HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The...

127
1 UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN PERAWATAN DIRI ANAK USIA SEKOLAH DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan OLEH HERLINA 1006833760 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN PEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DEPOK JANUARI 2013 Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Transcript of HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The...

Page 1: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

1

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN

KEMANDIRIAN PERAWATAN DIRI ANAK USIA

SEKOLAH DI KELURAHAN CISALAK PASAR

KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister

Keperawatan

OLEH

HERLINA

1006833760

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

PEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DEPOK

JANUARI 2013

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 2: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

IIALAMAN PERIYYATAATI BEBAS PLAGIARISME

Peneliti yang bertanda tangan di bawah ini dengan menyatakan bahwatesis ini peneliti susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peratuan yang

bdalnl di Universitas Indonesia.

Jika di kemudian hari temryata peneliti melakukan tindaken Plagiarisrre, penelitiakan bertang€iung jawab sepenubnya dan menerima sanksi yang dij*trhkan olehUniversias Indonesia kepada saya"

Deeolq 20 Januari 2013

TIERLINA

iv

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 3: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

HAI"A}TAN PSRI\TYATAAFT ORISINALITAS

Tesis ini datah hf,sil kya pcnsliti satdtn,

dan scmn sumba baik yaag dikutip milFm dinduk

td& pemoliti aydakan &ngan bcnar.

Nran

NPM

TaMrfffi*S

frurl

: IIERLINA

: 1ffi6ff1[]?6CI

l 20Jeumri20f3

fl

3Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 4: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

4

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 5: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

5

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat dan hidayahNYA kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

proposal tesis yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Ilmu Keperawatan yang berjudul “Hubungan Pola Asuh Keluarga

dengan Kemandirian Perawatan diri Anak Usia Sekolah Di Kelurahan Cisalak

Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2012”. Tesis ini disusun dalam

rangka menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar Magister Keperawatan

Peminatan Keperawatan Komunitas pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia.

Penyusunan laporan tesis ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar berkat

bimbingan, dorongan, arahan, dan kesabaran dari Bpk. Sigit Mulyono, S.Kp., MN

dan Ibu Kuntarti, S.Kp., M.Biomed. Pada kesempatan ini, peneliti tidak lupa pula

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dewi Irawaty, MA., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia.

2. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., M.N., selaku Ketua Program Pascasarjana

Fakultas Ilmu Keperawatan.

3. Wiwin Wiarsih, S.Kp., MN, selaku Pembimbing Akademik Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia

4. Staf Pengajar Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia yang telah membekali ilmu, sehingga peneliti mampu menyusun

tesis ini.

5. Fatimah, selaku administrasi yang telah membantu terselesainya surat izin

penelitian.

6. Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, yang telah memberikan izin

penelitian.

7. Bapak Kepala Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan

Masyarakat Kota Depok, yang telah memberikan izin penelitian.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 6: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

9. Responden (Masyarakat di kelurahan Cisalak pasar Kecamatan Qimanggrs Kota

Depok) pada penelitian ini

10. Orangtua, $mmi-anat&u, adikku yang selalu memberikan dukungan dan doa

yang tulus.

11. Teman-teman di Program Pascasarjana Fakultas IImu Keperauatan Universitas

Indonesia angkatm 2010 genap dan 2011 ganjil, terlftusus Keperawatan

Komrmitas

Semoga tesis iai dapat manf,aat rmtuk kita semua dan peneliti

membtrhrtrkan sapn dan masukan yaag membangrm sebgai perbaikan demi

kesempurnaan tesis ini.

Deeok, Jqpuari ^013

vi

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 7: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

IIALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAI\I PUBLIKASITUGAS AKIIIR UNTT]K KEPENTINGAI\I AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia peneliti yang bertanda tangan di

bawahini:

Nama

NPM

Program Studi

Peminatan

Fakultas

JenisKarya

Herlina

1006833670

Magister Ilmu Keperawatan

Keperawatan Komunitas

Ilmu Keperawatan

Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuarq menyetujui rmtuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non eksklusif (Non-*clusive Royalty

Frce Right) atas karya ilmiah peneliti yang berjudul :

HUBT]NGAI\I POLA ASUI{ KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAI\I

PERAWATAI\I DIRI ANAK USIA SEKOLAH DI KELURAIIAN CISALAK

P,ASAR KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK

Beserta perangkat yang ada (iika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-

ekslusif ini, Universitas Indonesia berhak menyimpaq mengalih media/ formatkan,

mengelola dalam kntuk pangkalan data (dotabase), merawat, dan mempublikasikan

tugas akhir saya selama tetap mencantumkan narna saya sebagai peaulis/pencipta dan

sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikianlah pernyataan ini sayabuat dengan sebenarnya

Dibuat di : DepokPada trnggal : 20 Januari 2013

Yang menyatakan,

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 8: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

8

ABSTRAK

Name : Herlina

Program Studi : Program Magister Ilmu Keperawatan Peminatan Keperawatan

Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas

Indonesia

Judul : Hubungan Pola Asuh Keluarga dengan Kemandirian

Perawatan Diri Anak Usia Sekolah di Kelurahan Cisalak

Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok

Pola asuh keluarga merupakan suatu cara orangtua dalam mengasuh anak untuk

mampu melakukan perawatan diri secara mandiri dengan berbagai tipe pola asuh

yang digunakan keluarga yaitu, pola asuh Demokratis, permisif, dan otoriter.

Anak yang mampu mandiri dalam melakukan perawatan diri dapat meningkatkan

derejat kesehatan pada anak usia sekolah dengan anak mampu melakukan dan

memenuhi kebutuhan udara, air, nutrisi, eleminasi, pencegahan bahaya, privasi,

interaksi sosial, aktivitas dan istirahat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

hubungan pola asuh keluarga dengan kemandirian perawatan diri anak usia

sekolah. Metode yang digunakan adalah desain cross sectional. Jumlah sampel

penelitian sebanyak 107 orang yang diambil menggunakan teknik cluster

proporsional sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin anak

perempuan, dan pola asuh demokratis dan permisif yang menjadi faktor dominan

dalam memandirikan anak dalam melakukan perawatan diri. Pola asuh yang

digunakan keluarga dalam mendidik anak merupakan salah ssatu faktor

keberhasilan orangtua dalam mendidik dan membesarkan anak, agar menjadikan

anak yang berkualitas dikemudian hari dan mampu memberikan implikasi bagi

pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi anak sekolah dalam membuat suatu

program untuk anak usia sekolah.

Kata Kunci : Pola Asuh Keluarga, Kemandirian Perawatan Diri, Anak Usia

Sekolah.

.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 9: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

9

ABSTRACT

Name : Herlina

Study Program : Master of Nursing, Community Health Nursing Specialisation

Faculty of Nursing, Universitas Indonesia

Title : The relationship of family parenting with children self-care

autonomy at Cisalak Pasar-Cimanggis Depok

The relationship of family parenting with children self-care autonomy at Cisalak

Pasar–Cimanggis District in family parenting is a method which how parent

educate their children to be able to self-care independently i.e. Democratic

parenting, permissive parenting and authoritative parenting. Children who are able

to self-care indepently, automatically they could intensify their health e.g. they are

able to do and fill the necessity of air, water, nutrition, elimination, danger

prevention, privacy, social interaction, activity and refreshment. The research

purpose is to discover the relationsip of family parenting with children self-care

autonomy to the school-age children. The research methode uses cross sectional

method. The total of research sample is 107 persons, which use cluster

proportional sampling technic. The dominant research result is a female children

are able to self-care independently through democratic and permissive parenting

method. The parenting method are the succeed factor on how to parent educate the

autonomy children, bringing up in order to they have certain quality in the next

future and they could be an implication for family parenting technical program for

school-age children.

Key Words : Family Parenting, Self-Care Independence, School-Age Children.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 10: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

10

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat dan hidayahNYA kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

proposal tesis yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Ilmu Keperawatan yang berjudul “Hubungan Pola Asuh Keluarga

dengan Kemandirian Perawatan diri Anak Usia Sekolah Di Kelurahan Cisalak

Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2012”. Tesis ini disusun dalam

rangka menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar Magister Keperawatan

Peminatan Keperawatan Komunitas pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia.

Penyusunan laporan tesis ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar berkat

bimbingan, dorongan, arahan, dan kesabaran dari Bpk. Sigit Mulyono, S.Kp., MN

dan Ibu Kuntarti, S.Kp., M.Biomed. Pada kesempatan ini, peneliti tidak lupa pula

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dewi Irawaty, MA., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia.

2. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., M.N., selaku Ketua Program Pascasarjana

Fakultas Ilmu Keperawatan.

3. Wiwin Wiarsih, S.Kp., MN, selaku Pembimbing Akademik Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia

4. Staf Pengajar Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia yang telah membekali ilmu, sehingga peneliti mampu menyusun

tesis ini.

5. Fatimah, selaku administrasi yang telah membantu terselesainya surat izin

penelitian.

6. Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, yang telah memberikan izin

penelitian.

7. Bapak Kepala Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan

Masyarakat Kota Depok, yang telah memberikan izin penelitian.

8. Bapak Lurah Cisalak Pasar, yang telah memberikan izin penelitian.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 11: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

11

9. Responden (Masyarakat di kelurahan Cisalak pasar Kecamatan Cimanggis

Kota Depok) pada penelitian ini

10. Orangtua, suami-anakku, adikku yang selalu memberikan dukungan dan doa

yang tulus.

11. Teman-teman di Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia angkatan 2010 genap dan 2011 ganjil, terkhusus

Keperawatan Komunitas

Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua dan peneliti

membutuhkan saran dan masukan yang membangun sebagai perbaikan demi

kesempurnaan tesis ini.

Depok, Januari

2013

Peneliti

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 12: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

12

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ................................................................................................. i

Lembar Pernyataan Bebas Plagiarisme ............................................. ii

Lembar penyataan Orisinilitas ............................................................... iii

Lembar Pengesahan ........................................................................ iv

Kata Pengantar ................................................................................................. v

Lembar persetujuan Publikasi .......................................................................... vii

Abstrak ............................................................................................................. viii

Abstract ............................................................................................................ ix

Daftar Isi .......................................................................................................... x

Daftar Tabel .................................................................................................... xii

Daftar Bagan/Skema ....................................................................................... xiii

Daftar Diagram ................................................................................................ ix

Daftar Lampiran .............................................................................................. xv

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 10

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 11

1.4 Manfaat penelitian ....................................................................... 12

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN ........................................................ 13

2.1 Agregat Anak Usia Sekolah sebagai Populasi At Risk ................. 13

2.2 Perawatan diri................................................................................. 25

2.3 Kemandirian .................................................................................. 26

2.4 Pola Asuh ...................................................................................... 30

BAB 3 KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI

OPERASIONAL ............................................................................... 41

3.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 41

3.2 Hipotesis ........................................................................................ 43

3.2 Definisi Operasional ...................................................................... 44

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 13: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

13

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 48

4.1 Rancangan penelitian ................................................................... 48

4.2 Populasi dan Sampel ..................................................................... 48

4.3 Tempat penelitian ......................................................................... 51

4.4 Waktu Penelitian ........................................................................... 52

4.5 Etika Penelitian ............................................................................. 52

4.6 Alat Pengumpulan Data ................................................................. 54

4.7 Uji Instrumen ................................................................................ 56

4.8 Prosedur Pengumpulan Data .......................................................... 56

4.9 Analisis Data ................................................................................. 57

BAB 5 HASIL PENELITIAN ..................................................................... 61

5.1 Analisis Univariat .......................................................................... 61

5.2 Analisis Bivariat ............................................................................. 66

BAB 6 PEMBAHASAN ................................................................................. 67

6.1 Gambaran Karakteristik Keluarga.................................................. 67

6.2 Gambaran Karakteristik Anak Usia Sekolah ................................ 73

6.3 Gambaran Pola Asuh Keluarga Anak Usia Sekolah ...................... 75

6.4 Gambaran Keperawatan Diri Anak Usia Sekolah .......................... 79

6.5 Hubungan Pola Asuh Keluarga dengan Kemandirian Perawatan

Diri Anak Usia Sekolah ................................................................ 79

6.6 Keterbatasan Penelitian .................................................................. 81

6.7 Implikasi Keperawatan .................................................................. 82

BAB 7 KESIMPULAN .................................................................................. 84

7.1 Simpulan ....................................................................................... 84

7.2 Saran ............................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 14: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

14

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ……………………………………… 43

Tabel 4.1 Kisi-Kisi Kuesioner Penelitian ……………………………… 51

Tabel 4.2 Analisa Data Penelitian ……………………………..……… 56

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan karakteristik keluarga....… 62

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan karakteristik anak…. ..… 63

Tabel 5.3 Distribusi hubungan pola asuh keluarga dengan kemandirian

perawatan diri anak usia sekolah……………………….. ..… 66

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 15: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

15

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori Penelitian ………………………………. 38

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ……………………………. 40

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 16: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

16

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 Pola Asuh Keluarga ………………………………. 64

Diagram 5.2 Kemandirian perawatan diri anak…………………. 65

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 17: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

17

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Uji Etik

Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Penelitian (Informed Consent)

Lampiran 4 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Penelitian

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 18: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

18

BAB 1

PENDAHULUAN

Bab satu menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan umum dan

tujuan kusus serta manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang

Anak sebagai generasi penerus bangsa memerlukan pendidikan dasar yang

baik. Pendidikan dasar meliputi pengetahuan, agama, dan kehidupan

bermasyarakat. Anak yang mendapatkan pendidikan dasar yang baik akan

memiliki potensi yang tinggi, sehingga menghasilkan sumber daya manusia

yang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia diukur dengan menggunakan

Human Development Indeks (HDI). Hasil analisis HDI menunjukkan kualitas

SDM Indonesia pada tahun 2005 peringkat 113, dan tahun 2011 peringkat

124 dari 187 negara di Dunia. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa

kualitas SDM Indonesia terus mengalami penurunan.

Kualitas sumber daya manusia dipengaruhi oleh pertumbuhan dan

perkembangan seseorang, yang dimulai dari bayi, balita, anak, remaja,

dewasa sampai dengan lansia. Salah satu tahapan tumbuh kembang yang

mempengaruhi kualitas manusia adalah tahap tumbuh kembang anak usia

sekolah. Anak usia sekolah adalah anak yang berusia kurang lebih 6 tahun

dan diakhiri ketika anak mulai mengalami puberitas yaitu usia 12 tahun

(Kozier, 2010).

Hasil Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010 diketahui bahwa jumlah total

penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa, jumlah penduduk usia sekolah

sebanyak 19,3% (42 juta jiwa). Berdasarkan rentang usia penduduk Indonesia

paling banyak pada usia 5-9 tahun sebanyak 23 juta jiwa (9,78 %), usia 0-4

tahun dan 10-14 tahun masing-masing sebesar 22,6 juta jiwa (9,54%) (Badan

Pusat Statistik, 2012). Jumlah penduduk berdasarkan umur ini, dapat terlihat

bahwa jumlah anak usia sekolah cukup banyak sehinggi dibutuhkan peran

serta pemerintah dalam upaya meningkatkan derajat kesehatannya.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 19: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

19

Anak akan mengalami proses tumbuh kembang dengan berbagai macam

perubahan yang akan terjadi baik secara fisik, psikososial, kognitif, moral,

dan spiritual (Wong, 2003; Kozier dkk, 2010). Pertumbuhan dan

perkembangan fisik anak ditandai dengan penambahan TB (tinggi badan),

BB (berat badan), dan postur tubuh. Perkembangan kognitif ditandai dengan

anak mampu berpikir logis, mampu mengingat, berpikir imajinatif.

Perkembangan psikososial anak usia sekolah meliputi adanya pengembangan

konsep diri anak menjadi lebih berpikir rasional. Perkembangan moral dan

spiritual pada anak usia sekolah ditandai dengan anak mulai mampu berpikir

dan memiliki kepribadian yang lebih bersifat abstrak (Kozier, 2010; Brown,

2005; Potter-Perry, 2002).

Kemampuan dan keberhasilan tumbuh kembang anak dapat dilihat dari

kemandirian anak dalam memenuhi kebutuhan dasarnya (Kozier, 2010).

Hurlock (2006) menjelaskan bahwa tumbuh kembang yang optimal bertujuan

untuk menjadikan anak menjadi manusia yang berkualitas dengan tidak

hanya sekedar tumbuh secara fisik, namun juga berkemampuan untuk

berdaya guna dan berhasil guna baik bagi dirinya, keluarganya, masyarakat,

bangsa serta umat manusia. Oleh karena itu, masa anak-anak perlu

mendapatkan perhatian. Pemantauan perkembangan ada empat aspek yang

dinilai, yaitu motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan personal sosial

(Hartanto, 2006). Faktor yang mempengaruhi keberhasilan tumbuh kembang

anak adalah faktor internal (keluarga, ras, umur, dan lain-lain) dan eksternal

(gizi, psikologis, penyakit, dan lain-lain) (Kozier, 2010; Supriasa,dkk, 2001).

Karakteristik anak yang sehat yaitu sehat fisik, mental-emosional, mental-

intelektual, mental-sosial, dan mental-spiritual (Hawari, 2007). Dalam

Roopnaire & Johnson (1993) Froebel menjelaskan bahwa masa anak

merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan

masa pembentukan karakter dan kemandirian anak dalam periode kehidupan

manusia. Masa anak-anak merupakan masa emas bagi penyelenggara

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 20: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

20

pendidikan. Pendidikan hal yang baik yang didapat oleh anak akan

membentuk intelektual anak ke depannya. Pendidikan kemandirian dalam

memenuhi kebutuhan dasar dapat dilakukan sejak usia sekolah (Kozier,

2010).

Kemandirian dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dapat menyebabkan

masalah pada anak usia sekolah yang muncul antara lain; gangguan

perkembangan, gangguan perilaku, dan gangguan belajar yang dapat

menghambat pencapaian prestasi pada peserta didik (Suyanto, 2010).

Menurut Edelman & Mandle, 2000 dalam Friedman (2003), menjelaskan

bahwa masalah yang sering muncul pada anak usia sekolah adalah perawatan

gigi yang tidak adekuat, masalah gangguan fisik/ gangguan perilaku,

penganiayaan anak, penyalahgunaan zat, dan penyakit menular. Masalah lain

yang umum terjadi adalah berkaitan dengan PHBS (perilaku hidup bersih dan

sehat) dimana anak mengalami defisit perawatan diri, seperti masalah karies

gigi, kuku yang panjang, perilaku tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah

makan (Monks, Knoers & Haditono, 2006; Lie & Prasasti, 2004, Friedman,

2003).

Ketergantungan pada anak ada 2 jenis yaitu: ketergantungan fisik dan

psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan ketergantungan mengurus

dirinya sendiri, dan ketergantungan psikologis ditandai dengan kemampuan

dalam mengambil keputusan. Ketergantungan fisik bisa berakibat pada

ketergantungan psikologis. Anak yang selalu dibantu akan selalu tergantung

pada orang lain karena merasa tidak memiliki kemampuan untuk mengurus

dirinya sendiri. Akibatnya, ketika ia menghadapi masalah, ia akan

mengharapkan bantuan orang lain untuk mengambil keputusan bagi dirinya

dan memecahkan masalahnya (Lie & Prasasti, 2004). Ada dua alasan anak

tidak mandiri orangtua cenderung memberikan bantuan dan perlindungan

berlebihan, yaitu: orangtua yang terlalu khawatir akan membatasi anak untuk

mencoba kemampuannya dan orangtua tidak sabar menunggu anak berusaha

mandiri, orangtua cenderung lekas membantu agar cepat selesai. Akibatnya,

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 21: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

21

anak tidak memperoleh kesempatan untuk mencoba. ada beberapa faktor

yang mempengaruhi kemandirian anak yaitu: faktor bawaan, pola asuh,

kondisi fisik anak, dan ururan kelahiran (Hurlock, 2003). Efek

ketergantungan pada anak dapat menimbulkan kerugian, yaitu: anak tidak

mampu secara optimal mengembangkan kepribadian, kemampuan sosialisasi

dan keadaan emosionalnya akan terlambat (Handayani, 2006).

Masalah ketergantungan yang mungkin timbul pada anak usia sekolah,

mengakibatkan usia ini masuk dalam kelompok at risk (kelompok berisiko).

Kelompok at risk merupakan kelompok berisiko tinggi mengalami masalah

kesehatan dibanding dengan yang lain (Stanhope & Lancaster, 2004).

Beberapa faktor-faktor risiko pada anak usia sekolah, antara lain: faktor

sosial ekonomi, perilaku, biologis, dan ketersediaan makanan (Hitchcock,

1999; Smith & Maurer, 2009; Soucier, 2009). Menurut Califano (1979)

dalam Stanhope & Lancaster (2004) mengidentifikasi ada 5 faktor risiko

yaitu: biologi, sosial, ekonomi, gaya hidup, peristiwa dalam hidup. Faktor

lain yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan anak sekolah sebagai at

risk adalah; usia, jenis kelamin, lingkungan, pekerjaan, suku, sosiokultural,

ekonomi, genetik, dan sebagainya (Lundy & Janes, 2009).

Faktor-faktor risiko yang terdapat pada usia anak sekolah, akan

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Keluarga memiliki

peranan penting dalam mendukung keberhasilan proses tumbuh kembang

yang dilalui oleh anak. Menurut Gunarsa pada 6-9 tahun, anak perlu

mendapatkan perhatian dan pujian atas perilaku dan prestasi-prestasinya,

membutuhkan pengarahan dan pengawasan dalam setiap usaha yang

dilakukan anak. Menurut Kolhberg anak usia kanak-kanak akhir (10-12

tahun) anak sudah bisa berpikir bijaksana, dengan ditandai dengan

berperilaku sesuai dengan moral, berbuat kebaikan, tahu akan aturan,

mengembangkan kepribadian, meningkatkan kemandirian dan belajar

perannya dalam keluarga, sekolah dan masyarakat (Brown, 2005). Pada tahap

perkembangan anak usia sekolah anak diharapkan mampu memenuhi

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 22: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

22

kebutuhan dasar sehari-hari, apabila orangtua atau keluarga terlalu perhatian

akan mengakibatkan anak tidak bisa mengeksplorasikan kemampuan dan

potensinya (Baraja, 2008).

Anak yang mandiri akan bertanggung jawab pada tiap tugas yang diberikan

kepadanya, ciri-ciri anak mandiri adalah anak mampu mengambil keputusan,

memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas yang diberikan,

bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan (Rini, 2004). Kemandirian

anak dalam melakukan pemenuhan kebutuhan dasar terutama kebutuhan

perawatan diri, merupakan bentuk keberhasilan tumbuh kembang anak.

Memandirikan anak sedini mungkin perlu diajarkan agar anak mampu

beradaptasi dengan lingkungan internal maupun eksternal. Kemampuan anak

melakukan perawatan diri secara mandiri merupakan salah satu upaya

pencegahan timbulnya masalah kesehatan atau masalah akibat tumbuh

kembang anak.

Model konsep Orem tentang perawatan diri (self care) menjelaskan

bagaimana seseorang mampu dalam melakukan perawatan diri dalam

memenuhi kebutuhan dasar (biologis, psikologis, perkembangan dan sosial).

Menurut teori Orem kebutuhan anak dalam melakukan perawatan diri

merupakan salah satu upaya anak untuk bisa mencapai kemandirian dalam

melakukan pemenuhan kebutuhan dasar (Orem, 2001). Perawatan diri dapat

diterapkan pada anak yang belum dewasa. Dalam pemenuhan perawatan diri

sendiri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem memiliki

metode untuk proses tersebut diantaranya membantu dalam pemenuhan

kebutuhan dasar, membimbing, memberi dukungan kepada anak,

meningkatkan pengembangan kepribadian anak serta mengajarkan anak

untuk mampu melakukan dan memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri (Meleis,

2007).

Teori Orem terdapat tiga tipe kebutuhan perawatan diri yaitu: kebutuhan

universal perawatan diri, kebutuhan perkembangan perawatan diri, dan

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 23: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

23

kebutuhan perawatan diri deviasi. Pada perkembangan kemandirian

perawatan diri anak bisa diketahui dengan bagaimana anak dalam memenuhi

kebutuhan universal perawatan diri. Kebutuhan dasar yang mampu dilakukan

secara mandiri oleh anak, akan meminimalkan timbulnya masalah pada anak

usia sekolah. Kebutuhan universal perawatan diri yaitu bagaimana anak

mampu mandiri dalam pemenuhan kebutuhan akan udara, air, makan,

eleminasi, aktivitas dan istirahat, pencegahan bahaya, promosi kesehatan, dan

dukungan sosial (Meleis, 2007; Orem, 2001). Pada penelitian Kartika Sari

(2006) menjelaskan bahwa seorang anak dapat melaksanakan tugas

perkembangannya dengan melihat kemandirian anak dalam memenuhi

kebutuhan perawatan diri dengan baik berarti anak tersebut dapat hidup

mandiri.

Perawatan diri digunakan pada anak usia sekolah yang sudah memiliki

kemampuan dalam menguasai dan meningkatkan keterampilan dalam

melakukan kemandiran melakukan perawatan dirinya sendiri (Karrenbock &

Lewit, 1999 dalam Tork et al, 2007). Kemandirian dapat diajarkan orangtua

kepada anak sejak dini (pra sekolah), dengan kemandirian anak yang

dilakukan sejak dini anak akan mampu menghadapi konflik yang terjadi dan

anak akan merasa bersalah, merasa takut dan cemas bila aktivitas dibatasi

(Pott & Mandleco, 2007). Menurut American academy of pediatric (1996)

menjelaskan bahwa diperlukan suatu perencanaan yang sistematik untuk

melatih anak usia sekolah agar menguasai keterampilan perawatan diri

sebelum mereka mencapai usia dewasa. Salah satu faktor yang

mempengaruhi tingkat kemandirian anak adalah pola pengasuhan keluarga

dalam mendidik anaknya (Baumrind, 1989).

Pola asuh adalah segala sesuatu yang dilakukan keluarga untuk membentuk

perilaku anak-anak mereka meliputi semua peringatan dan aturan, pengajaran

dan perencanaan, contoh dan kasih sayang serta pujian dan hukuman (Kenny

& Kenny, 1991). Kemandirian anak tergantung pada pola pengasuhan yang

ditetapkan keluarga melalui interaksinya dengan anaknya, sehingga pola

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 24: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

24

pengasuhan keluarga yang berbeda akan menghasilkan tingkat perkembangan

kemandirian yang berbeda pula. Anak dalam keluarga cenderung selalu

mempunyai kesempatan untuk dapat perhatian, kasih sayang, dan anak akan

lebih terpantau oleh kedua keluarganya. Jika ada sedikit kesulitan di rumah,

anak akan mudah meminta pertolongan. Jika sikap ini dipertahankan

keluarga, akan menghambat kemandirian anak dalam mengatasi setiap

masalah yang dihadapinya (Hawari, 2007).

