merupakan hasil proses harmonisasi antara sejumlah unsure dan fakta yang diolah berdasarkan paradigma,asas asas,norma dan metode hukum yang pasti yang disepakati dalam pembangunan hukum dari waktu kewakatu.

20

Page 21: Hukum Dan Sistem Politik

Pada saat ini hukum positif Indonesia terdiri dari : 1). Sistem hukum adat; 2). Sistem hukum Islam; 3). Sistem koloniah barat; 4) Sistem hukum Nasional (yang disusun sesudah Kemerdekaan); dan 5). Hukum Internasional. Dari perspektif sejarah perkembangan hukum Indonesia,(BPHN, 1995/1996 : 12 – 14) bahwa pada awalnya hanya ada hukum adat asli beserta segenap tatanan dan kelembagaannya yang berlaku. Hukum adat yang berlaku pada saat itu baik Substansi, struktur dan budaya hukumnya mempunyai dua sifat yang menonjol yaitu kekeluargaan (komonitas) dan umumnya sifat tidak tertulis kecuali beberapa daerah seperti hukum majapahit dan hukum Bajo yang tertulis. Kemudian pada sekitar abad ke 7 hukum adat meresapi unsure unsure agama Hindu.Pada abad ke 14 hukum islam mulai berlaku di beberapa daerah di Indonesia seperti : Aceh, Banten,Sulawesi Selatan, Lombok dan lain lain. Namun ada pula beberapa daerah yang tetap mempertahankan keasliannya seperti Nias, toraja dan asmat,juga ada daerah yang tetap mempertahankan agama hindu yaitu Bali. Kemudian sekitar abad ke 17 agama Kristen mulai berlaku di Indonesia atas missi yang dijalankan oleh bangsa barat seperti bangsa Protogis, Belanda dan lain lain. Akibat dianutnya agama Kristen oleh penduduk sebagian daerah di Indonesia, sehingga mempengaruhi hukum adat di daerah tersebut seperti : Batak,Sulawesi utara, Maluku, Irian Barat, Nusa Tenggara Timur ( Flores,Timor,Sumba,Alor,Rote,Lembata, Sabu ).Kemudian ketika Indische Staatsregeling dinyatakan berlaku, maka hukum dan segenap aspeknya pada saat itu berdasarkan Pasal 131 jo. Pasal 163 IS dibedakan menjadi tiga sub sistem hukum (norma) berserta tatanan dan kelembagaannya yaitu: a). Berdasarkan system hukum barat, b).Bedasarkan system hukum adat,c). berdasarkan system hukum islam. Setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945, berdasarkan ketentuan Pasal II aturan peralihan UUD.1945 ( UUD.1945 sebelum diamendemen) dan Pasal I aturan Peralihan UUD.NRI Tahun 1945 ( UUD 1945 Sesudah

21

Page 22: Hukum Dan Sistem Politik

diamendemen) yang masih memberlakukan beberapa peraturan perundang undang produk colonial dalam system hukum Indonesia.Beberapa konvensi internasional telah diratifikasi oleh Indonesia seperti Konvensi internasional tentang hak hak sipil dan politik tahun 1966 yang diratifikasi dengan undang undang nomor 12 tahun 2005 dan konvensi internasional tentang hak hak ekonomi,social dan budaya tahun 1966 yang diratifikasi dengan undang undang nomor 11 tahun 2005 dan masih banyak lagi perjanjian internasional yang diratifikasi Indonesia. Semua konvensi internasional yang telah diratifikasi Indonesia menjadi hukum nasional Indonesia. Deskripsi ini menunjukkan bahwa dalam wilayah Negara Republik Indonesia dewasa ini berlaku setidak lima system hukum dengan substansi, struktur dan budaya hukum yang bervariasi dan menjadi subsistem hukum dari system hukum nasional Indonesia.B. Cita Hukum Dan Asas Asas Hukum Nasional Indonesia Rudolf Stamler mengatakan bahwa cita hukum(rechtsidee) adalah konstruksi berpikir yang merupakan keharusan untuk mengarahkan hukum kepada cita cita yang diinginkan masyarakat. Paul Scholten mengemukakan bahwa cita hukum pada tingkat terakhir didasarkan pada moral atau pandangan hidup. Ruslan Saleh berpendapat bahwa cita hukum adalah penentu arah kehidupan sebagai rakyat yang teratur. Dalam pemahaman tersebut cita hukum memiliki dua sisi,yaitu: a). dapat menguji hukum positif; dan b). mengarah hukum positif. Selanjutnya S.W.Couwenberg berpendapat bahwa terdapat dua fungsi cita hukum yaitu: 1). Inspirasi bagi perkembangan hukum positif;dan 2).sebagai paradigm ilmuhukum:memetakan dan menginterprestasikan hukum yang berlaku. Laurens sebagaimana dikutip Abdulkadir Besar (Majalah Hukum Nasional,No. 1 Tahun 1995 : 27) mengatakan bahwa “cita hukum”mempunyai fungsi konstitutif member makna pada hukum (dalam arti padatan makna yang bersifat kongkrit umum dan mendahului semua hukum), serta fungsi membatasi (dalam arti apa yang tidak dapat dipersatukan dengan dirinya menurut dia adalah bukan hukum). Dalam seminar Nasional “Temu Kenal Cita Hukum dan

