Hubungan Kekerasan Orang Tua Terhadap Anak dengan ......judul Hubungan kekerasan orangtua terhadap...

28
HUBUNGAN KEKERASAN ORANG TUA TERHADAP ANAK DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SD ANGKASA LANUD PATTIMURA DI DESA TAWIRI KOTA AMBON OLEH KETRINA TREES SURLIALY 80 2009 120 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Transcript of Hubungan Kekerasan Orang Tua Terhadap Anak dengan ......judul Hubungan kekerasan orangtua terhadap...

  • HUBUNGAN KEKERASAN ORANG TUA TERHADAP ANAK DENGAN

    MOTIVASI BELAJAR SISWA SD ANGKASA LANUD PATTIMURA

    DI DESA TAWIRI KOTA AMBON

    OLEH

    KETRINA TREES SURLIALY

    80 2009 120

    TUGAS AKHIR

    Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

    Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2015

  • HUBUNGAN KEKERASAN ORANG TUA TERHADAP ANAK DENGAN

    MOTIVASI BELAJAR SISWA SD ANGKASA LANUD PATTIMURA

    DI DESA TAWIRI KOTA AMBON

    Ketrina Trees Surlialy

    Aloysius L.S. Soesilo

    Chr. Hari Soetjiningsih

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2015

  • i

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kekerasan orang tua

    terhadap anak dengan motivasi belajar siswa SD Angkasa Lanud Pattimura Desa Tawiri

    Kota Ambon. Kekerasan orang tua terhadap anak merupakan variabel terikat sedangkan

    motivasi belajar siswa merupakan variabel bebas. Penelitian ini dilakukan di SD

    Angkasa Lanud Pattimura Desa Tawiri Kota Ambon. Metode yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu

    pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket yang diisi oleh responden

    yang merupakan siswa SD Angkasa Lanud Pattimura. Pengambilan data menggunakan

    40 responden yang di pilih secara acak di sekolah. Teknik analisa data yang dipakai

    adalah teknik korelasi product moment. Hasil yang diperoleh menunjukkan koefisien

    korelasi (r) 0.310 dengan p

  • ii

    ABSTRACT

    The aim of this study is to gain the relationship between violence and learning

    motivation of students of Angkasa Lanud Pattimura Elementary School in Tawiri ,

    Ambon. Parent’ violence is the dependent variable, and learning motivation is

    independent variable. The method of this study is descriptive method with quantitative

    approach. The data were collected using 40 random sampling questionnaires of students

    at Angkasa Lanud Pattimura Elementary School. The technique of data analysis used in

    this research is the correlation technique of product moment. The result of the data

    analysis showed that there was correlation coefficient (r) ) 0.310 with p

  • 1

    PENDAHULUAN

    Tindakan kekerasan, dan pelanggaran hak anak seringkali kurang memperoleh

    perhatian publik karena kurangnya perlindungan,dan kesejahteraan pada anak.

    Kekerasan pada anak dalam segala bentuk perlu dicegah, dan anak perlu mendapatkan

    hak-haknya (Huraerah, 2007). Orangtua memiliki peran paling penting dalam mencegah

    kekerasan pada anak, dan membantu anak memperoleh hak-haknya.

    Kekerasan terhadap anak-anak merupakan ancaman besar bagi perkembangan,

    dan untuk mencapai tujuan hidup anak-anak. Jika penyebabnya diidentifikasi, dan

    ditangani, kekerasan terhadap anak sepenuhnya bisa dicegah.Keluarga merupakan

    potensi terbesar untuk melindungi anak-anak dari segala bentuk kekerasan. Keluarga

    juga dapat memberdayakan anak-anak untuk melindungi diri mereka sendiri. Asumsi

    dasar Konvensi tentang Hak-hak Anak (CRC) menyebutkan bahwa keluarga merupakan

    lingkungan alami bagi pertumbuhan, dan kesejahteraan semua anggotanya, terutama

    untuk anak-anak. Dalam Pinheiro (2006) menyatakan bahwa kekerasan orangtua

    terhadap anak memiliki 3 bentuk, yaitukekerasan fisik, pengabaian, dan pelecehan

    seksualPinheiro (2006).

    Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kekerasan yang harus diperhatikan

    terkait peran penting orangtua. Orangtua harus menjaga, dan melindungi anak-anak dari

    tindak kekerasan karena usia mereka yang masih muda. Faktor terkait keluarga yang

    meliputi karakteristik orangtua dan sosial ekonomi, sementara kekerasan di rumah

    ditemukan di semua bidang social dan ekonomi,pendidikan orangtua,kurangnya

    pendapatan sehingga sering menimbulkan kekerasan psikologi terhadap anak–anak.

    Terkait faktor social dan kebudayaan kurang adanya keterlibatan hukum pada kekerasan

    keluarga terhadap anak, proses memaafkan sebagai hal mengkoreksi dalam undang-

  • 2

    undang Negara jika kekerasan itu ditimbulkan oleh anak, orangtua atau wali tersebut

    (Pinheiro, 2006).

    Sejauh penelusuran penulisansejak dulu hingga sekarang kekerasan pada anak

    semakin marak terjadi di kota Ambon. Bertempat di desa Tawiri, Kecamatan Teluk

    Ambon Baguala, dimana daerah tersebut merupakan salah satu lokasi yang diamati

    peneliti sebagai salah satu sumber kekerasan dari proses didikan orangtua terhadap anak

    mereka. Dikatakan mendidik atau didikan bukan berarti hal yang baik saja seperti

    mendidik dengan memberikan kasih sayang, perhatian, ataupun mendidik dengan cara

    dimanjakan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa orangtua yang

    bertempat tinggal di daerah tersebut, mereka mengatakan bahwa mendidik anak dengan

    keras adalah hal yang wajar-wajar saja, selain itu mereka juga mengatakan bahwa

    mendidik anak dengan cara yang demikian merupakan suatu kebiasaan yang dapat

    mengajarkan anak supaya dapat termotivasi untuk giat dalam belajarnya. Hal mendidik

    seperti ini juga merupakan pola didikan yang turun temurun dari kakek nenek, mereka

    kemudian tumbuh dan berkembang menjadi orang yang berhasil dan sukses karena

    ketegasan orangtua (kakek nenek) dalam mendidik mereka sehingga pengalaman

    tersebut menjadi pola yang harus mereka ikuti dan terapkan dalam memberikan

    motivasi demi mendapat hasil yang baik dalam belajar anak – anak mereka di sekolah.

    Berdasarkan catatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), selama tahun

    2003 terdapat 481 kasus kekerasan. Jumlah ini meningkat menjadi 547 kasus di tahun

    2014 yang terdiri dari 221 kasus kekerasan seksual, 140 kasus kekerasan fisik, 80 kasus

    kekerasan psikis, dan 106 permasalahan lainnya (tempointeraktif.com, tanggal 28

    Desember 2004). Penelitian lainnya dilakukan oleh Lembaga Advokasi Hak Asasi

    (LAHA) Bandung. Berdasarkan rekapitulasi data surat kabar oleh LAHA Bandung

  • 3

    menunjukkan bahwa sebagian besar anak korban kekerasan di Bandung adalah remaja.

    Hak anak untuk mendapatkan perlindungan, dan perhatian diatur dalam UU No. 3 tahun

    2002 tentang Perlindungan Anak. Salah satu hak anak adalah memperoleh pendidikan,

    dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya, dan tingkat kecerdasannya

    sesuai dengan minat, dan bakatnya. Namun orangtua sering mendidik anak dengan cara

    tradisional untuk mewujudkan keinginan orangtua. Cara tradisional yang diterapkan

    orangtua terhadap anak cenderung menggunakan kekerasan (Huraerah, 2007).

    Orangtua memiliki pandangan bahwa kekerasan adalah cara mendidik yang

    terbaik, dan cara menyampaikan kasih sayang kepada anak.Tujuan penerapan kekerasan

    orangtua terhadap anak adalah anak patuh terhadap perintah orangtua. Anak dipukul,

    dan dicaci maki itu merupakan suatu hal yang dianggap biasa. Orangtua sering

    mengatakan bahwa mendidik dengan keras akan menghasilkan proses pertumbuhan

    yang baik, dan proses belajar anak di sekolah baik. Jika anak sudah menjadi

    dewasa,diharapkan menjadi sosok yang berguna, dan berperilaku sama dengan

    orangtuanya. Dikatakan demikian, anak tersebut berada dalam situasi bermain bersama

    teman-temannya, anak tersebut akan bersikap brutal atau sering memukuli teman-

    temannya, walaupun teman-temannya tidak berbuat salah (Huraerah, 2007).

