HUBUNGAN PREEKLAMPSIA DENGAN PERSALINAN PREMATUR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/57/1/SKRIPSI...

104
HUBUNGAN PREEKLAMPSIA DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma IV Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari OLEH IMELDA DWI OKTAVIANTI P00312016072 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN PRODI DIV TAHUN 2017

Transcript of HUBUNGAN PREEKLAMPSIA DENGAN PERSALINAN PREMATUR …repository.poltekkes-kdi.ac.id/57/1/SKRIPSI...

  • HUBUNGAN PREEKLAMPSIA DENGAN PERSALINAN

    PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA

    TAHUN 2016

    SKRIPSI

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan

    Pendidikan Program Studi Diploma IV Kebidanan

    Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

    OLEH

    IMELDA DWI OKTAVIANTI P00312016072

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN PRODI DIV

    TAHUN 2017

  • RIWAYAT HIDUP

    1. Identitas Penulis

    a. Nama : Imelda Dwi Oktavianti

    b. Tempat Tanggal Lahir : Pondidaha, 21 Oktober 1994

    c. Agama : Kristen

    d. Suku Bangsa : Toraja / Indonesia

    e. Alamat : Jl. Ahmad yani Lr. Valentine

    f. E.mail : meldadwi @ gmail.com

    2. Riwayat Pendidikan

    a. SD Negeri Praja Taman Sari, Tahun 2000-2006

    b. SMP Negeri 1 Kendari, Tahun 2006-2009

    c. SMA Negeri 4 Kendari, Tahun 2009-2012

    d. Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan DIII Kebidanan,

    Tahun 2012-2015

    e. Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan DIV Kebidanan,

    Masuk tahun 2016 hingga sekarang

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas

    anugerah dan rahmat-Nya yang tiada ternilai, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan Skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat dalam

    menyelesaikan pendidikan di Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan

    Kebidanan dengan judul “Hubungan Preeklampsia Dengan Persalinan

    Prematur di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

    Tahun 2016”

    Penyelesaikan Skripsi ini tak lepas dari bimbingan, arahan dan

    petunjuk dari berbagai pihak, sehingga segala bentuk kesulitan dan

    kendala yang ditemui dapat diatasi. Oleh karena itu dengan kerendahan

    hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu

    Dr. Nurmiaty, S.Si.T, MPH selaku pembimbing I dan Ibu Feryani, S.Si.T,

    MPH selaku pembimbing II dengan penuh kesabaran dan keihklasan

    membimbing penulis sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan. Terima

    kasih pula kepada Ibu Dr. Kartini, S.Si.T, M.Kes selaku penguji I, Ibu

    Arsulfa, S.Si.T, M.Keb selaku penguji II, dan Ibu Heyrani, S.Si.T, M.Kes

    selaku penguji III.

    Ucapan terimakasih sedalam-dalamnya terkhusus penulis

    persembahkan kepada orang tua saya Bapak Yunus Tulak Toding Datu

    dan Ibu Adolpina dan seluruh keluarga besar penulis yang telah

  • memberikan motivasi, dukungan baik moral, materi serta restu selama

    penulis mengikuti pendidikan dan menyelesaikan Skripsi ini.

    Kesempatan ini tak lupa juga penulis ucapkan banyak terima kasih

    dan penghargaan yang tulus kepada yang terhormat :

    1. Ibu Askrenig SKM, M.Kes, selaku Direktur Poltekes Kemenkes Kendari

    2. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes. selaku Ketua Jurusan Kebidanan

    Poltekkes Kendari.

    3. Bapak Drs. H. Sukanto Toding, MSP, MA selaku Kepala Badan

    Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah

    memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

    4. Bapak dr. M. Yusuf Hamra,M.Sc, Sp.PD selaku direktur RSU

    Bahteramas Prov.Sultra yang telah mengizinkan peneliti untuk

    melakukan penelitian.

    5. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Poltekkes Kemenkes Kendari

    Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak terdapat

    kekurangan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, dalam

    kesempatan ini penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat

    membangun dan mudah-mudahan dapat berguna bagi penulis dan para

    pembaca khususnya. Amin .

    Kendari, Desember 2017

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    HALAMANAN

    JUDUL……………………………………………………....…………………..i

    HALAMAN

    PERSETUJUAN…………………………………………………....………….ii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………....……iii

    KATA PENGANTAR……..………………………………………………… …iv

    DAFTAR ISI…………………………………………………………………....vii

    DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………..viii

    DAFTAR TABEL……………………………………………………………....ix

    DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...…x

    ABSTRAK…………………………………………………………………....….xi

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang...........................................................................1

    B. Rumusan Masalah.....................................................................5

    C. Tujuan Penelitian.......................................................................6

    D. Manfaat Penelitian......................................................................6

    E. Keaslian Penelitian.....................................................................7

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Telaah Pustaka..........................................................................8

    B. Landasan Teori.........................................................................58

    C. Kerangka Teori.........................................................................60

    D. Kerangka Konsep.....................................................................61

    E. Hipotesis...................................................................................61

    BAB III. METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian........................................................................62

    B. Rancangan Penelitian..............................................................62

    C. Tempat dan Waktu Peneliitian.................................................63

    D. Populasi dan Sampel...............................................................63

    E. Definisi.Oprasional...................................................................64

  • F. Pengolahan dan Analisa Data..................................................64

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian…………………….……………………...…..68

    B. Pembahasan…………………………………………………..74

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan………………………...……………….…...…….79

    B. Saran…………………………………….…………….…..…..80

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Kerangka Teori………………………….……………….......60

    Gambar 2 Kerangka Konsep…………………….…………………...…61

    Gambar 3 Skema Rancangan Penelitian Case Control………….….62

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Tabel Kontegensi 2x2 Odds Ratio Pada Penelitian Case

    Control

    Study………………………………………………..….......…..66

    Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan persalinan premature di

    RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

    2016………………................................................................72

    Tabel 3 Distribusi frekuensi kejadiaan pada kelompok kasus di RSU

    Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

    2016…..................................................................................73

    Tabel 4. Distribusi frekuensi kejadian pada kelompok kontrol di RSU

    Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

    2016.....................................................................................73

    Tabel 5. Hubungan antara Preeklampsia dengan persalinan

    prematur di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

    tahun 2016...........................................................................74

  • DAFTAR LAMPIRAN

    1. Surat Permohonan Izin Penelitian

    2. Surat Pengantar Penelitian

    3. Master Tabel Penelitian

    4. Analisis Data dengan Program SPSS

  • INTISARI

    HUBUNGAN PREEKLAMPSI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI

    TENGGARATAHUN 2016

    Imelda Dwi Oktavianti1, Nurmiaty2, Feryani3

    Prematuritas merupakan penyebab utama dari kelainan dan kematian pada bayi karena perkembangan dan fungsi organ serta berbagai sistem belum sempurna, terutama sistem homoestatis. Angka persalinan prematur menurut data WHO pada tahun 2012 sebesar 13 juta dan di Indonesia tercatat sebanyak 350.000 jiwa yang mengalami persalinan prematur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan preeklampsia dengan persalinan prematur di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016.

    Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik dengan menggunakan rancangan penelitian case control untuk mengetahui faktor risikio atau masalah kesehatan yang diduga memiliki hubungan erat dengan penyakit yang terjadi di masyarakat.

    Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji chi-square menujukan ada hubungan antara preeklampsia dengan persalinan

    prematur dengan hasil p-value diperoleh 0,013 ≤0,05. Hasil analisis odd rasio dengan lower limit = 1,177 dan upper limit = 4,105 mencakup nilai satu makna nilai OR bermakna. Nilai OR = 2,19 ini menunjukan ibu dengan preeklampsia mempunyai kemungkinan 2,19 kali mengalami persalinan prematur.

    Kata Kunci : Preeklampsia, Persalinan prematur 1. Mahasiswa Kebidanan Poltekes Kendari 2. Dosen Kebidanan Poltekes Kendari

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Prematuritas merupakan penyebab utama dari kelainan dan

    kematian pada bayi karena pada umur kehamilan ini perkembangan

    dan fungsi organ serta berbagai sistem belum sempurna, terutama

    sistem homoestatis. Kondisi ini menyebabkan bayi prematur memiliki

    resiko yang tinggi untuk mengalami kematian atau menjadi sakit

    dalam masa neonatal (Rahmawati, 2011).

    Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator kesehatan

    pertama dalam menetukan derajat kesehatan anak karena merupakan

    cerminan dari status kesehatan serta merupakan salah satu indikator

    keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Sesuai dengan program

    kesehatan yang dicanangkan dalam Sustainable Development Goals

    (SDGs) 2030 pada goals ketiga diantaranya menurunkan Angka

    Kematian Neonatal (AKN) 12 per 1.000 kelahiran hidup dan Angka

    Kematian Balita (AKB) 25 per 1.000 kelahiran hidup.

    Berdasarkan hasil penelitian WHO pada tahun 2013 AKB di

    dunia 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKB di negara berkembang 37 per

    1.000 kelahiran hidup dan AKB di negara maju 5 per 1.000 kelahiran

    hidup. AKB di Asia Timur 11 per 1.000 kelahiran hidup, Asia Selatan

    43 per 1.000 kelahiran hidup dan Asia Tenggara 24 per 1.000

    kelahiran hidup (WHO, 2014).

  • Badan Pusat Statistik (BPS) 2016, mencatat bahwa angka

    kematian bayi mencapai 25,5 kematian setiap 1.000 bayi yang lahir.

    Menurut Depkes RI (2013) penyebab kematian bayi di Indonesia yaitu

    disebabkan oleh prematur dan BBLR 34%, asfiksia 37%, sepsis 12%,

    hipotermi 7%, kelainan darah atau ikterus 6%, post matur 3% dan

    kelainan kongenital sebanyak 1%. Prematur merupakan salah satu

    yang berpengaruh terhadap AKB karena dapat mengalami komplikasi

    saat lahir seperti hipotermi, infeksi dan sindroma gawat nafas apabila

    tidak ditangani segera mungkin dapat mengakibatkan kematian.

    Data dari RSU Bahtramas Provinsi Sulawesi Tenggara

    didapatkan jumlah persalinan normal tahun 2014 sebanyak 884 orang,

    dan yang mengalami persalinan prematur sebanyak 42 orang (4,75%).

    Pada tahun 2015 jumlah persalinan normal sebanyak 516 orang,dan

    yang mengalami persalinan prematur 50 (9,68%). Tahun 2016 jumlah

    persalinan sebanyak 389 orang, dan yang mengalami persalinan

    prematur 40 (10,28%) (RSU Bahtramas 2016).

