HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR … · HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN DENGAN...
Transcript of HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR … · HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN DENGAN...
HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI
BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT)
DAN SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN)
(Penelitian di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor)
NADIA JA’FAR ABDAT
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007
HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI
BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT)
DAN SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN)
(Penelitian di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor)
NADIA JA’FAR ABDAT
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007
SURAT PERNYATAAN
Bersama ini saya :
Nama Lengkap : Nadia Ja’far Abdat
N R P : P.051040031
Program Studi : Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul : HUBUNGAN PROSES
PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH
DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) DAN SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN)
(Penelitian di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor), adalah benar
merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua
sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Februari 2007
Yang Menyatakan :
Nadia Ja’far Abdat
Judul Tesis : Hubungan Proses Pembelajaran dengan Prestasi Belajar
Siswa di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) dan
Sekolah Dasar Negeri (SDN)
(Penelitian di SDIT Ummul Quro’ dan SDN Sukadamai
3 Bogor).
N a m a : Nadia Ja’far Abdat
N R P : P.051040031
Program studi : Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN)
Menyetujui :
Komisi Pembimbing
Ir. Ismail Pulungan, M.Sc Prof. Dr. Didin Hafidhuddin, MS
Ketua Anggota
Mengetahui :
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana
Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Dr. Ir. Amri Jahi, M.Sc Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc
Tanggal Ujian : 24 Agustus 2006 Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Solo, pada tanggal 16 Agustus 1968, sebagai anak
ketujuh dari sembilan bersaudara dari ayah Ja’far Ali Abdat dan Ibu Badriyah
Umar Abdat.
Penulis telah menikah dengan Yunus Ahmad Abdat, SE pada tahun 1995
dan telah dikaruniai 1 putri, Amani Karimah (10 tahun) dan 2 putra, Miqdad (7
tahun) dan Ammar Muhammad (5 tahun).
Pendidikan Sarjana (S1) ditempuh di Fakultas Tarbiyah Jurusan
Pendidikan Islam Univeritas Ibn Khaldun Bogor, lulus pada tahun 1992.
Kesempatan menempuh pendidikan Pascasarjana (S2) pada Program Studi Ilmu
Penyuluhan Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
(IPB) diperoleh pada tahun 2004, dengan bantuan biaya dari Beasiswa Pendidikan
Pascasarjana (BPPS) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Provinsi Jawa Barat.
Penulis adalah sebagai dosen Psikologi Pendidikan pada Universitas Ibn
Khaldun (UIKA) Bogor sejak 1993 sampai sekarang.
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan karunia dan
petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis berjudul : “Hubungan
Proses Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Siswa di Sekolah Dasar Islam
Terpadu (SDIT) dan Sekolah Dasar Negeri (SDN) (Penelitian di SDIT
Ummul Quro dan di SDN Sukadamai 3 Bogor), sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Penyuluhan
Pembangunan (PPN) Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Tesis ini terselesaikan atas dukungan, bantuan dan doa dari berbagai
pihak. Untuk itu ucapan terima kasih yang tulus ingin penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Ir. Ismail Pulungan, MSc, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
Bapak Prof. Dr. Didin Hafidhuddin, MS, selaku Anggota Komisi
Pembimbing.
2. Bapak Dr. Ir. Amri Jahi, MSc, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Penyuluhan Pembangunan.
3. Departemen Pendidikan Nasional, c.q. Dirjen Dikti Provinsi Jawa Barat
yang telah memberikan bantuan biaya BPPS penuh selama penulis
menjadi mahasiswa di Sekolah Pascasarjana IPB.
4. Keluarga Besar Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, mulai dari
Rektor, Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) beserta jajarannya, hingga
seluruh staf di FAI UIKA.
5. Kepala Sekolah SDIT Ummul Quro, Bapak Moh. Furqon Zahidi, S.S dan
Bapak Ari Ariansyah selaku Wakasek, Kepala Sekolah SDN Sukadamai 3
Bogor, Bapak Drs. Pipip Rosida beserta seluruh jajarannya.
6. Suami, Yunus Ahmad Abdat, SE dan putra-putri tercinta yang telah
memberikan dukungan yang tak terhingga.
7. Ayahanda, Ja’far Ali Abdat dan Ibunda, Badriyah Umar Abdat, kakanda
dan adinda semuanya serta Ibunda mertua, Ibu Nuraini Nurdin, atas
motivasinya, dukungan moril dan materil serta doanya yang senantiasa
mengiringi perjalanan pendidikan penulis.
8. Sahabat-sahabat di PPN, yang telah turut serta menyumbangkan tenaga
dan pikirannya demi lancarnya perkuliahan sampai terselesaikannya tesis
ini yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.
Semoga Allah SWT mencatat kebaikannya sebagai amal sholeh dan
memberikan balasan dengan kebaikan yang lebih banyak dari apa yang telah
diberikannya kepada penulis.
Terakhir, meskipun tesis ini masih jauh dari sempurna, tetapi mudah-
mudahan dapat memberi sedikit manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Atas segala kekurangan dan kekhilafan penulis menyampaikan permohonan maaf
yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat-Nya
bagi kita semua, amin.
Bogor, Februari 2007
Penulis
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya
dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya
Persembahan :
Tertulis bagi putra putri belahan jiwaku : Amany, Miqdad dan Ammar
Semoga Allah SWT senantiasa melindungi Dan dijadikan dadamu penuh iman,
Kepalamu penuh ilmu. Serta di sekujur tubuhmu penuh amal.
Amiin.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………………………….…………………. i
DAFTAR TABEL ……………………………………………….… vi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………........ ix
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………........ x
PENDAHULUAN
Latar belakang ……………………………………………... 1
Masalah Penelitian ……………………………………… 5
Tujuan Penelitian …………………………………….…….. 6
Kegunaan Penelitian ……………………………………….. 7
Definisi Istilah …………………………………………....... 8
TINJAUAN PUSTAKA Proses Pembelajaran ……………………………………….. 11
Karakteristik Anak Sekolah Dasar ….……………………… 19
Faktor-faktor Yang mempengaruhi Prestasi Belajar…..….... 21
Umur ……………………………………………………….. 24
Jenis Kelamin ………………………………………………. 25
Minat ………………………………………………………. 26
Motivasi ……………………………………………………. 28
Pendidikan Dalam Keluarga ……………………………...... 31
Kompetensi Guru ………………………………………….. 32
Prestasi Belajar …………………………………………...… 36
KERANGKA BERFIKIR ……………………………………….. 43
METODOLOGI PENELITIAN Populasi dan Sampel ….………………………………….. 46
Rancangan Penelitian ….…………………………………… 47
Data dan Instrumentasi …………………………………….. 48
Pengumpulan Data ………………..………………………… 52
Analisis Data ……………………………………………….. 53
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Sekolah Dasar Islam Terpadu …………… 54
Sekolah Dasar Negeri Sukadamai 3 Bogor ………….……… 60
Proses Pembelajaran ………………………………………… 64
Faktor-faktor Internal Siswa Sekolah Dasar ……...……….. .. 71
Faktor-faktor Eksternal Siswa Sekolah Dasar …………...... 74
v
Prestasi Belajar Siswa
Prestasi Kognitif Siswa …………………………………………. 77
Prestasi Afektif Siswa …………………………………………... 80
Prestasi Psikomotor Siswa ………………………………… …… 81
Hubungan Antara Faktor Internal Dengan Prestasi Belajar Siswa
DI SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 ……......……. 82
Umur ………………………………………………………… 83
Jenis Kelamin ………………………………………………...
Minat …………………………………………………………
Motivasi ………………………………………………………
Hubungan Antara Faktor Eksternal Dengan Prestasi Belajar Siswa
Di SDIT Ummul Quro dengan SDN Sukadamai 3 Bogor …… 92
Jarak Antara Rumah dan Sekolah …………………………….
Tingkat Pendidikan Ayah …………………………………….
Tingkat Pendidikan Ibu ……………………………………….
Pekerjaan Ayah ……………………………………………….
Status Ekonomi Keluarga …………………………………….
PEMBAHASAN ....................................................................................... 105
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ………………………………………………………… 107
Saran …………………………………………………………….. 108
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 109
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian………………………………… 46
2 Peubah, Indikator dan Pengukurannya………………………………….. 48
3 Perbandingan Struktur Kurikulum Diknas dan SDIT Ummul Quro (UQ) 57
4 Prestasi Tahfidzul Qur’an di SDIT Ummul Quro……………………… 58
5 Peningkatan Jumlah Siswa SDIT Ummul Quro………………………… 59
6 Prestasi Penunjang Siswa SDIT Tiga Tahun Terakhir………………….. 60
7 Peningkatan Jumlah Siswa SDN Sukadamai 3 …………………………. 62
8 Prestasi Penunjang Siswa SDN Sukadamai 3…………………………... 64
9 Perbedaan Proses Pembelajaran antara SDIT Ummul Quro
dengan SDN Sukadamai 3…………………………………………….. 65
10 Latar Belakang Pendidikan dan Kesesuaian Bidang Ajar
Pada Guru di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3…………….. 66
11 Keikutsertaan Dalam Pelatihan Guru SDIT Ummul Quro
dan SDN Sukadamai 3…………………………………………………. 67
12 Keterampilan guru dan keterlaksanaan dalam menyusun
rencana dan mengelola proses pembelajaran di SDIT Ummul Quro
dan SDN Sukadamai 3………………………………………………….. 68
13 Jumlah Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3
Berdasarkan Umur................................................................................... 72
14 Jumlah Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3
Berdasarkan Jenis Kelaminnya................................................................ 72
15 Minat Belajar Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3........... 73
16 Motivasi Belajar Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3....... 74
17 Jarak Antara Rumah dengan Sekolah Siswa SDIT Ummul Quro
dan SDN Sukadamai 3.............................................................................. 75
18 Tingkat Pendidikan Ayah dan Ibu Di SDIT Ummul Quro
dan SDN Sukadamai 3.............................................................................. 75
19 Pekerjaan Ayah di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............... 76
20 Status Ekonomi Keluarga Siswa Di SDIT Ummul Quro
dan SDN Sukadamai 3.............................................................................. 77
21 Tabel Kontingensi Nilai TUC di SDIT Ummul Quro
dan SDN Sukadamai 3…………………………………………………. 81
vii
22 Prestasi Kognitif TUC Ujian Nasional
di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3………………………….. 79
23 Nilai Rata-Rata TUC di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3…… 79
24 Penilaian Guru Terhadap Akhlak Siswa SDIT Ummul Quro
dan SDN Sukadamai 3 Selama Proses Pembelajaran ………………….. 81
25 Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3.... 82
26 Hubungan antara Umur dengan Prestasi Kognitif Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 83
27 Hubungan antara Umur dengan Prestasi Afektif Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 84
28 Hubungan antara Umur dengan Prestasi Psikomotor Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 84
29 Distribusi Jenis Kelamin Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3.......................................... 85
30 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Prestasi Kognitif Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 86
31 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Prestasi Afektif Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 87
32 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Prestasi Psikomotor Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 87
33 Hubungan antara Minat dengan Prestasi Kognitif Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 88
34 Hubungan antara Minat dengan Prestasi Afektif Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 89
35 Hubungan antara Minat dengan Prestasi Psikomotor Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 89
36 Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi Kognitif Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 90
37 Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi Afektif Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 91
38 Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi Psikomotor Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 91
viii
39 Hubungan antara Jarak Rumah dan Sekolah dengan Prestasi Kognitif
Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3...................................... 92
40 Hubungan antara Jarak Rumah dan Sekolah dengan Prestasi Afektif
Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3...................................... 93
41 Hubungan antara Jarak rumah dan Sekolah dengan Prestasi
Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3.................. 93
42 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ayah dengan Prestasi Kognitif
Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3..................................... 94
43 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ayah dengan Prestasi Afekitif
Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3..................................... 95
44 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ayah dengan Prestasi
Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3................... 96
45 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Prestasi Kognitif Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 97
46 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Prestasi Afektif Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 98
47 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Prestasi Psikomotor
Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3.................................... 99
48 Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Prestasi Kognitif Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 100
49 Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Prestasi Afektif Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3.............................................. 100
50 Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Prestasi Psikomotor Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 101
51 Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan Prestasi
Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3...................... 102
52 Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan Prestasi
Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3........................ 103
53 Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan Prestasi
Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3................. 103
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Proses Pembelajaran …………………………………………… 15
2 Proses Mencapai Prestasi ……………………………………… 40
3 Kerangka Berfikir tentang Hubungan Proses Pembelajaran
Dengan Prestasi Belajar Siswa ………………………………… 45
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran ……………………………. 113
2 Lembar Pengamatan dan Penilaian Keterampilan Guru dalam
Menyusun Rencana Pengajaran ………………………………………. 114
3 Lembar Pengamatan dan Penilaian Keterampilan Melaksanakan
Prosedur Mengajar …….……….………………………………………. 115
4 Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran ……………………………….. 117
5 Daftar Riwayat Pendidikan dan Pelatihan Guru…………………….…. 122
6 Kuesioner untuk siswa ………………………………………………… 126
7 Kuesioner untuk guru ………………………………………………….. 131
PENDAHULUAN
Latar Belakang
“Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang sangat
penting”. Semua orang dari kalangan mana pun akan membenarkan pernyataan
ini. Berbekal pendidikan yang memadai dan seimbang antara unsur-unsur jasmani
dan rohani, duniawi dan ukhrowi, manusia akan dapat mengembangkan potensi
(fitrah) dirinya yang telah dianugrahkan oleh Allah SWT guna meningkatkan
harkat dan martabatnya.
Konferensi Pendidikan Islam Dunia I di Mekkah pada tahun 1977
merekomendasikan bahwa pendidikan harus dapat melayani seluruh pertumbuhan
manusia dalam segala aspek seperti spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmu
pengetahuan, bahasa, baik secara individu maupun secara kolektif dan memotivasi
semua aspek tersebut terhadap kebaikan pencapaian kesempurnaan (Autumn
Issue,1988:i)
Undang-Undang SISDIKNAS 2003 juga mengamanatkan hal yang senada.
Pada bab II pasal 3 dinyatakan sebagai berikut :
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
Untuk mencapai target hasil pendidikan yang sempurna dan bermartabat,
keseimbangan antara kebutuhan fisik dan non-fisik, duniawi dan ukhrowi sangat
perlu diperhatikan. Hasil Konferensi Pendidikan Islam Dunia dan amanat UU
SISDIKNAS di atas sejalan dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Mujadalah :
11 yang artinya : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan
berilmu pengetahuan beberapa derajat”.
Selain seimbang harus pula diperhatikan bahwa hendaknya pendidikan dapat
dimulai sejak dini . Manusia mengalami proses pendidikan berlangsung sejak dari
buaian sampai mendekati waktu ajalnya (life long education) yang dilihat dari segi
2
kehidupan masyarakat dapat dikatakan sebagai sebuah proses yang tanpa akhir
(Arifin, 1987:33 ).
Sebagai aktivitas yang memerlukan waktu yang panjang, proses pendidikan
erat hubungannya berbagai faktor, baik internal dari dalam diri peserta didik
maupun eksternal. Proses pembelajaran, sumber daya manusia (pendidik), serta
lingkungan merupakan sebagian dari faktor-faktor pendukungnya. Proses ini harus
diterapkan di semua lingkungan tempat seorang anak tumbuh dan berkembang
yang dimulai dari pendidikan keluarga (informal), pendidikan sekolah (formal),
serta pendidikan di masyarakat (non-formal).
Keluarga merupakan institusi utama yang memiliki peran penting dalam
proses tumbuh kembang anak. Lingkungan fisik dan psikis yang diciptakan oleh
orang tua dibutuhkan sebagai pendukung keberhasilan belajar siswa. Di sekolah,
proses pembelajaran perlu memperhatikan segala sesuatu yang berada dari dalam
diri siswa (internal) maupun yang berada di luar diri siswa (eksternal). Faktor
internal siswa, baik fisik maupun psikis merupakan faktor utama, sedangkan
faktor eksternal yang sangat urgen dalam aktivitas pembelajaran seperti metode
dan media yang relevan serta fasilitas yang memadai pun perlu diperhatikan.
Selain hal tersebut dibutuhkan juga pendidik yang memiliki kompetensi
keilmuan, sikap dan keterampilan yang sesuai kebutuhan dan didukung oleh
peranserta keluarga dan masyarakat dalam hal pengamalan dan pemanfaatan
pengetahuan yang telah dicapai.
Pada kenyataannya tidak semua proses pendidikan berjalan baik serta
menghasilkan manusia yang bermartabat. Berbagai kendala dihadapi seiring
dengan laju perkembangan arus informasi dan globalisasi di segala bidang
kehidupan. Di satu sisi perkembangan arus informasi dan globalisasi membawa
dampak positif yaitu mempercepat perkembangan aspek kognitif serta
membangun fasilitas yang semakin canggih. Namun di sisi lain perkembangan
yang terlepas dari nilai-nilai dan norma agama, budaya serta moral bangsa
memberi dampak negatif dalam tindakan dan perilaku manusia.
Beberapa kendala dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia saat ini yaitu
menyangkut kendala teknis operasional. Penelitian Nasional Pendidikan (PNP)
pada tahun 1969 yang beranggotakan sekitar 100 pakar pendidikan Indonesia
3
berhasil mengidentifikasi adanya delapan masalah pendidikan yang harus
menjadi perhatian yaitu sebagai berikut: (1) kebijakan pendidikan, (2)
perkembangan anak Indonesia, (3) guru, (4) relevansi pendidikan, (5) mutu
pendidikan, (6) pemerataan pendidikan, (7) manajemen pendidikan, dan (8)
pembiayaan pendidikan. Namun, setelah lebih dari 30 tahun penelitian tersebut
berlalu, upaya untuk melakukan perubahan belum banyak membuahkan hasil
(Tilaar, 2004:1).
Atas dasar permasalahan pendidikan di atas yang di antaranya adalah
perkembangan anak, guru, dan mutu pendidikan, maka tindakan operasional yang
dapat dilakukan adalah menyangkut peningkatan kualitas SDM. Pengelolaan
proses pembelajaran yang di antaranya adalah ketepatan dalam pemilihan metode
dan media pembelajaran, serta isi materi pelajaran, yang dapat membangun
seluruh aspek mental, spiritual serta psikomotor peserta didik sebagai bentuk
operasional dari pencapaian tujuan pendidikan yang holistik, mutlak diperlukan.
Untuk menyelenggarakan pendidikan yang holistik tersebut, diperlukan
proses pembelajaran yang dapat mengintegrasikan seluruh aspek dalam
pendidikan yang meliputi kognitif, afektif yang berlandaskan nilai-nilai dalam
ajaran agama, serta psikomotor siswa dalam satu kesatuan. Keberadaan sumber
daya manusia (pendidik) yang dapat menguasai keterpaduan tersebut sangat
dibutuhkan. Peran guru yang dapat menyentuh nilai-nilai moral yang terkandung
dalam setiap mata pelajaran dan mengkaitkannya dengan keimanan, akhlak serta
ibadah sangat diperlukan sebagai wujud usaha untuk mencapai tujuan Pendidikan
Nasional.
Untuk itu perlu disiapkan guru-guru yang memiliki kompetensi keilmuan
serta keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT sehingga dapat menjalin
keterpaduan ilmu dalam satu kesatuan proses pembelajaran yang akan
menghasilkan para siswa yang beriman dan berilmu pengetahuan serta memiliki
sikap dan keterampilan yang positif dalam mengembangkan ilmunya pada masa
yang akan datang.
Kenyataan yang berkembang saat ini, usaha untuk menerapkan keterpaduan
proses pembelajaran baru diselenggarakan oleh sebagian kecil lembaga-lembaga
pendidikan khususnya lembaga swasta yang dikenal dengan Sekolah Islam
4
Terpadu. Lembaga-lembaga ini berusaha memadukan nilai-nilai moral, keimanan
dan ketakwaan dalam setiap mata pelajaran sehingga dapat mencapai hasil
pembelajaran yang optimal. Sedangkan di sekolah umum pelajaran agama masih
diberikan secara terpisah dengan jumlah 3 jam pelajaran dalam sepekan.
Berdasarkan kenyataan di atas, seperti apakah hasil yang dicapai oleh siswa
di sekolah dengan suasana yang berbeda ? Maka penelitian ini diarahkan untuk
melihat perbedaan proses pembelajaran antara di SDIT dengan di SD Negeri serta
hubungan faktor-faktor internal dan eksternal siswa dengan prestasi belajar siswa,
baik prestasi akademik (kognitif dan psikomotor), maupun non-akademik
(afektif).
5
Masalah Penelitian
Berlangsungnya proses pembelajaran tidak akan pernah terlepas dari lima
faktor pendidikan yaitu : (1) faktor tujuan , (2) faktor pendidik, (3) faktor anak
didik, (4) faktor alat, dan (5) faktor lingkungan. Sehubungan dengan itu, untuk
mengetahui target pencapaian hasil belajar siswa tidak dapat dilakukan hanya
dengan cara melihat salah satu faktor di atas, tetapi harus secara keseluruhan.
Untuk mencapai tujuan jangka panjang seperti yang diamanatkan oleh UU
SISDIKNAS 2003 bab II pasal 3, langkah-langkahnya harus dimulai sejak dini,
yaitu perumusan tujuan serta penyelenggaraan proses pembelajaran yang
mengarah kepada pencapaian tujuan tersebut. Selain itu harus diperhatikan faktor-
faktor internal siswa baik fisik maupun psikis, serta faktor-faktor eksternal yaitu
peranserta serta keadaan keluarga sebagai lingkungan yang terdekat dengan siswa,
metode dan media pembelajaran serta interaksi antara siswa dengan guru.
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas maka dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan proses pembelajaran antara di Sekolah Dasar Islam
Terpadu (SDIT) dengan Sekolah Dasar Negeri (SDN) ?
2. Adakah perbedan prestasi belajar antara siswa di SDIT dengan di SDN ?
3. Bagaimana hubungan antara faktor-faktor internal siswa SD terhadap
prestasi belajar ?
4. Bagaimana hubungan antara faktor-faktor eksternal dengan prestasi
belajar siswa ?
6
Tujuan Penelitian
Dalam dunia pendidikan, usaha untuk mencapai hasil terbaik dapat
dilakukan melalui proses pembelajaran yang baik dengan memperhatikan
perbedaan karakteristik internal yang dimiliki oleh setiap anak.
Proses pembelajaran berlangsung di bawah kendali setiap guru. Kebijakan
guru untuk mendesain pembelajaran merupakan perwujudan dari kompetensi yang
dimiliki oleh masing-masing guru tersebut. Kompetensi guru sebagai pengelola
proses pembelajaran ini, akan mengantarkan siswa mencapai hasil belajar yang
diharapkan.
Sehubungan dengan itu maka penelitian ini ditujukan untuk memperoleh
gambaran yang lebih jelas mengenai proses pembelajaran yang berlangsung di
Sekolah Dasar Islam Terpadu dan Sekolah Dasar Negeri yang tidak terlepas dari
unsur internal siswa, unsur guru, serta peranserta orang tua. Secara lebih spesifik
penelitian ini bertujuan sebagai berikut :
(1) Menemukan perbedaaan proses pembelajaran antara di Sekolah Dasar
Islam Terpadu (SDIT) dengan Sekolah Dasar Negeri (SDN)
(2) Melihat perbedaan prestasi belajar antara siswa di SDIT dengan di SDN
(3) Menemukan hubungan antara faktor-faktor internal anak SD dengan
prestasi belajar
(4) Menemukan hubungan antara faktor-faktor eksternal dengan prestasi
belajar siswa
7
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan sumbangan
bagi kemajuan pendidikan khususnya di lingkungan tempat dilaksanakannya
penelitian. Secara umum penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan
pertimbangan bagi penentu kebijakan dalam usaha-usaha perbaikan kualitas
pendidikan di Indonesia.
Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan
andil yang besar terhadap hal-hal berikut ini :
(1) Bagi guru, dapat memberi masukan tentang seberapa jauh faktor-faktor
internal dan eksternal siswa berhubungan dengan prestasi belajar siswa,
sehingga dapat menjadi motivasi dalam usaha meningkatkan kualitas
proses pembelajaran.
(2) Bagi lembaga-lembaga pendidikan, dapat memberi masukan dalam
memilih pendekatan belajar yang sesuai dengan kebutuhan, karakteristik
dan tingkat perkembangan peserta didik.
(3) Bagi para penyelenggara Pendidikan Keguruan, dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam usaha pengembangan kompetensi guru yang sesuai
dengan kebutuhan.
(4) Bagi masyarakat khususnya orang tua diharapkan dapat memberikan
wawasan tentang dukungan yang dapat diberikan kepada siswa dalam
usaha meningkatkan prestasi belajarnya
(5) Bagi pemerintah, dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam
penentuan kebijakan-kebijakan dalam usaha meningkatkan kualitas SDM
Pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
8
Definisi Istilah
Untuk memberikan batasan yang jelas dan memudahkan pengukuran maka
perlu dibuat definisi istilah yang akan dipergunakan dalam pengumpulan data
pada penelitian ini. Istilah yang penting untuk diberikan definisi adalah yang
berkaitan dengan variabel-variabel penelitian sesuai dengan tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Proses pembelajaran yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam
penyelenggaraan sebuah kegiatan pembelajaran yang dimulai dari pelaksanaan
appersepsi sampai kepada evaluasi. Proses pembelajaran yang menjadi
pembahasan dalam penelitian ini meliputi :
1) Tujuan Pembelajaran : adalah perumusan target yang ingin dicapai
setelah proses pembelajaran berakhir.
2) Appersepsi : adalah suatu kegiatan di awal kegiatan pembelajaran yang
mencoba mengkaitkan antara materi yang telah diberikan dengan materi
yang akan diberikan berikutnya.
3) Metode pembelajaran : adalah cara atau stategi yang digunakan guru
dalam menyampaikan pelajaran
4) Media pembelajaran : adalah alat-alat pendukung yang digunakan guru
dalam menyampaikan pelajaran
5) Interaksi antara siswa dengan guru, adalah suasana interaksi antara siswa
dengan guru yang terjadi di dalam sebuah proses pembelajaran.
2. Faktor internal siswa yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri siswa baik
fisik maupun psikis. Faktor fisik meliputi :
1) Umur, adalah satuan usia dalam tahun yang dihitung sejak lahir sampai
siswa duduk di kelas VI Sekolah Dasar.
2) Jenis kelamin, perbedaan jenis kelamin antara siswa laki-laki dan
perempuan
Faktor psikis yang memiliki hubungan secara langsung terhadap prestasi
belajar yaitu:
1) Minat ialah kecenderungan siswa terhadap suatu obyek atau materi
pelajaran tertentu
9
2) Motivasi ialah dorongan yang dimiliki oleh siswa sehingga mau
melakukan suatu kegiatan
3. Faktor eksternal siswa yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, meliputi :
1) Jarak antara rumah dan sekolah, jauhnya jarak yang ditempuh siswa dari
rumah ke sekolah dalam kilometer.
2) Pendidikan orang tua, merupakan latar belakang tingkat pendidikan orang
tua yaitu ayah dan ibu. Dikelompokkan menjadi 3 kategori berdasarkan
ketentuan Dinas Pendidikan yang tertera dalam UU Sisdiknas No 2 tahun
1989 yaitu :
• Pendidikan Dasar ( setingkat SD dan SMP )
• Pendidikan Menengah ( setingkat SMA )
• Pendidikan Tinggi ( Diploma dan Sarjana )
3) Pekerjaan ayah, bidang pekerjaan yang dijalankan oleh ayah
4) Status ekonomi keluarga, adalah kemampuan ekonomi keluarga dalam
kehidupan sehari-hari berdasarkan jenis pekerjaan orang tua.
4. Prestasi belajar siswa ialah kemampuan akademik dan non akademik yang
dimiliki oleh siswa yang ditunjukkan dalam hasil belajar. Prestasi belajar
meliputi tiga domain yaitu :
1) Prestasi kognitif ialah kemampuan intelektual seseorang yang
ditunjukkan melalui prestasi akademik yang dicapai. Prestasi yang
dimaksud adalah hasil Tes Uji Coba (TUC) Ujian Nasional ditambah
pelajaran Pendidikan Agama Islam :
(1) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
(2) Bahasa Indonesia (BI)
(3) Matematika (Mtk)
(4) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
(5) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
(6) Pendidikan Agama Islam (PAI)
2) Prestasi afektif ialah kemampuan seseorang untuk menentukan
sikap/penilaian terhadap suatu hal berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang dimilikinya. Indikator yang digunakan adalah :
(1) Mentaati tata tertib kelas
10
(2) Menjaga kebersihan
(3) Mampu belajar bersama
(4) Bersikap sopan
(5) Aktif selama KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
(6) Merapikan perlengkapan sendiri
(7) Belajar dengan tekun
(8) Berkata dengan baik
(9) Menyelesaikan tugas tepat waktu
(10) Mampu mengendalikan marah
3) Prestasi psikomotor merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan
gerakan atau keterampilan berdasarkan kematangan atau pengetahuan
yang dimilikinya. Indikator yang digunakan adalah nilai dalam bidang
studi Kerajinan Tangan dan Kesenian (KTK).
TINJAUAN PUSTAKA
Proses Pembelajaran
Dalam Ketentuan Umum UU Sisdiknas 2003 pasal 1 nomor 20 dinyatakan
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran dalam konteks
pendidikan formal merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam
penyelenggaraan proses belajar mengajar mulai dari perencanaan sampai kepada
evaluasi.
Rangkaian kegiatan tersebut meliputi tujuan yang dirumuskan dalam standar
kompetensi dan indikator pencapaian, penentuan materi pembelajaran, kegiatan
belajar mengajar, pemilihan metoda dan media yang akan digunakan, waktu yang
dibutuhkan serta evaluasi pembelajaran.