Terdapat tiga pola asuh yang sering digunakan keluarga dalam mendidik

anaknya, yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh permisif,

dan pola asuh neglecful (Baumrind, 1989). Perilaku pola asuh yang

digunakan keluarga dalam mendidik anak secara tidak langsung akan

mempengaruhi perkembangan kemandirian anak dalam melakukan

perawatan diri. Pola asuh keluarga memiliki peranan penting dalam

perkembangan kemandirian anak dalam melakukan perawatan diri. Perilaku

keluarga dalam mendidik anak dan pola asuh yang diberikan akan

mempengaruhi karakter anak dan bagaimana cara anak dalam kemandirian.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Rohmahningsih (2007),

menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola asuh ibu yang bekerja dengan

tingkat kemandirian anak SD (sekolah dasar). Keluarga memiliki tanggung

jawab besar dalam mendidik anak, membesarkan, dan memandirikan anak

dalam melakukan perawatan dirinya sendiri.

Menurut Friedman (2003) peran keluarga didefinisikan sebagai kemampuan

untuk mengasuh, mendidik dan menentukan nilai kepribadian anggota

keluarga. Peran pengasuh adalah peran dalam memenuhi kebutuhan

pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya terpelihara sehingga

diharapkan mereka menjadi anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan

spiritual. Peran pengasuh adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa

aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan anak

tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya (Friedman, 2003).

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 25: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

25

Gaya pola asuh yang diberikan keluarga akan menunjukkan karakter anak ke

depannya. Pola asuh keluarga dan fungsi keluarga sangat penting dalam

mengetahui masalah yang terjadi pada anak (Golan dan Enten, 2004). Pola

asuh yang telah diterapkan oleh keluarga (suami-istri) bekerja, dan anak

tinggal bersama nenek atau pengasuhnya akan sangat berbeda dengan pola

asuh yang diterapkan oleh keluarga dengan ibu rumah tangga, yang dapat

sepenuhnya mengasuh anaknya. Menurut Baumrind (1967) yang dikutip oleh

Petranto (2006) pola asuh keluarga merupakan gambaran tentang sikap dan

perilaku keluarga dengan anak dalam berinteraksi, serta berkomunikasi

dengan anggota keluarga. Kemampuan interpersonal keluarga dengan anak

melalui pendekatan secara komprehensif akan mempengaruhi kemandirian

anak dalam perawatan dirinya (Santrock, 2002).

Ketergantungan anak diakibatkan karena anak merasa keluarga masih bisa

membantu anak dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Keluarga lebih

memanjakan anak karena ingin melindungi anak dan khawatir kebutuhan

anak tidak terpenuhi, pada hal kemandirian anak perlu dikembangkan agar

merasa aman, bisa beradaptasi dengan baik dan diterima di lingkungan.

Keluarga dan perawat komunitas mempunyai peranan yang penting dalam

meningkatkan status kesehatan masyarakat terutama pada anak usia sekolah

(Hitchcock, Schurbert & Thomas, 1999). Peran perawat sebagai care

provider dan conselor dibutuhkan dalam membantu keluarga untuk dapat

memberikan pola asuh yang tepat unutk memandirikan anak.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan memandirikan anak adalah

dengan mengajarkan dan memberikan tanggung jawab kepada anak, misalnya

membuat jadwal aktivitas sehari-hari anak mulai dari bangun tidur hingga

tidur lagi pada malam hari. Kemampuan anak dalam mengatur waktunya

akan memberikan dampak positif anak mampu disiplin dan bertanggung

jawab pada dirinya sendiri. Pemberian reinforcement positif pada

kemandirian anak akan memotivasi anak untuk dapat melakukan hal lebih

untuk bisa memandirikan dirinya.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 26: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

26

Berdasarkan sensus penduduk kota Depok tahun 2010 jumlah penduduk kota

depok sebesar 1.7 juta jiwa, tahun 2011 mencapai 1.8 juta jiwa. Berdasarkan

BPS kota Depok tahun 2012, penduduk terbesar adalah Kecamatan

Cimanggis 242.214 orang (13,95%). Di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan

Cimanggis memiliki penduduk sebanyak 17.869 ribu jiwa (7,4 %).

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan di Kelurahan Cisalak Pasar terdapat

populasi anak usia 6-12 tahun ± 3066 jiwa (17,2 %) (Laporan Rekapitulasi

Penduduk Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok,

2011). Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis terhadap 10

keluarga di Kelurahan Pasir Gunung Selatan pada tahun 2010 yang memiliki

anak usia 6-8 tahun, mereka mengatakan tidak tega jika melihat anaknya

melakukan kegiatan sehari-hari sendiri, selain itu mereka juga mengatakan

tidak sabar jika anak sedang melakukan usaha dalam memenuhi

kebutuhannya sendiri, namun sampai begitu waktu yang begitu lama belum

juga memperlihatkan hasil, maka keluarga akan segera mengambil tindakan

dengan membantu anak dalam memenuhi kebutuhannya seperti memakai

pakaian, makan sendiri dan belajar (Anonym, 2010).

1.2 Perumusan Masalah

Menurut teori perkembangan anak Erikson, salah satu tugas terpenting pada

ank usia sekolah adalah menguasai keterampilan dalam melakukan kegiatan

sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar dalam

konsep perawatan diri Orem memperkuat bahwa anak sejak usia dini diberi

tugas dalam merawat dirinya sendiri, agar anak mampu mandiri dalam

pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan perawatan diri sendiri untuk mencegah

timbulnya masalah kesehatan. Tingkat ketergantungan anak dalam memenuhi

kebutuhan dasar, mejadi beban yang amat besar bagi keluarga, dalam

mengasuh dan mendidik anak agar mampu tumbuh dan berkembang sesuai

usianya. Perawat komunitas yang melakukan upaya preventif dan promotif

dalam memandirikan keluarga dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan,

berupaya berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 27: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

27

Pola asuh merupakan upaya orangtua dalam mendidik anak sejak dini

(prasekolah) agar mandiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya (Rini,

2010). Kemandirian anak dapat dilihat bagaimana anak mampu melakukan

makan-minum sendiri tanpa disuruh atau dipaksa orangtua (Hurlock, 1994).

Anak usia sekolah yang tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri

akan mengakibatkan terganggunya tumbuh kembang anak, dan kemandirian

anak dalam melakukan perawatan diri juga dipengaruhi oleh pola asuh

keluarga (Sari, 2006). Kemampuan keluarga dalam memberikan kasih sayang

dengan pola asuh yang tepat memberikan dukungan yang positif bagi anak

untuk bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.

Jumlah penduduk di Kelurahan Cisalak Pasar tahun 2011 sebanyak 17.869

jiwa, dengan populasi anak usia sekolah berjumlah 3.066 anak (17,2 %) dari

total penduduk yang ada di kelurahan Cisalak Pasar. Berdasarkan pengkajian

yang dilakukan kepada keluarga yang ada di Kelurahan Cisalak Pasar,

keluarga yang memiliki anak usia sekolah dilakukan wawancara dan

observasi kepada anak dan keluarga bagaiman cara memandirikan anak

dalam pemenuhan kebutuhannya. Ditemukan dari 10 keluarga anak usia

sekolah sebanyak 8 anak mengalami masalah dalam memandirikan dalam

pemenuhan kebutuhan, dengan terlihat anak makan disuruh, disuap, pakaian

disiapkan dan di pakaikan oleh keluarga, bangun tidur dibangunkan keluarga,

belajar harus disuruh keluarga. Penyebab masalah ketidakmandirian anak di

antaranya karena kesibukan keluarga, tipe keluarga besar, faktor ekonomi,

dan lain-lainnya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian “Apakah

ada hubungan pola asuh keluarga dengan kemandirian perawatan diri anak

usia sekolah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota

Depok?”

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 28: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

28

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui “Hubungan pola asuh keluarga

dengan kemandirian perawatan diri anak usia sekolah di Kelurahan Cisalak

Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok”.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Diketahui gambaran karakteristik keluarga di Kelurahan Cisalak Pasar

Kecamatan Cimanggis Kota Depok.

1.3.2.2 Diketahui gambaran karakteristik anak di Kelurahan Cisalak Pasar

Kecamatan Cimanggis Kota Depok.

1.3.2.3 Diketahui gambaran pola asuh keluarga di Kelurahan Cisalak Pasar

Kecamatan Cimanggis Kota Depok.

1.3.2.4 Diketahui gambaran kemandirian perawatan diri anak usia sekolah di

Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.

1.3.2.5 Diketahui hubungan pola asuh keluarga dengan kemandirian perawatan

diri anak usia sekolah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis

Kota Depok.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat bagi pelayanan keperawatan komunitas/keluarga

Penelitian yang dilakukan dapat digunakan perawat sebagai dasar dalam

membuat perencanaan pada keluarga dengan masalah yang disebabkan

masalah ketidakmandirian perawatan diri anak usia sekolah yang

disebabkan oleh pola asuh keluarga di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan

Cimanggis Kota Depok.

1.4.2 Manfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan komunitas

Hasil penelitian dapat menjadi dasar dalam praktik keperawatan pada

komunitas dan sebagai proses pembelajaran dalam melakukan praktik

keperawatan dengan keluarga dengan ketidakmandirian perawatan diri anak

usia sekolah dan pola asuh keluarga yang memiliki peranan dalam

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 29: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

29

memandirikan anak di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis

Kota Depok.

1.4.3 Manfaat bagi penelitian selanjutnya

Hasil penelitian dapat menjadi pertimbangan bagi peneliti selanjutnya

untuk meneliti bagaimana pengaruh pola asuh terhadap kemandirian anak

usia sekolah dalam melakukan perawatan diri mereka di Kelurahan Cisalak

Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 30: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan teori dan konsep yang berhubungan dengan anak usia

sekolah, pola asuh keluarga, karakteristik keluarga dan karakteristik anak, serta

kemandirian perawatan diri anak.

2.1 Agregat Anak Usia Sekolah Sebagai Populasi At Risk (Populasi Berisiko)

2.1.1 Batasan Usia Anak Usia Sekolah

Periode sekolah dimana saat anak berusia lebih kurang 6 tahun, yakni

ketika gigi susu tanggal, periode praremaja (prapuberitas) dan berakhirnya

periode ini saat anak berusia lebih 12 tahun, dengan awitan pubertas

(Kozier, Erb, Berman, dan Snyder, 2010, 2010). Menurut WHO, anak

sekolah dasar atau anak usia sekolah pada umumnya berusia antara 6-12

tahun. Hurlock 2004(1980) mengelompokkan anak usia sekolah

berdasarkan perkembangan psikologis yang disebut sebagai late childhood

9-12 tahun. Usia sekolah dimulai pada usia anak 6 tahun dan berakhir saat

individu menunjukkan kematangan seksualnya antara usia 13 sampai 14

tahun (Wong, 2003). Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka batasan

anak usia sekolah pada penelitian ini adalah anak yang berusia 6-12 tahun

yang sedang bersekolah di sekolah dasar.

Anak usia sekolah bertugas untuk mengembangkan ketrampilan-

ketrampilan sosial, yang berimplikasi pada membangun rasa percaya diri,

dan mengakui pencapaian yang diperolehnya (fase industri) atau anak

berkembang tidak realistis pada pengharapan atau berlebihan terhadap

kritik kasar sebagai petunjuk perhatian yang tidak adekuat (Hitchcock,

Schubert & Tomas, 1999). Pada usia 6 tahun pertumbuhan anak mulai

melambat, pertumbuhan anak laki-laki dan anak perempuan berbeda.

Setelah usia 9 tahun anak akan lebih terlihat cepat pertumbuhannya

(Kozier, Erb, Berman, dan Snyder, 2010).

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 31: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

31

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah faktor

genetik yang terjadi saat konsepsi dan tidak akan berubah sepanjang

kehidupan dan menentukan berbagai karakteristik seperti gender,

karakteristik fisik (misal warna mata, potensial tinggi badan), dan

tempramen (mis, respon terhadap stimulus didalam lingkungan); dan

faktor lingkungan meliputi keluarga, agama, iklim, budaya, sekolah,

komunitas, dan nutrisi. Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan

anak usia sekolah terbagi 2 yaitu masa anak sekolah 6-9 tahun dan periode

pra remaja/ masa anak tanggung (10-12 tahun), kelompok teman sebaya

(peer group) mempengaruhi perilaku anak, perkembangan fisik, kognitif,

dan sosial meningkat, dan keterampilan komunikasi semakin baik (Kozier,

Erb, Berman, dan Snyder, 2010; Wong, 2003; Steinberg, 1999).

2.1.2 Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah ( 6-12 tahun ) sebagai berikut:

2.1.2.1 Perkembangan Fisik (semua usia anak) : Berat badan dan tinggi badan

pada usia 11 tahun tinggi badan 90% orang dewasa dimana anak

perempuan lebih tinggi dari pada anak laki-laki saat usia 12 tahun dan

berat badan 50% berat badan orang dewasa, laki-laki pada usia 12 tahun

mencapai 80% TB (tinggi badan) orang dewasa dan berat badan 50% berat

badan orang dewasa (usia 6 tahun anak laki-laki BB 21 kg, rerata kenaikan

BB (berat badan) anak usia 6-12 tahun sebanyak 3,2 Kg pertahunnya),

pertumbuhan tulang ekstremitas lebih cepat dibanding batang tubuh

sehingga terihat tidak proporsional setelah 6 tahun torakal berkembang,

tulang sempurna setelah usia remaja; penglihatan kedalaman dan jarak

pandang akurat 6-8 tahun, ukuran penglihatan 20/20 terbentuk usia 9-11

tahun; pendengaran dan perabaan berkembang utuh bisa membedakan

suara yang halus, baik bnyi maupun nada, dan perabaan mampu

menentukan titik panas atau dingin diseluruh tubuh dengan mampu

mengidentifikasi objek hanya dengan sentuhan (streognosis); Sistem

reproduksi dan endokrin sehingga meningkatnya produksi keringat,

kemampuan motorik mampu menyeimbangkan keterampilan dan

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 32: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

32

koordinasi otot dan kontrol motorik halus memadai (Kozier, Erb, Berman,

dan Snyder, 2010; Wong, 2002).

2.1.2.2 Perkembangan psikososial: menurut Erikson (1964) dalam Kozier, Erb,

Berman, dan Snyder (2010); pada masa ini mengembangkan rasa

kompetensi dan ketekunan, sedangkan menurut Freud (1939)

perkembangan adalah aktivitas fisik dan intelektual, pengembangan

konsep diri, lebih kooperatif. Usia sekolah anak mulai percaya diri tetapi

juga sering rendah diri, daya konsentrasi anak tumbuh pada usia 9 tahun

keatas. Tahap ini juga termasuk tumbuhnya tindakan mandiri, kerjasama

dengan kelompok dan bertindak menurut cara-cara yang dapat diterima

lingkungan mereka. Mereka juga mulai peduli pada permainan yang jujur

(Sugiyanto, 2006).

Teori Kohlberg, membagi perkembangan anak menjadi dua tahapan:

tahapan pertama, usia 6-10 tahun anak mulai hukuman atau akibat yang

diterimanya berdasarkan tingkat hukuman dan kesalahan yang

dilakukannya, sehingga mengetahui perilaku baik dan mampu membuat

jauh atau tidak mendapat hukuman; tahap kedua, usia 10-12 tahun ana bisa

berpikir bijaksana, berperilaku sesuai dengan aturan moral agar disukai

oleh oranbg dewasa, bukan karena takut dihukum. Sehingga berbuat

kebaikan bagi anak usia seperti ini lebih baik dinilai dari tujuannya dan

anak tahu akan aturan (www.anneahira.com/perkembangan -anak-usia-6-

12-tahun, 2012).

2.1.2.3 Perkembangan kognitif: menurut Piaget (1980) dalam Kozier, Erb,

Berman, dan Snyder (2010), usia 7-11 tahun merupakan fase operasi

konkrit, pola pikir logis dan intuitif, mengetahui perbedaan waktu,

kemampuan membaca meningkat, senang berbicara dan berdebat. Anak

mengembangkan pola pikir yang logis dan pola berpikir intuitif, mengeti

tentang uang pada usia7-8 tahun, konsep waktu mulai mengerti jadwal

tidak sampai usia 9 tahun sudah menerti, dan membaca berkembang akhir

masa anak-anak.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 33: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

33

2.1.2.4 Perkembangan moral: tahap tingkat prakonvensional Kohlberg (hukuman

dan kepatuhan); tahap 2 instrumental-relativist orientation; tahap 3

konvensional berkembang baik; tahap 4 orientasi hukum dan tata tertib.

Anak bisa mencapai tingkat konvensional anatara usia 10-12 tahun, anak

beralih inat individu yang konkret menjadi minat kelompok, dan motivasi

tindakan moral pada tahap ini adalah hidup sesuai pemikiran orang

terdekat mengenai anak tersebut (Kozier, Erb, Berman, dan Snyder, 2010).

2.1.2.5 Perkembangan spiritual: menurut Fowler (2003) terdapat 2

perkembangann kenyataan yaitu tahap mitos dan faktual membedakan

khayalan yakinan yang diterima oleh kelompok agama dan khayalan

adalah pemikiran dan gambaran yang terbentuk dalam pikiran anak dan

kenyataan. Anak mulai mengajukan pertanyaan tentang Tuhan dan agama.

2.1.2.6 Perkembangan Seksual (untuk semua usia sekolah): pada perempuan

mengalami menstruasi pada usia 11-12 tahun, tertarik pada sesama jenis,

perkembangan bahasa (untuk semua usia), kemampuan dalam berbahasa,

mengikuti perubahan, untuk meningkatkan pengertian dalam bahasa, maka

diberi kesemppatan mendengarkan radio, TV. Libatkan dalam

pembicaraan sosial untuk menghilangkan egosentrisnya.

2.1.2.7 Perkembangan sosial : mempunyai kelompok untuk bermain, sehingga

mempunyai keinginan yang kuat supaya diterima pada anggota kelompok.

Bermain, Jenis bermain yang diminati pada usia ini yaitu : bermain

konstruktif (membuat sesuatu untuk bersenang-senang saja tidak

memikirkan manfaatnya seperti menggambar, dan membentuk sesuatu);

menjelajah (ingin bermain jauh dari lingkungan rumah); mengumpulkan

(benda-benda yg menarik perhatiannya, membawa benda ke rumah);

permainan dan olahraga (cenderung ingin memainkan permainan orang

dewasa (bola basket, sepak bola) dan senang pada permainan yg bersaing);

hiburan (anak ingin meluangkan waktunya untuk membaca, menonton TV,

mendengarkan radio dan melamun).

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 34: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

34

2.1.2.8 Perkembangan anak sekolah dalam kemandirian

Menurut Erik H. Erikson (1964) dalam Kozier, Erb, Berman, dan Snyder

(2010), menjelaskan bahwa anak usia 6-12 tahun anak belajar untuk

menjalankan kehidupan sehari harinya secara mandiri. Jika orangtua bisa

membimbing anak dengan baik, anak akan belajar makin rajin dan

bersemangat melakukan kegiatan-kegiatan yang produktif bagi kemajuan

dirinya sendiri (Lie dan Prasasti, 2004). Jika ketidakmandirian anak tidak

tercapai maka, anak menjadi ragu dan malu karena anak belum berpikir

secara diskriminatif sehingga masih membutuhkan bimbingan orangtua.

Anak secara bertahap belajar mengendalikan diri, bila berhasil anak akan

timbul kebanggaan dan percaya diri pada anak (Soetjiningsih, 2004).

Usia ini, anak sangat aktif bergerak, mulai belajar mengembangkan

kemampuan untuk bermasyarakat dan inisiatif mulai berkembang, bersama

teman-teman belajar merencanakan sesuatu dan melakukan dengan

gembira, mempunyai hubungan erat dengan beberapa anggota kelompok

tertentu karena menganggap teman. Keakraban dilingkungan sekolah atau

dirumah penting untuk memilih teman. Kecenderungan kuat anak untuk

memilih teman dari temannya sendiri disekolah (Soetjiningsih, 2004).

2.1.3 Tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah 6-12 tahun (Gunarsa, 2004):

belajar keterampilan fisik untuk permainan biasa; membentuk sikap sehat

mengenai teman-teman sebaya, belajar bergaul dengan teman-teman

sebaya, belajar peranan jenis yang sesuai dengan jenisnya, membentuk

keterampilan dasar (membaca, menulis, dan berhitung; membentuk konsep-

konsep yang perlu untuk hidup sehari-hari), membentuk hati nurani, nilai

moral dan nilai sosial, memperoleh kebebasan pribadi, membentuk sikap-

sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 35: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

35

2.1.4 Karakteristik Anak Usia Sekolah (Gunarsa, 2004) yaitu:

2.1.4.1 Umur

Umur anak merupakan faktor bawaan yang berhubungan erat dengan

pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada setiap periode umur

anak terdapat ciri- ciri tertentu yang lebih menonjol dibanding dengan ciri-

ciri lain (Monks, Knoers, Haditono, 2006). Anak usia sekolah 6- 12 tahun

merupakan masa belajar di dalam dan diluar sekolah, dimana anak harus

menjalani tugas- tugas perkembangan yakni: belajar keterampilan fisik,

sikap sehat, bergaul dengan teman-teman sebaya, membentuk

keterampilan dasar, membentuk konsep- konsep untuk hidup sehari-hari,

memperoleh kebebasan pribadi, dan membentuk hati nurani, nilai moral

dan nilai sosial (Gunarsa, 2004).

2.1.4.2 Jenis Kelamin

Jenis kelamin penting bagi perkembangan selama hidupnya, setiap tahun

anak mengalami peningkatan tekanan- tekanan budaya dari para orangtua,

guru, kelompok sebaya mereka, dan masyarakat yang mempengaruhi

perkembangan pola- pola sikap dan perilaku yang dipandang sesuai bagi

kelompok jenis kelamin mereka; pengalaman belajar ditentukan oleh jenis

kelamin individu dirumah, sekolah, dan daam kelompok bermain, anak

akan bermain sesuai dengan jenis kelamin mereka; sikap orangtua dan

anggota keluarga penting terhadap individu sehubungan dengan jenis

kelamin mereka, seperti anak laki- laki lebih disukai daripada anak wanita

(Khatri & Hartley, 1969 dalam Hurlock, 2004).

2.1.4.3 Urutan Anak

Urutan anak dalam keluarga mempengaruhi hubungan anak dalam

kelompok, interaksi dengan saudara kandung. Ada pendapat yang

menjelaskan bahwa anak yang tertua lebih mudah terpengaruh oleh norma-

norma kelompok dan oleh orang lain dibandingkan dengan adik-adiknya

(Monks, Knoers & Haditono, 2006). Menurut Begner (1974) dalam

Hurlock 2004(2000) anak tengah akan berperan sebagai penghubung

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 36: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

36

dalam interaksinya dengan kakaknya karena anak pertama lazimnya

bertindak sebagai pemimpin saudara-saudaranya dalam susunan keluarga.

Anak tengah kadang-kadang bertingkah dan melanggar peraturan untuk

mendapatkan perhatian orangtua bagi dirinya sendiri dan merebut

perhatian orangtua dari kakak dan adiknya.

Anak usia sekolah selalu menampilkan perbedaan-perbedaan individual

dalam banyak segi dan bidang, diantaranya, perbedaan-perbedaan dalam

intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan

kepribadian dan perkembangan fisik anak. Karakteristik anak usia sekolah

berbeda-beda satu sama lainnya, ada 4 karakter anak usia sekolah yaitu;

senang bermain; bergerak, dapat duduk tenang paling lama 30 menit;

senang bekerja dalam kelompok; senang merasakan atau melakukan

(memperagakan) sesuatu secara langsung. Menurut Piaget (1966), salah

satu ciri-ciri anak SD adalah tumbuhnya rasa ingin tahu tentang segala

sesuatu yang ada dalam dunia realita sekitarnya (Kozier, Erb, Berman, dan

Snyder, 2010).

Hurlock (2004) menyebutkan beberapa ciri umum sehubungan dengan

posisi urutan kelahiran anak dalam keluarga, yaitu:

a. Anak sulung

1. Berperilaku secara matang karena berhubungan dengan orangorang

dewasa dan karena diharapkan memikul tanggung jawab.

2. Benci terhadap fungsinya sebagai teladan bagi adik-adiknya dan

sebagai pengasuh mereka.

3. Cenderung mengikuti kehendak dan tekanan kelompok dan mudah

dipengaruhi untuk mengikuti kehendak orangtua.

4. Mempunyai perasaan kurang aman dan perasaan benci sebagai

akibat dari lahirnya adik yang sekarang menjadi pusat perhatian.

5. Kurang agresif dan kurang berani karena perlindungan orangtua

yang berlebihan.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 37: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

37

6. Mengembangkan kemampuan memimpin sebagai akibat dari harus

memikul tanggung jawab di rumah. Tetapi ini sering disanggah

dengan kecenderungan untuk menjadi "bos".

7. Biasanya berprestasi tinggi atau sangat tinggi karena tekanan dan

harapan orangtua dan keinginan untuk memperoleh kembali

perhatian orangtua bila ia merasa bahwa adik-adiknya merebut

perhatian orangtua dari dirinya.

8. Sering tidak bahagia karena adanya perasaan kurang aman yang

timbul dari berkurangnya perhatian orangtua dengan kelahiran

adik-adiknya dan benci karena mempunyai tugas dan tanggung

jawab yang lebih banyak daripada adik-adiknya.

b. Anak tengah

1. Belajar mandiri dan bertualang adalah akibat dari kebebasan yang

lebih banyak.

2. Menjadi benci atau berusaha melebihi perilaku kakak-kakaknya

yang lebih diunggulkan

3. Tidak menyukai keistimewaan yang diperoleh kakak-kakknya.

4. Bertingkah dan melanggar peraturan untuk menarik perhatian

orangtua bagi dirinya sendiri dan merebut perhatian orangtua dari

kakak atau adiknya.

5. Mengembangkan kecenderungan untuk menjadi "bos", mengejek,

mengganggu atau bahkan menyerang adik-adiknya yang

memperoleh lebih banyak perhatian orangtua.

6. Mengembangkan kebiasaan untuk tidak berprestasi tinggi karena

kurangnya harapan-harapan orangtua dan kurangnya tekanan untuk

berprestasi.

7. Mempunyai tanggung jawab yang lebih sedikit bila dibandingkan

tanggung jawab anak pertama. Sering ditafsirkan bahwa anak

tengah lebih rendah daripada anak pertama. Hal ini melemahkan

pengembangan sifat-sifat kepemimpinan.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 38: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

38

8. Terganggu oleh perasaan-perasaan diabaikan oleh orangtua yang

selanjutnya mendorong timbulnya berkembangnya gangguan

perilaku

9. Mencari persahabatan dengan teman-teman sebaya di luar rumah,

hal ini sering mengakibatkan penyesuaian sosial yang lebih baik

daripada penyesuaian anak pertama.

c. Anak bungsu

1. Cenderung keras dan banyak menuntut sebagai akibat dari kurang

ketatnya disiplin dan dimanjakan oleh anggota-anggota keluraga

2. Tidak banyak memilki rasa benci dan rasa aman yang lebih besar

karena tidak pernah disaingi oleh saudara-saudaranya yang lebih

muda

3. Biasanya dilindungi oleh orangtua dari serangan fisik atau verbal

dari kakak-kakakanya dan hal ini mendorong ketergantungan dan

kurangnya rasa tanggung jawab.

