Politik Hukum

56
POLITIK HUKUM Pengampu : Bambang Ali Kusumo, SH. Mhum 1. Hukum merupakan entitas yang sangat komplek, meliputi kenyataan kemasyarakatan yang majemuk, mempunyai banyak aspek, dimensi dan fase. Hukum berakar dan terbentuk dalam proses interaksi berbagai aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi, keagamaan dan lain – lain. 2. Kompleksitasnya permasalahan hukum, menyebabkan hukum dapat dipelajari dari berbagai sudut pandang, maka lahirlah berbagai disiplin hukum di samping filsafat hukum dan ilmu hukum, misalnya sejarah hukum, sosiologi hukum, antropologi hukum, perbandingan hukum, psikologi hukum dan sekarang yang sedang tumbuh adalah politik hukum. Kesemua disiplin hukum tersebut merupakan ilmu bantu yang dimanfaatkan untuk membantu perkembangan dan analisis hukum ( untuk dapat menggali dan menjelaskan apa sesungguhnya hukum itu dan bagaimana proses terbentuknya ).

description

asdasdasdasd

Transcript of Politik Hukum

Page 1: Politik Hukum

POLITIK HUKUMPengampu : Bambang Ali Kusumo, SH. Mhum

1. Hukum merupakan entitas yang sangat komplek, meliputi kenyataan kemasyarakatan yang majemuk, mempunyai banyak aspek, dimensi dan fase. Hukum berakar dan terbentuk dalam proses interaksi berbagai aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi, keagamaan dan lain – lain.

2. Kompleksitasnya permasalahan hukum, menyebabkan hukum dapat dipelajari dari berbagai sudut pandang, maka lahirlah berbagai disiplin hukum di samping filsafat hukum dan ilmu hukum, misalnya sejarah hukum, sosiologi hukum, antropologi hukum, perbandingan hukum, psikologi hukum dan sekarang yang sedang tumbuh adalah politik hukum. Kesemua disiplin hukum tersebut merupakan ilmu bantu yang dimanfaatkan untuk membantu perkembangan dan analisis hukum ( untuk dapat menggali dan menjelaskan apa sesungguhnya hukum itu dan bagaimana proses terbentuknya ).

3. Sebagai disiplin ilmu yang relatif masih muda politik hukum belum memiliki struktur keilmuan yang mapan. Namun menariknya politik hukum pada tatanan akademis telah diakui sebagai mata kuliah wajib program studi ilmu hukum di tingkat pasca sarjana fakultas hukum ( lihat SK Mendikbud No.002/U/1996 ).

Page 2: Politik Hukum

4. Walaupun ditetapkansebagai mata kuliah wajib, namun politik hukum belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Gejala ini dapat ditunjukkan masih langkanya literatur yang membahas secara komprehensif “Politik Hukum”. Mungkin baru karyanya Satjipto Rahardjo yang telah berusaha menjelaskan struktur keilmuan politik hukum yang meliputi aspek tujuan, metode dan ruang lingkupnya. Pada tataran empiris politik hukum telah dgunakan oleh Moh Mahfud MD dan Benny K harman sebagai pendekatan dalam memahami relasi antara hukum dan politik. Keduanya mencoba melihat hukum dari sisi yuridis sosio-politis, yakni menghadirkan sistem politik sebagai variabel yang mempengaruhi rumusan dan pelaksanaan hukum. Menurut Mahfud suatu proses dan konfigurasi politik rezim tertentu sangat berpengaruh terhadap produk hukum. Dalam negara demokratis produk hukumnya bersifat responsif atau populistik, sedangkan dalam negara yang otoriter produk hukumnya bersifat ortodok atau konservatif.

Variabel Bebas Variabel Terpengaruh

5. Senada dengan pendapat di atas, yakni dari Benny K Harman, beliau mengatakan bahwa dalam negara demokratis kekuasaan kehakiman yang dihasilkan adalah independen atau otonom, sebaliknya di negara otoriter kekuasaan kehakiman yang dihasilkan tidak otonom atau dependen.

Konfigurasi Politik

Karakter Produk Hukum

Demokratis Responsif / Populistik

Otoriter Koservatif / Ortodoks/ Elitis

Page 3: Politik Hukum

Variabel Bebas Variabel Terpengaruh

6. Ilmu politik hukum merupakan bagian ilmu hukum bukan ilmu politik, kalau di ibaratkan ilmu hukum sebagai pohon, filsafat merupakan akarnya, sedangkan politik merupakan btngna yang kemudian melahirkan cabang – cabang berupa berbagai bidang hukum, seperti hukum perdata, hukum pidana, HTN dan lain – lain.

Konfigurasi Politik

Karakter Kekuasaan Kehakiman

Demokratis Independen / otonom

Otoriter

Dependen / Tidak Otonom

Page 4: Politik Hukum

7. Tidak dapat dipastikan kapan hukum politik itu timbul karena sangat minim literatur – lteratur yang ada, namun dari berbagai kaian kepustakaan yang membicarakan tentang huu mulai zaman Yunani sampai era post modern, dpat disimpulkan karena adanya rasa ketidak puasan para ahli hukum terhadap model pendekatan yang sementara ini digunakan. Dalam pereode yang sanat pajang ini analisis pendekatan hukum mengalami pasang surut, dimulai dengan analisis normatif dan dogmatis yang pada saat itu dianggap paling memadai, namun keadaan ini berubah manakala hukum berhadapan dengan perubahan – perubahan yang terjadi dalam masyarakat akibat keberhasilan modernisasi dan industrialisasi.

8. Menurut Bambang Poernomo secara tersirat keberadaan politik hukum dapat dilihat dari bagian kedua klasifikasi Apeldorn yaitu pada bagian seni dan kerampilan ketika kegiatan politik untuk menemukan dan merumuskan hukum.

9. Dalam tulisannya MR. JHP Bellefroid tentang PIH di Nederland dikatakan bahwa Ilmu Hukum dapat dibagi dalam lima bagian, yaitu Dogmatik Hukum, Sejarah Hukum, Perbandingan Hukum, Politik Hukum, dan Ilmu Hukum umum.

a. Dogmatik Hukum menjelaskan makna ketentuan – ketentuan hukum dan menyusunnya sesuai dengan asas – asas dalam suatu sistem hukum.

b. Sejarah Hukum mempelajari stelsel atau susunan hukum yang lama yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan hukum sekarang.

c. Perbandingan Hukum mengadakan perbandingan antara hukum yang berlaku di berbagai negara, meneliti kesamaan dan perbedaannya.

