Hubungan Sektor Riil Dan Sektor Moneter Dalam Perspektif Islam

15
HUBUNGAN SEKTOR RIIL DAN SEKTOR MONETER DALAM PERSPEKTIF ISLAM 1 Oleh: Gustani 2 Abstraksi Hadirnya bunga (Interest) sebagai jantungnya sistem keuangan dunia saat ini, telah menciptakan sebuah aktivitas yang khas dalam perekonomian secara keseluruhan. Dengan karakteristiknya yang menjanjikan suatu keuntungan yang pasti atas suatu uang di masa yang akan datang (Fixed and Pre-determined return), bunga pastinya akan menimbulkan banyak konsekwensi-konsekwensi yang begitu mendasar dalam perekonomian. Salah satu konsekwensi yang timbul karena adanya intrumen bunga adalah munculnya aktivitas atau transaksi moneter yang direpresentasikan dengan munculnya pasar khusus (Moneter) yang posisinya sederajat dengan pasar barang dan jasa (Riil). Pasar tersebut adalah pasar keuangan, yang diantaranya adalah pasar Modal, Pasar Uang, pasar Obligasi, dan yang terbaru adalah pasar Derivatif. Dengan bunga sebagai Variabelnya, Pasar Moneter telah memposisikan Uang sebagai komoditi yang diperjual-belikan dengan bunga sebagai harganya. Ia juga memilki tingkat permintaan (level of demand) dan tingkat penawaran (level of supply) tersendiri yang tingkat keseimbangannya di tentukan oleh bunga. Kata kunci: Sektor riil dan sektor moneter, interest, pasar barang dan jasa, dan pasar Uang. 1 Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro Islam smester 4 prodi akuntansi syariah STEI SEBI. 2 Adalah mahasiswa STEI SEBI semester empat, prodi Akuntansi Syariah.

Transcript of Hubungan Sektor Riil Dan Sektor Moneter Dalam Perspektif Islam

Page 1: Hubungan Sektor Riil Dan Sektor Moneter Dalam Perspektif Islam

HUBUNGAN SEKTOR RIIL DAN SEKTOR MONETER

DALAM PERSPEKTIF ISLAM1

Oleh: Gustani2

Abstraksi

Hadirnya bunga (Interest) sebagai jantungnya sistem keuangan dunia saat ini, telah

menciptakan sebuah aktivitas yang khas dalam perekonomian secara keseluruhan. Dengan

karakteristiknya yang menjanjikan suatu keuntungan yang pasti atas suatu uang di masa yang

akan datang (Fixed and Pre-determined return), bunga pastinya akan menimbulkan banyak

konsekwensi-konsekwensi yang begitu mendasar dalam perekonomian. Salah satu konsekwensi

yang timbul karena adanya intrumen bunga adalah munculnya aktivitas atau transaksi moneter

yang direpresentasikan dengan munculnya pasar khusus (Moneter) yang posisinya sederajat

dengan pasar barang dan jasa (Riil). Pasar tersebut adalah pasar keuangan, yang diantaranya

adalah pasar Modal, Pasar Uang, pasar Obligasi, dan yang terbaru adalah pasar Derivatif.

Dengan bunga sebagai Variabelnya, Pasar Moneter telah memposisikan Uang sebagai komoditi

yang diperjual-belikan dengan bunga sebagai harganya. Ia juga memilki tingkat permintaan

(level of demand) dan tingkat penawaran (level of supply) tersendiri yang tingkat

keseimbangannya di tentukan oleh bunga.

Kata kunci: Sektor riil dan sektor moneter, interest, pasar barang dan jasa, dan pasar Uang.

1 Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro Islam smester 4 prodi akuntansi syariah

STEI SEBI.

2 Adalah mahasiswa STEI SEBI semester empat, prodi Akuntansi Syariah.

Page 2: Hubungan Sektor Riil Dan Sektor Moneter Dalam Perspektif Islam

1. Pendahuluan

”Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri

melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.

Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),

sesungguhnya jual-beli itu sama dengan riba .......................”

(QS. Al-Baqarah : 275)

Krisis Keuangan dunia pada akhir-akhir dekade ini, merupakan fenomena yang

membuktikan kepada kita betapa rapuhnya sistem perekonomian dunia. Dan yang sangat

menyakitkan adalah krisis ini terjadi secara berulang-ulang dengan pola permasalahan yang

hampir serupa.

