HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39...

83
HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN KEPATUHAN DOKTER PADA PENGOBATAN RASIONAL PENYAKIT ISPA (INFEKSI AKUT SALURAN PERNAPASAN ATAS) DI PUSKESMAS KABUPATEN TULUNGAGUNG TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Oleh: MASDUKI NIM :S 540209114 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39...

Page 1: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN KEPATUHAN DOKTER PADA PENGOBATAN RASIONAL PENYAKIT ISPA (INFEKSI AKUT SALURAN PERNAPASAN ATAS)

DI PUSKESMAS KABUPATEN TULUNGAGUNG

TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

MASDUKI NIM :S 540209114

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Page 2: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

ii

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN KEPATUHAN DOKTER PADA PENGOBATAN RASIONAL PENYAKIT ISPA ( INFEKSI

AKUT SALURAN PERNAPASAN ATAS ) DI PUSKESMAS KABUPATEN TULUNGAGUNG

Disusun oleh :

MASDUKI

NIM S540209114

Telah disetujui Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I

Prof. Dr. Sunardi, MSc. .............................. ............ NIP.

Pembimbing II

Eti Poncorini, dr. MPd. .............................. ............ NIP.

Mengetahui

Ketua Program Kedokteran Keluarga

Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr. MM, M.Kes, PAK NIP. 19480512 197903 2 001

Page 3: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

iii

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN KEPATUHAN DOKTER PADA PENGOBATAN RASIONAL PENYAKIT ISPA ( INFEKSI

AKUT SALURAN PERNAPASAN ATAS ) DI PUSKESMAS KABUPATEN TULUNGAGUNG

Disusun oleh :

MASDUKI NIM S540209114

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua

Prof. Bhisma Murti, dr.MPH. MSc. PHd. .............................. ............

Sekretaris

Dr. Nunuk Suryani, M.Pd. .............................. ............

Anggota :

1. Prof. Dr. Sunardi, MSc. .............................. ............

2. Eti Poncorini, dr. MPd. .............................. ............

Mengetahui

Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga

Prof.Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr.MM,M.Kes,PAK ........................ ............

Direktur Program Pasca Sarjana

Prof.Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D. ........................ ............

Page 4: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

iv

PERNYATAAN

Nama : Masduki NIM : S-5402091-14

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Hubungan Sikap dan

Persepsi dengan Kepatuhan Dokter pada Pengobatan Rasional Penyakit ISPA

(Infeksi Saluran Pernafasan Atas) di Puskesmas Kabupaten Tulungagung adalah

karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda

citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh tersebut.

Surakarta, Juni 2010

Yang membuat pernyataan

Masduki

Page 5: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayahnya, sehingga dapat terselesaikannya Tesis dengan judul

”Hubungan Sikap Dan Persepsi dengan Kepatuhan Dokter pada Pengobatan

Rasional penyakit ISPA (Infeksi Akut Saluran Pernapasan Atas) di

Puskesmas Kabupaten Tulungagung” sebagai salah satu persyaratan Akademis

dalam rangka mencapai derajat Magister Kedokteran Keluarga Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam proses penyusunan Tesis ini penulis telah banyak diberikan

bimbingan, petunjuk, koreksi serta saran hingga terwujudnya Tesis ini. Atas

segala bantuan tersebut, penulis dengan hati yang tulus menyampaikan rasa terima

kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. M Syamsulhadi, dr. Sp. KJ (K), selaku Rektor Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Drs. Suranto, Msc, PhD, selaku direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr MM. M Kes. PAK, selaku Ketua

Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr. Sunardi. MSc, Sebagai Pembimbing Pertama.

5. Eti Poncorini, dr. MPd. Sebagai Pembimbing Dua.

Page 6: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

vi

6. Segenap Dosen Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membekali ilmu

pengetahuan yang sangat berarti bagi penulis.

7. Istri dan anak–anakku tercinta yang selalu memberi semangat dan dorongan

dalam penyusunan Tesis ini.

Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu

kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk

penyempurnaan Tesis ini sangat penulis harapkan dan semoga Tesis ini

bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juni 2010

Penulis

Page 7: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... ii HALAMAN PENGESAHAN TESIS .............................................................. iii PERNYATAAN ............................................................................................. iv KATA PENGANTAR ................................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................... vii DAFTAR TABEL .......................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii ABSTRAK ...................................................................................................... xv ABSTRACT ...................................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5

E. Keaslian Penelitian ................................................................... 6

Page 8: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

viii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ......................................................................... 7

1. Konsep Sikap .................................................................... 7

2. Konsep Persepsi ................................................................ 13

3. Konsep Perilaku ................................................................ 18

4. Konsep Kepatuhan Pengobatan Rasional ISPA ................. 20

B. Penelitian Terdahulu ............................................................... 31

C. Kerangka Berpikir .................................................................... 33

D. Hipotesis Penelitian.................................................................. 35

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain penelitian ...................................................... 36

B. Lokasi dan waktu penelitian .................................................... 36

C. Kerangka Kerja ........................................................................ 37

D. Populasi, Sampel, Sampling ..................................................... 37

E. Variabel penelitian ................................................................... 38

F. Definisi Operasional dan Alat Ukur......................................... 39

G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ........................................ 40

H. Teknik dan Analisis Data ......................................................... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Karakteristik Responden .......................................... 48

B. Analisis Data ........................................................................... 54

C. Pembahasan ............................................................................. 57

Page 9: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

ix

BAB V KESIMPULAN, IMPLEMENTASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................. 64

B. Implementasi ........................................................................... 64

C. Saran ........................................................................................ 65

D. Kelemahan Penelitian ............................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 67

LAMPIRAN................................................................................................. .. 69

Page 10: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Ringkasan Hasil Pengujian Validitas Sikap Pengobatan Rasional ISPA ............................................................................................... 43

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Persepsi Pengobatan Rasional

ISPA ............................................................................................... 43

Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Sikap tentang Pengobatan Rasional ISPA ... 44 Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Persepsi Pengobatan Rasional

ISPA ............................................................................................... 44 Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ................................. 48 Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Praktek .................... 49 Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Lulus ....................... 50 Tabel 4.4 Sikap tentang Pengobatan Rasional ISPA ..................................... 51 Tabel 4.5 Persepsi Pengobatan Rasional ISPA .............................................. 52 Tabel 4.6.. Kepatuhan Pengobatan Rasional ISPA .......................................... 53 Tabel 4.7 Hasil Analisa Regresi Logistik Hubungan Sikap dan Persepsi

dengan Kepatuhan Dokter pada Pengobatan Rasional Penyakit ISPA (Infeksi Akut Saluran Pernapasan Atas) .............................. 54

Tabel 4.8 Hasil Regresi Logistik Sikap dengan Kepatuhan Pengobatan

Rasional ISPA ................................................................................ 55 Tabel 4.9 Hasil Regresi Logistik Hubungan Persepsi dengan Kepatuhan

Pengobatan Rasional ISPA ............................................................ 56 Tabel 4.9 Hasil Uji Regresi Logistik Hubungan Sikap dan Persepsi dengan

Kepatuhan Pengobatan Rasional ISPA .......................................... 56

Page 11: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi ...................................... 8 Gambar 2.2 Proses terjadinya persepsi ........................................................... 17 Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Penelitian ................................................. 33 Gambar 3.1 Kerangka Kerja Sikap dan Persepsi dokter dengan Kepatuhan

Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut pada Saluran Pernapasan Atas) ......................................................................... 37

Gambar 4.1 Diagram Batang Karakteristik Responden Berdasarkan Umur 48 Gambar 4.2 Diagram Batang Karakteristik Responden Berdasarkan Lama

Praktek .................................................................................... 49 Gambar 4.3 Diagram Batang Karakteristik Responden Berdasarkan

Kelulusan ................................................................................. 50 Gambar 4.4 Diagram Pie Sikap tentang Pengobatan Rasional ISPA ......... 51 Gambar 4.5 Diagram Pie Persepsi Pengobatan Rasional ISPA ................... 52 Gambar 4.6 Diagram Pie Kepatuhan Pengobatan Rasional ISPA ............... 53 Gambar 4.7 Boxplot Hubungan Persepsi dengan Kepatuhan Pengobatan

Rasional ISPA .......................................................................... 54 Gambar 4.8 Boxplot Hubungan Persepsi dengan Kepatuhan Pengobatan

Rasional ISPA .......................................................................... 55

Page 12: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xii

DAFTAR SINGKATAN

Depkes : Departemen Kesehatan

Dinkes : Dinas Kesehatan

ESO : Efek Samping Obat

ISPA : Infeksi Akut Saluran Pernapasan Atas

RI : Republik Indonesia

WHO : World Health Organization

Page 13: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Jadual Penelitian ................................................................ 69 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian ............................................................ 70 Lampiran 3. Inform Consent ................................................................... 71 Lampiran 4. Kisi-Kisi Soal Tes Sikap Terhadap Pengobatan Rasional

ISPA non Peneumonia menurut Pedoman Pengobatan Dasar Berdasarkan Gejala (Tepat Obat) di Puskesmas Kabupaten Tulungagung .................................................... 72

Lampiran 5. Petunjuk Pengisian Soal Tes Sikap Terhadap Pengobatan

Rasional ISPA non Peneumonia menurut Pedoman Pengbatan Dasar Berdasarkan Gejala (Tepat Obat) di Puskesmas Kabupaten Tulungagung ................................. 73

Lampiran 6. Kuisioner Sikap Terhadap Pengobatan Rasional ISPA non

Peneumonia menurut Pedoman Pengbatan Dasar Berdasarkan Gejala (Tepat Obat) di Puskesmas Kabupaten Tulungagung ...................................................................... 74

Lampiran 7. Kisi-Kisi Soal Tes Persepsi pada Pengobatan Rasional

ISPA non Peneumonia menurut Pedoman Pengbatan Dasar Berdasarkan Gejala (Tepat Obat) di Puskesmas Kabupaten Tulungagung ...................................................................... 77

Lampiran 8. Petunjuk Pengisian Soal Tes Persepsi pada Pengobatan

Rasional ISPA non Peneumonia menurut Pedoman Pengbatan Dasar Berdasarkan Gejala (Tepat Obat) di Puskesmas Kabupaten Tulungagung ................................. 78

Lampiran 9. Kuisioner Persepsi pada Pengobatan Rasional ISPA non

Peneumonia menurut Pedoman Pengbatan Dasar Berdasarkan Gejala (Tepat Obat) di Puskesmas Kabupaten Tulungagung ...................................................................... 79

Lampiran 10. Lembar Observasi .............................................................. 81

Page 14: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xiv

Lampiran 11. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Sikap Terhadap Pengobatan Rasional ISPA non Peneumonia menurut Pedoman Pengobatan Dasar Berdasarkan Gejala (Tepat Obat) di Puskesmas Kabupaten Tulungagung ................................. 83

Lampiran 12. Output Hasil Uji Validitas Reliabilitas Sikap Terhadap

Pengobatan Rasional ISPA non Peneumonia menurut Pedoman Pengbatan Dasar Berdasarkan Gejala (Tepat Obat) di Puskesmas Kabupaten Tulungagung ................... 84

Lampiran 13. Tabel r ................................................................................ 87 Lampiran 14. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Persepsi pada Pengobatan

Rasional ISPA .................................................................... 88 Lampiran 15. Output Hasil Uji Validitas Reliabilitas Persepsi

Pengobatan Rasional ISPA ................................................ 89 Lampiran 16. Rekapitulasi Data Umum Responden ................................ 92 Lampiran 17. Rekapitulasi Hasil Penelitian Sikap Pengobatan Rasional

pada Penyakit ISPA ........................................................... 94 Lampiran 18. Rekapitulasi Hasil Penelitian Persepsi Pengobatan

Rasional pada Penyakit ISPA ............................................ 96 Lampiran 19. Rekapitulasi Hasil Penelitian Kepatuhan Pengobatan

Rasional pada Penyakit ISPA ............................................ 98 Lampiran 20. Explore ............................................................................... 100 Lampiran 21. Hasil Analisis Frekuensi Sikap, Persepsi dan Kepatuhan

terhadap Pengobatan Rasional ISPA.................................. 103 Lampiran 22. Hasil Analisis Diagran Boxplot ......................................... 105 Lampiran 23. Logistic Regression ............................................................ 106

Page 15: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xv

ABSTRAK Masduki, S-5402091-14. 2010. Hubungan Sikap dan Persepsi dengan Kepatuhan Dokter pada Pengobatan Rasional Penyakit ISPA (Infeksi Akut Saluran Pernapasan Atas) di Puskesmas Kabupaten Tulungagung. Tesis : Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ISPA (Inspeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis, laryngitis, epglotitis, tonsillitis dan otitis hingga alveoli (saluran bawah) meliputi bronchitis, bronkhiolitis dan pneumonia termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ini sampai saat ini masih merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Prevalensinya menempati urutan pertama tahun 1999 dan kedua pada tahun 2000 dari 10 penyakit terbanyak rawat jalan di Indonesia.

