Hukum Codd dan Database
-
Upload
andy-wijaya -
Category
Documents
-
view
65 -
download
8
description
Transcript of Hukum Codd dan Database
Tugas Individu
Sistem Informasi Manajemen Disusun oleh :
Andy Wijaya (04), Kelas 8A-BPKP
NPM: 134060018259; email: [email protected]
I. Hukum Codd
Relational Database Management System (RDBMS) atau dalam bahasa
Indonesia lebih dikenal dengan Sistem Manajemen Database Relasional adalah
sebuah sebuah seperangkat program computer yang bekerja bersama-sama
yang didesain untuk mengatur dan mengelolla sebuah database sebagai
sekumpulan data yang disimpan secara terstruktur, dan melakukan operasi-
operasi data atas permintaan pengguna. Ada banyak contoh atas pengunaan
DBMS, dan di dunia pekerjaan misalnya Akuntansi Keuangan, Akuntansi
Manajemen, Manajemen Sumber Daya Manusia, dan lain sebagainya. Meskipun
awalnya DBMS hanya dimiliki oleh perusahaan dengan kategori besar yang
memiliki perangkat computer yang sesuai dengen spesifikasi yang dibutuhkan
relatif tinggi untuk pengelolaan data yang besar, saat ini implementasinya sudah
sangat banyak dan adaptif dengan kebutuhan spesifikasi data yang rasional
sehingga dapat dimiliki dan diimplementasikan oleh segala kalangan sebagai
bagin dari investasi perusahaan.
Hukum Codd (yang terdiri dari 13 aturan yang ditetapkan leh Edgar F. Codd –
seorang pionir di bidang relasi untuk database - August 19, 1923 – April 18,
2003) mendesain dan menetapkan kriteria-kriteria tertentu yang dibutuhkan dari
sebuah sistem manajemen database. Codd mengajukan hukum-hukum ini
sebagai kampanye personal yang dilakukannya untuk melindungi visinya atas
konsep database relasional agar tidak menjadi bias, sebagaimana banyak
vendor database yang berseteru pada awl tahun 1980-an dalam mempaketkan
produk-produk database dengan kata relasional. Dalam kenyataannya, hukum
codd tersebut dangatlah ketat, bahkan sebuah sistem yang menggunakan SQL
pun dapat dikatakan gagal memenuhi kriteria-kriteria yang ditetapkan.
12 (dua belas) Hukum Codd
a. Hukum 0 – Suatu sistem harus memenuhi kualifikasi sebagai relasional,
sebagai database dan sebagai sebuah sistem manajemen
Agar sebuah sistem dapat dikatakan sebagai sistem manajemen database
relasional (RDBMS), sistem tersebut harus menggunakan fasilitas
relasionalnya secara penuh untuk memanajemen database.
b. Hukum 1 - Hukum informasi
Seluruh informasi yang terdapat dalam database harus bisa
direpresentasikan hanya dalam satu cara, yaitu dalam bentuk nilai-nilai yang
terisi dalam bentuk tabular baris dan kolom.
c. Hukum 2 - Hukum Jaminan akses
Seluruh data harus bisa diakses tanpa ada kerancuan (ambiguity). Hukum ini
merupakan penegasan dari kebutuhan mendasar atas sebuah kunci primer.
Hukum tersebut menjelaskan bahwa setiap nilai skalar dalam database
haruslah memiliki alamat secara logikal dengan cara menspesifikasikan nama
dari tabel, nama dari kolom, dan nilai kunci primer dari baris data dalam tabel
tersebut.
d. Hukum 3 - Perlakuan sistematik terjadi nilai NULL
Sebuah sistem manajemen database harus mengijinkan setiap field terisi
dengan nilai NULL (kosong). Secara lebih spesifik, ia harus mendukung
representasi dari "Hilangnya informasi dan Ketidakbergunaan informasi"
secara sistematis, membedakan secara jelas dari nilai-nilai yang lain (contoh:
"perbedaan antara nol dengan nilai-nilai numerik lain," dalam kasus nilai-nilai
numerik), dan tipe data yang bersifat independen. Termasuk pula
representasi tersebut harus dapat dimanipulasi oleh DBMS melalui langkah-
langkah yang sistematis.
