HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN...

81
HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN DERAJAT KEPARAHAN OSTEOARTHRITIS LUTUT MENURUT KELLGREN LAWRENCE PADA LANJUT USIA DI KLINIK PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT RENI JAYA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2017 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Gebry Nadira NIM.11141030000088 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

Transcript of HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN...

Page 1: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D

(25(OH)D) DENGAN DERAJAT KEPARAHAN

OSTEOARTHRITIS LUTUT MENURUT KELLGREN

LAWRENCE PADA LANJUT USIA DI KLINIK

PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT RENI

JAYA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2017

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH : Gebry Nadira

NIM.11141030000088

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 2: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

LEMBAR PERN YA'I'AAN KEASLTAN KAKYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

Laporan penelrtran rnr mempakan hasll karya ash saya yang dralukan urtrtk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sffata I di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Sernua sumber yang saya gunakan dalam penuhsan mr telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika di kemudian hari terbtrkti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

rnerupakan hasrl3rplakan darr karya orang larn. maka saya bersedla menerlma

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Crputat, 10 Juh 2Ul7

Gebry Nadrra

3"

Page 3: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

HUBTINGAiT{ KADAR SERT]M VTTAMIN D (25(OH}D) DENGAI{DE RAJAT KEPARAHAN O STEOARTHRITIS LUTUT MENTIRUT

KELLGREN LAWRENCE PADA LAI\JTIT USIA DI KLINIKPELAYANAN KESEHATAI\ MASYARAKAT RENI JAYA UTi\

SI'ARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2OI7

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Pendidikan Dokter, FakultasKedokteran dan Ilmu Kesehatan unhrk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sa4ana Kedokteran (S.Ked)

Oleh:

Gebry NadiraNrM.11141030000088

Pembimbing I Pembimbing II

dr.Achmad Zaki, Sp.OT, M.Epid_NrP. 19780s07 200501 1 00s

PROGRAM STUDI KEDOKTE,RAN DAN PENDIDIKAN DOKTER

FAKUTTAS KEI}OKTERAN DAN II,MU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 Ir/ 2017 M

.Ayat Rahayu, Sp.Rad, M.KesNIP. 19640909 1996031 001

ilt

Page 4: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Penelitian begudul HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D(2s(oHlD) DENGAN DER{JAT Kf,PARA}IAN OSTEOARTHRITIS LUTUTMENURUT KELLGREN LAWRENCE PADA LANJUT USIA DI KLINIKPELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT RENI JAYA UIN SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2017 yang diajukan oleh Gebry Nadira(NIM : 1l141030000088), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan IhnuKesehatan pada 4 Agushrs 2017. Laporan ini telah diterima sebagai salah satu syaratmemperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran danProfesi Dokter.

Ciputat,4 Agustus 2017

DEWAN PENGTJJI

NIP : 19780507Sp.OT, M.Epid200501 1 005

Penguji I

drMus,ikaW::-,"-.,Sp.OT03 1 003

PIMPINAN FAKULTAS

K UIN Jakarta

. Arief Sumantri, S.KM., M.Kes

Kaprodi PSKPD FKIK UIN Jakarta

, FICS, FACS, PhD

tv

Pembimbing I

bhmad Zaki, Sp.OT, M.Epid19780507 200501 1 00s

Pembimbing II

yat Rahayu, Sp.Rad, M.KesNrP. 19640909 1996031 001

19650808 i98803 1 002 200604 I 001

Page 5: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

serta hidayahNya , sehingga penulis dapat dalam menyelesaikan peneltian ini

dengan baik. Sholawat serta salam tak lupa penulis sampaikan kepada baginda

Rasulullah SAW yang telah mengajak kita para umatnya menuju jalan yang lurus.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar

Sarjana Kedokteran dari Program Studi Kedokteran dan Pendidikan Dokter, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi, penulis melibatkan berbagai pihak yang

memberikan semangat, bimbingan serta dukungan, sehingga penulis dapat menyusun

skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima

kasih kepada pihak yang telah terlibat, di antaranya :

1. Prof. Dr. H. Arief Sumantri, M.Kes sebagai dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS selaku ketua Program Studi

Kedokteran dan Pendidikan Dokter (PSKPD) FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

3. dr. Achmad Zaki, Sp.OT, M.Epid sebagai pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, dukungan, serta motivasi yang membuat penulis

semangat dalam menjalankan semua proses dalam penelitian ini dengan baik.

4. dr. Ayat Rahayu, Sp.Rad sebagai pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan serta nasehat kepada penulis sehingga penulis dapat menjalankan

semua proses pada penelitian ini dengan baik.

5. dr.Putri Herliana yang telah memberi bimbingan dan dukungan kepada

penulis selama proses penyusunan laporan penelitian ini.

Page 6: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

vi

6. Bapak Chris Adhiyanto, MBiomed, PhD selaku penanggung jawab riset

PSKPD angkatan 2014.

7. Staf dosen PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan ilmu pengetahuan serta pengalaman hidup sebagai bekal bagi

penulis untuk ke depannya menjadi dokter yang baik bagi agama dan negara.

8. Staf Klinik Pelayanan dan Kesehatan Masyarakat (KPKM) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak bantuan kepada saya

selama pengambilan data penelitian ini, terutama kak Ayu yang selalu sabar

menghadapi penulis.

9. Ibu Nenden Muchtar selaku Ketua Perkumpulan Lansia Tangerang Selatan,

dan ibu-ibu serta bapak-bapak lansia yang selalu ceria dan sabar menjadi

responden dalam penelitian penulis.

10. Kedua orang tua penulis, Bapak Ir.Banua Rambe, Msi dan Ibu Elfirawati S.E

yang selalu mendukung penulis baik dari waktu, nasehat, dan yang terakhir

adalah doa serta keridhaan yang mereka berikan. Hal tersebut merupakan

bagian terpenting dalam penelitian penulis . Terima kasih selalu menjadi

orang tua terbaik bagi penulis.

11. Para adik penulis, Gefbar Faikar Aqbil serta Gelba Anggina Amirahta yang

selalu memberi saya semangat untuk menyelesaikan penelitian ini guna

menjadi contoh yang baik bagi mereka. Kepada nenek saya yang selalu

memberi nasehat penuh serta mendoakan penulis. Terima kasih telah

meluangkan waktunya kepada penulis dalam semua proses penelitian penulis.

12. Teman-teman sejawat dalam penelitian yang sama, Amalina, Ning Indah,

Asiah Muthia, Alvin Zulmaeta dan Maulana Hafiez Rambe yang memberikan

dukungan penuh serta waktu dan perjuangan yang penulis dan mereka

lakukan bersama demi suksesnya penelitian penulis. Ingat selalu “Man jadda

wajjada”, siapa yang bersungguh-sungguh maka akan mendapatkannya.

Terima kasih atas kerja sama selama ini.

Page 7: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

vii

13. Sahabat-sahabat penulis yang menjadi suplemen 24 jam, Nadira, Ning Indah,

Shallyna yang selalu memberi hiburan dan semangat ketika penulis mulai

putus asa. Semangat kita semua pasti bisa menjadi dokter yang sukses. Terima

kasih atas dukungannya.

14. Sahabat sejak dulu hingga sekarang, Hanny Adiba yang selalu mengingatkan

saya ketika saya putus asa, dan lelah dalam melakukan penelitian. Terima

kasih selalu mendengar dan mengerti penulis. Semoga sukses menjadi dokter

gigi.

15. Pembimbing SPSS penulis, Kak Yesha yang sangat baik dan sabar membantu

penulis dalam mengolah data dengan SPSS. Terima kasih atas bimbingannya.

16. Teman-teman yang selalu mendukung saya, Octaviana, Amel, Flora, Disti.

Terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini.

17. Teman-teman sejawat PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

memberi motivasi kepada penulis dan telah berjuang bersama dari semester

satu hingga semester akhir, sehingga penulis dapat menyeselesaikan penelitian

ini dengan baik.

Segala perjuangan dan usaha yang penulis telah lakukan merupakan pertolongan dari

Allah SWT. Oleh karena itu, penulis sebagai manusia biasa, bisa melakukan

kesalahan dalam penulisan ini. Penulis sangat menerima kritik dan saran yang

membangun. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat khususnya lansia

Indonesia yang merupakan orang-orang yang wajib kita lindungi dan sayangi.

Ciputat, 10 Juli 2017

Penulis

Page 8: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

viii

ABSTRAK Gebry Nadira. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Hubungan Kadar Serum Vitamin D (25(OH)D) dengan Derajat Keparahan Osteoarthritis Lutut Menurut Kellgren Lawrence pada Lanjut Usia di Klinik Pelayanan Kesehatan Masyarakat (KPKM) Reni Jaya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2017. Latar Belakang : Osteoarthritis merupakan penyakit degeneratif yang bersifat kronik dengan progresivitas lambat. Kerusakan kartilago sendi lutut diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya menurut Kellgren Lawrence (KL). Vitamin D merupakan faktor nutrisi yang diharapkan dapat menghambat terjadinya progresivitas osteoarthtiris. Tujuan :Mengetahui hubungan antara kadar serum vitamin D dengan derajat keparahan osteoarthritis (KL). Metode : Penelitian yang telah dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil secara konsekutif sebanyak 57 responden yang berobat ke KPKM Reni Jaya. Hasil :Dari uji Chi Square didapatkan hubungan yang lemah dan signifikan antara kadar serum vitamin D dengan derajat keparahan osteoarthritis menurut KL (r= -0,189, p <0,05). Dari hasil analisis regresi logistik ordinal, kadar serum vitamin D tidak memengaruhi secara signifikan terhadap derajat keparahan osteoarthritis menurut KL (p>0,05) Kesimpulan : Semakin tinggi kadar serum vitamin D, maka semakin ringan derajat keparahan osteoarthritis menurut KL. Kata Kunci : Kellgren Lawrence, Osteoarthritis, Vitamin D.

ABSTRACT

Gebry Nadira. Medical Studies and Medical Education Program.Relationship Between Serum Levels of Vitamin D (25(OH)D) and Degree of Severity Based on Kellgren Lawrence Grading System in Knee Osteoarthritis Patients at KPKM Reni Jaya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017. Background: Osteoarthritis is a chronic degenerative disease with slowly progression. Cartilage damage of the knee joint is classified based on degree of severity according to Kellgren Lawrence (KL). Vitamin D is a nutritional factor that is expected to inhibit the progresivity of osteoarthtiris. Objective: This study is aimed at finding association between serum levels of vitamin D with degree of severity in knee osteoarthritis patient represented by KL grading system. Methods : This type of study is an analytical descriptive with cross sectional approach. The sample was taken consecutively by 57 respondents who are treated at KPKM Reni Jaya and fulfill the criteria of inclusion and exclusion. Result: From Chi Square test found a weak and significant correlation between serum vitamin D levels with osteoarthritis severity degree according to KL (r = -0,189, p <0,05). From the results of ordinal logistic regression analysis, serum vitamin D levels did not significantly affect the severity of osteoarthritis according to KL (p> 0.05). Conclusion: The higher serum vitamin D level, the lighter the degree of severity of osteoarthritis according to KL. Keyword : Kellgren Lawrence , Osteoarthritis, Vitamin D.

Page 9: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................................................

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................

KATA PENGANTAR...............................................................................................................

ABSTRAK..................................................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................................

DAFTAR TABEL......................................................................................................................

DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................

DAFTAR GRAFIK……………………………………………………………………………

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................................

DAFTAR SINGKATAN............................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………...

1.1. Latar belakang.................................................................................................... 1.2. Rumusan masalah............................................................................................... 1.3. Hipotesis............................................................................................................. 1.4. Tujuan ................................................................................................................

1.4.1. Tujuan umum......................................................................................... 1.4.2. Tujuan khusus........................................................................................

1.5. Manfaat penelitian 1.5.1. Manfaat bagi institusi………………………………………………….. 1.5.2. Manfaat bagi masyarakat…………………………………………........ 1.5.3. Manfaat bagi peneliti………………………………………………….. 1.5.4. Manfaat bagi pemerintah……………………………………………… 1.5.5. Manfaat bagi peneliti lain……………………………………………..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………...

2.1.Landasan Teori....................................................................................................

ii

iii

iv

v

viii

xi

xii

xii

xiii

xiii

xiv

1 1 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 6 6

Page 10: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

x

2.1.1. Anatomi sendi lutut................................................................................. 2.1.1.1 Kapsul sendi………………………………………………….... 2.1.1.2.Ligamen ekstrakapsular………………………………………... 2.1.1.3 Ligamen intrakapsular………………………………………… 2.1.1.4.Diskus artikularis………………………………………………. 2.1.1.5.Bursa pada sendi lutut………………………………………….. 2.1.2. Histologi sendi lutut……………………………………………………..

2.1.2.1.Membran sinovial……………………………………………… 2.1.2.2.Kartilago artikularis…………………………………………….

2.1.3. Osteoarthritis…………………………………………………………….. 2.1.3.1. Definisi osteoarthritis………………………………………….. 2.1.3.2. Lokasi predileksi & epidemiologi osteoarthritis………………. 2.1.3.3. Patogenesis dan patologi osteoarthritis………………………… 2.1.3.4. Gejala osteoarthritis pada lutut……………………………….... 2.1.3.5. Klasifikasi osteoarthritis……………………………………….. 2.1.3.6. Faktor risiko osteoarthritis……………………………………..