22

Page 23: Hukum Dan Sistem Politik

Penerapan Asas Asas Hukum Nasional yang diselenggarakan BPHN dari tanggal 22 – 24 Mei 1995 telah dirumuskan pengertian cita hukum bahwa pada hakekatnya hukum sebagai aturan tingkah laku masyarakat berakar pada gagasan,rasa,karsa,cipta dan pikiran masyarakat itu sendiri(Majalah Hukum nasional Nomor 1 Tahun 1995: 136). Dalam seminar tersebut telah pula dirumuskan cita hukum nasional Indonesia sebagai berikut:

1. Negara sebagai perwujudan dari masyarakat modern,melaksanakan segala aktivitasnya secara terencana dan terarah menuju pada apa yang menjadi tujuan Negara dan sesuai dengan cita tentang Negara (staatsidee) yang ada pada saat Negara itu berdiri. Arahan aktivitas tersebut dikendalikan dan diatur oleh system hukum nasionalnya.Maka hukum yang mengatur,mengendalikan dan mengarahkan perilaku masyarakat itu dibina dan dibangun menuju terwujudnya system nilai sesuai dengan cita hukum yang telah ditetapkan;

2. Bahwa para pejuang dan pendiri Negara telah menetapkan Pancasila sebagai cita hukum (rechtsidee) yang harus menjiwai perilaku segenap subjek hukum (masyarakat Indinesia),sehingga terwujud Negara Indonesia sebagai Negara hukum (RechtsStaat) sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan UUD 1945,Pancasila yang merupakan cita bangsa dan Negara tertinggi yang menjadi landsan dan idiologi Negara, pandangan dan tujuan hidup (Lebensanschaung) bangsa,cita Negara (Staatsidee),dan sebagai dasar Negara harus menjadi tolok ukur dan batu penguji mengenai baik buruknya – adil tidaknya hukum yang berlaku, karena Pancasila menjadi sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di bumi Indonesia;

3. Dengan memahami, menyadari dan mentaati secara konsekuen cita hukum ,maka akan dapat terlihat dengan jelas sejauhmana hukum yang berlaku dalam kenyataannya(das Sein) telah sesuai dengan cita hukum yang seharusnya berlaku (das sollen);

23

Page 24: Hukum Dan Sistem Politik

4. Bahwa cita hukum Pancasila harus mencerminkan sejumlah nilai dasar yang tercantum dalam Pembukaan UUD. 1945 maupun batang tubuh, penjelasan UUD 1945 dan Ketetapan MPR. Nilai nilai dasar ini harus lebih dikongkritkan lagi dalam nilai nilai instrumental yang terdapat dalam GBHN dan berbagai peraturan perundang undangan. Kemudian nilai nilai instrumental itu harus lebih dikongkritkan lagi oleh norma norma praktis yang terdapat dalam peraturan perundang undangan yang lebih rendah dari undang undang, surat keputusan pejabat pemerintah,putusan pengadilan dan hukum kebiasaan. Pada taraf akhir nilai nilai dasar tersebut harus secara konsisten tercermin dalam perilaku aparatur hukum ,profesi hukum,aparatur Negara dan setiap warga Negara Indonesia,agar dengan demikian benar benar akan terwujud budaya hukum Indonesia yang berjiwa Pancasila dan UUD 1945 dalam menegakkan Negara hukum yang berintikan keadilan yang menjunjung tinggi martabat kemanusiaan (human dignity) manusia Indonesia( John Kothan dan Rafael Tupen, 2009 :65-66 ).

