Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

26
7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORISTIK 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD dengan kejadian anemia pada akseptor kontrasepsi IUD di wilayah kerja UPTD puskesmas Sembung kabupaten Tulungagungyang pernah dilakukann suhartatik tahun 2014, Desain penelitian adalah desain penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional.Populasi yang digunakan adalah seluruh akseptor kontrasepsi IUD yang ada di UPTD Puskesmas Sembung Kabupaten Tulungagung sebanyak 127 orang. Sampel menggunakan sebagian akseptor kontrasepsi IUD yang ada di UPTD Puskesmas Sembung Kabupaten Tulungagung sebanyak 97 responden.Teknik sampling menggunakan simple random sampling. Variabel independent yang digunakan perubahan pola menstruasi. Variabel dependent yang digunakan kejadian anemia. Instrumen menggunakan lembar kuesioner dan Hb sahli. Analisa data menggunakan uji Chi Square Hasil penelitian didapatkan hampir seluruh dari responden pola menstruasinya tidak normal yaitu sebanyak 81 responden (83,4%) dan sebagian besar dari responden terjadi anemia ringan yaitu sebanyak 50 responden (51,5%). Hasil analisa didapatkan nilai p-value 0,000<0,05 yang artinya ada

description

Bidang Kebidanan, Kesehatan, Keperawatan

Transcript of Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

Page 1: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORISTIK

2.1. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang “Hubungan perubahan pola menstruasi setelah

pemasangan kontrasepsi IUD dengan kejadian anemia pada akseptor

kontrasepsi IUD di wilayah kerja UPTD puskesmas Sembung kabupaten

Tulungagung” yang pernah dilakukann suhartatik tahun 2014, Desain

penelitian adalah desain penelitian korelasional dengan menggunakan

pendekatan cross sectional.Populasi yang digunakan adalah seluruh akseptor

kontrasepsi IUD yang ada di UPTD Puskesmas Sembung Kabupaten

Tulungagung sebanyak 127 orang. Sampel menggunakan sebagian akseptor

kontrasepsi IUD yang ada di UPTD Puskesmas Sembung Kabupaten

Tulungagung sebanyak 97 responden.Teknik sampling menggunakan simple

random sampling. Variabel independent yang digunakan perubahan pola

menstruasi. Variabel dependent yang digunakan kejadian anemia. Instrumen

menggunakan lembar kuesioner dan Hb sahli. Analisa data menggunakan

uji Chi Square

Hasil penelitian didapatkan hampir seluruh dari responden pola

menstruasinya tidak normal yaitu sebanyak 81 responden (83,4%) dan sebagian

besar dari responden terjadi anemia ringan yaitu sebanyak 50 responden

(51,5%). Hasil analisa didapatkan nilai p-value 0,000<0,05 yang artinya ada

Page 2: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

8

hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

dengan kejadian anemia pada akseptor kontrasepsi IUD di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Sembung Kabupaten Tulungagung.

Perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD dapat

menyebabkan anemia yang mana apabila tidak segera diatasi dibiarkan lama

berlarut-larut, maka akan mempengaruhi kondisi fisik responden sehingga akan

berpengaruh pada kelangsungan pemakaian kontrasepsi IUD.

Dan dalam karya tulis ilmiah ini peneliti menggunakan desain

penelitian analitik observasional dengan menggunakan pendekatan cross

sectional, populasi yang digunakan seluruh akseptor IUD dan non akseptor IUD

di Puskesmas Bago kec. Besuk kab. Probolinggo, sampel menggunkana

sebagaian akseptor IUD dan non akseptor IUD, sampel yang diambil dengan

cara non probabilitaty dengan teknik Random sampling instrument

menggunakan lembar observasi dan pemeriksaan Hb, analisa data

menggunakan chi square.

2.2. Tinjauan Teoristik

2.2.1. Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan

jarak anak yang diinginkan, agar dapat mencapai hal tersebut, maka

dibuatlah beberapa cara termasuk kontrasepsi atau pencegahan

kehamilan dan perencanaan keluarga, metode kontrasepsi bekerja

dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi sel

Page 3: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

9

telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi agar

tidka terjadi implantasi (melekat) dan berkembang dalam rahim,

kontrasepsi dapat bersifat reversible (kembali) atau permanen (tetap).

Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasipsi yang dapat

dihentikan setiap saat tanpa efek lama dalam mengembalikan

kesuburan karena melibatkan tindakan operasi (Sulistyawati, 2012)

Faktor yang memengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah

efektifitas, keamanan, frekuensi pemakaian, efek samping, serta

kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasipsi secara teratur

dan benar. Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga

didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan kultur budaya

mengenai kontrasepsi tersebut, factor lainnya adalah frekuensi

melakukan hubungan seksual (Sulistyawati, 2012)

2.2.2. Tujuan progam KB

Tujuan umumnya adalah membentuk keluarga kecil sesuai

dengan kekuatan social ekonomi suatu keluarga, dengan cara

pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan

sejahtera dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan lain

meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan,

peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Hal ini sesuai

dengan teori pembangunan menurut Alex Inkeles dan David Smith

yang mengatakan bahwa pembangunan bukan sekedar perkara

Page 4: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

10

pemasok modal dan teknologi saja tapi juga membutuhkan sesuatu

yang mampu mengembangkan sarana yang berorientasi pada masa

sekarang dan masa depan, memiliki kesanggupan untuk

merencanakan, dan percaya bahwa manusia dapat mengubah alam,

bukan sebaliknya (Sulistyawati, 2012)

2.2.3. Dampak program KB terhadap pencegahan kelahiran

Program KB bertujuan untuk memenuhi permintaan pelayanan

KB dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi yang

berkualitaas serta mengendalikan angka kelahiran yang pada akhirnya

akan meningkatkan kualitas penduduk dan mewujudkan keluarga

keluarga kecil berkualitas, sasaran utama kinerja program KB adalah

sebagai berikut

a) Menurunnya jumlah pasangan usia subur (PUS) yang ingin

melaksanakan KB namun pelayanan KB tidak terlayanai (unmet

need) menjadi sekitar 6,5%

b) Meningkatnya partisipasi laki-laki dalam melaksanakan KB

menjadi sekitar 8%

c) Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi 2,4% per

perempuan

Hal ini memungkinkan perempuan untuk menghindari kehamilan

ketika mereka tidak ingin hamil, merencanakan kehamilan ketika

mereka melakukan dan mendorong kesehatan mereka sendiri,

Page 5: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

11

sehingga dalam prosesnya akan menghasilkan kesehatan yang

signifikan, serta manfaat ekonomi dan social bagi individu

perempuan itu sendiri, keluarga, komunitaas, dan keseluruhan

masyarakat

2.2.4. Macam-macam metode kontrasepsi (Hartanto, 2013)

a) Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)

Alat kontrasepsi jangka panjang (MKJP) adalah alat kontrasepsi

yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan, serta

menghentikan kesuburan, yang digunakan dengan jangka panjang,

yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi mantap

b) Metode kontrasepsi jangka pendek (non MKJP)

yang termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan

metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP

2.2.5. Pemilihan kontrasepsi yang rasional menurut Hartanto, 2013

a) Fase menunda atau mencegah kehamilan

Fase menunda atau mencegah kehamilan pada PUS dengan usia

istri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda

kehamilannya

b) Fase menjarangkan kehamilan

Periode usia istri anatar 20-30/35 tahun merupakan periode usia

paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan

jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun

Page 6: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

12

c) Fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan

Periode umur istri diatas 30-35 tahun sebaiknya mengakhiri

kesuburannya setelah mempunyai 2 orang anak

Tabel II.1 Urutan pemilihan kontrasepsi yang rasional

Fase

menunda

kehamilan

Fase menjarangkan

kehamilam

2 - 4

20 tahun 30-35 Tahun

Fase Tidak hamil

lagi/mengakhiri

kesuburan

1. Pil

2. IUD

3. Sederhana

4. Implan

5. Suntikan

1. IUD

2. Suntikan

3. Minipil

4. Pil

5. Implan

6. Sederha

na

1. IUD

2. Suntikan

3. Minipil

4. Pil

5. Implan

6. Sederha

na

7. Steril

1. Streil

2. IUD

3. Implan

4. Suntikan

5. Sederhana

6. Pil

Sumber: Hartanto, 2013

2.3.Konsep dasar kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD)

