Hukum Dan Pancasila Di Indonesia
description
Transcript of Hukum Dan Pancasila Di Indonesia
HUKUM DAN PANCASILA DI INDONESIA
Oleh:
Kelompok 8
\Dimas Mulyajaya (03111402005)
Rizky Ahmad K (03021381419090)
Fredy Mukti (03021381419110)
Onggi Aries Seka (03021381419122)
M. Ramtan Pratama (03021381419128)
Muhammad Azhar (03021381419136)
Khoirunnajah Zohro (03021381419140)
Larryano Valentino (03021381419141)
Suarnando T P (03021381419144)
A. Latar Belakang
Zaman sekarang ini banyak kasus hukum yang tidak diselesaikan
dengan adil, bahkan tidak sesuai dengan pasal yang ada. Dimana para
penegak hukum memanfaatkan perannya sebagai hakim dan mafia hukum
dikalangan pemerintah Indonesia.
Dengan adanya aksi-aksi para mafia hukum yang tidak terlihat
disambut banyak protes dan kritik oleh masyarakat Indonesia. Maka dari
itu,makalah ini hadir untuk membahas ketidakadilan di Indonesia yang tertuju
pada keputusan hukum yang tidak setara dengan keadilan sosial yang adil dan
beradab.
Yang menjadi permasalahan disini hukuman yang tidak setimpal
dengan kesalahan yang dilakukan dan tidak adanya rasa sosial yang tinggi
terhadap sesama warga Indonesia. Dan perbedan hukuman antara orang
berstrata tinggi dengan orang yang melakukan kesalahan dari kalangan
bawah.
Negara Indonesia memiliki pancasila yang harus di junjung tinggi agar
keadilan merata tidak memandang dari kalangan apapun karena setiap warga
Negara berhak memperoleh Hak yang sama. Semua kalangan di Indonesia
harus memperoleh perlakuan yang sama dari pemerintah, yang harus di
usahakan setiap saat agar kenyamanan hukum di Indonesia merata.
Banyaknya kasus yang menyangkut tentang HAM dan
pancasila terutama sila “ Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia,akan
di bahas dalam makalah ini. Kinerja hukum di Indonesia harus segera
dibenahi dan diluruskan segala permasalahanya karena menyangkut
kepentingan orang banyak.
Kondisi riil yang terjadi saat ini di Indonesia mengindikasikan adanya
kegagalan aparat-aparat penegak hukum dalam menegakan hukum.
Kegagalan penegakan hukum secara keseluruhan dapat dilihat dari kondisi
ketidakmampuan (unability) dan ketidakmauan (unwillingness) dari aparat
penegak hukum itu sendiri. Ketidakmampuan penegakan hukum
diakibatkan profesionalisme aparat yang kurang, sedangkan ketidakmauan
penegakan hukum berkait masalah KKN (korupsi kolusi dan nepotisme)
yang dilakukan oleh aparat hukum sudah menjadi rahasia umum. Terlepas
dari dua hal di atas lemahnya penegakan hukum di Indonesia juga dapat kita
lihat dari ketidakpuasan masyarakat karena hukum yang nota benenya
sebagai wadah untuk mencari keadilan bagi masyarakat, tetapi malah
memberikan rasa ketidakadilan.
B. Contoh Kasus Ketidakdilan Hukum di Indonesia
Tema pertama :
Nenek Minah dipenjara 1,5 bulan karena mencuri kakao
Berhubungan dengan sila ke 5 Pancasila yang berbunyi “keadilan sosial
bagi seluruh rakyat indonesia.”
Kasus nenek Minah (55) asal Banyumas yang buta huruf ini divonis
1,5 bulan kurungan dengan masa percobaan 3 bulan di PN Purwokerto
akibat mencuri tiga buah kakao pada tahun 2009 lalu. Kejadian ini bermula
saat Minah sedang memanen kedelai di lahan garapannya di Dusun
Sidoarjo, Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Jawa
Tengah. Lahan garapan Minah ini juga dikelola oleh PT RSA untuk
menanam kakao.
Ketika sedang memanen kedelai, mata tua Minah tertuju pada 3 buah
kakao yang sudah ranum. Dari sekadar memandang, Minah kemudian
memetiknya untuk disemai sebagai bibit di tanah garapannya. Setelah
dipetik, 3 buah kakao itu tidak disembunyikan melainkan digeletakkan
begitu saja di bawah pohon kakao.
Dan tak lama berselang, lewat seorang mandor perkebunan kakao PT
RSA. Mandor itu pun bertanya, siapa yang memetik buah kakao itu. Dengan
polos, Minah mengaku hal itu perbuatannya. Minah pun diceramahi bahwa
tindakan itu tidak boleh dilakukan karena sama saja mencuri.
Seminggu kemudian dia mendapat panggilan pemeriksaan dari polisi.
Proses hukum terus berlanjut sampai akhirnya dia harus duduk sebagai
seorang terdakwa kasus pencuri di Pengadilan Negeri (PN) Purwokerto.
Akibat perbuatannya itu, nenek Minah dijerat pasal 362 Kitab
Undang-undang Hukum Pidana, dengan ancaman hukuman enam bulan
penjara. Karena ancaman hukumannya hanya enam bulan, Minah pun tak
perlu ditahan.
Memang, Minah tidak harus mendekam di ruang tahanan. Dalam surat
pelimpahan berita acara pemeriksaan (BAP) yang dikeluarkan Kejari
Purwokerto, Minah dinyatakan sebagai tahanan rumah.