Desain dalam penelitian ini adalah seksional silang (cross sectional) karena variabel sebab dan akibat diukur dalam waktu bersamaan. Populasi semua dokter puskesmas Kabupaten Tulungagung dengan jumlah 73 dokter diambil dengan simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi, dianalisis dengan uji regresi linier ganda.

Hasil penelitian dengan menggunakan uji statistik regresi logistik didapatkan tidak ada hubungan sikap dengan kepatuhan pengobatan rasional ISPA di Puskesmas Kabupaten Tulungagung (p = 0,995), tidak ada hubungan antara persepsi dengan kepatuhan pengobatan rasional ISPA di Puskesmas Kabupaten Tulungagung (p = 0,993) dan tidak ada hubungan antara sikap dan persepsi dengan kepatuhan pengobatan rasional ISPA di Puskesmas Kabupaten Tulungagung (Y = -114,1 -0,7X1 - 0,7X2). Hal ini disebabkan ada pertimbangan pencegahan infeksi sekunder, logistik dan permintaan pasien.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sikap dan persepsi tetap diperlukan dalam meningkatkan kepatuhan dokter pada pengobatan rasional ISPA tetapi harus disertai pendekatan lain misalnya studi banding di unit pelayanan kesehatan lain atau akses internet mengenai pengobatan ISPA terbaru. Oleh karena itu disarankan agar Dinas Kesehatan melaksanakan penyegaran pengobatan rasional ISPA secara rutin. Kata Kunci : sikap, persepsi, kepatuhan, pengobatan rasional ISPA

Page 16: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xvi

ABSTRACT

Masduki, S540209114 (2010). The Correlation of the Attitude and Perception towards the Obedience of Doctors in the Rational Medication of Acute Respiratory Tract Infection at the Community Health Centers in Tulungagung. Thesis: Graduate Program, Sebelas Maret University. The Acute Respiratory Tract Infection is an acute infection which attacks one or more than one respiratory tract from nasal cavities (upper tract) covering rhinitis, sinusitis, pharyngitis, laryngitis, epglotitis, tonsilities, and otitis to alveoli (lower tracts) covering bronchitis, bronchiolitis, and pneumonia including its adnexa tissues such as sinus, middle ear tract and pleura. This infection up to the present time still becomes the health problem in Indonesia. Its prevalence occupied the first place in 1999 and the second place in 2000 of the 10 illnesses of outpatient treatment in Indonesia. This research used a cross sectional research design as the variables of cause and effect were coincidentally measured. The population of the research was all of the doctors working at the Health Community Centers in Tulungagung regency. The samples of the research consisted of 73 doctors, and were taken by using a simple random sampling technique. The data of the research were gathered through questionnaire, and observation sheet. The data were then analyzed by using a multi-linear regression analysis. The result of the statistical analysis of logistic regression shows that (1) there is not any correlation between the attitude and the obedience of doctors in the rational medication of the Acute Respiratory Tract Infection at community health centers in Tulungagung regency (p = 0.995); (2) there is not any correlation between the perception and the obedience of doctors in the rational medication of the Acute Respiratory Tract Infection at community health centers in Tulungagung regency (p = 0.993); and there is not any correlation of the attitude and perception towards the obedience of doctors in the rational medication of the Acute Respiratory Tract Infection at community health centers in Tulungagung regency (Y = -114,1 -0,7X1 - 0,7X2). This has to do with the considerations of secondary infection prevention, logistics, and request of patients. Based on the results of the analysis, a conclusion is drawn that the attitude and perception of the doctors are required to improve their obedience in the rational medication of the Acute Respiratory Tract Infection, but it must be accompanied with other approaches such as conducting comparative studies to other health service units and accessing the newest information of the medication of the Acute Respiratory Tract Infection medication on the internet. Therefore, the Office of Health is suggested to hold the refreshment program on the rational medication of the Acute Respiratory Tract Infection routinely. Keywords: Attitude, perception, obedience, and rational medication of

the Acute Respiratory Tract Infection

Page 17: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xvii

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ISPA (Inspeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah penyakit infeksi akut yang

menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung

(saluran atas) meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis, laryngitis, epglotitis, tonsillitis,

dan otitis. Hingga alveoli (saluran bawah) meliputi bronchitis, bronkhiolitis dan

pneumeni termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan

pleura (Depkes R.I, 2005). Penyakit ini sampai saat ini masih merupakan penyakit

yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Prevalensinya ISPA menempati

urutan pertama pada tahun 1999 dan kedua pada tahun 2000 dari 10 penyakit

terbanyak rawat jalan di Indonesia. Sedangkan berdasarkan hasil survey

Kesehatan Nasional tahun 2001 diketahui bahwa Infeksi pernapasan ( Pneumonia)

menjadi penyebab kematian balita tertinggi ( 22,8% ) dan penyebab kematian bayi

kedua setelah setelah gangguan perinatal. Prevalensi tertinggi dijumpai pada bayi

usia 6-11 bulan. Tidak hanya balita, infeksi pernapasan menjadi penyebab

kematian umum terbanyak kedua dengan proporsi 12,7 %. (Depkes R.I, 2001).

( Sementara berdasarkan Laporan Bulanan Kesakitan (LB1) didapatkan insiden

ISPA sebanyak 6.900 dan prevalensi ISPA sebanyak 7.720 selama bulan

Desember 2009 dari 31 puskesmas yang melaporkan data kesakitan yang ada di

wilayah Kabupaten Tulungagung.

Tingginya prevalensi ISPA membawa konsekuensi pada tingginya

konsumsi obat bebas (seperti anti influenza, obat batuk, multivitamin) dan

Page 18: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xviii

antibiotika. Pada kenyataannya antibiotika banyak diresepkan untuk mengatasi

infeksi ini. Peresepan antibiotika yang berlebihan tersebut terdapat pada infeksi

saluran nafas khususnya infeksi saluran nafas atas akut, meskipun sebagian besar

penyebab penyakit ini adalah virus yang tentunya tidak dapat dicegah dengan

antibiotika. Oleh karenanya para klinisi harus meninjau ulang terhadap

penatalaksanaan pengobatan rasional ISPA dengan berpedoman pada tepat

diagnosis, tepat obat dan tepat dosis. Aspek kepatuhan ini perlu ditegakkan demi

efektivitas, efisiensi dan terhindarnya efek samping dari pemakaian antibiotika.

Masalah kepatuhan terhadap pengobatan rasional ISPA dapat dikatakan

sampai saat ini masih menjadi satu permasalahan di dalam dunia kedokteran.

Kondisi kepatuhan tersebut salah satunya dapat dievaluasi dari adanya

kecenderungan pemakaian antibiotika didalam pengobatan ISPA. Bukti dari

adanya ketidak patuhan pengobatan rasional ISPA tersebut dapat dievaluasi atas

dasar pemakaian antibiotika dibandingkan dengan jumlah kunjungan kasus dari

berbagai penyakit. Hasil rekapitulasi jumlah penyakit yang seharusnya

mendapatkan antiobitika selama bulan Desember 2009 sebanyak 9.079 penderita.

Jika diasumsikan 1 penderita dalam 1 kali kunjungan mendapatkan 9 antibiotika

maka total antibiotika yang seharusnya diberikan sebanyak 81.711 butir. Namun

demikian pada kenyataanya pemakaian antibiotika selama Desember 2009

sebanyak 118.670 butir. Dengan demikian dapat diketahui terjadi kelebihan

pemakaian antibiotika sebesar 36.959 butir. Pembengkakan terhadap pemakaian

antibiotika ini dapat disinyalir ada juga yang digunakan pada pengobatan penyakit

ISPA. Hal ini memberikan gambaran kurangnya kepatuhan terhadap pengobatan

rasional (termasuk ISPA) sesuai penatalaksaaan dengan memperhatikan aspek

Page 19: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xix

“tepat indikasi, tepat obat , tepat dosis regimen,tepat penderita dan Waspada ESO

( Efek Samping Obat )” / 4 T 1 W.

Salah satu penyebab kurangnya kepatuhan didalam pengobatan rasional

ISPA adalah ekspektasi klinisi terhadap antibiotika terutama untuk mencegah

infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri, yang sebetulnya pada ISPA tidak

bisa dicegah (Depkes R.I. 2005). Pihak provider (petugas kesehatan/klinisi) atas

dasar pengalaman sebelumnya merasa kurang cepat proses penyembuhan penyakit

ISPA jika tidak diberikan antibiotika. Pihak konsumen (pasien) terkadang juga

menginginkan antibiotika karena atas dasar pengalaman sebelumnya selalu

mendapatkan antibiotika jika menderita sakit ISPA.

Bisa juga karena persediaan antibiotika selama ini cukup banyak sehingga

mau tidak mau harus menghabiskan obat daripada terjadi kadaluarsa. Berbagai

faktor ini menjadi predisposisi terhadap kepatuhan dalam pengobatan rasional

ISPA. Pengetahuan klinisi terhadap pengobatan rasional ISPA dirasa sudah cukup

baik karena sudah ada buku pedoman dan sering ada pertemuan atau pelatihan

yang membahas masalah ini. Penyebab yang dirasa lebih berkompeten adalah

sikap dan persepsi klinisi terhadap penatalaksanaan pengobatan rasional ISPA.

Konsep berfikirnya adalah meskipun tahu jika sikap dan persepsinya tidak

mendukung maka mustahil perilaku pengobatan rasional ISPA akan dipatuhi.

Mengingat hal ini maka perlu ada evaluasi terhadap kepatuhan pengobatan

rasional ISPA kepada para klinisi (dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan).

Hasil evaluasi dapat disampaikan pada pertemuan koordinasi antara Dinas

Kesehatan dengan Perencana Pengadaan Obat. Koordinasi dimaksud adalah Dinas

Kesehatan harus menyediakan data kesakitan (LB1 Kesakitan) secara cepat dan

akurat. Bagian gudang obat membuat perencanaan obat atas dasar jumlah

Page 20: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xx

penyakit a sesuai LB1 kesakitan. Petugas kesehatan puskesmas memberikan

penyuluhan kepada masyarakat (pasien) bahwa penyakit ISPA tidak perlu

menggunakan antibiotika di dalam pengobatannya. Jika sudah terjalin koordinasi

semacam ini maka akan dapat dijamin adanya kepatuhan pengobatan rasional

ISPA dan akan dapat terwujud adanya efisiensi anggaran untuk pengadaan obat.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian terhadap penggunaan obat rasional untuk ISPA dengan

merumuskan dalam judul penelitian : “Hubungan Sikap dan Persepsi dengan

Kepatuhan Dokter pada Pengobatan Rasional Penyakit ISPA (Infeksi Akut

Saluran Pernapasan Atas) di Puskesmas Kabupaten Tulungagung ”

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalahnya adalah :

1. Adakah hubungan sikap dengan kepatuhan dokter pada pengobatan rasional

penyakit ISPA (Infeksi Akut Saluran Pernapasan Atas) di Puskesmas

Kabupaten Tulungagung .

2. Adakah hubungan persepsi dengan kepatuhan dokter pada pengobatan rasional

penyakit ISPA (Infeksi Akut Saluran Pernapasan Atas) di Puskesmas

Kabupaten Tulungagung .

3. Adakah hubungan sikap dan persepsi dengan kepatuhan dokter pada

pengobatan rasional penyakit ISPA (Infeksi Akut Saluran Pernapasan Atas) di

Puskesmas Kabupaten Tulungagung .

Page 21: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xxi

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis hubungan sikap dan persepsi dengan kepatuhan dokter pada

pengobatan rasional penyakit ISPA (Infeksi Akut Saluran Pernapasan Atas) di

Puskesmas Kabupaten Tulungagung .