Dalam seminar Hukum Nasional tahun 1995 berhasil mengidentifika sikan asas asas hukum nasional yang terkandung dalam UUD.1945 baik dalam pembukaan,batang tubuh dan penjelasannya. Menurut Paul Scholten sebagaimana dikutip Roeslan Saleh bahwa asas asas hukum sebagai pikiran pikiran dasar sebagai aturan bersifat umum menjadi fundamental dari suatu sistem hukum(John Kothan dan Rafael Tupen, 2009 : 66). Sedangkan Abdulkadir Besar mengartikan asas asas hukum sebagai pangkal tolak dan daya dorong normative bagi proses dinamik pembentukan hukum yang tidak terjangkau oleh segala pengaruh di luar dirinya yang merupakan dasar normative pembentuk an hukum, yang dalam proses pembentukan hukum harus dijabarkan lebih lanjut dan kongkrit dalam bentuk norma.G.W. Paton mengemukan bahwa asas hukum sebagai suatu sarana yang membuat hukum itu hidup,tumbuh dan berkembang. Satjipto Rahardjo mengatakan bahwa asas hukum merupakan jantungnya

24

Page 25: Hukum Dan Sistem Politik

peraturan hukum,karena, Pertama, Asas hukum merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya peraturan hukum artinya bahwa peraturan peraturan hukum itu pada akhirnya bisa dikembalikan kepada asas asas hukum tersebut. Kedua, Asas hukum juga layak disebut sebagai alasan bagi lahirnya peraturan hukum atau merupakan ratio legis dari peraturan hukum( 1986 : 85). Dari pengertian asas hukum yang diberikan oleh para ahli hukum tersebut di atas, maka asas hukum itu bukan peraturan hukum,namun tidak ada hukum yang bisa dipahami tanpa mengetahui asas asas hukum yang ada di dalamnya.Oleh karena itu untuk memahami hukum suatu bangsa dengan sebaik baiknya tidak bisa hanya melihat pada peraturan peraturan hukumnya saja,melainkan harus menggalinya sampai kepada asas asas hukumnya. Asas hukumlah yang memberi makna etis kepada peraturan peraturan hukum dan tata hukumnya.Asas hukum nasional Indonesia yang terdapat dalam pembukaan,ba tang tubuh dan penjelasan UUD 1945 yang berhasil diidentifikasi dalam seminar hukum nasional tahun 1995 adalah:1.Dalam Pembukaan UUD.1945: a. Asas kebebasan yang berperikemanusiaan dan berperikeadilan; b. Asas bahwa Indonesia Negara pejuang; c. Asas pengakuan atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa; d. Asas mengayomi bangsa dan tanah air; e. Asas memajukan kesejahteraan umum; f. Asas mencerdaskan kehidupan bangsa; g. Asas ikut menertibkan dunia; h. Asas Negara Pancasila; i. Asas kebebasan memeluk agama; j. Asas kemanusiaan yang adil dan beradab; k. Asas kebangsaan; l. Asas Bhineka Tunggal Ika; m. Asas musyawarah untuk mufakat; dan n. Asas keadilan social.2. Dalam Batang Tubuh :

25

Page 26: Hukum Dan Sistem Politik

a. Asas Negara kebangsaan; b. Asas kedaulatan rakyat; c. Asas Negara kesatuan berbentuk republic; d. Asas Negara demokrasi perwakilan; e. Asas Negara konstitusional; f. Asas sentralisasi, desentralisasi dan dekonsetrasi dalam system pe merintahan; g.ASas kekeluargaan; h.Asas persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan; i. Asas persamaan hak atas kesempatan kerja dan penghidupan yang layak; j. Asas bahwa hukum mengendalikan struktur perekonomian; k. Asas kemerdekaan berserikat dan mengeluarkan pendapat; l. Asas persamaan hak dan kewajiban bela Negara; m. Asas persamaan hak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajar an; n. Asas wajib memajukan budaya bangsa; o. Asas demokrasi ekonomi; p. Asas perlindungan kepentingan ekonomi yang menguasai hayat hi dup orang banyak; q. Asas mengutamakan kemakmuran rakyat; r. Asas perlindungan fakir miskin dan anak terlantar;dan s. Asas kebebasan memilih agama.3.Dalam penjelasannya: a. Asas pengakuan hukum tidak tertulis sebagai sumber hukum nasio nal, di samping Undang Undang dan yurisprudensi tetap; b. Asas pemeliharaan budi pekerti; c. Asas Negara hukum; d. Asas system hirarki peraturan perundang undangan; e. Asas pemerintahan konstitusional; f. Asas kekuasaan tertinggi ditangan rakyat; g. Asas Presiden sebagai penyelenggara tertinggi di bawah MPR; h. Asas Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR;

