hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo...

80
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain ialah menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga dan berkurangnya usia harapan penduduk. Dampak ekonomi langsung pada penderita DBD adalah biaya pengobatan, sedangkan dampak ekonomi tak langsung adalah kehilangan waktu kerja, waktu sekolah dan biaya lain yang dikeluarkan selain untuk pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama perawatan penderita ( Depkes RI, 2004) Demam berdarah dengue di dunia memiliki peluang menjangkti 2/3 penduduk dunia dan dalam kurun waktu 50 tahun terakhir meningkat 30 kali lipat dengan lebih dari 1 milyar kejadian dan lebih dari 100 negara endemis di dunia ( WHO.denguenet, 2010 ). Indonesia 1

description

penelitian tentang pengetahuan, demam berdarah dan pence4gahannya

Transcript of hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo...

Page 1: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu

masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi.

Kerugian sosial yang terjadi antara lain ialah menimbulkan kepanikan dalam

keluarga, kematian anggota keluarga dan berkurangnya usia harapan penduduk.

Dampak ekonomi langsung pada penderita DBD adalah biaya pengobatan, sedangkan

dampak ekonomi tak langsung adalah kehilangan waktu kerja, waktu sekolah dan

biaya lain yang dikeluarkan selain untuk pengobatan seperti transportasi dan

akomodasi selama perawatan penderita ( Depkes RI, 2004)

Demam berdarah dengue di dunia memiliki peluang menjangkti 2/3

penduduk dunia dan dalam kurun waktu 50 tahun terakhir meningkat 30 kali lipat

dengan lebih dari 1 milyar kejadian dan lebih dari 100 negara endemis di dunia

( WHO.denguenet, 2010 ). Indonesia sendiri berada di peringkat 8 dunia dengan

kasus kematian terbanyak. Seluruh wilayah Indonesia mempunyai resiko untuk

terjangkit penyakit DBD, di ASEAN Indonesia menempati urutan ke empat dalam

angka Case Fatality Rate setelah Bhutan, India dan Myanmar yaitu 1,01 kasus

kematian per 1.000 penduduk. Kondisi Insidence Rate ( IR ) mulai tahun 2006

sampai dengan 2008 menunjukan penurunan namun masih tetap menunjukan

prevalensi yang tinggi yaitu Case Fatality Rate (CFR ) 1,01% menjadi 0,86% pada

tahun 2008, Jawa timur mengalami penurunan jumlah kejadian yaitu 25.950 menjadi

16.589 pada tahun 2008 namun angka yang didapatkan sangat tinggi di tahun-tahun

1

1

Page 2: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

terakhir. Angka seharusnya adalah kurang dari 20/100.000 penduduk. Angka Bebas

Jentik pada tahun 2008 masih rendah yaitu 85,99 % dari 11,02% rumah yang

diperiksa. Angka kematiannya (CFR) yang tidak terlalu besar, namun masih di atas

batas maksimum yang ditetapkan, yaitu kurang dari 1% ( Profil Kesehatan Provinsi

Jawa Timur, 2006 ). Situasi di Jombang untuk kejadian demam berdarah mengalami

tren peningkatan kasus yaitu 365 kasus pada 2006, 695 kasus pada 2007, 754 dan

761 pada tahun 2008 dan 2009, angka bebas jentik kabupaten masih rendah yaitu

82,3%, di Puskesmas Bareng sendiri kasus terus mengalami peningkatan yaitu 31

kasus tanpa kematian pada 2009 dan 22 kasus pada 2010 dengan 2 kasus kematian,

dan terjadi perubahan pola desa endemis yaitu 5 desa menjadi 13 desa dari 13 desa di

wilayah kerja puskesmas ( Profil Kesehatan Puskesmas Bareng, 2009 ). Desa

kebondalem adalah salah satu desa endemis dengan Angka bebas jentik 14,96% dari

1487 bangunan yang diperiksa, setiap musim demam berdarah selalu

menyumbangkan penderita dan telah terjadi 3 kasus kematian dalam kurun waktu 5

tahun terakhir. Desa kebondalem memiliki georafis yang mendukung

perkembangbiakan vektor nyamuk Aedes aegepty dengan daerah aliran sungai, pasar

dan kebun yang memungkinkan timbulnya potensi kontainer tempat

berkembangbiaknya jentik. Dalam studi pendahuluan di Desa kebondalem, rata- rata

pengetahuan masyarakat tentang penyakit Demam Berdarah masih kurang yaitu

51,3%, hal itu diikuti dengan rendahnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan 3M

( menguras, menutup, mengubur ) yaitu hanya 14,46% yang melaksanakan kegiatan.

Kebijakan pemerintah desa untuk mendukung realisasi gerakan 3M masih minim, hal

2

Page 3: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

ini dibuktikan dengan tidak adanya program rutin Jumat bersih dan minimnya kader

jumantik aktif.

Upaya penanggulangan DBD diprogramkan secara teratur sejak tahun 1974

namun demikian, hingga saat ini upaya pemberantasan DBD belum berhasil di

Indonesia, sehingga penyakit ini masih sering terjadi dan menimbulkan KLB di

berbagai daerah. Permasalahan utama dalam upaya menekan angka kesakitan adalah

masih belum berhasilnya upaya menggerakkan peran serta masyarakat dalam PSN

DBD melalui Gerakan 3M yang mulai di intensifkan sejak 1992. ( Depkes RI, 2004 ).

Membasmi jentik nyamuk tak cukup dilakukan pemerintah saja,

melainkan butuh partisipasi seluruh masyarakat juga, perlu kesediaan,

kemauan dan tindakan nyata. Program pemberantasan sarang nyamuk

(PSN) tak cukup dilakukan satu-dua kali, melainkan rutin atau berkala

terlebih setiap musim jangkitan DBD (Nadesul dalam Pambudi,2009).

Pengetahuan, sikap, perilaku masyarakat tentang pencegahan pada umumnya

masih kurang. Menurut pengertian dasar, perilaku masyarakat bisa dijelaskan

merupakan suatu respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang berkaitan

dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan.

Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap),

maupun bersifat aktif (Gde suyasa, 2007 ). Kesehatan adalah tanggung jawab

bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang

dimainkan pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat secara mandiri

untuk menjaga kesehatan mereka hanya sedikit yang dapat dicapai. Selain itu, tujuan

Indonesia sehat 2010 yakni mencegah terjadinya dan menyebarnya penyakit menular

3

Page 4: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

sehingga tidak terjadi masalah kesehatan di masyarakat ( Depkes, 2005 ). Untuk

meningkatkan upaya pemberantasan penyakit DBD diperlukan adanya partisipasi

masyarakat dalam melakukan pemeriksaan jentik secara berkala dan terus menerus

serta menggerakkan masyarakat dalam melaksanakan PSN DBD, keluarga memiliki

peranan yang cukup penting dalam kegiatan ini agar tidak membiarkan nyamuk-

nyamuk penular DBD berkembang biak dirumah dan lingkungan mereka.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah: Apakah ada Hubungan

Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Demam Berdarah Dengue Dengan

Pelaksanaan 3M Plus Di Dusun Plosorejo Desa Kebondalem Wilayah Kerja

Puskesmas Bareng

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Demam Berdarah

Dengue Dengan Pelaksanaan 3M Plus Di Dusun Plosorejo Desa Kebondalem

Wilayah Kerja Puskesmas Bareng.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan Pengetahuan Keluarga Tentang Demam Berdarah

Dengue Di Dusun Plosorejo Desa Kebondalem Wilayah Kerja Puskesmas

Bareng

4

Page 5: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

2. Mengidentifikasi pelaksanaan 3M Plus Di Dusun Plosorejo Desa Kebondalem

Wilayah Kerja Puskesmas Bareng

3. Menganalisis hubungan antara Pengetahuan Keluarga Tentang Demam Berdarah

Dengue Dengan Pelaksanaan 3M Plus Di Dusun Plosorejo Desa Kebondalem

Wilayah Kerja Puskesmas Bareng

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Petugas Kesehatan

Sebagai bahan masukan dalam penyusunan perencanaan program kesehatan,

evaluasi program dan upaya peningkatan program kesehatan, khususnya

pemberantasan DBD.