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis hubungan sikap dengan kepatuhan dokter pada pengobatan

rasional penyakit ISPA (Infeksi Akut Saluran Pernapasan Atas) di Puskesmas

Kabupaten Tulungagung .

b. Menganalisis hubungan persepsi dengan kepatuhan dokter pada pengobatan

rasional penyakit ISPA (Infeksi Akut Saluran Pernapasan Atas) di Puskesmas

Kabupaten Tulungagung .

c. Menganalisis hubungan sikap dan persepsi dengan kepatuhan dokter pada

pengobatan rasional penyakit ISPA (Infeksi Akut Saluran Pernapasan Atas) di

Puskesmas Kabupaten Tulungagung Tahun 2010.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui pemakaian

obat rasional di Puskesmas, sehingga dapat dipakai sebagai bahan

pertimbangan dalam penentuan strategi pengadaan obat.

2. Bagi Peneliti

Menjadi tambahan informasi mengenai pemakaian obat rasional ISPA di

Puskesmas Kabupaten Tulungagung.

Page 22: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xxii

E. Keaslian Penelitian

Keaslian dari penelitian ini baik judul, pustaka, kerangka konsep sampai

metode penelitian (desain penelitian, kerangka kerja, populasi, sampel,

pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, analisis data) dijamin oleh

peneliti.

Page 23: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xxiii

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Teori

1. Konsep Sikap

a. Definisi Sikap

Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau

memihak (favorable) ataupun perasaan tidak mendukung (unfavorable) terhadap

objek tersebut. Formulasi menurut Thrustone mengatakan bahwa sikap adalah

derajad afek positif atau afek negatif yang dikaitkan dengan suatu objek

psikologis (Saifudin Azwar, 2007).

Sementara definisi lain sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap

stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi

yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan

sebagainya) (Soekidjo Notoatmodjo, 2005).

b. Komponen Pokok Sikap

Menurut Alport yang dikutip Soekidjo Notoatmodjo (2005) sikap itu terdiri

dari 3 komponen pokok, yaitu :

1) Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap obyek. Artinya,

bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap obyek. Artinya, bagaimana

penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang terhadap objek.

Page 24: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xxiv

3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Artinya, sikap merupakan

komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah

ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan).

c. Proses Terbentuknya Sikap

Menurut Newcomb yang dikutip Soekidjo Notoatmodjo (2003) sikap itu

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan tindakan, tetapi merupakan

predisposisi tindakan. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan reaksi

terbuka.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi

(Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 125)

d. Pembentukan Sikap

Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah

pengalaman pribadi, kebudayaan, pengaruh orang lain yang dianggap penting,

media massa, institusi pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi individu

(Saifudin Azwar, 2007).

Stimulus Rangsangan

Proses stimulus

Reaksi Tingkah laku

(terbuka)

Sikap (tertutup)

Page 25: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xxv

1) Pengalaman pribadi

Apa yang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan

terhadap stimulus. Tanggapan akan menjadi dasar terbentuknya sikap. Untuk

mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman

yang berkaitan dengan objek psikologis. Apakah penghayatan itu kemudian akan

membentuk sikap positif ataukah negatif akan tergantung faktor lain. Akan tetapi

Midlebrook seperti yang dikutip Saifudin Azwar (2007) mengatakan tidak adanya

pengalaman sama sekali dengan sesuatu objek psikologis cenderung akan

membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

2) Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari, kebudayaan telah

menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan

telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena kebudayaan pulalah yang

memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok

masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian individu yang kuat yang dapat

memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.

3) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain merupakan salah satu diantara komponen sosial yang dapat

mempengaruhi sikap seseorang. Seseorang yang dianggap penting, seseorang

yang diharapkan persetujuannya bagi setiap gerak-tindak dan pendapat, seseorang

yang tidak ingin dikecewakan, atau seseorang yang berarti khusus, akan banyak

mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Orang yang biasanya

Page 26: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xxvi

dianggap penting adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman

sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, isteri atau suami dan lain-lain. Pada

umumnya individu cenderung mempunyai sikap konformis atau searah dengan

sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini dimotivasi keinginan

untuk berafiliasi dan menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting

tersebut.

4) Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,

radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh dalam

pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi

sebagai tugas pokoknya, media masa membawa pula pesan-pesan yang berisi

sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru

mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap

terhadap hal tersebut. Pesan sugesti yang dibawa oleh informasi tersebut apabila

cukup kuat akan memberikan dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga

terbentuklah arah sikap tertentu.

5) Institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar

pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan

buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan,

diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem

Page 27: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xxvii

kepercayaan, maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian

konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu

hal. Apabila terdapat suatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya oarang

akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya, atau mungkin

juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam hal seperti itu, ajaran

moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau dari agama seringkali menjadi

determinan tunggal yang menentukan sikap.

6) Faktor emosi dalam diri individu

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan

pengalaman pribadi seseorang. Kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan

yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan

sikap sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat

pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

e. Konsep Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmojo (2007) sikap memiliki tingkat dari terendah hingga

tertinggi yaitu menerima (receiving). Pada tingkat ini individu ingin dan

memperhatikan rangsangan stimulus yang diberikan. Merespons (responding),

pada tingkat ini sikap individu dapat memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang di berikan. Menghargai (valuing),

sikap individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah. Bertanggungjawab (responsible), sikap individu akan bertanggung jawab

Page 28: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xxviii

dan siap menanggung segala resiko atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

(Sunaryo, 2004).

f. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap tidak dapat dilakukan secara cermat melalui cara

penanyaan langsung (direct questioning) maupun observasi tingkah laku. Metode

pengukuran sikap yang dianggap dapat diandalkan dan dapat memberikan

penafsiran terhadap sikap manusia adalah pengukuran melalui skala sikap

(attitude scale) (Saifudin Azwar, 2007). Dilihat dari bentuknya, skala sikap tidak

lain daripada kumpulan pernyataan-pernyataan sikap (attitude statements).

Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai

objek sikap yang diukur.

Suatu pernyataan sikap dapat berisi hal-hal positif mengenai objek sikap,

yaitu berisi pernyataan yang mendukung atau memihak pada objek sikap.

Pernyataan ini disebut pernyataan yang favorable. Contoh pernyataan yang

favorable adalah “ISPA merupakan penyakit yang dalam pengobatan tidak

memerlukan antibiotika”.

Sebaliknya suatu pernyataan sikap dapat pula berisi hal-hal negatif

mengenai objek sikap. Hal negatif dalam pernyataan sikap ini sifatnya tidak

memihak atau tidak mendukung terhadap objek sikap, dan karenanya disebut

dengan pernyataan yang unfavorable. Sebagai contoh pernyataan yang

unfavorable adalah “ISPA merupakan penyakit yang dalam pengobatannya

memerlukan antibiotika” (Saifudin Azwar, 2007).

Page 29: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xxix

Lebih lanjut dijelaskan sebagai kumpulan pernyataan mengenai sikap,

maka suatu skala sikap hendaknya berisi sebagian pernyataan favorable dan

sebagian pernyataan yang unfavorable. Untuk membuat banyak pernyataan sikap,

penyusun skala harus merencanakan langkah penulisan pernyataan sesuai

prosedur serta menuruti suatu kaidah penulisan pernyataan yang jelas.

2. Konsep Persepsi

a. Pengertian

Menurut Bimo Walgito yang dikutip Sunaryo (2004 : 93), persepsi adalah

proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh

organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan

aktivitas yang integrated dalam diri individu.

Menurut Maramis dalam Sunaryo (2004 : 94), persepsi ialah daya

mengenal barang, kualitas atau hubungan, dan perbedaan melalui proses

mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah pancainderanya mendapat

rangsang.

Persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui

pancaindra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui,

mengartikan dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada diluar

maupun dalam diri individu (Sunaryo, 2004: 94). Persepsi menurut Philip Kotler

dan Gary Amstrong yang dikutip Sari (2008 : 94) adalah proses yang mana

seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan mengartikan informasi untuk

memperoleh gambaran dunia yang berarti.

Page 30: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xxx

Persepsi adalah merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek

tertentu. Menurut Young persepsi merupakan aktivitas mengindera,

mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek fisik maupun obyek

sosial, dan penginderaan tersebut tergantung stimulus fisik dan sosial yang ada di

lingkungan. Sensasi dari lingkungan diolah bersama hal yang dipelaja ri

sebelumnya baik harapan, nilai, sikap, ingatan dan lain-lain. Branca: Perceptions

are orientative reactions to stimuli. They have in past been determined by the past

history and the present attitude of the perceiver. Sedangkan menurut Wagito

persepsi merupakan proses psikologis dan hasil dari penginderaan serta proses

terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berpikir.

Di dalam proses persepsi individu dituntut untuk memberikan penilaian

terhadap suatu obyek yang dapat bersifat positif/negatif, senang atau tidak senang

dan sebagainya. Persepsi akan membentuk sikap, yaitu suatu kecenderungan yang

stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam situasi yang tertentu.

Crow (1972) menyatakan persepsi sebagai berikut : A percept is an organized

totality rather than the sum total of individual sensory experinces. In perception,

an individual first gains a general impression of the outline of on ogject or

situation, (which is) the percepts quality of organized totality.

Sementara itu Branca mengemukakan persepsi sebagai berikut :

Perceptions are sensations with the adition of same sort of interpretation or

indication of the sensation or the stimulus source of the sensation. The

interpretation of the identification is the product past learning.

Page 31: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xxxi

Istilah persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan

kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu

berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi).

Melalui persepsi kita dapat mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia yang

terdiri dari benda serta manusia dengan segala kejadian-kejadiannya. Dengan

persepsi kita dapat berinteraksi dengan dunia sekeliling kita, khususnya antar

manusia.

Adanya persepsi ini adalah penting agar dapat menumbuhkan komunikasi

aktif, sehingga dapat meningkatkan kapasitas belajar di kelas. Persepsi adalah

suatu proses yang kompleks dimana kita menerima dan menyadap informasi dari

lingkungan. Persepsi juga merupakan proses psikologis sebagai hasil

penginderaan serta proses terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses

berpikir. Persepsi seseorang akan mempengaruhi minat dan mendorong untuk

melaksanakan sesuatu (motivasi). Oleh karena itu menurut Walgito, persepsi

merupakan kesan yang pertama untuk mencapai suatu keberhasilan. Persepsi

seseorang dalam menangkap informasi dan peristiwa menurut Muhyadi

dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : 1) orang yang membentuk persepsi itu sendiri,

khususnya kondisi intern (kebutuhan, kelelahan, sikap, minat, motivasi, harapan,

pengalaman masa lalu dan kepribadian), 2) stimulus yang berupa obyek maupun

peristiwa tertentu (benda, orang, proses dan lain-lain), 3) stimulus dimana

pembentukan persepsi itu terjadi baik tempat, waktu, suasana (sedih, gembira dan

lain-lain).

Page 32: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xxxii

b. Macam Persepsi

Macam persepsi meliputi :

1) External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang

datang dari luar individu.

2) Self perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang

berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi obyek adalah

dirinya sendiri.

c. Syarat terjadinya persepsi

Syarat terjadinya persepsi antara lain :

1) Adanya objek : Objek stimulus alat indra (resptor). Stimulus berasal

dari luar individu (langsung mengenai alat indra/reseptor) dan dari dalam

individu (langsung mengenai saraf sensoris yang bekerja sebagai reseptor).

2) Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi.

3) Adanya alat indra sebagai reseptor penerima stimulus. Saraf sensoris sebagai

alat meneruskan stimulus ke otak (pusat saraf atau pusat kesadaran). Dari otak

dibawa melalui saraf motoris sebagai alat untuk mengadakan respons.

d. Proses terjadinya Persepsi

Persepsi melewati tiga proses, yaitu : Proses fisik (kealaman)– objek-

stimulus-reseptor atau alat indra. Proses fisiologis : Stimulus-saraf sensoris-otak.

Proses psikologis : Proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang

diterima. Jadi, syarat untuk mengadakan persepsi perlu ada proses fisik, fisiologis

dan psikologis. Secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 33: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xxxiii

Gambar 2.2 Proses terjadinya persepsi

(Sunaryo, 2004 : 98)

e. Faktor yang Mempengaruhi persepsi

Faktor yang mempengaruhi persepsi dapat dibagi menjadi dua bagian besar

yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah faktor melekat pada

objeknya, sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang

mempersepsikan stimulus tersebut (Soekidjo Notoatmodjo, 2005 : 104).

Faktor eksternal meliputi kontras (kontras warna, kontras ukuran, kontras

bentuk, kontras gerakan), perubahan intensitas (intensitas suara, cahaya),

pengulangan (repetition), sesuatu yang baru (novelty), sesuatu yang menjadi

perhatian orang banyak. Faktor internal (pengalaman/pengetahuan, harapan atau

expectation, kebutuhan, motivasi, emosi, budaya) (Soekidjo Notoatmodjo, 2005 :

104).

f. Penilaian Persepsi

Objek Stimulus Reseptor

Saraf Otak

Saraf motorik

Persepsi

Page 34: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xxxiv

Menilai persepsi digunakan skala Likert. Skala ini digunakan

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok kejadian

atau gejala sosial (Riduwan dan Sunarto, 2007 : 32).