4. Cenderung tidak berprestasi tinggi karena kurangnya harapan dan

tuntutan dari orangtua.

5. Mengalami hubungan sosial yang baik di luar rumah dan biasanya

populer tetapi jarang menjadi pemimpin karena kurangnya

kemauan memikul tanggung jawab.

6. Cenderung merasa bahagia karena memperoleh perhatian dan

dimanjakan anggota-anggota keluarga selama masa awal kanak-

kanak.

2.1.5 Masalah Anak Usia Sekolah

Masalah pada anak sekolah menurut Hawari (2007), masalah pada anak

usia sekolah dapat berupa; bahaya fisik yaitu penyakit yang sering muncul

karena kurang kebersihan diri), kegemukan (timbul karena banyaknya

mengkonsumsi karbohidrat) masalah nutrisi sering terjadi pada anak

(Broadwater, 2002), masalah terkait dengan status ekonomi (miskin dalam

kesehatan, sekolah dan dewasa), kecelakaan dan cidera, penyakit menular,

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 39: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

39

penyakit kronis (dermatitis, hearing difficulty, stomachaches, headache,

diabetic, asthma), problem perilaku dan ketidakmampuan belajar

(membaca, menulis, matematika), kutu kepala/pediculosis, miskin nutrisi

dan kesehatan gigi (caries gigi), dan tidak aktivitas; bahaya psikologis: iri

pada anak yg lebih populer, dan menarik diri; perkembangan motorik kasar

: usia 6 tahun (berjalan seimbang, Skreening DDST baik), usia 8 tahun

(meletakkan kaki kanan/kiri sesuai perintah); usia 9- 11 tahun (mampu

berjalan dengan mata ditutup, menangkap bola) dengan satu tangan

2.1.6 Karakteristik At Risk Anak Usia Sekolah

Menurut Palmer dan Sainfort (1993) menyatakan bahwa risiko merupakan

sebuah konsep yang lebih bersifat universal sebagai kombinasi

kemungkinan dengan sesuatu yang kurang baik, yang tidak enak atau

berbahaya. Menurut Hitchcock, Schubert & Thomas (1999) menyatakan

risiko adalah suatu kemungkinan kejadian, hasil, penyakit atau kondisi

yang terjadi pada periode tertentu dan population at risk adalah populasi

dari orang-orang yang mana terdapat beberapa kemungkinan yang telah

jelas atau telah ditentukan (walaupun sedikit atau kecil) akan peristiwa

tersebut terjadi. Populasi at risk (risiko) adalah suatu kelompok populasi

yang berisiko tinggi terkena penyakit dari pada kelompok lain (Stanhope

& Lancaster, 2004). Dari berbagai pengertian risiko diatas, dapat

disimpulkan bahwa populasi risiko merupakan kemungkinan kelompok

tertentu untu terjadinya masalah kesehatan akibat beberapa faktor-faktor

tertentu.

Faktor risiko yang dapat mengakibatkan individu menjadi at risk

diantaranya yaitu: genetik, usia, biologi, kebiasaan kesehatan, gaya hidup

dan lingkungan (Pender, 2002). Califano (1979) dalam Stanhope &

Lancaster (2004) mengidentifikasi 4 faktor risiko utama, yaitu: risiko

biologis bawaan atau genetis (biological risk), risiko lingkungan

(environmental risk), risiko perilaku (behavioral risk), risiko yang terkait

dengan usia (age-related risk). Sementara itu, Pender (2002)

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 40: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

40

mengklasifikasikan risk factors sesuai dengan kategori-kategori sebagai

berikut: genetik, usia, karakteristik biologis, kebiasaan kesehatan individu,

gaya hidup, dan lingkungan.

Faktor-faktor yang dapat berisiko menimbulkan masalah kesehatan atau

sehat sakit yang terjadi pada anak usia sekolah sebagai populasi at risk,

namun tidak setiap orang yang terpapar faktor risiko akan mengalami

masalah kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004):

2.1.6.1 Risiko Biologi Dan Usia

Risiko biologi merupakan faktor genetik, kondisi fisik dan usia

yang mempengaruhi terjadinya masalah risiko kesehatan (sehat

sakit) seseorang, (Stanhope & Lancaster, 2004). Faktor biologis

atau perubahan bilogis seseorang akan mempengaruhi timbulnya

risiko yang mengancam kesehatan (McMurray, 2003). Menurut

Allender dan Spradley (2005) faktor biologi terdiri dari keturunan,

usia , gender, ras dan keterbatasan fisik/mental.

Faktor biologi yang mempengaruhi kesehatan yaitu usia, menurut

Bornstein (2002) usia 5-12 tahun digolongkan sebagai usia anak

pertengahan (middle childhood). Hurlock, 2000 menyebuntukan

bahwa masa anak 2-12 tahun. Anak usia sekolah usia 6-12 tahun

memiliki karakteristik teman sebaya mempengaruhi perilaku anak,

perkembangan fisik, kognitif dan sosial dan keterampilan

komunitas (Kozier, Erb, Berman, dan Snyder, 2010). Anak usia

sekolah merupakan periode dengan tantangan untuk menghadapi

perubahan perilaku, dan berbagai batasan, kesempatan, serta

tuntutan lingkungan. Usia sekolah juga merupakan perubahan

transisi fisik, kemampuan kognitif dan belajar, relasi dengan orang

lain dan terpaan hal yang baru, berupa kesempatan dan tututan

untuk mampu mandiri dalam bersikap dan berperilaku (Setiono,

2011). Dengan penambahan usia dan perubahan fisik yang terjadi

pada anak tiap tahunnya, akan memiliki karakteristik dan

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 41: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

41

permasalahan yang berbeda-beda. Faktor genetik akan menjadi

tolak ukur dasar dalam melihat sejauh mana masalah kesehatan

yang terjadi, pengaruh gen atau keturunan merupakan salah satu

pemicu timbulnya masalah kesehatan akibat penyakit turunan.

Proses tumbuh kembang anak dalam kemandirian memenuhi

kebutuhan dasar secara mandiri perlu diterapkan sejak dini. Dari

hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartikasari (2001),

memandirikan anak dapat dilakukan sejak usia pre school (5-6

tahun). Kemampuan anak dalam melakukan dan memenuhi

kebutuhan secara mandiri, menjadi kontribusi keberhasilan tumbuh

kembang anak. Kemampuan dasar anak dalam memelihara

kesehatan dan mampu melakukan perawatan diri akan berpengaruh

besar terhadap faktor biologis sebagai risiko timbulnya masalah

kesehatan.

2.1.6.2 Risiko Sosial

Faktor risiko sosial merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan timbulnya masalah kesehatan pada anak usia

sekolah, yaitu tingkat kriminalitas, fasilitas kesehatan dan rekreasi

terbatas, lingkungan yang berpolusi, dan stress lingkungan.

Faktor sosiokultural yang menjadi risiko penyebab timbulnya

masalah kesehatan pada anak usia sekolah adalah: tingkat

pendidikan, nilai budaya, sistem dukungan, dan akses pelayanan

kesehatan (Allender dan Spradley, 2010).

Lingkungan keluarga tinggal dan bagaimana anak bersosialisasi

dengan teman dilingkungan tempat tinggal, merupakan salah satu

faktor yang akan menimbulkan masalah kesehatan. Lokasi tempat

tinggal dekat dengan jalan raya, menjadi faktor timbulnya masalah

kecelakaan atau injury pada abak usia sekolah bermain atau pulang

sekolah. Anak yang tidak memiliki keinginan untuk bersosialisasi

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 42: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

42

akan menjadikan anak tumbuh kembang tidak maksimal, tidak

mampu belajar menangani suatu masalah, belajar mandiri

memenuhi kebutuhan dasar dengan melihat atau membandingkan

dengan kemampuan teman lain yang tinggal dengan lingkungan

sekitar. Risiko timbulnya masalah akibat sosial dan ekonomi, akan

berdampak bagaimana kondisi psikologis anak atau membentuk

karakter anak.

2.1.6.3 Risiko Ekonomi

Faktor ekonomi merupakan penyebab timbulnya masalah

kesehatan, salah satunya pada orang miskin yang memiliki risiko

besar untuk mengalami masalah kesehatan. Risiko ekonomi

ditentukan oleh hubungan sumber daya keuangan keluarga dan

pengeluaran keluarga. Kebutuhan yang menunjang untuk kesehatan

yaitu : rumah yang sehat, terpenuhinya sandang, pangan,

pendidikan, perawatan kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004).

Perekonomian keluarga yang kurang, akan berakibat timbulnya

masalah tumbuh kembang keluarga, pertumbuhan dan

pekembangan tidak terpenuhi maksmial sehingga timbulnya

masalah kesehatan. Diusia sekolah anak membutuhkan pendidikan,

nutrisi yang cukup untuk proses tumbuh kembang anak. Pada saat

tumbuh kembang mengalami masalah, maka akan menimbulkan

ketidakmampuan atau keterbatasan pada anak dalam memenuhi

kebutuhan dasar akan berakibat anak masalah ketidak mandirian

anak dalam melakukan perawatan diri.

2.1.6.4 Risiko Gaya Hidup

Gaya hidup seseorang berhubungan dengan pola kebiasaan

individu yang berdampak terjadinya risiko kesehatan dipengaruhi

oleh faktor sosiokultural dan karakteristik personal dalam minum,

makan, tidur, waktu bermain anak, dan komunikasi anak (Stanhope

& Lancaster, 2004; Kozier, Erb, Berman, & Synder, 2010; Maurer

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 43: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

43

& Smith, 2005). Karakteristik anak usia sekolah sangat

dipengaruhi oleh lingkungan sekolah yang berpengaruh besar

terhadap perilakunya. Lingkungan yang membentuk karakteritik

anak berupa gaya hidup anak sehari-hari, cenderung dipengaruhi

oleh bagaimana didikan orangtua dan teman-teman sebaya. Diusia

sekolah anak lebih mudah terpengaruh dengan lingkungan, atau

lebih banyak meniru gaya hidup lingkungan sekitarnya (Monks,

Knoers, Haditono, 2006).

Interaksi anak dengan teman sebaya membuat anak akan belajar

mengenai aturan-aturan, tingkah laku, mengekspesikan perasaan,

belajar berbagi dan menjadi bagian dari kelompok dan hal ini juga

berpengaruh pada gaya hidup anak usia sekolah sehari-harinya

(Gustian, 2001). Anak sekolah yang mampu membina hubungan

baik dengan teman sebaya, dapat memperkecil perbuatan-

perbuatan yang menyimpang dari nilai-nilai moral (Gunarsa,

2004).

Rasa ingin tahu, keinginan untuk menjadi yang terbaik atau

berprestasi, dan keinginan memiliki teman banyak, menginginkan

sesuatu harus dapat dimiliki sehingga anak berhasrat ingin

memiliki seluruh apa yang diinginkan kepada orangtua, sehingga

anak akan lebih banyak berpangku tangan dengan orang yang dapat

mengakibatkan anak tidak mandiri. Sikap mandiri dapat terwujud

dengan adanya latihan-latihan dan sebaiknya pelatihan

kemandirian dilakukan sejak usia dini (Hadi, 2004).

2.1.6.5 Risiko Kejadian Hidup

Kejadian dalam hidup adalah kejadian dalam kehidupan yang akan

berisiko terhadap terjadinya masalah kesehatan (Stanhope &

Lancaster, 2004). Kejadian yang dialami akan menjadi pelajaran

hidup bagi seseorang sehingga tidak terulangnya lagi dengan

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 44: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

44

masalah yang sama. Usia anak sekolah merupakan masa yang

dimana anak mulai mampu menggunakan rasionalisasi terhadap

setiap masalah yang dijumpainya, anak akan mudah mengingat hal-

hal yang terjadi pada dirinya (Santrock, 2005).

Anak usia sekolah mempunyai risiko kesehatan yang dipengaruhi

oleh kemampuan dalam memepertahankan kesehatan perawatan

diri. Kemampuan anak dalam mempertahankan diri dalam

mengahadapi masalah yang muncul, anak akan merasa siap jika

pertahanan diri baik. Setiap kejadian yang terjadi akan menjadi

pembelajaran buat anak dalam mencapai tumbuh kembang

maksimal. Kemandirian anak dalam melakukan dan memenuhi

kebutuhan sendiri, sebagai salah satu keberhasilan tahapan tumbuh

kembang anak.

2.2 Perawatan diri

Perawatan diri dikembangkan oleh Dorothea Orem. Perawatan diri adalah

pelaksanan aktivitas individu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan

dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan. Jika perawatan

diri dapat dilakukan dengan efektif, maka dapat membantu individu dalam

mengembangkan potensi diri (Orem, 1991 dalam Tomey and Alligood, 2006).

Orem menjelaskan bagaimana tatanan pelayanan keperawatan ditujukan

kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri

serta mengatur kebutuhannya. Perawatan diri berorientasi pada manusia

(person), lingkungan, kesehatan dan keperawatan yang saling mempengaruhi

(Meleis, 2007). Perawatan diri menjelaskan bagaimana seorang anak berusaha

mencapai kemandirian dalam melakukan pemenuhan kebutuhan dasar sehari

seperi makan-minum, eleminasi, dan berhias (Hutlock, 2001; Kozier, Erb,

Berman, dan Snyder, 2010; Meleis, 2007)

Kebutuhan perawatan diri menurut orem ada 3 tipe yaitu: kebutuhan universal,

perkembangan perawatan diri, dan penyimpangan kesehatan. Pada perawatan

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 45: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

45

diri secara keseluruhan (universal self care) fokus utama perawatan diri adalah

meningkatkan kemampuan seseorang untuk dapat merawat dirinya atau

anggota keluarganya secara mandiri sehingga tercapai kemampuan untuk

mempertahankan kesehatan dan kesejahteraannya (Meleis, 2007). Teori self

care perawatan diri secara mandiri diupayakan pada pemeliharaan intake

udara, pemeliharaan intake air, pemeliharaan intake makanan,

mempertahankan hubungan perawatan proses eleminasi dan ekskresi,

pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, pemeliharaan

keseimbangan antara solitude dan interaksi sosial, pencegahan risiko-risiko

untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan manusia, peningkatan fungsi tubuh dan

pengimbangan manusia dalam sosial sesuai dengan potensinya. Konsep

perawatan diri secara keseluruhan juga merupakan suatu landasan bagi

perawat dalam memandirikan keluarga sesuai tingkat ketergantungannya

bukan menempatkan keluarga atau keluarga dalam posisi dependent. Karena

menurut Orem, perawatan diri itu bukan proses intuisi, tetapi merupakan suatu

perilaku yang dapat dipelajari melalui proses belajar (Orem, 2001).

Berdasarkan penelitian Ratnawati (2011) menjelaskan perawatan mandiri yang

dilakukan pada anak tunagrahita usia 9-17 tahun tergambar bahwa anak yang

mampu mandiri melakukan perawatan secara mandiri pada anak laki-laki,

orangtua menggunakan pola asuh demokratis dalam mengasuh anak dalam

melakukan perawatan diri, namun dilihat dari kemampuan perawatan diri anak

tuna grahita perawatan diri berada pada kategori kemampuan perawatan diri

rendah berdasarkan jumlah kegiatan perawatan diri, dan terhadapat hubungan

signifikan antara karakteristik anak terhadap kemampuan perawatan diri anak

tunagrahita.

Kemampuan perawatan diri adalah kemampuan individu untuk terlibat dalam

proses perawatan diri (Tomey & Alligood, 2006). Perawatan diri dipengaruhi

oleh pengalaman keluarga dalam mengatasi masalah, pendidikan keluarga,

budaya/suku, pengetahuan, tumbuh kembang, dan pola asuh (Meleis, 2007).

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi perawatan diri berkaitan dengan basic

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 46: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

46

conditioning factor yang terdiri dari faktor usia, jenis kelamin, status

kesehatan, orientasi sosial budaya, sistem perawatan kesehatan, kebiasaan

keluarga, pola hidup, faktor lingkungan dan keadaan ekonomi (Tomey &

Alligod, 2006). Bila salah satu faktor ini ada dalam keluarga, hal ini yang akan

menghambat dalam pelaksanaan kemandirian perawatan diri pada anggota

keluarga (anak) maka akan menghambat proses tumbuh kembang anak.

Tujuan perawatan diri adalah kebebasan merawat diri dan memiliki

kemampuan untuk mengenal, memvalidasi dan proses dalam memvalidasi

mengenai anatomi dan fisiologi manusia yang berintegrasi dalam lingkaran

kehidupan.

2.3 Kemandirian Anak

2.3.1 Definsi

Kemandirian menurut Hurlock (2004) adalah individu memiliki sikap

mandiri dalam cara berpikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan,

mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri sesuai

dengan norma yang berlaku dilindunginya. Kemandirian adalah

kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari sesuai dengan

tahapan perkembangan dan kapasitasnya (Lie dan Prasasti, 2004).

Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara

komulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk

bersikap mandiri dalam menghadapi bebagai situasi lingkungan, sehingga

indivisu mampu berpikir dan bertindak sendiri (Mu’tadin, 2002). Jadi,

kemandirian dalam penelitian ini adalah kemampuan anak dalam

melakukan kegiatan aktivitas fisik sesuai tahapan tumbuh kembang anak

usia sekolah dalam memenuhi kebutuhan dasar terutama kebutuhan

perawatan diri.

Kemampuan kemandirian anak akan semakin dirasakan dimana lingkungan

luar rumah cukup besar sehingga beberapa masalah sudah mampu diatasi

dengan sendirinya dan anak sudah mampu menunjukkan penyesuaian diri

dengan lingkungan yang ada, sehingga dalam mengalami kegagalan maka

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 47: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

47

akan sering dijumpai reaksi kemarahan/kegelisahan, perkembangan

kognitif, psikososial, interpersonal dan psikoseksual, moral dan spiritual

sudah mulai menunjukkan kematangan pada masa ini (Alimul, 2005).

Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kemandirian anak yaitu

peran aktif orangtua dalam menciptakan lingkungan yang sosial yang perlu

dialami oleh anak. Dimana anak secara bertahap mampu melepaskan diri

dari ketergantungan serta perlindungan mutlak dari orangtua (Gunarsa,

2004).

Anak yang tinggal dalam keluarga, dalam naungan pendidikan asuhan

orangtua lebih terperhatikan kebutuhannya. Pola asuh keluarga sangat

penting dalam memandirikan anak agar mampu tumbuh dan berkembang,

mandiri dalam melakukan segala hal yang dilakukan. anak jika

mendapatkan kesulitan didalam rumah atau menemukan masalah

kurangnya kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan, akan lebih mudah

meminta pertolongan orangtua dalam membantu mengatasi masalah. Sikap

orangtua yang selalu ingin melindungi dan rasa khawatir terhadap

kemampuan anak, hal ini dapat berakibat menghambat kemandirian anak

(Hartono, 2001).

2.3.2 Peran Orangtua Dalam Memandirikan Anak Usia Sekolah

Peran orangtua dalam memandirikan anak usia sekolah yaitu (Lie dan

Prasasti, 2004): ajari anak untuk merawat tubuhnya sendiri, biarkan anak

menyiapkan makan sendiri, ajari anak menata buku sekolahnya sendiri,

jangan mengerjakan pekerjaan rumah anak, ajari anak dalam

menyelesaikan masalahnya sendiri, ajari anak dalam merapikan mainannya

sendiri, ajari anak untuk merapikan atau melipat bajunya sendiri, hargai

kebebasan anak dalam memilih pakaiannya, ajari anak dalam merapikan

kamarnya sendiri, ajari anak dalam mengembalikan buku yang sudah

dibaca pada tempatnya, ajari anak untuk menabung dan berhemat, libatkan

anak dalam kegiatan masak- memasak, ajari anak untuk menyiapkan

hidangan makan malam, minta anak untuk melakukan beberapa pekerjaan

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 48: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

48

rumah tangga, libatkan anak dalam kegiatan belanja, libatkan anak dalam

perencanaan acara liburan sekolah.

2.3.3 Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Anak (Gunarsa, 2004):

2.3.3.1 Faktor internal adalah faktor yang ada dari diri anak itu sendiri, yang

meliputi: kondisi fisiologis dan psikologis anak. Kondisi fisiologis anak

berpengaruh pada keadaan tubuh, kesehatan jasmani dan jenis kelamin.

Anak perempuan cenderung bersikap pasif makan lebih lama

ketergantungan dengan orangtua, berbeda dengan anak laki- laki yang

agresif dan ekspansif sehingga anak lebih cepat mandiri dibandingkan

dengan anak perempuan (Gunarsa, 2004). Kondisi psikologis, kecerdasan

dan kemampuan berpikir anak dalam memecahkan suatu masalah

tergantung bagaimana seseorang tersebut berpikir dengan seksama tentang

tindakan yang telah dilakukannya (Basri, 2000).

Menurut Soetjiningsih (2004), faktor internal yang mempengaruhi

kemandirian anak adalah: faktor emosi (kemampuan mengontrol emosi),

dan faktor intelektual (kemampuan mengatasi masalah).

2.3.3.2 Faktor eksternal adalah hal-hal yang datang atau ada dari luar diri anak itu

sendiri (Soetjiningsih, 2004; Mu’tadin, 2002), yaitu:

a. Lingkungan, merupakan faktor yang sangat menentukan tercapainya

atau tidak kemandirian anak usia sekolah. Lingkungan yang baik akan

meningkatkan cepat tercapainya kemandirian anak.

b. Karakteristik sosial, dapat memepengaruhi kemandirian anak misalnya:

tingkat kemandirian anak dari keluarga miskin berbeda dengan anak

dari keluarga kaya.

c. Stimulasi, anak yang mendapat stimulasi terarah dan teratur akan lebih

cepat mandiri dibanding dengan anak yang kurang atau tidak mendapat

stimulasi.

d. Pola asuh, anak dapat mandiri akan membutuhkan kesempatan,

dukungan dan dorongan. Peran orangtua sebagai pengasuh sangat

diperlukan bagi anak sebagai penguat perilaku yang telah dilakukannya.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 49: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

49

Oleh karena itu, pola asuh merupakan hal yang penting dalam

pembentukan kemandirian anak.

e. Cinta dan kasih sayang, hendaknya diberikan sewajarnya kepada anak,

karena ini akan mempengaruhi kemandirian anak bila diberikan

berlebihan akan menjadi anak kurang mandiri.

f. Kualitas interaksi anak-anak dan orangtua, dengan interaksi dua arah

anak-orangtua dapat menyebabkan anak menjadi mandiri.

g. Pendidikan orangtua, pendidikan yang tinggi akan menyebabkan

orangtua dapat menerima segala info dari luar terutama cara

memandirikan anak.

Menurut Hurlock 2004(2000), faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian

adalah: pola asuh orangtua, pola asuh demokratis sangat meransang

kemandirian anak, dimana akan membimbing dan memperhatikan kebutuhan

anak terutama dalam hal pelajaran/pendidikan serta pergaulannya

dilingkungan atau disekolah; jenis kelamin, anak akanberkembang dengan

pola tingkah laku maskulin, lebih mandiri dari pada anak yang

mengembangkan tingkah laku yang feminism; urutan posisi anak, anak

pertama yang diharapkan untuk menjadi contoh teladan bagi adiknya, lebih

berpeluang untuk mandiri. Sementara anak bungsu yang mendapat perhatian

berlebiha dari orangtua dan kakak-kakaknya, berpeluang kecil untuk bisa

mandiri.

Berdasarkan penelitian kemandirian anak yang dilakukan oleh arief di SDN

Panjang Wetan tahun 2007, tingkat kemandrian baik sebanyak 34 anak

(57,6%), 24 anak kemandirian cukup, sedangkan 1 anak (1,7%) kemandirian

kurang. Pada penelitian Yeni Retnowati (2008) dengan judul pola

komunikasi orangtua dalam membentuk kemandirian anak, orangtua atau ibu

yang bekerja mempengaruhi tingkat kemandirian anak, terlihat dari anak

yang mandiri lebih sering terjadi pada anak yang memiliki orangtua yang

bekerja (ayah-ibu) sebanyak 32 anak (42,1 %), anak tidak mandiri terlihat

dari ibu yang tidak bekerja sebanyak 15 anak (57,9 %).

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 50: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

50

Kemandirian anak tidak terlepas dari peran keluarga dalam mengasuh anak

mereka. Pengasuhan yang diberikan orangtua turut membentuk kemandirian

seseorang. Toleransi berlebihan, pemeliharaan berlebihan dan orangtua yang

keras kepada anak akan menghambat pencapaian kemandirian anak (Prasetyo

dan Sutoyo, 2000). Lingkungan dapat membentuk kemandirian anak, melalui

hubungan dengan teman sebaya, dan hubungan dengan guru. Menurut

Hurlock 2004(2000), hubungan dengan teman sebaya, anak berusaha belajar

berpikir mandiri dalam melakukan segala hal seperti dalam memecahkan

masalah yang dihadapi.

2.4 Pola Asuh Keluarga

2.4.1 Konsep Keluarga

2.4.1.1 Definisi Keluarga

Menurut UU No. 52 Tahun 2009 amandemen dari UU No.10 Tahun 1992

Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,

keluarga didefinisikan sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri

dari suami-istri, atau suami, isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya,

atau ibu dan anaknya. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih

yang hidup bersama terjadi proses interaksi emosional dan sosial,

memiliki peran dan tugas masing-masing, serta dapat menyayangi dan

saling memiliki (Murray & Zenfner, 1997; Friedman et al, 2003;

Allender, 2010). Stanhope dan Lancester (2004), menjelaskan bahwa

keluarga sebagai dua atau lebih individu yang berasal dari kelompok

keluarga yang sama atau yang berbeda dan saling mengikutsertakan

dalam kehidupan yang terus menerus, biasanya bertempat tinggal dalam

satu rumah, mempunyai ikatan emosional dan adanya pembagian tugas

antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan definisi dari beberapa

sumber, keluarga adalah dua orang yang telah menikah, tinggal bersama,

dan memiliki keturunan.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 51: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

51

2.4.1.2 Tugas Tumbuh Kembang Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah

Tumbuh kembang keluarga dengan anak usia sekolah yaitu, keluarga

memiliki kewajiban dalam mensosialisasikan anak, memenuhi kebutuhan

kesehatan fisik anggota keluarga, mempertahankan hubungan harmonis

dengan pasangan dan anggota keluarga yang lain. Pada tiap tumbuh

kembang yang dilalui keluarga, memiliki masalah pada tiap tahapan

tumbuh kembang. Masalah tumbuh kembang pada anak usia sekolah

yaitu : masalah disfungsional komunikasi, anak tidak mandiri, gangguan

tumbuh kembang, tekanan komunitas, masalah perilaku, penyakit kronik

dan menular, masalah kurang terpenuhinya kebutuhan dasar anak

(Friedman, Bowden, Jones, 2003; Stanhope & Lancaster, 2004; Kozier,

Erb, Berman, dan Snyder, 2010).