    Persalinan prematur dapat disebabkan karena adanya masalah

    kesehatan pada ibu hamil maupun pada janin. Masalah keehatan

    antara lain hipertensi yang dapat mengakibatkan preeklampsia, infeksi,

    kelainan bentuk rahim dan masih banyak faktor lain yang dapat

    mengakibatkan terjadinya persalinan prematur.

    Menurut Mitayani (2012), preeklampsia adalah keadaan dimana

    hipertensi disertai dengan proteinuria, edema atau kedua-duanya yang

  • terjadi akibat kehamilan setelah 20 minggu atau terkadang timbul lebih

    awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan

    korialis. Preeklampsia dan eklampsia merupakan kumpulan gejala

    yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan selama masa nifas yang

    terdiri atas trias gejala yaitu hipertensi, proteinuria dan edema, kadang-

    kadang disertai konvulasi sampai koma.

    Insidensi preeklamsia diprkirakan sebesar 3-10 % dari seluruh

    kehamilan. Preeklampsia merupakan salah satu penyebab kematian

    ibu hamil. Berdasarkan data dari WHO penyebab Angka Kematian Ibu

    (AKI) disebabkan oleh perdarahan 28%, preeklamsia dan eklamsia

    24%, infeksi 11%, partus lama atau macet 5%, abortus 5%, emboli

    3%, komplikasi masa puerperium 8% dan faktor lain 11% (WHO,

    2010).

    Salah satu penyebab morbiditas dan mortilitas ibu dan janin

    adalah preeklampsia yang menurut WHO angka kejadian

    preeklampsia pada tahun 2013 berkisar antara 0,51%-38,4%.

    Negara maju angka kejadian preeklampsia berkisar 6%-7%. Angka

    kejadian di Indonesia adalah sekitar 3,4-8,5% (WHO, 2014).

    Berdasarkan WHO pada tahun 2014 angka kematian ibu di dunia yaitu

    289.000 jiwa. Tahun 2014 menurut Association of Southeast Asian

    National (ASEAN) kematian ibu sebanyak 16.000 jiwa.

    Hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

    2015 AKI masih 346 per 100.000 kelahiran hidup dan untuk Sulawesi

  • tenggara AKI pada tahun 2016 sebanyak 74 kasus dan 26 (35,13%)

    disebabkan oleh preeklamsia dan eklamsia. Preeklampsia dan

    eklampsia memberi pengaruh buruk pada kesehatan janin yang

    disebabkan oleh menurunnya perfusi utero plasenta, hipovolemia,

    vasospasme dan kerusakan selendotel pembuluh darah plasenta yang

    berdampak terjadinya persalinan prematuritas (Angsar, 2010).

    Berdasarkan teori menjelaskan bahwa kejadian kelahiran

    prematur yang dipengaruhi oleh preeklamsia atau eklampsia akibat

    terjadinya spasmus pembuluh darah. Menurunnya arterior yang

    mendadak dapat menyebabkan asfiksia berat, jika spasme

    berlangsung lama akan mengganggu pertumbuhan janin.Terjadinya

    peningkatan tonus dan kepekaan uterus terhadap rangsangan dapat

    mengakibatkan persalinan prematur (Janah, Nurul, 2012). Diagnosa

    dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia,

    serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan

    AKI dan AKB. Ante Natal Care (ANC) merupakan salah satu deteksi

    dini untuk mengetahui preeklampsia pada ibu.

    Data dari RSU Bahtramas Provinsi Sulawesi Tenggara

    didapatkan jumlah persalinan normal selama priode 2014-2016. Tahun

    2014 sebanyak 884, dan yana mengalami preeklampsia sebanyak 161

    (18,21%). Tahun berikutnya, pada tahun 2015 jumlah persalinan

    normal 516 orang, dan yang mengalami preeklampsia sebanyak 62

  • (12,01%). Tahun 2016 jumlah persalinan sebanyak 389 dan yang

    mengalami preeklampsia 107 (27,50%) (RSU Bahteramas 2015).

    Uraian diatas menunjukan bahwa ibu yang mengalami

    preeklampsia dan bayi dengan persalinan prematur masih sangat perlu

    mendapatkan perhatian dikarenakan dapat menyebabkan terjadinya

    AKI dan AKB. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

    “Hubungan Preeklamsia Dengan Persalinan Prematur di Rumah Sakit

    Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah

    dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan preeklampsia

    dengan persalinan prematur di Rumah Sakit Umum Bahteramas

    Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui hubungan preeklampsia dengan

    persalinan prematur di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

    Tenggara tahun 2016.

    2. Tujuan Khusus

    a. Untuk mengetahui kejadian persalinan prematur di RSU

    Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara 2016.

  • b. Untuk mengetahui kejadian pada kelompok kasus (persalinan

    prematur) di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

    tahun 2016.

    c. Untuk mengetahui kejadian pada kelompok kontrol (persalinan

    tidak prematur) di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

    Tahun 2016.

    d. Untuk menganalisa hubungan preeklampsia dengan kejadian

    persalinan prematur di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

    Tenggara tahun 2016.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

    bahan masukan dan informasi dari pelaksanaan program

    kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Dinkes Provinsi Sulawesi

    Tenggara dalam menentukan dan menetapkan kebijakan serta

    penyelenggaraan dan pengelolaan kesehatan dimasa yang akan

    datang.

    2. Manfaat Praktis

    Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber

    informasi dalam menambah wawasan tentang ilmu pengetahuan

    dan bahan kepustakaan sekaligus dapat dijadikan acuan untuk

    penelitian selanjutnya terkait dengan kejadian preeklamsia dan

    persalinan prematur, serta bagi penulis dapat digunakan untuk

  • menambah wawasan tentang hubungan antara preeklamsia

    dengan persalinan prematur.

    E. Keaslian Penelitian

    1. Saputra (2014), hubungan preeklampsia berat dengan kejadian

    persalinan prematur di RS DR. Oen Surakarta. Desain penelitian

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional,

    variabel sebab (Preeklampsia berat) dan variable akibat (persalinan

    prematur). Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan

    antara preeklampsia berat dengan kejadian persalinan prematur.

    2. Ifalahma (2010), hubungan antara preeklampsia dengan

    prematuritas di RSUD Pandan Arang Boyolali bulan April 2010

    sampai Mei 2010. Desain penelitian yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah Cross Sectional, variable sebab

    (preeklampsia) dan variable akibat (prematuritas). Hasil penelitian

    menujukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

    preeklampsia dengan kejadian prematuritas.

    Perbedaan dari penelitian yang telah dilakukan terdahulu dengan

    penelitian yang saya lakukan yaitu terletak pada desain penelitian yang

    digunakan adalah Case control, serta waktu dan tempat penelitian.

    Adapun persamaannya terletak pada judul dan metode penelitian yaitu

    analitik.

  • BAB II

    TINJAUN PUSTAKA

    A. Telaah Pustaka

    1. Persalinan Prematur

    a. Pengertian

    Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

    (janin dan plasenta) yang cukup bulan dapat hidup diluar

    kandungan melalui jalan lahir atau dapat hidup diluar

    kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan

    atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Sulistyawati, 2011).

    Persalinan normal adalah pengeluaran janin yang terjadi pada

    kehamilan cukup bulan (37-41 minggu) lahir spontan dengan

    presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun

    janin (Conrad, 2010).

    Prematur adalah bayi yang lahir sebelum kehamilan 37

    minggu terhitung sejak priode menstruasi terahkir ibu (Conrad,

    2010). Persalinan prematur yaitu persalinan dari hasil konsepsi

    yang dapat hidup tetapi belum aterem (cukup bulan) dan

    memiliki berat 1000-2500 gram (Wiknjosastro, 2011).

    Cara mendiagnosa persalinan prematur secara sederhana

    dengan menghitung usia kehamilan dari Hari Pertama Haid

    Terahkir (HPHT), namun cara ini kurang efektif bila ibu lupa

    tanggalnya. Selain itu, penetuan persalinan prematur dilakukan

  • dengan pemeriksaan yang didasarkan pada kriteria maturistik

    fisik dan neurologis. Penerapan klinis pemeriksaan ini secara

    praktis dan dapat dipercaya digambarkan oleh Dubowitz yang

    selanjutnya disederhanakan oleh Ballard dengan akurasi yang

    sama. Penilaian dari kedua kriteria dilakukan pada waktu bayi

    berumur 6-60 jam (Wiknjosastro, 2011).

    b. Klasifikasi Prematur

    Menurut usia kehamilannya maka prematur dibedakan

    menjadi beberapa, yaitu :

    1) Usia kehamilan 20-27 minggu disebut persalinan ekstrem

    prematur (extremely preterem)

    2) Usia kehamilan 28-32 minggu disebut persalinan sangat

    prematur (very preterem)

    3) Usia kehamilan 32-36 minggu disebut persalinan prematur

    (preterem)

    Menurut berat badan lahir, bayi prematur dibagi dalam

    kelompok :

    1. Berat badan bayi

  • 3. Berat badan bayi 1500-2400 gram disebut bayi dengan

    Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Sudarti dan Fauziah,

    2013).

    c. Penyebab dan Faktor predisposisi

    Persalinan prematur merupakan penyebab tertinggi

    kematian neonatus, serta menyebabkan tumbuh kembang janin

    mengalami perhambatan dan memerlukan perawatan intesif.

    Penyebab persalinan prematur tidak diketahui dengan pasti

    karena etiologinya bervariasi. Kelahiran prematur (prematuritas)

    pada dasarnya terjadi akibat iskemik plasenta yang terjadi

    karena pembengkakan endotel dari pembuluh darah menuju

    plasenta yang merupakan pensuplai O2 dan nutrisi ke plasenta

    sehingga terjadi vasospasme pembuluh darah,aliran darah

    menurun dan terjadi infark plasenta. Terjadinya iskemik plasenta

    maka fungsi plasenta akan terganggu sehingga kesejahtraan

    janin menurun (Manuaba, 2012).

    Gangguan metabolisme prostaglandin mengakibatkan

    tekanan darah naik sehingga terjadi hipovolemia

    hemokonsentrasi darah. Hal ini menyebabkan stres individu

    yang memicu terjadinya reaksi perlunakan serviks dan

    sensitivitas otot rahim meningkat terhadap rangsangan

    sehingga terjadi kontraksi yang mengakibatkan persalinan

  • prematur. Terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan

    persalinan prematur antara lain :

    1) Faktor Ibu

    a) Usia ibu

    Usia ibu merupakan salah satu faktor risiko

    kematian perinatal, untuk seorang wanita reproduksi

    sehat yaitu 20-35 tahun (Depkes RI, 2011). Usia

  • kehamilan. Ibu dengan usia muda seringkali secara

    emosional dan fisik belum matang serta mereka belum

    memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita

    dewasa. Usia ibu diatas 35 tahun memiliki kondisi

    kesehatan sudah mulai menurun yang dapat

    mempengaruhi janin intra uterin (Wiknjosastro, 2011)

    Angka mortalititas neonatus terendah terdapat pada

    bayi dari ibu yang mendapat perawatan prenatal yang

    cukup dan berumur antara 20-30 tahun. Kehamilan pada

    anak usia belasan tahun dan wanita melebihi 35 tahun,

    menambah risiko terjadinya persalinan prematur

    (Rukiyah, 2011).

    b) Paritas

    Paritas adalah jumlah bayi yang dilahirkan baik lahir

    hidup maupun lahir mati dari seorang ibu. Ibu dengan

    paritas tinggi kematian maternal dan kematian neonatal

    menjadi meningkat, dikarenakan sering melahirkan

    mengakibatkan terganggunya kesehatan pada ibu.