3. Konsep Perilaku

Pengetahuan seseorang akan mempengaruhi perilaku. Hal ini terjadi karena

pada prinsipnya pengetahuan mendasari terbentuknya perilaku seseorang. Sesuai

dengan konsep “KAP” atau knowledge, attitude, dan practice yang artinya

sebelum kepada kemampuan praktek (perilaku/practice) akan didahului oleh

terbentuknya sikap (attitude), sikap yang terbentuk didahului oleh pengetahuan

akan suatu hal (knowledge) (Notoatmodjo, 2003 : 131).

Pendapat tersebut ternyata tidak bertentangan dengan teori Lawrence Green.

Menurut teori Lawrence Green dijelaskan “perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor

yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling

factors), faktor penguat (reinforcing factors).

a. Faktor Predisposisi (predisposing factors)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,

tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.

b. Faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat, misalnya fasilitas kesehatan ada, puskesmas, rumah

sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek

Page 35: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xxxv

swasta, dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat masyarakat memerlukan sarana

dan prasarana pendukung. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau

memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut

faktor pendukung atau faktor pemungkin.

c. Faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma),

tokoh agama (toga), sikap, dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.

Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun

pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat

masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan, sikap positif dan

dukungan fasilitas saja melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para

tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih petugas kesehatan.

Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku

masyarakat tersebut.

Salah satu bentuk nyata dari perilaku adalah kepatuhan pengobatan

rasional penyakit ISPA. Sesuai dengan bahasan masalah dalam penelitian ini

maka akan diuraikan mengenai konsep kepatuhan.

4. Konsep Kepatuhan Pengobatan Rasional ISPA

a. Konsep Kepatuhan

Definisi kepatuhan menurut Moeliono (2000) adalah sifat patuh atau

ketaatan. Jika dikaitkan dengan kepatuhan dalam pengobatan rasional ISPA maka

kepatuhan disini dapat diartikan sifat patuh atau ketaatan seorang dokter (klinisi)

dalam memberikan obat kepada pasien yang menderita penyakit ISPA.

Page 36: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xxxvi

Operasionalnya dalam pemberian obat ini sudah ditentukan oleh “penatalaksanaan

pengobatan rasional ISPA” yang telah disusun oleh Komite terapi Medik

Kabupaten Tulungagung tahun 2000. Dalam hal ini acuan dasarnya adalah “tepat

indikasi”, “tepat obat”, “tepat dosis regimen”, “ tepat penderita” dan waspada

terhadap efek samping ( ESO )

Berdasarkan konsep pemikiran tersebut, jika seorang dokter (klinisi)

pernah satu kali saja dalam memberikan resep ternyata melakukan kesalahan

(tidak sesuai dengan penatalaksanaan pengobatan rasional ISPA) baik dari aspek

diagnose, obat ataupun dosis, maka dapat dikategorikan bahwa dokter (klinisi)

telah termasuk kategori tidak patuh terhadap penatalaksanaan pengobatan rasional

ISPA.

b. Konsep Pengobatan rasional

1) Pengertian Obat

Obat adalah suatu bahan atau panduan bahan-bahan yang dimaksudkan

untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau

keadaan patologi dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,

menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan

badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau

memperindah badan atau bagian badan manusia (189/MENKES/SK/III/2006).

2) Penggolongan Obat

Obat dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :

Page 37: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xxxvii

a) Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa

resep dokter. Pada kemasan dan etiket obat bebas ditandai dengan lingkaran hijau

dengan garis tepi hitam, contoh : Parasetamol. Gambar symbol :

b) Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras

tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai dengan

tanda peringatan. Pada kemasan etiket obat bebas terbatas harus tertera lingkaran

biru dengan garis tepi berwarna hitam, contoh ; CTM. Gambar symbol :

c) Obat Keras dan Psikotropika

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep

dokter, sedangkan obat keras yang hanya boleh dijual dengan resep dokter diberi

tanda huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh :

Asam Mefenamat.

Sedangkan obat psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun

sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada

susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan

perilaku, contoh : Diasepam dan Fenobarbital.

Gambar symbol : K

d) Obat Narkotika

Obat narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

Page 38: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xxxviii

menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan, contoh : Morfin,

Petidin

Gambar symbol : +

(Kep. MenKes no. 125/Kab/B VII/tahun 1971).

3) Cara Pemilihan Obat

Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan :

a) Gejala atau keluhan penyakit.

b) Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, penderita

diabetes dan lain-lain.

c) Pengalaman alergi/reaksi yang tidak diinginkan dari obat tertentu.

d) Memilih obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat

dengan obat yang sedang diminum (Depkes RI, 2006).

4) Cara Penggunaan Obat

a) Penggunaan obat tidak untuk pemakaian terus menerus.

b) Menggunakan obat sesuai anjuran dokter atau yang tertera pada etiket obat.

c) Bila obat yang digunakan menimbulkan hal yang tidak diinginkan,

penggunaan harus dihentikan dan segera menanyakan pada dokter atau

apoteker di apotek.

d) Menghindari penggunaan obat orang lain walau gejala sama (Depkes RI,

2006: 5).

5) Dosis

Dosis merupakan aturan pemakaian yang menunjukkan jumlah gram atau

volume dan frekuensi pemberian obat untuk dicatat sesuai dengan umur dan berat

Page 39: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xxxix

badan pasien. Untuk itu sebaiknya menggunakan obat tepat sesuai aturan

pemakain.

Contoh :

- Tiga kali sehari berarti obat diminum setiap 8 jam sekali.

- Obat diminum sebelum atau sesudah makan.

- Jika menggunakan obat bebas, ikuti petunjuk pada kemasan.

Bila terlupa minum obat :

- Segera minum dosis yang terlupa setelah ingat, tetapi jika hampir mendekati

dosis berikutnya, maka abaikan dosis terlupa dan kembali ke jadwal

selanjutnya sesuai aturan.

- Jangan menggunakan dua dosis sekaligus atau dalam waktu yang berdekatan.

(Depkes RI, 2006).

6) Cara Penyimpanan Obat

a) Menyimpan dalam kemasan asli dan wadah tertutup rapat.

b) Menyimpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung

atau seperti tertera pada kemasan.

c) Menyimpan obat ditempat yang tidak panas atau lembab karena dapat

menimbulkan kerusakan.

d) Tidak menyimapn obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku,

kecuali jika tertulis pada etiket obat.(Depkes RI, 2006).

7) Penggunaan Obat secara Rasional

Penggunaan obat yang rasional adalah pemilihan dan penggunaan obat

yang efektifitasnya terjamin serta aman, dengan mempertimbangkan masalah

Page 40: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xl

harga, yaitu dengan harga yang paling menguntungkan dan sedapat mungkin

terjangkau. Untuk menjamin efektifitas dan keamanan, pemberian obat harus

dilakukan secara rasional, yang berarti perlu dilakukan dengan tepat indikasi,

tepat obat , tepat dosis regimen, tepat penderita, serta waspada terhadap ESO (

Efek Samping Obat ).Widayat Sastrowardoyo, 1994. Serta memenuhi beberapa

syarat efektif, aman, rasional dan murah (EARMU) (Eddy Soewandoyo ,1994).

Menimbang manfaat dan resiko tidak selalu mudah dilakukan Smith dan

aronson mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menentukannya

yaitu derajat keparahan penyakit yang akan diobati, efektifitas obat yang akan

digunakan, keparahan dan frekuensi efek samping yang mungkin timbul, serta

efektifitas dan keamanan obat lain yang bisa dipakai sebagai pengganti. Semakin

parah penyakit, semakin berani mengambil resiko efek samping, namun bila efek

samping mengganggu dan relatif lebih berat dari penyakitnya sendiri mungkin

pengobatan tersebut tidak perlu dilaksanakan. Semakin remeh penyakit, makin

perlu bersikap tidak menerima efek samping.

Kemampuan untuk melakukan telaah terhadap berbagai hasil uji klinik

yang disajikan menjadi amat penting dalam masalah ini. Biasanya dalam pedoman

pengobatan, pilihan obat yang ada telah melalui proses tersebut dan dicantumkan

sebagai obat pilihan utama (drug of choise), pilihan kedua dan seterusnya.

Pengobatan rasional diperlukan karena pada pengobatan yang tidak rasional dapat

menyebabkan pengobatan yang tidak aman, kambuhnya penyakit dan masa sakit

memanjang. Juga membahayakan dan menimbulkan kekhawatiran pasien serta

membengkaknya biaya.

Page 41: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xli

Pengobatan yang rasional menuntut pendekatan logis dan akal sehat.

Pengertian rasional itu sendiri menurut WHO adalah : sesuai dengan keperluan

klinik, dosis sesuai dengan kebutuhan pasien, diberikan dalam jangka yang sesuai,

dengan biaya termurah bagi pasien dan komunitasnya. Dalam konteks biomedis,

penggunaan obat rasional mempunyai kriteria : tepat diagnosis, tepat indikasi,

tepat pemilihan obat (khasiat, keamanan, mutu, biaya), tepat dosis, cara dan lama

pemberian, tepat penilaian terhadap kondisi pasien, tepat peracikan dan pemberian

informasi, kepatuhan pasien, tepat tindak lanjut dan penggunaan obat rasional

memberi perhatian penting kepada pemberian antibiotika, ada tidaknya

polifarmasi serta pemberian injeksi.

Contoh penggunaan obat tidak rasional dan harus dihindarkan antara lain :

a) Penggunaan obat dimana terapi obat tidak diindikasikan, misal antibiotika

untuk ISPA ringan, diare.

b) Pemilihan obat yang salah untuk indikasi tertentu, misalnya tetrasiklin untuk

infeksi streptokokus faringitis anak.

c) Penggunaan obat dengan indikasi meragukan dan status keamanan tidak jelas.

d) Cara pemberian yang salah.

e) Penggunaan obat mahal walaupun alternatif obat yang aman, efektif dan lebih

murah tersedia (Depkes R.I. 2006).

Secara umum dan dalam konteks yang lebih luas penggunaan obat yang

tidak rasional dapat memberi dampak terjadinya pemborosan biaya dan anggaran

masyarakat, resiko efek samping dan resistensi, ketersediaan obat kurang

Page 42: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xlii

terjamin, mutu pengobatan dan pelayanan kesehatan buruk, dan memberikan

persepsi yang keliru tentang pengobatan pada masyarakat.

Langkah penggunaan obat rasional menurut WHO action programme on

essential drugs (1994), sebagai berikut :

a) Menentukan masalah pasien.

Merupakan dasar dari tindakan pengobatan rasional. Diagnosis dibuat atas

dasar fakta dari urutan logis yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang

lain. Sering diagnosis sudah dibuat sebelum semua fakta terkumpul, bahkan sering

tidak dapat dibuat atau baru dibuat setelah gejala penyakit berkembang. Dalam

proses diagnosis terdapat kesulitan yang mengakibatkan pengobatan lebih

ditentukan kebiasaan daripada deduksi ilmiah rasional. Bila diagnosis belum dapat

ditentukan sering dipikirkan berbagai kemungkinan diagnosis atau differensial

diagnosis kemudian diobati, sehingga pengobatan diberikan secara polifarmasi

untuk menutupi berbagai kemungkinan. Selain itu seringkali diagnosis sulit dibuat

karena pasien tidak mampu membayar pemeriksaan penunjang.

b) Menetapkan tujuan pengobatan.

Sebelum memilih pengobatan harus lebih dahulu ditetapkan tujuan terapi.

Apa sebetulnya yang ingin dicapai. Menguraikan tujuan pengobatan merupakan

cara yang baik untuk menyusun pola berpikir, melakukan konsentrasi untuk

problem sesungguhnya, meminimalkan kemungkinan pengobatan yang perlu

dilakukan sehingga pilihan akhir lebih mudah ditentukan. Menguraikan tujuan

pengobatan mencegah penggunaan obat yang tidak perlu.

Page 43: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xliii

c) Memeriksa kerasionalan penggunaan obat yang dipilih serta meneliti

efektivitas dan keamanannya.