Banyak pakar ekonom dunia yang mencoba menganalisis akar permasalahan dari krisis

ekonomi dunia ini. Radelet dan Sach (1998) membagi lima tipe penyebab krisis keuangan suatu

Negara3, yaitu:

1) Kebijakan ekonomi yang tidak konsisten

2) Kepanikan pasar uang

3) Pecahnya gelembung financial

4) Moral Hazard

5) Ketiadaan aturan baku

Sedang menurut Berg dan kawan-kawan (1999) penyebab krisis keuangan dapat

dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu:

1) Adanya gangguan terhadap fundamental ekonomi (inflasi, pertumbuhan ekonomi dan

neraca pembayaran).

2) Adanya serangan spekulasi (self-fulfilling crisis)

Dari analisa beberapa pakar ekonom diatas dapat kita lihat bahwa sebagian besar

penyebab krisis ekonomi adalah berawal dari kesalahan system yang belaku. System yang

3 Muhammad Hendry Imansyah, Krisis Keuangan di Indonesia Dapatkah diramalkan ?, (Jakarta: PT.Elex Media

Kompotindo,2009), hh. 12-16.

Page 3: Hubungan Sektor Riil Dan Sektor Moneter Dalam Perspektif Islam

berlandaskan pada mekanisme bunga telah membawa peekonomian dunia semangkin tidak

menentu. Setidaknya hal ini di tunjukan oleh terbentuknya pendikotomian antara sector riil dan

sector moneter.

Pakar Manajemen berkaliber dunia, Peter Drucker, sebagaimana dikutip Didin

Damanhuri4, menyebutkan gejala ketidak seimbangan antara sector meneter dan sector riil

sebagai Decopling5, yakni fenomena keterputusan antara maraknya arus Uang (Moneter) dengan

arus barang dan jasa. Ketidakseimbangan tersebut dipicu oleh maraknya kegiatan bisnis

Spekulatif, sehingga dunia terjangkit penyakit Bubble Economic, yakni sebuah perekonomian

yang terlihat sangat besar, namun tidak berisi apa-apa, dan suatu waktu akan meledak dan

beakibat pada krisis ekonomi yang dahsyat.

Menurut data Morgan Stanley6, nilai kredit drivatif pada tahun 1998 hanya Rp500 trilyun,

namun pada Desembar 2002 ditaksir sudah mencapai Rp24.000 Trilyun, suatu kenaikan yang

sungguh luar biasa, yakni sebesar 47.000 persen atau 4700 kali lipat, hanya dalam empat tahun.

Sebuah fenomena yang sangat mengejutkan, padahal transaksi derivative pada umumnya tidak

banyak orang yang faham, karena transaksi ini hanyalah transaksi “maya” yang dikaitkan dengan

aktiva keuangan. Hal inilah yang menyebabkan penggelembungan ekonomi dunia. Dan yang

lebih mengagetkan lagi adalah menurut data dari sebuah NGO asal Amerika Serikat, volume

transaksi yang terjadi di pasar uang (currency speculation dan derivative market) dunia

berjumlah U$1,5 triliun hanya dalam sehari, sedangkan transaksi yang terjadi di dalam

perdagangan dunia di sektor riil hanya mencapai U$6 triliun setiap bulan. Sehingga dengan

empat hari transaksi di pasar uang, sudah sama dengan transaksi di sektor riil selama setahun.

Inilah yang kemudian menciptakan satu kondisi perekonomian gelembung (bubble economic),

suatu kondisi yang melibatkan transaksi keuangan yang besar sekali, namun sesungguhnya tidak

ada isinya karena tidak dilandasi transaksi riil7.

Coba kita lihat perbandingan transaksi sector riil dan sector moneter pada table Indikator

Ekonomi Makro Indonesia 2000-2004 berikut ini.

4 Didin Damanhuri, Ekonomi Berbasis Hutang, Republika, 27 Desember 2002

5 Istilah Decupling sebenarnya baru mulai mencuat pada tahun-tahun belakangan ini. Pada prinsipnya decupling

menggambarkan terjadinya satu pemisahan antara ekonomi beberapa Negara yang dahulunya memiliki keterikatan yang kuat. 6 Republika, 29 Desember 2003

7 Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, Mustafa Edwin dkk, 2006, hal. 249.

