HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

154
HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA DENGAN PENERAPAN PHBS DI SDN 12 TARUNG – TARUNG SELATAN RAO PASAMAN TAHUN 2018 SKRIPSI Oleh: UMI SA’ADAH 1614201136 PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKes PERINTIS PADANG 2018

Transcript of HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Page 1: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA DENGAN PENERAPAN PHBS

DI SDN 12 TARUNG – TARUNG SELATAN RAO PASAMAN TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh:

UMI SA’ADAH1614201136

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATANSTIKes PERINTIS PADANG

2018

Page 2: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

ARTIKEL PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA DENGAN PENERAPAN PHBS

DI SDN 12 TARUNG – TARUNG SELATAN RAO PASAMAN TAHUN 2018

Oleh:

UMI SA’ADAH1614201136

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATANSTIKes PERINTIS PADANG

2018

Page 3: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

Skripsi, Februari 2018

Umi Sa’adah

1614201136

Hubungan Pengetahuan, Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Dengan PenerapanPHBS di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

xii + VI bab + 79 halaman, 8 tabel, 11 lampiran

ABSTRAK

Kesehatan Nasional merupakan suatu pencapaian yang dilakukan oleh pemerintah dalammemberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat indonesia Terwujudnyaderajat kesehatan tersebut dapat dicapai, salah satunya dengan program Perilaku HidupBersih dan Sehat (PHBS). Program PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajarbagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. SDN12 Tarung-Tarung Selatanditemukan ketersediaan sarana dan prasarana PHBS yang belum lengkap seperti 1 WCsiswa untuk 232 siswa, 5 siswa kuku masih panjang dan kotor, 8 siswa tangan yang kotorseperti tidak mencuci tangan dengan baik, kantin sekolah belum memadai, alat cuci tanganbelum cukup, ruang UKS masih bergabung, tong sampah hanya satu. Mengukur BB&TBsatu kali, Kawasan bebas rokok belum diterapkan serta tim jumantik belum dibentuk.Tujuan penelitian mengetahui hubungan pengetahuan, ketersediaan sarana dan prasaranadengan penerapan PHBS di SDN12 Tarung-Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018.Metode penelitian metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Populasi kelasII–VI jumlah 186 siswa, sampel 65 siswa. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengankomputerisasi menggunakan uji statistic chi square test pada batas kemaknaan 0,05. Hasilpenelitian didapatkan 56,9% responden memiliki pengetahuan tinggi tentang PHBS.67,7% responden memiliki sarana dan prasarana baik. 60% responden melakukanpenerapan PHBS baik. Terdapatnya Hubungan Pengetahuan dengan Penerapan PHBS (p-0,034). Terdapatnya Hubungan ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan penerapan PHBS(p-0,038). Disimpulkan ada hubungan pengetahuan, ketersediaan sarana dan prasaranadengan penerapan PHBS serta disarankan kepada pihak sekolah untuk melengkapi saranaprasarana PHBS dan melibatkan orang tua dalam komite sekolah dalam penerapan PHBS.

Kata kunci : Ketersediaan sarana dan Prasarana, Penerapan PHBS, Pengetahuan

Daftar Pustaka : 29 (2000 – 2018)

Page 4: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

HIGH SCHOOL OF POVERTY HEALTH SCIENCENURSING STUDY PROGRAMS NURSING

Thesis, February 2018

Umi Sa'adah1614201136

Knowledge Relation, Availability of Facilities and Infrastructure with Application of PHBS at SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Year 2018

xii + VI chapter + 79 pages, 8 tables, 11 attachments

ABSTRACT

National Health is an achievement made by the government in providing health services tothe entire Indonesian society The realization of the health degree can be achieved, one ofthem with the program Clean and Healthy Behavior (PHBS). The PHBS program is an effortto provide learning experiences for individuals, families, groups and communities. SDN12Tarung-Tarung Selatan fo und the availability of facilities and infrastructure PHBSincomplete such as 1 WC students to 232 students, 5 students nails still long and dirty, 8students dirty hands like not washing hands properly, school cafeteria is not adequate,handwashing tools not enough, UKS space still merged, only one garbage can. Measuring TB& TB once, Non-smoking area has not been implemented and jumantik team has not beenestablished yet. The purpose of the study to know the relationship of knowledge, theavailability of facilities and infrastructure with the application of PHBS in SDN12 Tarung-Tarung Selatan Rao Pasaman Year 2018. Methods of research descriptive analytic methodwith cross sectional design. Population class II-VI number 186 students, sample 65 students.Processing and data analysis is done by computerization using chi square test statistic test onthe significance limit of 0.05. The results obtained 56.9% of respondents have a highknowledge about PHBS. 67.7% of respondents have good facilities and infrastructure. 60%of respondents did good PHBS implementation. The existence of Knowledge Relation withApplication of PHBS (p-0,034). Availability of Facilities and Infrastructure availability withPHBS implementation (p-0,038). It is concluded that there is a relationship of knowledge,availability of facilities and infrastructure with the application of PHBS and suggested to theschool to complete the PHBS infrastructure and involving parent in school committees in theapplication of PHBS to students.

Keywords: Availability of facilities and Infrastructure, Application of PHBS, KnowledgeReferences: 29 (2000 - 2018)

KATA PENGANTAR

Page 5: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah membeikan

rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi

berjudul “ Hubungan Pengetahuan, Ketersediaan Ketersediaan Sarana Dan Prasarana

Dengan Penerapan PHBS di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun

2018” Dalam penyusunan proposal skripsi, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan

dari berbagai pihak, maka dari itu pada kesempatan ini perkenankan peneliti menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M.Kep. Biomed selaku Ketua STIkes Perintis Padang

2. Ibu Ns. Ida Suryati, S.Kep. M.Kep, selaku Ka Prodi Studi Ilmu Keperawataan STIkes

Perintis Padang

3. Ibu Kepala Sekolah SDN 12 Tarung- Tarung Selatan yang telah memberi izin untuk

pengambilan data awal dan penelitian selanjutnya

4. Ibu Yaslina, Ns, M.Kep, Sp.Kep.Kom selaku pembimbing satu yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan oleh

peneliti

5. Ibu Ns. Kalpana Kartika, S.Kep, Msi selaku pembimbing dua yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan oleh

peneliti

6. Bapak dan Ibu Staf pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan STIkes Perintis

Padang, yang telah banyak pula memberikan ilmu serta bimbingan yang bermanfaat

bagi peneliti

7. Teristimewa kepada Suami, Ibu dan Anak- Anak yang telah memberikan bantuan baik

moril maupun spritual dan dorongan semangat, doa, kasih sayang serta pengertian

yang tulus dalam menggapai cita- cita.

Page 6: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

8. Rekan- Rekan mahasiswa angkatan II Program Non Reguler STIkes Perintis Padang

khususnya sahabat “ 5 sekawan” yang telah banyak memberikan masukan yang

sangat berguna dalam menyelesaikan skripsi ini

Sekalipun peneliti telah mencurahkan segenap pemikiran, tenaga dan waktu agar peneliti

ini menjadi lebih baik, peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, oleh sebab itu peneliti dengan senang hati menerima saran dan kritikan yang

bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, pada - Nya jualah kita berserah diri. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita

semua khususnya pada profesi keperawatan. Amin.

Bukittinggi, Februari 2018

Peneliti

DAFTAR ISI

Pernyataan Keaslian Skripsi

Page 7: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Halaman Pengesahan

Halaman Persetujuan

Abstrak

Biodata

Kata Pengantar .............................................................................................................. i

Daftar Isi ......................................................................................................................... iii

Daftar Tabel ................................................................................................................... vii

Daftar Skema ................................................................................................................. viii

Daftar Lampiran ........................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 9

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 10

1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................. 10

1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................................ 10

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 10

1.5. Ruang Lingkup Penelitan ........................................................................ 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Keperawatan Komunitas ........................................................... 13

2.1.1. Pengertian Keperawatan Komunitas ........................................... 13

2.1.2. Tujuan Keperawatan Komunitas ................................................. 13

2.1.3. Sasaran Keperatawan Komunitas ................................................ 13

2.1.4. Peran Keperawatan Komunitas ................................................... 15

2.2. Keperawatan Anak Sekolah .................................................................... 16

2.3. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ............................................... 17

Page 8: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

2.3.1. Pengertian PHBS ........................................................................ 17

2.3.2. Jenis Kegiatan PHBS .................................................................. 18

2.3.3. Faktor- Faktor yang mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat ................................................................................... 19

2.4. PHBS Sekolah ........................................................................................ 21

2.4.1. Pengertian PHBS Sekolah .......................................................... 21

2.4.2. Tujuan PHBS Sekolah ................................................................ 22

2.4.3. Mamfaat PHBS Sekolah ............................................................. 22

2.4.4. Indikator PHBS Sekolah ............................................................. 23

1. Cuci tangan pakai sabun ....................................................... 23

2. Jajan di kantin sekolah ......................................................... 24

3. Buang sampah ditempat sampah .......................................... 25

4. Olah raga secara teratur ........................................................ 25

5. Timbang berat badan dan ukur berat badan ......................... 26

6. Tidak merokok ...................................................................... 26

7. Buang air kecil dan buang air besar di jamban/ WC ............ 27

8. Memberantas jentik nyamuk ................................................. 27

2.4.5. Sanitasi Lingkungan Sekolah ...................................................... 28

2.5. Sarana dan Prasarana PHBS si Sekolah .................................................. 32

2.5.1. Tempat Cuci Tangan. .................................................................. 32

2.5.2. Kantin Sehat................................................................................. 33

2.5.3. Tempat Pembuangan Sampah di Sekolah.................................... 34

2.5.4. Alat Kebersihan Lingkungan Sekolah ........................................ 34

2.5.5. Perangkat Sarana dan Prasarana UKS ......................................... 35

2.5.6. Upaya Pencegahan Merokok ..................................................... 35

Page 9: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

2.5.7. Ketersediaan WC Sekolah .......................................................... 36

2.5.8. Ketersediaan Jumantik Anak Sekolah ........................................ 36

2.6. Konsep Anank Usia Sekolah ............................................................ ..... 37

2.6.1. Definisi Anak Usia Sekolah ....................................................... 37

2.6.2. Perkembangan Motorik Pada Anak Usia Sekolah ...................... 39

2.6.3. Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah ......................... 41

2.6.4. Ciri- ciri Anak Usia Sekolah ...................................................... 41

2.6.5. Karakteristik Anak Usia sekolah ................................................ 33

2.7. Teori Pengetahuan ................................................................................. 45

2.7.1. Pengertian Pengetahuan .............................................................. 45

2.7.2. Tingkat Pengetahuan .................................................................. 46

2.7.3. Pengukuran Pengetahuan ............................................................ 47

2.8. Kerangka Teori ....................................................................................... 47

BAB III KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep .................................................................................... 50

3.2 . Definisi Operasional ................................................................................ 51

3.3. Hipotesis .................................................................................................. 51

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian ...................................................................................... 53

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 53

4.3. Populasi, Sampel dan Tekhnik Sampling ................................................. 53

4.3.1. Populasi ......................................................................................... 53

4.3.2. Sampel ........................................................................................... 54

4.3.3. Tekhnik Sampling ......................................................................... 55

4.4. Pengumpulan Data ..................................................................................... 55

Page 10: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

4.4.1. Alat Pengumpulan Data ............................................................. 55

4.4.2. Cara Pengumpulan Data .............................................................. 56

4.5. Tekhnik Pengolahan Data ......................................................................... 57

4.6. Analisa Data ............................................................................................... 58

4.7. Etika Penelitian .......................................................................................... 59

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian ......................................................................................... 61

5.1.1. Analisa Univariat .......................................................................... 61

5.1.2. Analisa Bivariat ............................................................................ 63

5.2. Pembahasan ............................................................................................... 66

5.2.1. Analisa Univariat .......................................................................... 66

5.2.2. Analisa Bivariat ............................................................................ 72

5.3. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 77

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan ................................................................................................ 77

6.2. Saran .......................................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Page 11: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Nomor Tabel Halaman

Tabel 1.1. Laporan PHBS Sekolah Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat

tahun 2010- 2015 ........................................................................................... 2

Tabel 1.2 Data kunjungan Promkes dan PHBS di SD wilayah Puskesmas Rao ............ 7

Tabel 3.2 Definisi Operasional ....................................................................................... 51

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang PHBS di SDN 12 Tarung- Tarung

Selatan Rao Pasaman Tahun 2018 ................................................................... 62

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang PHBS di SDN 12 Tarung- Tarung

Selatan Rao Pasaman Tahun 2018 ................................................................... 62

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Penerapan PHBS di SDN 12 Tarung- Tarung Selatan

Rao Pasaman Tahun 2018 ............................................................................... 63

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan dengan Penerapan PHBS di

SDN 12 Tarung- Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018 .......................... 64

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Penerapan

PHBS di SDN 12 Tarung- Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018 .......... 65

DAFTAR SKEMA

Page 12: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Nomor Skema Halaman

Skema 2.8. Kerangka Teori Perilaku Kesehatan menurut Lawrence Green .................. 49

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ....................................................................... 50

DAFTAR LAMPIRAN

Page 13: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Lampiran 1. Permohonan menjadi responden

Lampiran 2. Persetujuan menjadi Responden ( Informed conscent)

Lampiran 3. Kisi- kisi kuisioner

Lampiran 4. Lembaran Kuisioner

Lampiran 5. Master Tabel

Lampiran 6. Hasil Analisa SPSS

Lampiran 7. Jadwal Penelitian

Lampiran 8. Surat Izin Pengambilan Data

Lampiran 9. Surat Bukti Penelitian

Lampiran 10. Dokumentasi

Lembaran 11. Lembar Konsultasi

BAB I

Page 14: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan Nasional merupakan suatu pencapaian yang dilakukan oleh pemerintah

dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat indonesia. Dalam

meningkatkan kesehatan secara optimal yang dilakukan dalam upaya pelayanan

kesehatan yang baik dengan menitikberatkan pada indikator kesehatan yang menunjang

pembangunan kesehatan yang berwawasan tepat guna ( Azwar 2007).

Upaya kesehatan Nasional dilakukan dengan upaya yang bersumberdayakan

masyarakat melalui upaya promotif, preventif kuratif dan rehabilitatif, yang dilakukan

baik secara mandiri dan juga secara bersama sama masyarakat dan meningkatkan

perilaku sehat. Sedangkan upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah/ atau masyarakat dengan cara

mewujudkan derajat kesehatan dilakukan oleh individu, kelompok, masyarakat, baik

secara melembaga oleh pemerintah, ataupun swadaya masyarakat (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2015 tentang kemampuan sekolah dalam

melakukan PHBS, sudah mencapai sebesar 49,41%. Provinsi yang memiliki persentase

tertinggi adalah Jawa Tengah (88,57%), DI Yogyakarta (87,38%) dan Kalimantan Timur

(79,73%). Provinsi dengan persentase PHBS yang rendah adalah Sumatera Barat

(36,34%), Banten (40,21%) dan Papua Barat (42,56%).

Sedangkan dalam laporan PHBS Sekolah Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera

Barat pada tahun 2010 sampai 2015 seperti data dibawah ini

No Kabupaten/Kota Tahun 2010-2015

Target

1 Kota Padang 95% Tercapai2 Kabupaten Padang Pariaman 87% Tercapai3 Kota Padang Panjang 90% Tercapai

Page 15: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

4 Kabupaten Pesisir Selatan 80% Tercapai5 Kabupaten Sijunjung 82% Tercapai6 Kota Pariaman 85% Tercapai7 Kabupaten Dharmasraya 79% Tercapai8 Kabupaten Tanah Datar 86% Tercapai9 Kota Bukittinggi 93% Tercapai10 Kota Sawahlunto 80% Tercapai11 Kabupaten Agam 80% Tercapai12 Kota Solok 90% Tercapai13 Kabupaten Solok 81% Tercapai14 Kabupaten Solok Selatan 78% Tercapai15 Kota Payakumbuh 90% Tercapai16 Kabupaten Limapuluh Kota 76% Tercapai17 Kabupaten Pasaman Barat 68% Tidak Tercapai18 Kabupaten Pasaman 65% Tidak Tercapai19 Kabupaten Mentawai 60% Tidak TercapaiDinkes Kemenkes RI Sumbar 2016

Tabel 1.1. Laporan PHBS Sekolah Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat pada tahun 2010 sampai 2015

Dapat diketahui bahwa salah satu kabupaten yang masih rendah pencapaiannya

yaitu kabupaten pasaman masih belum melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat di

sekolah dengan baik. Namun dalam rentang dua tahun tersebut diketahui bahwa terjadi

pergeseran persentase sekolah yang ber-PHBS pada masing-masing kabupaten, ada yang

belum efektif dan ada pula yang sudah baik (Surkesda Prov Sumbar :2015).

Terwujudnya derajat kesehatan tersebut dapat dicapai, salah satunya dengan

program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Program PHBS adalah upaya

memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat,

dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku, melalui pendekatan advokasi, bina

suasana (Social support) dan gerakan masyarakat (empowerment) sehingga dapat

menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan

meningkatkan kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2011).

Page 16: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai

hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga yang dapat menolong diri

sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

masyarakat.(Kemenkes RI 2011). Sedangkan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

membuat pedoman pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat yang tertuang dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2269/ MENKES/ PER/

XI/2011 yang mengatur upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat di seluruh

Indonesia dengan mengacu kepada pola manajemen PHBS, mulai dari tahap pengkajian,

perncanaan, dan pelaksanaan serta pemantauan dan penilaian. Upaya tersebut dilakukan

untuk memberdayakan masyarakat dalam memelihara, meningkatkan dan melindungi

kesehatannya sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu secara mandiri ikut aktif

dalam meningkatkan status kesehatan(Kemenkes RI, 2011).

Kesehatan dibentuk oleh kehidupan sehari- hari (health is created within the

setting of everyday life,WHO: 2003). Dalam kehidupan sehari- hari manusia,

menghabiskan waktunya di tempat atau tatanan ( setting), yakni didalam rumah

(keluarga), di sekolah ( bagi anak sekolah), dan ditempat kerja ( bagi orang dewasa).

Oleh sebab itu, kesehatan seseorang juga ditentukan oleh tatanan- tatanan tersebut

(Notoadmodjo 2010).

Penelitian sebelumnya dari Kabupaten Wanosabo Jawa Tengah di SD Negeri

Mungkung pada kelas VI dengan populasi sebanyak 10 orang diperoleh hasil sama

dengan nilai r = 0,925, sedangkan untuk n = 0,632. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan antara ketersediaan sarana dan prasarana usaha kesehatan sekolah dengan

perilaku hidup sehat di kelas VI SD Negeri Mungkung tersebut. Dan penelitian kedua

oleh Riesti Cahyaningrum dari SD Negeri Keraton Yokyakarta di kelas IV dan V

dengan populasi 42 orang diperoleh hasil tentang tingkat pengetahuan tentang PHBS

Page 17: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu baik, cukup dan kurang. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebanyak 66,7% kategori baik, 31,0% kategori cukup dan 2,4%

kategori kurang, itu membuktikan beberapa siswa belum tahu apa itu perilaku hidup

bersih dan sehat.

Upaya kesehatan sekolah (health promoting school) adalah suatu cara dimana

program pendidikan dan kesehatan dikombinasikan untuk menumbuhkan perilaku

kesehatan sebagai faktor utama untuk kehidupan dengan cara penanaman nilai- nilai

PHBS disekolah. PHBS disekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan

masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, dan mau dan mampu mempraktekkan PHBS,

dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat (Proverawati dan Rahmawati,

2012). Sedangkan menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoadmojdo (2009) ada 3

faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu Faktor Prdisposisi (predisposing

factors) yang mencakup pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial

dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu atau masyarakat, dan Faktor pendukung

( enabling factors) yaitu tersedianya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dan

kemudahan untuk mencapainya, serta faktor pendorong ( reinforcing fctors) adalah sikap

dan prilaku petugas kesehatan. Salah satu faktor mengapa orang melakukan perilaku

hidup bersih dan sehat adalah faktor pemudah ( predisposing factor) yaitu faktor ini

mencakup pengetahuan anak terhadap PHBS dan faktor pemungkin ( enabling faktor )

yaitu ketersediaan sarana dan prasarana/ fasilitas kesehatan (L.Green (1980) dalam

Notoadmojdo (2009).

PHBS di Sekolah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan di sekolah dalam

meningkatkan kesehatan sekolah melalaui penyuluhan dan kegiatan kegaiatn sehat yang

dilakukan oleh murid bersama perangkat sekolah. PHBS di sekolah juga menurut

Lawrence Green(1980) dalam Notoatmojdo (2009) dapat meningkat kesehatan murid

Page 18: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

sekolah dan pemberian ilmu pengetahuan kepada murid murid yang ada di sekolah serta

melakukan kebersihan seperti CTPS , lingkungan bersih, kesehatan, jajajan di sekolah

dan juga yang lain lainya yang dilakukan murid bersama dengan perangkat sekolah

lainnya

Usaha kesehatan sekolah yang ada di setiap sekolah merupakan suatu alat atau

sarana yang dapat digunakan untuk merangsang pertumbuhan, perkembangan anak, serta

meningkatkan keterampilan, kemampuan dan pengetahuan tentang pendidikan

kesehatan. Maka dari itu setiap sekolah seharusnya memiliki sarana dan prasarana yang

memadai baik dari segi jenis maupun jumlahnya untuk melakukan pembinaan serta

pelaksanaan usaha kesehatan sekolah dan pelaksanaan PHBS sekolah. Indikator personal

PHBS di sekolah seperti mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan

sabun, mengkonsumsi jajanan yang bersih dan sehat, menggunakan jamban yang bersih

dan sehat, olah raga yang teratur , memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di

sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan, membuang

sampah pada tempatnya, Personal hygiene murid sekolah seperti: mengosok gigi,

kebersihan kuku(Kemenkes RI, 2011)

Lingkungan sekolah dalam menerapkan PHBS di sekolah antara lain adanya dan

tersedianya sarana dan prasarana sekolah seperti tempat cuci tangan dengan air mengalir,

ketersediaan jumlah wc sesuai dengan jumlah siswa, kebersihan WC dan juga kebersihan

anak sekolah bagi mereka yang melakukan pendidikan dasar seperti sekolah dasar di

sekolah sekolah . Usia sekolah merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai-

nilai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) . Dampak pembinaan PHBS di sekolah

terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru, dan masyarakat

dilingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit.

Meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar

Page 19: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

siswa , citra sekolah sebagai instiitusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu

menarik minat orang tua. Meningkatkan citra pemerintah daerah di bidang pendidikan,

menjadi percontohan sekolah sehat (Kemenkes RI, 2011)

Sehubungan dengan hal tersebut, tidak hanya ketersediaan sarana dan pra sarana

saja yang mendukung terjadinya PHBS di sekolah atau pun di masyarakat tetapi

pengetahuan juga merupakan dominan yang sangat penting dalam penerapan PHBS di

sekolah . Yang perlu ditingkatkan pada siswa yaitu cara mempraktekkan dan memahami

materi tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Pengetahuan merupakan hasil dari

“tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan dapat dipengaruhi dari pengalaman orang lain

yang disampaikan kepada seseorang. (Notoajmodjo, 2010)

Berdasarkan hasil survey data di Puskesmas Rao maka didapat data yang

dikunjungi Program Promkes, Program Kesling tentang PHBS Sekolah di Sekolah Dasar

wilayah kerja Puskesmas Rao tahun 2017

No Nama Sekolah

Jmlh

sis

wa

Ku

nju

ng

Pro

mk

es

Ru

ang

UK

S

ters

end

ir

Jlh

WC

Kan

tin

S

ehat

CT

PS

1 SDN 01 Tarung- Tarung 579 √ √ 18 1 √

2 SDN 02 Muara Penyengrahan 28 √ - 1 1 √3 SDN 03 Tarung- Tarung Utara 145 - √ 2 - √4 SDN 04 Padang Aro 35 √ √ 1 1 √5 SDN 05 Tarung- Tarung Utara 297 √ √ 2 2 -6 SDN 06 Tarung- Tarung 170 - - 3 1 √7 SDN 07 Padang Metinggi 155 - √ 1 1 -8 SDN 08 Tarung- Tarung Selatan 242 - - 4 3 √9 SDN 09 Tarung- Tarung Selatan 353 √ √ 5 1 -10 SDN 10 Tarung- Tarung Utara 194 - - 6 √ √11 SDN 11 Tarung- Tarung 105 - √ 1 √ √

12 SDN 12 Tarung-Tarung Selatan 232 √ - 1 - √13 SDN 13 Padang Metinggi 81 - √ 1 1 √14 SDN 14 Padang Aro 303 √ - 5 2 √15 SDN 15 Tarung- Tarung Utara 64 - √ 1 1 √16 SDN 16 Padang Metinggi 118 √ - 2 1 √

Page 20: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

17 SDN 17 Tarung- Tarung 53 - - 1 1 √18 SDN 18 Tarung- Tarung Selatan 109 - √ 2 - √

Tabel 1.2. data yang dikunjungi PHBS Sekolah di Sekolah Dasar wilayah kerja Puskesmas Rao tahun 2017

Dari data diatas, dengan jumlah SD 18 sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rao,

didapati SDN 12 Tarung- Tarung Selatan yang masih memiliki kekurangan beberapa

indikator PHBS Sekolah, dan dari hasil wawancara sekilas dengan tenaga sekolah di

SDN 12 Tarung Tarung Selatan yang dilakukan pada tanggal 1 dan 2 November 2017

setempat menyatakan bahwa SDN 12 termasuk sekolah yang belum lagi mampu

melakukan PHBS sekolah dengan baik karena sarana dan prasarana masih kurang. Dari

data yang ditemukan di Sekolah Dasar Negeri 12 Tarung - Tarung Selatan ditemukan

data hasil survey tanggal 17 Oktober 2017 dimana SD memiliki 1 WC siswa, 1 WC

guru, dengan jumlah siswa seluruhnya 232 orang, jumlah perempuan 129 orang, jumlah

laki- laki 103 orang. Jumlah siswa kelas II sebanyak 35 orang, jumlah siswa kelas III

sebanyak 35 orang, jumlah siswa kelas IV sebanyak 30 orang, jumlah siswa kelas V

sebanyak 42 orang, dan jumlah siswa kelas VI sebanyak 47 orang, dari wawancara

dengan 10 siswa didapat 7 siswa tidak mengetahui tentang PHBS, apa pengertian PHBS,

apa saja indikator PHBS Sekolah dan mamfaat dari penerapan PHBS sekolah, 5 siswa

didapati kuku masih panjang dan kotor, 8 siswa tangan yang masih kotor seperti tidak

mencuci tangan dengan baik. Wawancara dengan salah satu perangkat sekolah

mengatakan siswa jarang menggunakan WC karena air yang tidak mencukupi dan WC

pun hanya satu unit, sehingga siswa pun pergi ke sungai dibelakang sekolah untuk BAB/

BAK. Dan kantin sekolah pun masih tahap belum memadai sehingga belum bisa dipakai,

serta alat cuci tangan dengan sabun dan air mengalir di setiap luar kelas belum cukup,

ditambah lagi ruang UKS masih bergabung dengan ruang lain yang seharusnya ruang

UKS tersendiri dan alatnya pun belum lengkap. Ketersediaan tong sampah pun belum

Page 21: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

mencukupi. Untuk menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan hanya dilakukan

ketika anak memasuki sekolah dasar ( Kelas I), Kawasan bebas asap rokok belum

diterapkan di lingkungan sekolah, serta tim jumantik siswa belum dibentuk. Dilanjutkan

wawancara dengan penjaga sekolah yang mengatakan belum pernah diadakan

penyuluhan tentang kebersihan sekolah. Indikator PHBS di Puskesmas Rao 70% ,

sedangkan realisasinya hanya 40%.

Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan

Pengetahuan, Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan penerapan PHBS di SDN 12

Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa secara teori, perilaku hidup bersih dan sehat

tersebut disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah pengetahuan, dan sarana dan

prasarana. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini peneliti merumuskan suatu masalah yaitu

“Hubungan Pengetahuan, ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan penerapan PHBS di

SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018"

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan

dan ketersediaan sarana, prasarana dengan penerapan PHBS di SDN 12 Tarung

Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan PHBS pada siswa di SDN 12

Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018.

Page 22: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

b. Mengetahui distribusi frekuensi sarana dan prasarana PHBS pada siswa di

SDN 12 Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018.

c. Mengetahui distribusi frekuensi penerapan PHBS pada siswa di SDN 12

Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018.

d. Menganalisa hubungan pengetahuan dengan penerapan PHBS pada siswa di

SDN 12 Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018.

e. Menganalisa hubungan, ketersediaan sarana dan pra sarana dengan penerapan

PHBS pada siswa di SDN 12 Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun

2018.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Peneliti

Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam pelaksanaan suatu

kebijakan kesehatan yang ditetapkan dan bagaimana suatu kebijakan dibidang

kesehatan dalam pelaksanaannya mendapat kendala dikaji dari teori yang ada.

Serta peneliti dapat mengaplikasikan ilmu dan teori yang telah didapat selama

dibangku perkuliahan, sehingga menambah wawasan peneliti.

1.4.2. Institusi Pendidikan

Merupakan tambahan kekayaan penelitian, untuk dapat dipergunakan dan

dikembangkan. Dan mudah-mudahan dapat menjadi referensi bagi peneliti

selanjutnya yang berminat mengadakan penelitian terkait dengan perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) di sekolah .

1.4.3. Lahan ( SDN 12 Tarung - Tarung Selatan )

Sebagai bahan masukan, kontribusi yang positif bagi petugas kesehatan di

sekolah dasar dan juga wilayah kerja Puskesmas Rao melalui program promosi

kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Page 23: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

setempat. Dan sebagai pemicu bagi pihak sekolah untuk meningkatkan sarana dan

prasarana supaya penerapan PHBS menjadi maksimal disekolah.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti membahas tentang Hubungan Pengetahuan,

ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan penerapan PHBS di SDN 12 Tarung - Tarung

Selatan Rao Pasaman Tahun 2018. Penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variabel

Independen adalah Pengetahuan, sarana dan prasarana, sedangkan variabel Dependen

adalah Penerapan PHBS di sekolah SDN 12 Tarung Tarung Rao. Penelitian ini akan

dilakukan bulan Februari 2018. Variabel dependen dengan pendekatan Cross Sectional

dengan populasi 186 siswa dan sampel yang diambil adalah siswa kelas IV, V dan VI di

SDN 12 Tarung- Tarung Selatan , Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data

kuesioner. Penelitian ini dilakukan di SDN 12 Tarung Tarung Selatan Rao Kabupaten

Pasaman Tahun 2018

Page 24: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Keperawatan Komunitas

2.1.1. Pengertian Keperawatan Komunitas

Komunitas adalah mencakup perawatan kesehatan keluarga ( Nurse Health

Family ) dan juga meliputi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas,

membantu masyarakat mengidentifikasi masalah kesehatan sendiri serta

memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada

pada mereka sebelum mereka meminta bantuan pada orang lain(Iqbal 2007).

2.1.2 Tujuan keperawatan komunitas

Tujuan keperawatan adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan

masyarakat melalui upaya:

a. Pelayanan keperawatan secara langsung ( direct care ) terhadap individu,

keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.

Page 25: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat ( health general

community ) dan mempertimbangkan bagaimana masalah atau isu kesehatan

masyarakat dapat mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok.

2.1.3. Sasaran keperawatan komunitas

Seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok baik yang

sehat maupun yang sakit khususnya mereka yang beresiko tinggi dalam

masyarakat.

1. Individu

Individu adalah anggota keluarga sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,

psikologi, soaial dan spiritual..

2. Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal

dalam satu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau

adopsi.

3. Kelompok khusus

Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan

jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat

rawan terhadap masalah kesehatan dan termasuk diantaranya:

Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat

perkembangan dan pertumbuhan seperti :

- Ibu Hamil

- Bayi baru lahir

- Anak Balita

- Anak Usia sekolah

Page 26: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

- Usia Lanjut

4. Masyarakat

Kelompok masyarakat yang terikat dalam institusi, misalnya rumah

tahanan, panti dan lokalisasi WTS dan kelompok masyarakat yang tidak terikat

dalam institusi misalnya panti werdha, kelompok remaja, karang taruna dan

lain-lain

2.1.4. Peran Keperawatan Komunitas

1. Pemberi pelayanan

Perawat merupakan orang yang membeeri pelayanan keperawatan secara

langsung kepada masyarakat

2. Pendidik

Perawat komunitas berperan juga dalam memberikan informasi kesehatan

kepada masyarakat melalui promosi kesehatan

Page 27: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

3.Pengelola

Perawat juga merupakan sebagai pengelola

masyarakat dalam usaha peningkatan derajat

kesehan masyarakat yang diupakan melalui

pemberdayaan masyarakat itu sendiri melalui

suatu wadah kelompok kerja kesehatan.

4.Konselor

Perawat komunitas juga berperan memberikan

bimbingan, arahan kepada masyarakat , sehingga

upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat

dapat diwujudkan

5. Pembela klien/advokat

Perawat komunitas dapat berperan dalam membela masyarakat dalam

kegiatan pelayanan kesehatan yang menyimpang dari norma-norma maupun

kaedah kesehatan yang berlaku.

6. Peneliti

Perawat komunitas juga berperan dalam penelitian kesehatan khusunya

penelitian kesehatan masyarakat, sehingga didapatkan suatu penemuan-

penemuan maupun ilmu yang baru yang dapat menunjang terhadap status

kesehatan masyarakat.

7. Pemberi pelayanan

Page 28: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Perawat merupakan orang yang memberi pelayanan keperawatan secara

langsung kepada masyarakat.

9. Pendidik

Perawat komunitas berperan juga dalam memberikan informasi kesehatan

kepada masyarakat melalui promosi kesehatan.

10. Pengelola

Perawat juga merupakan sebagai pengelola masyarakat dalam usaha

peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang diupayakan melalui

pemberdayaan masyarakat itu sendiri melalui suatu wadah kelompok kerja

kesehatan.

2.2. Keperawatan Anak sekolah

Sebagai suatu instansi pendidikan, sekolah mempunyai peranan dan kedudukan

dalam upaya promosi kesehatan. Promosi kesehatan disekolah merupakan suatu upaya

untuk menciptakan sekolah menjadi suatu komunitas yang mampu meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat sekolah melalui 3 kegiatan utama, (a) penciptaan lingkungan

sekolah yang sehat, (b) pemeliharaan dan pelayanan di sekolah, (c) upaya pendidikan

yang berkesinambungan. Kegiatan tersebut dikenal dengan istilah TRIAS UKS. Hal ini

disebabkan karena sebagian besar anak usia 5- 19 tahun terpajan dengan lembaga

pendidikan dalam jangka waktu cukup lama.

Keperawatan anak sekolah merupakan suatu Keperawatan kesehatan yang

memberikan pelayanan keperawatan professional kepada anak usia sekolah yang

bertanggung jawab dan bertanggung gugat dengan mempunyai konsep-konsep, teori-

teori, legalits dan etika yang ditunjukkan kepada masyarakat sekolah yaitu terutama anak

usia sekolah SD, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas untuk

Page 29: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

mencapai derajat kesehatan optimal melalui pemeliharaan kesehatan , kesehatan

sekolah , dokter kecil serta kegiatan upaya sekolah dalam peningkatan kesehatan dengan

menjamin ketergantungan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi

sekolah tersebut dengan melibatkan perangkat sekolah , guru sekolah, Perangkat sekolah,

anak usia sekolah dan Juga lingkungan sekolah. Keperawatan anak sekolah adalah salah

satu pelayanan keperawatan usia sekolah yang profesional yang berfokus pada

Lingkungan sekolah, guru kelas dan anak murid sekolah dalam upaya mencapai derajat

kesehatan yanmg optimal melalui usaha preventif, promotif, rehabilitatif dan kuratif

(Wahit Iqbal, 2007).

2.3. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

2.3.1. Pengertian PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya memberikan

pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan

menbuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku, melalui pendekatan advokasi,

bina suasana (Social support) dan gerakan masyarakat (empowerment) sehingga

dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan

meningkatkan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2006).

2.3.2. Jenis Kegiatan PHBS

Jenis kegiatan PHBS mencakup enam bidang yaitu: bidang gizi, KIA

(Kesehatan murid SD), kegiatan poersonal hyegene, kesehatan lingkungan

sekolah , jaminan pemeliharaan kesehatanmurid seperti UKS, jajanan sehat serta

bidang kebersihan lingkungan sekolah lainnya.

PHBS dalam bidang gizi sekolah adalah makan dengan gizi seimbang,

mengkonsumsi garam beryodium, memberi makanan sehat melalaui jajanan

Page 30: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

sehat. PHBS personal heygene adalah memeriksa kondisi murid , kebersihan gigi

yang ditolong tenaga kesehatan, menimbang berat badan murid setiap bulan,

mengimunisasi murid yang belum tercapai, ikut olah raga sehat, membuang

sampah di tempat sampah dan mencuci tangan. (Depkes RI, 2006).

a. PHBS Rumah Tangga

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

2. Memberi bayi ASI eklusif

3. Menimbang bayi setiap bulan

4. Menggunakan air bersih

5. Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir

6. Gunakan jamban sehat

7. Memberantas jentik nyamuk

8. Makan buah dan sayur

9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari

10. Tidak merokok di dalam rumah

b. PHBS Sekolah

1. Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir

2. Jajan dikantin sekolah

3. Buang sampah ditempat sampah

4. Olah raga secara teratur

5. Timbang berat badan dan ukur berat badan

6. Tidak merokok

7. Buang air kecil dan buang air besar di jamban/ WC

8. Berantas jentik nyamuk (Depkes RI, 2000)

2.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Page 31: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Perilaku kesehatan ada teori- teori yang menjadi acuan dalam penelitian-

penelitian kesehatan, Menurut Lawrence Green(1980) dalam Notoadmojdo

(2009) ada 3 faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu:

1. Faktor Predisposisi (predisposing factors)

Merupakan faktor yang menjadi dasar/ motivasi perilaku. Faktor predisposisi

mencakup pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial dan

unsur lain yang terdapat dalam diri individu atau masyarakat yang membentuk

persepsi sehingga memotivasi individu untuk melakukan tindakan. Faktor ini

juga mencakup faktor demografis seperti status sosio ekonomi, umur, jenis

kelamin, dan besar keluarga.

2. Faktor pendukung ( enabling factors).

Enabling memungkinkan motivasi dapat terlaksana. Faktor ini mencakup

ketersediaan sarana dan prasarana/ fasilitas pelayanan kesehatan dan

kemudahan untuk mencapai pelayanan termasuk biaya, jarak, kestersediaan

transportasi, waktu pelayanan dan keterampilan petugas kesehatan.

3. Faktor pendorong ( reinforcing fctors).

Yang termasuk faktor penguat adalah sikap dan perilaku tokoh masyarakat,

tokoh agama, para petugas termasuk petugas kesehatan. Dalam berperilaku

sehat tidak hanya butuh pengetahuan dan sikap positif saja tetapi masyarakat

juga perlu juga contoh aplikasi dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan

para petugas kesehatan, disamping adanya undang-undang, peraturan-

peraturan dan lain sebagainya. Adanya peraturan maupun undang-undang

untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.

Sedangkan menurut WHO merumuskan determinan perilaku sangat

sederhana, ada empat alasan pokok yaitu:

Page 32: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

a. Pemikiran dan perasaan. Hasil pemikiran dan perasaan seseorang atau lebih

tepatnya diartikan pertimbangan- pertimbangan pribadi terhadap objek atau

stimulus, merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku

b. Adanya acuan atau peferensi dari seseorang atau pribadi yang tercapai.

c. Sumber daya ( resources) yang tersedia merupakan pendukung terjadinya

perubahan perilaku

d. Sosial budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap

terbentuknya perilaku seseorang.

2.4. PHBS Sekolah

2.4.1. Pengertian PHBS sekolah

PHBS sekolah adalah upaya untuk memberdayakan perangkat sekolah

Murid, guru dan perangkat sekolah agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS

di sekolah untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko

terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan

aktif dalam gerakan kesehatan sekolah di masyarakat (Wahid, 2007).

Adapun sasaran PHBS sekolah adalah seluruh perangkat sekolah, yang

dibagi dalam beberapa bagian, yaitu :

a) Sasaran primer

Adalah sasaran utama dalam tatanan sekolah yang akan dirubah perilakunya

atau anggota sekolah yang bermasalah ( Lingkungan sekolah, murid, guru dan

Sarana dan prasana sekolah yang memiliki bermasalah).

b) Sasaran sekunder

Page 33: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dan perangkat sekolah

yang bermasalah misalnya, guru, murid dan lingkungan sekolah, kader tokoh

agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan sekolah dan lintas sektor terkait.

c) Sasaran tersier

Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam

menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk

tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya, kepala sekolah, guru sekolah, murid,

kepala puskesmas, guru dan sebagainya.

2.4.2. Tujuan PHBS sekolah

Tujuan PHBS sekolah adalah :

a) Meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan, petugas lintas

sektor, media massa, organisasi masyarakat, LSM, tokoh masyarakat, tim BP3

sekolah dan dunia usaha dalam pembinaan PHBS di tatanan sekolah.

b) Meningkatkan kemampuan sekolah untuk melaksanakan PHBS tatanan

sekolah dan berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

2.4.3. Manfaat PHBS sekolah

Adapun manfaat perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) bagi tatanan sekolah

yaitu :

a) Setiap sekolah meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit

b) tatanan sekolah melalui sekolah sehat sehat dapat meningkatkan

produktifitas kerja guru dan belajar murid.

c) Dengan meningkatnya kesehatan perangkat sekolah maka biaya yang

tadinya dialokasikan untuk kesehatan tatanan sekolah dapat dialihkan untuk

biaya investasi seperti biaya sarana dan prasarana, atau usaha lain yang

dapat meningkatkan kesejahteraan tatanan sekolah.

Page 34: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

d) Salah satu indikator menilai keberhasilan pemerintah daerah dalam bidang

kesehatan tatanan sekolah.

e) Meningkatkan citra pemerintah dalam bidang kesehatan tatanan sekolah.

f) Dapat menjadikan percontohan tatanan sekolah sehat bagi daerah

lain.Penilaian tatanan sekolah sehat digunakan sepuluh alat ukur (indikator)

PHBS yang terdiri dari tujuh indikator PHBS dan tiga indikator Gerakan

Hidup Sehat (GHS).

2.4.4. Indikator PHBS sekolah

1) Cuci tangan pakai sabun

Aturannya adalah perkelas ada satu tempat cuci tangan untuk siswa.

Tempatnya permanen, berbentuk kran air yang mengalir. Bukan yang diam

seperti menyediakan satu timba air. Yang terakhir ini bukan membersihkan

penyakit, tapi malah mengumpulkan penyakit.

Untuk menunjangnya, sekolah harus menyediakan sabun dan handuk

sebagai sarana dan prasarana perlengkap cuci tangan. Ingatkan siswa untuk

memcuci tangan tiap mejelang dan sesudah istirahat, setelah melakukan

pekerjaan, dam mnyentuh makanan. Adapaun kegiatan 6 langkah ini harus

diikuti dengan ketersediaan alat alat yang tersedia di sekolah.

Prinsip 6 langkah cuci tangan antara lain:

1. Tuangkan cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok

kedua taqngan secara lembut dengan arah memutar

2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

3. Gosok sela- sela jari tangan hingga bersih

4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci

Page 35: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

6. Letakkan ujung jari ke telapak tanagn kemudian gosok berlahan dengan

arah memutar

(standart cuci tangan menurut WHO).

5 Waktu cuci tangan, Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir dapat kita

lakukan pada waktu – waktu berikut:

1. Sebelum menyiapkan makanan

2. Sebelum dan sesudah makan

3. Setelah buang air kecil dan besar

4. Setelah membuang ingur

5. Setelah membuang sampah dan atau menangani sampah

6. Setelah bermain/ memberi makan hewan/ memegang hewan

7. Setelah batuk atau bersin pada tangan.

2) Jajan di kantin sekolah

Indikator ini juga bisa kita maknai seluruh seluruh warga sekolahnya

jajan diwarung atau kantin yang disediakan sekolah. Siswa tidak dipaksa

membeli jajanan atau makanan dikantin, tapi menyadari sendiri jajanan disini

sudah bersih dan memenuhi standar layak. Yang perlu diperhatikan adalah

makanan yang banyak mengandung bahan berbahaya. Seperti pewarna,

pengawet, pengenyal dan jenisnya.

3) Buang sampah ditempat sampah

Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai baik

yang berasal dari rumah tangga atau hasil proses industri. Jenis-jenis sampah

antara lain, yakni sampah anorganik, adalah sampah yang umumnya tidak

dapat membusuk, misalnya: logam atau besi, pecahan gelas, plastik. Sampah

Page 36: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya: sisa

makanan, daun-daunan, dan buah-buahan.

Tiap ruang yang ada disekolah perlu ada minimal satu tempat sampah.

Sampah tidak boleh mengedap lebih satu hari. Artinya tiap hari sampah itu

harus dibuang ke tempat pembuangan akhir. TPA ( Tempat Pembuangan

Akhir) diatur jaraknya jangan sampai terlalu dekat dengan kelas siswa belajar.

Guru juga bisa belajar mengolah sampah itu menjadi barang yang berguna

( Daur ulang). Banyak produk yang berguna sekarang yang merupakan produk

olahan sampah. Hal ini tentu akan lebih berkesan kalau mengajak siswa

terlibat dalam proses daur ulang itu.

4) Olah raga secara teratur

Berolah raga sudah termasuk kurikulum pembelajaran disemua sekolah.

Idealnya anak berolah raga tidak hanya seminggu sekali waktu ada

pembelajaran tersebut, namum setiap hari. Cara mudahnya adalah melakukan

senam pagi bersama seluruh warga sekolah.

5) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan, adanya

cacatan periodik berat dan tinggi siswa. Kita tahu begitu cepatnya

pertumbuhan dan perkembangan siswa, sehingga perlu pencatatan perubahan

tumbuhnya secara rutin. Dengan memengang catatan berat dan tinggi badan

siswa maka guru mudah memperiksi kondisi kesehatan dan gizinya, yang

dilakukan secara rutin setiap bulan atau dua bulan sekali atau maksimal eman

bulan sekali. Serta menyiapkan sarana yang memudahkan proses penimbangan

dan pengukuran itu. Yang melaksanakannya adalah bidang UKS Sekolah dan

program UKS Puskesmas

Page 37: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

6) Tidak merokok

Ada 4000 lebih zat kimia yabg ada pada sebatang rokok. Zat tersebut

bukan hanya berbahaya bagi perokok, namun lebih berbahaya bagi orang di

sekitarnya. Artinya anak- anak yang berpotensi menderita bahaya asap rokok

yang ada di sekolah. Meski sudah ada himbauan serius menerapkan

lingkungan sekolah bebas asap rokok, nyatanya belum berjalan efektif. Sebab

warga sekolah banyak juga merokok, baik guru, kepala sekolah, atau penjaga

sekolah. Pantangan terbesar adalah merokok yang sampai diketahui sisswa. Itu

harus dihindari di era siswa saat ini. Mereka akan mudah menemukan alasan

untuk mengikuti kebiasaan buruk ini.

7) Buang air kecil dan buang air besar di jamban/ WC

Banyakmya jamban yang ada di sekolah mengikuti aturan berikut:

Jamban siswa putri = Jumlah siswa putri: 20

Jamban siswa putra = Jumlah siswa putra: 20

Sangat dilarang menggunakan satu ruang untuk dipakai bersama siswa

laki- laki dan perempuan, meskipun masih diusia yang sangat dini.

Penggunaan satu ruang jamban bersama- sama sangat berpotensi

meningkatkan penularan pennyakit. Sehingga tidak cukup terpisah, jamban

sekolah juga cukup ventilasi, pencahayaan, tersedia tempat sampah dan alat-

alat pembersih.

8) Memberantas jentik nyamuk

Sudahkan sekolah anda punya jumantik? Ya, juru pemantau jentik. Yang

tugasnya mengamati adanya bibit penyakit yang berasal dari jentik- jentik

nyamuk di tempat- tempat tergenangnya air. Kalau tidak adapun kita bisa

Page 38: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

mencegah penyebarannya, yaitu menguras bak mandi tiap kurang dari 7 hari.

Artinya tiap minggu wajib dibersihkan.

Kenapa tujuh hari? Karena itu adalah waktu yang dibutuhkan jentik nyamuk

sampai bisa terbang. Lebih dari itu, perkembangannya akan lebih cepat lagi.

Selain itu lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M

(Menguras, Menutup,Mengubur).

PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong

nyamuk penular berbagai penyakit seperti Demam Berdarah Dengue,

Chikungunya, Malaria, Filariasis ( Kaki gajah) ditempat- tempat

perkembangan biakannya.

3M adalah tiga cara yang dilakukan pada saat PNS yaitu:

1. Menguras dan menyikat tempat- tempat penampungan air seperti bak

madi, tatakan kulkas, tatakan pot bunga dan tempat airr minum burung.

2. Menutup rapat- rapat tempat penampungan air seperti lubang bak kontrol,

lubang pohon, lekkukan- lekukan yang dapat menamung air hujan.

3. Mengubur atau menyingkirkan barang- barang bekas yang dapat

menampung air seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik- plastik yang

dibuang sembarangan ( bekas botol/ gelas aqua, palstik kresek dll)

2.4.5. Sanitasi Lingkungan sekolah

Sanitasi lingkungan sekolah merupakan bagian dari kesehatan lingkungan

sekolah. Pada hakikatnya kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau

keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap

terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan

lingkungan tersebut antara lain mencakup perumahan, penyediaan air bersih,

Page 39: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

pembuangan kotoran manusia (tinja), pembuangan sampah dan pengelolaan air

limbah (Chandra, 2006).

1. Kondisi lingkungan sekolah

Menurut Candra (2006), rumah adalah salah satu persyaratan pokok

bagi kehidupan manusia. sekolah atau tempat belajar manusia, dari zaman ke

zaman mengalami perkembangan. Syarat-syarat sekolah yang sehat ditinjau

dari ventilasi sekolah, cahaya yang masuk sekolah, luas bangunan sekolah,

fasilitas-fasilitas di sekolah sebagai berikut :

a. Ventilasi sekolahFungsi ventilasi adalah menjaga agar aliran udara di dalam rumah

tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh

penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Luas ventilasi kurang lebih 15-20%

dari luas laantai rumah.b. Cahaya masuk ruangan kelas di sekolah

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan

tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan

rumah, terutama cahaya mata hari di samping kurang nyaman, juga

merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya

bibit-bibit penyakit.

c. Luas bangunan sekolahLuas bangunan sekolah yang optimum adalah apabila dapat

menyediakan 6-6 m2 untuk tiap ruangan. Jika luas bangunan tidak sebanding

dengan jumlah murid maka menyebabkan kurangnya konsumsi O2, sehingga

jika salah satu murid menderita penyakit infeksi maka akan mempermudah

penularan kepada murid lain .

Page 40: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

d. Penyediaan Air Bersih sekolah

Air adalah sangat penting bagi kehidupan maanusia. Menurut

perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang berkembang termasuk

Indonesia orang memerlukan air antara 30-60 liter/hari. Syarat air minum

ditentukan oleh syarat fisik, kimia dan bakteriologis. Syarat fisik yaitu, air

tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih dengan suhu sebaiknya di

bawah suhu udara sehingga terasa nyaman. Syarat kimia yaitu, air tidak

mengandung zat kimia atau mineral yang berbahaya bagi kesehatan misalnya

CO2 dan NH4. Syarat bakteriologis yaitu, air tidak mengandung bakteri E.

coli yang melampaui batas yang ditentukan, kurang dari empat setiap 100 cc

air (Meison, 2009)

e. Pembuangan Kotoran sekolah (WC sekolah)

Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi

oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh seperti tinja, air seni dan

CO2. Masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah pokok

karena kotoran manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang

multikompleks. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia

antara lain: tipus, diare, disentri, kolera, bermacam-macam cacing seperti

cacing gelang, tambang dan pita. Syarat pembuangan kotoran antara lain,

tidak mengotori tanah permukaan, tidak mengotori air permukaan, tidak

mengotori air tanah, kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat

dipergunakan oleh lalat untuk bertelur atau berkembang biak, jamban harus

terlindung atau tertutup, pembuatannya mudah dan murah (Notoatmodjo,

2003).

