HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT …eprints.ums.ac.id/65720/11/NASKAH...

17
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP PASIEN ULKUS DIABETIK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NOGOSARI BOYOLALI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Progam Studi Strata I pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: MAHENDRA GUNAWAN J 210140060 PROGAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Transcript of HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT …eprints.ums.ac.id/65720/11/NASKAH...

Page 1: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT …eprints.ums.ac.id/65720/11/NASKAH PUBLIKASI-12.pdf · (termasuk selulitis, abses dan osteomielitis), gangren dan septikemia ... perempuan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT KUALITAS

HIDUP PASIEN ULKUS DIABETIK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

NOGOSARI BOYOLALI

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Progam Studi Strata I pada

Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

MAHENDRA GUNAWAN

J 210140060

PROGAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT …eprints.ums.ac.id/65720/11/NASKAH PUBLIKASI-12.pdf · (termasuk selulitis, abses dan osteomielitis), gangren dan septikemia ... perempuan

i

Page 3: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT …eprints.ums.ac.id/65720/11/NASKAH PUBLIKASI-12.pdf · (termasuk selulitis, abses dan osteomielitis), gangren dan septikemia ... perempuan

ii

Page 4: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT …eprints.ums.ac.id/65720/11/NASKAH PUBLIKASI-12.pdf · (termasuk selulitis, abses dan osteomielitis), gangren dan septikemia ... perempuan

iii

Page 5: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT …eprints.ums.ac.id/65720/11/NASKAH PUBLIKASI-12.pdf · (termasuk selulitis, abses dan osteomielitis), gangren dan septikemia ... perempuan

1

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT KUALITAS

HIDUP PASIEN ULKUS DIABETIK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

NOGOSARI BOYOLALI

Abstrak

Salah satu masalah kesehatan yang saat ini menjadi permasalahan adalah kejadian

diabetes mellitus yang disertai ulkus diabetik. Tingkat pengetahuan yang rendah yang di

miliki pasien dapat mempengaruhi tingkat kualitas hidup ulkus diabetik. Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kualitas

hidup pasien ulkus diabetik di Puskesmas Nogosari Boyolali. Penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif korelasi. Sampel penelitian

sebanyak 48 responden penderita ulkus diabetik yang diambil secara purposiv

samplingdimana peneliti mengambil sebagian sampel yang sesuai dengan masalah dan

tujuan penelitian pada waktu yang telah di tentukan. Teknik pengolahan data

menggunakan teknik Chi-Square test. Hasil penelitian mendapatkan hasil sebagian besar

responden memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 25 orang (52,1%) dan

sebagian besar reponden memiliki tingkat kualitas hidup kurang baik sebanyak 27 orang

(56,25%). Hasil uji Chi-Square menunjukan bahwa sebagian besar responden

mempunya tingkat pengetahuan yang kurang dengan tingkat kualitas hidup kurang baik

sebanyak 21 orang dan terdapat 4 orang reponden yang tingkat pengetahuannya kurang

dengan kualitas hidup yang baik, dengan hasil nilai P: 0,001 (< 0,05) yang artinya

terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kualitas hidup pasien

ulkus diabetik. Tingkat pengetahuan responden berada pada katagori kurang dan tingkat

kualitas hidup responden dalam katagori baik dan kurang baik. Hasil penelitian

didapatkan bahwa tingkat pengetahuan dengan tingkat kualitas hidup pasien ulkus

diabetik terdapat hubungan.

Kata kunci :Diabetes militus, Ulkus diabetik,Kualitas hidup, Tingkat pengetahuan.

Abstract One of the health problems that today the problem is the incidence of diabetes mellitus

accompanieddiabetic ulcers. Low level of knowledge which is owned patients can affect

the level of quality of life of diabetic ulcers. Research purposes to knowing the level of

knowledge of the relationship with the level of quality of life of diabetic ulcer patients in

Puskesmas Boyolali Nogosari. This research is a quantitative correlation descriptive

research method. Samples are 48 respondents diabetic ulcer taken purposiv sampling

where researchers took a sample portion corresponding to the problem and research

objectives on time that has been set. Data processing technique using the technique of

