HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner,...

66
HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT KEPARAHAN MEROKOK BERDASARKAN INDEKS BRINKMAN PADA PEROKOK DAN NON-PEROKOK Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Disusun oleh: Ichtiarsyah Suminar 1113103000009 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

Transcript of HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner,...

Page 1: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT KEPARAHAN MEROKOK

BERDASARKAN INDEKS BRINKMAN PADA PEROKOK DAN NON-PEROKOK

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Disusun oleh: Ichtiarsyah Suminar

1113103000009

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 2: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ciputat, 30 September 2016

Ichtiarsyah Suminar

ii

Page 3: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT

KEPARAHAN MEROKOK BERDASARKAN INDEKS BRINKMAN PADA

PEROKOK DAN NON-PEROKOK

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh: Ichtiarsyah Suminar NIM: 1113103000009

Pembimbing 1 Pembimbing 2

drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph. D dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT-KL NIP. 19780402 200901 2 003

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1437 H/2016 M

iii

Page 4: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM

DENGAN TINGKAT KEPARAHAN MEROKOK BERDASARKAN

INDEKS BRINKMAN PADA PEROKOK DAN NON-PEROKOK yang

diajukan oleh Ichtiarsyah Suminar (NIM: 1113103000009), telah diujikan dalam

sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada tanggal 30 September

2016. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Kedokteran dan Profesi

Dokter.

Ciputat, 30 September 2016

DEWAN PENGUJI Ketua Sidang

dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT-KL

Pembimbing I Pembimbing II

drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT-KL NIP. 19780402 200901 2 003

Penguji I Penguji II

dr. M Djauhari Widjajakusumah, AIF, PFK dr. Rahmatina, Sp.KK NIP. 19790526 200501 2 005

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK Kaprodi PSKPD FKIK

Prof. Dr. H. Arief Sumantri, M. Kes. dr. Achmad Zaki, M. Epid, Sp.OT NIP. 19650808 198803 1 002 NIP. 19780507 200501 1 005

iv

Page 5: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

nikmat rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

ini sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Salawat serta salam semoga senantiasa

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penelitian ini dapat terselesaikan

tepat pada waktunya berkat adanya dukungan, bimbingan, serta bantuan dari

berbagai pihak yang terlibat dengan penulis. Oleh karena itu penulis

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang tidak pernah

berhenti untuk mencurahkan rahmat dan hidayah kepada hamba-Nya.

2. Nabi Muhammad SAW, seorang insan mulia yang menjadi rahmat seluruh

alam semesta dan juga sebagai panutan penulis dalam proses belajar menjadi

seorang dokter muslim yang berakhlak baik.

3. Prof. Dr. H. Arief Sumantri, M. Kes selaku dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan arahan kepada penulis selama

menempuh pendidikan di Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. dr. Achmad Zaki, M. Epid, Sp.OT selaku ketua Program Studi Pendidikan

Dokter atas bimbingan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis

selama menempuh pendidikan di Program Studi Kedokteran dan Profesi

Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku pembimbing 1 yang telah

meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran untuk mendampingi dan

membimbing penulis sejak awal memulai penelitian ini hingga akhir

penyusunan dan penyelesaian laporan penelitian ini.

6. dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT-KL selaku pembimbing 2 yang telah banyak

memberikan masukan dan arahan dalam penulisan laporan penelitian penulis

v

Page 6: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

serta telah membimbing penulis dalam penyusunan dan penyelesaian laporan

penelitian ini.

7. dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL selaku dosen penulis yang juga telah

banyak membantu penulis dalam memberikan masukan dan arahan kepada

penulis dalam proses pelaksanaan penelitian ini.

8. dr. M Djauhari Widjajakusumah, AIF, PFK dan dr. Rahmatina, SpKK selaku

penguji 1 dan penguji 2 pada sidang laporan penelitian ini yang telah

memberikan kritik serta saran yang sangat membangun demi kebaikan

penelitian ini.

9. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggung jawab modul riset mahasiswa

Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2013 yang selalu

memberikan arahan, mengingatkan, serta menyemangati penulis untuk segera

menyelesaikan penelitian.

10. Ibu Zeti Harriyati, M.Biomed dan Ibu Endah Wulandari, M. Biomed selaku

penanggung jawab Laboratorium Biologi dan Laboratorium Biokimia FKIK

yang telah memberikan izin penggunaan laboratorium selama penelitian

berlangsung, serta Mba Lilis dan Mba Suryani yang telah memberikan

bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.

11. Bapak dan Ibu penulis tercinta, Drs. Tedjo Djatmiko, M.Pd dan Sufriani atas

seluruh kasih sayang, doa yang tidak pernah putus diucapkan untuk penulis,

dukungan, semangat, dan seluruh pengorbanan jiwa raga yang dilakukan

untuk penulis sehingga penulis dapat menempuh pendidikan di Program Studi

Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

dapat menyelesaikan laporan penelitian ini pada waktunya. Terima kasih atas

segala keikhlasan dan keridhaannya sehingga penulis dapat terus berusaha

untuk meraih cita-cita.

12. Kakak-kakak dan adik penulis yang tersayang Istyasmi Suminar, M Hafidz

Firmanullah, Indah Rachma Utari, dan seluruh keluarga besar penulis atas

dukungan, doa, dan semangat yang diberikan kepada penulis.

13. Teman dan sahabat hidup penulis, Sayidatu Syarifah Sudrajat yang selalu

menyemangati dan mendorong penulis untuk terus berusaha menjadi yang

terbaik. Terima kasih atas dukungan, doa, semangat, dan bantuan yang

vi

Page 7: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

diberikan kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan dan juga

dalam pengerjaan laporan penelitian ini.

14. Teman-teman “Tim Riset Saliva”, Aprillia Larasati, Arian Aditya Adi

Nugroho, Arwinda Tanti Mendriyani, dan Zata Yuda Amaniko. Terima kasih

atas kebersamaan, kerjasama, dukungan, dan semangat dalam proses

pelaksanaan penelitian ini sejak awal penelitian hingga penyusunan dan

laporan penelitian ini selesai.

15. Seluruh responden riset yang telah bersedia membantu meluangkan waktunya

untuk menjadi subjek penelitian pada penelitian ini.

16. Seluruh teman-teman keluarga besar PSPD 2013 yang selalu membuat

penulis semangat untuk belajar dan untuk cepat menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, besar harapan penulis kepada pembaca untuk memberikan kritik dan

saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan penelitian ini. Demikian

laporan penelitian ini penulis buat, semoga penulisan laporan penelitian ini dapat

memberikan manfaat bagi kita semua.

