HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA...

76
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA KELAS XI MENGENAI INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu syarat Ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Oleh : JAROT HERMAWAN NIM. S1.0020 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014

Transcript of HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA...

Page 1: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA

KELAS XI MENGENAI INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 5

SURAKARTA

SKRIPSI

“Untuk memenuhi salah satu syarat Ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan “

Oleh :

JAROT HERMAWAN

NIM. S1.0020

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

Page 2: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA

KELAS XI MENGENAI INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 5

SURAKARTA

TAHUN 2014

Oleh :

JAROT HERMAWAN

NIM. S1.0020

Telah disetujui untuk dapat dipertahankan dihadapan Tim Penguji.

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(SUNARDI. SKM.M.Kes) (RUFAIDA NUR F. S.Kep., Ns)

NIK. NIK.

Page 3: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Skripsi Keperawatan yang berjudul :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA KELAS XI

MENGENAI INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DENGAN PERILAKU

SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA

TAHUN 2013

Oleh :

JAROT HERMAWAN

NIM. S1.0020

Telah diuji pada tanggal 7 Januari dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan

Penguji Utama, Penguji Pendamping

(SUNARDI, SKM, M. Kes) (RUFAIDA NUR F, S.Kep.,Ns)

NIK. NIK.

Penguji,

(Wahyuningsih Safitri, S.Kep.,Ns, M.kep)

NIK

Surakarta,7 Januari 2014

Ketua Program Studi,

(WAHYU RIMA A.S.Kep.,Ns.M.Kep)

NIK.

Page 4: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

iv

Page 5: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi

yang berjudul ” Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja SMA Kelas XI Mengenai

Infeksi Menular Seksual (IMS) Dengan Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri 5

Surakarta”. Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir

sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis

menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Proposal

Skripsi ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta.

2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.M.Kep, selaku Ka. Prodi S1

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.

3. Bapak Sunardi.S.KM.M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.

4. Ibu Rufaida Nur Fitriana S.Kep.,Ns, Selaku Dosen Pembimbing Pendamping

yang telah meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan

kepada penulis.

5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas

segala bantuan yang telah diberikan.

Page 6: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

vi

6. Bagian perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh

referensi dalam penulisan Proposal Skripsi.

7. Teman-teman yang telah membantu dalam penulisan Proposal skripsi ini.

8. Seluruh siswa yang telah bersedia diambil datanya guna penyusunan Proposal

Skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

menyelesaikan Proposal Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Proposal Skripsi ini masih

banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi

kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Proposal Skripsi ini bermanfaat bagi

semua pihak.

Surakarta, Januari 2013

Penulis,

Page 7: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ..................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ............................................................................. 9

1. Pengetahuan ........................................................................... 9

2. Remaja ................................................................................... 17

3. Infeksi Menular Seksual (IMS) .............................................. 20

4. Perilaku …………………………………………………….. 32

B. Kerangka Teori............................................................................. 35

C. Kerangka Konsep ........................................................................ 36

D. Hipotesis ....................................................................................... 37

Page 8: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

viii

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................. 38

B. Populasi dan Sampel ................................................................ 38

C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 40

D. Variabel, Definisi Operaional, dan Skala pengukuran ............ 41

E. Alat Penelitian dan Pengumpulan Data .................................. 44

F. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data ..................................... 45

G. Etika Penelitian ........................................................................ 48

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori .......................................................................... 35

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ....................................................................... 36

Page 10: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .................................................................... 7

Tabel 3.1 Definisi Operasional ...................................................................41

Page 11: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan

Lampiran 3. Surat Balasan dari Lahan

Lampiran 4. Lembar Kesediaan Menjadi Responden

Lampiran 5. Koesioner Penelitian

Lampiran 6. Lembar Konsultasi Proposal Skripsi

Page 12: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

xii

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2014

Jarot Hermawan

Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja SMA Kelas XI Mengenai Infeksi

Menular Seksual (IMS) Dengan Perilaku Seksual Remaja

Di SMA N 5 Surakarta

ABSTRAK

Pengetahuan merupakan hasil "tahu" pengindraan manusia terhadap suatu

obyek tertentu. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari

manusia itu sendiri. Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah sekelompok infeksi

yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan tingkat pengetahuan remaja kelas XI dengan perilaku

seksual remaja di SMA N 5 Surakarta.

. Desain penelitian descriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional

pada 156 siswa di SMA N 5 Surakarta dengan dua variable yaitu tingkat

pengetahuan dan perilaku seksual.

Tingkat pengetahuan remaja mengenai infeksi menular seksual (IMS)

termasuk kategori baik yaitu 93 responden(69,6%). Perilaku seksual remaja

mayoritas dalam perilaku baik yaitu 119 responden (76,3%). Analisis data

menggunakan chi square dengan nilai χ2 hitung sebesar 63,168 dengan nilai

signifikansi (p value) 0,000 <0,05. Penelitian ini menyimpulkan bahwa adanya

hubungan tingkat pengetahuan remaja SMA kelas XI mengenai infeksi menular

seksual (IMS) dengan perilaku seksual remaja di SMA N 5 Surakarta.

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, IMS, Perilaku Seksual

Daftar pustaka: 34 (2003-2013)

Page 13: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

xiii

BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE

KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA

2014

Jarot Hermawan

The Correlation between Knowledge Level on Sexually Transmitted Infection

and Sexual Behavior of the Students in Grade XI of State Senior Secondary

School of Surakarta

ABSTRACT

Knowledge is the “know” result of human five senses on a certain object.

Human behavior essentially is an activity arising from the man himself. Sexually

transmitted infection is a group of infection, which is transmitted through sexual

intercourse. The objective of this research is to investigate the knowledge level on

sexually transmitted disease and sexual behavior of the students in Grade XI of

State Senior Secondary School 5 of Surakarta.

. This research used the descriptive quantitative method with the cross-

sectional design to 156 students of State Senior Secondary School 5 of Surakarta

with two variables, namely: knowledge level and sexual behavior.

The result of the research shows that 93 students (69.6%) of the students

have a good knowledge level on sexually transmitted infection, and 119 students

(76.3%) have a good sexual behavior. The result of the analysis with the chi square

test shows that the value of χ2 count is 63.168 with the significance value of p =

0.000, which is smaller than 0.05. Thus, it can be concluded that there is a

correlation between the knowledge level on sexually transmitted disease and

sexual behavior of the students in Grade XI of State Senior Secondary School 5 of

Surakarta.

Keywords: Knowledge level, sexually transmitted infection, and sexual behavior

References: 34 (2003-2013)

Page 14: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelompok remaja yaitu penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun di

Indonesia memiliki proporsi kurang lebih 1/5 dari jumlah seluruh penduduk.

Sesuai dengan proporsi remaja dunia dimana jumlah remaja diperkirakan 1,2

milyar atau sekitar 1/5 dari jumlah penduduk dunia. Masa remaja merupakan

masa pancaroba yang pesat, baik secara fisik, psikis dan sosial. Masuknya

berbagai yang bebas tidak melalui saringan yang benar menurut etika dan

moral menyebabkan remaja rentan terhadap pengaruh yang merugikan

(Depkes RI 2007).

Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup

manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ

reproduksi manusia yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari

kata pubercere yang berarti menjadi matang, sedangkan remaja atau

adolescence berasal dari kata adolescere yang berarti dewasa. Masa remaja

juga merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa bukan hanya dalam

artian psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahan-perubahan fisik yang

terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja

(Sarlito 2010).

Page 15: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

2

Hasil beberapa survey menyimpulkan bahwa pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi masih rendah. Salah satu contoh 46,2% remaja

masih menganggap bahwa perempuan tidak akan hamil hanya dengan sekali

melakukan hubungan seks. Tingginya infeksi HIV dan AIDS di kalangan

remaja dilaporkan sebanyak 5701 kasus dimana presentase tertinggi AIDS

51,7% diderita oleh sekelompok umur 20 - 29 tahun (Depkes RI 2007).

Perubahan psikososial pada remaja merupakan manifestasi perubahan

faktor-faktor emosi, sosial dan intelektual akan berakibat cemas terhadap

penampilan badannya yang berdampak pada meningkatnya kesadaran diri

(self consciousness), perubahan hormonalnya berdampak sebagai individu

yang mudah berubah-ubah emosinya seperti mudah marah, mudah

tersinggung atau menjadi agresif (Depkes RI 2007).