e. Hukum 4 - Katalog online yang aktif haruslah berbasis model relasional
Sistem harus mendukung sebuah katalog relasional yang bersifat online,
inline yang bisa diakses untuk pengguna yang sah dalam arti melalui bahasa
kueri reguler. Lebih jelas lagi, pengguna harus dapat mengakses struktur data
tersebut (katalog) dengan cara yang sama menggunakan bahasa kueri yang
digunakan pula untuk mengakses data.
f. Hukum 5 - Hukum sub-bahasa data yang komprehensif
Sistem harus mendukung setidaknya satu bahasa relasional yang
Memiliki sintaksis linear
Dapat digunakan baik secara interaktif maupun melalui program aplikasi
Mendukung operasi pendefinisian data (termasuk pendefinisan view),
operasi manipulasi data, aspek kemanan dan pembatasan integritas,
operasi-operasi manajemen transaksi (begin, commit, dan rollback).
g. Hukum 6 - Hukum pembaharuan/update view
Semua view yang secara teoritis dapat di-update dalam implementasinya juga
harus dapat di-update oleh sistem.
h. Hukum 7 - Level tingkat tinggi dalam operasi insert, update, dan delete
Sistem harus mendukung serangkaian operasi-operasi insert, update, and
delete dalam satu masa waktu yang sama.
i. Hukum 8 - Data secara fisik bersifat independen
Perubahan pada level fisik (bagaimana suatu data disimpan, menggunakan
larik ataupun senarai berantai, dsb.) harus tidak mengakibatkan perubahan
pada struktur di sisi aplikasi pada level yang lebih tinggi.
j. Hukum 9 : Data secara logikal bersifat independen
Perubahan pada level logikal (Tabel, kolom, baris) harus tidak mengakibatkan
perubahan pada level struktur di sisi aplikasi pada level ang lebih tinggi.
Hukum ini secara relatif lebih sulit dicapai daripada hukum 8.
k. Hukum 10 : Integritas data bersifat independen
Integritas data harus dispesifikasikan secara terpisah dari program aplikasi
dan disimpan dalam katalog/struktur dan harus memungkinkan untuk
melakukan perubahan terhadap struktur tersebut ketika dibutuhkan tanpa
memengaruhi aplikasi yang telah ada.
l. Hukum 11 : Distribusi yang bersifat independen
Distribusi atas sebagian dari database ke berbagai lokasi harus dapat diatur
sedemikian rupa sehingga tidak terlihat oleh pengguna dari database
tersebut. Begitu pula aplikasi-aplikasi yang ada harus tetap dapat beroperasi
secara normal seperti biasanya ketika:
Saat versi dari DBMS yang terdistribusi pertamakali diperkenalkan;
dan/ataupun
Ketika data-data yang terdistribusi tersebut diredistribusikan ke seluruh
sistem.
m. Hukum 12 : Hukum nonsubversion
Jika sebuah sistem menyediakan antarmuka tingkat rendah, maka antarmuka
tersebut tidak dapat digunakan untuk menggagalkan sistem, sebagai contoh,
membypass aturan-aturan yang terkait dengan keamanan data, ataupun
integritasnya.
II. Normalisasi data flat dan pembentukan relasi data
Normalisasi adalah suatu proses mendesain struktur Database sehingga
sebagian besar ambiguity bisa dihilangkan sehingga bisa menghasilkan sebuah
table yang normal.
Tujuan dari normalisasi adalah sebagai berikut :
Untuk menghilangkan kerangkapan data/ redudansi.
Untuk mengurangi kompleksitas
Untuk mempermudah pemodifikasian data
Untuk menghilangkan anomali data
Tahapan normalisasi adalah sebagai berikut :
Membentuk tabel menjadi un-normalized, dengan mencantumkan semua field
data yang ada. Membentuk tabel normal pertama dengan flat table
memisahkan data pada field-field yang tepat bernilai atomik, dan melengkapi
atribut/ field yg ada
Menentukan atribut kunci Utama/Primari key,Atribut bukan kunci bergantung
secara fungsi pada Kunci Utama/Primari key.