2.1.4. Vitamin D……………………………………………………………….. 2.2.4.1. Sintesis dan metabolisme……………………………………… 2.2.4.2. Mekanisme vitamin D…………………………………………. 2.2.4.3. Defisiensi vitamin D & insufisiensi vitamin D……………….. 2.2.4.4. Pengaruh vitamin D terhadap struktur tulang dan

kartilago sendi…………………………………………………. 2.2. Kerangka teori……………………………………………………………….... 2.3. Kerangka konsep………………………………………………………………

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………………...

3.1. Desain penelitian................................................................................................ 3.2. Waktu dan tempat penelitian............................................................................. 3.3. Populasi dan sampel........................................................................................... 3.4. Besar sampel penelitian..................................................................................... 3.5. Cara pengambilan sampel.................................................................................. 3.6. Kriteria inklusi dan eklusi subjek penelitian………………………………….. 3.6.1. Kriteria inklusi………………………………………………………….. 3.6.2. Kriteria eksklusi………………………………………………………... 3.7. Alat dan bahan……………………………………………………………….... 3.8. Alur penelitian………………………………………………………………… 3.9. Cara kerja penelitian…………………………………………………………... 3.10. Identifikasi variabel………………………………………………………….. 3.10.1. Variabel terikat…………………………………………………………

3.10.2. Variabel bebas………………………………………………………… 3.11. Manajemen data…………………………………………………………….... 3.11.1. Pengolahan data………………………………………………………...

6 7 8 9 9 10 10 11 12 13 13 14 15 17 18 21 23 24 26 27 29 30 31

31 31 31 31 32 33 33 33 34 35 36 36 36 37 37

Page 11: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

xi

3.11.2. Analisis data…………………………………………………………… 3.12. Definisi operasional…………………………………………………………..

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………………

4.1. Karakteristik responden…………………………………………………………… 4.1.1. Usia responden…………………………………………………………….. 4.1.2. Jenis kelamin………………………………………………………………..

4.1.3. Indeks massa tubuh (IMT)………………………………………………… 4.1.4. Kadar serum vitamin D……………………………………………………. 4.1.5. Gambaran derajat keparahan osteoarthritis ………………………………. menurut Kellgren Lawrence

4.2. Korelasi antara kadar serum vitamin D dengan derajat keparahan osteoarthritis menurut Kellgren Lawrence ………….......................... 4.3. Gambaran faktor-faktor yang beresiko terhadap derajat keparahan osteoarthritis menurut Kellgren Lawrence……………………………………….. 4.3.1. Pengaruh faktor risiko kadar serum vitamin D terhadap derajat keparahan osteoarthritis menurut Kellgren Lawrence……………… 4.3.2. Pengaruh faktor risiko usia terhadap derajat keparahan osteoarthritis menurut Kellgren Lawrence………………………………... 4.3.3. Pengaruh faktor risiko jenis kelamin terhadap derajat keparahan osteoarthritis menurut Kellgren Lawrence………………………………... 4.4.4. Pengaruh faktor risiko indeks massa tubuh (IMT) terhadap Derajat keparahan osteoarthritis menurut Kellgren Lawrence…………….. 4.4. Keterbatasan penelitian…………………………………………………………… BAB V SIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………………...

5.1. Simpulan…………………………………………………………………………... 5.2. Saran………………………………………………………………………………. BAB VI KERJASAMA PENELITIAN……………………………………………... DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. LAMPIRAN

37 38

41

41 41 42 44 45 46 47

49

50 51

52

52 53 54 54 54 56 57

Page 12: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tingkat keparahan osteoarthritis (OA) genu berdasarkan gambaran radiologis Kellgren Lawrence (KL)……………..

Tabel 2.2. Klasifikasi OA genu menurut ACR (American Collage of Rheumatology)……………………………………..

Tabel 4.1.1 Distribusi responden berdasarkan usia dan jenis kelamin…………........ Tabel 4.1.2. Distribusi responden berdasarkan indeks massa tubuh (IMT)………….. Tabel 4.1.3. Distribusi responden berdasarkan kadar serum vitamin D…………….. Tabel 4.1.4. Distribusi responden berdasarkan derajat keparahan OA menurut Kellgren Lawrence …………………………………………….. Tabel 4.2.1. Gambaran korelasi antara kadar serum vitamin D dengan derajat

keparahan OA menurut KL………………………………………………. Tabel 4.2.2. Tabulasi silang antara kadar serum vitamin D dengan derajat

keparahan OA menurut KL……………………………………………..... Tabel 4.3.1. Pengaruh faktor risiko kadar serum vitamin D terhadao derajat

keparahan OA menurut KL………………………………………………. Tabel 4.3.2. Pengaruh faktor risiko usia terhadap derajat keparahan OA

menurut KL…………………………………………………………….. Tabel 4.3.3 Pengaruh faktor risiko jenis kelamin terhadap derajat

keparahan OA menurut KL……………………………………………… Tabel 4.3.4 Pengaruh faktor risiko IMT terhadap derajat keparahan OA

menurut KL……………………………………………………………..

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Komponen anatomi articulatio genu…………………………………… Gambar 2.2. Komponen sendi sinovial……………………………………………….. Gambar 2.3. Komponen membran sinovial…………………………………………… Gambar 2.4. Kartilago artikularis……………………………………………………... Gambar 2.5. Perbedaan sendi lutut normal dengan osteoarthritis………………....... Gambar 2.6. Siklus perubahan struktur kartilago artikular dan

kegagalan fungsi kolagen……………………………………………….

Gambar 2.7. Faktor-faktor yang merangsang dan menghambat fungsi anabolisme dan katabolisme dari kondrosit…………………………….

Gambar 2.8. Gambaran radiologis tingkat keparahan OA berdasarkan KL…………

20 20 41 44 45 46 47 48 50 51 51 52

6 10 11

13 14 15 16 19

Page 13: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

xiii

Gambar 2.9. Metabolisme vitamin D………………………………………………….. Gambar 2.10.Skema aktivitas vitamin D di dalam sel…………………………………. DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1. Distribusi responden berdasarkan usia …………………………………. Grafik 4.2. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin…………………………

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat etik penelitian……………………………………………………… Lampiran 2. Lembar data penelitian responden……………………………………….

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian…….………………………………………………..

Lampiran 4. Lembar Analisa Data SPSS……………………………………………..

24 25 42 43 61

62

63

64

Page 14: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

xiv

DAFTAR SINGKATAN ACR : American College of Rheumatology COMP : Cartilage Oligomeric Matrix Protein D2 : Ergocalciferol D3 : Cholecalciferol DNA : Deoxyribonucleic Acid EGF : Epidermal Growth Factor ELISA : Enzyme Linkd Immunoabsorbent Assay HLA : Human Leukocyte Antigen IL : Interleukin IMT : Indeks Massa Tubuh IRA : Indonesian Rheumatology Associations kg/m2 : Kilogram per meter kuadrat KL : Kellgren Lawrence KPKM : Klinik Pelayanan Kesehatan Masyarakat MMP : Matrix Metaloproteinase nmol/L : nano mol per liter NO : Nitrit Oxyde OA : Osteoarthritis PDGF : Platelet Derived Growth Factor RANKL : Receptor Activator of Nuclear Factor-kB Ligand RXR : Retinoic Acid X Receptor TGF : Transforming Growth Factor TIMP : Tissue Inhibitor of Metalloproteinase TNF : Tumor Necrosis Factor VAS : Visual Analogue Scale VDR : Vitamin D Responsive VDR-E : Vitamin D Responsive Element WHO : World Health Organization

Page 15: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Osteoarthritis merupakan penyakit degeneratif yang paling sering ditemukan

pada usia lanjut. Penyakit ini bersifat kronik dengan progesivitas yang lambat.

Penderita merasakan nyeri pada sendi dan juga ditandai dengan adanya kerusakan

pada kartilago sendi, hingga menyebabkan gangguan mobilitas. Sendi-sendi yang

biasanya terlibat adalah sendi yang berperan penting dalam menopang tubuh

seperti sendi lutut, vertebre, panggul, dan pergelangan kaki.1

Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di

Amerika Serikat. Osteoarthritis lutut simptomatik terjadi pada pria sebesar 13%

dan wanita 15% yang berusia ≥ 60 tahun. Jumlah penderita cenderung meningkat

karena terjadi penuaan penduduk.2 Oliveria dkk, melaporkan insiden osteoarthritis

simptomatik pada peserta organisasi pemeliharaan kesehatan Massachusetts,

berdasarkan usia dan jenis kelamin adalah 100 / 100.000 orang-tahun. Tingkat

kejadian osteoarthritis akan meningkat dengan cepat sekitar usia 50 tahun dan

kemudian mendatar setelah usia 70 tahun.3

Murphy dkk, memperkirakan risiko seumur hidup terhadap perkembangan

gejala osteoarthritis sekitar 40% pada pria dan 47% pada wanita. Risiko

meningkat menjadi 60% pada subyek dengan indeks massa tubuh (BMI) 30 atau

lebih tinggi.4 Menurut penelitian Reva dkk, prevalensi osteoarthritis lutut secara

radiologis di Amerika Serikat pada dewasa usia ≥ 45 tahun sebanyak 19,2% dari

peserta yang berpartisipasi di studi Framingham dan 27,8% dari peserta yang

berpartisipasi di projek Johnston County Osteoarthritis. Selain itu, peserta yang

berpartisipasi dalam NHANES III (The National Health and Nutrition

Examination Survey), sekitar 37% peserta yang berusia ≥60 tahun juga memiliki

osteoarthritis lutut secara radiologis.5

Page 16: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

2

Kabupaten Malang dan Kotamadya Malang dengan prevalensi 10 % dan 13,5%.

Sedangkan di Poliklinik Subbagian Reumatologi FKUI/RSCM ditemukan 43,82%

dari seluruh penderita penyakit reumatik baru yang berobat pada tahun 1991-

1994.6

Faktor risiko pada osteoarthritis dapat dibedakan dalam faktor risiko kejadian

awal dan faktor risiko yang berhubungan dengan progresivitas dan beratnya

osteoarthritis. Faktor yang berperan pada kejadian awal meliputi sistemik dan

lokal biomekanik. Faktor sistemik meliputi usia, gender, obesitas, genetik, nutrisi

(rendahnya mengonsumsi vit D), terapi sulih hormon, densitas tulang, sedangkan

faktor lokal terdiri dari pekerjaan, olahraga, kelemahan otot, proprioseptik.6

Vitamin D merupakan salah satu faktor nutrisi yang paling memberi harapan

bagi penderita osteoarthritis. Menurut Institute of Medicine, mendefinisikan

defisiensi vitamin D, apabila kadar serum 25-hydroxyvitamin D (<20 ng / ml) di

mana kadar normalnya yaitu 30-100 ng/ml.7 Tanpa vitamin D yang cukup,

tulang dapat menjadi tipis, rapuh, dan mengalami kecacatan. Dalam studi

Framingham, subyek dengan derajat kadar serum 25-hydroxyvitamin D terendah

(<27 ng / ml) dan menengah (27,0-33,0 ng / ml) memiliki risiko tiga kali lipat

mengalami osteoarthritis lutut yang progresif dibanding dengan subyek yang

tertinggi.8

Indonesia merupakan negara tropis, yang sepanjang tahun disinari matahari.

Namun, prevalensi defisiensi vitamin D khususnya pada lansia cukup tinggi.

Penelitian Arifin dkk terhadap wanita pascamenopause yang datang ke klinik

kandungan RSCM Jakarta menunjukkan bahwa prevalensi hipovitaminosis D

mencapai 81%.9 Pada tahun 2011, Toding dkk melakukan penelitian pada warga

usia lanjut yang mengunjungi PUSAKA di dua lokasi berbeda di Jakarta

mendapatkan prevalensi defisiensi vitamin D yang lebih tinggi yakni 92,5%.10

Defisiensi vitamin D diduga berperan penting pada progresivitas dari

osteoarthritis lutut. Status vitamin D dapat mempengaruhi tulang peri-articular,

sehingga memberikan kontribusi terhadap insidens dan/atau progresivitas

penyakit. Studi yang dilakukan oleh Zhang dkk (2003) menunjukkan serum

Page 17: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

3

vitamin D yang rendah berhubungan dengan peningkatan risiko dari penyempitan

celah sendi lutut pada osteoarthritis. 11

Hingga saat ini metode paling umum sebagai standar referensi untuk

mengetahui derajat keparahan osteoarthritis adalah Kellgren-Lawrence. Metode

ini yang telah dipakai selama lebih dari empat dekade. Secara keseluruhan sistem

penilaian derajat keparahan osteoarthritis terbagi dalam lima tingkatan yaitu

tingkat 0-4. Mendefinisikan secara pasti adanya osteofit (tingkat ≥2) dan untuk

derajat yang lebih parah ditandai dengan munculnya dugaan adanya penyempitan

ruang sendi, sklerosis, deformitas.5

Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel darah pasien

osteoarthritis yang berusia ≥60 tahun dan datang ke KPKM. Selanjutnya,

mengukur kadar vitamin D dan juga melakukan foto rontgen untuk mendapatkan

gambaran lutut secara radiologis, agar dapat menentukan derajat keparahan

osteoarthritis.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara kadar serum vitamin D (25(OH)D)

dengan derajat keparahan osteoarthritis menurut Kellgren-Lawrence pada

penderita osteoarthritis lutut?

1.3 Hipotesis

Penderita osteoarthritis lutut dengan kadar serum vitamin D (25(OH)D)

yang normal menunjukan gambaran radiologis Kellgren-Lawrence dengan

derajat keparahan yang lebih ringan dibandingkan dengan penderita yang

defisiensi vitamin D.

