HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA, PENGETAHUAN … · MOHAMAD EMIR WIBOWO DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT...

45
HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA, PENGETAHUAN DAN SIKAP GIZI, SERTA PHBS DENGAN STATUS GIZI IBU DI DAERAH KUMUH, JAKARTA SELATAN MOHAMAD EMIR WIBOWO DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA, PENGETAHUAN … · MOHAMAD EMIR WIBOWO DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT...

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA,

PENGETAHUAN DAN SIKAP GIZI, SERTA PHBS DENGAN

STATUS GIZI IBU DI DAERAH KUMUH, JAKARTA

SELATAN

MOHAMAD EMIR WIBOWO

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan

Karakteristik Keluarga, Pengetahuan dan Sikap Gizi, serta Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat Dengan Status Gizi Ibu adalah benar karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Mohamad Emir Wibowo

NIM I14100101

ABSTRAK

MOHAMAD EMIR WIBOWO. Hubungan Karakteristik Keluarga, Pengetahuan

dan Sikap Gizi, serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Status Gizi Ibu Di

daerah Kumuh, Jakarta Selatan. Dibimbing oleh DADANG SUKANDAR dan

DRAJAT MARTIANTO.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan karakteristik keluarga,

pengetahuan gizi, sikap gizi serta perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS) terhadap

status gizi ibu. Penelitian ini menggunakan data sekunder. Subjek dalam

penelitian ini adalah ibu dengan kriteria tidak hamil. Hasil penelitian

menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara pengetahuan gizi

dengan sikap gizi. Terdapat hubungan signifikan (p<0.05) antara sikap ibu dengan

tingkat kecukupan protein dan energi. Tidak terdapat hubungan signifikan (p >

0.05) antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan tingkat kecukupan protein dan

energi. Tidak terdapat hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan

status gizi ibu.Terdapat hubungan positif yang signifikan antara usia dengan status

gizi ibu. Tidak terdapat hubungan positif antara variabel lain dengan status gizi.

Terdapat dua kelompok berbeda berdasarkan hasil uji Klaster analisis, yaitu

kelompok masyarakat sungai dan masyarakat rel kereta api.

Kata kunci: Daerah Kumuh, Pengetahuan gizi, PHBS, Sikap gizi, Status gizi.

ABSTRACT

MOHAMAD EMIR WIBOWO. The Association Between Family Characteristic,

Nutrition Knowledge, Nutrition Attitude, and Clean and Healthy Behaviour with

Mother’s Nutritional Status In Slum Area, South Jakarta. Supervised by DADANG

SUKANDAR and DRAJAT MARTIANTO

The aim of this study was to analyze the association between family

characteristic, nutrition knowledge, nutrition attitude, and clean and healthy

behaviour with mother’s nutritional tatus. This study used secondary data. The

subjects in this study are non-pregnancy mothers. The results showed that there

was significant association between the nutrition education and nutrition attitude

(P<0.05). There was significant association between nutrition attitude and energy

and protein consumption of mother’s (P<0.05). There was no relationship between

the Clean and Healthy Behavior with mother’s nutritional status. There was no

association between clean and healthy behaviour with energy and protein

consumption of mothers. There was significant association between age of mother

with nutrtitional status. There was not significant association between another

variables with nutritional status. There was two distinct groups based on the test

results of cluster analysis, which groups the river and the railroad community.

Keywords: Clean and healthy behaviour, Nutritional Status, Nutritional

knowledge, Nutritional attitude, Slum Area.

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA,

PENGETAHUAN DAN SIKAP GIZI, SERTA PHBS DENGAN

STATUS GIZI IBU DI DAERAH KUMUH, JAKARTA

SELATAN

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian ini ialah status gizi ibu, dengan judul Analisis Hubungan

Karakteristik Keluarga, Pengetahuan dan Sikap Gizi, serta Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat Dengan Status Gizi Ibu

Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Prof Dadang Sukandar, MSc dan Dr Ir Drajat Martianto, Msi

yang telah memberiakan bimbingan dan ilmu kepada penulis

2. Ibu Reisi Nurdiani, SP MSi sebagai dosen penguji yang telah

memberikan saran kepada penulis

3. Kedua Orangtua, papa Achmad Rifa’i dan mama Prianti Puji Rahayu.

Serta adik Mohamad Fadli Ramadhan atas semua doa, semangat, dan

dukungan kepada penulis hingga bisa seperti ini.

4. Teman – teman di Departemen Gizi Masyarakat (April, Novia, Rotua,

Lidya, Ifdal, Defika, Fara, Restu, Ineke, Mimi, Bibah, Oci, Novi) yang

selalu menyemangati, memberikan saran dan membantu penulis dalam

penelitian ini

5. Teman – teman Divisi PSDM Himagizi (Kak Ajan, Kak Fajar, Kak

Diego, Pamila, Wilda, Faridh, Adhika, Fitria, Nisfa, Angga, Vero, Panji,

Ade) atas semua canda, tawa, dan kebersamaan selama berorganisasi.

6. Teman – teman kelompok KKP Desa Sukaluyu (Derry, Dhita, Yazka,

Sarah, Ipa, Rere) yang telah bersama selama ini.

7. Teman - teman sebimbingan (Nizaf, Almira, Rizki, Taufik) yang

membantu dalam penelitian ini.

8. Mba Rian Diana dan Mba Anna Vipta yang telah memberikan ilmu dan

saran kepada penulis dalam proses penyusunan karya ilmiah ini.

9. Seluruh staff Departemen Gizi Masyarakat yang membantu penyusunan

karya ilmiah ini.

10. Kakak – kakak Gizi 45, Gizi 46, teman – teman Gizi 47, adik – adik

Gizi 48 dan Gizi 49 serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu

per satu atas dukungan dan bantuannya. Penulis memohon maaf atas

segala kekurangan ataupun kekhilafan yang penulis lakukan, semoga

karya ini dapat memberikan manfaat. Demikian yang bisa penulis

sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf.

Bogor, Agustus 2014

Mohamad Emir Wibowo

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 5

Desain, Tempat, dan Waktu 5

Teknik Penarikan Subjek 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 7

Definisi Operasional 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Karakteristik Rumah Tangga 11

Pendidikan dan Pekerjaan Ibu 12

Perilaku Gizi Ibu 13

Status Gizi Ibu 19

Hubungan Antar Variabel 20

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu 25

SIMPULAN DAN SARAN 27

Simpulan 27

Saran 27

DAFTAR PUSTAKA 28

LAMPIRAN 32

RIWAYAT HIDUP 33

DAFTAR TABEL

1 Alokasi subjek berdasarkan lokasi penelitian 6

2 Variabel dan cara pengumpulan data 7

3 Pengkategorian variabel penelitian 7

4 Sebaran subjek menurut karakteristik rumah tangga 11

5 Sebaran subjek menurut pendidikan dan pekerjaan 13

6 Sebaran subjek menurut pekerjaan 13

7 Sebaran kategori pengetahuan ibu 14

8 Sebaran ibu yang menjawab benar pertanyaan pengetahuan gizi 14

9 Sebaran ibu berdasarkan sikap gizi 15

10 Sebaran ibu yang menjawab setuju dalam pernyataan sikap gizi 15

11 Sebaran ibu berdasarkan perilaku hidup bersih dan sehat 16

12 Sebaran ibu berdasarkan praktik perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) 17

13 Sebaran ibu berdasarkan faktor pendukung praktik perilaku hidup

bersih dan sehat 18

14 Sebaran rumah tangga berdasarkan tingkat kecukupan energi dan

protein 19

15 Sebaran status gizi ibu berdasarkan indeks BB/TB 20

16 Sebaran ibu berdasarkan karakteritik keluarga dan pengetahuan gizi 21

17 Sebaran ibu berdasarkan karakteristik keluarga dan sikap gizi 22

18 Sebaran kecukupan protein berdasarkan kategori sikap gizi,

pengetahuan gizi, dan perilaku hidup bersih dan sehat. 24

19 Sebaran kecukupan energi berdasarkan kategori sikap gizi,

pengetahuan gizi dan perilaku hidup bersih dan sehat 24

20 Hasil uji kluster analisis status gizi 25

21 Hasil uji analisis regresi linear berganda 26

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran 4

2 Subjek matriks jarak pengelompokkan 9

3 Diagram Dendrogram 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji klaster analisis berdasarkan kategori variabel 32

PENDAHULUAN

Latar Belakang

MDGs (Millenium Development Goals) atau tujuan pembangunan

milenium adalah sebuah komitmen bersama masyarakat internasional untuk

mempercepat pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan. Tantangan

utama dalam pembangunan adalah membangun sumber daya manusia berkualitas

yang sehat, cerdas, dan produktif. Menurut BPS (2008) Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) digunakan untuk mengukur pembangunan manusia berdasarkan

komponen dasar kualitas hidup manusia. IPM dihitung berdasarkan keempat

komponen yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, rata – rata lam sekolah,

dan daya beli masyarakat. Berdasarkan penilaian The United Nations

Development Programme (UNDP), indeks pembangunan manusia (IPM) di

Indonesia masih rendah yaitu menduduki peringkat 108 pada tahun 2010.

Rendahnya IPM di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan

kesehatan penduduk. Hal ini terlihat dari masih tingginya angka kematian bayi,

angka kematian balita serta angka kematian ibu, di samping dampak langsung

terhadap kesakitan dan kematian, gizi kurang juga berdampak pada pertumbuhan,

perkembangan intelektual dan produktivitas (Meikawati & Hersoelistyorini 2008)

Status gizi masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor yang kompleks dan

saling berhubungan. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap status gizi

individu adalah kemampuan rumah tangga dalam menyediakan makanan yang

cukup kualitas dan kuantitasnya, pola asuh, pengetahuan gizi, serta faktor sosio

budaya lainnya (Khomsan et al 2009). Tersedianya pangan yang cukup sangat

dipengaruhi oleh pengetahuan gizi individu dalam rumah tangga tersebut.

Pengetahuan gizi seseorang juga berpengaruh terhadap pemilihan makanan yang

akhirnya akan berdampak pada status gizi

Buruknya sarana dan prasarana fisik berpengaruh terhadap status gizi

dalam rumah tangga. Menurut Abuya et al (2012) status kesehatan dan status gizi

yang buruk merupakan ciri dari masyarakat di daerah kumuh. Kondisi yang

demikian dapat menyebabkan timbulnya perilaku tidak sehat. Namun perilaku

tersebut dapat diubah dengan melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS). PHBS adalah kegiatan untuk membuat semua anggota keluarga untuk

mengetahui, bersedia dan dapat mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat

serta ikut serta berperan dalam kegiatan kesehatan di lingkungan sekitar

(Proverawati dan Rahmawati 2012). PHBS rumah tangga penting diterapkan

untuk meningkatkan kesehatan keluarga sehingga anak dapat tumbuh dengan

sehat dan cerdas. Selain itu, produktivitas kerja anggota keluarga meningkat

sehingga pemenuhan gizi keluarga dapat dicapai (Depkes 2007).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga adalah wanita

yang mengatur berbagai hal dalam pekerjaan rumah tangga atau dengan definisi

lain adalah seorang istri (ibu) yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja di kantor). Pengetahuan ibu mempengaruhi sikapnya

dalam mengelola berbagai hal dalam pekerjaan rumah tangga. Pengetahuan adalah

informasi yang disimpan dalam ingatan dan menjadi penentu utama perilaku

(Engel et al. 1995 dalam Khomsan et al. 2009). Pengetahuan akan gizi dan

2

kesehatan adalah pengetahuan yang didapatkan melalui kegiatan pendidikan.

