HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA SUBRUMPUN … · disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan...
Transcript of HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA SUBRUMPUN … · disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan...
HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA
SUBRUMPUN HALMAHERA SELATAN-PAPUA BARAT
DI HALMAHERA SELATAN
DISERTASI
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor
Program Studi Ilmu Linguistik
Minat Utama Linguistik Deskriptif
Oleh
BURHANUDDIN
NIM T111408003
PROGRAM DOKTOR ILMU LINGUISTIK
PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
i
HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA
SUBRUMPUN HALMAHERA SELATAN-PAPUA BARAT
DI HALMAHERA SELATAN
DISERTASI
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor
Program Studi Ilmu Linguistik
Minat Utama Linguistik Deskriptif
Oleh
BURHANUDDIN
NIM T111408003
PROGRAM DOKTOR ILMU LINGUISTIK
PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
S
sz
iv
PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:
1. Disertasi yang berjudul: “Hubungan Kekerabatan Bahasa Subrumpun Halmahera
Selatan-Papua Barat di Halmahera Selatan” ini adalah karya penelitian saya sendiri
dan tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dengan acuan yang
disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila
ternyata di dalam naskah disertasi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi,
maka saya bersedia menerima sanksi, baik disertasi beserta gelar doktor saya
dibatalkan serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi disertasi pada jurnal atau forum ilmiah
harus menyertakan tim promoter sebagai autor dan PPs UNS sebagai institusinya.
Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya
bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, 20 Agustus 2017
Mahasiswa,
Burhanuddin
T111408003
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Yang Esa yang tanpa
kehendak-Nya naskah disertasi yang berjudul “Hubungan Kekerabatan Bahasa
Subrumpun Halmahera Selatan-Papua Barat” ini tidak mungkin terlihat wujudnya. Atas
rahmat dan kasih sayang-Nya, masalah-masalah yang saya hadapi dalam penyusunan
disertasi ini dimudahkan, hingga akhirnya dapat sampai ke tangan pembaca.
Naskah disertasi ini merupakan buah dari proses panjang dan sarat pengalaman,
yang sungguh penting artinya bagi diri pribadi dalam kerangka pembentukan karakter
bagi seorang kandidat doktor. Mulai penelurusan literatur selama tiga bulan untuk
menemukan topik dan celah penelitian (yang berbasis jurnal internasional dan nasional
mutakhir), telah mengantarkan saya pada topik penelitian ini. Pada tahap ini, saya
begitu menikmatinya, menyempatkan diri menghibur keluarga kecil saya yang mulai
agak terabaikan sejak studi doktoral ini dimulai. Ratusan literatur yang berhasil saya
himpun kemudian saya pilah dalam beberapa kategori berdasarkan tingkat relevansinya
dengan subbidang linguistik yang akan saya kaji, yaitu linguistik historis (Indonesia).
Penelahaan literatur mulai saya lakukan dengan memokuskan diri pada bahasa-bahasa
kawasan timur Indonesia, mulai dari Nusa Tenggara (Barat dan Timur), Kepulauan Aru-
Tanimbar (Maluku Tenggara), Kepulauan Maluku/Ambon, Kepulauan Buru-Sula,
hingga akhirnya pada bahasa-bahasa Kepulauan Maluku Utara (Ternate dan Halmahera)
dan beberapa wilayah bagian barat Papua. Hasil penelaahan literatur yang diwujudkan
dalam bentuk proposal, kemudian melalui proses pembimbingan yang intensif,
alhamdulillah akhirnya oleh Promotor dinyatakan layak untuk menempuh Seminar
Proposal, hingga bersama Tim Penguji saya dinyatakan lulus Ujian Komprehensif.
Perjalanan meraih derajat doktor ini terasa menanjak ketika pengumpulan data
lapangan mulai saya lakukan, dengan menghabiskan waktu kurang lebih tiga bulan di
Maluku Utara, yaitu April hingga Juni 2016. Suatu daerah yang bagi saya sangat asing,
karena secara faktual tidak ada satupun daerah yang menjadi sasaran penelitian ini
pernah saya kunjungi. Sebelum berangkat ke Maluku Utara, berbagai persiapan saya
lakukan dengan mencari beberapa informasi penting, mulai dari informasi cuaca,
kondisi wilayah, hingga bagaimana daerah-daerah pengamatan dapat diakses, untuk
kemudian saya rumuskan dalam skenario kegiatan lapangan. Pertama-tama, yang saya
lakukan adalah menetapkan Ternate sebagai base camp untuk menjangkau semua
daerah pengamatan yang telah saya tetapkan. Pengenalan daerah Maluku Utara di
lapangan mulai saya lakukan sedikit demi sedikit untuk memerifikasi skenario yang
telah saya tetapkan termasuk rencana kunjungan lapangan. Secara bertahap, kemudian
saya lakukan pengurusan ijin penelitian ke Pemerintah Provinsi Maluku Utara di Sofifi,
penelusuran literatur relevan, hingga desiminasi rencana penelitian (termasuk isu
mutakhir pengelompokan bahasa di kawasan Indonesia timur) di Fakultas Ilmu Budaya
(FIB) Universitas Khairun (Unkhair), Ternate. Meskipun usia Program Studi Sastra
Indonesia FIB Unkhair terbilang matang, tetapi studi-studi mahasiswa maupun dosen
tentang bahasa-bahasa daerah yang ada di Maluku Utara, entah itu studi yang sifatnya
sinkronis masih terhitung jari, apalagi studi yang bersifat diakronis.