Page 18: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

4

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara kadar serum vitamin D (25(OH)D) dengan

gambaran radiologis menurut Kellgren-Lawrence pada penderita

osteoarthritis lutut.

1.4.2 Tujuan Khusus

Mengetahui distribusi gambaran kadar serum vitamin D (25(OH)D) pada

penderita osteoarthritis lutut.

Mengetahui distribusi gambaran radiologis menurut Kellgren Lawrence

terbanyak yang ditemukan pada penderita osteoarthritis lutut.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi institusi

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan yang terkait dengan derajat radiologis menurut Kellgren-Lawrence

pada penderita osteoarthritis lutut sesuai dengan konsentrasi serum vitamin D

(25(OH)D).

Menjadi bahan referensi bagi peneliti yang lain untuk melakukan

penelitian selanjutnya mengenai derajat radiologis menurut Kellgren-Lawrence

pada penderita osteoarthritis lutut sesuai dengan konsentrasi serum vitamin D

(25(OH)D).

1.5.2 Bagi masyarakat

Memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai derajat-derajat radiologis

menurut Kellgren-Lawrence pada penderita osteoarthritis lutut.

Memberi edukasi kepada masyarakat mengenai peran serum vitamin D

(25(OH)D) terhadap derajat keparahan radiologis menurut Kellgren-Lawrence

pada penderita osteoarthritis lutut.

Page 19: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

5

1.5.3 Bagi peneliti

• Memberikan edukasi dan pengalaman dalam penelitian deskriptif analitik.

• Mendapatkan manfaat untuk mengamalkan ilmu pengetahuan yang sudah

diterima di Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

• Mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran

1.5.4 Bagi pemerintah

Sebagai dasar pertimbangan pemerintah dalam pemberian suplementasi

vitamin D pada usia lanjut, dan dipertimbangkan untuk kebijakan atau program

kesehatan di Indonesia

1.5.5 Bagi peneliti lain

Hasil dari penelitian yang kami lakukan ini diharapkan dapat menjadi

bahan referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian selanjutnya demi

kemajuan pengembangan ilmu pengetahuan.

Page 20: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1. Anatomi Sendi Lutut

Gambar 2.1 Komponen Anatomi Articulatio genue ( Sendi Lutut)

Sumber : Tortora GJ , Derrickson B. Joints. In : Roesch B, editor. Principle of

anatomy and physiology 2009;12 : 264-336

Osteoarthritis didefinisikan secara patologis adalah suatu kondisi hilangnya

fokal area pada kartilago artikular yang terjadi di dalam sendi sinovial. Kondisi ini

dihubungkan dengan adanya osteofit, sklerosis subkondral dan penebalan kapsul

sendi.12 Salah satu sendi yang terlibat adalah Articulatio genue (sendi lutut) yang

merupakan sendi yang besar dan paling kompleks pada tubuh. Sendi ini

merupakan sendi engsel yang dimodifikasi (karena gerakan utamanya adalah

gerakan engsel uniaksial). Terdiri dari tiga sendi yang berada dalam rongga

sinovial tunggal: 13

1. Lateral adalah sendi tibiofemoral , antara condylus lateral femur,

meniscus lateral , dan condylus lateral tibia, yang berperan dalam

menahan beban pada kaki.

Page 21: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

7

2. Medial adalah sendi tibiofemoral lain, antara condylus medial femur,

meniskus medial, dan condylus medial tibia.

3. Sendi patellofemoral intermedius adalah antara patella dan permukaan

patella femur.

2.1.1.1 Kapsul Sendi

a. Lapisan luar

Disebut juga fibrous capsul , terdiri dari jaringan penghubung yang

kuat yang tidak teratur dan akan berlanjut menjadi lapisan fibrous dari

periosteum yang menutupi bagian tulang, sebagian lagi akan menebal dan

membentuk ligamentum. 14

b. Lapisan dalam

Disebut juga sinovial membran, bagian dalam membatasi kavum sendi

dan bagian luar merupakan bagian dari kartilago sendi. Membran ini tipis

dan terdiri dari kumpulan jaringan penghubung. Membran ini

menghasilkan cairan sinovial yang terdiri dari serum darah dan cairan

sekresi dari sel sinovial. Cairan sinovial ini merupakan campuran yang

kompleks dari polisakarida protein , lemak dan sel sel lainnya. 14

Polisakarida ini mengandung asam hialuronat yang merupakan

penentu kualitas dari cairan sinovial dan berfungsi sebagai pelumas dari

permukaan sendi sehingga sendi mudah digerakkan. Cairan sinovial ini

bertanggung jawab pula terhadap nutrisi dari kartilago artikularis yang

bersifat avascular. Secara fisiologis, volume cairan sinovial pada suatu

sendi konstan, namun dapat meningkat bila terjadi cedera. 14

Page 22: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

8

2.1.1.2 Ligamen Ekstrakapsular

a. Ligamentum Patellae

Melekat (di atas) pada tepi bawah patella dan pada bagian bawah

melekat pada tuberositas tibiae. Ligamentum patellae ini adalah lanjutan

dari bagian pusat tendon bersama m. quadriceps femoris. Dipisahkan dari

membran sinovial sendi oleh bantalan lemak intra patella dan dipisahkan

dari tibia oleh sebuah bursa yang kecil. Bursa infra patellaris superficialis

memisahkan ligamentum ini dari kulit. 13

b. Ligamentum Collaterale Tibiae

Ligamen luas, mendatar pada permukaan medial sendi yang

memanjang dari condyles medial femur sampai condylus medial tibia.

Tendon pada sartorius, gracilis, dan otot semitendinosus seluruhnya

memperkuat aspek medial sendi, menyeberangi ligamen. Ligamen

collaterale tibiae melekat erat pada meniscus medial. 13

c. Ligamentum Collaterale Fibulare

Ligamen kuat, melingkar pada permukaan lateral sendi yang

memanjang dari condylus lateral femur sampai ke sisi lateral caput fibula.

Hal ini yang memperkuat aspek lateral sendi. 13

d. Ligamentum Popliteum Obliquum Ligamentum kuat, yang terletak pada bagian posterior dari sendi lutut,

letaknya memanjang dari fossa interkondilaris dan condylus lateral

femur ke caput dan condylus medial tibia. Ligamentum ini memperkuat

permukaan posterior dari sendi. 13

Page 23: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

9

2.1.1.3 Ligamentum Intrakapsular

a. Ligamentum Cruciatum Anterior

Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan

berjalan kearah atas, ke belakang dan lateral untuk melekat pada bagian

posterior permukaan medial condylus lateralis femoris. Ligamentum ini

akan mengendur bila lutut ditekuk dan akan menegang bila lutut

diluruskan sempurna. Ligamentum ini ditemukan tertarik atau sobek pada

70% kasus cedera lutut serius. Cedera tersebut lebih sering mengenai

wanita dibanding pria. Hal tersebut diduga terkait sempitnya ruang

condylus femoris pada wanita . Selain itu, panggul wanita yang lebar akan

membentuk sudut yang lebih besar antara femur dan tibia sehingga cedera

sobek pada ligamentum ini meningkat. 14

b. Ligamentum Cruciatum Posterior Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris

posterior dan berjalan kearah atas , depan dan medial, untuk dilekatkan

pada bagian anterior permukaan lateral condylus medialis femoris.

Serat-serat anterior akan mengendur bila lutut sedang ekstensi, namun

akan menjadi tegang bila sendi lutut dalam keadaan fleksi. Serat-serat

posterior akan menjadi tegang dalam keadaan ekstensi. Ligamentum

ini mencegah tibia geser ke arah posterior dan femur bergeser ke arah

anterior, terutama saat berjalan menuruni tangga. 14

2.1.1.4 Diskus Artikularis

a. Meniscus Medial

Potongan setengah lingkaran (Bentuk C) dari fibrokartilago. Akhir

anteriornya melekat pada fossa intercondylaris anterior tibia dan

anterior dari ligamentum cruciatum anterior. Akhir posteriornya

melekat pada fossa posterior intercondylaris tibia dan diantara

perlekatan antara ligamentum cruciatum posterior dengan meniscus

lateral. 13

Page 24: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

10

b. Meniscus Lateral

Potongan hampir melingkar (hampir seperti bentuk O). Akhir

anteriornya melekat ke anterior pada eminentia intercondylaris tibia

dan ke posterior serta lateral pada ligamentum cruciatum anterior.

Akhir posteriornya melekat ke posterior pada eminentia intercondylaris

tibia dan ke anterior pada akhir posterior meniscus medial. 13

2.1.1.5. Bursa pada Sendi Lutut

a. Prepatellar bursa antara patella dan kulit

b. Infrapatellar bursa antara bagian superior dari tibia dan ligamentum

pattelae

c. Suprapatellar bursa antara bagian inferior dari femur and lapisan dalam dari m. quadriceps femoris.

2.1.2. Histologi Sendi Lutut

Sendi lutut termasuk sendi diarthrosis yang memungkinkan gerakan

bebas dari tulang-tulang yang melekat seperti buku-buku jari, lutut dan siku.

Komponen utama dari sendi diarthrosis yaitu kapsul articular, rongga sendi

yang mengandung cairan sinovial, ujung epifisis yang tertutup oleh kartilago

artikularis, dan membran sinovial yang membentuk kapsul dan memproduksi

cairan sinovial. 15

Gambar 2.2 Komponen Sendi Sinovial Sumber : Junqueira L.C., J Carneiro, R.O. Kelley . 20. Histologi Dasar Junquiera, Atlas &

Teks. Edisi ke-12. Jakarta : EGC. P 351-3

Page 25: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

11

2.1.2.1 Membran Sinovial

Membran sinovial adalah jaringan ikat khusus yang melapisi kapsul sendi

sinovial dan berhubungan dengan pelumas cairan sinovial. Tonjolan membran

sinovial melipat ke dalam rongga sendi dan mengandung banyak pembuluh darah

kecil. Tonjolan tertinggi dari lipatan tersebut menunjukkan kepadatan yang tinggi

pada kapiler dan dua sel khusus yang disebut sinoviosit. 15

Penghubung cairan sinovial pada permukaan jaringan yaitu makrofag-like

sinovial cells yang bulat dan banyak, derivat dari sel monosit. Sel ini meliputi

25% dari sel-sel lapisan sinovium. Sel-sel ini mengikat, menelan, dan

menghilangkan debris-debris dari cairan sinovial.Sel-sel ini terbentuk dari lapisan

permukaan jaringan yang dangkal menyerupai epitel, namun tidak memiliki

lamina basal dan tak tergabung dengan cell junction. Sel ini berperan dalam

meregulasi inflamasi dalam sendi diarthrosis. 15

Fibroblast-like (B type) sinovial cells derivate dari mesenkim yang

khusus untuk sintesis hialuronat yang berada dalam cairan sinovial dan

ekstraseluller lainnya. Banyak dari bahan ini diangkut oleh air dari kapiler ke

cairan sinovial yang melumasi sendi, mengurangi gesekan pada semua permukaan

internal, dan perlengkapan nutrisi dan oksigen pada kartilago sendi. 15

Gambar 2.3 Membran Sinovial

Sumber : Junqueira L.C., J Carneiro, R.O. Kelley. 20. Histologi Dasar Junquiera, Atlas & Teks.

Edisi ke-12. Jakarta : EGC. P 351-3

Page 26: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

12

2.1.2.2. Kartilago Artikularis

Pada kartilago artikularis, tipe kartilago yang sering ditemukan yaitu

kartilago hialin. Kartilago tipe ini mampu meneruskan beban dan gerakan dari

satu segmen tulang ke segmen tulang lainnya. Pada kartilago ini terdapat lapisan

cairan sinovial yang menyelimutinya sehingga gaya gesek pada daerah tersebut

sangat kecil. Saat terjadi pergerakan secara fisiologis, air yang terdapat pada

cairan sinovial akan bertukar dengan keseluruhan air yang terkandung dalam

kartilago hialin. Kandungan air berkisar 60-80%. Oleh karena itu, kartilago hialin

memiliki matriks yang terdiri dari proteoglikan dan memiliki strukturnya seperti

gel. Proteoglikan ini di dalamnya terdapat jaringan kolagen tipe II. Jaringan ini

memberikan tahanan terhadap regangan dan susunannya seperti anyaman. Selain

jaringan kolagen, ditemukan sebaran kondrosit yang bertanggung jawab

memproduksi komponen-komponen tersebut. 13

Struktur penting dari kartilago hialin adalah air, proteoglikan sebagai

substansi dasar, kolagen dan kondrosit. Proteoglikan memiliki afinitas yang tinggi

terhadap air. Adanya beban akan menyebabkan perubahan pada struktur kartilago,

di mana air akan terperas keluar ke permukaan sebagai salah satu komponen

lubrikan. Apabila beban berkurang dan hilang, air akan kembali lagi terserap ke

dalam proteoglikan. Tekanan yang terjadi di dalam kartilago dipertahankan oleh

gaya regang. Selama jaringan kolagen dan proteoglikan utuh maka kartilago

masih mampu mempertahankan kompresibilitas dan elasitisan . Namun saat

terjadi degradasi, setidaknya pada salah satu komponen kartilago tersebut, maka

akan menyebabkan kartilago hialin terurai. Hal ini akan terjadi minimal pada

proses penuaan, namun ekstensif pada penderita osteoarthritis. 16

Page 27: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

13

Gambar 2.4 Kartilago Artikularis

Sumber : Junqueira L.C., J Carneiro, R.O. Kelley . 20. Histologi Dasar Junquiera, Atlas &

Teks. Edisi ke-12. Jakarta : EGC. P 351-358

2.1.3 Osteoarthritis

2.1.3.1 Definisi Osteoarthritis

Menurut Perhimpunan Reumatologi Indonesia, osteoarthritis didefinisikan

sebagai suatu penyakit sendi degeneratif yang terjadi karena proses inflamasi

kronis pada sendi dan tulang yang ada disekitar sendi tersebut.17. American

College of Rheumatology (ACR) mendefinisikan osteoarthritis sebagai suatu

kondisi heterogen yang mengakibatkan tanda dan gejala pada sendi yang

berhubungan dengan kerusakan integritas kartilago sendi, serta perubahan pada

tulang dan tepi sendi.12

Dalam analisis anatomi, histopatologi, dan radiologi aosteoarthritis bukan

merupakan kelainan yang eksklusif pada kartilago artikularis. Lebih dari satu

komponen articular yang rusak pada kejadian osteoarthritis, di antaranya yaitu

tulang peri-artikuler, lapisan sinovial, dan jaringan ikat penunjan lainnya.