Ciputat, 30 September 2016

Penulis

vii

Page 8: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

ABSTRAK

Ichtiarsyah Suminar. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Hubungan Kadar Salivary Calcium dengan Tingkat Keparahan Merokok Berdasarkan Indeks Brinkman Pada Perokok dan Non-Perokok. 2016. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan tingkat keparahan merokok berdasarkan indeks Brinkman terhadap kadar kalsium dalam saliva. Metode: Total subjek penelitian ini adalah 110 orang terbagi menjadi kelompok perokok ringan-sedang (n=58), perokok berat (n=20), dan non-perokok (n=32). Seluruh subjek penelitian melewati tahap pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi. Pengukuran kalsium saliva menggunakan alat Horiba LAQUAtwin Ca2+meter. Hasil: Didapatkan nilai koefisien korelasi antara tingkat keparahan merokok dengan kadar salivary calcium sebesar 0,509 (p<0,001). Kadar kalsium saliva pada perokok berat (0,95 ± 0,23 mmol/L) lebih tinggi dibandingkan dengan perokok ringan-sedang (0,76 ± 0,26 mmol/L) dan non-perokok (0,55 ± 0,18) Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara salivary calcium dengan tingkat keparahan merokok (p<0,05). Semakin tinggi tingkat keparahan merokok, maka semakin tinggi kadar salivary calcium. Kadar salivary calcium yang tinggi menandakan terjadinya proses demineralisasi gigi yang dapat menurunkan derajat kesehatan gigi dan mulut. Kata kunci : rokok, derajat merokok, indeks Brinkman, saliva, kalsium saliva, kesehatan mulut

ABSTRACT

Ichtiarsyah Suminar. Medical Education and Profession Program. Association Between Level of Salivary Calcium and Smoking Severity based on Brinkman Index in Smokers and Non-Smokers. 2016 Objectives: The aim of this study was to observe the association between smoking severity with salivary calcium level in smokers and non-smokers. Methods: A total of 110 subjects were divided into groups: low-mid level smokers (n=58) high-level smokers (n=20), and non-smokers (n=32). All subjects completed the stage of filling the informed consent and questionnaires and underwent a physical examination of mouth and teeth by the dentist. Then, their unstimulated whole saliva was collected. The measurement of salivary calcium level was done using tools Horiba LAQUAtwin Ca2+meter. Results: The coefficient correlation of smoking severity and salivary calcium value is 0.509 (p<0.001). The salivary calcium level of high level smokers (0.95 ± 0.23 mmol/L) is significantly higher than the low-mid level smokers (0.76 ± 0.26 mmol/L) and non-smokers (0.55 ± 0.18) Conclusions: There is significant correlation between salivary calcium and smoking severity (p<0.05). High smoking severity will results in high salivary calcium level. The increased level of salivary calcium indicates that the demineralization process occurred in the oral cavity in which may reduce the degree of the oral health. Keywords: cigarettes, smokers, smoking severity. Brinkman index, saliva, salivary calcium, oral health

viii

Page 9: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL .............................................................................................i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..........................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................iv

ABSTRAK .........................................................................................................viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xii

DAFTAR TABEL ..............................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiv

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................1

1.1 Latar Belakang .........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................2

1.3 Hipotesis ...................................................................................................2

1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................3

1.4.1 Tujuan Umum ...................................................................................3

1.4.2 Tujuan Khusus ..................................................................................3

1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................3

1.5.1 Bagi Peneliti .....................................................................................3

1.5.2 Bagi Masyarakat ...............................................................................3

1.5.3 Bagi Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ..............3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................4

2.1 Landasan Teori .........................................................................................4

2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Rongga Mulut ..............................................4

2.1.2 Sistem Pertahanan Rongga Mulut ....................................................4

2.1.3 Saliva ................................................................................................5

ix

Page 10: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

2.1.3.1 Kelenjar Saliva ............................................................................6

2.1.3.2 Sekresi Saliva ..............................................................................7

2.1.3.3 Fungsi Saliva ...............................................................................9

2.1.3.4 Kandungan Saliva .......................................................................10

2.1.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Kandungan Kalsium Saliva ...........11

2.1.3.6 Keseimbangan Kalsium-Fosfat ...................................................12

2.1.3.7 Pengaruh Salivary Calcium Terhadap Oral Hygiene ..................14

2.1.3.8 Metode Pengumpulan Saliva .......................................................15

2.1.4 Rokok ................................................................................................16

2.1.4.1 Kandungan Rokok dan Efeknya Terhadap Kesehatan ................16

2.1.4.2 Efek Rokok terhadap Saliva ........................................................17

2.1.4.3 Indeks Merokok ...........................................................................20

2.2 Kerangka Teori .........................................................................................22

2.3 Kerangka Konsep .....................................................................................23

2.4 Identifikasi Variabel..................................................................................23

2.5 Definisi Operasional .................................................................................24

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................25

3.1 Desain Penelitian ......................................................................................25

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................25

3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................25

3.3.1 Kriteria Inklusi ..................................................................................25

3.3.2 Kriteria Eksklusi ...............................................................................26

3.4 Besar Sampel Penelitian ...........................................................................26

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................28

3.5.1 Alat Penelitian ...................................................................................28

3.5.2 Bahan Penelitian ...............................................................................28

3.6 Cara Kerja Penelitian ................................................................................28

3.7 Alur Penelitian ..........................................................................................30

3.8 Identifikasi Variabel Penelitian.................................................................30

3.9 Manajemen dan Analisis Data ..................................................................31

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................32

4.1 Hasil Penelitian.........................................................................................32

x

Page 11: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian Perokok ........................................32

4.1.2 Hubungan Keparahan Merokok dengan Salivary Calcium ............33

4.2 Pembahasan ..............................................................................................35

4.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................................37

4.4 Aspek Keislaman ......................................................................................37

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................40

5.1 Simpulan ...................................................................................................40

5.2 Saran .........................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................41

LAMPIRAN .......................................................................................................45

xi

Page 12: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Rongga Mulut ..................................................................4

Gambar 2.2 Kelenjar Saliva Mayor ...................................................................7

Gambar 2.3 Pengaturan Sekresi Saliva ..............................................................9

Gambar 2.4 Peran PTH dan Vitamin D dalam Mengatur Kalsium Plasma ........14

Gambar 2.5 Reseptor Nikotinik pada Inervasi Saraf Simpatis ...........................17

Gambar 2.6 Neurotransmitter dan Aktivasi Enzim Intraselular ..........................18

Gambar 2.7 Peningkatan Aktivitas Ca2+ Intrasel oleh IP3...................................19

Gambar 2.8 Mekanisme Translokasi Ca2+ ..........................................................20

Gambar 4.1 Boxplot Tingkat Keparahan Merokok dengan Kadar Salivary Calcium

.............................................................................................................................34

xii

Page 13: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian Perokok .............................................32

Tabel 4.2 Tingkat Keparahan Merokok dengan Salivary Calcium .....................33

Tabel 4.3 Korelasi Tingkat Keparahan Merokok dengan Salivary Calcium .......35

xiii

Page 14: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Informed Consent dan Kuesioner Penelitian .....................45

Lampiran 2 Riwayat Penulis ..............................................................................52

xiv

Page 15: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merokok merupakan suatu kegiatan yang sudah sering kita jumpai di tempat-

tempat umum yang sudah menjadi sesuatu hal yang biasa khususnya di Indonesia.