Page 4: Hubungan Sektor Riil Dan Sektor Moneter Dalam Perspektif Islam

Dan selanjutnya, permasalahan pun akan semangkin menjadi kompleks dengan adanya

pendikotomian ini. Pasar moneter dengan bunga sebagai instrument pokoknya telah membawa

perekonomian dunia menjadi tidak seimbang, yang akhirnya membawa dampak Globalisasi. Para

ekonom dunia pun telah memikirkan akan hal ini, mereka telah membuat berbagai bentuk teori-

teori dan kebijakan untuk menyeimbangkan antara sector Moneter dan sector Riil dalam sebuah

perekonomian. Di antaranya adalah, golongan Keynessian yang merumuskan keseimbangan

umum (general equilibrium) ekonomi dengan mensyaratkan keseimbangan antara sector Riil dan

sector Moneter, dimana bunga menjadi variabel yang sangat dominan dalam menentukan

keseimbangan tersebut.

Dengan fakta yang bergulir saat ini, mungkinkah perekonomian dunia akan mencapai

titik keseimbangan tersebut? atau mungkinkah antara kedua sector tersebut akan saling

berhubungan dan saling menguatkan ?. Berbagai data statistic telah menunjukan bahwa betapa

tingginya jurang antara kedua sector tersebut, yang akhirnya membawa dampak ketidak stabilan

perekonomian dunia. Lantas bagaimana Ekonomi Islam memandang hal ini ?

Dalam makalah ini, penulis akan mencoba menguraikan secara terperinci mengenai

sector Moneter dan Sector Riil, serta hubungan antara keduanya dalam perpektif Islam. Hal ini

dikarenakan masih dalam tahap pembelajaran. Penulis merasa masih banyak kekurangan dalam

pembahasan ini, oleh karena itu masukan dari pembaca, terutama Pak Hendro Wibowo SEI,

sebagai pengampu mata kuliah Ekonomi Makro Islam, akan sangat berarti guna

menyempurnakan bahasan-bahasan yang sekiranya belum tepat.

2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan di angkat dalam

makalah ini adalah bagaimana hubungan sector Riil dan Sektor Moneter dalam perspektif Islam

?

3. Tujuan Penulisan Makalah

Page 5: Hubungan Sektor Riil Dan Sektor Moneter Dalam Perspektif Islam

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Ekonomi Makro Islam semester empat. Selain itu, penulisan makalah ini juga sebagai bahan

pembelajaran pemakalah dalam upaya peningkatan wawasan keilmuan.

4. Pendekatan dalam Metodologi Penulisan

Penulisan makalah ini menggunakan pendekatan studi literature yang menekankan

pendalaman pada keunggulan dari sistem ekonomi Islam.

5. Landasan Teori

5.1 Sektor Moneter

5.1.1 Kebijakan Moneter

Secara umum Kebijakan moneter diartikan sebagai tindakan pemerintah/Bank Central

untuk mempengaruhi situasi makro yang dilaksanakan oleh pasa uang. Secara lebih khusus,

kebijakan moneter di artikan sebagai tindakan makro pemerintah/bank central dengan cara

mempengaruhi proses penciptaan uang.

Sedang dalam Islam, dasar pemikiran dari kebijakan moneter adalah terciptanya stabilitas

permintaan uang dan mengarahkan permintaan uang tersebut kepada tujuan yang penting dan

produktif. Sehingga, setiap instrument yang mengarahkan kepada instabilitas dan pengalokasian

sumber dana yang tidak produktif akan ditinggalkan.

Dalam teori kebijakan moneter konvensional, instrument kebijakan moneter sebagai

berikut:

1. Politik Diskonto, merupakan suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah/Bank Central

dengan mengambil suatu tindakan merubah-rubah tingkat bunga yang harus dibayar oleh

bank umum yang meminjam.

2. Politik Pasa Terbuka, merupakan kebijakan bank central dalam melakukan suatu tindakan

menjual dan membeli surat-surat berharga.

3. Politik Perubahan Cadangan Minimum, merupakan kebijakan bank central untuk

mempengaruhi jumlah uang yang beredar.

4. Moral Suasion, merupakan kebijakan moneter yang bersifat persuasive moral, yang bertujuan

agar para banker dan pengusaha untuk mematuhi kebijakn bank central.