Page 5: Politik Hukum

d. Politik Hukum, bertugas untuk meneliti perubahan – perubahan mana yang perlu dilakukan terhadap hukum yang ada agar memenuhi kebutuhan manusia dalam bermasyarakat.

e. Ilmu Hukum umum, melihat hukum sebagai sesuatu hal sendiri lepas dari waktu dan tempat. Yang dipelajari adalah dasar – dasar pengertian yang dijadikan titik tolak tiap – tiap tertib hukum, a.l. pengertian hukum, kewajiban hkum, orang, mampu bertindak dalam hukum, obyek hukum, hubungan hukum.

Konsepsi Politik HukumSecara etimologis politik hukum berasal dari istilah

rechtspolitiek (Belanda). Recht dapat diartikan hukum. Hukum adalah seperangkat aturan tigkah laku yang berlaku dalam masyarakat (Sri Soemantri martosewignjo, 1992 : 33). Politik dapat diartikan beleid yang berarti kebijaksanaan (policy). Dengan demikian politik hukum dapat diartikan kebijaksanaan hukum. Kata kebijaksanaan sendiri dapat diartikan rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (Kamus Besar bahasa Indonesia). Berdasarkan hal itu maka politik hukum dapat didefinisikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak dalam bidang hukum ( Imam Syaukani dan A. Ashin Thohari, 2004 : 22 ). Istilah rechtpolitiek jangan dikacaukan dengan istilah politiekrecht (hukum politik). Istilah yang terakhir dimaksudkan untuk mengganti istilah hukum tata negara.

Batasan atau pengertian kebijaksanaan (Policy) ada beberapa macam (Bambang Sunggono, 194 : 13-14), antara lain :a. Dari Kleijn, Kebijaksanaan merupakan tindakan secara

sadar dan sistematis, dengan mempergunakan sarana – sarana yang cocok, dengan tujuan politik yang jelas sebagai sasaran, yang dijalankan langkah demi langkah.

Page 6: Politik Hukum

b. Dari Kuypers, Kebijaksanaan sebagai suatu susunan dari (1) tujuan – tujuan yang dipilih oleh para administrator publik baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan kelompok; (2) jalan – jalan dan sarana – sarana yang dipilih olehnya dan (3) saat – saat yang mereka pilih.

c. Friend, Kebijaksanaan pada hakekatya adalah suatu posisi yang sekali dinyatakan akan mempengaruhi keberhasilan keputusan – keputusan yang dibuat dimasa datang.

d. Carl J. Friedrick, Kebijaksanaan sebagai seragkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukkan hambatan – hambatan dan kesempatan – kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

e. James E. Anderson, Kebijaksanaan adalah serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahka suatu masalah tertentu.

Dari batasan di atas terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ahli, yang jelas konsep kebijaksanaan sulit untuk dirumuskan dan diberikan makna yang tunggal. Atau dapat dikatakan sulit untuk memperlakukan konsep kebijaksanaan sebagai sebuah gejala yang khas dan konkrit tetutama bila kebijaksanaan itu kita lihat sebagai suatu proses yang terus berkembang dan berlajut mlai dari proses pembuatannya sampai implemeasiya. Di samping itu terdapat perbedaan penekanan tentang kebijaksanaan di antara para ahli. Sebagian melihat kebijaksanaan sebagai suatu perbuatan, sedang yang lain melihat sebagai suatu sikap yang direncanakan atau bahkan suatu rencana dan juga suatu tindakan. Kecuali hal tersebut para ahli juga berbeda pendapat berkaitan dengan tujuan dan sarana. Ada yang berpendapat bahwa kebijaksanaan meliputi tujuan dan sarana, kebijaksanaan meliputi tujuan dan sarana, dan bahkan ada yang tidak lagi menyebut baiktujuan maupu sarana (Bambang Sunggono, 1994:14-15).

Page 7: Politik Hukum

Secara terminologis, pengertian politik hukum dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut :a. Soedarto, Politik Hukum adalah kebijakan dari negara

melalui badan – badan negara yang berwenang untuk menetapkan peraturan – peraturan yang dikehendaki, yang diperkirakan akan digunakan untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat dan untuk mencapai apa yang dicita – citakan (Soedarto, 1979 : 15-16).

b. Padmo Wahyono, Politik Hukum adalah kebijakan dasar yang menentukan arah, bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo Wahyono, 1986: 160).

c. Teuku Mohamad Radhie, Politik Hukum sebagai suatu pernyataan kehendak penguasa negara mengenai hukum yang berlaku di wilayahnya, dan mengenai arah perkembangan hukum yang dibangun (Teuku Mohammad Radie, 1973 : 4).

d. Satjipto Rahardjo, Politik hukum diartikan seagai aktivitas memilih dan cara yang hendak dipakai untuk mencapai suatu tujuan sosial dan hukum tertentu dalam masyarakat (Satjipto rahardjo, 1991 : 352 ).

e. CFG Sunaryati hartono, Politik Hukum diartikan sebagai sebuah alat (tool) atau sarana dan langkah yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk menciptakan sistem hukum nasional yang dikehendaki dan dengan sistem hukumnasional tu akan diwujudkan cita – cita bangsa Indonesia (CFG Sunaryati Hartono, 1991 : 1).

f. Abdul Hakim Garuda Nusantara, Politik Hukum Nasional secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan negara tertentu. Politik Hukum Nasional meliputi : (1) pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada secara konsisen; (2) pembangunan hukum yang intinya adalh pembaharuan terhdap ketentuan hukum yang telah ada dan yang dianggap usang, dan penciptaan ketentuan hukum baru yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan perkembangn yang terjadi dalam masyarakat; (3) penegasan fungsi lembaga penegak atau pelaksana hukum dan pembinaan anggotanya; (4) meningkatkan kesadaran

Page 8: Politik Hukum

hukum masyarakat menurut persepsi kelompok elit pengambil kebijakan (Abdul Hakim Garuda Nusantara, 1985).

g. Moh. Mahfud MD, Politik Hukum merupakan kebijaksanaan hukum (legal policy) yang akan atau telah dilaksanakan pemerintah secara nasional. Hal ini mencakup pula pengertian tentang bagaimana politik mempengaruhi hukum dengan cara melihat konfigurasi kekuatan yang ada di belakang pemuatan dan penegakan hukum. Hukum tidak dapat hanya dipandang sebagai pasal – pasal yang bersifat imperatif atau keharusan – keharusan yang bersifat das sollen, melainkan harus dipandang sebagai subsistem yang dalam kenyataan (das sein) bukan tidak mungkin sangat ditentukan oleh politik, baik dalam perumusan materi dan pasal – pasalnya maupun dalm implemntasiya dan penegakannya (Moh. Ahfud MD 1994 : 1-2).

h. Bellefroid, Politik Hukum merupakan bagian ilmu pengetahuan hukum yang membahas perubahan ius constitutum menjadi ius constituendum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Sugeng Istanto, 2002 : 5).