Memahami realitas lapangan, skenario kunjungan lapangan yang telah saya
rencanakan pun harus saya kesampingkan karena sebagian besar daerah pengamatan
yang akan saya kunjungi hanya dapat diakses melalui laut dan sarana transportasi yang
tersedia pun terbatas. Meskipun daerah pengamatan yang telah ditentukan dapat diakses
vi
melalui transportasi udara seperti Raja Ampat dan Biak, karena keterbatasan dana, pun
harus saya akses melalui transportasi laut sehingga waktu kunjungannya harus
disesuaikan dengan jadwal keberangkatan kapal. Hanya wilayah berpenutur bahasa
Buli, Maba, Sawai, dan Asilulu, relatif mudah untuk diakses karena sarana transportasi
menuju ke daerah tersebut relatif lancar. Adapun, enam daerah penelitian lainnya (Gane,
Taba, Gebe, Sula, dan Biak) hanya dapat diakes melalui laut, itupun dengan jadwal
yang menentu dan sarana transportasi rakyat yang kurang memadai. Bahkan secara
umum waktu tempuh untuk mengakses daerah-daerah pengamatan tersebut, paling cepat
setengah hari dari Ternate. Untuk menuju wilayah tutur bahasa Gane saja misalnya
membutuhkan waktu setidaknya dua hari, itupun menggunakan kapal kayu milik
pengusaha lokal. Sungguh dibutuhkan tenaga, pikiran, semangat dan tekad yang kuat
untuk menyelesaikannya. Pada tahap ini, tantangan terasa mulai berat dan mustahil
rasanya pengumpulan data mampu saya selesaikan, apalagi dengan dukungan dana yang
terbatas. Keputusasaan itu muncul saat saya baru mampu menyelesaikan dua daerah
pengamatan, yakni Taba dan Gane. “Pulang dan menghentikan pengumpulan data”
karena medan penelitian yang begitu berat sempat muncul dalam pikiran saya.
“Menghentikan pengumpulan data berarti studi saya gagal”, menyadarkan saya dan
selalu berdoa kepada Allah Yang Mahakuasa agar senantiasa dianugrahi semangat dan
kekuatan untuk menjalaninya. Mandi dan makan menjadi hal biasa tidak pernah
terpikirkan untuk dilakukan secara normal selama perjalanan pengumpulan data. Yang
terpikirkan adalah dapat sampai ke daerah penelitian dengan selamat dan mendapatkan
data penelitian. Namun, setiba di daerah pengamatan pun, untuk mendapatkan informan
pun cukup sulit meskipun itu telah mendapat arahan dari kepala desa dan tokoh
masyarakat setempat. Informan begitu sulit meluangkan waktunya untuk diwawancara,
mereka harus ke kebun meskipun itu tidak ada hal mendesak dan penting untuk
dilakukan. Padahal, untuk mendapatkan data yang saya inginkan setidak-tidaknya
dibutuhkan dua atau tiga kali tatap muka dengan durasi 2-3 jam. Wawancara intensif
biasanya dapat dilakukan pada malam dan pagi hari. Hal ini mengingatkan saya pada
apa yang dikatakan Masinambow (1967) tentang kesulitannya mendapatkan informan
yang bersedia untuk diwawancara saat melakukan penelitian di Halmahera Tengah.
Akhirnya, berkat semangat, ikhtiar, dan kemudahan yang dianugerahi Allah Yang
Mahakuasa, saya mampu menyelesaikan fase-fase kritis tersebut.
Mulai Agustus 2016, data-data yang berhasil dikumpulkan mulai ditata dan
dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian yang telah saya ditetapkan, hingga akhirnya
Desember 2016 dapat berwujud draf disertasi yang layak untuk masuk tahap
pembimbingan. Melalui proses pembimbingan Tim Promotor dan Tim Penguji,
alhamdulillah Seminar Hasil, Ujian Kelayakan, dan Ujian Tertutup dapat saya
lampauinya hingga akhirnya dinyatakan layak untuk Ujian Terbuka. Mengacu pada
pedoman yang ada, disertasi ini disusun atas lima bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II
Landasan Teori, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan,
dan Bab V Penutup disertai Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran. Bab I terdiri atas
Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan Manfaat Penelitian, Bab II
terdiri atas Tinjauan Pustaka, Kerangka Pikir, dan Hipotesis. Bab III terdiri atas Tempat
Penelitian, Data dan Sumber Data, serta Tahap dan Metode Penelitian. Bab IV terdiri
atas Hasil Penelitian dan Pembahasan, sedangkan Bab V terdiri atas Simpulan dan
Saran.
Terasa sekali dalam penyelesaian disertasi ini sungguh banyak sekali jasa dan
budi baik yang terlibat, yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Namun demikian,
vii
secara formal saya berkewajiban mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada sejumlah pihak.
1. Prof. Sunarpi, Ph.D., selaku Rektor Universitas Mataram yang telah berkenan
memberikan tugas belajar kepada saya. Tanpa ijin dan tugas belajar tersebut
mustahil studi ini dapat saya tempuh dan gelar doktoral ini dapat saya raih.
2. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.A, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret yang telah
berkenan mempercayakan saya untuk menempuh studi di lembaga tercinta ini,
hingga saya dapat menyelesaikan studi ini tepat waktu.
3. Prof. Dr. Muhammad Furkan Hidayatullah, M.Pd., selaku Direktur Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret sekaligus Ketua Tim Penguji Ujian Tertutup. Beliau
bukan hanya telah memercikkan beberapa buah pikirannya bagi penyempurnaan
naskah disertasi ini, tetapi apresiasi beliau agar saya dapat menempuh masa studi
tepat waktu dengan mempercepat Ujian Terbuka sungguh di luar ekspektasi,
sekaligus mengobati segala jeri payah yang telah saya lakukan. Suatu hal yang
sungguh sulit untuk saya lupakan. Beliau tidak hanya mampu merasakan relung
hati dan kondisi civitas akademika yang dipimpinnya, tetapi mampu berbuat yang
terbaik. Bahkan, pengumpulan data lapangan dapat berjalan lancar karena
dukungan beasiswa yang selalu tepat waktu, tidak lepas dari peran Beliau selaku
Direktur Pascasarjana.
4. Prof. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., selaku Tim Penguji sekaligus Dekan
Fakultas Ilmu Budaya dalam Ujian Terbuka, melalui kecendikiawan beliau telah
mengokohkan hal-hal substansial yang sepatutnya dikandung oleh disertasi
sebagai suatu karya akademik tertinggi, sehingga naskah disertasi ini menjadi
lebih paripurna.