Page 6: Hubungan Sektor Riil Dan Sektor Moneter Dalam Perspektif Islam

5.1.2 Pasar Uang

Refresentasi dari sector Moneter adalah adanya Pasar uang. Pasar uang adalah tempat

bertemunya permintaan akan dan penawaran akan uang. Pertemuan antara permintaan dan

penawaran akan uang akan menghasilkan harga dari uang itu sendiri. Menurut Keyness, harga

dari uang tersebut adalah tingkat bunga. Penawaran akan uang dianggap ditentukan oleh

pengatur kebijakan moneter (Bank central). Sedang permintaan akan uang menurut Keynes akan

ditentukan oleh tiga motif, yaitu:

a. Motif transaksi

b. Motif berjaga-jaga

c. Motif spekulasi

Secara total, model persamaan permintaan uang menurut Keyness adalah:

Md = Mt + Mp + Mr

Sedang teori yang dikemukan oleh David Home mengatakan bahwa harga barang

berbanding lurus dengan jumlah uang. Jika di formulasikan maka didapat persamaan sebagai

berikut ini:

P = f(M)

Dimana:

P = Harga Barang-barang

M = Jumlah Uang yang beredar

Menurut Metwally, permintaan uang dalam Islam hanya mengenal dua motif, yaitu:

1. Motif bertransaksi dan

2. Motif berjaga-jaga.

Page 7: Hubungan Sektor Riil Dan Sektor Moneter Dalam Perspektif Islam

Dengan ini, dalam islam tidak di kenal motif Spekulasi dalam permintaan uang seperti

yang dikemukan oleh Keyness. Permintaan uang dalam Islam juga dipengaruhi oleh tingkat

pendapatan.

Manajemen permintaan uang dalam Islam adalah manajemen moneter yang efisien dan

adil yang tidak berdasarkan mekanisme suku bunga, tapi menggunakan tiga instrument utama

yaitu:

1. Value jugmement, yang dapat menciptakan suasana yang memungkinkan bagi alokasi dan

distribusi sumber daya keuangan yang sesuai dengan ajaran Islam.

2. Kelembagaan yang terkait dengan kesejahteraan sosial, ekonomi, dan politik.

3. Financial Intermediation yang berdasarkan profit and loss Sharing8.

Sedang menurut Prof. Dr. M. Umer Chapra (1997)9, permintaan uang dalam Islam

muncul dari transaksi dan kebutuhan yang kebanyakan ditentukan oleh tingkat pendapatan dan

distribusinya. Permintaan spekulatif akan uang pada dasarnya dipicu oleh tingkat fluktuasi bunga

dalam perekonomian Kapitalis. Hal inilah yang menyebabkan orang cenderung tetap menyimpan

uang disaat tingkat bunga rendah, namun disaat tingkat bunga tinggi uang akan dilepas.

Penghapusan bunga.

Penghapusan bunga dan kewajiban untuk membayar zakat sebesar 2,5 % setahun dalam

Islam akan meminimalisir atau bahkan akan menghapuskan motif spekulatif akan permintaan

uang. Hal inilah yang akan memberikan stabilitas yang lebih tinggi terhadap permintaan uang.

Hal ini diperkuat oleh sejumlah factor berikut ini:

a. Tidak adanya bunga dalam perekonomian Islam menghadapkan pemilik modal pilihan tidak

mau mengambil resiko dan tetap mempertahankan uangnya dalam bentuk tunai tanpa

imbalan, atau menempuh resiko yang telah diperhitungkan terlebih dahulu dan

menginvestasikannya dalam bentuk kerjasama bagi hasil dengan berupa imbalan.

8 Mugiyati, Instrumen Kebijakan Moneter analisis management Moneter Islami, Al Qanun, Vol.11, No.2, Desember

2008. Hal:418-419 9 Umer Chapra, Al Quran menuju Sistem Moneter yang Adil, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 19970, hh. 165-

166.(Lukman Hakim)

Page 8: Hubungan Sektor Riil Dan Sektor Moneter Dalam Perspektif Islam

b. Akan tersedia peluang-peluang investasi jangka pendek ataupun jangka panjang kepada

semua investor kecil maupun besar yang mau mengambil resiko yang telah diperhitungkan

sebelumnya.