Antara remaja putra dan remaja putri kematangan seksual terjadi

dalam usia yang agak berbeda. Kematangan seksual pada remaja pria

biasanya terjadi pada usia 10 - 13,5 tahun. Sedangkan pada remaja putri

terjadi pada usia 9 -15 tahun. Bagi anak laki-laki perubahan itu ditandai oleh

perkembangan pada organ seksual, mulai tumbunya rambut kemaluan,

perubahan suara dan juga ejakulasi pertama melalui wet dream atau mimpi

basah. Sedangkan pada remaja putri pubertas ditandai dengan menarche (haid

pertama), perubahan pada dada (mammae), tumbuhnya rambut kemaluan dan

juga pembesaran panggul (Notoatmodjo 2007).

Page 16: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

3

Pola perilaku seksual yang kerap dilakukan remaja adalah perilaku

seksual secara berpasangan. Pasangan dalam hal perilaku seksual adalah

pacar, sebagai wujud kasih sayang. Kontrol internal remaja perempuan dalam

mengatasi dorongan seksualnya tergolong minim. Kemudian, peran peer

group terhadap perilaku seksual remaja perempuan adalah sebagai media

sosialisasi dalam upaya memperkaya informasi mengenai seks. Peer Group di

sini merupakan tipe normatif yang membentuk nilai pada individu, termasuk

mengenai seks. Data terhadap 10.833 remaja laki-laki berusia 15-19 tahun

didapatkan sekitar 72 persen sudah berpacaran, sekitar 92 persen sudah

pernah berciuman, sekitar 62 persen sudah pernah meraba-raba pasangan,

sekitar 10,2 persen sudah pernah melakukan hubungan seksual. Sedangkan

hasil survei dari 9.344 remaja putri yang berusia 15-19 tahun didapatkan data

sekitar 77 persen sudah berpacaran, sekitar 92 persen sudah pernah

berciuman, sekitar 62 persen sudah pernah meraba-raba pasangan, sekitar 6,3

persen sudah pernah melakukan hubungan seksual (Rachmat2007)

Infeksi Menular Seksual (IMS) disebut juga dengan Penyakit Menular

Seksual (PMS) adalah sekelompok infeksi yang ditularkan melalui hubungan

seksual. Kebanyakan PMS dapat ditularkan melalui hubungan seksual antara

penis, vagina, anus dan atau mulut (Zakaria2012). Saat ini di dunia terjadi

peningkatan jumlah penderita IMS dari 36,6 juta orang pada tahun 2002

menjadi 3,4 juta orang per tahun 2004, sedangkan di Asia diperkirakan

mencapai 8,2 juta orang (UNAIDS 2004)

Page 17: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

4

Penderita IMS di Jawa Tengahterdapat 1454 jiwa pada tahun 2003 dan

mengalami peningkatan pada tahun 2004 menjadi 232 jiwa, untuk semua

jenis kasus IMS dan semua jenis golongan umur (Dinkes Jateng 2004). IMS

terjadi pada umur 12-20 tahun pada tahun 2003 sebanyak 163 kasus terdiri

dari 70 kasus pada pria dan 3 kasus pada wanita di semarang (DinKes Kab

Semarang 2004).

Jenis Infeksi Menular Seksual (IMS) yang ditandai dengan keluarnya

cairan berupa nanah dari alat kelamin, yaitu gonore, uretritis atau sevisitis

non spesifik, kandidiasis dan trikomonas dan IMS yang ditandai dengan

adanya luka atau koreng di alat kelamin yaitu sifilis, ulkus molle,

limpogranuloma venerium, granuloma inguinale dan herpes genitalis

(Depkes RI 2007).

Dampak IMS bagi remaja perempuan dan laki-laki, yaitu infeksi alat

reproduksi akan menurunkan kualitas ovulasi sehingga akan mengganggu

siklus dan banyaknya haid serta menurunan kesuburan, peradangan alat

reproduksi ke organ yang lebih tinggi yang dapat meningkatkan

kecenderungan terjadi kehamilan di luar rahim, melahirkan anak dengan cacat

bawaan seperti katarak, gangguan pendengaran, kelainan jantung dan cacat

lainnya. Secara psikologis dampak IMS bagi remaja yaitu rendah diri, malu

dan takut sehingga tidak mau berobat yang akan memperberat penyakit atau

bahkan akan mengobati jenis dan dosis tidak tepat yang justru akan

memperberat penyakitnya disamping terjadi resistensi obat. (Depkes RI2007).

Page 18: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

5

Pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik,

kejiwaan dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk

memahami serta mengatasi kematangan seksual yang membingungkan.

Informasi tentang Infeksi Menular Seksual perlu diperoleh setiap remaja.

Remaja memerlukan informasi tersebut agar waspada dan berperilaku seksual

sehat serta bergaul untuk pembekalan mempertahankan diri sendiri secara

fisik maupun psikis serta mental dalam menghadapi godaan. Dari uraian di

atas penulis tertarik mengambil judul penelitian "Hubungan Tingkat

Pengetahuan Remaja SMA Kelas XI Mengenai Infeksi Menular Seksual

(IMS) Dengan Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri 5 Surakarta".

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis dapat merumuskan

masalah "Adakah hubungan tingkat pengetahuan remaja SMA Kelas XI

mengenai infeksi menular seksual (IMS) dengan perilaku seksual remaja di

SMA Negeri 5 Surakarta?".

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan Remaja kelas XI

dengan perilaku seksual Remaja di SMA N 5 Surakarta.

Page 19: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

6

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja mengenai

IMS di SMA N 5 Surakarta.

1.3.2.2 Untuk mengidentifikasi perilaku seksual di SMA N 5

Surakarta.

1.3.2.3 Untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dan

perilaku seksual remaja di SMA N 5 Surakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini dapat mengembangkan pengetahuan disiplin ilmu

khususnya kesehatan reproduksi remaja dan dapat menambah wacana

kepustakaan mengenai pengetahuan remaja tentang Infeksi Menular

Seksual (IMS).

1.4.2 Bagi Institusi

1.4.2.1 Pendidikan

Dapat digunakan sebagai sumber bacaan untuk penelitian

selanjutnya atau dijadikan referensi untuk peningkatan kualitas

pendidikan kebidanan khususnya tentang kesehatan reproduksi

remaja.

1.4.2.2 SMA Negeri 5 Surakarta

Dapat digunakan sebagai masukan pada SMA Negeri 5 Surakarta

dalam upaya meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan

Page 20: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

7

reproduksi dan dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran.

1.4.2.3 Bagi Siswa

Dari penelitian ini dapat memberikan masukan khususnya siswa

untuk berperilaku seksual sehat serta bergaul dengan baik dan

terhindar dari penyakit IMS.

1.4.2.4 BagiPeneliti

Menambah wawasan dan mempunyai pengalaman nyata dalam

melakukan penelitian tentang pengetahuan remaja tentang Infeksi

Menular Seksual (IMS).

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1

Keaslian Penelitian

No. Nama

Peneliti

Judul

Penelitian

Metode Hasil Penelitian

1. Yuyun

Wahyu

Indah

Indriyani,

(2009)

Tingkat

Pengetahuan

Kesehatan

Reproduksi pada

Remaja Putri

SMK Gajah

Mungkur 2

Deskriptif

analitikden

gan

pendekatan

cross

sectional

Pengetahuan remaja

putri tentang

kesehatan

reproduksi termasuk

tinggi (87%),

Sedang (9%),

rendah (4%).

Page 21: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

8

Giritontro.

2. Sisik Susanti

Sulistiyawati

, (2011)

Gambaran

Pengetahuan

dan Sikap

Remaja Tentang

Infeksi Menular

Seksual di SMK

Muhammadiyah

2 Surakarta.

Deskripsi Kategori baik

sebanyak 10

responden (33,3%),

cukup sebanyak 17

responden (56,7%)

dan kurang

sebanyak 3

responden (10%).

Sedangkan untuk

sikap, deskripsi

frekuensinya dalam

kategori baik

sebanyak 26

responden (86,7%)

dan yang tidak baik

sebanyak 4 orang

(13,3%)

Page 22: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

38

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Pengetahuan

2.1.1.1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil "tahu" pengindraan manusia

terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui

panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo 2010).