2.3.1. Pengertian

Intra Uterine device (IUD) adalah alat kecil berbentuk-T terbuat

dari plastik dengan bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga

terbuat dari plastik. Sesuai dengan namanya IUD dimasukkan ke

dalam rahim untuk mencegah kehamilan. Pemasangan bisa dengan

rawat jalan dan biasanya akan tetap terus berada dalam rahim sampai

dikeluarkan lagi. IUD mencegah sperma tidak bertemu dengan sel

telur dengan cara merubah lapisan dalam rahim menjadi sulit

ditempuh oleh sperma (Hartanto, 2013).

Page 7: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

13

Gambar II.1 Contoh kontrasepsi IUD

Sumber: Ridwanaz, 2013

2.3.2. Cara kerja

a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi

b) Memperngaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

c) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,

walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk kedalam alat

reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk

fertilisasi

d) Memungkinkan mencegah implantasi telur dalam uterus (Biran

Afandi, dkk, 2011)

2.3.3. Kelebihan dan kelemahan Kontrasepsi IUD

Kelemahan dan kelebihan kontrasepsi IUD menurut Widyatun, 2012

a) Beberapa kelebihan dari kontrasepsi Intra uterine devise (IUD).

1) Sangat efektif mencegah kehamilan, sekali pakai terus

berfungsi sampai dibuka. 0,6 - 0,8 kehamilan/100

Page 8: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

14

perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125

- 170 kehamilan).

2) Pencegahan kehamilan untuk jangka yang panjang sampai

5-10 tahun.

3) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.

4) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus

(apabila tidak terjadi infeksi).

5) Dapat digunakan sampai menopause.

6) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

7) Membantu mencegah kehamilan ektopik.

8) Tidak perlu diingat-ingat seperti jika memakai pil

atau tidak terganggu faktor lupa.

9) Dapat dibuka kapan saja (oleh dokter/bidan).

10) Segera berfungsi (AKDR dapat efektif segera setelah

pemasangan)

b) Kelemahan kontrasepsi IUD

1) Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi

menular karena dapat memperparah.

2) Spiral tidak melindungi dari berbagai penyakit yang menular

melalui hubungan seksual, termasuk HIV/AIDS.

Page 9: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

15

3) Efek samping umum terjadi perubahan siklus haid, haid lebih

lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih

sakit.

4) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan

dalam pemasangan IUD.

5) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah

pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari.

6) Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas

terlatih yang dapat melepas

7) Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi

apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan)

8) Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke

waktu

9) Kadang-kadang suami dapat merasakan sewaktu bersenggama.

2.3.4. Efek samping intra Uterine device (IUD)

a) Fluor albus

Penggunaan IUD akan memicu rekurensi vaginosis bacterial

yaitu keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang

disebabkan bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri

anaerob menggantikan Lactobacillus yang mempunyai

konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina.

Page 10: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

16

b) Gangguan Siklus Menstruasi

merupakan masalah umum dari penggunaan KB Spiral.

Adapun gangguan yang peling sering adalah siklus menstruasi

menjadi tidak teratur, disertai keam dan sakit perut dalam

waktu cukup lama.

c) Perforasi

merupakan efek samping KB Spiral/IUD yang terjadi pada

proses pemasangan, yang dapat memicu pendarahan pada

jaringan rahim.

d) Masalah hormonal

seperti mual perubahan suasana hati, jerawat, sakit kepala, dan

nyeri payudara juga sering terjadi setelah Pemasangan KB

Spiral / IUD dan akan hilang setelah beberapa bulan.

e) Kista ovarium

juga sangat mungkin terjadi saat pemasangan KB Spiral setelah

persalinan. Hal ini dikarenakan, adanya pengaruh keadaan

hormon progesteron pada wanita.

f) Penyakit radang panggul

karena pada dasarnya KB spiral adalah benda asing yang

masuk ke dalam tubuh (organ reproduksi), sehingga sangat

mungkin menyebabkan iritasi karena tubuh anda menolak

Page 11: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

17

benda asing tersebut, dan biasanya ditandai dengan penyakit

radang panggul.

g) Kehamilan ektopik atau kehamilan di luar kandungan

mungkin terjadi karena pemasangan KB Spiral / IUD. Kondisi

ini menyebabkan janin tidak mampu tumbuh dengan baik

sehingga harus dikeluarkan.