2.4.1.3 Karakteristik Keluarga

Menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003), karakteritik keluarga

terbagi atas: keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh

perkawinan, darah dan ikatan adopsi; para anggota keluarga hidup

bersama-sama dalam satu rumah tangga, jika mereka hidup secara

terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai

mereka; anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama

lainnya dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan

ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari; keluarga

sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil

dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri. Karakteritik

sosiodemografi keluarga mempengaruhi masalah kesehatan keluarga

adalah:

a. Tipe/ bentuk keluarga didefinisikan sebagai kumpulan atribut

keluarga yang menjelaskan bagaimana keluarga berfungsi sebagai

sebuah unit (McCubbin & McCubbin, 1993 dalam Friedman,

Bowden, dan Jones, 2003). Tipe keluarga menurut Friedman (2003)

dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 52: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

52

1. Keluarga secara tradisional (keluarga inti yang hanya terdiri dari

ayah, ibu dan anak; keluarga besar adalah keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah).

2. Keluarga secara modern: Tradisional Nuclear (keluarga inti tinggal

dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu

ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar

rumah), Reconstiituted Nuclear (pembentukkan baru dari keluarga

inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam

pembentukkan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan

dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu atau

keduanya dapat bekerja di luar rumah), Niddle Age/ Aging Couple

(suami sebagai pencari uang, istri di rumah, atau kedua-duanya

bekerja, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/

perkawinan/ meniti karier), Dyadic Nuclear, (suami istri yang

sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau

salah satu bekerja di luar rumah), Single Parent (satu orangtua

akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anak dapat

tinggal di rumah atau di luar rumah), Dual Carrier ( suami istri

atau keduanya orang karier dan tanpa anak), Commuter Married

(suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada

jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu

tertentu), Singgle Adult (wanita atau pria dewasa yang tinggal

sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin), Three

Generation (tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah),

Institusional (anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam

suatu panti), Communal (satu rumah terdiri atas lebih/pasangan

yang monogamy dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam

penyediaan fasilitas), Grup Marriage (satu perumahan terdiri atas

orangtua dan keturunan didalam satu kesatuan keluarga dan tiap

individu adalah menikah), Unmarriage parent child (ibu dan anak

dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi),

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 53: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

53

Cohibing cauple (dua orang atau satu pasangan yang tinggal dan

tanpa pernikahan).

Hasil dari beberapa beberapa penelitian menunjukkan bahwa

hubungan keluarga merupakan faktor penting dalam perkembangan

individu. Salah satu bukti menunjukkan dengan pengaruh besarnya

keluarga terhadap perkembangan anak, dengan demikian semakin

banyak anak dalam suatu keluarga atau banyaknya anggota dalam

keluarga maka semakin kurang perhatian dan pengawasan yang

didaat dari orangtua (Hurlock, 2004).

b. Latar belakang budaya (suku) keluarga yang dianut keluarga akan

menunjukkan bagaimana karakteristik keluarga tersebut, dan juga

berpengaruh pada masalah kesehatan yang muncul dalam keluarga.

Budaya Indonesia yang beraneka ragam menjadi ciri khas tersendiri

bagi keluarga dalam memandang kesehatan. Menurut Friedman,

Bowden, dan Jones (2003) mengatakan asal usul keluarga akan

mempengaruhi keluarga dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan

dan bagaimana mengatasi masalah kesehatan yang terjadi dalam

keluarga.

c. Status sosial ekonomi keluarga (pendapatan) akan mempengaruhi

status kesehatan keluarga, bagaimana keluarga dalam dalam

mempertahankan status kesehatan keluarganya dengan sumber

penghasilan yang memadai atau tidak (Friedman, Bowden, dan Jones,

2003; Notoatmodjo, 2010). Menurut Gunarsa (2004), menyatakan

kondisi keluarga yag memiliki tingkat pendapatan rendah akan

menyebabkan orangtua kurang memperhatikan kebutuhan anak,

memberikan penghargaan, dan pujian untuk berbuat baik dan

mengikuti peraturan, kurang latihan dari penanaman nilai moral.

Meningkatnya pendapatan maka terjadi perubahan-perubahan

perilaku kemandirian anak dalan melakukan perawatan diri.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 54: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

54

d. Tingkat pendidikan keluarga, tingkat pendidikan anggota keluarga

terutama orangtua sangat mempengaruhi pengetahuan keluarga dalam

menentukan status kesehatan atau mengatasi masalah kesehatan.

Tingkat pendidikan orangtua baik secara langsung ataupun tidak

langsung akan mempengaruhi komunikasi antara orangtua dan anak

dalam lingkungan keluarga (Gunarsa, 2004). Dengan pendidikan yang

baik akan mempengaruhi intelektualitas keluarga dalam

memandirikan anak dalam belajar atau bagaimana mengatasi masalah

yang dihadapi anak.

e. Umur

Menurut Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung

mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Dan umur menurut

Hurlock (2004) merupakan rentang kehidupan yang diukur dengan

tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40

tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60

tahun, umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak

dilahirkan (Harlock, 2004).

Periode perkembangan usia dewasa dibagi menjadi 3 periode

(Hurlock, 2004), yaitu:

1. Masa Dewasa Awal (Early Adulthood) usia dewasa yang dimulai

dari umur 18/20 tahun – 40 tahun) yaitu ; Secara biologis

merupakan masa puncak perumbuhan fisik yang prima dan usia

tersehat dari populasi manusia secara keseluruhan (healthiest

people in population) karena didukung oleh kebiasaan-kebiasaan

positif (pola hidup sehat); Secara psikologis, cukup banyak yang

kurang mampu mencapai kematangan akibat banyaknya masalah

dihadapi dan tidak mampu diatasi baik sebelum maupun setelah

menikah, misalnya: mencari pekerjaan, jodoh, belum siap menikah,

masalah anak, keharmonisan keluarga; tugas-tugas perkembangan

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 55: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

55

(development task) pada usia ini meliputi; pengamalan ajaran

agama, memasuki dunia kerja, memilih pasangan hidup, memasuki

pernikahan, belajar hidup berkeluarga, merawat dan mendidik

anak, mengelola rumah tanggga, memperoleh karier yang baik,

berperan dalam masyarakat, mencari kelompok sosial yang

menyenangkan.

2. Masa Dewasa Madya/Setengah Baya (Midle Age) merupakan usia

dewasa yang dimulai dari umur 40 – 60 tahun yaitu ; Aspek fisik

sudah mulai agak melemah, termasuk fungsi-fungsi alat indra, dan

mengalami sakit dengan penyakit tertentu yang belum pernah

dialami (rematik, asam urat, dll); Tugas-tugas perkembangan

meliputi : memantapkan pengamalan ajaran agama, mencapai

tanggung jawab sosial sebagai warga negara, membantu anak

remaja belajar dewasa, menerima dan menyesuaikan diri dengan

perubahan pada aspek fisik, mencapai dan mempertahankan

prestasi karier, memantapkan peran-perannya sebagai orang

dewasa.

3. Masa Dewasa Lanjut / Masa Tua (Old Age) usia dewasa yang

dimulai dari 60– Mati) dengan perkembangan yaitu ; ditandai

dengan semakin melemahnya kemampuan fisik dan psikis

(pendengaran, penglihatan, daya ingat, cara berpikir dan interaksi

sosial); tugas-tugas perkembangan meliputi : Lebih memantapkan

diri dalam pengamalan ajaran-ajaran agama. Mampu menyesuaikan

diri dengan : menurunnya kemampuan fisik dan kesehatan, masa

pensiun, berkurangnya penghasilan dan kematian pasangan hidup.

Membentuk hubungan dengan orang seusia dan memantapkan

hubungan dengan anggota keluarga.

2.4.2 Definisi Pola Asuh

Pola asuh berasal dari kata, Pola artinya sistem cara kerja, asuh artinya

menjaga (merawat dan mendidik) anak, membimbing (membantu, melatih)

supaya dapat mandiri (Purwadarminta, 2003). Pola asuh adalah perlakuan

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 56: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

56

yang dilakukan orangtua antara lain mendidik, membimbing, serta

mengajar tingkah laku yang umum dilakukan di masyarakat (Suwono,

2008). Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak

dengan orangtua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan,

minum dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih

sayang, perlindungan, dan lain-lain), serta sosilaisasi norma-norma yang

berlaku dimasyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya.

Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orangtua dengan

anak dalam rangka pendidikan karakter anak. Berdasarkan beberapa

definisi pola asuh maka disimpulkan bahwa, pola asuh merupakan suatu

bentuk perilaku dan sikap orangtua dalam mendidik anak hingga anak

dewasa.

2.4.3 Tipe-Tipe Pola Asuh Keluarga (Santrock, 2004; Baumrind, 1974 dalam

Diana (2011)) yaitu :

2.4.3.1 Pola asuh otoriter, yaitu pola asuh yang penuh pembatasan dan hukuman

(kekerasan) dengan cara orangtua memaksakan kehendaknya, sehingga

orangtua dengan pola asuh otoriter memegang kendali penuh dalam

mengontrol anak-anaknya, cenderung menetapkan standar mutlak harus

dituruti, biasanya bersamaan dengan ancaman-ancaman.

Ciri-ciri pola asuh otoriter adalah: menuntut nilai kepatuhan yang tinggi

pada anak, mengontrol dan membuat batas-batasan atau peraturan-

peraturan untuk mengontrol perilaku, berusaha membentuk dan menilai

sikap dan perilaku anak dengan standar absolute yang telah ditetapkan,

cenderung menggunakan hukuman dalam menerapkan disiplin terhadap

remaja, tidak memberikan kesempatan pada anak untuk menyelesaikan

masalah.

Ciri-ciri anak dengan pola asuh otoriter (Hurlock, 2000): anak harus

tunduk dan patuh pada kehendak orangtua; pengontrolan orangtua pada

tingkah laku anak sangat ketat sehingga tidak memberikan kesempatan

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 57: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

57

untuk mengatur dirinya sendiri dan hampir tidak pernah memberi pujian;

sering memberikan hukuman fisik jika terjadi kegagalan memenuhi

standar yang telah ditetapkan orangtua; pengendalian atau pengontrolan

tingkah laku; tidak memberikan penjelasan apa yang mereka buat.

Karakteristik anak akan menjadi penakut, pendiam, tertutup, tidak

berinisiatif, gemar menentang, sua melanggar norma, kepribadian lemah

dan menarik (Baumrind, 1974).

Pola asuh orangtua, makin otoriter orangtua makin berkurang

ketidaktaatan pada anak, sehingga pemilihan pola asuh akan

mempengaruhi anak dalam mencapai kemandirian karena anak merasa

memiliki tanggung pada tugas yang diberikan (Rohmahningsih, 2007).

2.4.3.2 Pola asuh demokratis, yaitu pola asuh yang memberikan dukungan

emosional dengan struktur dan bimbingan pada anak untuk mandiri namun

tetap menerapkan berbagai batasan yang akan mengontrol perilaku

mereka.

Ciri-ciri pola asuh demokratis adalah: menunjukkan kehangatan dan upaya

pengasuhan, mendorong kebebasan anak dalam batas-batas yang wajar,

membuat standar perilaku yang jelas atau tegas bagi anak, orangtua

menuntut tanggung jawab dan kemandirian anak, partisipasi anak dalam

aktivitas keluarga, melibatkan anak dalam diskusi keluarga.

Ciri-ciri anak dengan pola asuh demokratis adalah (Hurlock, 2003): anak

diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internal;

anak diakui sebagai pribadi yang unik yang bisa diterima dan dicintai oleh

orangtua dan turut dilibatkan dalam pengambilan keputusan; menetapkan

peraturan serta mengatur kehidupan anak. Karakteristik anak dengan pola

asuh demokratis mempunyai karakteristik: anak mandiri, dapat mengontrol

diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress,

mempunyai minat terhadap hal-hal baru, dan kooperatif terhadap orang

lain.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 58: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

58

Penelitian Baumrind dan Bach dalam Wijaya (2001), menjelaskan bahwa

orangtua yang demokratis akan menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan

diri maupun mendorong tindakan-tindakan mandiri pada anak, seperti

membuat keputusan sendiri yang akan berakibat pada munculnya tingkah

laku mandiri yang bertanggungjawab bagi anak-anak mereka. Pola asuh

yang tepat untuk keluarga dengan ibu yang bekerja menurut Enoch

Markum (2006) adalah pola asuh demokratis. Ibu mengajarkan anak untuk

mampu mandiri, memberi batasan serta mengontrol perilaku anak.

Seorang ibu bersikap hangat, mengasuh dengan penuh kasih sayang

(Petranto, 2006). Pola asuh demokratis banyak digunakan namun ibu

tidak mampu menerapkannya pada saat emosi ibu sedang tidak stabil

(Wicaksono, 2006). Saat emosi ibu cenderung otoriter atau ibu cenderung

menjadi permisif. Kondisi ini manusiawi, emosi yang tidak stabil

cenderung membuat manusia lupa akan kondisi yang terjadi saat ini oleh

sebab itu diharapkan ibu mampu mengontrol emosi dan bisa segera

kembali ke kondisi awal. Berdasarkan penelitian Anita H.Tumanggor

tahun 2008 menjelaskan bahwa pola asuh demokratis yang diterapkan

keluarga, menyebabkan kemandirian anak dalam melakukan personal

hygiene menjadi mandiri pada anak usia pra sekolah di TK Negeri Bertaraf

Internasional Kecamatan Embalang Kabupaten Semarang.

2.4.3.3 Pola asuh permisif, orangtua memberikan pengawasan yang sangat

longgar, memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan sesuatu

tanpa pengawasan yang cukup dari orangtua, tidak menegur atau

memperhatikan anak, dan sedikit bimbingan yang diberikan orangtua. Pola

asuh ini, paling bayak disukai anak-anak.

Ciri-ciri pola asuh permisif yaitu: menunjukkan kehangatan yang tinggi,

membiarkan anak untuk mengatur dirinya sendiri, membiarkan anak tanpa

kontrol orangtua, membiarkan anak berkuasa dirumah, tidak ada tuntutan

atau standar perilaku yang jelas, tidak ada sanksi bagi anak, menjauh dari

anak secar fisik dan psikis, tidak perduli terhadap kebutuhan aktifitas,

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 59: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

59

kegiatan belajar, dan hampir tidak pernah berbincangbincang atau

berkomunikasi dengan anak.

Ciri-ciri (Hurlock, 1993): kontrol orangtua kurang; bersifat longgar atau

bebas; anak kurang dibimbing dalam mengatur dirinya; hampir tidak

menggunakan hukuman; anak diijinkan membuat keputusan sendiri dan

dapat berbuat sekehendaknya sendiri. Pola asuh permisif mempunyai

karakteristik anak impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri,

mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.

Menurut Papalia & Olds (1993) ada beberapa karakteristik pola asuh dari

orangtua yang dapat meningkatkan ataupun menghambat kemandirian

anak, orangtua yang hangat, responsive, dan mempunyai harapan-harapan

yang realistik terhadap anak dapat meningkatkan kemandirian anak,

sedangkan orangtua yang terlalu perfeksionis, suka mengkritik anak,

terlalu mengontrol atau melindungi anak, memanjakan dengan berbagai

keinginan anak, mengabaikan, serta tidak memberi batasan-batasan aturan

yang jelas hal tersebut dapat berakibat dapat menghambat kemandirian

anak (Petranto, 2006).

2.4.3.4 Pola asuh campuran

Pola asuh campuran orangtua tidak konsisten dalam mengasuh anak.

Orangtua terombang-ambing antara tipe bisa diandalkan, otoriter, atau

permisif. Pada pola asuh ini orangtua tidak selamanya memberikan

alternatif seperti halnya pola asuh bias diandalkan, akan tetapi juga tidak

selamanya melarang seperti halnya orangtua yang menerapkan otoriter dan

juga tidak secara terus menerus membiarkan anak seperti pada penerapan

pola asuh permisif. Pada pola asuh campuran orangtua akan memberikan

larangan jika tindakan anak menurut orangtua membahayakan,

membiarkan saja jika tindakan anak masih dalam batas wajar dan

memberikan alternatif jika anak paham tentang alternatif yang ditawarkan.

Anak yang diasuh orangtua dengan metode semacam ini nantinya bisa

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 60: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

60

berkembang menjadi anak yang tidak mempunyai pendirian tetap karena

orangtua yang tidak konsisten dalam mengasuh anaknya.

2.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh

Pola asuh keluarga lebih banyak dipegang oleh ibu dirumah, namun

terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh (Edwards, 2006)

yaitu;

2.4.4.1 Tingkat Pendidikan dan pengetahuan orangtua serta pengalaman sangat

berpengaruh dalam mengasuh anak, seperti: terlibat aktif dalam

pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada

masalah anak, selalu berupaya menyadiakan waktu untuk anak-anak dan

menilai perkembangan fungsi keluarga dalam keperawatan anak.

2.4.4.2 Lingkungan, banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak

mustahil jika lingkungan ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan yang

diberikan orangtua terhadap anaknya. Anak juga seringkali mengamati

perilaku orang lain, kemudian menjadi ciri kebiasaan atau kepribadiannya.

2.4.4.3 Budaya, orangtua sering mengikuti cara-cara yang dilakukan masyarakat

dalam mengasuh anak, karena dianggap dianggap berhasil dalam mendidik

anak dan diharapkan anak dapat diterima masyarakat dengan baik.

Orangtua juga menjadikan pedoman praktik pengasuhan dari orangtua

mereka sendiri, sebagian praktik orangtua terima dan sebagian mereka

tinggalkan (Santrock, 2007).

2.4.4.4 Stress ibu akan mempengaruhi kemampuan ibu dalam menjalankan pola

asuh, terutama dalam kaitannya dengan strategi penyelesaian masalah

yang dimiliki dalam menghadapi permasalahan anak.

2.4.4.5 Hubungan suami-istri yang kurang harmonis akan berdampak kepada

kemampuan ibu dalam memberikan pola asuh secara bahagia.

2.4.4.6 Aktifitas ibu sangat mempengaruhi hubungan dengan anggota keluarga

terutama anak-anaknya.

2.4.4.7 Umur ibu apabila terlalu muda atau terlalu tua, mungkin tidak dapat

menjalankan peran tersebut secara optimal karena diperlukan kekuatan

fisik dan psikososial (Anonim, 2010).

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 61: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

61

Skema 2.1

Kerangka Teori

Sumber : Friedman, Bowden, Jones, (2003), Hurlock, 2000, Steinberg & Lener

(2004), Meleis (2007), Tomey & Alligood (2006).

Faktor-faktor yang

mempengaruhi perawatan

diri:

1. Pengalaman

2. Pendidikan

3. Budaya

4. Pengetahuan

5. Pola asuh

Karakteristik anak:

1. Jenis kelamin

2. Umur

3. Urutan anak

Kemandirian perawatan diri:

1. Pemeliharaan intake udara 2. Pemeliharaan intake air

3. Pemeliharaan intake makanan 4. Mempertahankan hubungan

perawatan proses eleminasi dan

ekskresi

5. Ppemeliharaan keseimbangan

antara aktivitas dan istirahat 6. Pemeliharaan keseimbangan

antara solitude dan interaksi sosial 7. Pencegahan risiko-risiko untuk

hidup, fungsi usia dan kesehatan

manusia, 8. Peningkatan fungsi tubuh dan

pengimbangan manusia dalam

sosial sesuai dengan potensinya

Karakteristik

keluarga:

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Suku

4. Pendidikan

5. Pekerjaan

6. Pendapatan

7. Tipe keluarga

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 62: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

62

BAB 3

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

Bab tiga ini menguraikan tentang kerangka konsep, hipotesis dan definisi

operasional yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian. Kerangka konsep

penelitian diperlukan sebagai landasan berpikir untuk melakukan suatu penelitian

yang dikembangkan dari tinjauan teori yang telah dibahas sebelumnya. Hipotesis

penelitian dibutuhkan untuk menetapkan hipotesis alternatif, dan definisi

operasional diperlukan untuk memperjelas maksud dari suatu penelitian yang

dilakukan.

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah yang menggambarkan proses interaksi berbagai

faktorsehingga akan memberikan hubungan sebab akibat secara terpisah atau

bermakna (Burn dan Grove, 2009). Kerangka konsep merupakan sebuah kerangka

hubungan antara konsep-konsep dalam bentuk variabel-variabel yang akan diteliti.

Variabel merupakan simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan

dari konsep yang bisa bervariasi. Pada penelitian konsep yang diukur adalah

variabel perawatan diri anak yang dinilai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan

fisiologis seperti udara, air, makan, eleminasi, aktivitas & istirahat, pencegahan

bahaya, promosi kesehatan, dan dukungan sosial (Meleis, 2007), kemandirian

anak dalam melakukan dan memenuhi kebutuhannya (Steinberg, 2001; Friedman,

Bowden, & Jones, 2010; Kozier, 2010).

Konsep lain yang diukur adalah variabel bebas dari penelitian ini yaitu

menjelaskan tentang pola asuh keluarga seperti pola asuh demokratis, permisif

dan otoriter dalam mendidik anak usia sekolah sehingga dapat mandiri dalam

melakukan perawatan diri (Hurlock, 1994; Santrock, 2004). Anak usia sekolah

diasumsikan sudah mempunyai nalar yang cukup untuk menjaga keselamatan

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 63: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

63

mereka serta juga isa diharapkan untuk mandiri (Gunarsa, 2002). Kemandirian

anak merupakan suatu hal yang perlu diajar oleh orangtua sejak dini karena hal

tersebut bisa menunjukan bahwa anak tersebut telah berhasil dalam proses tumbuh

kembangnya. Proses kemandirian anak ini bisa dinilai dan dilihat oleh bagaimana

keluarga memberikan asuhan kepada anak saat dirumah dan oleh wali kelas dalam

menilai kemandirian anak. Salah faktor yang mempengaruhi anak dalam

melaksanakan kemampuan mandirinya, bagaimana keluarga dalan memilih dan

melaksanakan pola asuh keluarga (permisif, otoriter dan demokratis). Pola asuh

yang kurang baik maka akan menimbulkan masalah dalam proses tumbuh

kembang dan anak lebih cenderung untuk mengharapkan keluarga dalam

pemenuhan kebutuhan perawatan diri.

Skema 3.1

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Kemandirian anak sekolah dalam

melakukan perawatan diri:

1. Kebutuhan udara

2. Kebutuhan air

3. Kebutuhan makan

4. Kebutuhan eliminasi

5. Kebutuhan aktiviitas

6. Kebutuhan privasi

7. Kebutuhan pencegahan bahaya

8. Kebutuhan interaksi sosial

Karakteristik keluarga:

1. Umur

2. Pendidikan

3. Pekerjaan

4. Pendapatan

5. Tipe keluarga

Karakteristik anak :

1. Jenis kelamin 2. Umur 3. Urutan anak

Pola Asuh Keluarga:

a. Otoriter

b. Demokratis

c. Permisif

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 64: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

64

Sebuah penelitian akan dilakukan bila sudah ditentukan permasalahannya.

Permasalahan penelitian dibuat lengkap dengan kesimpulan sementara dari

penelitian ini dilakukan. Pada permasalahan penelitian hipotesis yang diangkat

menjelaskan adanya keterikatan hubungan suatu variabel dengan variabel lain.

Tiap variabel menjelaskan bagaimana karakter dari variabel tersebut kemudian

akan dibandingkan dengan variabel lain apakah berpengaruh terhadap variabel

dependennya. Dimana variabel dependen pada penelitian ini adalah pola asuh

yang diterap keluarga dalam mendidik anak seharinya, dengan demikian akan

tergambar apakah ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen yaitu kemandirian perawatan diri anak usia sekolah.

Berdasarkan skema dapat dijelaskan bahwa variabel independen (bebas) adalah

variabel yang nilainya menentukan variabel lain (variabel terikat). Variabel bebas

biasanya merupakan stimulus yang diberikan untuk mempengaruhi tingkah laku

(Nursalam, 2008). Variabel independen dalam penelitian ini adalah pola asuh

keluarga, karakteristik keluarga, dan karakteristik anak.

Variabel dependen (terikat)) merupakan faktor yang diamati dan diukur untuk

menentukan ada tidaknya hubungan dari variabel independen (Nursalam, 2008).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemandirian perawatan diri anak

usia sekolah.

3.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara dari penelitian yang akan

dilakukan dan kebenarannya akan bisa diketahui oleh peneliti dengan fakta

empiris setelah melakukan dengan kuesioner yang diberikan untuk mengetahui

jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dengan melihat dari

hubungan satu variabel atau lebih pada populasi spesifik dan jawaban atas

pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dalam perencanaan penelitian yang

akan dilakukan (Burn & Grove, 2009; Imron dan Munif, 2010; Notoatmodjo,

2010).

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 65: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

65

3.2.1 Hipotesis Mayor

Ada hubungan antara pola asuh keluarga dengan kemandirian perawatan

diri anak usia sekolah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis

Kota Depok.

3.2.2 Hipotesis Minor

Ada hubungan pola asuh keluarga dengan kemandirian perawatan diri

anak usia sekolah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota

Depok.

3.4 Defenisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional

N

o

Variabel Definisi

operasional

Alat dan cara

ukur

Hasil ukur Skala

Variabel dependen

1.

Kemandiria

n perawatan

diri

universal

self care

Kemampuan

anak usia

sekolah dalam

melakukan

perawatan diri

secara mandiri

meliputi:

kemampuan

anak dalam

menyeimbangka

n pemasukan

udara, air,

makan,

pembekalan

perawatan

berhubungan

dengan proses

eleminasi dan

eksresi,

mencapai

keseimbangan

antara aktivitas

dan istirahat,

Kuesioner

dengan

pernyataan 45

untuk

kemandirian

perawatan diri

anak dengan

menggunakan

skala Guttman

untuk

pernyataan

positif :

1 : mandiri

0 : tidak

mandiri

Untuk

pernyataan

negatif:

0 : mandiri

1 : tidak

mandiri

0 : tidak

mandiri, jika

nilai <

mean: 0,59

1 : mandiri, jika

nilai ≥ mean

0,59

Ordinal

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 66: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

66

menghindari

risiko-risiko

yang

membahayakan

bagi kehidupan,

peran dan

tercapainya

kesejahteraan.

Variabel independen

2. Pola asuh

keluarga

Tindakan/

perilaku yang

dilakukan oleh

keluarga kepada

anak dalam

mendidik dan

membesarkan

anak usia

sekolah di

Kelurahan

Cisalak Pasar

Kecamatan

Cimanggis Kota

Depok

Kuesioner yang

terdiri dari 32

pernyataan

keluarga

tentang pola

asuh.

Cara mengukur

dengan melihat

jawaban

keluarga :

pada masing-

masing item

pernyataan yang

mengarah pada

tipe pola asuh.