    Gangguan kesehatan tersebut terdiri dari anemia

    dikarenakan kurang Gizi, perdarahan antepartum,

    terjadinya kekendoran pada dinding perut dan dinding

    rahim serta kemungkinan-kemungkinan lainnya yang

    dapat terjadi sehingga dari keadaan tersebut maka akan

  • mudah menimbulkan penyulit persalinan seperti his

    kurang baik, partus lama bahkan persalinan prematur

    (Novita, 2011).

    c) Riwayat persalinan prematur sebelumnya

    Menurut Oxorn (2010) risiko persalinan prematur

    dapat terjadi peningkatan tiga kali lipat pada ibu yang

    memilki riwayat persalinan prematur, dibanding dengan

    wanita yang persalinan pertamanya mencapai matur.

    Riwayat prematur sebelumnya yaitu ibu yang pernah

    mengalami persalinan prematur pada kehamilan yang

    terdahulu.

    Ibu yang tidak dapat melahirkan bayi sampai

    usia matur dapat disebabkan karena kandungan atau

    rahim ibu yang lemah atau faktor lain yang belum

    diketahui jelas penyebabnya. Wanita yang telah

    mengalami kelahiran prematur pada kehamilan

    terdahulu memiliki risiko 20% sampai 40% untuk

    terulang kembali (Varney, 2007). Persalinan prematur

    dapat terulang kembali pada ibu yang persalinan

    pertamanya terjadi persalinan prematur dan risikonya

    meningkat pada ibu yang kehamilan pertama dan

    kedua juga mengalami persalinan prematur (Yayan,

    2010).

  • Pemeriksaan dan perawatan antenatal yang ketat

    pada ibu hamil yang pernah mengalami prematur

    merupakan cara untuk meminimalkan risiko terjadinya

    persalinan prematur kembali. Kesehatan ibu dan janin

    dapat dijaga semaksimal mungkin untuk menghindari

    besarnya persalinan prematur dapat terulang dan

    membahayakan kelangsungan janin yang

    dilahirkannya (Yayan, 2010).

    d) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat

    Wanita yang melahirkan anak dengan jarak yang

    sangat berdekatan (dibawah dua tahun), akan

    mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya

    perdarahan pada trimester ketiga, mengalami plasenta

    previa, anemia atau kurang darah, ketuban pecah awal,

    endometriosis masa nifas serta yang terburuk yakni

    kematian saat melahirkan (BKKBN, 2010). Selain itu

    wanita yang hamil dengan jarak terlalu dekat berisiko

    tinggi mengalami komplikasi di antaranya kelahiran

    prematur, bayi dengan berat badan rendah, bahkan bayi

    lahir mati.

    Jarak kehamilan terlalu dekat menyebabkan ibu

    punya waktu yang terlalu singkat untuk memulihkan

    kondisi rahimnya. Ibu yang ingin memiliki anak lagi

  • sebaiknya direncakan setelah rahim kembali kekondisi

    semula (BKKBN, 2010).

    e) Hipertensi

    Hipertensi yang menyertai kehamilan merupakan

    penyebab kematian ibu dan janin. Hipertensi yang

    disertai dengan protein urin yang meningkat dapat

    menyebabkan preeklampsia/eklampsia. Preeklamsia

    /eklampsia dapat mengakibatkan ibu mangalami

    komplikasi yang lebih berat seperti solusio plasenta,

    perdarhan otak dan gagal otak akut. Janin dari ibu yang

    mengalami preeklampsia maupun eklampsia dapat

    mengakibatkan terjadinya persalinan prematur,

    terhambatnya pertumbuhan janin dalam rahim dan

    hipoksia (Sulistyawati, 2012).

    f) Malnutrisi

    Salah satu teori yang menjelaskan pengaruh status

    nutrisi seorang ibu hamil pada janin yang dikandungnya

    adalah teori yang dikenal dengan nama “Fetal

    Programming”. Menurut teori tersebut, seorang ibu hamil

    yang mengalami kekurangan gizi atau malnutrisi akan

    menyebabkan fetus yang dikandungnya mendapat

    asupan makanan yang kurang dalam pertumbuhannya.

    Asam folat sangat dibutuhkan saat terjadinya

  • penambahan jumlah sel dimasa awal kehamilan.

    Kekurangan asam folat biasanya akan dikaitkan dengan

    tingginya risiko bayi mengalami “neural tube defects”,

    Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan persalinan

    prematur. Kebutuhan zat besi dan Iodium merupakan

    mikronutrisi yang amat diperlukan dalam masa

    kehamilan. Anemia saat kehamilan biasanya akan

    mempertinggi risiko terjadinya BBLR pada bayi, tingginya

    persalinan prematur dapat meningkatkan kemungkinan

    terjadinya kematian pada bayi (Sulistyoningsih, 2011).

    g) Anemia

    Salah satu tes biokimia yang dilakukan untuk

    mengetahui apakah ibu mengalami anemia atau tidak

    dengan melakukan pemeriksaan Hb. Ibu dengan HB

    dibawah 11gr% disebut anemia (Manuaba, 2012).

    Selama persedian kadar zat besi dalam tubuh cukup Hb

    tidak akan turun dan jika zat besi mengalami penurunan

    Hb dalam tubuh ikut menurun, biasanya ini terjadi pada

    kehamilan 20-24 minggu dikarenakan janin sangat

    membutuhkan zat besi.

    Anemia dalam kehamilan akan mengurangi

    kemampuan metabolisme tubuh sehingga menggangu

    pertumbuhan d pengaruhnya terhadap hasil konsepsi n

  • perkembangan janin dalam rahim. Pengaruh anemia

    terhadap hasil konsepsi adalah terjadinya persalinan

    prematur, cacat bawaan, BBLR, kematian janin dalam

    kandungan, ketuban pecah dini dan terjadinya infeksi

    (Manuaba, 2012).

    h) Keainan Uterus

    Uterus mempunyai peran vital dalam proses

    reproduksi. Kelainan uterus, baik yang bawaan maupun

    yang diperoleh, dapat mengganggu kehamilan dan

    persalinan. Secara embriologis uterus, serviks dan

    vagina dibentuk dari kedua duktus Muller, yang dalam

    pertumbuhan mudiga mengalami proses penyatuan

    (fusi). Kelainan bawaan dapat terjadi akibat gangguan

    dalam penyatuan, dalam berkembangnya kedua saluran

    Muller dan dalam kanalisasi. Uterus unikornis terdiri atas

    1 uterus dan 1 serviks yang berkembang dari satu

    saluran Muller kanan atau kiri. Saluran lain tidak

    berkembang sama sekali. Kelainan pada uterus biasanya

    disertai pula oleh tidak berkembangnya saluran kencing

    secara unilateral. Kelainan-kelainan bawaan uterus

    tersebut tidak semua mempunyai arti obstetrik yang

    sama. Beberapa diantaranya dapat menggangu

    berlangsungnya kehamilan, baik dalam kehamilan muda

  • maupun kehamilan lanjut, sehingga lebih sering terjadi

    abortus sampai abortus habitualis dan partus prematur

    kira-kira 60% (Wiknjosastro, 2011).

    i) Penyakit Kardiovaskuler

    Penyakit kardivaskuler adalah sekelompok

    gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Penyakit

    jantung atau kardiovaskuler terjadi pada 0,5-3%

    kehamilan, yang dapat menyebabkan morbiditas dan

    mortalitas pada ibu hamil di dunia (Rahmawati, 2011).

    Masa kehmailan dan persalian maupun pasca

    persalinan berhubungan dengan perubahan fisiologis

    yang membutuhkan penyesuaian dalam sistem

    kardiovaskuler. Fisiologi hemodinamik mencapai puncak

    pada ahkir trimester kedua, pada masa ini perubahan

    hemodinamik dapat menyebabkan timbulnya manifestasi

    klinik pada jantung yang telah sakit sebelumnya.

    Perubahan hormonal yaitu aktivasi esterogen oleh sistem

    renin-aldosteron menyebabkan retensi air dan nutrium

    yang akan meningkatkan volume darah ± 40%. Hal ini

    menyebabkan peningkatan volume darah sebesar 1200-

    1600 ml lebih banyak dibanding keadaan tidak hamil

    (Rahmawati, 2011).

  • Selama masa kehamilan curah jantung akan

    mengalami peningkatan 30-50% perubahan curah

    jantung ini disebabkan karena peningkatan preload

    akibat bertambahnya volume darah, penurunan afterload

    akibat menurunnya resistesi vaskular sistemik dan

    peningkatan denyut jantung ibu saat istirahat 10-20

    kali/menit. Peningkatan curah jantung dipengaruhi juga

    oleh isi sekuncup jantung yang meningkat 20-30%

    selama kehamilan. Penyakit jantung yang disertai

    kehamilan pertumbuhan denyut jantung dan volume

    sekuncup jantung dapat menguras cadangan kekuatan

    jantung. Payah jantung akan mengakibatkan stres

    maternal sehingga terjadi pengaktifan aksis HPA yang

    akan memproduksi kortisol dan prostaglandin, kemudian

    mencetuskan terjadinya persalinan prematur

    (Rahmawati, 2011).

    New York Heart Association (NYHA) menjelaskan

    bahwa ibu yang memiliki riwayat penyakit jantung tidak

    disarankan untuk hamil. Ibu dengan usia kehamilan yang

    masih awal sebaiknya diterminasi dan jika usia kehamilan

    lanjut sebaiknya diteruskan dengan persalinan

    pervaginam dan kala II dipercepat serta kehamilan

    berikutnya dilarang (Rahmawati, 2011).

  • j) Infeksi traktus urinarius

    Infeksi saluran kencing adalah infeksi bakteri yang

    paling sering dijumpai pada wanita hamil. Bakteri uria

    asimtomatik merupakan hal biasa tapi dapat

    mengakibatkan terjadinya persalinan preterem atau

    BBLR, dikarenakan bakteri uria asimtomatik tidak diobati

    sekitar 25% ibu hamil akan mengalami infeksi simtomatik

    akut selam kehamilan tersebut.