c. Dengan ini para investor menjadi lebih berhati-hati dalam penggunaan uang.

d. Tingkat keuntungan, tidak seperti halnya tingkat bunga, tidak akan ditentukan terlebih

dahulu. Satu-satunya hal yang harus ditentukan terlebih dahulu adalah perbandingan resiko

rugi-laba (profit-Sharing Ratio) dan ini tida akan berfluktuasi sebagaimana yang terjadi pada

bunga. Kalaupun ada perubahan, biasanya ini hanya terjadi setelah adanya tekanan dari pasar

dan itupun setelah proses negoisasi yang panjang. Jika prospek perekonomian membaik,

keuntungan dengan sendirinya akan naik, dengan demikian tidak ada sesuatu yang dapat

diperoleh hanya dengan menunggu.10

5.2 Sektor Riil

5.2.1 Pengertian

Menurut Direktorat keuangan Negara-BAPENAS11

, sector Riil adalah segala bentuk

kegiatan perekonomian yang terkait dengan permintaan agregat (aggregate demand) dan

penawaran agrerat (aggregate supply). Dengan kata lain sector riil adalah kegiatan yang

mengacu pada sector yang memproduksi barang dan jasa melalui pemanfaatan bahan baku dan

factor-faktor produksi lainnya seperti tenaga kerja, tanah, modal, atau peralatan produksi lainnya.

5.2.2 Pasar Barang dan Jasa

Pasar barang dan jasa merupakan refresentasi dari sector Riil. Pasar barang dan jasa pun

memiliki pengertian yang sama dengan pasar uang, yaitu tempat bertemunya penawaran dan

permintaan barang dan jasa. Permintaan barang dan jasa merupakan agregat dari semua

permintaan barang dan Jasa disuatu Negara. Sedang penawaran barang dan jasa adalah semua

barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu Negara12

.

10

Ibid. 11

Leonard Tampubolon, Agenda Penggerak Sektor Riil, direktorat keuangan Negara-BAPENAS, disampaikan pada seminar Nasional dengan tema “Pemerintah Baru dan Percepatan pembangunan Indonesia, dalam rangka Dies Natalis Unpad ke-52, 19 Nov 2009 12

Hurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam pendekatan teoritis, Kencana. Jakarta:2008. Hal 122

Page 9: Hubungan Sektor Riil Dan Sektor Moneter Dalam Perspektif Islam

Seluruh permintaan barang dan jasa dalam suatu Negara diasumsikan merupakan

penjumlahan dari konsumsi, Investasi, dan pengeluaran Pemerintah. Maka persamaannya sebagai

berikut:

Z = C + I + G

Dalam ekonomi konvensional yang menjadikan bunga sebagai penentu besaran investasi

masyarakat, maka persamaanya akan menjadi:

Kurva IS: Y = C (Y-T), I (Y,i) dan G

Dalam Islam, suku bunga diganti dengan mekanisme bagi hasil, sehingga insentif dalam

melakukan investasi adalah besaran bagi hasil. Besaran bagi hasil yang menjadi daya tarik bagi

investor untuk melakukan investasi adalah share dari keuntungan yang dibagi kepada investor

dan pengelola.

5.3 Keseimbangan Pasar Uang dan Pasar Barang (Pendekatan Model IS-LM)

Menurut pemikiran Keynessian, indicator keseimbangan perekonomian adalah konsep

keseimbangan IS-LM, yang mencerminkan keseimbangan Pasar Moneter dan Pasar Riil. IS

adalah akronim dari Investment = Saving, menunjukkan keseimbangan pada pasar barang.

Sedangkan LM adalah akronim dari Liquidity Preference = Money Supply, menunjukkan

keseimbangan di pasar uang. Keseimbangan antara kedua sector tersebut menggunakan variabel

bunga sebagai penyeimbangnya. Berikut ini gambar kurva keseimbangan umum, yang

mencerminkan keseimbangan antara sector riil dan sector moneter.