1 = pola asuh

demokratis

(jika responden

memilih lebih

dari 50 %

pernyataan yang

mengarah pada

pola asuh

demokratis)

2 = pola asuh

permisif

(jika responden

memilih lebih

dari 50 %

pernyataan yang

mengarah pada

pola asuh

permisif)

3 = pola asuh

otoriter

(jika responden

memilih lebih

dari 50 %

pernyataan yang

mengarah pada

pola asuh

otoriter)

Nominal

Karakteristik Keluarga

1. Umur Karakteristik

keluarga

berdasarkan usia

orangtua ayah

atau ibu sejak

lahir sampai

ulang tahun

terakhir

Kuesioner

dalam bentuk

pernyataan

tertulis

mengenai data

demografi

1. Dewasa muda

21-35 tahun

2. Dewasa

tengah 36-55

tahun

Ordinal

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 67: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

67

2. Jenis

Kelamin

Orangtua

Karakteristik

keluarga

berdasarkan jenis

kelamin orangtua

ayah atau ibu

Kuesioner

dalam bentuk

pernyataan

tertulis

mengenai data

demografi

1. Laki-laki

2. perempuan

Ordinal

3. Suku

Orangtua

Karakteristik

keluarga

berdasarkan

sukuorangtua

ayah atau ibu

Kuesioner

dalam bentuk

pernyataan

tertulis

mengenai data

demografi

1. Betawi

2. Sunda

3. Betawi

4. Minang

5. Lain-lain

Ordinal

4. Pendidikan Sekolah formal

yang diikuti

orangtua ayah

atau ibu

berdasarkan

ijazah terakhir

Kuesioner

dalam bentuk

pernyataan

tertulis

mengenai data

demografi

1. Rendah (tidak

sekolah, SD,

dan SMP)

2. Tinggi (SMU,

dan

D3/Sarjana)

Ordinal

5. Pekerjaan Kegiatan sehari-

hari orangtua

dalam menafkahi

anggota keluarga

Kuesioner

dalam bentuk

pernyataan

tertulis

mengenai data

demografi

1. Bekerja

2. Tidak bekerja

Nominal

6. Pendapatan Penghasilan

kepala keluarga

dalam satu bulan

Kuesioner

dalam bentuk

pernyataan

tertulis

mengenai data

demografi

1. Rendah (<

UMR Rp.

1.400.000,-)

2. Tinggi (>

UMR Rp.

1.400.000,-)

Ordinal

7. Tipe

keluarga

Komposisi dan

jumlah anggota

keluarga yang

tinggal dalam

satu rumah

Kuesioner

dalam bentuk

pernyataan

tertulis

mengenai data

demografi

1. Keluarga inti

2. Keluarga

besar

Nominal

Karakteritik Anak

1. Umur Karakteristik

anak berdasarkan

umur anak dari

lahir hingga

Kuesioner

dalam bentuk

pernyataan

tertulis

1. 6-9 tahun :

kanak-kanak

tengah

2. 10-12 tahun :

Ordinal

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 68: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

68

ulang tahun

terakhir

mengenai data

demografi

kanak-kanan

akhir

2. Jenis

kelamin

Karakteristik

anak berdasarkan

jenis kelamin

anak usia

sekolah

Kuesioner

dalam bentuk

pernyataan

tertulis

mengenai data

demografi

1. Laki-laki

2. Perempuan

Nominal

3. Urutan

anak

Karakteristik

berdasarkan

urutan anak

dalam keluarga

dimulai dari

saudara kandung

paling besar

Kuesioner

dalam bentuk

pernyataan

tertulis

mengenai data

demografi

1. Anak pertama

2. Anak tengah

dan akhir

Ordinal

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 69: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

69

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai metodologi penelitian yang meliputi rancangan

penelitian, populasi dan sampel, tempat penelitian, waktu penelitian, etika

penelitian, alat pengumpulan data, uji instrument (validitas dan reliabilitas),

prosedur pengumpulan data, pengolahan dan rencana analisis data

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian atau desain penelitian suatu proses perencanaan tentang

cara mengumpulkan dan mengolah data agar dapat dilaksanakan penelitian

untuk mencapai tujuan penelitian. Rancangan penelitian membantu peneliti

dalam memperoleh jawaban terhadap pernyataan penelitian untuk menguji

kesahihan hipotesa, obyektif, akurat sehingga tercapai tujuan penelitian

(Sastroasmoro & Ismael, 2011).

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif korelasi

dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian deskriptif

bertujuan mendiskripsikan penelitian dengan mengamati, menjelaskan, dan

mendokumentasikan aspek dari suatu situasi yang terjadi secara alami dan

diawali dengan suatu hipotesis. Deskriptif korelasi mengidentifikasi

hubungan antara variabel- variabel penelitian pada satu waktu tertentu (Polit

& Beck, 2008). Penelitian ini bermaksud untuk melihat adanya hubungan

antar variabel independen (pola asuh keluarga) dengan variabel dependen

(kemandian perawatan diri anak usia sekolah). Penelitian korelasi digunakan

untuk menjelaskan sebab akibat antara dua variabel, yang mana antara

variabel yang satu dengan variabel lainnya saling berhubungan.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 70: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

70

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah sejumlah subyek yang mempunyai karakteristik tertentu

(Sastroasmoro & Ismael, 2010). Populasi sebagai subjek yang memiliki

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari

dan ditarik kesimpulan (Sugiono,2006). Populasi dalam penelitian ini

adalah anak usia sekolah dengan rentang umur anak yaitu pada umur 6-12

tahun yang tinggal di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota

Depok pada tahun 2012 yang diperkirakan berjumlah 3.604 jiwa (Laporan

Rekapitulasi Penduduk Kelurahan Cisalak pasar April, 2012)

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian populasi diambil sebagai sampel dan dapat

mewakili seluruh populasi (Sabri dan Hastono, 2006). Sampel dipilih pada

penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan

cara cluster proportional sampling yaitu sampel dipilih secara alamiah dan

dilakukan dengan acak pada kelompok individu dalam populasi tertentu

berdasarkan wilayah, yaitu kelurahan, kecamatan, kota (Sastroasmoro dan

Ismael, 2011). Dalam penentuan jumlah sampel pada cluster proportional

sampling dengan menentukan, mengambil sampel secara acak pada daerah

tertentu secara berurutan dari jumlah yang besar sampai kecil dan

memenuhi syarat yang dipilih (Hidayat, 2007, Wood dan Harber, 2010, dan

Longford, 2004).

Teknik pengambilan sampel (Lemeshow, et a., 1990, dikutip Ariawan,

1998) :

n = Z2 P (1-P) = (1,96)

2 X 0,5 X 0,5 = 0,9604 = 96,04

d2

(0,1)2

0,01

Keterangan :

n = Besar sampel

Z2

= Nilai Z pada derejat kemaknaan (biasanya 95% = 1,96)

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 71: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

71

P = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak

diketahui proporsinya, ditetapkan 50% (0,5)

d = Derejat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan :

10% (0,10), 5% (0,05) atau 1% (0,01)

Untuk mengantisipasi adanya drop out pada subjek penelitian yang dapat

menyebabkan berkurangnya sampel maka peneliti memperbesar taksiran

sampel agar besar sampel tetap terpenuhi dengan menggunakan rumus

dalam Sastroasmoro & Ismael, (2008) yaitu:

n’ = 96,04 = 107

1-0,1

Keterangan :

n’ : Besar sampel setelah dilakukan revisi

n : Besar sampel yang akan dihitung

1 - f : Perkiraan proporsi subjek yang drop out, perkiraan 10 % (f = 0,1)

Pengambilan sampel penelitian di kelurahan Cisalak Pasar dengan cara berikut ini

:

4.2.2.1 Peneliti membuat jumlah populasi AUS per RW yang terdiiri dari 9 RW

(RW 1 sampai dengan RW 9) di kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan

Cimanggis Kota Depok

4.2.2.2 Sampel diambil pada tiap RW dengan menghitung jumlah sampel anak

usia sekolah yang sudah ditetapkan dari tiap RW dengan jumlah RT

yang ada di RW tersebut. Sampel diambil secara cluster proportional

sampling yaitu sampel dipilih secara alamiah dan dilakukan dengan acak

pada kelompok individu dalam populasi tertentu berdasarkan wilayah

4.2.2.4 Sampel tiap RT dengan systematic random sampling yaitu sampel

diambil berdasarkan elemen pertama sebagai anggota terpilih secara

acak kemudian diikuti secara sistematik. Sampel keluarga anak usia

sekolah rumah pertama adalah sampel pertama, kemudian jarak 5 rumah

n’ = n

(1 – f)

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 72: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

72

lagi baru dijadikan sampel kedua, dan begitu seterusnya. Diharapkan

peluang yang sama pengambilan sampel KK yang memiliki anak usia

sekolah pada tiap RT, kemudian misal dalam 1 rumah memiliki 3 orang

anak usia sekolah, maka nama setiap anak ditulis dalam kertas dan

digulung dan diletakkan dalam sebuah gelas, kemudian dikocok dan

diambil satu kertas (nama), nama yang keluar itulah yang dijadikan

responden. Pengambilan sampel penelitian sebagai berikut:

Tabel 4.1

Penghitungan Jumlah Sampel Penelitian

RW Jumlah

keluarga per

RW (KK)

Jumlah Keluarga

Yang Memiliki Anak

Usia Sekolah

Perhitungan Jumlah

RT

Jumlah

Sampel

Tiap RT

01 2587 444 444/3066 x 107 6 15

02 1392 239 239/3066 x 107 5 8

03 3055 524 524/3066 x 107 6 18

04 1481 254 254/3066 x 107 5 9

05 2799 480 480/3066 x 107 9 17

06 1629 280 280/3066 x 107 4 10

07 2226 382 382/3066 x 107 8 13

08 1291 222 222/3066 x 107 5 8

09 1409 242 242/3066 x 107 4 8

Jumlah AUS 3066 Total sampel 107

Sumber : Laporan tahunan Kelurahan Cisalak Pasar tahun 2012

4.2.3 Kriteria Sampel

4.2.3.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmojo,

2010). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah bersedia menjadi

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 73: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

73

reponden; keluarga yang memiliki anak usia sekolah 6-12 tahun sedang

bersekolah di sekolah dasar, anak dan orangtua bisa membaca dan

menulis, anak tinggal serumah dengan orangtua, keluarga yang salah satu

orangtuanya bekerja, sehat jasmani dan rohani, memahami bahasa

Indonesia, berdomisili di kelurahan Cisalak Pasar.

4.2.3.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi adalah karakteristik yang membatasi populasi untuk

menurunkan keragaman sampel. Kriterianya adalah: anak usia sekolah

yang memiliki keterbatasan; keluarga yang kedua orangtua bekerja

(suami-istri), anak yang mengalami gangguan fisik atau sakit.

4.3 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Cisalak pasar Kecamatan Cimanggis

Kota Depok. Alasan dilakukan penelitian di Kel. Cisalak Pasar Kec.

Cimanggis Kota Depok ini adalah karena mudah dijangkau oleh peneliti,

adanya populasi yang mencukupi untuk dijadikan sampel, serta dilokasi ini

belum pernah ada penelitian yang sama sebelumnya.

4.4 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan bulan Juli 2012 sampai Januari 2012. Penelitian ini

dilakukan dengan tiga tahapan mulai dari tahap persiapan yaitu mulai dengan

penyusunan proposal, perizinan pengambilan data, dan ujian proposal (Juli-

November 2012); tahap pelaksanaan yaitu mulai dari perizinan tempat

penelitian di Kel. Cisalak Pasar Kec. Cimanggis Kota Depok, uji coba

instrument, pengumpulan data, analisa data, uji hasil, sidang hasil dan

perbaikan hasil akhir ujian hasil penelitian yang direncanakan November–

Januari 2012; tahap akhir yaitu penyusunan laporan akhir (Desember-Januari

2013). Adapun rencana penelitian terlampir (Lampiran I).

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 74: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

74

4.5 Etika Penelitian

4.5.1 Pelaksanaan Prinsip Etika Penelitian

Etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting

dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung

dengan manusia, mungkin etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat,

2007). Tiga prinsip etika penelitian yaitu: beneficence dan maleficence,

respect human dignity, dan justice (Polit & Beck, 2012). Upaya yang

dilakukan untuk mengantisipasi dampak yang mungkin muncul pada saat

proses penelitian, sehingga menggunakan prinsip-prinsip etik tersebut

sebagai berikut :

4.5.1.1 Respect human dignity yaitu menghargai harkat dan martabat responden,

dimana peneliti pertama memperkenalkan diri dan membina hubungan

saling percaya, menjelaskan tujuan dan manfaat, memberikan kebebasan

pada keluarga dalam menentukan nasibnya sendiri, dilakukan secara

sukarela, dan bebas mengundurkan diri pada saat penelitian ini

berlangsung, berhak menyampaikan pendapat. Menghargai bila individu

menolak atau mengundurkan diri pada saat penelitian berlangsung.

Pada awal penelitian dilakukan, peneliti memperkenalkan diri, membina

hubungan trust dengen responden, menjelaskan tujuan penelitian kepada

responden, manfaat penelitian bagi responden, dan konsekuensi lain dari

penelitian. Kemudian responden diberi waktu 2 hari untuk berpikir sebelum

menyetujui atau tidak ikut serta dalam penelitian ini. Jika responden setuju

responden dimintai tanda tangan sebagai tanda persetujuan. Pada

pelaksanaan pengambilan data penelitian, tidak ada responden yang

mengundurkan diri atau menolak pada saat pengambilan data berlangsung.

4.5.1.2 Beneficence dan maleficence (memperhatikan kesejahteraan responden)

Prinsip beneficence dan maleficence dengan maksud meminimalkan

kerugian atau kesalahan, sehingga penelitian ini bermanfaat besar bagi

responden. Dengan mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pola asuh

yang diberikan keluarga dalam memandirikan anak dapat memberikan

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 75: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

75

manfaat bagi responden dalam mengetahui informasi kepada keluarga

tentang tipe pola asuh apa yang digunakan keluarga dalam mendidik anak,

sehingga anak mampu mandiri dalam melakukan perawatan diri. Peneliti

memberikan kebebasan kepada responden mengenai kapan dan dimana

responden mengisi angket yang diberikan (±3 hari), dan memberikan

kesempatan kepada responden kapanpun untuk bertanya dalam proses

pengambilan data. Penelitian ini bermanfaat secara tidak langsung bagi

kelurahan Cisalak Pasar, pendidikan keperawatan dan dinas kesehatan

terkait kesejahteraan keluarga dan anak usia sekolah dalam meningkatkan

derejat kesehatan.

4.5.1.3 Justice (keadilan)

Justice yaitu responden memiliki hak untuk diperlakukan adil baik sebelum,

maupun sesudah penelitian terjadi. Keadilan yang diberikan dengan

memberikan kesempatan yang sama kepada responden sesuai dengan

kriteria inklusi, tidak ada diskriminasi dan tidak membedakan responden

atau keluarga yang satu dengan yang lainnya. Memberikan keadilan kepada

responden dalam mengemukakan pendapat atau keinginannya, memberikan

perlakuan sama antara orangt ua dan anak dalam pengisian angket.

4.5.2 Informed consent

Informed consent adalah responden mendapatkan informasi yang cukup

untuk penelitian, mengerti tentang maksud penelitian, dan mampu

menentukan sikap berpartisipasi atau tidak dalam penelitian (Polit & Beck,

2012). Pada Informed consent terdiri dari 5 hal yang perlu dijelaskan:

penjelasan tujuan penelitian, potensi resiko selama penelitian, manfaat dari

penelitian, prosedur penelitian, dan pernyataan bahwa responden

mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa konsekuesi apapun. Jika responden

memahami dan mengerti tentang penelitian ini, maka responden akan

memberikan tanda tangan pada lembar Informed consent yang disediakan

peneliti pada lembar sebelum kuesioner diberikan.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 76: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

76

Pengambilan data pada keluarga AUS yang ada di Cisalak Pasar, peneliti

menjelaskan tujuan penelitian hubungan pola asuh keluarga dengan

kemandirian perawatan diri anak usia sekolah, risiko yang terkandung dalam

pengisian angket yang diberikan yaitu diketahui tipe pola asuh keluarga

yang digunakan dalam mendidik anak, dan perbedaan kemandirian anak

dalam melakukan perawatan diri, mafaat penelitian secara langsung

(diketahuinya tipe pola asuh yang di gunakan keluarga) dan tidak langsung

(bagi keperawatan komunitas tipe pola asuh yang banyak digunakan

masyarakat) yang dirasakan responden, prosedur penelitian yang dijelaskan

kepada responden bahwa, sebelum pengisian angket ini peneliti terlebih

dhulu meminta izi kepada Lurah Cisalak Pasar, Dinas kesehatan, puskesmas,

dan ketua RW dan RT. Pada penelitian ini berlangsung dari awal hingga

akhir pengambilan data tidak ada responden yang menolak atau

mengundurkan diri selama proses pengambilan data.

4.6 Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri.

Pengumpulan data ini menggunakan kuesioner yang disusun peneliti

berdasarkan teori-teori yang terkait dengan pola asuh keluarga dan

kemandirian perawatan mandiri pada anak usia sekolah. Proses pengumpulan

data dengan cara memberikan kuesioner kepada keluarga yang memiliki anak

usia sekolah yang tinggal di kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis

Kota Depok. Kuesioner yang digunakan merupakan pernyataan-pernyataan

yang terkait dengan pola asuh keluarga dalam kemandirian anak dalam

melakukan perawatan diri.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 bagian (A, B, C,

dan D). Bagian A merupakan kuesioner tentang karakteristik keluarga, yaitu:

umur orangtua, jenis kelamin, suku, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua,

pendapatan kepala keluarga dan tipe keluarga. Kuesioner bagian A ini

berbentuk pertanyaan terbuka. Selanjutnya bagian B adalah kuesiner tentang

pola asuh keluarga terhadap anak usia sekolah. Kuesioner ini berisikan 32

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 77: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

77

item pernyataan pola asuh yang digunakan keluarga. Kuesioner bagian B ini

berbentuk pernyataan tertutup, yaitu setiap 1 kuesioner terdapat 3 pilihan

jawaban pernyataan (A, B, dan C) yang menjelaskan tentang tipe pola asuh

demokratis, pola asuh permisif, dan pola asuh otoriter. Kemudian pada

bagian C berisikan tentang karakteristik anak, yaitu umur anak, jenis kelamin

anak, dan urutan kelahiran anak. Kuesioner bagian C ini berbentuk

pernyataan terbuka. Selanjutnya pernyataan terakhir adalah kuesioner bagian

D yang berisikan tentang kemandirian perawatan diri anak usia sekolah

berisikan 45 item pernyataan.

Tabel 4.1

Kisi-kisi kuisioner penelitian

No. Variabel Sub variabel Jumlah soal Nomor soal

1. Karakteristik

responden

Umur

1 1

Jenis kelamin 1 2

Suku 1 3

Pendidikan 1 4

Pekerjaan 1 5

Penghasilan 1 6

Tipe keluarga 1 7

2. Pola asuh keluarga

dalam perawatan

mandiri

32

1-32

3. Karakteristik anak Umur 1 1

Jenis kelamin 1 2

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 78: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

78

Anak ke - 1 3

4. Kemandirian anak

sekolah

Udara 4 1, 3, 4, 44,

Air 1 10

Makan 6 9, 11, 12, 14, 39,

Eliminasi 4 8, 31,

Aktivitas, privasi

& istirahat

11 2, 5, 6, 7, 13, 15,

16, 17, 21, 23, 25,

26, 28, 29, 30, 32,

33, 37, 43

Pencegahan

bahaya

5 20, 22, 24, 27, 38,

40,41, 42,

Promosi

kesehatan

5 17, 43, 44, 45,

Interaksi sosial 10 34, 35, 36,

4.7 Uji Instrumen

Uji instrumen penelitian bertujuan untuk menguji validitas dan reliabilitas

instrument penelitian yang digunakan. Uji coba instrument dilakukan di

Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kecamatan Cimanggis Kota Depok

terhadap 30 responden (keluarga yang memiliki anak usia sekolah).

Uji validitas dilakukan untuk mengukur korelasi antara variabel/item dengan

skor total tabel. Dalam uji validitas mencerminkan bagaimana alat ukur

secara akurat dapat memberikan informasi dengan benar tentang variabel

yang diteliti (Macnee, 2004; Sugiyono, 2011). Pada uji validitas ini

menghubungkan skor variabel dengan skor total. Jika nilai r-hitung lebih

besar dari r-tabel maka item pernyataan dalam instrument tersebut valid.

Signifikansi dari uji instrument 5% r product moment dengan r-tabel dengan

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 79: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

79

menggunakan df= n-2 (Hastono, 2007). Sampel yang digunakan 30

responden, maka r-tabel adalah 0,361.

Uji reliabilitas diartikan sebagai kemampuan dari suatu instrumen untuk

mengukur atribut dari suatu konsep atau konstruksi secara konsisten

(Sugiyono, 2007). Teknik analisis untuk penilaian reliabilitas instrumen

menggunakan rumus alpha cronbach dengan nilai standar (Arikunto, 2009).

Reliabilitas alat ukur dikatakan reliabel jika nilai hitung α cronbach lebih

besar dari 0.6 (Hastono, 2007).

4.7.1 Uji validitas dan reliabilitas pola asuh keluarga

Pada uji validitas kuesioner pola asuh keluarga (bagian B) yang diuji coba

pada 30 responden didapatkan hanya 10 item yang valid dari 30 item

pernyataan. Dikarenakan dari 10 item pernyataan yang valid kurang

mewakili isi terkait pola asuh keluarga sehingga dilakukan uji ulang

dengan 50 item pernyataan. Hasil uji validitas yang kedua didapatkan 32

item pernyataan yang valid. Untuk pernyataan yang tidak valid (r-tabel >

0,36) dikeluarkan dari intrumen. Setelah seluruh pernyataan valid

kemudian dilakukan uji reliabilitas dengan hasil uji menunjukkan nila α

cronbach lebih besar dari 0,6 (α cronbach = 0,872), artinya bahwa

pernyataan pola asuh reliable.

4.7.2 Uji validitas dan reliabitas kemandirian perawatan diri

Pada uji validitas kuesioner kemandirian perawatan diri pada uji validitas

pertama 50 pernyataan kemandirian perawatan diri anak usia sekolah,

didapatkan 15 pernyataan yang valid dari 50 item pernyataan. Oleh sebab

itu dilakukan kembali uji ulang dengan 60 pernyataan. Hasil uji validitas

yang kedua didapatkan kuesioner yang valid 45 item pernyataan. Untuk

pernyataan tidak valid dikeluarkan dari instrumen penelitian. Kemudian

pernyataan yang valid dilakukan uji reabilitas dengan hasil uji

menunjukkan α cronbach 0,846 lebih besar dari 0,6. Dengan demikian

pernyataan kemandirian perawatan diri reliable untuk diuji.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 80: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

80

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

4.8.1 Prosedur Administratif

Prosedur administratif penelitian meliputi: memasukan uji etik pada Komite

Etik Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia; mengajukan izin

penelitian kepada Dinas Pendidikan Kota Depok, Badan Kesatuan Bangsa

dan Perlindungan Masyarakat Depok, dan Kelurahan Cisalak Pasar; dan

sosialisasi rencana penelitian pada pihak Kelurahan Cisalak Pasar beserta

RW/ RT setempat.

4.8.2 Prosedur Teknis

Prosedur teknis dalam penelitian ini, antara lain:

4.8.2.1 Menentukan sampling frame dari tiap RW dan RT yang terpilih. Pada

tahap ini peneliti menentukan jumlah responden keluarga yang memiliki

anak usia sekolah.

4.8.2.2 Meminta kesediaan keluarga yang memiliki anak usia sekolah yang

memenuhi criteria insklusi yang bersedia berpartisipai pada penelitian ini

dan masuk dalam sampling frame penelitian.

4.8.2.3 Menentukan responden penelitian secara acak berdasarkan sampling frame

yang telah didapatkan.

4.8.2.4 Responden yang bersedia dalam menandatangani informed consent.

4.8.2.5 Peneliti menjelaskan tujuan penelitian, isi dan cara kuesioner penelitian,

prosedur penelitian kepada responden dan memberikan waktu responden

untuk mengisinya dengan batas 3 hari.

4.8.2.6 Setelah responden selesai mengisi kuesioner, kuesioner dikumpulkn

kembali dan peneliti skan mengecek kelengkapannya. Jika terdapat

kuesioner yang tidak lengkap, maka peneliti meminta kesediaan responden

untuk melengkapinya.

4.8.2.7 Pengumpulan data dilakukan selama 10 hari (mulai tanggal 10-20

Desember 2012)

4.8.2.8 Setelah semua data terkumpul dan lengkap, maka dilanjutkan dengan

pengolahan data kuesioner.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 81: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

81

4.9 Pengolahan Data dan Analisis Data

4.9.1 Pengolahan data

Peneliti melakukan empat tahapan pengolahan data dimana menurut

Hastono (2007) pengolahan data merupakan serangkaian kegiatan yang

dilakukan setelah pengumpulan data dimana data diolah sedemikian rupa

sehingga dapat menjadi informasi yang dapat digunakan untuk menjawab

pernyataan penelitian. Proses pengolahan data yang dilakukan peneliti yaitu:

4.9.1.1 Editing

Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan mengecek ulang kelengkapan

pengisian formulir atau kuesioner apakah sudah lengkap dijawab, jelas,

relevan dan konsisten. Instrumen telah diisi dengan lengkap oleh seluruh

responden. Apabila terdapat kekurangan dapat segera dilengkapi.

4.9.1.2 Coding

Penulis mengklasifikasikan jawaban-jawaban atau hasil-hasil yang ada

menurut jenisnya. Klasifikasi dilakukan dengan jalan menandai masing-

masing jawaban dengan kode berupa angka. Pada kuesioner pola asuh

untuk jawaban pola asuh otoriter ditandai dengan angka 1, pola asuh

permisif ditandai dengan angka 2, pola asuh demokratis ditandai dengan

angka 3. Pada kuesioner kemandirian perawatan diri anak usia sekolah,

jawaban anak mandiri ditandai angka 1 dan jawaban anak tidak mandiri

diberi angka 0.

4.9.1.3 Entry data

Pada tahap ini, setelah dilakukan pengkodean dengan benar maka data

dimasukkan ke dalam program computer (SPSS)

4.9.1.4 Cleaning

Proses pembersihan/cleaning dilakukan sebelum analisis data sehingga

tidak terdapat kesalahan pembacaan kode pada data penelitian yang

diperoleh saat analisis data. Jika terdapat missing data, maka data

dilengkapi terlebih dahulu sebelum dilakukan analisis data.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 82: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

82

4.9.2 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan makna agar data yang didapat berguna untuk

pemecahan masalah penelitian. Analisis data yang akan dilakukan dalam

penelitian ini meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat. Tahapan

analisis data yaitu :

4.9.2.1 Analisis Univariat

Tujuan analisi univariat adalah untuk mendeskripsikan karakteristik dari

variabel yang akan diteliti (Hastono, 2007). Analisis univariat dalam

penelitian ini keluarga dilakukan pada data kategorik yaitu: karakteristik

keluarga (umur, jenis kelamin, suku, tipe keluarga, pendidikan keluarga,

pekerjaan), karakteristik anak (umur anak, jenis kelamin, dan urutan anak),

pola asuh keluarga (pola asuh otoriter, demokratif, dan permisif), dan

kemandirian perawatan diri anak usia sekolah yang disajikan dalam bentuk

tabel dan diagram (pola asuh dan kemandirian perawatan diri) distribusi

frekuensi dan presentase.

