Hubungan Kepercayaan Diri dengan Aktualisasi diri pada Mahasiswa yang Aktif berorganisasi di Sekolah...
-
Upload
arif-zainuddin-noor -
Category
Documents
-
view
249 -
download
22
Transcript of Hubungan Kepercayaan Diri dengan Aktualisasi diri pada Mahasiswa yang Aktif berorganisasi di Sekolah...
HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN AKTUALISASIDIRI PADA MAHASISWA YANG AKTIF BERORGANISASI
DI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANMUHAMMADIYAH BANJARMASIN
SKRIPSI
Oleh :MUHAMMAD SAUBARI AZHAR NOOR
NPM. 010363 AS1
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAHBANJARMASIN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATANBANJARMASIN, 2014
i
HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN AKTUALISASIDIRI PADA MAHASISWA YANG AKTIF BERORGANISASI
DI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANMUHAMMADIYAH BANJARMASIN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat KelulusanPada Program Studi S.1 Keperawatan
Oleh :MUHAMMAD SAUBARI AZHAR NOOR
NPM. 010363 AS1
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAHBANJARMASIN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATANBANJARMASIN, 2014
vi
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAHBANJARMASIN
Skripsi, Agustus 2014
M.Saubari Azhar Noor010363 A-S1
Hubungan Kepercayaan Diri dengan Aktualisasi Diri pada Mahasiswa yangAktif Berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan MuhammadiyahBanjarmasin.
Abstrak
Masalah yang dihadapi mahasiswa sering kali adalah takut menemui dosen.Kebanyakan dari mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan MuhammadiyahBanjarmasin juga mengalami cemas karena mereka tidak yakin dengan dirinya.Pada mahasiswa yang aktif berorganisasi ternyata juga merasakan hal yang sama.
Penelitian bertujuan mengetahui apakah ada hubungan kepercayaan diri denganaktualisasi diri pada mahasiswa yang aktif berorganisasi di Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.
Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasi dengan pendekatan crosssectional. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnikaccidental sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian ini menggunakan uji spearman rank (Rho) dengan derajatkemaknaan 5% (α = 0,05) didapat P value = 0,00. Berarti P value < 0,05, maka Hoditolak. Dengan demikian berarti dapat disimpulkan bahwa terdapat hubunganbermakna antara kepercayaan diri dengan aktualisasi diri pada mahasiswa yangaktif berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan MuhammadiyahBanjarmasin. Uji statistik ini juga memiliki nilai koefisien korelasi 0,388 yangberarti keeratan hubungannya sedang. Dari penelitian diharapkan institusimemfasilitasi mereka untuk bebas dalam berbagai macam kegiatan yang merekasukai.
Kata Kunci: Kepercayaan diri, Aktualisasi diri, Mahasiswa, Organisasi.
Daftar Rujukan: 53 (1965-2013).
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan petunjuk dan
bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini
yang berjudul “Hubungan Kepercayaan Diri dengan Aktualisasi diri pada
Mahasiswa yang Aktif Berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin”. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. oleh karena itu pada kesempatan ini dengan kerendahan hati dan
segala rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada :
1. Bapak M. Syafwani, M.Kep., Sp.Jiwa selaku Ketua Stikes Muhammadiyah
Banjarmasin.
2. Bapak Solikin, Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB selaku Ketua Prodi S.1 Keperawatan
Stikes Muhammadiyah.
3. Bapak H. Iswantoro, SKp., MM selaku Pembimbing Materi dan Sistematika
Penulisan yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.
4. Bapak Sukarlan, SKM.,M.Kes selaku Pembimbing Metodologi dan
Sistematika Penulisan yang telah memberikan saran dan kritiknya dalam
pembuatan penelitian ini.
5. Masing – masing ketua dan pengurus organisasi yang ada di STIKes
Muhammadiyah Banjarmasin, terkhusus Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
yang telah memberikan izin studi pendahuluan.
6. Orangtua yang selalu memberikan doa dan semangat
7. Teman-teman satu perjuangan di organisasi, satu angkatan, dan sesama
bimbingan.
8. Pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan proposal
penelitian ini.
Banjarmasin, Agustus 2014
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL................................................................................... iLEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iiLEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................ iiiPERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN..................................... ivPERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................... vABSTRAK .................................................................................................. viKATA PENGANTAR ................................................................................ viiDAFTAR ISI............................................................................................... viiiDAFTAR TABEL....................................................................................... ixDAFTAR SKEMA...................................................................................... xDAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 11.1 Latar Belakang....................................................................... 11.2 Rumusan Masalah.................................................................. 61.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 61.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 71.5 Penelitian Terkait ................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 92.1 Kajian Teoritis ....................................................................... 9
2.1.1 Konsep Kepercayaan Diri ............................................. 92.1.2 Konsep Aktualisais Diri................................................ 182.1.3 Konsep Mahasiswa ....................................................... 292.1.4 Konsep Organisasi ........................................................ 39
2.2 Kerangka Konsep................................................................... 532.3 Hipotesis ................................................................................ 53
BAB 3 METODE PENELITIAN.............................................................. 543.1 Jenis dan Rancangan Penelitian............................................. 543.2 Definisi Operasional .............................................................. 543.3 Populasi, dan Sampel............................................................. 553.4 Tempat dan Waktu Penelitian................................................ 563.5 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data............................. 563.6 Teknik Pengolahan Data ........................................................ 613.7 Etika Penelitian ...................................................................... 67
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 684.1 Hasil Penelitian ...................................................................... 684.2 Pembahasan ........................................................................... 814.3 Implikasi Hasil Penelitian dalam Keperawatan ..................... 93
ix
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 945.1 Kesimpulan ............................................................................ 945.2 Saran ...................................................................................... 94
DAFTAR RUJUKAN ................................................................................. 95LAMPIRAN - LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1 Definisi Operasional................................................................. 56Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kepercayaan Diri...................................... 60Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Aktualisasi Diri ........................................ 62Tabel 3.4 Kunci Jawaban Variabel Kepercayaan diri .............................. 66Tabel 3.5 Kunci jawaban variabel aktualisasi diri ................................... 66Tabel 3.6 Kategori Colton ........................................................................ 69Tabel 4.1 Mahasiswa yang Aktif Berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin Berdasarkan JenisKelamin...................................................................................... 75
Tabel 4.2 Mahasiswa yang Aktif Berorganisasi di Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Muhammadiyah Banjarmasin Berdasarkan Umur... 76
Tabel 4.3 Mahasiswa yang Aktif Berorganisasi di Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Muhammadiyah Banjarmasin Berdasarkan JurusanProgram Studi............................................................................ 76
Tabel 4.4 Mahasiswa yang Aktif Berorganisasi di Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Muhammadiyah Banjarmasin BerdasarkanSemester.................................................................................... 77
Tabel 4.5 Kepercayaan Diri pada Mahasiswa yang Aktif Berorganisasidi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan MuhammadiyahBanjarmasin.............................................................................. 78
Tabel 4.6 Aktualisasi Diri pada Mahasiswa yang Aktif Berorganisasidi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan MuhammadiyahBanjarmasin.............................................................................. 78
Tabel 4.7 Tabulasi Silang antara Kepercayaan Diri dengan AktualisasiDiri............................................................................................. 79
xi
DAFTAR SKEMA
Hal
Skema 2 Kerangka Konsep .................................................................... 53
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Permohonan Bimbingan Proposal SkripsiLampiran 2. Lembar Konsultasi Pembimbing 1Lampiran 3. Lembar Konsultasi Pembimbing 2Lampiran 4. Jadual Pelaksanaan PenelitianLampiran 5. Permohonan Menjadi RespondenLampiran 6. Persetujuan Menjadi RespondenLampiran 7. Kuesioner PenelitianLampiran 8. Surat Permohonan Sebagai Penguji Proposal SkripsiLampiran 9. Keterangan Ethical ClearanceLampiran 10. Surat Izin PenelitianLampiran 11. Surat Keterangan Telah MenelitiLampiran 12. Data Kepercayaan DiriLampiran 13. Data Aktualisasi DiriLampiran 14. Tabulasi SilangLampiran 15. Uji Spearman RankLampiran 16. Data Penelitian
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mahasiswa sebagai masa dewasa awal yang menjalani kuliah di kampus
seringkali merasa kurang percaya diri ketika menghadapi permasalahan.
(Santrock, 2008) Masalah – masalah yang biasa dihadapi mahasiswa selama
menjalani perkuliahan antara lain merasa tidak nyaman bersama dosen, takut
berdiskusi dengan dosen, takut untuk menemui dosen, sulit menyelesaikan
tugas-tugas kuliah, sulit menyelesaikan kuliah tepat waktu, dan khawatir
gagal atau mendapatkan nilai rendah maupun IPK yang kurang memuaskan.
Dengan pengalaman yang negatif dari lingkungan dapat menimbulkan rasa
tidak aman, tidak berambisi normal, tidak yakin dengan kemampuannya,
tidak mandiri, mementingkan diri sendiri (tidak toleransi), dan pesimis dalam
mengatasi permasalahan tersebut. Sehingga dapat menyebabkan terhambat-
nya proses perkuliahannya.
Masalah – masalah yang dialami mahasiswa pun tidak hanya itu, banyak yang
lain misalnya dalam hal pembelajaran di kampus yang dirasa sangat
membosankan karena mungkin sebagian dari mereka menyesal dijurusan
yang telah dipilih, lingkungan kos yang tidak mendukung untuk belajar dan
mengembangkan diri, dan sulitnya membagi waktu antara kuliah,
mengerjakan tugas, dan organisasi sehingga sering membolos kuliah dan
nilainya pun menjadi turun drastis. Disisi lain, orang tua mereka menuntut
anaknya untuk memperoleh IP yang bagus disetiap semesternya, dan bisa
diandalkan untuk memperoleh pekerjaan yang layak setelah dia lulus kuliah
pada jenjang sarjana. Jika kondisi mahasiswa yang kurang bersemangat
dalam menjalani kuliah, bagaimana harapan orang tua itu bisa tercapai.
Mungkin hanya kekecewaan yang akan orang tua mereka dapatkan. (Zuliana,
2013)
2
Masalah yang sangat kompleks dan pasti dialami oleh mahasiswa adalah
ketika mahasiswa tidak bisa membagi waktu kuliah, tugas, dan organisasi.
Kuliah harus dijalani sementara organisasi pun tidak bisa ditinggalkan. Ketika
antara ketiga hal tersebut tidak bisa diatur secara bijaksana, maka akan
berakibat fatal. Biasanya mahasiswa yang seperti itu bingung harus
memprioritaskan mana yang lebih penting dan menurunkan rasa percaya
dirinya. (Zuliana, 2013)
Dalam penelitian sebelumnya tentang gambaran mahasiswa yang kuliah di
kampus, menggambarkan bahwa hampir semua mahasiswa mengalami stres
ketika menghadapi ujian semester di Sekolah tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin. Hasil penelitian Syahlani (2007) ini
menunjukan bahwa semua mahasiswa mengalami stres dalam menghadapi
ujian dengan tingkat stres yang bervariasi. Sebagian besar mengalami stres
pada tingkat 5. Jumlah mahasiswa jenis kelamin laki – laki dengan
perempuan yang sebagian besar mengalami stres tingkat 5 hampir sama.
Mahasiswa semester II dan IV sebagian besar mengalami stres tingkat 5.
Stres tingkat 5 ini menurut peneliti ditandai dengan adanya kelelahan fisik
secara mendalam, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan
sederhana, gangguan pada sistem pencernaan semakin berat, dan perasaan
ketakutan dan kecemasan semakin meningkat. Perasaan ini sesuai dengan
gejala tidak percaya diri menurut surya (2007) yaitu cemas, khawatir, dan tak
yakin.
Penelitian yang dilakukan oleh Kris Diantoro (2011) tentang hubungan
prestasi akedemik dengan konsep diri pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin. Terdapat hubungan positif antara
prestasi akedemik dengan konsep diri. Hanya 8 responden atau sebesar 4,60%
dengan kategori konsep diri negatif. Berdasarkan penelitian tersebut
mahasiswa yang memiliki konsep diri postif cenderung mendapat IP yang
tinggi berkisar 2,76 – 3,50 sedangkan mahasiswa yang memiliki konsep diri
3
negatif cenderung mendapat IP yang lebih rendah berkisar antara 2,00 – 2,75.
Dengan kata lain orang yang memiliki konsep diri negatif atau yang biasa
disebut tidak percaya diri mempengaruhi dalam tingkat pengaktualisasian diri
mahasiswa tersebut berupa prestasi akedmiknya yang lebih rendah dari pada
mahasiswa yang memiliki konsep diri yang postif.
Rasa tidak percaya diri ternyata sikap paling merugikan yang menunjukan
ketidak cakapan seseorang, hampir semua orang yang tidak memiliki percaya
diri mengalami rasa cemas, waswas, tak yakin, minder, tubuh gemetar, sering
kali menjangkit dan menjadi penghambat ketika seseorang hendak memulai
melakukan sesuatu. (Surya, 2007)
Kondisi itulah kenapa aktualisasi diri merupakan kebutuhan dasar manusia
yang paling tinggi, menurut hierarki kebutuhan yang telah disusun oleh
Maslow. Sehingga untuk mencapai keempat kebutuhan ditingkat sebelumnya
harus terpuaskan terlebih dahulu. Kata Maslow, setiap orang harus
berkembang sepenuh kemampuannya. Pada tingkat – tingkat yang lebih
rendah, kecenderungan aktualisasi diri berkenaan dengan kebutuhan fisiologis
dasar. Lebih jauh lagi aktualisasi diri juga memudahkan dan menigkatkan
pematangan dan pertumbuhan. Ketika individu bertambah besar, maka diri
mulai berkembang. Pada saat itu juga, tekanan aktualisasi diri beralih dari
segi fisiologis ke segi psikologis. Bantuk tubuh dan fungsinya telah mencapai
tingkat perkembangan dewasa, sehingga selanjutnya berpusat pada
kepribadian. Orang yang mampu mencapai aktualisasi diri tidak terlepas dari
pribadi yang sehat, karena hanya orang yang memiliki pribadi yang sehat,
normal, terlepas dari neoritis dan psikotis seajalah yang dapat mencapai
aktulisasi diri sepenuhnya. (Ekawaty & Retno, 2010).
Berdasarkan studi pendahuluan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin, 20 orang mahasiswa semester II sampai
dengan semester VI dari semua program studi, kecuali S2 Keperawatan, yang
4
aktif mengikuti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah salah satu dari 2
organisasi yang berada di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Banjarmasin, tidak berani atau tidak percaya diri mengeluarkan pendapatnya
ketika sedang rapat ataupun ketika pelajaran. Dari wawancara dengan ketua
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah tersebut, ia berkata bahwa ketika rapat
kita hanya seperti membuang waktu saja karena disana banyak anggota yang
kurang percaya diri mengungkapkan pendapatnya, dan akhirnya hanya saya
dan 1 – 3 orang saja yang mau mengeluarkan pendapatnya. Ia juga berkata
bahwa hanya 3 – 4 orang saja yang bersedia diserahi tugas dan menjalankan
dengan baik dalam sebuah kegiatan yang sering kami lakukan di Kampus,
padahal kami mempunyai 80 anggota yang terbagi pada setiap bidangnya.
Akibatnya banyak dari tugas kawan – kawan panita seperti menemui dosen,
meminta pembicara kepada dosen, menjadi moderator, dan lain – lainnya,
tidak jarang saya juga yang melakukannya. Ketika ditanya pun mereka suka
dibidang mana, mereka ragu, tidak tahu, bimbang bahkan takut untuk
menentukan pilihannya. Perasaan tidak percaya diri ini yang menurut maslow
akan menghambat pengembangan potensi dirinya atau aktualisasi diri mereka
pada bidang yang mereka sukai.
Ternyata pada mahasiswa yang aktif berorganisasi pun masih belum bisa
memiliki rasa percaya diri yang menurut maslow berada pada urutan sebelum
aktualisasi diri. Padahal organisasi kemahasiswaan merupakan bentuk
kegiatan di perguruan tinggi yang diselenggarakan dengan prinsip dari, oleh
dan untuk mahasiswa (Munir, 2010). Organisasi tersebut merupakan wahana
dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan
peingkatan ilmu dan pengetahuan, serta integritas kepribadian mahasiswa.
Organisasi kemahasiswaan juga sebagai wadah pengembangan kegiatan
ekstrakurikuler mahasiswa diperguruan tinggi yang meliputi pengembangan
penalaran, keilmuan, minat, bakat dan kegemaran mahasiswa itu sendiri
(Munir, 2010). Hal ini dikuatkan oleh Kepmendikbud RI. No. 155/U/1998
Tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi,
5
bahwa Organisasi kemahasiswaan intra-perguruan tinggi adalah wahana dan
sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan
peningkatan kecerdikan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan
pendidikan tinggi.
Melihat pentingnya permasalahan mahasiswa – mahasiwa dan beberapa
fenomena ketidak percayaan diri diatas mempunyai pengaruh terhadap
aktualisasi diri mahasiswa terutama pada mahasiswa kesehatan yang tentu
harus berani dalam melakukan tindakan yang berhubungan langsung dengan
nyawa manusia. Tidak hanya pada mahasiswa umum saja, ternyata pada
mahasiswa yang aktif berorganisasi pun masalah tersebut juga muncul di
kampus kesehatan terlengkap yang berada di Banjarmasin ini. Karena itulah
peneliti tertarik meneliti “hubungan kepercayaan diri dengan aktualisasi diri
pada mahasiswa yang aktif berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin tahun 2014”.
1.2. Rumusan Masalah
Adakah hubungan kepercayaan diri dengan aktualisasi diri pada mahasiswa
yang aktif berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Banjarmasin tahun 2014.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepercayaan diri
dengan aktualisasi diri pada mahasiswa yang aktif berorganisasi di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.
1.3.2. Tujuan khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi kepercayaan diri pada mahasiswa yang aktif
berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin.
6
1.3.2.2 Mengidentifikasi aktualisasi diri pada mahasiswa yang aktif
berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin.
1.3.2.3 Menganalisa hubungan kepercayaan diri dengan aktualisasi
diri pada mahasiswa yang aktif berorganisasi di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi mahasiswa terkait
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan dan
pengetahuan baru bagi mahasiswa apa dampak kepercayaan diri
terhadap aktualisasi diri pada mahasiswa yang sedang diteliti.
1.4.2. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan bisa jadi masukan dan pengetahuan
baru untuk mengajarkan bagaimana salah satu cara untuk
mengaktualisasikan diri khususnya pada mahasiswa.
1.4.3. Bagi ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dalam upaya
mencegah ketidak mampuan mengaktualisasikan diri khususnya pada
mahasiswa.
1.4.4. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan memperdalam
pengetahuan serta pengalaman menulis.
1.5. Penelitian Terkait
Sepengetahuan penulis tidak ada penelitian yang sama persis tentang
“hubungan kepercayaan diri dengan aktualisasi diri pada mahasiswa yang
aktif berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Banjarmasin tahun 2014”. Hanya saja ada penelitian sebelumnya yang mirip
seperti:
7
1.5.1 Penelitian oleh Hilda Anggriyani (2011) Hubungan kepercayaan diri
dengan aktualisasi diri pada lanjut usia di Pos Pelayanan Terpadu
Lansia Batuah Buntok Wilayah Kerja Pusat Kesehatan Masyarakat,
Buntok, Kabupaten Barito Selatan. Penelitian ini menggunakan
metode analitik dengan rancangan cross sectional. Dengan
menggunakan tehnik pengambilan sampel dengan tehnik purposive
sampling. Dengan besar sampel sebanyak 71 responden.
Menggunakan alat ukur kuesioner dengan analisis uji statistic chi
square. Hasil penelitian dari 71 responden sebagian besar lanjut usia
di pos pelayanan terpadu lanjut usia Batuah Buntok mempunyai
tingkat kepercayaan diri tinggi yaitu 63,4 % dan mempunyai tingkat
aktualisasi diri baik yaitu 57,7 % Hasil uji statistik chi square adalah
nilao p= 0,000 (p<0,005) Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada
hubungan antara kepercayaan diri dengan aktualisasi diri pada lansia.
Dengan signifikasi 0,632, menunjukan kuatnya hubungan korelasi.
Perbedaan pada penelitian ini terletak pada tempat penelitian, dan
tahun penelitian. Sedangkan persamaannya terletak pada jenis
penelitian, variabel, dan instrumen penelitian. Tetapi penelitian
Hilda Anggriyani mengambil variabel kepercayaan diri dengan
aktualisasi diri yang diterapkan pada lansia, sedangkan penelitian
saya diterapkan pada mahasiswa yang aktif berorganisasi di sekolah
tinggi ilmu kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.
1.5.2 Penelitian oleh Yusia Rusnawati (2010), hubungan antara
kepercayaan diri dengan aktualisasi diri pada siswa-siswi kelas XII
di SMAN 1 Banjarmasin. Metode penelitian ini adalah analitik
dengan rancangan cross sectional. Dengan besar sampel adalah 83
responden. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner, sedangkan
analisis yang digunakan adalah chi square. Hasil penelitian dari 83
responden sebagian besar siswa SMAN 1 Banjarmasin mempunyai
8
tingkat kepercayaan diri tinggi (65.1 %) dan tingkat aktualisasi diri
cukup (49,4%). Hasi dari uji statistik (uji square) diperoleh
hubungan antara kepercayaan diri dengan aktualisasi diri dengan X²
= 7.587 pada signifikasi 0.023 (p<0.05).
Perbedaan pada penelitian ini terletak pada tempat penelitian, dan
tahun penelitian. Sedangkan persamaannya terletak pada jenis
penelitian, variabel, dan instrumen penelitian. Tetapi penelitian
Yusia Rusnawati mengambil variabel kepercayaan diri dengan
aktualisasi diri yang diterapkan pada siswa, sedangkan penelitian
saya diterapkan pada mahasiswa yang aktif berorganisasi di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Konsep percaya diri
2.1.1.1 Pengertian
“Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan janganlah (pula)
kamu bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika
kamu orang yang beriman” (Q.S Al Imran : 139)
Inilah landasan utama dalam agama Islam yang memuat
tentang percaya diri. Percaya diri menurut ayat Al Qur’an itu
adalah sikap yang yakin akan kekuatan atau kemampuan
dirinya serta tidak pula merasa takut atau bersedih dalam
dirinya, dengan catatan bahwa dia orang yang beriman kepada
Tuhannya. Ini juga menganjurkan kepada kita bahwa jangan
pernah memandang diri sendiri lemah dalam melakukan
sesuatu pekerjaan yang kita yakini kebenarannya, sehingga kita
takut untuk melakukan pekerjaan itu.
Percaya diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa manusia
bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat
sesuatu. Percaya diri itu lahir dari kesadaran bahwa jika
memutuskan untuk melakukan sesuatu, sesuatu itu pula yang
harus dilakukan (Angelis, 2005)
Rasa percaya diri yaitu suatu keyakinan seseorang terhadap
segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan
tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai
berbagai tujuan didalam hidupnya (Hakim, 2005).