Page 9: Politik Hukum

PROSEDUR PEMIKIRAN POLITIK HUKUM

PEMIKIRAN MANUSIAKEBUTUHAN HIDUP MANUSIA

CARA HIDUP MANUSIA/URBANISASITEKNOLOGI/INFORMASI

PERUBAHAN MASYARAKAT

POLITIKEKONOMI

SOSIALBUDAYAHUKUM

IUS CONSTITUTUM IUSCONSTITUENDUM

PENETAPAN

IUS CONSTITUTUM

Page 10: Politik Hukum

PERUBAHAN MASYARAKAT

NILAI IUS IUS CONSTITUTUM DPR CONSTITUENDUM

PRODUK POLITIK

LEMBAGA POLITIK

Tujuan Pengkajian Politik HukumMenurut Sugeng Istanto tujuan pengkajian politik hukum

adalah :a. Untuk memahami pemikiran – pemikiran yang melatar

belakangi penetapan ketentuan hukum yang berlaku hingga mampu menerapkan ketentuan hukum itu sesuai dengan tujuannya.

b. Untuk memilih pemikiran – pemikiran yang dapat menjadi dasar penetapan ketentuan ius constituendum dari ius constitutum yang berlaku dalam menghadapi perubahan kehidupan masyarakat hingga mampu menetapkan ketentuan hukum baru sesuai kebutuhan kehidupan masyarakat.

c. Untuk memahami kebijakan yang menggariskan kerangka dan arah tata hukum yang berlaku hingga dapat menerapkan

Page 11: Politik Hukum

dan mengembangkan hukum sesuai kebutuhan kehidupan masyarakat dalam suatu sistem.

Ruang Lingkup Dan Manfaat Pengkajian Politik Hukuma. Ruang Lingkup Politik Hukum

1. Proses penggalian nilai – nilai dan aspirasi yang berkembang dalam masyrakat oleh penyelenggara negara yang berwenang merumuskan politik hukum.

2. Proses perdebatan dan perumusan nilai – nilai dan aspirasi tersebut ke dalam bentuk sebuah rancangan peraturan perundang – undangan oleh penyelenggara negara yang berwenang merumuskan politik hukum.

3. Penyelenggara negara yang berwenang merumuskan dan menetapkan politik hukum.

4. Peraturan perundang – undangan yang memuat politik hukum.

5. Faktor – faktor yang mempengaruhi dan menentukan suatu politik hukum, baik yang akan, sedang dan telah ditetapkan.

6. Pelaksanaan dari peraturan perundang – undangan yang merupakan implementasi dari politik hukUm suatu negara.

b. Manfaat Politik HukumPolitik hukum melengkapi kajian hukum S1. Di tingkat S1

(1) mengkaji mengenai isi/ pengertian hukum melalui penafsiran hukum, perbandingan hukum; penerapan hukum melalui yurisprudensi, (2) mengkaji das sollen (keinginan, keharusan, cita – cita), das sollen menjadi das sein (kenyataan, realitas).

Politik hukum mengkaji pemikiran – pemikiran dalam pembentukan hukum, pembentukan ius constituendum, dalam menghadapi kebutuhan kehidupan masyarakat.

Politik hukum mengkaji das sein menjadi das sollen

Page 12: Politik Hukum

Keadaan/pemikiran masyarakat demikian timbulkan hukum bagaimana ?

Keadaan/pemikiran masyarakat bagaimana timbulkan hukum demikian ?

Hubungan Politik Hukum dengan Ilmu Pengetahuan HukumPolitik Hukum merupakan bagian ilmu pengetahuan hukum (Bellefroid, 1953)Ilmu Pengetahuan hukum terbagi dalam lima bagian, yaitu :a. Dogmatik Hukum

Membahas isi hukum yang berlaku, arti ketentuan hukum, tingkatan ketentuan hukum berdasarkan pada asas hukum yang berlaku dan sistem hukum yang dianut.

b. Sejarah HukumMembahas ketentuan hukum masa lalu yang mempengaruhi penetapan hukum yang berlaku masa kini.

c. Perbandingan HukumMembandingkan ketentuan hukum yang berlaku di berbagai negara untuk mendapatkan persamaan dan perbedaan.

d. Politik Hukum Membahas perubahan yang harus dilakukan dalam hukum yang berlaku agar dapat memenuhi tuntutan kehidupan masyarakat.Membahas arah perkembangan tata hukum, yakni membangun ius constituendum dari ius constitutum ( yang berkembang dari stelsel hukum masa lalu)

e. Teori Hukum UmumMembahas hukum lepas dari kekhususan waktu dan tempat tertentu. Misalnya cari pengertian hukum, kewajiban hukum, persoon hukum, obyek hukum, hubungan hukum dan lain – lain

Sasaran Bahasan Politik Hukuma. Belllfroid

Page 13: Politik Hukum

Proses pembentukan ius contituendum dari ius contitutum dalam menghadapi perubahan hidup masyarakat, bahasannya adalah :- ius constitutum (keadaan pangkal)- Perubahan kehidupan masyarakat (penyebab

perubahan)- Ius contituendum (tujuan perubahan)- Proses pembentukan hukum (cara perubahan)- Produk perubahan ( ius constituendum) yang

ditetapkan : Kerangka Arah perkembngan hukum kini dan masa

mendatang

b. MahfudhSasarannya adalah pengaruh kekuasaan pada hukum

Pengaruh sistem politik pada sistem hukum

c. Sigler, Dye, SunggonoSasarannya adalah semua keputusan organ negara- Perumusan kebijakan- Pelaksanaan kebijakan- Penilaian kebijakan

d. PadmowahyonoSasarannya adalah sistem pemerintahan negara

e. Mochtar Kusumaatmaja (Unpad)Sasarannya adalah pembangunan hukum

Page 14: Politik Hukum

Hubungan antara Hukum dan Politik, ada tiga asumsi :

1. Hukum determinan atas politikBahwa kegiatan – kegiatan politik diatur oleh dan harus tunduk pada hukum. Anggapan ini dipakai sebagai dasar dari mereka yng memandang hukum dari sudut das sollen (keinginan, kaharusan, cita – cita) atau para idealis yang berpegang pada pandangan bahwa hukum harus merupakan pedoman dalam segala aktivitas antar anggota masyarakat termasuk dalam segala aktivitas politik.