Perubahan structural yang khas pada osteoarthritis adalah pengurangan volume

kartilago artikularis yang terjadi secara progresif, peningkatan ketebalan lempeng

Page 28: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

14

subkondral, pembentukan tulang baru pada pinggir sendi (osteofit) dan

pembentukan kista tulang subkondral. 18

Gambar 2.5 Perbedaan Sendi Lutut Normal dengn Osteoarthritis Sumber : Johnston, SA. (1997) Osteoarthritis: joint anatomy, physiology and pathobiology. Vet

Clin N Am Small Anim Pract 27, 699-723.

2.1.3.2 Lokasi Predileksi & Epidemiologi Osteoarthritis

Sendi yang paling sering terserang oleh osteoarthritis adalah sendi-sendi

yang harus memikul beban tubuh (weightbearing joints), seperti lutut, panggul,

vertebra, lumbal dan servikal.17 Menurut estimasi WHO pada tahun 2002 ,

kurang lebih 10% populasi dunia berusia ≥ 60 tahun memiliki gangguan

simptomatik yang berhubungan dengan osteoarthritis.12 Studi radiografik yang

dilakukan pada populasi Amerika dan Eropa menunjukkan kejadian osteoarthritis

genu pada usia ≥ 45 tahun adalah 14,1% pada pria dan 22,8% pada wanita. 18

Prevelensi osteoarthritis lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu

mencapai 15.5% pada pria dan 12.7% pada wanita. Berdasarkan data prevalensi

dari National Centers for Health Statistics, diperkirakan 15.8 juta (12%) orang

dewasa antara 25-74 tahun menggambarkan 20% pasien dibawah 45 tahun

mengalami osteoarthritis tangan dan hanya 8,5% terjadi pada usia 75-79 tahun.

Sebaliknya, osteoarthritis lutut terjadi <0.1% pada kelompok usia 25-34 tahun,

tetapi terjadi 10-20% pada kelompok 65-74 tahun.19

Page 29: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

15

2.1.3.3 Patogenesis dan Patologi Osteoarthritis

Gambar 2.6. Siklus perubahan struktur kartilago artikular dan kegagalan

fungsi kolagen

Sumber : Solomon L. Osteoarthritis. In: Jamieson G, Naish F, editors. Apley’s System of

Orthopaedics and Fractures. Ed.9th. London: Hodder Arnold; 2010: p. 85-102

Pada osteoarthritis umumnya kerusakan kartilago sendi dimulai dengan

proses fokal, yang secara progresif meluas melibatkan komplemen lain,

megakibatkan perubahan permukaan kartilago sendi yang berlanjut dengan

adanya pula perubahan kemampuan kartilago sendi tersebut untuk menahan

beban. Jika dilihat secara mikroskopik, terdapat perubahan awal degenerasi

kartilago sendi sebagai fibrilasi berupa terbelahnya kartilago sendi yang agak

paralel dengan permukaan kartilago sendi. 6

\

Page 30: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

16

KONDROSIT

Gambar 2.7. Faktor-faktor yang merangsang dan menghambat fungsi

anabolisme dan katabolisme dari kondrosit Sumber : Disertasi Harry Isbagio, 2004

Pada stadium lebih lanjut, kerusakan akan meluas mencapai seluruh tulang

rawan sendi hingga subkondral. Proses osteoarthritis yang bersifat idiopatik bisa

berlangsung lambat sekitar 20-30 tahun. Selain itu, jaringan sinovium juga

berperan dalam aktivitas kondrosit, di mana sinoviosit melakukan fagositosis

fragmen kartilago yang dilepaskan ke rongga sendi hingga mengakibatkan

terjadinya inflamasi. Selanjutnya sel sinovia pada osteoarthritis mampu produksi

berbagai mediator yang dilepaskan ke rongga sendi seperti Matrix

Metaloproteinase (MMP) yang bersifat kondrolitik dan sitokin yang selanjutnya

merusak fragmen kartilago dan aktivitas dari kondrosit. Akhirnya, tulang

subkondral juga berperan dalam degradasi matriks kartilago sendi. Sel yang

berasal dari osteoklas akan mensintesa enzim proteolitik. 6

Anabolisme Katabolisme

STIMULASI

TGF-beta, PDGF, EGF

Bone morphogenic protein

Cartilage derived morphogenic protein

STIMULASI

Gamma-interferon Radikal Oksigen&NO

TNF-alpha Prostalglandin

IL-1, TNF-Alpha, IL-17.FGF’s

Interferon gamma

Leukemia inhibitory factor

Glukokortikoid

Fragmen Pro-Collagen

INHIBISI

TIMP, Plasminogen activator inhibitor

Calicrein

INHIBISI

Page 31: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

17

2.1.3.4 Gejala Osteoarthritis pada Lutut

Keparahan gejala dapat bergantung pada kerusakan yang terjadi pada sendi,

namun dapat bervariasi antar individu dan antar sendi. 16

1) Nyeri

Gejala yang membuat penderita osteoarthritis datang ke dokter untuk

diperiksakan . Nyeri ini dapat terasa menyebar, atau bahkan dapat

teralihkan ke lokasi yang jauh dari lokasi predileksi yang sesungguhnya

(nyeri lutut oleh karena OA yang terjadi pada pinggul). Nyeri akan terasa

berkurang dengan istirahat dan bertambah bila sendi digerakkan atau

menanggung beban.

2) Kekakuan

Sering ditemukan, umumnya terjadi setelah beberapa saat pasien tidak

melakukan kegiatan apapun. Namun akan menghilang setelah sendi

digerakkan. Kadang ditemukan pula morning stiffnes yang terjadi selama

beberapa menit dan lebih singkat dari kekakuan pada arthritis rheumatoid.

3) Pembengkakan

Dapat terjadi secara terus menerus (dengan penebalan kapsular atau karena

adanya osteofit yang besar-besar) ataupun secara berselang (oleh karena

adanya efusi).

4) Deformitas

Dapat terjadi oleh karena adanya kontraktur kapsular atau instabilitas

sendi. Deformitas ini juga bisa saja terjadi sebelumnya dan bahkan bisa

saja menjadi faktor risiko terjadinya osteoarthritis pada beberapa pasien.

Page 32: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

18

5) Hilangnya fungsi (fungsiolaesa)

Gejala yang paling dikeluhkan oleh pasien. Biasanya pasien mengeluhkan

gait yang tidak sempurna dan cenderung terpincang, kesulitan untuk

menaiki tangga, kesulitan untuk berjalan jauh serta terjadi pula

keterbatasan dalam gerakan, terutama berekstensi penuh.

2.1.3.5 Klasifikasi Osteoarthritis

Secara etiologi Osteoarthritis terbagi menjadi dua yaitu osteoarthritis

primer dan sekunder. Osteoarthritis primer terjadi tanpa dirasa bersama usia dan

tanpa sebab yang jelas (idiopatik) serta tidak berhubungan dengan penyakit

sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. Pada beberapa kasus

ditemukan hanya mengenai sedikit sendi (oligoarticular). Sendi yang paling sering

adalah sendi tangan, lutut, pinggul, dan spinal. 19

Pada kurang dari 5% kasus , osteoarthritis menyerang pada usia muda,

dan ada beberapa yang menjadi faktor predisposisi seperti penggunaan sendi yang

berlebihan dalam aktifitas kerja, olahraga berat, terdapat trauma sebelumnya,

penyakit sistemik seperti obesitas, inflamasi. Pada osteoarthritis sekunder sering

mengenai satu atau beberapa sendi. Lutut dan tangan sering diderita oleh wanita,

sedangkan pinggul sering ditemukan terjadi pada pria. Osteoarthritis primer juga

lebih banyak ditemukan daripada osteoarthritis sekunder 20

Klasifikasi yang paling sering digunakan yaitu berdasarkan gambaran

radiologis pada persendian penderita osteoarthritis. Tanda-tanda yang dapat

diamati pada gambaran radiologis yaitu pembentukan osteofit, terjadinya sclerosis

dan terbentuknya kista. Pada gambaran radiologis, keparahan osteoarthritis dapat

digambarkan dengan skala Kellgren-Lawrence yang diklasifikasikan menjadi

empat derajat (1-4). Dengan membandingkan hasil foto radiologis pasien dengan

gambaran radiologis sendi normal pada atlas radiografi, derajat keparahan dapat

ditentukan.12

Page 33: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

19

Berdasarkan gambaran radiologis, osteoarthritis dapat diklasifikasikan

seperti berikut ini:

Gambar 2.8 Gambaran Radiologis Tingkat Keparahan Osteoarthritis

Berdasarkan Kellgren-Lawrence

Sumber : R.D. Altman, M.D., G.E. Gold, M.D. Atlas of individual radiographic features in

osteoarthritis, Osteoarthritis and Cartilage Volume 15 2007, A1-A56

Page 34: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

20

Tabel I. Tingkat Keparahan Osteoarthritis Genu berdasarkan Gambaran

Radiologis Kellgren-Lawrence ( Atlas of Standard Radiographs, 1963)

Grade Verbal Description

Grade 1 Doubtful narrowing of joint space and possible osteophytic

lipping

Grade 2 Definite osteophytes and possible narrowing of joint space

Grade 3 Moderate multiple osteophytes , definite narrowing of joint

space and some sclerosis and possible deformity of bone

ends

Grade 4 Large osteophytes, marked narrowing of joint space ,

severe sclerosis, and definite deformity of bone ends.

Sumber : Symmon D, Mathers C, Pfeleger B Global burden of Osteoarthritis in the year 2000. In

Global Burden of Disease 2002,1-26

Selain gambaran X-ray dari sendi lutut (tibiofemoral joint) diperlukan pula

informasi mengenai gejala klinis yang dialami pasien melalui anamnesis. Berikut

ini adalah gambaran algoritma penentuan diagnosis osteoarthritis dengan melihat

radiologis dan gejala klinis. Algoritma ini juga sudah digunakan untuk

mendiagnosis pasien osteoarthritis di Indonesia oleh IRA( Perhimpunan

Rheumatologi Indonesia)

Tabel II. Klasifikasi Osteoarthritis Genu menurut ACR (American College of

Rheumatology

Berdasarkan Kriteria Klinis

-Nyeri sendi lutut

dan

paling sedikit 3 dari 6 kriteria di bawah ini :

1. Krepitus saat gerakan aktif 2. Kaku sendi <30 menit 3. Umur > 50 tahun

Page 35: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

21

4. Pembesaran tulang sendi lutut 5. Nyeri tekan tepi tulang 6. Tidak terba hangat pada sinovium sendi lutut

Sensitivitas 95% dan spesifisitas 69%

Berdasarkan Kriteria Klinis dan Radiologis

-Nyeri sendi lutut

dan

adanya osteofit

dan

paling sedikit 1 dari 3 kriteria di bawah ini :

1. Kaku sendi < 30 menit 2. Umur> 50 tahun 3. Krepitus saat gerakan sendi aktif

Sensitifitas 91% dan spesifisitas 86%

Sumber : Altman, R, et al : Arthritis Rheum 29 :1309, 1986

2.1.3.6. Faktor Risiko Osteoarthritis

Faktor risiko yang berperan pada Osteoarthritis dapat dibedakan menjadi

dua golongan besar: 16

1. Faktor Predisposisi Umum

Usia, jenis kelamin, obesitas, hereditas, merokok, densitas massa

tulang, hormonal dan penyakit reumatik kronik lainnya

2. Faktor Mekanik

Trauma, bentuk sendi, penggunaan sendiri berlebihan karena

pekerjaan/aktivitas

Page 36: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

22

Berbagai faktor di atas mungkin saja ditemukan satu individu dan saling

menguatkan. Faktor risiko awal munculnya osteoarthritis berbeda dengan

faktor risiko untuk progresivitas osteoarthritis.

a. Usia

Faktor usia merupakan faktor terkuat, dengan bertambahnya usia maka

prevalensi osteoarthritis semakin meningkat. Prevalensi meningkat dua

sampai sepuluh kali lipat dari usia 20 hingga 65 tahun. Pads studi jangka

panjang Chingford, wanita dengan rerata 54 tahun, mempunyai risiko

tertinggi terjadinya osteoarthritis lutut.

b. Jenis Kelamin

Wanita lebih sering terserang osteoarthritis lutut dan terjadi pada lebih

dari satu sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering terkena osteoarthritis

paha, pergelangan tangan, dan leher. Pada usia <45 tahun frekuensi

osteoarthritis kurang lebih sama antara laki-laki dan wanita, namun di atas

usia 50 tahun (setelah menopause), frekuensi osteoarthritis lebih banyak

menyerang wanita.

c. Genetik

Salah satu determinan yang kuat pada osteoarthritis. Bukti adanya peranan

faktor genetik berasal dari epidemiologik keluarga, Pada orang kembar

mendapat pengaruh genetik sebesar 39% osteoarthrtis tangan, 65%

osteoarthritis lutut, osteoarthritis panggul dan 70% osteoarthritis spinal.