2. Bagi Masyarakat

Memberikan gambaran dan informasi tentang faktor- faktor yang berkaitan erat

dengan partisipasi mereka dalam program pemantauan jentik nyamuk untuk

mencegah kejadian demam berdarah

3. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan tentang hubungan antara pengetahuan kepala keluarga

Tentang Pencegahan Demam Berdarah Dengue Dengan Pelaksanaan 3M Plus Di

Dusun Plosorejo Desa Kebondalem Wilayah Kerja Puskesmas Bareng.

5

Page 6: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam tinjauan pustaka ini akan dituliskan mengenai konsep penegetahuan,

demam berdarah dan pencegahannya dengan 3M, konsep keluarga serta beberapa

kutipan jurnal ilmiah tentang pengetahuan, keluarga dan perilaku pencegahan demam

berdarah

2.1 KONSEP PENGETAHUAN

Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai kutipan – kutipan ilmiah dan

jurnal tentang pengetahuan yaitu pengertian, tingkatan pengetahuan dan cara

memperoleh pengetahuan

2.1.1 Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. (Notoatmodjo, 2003:127).

Pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui

pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya

untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau

dirasakan sebelumnya.(Meliono dalam Effendy, 2006). Definisi pengetahuan yang

dikemukakan para ahli pada umumnya menunjukkan pada fakta-fakta, the

International Encyclopedia of Higher Education dalam Sonya ( 2010 ) pengertian

pengetahuan dirumuskan sebagai keseluruhan fakta-fakta kebenaran azas-azas, dan

keterangan yang diperoleh manusia.

6

6

Page 7: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2002) pengetahuan yang dicakup di dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :

1. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang

dipelajari.

3. Menggunakan

Menggunakan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi kondisi sebenarnya. Misalnya dapat

menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian,

dapat menggunakan prinsip-prinsip sklis pemecahan masalah (problem solving

cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan.

7

Page 8: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

4. Menganalisis

Menganalisa adalah kemampuan untuk materi atau suatu obyek ke dalam

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi

tersebut, dan masih ada kaitan satu dengan yang lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan (membuat

bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Mensintesis

Mensintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan, dengan kata

lain suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang ada, misalnya : dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan,

dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6. Menilai

Menilai berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penelitian terhadap suatu materi atau obyek. Misalnya : dapat : membandingkan

antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat

menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.

2.1.3 Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2002) cara memperoleh pengetahuan dikelompokkan

menjadi dua, yakni : Cara tradisional dan cara ilmiah.

8

Page 9: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

Cara kuno atau tradisional ini dapat dipakai orang untuk mmperoleh kebenaran

pengetahuan, sebelum diketemukan metode ilmiah atau metode penemuan secara

sistematis dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan ini antara lain :

1. Insting atau menggunakan naluri, yaitu seseorang yang dalam

menyelesaikan suatu masalah menggunakan jalan keluar berdasarkan nalurinya

saja dan hal tersebut tidak diajarkan oleh siapapun

2. Cara coba-coba (Trial and Error)

Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan masalah upaya

pemecahannya dilakukan dengan cara soba-coba ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan lain.

3. Kebiasaan

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi yang

dilakukan orang, misalnya: mengapa ibu yang sedang menyusui harus minum

jamu. Kebiasaan ini diwariskan turun temurun dari generasi kegenerasi. Sumber

pengetahuan ini dapat berupa pemimpin masyarakat formal dan informal.

4. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Oleh sebba itu

pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahun.

5. Melalui jalan pikiran

9

Page 10: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

Merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan-

pertanyaan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat

dibuat suatu kesimpulan.

Selain cara tradisional sekarang dikenal Cara ilmiah atau yang disebut juga

metode penelitian ilmiah dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis logis dan

ilmiah. Adapun beberapa syarat agar sesuatu hal dapat dikatakan ilmiah yaitu:

Obyektif, Sistematis , Metodik , General / umum

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo,2003), tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh

faktor internal dan eksternal.

2.1.4.1 Faktor internal

Menurut Nursalam ( 2005 ) faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan adalah:

1. Usia

Dengan bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan akan berkembang sesuai

dengan pengetahuan yang pernah didapatkan dan juga dari pengalaman sendiri.

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang sangat besar pengaruhnya terhada pengetahuan

seseorang yang berpendidikan tinggi, pengetahuannya akan lebih baik daripada

orang yang tinggal dilingkungan orang yang berpikiran sempit.

10

Page 11: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

3. Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhadap pengetahuan, jika orang hidup dalam

lingkungan yang berpikiran luas maka tingkat pengetahuan akan lebih baik

daripada orang yang tinggal dilingkungan orang yang berpikiran sempit.

4. Intelegensia

Pengetahuan yang dipengaruhi intelegensia adalah pengetahuan intelegen dimana

seseorang dapat bertindak secara cepat, tepat, dan mudah dalam mengambil

keputusan.

5. Pekerjaan

Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas daripada seseorang yang

tidak bekerja, karena dengan bekerja seseorang akan mempunyai banyak

informasi dan pengalaman.

2.1.4.2 Faktor ekternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan, antara lain :

1. Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhadap pengetahuan, jika orang hidup dalam

lingkungan yang berpikiran luas maka tingkat pengetahuan akan lebih baik

daripada orang yang tinggal dilingkungan orang yang berpikiran sempit

(Notoatmodjo, 2005: 12).

2. Agama, agama menjadikan orang bertambah pengetahuan yang berkaitan

dengan kehidupan spiritual

3. Kebudayaan

11

Page 12: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai

budaya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin

masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan

lingkungan karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap

pribadi atau sikap seseorang (Nursalam, 2003: 39)

2.1.5. Kriteria

1. Tingkat pengetahuan Baik jika skor atau nilai : 76 – 100%

2. Tingkat pengetahuan cukup jika skor atau nilai : 56 – 75%

3. Tingkat pengetahuan kurang baik jika skor atau nilai : 40 – 55%

4. Tingkat pengetahuan tidak baik jika skor atau nilai : < 40%

(Arikunto, 2002)

2.2 DEMAM BERDARAH DENGUE

2.2.1. Pengertian

DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue.Penyakit ini

ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang mempunyai

kebiasaan menggit mangsanya pada saat siang hari. Masa inkubasi virus ini adalah 2-

10 hari di dalam tubuh vector dan akan muncul dikelenjar liur nyamuk dan siap

menginfeksi manusia yang tergigit (Soegijanto, 2004).

Virus dengue mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN

4. Keempat serotipe tersebut yang menyebabkan infeksi paling berat di Indonesia,

12

Page 13: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

yaitu DEN 3. Virus Dengue berukuran 35-45 nm, Virus ini dapat terus tumbuh dan

berkembang dalam tubuh manusia dan nyamuk. Nyamuk betina menyimpan virus

tersebut pada tubuhnya. Nyamuk jantan akan menyimpan virus pada nyamuk betina

saat melakukan kontak seksual. Selanjutnya, nyamuk betina akan menularkan virus

ke manusia melalui gigitan (Soegiyanto, 2004).

2.2.2. Gejala DBD

WHO dalam (Soegijanto, 2004) diagnosis yang terdiri dari kriteria klinis dan

laboratoris. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis secara

berlebihan, antara lain:

1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung

2. selama 2-7 hari.

3. Terdapat manifestasi perdarahan.

4. Pembesaran hati.

5. Syok, yang ditandai dengan nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi, hipotensi,

kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah.

6. Kriteria laboratoris yaitu Trombositopeni (100.000/mm3 atau kurang) dan

Hemakonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau lebih

menurut standar umum dan jenis kelamin.

2.2.3. Derajat DBD

Mengingat derajat berat ringan penyakit berbeda-beda, maka diagnosa secara

klinis dapat dibagi atas WHO dalam (Siregar, 2004) adalah sebagai berikut:

13

Page 14: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

1. Derajat I (ringan)

Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinis lain, dengan manifestasi

pendarahan.

2. Derajat II (sedang)

Penderita dengan gejala yang sama, sedikit lebih berat karena ditemukan

perdarahan spontan kulit dan perdarahan lain.

3. Derajat III (berat)

Penderita dengan gejala kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan

nadi menyempit (>20 mmhg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab dan

penderita menjadi gelisah.

4. Derajat IV (berat)

Penderita syok berat dengan tensi tak dapat diukur dan nadi yang tak dapat

diraba.

