HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …
Transcript of HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …
HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT
KNOWLEDGE (PCK) DENGAN LATAR BELAKANG
MAHASISWA CALON GURU KIMIA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
NARYANTO
NIM. 1112016200018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Naryanto (NIM 1112016200018). Hubungan Kemampuan Pedagogical
Content Knowledge (PCK) Dengan Latar Belakang Mahasiswa Calon Guru
Kimia. Skripsi. Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih rendahnya kualitas Pedagogical
Content Knowledge (PCK) yang dilihat dari hasil Uji Kompetensi Guru (UKG)
tahun 2015, 2016, dan 2017. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
kompetensi PCK calon guru kimia ditinjau dari aspek jenis kelamin, asal sekolah,
dan jalur masuk calon guru kimia di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Metode yang digunakan adalah korelasional. Sampel penelitian berjumlah
45 mahasiswa calon guru kimia angkatan 2014, 5 mahasiswa laki-laki dan 40
mahasiswa perempuan yang diambil secara purposive sampling. Teknik
pengumpulan data menggunakan tes pilihan ganda yang dikembangkan dari 7
aspek dan 18 indikator PCK. Data dihitung menggunakan SPSS 22. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) kompetensi PCK calon guru kimia laki-laki
sebesar 62,09 sedangkan calon guru kimia perempuan sebesar 56,00, sehingga
kemampuan kompetensi PCK calon guru laki-laki lebih baik dibandingkan calon
guru kimia perempuan; (2) kompetensi PCK calon guru kimia yang berasal dari
sekolah swasta sebesar 59,16 sedangkan calon guru kimia yang berasal dari
sekolah negeri sebesar 56,08, sehingga kemampuan kompetensi PCK calon guru
kimia yang berasal dari sekolah swasta lebih baik dibandingkan calon guru kimia
yang berasal dari sekolah negeri; (3) kompetensi PCK calon guru kimia yang
berasal dari jalur tertulis sebesar 58,87 sedangkan calon guru kimia yang berasal
dari jalur raport sebesar 46,97, sehingga kemampuan kompetensi PCK calon guru
kimia yang berasal dari jalur tertulis lebih baik dibandingkan dengan calon guru
kimia yang berasal dari jalur raport; (4) calon guru kimia sudah menguasai semua
aspek pada indikator PCK dengan nilai rata-rata sebesar 62%. Penelitian ini
berguna untuk menyiapakan calon guru yang kompeten dan profesional dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Kata kunci: Kompetensi PCK, calon guru kimia, jenis kelamin, asal
sekolah, dan jalur masuk.
vi
ABSTRACT
Naryanto (NIM 1112016200018). Correlation of Pedagogical Content
Knowledge (PCK) with Preservice Chemistry Teacher’s Backgrounds. Skripsi.
Chemistry Education Department. Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences.
Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
This research is motivated by the still low quality Pedagogical Content
Knowledge (PCK) seen from the results of the Uji Kompetensi Guru (UKG) in
2015, 2016, and 2017. Purpose of this research is to analyze the preservice
chemistry teacher’s competence of PCK in terms of gender, source of school, and
the entry point for preservice chemistry teacher at Syarif Hidayatullah State
Islamic University Jakarta. Method used a correlational method. Research
sample consisted of 45 students of the 2014 preservice chemistry teacher, 5 male
students and 40 female students who were taken by purposive sampling. Data
collection techniques used multiple choice tests developed from 7 aspects and 18
PCK indicators. The data is calculated using SPSS 22. Results showed that (1)
competence of PCK from male preservice chemistry teacher at 62.09 while the
female preservice chemistry teacher at 56.00, so the ability of PCK competence
male preservice chemistry teacher better than female preservice chemistry
teacher; (2) PCK competency of preservice chemistry teacher from private
schools amounted to 59.16 while preservice chemistry teacher from national
schools amounted to 56.08, so the PCK competency ability of preservice
chemistry teacher from private schools was better than from public schools; (3
competence of preservice chemistry teacher from written paths was 58.87 while
preservice chemistry teacher from report cards were 46.97, so the preservice
chemistry teacher competency abilities from written paths were better than
preservice chemistry teacher coming from report cards; (4) preservice chemistry
teacher have mastered all aspects of PCK indicator with an average value of
62%. This research is useful for preparing competent and professional preservice
teacher in the implementation of learning.
Keywords: PCK competence, preservice chemistry teacher, gender, source of
school, and admissions of university.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim,
Alhamdulillah segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat ihsan, nikmat iman, dan nikmat islam, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik. Salawat serta salam senantiasa dicurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para
pengikutnya hingga akhir zaman.
Selama penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan Kemampuan
Pedagogical Content Knowledge (PCK) Dengan Latar Belakang Mahasiswa
Calon Guru Kimia.” ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Strata I (S1) pada Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan
hambatan yang dialami. Namun, berkat do’a, perjuangan, kesungguhan hati dan
dorongan serta masukan-masukan yang positif dari berbagai pihak untuk
penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu, diantaranya kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Burhanudin Milama, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Tonih Feronika, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
waktu, ilmu, bimbingan dan saran kepada penulis dengan penuh
kesabaran.
4. Luki Yunita, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
waktu, ilmu, bimbingan dan saran kepada penulis dengan penuh
kesabaran.
5. Salamah Agung, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan banyak ilmu dan motivatsi juga tidak pernah bosan untuk
selalu menerima keluh kesan dari mahasiswanya.
viii
6. Evi Sapinatul B, M.Pd dan Nanda Saridewi, M.Si selaku validator
instrumen yang telah memberikan kritik dan saran selama proses validasi.
7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada
penulis.
8. Ayah tercinta Nasori dan Mamah yang amat terkasih Almh. Dainem yang
selalu memberikan do’a, dukungan, motivasi yang tidak pernah putus dan
kesabaran yang tak terhingga kepada penulis.
9. Semua Kakak tercinta (Mba Tar, Mas Waryono, Mas Kamto, Mba Entin,
Mba Narti, Mas Narkim, dan Mas Sopan) yang selalu sabar dan terus
mendo’akan juga memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.
10. Sahabat seperjuangan yang sudah lulus duluan, Tiwi, Melinda, Arum dan
Aini yang selalu memotivasi kepada penulis supaya cepat selesai. You are
the best!!!
11. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Pendidikan Kimia Angkatan 2012
FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terutama Nina, Rere, Putri, Ainul,
Ikhwan, Faisal, Dewi, Fitri, Lilik, dan Bang Ben yang telah banyak
memberikan pengalaman dan kenangan yang berharga kepada penulis.
12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu selama pembuatan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata
semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca
pada umumnya.
Jakarta, 26 Maret 2019
Penulis
NARYANTO
NIM. 1112016200018
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... .......i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSIError! Bookmark not
defined.ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 3
C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORITIK ........................................................................ 6
A. Kajian Teori ................................................................................................. 6
1. PCK (Pedagogical Content Knowledge) .................................................. 6
2. Kompetensi Guru.................................................................................... 15
3. Guru ........................................................................................................ 23
B. Penelitian Yang Relevan ........................................................................... 27
C. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 30
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 32
x
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 33
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 33
B. Metode dan Desain Penelitian ................................................................... 33
C. Prosedur Penelitian .................................................................................... 33
D. Populasi dan Sampel ................................................................................. 35
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 35
F. Instrumen Penelitian .................................................................................. 36
G. Uji Instrumen ............................................................................................. 38
1. Uji Validitas Soal ................................................................................... 38
2. Uji Reliabilitas Soal ................................................................................ 40
3. Uji Daya Beda Soal ................................................................................ 40
4. Uji Tingkat Kesukaran Soal ................................................................... 41
H. Teknik Analisis Data ................................................................................. 42
1. Uji Prasyarat ........................................................................................... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............. Error! Bookmark not defined.
A. Hasil Penelitian .......................................... Error! Bookmark not defined.
1. Data Hasil Penelitian ............................... Error! Bookmark not defined.
2. Analisis Data ........................................... Error! Bookmark not defined.
B. Pembahasan ................................................ Error! Bookmark not defined.
1. Aspek Content ......................................... Error! Bookmark not defined.
2. Aspek General Pedagogical Knowledge. Error! Bookmark not defined.
3. Aspek Pedagogical Content Knowledge . Error! Bookmark not defined.
4. Aspek Curriculum Knowledge ................ Error! Bookmark not defined.
5. Aspek Knowledge of Learners and Their Characteristis ................ Error!
Bookmark not defined.
6. Aspek Knowledge of Educational Contexts .......... Error! Bookmark not
defined.
7. Aspek Knowledge of Educational Ends Purposes and Values ....... Error!
Bookmark not defined.
xi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 47
A. Kesimpualan .............................................................................................. 47
B. Saran .......................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 48
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................. Error! Bookmark not defined.
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Populasi dan Sampel ........................................................... 35
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Penyusuna Instrumen PCK .............................................. 37
Tabel 3.3 Indeks Validitas ............................................................................... 39
Tabel 3.4 Indeks Daya Pembeda ..................................................................... 41
Tabel 3.5 Indeks Tingkat Kesukaran .............................................................. 42
Tabel 3.6 Kategori Penguasaan Konsep .......................................................... 43
Tabel 3.7 Interprestasi Nilai Koefisien Korelasi ............................................. 46
Tabel 4.1 Perbandingan Hasil PCK Jenis Kelamin ......................................... 48
Tabel 4.2 Perbandingan Hasil PCK Asal Sekolah .......................................... 48
Tabel 4.3 Perbandingan Hasil PCK Jalur Masuk ............................................ 49
Tabel 4.4 Uji Normalitas Data PCK Jenis Kelamin ........................................ 50
Tabel 4.5 Uji Normalitas Data PCK Asal Sekolah ......................................... 51
Tabel 4.6 Uji Normalitas Data PCK Jalur Masuk ........................................... 51
Tabel 4.7 Uji Homogenitas Variabel Jenis Kelamin ....................................... 52
Tabel 4.8 Uji Homogenitas Variabel Asal Sekolah ........................................ 53
Tabel 4.9 Uji Homogenitas Variabel Jalur Masuk .......................................... 53
Tabel 4.10 Uji Korelasi Jenis Kelamin dengan PCK ...................................... 54
Tabel 4.11 Uji Korelasi Asal Sekolah dengan PCK ....................................... 54
Tabel 4.12 Uji Korelasi Jalur Masuk dengan PCK ......................................... 55
Tabel 4.13 Persentase PCK pada Jenis Kelamin ............................................. 56
xiii
Tabel 4.14 Persentase PCK pada Asal Sekolah .............................................. 57
Tabel 4.15 Persentase PCK pada Jalur Masuk ................................................ 57
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Komponen Pembentuk PCK ....................................................... 6
Gambar 2.2 Kerangka Perpikir ....................................................................... 31
Gambar 3.1 Model Hubungan Kausal ............................................................. 33
Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian .................................................................. 34
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Tes PCK .................................................................... 81
Lampiran 2. Data Responden .......................................................................... 101
Lampiran 3. Hasil Persentase Keseluruhan Konten Kimia ............................. 102
Lampiran 4. Hasil Persentase Keseluruhan Konten Pedagogi ........................ 103
Lampiran 5. Hasil Persentase Konten Kimia Calon Guru Laki-Laki ............. 104
Lampiran 6. Hasil Persentase Konten Kimia Calon Guru Perempuan ........... 105
Lampiran 7. Hasil Persentase Konten Kimia Calon Guru dari Sekolah Negeri
.................................................................................................... 106
Lampiran 8. Hasil Persentase Konten Kimia Calon Guru dari Sekolah Swasta
.................................................................................................... 107
Lampiran 9. Hasil Persentase Konten Kimia Calon Guru dari Jalur Tertulis .