Pengetahuan gizi merupakan aspek kognitif yang mencirikan seseorang

memahami tentang gizi, pangan dan kesehatan (Sukandar 2007).

Tingkat pengetahuan gizi ibu akan mempengaruhi keputusan ibu dalam

menentukan pangan yang akan diolah. Selain tingkat pengetahuan, dalam

pemilihan pangan yang diolah dirumah, ibu rumah tangga biasanya dipengaruhi

oleh beberapa faktor lain seperti selera keluarga, pengaruh dari lingkungan, dan

juga pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga dari setiap keluarga berbeda antar

satu dengan lainnya. Hal ini disebabkan karakteristik keluarga dari setiap keluarga

berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga karakteristik keluarga akan

mempengaruhi status gizi pada seluruh anggota keluarga, termasuk ibu. Peran ibu

sangatlah dominan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mengasuh

dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang menjadi anak yang berkualitas.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti karakteristik keluarga

ibu, pengetahuan gizi ibu, PHBS, dan sikap gizi ibu serta hubungannya dengan

status gizi ibu rumah tangga di kawasan kumuh Jakarta Selatan.

Perumusan Masalah

Kawasan kumuh merupakan daerah padat penduduk yang memiliki

keterbatasan dalam sarana dan prasarana sehingga berdampak pada pola perilaku

yang tidak sesuai dengan PHBS. Tingkat pendidikan yang kurang serta status

ekonomi menengah ke bawah merupakan hal yang melekat terhadap masyarakat

di kawasan kumuh. Keadaan ini diduga berpengaruh terhadap pola perilaku dan

tingkat pengetahuan gizi warga di kawasan tersebut. Rendahnya pengetahuan gizi

dan kurangnya aplikasi PHBS dalam kehidupan masyarakat secara langsung

maupun tidak langsung berhubungan dengan status gizi ibu rumah tangga di

daerah tersebut. Dibutuhkan perhatian lebih dari berbagai pihak dalam

mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah di kawasan tersebut.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi keluarga ibu, pengetahuan gizi, sikap gizi, dan PHBS

dengan status gizi ibu. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi keluarga (besar

keluarga, usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan

keluarga).

2. Mengkaji pengetahuan gizi, sikap gizi, praktik PHBS, dan status gizi

ibu.

3. Menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi keluarga ibu

dengan pengetahuan gizi, sikap gizi.

3

4. Menganalisis hubungan sikap gizi, pengetahuan gizi dan praktik

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) terhadap tingkat kecukupan

energi dan protein.

5. Mengkaji kelompok status gizi ibu pengetahuan gizi, sikap gizi,

praktik PHBS, tingkat kecukupan energi serta tingkat kecukupan

protein.

6. Menganalisis faktor – faktor yang berhubungan dan berpengaruh

terhadap status gizi ibu.

Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi keluarga ibu

dengan pengetahuan gizi dan sikap gizi.

2. Terdapat hubungan antara pengetahuan gizi, sikap gizi ibu, praktik PHBS

dengan status gizi ibu.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang keadaan

status gizi dan ibu rumah tangga serta faktor yang mempengaruhinya di daerah

pemukiman kumuh Jakarta Selatan. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini

diharapkan bisa menjadi salah satu referensi dalam membuat kebijakan

pembangunan yang berkaitan dengan permasalahan ekologi serta status gizi ibu.

KERANGKA PEMIKIRAN

Perilaku memiliki tiga domain yaitu pengetahuan, sikap dan praktik.

Pengetahuan, sikap, dan praktik saling berhubungan sesuai dengan tahapan

perubahan perilaku. Pengetahuan akan menjadi suatu sikap dan kemudian

menghasilkan suatu tindakan nyata. Apabila tindakan dilakukan terus-menerus

maka menjadi suatu tindakan kebiasaan dan akhirnya membentuk gaya hidup

(Notoatmodjo 2003).

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambahnya usia maka pola pikir seseorang juga semakin berkembang sehingga

berpengaruh terhadap pengetahuan yang didapatkan. Menurut Hurlock (1998)

semakin bertambahnya usai ibu maka semakin bertambah pula pengetahuan serta

pengalaman yang dimiliki oleh ibu. Ibu yang memiliki usia yang lebih tua

memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih baik jika dibandingkan dengan

ibu yang berusia lebih muda.

Pendidikan seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin banyak pengetahuan

yang diperoleh. Namun hal ini tidak menjamin bahwa seseorang yang

berpendidikan rendah memiliki pengetahuan yang rendah pula, karena

pengetahuan tidak hanya didapatkan melalui pendidikan formal saja tetapi juga

melalui pendidikan nonformal.

4

Interaksi yang dilakukan seseorang saat bekerja akan mempengaruhi

pengetahuan serta sikap seseorang. Selain itu, pekerjaan seseorang akan

berpengaruh terhadap pendapatan yang didapatkan oleh orang tersebut. Menurut

Lutviana dan Budiono (2010) pendapatan akan berpengaruh terhadap pola

konsumsi makanan sehari – hari.

Pengetahuan dan sikap seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku

dalam kehidupan sehari – hari. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah

sekumpulan perilaku yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang

secara sadar untuk meningkatkan kesehatannya.

Seorang ibu yang memiliki pengetahuan dan sikap gizi yang baik

diharapkan memiliki praktik gizi yang baik pula. Ibu bertanggung jawab dalam

penyediaan makanan sehingga perilaku gizi yang diterapkan oleh ibu akan

memiliki dampak terhadap asupan energi dan protein rumah tangga.

Keterangan:

:Variabel yang diteliti

:Variabel yang tidak diteliti

:Hubungan yang diteliti

:Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Karakteristik Ibu

1. Besar keluarga

2. Pendapatan keluarga

3. Usia Ibu

4. Pendidikan ibu

5. Pekerjaan ibu

Sikap gizi ibu Pengetahuan gizi

ibu

Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat

Konsumsi Energi

dan Protein

Riwayat

Kesehatan Status Gizi Ibu

5

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari penelitian yang berjudul

“Study of Food Access, Food Hygiene, Environmental Sanitiation, and Coping

Mechanisms of The Households at Slum Area” yang dilakukan oleh Fakultas

Teknologi Universitas Negeri Jakarta dan Fakultas Ekologi Manusia Institut

Pertanian Bogor bekerjasama dengan Neys-van Hoogstraten Foundation (NHF).

Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dimana peneliti mengumpulkan

data pada suatu waktu untuk menggambarkan karakteristik subjek. Lokasi

penelitian merupakan kawasan kumuh yang meliputi bantaran rel kereta api di

Kecamatan Senen dan bantaran sungai di Kecamatan Tebet, Jakarta yang

dilakukan pada tahun 2012. Proses pengolahan, analisis, dan interpretasi data

penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2014 sampai dengan bulan Mei 2014.

Teknik Penarikan Subjek

Penelitian ini menggunakan subjek dari penelitian yang berjudul “Study of

Food Access, Food Hygiene, Environmental Sanitiation, and Coping Mechanisms

of The Households at Slum Area”. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah

tangga yang berada di kawasan kumuh yang meliputi bantaran rel kereta api di

Kecamatan Senen dan bantaran sungai di Kecamatan Tebet, Jakarta. Teknik

penarikan subjek yang digunakan adalah Stratified Random Sampling, kawasan

kumuh dianggap sebagai strata dan rumah tangga dianggap sebagai unit sampling.

Rumah tangga pada setiap kawasan kumuh (strata) akan dipilih dengan cara

Simple Random Sampling Without Replacement (SRSWOR).

Besar subjek diperoleh dengan menggunakan formula berikut berdasarkan

Cochran (1982):

Keterangan:

n = Besar subjek

N = Ukuran populasi rumah tangga

s2

= ragam pendapatan rumah tangga (Rp/kapita/bulan)

tα/2(v) = nilai peubah acak t-student, sehingga P(|t|>ta/2(v))=a; v= derajat

bebas dari t

d = akurasi antara parameter rata-rata pendapatan dengan rata-rata

pendapatan rumah tangga di daerah kumuh, sehingga | x -m| < d

x = rata-rata pendapatan subjek rumah tangga di daerah kumuh

m = rata-rata pendapatan populasi rumah tangga di daerah kumuh

Berdasarkan penelitian Patriasih et al. (2009) diketahui bahwa bahwa

standar deviasi pendapatan rumah tangga yang memiliki anak jalanan di Bandung,

6

Jawa Barat adalah Rp 103 244 per kapita/bulan. Hal tersebut diasumsikan bahwa

pendapatan rumah tangga di daerah kumuh dapat diketahui melalui pendekatan

pendapatan rumah tangga yang memiliki anak jalanan. Nilai standar deviasi

digunakan untuk mendekati nilai s pada formula di atas sehingga s= 103 244,-.

Nilai akurasi ditetapkan d= 20 265,- (perbedaan maksimum antara rata-rata

pendapatan subjek dengan populasinya), dengan jaminan sebesar 95% atau P (|x-

µ|_ <d)= 1 - α = 0.95 atau α = 0.05. Dengan V diasumsikan besar, maka

t0,025(v)=1,96. Dengan asumsi ukuran populasi rumah tangga di daerah kumuh

besar atau N=~, maka n dapat dihitung sebagai berikut:

= 299 137

ns = n0 = 300

Ukuran subjek n=100 berasal dari dua kawasan kumuh yaitu bantaran rel

kereta api (Kecamatan Senen) dan bantaran sungai (Kecamatan Tebet). Alokasi

subjek untuk kedua daerah tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 1 Alokasi subjek berdasarkan lokasi penelitian

No Lokasi (strata) Ukuran strata Ukuran subjek

1 Daerah perlintasan rel kereta api

Kecamatan Senen

339 141

2 Daerah aliran sungai (DAS)

Kecamatan Tebet

423 159

Total 762 300

Berdasarkan ukuran subjek n = 300, dapat diartikan bahwa perbedaan

maksimum antara rata-rata pendapatan subjek (dari rumah tangga) dan

populasinya sebesar Rp 11 700 dengan peluang 95%, dengan asumsi bahwa

penarikan subjek dilakukan dengan simple random technique without replacement.

Data yang telah didapatkan kemudian diinklusi dengan kriteria:

1. Berstatus ibu atau istri

2. Memiliki data tinggi badan dan berat badan

3. Tidak hamil.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari

penelitian yang berjudul “Study of Food Access, Food Hygiene, Environmental

Sanitiation, and Coping Mechanisms of The Households at Slum Area”. Data

tersebut meliputi karakteristik rumah tangga (usia ibu, pendidikan ibu, pendapatan,

dan ukuran rumah tangga), pengetahuan gizi ibu, sikap gizi ibu, dan praktik gizi ibu. Variabel, data yang dikumpulkan data, dan cara pengumpulannya disajikan

pada Tabel 2.