2.2.4. Patogenesis

Menurut (Soegijanto, 2004) patogenesis DBD masih merupakan masalah

yang kontroversi. Dua teori umum yang dipakai dalam menjelaskan perubahan

patogenesis pada DBD. Yang pertama adalah hipotesis infeksi, yaitu hipotesis yang

menyatakan secara tidak langsung bahwa pasien yang mengalami infeksi kedua

kalinya dengan dengue serotipe yang heterolog (serotipe yang berbeda), mempunyai

resiko lebih besar untuk kemungkinan mendapatkan DBD. Antibodi heterolog yang

telah ada dalam tubuh sebelumnya akan mengenali virus lain yang menginfeksi

kemudian membentuk kompleks antigen antibodi. Yang kedua, menyatakan bahwa

14

Page 15: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

virus dengue seperti halnya semua virus binatang yang lain secara genetik dapat

merubah sebagai akibat dari tekanan pada seleksi sewaktu virus tersebut melakukan

replikasi pada tubuh manusia maupun tubuh nyamuk. Di samping itu, terdapat

beberapa tingkatan virus yang mempunyai kemampuan untuk menimbulkan wabah

yang lebih besar.

2.2.5. Penatalaksanaan

Pasien demam dengue dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada fase

demam, pasien sebaiknya dianjurkan perawatan menurut (Hadinegoro dalam Lies,

2009) adalah sebagai berikut:

1. Tirah baring selama masih demam.

2. Obat kompres hangat diberikan apabila diperlukan. Untuk menurunkan suhu

menjadi < 390C dianjurkan pemberian parasetamol.

3. Pada pasien dewasa diperlukan obat yang ringan kadang-kadang diperlukan untuk

mengurangi rasa sakit kepala dan nyeri otot.

4. Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus buah, sirop, susu, selain

air putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 hari.

5. Monitor suhu badan dan jumlah trombosit serta kadar hematokrit (kadar

trombosit dalam darah) sampai normal kembali. Suhu turun pada umumnya

merupakan tanda penyembuhan. Meskipun semua pasien harus diobservasi

terhadapkomplikasi yang dapat terjadi selama 2 hari setelah suhu turun. Hal ini

disebabkan oleh karena kemungkinan kita sulit membedakan demam dengue dan

demam berdarah dengue pada fase demam. Perbedaan sangat jelas pada saat suhu

15

Page 16: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

turun, yaitu pada demam dengue akan terjadi penyembuhan, sedangkan pada

demam berdarah dengue terdapat tanda awal kegagalan sirkulasi (syok).

2.2.6. Morfologi dan lingkaran hidup vektor DBD

2.2.6.1 Morfologi

1. Nyamuk dewasa

Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk

lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian

badan dan kaki.

2. Kepompong

Kepompong (pupa) berbentuk seperti ”koma”. Bentuknya lebih besar namun

ramping dibanding larvanya. Pupa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan

rata-rata pupa nyamuk lain.

3. Jentik (larva)

Ada 4 tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva

tersebut, yaitu:

Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm

Instar II : 2,5-3,8 mm

Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II

Instar IV : berukuran paling besar 5mm

16

Page 17: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

4. Telur

Telur berwarna hitam dengan ukuran ±0,08 mm, berbentuk oval yang mengapung

satu persatu pada permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding tempat

penampung air.

2.2.6.2. Lingkaran hidup

Nyamuk Aedes aegypti seperti juga nyamuk lainnya mengalami metamorfosis

sempurna, yaitu: telur menjadi jentik kemudian kepompong dan fase yang terakir

adalah nyamuk. Stadium telur, jentik dan kepompong hidup di dalam air. Pada

umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ±2 hari setelah telur

terendam dalam air.

Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari dan stadium kepompong

berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama

9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai umur rata-rata antara 2-3 bulan.

2.2.7 Pemberantasan Vektor DBD

Pemberantasan nyamuk dewasa dilakukan dengan cara penyemprotan dengan

insektisida. Mengingat kebiasaan nyamuk senang hinggap pada benda-benda

bergantungan, maka penyemprotan tidak dilakukan di dinding rumah seperti pada

pemberantasan nyamuk menular malaria. Alat yang digunakan adalah mesin fog

(pengasapan) dan penyemprotan dengan cara pengasapan tidak mempunyai efek

residu.

Untuk membasmi penularan virus dengue penyemprotan dilakukan dua siklus

dengan inetrval 1 minggu. Pada penyemprotan siklus pertama, semua nyamuk yang

17

Page 18: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

mengandung virus dengue dan nyamuk-nyamuk lainnya akan mati. Tetapi akan

segara muncul nyamuk-nyamuk baru yang diantaranya akan menghisap darah pada

penderita viremia (pasien yang positif terinfaksi DBD) yang masih ada yang dapat

menimbulkan terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan

penyemprotan yang pertama agar nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi

sebelum sempat menularkan pada orang lain.

Tindakan penyemprotan dapat membasmi penularan, akan tetapi tindakan ini

harus diikuti dengan pemberantasan terhadap jentiknya agar populasi nyamuk penular

dapat tetap ditekan serendah-rendahnya.

2.2.8. Pemberantasan Jentik

Menurut (Depkes RI, 2005) dalam memberantasan jentik nyamuk Aedes aegypty

yang dikenal dengan PSN DBD dilakukan dengan cara:

1. Fisik

Pemberantasan dengan cara ini dikenal sebagai kegiatan 3 M yaitu menguras

dan menyikat bak mandi, bak WC, menutup tempat penampungan air, mengubur,

menyingkirkan atau memusnahkan barang-barang bekas. Pengurasan tempat-

tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya satu

minggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang biak di tempat itu. Pada saat

ini telah dikenal pula dengan istilah 3M PLUS yaitu, kegiatan 3M yang diperluas.

Bila PSN-DBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka populasi nyamuk

Aedes aegypti dapat ditekan serendah-rendahnya, sehingga DBD tidak menular

lagi. Untuk itu upaya penyuluhan dan motivasi kapada masyarakat harus dilakukan

18

Page 19: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

secar terus-menerus dan berkesinambungan, oleh karena keberadaan jentik

nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat. Pada saat ini telah dikenal pula

dengan istilah 3M PLUS yaitu, kegiatan 3M yang diperluas. Bila PSN-DBD

dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka populasi nyamuk Aedes aegypti dapat

ditekan serendah-rendahnya, sehingga DBD tidak menular lagi. Untuk itu upaya

penyuluhan dan motivasi kapada masyarakat harus dilakukan secar terus-menerus

dan berkesinambungan, oleh karena keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat

dengan perilaku masyarakat.

Upaya pemberantasan DBD yang dilakukan adalah pencegahan yaitu dengan

Pemberantasan Sarang Nyamuk yang (DBD) dilaksanakan melalui program

Menguras, Menutup dan Mengubur (3M). Melalui program ini diharapkan jentik

Aedes aegypti tidak berubah menjadi nyamuk dewasa sehingga tidak dapat

menularkan Demam Berdarah Dengue. (Ditjen PPM dan PL, 2001)

Upaya lain untuk penanggulangan Demam Berdarah Dengue adalah dengan

melakukan penemuan, pertolongan dan pelaporan. Keluarga diharapkan dapat

melakukan pertolongan pertama kepada penderita Demam Berdarah Dengue

misalnya dengan rehidrasi. Petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan

pemeriksaan dan pengobatan kepada penderita yang dicurigai terkena Demam

Berdarah Dengue. Peran puskesmas juga dibutuhkan dengan melakukan penelitian

epidemiologi apabila ditemukan kasus Demam Berdarah Dengue (Ditjen PPM dan

PL, 2001)

Langkah – langkah pemberantasan penyakit menular antara lain

pemgumpulan dan analisa data tentang penyakit, melaporkan adanya penyakit

menular, penyelidikan lapangan, tindakan pertama untuk membatasi penyebaran

penyakit, pengobatan penderita, pengebalan (imunisasi), pemberantasan vektor,

penyuluhan kesehatan (buku biru). Berbagai upaya penanggulangan vektor DBD

19

Page 20: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

telah dilaksanakan, antara lain pengasapan, larvasidasi dan penggerakan peran

serta masyarakat, penyuluhan 3M PLUS, POKJANAL, belum berhasil

menurunkan kasus. (SUB DINAS P2P & Penyehatan Lingkungan DINKES PROP

JATIM, 2006).