.................................................................................................... 108
Lampiran 10. Hasil Persentase Konten Kimia Calon Guru dari Jalur Raport
.................................................................................................... 109
Lampiran 11. Hasil Persentase Konten Pedagogi Calon Guru Laki-Laki ...... 110
Lampiran 12. Hasil Persentase Konten Pedagogi Calon Guru Perempuan .... 111
Lampiran 13. Hasil Persentase Konten Pedagogi Calon Guru dari Sekolah Negeri
.................................................................................................... 112
Lampiran 14. Hasil Persentase Konten Pedagogi Calon Guru dari Sekolah Swasta
.................................................................................................... 113
Lampiran 15. Hasil Persentase Konten Pedagogi Calon Guru dari Jalur Tertulis
.................................................................................................... 114
Lampiran 16. Hasil Persentase Konten Pedagogi Calon Guru dari Jalur Raport
.................................................................................................... 115
Lampiran 17. Indeks Kesukaran Soal Pedagogik ........................................... 116
Lampiran 18. Validitas Soal Pedagogik .......................................................... 117
xv
Lampiran 19. Daya Beda Soal Pedagogik ....................................................... 118
Lampiran 20. Validitas Soal Kimia ................................................................. 119
Lampiran 21. Indeks Kesukaran Soal Kimia .................................................. 120
Lampiran 22. Daya Beda Soal Kimia ............................................................. 121
Lampiran 23. ANATES Soal Kimia ............................................................... 122
Lampiran 24. ANATES Soal Pedagogik ........................................................ 129
Lampiran 25. Hasil Deskriptif Kimia Berdasarkan Jensi Kelamin ................. 138
Lampiran 26. Hasil Deskriptif Kimia Berdasarkan Asal Sekolah .................. 139
Lampiran 27. Hasil Deskriptif Kimia Berdasarkan Jalur Masuk .................... 140
Lampiran 28. Hasil Deskriptif Pedagogik Berdasarkan Jensi Kelamin .......... 141
Lampiran 29. Hasil Deskriptif Pedagogik Berdasarkan Asal Sekolah ........... 142
Lampiran 30. Hasil Deskriptif Pedagogik Berdasarkan Jalur Masuk ............. 143
Lampiran 31. Uji Normalitas .......................................................................... 144
Lampiran 32. Uji Homogenitas ....................................................................... 146
Lampiran 33. Uji Hipotesis ............................................................................. 148
Lampiran 34. Lembar Uji Validitas ................................................................ 152
Lampiran 35. Surat Bimbingan Skripsi ........................................................... 154
Lampiran 36. Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................ 156
Lampiran 37. Surat Permohonan Responden .................................................. 157
Lampiran 38. Lembar Uji Referensi ............................................................... 158
xvi
71
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Sholeh (2006, hlm. 5) bahwa salah satu cita-cita kemerdekaan
nasional Indonesia adalah keinginan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
sesuai dengan Pembukaan UUD 1945. Melalui komitmen ini, proses
penyemaian generasi masa depan harus diikuti dengan menyiapkan
mahasiswa calon guru profesional melalui sistem pendidikan guru yang
bermutu dan akuntabel. Maka sebagai tenaga profesional, mahasiswa calon
guru dituntut untuk selalu mengembangkan diri sejalan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam proses pembelajaran.
Mahasiswa calon guru profesional harus memiliki empat kompetensi
dasar seperti yang dijelaskan pada Permendikbud No. 43 Tahun 2015 bahwa
guru harus memiliki empat kompetensi dasar yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi profesional, kompetensi pribadi, dan kompetensi sosial,
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 43 Tahun 2015). Dari
keempat kompetensi dasar tersebut, kompetensi pedagogik disebut dengan
Pedagogical Content Knowlegde (PCK). PCK menurut Shulman (1987)
adalah penggabungan dari ilmu pedagogik dan konten materi, yang berarti
bahwa cara penyampaian materi harus sesuai dengan tujuan dalam
pembelajaran yang digunakan.
Fakta menunjukkan bahwa guru-guru di Indonesia masih jauh dari kata
kompeten dan profesional dimana hal ini dapat dilihat pada capaian hasil
rerata UKG tahun 2015, 2016, dan 2017 yang masih tergolong kategori
rendah. Menurut media komunikasi Jendela Pendidikan dan Kebudayaan
Edisi 17 Tahun 2017 (2017, hlm. 4) bahwa kemampuan guru jika dilihat dari
hasil UKG pada 2015 belum memuaskan, dimana rerata nasional UKG hanya
di angka 39,48 sedangkan pada 2016 mengalami peningkatan yang cukup
signifikan dengan hasil rerata sebesar 64,92. Sementara menurut
2
Kemenetarian Pendidikan dan Kebudayaan (2017) data hasil UKG 2017
untuk pulau Jawa masih di bawah target capaian dari pemerintah dimana
target pemerintah pada tahun 2017 untuk hasil rerata UKG 2017 sebesar 70.
Fakta lain yang didapat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017)
adalah rendahnya kualitas siswa adalah capaian nilai UN, dimana data rerata
nilai UN Kimia 2017 secara nasional sebesar 33,40 menjadi nilai terendah
kedua. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis kompetensi PCK
pada mahasiswa calon guru kimia.
Mahasiswa calon guru kimia yang menjadi subjek penelitian ini adalah
mahasiswa calon guru kimia dari Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Mahasiswa calon guru
kimia memperoleh pengetahuan PCK pada perkuliahan Kapita Selekta,
Perencanaan Pembelajaran Kimia, Pengajaran Mikro, dan Praktek Profesi
Keguruan Terpadu untuk membangun konsep yang lebih besar dengan
mengintegrasikan PK (Pedagogy Knowledge) dan CK (Content Knowledge)
dalam struktur perkuliahannya.
Mahasiswa calon guru kimia juga harus mengikuti Ujian Komperhensif
yang terdiri dari mata kuliah pendidikan dan kimia. Ujian ini berbentuk lisan
dan tertulis, dimana soal-soal yang digunakan terkait dengan PK, CK, dan
PCK. Pelaksanaan Ujian Komperhensif bulan Januari 2017 yang diikuti oleh
76 mahasiswa calon guru kimia ternyata masih banyak yang belum lulus baik
dalam ujian komperhensif kependidikan dan juga kimia. Hasilnya dari 76
mahasiswa calon guru kimia hanya 17 (22,37%) yang dinyatakan lulus.
Berdasarkan jenis kemamin untuk mahasiswa calon guru kimia perempuan
6,25% yang lulus, sedangkan laki-laki sebesar 16,67%. Berdasarakan asal
sekolah, untuk mahasiswa calon guru kimia yang berasal dari sekolah negeri
hanya 5% yang lulus dan 12,5% dari sekolah swasta yang dinyatakan lulus.
Sedangkan berdasarkan jalu masuk 11,76% lulus berasal dari jalur raport dan
6,78% yang lulus berasal dari jalur tertulis. Hasil ini menunjukkan bahwa
masih rendahnya CK, PK, dan PCK pada mahasiswa calon guru kimia di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3
Sesuai dengan landasan sosiologis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Surat Keputusan Rekor Nomor 10 Tahun 2015 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta) yang menyatakan bahwa Kurikulum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dikembangkan berlandaskan pada Kerangkan Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI) Peraturan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta No. 10 Tahun
2015. Beberapa program outcomes dari Program Studi Pendidikan Kimia
yang sesuai dengan KKNI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu
menghasilkan mahasiswa yang memiliki diantaranya: 1) Pengetahuan:
pengetahuan tentang konsep-konsep teoritis pendididkan secara umum dan
pendidikan kimia secara khusus, konsep dan teori pedagogik, profesional
keguruan, kepribadian, sosial, dan konsep sains (kimia). 2) Keterampilan:
kemampuan menerapkan keahlian di bidang pendidikan dan pengajaran kimia
di institusi pendidikan, khususnya pada tingkat menengah atas (Madrasah
Aliyah dan atau Sekolah Menengah Atas) dan pengajaran sains secara umum
pada tingkat dasar dan menengah pertama yang mengintegrasikan nilai-nilai
keIslaman (Rosyada, Suralaga, Arifin, dan Berlianti, 2015, hlm. 98).
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Antara Sistem Seleksi Masuk
Perguruan Tinggi, Jenis Kelamin, dan Asal Sekolah Dengan
Kemampuan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Mahasiswa Calon
Guru Kimia ”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas terdapat beberapa masalah
yang dapat dikaji, diantaranya:
1. Mahasiswa calon guru kimia harus memiliki empat kompetensi dasar guru.
2. Rendahnya rata-rata hasil UKG pada 3 tahun terakhir (2015,2016, dan
2017).
3. Rendahnya hasil ujian komperhensif mahasiswa calon guru kimia
berdasarkan jenis kelamin, asal sekolah, dan jalur masuk.
4. Tuntutan lulusan pendidikan kimia UIN Syarif Hidayatullah sesuai KKNI.
4
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah, maka dalam penelitian ruang lingkup
masalah yang diteliti dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Content Knowledge (CK) diukur dengan tes kontet sesuai konsep kimia di
SMA/MA.
2. Pedagogy Knowledge (PK) diukur dengan tes pedagogi.
3. Penelitian ini terbatas hanya untuk mahasiswa pendidikan kimia angkatan
2014 FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kompetensi PCK
mahasiswa calon guru kimia?
2. Apakah terdapat hubungan antara asal sekolah dengan kompetensi PCK
mahasiswa calon guru kimia?
3. Apakah terdapat hubungan antara jalur masuk dengan kompetensi PCK
mahasiswa calon guru kimia?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian yang dilakukan
bertujuan:
1. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan kompetensi PCK
mahasiswa calon guru kimia?
2. Mengetahui hubungan antara asal sekolah dengan kompetensi PCK
mahasiswa calon guru kimia?
3. Mengetahui hubungan antara jalur masuk dengan kompetensi PCK
mahasiswa calon guru kimia?
5
F. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan manfaat yang dapat
diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan evaluasi dalam pembekalan Pedagogy Knowledge (PK),
Content Knowledge (CK) dan Pedagogical Content Knowledge (PCK)
mahasiswa calon guru kimia Program Studi Pendidikan Kimia khususnya di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sebagai referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu pendidikan
khususnya perkembangan Pedagogical Content Knowledge (PCK).
3. Bagi instansi terkait dapat memberikan gambaran sejauh mana kemampuan
Pedagogical Content Knowledge (PCK) mahasiswa calon guru kimia
dalam menyiapkan calon guru kimia yang profesional.
71
BAB II
LANDASAN TEORITIK
A. Kajian Teori
1. PCK (Pedagogical Content Knowledge)
a. Pengertian PCK
Pedagogical conten knowledge yang biasa disingkat dengan PCK
menurut Shulman dalam Newsome (1999, hlm. 3-4) menyatakan bahwa
PCK merupakan gambaran tentang konten, ilustrasi atau contoh,
penjelasan atau analogi, dan demontrasi yang kuat dan sangat berguna,
dapat juga dikatakan sebagai cara-cara merumuskan dan
mempresentasikan subjek yang dapat dipahami oleh orang lain dalam
pembelajaran. Shulman (1997, hlm. 502) menyimpulkan bahwa kita tidak
dapat hanya mengandalkan reformasi yang hanya fokus pada pembelajaran
siswa, karena guru juga harus belajar untuk terus berkembang dan juga
sekolah harus menjadi lingkungan yang dirancang untuk mendidik para
siswa dan juga guru.
Menurut Koppelmann (2008) dalam Lestari (2015) bahwa PCK
dapat dilihat sebagai interaksi antara pedagogi dan konten yang memiliki
hubungan membentuk PCK yang digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Komponen Pembentuk PCK
7
Menurut Shulman (1986) dalam Windarto (2016) bahwa
pengetahuan konten meliputi pengetahuan tentang konsep, teori, ide,
kerangka perpikir,metode pembukti dan bukti. Senada dengan
pengetahuan konten ini adalah kompetensi profesional guru, dimana
menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 dalam Lestari
(2015) bahwa kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam
menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan
budaya yang diampunya sekurang-kurangnya meliputi penguasaan materi
pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program
satuan pendidikan. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74
Tahun 2008 pasal 3 ayat 2 dalam Windarto (2016) bahwa materi pelajaran
yang hendak disajikan harus dikuasai dengan sungguh-sungguh keseluasan
dan kedalamannya oleh guru sehingga guru dapat mengorganisasikannya
dengan tepat dan baik dari segi kompleksitasnya maupun dari segi
keterkaitannya.
Pengetahuan tentang pedagogi sama dengan kompetensi pedagogi
guru menurut Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3
butir (a) bahwa kompetensi pedagogi adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya (Saudagar dan Idrus, 2011, hlm. 34). Lebih
lanjut, dalam RPP tentang Guru dikemukanan bahwa: Kompetensi
pedagogi merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran
peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal yang tekait
dengan pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman
terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan
dialogis,pemanfaatan teknologi pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar
(Mulyasa, 2013, hlm. 75).
8
Menurut penelitian yang dilakukan Sukaesih, Ridlo, dan Saptono
(2017) bahwa PCK merupakan konsep berpikir yang memberikan
pengertian bahwa untuk mengajar sains tidak cukup hanya memahami
konten materi (knowing science) tetapi juga cara mengajar (how to teach),
dimana guru sains harus mempunyai pengetahuan mengenai peserta didik,
kurikulum, strategi instruksional, dan asesmen sehingga dapat melakukan
transformasi science knowledge dengan efektif. Menutut Resbiantoro
(2016) sebagai agen pengubah (the agent of change) seorang guru
seharusnya terus mengembangkan proses mengajarnya di kelas dan calon
guru terus melatih analisisnya dalam merancang pembelajaran, salah
satunya dengan memahami Pedagogical Content Knowledge (PCK) yang
berkembang setiap waktu dari pengelaman, sehingga menghasilkan guru
yang profesional.