Page 41: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Bangunan jamban yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari: rumah

jamban, lantai jamban, sebaiknya semen, slab, closet tempat feses masuk, pit

sumur penampungan feses atau cubluk, bidang resapan, bangunan jamban

ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak

menimbulkan bau, disediakan alat pembersih seperti air atau kertas

pembersih. Menurut Notoatmodjo (2003).

f. Pembuangan sampah disekolah

Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai baik yang

berasal dari rumah tangga atau hasil proses industri. Jenis-jenis sampah

antara lain, yakni sampah anorganik, adalah sampah yang umumnya tidak

dapat membusuk, misalnya: logam atau besi, pecahan gelas, plastik. Sampah

organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya: sisa

makanan, daun-daunan, dan buah-buahan. Cara pengelolaan sampah, yakni

pengumpulan dan pengankutan oleh petugas kebersihan serta pemusnahan

dan pengolahan sampah dengan cara ditanam, dibakar dan dijadikan pupuk

(Notoatmodjo, 2003).

g. Pengelolaan air limbah buangan di sekolah

Pengelolaan air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari

rumah tangga, industri dan pada umumnya mengandung bahan atau zat yang

membahayakan. Sesuai dengan zat yang terkandung di dalam air limbah,

maka limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan gangguan

kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain limbah sebagai

media penyebaran berbagai penyakit terutama kolera, diare, typus, media

berkembangbiaknya mikroorganisme patogen, tempat berkembang-biaknya

nyamuk, menimbulkan bau yang tidak enak serta pemandangan yang tidak

Page 42: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

sedap, sebagai sumber pencemaran air permukaan tanah dan lingkungan

hidup lainnya, mengurangi produktivitas manusia, karena bekerja tidak

nyaman (Notoatmodjo, 2003).

Usaha untuk mencegah atau mengurangi akibat buruk tersebut diperlukan

kondisi, persyaratan dan upaya sehingga air limbah tersebut tidak

mengkontaminasi sumber air minum, tidak mencemari permukaan tanah,

tidak mencemari air mandi, air sungai, tidak dihinggapi serangga, tikus dan

tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit dan vektor, tidak

terbuka dan terkena udara luar sehingga baunya tidak mengganggu

(Notoatmodjo, 2003).

2.5. Sarana dan Prasarana PHBS di sekolah

Depkes RI (2008) menerapkan ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran

menilai PHBS di sekolah yaitu:

2.5.1. Tempat Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir

Setiap sekolah berhak menyediakan dan perangkat pencucian tangan pakai

sabun dan akan membersihkan tangan murid dari kotoran dengan melakukan

prinsip 6 langkah cuci pakai sabun dan air mengalir. Adapaun kegiatan 6

langkah ini harus diikuti dengan ketersediaan alat alat yang tersedia di sekolah

Prinsip 6 langkah cuci tangan antara lain:

1. Tuangkan cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok

kedua taqngan secara lembut dengan arah memutar

2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

3. Gosok sela- sela jari tangan hingga bersih

4.Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci

5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

Page 43: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

6.Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok berlahan dengan

memutar arah jam. (standart cuci tangan menurut WHO)

2.5.2. Kantin Sekolah

Makanan selingan atau cemilan memiliki peran yang sangat penting untuk

tumbuh kembang anak. Jenis makanan ringan ini bisa mengatasi rasa lapar

diantara waktu lapar, mengurangi overeating saat makan, serta meningkatkan

konsentrasi. Namun sayangnya, masih banyak jajanan anak yang tidak sehat dan

malah membahayakan kesehatan anak terutama jananan- jajanan yang dijual kaki

lima diluar sekolah.

Kepala sekolah harus berperan menerapkan kebijakan pangan jajanan anak

sehat di lingkungan sekolah serta menyediakan sarana dan prasarana pendukung.

Tak hanya itu, guru UKS berperan memberikan edukasi pengelola kantin

mengenai keamanan pangan, melakukan pengawasan terhadap pangan jajanan

anak sehat serta memberikan pengertian dan pengetahuan kepada siswa cara

memilih pangan jaajanan yang baik dan dampak negatifnya.

Sementara itu, pengelola kantin wajib memperhatikan kebersihan fasilitas

dan temapt penjualan untuk mencegah kontaminasi bakteri, serta mempraktekkan

pengelolaan pangan yang baik dari segi kebersihan dan sanitasi.

Ada lima ciri kantin sehat yang sesuai dengan ketentuan BPOM:

1. Makanan tidak mengandung cemaran mikroba karena dapat menyebabkan

infeksi dan keracunan pada manusai.

2. Jangan membeli makanan dan minuman yang warnanya terlalu mencolok

atau cerah.

3. Jangan membeli makanan yang keras atau ngosong karena dapat

menyebabkan kankerr dan kerusakan ginjal.

Page 44: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

4. Ajarkan siswa untuk cek label kemasan sebelum membeli.

5. Selayaknya, kantin sekolah mempunyai tempat cuci tangan yang sesuai

standar kesehatan.

2.5.3. Tempat pembuangan sampah sekolah

Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai baik yang

berasal dari rumah tangga atau hasil proses industri. Jenis-jenis sampah antara

lain, yakni sampah anorganik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat

membusuk, misalnya: logam atau besi, pecahan gelas, plastik. Sampah organik

adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya: sisa makanan,

daun-daunan, dan buah-buahan.

2.5.4. Alat kebersihan lingkungan sekolah

Seperti ketersediaan sapu lidi, sapu lantai, sapu loteng , kecebong, alat

mengepel , lingkungan yang nyaman, cangkul dan juga bebagai alat pembersih

ruangan sekolah yang dilakukan oleh petugas sekolah ataupun bersama sama

dengan murid dalam rangka melakukan goro bersama.

2.5.5. Perangkat sarana dan prasarana lainnya (UKS)

Perangkat ini ada pada UKS atau Ruangan kesehatan sekolah seperti

adanya persediaan obat generik yang umum seperti parasetamol, alat kotak P3K

untuk kecelakaan di jam istirahat atau dikelas sebelum di rujuk ke puskesmas

terdekat, tersedianya alat pemeriksaan cek kesehatan seperti timbanga berat

badan, adanya pemeriksaan kesehatan gigi murid, pemeriksaan kesehatan

termometer untuk memeriksa panas murid SD, apakah mereka demam dan alat

pemeriksaan mata murid SD seperti optalmoscop yang dilakukan oleh yang

ahlinya yang didatangkan dari petugas kesehatan serta pemeriksaan lain yang.

Serta ketersediaan timbangan dan alat uukur tinggi siswa.

Page 45: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

2.5.6. Upaya pencegahan Merokok

Untuk mencegah siswa merokok, harus dilakukan upaya- upaya oleh

beberapa pihak, dalam rangka penyelamatan generasi muda dari bahaya nikotin,

yang akan merusak kesehatan dan mungkin dapat merusak masa depan dari phak

Sekolah

Upaya yang dilakukan pihak sekolah antara lain:

Dimulai dari majelis guru yang biasa merokok, agar tidak merokok selama

berada di lingkungan sekolah.

Menertibkan warung yang ada dilingkungan sekolah agar tidak menjual rokok,

serta meminta kerjasama dengan pemilik warung agar menegur dan atau

memberitahu majelis guru bila ada siswa yang merokok.

Menjadi peraturan sekolah sebagai “ area bebas asap rokok”

Memnbuat peraturan sekolah, yang memuat sanksi bila ketahuan siswa

merokok.

Pada setiap kesempatan, sekolah harus” nyinyir” menyampaikan pada

siswanya bahaya merokok.

2.5.7. Ketersediaan WC sekolah

Bangunan jamban sekolah yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari:

Ruangan jamban, lantai jamban, sebaiknya semen, slab, closet tempat feses

masuk, pit sumur penampungan feses atau cubluk, bidang resapan, bangunan

jamban ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak

menimbulkan bau, disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.

Menurut Notoatmodjo (2003). Banyakmya jamban yang ada di sekolah mengikuti

aturan berikut: Jamban siswa putri = Jumlah siswa putri: 20 dan Jamban siswa

putra = Jumlah siswa putra: 20.

Page 46: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

2.5.8. Ketersediaan Jumantik Anak sekolah

Jumantik anak sekolah adalah anak sekolah dari jenjang pendidikan dasar

dan menengah yang telah dibina dan dilatih sebagai juru pemantau jentik

( jumantik ) di sekolah. Pemberantasan dan pelaksanaan Jumantik- PSN Anak

Sekolah dimaksudkan untuk ikut serta mendukung pemerintah dalam upaya

pemberantasan sarang nyamuk (PSN).Yang diseut juga kader jumantik.

Peran dan tanggung jawab Jumantik- PSN di sekolah antara lain:

1. Melakukan kegiatan pemantauuan jentik dan PSN di lingkungan sekolah

secara rutin seminggu sekali.

2. Membuat catatan/ laporan hasil pemantauan jentik dan PSN di sekolah.

3. Melaporkan hasil pemantauan kepada guru penanggug jawab Jumantik-PSN

sekolah seminggu sekali.

4. Melakukan sosialisasi PSN 3M dan pengenalan DBD kepada rekan- rekan

siswa lainnya.

5. Berperan sebagai penggerak dan motivator siswa- siswi lainnya agar mau

melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk terutama dilingkungan sekolah/

rumah

6. Berperan sebagai penggerak dan motivator bagi keluarga dan masyarakat agar

mau melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk terutama dilingkungan

sekolah/ rumah.

2.6. Konsep Anak Usia Sekolah

2.6.6. Definisi Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah adalah anak yang berada pada usia-usia sekolah. Masa usia

sekolah sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia 6 hingga

kira-kira 12 tahun. Karakteristik utama usia sekolah adalah mereka menampilkan

Page 47: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

perbedaan-perbedaan individual dalam segi dan bidang, diantaranya perbedaan

dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan

kepribadian dan perkembangan fisik (Iqbal, 2007).

Usia sekolah ditandai dengan mulainya anak masuk sekolah dasar dan dimulainya

sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan mengubah sikap-sikap dan

tingkah lakunya. Para guru mengenal masa ini sebagai masa sekolah oleh karena

pada usia inilah anak untuk pertama kalinya menerima pendidikan formal, tetapi

bisa juga dikatakan bahwa masa usia sekolah adalah masa matang untuk belajar

maupun masa matang untuk sekolah. Disebut masa matang untuk belajar karena

anak sudah berusaha untuk mencapai sesuatu, sedangkan disebut masa matang

untuk sekolah karena anak sudah menamatkan taman kanak-kanak, sebagai

lembaga persiapan bersekolah yang sebenarnya dan anak sudah menginginkan

kecakapan-kecakapan baru yang dapat diberikan dari sekolah (Wandangi, 2001).

Anak sekolah dasar adalah masyarakat yang meliputi program pendidikan

tertentu atas dasar berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan diri

maupun untuk memperolah tingkat pendidikan tertentu yang telah dilakukan

pembinaan direktorat jendral pendidikan dan kebudayaan. Setiap anak sekolah

dasar sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental yang mengarah yang

lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapi lingkungan sosial maupun

non sosial (Wandangi, 2001).

Sekolah dasar disingkat dengan sebutan SD adalah jenjang paling dasar

pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6

tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6 dalam batas waktu pendidikan yang

normal. Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun.

2.6.7. Perkembangan Morotik Pada Anak Usia Sekolah

Page 48: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

1) Usia Anak 6 - 7 Tahun

Keterampilan Motorik Halus

Menngunakan pisau untuk mengoles mentega

Menulis dengan pensil

Menggambar, mewarnai

Keterampilan Motorik Kasar

Mempertahankan gerak spontan

Bergerak hati- hati pada anak 7 tahun daripada usia 6 tahun

Belajar melompat dan meloncat

Belajar melompat tali, sepeda dan berenang

Perawatan diri

Mandi sendiri

Belajar menyikat dan menyisir rambut dengan mode biasa

Memakai baju walau butuh bantuan

2) Usia anak 8 – 10 tahun

Ketempilan motorik halus

Belajar menggunakan pisau dan garpu secara bersamaan

Belajar memasukkan benang dalam jarum

Menggunakan palu, gergaji atau obeng

Menulis kursif

Menggunakan simbol saat belajar

Membuat mode sederhana mobil dan pesawat

Keterampilan motorik kasar

Page 49: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Dapat menangkao, melempar dan memukul bola kasti

Melakukan loncat ritmik 2-2, 2-3

Lompat tali disertai menyanyi

Perawatan diri

Belajar membersihkan kamar mandi

Belajar membuat makanaan ringan dan menyusun menu sederhana

Belajar mengatur rambut dengan hiasan lain

Memakai baju dengan lengkap

Merapikan tempat tidur

3) Usia anak 11 – 12 tahun

Keterampilan motorik halus

Belajar mengupas apel dan kentang

Menjahit bahan sederhana

Membuat bangunan sederhana seperti rumah burung

Membuat tulisan dekoratif

Membangun model komplek mobil dan pesawat

Belajar memainkan instrumen musik

Keterampilan motorik kasar

Melakukan lompat jauh sejauh 1,5 m

Melakukan lompat tinggi berdiri sejauh 90 cm

Melakukan permainan yang melibatkan dua/ lebih keterampilan motorik

seperti holi es dan dance

Perawatan diri

Membersihkan debu tampa/ dengan vakum

Page 50: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Memasak makanan siap saji sederhana

Mencuci, mengering, menjalin, mengeritik rambut sendiri

Belajar memilih, mencuci, mengeringkan dan menyetrika pakaian

sendiri

Belajar merawat kuku sendiri

( menurut Erik Erikson, 1985)

2.6.8. Perkembangan Psikososial Anak Usia sekolah

Teori Psikososial Erikson pada anak usia sekolah:

Bentuk : Melakukan dan memproduksi sesuatu

Sifat baik : Kompetensi

Ciri tahapan: Anak dapat melakukan pengenalaan melalui demonstrasi

keterampilan dan produksi benda- benda serta mengembangkan

harga diri melalui pencapaian. Anak secara besar dipengaruhi oleh

guru dan sekolah.

(Menurut Teori Erikson, 1985)

2.6.9. Ciri-ciri Anak Usia Sekolah

Menurut Hurlock (2002), orangtua, pendidik dan ahli psikologis

memberikan berbagai label kepada periode ini dan label-label itu mencerminkan

ciri-ciri penting dari periode anak usia sekolah, yaitu:

Ciri-ciri pada masa kelas-kelas rendah (6/7 – 9/10 tahun) :

1. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi.

2. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.

3. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.

4. Membandingkan dirinya dengan anak yang lain.

Page 51: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

5. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak

penting.

6. Pada masa ini (terutama usia 6 – 8 tahun) anak menghendaki nilai angka rapor

yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai

baik atau tidak.

7. Hal-hal yang bersifat konkret lebih mudah dipahami ketimbang yang abstrak.

8. Kehidupan adalah bermain. Bermain bagi anak usia ini adalah sesuai yang

dibutuhkan dan dianggap serius. Bahkan anak tidak dapat membedakan

secara jelas perbedaan bermain dengan bekerja

9. Kemampuan mengingat (memory) dan berbahasa berkembang sangat cepat

dan mengagumkan.

Sedangkan Ciri-ciri pada masa kelas-kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) :

1. Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.

2. Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar.

3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran

khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.

4. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya

untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini

pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha

untuk menyelesaikannya.

5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat

mengenai prestasi sekolahnya.

Page 52: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

6. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam

permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional

(yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.

2.6.10. Karakteristik Anak Usia Sekolah

Anak sekolah dasar merupakan anak dengan kategori banyak mengalami

perubahan yang sangat drastis baik mental maupun fisik. Pertumbuhan fisik

cenderung lebih stabil atau tenang sebelum memasuki masa remaja. Kegiatan

fisik sangat diperlukan untuk mengembangkan kestabilan tubuh dan gerak serta

melatih koordinasi untuk menyempurnakan berbagai keterampilan ( berlari,

memanjat, melompat, berenang, naik sepeda) Rita Eka Izzaty, dkk ( 2008)

Pada masa sekolah dasar dikatakan sebagai mas intelektual atau masa

keserasian sekolah. Masa keserasian dapat dibagai menjadi dua fase rendah dan

masa- masa kelas tinggi sekolah dasar ( Hurlock, 2000). Pertama masa kelas

rendah sekolah dasar usia 6/7 – 9/10 tahun ( kelas 1, 2, dan 3) sekolah dasar,

sekitar usia enam sampai sembilan tahun. Karakteristik anak pada masa ini yaitu

terdapat korelasi yang tinggi antara jasmani dan prestasi sekolah, sikap tunduk

terhadap aturan permainan, suka membandingkan dirinya dengan orang lain dan

anak menghendaki nilai rapor yang baik tanpa memperhitungkan apakah

prrestasinya pantas diberikan atau tidak

Kedua masa kelas tinggi sekolah dasar 9/10 – 12/13 tahun ( kelas 4, 5, dan

6) sekolah dasar, sekitar usia sepuluh sampai dua belas atau tiga belas tahun,

dimana anak amat realistic, ingin tahu, ingin belajar dan menjelaskan akhir masa

ini telah ada minat pada pelajaran khusus. Pada masa ini anak memandang nilai

rapor sebagai usaha yang tepat terhadap prestasi sekolah.

Page 53: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Perkembangan moral tidak luput dari hasil prestasi di sekolah. Perlunya

perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak memahami aturan, norma

dan etika yang berlaku di sekolah. Moral termasuk nilai- nilai agama yang sangat

penting dalam membentuk sikap dan kepribadian anak. Misalnya, mengenal anak

pada nilai - nilai agama dan memberikan anaak tentang hal- hal yang tepuji dan

tercela.

Perkembangan emosi tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan asosial,

yang sering disebut sebagai tingkah laku sosial. Ciri yang mebedakan antara

manusia dengan makhluk lainnya adalah ciri sosialnya. Orang- orang disekiarnya

yang banyak mempengaruhi perilaku sosialnya.

2.7. Teori Pengetahuan

2.7.1. Pengertian Pengetahuan.

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan dapat dipengaruhi dari pengalaman orang lain yang

disampaikan kepada seseorang. (Notoajmodjo, 2010)

Pengetahuan diperoleh dari hasrat ingin tahu. Semakin kuat hasrat ingin

tahu manusia akan semakin banyak pengetahuan ( Martianto Djamaris dikutip

Jalaluddin, 3013). Rasa ingin tahu mendorong manusia mengemukakan

pertanyaan. Bertanya tentang dirinya, lingkungan di sekililingnya, ataupun

berbagai peristiwa yang terjadi di sekitarnay. Bagaimana manusia mengumpulkan

pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman manusia terhadap diri dan

Page 54: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

lingkungan hidupnya, cara memperolehnya melalui yang teramati oleh indra

seperti mata dan telinga. Seperti contoh siswa merasa tidak nyaman dan mudah

terserang penyakit akibat sampah yang menumpuk dan tidak menjaga kebersihan

akan menimbulkan bau dan penyakit. Mengapa demikian?. Karna berdasarkan

pengalaman yang sudah, lazimnya bila sampah menumpuk ataupun tidak menjaga

kebersihan. Berkali- kali kasus serupa mereka alami. Akhirnya menghasilkan

sebuah kesimpulan bahwa sampah menumpuk dan tidak menjaga kebersihan

mengakibatkan ketidak nyamanan dan mudahnya siswa terserang penyakit.

2.7.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Soekidjo Notoadmodjo (2010), Pengetahuan yang tercakup dalam

dominan kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

1. Tahu ( know)

Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya

setelah mengamati sesuatu, misalnya: jamban adalah tempat membuang air

besar. Untuk mengetahui atau mengukur pengetahuan bahwa orang tersebut

tahu dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan.

2. Memahami ( comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar dapat menyebut, tetapi orang tersebut harus dapat

menginterprestasikan secara benar tentang objek tersebut. Contoh:

menyimpulakn tentang objek yang dipelajari.

3. Aplikasi ( application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil ( sebenarnya)..

4. Analisi (analisys)

Page 55: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi dan suatu objek

kedalam komponen- komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

tersebut.

5. Sintetis (synthesis)

Sintetis dapat juga diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyusun

rumusan baru dari rumusan- rumusan yang pernah ada.

6. Evaluasi ( evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi

atau penilain terhadap suatu objek tertentu.Penilain ini cengan sendirinya

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma- norma yang

berlaku dimasyarakat. ( Soekidjo Notoadmodjo, 2010).

2.7.3. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan kusioner (questionair)

juag dikenal sebagai angket ( Suharsini Arikunto, 2013), yang menanyakan isi

materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman

pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat –

tingkat pengetahuan. Selain itu angket juga cocok digunakan bila jumlah

responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Angket dapat berupa

pertanyaan- pertanyaan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden

secara lansung atau melalui pos atau internet ( Sugiyono, 2013).

2.8. Kerangka Teori

Kerangka teori ini diambil dari Trias UKS yang merupakan suatu alat atau sarana

yang dapat digunakan untuk merangsang pertumbuhan, perkembangan anak, serta

meningkatkan keterampilan, kemampuan dan pengetahuan tentang pendidikan

kesehatan. Maka dari itu setiap sekolah seharusnya memiliki sarana dan prasarana yang

Page 56: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

memadai baik dari segi jenis maupun jumlahnya untuk melakukan pembinaan serta

pelaksanaan usaha kesehatan sekolah dan pelaksanaan PHBS sekolah di SDN 12 Tarung

- Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018. Berdasarkan teori diatas maka dapat dibuat

kerangka teori sebagai berikut

Trias UKS

Page 57: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Skema 2.8. Kerangka Teori Perilaku Kesehatan menurut teori Lawrence Green (1980)

(Notoatmodjo, 2009)

BAB III

KERANGKA KONSEP

Faktor predisposisi:a. Peran sosial

budayab. Pendidikanc. Pengetahuand. sikap

FaktorPenguat:

a. keluargab. Tokoh masyarakat

c. c. Pimpinand. Tenaga kesehatan

e.

Faktor pemungkin:a. Ketersediaan srana

dan prasaranab. Keterjangkauan

pelayanan kesehatanc. Kebijakan

pemerintah dibidang

Pendidikan kesehatan:

-Memiliki pengetahuantentang cara hidupsehat

- Memiliki kebiasaandalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengankesehatan

- Penyuluhan Tentanggosok gigi

- Penyuluhan tentang cucitangan pakai sabun danair mengalir

- Penyuluhan sampahorganik dan an organik

P Pelayanan Kesehatan:

K Kegiatan peningkatan :

- dokter kecil- PMR (palang merah remaja)

- Keteladanan perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS)- P3K- Imunisasi anak sekolah

Pembinaan lingkungan sekolah sehat:

Ketersediaan sarana dan prasarana

- Penyediaan air bersih- Penyediaan tempat

sampah- Penyediaan jamban

sehat- Penyediaan tempat cuci

tangan- Bangunan sehat- Pencemaran udara, air

dan tanah

Penerapan PHBS Sekolah:1. Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir2. Jajan dikantin sekolah3. Buang sampah ditempat sampah4. Olah raga secara teratur5. Timbang BB dan Ukur TB6. Tidak merokok7. BAB/ BAK di WC8. Berantas jentik nyamuk

Page 58: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

3.1. Kerangka Konsep

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada Hubungan Pengetahuan dan

ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan penerapan PHBS di SDN 12 Tarung - Tarung

Selatan Rao Pasaman Tahun 2018. Untuk lebih jelasnya, kerangka konsep penelitian

dapat dilihat dari gambar berikut ini :

Variabel Independent Variabel Dependent

Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Defeinisi Operasional

Variabel DefenisiOperasional

AlatUkur

CaraUkur

SkalaUkur

Hasil Ukur

Sarana dan Prasarana

Pengetahuan PHBS sekolah

Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa di sekolah

Page 59: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

IndependenPengetahuan PHBSsekolah

Segala sesuatuyang diketahuioleh respondententang hal-halyang berkaitandengan perilakuhidup bersih dansehat (PHBS)

Kuesioner Angket Ordinal Tinggi >11,47

Rendah < 11,47

Sarana danprasasaranaPHBS

Segala yangberbentuk wujudbaik yangbergerakmaupunyang tidakbergerak yang adadalam bentukpenunjang danyaPHBS di sekolah

Kuesioner Angket Ordinal Baik >5,98

Kurang <5,98

DependenPerilakuHidupBersih danSehat(PHBS)sekolah

Suatu kegiatanatau aktivitasmasyarakat sekolahberdasarkanindikator PHBSyang bertujuanuntukmeningkatkanstatus kesehatan.

Kuesioner Angket Ordinal Baik > 21,25

Tidak < 21,25

3.3. Hipotesis

Ha: Ada Hubungan Pengetahuan dengan penerapan PHBS di SDN 12 Tarung -Tarung

Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

Ho: Tidak ada Hubungan Pengetahuan dengan penerapan PHBS di SDN 12 Tarung -

Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

Ha: Ada Hubungan ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan penerapan PHBS di SDN

12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

Ho: Tidak ada Hubungan ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan penerapan PHBS

di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

Page 60: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik

dengan pendekatan Cross Sectional dimana penelitian terhadap variabel dependen dan

independen dilakukan secara bersamaan (Notoatmodjo,2002:146), untuk

Page 61: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

mengidentifikasi Hubungan Pengetahuan, Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan

Penerapan PHBS di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Rao Kecamatan Rao

Kabupaten Pasaman yaitu di Jorong Pancahan Nagari Tarung- Tarung di SDN 12 Tarung-

Tarung Selatan dengan alasan pencapaian PHBS sekolahnya belum tercapai. Waktu

penelitian pada tanggal 30 Januari - 03 Februari 2018 .

4.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

4.3.1. Populasi

Menurut Nursalam (2002), populasi adalah keseluruhan objek penelitian

yang diteliti. Ditambah oleh Sugiyono (2009) dimana populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

murid kelas II, III, IV, V dan VI di SDN 12 Tarung – Tarung Selatan yang

berjumlah 186 siswa.