5. Prof. Dr. Djatmika, M.A. selaku Kepala Program Studi S3 Linguistik yang telah
memberikan banyak kemudahan kepada saya selama menempuh studi. Karakter
beliau yang baik, selalu cepat, jelas, dan tepat dalam bertindak sungguh menjadi
teladan bagi pembentukan karakter saya untuk menjadi seorang kandidat doktor.
Sebagai Tim Penguji sejak Tahap Ujian Komperehensif, secara praktis gagasan-
gagasan beliau telah mengurangi beban saya sebelum terjun ke lapangan karena
pada tahap awal sasaran penelitian ini terlampai luas. Berkat sumbangan
pemikiran beliau pulalah, artikel yang menjadi produk disertasi ini menjadi lebih
terstandar sehingga layak untuk dipublikasi pada jurnal bereputasi internasional
terindeks skopus, sehingga akhirnya dinyatakan accepted.
6. Prof. Dr. Sumarlam, M.S. selaku Promotor yang telah mengajarkan banyak hal
kepada saya. Sejak awal penyusunan rencana penelitian, tidak henti-hentinya
beliau mengokohkan kemampuan teoritis-metodologis bidang kajian yang saya
geluti, mulai dari Seminar Proposal hingga Ujian Tertutup, dengan harapan karya
akademik yang saya hasilkan dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya. Guna
lebih memartabatkan calon doktor di bidang ilmu bahasa dipromotori, kesalahan-
kesalahan kecil yang seharusnya tidak perlu terjadi secara konsisten dan kontinyu
beliau mengoreksinya dengan penuh ketekunan dan kecermatan. Selama proses
pembimbingan, beliau mampu menjadikan diri sebagai promotor sekaligus
kolega, sehingga interaksi antara saya dengan beliau menjadi pintu untuk meretas
berbagai permasalahan yang saya hadapi, hingga akhirnya disertasi ini
terselesaikan.
7. Prof. Dr. Mahsun, M.S., selaku Kopromotor I, sumbangan pemikiran beliau tidak
hanya telah mematangkan rencana penelitian, tetapi telah “membentuk” naskah
disertasi ini sehingga secara substantif layak untuk diujikan. Selama
viii
pembimbingan, terasa sekali beliau menularkan ilmu pengetahuannya setetes demi
setetes. Apabila ditinjau dari perspektif pemikiran beliau, sungguh naskah
disertasi ini masih jauh dari kesempurnaanya. Beliau adalah sosok yang disiplin
dan berpendirian teguh dalam memegang prinsip pengetahuan yang dianutnya.
Sifat demokratis yang selalu dikedepankan selama pembimbingan, dengan
membiarkan saya berkreatifitas sejauh gagasan itu dapat dipertanggungjawabkan
secara akademik dengan tetap meluruskan kekeliruan substantif diibaratkan dua
sisi dari sekeping mata uang logan sebagai dua karakter yang patut dimiliki oleh
seorang calon ilmuan.
8. Dr. Inyo Yos Fernandez, selaku Kopromotor II, wawasan dan pandangan beliau
yang luas tentang linguistik historis Austronesia sangat membantu saya untuk
menata kembali gagasan yang saya tuangkan dalam disertasi saya. Keikhlasan dan
keramahan beliau telah menyemangati dalam menyelesaikan naskah disertasi ini.
Tidak sedikit kemudahan yang beliau berikan kepada saya sehingga naskah
disertasi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
9. Prof. Dr. Wakit Abdullah, M.Hum., selaku Tim Penguji, keramahan dan kebaikan
beliau selama proses penyempurnaan naskah disertasi ini sulit untuk saya lupakan.
Pentingnya pengenalan medan penelitian dan penguasaan konsep dasar dalam
studi linguistik historis Austronesia menyadarkan saya bahwa kini saya adalah
calon doktor yang ahli di bidang ahli linguistik historis.
10. Prof. Dr. Kisyani Laksono, M.Hum., selaku Tim Penguji, sumbangan pemikiran
beliau yang komprehensif sejak Ujian Kelayakan sungguh membanggakan saya
karena telah menjadikan naskah disertasi ini menjadi sosok yang sebenarnya. Di
tengah-tengah kesibukan, beliau berkesempatan menyumbangkan pemikiran
terbaik, bahkan kemudahan-kemudahan yang beliau berikan turut membantu
mempercepat studi ini. Sifat beliau yang rendah hati, seolah-olah mampu
merasakan apa yang saya alami sehingga tiap tahapan yang saya lalui berjalan
dengan lancar.
Semua proses di atas tidak mungkin saya lalui dengan gemilang tanpa dukungan
penuh dan tulus dari istriku tercinta Martia Tri Purwanti, S. Pd. Ia tidak hanya
mengikhlaskan diri untuk selalu ditinggal tetapi telah sepenuh hati menjadi “single
parent” bagi anak-anak kami tercinta untuk beberapa waktu lamanya. Anak pertama
saya, Dea Alya Muthia Fakhirah yang selalu taat sehingga turut membantu meringankan
beban ibundanya dalam melayani adik-adiknya, semoga kelak menjadi anak sholeh dan
dambaan orang tuanya. Anak kedua saya, Dea Atiyah Nasya Syahirah yang selalu ingin
dimanja, menyiratkan agar disertasi ini terselesaikan tepat waktu sehingga suasana
kebersamaan terus tercipta. Dan anak bungsuku tersayang, Dea Alisah yang sejak dalam
buaian selalu ditinggal, dan kelucuannya semakin mengokohkan saya agar selalu bisa
bermain bersamanya. Semoga dengan terselesaikannya naskah disertasi ini mereka
mendapat perhatian yang lebih berimbang sehingga kelak menjadi anak-anak solehah
yang memiliki wawasan yang luas dan benar dalam Islam.
Ibunda tercinta, Haja Hendon yang tiada henti-hentinya mendoakan anaknya agar
mendapatkan yang terbaik, semoga di usianya yang senja selalu dianugrahi keafiatan
dan kebahagiaan. Pencapaian ini juga merupakan hadiah buat Ayahanda tercinta Haji
Muhammad Ali (almarhum) atas doa terbaik untuk anaknya selama hidupnya, semoga
Beliau dianugrahi tempat terbaik di sisi-Nya. Mertuaku Muhammad Darmawan, S.Pd.
dan Baiq Puriati, yang tidak hanya selalu mendoakan saya, tetapi telah mengorbankan
waktunya untuk menghibur cucu kesayangannya di kala mereka harus saya tinggal.
ix
Kakakku Hermansyah, M.M., yang selalu memantau perkembangan studi saya dan
menghibur dengan berita-berita kampung halaman. Kakakku Rohana dan Wahidin,
M.M., dengan penuh keihlasan telah memberikan bantuan terbaiknya sehingga studi
yang saya tempuh dapat berjalan lancar. Saudaraku Mulyatini, Adikku Syatiawati,
S.Pd., dan Adikku Wahyul Firman, M.Pd., kebaikan budi dan bantuan memiliki andil
dalam penyelesaian studi ini. Kakakku Wahyu Ika Purnami, doa-doa dan bantuan yang
telah diberikan sulit rasanya untuk dilupakan karena tidak semua orang mampu
melakukannya. Saudaraku kandidat doktor di Universitas Leicester, Inggris,
Muhammad Arsyad Arrafii, M.Ed. dan istrinya Lidya Ratna Dewi, S.Pd., yang tanpa
bantuan dan doa mereka, Ujian Terbuka sulit untuk terwujud.
Teman-temanku yang melebihi hubungan sebagai saudara, yang sejak awal
sebelum studi ini saya tempuh, mereka dengan penuh keihlasan telah bersedia
memberikan dukungan terbaik mereka. Saudaraku Dr. Sukardi, M.Pd, yang baik dan
setiap saat selalu siap memberikan bantuan dikala saya membutuhkan. Lalu Aliwardana,
M.Ed, yang tidak hanya dukungan material tetapi juga telah membantu saya
menyiapkan naskah awal sebelum artikel saya submitted di jurnal internasional
terindeks skopus. Saudariku Hj. Supiatin, M.Ak., yang dengan sepenuh hati membantu
saya selama studi, bantuan yang diberikan begitu banyak sehingga saya mampu meretas
simpul-simpul masalah yang saya hadapi. Saudaraku Syaiful Musaddat, M.Pd., Hapipi,
M.Sc. dan Eka Junaidi, M.Si., atas perhatian dan kesediaan memberikan bantuan
kapanpun.
Mbaq Angga Cahyaningsih Utami, M.Hum., staf administrasi Program Studi S3
Linguistik yang selalu saya ganggu dikala saya membutuhkan pelayanan. dan Mbaq Aji
Adhitya Ardanareswari, M.Hum., yang telah membuka jalan sehingga saya
mendapatkan bukti accepted dari Jurnal Dialectologia Universitas Barcelona, Spanyol.
Mbaq Nita Triana Dewi, S.E., Pegawai Akademik Pascasarjana yang baik hati, yang
tanpa diminta siap memberikan bantuan atas permasalahan akademik yang saya hadapi.
Pak Agung Nugroho, S.Sos., Kepala Tata Usaha Pascasarjana dengan penuh
keramahan, memudahkan saya segala urusan akademik saya.
Bapak Iskandar, Kantor Bappeda Provinsi Maluku Utara yang telah membantu
saya sehingga pengurusan ijin penelitian dapat terselesaikan. Kepala Desa Buli, Maba,
Gebe, Gane, Taba, Maya, Sorido, dan Sula, yang telah menfasilitasi dengan tokoh
masyarakatnya untuk menjadi informan. Tanpa bantuan mereka, data yang dibutuhkan
penelitian ini rasanya sulit untuk didapatkan. Pak Abdullah Saleh, Here Nemus
Takelum, dan Yulius Burnama, penutur bahasa Sawai yang telah dengan senang hati
menemani saya untuk diwawancara sehingga semua yang saya inginkan terselesaikan
tepat pada waktunya. Kepada semua pihak yang turut membantu saya selama studi,
semoga Allah swt membalas segala budi baik dan bantuan yang diberikan dengan yang
setimpal.
Meskipun banyak sekali dukungan dan bantuan yang diberikan kepada saya, tetapi
apa yang saya tulis dalam naskah disertasi ini merupakan tanggung jawab saya. Sebagai
manusia, dengan penuh kerendahan hati, apa yang saya tuangkan dalam naskah disertasi
ini tidak luput dari kekhilafan sehingga saran dari semua pihak sangat saya harapkan.
Akhirnya, semoga gagasan hasil penelitian yang saya tulis dalam naskah disertasi ini
dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Amin, yarabbal alamin.
Surakarta, Agustus 2017
Penulis,
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TERBUKA iii
PERNYATAAN KEASLIAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR BAGAN xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
DAFTAR SINGKATAN xvi
DAFTAR LAMBANG xvii
ABSTRAK xviii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 11
1.3 Tujuan Penelitian 11
1.4 Manfaat Penelitian 12
BAB II LANDASAN TEORI 21
2.1 Tinjauan Pustaka 21
2.1.1 Penelitian Relevan 21
2.1.2 Landasan Teori 32
2.1.2.1 Perubahan Bahasa dan Bunyi Bahasa 32
2.1.2.2 Pengelompokan Bahasa 36
2.1.2.3 Rekonstruksi Bahasa Purba 40
2.1.2.4 Teori Migrasi Bahasa 43
2.2 Kerangka Pikir 47
2.3 Hipotesis 50
BAB III METODE PENELITIAN 52
3.1 Tempat Penelitian 52
3.2 Data dan Sumber Data 56
3.2.1 Wujud Data dan Objek Penelitian 56
3.2.2 Sumber Data 59
3.3 Tahapan dan Metode Penelitian 61
3.3.1 Metode Pengumpulan Data 62
3.3.2 Metode Analisis Data 64
3.3.3 Metode Pemeriksaan Keabsahan Data 72
3.3.4 Metode Penyajian Hasil Penelitian 73
xi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 76
4.1 Hasil Penelitian 76
4.1.1 Hubungan Bahasa Halmahera Selatan dengan Kelompok
Lain Sesubrumpun dan Beda Subrumpun
77
4.1.1.1 Hubungan Bahasa Halmahera Selatan dengan
Kelompok Lain yang Sesubrumpun
79
4.1.1.2 Hubungan Bahasa Halmahera Selatan dengan
Kelompok Lain yang Beda Subrumpun
92
4.1.1.3 Bukti Keberadaan Kelompok Halmahera Selatan 99
4.1.2 Tingkat Kekerabatan Bahasa Kelompok Halmahera Selatan 134
4.1.2.1 Sistem Fonologi Bahasa Kelompok Halmahera
Selatan
135
4.1.2.1.1 Sistem Fonologi Bahasa Buli 135
4.1.2.1.2 Sistem Fonologi Bahasa Maba 138
4.1.2.1.3 Sistem Fonologi Bahasa Sawai 141
4.1.2.1.4 Sistem Fonologi Bahasa Gebe 144
4.1.2.1.5 Sistem Fonologi Bahasa Gane 147
4.1.2.1.6 Sistem Fonologi Bahasa Taba 150
4.1.2.2 Bukti Kuantitatif 153
4.1.2.3 Bukti Kualitatif 159
4.1.2.3.1 Keberadaan Kelompok Halmahera-
Timur-Tengah-Selatan dan Halmahera
Selatan-Selatan
165
4.1.2.3.2 Keberadaan Subkelompok Buli-Maba-
Sawai
197
4.1.2.3.3 Keberadaan Subkelompok Buli-Maba 221
4.1.3 Rekonstruksi Proto-Halmahera Selatan 269
4.1.3.1 Rekonstruksi Fonem Proto-Halmahera Selatan 274
4.1.3.2 Rekonstruksi Etimon Proto-Halmahera Selatan 329
4.1.3.3 Refleks PAN pada PHS 348
4.2 Pembahasan 371
4.2.1 Hubungan Kelompok Halmahera Selatan dengan
Kelompok Lain Sesubrumpun dan Beda Subrumpun
371
4.2.2 Tingkat Kekerabatan Bahasa Kelompok Halmahera Selatan 377
4.2.3 Rekonstruksi Proto-Halmahera Selatan 386
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 404
A. Simpulan 404
B. Saran 406
DAFTAR PUSTAKA 408
LAMPIRAN 420
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1
Contoh Inovasi Bersama secara Fonologis pada Bahasa Melayu,
Batak, Madura, Formusa, Tagalog, Bisaya, Dayak, dan Tombulu
65
Tabel 3.2 Konversi Hasil Perhitungan Leksikostatistik 69
Tabel 3.3
Persentase Kekerabatan Sembilan Bahasa di Flores Berdasarkan
Perhitungan Leksikostatistik 200 Kosakata Dasar
69
Tabel 3.4 Data Bahasa Sasak dan Bahasa Sumbawa 71
Tabel 3.5
Analisis Bentuk Berkerabat dalam Bahasa Sasak dan Bahasa
Sumbawa
71
Tabel 3.6 Rekonstruksi Etimon Protobahasa Sasak-Sumbawa 72
Tabel 4.1
Bukti Kuantitatif dan Kualitatif Hubungan Kekerabatan Bahasa
Halmahera Selatan dengan Kelompok Lain yang Sesubrumpun
dan Beda Subrumpun
99
Tabel 4.2
Bukti Kuantitatif dan Kualitatif Keberadaan Subkelompok
Halmahera Selatan
134
Tabel 4.3 Sistem Vokal Bahasa Buli 135
Tabel 4.4 Sistem Konsonan Bahasa Buli 135
Tabel 4.5 Sistem Vokal Bahasa Maba 138
Tabel 4.6 Sistem Konsonan Bahasa Maba 138
Tabel 4.7 Sistem Vokal Bahasa Sawai 141
Tabel 4.8 Sistem Konsonan Bahasa Sawai 141
Tabel 4.9 Sistem Vokal Bahasa Gebe 144
Tabel 4.10 Sistem Konsonan Bahasa Gebe 145
Tabel 4.11 Sistem Vokal Bahasa Gane 147
Tabel 4.12 Sistem Konsonan Bahasa Gane 148
Tabel 4.13 Sistem Vokal Bahasa Taba 150
Tabel 4.14 Sistem Konsonan Bahasa Taba 150
Tabel 4.15
Persentase Tingkat Kekerabatan Bahasa Subkelompok Halmahera
Selatan
153
Tabel 4.16 Bukti Kualitatif Mengenai Kedudukan Bahasa Gebe 165
Tabel 4.17 Bukti Kualitatif Mengenai Keberadaan Sub-subkelompok
Halmahera Selatan
269
Tabel 4.18 Sistem Vokal Proto-Halmahera Selatan 271
Tabel 4.19 Sistem Konsonan Proto-Halmahera Selatan 271
Tabel 4.20 Perubahan PAN ke PHS 369
Tabel 4.21 Temuan Aspek Pertama Penelitian 376
Tabel 4.22 Temuan Aspek Kedua Penelitian 385
Tabel 4.23 Temuan Aspek Ketiga Penelitian 403
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1
Distribusi Geografi Cabang Utama Rumpun Austronesia Menurut
Blust (2013)
1
Gambar 1.2
Distribusi Geografi Subrumpun HSPB Menurut Blust (2013) dan
Lewis dkk (2015)
2
Gambar 3.1 Distribusi Bahasa-bahasa Halmahera Selatan 53
Gambar 3.2 Lokasi Penelitian 56
Gambar 4.1
Persentase Kekerabatan Bahasa-bahasa Halmahera Selatan dengan
Kelompok Lain Sesubrumpun dan Beda Subrumpun
78
Gambar 4.2
Heterogenitas Wilayah Tutur Bahasa-bahasa Halmahera-Selatan
Berdasarkan Hasil Pengelompokan
385
Gambar 4.3
Retensi PAN dan PSH dalam Bahasa Gebe dan Keterperubahannya
dalam Bahasa-bahasa Halmahera Selatan yang Lain
399
Gambar 4.4
Dugaan Tanah Asal dan Proses Migrasi Penutur Austronesia
Halmahera Selatan
402
Gambar 4.5
Proses Migrasi Penutur Austronesia Halmahera Selatan dari Teluk
Cenderawasih
403
xiv
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Pikir 49
Bagan 3.1 Hubungan Kekerabatan Sembilan Bahasa di Flores 70
Bagan 4.1 Pohon Kekerabatan Bahasa Kelompok Halmahera Selatan 154
Bagan 4.2 Tingkat Kekerabatan Bahasa Kelompok Halmahera Selatan 156
Bagan 4.3
Hubungan Kekerabatan Tingkat Superstock Bahasa Melayu
Polinesia Tengah Menurut Hughes (1987)
157
Bagan 4.4
Hubungan Kekerabatan Bahasa Banda, bahasa Tanimbar, dan
bahasa Aru Menurut Hughes (1978)
158
Bagan 4.5 Hubungan Kekerabatan Keluarga Bahasa Aru menurut Hughes
(1978)
159
Bagan 4.6 Pencabangan Kelompok Halmahera Selatan menurut Kamholz
(2014a)
160
Bagan 4.7 Pencabangan Kelompok Halmahera Selatan menurut Kamholz
(2014b)
160
Bagan 4.8 Bahasa-bahasa Halmahera Selatan sebagai Satu Nenek Moyang 269
Bagan 4.9 Pohon Kekerabatan Protobahasa Halmahera Selatan 270
Bagan 4.10 Konsep Perhitungan Tahap Perubahan Fonem 388
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Cabang Utama Rumpun Austronesia Menurut Blust (2013) 420
Lampiran 2. Sistem Fonologi AN dan Korespondensi Fonologi Cabang
Utama AN Menurut Blust (2013)
421
Lampiran 3. Hipotesis Protofonem HSPB Berdasarkan Rekonstruksi Blust
(2013) tentang Sistem Fonem PAN, MP, MPTTmr, MPTmr, dan
Os
422
Lampiran 4. Tiga dari Lima Belas Cabang AN Menurut Dyen (1965) pada
Wilayah SHSPB-nya Blust (1993 dan 2013)
423
Lampiran 5. Pembagian Subrumpun Halmahera Selatan-Papua Barat Menurut
Berg (2009)
424
Lampiran 6. Pembagian Subrumpun Halmahera Selatan-Papua Barat Menurut
Kamholz (2014)
425
Lampiran 7. Pencabangan Subrumpun HSPB Menurut Kamholz (2014) 426
Lampiran 8. Instrumen Penelitian 427
Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian 430
Lampiran 10. Identitas Informan 436
Lampiran 11. Realisasi 200 Kosakata Dasar dan Hasil Penilaian
Leksikostatistik serta Kosakata Budaya dalam Bahasa-bahasa
Halmahera Selatan
450
Lampiran 12. Artikel Prosiding Seminar Internasional Prasasti 2016: Urgensi
Studi Linguistik Historis Bahasa Subrumpun Halmahera Selatan-
Papua Barat
455
Lampiran 13. Artikel Prosiding Seminar Internasional Migrasi Bahasa
Austronesia 2016: Kedudukan Bahasa Gebe di Halmahera
Tengah Maluku Utara: Studi Awal Linguistik Historis
461
Lampiran 14. Artikel untuk Jurnal Oceanic Linguistics (Internasional
terskopus, University of Hawai’i): Relasi Kesejarahan Bahasa-
Bahasa Halmahera Selatan (Submitted)
469
Lampiran 15. Artikel untuk Jurnal Dialectologia (Internasional terskopus,
Universitat de Barcelona): Kompleksitas Perubahan Bunyi
Bahasa-Bahasa Halmahera Selatan (Accepted)
485
Lampiran 16. Artikel untuk Jurnal Paramita (Nasional Terakreditasi
Menristekdikti, Universitas Negeri Semarang): Saling Pengaruh
Antara Austronesia di Halmahera Selatan dalam Cerminan
Bahasa Perspektif Linguistik Historis (Accepted)
497
Lampiran 17. Artikel untuk Jurnal Mozaik Humaniora (Nasional Terakreditasi
Menristekdikti, UP2, Universitas Airlangga): Inovasi Internal
Bahasa Taba: Kajian Linguistik Historis (submitted)
507
Lampiran 18. Artikel untuk Jurnal History of Pacifics (Internasional
terskopus), Departemen Sejarah Pasifik Universitas Nasional
Australia): Tanah Asal dan Proses Migrasi Penutur Austronesia
Halmahera Selatan (submitted)
516
xvi
DAFTAR SINGKATAN
Am : Bahasa Amber
As : Bahasa Asilulu
Bl : Bahasa Buli
Bk : Bahasa Biak
Br : Bahasa Buru
Gb : Bahasa Gebe
Gn : Bahasa Gane
AN : Austronesia
HS : Halmahera Selatan
HSPB : Halmahera Selatan-Papua Barat
Mb : Bahasa Maba
MP : Melayu Polinesia
MPB : Melayu Polinesia Barat
MPT : Melayu Polinesia Tengah
MPTmr : Melayu Polinesia Timur
MPTTmr : Melayu Polinesia Tengah Timur
My : Bahasa Maya
NAN : Non-Austronesia
Os : Oseania
PAN : Proto-Austronesia
PHS : Proto-Halmahera Selatan
PHSPB : Proto-Halmahera Selatan-Papua Barat
PMP : Proto-Melayu-Polinesia
PMPB : Proto-Melayu-Polinesia Barat
PMPB : Proto-Melayu-Polinesia Barat
PMPT : Proto-Melayu-Polinesia Tengah
PMPTmr : Proto-Melayu-Polinesia Timur
PMPTTmr : Proto-Melayu-Polinesia Tengah Timur
PPB : Proto-Papua Barat
PRA : Proto-Raja Ampat
RAN : Rumpun Austronesia
SHSPB : Subrumpun Halmahera Selatan-Papua Barat
SIL : Summer Institute of Linguistics.