Program 3M di Indonesia pertama kali dilaksanakan pada tahun 1992 dengan

berdasar pada Keputusan Menkes No. 581/Menkes/SK/VII/92. Program 3M pada

dasarnya adalah pengembangan dari program PSN (Pemberantasan Sarang

Nyamuk) yang memfokuskan ke arah perbaikan fisik (Andajani, 2006).

Upaya pemberantasan demam berdarah terdiri dari tiga hal yaitu

peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor, diagnosis dini dan

pengobatan dini, dan peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit

DBD. Program yang dilakukan adalah gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN) secara massal dan nasional. PSN dilakukan dengan menerapkan 3M

(Menutup wadah-wadah tampungan air, Mengubur atau membakar barang-barang

bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk, dan Menguras atau mengganti air di

tempat tampungan air). Tujuan dari program 3M adalah untuk memutus mata

rantai penularan DBD dengan cara memutus rantai kehidupan nyamuk Aedes

aegypti (Suroso, 2003).

Kegiatan 3M dihimbau untuk dilakukan oleh masyarakat satu minggu

sekali. Gerakan ini dicanangkan oleh Pemerintah setiap tahunnya pada saat musim

penghujan di mana wabah Demam Berdarah Dengue biasa terjadi. Pada program

pembangunan 2004-2005, pencanangan Gerakan PSN dimulai sejak November

2004 dan ditegaskan kembali oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada

tanggal 11 Februari 2005 (Suroso, 2003).

Kegiatan 3M yang pertama yaitu menguras adalah kegiatan menguras

tempat – tempat penampungan air seperti bak air untuk mandi, tandon air, drum

yang berisi air. Kegiatan menguras dilakukan minimal satu kali dalam seminggu

untuk mencegah perkembangan nyamuk menjadi nyamuk dewasa. Hal ini karena

siklus metamorfosis nyamuk memakan waktu minimal seminggu (Suroso, 2003).

20

Page 21: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

Kegiatan 3M yang berikutnya adalah menutup tempat – tempat

penampungan air. Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah nyamuk Aedes aegypti

meletakkan telurnya di tempat penampungan air tersebut. Kegiatan menutup

tempat penampungan air dilakukan minimal untuk tempat penampungan air yang

susah untuk dikuras ataupun dikubur tetapi akan lebih baik lagi apabila kegiatan

menutup ini dilakukan untuk semua tempat penampungan air yang mungkin untuk

ditutup (Suroso, 2003).

Kegiatan 3M yang terakhir adalah mengubur barang – barang bekas

ataupun tempat yang dapat menjadi penampungan air saat hujan. Kegiatan

mengubur ini tidak terbatas hanya untuk barang – barang bekas seperti kaleng

tetapi juga untuk lobang di tanah yang bias menampung air. Kegiatan mengubur

ini lebih bagus apabila minimal seminggu sekali karena berpatokan dari siklus

nyamuk (Suroso, 2003).

Pengembangan program 3M sampai saat ini sudah banyak dilakukan

seperti yang terbaru adalah 3M plus, yaitu 3M diatas ditambah dengan memakai

repellent, tidak tidur pada jam – jam dimana nyamuk Demam Berdarah Dengue

berkeliaran, memakai kelambu saat tidur, memelihara ikan pemakan jentik di

tempat – tempat yang susah untuk dikuras, dan lain sebagainya. Semua kegiatan

baru ini juga bertujuan untuk mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue

mengenai masyarakat (Suroso, 2003).

2. Kimia

Pemberantasan jentik Aedes aegypti dengan mengunakan insektisida pembasmi

jentik yang dikenal dengan istilah larvasidasi.

3. Biologi

Pemberantasan cara ini menggunakan ikan pemakan jentik (ikan kepala timah,

ikan gupi, ikan cupang). Dapat juga menggunakan Bacillus thuringiensis var

Israeliensis (Bti).

21

Page 22: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

2.3 KONSEP DASAR DALAM KEPERAWATAN KELUARGA

2.3.1 Pengertian Keluarga

Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga sesuai dengan

perkembangan sosial masyarakat. Berikut ini akan penulis kemukakan pengertian

keluarga menurut beberapa ahli.

Menurut Evelyn Duvall dalam Wahit (2005) keluarga adalah Sekumpulan orang

yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang

bertujuanmenciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota.

Menurut WHO ( 1969) Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling

berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.

Yang dimaksud keluarga meurut Stanchope (1989 ) adalah :

1. Terdiri dari kelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan,

keturunan/hubungan sedarah atau hasil adopsi.

2. Anggota tinggal bersama dalam satu rumah.

3. Anggota berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran sosial.

4. Mempunyai kebiasaan/kebudayaan yang berasal dari masyarakat tetapi

mempunyai keunikan tersendiri.

Helvie dalam Wahit (2005) Keluarga adalah kelompok manusia yang tinggal dalam

satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat.

Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya dalam Suprajitno (2004) Keluarga adalah

dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan

perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu ruma tangga,

berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing – masing menciptakan

serta mempertahankan kebudayaan.

Departemen kesehatan R.I. (1998) Keluarga adalah unit terkecil dari suatu

masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beerapa orang yang terkumpul dan

tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Dari pengertian tersebut di atas tentan keluarga maka dapat di simpulkan bahwa

karakteristik keluarga adalah :

22

Page 23: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang di ikat oleh hubungan darah, perkawinan

atau adopsi.

2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap

memperhatikan satu sama lain.

3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing – masing mempunyai

peran sosial : suami, istri, anak, kakak, adik

4. Mempunyai tujuan yaitu : menciptakan dan mempertahankan budaya dan

meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota.

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu sistem.

Sebagai sistem keluarga mempunyai anggota yaitu : ayah, ibu, dan anak atau semua

individu yang tinmggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga tersebut

saling berinteraksi, interelasi, dan interdependesi untuk mencapai tujuan bersama.

Keluarga merupakan sistem yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh supra

sistemnya yaitu : lingkungan atau masyarakat dan sebaliknya sebagai sub sistem dari

lingkungan atau masyarakat, keluarga dapat mempengaruhi masyarakat (supra

sistem). Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam

membentuk manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat bio-psiko-sosial dan

spiritual. Jadi sangatlah tepat bila keluarga sebagai titik sentral pelayanan

keperawatan. Diyakini bahwa keluarga yang sehat akan mempunyai anggota sehat

dan mewujudkan masyarakat yang sehat.

2.3.2 Struktur keluarga

Nasrul Effendy, (1998) mengemukakan bahwa.Struktur keluarga terdiri dari

bermacam – macam, diantaranya adalah :

1. Patrilineal

Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu di susun melalui jalur garis ayah.

2. Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yan terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa

generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

23

Page 24: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

3. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

4. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

5. Keluarga kawinan

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa

sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan

suami istri.

(Nasrul Effendy, 1998).

2.3.3 Type Keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam

pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang

mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan

derajat kesehatan maka perawatan perlu memahami dan mengetahui berbagai tipe

keluarga.

1. Tradisional Nuclear

Keluarga inti yan terdiri dari : ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah

ditetapkan oleh sanksi – sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,

satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.

2. Extended Family

Adalah keluarga inti di tambah dengan sanak saudara misalnya : nenek, kakek,

keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan lain sebagainya.

3. Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri,

tinggal dalam pembentukan suatu rumah dengan anak – anaknya, baik itu

bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau

keduanya dapat bekerja di luar rumah.

24

Page 25: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

4. Middle Age / Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua – duanya bekerja di rumah,

anak – anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti

karier.

5. Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya/salah satu

bekerja di luar rumah.

6. Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian pasangannya dan anak –

anaknya dapat tinggal di rumah/di luar rumah.

7. Dual Carrier

Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.

8. Commuter Married

Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,

keduanya saling mencari pada waktu – waktu tertentu.

9. Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri denan tidak adanya keinginan untuk

kawin.

10. Three Generation

Tiga generasi atau lebih tionggal dalam satu rumah.

11. Institusional

Anak – anak tau orang – orang dewasa tinggal dalam suatu panti – panti.

12. Comunal

Satu rumah terdiri dari dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak –

anaknya dan bersama – sama dalam penyediaan fasilitas.

13. Group Marriage

Satu perumahan terdiri dari oran tua dan keturunannya didalam satu kesatuan

keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah

orang tua dari anak – anak.