26

Page 27: Hukum Dan Sistem Politik

i. Asas Menteri Negara sebagai pembantu Presiden dan tidak bertang gung jawab kepada DPR; dan j. Asas kekuasaan kepala Negara tidak tak terbatas tetapi dibatasi oleh konstitusi dan hukum nasional pada umumnya(John Kothan dan Rafael Tupen, 2009 : 67 – 69).Perlu diketahui bahwa setelah Undang Undang Dasar 1945 diamende men dimana penjelasan UUD 1945 telah dihapus dan hal hal yang normative yang terdapat dalam penjelasan UUD 1945 dijadikan ketentuan pasal batang tubuh UUD 1945, sehingga asas asas yang terkandung dalam penjelasan tersebut menjadi asas asas dalam batang tubuh .

BAB V POLITIK HUKUM A. Pengertian. Prof.Dr. Bintan R. Saragih mengatakan bahwa yang dimaksud dengan politik hukum adalah: “kebijakan” yang diambil (ditempuh) oleh Negara (melalui lembaganya atau pejabatnya) untuk menetapkan hukum yang mana yang perlu diganti,atau diubah,atau hukum yang

27

Page 28: Hukum Dan Sistem Politik

mana yang perlu dipertahankan,atau hukum mengenai apa yang perlu diatur atau dikeluarkan agar kebijakan penyelenggaraan Negara dan pemerintahan dapat berlangsung dengan baik dan tertib sehingga tujuan Negara (seperti mensejahterakan rakyat) secara bertahap dan terencana dapat terwujud(2006 : 17). Sedangkan Utrecht mengatakan bahwa : Politik hukum berusaha membuat kaidah kaidah yang akan menentukan bagaimana manusia seharusnya bertindak.Politik hukum menyelidiki perubahan perubahan apa yang harus diadakan dalam hukum yang sekarang berlaku supaya sesuai dengan kenyataan social. Boleh dikatakan,politik hukum meneruskan perkembangan hukum dengan berusaha melenyapkan sebanyak banyaknya ketegangan antara positivitas dan realitas social. Politik hukum membuat suatu ius constituendum(hukum yang akan berlaku),dan berusaha agar ius constituendum itu pada hari kemudian berlaku sebagai ius constitutum(hukum yang sedang berlaku) baru. Tetapi kadang kadang juga, justru supaya menjauhkan tata hukum dari kenyataan social itu, yaitu dalam hal ini, politik hukum itu menjadi alat dalam tangan suatu “ruling class” yang berhak menjajah bagian besar anggota masyarakat tanpa memperhatikan kenyataan social itu. Hasilnya adalah ketegangan antara positivitas dan realitas social justru lebih besar,karena the ruling class kurang atau tidak mau memperhatikan kenyataan social(Dalam Bintan R.Saragih,2006 : 18). Pengertian politik hukum yang dikemukakan Bintan R. Saragih tersebut di atas umumnya dianut Negara Negara konstitusional atau Negara hukum yang demokratis.Se bab ada Negara atau pemerintah yang mengambil kebijakan untuk menetapkan hukum itu agar melalui hukum itu kekuasaannya dapat dipertahankan,atau kekuasaan dapat dikonsentrasikan ketangan the ruling class.Prof Logemann mengatakan: politik hukum menentukan apa yang berlaku sebagai hukum positif itu sendiri. Artinya bahwa hukum yang sedang berlaku sebagian besar menentukan apa yang harus diikuti oleh para petugas hukum dan seluruh komponen dalam menerapkan hukum itu.