Sl : Bahasa Sula
Sw : Bahasa Sawai
Tb : Bahasa Taba
xvii
DAFTAR LAMBANG
[ ] : menunjukkan ejaan fonetis
/ / : menunjukkan ejaan fonemis
/ : pada lingkungan
{ } : Menunjukkan satuan morfem
( ) : menunjukkan unsur yang di dalamnya dapat dipilih salah satu, khusus dalam
rekonstruksi protobahasa
* : bentuk bahasa purba
> : berubah menjadi
< : berasal dari
# : batas kata
/ø/ : zero (kosong)
/i/ : vokal tinggi depan
/u/ : vokal tinggi belakang
/o/ : vokal tengah-belakang-tertutup
/ɔ/ : vokal tengah-belakang-terbuka
/e/ : vokal tengah-depan-tertutup
/ǝ/ : shwa
/ɛ/ : vokal tengah-depan-terbuka
/ŋ/ : konsonan nasal dorsovelar
/Ɉ/ : konsonan hambat-palatal-bersuara
/Ɂ/ : glotal
/ɲ/ : konsonan nasal alveolar
K : konsonan
#V-V# : antarvokal
V : vokal
#K- : silabe penultima
-K# : silabe ultima
/#- : posisi awal
/-# : posisi akhir
/#xK# : sebelum konsonan
/#Kx# : sesudah konsonan
xviii
ABSTRAK
Burhanuddin. T111408003. Hubungan Kekerabatan Bahasa Subrumpun Halmahera Selatan-
Papua Barat di Halmahera Selatan. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
Surakarta. Promotor: Prof. Dr. Sumarlam, M.S.; Kopromotor I: Prof. Dr. Mahsun, M.S.; dan
Kopromotor II: Dr. Inyo Yoz Fernandez.
Ada tiga tujuan yang ingin dijelaskan dalam penelitian ini. Pertama, hubungan bahasa-
bahasa Subrumpun Halmahera Selatan-Papua Barat (HSPB) di Halmahera Selatan (HS) dengan
kelompok lain yang sesubrumpun dan beda subrumpun. Hal ini disebabkan: (a) cabang utama
Austronesia (AN) (termasuk HSPB) yang dianut sebagian besar ahli linguistik historis Austronesia
yang digagas Blust (1978, 1983/84, 1993, 2009, dan 2012) hingga kini masih diperdebatkan
Nothofer (1992), Adelaar (2005), Grimes dan Donohue (2008), dan Schapper (2011); (b) terdapat
ketidaksepahaman ciri HSPB yang diajukan Adriani dan Kryut (1914), Blust (1978), Ross (1994),
dan Kamholz (2014); dan (c) ketidakjelasan batasan Subkelompok HS. Kedua, tingkat kekerabatan
bahasa-bahasa HS. Hal ini disebabkan: (a) ketidaktuntasan pengelompokan yang dilakukan Blust
(1978) dan Kamholz (2014); dan (b) bukti tingkat kekerabatan bahasa-bahasa HS yang diajukan
Blust (1978) dan Kamholz (2016) tidak memadai. Ketiga, rekonstruksi Proto-Halmahera Selatan
(PHS). Hal ini disebabkan: (a) etimon PHS belum menggambarkan yang sebenarnya; (b) bahasa-
bahasa HS sebagai anggota AN belum dijelaskan, termasuk tipe perubahan bunyinya; dan (c) tanah
asal bahasa-bahasa HS belum ditentukan secara spesifik, termasuk bukti linguistiknya. Untuk
mencapai tujuan tersebut, telah dikumpulkan data menggunakan metode wawancara dan
pengamatan dengan instrumen 200 kosa kata dasar dan 800 kosa kata budaya pada bahasa Buli,
Maba, Sawai, Gebe, Gane, Taba, Maya, Biak, Sula, dan Asilulu. Data dianalisis menggunakan
metode leksikostatistik dan inovasi bersama untuk menjawab dua masalah pertama, sedangkan
masalah ketiga menggunakan pendekatan bottom-up dan top-down, metode padan intralingual
teknik hubung-banding.
Hasil penelitian menunjukkan, pertama secara kuantitatif bahasa-bahasa HS lebih erat
hubungannya dengan kelompok beda subrumpun dibandingkan dengan yang sesubrumpun, tetapi
secara kualitatif memperlihatkan sebaliknya. Dengan demikian, hipotesis Blust (1978, 1983/84,
1993, 2009, dan 2012) dapat dibenarkan termasuk mengenai keberadaan HSPB. Hanya saja
menempatkan bahasa-bahasa tersebut lebih erat dengan Oseania perlu diuji kebenarannya. Kedua,
ciri-ciri Subrumpun HSPB yang diajukan Adriani dan Kruyt (1914), Blust (1978), Ross (1994), dan
Kamholz (2014) harus direvisi. Ketiga, bahasa Buli, Maba, Sawai, Gebe, Gane, dan Taba baik
secara kuantitatif maupun kualitatif membentuk subkelompok tersendiri, yang disebut
subkelompok Halmahera Selatan. Keempat, bahasa-bahasa HS pertama-tama pecah menjadi dua,
yaitu Proto-Halmahera Timur-Tengah-Selatan (PHTTS) (terdiri atas Buli, Maba, Sawai, dan Gebe)
dan Proto-Halmahera Selatan-Selatan (PHSS) (terdiri atas Gane dan Taba), yang disatupisahkan
oleh empat inovasi bersama teratur, 26 tidak teratur, dan 37 inovasi bersama leksikal. Proto-HTTS
terbagi menjadi Gebe dan Proto-Buli-Maba-Sawai (PBMS), yang disatupisahkan oleh enam inovasi
bersama teratur, 26 tidak teratur, dan 66 inovasi bersama leksikal. Akhirnya, PBMS terpisah
menjadi Sawai dan Proto-Buli-Maba, yang disatupisahkan oleh sepuluh inovasi bersama teratur, 39
tidak teratur, dan 85 inovasi bersama leksikal. Kelima, penerapan metode inovasi bersama dalam
pengelompokan bahasa-bahasa HS harus secara cermat karena dibutuhkan pengetahuan tipe
perubahan bunyi tentang bahasa-bahasa tersebut. Keenam, Proto-Halmahera Selatan, memiliki
enam vokal (/i, u, e, ě, o, dan a) dan 20 konsonan (/p, b, d, t, g, k, j, c, m, n, ŋ, ñ, q, h, f, s, r, l, w, y/.