Menghilangkan field yang bergantung transitif dan membentuk relasi dengan
dengan menentukan Foreign Key yaitu dan menambahkan Foreign Key
BCNF (Boyce–Codd Normal Form)yakni sebuah tabel/relasi adalah BCNF jika
setiap atribut penentu/determinant adalah candidate key/kunci kandidat, tapi
biasanya bentuk normalisasi ketiga sama dengan bentuk BCNF
File database-access 2010 ter-attach bersama dengan tugas individu ini
III. Kamus Data
Kamus data adalah suatu daftar data elemen yang terorganisir dengan definisi
yang tetap dan sesuai dengan sistem, sehingga user dan analis sistem
mempunyai pengertian yang sama tentang input, output dan komponen data
store. Pembentukan kamus data didasarkan pada alur data yang terdapat pada
Data Flow Diagram (DFD). Alur data pada DFD bersifat global (hanya
menunjukkan nama alur datanya tanpa menunjukkan struktur dari alur data).
Unutk menunjukkan struktur dari alur data secara rinci maka dibentuklah kamus
data.
Kamus data tidak menggunakan notasi grafik sebagaimana halnya DFD. Kamus
data berfungsi membantu pelaku sistem untuk mengerti aplikasi secara detil, dan
mereorganisasi semua elemen data yang digunakan dalam sistem secara presisi
sehingga pemakai dan penganalisa sistem punya dasar pengertian yang sama
tentang masukan, keluaran, penyimpanan dan proses.
Kamus data mendefinisikan elemen data dengan fungsi sebagai berikut:
Menjelaskan arti aliran data dan penyimpanan dalam DFD
Mendeskripsikan komposisi paket data yang bergerak melalui aliran,misalnya
alamat diuraikan menjadi kota, kodepos, propinsi,dan negara.
Mendeskripsikan komposisi penyimpanan data.
Menspesifikasikan nilai dan satuan yang relevan bagi penyimpanan dan
aliran.
Mendeskripsikan hubungan detil antara penyimpanan yang akan menjadi titik
perhatian dalam entity relationship
Data dictionary harus dapat mencerminkan keterangan yang jelas tentang data
yang dicatatnya. Untuk maksud keperluan ini, maka kamus data harus memuat
hal-hal berikut :
Nama arus data.
Karena kamus data dibuat berdasarkan arus data yang mengalir di DFD,
maka nama dari arus data juga harus dicatat di kamus data, sehingga mereka
yang membaca DFD dan memerlukan penjelasan lebih lanjut tentang suatu arus data tertentu di DFD dapat langsung mencarinya dengan mudah di
kamus data.
Alias. Alias atau nama lain dari data dapat dituliskan bila nama lain ini ada. Alias perlu ditulis karena data yang sama mempunyai nama yang berbeda untuk orang atau departemen satu dengan yang lainnya, misalnnya bagian pembuat faktur dan langganan menyebut bukti penjualan sebagai faktur, sedang bagian gudang menyebutnya sebagai tembusan permintaan persediaan. Baik faktur dan tembusan permintaan persediaan ini mempunyai struktur data yang sama, tetapi mempunyai struktur yang berbeda.
Bentuk data.
Bentuk data perlu dicatat di kamus data, karena dapat digunakan untuk
mengelompokkan kamus data ke dalam kegunaannya sewaktu perancangan
sistem. kamus data yang mencatat data yang mengalir dalam bentuk
dokumen dasar atau formulir akan digunakan untuk merancang bentuk input
sistem. kamus data yang mencatat data yang mengalir dalam bentuk laporan
tercetak dan dokumen hasil cetakan komputer akan digunakan untuk
merancang output yang akan dihasilkan oleh sistem. kamus data yang
mencatat data yang mengalir dalam bentuk tampilan dilayar monitor akan digunakan untuk merancang tampilan layar yang akan dihasilkan oleh sistem. kamus data yang mencatat data yang mengalir dalam bentuk parameter dan
variabel akan digunakan untuk merancang proses dari program. kamus data
yang mencatat data yang mengalir dalam bentuk dokumen, formulir, laporan, dokumen cetakan komputer, tampilan di layar monitor, variabel dan field akan digunakan untuk merancang database.