2.1.1.2. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), ada enam tingkat pengetahuan

yang dicapai dalam domain kognitif yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

Page 23: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

39

mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya,

aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih

dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat

dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan,

membedakan, mengelompokkan dan seperti sebagainya.

Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi,

memisahkan dan sebagainya.

Page 24: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

40

5. Sintesa (Syntesis)

Sintesa dalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baik dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-

informasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat

menggunakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan

terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

2.1.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa cara untuk

memperoleh pengetahuan, yaitu:

1. Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang

lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba

dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga

gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai

Page 25: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

41

masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara

ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau

metode coba-salah coba-coba.

2. Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali

kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh

orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut

baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan

turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya, dengan kata

lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas

atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas

pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan. Prinsip

ini adalah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan

oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu

menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan

fakta empiris atau pun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini

disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut

menganggap bahwa yang dikemukakannya adalah benar.

3. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi

pepatah, pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman

itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu

merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.

Page 26: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

42

4. Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir

manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh

kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan

pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

5. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut "metode

penelitian ilmiah", atau lebih popular disebut metodologi

penelitian (research methodology).

2.1.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Erfandi (2009), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses

belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang

tersebut untuk menerima informasi. Pengetahuan sangat erat

kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang

dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin

Page 27: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

43

luas pula pengetahuannya. Peningkatan pengetahuan tidak

mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat

diperoleh pada pendidikan non formal.

2. Media masa atau informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka

pendek (immediateimpact) sebingga menghasilkan perubahan

atau peningkatan pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi,

berbagai bentuk media masa seperti televisi, radio, surat kabar,

majalah, dan Iain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam

penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media masa

membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang.

3. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.

Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya

walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga

akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan

untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini

akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Page 28: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

44

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan

tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik

ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh

setiap individu.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman

belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman

belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan

kemampuan mengambil keputusan yang merupakan

manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik

yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

6. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan

Page 29: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

45

yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,

individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan

kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi

suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu

orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak

waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan

masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada

penurunan pada usia ini.

2.1.1.5 Pengukuran Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006), pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan

tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau

responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ukur atau kita

ketahui dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya.

Adapun pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran

pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis

yaitu:

1. Pertanyaan subyektif, misalnya jenis pertanyaan essay.

Pertanyaan essay disebut pertanyaan subyektif karena

penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subyektif dari

penilai, sehingga nilainya akan berbeda dari seseorang penilai

satu dibandingkan dengan yang lain dari satu waktu ke waktu

yang lainnya.

Page 30: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

46

2. Pertanyaan obyektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda

(multiple choise), bentul salah, dan pertanyaan menjodohkan.

Pertanyaan pilihan ganda, betul salah, menjodohkan disebut

pertanyaan obyektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat

dinilai secara pasti oleh penilai.

Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan obyektif

khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai untuk

dijadikan sebagai alat ukur dalam pengukuran pengetahuan

karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang

akan diukur dan penilaiannya akan lebih cepat (Arikunto

2006).

2.1.2. Remaja

2.1.2.1. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

menuju masa dewasa dimana pada masa itu terjadi pertumbuhan

yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi

terjadinya perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik, mental

maupun peran sosial (Ardhyantoro dan Kumalasari 2010).

Masa remaja merupakan salah periode dari perkembangan

manusia, Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari

masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan

biologik, perubahan psikologi, dan perubahan sosial

(Notoatmodjo, 2007).

Page 31: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

47

2.1.2.2. Batasan Remaja

Menurut Ardhyantoro dan Kumalasari (2010), batasan remaja

berdasarkan umur yaitu:

1. Masa remaja awal yaitu 10-12 tahun

a. Lebih dekat dengan teman sebaya

b. Ingin bebas

c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya

d. Mulai berpikir abstrak

2. Masa remaja tengah yaitu 13-15 tahun

a. Mencari identitas diri

b. Timbul keinginan untuk berkencan

c. Mempunyai rasa cinta yang mendalam

d. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak

e. Berkhayal tentang aktivitas seks

3. Masa remaja akhir yaitu 16 - 21 tahun

a. Pengungkapan kebebasan diri

b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya

c. Mempunyai ciri tubuh (body image) terhadap dirinya

sendiri

2.1.2.3. Aspek perkembangan pada masa remaja

Menurut Handoyo (2010), aspek perkembangan remaja

meliputi:

Page 32: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

48

1. Perkembangan fisik

Perkembangan fisik pada remaja adalah perubahan-

perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan

keterampilan motorik. Perubahan pada tubuh diatandai dengan

pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan

otot, serta kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi.

Menurut Notoatmodjo (2007), antara remaja putra dan putri

kematangan seksual terjadi dalam usia yang agak berbeda.

Kematangan seksual pada remaja pria biasanya terjadi pada

usia 10 - 13,5 tahun sedangkan pada remaja putri terjadi apda

usia 9-15 tahun. Bagi remaja laki-laki perubahan itu ditandai

oleh perkembangan pada organ seksual, mulai tumbuhnya

rambut kemaluan, perubahan suara, dan juga ejakulasi pertama

melalui wer drem atau mimpi basah.Sedang pada remaja putri

pubertas ditandai dengan menarche (haid pertama), perubahan

pada dada (mammae).

2. Perkembangan kognitif

Seorang remaja termotivasi memahami dunia kaena

perilaku adaptasi secara biologis mereka. Remaja secara aktif

membangun dunia kognitif mereka dimana informasi yang

didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema

kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara

hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya.

Page 33: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

49

Menurut Notoatmodjo (2007), labilnya emosi erat kaitannya

dengan perubahan hormon dalam tubuh. Sering terjadi letusan

emosi dalam bentuk amarah, sensitif bahkan perbuatan nekat.

Ketidakstabilan emosi menyebabkan mereka mempunyai rasa

ingin tahu dan dorongan untuk mencari tahu. Pertumbuhan

kemampuan intelektual pada remaja cenderung membuat

mereka bersikap kritis, tersadar melalui perbuatan-perbuatan

yang sifatnya eksperimen dan eksploratif.

3. Perkembangan kepribadian dan sosial

Perkembangan kepribadian adaiah perubahan cara individu

berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik,

sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam

berhubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian

yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri.

Pencarian identitas diri adaiah proses menjadi seorang yang

unik dengan peran yang penting dalam hidup.

2.1.3. Infeksi Menular Seksual (IMS)

2.1.3.1. Pengertian

Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga Infeksi Menular

Seksual (IMS) adalah sekelompok infeksi yang ditularkan melalui

hubungan seksual. Kebanyakan PMS dapat ditularkan melalui

hubungan seksual antara penis, vagina, anus dan/atau mulut

(Zakaria2012).

Page 34: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

50

Menurut DepkesRI (2007), Infeksi Menular Seksual (IMS)

adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Infeksi

menular seksual akan lebih beresiko bila melakukan hubungan

seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral

maupun anal.

2.1.3.2. Tanda dan gejala

Menurut Handoyo (2009), gejala Infeksi Menular Seksual

(IMS) dibedakan menjadi:

1. Perempuan

a. Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin,

anus mulut atau bagian tubuh yang lain, tonjolan kecil-

kecil, diikuti luka yang sangat sakit di sekitar alat kelamin.

b. Cairan tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal,

kekuningan, kehijauan, berbau atau berlendir.

c. Sakit pada saat buang air kecil yaitu IMS pada wanita

biasanya tidak menyebab sakit atau burning urination.

d. Perubahan warna kulit yaitu terutama di bagian telapak

tangan atau kaki, perubahan bisa menyebar ke seluruh

bagian tubuh

e. Tonjolan seperti jengger ayam yaitu tumbuh tonjolan sepert

jengger ayam di sekitar alat kelamin.

f. Sakit pada bagian bawah perut yaitu rasa sakit yang muncul

dan bilang yang tidak berkaitan dengan menstruasi bisa

Page 35: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

51

menjadi tanda infeksi saluran reproduksi (infeksi yang telah

berpindah kebagian dalam sistem reproduksi, termasuk tuba

falopi dan ovarium).

g. Kemerahan yaitu pada sekitar alat kelamin atau antara kaki.