25

Page 26: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

14. Unmaried Parent and Child

Ibu dan anak dimana perkawinan tidak di kehendaki, adopsi anak

15. Cohibing Couple

Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

2.3.4 Peran keluarga dan peran perawat keluarga

2.3.4.1 Definisi Peran

Menurut Nye dalam Wahit (2005) berpendapat terdapat dua perspektif dasar

menyangkut peran-orientasi strukturalist yang menekankan pengaruh noramative

(cultural) yaitu pengaruh yang berkaitan dengan status – status tertentu dan peran –

peran terkaitnya dan orientasi interaksi yang menekankan timbulnya kualitas peran

yang lahir dari interaksi sosial. Peran di definisikan dalam pemahaman yang lebih

struktural, karena preskripsi – preskripsi normative dalam keluarga, meskipun

berbeda – beda, secara relative masih di definisikan secara lebih baik. Peran merujuk

kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih ersifat homogen, yang di definisikan

dan di harapkan secara normative dari seseorang okupan peran (role occupan) dalam

situasi sosial tertentu. Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh

oran lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem (Kozier, 1995).

Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat

stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi

sosial tertentu. Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas

perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang di

akui dan di beri kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung

jawab keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional, dimana

tiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi kejelasan.

2.3.4.2 Konflik peran

Konflik terjadi ketika okupan dari suatu posisi merasa bahwa ia berkonflik

dengan harapan – harapan yang tidak sesuai. Hardi & Hardi dalam Wahit (2005).

Sumber dari ketidak seimbangan tersebut oleh jadi di sebabkan oleh adanya

26

Page 27: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

perubahan – perubahan dalam harapan yang terjadi dalam diri peri laku, orang lain,

atau dalam lingkungan. Macam konflik peran :

1. Konflik antar peran

Adalah konflik yang terjadi jika pola – pola perilaku atau norma – norma dari

suatu peran tidak kongruen dengan peran lain yang dimainkan secara bersamaan

oleh individu. Konflik antar peran terjadi ketika peran yang kompleks dari

seseorang individu – yaitu sekelompok peran yang ia mainkan – termasuk

sejumlah peran yang tidak seimbang.

2. Intersender role conflict (konflik peran antar pengirim)

Suatu konflik dimana di dalamnya dua orang atau lebih memegang harapan –

harapan yang berkonflik, menyangkut pemeranan suatu peran.

3. Person – role conflict

Meliputi suatu konflik antara nilai – nilai internal individu dan nilai – nilai

eksternal yang dikomunikasikan kepada pelaku oleh oran lain, dan melemparkan

pelaku ke dalam situasi yang penuh dengan stress peran. Type konflik peran ini

sama dengan type konflik peran yang kedua, kecuali dalam hal, tidak adanya

perbedaan dalam harapan – harapan peran diantara orang – orang diluar

lingkunan. Orang dapat berfikir person-role conflict yang timbul dalam keluarga

dengan anak remaja – apabila remaja tersebut memiliki pemikiran internal

menyangkut perannya sebagai seorang remaja dan sebayanya menentukan suatu

peran yang sangat berbeda.

2.3.4.3 Peran – peran formal keluarga

Berkaitan dengan setiap posisi formal keluarga adalah peran – peran terkait,

yaitu sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi

peran secara merata kepada para anggota keluarga seperti cara masyarakat membagi

peran – perannya : menurut bagaimana pentingnya pelaksanaan peran bagi

berfungsinya suatu system. Ada peran yang membutuhkan ketrampilan dan

kemampuan tertentu, ada peran lain yang tidak terlalu kompleks dapat di delegasikan

kepada mereka yang kurang memiliki kekuasaan. Peran formal yang standart terdapat

dalam keluarga (pencari nafkah, ibu rumah tangga, tukang perbaiki rumah, sopir,

27

Page 28: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

pengasuh anak, manajer keuangan dan tukang masak (Murray & Zentner dalam

Wahit, 2005). Nye dalam Suprajitno (2004) mengidentifikasi 6 peran dasar yang

membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan isteri-ibu :

1. Peran sebagai provider atau penyedia

2. Sebagai pengatur rumah tangga

3. Perawatan anak

4. Sosialisasi anak

5. Rekreasi

6. Persaudaraan (kinship) (memelihara hubungan keluarga paternal

dan maternal)

7. Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif dan pasangan)

8. Peran seksual

2.3.4.4 Peran informal keluarga

Peran – peran informal bersifat implicit biasanya tidak tampak ke permukaan

dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan emosional individu

dan atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran – peran informal

mempunyai tuntutan yan berbeda, tidak terlalu di dasarkan pada usia, jenis kelamin

dan lebih didasarkan pada atribut – atribut personalitas atau kepribadian anggota

keluarga individual. (Marilyn M. Friedman dalam Suprajitno,2004)

2.3.5 Fungsi Keluarga

2.3.5.1 Fungsi dan tugas keluarga

Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga

sebagai berikut :

1. Fungsi biologis: Untuk meneruskan keturunan, Memelihara dan membesarkan

anak, Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

2. Fungsi psikologis: Memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga,

Memberikan perhatian diantara keluarga, Memberikan kedewasaan kepribadian

anggota keluarga, Memberikan identitas keluarga

28

Page 29: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

3. Fungsi sosialisasi: Membina sosialisasi pada anak, Membentuk norma – norma

tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing – masing, Meneruskan

nilai – nilai budaya

4. Fungsi ekonomi : Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga. Menabung untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan keluarga

di masa yang akan datang.

5. Fungsi pendidikan : Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,

ketrampilan, dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang

di milikinya, Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang

dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa, Mendidik anak sesuai

dengan tingkat perkembangannya.

2.3.5.2 Tugas – tugas keluarga

Dalam sebuah keluarga ada beberapa tugas dasar didalamnya terdapat

delapan tugas pokok sebagai berikut :

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

2. Memelihara sumber – sumber daya yang ada dalam keluarga.

3. Pembagian tugas masing – masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya

masing – masing.

4. Sosialisasi antar anggota keluarga.

5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.

6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

7. Penempatan anggota – anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.

8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga. (Nasrul Effendy,

1998 ).

Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup

menyelesaikan masalah kesehatan keluarga. Selain keluarga mampu melaksanakan

fungsi dengan baik, keluarga juga harus melakukan tugas kesehatan keluarga. Tugas

kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Friedman dalam Wahit, 2005), yaitu :

mengenal masalah kesehatan keluarga, membuat keputusan tindakan kesehatan yang

tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan

29

Page 30: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

suasana rumah yang sehat dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di

masyarakat.

Kelima tugas kesehatan keluarga tersebut saling terkait dan perlu dilakukan

oleh keluarga, perawat perlu mengkaji sejauh mana keluarga mampu melaksanakan

tugas tersebut dengan baik memberikan bantuan atau pembinaan terhadap keluarga

untuk memenuhi tugas kesehatan keluarga tersebut.

2.3.6 Struktur keluarga

Struktur keluarga terdiri dari : pola dan proses komunikasi, struktur peran,

struktur kekuatan dan struktur nilai dan norma.

1. Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur, terbuka,

melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan, komunikasi keluarga

bagi pengirim : yakin mengemukakan pesan, jelas dan berkualitas, meminta dan

menerima umpan balik. Menerima : mendengarkan pesan, memberikan umpan

balik dan valid. Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila :

tertutup, adanya isu atau gossip negative, tidak berfokus pada satu hal dan selalu

mengulang isu dan pendapat sendiri, komunikasi keluarga bagi pengirim :

bersifat : asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental exspresi dan

komunikasi tidak sesuai. Penerima : gagal mendengar, diskualififasi, ofensif

(bersifat negative), terjadi mis komunikasi dan kurang atau tidak valid.

2. Struktur peran

Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan

sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran bisa bersifat formal

atau informal.

3. Struktur kekuatan

Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol atau

mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain : legitimate power (hak),

referent power (ditiru), expert power (keahlian), reward power (hadiah), coercive

power (paksa) dan efektif power.

30

Page 31: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

4. Struktur nilai dan norma

Nilai adalah system ide – ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga

dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima

pada lingkungan sosial tertentu berarti disini adalah lingkungan keluarga dan

lingkungan masyarakat sekitar keluarga.