Bukti terkuat adalah determinan gen dengan osteoarthritis familial

ditemukan keterkaitan gen kolagen tipe II yang mengalami mutasi dengn

kondrodisplasia dan osteoarthritis pada banyak sendi. Kandidat gen

lainnya pada osteoarthritis meliputi gen reseptor vitamin D, gen COMP

dan pada region HLA.

Page 37: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

23

d. Obesitas

Orang-orang yang memiliki berat badan berlebih memiliki prevalesi

osteoarthritis lutut yang tinggi. Menurut penelitian yanga ada, obesitas

mendahului kejadian osteoarthritis dan selanjutnya meningkatkan

progresivits radiologik osteoarthritis. Pada penderita obese, setiap

penurunan berat badan 5 kg dan mengurangi risiko osteoarthritis sebesar

50%. Peranan beban mekanik berlebih pada sendi lutut dan panggul

menyebabkan kerusakan kartilago sendi serta kegagalan ligament dan

struktur lainnya untuk menopang badan.

2.1.4. Vitamin D

2.1.4.1. Sintesis dan Metabolisme

Vitamin D biasanya diproduksi di kulit melalui proses fotolitik kuat yang

bekerja pada derivat kolesterol (yaitu, 7-dehydrocholesterol) untuk menghasilkan

previtamin D3, yang kemudian perlahan-lahan diisomerisasi menjadi vitamin D3.

Vitamin D3 adalah bentuk alami dari vitamin D diproduksi di kulit, dan vitamin

D2 ( ergocalciferol atau ergosterol aktif) berasal dari iradiasi ergosterol. Keduanya

merupakan bentuk vitamin D yang bersifat larut dalam lemak (lipo-soluble).11

Page 38: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

24

Gambar 2.9. Metabolisme Vitamin D Sumber: https://www.researchgate.net/figure/50270684_fig1_Figure-1-e-Vitamin-D-Metabolism-

and-Biological-effects-Sun-exposure-UVB-results-in

Setelah dilakukan isolasi pada vitamin D3 yang ada di sirkulasi,

ditemukan senyawa 25-hydroxyvitamin D3 [25 (OH) D3]. Senyawa ini sekarang

dipantau dalam serum pasien untuk menunjukkan status vitamin D . Namun, 25

(OH) D3 sendiri secara metabolik tidak aktif dan harus diubah. Hormon aktif

terakhir yang berasal dari vitamin D , diisolasi dan diidentifikasi dan strukturnya

telah disimpulkan sebagai senyawa 1α, 25-dihidroksivitamin D3 [1,25 (OH)

2D3]. 21

2.1.4.2. Mekanisme Vitamin D

Vitamin D dalam bentuk aktif yaitu Kalsitriol atau 1,25(OH)2D3 (1,25-

dihidroksi vitamin D3) adalah hormon steroid dan bekerja dengan diaktivasi oleh

VDR yang terdapat pada berbagai jenis sel. Peran yang paling penting dari

kalsitriol adalah mengatur osteoklastogenesis dan reabsorpsi tulang oleh modulasi

gen yang diaktivasi oleh RANKL (Receptor Activator of Nuclear faktor-kB

Ligand) di osteoblast. Kalsitriol dikenali oleh reseptornya dan menentukan

ekspresi RANKL. Kalsitriol juga berperan dalam maturasi pre-osteoklas menjadi

osteoklas, reabsorpsi kalsium dan fosfor dari tulang dan berkontribusi dalam

menjaga homeostasis kalsium dan fosfor. Peran lain dari kalsitriol ialah

menstimulasi absoprsi kalsium dari usus.11

Page 39: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

25

Vitamin D dalam bentuk kalsitriol (1,25(OH)2D3) memiliki dua

mekanisme dalam menjalankan fungsinya , yaitu secara genomik dan non-

genomik. Mekanisme genomik diawali dengan masuknya kalsitriol yang

bersirkulasi ke dalam membran sel target dan berinteraksi dengan VDR di dalam

inti sel (Gambar ). Ikatan VDR-kalsitriol-inti sel akan mengalami fosforilasi,

kemudian terikat dengan Retinoic acid-X Receptor (RXR) dan membentuk

kompleks heteromerik yang akan berikatan dengan Vitamin D Responsive Element

(VDR-E) dalam DNA serta membentuk komplek nukleoprotein. Selanjutnya akan

dikenali sebagai specific site di dalam kromosom yang akan meregulasi terjadinya

tranksripsi gen. 22

Mekanisme non-genomik vitamin D terjadi tanpa adanya transkripsi gen,

misalnya homesotasis kalsium. Sintesis kalsitriol merupakan respon terhadap

perubahan kadar kalsium dalam darah dan pelepasan hormon paratiroid. Kondisi

hipokalsemia menstimulasi sekresi hormon tiroid. Hormon paratiroid selanjutnya

akan menstimulasi 1- hidroksilase di ginjal yang akan mengubah kalsidiol

menjadi kalsitriol. Keberadaan kalsitriol dan hormon paratiroid di jaringan target

akan mengakibatkan peningkatan kadar kalsium serum. 22

Gambar 2.10. Skema aktivitas Vitamin D di dalam sel. 1,25(OH)D masuk ke dalam membran

seldan berikaran dengan VDR di sitoplasma sel. Komplek heteromerik yang terbentuk masuk ke

dalam inti sel dan membentuk komplek yang lebih besar dengan RXR. Komplek nucleoprotein ini

mengenali lokasi khusus pada kromosom dan meregulasi transkripsi gen. (Murtens & Muller,

2010)

Page 40: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

26

2.1.4.3. Defisiensi Vitamin D & Insufisiensi Vitamin D

Menurut Konsensus Workshop Vitamin D ke-14, kadar 25(OH)D dalam

serum yang dikatakan adekuat yaitu >20ng/ml (50nmol/L). Apabila seseorang

memiliki kadar serum kadar 25(OH)D diantara 25-50nmol/L dikatakan orang

tersebut menderita insufisiensi vitamin D yang menyebabkan metabolism tulang

tidak berjalan baik., sehingga PTH dalam serum meningkat. Defisiensi vitamin D

terdeteksi sebagai osteomalasia dengan defek mineralisasi tulang pada kadar

25(OH) D serum <25nmol/L.23

Defisiensi Vitamin D mengakibatkan gangguan pada mineralisasi tulang

sehingga terjadi kondisi osteomalacia. Kadar vitamin D yang tidak adekuat dapat

diakibatkan oleh paparan sinar matahari yang kurang atau suplai asupan yang

sangat kurang. Kulit mempunyai kapasitas besar untuk menghasilkan vitamin D

bagi tubuh (80-100%) setelah terpapar sinar ultraviolet B (290-315nm). Vitamin

D harus melalui proses hidroksilasi di hati dan juga ginjal agar aktif secara

biologis. Proses 25- hidroksilasi di hati sangat cepat dan tidak dapat diatur,

sehingga pengukuran kadar 25-(OH)D serum dapat dilakukan untuk mengetahui

status vitamin D seseorang, sedangkan pembentukan 1,25(OH)2D3 di ginjal

diatur oleh hormon paratiroid dan umpan balik negatif dari1,25(OH)2D3 itu

sendiri. 24

Seiring bertambahnya usia, terdapat perubahan yang berkaitan dengan

vitamin D. Dibandingkan dengan dewasa muda, kulit lansia hanya memiliki

kemampuan mengubah sinar ultraviolet B menjadi vitamin D 30% lebih sedikit.

Vitamin D memainkan peran penting untuk mempertahankan mineral tulang

dengan meningkatkan transportasi kalsium, dan fosfat sehingga proses

mineralisasi normal matriks kolagen tipe 1 dalam tubuh manusia memadai . Akan

tetapi, pada lansia terjadi penurunan produksi asam lambung yang menyebabkan

rendahnya kalsium terionisasi dalam lumen usus sehingga absorpsi kalsium oleh

dinding usus menurun.

Faktor ini juga diperberat dengan kurangnya asupan makanan yang mengandung

kalsium pada lansia. 25

Page 41: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

27

Selain faktor lansia terdapat pula kasus yang jarang seperti (a) perubahan

metabolisme vitamin atau adanya resistensi jaringan terhadap aksi vitamin D; (b)

hipoparatiroid; (c) patologi herediter terkait kelainan pada kromosom X; (d)

penyakit-penyakit yang menghalangi penyerapan vitamin D atau pembentukan

metabolit aktifnya.

2.1.4.4. Pengaruh Vitamin D terhadap stuktur tulang dan kartilago

Kalsifikasi matriks kolagen untuk pertumbuhan kartilago berawal dari

organel ekstraselular yang dinamakan vesikel matriks dan berasal dari membran

plasma. Pada kondisi kekurangan vitamin D, terjadi kegagalan mineralisasi pada

kartilago. Karena sel- sel pada kartilago memiliki reseptor 1,25-dihidroksivitamin

D3 (1,25-(OH)2D3) dan 24,25-(OH)2D3 maka kedua metabolit ini berperan

penting dalam diferensiasi dan maturasi kalsifikasi kartilago. Pada percobaan

terhadap lempeng pertumbuhan epifiseal kartilago (epiphyseal growth cartilage)

yang dikondisikan defisien vitamin D, ternyata terjadi peningkatan fosfolipid yang

menandakan kegagalan induksi mineralisasi kartilago. 26

Efek defisiensi vitamin D yang paling bermakna terjadi pada Zona

istirahat (resting) dan Zona upper proliferative cell dari kartilago. Percobaan lain

juga menunjukkan perubahan pada epifiseal kartilago yang berhubungan dengan

status 1,25-(OH)2D3. Walaupun banyak data yang menunjukkan bahwa

1,25(OH)2D3 merupakan metabolit yang sangat penting, penelitian lain juga

memperlihatkan peranan dari 24,25(OH)2D3. Di mana terjadi produksi vesikel

matriks pada zona sel proliferatif dari epifisis hewan coba setelah disuntik

24,25(OH)2D3. 26

Percobaan lain juga memperlihatkan adanya peningkatan aktivitas

fosfatase alkali yang merupakan penanda untuk vesikel matriks yang diisolasi dari

kartilago dan menandakan pembentukan mineral dari kultur kondrosit yang

diterapi dengn 24,25(OH)2D3. Kondrosit pada kartilago pertumbuhan (growth

cartilage) merespon secara primer terhadap 1,25(OH)2D3, sementara Zona resting

merespon terhadap 24,25(OH)2D3. Sehingga disimpulkan bahwa hormon vitamin

Page 42: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

28

D ini mempunyai pengaruh langsung terhadap metabolisme sel-sel kartilago yang

bersifat kondrolitik seperti Matrix Metaloproteinase (MMP), yang diketahui

berperan penting dalam degradasi kartilago pada patofisiologis osteoarthritis. 26

Penelitian oleh Dean dkk (1997) mencoba melihat hubungan antara

Inteleukin-1α dan β yang merangsang produksi proteinase dan menginhibisi

sintesis matriks pada pada lempeng pertumbuhan kartilago, dengan metabolit

vitamin D. Hasil studi memperlihatkan bahwa vitamin D (1,25(OH)2D3 dan

24,25(OH)2D3) meregulasi level IL-1 pada jaringan lempeng pertumbuhan

kartilago. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa 1,25(OH)2D

menginhibisi ekspresi sitokin pro-inflamasi seperti IL- 1, IL-2, IL-6 dan IL-8

.Aplikasi analog vitamin D sintetik diketahui menghambat influks mediator

inflamasi ke dalam jaringan. Analog vitamin D tersebut menginduksi ekspresi

VDR yang langsung berhubungan dengan komponen dari komplek protein

heteromerik NF-κB dan mencegahnya berhubungan dengan lokasi target di

kromosom sehingga menghambat proses inflamasi. Penemuan ini secara langsung

membuktikan efek anti-inflamasi dari vitamin D. 21

Page 43: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

29

2.3. Kerangka Teori

Page 44: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

30

2.4. Kerangka Konsep

Sesuai dengan kerangka teori yang telah dijelaskan di atas, maka kerangka

konsepnya sebagai berikut

Konsentrasi Serum Vitamin D (25(OH)D)

Osteoarthritis Lutut Klinis dan Radiologis

Kellgren Lawrence

Usia Jenis Kelamin IMT

Page 45: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan merupakan studi deskriptif analitik

dengan pendekatan cross-sectional untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi

serum vitamin D (25(OH)D) dengan derajat keparahan osteoarthritis lutut menurut

Kellgren-Lawrence di KPKM Reni Jaya, Tangerang Selatan tahun 2017. Subyek

dengan osteoarthritis lutut simptomatik akan direkruit secara konsekutif sampling

dan diperiksa kadar serum vitamin D, kondisi fisik serta radiologi lututnya.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu : Februari- Mei 2017

Tempat : KPKM Reni Jaya, Tangerang Selatan

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi Target pada penelitian ini ialah semua individu ≥ 60 tahun

dengan osteoarthritis lutut simptomatik di Indonesia. Populasi terjangkau atau

populasi sumber pada penelitian ini ialah manula yang telah terdiagnosis

osteoarthritis lutut simptomatik yang berobat ke KPKM pada bulan Februari

hingga Mei 2017 serta diperiksa konsentrasi serum vitamin D (25(OH)D).