Chi-Square test. Results research to get the majority of respondents have less

knowledge level of 25 people (52.1%) and the majority of respondents have a poor level

of quality of life as many as 27 people (56.25%). Chi-square test results showed that

most respondents possessed less knowledge level with the level of quality of life is not

good at least 21 people and there are 4 respondents whose level of knowledge about the

quality of life, with the results of the P value: 0.001 (<0.05 ) which means that there is a

relationship between the level of knowledge of the level of quality of life of patients with

diabetic ulcers. The knowledge level of respondents are in the category of less and the

Page 6: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT …eprints.ums.ac.id/65720/11/NASKAH PUBLIKASI-12.pdf · (termasuk selulitis, abses dan osteomielitis), gangren dan septikemia ... perempuan

2

level of quality of life of respondents in the category of good and less good. The results

showed that the level of knowledge at the level of the quality of life of patients with

diabetic ulcers there is a relationship.

Keywords :Diabetes mellitus, diabetic ulcers, quality of life, level ofknowledge.

1. PENDAHULUAN

Sehat adalah hal yang mendasar didalam kehidupan manusia.Salah satu

masalah kesehatan yang saat ini menjadi permasalahan adalah kejadian diabetes

melitus di Indonesia.International Diabetes Federation menjelaskan bahwa

diabetes merupakan penyakit kronis yang dapat terjadi saat tubuh kita tidak bisa

menghasilkan insulin yang cukup atau tidak bisa menggunkan insulin secara efektif

(IDF, 2015). IDF menyatakan prevalensi diabetes pada orang dewasa 20-79 tahun

di perkirakan 8,8% dari keseluruan penduduk di dunia. IDF juga memperkirakan

menggunakan 196 sumber dari 111 negara diperkirakan pada tahun 2015 ada 415

juta penederita diabetes usia lanjut 20-79 tahun, 5,0 juta kematian akibat diabetes

dan jumlah penderita diabetes usia 20-79 di prediksikan naik menjadi 642 juta pada

tahun 2040 (IDF, 2015).

Penderita diabetes militus memiliki beberapa komplikasi penyakit salah

satunya dapat mengalami komplikasi ulkus diabetik. Ulkus diabetik dapat terjadi

karena adanya penurunan kemampuan penyembuhan jaringan lunak perifer yang

menyebabkan terjadinya ulkus diabetik. Lambatnya proses penyembuhan luka pada

diabetes militus dapat meningkatkan terjadinya risiko komplikasi luka yang akan

berdampak memperlambat penyembuhan luka. Komplikasi tersebut meliputi infeksi

(termasuk selulitis, abses dan osteomielitis), gangren dan septikemia (Rosyid,

2017).

Kasus terjadinya ulkus diabetik di seluruh dunia terus meningkat . Dari

penelitian yang di lakukan oleh Leone dkk, menunjukkan bahwa hampir 15%

pasien DM akan mengalami komplikasi ulkus diabetik di masa yang akan datang.

Prevalensi ulkus diabetik diperkirakan mencapai sekitar 4-27% penderita ulkus

diabetik di seluruh dunia. Prevalensi penderita ulkus diabetik di Amerika Serikat

adalah 15-20%, risiko terjadinya amputasi sekitar 15-46 lebih banyak dibandingkan

dengan pasien yang tidak menderita DM sedangkan di Indonesia, angka kematian

dan amputasi masih tinggi masing-masing 16% dan 25% (Rosyid, 2017).

Page 7: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT …eprints.ums.ac.id/65720/11/NASKAH PUBLIKASI-12.pdf · (termasuk selulitis, abses dan osteomielitis), gangren dan septikemia ... perempuan

3

Tingkat kualitas hidup penderita DM juga dapat di pengaruhi oleh tingkat

pengetahuan penderita tentang DM dan komplikasi DM itu sendiri.Sehingga tingkat

pengetahuan yang rendah atau kurangnya informasi yang di miliki pasien membuat

tingkat kesadaran pasien menjadi kurang.Masalah yang sering terjadi pada

penderita ulkus adalah mereka penderita DM yang masih kurang pengetahuan

disaat meraka menderita luka kecil di kakinya tetapi karena mereka menderita DM

maka luka tersebut semakin parah tetapi mereka enggan untuk memeriksakan luka

tersebut ke klinik dikarenakan mereka pikir luka tersebut akan sembuh dengan

sendirinya. Pemikiran tersebut yang sering di lakukan penderita DM padahal luka

kecil tersebutlah yang memicu terjadinya luka ulkus diabetik dan saat mereka

memeriksakan diri ke klinik, luka mereka sudah dalam kondisi parah.