Arus data. Arus data menunjukkan dari mana data mengalir dan ke mana data akan
menuju. Keterangan arus data ini perlu dicatat di kamus data supaya
memudahkan mencari arus data ini di DFD.
Penjelasan. Untuk tidak memperjleas lagi tentang makna dari arus data yang dicatat di
kamus data, maka bagian penjelasan dapat diisi dengan keterangan-
keterangan tentang arus data tersebut. Sebagai misalnya nama dari arus data adalah tembusan permintaaan persediaan, maka dapat lebih dijelaskan sebagai tembusan dari faktur penjualan untuk meminta barang dari gudang.
Periode. Periode ini menunjukkan kapan terjadinya arus data ini. Periode perlu dicatat
di kamus data karena dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kapan input
data harus dimasukkan ke sistem, kapan proses dari program harus dilakukakan dan kapan laporan-laporan harus dihasilkan.
Volume.
Volume yang perlu dicatat di kamus data adalah tentang volumen rata-rata
dan volume puncak dari arus data. Volume rata-rata menunjukkan banyaknya rata-rata arus data yang mengalir dalam suatu periode tertentu dan volume puncak menunjukkan volume yang terbanyak, Volume ini digunakan untuk mengidentifikasikan besarnya simpanan luar yang akan digunakan, kapasitas dan jumlah dari alat input, alat pemroses dan alat output.
Struktur data.
Struktur data menunjukkan arus data yang dicatat di kamus data terdiri dari
item-item apa saja
Simbol Kamus Data
Kebanyakan sistem, kadang-kadang elemen data terlalu kompleks untuk
didefinisikan. Kekomplekkan tersebut seharusnya diuraikan melalui sejumlah
elemen data yang lebih sederhana. Kemudian elemen data yang lebih sederhana
tersebut didefinisikan kembali hingga nilai dan satuan relevan dan elementer.
Pendefinisian tersebut menggunakan notasi yang umum digunakan dalam
menganalisa sistem dengan menggunakan sejumlah simbol, seperti berikut :
No Simbol Uraian
1 = Terdiri dari, mendefinisikan, diuraikan menjadi, artinya
2 + Dan
3 () Opsional (boleh ada atau boleh tidak ada)
4 {} Pengulangan
5 [ ] Memilih salah satu dari sejumlah alternatif, seleksi
6 ** Komentar
7 @ Identifikasi atribut kunci
8 | Pemisah sejumlah alternatif pilihan antara simbol [ ]
Sebagai contoh atribut NAMA, yang apabila dirincikan akan memiliki sejumlah
atribut pendukung, yaitu : gelar, nama_awal (first_name), nama_tengah
(middle_name), nama akhir (last_name).
Nama = Gelar + Nama_awal + Nama_tengah + Nama_akhir .
Gelar = | Tuan | Nyonya | Nona | Doktor | Profesor
Nama_awal = karakter_valid
Nama_awal = karakter_valid
Nama_tengah = karakter_valid
Nama_akhir = karakter_valid
Karakter_valid = [ A-Z | a-z | 0-9 | ' | - | | ]
Elemen data opsional didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan atau
tidak perlu digunakan sebagai pilihan dari sejumlah alternatif. Masalah alternatif
pilihan merupakan hal penting, karena pemakai harus diyakinkan bahwa semua
kemungkinan yang ada sudah tercakup.Pemakai akan kewalahan jika harus
membaca seluruh kamus data, item demi item untuk mengecek kebenaran
kamus data tersebut. Ada sejumlah cara untuk mengecek kelengkapan,
konsistensi, dan kontradiksi melalui testing dengan sejumlah pertanyaan seperti
berikut :
Apakah semua aliran dalam DFD sudah didefinisikan dalam kamus data ?