4.3.2. Sampel

Menurut Sudigdo (2010) mengatakan bahwa sampel adalah sebagian yang

diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi. Karakteristik sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini dibagi

menjadi dua kriteria, yaitu :

1) Murid Kriteria Inklusi (kriteria yang layak diteliti)

a) Murid sekolah kelas II, III, IV, V dan VI

b) Murid yang bersedia menjadi responden

c) Murid yang ada pada saat penelitian

Page 62: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

d) Murid yang bisa berkontribusi dengan peneliti

e) Murid yang bisa baca tulis

2) Kriteria eksklusi (kriteria yang tidak diteliti)

a) Murid yang tidak mau jadi sampel

b) Murid yang tidak hadir pada hari itu

c) Murid yang tidak bisa baca tulis

Karena populasi kecil dari 10.000, maka untuk menentukan besar sampel yang

akan diteliti, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut :

n.= N/1+N(d)²

n.= 186/1+186 (0,1)²

n.= 186/1(186 x 0,01)

n.= 186/ 1+1,86

n.= 186/ 2,86 = 65,03= 65 sampel

Jadi jumlah sampel siswa yang akan diteliti adalah 65.

4.3.3. Teknik Sampling

Menurut Aziz alimul (2009 : 72), teknik sampling merupakan suatu proses

seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga

jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada. Dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan multistage random sampling yaitu pengambilan sampel

dengan cara melihat semua bagian dan sektor dalam sekolah seperti murid dan

juga perangkat sekolah yang ada dalam anggota populasi (Hidayat, 2009:74).

Populasi yang diambil 186 siswa terdiri dari siswa kelas II = 35 orang,

jumlah siswa kelas III = 35 orang, jumlah siswa kelas IV = 30 orang, siswa kelas

n.= N/1 + N(d)2

Page 63: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

V = 42 orang, dan siswa kelas VI = 47 orang. Setelah jumlah populasi didapat,

maka dicari jumlah sampel sebanyak 65 orang. Pembagian sampel untuk tiap

kelas dengan claster sampling, Untuk memilih sampel kita lakukan proporsi

setiap kelas. Kemudian memakai simpel random sampling untuk mengambil

sampel siswa berdasarkan jumlah siswa dalam kelas dan dengan cara acak untuk

menjadi responden penelitian . Maka didapat sampel siswa untuk kelas II = 12

orang, kelas III = 12 orang, kelas IV = 10 orang, kelas V = 15 orang dan kelas VI

= 16 orang.

4.4. Pengumpulan Data

4.4.1. Alat Pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat pengumpulan data

berupa kuesioner yang merupakan alat ukur dengan beberapa pertanyaan (Aziz

alimul,2009:86). Adapun instrument penelitian yang digunakan peneliti adalah

Kuesioner mengenai pengetahuan tentang PHBS di sekolah berisi 15 pertanyaan

memakai Ya dan Tidak dengan kriteria pemberian nilai: 1 (satu) untuk jawaban

yang benar, 0 (nol) untuk jawaban yang salah serta untuk kuesioner Sarana dan

Prasarana terhadap perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berisi 8 pertanyaan

juga memakai Ya dan Tidak. Untuk penerapan PHBS pengukuran ini

menggunakan skala likert dengan 8 pernyataan yang terdiri dari 4 pilihan

jawaban untuk positif yaitu :selalu (4), sering (3), kadang (2) dan tidak pernah

(1).

4.4.2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan mulai dari pemberian surat izin penelitian ke

SDN 12 Tarung- Tarung Selatan pada tanggal 30 Januari 2018 dan menemui ibu

kepala sekolah serta menyerahkan surat dan sepakat waktu penelitian selama 2

Page 64: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

(dua ) hari di SDN 12 Tarung- Tarung Selatan. Izin didapat dari Ibu Kepala

Sekolah untuk tanggal 02 Februari 2018 responden kelas II, III dan IV jam 10.00

wib dan tanggal 03 Februari 2018 responden kelas V dan VI jam 10.00 wib.

Tanggal 02 Februari 2018 jam 09.00 wib datang ke SDN 12 Tarung- Tarung

Selatan menemui Ibu Kepala SDN 12 Tarung- Tarung Selatan dilanjutkan

menemui wali kelas II, III, IV,V dan VI untuk menjelaskan tujuan penelitian,

cara mengambil responden, cara mengisi responden untuk siswa. Kontrak waktu

yang didapat pada hari pertama hanya untuk kelas VI pada jam 10.30 wib setelah

ujian. Kelas VI terdiri dari dua lokal maka sampel yang terpilih digabung menjadi

satu ruangan dan yang tidak dipersilahkan untuk keluar dan pulang. Setelah

responden berkumpul diruangan, maka dijelaskan tujuan penelitian dan cara

mengisi kuesioner, setelah responden mengerti maka kuesioner pun dibagikan

dengan waktu pengisian kuesioner selama 20 menit, kemudian kuesioner

dikumpulkan sebelumnya diperiksa dahulu jika ada kuesioner yang belum

terjawab. Kuesioner pun terkumpul dan siswa dipersilahkan keluar dan pulang.

Pada hari kedua untuk kelas II, III, IV dan V kontrak waktu pada jam 10.30 wib.

Responden yang ada dikumpulkan pada satu ruangan, cara dan prosedurnya sama

dengan hari pertama waktunya yang berbeda yaitu selama 30 menit. Setelah

kuesioner terkumpul semua maka selanjutnya mengolah data yang memerlukan

waktu ± 2 - 3 minggu.

4.5. Teknik Pengolahan Data

4.5.1. Menyunting Data (Editing)

Pada tahap ini semua kuesioner diperiksa satu persatu untuk memastikan data

yang diperoleh adalah data yang benar-benar terisi secara lengkap, relevan, dapat

dibaca dan konsistensi antara daftar pertanyaan dengan pengisian jawaban.

Page 65: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

4.5.2. Mengkode Data (Coding)

Pada tahap ini dilakukan pemberian kode berbentuk angka-angka untuk setiap

jawaban dari pertanyaan kuesioner, sehingga memudahkan dalam pengolahan

data.

4.5.3. Scoring

Pada tahap ini, peneliti memberikan nilai pada lembar kuesioner berdasarkan

jawaban yang dibuat oleh responden sesuai dengan skor yang telah ditentukan

sebelumnya. Jika jawaban selalu (4), sering (3), kadang (2) dan tidak pernah (1)

4.5.4. Memasukkan Data (Entry)

Pada tahap ini data yang telah diperoleh dipindahkan atau dimasukkan ke

komputer atau mesin pengolahan data untuk diolah.

4.5.5. Membersihkan Data (Cleaning)

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada

kesalahan atau tidak.

4.5.6. Menyajikan Data (Output)

Data output merupakan data hasil pengolahan yang disajikan baik dalam bentuk

numerik maupun grafik.

4.6. Analisa Data

Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah :

4.6.1. Analisa Univariat

Menggunakan distribusi frekuensi dan analisa deskriptif terhadap tiap

variabel penelitian baik variabel dependent yaitu perilaku hidup bersih dan sehat

maupun variabel independen yaitu pengetahuan, sarana dan prasarana. Yang di

Page 66: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

analisa univariat adalah seluruh variabel yang ada dalam penelitian dengan

menggunakan rumus rata rata ( mean)

Mean = x = ∑x/n

X = mean = rata rata

∑x = Jumlah jawaban benar

n = jumlah responden

4.6.2. Analisa Bivariat

Digunakan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen dengan memakai uji chi square. Dalam

mengambil keputusan uji statistik digunakan batas bermakna 0,05 dengan

ketentuan bermakna bila p ≤ 0,05 dan tidak bermakna jika p 0,05.˃

Dengan rumus

X=Σ(O − EE )

Keterangan :

X = Chi square

O = Hasil observasi atau nilai yang diperoleh dari pnelitian

E = Hasil yang diharapkan

∑ = Jumlah kolom dan baris

4.7. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian,peneliti mengurus proses penelitian mulai dari

perizinan dari Stikes Perintis Sumbar. Setelah mendapatkan surat pengantar dari Program

Page 67: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Studi Ilmu Keperawatan Stikes Perintis Sumbar, kemudian peneliti memberikan surat

tersebut kepada Kepala Puskesmas Rao dan Kepala Sekolah di SDN 12 Tarung- Tarung

Selatan untuk pengambilan data.

Kemudian untuk penelitian, setiap calon responden diminta menandatangani

informed concent yaitu surat pernyataan persetujuan atau kesediaan menjadi responden

penelitian. Setiap calon responden berhak untuk menerima atau menolak untuk menjadi

sampel penelitian.

4.7.1. Informed Consent (Persetujuan Responden)

Sebelum dilakukan pengambilan data terlebih dahulu peneliti memberikan

penjelasan tentang tujuan, cara dan manfaat penelitian. Setelah responden mendengar

dan memahami penjelasan yang peneliti sampaikan, maka kepada calon responden yang

bersedia menjadi responden penelitian diminta menandatangani lembar informed consent

atau surat pernyataan persetujuan menjadi responden. Calon responden dapat menerima

atau menolak menjadi responden penelitian ini.

4.7.2. Anomity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasian subjek, peneliti tidak mencantumkan nama responden

tetapi pada lembar pengumpulan data peneliti hanya mencantumkan atau menuliskan

dengan memberikan kode atau inisial nama.

4.7.3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Informasi yang telah diberikan oleh responden serta semua data yang terkumpul

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Informasi tersebut tidak akan dipublikasikan atau

diberikan kepada orang lain tanpa seizin responden.

Page 68: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

.1 Hasil Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2018 di Tarung - Tarung Selatan

Kecamatan Rao dengan judul ” Hubungan Pengetahuan, Ketersediaan Sarana dan

Prasarana dengan Penerapan PHBS di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman

Tahun 2018 “ dengan jumlah responden sebanyak 65 orang, yang sesuai dengan kriteria

sampel yang telah ditentukan. Penelitian ini menggunakan pendekatan crosssectional

dimana pengukuran atau pengamatan yang dilakukan secara simultan pada satu saat atau

sekali waktu. Setelah data dikumpulkan kemudian diolah secara komputerisasi dengan

menggunakan uji statistik chi square test.

5.1.1.Analisa Univariat.

Analisa univariat yang dilakukan dengan analisis distribusi frekuensi dan

statistik deskriptif untuk melihat variabel independen dan variabel dependen.

Setelah data terkumpul kemudian diolah secara komputerisasi dimulai dari data

variabel Independen yaitu Pengetahuan dan ketersediaan sarana dan Prasarana,

sedangkan variabel dependent yaitu Penerapan PHBS Sebagai tabel dibawah ini :

a. Pengetahuan tentang PHBS.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang PHBS di SDN 12

Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman

Page 69: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Tahun 2018

Pengetahuan PHBS F PersentanseTinggi

Rendah

37

28

56,9

43.1

Total 65 100%

Pada tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separoh responden yaitu sebanyak

37 responden 56,9% berada pada Pengetahuan yang tinggi tentang PHBS di SDN 12

Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018.

b. Sarana Dan Prasarana PHBS

Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Sarana dan Prasarana PHBS di SDN 12

Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

Sarana Dan Prasarana PHBS F PersentanseBaik

Kurang

44

21

67,7

32,3Total 65 100%

Pada tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separoh responden yaitu sebanyak

44 responden 67,7% mengetahui Sarana dan prasarana PHBS sekolah yang baik di

SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

c. Penerapan PHBS

Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Penerapan PHBS di SDN 12

Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

Penerapan PHBS F Persentanse

Page 70: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Baik

Tidak Baik

39

26

60,0

40,0Total 65 100%

Pada tabel 5.3 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separoh responden yaitu sebanyak

39 responden 60,0% yang melakukan penerapan PHBS di SDN 12 Tarung - Tarung

Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

5.1.2.Analisa Bivariat.

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui Hubungan variabel independen

dengan variabel dependen dimana hubungan ini dimulai dari hubungan

Pengetahuan dengan penerapan PHBS, Hubungan Sarana dan Prasarana dengan

Penerapan PHBS di SDN 12 Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018.

Penguji hipotesa untuk mengambil keputusan tentang apakah hipotesis yang

diajukan cukup untuk meyakinkan untuk ditolak atau diterima dengan

menggunakan uji statistik chi square test.

a. Gambaran Hubungan Pengetahuan dengan Penerapan PHBS

Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan dengan penerapan PHBS

di SDN 12 Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

Pengetahuan Penerapan PHBS Total p-value ORBaik Tidak baik N %

N % N % Tinggi 23 62,2 14 37,8 37 100% 0.034 1,232 Rendah 16 57,1 12 42,1 28 100% (0,453

–3,355)

Total 39 60,0 26 40,0 65 100%

Page 71: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Dari Tabel 5.4 dapat ditunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan tinggi

dengan penerapan baik sebanyak 23 responden( 62,2%) sedangkan responden yang

berpengetahuan rendah dengan penerapan baik sebanyak 16 responden ( 57,1% ) di

SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman tahun 2018

Dari hasil uji statistik didapat p = 0,034 jika dibandingkan dengan nilai α = 0.05

maka p-value 0,0034< 0.05 sehingga H0= ditolak yaitu artinya ada Hubungan

Pengetahuan dengan penerapan PHBS di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao

Pasaman. Nilai kemaknaan hubungan antara dua variabel diatas memliki OR sebanyak

1,232 artinya responden yang memiliki Pengetahuan tinggi memiliki peluang sebesar

1,232 kali untuk melakukan penerapan PHBS yang baik dibandingkan dengan

responden yang pengetahuan rendah untuk melakukan penerapan PHBS yang baik di

SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Tahun 2018.

b. Hubungan Sarana Dan Prasarana dengan Penerapan PHBS

Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Hubungan Sarana Dan Prasarana dengan Penerapan PHBS di

SDN 12 Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman tahun 2018

Sarana danPrasarana

Penerapan PHBS Total p-value ORBaik Tidak Baik N %

N % N %Baik 27 61,4 17 38,6 44 100% 0.038 1,191

Kurang 12 57,1 9 42,9 21 100% (0,414 –3,425)

Total 39 60,0 26 40,0 65 100%

Dari Tabel 5.5 dapat ditunjukkan responden yang memiliki Sarana dan prasarana

baik dengan penerapan PHBS baik sebanyak 27 responden ( 61,4%), sedangkan

Page 72: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

responden yang memiliki sarana dan prasarana kurang dengan penerapan PHBS baik

sebanyak 12 responden (57,1%) di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Tahun 2018

Dari hasil uji statistik didapat p-value = 0,038 jika dibandingkan dengan nilai α =

0.05 maka p-value 0,043< 0.05 sehingga H0 = ditolak yaitu artinya ada Hubungan

ketersediaan sarana dan prasarna dengan penerapan PHBS di SDN 12 Tarung Tarung

Selatan Rao Pasaman.. Nilai kemaknaan hubungan antara dua variabel diatas memliki

OR sebanyak 1,191 artinya responden yang memiliki Penggunaan sarana dan prasarana

baik akan memiliki peluang sebesar 1,191 kali untuk penerapan PHBS yang baik

dibandingkan dengan responden yang penggunaan sarana prasarana kurang dengan

penerapan PHBS baik di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan tahun 2018

5.2. Pembahasan.

Pada penelitian ini Peneliti membahas hasil penelitian dan mengkaitkan konsep

terkait serta asumsi Peneliti tentang masalah yang terdapat pada hasil penelitian yang

Peneliti laksanakan pada bulan Februari tahun 2018. Maka peneliti dapat membahas

hubungan bermakna antara variabel independen dan variabel dependen di SDN 12

Tarung - Tarung Selatan Pasaman tahun 2018 . Adapun pembahasan tersebut dimulai dari

analisa univariat baru analisa bivariat dari kedua variabel.

5.2.1.Analisa Univariat.

a. Pengetahun PHBS

Pada tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separoh responden yaitu

sebanyak 37 responden (56,9%) berada pada pengetahuan yang tinggi tentang

PHBS dibandingkan dengan responden pengetahuan rendah sebanyak 28

responden ( 43,1%) di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun

2018

Page 73: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan dapat dipengaruhi dari pengalaman orang lain yang

disampaikan kepada seseorang. (Notoajmodjo, 2010)

Pengetahuan diperoleh dari hasrat ingin tahu. Semakin kuat hasrat ingin

tahu manusia akan semakin banyak pengetahuan (Martianto Djamaris

dikutip Jalaluddin, 3013). Rasa ingin tahu mendorong manusia mengemukakan

pertanyaan. Bertanya tentang dirinya, lingkungan di sekililingnya, ataupun

berbagai peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Bagaimana manusia mengumpulkan

pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman manusia terhadap diri dan

lingkungan hidupnya, cara memperolehnya melalui yang teramati oleh indra

seperti mata dan telinga. Dan menurut Soekidjo Notoadmodjo (2010),

Pengetahuan yang tercakup dalam dominan kognitif mempunyai enam tingkatan

yaitu: Tahu (know), Memahami ( comprehension), Aplikasi ( application), Analisi

(analisys), Sintesis ( synthesis) dan Evaluasi ( Evaluasion).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya memberikan

pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan

menbuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku, melalui pendekatan advokasi,

bina suasana (Social support) dan gerakan masyarakat (empowerment) sehingga

dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan

meningkatkan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2006)

Page 74: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Hasil penelitian yang dilakukan Geery N Assa “ Hubungan Antara

Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) Sekolah di Sekolah Dasar Negeri 126 Manado” responden yang memiliki

pengetahuan yang baik sebanyak 62% dan yang memiliki pengetahuan kurang

sebanyak 38%.

Menurut asumsi peneliti sebahagian besar siswa SD sudah mengetahui

tentang PHBS di sekolah karena sekolah sudah melakukan sosialisasi PHBS ke

siswa dan kunjungan dari pihak puskesmas minimal 1 x setahun. Tetapi masih ada

juga siswa yang belum tahu akan memahami tentang pentingnya PHBS,

dikarenakan kurangnya memahami apa yang dimaksud dengan PHBS dan

penerapannya.

b. Sarana dan Prasarana PHBS

Pada tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separoh responden yaitu

sebanyak 44 responden (67,7%) memiliki Sarana dan prasarana PHBS yang baik

dibandingkan sarana dan prasaran yang kurang sebanyak 21 responden (32,3%)

di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

Sarana dan Prasarana ,merupakan kelengkapan dalam pelaksanaan PHBS .

dan ini sebagai faktor pendukung yang disebut dengan enabling faktor, Enabling

memungkinkan motivasi dapat terlaksana. Faktor ini mencakup ketersediaan

sarana dan prasarana/ fasilitas pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk

mencapai pelayanan termasuk biaya, jarak, kestersediaan transportasi, waktu

pelayanan dan keterampilan petugas kesehatan.

Dalam PHBS, sarana dan prasarana merupakan alat yang dapat membantu

kelancaran kegiatan PHBS di sekolah dimana kegiatan PHBS disekolah sangat

diperlukan jika sarana dan prasarana dapat memungkinkan adanya dalam

Page 75: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

melakukan kegiatan PHBS tersebut. Menurut Depkes RI (2000) menetapkan ada

beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran PHBS di sekolah yaitu: Cuci

tangan pakai sabun dan air mengalir, Jajan dikantin sekolah, Buang sampah

ditempat sampah, Olah raga secara teratur, Timbang berat badan dan ukur berat

badan, Tidak merokok, Buang air kecil dan buang air besar di jamban/ WC, dan

Berantas jentik nyamuk.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Hanan Lanang

Dangiran “Faktor- faktor yang berhubungan dengan Praktik Sanitasi melalui

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada siswa Sekolah Dasar di Kecamaatan

Banyumanik” dengan sekolah yang mempunyai fasilitas PHBS memenuhi syarat

sebanyak 50%.

Asumsi peneliti bahwa sarana dan prasarana yang baik akan menunjang

terlaksanaanya kegiatan PHBS, dan akan tetapi sarana dan prasarana yang kurang

lengkap akan menghambat pelaksanaan PHBS, Dengan demikian maka

pelaksanaan PHBS akan lancar jika adanya sarana dan prasarana yang baik dan

lengkap seperti: penyediaan wastafel di setiap kelas, kantin dengan makanan yang

sehat, tempat sampah organik dan an organik, senam pagi setiap hari minimal 10

– 15 menit, penimbangan berat badan secara teratur, tulisan area bebas rokok,

penambahan WC secara terpisah untuk siswa laki- laki dan perempuan, dan

adanya kader jumantik di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman tahun

2018.

c. Penerapan PHBS di sekolah

Pada tabel 5.3 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separoh responden yaitu

sebanyak 39 responden (60,0%) yang melakukan penerapan PHBS dengan baik

Page 76: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

dibandingkan dengan penarapan PHBS yang tidak baik sebanyak 26 responden

(40,0%) di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018.

PHBS disekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan

masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, dan mau dan mampu mempraktekkan

PHBS, dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat (Proverawati dan

Rahmawati, 2012). PHBS di Sekolah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

di sekolah dalam meningkatkan kesehatan sekolah melalaui penyuluhan dan

kegiatan kegaiatn sehat yang dilakukan oleh murid bersama perangkat sekolah.

PHBS di sekolah juga menurut Lawrence Green(1980) dalam Notoatmojdo

(2009) dapat meningkat kesehatan murid sekolah dan pemberian ilmu

pengetahuan kepada murid murid yang ada di sekolah serta melakukan

kebersihan seperti CTPS , lingkungan bersih, kesehatan, jajajan di sekolah dan

juga yang lain lainya yang dilakukan murid bersama dengan perangkat sekolah

lainnya.

Menurut Penelitian Hamalik (Tahun, 2007) bahwa Penerapan PHBS di

sekolah diperlukan dalam peningkatan, pengembangan dan pembentukan

kebiatan peningkatan kesehatan di sekolah dilakukan melalui upaya pembinaan,

pendidikan dan pelatihan. Ketiga upaya ini saling terkait, namun pelaksanaan

PHBS di sekolah akan terus ditingkatkan.(Hamalik, 2007)

Hasil penelitian yang dilakukan Remi Sumarta Sumarsih “Gambaran

Pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada siswa di Sekaolah Dasar

Negeri Cukuda Jatinangor” dengan hasil pelaksanaan PHBS di SDN Cikuda

Jatinangor masih mencapai 47%.

Asumsi peneliti bahwa banyaknya yang melakukan penerapan PHBS

disekolah karena banyaknya dari siswa yang sudah memahami akan pentingnya

Page 77: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

melakukan PHBS di sekolah dan akan tetapi perilaku siswa yang belum

memahami selayaknya dilakukan pengawasan agar PHBS di sekolah tetap

terlaksana dan kegiatan ini akan selalu memerlukan kegiatan yang rutin yang

dapat dilaksanakan dalam rangka meningkat kesehatan dan upaya di sekolah

terutama di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Tahun 2018

5.2.2.Analisa Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan dengan Penerapan PHBS di sekolah

Dari Tabel 5.4 dapat ditunjukkan bahwa responden yang memiliki

pengetahuan Tinggi dengan penerapan PHBS baik sebanyak 23 responden

(62,2%), sedangkan pengetahuan rendah dengan penerapan PHBS tidak baik

sebanyak 28 responden (57,1%) terjadi di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao

Pasaman tahun 2018

Dari hasil uji statistik didapat p = 0,034 jika dibandingkan dengan nilai α =

0.05 maka p-value 0,0034< 0.05 sehingga H0= ditolak yaitu artinya ada

Hubungan Pengetahuan dengan penerapan PHBS di sekolah Dasar SDN 12

Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman. Nilai kemaknaan hubungan antara dua

variabel diatas memliki OR sebanyak 1,232 artinya responden yang memiliki

Pengetahuan tinggi akan memiliki peluang sebesar 1,232 kali untuk melakukan

penerapan PHBS yang baik dibandingkan dengan pengetahuan rendah dengan

penerapan PHBS yang baik di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Tahun 2018.

Pengetahuan diperoleh dari hasrat ingin tahu. Semakin kuat hasrat ingin

tahu manusia akan semakin banyak pengetahuan ( Martianto Djamaris dikutip

Jalaluddin, 3013). Rasa ingin tahu mendorong manusia mengemukakan

pertanyaan. Bertanya tentang dirinya, lingkungan di sekililingnya, ataupun

berbagai peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Bagaimana manusia mengumpulkan

Page 78: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman manusia terhadap diri dan

lingkungan hidupnya, cara memperolehnya melalui yang teramati oleh indra

seperti mata dan telinga. Seperti contoh siswa merasa tidak nyaman dan mudah

terserang penyakit akibat sampah yang menumpuk dan tidak menjaga kebersihan

akan menimbulkan bau dan penyakit. Mengapa demikian?. Karna berdasarkan

pengalaman yang sudah, lazimnya bila sampah menumpuk ataupun tidak menjaga

kebersihan. Berkali- kali kasus serupa mereka alami. Akhirnya menghasilkan

sebuah kesimpulan bahwa sampah menumpuk dan tidak menjaga kebersihan

mengakibatkan ketidak nyamanan dan mudahnya siswa terserang penyakit

Menurut Wahid (2007) PHBS sekolah adalah upaya untuk memberdayakan

perangkat sekolah Murid, guru dan perangkat sekolah agar sadar, mau dan

mampu melakukan PHBS di sekolah untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari

ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan sekolah di

masyarakat. Adapun sasaran PHBS sekolah adalah seluruh perangkat sekolah,

yang dibagi dalam beberapa bagian, Sasaran primer, Adalah sasaran utama

dalam tatanan sekolah yang akan dirubah perilakunya atau anggota sekolah yang

bermasalah ( Lingkungan sekolah, murid, guru dan Sarana dan prasana sekolah

yang memiliki bermasalah)

Hasil penelitian yang dilakukan Geery N Assa “ Hubungan Antara

Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) Sekolah di Sekolah Dasar Negeri 126 Manado” siswa yang

berpengetahuan baik dan berperilaku baik sebanyak 81,7% sedangkan siswa yang

pengetahuan baik berperilaku buruk sebanyak 8,55%. Hal ini menunjukkan

adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku PHBS anak sekolah.

Page 79: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Semakin tinggi tingkat pengetahuan siswa maka semakin baik perilakunya

(Sulastri dkk,2014).

Asumsi peneliti terdapatnya hubungan antara pengetahuan dengan

penerapan PHBS, karena pengetahuan merupakan segala sesuatu yang dapat

diketahui melalui panca indara dan setelah itu barulah melakukan untuk bertindak

dan dilakukannnya penerapan PHBS di sekolah.

b. Hubungan sarana dan prasarana dengan penerapan PHBS di sekolah

Dari Tabel 5.5 dapat ditunjukkan bahwa sarana dan prasarana baik dan

penerapan PHBS baik sebanyak 27 responden (61,4%) , sedangkan penggunaan

sarana dan prasarana kurang dengan penerapan PHBS baik sebanyak 12

responden (57,1%) di SDN 12 Tarung tarung Selatan Tahun 2018

Dari hasil uji statistik didapat p-value = 0,038 jika dibandingkan dengan

nilai α = 0.05 maka p-value 0,043< 0.05 sehingga H0 = ditolak yaitu artinya ada

Hubungan Ketersediaan Sarana dan Prasana dengan Penerapan PHBS di SDN 12

Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman. Nilai kemaknaan hubungan antara dua

variabel diatas memliki OR sebanyak 1,191 artinya responden yang memiliki

Penggunaan sarana dan prasarana baik akan memiliki peluang sebesar 1,191 kali

untuk penerapan PHBS yang baik dibandingkan dengan penggunaan sarana dan

prasarana yang kurang dengan penerapan PHBS baik di SDN 12 Tarung -Tarung

Selatan tahun 2018

Sarana dan Prasarana, merupakan kelengkapan dalam pelaksanaan PHBS .

dan ini sebagai faktor pendukung yang disebut dengan enabling faktor, Enabling

memungkinkan motivasi dapat terlaksana. Faktor ini mencakup ketersediaan

Page 80: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

sarana dan prasarana/ fasilitas pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk

mencapai pelayanan termasuk biaya, jarak, ketersediaan transportasi, waktu

pelayanan dan keterampilan petugas kesehatan.

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoadmojdo (2009) ada 3 faktor

yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu Faktor Prdisposisi (predisposing

factors) yang mencakup pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma

sosial dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu atau masyarakat, dan

Faktor pendukung ( enabling factors) yaitu tersedianya sarana dan prasarana

pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya, serta faktor pendorong

( reinforcing fctors) adalah sikap dan prilaku petugas kesehatan. Salah satu faktor

mengapa orang melakukan perilaku hidup bersih dan sehat adalah faktor

pemudah ( predisposing factor) yaitu faktor ini mencakup pengetahuan anak

terhadap PHBS dan faktor pemungkin ( enabling faktor ) yaitu ketersediaan

sarana dan prasarana/ fasilitas kesehatan.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Vinne Ditniaty

Karaeng Dkk “Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa

Sekolah Dasar Negeri Inpres Karatung Kecamatan Manganitu Kabupaten

Sangihe” dengan hasil penelitian tingkat tindakan responden tentang perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) menunjukkan 54 responden (74,0%) memiliki

tindakan yang baik dan 19 responden (26,0%) memiliki tindakan yang kurang

baik. Tindakan yang baik ini ditunjang dengan adanya ketersediaan fasilitas atau

sarana dan prasarana yang ada disekolah.

Asumsi peneliti bahwa terdapatnya hubungan antara sarana dan

parasarana dengan penerapan PHBS , karena adanya faktor pendukung seperti

penerapan PHBS didukung oleh faktor enabling faktor yaitu alat alat yang

Page 81: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

digunakan dalam pelaksanaan PHBS di sekolah seperti penyediaan wastafel di

setiap kelas, kantin dengan makanan yang sehat, tempat sampah organik dan an

organik, senam pagi setiap hari minimal 10 – 15 menit, penimbangan berat badan

secara teratur, tulisan area bebas rokok, penambahan WC secara terpisah untuk

siswa laki- laki dan perempuan, dan adanya kader jumantik di SDN 12 Tarung -

Tarung Selatan Rao Pasaman tahun 2018.

5.3. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian (Burns & Grove,

1991 dalam Nursalam 2011). Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menyadari adanya

beberapa kekurangan, antara lain:

1) Kesepakatan waktu yang tidak sesuai sebagai mana yang telah disepakati

.

2). Siswa kelas VI sedang ujian tri out sehingga untuk hari pertama hanya kelas VI yang

mengisi kuesioner, hari kedua kelas II, III, IV, dan V.

4). Ruangan yang kurang memadai pada saat hari kedua, karena responden berada dalam

satu ruangan untuk pengisian kuesioner.

3). Dalam pengisian kuesiner responden mengerti akan tetapi masih ada beberapa yang

kurang mengerti.

BAB VI

Page 82: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan Februari 2018 mengenai

Hubungan Pengetahuan, Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan Penerapan PHBS di

SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018 dengan jumlah responden

sebanyak 65 orang, dapat ditarik kesimpulan :

6.1.1. Lebih dari separoh yaitu 56,9 % siswa memiliki pengetahuan yang tinggi

tentang PHBS di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018.

6.1.2. Lebih dari separoh yaitu 67,7 % siswa mengetahui Sarana dan prasarana PHBS

sekolah yang baik di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

6.1.3. Lebih dari separoh yaitu 60,0 % siswa melakukan penerapan PHBS di SDN 12

Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018.

6.1.4. Terdapatnya Hubungan Pengetahuan, dengan penerapan PHBS di SDN 12 Tarung

- Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018 (p-0,034< 0,05)

6.1.5. Terdapatnya Hubungan ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan penerapan

PHBS di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018 (p-0,038<

0,05)

6.2. Saran.

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan diatas, ada

beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan diantaranya

6.2.1 Bagi Institusi Pendidikan.

Page 83: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber bahan ajar bagi pihak sekolah

sehingga terpicu untuk penambahan penyediaan sarana dan prasarana PHBS

disekolah

Semakin giat melakukan sosialisasi PHBS setiap minggu di sekolah.

Melibatkan orang tua siswa (komite sekolah) dalam penerapan PHBS dirumah

maupun disekolah

6.2.2 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan petugas Puskesmas yang berada serta menangani wilayah sekolah

agar dapat memberikan lebih banyak lagi informasi tentang PHBS melakui

spanduk- spanduk kesehatan yang dapat meningkatkan kesehatan sekolah dan

juga siswanya.

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Karena keterbatasan penelitian diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk

dapat mengembangkan dan melanjutkan penelitian yang lebih baik.

Peneliti berharap bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan

variabel yang berbeda dalam teori Lawrence Green (1980) dari faktor

predisposis: peran sosial budaya dan faktor penguat seperti tokoh masyarakat.

Untuk penelitian berikutnya diharapkan menggunakan jenis penelitian berupa

observasi.

Page 84: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

BAB I

PENDAHULUAN

1.5. Latar Belakang

Kesehatan Nasional merupakan suatu pencapaian yang dilakukan oleh pemerintah

dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat indonesia. Dalam

meningkatkan kesehatan secara optimal yang dilakukan dalam upaya pelayanan

kesehatan yang baik dengan menitikberatkan pada indikator kesehatan yang menunjang

pembangunan kesehatan yang berwawasan tepat guna ( Azwar 2007).

Upaya kesehatan Nasional dilakukan dengan upaya yang bersumberdayakan

masyarakat melalui upaya promotif, preventif kuratif dan rehabilitatif, yang dilakukan

baik secara mandiri dan juga secara bersama sama masyarakat dan meningkatkan

perilaku sehat. Sedangkan upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah/ atau masyarakat dengan cara

mewujudkan derajat kesehatan dilakukan oleh individu, kelompok, masyarakat, baik

secara melembaga oleh pemerintah, ataupun swadaya masyarakat (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2015 tentang kemampuan sekolah dalam

melakukan PHBS, sudah mencapai sebesar 49,41%. Provinsi yang memiliki persentase

tertinggi adalah Jawa Tengah (88,57%), DI Yogyakarta (87,38%) dan Kalimantan Timur

(79,73%). Provinsi dengan persentase PHBS yang rendah adalah Sumatera Barat

(36,34%), Banten (40,21%) dan Papua Barat (42,56%).

Sedangkan dalam laporan PHBS Sekolah Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera

Barat pada tahun 2010 sampai 2015 seperti data dibawah ini

No Kabupaten/Kota Tahun 2010-2015

Target

1 Kota Padang 95% Tercapai

Page 85: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

2 Kabupaten Padang Pariaman 87% Tercapai3 Kota Padang Panjang 90% Tercapai4 Kabupaten Pesisir Selatan 80% Tercapai5 Kabupaten Sijunjung 82% Tercapai6 Kota Pariaman 85% Tercapai7 Kabupaten Dharmasraya 79% Tercapai8 Kabupaten Tanah Datar 86% Tercapai9 Kota Bukittinggi 93% Tercapai10 Kota Sawahlunto 80% Tercapai11 Kabupaten Agam 80% Tercapai12 Kota Solok 90% Tercapai13 Kabupaten Solok 81% Tercapai14 Kabupaten Solok Selatan 78% Tercapai15 Kota Payakumbuh 90% Tercapai16 Kabupaten Limapuluh Kota 76% Tercapai17 Kabupaten Pasaman Barat 68% Tidak Tercapai18 Kabupaten Pasaman 65% Tidak Tercapai19 Kabupaten Mentawai 60% Tidak TercapaiDinkes Kemenkes RI Sumbar 2016

Tabel 1.1. Laporan PHBS Sekolah Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat pada tahun 2010 sampai 2015

Dapat diketahui bahwa salah satu kabupaten yang masih rendah pencapaiannya

yaitu kabupaten pasaman masih belum melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat di

sekolah dengan baik. Namun dalam rentang dua tahun tersebut diketahui bahwa terjadi

pergeseran persentase sekolah yang ber-PHBS pada masing-masing kabupaten, ada yang

belum efektif dan ada pula yang sudah baik (Surkesda Prov Sumbar :2015).

Terwujudnya derajat kesehatan tersebut dapat dicapai, salah satunya dengan

program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Program PHBS adalah upaya

memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat,

dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku, melalui pendekatan advokasi, bina

suasana (Social support) dan gerakan masyarakat (empowerment) sehingga dapat

menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan

meningkatkan kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2011).

Page 86: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai

hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga yang dapat menolong diri

sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

masyarakat.(Kemenkes RI 2011). Sedangkan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

membuat pedoman pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat yang tertuang dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2269/ MENKES/ PER/

XI/2011 yang mengatur upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat di seluruh

Indonesia dengan mengacu kepada pola manajemen PHBS, mulai dari tahap pengkajian,

perncanaan, dan pelaksanaan serta pemantauan dan penilaian. Upaya tersebut dilakukan

untuk memberdayakan masyarakat dalam memelihara, meningkatkan dan melindungi

kesehatannya sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu secara mandiri ikut aktif

dalam meningkatkan status kesehatan(Kemenkes RI, 2011).

Kesehatan dibentuk oleh kehidupan sehari- hari (health is created within the

setting of everyday life,WHO: 2003). Dalam kehidupan sehari- hari manusia,

menghabiskan waktunya di tempat atau tatanan ( setting), yakni didalam rumah

(keluarga), di sekolah ( bagi anak sekolah), dan ditempat kerja ( bagi orang dewasa).

Oleh sebab itu, kesehatan seseorang juga ditentukan oleh tatanan- tatanan tersebut

(Notoadmodjo 2010).

Penelitian sebelumnya dari Kabupaten Wanosabo Jawa Tengah di SD Negeri

Mungkung pada kelas VI dengan populasi sebanyak 10 orang diperoleh hasil sama

dengan nilai r = 0,925, sedangkan untuk n = 0,632. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan antara ketersediaan sarana dan prasarana usaha kesehatan sekolah dengan

perilaku hidup sehat di kelas VI SD Negeri Mungkung tersebut. Dan penelitian kedua

oleh Riesti Cahyaningrum dari SD Negeri Keraton Yokyakarta di kelas IV dan V

dengan populasi 42 orang diperoleh hasil tentang tingkat pengetahuan tentang PHBS

Page 87: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu baik, cukup dan kurang. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebanyak 66,7% kategori baik, 31,0% kategori cukup dan 2,4%

kategori kurang, itu membuktikan beberapa siswa belum tahu apa itu perilaku hidup

bersih dan sehat.

Upaya kesehatan sekolah (health promoting school) adalah suatu cara dimana

program pendidikan dan kesehatan dikombinasikan untuk menumbuhkan perilaku

kesehatan sebagai faktor utama untuk kehidupan dengan cara penanaman nilai- nilai

PHBS disekolah. PHBS disekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan

masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, dan mau dan mampu mempraktekkan PHBS,

dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat (Proverawati dan Rahmawati,

2012). Sedangkan menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoadmojdo (2009) ada 3

faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu Faktor Prdisposisi (predisposing

factors) yang mencakup pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial

dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu atau masyarakat, dan Faktor pendukung

( enabling factors) yaitu tersedianya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dan

kemudahan untuk mencapainya, serta faktor pendorong ( reinforcing fctors) adalah sikap

dan prilaku petugas kesehatan. Salah satu faktor mengapa orang melakukan perilaku

hidup bersih dan sehat adalah faktor pemudah ( predisposing factor) yaitu faktor ini

mencakup pengetahuan anak terhadap PHBS dan faktor pemungkin ( enabling faktor )

yaitu ketersediaan sarana dan prasarana/ fasilitas kesehatan (L.Green (1980) dalam

Notoadmojdo (2009).

PHBS di Sekolah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan di sekolah dalam

meningkatkan kesehatan sekolah melalaui penyuluhan dan kegiatan kegaiatn sehat yang

dilakukan oleh murid bersama perangkat sekolah. PHBS di sekolah juga menurut

Lawrence Green(1980) dalam Notoatmojdo (2009) dapat meningkat kesehatan murid

Page 88: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

sekolah dan pemberian ilmu pengetahuan kepada murid murid yang ada di sekolah serta

melakukan kebersihan seperti CTPS , lingkungan bersih, kesehatan, jajajan di sekolah

dan juga yang lain lainya yang dilakukan murid bersama dengan perangkat sekolah

lainnya

Usaha kesehatan sekolah yang ada di setiap sekolah merupakan suatu alat atau

sarana yang dapat digunakan untuk merangsang pertumbuhan, perkembangan anak, serta

meningkatkan keterampilan, kemampuan dan pengetahuan tentang pendidikan

kesehatan. Maka dari itu setiap sekolah seharusnya memiliki sarana dan prasarana yang

memadai baik dari segi jenis maupun jumlahnya untuk melakukan pembinaan serta

pelaksanaan usaha kesehatan sekolah dan pelaksanaan PHBS sekolah. Indikator personal

PHBS di sekolah seperti mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan

sabun, mengkonsumsi jajanan yang bersih dan sehat, menggunakan jamban yang bersih

dan sehat, olah raga yang teratur , memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di

sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan, membuang

sampah pada tempatnya, Personal hygiene murid sekolah seperti: mengosok gigi,

kebersihan kuku(Kemenkes RI, 2011)

Lingkungan sekolah dalam menerapkan PHBS di sekolah antara lain adanya dan

tersedianya sarana dan prasarana sekolah seperti tempat cuci tangan dengan air mengalir,

ketersediaan jumlah wc sesuai dengan jumlah siswa, kebersihan WC dan juga kebersihan

anak sekolah bagi mereka yang melakukan pendidikan dasar seperti sekolah dasar di

sekolah sekolah . Usia sekolah merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai-

nilai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) . Dampak pembinaan PHBS di sekolah

terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru, dan masyarakat

dilingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit.

Meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar

Page 89: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

siswa , citra sekolah sebagai instiitusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu

menarik minat orang tua. Meningkatkan citra pemerintah daerah di bidang pendidikan,

menjadi percontohan sekolah sehat (Kemenkes RI, 2011)

Sehubungan dengan hal tersebut, tidak hanya ketersediaan sarana dan pra sarana

saja yang mendukung terjadinya PHBS di sekolah atau pun di masyarakat tetapi

pengetahuan juga merupakan dominan yang sangat penting dalam penerapan PHBS di

sekolah . Yang perlu ditingkatkan pada siswa yaitu cara mempraktekkan dan memahami

materi tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Pengetahuan merupakan hasil dari

“tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan dapat dipengaruhi dari pengalaman orang lain

yang disampaikan kepada seseorang. (Notoajmodjo, 2010)

Berdasarkan hasil survey data di Puskesmas Rao maka didapat data yang

dikunjungi Program Promkes, Program Kesling tentang PHBS Sekolah di Sekolah Dasar

wilayah kerja Puskesmas Rao tahun 2017

No Nama Sekolah

Jmlh

sis

wa

Ku

nju

ng

Pro

mk

es

Ru

ang

UK

S

ters

end

ir

Jlh

WC

Kan

tin

S

ehat

CT

PS

1 SDN 01 Tarung- Tarung 579 √ √ 18 1 √

2 SDN 02 Muara Penyengrahan 28 √ - 1 1 √3 SDN 03 Tarung- Tarung Utara 145 - √ 2 - √4 SDN 04 Padang Aro 35 √ √ 1 1 √5 SDN 05 Tarung- Tarung Utara 297 √ √ 2 2 -6 SDN 06 Tarung- Tarung 170 - - 3 1 √7 SDN 07 Padang Metinggi 155 - √ 1 1 -8 SDN 08 Tarung- Tarung Selatan 242 - - 4 3 √9 SDN 09 Tarung- Tarung Selatan 353 √ √ 5 1 -10 SDN 10 Tarung- Tarung Utara 194 - - 6 √ √11 SDN 11 Tarung- Tarung 105 - √ 1 √ √

12 SDN 12 Tarung-Tarung Selatan 232 √ - 1 - √13 SDN 13 Padang Metinggi 81 - √ 1 1 √14 SDN 14 Padang Aro 303 √ - 5 2 √15 SDN 15 Tarung- Tarung Utara 64 - √ 1 1 √16 SDN 16 Padang Metinggi 118 √ - 2 1 √

Page 90: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

17 SDN 17 Tarung- Tarung 53 - - 1 1 √18 SDN 18 Tarung- Tarung Selatan 109 - √ 2 - √

Tabel 1.2. data yang dikunjungi PHBS Sekolah di Sekolah Dasar wilayah kerja Puskesmas Rao tahun 2017

Dari data diatas, dengan jumlah SD 18 sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rao,

didapati SDN 12 Tarung- Tarung Selatan yang masih memiliki kekurangan beberapa

indikator PHBS Sekolah, dan dari hasil wawancara sekilas dengan tenaga sekolah di

SDN 12 Tarung Tarung Selatan yang dilakukan pada tanggal 1 dan 2 November 2017

setempat menyatakan bahwa SDN 12 termasuk sekolah yang belum lagi mampu

melakukan PHBS sekolah dengan baik karena sarana dan prasarana masih kurang. Dari

data yang ditemukan di Sekolah Dasar Negeri 12 Tarung - Tarung Selatan ditemukan

data hasil survey tanggal 17 Oktober 2017 dimana SD memiliki 1 WC siswa, 1 WC

guru, dengan jumlah siswa seluruhnya 232 orang, jumlah perempuan 129 orang, jumlah

laki- laki 103 orang. Jumlah siswa kelas II sebanyak 35 orang, jumlah siswa kelas III

sebanyak 35 orang, jumlah siswa kelas IV sebanyak 30 orang, jumlah siswa kelas V

sebanyak 42 orang, dan jumlah siswa kelas VI sebanyak 47 orang, dari wawancara

dengan 10 siswa didapat 7 siswa tidak mengetahui tentang PHBS, apa pengertian PHBS,

apa saja indikator PHBS Sekolah dan mamfaat dari penerapan PHBS sekolah, 5 siswa

didapati kuku masih panjang dan kotor, 8 siswa tangan yang masih kotor seperti tidak

mencuci tangan dengan baik. Wawancara dengan salah satu perangkat sekolah

mengatakan siswa jarang menggunakan WC karena air yang tidak mencukupi dan WC

pun hanya satu unit, sehingga siswa pun pergi ke sungai dibelakang sekolah untuk BAB/

BAK. Dan kantin sekolah pun masih tahap belum memadai sehingga belum bisa dipakai,

serta alat cuci tangan dengan sabun dan air mengalir di setiap luar kelas belum cukup,

ditambah lagi ruang UKS masih bergabung dengan ruang lain yang seharusnya ruang

UKS tersendiri dan alatnya pun belum lengkap. Ketersediaan tong sampah pun belum

Page 91: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

mencukupi. Untuk menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan hanya dilakukan

ketika anak memasuki sekolah dasar ( Kelas I), Kawasan bebas asap rokok belum

diterapkan di lingkungan sekolah, serta tim jumantik siswa belum dibentuk. Dilanjutkan

wawancara dengan penjaga sekolah yang mengatakan belum pernah diadakan

penyuluhan tentang kebersihan sekolah. Indikator PHBS di Puskesmas Rao 70% ,

sedangkan realisasinya hanya 40%.

Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan

Pengetahuan, Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan penerapan PHBS di SDN 12

Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018.

1.6. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa secara teori, perilaku hidup bersih dan sehat

tersebut disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah pengetahuan, dan sarana dan

prasarana. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini peneliti merumuskan suatu masalah yaitu

“Hubungan Pengetahuan, ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan penerapan PHBS di

SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018"

1.7. Tujuan Penelitian

1.7.1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan

dan ketersediaan sarana, prasarana dengan penerapan PHBS di SDN 12 Tarung

Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

1.7.2. Tujuan Khusus

f. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan PHBS pada siswa di SDN 12

Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018.

Page 92: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

g. Mengetahui distribusi frekuensi sarana dan prasarana PHBS pada siswa di

SDN 12 Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018.

h. Mengetahui distribusi frekuensi penerapan PHBS pada siswa di SDN 12

Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018.

i. Menganalisa hubungan pengetahuan dengan penerapan PHBS pada siswa di

SDN 12 Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018.

j. Menganalisa hubungan, ketersediaan sarana dan pra sarana dengan penerapan

PHBS pada siswa di SDN 12 Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun

2018.

1.8. Manfaat Penelitian

1.4.1. Peneliti

Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam pelaksanaan suatu

kebijakan kesehatan yang ditetapkan dan bagaimana suatu kebijakan dibidang

kesehatan dalam pelaksanaannya mendapat kendala dikaji dari teori yang ada.

Serta peneliti dapat mengaplikasikan ilmu dan teori yang telah didapat selama

dibangku perkuliahan, sehingga menambah wawasan peneliti.

1.4.2. Institusi Pendidikan

Merupakan tambahan kekayaan penelitian, untuk dapat dipergunakan dan

dikembangkan. Dan mudah-mudahan dapat menjadi referensi bagi peneliti

selanjutnya yang berminat mengadakan penelitian terkait dengan perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) di sekolah .

1.5.3. Lahan ( SDN 12 Tarung - Tarung Selatan )

Sebagai bahan masukan, kontribusi yang positif bagi petugas kesehatan di

sekolah dasar dan juga wilayah kerja Puskesmas Rao melalui program promosi

kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Page 93: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

setempat. Dan sebagai pemicu bagi pihak sekolah untuk meningkatkan sarana dan

prasarana supaya penerapan PHBS menjadi maksimal disekolah.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti membahas tentang Hubungan Pengetahuan,

ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan penerapan PHBS di SDN 12 Tarung - Tarung

Selatan Rao Pasaman Tahun 2018. Penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variabel

Independen adalah Pengetahuan, sarana dan prasarana, sedangkan variabel Dependen

adalah Penerapan PHBS di sekolah SDN 12 Tarung Tarung Rao. Penelitian ini akan

dilakukan bulan Februari 2018. Variabel dependen dengan pendekatan Cross Sectional

dengan populasi 186 siswa dan sampel yang diambil adalah siswa kelas IV, V dan VI di

SDN 12 Tarung- Tarung Selatan , Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data

kuesioner. Penelitian ini dilakukan di SDN 12 Tarung Tarung Selatan Rao Kabupaten

Pasaman Tahun 2018

Page 94: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Konsep Keperawatan Komunitas

2.2.1. Pengertian Keperawatan Komunitas

Komunitas adalah mencakup perawatan kesehatan keluarga ( Nurse Health

Family ) dan juga meliputi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas,

membantu masyarakat mengidentifikasi masalah kesehatan sendiri serta

memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada

pada mereka sebelum mereka meminta bantuan pada orang lain(Iqbal 2007).

2.1.3 Tujuan keperawatan komunitas

Tujuan keperawatan adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan

masyarakat melalui upaya:

c. Pelayanan keperawatan secara langsung ( direct care ) terhadap individu,

keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.

Page 95: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

d. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat ( health general

community ) dan mempertimbangkan bagaimana masalah atau isu kesehatan

masyarakat dapat mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok.

2.2.3. Sasaran keperawatan komunitas

Seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok baik yang

sehat maupun yang sakit khususnya mereka yang beresiko tinggi dalam

masyarakat.

1. Individu

Individu adalah anggota keluarga sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,

psikologi, soaial dan spiritual..

2. Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal

dalam satu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau

adopsi.

3. Kelompok khusus

Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan

jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat

rawan terhadap masalah kesehatan dan termasuk diantaranya:

Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat

perkembangan dan pertumbuhan seperti :

- Ibu Hamil

- Bayi baru lahir

- Anak Balita

- Anak Usia sekolah

Page 96: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

- Usia Lanjut

4. Masyarakat

Kelompok masyarakat yang terikat dalam institusi, misalnya rumah

tahanan, panti dan lokalisasi WTS dan kelompok masyarakat yang tidak terikat

dalam institusi misalnya panti werdha, kelompok remaja, karang taruna dan

lain-lain

2.2.4. Peran Keperawatan Komunitas

1. Pemberi pelayanan

Perawat merupakan orang yang membeeri pelayanan keperawatan secara

langsung kepada masyarakat

2. Pendidik

Perawat komunitas berperan juga dalam memberikan informasi kesehatan

kepada masyarakat melalui promosi kesehatan

Page 97: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

3.Pengelola

Perawat juga merupakan sebagai pengelola

masyarakat dalam usaha peningkatan derajat

kesehan masyarakat yang diupakan melalui

pemberdayaan masyarakat itu sendiri melalui

suatu wadah kelompok kerja kesehatan.

4.Konselor

Perawat komunitas juga berperan memberikan

bimbingan, arahan kepada masyarakat , sehingga

upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat

dapat diwujudkan

5. Pembela klien/advokat

Perawat komunitas dapat berperan dalam membela masyarakat dalam

kegiatan pelayanan kesehatan yang menyimpang dari norma-norma maupun

kaedah kesehatan yang berlaku.

6. Peneliti

Perawat komunitas juga berperan dalam penelitian kesehatan khusunya

penelitian kesehatan masyarakat, sehingga didapatkan suatu penemuan-

penemuan maupun ilmu yang baru yang dapat menunjang terhadap status

kesehatan masyarakat.

7. Pemberi pelayanan

Page 98: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Perawat merupakan orang yang memberi pelayanan keperawatan secara

langsung kepada masyarakat.

11. Pendidik

Perawat komunitas berperan juga dalam memberikan informasi kesehatan

kepada masyarakat melalui promosi kesehatan.

12. Pengelola

Perawat juga merupakan sebagai pengelola masyarakat dalam usaha

peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang diupayakan melalui

pemberdayaan masyarakat itu sendiri melalui suatu wadah kelompok kerja

kesehatan.

2.3. Keperawatan Anak sekolah

Sebagai suatu instansi pendidikan, sekolah mempunyai peranan dan kedudukan

dalam upaya promosi kesehatan. Promosi kesehatan disekolah merupakan suatu upaya

untuk menciptakan sekolah menjadi suatu komunitas yang mampu meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat sekolah melalui 3 kegiatan utama, (a) penciptaan lingkungan

sekolah yang sehat, (b) pemeliharaan dan pelayanan di sekolah, (c) upaya pendidikan

yang berkesinambungan. Kegiatan tersebut dikenal dengan istilah TRIAS UKS. Hal ini

disebabkan karena sebagian besar anak usia 5- 19 tahun terpajan dengan lembaga

pendidikan dalam jangka waktu cukup lama.

Keperawatan anak sekolah merupakan suatu Keperawatan kesehatan yang

memberikan pelayanan keperawatan professional kepada anak usia sekolah yang

bertanggung jawab dan bertanggung gugat dengan mempunyai konsep-konsep, teori-

teori, legalits dan etika yang ditunjukkan kepada masyarakat sekolah yaitu terutama anak

usia sekolah SD, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas untuk

Page 99: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

mencapai derajat kesehatan optimal melalui pemeliharaan kesehatan , kesehatan

sekolah , dokter kecil serta kegiatan upaya sekolah dalam peningkatan kesehatan dengan

menjamin ketergantungan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi

sekolah tersebut dengan melibatkan perangkat sekolah , guru sekolah, Perangkat sekolah,

anak usia sekolah dan Juga lingkungan sekolah. Keperawatan anak sekolah adalah salah

satu pelayanan keperawatan usia sekolah yang profesional yang berfokus pada

Lingkungan sekolah, guru kelas dan anak murid sekolah dalam upaya mencapai derajat

kesehatan yanmg optimal melalui usaha preventif, promotif, rehabilitatif dan kuratif

(Wahit Iqbal, 2007).

2.3. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

2.3.1. Pengertian PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya memberikan

pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan

menbuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku, melalui pendekatan advokasi,

bina suasana (Social support) dan gerakan masyarakat (empowerment) sehingga

dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan

meningkatkan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2006).

2.4.2. Jenis Kegiatan PHBS

Jenis kegiatan PHBS mencakup enam bidang yaitu: bidang gizi, KIA

(Kesehatan murid SD), kegiatan poersonal hyegene, kesehatan lingkungan

sekolah , jaminan pemeliharaan kesehatanmurid seperti UKS, jajanan sehat serta

bidang kebersihan lingkungan sekolah lainnya.

PHBS dalam bidang gizi sekolah adalah makan dengan gizi seimbang,

mengkonsumsi garam beryodium, memberi makanan sehat melalaui jajanan

Page 100: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

sehat. PHBS personal heygene adalah memeriksa kondisi murid , kebersihan gigi

yang ditolong tenaga kesehatan, menimbang berat badan murid setiap bulan,

mengimunisasi murid yang belum tercapai, ikut olah raga sehat, membuang

sampah di tempat sampah dan mencuci tangan. (Depkes RI, 2006).

c. PHBS Rumah Tangga

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

2. Memberi bayi ASI eklusif

3. Menimbang bayi setiap bulan

4. Menggunakan air bersih

5. Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir

6. Gunakan jamban sehat

7. Memberantas jentik nyamuk

8. Makan buah dan sayur

9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari

10. Tidak merokok di dalam rumah

d. PHBS Sekolah

1. Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir

2. Jajan dikantin sekolah

3. Buang sampah ditempat sampah

4. Olah raga secara teratur

5. Timbang berat badan dan ukur berat badan

6. Tidak merokok

7. Buang air kecil dan buang air besar di jamban/ WC

8. Berantas jentik nyamuk (Depkes RI, 2000)

2.4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Page 101: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Perilaku kesehatan ada teori- teori yang menjadi acuan dalam penelitian-

penelitian kesehatan, Menurut Lawrence Green(1980) dalam Notoadmojdo

(2009) ada 3 faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu:

1. Faktor Predisposisi (predisposing factors)

Merupakan faktor yang menjadi dasar/ motivasi perilaku. Faktor predisposisi

mencakup pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial dan

unsur lain yang terdapat dalam diri individu atau masyarakat yang membentuk

persepsi sehingga memotivasi individu untuk melakukan tindakan. Faktor ini

juga mencakup faktor demografis seperti status sosio ekonomi, umur, jenis

kelamin, dan besar keluarga.

2. Faktor pendukung ( enabling factors).

Enabling memungkinkan motivasi dapat terlaksana. Faktor ini mencakup

ketersediaan sarana dan prasarana/ fasilitas pelayanan kesehatan dan

kemudahan untuk mencapai pelayanan termasuk biaya, jarak, kestersediaan

transportasi, waktu pelayanan dan keterampilan petugas kesehatan.

3. Faktor pendorong ( reinforcing fctors).

Yang termasuk faktor penguat adalah sikap dan perilaku tokoh masyarakat,

tokoh agama, para petugas termasuk petugas kesehatan. Dalam berperilaku

sehat tidak hanya butuh pengetahuan dan sikap positif saja tetapi masyarakat

juga perlu juga contoh aplikasi dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan

para petugas kesehatan, disamping adanya undang-undang, peraturan-

peraturan dan lain sebagainya. Adanya peraturan maupun undang-undang

untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.

Sedangkan menurut WHO merumuskan determinan perilaku sangat

sederhana, ada empat alasan pokok yaitu:

Page 102: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

b. Pemikiran dan perasaan. Hasil pemikiran dan perasaan seseorang atau lebih

tepatnya diartikan pertimbangan- pertimbangan pribadi terhadap objek atau

stimulus, merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku

e. Adanya acuan atau peferensi dari seseorang atau pribadi yang tercapai.

f. Sumber daya ( resources) yang tersedia merupakan pendukung terjadinya

perubahan perilaku

g. Sosial budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap

terbentuknya perilaku seseorang.

2.5. PHBS Sekolah

2.5.1. Pengertian PHBS sekolah

PHBS sekolah adalah upaya untuk memberdayakan perangkat sekolah

Murid, guru dan perangkat sekolah agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS

di sekolah untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko

terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan

aktif dalam gerakan kesehatan sekolah di masyarakat (Wahid, 2007).

Adapun sasaran PHBS sekolah adalah seluruh perangkat sekolah, yang

dibagi dalam beberapa bagian, yaitu :

d) Sasaran primer

Adalah sasaran utama dalam tatanan sekolah yang akan dirubah perilakunya

atau anggota sekolah yang bermasalah ( Lingkungan sekolah, murid, guru dan

Sarana dan prasana sekolah yang memiliki bermasalah).

e) Sasaran sekunder

Page 103: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dan perangkat sekolah

yang bermasalah misalnya, guru, murid dan lingkungan sekolah, kader tokoh

agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan sekolah dan lintas sektor terkait.

f) Sasaran tersier

Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam

menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk

tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya, kepala sekolah, guru sekolah, murid,

kepala puskesmas, guru dan sebagainya.

2.5.2. Tujuan PHBS sekolah

Tujuan PHBS sekolah adalah :

c) Meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan, petugas lintas

sektor, media massa, organisasi masyarakat, LSM, tokoh masyarakat, tim BP3

sekolah dan dunia usaha dalam pembinaan PHBS di tatanan sekolah.

d) Meningkatkan kemampuan sekolah untuk melaksanakan PHBS tatanan

sekolah dan berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

2.5.3. Manfaat PHBS sekolah

Adapun manfaat perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) bagi tatanan sekolah

yaitu :

g) Setiap sekolah meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit

h) tatanan sekolah melalui sekolah sehat sehat dapat meningkatkan

produktifitas kerja guru dan belajar murid.

i) Dengan meningkatnya kesehatan perangkat sekolah maka biaya yang

tadinya dialokasikan untuk kesehatan tatanan sekolah dapat dialihkan untuk

biaya investasi seperti biaya sarana dan prasarana, atau usaha lain yang

dapat meningkatkan kesejahteraan tatanan sekolah.

Page 104: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

j) Salah satu indikator menilai keberhasilan pemerintah daerah dalam bidang

kesehatan tatanan sekolah.

k) Meningkatkan citra pemerintah dalam bidang kesehatan tatanan sekolah.

l) Dapat menjadikan percontohan tatanan sekolah sehat bagi daerah

lain.Penilaian tatanan sekolah sehat digunakan sepuluh alat ukur (indikator)

PHBS yang terdiri dari tujuh indikator PHBS dan tiga indikator Gerakan

Hidup Sehat (GHS).

2.5.4. Indikator PHBS sekolah

9) Cuci tangan pakai sabun

Aturannya adalah perkelas ada satu tempat cuci tangan untuk siswa.

Tempatnya permanen, berbentuk kran air yang mengalir. Bukan yang diam

seperti menyediakan satu timba air. Yang terakhir ini bukan membersihkan

penyakit, tapi malah mengumpulkan penyakit.

Untuk menunjangnya, sekolah harus menyediakan sabun dan handuk

sebagai sarana dan prasarana perlengkap cuci tangan. Ingatkan siswa untuk

memcuci tangan tiap mejelang dan sesudah istirahat, setelah melakukan

pekerjaan, dam mnyentuh makanan. Adapaun kegiatan 6 langkah ini harus

diikuti dengan ketersediaan alat alat yang tersedia di sekolah.

Prinsip 6 langkah cuci tangan antara lain:

1. Tuangkan cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok

kedua taqngan secara lembut dengan arah memutar

2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

3. Gosok sela- sela jari tangan hingga bersih

4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci

Page 105: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

6. Letakkan ujung jari ke telapak tanagn kemudian gosok berlahan dengan

arah memutar

(standart cuci tangan menurut WHO).

5 Waktu cuci tangan, Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir dapat kita

lakukan pada waktu – waktu berikut:

1. Sebelum menyiapkan makanan

2. Sebelum dan sesudah makan

3. Setelah buang air kecil dan besar

4. Setelah membuang ingur

5. Setelah membuang sampah dan atau menangani sampah

6. Setelah bermain/ memberi makan hewan/ memegang hewan

7. Setelah batuk atau bersin pada tangan.

10) Jajan di kantin sekolah

Indikator ini juga bisa kita maknai seluruh seluruh warga sekolahnya

jajan diwarung atau kantin yang disediakan sekolah. Siswa tidak dipaksa

membeli jajanan atau makanan dikantin, tapi menyadari sendiri jajanan disini

sudah bersih dan memenuhi standar layak. Yang perlu diperhatikan adalah

makanan yang banyak mengandung bahan berbahaya. Seperti pewarna,

pengawet, pengenyal dan jenisnya.

11) Buang sampah ditempat sampah

Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai baik

yang berasal dari rumah tangga atau hasil proses industri. Jenis-jenis sampah

antara lain, yakni sampah anorganik, adalah sampah yang umumnya tidak

dapat membusuk, misalnya: logam atau besi, pecahan gelas, plastik. Sampah

Page 106: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya: sisa

makanan, daun-daunan, dan buah-buahan.

Tiap ruang yang ada disekolah perlu ada minimal satu tempat sampah.

Sampah tidak boleh mengedap lebih satu hari. Artinya tiap hari sampah itu

harus dibuang ke tempat pembuangan akhir. TPA ( Tempat Pembuangan

Akhir) diatur jaraknya jangan sampai terlalu dekat dengan kelas siswa belajar.

Guru juga bisa belajar mengolah sampah itu menjadi barang yang berguna

( Daur ulang). Banyak produk yang berguna sekarang yang merupakan produk

olahan sampah. Hal ini tentu akan lebih berkesan kalau mengajak siswa

terlibat dalam proses daur ulang itu.

12) Olah raga secara teratur

Berolah raga sudah termasuk kurikulum pembelajaran disemua sekolah.

Idealnya anak berolah raga tidak hanya seminggu sekali waktu ada

pembelajaran tersebut, namum setiap hari. Cara mudahnya adalah melakukan

senam pagi bersama seluruh warga sekolah.

13) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan, adanya

cacatan periodik berat dan tinggi siswa. Kita tahu begitu cepatnya

pertumbuhan dan perkembangan siswa, sehingga perlu pencatatan perubahan

tumbuhnya secara rutin. Dengan memengang catatan berat dan tinggi badan

siswa maka guru mudah memperiksi kondisi kesehatan dan gizinya, yang

dilakukan secara rutin setiap bulan atau dua bulan sekali atau maksimal eman

bulan sekali. Serta menyiapkan sarana yang memudahkan proses penimbangan

dan pengukuran itu. Yang melaksanakannya adalah bidang UKS Sekolah dan

program UKS Puskesmas

Page 107: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

14) Tidak merokok

Ada 4000 lebih zat kimia yabg ada pada sebatang rokok. Zat tersebut

bukan hanya berbahaya bagi perokok, namun lebih berbahaya bagi orang di

sekitarnya. Artinya anak- anak yang berpotensi menderita bahaya asap rokok

yang ada di sekolah. Meski sudah ada himbauan serius menerapkan

lingkungan sekolah bebas asap rokok, nyatanya belum berjalan efektif. Sebab

warga sekolah banyak juga merokok, baik guru, kepala sekolah, atau penjaga

sekolah. Pantangan terbesar adalah merokok yang sampai diketahui sisswa. Itu

harus dihindari di era siswa saat ini. Mereka akan mudah menemukan alasan

untuk mengikuti kebiasaan buruk ini.

15) Buang air kecil dan buang air besar di jamban/ WC

Banyakmya jamban yang ada di sekolah mengikuti aturan berikut:

Jamban siswa putri = Jumlah siswa putri: 20

Jamban siswa putra = Jumlah siswa putra: 20

Sangat dilarang menggunakan satu ruang untuk dipakai bersama siswa

laki- laki dan perempuan, meskipun masih diusia yang sangat dini.

Penggunaan satu ruang jamban bersama- sama sangat berpotensi

meningkatkan penularan pennyakit. Sehingga tidak cukup terpisah, jamban

sekolah juga cukup ventilasi, pencahayaan, tersedia tempat sampah dan alat-

alat pembersih.

16) Memberantas jentik nyamuk

Sudahkan sekolah anda punya jumantik? Ya, juru pemantau jentik. Yang

tugasnya mengamati adanya bibit penyakit yang berasal dari jentik- jentik

nyamuk di tempat- tempat tergenangnya air. Kalau tidak adapun kita bisa

Page 108: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

mencegah penyebarannya, yaitu menguras bak mandi tiap kurang dari 7 hari.

Artinya tiap minggu wajib dibersihkan.

Kenapa tujuh hari? Karena itu adalah waktu yang dibutuhkan jentik nyamuk

sampai bisa terbang. Lebih dari itu, perkembangannya akan lebih cepat lagi.

Selain itu lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M

(Menguras, Menutup,Mengubur).

PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong

nyamuk penular berbagai penyakit seperti Demam Berdarah Dengue,

Chikungunya, Malaria, Filariasis ( Kaki gajah) ditempat- tempat

perkembangan biakannya.

3M adalah tiga cara yang dilakukan pada saat PNS yaitu:

1. Menguras dan menyikat tempat- tempat penampungan air seperti bak

madi, tatakan kulkas, tatakan pot bunga dan tempat airr minum burung.

2. Menutup rapat- rapat tempat penampungan air seperti lubang bak kontrol,

lubang pohon, lekkukan- lekukan yang dapat menamung air hujan.

3. Mengubur atau menyingkirkan barang- barang bekas yang dapat

menampung air seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik- plastik yang

dibuang sembarangan ( bekas botol/ gelas aqua, palstik kresek dll)

2.5.5. Sanitasi Lingkungan sekolah

Sanitasi lingkungan sekolah merupakan bagian dari kesehatan lingkungan

sekolah. Pada hakikatnya kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau

keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap

terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan

lingkungan tersebut antara lain mencakup perumahan, penyediaan air bersih,

Page 109: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

pembuangan kotoran manusia (tinja), pembuangan sampah dan pengelolaan air

limbah (Chandra, 2006).

2. Kondisi lingkungan sekolah

Menurut Candra (2006), rumah adalah salah satu persyaratan pokok

bagi kehidupan manusia. sekolah atau tempat belajar manusia, dari zaman ke

zaman mengalami perkembangan. Syarat-syarat sekolah yang sehat ditinjau

dari ventilasi sekolah, cahaya yang masuk sekolah, luas bangunan sekolah,

fasilitas-fasilitas di sekolah sebagai berikut :

h. Ventilasi sekolahFungsi ventilasi adalah menjaga agar aliran udara di dalam rumah

tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh

penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Luas ventilasi kurang lebih 15-20%

dari luas laantai rumah.i. Cahaya masuk ruangan kelas di sekolah

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan

tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan

rumah, terutama cahaya mata hari di samping kurang nyaman, juga

merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya

bibit-bibit penyakit.

j. Luas bangunan sekolahLuas bangunan sekolah yang optimum adalah apabila dapat

menyediakan 6-6 m2 untuk tiap ruangan. Jika luas bangunan tidak sebanding

dengan jumlah murid maka menyebabkan kurangnya konsumsi O2, sehingga

jika salah satu murid menderita penyakit infeksi maka akan mempermudah

penularan kepada murid lain .

Page 110: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

k. Penyediaan Air Bersih sekolah

Air adalah sangat penting bagi kehidupan maanusia. Menurut

perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang berkembang termasuk

Indonesia orang memerlukan air antara 30-60 liter/hari. Syarat air minum

ditentukan oleh syarat fisik, kimia dan bakteriologis. Syarat fisik yaitu, air

tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih dengan suhu sebaiknya di

bawah suhu udara sehingga terasa nyaman. Syarat kimia yaitu, air tidak

mengandung zat kimia atau mineral yang berbahaya bagi kesehatan misalnya

CO2 dan NH4. Syarat bakteriologis yaitu, air tidak mengandung bakteri E.

coli yang melampaui batas yang ditentukan, kurang dari empat setiap 100 cc

air (Meison, 2009)

l. Pembuangan Kotoran sekolah (WC sekolah)

Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi

oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh seperti tinja, air seni dan

CO2. Masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah pokok

karena kotoran manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang

multikompleks. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia

antara lain: tipus, diare, disentri, kolera, bermacam-macam cacing seperti

cacing gelang, tambang dan pita. Syarat pembuangan kotoran antara lain,

tidak mengotori tanah permukaan, tidak mengotori air permukaan, tidak

mengotori air tanah, kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat

dipergunakan oleh lalat untuk bertelur atau berkembang biak, jamban harus

terlindung atau tertutup, pembuatannya mudah dan murah (Notoatmodjo,

2003).

Page 111: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Bangunan jamban yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari: rumah

jamban, lantai jamban, sebaiknya semen, slab, closet tempat feses masuk, pit

sumur penampungan feses atau cubluk, bidang resapan, bangunan jamban

ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak

menimbulkan bau, disediakan alat pembersih seperti air atau kertas

pembersih. Menurut Notoatmodjo (2003).

m. Pembuangan sampah disekolah

Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai baik yang

berasal dari rumah tangga atau hasil proses industri. Jenis-jenis sampah

antara lain, yakni sampah anorganik, adalah sampah yang umumnya tidak

dapat membusuk, misalnya: logam atau besi, pecahan gelas, plastik. Sampah

organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya: sisa

makanan, daun-daunan, dan buah-buahan. Cara pengelolaan sampah, yakni

pengumpulan dan pengankutan oleh petugas kebersihan serta pemusnahan

dan pengolahan sampah dengan cara ditanam, dibakar dan dijadikan pupuk

(Notoatmodjo, 2003).

n. Pengelolaan air limbah buangan di sekolah

Pengelolaan air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari

rumah tangga, industri dan pada umumnya mengandung bahan atau zat yang

membahayakan. Sesuai dengan zat yang terkandung di dalam air limbah,

maka limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan gangguan

kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain limbah sebagai

media penyebaran berbagai penyakit terutama kolera, diare, typus, media

berkembangbiaknya mikroorganisme patogen, tempat berkembang-biaknya

nyamuk, menimbulkan bau yang tidak enak serta pemandangan yang tidak

Page 112: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

sedap, sebagai sumber pencemaran air permukaan tanah dan lingkungan

hidup lainnya, mengurangi produktivitas manusia, karena bekerja tidak

nyaman (Notoatmodjo, 2003).

Usaha untuk mencegah atau mengurangi akibat buruk tersebut diperlukan

kondisi, persyaratan dan upaya sehingga air limbah tersebut tidak

mengkontaminasi sumber air minum, tidak mencemari permukaan tanah,

tidak mencemari air mandi, air sungai, tidak dihinggapi serangga, tikus dan

tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit dan vektor, tidak

terbuka dan terkena udara luar sehingga baunya tidak mengganggu

(Notoatmodjo, 2003).

2.6. Sarana dan Prasarana PHBS di sekolah

Depkes RI (2008) menerapkan ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran

menilai PHBS di sekolah yaitu:

2.5.1. Tempat Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir

Setiap sekolah berhak menyediakan dan perangkat pencucian tangan pakai

sabun dan akan membersihkan tangan murid dari kotoran dengan melakukan

prinsip 6 langkah cuci pakai sabun dan air mengalir. Adapaun kegiatan 6

langkah ini harus diikuti dengan ketersediaan alat alat yang tersedia di sekolah

Prinsip 6 langkah cuci tangan antara lain:

1. Tuangkan cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok

kedua taqngan secara lembut dengan arah memutar

2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

3. Gosok sela- sela jari tangan hingga bersih

4.Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci

5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

Page 113: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

6.Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok berlahan dengan

memutar arah jam. (standart cuci tangan menurut WHO)

2.5.2. Kantin Sekolah

Makanan selingan atau cemilan memiliki peran yang sangat penting untuk

tumbuh kembang anak. Jenis makanan ringan ini bisa mengatasi rasa lapar

diantara waktu lapar, mengurangi overeating saat makan, serta meningkatkan

konsentrasi. Namun sayangnya, masih banyak jajanan anak yang tidak sehat dan

malah membahayakan kesehatan anak terutama jananan- jajanan yang dijual kaki

lima diluar sekolah.

Kepala sekolah harus berperan menerapkan kebijakan pangan jajanan anak

sehat di lingkungan sekolah serta menyediakan sarana dan prasarana pendukung.

Tak hanya itu, guru UKS berperan memberikan edukasi pengelola kantin

mengenai keamanan pangan, melakukan pengawasan terhadap pangan jajanan

anak sehat serta memberikan pengertian dan pengetahuan kepada siswa cara

memilih pangan jaajanan yang baik dan dampak negatifnya.

Sementara itu, pengelola kantin wajib memperhatikan kebersihan fasilitas

dan temapt penjualan untuk mencegah kontaminasi bakteri, serta mempraktekkan

pengelolaan pangan yang baik dari segi kebersihan dan sanitasi.

Ada lima ciri kantin sehat yang sesuai dengan ketentuan BPOM:

1. Makanan tidak mengandung cemaran mikroba karena dapat menyebabkan

infeksi dan keracunan pada manusai.

2. Jangan membeli makanan dan minuman yang warnanya terlalu mencolok

atau cerah.

3. Jangan membeli makanan yang keras atau ngosong karena dapat

menyebabkan kankerr dan kerusakan ginjal.

Page 114: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

4. Ajarkan siswa untuk cek label kemasan sebelum membeli.

5. Selayaknya, kantin sekolah mempunyai tempat cuci tangan yang sesuai

standar kesehatan.

2.5.3. Tempat pembuangan sampah sekolah

Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai baik yang

berasal dari rumah tangga atau hasil proses industri. Jenis-jenis sampah antara

lain, yakni sampah anorganik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat

membusuk, misalnya: logam atau besi, pecahan gelas, plastik. Sampah organik

adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya: sisa makanan,

daun-daunan, dan buah-buahan.

2.5.4. Alat kebersihan lingkungan sekolah

Seperti ketersediaan sapu lidi, sapu lantai, sapu loteng , kecebong, alat

mengepel , lingkungan yang nyaman, cangkul dan juga bebagai alat pembersih

ruangan sekolah yang dilakukan oleh petugas sekolah ataupun bersama sama

dengan murid dalam rangka melakukan goro bersama.

2.5.5. Perangkat sarana dan prasarana lainnya (UKS)

Perangkat ini ada pada UKS atau Ruangan kesehatan sekolah seperti

adanya persediaan obat generik yang umum seperti parasetamol, alat kotak P3K

untuk kecelakaan di jam istirahat atau dikelas sebelum di rujuk ke puskesmas

terdekat, tersedianya alat pemeriksaan cek kesehatan seperti timbanga berat

badan, adanya pemeriksaan kesehatan gigi murid, pemeriksaan kesehatan

termometer untuk memeriksa panas murid SD, apakah mereka demam dan alat

pemeriksaan mata murid SD seperti optalmoscop yang dilakukan oleh yang

ahlinya yang didatangkan dari petugas kesehatan serta pemeriksaan lain yang.

Serta ketersediaan timbangan dan alat uukur tinggi siswa.

Page 115: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

2.6.11. Upaya pencegahan Merokok

Untuk mencegah siswa merokok, harus dilakukan upaya- upaya oleh

beberapa pihak, dalam rangka penyelamatan generasi muda dari bahaya nikotin,

yang akan merusak kesehatan dan mungkin dapat merusak masa depan dari phak

Sekolah

Upaya yang dilakukan pihak sekolah antara lain:

Dimulai dari majelis guru yang biasa merokok, agar tidak merokok selama

berada di lingkungan sekolah.

Menertibkan warung yang ada dilingkungan sekolah agar tidak menjual rokok,

serta meminta kerjasama dengan pemilik warung agar menegur dan atau

memberitahu majelis guru bila ada siswa yang merokok.

Menjadi peraturan sekolah sebagai “ area bebas asap rokok”

Memnbuat peraturan sekolah, yang memuat sanksi bila ketahuan siswa

merokok.

Pada setiap kesempatan, sekolah harus” nyinyir” menyampaikan pada

siswanya bahaya merokok.

2.6.12. Ketersediaan WC sekolah

Bangunan jamban sekolah yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari:

Ruangan jamban, lantai jamban, sebaiknya semen, slab, closet tempat feses

masuk, pit sumur penampungan feses atau cubluk, bidang resapan, bangunan

jamban ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak

menimbulkan bau, disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.

Menurut Notoatmodjo (2003). Banyakmya jamban yang ada di sekolah mengikuti

aturan berikut: Jamban siswa putri = Jumlah siswa putri: 20 dan Jamban siswa

putra = Jumlah siswa putra: 20.

Page 116: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

2.6.13. Ketersediaan Jumantik Anak sekolah

Jumantik anak sekolah adalah anak sekolah dari jenjang pendidikan dasar

dan menengah yang telah dibina dan dilatih sebagai juru pemantau jentik

( jumantik ) di sekolah. Pemberantasan dan pelaksanaan Jumantik- PSN Anak

Sekolah dimaksudkan untuk ikut serta mendukung pemerintah dalam upaya

pemberantasan sarang nyamuk (PSN).Yang diseut juga kader jumantik.

Peran dan tanggung jawab Jumantik- PSN di sekolah antara lain:

7. Melakukan kegiatan pemantauuan jentik dan PSN di lingkungan sekolah

secara rutin seminggu sekali.

8. Membuat catatan/ laporan hasil pemantauan jentik dan PSN di sekolah.

9. Melaporkan hasil pemantauan kepada guru penanggug jawab Jumantik-PSN

sekolah seminggu sekali.

10.Melakukan sosialisasi PSN 3M dan pengenalan DBD kepada rekan- rekan

siswa lainnya.

11.Berperan sebagai penggerak dan motivator siswa- siswi lainnya agar mau

melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk terutama dilingkungan sekolah/

rumah

12.Berperan sebagai penggerak dan motivator bagi keluarga dan masyarakat agar

mau melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk terutama dilingkungan

sekolah/ rumah.

2.7. Konsep Anak Usia Sekolah

2.7.6. Definisi Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah adalah anak yang berada pada usia-usia sekolah. Masa usia

sekolah sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia 6 hingga

kira-kira 12 tahun. Karakteristik utama usia sekolah adalah mereka menampilkan

Page 117: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

perbedaan-perbedaan individual dalam segi dan bidang, diantaranya perbedaan

dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan

kepribadian dan perkembangan fisik (Iqbal, 2007).

Usia sekolah ditandai dengan mulainya anak masuk sekolah dasar dan dimulainya

sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan mengubah sikap-sikap dan

tingkah lakunya. Para guru mengenal masa ini sebagai masa sekolah oleh karena

pada usia inilah anak untuk pertama kalinya menerima pendidikan formal, tetapi

bisa juga dikatakan bahwa masa usia sekolah adalah masa matang untuk belajar

maupun masa matang untuk sekolah. Disebut masa matang untuk belajar karena

anak sudah berusaha untuk mencapai sesuatu, sedangkan disebut masa matang

untuk sekolah karena anak sudah menamatkan taman kanak-kanak, sebagai

lembaga persiapan bersekolah yang sebenarnya dan anak sudah menginginkan

kecakapan-kecakapan baru yang dapat diberikan dari sekolah (Wandangi, 2001).

Anak sekolah dasar adalah masyarakat yang meliputi program pendidikan

tertentu atas dasar berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan diri

maupun untuk memperolah tingkat pendidikan tertentu yang telah dilakukan

pembinaan direktorat jendral pendidikan dan kebudayaan. Setiap anak sekolah

dasar sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental yang mengarah yang

lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapi lingkungan sosial maupun

non sosial (Wandangi, 2001).

Sekolah dasar disingkat dengan sebutan SD adalah jenjang paling dasar

pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6

tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6 dalam batas waktu pendidikan yang

normal. Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun.

2.7.7. Perkembangan Morotik Pada Anak Usia Sekolah

Page 118: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

4) Usia Anak 6 - 7 Tahun

Keterampilan Motorik Halus

Menngunakan pisau untuk mengoles mentega

Menulis dengan pensil

Menggambar, mewarnai

Keterampilan Motorik Kasar

Mempertahankan gerak spontan

Bergerak hati- hati pada anak 7 tahun daripada usia 6 tahun

Belajar melompat dan meloncat

Belajar melompat tali, sepeda dan berenang

Perawatan diri

Mandi sendiri

Belajar menyikat dan menyisir rambut dengan mode biasa

Memakai baju walau butuh bantuan

5) Usia anak 8 – 10 tahun

Ketempilan motorik halus

Belajar menggunakan pisau dan garpu secara bersamaan

Belajar memasukkan benang dalam jarum

Menggunakan palu, gergaji atau obeng

Menulis kursif

Menggunakan simbol saat belajar

Membuat mode sederhana mobil dan pesawat

Keterampilan motorik kasar

Page 119: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Dapat menangkao, melempar dan memukul bola kasti

Melakukan loncat ritmik 2-2, 2-3

Lompat tali disertai menyanyi

Perawatan diri

Belajar membersihkan kamar mandi

Belajar membuat makanaan ringan dan menyusun menu sederhana

Belajar mengatur rambut dengan hiasan lain

Memakai baju dengan lengkap

Merapikan tempat tidur

6) Usia anak 11 – 12 tahun

Keterampilan motorik halus

Belajar mengupas apel dan kentang

Menjahit bahan sederhana

Membuat bangunan sederhana seperti rumah burung

Membuat tulisan dekoratif

Membangun model komplek mobil dan pesawat

Belajar memainkan instrumen musik

Keterampilan motorik kasar

Melakukan lompat jauh sejauh 1,5 m

Melakukan lompat tinggi berdiri sejauh 90 cm

Melakukan permainan yang melibatkan dua/ lebih keterampilan motorik

seperti holi es dan dance

Perawatan diri

Membersihkan debu tampa/ dengan vakum

Page 120: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Memasak makanan siap saji sederhana

Mencuci, mengering, menjalin, mengeritik rambut sendiri

Belajar memilih, mencuci, mengeringkan dan menyetrika pakaian

sendiri

Belajar merawat kuku sendiri

( menurut Erik Erikson, 1985)

2.7.8. Perkembangan Psikososial Anak Usia sekolah

Teori Psikososial Erikson pada anak usia sekolah:

Bentuk : Melakukan dan memproduksi sesuatu

Sifat baik : Kompetensi

Ciri tahapan: Anak dapat melakukan pengenalaan melalui demonstrasi

keterampilan dan produksi benda- benda serta mengembangkan

harga diri melalui pencapaian. Anak secara besar dipengaruhi oleh

guru dan sekolah.

(Menurut Teori Erikson, 1985)

2.7.9. Ciri-ciri Anak Usia Sekolah

Menurut Hurlock (2002), orangtua, pendidik dan ahli psikologis

memberikan berbagai label kepada periode ini dan label-label itu mencerminkan

ciri-ciri penting dari periode anak usia sekolah, yaitu:

Ciri-ciri pada masa kelas-kelas rendah (6/7 – 9/10 tahun) :

1. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi.

2. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.

3. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.

4. Membandingkan dirinya dengan anak yang lain.

Page 121: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

5. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak

penting.

6. Pada masa ini (terutama usia 6 – 8 tahun) anak menghendaki nilai angka rapor

yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai

baik atau tidak.

7. Hal-hal yang bersifat konkret lebih mudah dipahami ketimbang yang abstrak.

8. Kehidupan adalah bermain. Bermain bagi anak usia ini adalah sesuai yang

dibutuhkan dan dianggap serius. Bahkan anak tidak dapat membedakan

secara jelas perbedaan bermain dengan bekerja

9. Kemampuan mengingat (memory) dan berbahasa berkembang sangat cepat

dan mengagumkan.

Sedangkan Ciri-ciri pada masa kelas-kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) :

1. Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.

2. Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar.

3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran

khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.

4. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya

untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini

pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha

untuk menyelesaikannya.

5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat

mengenai prestasi sekolahnya.

Page 122: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

6. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam

permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional

(yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.

2.7.10. Karakteristik Anak Usia Sekolah

Anak sekolah dasar merupakan anak dengan kategori banyak mengalami

perubahan yang sangat drastis baik mental maupun fisik. Pertumbuhan fisik

cenderung lebih stabil atau tenang sebelum memasuki masa remaja. Kegiatan

fisik sangat diperlukan untuk mengembangkan kestabilan tubuh dan gerak serta

melatih koordinasi untuk menyempurnakan berbagai keterampilan ( berlari,

memanjat, melompat, berenang, naik sepeda) Rita Eka Izzaty, dkk ( 2008)

Pada masa sekolah dasar dikatakan sebagai mas intelektual atau masa

keserasian sekolah. Masa keserasian dapat dibagai menjadi dua fase rendah dan

masa- masa kelas tinggi sekolah dasar ( Hurlock, 2000). Pertama masa kelas

rendah sekolah dasar usia 6/7 – 9/10 tahun ( kelas 1, 2, dan 3) sekolah dasar,

sekitar usia enam sampai sembilan tahun. Karakteristik anak pada masa ini yaitu

terdapat korelasi yang tinggi antara jasmani dan prestasi sekolah, sikap tunduk

terhadap aturan permainan, suka membandingkan dirinya dengan orang lain dan

anak menghendaki nilai rapor yang baik tanpa memperhitungkan apakah

prrestasinya pantas diberikan atau tidak

Kedua masa kelas tinggi sekolah dasar 9/10 – 12/13 tahun ( kelas 4, 5, dan

6) sekolah dasar, sekitar usia sepuluh sampai dua belas atau tiga belas tahun,

dimana anak amat realistic, ingin tahu, ingin belajar dan menjelaskan akhir masa

ini telah ada minat pada pelajaran khusus. Pada masa ini anak memandang nilai

rapor sebagai usaha yang tepat terhadap prestasi sekolah.

Page 123: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Perkembangan moral tidak luput dari hasil prestasi di sekolah. Perlunya

perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak memahami aturan, norma

dan etika yang berlaku di sekolah. Moral termasuk nilai- nilai agama yang sangat

penting dalam membentuk sikap dan kepribadian anak. Misalnya, mengenal anak

pada nilai - nilai agama dan memberikan anaak tentang hal- hal yang tepuji dan

tercela.

Perkembangan emosi tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan asosial,

yang sering disebut sebagai tingkah laku sosial. Ciri yang mebedakan antara

manusia dengan makhluk lainnya adalah ciri sosialnya. Orang- orang disekiarnya

yang banyak mempengaruhi perilaku sosialnya.

2.7. Teori Pengetahuan

2.7.1. Pengertian Pengetahuan.

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan dapat dipengaruhi dari pengalaman orang lain yang

disampaikan kepada seseorang. (Notoajmodjo, 2010)

Pengetahuan diperoleh dari hasrat ingin tahu. Semakin kuat hasrat ingin

tahu manusia akan semakin banyak pengetahuan ( Martianto Djamaris dikutip

Jalaluddin, 3013). Rasa ingin tahu mendorong manusia mengemukakan

pertanyaan. Bertanya tentang dirinya, lingkungan di sekililingnya, ataupun

berbagai peristiwa yang terjadi di sekitarnay. Bagaimana manusia mengumpulkan

pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman manusia terhadap diri dan

Page 124: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

lingkungan hidupnya, cara memperolehnya melalui yang teramati oleh indra

seperti mata dan telinga. Seperti contoh siswa merasa tidak nyaman dan mudah

terserang penyakit akibat sampah yang menumpuk dan tidak menjaga kebersihan

akan menimbulkan bau dan penyakit. Mengapa demikian?. Karna berdasarkan

pengalaman yang sudah, lazimnya bila sampah menumpuk ataupun tidak menjaga

kebersihan. Berkali- kali kasus serupa mereka alami. Akhirnya menghasilkan

sebuah kesimpulan bahwa sampah menumpuk dan tidak menjaga kebersihan

mengakibatkan ketidak nyamanan dan mudahnya siswa terserang penyakit.

2.8.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Soekidjo Notoadmodjo (2010), Pengetahuan yang tercakup dalam

dominan kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

7. Tahu ( know)

Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya

setelah mengamati sesuatu, misalnya: jamban adalah tempat membuang air

besar. Untuk mengetahui atau mengukur pengetahuan bahwa orang tersebut

tahu dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan.

8. Memahami ( comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar dapat menyebut, tetapi orang tersebut harus dapat

menginterprestasikan secara benar tentang objek tersebut. Contoh:

menyimpulakn tentang objek yang dipelajari.

9. Aplikasi ( application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil ( sebenarnya)..

10. Analisi (analisys)

Page 125: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi dan suatu objek

kedalam komponen- komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

tersebut.

11. Sintetis (synthesis)

Sintetis dapat juga diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyusun

rumusan baru dari rumusan- rumusan yang pernah ada.

12. Evaluasi ( evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi

atau penilain terhadap suatu objek tertentu.Penilain ini cengan sendirinya

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma- norma yang

berlaku dimasyarakat. ( Soekidjo Notoadmodjo, 2010).

2.8.3. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan kusioner (questionair)

juag dikenal sebagai angket ( Suharsini Arikunto, 2013), yang menanyakan isi

materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman

pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat –

tingkat pengetahuan. Selain itu angket juga cocok digunakan bila jumlah

responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Angket dapat berupa

pertanyaan- pertanyaan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden

secara lansung atau melalui pos atau internet ( Sugiyono, 2013).

2.9. Kerangka Teori

Kerangka teori ini diambil dari Trias UKS yang merupakan suatu alat atau sarana

yang dapat digunakan untuk merangsang pertumbuhan, perkembangan anak, serta

meningkatkan keterampilan, kemampuan dan pengetahuan tentang pendidikan

kesehatan. Maka dari itu setiap sekolah seharusnya memiliki sarana dan prasarana yang

Page 126: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

memadai baik dari segi jenis maupun jumlahnya untuk melakukan pembinaan serta

pelaksanaan usaha kesehatan sekolah dan pelaksanaan PHBS sekolah di SDN 12 Tarung

- Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018. Berdasarkan teori diatas maka dapat dibuat

kerangka teori sebagai berikut

Trias UKS

Page 127: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Skema 2.8. Kerangka Teori Perilaku Kesehatan menurut teori Lawrence Green (1980)

(Notoatmodjo, 2009)

BAB III

KERANGKA KONSEP

Faktor predisposisi:e. Peran sosial

budayaf. Pendidikang. Pengetahuanh. sikap

FaktorPenguat:

f. keluargag. Tokoh masyarakat

h. c. Pimpinani. Tenaga kesehatan

j.

Faktor pemungkin:d. Ketersediaan srana

dan prasaranae. Keterjangkauan

pelayanan kesehatanf. Kebijakan

pemerintah dibidang

Pendidikan kesehatan:

-Memiliki pengetahuantentang cara hidupsehat

- Memiliki kebiasaandalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengankesehatan

- Penyuluhan Tentanggosok gigi

- Penyuluhan tentang cucitangan pakai sabun danair mengalir

- Penyuluhan sampahorganik dan an organik

P Pelayanan Kesehatan:

K Kegiatan peningkatan :

- dokter kecil- PMR (palang merah remaja)

- Keteladanan perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS)- P3K- Imunisasi anak sekolah

Pembinaan lingkungan sekolah sehat:

Ketersediaan sarana dan prasarana

- Penyediaan air bersih- Penyediaan tempat

sampah- Penyediaan jamban

sehat- Penyediaan tempat cuci

tangan- Bangunan sehat- Pencemaran udara, air

dan tanah

Penerapan PHBS Sekolah:9. Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir10. Jajan dikantin sekolah11. Buang sampah ditempat sampah12. Olah raga secara teratur13. Timbang BB dan Ukur TB14. Tidak merokok15. BAB/ BAK di WC16. Berantas jentik nyamuk

Page 128: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

3.4. Kerangka Konsep

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada Hubungan Pengetahuan dan

ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan penerapan PHBS di SDN 12 Tarung - Tarung

Selatan Rao Pasaman Tahun 2018. Untuk lebih jelasnya, kerangka konsep penelitian

dapat dilihat dari gambar berikut ini :

Variabel Independent Variabel Dependent

Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.5. Defeinisi Operasional

Variabel DefenisiOperasional

AlatUkur

CaraUkur

SkalaUkur

Hasil Ukur

Sarana dan Prasarana

Pengetahuan PHBS sekolah

Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa di sekolah

Page 129: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

IndependenPengetahuan PHBSsekolah

Segala sesuatuyang diketahuioleh respondententang hal-halyang berkaitandengan perilakuhidup bersih dansehat (PHBS)

Kuesioner Angket Ordinal Tinggi >11,47

Rendah < 11,47

Sarana danprasasaranaPHBS

Segala yangberbentuk wujudbaik yangbergerakmaupunyang tidakbergerak yang adadalam bentukpenunjang danyaPHBS di sekolah

Kuesioner Angket Ordinal Baik >5,98

Kurang <5,98

DependenPerilakuHidupBersih danSehat(PHBS)sekolah

Suatu kegiatanatau aktivitasmasyarakat sekolahberdasarkanindikator PHBSyang bertujuanuntukmeningkatkanstatus kesehatan.

Kuesioner Angket Ordinal Baik > 21,25

Tidak < 21,25

3.6. Hipotesis

Ha: Ada Hubungan Pengetahuan dengan penerapan PHBS di SDN 12 Tarung -Tarung

Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

Ho: Tidak ada Hubungan Pengetahuan dengan penerapan PHBS di SDN 12 Tarung -

Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

Ha: Ada Hubungan ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan penerapan PHBS di SDN

12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

Ho: Tidak ada Hubungan ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan penerapan PHBS

di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

Page 130: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.8. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik

dengan pendekatan Cross Sectional dimana penelitian terhadap variabel dependen dan

independen dilakukan secara bersamaan (Notoatmodjo,2002:146), untuk

Page 131: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

mengidentifikasi Hubungan Pengetahuan, Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan

Penerapan PHBS di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018.

4.9. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Rao Kecamatan Rao

Kabupaten Pasaman yaitu di Jorong Pancahan Nagari Tarung- Tarung di SDN 12 Tarung-

Tarung Selatan dengan alasan pencapaian PHBS sekolahnya belum tercapai. Waktu

penelitian pada tanggal 30 Januari - 03 Februari 2018 .

4.10. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

4.10.1. Populasi

Menurut Nursalam (2002), populasi adalah keseluruhan objek penelitian

yang diteliti. Ditambah oleh Sugiyono (2009) dimana populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

murid kelas II, III, IV, V dan VI di SDN 12 Tarung – Tarung Selatan yang

berjumlah 186 siswa.

4.10.2. Sampel

Menurut Sudigdo (2010) mengatakan bahwa sampel adalah sebagian yang

diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi. Karakteristik sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini dibagi

menjadi dua kriteria, yaitu :

3) Murid Kriteria Inklusi (kriteria yang layak diteliti)

f) Murid sekolah kelas II, III, IV, V dan VI

g) Murid yang bersedia menjadi responden

h) Murid yang ada pada saat penelitian

Page 132: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

i) Murid yang bisa berkontribusi dengan peneliti

j) Murid yang bisa baca tulis

4) Kriteria eksklusi (kriteria yang tidak diteliti)

d) Murid yang tidak mau jadi sampel

e) Murid yang tidak hadir pada hari itu

f) Murid yang tidak bisa baca tulis

Karena populasi kecil dari 10.000, maka untuk menentukan besar sampel yang

akan diteliti, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut :

n.= N/1+N(d)²

n.= 186/1+186 (0,1)²

n.= 186/1(186 x 0,01)

n.= 186/ 1+1,86

n.= 186/ 2,86 = 65,03= 65 sampel

Jadi jumlah sampel siswa yang akan diteliti adalah 65.

4.10.3. Teknik Sampling

Menurut Aziz alimul (2009 : 72), teknik sampling merupakan suatu proses

seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga

jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada. Dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan multistage random sampling yaitu pengambilan sampel

dengan cara melihat semua bagian dan sektor dalam sekolah seperti murid dan

juga perangkat sekolah yang ada dalam anggota populasi (Hidayat, 2009:74).

Populasi yang diambil 186 siswa terdiri dari siswa kelas II = 35 orang,

jumlah siswa kelas III = 35 orang, jumlah siswa kelas IV = 30 orang, siswa kelas

n.= N/1 + N(d)2

Page 133: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

V = 42 orang, dan siswa kelas VI = 47 orang. Setelah jumlah populasi didapat,

maka dicari jumlah sampel sebanyak 65 orang. Pembagian sampel untuk tiap

kelas dengan claster sampling, Untuk memilih sampel kita lakukan proporsi

setiap kelas. Kemudian memakai simpel random sampling untuk mengambil

sampel siswa berdasarkan jumlah siswa dalam kelas dan dengan cara acak untuk

menjadi responden penelitian . Maka didapat sampel siswa untuk kelas II = 12

orang, kelas III = 12 orang, kelas IV = 10 orang, kelas V = 15 orang dan kelas VI

= 16 orang.

4.11. Pengumpulan Data

4.11.1. Alat Pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat pengumpulan data

berupa kuesioner yang merupakan alat ukur dengan beberapa pertanyaan (Aziz

alimul,2009:86). Adapun instrument penelitian yang digunakan peneliti adalah

Kuesioner mengenai pengetahuan tentang PHBS di sekolah berisi 15 pertanyaan

memakai Ya dan Tidak dengan kriteria pemberian nilai: 1 (satu) untuk jawaban

yang benar, 0 (nol) untuk jawaban yang salah serta untuk kuesioner Sarana dan

Prasarana terhadap perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berisi 8 pertanyaan

juga memakai Ya dan Tidak. Untuk penerapan PHBS pengukuran ini

menggunakan skala likert dengan 8 pernyataan yang terdiri dari 4 pilihan

jawaban untuk positif yaitu :selalu (4), sering (3), kadang (2) dan tidak pernah

(1).

4.11.2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan mulai dari pemberian surat izin penelitian ke

SDN 12 Tarung- Tarung Selatan pada tanggal 30 Januari 2018 dan menemui ibu

kepala sekolah serta menyerahkan surat dan sepakat waktu penelitian selama 2

Page 134: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

(dua ) hari di SDN 12 Tarung- Tarung Selatan. Izin didapat dari Ibu Kepala

Sekolah untuk tanggal 02 Februari 2018 responden kelas II, III dan IV jam 10.00

wib dan tanggal 03 Februari 2018 responden kelas V dan VI jam 10.00 wib.

Tanggal 02 Februari 2018 jam 09.00 wib datang ke SDN 12 Tarung- Tarung

Selatan menemui Ibu Kepala SDN 12 Tarung- Tarung Selatan dilanjutkan

menemui wali kelas II, III, IV,V dan VI untuk menjelaskan tujuan penelitian,

cara mengambil responden, cara mengisi responden untuk siswa. Kontrak waktu

yang didapat pada hari pertama hanya untuk kelas VI pada jam 10.30 wib setelah

ujian. Kelas VI terdiri dari dua lokal maka sampel yang terpilih digabung menjadi

satu ruangan dan yang tidak dipersilahkan untuk keluar dan pulang. Setelah

responden berkumpul diruangan, maka dijelaskan tujuan penelitian dan cara

mengisi kuesioner, setelah responden mengerti maka kuesioner pun dibagikan

dengan waktu pengisian kuesioner selama 20 menit, kemudian kuesioner

dikumpulkan sebelumnya diperiksa dahulu jika ada kuesioner yang belum

terjawab. Kuesioner pun terkumpul dan siswa dipersilahkan keluar dan pulang.

Pada hari kedua untuk kelas II, III, IV dan V kontrak waktu pada jam 10.30 wib.

Responden yang ada dikumpulkan pada satu ruangan, cara dan prosedurnya sama

dengan hari pertama waktunya yang berbeda yaitu selama 30 menit. Setelah

kuesioner terkumpul semua maka selanjutnya mengolah data yang memerlukan

waktu ± 2 - 3 minggu.

4.12. Teknik Pengolahan Data

4.12.1. Menyunting Data (Editing)

Pada tahap ini semua kuesioner diperiksa satu persatu untuk memastikan data

yang diperoleh adalah data yang benar-benar terisi secara lengkap, relevan, dapat

dibaca dan konsistensi antara daftar pertanyaan dengan pengisian jawaban.

Page 135: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

4.12.2. Mengkode Data (Coding)

Pada tahap ini dilakukan pemberian kode berbentuk angka-angka untuk setiap

jawaban dari pertanyaan kuesioner, sehingga memudahkan dalam pengolahan

data.

4.12.3. Scoring

Pada tahap ini, peneliti memberikan nilai pada lembar kuesioner berdasarkan

jawaban yang dibuat oleh responden sesuai dengan skor yang telah ditentukan

sebelumnya. Jika jawaban selalu (4), sering (3), kadang (2) dan tidak pernah (1)

4.12.4. Memasukkan Data (Entry)

Pada tahap ini data yang telah diperoleh dipindahkan atau dimasukkan ke

komputer atau mesin pengolahan data untuk diolah.

4.12.5. Membersihkan Data (Cleaning)

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada

kesalahan atau tidak.

4.12.6. Menyajikan Data (Output)

Data output merupakan data hasil pengolahan yang disajikan baik dalam bentuk

numerik maupun grafik.