Data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 menunjukkan

bahwa Indonesia menempati peringkat ke-3 jumlah perokok terbesar di dunia

setelah Cina dan India dan juga menempati urutan ke-5 sebagai negara dengan

konsumen rokok terbesar sedunia pada tahun 2007.1 Sementara data yang

tercantum pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan

bahwa 36,3% penduduk di Indonesia dengan usia 15 tahun keatas merupakan

perokok. Angka tersebut bukanlah hal yang kecil mengingat bahwa Indonesia

adalah negara dengan penduduk sebanyak lebih dari 230 juta jiwa.2

Telah kita ketahui bersama dan sudah menjadi sebuah wawasan umum bahwa

rokok memiliki banyak dampak negatif bagi kesehatan tubuh. Salah satunya

adalah terhadap kesehatan gigi dan mulut. Merokok dapat menyebabkan bau

mulut, noda (plak) pada gigi, dan kehilangan sensasi akan rasa dan aroma.

Merokok juga berimplikasi terhadap kerusakan gusi dan kerusakan gigi yang

berhubungan dengan penyakit periodontal. Data dari American Dental Hygienists

Association (ADHA) menunjukkan bahwa perokok yang merokok kurang dari

setengah bungkus per hari memiliki risiko hampir tiga kali lipat untuk terkena

penyakit periodontal seperti periodontitis dan gingivitis.3 Kandungan zat-zat

toksik yang terkandung di dalam rokok, terutama nikotin, menyebabkan gangguan

pada rongga mulut termasuk disfungsi sel-sel stromal dari jaringan di rongga

mulut, respon inflamasi yang berlebihan, dan penurunan sistem pertahanan di

dalam rongga mulut yang menjadi faktor pencetus penyakit periodontal.4

Saliva merupakan salah satu cairan di rongga mulut yang diproduksi dan

diekskresikan oleh kelenjar saliva (kelenjar parotis, sublingualis, dan

submandibularis) yang berfungsi sebagai salah satu sistem pertahanan di dalam

rongga mulut. Komposisi terbanyak saliva merupakan air (99,5%) dan sisanya

(0,5%) merupakan komponen-komponen organik dan anorganik.5

1

Page 16: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

2

Kalsium merupakan salah satu komponen anorganik yang terkandung di

dalam saliva. Nilai normal salivary calcium adalah 4-6 mg/dL atau 1-1,5 mmol/L

dalam keadaan tidak terstimulasi.6 Penelitian mengenai perbandingan kadar

salivary calcium dengan tingkat keparahan merokok berdasarkan indeks

Brinkman pada perokok ini dilakukan karena kandungan kalsium dalam saliva

merupakan bahan yang berperan dalam pembentukan plak pada gigi yang dapat

mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut. Tingginya kadar salivary calcium yang

terkandung dalam saliva akan membuat plak pada gigi lebih cepat terbentuk

sehingga mempengaruhi derajat kesehatan gigi dan mulut.

Bafghi AF, dkk, dalam penelitiannya menyatakan perbedaan yang bermakna

dari total konsentrasi rata-rata dari protein, kalsium, timbal, dan zinc yang

mengalami penurunan pada perokok dibandingkan dengan non-perokok.19

Sementara penelitian yang dilakukan oleh Syahli MR, tahun 2015 di Indonesia

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar salivary calcium yang lebih tinggi

pada kelompok perokok berat dibandingkan dengan kelompok perokok ringan

maupun perokok sedang.20

Kedua penelitian mencantumkan perbedaan antara kadar salivary calcium

pada perokok dan non-perokok, namun tidak membahas secara spesifik hubungan

tingkat keparahan merokok terhadap salivary calcium. Berdasarkan hal tersebut,

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat keparahan merokok

terhadap kadar salivary calcium pada perokok di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Di dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

- Bagaimana hubungan kadar salivary calcium dengan tingkat

keparahan merokok?

1.3 Hipotesis

Dalam penelitian ini, penulis memiliki hipotesis bahwa:

- Semakin tinggi tingkat keparahan merokok menyebabkan kadar

salivary calcium dalam saliva seorang perokok semakin tinggi.

Page 17: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

3

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

merokok terhadap kadar salivary calcium.

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:

- Mengetahui gambaran keparahan merokok pada laki-laki perokok.

- Mengetahui gambaran salivary calcium perokok pada berbagai tingkat

keparahan merokok

- Mengetahui hubungan kadar salivary calcium perokok pada berbagai

tingkat keparahan merokok

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

- Menjadi syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran

- Menambah pengetahuan, khususnya mengenai efek yang ditimbulkan

dari merokok terhadap kesehatan tubuh dan kandungan saliva pada

perokok khususnya kalsium.

1.5.2 Bagi Masyarakat

- Menambah pengetahuan masyarakat, khususnya mengenai bahaya

merokok dan efek yang ditimbulkan terhadap kadar kalsium dalam

saliva seorang perokok.

1.5.3 Bagi Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Menjadi sumber rujukan dan referensi untuk civitas akademika

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada

umumnya, dan khususnya bagi para peneliti selanjutnya yang berminat

untuk melanjutkan penelitian ini.

Page 18: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Rongga Mulut

Rongga mulut merupakan sebuah bagian tubuh yang terdiri dari : lidah,

palatum durum, dasar dari mulut, trigonum retromolar, bibir, mukosa bukal,

alveolar ridge, dan gingiva. Tulang mandibula dan maksila adalah bagian tulang

yang membatasi rongga mulut. Rongga mulut dibentuk secara anatomis oleh pipi,

palatum durum, palatum molle, dan lidah. Pipi membentuk dinding bagian lateral

masing-masing sisi dari rongga mulut. Palatum membentuk bagian atas (atap)

rongga mulut, palatum durum pada bagian anterior dan palatum molle pada

bagian posterior. Pada bagian eksternal pipi dilapisi oleh kulit. Sedangkan bagian

internalnya dilapisi oleh membran mukosa, yang tersusun atas epitel pipih

berlapis tanpa lapisan keratin.21

Gambar 2.1 Anatomi Rongga Mulut

(Dikutip dari: Marieb’s Human Anatomy)

2.1.2 Sistem Pertahanan Rongga Mulut

Mulut merupakan bagian dari sistem gastrointestinal yang langsung

4

Page 19: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

5

berhubungan dengan dunia luar, oleh karena itu terdapat struktur yang terlibat

dalam organisasi pertahanan terhadap mikroorganisme patogen. Menurunnya

fungsi ini akan menimbulkan masalah karena adanya bakteri oportunistik yang

dapat menjadi patogen.7

Struktur yang berperan dalam sistem pertahanan rongga mulut antara lain

membran mukosa, saliva, celah gusi, dan nodus limfatik. Membran mukosa mulut

terdiri dari sel-sel skuamosa yang berfungsi sebagai barier mekanik terhadap

infeksi untuk mencegah bakteri untuk melekat pada sel-sel epitel. Sekresi saliva

berfungsi dalam proses membersihkan rongga mulut dari mikroorganisme dan

juga saliva mengandung immunoglobulin A (IgA) yang dihasilkan oleh kelenjar

saliva yang berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh alamiah terhadap