2.3.5. Macam-macam IUD menurut Hartanto, 2013

a) Un-Medicated IUD

1) Lippes Loop

Diperkenalkan pada awal 1960 an dan dianggap sebagai

IUD standart, terbuat dari polyethylene (suatu plastic insert

secara biologic) ditambah barium sulfat

ada 4 macam macam IUD lippes loop

(1) Lippes loop A : Panjang 26,2 mm, lebar 22,2

mm, benang biru, satu titik pada pangkal IUD dekat

benang ekor

(2) Lippes loop B : Panjang 25,2 mm, lebar 27,4

mm, 2 b3nang hitam, bertitik 4

(3) Lippes loop C : Panjang 27,5 mm, lebar 30,0

mm 2 benang kuning, bertitik 3

(4) Lippes loop D : Panjang 27,5 mm, lebar 30,0

mm, 2 benang putih, bertitik 2

Page 12: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

18

b) Medicated IUD

1) Copper IUD

Yang paling dikenal sampai saat ini

(1) CuT 200 = Tatum T

(2) CuT-200B

(3) CuT-200Ag

(4) CuT-220C

(5) CuT-380A

(6) CuT-380Ag

(7) CuT-380S

(8) Nova T

(9) ML Cu-375

c) Mengandung hormone

1) Progestasert – Alza T dengan daya kerja 1 tahun

2) LNG- 20 : mengandung levonorgestrel

2.3.6. Efektivitas IUD (Hartanto, 2013)

a) Efektivitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas

(continuation) yaitu berapa lama IUD tetap tinggal in utero

tanpa :

1) Ekspulsi spontan

2) Terjadinya kehamilan

Page 13: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

19

3) Pengangkatan atau pengeluaran karena alas an medis atau

pribadi

b) Efektifitas dari IUD tergantung pada

1) IUD nya

(1) Ukuran

(2) Bentuk

(3) Mengandung Cu atau progesterone

2) Akseptor

(1) Umur

(2) Paritas

(3) Frekuensi senggama

Dari faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu

umur dan paritas diketahui bahwa makin tua usia, maka

makin rendah kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan

atau pengeluaran IUD, Makin muda usia, terutama pada

nulligravid, makin tinggi ekspulsi dan pengangkatan

atau pengeluaran IUD

2.3.7. Persyaratan pemakaian IUD

a) Usia reproduktif

b) Tidak dalam keadaan hamil ataupun perkiraan hamil

c) Menginginkan kontrasepsi jangka panjang

Page 14: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

20

d) Menyusui yang ingin menggunakan kontrasepsi jangka

panjang

e) Setelah mengalami abortus dan tidak ada tanda infeksi

f) Risiko rendah dari IMS

g) Tidak menghendaki metode hormonal

h) Tidak menyukai untuk mengingat minum pil dan tidka suka

suntik (Biran Afandi, kk, 2011)

2.3.8. Waktu penggunaan

a) Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien

tidak hamil

b) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid

c) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau

setelah 4 minggu pascapersalinan ; setelah 6 bulan apabila

menggunakan metode amenorea laktasi (MAL). Perlu diingat,

angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48

jam pascapersalinan

d) Setelah menderita abortus ( segera atau dalam waktu 7 hari )

apabila tidak ada gejala infeksi

e) Selama 1 sampai 5 hari setelah senggamayang tidak

dilindungi (Biran Afandi, kk, 2011)