10
Dari kebenaran dan aspek kelebihan yang kita yakini inilah
muncul kunci dari percaya diri. Ia merupakan sugesti dalam
jiwa manusia yang paling kuat untuk mencapai suatu
keberhasilan. Dalam bahasa agama Islam, yakin diartikan
sebagai iman, merupakan kunci keberhasilan hidup. Seseorang
yang dihinggapi rasa ragu – ragu akan kebenaran yang
diyakininya dalam dirinya tentu akan selalu menderita jiwa,
tubuh, dan perasaan. Kebenaran ini yang menurut teori maslow
disebut B-values. Maslow mengistilahkan B-Values sebagai
“meta kebutuhan” (metaneeds) yang menunjukan bahwa ini
tingkat tertinggi kebutuhan sebelum seseorang mencapai
puncak kebutuhan menurut Maslow.
Percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang
memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat
memanfaatkannya secara tepat (Hasan dkk. dalam
Iswidharmanjaya & Agung, 2004).
Kepercayaan diri adalah percaya pada kapasitas kemampuan
diri dan terlihat sebagai kepribadian yang positif. Pendapat itu
menunjukkan bahwa orang yang percaya diri memiliki
keyakinan untuk sukses. (Vandenbos, 2006)
Berdasarkan pengertian diatas kepercayaan diri tidak diartikan
hanya kepada seseorang yang yakin dan menyadari dengan
kemampuan dirinya dalam melakukan hal yang benar, tetapi
seseorang yang percaya diri mampu memanfaatkan
keyakinannya tadi secara tepat dan selalu memiliki kepribadian
yang positif atau yang biasa disebut konsep diri positif. Karena
menurut Maslow kepercayaan diri diawali dengan konsep diri
positif yang berkaitan dengan harga diri. (Alwisol, 2004)
11
2.1.1.2 Aspek – aspek kepercayaan diri
Berbicara mengenai harga diri, tentunya juga berkaitan dengan
konsep diri positif karena keduanya adalah aspek dari
kepercayaan diri yang saling berkaitan satu sama lain.
Kepercayaan diri sendiri memiliki definisi sebagai keyakinan,
penilaian, dan perasaan seseorang terhadap kemampuan
dirinya sebagai seorang manusia. (Ormrod, 2008)
Kaitan antara konsep diri dengan harga diri juga dapat
dijelaskan berdasarkan penelitian Guindon (2010) tentang
berbagai literatur mengenai self-concept dan self-esteem,
didapat sebuah kesimpulan yaitu self-esteem (harga diri)
merupakan sikap atau evaluasi (penilaian afektif) individu
terhadap self-concept (konsep diri). Selaras dengan itu,
Woolfolk (2004) menjelaskan bahwa perbedaan self-concept
dan self-esteem terletak pada struktur pemahaman diri. Self-
concept merupakan sruktur kognitif dari pemahaman diri,
sedangkan self-esteem adalah struktur afektif dari pemahaman
diri.
Menurut Maslow, pengertian harga diri adalah penghargaan
terhadap diri sendiri dan penghargaan dari orang lain.
Penghargaan terhadap diri sendiri berasal dari kepercayaan
diri, kemandirian diri, dan kebebasan, sedangkan penghargaan
dari orang lain timbul karena adanya prestasi dan apresiasi.
Harga diri akan berpengaruh pada tingkah laku seseorang,
seperti yang dikatakan Robinson dan Shaver bahwa kepuasan
hidup dan kebahagiaan mempunyai korelasi dengan harga diri.
Kepuasan diri dicapai oleh orang yang dapat menyesuaikan
diri dengan baik serta terhindar dari rasa cemas, keragu –
raguan dan simtom psikomatik. Disamping itu, penelitian yang
12
dilakukan Daly dan Burton menemukan adanya korelasi
negatif antara harga diri dan perasaan tidak rasional.
Selanjutnya mereka mengatakan, banyak diantara klien yang
mencari pelayanan konseling, problemnya adalah rendahnya
harga diri mereka. (Saam & Wahyuni, 2013)
Uraian dan fakta yang disebutkan diatas menunjukan bahwa
adanya sifat – sifat tertentu yang dihasilkan oleh harga diri,
selanjutnya akan mempengaruhi konsep diri seseorang. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Fitts, Adam, dan Radford,
apabila seseorang memiliki taraf harga diri yang tinggi maka ia
dapat menyusun konsep diri yang positif yang berkaitan
dengan aktualisasi diri. (Saam & Wahyuni, 2013)
Berdasarkan penjelasan diatas lah penelitian ini mengambil
aspek peningkatan dan penurunan kepercayaan diri yaitu
keberhargaan individu dan pemahaman diri yang positif sesuai
dengan aspek kepercayaan diri yang dikemukakan oleh
rosenberg dengan alat ukurnya yang telah disusunnya bernama
self-esteem scale. (Guindon, 2010)
2.1.1.3 Ciri – ciri percaya diri
Rosenberg dan Owens menjabarkan lebih lanjut karakteristik
individu dengan self-esteem yang menunjukan kepercayaan
diri seseorang : (Guindon, 2010)
a. Merasa puas dengan dirinya.
b. Bangga menjadi diri sendiri.
c. Lebih sering mengalami rasa senang dan bahagia.
d. Menanggapi pujian dan kritik sebagai masukan.
e. Dapat menerima kegagalan dan bangkit dari kekecewaan
akibat gagal.
13
f. Memandang hidup secara positif dan dapat mengambil sisi
positif dari kejadian yang dialami.
g. Menghargai tanggapan orang lain sebagai umpan balik
untuk memperbaiki diri.
h. Menerima peristiwa negatif yang terjadi pada diri dan
berusaha memperbaikinya.
i. Mudah untuk berinteraksi, berhubungan dekat dan percaya
pada orang lain.
j. Berani mengambil resiko.
k. Bersikap positif pada orang lain atau institusi yang terkait
dengan dirinya.
l. Optimis
m. Berpikir konstruktif (dapat mendorong diri sendiri).
2.1.1.4. Ciri – ciri kurang percaya diri
Rosenberg dan Owens juga menjabarkan lebih lanjut karakteristik
individu dengan self-esteem yang menunjukan kurang percaya diri
seseorang : (Guindon, 2010)
a. Merasa tidak puas dengan dirinya.
b. Ingin menjadi orang lain atau berada diposisi orang lain.
c. Lebih sering mengalami emosi yang negatif (stres, sedih,
marah).
d. Sulit menerima pujian, tapi terganggu oleh kritik.
e. Sulit menerima kegagalan dan kecewa berlebihan saat gagal.
f. Memandang hidup dan berbagai kejadian dalam hidup sebagai
hal yang negatif.
g. Menganggap tanggapan orang lain sebagai kritik yang
mengancam.
h. Membesar – besarkan peristiwa negatif yang pernah dialaminya.
i. Sulit untuk berinteraksi, hubungan dekat dan percaya pada orang
lain.
14
j. Menghindar dari resiko.
k. Bersikap negatif (sinis) pada orang lain atau institusi yang
terkait dengan dirinya.
l. Pesimis.
m. Berpikir yang tidak membangun (merasa tidak dapat membantu
diri sendiri).
2.1.1.5. Sisi negatif percaya diri
Ada satu hal yang perlu kita waspadai bahwa ada beberapa sisi – sisi
negatif dibalik kepercayaan diri yang tinggi itu. Sisi – sisi negatif ini
perlu kita kelola secara proporsional agar tidak membuahkan sikap
dan prilaku yang merugikan atau merusak. Diantara sisi negatif itu
adalah : (Ubaedillah, 2006)
a. Arogansi. Kita merendahkan orang lain karena merasa lebih
tinggi atau lebih diatas. Arogansi seperti ini ditolak oleh semua
tatanan nilai di dunia ini. Sah – sah saja kita merasa lebih dari
orang lain tetapi yang lebih penting disini adalah jangan sampai
kita memandang rendah orang lain, apalagi menghina baik
dengan kata – kata maupun perbuatan.
b. Merasa paling benar sendiri dan tidak bisa menerima kebenaran
milik orang lain. Terkadang memang ada alasan untuk merasa
benar tetapi yang perlu kita waspadai adalah munculnya
perasaan paling benar yang membuat kita menyimpulkan orang
lain semua salah. Biarpun kita benar tetapi kalau kita merasa
semua orang lain salah, ini bisa membuat kita salah.
c. Menolak opini orang lain atau tidak bisa mendengarkan
pendapat orang lain, saran orang lain, tidak mau mengambil
pelajaran dari pengalaman orang lain atau keras kepala
(stubbornness). Opini orang lain memang tidak semuanya perlu
kita dengarkan tetapi juga tidak semuanya perlu ditolak. Ada hal
– hal positif yang bisa kita ambil opini orang lain. Konon, salah
15
satu faktor yang membuat para pengusaha ambruk setelah
mengalami kejayaan adalah karena menolak mendengarkan
opini orang lain, menolak belajar dari orang lain, bersikap
fleksibel terhadap perubahan. Mereka menjadi orang yang
tertutup oleh pengalaman kejayaannya selama ini.
d. Memiliki model komunikasi yang agresif, otoriter, bergaya
memaksa atau tanpa empati. Model komunikasi demikian kerap
menimbulkan kulitas hubungan yang kurang “sincere”,
disamping juga lebih banyak mengundang konflik, perlawanan
atau resistensi. Secara naluri, orang lain akan lebih nyaman bila
didekati dengan model komunikasi yang empatik, asertif, atau
persuasif.
e. Kurang perhitungan terhadap bahaya potensial atau kurang
perhatian terhadap hal – hal yang detail. Berani menghadapi
tantangan, punya keyakinan yang tinggi atas kemampuan dalam
mengatasi masalah atau berpikir “beyond the technique” itu
memang positif dan dibutuhkan. Tetapi jika ini membuat kita
terbiasa menyepelekan, menganggap enteng atau careless,
sembrono, dan semisalnya, tentu membahayakan.
f. Kurang bisa mempercayai kapasitas orang lain atau terlalu
perfeksionis dalam menilai orang lain. Tidak mudah
mempercayai omongan orang lain atau tidak mudah
mempercayai penjelasan orang lain atas kemampuannya
sebelum ada bukti – bukti yang nyata, memang ini dibutuhkan.
Ada kalanya kita tidak bisa 100% mempercayai orang lain.
Tetapi akan jadi masalah jika kita tidak bisa mempercayai orang
lain untuk semua hal, tidak bsa mendelegasikan pada orang lain
untuk semua pekerjaan, selalu underestimate, selalu ingin
menjadi “polisi” atas orang lain dan semisalnya, ini bisa
menyusahkan diri sendiri.
16
g. Punya penilaian–diri yang “over”, mematok imbalan yang
terlalu tinggi, menuntut diperlakukan secara terlalu idealis. Sah
– sah saja kita punya penilaian diri yang setinggi langit
sekalipun, mematok “harga” setinggi – tingginya, namun jika itu
malah membuat hidup kita sempit, berarti kita perlu
memunculkan pemikiran alternatif dan belajar fleksibel. Jangan
sampai kita patah gara – gara kita terlalu keras. Jangan sampai
pula kita tidak bisa membedakan antara tahu diri dan tidak tahu
diri dalam praktek bedanya sangat tipis.
2.1.1.5. Faktor – faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri
Kepercayaan diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut adalah
faktor-faktor tersebut (Ghufron & Risnawita, 2012) :
a. Konsep diri
Menurut Anthony terbentuknya kepercayaan diri pada diri
seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang
diperoleh dalam pergaulannya dalam suatu kelompok. Hasil
interaksi yang terjadi akan menghasilkan konsep diri.
b. Harga Diri
Konsep diri yang positif akan membentuk harga diri yang
positif pula. Harga diri adalah penilaian yang dilakukan
terhadap diri sendiri. Santoso berpendapat bahwa tingkat harga
diri seseorang akan mempengaruhi tingkat kepercayaan diri
seseorang.
c. Pengalaman
Pengalaman dapat menjadi faktor munculnya rasa percaya diri.
Sebaliknya, pengalaman juga dapat menjadi faktor
menurunnya rasa percaya diri seseorang. Anthony
mengemukakan bahwa pengalaman masa lalu adalah hal
terpenting untuk mengembangkan kepribadian tersebut.
17
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap
tingkat kepercayaan diri seseorang. Tingkat pendidikan yang
rendah akan menjadikan orang tersebut tergantung dan berada
dibawah kekuasaan orang lain yang lebih pandai darinya.
Sebaliknya, orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan
memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih dibandingkan
yang berpendidikan rendah.
2.1.1.6 Pengukuran Kepercayaan diri
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala Rosenberg, M.
(1965). Sebuah skala 10-item yang secara global mengukur baik
positif maupun perasaan negatif tentang diri. Skala ini terdiri atas
pernyataan dengan butir yang memiliki kriteria positif (favourable)
sebagai aspek kepercayaan diri dan butir yang memiliki kriteria
negatif (unfavourable) sebagai aspek penurunan kepercayaan diri.
Dengan empat pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S),
tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Alat ini digunakan
untuk mengukur self-esteem pada dewasa.
Guindon (2010) mengungkapkan self-esteem scale ini sudah diakui
validitas ilmiahnya secara global. Skala ini adalah adaptasi dari Self-
Esteem Scale (Rosenberg, 1965) yang semula ditujukan bagi siswa
sekolah menengah. Reliabilitas Guttman yang dilaporkan adalah rxxi
= 0,92 sedangkan Silber dan Tippet (1965) melaporkan koefisien
reliabilitas tes-ulang rxxi = 0,85 dengan tenggang waktu dua minggu
(n = 28) (Robinson & Shaver, 1973). Untuk versi adaptasi berbahasa
Indonesia ini, Azwar melaporkan koefisien korelasi aitem-total yang
berada antara 0,415 sampai dengan 0,703 bagi kesepuluh aitem
dalam skala (n =71), sedangkan koefisien tes-ulang dengan
18
tenggang waktu satu hari menghasilkan rxxi = 0,8587 (Azwar,
1979). Namun Martaniah dkk, (1991) menemukan koefisien alpha
untuk skala ini hanya 0,439 (n = 300).
2.1.2. Konsep aktualisasi diri
2.1.2.1. Pengertian aktualisasi diri
Aktualisasi diri (self-actualization) adalah keadaan dimana
seseorang mencapai potensi diri sepenuhnya dan mampu
melakukan koping secara realistik terhadap masalah – masalah
yang dihadapinya. (Potter, 2005)
Aktualisasi diri merupakan suatu kebutuhan akan pengembangan
dan perealisasian terhadap potensi-potensi (bakat, minat,
intelektual) agar dapat menjadi manusia yang seutuhnya. Yaitu
manusia yang diakui status keberadaannya, manusia yang mandiri,
dan manusia yang mempunyai arti (bermanfaat) baik bagi dirinya,
orang lain maupun lingkungannya. (Feist, 2008)
Aktualisasi diri adalah kebutuhan insting manusia untuk
menggunakan semua kemampuannya dalam berupaya maksimal
mencapai sesuatu yang bernilai tinggi dan bersifat intrinsik
menurut pemahamannya. Tingkat tertinggi perkembangan
psikologi ini dimulai bila individu merasa yakin bahwa semua
kebutuhan pada hierarki kebutuhan dibawahnya telah terpuaskan.
(Nurdin, 2011)
Maka dari itu menurut Maslow (Nursalam, 2008) aktualisasi diri
merupakan kebutuhan untuk menggunakan kemampuan (skill) dan
potensi, serta berpendapat dengan mengumukakan penilaian dan
kritik terhadap sesuatu
19
Aktualisasi diri itu sendiri merupakan kebutuhan yang berada pada
puncak tertinggi dalam piramida kebutuhan bertingkat yang
dikemukakan oleh Maslow. Aktualisasi diri dapat tercapai setelah
kebutuhan yang berada dibawahnya tercapai (Potter, 2005).
Adapun teori kebutuhan bertingkat menurut Maslow adalah :
a. Kebutuhan – kebutuhan fisiologis
b. Kebutuhan akan rasa aman
c. Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki
d. Kebutuhan akan rasa harga diri.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri
Kebutuhan akan aktualisasi diri (need for self actualization)
disebut juga dengan kebutuhan untuk mengungkapkan diri.
Maslow menandai kebutuhan akan aktualisasi diri ini sebagai
hasrat individu untuk menjadi orang sesuai dengan keinginan
dan juga potensi yang dimilikinya, tentunya dengan
menemukan potensi yang dimilikinya terlebih dahulu. Atau
dengan kata lain, hasrat individu untuk menyempurnakan diri
dengan segenap potensi yang dimilikinya.
2.1.2.2. Aspek – aspek aktualisasi diri
Alvin Jones dan Rick Crandall mendeskripsikan secara singkat 4
dimensi aktualisasi diri dalam usahanya untuk mengukur nilai-nilai
dan tingkah laku dari orang-orang yang mengaktualisasi diri yaitu :
(Feist, 2008)
a. Otonomi. Otonomi memerlukan kemampuan untuk menjadi
mandiri dari lingkungan fisik dan sosial seseorang, bergantung
pada potensi sendiri dan potensi yang terpendam bagi
pertumbuhan dan perkembangan, memiliki tinggi pengarahan
diri sendiri dan "bebas" untuk menjadi diri sendiri, aktif,
bertanggung jawab , dan disiplin diri.
20
b. Penerimaan diri. Penerimaan diri mengacu pada penerimaan diri
sendiri dan lingkungan sendiri tanpa kecewa atau keluhan,
dengan segala kekurangannya dan dengan semua perbedaan dari
gambaran yang ideal. Pribadi ini juga mensyaratkan melihat
realitas lebih jelas dan terlihat seperti alami, Ia bukan memilih
untuk menjadi orang lain. Penerimaan diri sangat erat kaitannya
dengan konsep dari harga diri. Artinya memiliki rasa hormat
yang tinggi untuk diri sendiri, berpikir dan bekerja sendiri, serta
perasaan untuk menjadi berguna dan penting di dunia.
c. Tidak menahan emosi. Dimensi ini memerlukan kecenderungan
relatif spontan dalam satu prilaku, pikiran, dan ekspresinya;
menjadi apa yang dinginkan pada saat tertentu; menyadari
perasaan seseorang, pikiran, dan kehendak; bukan
menyembunyikan perasaan itu walaupun itu akan menyakiti
orang lain, perilaku sering seperti kebiasaan tetapi tidak
menghambat atau mencegah dari melakukan hal-hal yang
penting.
d. Kepercayaan dan tanggung jawab dalam hubungan dekat.
Dimensi ini menekankan tingkat kepercayaan dalam keadaan
yang layak dipercaya, kejujuran, kebaikan, kemurahan hati, dan
persaudaraan dari orang pada umumnya, meskipun kemarahan
sesekali ada atau ketidaksabaran. ia juga memiliki tanggung
jawab dalam hubungan dekat.
2.1.2.3. Ciri – ciri aktualisasi diri
Maslow mendata 15 kualitas yang diperkirakannya sebagai ciri
pribadi pengaktualisasi diri minimal dalam derajat tertentu, yaitu:
(Feist, 2008)
a. Orientasinya realistik dan memandang realitas secara efisien.
Inilah sifat paling umum dari individu yang teraktualisasi.
Dia mampu mengamati objek-objek dan orang-orang di
21
sekitarnya secara objektif. Maslow menyebut persepsi
objektif ini Being-cognition (B-cognition), suatu bentuk
pengamatan pasif dan reseptif, semacam kesadaran tanpa
hasrat. Dia melihat dunia secara jernih sebagaimana adanya,
tanpa dipengaruhi oleh keinginan, kebutuhan, atau sikap
emosional.
b. Menerima diri, orang lain, dan alam sekitar apa adanya.
Individu yang teraktualisasi menerima dirinya, kelemahan-
kelemahan dan kekuatan-kekuatannya tanpa keluhan atau
kesusahan. Dia menerima kodratnya sebagaimana adanya,
tidak defensif atau bersembunyi dibalik topeng-topeng atau
peranan sosial. Sikap penerimaan ini membuatnya mampu
mendengarkan orang lain dengan penuh kesabaran, rendah
hati dan mau mengakui bahwa dia tidak tahu segala-galanya
dan bahwa orang lain akan mengajarinya sesuatu.
c. Spontan, sederhana, dan alami.
Dalam semua segi kehidupan, orang yang teraktualisasi
bertingkah laku secara terbuka dan langsung tanpa berpura-
pura. Dia tidak harus menyembunyikan emosi-emosinya,
tetapi dapat memerlihatkan emosi-emosi tersebut secara jujur
dan wajar. Seperti anak kecil, orang yang teraktualisasi
kadang terlihat lugu, mendengarkan dengan penuh perhatian,
takjub dan heran akan sesuatu yang baru, dan itu semua
dilakukannya secara apa adanya tanpa dibuat-buat.
d. Lebih memperhatikan masalah (Problem Centered) dan
memperhatikan diri sendiri-sendiri (Self Centered).
Individu yang teraktualisasi-diri tidak pernah menyalahkan
diri sendiri ketika gagal melakukan sesuatu. Dia menganggap
22
kegagalan itu sebagai suatu hal yang lumrah dan biasa saja.
Dia mungkin akan mengecam setiap ketololan dan
kecerobohan yang dilakukannya, tetapi hal-hal tersebut tidak
menjadikannya mundur dan menganggap dirinya tidak
mampu. Dicobanya lagi memecahkan masalah dengan penuh
kegembiraan dan keyakinan bahwa ia mampu menyelesai-
kannya.
e. Memiliki kebutuhan akan privasi dan indevedensi
Individu yang mengaktualisasikan diri memiliki kebutuhan
yang kuat untuk memisahkan diri dan mendapatkan suasana
kesunyian atau suasana yang meditatif. Dia butuh saat-saat
tertentu untuk tidak terganggu oleh adanya orang lain. Dia
memiliki kemampuan untuk membentuk pikiran, mencapai
keputusan, dan melaksanakan dorongan dan disiplin dirinya
sendiri.
f. Bebas dari kultur lingkungan
Individu yang mengaktualisasikan-diri sudah dapat
melepaskan diri dari ketergantungan yang berlebihan
terhadap lingkungan sosial dan fisik. Pemuasan akan motif-
motif pertumbuhan datang dari dalam diri sendiri, melalui
pemanfaatan secara penuh bakat dan potensinya.
g. Memahami orang dan sesuatu secara segar dan tidak
stereotip.
Individu yang teraktualisasi senantiasa menghargai
pengalaman-pengalaman tertentu bagaimana pun seringnya
pengalaman itu terulang, dengan suatu perasaan kenikmatan
yang segar, perasaan terpesona, dan kagum. Bulan yang
bersinar penuh, matahari terbenam, gelak tawa teman, dan
23
hal-hal biasa lainnya selalu dipandang seolah-olah
merupakan pengalaman yang baru pertama kali baginya.
Apresiasi yang senantiasa segar ini membuat hidupnya selalu
bergairah tanpa kebosanan.
h. Memiliki pengalaman puncak.