28

Page 29: Hukum Dan Sistem Politik

Dalam masyarakat yang benar benar demokratis, dimana kedudukan rakyat begitu kuat sehingga rakyat itu dapat membatasi tingkah laku the ruling class, maka dikuasai itu juga terbatas,dan the ruling class tidak diberi kesempatan atau ruang untuk mengeksploitasi rakyat dengan begitu saja, dan dalam konteks ini Negara seharusnya dikuasai oleh pemerintah dengan pengawasan ketat rakyat.Pada Negara yang demokratis politik hukum yang berlaku menciptakan hukum yang mendekatkan hukum positif dengan realitas social masyarakat.Hukum yang dibuat dan diberlakukan di Negara Negara yang menganut sistem politik yang demokratis adalah hukum yang responsive yaitu hukum yang mengakomodasi seluruh atau sebagaian besar nilai nilai dan aspirasi aspirasi atau tuntutan masyarakatnya. Sedangkan pada Negara yang tidak demokratis,politik hukumnya adalah menciptakan hukum positif yang menjauhkan hukum positif itu dari realitas social. Hukum yang dibuat dan diberlakukan di Negara Negara yang menganut system politik yang tidak demokratis adalah hukum yang represif yaitu hukum yang hanya berfungsi mempertahankan kepentingan dan kekuasaan the ruling class,sehingga kepentingan social(masyarakat umum) diabaikan dan hak asasi tidak dihormati.Adalah benar jika ada pendapat yang menyatakan bahwa politik hukum itu ditentukan oleh system politik yang dianut Negara yang bersangkutan. Umumnya Negara Negara demokratis atau Negara hukum konstitusional system politiknya adalah system politik yang demokratis sehingga politik hukum yang dibangun adalah politik hukum yang membawa tata hukumnya kearah yang mendekatkannya dengan realistas social. Sedangkan pada Negara kekuasaan (machtsstaat) atau Negara yang tidak demokratis system politik yang dianut adalah system politik yang otoriter atau autokrasi atau non demokrasi, karenanya politik hukumnya membawa tata hukumnya jauh dari realitas social dan hanya berfungsi untuk mempertahankan kepetingan dan kekuasaan dari the ruling class. Ciri dari Negara demokrasi konstitusional ialah bahwa pemerintah annya adalah pemerintahan yang terbatas kekuasaannya sebagaimana

29

Page 30: Hukum Dan Sistem Politik

diatur dalam konstitusi atau Undang Undang Dasarnya, dan tidak dibenarkan bertindak sewenang wenang terhadap warga negaranya. Pembatasan kekuasaan dimaksud diatur dalam konstitusi atau Undang Undang Dasar Negara dan peraturan perundang undangan negara yang bersangkutan.Carl J. Friedrich mengemukakan bahwa konstitusionalisme adalah gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu kumpulan aktivitas yang diselenggarakan atas nama rakyat,tetapi tunduk kepada beberapa pembatasan dengan maksud untuk memberi jaminan bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang medapat tugas untuk memerintah(Miriam Budiardjo,1994: 96 – 97). Pembatasan kekuasan pemerintah ini, perlu diatur dalam Undang Undang Dasar dan peraturan perundang undangan, karena kekusaan itu sering disalahgunakan,seperti yang pernah dikemukakan oleh Lord Acton bahwa: kekuasaan cenderung untuk menjadi korup,dan kekuasaan yang mutlak menjadi korup secara mutlak pula (Power tends to corrupt, but absolute power corrupts absolutely). Dengan adanya pembatasan kekuasaan ini,maka pemerin tah tidak akan memerintah menurut kehendaknya sendiri, tetapi akan memerintah menurut ketentuan konstitusi dan peraturan perundang undangan lainnya dari Negara tersebut.Philipe Nonet dan Philips Selznick (1978 : 16 – 17) membedakan tiga tipe hukum yaitu hukum yang represif, hukum yang otonom dan hukum yang responsive.

Karakter dari tiap tiap tipe Hukum yang dikemukakanPhilipe Nonet dan Philips Selnick

NO Dari Aspek Hukum Represif Hukum Otonom Hukum Responsif

1 Tujuan Hukum Ketertiman Keabsahan Kompetensi(Kewenangan)

2. Ligitimasi(Dasar Perlindungan Kebenaran prose Keadilan Subs

30

Page 31: Hukum Dan Sistem Politik

Kekuatan mengikat

MasyarakatDan dasar a lasan adanya Negara

Dural Tansif

3. Peraturan PeraTuran(norma/kaIdah)

Keras dan ter perinci,tetapiLunak dalamMengika theRuling class

Dikerjakan deng an teliti,dibuat untuk mengikatSemua pihak baik yg memerintah mau pun yg diperintah

Berada dibawahAsas asas hukumDan kebijakan.