mikroorganisme. Pada celah gusi terdapat cairan yang mengandung komponen-

komponen seluler dan humoral dari darah seperti leukosit dan komplemen selular

yang akan melewati epitel junctional menuju ke permukaan gigi. Jaringan lunak

rongga mulut berhubungan dengan nodus limfatik ekstra oral dan agregasi intra

oral. Kapiler limfatik yang terdapat pada permukaan mukosa lidah, dasar mulut,

palatum pipi, dan bibir mirip yang berasal dari gingival dan pulpa gigi. Kapiler ini

bersatu membentuk pembuluh limfatik besar dan bergabung dengan pembuluh

limfatik yang berasal dari bagian dalam otot lidah dan struktur lainnya. Di dalam

rongga mulut terdapat tonsil palatina, lingual dan faringeal yang banyak

mengandung sel B dan sel T.7

2.1.3 Saliva

Saliva merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang diproduksi

dan diekskresikan oleh kelenjar saliva dan dialirkan ke dalam rongga mulut

melalui suatu saluran. Saliva terdiri dari 98% air dan selebihnya adalah elektrolit,

mukus dan enzim-enzim. Saliva diekskresi hingga 0.5 – 1.5 liter oleh tiga kelenjar

liur mayor dan minor yang berada di sekitar mulut dan tenggorokan untuk

memastikan kestabilan di sekitar rongga mulut.5

Page 20: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

6

2.1.3.1 Kelenjar Saliva

Kelenjar saliva terbentuk pada trimester pertama kehamilan dan terbagi

menjadi kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor

memproduksi sebagian besar (90%) dari jumlah total saliva yaitu kelenjar parotis,

kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis. Sementara kelenjar saliva

minor hanya menghasilkan sekitar 7-8% dari jumlah total saliva yaitu kelenjar

labial, kelenjar bukal, kelenjar palatal, dan kelenjar lingual pada mukosa,

submukosa bibir, palatum dan lidah dari rongga mulut.22

Kelenjar saliva terbesar merupakan kelenjar parotis yang terletak di bagian

inferior-anterior dari telinga. Kelenjar parotis terdiri atas dua lobus yaitu lobus

superfisial dan lobus profunda. Lobus superfisial kelenjar parotis terletak di

permukaan lateral otot masseter, di bagian lateral nervus fasialis, sementara lobus

profunda terdapat di bagian medial dari nervus fasialis diantara prosesus

mastoideus dari tulang temporal dan ramus mandibular. Hasil sekresi kelenjar

parotis dialirkan melalui duktus parotis (duktus Stensen) yang bermuara pada

vestibulum rongga mulut. Pada keadaan tidak terstimulasi kelenjar parotis

menghasilkan sebanyak 26% dari jumlah total saliva. Kelenjar parotis terdiri dari

sel serous acinar yang banyak mengandung enzim amilase. Kelenjar saliva

terbesar kedua setelah kelenjar parotis adalah kelenjar submandibularis atau

submaksilaris, terletak di submandibular triangle yang dibentuk oleh tepi inferior

dari mandibular pada bagian superior dan muskulus digastrikus pada bagian

antero-posterior. Hasil sekresi kelenjar submandibular dialirkan melalui duktus

Wharton dengan panjang 4-5 cm berjalan bersamaan dengan nervus hipoglossus

pada bagian superior dan nervus lingualis pada bagian inferior kemudian

bermuara pada lateral frenulum lingualis di dasar mulut bagian posterior gigi

bawah. Pada keadaan tidak terstimulasi kelenjar submandibularis memproduksi

69% jumlah total dari keseluruhan saliva, terdiri dari sel serous acinar dan

beberapa sel mucous acinar. Kelenjar saliva mayor terkecil adalah kelenjar

sublingualis yang terletak di dalam mukosa pada dasar mulut di atas otot

milohioideus. Hasil sekresi kelenjar sublingualis mengalir langsung ke dasar

mulut melalui duktus Bartholin yang berlanjut menjadi duktus Wharton. Pada

keadaan tidak terstimulasi kelenjar sublingualis menyumbang 5% total saliva

Page 21: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

7

mulut yang sebagian besar terdiri dari sel mucous acinar dan sedikit serous

acinar.23

Secara histologi terdapat perbedaan antara sel serous dan sel mucous. Sel

serous umumnya menghasilkan protein dan glikoprotein, enzim, dan zat

antimikroba, sedangkan sel mucous utamanya memproduksi mucin. Saat kondisi

istirahat aliran saliva berkisar antara 0,5ml/menit yang disebut sebagai laju basal

spontan terus-menerus hingga aliran maksimal yang berkisar antara 5ml/menit

sebagai respon dari rangsangan kuat. Sekresi basal ini berfungsi untuk menjaga

mulut dan tenggorokan selalu basah.24

Gambar 2.2 Kelenjar Saliva Mayor

(Dikutip dari: Tortora, 2011)

2.1.3.2 Sekresi Saliva

Pada orang sehat sekresi saliva terbagi ke dalam dua tahap. Sel asinus

menyekresikan sekresi primer yang komposisi kandungannya tidak jauh berbeda

dengan komposisi cairan ekstraseluler. Saat sekresi primer mengalir pada duktus

asinar akan terjadi pengkondisian dimana beberapa zat aktif akan direabsorbsi

seperti ion natrium dan beberapa zat aktif lain akan disekresikan seperti ion

kalium dan bikarbonat yang berfungsi sebagai sistem buffer dari saliva. Selama

salivasi maksimal akan terjadi perubahan konsentrasi zat pada saliva dikarenakan

kecepatan pembentukan sekresi primer oleh sel kelenjar asinus. Sekresi asinar ini

Page 22: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

8

akan mengalir melalui duktus asinar dengan cepat sehingga pembaruan pada

sekresi duktus menurun yang mengakibatkan perubahan komposisi pada saliva.25

Sekresi saliva dapat ditingkatkan oleh dua jenis refleks saliva, yaitu refleks

sederhana dan terkondisi. Refleks saliva sederhana terjadi ketika kemoreseptor

dan/atau reseptor tekan di dalam rongga mulut dirangsang oleh adanya

keberadaan makanan. Reseptor ini akan menghasilkan impuls ke serat-serat saraf

aferen yang membawa informasi ke pusat saliva di medulla batang otak.

Selanjutnya pusat saliva akan mengirimkan impuls melalui saraf otonom

ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Refleks saliva

terkondisi adalah refleks saliva yang dapat terjadi tanpa stimulasi oral, yaitu

dengan berpikir, melihat, mencium, atau mendengar pembuatan makanan yang

lezat akan memicu peningkatan produksi saliva melalui refleks tersebut. Sinyal

berasal dari luar mulut secara mental akan dikaitkan dengan kenikmatan makan

bekerja melalui korteks serebri untuk merangsang pusat saliva di medulla batang

otak, hal tersebut terjadi karena respon yang dipelajari melalui pengalaman

sebelumnya.25

Pusat saliva mengatur sekresi saliva melalui saraf otonom yang

mempersarafi kelenjar saliva, namun respon simpatis dan parasimpatis pada

kelenjar saliva tidak berlawanan. Baik simpatis maupun parasimpatis

meningkatkan sekresi saliva namun jumlah, karakteristik, dan mekanismenya

berbeda. Stimulasi simpatis menghasilkan saliva dengan volume yang lebih

sedikit, lebih kental, dan mengandung banyak mukus yang menyebabkan mulut

terasa lebih kering karena saliva yang dihasilkan lebih sedikit. Sedangkan pada

stimulasi parasimpatis memiliki efek yang dominan dalam sekresi saliva yang

menghasilkan saliva yang lebih banyak, lebih encer, dan banyak mengandung

enzim.25

Page 23: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

9

Gambar 2.3 Pengaturan Sekresi Saliva

(Dikutip dari: Sherwood, 2012)