Ada kesempatan dimana individu yang mengaktualisasikan
diri mengalami ekstase, kebahagiaan, perasan terpesona yang
hebat dan meluap-luap, seperti pengalaman keagamaan yang
mendalam. Inilah yang disebut Maslow “peak experience”
atau pengalaman puncak. Pengalaman puncak ini ada yang
kuat dan ada yang ringan. Pada orang yang teraktualisasi,
perasaan “berada di puncak” ini bisa diperolehnya dengan
mudah, setiap hari; ketika bekerja, mendengarkan musik,
membaca cerita, bahkan saat mengamati terbit matahari.
i. memiliki minat sosial (Gemeinschaft).
Individu yang teraktualisasi memiliki perasaan empati dan
afeksi yang kuat dan dalam terhadap semua manusia, juga
suatu keinginan membantu kemanusiaan. dia menemukan
kebahagiaan dalam membantu orang lain. Baginya
mementingkan orang lain berarti mementingkan diri sendiri.
j. Cenderung memiliki hubungan akrab dengan sedikit orang
tercinta secara khas, mendalam serta sangat emosional.
Individu yang teraktualisasi memiliki cinta yang lebih besar,
persahabatan yang lebih dalam serta identifikasi yang lebih
sempurna dengan individu-individu lain. Sahabat-sahabatnya
bisa jadi tidak banyak, tetapi sangat akrab. Istrinya mungkin
cuma satu, tetapi cinta yang diterima dan diberikannya sangat
besar dan penuh kesetiaan. Ia tidak memiliki ketergantungan
24
yang berlebihan kepada orang yang dicintai sehingga
membuatnya terhindar dari cemburu buta, iri hati, dan
kecemasan.
k. Memiliki nilai dan sikap demokratis.
Individu yang sangat sehat membiarkan dan menerima semua
orang tanpa memperhatikan kelas sosial, tingkat pendidikan,
golongan politik, ras, warna kulit, bahkan agama. Tingkah
laku mereka menunjukkan tingkat toleransi yang tinggi, tidak
angkuh, tidak picik atau menganggap diri paling benar. Sifat
ini menggabungkan beberapa meta-kebutuhan seperti
kebenaran, kejujuran, dan keadilan.
l. Tidak mengacaukan atau mencampuradukkan sarana dan
tujuan.
Bagi orang yang teraktualisasi, sarana adalah sarana dan
tujuan adalah tujuan. Tetapi berbeda dengan orang-orang
biasa, individu yang teraktualisasi melihat sarana bisa pula
menjadi tujuan karena kesenangan dan kepuasan yang
ditimbulkannya. Pekerjaan bagi orang yang sehat bukanlah
semata-mata untuk mendapatkan keuntungan material, tetapi
untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan. “Menyenangi
apa yang dilakukan” sekaligus “melakukan apa yang
disenangi”, membuat hidup bebas dari paksaan, terasa santai
dan penuh dengan rekreasi.
m. Rasa humornya filosofik, tidak berlebihan, sangat kreatif.
Humor yang disukai oleh individu yang mencapai aktualisasi
lebih bersifat filosofis; humor yang menertawakan manusia
pada umumnya, bukan kepada individu tertentu. Ini adalah
sejenis humor yang bijaksana yang dapat membuat orang
25
tersenyum dan mengangguk tanda mengerti daripada
membuatnya tertawa terbahak-bahak.
n. Menolak bersetuju dengan kultur dan pengalaman puncak
atau pengalaman mistik.
Individu yang teraktualisasi bukanlah penentang kebudayaan,
tetapi ia dapat berdiri sendiri dan otonom, mampu melawan
dengan baik pengaruh-pengaruh sosial untuk berpikir dan
bertindak menurut cara-cara tertentu yang diyakininya baik.
Individu ini tidak terlalu mempermasalahkan hal-hal kecil
seperti cara berpakaian, tata-krama, cara makan, dan
sebagainya, tetapi ia dapat keras dan terus-terang jika
mendapati soal-soal yang sangat penting baginya mengenai
aturan-aturan dan norma-norma masyarakat.
2.1.2.4. Faktor – faktor yang mepengaruhi aktualisasi diri
Maslow yakin bahwa manusia mengaktualisasi diri dimotofasikan
oleh “kebenaran–kebenaran abadi”, yang disebut dengan B-Values.
Namun B-values bukan kebutuhan seperti makanan, tempat
berteduh ataupun pertemanan. Maslow mengistilahkan B-Values
sebagai “meta kebutuhan” (metaneeds) yang menunjukan bahwa
ini tingkat tertinggi kebutuhan. Dalam pengaktualisasi diri juga
memiliki motif-motif yang sering disebut metamotivasi. (Feist,
2008)
Metamotivasi lebih dicirikan oleh perilaku ekspresif daripada
perilaku mengatasi (coping). Metamotivasi ini merupakan jawaban
atas pertanyaan mengapa orang yang sudah terpenuhi kebutuhan
dicintai dan memiliki penghargaan diri yang besar namun tidak
bisa masuk kedalam gerbang aktualisasi diri, kerna mereka tidak
memiliki B-Values. Karena hanya mereka yang memiliki B-Values
26
dapat mengaktualisasikan diri, dan hanya mereka saja yang
sanggup memiliki metamotivasi. (Feist, 2008)
Aktualsasi diri merupakan suatu tujuan yang tak pernah bisa
dicapai sepenuhnya. Hanya sedikit orang, kata Maslow, yang
mencapai aktualisasi diri sepenuhnya, sebab gerakan ke arah
aktualisasi diri ini tidak secara otomatis. Salah satu prasyarat untuk
mencapai aktualisasi diri adalah terpuaskannya berbagai kebutuhan
– kebutuhan fisiologis, rasa aman, memiliki dan cinta, serta
penghargaan. Meskipun demikian, sebenarnya orang – orang yang
telah memenuhi kebutuhan dasar pun, gerakan kearah aktuliasasi
diri tidaklah mudah. Hal ini disebabkan beberapa faktor berikut :
(Budiharjo dalam Anggriyani, 2011)
Pertama , aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah paling lemah
(juah lebih lemah dan basic needs, sehingga dapat dengan mudah
dikuasai oleh kebiasaan, tekanan, kebudayaan, dan sikap yang
salah terhadap aktualisasi diri.
Kedua, orang – orang sering takut untuk mengetahui diri sendiri
yang sebenarnya penting untuk beraktualisasi diri. Dengan
mengetahui diri sendiri, konsep diri seseorang dapat berubah dan
secara tak terelakan melibatkan dilepaskannya kepastian yang telah
lama diketahui dan dipercayai untuk digantikan dengan konsep –
konsep yang baru, hal – hal yang tidak diketahui dan tidak pasti.
Ketiga aktualisasi diri pada umumnya memerlukan lingkungan
yang memberi kebebasan kepada seseorang bebas untuk
mengungkapkan dirinya, menjelajah, memilih prilakunya, dan
mengejar nilai – nilai seperti kebenaran, keadillan, dan kejujuran.
27
Ada dua faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri yaitu (Potter&
Perry, 2005)
a. Faktor internal
Keraguan, ketidaktahuan dan bahkan rasa takut dari individu
untuk mengungkapkan potensi – potensinya, dapat menghambat
proses aktualisasi diri pada seseorang. Pencapaian aktualisai diri
membutuhkan kesediaan atau keterbukaan individu tersebut.
b. Faktor eksternal
Hambatan untuk mengaktualisasikan diri dapat berasal dair luar
atau dari masyrakat. Tegasnya, aktualisasi diri hanya mungkin
terjadi apabila kondisi lingkungannya menunjang. Berarti dalam
hal ini lingkungan sekitar dapat mempengaruhi aktualisasi diri.
2.1.2.5 Cara menugukur akualisasi diri
Everett L. Shostrom (1974) mengembangkan Personal
Orientation Inventory (POI) dalam usahanya untuk mengukur
nilai-nilai dan tingkah laku dari orang-orang yang
mengaktualisasi diri. POI mempunyai 2 skala utama dan 10
subskala yang telah dites validitas dan realibilitasnya. Salah satu
karakteristik dari orang-orang yang mengaktualiusasi diri adalah
tidak mengikuti apa yang diharuskan oleh kultur. POI
mempunyai dua masalah praktis, pertama alat ini memakan
waktu, partisipan membutuhkan waktu 30 sampai 45 menit
untuk menyelesaikannya dan kedua format dua pernyataan
pilihan jawaban dapat menimbulkan perasaan marah dalam diri
partisipan, yang merasa frustasi dengan terbatasnya pilihan
jawaban. Untuk mengatasi dua hambatan praktis ini, Alvin
Jones dan Rick Crandall (1986) membuat Short Index of Self-
Actualization, yang meminjam 15 pertanyaan dari POI yang
paling berkaitan dengan skor aktualisasi diri total. Pernyataan-
pernyataan pada Short Index dinilai dengan 5 skala point Likert
28
(dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju). Skala ini
memiliki reliabilitas dan validitas yang memadai. Indeks ini
didasarkan pada item yang telah dimodifikasi dari POI yang
diterima secara luas untuk mengukur aktualisasi diri.
Dari laporan penelitan Alvin Jones dan Rick Crandall (1986)
tentang 15 item dari self-actualization menyatakan bahwa index
telah mencapai korelasi yang signifikan (r = 0,67, p ≤ 0,001).
Tidak ada masalah dengan tanggapannya dan index mampu
menangkal keadaan seseorang “pura-pura baik”. Mereka
memberikan 4 dimensi yang menurut mereka paling penting
dalam 15 kriteria yang terdapat dalam POI.
2.1.3. Konsep mahasiswa
2.1.3.1. Umur mahasiswa
Menurut Gunarsa (2004) seseorang memasuki usia mahasiswa pada
usia 18 tahun, dimana pada usia 18 – 21 tahun termasuk dalam
tahapan remaja akhir atau masa peralihan kedewasa. Untuk
mahasiswa tidak ada batasan usia karena seseorang yang menjalani
pendidikan pada program eksisteni atau pascasarjana yang sebagian
besar termasuk dalam tahapan usia dewasa juga disebut mahasiswa.
Umumnya, rata - rata mahasiswa/i yang mengambil jenjang studi
strata 1 adalah 18 – 22 tahun terhitung dari semester 1 sampai
semester akhir. Oleh karena itu, kisaran umur tersebut berdasarkan
pengelompokan terdapat 2 tahap yaitu tahap remaja dan tahap
dewasa muda. Usia remaja adalah sekitar 11 – 19 tahun, sedangkan
usia dewasa muda adalah awal 20 – 30 tahun. (Santrock, 2008)
Karena itu penelitian ini mengambil kriteria umur mahasiswa
berdasarkan Levinson yang telah mengidentifikasi fase – fase
29
perkembangan dewasa muda sebagai berikut : (Potter & Perry,
2005)
1. Awal transisi dewasa (usia 18 – 20), ketika seseorang berpisah
dari keluarga dan merasakan kebebasan.
2. Memasuki dunia kedewasaan (usia 21 – 27), ketika seseorang
menyiapkan dan mencoba karier dengan gaya hidup.
3. Masa transisi (usia 28 – 32), ketika seseorang secara besar –
besaran memodifikasi aktifitas kehidupannya dan memikirkan
tujuan masa depan.
4. Masa tenang (usia 33 – 39), ketika seseorang mengalami
stabilitas yang lebih besar.
2.1.3.2. Karakteristik mahasiswa
Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang
menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun
swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi.
Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi,
kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak.
Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan
sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang
merupakan prinsip yang saling melengkapi. Mahasiswa adalah
manusia yang tercipta untuk selalu berpikir yang saling
melengkapi. (Siswoyo, 2007)
Semakin diakui bahwa transisi ke masa dewasa merupakan titik
kritis dalam perjalanan hidup. Periode ini biasanya digambarkan
berkisar dari usia 18 – 25 tahun dan dicirikan oleh ekplorasi dan
eksperimentasi dengan identitas, gaya hidup dan karier. Masa
dewasa persiapan merupakan usia dengan berbagai kemungkinan,
30
dimana banyak orang muda merasa optimis dengan rencana –
rencana masa depan mereka. (Arnett, 2006)
Bagi beberapa orang peralihan kemasa dewasa kurang begitu
mudah dan menigkatnya tanggung jawab serta kemandirian di masa
dewasa terbukti merupakan hal yang sulit dihadapi. Sedangkan
bagi yang lain, peralihan ini merupakan hal yang sulit dihadapi
yang lain, peralihan ini merupakan sesuatu yang positif yang
memberikan kesempatan untuk mengubah hidup mereka ke arah
yang lebih positif. (Schulenberg & Zarret, 2006)
Orang muda memandang masa dewasa sebagai suatu kondisi
psikologis dimana individu merasa mampu mengambil tanggung
jawab atas tindakan – tindakan mereka dan mampu berinteraksi
dengan orang – orang dewasa lainnya (terutama orang tua) sebagai
sebaya mereka dan mengambil keputusan – keputusan mandiri.
(Upton, 2012)
Gagasan bahwa masa remaja dapat menjembatani kesenjangan
antara masa kanak – kanak dan masa dewasa tidak berlaku lagi
dimasyarakat modern, dimana waktu dan urutan pengalaman –
pengalaman tradisional yang merepresentasi proses menjadi
dewasa, seperti tidak lagi tinggal bersama orang tua, menyelesaikan
sekolah, mulai bekerja dan menikah serta memiliki anak, lebih
fleksibel ketimbang sebelumnya. (Furstenberg, Kefalas, &
Napolitano, 2005)
Pertumbuhan kognitif pada para mahasiswa dan menemukan
bahwa terjadi perubahan dari asumsi awal ketika memasuk
perguruan tinggi, yaitu bahwa suatu kebenaran mutlak dapat
ditemukan, ke pemahaman secara bertahap bahwa pertanyaan –
31
pertanyaan dapat memiliki jawaban. Ini memunculkan
kebimbangan karena tidak mengetahui mana “jawaban yang
benar”. (Perry dalam Upton, 2012)
Dewasa awal ini merupakan periode penyesuaian diri terhadap
pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Dan
berikut adalah karakteristik dari masa dewasa awal : (Pieter &
Lubis, 2010)
a. Masa dewasa awal sebagai masa pengaturan
Pada generasi terdahulu berpandangan bahwa jika anak laki-laki
dan perempuan mencapai usia dewasa secara syah, maka hari-
hari kebebasan telah berakhir dan saatnya telah tiba untuk
menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa.
b.Masa dewasa awal sebagai usia reproduktif
Orang tua (parenthood) merupakan salah satu peran yang paling
penting dalam hidup orang dewasa. Orang yang sudah menikah
berperan sebagai orang tua saat usia sekitar 20-30 tahun, dan
beberapa sudah menjadi kakek atau nenek sebelum masa dewasa
berakhir. Masa dewasa merupakan “usia reproduktif” bagi yang
cepat mempunyai anak dan menpunyai keluarga besar pada awal
dewasa atau bahkan pada tahun-tahun terakhir masa remaja
kemungkinan seluruh masa dewasa dini merupakan masa
reproduksi.
c. Masa dewasa awal sebagai masa bermasalah
Dalam tahun-tahun pertama dewasa awal, banyak masalah baru
yang harus dihadapi seseorang. Masalah baru-baru ini berbeda
dengan masalah-masalah yang sudah pernah dialami sebelum-
nya. Anak-anak muda telah dihadapkan dengan banyak masalah
dan mereka belum siap untuk menghadapinya. Penyesuaian diri
32
terhadap masalah-masalah dewasa dini atau awal ini menjadi
lebih intensif dengan diperpendeknya masa remaja, masa
transisi menjadi dewasa sangat pendek sehingga anak-anak
muda hampir tidak memiliki waktu untuk peralihan menjadi
dewasa.
d. Masa dewasa awal sebagai masa ketegangan emosional
Kini relasi sosial telah beralih dalam keterlibatan pada kegiatan
– kegiatan diluar rumah. Masa dewasa awal sudah harus dituntut
untuk bisa berpikir sendiri. Sehingga ketidakmampuan dalam
mengatasi masalah akan menyebabkan ketegangan emosional.
e. Masa dewasa awal sebagai masa keterasingan sosial
Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang
ke dalam pola kehidupan orang dewasa yaitu karier, pernikahan,
dan rumah tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok
sebaya masa remaja menjadi renggang, dan berbarengan dengan
itu keterlibatan dalam kegiatan kelompok diluar rumah akan
terus berkurang. Hubungan sosial ini terus berkurang. Kini
keramahan-tamahan mulai digantikan pada persaingan dan
mendapatkan pekerjaan yang berkualitas. Maka efeknya
mungkin sekali ia mengalami egosentris dan menjadi kesepian.
f. Masa dewasa awal sebagai masa komitmen
Sewaktu menjadi dewasa, orang-orang dewasa mengalami
perubahan tanggung jawab dari seorang pelajar yang
sepenuhnya tergantung pada orang tua menjadi orang dewasa
yang mandiri, maka mereka menentukan pola hidup baru,
memikul tanggung jawab baru dan membuat komitmen-
komitmen baru. Meskipun semua itu terkadang berubah, pola-
33
pola ini yang akan membentuk pola hidup, tanggung jawab dan
komitmen-komitmen dikemudian hari.
g. Masa dewasa awal sering merupakan masa ketergantungan
Meskipun telah resmi mencapai status dewasa pada usia 18
tahun, dan status ini memberikan kebebasan untuk mandiri,
banyak orang muda yang masih agak tergantung atau bahkan
sangat tergantung pada orang lain selama jangka waktu yang
berbeda-beda. Seperti tergantung pada orang tua mereka, teman,
guru dan yang lainnya. Dimasa dewasa awal ini, seseorang
merasa bahwa ada beberapa hal yang ia masih belum bisa
kerjakan secara mandiri. Maka dari itu banyak oarng muda
sangat tergantung dengan orang lain.
h. Masa dewasa awal sebagai masa perubahan nilai
Banyak nilai masa kanak-kanak dan remaja berubah karena
pengalaman dan hubungan sosial yang lebih luas dengan orang-
orang yang berbeda usia dan karena nilai-nilai itu kini dilihat
dari kaca mata orang dewasa. Orang dewasa yang tadinya
menganggap sekolah itu suatu kewajiban yang tidak berguna,
kini sadar akan nilai pendidikan sebagai batu loncatan untuk
meraih suatu keberhasilan sosial, karier, dan kepuasan pribadi.
Akibat dari nilai-nilai yang berubah seperti itu, banyak orang
dewasa yang semula putus sekolah atau universitas memutuskan
untuk sekolah kembali dan belajar kembali menyelasaikan
pendidikan mereka. Banyak yang merasakan kegiatan belajar
sebagai perangsang semangat mereka, sehingga mereka
mengikuti berbagai kursus setelah mereka tamat sekolah
lanjutan atas maupun perguruan tinggi.
34
i. Masa dewasa awal sebagai masa penyesuaian diri dengan cara
hidup baru
Masa dewasa awal atau dini merupakan periode yang paling
banyak menghadapi perubahan. Dalam masa dewasa ini gaya-
gaya hidup mulai menyesuaikan serta pola – pola yang lain
mulai berubah dan bertambah.
j. Masa dewasa awal sebagai masa kreatif
Bentuk kreativitas yang akan terlihat ketika seseorang mulai
tumbuh menjadi orang dewasa (dewasa awal atau dini) ini
tergantung pada minat dan kemampuan individual, kesempatan
untuk mewujudkan keinginan-keinginan dan kegiatan-kegiatan
yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Ada yang
menyalurkan kreatifitasnya melalui hobi, ada yang menyalurkan
pekerjaanya melalui hobi.
2.1.3.3 Tugas – tugas perkembangan
Kriteria utama periode dewasa awal adalah interdependen,
kesediaan untuk bertanggung jawab dan mempunyai pekerjaan.
ketiga sifat ini membedakan seorang dewasa satu dengan dewasa
lain. Interdependen adalah keseimbangan antara sikap tergantung
dan sikap bebas. (Pieter & Lubis, 2010)
Selama masa dewasa awal refleksi pengenalan diri sendiri
bertambah mendalam. Semua ambisinya kurang nyata kemudian
berubah menjadi tujuan praktis. Self-concept lebih stabil jika
didukung self-acceptence dan self-esteem. (Pieter & Lubis, 2010)
Elizabeth Hurlock (1980) mengatakan bahwa tugas – tugas
perkembangan masa dewasa awal yaitu: (Pieter & Lubis, 2010)
35
a. Interdependen emosional
Interdependen emosional berarti seseorang telah mampu untuk
melepaskan ketergantungan mulai dari orang tua atau anggota
keluarga lain, teman, hingga dapat mencapai otonomi pribadi.
Kini dewasa awal telah mampu membina hubungan emosional,
seperti tidak mudah kecewa atau marah ketika orang lain tidak
sependapat dengan dirinya. Pengendalian emosi lebih tenang.
b. Interdependen ekonomi
Interdependen ekonomi berarti dia telah mampu mengurus diri
atau keluarganya sendiri. Sudah mampu mengatur
pengeluarannya dan bagaimana cara agar semua kebutuhannya
terpenuhi.
c. Interdependen memilih pasangan hidup
Memilih pasangan hidup atau perkawinan adalah momen yang
penting dari kehidupan dewasa awal, karena telah dinilai lebih
realistis, seperti penyesuaian dalam relasi suami istri,
hubungan seksualitas, ekonomi, dan hubungan dengan mertua.
d. Interdependen sosial
Interdependen sosial berarti dia telah diterima dalam
masyarakat dewasa dan mampu menunjukkan sifat orang
dewasa pada umumnya, bertanggung jawab sosial, pekerjaan,
pendidikan, keagamaan, dan bersedia melaksanakan tugas.
Dikatakan dewasa secara sosial berarti dapat menentukan sikap
dan keputusan sesuai kaidahnya.
e. Ekspansivitas karier
Ekspansivitas karier adalah salah satu ciri dari masa dewasa
awal. Mereka akan berusha keras demi karier, aktif dalam
36
kegiatan masyarakat atau organisasi dan mereka selalu mencari
kesibukan.
2.1.3.4 Perubahan psikologis masa dewasa awal
a. Kemampuan mental
Kemampuan mental diperlukan dalam mempelajari situasi dan
menyesuaikan diri dalam situasi baru, seperti mengingat hal –
hal baru yang dahulu pernah dipelajarinya, penalaran analogis
dan berpikir kreatif. Puncak kematangan mental dimulai dari
usia 20-an, kemudian berangsur – angsur menurun. (Pieter &
Lubis, 2010)
b. Kemampuan motorik
Orang dewasa awal akan mencapai puncak kekuatan
kemampuan motorik pada usia 20-30 tahun. Kecepatan
merespon maksimal saat usia 20-25 tahun dan kemampuan ini
lambat laun akan menurun. Dalam belajar ketrampilan motorik
baru akan lebih berhasil cepat seimbang dan luwes pada usia
20-an tahun. (Pieter & Lubis, 2010)
c. Penyesuaian Peran Seks
Penyesuaian peran seks periode dewasa awal benar – benar
sulit, karena dipengaruhi kelompok tradisional dan egalitarian.