Setelah menetapkan tujuan pengobatan, jika memang dibutuhkan obat

untuk mengatasi masalah, perlu diperiksa apakah obat yang dipilih sesuai dengan

kondisi pasien. Obat yang dipilih selain harus memenuhi kriteria efektif, aman,

nyaman, dan terjangkau, perlu disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien.

Langkah pertama melihat pedoman pengobatan yang tersedia, apakah bahan aktif,

bentuk sediaan, dosis, cara pemberian dan lama pemberian telah sesuai untuk

pasien. Untuk tiap-tiap aspek yang ditelaah, harus dipertimbangkan masalah

efektifitas dan keamanannya.

Meneliti efektivitas mencakup penelaahan indikasi apakah pengobatan

dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta kenyamanan bentuk sediaan.

Keamanan berkaitan dengan kontra indikasi dan kemungkinan interaksi serta

kewaspadaaan pada pasien dengan resiko tinggi. Kemampuan melakukan telaahan

mengenai masalah tersebut perlu dilihat dari hasil uji klinik yang bermutu. Kajian

ini sulit dilakukan, karena itu perlu disediakan informasi yang berisi telaahan

efektivitas berbagai obat dengan indikasi serupa, beserta kajian keamanannya,

juga informasi biaya. Pedoman pengobatan yang tersedia juga terbatas, sebagian

besar berisi pedoman tatalaksana diagnosis dan tindakan medik yang dilakukan,

tetapi tidak mengenai pemilihan dan penggunaan obat.

d) Membuat resep.

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan

kepada Apoteker untuk menyediakan dan menyerahkkan obat bagi pasien sesuai

Page 44: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xliv

peraturan perundang undangan yang berlaku (Depkes RI, 2006). Setiap negara

mempunyai peraturan mengenai standar pembuat resep. Secara umum resep harus

jelas, dapat dibaca dan mencantumkan secara tepat apa yang harus diberikan.

Resep seharusnya ditulis dengan nama generik, namun informasi mengenai obat

generik hampir tidak ada yang sampai pada peresep. Selain itu, seringkali peresep

meragukan mutu obat generik ini.

e) Memberi informasi, instruksi, dan hal-hal yang perlu diwaspadai.

Dikatakan 50% pasien tidak menggunakan obat secara benar, tidak teratur

atau tidak menggunakan sama sekali. Penyebab paling sering adalah timbulnya

efek samping, pasien tidak merasakan manfaat obat atau cara penggunaan yang

rumit terutama bagi orang tua. Untuk meningkatkan ketaatan pasien, perlu

dilakukan pemilihan obat dengan benar, membina hubungan baik dokter-pasien

serta menyediakan waktu untuk memberi informasi /instruksi/peringatan. (Depkes

R.I, 2005).

c. Konsep Penyakit ISPA

1) Definisi ISPA

ISPA (Inspeksi Saluran Pernapasan Atas) merupakan penyakit yang umum

terjadi pada masyarakat (Depkes R.I, 2005). ISPA atau biasa disebut flu adalah

infeksi saluran pernapasan atas (Depkes R.I, 2006).

2) Macam ISPA

Berdasarkan wilayah infeksinya, ISPA dibagi menjadi dua yakni infeksi

saluran nafas atas dan bawah. Infeksi saluran nafas atas meliputi rhinitis, sinusitis,

faringitis, laryngitis, epiglotitis, tonsillitis dan otitis. Sedangkan infeksi saluran

Page 45: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xlv

nafas bawah infeksi pada bronkus, alveoli seperti bronchitis, bronkhiolitis,

pneumonia. Infeksi saluran nafas atas bila tidak ditangani dengan baik dapat

berkembang menjadi infeksi saluran nafas bawah (Depkes R.I,2005).

3) Penyebab ISPA

Secara umum penyebab dari infeksi saluran nafas adalah berbagai

mikroorganisme, namun yang terbanyak akibat infeksi virus dan bakteri (Depkes

R.I, 2005).

4) Faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Infeksi Saluran Nafas

Faktor yang dapat mempengaruhi penyebaran infeksi saluran nafas antara

lain lingkungan, perilaku yang kurang baik terhadap kesehatan, serta rendahnya

gizi. Faktor lingkungan meliputi belum terpenuhinya sanitasi dasar seperti air

bersih, jamban, pengelolaan sampah, limbah, pemukiman. Perilaku masyarakat

yang kurang baik tercermin dari belum terbiasanya cuci tangan, membuang

sampah dan meludah di sembarang tempat. Kesadaran untuk mengisolasi diri

dengan cara menutup mulut dan hidung saat bersin ataupun menggunakan masker

pada saat flu supaya tidak menulari orang lain masih rendah (Depkes R.I, 2005).

5) Keluhan Utama ISPA

Keluhan utama penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) non

pneumonia adalah panas dan pilek (Dinkes Kab. Tulungagung, 2000).

6) Tanda dan Gejala ISPA

Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) non

pneumonia antara lain panas, ingus encer, hidung tersumbat/buntu, bersin, nyeri

kepala, nyeri sendi, nyeri otot dan batuk (Dinkes Kab.Tulungagung, 2000).

Page 46: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xlvi

7) Pemeriksaan ISPA

Pemeriksaan penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) non

pneumonia antara lain demam (ukur temperature), rongga hidung merah, tampak

secret, RR (respiration rate) normal, dan auskultasi dalam batas normal (Dinkes

Kab.Tulungagung, 2000).

8) Penatalaksanaan ISPA

Penatalaksanaan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) non pneumonia

antara lain tidak perlu antibiotika. Jika kondisi :

a) Demam beri Parasetamol selama demam untuk :

- dewasa : 3 x 1 tablet

- anak < 2 bulan : perlu konsul dokter.

- Anak 2-6 bulan : 4 x 1/8 tablet.

- Anak 6 bln–3 th : 4 x ¼ tablet.

- Anak 3–5 tahun : 4 x ½ tablet.

b) Batuk :

Batuk kering yang mengganggu : beri Dextromethorpan.

- dewasa : 3 x 1 tablet

- anak > 2 tahun : 1 mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis.

c) Bila ingus berlebihan dan mengganggu :

Beri CTM :

- dewasa : 3 x 1 tablet

- anak : 0,4 mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis.

Page 47: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xlvii

d) Bila hidung tersumbat/buntu :

Beri Ephedrin :

- dewasa : 3 x 12,5 mg (= 1/2 tablet )/hari.

- anak : 3 x sehari 0,5 mg/kg BB/kali

(Dinkes Kab.Tulungagung, 2000).

9) Nasehat pada Penderita ISPA

Nasehat yang perlu diberikan kepada penderita ISPA antara lain : istirahat

cukup, gizi cukup, banyak minum dan dua hari tidak sembuh maka harus kontrol

(Dinkes Kab.Tulungagung, 2000).

B. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian dengan judul : Gambaran Perilaku Penggunaan Obat Yang Rasional

telah dilakukan Sudibyo Supardi, Apt, Mkes, DR-PH (1999).

Penelitian dilakukan untuk memperoleh informasi tentang gambaran

perilaku penggunaan obat yang rasional, dan apakah penyuluhan obat

menggunakan alat bantu 'Pedoman Pengobatan Sendiri' lebih efektif dilakukan

oleh Puskesmas atau kader guna meningkatkan perilaku penggunaan obat

yang rasional dalam pengobatan sendiri. Desain quasi experiment dilakukan

di 3 kelurahan di 3 kecamatan yang letaknya saling berjauhan, di Kota Bogor,

Jawa Barat tahun 1999. Responden adalah ibu rumah tangga, bukan tenaga

kesehatan, tidak buta huruf, yang menggunakan obat dari warung dalam upaya

pengobatan sendiri untuk keluhan demam, sakit kepala, pilek dan atau batuk

dalam kurun waktu dua minggu terakhir. Sampling dilakukan secara

Page 48: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xlviii

sistematik random sampling berdasarkan nama ibu yang dicatat di warung

tempat membeli obat, sebanyak 90 orang per Kelurahan. Kelurahan pertama

dilakukan penyuluhan obat oleh penyuluh Puskesmas, kelurahan kedua

dilakukan penyuluhan obat oleh kader kesehatan, dan kelurahan ketiga sebagai

kontrol. Evaluasi dilakukan tiga bulan setelah penyuluhan obat dengan

membandingkan perilaku responden antara kelurahan perlakuan dengan

kelurahan kontrol. Analisis data meliputi analisis deskriptif, uji-t, uji X-2 dan

analisis regresi logistik ganda. Hasil penelitian sebagai berikut :

a. Responden yang menggunakan obat secara rasional hanya 41,5%

persentase terbesar : pada kelompok yang mendapat informasi obat dari

media elektronika, mengeluh sakit kepala dan demam, persepsi terhadap

keluhannya adalah sakit ringan, referensi berasal dari diri sendiri, biaya

obat sampai dengan Rp 1.000, dan mengaku “sembuh” setelah melakukan

pengobatan sendiri.

b. Secara bersama-sama pengetahuan yang tinggi tentang obat dan keluhan

sakit kepala/demam berhubungan bermakna dengan penggunaan obat yang

rasional.

c. Penyuluhan obat oleh Kader kesehatan secara statistik dapat meningkatkan

pengetahuan tentang pengobatan sendiri.

d. Penyuluhan obat oleh Puskesmas dan kader kesehatan secara statistik

dapat meningkatkan sikap terhadap pengobatan sendiri. Penyuluhan obat

oleh Kader lebih baik daripada penyuluhan obat oleh Puskesmas.

Page 49: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

xlix

e. Penyuluhan obat oleh Puskesmas maupun oleh kader kesehatan setelah

tiga bulan secara statistik belum meningkatkan penggunaan obat yang

rasional dalam pengobatan sendiri.

C. Kerangka Berpikir

Keterangan : : diteliti : tidak diteliti

Gambar 3. Kerangka Konseptual Penelitian

Kepatuhan terhadap pengobatan rasiopnal ISPA :

1. Tidak patuh 2. Patuh

Sikap (attitude) : terhadap ketentuan pengobatan rasional ISPA

1. Tidak mendukung (unfavorable) 2. Mendukung (Favorable)

Faktor yang mempengaruhi perilaku : a. Faktor Predisposisi (predisposing factors) Pengetahuan, sikap terhadap pengobatan rasional, tradisi, dan kepercayaan,

sistem nilai , tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. b. Faktor pemungkin (enabling factors) Ketersediaan sarana, prasarana, fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya

fasilitas kesehatan ada, puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya.

c. Faktor penguat (reinforcing factors) Sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap, dan

perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan, undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan, perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih petugas kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.

(Notoatmodjo, 2005)

Persepsi pengobatan rasional ISPA 1. Negatif 2. Positif

Page 50: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

l

Narasi :

Kepatuhan tenaga medis (dokter) terhadap pengobatan rasiopnal ISPA dapat

dikategorikan : tidak patuh dan patuh. Dikatakan patuh jika sesuai dengan prosedur

penatalaksanaan pengobatan ISPA. Pada kenyatannya masih ada dokter yang tidak patuh

dalam pengobatan ISPA. Hal ini dapat dipengaruhi banyak faktor, baik sikap maupun

persepsi serta faktor lain seperti faktor predisposisi (pengetahuan, sikap terhadap

pengobatan rasional, tradisi, dan kepercayaan, sistem nilai , tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi dan sebagainya), faktor pemungkin (ketersediaan sarana, prasarana,

fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya fasilitas kesehatan ada, puskesmas, rumah

sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan

sebagainya) maupun faktor penguat (sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama,

sikap, dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan, undang-undang, peraturan-

peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan,

perilaku contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih

petugas kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat

perilaku masyarakat tersebut.

Dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi penelitian pada faktor sikap dan

persepsi pengaruhnya terhadap kepatuhan dalam pengobatan rasional ISPA. Faktor lain

dalam hal ini dianggap sebagai fariabel pengganggu hubungan masing-masing variabel

penelitian.

Page 51: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

li

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

4. Ada hubungan sikap dengan kepatuhan dokter pada pengobatan rasional

penyakit ISPA di Puskesmas Kabupaten Tulungagung .

5. Ada hubungan persepsi dengan kepatuhan dokter pada pengobatan rasional

penyakit ISPA di Puskesmas Kabupaten Tulungagung .

6. Ada hubungan sikap dan persepsi dengan kepatuhan dokter pada pengobatan

rasional penyakit ISPA di Puskesmas Kabupaten Tulungagung .