2.3 HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PELAKSANAAN

PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH

Penelitian yang dilakukan oleh Ririh (2008) mengenai Hubungan Kondisi

Lingkungan, Kontainer, Dan Perilaku Masayrakat Dengan Keberadaan Jentik

Nyamuk Aedes aegypti di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Surabaya

menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat mengenai Demam Berdarah

Dengue memiliki hubungan yang bermakna dengan keberadaan jentik Aedes aegypti.

Penelitian ini menunjukkan bahwa rendahnya tingkat pengetahuan Demam Berdarah

Dengue menyebabkan tingginya angka jentik Aedes aegypti. Selain itu dari penelitian

ini juga didapatkan bahwa kondisi lingkungan dan jenis kontainer juga memiliki

hubungan dengan angka jentik Aedes aegypti.

Fathi dalam Lies dkk (2009) dengan judul Peran Faktor Lingkungan dan

Perilaku Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram

menunjukkan hasil yang berbeda dengan penelitian diatas. Pada penelitian ini tidak

didapatkan hubungan antara tingkat pengetahuan Demam Berdarah Dengue dengan

keberadaan jentik Aedes aegypti. Selain itu untuk peran faktor lingkungan terhadap

keberadaan jentik Aedes aegypti tidak memiliki hubungan yang bermakna kecuali

faktor lingkungan mengenai keberadaan kontainer – konatiner air. Adanya kontainer

– kontainer air memiliki hubungan dengan adanya jentik Aedes aegypti karena

kontainer – kontainer air dapat menjadi tempat perkembang biakan nyamuk Aedes

aegypti

Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian demam berdarah dengue

antara lain faktor host, faktor lingkungan, dan faktor agent. Faktor lingkungan yaitu

kondisi geografis (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban,

31

Page 32: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

musim) dan kondisi demografis (kepadatan, morbilitas, adat istiadat, sosial ekonomi).

Beberapa faktor yang berhuibungan dengan keberadaan jentik jentik nyamuk yang

merupakan vektor penyakit demam berdarah dengue di suatu daerah adalah faktor

kesehatan lingkungan, faktor pengetahuan, dan pelaksanaan PSN di daerah tersebut.

Menurut Green, suatu perilaku, yang dalam hal ini pelaksanaan PSN ditentukan oleh

beberapa faktor antara lain faktor prdisposisisi / faktor yang berasal dari dalam

individu sendiri yaitu pendididkan, pekerjaan, pendapatan dan pengetahuan ; faktor

enabling / faktor yang memungkinkan yaitu manajemen dan tenaga kesehatan; dan

faktor reinforcing / penguat yaitu keluarga dan masyarakat sekitar (Ridwanaminuddin

dalam Lies dkk, 2009).

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD oleh masyarakat

sangat besar, boleh dikatakan lebih dari 90% dari keseluruhan upaya pemberantasan

penyakit DBD. Dan upaya tersebut sangat berkaitan dengan faktor perilaku dan faktor

lingkungan. Pemberantasan DBD akan berhasil dengan baik jika upaya PSN dengan 3

M plus dilakukan secara sistematis, terus menerus berupa gerakan serentak, sehingga

dapat mengubah perilaku masyarakat dan lingkungannya ke arah perilaku dan

lingkungan yang bersih dan sehat, tidak kondusif untuk hidup nyamuk aedes aegypti.

(I Nyoman Kandun dalam Lies dkk, 2009)

2.5 KONSEP MODEL KEPERAWATAN FLORENCE NIGHTINGALE

Teori keperawatan menurut sevens dalam Alfiah hidayati ( 2010) Sebagai

usaha menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan . Teori

keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan

bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan, dan mengontrol hasil

asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan.

Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang

situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model

konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat

mendapatkan informasi agar mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat

32

Page 33: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

dengan apa yang terjadi pada suatu saat juga dan tahu apa yang harus perawat

kerjakan.

Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik eksternal

yang mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi lima

komponen lingkungan terpenting dalam mempertahankan kesehatan individu yang

meliputi

1. udara bersih,

2. air yang bersih,

3. pemeliharaan yang efisien

4. kebersihan, serta

5. penerangan/pencahayaan

Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada lingkungan

sosial dan psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci dalam tulisannya.

Penekanannya terhadap lingkungan sangat jelas melalui pernyataannnya bahwa jika

ingin meramalkan masalah kesehatan, maka yang harus dilakukan adalah mengkaji

keadaan rumah, kondisi dan cara hidup seseorang daripada mengkaji fisik/tubuhnya.

Nightingale mendefinisikan kesehatan sebagai merasa sehat dan

menggunakan semaksimal mungkin setiap kekuatan yang dimiliki yang merupakan

proses aditif, yaitu hasil kombinasi dari faktor lingkungan, fisik, dan psikologis.

Terutama faktor lingkungan meliputi : Kebersihan, Minuman, Nutrisi, Kelembaban,

Jalan udara dan Saluran air

`Menurut Nightingale keadaan sehat dapat dicapai melalui pendidikan dan

perbaikan kondisi lingkungan. Penyakit merupakan proses perbaikan, tubuh berusaha

untuk memperbaiki masalah. Juga merupakan suatu kesempatan untuk meningkatkan

pandangan spiritual. Oleh karena itu Nightingale sangat menekankan bahwa

33

Page 34: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

kesehatan tidak hanya berorientasi dalam lingkungan rumah sakit tetapi juga

komunitas.

Nightingale memandang keperawatan sebagai ilmu kesehatan dan

menguraikan keperawatan sebagai mengarahkan terhadap peningkatan dan

pengelolaan lingkungan fisik sehingga alam akan menyembuhkan pasien. Oleh

karena itu, kegiatan keperawatan termasuk memberikan pendidikan tentang

kebersihan di rumah tangga dan lingkungan untuk membantu wanita menciptakan

atau membuat lingkungan sehat bagi keluarganya dan komunitas yag pada dasarnya

bertujuan untuk mencegah penyakit.

34

Page 35: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

2.6 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara konsep- konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian- penelitian yang akan

dilakukan. (Notoatmojo,2005)

pppppp

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Berpengaruh dan diteliti

: Berpengaruh namun tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

35

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan : Faktor intrinsik : - Usia - Lingkungan- Pendidikan - Integensia - PekerjaanFaktor ekstrinsik : - Lingkungan - Agama- Kebudayaan

Nursalam ( 2003 )

Pengetahuan keluarga tentang demam

berdarah

-Memahami - Aplikasi - Analisis- Sintesis - Evaluasi

Pelaksanaan 3M

- Tahu

Baik KurangSedang

Page 36: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

1.5 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian patokan duga atau dalil

sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut

(Notoatmojo, 2005)

Pada penelitian ini peneliti mengajukan hipotesa sementara sebagai

berikut:

H1 : Ada hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengan

pelaksanaan 3M plus di dususn plosorejo Desa Kebondalem Wilayah

Puskesmas Bareng.

H0 : Tidak ada hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengan

pelaksanaan 3M plus di dususn plosorejo Desa Kebondalem Wilayah

Puskesmas Bareng.

36

Page 37: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

BAB III

METODE PENELITIAN

1.1 Desain Penelitian

Desain dalam penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang

memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa

mempengaruhi validiti suatu hasil. Desain riset sebagai petunjuk peneliti dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab

suatu pertanyaan (Nursalam,2008).

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah desain studi

korelasional yang mengkaji hubungan antara variabel. Peneliti dapat mencari,

menjelaskan suatu hubungan,memperkirakan, dan menguji berdasarkan teori yang

ada. Sampel perlu mewakili seluruh rentang nilai yang ada. Penelitian korelasional

bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel. Hubungan korelatif

mengacu pada kecenderungan bahwa variasi suatu variabel diiukuti oleh variasi

variabel yang lain. Dengan demikian pada rancangan penelitian korelasional peneliti

melibatkan minimal dua varibel. (Arikunto,2005).

Rancangan penelitian yang digunakan survey analitik model Cross Sectional

yaitu mengumpulkan data/informasi, sampel yang diambil dan sampel populasi hanya

satu kali (Alimul, 2007).