4. Alasan Bersifat khus us (ad hoc), tepat dan tersendiri

Melekat secara ketat pada otori tas hukum

Sesuai dgn tujuan Dan merupakanPerluasan dariKompetensi kogNitif.

5. Diskresi (kebeba san bertindak)

Meresap dila kukan sesuai dgn kesempatan yg ada

Dibatasi oleh per aturan,penyerah an wewenang ada lah sempit

Diperluas tetapiDipertanggungJawabkan sesuaiDgn tujuan.

6. Pemahaman Meluas,pembatasAn lunak.

Dikendalikan oleh pembatasan pembatasan hu kum.

Secara aktifDicari kemungKinan2,sistem2Yg diciptakanMengenai kewa jiban2.

7. Moralitas Moralitas komu nal,moralitas pe ngekangan.

Moralitas institu sional diisi dgn integritas proses

Moralitas perData,moraliTas kerja sama

31

Page 32: Hukum Dan Sistem Politik

Yuridis.8. Politik Hukum berada ke

Kuasan politikHukum terlepas dari kekuasaan politik.

Aspirasi hukumDan aspirasi politik terinteGrasi menjadiSatu gabunganKekuatan.

9. Yang diharap kan dari kepa tuhan

Tanpa syarat,keti dak patuhan dihu kum sbg kejahat an

Dasar2 peratur an tingka laku diberikan oleh hukum,dipakai utk menguji keabsahan tindakan.

Ketidak patuh An dinilai padaAkibat2 subsTansi dan diteRima sbg bahanPertimbanganUtk meningkat Kan keabsahan.

10. Partisipasi Persetujuan me rupakan bentukKepatuhan,kritikDianggap ketidakSetiaan

Masuknya diba tasi oleh prose dur2 yg sdh ma pan,menimbul kan kritik yuridis

Masuknya diPerluas dgnKeutuhan Pembelaan yu ridis dan social.

Dari tipe tipe hukum yang dikemukakan oleh Philipe Nonet dan Philips Selznick,maka untuk mewujudkan/menciptakan pemerintahan yang efektif (kuat dari perspektif akademik) dibutuhkan hukum yang responsive/populis yaitu hukum yang aturan(substansinya) mengakomodasi dan menampung nilai nilai dan aspirasi aspirasi yang berkembang dalam masyarakat. Pemerintahan yang kuat dari perspektif akademik adalah pemerintahan yang memenuhi criteria criteria sebagai berikut:1.Memiliki birokrasi yang effesien dan tidak korup;2.Memiliki elit politik yang berkemauan dan mampu melaksanakan pro

gram yang mendukung peningkatan/petumbuhan ekonomi, kesejahteraan rakyat/ umum dan pemerinta han yang demokratis;

3.Memiliki kebijakan yang dirancang dengan baik untuk mendukung 32

Page 33: Hukum Dan Sistem Politik

peningkatan ekonomi,kesejahteraan rakyat/umum dan pemerintahan yang demokratis dan4.Elit elit politik mempunyai kemauan dan mampu menjalin kerja sama Sebagai mitra dalam arti koordinasi,dengan tetap melaksanakan tug as ,fungsi dan wewenang masing masing tanpa intervensi satu sama lain.Apabila Negara tidak dapat mewujudkan pemerintahan yang kuat dengan kriteria kriteria tersebut, maka proses demokratisasi akan mengalami pembusukan,karena ketidak mampuan pemerintah yang berkuasa untuk mewujudkan kriteria kriteria diatas. Dalam system demokrasi modern dewasa ini, terdapat 3 (tiga) komponen yang dapat mempengaruhi perkembangan demokrasi itu. Ketiga komponen itu adalah : 1). Negara (state); 2). Pasar (Market); dan 3).Masyarakat Sipil (Civil Society). Ketiga komponen ini idealnya harus berjalan seiring,sama sama kuat dan sama sama saling mengendalikan satu sama lain, tetapi tidak boleh saling mencampuri atau dicampuadukan.Jika kekuasaan Negara terlalu besar dan melampui kekuatan pasar dan masyarakat sipil, maka demokrasi tidak akan dapat berkembang karena selalu didikte dan dikendalikan oleh Negara.Tetapi jika kekuasaan pasar terlalu kuat ,melampui kekuatan Negara dan masyarakat sipil, maka kekuatan uanglah atau kaum kapitalislah yang menentukan segala sesuatu dalam perikehidupan berbangsa dan bernegara. Sebaliknya jika kekuasaan masyarakat sipil yang dominan/terlalu kuat, sementara kekuasaan negara dan pasar lemah, maka yang akan terjadi adalah keadaan kehidupan bersama yang chaos, messy, governmentless yang berkembang tanpa arah yang jelas.Karena itu yang ideal untuk berkembangnya demokrasi, maka ketiga domain(wiliyah) kekuasaan itu, harus tumbuh secara seimbang, sama sama kuat dan saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain dalam hubungan yang fungsional dan sinergis.