Saat peneliti melakukan studi pendahuluan di Puskesmas Nogosari Boyolali

,peneliti mendapatkan jumlah penderita DM dengan komplikasi ulkus diabetik pada

tahun 2017 sejumlah 94 pasien. Saat di lakukan wawancara dari 5 penderita ulkus

diabetik 4 diataranya tidak mengetahui apa itu ulkus diabetik, meraka hanya

mengetahui bahwa mereka memiliki luka yang sudah infeksi jasa dan tidak

menegtahu cara perawatannya sedangkan hanya 1 penderita yang mengetahu bahwa

ulkus diabteik adalah komplikasi dari DM yang di diritanya tetapi responden

tersebut juga belum mengetahui cara perawatan luka ulkus diabetik. Berdasarkan

hasil studi pendahuluan diataspeneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang

“hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kualitas hidup pasien ulkus diabetik

di wilayah kerja Puskesmas Nogosari Boyolali”.

Tujuan penelitian ini Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien diabetes

militus tentang ulkus diabetik. Untuk mengetahui tingkat kualitas hidup pasien

ulkus diabetik. Untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan tentang ulkus

diabetik terhadap kualitas hidup pasien ulkus diabetik.

2. METODE

Penelitian ini mengggunakan penelitian kuantitatif dengan metode

penelitian deskriptif korelasi.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengungkapkan hubungan antara variabel tingkat pengetahuan dan variabel

kualitas hidup pasien ulkus diabetik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian

Page 8: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT …eprints.ums.ac.id/65720/11/NASKAH PUBLIKASI-12.pdf · (termasuk selulitis, abses dan osteomielitis), gangren dan septikemia ... perempuan

4

inti yaitu cross–sectional.Sampel dalam penelitian ini adalah 48 responden

penderita ulkus diabetik yang diambil secara purposiv samplingdimana peneliti

mengambil sebagian sampel yang sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian pada

waktu yang telah di tentukan. Teknik pengolahan data menggunakan teknik Chi-

Square test.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristi Responden

Penelitian dilakukan di wilayah kerja puskesmas Nogosari Boyolali dan

dilaksan pada tanggal 1 Mei 2018 s/d 9 Juni 2018 dengan responden berjumlah

48 penderita ulkus diabetic yang telah memenuhi kriteria inklusi.

Tabel 1.Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Variabel Karakteristik

Responden

Frekuensi Presentase %

Usia

Responden 20-44 tahun

45-54 tahun

55-59 tahun

60-65 tahun

3

10

7

28

6,3

20,8

14,6

58,3

Jenis Kelamin Laki-laki

Perempuan

11

37

22,9

77,1

Pendidikan Tidak pernah

sekolah

Tidak tamat SD

SD

SMP

SMA

14

6

15

11

2

29,1

12,5

31,3

22,9

4,2

a. Karakteristik Responden Menurut Usia

Karakteristik responden menurut usia menunjukan bahwa umur

responden diketahui paling banyak berusia 60-65 tahun sebanyak 28 orang

(58,3%), sedangkan yang paling sedikit berusia 20-40 tahun sebanyak 3

orang (6,3%). Usia mayotitas paling banyak dalam penelitian ini serupa

dengan penelitian yang dilakukan Safitri (2017) dengan jumlah responden

sebagian besarpaling banyak pada usia ≥ 60 tahun. Al Fady (2015)

menjelaskan bahwa manusia akan mengalami penurunan fisiologis yang

sangan signifikan setelah usia 40 tahun, penurunan fisiologis tersebut akan

Page 9: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT …eprints.ums.ac.id/65720/11/NASKAH PUBLIKASI-12.pdf · (termasuk selulitis, abses dan osteomielitis), gangren dan septikemia ... perempuan

5

menggangu fungsi endokrin pankreas untuk dapat memproduksi insulin.