Sedangkan PCK menurut (Marks, 1990; Driel, Verloop, & de Vos,
1998; Newsome, 1999; Loughran, Milroy, Berry, Gunstone, & Mulhall,
2001; Loughran, Berry & Mulhall, 2004; Lee & Luft, 2008) dalam
Anwar, Rustaman, dan Widodo (2012) adalah kumpulan pengetahuan
yang terintegrasi, konsep, kepercayaan, dan nilai yang dikembangkan oleh
seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Sementara dalam The National
Science Educational Standards (National Research Council, 1996) dalam
Anwar, Rustaman, Widodo, dan Redjeki (2014) bahwa PCK merupakan
komponen esensial bagi pengembangan profesional pengajar terkait
dengan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran (Magnusson,
Krajcik, & Borko, 1999) dan PCK merupakan pengetahuan yang penting
dan harus dimiliki oleh seorang guru dan calon guru (Shulman, 1986 &
1987).
Abbit dalam Agustina (2015) menyatakan bahwa PCK adalah
pengetahuan tentang pedagogi, praktek pembelajaran dan perencanaan
pembelajaran, serta metode yang tepat untuk mengajarakan suatu materi.
Sementara PCK menurut (Mishra dan Koehler, 2006; Suryawati, 2004)
9
dalam Agustina (2015) adalah pengetahuan pedagogik yang berlaku untuk
pengajaran konten yang spesifik.
Berdasarkan pengertian beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa PCK
merupakan gabungan dari ilmu pengetahuan terkait tentang pedagogi dan
konten materi dalam kegiatan pembelajaran yang berpengaruh terhadap
keprofesionalan seorang guru. Guru yang profesional adalah guru yang
tidak hanya paham terhadap suatu materi pelajaran tetapi juga harus
memahami bagamiana cara mengajar.
b. Aspek PCK
Menurut Mulyasa (2013, hlm. 27) bahwa pembelajaran yang
mendidik terdiri atas pemahaman konsep dasar pendidikan (pedagogical
knowleldge) dan pembelajaran bidang studi yang bersangkutan (content
knowledge), serta penerapannya dalam pelaksanaan dan pengembangan
pembelajaran.
Sedangkan Magnusson, Krajcik & Borko (1999) dalam Soraya 2017
mengelompokkan PCK menjadi 5 aspek yaitu:
1) Orientasi terhadap pembelajaran kimia, terdiri dari pengetahuan guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2) Penegtahuan tentang kurikulum, terdiri dari pengetahuan tentang tujuan
dan sasaran kurikulum serta pengetahuan tentang program spesifik
kurikulum.
3) Pengrtahuan tentang pemahaman siswa terhadapa materi kimia, terdiri
dari pengetahuan tentang syarat-syarat dalam pembelajaran.
4) Pengetahuan tentang penilaian, terdiri dari pengetahuan tentang dimensi
penilaian dan metode penilaian pembelajaran kimia.
5) Pengetahuan tentang strategi pembelajaran, terdiri dari pengetahuan
strategi pembelajaran kimia dan topik kimia.
Komponen PCK yang harus dimiliki oleh guru menurut Shulman
(1987, hlm. 8) yaitu:
10
1) Pengetahuan Tentang Konten Materi
Sebagai seorang pendidik sudah menjadi keharusan untuk memahai
materi-materi pempelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
Tidak hanya secara personal melainkan harus relevan dengan kebutuhan
dan kemampuan peserta didik. Menurut Hasan (2004) dalam Mulyasa
(2013, hlm. 139) bahwa beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam
memilih dan menentukan materi stadar yang akan diajarkan kepada peserta
didik mencakup validitas atau tingkat ketepatan materi, keberartian atau
tingkat kepentingan materi, relevansi, kemenarikan, dan kepuasan.
Selanjutnya menurut Irwanto dan Sunarya (2016, hlm. 246) bahwa
materi pembelajaran adalah segala sesuatu yang bisa berupa sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang menjadi isi kurikulum, baik yang
bersifat nasional atau lokal, yang harus dikuasai oleh peserta didik sesuai
dengan indikator pencapaian kompetensi dasar setiapa mata pelajaran
dalam satuan pendidikan tertentu.
2) Pengetahuan Tentang Ilmu Pedagogik Secara Umum
Komponen ini merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang guru profesional. Menurut Irwanto dan Sunarya (2016, hlm.
52) menyatakan bahwa dalam kompetensi ini guru dituntut mampu
menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar
kompetensi guru. Sedangkan menurut Mulyasa (2013, hlm. 53)
menyatakan bahwa pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent)
yang berarti peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator,
pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik dimana peran-
peran tersebut berhubungan satu sama lain untuk membentuk kompetensi
dan pribadi peserta didik.
11
3) Pengetahuan Tentang Kurikulum
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah
kompetensi pengembangan kurikulum. Menurut Sanjaya dalam Irwanto
dan Sunarya (2016, hlm. 145) menyatakan bahwa kurikulum merupakan
salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem
pendidikan karena dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang
tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan
tetapi juga pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki
setiap siswa. Oleh karean itu, guru dituntut mampu menyusun silabus
sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai
dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran.
Menurut Yamin (2006, hlm. 67) bahwa guru dalam pengembangan
kurikulum harus memiliki “pandangan mata burung” (a bird eye view)
mengenai proses pengembangan kurikulum. Dimana hal ini berarti bahwa
guru bekerja di kelas untuk menyampaikan kurikulum yang real, yaitu apa
yang dialami oleh siswa-siswa ketika berada dalam kelas. Sedangkan
menurut Kunandar (2007, hlm. 235) bahwa implementasi kurikulum
mencakup tiga kegiatan pokok, yakni pengembangan program,
pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Menurut Irwanto
dan Sunarya (2016, hlm. 147) menyatakan bahwa berdasarkan format
Penilaian Kinerja Guru yang berlaku paling efektif 1 Januari 2013, ada
empat indikator kompetensi pengenbangan kurikulum yang wajib dimiliki
dan dilaksanakan oleh guru antara lain mencakup kemampuan-
kemampuan (1) menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum, (2)
merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk
membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai
kompetensi dasar yang ditetepakan, (3) mengikuti urutan materi
pembelajaran dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, dan (4)
memilih materi yang (a) sesuai dengan tujuan pembelajaran, (b) tepat dan
mutakhir, (c) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta
12
didik, (d) dapat dilaksanakan di kelas, dan (e) sesuai dengan konteks
kehidupan sehari-hari peserta didik.
4) Pedagogical Content Knowledge (PCK)
Kompetensi ini salah satunya adalah kompetensi melaksanakan
kegiatan pembelajaran yang mendidik. Dimana guru dituntut mampu
menyususn dan melakasanakan rencana pembelajaran yang mendidik
secara lengkap, melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik, menyusun dan menggunakan berbagai materi
pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan kerekteristi peserta didik,
serta memanfaatkan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) untuk
kepentingan pembelajaran (Irwanto dan Sunarya, 2016, hlm. 219).
Menurut Mulyasa (2013, hlm. 77) menyatakan bahwa secara
operasional, kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi
manajerial, yaitu perencanaan yang menyangkut penetapan tujuan,
kompetensi, dan memperkirakan cara mencapainya, pelaksanaan atau
implementasi, dan pengendalian atau evaluasi.
Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik
(Kunandar, 2007, hlm. 287). Selanjutnya berdasarkan PP No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab IV Standar Proses, Pasal
19 (1) dalam Irwanto dan Sunarya (2016, hlm. 222), proses pembelajaran
yang dimaksud dalam Undang-Undang tersebut harus diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bangi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik dan psikologi peserta didik. Sedangkan
pembelajaran yang mendidik merupakan suatu upaya untuk menyediakan
seperangkat kondisi lingkungan yang dapat merangsang peserta didik
untuk melakukan aktivitas belajar (Irwanto dan Sunarya, 2016, hlm. 222).
13
5) Pengetahuan Karakteristik Peserta Didik
Peserta didik pada hakikatnya adalah individu sebagai anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan berbagai potensi diri melalui
proses pendidikan atau pembelajaran untuk menjadi manusia yang sesuai
dengan tujuan pendidikan yang diharapkan (Irwanto dan Sunarya, 2016,
hlm. 10). Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu
kompetensi yang harus dimilikia oleh seorang guru, dimana sedikitnya
terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu
tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik, dan perkembangan kognitif
(Mulyasa, 2013, hlm. 79).
Kompetensi menguasai karakteristik peserta didik menyatakan
bahwa guru mencatat dan mengunakan informasi tentang karakteristik
peserta didik unutk membantu proses pembelajaran, dimana karakteristik
terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial emosional, moral, dan lata
belakang sosial budaya (Irwanto dan Sunarya, 2016, hlm. 8). Selanjutnya
Irwanto dan Sunarya (2016, hlm. 18-19) menyatakan bahwa dengan
memahami atau menguasai karakteristi peserta didik, guru diharapakan
dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan bahkan
pembelajaran yang tepat, efisien, dan sesuai bagi peserta didik, selain itu
menyelenggarakan proses pembelajaran yang membantu berbagai aspek
perkembangan peserta didik yang meliputi aspek kognitif, psikimotorik,
afektif, kreativitas, emosi, bakat khusus, hubungan sosial, kemandirian,
bahasa, dan aspek moral.
6) Pengetahuan Tentang Pendidikan
Secara fisiologi bahwa pendidikan itu merupakan suatu usaha yang
disadari, bukan suatu perbuatan yang serampangan begitu saja, dan harus
dipertimbangkan segala akibatnya dari perbuatan mendidik itu (Salam,
1997, hlm. 4). Sebagai tenaga pendidik, guru harus menguasai beberapa
wawasan kependidikan diantaranya adalah memahami landasan
14
kependidikan dengan indikator menjelaskan tujuan dan hakikat pendidikan
dan kebijakan kependidikan dengan indikator menjelaskan visi, misi, dan
tujuan pendidikan nasional (Jamal dalam Arifin dan Barnawi, 2012, 122-
123).
Terkait dengan tujuan dan hakikat pendidikan nasional Mulyasa
(2014, hlm. 20) menyebutkan bahwa secara makro pendidikan nasional
bertujuan membentuk organisasi pendidikan yang bersifat otonom
sehingga mampu melakukan inovasi dalam pendidikan, sedangkan secara
mikro pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beretika, memiliki nalar,
bersosial, dan berbadan sehat sehingga menjdai manusia mandiri.
Sementara untuk visi pendidikan nasional juga terbagi menjadi 2, yaitu
visi secara makro yang berarti untuk mewujudkan masyarakat madani
sebagai bangsa dan masyarakat Indonesia baru dengan tatanan kehidupan
yang sesuai dengan amanat proklamasi, visi secara mikro berarti
mewujudkan individu manusia baru yang memiliki sikap dan wawasan
keimanan dan akhlak yang tinggi, demokrasi, toleransi, dan berwawasan
global (Mulyasa, 2014, hlm. 17).
7) Pengetahuan Tujuan Pendidikan, Penilaian, Sejarah dan Filisofi
Pendidikan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003
tetang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 (1), bahwa evaluasi dilakukan
dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai
bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada penyelenggara
pendidikan (Ratnawulan dan Rusdiana, 2015, hlm. 14). Menurut Irwanto
dan Sunarya (2016, hlm. 440) bahwa evaluasi menjadi bagian kompetensi
yang harus dimiliki guru, dimana guru melakukan evaluasi atas efektivitas
proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil penilaian dan
evaluasi untuk merancang program pengayaan.
15
Informasi evaluasi dapat digunakan untuk kegiatan antara lain: (a)
membantu memutuskan kesesuaian dan keberlangsungan dari tujuan
pembelajaran dan kegunaan materi pembelajaran, (b) mengetahui tingkat
efisiensi dan efektivitas dari strategi pengajaran yang digunakan
(Ratnawulan dan Rusdiana, 2015, hlm. 14). Sedangkan menurut Irwanto
dan Sunarya (2016, hlm. 441) menyatakan bahwa dalam upaya memiliki
kompetensi penilaian dan evaluasi dan melaksanakannya sebagai bagian
dari kinerja, setidaknya guru harus memiliki pengetahuan tentang hal-hal
berikut:
(a) Pengertian pengukuran, penilaian, dan evaluasi dalam pendidikan
dan pembelajaran
(b) Prinsip dan prasyarat penilaian dan evaluasi dalam pendidikan dan
pembelajaran
(c) Pengertian, tujuan, fungsi, sarana, ruang lingkup, jenis, teknis, dan
prosedur evaluasi
(d) Penilaian (asesmen) autentik sesuai tuntutan Kurikulum 2013
(e) Program pengayaan dan remidial sebagai tindak lanjut evaluasi hasil
dan proses pembelajaran.