Page 52: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lii

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan desain seksional silang (cross sectional)

karena variabel sebab dan akibat diukur dalam waktu bersamaan. Sedangkan

menurut jenisnya merupakan penelitian analitik korelasional karena menganalisis

hubungan sikap dan persepsi dengan kepatuhan pengobatan rasional pada

penyakit ISPA.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas wilayah Kabupaten Tulungagung.

2. Waktu

Waktu penelitian bulan Pebruari sampai dengan bulan Maret 2010.

Page 53: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

liii

C. Kerangka Kerja

Kerangka kerja dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 4. Kerangka Kerja Sikap dan Persepsi dengan Kepatuhan Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut pada Saluran Pernapasan Atas)

D. Populasi, Sampel, Sampling

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua dokter puskesmas yang ada di

Kabupaten Tulungagung dengan jumlah puskeksmas 90 dokter.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dokter puskesmas yang ada di

Kabupaten Tulungagung dengan jumlah sebanyak 73 dokter.

Dokter di Kabupaten Tulungagung

Pengukuran Sikap dan persepsi dalam pengobatan rasional ISPA

Pengukuran kepatuhan pengobatan rasional ISPA

Analisis data

Random Sampling

Pengumpulan data

Kesimpulan

Page 54: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

liv

3. Besar Sampel

Menurut Gay dalam Umar (2003) ukuran minimum sampel untuk metode

deskriptif-korelasional minimal 30 subyek.

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus besar

sampel (Soekidjo Notoatmodjo, 2005 : 73) :

N = N

1 .+ N 0,05 0,05

N = 90

1 .+ 90 0,0025 N = 73 responden

4. Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Untuk

mencapai ini setiap elemen diseleksi secara random (acak). Mengingat sampling

frame kecil, maka nama ditulis pada secarik kertas, diletakkan di kotak, diaduk

dan diambil secara acak.

E. Variabel Penelitian

Sebagai variabel dalam penelitian ini meliputi :

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

a) Sikap pada pengobatan rasional ISPA

b) Persepsi dokter pada pengobatan rasional ISPA.

Page 55: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lv

2. Variabel Akibat atau Variabel Tak Bebas (Dependent Variable)

Sebagai variabel akibat atau terikat dalam penelitian ini adalah kepatuhan

pengobatan rasional ISPA.

F. Definisi Operasional dan Alat Ukur

1. Sikap

Sikap adalah Tanggapan atau respon dokter terhadap ketentuan pengobatan

rasional menurut “Pedoman Pengobatan Dasar berdasarkan Gejala di Puskesmas

Kabupaten Tulungagung untuk ISPA” dalam arti tepat obat ( ISPA tidak

menggunakan antibiotika) diukur menggunakan kuesioner

Alat ukur : kuesioner skala likert

Kisi-kisi : 12 butir pernyataan. Dengan pilihan untuk pernyataan positif : 3 :

setuju, 2 : ragu-ragu, 1 : tidak setuju

Skala pengukuran : interval

2. Persepsi

Persepsi adalah anggapan dokter terhadap ketentuan pengobatan rasional menurut

“Pedoman Pengobatan Dasar berdasarkan Gejala di Puskesmas Kabupaten

Tulugagung untuk ISPA” dalam arti tepat obat (ISPA tidak menggunakan

antibiotika) diukur menggunakan kuesioner

Alat pengukuran : kuesioner skala likert

Kisi-kisi : 12 butir pernyataan. Dengan pilihan untuk pernyataan positif : 3 :

setuju, 2 : ragu-ragu, 1 : tidak setuju

Skala pengukuan : interval

Page 56: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lvi

3. Kepatuhan

Kepatuhan terhadap pemberian obat rasional pada penyakit ISPA adalah

pemberian obat kepada penderita ISPA untuk kunjungan pertama tidak pernah

melanggar penatalaksanaan pengobatan ISPA dengan indikator tidak memberi

antibiotika dan tepat dosis yang diukur dengan lembar observasi

Alat pengukuran : lembar obsrvasi

Dengan pilihan untuk tepat obat 1 : jika tepat obat, 0 : jika tidak tepat obat, tepat

dosis : 1 : jika tepat dosis, 0 : jika tidak tepat dosis dan hasilnya dikategorikan :

tidak Patuh : pernah melanggar penatalaksanaan meskipun hanya 1 kali dan 2.

Patuh .

Skala pengukuran : nominal

G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Untuk menjamin validitas dan reliabilitas alat ukur, maka instrumen

penelitian yaitu kuesioner dilakukan uji coba terlebih dahulu melalui test dan

retest dengan selisih waktu 6 hari kuesioner kepada sejumlah 20 responden di

luar lokasi penelitian yang mempunyai karakteristik sama sebelum dipakai

untuk mengambil data penelitian.

Pengukuran validitas dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi alat

ukur tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur. Validitas dimaksud

adalah validitas isi dengan maksud untuk mengetahui pertanyaan yang dibuat

apakah relevan dengan materi pokok dalam penelitian. Dengan demikian

Page 57: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lvii

pengujian validitas dilakukan terhadap setiap butir test (skor faktor) dengan skor

total.

Rumus yang digunakan Pearson Product Moment yaitu :

n å xy - åx åy r = [ åx2 – (åx)2 ]2 - [ åy2 – (åy)2 ]2

Keterangan :

r = koefisien korelasi

x = variabel bebas (skor faktor)

y = variabel terikat (skor total)

n = jumlah sampel

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui ketetapan alat ukur

dalam mengukur apa yang hendak diukur. Jadi uji ini untuk mengetahui seberapa

jauh alat ukur memberikan hasil yang relatif sama bila dilakukan pengukuran

kembali terhadap gejala yang sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan

menggunakan internal consistency yaitu salah satu cara untuk menguji sampai

sejauh mana pengukuran memberi hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan

pengukuran kembali terhadap subjek yang sama. Rumusnya adalah koefisien

reabilitas alpha cornbach sebagai berikut :

K åSi2 ri = 1 - (K-1) åSt2

Dimana : ri = koefisien reliabilitas yang dicari K = Mean kuadrat antara subjek åSi2 = mean kuadrat kesalahan St2 = varian total

Page 58: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lviii

Kemudian hasil uji coba kuesioner, dilakukan uji validitas dan

reliabilitas dengan menggunakan SPPS versi 17. Untuk item pertanyaan yang

tidak dan atau kurang valid dan reliabel, diperbaiki narasinya untuk

selanjutnya langsung digunakan untuk pengambilan data penelitian.

1. Analisis Validitas

Analisis validitas yang dikenakan pada pada pengujian ini adalah analisis

butir. Formula yang digunakan dalam pengujian ini adalah formula product

moment dari Pearson, dan perhitungan reliabilitas instrument digunakan rumus

alpha Cronback.

a. Uji Validitas Sikap

Pengambilan keputusan bahwa suatu butir soal valid atau tidak, ditentukan

oleh perbandingan antara harga r hitung dengan r tabel dimana harga r table diperoleh

dari daftar r kritis dengan taraf signifikan 5% pada derajad bebas (db) = n-2.

Berdasarkan harga r tabel 5% dan db = 15-2 = 13 diperoleh harga r tabel = 0,553.

Pengambilan keputusan dirumuskan sebagai berikut :

- Jika r hitung positif dan > r tabel maka butir tersebut valid.

- Jika r hitung tidak positif dan < r tabel maka butir tersebut tidak valid.

Berdasarkan hasil perhitungan validitas butir, ditemukan 12 butir

pertanyaan memenuhi persyaratan karena r hitung > r tabel. Kedua belas butir yang

dinyatakan valid sehingga digunakan sebagai instrumen penelitian adalah

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11 dan 12. Ringkasan hasil pengujian dapat dilihat pada tabel

berikut.

Page 59: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lix

Tabel 3.1 Ringkasan Hasil Pengujian Validitas Sikap Pengobatan Rasional ISPA

No. Item

Penatalaksa- naan ISPA (Non Pneumonia) tanpa antibiotika

Penatalaksanaan pemberian paracetamol pada ISPA

Penatalaksanaan pemberian Dextrometorfan pada ISPA

Penatalaksanaan pemberian CTM pada ISPA

Penatalaksanaan pemberian Epedrin pada ISPA

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

r butir 0,754 0,796 0,787 0,851 0,661 0,873 0,925 0,9 25 0,652 0,929 0,737 0,938

r tabel 0,553 0,553

0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,5 53 0,553 0,553 0,553 0,553

Status V V V V V V V V V V V V

Keterangan : V : valid (butir instrumen digunakan sebagai pengumpul data) D : drop (butir instrument dikeluarkan)

Berdasarkan tabel diatas diketahui dari 12 pertanyaan didapatkan semua

item memiliki r hitung lebih besar dari 0,553 sehingga dapat dikatakan bahwa

semua item valid.

b. Uji Validitas Persepsi

Hasil Uji Validitas Kuesioner untuk persepsi dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Persepsi Pengobatan Rasional ISPA di Puskesmas Kabupaten Tulungagung Tahun 2010

No. Item

Penatalaksanaan ISPA (Non Pneumonia) tanpa antibio-tika

Penatalaksanaan pemberian paracetamol pada ISPA

Penatalaksanaan pemberian Dextrometorfan pada ISPA

Penatalaksanaan pemberian CTM pada ISPA

Penatalaksanaan pemberian Epedrin pada ISPA

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

r butir 0,754 0,911 0,798 0,809 0,798 0,621 0,850 0,845 0,621 0,859 0,926 0,713

r tabel 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553 0,553

Status V V V V V V V V V V V V

Keterangan : V : valid (butir instrumen digunakan sebagai pengumpul data) D : drop (butir instrument dikeluarkan)

Berdasarkan hasil perhitungan validitas butir, ditemukan 12 butir

pertanyaan memenuhi persyaratan karena r hitung > r tabel (0,553). Kedua belas butir

Page 60: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lx

yang dinyatakan valid sehingga digunakan sebagai instrumen penelitian adalah

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11 dan 12.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan setelah semua butir soal dinyatakan valid. Cara

pengambilan keputusan :

- Jika r Alpha positif dan > r tabel maka reliable.

- Jika r Alpha negative atau r Alpha < r tabel maka tidak reliable.

Hasil uji reliabilitas kuesioner sikap dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

a. Sikap Pengobatan Resional ISPA

Hasil uji reliabilitas dengan metode “one shot method” didapatkan data

sebagai berikut :

Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Sikap tentang Pengobatan Rasional ISPA di Puskesmas Kabupaten Tulungagung Tahun 2010

Cronbach's Alpha N of Items

,959 12

Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai Alpha Cronbach's sebesar 0,959 >

0,700 maka dikatakan bahwa kuesioner sikap konsisten.

b. Persepsi Pengobatan Rasional ISPA

Hasil uji reliabilitas kuesioner persepsi adalah sebagai berikut.

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Persepsi Pengobatan Rasional ISPA di Puskesmas Kabupaten Tulungagung Tahun 2010

Cronbach's Alpha N of Items

,955 12

Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai Alpha Cronbach's sebesar 0,955 >

0,700 maka dikatakan bahwa kuesioner persepsi konsisten.

Page 61: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lxi

H. Teknik dan Analisis Data

1. Jalannya Penelitian

a. Persiapan penelitian meliputi : perijinan, mengumpulkan data sekunder,

mempersiapkan kuesioner, pembentukan tim peneliti, menetapkan

metode pengumpulan data berdasarkan variabel yang diteliti.

b. Rencana kerja penelitian:

1) Menentukan responden

2) Melatih tim pengambil data

3) Melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner.

4) Melakukan wawancara dan penjelasan kepada responden tentang

pengisian kuesioner

5) Melakukan pengumpulan data kuesioner untuk diolah.

2. Cara Analisis Data

a. Pengkajian data (Editing)

Adalah mengkaji dan meneliti kembali kelengkapan pengisian kuesioner

yang telah terkumpul untuk proses berikutnya.

b. Pemberian kode (Coding)

Adalah mengklasifikasikan jawaban responden menurut macamnya

dengan memberi kode pada jawaban sesuai kategorinya dalam bentuk

angka untuk kemudian dilakukan entry data dengan menggunakan

komputer.

Page 62: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lxii

c. Analisis data

Data-data dalam penelitian ini diolah dan dianalisis secara kuantitatif

dengan menggunakan fasilitas komputer program SPSS versi 17 dengan

menggunakan analisis regresi logistik.

Analisa data dilakukan diawali dengan menentukan nilai pada

variabel sikap, persepsi dan kepatuhan pengobatan. Selanjutnya dilakukan

analisa dengan uji regresi logistik.