Sama halnya dengan pendapat Pangemaan (2014) yang menjelaskan

bahwa manusia pada usia 45 tahun ke atas memiliki resiko terkena

deabetes militus, hal ini dapat terjadi dikarenakan menurunnya

kemampuan sel β dalam menghasilkan insulin untuk metabolisme glukosa

didalam tubuh.

b. Karakteristik Responden Menurut Jenis Klamin

Berdasarkan hasil yang didapat, menunjukan bahwa sebagian besar

responden yang dijadikan sampel berjenis kelamin perempuan sebanyak

37 orang (77,1%) sedangkan yang paling sedikit lali-laki sebanyak 11

orang (22,9%). Dalam penelitian yang dilakukan Damayanti (2010) juga

menjelaskan bahwa perempuan memiliki resiko lebih besar menderita

diabetes melitus dari pada laki-laki. Karena pada perempuan terdapat

sindrom pramenstruasi dan post menstruasi yang dapat mengakibatkan

hormon tidak seimbang dan rentan terkena diabetes melitus tipe 2 dan

dapat memicu terjadinya komplikasi ulkus kedepannya. Sejalan juga

dengan penelitian Purwanti & Maghfirah (2016) bahwa dalam penelitian

yang di lakukannya jenis kelamin perempuan dengan rata-rata usia 61

tahun. Dalam penelitian yang dilakukan Safitri (2017) mendapatkan bahwa

jumlah responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-

laki.Sama halnya dengan penelitian yang sudah dilakukan Siwutami

(2017) yang mendapatkan bahwa jumlah responden dengan jenis kelamin

perempuan sebagian besarlebih besar daripada laiki-laki.Beda halnya

dengan WHO (2011) pada buku Podiatri (2016) yang menjelaskan bahwa

di Indonesia prevalesi paling tinggi berada pada jenis kelamin laki-laki

dengan jumlah 582.300 orang yang menderita diabetes militus, sedangkan

perempuan berjumlah 481.700 orang.

c. Karakteristik Responden Menurut Pendidikan

Pendidikan terakhir responden menunjukan bahwa paling banyak

tidak pernah sekolah sebanbyak 20 orang (41,6) sedangkan yang paling

sedikit SMA sebanyak 2 orang (4,2%). Tingkat pendidikan responden

sebagian besar tidak pernah sekolah dan yang paling kecil berpendidikan

Page 10: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT …eprints.ums.ac.id/65720/11/NASKAH PUBLIKASI-12.pdf · (termasuk selulitis, abses dan osteomielitis), gangren dan septikemia ... perempuan

6

SMA.Dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan dapat meningkatkan

pengetahuan seseorang, sehingga seseorang dapat mengambil keputusan

dengan benar. Perry dan Potter (2005) menjelaskan bahwa mendapatkan

sebuah informasi akan sangat bermanfaat dalam pengambilan keputusan

suatu masalah, dengan diimbangi dengan pengetahuan.

Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa tingkat pendidikan seseorang

akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang tersebut tentang

kesehatan maupun pengetahuan yang lainnya. Semakin banyak informasi

yang didapat, maka akan semakin baik pengetahuan seseorang tentang

kesehatan dan orang tersebut akan mengetahui tindakan apa yang dapat di

ambil dengan benar. Penelitian yang sudah dilakukan di Puskesmas

Nogosari sejalan dengan penelitian yang dilakukan Susanti (2013) yang

dalam penelitiannya responden yang paling tinggi adalah pendidikan SD.

Hal ini kebalikannya dengan penelitian yang di lakukan Permadani (2017)

bahwa dalam penelitiannya yang paling sedikit adalah responden dengan

pendidikan SD dan pendidikan SMA yang paling banyak.Kebalikan juga

dengan penelitian yang dilakukan Restada (2017) bahwa dalam

penelitiannya jumlah responden dengan pendidikan SMA lebih banyak dan

responden pendidikan Sarjan paling sedikit.

3.2 Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Pada tingkat pengetahuan ini, peneliti mengukur dengan menggunakan

kuisioner yang terdiri dari 12 pertannyaan, kemudian hasil dari pengukuran

tersebut menggunakan hasil ukur baik = ≥76-100%, cukup= 56-75%, dan

kurang = ≤56%.