7

Tabel 2 Variabel dan cara pengumpulan data

No Data Variabel Cara pengumpulan data

1 Karakteristik

rumah tangga Usia

Pendidikan ibu

Pekerjaan ibu

Pendapatan rumah tangga

Ukuran rumah tangga

Sekunder

2 Perilaku gizi Pengetahuan gizi ibu

Sikap gizi ibu

Perilaku hidup bersih dan

sehat

Sekunder

3 Konsumsi Food Recall 2x24 jam Sekunder

4 Status gizi ibu Berat badan

Tinggi badan Sekunder

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu editing, coding,

entry, cleaning, dan analyze. Data tersebut diolah dan dianalisis menggunakan

program Microsoft Excel 2007, SPSS 16.0 for Windows. Uji statistik yang

digunakan meliputi analisis statistik deskriptif dan inferensia. Statistik deskriptif

disajikan dengan jumlah, nilai rata-rata, standar deviasi, minimum, dan

maksimum. Statistik inferensia dilakukan dengan uji regresi multivariat antara

karakteristik rumah tangga (usia ibu, pendidikan ibu, pendapatan rumah tangga,

ukuran rumah tangga) dengan pengetahuan, sikap, dan praktik gizi ibu. Berikut

pengkategorian peubah yang disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Pengkategorian variabel penelitian

Data Variabel Pengelompokan Acuan

Karakteristik

Rumah

Tangga

Usia Ibu 1. Remaja (<20 tahun)

2. Dewasa Awal (20─40 tahun)

3. Dewasa Madya (41─60 tahun)

4. Dewasa Akhir ( >60 tahun)

Papalia & Old

(2001)

Pendidikan Ibu 0. Tidak sekolah

1. SD

2. SMP

3. SMA

4. PT

Strata

pendidikan di

Indonesia

Pendapatan

Rumah Tangga

1. Miskin (< Rp708 000)

2. Tidak Miskin (> Rp 708 000) World Bank

($2/kap/ hari)

Ukuran Rumah

Tangga

1. Kecil (< 4 orang)

2. Sedang (5-7 orang)

3. Besar (> 8 orang)

BKKBN

(1998)

8

Data Variabel Pengelompokan Acuan

Perilaku Gizi

Ibu

Pengetahuan Gizi

Ibu

1. Kurang (<60)

2. Sedang (60─80)

3. Baik (>80)

Khomsan

(2000)

Sikap Gizi Ibu 1. Negatif (<75)

2. Positif (> 75)

Alibas (2002)

Praktik Perilaku

Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS)

1. Rendah (6 ─11)

2. Sedang (12 ─ 15)

3. Baik (15─20)

Slamet (1993)

Status gizi 1. Kurang (<18.5)

2. Normal (18.5 ─ 22.9)

3. Overweight(23─ 24.9)

4. Obesitas I (25 ─ 29.9)

5. Obesitas II (≥30)

WHO 2000

Data sikap gizi ibu diukur menggunakan 10 pertanyaan terkait gizi. Skor

untuk jawaban setuju adalah 1, ragu-ragu adalah 2, dan tidak setuju adalah 3. Skor

maksimum subjek adalah 20 dan skor minimum adalah 0. Skor sikap gizi ibu

dihitung dengan membandingkan jumlah skor yang diperoleh dengan jumlah skor

maksimum, lalu dikalikan 100. Data perilaku hidup bersih dan sehat ibu juga

diperoleh dengan mengajukan 20 pertanyaan dan dihitung dengan cara yang sama

dengan perhitungan skor sikap gizi ibu.

Data konsumsi pangan dihitung kandungan gizinya, lalu ditentukan tingkat

kecukupannya dalam sehari. Kandungan zat gizi pangan dihitung dengan

menggunakan acuan DKBM. Rumus yang digunakan untuk menghitung

kandungan gizi adalah (Hardinsyah & Briawan 1994):

KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)

Keterangan :

KGij : jumlah zat gizi i dari setiap jenis pangan j

Bj : berat pangan j (gram)

Gij : kandungan zat gizi i dari pangan j

BDDj :persen jumlah pangan j yang dpat dimakan

Tingkat kecukupan energi dan protein diolah menggunakan acuan AKG

2004 dan dihitung menggunakan rumus (Hardinsyah & Briawan 1994):

TKGi = (TKi/AKGi) x 100%

Keterangan :

TKGi : Kecukupan Gizi i

TKi : Konsumsi gizi i

AKGi : Angka Kecukupan gizi i yang dianjurkan

Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein (TKE dan TKP) menurut

Depkes (1996) dibagi menjadi lima kategori, yaitu defisit berat (<70% AKG),

defisit sedang (70-79%), defisit ringan (80-89%), normal (90-119%), dan lebih

(>120%).

Untuk menentukan kemiripan antar objek berdasarkan beberapa variable dapat dilihat menggunakan analisis kluster. Menurut Febriyana (2011) analisis

kluster merupakan suatu metode untuk mengelompokkan variabel atau objek ke

9

dalam beberapa kelompok. Setiap anggota kelompok akan mempunyai ciri yang

relatif sama sedangkan antar kelompok memiliki sifat yang berbeda. Tujuan

utama analisis ini adalah mengklasifikasikan objek yang sama dalam satu

kelompok. Dalam penelitian ini digunakan Hierarchical cluster analysis. Untuk

mengukur jarak dari masing-masing kluster digunakan perhitungan jarak

Euclidean, dengan rumus:

Jarak (x,y) =

Keterangan:

y = Status gizi ibu

x = variabel penelitian

Secara umum, penyusunan hirarki dapat dibedakan menjadi pemisahan

atau penggabungan. Sebuah obyek yang paling sama dikelompokkan dalam satu

kluster. Proses penggabungan berlangsung terus berdasarkan kesamaan antar

objek hingga terbentuk kluster tunggal. Beberapa metode yang digunakan dalam

pembentukan kluster berhirarki adalah:

1. Pautan tunggal (Single Linkage) adalah penghitungan jarak antar dua

kelompok berdasarkan jarak terpendek antara dua anggota dalam dua

kelompok.

2. Pautan lengkap (Complete Linkage) adalah penghitungan jarak dua

kelompok berdasarkan jarak terpanjang dua anggota dalam dua

kelompok

3. Pautan rata – rata (Average Linkage) adalah penghitungan jarak antara

dua kelompok berdasarkan rata – rata jarak antara semua dau anggota

berpasangan dalam dua kelompok.

4. Pautan pusat adalah penghitungan jarak antar dua kelompok

berdasarkan pada pusat dari masing – masing kelompok.

Secara otomatis jarak dari masing – masing pengelompokkan akan

tergambar dalam matriks segitiga. Subjek matriks yang berisikan jarak masing –

masing kelompok disajikan pada gambar dibawah ini.

Gambar 2 Subjek matriks jarak pengelompokkan

Penggambaran pembentukan kluster tersebut dapat diilustrasikan dengan

diagram dendrogram. Pembacaan dendrogram dilakukan dari sebelah kiri untuk

mengetahui pada jarak berapa obyek bersatu. Subjek diagram dendogram

disajikan pada gambar 3 berikut ini.

10

Gambar 3 Diagram Dendrogram

Hubungan antar variabel diketahui menggunakan korelasi Spearman. Untuk

mengetahui variabel yang mempengaruhi status gizi ibu digunakan uji regresi linear berganda.

Definisi Operasional

Rumah tangga adalah kelompok individu yang hidup bersama dalam satu atap

dan menggunakan sumberdaya yang sama dalam pemenuhan

kebutuhannya.

Usia ibu adalah lamanya hidup ibu yang dinyatakan dalam tahun.

Pendidikan ibu adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh

ibu/istri.

Pekerjaan ibu adalah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh ibu sehari-hari.

Pendapatan rumah tangga adalah jumlah seluruh penghasilan yang diterima

oleh rumah tangga untuk digunakan dalam pemenuhan kebutuhan rumah

tangga.

Ukuran rumah tangga adalah jumlah anggota rumah tangga yang tinggal dalam

satu rumah dan menggunakan sumberdaya yang sama dalam memenuhi

kebutuhan hidup.

Pengetahuan gizi ibu adalah kemampuan ibu dalam menjawab pertanyaan

tentang gizi.

Sikap gizi ibu adalah perasaan, keyakinan, dan kecenderungan ibu untuk

melakukan tindakan gizi seperti pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan praktik perilaku

yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang secara sadar untuk

meningkatkan kesehatannya.

Status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan dengan

tubuh manusia yang diukur dengan menggunakan indeks berat badan

menurut tinggi badan (BB/TB).

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Rumah Tangga

Karakteristik rumah tangga subjek meliputi usia ibu, pendidikan ibu,

pendapatan rumah tangga, dan besar/ukuran rumah tangga. Usia merupakan salah

satu hal yang mempengaruhi produktifitas seseorang. Menurut Khomsan et al

(2007), seseorang yang masih muda memiliki produktiftas yang lebih baik jika

dibandingkan dengan seseorang yang berusia lebih tua, hal ini dikarenakan masih

baiknya kesehatan dan kondisi fisik pada orang yang berusia lebih muda jika

dibandingkan dengan seseorang yang berusia lebih tua. Sebaran subjek menurut

karakteristik sosial ekonomi rumah tangga disajikan pada Tabel 4

Tabel 4 Sebaran subjek menurut karakteristik rumah tangga

No Karakteristik Total

N %

1 Usia

Remaja (<20) 3 2.9

Dewasa awal

(20 ─ 40 tahun)

55 53.9

Dewasa madya

(41 ─ 60 tahun)

36 35.3

Dewasa akhir (>60 tahun) 8 7.9

Total 102 100.0

Rata - rata ± sd 39.4 ± 11.827

2 Ukuran rumah tangga

Kecil (4 orang) 30 29.5

Sedang (5 ─ 7 orang) 59 57.8

Besar ( ≥8 orang) 13 12.7

Total 102 100.0

rata - rata ± sd 4.5 ± 1.786

3 Pendapatan perkapita

Miskin (<Rp708 000) 71 69.6

Tidak miskin (> Rp708 000) 31 30.4

Total 102 100.0

Rata - rata ± sd 688 226 ± 635 099

Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa rata – rata usia ibu adalah 39.4 ±

11.827 tahun. Sebanyak 53.9% berusia diantara 20 ─ 40 tahun dan sebanyak

35.3% ibu berusia diantara 41 ─ 60 tahun. Namun terdapat sebanyak 2.9% ibu

berusia di bawah 20 tahun. Usia juga mempengaruhi tingkat pengetahuan dan

pengalaman seseorang. Menurut Hurlock (1998) orang tua khususnya ibu yang

terlalu muda (<20 tahun), cenderung kurang mempunyai pengetahuan dan

pengalaman yang cukup dalam mengasuh anak, sehingga pada umumnya orang

tua tersebut merawat dan mengasuh anaknya berdasarkan pada pengalaman orang

tua terdahulu.