2. Politik determinan atas HukumBahwa hukum merupakan hasil atau kristalisasi dari kehendak – kehendak politik yang saling berinteraksi dan bahkan saling bersaingan. Anggapan ini dipakai sebagai dasar dari mereka yang memandang hukum dari sudut das sein (kenyataan, realitas) atau para penganut paham empirisme, yang memandang produk hukum sangat dipengaruhi oleh politik.

Page 15: Politik Hukum

3.Politik dan Hukum sebagai subsistem kemasyarakatan berada pada posisi yang seimbang, karena meskipun hukum merupakan produk keputusan politik tetapi begitu hukum ada maka semua kegiatan politik harus tunduk pada hukum.

Soehardjo SS, mengatakan bahw politik dan hukum merupakan pasangan. Hukum pasti didasari oleh politik, karena hukum dibentuk oeh Negara sebagai lembaga politik yang paling tinggi. Sebaliknya politik baru mempunyai wujud bilamana sudah dirumuskan dalam bentuk hukum. Hubungan antara keduanya adalah timbal balik. Politik adalah lambang kekuasaan atau Macht dan rumusan – rumusan norma itu dilambangkan dengan hukum atau Recht. Maka hubungan antar keduanya merupakan Machtsbildende wirkung des rechts dan rechtsbildende wirkung des machts (politiklah yang membentuk hukum dan hukumlah yang memberikan wujud pada politik )

Hubungan antara politik dan hukum tidak berhenti setelah ketentuan hukum itu berhasil dirumuskan di dalam perundang – undangan, tetapi hubungan keduanya akan tetap ada pada tahap pelaksanaan peraturan yang bersangkutan dan seterusnya sampai pada saat perlu diadakan perubahan –perubahan atau penggantian peraturan yang

Page 16: Politik Hukum

bersangkutan. Misalnya dari HIR menjadi KUHAP dll.

Barda Nawawi Arief mengatakan, bahwa Politik Hukum adalah legal policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional yang meliputi :Pembangunan hukum yang berintikan pembuatan dan pembaharuan terhadap materi –materi hukum agar dapat sesuai dengan kebutuhan.

a. Pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum

b. Jadi politik hukum ,mencakup proses pembuatan dan pelaksanaan hukum yang dapat menunjukkan sifat dan kearah mana hukum akan dibangun dan ditegakkan.

Bagaimana hukum akan dibuat dan seharusnya dibuat dan ditentukan arahnya di dalam politik nasional dan bagaimana hukum difungsikan. Masalah kebijakan hukum bukan semata – mata pekerjaan teknis perundang – undangan yang bersifat yuridis normatif dan sistimatis dogmatik, tetapi perlu pendekatan yuridis factual (sosiologis, histories, komparatif, bahkan komprehensif) dari disiplin sosial lainnya dan pendekatan integral dengan kebijakan sosial dan pembangunan nasional pada umumnya.

Pendekatan hukum dapat dilihat dari sudut pendekatan kebijakan :

Page 17: Politik Hukum

1. Sebagai bagian dari kebijakan sosial, sebagai upaya untuk mengatasi masalah – masalah sosial/kemanusiaan untuk mencapai tujuan nasional (kesejahteraan masyarakat)

2. Sebagai bagian dari penegakan hukum, bagian dari upaya memperbaharui substansi hukum dalam rangka lebih mengefektifkan penegakan hukum.

Pendekatan hukum dilihat dari sudut pendekatan nilaiPada hakekatnya merupakan upaya melakukan peninjauan dan penilaian kembali (Reorientasi dan relevansi) nilai – nilai sosio politik, sosio filosofi, sosio kultural yang melandasi dan memberi isi terhadap muatan normatif dan subtansif hukum yang dicita – citakan.

Pendekatan yang rationalHarus melekat pada setiap langkah kebijakan. Dalam melaksanakan politik orang mengadakan penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif. Jadi harus dilakukan dengan sengaja dan sadar terencana, dengan telah diperhitungkan faktor – faktor yang dapat mendukung dalam bekerjanya hukum dalam kenyataan. Jadi harus ada pendekatan fungsional.

Pendekatan kebijakan dan pendekatan nilai

Page 18: Politik Hukum

Tidak harus dilihat sebagai dichotomi, karena dalam pendekatan kebijakan seharusnya juga dipertimbangkan faktor – faktor nilai.

Keharusan rational bukan berarti bahwa pertimbangan – pertimbangan etis dapat ditinggalkan, karena syarat rational ada syarat moral juga.

Politik hukum sering diartikan sempit dan berat sebelah. Seakan – akan hanya menyangkut politik praktis yang dikendaki seorang penguasa, suatu golongan dengan memaksakan kehendaknya sendiri dalam proses pembuatan norma hukum/perundang-undangan, sehingga melegitimasikan kekuasaan yang ada.

Hukum harus dipahami tidak hanya sekedar hukum / perundang-undangan yang berlaku sah secara yuridis tetapi juga sah secara sosiologis, filosofis, bahkan moral.Good law tidak semata – mata ketepatan dari aspek yuridis melainkan secara moral substansial, hukum tidak bertentangan dengan keadilan dan punya relevansi bagi kondisi aktual masyarakat.