Apakah semua komponen elemen data sudah didefinisikan ?.
Adakah elemen data yang didefinisikan lebih dari satu kali ?
Apakah semua notasi yang digunakan pada kamus data sudah dikoreksi
Adalah elemen data dalam kamus data tidak menjelaskan sesuatu dalam
DFD Data Flow Diagram) atau ER (Entity elationship).
Membangun kamus data adalah salah satu dari sejumlah aspek analisa yang
paling banyak menghabiskan waktu. Tetapi kamus data merupakan salah satu
aspek terpenting, tanpa kamus data yang mendefinisikan semua terminologi
maka presisi sistem akan menjadi harapan kosong belaka. Contoh :
Nama_tarian = kode_tarian + nama_tarian + asal_tarian + lama_tarian +
deskripsi_tarian.
a. Kode_tarian :kategori_tari + no_urut_tari
kategori_tari : 1{karakter}2 => [ | A | B | .. | Z | ]
no_urut_tari : 1{numerik}2 => [| 000 | 001 |...|999| ]
b. Nama_tarian : 1{karakter}20 => [ | A | B | .. | Z | ]
c. Asal_tarian : 1{karakter}15 => [ | A | B | .. | Z | ]
d. Lama_tarian : jam + menit
jam : 1{numerik}1 =>[ | 0 | 1 | .. | 9 | ]
menit : 1{numerik}2=> [ | 00 | 01 |.. 60 | ]
e. Deskripsi_tarian : 1{karakter}20 => | A | B | .. | Z | ]
Tanggal : Tgl_hari + bulan + tahun
a. Tgl_hari : 1{numerik}2 => [ | 01 | 02 | .. | 31 | ]
b. Bulan : 1{numerik}2 => [ | 01 | 02 | .. | 12 | ]
01 = “Januari”
02 = “Februari”
…
12 = “Desember”
c. Tahun : 1{numerik}4 => [ | 1900 | 1901 | 1902 | .. | 2999 | ]
IV. Sukses dan Gagal Developing Aplikasi
Sosial media adalah sebuah media online dengn para penggunanya dapat
dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi yang meliputi jejaring,
sosial, forum dan dunia virtual. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein
mendefinisikan sosial media sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet
(Web Based Application) yang dibangun di atas dasar ideology dan teknologi
web dan memungkinkan penciptaan dan prtukaran user-generated content
Perkembangan sosial media dewasa ini sangat pesat sekali. Pesatnya
perkembangan sosial media kini dikarenakan setiap orang dapat memiliki media
sendiri. Jika media tradisional seperti televisi, radio atau koran dibutuhkan modal
yang besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan sosial
media, seorang pengguna dapat mengakses sosial media dengan jariangan
internet, bahkan yang lambat sekalipun. Tanpa biaya besar, tanpa alat yang
relatif lebih mahal dan dilakukan sendiri tanpa karyawan. Pengguna sosial media
dapat dengan bebas engedit, menambahkanmemodifikasi baik tulisan, gambar,
video dan konten lainnya.
Di tengah-tengah perkembangan sosial media yang begitu pesat, terdapat
beberapa sosmed yang mengalami kegagalan dalam menjaring pengguna. Yaitu
sebagai berikut :
Kegagalan Orkut, GoogleWave, GoogleBuzz dan GooglePlus
Secara terang-terangan Google mengakui kekurangannya dalam
pengembangan social networking atau jejaring sosial. Pengakuan ini terungkap
dalam surat rekrutasi untuk posisi “Head of Social”. Cuplikan dari sebagian
kalimat dalam surat tersebut yang dirilis computerworld.com adalah “…as Google
knows it is late on this front and is appropriately humble about it. In Google’s
view, conceptually, there are two ways to tackle social…”.
Orkut, jejaring sosial yang dirilis tahun 2004 belum memenuhi ambisi Google.