Hal penting yang harus diperhatikan dalam berlangsungnya proses belajar
adalah kondisi internal siswa yang meliputi fisik dan psikis serta terjalinnya
interaksi antara guru dengan siswa. Dalam interaksi ini peranan guru sebagai figur
utama di sekolah sangat besar karena kedudukannya sebagai orang dewasa lebih
memiliki pengalaman, lebih memahami nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan.
Peranan siswa sebagai peserta didik lebih banyak menerima pengaruh dan sebagai
pengikut.
Najati (2000:174-205) mengemukakan bahwa metode belajar dalam Al-
Qur’an meliputi peniruan, pengalaman praktis serta berfikir, sedangkan prinsip-
prinsip belajar dalam Al-Qur’an meliputi 6 hal yaitu dorongan (motivasi),
pengulangan, perhatian, partisipasi aktif (active learning), distribusi belajar
(tenggang waktu untuk beristirahat) serta bertahap dalam merubah perilaku
(proses belajar bukanlah suatu pekerjaan yang instant). Dalam hal peniruan,
orang tua/pendidik merupakan figur utama yang akan dijadikan panduan oleh
anak didik dalam bertindak dan berperilaku, sehingga perilaku orang tua/pendidik
merupakan ujung tombak bagi pembentukan perilaku anak didik.
Bandura (1977:11-12) mengemukakan bahwa proses belajar meliputi
kegiatan yang terjadi melalui reciprocal interaction (hubungan timbal balik),
modeling (peniruan) dari orang dewasa kepada peserta didik, serta vicarious
12
experience (pengalaman melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain). Lebih
jauh Bandura dan Walters (Mustafa,2005:1)) menyarankan bahwa kita belajar
banyak perilaku melalui peniruan, bahkan tanpa adanya penguat (reinforcement)
sekalipun yang kita terima. Kita bisa meniru beberapa perilaku hanya melalui
pengamatan terhadap perilaku model, dan akibat yang ditimbulkannya atas model
tersebut. Proses belajar semacam ini disebut "observational learning" -
pembelajaran melalui pengamatan. Di sinilah letak peran penting orang tua dan
guru sebagai teladan dan figur terbaik bagi anak-anak didiknya.
Berbeda dengan Bandura, Bloom (Winkle, 1987:170) mengemukakan
bahwa proses belajar tidak hanya melalui peniruan tetapi banyak aspek lain dari
individu yang menjadi kekuatan untuk belajar. Bloom menyatakan bahwa proses
pertumbuhan dan perkembangan manusia didukung oleh berbagai kemampuan
atau aspek-aspek kepribadian yang dimiliki oleh setiap manusia yaitu aspek
kognitif meliputi pengetahuan, penerapan, pemahaman, analisa sintesa dan
evaluasi; aspek afektif yang mencakup penerimaan, partisipasi, penentuan sikap,
organisasi dan pembentukan pola hidup; serta aspek psikomotorik yang mencakup
persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang
kompleks, penyesuaian dan kreativitas.
Dalam bagian lain dikemukakan pula bahwa aspek dinamik-afektif manusia
memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas berdasarkan hasrat/
kehendaknya, tidak selalu merupakan hasil peniruan. Dengan demikian meskipun
secara sosial manusia cenderung pada peniruan seperti yang dikemukakan
Bandura di atas, tetapi dengan menggunakan kemampuan kognitif dan dinamik-
afektifnya manusia dapat mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak
melakukan suatu aktivitas. Dalam proses pendidikan hal ini merupakan hak
peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dirinya.
Proses pembelajaran saat ini, yang disosialisasikan dengan nama Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) membuka peluang bagi siswa untuk dapat
mengembangkan kemampuan dirinya tersebut. Siswa merupakan subyek didik
yang memiliki peran aktif dalam sebuah kegiatan pembelajaran. Proses ini dikenal
dengan sebutan student centered learning (pembelajaran terpusat pada siswa).
13
Dalam proses belajar ini siswa lebih dihargai pribadinya sebagai manusia yang
memiliki kehendak sebagaimana yang dikemukakan oleh Carl R. Rogers (1969).
Rogers (1969) lebih menekankan kepada grup/kelas bukan berorientasi pada
kebebasan pribadi, artinya dengan membuat iklim belajar yang bebas sehingga
para pelajar termotivasi serta dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya
dengan nyaman . Teori ini lebih mementingkan aspek non biologis, yaitu
eksplorasi pikiran dan perhatian pelajar.
Interaksi yang terjalin antara siswa dengan lingkungannya lebih beralasan
karena siswa mau menjalin interaksi tersebut serta karena stimulus positif yang
diberikan oleh guru. Dengan demikian siswa dapat lebih banyak memperoleh
pengalaman belajar yang berkesan sehingga akan bertahan lebih lama dalam
ingatannya. Kondisi ini memungkinkan siswa untuk memperoleh prestasi yang
lebih baik ketimbang siswa yang hanya duduk diam dan mendengarkan.
Najati (2000:203) mengemukakan bahwa praktek tidak hanya penting
dalam mempelajari keahlian yang bercorak gerakan saja, tetapi juga dalam ilmu-
ilmu teoritis dan dalam mempelajari perilaku moral, keutamaan, nilai-nilai dan
tata krama perilaku sosial. Lebih lanjut dikemukakan hasil suatu kajian
eksperimental, bahwa orang-orang yang membaca sendiri huruf dan kalimat yang
ada di hadapannya lebih cepat dalam menghafalnya ketimbang orang-orang lain
yang hanya mendengarkan pelatih membacakan huruf dan kalimat itu dan pada
saat yang sama melihat huruf dan kalimat itu di layar film yang ada di depan
mereka.
Terkait dengan hasil eksperimen di atas, Maslow (Mangkunegara, 2000:94)
memberikan 5 klasifikasi kebutuhan yang harus dipenuhi berdasarkan prioritas
tuntutannya yaitu :
1. Kebutuhan faal (materi), yaitu kebutuhan fisiologis agar manusia bisa
hidup, misalnya : makan, minum, pakaian, perumahan dan kesehatan
2. Kebutuhan rasa aman, misalnya : mengunci rumah, berjalan di tempat
yang aman, menyimpan barang-barang berharga dengan baik, dan lain-lain
3. Kebutuhan sosial, sayang menyayangi, misalnya : berumah tangga,
bergaul dengan orang lain, berteman, saling mengunjungi, dan lain-lain.
14
4. Kebutuhan untuk dihargai, misalnya : dihormati, menunjukkan egonya,
menjaga harga dirinya, dan lain-lain
5. Kebutuhan akan realisasi diri, yaitu kebutuhan untuk menunjukkan
keberadaan diri dan kemampuannya.
Konsep ini menyatakan bahwa jika kebutuhan yang paling urgen yaitu pada
tingkat pertama belum terpenuhi, maka individu tidak akan melangkah untuk
memenuhi kebutuhan pada tingkat yang berikutnya. Dalam perkembangan ilmu
pendidikan yang sesuai dengan rumusan hasil Konferensi Pendidikan Islam
(1977) dan tujuan Pendidikan Nasional, maka konsep Maslow di atas perlu
dilengkapi dengan pemenuhan kebutuhan spiritual (kebutuhan akan adanya
Tuhan). Kebutuhan ini akan merupakan bagian integral dari tiap-tiap tingkatan
kebutuhan di atas, tidak mendahului satu dengan yang lainnya.
Sehubungan dengan proses belajar, maka kebutuhan pada tingkat keempat
dan kelima menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh para pendidik dan
orang tua sehingga para siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang
memadai. Percobaan seperti dikemukakan oleh Najati di atas cukup membuktikan
pentingnya partisipasi aktif dalam proses pembelajaran yang didasarkan atas suri
tauladan (contoh) yang baik dari pendidik dan orang tua.
Peran aktif siswa dalam pembelajaran ini sudah dikembangkan dalam
sebuah metode pembelajaran yang dikenal dengan Quantum Learning (Belajar
Sukses) dan Quantum Teaching (Mengajar Sukses) yang diluncurkan oleh Bobbi
DePorter, dkk (1999). Dalam metode ini siswa sungguh-sungguh dihargai dan
diakui eksistensinya, dikembangkan kemampuan intelegensinya, disentuh
emosinya, sehingga tumbuh kreativitas dan rasa percaya diri yang dapat
membantunya menuju keberhasilan belajar.
Selain partisipasi aktif dari para siswa, prinsip pengajaran yang efektif
adalah penggunaan pendekatan atau metode dan media yang bervariasi,
"pendekatan multi metode-multi media". Dengan menggunakan metode dan media
yang bervariasi, perbedaan individual siswa dapat terlayani, di samping
pembelajaran menjadi lebih menarik karena sering terjadi pergantian kegiatan
(Sukmadinata, 2004:197).
15
Guru sebagai motivator (pendorong), desainer (perancang), fasilitator
(penyedia bahan dan peluang belajar), katalisator (penghubung), guidance
(pemandu) serta penunjuk di mana informasi itu berada dan bagaimana
memahami dan menyajikan hasil informasi tersebut, dan sebagai evaluator
(penilai) serta justificator (pembenar) dalam perannya, hanya menyiapkan sebuah
rencana pembelajaran yang sesuai dengan kapasitas siswa, memberikan arahan
kepada siswa untuk dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana yang
telah dipersiapkannya. Untuk dapat melaksanakan tugas ini diperlukan
keterampilan dan kreativitas dalam mendesain proses pembelajaran sehingga
hasilnya maksimal.
Sehubungan dengan fungsi guru di atas, Hamalik (2004:73) mengemukakan
tentang beberapa hal penting yang harus dikuasai dan dilakukan oleh guru dalam
proses pembelajaran, sebagai berikut :
1. Menguasai landasan kependidikan
2. Menguasai bahan pengajaran
3. Menyusun program pengajaran
4. Melaksanakan program pengajaran
5. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Sardiman (2001:48) mengemukakan bahwa secara makro guru dituntut
untuk dapat mengorganisasikan komponen-komponen yang terlibat di dalam
proses belajar-mengajar, sehingga diharapkan terjadi proses pengajaran yang
optimal. Sebagai visualisasi dapat dilihat dalam gambar 1. berikut :
2
1 4 5 6
3
Gambar 1. Proses Pembelajaran
Instrumental input/
masukan alat
Raw input/ masukan
mentah
Proses pengajaran Hasil
langsung
Hasil
akhir
Lingkungan
16
Keterangan :
1. Masukan mentah : siswa/subyek belajar
2. Masukan alat : terdiri dari tenaga, fasilitas, kurikulum, sistem administrasi dan lain-lain.
3. Lingkungan, termasuk antara lain keluarga, masyarakat dan sekolah.
4. Proses pengajaran : merupakan proses interaksi antara unsur raw input, instrumental
input dan juga pengaruh lingkungan.
5. Hasil langsung : merupakan tingkah laku siswa setelah belajar melalui proses belajar-
mengajar, sesuai dengan materi/bahan yang dipelajarinya.
6. Hasil akhir : merupakan sikap dan tingkah laku siswa setelah ada di masyarakat.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran diperlukan peningkatan aktivitas
dan kreativitas peserta didik, karena pada dasarnya hasil pembelajaran terbaik
adalah yang diperoleh melalui pengalaman. Namun dalam pelaksanaannya sering
kali tidak disadari, bahwa masih banyak kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
justru menghambat aktivitas dan kreativitas peserta didik. Guru pada umumnya
kurang menyenangi situasi di mana peserta didik banyak bertanya mengenai hal-
hal yang berada di luar konteks yang dibicarakannya (Mulyasa, 2004:106).
Gibbs (Mulyasa, 2004:106) mengemukakan bahwa berbagai penelitian
menyimpulkan bahwa kreativitas dapat dikembangkan dengan memberi
kepercayaan, komunikasi yang bebas, penghargaan diri dan pengawasan yang
tidak terlalu ketat. Hasil penelitian tersebut dapat ditransfer dalam proses
pembelajaran.
Widada (Mulyasa, 2004:107) mengemukakan bahwa di samping penyediaan
lingkungan yang kreatif, guru dapat menggunakan pendekatan sebagai berikut :
1. Self esteem approach (pengembangan kesadaran akan harga diri).
2. Creative approach (mengembangkan problem solving, brainstorming,
inquiry dan role playing).
3. Value clarification and moral development approach (pengembangan
potensi pribadi melalui pendekatan holistik dan humanistik menuju self
actualization..
4. Multiple talent approach (pengembangan seluruh potensi peserta didik).
5. Inquiry approach (pengembangan potensi untuk menemukan konsep
atau prinsip ilmiah).
6. Pictorial ridle approach (pendekatan untuk mengembangkan motivasi
dan minat peserta didik).
17
7. Synetics approach (mengembangkan kompetensi peserta didik untuk
membuka intelegensi dan kreativitasnya).
Melalui metode yang dapat mengembangkan seluruh kompetensi siswa,
pengembangan potensi diri siswa berjalan lebih cepat dari pada proses yang
selama ini digunakan di sekolah-sekolah yang masih cenderung bersifat teacher
centered. Di sekolah yang menggunakan pendekatan seperti dikemukakan Widada
di atas, serta didukung dengan pendekatan individual, emosional dan spiritual,
para siswa berkembang lebih cepat, aktif, kreatif serta kritis dalam menyikapi
sesuatu hal. Hal ini sangat relevan dengan karakteristik siswa yang memang
sedang berkembang pesat.
Proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik apabila dirancang
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa serta memenuhi komponen-
komponen pembelajaran yang meliputi tujuan, materi, kegiatan, pendekatan
pembelajaran yang digunakan, metode dan media yang disesuaikan serta evaluasi
yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu hal penting yang tidak
boleh diabaikan adalah bahwa diperlukan ketulusan dan kreativitas guru untuk
mendesain suasana belajar yang dapat membuat siswa merasa nyaman dan
senang, sehingga materi pelajaran lebih mudah diserap.
Proses pembelajaran yang bersifat student centered memberi peluang
kepada para siswa untuk lebih meningkatkan prestasi belajarnya. Kegiatannya
tidak terpusat pada materi tetapi pada proses sebagaimana dikemukakan oleh
pakar pendidikan Islam Mahmud Yunus (1992:72) bahwa penguasaan terhadap
metodologi pengajaran lebih penting dari pada pemberian materi pelajaran (al-
thariqah ahamm min al-madah). Materi yang sama apabila disampaikan dengan
metode yang berbeda maka akan diperoleh hasil yang berbeda pula.
Namun demikian, keseimbangan antara materi (isi) dan proses tetap harus
menjadi perhatian mengingat kedua kompenen tersebut sangat penting dan
berhubungan sangat erat. Perhatian terhadap isi bertujuan agar para siswa
memiliki bekal pengetahuan yang cukup, sedangkan perhatian terhadap proses
bertujuan agar para siswa merasakan suasana yang menyenangkan ketika belajar
sehingga memperoleh kemudahan dalam menyerap dan memahami isi.
18
Sehubungan dengan usaha pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional secara
holistik, maka penanaman nilai-nilai spiritual (iman dan taqwa) dalam proses
pembelajaran sudah merupakan sebuah kebutuhan yang harus mendapat perhatian.
Penyelenggaraan kurikulum terpadu yaitu keterpaduan antara Iptek (Imu
pengetahuan dan teknologi) dan Imtaq (Iman dan Taqwa) sangat relevan dengan
bab II pasal 3 UU Sisdiknas. Melalui keterpaduan ini dirancang sebuah prestasi
belajar siswa yang tidak hanya mengedepankan satu aspek saja yaitu kognitif,
tetapi keseimbangan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor, sekaligus
internalisasi nilai-nilai dalam ajaran agama dalam satu kesatuan proses dan hasil
yang utuh dan terkendali.
Shariati (Agustian, 2001:xviii) mengemukakan bahwa manusia adalah
makhluk dua-dimensional yang membutuhkan penyelarasan kebutuhan
kepentingan dunia-akhirat. Oleh sebab itu manusia harus memiliki konsep
duniawi atau kepekaan emosi dan intelegensia yang baik (EQ / Emotional
Quotient plus IQ / Intellegence Quotient) dan penting pula penguasaan rukhiyah
vertikal atau Spiritual Quotient (SQ).
Pendapat Shariati bahwa manusia memiliki kebutuhan akan keberadaan
Tuhan di atas sejalan dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surat Al-A'raaf
: 172 yang artinya sebagai berikut :
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka
menjawab : “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan :
“Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap (keesaan Tuhan)”.
Saat ini proses pembelajaran dengan pendekatan active learning yang
diperkaya dengan pembinaan emosi dan spiritual baru diterapkan di sekolah-
sekolah tertentu, khususnya Sekolah Islam Terpadu (SIT). Di sekolah-sekolah ini
SDM-nya dibekali dengan wawasan yang cukup melalui penyelenggaraan
pelatihan secara periodik. Materi pelajaran diberikan secara terpadu, maksudnya
adalah materi-materi pelajaran umum disampaikan melalui pendekatan emosional
spiritual dengan menyentuh aspek keimanan dan ketakwaan serta pembentukan
akhlak siswa.
19
Guru yang berfungsi sebagai fasilitator, motivator, katalisator, serta
mediator membawa siswa untuk mengenal Sang Pencipta serta melaksanakan
ajaran-ajaran-Nya melalui ilmu pengetahuan dan pengalaman. Proses ini
dilakukan untuk memberi makna pada materi pelajaran, dihubungkan dengan
nilai-nilai kehidupan yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntunan agama.
Karakteristik Anak Sekolah Dasar
Dalam psikologi perkembangan masa anak memasuki sekolah dasar
dikategorikan pada usia 6 -12 tahun disebut sebagai masa bersekolah. Dalam hal
perkembangan intelektual, Piaget (Hurlock,1992:162) menyebutnya sebagai masa
concrete operations (operasional konkrit). Masa saat konsep yang pada awal masa
kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar sekarang menjadi konkrit dan
tertentu. Oleh sebab itu pembelajaran pada masa ini mengharuskan para pendidik
untuk memperagakan dan memberi contoh konkrit, sehingga anak memperoleh
kejelasan dari apa yang ingin dicapai guru.
Pada usia ini anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang
dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan masa
dewasanya. Oleh sebab itu peletakan dasar pengetahuan yang tepat melalui
stimulasi positif dari pendidik sangat dibutuhkan. Para pendidik juga memandang
periode ini sebagai periode kritis dalam dorongan berprestasi, suatu masa saat
anak membentuk kebiasaan sukses, tidak sukses atau sangat sukses.
Hurlock (1992:166) mengemukakan bahwa kebiasaan anak untuk bekerja di
bawah, di atas atau sesuai dengan kemampuannya cenderung menetap sampai
dewasa. Penelitian telah membuktikan bahwa tingkat perilaku berprestasi pada
masa kanak-kanak mempunyai korelasi yang tinggi terhadap perilaku berprestasi
pada masa dewasa. Hal ini akan terjadi tidak hanya di bidang akademik tetapi di
bidang-bidang lain pun akan demikian.
Kebiasaan ini menuntut para pendidik untuk peka terhadap perilaku anak
sedini mungkin, sehingga apabila ditemukan anak didik berada pada kebiasaan
yang kurang baik dapat segera diantisipasi. Para pendidik dapat membimbing dan
mengarahkan anak didik untuk melakukan kebiasaan yang baik, minimal sesuai
20
dengan kemampuan yang dimilikinya. Ini berarti bahwa kesuksesan di masa
datang dapat dirancang dari sekarang.
Havighurst (1974:19) mengemukakan bahwa periode ini ditandai dengan
tiga karakteristik yang memberinya dorongan kuat untuk keluar kepada
lingkungan yang lebih luas. Ketiga karakteristik tersebut adalah : (1) kepercayaan
diri seorang anak untuk keluar dari rumah menuju kepada peer group-nya, (2)
kepercayaan secara fisik untuk masuk ke dalam dunia permainan dan
keterampilan yang memerlukan kekuatan fisik (otot), dan (3) kepercayaan mental
untuk memasuki dunia orang dewasa berupa konsep-konsep, logika, simbolisme
dan komunikasi.
Havighurst mengemukakan bahwa tugas-tugas perkembangan pada periode
ini yang akan menjadi modal dasar bagi perkembangannya untuk berprestasi di
masa yang akan datang. Tugas perkembangan tersebut meliputi :
1. Mempelajari keterampilan fisik yang dibutuhkan untuk bermain.
2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang
sedang tumbuh.
3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya.
4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca,
menulis dan berhitung.
6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan
sehari-hari.
7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan nilai.
8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-
lembaga.
9. Mencapai kebebasan pribadi.
Namun demikian, sekalipun setiap manusia ingin menguasai segala tugas
perkembangannya dengan tepat, pada kenyataannya tidak semua orang dapat
mencapainya. Terdapat beberapa faktor penting yang mempengaruhi penguasaan
tugas-tugas perkembangan yaitu :
1. Yang menghalangi
• Tingkat perkembangan yang mundur
21
• Tidak adanya kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas
perkembangan atau tidak ada bimbingan untuk menguasainya
• Tidak ada motivasi
• Kesehatan yang buruk
• Cacat tubuh
• Tingkat kecerdasan yang rendah
2. Yang membantu
• Tingkat perkembangan yang normal atau diakselerasikan
• Adanya kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan dan
adanya bimbingan untuk menguasainya
• Motivasi
• Kesehatan yang baik dan tidak ada cacat tubuh
• Tingkat kecerdasan yang tinggi
• Kreativitas
Tugas-tugas perkembangan menurut Havighurst tersebut, pada poin 1 (satu)
sampai dengan poin 8 (delapan) merupakan tahap-tahap perkembangan yang
wajar pada anak, namun perlu dicermati pada tugas perkembangan poin 9
(sembilan). Sebagai bangsa yang beragama dan bermoral hendaknya para orang
tua dan pendidik (guru) mewaspadai kebebasan yang dikehendaki oleh anak
sehingga tidak keluar dari ruang lingkup tatanan sosial, moral dan agama.
Melihat tugas-tugas perkembangan seperti dikemukakan di atas, selayaknya
orang tua dan pendidik berusaha sebaik-baiknya untuk dapat memberi
kesempatan dan dukungan agar anak dapat mempelajari dan melaksanakan tugas-
tugas perkembangannya dengan tepat serta menghindarkan anak dari faktor-faktor
yang menghambat.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Keberhasilan belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh faktor
intelegensi semata. Hasil penelitian menyatakan bahwa setinggi-tingginya, IQ
menyumbang 20 persen saja bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam
22
hidup, maka yang 80 persen diisi oleh kekuatan-kekuatan lain (Golemen,
1997:44).
Kekuatan-kekuatan lain tersebut dapat berupa kesehatan fisik, kondisi
emosi yang dapat menggambarkan kesiapan siswa dalam menghadapi berbagai
hambatan dalam belajar, keseluruhan proses pembelajaran, juga termasuk kondisi
spiritual yang dapat menjadi motivasi yang sangat kuat sehingga seseorang mau
berusaha mencapai kesuksesan dengan cara yang baik dan benar. Kekuatan-
kekuatan tersebut dapat menjadi positif manakala diberikan arahan dan bimbingan
oleh pendidik.
Goleman (1997:45) juga mengemukakan bahwa yang mendukung
kesuksesan belajar adalah kecerdaan emosional yang memiliki ciri-ciri seperti
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi;
mengendalikan dorongan hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan
kemampuan berfikir; berempati dan berdo’a. Kemampuan tersebut dapat
dikembangkan pada anak-anak, apabila diupayakan terus menerus untuk
mengajarkannya.
Syah (1995:87) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan belajar yaitu faktor internal siswa, faktor eksternal
siswa dan faktor pendekatan belajar yang digunakan oleh siswa.
1. Faktor internal yaitu segala sesuatu yang berasal dari dalam diri siswa.
Faktor ini meliputi dua hal yaitu : (a) aspek fisiologis, yaitu kondisi umum
jasmani siswa. Kondisi tubuh siswa yang lemah, sedang dalam keadaan
tidak sehat, dapat menurunkan kualitas kemampuan siswa sehingga materi
yang dipelajari tidak dapat diserap dengan baik. (b) aspek psikologis, yaitu
kondisi psikis siswa yang di antaranya meliputi tingkat dan tipe
kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi.
2. Faktor eksternal yaitu segala sesuatu yang berada di luar diri siswa yang
turut mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Faktor eksternal ini
meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial yang meliputi faktor
alam serta instrumen. Faktor sosial adalah lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat sedangkan non sosial meliputi faktor alam, yaitu kondisi
alam yang berupa cuaca atau iklim, dan faktor instrumen meliputi
23
kurikulum, program, sarana (fasilitas) . ‘Ulwan (1990:35) menyatakan
bahwa selamatnya masyarakat serta kuat dan kokohnya bangunan tidak
terlepas dari sehatnya anggota masyarakat dan cara mempersiapkannya.
Pernyataan ini mengandung makna bahwa kondisi masyarakat yang sehat
yaitu terdidik, berakal dan bijak turut mempengaruhi keberhasilan sebuah
usaha pendidikan
3. Pendekatan Belajar. Pendekatan ini sangat berkaitan erat dengan motivasi
belajar siswa. Pendekatan belajar yang dimaksud meliputi ;
(1) Surface yaitu pendekatan permukaan. Maksudnya adalah siswa belajar
hanya berorientasi untuk mencapai kelulusan semata. Siswa memiliki
pendekatan belajar ini pada umumnya motivasi belajarnya rendah,
berapa pun hasil yang dicapai tidak terlalu penting meskipun hanya
dapat mencapai kelulusan dengan nilai minimal. Belajar bagi para
siswa di wilayah ini hanya merupakan pemenuhan kewajiban yang
harus dilakukan oleh anak pada usia sekolah serta memenuhi
keinginan orang tua.
(2) Deep yaitu pendekatan mendalam. Maksudnya adalah siswa belajar
dengan motivasi ingin mendalami pengetahuan karena merasa
membutuhkannya. Pendekatan ini berdampak kepada hasil belajar
yang biasanya cenderung baik karena diawali dengan motivasi yang
baik. Siswa yang melakukan pendekatan belajar ini biasanya telah
memiliki motivasi intrinsik yang cukup baik. Ia faham dengan makna
belajar bagi pemenuhan kewajiban terhadap Tuhan karena belajar pun
dapat menjadi ibadah dan secara sosial belajar dapat pula
meningkatkan kualitas hidupnya dalam masyarakat demi menjelang
masa depannya (Q.S. Al-Mujadalah :11)
(3) Achieving yaitu pendekatan kemampuan tinggi. Pendekatan ini
dilakukan oleh siswa dengan target mencapai hasil setinggi-tingginya
karena ada ambisi tertentu yang ingin diraih. Sisi positif dari
pendekatan ini adalah siswa akan berusaha sebaik-baiknya demi
mencapai prestasi terbaik, misalnya dengan harapan dapat diterima di
perguruan tinggi terbaik dan memperoleh pekerjaan di sebuah instansi
24
yang dapat memberinya jabatan serta kesejahteraan besar. Pendekatan
jenis ini memiliki dampak negatif yaitu apabila siswa gagal meraih
ambisinya maka dapat berakibat terjadinya depresi yang
membahayakan kelangsungan pendidikan dan masa depannya.
Faktor yang dominan dalam mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam
belajar berbeda antara seorang siswa dengan siswa yang lain. Tentang pendekatan
belajar yang digunakan seseorang juga tergantung pada apakah motivasi
belajarnya termasuk intrinsik atau ekstrinsik. Faktor motivasi tersebut juga
merupakan pengaruh dari pola didik yang diterapkan oleh orang tua dan guru
kepada anak didik.
Proses pembelajaran yang dikondisikan dengan memperhatikan tujuan
secara universal, memperhatikan berbagai kebutuhan siswa serta ditunjang
dengan kompetensi profesional dari seorang pendidik maka akan membuahkan
hasil yang baik. Sebaliknya jika proses pembelajaran hanya memperhatikan salah
satu aspek dari seluruh aspek mental yang dimiliki siswa maka hasil yang akan
diperolehnya pun tidak akan dapat mencapai tujuan universal yang telah
ditetapkan.
Akibatnya hasil pendidikan menjadi tidak seimbang, di satu sisi terbangun
kemampuan siswa yang tinggi, tetapi sisi-sisi lain tidak tersentuh. Hal ini akan
menjadi penyebab kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan tidak mencapai
apa yang diharapkan yaitu manusia yang bermartabat, yang berakhlak mulia dan
berilmu pengetahuan, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam UU Sisdiknas
2003.
U m u r
Umur bagi seorang anak Sekolah Dasar, menggambarkan kesiapan mental
dan kematangan dalam belajar. Secara logika, dengan bertambahnya umur
seorang siswa, maka bertambah tingkat kematangan dan kesiapan mental dalam
belajar yang sesuai dengan jenjang kelas yang ditempuhnya.
Dalam UU SISDIKNAS No 20 tahun 2003 Bab 7 Pasal 34 tentang Wajib
Belajar disebutkan bahwa : "Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat
mengikuti program wajib belajar."
25
Padmowihardjo (1994:36) menyatakan bahwa umur bukan merupakan
faktor psikologis, tetapi apa yang diakibatkan oleh umur adalah faktor psikologis.
Disebutkan bahwa terdapat dua faktor yang menentukan kemampuan seseorang
berhubungan dengan umur. Pertama, adalah mekanisme belajar dan kematangan
otak, organ-organ sensual, dan otot organ-organ tertentu. Kedua, adalah
akumulasi pengalaman dan bentuk-bentuk proses belajar yang lain. Dengan
demikian umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan aktivitas
otak dan otot manusia.