    Eradikasi bakteri uria dengan anti mikroba telah

    dibuktikan dapat mencegah sebagian besar infeksi klinis

    tersebut. Beberapa penelitian, bakteri uria yang tersamar

    dilaporkan menyebabkan sejumlah efek merugikan pada

    kehamilan. Penelitian yang dilakukan oleh kass (1962),

    insiden kelahiran preterem dan mortalitas prenatal

    meningkat pada wanita dengan bakteri uria yang

    mendapat plasedo dibandingkan yang mendapat terapi

    (Asrinah, 2010).

    k) Trauma

    Terjatuh, melakukan hubungan suami istri, terpukul

    pada perut atau mempunyai luka bekas oprasi/

    pembedaan seperti bekas luka SC merupakan trauma

    fisik pada ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan.

    Trauma psikis ialah trauma lain yang dapat

  • mempenugaruhi kehamilan ibu seperti stres dan terlalu

    banyak pikiran (Oxorn, 2010).

    Melakukan hubungan seksual dapat terjadi trauma

    karena menimbulkan rangsangan pada uterus sehingga

    terjadi kontraksi uterus. Sperma yang mengandung

    hormon prostaglandin merupakan hormon yang dapat

    merangsang kontraksi uterus.

    2) Faktor kehamilan

    a) Ketuban pecah dini

    Ketuban pecah dini adalah pecahnya kulit ketuban

    sebelum persalinan, sedangkan pecahnya kulit ketuban

    pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu disebut

    ketuban pecah dini persalinan prematur (Manuaba,

    2012).

    Ketuban pecah selama persalinan secara umum

    disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan

    berulang, keseimbangan antara sintesis dan degradasi

    ekstraseluler matriks, perubahan struktur dan jumlah sel

    dan kotabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen

    berubah. Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks

    metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor

    jaringan spesifik dan inhibitor protase. Mendekati waktu

    persalinan, keseimbangan antara MMP dan Tissue

  • Inhibitor of Metalloproteinase (TIMP-1) mengarah pada

    degradasi proteolitik dari matriks ekstraseluler dan

    membran janin (Marmi, 2011).

    Ketuban pecah dini merupakan penyebab

    terjadinya persalinan prematur. Bahaya dari ketuban

    pecah dini adalah terjadinya infeksi dan persalinan

    prematur. Ketuban pecah mengakibatkan hubungan

    langsung antara dunia luar dan ruang dalam rahim,

    sehingga menyebabkna terjadinya infeksi asenden.

    Salah satu fungsi ketuban adalah melindungi atau

    menjadi pembatas dunia luar dan rang dalam rahim

    sehungga mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi.

    Makin kecil umur kehamilan makin besar terjadinya

    peluang infeksi dalam rahim yang dapat memacu

    terjadinya persalinan prematur (Manuaba, 2012).

    b) Hidramnion

    Hidramnion merupakan kehamilan dengan jumlah

    air ketuban lebih dari 2 liter. Ibu yang mengalami

    hidramnion sering ditemukan plasenta yang besar,

    gejalanya terjadi akibat penekanan uterus yang besar

    kepala organ-organ sputarnya. Hidramnion

    menyebabkan uterus meregang sehingga dapat

    menyebabkan partus prematur. Hidramnion akut

  • biasanya terjadi pada trimester kedua dan kehamilan

    sering berahkir pada kehamilan 28 minggu. Hidramnion

    kronis terjadinya perlahan-lahan pada kehamilan yang

    lebih tua. Keluhannya tidak hebat, hidramnion harus

    dianggap sebagai kehamilan dengan resiko tinggi karena

    dapat membahayakan ibu dan anak. Prognosis anak

    kurang baik karena adanya kelainan congenital dan

    prematur (Wiknjosastro, 2011).

    c) Perdarahan antepartum

    Perdarahan anterpatum adalah perdarahan jalan

    lahir setelah kehamilan 24 minggu hingga setelah

    kelahiran bayi. Perdarahan antepartum menyebabkan

    seperlima bayi lahir dengan prematur dan juga

    menyebabkan bayi yang dilahirkan mengalami cerebal

    palsy. Penyebab paling sering dari perdarahann

    antepartum adalah plasenta previa dan solusio plasenta

    (Rahmawati, 2011).

    Plasenta previa adalah plasenta yang

    berimplantasi di segmen bawah rahim sehingga menutupi

    seluruh atau sebagian dari ostium uteri internium.

    Terjadinya implantasi plasenta di segmen bawah rahim

    dapat disebabkan karena :

  • (1) Endometrium di fundus uteri belum siap menerima

    implantasi.

    (2) Lapisan endometrium tipis sehingga diperlukan

    perluasan plasenta untuk mencukupi kebutuhan

    nutrisi janin.

    Solusio plasenta adalah sebagian atau seluruh

    permukaan plasenta maternal dari tempat implantasinya

    sebelum waktunya. Perdarahan tidak dapat berhenti

    dikarenakan uterus yang sedang mengandung tidak

    mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria

    spiralis yang terputus (Rahmawati, 2011).

    Telah dijelaskan bahwa perdarahan pada plasenta

    dan desidua menyebabkan aktivitas dan faktor

    pembekuan Xa (Protombinase). Protombinase akan

    mengubah trombin mampu menstimulasi kontraksi

    miometrium dan menginduksi persalinan prematur (Ayu,

    2016).

    3) Faktor janin

    a) Gemeli

    Proses persalinan pada kehamilan ganda bukan

    multiplikasi proses kelahiran bayi, melainkan multiplikasi

    dari risiko kehamilan dan persalinan (Mochtar, 2012).

    Persalinan pada kehamilan kembar besar kemungkinan

  • terjadi masalah seperti resusitasi neonatus, prematuritas,

    perdarahan postpartum, atau perlunya sectio caesaria

    (Mochtar, 2012).

    Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar

    tidak sama, dapat berbeda 50-100 gram, hal ini terjadi

    karena pembagian darah pada plasenta untuk kedua

    janin tidak sama. Kehamilan kembar distensi

    (peregangan) uterus berlebihan, sehingga melewati

    batas toleransi yang menyebabkan persalinan prematur.

    Kematian bayi pada anak kembar lebih tinggi dari pada

    anak kehamilan tunggal dan prematuritas merupakan

    penyebab utama (Wiknjosastro, 2011).

    Persalinan pada kehamilan kembar meningkat

    sesuai dengan bertambahnya jumlah janin, yaitu lama

    kehamilan rata-rata adalah 40 minggu, 37 minggu pada

    kehamilan kembar dua, 33 minggu pada kehamilan

    kembar tiga dan 29 kehamilan kembar empat.

    b) Kelainan Kongenital

    Kelainan kongenital atau cacat bawaan merupakan

    kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul

    sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang

    dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan

  • dilahirkan sebagai BBLR atau bayi kecil. BBLR dengan

    kelainan kongenital diperkirakan (Mochtar, 2012).

    4) Faktor prilaku

    a) Merokok

    Ibu yang perokok aktif, dapat mengakibatkan

    terjadinya gangguan pertumbuhan janin dan resiko

    terjadiya prematuritas yang sangat tinggi. Akibat

    pengaruh nikotin yang terkandung didalam rokok

    menimbulkan kontraksi pada pembuluh darah, sehingga

    aliran darah ke tali pusat janin akan berkurang dan

    mengurangi kemampuan distribusi zat yang diperlukan

    oleh janin (Depkes RI, 2011).

    b) Minum Alkohol

    Wanita hamil yang mengkonsumsi minuman

    alkohol dapat memicu terjadinya keguguran, persalinan

    prematur dan BBLR. Zat kimia yang terkandung dalam

    minuman alkohol dapat menembus plasenta sehingga

    mengganggu kehamilan serta pertumbuhan janin

    mengalami gangguan (Depkes RI, 2011).

    c) Berat Badan sebelum hamil

    Berat Badan (BB) sebelum hamil bukan merupakan

    prilaku,namun berhubungan dengan pola makan/diet,

    oleh karena itu dimaksudkan ke dalam faktor kebiasaan.

  • Bukti menujukan bahwa BB sebelum hamil yang rebdah

    berhubungan kejadian persalinan prematur

    (Sulistyoningsih, 2011).

    Preterm Prediction Study mendapatkan risiko relatif

    (RR) 1,5 pada ibu dengan Indeks Masa Tubuh (IMT=

    BMI, Body Mass Index) yang rendah, sedangkan

    Hendler, mendapatkan RR 2,5 pada IMT yang rendah

    dan peningkatan persalinan prematur spontan pada

    wanita dengan berat badan berlebihan (Saputra, 2014).

    5) Faktor demografi

    a) Status marital

    Persalianan prematur pada ibu yang tidak menikah

    meningkat pada semua golongan etnik dan semua

    golongan usia ibu. Penyebab pasti belum diketahui,

    diduga berkaitan dengan faktor psikososial (kecemasan,

    stres), dukungan lingkungan dan faktor sosial-ekonomi.

    Di USA, 40% persalinan prematur terjadi pada ibu-ibu

    yang tidak menikah namun mempunyai pasangan hidup

    bersama (cohabitation), demekian pula di belahan dunia

    lain, hubungan pasangan hidup bersama di luar nikah

    meningkat dan meningkatkan kejadian persalinan

    prematur (Pratiwi, 2014).

  • b) Ras-Etnik

    Di USA terdapat perbedaan kejadian prematuritas

    pada berbagai ras. Data dari santa Clara Country Public

    Health Departemen, Birth Records 2005. Menujukan

    perbedaan kejadian prematuritas anatara etnik kulit putih

    (10%), kulit hitam (16%), Hispanic (12%), Asian/Pasific

    Islander (11%) dan American Indian (19%). Perbedaan

    ini telah berlangsung sekitar 2 dekade dan tidak berubah.

    Penyebabnya dikaitkan dengan perbedaan rasial, stres,

    gaya hidup, kebiasaan ibu, infeksi dan genetik.

    Perbedaan antara etnik ini tidak dipengaruhi oleh

    pendidikan atau kenaikan status sosial-ekonomi, artinya

    meskipun pada golongan pendidikan yang tinggi dan

    status lebih baik, perbedaan kejadian prematuritas

    menurut etnik tetap terjadi.

    Faktor yang merupakan predisposisi terjadinya perslinan

    prematur yaitu :

    1. Faktor ibu : riwayat kelahiran preterem sebelumnya, jarak

    kehamilan dan persalinan terlalu dekat, paritas, usia ibu

    kurang 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, malnutrisi, trauma,

    anemia dan lain-lain (Wiknjosastro, 2011).