Orkut hanya cukup populer di Brazil dan India, tetapi justru kurang berhasil di
negara asalnya, Amerika Serikat. Salah satu sebab yang diungkapkan Marissa
Mayer (Vice President of Location and Local Services Google) di techcrunch.com
adalah keterlambatan mereka mengantisipasi lonjakan jumlah pengguna pada
awal peluncurannya. Orkut sempat mencapai beberapa juta pengguna dalam
beberapa hari, tetapi kemudian terhambat karena koneksi ke situs Orkut menjadi
terganggu.
Tidak jera mengembangkan socmed, pada bulan Mei 2009, proyek Google Wave
meluncur, sebuah media kolaborasi online. Media ini menjanjikan cara baru
dalam berkomunikasi secara online. Para penggunanya dapat berkomunikasi
dan berkolaborasi dalam suatu percakapan atau dengan dokumen dengan
berbagai macam format, termasuk teks, foto, video, peta, dan sebagainya.
singkatnya, GoogleWave adalah perpaduan antara e-mail, chat, blog dan banyak
aplikasi google lain untuk berkolaborasi secara online. Aplikasi ini diproyeksikan
untuk mampu menggantikan e-mail yang sudah dianggap aplikasi “kuno”, Tetapi
layanan ini akhirnya diputuskan untuk dihentikan pada tanggal 4 Agustus 2010.
Alasan dihentikannya pengembangan Google Wave adalah user adoption yang
tidak memenuhi harapan Google. Pada proses awalnya, sebelum mengarah ke
100.000 user trial, Google terlebih dahulu melakukan trial ke para sekitar 6.000
program developers. Kalau kita merujuk pada Technology Adoption Lifecycle-nya
Geoffrey Moore, maka Google sudah mencoba masuk ke segmen Innovator dan
Early Adopter. Tetapi persis seperti disampaikan Geoffrey Moore, maka titik
kritisnya adalah di Chasm, atau jurang antara Early Adopter dan Mainstream
Customers. Dan Google Wave akhirnya menjadi salah satu korban, masuk ke
jurang tersebut.
Kegagalan Google dalam Orkut dan GoogleWave sempat memicu spekulasi
adanya rencana akuisisi terhadap Twitter pada tahun 2009. Apakah mereka jera
mengembangkan sendiri jejaring sosialnya? Ternyata tidak! Mereka mencoba
bangkit melalui Google Buzz pada tahun 2010. Layanan yang terintegrasi
dengan gmail ini menyediakan media bagi penggunanya untuk berbagi posting
berupa antara lain:status updates, link, foto, video dan komentar. Layanan ini
sebenarnya memiliki salah satu karakteristik dasar yang mirip dengan Google+.
Penggunanya dapat memilih bagaimana mereka akan berbagi post, baik secara
publik maupun dalam beberapa grup tertentu. Tetapi Google Buzz belum berhasil
menunjukkan diferensiasinya kepada para pengguna jejaring sosial. Apalagi
layanan ini terintegrasi dengan Twitter. Sehingga sebagian besar isinya sama
dengan timeline Twitter dari penggunanya. Kondisi ini justru mengurangi
orisinalitas isinya. Sehingga tidak cukup alasan yang tepat bagi pengguna
Facebook atau Twitter untuk beralih atau menambahkan Google Buzz dalam
aktivitas social medianya. Belum lagi adanya masalah kekhawatiran adanya
aplikasi di dalamnya yang berpotensi menganggu privasi para penggunanya.
Akhirnya pada penghujung bulan Juni 2011, proyek Google+
(http://plus.google.com) diperkenalkan melalui sebuah field trial untuk pengguna
terbatas. Kemudian mulai terbuka untuk umum pada 7 Juli 2011. Bulan Juli 2011
diberitakan Google+ berhasil mencapai 20 juta pengguna dan 25 juta pengunjung
situsnya. Menurut mashable.com, angka ini menjunjukkan pertumbuhan yang
lebih cepat dibandingkan Facebook, Twitter atau Myspace pada periode awal
peluncurannya.