Pembenaran hukum dari segi moral ini penting, guna menghindari kelaliman penguasa yang menggunakan hukum sebagai alat penindasan. Termasuk legitimasi moral atas hukum adalah

Page 19: Politik Hukum

keberanian untuk mengubah norma hukum atau per uu yang tidak relevan, supaya adil dan pasti mengikat/mewajibkan. Keadilan hukum bukan keadilan individu atau golongan tertentu melainkan keadilan bagi seluruh rakyat (Pasal 33 UUD 1945). Berarti politik hukum harus terbuka bagi pembentukan sistim hukum yang mampu mengakomodasikan pluralisme kepentingan bangsa yang majemuk, sehingga tercipta tertib sosial sebagai kondisi dasar terwujudnya tujuan nasional.

Politik hukum bertolak dari pertanyaan : bagaimana merumuskan sistim hukum nasional yang dicita – citakan ( das sollen ) atas dasar pengalaman yang berlangsung saat ini ( das sein )

Adalah naif dan menyesatkan jika orang mengklaim norma hukum yang de facto berlaku sebagai norma hukum/peraturan – peratutan yang seharusnya berlaku. Kenyataan berbicara bahwa masyarakat berubah dan membawa suatu hal yang baru. Misalnya : cloning, bayi tabung, transplatasi buatan, yang sebelumnya tidak dikenal dan tidak diatur oleh hukum. Norma hukum perlu direvisi agar relevan dan adil.Pertanyaannya bergeser dari apa yang tidak seharusnya menurut hukum.

Page 20: Politik Hukum

Sistim hukum yang baikHukum yang baik pada hakekatnya apabila dapat mewujudkan keadilan bagi semua orang. Tanpa keadilan, hukum alat kekuasaan untuk menindas.

1. Harus ada keterbukaan politik untuk mengakomodasikan aspirasi rakyat, baik dalam pembuatan norma hukum atau penyempurnaan hukum yang sudah tidak relevan lagi.

2. Reformasi yang memberikan kesempatan yang sama kepada semua orang untuk meningkatkan taraf hidupnya.

3. Politik hukum harus difokuskan kepada kondisi masyarakat yang pluralistik – majemuk.

Pembentukan dan penegakan hukum melibatkan SDM, tata kerja pengorganisasian, sarana dan prasarana. SDM yang andal, tata kerja dan pengorganisasian yang efisien dan efektif, serta penyediaan sarana dan prasarana yang memadai akan turut menentukan keberhasilan politik pembentukan dan penegakan hukum. Karena itu politik pembentukan dan penegakan hukum yang baik, harus disertai pula dengan politik pembinaan SDM, tata kerja dan pengorganisasian, serta sarana dan prasarana.

Politik hukum ada yang bersifat tetap (permanen) dan ada yang temporer. Yang tetap, berkaitan dengan sikap hukum yang akan selalu menjadi

Page 21: Politik Hukum

dasar kebijaksanaan pembentukan dan penegakan hukum.

Politik hukum yang tetap meliputi antara lain :1. Ada satu kesatuan sistim hukum Indonesia2. Sistim hukum nasional dibangun berdasarkan

dan untuk memperkokoh sendi – sendi Pancasila dan UUD 1945.

3. Tidak ada hukum yang memberikan hak istimewa kepada warga negara tertentu berdasarkan suku,ras, atau agama. Kalaupun ada perbedaan semata – mata didasarkan kepada kepentingan nasional dalam rangka kesatuan dan persatuan bangsa.

4. Pembentukan hukum memperhatikan kemajemukan masyarakat.

5. Hukum adat dan hukum tak tertulis lainnya diakui sebagai sub sistim hukum nasional sepanjang nyata – nyata hidup dan dipertahankan dalam pergaulan masyarakat.

Politik hukum temporerAdalah kebijaksanaan yang ditetapkan dari waktu ke waktu sesuai dengan kebutuhan. Termasuk dalam kategori ini hal – hal seperti :

1. Penentuan prioritas pembentukan per UU2. Penghapusan per UU kolonial3. Pembaharuan peraturan per uu di bidang

ekonomi.

Page 22: Politik Hukum

4. Penyusunan peraturan per uu yang menunjang pembangunan nasional

Politik hukum tidak terlepas dari kebijaksanaan di bidang lain, harus diusahakan selalu seiring dengan aspek – aspek kebijaksanaan di bidang ekonomi, politik, sosial dan sebagainya.

Dalam transformasi sosial, system hukum hendaknya dikaitkan dengan perubahan. Tidak ada pilihan lain, harus dikembangkan secara sistematis pemikiran hukum yang berorientasi sosial.

Pembangunan hukum, pemikiran hukum, dan ilmu hukum yang tidak menyadari panggilannya akan menghasilkan suatu system hukum yang tidak mempunyai kegunaan yang memadai bagi kemasyarakatan.

Pemikiran hukum yang berorientasi sosial dalam konteks pembangunan tidak lain dari pemikiran yang melihat kegiatan dalam bidang hukum sebagai bagian dari transformasi sosial.

Perlu peninjauan kembali / reorientasi terhadap konsep – konsep yang selama ini digunakan. Misalnya : hak milik adalah hak yang terkuat dan turun menurun-apakah betul ? kenyataannya dapat dicabut.

Page 23: Politik Hukum

Dalam masyarakat yang sedang membangun yang cirinya adalah perubahan, maka peranan hukum adalah untuk menjamin bahwa perubahan itu terjadi dengan cara yang teratur yaitu : melalui per uu atau keputusan pengadilan atau kedua – duanya.

Perubahan atau keteraturan dan ketertiban adalah tujuan kembar dari masyarakat yang sedang membangun, maka hukum menjadi alat yang tidak dapat diabaikan.

Dua lingkup utama Politik Hukum :1. Politik Pembentukan hukum yang mencakup :

a. Kebijaksanaan (pembentukan) per uub. Kebijaksanaan (pembentukan)

yurisprudensi/keputusan hakim.c. Kebijaksanaan terhadap peraturan tidak

tertulis2. Politik Penegakan Hukum yang bersangkutan

dengan :a. Kebijaksanaan di bidang peradilanb. Kebijaksanaan di bidang pelayanan

hukum

Antara kedua aspek politik hukum tersebut sekedar dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan, karena :

1. Keberhasilan suatu peraturan per uu tergantung pada penerapannya. Apabila penegakan hukum tidak dapat berfungsi dengan baik, peraturan per uu yang bagaimanapun sempurnanya tidak

Page 24: Politik Hukum

atau kurang memberi arti sesuai dengan tujuannya.