Konsep tradisional lebih menekan pada pola perilaku tanpa
memperhatikan minat dan kemampuan individual. Konsep ini
menekankan peran superioritas maskulin dan tidak
menoleransi sifat atau kesan kewanitaan atau pekerjaan wanita.
Posisi pria diluar rumah ialah menduduki posisi yang lebih
berwewenang dan lebih berprestasi dalam masyarakat dan
bisnis dibandingkan wanita. Konsep egalitarian lebih
menekankan individualitas dan persamaan derajat antara pria
37
dan wanita. Suatu peran harus mendatangkan kepuasan pribadi
dan bukan hanya cocok untuk salah satu jenis kelamin saja. Di
dalam rumah atau diluar peran pria dan wanita ialah sebagai
rekan kerja. (Pieter & Lubis, 2010)
d. Perubahan Minat
Pada dewasa awal biasanya minat akan berubah dan tidak
dapat dipertahankan karena tidak sesuai lagi dengan
kebutuhan. Alasan mengapa terjadi perubahan minat mereka
yaitu akibat kesehatan, status ekonomi, perubahan pola
kehidupan, nilai- nilai, perubahan kesenangan atau tekanan
lingkungan. (Pieter & Lubis, 2010)
e. Minat Pribadi
Biasanya minat pribadi yang kuat saat masa remaja ikut
terbawa hingga masa dewasa awal tetap bersifat egosentris.
Namun, dengan bertambah tugas – tugas dan tanggung jawab
di tempat kerja atau rumah, minat egosentris berangsur –
angsur akan berkurang dan memunculkan minat sosial. Bentuk
–bentuk minat pribadi pada dewasa awal adalah minat
penampilan diri, pakaian dan perhiasan, simbol kedewasaan,
simbol status, minat uang atau agama. (Pieter & Lubis, 2010)
f. Minat Rekreasi
Rekreasi merupakan suatu kegiatan yang memberikan
kesegaran, mengembalikan kekuatan atau kesegaran rohani
setelah lelah bekerja atau mengalami keresahan batin. Rekreasi
dianggap sebagai kegiatan yang sangat menyenangkan. Faktor
– faktor yang mempengaruhi minat rekreasi adalah kesehatan
fisik, pekerjaan, perkawinan sosio-ekonomi, jenis kelamin, dan
sikap sosial. (Pieter & Lubis, 2010)
38
g. Minat Sosial
Faktor yang mempengaruhi peran sosial pada dewasa awal
yaitu mobilitas sosial , status sosio-ekonomi, lamanya tinggal
dalam suatu kelompok masyarakat, umur kematangan seksual
dan urutan kelahiran, lingkungan dan jenis kelamin. (Pieter &
Lubis, 2010)
2.1.3.5 Bahaya psikologi masa dewasa awal
a. Bahaya personal dan sosial
Bahaya personal dan sosial pada masa dewasa awal berasal dari
kegagalan menguasai sebagian dari tugas – tugas perkembangan
dengan menyebabkan mereka tampak belum matang
dibandingkan dengan dewasa lain. Faktor – faktor penyebab
kesulitan menguasai tugas perkembangan keterlambatan
menyelesaikan tugas–tugas perkembangan sebelumnya,
hambatan kesehatan fisik, latihan yang tidak runtut pada
perilaku dan sikap dewasa, perlindungan dan aspirasi orang tua
yang berlebihan pada anak atau pengaruh teman kelompok atau
teman sebaya (Pieter & Lubis, 2010)
b. Bahaya Peran Seks
Konsep peran seks secara tradisional memiliki pengaruh besar
dalam penyesuaian diri, seperti pria selalu membuktikan sebagai
pria maskulin dengan kerja keras tanpa memperhatikan
kesehatan. Dia berkeyakinan tidaklah jantan jika
mengkhawatirkan kesehatan. Adapun, wanita dipandang rendah
jika diperlakukan inferior, melumpuhkan prestasinya dan urusan
rumah tangga. (Pieter & Lubis, 2010)
39
c. Bahaya hambatan bidang keagamaan
Bahaya hambatan dalam keagamaan yang menyebabkan adanya
hambatan emosi bagi sebagian orang dewasa dini ialah nilai atau
agama baru, perkawinan campuran, tingkat kepuasan menjalan-
kan peran, kesulitan bergaul atau mobilitas sosial. (Pieter &
Lubis, 2010)
2.1.4 Konsep organisasi
2.1.4.1 Pengertian organisasi
Dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya manusia memerlukan
manusia lain. Usaha untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan
tersebut dengan membentuk hubungan kerja sama dan selanjutnya
membentuk kelompok – kelompok. Dengan demikian yang
dimaksud organisasi adalah wadah yang memungkinkan
masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai
oleh individu secara sendiri – sendiri. (Rivai & Mulyadi, 2011)
Menurut pengertian diatas dapat diambil kesimpulan organisasi
adalah sekelompok manusia dalam satu kesatuan yang ingin
memenuhi kebutuhan hidupnya untuk meraih hasil yang
sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri –
sendiri. Pemenuhan kebutuhan itu salah satunya ialah ingin
mendapat pengakuan dari orang lain terhadap dirinya dan
mengaktualisasi dirinya yang menurut Maslow merupakan
kebutuhan tertinggi manusia yang harus dipenuhi.
2.1.4.2. Aktif berorganisasi
Bila diamati dengan jeli dikaitkan dengan aktivitas mahasiswa di
kampus, ternyata terdapat dua jenis sosok mahasiswa (Trimarsanto,
dalam Basuki 2013), yakni pertama sosok mahasiswa yang apatis
terhadap kegiatan organisasi kemahasiswaan dan kedua adalah
40
sosok mahasiswa aktif di organisasi kemahasiswaan, yang biasanya
disebut aktivis seperti dipaparkan dimuka, dengan berbagai
kegiatan yang terkadang tidak hanya aktif disatu organisasi
kemahasiswaan.
Sosok mahasiswa aktivis dalam kegiatan organisasi
kemahasiswaan, adalah mahasiswa yang disamping menekuni
aktifitas perkuliahan tapi juga menyempatkan untuk mengikuti
aktifitas organisasi kemahasiswaan. Keaktifan di organisasi ini
biasanya dilandasi oleh bakat, hobi, tuntutan jiwa organisasi dan
kepemimpinan, tuntutan sosial atau bisa jadi karena pelarian dari
aktivitas perkuliahan yang kadang dianggapnya membosankan.
(Basuki, 2013)
Karena bermacam alasan diatas lah banyak kadang – kadang
diantara anggota organisasi yang hanya ada ketika suatu kegiatan
dilaksanakan, ada juga yang selalu ada dalam perkumpulan dan
aktif menggerakan. Mereka sama mengikuti organisasi namun
hakekatnya berbeda, karena mereka yang tidak aktif, tidak akan
merasakan pengembangan kepribadian dan aktualisasi dirinya.
Padahal manusia sebagai salah satu dimensi dalam berorganisasi
memegang peranan sangat penting, yang merupakan salah satu
faktor dan pendukung organisasi. Prilaku organisasi pada
hakikatnya adalah hasil – hasil interaksi antara individu – individu
dalam organisasinya. (Rivai & Mulyadi, 2011)
Masing – masing individu memiliki karakteristik seperti
kemampuan, kepercayaan pribadi, harapan kebutuhan, dan
pengalaman masa lalunya. Organisasi sebagai salah satu
lingkungan individu juga mempunyai karakteristik antara lain
41
keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hierarki, pekerjaan –
pekerjaan, tugas – tugas, wewenang dan tanggung jawab, sistem
pengajian, sistem pengendalian, dan lain sebagainya. Dalam kaitan
antara individu dengan organisasi maka ia membawa karakteristik
individu ke dalam tatanan organisasi, sehingga terjadilah interaksi
antara karakteristik individu dengan karakteritik organisasi.
Interaksi keduanya mewujudkan prilaku individu dalam organisasi.
(Rivai & Mulyadi, 2011)
Berdasarkan kasus diataslah seseorang dikatakan mendapat
manfaat organisasi sebagai pengaktualisasian dirinya, hanyalah
orang – orang yang aktif.
Larson dkk, melakukan observasi dan wawancara terhadap para
anggota dan pimpinan tiga organisasi yang berbeda basis kegiatan
(pendidikan, seni, dan kemasyarakatan), masing-masing 3-4 bulan.
Melalui hasil penelitian ini kita dapat melihat manfaatnya bagi
perkembangan kepribadian anggotanya. (Widyarini, 2013)
a. Mengembangkan inisiatif. Temuan Larson dkk pada tiga
program yang diteliti, sesuai dengan beberapa hasil penelitian
sebelumnya, menunjukkan bahwa keterampilan inisiatif para
anggota tumbuh melalui tantangan yang mereka hadapai dalam
mencapai suatu tujuan. Pada mulanya para anggota ”sekadar
melakukan”, tetapi setelah beberapa minggu kemudian mereka
mulai tampak mengembangkan strategi untuk menghadapi
suatu tantangan (tugas), dan lebih memobilisasi waktu dan
usaha. Beberapa hal yang dipelajari sebagai hal yang
menghasilkan kesuksesan program adalah:
1) memulai secara lebih awal
2) mengelola waktu
3) bekerja keras.
42
Beberapa anggota tampak menunjukkan peningkatan dalam
strategi berpikir. Mereka menemukan pencerahan (insight)
dalam hal memecahkan masalah, mengorganisasi langkah-
langkah pekerjaan, dsb, agar penyelesaian tugas dapat lebih
efektif. Sebagian anggota malah dapat mentransfer
peningkatan kemampuan inisiatifnya ke dalam sisi lain
kehidupannya, yaitu dalam perencanaan karier.
b. Transformasi dalam motivasi. Dengan adanya perkembangan
keterampilan inisiatif, motivasi para anggota juga berubah.
Larson dkk menemukan, dalam tiga organisasi yang diteliti
banyak anggota yang awalnya bergabung dengan alasan
ekstrinsik: untuk memuaskan orangtua, mengisi waktu luang
bersama teman sebaya, menjadi prasyarat lulus sekolah, atau
karena ada honor. Namun, sebagian besar kemudian
menunjukkan perubahan. Motivasi mereka menjadi lebih
intrinsik (adanya minat pribadi terhadap program), dengan
alasan dapat terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang baru, segar,
dan menarik secara pribadi.
c. Memperoleh modal sosial. Perkembangan remaja, selain
berupa perkembangan karakter dan penguasaan keterampilan
baru, juga perkembangan dalam pembentukan relasi pribadi,
termasuk relasi dengan orang dewasa. Untuk itu, orang muda
butuh relasi dengan orang dewasa yang dapat memberi modal
sosial, yakni yang memberi informasi dan sumber daya yang
menghubungkan mereka dengan dunia orang dewasa.
Modal sosial selain baik untuk individu juga baik untuk
komunitas karena adanya pertukaran pengetahuan, sumber
daya, dan kepercayaan, sehingga membentuk keadaan
43
masyarakat yang sehat. Keterlibatan dalam program-program
kepemudaan merupakan kesempatan untuk membangun modal
sosial dan berkembang menjadi orang-orang dewasa yang
berkeahlian tinggi.
Dari penelitian Larson dkk ditemukan bahwa para anggota dari
tiga organisasi yang diteliti memanfaatkan relasinya dengan
orang-orang dewasa dalam komunitas yang ada untuk
keperluan pendidikan dan perencanaan karier mereka. Banyak
anggota mengaku telah belajar dari para orang dewasa
mengenai pilihan pendidikan dan karier dimasa mendatang.
Dalam relasinya dengan orang-orang dewasa sepanjang
kegiatan yang dilaksanakan, mereka dapat menemukan secara
nyata bagaimana orang dewasa mengelola tantangan hidup,
dan mereka ikut mengembangkan keahlian untuk menghadapi
tantangan.
d. Menjembatani perbedaan. Bentuk lain modal sosial atau
interpersonal diperoleh melalui teman-teman sebaya, yakni
dengan mengembangkan hubungan dan pemahaman terhadap
berbagai aspek perbedaan manusia (etnis, agama, gender,
status sosial-ekonomi, tujuan, dsb). Hasil penelitian Larson
dkk menunjukkan melalui program-program pada tiga
organisasi yang diteliti, para anggota mengalami
perkembangan kompetensi untuk memahami dan menghargai
keanekaragaman manusia. Data yang diperoleh menunjukkan
bahwa para anggota belajar menjembatani perbedaan melalui
tiga tahap:
Pertama, mengalami interaksi dengan orang-orang muda lain
yang berbeda dengan dirinya dalam berbagai hal. Melalui
44
interaksi ini mereka mengalami hubungan yang bermakna
dengan teman berbeda etnis dan sebagainya serta membangun
rasa saling percaya.
Kedua, melalui interaksi tersebut mereka belajar tentang orang
lain dan mulai melihat orang lain secara lebih utuh. Dengan
bersama-sama mengerjakan apa yang menjadi program dalam
kelompok-kelompok kecil, mereka menjadi saling bergantung
dan akrab satu sama lain.
Ketiga, mereka mengalami perubahan dalam berpikir yang
memengaruhi bagaimana interaksinya dengan anggota
kelompok-kelompok lain. Berdasarkan pengalaman
berinteraksi secara akrab dengan orang lain didalam
kelompok, selanjutnya dalam interaksi dengan kelompok lain
mereka telah mampu untuk menghargai perbedaan-perbedaan,
sehingga dalam interaksi tidak terjadi pembedaan antar
kelompok. Namun, dalam kenyataan pencapaian tahap ketiga
ini tidak berlangsung mudah. Bila sungguh-sungguh
dihadapkan dengan perbedaan antar kelompok, kadang terjadi
pertahanan diri, penolakan, atau pengabaian masalah yang
dihadapi. Dalam situasi seperti ini orang dewasa yang menjadi
pendamping program bekerja keras menciptakan kondisi
positif bagi interaksi antarkelompok. Antara lain dengan
memberikan status yang sama, membangun kerja sama, kontak
individu antarkelompok, dan adanya dukungan dari orang-
orang dewasa (pendamping) dalam berbagi seting kegiatan.
e. Menemukan tanggung jawab baru. Tanggung jawab merupa-
kan kualitas yang diharapkan dimiliki orang yang berkembang
menuju kedewasaan. Hasil penelitian Larson dkk
45
menunjukkan, banyak anggota mengakui adanya proses
menjadi lebih bertanggung jawab dalam perasaan maupun
dalam bertindak, sepanjang keikutsertaannya dalam program.
Keaktifan berasal dari kata “aktif” yang artinya giat (bekerja,
berusaha) keaktifan adalah kegiatan atau kesibukan. Keaktifan
berarti usaha yang dilandasi ketekunan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan (Depdikbud, dalam Setyono, 2013). Sedangkan
menurut Sondang P. Siagian (http://www.shvoong.com),
berorganisasi berasal dari kata organisasi yang berarti setiap bentuk
persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta
secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang
telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat seseorang
sebagai ketua atau beberapa orang yang disebut dengan anggota.
Jadi keaktifan berorganisasi disini adalah kegiatan seseorang yang
aktif agar berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh sebuah
organisasi baik kegiatan yang berbentuk formal ataupun non formal
bisa berjalan dengan baik, untuk menambah wawasan, pengalaman
dan pendewasaan dalam diri seseorang.
2.1.4.3 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin
STIKES Muhammadiyah Banjarmasin berdiri berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 189/DO/2003 dan SK Menkes RI No. HK. 00.06.1.1.172.
(www.stikes-mb.ac.id)
STIKES Muhammadiyah Banjarmasin sekarang ini telah
mempunyai beberapa program studi, diantaranya yaitu
S1 Keperawatan, D3 Keperawatan, D3 Farmasi, D3Kebidanan, D3
46
Keperawatan Kelas Internasional, dan S2 Keperawatan Spesialis
Gawat Darurat. (www.stikes-mb.ac.id)
STIKES Muhammadiyah Banjarmasin termasuk 24 Perguruan
Tinggi Terbaik se-Indonesia dalam melaksanakan Sistem
Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Berdasarkan SK. Direktoral
Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional
No.0301/D2.4/2011. (www.stikes-mb.ac.id)
Menurut Qaidah PTM (2006) organisasi yang berada di STIKES
Muhammadiyah Banjarmasin ialah Ikatan Mahasiswa Muham-
madiyah dan Badan Eksekutif Mahasiswa
a. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah gerakan mahasiswa
Islam beraqidah Islam, bersumber Al Qur'an & As Sunnah
yang didirikan pada 29 Syawal 1384 H / 14 Maret 1964 M di
Jogjakarta. ASAS gerakan IMM adalah gerakan kemahasis-
waan yang berfokus pada bidang Keagamaan, Kemasyarakatan
dan Kemahasiswaan itu sendiri. (DPP IMM, 2012)
Susunan Organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
(IMM) terdiri dari: (DPP IMM, 2012)
1) Komisariat, ialah kesatuan anggota dalam suatu Kampus,
Fakultas atau Akademisi dan atau tempat tertentu.
2) Cabang, ialah kesatuan komisariat-komisariat dalam suatu
daerah Kabupaten atau Kota atau daerah tertentu.
3) Daerah, ialah kesatuan cabang-cabang dalam suatu
Propinsi.
4) Pusat, ialah kesatuan daerah-daerah dalam Negara Republik
Indonesia.
47
Karena itu di perguran tinggi khususnya di Muhammadiyah
haruslah ada Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Dalam Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin terdapat beberapa
bidang yang masing – masing bergerak dalam melaksanakan
kegiatan yaitu : (Profil PK IMM STIKES MB, 2013)
1) Bidang Organisasi
Bidang organisasi diarahkan pada tercapainya struktur dan
fungsi organisasi serta mekanisme kepemimpinan yang
mantap dan mendukung gerakan Ikatan dalam mencapai
tujuannya. Program konsolidasi gerakan IMM juga
diarahkan pada terciptanya kekuatan gerak IMM baik
kedalam maupun keluar sebagai modal penggerak bagi
pengembangan gerakan IMM. Bidang ini selalu
mengadakan musyawarah untuk pergantian pimpinan tiap
tahunnya, perapian administrasi, menyelenggarakan
pelantikan, melaksanakan Milad IMM bersama bidang –
bidang yang lain.
2) Bidang Kader
Bidang Kader diarahkan pada penguatan trikompetensi
dasar (aqidah, intelektual dan humanitas) yang secara
dinamis mampu menempatkan diri sebagai pelaku
perubahan sosial masyarakat. Bidang ini selalu
melaksanakan pelatihan kader untuk menjaring anggota
dengan pembicara – pembicara dari pimpinan
Muhammadiyah.
3) Bidang riset dan pengembangan keilmuan
Diarahkan pada penguatan basis metodologi kader dan
kultur keilmuan disemua lini. Bidang ini pernah
melaksanakan seminar – seminar diantaranya seminar
48
hypnolearning, seminar hisab, seminar imunisasi dalam
perspektif Islam, dan lain - lain
4) Bidang media dan komunikasi
Diarahkan pada terciptanya media komunitas yang
mumpuni, meningkatnya bargaining position dengan
media dan menjadikan teknologi sebagai bagian integral
dari pengembangan IMM. Bidang ini pernah
melaksanakan pelatihan photoshop, pembuatan web, dan
lain - lain
5) Bidang Hikmah
Bidang Hikmah diarahkan pada penguatan peran sosial-
politik IMM ditengah kehidupan berbangsa dan bernegara,
khususnya dalam peran serta sosial politik generasi muda.
Pemetaan basis data sosial politik dan budaya, penguatan
peran intelektual kader, laboratorium politik dengan
pengayaan khazanah sosial politik dan budaya. Bidang ini
aktif dalam diskusi – diskusi masalah kampus.
6) Bidang Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
Diarahkan untuk menjadikan institusi IMM mampu
melakukan penguatan-penguatan di masyarakat untuk
terciptanya kemandirian. Bidang ini aktif dalam merespon
permasalahan masyarakat terkhusus masyarakat
mahasiswa di STIKES Muhammadiyah Banjarmasin,
diantaranya mengumpulkan sumbangan untuk korban
kebakaran, meninggal, dan lain – lain. Bidang ini juga
aktif dalam pemeriksaan gratis pada masyarakat dengan
bekerja sama di kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan
pemerintah, atau institusi lainnya.
7) Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan
Diarahkan pada pengembangan kapasitas kewirausahaan
kader dan kemandiran organisasi secara ekonomi. Bidang
49
ini aktif dalam kewirausahaan anggota IMM sendiri serta
aktif dalam bazar – bazar yang dilakukan sendiri atau pun
organisasi lain.
8) Bidang Immawati
Diarahkan pada upaya penguatan penguatan jati diri dan
peran aktif potensi sumber daya putri dalam transformasi
sosial menuju masyarakat utama. Peran-peran ini berbasis
pada paradigma adil gender. Bidang ini aktif dalam kajian
– kajian keislaman tetang wanita diantara kajian rutin yang
dilaksanakan tiap minggunya. Serta aktif merespon isu –
isu kewanitaan dan hari – hari kewanitaan dengan
membagikan bunga ke masyarakat kampus, dan lain-lain.
9) Bidang tabligh dan kajian keislaman
Bidang Dakwah diarahkan pada gerakan dakwah Islam
bernuansa pencerahan dan menggembirakan mesjid
kampus sebagai basis gerakan dakwah IMM. Bidang ini
aktif menyelenggarakan kajian keislaman setiap
minggunya di Mushola kampus, serta aktif dalam
menghidupkan kembali mushola kampus, diantaranya
bersih – bersih mushola, melengkapi kelengkapan
mushola, dan lain – lain.
10) Bidang Seni, Budaya dan Olahraga
Diarahkan pada upaya penggalian dan memasyarakatkan
kreatifitas seni, budaya dan olahraga sebagai bagian
gerakan dakwah Islam dan masyarakat Islam. Bidang ini
aktif menyelenggarakan lomba – lomba olahraga
diantaranya futsal antara SMA/sederajat se-Kal-Sel, futsal
antara Perguruan Tinggi Se-Banjarmasin, dan lain – lain.
50
b. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
BEM adalah satu organisasi kemahasiswaan yang berada
ditingkat Sekolah Tinggi, merupakan perwakilan tertinggi
Mahasiswa. BEM menjadi wadah dari seluruh mahasiswa
untuk mengembangkan bakat dan kemampuan yang dimiliki
agar menjadi mahasiswa yang memiliki kekayaan bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, kesenian dan secara khusus. (Profil
BEM STIKES MB, 2013)
Dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin terdapat
beberapa Unit Kerja Mahasiswa (UKM) yang masing – masing
bergerak dalam melaksanakan kegiatan yaitu : (Profil BEM
STIKES MB, 2013)
1) UKM Sosial
organisasi ini mengoptimalkan kinerja anggotanya dengan
memanfaatkan ilmu dan kemampuan yang mereka miliki
untuk peningkatan kemampuan serta pengetahuan
masyarakat dibidang kesehatan. UKM ini aktif dalam
merespon permasalahan yang berhubungan dengan
masyarakat, lingkungan, panti, sekolah, dan sumbangan
untuk korban – korban yang terkena musibah. Diantaranya
mereka telah banyak berkunjung ke panti – panti asuhan
untuk memberikan bantuan, membantu mengumpulkan
uang untuk korban kebakaran baik dari mahasiswa
STIKES Muhammadiyah Banjarmasin ataupun kebakaran
yang menghanguskan banyak rumah dibeberapa daerah.