Page 10: Hubungan Sektor Riil Dan Sektor Moneter Dalam Perspektif Islam

Y

Gambar 1

Kurva Keseimbangan Umum

6. Pembahasan

6.1 Hubungan Sektor Riil dan Sektor Moneter dalam Perspektif Islam

Pendikotomian antara sektor moneter dan sector Riil memang bukan lagi menjadi isu

hangat saat ini, karena hal ini telah terjadi secara tidak disadari oleh banyak kalangan. Bahkan

beberapa pakar ekonomi konvensional telah mengakui bahwa antara sector moneter dan sector

riil tidak ada keterkaitan antara keduanya. Nopirin (1984)13

disebutkan bahwa golongan klasik

konvensional telah percaya bahwa arus uang (moneter) tidak memiliki hubungan dengan sector

Riil. Artinya penambahan uang beredar hanya akan meningkatkan harga saja, tanpa

mempengaruhi jumlah transaksi riil. Jadi, menurut pemahaman klasik konvensional tak ada

hubungan antara sector riil dengan sector moneter, antara keduanya berjalan secara sendiri-

sendiri.

Sedang menurut Golongan Neo-Klasik yang lebih dikenal dengan golongan monetaris

memiliki pandangan yang berbeda dengan pendahulu mereka. Golongan Monetaris

13

Nopirin, Ekonomi Moneter, BPFE Universitas Gadjah Mada, jogyakarta, 1984, pp.74-75

LM

IS

i

Page 11: Hubungan Sektor Riil Dan Sektor Moneter Dalam Perspektif Islam

berpandangan bahwa antara sector riil dan sector moneter ada keterkaitan antara keduanya

selama keadaan ekonomi belum mencapai full employment14

.

Golongan keynessian Konvensional pun memiliki pandangan yang berbeda, mereka

percaya bahwa arus uang (moneter) memiliki pengaruh terhadap sector Riil. Golongan ini

merumuskan bahwa Keterkaitan antara kedua sector tersebut di hubungkan oleh variabel bunga.

Lantaskan lahir sebuah teori ekonomi keseimbangan umum (general equilibrium), dimana bunga

yang menjadi variabel inti dalam menentukan keseimbangan antara sector riil dan moneter15

.

Dalam ekonomi Islam tidak di kenal adanya pendikotomian antara sector Moneter dan

sector Riil. Sebagaimana dalam teori endegeus money, kebijakan moneter hanyalah representasi

dari sector riil (Chouwdury,1986). Sector Moneter dalam definisi ekonomi islam diartikan

sebagai mekanisme pembiayaan transaksi atau produksi di pasar Riil. Jadi, perekonomian Islam

adalah perekonomian yang berbasis pada sector Riil, Khususnya perdagangan. Oleh karenanya,

sector moneter dan sector Riil saling berkaitan dan berhubungan. Penghapusan bunga disatu sisi

dan penerapan loss profit sharing (LPS) disisi lain merupakan built in system yang akan

menghubungkan kedua sector ini. Return on investment (ROI) disektor moneter merupakan

representasi dari ROI di sector riil16

. Hal ini senada dengan perintah Allah SWT, Sebagaimana

firman Allah: “Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan Riba”17

. Dari ayat tersebut

telah tergambar bahwa transaksi jual-beli atau perdagangan merupakan instrument yang

ditekankan dalam ekonomi Islam. Artinya perekonomian Islam adalah perekonomian riil.

Sementara yang dimaksud dengan sector moneter dalam perekonomian Islam, hanyalah aktivitas

yang lebih lebih didominasi oleh kegiatan pengaturan arus kas oleh Negara sebagai penopang

sector riil.

Dalam ekonomi Kapitalis, bunga merupakan jantung dari sector Moneternya, sedang

dalam ekonomi islam, jantung dari sector moneternya adalah sistem bagi-hasil (profit and loss

sharing). Dalam konsep ekonomi syari’ah, jumlah uang yang beredar bukanlah variabel yang

dapat ditentukan begitu saja oleh pemerintah sebagai variabel eksogen. Dalam ekonomi syari’ah,

14

Ali Sakti, Ekonomi Islam jawaban atas kekacauan Ekonomi Modern, Aqsa Publishing. Jakarta: 2007. Hal:257 15

Ibid. 16

MB.hendrie Anto, Kebijakan Moneter dalam Perspektif Islam. Jurnal Solusi, Volume 1, Nomor 1,Tahun 2006. Hal: 83. 17

QS.Al Baqarah:275

Page 12: Hubungan Sektor Riil Dan Sektor Moneter Dalam Perspektif Islam

jumlah uang yang beredar ditentukan dalam perekonomian sebagai variabel endogen, yakni

ditentukan oleh banyaknya permintaan akan uang di sektor riil. Atau dengan kata lain, jumlah

uang yang beredar sama banyaknya dengan nilai barang dan jasa dalam perekonomian.