    2. Faktor janin : kehamilan ganda, kelainan kongenital dan

    hidramnion ( Manuaba, 2012).

  • 3. Faktor lainnya : keadaan sosial ekonomi yang rendah, ras

    dan gaya hidup (Saifudin, 2009).

    d. Gambaran klinis bayi prematur

    Gambaran klinis bayi prematur sangat berpariasi

    tergantung dari umur kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin

    prematur atau makin kecil umur kehamilan saat dilahirkan maka

    besar pula perbedaannya dengan bayi cukup bulan.

    Karakteristik bayi prematur dapat digambarkan sebagai berikut :

    1. Berat badan kurang dari 2500 gram, PB 45 cm, lingkar

    kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm.

    2. Masa gestasi kurang dari 37 minggu

    3. Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin

    4. Kepala lebih besar dari badan

    5. Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan

    lengan

    6. Lemak subkutan kurang

    7. Telapak kaki halus

    8. Rambut tipis dan halus

    9. Pembuluh darah kulit banyak terlihat peristaltik usus dapat

    terlihat

    10. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup labia

    mayor (pada perempuan), pigmentasi dan rugaepada

  • scrotum kurang, testis belum turun kedalam scrotum (pada

    laki-laki)

    11. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang,

    mengakibatkan refleks hisap, menelan dan batuk masi

    lemah.

    12. Tonus otot lemah dan penggerakan kurang dan lemah,

    sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.

    13. Banyak tidur, tangisan lemah, pernapasan belum teratur dan

    sering mengalami serangan apnoe (Putra, 2012).

    e. Diagnosis persalinan prematur

    Diagnosis persalinan prematur adalah salah satu hal yang

    sulit diagnosis persalinan prematur didasarkan pada

    pemeriksaan klinis dan kontraksi uterus dan perubahan serviks.

    Keadan yang lebih sulit adalah ketika pasien mengalami

    kontrkaksi yang reguler tetapi dengan dilatasi serviks yang

    minimal. Pasien dengan usia kehamilan dibawah 37 minggu,

    kontraksi uterus yang reguler dengan dilatasi serviks 3 cm dan

    penipisan 80%, dipertimbangkan mengalami persalinan

    prematur tanpa menunggu persalinan serviks (Mochtar, 2012).

    Menurut Notoatmojo (2012), sering terjadi kesulitan dalam

    menetukan diagnosis ancaman persalinan prematur, tidak

    jarang kontraksi yang timbul pada kehamilan tidak benar-benar

  • merupakan ancaman proses persalinan. Beberapa kriteria dapat

    dipakai sebagai diagnosis ancaman persalinan prematur, yaitu :

    1. Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali

    atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit.

    2. Adanya nyeri pada punggung bawah (low back pain)

    3. Perdrahan bercak

    4. Perasaan menekan pada daerah serviks

    5. Pemeriksaan serviks menujukan telah terjadi pembukaan

    sedikitnya 2 cm dan penipisan 50-80%.

    6. Presentasi janin rendah sampai mencapai spina isiadika

    7. Selaput ketuban pecah merupakan tanda awal terjadinya

    persalianan prematur

    8. Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu

    Menurut Notoatmojo (2012), beberapa indikator dapat

    dipakai untuk meramalkan terjadinya persalinan prematur, yaitu

    sebagai berikut:

    1. Indikator klinik

    Indikator klinik yang dapat dijumpai seperti timbulnya kontraksi

    dan pemendekan serviks (secara manual maupun

    ultrasonografi). Terjadinya ketuban pecah dini juga meramalkan

    akan terjadinya persalinan prematur.

  • 2. Indikator laboratorik

    Beberapa indikator laboratorik yang bermakna antara lain

    adalah jumlah leukosit dalam air ketuban (20/ml atau lebih),

    pemeriksaan CRP (>0,7 mg/ml) dan pemeriksaan leukosit

    dalam serum ibu (>13.000/ml)

    3 Indikator biokimia

    a. Fibronektin janin: peningkatan kadar fibronektin janin

    pada vagina, serviks dan air ketuban memberikan indikasi

    adanya gangguan pada hubungan antar korion dan

    desidua. Kehamilan 24 minggu atau lebih, kadar fibronektin

    janin 50 mg/ml atau lebih mengidentifikasi resiko persalinan

    prematur.

    b. Corticotropin Releasing Hormone (CRH): peningkatan CRH

    dini atau pada trimester 2 merupakan indikator kuat untuk

    terjadinya persalinan prematur.

    c. Sitokin inflamasi: pada keadaan normal (tidak hamil) kadar

    isoferitin sebanyak 10 U/ml. Kadarnya meningkat secara

    bermakna selama kehamilan dan mencapai puncak pada

    trimester akhir yaitu 54,8 ±53 U/ml. Penurunan kadar

    dalam serum akan berisiko terjadinya persalinan

    prematur.

    d. Feritin: Rendahnya kadar feritin merupakan indikator yang

    sensitive untuk keadaan kurang zat besi. Peningkatan

  • ekspresi feritin berkaitan dengan berbagai keadaan fase

    akut termasuk kondisi inflamasi. Beberapa peneliti

    menyatakan ada hubungan antara peningkatan kadar feritin

    dan kejadian penyulit kehamilan, termasuk persalinan

    prematur.

    f. Penyulit yang dapat terjadi

    Beberapa penyakit yang berhubungan dengan

    prematuritas, diantaranya :

    1. Hipotermia

    Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu

    lingkungan yang normal dan stabil yaitu 36℃ sampai dengan

    37℃. Segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu

    lingkungan yang pada umumnya lebih rendah. Perbedaan

    suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh

    bayi. Hipotermia dapat terjadi karena kemampuan untuk

    mempertahankan panas dan kesanggupan menambah

    produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-

    otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang

    sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh,

    luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding dengan

    berat badan sehingga muda kehilangan panas. Tanda klinis

    hipotermia suhu tubuh dibawah normal, kulit dingin dan

    sianosis (Putra, 2012).

  • 2. Asfiksia

    Asfiksia neonatrum adalah kegagalan nafas secara

    spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat

    setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia

    dan asidosis. Organ pada bayi prematur belum sepenuhnya

    berkembang, bayi membutuhkan perawatan khusus hingga

    organ dalam tubuhnya dapat berfungsi tanpa dukungan dari

    alat medis (Putra, 2012).

    Kegagalan napas pada bayi prematur disebabkan

    belum sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan

    paru yang merupakan suatu zat yang dapat menurunkan

    tegangan dinding alveoli paru. Defisiensi surfaktan

    menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk

    mempertahankan stabilitasnya.

    3. Berat Bayi lahir

    Berat badan merupakan salah satu indikator

    kesehatan bayi baru lahir. Berat bayi normal (usia gestasi 37

    sampai dengan 41 minggu) adalah 2500-4000 gram. BBLR

    telah didefinisikan oleh WHO sebagai berat saat lahir kurang

    dari 2500 gram. BBLR dapat menjadi konsekuensi dari

    kelahiran prematur atau karena ukurannya yang kecil untuk

    usia kehamilan. Bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi

    dua golongan, yaitu :

  • a) Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan

    kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan

    sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau

    bisa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa

    kehamilan

    b) Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan

    kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa

    kehamilan. Hal ini dikarenakan janin mengalami

    gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan

    merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (Putra,

    2012).

    4. Hipoglikemia

    Hipoglikemia adalah keadaan hasil pengukuran kadar

    glukosa darah kurang dari 45 mg/dL (2,6 mmol/L).

    Hipoglikemi sering terjadi pada kelahiran prematur dengan

    BBLR, karena cadangan glukosa yang rendah. Bayi

    prematur sangat rentan mengalami hipoglikemia disebabkan

    mekanisme kontrol glukosa yang masih immatur, glukosa

    merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan

    hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca

    lahir. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan

    glukosa yang ada disebabkan karena meningkatkan

    penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia,

  • hipotermia, hipetermia dan gangguan pernapasan. Kondisi

    ini menjadi penyebab ketergantungan pemberian glukosa

    dari luar, karenanya dekstroasa melalui intravena

    merupakan suatu kebutuhan pada bayi prematur (Putra,

    2012).

    Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru

    lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat

    terjadinya hipoksia otak. Bila tidak diatasi dengan baik akan

    menimbulkan keruskan pada susunan saraf pusat bahkan

    sampai kematian (Noordiati, 2014).

    5. Sepsis neonatrum

    Bayi prematur sangat rentan untuk terjadinya infeksi

    dan sepsis. Sepsis neonatrum merupakan infeksi berat yang

    menyebar keseluruh tubuh bayi baru lahir dan terjadi pada

    bayi berusia di bawah 90 hari. Infeksi bakteri 5 kali lebih

    sering pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari

    2,75 kg dan dua kali lebih sering mengenai bayi laki-laki

    (Noordiati, 2014).

    Sejumlah bakteri bisa menyebabkan terjadinya sepsis

    neonatrum, misalnya Eschericia coli dan Streptococcus

    strain tertentu. Sepsis neonatrum paling dini terjadi 24 jam

    setelah kelahiran, bayi mendapatkan infeksi dari ibu sebelum

    atau saat di lahirkan. Pada bayi prematur dengan BBLR

  • yang dicurigai mengalami sepsis perlu diberikan antibiotik

    spektrum yang luas (Noordiati, 2014).

    6. Hiperbilirubinemia

    Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi

    bilirubin serum yang menjurus kearah terjadinya kern ikterus

    atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak

    dikendalikan. Ikterus fisologi adalah ikterus yang timbul pada

    hari kedua dan hari ketiga serta tidak memiliki dasar patologi

    atau tidak mempunyai potensi menjadi kern ikterus. Ikterus

    patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis

    atau kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut

    Hiperbilirubinemia. Ikterus pada hari ke 2 sampai ke 5 dapat

    disebabkan karena ikterus fisiologik, sepsis darah

    ekstravaskuler, polistemia sferositosis kongenital dan bayi

    prematur karena belum berfungsinya haper (Noordiati,

    2014).

    Ikterus ditandai dengan berlebihnya akumulasi

    bilirubin dalam darah >5 mg/dL pada bayi yang

    mengakibatkan jaudice, warna kuning yang jelas pada kulit,

    mukosa, sklera dan urin bayi dengan hiperbilirubinemia

    dapat diatasi dengan cara memantau kadar bilirubin dan

    terapi sinar/ fototerapi (Noordiati, 2014).

  • g. Penatalaksanaan

    Belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh untuk

    pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan

    lingkungan luar uterus, maka perlu diperhatikan pengaturan

    suhu lingkungan, pemberian asupan dan bilaperlu pemberian

    oksigen, pencegahan infeksi serta pencegahan kekurangan

    vitamin dan zat besi(Wiknjosastro, 2011).