2. Putusan – putusan dalam rangka penegakan hukum merupakan instrumen kontrol bagi ketepatan atau kekurangan suatu peraturan per uu. Putusan –putusan tersebut merupakan masukan bagi pembaharuan atau penyempurnaan peraturan per-uu-an

3. Penegakan hukum merupakan dinamisator peraturan per-uu –an. Melalui putusan dalam rangka penegakan hukum, peraturan per uu menjadi hidup dan diterapkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Bahkan peraturan yang kurang baik akan tetap mencapai sasaran di tangan penegak hukum yang baik.

Meskipun ada persamaan dalam lingkup utama, tetapi corak dan isi politik hukum dapat dibeda - bedakan antara yang satu dengan yang lain. Jangankan antara negara yang berbeda, politik hukum negara tertentu pun dapat berbeda dari waktu. Perbedaan tersebut timbul karena berbagai faktor antara lain :

1. Dasar dan corak politik hukum Hukum / uu – produk politik (DPR, Pemerintah), akan mencerminkan berbagai pemikiran dan kebijaksanaan politik yang paling berpengaruh dalam negara yng bersangkutan.Pikiran/kebijakan tersebut dapat

Page 25: Politik Hukum

bersumber pada ideologi tertentu, kepentingan tertentu atau tekanan sosial yang kuat dari masyarakat.Politik hukum negara sosialis >< LiberalisPolitik hukum Negara demokrasi >< totaliter

2. Tingkat perkembangan masyarakatMasyarakat agraris : tanah merupakan faktor dominanMasyarakat industri : SDM cakap/trampil yag utama.

3. Susunan MasyarakatPolitik masyarakat homogen – tidak sama dengan masyarakat heterogenMasyarakat homogen : serba menyamakan/unifikasiMasyarakat heterogen : tidak dapat unifikasi , terutama untuk lapangan yang berhubungan dengan agama, kekeluargaan.

4. Pengaruh globalPolitik hukum tak dapat semata – mata melindungi kepentingan nasional, tetapi juga kepentingan global (lintas negara). Misalnya tentang hak CPM.

Politik Hukum merupakan pengakuan akan eksistensi hukum. Bahwa di dalam kehidupan masyarakat, hukum itu mutlak adanya. Hukum sebagai sarana ”means” untuk mencapai tujuan tertentu.

Page 26: Politik Hukum

Jadi tujun harus jelas meskipun awalnya masih bersifat umum.

Negara bukan satu – satunya badan/lembaga yang mejalankan politik hukum sebab dalam masyarakat banyak terdapat ”Center of Power”.

Fungsi hukum esensial bagi ketahanan Masyarakat.Bila hukum tak berfungsi, maka masyarakat kehilangan daya tahannya, dengan akibat terjadi kekacauan terus menerus.Tindakan penertiban masyarakat harus menghiraukan hukum.Dalam jangka pendek mungkin hukum dapat tidak dihiraukan sebagai tindakan darurat, namun dalam jangka panjang dapat fatal akibatnya.

Tidak mudah memahami pelaksanaan politik hukumPerlu dibedakan pelaksanaan di berbagai bidang hukum seperti HTN, HAN, Hk. Pidana, Hk. Perdata. Pelaksanaannya tidak sama, dalam arti kabar kebijaksanaan politik, ada yang sangat menonjol, ada yang kurang. Misal HTN politiknya sangat berperan, sedangkan hukumnya berfungsi sebagai/wujud rumusan kebijaksanaan politik tersebut.

Di bidang HAN, politik hukumnya sangat menonjol

Page 27: Politik Hukum

Public policy mencampuri hampir semua permasalahan hidup masyarakat. Campur tangan pemerintah mempunyai dua segi (a) membawa manfaat, tetapi juga (b) pengurangan terhadap hak asasi warga masyarakat.

Kedudukan pemerintah makin dominan, posisi warga masyarakat makin tergantung.Perlu evaluasi terhadap tindakan melawan hukum pemerintah.Penyalahgunaan kewenangan – perlu pengaturan untuk perlindungan hukum bagi masyarakat.

Pembicaraan politik hukum sebagaian besar di bidang HAN karena :

1. Sifat HAN, pembentukan norma – norma yng mengandung politik hukum/public policy tidak dapat ditentukan sekaligus . Berbeda dengan HTN, HK. Pidana, Hk. Perdata, yang normanya lebih konkrit. Dalam HAN normanya abstrak umum misalnya , UU ganggguan (HO) berlaku bagi perusahaan – perusahaan yang sifatnya tidak sama. Konkritisasi dalam surat ijin yang dikeluarkan oleh pejabat administrasi harus dilalui tahap – tahap secara berjenjang, penentuan norma – norma dari umum abstrak-individual konkrit.

2. Sebagain besar hukum yang ada di dalam negara adalah HAN.

Page 28: Politik Hukum

Hukum ini berkembang sangat pesat karena pemerintah dituntut untuk makin luas peranannya dalam menentukan kebijaksanaan dalam berbagai urusan masyarakat.

Di bidang hukum pidana pada umumnya meliputi :a. kriminalisasi – syarat-syaratnya apab. Pemberatan pidana

Di bidang Hukum PerdataApakah politik hukum dapat dilaksanakan ? Mengingat hukum perdata sebagai hukum privat – domein masyarakat. Pemerintah jangan mencampuri. Dalam perkembangan politik hukum dijalankan secara selektif, misalnya : syarat kawin.

Politik hukum selalu mengiringi kebijaksanaan pemerintah untuk secara selektif memberi bingkai legalitas.

Pendapat lama bahwa apabila sudah dikeluarkan uu, kemudian disediakan anggaran untuk melaksanakannya hasilnya akan dicapai.

Pendapat baru bila uu sudah diundangkan dan mulai berlaku justru di sinilah persoalan –persoalan muncul, baik yang sudah diperkirakan maupun yang belum diperkirakan.

Page 29: Politik Hukum

Politik dalam arti formal terbatas pada satu tahap yaitu menuangkan kebijaksanaan pemerintah dalambentuk produk hukum – legislatif drafting.

Politik hukum dalam arti materiil meliputi legislatif drafting, legal executing, legal review, dan legal planning.