Inilah ironi di negeri ini. Koruptor yang makan uang rakyat bermiliar-
miliar banyak yang lolos dari jeratan hukum. Tapi nenek Minah dari Dusun
Sidoharjo, Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten
Banyumas ini harus menghadapi masalah hukum hanya karena tiga biji
kakao yang nilainya hanya Rp 2.000.
Tema Kedua:
Mantan Ketua KPU DKI Divonis 18 Bulan
Berhubungan dengan sila ke 5 Pancasila yang berbunyi “keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, memvonis penjara M.
Taufik, mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta, satu tahun
enam bulan karena terbukti korupsi. M. Taufik terbukti merugikan negara
sebesar Rp 488 juta saat pengadaan barang dan alat peraga Pemilihan
Umum 2004.
Keputusan majelis hakim yang dipimpin Lief Sufijulah ini lebih
ringan dua bulan dibanding tuntutan jaksa penuntut umum. Selain diputus
hukuman badan, M. Taufik juga didenda Rp 50 juta dan diharuskan
mengembalikan uang Rp 488 juta. Setelah dipotong masa tahanan selama
satu tahun, M. Taufik tinggal menjalani sisa masa hukuman 6 bulan lagi.
Kasus korupsi ini berawal dari temuan Komisi A DPRD Jakarta
terhadap penggunaan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2004.
Harga sewa Kantor Sekretariat Kepulauan Seribu senilai Rp 110 juta
misalnya dinilai kelewat mahal. Kemudian tender fiktif pengadaan rompi
senilai Rp 9,7 miliar, pajak tidak disetor senilai Rp 4,2 miliar serta dana
pendidikan pemilu 3,5 miliar. Kerugian negara diperkirakan mencapai Rp
29,8 miliar. Tetapi yang terbukti di pengadilan hanya sebesar Rp 488 juta.
Argumentasi :
Pada saat ini penerapan hukum di indonesia hanya diterapkan bagi
kalangan yang lemah sedangkan masyarakat golongan atas mendapatkan
perlakuan istimewa contoh nyata dapat kita lihat pada para pelaku kasus
korupsi di negeri kita yaang telah tumbuh subur dan menjamur mereka
mendapatkan perlakuan istimewa sebagai tahanan istimewa dengan fasilitas
lengkap sedangkan disisi lain terdapat rakyat bawah yang hanya melakukan
pelanggaran hukum dikarenakan masalah ekonomi seperti seorang nenek
yang menciri biji kakao mendapat hukuman yang berat,pencuri ayam yang
dihukum kurungan lama. Ini sudah sangat melenceng dengan sila ke 5
Pancasila yang berbunyi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
C. Pembahasan
Masalah penegakan hukum di Indonesia merupakan masalah yang
sangat serius dan akan terus berkembang jika unsur di dalam sistem itu
sendiri tidak ada perubahan, tidak ada reformasi di bidang itu sendiri.
Karakterbangsa Indonesia yang kurang baik merupakan aktor utama dari
segala ketidaksesuaian pelaksanaan hukum di negari ini. Perlu ditekankan
sekali lagi, walaupun tidak semua penegakan hukum di Indonesia tidak
semuanya buruk, Namun keburukan penegakan ini seakan menutupi segala
keselaran hukum yang berjalan di mata masyarakat.
Begitu banyak kasus-kasus hukum yang silih berganti dalam kurun
waktu relatif singkat, bahkan bersamaan kejadiaannya. Perlu ada reformasi
yang sebenarnya, karena permasalahan hukum ini merupakan permasalahan
dasar suatu negara, bagaimana masyarakat bisa terjamin keamanannya atau
bagaimana masyarakat bisa merasakan keadilan yang sebenarnya, hukumlah
yang mengatur semua itu, dan perlu digaris-bawahi bahwa hukum
sebanarnya telah sesuai dengan kehidupan masyarakat, tetapi pihak-pihak
yang ingin mengambil keuntungan baik pribadi maupun kelompok
merupakan penggagas segala kebobrokan hukum di negeri ini.
Perlu banyak evaluasi-evaluasi yang harus dilakukan, harus ada
penindak lanjutan yang jelas mengenai penyelewengan hukum yang kian
hari kian menjadi. Perlu ada ketegasan tersendiri dan kesadaran yang
hierarki dari individu atau kelompok yang terlibat di dalamnya.Perlu
ditanamkan mental yang kuat, sikap malu dan pendirian iman dan takwa
yang sejak kecil harus diberikan kepada kader-kader pemimpin dan
pelaksana aparatur negara atau pihak-pihak berkepentingan lainnya.
Karena baik untuk hukum Indonesia, baik pula untuk bangsanya dan buruk
untuk hukum di negeri ini, buruk pula konsekuensi yang akan diterima oleh
masyarakat dan Negara.
Jadi, penerapan dalam pasal 1 ayat (3) UUD 1945 perubahan ketiga
yang berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara hukum”, harus
dilaksanakan, karena sudah demikian ketetapan itu berlaku. Merupakan
karekteristik yang harus tertanam dalam diri pribadi ataupun kelompok
kepentingan. Kita harus malu dengan Undang-Undang tersebut, harus malu
dengan pendiri bangsa yang rela menumpahkan darah demi
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, kita harus menghargai semua,
perjuangan itu dengan hal yang tidak dapat membuat negeri ini malu di
mata masyarakat ini sendiri bahkan dunia luar. Bangsa yang besar tidak
hanya berdasarkan luasan wilayahnya ataupun betapa banyaknya jumlah
penduduk, tetapi dengan menghargai perjuangan parapahlawan terdahulu
dengan menjalankan ketentuan hukum yang berlaku demi terciptanya
keamanan, ketentraman dan kesejahteraan masyarakat.