33

Page 34: Hukum Dan Sistem Politik

BAB VIPOLITTIK HUKUM INDONESI

Politik hukum Indonesia adalah “Pernyataan kehendak Pemerintah Indonesia mengenai arah kebijakan dalam bidang pembangunan hukum. Dari pengertian ini,maka dalam membahas politik hukum Indonesia tidak bisa dipisahkan dari periodesasi system politik dan pemerintahan yang dipraktekkan

34

Page 35: Hukum Dan Sistem Politik

karena itu pembahasan politik hukum Indonesia akan dilakukan sesuai dengan system pilitik dan pemerintahan yang dipraktekkan.A. Politik Hukum di Indonesia Masa Liberal. Masa liberal di Indonesia sesungguhnya berlangsung sejak tanggal 14 November 1945 hingga tanggal 5 Juli 1959.Pada tanggal 14 November 1945 Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan suatu maklumat yang dikenal dengan Maklumat Pemerintah. Hal terpenting yang diatur dalam maklumat pemerintah adalah perubahan tanggung kabinet dari Presiden kepada Komite Nasional Indonesia yang berperan sebagai Parlemen Republik Indonesia pada saat itu. Tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang berisi antara lain memberlakukan kembali Undang Undang Dasar 1945 bagi seluruh wilayah Indonesia, dan Undang Undang Dasar Sementara 1950 yang menganut sistem pemerintahan parlementer (bersifat liberal)dinyatakan tidak berlaku lagi bagi seluruh wilayah Negara Rebublik Indonesia. Dengan demikian era demokrasi liberal berakhir dengan berlakunya kembali Undang Undang Dasar 1945 bagi seluruh wilayah Negara republic Indonesia.

Politi Hukum. Politik hukum pada masa demokrasi liberal dapat dilihat dari beberapa faktor : kondisi Negara republik Indonesia saat itu, program kabinetnya, pertimbangan dan penjelasan umum dari perarturan perundang undangan yang dihasilkan pada saat itu dan juga pengaruh dunia internasional ( Bintan R. Saragih, 2006: 63).

35

Page 36: Hukum Dan Sistem Politik

Kondisi Negara Republik Indonesia pada masa revolusi pisik masih sangat rawan dari gangguan, sehingga semua perhatian dan potensi yang ada diarahkan untuk mempertahankan kemerdekan dari gangguan baik dari luar (Belanda ingin kembali menjajah Indonesia) maupun gangguan dari dalam (kelompok kelompok yang ingin memecah belahkan Negara kesatuan Republik Indonesia). Program kabinet pada masa revolusi pisik umumnya ditujukan untuk pemyempurnaan organisasi pemerintah baik di pusat maupun di daerah. juga untuk mempertahankan kemerdekaan 17 Agustus 1945 karena itu program untuk berunding dengan Belanda menjadi perhatian penting dan utama, di samping menyelenggarakan keamanan dan ketertiban dalam negeri. Dalam rangka itu maka politik hukum yang ditempuh adalah menciptakan atau mempertahankan hukum yang ada untuk medukung program kabinet saat itu. Dalam rangka penyempurnaan organisasi pemerintah, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan dalam bentuk peraturan perundang undangan meskipun belum tersusun sesuai pertimbangan hukum dan taat asas. Peraturan perundang undangan tersebut antara lain: (1). Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 16 Oktober 1945. Melalui maklumat ini Komite Nasional Indonesia Pusat diserah kekuasaan legislasif dan ikut menetapkan ga ris garis besar haluan Negara, dan menetapkan keberada an Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia (KNI).(2). Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945, yang me nentukan

36

Page 37: Hukum Dan Sistem Politik

37