UKM ini juga aktif untuk memberikan pemeriksaan
kesehatan gratis baik yang dilakukan sendiri ataupun
berkerja sama dengan organisasi lain.
51
2) UKM Olahraga
UKM ini merupakan bagian dari BEM yang bergerak
dibidang kesegaran jasmani. Ia aktif dalam melaksanakan
bermacam – macam lomba diantaranya lomba futsal
antara kampus, lomba badminton, dan aktif dalam
mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh institusi lain.
UKM ini juga memiliki kegiatan latihan rutin yang
dilaksanakan tiap minggunya diantaranya futsal,
badminton, basket, dan volly.
3) UKM Agama
UKM ini merupakan bagian dari BEM yang bergerak
dibidang keagamaan. Ia aktif dalam melaksanakan
bermacam – macam kajian keagamaan yang dilaksanakan
tiap minggunya dengan berkerjasama dengan IMM. UKM
ini juga melaksanakan pembelajaran tajwid untuk
mahasiswa yang belum baca tulis Al-Qur’an, aktif dalam
menghidupi mushola kampus, serta aktif dalam
mengirimkan pesertanya untuk mengikuti lomba tilawah
Al-Qur’an, pidato, dan lain – lain.
4) UKM Paduan suara
UKM ini merupakan UKM khusus yang melatih
mahasiswa dalam seni suara. Ia aktif dalam kegiatan –
kegiatan kampus dalam mengisi paduan suara bahkan
sampai tingkat pemerintahan provinsi. Ia juga menjaring
anggotanya dengan tes – tes yang telah diatur sedemikian
rupa agar menghasilkan anggotanya yang baik juga
5) UKM Seni
UKM ini merupakan UKM yang bergerak dibidang
kesenian diantaranya dalam seni tari, teater, dan musik.
Mereka telah banyak mengikuti lomba – lomba yang
diadakan oleh institusi lain ataupun pemerintah. Mereka
52
juga sering menampilkan jasa mereka dalam beberapa
kegiatan – kegiatan besar.
6) UKM Edukasi dan IT
UKM ini merupakan dibidang media dan tekhnologi.
UKM ini aktif dalam “menggerakan” mading
kampus,pelatihan – pelatihan jurnalistik,
menginformasikan kegiatan – kegiatan, serta membentuk
pers mahasiswa yang pernah menerbitkan majalah kampus
STIKES Muhammadiyah Banjarmasin.
2.1.5. Hubungan kepercayaan diri dengan aktualisasi diri pada mahasiswa yang
aktif berorganisasi
kepercayaan diri tidak diartikan hanya kepada seseorang yang yakin dan
menyadari dengan kemampuan dirinya dalam melakukan hal yang benar,
tetapi seseorang yang percaya diri mampu memanfaatkan keyakinannya
tadi secara tepat dan selalu memiliki kepribadian yang positif atau yang
biasa disebut konsep diri positif. Karena menurut maslow kepercayaan diri
diawali dengan konsep diri positif. (Alwisol, 2004)
Adanya sifat – sifat tertentu yang dihasilkan oleh harga diri, selanjutnya
akan mempengaruhi konsep diri seseorang. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Fitts, Adam, dan Radford, apabila seseorang memiliki taraf
harga diri yang tinggi maka ia dapat menyusun konsep diri yang positif
yang berkaitan dengan aktualisasi diri. (Saam & Wahyuni, 2013)
Menurut berbagai pendapat yang telah dijelaskan diatas, dapat
disimpulkan bahwa hal – hal yang dapat mempengaruhi aktualisasi diri ada
dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu, seperti konsep diri dan
harga diri yang menurut pengertian diatas sebagai bagian dari kepercayaan
diri seseorang. Kemudian berikutnya yang dapat mempengaruhi aktualisasi
53
Kebutuhan dasar manusia
menurut Maslow :
Fisiologis
Rasa aman
Rasa cinta dan memiliki
Harga diri
diri adalah faktor yang berasal dari luar individu, misalanya kondisi
masyarakat disekitarnya, dan lingkungan keluarga.
Sedangkan manfaat berorganisasi adalah untuk mengembangkan diri atau
mencapai aktualisasi diri karena menurut Maslow aktualisasi diri pada
umumnya memerlukan lingkungan yang memberi kebebasan kepada
seseorang, bebas untuk mengungkapkan dirinya, menjelajah, memilih
prilakunya, dan mengejar nilai – nilai seperti kebenaran, keadillan, dan
kejujuran. Tetapi kebutuhan itu tidak akan terpenuhi jika kebutuhan –
kebutuhan sebelumnya belum terpenuhi walaupun lingkungan telah
mendukungnya untuk beraktualisasi diri.
2.2. Kerangka Konsep
Skema 2 : Kerangka konsep penelitian
2.3. Hipotesis
Berdasarkan kajian teoritis diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis
penelitian ini adalah ada hubungan kepercayaan diri dengan aktualisasi diri
pada mahasiswa yang aktif berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin.
Kepercayaan diri
Aktualisasi diri
Faktor – faktor yang
mempengaruhi
Pengalaman
Pendidikan
Konsep diri
Harga Diri
54
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan observasi atau
pengukuran variabel hanya satu kali pada saat itu. Metode penelitian cross
sectional mempelajari hubungan antara faktor resiko dengan efek,
pengukuran terhadap variabel bebas dan terikat sekali dalam satu waktu
bersamaan (Sastroasmoro & Ismail, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan kepercayaan diri dengan aktualisasi diri pada
mahasiswa yang aktif berorganisasi, dimana keduanya dilakukan pengukuran
pada waktu yang sama.
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel DefinisiOperasional Parameter Alat
Ukur Skala Kategori
1 2 3 4 5 6
Variabelindependen :
Kepercayaandiri
keyakinanindividu bahwa iamampu untukberharga bagiorang lain
Keberhargaanindividu
Pemahamandiri yangpositif
Kuesioner Ordinal Sangat kurangpercaya diri=skor 0-8
Kurangpercaya diri =skor 9-15
Cukuppercaya diri =skor 16-22
Sangatpercaya diri =skor 23-30
55
1 2 3 4 5 6Variabeldependen :
Aktualisasidiri
keinginanseseorang untukmenikmatikegiatan merekayang palingcocok.
Otonomi
Penerimaandiri
Tidakmenahanemosi
Kepercayaandantanggungjawab dalamhubungandekat
Kuesioner Ordinal Sangat kurang= Angka 20%– 36%
Kurang =Angka 37% –53%
Cukup = Angka54% – 71%
Tinggi = Angka72% – 88%
Sangat tinggi =Angka 89% –100%
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa yang aktif berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin dari semua prodi kecuali S2 Keperawatan
semester II sampai dengan VI yaitu sebanyak 91 orang diantara 2
organisasi yaitu Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah Sekolah tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Banjarmasin sebanyak 37 orang. (Profil PK IMM STIKES MB, 2013)
Badan Eksekutif Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin sebanyak 48 orang. (Profil BEM STIKES
MB, 2013). Kemudian ada 6 orang yang aktif di 2 organisasi tersebut.
56
3.3.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel pada penelitian ini adalah
pengurus BEM dan IMM di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin serta sedang berada ditempat pada saat
penelitian yaitu sebesar 77 mahasiswa.
3.3.3. Sampling
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik
nonprobability sampling yaitu tehnik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2012).
Pada penelitian ini proses pengambilan sampel menggunakan tehnik
accidental sampling yaitu pengambilan responden sebagai sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang
kebetulan ditemui cocok sebagai mahasiswa yang diteliti dan berada di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin pada saat
penelitian. (Notoatmodjo, 2012).
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian
3.4.1 Tempat penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin.
3.4.2 Waktu Penelitian
Penelitian yang dilakukan pada bulan 17 Juli - 24 Agustus 2014
3.5. Instrumen dan Teknik Pengumpul Data
3.5.1. Instrumen pengumpulan data
Instrumen pengumpulan data adalah alat-alat yang akan digunakan
untuk mengumpulkan data (Notoatmodjo, 2012). Instrumen atau alat
57
penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah kuesioner.
3.5.1.1. Instrumen untuk variabel kepercayaan diri pada mahasiswa
yang aktif berorganisasi
Variabel bebas pada penelitian ini yaitu kepercayaan diri pada
mahasiswa yang aktif berorganisasi menggunakan kuesioner
yang telah baku milik Morris Rosenberg (1965). Skala ini
terdiri atas 10 butir pernyataan dengan butir yang memiliki
kriteria positif (favourable) sebagai aspek kepercayaan diri dan
butir yang memiliki kriteria negatif (unfavourable) sebagai
aspek penurunan kepercayaan diri. Setiap responden diminta
untuk menilai pernyataan yang ada dengan nilai 0-3 yang
bervariasi dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju.
Variabel jawabanya adalah
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Untuk pernyataan yang mempunyai kriteria negatif
(unfavourable) dinilai dengan :
Sangat Setuju (SS) = skor 0
Setuju (S) = skor 1
Tidak Setuju (TS) = skor 2
Sangat Tidak Setuju (STS) = skor 3
Sebaliknya untuk pernyataan yang mempunyai kriteria positif
(favourable) dinilai dengan :
Sangat Setuju (SS) = skor 3
58
Setuju (S) = skor 2
Tidak Setuju (TS) = skor 1
Sangat Tidak Setuju (STS) = skor 0
Skor kuesiner Rosenberg antara 0 s.d. 30. Kemudian kategori
tingkat kepercayaan diri adalah sebagai berikut :
a. Sangat kurang percaya diri = skor 0-8
b. Kurang percaya diri = skor 9-15
c. Cukup percaya diri = skor 16-22
d. Sangat percayadiri = skor 23-30
Tabel 3.2 Kisi – Kisi Kepercayaan Diri
No Kepercayaan diri Favorable Unfavorable Jumlah1 Pemahaman diri positif 3,4,10 2,9 52 keberhargaan diri 1,7,8 5,6 5
Jumlah 6 4 10
3.5.1.2. Instrumen untuk variabel aktualisasi diri mahasiswa yang aktif
berorganisasi
Variabel terikat yaitu aktualisasi diri pada mahasiswa yang
aktif berorganisasi menggunakan alat/instrumen penelitian
berupa kuesioner Short index of self actualization oleh Alvin
& Rick (1986). Semakin tinggi skor maka semakin tinggi
juga aktualisasi diri seseorang dengan memakai skala likert.
Kuesioner aktualisasi diri pada mahasiswa terdiri dari 15 item
pernyataan yang harus dijawab oleh responden. Setiap
responden diminta untuk menilai pernyataan yang ada dengan
jawabannya adalah
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
RG : Ragu - ragu
TS : Tidak Setuju
59
STS : Sangat Tidak Setuju
Untuk pernyataan yang mempunyai kriteria negatif
(unfavourable) dinilai dengan :
Sangat Setuju (SS) = skor 1
Setuju (S) = skor 2
Ragu – ragu (RG) = skor 3
Tidak Setuju (TS) = skor 4
Sangat Tidak Setuju (STS) = skor 5
Sebaliknya untuk pernyataan yang mempunyai kriteria positif
(favourable) dinilai dengan :
Sangat Setuju (SS) = skor 5
Setuju (S) = skor 4
Ragu – ragu (RG) = skor 3
Tidak Setuju (TS) = skor 2
Sangat Tidak Setuju (STS) = skor 1
Untuk skor interval skala likert adalah :
I = skor tertinggi – skor terendah / 5
Maka = 75 – 15 / 5
Hasil (I) = 12
Ini adalah intervalnya jarak dari terendah 20 % hingga
tertinggi 100%
Berikut kriteria interpretasi skornya berdasarkan interval :
Sangat kurang = Angka 20% – 36%
Kurang = Angka 37% – 53%
Cukup = Angka 54% – 71%
Tinggi = Angka 72% – 88%
Sangat tinggi = Angka 89% – 100%
Untuk menilai hasil akhirnya adalah
Jumlah skor likert / nilai tertinggi x 100%
60
Tabel 3.3 Kisi – kisi Aktualisasi Diri
No Aktualisasi diri Favorable Unfavorable Jumlah1. Otonomi 15 2,9,5 42. Penerimaan diri 1,10 6 43. Tidak menahan emosi 7,4,12 14 44. Kepercayaan dan tanggung
jawab dalam hubungan dekat3 8,13,11 3
Jumlah 10 5 15
3.5.2. Teknik pengumpulan data
3.5.2.1. Alat pengumpul data
a. Data primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan
pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti sendiri
dengan menggunakan lembar kuesioner, yakni berupa
data:
1) Kepercayaan diri
Data mengenai kepercayaan diri pada mahasiswa
yang aktif berorganisasi diperoleh dari hasil
kuesioner pada mahasiswa sendiri, dimana peneliti
memberikan 10 pernyataan tentang kejadian
kepercayaan diri yang dialami
2) Aktualisasi diri
Data mengenai aktualisasi diri pada mahasiswa
yang aktif berorganisasi didapat dari hasil
kuesioner pada mahasiswa sendiri, dimana peneliti
memberikan 15 pernyataan tentang aktualisasi diri.
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden
yang meliputi inisial nama, jenis kelamin, umur,
program studi, semester, nama organisasi, kuesioner
kepercayaan diri dan aktualisasi diri. Data primer dapat
61
diperoleh dengan menggunakan kuesioner dengan jenis
check list.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.
Data sekunder dapat diperoleh dari tempat penelitian .
3.5.2.2 Proses Pengumpulan Data
proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara pemberian kuesioner oleh peneliti kepada
responden yang dijadikan sampel. Sebelum melakukan
pengumpulan data, peneliti meminta inform concent (surat
persetujuan) kepada responden untuk dijadikan sampel
penelitian. Apabila responden telah setuju, maka peneliti
memberikan kuesioner pada responden.
3.6 Teknik Pengolahan Data
3.6.1 Rencana Persiapan
Penelitian ini dimulai dengan mencari permasalahan yang ingin
diangkat, kemudian mencari data untuk dilakukan studi pendahuluan.
Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 13 Juni 2014 dengan cara
mengambil data jumlah mahasiswa yang aktif berorganisasi dan
wawancara langsung kepada mahasiswa tersebut untuk menanyakan
kepercayaan diri dan aktualisasi dirinya.
3.6.2 Rencana Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dimulai dari persiapan yang dilakukan peneliti
dengan menyiapkan lembar kuesioner yang sudah dibuat sebelumnya.
Sebelum lembar kuesioner dibagikan kepada responden, peneliti
terlebih dulu menjelaskan prosedur pelaksanaan dan minta persetujuan
62
responden untuk mengisi lembar kuesioner. Responden diminta untuk
menandatangani atau memberikan cap jari jempol dilembar pernyataan
menjadi responden, peneliti mendampingi dan memberikan penjelasan
mengenai pernyataan – pernyataan yang ada dalam kuesioner agar
responden memahami pernyataan tersebut. Jika kuesioner sudah selesai
diisi oleh responden, maka peneliti melakukan pengolahan data dan
analisa data, selanjutnya dilakukan penyusunan laporan.
3.6.3. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka data akan
segera diolah dengan tahap-tahap sebagai berikut:
3.6.3.1 Editing
Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan
isian formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada dalam
kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten
(Hastono, 2007). Pada proses editing ini peneliti akan
melakukan pengecekan kelengkapan isi kuesioner termasuk
kode responden dan kejelasan tulisan pada lembar kuesioner.
Pengecekan akan dilakukan sejak awal mendapatkan data
dari responden, peneliti akan langsung memeriksa
kelengkapan isi kuesioner serta akan meminta klarifikasi
langsung kepada responden apabila ada kuesioner yang tidak
lengkap.
3.6.3.2 Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk angka atau bilangan (Hastono,2007).
Coding ini bertujuan untuk mengubah data yang didapatkan
dari responden agar mudah dibaca, dipahami dan
diinterprestasikan dengan memberi kode pada kolom yang
telah disediakan tiap item pertanyaan agar nantinya
63
memudahkan dalam pengelolaan data.Variabel kepercayaan
diri dibagi menjadi 4 kategoti yaitu :
sangat kurang percaya diri = Kode 1
kurang percaya diri = Kode 2
cukup percaya diri = Kode 3
sangat percaya diri = Kode 4
Variabel aktualisasi diri dibagi menjadi 5 kategori yaitu:
Sangat kurang = Kode 1
Kurang = Kode 2
Cukup = Kode 3
Tinggi = Kode 4
Sangat tinggi = Kode 5
3.6.3.3 Scoring
Scoring adalah pemberian nilai/skor dari jawaban responden.
Setelah data terkumpul dan kelengkapannya diperiksa,
kemudian dilakukan tabulasi data dan diberi skor
Tabel 3.4 Kunci Jawaban Variabel Kepercayaan Diri
Pertanyaan SkorSS S TS STS
1 3 2 1 02 0 1 2 33 3 2 1 04 3 2 1 05 0 1 2 36 0 1 2 37 3 2 1 08 3 2 1 09 0 1 2 3
10 3 2 1 0
Skor kuesioner kepercayaan diri (Rosenberg, 1965)
Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
64
STS = Sangat Tidak Setuju
Tabel 3.5 Kunci Jawaban Variabel Aktualisasi Diri
Pertanyaan SkorSS S RG TS STS
1 5 4 3 2 12 1 2 3 4 53 5 4 3 2 14 5 4 3 2 15 1 2 3 4 56 1 2 3 4 57 5 4 3 2 18 1 2 3 4 59 1 2 3 4 510 5 4 3 2 111 1 2 3 4 512 5 4 3 2 113 1 2 3 4 514 1 2 3 4 515 5 4 3 2 1
Skor kuesioner aktualisasi diri (Alvin & Rick, 1986)
Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RG = Ragu - ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
3.6.3.4 Processing
Setelah kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah
melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya yaitu
memproses data agar yang sudah di-entry dapat dianalisis.
Pemprosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data
kuesioner ke paket program komputer (Hastono, 2007). Pada
processing ini peneliti akan memproses data dengan
melakukan entry dari semua instrumen yang terisi lengkap
65
dan benar serta telah melalui proses coding ke dalam program
pengolahan data pada komputer yang telah dipilih. Pada
proses entry ini, peneliti akan melakukannya dengan teliti
untuk menghindari kesalahan.
3.6.3.4 Cleaning
Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan
pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah terdapat
kesalahan atau tidak (Hastono, 2007). Pada proses cleaning
ini peneliti akan mengecek kembali data yang sudah dientry
dengan cara mengetahui missing data melalui list (distribusi
frekuensi) dan konsistensi data dari output program komputer
yang digunakan.
3.6.4 Analisa Data
Langkah selanjutnya setelah pengolahan data adalah analisis data.
Menurut Sugiyono (2012), analisa data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan
data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.6.4.1 Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan dan
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian
(Notoatmodjo, 2012). Analisis univariat pada penelitian ini
adalah kepercayaan diri sebagai variabel bebas dan
aktualisasi diri pada mahasiswa sebagai variabel terikat.
66
3.6.4.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo,2012). Analisa
bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan kepercayaan diri dengan aktualisasi diri pada
mahasiswa yang aktif berorganisasi. Analisis statistik
menggunakan jenis analisis korelasi nonparametik metode
spearman rank. Formulasi korelasi metode tersebut menurut
Arikunto (2010) sebagai berikut:
Keterangan :
Rhoᵪᵧ : Kofisien korelasi tata jenjang
D : Difference. Sering digunakan B singkatan dari
Beda. D adalah beda jenjang setiap subjek.
n : Banyaknya subjek.
Uji Sperman Rank digunakan untuk menilai:
a. Kriteria hubungan variabel ditentukan oleh nilai p
value. Apabila nilai p< α (0,05) maka Ho ditolak dan
Ha diterima berarti ada hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
b. Ukuran dari kedekatan hubungan antara dua variabel
ordinal.
c. Kekuatan hubungan antara variabel (r) dibandingkan
dengan kategori Colton dapat dilihat pada tabel 3.6
67
Tabel 3.6 Kategori Colton
Koef.korelasi Keterangan
0 – 0,25 Lemah/ rendah
0,26 – 0,50 Sedang
0,51 – 0,75 Kuat
0,76 – 1,00 Sangat kuat/ sempurna
3.7 Etika Penelitian
3.7.1 Lembar persetujuan penelitian (Informed concent)
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent
tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed
consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian.
3.7.2 Hak untuk Menjadi Responden (Autonomity)
Setelah diberikan penjelasan mengenai tujuan, manfaat serta prosedur
penelitian dan jika responden bersedia diteliti maka responden diminta
untuk menandatangani lembar persetujuan yang disediakan, jika tidak
maka peneliti harus menghormati hak responden untuk menolak
berpartisipasi.
3.7.3 Tanpa nama (Anomity)
Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dengan tidak
menuliskan nama sebenarnya, tetapi dengan kode responden sehingga
responden merasa aman dan tenang. Responden penelitian tidak
menuliskan namanya pada lembar pengumpulan data dan hanya inisial
nama yang dituliskan sebagai kode responden diharapkan responden
merasa aman dan tenang dalam mengisikan data pada lembar
pengumpulan data.
3.7.4 Kerahasiaan (Confidentiality)
Responden yang memberikan informasi dijaga kerahasiaannya oleh
peneliti. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai
68
dokumentasi penelitian. Data hanya disajikan kepada kelompok
tertentu yang berhubungan dengan penelitian.
69
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin adalah
salah satu amal usaha organisasi Muhammadiyah dan beralamat di Jl.
S.Parman, Komplek. RS. ISLAM Banjarmasin Provinsi Kalimantan
Selatan. Berdasarkan Musyawarah Wilayah Muhammadiyah
Kalimantan Selatan di Pagatan Kabupaten Kotabaru Tanggal, 22
sampai 25 Desember 1995, salah satu keputusan adalah mendirikan
Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Banjarmasin.
Setelah melalui beberapa kali rapat PWM Kalimantan Selatan, di
sepakati mendirikan Akademi Keperawatan Muhammadiyah
Banjarmasin untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan di
masyarakat pada umumnya dan di Rumah Sakit Islam Banjarmasin
pada Khususnya, terutama dibidang Keperawatan yang selama ini
masih dikeluhkan masyarakat lebih – lebih di kalangan warga
Muhammadiyah sendiri.
Untuk melaksanakan maksud ini rapat terakhir memberikan tugas Tim
yang ditunjuk sebagai pelaksana keputusan tesebut diantaranya H.
Syamsuddin Karim untuk menyiapkan sarana/prasarana antara lain
dengan merehabilitasi gedung eksUNISKA di Komplek Rumah Sakit
Islam diatas tanah milik Muhammadiyah sendiri, Drs. H. Zainuddin
Hamid MBA menyiapkan tenaga dosen dan pengurusan izin pendirian
serta Drs. Nurdin U menyiapkan biaya yang diperlukan sampai
Akademi yang dimaksud bisa dibuka dengan resmi.