    1. Pengaturan suhu : bayi prematur mudah menderita

    hipotermia, untuk mencegahnya perlu diusahakan

    lingkungan yang hangat sehingga suhu tubuh bayi tetap

    normal.

    2. Nutrisi bayi : pemberian ASI sangat diperlukan agar bayi

    tidak menderita hipoglikemia dan Hiperbilirubinemia.

    3. Pencegahan Infeksi : tindakan aseptik dan antiseptik tempat

    kelahiran dan perawatan yang terjamin kebersihannya

    (Noordiati, 2014).

    2. Preeklamsia

    a. Definisi

    Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai

    proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia

    kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.

    Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan

  • atau koma yang timbul akibat kelainan neurologi (Ayu,

    2016).

    Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul

    pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari

    hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menujukan

    tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,

    sedangkan gejala biasanya muncul setelah kehamilan

    berumur 28 minggu atau lebih. Preeklampsia adalah

    penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan

    proteinuria yang timbul karena kehamilan setelah usia

    kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.

    Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang

    ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau

    lebih proteinuria dan atau disertai udema pada kehamilan 20

    minggu atau lebih (Ayu, 2016).

    b. Klasifikasi

    Preeklampsia dibagi dalam dua golongan ringan dan

    berat.

    1) Preeklampsia ringan

    a) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang harus

    diukur pada posisi berbaring terlentang atau kenaikan

    diastolik 15 mmHg atau lebih, kenaikan sistolik 30

    mmHg ataulebih. Cara pengukuran sekurang-

  • kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak

    periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.

    b) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka atau

    kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu.

    c) Proteinnuria kwantitarif 0,3 gr atau lebih per liter,

    kwalitatif 1 + atau 2 +

    2) Preeklampsia berat

    a) Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan

    diastolik 110 mmHg atau lebih.

    b) Proteinuria 5 gr atau lebih dalam 24 jam, 3 atau 4 +

    pada pemeriksaan kualitatif

    c) Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24

    jam.

    d) Keluhan serebal, gangguan penglihatan atau nyeri di

    daerah epigastrium

    e) Edema paru dan sianosis

    c. Etiologi

    Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui

    dengan pasti. Banyak teori-teori dikemukakan oleh para ahli

    yang mencoba menerangkan penyebabnya. Beberapa teori

    yang menjelaskan tentang penyebab preeklampsia, yaitu :

    1) Bertambahnya frekuensi pada primigravida,kehamilan

    ganda, hidramnion dan mola hidatidosa.

  • 2) Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan

    3) Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan

    kematian janin dalam uterus

    4) Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan

    koma.

    Tetapi terdapat suatu kelainan yang menyertai penyakit ini

    yaitu :

    1) Spasmus arteriola

    2) Retensi Na dan air

    3) Koagulasi intravaskuler

    Walaupun vaso spasme mungkin bukan merupakan

    sebab primer penyakit ini, akan tetapi vaso spasme ini yang

    menimbulkan berbagai gejala yang menyertai eklampsia.

    Banyak teori yang mengemukakan penyebab preeklampsia

    ialah iskemia plasenta.

    Akan tetapi, ada banyak faktor yang menyebabkan

    terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Faktor-faktor yang

    ditemukan sering kali sukar dibedakan mana yang sebab

    mana yang akibat. Faktor predisposisi:

    1) Mola hidatidosa

    2) Diabetes mellitus

    3) Kehamilan ganda

    4) Hidropfetalis

  • 5) Obesitas

    6) Umur yang lebih dari 35 tahun (Ayu, 2016).

    d. Patofisiologi

    Preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai

    dengan retensi garam dan air. Biopsi ginjal ditemukan

    spasme hebat arteriola glomerulus. Beberapa kasus, lumen

    arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui

    oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam

    tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik

    sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar

    oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Kenaikan berat badan

    dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang

    berlebihan dalam ruangan interstital belum diketahui

    sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.

    Proteinnuria dapt disebabkan oleh spasme arteriola

    sehingga terjadi perubahan pada glomerulus. Preeklampsia

    yang berat dan eklampsia dapat terjadi perbuatan patologis

    pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan

    diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia (Ayu, 2016).

    Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat

    mengalami peningkatan respon terhadap berbagai subtansi

    endogen (seperti postaglandin, tromboxan) yang dapat

    menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet.

  • Penumpukan trambosit dan perdarahan dapat

    mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan

    sakit kepala dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis

    ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus

    dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis

    hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan

    peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap

    kardiovaskuler meliputi penurunan volume intravaskuler

    meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan

    pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati

    menyebabkan anemia dan trobositopeni. Infrak plasenta dan

    obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin

    terhambat bahkan kematian janin dalam rahim sedangkan

    perubahan yang terjadi pada organ :

    1) Perubahan kardiovaskuler

    Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah

    sering terjadi pada preeklampsia dan eklampsia.

    Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan

    dengan peningkatan afterload jantung akibat hipertensi,

    preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh

    berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamialan

    (Ayu, 2016).

  • 2) Metabolisme air dan elektrolit

    Hemokosentrasi yang menyerupai preeklampsia

    dan eklampsia tidak diketahui penyebabnya. Jumlah air

    dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita

    preeklampsia dan eklampsia dari pada wanita hamil

    biasa atau penderita dengan hipertensi kronik. Penderia

    preeklampsia tidak dapat mengeluarkan dengan

    sempurna air dan garam yang dibersihkan. Hal ini

    disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan

    penyerapan kembali tubulus tidak berubah. Elektrolit,

    kristaloid, dan protein tidak menujukan perubahan yang

    nyata pada preeklampsia. Kosentrasi kalium, natrium

    dan klorida dalam serum biasanya dalam batas normal

    (Ayu, 2016).

    3) Otak

    Gangguan yang belum terjadi pada penyakit yang

    belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia

    pada korteks serebri, sedangkan keadaan yang berlanjut

    dapat ditemukan perdarahan (Ayu, 2016).

    4) Uterus

    Aliran darah ke plasenta menurun dan

    menyebabkan gangguan pada plasenta, sehingga terjadi

    gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan

  • oksigen terjadi gawat janin. Preeklampsia dan eklampsia

    sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaan

    terhadap rangsangan, sehingga terjadi partus

    prematurus (Ayu, 2016).

    5) Paru-paru

    Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia

    biasanya disebabkan oleh edema paru yang

    menimbulakan dekompensasi kordis, bisa juga karena

    aspirasi pnemonia atau abses paru (Ayu, 2016).

    e. Penyebab

    Penyebab pasti preeklampsia dan eklampsia tidak

    diketahui secara pasti, meskipun beberapa peneliti menduga

    kekurangan gizi, lemak tubuh yang tinggi atau kurangnya

    aliran darah pada rahim. Teori-teori penyebab preeklampsia:

    1) Peran Prostasiklin dan Tromboksan

    Pasien dengan preeklampsia dan eklampsia

    didapatkan kerusakan pada endotal vaskuler, sehingga

    sekresi vasodilatetor postaskilin oleh sel-sel endotelial

    plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal,

    postaskilin meningkat. Sekresi tromboskan oleh

    trombosit bertambah sehingga timbul vasokonstriksi

    generalisata dan sekresialdosteron menurun akibat ini

    menyebabkan pengurangan perfusi plasenta sebanyak

  • 50%, hipertensi dan penurunan volume plasma (Huda

    dan Hamum, 2013).

    2) Disfungsi dan Aktivasi dari endothelial

    Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki

    peranan penting dalam patogenesis terjadinya

    preeklampsia. Fibronektin dilepaskan oleh sel endotel

    yang mengalami kerusakan dan meningkatkan secara

    signifikan dalam darah wanita hamil dengan

    preeklampsia. Kenaikan kadar fibronektin sudah dimulai

    pada trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin

    akan meningkat sesuai dengan kemajuan kehamilan

    (Huda dan Hanum, 2013).

    Beberapa faktor lain yang menyebabkan terjadinya

    preeklampsia

    1) Faktor Usia

    Umur merupakan bagian dari status reproduksi

    yang penting. Umur berkaitan dengan peningkatan atau

    penuruanan fungsi tubuh sehingga mempengaruhi status

    kesehatan seseorang. Umur yang baik untuk hamil

    adalah 20-35 tahun (Depkes RI, 2011). Usia 20-35 tahun

    alat reproduksi wanita telah berkembang dan berfungsi

    secara maksimal. Wanita dengan usia diatas 35 tahun

    akan mengalami penurunan fungsi tubuh yang

  • menimbulkan penyakit bersifat degeneratif seperti darah

    tinggi, diabetes dan penyakit lainnya sehinggga

    mengakibatkan terjadinya preeklampsia.

    2) Paritas

    Paritas adalah keadaan seorang ibu yang

    melahirkan janin lebih dari satu. Menurut manuaba

    (2012) paritas adalah wanita yang pernah melahirkan

    dan dibagi menjadi beberapa istilah :

    a) Primigravida adalah seorang wanita yang telah

    melahirkan janin untuk pertama kali.

    b) Multipara adalah seorang wanita yang telah

    melahirkan janin lebih dari satu kali

    c) Grande multipara adalah wanita yang telah

    melahirkan janin lebih dari lima kali.

    Kejadian 80% semua kasus hipertensi pada

    masa kehamilan, 3%-8% pasien terutama pada

    primigravida dan kehamilan trimester kedua. Catatan

    statistik menujukan dari seluruh incidenci dunia, dari 5%-

    8% preeklampsia dari semua kehamilan, terdapat 12%

    lebih dikarenakan oleh primigravida. Berdasarkan teori

    immunologik hal ini dikarenakan pada kehamilan pertama

    terjadi pembentukan Blocking antibodis terhadap antigen

    tidak sempurna. Kehamilan pertama terjadi pembentukan

  • Human Leucocyte antigen protein G (HLA) yang

    berperan penting dalam modulasi respon immune,

    sehingga ibu menolak hasil konsepsi (plasenta) atau

    terjadinya intoleransi ibu terhadapplasenta sehingga

    terjadi preeklampsia. Persalinan berulang-ulang akan

    mempunyai risiko terhadap kehamilan, dikarenakan

    dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan

    janin. Persalinan kedua dan ketiga adalah persalinan

    yang aman bagi seorang ibu (Wiknjosastro, 2010).