2. Kompetensi Guru
a. Pengertian
Menurut Kurniasih dan Sani (2015, hlm. 8) komptensi adalah
kecakapan, kewenangan, kekuasaan, dan kemampuan atau seperangkat
pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,
dikuasai oleh seorang guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Selain itu, ada yang berpendapat bahwa kompetensi
merupakan kombinasi kompleks dari pengetahuan, sikap, keterampilan,
dan nilai-nilai yang ditunjukkan oleh guru dalam konteks kinerja tugas
yang diberikan kepadanya (Sukiman, 2015, hlm. 85). Menurut Irwanto dan
Sunarya (2016, hlm. 1) bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh guru
16
dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya adalah komptensi yang
utuh dan integratif yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku atau harus kompeten secara utuh.
Kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh seorang guru secara
konstitusional telah ditetapkan pada UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen (Bab IV pasal 10) yang menyebutkan bahwa
kemampuan/kompetensi guru dibedakan ke dalam empat kelompok, yaitu
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi
(Sukiman, 2015, hlm. 103). Menurut Mudlofir (2012, hlm. 75)
menyatakan bahwa keempat bidang kompetensi tersebut tidak berdiri
sendiri-sendiri, melainkan saling berhubungan dan saling memengaruhi
satu sama lain dan mempunyai hubungan yang hierarkis, artinya saling
mendasari satu sama lainnya kompetensi yang satu mendasari kompetensi
yang lainnya.
b. Kompetensi Pedagogik
Menurut Irwanto dan Sunarya (2016, hlm. 3) bahwa kompetensi
pedagogik merupakan kompetensi instruksional-edukatif (mengajar dan
mendidik) yang esensial dan fundamental bagi guru dalam pelaksanaan
tugas keprofesionalannya, terutama tugas mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik. Sedangkan menurut Sukiman (2015, hlm. 115) mengemukakan
bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan pesrta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya. Sedangkan menurut Saudagar dan Idrus (2011, hlm. 33)
bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah sejumlah
kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni mengara siswa.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahawa
17
kompetensi pedagogik secara singkat merupakan kemampuan seorang
guru yang berkenaan dengan penguasaan teoritis dan proses aplikasinya
dalam pembelajaran.
Menurut Irwanto dan Sunarya (2016, hlm. 4) bahwa Penilaian
Kinerja Guru (PKG) berdasarkan Permediknas No. 35 Tahun 2010 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksaan Jabatan Fungsioanl Guru dan Angka Kreditnya
bahwa cakupan dari kompetensi pedagogik terdiri dari tujuh kompetensi,
yaitu:
1) Menguasai karakteristik peserta didik.
2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
3) Pengembangan kurikulum.
4) Kegiatan pembelajaran yang mendidik.
5) Pengembangan potensi peserta didik.
6) Komunikasi dengan peserta didik.
7) Penilaian dan evaluasi.
Sementara menurut Sukiman (2015, hlm. 116-118) berdasarkan
Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru, bahwa kompetensi pedagogik terdiri dari:
1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual,
sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu.
4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran.
6) Memfasilitasi pengembangan potensi pesrta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
18
7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik.
8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
10) Melakukan tindakan reflektif unutk peningkatan kualitas
pembelajaran.
Sedangkan menurut Saudagar dan Idrus (2011, hlm. 34-35) bahwa
ruang lingkup kompetensi pedagogik guru mempunyai kemampuan
sebagai berikut:
1) Menguasai landasan mengajar.
2) Menguasai ilmu mengajar (didaktik metodik).
3) Mengenal siswa.
4) Menguasai teori motivasi.
5) Mengenal lingkungan masyarakat.
6) Menguasai penyusunan kurikulum.
7) Menguasai teknik penyusunan RPP.
8) Menguasai pengetahuan evaluasi.
c. Kompetensi Kepribadian
Secara bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kepribadian
adalah keadaan manusia sebagai perseorangan; keseluruhan sifat-sifat
yang merupakan watak orang biasa yang bergeser berarti; orang yang baik
watak dan sifatnya (Izzan dan Damaryadi, 2016, hlm. 41). Kepribadian
sebenarnya adalah suatu masalah abstrak, yang hanya dapat dilihat dari
penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian dalam menghadapai setiap
persoalan (Musriadi, 2018, hlm. 207). Berdasarkan Suyanto dan Jihad
(2013, hlm. 16) menyatakan bahwa kepribadian yang harus ada pada diri
guru adalah kepribadian yang matang dan sehat, dimana ciri-ciri seorang
guru yang mempunyai kepribadian yang matang dan sehat adalah :
19
1) Meningkatkan kesadaran diri dan melihat sisi lebih dan kurang dar
diri.
2) Mampu menjalin relasi yang hangat dan tidak sebatas relasi di sekoah,
tetapi juga relasi di lingkungan sosial.
3) Memiliki kemampuan untuk mengontrol emosi dan mampu menjauhi
sikap yang berlebihan.
4) Memiliki persepsi yang realistis pada kenyataan.
5) Memiliki pemahaman akan diri sendiri.
Menurut Sukiman (2015, hlm. 114) bahwa Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan merumuskan kompetensi guru yang salah satunya adalah
kompetensi personal/kepribadian yang berarti bahwa kompetensi ini
berkaitan dengan hal-hal atau sikap kepribadian yang harus dimiliki oleh
seorang guru yang mencakup:
1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai
guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan.
2) Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang
seyogianya dimiliki guru.
3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai anutan dan
teladan bagi para siswanya.
Menurut Saudagar dan Idrus (2011, hlm. 42) bahwa yang dimaksud
dengan kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan
tingkah laku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai
luhur sehingga terpantul dalam perilaku sehari-hari. Sedangkan menurut
UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Bab IV pasal 10) bahwa
kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik
(Sukiman, 2015, hlm. 103).
Kompetensi kepribadian itu adalah hal yang bersifat universal, yang
artinya harus dimiliki guru dalam menjalankan fungsinya sebagai makhluk
hidup yang menunjang terhadap keberhasilan tugas guru yang diembannya
20
(Sudagar dan Idrus, 2011, hlm. 45). Kepribadian seorang guru akan
tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan
membimbing anak didiknya (Musriadi, 2018, hlm. 207). Menurut
Saudagar dan Idrus (2011, hlm. 45) bahwa fungsi dari kompetensi
kepribadian guru adalah memberikan teladan dan contoh dalam
membimbing, mengembangkan kreativitas, dan membangkitkan motivasi
belajar siswa.
d. Kompetensi Sosial
Menurut Sukiman (2015, hlm. 115) yang dimaksud kompetensi
sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta
didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Keterampilan sosial merupakan kemampuan seseorang untuk
menunjukkan perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi saat
sedang menjalankan aktivitas sosial, sehingga interaksi sosial yang baik
dan efektif (Rofa’ah, 2016, hlm. 47). Sedangakan menurut Izzan dan
Damaryadi (2012, hlm. 49) bahwa kompetensi sosial merupakan
kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan, menggunakan teknologi
komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
peserta didik dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
Menurut Saudagar dan Idrus (2011, hlm. 63) guru profesional
hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sosial
yang diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki
kemampuan berinteraksi sosial. Dimana menurut Rofa’ah (2016, hlm. 47)
dalam kompetensi sosial kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat
yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:
21
1) Berkomunikasi lisan, tulisan, dan atau isyarat yang santun.
2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta
didik.
4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku.
5) Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
Sedangkan kompetensi sosisl yang dimaksud dalam Permenag No.
16/2016 ayat 1 meliputi: 1) sikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak
diskriminatif berdasarkan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik,
latarbelakang keluarga, dan status sosial ekonomi; 2) sikap adaptif dengan
lingkungan sosial budaya tempat bertugas; dan 3) sikap komunikatif
dengan komunitas guru, warga sekolah dan warga masyarakat (Mudlofir,
2012, hlm. 107). Menurut Saudagar dan Idrus (2011, hlm. 70-71) bahwa
guru diharapkan menjadi pelopor di dalam pelaksanaan pembangunan
dengan menyadari posisinya di tengah-tengah masyarakat berperan
penting , yakni sebagai; 1) motivator dan inovator dalam pembangunan
pendidikan, 2) perintis dan pelopor pendidikan, 3) penelitian dan
Pengkajian Ilmu Pengetahuan, 4) pengabdian.
e. Kompetensi Profesional
Menurut Saudagar dan Idrus (2011, hlm. 5) bahwa profesioanl
adalah orang yang menyandang suatu profesi dalam pekerjaannya.
Sedangkan menurut Rusyan (2014, hlm. 13) bahwa seorang profesional
menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau kemmpuan
dan sikap yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan tuntutan profesinya.
Menurut Danim (2011, hlm. 2-3) bahwa dilihat dari dimensi sifat dan
substansinya, setidaknya ada empat ranah (taxonomy) yang tersedia untuk
mewujudkan guru yang bener-benar profesional, yaitu; 1) penyediaan guru
berbasis perguruan tinggi, 2) induksi guru pemula berbasis sekolah, 3)
22
profesionalisasi guru berbasis prakarsa istitusi, 4) profesionalisasi guru
berbasis individu. Semetara kompetensi profesional menurut Izzan dan
Damaryadi (2012, hlm. 41) bahwa kemampuan menguasai materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru dapat
membimbing peserta didik untuk mencapai standar kompetensi yang
diharapkan. Menurut Samani dalam Lutfi, Sudirman, dan Pramitha (2013,
hlm. 94) bahwa kompetensi profesional ialah kemampuan menguasai
penegtahuan bidang ilmu, teknologi, atau seni yang mempunyai
penguasaan (1) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar
isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata
pelaran yang dipunyai, (2) konsep dan metode dislipin keilmuan,
teknologi, dan atau seni yang relevan yang secara konseptual menaungi
atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau
kelompok mata pelajaran yang akan dipunyai.
Kompetensi profesioanl menurut Mudlofir (2012, hlm. 108)
sebagaimana dimaksud pada Permenag No. 16/2016 ayat 1 meliputi:
1) Penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran;
2) Penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran;
3) Pengembangan materi pemebelajaran mata pelajaran secara kreatif;
4) Pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif;
5) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Sedangakan menurut Saudagar dan Idrus (2011, hlm. 57-62)
menyatakan bahwa kemampuan profesioanal yang harus dimiliki oleh
seorang guru antara lain sebagai berikut:
1) Kemampuan penguasaan bahan materi/bahan bidang studi,
2) Kemampuan mengelola program pembelajaran,
3) Kemampuan mengelola kelas,
23
4) Kemampuan mengelola dan menggunakan media serta sumber belajar,
5) Kemampuan penguasaan pengetahuan tentang landasan kependidikan,
6) Kemampuan menilai prestasi belajar pesrta didik,
7) Kemampuan memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan
program pendidikan di sekolah,
8) Kemampuan menguasai metode berpikir,
9) Kemampuan meningkatkan dan menjalankan misi profesional,
10) Kemampuan memberi bantuan dan bimbingan kepada pesrta didik,
11) Kemampuan memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan,
12) Kemampuan memahami karakteristik peserta didik,
13) Kemampuan menyelenggarakan administrasi sekolah,
14) Kemampuan memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan
15) Kemapuan mengambil keputusan,
16) Kemampuan memahami kurikulum dan pengembangannya,
3. Guru
a. Pengertian
Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik (guru) dan peserta
didik (siswa) untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan (Sukmadinata,
2011, hlm. 191). Menurut Nurdin (2002, hlm. 8) yang menyatakan bahwa
seorang guru bukan hanya sekedar memberi ilmu pengetahuan kepada
murid-muridnya akan tetapi, dia seorang tenaga profesional yang dapat
menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisis, dan
menyimpulkan masalah yang dihadapi. Sedangkan menurut Saudagar dan
Idrus (2011, hlm. 6) bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Tenaga pengajar atau pendidik profesional itu sendiri mempunyai
arti menurut Moelione dalam Nurdin (2002, hlm. 15) yakni bersangkutan
24
dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya,
dan mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya. Sementara
menurut Mudlofir (2012, hlm. 75) bahwa guru yang profesional adalah
guru yang memiliki seperangkat kompetensi (pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku) yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya. Seseorang dianggap profesional
apabila mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada
etika profesi, independen, produktif, efektif, efisien, dan inovatif serta
didasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan prima yang didasarkan pada
unsur-unsur ilmu atau teori yang sistematis, kewenangan profesional,
pengekuan masyarakat, dan kode etik yang regulative (Musriadi, 2018,
hlm. 8).