Rumus :

p Ln = ez (K+B1X1+B2X2)

1-p

X1 = Sikap

X2 = Persepsi

Maka Z = a + b1X1 + b2X2

Page 63: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lxiii

BAB 1V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang terpilih sebagai sampel penelitian merupakan dokter di

Puskesmas Kabupaten Tulungagung sebanyak 73 dokter.

1. Umur

Karakteristik responden berdasarkan umur di Puskesmas Kabupaten

Tulungagung Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No. Umur (dalam tahun) Jumlah responden 1. 2. 3.

20-30 31-40 41-50

6 53 14

Rata-rata 38 tahun Sumber : data hasil penelitian tahun 2010

Berdasarkan tabel diatas diketahui rata-rata umur responden 38 tahun,

temuda 28 tahun, tertua 50 tahun. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

dibawah

28 30 32 33 34 35 36 39 40 41 43 44 46 50Umur

0

2

4

6

8

10

12

14

Coun

t

Gambar 4.1 Diagram Batang Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Page 64: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lxiv

2. Lama Praktek

Karakteristik responden berdasarkan lama praktek di Puskesmas

Kabupaten Tulungagung Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Praktek

No. Lama Praktek (dalam tahun) Jumlah responden 1. 2. 3.

0-10 11-20 21-30

32 36 5

Rata-rata 12 tahun Sumber : data hasil penelitian tahun 2010

Rata-rata lama praktek adalah 12 tahun, dengan praktek tersingkat 2

tahun, praktek terlama 27 tahun. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di

bawah ini.

2 3 5 6 7 8 9 10 12 13 14 15 16 17 18 20 21 23 27

Praktek

0

2

4

6

8

10

Cou

nt

Gambar 4.2 Diagram Batang Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Praktek

Page 65: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lxv

3. Lama Lulus

Karakteristik responden berdasarkan lama lulus di Puskesmas Kabupaten

Tulungagung Tahun 2010 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelulusan

No. Lama Lulus (dalam tahun) Jumlah % 1. 2. 3.

0-10 11-20 21-30

26 42 5

35,6 57,5 6,8

Rata-rata lama lulus 13,3 tahun 100 Sumber : data hasil penelitian tahun 2010

Berdasarkan tabel diatas diketahui rata-rata telah lulus selama 13,3 tahun

dengan kelulusan paling baru 2 tahun dan kelulusan terlama 28 tahun. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

2 3 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 20 21 23 28

Lamalulus

0

2

4

6

8

Co

un

t

Gambar 4.3 Diagram Batang Karakteristik Responden Berdasarkan Kelulusan

Page 66: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lxvi

4. Sikap Pengobatan Rasional ISPA

Hasil penilaian sikap pengobatan rasional ISPA di Puskesmas Kabupaten

Tulungagung Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.4 Sikap tentang Pengobatan Rasional ISPA

No. Sikap Frequency Percent 1 Nagatif 35 47,9

2 Netral 3 4,1 3 Positif 35 47,9

Total 73 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui hampir setengah responden bersikap

negatif dan hampir setengahnya lagi bersikap positif terhadap pengobatan rasional

ISPA yaitu masing-masing ada 35 responden (47,9%) dari total 73 responden.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

35; 47,9%

3; 4,1%

35; 47,9%

Negatif Netral Positif

Gambar 4.4 Diagram Pie Sikap tentang Pengobatan Rasional ISPA

Page 67: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lxvii

5. Persepsi Pengobatan Rasional ISPA

Hasil penilaian persepsi tentang pengobatan rasional ISPA di Puskesmas

Kabupaten Tulungagung Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.5 Persepsi Pengobatan Rasional ISPA

No. Persepsi Frequency Percent 1 Nagatif 34 46,6

2 Netral 3 4,1 3 Positif 36 49,3

Total 73 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui hampir setengah responden memiliki

persepsi yang positif terhadap pengobatan rasional ISPA yaitu ada 36 responden

(49,3%) dari total 73 responden. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar di

bawah ini.

34; 46,6%

3; 4,1%

36; 49,3%

Negatif Netral Positif

Gambar 4.5 Diagram Pie Persepsi Pengobatan Rasional ISPA

Page 68: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lxviii

6. Kepatuhan Pengobatan Rasional ISPA

Hasil penilaian kepatuhan pengobatan rasional ISPA di Puskesmas

Kabupaten Tulungagung Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.6 Kepatuhan Pengobatan Rasional ISPA

No. Kepatuhan Frequency Percent 1 Tidak patuh 41 56,2

2 Patuh 32 43,8 Total 73 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui sebagian besar responden termasuk

kategori tidak patuh terhadap pengobatan rasional ISPA yaitu ada 41 responden

(56,2%) dari total 73 responden. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di

bawah ini.

41; 56,2%

32; 43,8%

Tidak patuh Patuh

Gambar 4.6 Diagram Pie Kepatuhan Pengobatan Rasional ISPA

Page 69: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lxix

B. Analisis Data

Deskripsi data diatas hanya memberikan gambaran umum tentang data

pada setiap faktor. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis dari hasil penelitian

dengan program SPSS versi 17.

Tabel 4.7 Hasil Analisa Regresi Logistik Hubungan Sikap dan Persepsi dengan Kepatuhan Dokter pada Pengobatan Rasional Penyakit ISPA (Infeksi Akut Saluran Pernapasan Atas)

Variabel B p

Konstanta -114.1 0,993

Sikap -0.7 0,995

Persepsi -0.7 0,993

n observasi = 73

Chi-square = 0,000,

P > 0,001

1. Hubungan Sikap dengan Kepatuhan Pengobatan Rasional Penyakit ISPA

Untuk membuktikan variabel sikap mempunyai pengaruh yang nyata

terhadap kepatuhan pengobatan rasional penyakit ISPA dilakukan analisis seperti

di bawah ini.

Tabel 4.8 Hasil Regresi Logistik Sikap dengan Kepatuhan Pengobatan Rasional ISPA

No. B p

1. -0,7 0,995

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui tidak ada hubungan sikap dengan

kepatuhan pengobatan rasional ISPA di Puskesmas Kabupaten Tulungagung (p =

0,995).

Page 70: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lxx

2. Hubungan Persepsi dengan Kepatuhan Pengobatan Rasional ISPA

Untuk membuktikan variabel persepsi mempunyai pengaruh yang nyata

terhadap kepatuhan pengobatan rasional penyakit ISPA dilakukan analisis seperti

di bawah ini.

Tabel 4.9 Hasil Regresi Logistik Hubungan Persepsi dengan Kepatuhan

Pengobatan Rasional ISPA

No. B p

1. -0,7 0,993

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui tidak ada hubungan antara persepsi

dengan kepatuhan pengobatan rasional ISPA di Puskesmas Kabupaten

Tulungagung (p = 0,993).

3. Hubungan Sikap dan Persepsi dengan Kepatuhan Pengobatan Rasional

ISPA

Tabel 4.10 Hasil Uji Regresi Logistik Hubungan Sikap dan Persepsi dengan Kepatuhan Pengobatan Rasional ISPA

Variabel B p

Konstanta -114.1 0,993

Sikap -0.7 0,995

Persepsi -0.7 0,993

n observasi = 73

Chi-square = 0,000,

P > 0,001

Page 71: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lxxi

Berdasarkan tabel 13. diketahui tidak ada hubungan antara sikap dan

persepsi dengan kepatuhan pengobatan rasional ISPA di Puskesmas Kabupaten

Tulungagung (Y = -114,1 -0,7X1 - 0,7X2). Interpretasinya jika sikap dinaikan dan

persepsi tidak ada penambahan maka total skor kepatuhan bernilai negatif.

Page 72: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lxxii

C. Pembahasan

1. Hubungan Sikap dengan Kepatuhan Pengobatan Rasional ISPA

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui tidak ada hubungan sikap dengan

kepatuhan pengobatan rasional ISPA di Puskesmas Kabupaten Tulungagung (p =

0,995).

Formulasi menurut Thrustone mengatakan bahwa sikap merupakan

derajad afek positif atau afek negatif yang dikaitkan dengan suatu objek

psikologis (Azwar, 2007). Hubungannya dengan tindakan disebutkan Green

bahwa sikap merupakan salah satu faktor predisposisi bagi terbentuknya tindakan

seseorang. Secara jelas disebutkan menurut teori Lawrence Green “perilaku

dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor

pemungkin (enabling factors), faktor penguat (reinforcing factors). Faktor

predisposisi (predisposing factors) mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat

pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. Demikian juga sesuai dengan

konsep perilaku K-A-P (knowledge-attitude-practice) bahwa sikap menddahului

terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003 : 131).

Jika didapatkan tidak ada hubungan sikap dengan kepatuhan pengobatan

rasional ISPA, terlihat bahwa tindakan dokter untuk mematuhi atau tidak

mematuhi pengobatan rasional ISPA seolah tidak didasari oleh sikapnya terhadap

prosedur tetap pengobatan rasional ISPA. Jika dicermati lebih mendalam bukan

Page 73: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lxxiii

berarti dokter tidak setuju dengan protap yang ada karena pada dasarnya dokter

sudah tahu protap pengobatan rasional ISPA yang telah ada. Dalam hal ini ada

kemungkinan pertimbangan lain sehingga dokter tidak mematuhi protap yang ada.

Pada umumnya dari hasil wawancara selama penelitian diketahui dokter tetap

memberikan antibiotik karena pertimbangan preventif atau dimaksudkan untuk

pencegahan terhadap infeksi sekunder. Pertimbangan lain adalah dari aspek

logistik, terkadang tersedia antibiotik cukup banyak di puskesmas sehingga

dikhawatirkan jika tidak segera diberikan kepada pasien akan kadaluarsa. Hal

yang terjadi lagi adalah ada pasien yang meminta kepada dokter untuk

memberikan antibiotik karena pengalaman sebelumnya jika tidak minum

antibiotik gejala penyakit tetap dirasakan atau tidak cepat sembuh. Berbagai

penyebab inilah yang menjadi predisposisi dokter untuk tidak patuh terhadap

pengobatan rasional ISPA. Kondisi ini ditunjang oleh karakteristik responden baik

umur maupun lama praktek. Ditinjau dari faktor umur diketahui rata-rata dokter

berumur 38 tahun dengan usia termuda 28 tahun dan tertua 50 tahun. Terlihat

bahwa responden masih muda sehinga masih ada kemungkinan mudah untuk

didekati pasien yang memaksa meminta antibiotik. Ditinjau dari faktor lama

praktek diketahui rata-rata lama praktek dokter 12 tahun dengan lama praktek

paling sedikit 2 tahun dan paling lama 27 tahun. Hal ini berpengaruh terhadap

pengalamannya dalam pengobatan ISPA yakni jika pasien tidak diberikan

antibiotika ternyata tingkat kesembuhannya kecil mengingat pasien umumnya

sudah membeli obat bebas diluar atau datang dalam kondisi sudah mengalami

infeksi sekunder.

Page 74: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lxxiv

2. Hubungan Persepsi dengan Kepatuhan Pengobatan Rasional ISPA

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui tidak ada hubungan antara persepsi

dengan kepatuhan pengobatan rasional ISPA di Puskesmas Kabupaten

Tulungagung (p = 0,993).

Persepsi merupakan proses penginterpretasian terhadap rangsang yang

diterima individu (Walgito dikutip Sunaryo (2004 : 93). Selanjutnya persepsi

seseorang akan mempengaruhi minat dan mendorong untuk melaksanakan sesuatu

(motivasi). Menurut Maramis dalam Sunaryo (2004 : 94), persepsi ialah daya

mengenal barang, kualitas atau hubungan, dan perbedaan melalui proses

mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah pancainderanya mendapat

rangsang. Menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong yang dikutip Sari (2008 : 94)

adalah proses yang mana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan

mengartikan informasi untuk memperoleh gambaran dunia yang berarti. Persepsi

akan membentuk sikap, yaitu suatu kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau

bertindak secara tertentu di dalam situasi yang tertentu.

Jika dari hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan antara persepsi

dengan kepatuhan pengobatan rasional ISPA, maka hasil penelitian ini tidak

sesuai dengan konsep yang ada. Hal ini tentu harus dicermati secara mendalam

bagaimana dan mengapa dokter tidak mematuhi pengobatan rasional ISPA jika

dikaitkan dengan persepsinya. Secara teori dapat dipahami bahwa persepsi

memberi dasar bagi terbentuknya sikap. Dalam arti jika persepsi dokter terhadap

pengobatan rasional ISPA positif maka seharusnya memiliki sikap yang positif

pula sehingga termotivasi untuk diwujudkan dalam bentuk perilaku patuh

Page 75: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lxxv

terhadap pengobatan rasional ISPA. Terhadap masalah pengobatan rasional ISPA

ini dapat dilihat hampir setengah responden (dokter) telah memiliki persepsi yang

positif. Asumsinya dokter juga mematuhi prosedur tetap pengobatan rasional

ISPA. Namun demikian pada kenyatannya sebagian besar dokter tidak patuh.