Secara psikologis, para ahli psikologi pun menyatakan bahwa umur yang
dianggap matang secara mental untuk memasuki jenjang SD ini adalah 6 tahun.
Hurlock (1992:146) mengatakan bahwa hal yang wajib untuk anak berusia enam
tahun di Amerika adalah masuknya anak ke kelas satu SD. Hurlock juga
menyatakan bahwa pada umur tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar
pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada
kehidupan dewasa, dan mempelajari berbagai keterampilan penting tertentu, baik
keterampilan kurikuler maupun ekstra kurikuler.
Jenis Kelamin
Terdapat perbedaan yang jelas antara laki-laki dan perempuan, baik secara
fisik maupun psikis. Dalam hal fisik, laki-laki memiliki postur, daya tahan dan
kekuatan tubuh yang lebih besar dibandingkan perempuan. Hal ini sudah
dirasakan bahkan oleh anak-anak sendiri. Nolan (1977; Hurlock, 1992:167)
menyatakan : "Secara diam-diam anak-anak belajar dari televisi bahwa anak laki-
laki lebih berharga dari pada anak perempuan." Anggapan tersebut merupakan
stereotip yang berkembang di masyarakat secara turun temurun. Di sisi lain, anak
perempuan dengan kelemah lembutan fisiknya, memiliki kekuatan lain yang tidak
dimiliki oleh laki-laki dalam tugas-tugas tertentu.
Dalam hal psikis, proses kematangan anak perempuan cenderung lebih
cepat dari pada anak laki-laki. Hal ini seiring dengan percepatan pertumbuhan
fisiknya yang mana pada masa anak-anak menjelang remaja, secara fisik anak
perempuan lebih cepat pertumbuhannya.
26
Selain perbedaan fisik dan psikis tersebut, juga terdapat perbedaan tingkah
laku yang mencolok antara anak laki-laki dan perempuan. Di rumah atau pun di
sekolah, anak laki-laki lebih sering melanggar peraturan dari pada anak
perempuan. Hal ini dapat disebabkan karena mereka merasa dirinya lebih kuat dan
juga pada umumnya orang tua lebih memberi kebebasan dalam bergerak kepada
anak laki-laki.
Sebuah penelitian di Amerika Serikat (Hurlock, 1992:167) tentang
perilaku masalah anak di sekolah menunjukkan buruknya perilaku anak laki-laki
dari pada anak perempuan dalam hal penyesuaian diri dan perhatian yang kurang
dari rata-rata. Hal ini merupakan keadaan yang dapat berdampak terhadap prestasi
belajarnya.
M i n a t
Dalam kehidupan manusia akan selalu berkomunikasi atau berhubungan
dengan orang lain, benda, situasi atau aktivitas-aktivitas yang terdapat di
sekitarnya. Dalam berhubungan tersebut ada kemungkinan individu bersikap
menerima, membiarkan atau menolaknya. Apabila individu tersebut menaruh
minat, maka ia akan menyambut dan bersikap positif terhadap obyek tersebut dan
melanjutkan dengan hubungan lebih jauh. Namun jika tidak berminat maka ia
cenderung akan menghindarinya dan bersikap negatif terhadap obyek tersebut.
Shaleh & Wahab (2004:262) menyatakan secara sederhana, minat dapat
diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak
terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi obyek dari minat tersebut
dengan disertai perasaan senang.
Crow & Crow (Shaleh & Wahab,2004:264) berpendapat ada tiga faktor
yang menjadi timbulnya minat yaitu :
1. Dorongan dari dalam diri individu, misalnya dorongan untuk makan,
rasa ingin tahu terhadap sesuatu
2. Motif sosial, misalnya minat terhadap pakaian timbul karena adanya
persetujuan atau penerimaan dan perhatian orang lain
3. Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi.
Bila seseorang memperoleh sukses pada suatu aktivitas, maka akan
27
menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat
terhadap aktivitas tersebut.
Hurlock (1992:107) membahas bahwa minat yang berkembang pada anak
usia sekolah sangat mempengaruhi perilaku tidak saja selama periode ini tetapi
juga sesudahnya. Menurutnya minat yang muncul dalam tingkah laku anak tidak
dapat diabaikan begitu saja. Minat yang muncul pada akhir masa kanak-kanak
dapat diterangkan sebagai berikut :
1. Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas cita-cita. Misalnya saja
seorang anak yang menaruh minat pada masalah kesehatan dan fungsi
tubuh manusia, akan bercita-cita menjadi perawat atau dokter.
2. Minat dapat dan memang berfungsi sebagai pendorong yang kuat.
3. Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas minat seseorang .
Misalnya anak yang berminat pada pelajaran matematika akan berusaha
keras untuk mendapat nilai baik dalam mata pelajaran itu, sedangkan anak
yang kurang berminat cenderung kurang berhasil pada bidang ini.
4. Minat yang terbentuk pada masa kanak-kanak sering kali menjadi minat
seumur hidup karena minat menimbulkan kepuasan. Anak cenderung
mengulang kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan minatnya dan
dengan demikian menjadi kebiasaan yang dapat menetap sepanjang hidup.
Misalnya minat melukis atau minat pada musik bag orang dewasa
biasanya berasal dari minat pada masa kanak-kanaknya.
Minat-minat yang umum pada masa kanak-kanak yang dikemukakan oleh
Hurlock yaitu minat terhadap penampilan, pakaian, nama dan julukan, agama,
tubuh manusia, kesehatan, seks, sekolah, pekerjaan masa depan, simbol status dan
otonomi diri. Minat-minat tersebut semuanya dapat mengarah kepada tercapainya
cita-cita yang berhubungan dengan perilaku mereka ketika masa kanak-kanak.
Demikian pula halnya dalam kegiatan belajar di sekolah, biasanya setiap
siswa menunjukkan adanya minat terhadap salah satu bidang studi atau rumpun
bidang studi, dan juga terhadap kegiatan ekstrakurikuler tertentu. Minat tersebut
akan berpengaruh terhadap prestasi belajar karena dengan minat yang kuat
mendorong seseorang melakukan sesuatu dengan bersungguh-sungguh.
28
Motivasi
Stanford (Mangkunegara, 2000:93) mengemukakan definisi motivasi adalah
sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu.
Motivasi dapat pula diartikan sebaga energi untuk membangkitkan dorongan
dalam diri
Dalam kehidupan, sering didapatkan manusia yang melakukan pekerjaan
dengan bersungguh-sungguh, tetapi banyak pula yang santai, bahkan tidak sedikit
yang tidak berbuat apa pun. Dengan demikian, maka akan berbeda pula sesuatu
yang diperoleh, tergantung kepada seberapa besar tingkat usaha yang
dilakukannya. Hal itu disebabkan karena adanya motivasi dalam diri seeorang.
Sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan oleh para siswa di
sekolah, Padmowihardjo (1994:52), mengemukakan bahwa motivasi belajar
adalah setiap usaha yang dilakukan untuk menimbulkan motif pada diri seseorang
untuk belajar.
Dalam sebuah Studi Motivasi McClelland (Mangkunegara, 2000:97)
mengemukakan adanya tiga macam kebutuhan manusia yaitu :
1. Need for Achievment, yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan
refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan masalah.
2. Need for Affiliation, yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan
dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain,
tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.
3. Need for Power, yaitu kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan
refleksi dari dorongan untuk mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh
terhadap orang lain.
Berkaitan dengan prestasi akademik, dari ketiga motivasi tersebut yang
paling menopang adalah motivasi berprestasi, karena motivasi ini dilandasi oleh
persaingan di antara teman untuk memperoleh nilai yang tinggi.
Motivasi berprestasi sebagai motivasi yang mendorong individu untuk
mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan (standard
of excellence). Ukuran keunggulan ini dapat berupa prestasinya sendiri
sebelumnya, dapat pula berupa prestasi orang lain. Apabila individu
menggunakan prestasinya sendiri di masa lampau sebagai ukuran keunggulan
29
yang dipakai, maka ukuran keunggulan ini disebut “autonomous standards”, dan
bila memakai prestasi orang lain sebagai ukuran keunggulan disebut “social
comparision standard”.
Menurut McClelland motivasi berprestasi adalah usaha gigih untuk
mencapai keberhasilan dalam segala aktivitas kehidupan. Selain itu McClelland
juga mengartikan motivasi berprestasi sebagai “standar of excellent”. Motivasi
berprestasi merupakan kecenderungan dalam individu untuk mencapai prestasi
secara optimal.
Motivasi berprestasi merupakan hasil belajar yang diperoleh dari
pengalaman emosional, terutama berkaitan dengan usaha untuk menghasilkan
sesuatu secara sempurna. Timbulnya motivasi berprestasi adalah dari lingkungan
keluarga, di mana pola asuh, gaya hidup, cara orang tua mendidik, serta latar
belakang pendidikan orang tua memberi pengaruh pada timbulnya motivasi
berprestasi.
McClelland (1953:68) mengemukakan bahwa latar belakang keluarga
mempengaruhi pembentukan motivasi berprestasi anak. Motivasi berprestasi
kemudian berkembang terus setelah individu berinteraksi dan mendapat
pengalaman dari lingkungan yang lebih luas, dan motivasi akan berkembang
dengan cepat setelah seseorang merasa terus berkompetisi dengan orang lain.
Maka faktor persaingan sangat berperan dalam perkembangan motivasi
Rohwer (Mangkunegara, 2000:84) mengemukakan dua jenis motivasi
yaitu :
1. Motivasi intrinsik berasal dari dorongan untuk bertindak secara efisien
dan kebutuhan untuk berprestasi secara baik (excellence). Komponen
motivasi berprestasi intrinsik adalah sebagai berikut :
(1) Dorongan ingin tahu
Rasa ingin tahu yang kuat mampu mendorong seseorang untuk
melaksanakan tugas yang menantang dan sulit, tetapi mampu untuk
diselesaikan. Dan ini merupakan ciri orang yang memiliki motivasi
berprestasi yang tinggi. Sedangkan orang yang memiliki motivasi
berprestasi rendah cenderung memiliki rasa ingin tahu yang rendah
dan untuk menyelesaikan tugas yang sulit cenderung tidak selesai.
30
Kemampuan menyelesaikan tugas yang sulit merupakan cerminan
dorongan rasa ingin tahu yang berasal dalam diri (intrinsik)
(2) Tingkat Aspirasi
Tingkat aspirasi seseorang turut menentukan tingkat motivasi dalam
belajar. Level aspirasi merupakan perkiraan standar diri mengenai
perasaan berhasil atau gagal dalam melakukan sesuatu. Seseorang
yang memperkirakan dirinya berhasil melakukan sesuatu tujuan akan
berusaha untuk mencapai tujuan tersebut. Orientasi keberhasilan dan
kegagalan sangat penting bagi setiap mahasiswa, karena mereka
memperkirakan hasil yang akan dicapainya
2. Motivasi ekstrinsik, motivasi ekstrinsik ini berkembang dalam kaitan
dengan perilaku yang ditujukan untuk kehidupan sosial. Adapun ciri-ciri
motivasi ekstrinsik adalah:
(1) Faktor kecemasan dalam berprestasi
Kecemasan sering dikaitkan dengan 3 hal berikut ini: a) pengalaman
kegagalan, b) rangsangan fisik (phsyiological arousal), dan c) keadaan
kognisi. Tiga faktor yang mempengaruhi kecemasan ini mempunyai
pengaruh terhadap hasil belajar seseorang. Pengalaman gagal sering
mengakibatkan terjadinya tekanan emosi. Akibat kecemasan terhadap
fisik adalah keluarnya keringat yang berlebihan, gangguan fungsi
pencernaan. Sedangkan pengaruh kecemasan terhadap kognisi tampak
pada rasa khawatir terhadap kegagalan, menyalahkan diri sendiri
(2) Pencapaian tujuan karena dorongan dari luar
Pencapaian tujuan merupakan keadaan kognitif yang paling
menentukan keberhasilan belajar seseorang bila dibandingkan dengan
elemen lain. Pencapaian tujuan karena pengharapan penerimaan orang
lain, misalnya dengan mendapat pujian atau hadiah dari orang lain.
(3) Standar hasil yang ditetapkan oleh faktor luar
Penetapan standar keberhasilan dalam motivasi ekstrinsik bukan dari
dalam dirinya, namun ditetapkan oleh orang lain karena takut
kehilangan perhatian orang lain.
(4) “Self regulation succses” karena pengaruh orang lain.
31
Mengulangi tugas-tugas yang gagal dipecahkan, mengerjakan tugas
yang lebih sulit setelah berhasil memecahkan suatu tugas, usaha untuk
berhasil ini lebih didorong oleh orang lain, bukan oleh dirinya sendiri.
Motivasi yang berkembang pada anak Sekolah Dasar pada umumnya
diawali dengan motivasi ekstrinsik yaitu pencapaian tujuan karena pengharapan
penerimaan dari luar (dalam hal ini orang tua dan guru). Orang tua memotivasi
dengan cara memberikan hadiah bila anaknya berhasil dan memberikan sanksi
bila anaknya ternyata gagal. Motivasi intrinsik akan muncul kemudian seiring
dengan perkembangan kemampuan kognitif serta pengalaman belajar yang
menyenangkan sehingga memunculkan dorongan rasa ingin tahu yang besar.
Mangkunegara (2000:104) mengatakan bahwa terdapat 2 faktor yang
sangat mempengaruhi motivasi berprestasi, yaitu tingkat kecerdasan (IQ) dan
kepribadian. Artinya orang yang mempunyai motivasi berprestasinya tinggi bila
memiliki kecerdasan yang memadai dan kepribadian yang dewasa mampu
mencapai prestasi maksimal.
Pendidikan Dalam Keluarga
Keluarga merupakan unit masyarakat terkecil tempat tumbuh dan
berkembangnya cikal bakal generasi manusia yang akan datang. Di dalam sebuah
keluarga tertumpu tanggung jawab pembinaan dan pendidikan yang pertama dan
utama yang peran utamanya adalah ayah dan ibu. Keduanya memiliki fungsi yang
setara dalam hal memberikan pendidikan terbaik bagi putra-putrinya.
Banyak hal di dalam keluarga yang merupakan faktor-faktor penentu
keberhasilan pendidikan di antaranya adalah faktor keutuhan atau keharmonisan
keluarga, perhatian, kasih sayang, pemenuhan segala kebutuhan fisik, tingkat
pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, serta status sosial ekonomi dalam
pandangan masyarakat. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan,
maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, maka tentu akan
terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. (Daradjat, 1994:47).
'Ulwan (1990:55) menyatakan bahwa salah satu tanggung jawab terpenting
menurut pandangan mayoritas pendidik adalah tanggung jawab pendidikan
intelektual. Maksudnya adalah bagaimana orang tua dapat menumbuhkan sikap
32
terlibat dalam mengembangkan kebudayaan dan ilmu serta memusatkan otak
mereka untuk memahami konsep secara maksimal, pengetahuan secara kritis,
kebijakan yang berimbang dan persepsi yang matang lagi sehat.
Orang tua yang memiliki wawasan pendidikan dan pengalaman yang baik
akan lebih memberikan perhatian serta bimbingan bagi perkembangan pendidikan
putra-putrinya. Melalui perhatian dan bimbingan dari kedua orang tua maka
motivasi belajar anak dapat ditumbuh kembangkan secara positif.
Mengingat situasi dan kondisi saat ini, yaitu di mana tingkat pendidikan
tinggi yang dimiliki oleh orang tua berdampak kepada tingginya tingkat kesibukan
orang tua di luar rumah sehingga sedikit sekali waktu perjumpaan dengan anak,
maka yang lebih dibutuhkan saat ini adalah kualitas dari setiap perjumpaan
tersebut. Keterbatasan waktu dapat digantikan dengan muatan komunikasi yang
efektif dan efisien, sehingga kebutuhan anak untuk mendapat perhatian dan
bimbingan tetap dapat dipenuhi.
Kompetensi Guru
Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang tentang
suatu bidang tertentu berdasarkan latar belakang pendidikan yang dimilikinya.
Kompetensi juga merupakan modal utama bagi seseorang untuk dapat
menjalankan profesinya sesuai dengan kapasitas yang dimiliki sehingga suatu
pekerjaan dapat dilaksanakan dengan cara profesional. Tanpa kompetensi
seseorang akan mengalami hambatan dalam melaksanakan tugas-tugas yang
diembannya.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Purwadarminta) kompetensi
berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal.
Pengertian dasar kompetensi (competency) yaitu kemampuan atau kecakapan.
Kepmendiknas No.045/U/2002 mendefinisikan kompetensi sebagai
tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat
untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melakukan tugas-tugas di bidang
pekerjaan tertentu.
Elemen-elemen kompetensi yang dikemukakan dalam Kepmendiknas
No.045/U/2002 di atas adalah : (1) landasan kepribadian; (2) penguasaan ilmu dan
33
keterampilan; (3) kemampuan berkarya; (4) memiliki sikap dan keterampilan
dalam berkarya berdasarkan ilmu yang dikuasai; dan (5) pemahaman kaidah
kehidupan bermasyarakat seuai dengan keahlian berkarya.
Ditjen Dikti (1982) mengemukakan bahwa kompetensi guru diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok yaitu : “kompetensi pribadi, kompetensi profesi dan
kompetensi kemasyarakatan.”
Mulyasa (2004:37) memberikan definisi bahwa kompetensi merupakan
perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. McAshan (Mulyasa, 2004:38)
mengemukakan bahwa kompetensi :
“...is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that the person
achieves, which become part of his or her being to the exent he or she can
satisfactorily perform particular cognitive, afective and psychomotor
behaviors”.
Guru professional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian
khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Profesi ini memerlukan
persyaratan khusus. Ali (Usman, 2003:15) menyatakan beberapa persyaratan
khusus yang harus dimiliki seorang guru antara lain sebagai berikut :
1. Menuntut adanya keterampilan yang mendasar tentang konsep dan teori
ilmu pengetahuan yang mendalam.
2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan
bidang profesinya.
3. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannya.
5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.
Usman (2003:15), menambahkan persyaratan yang harus dipenuhi adalah
sebagai berikut :
1. Memiliki kode etik,
2. Memiliki klien/obyek layanan yang tetap,
3. Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya.
34
Hamalik (2004:73) mengemukakan bahwa dalam melaksanakan tugasnya,
setiap guru wajib memiliki 3 kompetensi yang meliputi kompetensi profesional,
kompetensi kepribadian dan kompetensi kemasyarakatan. Secara teoritis ketiga
jenis kompetensi tersebut dapat dipisah-pisah satu sama lain, akan tetapi secara
praktis sesungguhnya merupakan keterpaduan yang tak dapat dipisah-pisahkan.
Guru yang terampil mengajar tentunya harus pula memiliki kepribadian yang baik
dan mampu melakukan social adjusment dalam masyarakat.
Kompetensi yang dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Kompetensi Profesional, meliputi :
(1) Menguasai landasan kependidikan
a) Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
b) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat
c) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat
dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.
(2) Menguasai bahan pengajaran
a) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan
menengah
b) Menguasai bahan pengayaan.
(3) Menyusun program pengajaran
a) Menetapkan tujuan pembelajaran
b) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran
c) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar memilih
dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai
d) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar
(4) Melaksanakan program pengajaran
a) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat
b) Mengatur ruangan belajar
c) Mengelola interaksi belajar mengajar
(5) Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
a) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran
b) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
35
2. Kompetensi Pribadi dan Kemasyarakatan, meliputi :
(1) Mengembangkan Kepribadian
a) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b) Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa
baik
c) Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratan bagi
jabatan guru
(2) Berinteraksi dan berkomunikasi
a) Berinteraksi dengan teman sejawat untuk meningkatkan
kompetensi serta kemampuan professional
b) Berinteraksi dengan masyarakat untuk menunaikan misi
pendidikan
(3) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan
a) Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar
b) Membimbing murid yang berkelainan atau berbakat khusus.
(4) Melaksanakan administrasi sekolah
a) Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah
b) Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah.
(5) Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.
a) Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah
b) Melaksanakan penelitian sederhana
Tanpa mengabaikan kemungkinan adanya perbedaan tuntutan kompetensi
profesional yang disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan sosial kultural
dari setiap institusi sekolah sebagai indikator, Hamalik (2004:78) juga
mengemukakan bahwa guru dinilai kompeten secara profesional apabila :
1. Mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.
Tanggung jawab yang dimaksud meliputi tanggung jawab moral, tanggung
jawab dalam bidang pendidikan di sekolah, tanggung jawab dalam bidang
kemasyarakatan dan tanggung jawab dalam bidang keilmuan.
2. Mampu melaksanakan peran dan fungsnya dengan berhasil. Peran dan
fungsi tersebut adalah sebagai pendidik dan pengajar, sebagai anggota
masyarakat, sebagai pemimpin, dan sebagai pelaksana administrasi ringan.
36
3. Mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (tujuan
instruksional) sekolah yang meliputi bidang pengetahuan, keterampilan
serta nilai dan sikap.
4. Mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar mengajar dalam
kelas yaitu sebagai perencana dan pengelola kelas secara keseluruhan.
Selain kompetensi yang bersifat profesional diatas, secara pribadi guru
yang berkompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang
efektif, menyenangkan dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga
belajar pada siswa berada pada tingkat optimal (Hamalik, 2004). Yang lebih
penting dari itu semua bahwa faktor motivasi dan ketulusan guru dalam
menjalankan tugas juga merupakan faktor penentu keberhasilan belajar siswa.
Zakiah Darajat (Zainuddin, 1990:56) menyatakan
“Faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya dan
kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan
pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah menjadi perusak dan
penghancur bagi hari depan anak didik, terutama bagi anak didik yang
masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka mengalami guncangan
jiwa (tingkat menengah)”.
Al-Ghazali, salah seorang filosof muslim abad ke 11 Masehi
mengemukakan berbagai pandangannya mengenai karakter erta persyaratan
sebagai seorang guru, di antara yang beliau kemukakan dapat disarikan oleh
Zainuddin (1990:57) sebagai berikut :
� Bertabiat dan perilaku seorang pendidik.
� Minat dan perhatian terhadap proses belajar mengajar.
� Memiliki kecakapan dan keterampilan mengajar.
� Bersikap ilmiah dan cinta terhadap kebenaran.
Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (DEPDIKBUD, 1999:787) prestasi
diartikan sebagai “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
nilai angka yang diberikan oleh guru”. Berbagai definisi lain kemudian banyak
dikemukakan oleh para ahli pendidikan yang menyangkut prestasi.
37
Arikunto (1998:19) mengemukakan bahwa prestasi mencerminkan
sejauhmana siswa telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan di setiap
bidang studi. Gambaran prestasi siswa dapat dinyatakan dengan angka (0 s.d 10).
Arifin (1989:46) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari suatu
usaha, kemampuan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal di bidang
pendidikan.
Bloom (Winkel, 1987:149-154) menyatakan bahwa prestasi belajar
menyangkut tiga domain (ranah) kemampuan yaitu pertama yang berhubungan
dengan kecerdasan intelektual, pemahaman, dan penalaran disebut dengan
domain kognitif, kedua adalah yang berhubungan dengan perasaan, sikap
terhadap suatu hal serta pembentukan pola hidup disebut dengan domain afektif,
dan ketiga adalah yang berhubungan dengan keterampilan, kemampuan fisik
motorik yang disebut dengan domain psikomotorik.
Pada tiap-tiap ranah dalam Taksonomi Bloom di atas terdapat komponen-
komponen yang merupakan rangkaian sistematis dalam proses pembelajaran.
Berikut ini diuraikan masing-masing komponen tersebut :
1. Ranah kognitif (cognitive domain) menurut Bloom dan kawan-kawan terdiri
dari :
(1) Pengetahuan, sebagai komponen pertama dalam ranah kognitif mencakup
ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.
Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang
diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan digali pada saat
dibutuhkan melalui bentuk mengingat (recall) atau mengenal kembali
(recognition).
(2) Pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti
dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam
menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan
dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, seperti menjelaskan kembali isi
sebuah cerita.
(3) Penerapan merupakan kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau
metode bekerja pada suatu kasus yang konkret dan baru.
38
(4) Analisa yaitu kemampuan merinci suatu kesatuan di dalam bagian-bagian
sehingga struktur keseluruhan dan organisasinya dapat dipahami.
(5) Sintesa yaitu kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru.
Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain sehingga tercipta bentuk baru.
Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam membuat suatu rencana seperti
penyusunan satuan pelajaran atau proposal penelitian ilmiah.
(6) Evaluasi merupakan kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
mengenai suatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggung jawaban
pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu. Kemampuan ini
dinyatakan dalam memberikan sesuatu.
2. Ranah afektif (affective domain) menurut taksonomi Kratwohl, Bloom dan
kawan-kawan terdiri dari lima komponen meliputi:
(1) Penerimaan mencakup kepekaan yang akan adanya suatu perangsang dan
kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran
atau penjelasan yang diberikan oleh guru.
(2) Partisipasi mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan itu dinyatakan dalam
memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan.
(3) Penilaian/penentuan sikap mencakup kemampuan untuk memberikan
penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.
(4) Organisasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai
sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.
(5) Pembentukan pola hidup mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-
nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi
(internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur
kehidupannya sendiri. Kemampuan itu dinyatakan dalam pengaturan hidup
di berbagai bidang, seperti mencurahkan waktu secukupnya pada tugas
belajar/bekerja, tugas membina kerukunan keluarga, tugas beribadat, tugas
menjaga kesehatan dirinya sendiri dan lain sebagainya.
3. Ranah psikomotorik (psycomotoric domain) menurut klasifikasi Simpson
meliputi 7 komponen :
39
(1) Persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang
tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-
ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan
ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan
hadirnya rangsangan (stimulasi) dan perbedaan antara rangsangan-
rangsangan yang ada.
(2) Kesiapan mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam
keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan
ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental, seperti dalam
mempersiapkan diri untuk menggerakkan kendaraan yang ditumpangi,
setelah menunggu beberapa lama di depan lampu lalu lintas yang berwarna
merah.
(3) Gerakan terbimbing mencakup kemampuan untuk melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).
(4) Gerakan yang terbiasa mencakup kemampuan untuk melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya,
tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.
(5) Gerakan kompleks mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu
keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat
dan efesien.
(6) Penyesuaian pola gerakan mencakup kemampuan untuk mengadakan
perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat
atau dengan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya seorang pemain
tenis yang menyesuaikan pola permainannya dengan gaya bermain dari
lawannya atau dengan kondisi lapangan.
(7) Kreativitas mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-
gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya
orang-orang yang berketrampilan tinggi dan berani berpikir kreatif, akan
mampu mencapai tingkat kesempurnaan ini, seperti kadang-kadang dapat
disaksikan dalam pertunjukan tarian di lapisan es dengan diiringi musik.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar
merupakan kegiatan utama. Oleh sebab itu berhasil tidaknya pencapaian tujuan
40
pendidikan tergantung kepada bagaimana keterlaksanaan proses belajar mengajar
tersebut serta sejauh mana faktor-faktor pendukung, khususnya guru dapat
menjalankan perannya secara maksimal.
Setiap proses belajar mengajar akan selalu berakhir dengan perolehan hasil
belajar atau yang biasa disebut dengan prestasi belajar. Prestasi dapat diketahui
melalui sebuah kegiatan evaluasi yaitu pada saat seorang pembelajar (peserta
didik) harus menggali kembali informasi-informasi yang telah diperolehnya.
Untuk lebih jelas tentang berlangsungnya sebuah proses belajar, maka
digambarkan dalam suatu diagram sederhana yang dikemukakan oleh Winkel
(1987:295) berikut ini:
Fiksasi Retensi Evokasi
(encoding) (storage) (retrieval)
fase konsentrasi fase mengolah fase menyimpan fase menggali fase prestasi
(fase 2) (fase 3) (fase 4) (fase 5) (fase 6)
Keluar Keluar Lupa
Gambar 2. Proses mencapai prestasi
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa prestasi akan dicapai setelah
melalui suatu rangkaian kegiatan otak dalam sebuah proses belajar. Diawali
dengan adanya motivasi sebelum memasuki fase konsentrasi, untuk mencapai
prestasi diperlukan proses mengolah informasi (encoding), menyimpan (storage)
setelah itu baru dapat dilakukan penggalian informasi yang hasilnya dapat dilihat
dalam bentuk prestasi. Setinggi apa prestasi dicapai tergantung kepada kelancaran
dalam melalui setiap fase tersebut.
Prestasi berhubungan erat dengan kapasitas kecerdasan seseorang. Howard
Garder (1985) seorang tokoh psikologi populer mengemukakan hasil
penelitiannya yang menunjukkan bahwa setiap manusia memiliki 8 kecerdasan.
Teorinya dikenal dengan sebutan Multipple Intellegence (Kecerdasan Majemuk).
41
Teori Kecerdasan Majemuk (Garder; Amstrong, 2003 : 2-4) membangun
konteks yang tepat untuk memahami kemampuan kognitif siswa. Kurikulum KM
dapat dirancang untuk mencakup seluruh tingkat kompleksitas kognitif Bloom. 8
Kecerdasan Majemuk yang dimiliki manusia tersebut meliputi :
1. Kecerdasan Linguistik, yaitu kemampuan menggunakan kata secara
efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Misalnya sastrawan, wartawan,
editor.
2. Kecerdasan Matematis-Logis, yaitu kemampuan menggunakan angka-
angka dengan baik dan melakukan penalaran dengan benar. Misalnya
ilmuwan, pemrogram komputer, ahli logika.
3. Kecerdasan Spasial, yaitu kemampuan mempersepsi dunia spasial-visual
secara akurat dan mentransformasikan persepsi tersebut. Misalnya
seniman, arsitek, dekorator.
4. Kecerdasan Kinestetis-Jasmani, yaitu keahlian menggunakan seluruh
tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan serta keterampilan tangan
untuk menciptakan atau mengubah sesuatu. Misalnya, aktor, atlet, penari,
pengrajin, pematung, dan lain-lain
5. Kecerdasan Musikal, yaitu kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal
dengan cara mempersepsi, membedakan, menggubah dan
mengekspresikan misalnya : pendengar musik, kritikus musik, komposer
dan penyanyi.
6. Kecerdasan Interpersonal, yaitu kemampuan mempersepsi dan
membedakan suasana hati, maksud, motivasi serta perasaan orang lain.
7. Kecerdasan Intrapersonal, yaitu kemampuan memahami diri sendiri dan
bertindak berdasarkan pemahaman tersebut.
8. Kecerdasan Naturalis, yaitu keahlian mengenali dan mengkategorikan
spesies flora dan fauna di lingkungan sekitar.
Teori ini berpendapat bahwa setiap manusia memiliki potensi pada setiap
kecerdasan di atas, namun demikian pada umumnya hanya akan ada satu atau dua
kecerdasan saja yang dominan dimiliki oleh seseorang. Dari sini munculllah ahli-
ahli dalam berbagai bidang. Berdasarkan pandangan ini maka akan diperoleh
42
seseorang yang cerdas dalam bidang eksak belum tentu cerdas pula dalam bidang
sosial. Atau seseorang yang kecerdasan kognitifnya mendominasi biasanya pada
kecerdasan yang lain agak berkurang.
Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
sebenarnya setiap orang adalah cerdas dan memiliki potensi untuk berprestasi
pada bidangnya masing-masing. Untuk itu diperlukan dukungan dari lingkungan
tempat individu tersebut tumbuh dan berkembang.
43
KERANGKA BERFIKIR
Berlangsungnya proses pembelajaran selalu dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang berhubungan dengan peserta didik. Hubungan tersebut dapat terjadi secara
langsung maupun tidak langsung. Syah (1995) menyatakan bahwa keberhasilan
pendidikan dipengaruhi oleh tiga faktor sebagai berikut :
1. Faktor internal yaitu segala sesuatu yang berasal dari dalam diri siswa.
Faktor ini meliputi dua hal yaitu : (a) aspek fisiologis, yaitu kondisi umum
jasmani siswa. Kondisi tubuh siswa yang lemah, sedang dalam keadaan
tidak sehat, dapat menurunkan kualitas kemampuan siswa sehingga materi
yang dipelajari tidak dapat diserap dengan baik. (b) aspek psikologis, yaitu
kondisi psikis siswa yang di antaranya meliputi tingkat kecerdasan, sikap
siswa, bakat siswa, minat belajar dan motivasi belajar siswa.
2. Faktor eksternal yaitu segala sesuatu yang berada di luar diri siswa yang
turut mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Faktor eksternal ini
meliputi lingkungan sosial dan non-sosial. Lingkungan sosial meliputi
kondisi keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai berikut :
(1) Kondisi keluarga adalah segala sesuatu yang menyangkut latar
belakang pendidikan orang tua, perhatian dan motivasi dari orang tua
atau orang lain yang berada di dalam keluarga, status sosial ekonomi,
sampai kepada keharmonisan keluarga.
(2) Lingkungan sekolah menyangkut dua hal pergaulan antar teman, serta
peran dan kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran.
(3) Lingkungan masyarakat adalah situasi dan kondisi sosial budaya
masyarakat yang berada d sekitar rumah dan sekolah.
Lingkungan non-sosial terdiri dari dua bagian yaitu :
(1) Kondisi alam yang menyangkut cuaca atau iklim.
(2) Faktor instrumen meliputi kurikulum, program, sarana (fasilitas) baik
langung seperti alat-alat pembelajaran, maupun tidak langsung seperti
gedung sekolah, bangku, pencahayaan dan sirkulasi udara, metode
serta media pembelajaran yang terpadu dalam sebuah proses
pembelajaran.
44
3. Pendekatan Belajar. Pendekatan ini sangat berkaitan dengan motivasi
belajar siswa. Pendekatan belajar yang dimaksud meliputi ;
(1) Surface yaitu pendekatan permukaan. Maksudnya adalah siswa belajar
hanya berorientasi untuk mencapai kelulusan semata, sedangkan
tentang kualitas hasil yang dicapai tidak terlalu penting.
(2) Deep yaitu pendekatan mendalam. Maksudnya adalah siswa belajar
dengan motivasi ingin mendalami pengetahuan karena merasa
membutuhkannya. Pendekatan ini berdampak kepada hasil belajar
yang biasanya cenderung baik karena diawali dengan motivasi yang
baik.
(3) Achieving yaitu pendekatan kemampuan tinggi. Pendekatan ini
dilakukan oleh siswa dengan target mencapai hasil setinggi-tingginya
karena ada ambisi tertentu yang ingin diraih. Pendekatan jenis ini
memiliki dampak negatif yaitu apabila siswa gagal meraih ambisinya
dapat mengalami depresi yang membahayakan kelangsungan
pendidikannya.
Beberapa faktor yang dikemukakan di atas merupakan faktor-faktor yang
baik secara langsung maupun tidak langsung memiliki hubungan dengan
keberhasilan belajar setiap anak. Penelitian ini mencoba mencari hubungan antara
beberapa faktor internal dan beberapa faktor eksternal dalam proses pembelajaran
yang dianggap paling berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa.
Atas dasar kerangka berfikir di atas, maka penulis mencoba
menggambarkannya dalam sebuah bagan korelasi sebagai berikut :
45
GGaammbbaarr 33.. KKeerraannggkkaa BBeerrffiikkiirr tteennttaanngg hhuubbuunnggaann pprroosseess ppeemmbbeellaajjaarraann ddeennggaann
pprreessttaassii bbeellaajjaarr ssiisswwaa
Peubah Y :
Prestasi Belajar
Y.1 Prestasi Kognitif
Y.2 Prestasi Afektif
Y.3 Prestasi Psikomotor
Output :
Terciptanya
Sumber Daya
Manusia
Yang
Berkualitas
Berlandaskan
Iman dan
Takwa
Peubah X :
Proses Pembelajaran
X1. Faktor Internal Siswa
X.1.1 Umur
X.1.2 Jenis Kelamin
X.1.3 Minat
X.1.4 Motivasi
X2. Faktor Eksternal Siswa
X.2.1 Jarak
X.2.2 Pendidikan Ayah
X.2.3 Pendidikan Ibu
X.2.4. Pekerjaan Ayah
X.2.5 Status ekonomi
Bab Metodologi Hal 46 – 53 Dari Sumber Aslinya Memang Tidak Ada
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)
Sejarah SDIT
Berawal di Masjid Arif Rahman Hakim (ARH) Salemba yang merupakan
pusat pertemuan aktivis kampus Universitas Indonesia Jakarta, sekitar tahun
1980-an mahasiswa yang aktif di mesjid ini memikirkan nasib masa depan bangsa
dalam bidang pendidikan, yang masih jauh dari jangkauan akademis. Beberapa
mahasiswa fakultas MIPA, Psikologi dan fakultas lainnya bergabung untuk
membantu mencerdaskan bangsa melalui pembinaan kepada adik kelas mereka
yang masih duduk di SMA. Tahun 1981- 1984 mereka melakukan pembinaan
dalam bentuk menelaah dan melakukan pendalaman mata pelajaran dan
Bimbingan Penyuluhan dari mesjid kepada para siswa kelas 3 di berbagai jurusan.
Alhamdulillah, Sembilan puluh persen peserta yang sebagian besar pengurus
Rohis di sekolah masing-masing diterima di Perguruan Tinggi Negeri .
Tahun 1985 mereka meresmikan berdirinya Bimbingan Belajar Nurul
Fikri (Bimbel NF) di bawah naungan Yayasan Nurul Fikri.
Tahun 1992 para pendiri Yayasan Nurul Fikri ingin melanjutkan kiprah
mereka dalam pendidikan formal berupa upaya pendirian sekolah alternatif yang
mengimplementasikan nilai-nilai Islam. Dibentuklah Kelompok Kerja (pokja)
untuk pendirian Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Fikri. Sekitar setahun
pokja melaksanakan tugasnya, akhirnya pada pertengahan Juli 1993
diresmikanlah SDIT Nurul Fikri yang berdomisili di Jalan Situ Indah No. 116 RT
06/X Kelurahan Tugu Kelapa Dua Cimanggis. Bersamaan dengan pendirian SDIT
Nurul Fikri, Yayasan mendirikan Taman Al-Qur’an Nurul Fikri. Pada awal
berdirinya SDIT Nurul Fikri membuka pendaftaran dari kelas 1 sampai dengan
kelas IV.
Kiprah Yayasan dilanjutkan pada Juli 1996 dengan membuka SLTP Islam
Terpadu Nurul Fikri. Pembukaan SLTPIT Nurul Fikri ini merupakan bentuk
integrasi kelanjutan studi pada jenjang yang lebih tinggi.
55
Sejarah SDIT Ummul Quro
Sekolah Dasar Islam Terpadu Ummul Quro Bogor pertama kali berdiri
pada tahun 1993 dengan nama Sholahuddin dengan jumlah siswa 17 orang dengan
fasilitas yang masih sangat terbatas. Pada tahun 1997 memperoleh kemudahan
dengan menempati sebidang tanah wakaf. Sejak tahun 1998 hingga sekarang,
berkat kepercayaan orang tua Ummul Quro mampu membebaskan lahan dan
membangun dua gedung permanen 3 lantai dengan luas lahan sekitar 6000 m2.
Visi dan Misi
1. Visi : “PELOPOR SEKOLAH ISLAM TERPADU BAGI
TERBENTUKNYA GENERASI QUR’ANI”
2. Misi :
• Membentuk SDIT Ummul Quro sebagai SD yang berkualitas.
• Membentuk SDIT Ummul Quro sebagai lembaga pendidikan Islam
terpadu yang integral dan komprehensif
• Membentuk SDIT Ummul Quro sebagai lembaga pendidikan
profesional yang mengutamakan persaudaraan dan saling tolong
menolong dalam kebaikan dan taqwa.
• Membentuk SDIT Ummul Quro sebagai bi’ah salihah (lingkungan
yang baik)
• Membentuk keseimbangan ruhani, akal dan jasad bagi seluruh elemen
pendidikan (guru, pegawai, siswa dan orang tua).
• Membentuk peserta didik yang berpegang teguh kepada Al Qur’an
• Membentuk peserta didik yang cinta akan masjid dan
memakmurkannya.
• Membentuk peserta didik yang taat dan khusyu dalam beribadah
• Membentuk peserta didik yang saleh cendekia
56
Tujuan
1. Tujuan Lembaga.
• Memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik, baik berupa
pengetahuan, kemampuan dan keterampilan serta sikap yang dapat
digunakan oleh mereka dalam kehidupan sehari-hari dan untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
• Mengintegrasikan kemampuan, keterampilan dan sikap yang islami
kepada peserta didik sehingga dapat tumbuh dan berkembang potensi
fitrahnya ke arah terbentuknya insan yang bertaqwa dalam arti yang
luas.
• Membentuk peserta didik menjadi manusia yang mempunyai
kepribadian yang saleh, aqidah yang benar, akhlak yang mulia, akal
yang cerdas, fisik yang sehat dan kuat serta dekat dan cinta kepada Al-
Qur’an.
2. Tujuan Operasional.
Melatih dan mengajarkan kemampuan dasar baca tulis hitung, pemahaman
dasar agama (aqidah, akhlaq, fiqh, sirah, Al Qur’an dan Hadits),
pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai
dengan tingkat perkembangan serta mempersiapkan mereka untuk
mengikuti pendidikan di SLTP.
Kurikulum
Sekolah Dasar Islam Terpadu sebagai suatu sekolah yang mempunyai ciri
khas, melakukan penjabaran dan penambahan bahan kajian dari mata pelajaran,
memberikan penjiwaan agama Islam ke setiap mata pelajaran, memberikan
tambahan jam mata pelajaran agama serta menumbuhkan kehidupan budaya
sekolah yang islami.
Muatan materi tersebut dikemas dalam keterpaduan antara Kurikulum
Pendidikan Nasional dengan Kurikulum Khusus Ummul Quro (UQ) seperti
disajikan pada Tabel 3 berikut ini :
57
Tabel 3. Perbandingan Struktur Kurikulum Diknas dan SDIT Ummul Quro (UQ)
Alokasi Jam Pelajaran
Kelas I dan II Kelas III dan IV Kelas V dan VI Diknas UQ Diknas UQ Diknas UQ
* 50 jam 31 jam 66 jam 31 jam 63 jam
Keterangan :
• Pendekatan tematik, di gunakan kegiatan pembelajaran ini untuk
menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan pengelolaan
waktunya di tetapkan oleh sekolah.
• Untuk kelas I dan II alokasi waktu sebanyak 27 jam pelajaran yang
diatur dengan komposisi : (a) 20 % untuk agama dan PPKn, ( b) 50 %
untuk membaca menulis dan berhitung (c) 30 % untuk sains,
pengetahuan sosial, kesenian, keterampilan, dan pendidikan jasmani.
Kegiatan Ekstra kurikuler dan Kepanduan
Kegiatan ekstra kurikuler dan kepanduan merupakan alternatif kegiatan
bagi pengembangan bakat dan kemampuan siswa. Setiap siswa boleh memilih
atau mengusulkan kegiatan yang sesuai dengan minat dan bakatnya masing-
masing. Berbagai kegiatan ekstra kurikuler diselenggarakan disesuaikan dengan
kebutuhan siswa yang meliputi kegiatan seni, sastra, komunikasi dan jurnalistik,
tahfidzul qur'an, olah raga serta bahasa.
Pusat keunggulan.
1. Pengajaran Al Qur’an, yang bertujuan menanamkan kecintaan kepada Al
Qur’an, memberikan kemampuan membaca Al Qur’an dengan tartil dan
menghafal sebagiannya serta pengamalan Al Qur’an dalam seluruh gerak
langkah keh idupan.
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan strategi dengan pembentukan
tim khusus pengajaran Al-Qur'an serta tahfidzul qur'an.
58
Prestasi tahfidzul Qur’an siswa 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 4
berikut ini :
Tabel 4. Prestasi Tahfidzul Qur’an di SDIT Ummul Quro
Jumlah Siswa Penghafal Al-Qur’an Tahun 4 juz 3 juz 2 juz 1.5 juz 1 juz
2001 - 2002 - 1 17 - 18 2002 – 2003 - - - 27 27 2003 – 2004 - - 5 18 57 2004 – 2005 - 1 - 42 37 2005 – 2006 2 4 13 32 26
2. Peningkatan Pengajaran Agama Islam, yang bertujuan memberikan bekal
pendidikan agama yang cukup kepada siswa serta keterampilan
melaksanakan praktek ibadah dengan baik.
Untuk mencapai target tersebut dilakukan penambahan jam pelajaran
agama serta memantau pelaksanaan praktek ibadah siswa.
Pendekatan Belajar
Kelas dikelola dengan mengaktifkan semua indera siswa dengan pendekatan
pembelajaran ( metoda ) yang aktif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) yang
memberikan Pengalaman Belajar yang menyenangkan untuk siswa.
Pengalaman Belajar
• Field trip ( kunjungan )
• Proyek – Proyek Pembelajaran di antaranya : Pasar mini siswa, nonton VCD
(ttg cuaca, keajaiban alam, menaklukan syetan dengan do’a dll), bercocok
tanam , belanja ke pasar tradisional / modern, jelajah lingkungan, observasi
pertumbuhan tanaman, renang.
§ Waktu kunjungan disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan dibahas.
59
Staf Pengajar
• Staf pengajar adalah pengajar dan pendidik di bidangnya yang berjumlah 68
orang. Sebanyak 73 % S1 lulusan perguruan tinggi Negeri dan Swasta, dari
keguruan ataupun non keguruan, selebihnya diploma dan pesantren
• Asal Lembaga/PT : IKIP, IPB, UI, UIKA, UNPAK, UGM, ITB, Pesantren Al-
Qur’an, dan perguruan tinggi lainnya
Peningkatan Jumlah Siswa dan Prestasi Penunjang
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa pada tahun pertama berdirinya
SDIT ini hanya memiliki 17 orang siswa. Namun demikian dengan kualitas output
yang sesuai kebutuhan masyarakat saat ini yaitu selain memiliki kemampuan
intelektual siswa juga dibekali dengan pengetahuan agama dianggap yang
memadai, maka kepercayaan masyarakat terus meningkat. Hal ini ditandai dengan
peningkatan jumlah siswa secara simultan pada tahun-tahun berikutnya. Berikut
ini data jumlah siswa 5 tahun terakhir :
Tabel 5. Peningkatan Jumlah Siswa SDIT Ummul Quro
Tahun Jumlah siswa
2001 – 2002 573 2002 – 2003 679 2003 – 2004 754 2004 – 2005 795 2005 – 2006 846
Selain prestasi dalam hal peningkatan jumlah siswa, dalam perjalanan
perkembangannya para siswa-siswi SDIT Ummul Quro juga aktif dan kreatif
dalam berbagai kompetisi . Beberapa prestasi yang berhasil diraih tertera dalam
Tabel 6 berikut ini :
60
Tabel 6. Prestasi Penunjang Siswa SDIT Tiga Tahun Terakhir
No Prestasi Tahun 1 Juara I lomba menggambar pada ajang Dies Natalis IPB 42 2004 2 Meraih medali perunggu pada Philippine Elementary
Mathematics International Contest (PEMIC) 2005
3 Juara II pada ajang Olimpiade Nasional II Mental Aritmatika
2005
4 Juara I kontes Penggemar Matematika Se- Bogor 2005 5 Juara II Lomba Mewarnai se- Jakarta, Depok dan Bogor 2005 6 Juara II Kontes Penggemar Matematika Se- Kabupaten dan
Kota Bogor 2005
7 Juara I Lomba Mewarnai se- Bogor dan Depok 2006 8 Juara III Lomba Cerdas Cermat se- Bogor Depok 2006 9 Juara I Lomba Menulis Cerita se-Bogor 2006
10 Juara I Lomba Mengarang se-Bogor dan sekitarnya 2006
Gambaran Umum Sekolah Dasar Negeri Sukadamai 3 Bogor
SD Negeri Sukadamai 3 berdiri sekitar tahun 1984, yang pada awalnya
merupakan wilayah kabupaten Bogor. Namum pada tanggal 1 Januari 1995 terjadi
pemekaran wilayah sehingga sekolah ini menjadi wilayah binaan
Kakandepdiknas/Dinas P dan P Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor hingga
sekarang.
Gedung SD Negeri Sukadamai 3 ini berdiri di atas tanah seluas 2.957 m2
dengan rombongan belajar 27 kelas dengan jumlah ruang belajar 12 lokal, 1
laboratorium komputer, 1 perpustakaan, 1 laboratorium IPA dan jumlah siswa
seluruhnya 1206 siswa dan dibina oleh seorang Kepala Sekolah, 27 orang Guru, 1
petugas adminstrasi, serta 1 penjaga Sekolah.
Program SDN Sukadamai 3 Budi Agung
Dalam mencapai perspektif masa depannya yaitu “mencapai masyarakat
madani yang beragama ditandai kebersaman dalam kebhinekaan dilandasi
keadilan dan kesejahteraan yang berkesinambungan serta keserasian dalam
kecenderungan global” SDN Sukadamai 3 Budi Agung menyusun program-
prgaram yang relevan.
61
Visi yang dipegang adalah berwawasan keunggulan, mempersiapkan
tamatan yang berkualitas, bernalar logis, berpikir kritis, bertindak aktif, bersikap
kreatif, peka, mandiri, berbudi pekerti, bertanggung jawab, menguasai iptek dan
imtaq untuk masa depan bangsa yang cerah.
Sedang misi yang diemban adalah sebagai berikut :
1. Mengutamakan pelayanan masyarakat
2. Menyiapkan fas ilitas belajar mengajar
3. Meningkatkan sumber daya yang berkualitas
4. Meningkatkan peran serta masyarakat
5. Meningkatkan mutu pembelajaran
6. Meningkatkan kerjasama penelitian dan pengembangan inovasi program
Strategi yang dijalankan SDN Sukadamai 3 Budi Agung yang memiliki
motto “Iman ilmu dan amal” yaitu antara lain :
1. Menerapkan KBMA (Kegiatan Belajar Mengajar Aktif)
2. Mengkaji pendekatan SWOT - Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan
Ancaman
3. Mengkaji dimensi pelayanan TERRA (Tampilan pisik, Rasa memiliki,
Cepat tanggap, Kehandalan, Jaminan mutu)
4. Mengkaji Strategi Belajar Mengajar
5. Menyiapkan SDM yang berkualitas
6. Mengkaji perencanaan strategi (Strategic Planning)
7. Menyusun rencana induk pengembangan Sekolah (RIPS)
8. Mengubah proses alamiah menjadi ilmiah
9. Mengubah anti pati menjadi simpati
10. Membina hati mengolah pikir
11. Mereka cipta karsa menjadi karya
12. Cerdas pikir cerdas hati dengan budi luhur
Visi misi dan strategi tersebut dijadikan sebagai bahan acuan oleh semua
personil dalam pelaksanaan pendidikan yang diselenggarakan SDN Sukadamai 3
Budi Agung Kota Bogor
62
Pada praktiknya usaha-usaha yang dijalankan sekolah terdapat peningkatan.
Ini ditandai dengan tercapainya tujuan sekolah yaitu meningkatnya kualitas dan
kuantitas hasil belajar, pengakuan masyarakat terhadap keberadaan sekolah serta
sikap atau mentalitas siswa yang terlihat semakin baik. Peningkatan jumlah siswa
dalam 5 tahun terakhir disajikan dalam tabel 7 berikut ini :
Tabel 7. Peningkatan Jumlah Siswa SDN Sukadamai 3
Tahun Jumlah Siswa
2001 – 2002 709 2002 – 2003 888 2003 – 2004 998 2004 – 2005 1136 2005 – 2006 1206
Kurikulum
Kurikulum disusun untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai tingkat
sekolah yang diselenggarakan yang merupakan rencana dan pengaturan mengenai
isi dan bahan pelajaran serta yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar di setiap tingkatan sekolah dan berlaku secara nasional.
SDN Sukadamai 3 menyelenggarakan proses pembelajaran dengan
menggunakan standar kurikulum DEPDIKNAS 1994 untuk kelas III dan VI, dan
Kurikukulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 untuk kelas I,II,IV dan V. Hal ini
dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh DIKNAS, terkait
dengan pemberlakuan KBK secara bertahap yang dimulai dari tahun 2004.
Peningkatan Kegiatan Belajar Mengajar
Dalam rangka meningkatkan KBM, sekolah melaksanakan usaha-usaha
sebagai berikut :
1. Tertib waktu, Tertib belajar dan Tertib admistrasi
2. Menerapkan Strategi KBMA (Kegiatan Belajar Mengajar Aktif)
3. Mengembangkan Seni Daerah
63
4. Menerapkan Muatan Lokal bahasa Inggris dari kelas I
5. Meningkatkan Kerja sama dengan berbagai lembaga yang
berhubungan dengan pengembangan potensi belajar siswa serta
lembaga bimbingan diagnostik kesulitan belajar.
6. Pembinaan peningkatan mutu KBM bagi staf pengajar melalui :
a. Mengikuti diskusi dan latihan yang diselengarakan oleh British
Council dan Basic Education Projek
b. Magang di sekolah yang berwawasan Internasional Global Jaya
Madaniah, Anisa.
c. Mengikuti diskusi di sekolah Internasional ( Madaniah, Anisa,
Global Jaya, Assukro)
d. Work Shop dengan orang tua peduli pendidikan ( GENTALA )
e. Diskusi KKG di GUGUS VI Bina BEP
f. Diskusi guru-guru di KKGS
7. Mengadakan Kegiatan Ekstra kurikuler :
a. Sepak bola kerjasama dengan GRC Good Year
b. Bulu tangkis kerjasama dengan Sanggar Reni Cimanggu Permai
c. Renang kerjasama dengan Sanggar Reni Cimanggu Permai
d. Karate kerjasama dengan Inkai Cabang Bogor
e. Bina Tari kerjasama dengan Sanggar Reni Cimanggu Permai
f. Pramuka, UKS, dokter kecil, karawitan, bina vokalia/bina musik
g. Baca Tulis Alqur’an kerjasama dengan DKM Al Ithishom
Peluang dan Tantangan
Peluang-peluang yang didapat, dikelola dengan baik dan dihasilkan segala
apa yang diharapkan sesuai dengan tujuan. Begitu pula dengan tantangan-
tantangan yang dihadapi ditanggulangi dan ditangani dengan baik. Semuanya
terbukti dengan diraihnya berbagai prestasi penunjang kegiatan belajar mengajar
serta kegiatan ekstrakurikuler oleh para siswa sekolah ini. Berbagai prestasi ini
dapat diraih berkat kesungguhan Kepala Sekolah dalam memotivasi serta
64
memfasilitasi berbagai kegiatan tersebut. Beberapa prestasi yang diraih antara
lain tertera dalam tabel 8 berikut :
Tabel 8. Prestasi Penunjang Siswa SDN Sukadamai 3
No Prestasi Tahun
1 Juara I MTQ tingkat Kota Bogor 1999 2 Juara II Baca Puisi Tingkat Kota 1999 3 Juara III Solo Vocal Tingkat Kota 1999 4 Juara I Bola Voli Putri HUT RI ke 54 antar
Gugus se Kec. Tanah Sareal 2000
5 Juara II Bulu tangkis Putri HUT RI ke 54 antar Gugus
2000
6 Juara I MTQ Tingkat Kota Bogor 2000 7 Juara I Putri Siswa Teladan Tingkat SD se
Kecamatan Tanah Sareal 2001
8 Juara I Sekolah Hijau Kota Bogor oleh Dinas Lingkungan Hidup
2002
Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar mulai dari perencanaan sampai
kepada evaluasi. Rangkaian kegiatan tersebut meliputi tujuan yang dirumuskan
dalam standar kompetensi dan indikator pencapaian, penentuan materi
pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metoda dan media yang akan
digunakan, waktu yang dibutuhkan serta evaluasi pembelajaran.
Terdapat persamaan maupun perbedaan dalam penyelenggaraan proses
pembelajaran di dua sekolah tersebut. Persamaan dan perbedaan tersebut dilandasi
oleh perbedaan standar proses pembelajaran yang digunakan. Di SDIT Ummul
Quro standar proses adalah berdasarkan Kurikulum 1994, 2004 yaitu Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) yang diakselerasikan dengan Quantum Teaching
(Mengajar Sukses) dan Quantum Learning (Belajar Sukses). Di SDN Sukadamai
3 pembelajaran dilaksanakan mengacu pada ketentuan Kurikulum 1994 yang
dikombinasikan dengan Kurikulum 2004 (KBK).
65
Selain kurikulum, perbedaan juga tampak pada jumlah jam belajar, metode
pembelajaran yang diterapkan, serta target yang ingin dicapai di akhir proses
pembelajaran. Tabel 9 berikut ini akan memberikan gambaran yang lebih jelas
tentang perbedaan dan persamaan proses pembelajaran di SDIT Ummul Quro
dengan di SDN Sukadamai 3 :
Tabel 9. Perbedaan Proses Pembelajaran antara SDIT Ummul Quro
dengan SDN Sukadamai 3
No Uraian SDIT Ummul Quro SDN SUKADAMAI 3
1 Kurikulum 1994, 2004 (KBK), Kurikulum Khusus Ummul Quro yang meliputi muatan Pendidikan Agama Islam, hafalan Al-Qur'an dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler
1994, 2004 (KBK), Kurikulum Khusus yang meliputi muatan lokal dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler
2 Jumlah jam pelajaran
63 jam / minggu @ 30 menit
31 jam pelajaran / minggu @ 35 menit
3 Proses Pembelajaran :
• Metode • Pengelolaan
Kelas • Target
Active learning Mengaktifkan semua indra siswa dengan pendekatan pembelajaran yang aktif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) Pencapaian aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang dilandasi nilai-nilai ajaran agama
Tutorial Pendekatan klasikal yang aktif Pencapaian aspek kognitif, afektif dan psikomotor
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa perbedaan yang mencolok adalah
pada kurikulum khusus, jumlah jam pelajaran, metode, pengelolaan kelas serta
target pembelajaran.
Untuk menyelenggarakan proses pembelajaran seperti tertera di atas dengan
sebaik -baiknya, kedua sekolah mengupayakan beberapa langkah konkrit yang
66
berhubungan dengan peningkatan kualitas SDM (guru). Beberapa langkah
tersebut adalah :
1. Memilih guru yang paling berkompeten untuk mengajar di kelas VI,
diusahakan adalah guru yang berlatar belakang pendidikan keguruan.
2. Menyelenggarakan berbagai pelatihan untuk para guru.
3. Mengirimkan perwakilan guru untuk mengikuti pelatihan, seminar atau
lokakarya yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional
atau lembaga-lembaga lain yang kompeten.
Latar Belakang Pendidikan Guru dan Kesesuaian Bidang Ajar
Bagi seorang tenaga kependidikan (guru) latar belakang pendidikan yang
relevan merupakan suatu syarat terpenting yang harus dipenuhi sebelum
mengemban tugas sebagai guru. Hal ini merupakan syarat profesionalisme.
Undang-undang terbaru yang dicanangkan pemerintah yaitu UU Guru dan Dosen
No 14 tahun 2005 mengisyaratkan hal tersebut.
Hasil pendataan keadaan guru tentang latar belakang pendidikan dan
kesesuaian bidang ajar di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 disajikan
dalam tabel 10 berikut ini :
Tabel 10. Latar Belakang Pendidikan dan Kesesuaian Bidang Ajar Pada Guru di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3
n = 10 No Uraian
SDIT (%)
SDN (%)
1 Latar Belakang Pendidikan a) Kependidikan 80,00 60,00 b) Non Kependidikan 20,00 40,00
2 Kesesuaian Bidang Ajar a) Mengajar sesuai latar belakang bidang keilmuan 90,00 40,00 b) Mengajar tidak sesuai latar belakang bidang keilmuan 10,00 60,0
Tabel di atas menunjukkan bahwa masih ada guru yang bukan berlatar
belakang ilmu kependidikan serta mengajar tidak sesuai dengan latar belakang
keilmuannya. Terjadinya guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang
67
keilmuan di SDN Sukadamai 3 disebabkan di sekolah ini menggunakan sistem
guru kelas, sehingga satu orang guru mengajar 6 bidang studi yaitu PPKn, Bahasa
Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan Bahasa Sunda. Di SDIT Ummul Quro
berlaku guru bidang studi yang sesuai dengan rumpun ilmunya. Keadaan ini
menunjukkan terjadinya perbedaan proses pembelajaran dalam hal kreativitas
memilih metode dan media pembelajaran serta kedalaman ilmu yang
disampaikan.
Namun demik ian untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
hambatan-hambatan dalam mengajar, maka masing-masing sekolah
menyelenggarakan pelatihan bagi para guru atau mengirimkan para gurunya ke
berbagai pelatihan sesuai kebutuhan pembelajaran dan pengembangan
profesionalisme. Keikutsertaan para guru dalam berbagai pelatihan tersebut
disajikan dalam tabel 11 berikut ini :
Tabel 11. Keikutsertaan Dalam Pelatihan Guru SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3
n = 10 No Uraian
SDIT (%)
SDN (%)
1 Pelatihan sesuai bidang ajar 100,00 100,00 2 Pelatihan penunjang bidang kurikulum dan metodologi 100,00 50,00 3 Pelatihan penunjang 100,00 20,00
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa meskipun para guru bukan
berlatar belakang ilmu kependidikanan tetapi pelatihan-pelatihan yang
diselenggarakan sesuai dengan bidang ajar sangat membantu para guru untuk
lebih menguasai materi pelajaran yang diberikannya. Tidak hanya materi, tetapi
pemilihan metode dan media yang relevan pun men jadi lebih mudah.
Di SDIT Ummul Quro 100% guru diikut sertakan dalam berbagai pelatihan
karena ering kali penyelenggaraannya adalah dengan cara mengundang nara
sumber ke sekolah. Di SDN Sukadamai 3 pelatihan yang sesuai bidang ajar
mengikutsertakan 100% guru juga karena mengundang nara sumber, sedangkan
pelatihan-pelatihan yang lain dilakukan dengan cara mengirimkan guru untuk
68
mengikuti pelatihan yang diselnggarakan oleh Dinas Pendidikan atau lembaga-
lembaga lainnya.
Para guru yang telah mengikuti pelatihan-pelatihan, melakukan revisi-revisi
proses pembelajaran. Suasana yang semula lebih banyak bersifat teacher centered
(pembelajaran terpusat pada guru) secara bertahap telah mengalami perubahan
menjadi student centered (pembelajaran terpusat pada siswa) sehingga siswa
benar-benar diarahkan untuk berperan aktif dalam pembelajaran.
Jenis pelatihan yang diselenggarakan meliputi pelatihan Bidang studi yang
berisi materi dan keluasan materi pelajaran, pelatihan bidang kurikulum dan
metodologi, serta pelatihan penunjang yaitu seminar-seminar pendidikan, training
motivasi dan kecerdasan emosi, psikologi populer serta pembinaan rohani yang
diselenggarakan secara khusus setiap hari Sabtu di SDIT ummul Quro.
Sebagai tindak lanju t dari berbagai pelatihan yang pernah diikuti, maka para
guru dapat meningkatkan keterampilannya dalam menyusun rencana dan
mengelola proses pembelajaran. Pengamatan tentang keterampilan guru mengajar
dilakukan sebanyak 14 kali. Hasil pengamatan tentang menyusun rencana
pengajaran dan mengelola proses pembelajaran disajikan dalam tabel 12 berikut :
Tabel 12. Keterampilan guru dan keterlaksanaan
dalam menyusun rencana dan mengelola proses pembelajaran di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3
Penilaian n=14
Baik (%) Cukup (%) Kurang (%) No Uraian Kegia tan
SDIT SDN SDIT SDN SDIT SDN
1 Menyusun Silabus dan Skenario Pembelajaran
85,8 21,4 - 50,0 14,2 28,6
2 Melakukan Appersepsi 100 100 - - - - 3 Memotivasi siswa 100 85,8 - 14,2 - - 4 Melibatkan sis wa dalam
kegiatan pembelajaran 85,7 57,1 14,3 42,9 - -
5 Menyampaikan bahan 100 100 - - - - 6 Memberi contoh 85,8 85,8 14,2 14,2 - - 7 Menggunakan alat/media
pembelajaran 50 28,4 50 72,8 - -
8 Interaksi dalam proses pembelajaran
50 12,1 50 59,3 - 28,6
69
Seperti terlihat dalam tabel 12 di atas, pada SDIT Ummul Quro :
§ 85,8% guru membuat skenario pembelajaran dengan lengkap, 14,2% guru
mengajar tanpa skenario pembelajaran, hanya menggunakan buku paket
sebagai panduan.
§ 100% guru memberi motivasi yang bentuknya berupa nasehat agar siswa
mau lebih giat belajar, memberi skore/poin untuk setiap prestasi siswa di
dalam kelas serta reward berbentuk pujian dan kalimat toyyibah (misalnya
ungkapan Subhanallah) baik secara indvidu maupun kelompok. Perilaku
guru seperti ini membuat suasana belajar lebih menyenangkan bagi siswa
karena mereka merasa diperhatikan dan dihargai kemampuannya
§ 100% guru melakukan appersepsi dengan berbagai bentuk seperti diskusi
hasil kunjungan, penjelasan umum tentang materi yang akan disajikan,
tanya jawab materi yang lalu atau pun melalui cerita yang biasanya
dilakukan pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.
§ Dalam suasana pembelajaran, aktivitas yang melibatkan siswa tercatat
sebanyak 85,7%. Siswa melakukan kegiatan berupa menggambarkan,
mempraktekkan, mendeskripsikan, mencari dan menemukan, membuat
laporan, membuat resume dan mendiskusikannya, melakukan permainan
(game) yang telah dirancang oleh guru, bermain peran, mengarang,
memberi contoh, membacakan puisi, menempel informasi penting yang
diperoleh pada majalah dinding, serta mengerjakan portofolio, selebihnya
14.3% kegiatan siswa mendengarkan penjelasan guru.
§ Interkasi antara guru dengan siswa, tidak ditemukan guru yang pasif,
50,00% guru aktif berinterkasi, mengamati dan terlibat dengan siswa
ketika siswa mengerjakan tugas, sedangkan 50,00% lainnya mampu
menjalin komunikasi interaktif dalam suasana yang menyenangkan bagi
siswa, misalnya pembelajaran melalui game adalah yang paling disukai
oleh siswa.
70
Pada SDN Sukadamai 3 :
§ 21,4% guru membuat skenario pembelajaran dengan lengkap, 50% guru
membuat skenario pembelajaran tetapi tidak lengkap, dan sisanya
sebanyak 28,6% guru mengajar tanpa skenario pembelajaran. Guru yang
tidak membuat skenario pembelajaran merasa bahwa apa yang terdapat
dalam buku panduan sudah cukup untuk dijadikan rujukan selain karena
mereka sudah berpengalaman mengajar bidang yang sama selama
bertahun-tahun.
§ 85,8% guru memberi motivasi yang bentuknya berupa nasehat agar siswa
mau lebih giat belajar, 14,2% guru mengajar tanpa memberi motivasi
hanya sebatas penyampaian materi pelajaran dan evaluasi. Guru yang
secara rutin dan tekun memberikan motivasi kepada siswa, menunjukkan
adanya kepedulian yang tinggi terhadap keberhasilan mengajar dan belajar
siswa. Namun demikian motivasi yang bentuknya hanya verbal (nasehat)
sering membuat siswa menjadi jenuh karena pada umumnya semua guru
akan mengatakan hal yang sama tentang apa yang seharusnya mereka
lakukan untuk mencapai keberhasilan.
§ 100% guru melakukan appersepsi dengan berbagai bentuk seperti diskusi
hasil kunjungan, penjelasan umum tentang materi yang akan disajikan,
tanya jawab materi yang lalu atau pun melalui cerita yang biasanya
dilakukan pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.
§ Dalam suasana pembelajaran, 42,9% kegiatan siswa mendengarkan
penjelasan guru, selebihnya sebanyak 57,1% siswa melakukan kegiatan
berupa menggambarkan, mendeskripsikan, mencari dan menemukan,
membuat laporan, memberi contoh, serta mengerjakan portofolio.
Keadaan ini sudah menggambarkan penerapan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk
diterapkan secara bertahap mulai dari tahun ajaran 2002-2003.
§ Interkasi antara guru dengan siswa ditemukan bahwa 28,6% guru pasif
dalam arti guru memberi tugas dan menunggu hingga siswa
menyelesaikannya, 59,3% guru aktif berinterkasi, mengamati dan terlibat
71
dengan siswa ketika siswa mengerjakan tugas, sedangkan guru yang
menjalin komunikasi interaktif dalam suasana yang menyenangkan bagi
siswa sebanyak 12,1%.
Faktor-faktor Internal Siswa
Karakteristik siswa secara umum terdiri dari dua faktor yaitu faktor
internal yang meliputi ; (a) aspek fisiologis, yaitu kondisi umum jasmani siswa.
Umur, kesehatan fisik dan panca indra, serta jenis kelamin, merupakan faktor-
faktor yang secara tidak langsung berhubungan dengan segala aktivitas siswa; (b)
aspek psikologis, yaitu kondisi psikis siswa yang di antaranya meliputi tingkat dan
tipe kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa, minat belajar dan motivasi belajar
siswa. Aspek psikologis ini merupakan salah satu faktor penentu yang memiliki
dampak langsung terhadap aktivitas dan keberhasilan belajar siswa.
Kedua adalah faktor ekternal siswa yang meliputi berbagai hal dari luar
diri siswa yang dapat mempengaruhi proses tumbuh kembangnya. Faktor
eksternal tersebut di antaranya faktor orang tua, guru, teman, lingkungan belajar,
fasilitas belajar, metode pembelajaran, tujuan pembelajaran serta kurikulum.
Semua faktor tersebut memiliki andil yang cukup besar dalam mencapai
keberhasilan belajar siswa.
Umur
Siswa SD kelas VI rata-rata berumur antara 11 hingga 13 tahun. Perbedaan
tersebut disebabkan berbedanya usia siswa ketika memasuki sekolah. Sebenarnya
sudah ada ketentuan pemerintah bahwa untuk memasuki Sekolah Dasar seorang
anak minimal harus berusia 6 tahun. Namun kenyataannya banyak orang tua yang
memaksakan anaknya untuk masuk SD sebelum mencapai usia 6 tahun dan pihak
sekolah tidak dapat menolak karena berbagai alasan.
Jumlah siswa dalam rentangan umur tersebut dapat dilihat pada tabel 13
berikut :
72
Tabel 13. Jumlah Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Berdasarkan Umur
Jumlah No Umur siswa Kategori
n=73 Persentase (%)
1 11 tahun Kurang 10 13,69
2 12 tahun Tepat 54 73,97
3 13 tahun Lebih 9 12,32
Tabel di atas menunjukkan bahwa 73,9% siswa kelas VI berumur 12
tahun. Umur yang tepat dengan tingkat perkembangan anak untuk siswa sampai di
kelas VI. Sebanyak 13,7% siswa berumur lebih muda yaitu 11tahun. Artinya para
siswa ini masuk Sekolah Dasar sebelum usianya mencapai 6 tahun. Meskipun
berumur lebih muda atau di bawah standar umur siswa kelas VI namun para
siswa ini dapat mengikuti pelajaran sebagaimana mestinya. Selebihnya yaitu
sebanyak 12,3% berumur di atas rata-rata siswa kelas VI yaitu 13 tahun.
Jenis kelamin
Perbedaan individual pada siswa dapat dilihat dari aktivitas mental dan
motorik siswa. Dalam aktivitas tersebut terdapat karakteristik perilaku yang
berbeda antara siswa laki-laki dengan perempuan. Perbedaan tersebut nampak
dalam beberapa hal, di antaranya perbedaan prestasi yang diraih. Jumlah siswa
berdasarkan jenis kelaminnya disajikan dalam tabel 14 berikut ini :
Tabel 14. Jumlah Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Berdasarkan Jenis Kelaminnya
Jumlah No Jenis kelamin
n=73 Persentase (%)
1 Laki-laki 36 49,31
2 Perempuan 37 50,68
73
Minat dan Motivasi Belajar Siswa
Minat dan Motivasi merupakan dua aspek psikologis yang paling
berpengaruh terhadap proses keberhasilan belajar siswa. Minat dikategorikan
dalam bidang akademik dan non akademik. Kategori bidang akademik adalah
minat siswa terhadap salah satu bidang studi, dan non akademik adalah minat
siswa terhadap kegiatan ekstra kurikuler.
Untuk mengetahui motivasi siswa dilihat dari persentase kehadiran,
kesungguhan dalam mengerjakan tugas, kesadaran mengulang pelajaran di rumah,
kepedulian terhadap reward dan punishment serta standar keberhasilan yang
dimiliki siswa. T inggi rendahnya minat dan motivasi dari masing-masing siswa
disajikan dalam tabel 15 berikut :
Tabel 15. Minat Belajar Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3
Jumlah No Faktor Internal Siswa
Kategori (skor)
(n=73) Persentase (%)
Rendah (3-7) 33 45,20 1 Minat Tinggi (8-11) 40 54,80
Jumlah 73 100,00
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (54,79%)
memiliki minat yang terkategori tinggi. Mereka mengemukakan minatnya
terhadap salah satu bidang studi tertentu serta bidang ekstrakurikuler tertentu.
Sebanyak 45,20% siswa memiliki minat yang terkategori rendah. Mereka belum
menunjukkan adanya arah minat yang jelas, maksudnya siswa tersebut tidak
memiliki kecenderungan terhadap salah satu bidang studi atau kegiatan ekstra
kurikuler tertentu.
Beberapa bidang studi yang paling banyak diminati oleh siswa adalah
Matematika dan IPA, sedangkan sosial dan bahasa diminati oleh sebagian kecil
siswa. Keadaan ini memberikan gambaran bahwa pada umumnya siswa lebih suka
kepada pelajaran yang memiliki tantangan, apalagi pada pelajaran IPA sering kali
74
diselenggarakan praktek yang banyak memberi pengalaman yang berkesan bagi
siswa tentang perkembangan ilmu.
Tabel 16. Motivasi Belajar Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3
Jumlah No Faktor Internal Siswa
Kategori (skor)
(n=73) Persentase (%)
Rendah (4-13) 24 32,87 1 Motivasi (skor) Tinggi (14-18) 49 67,13
Total 73 100,00
Dalam hal motivasi belajar, diperoleh hasil bahwa sebagian besar siswa
memiliki motivasi yang terkategori tinggi yaitu sebanyak 67,13%. Sisanya yaitu
sebanyak 32,87% memiliki motivasi yang terkategori rendah. Motivasi ini dilihat
dari usaha siswa dalam kegiatan belajar untuk meraih hasil sebaik-baiknya.
Faktor-faktor Eksternal Siswa
Faktor eksternal yang diukur dalam penelitian ini adalah jarak yang
ditempuh siswa dari rumah ke sekolah, tingkat pendidikan ayah dan ibu,
pekerjaan ay ah, serta status sosial ekonomi keluarga. Pemilihan ini didasarkan
pada anggapan bahwa faktor-faktor tersebut memiliki andil dalam
keberlangsungan proses belajar siswa serta hasil belajarnya. Meskipun setiap anak
memiliki minat dan motivasi tertentu tetapi dalam usianya yang masih dini,
partisipasi aktif dari orang tua sangat diperlukan.
Hasil penelitian tentang faktor-faktor eksternal yang ada pada siswa adalah
sebagai berikut :
Jarak Antara Rumah Dengan Sekolah
Jarak yang dimaksud adalah jauh dekatnya jarak yang ditempuh siswa dari
rumah ke sekolah. Pada bagian ini jarak dibagi menjadi tiga kategori yaitu : dekat,
sedang dan jauh. Hasil penelitian tentang jarak antara rumah dengan sekolah
disajikan dalam tabel 17 berikut ini :
75
Tabel 17. Jarak Antara Rumah dengan Sekolah Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3
No Jarak Jumlah
n=73 Persentase (%) 1 Dekat (100 m – 4 km) 47 64,40 2 Jauh ( 4 km – 7 km) 26 35,61
Jumlah 73 100,00
Tabel di atas menunjukkan bahwa 64,40% siswa rumahnya berjarak dekat
dengan sekolah. Sisanya sebanyak 35,61% berdomisili jauh dari sekolah. Keadaan
ini menunjukkan bahwa pada umumnya orang lebih memilih sekolah yang
berjarak dekat dengan rumahnya.
Tingkat Pendidikan Ayah dan Ibu
Tingkat pendidikan ayah dan ibu maksudnya adalah jenjang pendidikan
yang pernah ditempuh oleh ayah dan ibu. Tingkat pendidikan dikategorikan
dengan pendidikan Dasar dan Menengah yaitu jenjang SD, SMP, SMA, dan
Pendidikan Tinggi yaitu jenjang perguruan tinggi. Tingkat pendidikan ayah dan
ibu disajikan dalam tabel 18 di bawah ini :
Tabel 18. Tingkat Pendidikan Ayah dan Ibu Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3
Ayah Ibu No Tingkat Pendidikan
N=73 (%) n=73 (%)
1 Dasar dan Menengah (SD-SMP-SMA)
16 21,90 32 43,82
2 Tinggi (D3-S1-S2-S3) 57 78,10 41 56,16
73 100,00 73 100,00
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua, baik ayah
maupun ibu berpendidikan tinggi. Sebanyak 78,10% ayah berpendidikan tinggi
sedangkan ibu sebanyak 56,16%. Selebihnya yaitu sebanyak 21,90% ayah dan
43,82% ibu berlatar belakang pendidikan dasar dan menengah.
76
Keadaan ini menunjukkan bahwa pada umumnya orang tua sudah
mencapai pendidikan tinggi dan merupakan suatu kebutuhan untuk kelangsungan
kehidupan sosial dan ekonominya. Jika keadaan ini terus meningkat maka dapat
diprediksi akan terjadi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia sehingga
secara bertahap masalah lemahnya kualitas SDM dapat diatasi.
Pekerjaan Ayah
Pekerjaan ayah yang dimaksud adalah profesi atau jenis pekerjaan yang
ditekuni oleh ayah. Terdapat berbagai jenis pekerjaan yang ditekuni oleh ayah.
Dari berbagai jenis pekerjaan tersebut dikategorikan kepada 2 jenis yaitu Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan Swasta. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
sebagian besar ayah para siswa bergerak di bidang swasta yaitu sebanyak 65,71%,
sedangkan selebihnya sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 34,24%.
Selengkapnya tentang jenis pekerjaan ayah tersaji dalam tabel 19 berikut ini :
Tabel 19. Pekerjaan Ayah di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3
Jumlah No Jenis Pekerjaan Ayah
n=73 Persentase (%)
1 Pegawai Negeri Sipil 25 34,29
2 Swasta 48 65,71
Jumlah 73 100,00
Status Ekonomi Keluarga
Pengkategorian status ekonomi keluarga yang digunakan dalam penelitian
ini adalah berdasarkan data yang ada di sekolah yaitu pada Buku Induk Siswa.
Kategori ini berdasarkan form data siswa yang diisi oleh orang tua yang
menyatakan keadaan ekonomi keluarga mereka seperti tersebut di atas. Keadaan
ekonomi tersebut diukur dari jenis pekerjaan orang tua.
77
Hasil pendataan mengenai keadaan ekonomi keluarga dapat dilihat pada
tabel 20 berikut ini :
Tabel 20. Status Ekonomi Keluarga S iswa Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3
Jumlah No Status Ekonomi Keluarga
n=73 Persentase (%)
1 Cukup 27 36,97
2 Baik 46 63,03
73 100,00
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga yaitu 63,01%
berada dalam kondisi yang baik. Artinya segala kebutuhan pokok serta pendidikan
anak dapat terpenuhi dengan baik. Keadaan yang terkategori cukup terdapat pada
34,34% keluarga, selebihnya sebanyak 2,73% berada dalam keadaan yang kurang
layak.
Prestasi Belajar Siswa
Prestasi Kognitif Siswa
Hasil Tes Uji Coba (TUC) Ujian Nasional yang diselenggarakan di SDIT
Ummul Quro dengan di SDN Sukadamai 3 menunjukkan adanya keragaman
pencapaian prestasi siswa yaitu ada yang rendah, sedang dan tinggi. Dalam
penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu rendah dan tinggi.
Frekuensi rentangan nilai rata-rata untuk semua bidang studi yang diporoleh
disajikan dalam tabel 21 berikut ini :
78
Tabel 21. Tabel Kontingensi Nilai TUC di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3
Kategori No Sekolah
Rendah Tinggi
Jumlah
1 SDIT 4
17 21
2 SDN 27 25
52
Jumlah 31 42 73
X2 = 6,813 Sangat nyata pada a = 0,01
Tabel 21 di atas mengungkapkan, berdasarkan uji Chi-Square diperoleh
hasil bahwa : "Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang meyakinkan
(sangat nyata) antara siswa SDIT Ummul Quro dengan siswa SDN Sukadamai 3".
Hal ini ditunjukkan oleh nilai Xhitung (6,813) > Xtabel (6,635) pada taraf
signifikansi 0,01 dan df = 1.
Ujian Nasional tingkat Sekolah Dasar dilaksanakan pada 5 bidang studi
yang meliputi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Bahasa
Indonesia (BI), Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS). Dalam penelitian ini dilakukan juga penilaian terhadap bidang studi
Pendidikan Agama Islam (PAI), sehingga terdapat prestasi belajar pada 6 bidang
studi.
Hasil TUC tersebut diklasifikasikan dalam kategori rendah dan tinggi.
Nilai rendah adalah capaian nilai pada kisaran nilai terendah siswa sampai
kepada 7,05., dan nilai tinggi adalah capaian pada kisaran nilai 7,10 sampai
dengan nilai tertinggi yang dicapai siswa yaitu 9,14.
Hasil rata-rata Tes Uji Coba (TUC) yang dicapai siswa SDIT Ummul
Quro dan SDN Sukadamai 3 disajikan pada tabel 22 berikut ini :
79
Tabel 22. Prestasi Kognitif TUC Ujian Nasional Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3
Jumlah No Kategori Rentang Nilai
n=73 Persentase (%) 1 Rendah 3,24 – 7,05 31 42,47 2 Tinggi 7,1 – 9,14 42 57,53
Total 73 100,00
Untuk lebih jelas mengenai angka nominal yang dicapai siswa pada tiap
bidang studi serta fluktuasi nilainya dalam dua kali TUC, berikut ini disajikan
nilai rata-rata kelas di SDIT Ummul Quro dan di SDN Sukadamai 3 :
Tabel 23. Nilai Rata-Rata TUC di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 pada setiap Bidang Studi
SDIT SDN No Bidang Studi
TUC 1 TUC 2 TUC 1 TUC 2
1 PPKn 8.68 8.45 8.67 5.81
2 Bahasa Indonesia 7.14 7.82 6.63 7.33
3 Matematika 6.88 7.71 6.81 6.97
4 IPA 6.95 8.05 6.49 7.45
5 IPS 7.52 7.74 6.74 6.76
6 PAI 8.35 8.59 7.48 7.42
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil yang dicapai siswa baik di SDIT
Ummul Quro maupun di SDN Sukadamai 3 berada pada katagori cukup baik,
karena rata-ratanya di atas 6,0. Hanya saja terdapat variasi dan fluktuasi nilai
yang dicapai.
Tampak pada tabel 24, bahwa pada SDIT Ummul Quro diperoleh hasil :
dari 6 bidang studi, 5 (83,33%) diantaranya mengalami peningkatan, yaitu pada
bidang studi B. Indonesia, IPA, IPS, Matematika dan Pendidikan Agama,
sedangkan 1 bidang studi (16,66%) mengalami penurunan yaitu pada pelajaran
PPKn.
80
Pada SDN Sukadamai 3, dari 6 bidang studi, 3 (50%) di antaranya
mengalami peningkatan hasil dari TUC I ke TUC II yaitu pada mata pelajaran B.
Indonesia, Matematika dan IPA, 1 pelajaran (16,66%) mengalami penurunan yaitu
pada mata pelajaran PPKn, sedangkan 23,32% yaitu IPS dan Pendidikan Agama
dapat dikatakan stabil karena perbedaannya hanya 0,02 dan 0,06 saja.
Pada tabel di atas juga tampak bahwa pada TUC I nilai PPKn di SDN dan
SDIT memiliki rata-rata yang sama, matematika hampir sama dan pada bidang
studi yang lain hasil SDIT lebih tinggi dari pada hasil SDN. Pada TUC II
seluruhnya hasil SDIT lebih tinggi dari pada SDN.
Jika diperhatikan dari hasil pengamatan, sebenarnya latihan dan persiapan
menghadapi ujian intensitasnya dapat dikatakan sama antara yang dilakukan di
SDN Sukadamai dengan di SDIT Ummul Quro. Setiap hari siswa diberi latihan
soal-soal ujian dan diberikan les tambahan atau yang di SDIT dikenal dengan
istilah Bimbel (Bimbingan Belajar).
Khusus pada bidang PAI, perbedaan hasil yang mencolok adalah sangat
wajar karena jumlah jam pelajaran PAI di SDIT jauh lebih banyak dari pada di
SDN. Di samping itu pendekatan pembelajaran spiritual pun merupakan alasan
kuat sebagai faktor penunjang tingginya hasil TUC PAI di SDIT.
Prestasi Afektif Siswa
Untuk mengetahui perilaku afektif siswa dilakukan dengan menggunakan
penilaian guru terhadap akhlak siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Penilaian yang dilakukan guru meliputi sepuluh tingkah laku yang dinilai dengan
skor A (Baik sekali) dan B (Baik).
Aspek-aspek tingkah laku tersebut yaitu (1) Mentaati tata tertib kelas, (2)
Menjaga kebersihan, (3) Mampu belajar bersama, (4) Bersikap sopan, (5) Aktif
selama KBM, (6) Merapikan perlengkapan sendiri, (7) Belajar dengan tekun, (8)
Berkata dengan baik, (9) Menyelesaikan tugas tepat waktu, dan (10) Mampu
mengendalikan marah. Rekapitulasi nilai disajikan dalam tabel 24 berikut :
81
Tabel 24. Penilaian Guru Terhadap Akhlak Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Selama Proses Pembelajaran
N I L A I No Akhlak Siswa
A (%) B (%) Jumlah 1 Mentaati tata tertib kelas 61,7 38,3 100,00 2 Menjaga kebersihan 43,3 56,7 100,00 3 Mampu belajar bersama 43,3 56,7 100,00 4 Bersikap sopan 60 40,0 100,00 5 Aktif selama KBM (Kegiatan Belajar
mengajar 46,7 53,3 100,00
6 Merapikan perlengkapan sendiri 46,7 53,3 100,00 7 Belajar dengan tekun 51,7 48,3 100,00 8 Berkata dengan baik 50,0 50,0 100,00 9 Menyelesaikan tugas tepat waktu 48,3 51,7 100,00
10 Mampu mengendalikan marah 45,0 55,0 100,00
Penilaian A dan B senantiasa diberikan kepada siswa dengan harapan
dapat memberi motivasi dan menumbuhkan rasa percaya diri. Apabila ditemukan
siswa yang berperilaku kurang sesuai maka para guru senantiasa membimbing
serta memotivasinya agar terbentuk karakteristik positif yang ada pada mereka.
Setelah dianalisa, ternyata penilaian C hanya diberikan kepada para siswa
yang memang sangat sulit dikendalikan oleh guru dan hal ini berpengaruh kepada
pencapaian hasil belajar. Beberapa siswa yang memperoleh penilaian C pada
beberapa perilaku di atas ternyata prestasinya cenderung rendah. Karena
jumlahnya yang sangat sedikit maka dalam penelitian ini digabungkan dengan
penilaian B.
Siswa yang berprestasi rendah pada umumnya disebabkan karena kurang
mampu bekerjasama dalam kelompok serta kurangnya ketekunan dalam belajar.
Artinya siswa yang aktivitasnya kurang dalam KBM, kurang tekun serta tidak
dapat bekerjasama akan mengalami kesulitan dalam belajar sehingga prestasinya
pun kurang memuaskan.
Prestasi Psikomotor Siswa
Prestasi psikomotor diambil dari nilai keterampilan siswa yang diperoleh
dari guru bidang studi Kerajinan Tangan dan Kesenian (KTK). Tabel 25 di bawah
82
ini menyajikan persentase tinggi rendahnya nilai yang dicapai siswa dalam bidang
psikomotor.
Tabel 25. Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3
Jumlah No Prestasi Siswa Kategori Rentang nilai
N=73 Persentase (%)
Rendah 7,0 – 8,0 48
65,8
Nilai Ujian Kerajinan Tangan dan Kesenian (KTK)
Tinggi 8,1 – 9,0 25 34,2
1
Jumlah 73 100,00 Tabel 25 di atas menunjukkan bahwa rentang nilai bagi siswa yang
berprestasi rendah pada bidang psikomotor ini, cukup tinggi yaitu antara 7,0 – 8,0.
yang dicapai oleh 65,8% siswa, sedangkan 34,2% siswa mencapai prestasi tinggi
dengan rentang nilai 8,0 – 9,0. Indikator yang digunakan dalam penilaian adalah
(1) perilaku terbimbing, maksudnya adalah bagaimana siswa dapat melakukan
suatu aktivitas berdasarkan contoh yang diberikan oleh guru, (2) kreativitas siswa
yaitu ketika siswa dapat berakselerasi mengekspresikan kreasinya.
Hubungan Antara Faktor Internal Dengan Prestasi Belajar Siswa
Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Setelah diketahui adanya perbedaan proses pembelajaran dan prestasi
belajar siswa pada SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor, maka
dilakukan uji korelasi Chi-Square untuk melihat adanya hubungan antara faktor-
faktor internal dan eksternal siswa dengan prestasi belajarnya yang meliputi
prestasi kognitif, afektif dan psikomotor. Berdasarkan uji korelasi tersebut
diperoleh hasil tentang hubungan faktor internal dengan prestasi belajar siswa
sebagai berikut :
83
Umur
Pada siswa Sekolah Dasar, umur merupakan salah satu faktor yang dapat
menggambarkan kesiapan anak menghadapi tantangan dalam kegiatan belajar.
Untuk itu dilakukan pengukuran untuk melihat adanya hubungan antara umur
dengan prestasi belajar siswa. Has ilnya disajikan dalam tabel 26 berikut ini :
Tabel 26. Hubungan antara Umur dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi
Siswa Umur siswa
Rendah Tinggi
Muda (11 – 12) 32 32 Tua (13) 8 1 Jumlah 40 33
X2 = 4,6 Nyata pada a = 0,05
Tabel 26 di atas mengambarkan bahwa prestasi yang dimiliki oleh siswa
yang berusia 11 dan 12 tahun baik yang rendah maupun yang tinggi masing-
masing berjumlah 32 siswa, sedangkan siswa yang berusia 13 tahun sejumlah 9
orang, 8 di antaranya berprestasi rendah dan 1 orang berprestasi tinggi.
Hasil analisis dari data di atas, menunjukkan bahwa X2 = 4,6 > Xtabel
(3,811) pada taraf signifikansi 0,05. Ini artinya antara umur dengan prestasi siswa
terdapat hubungan nyata. Siswa yang berusia 11 dan 12 cenderung berprestasi
lebih tinggi dari pada siswa yang berumur 13 tahun.
Prestasi afektif juga merupakan unsur penting yang perlu mendapat
perhatian dan merupakan faktor penunjang keberhasilan dalam proses belajar.
Dalam penelitian ini juga dilakukan proses mencari hubungan antara prestasi
afektif dengan umur siswa. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 27 berikut ini :
84
Tabel 27. Hubungan antara Umur dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi
Siswa Umur siswa
Rendah Tinggi
Muda (11 – 12) 25 39 Tua (13) 8 1 Jumlah 33 40
X2 = 8,2 Sangat nyata pada a = 0,01
Tabel 27 di atas memberi gambaran bahwa umur memiliki hubungan
sangat nyata dengan prestasi afektif siswa. Siswa yang berumur 11 dan 12 tampak
mendominasi prestasi tinggi dengan jumlah 39 siswa. Siswa yang lebih muda
cenderung memiliki apresiasi yang lebih baik dalam kegiatan belajar mengajar
bila dibandingkan dengan siswa yang berusia lebih tua yaitu 13 tahun.
Prestasi psikomotor juga merupakan salah satu penilaian dalam penelitian
ini. Dengan melihat perilaku psikomotor siswa diharapkan dapat lebih mengetahui
sejauhmana kreativitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hubungan antara
umur dengan prestasi psikomotor siswa disajikan dalam tabel 28 berikut ini :
Tabel 28. Hubungan antara Umur dengan Prestasi Psikomotor Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi Siswa
Umur siswa
Rendah Tinggi
Muda (11 – 12) 40 24 Tua (13) 8 1 Jumlah 48 25
X2 = 2,27 Tidak nyata
Dalam tabel di atas dapat disaksikan bahwa terdapat hubungan tidak nyata
antara umur dengan prestasi psikomotor siswa. Hasil analisis menyatakan bahwa
X2 = 2,27 < Xtabel pada taraf signifikansi 0,05.
85
Jenis Kelamin
Selain peubah-peubah di atas, jenis kelamin juga merupakan salah satu
peubah dalam penelitian ini. Sehubungan dengan data tentang jenis kelamin
adalah nominal maka dilakukan analisis data dengan cara crosstabulation
(tabulasi silang) untuk mengetahui distribusi jenis kelamin terhadap prestasi siswa
pada beberapa bidang studi yang diamati. Dalam distribusi ini dapat diketahui
berapa banyak siswa laki-laki dan perempuan yang mencapai prestasi rendah,
sedang dan tinggi.
Tabel 29. Distribusi Jenis Kelamin Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3
Kategori
Rendah Tinggi
No Bidang Studi
L P L P
Jumlah
1 PPKn 18 15 18 22 73
2 Bahasa Indonesia 20 15 16 22 73
3 Matematika 19 15 17 22 73
4 IPA 20 17 16 20 73
5 IPS 19 16 17 21 73
6 PAI 23 12 13 25 73
7 Afektif 16 14 20 23 73
8 Psikomotor 21 15 15 22 73
Keterangan : L = laki-laki P = Perempuan Tabel 29 memberi gambaran bahwa capaian prestasi tinggi untuk setiap
bidang studi didominasi oleh anak perempuan. Perbedaan jumlah yang mencolok
terjadi pada prestasi bidang studi PAI dan psikomotor. Pada prestasi sedang
terlihat adanya perimbangan, ada kalanya anak laki-laki lebih banyak, ada kalanya
anak perempuan yang lebih banyak berprestasi sedang. Prestasi rendah didominasi
oleh anak laki-laki.
86
Keadaan ini menepis stereotip yang berkembang dalam masyarakat bahwa
anak laki-laki lebih berharga dan lebih penting dari pada anak perempuan
sebagaimana yang dikemukakan oleh Nolan (1977). Meskipun secara intelektual
banyak anak laki-laki yang tergolong cerdas, tetapi kenyataan membuktikan
bahwa aktifitas fisik anak laki-laki yang lebih besar, kurangnya perhatian serta
terjadinya berbagai pelanggaran aturan menjadi faktor-faktor penyebab rendahnya
prestasi belajar yang dicapai anak laki-laki.
Berdasarkan temuan ini, hendaknya para guru dan orang tua dapat lebih
memotivasi anak-anak laki-laki untuk dapat memanfaatkan potensi yang
dimilikinya secara positif dan optimal. Dengan demikian fungsi laki-laki sebagai
pemimpin dapat terealisir dengan baik.
Hasil penelitian tentang hubungan antara jenis kelamin dengan prestasi
belajar siswa dikemukakan dalam tabel 30 berikut ini :
Tabel 30. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Prestasi Kognitif Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi Siswa
Jenis Kelamin
Rendah Tinggi
Laki-laki 23 14 Perempuan 17 19 Jumlah 40 33
X2 = 1,93 Tidak nyata
Tabel 30 di atas mengambarkan bahwa 23 siswa laki-laki berprestasi
rendah dan 14 siswa berprestasi tinggi, sedangkan pada siswa perempuan 17 siswa
berprestasi rendah dan 19 siswa berprestasi tinggi. Jumlah siswa perempuan yang
berprestasi tinggi lebih banyak dari pada siswa laki-laki.
Hasil analisis menyatakan bahwa X2 = 1,93 < Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05, bermakna bahwa terdapat hubungan yang tidak nyata antara
jenis kelamin dengan prestasi yang diraih siswa.
87
Dalam hal prestasi afektif, hubungan antara jenis kelamin dengan prestasi
belajarnya disajikan dalam tabel 31 di bawah ini :
Tabel 31. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi
Siswa Jenis Kelamin
Rendah Tinggi
Laki-laki 30 7 Perempuan 14 22 Jumlah 44 29
X2 = 14,57 Sangat nyata pada a = 0,01
Tabel 31 di atas menyatakan bahwa terdapat hubungan sangat nyata antara
jenis kelamin dengan prestasi belajarnya. Hasil analisis menyatakan bahwa X2 =
14,57 > Xtabel (6,635) pada taraf signifikansi 0,01, bermakna bahwa terdapat
hubungan yang sangat nyata antara jenis kelamin dengan prestasi yang diraih
siswa dalam bidang afektif.
Keadaan ini dapat diasumsikan bahwa anak-anak perempuan cenderung
untuk lebih mentaati peraturan serta tekun dalam belajar sehingga hasilnya dapat
tercermin dalam prestasi yang cenderung lebih baik dari pada anak-anak laki-laki.
Hasil penelitian tentang hubungan antara jenis kelamin dengan prestasi
psikomotor siswa disajikan dalam tabel 32 berikut ini :
Tabel 32. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Prestasi Psikomotor Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi Siswa
Jenis Kelamin
Rendah Tinggi
Laki-laki 17 20 Perempuan 8 28 Jumlah 25 48
X2 = 3,88 Nyata pada a = 0,05
88
Tabel 32 di atas menyatakan bahwa X2 = 3,88 > Xtabel (3,118) pada taraf
signifikansi 0,05 yang berarti bahwa terdapat hubungan nyata antara jenis kelamin
dengan prestasi psikomotor siswa. Keadaan ini dapat diaumsikan bahwa anak
perempuan lebih tekun dan terampil dalam melaksanakan tugas-tugas motorik, hal
ini tercermin dalam hasil pekerjaan mereka yang lebih rapi dari pada laki-laki.
Minat
Hasil penelitian tentang hubungan antara minat dengan prestasi kognitif,
afektif dan psikomotor siswa dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini :
Tabel 33. Hubungan Antara Minat dengan Prestasi Kognitif Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi Siswa
Minat Siswa
Rendah Tinggi
Rendah 16 17 Tinggi 24 16 Jumlah 40 33
X2 = 0,88 Tidak nyata
Tabel 33 di atas mengambarkan bahwa tinggi rendahnya minat yang
dimiliki para siswa beragam. Hasil analisis antara minat dan prestasi belajar siswa
diperoleh bahwa X2 = 0,88 < Xtabel pada taraf signifikansi 0,05, bermakna
terdapat hubungan yang tidak nyata antara minat belajar dengan prestasi yang
diraih siswa.
Keadaan ini merupakan kondisi yang normal sebab pada siswa Sekolah
Dasar belum terdapat arah minat yang jelas terhadap bidang studi atau kegiatan
ekstra kurikuler tertentu.
Dalam hal prestasi afektif, ditemukan angka yang berbeda yang
menunjukkan adanya hubungan antara minat dengan prestasi afektif siswa.
Hasilnya ditampilkan pada tabel 34 berikut ini :
89
Tabel 34. Hubungan Antara Minat dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi
Siswa Minat Siswa
Rendah Tinggi
Rendah 21 12 Tinggi 15 25 Jumlah 36 37
X2 = 5,53 Nyata pada a = 0,05
Hasil analisis antara minat dan prestasi belajar siswa diperoleh bahwa X2
= 5,33 > Xtabel (3,118) pada taraf signifikansi 0,05, bermakna terdapat hubungan
nyata antara minat belajar dengan prestasi yang diraih siswa. Para siswa
menunjukkan adanya perilaku positif dalam hal pengembangan sikap dan perilaku
selama proses pembelajaran berlangsung.
Hasil penelitian tentang hubungan antara minat dengan prestasi
psikomotor disajikan dalam tabel 35 berikut ini :
Tabel 35. Hubungan antara Minat dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi
Siswa Minat Siswa
Rendah Tinggi
Rendah 12 21 Tinggi 22 28 Jumlah 34 49
X2 = 1,14 Tidak nyata
Tabel 35 di atas menyatakan bahwa sebagian besar siswa berprestasi tinggi
dalam bidang psikomotor ini. Hasil analisis membuktikan bahwa terdapat
hubungan tidak nyata antara minat dengan prestasi belajar siswa yaitu X2 = 1,14
90
< Xtabel pada taraf signifikansi 0,05, bermakna terdapat hubungan yang tidak
nyata antara minat belajar dengan prestasi yang diraih siswa.
Motivasi
Hasil penelitian tentang hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar
siswa disajikan dalam tabel-tabel di bawah ini :
Tabel 36. Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi Kognitif S iswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi
Siswa Motivasi Siswa
Rendah Tinggi
Rendah 11 13 Tinggi 29 20 Jumlah 40 33
X2 = 0,98 Tidak nyata
Tabel 36 di atas memberi gambaran bahwa tinggi rendahnya motivasi
yang dimiliki siswa juga beragam. Sebanyak 24 siswa bermotivas i rendah yang
dinyatakan dari kedisiplinan, usaha untuk sukses, tanggung jawab terhadap tugas
serta keberhasilan yang rendah.
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 0,98 < Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara motivasi belajar
siswa dengan prestasi siswa dalam bidang kognitif.
Dalam hal prestasi afektif, hasil penelitian yang menggambarkan
hubungan antara motivasi dengan prestasi afektif disajikan dalam tabel 37 berikut
ini :
91
Tabel 37. Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi
Siswa Motivasi Siswa
Rendah Tinggi
Rendah 23 19 Tinggi 11 20 Jumlah 34 39
X2 = 2,3 Tidak nyata
Tabel 37 di atas memberi gambaran bahwa tinggi rendahnya motivasi
yang dimiliki siswa dalam bidang afektif juga beragam. Sebanyak 42 siswa
bermotivasi rendah, sedangkan 31 di antaranya bermotivasi tinggi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 2,3 < Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara motivasi belajar
siswa dengan prestasi siswa dalam bidang afektif.
Dalam hal prestasi psikomotor, hasil penelitian yang menggambarkan
hubungan antara motivasi dengan prestasi psikomotor disajikan dalam tabel 38
berikut ini :
Tabel 38. Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi
Siswa Motivasi Siswa
Rendah Tinggi
Rendah 15 33 Tinggi 11 14 Jumlah 26 47
X2 = 1,04 Tidak nyata
Tabel 38 di atas memberi gambaran bahwa tinggi rendahnya motivasi
yang dimiliki siswa dalam bidang psikomotor juga beragam. Sebanyak 48 siswa
bermotivasi rendah, sedangkan 25 di antaranya bermotivasi tinggi.
92
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 1,04 < Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara motivasi belajar
siswa dengan prestasi siswa dalam bidang psikomotor.
Hubungan Antara Faktor Eksternal Dengan Prestasi Belajar Siswa Di SDIT Ummul Quro dengan SDN Sukadamai 3 Bogor
Faktor-faktor eksternal merupakan hal-hal yang memiliki hubungan secara
tidak langsung dengan proses dan hasil belajar, namun keberadaannya tetap
dibutuhkan oleh para siswa. Beberapa faktor eksternal yang menjadi sasaran
dalam penelitian ini meliputi : jarak antara rumah dan sekolah, tingkat pendidikan
ayah, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ayah serta status ekonomi keluarga.
Hasil penelitian tentang hubungan antara faktor-faktor eksternal dengan
prestasi belajar siswa masing-masing dipaparkan berikut ini :
Jarak Rumah dan Sekolah
Diperkirakan bahwa jarak antara rumah dan sekolah memiliki hubungan
dengan prestasi belajar siswa, mengingat seringnya terjadi keluhan dari siswa
yang rumahnya berjarak jauh dari sekolah.
Hasil penelitian tentang hubungan antara jarak rumah dan sekolah dengan
prestasi belajar siswa disajikan dalam tabel-tabel berikut ini :
Tabel 39. Hubungan antara Jarak Rumah dan Sekolah dengan Prestasi Kognitif
Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi Siswa
Jarak
Rendah Tinggi
Dekat 23 24 Jauh 16 10 Jumlah 39 34
X2 = 0,95 Tidak nyata
93
Tabel 39 di atas memberi gambaran bahwa sebagian besar siswa yaitu
sebanyak 47 siswa berdomisili dekat dengan sekolah, sedangkan 26 siswa di
antaranya berdomisili jauh dari sekolah.
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 0,95 < Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara jarak rumah dan
sekolah dengan prestasi siswa dalam bidang kognitif.
Dalam hal prestasi afektif, hasil penelitian yang menggambarkan
hubungan antara jarak rumah dan sekolah dengan prestasi afektif disajikan dalam
tabel 40 berikut ini :
Tabel 40. Hubungan antara Jarak Rumah dan Sekolah dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi Siswa
Jarak
Rendah Tinggi
Dekat 21 26 Jauh 14 12 Jumlah 35 38
X2 = 0,94 Tidak nyata
Tabel 40 di atas memberi gambaran bahwa sebagian besar siswa yaitu
sebanyak 47 siswa berdomisili dekat dengan sekolah, sedangkan 26 siswa di
antaranya berdomisili jauh dari sekolah.
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 0,94 < Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara jarak rumah dan
sekolah dengan prestasi siswa dalam bidang afektif.
Dalam hal prestasi psikomotor, hasil penelitian yang menggambarkan
hubungan antara jarak rumah dan sekolah dengan prestasi psikomotor disajikan
dalam tabel 41 berikut ini :
94
Tabel 41. Hubungan antara Jarak Rumah dan Sekolah dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi
Siswa
Jarak Rendah Tinggi
Dekat 20 27 Jauh 16 10 Jumlah 36 37
X2 = 2,14 Tidak nyata
Tabel 41 di atas memberi gambaran bahwa sebagian besar siswa yaitu
sebanyak 47 siswa berdomisili dekat dengan sekolah, sedangkan 26 siswa di
antaranya berdomisili jauh dari sekolah.
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 2,14 < Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara jarak rumah dan
sekolah dengan prestasi siswa dalam bidang psikomotor.
Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa jarak antara rumah dan
sekolah bukan merupakan sesuatu yang berhubungan erat dengan keberhasilan
belajar siswa.
Tingkat Pendidikan Ayah
Pada umumnya orang tua yang berpendidikan tinggi memiliki wawasan
yang lebih luas dalam mendidik putra-putrinya, sehingga berpeluang dalam
mencapai kualitas hasil pendidikan yang lebih baik. Dukungan kedua orang tua
sangat dibutuhkan bagi proses belajar bagi anak sebagai motivasi utama.
Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan ayah dengan
prestasi belajar siswa disajikan dalam tabel-tabel di bawah ini :
95
Tabel 42. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ayah dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi
Siswa
Pendidikan Ayah
Rendah Tinggi
Rendah 10 6 Tinggi 27 30 Jumlah 37 36
X2 = 1,27 Tidak nyata
Tabel 42 di atas memberi gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat
pendidikan ayah. Sebagian besar, yaitu 57 orang berpendidikan tinggi yang
terkategori dalam pendidikan S1, S2 dan S3. Sebanyak 16 ayah siswa
berpendidikan rendah yaitu pada tingkat SMP dan SMA
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 1,27 < Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara tingkat pendidikan
ayah dengan prestasi siswa dalam bidang kognitif.
Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan ayah dengan
prestasi afektif siswa disajikan dalam tabel 43 di bawah ini :
Tabel 43. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ayah dengan Prestasi Afektif
Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi Siswa
Pendidikan Ayah
Rendah Tinggi
Rendah 11 5 Tinggi 22 35 Jumlah 33 40
X2 = 5,17 Nyata pada a = 0,05
96
Tabel 43 di atas memberi gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat
pendidikan ayah hubungannya dengan prestasi afektif. Hasil analisis
menunjukkan bahwa X2 = 5,17 > Xtabel pada taraf signifikansi 0,05 artinya
terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan ayah dengan prestasi siswa
dalam bidang afektif.
Keadaan yang tercermin dalam penelitian ini dapat diasumsikan bahwa
ayah yang memiliki tingkat pendidikan tinggi dapat turut memberi dukungan
dalam hal perilaku afektif siswa sehingga dapat terwujud kualitas hasil pendidikan
yang lebih baik.
Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan ayah dengan
prestasi psikomotor siswa disajikan dalam tabel 44 di bawah ini :
Tabel 44. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ayah dengan Prestasi Psikomotor
Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi Siswa
Pendidikan Ayah
Rendah Tinggi
Rendah 14 3 Tinggi 33 23 Jumlah 47 26
X2 = 3,01 Tidak nyata
Tabel 44 di atas memberi gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat
pendidikan ayah hubungannya dengan prestasi psikomotor. Hasil analisis
menunjukkan bahwa X2 = 3,01 < Xtabel pada taraf signifikansi 0,05 artinya
terdapat hubungan tidak nyata antara tingkat pendidikan ayah dengan prestasi
siswa dalam bidang psikomotor.
Keadaan ini dapat bermakna bahwa tingkat pendidikan ayah tidak cukup
bukti dalam memberi dukungan terhadap kualitas hasil belajar psikomotor siswa.
97
Tingkat Pendidikan Ibu
Ibu merupakan sosok yang paling dekat dengan proses tumbuh kembang
setiap anak. Perhatian dan dukungan dari ibu akan sangat berarti dalam
membangun kualitas diri putra-putrinya sehingga diharapkan tercapai kualitas
hasil pendidikan yang lebih baik, apalagi jika didukung oleh latar belakang
pendidikan ibu yang memadai.
Saat ini sudah merupakan hal yang lazim bahwa seorang ibu dapat
mencapai tingkat pendidikan yang tinggi, meskipun tidak berarti bahwa para ibu
yang berlatar belakang pendidikan rendah tidak memiliki kualitas dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pemelihara rumah tangga.
Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan
prestasi kognitif siswa disajikan dalam tabel 45 di bawah ini :
Tabel 45. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi
Siswa
Pendidikan Ibu
Rendah Tinggi
Rendah 21 11 Tinggi 16 25 Jumlah 37 36
X2 = 5,56 Nyata pada a = 0,05
Tabel 45 di atas memberi gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat
pendidikan ibu. Sebagian besar, yaitu 41 orang berpendidikan tinggi yang
terkategori dalam pendidikan S1, S2 dan S3. Sebanyak 32 ibu siswa
berpendidikan rendah yaitu pada tingkat SMP dan SMA.
Tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah siswa yang berprestasi tinggi
dihubungkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi terdapat sebanyak 25 siswa.
Keadaan ini memberi gambaran bahwa untuk menciptakan kualitas hasil
98
diperlukan kualitas sumber daya manusia yang memadai, dalam hal ini peranserta
ibu dalam keberhasilan putra-putrinya.
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 5,56 > Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan ibu
dengan prestasi siswa dalam bidang kognitif. Keadaan ini bermakna bahwa
keterlibatan ibu dalam kegiatan belajar putra-putrinya memiliki arti penting bagi
terciptanya kualitas hasil pendidikan yang optimal.
Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan
prestasi afektif siswa disajikan dalam tabel 46 di bawah ini :
Tabel 46. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Prestasi Afektif Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi Siswa
Pendidikan Ibu
Rendah Tinggi
Rendah 19 13 Tinggi 13 28 Jumlah 32 41
X2 = 5,62 Nyata pada a = 0,05
Tabel 46 di atas memberi gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat
pendidikan ibu hubungannya dengan prestasi afektif. Hasil analisis menunjukkan
bahwa X2 = 5,62 > Xtabel pada taraf signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan
nyata antara tingkat pendidikan ibu dengan prestasi siswa dalam bidang afektif.
Tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah siswa yang berprestasi tinggi
dihubungkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi sejumlah 28 siswa. Angka ini
melebihi kategori-kategori yang lain. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa ibu yang
berpendidikan rendah tidak memiliki kualitas dalam mengarahkan putra-putrinya.
Keadaan yang tercermin dalam penelitian ini dapat diasumsikan bahwa
keberdaan ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi sangat dibutuhkan dalam
memberi dukungan kepada putra-putrinya. Dengan demikian dapat mempertinggi
99
harapan akan terciptanya generasi yang berakhlak mulia, yang tercermin pada
prestasi afektif.
Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan
prestasi psikomotor siswa disajikan dalam tabel 47 di bawah ini :
Tabel 47. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Prestasi Psikomotor
Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi Siswa
Pendidikan Ibu
Rendah Tinggi
Rendah 28 5 Tinggi 20 20 Jumlah 48 25
X2 = 8,75 Sangat nyata pad a a = 0,01
Tabel 47 di atas memberi gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat
pendidikan ibu hubungannya dengan prestasi psikomotor. Hasil analisis
menunjukkan bahwa X2 = 8,75 > Xtabel pada taraf signifikansi 0,05 artinya
terdapat hubungan sangat nyata antara tingkat pendidikan ibu dengan prestasi
siswa dalam bidang psikomotor.
Tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah siswa yang berprestasi rendah
dihubungkan dengan ibu yang berpendidikan rendah sejumlah 28 siswa. Angka
ini melebihi kategori-kategori yang lain. Keadaan ini dapat diasumsikan bahwa
diperlukan bimbingan ibu dalam hal meningkatkan keterampilan motorik siswa.
Pekerjaan Ayah
Pekerjaan ayah merupakan faktor eksternal lain yang diduga memiliki
hubungan dengan prestasi bela jar siswa. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa
semakin baik pekerjaan ayah, maka semakin baik pula fasilitas yang diberikan
kepada putra-putrinya sehingga kegiatan belajarnya dapat terakomodasi dengan
baik pula, dengan demikian diharapkan prestasi belajarnya pun menjad i baik.
100
Hasil penelitian tentang hubungan antara pekerjaan ayah dengan prestasi
belajar kognitif siswa disajikan pada tabel 48 berikut ini :
Tabel 48. Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi
Siswa
Pekerjaan Ayah
Rendah Tinggi
Pegawai Negeri Sipil
13 13
Swasta 28 19 Jumlah 41 32
X2 = 0,96 Tidak nyata
Tabel 48 di atas memberi gambaran tentang jenis pekerjaan ayah. Dalam
hal ini diklasifikasikan menjadi 2 yaitu sebagai Pegawai Negeri Sipil dan sebagai
pekerja swasta.
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 0,96 < Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara jenis pekerjaan
ayah dengan prestasi siswa dalam bidang kognitif.
Hasil penelitian tentang hubungan antara pekerjaan ayah dengan prestasi
afektif disajikan pada tabel 49 berikut ini :
Tabel 49. Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi
Siswa
Pekerjaan Ayah
Rendah Tinggi
Pegawai Negeri Sipil
16 10
Swasta 20 27 Jumlah 36 37
X2 = 2,14 Tidak nyata
101
Tabel 49 di atas memberi gambaran tentang hubungan antara jenis
pekerjaan ayah dengan prestasi afektif. Tampak dalam tabel bahwa ayah yang
bergerak di bidang swasta lebih banyak yaitu 47 orang.
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 2,14 < Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara jenis pekerjaan
ayah dengan prestasi siswa dalam bidang afektif.
Hasil penelitian tentang hubungan antara pekerjaan ayah dengan prestasi
psikomotor disajikan pada tabel 50 berikut ini :
Tabel 50. Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi
Siswa
Pekerjaan Ayah
Rendah Tinggi
Pegawa Negeri Sipil
28 14
Swasta 19 28 Jumlah 31 42
X2 = 0,23 Tidak nyata
Tabel 50 di atas memberi gambaran tentang hubungan antara jenis
pekerjaan ayah dengan prestasi psikomotor. Tampak dalam tabel bahwa ayah
yang bergerak di bidang swasta lebih banyak yaitu 47 orang.
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 0,23 < Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara jenis pekerjaan
ayah dengan prestasi siswa dalam bidang psikomotor.
Dari keadaan yang terdapat pada tiga jenis prestasi di atas, dapat
diasumsikan bahwa apa pun jenis pekerjaan ayah tidak menunjukkan adanya
cukup bukti untuk menyatakan hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar
siswa baik kognitif, afektif maupun psikomotor.
102
Status Ekonomi Keluarga
Status ekonomi keluarga juga merupakan faktor eksternal lain yang
diduga memiliki hubungan dengan prestasi belajar. Hal ini didasarkan atas asumsi
bahwa semakin baik status ekonomi keluarga, maka semakin baik pula fasilitas
yang diberikan orang tua kepada putra-putrinya sehingga kegiatan belajarnya
terakomodasi. Dengan demikian diharapkan prestasi belajarnya pun menjadi baik.
Hasil penelitian tentang hubungan antara status ekonomi keluarga dengan
prestasi belajar kognitif siswa disajikan pada tabel 51 berikut ini :
Tabel 51. Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan Prestasi Kognitif
Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi Siswa
Status Ekonomi
Rendah Tinggi
Rendah 17 10 Tinggi 23 23 Jumlah 40 33
X2 = 0,95 Tidak nyata
Tabel 51 di atas memberi gambaran tentang tinggi rendahnya status
ekonomi keluarga. Tampak pada tabel bahwa siswa yang status ekonomi
keluarganya tinggi berjumlah 46 siswa, sedangkan yang rendah berjumlah 27
siswa. Siswa yang status ekonominya tinggi dan berprestasi tinggi sebanyak 23
siswa, tetapi keadaan ini tidak dapat dijadikan bukti bahwa semakin tinggi status
ekonomi maka semakin tinggi pula prestasinya. Ini hanyalah gambaran
sesungguhnya tentang keadaan siswa.
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 0,95 < Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05., artinya terdapat hubungan tidak nyata antara status ekonomi
keluarga dengan prestasi siswa dalam bidang kognitif.
Hasil penelitian tentang hubungan antara status ekonomi keluarga dengan
prestasi afektif ditampilkan dalam tabel 52 berikut ini :
103
Tabel 52. Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi
Siswa
Status Ekonomi
Rendah Tinggi
Rendah 16 11 Tinggi 18 28 Jumlah 34 39
X2 = 2,12 Tidak nyata
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 2,21 < Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05., artinya terdapat hubungan tidak nyata antara status ekonomi
keluarga dengan prestasi siswa dalam bidang afektif.
Hasil penelitian tentang hubungan antara status ekonomi keluarga dengan
prestasi afektif ditampilkan dalam tabel 52 berikut ini :
Tabel 53. Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan Prestasi Psikomotor
Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi Siswa
Status Ekonomi
Rendah Tinggi
Rendah 12 15 Tinggi 16 30 Jumlah 28 45
X2 = 0,99 Tidak nyata
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 0,99 < Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05., artinya terdapat hubungan tidak nyata antara status ekonomi
keluarga dengan prestasi siswa dalam bidang psikomotor.
104
Dari tabel di atas dapat diasumsikan bahwa status ekonomi keluarga bukan
merupakan suatu faktor yang sangat penting yang berhubungan dengan pres tasi
belajar siswa baik kognitif, afektif maupun psikomotor. Hubungan dapat terjadi
secara tidak langsung karena status ekonomi keluarga bukan merupakan keadaan
yang berupa proses pembelajaran. Status ekonomi keluarga hanya merupakan
faktor pendukung yang lebih mengarah kepada pengadaan fasilitas belajar dalam
keluarga.
105
PEMBAHASAN
Dari seluruh hasil yang telah dipaparkan di atas, meskipun dalam
penelitian ini tidak dilakukan penghitungan secara kuantitatif, tetapi atas dasar
bukti-bukti di atas, jika memperhatikan proses pembelajaran yang berlangsung di
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3, maka dapat dikemukakan bahwa
terdapat perbedaan antara proses pembelajaran di SDIT Ummul Quro dengan di
SDN Sukadamai 3. Beberapa perbedaan tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut :
§ kesiapan guru dalam mengajar;
§ metode latihan yang digunakan di SDIT Ummul Quro lebih variatif
dan tidak monoton, biasanya berbentuk game atau role playing;
§ besarnya kelas, di SDIT berjumlah 38 siswa/kelas , sedangkan di SDN
berjumlah 48 siswa/kelas .
§ motivasi dalam bentuk reward yang selalu diberikan guru setiap kali
siswa menunjukkan has il yang baik dalam latihan-latihan tersebut
meskipun hanya berbentuk pengumpulan poin atau pujian; serta
§ kesempatan atau waktu belajar yang lebih panjang.
Dalam hal usaha pengembangan SDM (guru) perbedaan dapat diketahui
pada :
§ Prosedur recruitment (seleksi) guru yang memiliki beberapa kriteria
tertentu yang meliputi kriteria akademis, psikis dan fisik;
§ Beberapa pelatihan yang diikuti oleh guru-guru SDIT lebih bervariasi
dan mengarah kepada pembinaan motivasi, keikhlasan dalam
menjalankan tugas, serta mengoptimalkan kecerdasan emosi dan
spiritual. Di SDN pelatihan-pelatihan lebih banyak dalam hal
pengenalan kurikulum dan administrasi pembelajaran.
Beberapa alasan di atas dapat dijadikan sebagian bukti sebagai faktor-
faktor penting yang memiliki hubungan terhadap keberhasilan belajar para siswa
106
karena bagaimana pun siswa memiliki motivasi serta minat yang kuat, tidak akan
mencukupi jika tidak ditunjang dengan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran. Untuk meningkatkan kemampuannya, maka tidak cukup hanya
berbekal latar belakang pendidikan formal saja, tetapi dibutuhkan akselerasi yang
disesuaikan dengan kebutuhan serta tantangan yang ada pada masa yang sedang
berlangsung.
Dalam hal faktor-faktor internal, umur siswa, jenis kelamin, minat dan
motivasi merupakan faktor-faktor yang baik secara langsung maupun tidak
langsung memiliki hubungan atau tidak berhubungan dengan prestasi belajar
siswa. Hasil analisis Chi-Square menunjukkan bahwa pada bagian tertentu
terdapat hubungan nyata dan pada bagian yang lain terdapat hubungan tidak nyata
dengan prestasi belajar siswa.
Dalam hal faktor-faktor eksternal, jarak antara rumah dan sekolah, tingkat
pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan status ekonomi keluarga juga
merupakan faktor-faktor yang dapat berhubungan dengan prestasi belajar siswa.
Hasil analisis Chi-Square di atas bahwa terdapat hubungan sangat nyata, nyata
dan tidak nyata antara faktor-faktor eksternal siswa dengan prestasi belajar siswa.
107
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Terdapat perbedaan proses pembelajaran antara di SDIT Ummul Quro dengan
di SDN Sukadamai 3 Bogor.
2. Terdap at perbedaan prestasi belajar yang meyakinkan antara siswa di SDIT
Ummul Quro dengan siswa SDN Sukadamai 3 Bogor.
3. Umur siswa berhubungan nyata dengan prestasi kognitif, sangat nyata dengan
prestasi afektif dan tidak nyata dengan prestasi psikomotor.
4. Jenis kelamin menunjukkan adanya hubungan tidak nyata dengan prestasi
kognitif, sangat nyata dengan prestasi pafektif dan nyata pada prestasi
psikomotor. Jumlah anak perempuan yang berprestasi tinggi pada semua
bidang studi lebih besar dibandingkan dengan jumlah anak laki-laki.
5. Minat siswa menunjukkan adanya hubungan tidak nyata dengan prestasi
kognitif, nyata pada prestasi afektif dan tidk nyata pada prestasi psikomotor.
6. Motivasi menunjukkan hubungan tidak nyata dengan prestasi kognitif, afektif
dan psikomotor.
7. Jarak antara rumah dengan sekolah berhubungan tidak nyata dengan prestasi
belajar siswa. Artinya berapa pun jarak yang ditempuh siswa ke sekolah tidak
menyebabkan tinggi rendahnya prestasi belajar.
88.. Tingkat pendidikan ayah memperlihatkan adanya hubungan tidak nyata
dengan prestasi kognitif, nyata pada prestasi afektif dan tidak nyata pada
prestasi psikomotor.
99.. TTiinnggkkaatt ppeenndd iidd iikkaann iibb uu mmeennuunnjjuukkkkaann aaddaannyyaa hhuubbuunnggaann nnyyaattaa ddeennggaann pprreessttaassii
kkoo ggnniitt iiff ddaann aaffeekktt iiff,, ss eerrttaa hhuubbuunnggaann ss aannggaatt nnyy aattaa ddeenngg aann pp rreessttaassii pp ssiikkoommoottoorr..
1100.. PPeekkeerrjjaaaann aayyaahh,, mmeennuunnjjuukkkkaann hhuubbuunnggaann ttiidd aakk nnyy aattaa bbaaiikk ppaaddaa pprreessttaassii
kkoo ggnniitt iiff,, aaffeekkttiiff mmaauupp uunn pp ssiikkoo mmoottoorr..
1111.. SSttaattuuss eekkoonnoo mmii kkeelluu aarrggaa jjuugg aa mmeennuunnjjuukkkkaann aadd aannyyaa hhuubbuunnggaann ttiidd aakk nnyyaattaa
ddeennggaann pp rreessttaassii kkooggnniittiiff,, aaffeekktt iiff,, mmaauuppuunn ppssiikkoommoottoo rr..
108
Saran-Saran
Upaya untuk meningkatkan kualitas hasil belajar dapat ditempuh melalui
beberapa cara sebagai berikut :
1. Dalam hal faktor internal siswa, hendaknya para guru dapat mengarahkan
minat serta membangun motivasi siswa secara positif mengingat
sebenarnya kedua faktor ini sangat menentukan keberhasilan belajar siswa.
2. Bagi para penyelenggara pendidikan hendaknya diperhatikan masalah
pengembangan proses pembelajaran menjadi pembelajaran aktif yang
dapat mengoptimalkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang
dilandasi nilai-nilai dalam ajaran agama sehingga tujuan akhir Pendidikan
Nasional dapat tercapai secara utuh dan menyeluruh.
3. Pelatihan-pelatihan penunjang bagi guru secara periodik sangat perlu
diselenggarakan guna memberikan motivasi serta wawasan dan kesegaran
baru yang sesuai dengan tuntutan perkembangan pendidikan.
4. Kepada orang tua, dukungan moril sangat dibutuhkan guna
mengoptimalkan hasil belajar siswa.
5. Kepada Sekolah Islam Terpadu, hendaknya dapat lebih mensosialisasikan
program penyelenggaraan pendidikan terpadu kepada masyarakat
khususnya orang tua siswa, serta memperhatikan aspek mental yang sesuai
dengan kebutuhan siswa terutama untuk anak yang berada pada jenjang
pendidikan dasar.
101
Tabel 49 di atas memberi gambaran tentang hubungan antara jenis
pekerjaan ayah dengan prestasi afektif. Tampak dalam tabel bahwa ayah yang
bergerak di bidang swasta lebih banyak yaitu 47 orang.
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 2,14 < Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara jenis pekerjaan
ayah dengan prestasi siswa dalam bidang afektif.
Hasil penelitian tentang hubungan antara pekerjaan ayah dengan prestasi
psikomotor disajikan pada tabel 50 berikut ini :
Tabel 50. Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Prestasi Psikomotor Siswa
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi
Siswa
Pekerjaan
Ayah
Rendah Tinggi
Pegawa Negeri
Sipil
28 14
Swasta 19 28
Jumlah 31 42
X2 = 0,23 Tidak nyata
Tabel 50 di atas memberi gambaran tentang hubungan antara jenis
pekerjaan ayah dengan prestasi psikomotor. Tampak dalam tabel bahwa ayah
yang bergerak di bidang swasta lebih banyak yaitu 47 orang.
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 0,23 < Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara jenis pekerjaan
ayah dengan prestasi siswa dalam bidang psikomotor.
Dari keadaan yang terdapat pada tiga jenis prestasi di atas, dapat
diasumsikan bahwa apa pun jenis pekerjaan ayah tidak menunjukkan adanya
cukup bukti untuk menyatakan hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar
siswa baik kognitif, afektif maupun psikomotor.
102
Status Ekonomi Keluarga
Status ekonomi keluarga juga merupakan faktor eksternal lain yang
diduga memiliki hubungan dengan prestasi belajar. Hal ini didasarkan atas asumsi
bahwa semakin baik status ekonomi keluarga, maka semakin baik pula fasilitas
yang diberikan orang tua kepada putra-putrinya sehingga kegiatan belajarnya
terakomodasi. Dengan demikian diharapkan prestasi belajarnya pun menjadi baik.
Hasil penelitian tentang hubungan antara status ekonomi keluarga dengan
prestasi belajar kognitif siswa disajikan pada tabel 51 berikut ini :
Tabel 51. Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan Prestasi Kognitif
Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi
Siswa
Status
Ekonomi
Rendah Tinggi
Rendah 17 10
Tinggi 23 23
Jumlah 40 33
X2 = 0,95 Tidak nyata
Tabel 51 di atas memberi gambaran tentang tinggi rendahnya status
ekonomi keluarga. Tampak pada tabel bahwa siswa yang status ekonomi
keluarganya tinggi berjumlah 46 siswa, sedangkan yang rendah berjumlah 27
siswa. Siswa yang status ekonominya tinggi dan berprestasi tinggi sebanyak 23
siswa, tetapi keadaan ini tidak dapat dijadikan bukti bahwa semakin tinggi status
ekonomi maka semakin tinggi pula prestasinya. Ini hanyalah gambaran
sesungguhnya tentang keadaan siswa.
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 0,95 < Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05., artinya terdapat hubungan tidak nyata antara status ekonomi
keluarga dengan prestasi siswa dalam bidang kognitif.
Hasil penelitian tentang hubungan antara status ekonomi keluarga dengan
prestasi afektif ditampilkan dalam tabel 52 berikut ini :
103
Tabel 52. Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan Prestasi Afektif
Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi
Siswa
Status
Ekonomi
Rendah Tinggi
Rendah 16 11
Tinggi 18 28
Jumlah 34 39
X2 = 2,12 Tidak nyata
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 2,21 < Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05., artinya terdapat hubungan tidak nyata antara status ekonomi
keluarga dengan prestasi siswa dalam bidang afektif.
Hasil penelitian tentang hubungan antara status ekonomi keluarga dengan
prestasi afektif ditampilkan dalam tabel 52 berikut ini :
Tabel 53. Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan Prestasi Psikomotor
Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Kategori Prestasi
Siswa
Status
Ekonomi
Rendah Tinggi
Rendah 12 15
Tinggi 16 30
Jumlah 28 45
X2 = 0,99 Tidak nyata
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 0,99 < Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05., artinya terdapat hubungan tidak nyata antara status ekonomi
keluarga dengan prestasi siswa dalam bidang psikomotor.
104
Dari tabel di atas dapat diasumsikan bahwa status ekonomi keluarga bukan
merupakan suatu faktor yang sangat penting yang berhubungan dengan prestasi
belajar siswa baik kognitif, afektif maupun psikomotor. Hubungan dapat terjadi
secara tidak langsung karena status ekonomi keluarga bukan merupakan keadaan
yang berupa proses pembelajaran. Status ekonomi keluarga hanya merupakan
faktor pendukung yang lebih mengarah kepada pengadaan fasilitas belajar dalam
keluarga.
105
PEMBAHASAN
Dari seluruh hasil yang telah dipaparkan di atas, meskipun dalam
penelitian ini tidak dilakukan penghitungan secara kuantitatif, tetapi atas dasar
bukti-bukti di atas, jika memperhatikan proses pembelajaran yang berlangsung di
SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3, maka dapat dikemukakan bahwa
terdapat perbedaan antara proses pembelajaran di SDIT Ummul Quro dengan di
SDN Sukadamai 3. Beberapa perbedaan tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut :
� kesiapan guru dalam mengajar;
� metode latihan yang digunakan di SDIT Ummul Quro lebih variatif
dan tidak monoton, biasanya berbentuk game atau role playing;
� besarnya kelas, di SDIT berjumlah 38 siswa/kelas, sedangkan di SDN
berjumlah 48 siswa/kelas.
� motivasi dalam bentuk reward yang selalu diberikan guru setiap kali
siswa menunjukkan hasil yang baik dalam latihan-latihan tersebut
meskipun hanya berbentuk pengumpulan poin atau pujian; serta
� kesempatan atau waktu belajar yang lebih panjang.
Dalam hal usaha pengembangan SDM (guru) perbedaan dapat diketahui
pada :
� Prosedur recruitment (seleksi) guru yang memiliki beberapa kriteria
tertentu yang meliputi kriteria akademis, psikis dan fisik;
� Beberapa pelatihan yang diikuti oleh guru-guru SDIT lebih bervariasi
dan mengarah kepada pembinaan motivasi, keikhlasan dalam
menjalankan tugas, serta mengoptimalkan kecerdasan emosi dan
spiritual. Di SDN pelatihan-pelatihan lebih banyak dalam hal
pengenalan kurikulum dan administrasi pembelajaran.
Beberapa alasan di atas dapat dijadikan sebagian bukti sebagai faktor-
faktor penting yang memiliki hubungan terhadap keberhasilan belajar para siswa
106
karena bagaimana pun siswa memiliki motivasi serta minat yang kuat, tidak akan
mencukupi jika tidak ditunjang dengan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran. Untuk meningkatkan kemampuannya, maka tidak cukup hanya
berbekal latar belakang pendidikan formal saja, tetapi dibutuhkan akselerasi yang
disesuaikan dengan kebutuhan serta tantangan yang ada pada masa yang sedang
berlangsung.
Dalam hal faktor-faktor internal, umur siswa, jenis kelamin, minat dan
motivasi merupakan faktor-faktor yang baik secara langsung maupun tidak
langsung memiliki hubungan atau tidak berhubungan dengan prestasi belajar
siswa. Hasil analisis Chi-Square menunjukkan bahwa pada bagian tertentu
terdapat hubungan nyata dan pada bagian yang lain terdapat hubungan tidak nyata
dengan prestasi belajar siswa.
Dalam hal faktor-faktor eksternal, jarak antara rumah dan sekolah, tingkat
pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan status ekonomi keluarga juga
merupakan faktor-faktor yang dapat berhubungan dengan prestasi belajar siswa.
Hasil analisis Chi-Square di atas bahwa terdapat hubungan sangat nyata, nyata
dan tidak nyata antara faktor-faktor eksternal siswa dengan prestasi belajar siswa.
107
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Terdapat perbedaan proses pembelajaran antara di SDIT Ummul Quro dengan
di SDN Sukadamai 3 Bogor.
2. Terdapat perbedaan prestasi belajar yang meyakinkan antara siswa di SDIT
Ummul Quro dengan siswa SDN Sukadamai 3 Bogor.
3. Umur siswa berhubungan nyata dengan prestasi kognitif, sangat nyata dengan
prestasi afektif dan tidak nyata dengan prestasi psikomotor.
4. Jenis kelamin menunjukkan adanya hubungan tidak nyata dengan prestasi
kognitif, sangat nyata dengan prestasi pafektif dan nyata pada prestasi
psikomotor. Jumlah anak perempuan yang berprestasi tinggi pada semua
bidang studi lebih besar dibandingkan dengan jumlah anak laki-laki.
5. Minat siswa menunjukkan adanya hubungan tidak nyata dengan prestasi
kognitif, nyata pada prestasi afektif dan tidk nyata pada prestasi psikomotor.
6. Motivasi menunjukkan hubungan tidak nyata dengan prestasi kognitif, afektif
dan psikomotor.
7. Jarak antara rumah dengan sekolah berhubungan tidak nyata dengan prestasi
belajar siswa. Artinya berapa pun jarak yang ditempuh siswa ke sekolah tidak
menyebabkan tinggi rendahnya prestasi belajar.
88.. Tingkat pendidikan ayah memperlihatkan adanya hubungan tidak nyata
dengan prestasi kognitif, nyata pada prestasi afektif dan tidak nyata pada
prestasi psikomotor.
99.. TTiinnggkkaatt ppeennddiiddiikkaann iibbuu mmeennuunnjjuukkkkaann aaddaannyyaa hhuubbuunnggaann nnyyaattaa ddeennggaann pprreessttaassii
kkooggnniittiiff ddaann aaffeekkttiiff,, sseerrttaa hhuubbuunnggaann ssaannggaatt nnyyaattaa ddeennggaann pprreessttaassii ppssiikkoommoottoorr..
1100.. PPeekkeerrjjaaaann aayyaahh,, mmeennuunnjjuukkkkaann hhuubbuunnggaann ttiiddaakk nnyyaattaa bbaaiikk ppaaddaa pprreessttaassii
kkooggnniittiiff,, aaffeekkttiiff mmaauuppuunn ppssiikkoommoottoorr..
1111.. SSttaattuuss eekkoonnoommii kkeelluuaarrggaa jjuuggaa mmeennuunnjjuukkkkaann aaddaannyyaa hhuubbuunnggaann ttiiddaakk nnyyaattaa
ddeennggaann pprreessttaassii kkooggnniittiiff,, aaffeekkttiiff,, mmaauuppuunn ppssiikkoommoottoorr..
108
Saran-Saran
Upaya untuk meningkatkan kualitas hasil belajar dapat ditempuh melalui
beberapa cara sebagai berikut :
1. Dalam hal faktor internal siswa, hendaknya para guru dapat mengarahkan
minat serta membangun motivasi siswa secara positif mengingat
sebenarnya kedua faktor ini sangat menentukan keberhasilan belajar siswa.
2. Bagi para penyelenggara pendidikan hendaknya diperhatikan masalah
pengembangan proses pembelajaran menjadi pembelajaran aktif yang
dapat mengoptimalkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang
dilandasi nilai-nilai dalam ajaran agama sehingga tujuan akhir Pendidikan
Nasional dapat tercapai secara utuh dan menyeluruh.
3. Pelatihan-pelatihan penunjang bagi guru secara periodik sangat perlu
diselenggarakan guna memberikan motivasi serta wawasan dan kesegaran
baru yang sesuai dengan tuntutan perkembangan pendidikan.
4. Kepada orang tua, dukungan moril sangat dibutuhkan guna
mengoptimalkan hasil belajar siswa.
5. Kepada Sekolah Islam Terpadu, hendaknya dapat lebih mensosialisasikan
program penyelenggaraan pendidikan terpadu kepada masyarakat
khususnya orang tua siswa, serta memperhatikan aspek mental yang sesuai
dengan kebutuhan siswa terutama untuk anak yang berada pada jenjang
pendidikan dasar.
Lampiran-lampiran
Lampiran 1
Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran
114
LEMBAR PENGAMATAN PROSES PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SDIT UQ / SDN Sukadamai 3
Hari / tanggal : ………………………………
Bidang studi : .…………………………….
Nama Guru : ……………………………
Kelas : VI ( A / B / C / D )
No Kegiatan Keterangan
1 Appersepsi Dilakukan / tidak dilakukan
Isinya : ………………………………………………..
………………………………………………..
2 Motivasi Diberikan / tidak diberikan
3 Tempat Di dalam kelas / di luar kelas
4 Pokok bahasan
5 Sub pokok bahasan
6 Metode
7 Media Menggunakan / tidak menggunakan
Perangkatnya : ………………………………………..
………………………………………..
8 Suasana
pembelajaran
9 Interaksi siswa
dengan guru
Catatan Khusus :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
Lampiran 2
Lembar Pengamatan dan Penilaian
Keterampilan Guru Dalam Menyusun
Rencana Pembelajaran
LEMBAR PENGAMATAN DAN PENILAIAN
KETERAMPILAN GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PENGAJARAN
A. Merencanakan Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar
1. Merumuskan Tujuan, yang meliputi beberapa syarat :
(a) kesesuaian TPK dengan TPU
(b) kelengkapan jumlah TPK
(c) kelengkapan rumusan (tidak menimbulkan tafsiran ganda)
(d) kelengkapan rumusan TPK (subyek, tingkah laku yang dapat diukur,
kondisi pencapaian dan kriteria pencapaian)
(e) urutan TPK dari yang mudah kepada yang sukar
Skala Nilai Penjelasan
1
2
3
4
5
Hanya satu syarat yang dipenuhi
Dua sayata yang dipenuhi
Tiga syarat yang dipenuhi
Empat syarat yang dipenuhi
Lima syarat yang dipenuhi
2. Menentukan metode mengajar
Skala Nilai Penjelasan
1
2
3
4
5
Tidak mencantumkan metode mengajar
Tercantum metode mengajar tetapi tidak relevan dengan
TPK
Tercantum satu metode mengajar yang relevan dengan
TPK
Tercantum dua metode mengajar yang relevan dengan TPK
Tercantum lebih dari dua metode mengajar yang relevan
dengan TPK dan bahan.
3. Menentukan langkah-langkah mengajar
Skala Nilai Penjelasan
1
2
3
4
5
Tidak terdapat langkah-langkah mengajar
Terdapat langkah mengajar secara umum
Terdapat langkah mengajar secara rinci, sebagian besar
sesuai dengan TPK
Terdapat langkah mengajar secara rinci, semuanya sesuai
dengan TPK tetapi hanya terpusat pada guru
Terdapat langkah mengajar secara rinci, semuanya sesuai
dengan TPK tetapi hanya terpusat pada guru dan murid
4. Menentukan cara-cara memotivasi murid
Skala Nilai Penjelasan
1
2
Tidak mencantumkan cara memotivasi murid
Tercantum cara-cara memotivasi murid, tetapi tidak
relevan dengan TPK dan bahan
3
4
5
Tercantum satu cara memotivasi yang relevan dengan
TPK
Tercantum dua cara memotivasi yang relevan dengan TPK
Tercantum lebih dari dua cara memotivasi murid yang
relevan dengan TPK dan bahan.
Lampiran 3
Lembar Pengamatan dan Penilaian
Keterampilan Melaksanakan Prosedur Mengajar
Lampiran 4
Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran
Di SDIT Ummul Quro dan
SDN Sukadamai 3
117
Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran
Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3
MATA PELAJARAN
IPA 4 X TATAP MUKA
IPS 3 X TATAP MUKA
MATEMATIKA 2 X TATAP MUKA
SDN SDIT SDN SDIT SDN SDIT
SKENARIO PEMBELAJARAN
Ada tetapi
tidak
lengkap
Ada dan
lengkap Ada dan
lengkap
Ada dan lengkap Ada tetapi
tidak
lengkap
Ada dan
lengkap
MOTIVASI Ada (berupa
nasehat)
ada (skore
untuk
prestasi
siswa
Ada (berupa
nasehat)
ada (skore untuk
prestasi siswa
Ada (berupa
nasehat)
ada (skore
untuk
prestasi
siswa
MATERI Tata Surya
Darah
Tata Surya
Darah
Benua
Amerika dan
Eropa
PBB dan
Konferensi Asia
Afrika
Grafik
Operasi
Hitung
Aljabar
Pengumpula
n data
SUB MATERI • Gerhana
• Matahari
• Planet
• Fungsi
organ
tubuh
• Gerhana
• Matahari
• Planet
• Fungsi
organ
tubuh
• Amerika
Utara
• Eropa
• Confers
Asia
Afrika
• Sejarah ,
• Tujuan
berdirinya
• Badan-badan
PBB, dan
• Peranan PBB
bagi Indonesia
• Hasil dan
manfaat KAA
Membuat
grafik
lingkaran
Operasi
hitung
campuran
Perkalian,
kelipatan,
perbandinga
n suku
Pengumpula
n dan
pengolahan
data
APPERSEPSI Diskusi hasil
kunjungan
ke
planetarium
Penjelasan
tentang
darah
Diskusi hasil
kunjungan
ke
planetarium
Penjelasan
tentang
darah
Tanya jawab
soal
Tanya jawab
soal.
Branstorming
tentang KAA
yang baru
dilaksanakan
tahun 2005
Tidak ada Mengulang
materi yang
lalu
TEMPAT Indoor/
outdoor
(kunjuungn
ke
plantarium
dilaksnkan
pada kelas
V)
Indoor/
outdoor
(kunjungan
ke
Plantarium
dilaksnakan
awal smster
genap)
Indoor Indoor Indoor Indoor
118
METODE Ceramah,
tanya jawab,
deskripsi
Ceramah,
deskripsi,
simulasi,
pengamatan,
tanya jawab,
pelaporan,
demonstrasi
miniatur
kerja
jantung
Diskusi,
Menggambr,
mencari dan
menemukan
letak kota
dalam peta
serta
kenampakan
alam seperti
laut,gunung,
dan sungai,
Penugasan,
Diskusi,
presentasi
Latihan
membuat
grafik
Latihan soal
Game
Diskusi
kelompok
MEDIA Papan tulis,
gambar
Buku IPA
kelas 6
• Gambar,
• perangkat
tata surya
• Torso
• Botol
bekas
• pewarna
• Atlas • Koran
• Majalah
• Buku-buku
cetak tentang
PBB dan
konferensi
Asia Afrika
Papan tulis Papan tulis
119
MATA
PELAJARAN IPA
4 X TATAP MUKA IPS
3 X TATAP MUKA MATEMATIKA
2 X TATAP MUKA
SDN SDIT SDN SDIT SDN SDIT
SUASANA PEMBELAJARAN
Aktif :
siswa
menggamba
rkan,
mendeskrips
ikan,
menjelaskan
siswa
memperhati
kan
penjelasan
guru
Aktif :
siswa
menggamba
rkan,
mendiskripsi
kan, role
playing.
siswa
mempraktek
kan cara
kerja
jantung dari
botol yang
diisi air dan
diberi
pewarna
merah, lalu
diberi selang
dan
didemonstra
sikan di
depan kelas
Aktif, siswa
mencari
sendiri letak
kota-kota
tertentu
dalam atlas
kemudian
menjawab
pertanyan-
pertanyaan
yang telah
disiapkan
oleh guru
pada
portofolio
Aktif :
siswa secara
berkelompok
menghimpun
informasi dari
perpustakaan
atau bahan
bacaaan yang
dimiliki,
membuat
resume
kemudian
mendiskusikan.
Siswa
menempel
beberapa
informasi
terpenting pada
Mading Sekolah
Aktif :
Siswa
mendengarka
n penjelasan
guru, berlatih
membuat
grafik dan
mengerjakan
portofolio
Siswa secara
bergiliran
mengerjakan
soal-soal yang
diberikan
guru ke depan
kelas (di
papan tulis)
kemudian
dibahas
bersama
Aktif :
latihan
kecepatan
dan
ketepatan
siswa dalam
menyebutka
n kelipatan
angka-angka
siswa
mengukur
tinggi badan
teman-
temannya
INTERAKSI Aktif :
Siswa
mendengarka
n penjelasan
guru, berlatih
membuat
grafik dan
mengerjakan
portofolio
Siswa secara
bergiliran
mengerjakan
soal-soal yang
diberikan
guru ke depan
kelas (di
papan tulis)
kemudian
dibahas
bersama
Aktif :
latihan
kecepatan
dan
ketepatan
siswa dalam
menyebutka
n kelipatan
angka-angka
siswa
mengukur
tinggi badan
teman-
temannya
Positif, guru
berkeliling
kelas
membimbin
g siwa untuk
menemukan
Positif, guru
berkeliling kelas
membimbing
siwa dalam
menghimpun
informasi dari
beberapa sumber
Guru pasif,
hanya
menunggu
siswa
menyelesaik
an portofolio
Positif, guru
memberikan
soal, siswa
menyelesaik
an soal,
motivasi
terlalu
banyak
sehingga
dalam 2 jam
pel hanya
menyelesaik
an 2 soal
operasi
hitung
campuran
Guru aktif
sebagai juri
dan pemberi
motivasi
Guru
berkeliling
kelas
membimbin
g kegiatan
siswa
120
MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA 1X TATAP MUKA
PPKn 2 X TATAP MUKA
PEND. AGAMA ISLAM 2 X TATAP MUKA
SDN SDIT SDN SDIT SDN SDIT
SKENARIO PEMBELAJARAN
Ada tetapi
tidak
lengkap
Ada dan
lengkap Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada dan
lengkap
MOTIVASI Ada (berupa
nasehat)
ada (skore
untuk
prestasi
siswa
Ada (berupa
nasehat)
ada (skore
untuk prestasi
siswa
Ada (berupa
nasehat)
ada (skore
untuk
prestasi
siswa
MATERI Kata Umum
dan kata
khusus
Kata umum
dan kata
khusus
Cinta tanah
air,
Harga
menghargai
Cinta tanah
air,
Harga
menghargai
Syukur
nikmat
Syukur
nikmat
SUB MATERI Menyadari
perlunya cinta
tanah air.
Menghargai
perilaku orang
lain.
Menyadari
perlunya cinta
tanah air.
Menghargai
perilaku orang
lain.
Arti syukur.
Macam
syukur.
Akibat tidak
bersyukur.
Arti syukur.
Macam
syukur.
Akibat tidak
bersyukur.
APPERSEPSI Pengenalan
kata umum
dan khusus
Pengenalan
kata umum
dan khusus
Mengulang
materi yang
lalu
Mengulang
materi yang
lalu
Mengulang
materi yang
lalu
Brainstormi
ng tentang
kebiasaan
berterima
kasih pada
teman
TEMPAT Indoor/
outdoor
(kunjuungn
ke
plantarium
dilaksnkan
pada kelas
V)
Indoor/
outdoor
(kunjungan
ke
Plantarium
dilaksnakan
awal smster
genap)
Indoor Indoor Indoor Indoor
METODE Ceramah,
tanya jawab.
latihan
Ceramah,
tanya jawab.
latihan
Ceramah,
tanya jawab.
latihan
Bercerita,
drama, puisi
yang
bernafaskan
Islam
ceramah Diskusi,
mengarang,
membuat
puisi
MEDIA Papan tulis
Buku paket
Papan tulis
Buku paket
Buku paket Buku paket Buku paket Buku paket
121
MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA 1X TATAP MUKA
PPKn 2 X TATAP MUKA
PEND. AGAMA ISLAM 2 X TATAP MUKA
SDN SDIT SDN SDIT SDN SDIT
SUASANA PEMBELAJARAN
Aktif :
Siswa
menyimak
penjelasan
guru,
kemudian
menyelesaik
an portofolio
Aktif :
Siswa
menyimak
penjelasan
guru,
kemudian
menyelesaik
an portofolio
Siswa
mendengark
an
penjelasan
guru
Siswa bermain
peran dengan
scenario yang
telah dibuat guru
Siswa
mendengark
an
penjelasan
guru
Siswa aktif
memberikan
contoh,
mengarang
dan
membacaka
n puisi
INTERAKSI Guru aktif
memonitor
siswa
Guru aktif
memonitor
siswa
Pasif Aktif Pasif Aktif
122
123
Peubah
Indikator
Parameter
Nomor kuesioner
A. Faktor Internal A.1 Motivasi 1. Usaha untuk sukses
2. Rasa percaya diri 2. Tanggung jawab
terhadap tugas 4. Standar keberhasilan
1. Kedisiplinan dalam kehadiran
2. kesungguhan dalam mengerjakan tugas-tugas di sekolah / di rumah
3. kesadaran mengulang pelajaran di rumah
4. kepedulian terhadap reward dan punishment
5. kepedulian tentang keberhasilan teman-temannya
6. keinginan untuk berprestasi
1,2,3
4,7
5,6
8,9,10
11
12
A.2. Minat 1. Minat terhadap salah satu bidang studi
2. Minat terhadap salah satu kegiatan ekstra kurikuler
1. bidang yang diminati 2. waktu yang digunakan 3. prestasi yang diraih 4. usaha untuk
meningkatkan prestasi 5. dukungan yang
diperoleh
1,5 2,6 3,7 4,8
9,10
B. Faktor Eksternal
B.1 Faktor Sosial 1. Latar belakang pendidikan ayah dan ibu
2. Kompetensi guru
1. tingkat pendidikan ayah dan ibu
1. sikap guru dalam mengajar
2. kemampuan guru dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar
3. guru memberi teguran, reward dan punishment kepada siswa
4. interaksi guru dengan siswa di luar kelas
5. dedikasi guru dalam mengajar
6. kedisiplinan guru dalam mengajar
4
1,5,13
2
3,4.6.7,12
8,9,12,14
11,15
10, 16
B.2 Faktor kurikulum
(1) tujuan (2) materi (3) kegiatan pembelajaran (4) metode dan media
1. perumusan tujuan
(TPK) 2. penentuan materi
pelajaran 3. desain kegiatan
pembelajaran 4. pemilihan metode
yang bervariasi 5. penggunaan
media yang sesuai
Penilaian pada lembar pengamatan
C. Prestasi
124
Belajar C.1 Prestasi
Kognitif 1. Pengetahuan 2. Penerapan
1. nilai rata-rata raport pada 5 bidang studi UAN dan Pendidikan Agama
1. kemampuaan siswa
menerapkan pengetahuan dalam pembelajaran
Penilaian
pada lembar pengamatan
C.2 Prestasi Afektif
1. Sikap terhadap nilai 2. Pembentukan pola hidup
1. Sikap siswa terhadap mata pelajaran
2. Sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung
1. sikap siswa
terhadap pelaksanaan ibadah
2. sikap siswa terhadap nilai-nilai akhlak dalam ajaran agama
1,2,6
3,4,5
7,8,9
10, 11,12
C.3 Prestasi Psikomotor
1. Gerakan terbimbing 2. kreativitas belajar
1. kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan dengan cara mencontoh gerakan guru
2. kreativitas siswa
dalam melaksanakan tugas
Penilaian pada lembar pengamatan
Penilaian pada lembar pengamatan
Lampiran 5
Daftar Riwayat Pendidikan dan
Pelatihan Guru
122
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GURU
I. Guru SDIT Ummul Quro
NO RSPND
PENDIDIKAN TERAKHIR
BIDANG STUDI YANG
DIASUH
LAMA MENGA-
JAR
PELATIHAN BIDANG KEAHLIAN
SEMINAR / PEMBINAAN
SIKAP 1
S1 - IKIP Ø B. Indonesia Ø KTK Ø B. Sunda
6 tahun Ø Quantum Learning Ø Pelatihan KBK (3
Kali) Ø Metode Bercerita Ø Quantum Teaching
Ø Training Motivasi
Ø Pembinaan Rohani Rutin Oleh Sekolah
2 TAKMILI LIPIA JAKARTA
Ø Al-Qur’an Ø Bahasa
Arab
3 tahun Ø Pelatihan KBK Ø Pelatihan Tashih
Untuk Mendapatkan Syahadah Qiroati
Ø Menejemen 5 S Ø Seminar
Menjadi Guru Yang Efektif
3 MA’HAD ALHIKMAH
Ø Qiroati Ø Tahfidz
5 thun Ø Pelatihan KBK Ø Pelatihan Mendongeng Ø Pelatihan Jurnalistik Ø Pumping Teacher Ø Seminar Edukatif
Ø Menjadi Guru Menyenangkan
Ø Menejemen 5 S Ø Dll
4 S1 – PENDIDIKAN MATEMATIKA
Ø Matematika Ø IPA
4 tahun Ø Pelatihan Student Active Learning
Ø Pelatihan Pembelajaran Matematika
Ø Pelatihan Jurnalistik Ø Pelatihan Mendongeng Ø Pelatihan Matematika
Dan Sains Ø Studi Banding Ke
Beberapa Sekolah
Ø Menejemen ISO Ø Menejemen 5 S Ø Pelatihan ESQ Ø Dll
5 S1 FKIP/B.INGGRIS
Bahasa Inggris 1 tahun Ø Pelatihan Student Active Learning
Ø Menejemen 5 S
6 S1-FH UIKA & LIPIA
Bahasa Arab 1 tahun Ø Pelatihan KBK Ø Daurah Pengajaran
Bahasa Arab Dan Tsaqafah Islamiyyah Dari Universitas Madinah
7 S1- TEHNIK PERTANIAN IPB
Komputer 3 tahun Ø Pelatihan KBK Ø Pelatihan Mendongeng Ø Pelatihan Jurnalistik Ø Menjadi Guru Kreatif Ø Pelatihan Jaringan
Komputer
Ø Menejemen ISO Ø Menejemen 5 S Ø Pelatihan ESQ
8 IKIP JAKARTA Ø B. Indonesia Ø PPKn Ø IPS Ø PAI
10 tahun Ø Pelatihan KBK Ø Pelatihan Mendongeng Ø Pelatihan Jurnalistik Ø Pelatihan Guru IPS Ø Pelatihan Guru
Matematika
Ø Menejemen ISO Ø Menejemen 5 S Ø Pelatihan ESQ
123
9 S1 - IKIP
JAKARTA Ø PKPS Ø Penjaskes
3 tahun Ø Pelatihan KBK Ø Pelatihan Guru Kreatif
Ø Seminar Pendidikan Anak
10 S1 PETERNAKAN IPB
Ø Matematika Ø IPA Ø PPKn
10 tahun Ø Pelatihan KBK Ø Pelatihan Kurikulum
2004 Ø Pelatihan Jurnalistik Ø Pelatihan Guru MIPA Ø Pelatihan Guru
Matematika Ø Seminar Kebijakan
UAN
Ø Menejemen ISO Ø Menejemen 5 S Ø Pelatihan ESQ Ø Seminar
Pendidikan Dan Remaja
Ø Pelatihan Kepemimpinan Sekolah
124
II. SDN Sukadamai 3 NO
RSPND
PENDIDIKAN
TERAKHIR
BIDANG STUDI YANG
DIASUH
LAMA MENGA-
JAR
PELATIHAN BIDANG KEAHLIAN
SEMINAR / PEMBINAAN
SIKAP
1 IAIN Bandung / 1992
Pendidikan Agama Islam
15 tahun Ø MGPD Pendidikan Agama Islam
Ø Pembinaan dari UPTD DIKNAS Kecamatan
2 S1 – PLS Pendidikan Jasmani
7 tahun Ø Pelatihan tenis meja Ø Pelatihan bola basket
3 S1 – PLS Ø B. Indonesia Ø PPKn Ø IPA Ø IPS Ø Matematika Ø Bahasa sunda
14 tahun Ø Pelatihan kurikulum 2004
Ø Pelatihan KBK Ø Pelatihan Administrasi Ø Pelatihan Penulisan
Soal Ø Pelatihan Bilingual Ø Sosialisasi Undang-
Undang Guru Ø Implementasi
Pengembangan Life skill
Ø Implementasi Model Pembelajaran
4 SLTA / 1994 Teknologi Informasi dan komunikasi (komputer)
5 tahun Ø Pelatihan Paket Office 2000
Ø Pelatihan Teknisi Komputer
Ø Pelatihan Tenaga Pendidik dan Pengajar
Ø Pelatihan Komputer Tingkat Nasional
5 S1 – PPKn
Ø B. Indonesia Ø PPKn Ø IPA Ø IPS Ø Matematika Ø Bahasa sunda
22 tahun Ø Pelatihan Kurikulum PENDAS
Ø Penggunaan Kit IPA Ø Sosialisasi Suplemen
Kurikulum Ø Pembinaan Profesi
Guru dan Kepala Sekolah
Ø Implementasi Pengembangan Life skill
Ø Implementasi Model Pembelajaran
Ø Sistem pembinaan profesional guru
Ø Kegiatan pembinaan guru kelas VI
Ø Seminar meningkatkan profesionalisme guru menyongsong abad 21
6 Sekolah Tinggi Seni Indonesia
Karawitan dan seni musik
4 tahun Ø Pelatihan receider Ø Pelatihan membaca
not balok Ø Pembinaan
Administrasi dari UPTD DIKNAS Kecamatan
125
7 Sarmud Fak.Ilmu Politik UNAS / 1985
Bahasa inggris 24 tahun Ø Pelatihan Kurikulum 2004
Ø Pelatihan KBK Ø Pelatihan Administrasi Ø Pelatihan Penulisan
Soal Ø Pelatihan penulisan
Skenario VCD Pembelajaran- Pustekkomdiknas
8 S1- PLS Ø B. Indonesia Ø PPKn Ø IPA Ø IPS Ø Matematika Ø Bahasa sunda
22 tahun Ø Pelatihan kurikulum PENDAS
Ø Penggunaan Kit IPA Ø Sosialisasi Suplemen
Kurikulum Ø Pembinaan Profesi
Guru dan Kepala Sekolah
Ø Implementasi Pengembangan Lifeskill
Ø Implementasi Model Pembelajaran
Ø Sistem pembinaan profesional guru
Ø Kegiatan pembinaan guru ke las VI
Ø Seminar meningkatkan profesionalisme guru menyongsong abad 21
9 Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Bandung
Karawitan 9 tahun Ø Pelatihan Angklung Ø Pelatihan Guru
Karawitan Ø Metode Cepat Melatih
Kecapi Ø Pembinaan dari
UPTD DIKNAS Kecamatan
10 S1 – PLS Ø B. Indonesia Ø PPKn Ø IPA Ø IPS Ø Matematika Ø Bahasa sunda
Ø Pelatihan KBK Ø Pelatihan Kurikulum
2004 Ø Penggunaan Kit IPA Ø Pelatihan
Pembelajaran Bilingual
Ø Pelatihan Pembelajaran Elektronik (e-learning)
Ø Pembinaan Administras i dari UPTD DIKNAS Kecamatan
Ø Implementasi Pengembangan Lifeskill
Ø Implementasi Model Pembelajaran
Lampiran 6
Kuesioner Untuk Siswa
131
Kuesioner untuk siswa
1. Nomor Responden : 2. Nama Lengkap : ……………………………………………….. 3. Jenis kelamin : ……………………………………………….. 4. Tempat tanggal lahir : ……………………………………………….. 5. Pendidikan Terakhir orang tua : Ayah : ……………………………………………….. Ibu : ……………………………………………….. Petunjuk pengisian :
1. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian
2. Adik-adik di mohon dapat mengisi pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan jujur sesuai dengan yang adik alami dan rasakan
3. Tidak perlu khawatir, karena jawaban apapun yang adik berikan tidak akan mempengaruhi nilai apapun di sekolah
4. Atas kesediaan adik mengisi daftar pertanyaan ini ibu ucapkan terima kasih, dan semoga adik -adik sukses dalam menempuh Ujian Akhir nanti.
I. Kuesioner tentang motivasi siswa : No Pertanyaan Ya Tidak Keterangan 1 Saya senang sekali bersekolah di sekolah
ini
Alasannya :
2 Saya datang ke sekolah sebelum bel masuk berbunyi
3 Saya merasa rugi jika tidak masuk sekolah
Alasannya :
4 Saya mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan baik dan perasaan senang
5 Saya selalu belajar di rumah meskipun tidak ada PR atau ulangan
6 Saya selalu mengerjakan PR atau tugas lainya tepat waktu
7 Saya selalu mengulang pelajaran di rumah meskipun orang tua saya tidak mengharuskan untuk itu
8 Jika saya menghadapi kesulitan dalam belajar, maka saya akan berusaha sampai dapat menyelesaikannya, misalnya bertanya kepada guru, ayah/ibu atau teman yang lebih pandai
9 Jika saya tidak mengerti dengan penjelasan guru, maka saya akan menanyakan langsung
132
kepada bapak/ibu guru 10 Jika bapak/ibu guru meminta kepada kami
untuk mengerjakan suatu soal di depan kelas, maka saya akan segera melakukannya dengan senang hati.
11 Hasil karya saya sering ditempel di malajah dinding sekolah
12 Saya senang mengikuti berbagai lomba baik di sekolah maupun di luar sekolah
13 Saya merasa senang jika guru/orang tua memuji saya karena berprestasi
14 Saya sedih dan merasa bersalah jika guru/orang tu a menegur saya karena saya melakukan kesalahan
15 Saya ingin segera memperbaiki diri ketika saya sadar telah melakukan kesalahan
16 Saya merasa terpacu jika mengetahui teman saya memperoleh prestasi lebih baik dari saya
17 Buat saya, dapat rangking itu sangat penting, karena itu tandanya saya sudah berhasil dengan baik
18 Saya mengikuti bimbingan belajar dengan baik agar saya dapat lulus dengan nilai yang baik
133
II. Kuesioner tentang minat siswa terhadap mata pelajaran : No Pertanyaan Ya Tidak Keterangan 1. Apakah ada salah satu pelajaran yang
paling kamu sukai ? Alasannya :
Sebutkan :
2. Apakah kamu menggunakan waktu lebih banyak untuk mempelajari pelajaran yang kamu sukai itu ?
3. Adakah prestasi yang kamu raih pada pelajaran yang kamu sukai tersebut ?
Sebutkan pada kejuaraan apa :
4. Apakah kamu terus berusaha untuk berprestasi dalam pelajaran yang kamu sukai itu ?
Sebutkan apa yang kamu lakukan agar selalu berprestasi
5. Apakah ada salah satu kegiatan (ekskul) yang paling kamu sukai? Alasannya :
Sebutkan :
6 Apakah kamu menggunakan waktu lebih banyak untuk melakukan kegiatan yang kamu sukai itu ?
7 Adakah prestasi yang kamu raih pada kegiatan yang kamu sukai ?
Sebutkan pada kejuaraan apa :
8 Apakah kamu terus berusaha untuk berprestasi dalam kegiatan yang kamu sukai itu ?
9 Pada bidang yang paling kamu sukai, apakah kamu mendapat bimbingan khusus dari guru ?
Sebutkan bentuk bimbingannya :
10 Pada bidang yang paling kamu sukai, adakah dukungan dari orang tua di rumah
Sebutkan bentuk dukungannya :
11. Adakah pelajaran/kegiatan di sekolah yang paling tidak kamu sukai ?
Sebutkan pelajaran apa dan alasannya :
12 Adakah pelajaran di sekolah yang menurutmu sangat sulit dan membuatmu tidak suka mengikutinya ?
Sebutkan pelajaran apa :
134
III. Kuesioner tentang interaksi dengan guru :
No Pertanyaan Ya Tidak Keterangan 1 Saya senang dengan sikap guru-guru di
sekolah ini Berikan penjelasan :
2 Guru-guru selalu membantu bila saya/ teman saya dalam kesulitan belajar
3 Guru-guru selalu menegur bila saya/ teman saya melakukan suatu pelanggaran atau perilaku yang tidak baik
4 Guru-guru menegur saya dengan cara yang baik, sabar dan memberi pengertian
5 Guru-guru selalu mengajar dalam suasana kelas yang menyenangkan
6 Guru-guru memberi sanksi kepada saya jika saya melakukan pelanggaran
Sebutkan contohnya:
7 Guru-guru memuji saya jika dapat menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik
8 Guru-guru mau mendengarkan jika saya ingin curhat karena suatu masalah
9 Guru-guru senang berbincang-bincang dengan saya dan teman-teman di luar waktu belajar ?
10 Ketika kami mengerjakan tugas-tugas di kelas/di luar kelas, guru-guru selalu membimbing kami satu persatu
11 Ada pula guru yang bila ditanya tentang pelajaran yang belum saya mengerti, malah marah/tidak mau menjelaskan kembali
12 Ada pula guru yang tidak peduli jika kami melakukan kesalahan
13 Ada pula guru yang membuat saya merasa takut jika mengajar
14 Ada pula guru yang tidak mau mendengarkan keluhan saya
15 Di antara para guru ada yang cara mengajarnya bikin BeTe
16 Di antara guru ada yang sering memberi tugas kemudian meninggalkan siswa di dalam kelas sampai tugas itu selesai
135
IV. Kuesioner tentang sikap dan pembentukan pola hidup No Pernyataan Ya Tidak Keterangan
1 Saya senang mengikuti semua pelajaran karena buat saya semua pelajaran penting untuk diikuti dengan baik
2 Menurut saya ada pelajaran yang tidak begitu penting untuk diajarkan
Kalau ada, sebutkan :
3 Saya selalu memperhatikan setiap guru sedang memberikan penjelasan
4 Pada pelajaran tertentu saya malas memperhatikan penjelasan guru
Sebutkan pelajaran apa
5 Pelajaran dengan berdiskusi kelompok atau praktek, menurut saya lebih menyenangkan dari pada mendengarkan penjelasan guru
6 Saya mempelajari Pendidikan Agama dan PPKn sama dengan pelajaran yang lain, yaitu untuk memperoleh nilai yang baik saja
7 Dari pelajaran Pendidikan Agama dan PPKn , banyak pengetahuan yang dapat saya praktekkan untuk memperbaiki diri
8 Saya melaksanakan ajaran agama sebagaimana yang saya pelajari, baik di rumah maupun di sekolah atas dasar kesadaran
9 Saya melaksanakan ibadah seperti sholat dan puasa hanya karena perintah orang tua
10 Kalau ada teman yang tidak melaksanakan sholat, maka saya berusaha mengingatkannya
11 Orang tua di rumah selalu mengingatkan saya untuk sholat, tetapi saya sering mengabaikan
12 Sekali-sekali jika sedang di perjalanan atau sedang sibuk, saya meninggalkan sholat
13 Saya merasa, sholat atau tidak sholat tidak ada bedanya buat diri saya
14 Kalau saya menemukan barang milik orang lain, maka saya berusaha untuk mencari pemiliknya dan mengembalikannya, atau melaporkan pada guru.
15 Kalau saya melakukan kesalahan, biasanya saya berusaha menutupi kesalahan itu agar tidak ketahuan ayah/ibu atau guru saya
16 Jika ada teman yang melakukan tindakan yang buruk, misalnya : mencela orang lain, berbohong atau mencuri, maka saya berusaha mengingatkannya
17 Kalau ada teman saya yang sedang dalam kesulitan maka saya dengan senang hati saya berusaha untuk dapat membantunya
18 Jika saya dapat memberi sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan saya merasa sangat senang
19 Saya merasa BeTe mendengarkan nasehat orang tua di rumah
20 Jika saya berpapasan dengan guru, maka saya selalu memberi salam
Lampiran 7
Kuesioner Untuk Guru
137
Kuesioner untuk guru
Petunjuk pengisian kuesioner :
1. Kuesioner ini hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian, kerahasiaannya akan terjaga
2. Kepada Bapak/Ibu dimohon dengan hormat untuk mengisi kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya
3. Atas kesediaan Bapak/Ibu mengisi kuesioner ini, kami ucapkan terima kasih
I. Kuesioner tentang Kompetensi Profesional :
1. Nama : ………………………..……………………………………………… 2. Pendidikan terakhir / tahun : …………………………………….…….
…………………………………………. 3. Bidang studi yang diajarkan :
(1) ……………………………………………… (2) ………....…………………………………… (3) ……………………………………………… (4) ………………………..…………………….. (5) ………………………………………….…… (6) ………………………………………………
4. Selama Bapak/Ibu mengajar, sudah berapa lamakah mengasuh mata pelajaran tersebut di atas ? ……………………… tahun
5. Pelatihan dalam bidang keahlian yang pernah diikuti : (1) …..………………………………………………………………………… (2) .….………………………………………………………………………… (3) …..…………………………………………………………………………
(4) …..…..…………………………………………………………………..… (5) ……..………………………………………………………………………
6. Seminar atau Pembinaan Sikap yang pernah diikuti : (1) …....………………………………………………………………………... (2) ..…………………………………………………………………………… (3) ……………………………………………………………………………… (4) ……………………………………………………………………………… (5) ………………………………………………………………………………
7. Kuesioner tentang kontribusi pelatihan yang pernah diikuti
Petunjuk pengisisan kuesioner 7 Jawaban diberikan cukup hanya dengan memberi tanda cheklist (v) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan apa yang Bapak/ Ibu alami dengan kategori sebagai berikut : SS = sangat setuju
S = setuju TS = tidak setuju STS = sangat tidak setuju
138
Alternatif Jawaban No Pernyataan SS S TS STS
1 Berbagai pelatihan/seminar yang diselenggarakan baik oleh sekolah, Dinas, ataupun organisasi terkait lainnya bagi saya sifatnya sangat penting
2 Bagi saya berbagai pelatihan/seminar itu hanya menghambur-hamburkan dana dan waktu mengajar, sebab semua guru pada dasarnya telah dibekali dengan teori dan praktek semasa dalam pendidikan formal
3 Berbagai pelatihan/seminar yang pernah saya ikuti telah meningkatkan semangat saya dalam mengajar
4 Berbagai pelatihan/seminar tersebut telah memacu saya untuk belajar lebih banyak lagi tentang keterampilan mengajar
5 Saya selalu berharap agar pelatihan/seminar tersebut dapat dilaksanakan secara berkala
6 Berbagai pelatihan/seminar tersebut telah membuka wawasan saya tentang perkembangan dunia pendidikan
7 Berbagai pelatihan tersebut telah meningkatkan kemampuan saya dalam keterampilan mengajar
8 Tidak hanya itu, pelatihan/seminar tersebut juga menambah wawasan serta mengarahkan saya kepada bagaimana perilaku yang terbaik dalam menghadapi serta membimbing siswa
9 Setiap selesai mengikuti pelatihan saya selalu mengadakan revisi proses pembelajaran
10 Revisi proses pembelajaran yang saya lakukan memberikan kontribusi positif bagi keberhasilan belajar siswa
11 Pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan sering kali dalam bentuk simulasi, sehingga saya memperoleh kejelasan tentang bagaimana cara menerapkannya dalam KBM
12 Revisi pembelajaran yang saya lakukan adalah sebagai aplikasi dari simulasi yang saya dapatkan dalam berbagai pelatihan/seminar yang pernah saya ikuti
13 Saya merasa tidak ada yang istimewa dari berbagai pelatihan/ seminar tersebut karena pada dasarnya semua/hampir semua informasi yang diberikan sudah saya ketahui sebelumnya
14 Saya merasa kecewa terhadap penyelenggaraan pelatihan-pelatihan tersebut karena penyajiannya kurang menarik
15 Saya merasa telah terjadi perubahan yang sangat berarti pada diri saya baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotor jika dibandingkan dengan ketika pertama kali saya mengajar. Hal ini sebagai dampak adanya pelatihan /seminar untuk guru yang sering saya ikuti
16 Menurut saya, pola mengajar konvensional yang cenderung kepada teacher centered, harus segera ditinggalkan demi memasuki era globalisasi yang kian menantang
17 Saya merasa, mengajar dengan pola teacher centered lebih menyenangkan, siswa lebih mudah diatur dan proses pencapaian target lebih cepat dan tepat waktu
18 Bagi saya pencapaian target kurikulum tepat waktu adalah penting 19 Saya akan merasa bersalah jika tidak dapat menyelesaikan target
kurikulum tepat waktu disebabkan proses pembelajaran perlu diperjelas atau diulang
20 Saya merasa antara target kurikulum dengan metode active learning seperti makan buah simalakama, sehingga saya merasa bingung menerapkannya
139
II. Kuesioner tentang kompetensi pribadi :
Jawaban diberikan cukup hanya dengan memberi tanda cheklist (v) pada kolom 5, 4, 3, 2, 1 yang telah disediakan sesuai dengan apa yang Bapak/ Ibu alami dengan kategori sebagai berikut :
i. 5 = selalu 4 = sering kali 3 = kadang-kadang 2 = sekali-sekali 1 = tidak pernah
No Pernyataan Alternatif Jawaban 5 4 3 2 1 1 Bila berpapasan dengan siswa, Bapak/Ibu menegur siswa
terlebih dahulu
2 Sebelum memulai pembelajaran, Bapak/Ibu menanyakan kabar dan kesiapan belajar siswa hari itu
3 Bapak/Ibu berusaha menemukan masalah yang dihadapi siswa 4 Bapak/Ibu bersedia membantu kesulitan belajar yang dihadapi
oleh siswa
5 Bapak/Ibu mau diajak dialog oleh siswa kapan pun waktunya 6 Bapak/Ibu memperhatikan kesulitan belajar yang dihadapi oleh
siswa
7 Bapak/Ibu berusaha membantu mengatasi masalah yang dihadapi siswa melalui prosedur diagnostik
8 Bapak/Ibu bersedia menjelaskan kembali hal -hal yang belum difahami oleh siswa
9 Bapak/Ibu bersikap sabar dalam membimbing siswa agar dapat mengikuti pelajaran dengan baik
10 Bapak/Ibu tidak lekas marah jika mnghadapi siswa yang lamban dalam belajar
11 Bapak/Ibu menghargai setiap pendapat dan kritik dari siswa tentang keterampilan mengajar Bapak/Ibu
12 Bapak/Ibu menciptakan suasana belajar yang tidak tegang dengan humor
13 Bapak/Ibu berusaha menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan memberi kebebasan siswa dalam beraktivitas
14 Bapak/Ibu berusaha menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan mnggunakan metode dan media yang bervariasi
15 Bapak/Ibu selalu bersikap ramah di mana pun bertemu dengan siswa
16 Bapak/Ibu berterus terang apabila ada pertanyaan siswa yang belum dapat dijawab
17 Bapak/Ibu dapat menciptakan suasana belajar yang serius tapi santai
18 Bapak/Ibu dapat bersikap tegas kepada siswa yang mengganggu temannya atau mengabaikan tugas dalam proses pembelajaran
19 Bapak/Ibu memberikn reward secara proporsional kepada siswa yang berprestasi
20 Bapak/Ibu memberikan punishment secara proporsional kepada siswa yang melanggar