Ketujuh, perubahan bunyi yang terjadi dalam bahasa-bahasa HS relatif kompleks baik dalam hal
tahapan maupun alternatif perubahannya. Kedelapan, berdasarkan bukti fonologi, Pulau Gebe
diduga menjadi tanah asal bahasa-bahasa HS. Dari Pulau Gebe kemudian bermigrasi ke Patani dan
Gane. Migrasi ke Patani kemudian menyebar ke wilayah Maba-Buli dan Weda-Sawai, sedangkan
migrasi ke Gane kemudian bermigrasi ke Pulau Kayoa dan Makian (Timur) di mana penutur
bahasa Taba bermukim.
Kata kunci: hubungan kekerabatan, Subrumpun Halmahera Selatan-Papua Barat,
Halmahera Selatan, leksikostatistik, inovasi bersama.
xix
ABSTRACS
Burhanuddin. T111408003. Historical Relationship of South Halmahera-West New Guinea
Languages in South Halmahera. Disertation. Program S3 Linguistik Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret. Surakarta. Promotor: Prof. Dr. Sumarlam, M.S.; Kopromotor I: Prof. Dr. Mahsun,
M.S.; dan Kopromotor II: Dr. Inyo Yoz Fernandez.
This research aims to explains three issues. Firstly, it seeks to clarify the linguistic relations
held among the South Halmahera-West New Guinea (SHWNG) in the area of Southern Halmahera
with other groups which has sub-cluster as well as those which donot have subcultural relationship.
This is due to: (a) the main branch of Austronesian (AN) (including SHWNG) which the majority
of Austronesian historical linguists proposed by Blust (to date is still debatable in Nothofer (1992),
Adelaar (2005), Grimes and Donohue (2008), and Schapper (2011); (b) there still remains
characteristic differences between the SHWNG as proposed by Adriani and Kryut (1914), Blust
(1978), Ross (1994), and Kamholz (2014); and (c) and the borderline of the SH subgroups
themselves is still undistinct. Second, the historical relationship of South Halmahera languages.
The problems surface due to: (a) the grouping conducted by Blust (1978) and Kamholz (2014) is
not comprehensive; and (b) the evidences on the level of family relations among South Halmahera
(SH) languages are considered less sufficient. The third, the reconstruction of the Proto-South
Halmahera (PSH). This is caused by: (a) the PSH etymons do not represent the reality; (b) The
status of SH languages as the members of AN has not been comprehensively explained, including
the type of their phonological changes; and (c) the areal origins of SH language has not been
specifically determined, including their linguistic proofs. In order to achieve those purposes, the
research has conducted data gathering by applying interview and observatory methods with
instrument containing 200 basic words and some 800 cultural basic words in Buli, Maba, Sawai,
Gebe, Gane, Taba, Maya, Biak, Sula, and Asilulu. The data gathered are then analysed using
lexicostatistic and shared innovation method in order to answer the first two problems, while the
third are elaborated using bottom-up and top-down approaches, correspondence method with an
intralingual correlation-comparative technique.
The findings show that, firstly, the SH languages are quantitatively closer to the groups with
different sub-cluster than to those of the same sub-clusters, but qualitatively the relation goes to the
opposite direction. In this way, Blust’s hypothesis (1978, 1983/84, 1993, 2009, and 2012) holds
true including his hypothesis on the SHWNG family ties. However, further scrutinized studies are
required with regards to the classifying of those languages as closer to the Oceanic family. Second,
The SHWNG properties proposed by Adriani and Kruyt (1914), Blust (1978), Ross (1994) and
Kamholz (2014) require revision. Third, Buli, Maba, Sawai, Gebe, Gane, and Taba languages have
their own separate subgrouping either qualitative or quantitatively, called SH subgroup. Forth, The
SH languages firstly split in two branches, the Proto-Central-Eastern South Halmahera (PCESH)
(including Buli, Maba, Sawai, and Gebe) and The Proto-Southern-South Halmahera (PSSH)
(covering Gane and Taba), which were disunified by 4 regular shared innovations, 26 irregular
innovations, and 37 lexical shared innovations. The PCESH is divided into Gebe and Buli-Maba-
Sawai (PBMS) which is disunified by 6 regular shared innovation, 26 non regular ones, and some
66 lexical shared innovation. Finally, PBMS is further separated into Sawai and Proto Buli-Maba,
which are disunified by ten regular shared innovation, 39 non-regular, and 85 belong to lexical
shared innovation. Fifth,the application of shared innovation method in grouping SH languages
must be carefully conducted because expertise on the type of phonological changes about those
language is highly required. Sixth, PSH has six vowel phoneme system (/i, u, e, ě, o, and a/) and 20
consonant (/p, b, d, t, g, k, j, c, m, n, ŋ, ñ, q, h, f, s, r, l, w, y/). Seventh, the sound change taking
place in SH languages is relatively complex both in it stages as well as in its change alternatives.
Eighth, based on phonological evidences, Gebe Island is assumed to be the land of origin of SH
languages. From there, the migration extended further to Patani and Gane. The migration to Patani
extended further to Maba-Buli and Weda-Sawai, wile the migration to Gane derived further to
Kayoa Island and Makian (East) where the speakers of Taba language reside.
Key Words: Historical relationship, South Halmahera-West New Guinea, South Halmahera,
Lexicostatistics, shared innovation.