Tabel 4.Distribusi tingkat pengetahuan responden

Ketagori Frekuensi (orang) Presentase(%)

Baik 9 18,7

Cukup 14 29,2

Kurang 25 52,1

Total 48 100

Dari data diatas menunjukan bahwa tingkat pengetahuan responden

sebagian besar pada katagori kurang sebanyak 25 orang (52,1%) sedangkan

yang paling kecil pada katagori baik sebanyak 9 orang (18,7%).

Page 11: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT …eprints.ums.ac.id/65720/11/NASKAH PUBLIKASI-12.pdf · (termasuk selulitis, abses dan osteomielitis), gangren dan septikemia ... perempuan

7

3.3 Frekuensi Tingkat Kualitas Hidup

Pada variabel tingkat kualitas hidup ini, peneliti mengukur dengan

menggunakan kuisioner yang terdiri dari 13 pertanyaan.Dengan hasil ukur baik

: > mean , kurang baik ≤ mean.

Tabel 5. Distribusi tingkat kualitas hidup responden

Hasil dari data diatas menunjukan bahwa tingkat kualitas hidup responden

yang memiliki luka ulkus diabetik sebagian besardalam katagori kurang baik

sebanyak 27 orang (56.25%) dan yang paling sedikit dalam katagori baik

sebanyak 21 orang (43,75%).

3.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kualitas Hidup Pasien

Ulkus Diabetik

Tabel 6. Tabulasi silang tingkat pengetahuan ulkus dengan tingkat kualitas

hidup pasien ulkus diabetik

aUji Chi-Square

Dalam tabel tersebut menunjukan bahwa jumlah responden paling banyak

pada tingkat pengetahuan kurang dengan kualitas hidup yang kurang baik

berjumlah 21 orang dan jumlah responden paling sedikit pada tingkat

pengetahuan kurang dengan kualitas hidup baik sebanyak 4 orang. Pada tabel

diatas uji analisis yang digunakan yaitu uji statistik Chi-Square betujuannya

untuk mengetahui keterkaitan dari dua variabel dan untuk mengetahui adanya

hubungan antara variabel pada variabel tingkat pengetahuan dengan tingkat

kualitas hidup pasien ulkus diabetik. Pada tabel tersebut diketahui tingkat

pengetahuan dengan kualitas hidup memiliki nilai P : 0,001 (<0,05). Sehingga

Katagori Frekuensi (orang) Presentase(%)

Baik 21 43,75

Kurang baik 27 56,25

Total 48 100

Tingkat pengetahuan Kualitas hidup Total P

Kurang baik Baik

Kurang 21 4 25 0,001a

Cukup 6 8 14

Baik 0 9 9

Total 27 21 48

Page 12: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT …eprints.ums.ac.id/65720/11/NASKAH PUBLIKASI-12.pdf · (termasuk selulitis, abses dan osteomielitis), gangren dan septikemia ... perempuan

8

tingkat pengetahuan dengan tingkat kualitas hidup pasien ulkus diabetik

terdapat hubungan karena H0 ditolak. Maka variabel tingkat pengetahuan

dengan kualitas hidup pasien ulkus diabetik terdapat hubungan.

Edelse dan Betty (2014) melaporkan bahwa tigkat pengetahuan seorang

responden tidak hanya sebatas berasal dari tingkat pendidikan yang dia

tempuh, tetapi pengetahuan yang di dapatkan dari pengalaman seseorang.

Sehingga dari pengalaman tersebut dapat menimbulkan tindakan apa yang akan

dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien ulkus diabetik.

Zaprulkhan (2015), menjelaskan bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang

diperoleh karena kebiasaan sehari-hari melalui pengalaman, kesadaran,

informasi dan lain-lain. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Edelse& Betty

(2014) memaparkan bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan

pencegahan ulkus diabetik dengan sebagian besar kurang baik. tetapi

bertentangan dengan penelitian, Triana, dkk (2011) melapokan bahwa terdapat

hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan menjalankan diit diabetes

melitus dengan sebagian besarkategori tinggi dengan pengetahuan yang baik

dan kapatuhan yang baik.