3.4. Besar Sampel Penelitian

Rumus besar sampel berdasarkan penelitian analitik korelatif sebagai berikut :

𝑛 = � 𝑧𝛼+𝑧𝛽

0,5 ln1+𝑟1−𝑟

� 2

+ 3

Page 46: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

32

𝑛 = �1,96 + 1,282

0,5 ln 1 + 0,431 − 0,43

2

+ 3

𝑛 = �3,242

0,5 ln 1,430,57

2

+ 3

𝑛 = �3,242

0,5 ln 2,50 �

2

+ 3

𝑛 = �3,2420,45

� 2

+ 3

𝑛 = (7,20) 2 + 3 𝑛 = 51,89 + 3 = 54,89 Besar sampel minimal yang dibutuhkan untuk

penelitian ini sebanyak 55 orang.

Keterangan : 𝑍𝛼 = deviat baku normal untuk α. Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 0,5%, hipotesis dua

arah sehingga 𝑍𝛼 = 1,96

Zβ = deviat baku normal untuk β . Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10% (power

penelitian 90%) sehingga Zβ = 1,282

r = korelasi minimal yang dianggap bermakna, ditetapkan sebesar 0,43.

3.5. Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel berdasarkan consecutive sampling , data

diambil berdasarkan hasil kuesioner yang telah diisi pasien yang datang ke KPKM

Reni Jaya, Tangerang Selatan. Pasien yang dijadikan sampel seluruhnya termasuk

populasi terjangkau yang telah memenuhi kriteria baik inklusi maupun eksklusi.

Jumlah pasien yang diberikan kuesioner dilebihkan, hingga memenuhi besar

sampel minimal pada perhitungan sampel.

Page 47: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

33

3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Subjek Penelitian

3.6.1. Kriteria Inklusi

– Usia ≥ 60 tahun

– Penderita OA lutut simptomatik yang memenuhi kriteria klinis dan

radiologis Kellgren Lawrence paling tidak 1 bulan terakhir dengan nyeri

lutut minimal 20 mm pada Visual Analogue Scale (VAS) 100 mm.

– Kadar serum 25(OH)D < 50 nmol/L

– Tidak menderita penyakit inflamasi sistemik atau penyakit sistemik lainnya

– Tidak melakukan aktifitas fisik berat / olahraga berat paling tidak 1 bulan

terakhir

– Bersedia mengikuti penelitian

3.6.2. Kriteria Eksklusi

–Trauma lutut termasuk cedera pada ligamen atau meniscus sebelum

penelitian

– IMT > 27

–Kellgren Lawrence derajat 4

Page 48: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

34

3.7. Alat dan Bahan

Kertas

Pulpen

Laptop & Program SPSS

Kuesioner

Timbangan & Microtoise

Alat Radiologi X-ray Lutut

Darah Sampel Pasien

Vacutainer

Spuit

Alkohol swab

Kit ELISA

Page 49: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

35

3.8. Alur Penelitian

Kuesioner diberikan pada pasien lansia yang datang ke KPKM dan menderita sakit lutut

Menentukan apakah pasien termasuk kriteria inklusi atau eksklusi pada penelitian ini

Pasien yang termasuk kriteria inklusi akan dibantu dalam pengisian kuesioner penelitian

Pasien dilakukan pengambilan darah oleh pihak Prodia untuk menentukan konsentrasi

serum vitamin D (25(OH)D)

Pasien diminta melakukan foto rontgen untuk pengambilan gambar radiologi pada bagian lutut yang dilakukan dengan bekerja sama

dengan pihak RS Sari Asih

Melakukan analisis dan pengolahan data dengan program SPSS

Pasien diskrinning oleh dokter umum yang bertugasi di KPKM Reni Jaya untuk diagnosis

OA lutut.

Page 50: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

36

3.9. Cara Kerja Penelitian

1. Mempersiapkan penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

2. Melakukan pengurusan perizinan penelitian di KPKM Reni Jaya,

Tangerang Selatan.

3. Melakukan diskusi dengan penanggung jawab Klub Bina Lansia

Tangerang Selatan terkait koordinasi waktu yang tepat untuk penelitian

berlangsung.

4. Melakukan pengumpulan data faktor risiko dan data pribadi melalui

kuesioner saat pasien datang ke KPKM.

5. Mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan pengukuran tinggi dan

berat badan pasien.

6. Melakukan skrinning OA lutut oleh dokter umum.

7. Melakukan pengambilan darah pasien.

8. Melakukan pemeriksaan rontgen lutut pasien.

9. Pengirimin sampel darah ke lab prodia untuk menilai serum vitamin D dan

foto rontgen untuk diintepretasikan.

10. Penerimaan hasil data pasien.

11. Pengumpulan data dan analisis data menggunakan SPSS.

3.10. Identifikasi Variabel

3.10.1. Variabel Terikat

Nilai kadar serum Vitamin D (25(OH)D) dalam skala kategorik.

3.10.2. Variabel Bebas

Nilai derajat keparahan osteoarthritis menurut Kellgren Lawrence

dalam skala kategorik.

Page 51: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

37

3.11. Manajemen Data

3.11.1. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan akan diolah melalui beberapa tahapan, yaitu:

1. Cleaning

Tahapan pertama data dibersihkan terlebih dahulu, dipisahkan mana data

yang tidak diperlukan pada penelitian ini.

2. Editing

Pada tahap ini, proses pengolahan data dengan mengecek kelengkapan

data untuk mengoreksi data yang masih belum jelas.

3. Coding

Tahapan ini yaitu memberikan kode-kode pada data yang telah terkumpul

dan dikelompokkan agar mudah dalam pemasukan data.

4. Entry

Data yang telah dikelompokkan dan diberi kode selanjutnya dilakukan

penyusunan. Proses penyusunan dapat dilakukan manual atau dengan

computer (data entry), kemudian akan dilakukan analisis data.

3.11.2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan uji korelasi chi-square yang menentukan hubungan antara kadar

serum vitamin D dengan derajat keparahan OA lutut pada lansia. Uji ini dipilih

karena variabel yang diuji bersifat kategorik-kategorik.

Page 52: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

38

3.12. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara

Pengukuran

Skala

1 Osteoarthritis lutut Suatu penyakit sendi

degeneratif yang

terjadi karena proses

inflamasi kronis

pada sendi dan

tulang yang ada

disekitar sendi

tersebut. 17

Kuesioner

Diukur oleh

dokter di

KPKM Reni

Jaya yang

bertanggung

jawab

mendiagnosis

pasien

Nominal

2. Usia Usia pasien saat

sampel diambil.

Kuesioner

Diukur melalui

anamnesis

yang dilakukan

dokter

Kategorik

Menurut BPS (2013)

Skor:

1= 60-69 tahun

(Lansia Muda)

2= 70 – 79 tahun

(Lansia Madya)

Page 53: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

39

3

Jenis Kelamin Jenis Kelamin pasien

sejak lahir.

Kuesioner Nominal

Skor:

1= Pria

2= Wanita

4 Indeks Massa

Tubuh (IMT)

Berat badan dalam

kilogram (kg) dibagi

dengan tinggi dalam

meter kuadrat (m2)

Kuesioner

Diukur oleh

petugas medis

di KPKM

Alat pengukur

untuk tinggi

badan

menggunakan

stature meter

dan timbangan

untuk berat

badan.

Keduanya

dihitung

berdasarkan

rumus yang

telah

dijabarkan di

definisi

Kategorik

Menurut Depkes RI

(2002)

Skor :

1= IMT <17,0

kg/m2 (kurus berat)

2= IMT 17,0 – 18,4

kg/m2 (kurus ringan)

3= IMT 18,5 – 25

kg/m2 (normal)

4= IMT 25,1 – 27

kg/m2 (obesitas

ringan)

Page 54: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

40

5 Kadar vitamin D

dalam serum

Hasil pengukuran

dari konsentrasi

serum vitamin D

(25(OH)D)

Chemolumines

cent

immunoassay

Kategorik

1. Sufisien

( >50 –125 nmol/L)

2. Insufisien

(25 – 50 nmol/L)

3. Defisien

(<25 nmol/L)

Sumber :

(Heaney & Weaver

2003), (Holick 2004)

6 Derajat keparahan

osteoarthritis lutut

sesuai Klasifikasi

Kellgren Lawrence

(KL)

Derajat keparahan

osteoarthritis

berdasarkan

pengamatan pada

foto x-ray sendi

tibiofemoral pasien

Kuesioner

Diinterpretasi

oleh Dokter

Spesialis

Radiologi

Kategorik

Skor:

1 = Meragukan

(osteofit kecil)

2 = Minimal

(ada osteofit dan celah

sendi normal)

3= Sedang

(osteofit jelas, celah

sendi menyempit).

Page 55: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian ini, didapatkan sampel yang berasal dari data primer

pada lanjut usia ( ≥ 60 tahun) yang merupakan pasien KPKM Reni Jaya,

Pamulang, Tangerang Selatan pada bulan Februari hingga Mei 2017 . Didapatkan

subjek penelitian sebanyak 57 orang, yang sebelumnya sudah menyetujui untuk

dilakukan pemeriksaan terkait kadar vitamin D dan pemeriksaan rontgen pada

lutut yang sakit.

4.1. Karakterisitik Responden

4.1.1. Usia Responden

Tabel 4.1.1 Distribusi responden berdasarkan usia dan jenis kelamin

KARAKTERISTIK KATEGORI FREKUENSI PRESENTASE RESPONDEN (n) (%)

Usia

60-69 tahun 43 75,4

70-79 tahun 14 24,6

Jenis kelamin

Laki-laki 17 29,8

Perempuan 40 70,2

Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 57 orang yang berusia ≥ 60

tahun. Responden terdiri dari 43 orang ( 75,4%) yang tergolong lansia muda (60-

69 tahun) dan 14 orang (24,6%) masuk golongan lansia madya (70-79 tahun).

Rentang usia responden yaitu dari 60 tahun sampai 78 tahun dengan rata-rata usia

65,80 tahun (SD=4,634). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rendy

(2016) di RS PKU Muhammadiyah Gamping pada responden yang berusia >60

Page 56: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

42

tahun didapatkan hasil terbanyak yaitu 47,5% mengalami OA lutut dibanding usia

yang <50 tahun sebesar 27,5%.27

Hal ini juga diperkuat oleh penelitian Yulidar (2013) di RSUD Raden

Matther Jambi, terdapat presentase terbesar yaitu 48,6% penderita OA lutut pada

usia >60 tahun, dan disebutkan juga bahwa faktor usia berhubungan secara

signifikan (p=0,021) terhadap kejadian OA. Usia merupakan salah satu faktor

risiko terjadinya OA, semakin bertambahnya usia, maka semakin tinggi pula

prevalensi osteoarthritis.28

Grafik 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

4.1.2. Jenis Kelamin

Pada penelitian ini, mayoritas responden berjenis kelamin perempuan.

Terdapat 17 responden (29,8%) laki-laki dan 40 responden (70,2%) perempuan.

Dari penelitian ini didapatkan penderita OA lutut lebih banyak terjadi pada

perempuan dibanding laki-laki. Hal ini terjadi karena perempuan memiliki masa

menopause, di mana terjadi penurunan kadar estrogen yang berperan dalam

sintesis kondrosit pada matriks tulang. Jika kadar estrogen menurun, maka sintesis

kondrosit pun menurun, sehingga mengakibatkan terjadinya OA. (Tabel 4.1.1)

60-69 tahun 70-79 tahun

Page 57: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

43

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulidar (2013) di

RSUD Raden Matther Jambi terdapat 68,9% perempuan yang menderita OA

dibandingkan dengan laki-laki yaitu 31,1%. Yulidar (2013) menjelaskan bahwa

terdapat pula hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan OA

(p=0,015). 28

Grafik 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Page 58: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

44

4.1.3. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Tabel 4.1.2. Distribusi responden berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

KARAKTERISTIK KATEGORI FREKUENSI PRESENTASE

RESPONDEN (kg/m2) (n) (%)

Indeks <17 1 1,8

Massa 17-18,4 1 1,8

Tubuh 18,5-25,0 28 49,1

(IMT) 25,1-27,0 27 47,4

Pada penelitian ini, golongan terbanyak (28) adalah dengan IMT 18,5-25

kg/m2 (49,1%) yaitu golongan IMT normal. Kemudian, disusul oleh golongan

obesitas (27) dengan IMT 25,1-27,0 kg/m2 (47,4%). Dua golongan lainnya

berjumlah sama yaitu satu orang (1,8%) yang merupakan golongan IMT kurus

ringan dan kurus berat dengan kategori dan 17-18,4 kg/m2 dan <17 kg/m2 .

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nur Aini

(2009) pada lansia di Kelurahan Pucangsawit, Surakarta, didapatkan hasil dengan

uji odds ratio (OR) pada IMT normal (18,5-25,0) = 1,5 . Hasil tersebut

menyatakan bahwa lansia dengan IMT normal berisiko terjadinya OA 1,5 kali

lebih besar dibandingkan dengan IMT kurang (<17, 17-18,4).29

Page 59: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

45

4.1.4. Kadar Serum Vitamin D

Tabel 4.1.3. Distribusi responden berdasarkan kadar serum vitamin D

KARAKTERISTIK KATEGORI FREKUENSI PRESENTASE

RESPONDEN (n) (%)

Kadar Sufisien 19 33,3

Serum Insufisien 29 50,9

Vitamin D Defisien 9 15,8

Pengukuran kadar serum vitamin D dilakukan oleh pihak Prodia sebagai

rekan kerja sama pada penelitian ini. Kadar serum vitamin D diukur dengan

satuan nmol/L. Golongan responden pada penelitian ini paling banyak adalah

golongan insufisien sebanyak 29 responden (50,9%) dengan kadar serum vitamin

D (25-50 nmol/L). Selanjutnya, responden terbanyak kedua adalah golongan

kadar serum vitamin D Sufisien 19 responden (33,3%) dengan kadar serum

vitamin D (>50-125 nmol/L). Golongan terakhir yaitu defisien sebanyak 9 orang

(15,8%) dengan kadar serum vitamin D ( <25 nmol/L).

Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan

sebelumnya oleh Haroon (2010). Kategori yang paling banyak terjadinya

osteoarthritis adalah yang memiliki kadar serum vitamin D ≤ 53 nmol/L atau

dalam kategori penelitian ini termasuk insufisien.30

Page 60: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

46

4.1.5. Gambaran Derajat Keparahan Osteoarthritis Menurut Kellgren

Lawrence

Tabel 4.1.4. Distribusi responden berdasarkan derajat keparahan osteoarthritis menurut Kellgren Lawrence

KARAKTERISTIK KATEGORI FREKUENSI PRESENTASE

RESPONDEN (n) (%)

Derajat Keparahan 1 25 43,9

Osteoarthritis menurut 2 22 38,6

Kellgren Lawrence 3 10 17,5

Pada penelitian ini, derajat keparahan OA dinilai berdasarkan kriteria

Kellgren Lawrence dari hasil radiologi pada lutut responden yang sakit. Golongan

derajat satu (ringan) merupakan golongan terbanyak yaitu sebesar 25 responden

(43,9%). Selanjutnya, disusul oleh derajat dua (sedang) dengan jumlah 22

responden (38,6%). Responden paling sedikit adalah golongan derajat tiga (berat)

sejumlah 10 responden(17,5%).

Penelitian sebelumnya mengenai prevalensi osteoarthritis lutut secara

radiologis di Amerika Serikat, dilakukan oleh Reva. C Lawrence dkk (2008),

dengan meneliti peserta yang berpartisipasi dalam studi Framingham, projek

Johnston County Osteoarthritis dan NHANES III (The National Health and

Nutrition Examination Survey). Hasil dari penelitian tersebut, didapatkan

prevalensi osteoarthritis dari peserta yang berpartisipasi dan berusia ≥45 tahun,

sebesar 19,2% di studi Framingham dan 27,8% di projek Johnston County

Osteoarthritis. Prevalensi Osteoarthritis dari peserta yang berpartisipasi pada

NHANES III dan memiliki usia ≥60 tahun sebesar 37,4%. Prevalensi secara

radiologis ditentukan dengan melihat foto rontgen anteroposterior femorotibial

yang mengalami osteoarthritis.

Page 61: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

47

4.2. Korelasi antara Kadar Serum Vitamin D dengan Derajat Keparahan

Osteoarthritis Menurut Kellgren Lawrence

Dari data tersebut juga dapat diklasifikasikan responden sesuai dengan

derajat keparahan OA menurut KL. Data tersebut menggunakan analisis bivariat

dengan kadar serum vitamin D sebagai variabel independen dan klasifikasi

Kellgren Lawrence sebagai variabel dependen. Uji yang digunakan adalah uji Chi-

square karena kedua variabel merupakan kategorik ordinal.

Tabel 4.2.1. Gambaran korelasi antara kadar serum vitamin D dengan derajat keparahan osteoarthritis menurut Kellgren Lawrence

Setelah data diuji dengan uji hipotesis Chi-square, karena kategorik

penelitian ini 3x3 maka dilihat berdasarkan nilai Pearson Chi-square. Hasil uji

tersebut didapatkan p value <0,05 yaitu sebesar 0,042 yang berarti H1 diterima

sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar serum vitamin D berhubungan secara

signifikan dengan derajat keparahan OA menurut Kellgren Lawrence.

Untuk mengetahui nilai korelasi antara kadar serum vitamin D dengan

derajat keparahan OA menurut Kellgren Lawrence, penulis menggunakan uji

korelasi Spearman dan didapatkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,189 yang

artinya terdapat hubungan yang lemah antara kedua variabel. Tanda negatif

menunjukkan hubungan berbanding terbalik dan menyatakan bahwa semakin

KORELASI P VALUE TANDA KOEFISIEN (r)

Kadar serum vitamin D

dengan derajat

keparahan 0,042 (-) 0,189

osteoarthritis menurut negatif

Kellgren Lawrence

Page 62: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

48

tinggi kadar serum vitamin D maka semakin ringan derajat keparahan

osteoarthritisnya.

Hasil dari penelitian ini, didukung oleh penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh David T. Felson (1998) yang menyatakan pasien pada studi

Framingham (1996), yang memiliki kadar serum vitamin D kategori rendah (≤16

ng/ml atau ≤40 nmol/l ) berisiko lebih tinggi 2,9 kali (OR= 2,9, CI= 1,01-8.25)

untuk memiliki progresivitas OA dibandingkan dengan kadar serum vitamin D

yang kategori tinggi (>23 ng/ml atau >57 nmol/l).2

Tabel 4.2.2. Tabulasi silang antara kadar serum vitamin D dengan derajat keparahan osteoarthritis menurut Kellgren Lawrence

Pada penelitian ini, untuk kategori derajat keparahan OA yang pertama,

responden paling banyak berasal dari kelompok insufisiensi 18 (62.1%),

dibandingkan dengan kelompok sufisien 4 (21.1%) dan kelompok defisien 3

(33.5%). Pada kategori derajat keparahan OA kedua, kelompok terbanyak adalah

kelompok sufisien 11 (57.9%), dibandingkan kelompok insufisien 6 (20.7%) dan

kelompok defisien 5 (55.6%). Sedangkan pada kategori derajat keparahan OA

ketiga,, kelompok terbanyak adalah insufisien 5 (17.2%), dibandingkan dengan

kelompok sufisien 4 (21.1%) dan kelompok defisien 1 (11.1%).

KARAKTERISTIK

RESPONDEN

KATEGORI

DERAJAT KEPARAHAN OA

MENURUT KELLGREN LAWRENCE (KL)

TOTAL

1 2 3 n (%)

n= 25

% n= 22

% n= 10

% 57 (100)

Kadar Sufisien 4 21.1 11 57.9 4 21.1 19(100)

Serum Insufisien 18 62.1 6 20.7 5 17.2 29(100)

vitamin D Defisien 3 33.5 5 55.6 1 11.1 9 (100)

TOTAL 25 43.9 22 38.6 10 17.5 57(100)

Page 63: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

49

Hasil dari tabulasi silang di atas dapat menjawab H1, namun tidak dapat

melihat pengaruh dari kadar serum vitamin D terhadap derajat keparahan

osteoarthritis. Hal itu karena pada uji hipotesis Chi Square hanya dapat

mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel. Tetapi tidak dapat

melihat seberapa besar risiko antar kedua variabel tersebut. Maka dari itu,

dilakukan analisis lebih lanjut menggunakan uji regresi logistik ordinal.

4.3.Gambaran faktor- faktor yang berisiko terhadap derajat keparahan

osteoarthritis menurut Kellgren-Lawrence

Untuk mengetahui lebih lanjut seberapa besar risiko beberapa variabel

terhadap derajat keparahan OA menurut KL, penulis mengunakan analisis regresi

logistik ordinal. Uji ini digunakan karena variabel independen yaitu klasifikasi

Kellgren Lawrence merupakan kategorik bertingkat. Pada uji regresi logistic

ordinal, untuk melihat nilai odds ratio maka perlu dihitung berdasarkan nilai dari

exp(B).

Dalam mengintepretasikan hasil uji statistik di atas, menggunakan format

persamaan sebagai berikut :

Persamaan ke 1 :

𝒍𝒏 �𝑷(𝒀 ≤𝟏)𝑷( 𝒀 >𝟏)

Persamaan ke 2 :

𝒍𝒏 �𝑷(𝒀 ≤ 𝟐)𝑷( 𝒀 > 𝟐)

Variabel Y ( Klasifikasi Kellgren Lawrence)

1= ringan

2= sedang

3= berat

Page 64: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

50

Tabel 4.3.1. Pengaruh Faktor Risiko Kadar Serum Vitamin D terhadap Derajat Keparahan OA Menurut KL

Intepretasi pada persamaan pertama adalah responden dengan kadar serum

vitamin D sufisien berisiko 0,56 kali dibandingkan dengan responden yang

defisien untuk memiliki derajat KL rendah dibandingkan KL sedang dan berat.

Responden kategori insufisien berisiko 2,4 kali dibandingkan dengan responden

defisien untuk memiliki derajat KL rendah dibandingkan dengan KL sedang dan

berat.

Intepretasi pada persamaan kedua adalah responden dengan kadar serum

vitamin D sufisien berisiko 0,56 kali dibandingkan dengan responden yang

defisien untuk memiliki derajat KL maksimal sedang dari pada KL berat.

Responden insufisien berisiko 2,4 kali dibandingkan dengan responden yang

defisien untuk memiliki derajat KL maksimal sedang dari pada KL berat.

Hasil intepretasi di atas diasumsikan variabel yang lainnya adalah konstan.

Hasil uji statistik pada variabel kadar serum vitamin D didapatkan p value > 0,05

yang artinya kadar serum vitamin D tidak memengaruhi secara signifikan

terhadap derajat keparahan OA menurut KL.

Variabel Hasil Uji Statistik

B Exp(B) p value

Kadar serum vitamin D sufisien -0.578 0,56 0.50

Kadar serum vitamin D insufisien -0.908 2,40 0.22

Kadar serum vitamin D defisien (reference) - - -

Page 65: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

51

Tabel 4.3.2. Pengaruh Faktor Risiko Usia terhadap Derajat Keparahan OA Menurut KL

Variabel Hasil Uji Statistik B Exp(B) p value

Lansia muda (60-69 tahun) 0.373 1,45 0.58 Lansia madya (70-79 tahun ) reference - - -

Intepretasi pada persamaan pertama adalah responden dengan usia 60-69

tahun berisiko 1,45 kali dibandingkan dengan responden yang berusia 70-79

untuk memiliki derajat KL rendah dibandingkan KL sedang dan berat.

Intepretasi pada persamaan kedua adalah responden usia 60-69 tahun

berisiko 1,45 kali dibandingkan dengan responden yang berusia 70-79 dengan

untuk memiliki derajat KL maksimal sedang dari pada KL berat.

Hasil intepretasi di atas diasumsikan variabel yang lainnya adalah konstan.

Hasil uji statistik pada variabel usia didapatkan p value > 0,05 yang artinya usia

tidak memengaruhi secara signifikan terhadap derajat keparahan OA menurut KL.

Tabel 4.3.3. Pengaruh Faktor Risiko Jenis Kelamin Terhadap Derajat Keparahan OA Menurut KL

Variabel Hasil Uji Statistik B Exp(B) p value

Laki-laki 0.213 1,23 0.74 Perempuan (reference) - - -

Intepretasi pada persamaan pertama adalah responden laki-laki berisiko

1,23 kali dibandingkan dengan responden perempuan untuk memiliki derajat KL

rendah dibandingkan KL sedang dan berat.

Intepretasi pada persamaan kedua adalah responden laki-laki berisiko 1,23

kali dibandingkan dengan responden perempuan untuk memiliki derajat KL

maksimal sedang dari pada KL berat.

Page 66: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

52

Hasil intepretasi di atas diasumsikan variabel yang lainnya adalah konstan.

Hasil uji statistik pada variabel jenis kelamin didapatkan p value > 0,05 yang

artinya jenis kelamin tidak memengaruhi secara signifikan terhadap derajat

keparahan OA menurut KL.

Tabel 4.3.4. Pengaruh Faktor Risiko Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap Derajat Keparahan OA Menurut KL

Variabel (kg/m2 ) Hasil Uji Statistik B Exp(B) p value

<17 0.333 1.39 0.86 17-18,4 20.478 782.49 - 18,5-25 0.439 1.55 0.41 25,1-27 (reference) - - -

Intepretasi pada persamaan pertama adalah responden dengan IMT <17

berisiko 1,39 kali, IMT 17-18,4 berisiko 782.49 kali, dan IMT 18,5-25 berisiko

1,55 kali dibandingkan dengan responden IMT 25,1-27 untuk memiliki derajat

KL rendah dibandingkan KL sedang dan berat

Intepretasi pada persamaan kedua adalah responden dengan IMT <17

beresiko 1,39 kali, IMT 17-18,4 beresiko 782.49 kali, dan IMT 18,5-25 beresiko

1,55 kali dibandingkan dengan responden IMT 25,1-27 untuk memiliki derajat

KL maksimal sedang dari pada KL berat.

Hasil intepretasi di atas diasumsikan variabel yang lainnya adalah konstan.

Hasil uji statistik pada variabel IMT didapatkan p value > 0,05 yang artinya IMT

tidak memengaruhi secara signifikan terhadap derajat keparahan OA menurut KL.

Page 67: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

53

4.4. Keterbatasan penelitian

1. Hanya 15,8% responden yang masuk kategori kadar serum vitamin D

defisien sehingga sulit untuk melihat pengaruh kadar serum vitamin D

yang defisien hingga sufisien terhadap derajat keparahan OA menurut KL.

2. Responden yang terlibat pada penelitian ini kurang menggambarkan

populasi akibat keterbatasan waktu dan tempat, sehingga belum

menggambarkan populasi Tangerang Selatan yang sebenarnya.