Sebagai tenaga kependidikan yang merupakan suatu komponen yang
penting dalam penyelenggaraan pendidikan dengan tugas utamanya adalah
mengajar. Oleh karena itu, seorang guru harus mempunyai wewenang
mengajar berdasarkan kualifikasi sebagai tenaga pengajar. Menurut
Sukmadinata (2011, hlm. 193-194) mengatakan bahwa perbuatan
mendidik harus dilandasi oleh sikap dan keyakinan sebagai pengabdi pada
nusa, bangsa, dan kemanusiaan, untuk mencerdaskan bangsa, untuk
melahirkan generasi pembanguna, atau generasi penerus yang lebih andal,
dan sebagainnya.
b. Sertifikasi Guru
Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk disebut sebagai
guru profesional yaitu sebagaimana pada Pasal 11 UU Guru dan Dosen
No. 14 Tahun 2005 yaitu guru harus sudah lulus proses sertifikasi
(Mudlofir, 2012, hlm. 109). Menurut Sujanto (2009, hlm. 6) bahwa guru-
guru yang bisa mengikuti program sertifikasi adalah guru-guru yang telah
mengajar pada jenjang pendidikan tertentu, baik pendidikan usia dini,
pendidikan dasar maupun pendidikan menengah yang berada di bawah
payung Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama.
25
Menurut Mudlofir (2012, hlm. 109) dalam Pasal 11 UU Guru dan Dosen
No. 14 Tahun 2005 tentang sertifikasi:
1) Sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diberikan
kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.
2) Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinngi yang
memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi
dan ditetepkan oleh pemerintah.
3) Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan, dan
akuntabel.
Sedangkan sertifikasi guru merupakan program yang didesain untuk
melihat kelayakan guru dalam berperan sebagai agen pembelajaran yang
dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional karena telah mempunyai
kualifikasi mengajar (Sujanto, 2009, hlm. 7-8).
Menurut Kunandar (2007, hlm. 85-87) bahwa pelaksanaan sertifikasi
guru didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) Dilaksanakan
secara objektif, transparan, dan akuntabel; (2) Berujung pada peningkatan
mutu pendidikan nasional melalui peningkatan mutu guru dan
kesejahteraaan guru; (3) Dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; (4) Dilaksanakan secara terencana dan sistematis; (5)
Menghargai pengalaman kerja guru; (6) Jumlah peserta sertifikasi
ditetapkan oleh pemerintah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.
18 Tahun 2007 pasal 2 menyatakan, bahwa sertifikasi bagi guru jabatan
dilakukan melalui uji kompetensi (dalam bentuk portofolio) untuk
memperoleh sertifikat pendidik (Suprihatinungrum, 2016, hlm. 218).
Menurut Suprihatiningrum (2016, hlm. 219) komponen penilaian
portifolio mencakup (1) kualifikasi akademik; (2) pendidikan dan
pelatihan; (3) pengalaman mengajar; (4) perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran; (5) penilaian dari atasan dan pengawas; (6) prestasi
akademik; (7) karya pengembangan profesi; (8) keikutsertaan dalam forum
26
ilmiah; (9) pengamalamorganisasi di bidang kependidikan dan sosial; (10)
penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Pada dasarnya pelaksanaan sertifikasi guru mempunyai banyak
tujuan dan manfaat sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sujanto (2009,
hlm. 8-9), berikut beberapa tujuan utama sertifikasi.
1) Menemukan kelayakan sebagai agen pembelajaran
2) Meningkatakan proses dan mutu pendidikan
3) Meningkatkan martabat guru
4) Meningkatakan profesionalisme.
Manfaat utama dari sertifikasi guru adalah sebagai berikut.
1) Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang merugikan citra
profesi guru
2) Melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak
berkualitas dan profesional
3) Meningkatkan kesejahteraan ekonomi guru (Sujanto, 2009, hlm. 10-
11).
Sedangkan menurut Wibowo dalam Mulyasa (2013, hlm. 35),
mengungkapkan bahwa sertifikasi bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut.
1) Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan
2) Melindungi masyarakat dari praktik-prakti yang tidak kompeten,
sehingga merusak cirta pendidik dan tenaga kependiidkan
3) Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan,
dengan menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan
seleksi terhadap pelamar yang kompeten
4) Membangun cirta masyarakat terhapad profesi pendidik dan tenaga
kependidikan
5) Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
dan tenaga kependidikan
27
Untuk kepentingan tersebut, perlu dilakukan suatu sistem pengujian
terhadap kompetensi, atau melakukan uji kompetensi yang merupakan
bagian terpenting dari standar kompetensi dan sertifikasi guru sesuai
dengan amanat Undang-undang Guru dan Dosen (Mulyasa, 2013, hlm.
191). Menurut Mulyasa (2013, hlm. 191-194) pentingnya uji kompetensi
dalam standar kompetensi dan sertifikasi guru antara lain.
1) Sebagai alat untuk mengembangkan standar kompetensi guru
2) Merupakan alat seleksi penerimaan guru
3) Untuk mengelompokkan guru
4) Sebagai bahan acuan dalam pengembangan kurikulum
5) Merupakan alat pembinaan guru
6) Mendorong kegiatan dan hasil belajar.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian relevan yang terkait dengan PCK (Pedagogical Content
Knowlwdge) pada calon guru adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Haryani, Prasetya, dan Rusmawati (2016)
dengan judul “Pedagogical Content Knowledge (PCK) Calon Guru dan
Guru Kimia Pada Materi Buffer”. Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan subjek penelitian adalah 2 orang calon guru Kimia yang
mengontrak mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Kimia (PPK) dan 2
guru Kimia peserta kegiatan MGMP Kota Semarang. Kemampuan PCK
dianalisis dari hasil pengisian CoRe serta keterekaitannya dengan RPP dan
LKS. Hasil analisis CoRe menunjukkan bahwa gambaran PCK calon guru
lebih runtut, detail, dan lebih lengkap dibandingkan guru.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Tritiyatma, Putri, Hayatunnufus, dan
Paristiowati (2016) dengan judul “Pengembangan Pedagogical Content
Knowledge (PCK) Calon Guru Kimia Menggunakan Content
Representation (CoRe) Framework dan Pedagogical and Professional-
Experience Repertoires (Pap-eRs) Pada Pembelajaran Larutan Penyangga
28
dan Reaksi Reduksi-Oksidasi (Redoks)”. Penelitian dilakukan di SMA
Negeri 70 Jakarta, SMA Islam Al-Azhar 3 Jakarta, SMA Negeri 13
Jakarta, dan SMA Mahatma Gading Jakarta. Subjek penelitian adalah 4
orang guru kimia yang sudah berpengalaman mengajar lebih dari 10 tahun,
calon guru, seswa kelas X dan XI MIPA. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pembelajaran materi larutan Penyangga memerlukan review materi
Asam-Basa dan Kesetimbangan Kimia, sedangkan pada pembelajaran
Reaksi Reduksi-Oksidasi (Redoks) memerlukan review materi Ikatan
Kimia dan Struktur Atom. Calon guru dapat mengembangkan PCK dengan
baik dilihat dari hasil rubrik PCK yang telah diobservasi oleh guru
berpengalaman dan rekan calon guru. PCK calon guru akan semakin
berkembang seiring dengan banyaknya pengalaman mengajar, oleh
karenanya calon guru diharapkan untuk berkolaborasi dengan guru
berpengalaman agar mendapat banyak informasi dan pengalam mengajar.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Wiyarsi, Hendayana, Firman, dan Anwar
(2015) dengan judul “Pengembangan Curriculum Knowledge Calon Guru
Melalui Analisis Konten Kimia Konteks Kejuruan”. Desain penelitian
yang digunakan adalah one group pretest-postest design dan diterapkan
pada Mata Kuliah Kimia SMK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar calon guru kimia mengalami peningkatan dalam
kemampuan menganalisis konten kimia sesuai konteks kejuruan.
Penguasaan curriculum knowledge calon guru mengalami peningkatan
pada kriteria sedang.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Melanie, William, Soonhy, and Birgit
(2013) dengan judul “Development and use of a instrumen to measure
biology teacher’s content knowledge (CK) and pedagogical content
knowledge (PCK)”. Penelitian ini mendeskripsikan metode untuk
mengembangkan intrumen yang valid, reliabel, dan objektif dalam
mengukur CK dan PCK dengan menggunakan 4 tahapan dengan data
empiris siswa, selain itu dilakukan tes tertulis guna mengukur dan
mengetahui perbedaan pengetahuan CK dan PCK. Sampel yang digunakan
29
adalah 158 guru dengan pengolahan statistik menggunakan skala Rasch.
Hasilnya adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur CK dan PCK
guru merupakan instrumen yang valid, objektif, dan reliabel, sehingga
peneliti menyarankan agar intrumen ini dapat dikombinasikan dengan
observasi kelas untuk mengetahui kualitas mengajar pada pembelajaran.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2015) dengan judul
“Pengambangan PCK (Pedagogical Content Knowledge) Mahasiswa
Calon Guru Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta Melalui
Simulasi Pembelajaran”. Penelitian ini adalah penelitian tindakan yang
bertujuan untuk mengetahui efektifitas simulasi pembelajaran dalam
mengembangkan PCK mahasiswa. Populasi dari penelitian ini dalah 140
mahasiswa pada mata kuliah Strategi Pembelajaran Biologi. Sampel
diambil secara random sampling dari 2 kelas paralel yang berjumlah 75
mahasiswa. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis gain
score ternormalisasi rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor
PCK mahasiswa mengalami peningkatan sebelum dan sesudah simulasi
pembelajaran. Hasil analisis gain score menunjukkan nilai gain
ternormalisasi rata-rata sebesar 0,38 (medium) sehingga dapat dikatakan
bahwa simulasi pembelajaran cukup efektif untuk mengebangkan PCK
mahasiswa.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Jong, Driel, and Verloop (2005) dengan
judul “Preservice Teacher’s Pedagogical Content Knowledge of Using
Particle Models in Teaching Chemistry”. Penelitian ini mengguankan 12
sampel dengan beberapa instrumen, yaitu pretest, postest, dan laporan
diskusi. Selajutnya calon guru mendeskripsikan mengenai kesuliatan siswa
berdasarkan hasil tes yang digunakan. Hasilnya bahwa setengah dari
sampel calon guru menyadari untuk lebih cermat dalam menghadapi
beberapa kemungkinan dan batasan pada setiap model pembelajaran.
Selajutnya untuk dapat mengembangkan PCK dilakukan melalui
pembelajaran dengan menggunakan beberapa model.
30
C. Kerangka Berpikir
Penulis berasumsi bahwa guru yang profesional harus memiliki
kompetensi PCK yang baik. Sosok guru profesional diharapkan memiliki
keriteria yang meliputi, kesalehan pribadi, kepekaan sosial, integritas
keilmuan, keahlian pedegogis, dan kepemimpinan (Suyanto dan Jihad, 2013,
hlm. 29-30). Alur pemikiran penelitian dituangkan pada kerangka berpikir
seperti berikut:
31
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Mahasiswa Calon Guru Profesional
Empat Kompetensi Dasar dalam Uji Kompetensi Keguruan
Kompetensi
Pedagogik
Kompetensi
Kepribadian
Kompetensi
Sosial
Kompetensi
Profesional
Pedadodgical
Content Knowledge
Memiliki Tujuh
Aspek
Knowledge of Educational Ends
Purposes and Values
Knowledge of Educational Contexts
Kwonledge of Learners and Their
Characteristis
Content Knowledge
General Pedagogical Knowledge
Pedagogical Content Knowledge
Curriculum Knowledge
32
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan kerangkan perpikir yang telah dikemukakan,
maka hipotesis yang dapat diajukan adalah terdapat hubungan yang signifikan
anatara jenis kelamin, asal sekolah, dan jalur masuk dengan kompetensi PCK
calon guru kimia.