12

Ukuran rumah tangga adalah jumlah anggota rumah tangga yang tinggal

dalam satu rumah dan menggunakan sumberdaya yang sama dalam memenuhi

kebutuhan hidup. Sebanyak 57.8% keluarga subjek termasuk ke dalam ukuran

keluarga sedang yaitu sebanyak 5 sampai 7 orang dalam satu rumah. Menurut

Munparidi (2010) ukuran keluarga berpengaruh terhadap pola konsumsi. Selain

mempengaruhi pola konsumsi, ukuran keluarga dalam satu rumah tangga akan

berpengaruh terhadap perubahan lingkungan. Banyaknya anggota keluarga akan

mempengaruhi tingkat kepadatan disuatu daerah. Menurut penelitian Surtiani

(2006) bertambahnya jumlah penghuni rumah akan merubah hunian mereka

sehingga membuat ruang-ruang baru. Hal ini akan berpengaruh pada penyediaan

fasilitas sarana prasarana lingkungan yang harus bertambah juga jika jumlah

permukiman bertambah. Perubahan hunian ini akan merubah wajah suatu

kawasan menjadi kumuh.

Pendapatan merupakan salah satu faktor yang memegang peran penting

dalam konsumsi bahan makanan (Indriana dan Widajanti 2005). Pendapatan

rumah tangga dikategorikan dalam miskin dan tidak miskin berdasarkan standar

Bank Dunia yaitu sebesar 2 dolar/hari yang setara dengan Rp708 000/kap/bulan.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pendapatan terkecil berjumlah Rp70 000

dan yang terbesar berjumlah Rp4 500 000 dengan rata – rata total pendapatan dari

seluruh subjek adalah Rp688 226 ± 635 099. Dari hasil penelitian juga diketahui

bahwa 69.6 % rumah tangga subjek termasuk kedalam rumah tangga dengan

pendapatan per kapita tergolong miskin yaitu dibawah Rp 708 000/kap/hari.

Faktor kemiskinan juga sangat berpengaruh pada kualitas lingkungan fisik

permukiman. Karena dana yang terbatas dan hanya cukup untuk memenuhi

kebutuhan pokok sehari-hari, maka masyarakat kurang mampu tidak dapat

memperbaiki maupun memelihara bangunan rumah hunian mereka sehingga akan

berakibat pada kekumuhan lingkungan permukiman (Surtiani 2006).

Pendidikan dan Pekerjaan Ibu

Tingkat pendidikan ibu dibagi sesuai jenjang pendidikan formal yang ada

di Indonesia. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status

gizi (Rahman dan Yasin, 2008). Menurut Handayani dan Rosidi (2010) semakin

tinggi pendidikan ibu, akan semakin mudah untuk mendapatkan informasi

mengenai makanan yang seimbang dan pola makan yang baik. Berdasarkan Tabel

5 diketahui bahwa terdapat 36.3% subjek memiliki tingkat pendidikan terakhir

Sekolah Dasar (SD) dan hanya sebesar 2.0 % subjek yang memiliki tingkat

pendidikan hingga Perguruan Tinggi (PT). Pendidikan rendah merupakan salah

satu cirri dari kelompok masyakat miskin (Suryawati 2005). Sebaran tingkat

pendidikan subjek disajikan pada Tabel 5 dibawah ini.

13

Tabel 5 Sebaran subjek menurut pendidikan dan pekerjaan

Karakteristik

Total

n %

Tidak sekolah 4 3.9

SD 37 36.3

SMP 29 28.4

SMA 30 29.4

PT 2 2.0

Total 102 100.0

Seorang wanita pekerja mempunyai waktu yang terbatas dalam mengasuh

dan mendidik anaknya Mereka harus membagi waktunya antara bekerja dan

pekerjaan domestik seperti membersihkan rumah serta mengasuh dan mendidik

anak (Yulia C et al. 2008). Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa sebagian besar

(51.0%) subjek bekerja sebagai ibu rumah tangga. Sebanyak 23.3 % reponden

bekerja sebagai pedagang dan 10.8% subjek bekerja sebagai buruh. Berdasarkan

Tabel 6, diketahui pula bahwa sebanyak 1.0% subjek bekerja sebagai pemulung,

sebagai pengamen sebanyak 1.0% dan karyawan sebanyak 1.0%. Sebaran tingkat

dan pekerjaan subjek disajikan pada Tabel 6 dibawah ini.

Tabel 6 Sebaran subjek menurut pekerjaan

Karakteristik

Total

n %

Pedagang 23 22.5

Buruh 11 10.8

Pemulung 1 1.0

Pengamen 1 1.0

Jasa 7 6.9

Ibu rumah tangga 52 51

Lainnya 6 5.9

Karyawan 1 1.0

Total 102 100.0

Perilaku Gizi Ibu

Perilaku merupakan respon seseorang terhadap stimulus dan objek.

Perilaku adalah totalitas pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan

hasil bersama antara faktor internal dan faktor eksternal (Notoatmodjo 2010).

Perilaku gizi memiliki tiga domain yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (afektif)

dan praktik (psikomotor).

14

Pengetahuan gizi ibu

Pengetahuan adalah segala informasi yang disimpan oleh seseorang dalam

ingatannya dan menjadi penentu utama perilaku seseorang (Engel et al 1995

dalam Khomsan et al 2009). Pengetahuan gizi adalah aspek kognitif yang

menggambarkan seseorang untuk mengerti tentang gizi, pangan dan kesehatan

(Sukandar 2007). Sebaran kategori pengetahuan ibu disajikan pada Tabel 7

dibawah ini.

Tabel 7 Sebaran kategori pengetahuan ibu

Kategori pengetahuan gizi n %

Kurang <60 20 19.6

Sedang 60-80 62 60.8

Baik >80 20 19.6

Total 102 100.0

Rata – rata ± sd 70.2 ± 16.2

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (60%) ibu memiliki

pengetahuan gizi sedang (60-80%). Menurut Handayani dan Rosidi (2010)

semakin tinggi pendidikan ibu, akan semakin mudah untuk mendapatkan

informasi mengenai makanan yang seimbang dan pola makan yang baik.

Berdasarkan 10 pertanyaan yang diberikan kepada ibu, terdapat 4

pertanyaan yang paling banyak dijawab benar. Pertanyaan tersebut adalah rabun

pada mata sering terjadi karena kekurangan sumber vitamin A (88.2%), agar BAB

lancar, harus rajin mengkonsumsi buah dan sayur (92.2%), tahu biasanya

mengandung lebih banyak formalin daripada tempe (91.2%), dan merokok

berbahaya bagi paru-paru dan menyebabkan batuk-batuk (92.2%). Pertanyaan

yang paling sedikit dijawab benar oleh ibu adalah makanan sumber kalsium dapat

membuat tulang dan gigi menjadi kuat. Berikut pada Tabel 8 disajikan sebaran ibu

yang menjawab pertanyaan pengetahuan gizi dengan benar.

Tabel 8 Sebaran ibu yang menjawab benar pertanyaan pengetahuan gizi

Pertanyaan pengetahuan gizi Total

n %

Manfaat makanan sumber karbohidrat 62 60.8

Manfaat makanan sumber hewani 54 52.9

Makanan sumber protein 60 58.8

Manfaat makanan sumber kalsium 52 51.0

Dampak kekurangan vitamin A 90 88.2

Manfaat mengonsumsi serat 94 92.2

Makanan pencegah anemia 62 60.8

Perbandingan formalin dalam tahu dan tempe 93 91.2

Bahaya merokok 94 92.2

Batas usia pemberian ASI 56 54.9

Pendidikan dan pengetahuan gizi ibu akan sangat berpengaruh pemberian

menu dalam keluarga. Seorang ibu yang pendidikan dan pengetahuan gizinya baik

akan sangat berperan dalam menyiapkan menu yang cukup mengandung energi

dan protein, serta zat gizi lainnya. Kejadian gizi kurang dalam keluarga dapat

dihindari apabila ibu mempunyai cukup pengetahuan tentang gizi dan mengatur

makanan anak. (Handayani et al 2010)

15

Sikap Gizi

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk

bertindak terhadap suatu objek (Purwanto 1999). Berdasarkan Tabel 9, diketahui

bahwa sebagian besar ibu telah memiliki sikap gizi positif. Secara keseluruhan,

sebanyak 75,5 % ibu mempunyai sikap gizi dengan kategori positif (>75) dengan

rata – rata sikap gizi ibu sebesar 71 ± 11. Sebaran ibu berdasarkan tingkat sikap

gizi disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran ibu berdasarkan sikap gizi

Kategori n %

Postif >75 77 75.5

Negatif <75 25 24.5

Total 102 100

Rata – Rata ± sd 71 ± 11

Sikap yang positif dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang tinggi

(Singarimbun 1998 dalam Handayani dan Rosidi 2010). Berdasarkan Tabel 10

diketahui sebaran ibu yang setuju dalam menjawab pertanyaan tentang sikap gizi.

Tabel 10 Sebaran ibu yang menjawab setuju dalam pernyataan sikap gizi

Sikap Gizi n %

Makan nasi penting sebagai sumber tenaga 100 98.0

Minum susu setiap hari penting untuk anak 101 99.5

Kebiasaan makan sayur setiap hari bermanfaat bagi

kesehatan 101 99.5

Sarapan pagi tidak terlalu penting 81 79.9

Konsumsi daging bermanfaat untuk menambah

darah 89 87.7

ASI tidak hanya diberikan sampai anak berusia 1

tahun 47 46.1

Menyediakan sayuran hijau dalam menu sehari-hari

lebih baik daripada sayuran tidak berwarna 90 88.7

Mengkonsumsi tahu dan tempe tidak sama baiknya

dengan makan telur/daging 36 35.3

Kebiasaan merokok perlu dihilangkan atau dikurangi 85 83.3

Formalin tidak baik digunakan untuk mengawetkan

tahu, ikan basah, dan ayam 95 93.6

Menurut Notoatmodjo (2007) dalam menentukan sikap yang utuh,

pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa terdapat dua pertanyaan yang mempunyai

tingkat setuju tertinggi oleh ibu. Sebanyak 99.5% ibu setuju akan kebiasaan

makan sayur setiap hari bermanfaat bagi kesehatan dan sebanyak 99.5% ibu juga

setuju bahwa minum susu setiap hari penting untuk anak. Berdasarkan Tabel 8

juga diketahui bahwa hanya 46.1% ibu setuju bahwa ASI tidak hanya diberikan

sampai anak berusia 1 tahun. Selain itu sebanyak 35.3% ibu setuju bahwa

mengkonsumsi tahu dan tempe tidak sama baiknya dengan makan telur/daging.

16

Praktik perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan praktik

perilaku yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang secara sadar untuk

meningkatkan kesehatannya. Menurut Rizkiana et al (2010) perilaku hidup bersih

dan sehat dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu kurang, sedang, dan baik.