4.9.2.2 Analisis Bivariat

Analisis data dilakukan dengan makna agar data yang didapat berguna

untuk pemecahan masalah penelitian. Analisis bivariat untuk mengetahui

ada hubungan yang signifikan antara dua variabel atau lebih variabel

dependen dan independen yang dikategorikkan (Hastono, 2007). Analisa

bivariat pada penelitian ini adalah: variabel independen adalah pola asuh

keluarga (pola asuh otoriter, demokratis, dan permisif); dengan variabel

dependen adalah kemandirian perawatan mandiri anak usia sekolah.

Uji yang digunakan adalah Kai Kuadrat (Chi Square) karena variabel pada

penelitian ini adalah data yang dikategorikkan. Pada uji Chi Square

membandingkan frekuensi yang terjadi dengan frekuensi harapan. Jika

nilai frekuensi observasi sama, maka tidak ada perbedaan yang bermakna

(signifikan), sebaliknya jika nilai frekuensi observasi berbeda maka, ada

perbedaan yang bermakna (signifikan). Chi Square memiliki syarat yaitu:

tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai kurang dari 1, dan tidak boleh

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 83: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

83

ada nilai harapan kurang dari 5, lebih dari 20% dari jumlah sel (Luknis dan

hastono, 2007). Hasil uji chi square hanya dapat menjelaskan derejat

hubungan dua variabel kategorik, akan tetapi dapat menjelaskan derejat

hubungan antara dua variabel.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 84: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

84

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Bab lima menguraikan hasil penelitian tentang karakteristik keluarga (umur, jenis

kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, tipe keluarga), karakteristik

anak (umur anak, jenis kelamin, dan urutan kelahiran anak), pola asuh keluarga

(pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, dan pola asuh permisif), kemandirian

dalam melakukan perawatan diri anak sekolah yaitu kebutuhan udara, air, makan,

eleminasi, privasi, sosialisasi, pencegahan bahaya, dan aktivitas di Kelurahan

Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok yang dilaksanakan selama bulan

Desember 2012. Responden pada penelitian ini adalah ayah atau ibu dari keluarga

yang memiliki anak usia sekolah dan anak usia sekolah (6-12 tahun) yang tinggal

di Kelurahan Cisalak Pasar yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

sebanyak 107 responden. Hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis

univariat, bivariat, dan multivariat yang diuraikan sebagai berikut:

5.1 Analisis Univariat

5.1.1 Gambaran Karakteristik Keluarga

Karakteristik keluarga yang diteliti pada penelitian ini adalah umur, jenis kelamin,

suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan tipe keluarga. Data

karakteristik keluarga kesemuanya disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan

presentase, dalam tabel 5.1 sebagai berikut :

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 85: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

85

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteritik Keluarga di Kelurahan Cisalak

Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok

Desember 2012 (n=107)

Variabel n Persentase

Umur orangtua

- Dewasa muda (21-35 tahun) 35 32,7

- Dewasa tengah (36-55 tahun) 72 67,3

Jumlah

107 100

Jenis kelamin orangtua

- Laki-laki 44 41,1

- Perempuan 63 58,9

Jumlah

107 100

Suku orangtua

- Betawi 38 35,5

- Sunda 10 9,3

- Jawa 51 47,7

- Minang 4 3,7

- Lainnya 4 3,7

Jumlah

107 100

Pendidikan orangtua

- Rendah (tidak sekolah, SD, SMP) 65 60,7

- Tinggi (SMA, D3/Sarjana) 42 39,3

Jumlah

107 100

Pekerjaan orangtua

- Bekerja 63 58,9

- Tidak Bekerja 44 41,1

Jumlah

107 100

Penghasilan Kepala Keluarga

- < UMR 1.400.000,-/bulan 65 60,7

- ≥ UMR 1.400.000,-/ bulan 42 39,3

Jumlah

107 100

Tipe keluarga

- Keluarga inti 105 98,1

- Keluarga besar 2 1,9

Jumlah 107 100

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 86: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

86

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa karakteristik keluarga dari responden penelitian ini

sebagian besar adalah orangtua berumur dewasa menengah (67,3%), perempuan

(58,9%), dari suku jawa (47,7%), pendidikan rendah (60,7%), bekerja (58,9%),

kepala keluarga berpenghasilan < UMR 1.400.000,-/ bulan sebesar (60,7 %), dan

tipe keluarga inti (98,1 %).

5.1.2 Gambaran Karakteristik Anak Usia Sekolah

Karakteristik anak usia sekolah dalam keluarga yang diteliti adalah umur anak,

jenis kelamin anak, dan urutan kelahiran anak dalam keluarga digambarkan pada

tabel 5.2

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Anak usia sekolah di Kelurahan

Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok

Desember 2012 (n=107)

Variabel n Persentase

Umur anak

- Kanak-kanak Tengah 57 53,3

- Kanak-kanak Akhir 50 46,7

Jumlah

107 100

Jenis Kelamin anak

- Laki-Laki 46 43

- Perempuan 61 57

Jumlah

107 100

Urutan Anak

- Anak Pertama 36 33,6

- Anak ke ≥ 2 71 66,4

Jumlah 107 100

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa responden penelitian ini sebagian besar adalah

anak usia sekolah kelompok umur kanak-kanak tengah (6-9 tahun) (53,3%),

perempuan (57%), dan anak urutan tengah dan akhir (66,4%).

5.1.3 Gambaran Pola Asuh Keluarga

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 87: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

87

Pola asuh keluarga dalam mengasuh anak usia sekolah terdiri dari pola asuh

demokratis, pola asuh otoriter, dan pola asuh permisif digambarkan pada diagram

5.1 dibawah ini:

Diagram 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Pola Asuh Keluarga di Kelurahan Cisalak

Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok, Desember 2012 (n=107)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa pola asuh keluarga yang dominan digunakan

oleh responden adalah pola asuh permisif (43%), kemudian pola asuh demokratis

sebanyak (35,5%), dan yang paling sedikit adalah pola asuh otoriter (21,5%)

(diagram 5.1).

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 88: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

88

5.1.4 Gambaran Distribusi Kemandirian Perawatan Diri Anak Usia

Sekolah

Diagram 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Kemandirian Perawatan Diri Anak Usia

Sekolah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok

Desember 2012 (n=107)

Diagram 5.2 menunjukkan bahwa pada penelitian ini sebagian besar anak usia

sekolah termasuk kategori mandiri (58,9%) dalam melakukan perawatan diri.

Akan tetapi, proporsi yang tidak mandiri tidak terpaut jauh (41,1 %).

5.2 Analisis Bivariat

Hubungan Pola Asuh Keluarga dengan Kemandirian Perawatan Diri Anak

Usia Sekolah

Tabel 5.3

Distribusi Hubungan Pola Asuh Keluarga dengan Kemandirian Perawatan Diri

Anak Usia Sekolah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota

Depok, Desember 2012 (n=107)

Pola Asuh Orangtua Kemandirian Anak Jumlah p

Tidak Mandiri Mandiri

n % n % n %

- Pola Asuh Demokratis 9 23,7 29 76,3 38 100

0,012* - Pola Asuh Otoriter 14 60,9 9 39,1 23 100

- Pola Asuh Permisif 21 45,7 25 54,3 46 100

Jumlah 44 41,1 63 58,9 107 100

*bermakna pada α = 0,05

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 89: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

89

Data tabel 5.3 menunjukkan bahwa hasil penelitian menunjukkan adanya

hubungan pola asuh keluarga dan kemandirian anak dalam melakukan perawatan

diri yaitu sebagian besar keluarga dengan pola asuh demokratis anak mandiri

(76,3% ) dan pola asuh permisif anak mandiri (54,3%), sementara keluarga

dengan pola asuh otoriter anak tidak mandiri (60,9%). Analisis menunjukkan

bahwa ada perbedaan kemandirian perawatan diri anak dengan pola asuh

demokratis, permisif dan pola asuh otoriter dengan hasil uji Chi Square di

dapatkan nilai (p = 0,012 ; α = 0,05). Dengan demikian ada hubungan pola asuh

keluarga dengan kemandirian perawatan diri anak usia sekolah di Kelurahan

Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 90: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

90

BAB 6

PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan pembahasan hasil penelitian tentang pola asuh keluarga

terhadap kemandirian perawatan diri anak usia sekolah di Kelurahan Cisalak

Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Interpretasi hasil penelitian membahas

tentang kesesuaian dan kesenjangan antara hasil penelitian yang telah dilakukan

dengan penelitian yang terkait disertai teori dan konsep yang mendasari penelitian

ini. Bab ini juga menjelaskan tentang keterbatasan penelitian dan implikasi hasil

penelitain terhadap pelayanan keperawatan komunitas dan perkembangan ilmu

keperawatan komunitas.

6.1 Gambaran Karakteristik Keluarga

6.1.1 Umur Orangtua

Berdasarkan hasil analisis data penelitian didapatkan bahwa proporsi orangtua yang

berumur dewasa menengah (36-55 tahun) (67,3%), lebih banyak dibandingkan yang

berumur dewasa muda (21-35 tahun) (32,7%),m penelitian ini adalah dewasa menengah

atau dengan kata lain menyatakan umur orangtua dala Berdasarkan teori bahwa usia dewasa

merupakan masa yang ditandai dengan adanya ketidak ketergantungan secara financial dan

adanya tanggungjawab terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan. Hurlock (2004)

menegaskan individu dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya

dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat. Menurut Lavindon (1980) dalam

Santrock (2003), umur dewasa menengah merupakan masa peralihan dari masa dewasa

awal. Pada usia menengah terrcapailah puncak masa dewasa yang dimulai dari usia 36-65

tahun. Masa ini seseorang memiliki tiga macam tugas yaitu; penilaian kembali pada masa

lalu, perubahan struktur kehidupan, dan proses individualisasi dengan maksud bahwa

mampu menilai masa lalu dengan kenyataan yang ada saat ini, dan yang akan datang

(Santrock, 2004).

Usia dewasa menengah merupakan usia yang matang dalam berpikir dan bersikap, sehingga

dapat mempengaruhi perannya sebagai orangtua dalam mendidik dan mengasuh putra putri

mereka. pada usia tersebut, orangtua diharapkan mampu memberikan pengasuhan yang

benar sehingga anak akan mampu mencapai tahap perkembangan sesuai masanya, misalnya

mampu bergaul dan mandiri dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Seperti yang diungkap

oleh Wong (2001) dalam Supartini (2004) bahwa usia merupakan faktor yang

mempengaruhi orangtua untuk dapat menjalankan peran pengasuhan, karena usia yang

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 91: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

91

terlalu muda atau terlalu tua akan menyebabkan peran pengasuhan yang diberikan orangtua

menjadi kurang optimal. Hal ini disebabkan karena untuk dapat menjalankan peran

pengasuhan secara optimal diperlukan kekuatan fisik dan psikososial untuk melakukannya.

6.1.2 Jenis Kelamin Orangtua

Jenis kelamin orangtua merupakan salah satu karakteristik keluarga yang dilihat dalam

penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan jenis kelamin orangtua yang paling banyak

adalah perempuan (ibu) (58,9%). Ibu merupakan orang pertama yang menjadikan anak

merasa aman, dibutuhkan, dan mampu memberikan kasih sayang yang penuh, karena ibu

yang telah mengandung, melahirkan dan membesarkan serta mendidik anak hingga anak

dewasa. Jenis kelamin orangtua juga harus diperhatikan bagaimana penggunaan tipe pola

asuh dalam mendidik anak. Pada umumnya wanita lebih mengerti tentang anak, karena

lebih demokratis terhadap anaknya dibandingkan dengan orangtua laki-laki. Namun bisa

terbalik, ayah permisif dan ibu lebih otoriter. Semua tergantung sifat bawaan dan

kesepakatan orangtua.

Pada usia sekolah, peran orantua mulai terpecah oleh anak, karena sebahagian waktu anak

berada disekolah dan peran itu digantikan oleh guru disekolah dalam mendidik anak agar

memiliki kesiapan dalam menyonsong hari depannya. Kasih sayang ibu merupakan jaminan

awal bagi anak untuk mampu tumbuh kembang maksimal sesuai massanya, dengan

pengasuhan yang tepat kepada anak, orangtua mampu memandirikan anak dalam segala hal

sesuai tumbuh kembangnya dan anak mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan

lingkungan dimana anak berada.

Ibu merupakan orang pertama yang menjadikan anak merasa aman, dibutuhkan, dan mampu

memberikan kasih sayang yang penuh, karena ibu yang telah mengandung, melahirkan, dan

membesarkan serta mendidik anak hingga anak dewasa. Pada usia sekolah, peran orantua

mulai terpecah oleh anak, karena sebahagian waktu anak berada disekolah dan peran itu

digantikan oleh guru disekolah dalam mendidik anak agar memiliki kesiapan dalam

menyonsong hari depannya. Kasih sayang ibu merupakan jaminan awal bagi anak untuk

mampu tumbuh dan berkembang maksimal sesuai masanya. Dengan pengasuhan yang tepat

kepada anak, orangtua mampu memandirikan anak dalam segala hal sesuai dengan tumbuh

kembangnya dan anak mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan tempat

dimana anak berada.

6.1.3 Suku Orangtua

Faktor lingkungan eksternal menjadi salah satu pembentuk karakter anak yaitu budaya

keluarga (orangtua) budaya keluarga dilihat dari suku bangsa orangtua. berasal.

Berdasarkan hasil analisis data, diketahui suku keluarga di kelurahan Cisalak Pasar adalah

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 92: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

92

suku-suku pulau jawa (betawi, sunda, dan jawa) sebesar (92,5%). Hal ini sesuai dengan

tempat dilakukan penelitian yang berada di pulau jawa, sehingga suku yang yang paling

dominan adalah suku-suku yang terdapat di pulau jawa.

Karakteristik keluarga dalam sudut pandang suku orangtua dan ciri-ciri khusus daerah

tertentu dapat mempengaruhi pola pengasuhan keluarga dalam mendidik anak (Perry and

Potter, 2005). Budaya jawa merupakan salah satu kebudayaan yang dimiliki bangsa

Indonesia dan tradisinya yang penuh nilai-nilai keluhuran dan kearifan.

Pola pengasuhan keluarga satu dengan yang lain kepada anak-anak mereka berbeda-beda,

karena dipengaruhi faktor internal (latar belakang keluarga, faktor usia orangtua, pendidikan

dan wawasan orangtua, jenis kelamin, dan konsep peranan orangtua dalam keluarga). Faktor

eksternal terdiri dari tradisi yang berlaku dalam lingkungannya, sosial ekonomi lingkungan,

dan semua hal yang berasal dari luar lingkungan keluarga yang mempengaruhi pola asuh

(Hurlock, 2006).

Menurut penelitian Zhalielah (2011), diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi dalam

menerapkan pola asuh adalah budaya Jawa yang sangat mengutamakan pendidikan, dan

sangat menekankan pentingnya pendidikan walaupun kehidupan susah. Selain itu budaya

jawa juga mengajarkan tentang sopan santun, kebaikan, kejujuran, sehingga akan

membentuk kepribadian yang baik. Dalam budaya jawa konsep peran orangtua juga

diajarkan dengan baik, misalnya tata cara berbicara kepada orangtua berbeda dengan tata

berbicara dengan teman sebaya.

6.1.4 Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua yang terbanyak pada penelitian ini adalah pendidikan rendah (tidak

sekolah, SD, dan SMP) sebesar 60,7%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

yang rendah akan mempengaruhi pengetahuan sikap dan perilaku dalam keluarga.

Pendidikan memiliki peranan penting untuk meningkatkan mutu kehidupan seseorang. Pada

umumnya, tingkat pendidikan akan mempengaruhi sikap dan perilaku. Pendidikan

merupakan sutau usaha seseorang untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-

potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam

masyarakat dimana keluarga tersebut tinggal (Notoadmodjo, 2010). Menurut penelitian

Agustina (2002), pendidikan orangtua salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat

diperlukan untuk mengembangkan diri, semakin tinggi pendidikan semakin mudah

menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi.

Pendidikan rendah dari orangtua berakibatkan kurangnya kualitas orangtua dalam

memberikan pengasuhan kepada anak sesuai dengan tahapan perkembangan anak, sehingga

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 93: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

93

anak akan cenderung tidak mandiri dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri mereka. Hal

ini juga akan membuat anak tidak berkembang sesuai usianya. Berdasarkan hasil penelitian

oleh Galih (2009) menyatakan bahwa orang tua dengan tingkat pendidikan tinggi lebih

memilih tipe pola asuh demokratis. Pada penelitian ini tingkat pendidikan yang rendah pada

keluarga, akan berdampak pada kurangnya pengetahuan orangtua bagaimana mengasuh

anak sesuai dengan tahapan tumbuh kembangnya (umur anak).

Nuraeni (2006), latar belakang pendidikan orangtua mempunyai pengaruh yang besar

terhadap pembentukan kepribadian anak. Orangtua yang mempunyai latar belakang

pendidikan yang tinggi akan lebih memperhatikan segala perubahan dan setiap

perkembangan yang terjadi pada anaknya. Orangtua yang berpendidikan tinggi umumnya

mengetahui bagaimana tingkat perkembangan anak dan bagaimana tingkat perkembangan

pengasuhan orangtua terhadap anak yang baik sesuai dengan perkembangan anak.

6.1.5 Pekerjaan Orangtua

Berdasarkan hasil analisis data pekerjaan orangthwa lebih setengah orangtua bekerja

(58,9%). Orangtua yang bekerja cenderung memiliki tingkat kesibukan dan stress yang

tinggi. Misalnya, orangtua yang bekerja sebagai PNS atau pegawai swasta memiliki

keterikatan waktu dan kesibukan dengan pekerjaan mereka, sehingga waktu untuk bersama

keluarga menjadi kurang. Namun di sisi lain, Supartini (2004) mengatakan bahwa pekerjaan

orangtua merupakan sumber penghasilan bagi keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan

fisik, psikologis dan spiritual. Jika orangtua tidak bekerja, maka kebutuhan keluarga tidak

tercukupi dan akan membuat timbulnya masalah dalam keluarga.

Saat ini, orangtua yang bekerja merupakan suatu kebutuhan keluarga dalam memenuhi

kehidupan ekonomi keluarga orangtua laki-laki bekerja sebagai sumber penghasilan utama

keluarga, begitu pula dengan orangtua perempuan bekerja untuk membantu menambah

penghasilan dalam keluarga orangtua yang bekerja (ayah dan ibu) akan menambah

meningkatkan perekonomian keluarga. Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa

penghasilan keluarga sebagian besar ≤ UMR Rp. 1,4 juta rupiah (60,7%). Pendapatan

keluarga merupakan salah satu faktor yang mampu mempengaruhi proses tumbuh kembang

anak dalam pengasuhan anak. Keluarga dengan status sosial yang tinggi akan berupaya

untuk memenuhi segala kebutuhan anak mereka, dari kebutuhan dasar, pendidikan, dan

kebutuhan finansial lainnya dapat terpenuhi.

Keadaan sosial ekonomi keluarga akan berdampak pada pemeliharaan anak dalam keluarga.

Gunarsa (2004), menyatakan bahwa keluarga dengan tingkat pendapatan yang rendah akan

menyebabkan orangtua kurang memperhatikan anak, kurang memberikan penghargaan

pujian, pada anak kurang waktu mengajarkan anak untuk berbuat baik dan mengikuti

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 94: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

94

peraturan, kurangnya latihan dan penanaman nilai-nilai dan norma dalam masyarakat,

sehingga akan berakibat anak akan mengalami masalah pada proses tumbuh kembangnya.

Sedangkan pada ekonomi keluarga yang tinggi orangtua memiliki waktu lebih cukup untuk

membimbing anak mereka, karena orangtua tidak dipusingkan dengan keadaan ekonomi

keluarga, ataupun susah nafkah untuk keluarga (Gunarsa, 2002).

6.1.7 Tipe Keluarga

Bentukan keluarga pada penelitian ini diketahui bahwa sebagai besar (98,1%) adalah tipe

keluarga inti. Tipe keluarga inti (Nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu

dan anak (Friedman, 2003). Keluarga inti adalah keluarga yang sudah menikah, sebagai

orangtua, atau pemberi nafkah yang terdiri dari suami istri dan anak mereka baik anak

kandung ataupun anak adopsi (Suprajitno, 2004). Jumlah anggota keluarga yang banyak

akan menyebabkan perhatian orangtua kepada anaknya akan semakin terbagi-bagi, sehingga

akan mempengaruhi waktu yang dimiliki orangtua untuk mengasuh anak. Sebaliknya

semakin sedikit anak, maka akan semakin banyak perhatian yang diberikan orangtua kepada

anak tersebut (Gunadi, 2008). Gunarsa (2004) menjelaskan bahwa dalam keluarga kecil,

anak tidak perlu berjuang untuk memperoleh kasih sayang dari orangtuanya, sedangkan

pada anak-anak dalam keluarga besar perlu berjuang untuk mendapatkan kasih sayang dari

orantuanya. Jadi, semakin banyak anak yang dimiliki oleh orangtua, maka orangtua akan

menyesuaikan perhatian yang diberikannya dengan jumlah anak yang berhak menerima

perhatian dan kasih sayang. Besarnya keluarga akan mempengaruhi pembentukan tingkah

laku anak, dimana semakin besar suatu keluarga, maka semakin sedikit perhatian yang

diperoleh anak dari orangtua.

6.2 Karakteristik Anak

6.2.1 Umur Anak

Berdasarkan hasil analisis data, umur anak usia sekolah sebagian besar termasuk kelompok

umur kanak tengah (6-9 tahun) (53,3%). Kanak tengah menurut Kohlberg dalam Kozier,

Erb, Berman, Snyder (2010), memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang

usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok,

dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.

Usia sekolah 6- 12 tahun merupakan masa belajar di dalam dan di luar sekolah. Anak harus

menjalani tugas-tugas perkembangan yakni: belajar keterampilan fisik, sikap sehat, bergaul

dengan teman-teman sebaya, membentuk keterampilan dasar, membentuk konsep-konsep

untuk hidup sehari-hari, memperoleh kebebasan pribadi, dan membentuk hati nurani, nilai

moral dan nilai sosial (Gunarsa, 2004).

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 95: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

95

Anak umur 6-9 tahun harus belajar mandiri, bersosialisasi dengan teman sebayanya, dan

biasanya masuk dunia pendidikan (sekolah). Anak biasanya lebih mudah dididik,

berperilaku lebih tenang, dan juga bersemangat. Anak mulai mengembangkan wawasan dan

pengalaman, sehingga emosinya pun mulai terkendali. Menurut Kolhberg, dalam Kozier,

Erb, Berman, and Snyder (2010) usia kanak-kanak tengah (tahap I) usia 6-10 tahun sudah

bisa menilai hukuman atau akibat yang diterimanya berdasarkan tingkat hukuman dari

kesalahan yang dilakukannya. Anak yang dapat mengetahui perilaku yang baik akan

mampu membuatnya jauh dari hukuman. Kanak-kanak akhir (tahap II) usia 10-12 tahun

sudah bisa berpikir bijaksana. Hal ini ditandai dengan perilaku anak yang sesuai dengan

aturan moral, karena disukai oleh orang dewasa, bukan karena takut dihukum. Berbuat

kebaikan bagi anak usia seperti ini lebih dinilai dari tujuannya, sehingga anak pun menjadi

anak yang tahu aturan.

6.2.2 Jenis Kelamin Anak

Dari hasil analisis data, jenis kelamin anak yang paling banyak adalah berjenis kelamin

perempuan sebesar (57%). Anak perempuan mempunyai sikap sosial yang lebih tinggi,

penuh kehangatan, dan mampu menyesuaikan tingkah laku, sikap, dan nilainya sesuai

dengan tuntutan kelompok (Hurlock, 2006). Anak perempuan lebih terampil berbahasa

daripada anak laki-laki, sehingga mereka lebih berpengalaman dalam mengutarakan

perasaannya dan lebih cakap dalam memanfaatkan kata-kata. Padahal anak laki-laki lebih

diharapkan daripada anak perempuan. Anak laki-laki biasanya cenderung mengabaikan

pengungkapan emosinya, tampak kurang peka terhadap emosi dirinya sendiri maupun diri

orang lain (Hawari, 2007).

6.2.3 Urutan Kelahiran Anak

Berdasarkan hasil analisis data bahwa urutan anak berdasarkan kelahiran yang paling

banyak adalah anak tengah dan akhir (66,4%). Urutan anak menunjukkan juga bahwa

banyaknya jumlah anak dalam 1 keluarga, seperti yang diungkapkan oleh Supartini (2004),

bahwa orangtua yang telah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam merawat anak lebih

dari 2 orang, akan lebih siap menjalankan peran pengasuhannya. Selain itu, mereka akan

lebih mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan anak dengan baik.

Menurut Gunarsa (2002), anak yang tertua lebih mudah terpengaruh oleh norma-norma

kelompok dan oleh orang lain dibanding dengan adik-adiknya. Anak pertama lazimnya

bertindak sebagai pemimpin saudara-saudara dan melanggarnya dalam susunan keluarga.

Anak tengah akan berperan sebagai penghubung dalam interaksi dengan kakaknya. Anak

tengah kadang-kadang bertingkah dan melanggar peraturan untuk mendapatkan perhatian

orangtua bagi dirinya sendiri dan merebut perhatian orangtua dari kakak atau adiknya.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 96: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

96

6.3 Gambaran pola asuh keluarga pada anak usia sekolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh keluarga di Kelurahan Cisalak Pasar yang

terbanyak digunakan adalah tipe pola asuh permisif, yang kedua tipe pola asuh demokratis,

dan terakhir tipe pola asuh otoriter. Dengan demikian pola asuh permisif yang lebih banyak

digunakan dalam mengasuh anak. Pada penelitian terkait yang berhubungan dengan tipe

pola asuh permisif yang banyak digunakan, belum ada peneliti jumpai. Penelitian-penelitian

sebelumnya banyak menunjukkan pola asuh yang sering digunakan keluarga dalam

mendidik anak adalah pola asuh demokratis dan otoriter. Ini teridentifikasi dari penelitian

yang dilakukan oleh Julianto (2007) diketahui bahwa anak SDN Panjang Wetan 01

Pekalongan menggunakan tipe pola asuh demokratis (74,6%). Hal ini juga didukung oleh

Bakar (2007), pola asuh yang diterapkan oleh orangtua di sekolah pada umumnya adalah

pola asuh demokratis. Sedangkan pada penelitian Sari (2006), dijelaskan bahwa pola asuh

keluarga dalam memandirikan anak di SDN Empang Bogor Tengah yang paling banyak

digunakan adalah pola asuh otoriter.

