Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan Penduduk terhadap Perkembangan Bisnis Online di...

download Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan Penduduk terhadap Perkembangan Bisnis Online di Indonesia

of 5

description

tugas besar demografi

Transcript of Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan Penduduk terhadap Perkembangan Bisnis Online di...

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan Penduduk terhadap Perkembangan Bisnis Online di Indonesia

1. Pendahuluan Perkembangan teknologi saat ini sangat pesat. Internet menjadi salah satu teknologi yang berkembang di Indonesia dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia atau disingkat APJII (Grafik 1.1), pelanggan dan pengguna internet terus meningkat. Berdasarkan data tersebut, tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 terjadi lonjakan pemakai internet sebanyak 63%. Proyeksi di tahun 2015 mencapai 139 juta pengguna internet di Indonesia.Internet menjadi sebuah kebutuhan bagi masyarakat. Media internet telah menjadi salah satu sarana promosi produk yang memiliki prospek sangat baik saat ini, dimana melalui media internet penjual dapat menjangkau konsumen secara luas. Bahkan sekarang ini internet telah masuk ke berbagai pelosok negeri, masyarakat yang tinggal jauh dari kota pun dapat memanfaatkan fasilitas internet ini. (Samuel:2013)Berbagai fasilitas yang ditawarkan internet untuk berbisnis online, mulai menggerakan pasar ritel di Indonesia. Menurut Pudjianto Ketua Umum Asprindo yang dilansir melalui situs mix.co.id. Melihat perkembangannya, ritel di tanah air sejak tahun 1960-an adalah era pasar tradisional. Selanjutnya di tahun 1970-an dikenal dengan supermarket dan dalam perkembangannya di tahun 1980-an berlanjut dengan pasar modern. Masuk tahun 1990-an timbul era supermarket berskala besar dan muncul pula tipe hypermarket, dan di tahun 2000-an minimarket mulai menjamur hingga ke daerah. Hingga saat ini memasuki era digital, konsumen mulai disuguhi cara berbelanja baru melalui e-commerce. Daya tarik iklan melalui media internet ternyata cukup efektif, dibuktikan dengan hasil survei APJII tahun 2012 (Grafik 1.1), bahwa dari total 63 juta pengguna internet (24,23% dari jumlah penduduk Indonesia), sekitar 36 juta melakukan belanja online. Prinsip ekonomi menjelaskan bahwa keinginan konsumen tidak terbatas tetapi alat pemenuhan kebutuhan yang terbatas. Perkembangan teknologi menuntut segala sesuatu serba cepat dan mudah. Sejumlah toko online seperti Lazada, OLX, Tokopedia, dan Amazon, berkompetisi dalam memberikan layanan dan produk terbaik untuk konsumen. Penting untuk melakukan segmentasi pasar atas konsumen yang potensial dalam berbisnis online. Berikut ini faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan dalam mengembangkan bisnis online menurut Zou, Dai dan Zhang (2007), yaitu faktor demografi, pengalaman berinternet, keyakinan normatif, orientasi belanja, motivasi belanja, sifat-sifat pribadi, pengalaman online, persepsi psikologis, dan pengalaman belanja online.Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin menganalisis hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan penduduk terhadap perkembangan bisnis online di Indonesia. Faktor demografi menjadi fokus penulis dalam menilai perkembangan bisnis online berdasarkan pola konsumsi masyarakat di Indonesia.