37

37

Page 38: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

1.2 Kerangka Kerja (Frame Work)

Kerangka kerja adalah langkah- langkah dalm aktifitas ilmiah, mulai dari

penetapan populasi, sampel, dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal

dilaksanakannya penelitian (Nursalam, 2008)

38

Kesimpulan

SamplingTotal Sampling

Instrumen PenelitianKuesioner tentang pengetahuan dan pemilihan

Desain Penelitian

Cross Sectional

Pengelolahan DataEditing, Coding, Skoring, Tabulating

Analisa data Product moment

Penyajian data

SampleKeluarga yang ada di Dusun Plosorejo, jumlah 126 KK

PopulasiSemua keluarga di Dusun plosorejo Desa kebondalem wilayah

kerja Puskesmas Bareng, Jumlah 126 KK

Page 39: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

1.3 Populasi, Sampel, dan Sampling

1.3.1 Populasi

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan

(Nursalam, 2008 ). Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga dusun

plosorejo di wilayah kerja Puskesmas Bareng sejumlah 126 Keluarga

1.3.2 Sampel Penelitian

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Sampel dalam

penelitian ini adalah semua keluarga dusun plosorejo di wilayah kerja Puskesmas

Bareng yaitu sejumlah 126 keluarga. Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari

populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2008). Tehnik sampling

yang digunakan adalah total sampling yaitu pengambilan sampel dengan memberi

perlakuan kepada semua anggota yang ada dalam populasi. (Alimul, 2007), adapun

sampel yang akan diteliti memiliki kriteria inklusi. Kriteria inklusi adalah karateristik

umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti

(Nursalam,2003)

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Anggota keluarga yang bersedia menjadi responden

2. Bertempat tinggal di dusun plosorejo desa kebondalem.

Kriteria eksklusi adalah merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Nursalam,

2003)

39

Page 40: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah : Keluarga yang sedang tidak ada di

tempat saat dilaksanakan penelitian

1.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1.4.1 Variabel Penelitian

Adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, ukuran yang dimiliki oleh

satuan penelitian tanpa konsep pengertian tertentu (Notoatmojo, 2005).

Ada dua variabel dalam penelitian ini:

1. Variabel Independent (Variabel Bebas)

Varibel Independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain

(Nursalam, 2008). Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah

pengetahuan keluarga tentang DBD.

2. Variabel Dependent (Variabel Tergantung)

Variabel Dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain

(Nursalam, 2008). Pada penelitian yang menjadi variabel dependen adalah

Pelaksanaan 3M Plus .

40

Page 41: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

1.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2008).

Definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Definisi Operasional Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Demam Berdarah Dengue Dengan Pelaksanaan 3M Plus di Wilayah Kerja Puskesmas Bareng.

Variabel Definisi

Operasional

Parameter Alat Ukur Skala Skor

Variabel independent (bebas) Pengetahuan tentang DBD

Segala sesuatu informasi yang diketahui tentang DBD

1. Pengertian DBD

2. Tanda dan gejala

3. Penanganan dalam keluarga

4. Vektor demam berdarah

5. Penanggulangan vektor DBD secara umum

6. Kegiatan 3 M plus

Kuesioner ORDINAL

1. Betul : 12. Salah : 0

Pelaksanaan 3M plus

Hasil observasi untuk pelaksanaan kegiatan 3M plus

1. Melaksanakan2. Tidak

melaksanakan

Kuesioner ORDINAL

1. Melaksanakan : 12. Tidak melaksanakan : 0

41

Page 42: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 30 januari sampai dengan 15 februari

2011 di dusun Plosorejo Desa kebondalem Kecamatan Bareng

1.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Sebelum dilakukan pengambilan data peneliti mengajukan izin kepada Kepala

Puskesmas Bareng, kemudian peneliti berkoordinasi dengan Petugas kesehatan di

desa setempat yaitu bidan desa dan perawat di puskesmas pembantu kebondalem

serta perangkat desa guna mendata semua populasi di Dusun Plosorejo, menentukan

sampel dan peneliti menetukan sampel yang dituju dengan teknik total sampling.

Kemudian peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan lembar

kuesioner. Hasil kuesioner tersebut dikaji oleh peneliti berdasarkan jawaban yang

dipilih oleh responden.

3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data

Guna memperoleh data penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan maka

kuesioner yang telah penulis buat harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas angket.

1. Uji Validitas

Uji validitas secara SPSS digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya

suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

42

Page 43: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

kuesioner tersebut (Pratisto, 2009). Mengukur tingkat validitas dapat dilakukan

dengan cara:

Uji signifikansi yang dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung

(hasil uji validitas) dengan nilai r tabel (nilai tabel) dengan nilai signifikansi 0,05

dari responden sebanyak 10 orang, r tabel = 0,631. hasil uji validitas (nilai r

hitung) yang merupakan nilai dari Corrected Item-Total Corelation.

Jika rhit > rtabel berarti instrumen valid demikian sebaliknya jika rhit < rtabel

berarti instrumen tidak valid yang tentunya tidak dapat digunakan dan dapat

diperbaiki/ dihilangkan.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan

konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan struktur

pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu

bentuk kuesioner. Uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS dapat dilakukan

secara bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan untuk lebih dari satu

variabel, reliabilitas suatu variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s

Alpha > dari 0,60 (Pratisto, 2009:302). Analisis keputusan, jika r11 > rtabel berarti

reliabel dan apabila r11< rtabel tidak reliabel yang di hitung pada derajat kebebasan

dk= n-2 dan α= 0,05.

3.7. Pengelolahan Data

Setelah data terkumpul maka peneliti akan melakukan pengolahan data

dengan cara :

43

Page 44: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

3.7.1 Editing

Yaitu dengan memeriksa kelengkapan identitas yang mungkin tidak perlu

ditanyakan kepada responden dan diketahui oleh peneliti maka peneliti akan

menambahkan sesuai dengan yang diketahui.

3.7.2 Coding

Coding adalah kegiatan untuk mengklasifikasi data/jawaban menurut

kategorinya masing-masing (Djarwanto, 2001). Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan beberapa kode pada bagian-bagian tertentu untuk mempermudah

waktu pentabulasian dan analisa data. Kode yang digunakan adalah:

1. Untuk responden

Responden no. 1 : kode 1

Responden no. 2 : kode 2

Responden no.3 : kode 3

2. Umur

< 20 tahun : kode 1

20-35 tahun : kode 2

> 35 tahun : kode 3

3. Pendidikan

Tidak sekolah : kode 1

SD : Kode 2

Tidak tamat SD : Kode 3

44

Page 45: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

SMP : kode 4

SMA : kode 5

Perguruan tinggi : kode 6

4. Pekerjaan

Petani : kode 1

Pedagang : kode 2

Buruh tani/ Pekerja Harian lepas : kode 3

Karyawan Swasta : Kode 4

Pegawai negeri sipil : kode 5

TNI/POLRI : kode 6

Lain- lain : Kode 7

Tidak bekerja : kode 8

5. Pernah/tidak mendapat informasi

Ya : kode 1

Tidak : kode 2

6. Sumber informasi

Kader : kode 1

Tenaga kesehatan : kode 2

TV, Radio : kode 3

Koran : kode 4

Lain-lain : kode 5

45

Page 46: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

3.7.3 Skoring

Setiap data yang diperoleh dari responden akan diberi skor sesuai dengan

yang sudah ditentukan sebelumnya.

Untuk variabel pengetahuan di beri skor sebagai berikut:

Jawaban pertanyaan benar : nilai 1

Jawaban pertanyaan salah : nilai 0

Pengetahuan tersebut dikaji oleh peneliti berdasarkan jawaban yang dipilih oleh

responden.

Pengetahuan responden di nilai dari kriteria:

baik jika jawaban benar 25 – 19 soal : kode 3

cukup jika jawaban benar 18 – 16 soal : kode 2

kurang jika jawabann benar 16 – 0 soal : kode 1

Pelaksanaan 3M plus dengan kriteria:

melaksanakan : kode 2

tidak melaksanakan : kode 1

3.7.4 Tabulating

Tabulating adalah proses pengumpulan data kedalam bentuk tabel. Data yang

didapat ditabulasi kemudian analisis disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan

persentase tentang pengetahuan dan pemilihan. Pada tahap ini dianggap data telah

selesai diproses sehingga harus disusun kedalam suatu pola formal yang telah

dirancang. Dalam penulisan persentase biasanya dikelompokkan menjadi:

seluruhnya : 100%

46

Page 47: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

hampir seluruhnya : 76% - 99%

sebagian besar : 51% - 75%

setengahnya : 50%

hampir setengahnya : 26% - 49%

sebagian kecil : 1% - 25%

tidak satupun : 0 %

(Arikunto,2006)

3.8. Analisa Data

Analisa data adalah cara berfikir digunakan untuk memahami hubungan dan

konsep dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi. (Susiono,

2008 : 294).