    Dengan memperlakukan anak secara keras, orangtua beranggapan anak akan

    mengalami perkembangan moral, perkembangan psikiologis, dan termotivasi untuk

    belajar. Orangtua berharap dapat mengarahkan kegiatan belajar anak untuk mencapai

    prestasi. Orangtua bertekad meningkatkan mutu pendidikan anak, dan memperbaiki

    kesenjangan social masyarakat. Selain itu, motivasi belajar menentukan kecerdasan

    anak. Anak yang mengalami kekerasan orangtua menyadari perilaku orangtua, dan efek

    buruk yang timbul dari kekerasan orangtua. Anak akan tumbuh menjadi pembangkang,

  • 4

    kebal terhadap kekerasan orangtua, pendendam, tumbuh menjadi pribadi kasar di luar

    lingkungan rumah. Hubungan orangtua dengan anak menjadi kaku, dan sering terjadi

    perdebatan. Kekerasan orangtua terhadap anak berdampak pada pergaulan, berpacaran,

    dan pernikahan (Cole, 2004).

    Bukan hanya di dalam keluarga saja yang mendapat didikan keras, namun di

    tempat didik atau sekolah pun begitu, peneliti mengambil SD Angkasa sebagai salah

    satu sumber penelitian di daerah tersebut, berdasarkan hasil observasi di sekolah

    terkadang guru tidak memandang benar atau salah dari muridnya itu memberikan suatu

    alasan ketika harus datang terlambat ke sekolah dan tugas-tugas yang guru berikan tidak

    dikerjakan dengan baik atau terlambat dalam mengumpulkannya, guru sering memberi

    hukuman seperti memukul muridnya dengan rotan atau mengeluarkan kata-kata kotor

    terhadap muridnya, sehingga hal tersebut dapat mendominasikan anak menjadi sosok

    yang kejam.Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru dan wali kelas SD

    Negeri Angkasa tersebut, dan hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar siswa

    memiliki motivasi belajar yang kurang. Hal ini terlihat pada saat pembelajaran

    berlangsung sebagian siswa kurang menunjukkan minatnya dalam proses pembelajaran.

    Sebagian siswa juga lebih senang mengganggu temannya dari pada memperhatikan guru

    mengajar. Dan saat diberi tugas oleh guru, siswa juga malah sibuk sendiri dan tidak

    segera mengerjakan tugas dari guru.

    Dari hal tersebut terlihat jelas bahwa motivasi belajar anak masih sangat rendah.

    Dan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar ini adalah keluarga, dalam

    hal ini adalah cara mendidik orangtua yang keras terhadap anak. Hal ini berbeda dengan

    sikap orangtua yang terbuka dan selalu menyediakan waktu akan membantu anak dalam

    memahami dirinya yang terus mengalami perubahan juga akan membantu anak

  • 5

    meningkatkan semangat belajarnya. Anak merasa tidak terpaksa untuk sekolah dan

    semangat belajarnya pun akan terus bertumbuh. Dengan adanya sikap yang positif,

    maka anak akan merasa lebih mudah untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Anak

    akan mengoptimalkan potensi berpikirnya di sekolah dan selalu berusaha untuk

    mengerjakan tugas - tugas sekolahnya dengan tepat (Endarti, 2014).

    Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa orangtua (7 orang) di Desa

    Tawiri, bahwa anak sejak dini perlu diterapkan perilaku didikan melalui tindakan

    kekerasan seperti memukul atau menampar.Ini disebabkan karena anak pada umumnya

    jarang mau mendengarkan orangtua. Jika orangtua bersikap lembut (welas asih) anak

    tidak akan menghormati dan menghargai orangtua. Oleh sebab itu perilaku kekerasan

    dalam meningkatkan motivasi belajar anak sangat diperlukan. Selain itu pada anak-anak

    di Desa Tawiri, rata-rata mengalami perilaku kekerasan oleh orangtua seperti memukul,

    menendang, menampar, dan lainnya. Hal ini dianggap sebagai bentuk kasih sayang dan

    perhatian untuk meningkatkan pola belajar yang baik pada anak dan dapat

    memotivasikan mereka untuk selalu giat dalam belajar.Ini didukung oleh Soetijiningsi.