Pola asuh permisif merupakan pola asuh yang diberikan orangtua menunjukkan kehangatan

yang tinggi, bersifat longgar, kurang bimbingan, dan cenderung memanjakan, dan dituruti

keinginannya. Sikap orangtua yang menerima apa adanya itu akan cenderung memberikan

kebebasan kepada anak untuk berbuat apa saja. Pola asuh ini dapat mengakibatkan

mempunyai karakteristik anak impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau

menang sendiri dan kurang percaya diri (Hurlock, 2004). Pola asuh permisif biasanya

cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya,

dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orangtua tipe ini

biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak (Petranto, 2006).

Anak dengan tipe pola asuh permisif, anak akan menunjukkan sifat akan kurang mandiri,

dan ada beberapa yang mandiri. Namun hal ini, tidak bisa dijadikan suatu perilaku yang bisa

memandirikan anak sesuai standar anak mampu dalam melakukan perawatan diri. Anak

mandiri dalam pola asuh permisif, mungkin bisa kita lihat anak mandiri dalam melakukan

perawatan diri, apakah sudah cukup atau benar-benar tepat pelaksanaan perawatan diri yang

dilakukan. dengan didikan yang lebih membiarkan anak melakukan hal yang diinginkannya,

pada penelitian ini membuat anak mampu mandiri untuk melakukan perawatan diri. Pada

saat pengambilan data terdapat beberapa anak yang pulang sekolah langsung bermain tanpa

mengganti baju sekolah, sudah mandi namun kebersihan bagian tubuh masih ada yang tidak

tepat (kuku panjang dan hitam, kuping kurang bersih, dan anak tidak sisiran setelah mandi.

Oleh sebab itu perlu diperhatikan oleh orangtua bagaimana anak mampu melakukan

perawatan diri dengan apakah sudah benar.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 97: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

97

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang bersifat rasional dalam segala pemikiran dan

pengambilan keputusan. Orangtua dalam melakukan atau memutuskan suatu putusan selalu

tidak ragu-ragu dalam mengendalikan anak mereka, lebih memprioritaskan anak, bersikap

realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap memberikan kebebasan kepada anak

untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak yang bersifat

hangat membuat anak merasa nyaman dan dapat belajar dengan baik (Santrock, 2003). Agar

mandiri anak diberi kesempatan memilih, menghargai usahanya, hindari banyak bertanya,

jangan langsung menjawab pertanyaan, membantu melihat alternatif lain, dan jangan

patahkan semangatnya. Pola asuh demokratis menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan

diri mendorong tindakan-tindakan mandiri membuat keputusan sendiri akan berakibat

munculnya tingkah laku mandiri yang bertanggung jawab. Hasilnya anak akan mandiri,

dapat mengontrol diri, dan mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi

stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru, dan kooperatif terhadap orang lain.

Pola asuh otoriter orangtua cenderung memaksakan standar yang diinginkannya kepada

anak, menggunakan hukuman pada tiap kesalahan yang dilakukan anak tanpa

mendengarkan alasan kegagalan terjadi. Hal ini sesuai yang dijelaskan pada penelitian

Walters (dalam Lindgren, 2001) ditemukan bahwa pola otoriter cenderung menggunakan

hukuman terutama hukuman fisik. Sikap otoriter orangtua sering tidak disadari, padahal

anak lahir dan bersifat unik yang memiliki kelebihan, kelemahan, minat dan emosi yang

berbeda-beda. Pola asuh otoriter cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti,

biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Seperti belajar harus selalu mendapatkan

nilai 8, anak tidak boleh bermain dan harus terus belajar, dalam belajar anak dibiarkan

sendiri, dan tidak membantu kesulitan belajar anak. Karakteristik pola asuh otoriter

biasanya akan menjadikan anak penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar

menentang, dan suka melawan. Hal ini yang membuat terganggunya pertumbuhan dan

perkembangan anak secara psikologis ke depannya.

Nuraeni (2006) mengatakan latar belakang pendidikan orangtua mempunyai pengaruh yang

besar terhadap pembentukan kepribadian anak. Orangtua yang mempuyai latar belakang

pendidikan yang tinggi akan lebih memperhatikan segala perubahan dan setiap

perkembangan yang terjadi pada anaknya. Orangtua yang berpendidikan tinggi umumnya

mengetahui bagaimana tingkat perkembangan anak dan bagaimana pengasuhan orangtua

terhadap anak sesuai dengan perkembangan anak.

Pola asuh permisif lebih yang banyak ditemukan dalam penelitian ini mungkin juga

dikarenakan orangtua yang bekerja (63%). Hal ini akan berdampak pada tipe pola asuh yang

digunakan keluarga dalam memandirikan anak. Pola asuh permisif yang lebih memanjakan

dan cenderung mengabaikan anak dalam melakukan segala hal. Hal ini dapat menimbulkan

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 98: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

98

masalah anak akan berperilaku negatif karena kurangnya didikan orangtua dalam

membentuk perilaku anak. Oleh sebab itu, peneliti berpendapat bahwa, pola asuh yang tepat

dari keluarga untuk mendidik anak sangat dibutuhkan agar anak mampu melakukan

pemenuhan kebutuhan sehari-hari terutama pada perawatan diri mereka masing-masing. Hal

ini akan bisa dilakukan anak bila mendapatkan pengasuhan dari orangtua secara intensif

mulai dari anak bangun hingga tidur kembali pada malam hari, anak dibimbing dan dididik

agar bisa berperilaku dan bersikap positif dengan mampu menunjukkan kemampuan dalam

melakukan perawatan diri. Orangtua harus bisa mengetahui proses tumbuh kembang anak

tiap tahun berdasarkan umur anak, sehingga bisa menjadi implikasi orangtua dapat

mendidik anak sesuai dengan tahapan tumbuh kembangnya.

6.4 Gambaran kemandirian perawatan diri anak usia sekolah

Hasil penelitian diketahui bahwa anak usia sekolah yang mandiri dalam melakukan

perawatan diri lebih besar dibanding dengan anak yang tidak mandiri. Hasil penelitian ini

sesuai dengan penelitian oleh Julianto (2007) yang menjelaskan bahwa anak usia sekolah

SDN Panjang Wetan 01 Pekalongan, sebagian besar mempunyai tingkat kemandirian baik.

Hal ini juga didukung oleh penelitiannya yang dilakukan oleh Rohmaningsih (2007) yang

menjelaskan bahwa sebagian besar anak kelas 1-3 di SDN Kelurahan Petarukan Pemalang

memiliki kemandirian yang baik. Begitu pula pada penelitian Sari (2006) di SDN Empang

5 Bogor Tengah, diketahui bahwa anak usia sekolah yang mandiri dalam melakukan

pemenuhan kebutuhan diri mereka sebesar 70%.

Menurut Orem (1991) dalam Meleis (2007), perawatan diri dapat dilakukan oleh siapa saja,

baik usia dewasa, remaja, dan anak. Lie dan Prasasti (2006) menjelaskan anak usia 6-12

tahun belajar untuk menjalankan kehidupan sehari-harinya secara mandiri. Jika orangtua

bisa membimbing anak dengan baik, anak akan belajar makin rajin dan bersemangat

melakukan kegiatan-kegiatan yang produktif bagi kemajuan dirinya sendiri. Pada usia 6-12

tahun, anak mulai bisa menerima pendidikan dari luar maupun dalam lingkungan dimana

anak tinggal, anak belajar di dalam dan di luar sekolah, serta anak harus menjalani tugas-

tugas perkembangan seperti; belajar keterampilan fisik, sikap sehat, bergaul dengan teman-

teman sebaya, membentuk keterampilan dasar, membentuk konsep-konsep untuk hidup

sehari-hari, memperoleh kebebasan pribadi, dan membentuk hati nurani, nilai moral dan

nilai sosial (Gunarsa, 2004).

Berdasarkan uraian diatas peneliti berpendapat bahwa anak usia sekolah seharusnya sudah

mampu mandiri dalam melakukan perawatan diri. Hal ini dapat terlihat dari karakteristik

yang dimiliki anak usia sekolah. Berdasarkan fakta bahwa anak usia asekolah 6-12 tahun,

menurut peneliti anak mampu mandiri dalam melakukan perawatan diri. Pada masa ini anak

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 99: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

99

sudah bisa diberi tanggung jawab dalam menerima suatu pekerjaan, terutama pada anak

tahap II (kanak-kanak akhir). Pada tugas perkembangan usia sekolah, pada masa ini anak

membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang tumbuh,

mengembangkan peran sosial dengan pria atau wanita, dan masa ini juga anak diharapkan

memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk membentuk anak yang cerdas dan berilmu.

Sebagai seorang perawat komunitas memiliki implikasi untuk bisa memandirikan

masyarakat dalam upaya pencegahan timbulnya masalah kesehatan dari usia dini. Promosi

kesehatan merupakan salah satu jalan untuk bisa menjembatani perawat dengan masyarakat

dalam upaya memandirikan dalam menjaga status kesehatan mulai dari sedini mungkin,

memberikan pendidikan kesehatan mengenai perawatan diri yang dimulai dari usia sekolah,

sosialisasi program untuk bisa memandirikan anak dengan pola asuh yang tepat yang

diberikan keluarga, dan meningkatkan pengetahuan masyarakat (keluarga) tentang tumbuh

kembang anak usia sekolah, dan upaya yang dilakukan keluarga agar anak mampu mandiri

dalam melakukan perawatan diri secara mandiri.

6.5 Hubungan Pola Asuh Keluarga Dengan Kemandirian Perawatan Diri Anak Usia

Sekolah

Hasil penelitian ini terdapat hubungan antara pola asuh keluarga dengan kemandirian

perawatan diri anak usia sekolah. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sari

(2006) menjelaskan bahwa pola asuh keluarga memiliki hubungan dengan kemandirian

anak pada SDN Empang, dan juga pada penelitian Rohmaningsih (2007) diketahui juga

bahwa ada hubungan antara pola asuh keluarga dengan kemandirian anak SD di Petarukan

Pemalang. Kemandirian perawatan diri merupakan kemampuan anak untuk dapat

melakukan dan memenuhi kebutuhannya yaitu; kebutuhan udara, air, makan, eleminasi, rasa

aman, aktivitas, promosi kesehatan, dan dukungan sosial (Meleis, 2007).

Pola asuh yang tepat diberikan orangtua kepada anak dalam memandirikan anak dalam

melakukan perawatan diri, akan berdampak positif pada anak. Kemampuan anak dalam

melakukan perawatan diri secara mandiri akan menjadikan anak yang bertanggung jawab

pada tugas, anak akan mandiri melakukan segala hal yang ingin dilakukkannya, dan anak

akan berhasil melalui tahap tumbuh kembang sesuai dengan usianya. Orangtua sebaiknya

bisa menjadi teman bagi anak, tidak memaksakan kehendak kepada anak, dan memberikan

hukuman tanpa mengetahui sebab-akibat dari setiap hukuman yang diberikan. Namun saat

ini masih banyak orangtua yang main hakim sendiri kepada anak, membuat keputusan

sendiri tanpa bertanya kepada anak tentang keinginan mereka, dan orangtua merasa ialah

yang berkuasa penuh dan memiliki hak untuk melakukan hal apa saja kepada anak agar

anak mau ikut perintah orangtua.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 100: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

100

Menurut penelitian Sari (2006), menjelaskan pola asuh demokratis merupakan pola asuh

yang banyak diterapkan orangtua dalam mendidik anak untuk mandiri, tetapi orangtua tetap

menetapkan batas dan kontrol. Orangtua biasanya bersikap bijaksana, hangat, penuh kasih

sayang, menerima segala alasan dari tiap masalah yang ada, memberikan motivasi dan

dukungan kepada anak agar anak mampu mandiri melakukan segala hal (perawatan diri).

Menurut peneliti, pola asuh demokratis mampu membuat anak mandiri dalam melakukan

perawatan diri secara mandiri dengan melihat teori yang mendukung dan penelitian yang

telah dilakukan. pola asuh demokratis lebih bersifat liberal namun terkontrol, ini sesuai

dengan tumbuh kembang anak pada usia sekolah yang lebih banyak memiliki keinginan

bermain, belajar sambil bermain, anak bisa mengambil suatu makna dari dampak

lingkungan yang positif dan didikan orangtua yang bersifat demokratis.

Perawat komunitas penting disini dalam melakukan sosialisasi bentuk pola asuh dan

implikasi pola asuh bagi tumbuh kembang anak, pendidikan dan pengetahuan tentang anak,

serta bagaimana anak bisa mandiri sesuai usianya. Sehingga memiliki kesimpulan, orangtua

bisa memilih tipe pola asuh demokratis dalam mendidik anak, namun jika anak lebih

bersikap dan berperilaku negatif, orangtua bisa lebih tegas dengan bersikap otoriter dengan

mengimbangi hukuman berdasarkan toleransi dan manusiawi, dan ada kalanya orangtua

menggunakan pola asuh permisif, ketika anak mampu berperilaku positif seperti anak

berprestasi dimana saja, dengan memberikan atau membebaskan anak untuk memilih hal

yang diinginkannya sendiri sesuai batasan.

6.6 Keterbatasan penelitian

6.6.1 Instrumen Penelitian

6.6.1.1 Pernyataan instrument penelitian kurang terstruktur dan penggunaan

kalimat yang masih belum dimengerti oleh responden karena kesulitan

dalam mengubah kosa kata dari teori menjadi bahasa (pernyataan) sehari-

hari klien dalam melakukan perawatan diri.

6.6.1.2 Pada saat uji validitas masih kurang sehingga membutuhkan waktu yang

lebih panjang agar uji validitas benar-benar reliable. Pada saat uji

instrumen yang tinggi r-tabel < 0,36 (valid).

6.6.2 Desain Penelitian

Hanya melihat gambaran bukan melihat hubungan antara pola asuh keluarga

dengan kemandirian perawatan diri anak usia sekolah

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 101: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

101

6.7 Implikasi hasil penelitian

6.7.1 Pelayanan Keperawatan Komunitas

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui adanya hubungan antara pola

asuh keluarga dengan kemandirian perawatan diri anak usia sekolah di

Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Jenis pola

asuh yang paling banyak digunakan dalam memandirikan anak dalam

melakukan perawatan diri yaitu pola asuh demokratis. Pola asuh demokratis

lebih bersifat mendidik, tidak ada tekanan, dan lebih bersifat sabar dalam

mendidik anak. Hal ini menjadi masukan bagi pelayanan keperawatan

komunitas, bahwa pola asuh yang tepat diberikan keluarga dapat

berimplikasi pada tumbuh kembang anak. Saat ini dengan perkembangan

zaman, anak-anak bisa tumbuh dan berkembang sendiri dengan optimal

dengan lingkungan internal ataupun lingkungan eksternal. Anak mampu

mandiri, tidak hanya berpangku tangan dengan orang terdekatnya.

Perawat komunitas dapat membuat program khusus untuk anak usia sekolah

mengenai “plan parenting” buat keluarga yang memiliki anak usia sekolah

seperti memberikan support education kepada keluarga bagaimana cara

mengasuh anak dengan berbagai karakter anak. Bagaimana cara mengasuh

anak agar mampu mandiri dalam melakukan perawatan diri, anak mampu

hidup atau berperilaku hidup bersih dan sehat. Melakukan penyuluhan

kesehatan mengenai tumbuh kembang anak kerumah-rumah keluarga,

mengobservasi bagaimana cara orangtua dalam mengasuh anak agar mampu

mandiri dalam melakukan perawatan diri atau pada kelompok ibu-ibu yang

memiliki anak usia sekolah dengan sosialisasi tumbuh kembang anak dalam

melakukan perawatan diri. Saat ini upaya yang dilakukan dalam mencegah

timbulnya masalah pada anak usia sekolah dengan pencegahan primer

seperti; peer konselor, peer educator, pendidikan kesehatan dan kegiatan

positif untuk keluarga (orangtua-anak) untuk membina kedekatan antara ibu

dan anak. Pencegahan sekunder yang dilakukan dengan kegiatan konseling,

pembentukan peer group gabungan ibu-ibu (orangtua) yang memiliki anak

usia sekolah berbagi pengalaman, pengetahuan dan tips dalam mengasuh

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 102: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

102

anak dan mendidik anak terutama agar anak mampu mandiri dalam

melakukan perawatan diri.

6.7.2 Perkembangan ilmu keperawatan komunitas

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya untuk

topik yang sama. Meningkat kemandirian anak dalam melakukan perawatan

diri secara mandiri sehingga proses tumbuh kembang dan untuk mampu

bertanggung jawab pada diri mereka sendiri.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya hubungan yang

signifikan antara pola asuh keluarga dengan kemandirian perawatan diri

anak usia sekolah. Pada anak usia sekolah dibuktikan dengan nilai p = 0,012

; α = 0,05. Dibuktikan juga bahwa pola asuh yang diberikan orangtua dalam

memandirikan anak dalam melakukan perawatan diri orangtua

menggunakan modifikasi pola asuh dengan terlihat persentase orangtua

dalam mendidik anak (pola asuh permisif (54,3%), pola asuh demokratis

(76,3%), dan pola asuh otoriter (39,1 %), sehingga dapat terlihat bahwa

orangtua untuk mampu memandirikan anak dalam melakukan perawatan diri

secara mandiri tidak hanya menggunakan satu tipe pola asuh saja, bisa

kombinasi antara 2-3 tipe pola asuh keluarga.

Pengembangan penelitian dalam desain kuasi eksperimen juga perlu

dilakukan untuk melihat efektivitas peer educator dan peer konselor

terhadap perawatan diri secara mandiri pada anak usia sekolah. Selain

haltersebut, penelitian kualitatif untuk mendapatkan gambaran persepsi

orangtua dalam mendidik anak usia sekolah agar mandiri dalam melakukan

perawatan diri.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 103: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

103

BAB 7

SIMPULAN DAN SARAN

Bab 7 ini menjelaskan simpulan dari hasil penelitian dan saran yang berguna bagi

pelayanan dan penelitian keperawatan

7.1 Simpulan

7.1.1 Karakteristik keluarga dalam penelitian ini sebagian besar adalah dari

orangtua yang berumur dewasa menengah (36-55 tahun), perempuan,

memiliki suku yang berasal dari pulau jawa, tingkat pendidikan rendah,

tidak bekerja, dengan penghasilan < UMR 1.400.000,-/ bulan, dan tipe

keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak di Kelurahan Cisalak

Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.

7.1.2 Karakteristik anak yang tergambar pada penelitian ini anak berumur kanak-

kanak tengah (6-9 tahun), perempuan, dan urutan kelahiran anak yaitu anak

tengah dan akhir di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota

Depok.

7.1.3 Pola asuh keluarga dalam memandirikan anak usia sekolah didominasi

dengan pola asuh permisif dan demokratis, dan sebagian kecil lagi dengan

pola asuh otoriter.

7.1.4 Sebagian besar anak usia sekolah pada penelitian ini telah mandiri dalam

melakukan perawatan diri.

7.1.7 Terdapat hubungan antara pola asuh keluarga dan kemandirian perawatan

diri pada anak sekolah, pola asuh demokratis dan permisif lebih banyak

membuat anak mandiri dalam melakukan perawatan diri, daripada pola

asuh otoriter.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 104: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

104

7.2 Saran

7.2.1 Dinas Kesehatan

Perlu ditingkatkan promosi kesehatan pada anak usia sekolah, khususnya

tentang kemandirian perawatan diri, melalui program PHBS terintegrasi

dengan program Perkesmas focus pada perawatan keluarga.

Perawat perkesmas perlu dilatih tentang pola asuh keluarga untuk anak usia

sekolah

7.2.2 Puskesmas

a. Tenaga kesehatan yang ada di puskesmas terutama perawat, dapat

terjun langsung ke masyarakat untuk realisasi program kesehatan dalam

membina keluarga dengan penerapan konsep PHBS (perilaku hidup

bersih dan sehat) dari dinas kesehatan dengan melakukan atau

membentuk kelompok ibu-ibu yang memiliki anak usia sekolah dengan

melakukan penyuluhan atau dengan pelatihan tentang pola asuh anak

untuk melihat upaya yang dilakukan keluarga dalam memandirikan

anak sehingga anak dapat berperilaku sehat.

b. Salah satu peran perawat adalah sebagai pendidik. Oleh karena itu,

perawat perlu memaksimalkan perannya sebagai pendidik dengan

memberikan pendidikan kepada para orangtua tentang pentingnya

penerapan pola asuh yang tepat untuk membangun kemandirian pada

anak sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya.

7.2.3 Institusi Keperawatan

a. Kurikulum khusus untuk keperawatan keluarga dengan membina

keluarga yang dilakukan oleh mahasiswa dengan sosialisasi tumbuh

kembang anak usia sekolah dan proses kemandirian yang harus bisa

dilakukan anak usia sekolah dalam meningkatkan derejat kesehatan

b. Meningkatkan pemberdayaan instansi pendidikan seperti melakukan

pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan penyuluhan

kesehatan yang efektif untuk keluarga untuk bisa memandirikan anak

mereka

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 105: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

105

7.2.4 Masyarakat

a. Masyarakat khususnya keluarga dapat menggunakan pola asuh yang

tepat untuk mendidik anak, yang disesuaikan dengan masalah yang ada

pada anak usia sekolah dengan penyuluhan yang diberikan kepada

keluarga dengan peer konselor dan peer educator

b. Keluarga mampu meningkat rasa asah asih asuh kepada anak agar anak

bisa dekat dengan orangtua, mandiri dalam melakukan segala kegiatan

(aktivitas)

c. Orangtua dapat membentuk kemandirian pada anak, diharapkan agar

lebih meningkatkan sikap positif dalam rangka mendidik dan

menerapkan pola asuh yang tepat kepada anakanaknya dan juga

memberikan semangat dan dorongan kepada putra-putrinya agar

menggali potensi dan kemampuan diri dengan memberikan banyak

kegiatan yang positif agar belajar mandiri yang pada akhirnya dapat

hidup bermasyarakat dengan baik

7.2.5 Bagi peneliti selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut, dengan memperhatikan

variabel-variabel lain yang mempengaruhi pembentukan kemandirian

perawatan diri pada anak usia sekolah dan juga faktor lain yang

mempengaruhi pola asuh orangtua. Penelitian juga dapat dilakukan dengan

metode kualitatif (wawancara), observasi langsung untuk melihat

kemampuan anak dalam melakukan perawatan diri dan pengaruh

pengasuhan secara lebih pasti. Selain itu untuk mendapatkan hasil yang lebih

akurat, sebaiknya juga dilaksanakan penelitian selanjutnya tentang hubungan

antara tingkat kemandirian anak dengan proses tumbuh kembang pada anak

usia sekolah.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 106: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

106

DAFTAR PUSTAKA Allender, J.A., & Spradley, B.W. (2010). Community Health Nursing: Promoting and

Ptrotecting The Public’s Health, 7th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Amirul Hadi dan Haryono, (1998). Metodologi Penelitian Pendidikan II. Bandung: Pustaka Setia.

Anderson, JE. 1951. The Psychology of Development and Personal Adjustment. New

York: Henry Hol

Anonim. (2007). Agresivitas Pada Remaja. Http://www.e-

psikologi.com/remaja.htm.

Arvin, Behrman Kliegman. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Cetakan 1. Jakarta :

EGC

Arief Purnomo Julianto. (2010). Hubungan Pola Asuh Oangtua dengan Tingkat

kemandirian Anak Usia Sekolah di SDN Panjang Wetan 01 Pekalongan.

Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan. Diakses tanggal 12 Desember

2012 dari journal.unikal.ac.id/index.php/kesehatan/article/download/47/32.

Astari, Nasoetion, dan Dwiriani. (2005). Hubungan Karakteristik Keluarga , Pola

Pengasuhan dan Kejadian Stunting Anak Usia 6-12 Tahun. Skripsi . Media Gizi & Keluarga

Azwar, S. (2005). Tes Prestasi: Fungsi & Pengembangan Prestasi Belajar. Edisi Kedua.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bailon, S.G. & Maglaya, A.S. (1997). Family health Nursing: The Process. Philiphines: UP

College on Nursing Diliman Badan Pusat Statistik (2012). Perkembangan beberapa indicator utama sosial ekonomi

Indonesia. Pada tanggal 9 November 2012. Baumrind, Diana (2011). Prototypical Descriptions of 3 parenting styles. [Online].

Tersedia : http://www.devpsy.org/teaching/parent/Baumrind parenting styles. pdf.

Burn, N. & Grove, S.K. (2009). The practice of Nursing Research. St. Louis: Saunder CIA World Factbook. (2012). World Demographics Profile 2012. Diunduh dari

http://www.indexmundi.com/world/demographics_profile.html. pada tanggal 9 November 2012.

Desmita. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung: Rosda Karya

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 107: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

107

Dhamayanti, L.S. (2006). Kemandirian Anak Usia 2,5- 4 Tahun ditinjau dai tipe keluaraga dan tipe pra sekolah. J. Sosiosains.

Dian Ramawati. (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kemampuan

Perawatan Diri Anak Tuna Grahita Di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. (200lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20280451-T%20Dian%20Ramawati..

Edmunds, G. & Kendrick, D. C. (1980). The Measurement of Human

Agressiveness. International Edition: John Willey & Sans.

Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2003). Family nursing: research, theory,

and practice. 5th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc. Fitzpatrik J.J & Whall A.L. (1989). Conseptual Models of Nursing: Analysis and

Application. second Edition. California: Appleton and Lange.

Galih, J. (2009). Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Pola Asuh

George, J.B (1995). Nursing Theoris: The Base for Profesional Nursing Practice. Fourth edition,appleton & Lange,Connecticut

Gunarsa, Singgih. (2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia Goerge, B. Julia. 1995. Nursing Theories The base for Professional Nursing Practice.

Fourth Edition. United State of America : Appleton and Lange Norwalk Connecticut

Hawari Dadang. (2007). Our Children Our Future Dimensi Psikoreligi pada

tumbuh kembang anak remaja. Jakarta : FKUI.

Hitchcock, Janice E., Schubert, Phyllis E., & Thomas, Sue A. (1999). Community Health

Nursing; Caring in Action. Delmar Publisher: New York. Hidayat, Aziz Alimul. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba

Medika Hidayat, Aziz Alimul. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan

Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika Hurlock, E. B. (1994). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan). Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, Elisabeth. 2006. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta :

Erlangga

IDAI. (2002). Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja Edisi Pertama. Jakarta : Sagung Seto

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 108: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

108

Julianto Arief Purnomo. (2010). Hubungan Pola asuh Orangtua dengan Tingkat

kemandirian Anak Usia Sekolah di SDN Panjang Wetan 01 Pekalongan.

Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan.

Kartono, K. (1996). Psikologi umum: Mandar Maju

Kenny, J., & Kenny, M. (1991). Dari Bayi Sampai Dewasa. Jakarta: PT BPK

Gunung Mulia.