Page 15: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

21

2.3.9. Kontra-indikasi insersi IUD

a) Kontra indikasi absolute

1) Infeksi pelvis yang aktif

2) Kehamilan atau persangkaan kehamilan

b) Kontra indikasi relative kuat

1) Partner seksual yang banyak

2) Kesukaran mendapat pertolongan gawat darurat apabila

terjadi komplikasi

3) Cervicitis akut atau purulent

4) Kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya

5) Gangguan respon tubuh terhadap infeksi

6) Kelainan pembekuan darah

c) Keadaan lain yang dapat merupakan kontra indikasi untuk

insersi IUD

1) Penyakit katup jantung

2) Kelainan bawaan uterus yang abnormal

3) Sedang menderita infeksi genetalia

4) Uterus yang kecil sekali

5) Endometriosis

6) Ketidakmampuan mengetahui tanda tanda bahaya dari

IUD

7) Anemia

Page 16: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

22

2.3.10. Prosedur insersi IUD

a) Pemberian analgetika dan sedativa bila diperlukan.

b) Pasang spekulum dalam vagina dan perhatikan serviks serta

dinding-dinding vagina.

c) bila mungkin, kerjakan papanicolaou smear dan pemeriksaan

bakteriologis terhadap Gonorrhoe

d) Lakukan pemeriksaan dalam bimanual untuk menentukan

besar, bentuk, posisi dan mobilitas uterus, serta untuk

menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan adanya infeksi

atau keganasan dari organ-organ sekitarnya.

e) Pasang kembali spekulum dalam vagina, dan lakukan

desinfeksi endoserviks dan dinding vagina.

f) Pasang tanakulum pada bibir serviks atas, lakukan tarikan

ringan pada untuk meluruskan dan menstabilkan uterus. Ini

akan mengurangi perdarahan dan risiko perforasi.

g) Lakukan sondage uterus.

h) Masukkan IUD sesuai dengan macam alatnya

i) Lepaskan IUD dalam bidang transverse dari cavum uteri pada

posisi setinggi mungkin difundus uteri. Bila terasa ada

tahanan sebelum mencapai fundus, jangan dipaksakan,

keluarkan alatnya dan lakukan re-insersi.

j) Keluarkan tabung insertasinya

Page 17: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

23

k) Periksa dan gunting benang ekor IUD sampai 2-3 cm dari

ostium utteri eksternum.

l) Keluarkan tenakulum dan spekulum.

Catatan : IUD jangan dibiarkan lebih lama dari 2 menit di

dalam tabung insersinya, karena ia akan kehilangan

bentuknya (terutama untuk Lippes Loop) (Widyatun, 2012).

2.3.11. Petunjuk bagi klien

a) Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu

pemasangan AKDR

b) Selama bulan pertama menggunakan AKDR, periksalah

benang AKDR secara rutin terutama setelah haid

c) Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa

keberadaan benang setelah haid sperti mengalami :

1) Kram/kejang diperut bagian bawah

2) Perdarahan (spotting) diantara haid atau setelah

senggama

3) Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan

mengalami tidak nyaman selama melakukan hubungan

seksual

d) Kembali ke klinik apabila :

1) Tiidak dapat meraba benang AKDR

2) Merasakan bagian yang keras dari AKDR

Page 18: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

24

3) AKDR terlepas

4) Siklus terganggu/meleset

5) Terjadi pnegeluaran cairan darivagina yang

mencurigakan

6) Adanya infeksi (Biran Afandi, kk, 2011)

2.4.Konsep Anemia

2.4.1. Pengertian

Anemia didefenisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau

penurunan konsentrasi hemoglobin dalam sirkulasi darah.anemia yang

diterima secara umum adalah kadar Hb kurang dari 12,0 gr/100

( Varney H,2006 ).

2.4.2. Etiologi

Penurunan produksi eritrosit, yaitu terdiri dari:

a) Peningkatan sintesis hemoglobin seperti defisiensi zat besi dan

thalasemia.

1) Rusaknya sintesis DNA karena penurunan vitamin B12

(cobalamin) dan defisiensi asam folat.

2) Pencetus terhadap penurunan jumlah eritrosit seperti anemia

aplastik, anemia dari leukemia, dan penyakit kronik.

b) Perdarahan

1) Akut, bisa disebabkan karena trauma dan rupturnya pembuluh

darah.