    (2002) bahwa budaya dalam masyarakat kita saat ini cenderung menganggap bahwa

    proses pembelajaran kepada anak dilakukan dengan kekerasan, agar anak patuh dan giat

    dalam belajar untuk mencapai skala keberhasilan yang diinginkan orangtua. Orangtua

    berlaku kasar dan memberikan hukuman dengan dalih untuk memberikan pelajaran

    pada anak-anak mereka.Padahal seharusnya setiap anak berhak mendapatkan

    perlindungan dari kekerasan.

    Kehidupan sehari-hari mengajarkan proses didikan untuk memberi motivasi

    dalam belajar yang merupakan suatu aturan orangtua yang berguna untuk

    mempengaruhi moral dan psikologis perkembangan anak. Pintrich & Schunk (dalam

  • 6

    Tuan, 2005) mendefinisikan bahwa motivasi belajar adalah proses dimana kegiatan

    yang diarahkan pada tujuan yang menghasut dan berkelanjutan. Sedangkan Pintrich

    (dalam Tuan, 2005) menekankan bahwa tujuan belajar siswa yaitu, efikasi-diri,strategi

    aktif pembelajaran, nilai-nilai pembelajaran, tujuan pencapaian, tujuan berprestasi dan

    stimulasi lingkungan belajar yang mengambil peran penting dalam mempengaruhi siswa

    dalam membangun dan merekonstruksi konsepsi ilmu mereka. Dengan kata lain, ketika

    siswa merasa bahwa mereka mampu, dan mereka berpikir yang berhubungan dengan

    perubahan tugas itu berguna untuk ikut serta dalam tujuan belajar mereka adalah untuk

    mendapatkan kompetensi (Tuan, 2005).

    Setiap masyarakat atau budaya mempunyai nilai-nilai tertentu mengenai sesuatu.

    Bagi manusia, nilai dijadikan landasan, alasan, dan motivasi dalam segala perbuatan

    (Purwaningsih, 2010). Proses menetapkan normadidikan pada anak dengan tindak

    kekerasan juga sudah menjadi suatu unsur kebudayaan di Indonesia, terkhususnya

    Indonesia bagian timur. Seperti mendidik anak dalam memberikan motivasi belajar

    dengan tindak kekerasan pada anak di masyarakat timur dikatakan suatu kebudayaan

    karena dianggap sebagai suatu bentuk tindakan atau cara mendidik anak dalam proses

    belajarnya, salah satunya sebagai proses didikan orangtua terhadap anak.adapun dalam

    penelitian Turner (2009) mengemukakan bahwatidak ada hubungan yang positif dari

    kekerasan orangtua terhadap motivasi belajar siswa.

    Temuan juga didukung penelitian sebelumnya berdasarkan SDT, yang

    menyatakan hubungan antara siswa yang secara intrinsik termotivasi dan mendapatkan

    kesuksesan akademis. Meskipun motivasi intrinsik secara signifikan memprediksi

    peserta termotivasi (yaitu, kurangnya motivasi) namun menunjukkan juga hubungan

    negatif terhadap kinerja siswa. Dari penelitian Endarti (2014) mengemukakan kekerasan

  • 7

    orangtua berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi belajar siswa, berdasarkan

    korelasi dan analisa regresi menunjukkan bahwa kekerasan orangtua yang diterapkan

    dalam mendidik anaknya mempengaruhi motivasi belajar siswa.

    Dari fenomena yang sudah dipaparkan, hal tersebut mendukung sementara bahwa

    terdapat hubungan antara kekerasan terhadap anak dengan motivasi belajar siswa.

    Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

    judul Hubungan kekerasan orangtua terhadap anak dengan motivasi belajar siswa.

    Penulis sangat berharap bahwa penelitian yang dilakukan ini dapat bermanfaat bagi

    semua pembaca terkhususnya di kalangan mahasiswa agar mereka dapat mengetahui

    hubungan antara kekerasan orangtua terhadap anak dengan motivasi belajar anak,

    sehingga kelak ketika mereka dapat menjadi orangtua yang pandai dalam memberikan

    motivasi serta didikan sesuai ajaran yang benar bukan sebagai ajaran turun temurun.