Analisa data merupakan suatu proses yang sangat penting dalam penelitian.

Oleh karena itu harus dilakukan dengan sistematis, baik dan benar

Jenis analisa data yang digunakan :

1. Univariate

Analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada

Umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan prosentase dari tiap

variabel (Notoatmodjo, 2005:121).

Komponen yang termasuk dalam analisis univariate ini data umum yaitu

umur, agama, pendidikan, pekerjaan, informasi, sumber informasi, dan data

khusus yang terdiri dari pengetahuan tentang DBD.

47

Page 48: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

2. Bivariate

Bivariate adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2005: 121). Dalam

penelitian ini analisis bivariate dilakukan untuk mengetahui hubungan

pengetahuan Masyarakat tentang DBD dengan pelaksanaan 3M plus

3.8.1 Pengetahuan Masyarakat tentang DBD

Setelah semua data terkumpul dari hasil kuesioner responden dikelompokkan

sesuai dengan sub variebel yang diteliti. Jumlah jawaban responden dari masing-

masing pertanyaan dijumlahkan dan dihitung menggunakan kriteria penilaian

pengetahuan.

3.8.2. Pelaksanaan Pencegahan demam berdarah dengan 3M Plus

N =

Keterangan :

N = Nilai

Sp = skor perolehan

Sm = skor maksimal

Kesimpulan:

1. Kurang : ≤ 56%

2. Cukup : 56%-75%

3. Baik jika skor : ≥ 76%

(Nursalam, 2008: 120)

48

Page 49: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

Pelaksanaan tindakan pencegahan dengan 3M plus diukur dengan 25 item

pertanyaan dan observasional, jika menjawab sudah melaksanakan akan diberi nilai 1

dan jika belum melaksanakan akan diberi nilai 0. Jumlah jawaban responden dari

masing-masing pertanyaan dijumlahkan dan dihitung menggunakan kriteria penilaian

skala guttman yaitu :

Pelaksanaan baik : 100%- 75%

Pelaksanaan sedang : 74%-40%

Pelaksanan kurang : 0%- 39%.

3.8.3 Hubungan Pengetahuan Masyarakat tentang Kesehatan dengan Penyakit

DBD

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan pelksanaan 3M plus di

wilayah kerja Puskesmas Bareng, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang dianalisis

dengan menggunakan uji korelasi product moment dengan SPSS(Sugiono,2007)

Kemudian untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan menggunakan uji

Spearman Correlation secara SPSS dengan ketentuan jika nilai “r” semakin

mendekati angka 1, maka hal itu menunjukkan adanya hubungan yang semakin kuat.

Kriteri kuat lemahnya hubungan adalah sebagai berikut:

0 – 0,199 = sangat rendah (hampir tidak ada hubungan)

0,20 – 0,399 = korelasi yang rendah

0,40 – 0,599 = korelasi sedang

0,60 – 0,799 = cukup tinggi

0,80 – 1,000 = korelasi tinggi

49

Page 50: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

3.9. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat adanya rekomendasi

dari institusinya atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada institusi

atau lembaga tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan

penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi:

3.9.1 Mengurus Surat Ijin Penelitian

1. Meminta surat pengantar ijin penelitian dari STIKES PEMKAB

Jombang

2. Meminta surat ijin penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang.

3. Mengantar surat ijin penelitian ke Puskesmas Bareng

3.9.2 Lembar Persetujuan Penelitian

Lembar persetujuan diberikan sebelum penelitian dilaksanakan kepada

keluarga subjek yang akan diteliti, tujuannya adalah agar keluarga subjek mengetahui

maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang akan terjadi selama penelitian.

3.9.3 Anonimity (tanpa nama)

Nama subjek tidak dicantumkan dalam lembar pengumpulan data untuk

mengetahui keikutsertaan, maka peneliti cukup memberi kode masing- masing

lembar tersebut.

3.9.4 Confidentility (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek dijaga

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data saja yang akan disajikan atau

dilaporkan pada hasil penelitian.

50

Page 51: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

3.10. Keterbatasan

Peneliti menyadari banyak keterbatasan meliputi:

3.10.1 Instrumen atau alat pengumpulan data

Instrument untuk alat penelitian yang berupa kuesioner yang telah diuji

validitas dan reliabilitasnya dibuat sendiri oleh peneliti sehingga validitasnya

dipengaruhi oleh kejujuran responden dalam mengisi kuesioner.

3.10.2 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan pada penelitian ini terbatas pada ibu nifas sehingga

kurang dapat bisa mewakili dari kesuluruhan.

3.10.3 Waktu penelitian

Waktu penelitian yang relatif singkat mempengaruhi dalam proses pengisian

oleh responden sehingga dimungkinkan mempengaruhi validitas, waktu pengisian

koesioner juga dipengaruhi oleh kesibukan responden sehingga hasil penelitian

kurang optimal.

51

Page 52: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

DAFTAR PUSTAKA

Andajani, Susilowati. 2006. Demam Berdarah Dengue. Departemen IKM-KP

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga : 2006.

Anonim, 2007. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2006. Surabaya :Dinkes Prov

Jatim

Anonim, 2010. Statsitic on dengue p.1. WHOdengue.net diakses tanggal 2 oktober

2010

Anonim. 2004. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah

Dengue dan Demam Berdarah. Jakarta : Ditjen PPM dan PL Depkes RI

Anonim. 2004. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah

Dengue dan Demam Berdarah. Jakarta : Ditjen PPM dan PL Depkes RI.

Arif Hidayati. 2006. Model Konsep Keperawatan. http//arifhidayati.blogspot.com

diakses tanggal 21 Desember 2010

Arikunto, S,2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: EGC.

Effendy, Nasrul. 2006.Dasar-dasar Keperwatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:

EGC

Fathi, dkk. 2005. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.2 No.1 : Peran Faktor

Lingkungan Dan Perilaku Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue Di

Kota Mataram. Surabaya : Airlangga Univeristy Press

Hidayat, Alimul Aziz.2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis.

Jakarta: Salemba Medika

I Nyoman Kandun, 2004 www.gizi.net/../fullnews.cgi diakses tanggal 12 Desember

2010

Notoatmojo ,S.2003.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Notoatmojo, S.2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Nursalam, 2003. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta. CV.

Agung Seto

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: CV. Agung Seto

52

Page 53: hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan pelaksanaan 3M plus di dusun plosorejo desa kebondalem kecamatan bareng kabupaten jombang 2011

Pambudi dkk. 2009. Faktor- factor yang mempengaruhi partisipasi jumantik dalam

pemberantasan DBD di Desa Ketintang Kecamatan Nogosari Kabupaten

Boyolali. Surakarta: UMM press

Ridwanaminuddin,2007.http://ridwansmiruddin.wordpress.com/2007/12/19/review-

evaluasi-program-dbd/

Siregar.2004. Kajian factor factor yang mempengaruhi kejadian demam berdarah di

kelurahan Helvetia Medan tengah.USUpress: Medan

Soegijanto, Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue. Airlangga University Press.

Surabaya. Hal 1

Stanchope Lancaster.1989.Community Health Nursing, Process and Practice. Mosby

co: St.louis USA

SUB DINAS P2P & Penyehatan Lingkungan DINKES PROP JATIM, 2006

Sugiono, 2007, Statistik Untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta

Suprajitno.2004. Asuhan Keperawatan Keluarga:Aplikasi dalam Praktik.EGC :

Jakarta

Suroso, T. 2003. Strategi Baru Penanggulangan DBD di Indonesia. Jakarta : Depkes

RI.

Wahit,dkk. 2006. Ilmu Keperawatan komunitas 2. CV Sagung Seto: Jakarta

Wikipedia.2010. Pengetahuan (online). http//www.wikipedia.co.id.

Yudhastuti, Ririh. 2008. Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer, Dan Perilaku

Masayrakat Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti di Daerah

Endemis Demam Berdarah Dengue Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan,

Surabaya : Airlangga University Press

53