Meskipun menunjukkan peningkatan dalam menjaring user yang cukup signifikan
di awal peluncurannya, dan mampu memberikan hal yang baru yaitu istilah
”circles” (fasilitas bagi pengguna dalam mengatur kontak menjadi kelompok
tertentu dalam berbagi), Googleplus terlalu menjiplak segala fasilitas yang
mampu ditawar oleh Facebook diawal perkembangannya, sehingga pengguna
yang sudah kadung bergabung justru beranggapan “ah cuma gini doang
ternyata” atau “gak ada bedanya sama facebook”.
Akhirnya pengguna Googleplus pun kembali menggunakan facebook dan twitter
sebagai sosmed utamanya.
Kesuksesan Twitter
Di awal rilisnya, facebook (FB) sangat disambut oleh para penggunanya, begitu
banyak fasilitas dan mitra-aplikasi yang dimiliki FB begitu memanjakan
pengguna. FB menjawab semua kerinduan berbagai jenis pengguna akan sosial
media yang mampu memenuhi keinginan mereka. Namun, di balik suksesnya
Facebook sebagai social media dengan pengguna paling banyak sampai dengan
sekarang, ternyata menyimpan celah-celah yang membuat pengguna enggan
menggunakan FB secara kontinyu. Dengan kemudahan dalam membuat user
id/account yang baru, membuat pengguna Facebook mulai merasa kesulitan
dalam menemukan pertemanan yang otentik. Euforia menambah jumlah teman
pada awal bergabung dengan Facebook menyebabkan jumlah teman yang
sangat banyak. Tetapi berlakulah paradoks, pada suatu kondisi yang berlebih,
mulai muncul kelangkaan. Pertemanan yang otentik mulai langka saat jumlah
teman di jejaring sosial mulai berlebih.
Tanpa menghilangkan konsep sosmed dan pertemanan, pengguna twitter
semakin menanjak. Disamping kemudahan, simple, keringanan dalam akses
yang ditawarkan, twitter menyederhanakan apa yang disebut sebagai status
update di Facebook. Tak perlu panjang lebar, tak perlu merangkai kata-kata
indah, cukup tuangkan apa yang sedang ada di dalam pikiran ke dalam “kicauan”
yang tak lebih dari 140 karakter. Hal ini menyebabkan twitter bukan hanya
sebagai tempat ajang pamer status, namun juga menjadi wadah bagi
penyebaran informasi yang singkat, padat dan aktual. Tak sedikit juga orang
yang memanfaatkan twitter sebagai wadah untuk berdiskusi dan berbagi melalui
“kicauan” mereka atau melalui kul-twit (kuliah twitter) yang berisi berbagai
macam topik. Mulai dari hiburan, teknologi sampai topik yang berat seperti isu
politik semuanya dapat didiskusikan dan dibagi bersama secara bebas oleh para
pengguna twitter.
Twitter mengalami pertumbuhan yang pesat. Terdapat 400.000 kicauan yang
diposting per kuartal pada tahun 2007. Jumlah ini meningkat menjadi 100 juta
kicauan per kuartal pada 2008. Pada Februari 2010, pengguna Twitter
mengirimkan 50 juta kicauan per hari. Pada Maret 2010, perusahaan mencatat
terdapat lebih dari 70.000 aplikasi Twitter terdaftar. Hingga bulan Juni 2010,
menurut Twitter, sekitar 65 juta kicauan diposting setiap harinya, atau sekitar 750
kicauan per detik, dan pada bulan Maret 2011, jumlah kicauan yang diposting
setiap harinya mencapai 140 juta. Menurut laporan Compete.com, posisi Twitter
naik ke peringkat ketiga sebagai situs jejaring sosial yang paling sering
dikunjungi pada bulan Januari 2009, dari yang sebelumnya menempati peringkat
dua puluh dua.