Bertentangan dengan penelitian yang di lakukan Alzharani dan

Mohammad (2011) mendapatkan hasil sebagian besar responden memiliki

kualitas hidup yang buruk. Dalam penelitian yang dilakukan Splisbury, dkk

(2007) mendapat hasil bahwa tekanan ulkus dapat mempengaruhi kualitas

hidup pasien ulkus diabetik. Dalam penelitiannya mayoritas responden

memiliki kualitas hidup yang buruk. Akan tetapi berbeda dengan penelitian

yang dilakukan Restada (2016) bahwa dalam penelitiannya kualitas hidup

responden sebagian besar paling banyak dalam kategori baik dan yang yang

paling kecil dalam kategori kurang baik. Ada juga penelitian yang dilakukan

Rosyid, dkk (2017) yang membahas tentang hubungan antara pengetahuan diet

dengan kontrol glikemik yang mendapat hasil terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan diet dengan kontrol glikemik.

Kualitas hidup dapat diartikan sebagai derajat dimana seseorang

menikmati segala kemungkinan yang terjadi dalam hidupnya, kenikmatan

tersebut memiliki dua komponen yaitu pengalaman, kepuasan dan kepemilikan

Page 13: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT …eprints.ums.ac.id/65720/11/NASKAH PUBLIKASI-12.pdf · (termasuk selulitis, abses dan osteomielitis), gangren dan septikemia ... perempuan

9

atau pencapaian beberapa karakteristik dan kemungkinan-kemungkinan

tersebut merupakan hasil dari kesempatan dan keterbatasan setiap orang dalam

hidupnya dan merefleksikan interaksi factor personal lingkungan (Weissman &

Chang, 2004).Dalam istilah umum, kualitas hidup dapat diartikan sebagai suatu

persepsi subjektif multidimensi yang dibentuk oleh individu terhadap fisik,

emosional, dan kemampuan social termasuk kemampuan kognitif (kepuasan)

dan kompoen emosional atau kebahagiaan (Goz et al, 2007).

Kualitas hidup merupakan derajat kepuasan di dalam hidup sebagai

seseorang perempuan atau laki-laki, dilihat melalui dimensi sistem nilai dan

budaya masing-masing daerah, selain itu memiliki ikatan dengan kegembiraan,

standar hidup, keinginan dan juga perhatian mereka. Kuaitas hidup meliputi

kesehatan fisik, keadaan psikologi, tingkat keluasaan, hubungan sosial serta

keterkaitan pada keinginan mereka di masa depan (Saragih, 2010).Hal tersebut

sesuai dengan teori bahwa kualitas hidup yang rendah juga dapat berhubungan

dengan tingkat pendidikan yang rendah serta aktivitas fisik yang kurang baik

(Gautam et all, 2009).

Akan tetapi didalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak hanya

tingkat pengetahuan yang sepenuhnya mempengaruhi kualitas hidup melainkan

ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Pada penelitian

ini didapatkan jumlah responden yang kualitas hidup baik hanya berbanding

sedikit dengan kualitas hidup kurang baik. Pada jumlah responden yang

pengetahuanya kurang terdapat beberapa yang tingkat kualitas hidupnya baik.

Beberapa responden tersebut dapat memiliki kualitas hidup yang baik karena

dari segi ekonomi mereka tercukupi dan selalu difasilitasi oleh keluarga

mereka saat melakukan pengobatan. Ada juga responden yang mendapatkan

dukungan dan perhatian dari keluarganya, sehingga kualitas hidup mreka

menjadi baik.

Hal ini berbanding terbalik dengan responden yang memiliki kualitas

hidup kurang baik karena mereka berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi

rendah dan tidak semua difasilitasi oleh keluarganya. Dan juga ada alasan yang

membuat mereka enggan untuk memeriksakan diri ke pusat kesehatan atau

puskesmas karena jarak puskesmas yang ditempuh cukup jauh dan merasa

Page 14: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT …eprints.ums.ac.id/65720/11/NASKAH PUBLIKASI-12.pdf · (termasuk selulitis, abses dan osteomielitis), gangren dan septikemia ... perempuan

10

bahwa pengobatan yang diterima tidak merubah keadaan fisik dan kesehatan

mereka. Dari faktor-faktor tersebutlah yang menjelaskan bahwa tidak hanya

tingkat pengetahuan saja yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien ulkus

diabetik melainkan ada beberapa faktor-faktoor lain yang dapat membuat

kualitas hidup pasien ulkus menjadi kurang baik.