2.1.3.3 Fungsi Saliva

Saliva merupakan cairan pada rongga mulut yang sangat kompleks dan

memiliki banyak fungsi. Sebagian besar fungsi saliva dalam rongga mulut bersifat

protektif, namun terdapat fungsi lainnya yang dimiliki oleh saliva, yaitu:

1. Proteksi/lubrikasi

Saliva melapisi jaringan keras dan lunak di dalam rongga mulut

dengan lapisan seromucosal yang melindungi dari iritasi mekanik,

termal, dan kimiawi serta kerusakan gigi, serta membantu melancarkan

aliran udara yang masuk ke dalam rongga mulut, proses berbicara dan

juga menelan.5, 35

2. Simpanan ion

Saliva merupakan larutan yang ter-supersaturasi dengan mineral yang

berhubungan dengan gigi yang memfasilitasi proses remineralisasi

gigi. Kandungan protein di dalam saliva menghambat presipitasi

spontan dari garam kalsium fosfat.35

3. Sistem buffer

Saliva dapat mengatur keseimbangan sistem buffer untuk melindungi

rongga mulut dengan menetralkan pH setelah makan dan

membersihkan zat asam yang dihasilkan oleh bakteri acidogenic

sehingga mengurangi terjadinya proses demineralisasi pada gigi.5, 35

Page 24: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

10

4. Pengenceran dan pembersihan

Saliva membantu mengencerkan substansi-substansi di dalam rongga

mulut dan juga memudahkan terjadinya pembersihan secara mekanik

terhadap sisa zat atau residu seperti bakteri non-adherent dan debris

(sisa makanan). Kemampuan pengenceran dan pembersihan saliva

dipengaruhi oleh laju aliran saliva (salivary flow rate). Semakin besar

laju aliran saliva maka semakin besar kemampuan saliva dalam

pengenceran dan pembersihan.5

5. Antibakteri

Saliva mengandung komponen protein imunologi spesifik (IgA) dan

non-spesifik (lisozim, laktoferin, dan mieloperoksidase) yang

mencegah terjadinya penempelan bakteri pada rongga mulut dan

mengatur keseimbangan flora pada rongga mulut.35

6. Pencernaan

Saliva memiliki enzim α-amilase (ptialin) yang berfungsi memecah

pati menjadi maltose, maltotriose, dan dextrins. Enzim ini sebagian

besar disintesis oleh kelenjar parotis dan sebagian lainnya disintesis

oleh kelenjar submandibularis. Enzim ini juga digunakan sebagai

indikator dalam menilai fungsi kelenjar saliva.5

7. Keseimbangan cairan

Dalam kondisi dehidrasi laju aliran saliva akan berkurang. Kemudian

rasa kekeringan pada mulut dan informasi dari osmoreseptor akan

menghasilkan penurunan produksi urin dan peningkatan keinginan

untuk minum.35

2.1.3.3 Kandungan Saliva

Kandungan air dalam saliva mencapai hingga 99% dan sisanya merupakan

komponen-komponen saliva yang dalam keadaan larut disekresi oleh kelenjar

saliva. Komponen-komponen tersebut dapat dibedakan atas komponen organik

dan anorganik. Namun demikian, kadar komponen-komponen tersebut masih

terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva bahan utamanya

adalah air yaitu sekitar 99.5%. Komponen anorganik saliva antara lain: natrium,

Page 25: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

11

kalsium, kalium, magnesium, bikarbonat, klorida, rodanida dan thiocynate (CNS),

fosfat, dan nitrat. Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang

berupa enzim amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, musin,

vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti

testosteron dan kortisol.5

a. Komponen organik

Komponen organik dalam saliva yang utama adalah protein.

Protein yang secara kuantitatif penting adalah α-amilase, protein kaya

prolin, musin dan imunoglobulin.

b. Komponen anorganik

Komponen anorganik di dalam saliva terdiri dari kation-kation,

natrium (Na+ ) dan kalium (K+ ) mempunyai konsentrasi tertinggi

dalam saliva. Karena perubahan di dalam muara pembuangan, Na+

menjadi jauh lebih rendah di dalam cairan mulut daripada di dalam

serum dan K+ jauh lebih tinggi.

Ion klorida merupakan unsur penting untuk aktifitas enzimatik α-

amilase. Kadar kalsium dan fosfat dalam saliva sangat penting untuk

remineralisasi email dan berperan penting pada pembentukan karang

gigi dan plak bakteri. Kadar fluoride di dalam saliva sedikit

dipengaruhi oleh konsentrasi fluorida dalam air minum dan makanan.

rodanida dan CNS- adalah penting sebagai agen antibakterial yang

bekerja dengan sisitem laktoperosidase. Bikarbonat adalah ion buffer

terpenting dalam saliva yang menghasilkan 85% dari kapasitas buffer.

2.1.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Kandungan Kalsium Saliva

Kalsium di dalam saliva (salivary calcium) adalah salah satu komponen

yang terdapat di dalam saliva yang memiliki konsentrasi cukup tinggi selain

natrium dan kalium yaitu 4-6mg/dl atau 1-1,5 mmol/L pada keadaan tidak

terstimulasi.9 Salivary calcium berperan penting dalam proses demineralisasi dan

remineralisasi enamel gigi dan proses pembentukan karang gigi. Kalsium

memiliki fungsi proteksi terhadap gigi secara tidak langsung dengan cara

menguatkan tulang rahang, menguatkan tautan antar gigi dan tulang, mencegah

Page 26: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

12

terjadinya celah yang dapat menjadi jalan masuk bakteri ke dalam gigi, serta

mencegah terjadinya inflamasi dan perdarahan.18, 31

Konsentrasi salivary calcium bervariasi tergantung pada salivary flow rate.

Pertambahan salivary flow rate akan meningkatkan nilai derajat keasaman mulut

(pH) dan konsentrasi kalsium pada saliva akan menyebabkan pertambahan

kalsium fosfat. Dengan demikian, peningkatan konsentrasi salivary calcium akan

menyebabkan terjadinya mineralisasi plak.5, 30 Kadar salivary calcium dipengaruhi

oleh beberapa faktor:5, 18, 32

1. Salivary flow rate dapat mempengaruhi kadar komponen-komponen di

dalam saliva. Apabila terjadi peningkatan salivary flow rate, maka

konsentrasi salivary calcium meningkat.

2. Ritme biologis, dimana kadar ion kalsium lebih didapatkan menurun pada

waktu pagi atau dini hari.

3. Stimulus. Kelenjar saliva yang lebih banyak berperan pada keadaan

terstimulasi adalah kelenjar parotis, sementara pada keadaan tidak

terstimulasi kelenjar submandibularis lebih banyak berperan dalam proses

produksi saliva.