Page 19: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

25

2) Kronik, seperti gastritis, menstruasi dan hemoroid.

c) Peningkatan penghancuran eritrosit

1) Intrinsik : hemoglobin yang tidak normal, defisiensi enzim

(G6PD)

2) Ekstrinsik : trauma fisik, antibodi, infeksi dan toksik (malaria)

(putrysumba,2013)

2.4.3. Klasifikasi anemia

Klasifikasi anemia menurut amin huda dan Hardhi Kusuma 2015

dalam buku aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis

dan NANDA

a) Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsung

tulang belakang

1) Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit

2) Gangguan penggunaan (utilisasi) besi

3) Kerusakan sumsum tulang

b) Anemia akibat kekurangan eritropoitietin

1) Anemia pasca perdarahan akut

2) Anemia akibat perdarahan kronik

c) Anemia hemolitik

1) Intraposkular

2) Ekstraposkular

Page 20: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

26

d) Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan

menggunakan alat sahli. Menurut WHO 2002 hasil pemeriksaan

Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut:

1) Normal : Hb >12 gr%/dl

2) Ringan sekali : Hb 10 – 12 gr%/dl

3) Ringan : Hb 8– 9,9 gr%/dl

4) Sedang : Hb 6– 7,9 gr%/dl

5) Berat : Hb < 6 gr%/dl

2.4.4. Faktor penyebab terjadinya anemia

a) Kurangnya asupan makanan yang banyak mengandung zat besi,

vitamin B12 dan vitamin C yang sangat penting untuk

pembentukan sel darah merah

b) Mereka yang vegetarian tidak mengkonsumsi daging

menyebabkan tubuh kekurangan vitamin B 12

c) Kekurangan asam folat

dapat menyebabkan anemia karena asam folat sangat dibutuhkan

tubuh untuk memproduksi sel darah merah yang sehat, yang

terdapat pada sayuran hijau mentah dan hati hewani (sapi)

d) Mengalami menstruasi yang berlebihan

e) Efek samping dari obat obatan tertentu

Page 21: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

27

Jenis obat tertentu yang mungkin sering dikonsumsi dapat

menyebabkan kemampuan metabolism tubuh untuk menyerap

vitamin atau zat besi bahkan berakibat pada infeksi lambung

seperti jenis obat aspirin, anti inflamasi, pil KB dll

f) Efek samping dari pengobatan dengan operasi atau pembedahan

Operasi ini dapat menyebabkan tubuh terserang anemia dan

kurang dapat menyerap zat besi dan vitamin B12

g) Adanya penyakit kronis

Seperti lupus, penyakit ginjal, masalah dengan kelenjar tieoid,

adanya penyakit ini juga dapat melumpuhkan kemampuan

pembentukan sel darah merah dan berujung pada anemia. (Degon,

2014)

2.4.5. Manifestasi klinik

a) Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb,

vasokontriksi

b) Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2

berkurang)

c) Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung)

menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada SSP

d) Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea,

konstipasi atau diare) (putrysumba, 2013).

Page 22: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

28

2.4.6. Pemeriksaan Penunjang

Jenis pemeriksaan yang dilakukan untuk kasus anemia menurut amin

huda dan hardi kusuma 2015 dalam buku aplikasi asuhan keperawatan

berdasarkan diagnose medis dan NANDA

a) Pemeriksaan laboratorium

1) Tes penyaring, tes ini dilakukan pada tahap awal kasus anemi

2) Pemeriksaan darah seri anemia : hitung Leukosit,ttrombosit, laju

endap darah (LED) dan hitung retikulosit

3) Pemeriksaan sumsum tulang

4) Pemeriksaan atas indikasi khusus

b) Pemeriksaan labolatorium nonhematologis : faal ginjal, asam urat,

faal hati

c) Pemeriksaan sitogenik

d) Pemeriksaan biologi molekuler

e) Radiologi

2.4.7. Alat uji anemia dengan pemeriksaan Hb sahli menurut Sumantri, 2012

Mengukur kadar hemoglobin berdasarkan warna yang terjadi akibat

perubahan Hb yang menjadi asam hematin oleh adanya HCL 0,1 N

a) Tujuan pemeriksaan Hemoglobin

Pemeriksaan hemoglobin dilakukan untuk mendeteksi adanya

anemiadan penyakit ginjal. Peningkatan hemoglobin dapat

Page 23: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

29

menunjukan indikasi adanya dehidrasi, penyakit paru-paru

obstruksi menahun, gagal jantung kongestif dan lain-lain

b) Bahan Pemeriksaan

Darah kapiler atau darah vena dan darah tepi.