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa sebagian besar ibu memiliki perilaku

hidup bersih dan sehat dalam kategori sedang dan kurang. Hal ini diketahui bahwa

sebanyak 55.8% ibu memiliki perilaku hidup bersih dan sehat dalam kategori

sedang dan 36.4% ibu memiliki perilaku hidup bersih dan sehat dalam kategori

kurang. Nilai perilaku hidup sehat subjek yang baik diharapkan dapat

mencerminkan kondisi kesehatan subjek, karena dengan perilaku hidup yang sehat

berarti telah melakukan usaha pencegahan terhadap penularan berbagai penyakit

infeksi (Nurwulan 2003). Sebaran ibu berdasarkan tingkat perilaku hidup bersih

dan sehat disajikan pada Tabel 11

Tabel 11 Sebaran ibu berdasarkan perilaku hidup bersih dan sehat

Kategori n %

Kurang (6─11) 37 36.4

Sedang (12─15) 57 55.8

Baik (16─20) 8 7.8

Total 102 100.0

Menurut PDGI (2011) kegiatan menggosok gigi bertujuan untuk

membersihkan mulut dari sisa makanan agar fermentasi sisa makanan tidak

berlangsung terlalu lama, sehingga dapat menyebabkan plak. Menurut Budisuari

et al (2010) penyakit gigi dan mulut yang banyak ditemukan pada masyarakat

adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Hasil survei kesehatan rumah tangga

(SKRT) tahun 1995 dalam Depkes (2000) menunjukkan bahwa 65.7% penduduk

Indonesia menderita karies gigi aktif atau kerusakan pada gigi yang belum

ditangani. Menurut Ghofar dan Firmansyah (2012) terdapat hubungan antara

karies gigi dengan status gizi. Kebiasaan menggosok gigi dapat menghindari dari

kerusakan gigi. Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa sebanyak 56.9% keluarga

subjek telah memiliki kebiasaan menggosok gigi secara teratur.

Dilihat dari kesehatan ibu dan anak, persalinan yang dibantu oleh tenaga

ahli (dokter, bidan, dan tenaga medis lainnya) dianggap lebih baik dibandingkan

dengan persalinan yang dibantu oleh dukun, famili/ lainnya (BPPD dan BPS

2009). Kinerja pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam

upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk (Hidayat dan Jahari 2012). Dari

hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 83.3% subjek telah melakukan

persalinan dengan bantuan tenaga ahli (dokter, bidan dan tenaga medis

lainnya).Sebaran ibu yang menjawab benar tentang praktik perilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS) disajikan pada Tabel 12 dibawah ini.

Kegiatan posyandu antara lain berupa kegiatan, imunisasi, penimbangan,

pemberian makanan tambahan serta penyuluhan gizi dan kesehatan. Oleh karena

itu upaya ibu balita untuk membawa ke ke posyandu merupakan suatu aktifitas

yang positif agar kesadaran untuk membawa ke tempat pelayanan kesehatan dapat

mencegah terjadinya masalah gizi dan kesehatan balita (Hidayat dan Jahari 2012).

Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap

17

penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat

mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu (Hidayat 2004). Penimbangan

berat badan dan imunisasi yang teratur merupakan beberapa hal yang dapat

mempengaruhi kesehatan balita. Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa sebanyak

52.9% balita telah dilakukan penimbangan secara teratur. Selain itu, sebagian

besar (59.8%) balita telah mendapatkan imunisasi yang lengkap.

Tabel 12 Sebaran ibu berdasarkan praktik perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat n %

Kebiasaan menggosok gigi 58 56.9

Persalinan dibantu tenaga kesehatan 85 83.3

Penimbangan balita dilakukan secara teratur 54 52.9

Imunisasi 61 59.8

Kebiasaan mencuci tangan 81 79.4

Kebiasaan tidak merokok 19 18.4

Olahraga teratur 18 17.6

Kebiasaan sarapan pagi 63 61.8

Pola makan beragam 42 41.2

Penggunaan air bersih 100 98.0

Kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun merupakan cerminan

salah satu indikator PHBS. Menurut Rosidi dan Handarsari (2010) tangan yang

kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus patogen dari

tubuh, feses atau sumber lain ke makanan. Mencuci tangan menggunakan sabun

sebelum makan dan setelah buang air bermanfaat untuk membunuh kuman. . Oleh

karena itu kebersihan tangan dengan mencuci tangan dengan sabun perlu

mendapat prioritas yang tinggi, walaupun hal tersebut sering disepelekan. Dari

Tabel 12 diketahui bahwa 79.4% subjek telah melakukan kegiatan mencuci tangan

sebelum makan dan setelah buang air.

Kebiasaan tidak merokok dan olahraga teratur merupakan indikator

termasuk PHBS. Dengan kebiasaan untuk tidak merokok diharapkan secara tidak

langsung dapat meningkatkan status gizi keluarga. Berdasarkan Tabel 12

diketahui bahwa sebanyak 18.4% keluarga subjek memiliki kebiasaan tidak

merokok. Selain kebiasaan tidak merokok, kebiasaan olahraga secara teratur dapat

meningkatkan kesehatan seseorang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa

sebanyak 17.6% subjek yang telah melakukan olahraga secara teratur. Menurut

Selamiharja (2008) dalam Widyanigsih dan Latifah (2008) seseorang yang tidak

melakukan olahraga mempunyai risiko menderita tekanan darah tinggi sebesar

35% lebih besar jika dibandingkan dengan seseorang yang melakukan olahraga

secara teratur.

Menurut Perdana (2013) sarapan penting bagi setiap individu untuk

mengawali aktivitas sepanjang hari. Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa

sebagian besar ibu terbiasa melakukan sarapan pagi. Sarapan akan memberikan

kontribusi penting beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh, seperti protein, lemak,

vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat juga untuk

berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh (Khomsan 2003). Sebanyak 61.8%

ibu telah melakukan kebiasaaan sarapan.

18

Sarana fisik yang memadai dan menjadi anggota dana kesehatan

merupakan beberapa faktor pendukung dari praktik hidup bersih dan sehat.

Keterjangkauan pelayanan kesehatan pada setiap golongan lapisan masyarakat

diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Depkes 2008).

Dengan menjadi anggota dana kesehatan diharapkan dapat meningkatkan

keterjangkauan pelayanan kesehatan pada setiap golongan masyarakat sehingga

diharapkan dapat meningkatkan meningkatkan derajat kesehatan. Berdasarkan

Tabel 13, diketahui bahwa hanya sebagian kecil keluarga subjek, yaitu sebanyak

38.2% yang sudah menjadi anggota dana kesehatan.

Ketersediaan kamar mandi, ketersediaan jamban atau WC, dan tempat

pembuangan limbah yang memadai merupakan beberapa saran fisik yang dapat

mendukung pola hidup bersih dan sehat. Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa

sebanyak 71.6% ibu telah memiliki kamar mandi sendiri. Lalu sebanyak 61.8%

ibu juga telah memiliki jamban atau WC sendiri. Ketersediaan tempat

pembuangan sampah yang memadai juga penting dimiliki tiap rumah agar tercipta

lingkungan yang bersih guna mendukung kebiasaan pola hidup bersih dan sehat.

Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa sebagian kecil ibu yang baru memiliki

tempat pembuangan sampah., yaitu sebanyak 32.4% ibu Sebaran ibu berdasarkan

faktor pendukung praktik perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) disajikan dalam

Tabel 13 dibawah ini.

Tabel 13 Sebaran ibu berdasarkan faktor pendukung praktik perilaku hidup bersih

dan sehat

Faktor pendukung PHBS n %

Menjadi anggota dana kesehatan 39 38.2

Memiliki kamar mandi 73 71.6

Memiliki jamban/WC di rumah 63 61.8

Memiliki septic tank 9 8.8

Ketersediaan saluran pembuangan limbah rumahtangga 67 65.7

Ketersediaan tukang sampah di lingkungan rumah 58 56.9

Tempat pembuangan limbah rumah tangga 33 32.4

Ventilasi rumah memadai 30 29.4

Kepadatan luas ruangan 7─10m2/ orang 19 18.6

Apakah anggota keluarga biasa BAB di WC? 86 84.3

Penggunaan air bersih merupakan hal yang penting untuk kesehatan.

Penggunaan air yang terkontaminasi dapat menimbulkan beberapa macam

penyakit yang akan berpengaruh terhadap kesehatan seseorang. Sumber air yang

biasa digunakan adalah air sumur, air PDAM, dan air sungai. Berdasarkan Tabel

13 diketahui bahwa sebagian besar ibu telah menggunakan air bersih guna

keperluan sehari-hari. Sebanyak 98.0% ibu telah menggunakan air bersih untuk

keperluan sehari – hari seperti memasak, mencuci dan lain sebagainya.

Ketersediaan saluran pengaliran limbah serta ketersediaan septic tank

merupakan sarana penunjang yang baik guna terciptanya perilaku hidup bersih

dan sehat. Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa sebanyak 65.7% ibu telah

19

memiliki saluran pembuangan limbah. Namun hanya 8.8% ibu yang memiliki

septic tank. Seharusnya limbah dialirkan melalui tangki septik yang memiliki

saringan, sehingga jika limbah dialirkan ke sungai atau selokan, tidak akan

mencemari lingkungan. Limbah dibiarkan menggenang dan menimbulkan bau,

akan menjadi sarang penyakit (Latifah et al 2002).

Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Protein Perkapita

Menurut BPOM kecukupan gizi adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi

setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh,

aktivitas tubuh dan kondisi fisiologis khusus untuk mencapai derajat kesehatan

yang optimal.

Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa sebagian besar sebanyak 50.0%

subjek memiliki tingkat kecukupan energi perkapita tergolong defisit berat dengan

konsumsi terendah sebesar 449 kkal perhari dan tertinggi adalah 3 102 kkal

perhari dengan rata – rata konsumsi energi sebesar 1 536 kkal perhari. Diketahui

sebanyak 3,9% subjek memiliki tingkat kecukupan energi tergolong lebih.Berikut

ini adalah Tabel sebaran tingkat kecukupan energi dari ibu.

Tabel 14 Sebaran rumah tangga berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein

Kategori TKE TKP

n % n %

Defisit berat (<70%) 51 50.0 55 53.9

Defisit sedang (70 - 80%) 20 19.6 17 16.7

Defisit ringan (80 - 89 %) 6 5.9 16 15.7

Normal (90 -119%) 22 21.6 9 8.8

Lebih (>120%) 3 2.9 5 4.9

Total 102 100.0 102 100.0

Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa sebagian besar subjek memiliki

tingkat kecukupan protein tergolong defisit berat dengan konsumsi terendah 14

gram perhari dan tertinggi adalah 109 gram perhari dengan rata – rata konsumsi

39.7 gram. Sebanyak 53,9% subjek memiliki tingkat kecukupan protein yang

tergolong dalam kategori defisit berat. Dari penelitian diketahui 4.9% subjek

memiliki tingkat kecukupan protein lebih. Hal tersebut sama seperti yang

dijelaskan oleh Suhardjo (1989) bahwa jika jumlah anggota keluarga banyak,

maka keluarga akan berusaha membagi makanan yang terbatas sehingga makanan

yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan masing-masing anggota keluarga.