Dalam hal ini juga harus dicermati bahwa patuh atau tidak patuhnya dokter

terhadap pengobatan rasional ISPA bukan karena dokter memiliki persepsi negatif

melainkan ada faktor lain yang menjadi pertimbangan dokter untuk tidak

mematuhi pengobatan rasional ISPA. Sama dengan opini yang telah disampaikan

diatas, pada umumnya dokter tetap memberikan antibiotik karena pertimbangan

preventif atau dimaksudkan untuk pencegahan terhadap infeksi sekunder.

Pertimbangan lain adalah dari aspek logistik, karena terkadang tersedia antibiotik

cukup banyak di puskesmas sehingga dikhawatirkan jika tidak segera diberikan

kepada pasien akan kadaluarsa. Hal yang terjadi lagi adalah ada pasien yang

meminta kepada dokter untuk memberikan antibiotik karena pengalaman

sebelumnya jika tidak minum antibiotik gejala penyakit tetap dirasakan atau tidak

cepat sembuh. Berbagai penyebab inilah yang menjadi predisposisi dokter untuk

tidak patuh terhadap pengobatan rasional ISPA. Kondisi ini ditunjang oleh

karakteristik responden baik umur maupun lama praktek. Ditinjau dari faktor

umur diketahui rata-rata dokter berumur 38 tahun dengan usia termuda 28 tahun

dan tertua 50 tahun. Terlihat bahwa responden masih muda sehinga masih ada

kemungkinan mudah untuk didekati pasien yang memaksa meminta antibiotik.

Ditinjau dari faktor lama praktek diketahui rata-rata lama praktek dokter 12 tahun

dengan lama praktek paling sedikit 2 tahun dan paling lama 27 tahun. Hal ini

Page 76: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lxxvi

berpengaruh terhadap pengalamannya dalam pengobatan ISPA yakni jika pasien

tidak diberikan antibiotika ternyata tingkat kesembuhannya kecil mengingat

pasien umumnya sudah membeli obat bebas diluar atau datang dalam kondisi

sudah mengalami infeksi sekunder.

3. Hubungan Sikap dan Persepsi dengan Kepatuhan Pengobatan Rasional

ISPA

Berdasarkan tabel 13. diketahui tidak ada hubungan antara sikap dan

persepsi dengan kepatuhan pengobatan rasional ISPA di Puskesmas Kabupaten

Tulungagung (Y = -114,1 -0,7X1 - 0,7X2). Interpretasinya jika sikap dinaikan dan

persepsi tidak ada penambahan maka total skor kepatuhan bernilai negatif.

Kepatuhan merupakan bentuk perilaku. Dalam hal ini kepatuhan dapat

dipengaruhi berbatgai faktoro seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Menurut

Green “perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor predisposisi (predisposing

factors), faktor pemungkin (enabling factors), faktor penguat (reinforcing

factors). Faktor predisposisi (predisposing factors) mencakup pengetahuan dan

sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. Demikian

juga sesuai dengan konsep perilaku K-A-P (knowledge-attitude-practice) bahwa

sikap menddahului terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003 : 131).

Disisi lain menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong yang dikutip Sari (2008 :

94) persepsi sebagai suatu proses yang mana seseorang menyeleksi,

Page 77: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lxxvii

mengorganisasikan, dan mengartikan informasi untuk memperoleh gambaran

dunia yang berarti akan membentuk sikap, yaitu suatu kecenderungan yang stabil

untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam situasi yang tertentu. Secara

kronologis dapat diuraikan bahwa persepsi berpengaruh terhadap sikap dan sikap

berpengaruh terhadap perilaku. Dapat diprediksi bahwa persepsi dan sikap secara

bersama dapat berpengaruh terhadap perilaku.

Jika dari hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan antara sikap

dan persepsi dengan kepatuhan pengobatan rasional ISPA di Puskesmas

Kabupaten Tulungagung, dapat dijelaskan disini bahwa persepsi dan sikap bukan

satu-satunya faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan dalam pengobatan

rasional ISPA. Sesuai hasil penelitian terlihat jelas bahwa mayoritas dokter

memiliki persepsi yang positif terhadap pengobatan rasional ISPA sementara

sikap positif dan negatif berimbang yakni sama-sama 49% responden. Hasil ini

menunjukkan bahwa persepsi tidak sepenuhnya berpengaruh terhadap sikap.

Selainjutnya jika dilihat dari kepatuhannya dalam pengobatan rasional ISPA

didapatkan sebagian besar tidak patuh. Hal ini mempertegas bahwa persepsi dan

sikap yang terbentuk tidak menjadi faktor penentu di dalam bertindak dalam

pengobatan rasional ISPA. Dalam hal ini dapat dicermati sesuai dengan

interpretasi diatas bahwa dokter cenderung menggunakan antibiotik karena

dipengaruhi oleh pertimbangan lain seperti pertimbangan preventif atau

dimaksudkan untuk pencegahan terhadap infeksi sekunder. Pertimbangan lain

adalah dari aspek logistik, karena terkadang tersedia antibiotik cukup banyak di

puskesmas sehingga dikhawatirkan jika tidak segera diberikan kepada pasien akan

Page 78: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lxxviii

kadaluarsa. Ada juga pasien yang meminta kepada dokter untuk memberikan

antibiotik karena pengalaman sebelumnya jika tidak minum antibiotik gejala

penyakit tetap dirasakan atau tidak cepat sembuh. Berbagai penyebab inilah yang

menjadi predisposisi dokter untuk tidak patuh terhadap pengobatan rasional ISPA.

Page 79: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lxxix

BAB V

KESIMPULAN, IMPLEMENTASI DAN SARAN

D. Kesimpulan

1. Tidak ada hubungan sikap dengan kepatuhan pengobatan rasional ISPA di

Puskesmas Kabupaten Tulungagung (p = 0,995).

2. Tidak ada hubungan antara persepsi dengan kepatuhan pengobatan rasional

ISPA di Puskesmas Kabupaten Tulungagung (p = 0,993).

3. Tidak ada hubungan antara sikap dan persepsi dengan kepatuhan pengobatan

rasional ISPA di Puskesmas Kabupaten Tulungagung (Y = -114,1 -0,7X1 -

0,7X2).

E. Implementasi

1. Hasil penelitian ini memberikan bukti ilmiah bahwa sikap dan persepsi dalam

rangka meningkatkan kepatuhan pengobatan rasional ISPA bukan faktor

penentu. Hal ini membawa pesan jika ingin meningkatkan kepatuhan dalam

pengobatan rasional ISPA maka meskipun sudah menggunakan pendekatan

untuk merubah sikap dan perilaku dokter tetap saja harus ada pendekatan lain,

misalnya pengawasan penggunaan antibiotika atau merevisi protap

pengobatan ISPA oleh gabungan dokter yang ada. Hal ini dapat dilaksanakan

melalui paparan pemecahan studi kasus atau pengkajian ilmiah mengenai hasil

penelitian terbaru tentang pengobatan ISPA.

Page 80: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lxxx

2. Perlu penggunaan pendekatan holistik kedokteran keluarga yakni merubah

sikap dan persepsi secara personal, dimana melalui pendekatan personal ini

akan memberikan hasil yang lebih efektif untuk merubah sikap dan persepsi

dokter dalam pengobatan rasional ISPA.

F. Saran

1. Bagi Dinas Kesehatan

Sikap dan persepsi meskipun tidak berpengaruh terhadap kepatuhan

pengobatan rasional ISPA secara signifikan tetap harus menjadi factor

pertimbangan tersendiri dalam rangka peningkatan kepatuhan pengobatan

rasional ISPA. Oleh karena itu diharapkan Dinas Kesehatan melaksanakan

penyegaran tentang pengobatan rasional ISPA secara rutin ataupun studi

banding ke institusi kesehatan lainnya sehingga timbul sikap positif dan

persepsi baik serta minat dan motivasi yang kuat untuk tetap mematuhi

pengobatan ISPA secara rasional.

2. Bagi Dokter

Diharapkan dokter melaksanakan pengkajian terhadap hasil penelitian

terbaru mengenai pengobatan rasional ISPA dengan mencari hasil penelitian

di internet. Melalui cara demikian diharapkan dokter dapat memberikan

pengobatan berdasarkan hasil penelitian terbaru sehingga memiliki

pertimbangan yang cukup valid dalam mengambil keputusan pengobatan

resional ISPA.

Page 81: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lxxxi

3. Bagi Peneliti Lain

Disarankan untuk melaksanakan penelitian mengenai faktor lain yang

mempengaruhi kepatuhan dalam pengobatan rasional ISPA misalnya

hubungan pengetahuan, minat, motivasi dokter dengan kepatuhan pengobatan

rasional ISPA.

G. Kelemahan Penelitian

Kelemahan dalam penelitian ini adalah dalam kuesioner tentang sikap

terhadap pengobatan rasional ISPA (Non Pneumonia) menurut pedoman

pengobatan dasar berdasarkan gejala (tepat obat) di Puskesmas Kabupaten

Tulungagung kurang mencerminkan aspek lain yang membentuk terjadinya sikap.

Dalam kuesioner ini yang lebih terungkap adalah aspek kepercayaan mengenai

protap pengobatan rasional ISPA, sedangkan aspek keyakinan, pendapat terhadap

suatu obyek, penilaian atau evaluasi terhadp suatu obyek (penatalaksanaan

pengobatan rasional ISPA) juga belum tercakup.

Page 82: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lxxxii

DAFTAR PUSTAKA Depkes. R.I. (2001). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2001. Jakarta : Ditjen PPM

& PLP. Depkes. R.I. (2002). Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran

Pernapasan Akut untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita. Jakarta : Ditjen PPM & PLP.

Depkes. R.I. (2005). Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran

Pernapasan, Tuberculosis, Diabetes Mellitus. Jakarta : Ditjen PPM & PLP Depkes R.I.

Depkes. R.I. (2005). Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran

Pernapasan, Tuberculosis, Diabetes Mellitus. Jakarta : Direktorat Bina Farmasi dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes R.I. Jakarta : Ditjen Binfar & Alkes Depkes R.I.

Depkes, R.I. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas.

Direktorat Bina Farmasi dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes R.I. Jakarta : Ditjen Binfar & Alkes Depkes R.I.

Depkes. RI (2006). KONAS ( Kebijakan Obat Nasional ) Jakarta : Ditjen Binfar

& Alkes Depkes R.I. Depkes. R.I, (2006). Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Direktorat

Bina Farmasi dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes R.I. Jakarta : Ditjen Binfar & Alkes Depkes R.I.

Dinkes Kab Tulungagung. (2000). Pedoman Pengobatan Rasional.Tulungagung

Dinas Kesehatan Eddy Soewandoyo. (1994) Pendidikan berkelanjutan Apoteker. Fakultas Farmasi

Universitas Airlangga. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia Kep. MenKes no. 125/Kab/B VII/tahun 1971. Penggolongan Obat Kep. Menkes no . 189/MENKES/SK/SK/III/2006. Kebijakan Obat Nasional Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Pedoman Skripsi,Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Page 83: HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI DENGAN …/Hubungan... · F. Definisi Operasional dan Alat Ukur..... 39 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... Pengobatan Rasional ISPA (Infeksi Akut

lxxxiii

Pratista, A. 2009. Statistik Menjadi Mudah dengan SPSS 17. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Riduwan dan Sunarto. (2007). Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan,

Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung : Alfa Beta Soekidjo Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT

Rineka Cipta. ___________. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka

Cipta. ___________. (2005). Metodologi penelitian Kesehatan .Jakarta : Rineka Cipta. Saifudin Azwar. (2007). Seri Psikologi Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya,

Yogyakarta : Liberty Sari, I. (2008). Manajemen Pemasaran Usaha Kesehatan. Mitra Cendekia Pres :

Jogyakarta. Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Hal : 97-98 UU.RI. No 36 Tahun 2009 : 5 Undang Undang Kesehatan tahun 2009 ________________. Tahun 2009 : 104 Undang Undang Kesehatan Tahun 2009 Widayat Sastrowardoyo (1994). Pendidikan Berkelanjutan Apoteker. Fakultas

Farmasi Universitas Airlangga. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia