HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KARAKTERISTIK PRIA DENGAN PERAN SERTA KB PRIA DI PUSKESMAS CIMAHI SELATAN
-
Upload
stikesblcimahi -
Category
Documents
-
view
120 -
download
0
description
Transcript of HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KARAKTERISTIK PRIA DENGAN PERAN SERTA KB PRIA DI PUSKESMAS CIMAHI SELATAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KARAKTERISTIK PRIA DENGAN PERAN SERTA KB PRIA DI PUSKESMAS CIMAHI SELATAN
Ryka Juaeriah
ABSTRAK
Dalam upaya menekan angka kematian ibu dan menekan laju pertumbuhan
penduduk, pemerintah telah mencanangkan program KB Nasional. Sampai saat
ini pelaksanaan program Keluarga Berencana selalu bertumpu atau dibebankan
pada wanita. Secara teoritis hal ini memang tidak benar karena kesehatan
reproduksi harus menjadi tanggung jawab pasangan suami istri. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan karakteristik yaitu umur, pendidikan,
pekerjaan dan pengetahuan pria dengan peran serta KB pria. Metode penelitian
ini adalah deskriptif kolerasi dengan pendekatan cross sectional. Uji statistik
menggunakan metode chi square. Dari hasil analisis diperoleh hasil bahwa
antara pengetahuan dan peran serta KB pria terdapat hubungan dengan nilai
pvalue 0.008, hubungan umur dan peran serta KB pria terdapat sebanyak 54% pria
yang berperan serta sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara
umur dan peran serta KB pria, pekerjaan dan peran serta KB pria tidak terdapat
hubungan dengan nilai pvakue 0,324, terdapat sebanyak 54% pria yang pendidikan
tinggi dan rendah berperan serta dalam ber KB sehingga dapat disimpulkan
terdapat hubungan antara pendidikan dan peran serta KB pria
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan bagi pihak
puskesmas dalam membuat program penyuluhan dan pelatihan bagi tenaga
kesehatan tentang KB pria.
Kata Kunci : cross sectional, KB pria
PENDAHULUAN
Program KB Nasional adalah bagian dari program pembangunan nasional
yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan perorangan dalam
tujuan reproduksinya, melalui program pemberdayaan keluarga, kesehatan
reproduksi remaja, keluarga berencana dan penguatan kelembagaan dan
1
jaringan KB dalam mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015. (BKKBN,
2002)
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sekarang ini tercatat 222 juta
jiwa, hal ini disebabkan oleh rendahnya partisipasi pria dalam program Keluarga
Berencana. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional menyebutkan
keikutsertaan kaum pria sebagai akseptor Keluarga Berencana (KB) sampai
saat ini persentasenya hanya mencapai 2,7 persen saja.
Berdasarkan hasil penelitian KB se Jawa Barat, dapat diketahui bahwa
pengguna KB pria sebagian besar dipengaruhi oleh usia, pendidikan dan
pekerjaan (SDKI, 1999). Winarni, melakukan penelitian bertujuan untuk menilai
partisipasi pria dalam ber KB, peran pria dalam kehamilan keluarga dan peran
pria dalam kesehatan reproduksi keluarga dengan hasil pengetahuan tentang
alat/cara KB telah meluas dikalangan pria, hampir semua pria kawin sedikitnya
mengetahui satu jenis alat/cara KB (97 persen). Proporsi terbesar pria
mengetahui sumber pelayanan KB adalah Puskesmas (41 persen). Televisi
merupakan sumber informasi KB yang dominant dikemukakan pria (50 persen).
Secara umum diantara berbagai pernyataan pria tentang sikap dalam keluarga
berencana, yang menonjol adalah KB merupakan urusan wanita (28 persen).
(BKKBN, 2007)
Secara umum angka kesertaan KB pria relatif rendah. Angka pemakaian
suatu cara KB pria tercatat 5 persen, yang meliputi pemakaian suatu cara KB
modern 2 persen, dan suatu cara KB tradisional 3 persen. Angka kesertaan
dengan menggunakan suaru alat/cara KB modern terdiri dari pemakaian cara
sterilisasi pria 0,5 persen dan pemakaian kondom 1 persen. Pemakaian cara
KB tradisional, meliputi pemakaian cara KB pantang berkala 1,9 persen dan
pemakaian metode senggama terputus 1,5 persen. Pemakaian alat/ cara KB
pria lebih banyak terjadi pada pria yang tinggal di perkotaan, pria yang bekerja,
mempunyai anak relative banyak, serta pada pria dengan tingkat sosial ekonomi
relatif tinggi (BKKBN, 2005).
Diakui begitu banyak kendala yang menghadang dalam kaitannya dengan
peningkatan peran pria ber-KB. Kendala yang paling utama, masih juga seputar
budaya patriarkis dalam masyarakat Indonesia. “Pria dianggap paling berkuasa
2
di banyak tempat di negeri ini, hingga pria pun berhak menentukan mau ber-KB
atau tidak. Kebanyakan dari mereka inginkan istrinya saja yang ber-KB. (Gema
Pria online, 2007)
Hal ini menunjukkan peserta KB pria dalam penggunaan alat kontrasepsi
di Jawa Barat masih kurang, dimana pada tahun 2005 tercatat hanya sebanyak
4.723 peserta KB pria atau hanya 1,03% dari total peserta baru. Padahal
menurut program BKKBN, salah satu peran untuk menyukseskan program KB di
Indonesia, adalah keikut sertaan kaum pria untuk ber KB (Gema pria online,
2005). Oleh karena itu, peningkatan partisipasi pria dalam KB pada tahun 2005
sampai dengan tahun 2008 menjadi salah satu isu utama dalam akselerasi
peningkatan peserta KB untuk mendukung upaya penurunan Total Fertility Rate
(TFR) atau angka kelahiran (BKKBN Jabar, 2004).
Pentingnya pria terlibat dalam KB dan kesehatan reproduksi didasarkan
bahwa pria adalah mitra dalam reproduksi dan seksual, sehingga sangat
beralasan apabila pria dan wanita berbagi tanggung jawab dan peran secara
seimbang untuk mencapai kepuasan kehidupan seksual dan berbagi beban
untuk mencegah penyakit serta komplikasi kesehatan reproduksi. Pria
bertanggung jawab secara sosial dan ekonomi termasuk untuk anak-anaknya,
sehingga keterlibatan pria dalam keputusan reproduksi akan membentuk ikatan
yang lebih kuat diantara mereka dan keturunannya. Puskesmas merupakan
salah satu sarana pelayanan Keluarga Berencana. Salah satu Puskesmas yang
ada di Cimahi adalah puskesmas Cimahi Selatan.pasangan usia subur
mencapai 12.048 orang dimana yang menjadi peserta KB aktif sebanyak 2.080
dan sisanya peserta KB non aktif.
Dari jumlah 1.604 peserta KB di Puskesmas Cimahi Selatan pada tahun
2006, peserta KB pria sangat rendah yaitu hanya sebesar 0.66% (79 orang)
yang menggunakan alat kontrasepsi pria dari jenis alat kontrasepsi kondom dan
MOP. Sementara jumlah peserta KB wanita sebanyak 99.44% (11,969 orang).
(Profil Dinkes Kota Cimahi, 2007)
Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Hubungan Pengetahuan dan Karakteristik Pria Dengan
Peran Serta KB Pria di Puskesmas Cimahi Selatan.
3
METODE
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kolerasi yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik
pria dengan peran serta KB pria di Puskesmas Cimahi Selatan periode Juli 2008.
Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pria yang mengantar istrinya
melaksanakan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Cimahi Selatan. Adapun
jumlah populasi yang diteliti diperkirakan adalah berdasarkan jumlah rata – rata per
bulan pasangan usia subur yang datang berkunjung pada periode tahun 2007
sebanyak 102 orang/pria.
Sampel yang digunakan adalah sebagian dari pasangan usia subur yang
datang ke Puskesmas Cimahi Selatan pada bulan Juli 2008. Teknik pengambilan
sampel dilakukan dengan cara accidental sampling yaitu pengambilan
kasus/responden yang kebetulan ada atau tersedia pada saat itu. Adapun jumlah
sampelnya 50 orang
Instrumen penelitian yang digunakan peneliti adalah kuesioner dengan
pertanyaan tertutup. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Cimahi Selatan pada
bulan Juli 2008.
4
HASIL PENELITIAN
Hasil Bivariat
Tabel 1. Hubungan antara peran serta KB pria berdasarkan pengetahuan di Puskesmas Cimahi Selatan Bulan Juli 2008
SSetSetelah dilakukan perhitungan secara statistik dengan uji chi square
didapatkan hasil pvalue = 0,008(α = 0,05), dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan peran serta KB pria
di Puskesmas Cimahi Selatan Bulan Juli 2008.
Tabel 2. Hubungan antara peran serta KB pria berdasarkan umur di Puskesmas Cimahi Selatan Bulan Juli 2008.
B
Pengetahuan
Status peran serta priaTotal
P ValueYa Tidak f % f % N %
Kurang 0 0 5 10 5 100,008
Cukup 15 30 16 32 31 62
Baik 12 24 2 4 14 28
Jumlah 23 54 27 46 50 100
UmurStatus peran serta pria
TotalP ValueYa Tidak
F % f % N %≤ 35 tahun
7 14 17 34 27 540,002
>35 tahun20 40 6 12 23 46
Jumlah 27 54 23 46 50 100
5
Didapatkan hasil pvalue = 0,002 (α = 0,05), dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara umur pria dengan peran serta KB pria di
Puskesmas Cimahi Selatan pada Bulan Juli 2008.
Tabel 3. Hubungan Antara peran serta KB pria berdasarkan pendidikan di Puskesmas Cimahi Selatan Bulan Juli 2008.
PendidikanStatus peran serta pria
TotalP ValueYa Tidak
f % f % N %Pendidikan rendah 2 4 10 20 12 24
0,008Pendidikan Tinggi 25 50 13 26 38 76
Jumlah 23 54 27 46 50 100Didapatkan hasil Pvalue = 0,008(α = 0,05), dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang significant antara pendidikan dengan peran serta KB pria di
Puskesmas Cimahi Selatan Bulan Juli 2008.
Tabel 4. Hubungan antara peran serta KB pria berdasarkan pekerjaan di
Puskesmas Cimahi Selatan Bulan Juli 2008.
Pekerjaan Status peran serta pria
TotalP ValueYa Tidak
f % f % N %Bekerja
4 8 7 14 11 220,324
Tidak bekerja23 46 16 32 39 78
Jumlah 23 54 27 46 50 100Didapatkan hasil pvalue = 0,324(α = 0,05), dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang significant antara pekerjaan pria dengan peran serta
KB pria di Puskesmas Cimahi Selatan pada Bulan Juli 2008.
Pembahasan
6
Analisa Bivariat
1. Hubungan pengetahuan dengan peran serta KB pria di Puskesmas Cimahi
Selatan Bulan Juli Tahun 2008
Dilihat dari hasil penelitian tersebut presentasi pengetahuan responden
cukup ini harus ditunjang oleh wawasan, yang dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan responden. Tetapi pengetahuan saja tidak cukup untuk
mendukung seseorang berperan serta , faktor lain yang dapat
mempengaruhi yaitu faktor internal dan eksternal antara lain persepsi,
kebutuhan, pengalaman pribadi, budaya, pengalaman orang lain, agama,
lingkungan secara keseluruhan ada tidaknya dukungan, ada tidaknya
informasi, serta situasi dan kondisi yang mendukung. Apabila dihubungkan
dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (1993) bahwa faktor –
faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu dari pengalaman,
tingkat pendidikan, keyakinan serta fasilitas.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan
pengetahuan atau kognitif merupakan suatu faktor yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang didasari
dengan pemahaman yang tepat akan menumbuhkan sikap yang positif,
sehingga akhirnya tumbuh satu bentuk perilaku baru yang diharapkan.
Apabila seseorang memiliki pengetahuan yang baik tentang sesuatu hal,
maka kemungkinan besar ia akan melakukan apa yang seharusnya
dilakukan (Notoatmojo, 2003)
2. Hubungan umur dengan peran serta KB pria di Puskesmas
Cimahi Selatan Bulan Juli Tahun 2008
7
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kelompok umur lebih dari 35
tahun lebih banyak mengerti mengenai alat kontrasepsi, hal ini di sebabkan
karena umur lebih dari 35 tahun merupakan usia tidak reproduktif lagi dan
merupakan usia yang sangat penting untuk mencari dan mendapatkan
informasi mengenai alat kontrasepsi. Dikatakan pada umur di atas 35 tahun
terjadi percepatan respon maksimal, baik dalam hal mempelajari sesuatu
atau dalam menyesuaikan dengan hal –hal tertentu dan setelah itu sedikit
demi sedikit akan menurun seiring dengan bertambahnya umur. Hal ini
dimungkinkan juga oleh pengalaman yang didapat akseptor dan oleh
lingkungan yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap sesuatu
hal yang diterimanya.(Depkes RI, 1995)
Hasil yang didapat ini sama dengan apa yang dilaporkan oleh BKKBN
(2001), pria yang berumur di atas 35 tahun cenderung menggunakan alat
kontrasepsi yaitu kontrasepsi mantap/MOP di banding dengan pria yang
berumur 35 tahun ke bawah, dengan alasan karena pada usia tua
kesehatan mereka sudah mulai menurun.
3. Hubungan pendidikan dengan peran serta KB pria di Puskesmas Cimahi
Selatan Bulan Juli Tahun 2008
Penelitian ini sesuai dengan literature yang mengatakan bahwa tingkat
pendidikan bapak/pria sangat berpengaruh terhadap peran serta pria dalam
KB. Semakin tinggi tingkat pendidikan, secara tidak langsung berpengaruh
terhadap peningkatan status sosial dan kedudukan seorang pria serta
peningkatan pilihan mereka terhadap kehidupan dan kemampuan untuk
menentukan pilihan sendiri serta menyatakan pendapat. (Depkes RI, 2006)
8
Harteti (2002) di Mangkurejo melakukan penelitian dan mendapat hasil
bahwa ada hubungan antara pendidikan seseorang dengan keikut sertaan
dalam ber KB. Tingkat pendidikan akan berdampak pada peningkatan
produktifitas dan kualitas penduduk (Bapenas, 1993). Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang ada kecenderungan semakin tinggi jenjang pendidikan
semakin tinggi pula pengetahuan yang dimiliki. Menurut pendapat
Notoatmodjo (2003) bahwa pendidikan yang lebih tinggi dapat menambah
wawasan dan pengetahuan seseorang dibandingkan dengan yang
berpendidikan lebih rendah.
4. Hubungan pekerjaan dengan peran serta KB pria di Puskesmas Cimahi
Selatan Bulan Juli Tahun 2008
Berdasarkan pekerjaan sebagian besar pria yang berperan serta
dalam ber KB adalah pria yang bekerja. Alasan para pria ikut serta dalam
ber KB adalah karena alasan ekonomi. Ada pula sebagian kecil pria yang
mengatakan bahwa KB adalah tanggung jawab istri. Dan ada juga yang
istrinya tidak mengizinkan bila suaminya ber KB.
Namun ada literature yang mengatakan bahwa peran serta pria
terhadap penggunaan kontrasepsi disesuaikan dengan kebutuhan, manusia
memerlukan biaya hidup yang tidak sedikit. Untuk memenuhi kebutuhan
sekolah, bisnis atau kemampuan ekonomi untuk mengurus anak – anaknya
seperti makan, pakaian, perlindungan, pemeliharaan kesehatan, pendidikan
masa depan, rumah dan sebagainya. Sehingga harga atau biaya dari suatu
metode kontrasepsi akan mempengaruhi juga dalam peran serta suami/pria
dalam ber KB (Varney, 1996).
9
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian tentang Hubungan karakteristik pria dengan peran serta KB
pria dengan jumlah responden 50 orang di Puskesmas Cimahi Selatan Bulan
Juli Tahun 2008 ditemukan hasil sebagai berikut :
1. Terdapat 30% dengan pengetahuan cukup dan 24% dengan pengetahuan
baik pria yang berperan serta dalam ber KB sehingga dapat disimpulkan
terdapat hubungan antara pengetahuan dan peran serta KB pria dengan
nilai pvalue yang di dapat 0,008 (<0,05).
2. Terdapat 54% pria yang berperan serta dalam ber KB dengan umur < 35
tahun sebanyak 14% dan umur > 35 tahun sebanyak 40% sehingga dapat
disimpulkan terdapat hubungan antara umur dan peran serta KB pria
dengan nilai pvalue yang di dapat 0,002 (<0,05).
3. Terdapat 4% pria yang berpendidikan rendah dan 50% pendidikan tinggi pria
yang berperan serta dalam ber KB sehingga dapat disimpulkan terdapat
hubungan antara pendidikan dan peran serta KB pria dengan nilai pvalue yang
di dapat 0,008 (<0,05).
4. Terdapat 8% pria yang tidak bekerja dan 46% pria yang bekerja yang
berperan serta dalam ber KB sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat
hubungan antara pekerjaan dan peran serta KB pria dengan nilai pvalue yang
di dapat 0,324 (<0,05).
SARAN
1. Bagi Petugas Kesehatan
10
Terutama bagi petugas yang berada di Puskesmas yang berada dilapangan
untuk dapat meningkatkan upaya penyuluhan tentang Keluarga Berencana
dan mensosialisasikan kontrasepsi pria seperti kondom dan MOP.
2. Bagi Akseptor
a. Suami sebaiknya ikut menemani istrinya menemui konselor KB atau
petugas kesehatan, sehingga mereka bisa bersama-sama mengetahui
metode KB yang tersedia dan memilih salah satu metode yang tepat,
mengantisipasi jika terjadi efek samping dan bagaimana cara
mengatasinya.
b. Para pria agar rela menjadi peserta KB aktif, tidak selalu istri saja yang
mengikuti kegiatan KB. Pria pun dapat berperan serta menjadi peserta
KB aktif guna memiliki keluarga yang sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Azwar, S. 2000. Sikap Manusia Teori dan Perkembangannya, edisi II. Yogyakarta Pustaka Pelajar.
Susanto, A. 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Bina Aksara
BKKBN Propinsi Jawa Barat. 2007. Review Program KB Nasional Propinsi Jawa Barat Tahun 2004. Bandung.
BKKBN. 2001. Pedoman Petugas Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana, Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
BKKBN, 1999, Umpan Balik Pencapaian Gerakan KB, Jawa Barat.
Depkes RI. 2005. Buku Pedoman Petugas Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana, Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta
Hartanto H. 2004. Keluarga Berencana dan kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
11
http//www.bkkbn.go.id, 2008
http//www.gema pria online.com, 2007
Horoepoetri, A, 1992. Peran Serta Dalam Pengelolaan Lingkungan. Komunika. Jakarta.
Hurlock, B.E. 2002 . Psikologi perkembangan, Jakarta : Erlangga
Harteti. 2002. KB Nasional dan peran pria dalam ber KB. Mangkurejo
Iskandar Meuwitak ,1994, Kualitas Pelayanan KB di Indonesia Review Analitik untuk menentukan prioritas, Jakarta:PKU, LPUI.
Notoatmodjo S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Notoadmojo s. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Profil Kesehatan Jawa Barat. 2004. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat.
Profil Kesehatan Kota Cimahi. 2006. Dinas Kesehatan Kota Cimahi.
Rukmini M. 2006. Gambaran peran serta KB pria dengan karakteristik pria di RSU Cibabat tahun 2006. Cimahi
Winarni E, 2003. Partisipasi Pria dalam ber KB, Jawa Timur
Penulis adalah Staf Dosen Program Studi DIII Kebidanan STIKes Budi Luhur Cimahi
12
13