4. Penyakit seperti cystic fibrosis dan diabetes melitus dapat meningkatkan

kadar salivary calcium.

5. Obat-obatan seperti pilokarpin dapat meningkatkan kadar salivary

calcium.

2.1.3.5 Keseimbangan Kalsium-Fosfat

Metabolisme kalsium-fosfat di dalam tubuh diatur oleh hormon paratiroid

(PTH), kalsitonin, dan vitamin D. Regulasi dari metabolisme kalsium bergantung

pada kontrol hormonal pada pertukaran antara cairan ekstraselular dengan tiga

kompartemen lainnya yaitu usus, ginjal, dan tulang termasuk pada gigi.

Pengaturan metabolisme kalsium di dalam tubuh meliputi dua aspek yaitu untuk

homeostasis kalsium untuk mempertahankan konsentrasi ion kalsium bebas di

plasma dengan melakukan pertukaran cepat antara ion Ca2+ pada tulang dengan

cairan ekstraseluler, dan menjaga keseimbangan kalsium tubuh dengan cara

mengatur jumlah abosrbsi kalsium di usus dan jumlah ekskresi kalsium di urin.25

Page 27: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

13

99% kalsium di dalam tubuh terdapat pada tulang yang tersusun atas

kristal hidroksiapatit yang menjadi sumber deposit kalsium terbesar pada tubuh.

Tulang berperan dalam keseimbangan kalsium tubuh melalui proses bone

remodeling yang terjadi secara terus menerus dan dipengaruhi oleh PTH,

kalsitonin, dan vitamin D. Bone remodeling merupakan proses pembentukan

(formation) dan pelepasan (resorption) tulang yang bertujuan untuk

mempertahankan kemampuan mekanik tulang tetap maksimal dan untuk

membantu mempertahankan kadar Ca2+ di dalam plasma. PTH memiliki dua

peran penting pada tulang dalam meningkatkan kadar Ca2+ pada plasma yaitu

menginduksi efluks konsentrasi Ca2+ secara cepat dari simpanan Ca2+ pada cairan

tulang, dan mensitumlasi perpindahan lambat Ca2+ dan PO43- dari simpanan

mineral tulang ke dalam plasma.25

Secara keseluruhan PTH menyebabkan peningkatan kadar dari Ca2+ di

dalam plasma, namun sekresi dari PTH juga dipengaruhi oleh kadar Ca2+ di dalam

plasma. Ketika kadar Ca2+ pada plasma menurun, maka sekresi dari PTH akan

meningkat dan sebaliknya. Sementara kalsitonin bekerja berlawanan dengan PTH

dimana kalsitonin berpengaruh dalam menurunkan kadar Ca2+ pada plasma

dengan menurunkan perpindahan ion Ca2+ dari cairan tulang ke dalam plasma dan

menghambat reabsorbsi dari ion Ca2+ dan PO43- di ginjal. Lain halnya dengan

peran Vitamin D dalam metabolism Ca2+ adalah dengan meningkatkan absorbsi

Ca2+ di usus.25

Page 28: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

14

Gambar 2.4 Peran PTH dan Vitamin D dalam Mengatur Kalsium Plasma

(Dikutip dari: Sherwood, 2012)

2.1.3.6 Pengaruh Salivary Calcium Terhadap Oral Hygiene

Konsentrasi kalsium dalam saliva termasuk kedalam kadar yang rendah,

dimana kadar konsentrasi normal kalsium dalam campuran saliva yang tidak

terstimulasi adalah 4-6 mg/dL.6 Dalam kondisi lingkungan pH yang tinggi

(alkali), kalsium dalam saliva cenderung untuk berperan penting dalam

remineralisasi permukaan enamel gigi dengan membentuk kristal-kristal

hidroksiapatit (Ca5(PO4)2 x OH) sedangkan dalam kondisi lingungan pH yang

rendah (asam) kalsium berperan dalam mencegah perombakan atau perusakan dari

enamel gigi.8

Dalam menilai tingkat oral hygiene, salah satu point yang dinilai adalah

calculus index (indeks kalkulus), dimana kalkulus pada gigi merupakan gambaran

plak bakteri-bakteri yang termineralisasi. Kalkulus tersusun atas 4 kristal kalsium

fosfat yang berbeda, yaitu:

Page 29: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

15

1. Brusit (Brucite/B)

2. Okta-kalsium fosfat (OCP)

3. Hidroksiapatit (HA)

4. Whitlockite (W)

Pada keadaan pH yang asam dan kadar kalsium dalam saliva yang tinggi,

Brusit dapat terbentuk dan kemudian dapat menjadi hidroksiapatit dan whitlockite.

Jika plak pada supragingival termineralisasi, maka akan terbentuk okta-kalsium

fosfat dan akan berubah secara bertahap menjadi hidroksoapatit.9

Salivary calcium berperan penting dalam pembentukan kalkulus supra atau

subgingival apabila terdapat plak gigi yang belum termineralisasi, dimana plak-

plak tersebut berkaitan dengan tingkat oral hygiene yang buruk. Penelitian

membuktikan bahwa ditemukan kadar salivary calcium yang tinggi pada pasien

yang memiliki kalkulus gigi dibandingkan dengan pasien yang tidak memiliki

kalkulus gigi.10

2.1.3.7 Metode Pengumpulan Saliva

Terdapat beberapa metode yang sering digunakan dalam pengumpulan

saliva, yaitu metode passive drool (draining), spitting, suction, dan absorbent.

Penggunaan metode pengumpulan saliva diserahkan kepada tujuan dari peneliti

dan disesuaikan dengan subjek penelitian. 33,34

1. Passive drool

Metode passive drool merupakan metode yang telah banyak digunakan

peneliti untuk menganalisa saliva. Saliva dikumpulkan dengan cara

mengeluarkannya secara pasif ke dalam tabung penampung. Prinsip

passive drool memiliki prinsip yang sama dengan metode draining.33,34

2. Spitting

Metode spitting adalah metode pengumpulan saliva dengan cara

mengumpulkan saliva pada dasar mulut kemudian subjek penelitian

diminta untuk meludah ke dalam tabung penampung setiap 1 menit.34

3. Suction

Page 30: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

16

Pada metode suction saliva dikumpulkan dengan cara diaspirasi secara

terus-menerus dari dasar mulut ke dalam tabung dengan menggunakan alat

saliva ejector atau aspirator.34

4. Absorbent

Pengumpulan saliva menggunakan metode ini adalah dengan cara swab,

cotton role, atau gauze sponge yang kemudian diletakkan di dalam tabung

dan diputar dengan gerakan sentrifugal.34

2.1.4 Rokok

Rokok menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah gulungan

tembakau kira-kira sebesar kelingking yang dibungkus menggunakan nipah atau

kertas, sedangkan merokok merupakan suatu aktivitas menghisap atau

mengkonsumsi rokok (KBBI, 2008).27

Menurut fakta WHO, rokok telah membunuh sekitar 6 juta orang setiap

tahunnya, dimana 5 juta diantaranya merupakan perokok aktif sedangkan 600.000

merupakan perokok pasif. Hampir 80% dari keseluruhan jumlah perokok di dunia

terdapat pada negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah.1

2.1.4.1 Kandungan Rokok dan Efeknya Terhadap Kesehatan

Sudah merupakan sebuah rahasia umum bahwa rokok mengandung zat-zat

yang berbahaya dan memberikan dampak negatif bagi kesehatan tubuh kita,

terutama pada bagian tubuh yang langsung terpapar dengan asap rokok. Berbagai

penelitian (Kozak 1954, dalam Adam 2006) telah menyebutkan bahwa setidaknya

dari 4800 macam komponen kimia yang telah teridentifikasi, terdapat 100

komponen kimia yang terkandung dalam asap rokok yang berbahaya bagi

kesehatan, antaralain:11

1) Nikotin, yang merupakan jenis alkaloid dan dapat mengakibatkan efek

addiktif serta menimbulkan gangguan pada sistem kardiovaskular dan

respirasi.