2. Laki-laki

a. Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin,

anus mulut atau bagian tubuh yang lain, tonjolan kecil-

kecil, diikuti luka yang sangat sakit di sekitar alat kelamin

b. Cairan tidak normal yaitu cairan bening atau berwarna

berasal dari pembukaan kepala penis atau anus.

c. Sakit pada saat buang air kecil yaitu rasa terbakar atau rasa

sakit selama atau setelah urination.

d. Kemerahan pada sekitar alat kelamin, kemerahan dan sakit

di kantong zakar.

2.1.3.3. Jenis IMS berdasarkan kuman penyebab

Menurut Depkes RI (2007), jenis Infeksi Menular Seksual (IMS)

berdasarkan penyebab, antara lain:

1. Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan bakteri

a. Gonorhoe

1) Penyebab : Neisseria gonorhoe

2) Masa inkubasi : selama 2-10 hari.

3) Gejala

Infeksi yang menyerang selaput lendir uretra pada

Page 36: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

52

laki-laki serta leher rahim dan uretra pada wanita.

Pada laki-laki : Berupa rasa gatal dan panas pada saat

BAK, keluar cairan atau nanah kental berwarna kuning

kehijauan secara spontan dari uretra ujung penis tampak

merah, bengkak dan menonjol keluar.

Pada perempuan : Sebagian besar tidak menimbulkan

keluhan atau keluar cairan keputihan berwarna kuning

kehijauan dan kental, kadang-kadang disertai rasa nyeri

saat BAK.

4) Komplikasi

Yang sering terjadi pada laki-laki adalah infeksi pada

testis atau buah zakar, saluran sperma sehingga bisa

menimbulkan penyempitan. Pada wanita bisa terjadi

penjalaran infeksi ke rahim dan saluran telur sehingga

dapat menyebabkan kemandulan. Bila mengenai ibu hamil

dapat menularkan ke bayi saat melahirkan sehingga

menyebabkan infeksi pada mata yang dapat menyebabkan

kebutaan (Depkes RI 2007)

b. Sifilis (Raja Singa)

Menurut Ardiyantoro dan Kumalasan (2010), sifilis

disebut juga raja singa, Mai de Naples, morbus gallicus, lues

venerea.

1) Penyebab: Troponema Pallidum

Page 37: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

53

2) Macam sifilis

Menurut Depkes RI (2007), macam sifilis yaitu:

a) Sifilis stadium I (sifilis primer)

Sifilis ini timbul antara 2 -4 minggu setelah kuman

masuk, ditandai dengan adanya benjolan kecil merah

biasanya 1 buah kemudian menjadi luka atau koreng

yang tidak disertai rasa nyeri. Lokasi pada laki-laki

biasanya pada alat kelamin sedangkan pada wanita selain

pada alat kelamin luar bisa juga pada vagina maupun

leher rahim. Tempat lain yang bisa terkena adalah pada

bibir, lidah, sekitar dubur.

b) Stadium II (sifilis sekunder)

Stadium ini terjadi setelah 6-8 minggu dan bisa

berlangsung sampai 9 bulan. Kelainan dimulai dengan

adanya gejala nafsu makan yang menurun, demam, sakit

kepala, nyeri sendi. Stadium ini disebut the great

imitator of the skin deseases karena mempunyai tanda

dan gejala menyerupai penyakit kuht lain berupa bercak

bercak merah, benjolah kecil-kecil seluruh tubuh, tidak

gatal, kebotakan rambut dan sebagainya.

c) Stadium HI (sifilis tersier)

Umumnya timbul antara 3-10 tahun setelah

infeksi.Ditandai dengan 2 macam kelainan yaitu berupa

Page 38: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

54

kelainan yang bersifat destruktif pada kulit, selaput

lendir, tulang sendi dan adanya radang yang terjadi

secara perlahan-lahan pada jantung, sistem pembuluh

darah dan syaraf.

3) Komplikasi

Menurut Ardhiyantoro dan Kumalasari (2010),

komplikasi sifilis, yaitu:

a) Dapat menimbulkan kerusakan berat pada otak dan

jantung jika tidak diobati.

b) Selama kebamilan dapat ditularkan pada bayi dalam

kandungan dan dapat menyebabkan keguguran atau

lahir cacat.

c) Memudahkan penularan HIV

c. Ulkus molle

Menurut Ardhiyantoro dan Kumalasari (2010), ulkus

molle,yaituUlkus molle disebabkan oleh infeksi bakteri

haemophillusducreyi yang menular karena hubungan seksual

Gejala: :

1) Luka-luka dan nyeri tanpa radang jelas.

2) Benjolan mudah pecah dilipatan paha disertai sakit.

Komplikasi:

1) Luka dan infeksi hingga mematikan jaringan di

sekitarya.

Page 39: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

55

2) Tertular HIV

d. Granuloma inguinale

1) Penyebab

Menurut Handoyo (2010), sebuah luka kecil di bagian

kemaluan akan menyebar lama-kelamaan membentuk

sebuah masa granulomatous (benjolan-benjolan kecil)

yang bisa menyebabkan kerusakan berat organ-organ

kemaluan.

2) Gejala

Menurut Depkes RI (2007), pada stadium awal dimulai

dengan adanya plenting kecil yang akan pecah dalam

waktu singkat kemudian mejadi luka, tidak nyeri dan

sembuh sendiri dalam waktu singkat Dalam waktu antara

1 - 4 minggu setelah luka tersebut sembuh akan timbul

pembengkakan kelenjar lipat paha yang disertai rasa nyeri,

keras, berbentuk seperti sosis.

3) Komplikasi:

Stadium lanjut pada laki-laki dapat menyebabkan

pembengkaka pada peni dan scrotum (elefantiasis

scrotum) sedang pada wanita menyebabkan

pembengkakan bibir kemaluan (elephantiasis

labiae/esthiomene).

Page 40: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

56

2. Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan Virus

a. Herpes Genitalis

Menurut Adhiyantoro dan Kumalasari (2010), herpes

genitalis disebabkan virus herpes simplex tipe 1 dan 2 dengan

masainfkubasi antara 4 — 7 hari setelah virus berada dalam

tubuh, dimulai dengan rasa terbakar atau kesemutan pada

tempat masuknya virus. Bagian tubuh yang paling banyak

terinfeksi adalah kepala penis dan preputium (bagian yang

disunat) serta bagian luar alat kelamin, vagina dan serviks.

Gejala :

1) Bintil-bintil berkelompok seperti anggur berair dan nyeri

pada kemaluan, kemudian pecah dan meninggalkan luka

yang kering berkerak, lalu hilang dengan sendirinya.

2) Dapat muncul lagi seperti gejala awal biasana hilang dan

timbul, kambuh apabla ada faktor pencetus, misalnya

karena stres, menstruasi, makan/minum beralkohol,

hubungan seks berlebihan, dan menetap seumur hidup.

3) Membesarnya kelenjar getah bening di selangkangan.

4) Susah buang air kecil.

Komplikasi:

1) Rasa nyeri berasal dari syaraf

2) Tertular pada bayi dan menyebabkan lahir muda, cacat

bayi, lahir mati.

Page 41: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

57

3) Radang tenggorokan (faringitis)

4) Infeksi selaput otak (meningitis)

5) Tertular HIV

6) Kanker leher rahim.

b. Kondiloma akuiminata

1) Penyebab

Menurut Ardhiyantoro dan Kumalasari (2010),

kondiloma akuiminata disebabkan oleh virus human

papilloma tipe 6 dan 11 dengan masa inkubasi 2-3 bulan

setelah kuman masuk ke dalam tubuh.

2) Gejala

Menurut Ardhiyantoro dan Kumalasari (2010),

gejalanya yaitu terlihat adanya satu atau beberapa kutil

(lesi) di daerah kemaluan dan lesi ini dapat membesar.

Menurut Depkes RI (2007), gejala pada wanita hamil

dapat membesar sampai dubur dan mirip jengger ayam

atau bunga kol. Pada laki-laki mengenai alat kelamin dan

saluran BAK bagian dalam. Kadang-kadang kutil tidak

terlihat sehingga tidak disadari biasanya laki-laki baru

menyadari setelah dia menulari pasangannya.