Kozier. B, Erb. G, Berman. A, & Snyder. S.J. (2010). Buku Ajar Fundamental

Keperawatan: Konsep, Proses, & Praktik. Jakarta: EGC

Lie, A dan Prasasti, S. (2004). 101 cara membina kemandirian dan tanggung

jawab anak. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Mappiare, A. (1986). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Meleis Afaf Ibrahim. (2007). Theoretical Nursing : Development & Progress. 4th. Ed.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Monks, F.J., & Knoers, A.M.P. (2009). Psikologi perkembangan:Pengantar dalam

berbagai bagiannya. Jogyakarta: Gadjah Mada University Press Muttaqin, Z. (2005). Psikologi Anak & Pendidikan. On line: http//psikologi-

anakpendidikan. pdf (Accessed 1 December 2012). Nuraeni. (2006). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan kepribadian

Anak Taman Kanak-Kanak, Tugas Akhir Universitas Negeri Semarang. On line:http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/coll act/skripsi.1/tmp/2383.html (Accessed 1 December 2012).

Tomey Ann Marriner, Alligood Raile, dan Martha. 2002. Nursing Theorist and Their

Work. United State of America : Mosby Elsevier

McMurray, Anne. (2003). Community Health and Wellness: a Socioecological

Approach. (2nd ed). Elsevier: Australia

Nilam Widyarini M.Si. (2004). Relasi Orang Tua Dua Anak. PT.Elex Media Komputindo,

Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Penerbit

Rineka Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Konsep dan Praktek. Jakarta:

Salemba Medika

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam, (2003). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta : Salemba Medika

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 109: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

109

Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Jakarta : Salemba

Medika

Orem, DE. (2001). Nursing Concept of Pratical . St. Louis: The CV Mosby Company

Papalia. (2008). Human Development, Perkembangan Manusia. Jakarta: Salemba

Humanika

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan

Praktik. Jakarta: EGC.

Petranto. (2009). Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua. [online] di akses dari http://dwpptrijenewa.isuesse.com. 12 Oktober 2012

Petranto, I. (2006). Rasa Percaya Diri Anak adalah pantulan Pola Asuh Orang Tuanya.

Online: http://dwpptrijenewa.isuisse.com/bulletin/?p=32(Accessed 1December 2012).

Rr. Kartika Sari O.V. (2006). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pola Pengasuhan

dan Kemandirian anak sekolah dasar. Skripsi

Rohmaningsih. (2007). Hubungan Ibu Bekerja Terhadap Pola asuhnya dengan

Tingkat Kemandirian Anak SD Kelas 1-3 di Kelurahan Petarukan

Pemalang. Skripsi. PSIK Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Semarang.

Santoso. (2009). Peran Wanita Dalam Menciptakan Ketahanan Keluarga. hhtp :

//prov.bkkbn.go.id Diakses 25 April 2012, Jam 15:40WIB

Santrock W. John. (2004). Life-Span Development. 9th.

Ed. Americas : the

McGraw-Hill Companies.

Santrock, W. John (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja (edisi keenam).

Jakarta: Erlangga

Samsunuwiyati Mar’at & Samsunuwiyati. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung : PT

Remaja Rosda Karya. Sarwono, S. W. (1997). Psikologi Sosial: Individu & Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT

Balai Pustaka. Sastroasmoro, S & Ismael, S. (2011). Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian Klinis. Edisi Ke-4.

Jakarta: Sagung Seto

Siagian P. Sondang. (2004). Teori Motivasi Dan Aplikasinya. Jakarta:PT. Rineka

Cipta.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 110: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

110

Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community health nursing (4th ed). St. Louis : Mosby.

Steinberg Laurence. (2002). Adolescence (edisi Keenam). New York : McGraw Hill Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta Surbakti. (2009). Kenali Anak Remaja Anda, PT.Elex Media Komputindo, Jakarta

Soetjiningsih. (2004). Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan

Permasalahannya. Sagung Seto: Jakarta Suparyanto, (2012). Konsep Aspek Perkembangan Pra Sekolah. http://dr-

suparyanto.blogspot.com Diakses tanggal 29 Oktoberl 2012, Jam 16:00WIB Tim Pembina UKS Pusat UKS. 2007. Pedoman Pembinaan dan pengembangan Usaha

Kesehatan Sekolah. Jakarta Undang-Undang No. 52 (2009). Tentang Perkembangan Kependudukan Dan

Pembangunan Keluarga. Wisnu, dkk. (2008). Keterampilan Sosial Anak Pra Sekolah Ditinjau Dari Interaksi Guru-

Siswa Model Mediated Learning Experience. Jurnal Penelitian Humaniora, 9 (2), 179-191.

Wong L. Donna & Whaley. (2001). Nursing Care Of Infants and Children. 6th.

Ed.

St. Louis : Mosby.

www.depdiknas.go.id/jurnal/37/hub_pola_asuh_orang_tua.htm. diakses pada

tanggal 10 Desember 2012.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 111: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

111

LAMPIRAN

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 112: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

LAMPIRAN

RENCANA KEGIATAN PENELITIAN

No. KEGIATAN

SEPTEMBER

2012

OKTOBER

2012

NOVEMBER

2012

DESEMBER

2012

JANUARI

2013

I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV

3 10 17 24 1 8 15 22 29 5 12 19 26 3 10 17 24 7 14 21 28

1. Penyusunan Proposal Penelitian

2. Ujian Proposal

3. Pengumpulan Data

4. Analisis Dan Penafsiran Data

5. Ujian Hasil Penelitian

6. Sidang Tesis

7. Penulisan Tesis

8. Pengumpulan Laporan Tesis

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 113: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

LAMPIRAN

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Hubungan Pola Asuh Keluarga dengan kemandirian perawatan diri

anak usia sekolah di Kelurahan Cisalak Pasar

Kecamatan Cimanggis

Kota Depok

Saudara diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui lebih jauh tentang gambaran karakteristik keluarga, karakteristik

anak, pola asuh keluarga dan kemandirian perawatan diri anak usia sekolah, serta

hubungan karakteristik keluarga, karakteritik anak, pola asuh keluarga dengan

kemandirian perawatan diri anak usia sekolah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan

Cimanggis Kota Depok. Peneliti (saya) akan memberikan lembar persetujuan ini, dan

menjelaskan bahwa keterlibatan saudara di penelitian ini atas dasar sukarela.

Nama saya/peneliti adalah Herlina.Saya pengajar di Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Riau Propinsi Riau, dan sekarang sedang melanjutkan studi

S2 di Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia, yang beralamat di Fakultas

Keperawatan Universitas Indonesia Kampus Depok, 16424. Saya dapat dihubungi di

nomor telpon 0853-7604-0646. Penelitian ini merupakan bagian dari persyaratan

untuk Program Pendidikan Magister saya di Universitas Indonesia. Pembimbing saya

adalah Sigit Mulyono, MN., dan Kuntarti, S.Kp., M.Biomed. dari Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia.

Penelitian ini melibatkan keluarga (ayah/Ibu, dan anak) yang memiliki anak usia

sekolah yang berusia 6-12 tahun. Keputusan saudara untuk ikut atau pun tidak dalam

penelitian ini, tidak berpengaruh negatif pada diri saudara. Dan apabila saudara

memutuskan berpartisipasi, saudara bebas untuk mengundurkan diri dari

penelitian kapanpun tanpa diberi sanksi apapun.

Sekitar 107 keluarga yang memikili anak usia sekolah akan terlibat dalam penelitian

ini dari keseluruhan RW di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota

Depok.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 114: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

LAMPIRAN

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pertama, pengisian kuesioner untuk

mengetahui karakteristik keluarga, karakteristik anak, pola asuh keluarga dan

kemandirian perawatan diri anak usia sekolah. Kuesioner yang akan saya berikan

terdiri dari 4 bagian. Bagian pertama berisi pertanyaan tentang karakteritik keluarga,

seperti umur, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan kepala

keluarga. Bagian kedua berisi pernyataan tentang pola asuh keluarga dalam mendidik

anak. Bagian ketiga berisi tentang pernyataan karakteristik anak. Bagian keempat

berisi tentang pernyataan kemandirian perawatan diri anak. Diharapkan saudara

dapat menyelesaikan pengisian kuesioner ini selama 45-60 menit.

Saya akan menjaga kerahasiaan saudara dan keterlibatan saudara dalam penelitian

ini. Nama saudara tidak akan dicatat dimanapun. Semua kuesioner hanya akan

diberikan nomor kode yang tidak bisa digunakan untuk mengidentifikasi identitas

saudara. Apabila hasil penelitian ini dipublikasikan, tidak ada satu identifikasi yang

berkaitan dengan saudara akan ditampilkan dalam publikasi tersebut. Siapapun yang

bertanya tentang keterlibatan saudara dan apa yang saudara jawab di penelitian ini,

saudara berhak untuk tidak menjawabnya. Namun, jika diperlukan catatan penelitian

ini dapat dijadikan barang bukti apabila pengadilan memintanya. Semua berkas, data,

dan informasi yang didapatkan dari saudara akan disimpan di tempat khusus dan

hanya diketahui oleh saya, dimana dokumen tersebut akan disimpan maksimal

selama 5 tahun dan akhirnya akan dimusnahkan dengan cara dibakar. Keterlibatan

saudara dalam penelitian ini, sejauh yang saya ketahui, tidak menyebabkan risiko

yang lebih besar daripada risiko yang biasa saudara hadapi sehari-hari.

Walaupun keterlibatan dalam penelitian ini tidak memberikan keuntungan langsung

pada saudara, namun diharapkan dapat bernilai ibadah bagi saudara, serta hasil dari

penelitian ini dapat memberikan gambaran karakteristik keluarga, karakteristik anak,

pola asuh keluarga dan kemandirian perawatan diri anak usia sekolah, serta

hubungan pola asuh keluarga dengan kemandirian perawatan diri anak usia sekolah.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi keluarga dalam memandirikan

anak dalam melakukan perawatan diri dan peningkatan kesehatan bagi masyarakat

dalam upaya pencegahan dalam mengatasi masalah pada anak usia sekolah. Apabila

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 115: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

LAMPIRAN

setelah terlibat penelitian ini saudara masih memiliki pertanyaan, saudara dapat

menghubungi saya di nomor telepon yang tercantum di atas.

Depok, Desember 2012

Peneliti

Herlina

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 116: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

LAMPIRAN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

(Informed Consent)

Setelah membaca informasi dari saudari Herlina sebagai mahasiswi Program

Pendidikan Magister Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia, dan memahami tentang tujuan penelitian, serta peran yang diharapkan dari

saya di dalam penelitian ini, maka saya setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian

ini yang berjudul “Hubungan Pola Asuh Keluarga dengan Kemandirian Perawatan

Diri Anak Usia Sekolah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota

Depok”.

Saya sangat memahami bahwa keikutsertaan saya menjadi responden pada penelitian

ini sangat besar manfaatnya bagi peningkatan keberhasilan keperawatan kesehatan

masyarakat, khususnya dalam peningkatan kesehatan kelompok anak usia sekolah.

Demikianlah persetujuan ini saya tandatangani secara sukarela dan tanpa paksaan

dari pihak manapun.

Depok, Desember 2012

Responden

Ttd

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 117: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

LAMPIRAN

ANGKET PENELITIAN

HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN

PERAWATAN DIRI ANAK USIA SEKOLAH DI KELURAHAN

CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGGIS

KOTA DEPOK

Petunjuk pengisian angket:

1. Jawablah pertanyaan dengan singkat dan jelas sesuai dengan pendapat dan

keadaan yang sebenarnya.

2. Pilih satu pernyataan dengan memberikan tanda checklist ( ) pada kotak yang

saudara anggap sesuai, jika jawaban dianggap salah maka jawaban tersebut diberi

tanda == kemudian silahkan memilih kembali dan memberi tanda check List ( ).

3. Tanyakan jika ada hal yang kurang jelas, mohon dicek kembali setelah selesai

agar tidak ada pertanyaan yang terlewati.

4. Setiap jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan berdampak negatif

pada saudara.

A. KARAKTERISTIK KELUARGA (DI ISI ORANGTUA)

1. Umur :________________________________________

2. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

3. Suku bangsa : Betawi Sunda Jawa

Minang Lain-lain, sebutkan_

4. Pendidikan : Tidak Sekolah SD SMP

SMA Akademi/ Sarjana

5. Pekerjaan : PNS Wiraswasta Petani

Buruh Lain-lain, sebutkan

6. Penghasilan keluarga : Kurang dari UMR Rp. 1.400.000,-

Lebih dari UMR Rp. 1.400.000,-

7. Komposisi keluarga :

No Nama Umur L/P Pendidikan Pekerjaan Hub dg KK

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 118: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

LAMPIRAN

B. POLA PENGASUHAN KELUARGA

Pilihlah salah satu pernyataan (A/ B/ C) di bawah ini yang Bapak/ Ibu anggap paling

sesuai dengan keluarga Bapak/ Ibu lakukan sehari-hari dalam mendidik anak.

1. Jika anak saya tidak membuka jendela kamar setiap pagi, maka …….

a. Saya akan mengomel dengan anak saya.

b. Saya akan memberikan pengertian pentingnya membuka jendela kamar pada

anak saya.

c. Saya akan membukakan jendela kamar anak saya.

2. Ketika anak saya sulit bangun pagi hari, maka …..…

a. Saya akan membangunkan anak saya sambil mengomel dan memarahinya.

b. Saya akan membangunkan anak saya dan menjelaskan manfaat bangun pagi.

c. Saya akan membiarkan anak saya hingga dia bangun sendiri jam berapa saja.

3. Anak saya sulit disuruh mandi pagi sehingga ……..

a. Saya membiarkan saja anak saya sampai dia ingin mandi sendiri.

b. Saya harus memaksa anak saya untuk segera mandi.

c. Saya memberikan pengertian dan dorongan pada anak tentang pentingnya

mandi pagi.

4. Dalam pergaulan sehari-hari anak saya dengan teman atau lingkungan sekitarnya,

biasanya saya……….

a. Mengajarkan anak untuk tidak memilih dalam berteman dan mengejek teman.

b. Membatasi anak saya untuk berteman dengan anak-anak tertentu saja.

c. Tidak ambil pusing anak saya mau berteman dengan siapa saja dan dimana

saja.

5. Ketika anak saya bertengkar dengan teman atau saudaranya, maka saya:

a. Melerai dan mengajak mereka untuk saling bermaafan.

b. Menghukum mereka agar mereka jera.

c. Membiarkan mereka tetap bertengkar.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 119: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

LAMPIRAN

6. Saat saya membersihkan ventilasi rumah , biasanya saya …………

a. Membiarkan anak bermain dengan temannya.

b. Mengajak anak saya untuk ikut serta membersihkan.

c. Mengharuskan anak untuk ikut serta membersihkan.

7. Normalnya kebutuhan minum anak adalah 6 gelas perhari, maka saya……

a. Memaksa anak untuk minum sampai 6 gelas setiap hari.

b. Mengambilkan minum untuk anak setiap kali anak haus.

c. Menasehati anak untuk banyak minum dan menjelaskan manfaatnya pada

anak.

8. Ketika anak saya ingin bermain di rumah temannya, maka saya:

a. Mengizinkannya asalkan anak pulang tidak terlambat.

b. Mengantarkan anak kerumah temannya dan menemani anak bermain sampai

selesai.

c. Membiarkan anak bermain sesuka hati.

9. Saat anak saya sedang bermain, tiba-tiba terluka dan berdarah, maka saya:

a. Menolong dan mengobati luka anak serta menasehatinya agar lebih berhati-

hati.

b. Memarahi dan menyuruh anak berhenti bermain.

c. Membiarkan anak mengobati lukanya sendiri.

10. Jika anak saya mengemut makanan , maka saya………..

a. Memarahi anak, karena makan jadi lama.

b. Mengingatkan anak untuk mengunyah makan.

c. Membiarkan anak melakukan sendiri apa yang diinginkan.

11. Anak saya makan tidak teratur, maka saya…………

a. Membiarkan anak untuk makan sesuai dengan kemauannya sendiri.

b. Mengatur jadwal makan anak dan memerintahkan kepada anak harus makan

sesuai jadwal.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 120: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

LAMPIRAN

c. Membuat jadwal makan anak dan menjelaskan tentang pentingnya makan

tepat waktu.

12. Setiap malam, anak saya belajar atau membuat PR, maka saya…………

a. Membantu mengerjakan PR anak hingga selesai.

b. Mengharuskan anak mengerjakan PR hingga selesai (larut malam).

c. Membimbing anak dalam belajar, dan membantu anak dalam kesulitan

belajar.

13. Ketika anak saya tidak menghabiskan makanan yang dimakannya, maka

saya………

a. Memberikan pengertian pada anak tentang pentingnya makanan bagi tubuh.

b. Mengharuskan anak menghabiskan makanannya.

c. Membiarkan anak tidak menghabiskan makanan.

14. Ketika anak saya ada masalah dengan temannya, kemudian menangis dan

mengadu pada saya, maka…………

a. Saya akan memarahi temannya yang membuat anak saya menangis.

b. Saya akan memarahi anak saya, karena saya tidak suka anak cengeng.

c. Saya akan mendengarkan anak saya dan memberikan saran yang baik.

15. Jika banyak orang merokok di sekitar anak saya, maka saya ……..

a. Mengajak anak untuk menjauhinya dan mencari tempat yang bebas asap

rokok.

b. Membiarkan anak bermain di sekitar orang tersebut.

c. Memerintahkan anak untuk pergi dari tempat tersebut dan saya tetap

berkumpul dengan orang-orang tersebut.

16. Saat anak saya tidak mau makan sayur, maka saya ………

a. Menjelaskan pada anak manfaat sayur dan dampak tidak makan sayur.

b. Memarahi dan memaksa agar mau makan sayur.

c. Memberikan makan yang hanya disukai anak.

17. Jika anak saya sulit buang air besar, maka saya………

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 121: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

LAMPIRAN

a. Menasehati anak untuk banyak minum air putih, makan sayur dan buah.

b. Memaksa anak banyak minum air putih, makan sayur dan buah agar bisa

buang air besar.

c. Membiarkan anak untuk mengurus dirinya karena sudah besar.

18. Anak tidak mau tidur/ istirahat siang hari, biasanya saya…

a. Mengizinkan dan membiarkan anak bermain karena saya tidak tega.

b. Memaksa anak untuk tidur siang agar bisa belajar pada malam harinya.

c. Membujuknya dan menjelaskan kepada anak tentang pentingnya

istirahat/tidur siang.

19. Saat angin bertiup kencang dan debu banyak berterbangan, maka saya ……..

a. Meminta anak untuk menutup mulut dan hidungnya, serta memarahinya jika

tidak melakukan apa yang saya minta.

b. Meminta anak untuk menutup mulut dan hidungnya, serta menjelaskan

kenapa anak harus melakukannya.

c. Membebaskan anak bermain sesuka hati dengan teman-temannya tanpa

menutup mulut dan hidungnya.

20. Saat anak saya ingin sendiri di kamarnya, maka saya…

a. Membiarkan saja, lebih baik di kamar daripada main diluar rumah karena

lebih aman.

b. Menghargai keinginan anak saya dan tidak mengganggunya.

c. Memaksa anak saya untuk duduk bersama keluarga sambil menonton televisi.

21. Setiap kali anak saya terlihat berkeringat banyak saat bermain, biasanya saya

akan……

a. Mengingatkan anak untuk minum.

b. Mengambilkan minum untuk anak.

c. Memaksa dan mengomeli anak untuk minum.

22. Ketika anak membuka baju atau berpakaian di sembarang tempat, maka saya…

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 122: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

LAMPIRAN

a. Menasehati anak untuk menjaga privasi diri dari orang lain walaupun

orangtua sendiri.

b. Membiarkan saja, karena anak masih kecil.

c. Memarahi anak karena sembarangan saja, dan menyuruhnya masuk kamar.

23. Anak saya bermain dengan teman-temannya di jalan raya, maka saya:

a. Menasehati dan menjelaskan kepada anak dampak bermain di jalan raya.

b. Didiamkan saja, karena sudah biasa terjadi.

c. Memberikan hukuman, karena bermain dijalan raya.

24. Saat anak saya kencing (buang air kecil) di sembarang tempat, maka saya

………….

a. Membiarkan saja karena dia masih anak-anak.

b. Memarahi dan memaksanya untuk cebok ke kamar mandi.

c. Meminta anak cebok ke kamar mandi dan menjelaskan untuk tidak kencing

sembarangan.

25. Saat anak sedang belajar dan tidak ingin diganggu, maka saya………..

a. Menghargainya dengan tidak meminta anak mengerjakan hal-hal lain.

b. Sering meminta anak untuk membantu saya sebentar, seperti ke warung,

menjaga adiknya, dan lain-lain.

c. Memberikan semua yang diminta anak saat dia belajar, seperti mengambilkan

minum, menghidupkan kipas, memberikan makanan, dan lain-lain.

26. Anak saya suka bermain tanpa menggunakan sandal (alas kaki), biasanya saya

……..

a. Akan marah dan mengomel pada anak, dan memaksanya pulang.

b. Diam saja, karena hal tersebut biasa dilakukan anak-anak.

c. Mengingatkan anak untuk memakai sandal dan menjelaskan risiko tidak

pakai sandal.

27. Anak saya tidak mau minum saat makan, biasanya saya …….

a. Membujuk anak dan menjelaskan pentingnya minum bagi tubuh.

b. Memarahi anak dan mendesak anak untuk minum agar tidak tersedak saat

makan.

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 123: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

LAMPIRAN

c. Mengambilkan minum dan mengiming-imingkan hadiah jika anak mau

minum.

28. Jika anak saya mengompol saat tidur, maka saya akan ………

a. Mengomeli dan mengharuskan anak untuk membersihkan sendiri tempat

tidur yang basah kena ompolannya.

b. Membiarkan saja dan membersihkan tempat tidur anak saya yang basah

karena sudah menjadi kewajiban saya sebagai orangtua.

c. Menanyakan pada anak kenapa sampai mengompol dan mengajarkan anak

untuk membersihkan tempat tidur yang basah.

29. Anak saya lebih suka minum air es atau jajan es, biasanya saya ………….

a. Membiarkan saja asalkan kebutuhan minumnya terpenuhi.

b. Mengancam anak tidak akan diberi uang jajan jika masih suka jajan es.

c. Menjelaskan pada anak untuk mengurangi jajan es karena dapat

menyebabkan sakit.

30. Jika anak saya suka menahan kencing (buang air kecil), maka saya akan

………..

a. Memarahi anak karena menahan kencing akan menyebabkan sakit.

b. Menjelaskan pada anak bahwa tidak baik menahan kencing, dan

menganjurkan untuk segera kencing.

c. Membujuk anak dengan hadiah dan menggendong anak ke kamar mandi agar

mau kencing.

31. Jika anak saya makan atau mengambil makanan tanpa mencuci tangan

sebelumnya, maka saya……

a. Memarahinya dan tidak membolehkannya makan.

b. Menganjurkan anak untuk mencuci tangan dulu.

c. Membiarkan saja karena anak saya sudah biasa seperti itu.

32. Saat anak saya menerima teman-temannya di rumah, maka saya ……..

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 124: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

LAMPIRAN

a. Memarahinya karena akan membuat rumah menjadi kotor dan berantakan

saja.

b. Ikut menemani dan mengobrol dengan teman-teman anak saya sampai

mereka pulang.

c. Memberikan kesempatan untuk mereka belajar, bermain, atau berbicara

dengan bebas tanpa mengganggunya.

C. KARAKTERISTIK ANAK (DI ISI OLEH ANAK)

1. Usia anak :

__________________________________

2. Jenis kelamin : Laki-laki

Perempuan

3. Anak ke :

__________________________________

D. KEMANDIRIAN PERAWATAN DIRI ANAK SEKOLAH 6-12 TAHUN

Pernyataan di bawah ini untuk menggali kemandirian adik dalam melakukan

perawatan diri dalam keluarga. Bacalah pernyataan dibawah ini secara teliti dan

isilah dengan menggunakan checklist (√) pada kolom “YA” atau “TIDAK”

sesuai dengan yang biasa adik lakukan.

NO. PERNYATAAN YA TIDAK

1. Saya selalu menjaga kebersihan kamar saya dari debu

2. Setiap pagi saya dibangunkan oleh orang tua saya

3. Jendela kamar setiap pagi saya buka sendiri

4. Saya membantu mengobati teman yang sedang terluka atau

terjatuh

5. Saya merapikan tempat tidur sendiri

6. Saya mengganti dan memasang sprey sendiri

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 125: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

LAMPIRAN

NO. PERNYATAAN YA TIDAK

7. Saya mandi sendiri dengan sabun

8. Sebelum tidur malam, saya buang air kecil terlebih dahulu

9. Saya menyiapkan sarapan sendiri

10 Setiap haus, saya mengambil dan minum sendiri

11. Saya makan disuapi orang tua saya

12. Ketika lapar, saya mengambil sendiri makanannya

13. Saya menyiapkan peralatan sekolah saya sendiri sewaktu

malam hari

14. Saya makan, ketika disuruh orang tua saya

15. Sehabis makan, saya mencuci piring makan saya sendiri

16. Saya mencuci dengan sabun tangan saya selesai buang air

besar atau kecil

17. Saya mengganti pakaian 1x sehari sendiri

18. Saya selalu menjaga kebersihan kamar mandi dengan

menyikat kamar mandi saya sendiri

19. Ibu saya selalu menunggu saya di sekolah

20. Ibu membantu saya dalam berpakaian

21. Saya ditemani ibu, setiap mengikuti kegiatan di luar sekolah

(pramuka)

22. Saya berangkat dan pulang sekolah selalu diantar dan

dijemput.

23. Saya mengerjakan PR sendiri

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 126: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

LAMPIRAN

NO. PERNYATAAN YA TIDAK

24. Bila teman saya berkelahi, saya akan membantu melerai

25. Saya mengadu kepada orang tua setiap kejadian yang terjadi

di sekolah

26. Saya merapikan buku saya sendiri setelah selesai belajar

kedalam tas

27. Orang tua saya selalu menemani saya ketika bermain di luar

28. Saya belajar sendiri di kamar

29. Saya menggunting kuku saya setiap 1 minggu sekali sendiri

30. Saya meminta orangtua saya menemani saya ketika tidur

malam

31. Saya membuang air besar ataupun kecil di kamar mandi

(WC) dan menyiram bersih

32. Seluruh pakaian saya diatur orang tua saya kedalam lemari

setelah selesai distrik.

33. Saya membuka atau mengganti pakaian di mana saja

34. Saya jarang bermain dengan teman-teman di lingkungan

rumah saya

35. Saya memiliki teman banyak teman, dan saling membantu

satu sama lain

36. Saya hanya bisa belajar jika bersama teman.

37. Saya belajar sendiri dimana dan kapanpun, tanpa disuruh

orang tua

38. Saya bisa pergi ke sekolah sendiri

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013

Page 127: HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN ...lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334363-T32623...The research methode uses cross sectional method. The total of research sample is 107 persons,

LAMPIRAN

NO. PERNYATAAN YA TIDAK

39. Saya tidak akan mau makan makanan dari orang yang tidak

dikenal

40. Saya menyeberang jalan di zebra cross

41. Saya jalan di trotoar jalan bersama teman-teman saya

42. Bila saya jatuh atau terluka, saya bisa mengobati sendiri

43. Saya minum obat di suapi orang tua

44. Saya memiliki tabungan sendiri

45. Saya menyisakan uang jajan saya untuk ditabung

Hubungan pola..., Herlina, FIK UI, 2013