2) Tobacco Specific Nitrosamine (TSNA), terkandung di dalam rokok dalam

jumlah yang sedikit yang bersifat karsinogenik.

Page 31: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

17

3) Benzo-a-pyrine (B-a-P), merupakan residu bahan bakar pada pengovenan

dengan pemanasan langsung yang juga merupakan senyawa karsinogen

seperti TSNA

4) Residu pupuk dan pestisida, contohnya adalah arsen yang merupakan

bahan yang terkandung dalam racun untuk hewan pengerat seperti tikus.

5) Karbon monoksida, yang memiliki afinitas terhadap hemoglobin (Hb)

sebesar 200x lipat lebih kuat daripada oksigen sehingga menurunkan kadar

HbO2 di dalam darah.

6) Non-Tobacco Related Material (NTRM), yaitu bahan-bahan asing yang

terbawa oleh tembakau dari hasil produksi tembakau tersebut terutama

plastik tali, pembungkus, dan lain-lainnya.

2.1.4.2 Efek Rokok terhadap Saliva

Kandungan nikotin pada rokok dapat bekerja menstimulasi neuron

postganglional sama seperti halnya asetilkolin (Ach) pada reseptor kolinergik

nikotinik pada postganglion serat saraf simpatik.24 Penempelan Ach pada reseptor

ini akan menyebabkan terbukanya kanal kation nonspesifik pada sel

postganglional yang menyebabkan berpindahnya ion Na+ dan K+. Karena ion Na+

memiliki gradien elektrokimiawi yang lebih tinggi dibandingkan K+, maka lebih

banyak Na+ yang masuk ke dalam sel dibandingkan K+ yang keluar sehingga

menimbulkan potensial aksi pada sel postganglion.25 Potensial aksi tersebut akan

menimbulkan pelepasan norepinefrin (NE) kepada reseptor alfa atau beta

adrenergik pada sel target yang kemudian menyebabkan efek tertentu pada sel

tersebut.36

Gambar 2.5 Reseptor Nikotinik pada Inervasi Saraf Simpatis

(Dikutip dari: Tortora, 2011)

Page 32: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

18

Pada sel asinar kelenjar saliva terdapat reseptor adrenergik, penempelan

NE pada reseptor adrenergik di permukaan sel asinar di kelenjar saliva

menyebabkan peningkatan laju aliran saliva dengan sifat sekresi yang lebih kental

dan lebih mucous.36 Sekresi saliva diaktivasi pada saat pelekatan Ach pada

reseptor muskarinik M3 dan pelekatan NE pada reseptor β-adrenergik. Kedua

reseptor ini termasuk kedalam G-protein-coupled receptor (GPCR) yang diketahui

memediasi respon pada hormon dan neurotransmitter. Penempelan ligand pada

GPCR akan mengaktivasi subunit alfa dan subunit beta G-protein yang kemudian

akan bekerja mengaktivasi target enzim. Target enzim dalam sekresi cairan adalah

fosfolipase C (PLC) yang diaktivasi oleh subunit alfa (G-αq) dan pada sekresi

protein adalah adenilil siklase yang diaktivasi oleh subunit alfa lain (G-αs). 35

Gambar 2.6 Neurotransmitter dan Aktivasi Enzim Intraselular

(Dikutip dari: Wrigley Oral Health Program)

Ketika adenilil siklase teraktivasi, maka adenilil siklase akan merubah ATP

menjadi cyclic-AMP (cAMP) yang merupakan second messenger, cAMP akan

berikatan dengan cAMP-dependent protein kinase A (pKA) yang akan membuat

pKA menjadi aktif. pKA yang teraktivasi kemudian melakukan fosforilasi dan

mengaktivasi protein selular yang bertanggungjawab dalam mensintesis dan

mensekresikan makromolekul yang terdapat di dalam saliva.35

Ketika PLC teraktivasi terbentuk inositol 1,4,5 trifosfat (IP3) dari

pemisahan fosfatidil inositide 4,5, bifosfat (PIP2) sebagai second messenger. IP3

bekerja dengan berikatan pada reseptor pada endosom seperti retikulum

Page 33: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

19

endoplasma dan melepaskan Ca2+ yang tersimpan didalamnya. Reseptor IP3 juga

sensitif terhadap aktivitas Ca2+ di sitosol dan lebih lama terbuka ketika terjadi

peningkatan ion Ca2+. Sifat reseptor ini dapat meningkatkan sifat perpindahan

Ca2+ dari IP3+ dengan positive feedback yang dihasilkan oleh Ca2+ induced Ca2+

release (CICR). Sehingga sinyal Ca2+ ini secara aktif diperluas ke seluruh sel

asinar dengan ‘ledakan’ dari Ca2+ yang dikeluarkan dari simpanannya, yang dipicu

oleh IP3 dan diperkuat oleh Ca2+ dan dibawa oleh kedua reseptor IP3 dan

ryanodine.35

Gambar 2.7 Peningkatan Aktivitas Ca2+ Intrasel oleh IP3

(Dikutip dari: Wrigley Oral Health Program)

Selain berperan penting dalam pengaturan sekresi, kalsium bersamaan

dengan fosfat juga memiliki peran penting dalam homeostasis rongga mulut dan

erat kaitannya dengan gigi. Kandungan mineral gigi larut dalam air dan gigi

mudah mengalami demineralisasi pada larutan NaCl yang kaya akan bikarbonat.

Untuk itu saliva mempertahankan kadar Ca2+ dan Fosfat yang cukup untuk

mencegah demineralisasi dengan cara translokasi. Ca2+ yang terpompa keluar dari

sel melewati membran apikal akan digantikan oleh Ca2+ yang ‘menembus’ sel dari

dalam retikulum endoplasma. Influks Ca2+ yang terjadi antara membran

basolateral melalui Influks store-operated Ca2+ akan mengisi kembali Ca2+ yang

ada di dalam simpanan, sehingga Ca2+ dapat melakukan translokasi tanpa harus

mengganggu proses selular yang hal tersebut sangat bergantung kepada kadar ion

Ca2+ yang rendah.35

Page 34: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

20

Sehingga rokok tidak mempengaruhi kandungan Ca2+ pada komposisi

saliva secara langsung, namun kandungan nikotin pada rokok yang dapat

merangsang simpatis seperti halnya Ach dapat meningkatkan stimulasi aliran

saliva. Peningkatan salivary flow rate dapat meningkatkan kadar kalsium pada

saliva. 5, 18, 32

Gambar 2.8 Mekanisme Translokasi Ca2+

(Dikutip dari: Wrigley Oral Health Program)

2.1.4.3 Indeks Merokok

a. Indeks Brinkman

Indeks Brinkman (IB) digunakan untuk mengukur derajat berat merokok.