70
Ditunjuklah direktur R.S islam Banjarmasin Dr. Mochlan Aham
merangkap sebagai direktur pertama Akedimi Keperawatan. Kemudian
karena beliau bukan sarjana keperawatan maka dapat teguran dari
DepKes dan digantikan oleh La Ode Jumadi Gafar S.Kp yang ditunjuk
langsung oleh PP Muhammadiyah. BerdirilahAkademi Perawat
Muhammadiyah Banjarmasin berdasarkan SK Menkes RI nomor:
HK.00.06.1.1.1721 tanggal 18 Juni 1996, dua tahun kemudian
mendapat perpanjangan ijin dengan SK Menkes nomor:
HK.00.06.1.1.3.372. tanggal 15 Juli 1998, dan perpanjangan ijin untuk
lima tahun berikutnya dengan SK Menkes nomor: HK.00.06.1.3.1087
tanggal 13 April 2000.
Pada tahun 2000 dilakukan akreditasi oleh Pusat Pendidikan Tenaga
kesehatan RI Akademi Keperawatan Muhammadiyah Banjarmasin
mendapat nilai 90,08 ( A ) berdasarkan SK nomor:
HK.00.06.044.3.887 tanggal 28 Maret 2000. Nilai akreditasi menjadi
dasar usulan untuk meningkatkan status Akademi Keperawatan menjadi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin. Pada
tanggal 31 Oktober 2003 diterbitkan surat persetujuan pendirian
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah
Banjarmasin sesuai SK Mendiknas RI nomor: 189/D/O/2003 dengan
Program Studi S.1 Keperawatan dan D.3 Keperawatan.
Sejalan dengan perkembangan dan peningkatan kebutuhan tenaga
kesehatan STIKES Muhammadiyah Banjarmasin tahun 2006
menambah 2 program studi yaitu D.3 Kebidanan dan D.3 Farmasi,
tahun 2011 membuka Program Studi S.2 Keperawatan spesialisasi
Keperawatan Gawat Darurat, sehingga saat ini STIKES
Muhammadiyah Banjarmasin menyelenggarakan 5 Program Studi
sudah terakreditasi BAN-PT yaitu:
4.1.1.1 Program Studi S.2 Keperawatan (Akreditasi BAN-PT)
71
4.1.1.2 Program Studi S.1 Keperawatan (Akreditasi BAN-PT) dan
mendapat ijin resmi dari Dirjen Dikti untuk menyelenggarakan
Program Profesi Ners.
4.1.1.3 Program Studi D.3 Keperawatan (Akreditasi BAN-PT)
4.1.1.4 Program Studi D.3 Kebidanan (Akreditasi BAN-PT)
4.1.1.5 Program Studi D.3 Farmasi (Akreditasi BAN-PT)
Visi dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin
ini adalah untuk mencerdaskan kehidupan dan meningkatkan derajat
kesehatan bangsa. Sedangkan misi dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin mencetak tenaga kesehatan yang
profesional dan Islami dengan motto the professional health campus.
Untuk menjamin mutu pendidikan STIKES Muhammadiyah
melaksanakan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) berdasarkan
SK Dirjrn Dikti Kemendiknas nomor: 0301/D2.4/2011 termasuk dalam
24 Perguruan Tinggi Terbaik se Indonesia dalam menjalankan SPMI.
STIKES Muhammadiyah Banjarmasin terus berbenah untuk mengikuti
tuntutan masyarakat dengan membangun gedung berlantai 5 dan 3 yang
dilengkapi dengan fasilitas :
4.1.1.1 Laboratorium praktik keperawatan
4.1.1.2 Laboratorium praktik kebidanan
4.1.1.3 Laboratorium praktik kefarmasian
4.1.1.4 Laboratorium bahasa
4.1.1.5 Laboratorium komputer
Melalui Keputusan Musyawarah Wilayah Muhammadiyah Kalimantan
Selatan STIKES Muhammadiyah akan ditingkatkan menjadi
UNIVERSITAS Muhammadiyah Banjarmasin (UMB), panitia UMB
sudah bekerja dan ijin sudah diusulkan ke Kemendiknas, area tanah
untuk kampus sudah siap yang insya Allah tidak lama lagi akan
72
dilaksanakan peletakan batu pertama pembangunan Kampus Induk
UMB di tanah seluas 6 hektar milik STIKES Muhammadiyah
Banjarmasin.
4.1.1.1 Program studi
a. Program Studi S.2 Keperawatan (Magister Keperawatan
Gawat Darurat)
Ijin pendirian dari Asosiasi Pendidikan Ners Indonesia
(AIPNI) nomor: 603 AINEC.Ka.Sr/XI/2010 dan SK Dirjen
Dikti Kemendiknas nomor: 722/E/T/2011. Visi:
Menghasilkan Magister Keperawatan dengan keahlian
spesifik dalam penatalaksanaan keperawatan gawat darurat.
Misi untuk mencapai visi tersebut:
1) Menyelenggarakan pendidikan magister keperawatan
profesional yang memiliki kompetensi ilmu
keperawatan gawat darurat yang mampu bersaing
secara global.
2) Melaksanakan peran pendidik baik pada tatanan
pendidikan maupun tatanan pelayanan keperawatan.
3) Mengembangkan penelitian keperawatan gawat darurat
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
keperawtan gawat darurat.
4) Melakukan program inovasi yang up to date dalam
memberikan asuhan keperawatan kegawatdarutan
berdasarkan evidace based nursing.
b. Program Studi S.1 Keperawatan (Ners)
Berdiri sejak tahun 2003 dengan SK Mendiknas nomor:
189/D/O/2003 dan perpanjangan ijin dari Dirjen Dikti dengan
SK nomor: 1598/D/T/IC-XI/2009 tanggal 27 Maret 2009. Visi:
Menghasilkan Ners yang profesional Islami. Misi program studi
S.1 Keperawatan:
73
1) Menyelenggarakan pendidikan S.1 Keperawatan untuk
menghasilkan sarjana keperawatan yang bertaqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa
2) Menghasilkan perawat dengan kemampuan profesional
3) Menghasilkan perawat peneliti yang mmapu menerapkan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
4) Mengembangkan riset dalam bidang keperawatan
5) Melaksanakan pengabdian masyarakat dalam rangka
mengamalkan ilmu keperawatan.
6) Berperan aktif dalam pendidikan dan perkaderan
Muhammadiyah
c. Program Studi D.3 Keperawatan (Reguler dan Kelas
Internasional)
Status Diploma 3 sejak tahun 2003 yang sebelumnya masih
Akademi.
Visi: Menghasilkan Ahli Madya Keperawatan yang profesional
Islami.
Misi:
1) Menyelenggarakan pendidikan D.3 Keperawatan dengan
penerapan asuhan keperawatan
2) Melaksanakan pendidikan untuk memberikan kemampuan
yang memenuhi kebutuhan global.
3) Mewujudkan lulusan yang berakhlakul karimah
4) Berperan aktif dalam pengkaderan Muhammadiyah
Diploma 3 Keperawatan memiliki dua program pembelajaran
yaitu program reguler dan program Kelas Internasional (K.I.),
D.3 Keperawatan K.I. bermuatan untuk mempersiapkan lulusan
siap kerja di luar negeri sebagai pekerja profesional
keperawatan. Kurikulum Kelas Internasional ditambah dengan
74
memperkuat Bahasa Inggris yang terdiri dari: General English,
Nursing English, Advance and Crooss-cultural Understanding
in English.
d. Program Studi D.3 Kebidanan
Sejak tahun 2006 Diploma 3 Kebidanan STIKES
Muhammadiyah Banjarmasin menjadi pilihan pertama
masyarakat yang ingin mengikuti pendidikan kebidanan,karena
setiap tahunnya pendaftar mencapai 3 x jumlah yang diterima.
D.3 Kebidanan telah terakreditasi dengan nilai B oleh BAN-PT.
Visi D.3 Kebidanan: Terwujudnya Bidan Profesional Islami
dengan kinerja bermutu mencapai kesehatan ibu dan anak yang
optimal. Misi D.3 Kebidanan :
1) Menyelenggarakan pendidikan D.III Kebidanan yang
berwawasan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
profesional
2) Mewujudkan proses pembelajaran praktik dengan fasilitas
laboratorium kelas yang lengkap dan praktik klinik di
pelayanan kesehatan
3) Melaksanakan pengabdian masyarakat dalam rangka
melatih dan memberikan pengalaman nyata di masyarakat
4) Mewujudkan lulusan yang berakhlakulkarimah
5) Berperan aktif dalam pengkaderan Muhammadiyah dengan
pembelajaran Al-Islam Kemuhammadiyahan
e. Program Studi D.3 Farmasi
Program Studi D.3 Farmasi merupakan satu-satunya sarana
pendidikan yang Profesional dan Islami di wilayah Kalimantan
Selatan dengan Visi: Terciptanya Tenaga Ahli Madya Farmasi
yang profesional Islami dalam praktik kefarmasian profesional.
75
Misi D.3 Farmasi:
1) Menyelenggarakan pendidikan D.III Farmasi yang
berwawasan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
profesional
2) Mewujudkan proses pembelajaran praktik dengan fasilitas
laboratorium kelas yang lengkap dan praktik klinik di
pelayanan kesehatan menggunakan kurikulum berbasis
kompetensi yang memiliki daya saing saat ini dan masa
yang akan datang.
3) Melaksanakan pengabdian masyarakat dalam rangka
melatih dan memberikan pengalaman nyata di masyarakat
4) Mewujudkan lulusan yang berakhlakulkarimah
5) Berperan aktif dalam pengkaderan Muhammadiyah
4.1.2 Karakteristik mahasiswa yang aktif berorganisasi di Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin
Jumlah mahasiswa yang aktif berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasindalam penelitian ini
sebanyak 77mahasiswa yang diambil pada waktu penelitian tanggal
17 Juli - 24 Agustus 2014, adapun karakteristik mahasiswa yang
diteliti berdasarkan jenis kelamin, umur, program studi, dan
semester. Jumlah dari masing-masing karakteristik mahasiswa yang
diteliti tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Mahasiswa yang Aktif Berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin Berdasarkan Jenis
Kelamin Tahun 2014
Jenis kelamin Frekuensi PersentaseLaki – laki 38 49%Perempuan 39 51%
Jumlah 77 100%
76
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwasebagian besar
mahasiswa yang diteliti terdapat pada jenis kelamin perempuan
berjumlah39 orangmahasiswa (51%).
Tabel 4.2 Mahasiswa yang Aktif Berorganisasi di Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Muhammadiyah BanjarmasinBerdasarkan
Umur Tahun 2014
Umur Frekuensi Presentase18 Tahun 7 9%19 Tahun 23 30%20 Tahun 21 27%21 Tahun 23 30%22 Tahun 3 4%Jumlah 77 100%
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa mahasiswa yang
ditelitisebagian besar terdapat pada umur 19 dan 21 tahun
berjumlah23mahasiswa (30%).
Tabel 4.3 Mahasiswa yang aktif berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin Berdasarkan
Jurusan Program Studi Tahun 2014
Program studi Frekuensi PresentaseS1 Keperawatan 38 49%D3 Keperawatan 5 7%
D3 Keperawatan Kelas Internasional 7 9%D3 Kebidanan 14 18%
D3 Farmasi 13 17%Jumlah 77 100%
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa mahasiswa yang
ditelitisebagian besarterdapat pada program studi S1 Keperawatan
berjumlah 38 mahasiswa (49%).
77
Tabel 4.4 Mahasiswa yang Aktif Berorganisasi di Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Muhammadiyah BanjarmasinBerdasarkan
Semester Tahun 2014
Semester Frekuensi PresentaseII 25 33%IV 23 30%VI 29 37%
Jumlah 77 100%
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa mahasiswa yang
diteliti sebagian besar terdapat pada semesterVIyaitu sebanyak 29
mahasiswa (37%).
4.1.3 Analisis Data
4.1.3.1Analisa univariat
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui gambaran variabel
penelitian yang digunakan dalam penelitian yang terdiri dari
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah kepercayaan diri, sedangkan variable
terikatnya adalah aktualisasi diri pada mahasiswa yang aktif
berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin.
a. Gambaran tingkat kepercayaan diri pada mahasiswa
yang aktif berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin
Hasil analisa deskriptif dari variabel bebas yaitu
kepercayaan diri pada mahasiswa yang aktif
berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin dapat dilihat pada tabel 4.5
78
Tabel 4.5 Kepercayaan Diri pada Mahasiswa yang Aktif
Berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin Tahun 2014
Kepercayaan diri Frekuensi PresentaseSangat kurang percaya diri 0 0%
Kurang percaya diri 4 5%Cukup percaya diri 26 34%Sangat percaya diri 47 61%
Total 77 100%
Dilihat dari tabel 4.5 diatas menunjukan bahwasebagian
besar mahasiswa yang diteliti berada pada kategori
sangat percaya diri yaitu 47mahasiswa (61%).
b. Gambaran tingkat aktualisasi diri pada mahasiswa yang
aktif berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin
Hasil analisa deskriptif dari variabel terikat yaitu
aktualisasi diri pada mahasiswa yang aktif berorganisasi
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Banjarmasin dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Aktualisasi Diri padaMahasiswa yang Aktif
Berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin
Tahun 2014
Aktualisasi diri Frekuensi PresentaseSangat kurang 0 0%
Kurang 0 0%Cukup 55 71%Tinggi 22 29%
Sangat tinggi 0 0%Total 77 100%
79
Dilihat dari tabel 4.6 diatas menunjukansebagian besar
mahasiswa berada pada kategori aktualisasi diri cukup
yaitu55mahasiswa (71%).
4.1.3.2Analisa bivariat
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui hubungan dua
variabel, antara variabel independen yaitu kepercayaan diri
dengan variabel dependen aktualisasi diri pada mahasiswa
yang aktif berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin.
a. Hubungan kepercayaan diri dengan aktualisasi diri pada
mahasiswa yang aktif berorganisasi di Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan tabulasi
silang antara kepercayaan diri dengan aktualisasi diri
pada mahasiswa yang aktif berorganisasi di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin
dapat dilihat pada tabel 4.7
Tabel 4.7 Tabulasi Silang antara Kepercayaan Diri dengan Aktualisasi Diri pada mahasiswa
yang aktif berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Banjarmasin Tahun 2014
No Kepercayaan diri
Aktualisasi diriTotalSangat
kurangKurang Cukup Tinggi Sangat
tinggin % N % N % N % N % N %
1. Sangat kurang percaya diri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1002. Kurang percaya diri 0 0 0 0 4 100 0 0 0 0 4 1003. Cukup percaya diri 0 0 0 0 24 92,3 2 7,7 0 0 26 1004. Sangat percaya diri 0 0 0 0 27 57,4 20 42,6 0 0 47 100
Jumlah 0 0 0 0 55 71,4 22 28,6 0 0 77 100Uji hasil spearman rank 0,388 Pvalue = 0,00
Pada tabel 4.7 diatas menggambarkan hubungan antara
kepercayaan diri dengan aktualisasi diri pada mahasiswa
80
yang aktif berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin didapatkan
hasil penelitian dari 77mahasiswa, yaitu hasil terbanyak
adalah mahasiswa yang mempunyai tingkat sangat
percaya diri dan aktualisasi diri cukup sebanyak 27
mahasiswa (57,4%), dari mahasiswa yang mempunyai
kategori cukup percaya diri sebagian besar berada pada
tingkat aktualisasi cukup yaitu 24 orang (92,3), dari
mahasiswa yang mempunyai kategori kurang percaya
diri dan aktualisasi diri cukup terdapat hanya 4
mahasiswa (100%), serta tidak ada mahasiswa yang
terdapat pada kategori sangat kurang percaya diri.
Berdasarka hasil uji statistik pada tabel 4.7 dengan uji
spearman rank (Rho) dengan derajat kemaknaan 5% (α =
0,05) didapat P value = 0,00.Berarti P value < 0,05,
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian
berarti dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
bermakna antara kepercayaan diri dengan aktualisasi diri
pada mahasiswa yang aktif berorganisasi di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.
Uji statistik ini juga memiliki nilai koefisien korelasi
0,388 yang berarti keeratan hubungannya sedang.
Berdasarkan hasil uji dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi kepercayaan diri seseorang maka aktualisasi diri
pada mahasiswa yang diteliti juga akan semakin tinggi.
81
4.2 Pembahasan
4.2.1 Kepercayaan diri pada mahasiswa yang aktif berorganisasi di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin
Dari hasil pengukuran tingkat kepercayaan diri pada mahasiswa yang
aktif berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Banjarmasin diketahui bahwa kebanyakan dari mahasiswa yang diteliti
memiliki tingkat sangat percaya diriyaitu 47mahasiswa (61%).Sehingga
dapat diketahui bahwa mahasiswa tersebut mempunyai gambaran
dirinya yang positif dan harga diri.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
mahasiswa telah bisa membuat gambaran dirinya yang positif dan
menilai dirinya sebagai sesuatu yang berharga. Karena penilaian yang
positif itulah mereka yakin terhadap kapasitas kemampuan dirinya serta
dapat memanfaatkan keyakinan itu secara tepat guna mempertahankan
penilaian positif terhadap dirinya tadi. Mereka berpikir bahwa mereka
adalah orang yang terbaik sesuai kemampuannya dan pemikiran
tersebut menghasilkan pemikiran bahwa mereka dihargai oleh orang
lain serta berpikir bahwa mereka adalah orang yang berharga.
Hal ini dikemukakan juga oleh Ghufron dan Risnawita (2012) bahwa
yang mempengaruhi kepercayaan diri adalah konsep diri dan harga diri.
Konsep diri yang telah dikembangkan mahasiswa yang termasuk dalam
tahap peralihan ini menurut Schulenberg dan Zarret (2006) merupakan
sesuatu yang positif yang memberikan kesempatan untuk mengubah
hidup mereka ke arah yang lebih positif. Konsep diri ini juga
didapatnya dari lingkungan pergaulan mereka dalam suatu organisasi
yang menurut widyarini (2013) sangat banyak manfaat dalam hal
kepribadiaannya. Manfaat tersebut diantaranya dalam penelitian Larson
ialah mengembangkan inisiatif, transformasi dalam motivasi,
memperoleh modal sosial, menjembatani perbedaan, dan menemukan
82
tanggung jawab baru. Ditambah lagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin adalah sekolah yang berlandaskan Islami
dengan nilai – nilai kebenaran yang dijunjung. Karena itulah
mengambil dari ayat Al Qur’an surah Al-Imran 139 menyebutkan
bahwa jika berada pada jalan – jalan yang benar maka kita jangan
pernah lemah atau yang dalam bahasa penelitian ini disebut tidak
percaya diri.
Semakin diakui bahwa transisi ke masa dewasa merupakan titik kritis
dalam perjalanan hidup. Periode ini biasanya digambarkan berkisar dari
usia 18 – 25 tahun dan dicirikan oleh ekplorasi dan eksperimentasi
dengan identitas, gaya hidup dan karier. Masa dewasa persiapan
merupakan usia dengan berbagai kemungkinan, dimana banyak orang
muda merasa optimis dengan rencana – rencana masa depan mereka.
(Arnett, 2006)
Merasa optimis menurut Arnett (2006) inilah yang menyebabkan
banyak dikalangan mahasiswa ini yang mengalami puncak pengenalan
dirinya yang positif. Ditambah lagi menurut Pieter dan Lubis (2010)
Selama masa dewasa awal refleksi pengenalan diri sendiri bertambah
mendalam dan puncak kematangan mental dimulai dari usia 20-an,
serta Self-concept lebih stabil jika didukung self-acceptencedan self-
esteem. Itulah mengapa pada masa dewasa awal ini seorang telah
banyak mempunyai konsep diri positif dan harga diri.
Banyak penelitian yang mengaitkan antara konsep diri positif dengan
harga diri diantaranya penelitan dari Guindon (2010). Berdasarkan
itulah dapat diambil pengertian bahwa adanya sifat – sifat tertentu yang
dihasilkan oleh harga diri, selanjutnya akan mempengaruhi konsep diri
seseorang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Fitts, Adam, dan
83
Radford, apabila seseorang memiliki taraf harga diri yang tinggi maka
ia dapat menyusun konsep diri yang positif.
Prilaku – prilaku tersebut akan mereka bawa ke tempat mereka
berinteraksi yaitu organisasi. Akibatnya dalam suatu lingkungan
tersebut walaupun pengalaman masa lalunya kurang begitu
memuaskan, mereka juga akan ikut terpengaruh ke arah positif yang
telah dibawa teman – temannya di organisasi. Ini berdasarkan teori dari
Rivai dan Mulyadi (2011) dalam kaitan antara individu dengan
organisasi maka ia membawa karakteristik individu ke dalam tatanan
organisasi, sehingga terjadilah interaksi antara karakteristik individu
dengan karakteritik organisasi. Interaksi keduanya mewujudkan prilaku
individu dalam organisasi.
Prilaku – prilaku positif mereka ini juga terbukti dari banyaknya
kegiatan – kegiatan positif yang telah mereka kerjakan dalam bidang –
bidang yang terbagi disetiap organisasi tersebut. Dapat kita lihat dari
profil masing – masing organisasi ini yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa jumlah nilai terkecil dari
kuesioner kepercayaan diri adalah pertanyaan nomor 5 yaitu “saya
merasa bahwa saya tidak memiliki banyak hal untuk dibanggakan”. Ini
dikarenakan pertanyaan ini memiliki unsur yang dikatakan Ubaedillah
(2006) tentang sisi negatif percaya diri, yaitu arogansi atau sombong.
Karenanya lah banyak dari mahasiswa yang diteliti berpikir untuk tidak
menjawab yang kriteria nilai terbesar dan menjawab dengan kriteria
nilai yang kecil pada pertanyaan itu.
Rasa bangga ini akan terbentuk jika seseorang memiliki prestasi dan
apresiasi atas yang dilakukannya. Tinggi rendahnya akan ditentukan
84
dari seberapa besarnya mahasiswa yang diteliti ini berpikir tentang
dirinya bahwa prestasi yang ia telah dilakukannya itu dihargai dengan
memberikan apresiasi kepadanya. Maka dapat disimpulkan dari
pertanyaan – pertanyaan lain yang telah dijawab sebagian besar mereka
dengan berpikiran positif terhadap dirinya ini, terdapat masalah lain
yang membuat mereka menjawab pertanyaan tersebut dengan kriteria
kecil. Masalah tersebut adalah mahasiswa yang diteliti ini belum
mempunyai banyak prestasi yang membuatnya bangga serta tidak
banyak orang yang mengapresiasi atas apa yang dilakukannya.
Hal ini seseuai dengan pengertian haga diri menurut Maslow adalah
penghargaan terhadap diri sendiri dan penghargaan dari orang lain.