Kebijakan Moneter dalam Islam akan sangat menentukan hubungan antara sector riil dan

sector Moneter, agar keduanya saling beriringan dan saling menopang sebuah perekonomian.

Dalam sistem moneter konvensional, instrument moneter merupakan alat kebijakan moneter,

yang pada dasarnya ditujukan untuk mengatur uang beredar di masyarakat. instrument bunga

yang dijadikan sebagai pengendali preferensi jumlah uang yang beredar di pasar keuangan.

Ekonomi Islam tidak mengenal istilah Bunga (riba) dalam setiap kebijakannya. oleh karena itu,

dalam kebijakan moneter pun bunga akan absen.

Umar Chapra (1985)18

mengungkapkan tiga sasaran utama dari kebijakan moneter yang

ada dalam sistem ekonomi Islam.

1. Tenaga kerja penuh dan pertumbuhan ekonomi (full employment and economic

growth)

2. Keadilan sosio-ekonomi dan ditribusi pendapatan kekayaan yang merata (socio-

economic justice and equtable distributin income and wealth)

3. Stabilitas nilai uang (stability in the value of money)

Fokus dari arah kebijakan moneter Islam lebih tertuju pada pemeliharaan stabilitas

perputaran sumber daya ekonomi. Sederhananya, para regulator harus memastikan ketersediaan

produk-produk keuangan untuk menyerap potensi-potensi Investasi masyarakat. arah dari

kebijakan moneter Islam adalah sebagai pelengkap dan penyempurna sistem ekonomi Islam yang

berbasis pada perdagangan atau produksi (riil). Aktivitas yang tinggi di bidang perdagangan dan

produksi nantinya akan meningkatkan jumlah uang yang beredar. Dengan inilah antara sector riil

dan moneter saling berkaitan dan berbanding lurus.

Aplikasi dari penerapan kebijakan moneter Islam temporer memang masih hanya sebatas

isu-isu para akademisi. Menurut Ali Sakti (2007)19

sulitnya penerapan moneter Islam,

disebabka: pertama, sector moneter islam memang masih belum berkembang, atau dengan kata

18

M.Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, Gema Insani Press, Jakarta: 2000 19

Ali Sakti, Ekonomi Islam jawaban atas kekacauan Ekonomi Modern, Aqsa Publishing. Jakarta: 2007. Hal:267-268

Page 13: Hubungan Sektor Riil Dan Sektor Moneter Dalam Perspektif Islam

lain sector keuangan Islam masih belum pada tingkat signifikan dan sector keuangan nasional.

Kedua, dikarenakan perkembangan keuangan Islam yang masih ada pada tahap awal, maka para

pakar keuangan Islam masih terus mengembangkannya.

Keuangan Islam pada hakikatnya merupakan gambaran dari aktivitas ekonomi sector riil.

Berikut ini merupakan gambaran Struktur Ekonomi Islam Kontemporer yang menunjukan

adanya hubungan yang sangat kuat antara sector moneter dan sector riil dalam sebuah

perekonomian Islam.

Ms,I,

Tx,Tr Z,If, Sh, Wq

Gambar 2

Struktur Ekonomi Islam Kontemporer

Firms Money

Marke

t

Social Institution Financial Authority

House hold

IFIs

Real

Market

Real Sector Monetery Sector

Page 14: Hubungan Sektor Riil Dan Sektor Moneter Dalam Perspektif Islam

Berdasarkan gambar, terlihat bahwa terdapat perbedaan lingkungan operasional keuangan

Islam, dengan apa yang berlaku di keuangan konvensional. Keuangan Islam akan

menggambarkan aktivitas ekonomi riil yang menggunakan berbagai jenis transaksi seperti

perdagangan dan investasi serta jasa-jasa keuangan. Terlihat bahwa dalam dual economic

System20

, keuangan Islam menjadi penguat aktivitas sector riil yang menyeimbangi sector

moneter. Sedang sector social economi yang di aplikasikan melalui Zakat, Infak, Shadaqah, dan

Waqaf akan semangkin menjadi penguat struktur perekonomian riil. Dari gambar juga dapat

dilihat bahwa bentuk instrument moneter Islam berisi berbagai kebijakan-kebijakan yang akan

memperlancar arus uang ke sector riil atau dengan kata lain akan menekan uang beredar yang

menganggur untuk masuk kesektor riil.