    METODE PENELITIAN

    Desain Penelitian

    Di dalam penelitian ini metode yang dipergunakan adalah dengan pendekatan

    kuantitatif. Karena peneliti tertarik terhadap gambaran kekerasan orangtua terhadap

    notivasi belajar yang ditinjau dari latar belakang kekerasan itu sendiri.

    Partisipan

    Di dalam penelitian ini populasi yang hendak diteliti adalah 74 Siswa SD Angkasa

    Lanud Pattimura di Desa Tawiri Kota Ambon. Untuk menentukkan jumlah sampel

    dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu sampel

  • 8

    penelitian dipilih berdasarkan karakteristik yang telah ditentukan yaitu siswa yang

    berusia 10-12 Tahun, sehingga di dapati jumlah sampel sebanyak 40 siswa.

    Instrumen

    Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian

    ini adalah kekerasan orangtua terhadap anak merupakan pengembangan Pinheiro

    (2006).Instrument ini memiliki 3 bentuk, yaitu (1) kekerasan fisik antara lain memukul,

    menendang, menampar, melempar, dan mendorong. (2) pengabaian, yaitu kegagalan

    orangtua atau wali memenuhi kebutuhan fisik, kebutuhan emosional anak atau

    menelantarkan anak, atau kegagalan untuk melindungi anak dari bahaya. (3) pelecehan

    seksual yaitu adanya rasa malu, kerahasiaan, dan penolakan terkait kekerasan seksual

    terhadap anak – anak, guna melihat fenomena kekerasan orangtua terhadap anak.

    Bentuk yang pertama adalah kekerasam fisik yang terdiri dari 11 pernyataan, bentuk ini

    mendiskripsikan adanya kesenjangan menggunakan kekuatan fisik yang diberikan oleh

    orangtua terhadap anak, bentuk kedua Pengabaian yang terdiri dari 10 item pernyataan,

    bentuk ini mendeskripsikan kegagalan orangtua atau wali dalam memenuhi kebutuhan

    fisik, kebutuhan emosional anak dan menelantarkan anak, atau kegagalan untuk

    melindungi anak dari bahaya, bentuk ketiga Pelecehan seksual yang terdiri dari enam

    pernyataan, bentuk ini mendeskripsikan tentang rasa malu, kerahasiaan dan penolakan

    terkait dengan kekerasan seksual terhadap anak-anak.

    Adapun instrument kedua yang dipakai untuk mengukur variabel motivasi belajar

    dari Tuan ( 2005 ), mengembangkan enam faktor motivasi belajar yang digunakan

    sebagai instrumen, yang pertama efikasi-diri yang terdiri dari 7 item pernyataan, faktor

    pertama mendeskripsikan siswa percaya pada kemampuan mereka sendiri untuk

  • 9

    melakukan dengan baik dalam mengerjakan tugas pembelajaran, faktor kedua Strategi

    aktif pembelajaran yang terdiri dari 8 item pernyataan, faktor ini mendeskripsikan siswa

    mengambil peran aktif dalam menggunakan berbagai strategi untuk membangun

    pengetahuan baru berdasarkan pemahaman mereka sebelumnya, faktor ketiga Nilai

    pembelajaran yang terdiri dari 8 item, faktor ini mendeskripsikan nilai ilmu belajar

    adalah membiarkan siswa memperoleh kompetensi pemecahan masalah, menemukan

    pertanyaan, merangsang pemikiran mereka sendiri, dan menemukan hubungan ilmu

    dengan kehidupan sehari-hari. Jika mereka dapat merasakan nilai-nilai penting itu

    mereka akan termotivasi untuk belajar, faktor keempat Tujuan atau Pencapaian yang

    terdiri dari 4 item, faktor ini mendeskripsikkan tujuan siswa dalam ilmu pelajaran yang

    bersaing dengan siswa lain dan mendapatkan perhatian dari guru, faktor kelima Tujuan

    berprestasi yang terdiri dari 6 item, faktor ini mendeskripsikan siswa merasa puas

    karena mereka meningkatkan kompetensi dan prestasi mereka selama belajar ilmu

    pengetahuan, faktor keenam Stimulasi terhadap lingkungan belajar terdiri dari 6 item,

    faktor ini mendeskripsikan seperti dalam kelas, ruang kurikulum, para guru mengajar,

    dan motivasi siswa yang dipengaruhi oleh interaksi siswa dalam belajar.