2. Pembahasan Pendapatan domestik bruto per kapita penduduk Indonesia tahun 2014 menurut BPS (Tabel 2.1) adalah Rp. 41.808,7 meningkat dibandingkan tahun 2013 yang hanya sebesar Rp. 38.279,9. Tetapi angka tersebut tidak dapat mencerminkan kenyataan yang ada di masyarakat karena distribusi pendapatan yang tidak merata. Berdasarkan pengukuran PDB tersebut hanya mampu mengukur tingkat konsumsi kalangan menengah ke atas. Informasi lain yang terkait demografi, yaitu jumlah angkatan kerja di Indonesia berdasarkan survei dari BPS tahun 2015 (Grafik 2.1) menunjukkan angka 128,3 juta orang. Hal ini merupakan angka yang berpotensi sebagai pengguna internet. Sebanyak 120,85 juta bekerja dan hanya 7,45 juta orang pengangguran di tahun 2015. Faktor yang menunjang lainnya, yaitu penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2015 (Tabel 2.2) masih didominasi oleh penduduk yang berpendidikan rendah sebesar 54,61% dan persentase terendah pekerja dengan pendidikan terakhir SMA sebesar 3,14% dan diikuti dengan lulusan Sarjana 10,02%. Potensi dari faktor demografis membantu pertumbuhan pangsa pasar e-commercedi Indonesia. Dengan jumlah pengguna internet yang mencapai angka 82 juta orang atau sekitar 30% dari total penduduk di Indonesia, pasar e-commercemenjadi tambang emas yang sangat menggoda bagi sebagian orang yang bisa melihat potensi ke depannya. Pertumbuhan ini didukung dengan data dari Kemenkominfo yang menyebutkan bahwa nilai transaksie-commercepada tahun 2013 mencapai angka Rp130 triliun (www.startupbisnis.com).Perdagangan elektronik atau yang disebut juga e-commerce, adalah penggunaan jaringan komunikasi dan komputer untuk melaksanakan proses bisnis. Pandangan populer dari e-commerce adalah penggunaan internet dan komputer dengan browser Web untuk membeli dan menjual produk (McLeod Pearson, 2008:59). Perkembangan dari e-commerce melalui internet, yaitu berbelanja online (online shopping) adalah pembelian yang dilakukan via internet sebagai media pemasarannya dengan menggunakan website sebagai katalog (Ollie, 2008).BMI (business monitor international) Research Head, Yoanita Shinta Devi mengungkapkan, Pasar belanja online di Indonesia akan tumbuh hingga 57% pada tahun 2015, atau meningkat sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu. BMI juga menyebutkan, OLX, Lazada, Berniaga.com menjadi tiga toko online yang banyak dikenal oleh para pengguna. Sementara dari sosial media seperti Facebook, Twitter serta Kaskus dan Instagram juga menjadi sarana berbelanja online, selain itu instan messaging seperti Blackberry Messenger (BBM) dan LINE juga menyumbang potensi belanja online di Indonesia (www.apkomindo.id).Pada Tahun 2013, Kementrian Komunikasi dan Informatika melaksanakan survei tentang potret belanja online di Indonesia dengan menggunakan populasi penduduk di wilayah Jakarta, Bandung dan Yogyakarta. Berdasarkan hasil survei tersebut, bahwa 47% masyarakat menggunakan internet untuk berbelanja online (Grafik 2.2). Berdasarkan tingkat pendidikan (Grafik 2.3), 71% dari sampel yang berpendidikan S2 berbelanja online. 51% berpendidikan S1 dan 31% sampel pendidikan di bawah SMA yang menggunakan internet sebagai media belanja. Pengguna internet untuk belanja online menurut tingkat pendapatan rata-rata di bawah Rp.3.000.000 per bulan (Grafik 2.4) sebesar 41%, penghasilan antara Rp.3.000.000-Rp.5.000.000 per bulan sebesar 51% dan penghasilan di atas Rp.10.000.000 per bulan seluruhnya menggunakan internet untuk berbelanja online. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin tinggi pula potensi menggunakan internet untuk berbelanja online. Jumlah pendapatan seseorang juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku belanja online. Karakteristik sosial demografis seorang konsumen, sangat berperan penting pada pilihan konsumen untuk melakukan transaksi secara online. Variabel demografi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi niat konsumen dalam pemilihan produk yang akan digunakan. Konsumen dengan tingkat pendidikan tinggi, menunjukkan kecenderungan tinggi untuk menggunakan inovasi, dan konsumen dengan tingkat pendidikan tinggi lebih sering melakukan belanja online daripada konsumen lain (Nilson, dalam Wayan:2012).

3. Analisis Peluang dan Ancaman Perkembangan bisnis online yang berbasis e-commerce di Indonesia menghadapi banyak tantangan tetapi juga membentuk pasar ritel yang sangat potensial. Konsumen menjadi tolak ukur kesuksesan bisnis online. Tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan masyarakat yang akan membentuk pelanggan yang potensial dalam bisnis online. a. Peluang Pengguna aktif atas internet terbukti mampu meningkatkan penjualan produk secara online. Jumlah penduduk Indonesia di tingkat pendidikan dan pendapatan mampu menjadi konsumen yang potensial dalam pengembangan bisnis online. Kondisi geografis dan perkembangan wilayah di Indonesia menjadi nilai tambahan dalam memperluas pasar ritel berbasis e-commerce. Semakin tinggi tingkat pendapatan dan pendidikan masyarakat, berdampak pada pemanfaatan internet sebagai media belanja (www.qbheadlines.com).Manfaat berbelanja online (Grafik 3.1) untuk masyarakat antara lain kemudahan, ketersediaan informasi, dan kesempatan untuk memilih. Pelanggan dapat memesan produk dimanapun mereka berada selama terhubungan dengan jaringan internet selama 24 jam sehari. Spesifikasi informasi atas produk yang akan dibeli tersedia secara lengkap. Dan hak konsumen untuk memilih produk tidak dilanggar. b. Ancaman Sistem belanja online terdapat resiko yang menimbulkan kekhawatiran bagi para pelaku belanja online (Grafik 3.2), transaksi dilaksanakan secara online tanpa mempertemukan penjual dan pembeli secara langsung sehingga sulit dilacak keberadaanya. Resiko yang paling umum terjadi, yaitu terkait dengan masalah keamanan, penipuan, dan ketidakpuasan. Berdasarkan survei yang dilakukan Kemenkominfo di tahun 2013, secara umum pengguna internet menolak sistem belanja online karena adanya masalah penipuan kartu kredit, kurangnya privasi, risiko pengiriman, dan kurangnya jaminan kualitas barang dan jasa.

4. Kesimpulan Bisnis online menjadi salah satu pilihan dalam menjual produk. Banyaknya kemudahan yang diperoleh konsumen maupun penjual akan mampu meningkatkan bisnis online di Indonesia. Faktor demografi khusus terkait dengan tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan terbukti membantu bisnis secara online berkembang. Penjual akan mampu melakukan segmentasi pasar atas produk yang akan diproduksi. Hubungan tingkat pendapatan berkolerasi positif terhadap konsumsi belanja online. Tingkat pendidikan mempengaruhi jumlah pengguna internet di Indonesia. Dibutuhkan kepercayaan konsumen atas keamanan website retail online tersebut. Perkembangan bisnis online akan mampu memajukan bisnis UMKM dan mengatasi masalah pengangguran.