POLITIK HUKUM NASIONAL

Politik Hukum Nasional adalah kebijakan dasar penyelenggaraaan negara dalam bidang hukum yang telah berlaku , sedang berlaku dan akan berlaku, yang bersumber dari nilai – nilai yang berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan negara yang dicita – citakan, (Pembukaan UUD 1945 alinea keempat)

Tujuan politik hukum nasional adalah (1) sebagai suatu alat atau sarana dan langkah yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk menciptakan suatu sistem hukum nasional yang diinginkan; (2) untuk mewujudkan cita – cita bangsa Indonesia.

Sistim Hukum Nasional adalah sebuah sistem hukum yang dibangun berdasarkan idiologi negara Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945 dan beralaku di seluruh Indonesia.

Hingga kini kita belum memiliki sistem hukum nasional yang representatif, oleh sebab itu dalam pemikiran ke depan banyak usulan – usulan dari berbagai pihak, terutama dari kampus. Dalam hal ini Arief Sidharta mengusulkan tatanan hukum nasional harus mengandung (1) Berwawasan kebangsaan dan berwawasan nusantara, (2) mampu mengakomodasi kesadaran hukum kelompok etnis kedaerahan dan keyakinan keagamaan, (3) Diharapkan berbentuk tertulis dan terunifikasi: (4) Bersifat

Page 30: Politik Hukum

rasional (efisiensi, wajar, kaidah dan nilai); (5) Aturan prosedural yang menjamin transparansi; (6) Responsif terhadap perkembangan masyarakat. Disamping itu ada rekomendasi dari seminar yang diselenggarakan di Fakultas Hukum UII Yogyakarta bahwa hukum nasional yang sedang dibangun haruslah : (1) Berlandaskan Pancasila dan UUD 1945; (2) Berfungsi mengayomi, menciptakan ketertiban sosial, mendukung pelaksanaan pembangunan dan mengamankan hasil – hasil dari pembangunan.

Adapun usulan masukan – masukan dari berbagai pihak agartercipta sebuah tatanan hukum nasional yang bisa menjamin penyelenggaraan negara dan relasi antara warga negara, pemerintah dan dunia internasional secara baik. Atau dengan kata lain politik hukum nasional bertujuan untuk mnciptakan sebuah sistem hukum nasional yang rasional, transparan, demokratis, otonom dan responsif terhadap perkembangan masyarakat. Untuk menciptakan hal tersebut tidak mudah, diperlukan kerjasama berbagai pihak (pemerintah, partai politik dan masyarakat) guna mewujudkannya.

Tata Urutan Peraturan Perundang – undangan ( UU No.10 tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang –undangan)UUD 1945UU / PERPUPPPERPRESPERDA

UUD 1945 menempati posisi yang teratas, sebagai hukum dasar. Setiap materi yang diatur dalam perundangan yang ada di bawahnya tidak boleh bertentangan dengan materi yang terdapat dalam UUD 1945. UUD 1945 menentukan garis besar, arah, isi dan bentuk hukum yang akan diberlakukan di Indonesia. Dengan demikian politik hukum nasional dalam arti sebagai kebijakan dasar penyelenggaraan negara dalam bidang hukum yang akan, sedang dan telah berlaku, yang bersumber dari nilai

Page 31: Politik Hukum

– nilai yag berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan negara yang dicita – citakan, dalam bentuk tertulis dapat ditemukan dalam UUD 1945.

Sebagai contoh politik hukum nasional dalam bidang kekuasaan kehakiman yang terdapat dalam UUD 1945 Bab IX setelah mengalami perubahan. Bunyi pasal 24, 24A, 24B, 24C bila dicermati telah terjadi perubahan yang radikal dari struktur kekuasaan kehakiman. Yang dulu Mahkamah Agung merupakan satu – satunya lembaga yang berhak menjalankan fungsi kekuasaan kehakiman, setelah terjadi perubahan sebagian kekuasaan diserahkan pada Mahkamah Konstitusi. Di samping itu telah terjadi perubahan pula adanya lembaga khusus yang bersifat mandiri, yang tadinya tidak kenal, yaitu Komisi Yudisial yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Dengan emikian dapat dikatakan bahwa Pasal 24, 24A, 24B dan 24C merupakan politik hukum di bidang kekuasaa kehakiman yang terdapat dalam UUD 1945.

Menurut Hamid Attamimi politik hukum nasional dapat ditemukan pula pada TAP. MPR. Contoh TAP. MPR . No.IV/MPR/1999 tentang Garis – garis Besar Haluan Negara. Pada Bab IV disebutkan tentang arah kebijakan bidang hukum yang terjadi dari 10 butir. Bila isi arah kebijakan bidang hukum itu dicermati merupakan politk hukum nasional yang memuat secara komprehensif berbagai aspek pengembangan budaya hukum, penegakan hukum, ratifikasi konvensi internasional, peningkatan sumber daya aparat – aparat hukum, kemandirian lembaga peradilan, pengembangan peraturan perundang – undangan, HAM, efisiensi proses peradilan dan lain – lain.

Politik hukum nasional dapat juga ditemukan pada undang – undang, namun tidak setiap undang – undang mengandung politik hukum, karena lebih menekankan aspek teknis, dibandingkan sebuah aturan umum yang yang perlu dirinci lebih

Page 32: Politik Hukum

jauh. Contoh undang – undang yang mengandung politik hukum nasional, misalnya UU No.44 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh dan UU No.18 Taun 2001 tentang Otonomi Khusus Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Propinsi Naggroe Aceh Darussalam.

Lembaga yang berwenang merumuskan Politik Hukum1. MPR

MPR yang anggotanya merupakan gabungan dari DPR dan DPD, produknya dituangkan dalam (1) Penetapan atau perubahan UUD (2) Ketetapan MPR (dimasa mendatang dimungkinkan Ketetapan MPR tidak dikenal lagi dalam urutan peraturan perundang – undangan karena adanya amanat konstitusi agar MPR melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukumnya. Pasal 1 Aturan tambahan Perubahan keempat UUD 1945.

2. DPR dan PresidenDPR merumuskan politik hukum dalam bentuk undang – undang (lihat Pasal 20 ayat (1) perubahan pertama UUD 1945 yang mengatakan bahwa DPR memegang kekuasaan membentuk undang – undang, ditambah Pasal 20 A yang mengatakan bahwa DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan. Namun demikian menurut Pasal 5 UUD 1945 Presiden juga berhak mengajukan rancangan undang – undang kepada DPR). Dalam merumuskan undang – undang perlu kerjasama antara DPR dan Presiden.