3) Komplikasi:

Menurut Depkes RI (2007), komplikasi kondiloma

akuminata yaitu : kanker leher rahim atau kanker kulit

Page 42: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

58

disekitar kulit kelamin.

3. Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan jamur

Menurut Ardhiyantoro dan Kumalasari (2010), Infeksi

Menular Seksual (IMS) yang disebabkan jamur yaitu:

Kandidiasis

a. Penyebab

Infeksi kandidiasis disebabkan oleh jamur Candida albican

yang pada umumnya terdapat di susu dan vagina.

b. Gejala:

Menurut Ardhiyantoro dan Kumalasari (2010), gejalanya

yaitu berupa keputihan menyerupai keju disertai lecet serta

rasa gatal dan iritasi di daerah bibir kemaluan dan berbau kas.

Menurut Depkes RI (2007), gejala kandidiasisyaitu : pada

keadaan mormal jamur ini terdapat dikulit maupun di dalam

hang kemaluan perempuan. Tetapi pada keadaan tertentu

jamur ini meluas sedemikian rupa hingga menimbulkan

keputihan. Gejalanya berupa keputihan berwarna putih

seperti susu, bergumpal, disertai rasa gatal panas dan

kemerahan pada kelamin dan di sekitarnya.

4. Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan parasit

Menurut Nugroho (2011), Infeksi Menular Seksual (IMS)

yangdisebabkan parasit, yaitu :

Page 43: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

59

1) Trikomonas Vaginalis

Trikomonas adalah infeksi saluran urogenitalia yang dapat

bersifat akut atau kronik dan disebabkan oleh tricomonas

vaginalis.

a) Penyebab

Tricomonas vaginalis merupakan yang berflagela

dengan masa inkubasi sekitar 1 minggu, tapi dapat

berkisar 4-28 hari.

b) Gejala:

Wanita gatal-gatal dan rasa panas, vagina sekret

vagina yang banyak, berbau dan berbusa (sekret yang

berbusa merupakan bentuk klasik dari trikomonas

sebanyak 12%, disuria dengan pruritusedema vulva,

perdarahan kecil-kecil pada permukaan serviks (serviks

strawberry).

2.1.4. Dampak Infeksi Menular Seksual (IMS) bagi remaja

Menurut Depkes RI (2007), dampak Infeksi Menular Seksual

(IMS)bagi remaja perempuan dan laki-laki, yaitu :

1. Infeksi alat reproduksi akan menurunkan kualitas ovulasi sehingga

akan mengganggu siklus dan banyaknya haid serta menurunan

kesuburan.

2. Peradangan alat reproduksi ke organ yang lebih tinggi yang dapat

meningkatkan kecenderungan terjadi kehamilan di luar rahim.

Page 44: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

60

3. Melahirkan anak dengan cacat bawaan seperti katarak, gangguan

pendengaran, kelainan jantung dan cacat lainnya.

Menurut Depkes RI (2007), secara psikologis dan fisik dampak

Infeksi Menular Seksual (IMS) bagi remaja, sebagai berikut:

1. Dampak secara psikologis

a. Rendah diri

b. Malu dan takut sehingga tidak mau berobat yang akan

memperberat penyakit atau bahkan akan mengobati jenis dan dosis

tidak tepat yang justru akan memperberat penyakitnya disamping

terjadi resistensi obat.

c. Gangguan hubungan seks setelah menikah karena takut tertular lagi

atau takut menularkan penyakit pada pasangannya.

2. Dampak secara fisik

a. Bekas bisul atau nanah di daerah alat kelamin dapat mengganggu

kualitas hubungan seksual di kemudian hari karena menimbulkan

rasa nyeri dan tidak nyaman waktu berhubungan seks.

b. Nyeri waktu BAK (disuria) karena peradangan mengenai saluran

kemih

c. Gejala neurologi/gangguan syaraf (stadium lanjut sifilis)

d. Lebih mudah terinfeksi HIV

e. Kemandulan dikarenakan perlengketan saluran reproduksi dan

gangguan produksi sperma.

Page 45: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

61

2.1.5 Perilaku

2.1.5.1 Pengertian

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari

manusia itu sendiri baik dapat diamati secara langsung maupun

tidak

langsung. Menurut Robert Kwick, perilaku adalah tindakan atau

perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan dapat dipelajari.

(Notoatmodjo, 2007).

2.1.5.2 Cara pembentukan

Bentuk perubahan perilaku menurut WHO yang disadur oleh

Notoatmodjo (2007) meliputi :

1. Perubahan Alamiah (Natural Change )

Bentuk perubahan perilaku yang terjadi karena perubahan

alamiah tanpa pengaruh faktor- faktor lain. Apabila dalam

masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau

sosial, budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat

didalamnya yang akan mengalami perubahan.

2. Perubahan Rencana (Planned Change)

Bentuk perubahan perilaku yang terjadi karena memang

direncanakan sendiri oleh subyek.

3. Kesediaan Untuk Berubah ( Readiness to Change )

Setiap orang di dalam masyarakat mempunyai kesediaan

untuk berubah yang berbeda-beda meskipun kondisinya sama.

Page 46: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

62

Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program

pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi

adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau

perubahan tersebut, namun sebagian lagi sangat lamban.

2.1.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Loawrence Green yang dikutip oleh Notoatmodjo

(2007) bahwa perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor-

faktor yaitu :

1. Faktor Predisposisi

Yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan

keyakinan, nilai-nilai dan motivasi.

2. Faktor Enabling / pendukung

Yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak

tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.

Misalnya : rumah sakit, obat-obatan

3. Faktor Reenforcing / pendorong

Yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan

atau petugas lainnya yang merupakan kelompok referensi dari

perilaku masyarakat.

2.1.5.4 Proses Perubahan Perilaku

Dalam penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum

orang mengadaptasi perilaku baru di dalam diri orang tersebut

terjadi proses yang berurutan, yaitu:

Page 47: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

63

1. Awareness(kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

2. Interest (merasa senang), yaitu orang mulai tertarik terhadap

stimulus atau obyek tersebut.

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden

baik.

4.Trial (mencoba), yaitu orang telah mulai mencoba melakukan

sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus.

5. Adaptation (menerima), yaitu subyek telah berperilaku baru

sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap

stimulus. (Notoatmodjo 2007)

Page 48: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

64

2.3 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Notoatmodjo (2007), Depkes RI (2007)

Infeksi Menular Seksual (IMS)

1. Pengertian

2. Tanda dan Gejala

3. Jenis IMS berdasarkan kuman

penyebab

4. Dampak Infeksi Menular Seksual

(IMS) bagi remaja

Remaja

Pengetahuan Faktor yang

mempengaruhi

perilaku:

1. Faktor Predisposisi

2. Faktor Enabling /

pendukung

3. Faktor Reenforcing /

pendorong

Faktor yang mempengaruhi

pengetahuan :

1. Pendidikan

2. Media masa / informasi

3. Sosial budaya dan

ekonomi

4. Lingkungan

5. Pengalaman

6. Usia

Page 49: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

65

2.4 Kerangka Konsep

Gambar 2.2 : Kerangka Konsep

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat

praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. (Arikunto 2010)

HA : Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan remaja SMA Kelas XI

mengenai infeksi menular seksual (IMS) dengan perilaku seksual

remaja di SMA Negeri 5 Surakarta.

H1 : Ada hubungan tingkat pengetahuan remaja SMA Kelas XI mengenai

infeksi menular seksual (IMS) dengan perilaku seksual remaja di SMA

Negeri 5 Surakarta.

Pengetahuan remaja

tentang Infeksi Menular

Seksual (IMS)

Perilaku Seksual Remaja

Page 50: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

66

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif.

Menurut Nursalam (2008), penelitian deskriptif bertujuan untuk

mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa yang penting yang terjadi

pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih

menekankan pada data faktual dari pada penyimpulan. Penelitian kuantitatif

adalah data yang berwujud angka-angka. (Ridwan2012)

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh penelitian dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Hidayat2007).Populasi dalam penelitian ini adalah

semua siswa di kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta yang berjumlah 257

siswa yaitu siswa tahun ajaran 2013-2014.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan

obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

Page 51: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

67

(Notoatmodjo2010).Sampel dalam penelitia ini adalah siswa kelas XI

SMA N 5 Surakarta.

Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah

sampel adalah menggunakan rumus Slovin (Sevilla 1960), sebagai

berikut:

n = 257 / 1+257(0.05)2

= 257 / 1 + 0,06425

= 257 / 1,6425

= 156,46

= 156 sampel

Dimana :

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

e : Batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Untuk menggunakan rumus ini, pertama ditentukan berapa batas

toleransi kesalahan.Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dengan

persentase.Semakin kecil toleransi kesalahan, semakin akurat sampel

menggambarkan populasi. Misalnya, penelitian dengan batas kesalahan

5% berarti memiliki tingkat akurasi 95%.

Page 52: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

68

3.2.3 Teknik sampling

Teknik sampling adalah cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai

dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam2008).

Pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Menurut Nursalam

(2008), purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan

cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki

peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi

yang telah dikenal sebelumnya.

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu

populasi yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2008).

Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini yaitu:

1) Siswa-siswi yang masuk saat dilakukan pengambilan data

2) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan subyek yang memenuhi kriteria

inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2008).

Kriteria eksklusi sampel dalam penelitian ini yaitu:

1) Siswa-siswi yang tidak masuk saat dilakukan pengambilan data

2) Tidak bersedia menjadi responden

Page 53: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

69

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Lokasi

Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data

selama penelitian berlangsung (Budiarto 2003).Penelitian ini dilakukan

di SMA Negeri 5 Surakarta.

3.3.2 Waktu penelitian

Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis

untuk memperoleh data penelitian yang dilaksanakan (Budiarto2003).

Penelitian ini dilakukanakan pada bulan Oktober – januari 2013.

3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono2010). Dalam

penelitian hanya menggunakan dua variabel yaitu pengetahuan remaja tentang

Infeksi Menular Seksual (IMS) di SMA Negeri 5 Surakarta Dan perilaku

seksual remaja.Dengan variabel dependen yaitu pengetahuan remaja mengenai

IMS dan variabel independennya yaitu perilaku seksual remaja.

Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruanglingkup

atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau

diteliti(Notoatmodjo2010).

Page 54: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

70

Tabel 3.1

Definisi Operasional

Nama Variabel Pengertian Indikator Alat Ukur Skala

Tingkat

Pengetahuan

Remaja

Pengetahuan merupakan

hasil "tahu" pengindraan

manusia terhadap suatu

obyek tertentu

1. Baik : Menjawab benar

76%-100% dari

pertanyaan yang

diajukan

2. Cukup : Menjawab benar

56%-75% dari

pertanyaan yang

diajukan

3. Kurang :Menjawab benar

<56% dari

pertanyaan yang

diajukan

Kuesioner Ordinal

Perilaku seksual

Remaja

Perilaku manusia pada

hakekatnya adalah suatu

aktifitas dari manusia itu

sendiri baik dapat diamati

secara langsung maupun

tidak langsung.

1. Selalu : diberi nilai 2

2. Kadang : diberi nilai 1

3. Tidak pernah: di beri nilai 0

Kuesioner Nominal

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang dia ketahui

(Arikunto2010).

Kuisioner yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan dan perilaku

seksual siswa adalah kuesioner tertutup dimana sudah disediakan jawabannya

sehingga responden tinggal memilih (Arikunto2010). Pernyataan disusun

berdasarkan kisi-kisi yang diambil dari sumber teori tentang Infeksi Menular

Seksual (IMS). Pernyataan terdiri pemyataan positif (favorable) dan

Page 55: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

71

pemyataan negatif (unfavorable) dengan pilihan jawaban benar dan

salah.Penilaian pemyataan positif (favorable) jika benar dengan skor 1 dan

jika salah dengan skor 0. Pemyataan negatif (unfavorable) jika benar dengan

skor 0 dan jika salahdengan skor 1. Pengisian kuisioner tersebut dengan

memberi tanda centang (Ö) pada jawaban yang dianggap benar. Pernyataan

terdiri pemyataan positif (favorable) dan pemyataan negatif (unfavorable)

dengan pilihan jawaban selalu diberi nilai 2, kadang-kadang 1, dan tidak

pernah 0.

Untuk mengetahui kuesioner berkualitas terlebih dahulu dilakukan uji

validitas dan reliabilitas dengan karakteristik seperti sejenis di luar lokasi

penelitian.Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan di SMA Muhammadiyah

2 Gemolong Sragen.

3.4.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto2010). Sebuah

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya

hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus

product moment, yaitu:

Keterangan :

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasi product moment

x : Skor pertanyaan

Page 56: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

72

y : Skor total

xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

Instrument dikatakan valid jika nilai rhitung>rtabel (0,361)

(Riwidikdo2010).

3.4.2 Uji Reliability

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan

bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban

tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya.

Maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto2006).

Untuk menguji reliabilitas instrumen. Peneliti menggunakan

Alpha Chronbach dengan bantuan proaram komputer. Rumus Alpha

Chronbach adalah sebagai berikut:

Keterangan

r11 = Reliabilitas Instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

= Jumlah varian butir

= Varians total

Hasil uji instrumen didapatkan nilai alpha cronbach 's> rkriteria

(0,60), (Ghozali 2005).

Page 57: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

73

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar

pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner pada siswa, kemudian

menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden disuruh mengisi kuesioner

dengan selesai dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data

yang diperoleh terdiri dari:

3.5.1 Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek

penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo 2006).

Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner

tentang pengetahuan remaja mengenai IMS dan perilaku seksual remaja.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak seeara langsung dari

objek penelitian (Riwidikdo 2006). Data sekunder didapatkan dari

SMA Negeri 5 Surakarta yaitu berupajumlah siswa kelas XI.

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

3.6.1 Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010), setelah data terkumpul, maka langkah

yang dilakukan berikutna adalah pengolahan data. Sebelum

melaksanakananalisa data beberapa tahapan harus dilakukan terlebih

dahulu guna mendapatkan data yang valid sehingga saat menganalisa data

tidak mendapat kendala. Langkah-langkah pengolahan yaitu:

3.6.1.1Editing (Penyuntingan Data)

Page 58: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

74

Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau

dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih

dahulu.Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk

pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner.

3.6.1.2Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting selanjutnya

dilakukan pengkodean atau coding yaitu mengubah data berbentuk

kalimat atau atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

3.6.1.3Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari

jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian

dimasukkan ke dalam tabel.

3.6.1.4 Memasukkan Data (Data Entri) atau processing

Memasukkan data yaitu jawaban dari masing-masing responden

dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam

program atau software komputer.

3.6.1.5 Pembersihan data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden

selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan

dan sebagainya,kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

Proses ini disebut pembersihan data (data cleaning).

Page 59: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

75

3.6.2 Analisis Data

3.6.2.1 Analisis Univariat

Menurut Notoatmodjo (2005), analisa univariat yaitu

menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk

menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel.

3.6.2.2 Analisis Bivariat

Pengertian analisis bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih

dari dua variable ( Notoadmojo2005)

Analisa ini digunakan untuk mengujihubungan tingkat

pengetahuan remaja SMA Kelas XI mengenai infeksi menular

seksual (IMS) dengan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 5

Surakarta. Pengujian data dilakukan dengan pengujian statistic chi

square dalah pengujian hipotesis mengenai perbandingan antara

frekuensi observasi atau yang benar-benar terjadi atau aktual dengan

frekuensi harapan. Yang dimaksud dengan frekuensi harapan adalah

frekuensi yang nilainya dapat di hitung secara teoritis, sedangkan

dengan frekuensi observasi adalah frekuensi yang nilainya di dapat

dari hasil percobaan,untuk mengetahui hubungan tingkat

pengetahuan remaja SMA Kelas XI mengenai infeksi menular

seksual (IMS) dengan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 5

Surakarta dengan tingkat kepercayaan 95%/α : 0,05 % dengan

ketentuan sebagai berikut :

Page 60: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

76

1. Jika P value >α(0,05)maka Ho diterima dan Ha ditolak yang

berarti tidak ada hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja SMA

Kelas XI Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) Dengan

Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri 5 Surakarta.

2. Jika P value<α (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang

berarti ada hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja SMA Kelas

XI Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) Dengan Perilaku

Seksual Remaja di SMA Negeri 5 Surakarta.