Page 68: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

54

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pada penelitian ini, terdapat korelasi antara kadar serum vitamin D

terhadap derajat keparahan osteoarthritis menurut Kellgren Lawrence pada lansia

di KPKM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2017 dengan p value

0,042 dan nilai korelasi (r) -0,189. Hal tersebut menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang lemah namun signifikan antara kedua variabel. Meskipun

demikian, dalam penelitian ini pengaruh kadar serum vitamin D tidak signifikan

terhadap derajat keparahan osteoarthritis menurut Kellgren Lawrence.

5.2. Saran

Berdasarkan peneltian yang telah dilakukan terdapat beberapa saran,

sebagai berikut:

a. Bagi masyarakat

1) Bagi para lansia yang sudah terdiagnosis osteoarthritis, disarankan untuk

terus melakukan pengobatan dan diseimbangkan dengan aktivitas fisik

ringan yang berada di luar ruangan, seperti senam pagi yang bisa

membantu memenuhi kebutuhan sinar vitamin D yang berasal dari sinar

matahari.

2) Meskipun penelitian ini menunjukkan hubungan yang lemah antara kadar

serum vitamin D dengan derajat keparahan OA, akan tetapi konsumsi

vitamin D tetap disarankan. Menurut Departemen Kesehatan Gizi

Indonesia, kebutuhan vitamin D pada lansia yaitu 15-20mcg per hari.

3) Bagi dewasa lanjut atau wanita yang sudah memasuki masa menopause

yang belum terdiagnosis osteoarthritis, disarankan untuk menjaga pola

makan agar

Page 69: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

55

b. Bagi pemerintah

1) Membuat program kesehatan khusus lansia, contohnya senam pagi khusus

lansia di puskesmas tiap kecamatan dan posbindu di tiap kelurahan

setempat dengan kader-kader yang selalu dipantau dalam pelaksaan

kegiatan.

c. Bagi peneliti lain

1) Jika memungkinkan, pengambilan sampel darah dan foto rontgen sebaiknya

dilakukan di suatu rumah sakit yang sama agar meminimalisasi kesalahan-

kesalahan yang bisa terjadi.

Page 70: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

56

BAB VI

KERJASAMA RISET

Riset ini merupakan bagian kerjasama riset mahasiswa dan kelompok riset

Osteoarthritis dan Osteoporosis pada lansia di KPKM Reni Jaya UIN Syarif

Hidayatulla Jakarta yang dibiayai oleh dr. Achmad Zaki, Sp.OT, M. Epid serta di

bawah bimbingannya.

Page 71: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

57

DAFTAR PUSTAKA

1. Circuttini F, Hankin J, Jones G, Wluka A. Comparison of conventional

standing knee radiograph and magnetic resonance imaging in assesing

progression of tibiofemoral joint osteoarthritis. Osteoarthritis

Cartilage. 2005;13(8): 722-7.

2. Felson DT, Lawrence RC, Dieppe PA, Hirsch R, Helmick CG, Jordan

JM, dkk. Osteoarthritis: New Insights Part 1: The Disease and Its Risk

Factors. Ann Intern Med. 2000 Oct 17; 133(8):635-46.

3. Oliveria SA, Felson DT, Reed JI, Cirillo PA, Walker AM. Incidence of

symptomatic hand, hip, and knee osteoarthritis among patients in a

health maintenance organization. Arthritis Rheum. 1995 Aug;

38(8):1134-41.

4. Murphy L, Schwartz TA, Helmick CG, Renner JB, Tudor G, Koch G,

dkk. Lifetime risk of symptomatic knee osteoarthritis. Arthritis

Rheum. 2008 Sep 15; 59(9):1207-13

5. Lawrence RC, Felson DT, Helmick CG, Arnold LM, Choi H, Deyo

RA, dkk. Estimates of the prevalence of arthritis and other rheumatic

conditions in the United States. Arthritis Rheum. 2008 Jan; 58(1):26-

35

6. Isbagio, H. 2004. Telaah Pengaruh Jangka Panjang Densitas Massa

Tulang Total yang Rendah terhadap progrsivitas kerusakan matriks

tulang rawan sendi pada osteoarthritis sendi lutut. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Univeristas Indonesia

7. Holick MF 2007 Vitamin D deficiency. N Engl J Med 357:266–281

8. McAlindon TE, Felson DT, Zhang Y, dkk . Relation of dietary intake

and serum levels of vitamin D to progression of osteoarthritis of the

knee among participants in the Framingham Study. Ann Intern Med

1996;125(5):353–9. [PubMed: 8702085]

9. Arifin Z, Hestiantoro A, Baziad A . Pemberian susu yang difortifikasi

kalsium kadar tinggi dan vitamin D dalam memperbaiki turnover

tulang perempuan pasca menopause. Maj Obstet Ginekol Indonesia

2010;34(1): 31-8

Page 72: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

58

10. Toding P . Korelasi antara kadar vitamin D serum dengan tekanan

darah pada usia lanjut. Tesis . Juli 2011

11. Gueli, N. et al., Vitamin D: drug of the future. A new therapeutic

approach. Archives of gerontology and geriatrics. 2012 ; 54(1),

pp.222–7. Diunduh dari :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21458871 [Diakses 2 Februari,

2017].

12. Deborah, S., Colin, M. & Bruce, P., 2003. Global Burden of OA in the Year 2000. Diunduh dari: http://www.who.int/healthinfo/statistics/bod_osteoarthritis.pdf

13. Tortora GJ , Derrickson B. Joints. In : Roesch B, editor. Principle of

anatomy and physiology 2009;12 : 264-336

14. Lumongga, Fitriani. 2004. Sendi Lutut.

http:/library.usu.ac.id/download/fk/anatomi-fitriani. Diakses pada

2/2/17.

15. Junqueira L.C., J Carneiro, R.O. Kelley . 20. Histologi Dasar

Junquiera, Atlas & Teks. Edisi ke-12. Jakarta : EGC. P 351-358

16. Solomon L . Osteoarthritis. In: Jamieson G , Naish F , editors. Apley’s

system of orthopaedics and fractures. 9th ed. London : Hodder

Arnold;2010: p 85-102

17. Hamijoyo L. 2007. Pengapuran sendi atau osteoartritis. Perhimpunan

Reumatologi Indonesia. http://reumatologi.or.id/reuarttail?id=23

18. Goldring SR, Goldring MB. Clinical aspects, pathology , and

pathophysiology of osteoarthritis. J Muskuloskelet Neuronal Interact.

2006; 6 (4): 376-378

19. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo. Osteoarthritis In :

Sudoyo AW, Setiyohadi B , Alwi I , Simadibrata M, Setiati S, editors.

Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed. Jakarta : Pusat Penerbit Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. hlm

1941-1946.

20. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar Patologi. Edisi 7; alih

Bahasa, Brahm U, Pendt; editor Bahasa Indonesia Huriawati Hartanto,

Page 73: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

59

Nurwanty Damaniah, Nanda Wulandari Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2007

21. DeLuca, Hector F. Overview of general physiologic features and

functions of vitamin D1,2,3,4. American Jurnal Clinical Nutrition.

2004;80(6):1689S-1696S

22. Mertens PR, Muller R. 2010. Vitamin D and cardiovascular risk,

42(1): 165-71. Diunduh dari

: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20039126

23. Lips P. Vitamin D deficiency and secondary hyperparathyroidism in

the elderly: consequences for bone loss and fractures, and therapeutic

implications. Endocrine Reviews. 2001 ; 22: 477-501

24. Reichel H , Koeffler HP, Norman AW. The role of vitamin D

endocrine systems in health and disease. N Eng J Med. 1989; 320:

981-991

25. Passeri G, Vescovini R, Sansoni P, Galli C, Franceschi C . Calcium

metabolism and vitamin D in the extreme longevity. Exp Gerontol

2008;43(2):79-87

26. Boyan, B. D. et al. ,1988. The effects of vitamin D metabolites on the

plasma and matrix vesicle membranes pf growth and resting cartilage

cells in vitro. Endocrinology,122(6), hlm 2851-2860

27. Kurniawan, R. Hubungan usia dengan osteoarthritis lutut ditinjau dari

gambaran radiologi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Karya

Ilmiah Juli 2016. Diunduh dari : http://repository.umy.ac.id/

28. Khairani, Yulidar. 2012. Hubungan umur, jenis kelamin, IMT, dan

aktivitas fisik dengan kejadian osteoarthritis lutut. Diunduh dari

: http://online-journal.unja.ac.id/

29. Nur Aini Sri W. 2009. Hubungan obesitas dengan osteoarthritis lutut

pada lansia di kelurahan Puncangsawit, kecamatan Jebres, Surakarta.

Skripsi, FK UNS Surakarta

Page 74: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

60

30. Haroon M, et al. Clin Rheumatol. 2011. The prevalence of vitamin D

deficiency in consecutive new patients seen over a 6-month period in

general rheumatology clinics, 30(6) : 789- 94. Diunduh

dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21184246

Page 75: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

61

LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Etik Penelitian

Page 76: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

62

Lampiran 2

Lembar Data Penelitian Responden

HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN DERAJAT KEPARAHAN OSTEOARTHRITIS LUTUT MENURUT KELLGREN LAWRENCE PADA LANSIA DO KPKM RENI JAYA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2017

Identitas Subjek Penelitian

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Nomor telp :

Pemeriksaan Fisik

Indeks Massa Tubuh :

• BB : kg • TB : cm • IMT : kg/m2

Pemeriksaan Laboratorium

Vitamin D : nmol/L

� Sufisien (>50-125) � Insufisien (25-50 ) � Defisien (<25)

Pemeriksaan Radiologi

Derajat Kellgren Lawrence :

� Derajat Satu (Ringan) � Derajat Dua (Sedang) � Derajat Tiga (Berat)

Diagnosis : Osteoarthritis Derajat/ sisi :

Page 77: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

63

Lampiran 3

Surat Izin Penelitian

Page 78: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

64

Lampiran 4

Lembar Analisa Data SPSS

ANALISIS DATA

Deskriptif

1. Usia

Usiabaru

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1.00 43 75.4 75.4 75.4

2.00 14 24.6 24.6 100.0

Total 57 100.0 100.0

2. Jenis Kelamin

3. IMT

imt_baru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 1 1.8 1.8 1.8

2.00 1 1.8 1.8 3.5

3.00 28 49.1 49.1 52.6

4.00 27 47.4 47.4 100.0

Total 57 100.0 100.0

jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 17 29.8 29.8 29.8

Perempuan 40 70.2 70.2 100.0

Total 57 100.0 100.0

Page 79: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

65

4. Kadar Vitamin D

Kadarvitd

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1.00 19 33.3 33.3 33.3

2.00 29 50.9 50.9 84.2

3.00 9 15.8 15.8 100.0

Total 57 100.0 100.0

5. KL

KL

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1.00 25 43.9 43.9 43.9

2.00 22 38.6 38.6 82.5

3.00 10 17.5 17.5 100.0

Total 57 100.0 100.0

Page 80: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

66

Analisis Bivariat

kadarvitd * KL Crosstabulation

Count

KL

Total 1.00 2.00 3.00

kadarvitd 1.00 4 11 4 19

2.00 18 6 5 29

3.00 3 5 1 9

Total 25 22 10 57

kadarvitd * KL Crosstabulation

KL

Total 1.00 2.00 3.00

kadarvitd 1.00 Count 4 11 4 19

% within kadarvitd 21.1% 57.9% 21.1% 100.0%

2.00 Count 18 6 5 29

% within kadarvitd 62.1% 20.7% 17.2% 100.0%

3.00 Count 3 5 1 9

% within kadarvitd 33.3% 55.6% 11.1% 100.0%

Total Count 25 22 10 57

% within kadarvitd 43.9% 38.6% 17.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 9.934a 4 .042

Likelihood Ratio 10.434 4 .034

Linear-by-Linear Association 1.474 1 .225

N of Valid Cases 57

a. 4 cells (44.4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.58.

Page 81: HUBUNGAN KADAR SERUM VITAMIN D (25(OH)D) DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37184/1/GEBRY NADIRA-FKIK.pdfhubungan kadar serum vitamin d (25(oh)d) dengan derajat

67

Analisis Multivariat

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb

Approx.

Sig.

Interval by Interval Pearson's R -.162 .118 -1.219 .228c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.189 .122 -1.429 .159c

N of Valid Cases 57

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Parameter Estimates

Estimate

Std.

Error Wald df Sig.

95% Confidence

Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

Threshold [KL = 1.00] -1.135 1.006 1.271 1 .260 -3.107 .838

[KL = 2.00] .879 1.009 .760 1 .383 -1.098 2.857

Location [kadarvitd=1.00] .578 .863 .448 1 .503 -1.113 2.269

[kadarvitd=2.00] -.908 .748 1.475 1 .225 -2.374 .557

[kadarvitd=3.00] 0a . . 0 . . .

[imt_baru=1.00] -.333 1.978 .028 1 .866 -4.210 3.545

[imt_baru=2.00] -20.478 .000 . 1 . -20.478 -20.478

[imt_baru=3.00] -.439 .542 .657 1 .418 -1.502 .623

[imt_baru=4.00] 0a . . 0 . . .

[usiabaru=1.00] -.373 .674 .306 1 .580 -1.693 .948

[usiabaru=2.00] 0a . . 0 . . .

[jenis_kelamin=1.0

0] -.213 .643 .110 1 .740 -1.474 1.047

[jenis_kelamin=2.0

0] 0a . . 0 . . .

Link function: Logit.

a. This parameter is set to zero because it is redundant.