UUD yang merupakan produk MPR dan undang – undang sebagai produk DPR dan Presiden, merupakan aktualisasi dari kehendak-kehendak politik ekonomi, sosial, budaya, hukum dan lain-lain. Kehendak atau keinginan ini dapat dari berbagai kalangan, baik muncul pada tingkat suprastruktuk politik (penyelenggara negara) maupun infrastruktur politik seperti dari partai politik, kelompok kepentingan (interest group)seperti

Page 33: Politik Hukum

organisasi profesi, kelompok penekan (pressure group) seperti lembaga-lembaga swadaya masyarakat, alat komunikasi politik seperti media massa baik cetak maupun elektronik dan tokoh politik.Suprastruktur politik yang mempunyai wewenangan merumuskan politik hukum hanya MPR, DPR dan Presiden. Keinginan-keinginan baik yang bersifat politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain yang muncul dari tingkat infrastuktur politik selanjutnya dperdebatkan dan mengalami kristalisasi pada tingkat suprastruktur politik yang selanjutnya outputnya berupa rumusan politik hukum baik yang ada dalam UUD (merupakan produk MPR) atau Undang-Undang (merupakan produk DPR dan Presiden)

STRATEGI PEMBANGUNAN HUKUM

Ada dua strategi : 1. Strategi Pembangunan Hukum Ortodoks : adanya peran

besar (dominan) dari Pemerintah dalam menentukan arah pembangunan hukum.

2. Strategi Pembangunan Hukum Responsif : adanya partisipasi masyarakt secara luas dan kedudukannya relatif bebas.

Bagaiman Kondisi di Indonesia?

Strategi pembangunan hukum dapat dikatakan ortodoks, apabila bersifat kaku, kurang terbuka bagi perubahan, kurang tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

Yang diperlukan adalah strategi pembangunan hukum yang responsif-progresif, untuk itu :

1. Perlu memperhatikan kelompok lapisan bawah yang jumlahnya cukup besar dan benar-benar memperjuangkan kepentingan-kepentingan mereka .

2. Memperbesar akses masyarakat ke Lembaga Pengadilan.

Page 34: Politik Hukum

3. Lembaga sosial non-pemerintah (seperti LBH, LSM dan lain-lain) meningkatkan perannya, bersamaan dengan itu merencanakan litigasi baru, merangsan pula untuk mendirikan lembaga baru, seperti arbitrase-menjembatani masyarakat-pemerintah.

4. Untuk menunjang hal di atas nomor 3 baik pemerintah dan swasta mengadaka penelitian untuk pembangunan hukum yang efektif.

No. Perihal Tipe menindas Tipe Otonom1. Tujuan Hukum Ketertiban Kesahan2. Legitimasi Pertahanan Sosial dari

Raison d’etatMenegakkan Prosedur

3. Peraturan Kasar dan Terperinci ; tetapi hanya mengikat pembuat peraturan secara lemah

Sangat Terurai; mengikat pembuat maupun mereka yang diatur

4. Panalaran Ad hoc; sesuai keperluan dan partikularistik

Mangikat diri secara ketat kepada hukum; peka terhadap formalisme dan legalisme

5. Diskresi Merata; Oportunistik Dibatasi oleh peraturan – peraturan; pendelegasian sangat terbatas

6. Pemaksaan Luas sekali; pembatasannya lemah

Dikontrol oleh pembatasan – pembatasan hukum

7. Moralitas Moralitas komunal ; moralitas hukum; moralitas pemaksaan

Moralitas kelembagaan, yaitu diikat oleh pemikiran tentang integritas dari proses hukum

8. Kaitan Politik Hukum ditundukkan kepada politik kekuasaan

Hukum bebas dari politik; pemisahan kekuasaan

9. Harapan terhadap Kepatuhan

Tidak Bersyarat; ketidakpatuhan dengan begitu saja dianggap menyimpang

Bertolak dari peraturan yang sah, yaitu menguji kesahan UU, peraturan

10. Partisipasi Tunduk dan patuh; kritik dianggap tidak loyal

Dibatasi oleh prosedur yang ada; munculnya kritik hukum

Sumber : diadaptasi dari Satjipto rahardjo (1985)

Page 35: Politik Hukum

Identitas Hukum Ekonomi Indonesia

Yang menjadi masalah : bagaimana nilai – nilai demokrasi dan keadilan sosial diterapkan di Indonesia ?

Hukum Ekonomi sebagai perangkat peraturan mengatur dua hal :

1. Untuk mengatur cara – cara bagaimana sumberdaya ekonomi dikelola untuk meningkatkan kemakmuran

2. Untuk mengatur secara adil pengelolaan sumberdaya ekonomi sesuai dengan peran masyarakat yang turut mengelola sumberdaya ekonomi tersebut.

Pola Kapitalis1. Penguasaan alat – alat produksi ditangan sekelompok kecil

angota masyarakat.2. Produksi barang – barang dan jasa – jasa ditentukan oleh

penawaran dan permintaan pasar.3. Produksi barang – barang dan jasa – jasa ditujukan untuk

mengejar profit yang maksimal.

Indonesia dihadapkan Ek. Internasional maka tidak lepas dri pengaruh kapitalis, konsekuensinya Indonesia menjalankan kebijakan hukum ekonomi berwatak kaptalis, ciri – cirinya :

1. Perangkat peraturan yang menfasilitasi pertumbuhan ekonomi nasional mempercepat investasi diberbagai bidang.

2. Perangkat peraturan disusun untuk meratakan hasil pertumbuahan ekonomi menurut cara – cara dalam sistem ekonomi kapitalis.Contoh : Pasar Modal – Masyarakat dapat membeli saham ( hanya untuk masyarakat yang berkecukupan).

No. Periode Konfigurasi Politik

Kecenderungan Karakter Produk Hukum

Page 36: Politik Hukum

Pemilu Pemda Agraria1. 1945 –

1959 (Demokrasi Liberal)

Demokratis Responsif Responsif Responsif

2. 1959 – 1966 (Demokarsi Terpimpin)

Otoriter - Ortodoks / Konservatif / elitis

Responsif (dengan alasan tertentu)

3. 1966 – 1998 (Orde baru)

Otoriter Ortodoks / konservatif/ elitis

Ortodoks / Konservatif / elitis

Ortodoks / Konservatif / elitis (parsial)