Ada juga penelitian yang menunjukan selain tingkat pengetahuan ada

faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas hidup, seperti dalam penelitian

yang dilakukan Meijer dan dkk (2009) di temukan hasil bahwa kerusakan fisik

dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien ulkus diabetik. Sedangkan dalam

penelitian yang dilakukan Singh dan dkk (2005) mendapatkah hasil bahwa

skrining terhadap pasien diabetes militus dapat mengurangi resiko menderita

ulkus diabetik. Ada juga penelitian yang dilakukan oleh Rosyid, dkk (2017)

yang mendapatkan hasil bahwa nilai ABI dengan kualitas hidup pasien diabetes

militus tipe 2 tidak terdapat hubungan yang signifikan.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

a. Tingkat pengetahuan sebagian besar dalam ketagori kurang.

b. Tingkat kualitas hidup sebagian besar dalam ketagori kurang baik.

c. Hasil analisa variabel tingkat pengetahuan dengan tingkat kualitas hidup

pasien ulkus diabetik dapat disimpulkan terdapat hubungan antara variabel.

4.2 Saran

a. Bagi keluarga penderita ulkus diabetik

Diharapkan dapat lebih memperhatikan anggota keluarganya yang sedang

menderita ulkus diabetik dengan cara selalu mengingatkan waktu untuk

memeriksakan diri, mengantar dan mendampingi saat memeriksakan diri ke

puskesmas ataupun klinik kesehatan, dengan rutinnya memeriksakan diri ke

pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kesehatan anggota keluarga yang

sakit dan dapat meningkatkan tingkat kualitas hidup pasien ulkus diabetik.

b. Bagi penderita ulkus diabetic

Page 15: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT …eprints.ums.ac.id/65720/11/NASKAH PUBLIKASI-12.pdf · (termasuk selulitis, abses dan osteomielitis), gangren dan septikemia ... perempuan

11

Bagi penderita ulkus diabetik diharapkan selalu semangat untuk memeriks

diri ke puskesmas ataupun pelayanan kesehatan yang lain dan semngat

untuk menjalani pengobatan agar luka ulkus diabetik yang di derita dapat di

obati dan meminimalkan komplikasi yang lain.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel yang

lain. Agar dapat meneliti masalah lain yang di alami penderita ulkus

diabetik yang mempengaruhi tingkat kualitas hidup, misalnya tingkat

ekonomi, dukungan keluarga, pencegahan ulkus diabetik, atau tahap

perkembangan. Karena menurut Setiadi (2008) faktor ekonomi dan tahap

perkembangan dapat mempengaruhi pencegahan ulkus diabetik.

d. Bagi Puskesmas

Untuk membuat wacana yang dapat menfasilitasi warga yang menderita

ulkus diabetik, seperti melakukan pemeriksaan atau pengecekan ke rumah

warga kecamatan nogosari atau desa sekitas puskesmas yang mengalami

ulkus diabetik tetapi tidak memeriksakan diri ke puskesmas sesuai jadwal

yang sudah di tentukan. Agar bisa mengurangi jumlah warga yang kesulitan

untuk memeriksakan diri kepuskesmas karena masalah jarak yang jauh dan

kendaraan yang mengatar dan agar bisa memudahkan warga mendapatkan

pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Adelse P M, Betty. (2014). Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Penderita Diabetes

Melitus Dengan Upaya Pencegahan lkus Diabetikum di Poli Penyakit Dalam

Rumah Sakit Achmad Mochtar BukitTinggi.Jurnal Kesehatan Stikes Prima

Nusantara Bukittinggi.

Al Fady, M F. (2015).Madu Dan Luka Diabetik Metode Perawatan Luka

Komplementer. Yogyakarta: Gosyen Publising.

Alzahrani Ali Hasan, M. G. (2011). The Impact of Religious Connectedness on Health-

Related Quality of Life in Patients with Diabetic Foot Ulcers. Springer .