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara mandiri di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada
bulan April – Mei 2017.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
korelasional. Metode ini dapat mencari hubungan atau pengaruh satu atau
lebih variabel independen dengan satu atau lebih variabel dependen (Suryani
dan Hendrayadi, 2015, hlm. 119). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara jenis kelamin, asal sekolah, dan jalur masuk mahasiswa
calon guru kimia dengan Kompetensi Pedagogical Content Knowledge
(PCK) FITK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jenis
korelasi yang digunakan adalah hubungan kausal karena variabel X (variabel
bebas) dapat mempengaruhi variabel Y (variabel terikat). Berikut gambar 3.1
model hubungan kausal:
Gambar 3.1 Model Hubungan Kausal
Keterangan:
X : Variabel jenis kelamin, asal sekolah, dan jalur masuk
Y : Variabel PCK
C. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat tiga tahap pelaksanaan, yaitu tahapan
persiapan penelitian, tahapan pelaksanaan penelitian, dan tahapan
penyelesaian penelitian. Alur penelitian yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Tahapan Persiapan Penelitian
X Y
34
a) Melakukan analisis indikator pada aspek PCK.
b) Menyususn instrumen penelitian yaitu instrumen tes berupa soal pilihan
ganda sesuai dengan konsep PCK.
c) Menguji validitas instrumen tes kepada ahli dan memperbaiki
instrumen tes sesuai dengan yang diarahkan oleh ahli, kemudian
menguji coba instrumen tes untuk mengetahui validitas, reliabilitas,
daya pembeda, dan tingkat kesukaran.
2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
a) Menentukan kelas penelitian (kelas A dan kelas B semester 6).
b) Melaksanakan penelitian.
3. Tahapan Penyelesaian Penelitian
a) Mengolah data hasil penelitian dengan teknik analisis data.
b) Menuliskan hasil dan pembahasan.
c) Membuat kesimpulan.
Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian
Tahap
Penyelesaian
Tahap
Persiapan
Tahap
Pelaksanaan
Analisis indikator PCK Penyusunan Instrumen
Analisis dan mengolah
data
Penarikan Kesimpulan
Uji validitas
instrumen
Tidak Valid → Revisi
Valid → Perbanyak Instrumen
Melaksanakan penelitian
35
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Riduan (2012, hlm, 54) populasi merupakan objek atau
subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu
terkait dengan masalah penelitian. Populasi dan sampel dalam penelitian ini
adalah semua mahasiswa calon guru kimia FITK Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta semester 6 periode 2016/2017 yang berjumlah 45
mahasiswa terdiri dari 5 mahasiswa laki - laki dan 40 mahasiswa perempuan.
Adapun rinciannya terlihat dalam tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1
Jumlah Populasi dan Sampel Mahasiswa Pendidikan Kimia
Semester 6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun Akademik
2016/2017
Kelas Mahasiswa
Laki-Laki
Mahasiswa
Perempuan
Jumlah
Mahasiswa
A 4 20 24
B 1 20 21
Total 5 40 45
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan
teknik purposive sampling, dimana sampel yang digunakan disesuaikan
dengan kriteria-kriteria yang sudah peneliti tetapkan (Margono, 2010, hlm.
128). Teknik sampling ini dipakai saat menghadapi populasi yang relatif
kecil. Oleh karena itu, semua mahasiswa kimia FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta semester 6 periode 2016/2017, berjumlah kurang dari
100 termasuk dalam penelitian populasi. Menurut Hadjar (1996, hlm. 147)
yang menyatakan bahwa tidak ada aturan yang pasti beberapa banyak agar
sampel dapat mewakili populasi, akan tetapi semakin besar sampel semakin
besar kemungkinan dapat mencerminkan populasinya. Dalam penelitian ini
variabel yang digunakan adalah:
36
1. Content Knowledge
2. General Pedagogical Knowledge
3. Pedagogical Content Knowledge
4. Curriculum Knowledge
5. Kwonledge of Learners and Their Characteristis
6. Knowledge of Educational Contexts
7. Knowledge of Educational Ends Purposes and Values
F. Instrumen Penelitian
Dalam sebuah penelitian dibutuhkan sebuah instrumen untuk
mengumpulkan data dan informasi mengenai hal-hal yang ingin dikaji dalam
penelitian. Menurut Riduwan (2012, hlm. 78) bahwa instrumen penelitian
digunakan untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti. Instrumen yang
digunakan pada penelitian ini berupa :
1. Tes Tertulis
Tes tertulis yang digunakan berupa tes konten pedagogik yang
dikembangkan sesuai dengan kompetensi guru kimia sekolah menengah
menurut Permendiknas. Tes konten kimia dan pedagogik terdapat 45 soal
pilihan ganda yang terdiri dari 15 soal tentang konten kimia dan 30 soal
tentang konten pedagogik (PCK). Tes konten kimia dan pedagogik
diharapkan mampu mengukur kemampuan tingkat penguasaan mahasiswa
calon guru kimia tentang konsep kimia (konsep dasar kimia SMA/MA
termasuk aplikasinya), perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pengajaran.
Kemudian instrumen divalidasi dosen pembimbing dan ahli sebelum
digunakan. Adapun rincian dari instrumen adalah sebagai berikut:
37
Tabel 3.2
Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Pedagogical Content Knowledge
(PCK) Mahasiswa Calon Guru Kimia FITK Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
Aspek PCK Indikator Item
Pertanyaan
Jumlah
Item
Content
Knowledge
Pengetahuan materi kimia
SMA/MA IPA yang
meliputi:
1) Konsep-konsep
kimia
2) Hukum-hukum dasar
kimia
3) Teori-teori kimia
yang meliputi
struktur, dinamika,
kinetika, serta
penerapannya
1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8, 9,
10, 11, 12,
13, 14, 15
15
General
Pedagogical
Knowledge
Pengatahuan tentang
pedagogis secara umum,
yaitu :
1) Proses pembelajaran
2) Teori belajar
3) Strategi
pembelajaran
4) Prinsip-prinsip
pembelajaran
16, 17, 18,
19, 20 5
Pedagogical
Content
Knowledge
Pengetahuan tentang
Pedagogical Content
Knowledge, yaitu :
1) Ciri-ciri teori belajar
2) Pembelajaran kimia
yang sesuai dengan
keadaan kelas
3) Prinsip-prinsip
pembuatan RPP
kimia
4) Penggunan media
dan model dalam
pembelajaran kimia
21, 22, 23,
24, 25 5
Curriculum
Knowledge
Pengetahuan tentang
undang-undang, terkait
tentang:
1) Pendidikan
2) Guru dan dosen
3) Perencanaan
26, 27, 28,
29, 30 5
38
Aspek PCK Indikator Item
Pertanyaan
Jumlah
Item
pembelajaran
4) KTSP dengan
Kurilulim 2013
Kwonledge of
Learners and
Their
Characteristis
Pengetahuan tentang
karakteristik belajar peserta
didik
31, 32, 33,
34, 35 5
Knowledge of
Educational
Contexts
Pengetahuan tentang
kependidikan yang
meliputi, pelatihan, tujuan
pendidikan nasional, wadah
pembinaan profesional guru
SMA/MA
36, 37, 38,
39, 40 5
Knowledge of
Educational
Ends Purposes
and Values
Pengetahuan tentang
dimensi penilaian
pembelajaran kimia
41, 42, 43,
44, 45 5
Instrumen pengumpul data yang baik dan dapat dipercaya adalah yang
memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Oleh karena itu,
sebelum instrumen tes ini digunakan terlebih dahulu akan dilakukan uji coba
pada mahasiswa calon guru kimia yang ada dalam populasi. Uji coba
dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran,
dan daya pembeda instrumen tersebut.
G. Uji Instrumen
1. Uji Validitas Soal
Menurut Arikunto (1999, hlm. 65) sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur, dalam bahasa Indonesia valid
disebut juga shahih. Sedangkan menurut Sudaryono (2012, hlm. 138) bahwa
validitas atau kesahihan yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengungkapkan data yang diteliti secara tepat. Selanjutnya
validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil
pengalaman (validitas logis dan validitas empiris) (Arikunto, 1999, hlm. 65).
Menurut Arikunto (1999, hlm. 66) bahwa ada dua macam validitas logis,
39
salah satunya adalah validitas isi yang berarti bagi sebuah instrumen
menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi
materi pelajaran yang dievaluasi. Uji validitas terhadap instrumen yang
digunakan dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen yang
dipergunakan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara
tepat pengujian validitas untuk instrumen Pedagogical Content Knowledge
(PCK) yang terdiri dari:
a) Content Knowledge
b) General Pedagogical Knowledge
c) Pedagogical Content Knowledge
d) Curriculum Knowledge
e) Kwonledge of Learners and Their Characteristis
f) Knowledge of Educational Contexts
g) Knowledge of Educational Ends Purposes and Values
Menurut Suharsaputra (2014, hlm. 102) pengujian validitas
menggunakan rumus korelasi product-moment, yakni sebagai berikut:
rxy =
Keterangan:
rxy = angka indeks korelasi “r” Product Moment
N = Number of Cases
= jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
= jumlah seluruh skor X
= jumlah seluruh skor Y
Tabel 3.3
Indeks validitas diklasifikasikan
Keterangan
0,00 – 0,20 Korelasi sangat rendah
0,20 – 0,40 Korelasi rendah
0,40 – 0,60 Korelasi cukup
0,60 – 0,80 Korelasi tinggi
0,80 – 1,00 Korelasi sangat tinggi
(Arikunto, 1999, hlm. 75)
40
2. Uji Reliabilitas Soal
Reliabilitas menurut Arikunto (1999, hlm. 86) berhubungan dengan
masalah tingkat kepercayaan. Menurut Suprananto (2012, hlm. 82) bahawa
reliabilitas memiliki karakteristik yaitu reliabilitas merujuk pada konsistensi
dari suatu pengukuran yang didapat melalui sebuah instrumen tes.
Perhitungan terkait dengan reliabilitas dapat dilakukan dengan
menggunakan program SPSS. Menurut Rustam, Dewi, dan Yunita (2018,
hlm. 92-96) berikut langkah-langkah perhitungan reliabilitas menggunakan
SPSS:
a) Klik “Data View” lalu copy data dari program Excel.
b) Klik “Variabel View” lalu ketik nama responden pada kolom
“name” pada kolom “type” pilih “string”, pada kolom “decimal”
dibuat 0, pada kolom “measure” kilk Nominal untuk nama.
c) Ketik Butir 1 pada kolom “Name”(bawah responden), pada kolom
“type” pilih Numeric, pada kolom “decimal” dibuat 0, pada kolom
“measure” klik scale.
d) Ketik Butir 2 pada kolom “Name”(bawah responden), pada kolom
“type” pilih Numeric, pada kolom “decimal” dibuat 0, pada kolom
“measure” klik scale. Lanjutkan hingga butir terakhir.
e) Klik “Analize-scale-Reliability analis”.
f) Selajutnya centang pada “kotak descriptif klik item, scale, dan
scale if item deleted”, continue, Ok.
3. Uji Daya Beda Soal
Daya pembeda soal menunjukkan kemampuan soal untuk
membedakan antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa
berkemampuan kurang (Arikunto, 1999, hlm. 211). Suatu perangkat tes yang
baik harus bisa membedakan antara yang pandai, rata-rata, dan yang kurang
pandai karena dalam suatu populasi biasanya terdiri dari tiga kelompok
tersebut. Sehingga hasil evaluasinya tidak baik semua atau sebaliknya, tetapi
harus berdistribusi normal. Hal ini artinya yang mendapat nilai baik dan yang
mendapat nilai jelek terwakili meskipun sedikit.
41
Menurut Arikunto rumus untuk mengukur daya pembeda adalah
(1999, hlm. 213-214):
Keterangan :
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu
dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
dengan benar
Tabel 3.4
Indeks daya pembeda diklasifikasikan
D Keterangan
0,00 – 0,20 Jelek (poor)
0,20 – 0,40 Cukup (satisfactory)
0,40 – 0,70 Baik (good)
0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)
(Arikunto, 1999, hlm. 218)
4. Uji Tingkat Kesukaran Soal
Soal perlu dianalisis tingkat kesukaranya untuk mengetahui derajat
kesukaran dalam butir soal. Butir-butir soal dikatakan baik, jika butir-butir
soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah (Arikunto, 1999, hlm.
207). Dengan kata lain derajat kesukarannya sedang atau cukup. Menurut
Arikunto (1999, hlm. 208) rumus mencari taraf kesukaran adalah:
P =
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sesuai dengan data yang terdapat pada tabel di bawah ini:
D =
42
Tabel 3.5
Indeks tingkat kesukaran diklasifikasikan
P Keterangan
0,00 – 0,30 Soal sukar
0,30 – 0,70 Soal sedang
0,70 – 1,00 Soal mudah
(Arikunto, 1999, hlm. 210)
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dengan tujuan untuk mengolah data
yang dapat menguji hipotesis dalam menarik kesimpulan. Analisis ini
berbentuk deskriptif persentase ynang digunkan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh variabel Pedagogical Content Knowledge (PCK). Hasil
jawaban mahasiswa calon guru kimia pada tes pungasaan konsep dan
keseluruhan pedagogi tersebut diolah dengan menggunakan rumus berikut,
(Purwanto, 2012, hlm. 102):
Kerangan :
NP = Nilai persentase
R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
SM = Skor maksimal dari tes tersebut
Selanjutnya dilakukan penafsiran persentase pengusaan konsep
mahasiswa calon guru kimia berdasarkan hasil perhitungan di atas.