Penghargaan terhadap diri sendiri berasal dari kemandirian diri, dan
kebebasan, sedangkan penghargaan dari orang lain timbul karena
adanya prestasi dan apresiasi. (Saam & Wahyuni, 2013) Mereka yang
telah memiliki gambaran diri positif pada dirinya ini tidak akan berhasil
menjawab dengan kriteria tinggi jika salah satu dari pengertian Maslow
yang dijelaskan diatas belum terpenuhi yaitu penghargaan dari orang
lain yang akan membat rasa bangga pada dirinya.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah adalah sekolah yang
berlandaskan Islami. Selaras dengan itulah ternyata agama Islam telah
menjelaskan jika mereka yang tidak dilandasi dengan iman maka tidak
akan terbebas dari kehidupan dunia yang mengekang mereka hingga
timbul rasa takut yang membuat mereka tidak percaya diri serta
menurut Ubaedillah (2006) akan termasuk ke dalam beberapa sisi
negatif dari kepercayaan diri ini. Menurutnya jika kepercayaan diri ini
tidak dikelola secara proporsional maka akan merusak dan merugikan
diantaranya sikap sombong yang telah dilarang dalam agama Islam.
Maka dari itu agama Islam juga memberi syarat kepada orang – orang
yang percaya diri ini yaitu iman. Terbukti mahasiswa yang dalam
85
penelitian ini tentunya telah diajarkan dengan banyak ilmu agama yang
telah membantu mereka dan tidak berlebihan dalam kepercayaan diri
itu.
Dari data kuesioner ternyata didapatkan sebagian besar mahasiswa
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) memiliki kategori sangat percaya
diri. Ini dikarenakan memang pada organisasi ini telah memiliki banyak
hal – hal yang bisa mereka banggakan baik dari segi kegiatan dan
jumlah dari anggota yang didapat. Ditambah lagi mereka telah banyak
aktif melakukan banyak kegiatan yang berskala besar. Karena itulah
harga diri mereka yang didapat dari dalam diri sendiri ataupun orang
lain yang dalam hal ini pihak kampus lebih banyak. Karena mereka
juga banyak bergerak diranah akedemik dan kegiatan – kegiatan lainnya
yang bersinggungan dengan kampus itulah organisasi lebih diapresiasi
pihak kampus daripada organisasi yang lainnya.
Hal ini seseuai dengan teori yang dikemukakan oleh Maslow mengenai
haga diri. Harga diri didapat dari penghargaan terhadap diri sendiri dan
penghargaan dari orang lain. Penghargaan terhadap diri sendiri berasal
dari kemandirian diri, dan kebebasan, sedangkan penghargaan dari
orang lain timbul karena adanya prestasi dan apresiasi. (Saam &
Wahyuni, 2013)
4.2.2 Aktualisasi diri pada mahasiswa yang aktif berorganisasi di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin
Berdasarkan hasil dari penelitian tentang aktualisasi diri seperti yang
tertera pada tabel 4.6 diketahui bahwa hasil terbesar pada mahasiswa
yang aktif berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin mempunyai tingkat aktualisasi diri cukup
yaitu 55 mahasiswa (71%), berarti mahasiswa yang aktif berorganisasi
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin telah
86
cukup mampu mengungkapkan dirinya sesuai dengan keinginan dan
potensi yang dimilikinya. Tetapi mereka belum sampai ketahap yang
lebih tinggi seperti pada kategori kepercayaan diri karena memang
dipengaruhi oleh beberapa faktor dan syarat – syarat tertentu yang
dalam agama disebutkan dalam Q.S Al Imran ayat 139 sebagai “orang –
orang yang beriman”.
Aktualisasi diri ini adalah kebutuhan yang tertinggi dalam piramida
Maslow. Hanya sedikit orang yang telah mencapai sepenuhnya. Tetapi
bukan berarti orang tidak bisa menuju ke sana. Hanya saja perlu syarat
yang harus ditempuh seiring hidup kita ketika ingin mencapai
sepenuhnya. Ia sangat dipengaruhi juga oleh lingkungan yang dalam
penelitian telah mendukung mereka untuk mengaktualisasikan dirinya.
Karena itulah tidak ada dari mahasiswa yang diteliti mempunyai
aktualisasi diri yang kurang.
Sejalan dengan salah satu faktor yang telah disebutkan Potter dan Perry
(2005) adalah faktor eksternal atau lingkungan yang mempengaruhi
aktualisasi diri ini. Lingkungan yang memberi kebebasan kepada
sesorang bebas untuk mengungkapkan dirinya, menjelajah, memilih
prilakunya, dan mengejar nilai – nilai seperti kebenaran, keadillan, dan
kejujuran. (Budiharjo dalam Anggriyani, 2011). Sesuai dengan arti
organisasi yang telah disebutkan oleh Munir (2004) yaitu bentuk
kegiatan di perguruan tinggi yang diselenggarakan dengan prinsip dari,
oleh dan untuk mahasiswa. Organisasi tersebut merupakan wahana dan
sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan
peingkatan ilmu dan pengetahuan, serta integritas kepribadian
mahasiswa.
Organisasi kemahasiswaan juga sebagai wadah pengembangan kegiatan
ekstrakurikuler mahasiswa diperguruan tinggi yang meliputi
87
pengembangan penalaran, keilmuan, minat, bakat dan kegemaran
mahasiswa itu sendiri (Sudarman, 2004). Hal ini dikuatkan oleh
Kepmendikbud RI. No. 155/U/1998 Tentang Pedoman Umum
Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, bahwa Organisasi
kemahasiswaan intra-perguruan tinggi adalah wahana dan sarana
pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan
peningkatan kecerdikan serta integritas kepribadian untuk mencapai
tujuan pendidikan tinggi.
Walaupun faktor lingkungan dan kepercayan diri tersebut sudah
menunjang tetapi aktualisasi diri pada mahasiswa yang diteliti ini
banyak terdapat pada kategori cukup dan tinggi saja karena menurut
Maslow aktualisasi diri ini juga mempunyai syarat untuk mencapai
sepenuhnya. Syarat tersebut menurut Maslow adalah B-Values
(kebenaran–kebenaranabadi) yang harus dipenuhi sebelum seseorang
mencapai tahap aktualisasi diri ini. Ini merupakan jawaban atas
pertanyaan mengapa orang yang sudah terpenuhi kebutuhan dicintai
dan memiliki penghargaan diri yang besar namun tidak bisa masuk
kedalam gerbang aktualisasi diri, karena mereka tidak memiliki B-
Values. Karena hanya mereka yang memiliki B-Values dapat
mengaktualisasikan diri, dan hanya mereka saja yang sanggup memiliki
metamotivasi. (Feist, 2008)
Aktualsasi diri merupakan suatu tujuan yang tak pernah bisa dicapai
sepenuhnya. Hanya sedikit orang, kata Maslow, yang mencapai
aktualisasi diri sepenuhnya, sebab gerakan ke arah aktualisasi diri ini
tidak secara otomatis. Salah satu prasyarat untuk mencapai aktualisasi
diri adalah terpuaskannya berbagai kebutuhan – kebutuhan fisiologis,
rasa aman, memiliki dan cinta, serta penghargaan. Meskipun demikian,
sebenarnya orang – orang yang telah memenuhi kebutuhan dasar pun,
88
gerakan kearah aktuliasasi diri tidaklah mudah. Hal ini disebabkan
beberapa faktor. (Budiharjo dalam Anggriyani, 2011)
Salah satu faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri itu adalah
aktualisasi diri ini merupakan kebutuhan naluriah paling lemah (juah
lebih lemah dan basic needs), sehingga dapat dengan mudah dikuasai
oleh kebiasaan, tekanan, kebudayaan, dan sikap yang salah terhadap
aktualisasi diri. Padahal pada masa ini menurut Pieter dan Lubis (2010)
disebut sebagai masa bermasalah, ketegangan emosional, keterasingan
sosial, ketergantungan, dan perubahan nilai. Ini menyebabkan pada
masa ini mereka tidak bisa mengaktualisasikan diri sepenuhnya.
Pada masa ini juga menurut Pieter dan Lubis (2010) akan terjadi
perubahan minat dan tidak dapat dipertahankan karena tidak sesuai lagi
dengan kebutuhan. Alasan mengapa terjadi perubahan minat mereka
yaitu akibat perubahan pola kehidupan, nilai- nilai, perubahan
kesenangan atau tekanan lingkungan. Ini juga yang menyebabkan faktor
yang menentukan dalam aktualisasi diri mahasiswa. Ditambah lagi
ternyata pada masyarakat modern sekarang ini menurut Upton (2012)
merupakan masa dimana seorang dianggap mandiri, tidak perlu
pengarahan, dan bisa mengambil keputusan sendiri. Sementara menurut
Schulenberg dan Zarret (2006) peralihan kemasa dewasa kurang begitu
mudah dan terbukti merupakan hal yang sulit dihadapi.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa jumlah nilai terkecil dari
kuesioner aktualisasi diri adalah pertanyaan nomor 2 yaitu “saya merasa
harus mengerjakan apa yang orang lain harapkan atas diri saya”. Dapat
ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar mahasiswa yang diteliti masih
belum bisa bebas mengaktualisasikan potensi sesuai dengan
kemauaannya karena masih mengikuti apa yang orang lain harapkan
atas dirinya.
89
Padahal jika seorang individu mau mengaktualisasikan dirinya, maka
harus sudah dapat melepaskan diri dari ketergantungan yang berlebihan
terhadap lingkungan sosial dan fisik. Pemuasan datang dari dalam diri
sendiri, melalui pemanfaatan secara penuh bakat dan potensinya. Tatapi
jika ia masih bergantung dengan apa yang orang lain harapkan atas
dirinya, maka dapat disimpulkan ia belum menjadi dirinya sendiri
dengan bakat dan potensinya yang diketahui secara pasti tentang
dirinya.
Hal ini sesuai dengan Maslow yang telah membuat kriteria orang yang
mengaktualisasikan diri itu adalah orang yang bebas dari kultur
lingkungan. Individu yang mengaktualisasikan-diri sudah dapat
melepaskan diri dari ketergantungan yang berlebihan terhadap
lingkungan sosial dan fisik. Pemuasan akan motif-motif pertumbuhan
datang dari dalam diri sendiri, melalui pemanfaatan secara penuh bakat
dan potensinya.(Feist, 2008; Alwisol, 2012)
Dari data kuesioner juga didapatkan bahwa kategori aktualisasi diri
yang tinggi sebagian besar terdapat pada mahasiswa di Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Ini dikarenakan juga organisasi ini
merupakan organisasi yang berlandaskan Islami dengan nilai – nilai
agama yang banyak diajarkan disana. Mereka lebih banyak melakukan
kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan agama. Karena memang
organisasi ini juga salah satu anak (ortom) Muhammadiyah yang
tentunya juga organisasi keagamaan. Banyak nilai – nilai kebenaran
yang telah mereka dapat disana itulah yang menyebabkan mereka lebih
tinggi aktualisasi dirinya dibandingkan organisasi yang lain.
Hal ini sesuai dengan teori Maslow yang mengatakan manusia
mengaktualisasi diri dimotofasikan oleh “kebenaran–kebenaran abadi”,
90
yang disebut dengan B-Values. Namun B-values bukan kebutuhan
seperti makanan, tempat berteduh ataupun pertemanan. Maslow
mengistilahkan B-Values sebagai “meta kebutuhan” (metaneeds) yang
menunjukan bahwa ini tingkat tertinggi kebutuhan. Dalam
pengaktualisasi diri juga memiliki motif-motif yang sering disebut
metamotivasi. (Feist, 2008) B-Values ini yang dalam agama juga
disebut sebagai “orang – orang yang beriman” yang telah banyak
mengamalkan yang telah diajarkan kepadanya.
4.3.3 Hubungan kepercayaan diri dengan aktualisasi diri pada mahasiswa
yang aktif berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin
Berdasarkan hasil analisis data dengan uji spearman rank(Rho) dengan
derajat kemaknaan 5% (α = 0,05) didapat P value = 0,00, maka Ho
ditolak. Maka berdasarkan hasil analisis tersebut yang menyatakan
bahwa ada hubungan bermakna antara kepercayaan diri dengan
aktualisasi diri dapat diterima dengan kekuatan hubungannya sedang
yaitu sebesar 0,388.Ini berarti makin tinggi kepercayaan diri seseorang
makin tinggi pula aktualisasi diri dari subyek penelitian.
Dari 77 mahasiswa didapatkan hasil terbanyak terdapat pada ketegori
mahasiswa yang memiliki sangat percaya diri dan memiliki tingkat
aktualisasi diri cukup yaitu sebesar 27mahasiswa (57,4%). Ini
dikarenakan kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian manusia
yang berfungsi penting dalam mengaktualisasikan potensi yang
dimilikinya. Untuk dapat mengembangkan potensi sebebas mungkin
diperlukan harga diri yang merupakan syarat yang ditemukan maslow
ketika seseorang ingin mengaktualisasikan dirinya. Sedangkan harga
diri diawali dari konsep diri positif yang keduanya itu merupakan aspek
dari kepercayaan diri, sehingga dengan demikian kepercayaan diri
91
merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang untuk dapat
mengaktualisasikan dirinya.
Maslow juga mengemukakan faktor yang mempengaruhi seseorang bisa
mengaktualisasikan dirinya tersebut adalah mengetahui diri sendiri
(Konsep diri). (Budiharjo dalam Anggriyani, 2011). Sedangkan
berdasarkan beberapa penelitian konsep diri itu berkaitan dengan harga
diri. Hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan Fitts, Adam, dan
Radford, apabila seseorang memiliki taraf harga diri maka ia dapat
menyusun konsep diri yang positif yang berkaitan dengan aktualisasi
diri. (Saam & Wahyuni, 2013)
Potter dan Perry (2005) juga mengungkapkan faktor internal yang
mempengaruhi aktualisasi diri adalah keraguaandan bahkan rasa takut
dari individu untuk mengungkapkan potensi – potensinya, dapat diatasi
dengan rasa percaya diri yang telah tertanam didalam diri seseorang.
Karena itu lah faktor itu juga mempertegas hanya orang – orang yang
memiliki kategori sangat percaya diri saja lah yang dapat
mengaktualisasikan dirinya.
Kemudian dari 77 mahasiswa terdapat hanya 20 orang (42,6%) yang
memiliki kategori sangat percaya diri dan tingkat aktualisasi diri yang
tinggi. Ternyata seorang yang memiliki kepercayaan diri tinggi pun
masih sedikit yang bisa mengaktualisasikan diri sepenuhnya. Ini
dikarenakanMaslow juga memberi syarat lain diluar tingkatan
kebutuhan – kebutuhan yang telah disusunnya tersebut yaitu B-Values
yang disebutnya sebagai “meta kebutuhan” atau tingkat tertinggi
kebutuhan. Terbukti dalam penelitian ini, hanya sedikit orang yang
mempunyai aktualisasi tinggi serta tidak ada satu pun yang mempunyai
kategori sangat percaya diri dan tingkat aktualisasi diri sangat tinggi.
92
Maslow menyatakan aktualisasi diri itu sendiri muncul karena manusia
biasa dimotivasi oleh serba kekurangan, ia berusaha untuk memenuhi
kebutuhan – kebutuhan dasarnya akan rasa aman, rasa memiliki, kasih
sayang, penghargaan serta harga diri. Orang sehat terutama dimotivasi
oleh kebutuhannya untuk mengembangkan serta mengaktualisasikan
kemampuan – kemampuan serta kapasitas – kapasitas secara penuh.
Namun untuk dapat mengaktualisasikan diri, dibutuhkan rasa
kepercayaan diri, yang didalam penelitian ini sudah terbukti secara
empirik bahwa ada korelasi positif yang sangat signifikan antara
kepercayaan diri dengan aktualisasi diri. Dengan demikian, dapat
disimpulkan kebutuhan manusia yang paling penting adalah kebutuhan
akan kepercayaan diri bisa dibenarkan, karena dengan adanya rasa
kepercayaan diri, seseorang bisa mengaktualisasikan dirinya.
Dari penelitian diatas juga didapat data bahwa ada 4 orang yang
memiliki kepercayaan diri kurang ternyata memiliki aktualisasi diri
yang cukup. Ini menggambarkan bahwa ada dari beberapa pertanyaan
atau kriteria saja dari kepercayaan diri bisa membuat orang
mengaktualisasikan dirinya. Salah satunya adalah hanya dengan 2
pertanyaan harga diri seseorang bisa memiliki kriteria kepercayaan
dalam hubungan dekat, tidak menahan emosi dan otonomi. Ini
membuktikan bahwa dengan harga diri seseorang mampu mencapai
beberapa aspek dari aktualisasi diri.
Sesuai dengan piramida Maslow yang menunjukan bahwa faktor
seseorang yang ingin mengaktualisasikan dirinya adalah harga diri.
Aktualisasi diri itu sendiri merupakan kebutuhan yang berada pada
puncak tertinggi dalam piramida kebutuhan bertingkat yang
dikemukakan oleh Maslow. Aktualisasi diri dapat tercapai setelah
kebutuhan yang berada dibawahnya tercapai (Potter, 2005).
93
4.3 Implikasi Hasil Penelitian dalam Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumbangan informasi bagi
institusi pendidikan khususnya bidang psikologi keperawatan. Serta dapat
dijadikan bahan acuan dan memperkaya wawasan dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang maksimal, mengingat perawat akan bersinggungan
langsung dengan pasien yang tentunya perlu suatu cara bagimana melakukakn
pelayanan secara maksimal, maka dengan hasil penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan pengalaman yang berharga bagi peneliti, dan dapat
meningkatkan aktualisasi diri perawat dalam memberikan pelayanan yang
profesional dan Islami.
94
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Mengacu pada tujuan, hasil penelitian dan hasil pembahasan yang telah
diuraikan tentang variabel penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
5.1.1 Tingkat kepercayaan diri pada mahasiswa yang aktif berorganisasi di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin
sebagian besar tergolong dalam kategori sangat percaya diri yaitu 47
mahasiswa (61%) dari 77 mahasiswa yang diteliti.
5.1.2 Tingkat aktualisasi diri pada mahasiswa yang aktif berorganisasi di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin
sebagian besar tergolong dalam kategori cukup yaitu 55 mahasiswa
(71%) dari 77 mahasiswa yang diteliti.
5.1.3 Ada hubungan kepercayaan diri dengan aktualisasi diri pada
mahasiswa yang aktif berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin dengan keeratan hubungan sedang.
5.2 Saran
Dengan memperhatikan serta mempertimbangkan hasil penelitian dari
kesimpulan diatas tentang hubungan kepercayaan diri dengan aktualisasi diri
dengan segala keterbatasan yang peneliti miliki maka perlu kiranya ada
beberapa saran yang dapat disampaikan sebagai berikut :
5.2.1 Bagi mahasiswa terkait
Diharapkan dari hasil penelitian ini mahasiswa yang diteliti
mempertahankan kepercayaan dirinya dan belajar tentang ”kebenaran
– kebenaran abadi” yang telah diajarkan oleh agama terkhusus agama
islam jika mereka ingin mengaktualisasikan dirinya. Terkhusus untuk
BEM diharapkan menyeimbangi kegiatan – kegiatan kampusnya
95
dengan kegiatan – kegiatan agama yang mngajarkan tentang
“kebenaran – kebenaran abadi”. Terkhusus untuk IMM diharapkan
mampu bersaing dengan meningkatkan kegiatan – kegiatan sesuai
spesifik keilmuannya.
5.2.2 Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan bisa jadi masukan dan pengetahuan
baru untuk mengajarkan salah satu cara untuk mengaktualisasikan diri
khususnya pada mahasiswa yang aktif berorganisasi yaitu dengan
mempertahankan kepercayaan diri mereka dan membina mereka
dengan pengajaran – pengajaran tentang agama, dan ilmu kesehatan,
serta lebih memperketat seleksi masuk organisasi tersebut dengan tes
– tes yang bersifat keagamaan dan keilmuaan serta mendapat IPK
diatas standar selama beberapa semester. Dari penelitian juga
diketahui bahwa mereka belum memiliki beberapa prestasi yang dapat
dicapai dengan memfasilitasi mereka untuk bebas dalam berbagai
macam kegiatan yang mereka sukai serta motivasi mereka untuk
memiliki pikiran postif atau yang dalam agama disebut khusnuzon
terhadap diri sendiri ataupun orang lain. Ditambah dengan
memperkuat kebanggaan mereka terhadap nilai istimewa dari sekolah
yang berlandaskan Islami ini pada pelatihan – pelatihan
kepemimpinan.
5.2.3. Bagi ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dalam upaya
mencegah ketidak mampuan mengaktualisasikan diri khususnya pada
mahasiswa yaitu dengan kepercayaan diri dan nilai – nilai kebenaran
yang diajarkan.
95
DAFTAR RUJUKAN
Al-Qur’an dan Terjamahnya. (2011). Jakarta: Syaamil Al-Qur’an.
Alvin, J., dan C. Rick. (1986). Validasi Indeks Pendek Aktualisasi Diri. PsikologiKepribadian dan Sosial Bulletin 12 (1) :63-73.
Alwisol. (2012). Psikologi Kepribadian, Edisi Revisi. Malang: UMM Press.
Angelis, Barbara. 2005. Confidence (Percaya Diri). Jakarta : Gramedia Pustaka.
Anggriyani, Hilda. (2011). Hubungan kepercayaan diri dengan aktualisasi diripada lanjut usia di pos pelayanan terpadu lansia batuah buntok wilayahkerja pusat kesehatan masyarakat buntok kabupaten barito selatan.Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekataan Praktik. EdisiRevisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Arnett, J.J. (2006). Emerging adulthood : Understanding the new way of comingof age. Dalam J.J. Arnett & J.L. Tanner (Ed.), Emerging adults inAmerica: Coming of age in the 21 st century. Washington, D.C. :American Psychological Association.
Azwar, S. (1979). Self-Esteem dan Prestasi Akademis Mahasiswa Tingkat SarjanaMuda. Fakultas Psikologi UGM, Laporan Penelitian, Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada.
Basuki, A. (2013). Organisasi Mahasiswa, Menciptakan Sarjanan Plus. (Internet)Termuat dalam: <http://sipil.ft.uns.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=88&Itemid=1> (Diakses pada tanggal 20 Juni 2014).
BEM STIKES MB. (2013). Profil Badan Eksekutif Mahasiswa Sekolah TinggiIlmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin. Banjarmasin: BEMSTIKES MB.
Depdikbud. (1994). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Diantoro, K. (2011). Hubungan prestasi akademik dengan konsep diri mahasiswasemester IV S1 keperawatan ners A stikes Muhammadiyah Banjarmasin.Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.
DPP IMM. (2012). Tanfidz. Jakarta: DPP IMM.
96
Ekawati, & Retno. (2010). Aktualisasi Teori Abraham Maslow.Http://forum.psikologi.ugm.ac.id (diakses pada tanggal 28 Juni 2014)
Feist, J. &Feist, G.J. (2008) .Theories of Personality. New York: McGrawHill.
Ghufron, M. N. & Risnawita, S. Rini. (2012). Teori-teori psikologi. Yogyakarta:Ar-Ruzz.
Guindon, M.H. (2010). Self Esteem Across The Lifespan. New York: RoutledgeTaylor & Francis Group.