Namun perlu disadari juga bahwa penerapan dual economic system dalam sistem

keuangan dapat saja terjadi fenomena dilematis atau trade off antara keuangan Islam dan

keuangan konvensional terutama ketika porsi keuangan Islam masih sedikit. Sebagai contoh

adalah ketika bank central menaikan suku bunga diatas tingkat bagi hasil di perbankan syariah.

Hal ini akan membuat kontraksi yang cukup berarti di sisi penghimpunan bank syariah jika para

nasabah masih sensitive terhadap kenaikan tingkat suku bunga.

7. Kesimpulan

Sistem perekonomian terbagi kedalam dua sektor, yaitu sektor Moneter dan Sektor Riil.

Disaat sistem bunga belum eksis, sektor riil lah yang mendominasi sistem perekonomian sebuah

Negara, yang direpresentasikan dengan pasar Barang dan Jasa. Namun di saat sistem bunga

sudah menjadi instrument mutlak dari sebuah perekonomian, maka lahirlah sektor moneter

(keuangan) yang direpresentasikan melalui Pasar Uang, dengan bunga sebagai harganya.

Lahirnya pasar uang telah membawa perekonomian dunia pada situasi yang tidak menentu.

Betapa tidak, pasar Uang dengan bunga sebagai Instrumen pentingnya telah membuat Pasar

Barang dan Jasa menjadi lesu, karena aliran uang menumpuk pada sektor Moneter. Sehingga

antara sektor Riil dan Sektor Moneter tejadi pemisahan dan pendikotomian.

20

Dual Economic System adalah penerapan perekomian dalam sebuah Negara dengan menggunakan dua sistem yang berbeda. Dalam hal ini adalah penerapan sistem konvensional dan sistem Syariah secara bersamaan.

Page 15: Hubungan Sektor Riil Dan Sektor Moneter Dalam Perspektif Islam

Dalam perekonomian Islam tidak memandang bunga dalam seluruh aktivitasnya.

Absenya bunga digantikan oleh sistem berbasis profit and loss sharing (PLS). mekanisme kerja

PLS adalah representasi dari aktivitas usaha kemitraan yang berbasis sektor Riil. Oleh karena itu,

dalam ekonomi Islam seluruh kegiatan ekonominya selalu berdasarkan pada kondisi riil. Namun

bukan berarti Islam menafikan sektor Moneter. Sektor Moneter tidaklah independen terhadap

perubahan-perubahan di sektor riil. Keduanya akan berintegrasi dalam satu kesatuan, sektor riil

akan menentukan level keseimbangan sektor moneter, namun bukan berarti pergerakan sektor

riil disebabkan oleh sektor moneter. Oleh karena itu antara keduanya akan saling menguatkan

dan saling berhubungan, sehingga sektor moneter bukanlah variable bebas yang berdiri sendiri.

8. Daftar Pustaka

1. Ali Sakti, Ekonomi Islam jawaban atas kekacauan Ekonomi Modern, Aqsa Publishing.

Jakarta: 2007

2. Adiwarman karim, Ekonomi Makro Islam, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta:2008

3. M.Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, Gema Insani Press, Jakarta: 2000

4. MB.hendrie Anto, Kebijakan Moneter dalam Perspektif Islam. Jurnal Solusi, Volume 1,

Nomor 1,Tahun 2006. Hal: 83.

5. Nopirin, Ekonomi Moneter, BPFE Universitas Gadjah Mada, jogyakarta, 1984

6. Hurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam pendekatan teoritis, Kencana. Jakarta:2008

7. Leonard Tampubolon, Agenda Penggerak Sektor Riil, direktorat keuangan Negara-

BAPENAS, disampaikan pada seminar Nasional dengan tema “Pemerintah Baru dan

Percepatan pembangunan Indonesia, dalam rangka Dies Natalis Unpad ke-52, 19 Nov

2009

8. Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, Mustafa Edwin dkk, 2006

9. Muhammad Hendry Imansyah, Krisis Keuangan di Indonesia dapatkah diramalkan ?, PT

Elex Media Kompotindo, Jakarta:2009