3.7 Etika Penelitian

Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian

dengan memperhatikan masalah etika menurut Hidayat (2007), meliputi:

3.7.1 Informed Consent (lembar persetujuan menjadi responden)

Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian

peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan

serta manfaat yang dilakukannya penelitian. Setelah diberikan

penjelasan,lembar persetujuan diberikan kepada subyek penelitian. Jika

subyek penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani

lembar persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti

maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika

subyek penelitian menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan

memaksa dan tetap menghormati haknya.

Page 61: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

77

3.7.2 Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, peneliti tidak

mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan

inisial dan memberi nomor pada masing-masing lembar tersebut.

3.7.3Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh oleh subyek penelitian

dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan

disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.

Page 62: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

78

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri 5

Surakarta yang terdiri dari 8 kelas antara lain kelas XI IPA 1 sampai dengan

kelas XI IPA 4 dan kelas XI IPS 1 sampai dengan kelas XI IPS 4 sebanyak

156 responden. Dalam hal ini karakteristik responden meliputi umur, jenis

kelamin, dan pendidikan. Berikut akan dijelaskan satu per satu karakteristik

responden.

4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik responden

berdasarkan jenis kelaminnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Perempuan 94 60.3

Laki-laki 62 39.7

Total 156 100

Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden

berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 94 orang (60,3%) dan

sisanya adalah responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 62 orang

(39,7%).

Page 63: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

79

4.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan umurnya

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi Persentase (%)

16 tahun 13 8.3

17 tahun 141 90.4

18 tahun 2 1.3

Total 156 100

Karakteristik responden berdasarkan umur diketahui bahwa

mayoritas responden berusia 17 tahun yaitu sebanyak 141 siswa

(90,4%).

4.2 Hasil Analisis Univariat

4.2.1 Tingkat Pengetahuan Remaja Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)

pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta

Hasil distribusi responden tentang tingkat pengetahuan siswa

kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta mengenai Infeksi Menular Seksual

(IMS) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3. Tingkat Pengetahuan Siswa Mengenai Infeksi Menular

Seksual (IMS)

Tingkat Pengetahuan Siswa

Mengenai Infeksi Menular

Seksual (IMS)

Frekuensi Persentase (%)

Baik 48 30.8

Cukup 93 59.6

Kurang 15 9.6

Jumlah 156 100

Page 64: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

80

Tingkat pengetahuan siswa mengenai infeksi menular seksual

(IMS) diketahui mayoritas responden mempunyai tingkat

pengetahuan mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) yang cukup

yaitu sebanyak 93 responden (59,6%).

4.2.2 Perilaku Seksual Remaja pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 5

Surakarta

Hasil distribusi tentang perilaku seksual remaja pada siswa

kelas XI di SMA Negeri 5 Surakarta dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Perilaku Seksual Remaja pada Siswa Kelas XI di

SMA Negeri 5 Surakarta

Perilaku Seksual Remaja Frekuensi Persentase (%)

Perilaku Baik 119 76.3

Perilaku Buruk 37 23.7

Jumlah 156 100

Perilaku seksual remaja pada siswa kelas XI SMA Negeri 5

Surakarta diketahui bahwa mayoritas responden termasuk ke dalam

kategori perilaku remaja baik yaitu sebanyak 119 responden (76,3%).

4.3 Hasil Analisis Bivariat

Pengujian hubungan antara tingkat pengetahuan remaja SMA kelas XI

di SMA Negeri 5 Surakarta mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan

perilaku seksual remaja menggunakan uji statistik chi square (χ2) dapat dilihat

hasilnya sebagai berikut:

Page 65: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

81

Tabel 4.5. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Remaja SMA kelas XI di

SMA Negeri 5 Surakarta Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)

dengan Perilaku Seksual Remaja

Tingkat

Pengetahuan

Siswa

tentang IMS

Perilaku Seksual Remaja

c2

hitung

c2

tabel

p

value

Perilaku Baik Perilaku

Buruk Jumlah

n % n % n %

Kurang 0 0% 15 9.6% 15 9.6%

63,168

5,99

0,000

Cukup 71 45.5% 22 14.1% 93 59.6%

Baik 48 30.8% 0 0% 48 30.8%

Jumlah 119 76.3% 37 23.7% 156 100

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai chi square (χ2) sebesar

63,168 > chi square (χ2) tabel (5,99) dengan signifikansi (p value) sebesar

0,000 < 0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan

remaja kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta mengenai Infeksi Menular Seksual

(IMS) dengan perilaku seksual remaja.

Page 66: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

82

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Demografi

5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden

berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 94 responden (60,3%).

Menurut pendapat Wahyuni (2012) setiap remaja yang berjenis

kelamin berbeda memiliki pengetahuan yang berbeda tentang Infeksi

Menular Seksual.

Insidensi aktivitas seksual pada remaja tinggi dan meningkat

sesuai dengan pertambahan usia. Delapan dari sepuluh remaja putri

dan tujuh dari sepuluh remaja putra sudah pernah melakukan hubungan

seksual pada usia 15 tahun (Juariah, 2013).

5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden

berdasarkan umur diketahui mayoritas responden berumur 17 tahun

yaitu sebanyak 24 orang (80%). Menurut Mubarak (2011), semakin

dewasa usia seseorang maka tingkat berfikirnya akan semakin matang.

Semakin matang seseorang maka semakin banyak pula pengalaman

dalam hidup, sehingga semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya.

Hasil serupa dikemukakan oleh Cindra (2013), responden yang

berada pada tahap remaja madya mengalami masa formal-operasional,

sehingga pada tahap ini remaja telah mampu mengambil sikap sesuai

norma dan standar masyarakat dilingkungannya jika dihadapkan pada

suatu hal, misalnya perilaku seksual yang terjadi dikalangannya.

Page 67: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

83

5.2 Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI di SMA Negeri 5 Surakarta

mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden

tingkat pengetahuan cukup mengenai infeksi menular seksual (IMS) yaitu

sebanyak 17 orang (56,7%). Hal ini berarti responden dapat menjawab

pertanyaan dengan benar sebanyak 9-11 pertanyaan. Hal ini berarti dapat

diasumsikan bahwa siswa kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta sudah cukup

memahami tentang IMS.

Pengetahuan remaja tentang infeksi menular seksual (IMS) di SMA

Negeri 5 Surakarta cukup baik disebabkan siswa disekolah sudah mendapat

pengetahuan tentang IMS dari segi pengertian, macam-macamnya dan sebab

dan akibat dari munculnya IMS melalui pelajaran di sekolah yang disisipkan

melalui pelajaran biologi, maupun melalui penyuluhan yang dilakukan oleh

pihak sekolah. Selain pelajaran di sekolah siswa juga sangat mudah

mendapatkan informasi melalui internet, ataupun media massa. Menurut

Notoatmodjo (2012), pendidikan dan informasi yang cukup sangat berperan

dalam peningkatan pengetahuan. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan

psikis dalam menumbuhkan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat

dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan

seseorang.

Hal ini sejalan dengan pendapat dari Kurniawan (2007), bahwa

pengetahuan mengenai permasalahan seksual membantu para remaja memiliki

alternatif positif dalam berperilaku seksual, seperti memilih aktivitas olahraga

untuk menyalurkan hasrat seksual daripada melakukan aktivitas berduaan

dengan pacar yang dapat merangsang timbulnya aktivitas seksual pranikah.

Pengetahuan mengenai positif atau negatifnya suatu perbuatan akan

Page 68: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

84

mendorong individu memilih untuk melakukan perilaku yang lebih banyak

memberikan dampak positif daripada negatif.

5.3 Perilaku Seksual Remaja pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 5 Surakarta

diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai perilaku seksual remaja

yang termasuk kategori perilaku baik yaitu sebanyak 119 responden (76,3%).

Hal ini sejalan dengan pemikiran Widyastuti (2005) bahwa pengetahuan

tentang IMS akan mempengaruhi seseorang dalam berperilaku termasuk di

dalamnya perilaku seksual. Adanya pengetahuan akan menyebabkan individu

memiliki sikap positif dan negatif. Apabila pengetahuan tentang IMS baik

maka perilaku seksual remaja akan menjadi baik pula.

Menurut Cindra (2013), adanya perubahan pola pergaulan yang telah

mengabaikan norma budaya dan agama disebabkan karena perkembangan

globalisasi. Perkembangan globalisasi khususnya globalisasi media tidak

hanya memberikan dampak positif tapi juga memberikan dampak yang negatif

salah satunya yaitu begitu mudahnya mengakses situs-situs porno. Dengan

mengakses situs-situs porno, menimbulkan hasrat seksual remaja menjadi

semakin tinggi yang pada akhirnya mereka cenderung berperilaku buruk jika

tidak tahu tentang dampak dan bahaya dari perilaku seksual bebas tersebut.

5.4 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI di SMA Negeri 5

Surakarta mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan Perilaku

Seksual Remaja

Page 69: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

85

Hasil penelitian menunjukkan nilai chi square (χ2) hitung sebesar 63,168

> χ2 tabel (5,99) dengan signifikansi (p value) sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini

berarti terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan remaja mengenai Infeksi

Menular Seksual (IMS) dengan Perilaku Seksual Remaja pada siswa kelas XI

SMA Negeri 5 Surakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya

kecenderungan semakin baik pengetahuan remaja tentang IMS semakin baik

pula perilaku seksualnya. Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan yang

merupakan faktor pendorong perilaku seseorang, pengetahuan yang baik akan

mendorong perilaku yang baik pula.

Hasil ini sesuai dengan pendapat dari Wardani (2013) bahwa

pengetahuan atau kognitif merupakan domain terpenting bagi terbentuknya

tindakan seseorang. Perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan. Pengetahuan

diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan sikap dan perilaku

setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi

terhadap tindakan seseorang, terutama dalam hal pengetahuan tentang IMS.

Hasil penelitian yang hampir sama dilakukan oleh Rohmatika (2013),

yang mendapatkan penelitian pada siswa-siswi di SMA Batik 1 Surakarta

menunjukkan adanya korelasi positif dan signifikan antara tingkat pengetahuan

remaja tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja. Hasil

penelitian dari Juariah, dkk (2013), bahwa terdapat hubungan antara

mekanisme koping yang maladaptif dengan yang melakukan perilaku seks

bebas (Free sex) pada remaja di SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara

Bandung dengan p value 0,000. Kedua hasil penelitian ini semakin

Page 70: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

86

menguatkan hasil penelitian yang peneliti lakukan, bahwa pengetahuan

mempunyai pengaruh terhadap perilaku.

Page 71: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

87

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan serta paparan

pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat memberikan beberapa

simpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan remaja mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)

pada siswa kelas XI di SMA Negeri 5 Surakarta mayoritas termasuk ke

dalam kategori cukup yaitu sebanyak 93 responden (59,6%).

2. Perilaku seksual remaja pada siswa kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta

mayoritas termasuk dalam perilaku baik yaitu sebanyak 119 responden

(76,3%).

3. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan remaja mengenai Infeksi

Menular Seksual (IMS) dengan perilaku remaja dalam pencegahan

HIV/AIDS pada siswa kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta dengan nilai χ2

sebesar 63,168 dengan signifikansi (p value) sebesar 0,000 < 0,05.

B. Saran

Berdasarkan simpulan diatas, maka peneliti dapat memberikan beberapa

saran sebagai berikut:

1. Bagi SMA Negeri 5 Surakarta

a. Hendaknya pengetahuan seksualitas khususnya mengenai Infeksi

Menular Seksual (IMS) dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah

Page 72: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

88

baik dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi, sebagai mata

pelajaran Pendidikan Seksualitas. Materi pengetahuan seksualitas

disesuaikan dengan perkembangan anak-anak, serta menekankan

pada semua aspek (kognitif, afektif, konatif, moral dan sosial)

sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat diaplikasikan oleh anak-

anak dari usia SD sampai perguruan tinggi.

b. Diharapkan dapat meningkatkan bimbingan/konseling dari guru

mengenai pendidikan seksualitas khususnya tentang IMS.

2. Bagi Siswa dan Orangtua

a. Siswa harus terus menggali informasi tentang pengetahuan seksual

terutama tentang IMS agar mengetahui lebih dalam tentang apa

maksud IMS, jenisnya, bagaimana cara terinfeksi dan cara

pencegahannya agar tidak terjangkit IMS tersebut baik dari media

massa, pemberi pelayanan kesehatan, keluarga, maupun masyarakat

sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat menjadi dasar

pembentukan perilaku seksual paa remaja.

b. Siswa harus dapat mulai berfikir dan bertindak lebih positif dalam

mengambil keputusan dengan lebih mampu menjaga diri atau

melakukan penyaringan terhadap pencegahan IMS dengan

melakukan perilaku-perilaku positif seperti menghindari seks bebas.

c. Siswa dapat mengalihkan pikiran-pikiran tentang perilaku negatif

seperti seks bebas, melihat situs-situs porno atau film porno dengan

melakukan kegiatan-kegiatan positif yang ada di SMA Negeri 5

Surakarta, seperti mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, kerohanian dan

Page 73: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

89

lain sebagainya sehingga dapat membantu memperkuat koping

adaptif siswa.

d. Siswa lebih komunikatif dengan guru BK maupun kepada orangtua

dalam memenuhi keingintahuan remaja mengenai pengetahuan

tentang IMS dan perilaku seksual positif serta bagaimana cara hidup

sehat pada remaja, sehingga informasi yang diperoleh remaja sesuai

dengan kebutuhan keingintahuan remaja dengan menyertakan nilai-

nilai norma,agama,sosial yang berlaku di masyarakat.

e. Orang tua sangat berperan penting dan berpengaruh besar dalam

pembentukan mekanisme koping remaja, sehingga orang tua

seharusnya dapat lebih arif dan bijaksana dalam memberikan

informasi secara terbuka dan benar mengenai masalah seksualitas

khususnya tentang IMS. Dengan begitu, mereka tanpa segan dan

malu membicarakan semua persoalan yang dihadapinya. Apabila

mengalami kesulitan dalam memberikan informasi tentang

seksualitas kepada anak, konsultasikanlah pada lembaga atau ahli

yang dapat membantu mengatasi permasalahan seksualitas khususnya

tentang IMS.

3. Bagi Profesi Keperawatan

a. Perawat dapat bekerjasama dengan pihak sekolah melalui program

UKS melalui Puskesmas daerah binaan sekolah tersebut untuk

memberikan pendidikan kesehatan seksualitas khususnya tentang

Infeksi Menular Seksual (IMS) kepada para remaja.

Page 74: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

90

b. Tenaga kesehatan diharapkan dapat menyusun strategi promosi

kesehatan yang lebih informatif dan komunikatif mengenai IMS

khususnya pada remaja.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menggali secara lebih luas baik secara kualitatif

maupun kuantitatif mengenai tingkat pengetahuan mengenai Infeksi

Menular Seksual (IMS), perilaku dan sikap yang dimiliki remaja

terhadap seksualitas.

Page 75: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Ardhiyantoro dan Kumalasari. 2010. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa

Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Depkes RI, 2007. Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).

Jakarta: Depkes RI

Budiarto, E. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC

Depkes RI, 2007. Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Erfandi. 2009. Pengetahuan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi,

http://wwww.forbetterhealth.wordpress.com. Diakses tanggal 23 Oktober

2012

Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang

: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Handoyo, A. 2010. Remaja dan Kesehatan: Permasalahan dan Solusi Praktisnya.

Jakarta: PT Perca

Hidayat A. A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.

Jakarta: Salemba Medik

Hidayat A. A. 2005. Metodologi Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta

Nototatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta

Nototatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni, Jakarta : Rineka

Cipta

Nugroho, 2011. Mengupas Tuntas 9 PMS (Penyakit Menular Seksual).

Yogyakarta: Nuha Medika

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Page 76: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-jarotherma... · hubungan tingkat pengetahuan remaja sma kelas xi mengenai infeksi

Riwidikdo, H. 2009. Statistik Kesehatan. Yoyakarta: Mitra Cendikia Press

Riduwan, 2012. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:

Alfabeta

Riduwan, 2009. Statistik Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Program R dan

SPSS. Yoyakarta: Pustaka Rihana

Sarlito, W S. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Silalahi, U, 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama

Sevilla, Consuelo G. et. Al. 2007. Research Methods. Rex Printing Company.

Quezon City. http://wwww.forbetterhealth.wordpress.com. Diakses

tanggal 23 Desember 2013