Penafsiran ini dilakukan berdasarkan kategori menurut Purwanto (2012,
hlm. 103) sebagai berikut :
43
Tabel 3.6
Kategori Persentase Penguasaan Konsep dan Pedagogi Mahasiswa
Calon Guru Kimia
Persentase (%) Predikat
86 – 100 Sangat Baik
76 – 85 Baik
60 – 75 Cukup
55 – 59 Kurang
≤ 54 Sangat Kurang
Hasil tes penguasan konsep yang diperoleh selanjutnya digunakan
untuk mengecek kemampuan kognitif mahasiswa calon guru kimia pada
konsep kimia SMA/MA. Sedangkan hasil tes pedagogi digunakan untuk
mengecek kemampuan mahasiswa calon guru kimia tentang pedagogi secara
keseluruhan.
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Menurut Kadir (2015, hlm. 144) menjelaskan bahwa uji normalitas
digunakan untuk uji pendahuluan yang menjadi syarata dalam pengujian
suatu hipotesis. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogorov
Smirnov dan Shapiro-Wilk (Kadir, 2015, hlm. 156-157).
Berikut langkah-langkah uji normalitas Kolmogorov Smirnov:
1) Buka file “Metakognisi”.
2) Input data lalu klik Analyze, lalu pilih Descriptive statistic.
3) Klik Explore lalu ceklis Plot pilih Normal dan OK.
4) Tentukan nilai Dtabel dengan rumus: Dt pada tingkat kepercayaan
dan jumlah sampel (n), jima n > 30 maka gunakan rumus:
Dt =
44
5) Menarik kesimpulan dari output uji Normalitas.
a) Hipotesi
H0 = Data berdistribusi normal
H1 = Data tidak berdistribusi normal
b) Kriteria Pengujian
H0 diterima, jika Dhitung ≤ Dtabel
H0 ditolak, jika Dhitung > Dtabel
Jika probabilitas (sig) > α (0,05), maka H0 diterima
Jika probabilitas (sig) < α (0,05), maka H0 ditolak
b. Uji Homogenitas
Menurut Kadir (2015, hlm. 143) bahwa homogrnitas lebih
didasarkan pada homogenitas konseptual daripada homogenitas secara
empiris melalui pengujian dengan data sampel. Menurut Riadi (2016,
hlm. 137) mengatakan bahwa uji homogenitas Levene dengan IBM SPSS
paling umum digunakan untuk menguji sebaran data dari dua varian atau
lebih. Berikut langkah-langkah uji homogenitas Levene, (Kadir, 2015,
hlm. 167-168):
1) Masukkan data pada Data View, kolom 1 skor kompentsi PCK calon
guru kimia daln kolom 2 variabel yang digunakan (jenis kelamin, asal
sekolah, dan jalur masuk) dengan pemberian kode pada masing-
masing variabel.
2) Klik Analyze, General Linear Model, dan klik Univariate.
3) Pindahkan “PCK” ke dalam Dependent Variable dan “jenis kelamin,
asal sekolah, dan jalur masuk” ke fixed factor (s), kemudian klik
options.
4) Kemudian masukkan data “PCK” ke Dispaly Means for, pilih
Homogenity Test dan continue dan klik OK.
45
5) Tentukan nilai Ftabel dengan cara: Ftabel(α ; k-1; n-k) dengan
keterangan, k adalah jumlah varians, (Riadi, 2016, hlm. 137)
6) Menarik kesimpulan dari output uji homogenitas Levene.
Menggunakan ketentuan penerimaan atau penolakan H0 sebagai
berikut:
a) Hipotesis
H0 = Data homogen
H1 = Data tidak homogen
b) Kriteria pengujian
H0 diterima, jika Fhitung ≤ Ftabel
H0 ditolak, jika Fhitung > Ftabel
Jika sig > α (0,05), maka H0 diterima
Jika sig < 0,05, maka H0 ditolak
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan adalah uji korelasi dengan tujuan
untuk mengetahui hungungan pada variabel X dan Y. Sesuai dengan yang
dijelaskan oleh Reksoatmodjo (2007, hlm. 133) bahwa uji korelasi
merupakan sebuah bilangan yang menunjukkan tingkat kedekatan
hubungan antara dua variabel, dan menggambarkan sejauh mana variansis
pada satu variabel berdampak atas variansis variabel lainnya. Data dari
penelitian ini termasuk ke dalam skala interval dan nominal sehingga
korelasi yang digunakan adalah korelasi point biserial (Nurgiyantoro,
2012, hlm. 145). Berikut langkah-langkah uji korelasi point biserial
(Margono, 2010, hlm. 219-221).
1) Buka aplikasi IBM SPSS 22. Klik New dan klik data.
2) Klik Variabel View pada Name tuliskan “PCK”(sebagai variabel Y,
lalu pada baris kedua tuliskan “jenis kelamin, asal sekolah, dan jalur
masuk”(sebagai variabel X) yang dilakuakn secara sendiri-sendiri
pada masing-masing variabel X.
3) Klik Analyze pilih Scale, dan klik Reliability Analysis.
46
4) Pindahkan masing-masing variabel X dan Y ke kotak Items, kemudian
klik Statistics, dan klik Correlations lalu klik Continue dan klik OK.
5) Membuat kesimpulan dengan melihat kriteria pengujian:
Jika sign > α (0,005) maka tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara jenis kelamin, asal sekolah, dan jalur masuk dengan kompetensi
PCK.
Jika sign < α (0,005) maka terdapat hubungan yang signifikan antara
jenis kelamin, asal sekolah, dan jalur masuk dengan kompetensi PCK.
Jika sign > α (0,005) maka H0 diterima
Jika sign < α (0,005) maka H0 ditolak
6) Menentukan interprestasi dari nilai korelasi.
Menurut Suharsaputra (2014, hlm. 138) bahwa untuk menentukan
nilai interprestasi dari nilai korelasi dapat menggunakan tabel dari nilai r
sebagai berikut:
Tabel 3.7
Interprestasi Nilai Koefisien Korelasi
r Interprestasi
0 Tidak Berkorelasi
0,01 – 0,20 Sangat Rendah
0,21 – 0,40 Rendah
0,41 – 0,60 Sedang
0,61 – 0,80 Cukup
0,81 – 0,99 Tinggi
1 Sangan Tinggi
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpualan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan,
maka dapat disimpulakan bahwa antara jenis kelamin, asal sekolah, dan jalur
masuk calon guru kimia memiliki hubungan yang cukup dengan kompetensi
PCK (Pedagogik dan Konten). Hal ini berarti bahwa jenis kelamin, asal
sekolah, dan jalur masuk calon guru kimia memiliki pengaruh yang cukup
terhadap kompetensi PCK calon guru kimia.
B. Saran
Sebagai bahan tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka diberikan
beberapa saran yaitu:
1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk menganalisis dan mengkaji
variabel penelitian lainnya, yaitu pekerjaan orang tua (guru dan non-guru),
prestasi mahasiswa (IPK), dan teknik pengumpulan data yang dapat
dilakukan dengan mengobservasi calon guru saat miroteching di kelas atau
saat PPKT di sekolah serta wawancara terstruktur.
2. Bagi para pendidik, harus menguasai keempat kompentensi dasar guru
profesional khususnya pada kompetensi pedagogik dan profesional guru
supaya dapat menguasai pengelolaan kelas serta pemahaman materi yang
mumpuni sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi pelajaran
yang disampaikan oleh guru.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, P. (2015). Pengambangan PCK (Pedagogical Content Knowledge)
Mahasiswa Calon Guru Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah
Surakarta Melalui Simulasi Pembelajaran. Jurnal Penelitian dan
Pembelajaran IPA, 1(1), 1-15, e-ISSN: 2477-2038.
Anwar, Y., Rustaman, N. Y., dan Widodo, A. (2012). Kemampuan Subjek
Specific Pedagogy Calon Guru Biologi Program Pendidikan Profesional
Guru (PPG) yang Berlatarbelakang Basic Sains Pra dan Post Workshop. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, JPII 1(2), 157-162.
Anwar, Y., Rustaman, N. Y., Widodo, A., dan Redjeki, S. (2014). Kemampuan
Pedagogical Content Knowledge Guru Biologi yang Berpengalaman dan
yang Belum Berpengalaman. Jurnal Pengajaran MIPA, 19(1), 1-140, ISSN:
1412-0917.
Arifin, M., dan Barnawi. (2012). Etika dan Profesi Kependidikan. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Arikunto, S. (1999). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Asmani, J. M. (2011). Tips Sukses PLPG. Yogyakarta: Diva Press.
Avila, S., Mahanal, S., dan Zubaidah, S. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran
Biologi Berbasis Reading-Concept Map-Cooperative Script dan Gender
Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Malang.
Prosiding Seminar Pendidikan IPA Pascasarjana UM, 2, ISBN: 978-602-
9286-22-9.
Awan, A. S., Khan. T. M, dan Aslam. T. M.. (2010). Gender Disparity in
Misconceptions about the Concept of Solution at Secondery Level Students
in Pakistan. Journal of Elementary Education, 22(1), pp. 65-77.
Claudya, Y., Ngadimin, dan Melvina. (2017). Perbedaan Prestasi Belajar
Mahasiswa Berdasarkan Jalur Masuk Jurusan Pendidikan Fisika Universitas
Syiah Kuala. Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika, 2(3), 321-
325.
Danim, S. (2011). Pengembangan Profesi Guru: Dari Pra-Jabatan, Induksi, ke
Profesional Madani. Jakarta: Kencana.
Efiyana, R. (2013). Prestasi Belajar Menurut Jalur Masuk Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru Di Politeknik Kemenkes Jakarta II. Jurnal Jurusan
Biostatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Firdaus, H. M, Widodo, A., dan Rochintaniawati, D. (2018). Analisis
Kemampuan Kreatif dan Proses Pengembangan Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa SMP pada Pembelajaran Biologi. Assimilation Indoneian
Journal of Biology Education, 1(1): 21-28.
Hadjar, I. (1996). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam
Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Haryani, S., Prasetya A. T., dan Rusmawati, D. I. (2016). Pedagogical Content
Knowledge (PCK) Calon Guru dan Guru Kimia Pada Materi Buffer. Unnes
Science Educational Journal, 5(3), 1432-1439, ISSN: 2252-6617.
Hidayat, S. (2017). Pengembangan Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Irwanto, N., dan Sunarya, Y. (2016). Kompetensi Pedagogik. Sidoarjo: Genta
Group Production.
Izzan, A, dan Damaryadi, M. (2012). Membangun Guru Berkatakter. Bandung:
Humaniora.
Jabar, C. S. A. (2013). Pencapaian Keunggulan pada SMA Negeri dan Swasta
Berkategori Unggul di Kota Bandung. Artikel Ilmiah Dosen Jurusan
Administrsasi Pendidikan FIP UNY, ISSN: 1412-565X.
Jong, O, D., Driel, J, H, V., dan Verloop, N. (2005). Preservice Teacher’s
Pedagogical Content Knowledge of Using Particle Models in Teaching
Chemistry. Journal of Research in Science Teaching, 42(8), PP.947-964,
DOI 10.1002/tea.20078.
Juttner, M., Bone, W., Park, S., dan Neuhaus, B. J. (2013). “Development and
use of a instrumen to measure biology teacher’s content knowledge (CK)
and pedagogical content knowledge (PCK)”. Educ Asse Eval Acc, DOI
10.1007/s11092-013-9157-y.
Kadir. (2015). Stasistik Terapan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Kemendikbud. (2017). Data capaian nilai UN 2017
(https://jendela.data.kemdikbud.go.id/, diakses tanggal 24 September 2018).
Kemendikbud. (2017). Data hasil UKG 2017 (https://npd.kemdikbud.go.id/,
diakses tanggal 24 September 2018).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017, November). Media Komunikasi
dan Inspirasi Jendela Pendidikan dan Kebudayaan. Edisi XVII. Jakarta.
Khairunnisa, C. (2015). Faktor yang Mempengaruhi Kelulusan Mahasiswa
Program Studi Kedokteran Universitas Malikussaleh. Jurnal Penelitian
Ilmu-Ilmu Alam dan Teknik, 9(1), ISSN 1979-0236.