Lonjakan penggunaan Twitter umumnya terjadi saat berlangsungnya peristiwa-
peristiwa populer. Sebagai contoh, rekor Twitter tercatat pada penyelenggaraan
Piala Dunia FIFA 2010, saat penggemar menulis 2.940 kicauan per detik setelah
Jepang mencetak gol ke gawang Kamerun pada tanggal 14 Juni 2010. Rekor ini
dipecahkan ketika 3.085 kicauan diposting per detiknya oleh pengguna yang
merayakan kemenangan Los Angeles Lakers dalam Final NBA 2010 pada
tanggal 17 Juni 2010, dan dipecahkan lagi saat Jepang mengalahkan Denmark
dalam Piala Dunia 2010, dengan 3.283 kicauan per detik. Rekor tersebut
kemudian dipecahkan saat pengguna Twitter memosting 7.196 kicauan per detik
ketika menyaksikan Final Piala Dunia Wanita FIFA 2011 antara Jepang dan
Amerika Serikat. Saat penyanyi Amerika Michael Jackson wafat pada 25 Juni
2009, server Twitter jebol setelah puluhan juta pengguna memperbarui statusnya
untuk menuliskan kata "Michael Jackson", dengan tingkat kicauan sekitar
100.000 per jam. Hingga 1 Januari 2013, rekor dicatatkan oleh pengguna yang
berdiam di Zona Waktu Standar Jepang saat merayakan tahun baru, dengan
jumlah kicauan 33.388 per detik; mengalahkan rekor sebelumnya (25.088
kicauan per detik), juga dicatatkan oleh pengguna di Jepang saat pemutaran
televisi film "Castle In The Sky".
Pengguna twitter Sekarang ini, selain digunakan untuk mendapatkan informasi,
mengetahui apa yang dilakukan oleh pengguna lain, Twitter juga digunakan
sebagai sarana advertising dengan tarif yang berbanding lurus dengan jumlah
follower. Berikut adalah kelebihan dan kelemahan twitter :
Kelebihan :
Mudah dinavigasi dan memperbarui, “link to” dan mempromosikan apapun.
Menjangkau lebih luas tidak hanya antara teman
Satu feed untuk semua pengguna dan siapa pun dapat mengikuti orang lain
kecuali diblokir
Alat komunikasi yang murni dan cepat tanggap
Kamu tidak harus log in untuk mendapatkan update. Kamu bisa
menggunakan aplikasi RSS reader
Sangat interaktif, extensible messaging platform dengan API terbuka
Banyak aplikasi lain yang sedang dikembangkan (Twitterific, Summize,
Twhirl, dll)
Pesan teks SMS berpotensi untuk memberi pendapatan dari jaringan nirkabel
Potensi periklanan di masa mendatang atau perusahaan berbasis langganan
Twitter mungkin lebih terukur dari Facebook dan memberikan keuntungan
biaya
Kelemahan :
Kemampuan terbatas: menemukan orang-orang, mengirim pesan singkat,
balasan langsung
Dibatasi sampai 140 karakter per update
Tidak semua orang menemukan manfaat langsungnya
Lebih menekankan pada penghitungan follower
Mudah disalahgunakan untuk spam dan meningkatkan tingkat kebisingan
Relatif lebih kecil basis pengguna diinstal
Belum ada strategi keuangan yang mudah dan jelas
Daftar Pustaka
http://akbar-sisteminformasi.blogspot.com/2013/03/normalisasi-data-base-1nf2nfdan-
3nf.html
http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000008378101/10-software-gagal-dari-
perusahaan-software-ternama-dunia/
http://maimaimuna.wordpress.com/2011/04/15/39/
HM, Jogiyanto, Analysis and Disain Sistem Informasi (Pendekatan terstruktur), Penerbit
Andi Offset, Yogyakarta, 2005.
Pohan, Husni Iskandar, Pengantar Perancangan Sistem, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1997. http://za-enal.blogspot.com/2011/11/rahasia-kesuksesan-facebook.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Orkut
http://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial
http://id.wikipedia.org/wiki/Twitter
http://www.the-marketeers.com/archives/google-plus-valuing-failure.html#.UoskIuKzlgN
http://media.kompasiana.com/new-media/2012/01/31/keberhasilan-twitter-sebagai-social-
media-435376.html
http://kopicoklat.com/2010/08/belajar-dari-wafatnya-google-wave/
http://sorot.news.viva.co.id/news/read/241928-google-google-yang-gagal