Status Gizi Ibu

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat gizi; keadaan kesehatan yang dipengaruhi oleh keseimbangan

antara pemasukan zat gizi dan pengeluaran akibat penggunaannya oleh tubuh. Jika

tubuh mendapatkan asupan makanan dalam kualitas dan kuantitas yang terpenuhi,

maka orang tersebut akan mendapatkan status gizi yang optimal. (Almatsier 2001;

Sediaoetama 2008).

20

Pengukuran status gizi biasanya diukur dengan menggunakan indeks BB/TB.

Berat badan mempunyai hubungan linier dengan tinggi badan, pada keadaan

normal, pertambahan berat badan akan searah diikuti dengan pertumbuhan tinggi

badan. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi

saat sekarang, dan merupakan indeks yang independen terhadap umur (Supariasa

et al 2002 ). Sebaran status gizi ibu berdasarkan indeks BB/TB disajikan dalam

tabel 15 berikut ini.

Tabel 15 Sebaran status gizi ibu berdasarkan indeks BB/TB

Status gizi n %

Kurang 9 8.8

Normal 28 27.5

Overweight 14 13.7

Obesitas I 36 35.3

Obesitas II 15 14.7

Total 102 100.0

Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa sebagian besar (50%) ibu memiliki

status gizi obesitas. Sebanyak 35.3% ibu termasuk dalam obesitas I dan sebanyak

14.7% ibu termasuk dalam obesitas II. Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa

sebanyak 8.8% ibu memiliki status gizi kurang, 27.5% memiliki status gizi normal

dan 13.7% ibu memiliki status gizi overweight. Hasil ini berbeda dengan

penelitian Haque et al (2014) yang menyebutkan bahwa hanya sebagian 4.1%

wanita yang tinggal di daerah kumuh di kota Daka, Bangladesh memiliki status

gizi overweight. Menurut Mahardikawati dan Roosita (2008) semakin tinggi

aktivitas fisik seseorang maka semakin tinggi pengeluaran energinya. Seseorang

yang memiliki aktivitas fisik yang berat akan mengalami prosesoksidasi dalam sel

yang lebih aktif dibandingkan dengan orang yang melakukan aktivitas fisik yang

ringan. Keadaan ini mengakibatkan meningkatnya pengeluaran energi per hari.

Masalah gizi pada usia produktif tidak hanya pada status gizi kurang

(kurus) namun juga status gizi lebih (kegemukan). Masalah gizi ini tidak hanya

terjadi pada usia produktif di ibukota, tetapi di wilayah kumuh perkotaan maupun

pedesaan juga sudah terjadi dan ada kecenderungan meningkat terutama untuk

masalah gizi lebih (kegemukan) (Mahardikawati & Roosita 2008). Obesitas

merupakan faktor prediposisi dari penyakit lain seperti hipertensi, diabetes

melittus, dan penyakit jantung.

Hubungan Antar Variabel

Hubungan karakterisktik ibu dengan pengetahuan gizi dan sikap gizi

Tingkat pengetahuan ibu adalah kemampuan seorang ibu dalam memahami

konsep dan prinsip serta informasi yang berhubungan dengan gizi (Goni et al

2013). Pengetahuan gizi ibu sangat berpengaruh pada terpenuhinya kebutuhan gizi

anak Biasanya, pengetahuan gizi ibu dan status gizi anak berbanding searah.

21

(Roedjito, 1989). Sebaran pengetahuan gizi ibu berdasarkan pada karakteristik ibu

disajikan pada Tabel 16

Tabel 16 Sebaran ibu berdasarkan karakteritik keluarga dan pengetahuan gizi

Variabel

Kategori pengetahuan gizi ibu

Kurang Sedang Baik Total

n % n % n % n %

Kategori umur ibu

Remaja 2 10.0 1 1.6 0 0.0 3 2.9

Dewasa awal 8 40.0 34 54.8 13 65.0 55 53.9

Dewasa madya 5 25.0 24 38.7 7 35.0 36 35.3

Dewasa akhir 5 25.0 3 4.8 0 0.0 8 7.8

Kategori pendapatan perkapita

Miskin 14 70.0 44 71.0 13 65.0 71 69.6

Tidak miskin 6 30.0 18 29.0 7 35.0 31 30.4

Kategori keluarga

Kecil 9 45.0 18 29.0 3 15.0 30 29.4

Sedang 8 40.0 35 56.5 16 80.0 59 57.8

Besar 3 15.0 9 14.5 1 5.0 13 12.7

Pendidikan ibu

Tidak sekolah 2 10.0 2 3.2 0 0.0 4 3.9

SD 12 60.0 20 32.3 5 25.0 37 36.3

SMP 4 20.0 19 30.6 6 30.0 29 28.4

SMA 2 10.0 20 32.3 8 40.0 30 29.4

PT 0 0.0 1 1.6 1 5 2 2

Pekerjaan ibu

Tidak kerja 0 0.0 1 1.6 0 0.0 1 1.0

Pedagang 3 15.0 16 25.8 4 20.0 23 22.5

Buruh 3 15.0 8 12.9 0 0.0 11 10.8

Pemulung 0 0.0 1 1.6 0 0.0 1 1.0

Pengamen 0 0.0 1 1.6 0 0.0 1 1.0

Jasa 4 20.0 2 3.2 1 5.0 7 6.9

Ibu RT 8 40.0 30 48.4 13 65.0 51 50.0

Lainnya 0 0.0 2 3.2 2 10.0 4 3.9

Tidak jawab 1 5.0 1 1.6 0 0.0 2 2.0

Karyawan 1 5.0 0 0.0 0 0.0 1 1.0

Total 20 100.0 62 100.0 20 100.0 102 100.0

Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa ibu yang memiliki kategori usia

remaja memiliki tingkat pengetahuan gizi yang kurang baik jika dibandingkan

dengan ibu dengan kategori usia dewasa.

Interaksi yang terjadi antar anggota keluarga diharapkan dapat

meningkatkan pengetahuan dalam keluarga tersebut. Selain itu, interaksi sosial

yang terjadi di lingkungan kerja juga diharapkan dapat menambah pengetahuan

seseorang. Hal ini disebabkan semakin sering seseorang berinteraksi dengan orang

lain, maka orang akan cenderung lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan

22

dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang lain (Notoadmojo 2010). Sebaran

tingkat sikap gizi ibu berdasarkan pada karakteristik ibu disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17 Sebaran ibu berdasarkan karakteristik keluarga dan sikap gizi

Variabel

Kategori sikap gizi ibu

Negatif Positif Total

n % n % n %

Kategori umur ibu

Remaja 2 3.4 1 2.3 3 2.9

Dewasa awal 28 47.5 27 62.8 55 53.9

Dewasa madya 22 37.3 14 32.6 36 35.3

Dewasa akhir 7 11.9 1 2.3 8 7.8

Kategori pendapatan perkapita

Miskin 40 67.8 31 72.1 71 69.6

Tidak miskin 19 32.2 12 27.9 31 30.4

Kategori keluarga

Kecil 18 30.5 12 27.9 30 29.4

Sedang 34 57.6 25 58.1 59 57.8

Besar 7 11.9 6 14.0 13 12.7

Pendidikan ibu

Tidak sekolah 3 5.1 1 2.3 4 3.9

SD 23 39.0 14 32.6 37 36.3

SMP 19 32.2 10 23.3 29 28.4

SMA 12 20.3 18 41.9 30 29.4

PT 2 3.4 0 0.0 2 2.0

Pekerjaan ibu

Tidak kerja 1 1.7 0 0.0 1 1.0

Pedagang 12 20.3 11 25.6 23 22.5

Buruh 5 8.5 6 14 11 10.8

Pemulung 1 1.7 0 0 1 1.0

Pengamen 1 1.7 0 0 1 1.0

Jasa 6 10.2 1 2,3 7 6.9

Ibu RT 28 47.5 23 53.5 51 50.0

Lainnya 4 6.8 2 4.6 6 5.9

Karyawan 1 1.7 0 0 1 1.0

Total 59 100.0 43 100.0 102 100.0

Berdasarkan hasil uji diketahui pula bahwa tidak ada hubungan signifikan

(p≥0.05) antara pekerjaan ibu, besar keluarga, umur ibu terhadap status

pengetahuan gizi ibu dan sikap gizi ibu. Hal ini diduga karena kurangnya

informasi terkait pengetahuan gizi.

Menurut Handayani et al (2010) pada umumnya salah satu faktor yang

berperan dalam pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan. Sehingga

dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan semakin baik pengetahuannya, karena

dengan pendidikan yang lebih tinggi seseorang lebih mudah menerima hal-hal

23

baru yang berpengaruh pada sikap yang positif. Namun hal ini tidak menjamin

bahwa orang yang berpendidikan rendah juga memiliki pengetahuan yang rendah.

Hal ini terjadi karena pengetahuan tidak hanya dapat diperoleh dari pendidikan

formal, tetapi juga dapat diperoleh dari pendidikan nonformal. Menurut

Rahmawati et al (2007) terdapat perubahan tingkat pengetahuan ibu setelah

dilakukan penyuluhan tentang gizi kurang dan gizi buruk pada balita di Kabupaten

Kotawaringin Barat, Kalimantan Selatan. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa

terdapat hubungan signifikan (p<0.05) antara pendidikan ibu dengan pengetahuan

gizi ibu (r = 0.313) namun tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05) antara

pendidikan dengan sikap gizi ibu.

Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan

(p<0.05) antara pengetahuan gizi dengan sikap gizi dan antara pengetahuan

dengan praktik hidup bersih dan sehat (PHBS). Hal tersebut menunjukkan bahwa

semakin baik pengetahuan gizi ibu maka semakin baik sikap gizi ibu. Hal tersebut

sejalan dengan penelitian Mirsanjari et al (2012) yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan sikap gizi

Namun tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05) antara sikap gizi dengan

perilaku hidup bersih dan sehat. Menurut Green, perilaku dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu faktor mempermudah (pengetahuan, sikap, dan unsur lain

dalam diri ibu), faktor pendukung seperti ketersediaan sumberdaya, dan faktor

pendorong seperti dukungan keluarga (Notoatmodjo 2007). Hal tersebut diduga

karena kurangnya sarana dan prasarana yang memadai.

Hubungan sikap gizi, pengetahuan gizi, serta perilaku hidup bersih dan sehat

ibu dengan tingkat kecukupan energi dan protein perkapita.

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan, sikap, dan praktik saling

berhubungan sesuai dengan tahapan perubahan perilaku. Pengetahuan akan

mempengaruhi suatu sikap dan kemudian menghasilkan suatu tindakan nyata. Ibu

memiliki peranan penting dalam menentukan konsumsi pangan rumah tangga.

Perilaku gizi ibu dalam pemilihan pangan akan mempengaruhi konsumsi pangan

rumah tangga, yang nantinya akan menentukan tingkat kecukupan energi dan

protein rumah tangga. Khomsan et al (2009) yang menjelaskan bahwa seorang ibu

dengan pengetahuan gizi yang baik biasanya akan mempraktikkan pola makan

yang sehat untuk memenuhi kebutuhan gizi..