Kunandar. (2007). Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru). Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Kurnia, F., Zulherman, dan Fathurohman, A. (2014). Analisis Bahan Ajar Fisika
SMA Kelas XI di Kecamatan Indralaya Utara Berdasarkan Kategori Litersi
Sains. Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika, 1(1), 43-47, ISSN: 2355-
7109.
Kurnia, L. (2011). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
Akademik Mahasiswa STAIN Batusangkar. Jurnal Sainstek, III(2), 97-111, ISSN: 2085-8019.
Kurniasih, I, dan Sani, B. (2015). Ragam Pengembangan Model Pembelajaran.
Tanpa Kota: Kata Pena.
Lestari, A. A. (2015). Pengembangan Pedagogical Content Knowledge (PCK)
Menggunakan Content Representation (CoRe) Framework pada Materi
Larutan Penyangga Terintegrasi Pendidikan Lingkungan Hidup dengan
Metode Inkuiri. Skripsi Pendidikan Kimia Jurusan Kimia Fakultas MIPA
UNJ. Jakarta.
Londang, H, dan Palennari, M. (2010). Perbandingan Prestasi Akademik
Mahasiswa Jurusan Biologi Jalur PMJK/PMDK dengan SPMB. Bionature,
11(1), hlm: 50-53, ISSN: 1411-4720.
Lutfi, M., Sudirman, dan Pramitha, R. (2013). Sisi-Sisi Lain Kebijakan
Profesionalisme Guru. Malang: Universitas Brawijaya Press (UB Press).
Margono, S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Mongi, C. E., dan Hatidjah, D. (2016). Perbandingan SMA Negeri dan Swasta
Berdasarkan Nilai Akreditasi dan Nilai Ujian Nasional Menggunakan Uji-t
di Kota Manado. Jurnal Ilmiah Sains, 16(2), 91-97.
Mudlofir, A. (2012). Pendidik Profesional (Konsep, Strategi, dan Aplikasi dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.
Mulyasa. (2013). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. (2014). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Munawaroh, F. (2015). Pengaruh Jalur Masuk Terhadap Prestasi Mahasiswa
Program Studi Pendidikan IPA pada Mata Kuliah Dasar Listrik Magnet.
Jurnal Pena Sains, 2(2), 72-78, ISSN: 2407-2311.
Musriadi. (2018). Profesi Kependidikan Secara Teoritis dan Afektif. Yogyakata:
CV Budi Utama.
Newsome, J. G., dan Ledermen, N. G. (1999). Examining Pedagogical Content
Knowledge. Kluwer Academic Publisher: Dordrecht/ Boston/ London.
Nizam. (2016). Ringkasan Hasil-hasil Asesmen Belajar dari Hasil UN, PISA,
TIMSS, INAP. Artikel Ilmiah Hasil Seminar Puspendik Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Nurdin, S. (2002). Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta:
Ciputat Press.
Nurgiyantoro, B., Gunawan, dan Marzuki. (2012). Statistik Terapan untuk
Penelitian Ilmu-ilmu Politik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nurhasanah, Purwati, dan Ahmad, H. (2018). Pengaruh Sistem Seleksi Masuk
Perguruan Tinggi Terhadap Indeks Prestasi Mahasiswa Jurusan Pendidikan
Matematika Universitas Papua (UNIPA). Prosiding Seminar Nasional, 3(1),
114-120, ISSN: 2443-1109.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 43 Tahun 2015
(http://jdih.kemendikbud.go.id/, diakses tanggal 24 September 2018).
Priansa, D. J. (2016). Pengembangan Strategi & Model Pembelajaran (Inovatif,
Kreatif, dan Prestatif dalam Memahami Peserta Didik). Bandung: CV
Pustaka Setia.
Purwaningsih, I., Mahanal, S., Prasetyo, T. I., dan Zubaidah, S. (2017). Pengaruh
Model Pembelajaran Biologi Reading-Concept Map-Numbered Heads
Together dan Gender terhadap Keterampilan Bepikir Kritis Siswa Kelas X
SMAN 10 Malang. Prosiding Seminar Pendidikan IPA Pascasarjana UM,
2, ISBN: 978-602-9286-22-9.
Purwanto, N. (2012). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ratnawulan, E., dan Rusdiana. (2015). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: C.V
Pustaka Setia.
Reksoatmodjo, T. N. (2007). Stasitika untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Resbiantoro, G. (2016). Analisis Pedagogical Content Knowledge (PCK)
Terhadap Buku Guru SD Kurikulum 2013. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Anak Sekolah Dasar, 2(1), 114-121, e-ISSN: 2477-8486.
Retnaningtyas, S., Wiyono, B. B., dan Supriyanto, A. (2018). Perbedaan Motivasi
Belajar dan Prestasi Akademik antara Mahasiswa Bidikmisi dan Reguler.
Jurnal Manajemen dan Supervisi Pendidikan (JMSP), 2(3), 202-209, ISSN:
2541-4429.
Riadi, E. (2016). Statistika Penelitian. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Rofa’ah. (2016). Pentingnya Kompetensi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran
dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Rosyada, D., Suralaga, F., Arifin, Z., dan Berlianti, Y. (2015). Pedoman
Akademik Program Strata 1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta 2015/2016. Jakarta: UIN Jakrta.
Rustam, A., Kumalasari, E. D., dan Yunita, L. (2018). Staistika Pengukuran
Pendidikan (Analisis Menggunakan SPSS, Iteman, dan Lisrel). Bogor: PT. Ilham Sejahtera Persada.
Rusyan, T. (2014). Membangun Guru Berkualitas. Jakarta: PT. Pustaka
Dinamika.
Salam, B. (1997). Pengantar Pedagogik (Dasar-Dasar Ilmu Mendidik). Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Saputra, K. E. A. (2016). Studi Komparatif Prestasi Belajar Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Ekonomi Ditinjau dari Jalur Penerimaan Mahasiswa Baru Tahun
2011. Jurnal Jurusan Pendidikan Ekonomi (JJPE), 6(1), 1-10.
Saputro, S. P. (2013). Perbandingan Minat Belajar Antara Siswa Sekolah Negeri
dan Sekolah Swasta dalam Permainan Sepak Bola. Jurnal Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan, 01(03), 672-676, ISSN: 2338-798X.
Saraswati, E. (2015). Perbedaan Hasil Belajar Laki-Laki dan Perempuan dalam
Mata Pelajaran Matematika Semester 2 Materi Sudut dan Pecahan
Kabupaten Sleman. Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UNY.
Saudagar, F., dan Idrus, A. (2011). Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta:
GP Press.
Sayidani, A., Irianto, W. S. G., dan Fuady, M. J. (2016). Perbandingan Prestasi
Belajar Mahasiswa Lulusan SMA dan SMK Pada Prodi S1 Pendidikan
Teknik Informatika Universitas Negeri Malang. Jurnal Teknologi dan
Kejuruan, 39(2), 156-162.
Setiani, Y., dan Budiyono. (2010). Kemampuan Siswa SMP Negeri dan SMP
Swasta Kelas VIII dalam Menyelesaikan Soal-Soal Matematika Sekolah
Dasar. Artikel Ilmiah Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
Sholeh, A. N. (2006). Membangun Profesionalitas Guru (Analisis Kronologis
atas Lahirnya UU Guru dan Dosen). Jakarta: ELSAS Jakarta.
Shulman, L. S. (1987). Knowlegde and Teaching: Foundations of the New
Reform. Harvard Educational Review, 57(1), 1-20.
Shulman, L. S. (1997). Professional Development: Learning From Experience.
Tanpa Kota: Jossey-Bass A Wiley Imprint.
Sofyan, A. (2016). Interest to be Teacher and Cumulative Grade Point Average
(CGPA) Analyzed by The Admissions Of UIN Jakarta. Journal of
Educational Muslim Society, 3(1), 107-120, P-ISSN: 2356-1416, e-ISSN:
2442-9848, DOI: 10.15408/tjems.v3il.3407.
Soraya, R. (2017). Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Kimia. Skripsi
Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta.
Jakarta.
Sudaryono. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sugiharyanto, Widiastuti, A., dan Wibowa, S. (2013). Perbedaan Prestasi Belajar
Mahasiswa Jurusan IPS, FIS, UNY (Studi pada Mahasiswa Angkatan 2010
sampai dengan 2012). Laporan Penelitian Jurusan Pendidikan IPS Fakultas
Ilmu Sosial UNY.
Suharsaputra, U. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Suherman, D. P., Purwianingsih, W., dan Diana, S. (2018). Analisis Hubungan
Self-efficacy dan Metakognitif terhadap Hasil Belajar Siswa SMA
Berdasarkan Gender pada Konsep Genetika. Assimilation Indonesian
Journal of Biology Education, 1(1): 14-20.
Suherman. (2013). Studi Tentang Pencapaian Hasil Belajar Mahasiswa Jurusan
Matematika FMIPA UNP Menurut Jalur Masuk. Prosiding Semirata
FMIPA Universitas Lampung, 505-508.
Sujanto, B. (2009). Cara Efektif Menuju Sertifikasi Guru. Depok: Raih Asa
Sukses.
Sukaesih, S., Ridlo, S., dan Saptono, S. (2017). Analisis Kemampuan
Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK) Calon Guru
pada Mata Kuliah PP Bio. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains
UNS.
Sukiman. (2015). Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sunardi, N. (2008). Perbandingan Prestasi Belajar Antara Siswa Sekolah Dasar
Unggulan dan Siswa Sekolah Dasar Non-Unggulan di Kabupaten Serang.
Jurnal Pendidikan Dasar, 1(9), 1-5.
Suprananto, K. (2012). Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Suprihatinungrum, J. (2016). Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Surat Keputusan Rekor Nomor 10 Tahun 2015 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(http://lpm.uinjkt.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Lampiran-3-SK-
Rektor-No-10-thn-2015-ttg-Pedoman-Pengembangan-Kurikulum-UIN-
SYarif-Hidayatullah-Jakarta.pdf, diakses tanggal 24 Sepetmber 2018).
Suryani dan Hendrayadi. (2015). Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi Pada Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Sutrisno, S. (2017). Teacher’s Belief dalam Pembelajaran Matematika dan Faktor-
faktor yang Mempengruhinya. Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika
(JPPM), 10(2), 1-7.
Suwena, K. R. (2017). Jalur Penerimaan Mahasiswa Baru Bukan Penentu Prestasi
Belajar Mahasiswa. Ekuitas Jurnal Pendidikan Ekonomi, 5(2), 1-69.
Suyanto dan Jihad, A. (2013). Menjadi Guru Profesional (Strategi Meningkatkan
Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global). Jakarta: Esensi Eralangga
Group.
Trianggono, M. M., dan Yuanita, S. (2018). Karakteristik Keterampilan Berpikir
Kreatif dalam Pemecahan Masalah Fisika Berdasarkan Gender. Jurnal
Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK), 4(2), 98-106, ISSN: 2442-904X,
DOI: 10.2572/jpfk.v4i2.2980.
Tritiyatma, Putri, G., Hayatunnufus, R., dan Paristiowati, M. (2016).
Pengembangan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Calon Guru Kimia
Menggunakan Content Representation (CoRe) Framework dan Pedagogical
and Professional-Experience Repertoires (Pap-eRs) Pada Pembelajaran
Larutan Penyangga dan Reaksi Reduksi-Oksidasi (Redoks). Prosiding
Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Surabaya, B-(55-64), ISBN: 978-602-0951-12-6.
Usman. (2015). Analisis Perbandingan Prestasi Belajar Fisika Dasar Mahasiswa
Berdasarkan Jalur Penerimaan Mahasiswa Di Jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.
Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPK), 11(1), 40-48, ISSN: 1858-
330X.
Windarto, A. (2016). Deskripsi Pedagogical Content Knowledge Guru pada
Materi Aljabar Kelas VII di SMP Kecamatan Bringin. Artikel Skripsi
Pendidikan Matematika FKIP Univeritas Kristen Satya Wacana. Salatiga.
Wiyarsi, A.,Hendayana, S., Firman, H., dan Anwar, S. (2015). Pengembangan
Curriculum Knowledge Calon Guru Melalui Analisis Konten Kimia
Konteks Kejuruan. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Tahun III,
3(1), 30-38.
Yamin, M. (2006). Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: GP Press.
Yulianto, A. (2010). Dapatkah Prestasi Akademik Mahasiswa diprediksi dari
Kecerdasan Umum Non-Verbal?. Arikel Ilmiah Psikologi Untuk
Kesejahteraan Masyarakat Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 273-
283.
Yuniarti. (2017). Perbadingan Prestasi Belajar Mahasiswa Laki-laki dan
Mahasiswa Perempuan pada Mata Kuliah Matematika I Angkatan 2014-
2016 Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar. Skripsi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Makassar.