    3) Faktor genetika

    Riwayat keluarga yang pernah mengalami

    preeklampsia akan meningkatkan risiko sebesar 3 kali

    lipat bagi ibu hamil. Terdapat bukti bahwa penyakit

    preeklampsia merupakan penyakit yang diturunkan,

    penyakit ini sering ditemukan pada anak wanita dari ibu

    penderita preeklampsia. Faktor ras dan genetik

    merupakan unsur yang penting karena merupakan salah

    satu pendukung yang dapat mengakibatkan terjadinya

    hipertensi kronis. Penelitian Levano (2010) menganalisa

    bahawa pada ibu hamail sebanyak 5622 yang

    melahirkan di Rumah Sakit Parkland pada tahun 2009

    dengan kasus hipertensi yaitu 6,2% pada kulit putih,

    6,6% pada Hispanik dan 8,5% pada kulit hitam, yang

  • menujukan bahwa wnaita kulit hitam lebih sering terkena

    hipertensi. Kecenderungan untuk preeklampsia dan

    eklampsia akan diturunkan.

    Chesley (1986) mempelajari saudara, anak dan

    cucu dari wanita penderita preeklampsia serta eklampsia

    yang melahirkan da Margareth Hospital selam jangka

    waktu 49 tahun, yaitu dari 1935 sampai 1984.

    Menyimpulkan bahwa preeklampsia dan eklampsia

    bersifat turunan, dan bahwa gen tuggal dengan frekuensi

    0,25 paling baik untuk menerangkan hasil pengamatan

    ini, pewarisan multifaktorial masi dipandang kemungkinan

    terjadinya preeklampsia.

    4) Status pekerjaan ibu

    Faktor pkerjaan ibu dapat mempengaruhi

    terjadinya resiko preeklampsia atau eklampsia. Wanita

    yang bekerja diluar rumah memiliki risiko lebih tinggi

    mengalami preeklampsia dibandingkan dengan ibu

    rumah tangga. Pekerjaan dikaitkan dengan adanya

    aktifitas fisik dan stress yang merupakan faktor resiko

    terjadinya preeklampsia (Djannah, 2010).

    Pekerjaan dikaitkan dengan adanya aktifitas

    fisikdan stress yang merupakan faktor resiko terjadinya

    preeklampsia. Kelompok ibu yang tidak bekerja dengan

  • tingkat pendapatan yang rendah akan menyebabkan

    frekuensi ANC berkurang disamping dengan pendapatan

    yang rendah menyebabkan kualitas Gizi juga rendah.

    Pendidikan rendah bisa menjadi salah satu faktor

    dikarenakan pengetahuan ANC dan Gizi kurang. Sosial

    ekonomi rendah menyebabkan kemampuan daya beli

    berkurang sehingga asupan gizi juga berkurang terutama

    protein. Akibatnya kejadian atau masalah-masalah dalam

    kehamilan seperti preeklampsia, molahidatidosa, partus

    prematurus, keguguran dan lain- lain (Djannah dkk,

    2010).

    5) Penyakit kronik

    Riwayat penyakit kronik seperti hipertensi dan

    diabetes militus (DM) dapat menyebabkan kesehatan dan

    pertumbuhan janin terganggu dan dapat terjadi penyulit

    selama kehamilan. Ibu hamil yang memiliki hipertensi

    maka risiko terjadinya preekalmpsia akan menjadi lebih

    besar. Ibu yang memiliki penyakit DM akan meningkatkan

    mortalitas parinatal sebesar 3-5%, sedangkan kejadian

    anomali kongenital berisiko lebih tinggi 6-12%

    dibandingkan dengan ibu hamil tanpa DM 2-3%

    (Djannah, 2010).

  • 6) Kunjungan Antenatal care

    Upaya kesehatan ibu hamil diwujudkan dalam

    pemberian ANC sekurang-kurangnya 4 kali selama masa

    kehamilan, dengan distribusi waktu sebagai berikut

    (Lockhart, 2014):

    a. Trimester I (usia kehamilan 0-12 minggu) 1kali

    b. Trimester II (usia kehamilan 12-24 minggu) 1kali

    c. Trimester Ill (usia kehamilan 24-36 minggu) 2 kali

    Pelayanan antenatal yang berkualitas (sesuai

    standar) dapat mendeteksi gejala dan tanda yang

    berkembang selama kehamilan. Ibu yang tidak

    memeriksakan diri pada masa kehamilan, diagnosis

    hipertensi kronis akan sulit dibuat karena tekanan

    darah biasanya menurun selama trimester kedua dan

    ketiga pada wanita hipertensi.

    7) Pelayanan standar

    Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan

    antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan

    kepada semua ibu hamil. Setiap kehamilan dalam

    perkembangannya mempunyai resiko mengalami penyulit

    maupun komplikasi, oleh karena itu pelayanan antenatal

  • harus dilakukan secara rutin, terpadu dan sesuai standar

    pelayanan antental yang berkualitas:

    a) Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan,

    termasuk gizi, agar kehamilan berlangsung sehat.

    b) Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan

    penyulit atau komplikasi kehamilan

    c) Menyiapkan persalinan yang aman

    d) Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk

    melakukan rujukan jika terjadi penyulit atau komplikasi

    e) Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan

    cepat dan tepat waktu biladiperlukan

    f) Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami

    dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu hamil,

    menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi

    penyulit atau komplikasi (Djannah, 2010).

    Sesuai dengan kebijakan Kementrian Kesehatan,

    pelayanan antenatal pada ibu hamil diupayakan agar

    memenuhi standar kualitas 10 T yaitu :

    a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

    b) Ukur tekanan darah

    c) Nilai status Gizi (ukur lingkar lengan atas)

    d) Ukur tinggi fundus uteri

    e) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin

  • f) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan

    imunisasi tetanus texoid (TT)

    g) Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama

    kehamilan

    h) Test laboratorium

    i) Tatalaksana kasus

    j) Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan

    persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) serta

    KB paska persalinan (Bartini, 2012).

    f. Manifestasi Klinis

    Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya

    dari tiga gejala,yaitu:

    1) Edema

    2) Hipertensi

    3) Proteinuria

    Berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg

    seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan

    berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.

    Tekanan darah ≥140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat

    >30 mmHg atau tekanan diastolik >15 mmHg yang diukur

    setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolik

    pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai

    sebagai bakat preeklampsia. Proteinnuria bila terdapat protein

  • sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan

    kualitatif menunjukan +1 atau 2 serta kadar protein ≥1 g/l (Ayu

    niwang, 2016).

    Disebut preeklampsia berat bila ditemukan gejala :

    1) Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau diastolik ≥110

    mmHg

    2) Proteinnuria + ≥5g/24 jam atau ≥3 pada tes celup

    3) Oliguria (

  • 5) Kelainan pembekuan darah

    6) Sindrom Hellp (Hemolisis, Elevated, Liver, Enzymes, dan

    Low Platelet Count)

    7) Gagal jantung hingga syok dan kematian

    8) Hipoxia Janin

    9) Asfiksia neonatrum

    10) Prematur

    11) Gagal ginjal

    12) Kebutaan

    13) Kejang

    14) Hipertensi permanen

    15) Distres fetal

    16) Infark plasenta

    17) Abruptio plasenta

    18) Kematian janin dalam uterus

    19) Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal (Ayu,

    2016)

    Pemeriksaan penujang terdiri dua bagian yaitu

    laboratorium dan radiologi.

    1) Pemeriksaan laboroatorium :

    a) Pemeriksaan spesimen urine mid-stream untuk

    menyingkirkan kemungkinan infeksi urine

  • b) Pemeriksaan darah lengkap, khususnya untuk

    mengetahui kadar ureum darah (untuk menilai kerusakan

    pada ginjal), hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43

    vol%), trambosit menurun (nilai rujukan 150-450

    ribu/mm3), dan kadar hemoglobin (terjadi penurunan,

    nilai rujukan atau kadar hemoglobin (terjadi penurunan,

    nilai rujukan, atau kadar normal hemoglobin untuk wanita

    hamil adalah 12-14 gr%).

    c) Pemeriksaan fungsi hati

    (1) Bilirubin meningkat (normal : 60 ul

    (4) Serum Glutamat Oxaloacetic Transminase (SGOT)

    meneingkat (normal :

  • 2) Pemeriksaan radiologi :

    a) Elektrokardiogram dan foto dada menujukan pembesaran

    ventrikel dan kardiomegali

    b) Kardiotografi, diketahui denyut jantung janin lemah

    c) Ultrasonografi ditemukan retardasi pertumbuhan janin

    intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin

    lambat, dan volume cairan ketuban sedikit (Ayu, 2016).

    h. Pencegahan

    Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat

    menemukan tanda-tanda dini preeklampsia. Perlu diwaspadai

    pada wanita hamil dengan adanya faktor-faktor predisposisi.

    Walaupun timbulnya preeklampsia tidak dapat dicegah

    sepenuhnya, namun frekuensiya dapat dikurangi dengan

    pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan

    pengawasan yang baik pada wnaita hamil (Ayu, 2016).

    Cara pencegahannya kejadian preeklampsia ringan dan

    mencegah preeklampsia bertambah berat :

    1) Diet makanan, makanan tinggi protein, tnggi karbohidrat,

    cukup vitamin, dan rendah lemak. Makanan empat sehat

    lima sempurna dengan tambahan 1 telur per hari untuk

    meningkatkan jumlah protein

    2) Cukup istirahat dengan tirah baring 2×2 jam per hari miring

    ke kiri, untuk mengurangi tekanan darah pada vena cava

  • inferior, meningkatkan aliran darah vena dengan tujuan

    meningkatkan peredaran darah menuju jantung dan placenta

    sehingga menurunkan iskhemia placenta

    3) Pengawasan antenatal selama hamil dengan menilai adanya

    preeklampsia dan kondisi janin dalam rahim dengan

    pemantauan tinggi fundus uteri, pemeriksaan janin dalam

    rahim, denyut jantung janin serta pemantauan air ketuban,

    usulkan untuk melakukan USG.

    4) Penderita berobat jalan dengan nasehat segera datang bila

    terdapat odem, gerakan janin terasa kurang, kepala pusing

    dan penglihatan kabur (Ayu, 2016).

    B. Landasan Teori

    Persalinan perematur adalah bayi yang lahir sebelum

    kehamilan 37 minggu terhitung sejak priode menstruasi terahkir ibu

    (Conrad S, 2010). Penyebab prematuritas tidak diketahui dengan pasti

    karena etiologi bervariasi. Menurut manuaba (2012), gangguan

    metabolisme prostaglandin mengakibatkan tekanan darah naik

    sehingga terjadi hipovelemia hemokonsentrasi darah. Hal ini

    menyebabkan stres individu yang memicu terjadinya reaksi pelunakan

    serviks dan sensitivitas otot rahim meningkat terhadap rangsangan

    sehingga terjadi kontraksi persalinan preterem dan prematuritas.