    Peneliti telah melakukan uji coba sebelumnya untuk menguji tingkat validitas dan

    reliabilitas padainstrumen ini, instrumen motivasi belajar siswa ini telah diterjemahkan

    ke dalam bahasa Indonesia melalui bentuk angket dengan model skala likert dan diuji

    cobakan kepada 40 siswa SD Angkasa Lanud Patimura yang berada di wilayah kota

    Ambon. Dari analisis item yang sudah dilakukan, dari hasil analisis item kekerasan

    orangtua terhadap anak diketahui 40 responden yang diuji cobakan terhadap 16 item

    yang valid dan 12 item yang tidak valid. Untuk uji Validitas angket ini mempunyai

    koefisien validitas yang brgerak antara 0.268 smpai 0.415. Sedangkan dari hasil analisis

  • 10

    item pada motifasi belajar siswa diketahui 40 responden yang diuji cobakan terdapat 35

    item yang valid dan 14 item yang tidak valid. Untuk uji Validitas angket ini mempunyai

    koefisien validitas yang begerak antara 0.310 smpai 0.406.

    Pada penelitian ini, peneliti juga melakukan uji reliabilitas Cronbach Alpha

    dengan menggunakan bantuan program SPSS 17 for windows pada instrumen kekerasan

    orangtua terhadap anak dan motifasi belajar siswa. Untuk mengukur reliabilitas di

    dalam tabel tersebut menggunakan uji statistik Cronbach Alpha (ɑ). Suatu konstruk atau

    variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.70 (Nunnally,

    dalam Ghozali, 2011). Tampilan output SPSS menunjukan bahwa seluruh konstruk

    memiliki nilai Cronbach Alpha 0.861 (> 0.70) sehingga dapat dikatakan reliabel.

    HASIL PENELITIAN

    Uji Asumsi

    a. Uji Normalitas

    Selanjutnya peneliti melakukan uji normalitas dengan uji Kolmogorv

    Smirnov dengan bantuan program SPSS 17 for windows.Berdasarkan hasil dari

    uji normalitas diperoleh Kolmogorov Smirnov untuk variable kekerasan orangtua

    terhadap anak dan motivasi belajar siswa adalah sebesar 0.513 dengan

    probabilitas p > 0.05 hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa Varabel

    Kekerasan orangtua terhadap anak dan Motivasi belajar siswa data distribusi

    adalah normal. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel di berikut ini:

  • 11

    Tabel 1. Pengujian Normalitas

    KEKERASAN

    MOTIVASI

    BELAJAR

    N 40 40

    Normal Parametersa Mean 2.634 2.634

    Std. Deviation 0.225 0.225

    Most Extreme

    Differences

    Absolute .081 .081

    Positive .081 .081

    Negative -.071 -.071

    Kolmogorov-Smirnov Z .513 .513

    Asymp. Sig. (2-tailed) .955 .955

    b. Uji Linieritas

    Berdasarkan hasil uji linieritas dengan α = 5%, menunjukkan nilai sig-

    Linearity = 0.051 < 0.05 dan Std. Deviation = 0.225 > 0.05). Hal tersebut

    mengartikan bahwa data yang dipergunakan dapat dijelaskan oleh regresi linear

    dengan cukup baik.

  • 12

    Tabel 2. Uji Linieritas

    Sum of

    Squares df

    Mean

    Square F Sig.

    KEKERASAN *

    MOTIVASI

    Between

    Groups

    (Combined) 1.724 23 .075 1.330 .282

    Linearity .252 1 .252 4.466 .051

    Deviation

    from

    Linearity

    1.473 22 .067 1.187 .368

    Within Groups .902 16 .056

    Total 2.626 39

    Analisa Deskriptif

    Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif menunjukkan jumlah responden (N) ada

    40 siswa, Jumlah responden tersebut terdiri dari 12 orang berjenis kelamin laki-laki dan

    28 orang berjenis kelamin perempuan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

  • 13

    Tabel 3. Deskripsi Responden

    Usia

    Jenis Kelamin

    Total

    Laki-laki Perempuan

    10 1 3 4

    11 8 17 25

    12 3 8 11

    Total 12 28 40

    a. Variabel Kekerasan orangtua terhadap anak

    Instrumen yang dipergunakan untuk mengukur variabel kekerasan

    orangtua terhadap anak mempunyai item sebanyak 28 item dengan penilaian

    pada setiap item dengan memberikan angka berjenjang dari nilai 1 hingga 4

    menurut jenis itemnya favourable dan unfavourable. Dalam penelitian ini

    diperoleh mean sebesar 69,15 dalam kategori sedang dengan jumlah subyek (N)

    sebesar 40. Diperoleh nilai minimal sebesar 52 dan nilai maksimal 81. Hal

    tersebut dijelaskan dalam tabel berikut :

    Tabel. 5.