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan signifikan

(p<0.05) antara sikap ibu dengan tingkat kecukupan protein dan tingkat

kecukupan energi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik sikap gizi ibu maka

semakin baik juga tingkat kecukupan energi dan protein. Sebaran kecukupan

protein berdasarkan kategori sikap gizi, pengetahuan gizi serta perilaku hidup

bersih dan sehat disajikan pada Tabel 18 dibawah ini

24

Tabel 18 Sebaran kecukupan protein berdasarkan kategori sikap gizi, pengetahuan

gizi, dan perilaku hidup bersih dan sehat.

Kategori

TKP

Defisit

berat

Defisit

sedang

Defisit

ringan Normal Lebih Total

n % n % n % n % n % n %

Sikap gizi Positif 37 64.9 7 53.8 9 69.2 3 20.0 3 75 59 57.8

Negatif 20 35.1 6 46.2 4 30.8 12 80.0 1 25 43 42.2

Pengeta

huan gizi

Kurang 9 15.8 3 23.1 6 46.2 2 13.3 0 0 20 19.6

Sedang 36 63.2 9 69.2 6 46.2 9 60.0 2 50 62 60.8

Baik 12 21.1 1 7.7 1 7.7 4 26.7 2 50 20 19.6

PHBS

Rendah 19 33.3 5 38.5 3 23.1 7 46.7 3 75 37 36.3

Sedang 31 54.4 7 53.8 10 76.9 8 53.3 1 25 57 55.9

Baik 7 12.3 1 7.7 0 0.0 0 0.0 0 0 8 7.8

Total 57 100 13 100 13 100 15 100 4 100 102 100

. Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa tidak terdapat hubungan signifikan

(p > 0.05) antara pengetahuan ibu serta praktik perilaku hidup bersih dan sehat

dengan tingkat kecukupan protein dan tingkat kecukupan energi. Hal tersebut

diduga karena rendahnya informasi yang didapatkan oleh subjek terkait gizi serta

sarana dan prasarana yang kurang memadai sehingga berdampak secara tidak

langsung terhadap tingkat kecukupan gizi seseorang. Sebaran tingkat kecukupan

energi berdasarkan kategori sikap gizi, pengetahuan gizi dan perilaku hidup bersih

dan sehat disajikan dalam Tabel 19 dibawah ini.

Tabel 19 Sebaran kecukupan energi berdasarkan kategori sikap gizi, pengetahuan

gizi dan perilaku hidup bersih dan sehat

Kategori

TKE

Defisit

berat

Defisit

sedang

Defisit

ringan Normal Lebih Total

n % n % n % n % n % n %

Sikap gizi

Positif 49 63.6 3 27.3 4 66.7 1 25 2 50 59 57.8

Negatif 28 36.4 8 72.7 2 33.3 3 75 2 50 43 42.2

Pengetahuan gizi

kurang 15 19.5 3 27.3 1 16.7 1 25 0 0 20 19.6

sedang 48 62.3 6 54.5 3 50.0 2 50 3 75 62 60.8

baik 14 18.2 2 18.2 2 33.3 1 25 1 25 20 19.6

PHBS

Rendah 27 35.1 4 36.4 1 16.7 2 50 3 75 37 36.3

Sedang 44 57.1 5 45.5 5 83.3 2 50 1 25 57 55.9

Baik 6 7.8 2 18.2 0 0.0 0 0 0 0 8 7.8

Total 77 100 11 100 6 100 4 100 4 100 102 100

25

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu

Analisis Kluster merupakan suatu metode untuk mengelompokkan

variabel atau objek ke dalam beberapa kelompok. Setiap unit pengamatan dalam

satu kelompok akan mempunyai ciri yang relatif sama sedangkan antar kelompok

unit pengamatan memiliki sifat yang berbeda (Febriyana 2011).

Berdasarkan hasil uji analisis kluster didapatkan dua kelompok IMT yang

dikelompokkan berdasarkan kemiripan dari beberapa variabel. Beberapa variabel

yang digunakan dalam analisis ini adalah perilaku hidup bersih dan sehat, sikap

gizi, pengetahuan gizi, tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, dan

pendapatan perkapita. Hasil uji analisis kluster disajikan pada Tabel 20 dibawah

ini

Tabel 20 Hasil uji kluster analisis status gizi

Variabel KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

Besar keluarga 5 6

Umur (tahun) 38.9 ± 12.3 40.5 ± 11.6

BB (kg) 60.8 ± 10.2 51.9 ± 9.6

Tinggi Badan (cm) 149.8 ± 7.4 151.3 ± 5.9

IMT 27.3 22.6

Pendapatan perkapita (Rp....../art) 864 754.2 504 637.4

TKE (%) 57,5 65.3

TKP (%) 64.6 77.0

Nilai pengetahuan gizi 69.0 72.0

Nilai sikap gizi 85.0 78.0

Total nilai phbs 12.3 13.0

Banyaknya keluarga

Rel 44.0 40.0

Sungai 8.0 10.0

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa banyaknya subjek yang

tergabung dalam kelompok satu yaitu sebanyak 52 subjek dan pada kelompok dua

sebanyak 50 subjek. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kelompok 1

adalah kelompok ibu dengan status gizi lebih dan pada kelompok dua merupakan

kelompok ibu dengan baik. Pada kelompok satu didapatkan rata – rata status gizi

subjek sebesar 27.3 dengan kategori obesitas 1 dan pada kelompok 2 didapatkan

rata – rata status gizi subjek sebesar 22.6 dengan kategori normal. Berdasarkan

penelitian Haque dan Rasid (2009) diketahui bahwa sebgaian besar wanita di

daerah kumuh di kota Dhaka, Bangladesh memiliki status gizi lebih dari 18.5.

Untuk tingkat kecukupan energi pada kedua kelompok tergolong dalam

defisit berat rata - rata pada kelompok satu sebesar 57.5% dari angka kecukupan

energi dan pada kelompok dua sebesar 65.3% dari angka kecukupan energi. Pada

tingkat kecukupan protein diketahui bahwa tingkat kecukupan protein pada

kelompok dua lebih besar dibandingkan pada kelompok satu, yaitu sebesar 64.6%

berbanding 77.0% dari angka kecukupan protein.Faktor penting yang diduga

sebagai determinan dalam keragaman konsumsi pangan adalah daya beli pangan

(Hardinsyah 2007).

26

Pengetahuan, sikap, dan praktik saling berhubungan sesuai dengan tahapan

perubahan perilaku. Pengetahuan akan mempengaruhi suatu sikap dan kemudian

menghasilkan suatu tindakan nyata (Notoatmodjo 2003). Berdasarkan Tabel 19

diketahui bahwa kelompok satu dan kelompok dua memiliki tingkat pengetahuan

gizi yang sama yaitu dengan kategori sedang dengan rata – rata nilai pengetahuan

gizi untuk kelompok satu sebesar 69.0 dan pada kelompok dua sebesar 72.0.

Untuk sikap gizi, diketahui bahwa pada kedua kelompok memiliki sikap gizi

positif dengan nilai dari kelompok satu sebesar 85 dan pada kelompok dua sebesar

78.

Praktik perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada kedua kelompok

memiliki tingkat yang sama yaitu pada tingkat kategori sedang dengan nilai rata –

rata pada kelompok satu yaitu 12.3 dan pada kelompok dua sebesar 13.0. Menurut

Ersiyoma (2012) perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan faktor tidak

langsung yang dapat mempengaruhi status gizi.

Tingkat pendapatan merupakan faktor yang dapat menggambarkan

keadaan ekonomi suatu keluarga. Menurut Munparidi (2010) proporsi alokasi

pengeluaran untuk konsumsi pangan berbanding terbalik dengan besarnya

pendapatan total keluarga. Pada kedua kelompok memiliki tingkat pendapatan

perkapita yang berbeda. Berdasarakan penelitian diketahui bahwa pendapatan

kelompok satu sebesar Rp 864 754 per kapita, sedangkan pada kelompok dua

sebesar Rp 504 637 per kapita.

Berdasarkan hasil uji klaster analisis diduga terdapat beberapa faktor yang

berhubungan dan berpengaruh terhadap IMT ibu. Untuk mengetahui faktor –

faktor yang berhubungan dengan IMT ibu dilakukan uji Rank Spearman.Hasil

analisis korelasi Rank Spearman, menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif

yang signifikan antara usia subjek (r = 0.000, p<0.05), konsumsi energi (r = 0.017,

p<0.05) dan konsumsi protein (r = 0.018, p<0.05) dengan status gizi subjek.

Untuk mengetahui besaran pengaruh antara usia ibu, konsumsi energi dan

konsusmi protein dengan status gizi subjek digunakan uji regresi linear berganda.

Hasil uji regresi linear berganda ditunjukkan pada tabel 21 dibawah ini.

Tabel 21 Hasil uji analisis regresi linear berganda

Variabel Koefisien regresi Signifikan R2 square

Constanta 4.134

Usia 0.413 0.000*

0.721 Konsumsi Energi -1.370 10-5 0.866

Konsumsi Protein 0.000 0.792 *: berpengaruh nyata

Hasil uji analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa terdapat

hubungan nyata (p<0.01) antara variabel usia memiliki nilai signifkan (0.000)

dengan status gizi ibu. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambahnya usia

maka akan bertambah pula status gizi ibu. Nilai R2 menunjukkan bahwa

peningkatan IMT ibu hanya dijelaskan oleh variabel usia sebesar 72.1% dan

dijelaskan oleh faktor lain sebesar 27.6%. Model regresi yang didapatkan adalah

sebagai berikut:

Y = 4.134 + 0.416 X1

27

R2 = 0.724

Y = IMT ibu

X1 = Usia (tahun)

Persamaan linear berganda menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu

satuan koefisien maka variabel IMT akan naik sebesar 0.416. Menurut Depkes

(2014) sering bertambahnya usia terjadi perubahan gaya hidup yang menjadi lebih

santai dan kurang aktivitas sehingga dapat berpengaruh terhadap status gizi

seseorang. Peningkatan lemak tubuh telah dimulai sejak seseorang berusia 30

tahun sebanyak 2% pertahunnnya, peningkatan lemak ini berupa lemak subkutan

yang dideposit di tubuh.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sebagian besar subjek berusia dengan kategori dewasa awal dengan rata –

rata usia subjek sebesar 39.4 tahun, memiliki besar keluarga dengan kategori

sedang, dan tergolong dalam kategori miskin dengan rata – rata pendapatan

perkapita sebesar Rp 688 226. Tingkat pendidikan subjek pada umumnya masih

tergolong rendah yaitu hingga Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah

Pertama (SMP). Pekerjaan yang dimiliki sebagian besar subjek adalah ibu rumah

tangga. Subjek umumnya memiliki tingkat pengetahuan gizi dengan kategori

sedang dengan rata – rata sebesar 70.2 ± 16.2. Sebagian besar subjek telah

memiliki sikap gizi yang positif dengan rata – rata sebesar 71 ± 11 dan subjek

memiliki kategori perilaku hidup bersih dan sehat dalam kategori sedang.

Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa tidak ada hubungan signifikan antara

pekerjaan subjek, besar keluarga, umur subjek terhadap status pengetahuan gizi

subjek dan sikap gizi subjek dan terdapat hubungan signifikan antara pendidikan

subjek dengan pengetahuan gizi subjek. Terdapat hubungan yang signifikan antara

pengetahuan gizi dengan sikap gizi dan antara pengetahuan dengan praktik hidup

bersih dan sehat (PHBS). Tidak terdapat hubungan signifikan antara sikap gizi

dengan perilaku hidup bersih dan sehat Terdapat pengaruh positif yang signifikan

antara usia ibu dengan status gizi subjek

Saran

Seiring bertambahnya usia maka terjadi pula perubahan komposisi tubuh

yang akan berpengaruh terhadap status gizi. Semakin bertambahnya usia maka

semakin banyak pengetahuan yang didapatkan oleh seseorang, dimana

pengetahuan tersebut akan berpengaruh terhadap sikap seseorang. Oleh karena itu

diperlukannya penambahan pengetahuan gizi agar dapat meningkatkan sikap

seseorang terkait status gizi.

28

DAFTAR PUSTAKA

Abuya B, Ciera J, Murage EK. 2012. Effect of Mother’s Education on Child’s

Nutritional Status in The Slums of Nairobi. Journal BMC

Pediatrics,12(80).

[BPPD & BPS] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat

Statistik]. 2009. Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat tahun

2009.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Indeks Pembangunan Manusia 2006 -2007.

Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2000. Pengembangan Pelayanan Kesehatan

Gigi Masyarakat. Depkes. Jakarta.

____________________2007. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta (ID):

Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

____________________2008. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar Tahun

2007. Jakarta: Departemen Kesehatan Repoblik Indonesia.

___________________2014. Komposisi Tubuh Lansia.[Internet]. [diunduh 2014

Agustus 10]. Tersedia pada: http://gizi.depkes.go.id/wp-

content/uploads/2010/07/komposisi-tubuh-lansia.pdf

Alibas S. 2002. Hubungan antara tingkat pendapatan dan praktik konsumsi garam

beriodium dengan mutu garam di tingkat rumah tangga [Skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor..

Begin F, Frongilo E, & Delisle. 1999. Caregiver Behaviors and Resources

Influence Child Height-for-Agein Rural Chad. Journal of Nutrition,129(3):

680–686.

Budisuari MA, Oktarina, Mikrajab MA. 2010. Hubungan Pola Makan dan

Kebiasaan Menyikat Gigi dengan Kesehatan Gigi dan Mulut (Karies) Di

Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 13(1): 83 ─ 91.

Engel et al. 1995. Perilaku Kosumen (Consumer Behaviour). Budianto,

Penerjemah. Jakarta: Bina Putra Aksara.

Febriyana. 2011. Analisis Klaster K-Means dan K-Median Pada data Indikator

Kemiskinan (Studi Kasus Data Indikator Kemiskinan kabupaten di

Indonesia Tahun 2009).[Skripsi]. Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta..

Goni AP, Laoh JM, Pangemanan DH. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap

Ibu Hamil Dengan Status Gizi Selama Kehamilan Di Puskesmas Bahu

Kota Manado. Jurnal Keperawatan,1(1).

Ghofar A, Firmansyah A. 2012. Hubungan Gigi Karies Terhadap Status Gizi

Anak TK Muslimat 7 Peterongan Jombang. Jurnal Edu Health, 2(2)

Handayani E, Rosidi A. 2010 Hubungan Pendidikan Dan Pengetahuan Gizi Ibu

Dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Anak TK Nurlu Bahri Desa

29

Wulir Sari Kecamatan Batang Kabupaten Batang. Jurnal Kesehatan

Masyarakat Indonesia, 6(2)

Hapitria P, Dasuki D, Ismail D. 2011. Positive Deviance pada Status Gizi Balita.

Berita Kedokteran Masyarakat, 27(4)

Haque MJ, Rashid M. 2009. Nutritional Status of Women Reproductive Age with

Some of Their Sociodemographic Characteristic of a Slum in Dhaka.

Dinajpur Medical College Journal, 3(2).

Hardinsyah. 2007. Review Faktor Determinan Keragaman Konsumsi Pangan.

Jurnal Gizi dan Pangan.Vol 2 no 2: 55─74

Hidayat A A. 2004. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Surabaya: Direktorat

Jenderal

Hidayat, T.S., Jahari, A.B. 2012. Perilaku Pemanfaatan Posyandu Hubungannya

dengan Status Gizi dan Morbiditas Balita. Bulletin of Health Research,

40(1): 1–10

Indriana S, Widajanti L. 2005 Hubungan Pendapatan, Pengetahuan Gizi Ibu

Dengan Ketersediaan Ikan Tingkat Rumah Tangga Daerah Perkotaan.

Jurnal Gizi Indonesia, 1(1).

Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

____________2003. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: PT Grafindo Persada.

___________. 2009. Studi Peningkatan Gizi Ibu dan Kader Posyandu Serta

Perbaikan Gizi Balita. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas

Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Kusmiyati. 2002. Hubungan Pola Konsumsi Makanan dan Tingkat Kecukupan

Gizi dengan Status Gizi Ibu Menyusui Pada Keluarga Miskin di Daerah

Pertanian Kelurahan Sonorejo Kecamatan Sukorejo Kabupaten Sukorejo

tahun 2002. [internet] [diakses 15 Juli 2014]. Tersedia dari:

www.fkm.undip.ac.id/index.php.

Latifah et al. 2002. Rumah Sehat. Bogor: Pusat Kurikulum Balitbang, Departemen

Pendidikan Nasional & Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor.

Lutviana E, Budiono I. 2010. Prevalensi dan Determinan Kejadian Gizi Kurang

Pada Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat I. 5(2):

Mahardikawati VA, Roosita K. 2008. Aktivitas Fisik, Asupan Energi dan Status

Gizi Wanita Pemetik Teh di PTPN VIII Bandung, Jawa Barat. Jurnal Gizi

dan Pangan. 3(2): 79 ─ 85

Meikawati W, Hersoelistyorini W. 2008. Hubungan Karakteristik Ibu dan Tingkat

Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Kasus Gizi Buruk Pada Balita di

Kelurahan Tandang Kecamatan Tembalang. Jurnal Universitas

Muhammadiyah Semarang, 1(1):

Munparidi. 2010. Pengaruh Pendapatan dan Ukuran Keluarga Terhadap Pola

Konsumsi Studi Kasus: desa Ulak Kerbau Lama Kecamatan Tanjung Raja

Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal ILMIAH, 2(3):

30

Nadimin, Baharuddin A, Zakaria A.2010.Faktor – Faktor yang Berhubungan

Dengan Status Gizi Ibu Menyusui Wilayah Kerja Puskesmas Moncobalang

Kabupaten Gowa. Media Gizi dan Pangan, 9(1):

Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta (ID): Rineka

Cipta.

─────────. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka

Cipta

Nurwulan I. 2003. Hubungan Karakteristik Lingkungan Fisik Rumah, Perilaku

Hidup Sehat serta Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan dengan Status

Kesehatan Anak Usia 3-5 Tahun pada Keluarga Miskin di Kecamatan

Bogor Selatan [skripsi]. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya

Keluarga Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

[PDGI] Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Manfaat menggosok gigi: Selamatkan

diri dari penyakit. [Internet] [diacu 2014 agustus 10]. Tersedia dari:

www.pdgi-online.com

Perdana F, Hardinsyah. 2013. Analisis Jenis, Jumlah, dan Mutu Gizi Sarapan

Anak Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan, 8(1): 39 ─ 46

Proverawati A & Rahmawati E. 2012. Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS).

Yogyakarta: Nuha Medika.

Rahmawati I, Sudargo T, Paramastri I. 2007. Pengaruh Penyuluhan dengan Media

Audio Visual Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu

Balita Gizi Kurang dan Buruk di Kabupaten Kotawaringin Barat Propinsi

Kalimantan Tengah. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 4(2): 69 ─ 77

Rizkiana A, Madanijah S, Effendi YH. 2010.Pengetahuan Gizi dan Kesehatan,

Perilaku Hidup Sehat, Serta karakteristik Lingkungan Fisik Rumah

Hubungannya dengan Keluhan Kesehatan Sopir Angkot. Jurnal Gizi dan

Pangan, 5(1): 49 ─ 60

Roedjito. 1989. Kajian Penelitian Gizi. Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta

Rosidi A, Handarsari E, Mahmudah M. 2010. Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan

dan Sanitasi Makanan dengan Kejadian Diare Pada Anak SD Negeri Podo

2 Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Jurnal Kesehatan

Masyarakat, 6(1):

Sediaoetama A D. 2008. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I. Jakarta:

Dian Rakyat.

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Surtiani EE. 2006. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Terciptanya Kawasan

Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota (Studi Kasus: Kawasan

Pancuran, Salatiga).[Tesis].Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro.

Semarang

Suryawati C. 2005. Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional. Jurnal

Manajemen Pelayanan Kesehatan, 8(3) .

31

Sukandar D. 2007. Studi Sosial Ekonomi, Aspek Pangan, Gizi dan Sanitasi.

Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Instut

Pertanian Bogor.

Supariasa et al. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Ulfa M. 2006. Analisis hubungan pola asuh makan, pengetahuan gizi, persepsi,

dan kebiasaan makan sayuran ibu rumah tangga di perkotaan dan pedesaan

Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Widyaningsih NN, Latifah M. 2008. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi, Gaya

Hidup, Status Gizi dan Tingkat Stres Terhadap Tekanan Darah. Jurnal Gizi

dan Pangan, 3(1): 1 ─ 6

Yulia C, Sunarti E, Roosita K. 2008. Pola asuh makan dan kesehatan anak balita

pada keluarga wanita pemetik teh di PTPN VIII Pengalengan. Makalah

seminar SP, IPB. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Yuliana. 2007. Pengaruh penyuluhan gizi dan stimulasi psikososial terhadap

pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah [disertasi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

32

LAMPIRAN

Lampiran 1Hasil uji klaster analisis berdasarkan kategori variabel

Variabel KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

Banyaknya keluarga 52 50

IMT Obesitas I Normal

Usia 38.9 ± 12.3 40.5 ± 11.6

TKE (%) Defisit berat Defisit berat

TKP (%) Defisit sedang Defisit sedang

Pengetahuan gizi Sedang Sedang

Sikap gizi Positif Positif

Praktik PHBS Sedang Sedang

Kategori pendapatan Tidak miskin Miskin

33

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 Maret 1993. Penulis

merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putra pasangan Achmad Rifa’i dan

Prianti Puji Rahayu. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1998-2004 di SD

Angkasa 3 Jakarta, kemudian melanjutkan di SMP Negeri 20 Jakarta tahun 2004-

2007 dan SMA Negeri 67 Jakarta tahun 2007-2010.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Fakultas

Ekologi Manusia, Departemen Gizi Masyarakat melalui jalur Undangan Seleksi

Masuk IPB (USMI) pada tahun 2010. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif

dalam organisasi yaitu HIMAGIZI sebagai staff Divisi PSDM pada periode 2011-

2012 dan 2012-2013. Penulis pernah mengikuti program Kuliah Kerja Profesi di

Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Penulis juga pernah

mengikuti kegiatan internship dietetic di RSU Tangerang.