    Beberapa faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur yaitu

    faktor ibu : riwayat kelahiran preterem sebelumnya, jarak kehamilan

  • dan persalinan terlalu dekat, paritas, usia ibu kurang 20 tahun atau

    lebih dari 35 ttahun, malnutrisi, trauma, anemia dan lain-lain

    (Wiknjosastro, 2011). Faktor janin: kehamilan ganda dan kelainan

    kongenital ( Manuaba, 2012). Faktor lainnya: keadaan sosial ekonomi

    yang rendah, ras dan gaya hidup (Saifudin, 2009).

    Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria

    dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau

    segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklamsia yang disertai

    kejang dan atau koma yang timbul akibat kelainan neurologi (Ayu,

    2016). Preeklampsia merupakan faktor predisposisi terjadinya

    persalinan prematur pada preeklampsia terjadi infusiensi arteri

    uteroplasenta yang menyebabkan iskemik plasenta. Iskemik plasenta

    menyebabkan terbentuknya radikal bebas (toksin) sehingga terjadilah

    gangguan metabolisme prostaglandin dan menaikan sensitivitas

    vaskuler. Hal ini mempengarhi reaksi perlunakan serviks sehingga

    menyebabkan kontraksi persalinan preterem dan terjadi prematuritas

    (Manuaba, 2012).

  • C. Kerangka Teori

    Gambar. 1 Kerangka teori dimodifikasi dari Ayu niwang (2016);

    Conrad, S (2010); Manuaba (2012); Wiknjosastro

    (2009); Saifudin (2009).

    Faktor Ibu

    riwayat kelahiran

    preterem sebelumnya,

    jarak kehamilan dan

    persalinan terlalu dekat,

    paritas,

    usia ibu kurang 20 tahun

    atau lebih dari 35 tahun,

    malnutrisi,

    trauma,

    anemia

    preeklampsia

    hipertensi

    Faktor janin

    kehamilan

    ganda

    kelainan

    kongenital

    Faktor lain

    keadaan

    sosial

    ekonomi

    yang

    rendah,

    ras

    gaya

    hidup

    Iskemia Plasenta

    Gangguan metabolisme

    prostaglandin

    Persalinan prematur

  • D. Kerangka Konsep

    Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

    Keterangan :

    Variabel terikat (dependent variable) : Persalinan prematur

    Variabel bebas (Independent variable) : Preeklampsia

    E. Hipotesis Penelitian

    Ha: Ada hubungan antara preeklampsia dengan persalinan prematur

    Preeklampsia Persalinan prematur

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian menggunakan jenis penelitian analitik dengan

    menggunakan rancangan penelitian case control yang mempelajari

    hubungan antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit, dengan

    cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok control

    berdasarkan ciri paparannya (Chandra, 2008). Studi kasus

    control/case control study adalah salah satu studi analitik yang

    digunakan untuk mengetahui factor risiko atau masalah kesehatan

    yang diduga memiliki hubungan erat dengan penyakit yang terjadi di

    masyarakat.

    B. Rancangan Penelitian

    Gambar 3. Rancangan Penelitian Case Control

    Adakah faktor

    resiko ? Ditelusuri Penelitian dilakukan

    dari

    Kasus

    Persalinan prematur

    Kontrol

    Persalinan tidak

    prematur

    Preeklampsi

    Tidak preeklampsi

    Preeklampsi

    Tidak preeklampsi

  • C. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di ruang Delima RSU Bahteramas

    Propinsi Sulawesi Tenggara pada bulan November 2017.

    D. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi penelitian adalah seluruh ibu bersalin yang tercatat dalam

    buku register sebanyak 1295 di Ruang bersalin RSU Bhteramas

    Sulawesi Tenggara pada tahun 2016

    2. Sampel

    a. Kelompok kasus

    Semua ibu yang mengalami persalinan prematur sebanyak 88

    kasus di ruang bersalin Rumah Sakit Umum Bahteramas Tahun

    2016.

    b. Kelompok kontrol

    Ibu dengan persalinan tidak prematur di Rumah Sakit Umum

    Bahteramas Tahun 2016. Besar sampel antara kasus dan

    control dengan perbandingan 1:1. Teknik pengambilan sampel

    control secara systematic random sampling, yaitu membagi

    jumlah populasi dengan jumlah sampel yang diinginkan maka

    hasilnya adalah interval sampel. Sampel diambil dengan

    membuat daftar elemen atau anggota populasi secara acak

    antara 1 sampai dengan banyaknya anggota populasi, maka

  • yang menjadi sampel adalah setiap kelipatan dari interval

    tersebut.

    E. Definisi Operasional

    1. Persalinan prematur adalah bayi yang lahir sebelum kehamilan 37

    minggu terhitung sejak priode menstruasi terahkir ibu (Conrad, S,

    2010)

    Kriteria objektif :

    a. Prematur : bayi dilahirkan pada usia kehamilan

  • X =f

    nx K

    Keterangan :

    f : Variabel yang diteliti

    n : Jumlah sampel peneliti

    K : Konstanta (100%)

    X : Presentase hasil yang dicapai

    2. Analisis Bivariabel

    Untuk mendeskripsikan hubungan antara variabel independen dan

    variabel dependen. Uji statistik yang digunakan adalah chi square.

    Rumus yang digunakan untuk chi-square adalah :

    X2 = (O − E)2

    E

    Keterangan

    ∑ = Jumlah

    X2 = Statistik Chi-square hitung

    O = Nilai frekuensi yang diobservasi

    E = Nilai frekuensi yang diharapkan

    Pengambilan kesimpulan dari pengujian hipotesa adalah ada

    hubungan jika p value ˂0,05 dan tidak ada hubungan jika p value˃

    0,05 atau X2 hitung ˃ X2 tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima

    yang berarti ada hubungan dan X2˂ X2 tabel maka Ha ditolak dan

    Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan.

  • Untuk mendeskripsikan risiko variable independent pada

    variable deoendent uji statistic yang digunakan adalah perhitungan

    Odds Ratio (OR). Mengetahui besarnya OR dapat diestimasi factor

    risiko yang diteliti. Perhitungan OR menggunakan tabel 2x2

    sebagai berikut :

    Tabel 1. Tabel Kontegensi 2x2 Odds Ratio Pada Penelitian Case Control Study

    FaktorRisiko Kejadian Persalinan Prematur

    Jumlah Kasus Kontrol

    Positif A B A + B

    Negatif C D C + D

    Keterangan :

    A : Jumlah kasus dengan risiko positif

    B : Jumlah kontrol dengan risiko positif

    C : Jumlah kasus dengan risiko negatif

    D : Jumlah control dengan risiko negatif

    Rumus Odd Ratio

    OR =AD

    BC

    Estimasi confidence interval (CI) ditetapkan pada tingkat kepercayaan

    95% dengan interpretasi :

    Jika OR ˃ 1 : Faktor yang diteliti merupakan faktor risiko

  • Jika OR = 1 : Faktor yang diteliti bukan merupakan faktor risiko

    (tidak ada hubungan)

    Jika OR ˂ 1 : Faktor yang diteliti merupakan faktor protektif

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    1. Letak Geografis

    Sejak bulan Oktober 2012 RSU Provinsi Sulawesi Tenggara

    telah menempati lokasi baru di jalan P. Tendean Kecamatan

    Baruga Kendari. Lokasi ini sangat strategis karena mudah

    dijangkau dengan batas sebagai berikut :

    1) Sebelah Utara : BTN Beringin

    2) Sebelah Barat : Polsek Baruga

    3) Sebelah Timur : Kantor Laboratorium Pertanian

    4) Sebelah Selatan : Jalan Pierre Tendean

    2. Lingkungan Fisik

    RSU Bahteramas berdiri diatas lahan seluas 17,5 Ha. Luas

    seluruh bangunan adalah 53,269 m2, luas bangunan yang

    terealisasi sampai dengan akhir tahun 2016 adalah 35,410 m2.

    Pengelompokan ruangan berdasarkan fungsinya sehingga menjadi

    empat kelompok, yaitu kelompok kegiatan pelayanan rumah sakit,

    kelompok kegiatan penunjang medis, kelompok kegiatan

    penunjang non medis, dan kelompok kegiatan administrasi.

    3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

  • RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara dengan luas

    lahan 17 Ha, memiliki 17 bangunan fisik, yang sampai saat ini

    masih terus menerus ditambah sesuai dengan master

    planpembangunan Rumah Sakit. Luas seluruh bangunan adalah

    22.577,38 m2, dan halaman parkir seluas ± 1.500 m2. Semua

    bangunan mempunyai tingkat aktivitas yang sangat tinggi.

    Disamping kegiatan pelayanan kesehatan kepada pasien, kegiatan

    yang tidak kalah pentingnya adalah kegiatan administrasi,

    pengelolaan makanan, pemeliharaan atau perbaikan instalasi listrik

    dan air, kebersihan dan lain–lain.

    Sampai dengan akhir tahun 2016 fasilitas / sarana pelayanan

    kesehatan yang ada di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

    Tenggara adalah :

    a. Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

    1) Instalasi Gawat Darurat (IGD)

    2) Instalasi Rawat Jalan

    a) Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan

    b) Poliklinik Kesehatan Anak

    c) Poliklinik Penyakit Dalam

    d) Poliklinik Bedah

    e) Poliklinik Neurologi

    f) Poliklinik Mata

    g) Poliklinik Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT)

  • h) Poliklinik Gigi dan Mulut

    i) Poliklinik Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

    j) Poliklinik Kulit dan Kelamin

    k) Poliklinik Orthopedy

    l) Poliklinik Gizi

    m) Poliklinik Jiwa

    n) Poliklinik Terpadu (klinik VCT)

    o) Poliklinik Onkologi

    p) Poliklinik Paru

    q) Poliklinik Bedah Plastik

    r) Poliklinik Urologi

    s) Poliklinik Digestive

    3) Instalasi Rehabilitasi Medik

    a) Fisioterapi

    b) Akupuntur

    b. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap

    1) Perawatan Intensif (ICU, PICU, NICU, ICCU)

    2) Perawatan Kebidanan dan Kandungan

    3) Perawatan Inap lainnya :

    a) Ruangan Asoka (Kelas III)

    b) Ruangan Mawar (Kelas II)

    c) Ruangan Anggrek (Kelas 1, VIP, dan VVIP).

    c. Pelayanan Penunjang Medik

  • 1) Patologi Klinik

    2) Patologi Anatomi

    3) Radiologi

    a) Farmasi / Apotek

    b) Sterilisasi Sentral (CSSD)

    c) Sentral Gas Medik

    d) Gizi

    e) Binatu

    f) Pemulasaran Jenazah

    g) Ambulance 118

    4. Ketenagaan

    Ketenagaan di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

    Tenggara Khususnya menyakut Kebidanan yaitu :

    a. Dokter Obygn : 3 orang

    b. S 2 Kebidanan : 1 orang

    c. D-IV Kebidanan : 10