c) Prinsip pemeriksaan

Mengukur kadar HB berdasarkan warna yang terjadi akibat

perubahan Hb yang menjadi asam hematin oleh adanya HCl 0,1N

d) Alat dan bahan

1) Haemometer set terdiri dari :

Tabung pengukur

Tabung standar warna

Pipet Hb dengan pipa karetnya

Pipet HCl

Batang pengaduk

Botol tempat HCl dan aquadest

Sikat pembersih

2) Perlak kecil dan pengalas

3) Kapas alkohol 70%

4) Jarum/Lancet

5) Handscoon steril

6) Kapas kering

7) Bengkok

Page 24: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

30

Gambar II.2 Contoh alat ukur pemeriksaan kadar hemoglobih dengan

digital

Gambar II.3 Contoh alat ukur pemeriksaan Hb sahli

2.5. Hubungan pemakain kontrasepsi IUD dengan kejadian anemia

IUD ini berbahan dasar padat, maka pada saat dinding rahim

bersentuhan dengan IUD bisa saja terjadi perlukaan. Hal inilah yang dapat

mengakibatkan keluarnya bercak darah (spotting) diluar masa haid. Demikian

pula ketika masa haid, darah yang keluar menjadi lebih banyak karena ketika

Page 25: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

31

haid, terjadi peluruhan dinding rahim. Proses ini menimbulkan perlukaan di

daerah rahim, sehingga apabila IUD mengenai daerah tersebut, maka akan

menambah volume darah yang keluar pada masa haid. IUD merupakan benda

asing didalam rahim sehingga rahim perlu beradaptasi dengan kondisi ini.

Masa adaptasi ini berlangsung selama tiga bulan pertama dengan ditandai

dengan timbulnya bercak darah (spotting) dan perubahan siklus haid yang

lebih lama dan lebih banyak (Biran, 2011).

Penggunaan IUD dapat meningkatkan resiko kesehatan yang

disebabkan oleh karena kehilangan darah yang banyak pada saat menstruasi.

IUD bersinggungan dengan endometrium sehingga menimbulkan inflamasi

dan lekosit yang mempengaruhi pengeluaran histamin, aktivator plasminogen

meningkat, mikrovaskularisasi, timbul erosi supervisial dan permeabilitas

vasculair meningkat serta sintetis prostaglandin pada endometrium atau

timbulnya radikal bebas yang berpengaruh terhadap perlukaan endometrium

sehingga pemakaian IUD atau spiral dapat meningkatkan pengeluaran darah 2

kali saat menstruasi. Rata-rata seorang perempuan mengeluarkan 32 ml setiap

siklus menstruasi 28 hari pada perempuan yang tidak memakai kontrasepsi

menjadi 80 ml per bulan pada pemakai IUD, kondisi yang memudahkan

terjadinya perdarahan adalah infeksi pada mulut rahim atau adanya

pertumbuhan tumor jinak yang dikenal dengan istilah polip serviks. Karena

itu, sebaiknya penderita memeriksakan diri ke dokter spesialis

kandungan. Bila infeksi pada leher rahim cukup berat, maka benang IUD yang

Page 26: Hubungan perubahan pola menstruasi setelah pemasangan kontrasepsi IUD

32

ada pada permukaan mulut rahim juga dapat menyentuh daerah mulut rahim

yang terinfeksi dan mengakibatkan terjadinya perdarahan. (Tatang,2014)

Kondisi lain yang juga memudahkan terjadinya perdarahan adalah

infeksi pada mulut rahim atau adanya pertumbuhan tumor jinak yang dikenal

dengan istilah polip serviks. Karena itu, sebaiknya Anda memeriksakan diri ke

dokter spesialis kandungan. Bila infeksi pada leher rahim cukup berat, maka

benang IUD yang ada pada permukaan mulut rahim juga dapat menyentuh

daerah mulut rahim yang terinfeksi dan mengakibatkan terjadinya perdarahan.

Dalam kondisi infeksi berat umumnya ginekolog akan mengganti IUD dengan

jenis kontrasepsi lain selama masa pengobatan.(Tatang,2014).