Gunarsa, Singgih D. (2004). Psikologi Perkembangan Anak, Remaja, danKeluarga. Jakarta: PT. Gunung Mulia.
Hakim, Thursan. (2005). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta : PuspaSwara.
Hastono, S. P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Depok: FKM UI.
Http: //www.shvoong .com> (diakses pada tanggal 20 Juni 2014).
Hurlock, E. (2004). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Hurlock. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang RentangKehidupan. Jakarta (ID): Erlangga.
Iswidharmanjaya & Agung. (2004). Satu Hari Menjadi Lebih Percaya Diri.Jakarta: Media Komputindo.
Martaniah, S.M., Azwar, S., Rustam, A., Prawitasari, J.E., and Rosyid, H.F.(1991) Kajian terhadap Ketahanan Mental Masyarakat di DaerahIstimewa Yogyakarta. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Universitas GadjahMada.
Munir, Z. (2010). Peran dan Fungsi Organisasi Mahasiswa. (Internet). Termuatdalam: <http://zaldym.wordpress.com/2010/07/13/peran-dan-fungsi-organisasi-mahasiswa/> (Diakses pada tanggal 20 Juni 2014).
Napolitano L., Furstenberg F., & Kefalas M. (2005). Marriage is More than BeingTogether: The Meaning of Marriage Among Young Adults in UnitedStates. Working Paper. Network on Transition to Adulthood ResearchNetwork.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta:Rineka Cipta.
97
Nurdin, A.D.( 2011). Tumbuh Kembang Prilaku Manusia. Jakarta: Penerbit bukukedokteran EGC.
Nursalam & Efandi, Ferry. (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta:Salemba Media.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 3. Jilid 1.Jakarta: Salemba Medika.
Ormrod, J., E, (2008). Psikologi Pendidikan, Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Pieter, H. Z. & Lubis, N. L. (2010). Pengantar Psikologi dalam Keperawatan.Jakarta: Prenada Media Group.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. (2006). Qaidah Perguruan TinggiMuhammadiyah. Jogjakarta: SM
PK IMM STIKES MB (2013). Profil Pimpinan Komisariat Ikatan MahasiswaMuhammadiyah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan MuhammadiyahBanjarmasin. Banjarmasin: PK IMM STIKES MB.
Potter, Patricia A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Volume1. Jakarta: EGC.
Rivai, V. & Mulyadi D. (2011). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, edisi 3.Jakarta :PT. RajaGrafindo Persada.
Robinson, J.P. & Shaver, P.R. (1973). Measures of Social PsychologicalAttitudes. Michigan: Institude for Social Social Research, The Universityof Michigan.
Rosenberg, Morris. (1965). Society and the adolescent self-image. Princeton:Princeton University Press.
Rusnawati, Yusia. (2010). hubungan antara kepercayaan diri dengan aktualisasidiri pada siswa-siswi kelas XII di SMAN 1 Banjarmasin. Skripsi. SekoahTinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.
Saam, Zulfan. & Wahyuni, Sri. (2013). Psikologi Keperawatan. Edisi ke-2.Jakarta: Rajawali Pers.
Santrock., J. W. (2008). Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: PrenadaMedia Group.
98
Sastroasmoro, S & Ismail, S. (2010). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.Jakarta: Sagung Seto.
Schulunberg, J.E., & Zarrett, N. R. (2006). Mental health during emergingadulthood : Continuity and discontinuity in courses, causes, and functions.Dalam J. J. Arnett & J. L. Tanner (Ed.), emerging adults in America:Coming of age in the 21st century. Washington, DC: AmericanPsychological Association.
Setyono, Arif. (2013). Pengaruh keaktifan berorganisasi dan kerajinan beribadahterhadap kematangan kepribadian pada mahasiswa PAI semester VISekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Skripsi. SekolahTinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
Shostrom, Everett L. (1974). Personal Orientation Inventory (POI). EdITS :Amerika Serikat
Siswoyo, Dwi. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi(Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Surya, H. (2007). Percaya Diri itu Penting, Peran Orang Tua dalamMenumbuhkan Percaya Diri Anak. Jakarta: IKAPI.
Syahlani, A. (2007). Gambaran tingkat stres dan cara mengatasinya padamahasiswa usia remaja menghadapi ujian semester di StikesMuhammadiyah Banjarmasin. Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu KesehatanMuhammadiyah Banjarmasin.
Ubaedillah, A. N. (2006). Gabungan 3M. (Internet).Termuat dalam <http://e-psikologi.ci.id>. (diakses pada tanggal 20 Juni 2014).
Upton, P. (2012). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Vandenbos, G. R. (2006). APA Dictionary Of Psychology. Washington DC:American Psychological Association.
Widyarini, M. M. Nilam. (2013). Rahasia Mengembangkan Kepribadian.(Internet). Termuat dalam: <http://amosverdhian.blogspot.com/2013/01/rahasia-mengembangkan-kepribadian.html> (Diakses pada tanggal 20 Juni2014).
Woolfolk, A. (2004). Educational Psyschology. 9th ed. USA: Allyn & Bacon.
www.stikes-mb.ac.id> (diakses pada tanggal 20 Juni 2014).
99
Zuliana, Bella. (2013). Permasalahan Mahasiswa. (Internet). Termuat dalam:<http://citizennews.suaramerdeka.com/?option=com_content&task=view&id= 1921> (Diakses pada tanggal 07 Juni 2014).
Lampiran 1. Surat keterangan permohonan bimbingan proposal skripsi
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : M. Saubari Azhar Noor
NPM : 010363 AS1
Status :Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi
Muhammadiyah Banjarmasin.
Bermaksud melaksanakan penelitian mengenai “Hubungan kepercayaan diri dengan
aktualisasi diri pada mahasiswa yang aktif berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin”.
Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan belajar dalam menyelesaikan
tugas akhir Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin.
Untuk itu saya mohon kesediaan responden untuk turut berpartisipasi dalam mengisi
lembar pernyataan yang sudah disediakan.
Peneliti
M. Saubari Azhar Noor
089685728192 (Peneliti)
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi
sebagai responden penelitian yang dilaksananakan oleh mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin
yang bernama M.Saubari Azhar Noor mengenai “Hubungan kepercayaan diri dengan
aktualisasi diri pada mahasiswa yang aktif berorganisasi di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.”
Nama (inisial) :
Jenis kelamin :
Umur :
Program studi :
Semester :
Nama organisasi :
Tanda tangan saya di bawah ini merupakan bukti kesediaan saya untuk menjadi
responden dalam penelitian ini.
Banjarmasin, Juli 2014
(Responden)
No Responden :
(diisi peneliti)
Kuesioner Kepercayaan Diri Rosenberg
Dibawah ini adalah pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan perasaan anda
secara umum, berilah tanda check list ( √ ) apabila anda
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan JawabanSTS TS S SS
1. Secara keseluruhan,saya merasa puas dengan diri sayasendiri.
2. Seringkali saya berpikir bahwa saya ini tidak bagus dalamhal apapun.
3. Saya merasa bahwa saya mempunyai kualitas yang baikdalam beberapa hal.
4. Saya dapat melakukan hal-hal sebagus yang dilakukankebanyakan orang lain.
5. Saya merasa bahwa saya tidak memiliki banyak hal untukdibanggakan.
6. Saya sering merasa tidak berguna.7. Saya merasa bahwa saya adalah orang yang berharga,
sekurang-kurangnya meiliki derajat yang sama denganorang lain.
8. Saya berharap agar saya lebih dihormati.9. Setelah mempertimbangkan dengan dalam, saya cenderung
berpikir bahwa saya adalah orang gagal.10. Saya bersikap positif terhadap diri saya sendiri.
Kuesioner Short Index of Self–Actualization Alvin & Rick
Dibawah ini adalah pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan perasaan anda
secara umum, berilah tanda check list ( √ ) apabila anda
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
RG = Ragu – ragu
S = Setuju
SS = Sangat setuju
No Pernyataan JawabanSTS TS RG S SS
1. Saya tidak merasa malu kepada siapapundengan apayang saya rasakan.
2. Saya merasa harus mengerjakan apa yang orang lainharapkan atas diri saya.
3. Saya percaya bahwa orang pada dasarnya baik dan dapatdipercaya.
4. Saya merasa bebas untuk marah kepada seorang yangsaya sukai.
5. Saya selalu memerlukan penghargaan dari orang lainatas apa yang saya lakukan.
6. Saya tidak menerima kelemahan saya sendiri.7. Saya bisa menyukai orang lain tanpa harus setuju
dengan mereka.8. Saya takut gagal.9. Saya menghindari untuk mencoba menganalisis dan
menjadikan lebih mudah sesuatu yang sulit.10. Lebih baik menjadi diri sendiri dari pada menjadi
popular.11. Saya tidak mempunyai sesuatu yang saya perjuangkan
dalam hidup terutama yang istimewa.12. Saya dapat mengekspresikan perasaan saya walaupun
mungkin itu mengakibatkan konsekuensi yang tidakdiinginkan.
13. Saya tidak merasa bertanggung jawab untuk membantusiapa saja.
14. Saya terganggu terhadap ketakutan yang tidak masukakal.
15. Saya dicintai karena saya memberi cinta.
Lampiran 8 Surat Permohonan sebagai Penguji 1 Proposal Skripsi
Lampiran 8 Surat Permohonan sebagai Penguji 2 Proposal Skripsi
RespondenKepercayaan diri
Kategori SkorP1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Total
1 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 24 sangat percaya diri 4
2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 24 sangat percaya diri 4
3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 24 sangat percaya diri 4
4 3 2 2 2 1 3 3 2 2 3 23 sangat percaya diri 4
5 3 1 2 2 1 1 3 2 3 2 20 cukup percaya diri 3
6 1 2 2 3 2 2 1 3 3 3 22 cukup percaya diri 3
7 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 cukup percaya diri 3
8 1 2 2 2 2 2 3 2 2 3 21 cukup percaya diri 3
9 3 2 2 2 1 2 2 3 2 3 22 cukup percaya diri 3
10 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 27 sangat percaya diri 4
11 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 18 cukup percaya diri 3
12 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 26 sangat percaya diri 4
13 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 27 sangat percaya diri 4
14 2 2 2 1 1 3 2 2 2 2 19 cukup percaya diri 3
15 1 2 3 2 1 2 2 3 3 3 22 cukup percaya diri 3
16 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 26 sangat percaya diri 4
17 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 12kurang percaya
diri 3
18 2 1 2 2 1 2 2 3 2 3 20 cukup percaya diri 3
19 2 1 2 3 1 2 3 2 3 3 22 cukup percaya diri 3
20 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 15kurang percaya
diri 3
21 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 24 sangat percaya diri 4
22 2 3 2 1 3 3 1 1 3 3 22 cukup percaya diri 3
23 3 2 2 1 3 3 3 2 2 2 23 sangat percaya diri 4
24 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 24 sangat percaya diri 4
25 3 3 3 2 3 3 3 0 3 3 26 sangat percaya diri 4
26 3 3 2 3 3 3 0 0 3 3 23 sangat percaya diri 4
27 3 2 3 3 2 3 2 1 2 3 24 sangat percaya diri 4
28 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 22 cukup percaya diri 3
29 3 1 3 2 2 3 3 3 3 3 26 sangat percaya diri 4
30 2 1 2 1 2 2 2 2 2 3 19 cukup percaya diri 3
31 2 3 3 1 3 3 3 3 3 3 27 sangat percaya diri 4
32 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 16 cukup percaya diri 3
33 1 2 2 1 1 3 3 1 3 3 20 cukup percaya diri 3
34 1 1 2 1 1 1 1 3 1 3 15kurang percaya
diri 3
35 2 1 3 2 1 2 2 1 2 3 19 cukup percaya diri 3
36 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 24 sangat percaya diri 4
37 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 29 sangat percaya diri 4
38 3 2 2 3 3 3 3 1 3 3 26 sangat percaya diri 4
39 2 2 2 2 1 2 2 3 1 3 20 cukup percaya diri 3
40 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 18 cukup percaya diri 3
41 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 24 sangat percaya diri 4
42 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 22 cukup percaya diri 3
43 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 25 sangat percaya diri 4
44 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 25 sangat percaya diri 4
45 3 3 3 2 1 1 3 3 3 3 25 sangat percaya diri 4
46 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 22 cukup percaya diri 3
47 2 2 2 2 1 2 2 1 3 2 19 cukup percaya diri 3
48 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 25 sangat percaya diri 4
49 1 1 2 1 1 1 2 3 1 3 16 cukup percaya diri 3
50 0 1 3 1 1 0 2 2 1 3 14kurang percaya
diri 3
51 2 2 2 2 3 3 2 1 3 3 23 sangat percaya diri 4
52 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 24 sangat percaya diri 4
53 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 29 sangat percaya diri 4
54 1 1 2 2 2 1 2 3 1 3 18 cukup percaya diri 3
55 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 17 cukup percaya diri 3
56 1 1 2 2 2 1 2 0 3 3 17 cukup percaya diri 3
57 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 25 sangat percaya diri 4
58 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 16 cukup percaya diri 3
59 3 2 3 3 3 3 0 3 3 3 26 sangat percaya diri 4
60 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 33 sangat percaya diri 4
61 4 2 3 3 2 3 4 4 4 3 32 sangat percaya diri 4
62 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 31 sangat percaya diri 4
63 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 32 sangat percaya diri 4
64 2 3 3 3 4 4 4 3 4 4 34 sangat percaya diri 4
65 2 3 2 3 2 3 4 3 3 4 29 sangat percaya diri 4
66 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 31 sangat percaya diri 4
67 2 2 3 3 2 2 4 3 3 3 27 sangat percaya diri 4
68 3 2 3 2 2 4 3 2 3 3 27 sangat percaya diri 4
69 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 28 sangat percaya diri 4
70 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 29 sangat percaya diri 4
71 3 3 3 2 3 4 3 3 4 4 32 sangat percaya diri 4
72 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 34 sangat percaya diri 4
73 3 3 2 2 3 3 4 3 3 4 30 sangat percaya diri 4
74 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 35 sangat percaya diri 4
75 4 4 3 3 2 3 3 2 3 3 30 sangat percaya diri 4
76 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 35 sangat percaya diri 4
77 4 3 3 3 2 3 3 4 2 4 31 sangat percaya diri 4
Total 186 173 184 167 163 192 189 173 205 221 1853
RespondenAktualisasi diri
Total Persen Kategori SkorP1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15
1 4 1 5 2 4 4 4 5 5 5 4 4 4 3 5 59 79% tinggi 4
2 3 2 5 2 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 60 80% tinggi 4
3 4 2 3 2 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 52 69% cukup 3
4 4 3 4 1 3 3 3 5 2 5 4 3 2 2 4 48 64% cukup 3
5 3 2 4 2 4 2 2 2 4 5 4 2 4 3 4 47 63% cukup 3
6 3 4 4 3 4 5 2 3 4 5 5 2 4 2 4 54 72% tinggi 4
7 3 2 4 4 2 2 4 1 4 4 4 4 4 4 4 50 67% cukup 3
8 4 2 4 2 4 4 4 5 2 5 2 2 5 2 5 52 69% cukup 3
9 4 2 4 2 4 4 4 4 2 4 4 2 4 2 5 51 68% cukup 3
10 2 1 5 2 3 4 3 5 5 3 5 4 4 1 5 52 69% cukup 3
11 2 3 4 2 4 2 4 2 2 4 4 4 4 2 3 46 61% cukup 3
12 2 2 2 1 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 56 75% tinggi 4
13 5 2 5 2 2 5 4 5 1 5 4 4 5 4 5 58 77% tinggi 4
14 4 2 4 4 2 3 4 4 2 4 5 4 4 2 4 52 69% cukup 3
15 3 2 5 1 4 3 4 2 2 5 4 4 5 2 5 51 68% cukup 3
16 4 2 5 2 4 4 3 4 5 4 5 4 5 2 5 58 77% tinggi 4
17 3 2 5 4 2 4 5 1 3 4 1 5 4 1 5 49 65% cukup 3
18 4 2 4 3 1 4 4 1 3 5 4 4 3 4 4 50 67% cukup 3
19 3 1 4 2 2 4 3 1 5 5 5 3 4 4 5 51 68% cukup 3
20 3 2 4 1 3 4 4 4 3 5 4 4 2 2 5 50 67% cukup 3
21 4 2 5 2 4 4 4 5 4 5 5 4 4 5 5 62 83% tinggi 4
22 2 3 4 1 3 4 1 3 1 2 3 4 3 5 5 44 59% cukup 3
23 2 2 5 1 2 2 4 2 3 5 3 4 2 2 5 44 59% cukup 3
24 5 4 5 1 4 4 4 4 2 5 5 3 4 2 5 57 76% tinggi 4
25 5 2 3 1 5 5 2 5 5 4 2 4 4 2 49 65% cukup 3
26 5 2 5 1 5 5 1 2 2 5 1 5 5 5 5 54 72% tinggi 4
27 5 2 5 1 4 4 5 4 5 4 4 5 5 2 5 60 80% tinggi 4
28 4 2 4 2 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 53 71% cukup 3
29 5 1 3 3 2 4 5 2 1 5 5 3 5 3 5 52 69% cukup 3
30 5 1 5 2 3 4 4 4 4 5 5 4 3 2 4 55 73% tinggi 4
31 3 3 4 4 1 2 4 2 2 5 5 4 5 5 5 54 72% tinggi 4
32 4 2 4 4 2 2 4 2 2 4 2 4 2 2 4 44 59% cukup 3
33 3 1 3 1 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 52 69% cukup 3
34 2 1 5 1 2 2 4 2 1 5 5 4 5 2 3 44 59% cukup 3
35 4 2 4 1 4 3 4 2 1 5 2 2 5 4 4 47 63% cukup 3
36 4 1 4 2 4 4 5 4 3 5 5 4 4 5 4 58 77% tinggi 4
37 5 1 5 2 4 4 3 4 5 1 5 5 4 4 4 56 75% tinggi 4
38 5 1 5 1 4 4 4 2 4 5 5 4 5 1 5 55 73% tinggi 4
39 5 1 3 2 4 2 1 5 2 4 5 4 5 4 5 52 69% cukup 3
40 2 4 4 2 3 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 52 69% cukup 3
41 4 2 3 1 2 5 4 5 3 4 4 4 5 3 5 54 72% tinggi 4
42 4 2 4 2 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 52 69% cukup 3
43 3 2 4 2 2 2 3 2 2 4 5 3 5 3 5 47 63% cukup 3
44 4 1 5 4 2 3 5 2 3 4 4 3 4 2 5 51 68% cukup 3
45 5 1 5 4 4 2 2 1 1 2 5 4 5 4 5 50 67% cukup 3
46 3 2 4 4 2 1 2 1 4 4 4 2 4 4 5 46 61% cukup 3
47 3 2 3 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 2 4 50 67% cukup 3
48 4 4 4 1 4 2 4 3 4 2 5 4 5 3 3 52 69% cukup 3
49 2 3 4 2 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 2 49 65% cukup 3
50 3 2 4 1 4 4 4 1 4 4 4 4 4 2 4 49 65% cukup 3
51 4 3 5 2 2 5 4 3 3 5 5 2 4 2 5 54 72% tinggi 4
52 4 2 5 4 4 1 3 3 3 4 5 2 4 2 5 51 68% cukup 3
53 4 1 2 1 2 5 5 3 2 5 5 2 5 4 4 50 67% cukup 3
54 5 1 5 2 4 4 4 1 4 5 4 5 4 1 3 52 69% cukup 3
55 4 2 5 5 4 2 2 5 2 3 3 3 2 3 4 49 65% cukup 3
56 3 2 4 1 3 4 2 5 2 5 5 4 4 2 3 49 65% cukup 3
57 4 2 3 1 3 4 4 1 3 4 5 2 4 5 5 50 67% cukup 3
58 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 47 63% cukup 3
59 3 1 3 4 1 4 2 5 2 5 5 3 5 3 5 51 68% cukup 3
60 4 4 3 2 3 4 5 2 4 2 5 3 4 4 5 54 72% tinggi 4
61 4 1 5 4 3 3 5 2 1 5 5 4 5 5 5 57 76% tinggi 4
62 3 2 4 3 3 3 4 2 5 4 4 3 3 2 3 48 64% cukup 3
63 4 3 2 4 4 4 4 4 2 5 4 2 4 2 4 52 69% cukup 3
64 1 2 4 2 4 4 2 2 4 4 4 4 5 3 4 49 65% cukup 3
65 4 2 4 2 4 3 4 2 4 5 4 3 4 4 5 54 72% tinggi 4
66 2 3 5 2 3 4 4 2 4 4 3 4 3 2 4 49 65% cukup 3
67 3 4 2 2 4 4 4 2 3 5 5 3 5 3 4 53 71% cukup 3
68 2 2 3 2 3 4 4 4 2 4 3 2 4 4 3 46 61% cukup 3
69 3 2 4 4 4 3 4 3 3 5 4 3 4 4 4 54 72% tinggi 4
70 2 2 4 2 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 48 64% cukup 3
71 4 4 4 1 4 2 2 4 2 5 4 2 5 4 5 52 69% cukup 3
72 2 1 5 4 4 4 4 1 4 4 5 2 5 3 4 52 69% cukup 3
73 2 1 5 2 4 4 4 1 4 4 5 2 5 3 4 50 67% cukup 3
74 3 1 4 2 3 4 4 4 4 4 5 2 4 2 3 49 65% cukup 3
75 4 2 4 4 2 4 3 2 4 4 4 4 4 2 4 51 68% cukup 3
76 3 4 4 1 4 4 5 3 5 5 5 4 4 3 5 59 79% tinggi 4
77 3 1 5 1 4 3 5 4 2 5 2 4 1 2 5 47 63% cukup 3
Total 268 157 315 170 251 270 275 232 240 329 319 262 315 236 328 3967
Crosstabs
[DataSet1] D:\saubari\ari\skripsi kepercayaan diri dengan aktualisasi diri52\spss\tabulasi silang.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percentkepercayaan diri *aktualisasi diri 77 100,0% 0 ,0% 77 100,0%
kepercayaan diri * aktualisasi diri Crosstabulation
aktualisasi diri
Totalcukup tinggikepercayaandiri
kurang percaya diri Count 4 0 4% within kepercayaan diri 100,0% ,0% 100,0%
cukup percaya diri Count 24 2 26% within kepercayaan diri 92,3% 7,7% 100,0%
sangat percaya diri Count 27 20 47% within kepercayaan diri 57,4% 42,6% 100,0%
Total Count 55 22 77% within kepercayaan diri 71,4% 28,6% 100,0%
Nonparametric Correlations
[DataSet1] D:\saubari\ari\skripsi kepercayaan diri dengan aktualisasi diri52\spss\tabulasi silang.sav
Correlations
kepercayaandiri aktualisasi diri
Spearman's rho kepercayaan diri Correlation Coefficient 1,000 ,388(**)Sig. (2-tailed) . ,000N 77 77
aktualisasi diri Correlation Coefficient ,388(**) 1,000Sig. (2-tailed) ,000 .N 77 77
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).