Damayanti, S. (2010).Pravalensi dan Faktorresiko Kejadian Diabetes Melitus di Daerah

Urban Indonesia. Jakarta: Tesis, FKMUI.

International Diabetes Federation.(2015). Diabetes Atlas Seventh Edition. IDF

Page 16: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT …eprints.ums.ac.id/65720/11/NASKAH PUBLIKASI-12.pdf · (termasuk selulitis, abses dan osteomielitis), gangren dan septikemia ... perempuan

12

Meijer J. W. G., J. T. (2009). Quality of life in patients with diabetic foot ulcers.

Springer .

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (2015). Konsensus Pengelolaan danPencegahan

DM Tipe 2 di Indonesia 2015 . Jakarta: PB PERKENI.

Permadani, A. D & Maliya, A. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ulkus Kaki

Diabetik Dengan Pencegahan Terjadinya Ulkus Kaki Diabetik Pada Pasien

Diabetes Melitus Di Persadia Rumah Sakit Dokter Soeradji Tirtonegoro

Klaten. (SKRIPSI).UMS

Purwanti L E.,& Magfirah S. (2016). Faktor Resiko Komplikasi Kronis (Kaki Diabetik)

Dalam Diabetes Militus Tipe 2. The Indonseia Jurnal Of Health Science,2016.

Potter, P A., Perry A G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,

dan Praktik Edisi 4 Volume 2.Alih Bahasa: Renata Jakarta: Fakultas

Kedokteran UI.

Restada, E. J. & Purwanti, O. S. (2016). Hubungan Lama Menderita Dan Komplikasi

Diabetes Melitus Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Penderita Diabetes

Melitus Di Wilayah Puskesmas Gatak Sukoharjo. (SKRIPSI). UMS

Rosyid, F. N. (2017). Etiology, pathophysiology, diagnosis and management

ofdiabetics’ foot ulcer. International Journal of Research in Medical Sciences ,

Vol. 5 Hal 4208.

Rosyid, F. N., Prasetyo, T. A., & Safitri, L. (2017). Correlation of Peripheral Vascular

Status with Quality of Life Type 2 Diabetes Mellitus Patients (Measured By

Ankle Brachial Value Index). Advances in Health Sciences Research .

Rosyid, F. N., Supratman, Prasetyo, T. A., Astutik, D. D., Nurseto, K. B., &

Widyaningty, U. H. (2017). The Relationship Between Dietary Knowledge and

Glycemic Control in Patient with Diabetes Type 2: A ComunityBased, Cross-

Sectional Study. Advanced Science Letters.

Safitri, Liana&Rosyid, F. N. (2017).Hubungan Nilai Ankel Bracial Index (Abi) Dengan

Kualitas Hidup Penderita Diabetes Militus Tipe 2 Di Persadia Cabang Kota

Surakarta. (SKRIPSI).UMS

.

Saragih. (2010). Hubungan Dukungan keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien gagal

Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik

Medan. Jurnal Kesehatan

Singh Nalini, M. D. (2005). Preventing Foot Ulcers in Patients With Diabetes.

American Medical Association.

Page 17: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT …eprints.ums.ac.id/65720/11/NASKAH PUBLIKASI-12.pdf · (termasuk selulitis, abses dan osteomielitis), gangren dan septikemia ... perempuan

13

Siwutami, F & Purwanti,O.S. (2017). Gambaran Kualitas Hidup Pada Penyandang

Diabetes Melitus Di Wilayah Puskesmas Purwosari Surakarta.

(SKRIPSI).UMS.

Spilsbury Karen, A. N. (2007). Pressure ulcers and their treatment and effects on quality

of life: hospital inpatient perspectives. Springer

Susanti, M L., & Sulistyarini. (2013). Dukungan Keluarga Meningkatkan Kepatuhan

Diet Pasien Diabetes Militus Di Ruang Rawat Inap RS Baptis Kediri. Jurnal

Stikes Vol. 6 No. 1 Juli 2013

Weissman, T. & Chang, T. (2004).Fast fact and concept #52: quality of life.

Zaprulkhan. 2015. Filsafat Ilmu Sebuah Analisis Kontemporer. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada

World Health Organization. (2004). Quality of Life (WHOQOL-BREF).WHO