    Frekuensi dan Prosentase Hasil Pengukuran Variable kekerasan orangtua

    terhadap anak

    Skor Kategori Frekuensi

    Persen

    %

    Mean Std. dev

    74,25 ≤ x

  • 14

    59,25 ≤ x

  • 15

    Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kelompok subyek penelitian ini

    memiliki frekuensi sebanyak 13 siswa mempunyai motivasi belajar berada pada

    kategori rendah dengan skor 100 ≤ x < 110, mean 109.18, skor yang lain

    bervariasi dari kategori sangat rendah hingga sangat tinggi dengan standar

    deviasi sebesar 11.545.

    Uji Korelasi

    Setelah diuji validitasnya dan membuang beberapa data responden yang tidak

    valid selanjutnya perhitungan korelasi antara kekerasan orangtua terhadap anak

    denganmotivasi belajar siswa dilakukan dengan menggunakan bantuan pengolahan

    SPSS 17. Diketahui bahwa distribusi kedua variabel penelitian adalah normal, maka uji

    yang dipergunakan selanjutnya menggunakan model koefisien korelasi bivariate/

    product moment Person. Hasil pengukuran korelasi antara Variabel Kekerasan orangtua

    terhadap anak dengan Variabel Motivasi belajar yaitu 0.310.

    Sedangkan pada output (sig. (2-tailed)) didapat serangkaian angka probabilitas

    >0.052 (< 0.05) yang berkorelasi secara tidak signifikan. Maka H0 diterima dan dapat

    disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kekerasan orangtua

    terhadap anak dengan motivasi belajar siswa.

    PEMBAHASAN

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis menunjukkan bahwa

    sebagian besar siswa SD Angkasa Lanud Pattimura desa Tawiri Kota Ambon.

    mempunyai presepsi tentang kekerasan orangtua berada pada kategori sedang

    Begitupun juga dengan motivasi belajar mereka, sebagian besar siswa memiliki

  • 16

    motivasi belajar yang berada pada kategori rendah dengan hasil uji korelasi

    menggunakan model koefisien korelasi bivariate/ product moment Person angka

    korelasi menunjukkan r 0.310 dengan probabilitas > 0.052.

    Hal tersebut menjelaskan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

    kekerasan orangtua terhadap anak dengan motivasi belajar siswa SD Angkasa Lanud

    Pattimura desa Tawiri Kota Ambon. Dengan kata lain bentuk kekerasan yang dilakukan

    orangtua terhadap anak tidak ada hubungannya dengan motivasi belajar. Dapat

    dikatakan bahwa baik dan tidaknya kekerasan yang dilakukan orangtua terhadap anak

    tidak mempengaruhi motivasi belajar anak tersebut. Bentuk kekerasan orangtua

    terhadap anak diantaranya adalah Kekerasan fisik seperti memukul, menendang,

    menampar, melempar, dan mendorong. Pengabaian seperti kegagalan memenuhi

    kebutuhan fisik, kebutuhan emosional, dan menelantarkan anak atau kegagalan

    melindungi anak dari bahaya, dan pelecehan seksual, rasa malu, kerahasiaan dan

    penolakan terkait dengan kekerasan seksual terhadap anak – anak secara bersama tidak

    akan menyebabkan tinggi rendahnya motivasi belajar siswa.

    Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa ada beberapa faktor

    yang mempengaruhi hal tersebut yaitu orangtua berperan penting untuk menjaga dan

    melindungi anak- anak mereka dari tindak kekerasan, karena usia mereka yang masih

    muda. Faktor yang terkait keluarga yang meliputi karakteristik orangtua dan sosial

    ekonomi, sementara kekerasan di rumah ditemukan disemua bidang sosial dan ekonomi,

    pendidikan orangtua, kurangnya pendapatan sehingga sering menimbulkan kekerasan

    psikologi terhadap anak – anak. Selain itu, faktor social dan kebudayaan seperti kurang

    adanya keterlibatan hukum pada kekerasan keluarga terhadap anak, proses memaafkan

  • 17

    sebagai hal mengkoreksi dalam Undang- Undang Negara jika kekerasan itu ditimbulkan

    oleh anak, orangtua atau wali tersebut.

    Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang di lakukan oleh Turner (2009)

    yang mengemukakan bahwa tidak ada hubungan yang positif dari kekerasan orangtua

    terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian berdasarkan SDT,

    yang menyatakan hubungan antara siswa yang secara intrinsik termotivasi (yaitu,

    kurangnya motivasi) namun menunjukkan juga hubungan negatif terhadap kinerja

    siswa.

    Selain itu penelitian ini juga mengungkap bahwa di dalam bentuk kekerasan

    orangtua terhadap anak menunjukkan angka terendah (0.268) terlihat pada tabel korelasi

    kekerasan, pada item kekerasan fisik, dan yang paling tinggi (0,684) pada item

    kekerasan pelecehan seksual. Sedangkan pada variabel motivasi belajar siswa yang

    menunjukkan angka terendah (0,284) dilihat pada item motivasi no. 34 pada stimulasi

    terhadap lingkungan belajar, sedangkan angka tertinggi (0.675) pada item motivasi no.

    11, yaitu strategi aktif pembelajaran. sehingga tidak memiliki hubungan yang sangat

    kuat terhadap motivasi belajar itu sendiri. Dengan demikian, bentuk ini harus tidak

    dapat ditingkatkan dan dipertahankan secara berkelanjutan.

    Adapun keterbatasan dari penelitian yang telah dilakukan ini adalah tempat yang

    dilakukan hanya terbatas untuk melakukan penelitian yang berdampak kekerasan di

    salah satu sekolah di SD Angkasa Lanud Pattimura di Desa Tawiri Kota Ambon

    sehingga tidak menutup kemungkinan apabila dilakukan penelitian sejenis di sekolah

    tersebut dan di tempat lain akan mendapati hasil yang berbeda pula.

  • 18

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Dari hasil penelitian ini, dapat ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan antara

    kekerasan orangtua terhadap anak dengan motivasi belajar siswa SD Angkasa Lanud

    Pattimura di Desa Tawiri Kota Ambon. Peneliti berharap dari hasil penelitian ini dapat

    memberikan wawasan yang luas bagi mahasiswa yang kelak akan menjadi orangtua,

    dimana proses didikan atau pola asuh yang baik diterapkan bagi anak – anak mereka

    terkhususnya dalam bidang belajarnya dapat terpenuhi dengan baik, tidak dengan cara

    dikembangkannya perilaku kekerasan karena itu salah, karena tidak menciptakan

    generasi penerus bangsa yang berguna bagi nusa dan bangsa.

    DAFTAR PUSTAKA

    Cole,M, S, dkk. (2004) Student learning motivation and physchological hardiness

    interactive effects on students’ reaction to a management class, Academiy Of

    Management Learning & Education, 1, 64-85.

    Endarti, A (2014). Pengaruh pola asuh orangtua terhadap motivasi belajar siswa kelas

    X di SMK muhammadiyah 2 layen gunung kidul Yogyakarta. Skripsi yang

    diterbitkan. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Tabiyah dan Keguruan. Universitas Islam

    Sunan Kalijaga.

    Gozali Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS

    19.(Edisi 5). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

  • 19

    Huraerah, A. (2007). Child abuse (kekerasan terhadap anak). Bandung : Nuansa.

    Pinheiro,P.S (2006). World report on violence against children. Switzerland : ATAR

    roto press.

    Purwaningsih, E. (2010). Keluarga dalam mewujudkan pendidikan nilai moral sebagai

    upaya mengatasi degradasi Moral. Jurnal pendidikan sosiologi dan humaniora.

    3,1-15.

    Tuan, H, (2005) The development of a Questionnaire to measure student’s motivation

    towards science Learning, International Journal Of Science Learning. 6, 639-654.

    Turner, E. A, (2009) The influence of parenting styles, Achievement motivation, and

    self efficacy on academic student development, Journal Of Collage Student

    Development. 3, 337-346.