4.13. Analisa Data

Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah :

4.13.1. Analisa Univariat

Menggunakan distribusi frekuensi dan analisa deskriptif terhadap tiap

variabel penelitian baik variabel dependent yaitu perilaku hidup bersih dan sehat

maupun variabel independen yaitu pengetahuan, sarana dan prasarana. Yang di

Page 136: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

analisa univariat adalah seluruh variabel yang ada dalam penelitian dengan

menggunakan rumus rata rata ( mean)

Mean = x = ∑x/n

X = mean = rata rata

∑x = Jumlah jawaban benar

n = jumlah responden

4.13.2. Analisa Bivariat

Digunakan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen dengan memakai uji chi square. Dalam

mengambil keputusan uji statistik digunakan batas bermakna 0,05 dengan

ketentuan bermakna bila p ≤ 0,05 dan tidak bermakna jika p 0,05.˃

Dengan rumus

X=Σ(O − EE )

Keterangan :

X = Chi square

O = Hasil observasi atau nilai yang diperoleh dari pnelitian

E = Hasil yang diharapkan

∑ = Jumlah kolom dan baris

4.14. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian,peneliti mengurus proses penelitian mulai dari

perizinan dari Stikes Perintis Sumbar. Setelah mendapatkan surat pengantar dari Program

Page 137: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Studi Ilmu Keperawatan Stikes Perintis Sumbar, kemudian peneliti memberikan surat

tersebut kepada Kepala Puskesmas Rao dan Kepala Sekolah di SDN 12 Tarung- Tarung

Selatan untuk pengambilan data.

Kemudian untuk penelitian, setiap calon responden diminta menandatangani

informed concent yaitu surat pernyataan persetujuan atau kesediaan menjadi responden

penelitian. Setiap calon responden berhak untuk menerima atau menolak untuk menjadi

sampel penelitian.

4.14.1. Informed Consent (Persetujuan Responden)

Sebelum dilakukan pengambilan data terlebih dahulu peneliti memberikan

penjelasan tentang tujuan, cara dan manfaat penelitian. Setelah responden mendengar

dan memahami penjelasan yang peneliti sampaikan, maka kepada calon responden yang

bersedia menjadi responden penelitian diminta menandatangani lembar informed consent

atau surat pernyataan persetujuan menjadi responden. Calon responden dapat menerima

atau menolak menjadi responden penelitian ini.

4.14.2. Anomity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasian subjek, peneliti tidak mencantumkan nama responden

tetapi pada lembar pengumpulan data peneliti hanya mencantumkan atau menuliskan

dengan memberikan kode atau inisial nama.

4.14.3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Informasi yang telah diberikan oleh responden serta semua data yang terkumpul

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Informasi tersebut tidak akan dipublikasikan atau

diberikan kepada orang lain tanpa seizin responden.

Page 138: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

.1 Hasil Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2018 di Tarung - Tarung Selatan

Kecamatan Rao dengan judul ” Hubungan Pengetahuan, Ketersediaan Sarana dan

Prasarana dengan Penerapan PHBS di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman

Tahun 2018 “ dengan jumlah responden sebanyak 65 orang, yang sesuai dengan kriteria

sampel yang telah ditentukan. Penelitian ini menggunakan pendekatan crosssectional

dimana pengukuran atau pengamatan yang dilakukan secara simultan pada satu saat atau

sekali waktu. Setelah data dikumpulkan kemudian diolah secara komputerisasi dengan

menggunakan uji statistik chi square test.

5.3.1.Analisa Univariat.

Analisa univariat yang dilakukan dengan analisis distribusi frekuensi dan

statistik deskriptif untuk melihat variabel independen dan variabel dependen.

Setelah data terkumpul kemudian diolah secara komputerisasi dimulai dari data

variabel Independen yaitu Pengetahuan dan ketersediaan sarana dan Prasarana,

sedangkan variabel dependent yaitu Penerapan PHBS Sebagai tabel dibawah ini :

d. Pengetahuan tentang PHBS.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang PHBS di SDN 12

Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman

Page 139: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Tahun 2018

Pengetahuan PHBS F PersentanseTinggi

Rendah

37

28

56,9

43.1

Total 65 100%

Pada tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separoh responden yaitu sebanyak

37 responden 56,9% berada pada Pengetahuan yang tinggi tentang PHBS di SDN 12

Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018.

e. Sarana Dan Prasarana PHBS

Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Sarana dan Prasarana PHBS di SDN 12

Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

Sarana Dan Prasarana PHBS F PersentanseBaik

Kurang

44

21

67,7

32,3Total 65 100%

Pada tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separoh responden yaitu sebanyak

44 responden 67,7% mengetahui Sarana dan prasarana PHBS sekolah yang baik di

SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

f. Penerapan PHBS

Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Penerapan PHBS di SDN 12

Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

Penerapan PHBS F Persentanse

Page 140: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Baik

Tidak Baik

39

26

60,0

40,0Total 65 100%

Pada tabel 5.3 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separoh responden yaitu sebanyak

39 responden 60,0% yang melakukan penerapan PHBS di SDN 12 Tarung - Tarung

Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

5.3.2.Analisa Bivariat.

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui Hubungan variabel independen

dengan variabel dependen dimana hubungan ini dimulai dari hubungan

Pengetahuan dengan penerapan PHBS, Hubungan Sarana dan Prasarana dengan

Penerapan PHBS di SDN 12 Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018.

Penguji hipotesa untuk mengambil keputusan tentang apakah hipotesis yang

diajukan cukup untuk meyakinkan untuk ditolak atau diterima dengan

menggunakan uji statistik chi square test.

d. Gambaran Hubungan Pengetahuan dengan Penerapan PHBS

Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan dengan penerapan PHBS

di SDN 12 Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

Pengetahuan Penerapan PHBS Total p-value ORBaik Tidak baik N %

N % N % Tinggi 23 62,2 14 37,8 37 100% 0.034 1,232 Rendah 16 57,1 12 42,1 28 100% (0,453

–3,355)

Total 39 60,0 26 40,0 65 100%

Page 141: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Dari Tabel 5.4 dapat ditunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan tinggi

dengan penerapan baik sebanyak 23 responden( 62,2%) sedangkan responden yang

berpengetahuan rendah dengan penerapan baik sebanyak 16 responden ( 57,1% ) di

SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman tahun 2018

Dari hasil uji statistik didapat p = 0,034 jika dibandingkan dengan nilai α = 0.05

maka p-value 0,0034< 0.05 sehingga H0= ditolak yaitu artinya ada Hubungan

Pengetahuan dengan penerapan PHBS di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao

Pasaman. Nilai kemaknaan hubungan antara dua variabel diatas memliki OR sebanyak

1,232 artinya responden yang memiliki Pengetahuan tinggi memiliki peluang sebesar

1,232 kali untuk melakukan penerapan PHBS yang baik dibandingkan dengan

responden yang pengetahuan rendah untuk melakukan penerapan PHBS yang baik di

SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Tahun 2018.

e. Hubungan Sarana Dan Prasarana dengan Penerapan PHBS

Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Hubungan Sarana Dan Prasarana dengan Penerapan PHBS di

SDN 12 Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman tahun 2018

Sarana danPrasarana

Penerapan PHBS Total p-value ORBaik Tidak Baik N %

N % N %Baik 27 61,4 17 38,6 44 100% 0.038 1,191

Kurang 12 57,1 9 42,9 21 100% (0,414 –3,425)

Total 39 60,0 26 40,0 65 100%

Dari Tabel 5.5 dapat ditunjukkan responden yang memiliki Sarana dan prasarana

baik dengan penerapan PHBS baik sebanyak 27 responden ( 61,4%), sedangkan

Page 142: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

responden yang memiliki sarana dan prasarana kurang dengan penerapan PHBS baik

sebanyak 12 responden (57,1%) di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Tahun 2018

Dari hasil uji statistik didapat p-value = 0,038 jika dibandingkan dengan nilai α =

0.05 maka p-value 0,043< 0.05 sehingga H0 = ditolak yaitu artinya ada Hubungan

ketersediaan sarana dan prasarna dengan penerapan PHBS di SDN 12 Tarung Tarung

Selatan Rao Pasaman.. Nilai kemaknaan hubungan antara dua variabel diatas memliki

OR sebanyak 1,191 artinya responden yang memiliki Penggunaan sarana dan prasarana

baik akan memiliki peluang sebesar 1,191 kali untuk penerapan PHBS yang baik

dibandingkan dengan responden yang penggunaan sarana prasarana kurang dengan

penerapan PHBS baik di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan tahun 2018

5.4. Pembahasan.

Pada penelitian ini Peneliti membahas hasil penelitian dan mengkaitkan konsep

terkait serta asumsi Peneliti tentang masalah yang terdapat pada hasil penelitian yang

Peneliti laksanakan pada bulan Februari tahun 2018. Maka peneliti dapat membahas

hubungan bermakna antara variabel independen dan variabel dependen di SDN 12

Tarung - Tarung Selatan Pasaman tahun 2018 . Adapun pembahasan tersebut dimulai dari

analisa univariat baru analisa bivariat dari kedua variabel.

5.4.1.Analisa Univariat.

a. Pengetahun PHBS

Pada tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separoh responden yaitu

sebanyak 37 responden (56,9%) berada pada pengetahuan yang tinggi tentang

PHBS dibandingkan dengan responden pengetahuan rendah sebanyak 28

responden ( 43,1%) di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun

2018

Page 143: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan dapat dipengaruhi dari pengalaman orang lain yang

disampaikan kepada seseorang. (Notoajmodjo, 2010)

Pengetahuan diperoleh dari hasrat ingin tahu. Semakin kuat hasrat ingin

tahu manusia akan semakin banyak pengetahuan (Martianto Djamaris

dikutip Jalaluddin, 3013). Rasa ingin tahu mendorong manusia mengemukakan

pertanyaan. Bertanya tentang dirinya, lingkungan di sekililingnya, ataupun

berbagai peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Bagaimana manusia mengumpulkan

pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman manusia terhadap diri dan

lingkungan hidupnya, cara memperolehnya melalui yang teramati oleh indra

seperti mata dan telinga. Dan menurut Soekidjo Notoadmodjo (2010),

Pengetahuan yang tercakup dalam dominan kognitif mempunyai enam tingkatan

yaitu: Tahu (know), Memahami ( comprehension), Aplikasi ( application), Analisi

(analisys), Sintesis ( synthesis) dan Evaluasi ( Evaluasion).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya memberikan

pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan

menbuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku, melalui pendekatan advokasi,

bina suasana (Social support) dan gerakan masyarakat (empowerment) sehingga

dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan

meningkatkan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2006)

Page 144: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Hasil penelitian yang dilakukan Geery N Assa “ Hubungan Antara

Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) Sekolah di Sekolah Dasar Negeri 126 Manado” responden yang memiliki

pengetahuan yang baik sebanyak 62% dan yang memiliki pengetahuan kurang

sebanyak 38%.

Menurut asumsi peneliti sebahagian besar siswa SD sudah mengetahui

tentang PHBS di sekolah karena sekolah sudah melakukan sosialisasi PHBS ke

siswa dan kunjungan dari pihak puskesmas minimal 1 x setahun. Tetapi masih ada

juga siswa yang belum tahu akan memahami tentang pentingnya PHBS,

dikarenakan kurangnya memahami apa yang dimaksud dengan PHBS dan

penerapannya.

b. Sarana dan Prasarana PHBS

Pada tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separoh responden yaitu

sebanyak 44 responden (67,7%) memiliki Sarana dan prasarana PHBS yang baik

dibandingkan sarana dan prasaran yang kurang sebanyak 21 responden (32,3%)

di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

Sarana dan Prasarana ,merupakan kelengkapan dalam pelaksanaan PHBS .

dan ini sebagai faktor pendukung yang disebut dengan enabling faktor, Enabling

memungkinkan motivasi dapat terlaksana. Faktor ini mencakup ketersediaan

sarana dan prasarana/ fasilitas pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk

mencapai pelayanan termasuk biaya, jarak, kestersediaan transportasi, waktu

pelayanan dan keterampilan petugas kesehatan.

Dalam PHBS, sarana dan prasarana merupakan alat yang dapat membantu

kelancaran kegiatan PHBS di sekolah dimana kegiatan PHBS disekolah sangat

diperlukan jika sarana dan prasarana dapat memungkinkan adanya dalam

Page 145: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

melakukan kegiatan PHBS tersebut. Menurut Depkes RI (2000) menetapkan ada

beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran PHBS di sekolah yaitu: Cuci

tangan pakai sabun dan air mengalir, Jajan dikantin sekolah, Buang sampah

ditempat sampah, Olah raga secara teratur, Timbang berat badan dan ukur berat

badan, Tidak merokok, Buang air kecil dan buang air besar di jamban/ WC, dan

Berantas jentik nyamuk.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Hanan Lanang

Dangiran “Faktor- faktor yang berhubungan dengan Praktik Sanitasi melalui

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada siswa Sekolah Dasar di Kecamaatan

Banyumanik” dengan sekolah yang mempunyai fasilitas PHBS memenuhi syarat

sebanyak 50%.

Asumsi peneliti bahwa sarana dan prasarana yang baik akan menunjang

terlaksanaanya kegiatan PHBS, dan akan tetapi sarana dan prasarana yang kurang

lengkap akan menghambat pelaksanaan PHBS, Dengan demikian maka

pelaksanaan PHBS akan lancar jika adanya sarana dan prasarana yang baik dan

lengkap seperti: penyediaan wastafel di setiap kelas, kantin dengan makanan yang

sehat, tempat sampah organik dan an organik, senam pagi setiap hari minimal 10

– 15 menit, penimbangan berat badan secara teratur, tulisan area bebas rokok,

penambahan WC secara terpisah untuk siswa laki- laki dan perempuan, dan

adanya kader jumantik di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman tahun

2018.

f. Penerapan PHBS di sekolah

Pada tabel 5.3 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separoh responden yaitu

sebanyak 39 responden (60,0%) yang melakukan penerapan PHBS dengan baik

Page 146: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

dibandingkan dengan penarapan PHBS yang tidak baik sebanyak 26 responden

(40,0%) di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018.

PHBS disekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan

masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, dan mau dan mampu mempraktekkan

PHBS, dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat (Proverawati dan

Rahmawati, 2012). PHBS di Sekolah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

di sekolah dalam meningkatkan kesehatan sekolah melalaui penyuluhan dan

kegiatan kegaiatn sehat yang dilakukan oleh murid bersama perangkat sekolah.

PHBS di sekolah juga menurut Lawrence Green(1980) dalam Notoatmojdo

(2009) dapat meningkat kesehatan murid sekolah dan pemberian ilmu

pengetahuan kepada murid murid yang ada di sekolah serta melakukan

kebersihan seperti CTPS , lingkungan bersih, kesehatan, jajajan di sekolah dan

juga yang lain lainya yang dilakukan murid bersama dengan perangkat sekolah

lainnya.

Menurut Penelitian Hamalik (Tahun, 2007) bahwa Penerapan PHBS di

sekolah diperlukan dalam peningkatan, pengembangan dan pembentukan

kebiatan peningkatan kesehatan di sekolah dilakukan melalui upaya pembinaan,

pendidikan dan pelatihan. Ketiga upaya ini saling terkait, namun pelaksanaan

PHBS di sekolah akan terus ditingkatkan.(Hamalik, 2007)

Hasil penelitian yang dilakukan Remi Sumarta Sumarsih “Gambaran

Pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada siswa di Sekaolah Dasar

Negeri Cukuda Jatinangor” dengan hasil pelaksanaan PHBS di SDN Cikuda

Jatinangor masih mencapai 47%.

Asumsi peneliti bahwa banyaknya yang melakukan penerapan PHBS

disekolah karena banyaknya dari siswa yang sudah memahami akan pentingnya

Page 147: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

melakukan PHBS di sekolah dan akan tetapi perilaku siswa yang belum

memahami selayaknya dilakukan pengawasan agar PHBS di sekolah tetap

terlaksana dan kegiatan ini akan selalu memerlukan kegiatan yang rutin yang

dapat dilaksanakan dalam rangka meningkat kesehatan dan upaya di sekolah

terutama di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Tahun 2018

5.4.2.Analisa Bivariat

c. Hubungan Pengetahuan dengan Penerapan PHBS di sekolah

Dari Tabel 5.4 dapat ditunjukkan bahwa responden yang memiliki

pengetahuan Tinggi dengan penerapan PHBS baik sebanyak 23 responden

(62,2%), sedangkan pengetahuan rendah dengan penerapan PHBS tidak baik

sebanyak 28 responden (57,1%) terjadi di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao

Pasaman tahun 2018

Dari hasil uji statistik didapat p = 0,034 jika dibandingkan dengan nilai α =

0.05 maka p-value 0,0034< 0.05 sehingga H0= ditolak yaitu artinya ada

Hubungan Pengetahuan dengan penerapan PHBS di sekolah Dasar SDN 12

Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman. Nilai kemaknaan hubungan antara dua

variabel diatas memliki OR sebanyak 1,232 artinya responden yang memiliki

Pengetahuan tinggi akan memiliki peluang sebesar 1,232 kali untuk melakukan

penerapan PHBS yang baik dibandingkan dengan pengetahuan rendah dengan

penerapan PHBS yang baik di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Tahun 2018.

Pengetahuan diperoleh dari hasrat ingin tahu. Semakin kuat hasrat ingin

tahu manusia akan semakin banyak pengetahuan ( Martianto Djamaris dikutip

Jalaluddin, 3013). Rasa ingin tahu mendorong manusia mengemukakan

pertanyaan. Bertanya tentang dirinya, lingkungan di sekililingnya, ataupun

berbagai peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Bagaimana manusia mengumpulkan

Page 148: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman manusia terhadap diri dan

lingkungan hidupnya, cara memperolehnya melalui yang teramati oleh indra

seperti mata dan telinga. Seperti contoh siswa merasa tidak nyaman dan mudah

terserang penyakit akibat sampah yang menumpuk dan tidak menjaga kebersihan

akan menimbulkan bau dan penyakit. Mengapa demikian?. Karna berdasarkan

pengalaman yang sudah, lazimnya bila sampah menumpuk ataupun tidak menjaga

kebersihan. Berkali- kali kasus serupa mereka alami. Akhirnya menghasilkan

sebuah kesimpulan bahwa sampah menumpuk dan tidak menjaga kebersihan

mengakibatkan ketidak nyamanan dan mudahnya siswa terserang penyakit

Menurut Wahid (2007) PHBS sekolah adalah upaya untuk memberdayakan

perangkat sekolah Murid, guru dan perangkat sekolah agar sadar, mau dan

mampu melakukan PHBS di sekolah untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari

ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan sekolah di

masyarakat. Adapun sasaran PHBS sekolah adalah seluruh perangkat sekolah,

yang dibagi dalam beberapa bagian, Sasaran primer, Adalah sasaran utama

dalam tatanan sekolah yang akan dirubah perilakunya atau anggota sekolah yang

bermasalah ( Lingkungan sekolah, murid, guru dan Sarana dan prasana sekolah

yang memiliki bermasalah)

Hasil penelitian yang dilakukan Geery N Assa “ Hubungan Antara

Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) Sekolah di Sekolah Dasar Negeri 126 Manado” siswa yang

berpengetahuan baik dan berperilaku baik sebanyak 81,7% sedangkan siswa yang

pengetahuan baik berperilaku buruk sebanyak 8,55%. Hal ini menunjukkan

adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku PHBS anak sekolah.

Page 149: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Semakin tinggi tingkat pengetahuan siswa maka semakin baik perilakunya

(Sulastri dkk,2014).

Asumsi peneliti terdapatnya hubungan antara pengetahuan dengan

penerapan PHBS, karena pengetahuan merupakan segala sesuatu yang dapat

diketahui melalui panca indara dan setelah itu barulah melakukan untuk bertindak

dan dilakukannnya penerapan PHBS di sekolah.

d. Hubungan sarana dan prasarana dengan penerapan PHBS di sekolah

Dari Tabel 5.5 dapat ditunjukkan bahwa sarana dan prasarana baik dan

penerapan PHBS baik sebanyak 27 responden (61,4%) , sedangkan penggunaan

sarana dan prasarana kurang dengan penerapan PHBS baik sebanyak 12

responden (57,1%) di SDN 12 Tarung tarung Selatan Tahun 2018

Dari hasil uji statistik didapat p-value = 0,038 jika dibandingkan dengan

nilai α = 0.05 maka p-value 0,043< 0.05 sehingga H0 = ditolak yaitu artinya ada

Hubungan Ketersediaan Sarana dan Prasana dengan Penerapan PHBS di SDN 12

Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman. Nilai kemaknaan hubungan antara dua

variabel diatas memliki OR sebanyak 1,191 artinya responden yang memiliki

Penggunaan sarana dan prasarana baik akan memiliki peluang sebesar 1,191 kali

untuk penerapan PHBS yang baik dibandingkan dengan penggunaan sarana dan

prasarana yang kurang dengan penerapan PHBS baik di SDN 12 Tarung -Tarung

Selatan tahun 2018

Sarana dan Prasarana, merupakan kelengkapan dalam pelaksanaan PHBS .

dan ini sebagai faktor pendukung yang disebut dengan enabling faktor, Enabling

memungkinkan motivasi dapat terlaksana. Faktor ini mencakup ketersediaan

Page 150: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

sarana dan prasarana/ fasilitas pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk

mencapai pelayanan termasuk biaya, jarak, ketersediaan transportasi, waktu

pelayanan dan keterampilan petugas kesehatan.

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoadmojdo (2009) ada 3 faktor

yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu Faktor Prdisposisi (predisposing

factors) yang mencakup pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma

sosial dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu atau masyarakat, dan

Faktor pendukung ( enabling factors) yaitu tersedianya sarana dan prasarana

pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya, serta faktor pendorong

( reinforcing fctors) adalah sikap dan prilaku petugas kesehatan. Salah satu faktor

mengapa orang melakukan perilaku hidup bersih dan sehat adalah faktor

pemudah ( predisposing factor) yaitu faktor ini mencakup pengetahuan anak

terhadap PHBS dan faktor pemungkin ( enabling faktor ) yaitu ketersediaan

sarana dan prasarana/ fasilitas kesehatan.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Vinne Ditniaty

Karaeng Dkk “Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa

Sekolah Dasar Negeri Inpres Karatung Kecamatan Manganitu Kabupaten

Sangihe” dengan hasil penelitian tingkat tindakan responden tentang perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) menunjukkan 54 responden (74,0%) memiliki

tindakan yang baik dan 19 responden (26,0%) memiliki tindakan yang kurang

baik. Tindakan yang baik ini ditunjang dengan adanya ketersediaan fasilitas atau

sarana dan prasarana yang ada disekolah.

Asumsi peneliti bahwa terdapatnya hubungan antara sarana dan

parasarana dengan penerapan PHBS , karena adanya faktor pendukung seperti

penerapan PHBS didukung oleh faktor enabling faktor yaitu alat alat yang

Page 151: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

digunakan dalam pelaksanaan PHBS di sekolah seperti penyediaan wastafel di

setiap kelas, kantin dengan makanan yang sehat, tempat sampah organik dan an

organik, senam pagi setiap hari minimal 10 – 15 menit, penimbangan berat badan

secara teratur, tulisan area bebas rokok, penambahan WC secara terpisah untuk

siswa laki- laki dan perempuan, dan adanya kader jumantik di SDN 12 Tarung -

Tarung Selatan Rao Pasaman tahun 2018.

5.5. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian (Burns & Grove,

1991 dalam Nursalam 2011). Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menyadari adanya

beberapa kekurangan, antara lain:

1) Kesepakatan waktu yang tidak sesuai sebagai mana yang telah disepakati

.

2). Siswa kelas VI sedang ujian tri out sehingga untuk hari pertama hanya kelas VI yang

mengisi kuesioner, hari kedua kelas II, III, IV, dan V.

4). Ruangan yang kurang memadai pada saat hari kedua, karena responden berada dalam

satu ruangan untuk pengisian kuesioner.

3). Dalam pengisian kuesiner responden mengerti akan tetapi masih ada beberapa yang

kurang mengerti.

Page 152: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

BAB VI

PENUTUP

12.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan Februari 2018 mengenai

Hubungan Pengetahuan, Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan Penerapan PHBS di

SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018 dengan jumlah responden

sebanyak 65 orang, dapat ditarik kesimpulan :

12.1.1. Lebih dari separoh yaitu 56,9 % siswa memiliki pengetahuan yang tinggi

tentang PHBS di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018.

6.1.2. Lebih dari separoh yaitu 67,7 % siswa mengetahui Sarana dan prasarana PHBS

sekolah yang baik di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018

6.1.3. Lebih dari separoh yaitu 60,0 % siswa melakukan penerapan PHBS di SDN 12

Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018.

6.2.4. Terdapatnya Hubungan Pengetahuan, dengan penerapan PHBS di SDN 12 Tarung

- Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018 (p-0,034< 0,05)

6.2.5. Terdapatnya Hubungan ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan penerapan

PHBS di SDN 12 Tarung - Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018 (p-0,038<

0,05)

6.3. Saran.

Page 153: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan diatas, ada

beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan diantaranya

6.2.1 Bagi Institusi Pendidikan.

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber bahan ajar bagi pihak sekolah

sehingga terpicu untuk penambahan penyediaan sarana dan prasarana PHBS

disekolah

Semakin giat melakukan sosialisasi PHBS setiap minggu di sekolah.

Melibatkan orang tua siswa (komite sekolah) dalam penerapan PHBS dirumah

maupun disekolah

6.2.4 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan petugas Puskesmas yang berada serta menangani wilayah sekolah

agar dapat memberikan lebih banyak lagi informasi tentang PHBS melakui

spanduk- spanduk kesehatan yang dapat meningkatkan kesehatan sekolah dan

juga siswanya.

6.2.5 Bagi Peneliti Selanjutnya

Karena keterbatasan penelitian diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk

dapat mengembangkan dan melanjutkan penelitian yang lebih baik.

Peneliti berharap bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan

variabel yang berbeda dalam teori Lawrence Green (1980) dari faktor

predisposis: peran sosial budaya dan faktor penguat seperti tokoh masyarakat.

Untuk penelitian berikutnya diharapkan menggunakan jenis penelitian berupa

observasi.

Page 154: HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA DAN …