Indeks ini diukur dengan menggunakan jumlah rata-rata batang rokok yang

dikonsumsi per hari dikalikan dengan lama seorang merokok (dalam tahun).

Rumus dari indeks ini adalah sebagai berikut:12

𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐵𝑟𝑖𝑛𝑘𝑚𝑎𝑛 (𝐼𝐵) =

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑅𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑟 𝐻𝑎𝑟𝑖 (𝐵𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔) 𝑥 𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑀𝑒𝑟𝑜𝑘𝑜𝑘 (𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛)

Page 35: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

21

Dari hasil yang didapatkan dari rumus tersebut, dapat dilakukan

penggolongan Indeks Brinkman sebagai berikut:

• 0-199 = Perokok Ringan

• 200-599 = Perokok Sedang

• ≥ 600 = Perokok Berat

b. Smoking Index

Smoking index merupakan index yang digunakan oleh Singh (2012) dalam

penelitiannya di India, yang didefinisikan sebagai jumlah batang rokok yang

dihisap per hari dikalikan dengan lama merokok dalam tahun. Konsep dari

kuantifikasi menggunakan indeks ini didasarkan kepada paparan rokok (bidi –

gulungan tembakau yang dibungkus dengan daun tandu) yang paling sering

digunakan oleh masyarakat India. Didasarkan pada hal tersebut, penggolongan

smoking index adalah sebagai berikut:13

I. Bukan Perokok

IIa. 1-100 = Perokok Ringan

IIb. 101-300 = Perokok Sedang

III. ≥ 301 = Perokok Berat

Page 36: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

22

2.2 Kerangka Teori

Perokok

Zat-zat yang terkandung pada rokok

Tobacco Specific Nitrosamine

(TSNA)

Benzo-a-Pyrine (B-a-P)

Bersifat Karsinogenik

Nikotin

↓ Jumlah Sel PMN ↓ Antibodi IgA

dan IgG ↓ Rasio CD4+/CD8

↓ Imunitas Saliva

Sebagai Kemoatraktan

Neutrofil

Aktivasi Neutrofil

Hasil Pembakaran dalam Asap Rokok

Membentuk Free Radicals

Paparan Asap Panas

Merusak sel-sel dinding mukosa

rongga mulut

Reactive Oxygen

Species (ROS)

Jumlah batang rokok yang telah

dikonsumsi (tingkat keparahan

merokok)

↑ Paparan rongga mulut terhadap zat

yang terkandung dalam rokok

Kerusakan sel dan jaringan kelenjar saliva

dalam rongga mulut

(+)

Aktivasi fungsi proteksi saliva

↑ Ambilan deposit ion Ca2+ pada gigi

(demineralisasi gigi)

↑ Kadar Salivary Calcium

↑ Pembentukan kalkulus

supragingival

Plak pada gigi lebih cepat mengeras

↑ Risiko penyakit

periodontal

↓ Tingkat Kesehatan Gigi dan Mulut

Faktor yang mempengaruhi

Konsumsi makanan & minuman yang

bersifat asam

Terdapat Karies Gigi

(+)

• Waktu Pengambilan Sampel • Konsumsi Kapur Sirih • Konsumsi Obat-obatan psikotropika • Makan atau minum pada saat

pengambilan sampel • Penyakit Sistemik seperti Diabetes

Melitus

Page 37: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

23

2.3 Kerangka Konsep

2.4 Identifikasi Variabel

Variabel-variabel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

• Variabel bebas/independen

Variabel bebas atau variabel independen di dalam penelitian ini

adalah tingkat keparahan merokok subjek perokok (diukur berdasarkan

indeks Brinkman)

• Variabel terikat/dependen

Variabel terikat atau variabel dependen pada penelitian ini adalah

kadar salivary calcium

Page 38: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

24

2.5 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengukur Alat Ukur Cara Ukur Skala Ukur

1 Salivary Calcium

Kadar Komponen kalsium pada saliva dalam keadaan normal (tidak distimulasi) yang diukur dengan satuan mmol/L dengan LAQUAtwin HORIBA. Nilai normal salivary calcium adalah 1-1,5 mmol/L

Peneliti Ca2+ meter LAQUAtwin HORIBA

Sampel saliva diambil mengguna-kan mikropipet kemudian diletakkan pada alat

Numerik

2 Tingkat Keparahan Merokok

Penentuan derajat berat-ringannya merokok yang diukur berdasarkan indeks Brinkman, yaitu jumlah rokok yang dihisap dalam sehari (satuan batang) dikalikan dengan lama merokok dalam tahun

Peneliti Kuesioner Pengisian kuesioner dan wawancara

Kategorik

3 Non-Perokok

Subjek penelitian yang tidak pernah merokok sebelumnya, atau pernah merokok namun sudah berhenti merokok setidaknya selama 5 tahun yang lalu.

Peneliti Kuesioner Pengisian kuesioner dan wawancara

Kategorik

Page 39: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan analitik

bivariat tidak berpasangan potong lintang (cross sectional)

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama bulan Januari-Juni 2016 di daerah

Kecamatan Ciputat Timur dan sekitarnya. Pengukuran kadar salivary calcium

dilakukan di ruang Laboratorium Riset Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi target penelitian adalah laki-laki perokok dan non-perokok di

Kecamatan Ciputat Timur. Populasi sampel penelitian adalah laki-laki perokok

dan non-perokok di kawasan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan sekitarnya. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara

consecutive sampling.

3.3.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi yang dimaksudkan di dalam penelitian ini adalah:

1) Laki-laki

2) Berusia antara 20 tahun hingga 55 tahun

3) Bersedia untuk turut serta dalam penelitian ini (informed consent)

4) Kriteria subjek perokok:

• Masih merupakan perokok aktif pada saat dilakukan

pengambilan sampel saliva

5) Kriteria subjek non-perokok:

• Tidak Pernah Merokok

25

Page 40: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

26

• Pernah merokok namun sudah berhenti sekurangnya selama 5

tahun yang lalu

3.3.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah:

1) Tidak kooperatif

2) Sedang berpuasa ketika sedang dilakukan pengambilan sampel

3) Memiliki penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi hasil

pengukuran kadar salivary calcium seperti diabetes melitus dan

penyakit yang berhubungan dengan rongga gigi dan mulut.

4) Mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan psikotropika

5) Mengkonsumsi makanan atau minuman yang dapat mempengaruhi

hasil pengukuran kadar salivary calcium.

3.4 Besar Sampel Penelitian

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung dengan

menggunakan rumus sampel untuk penelitian analitik tidak berpasangan dengan

variabel numerik.

𝑁1 = 𝑁2 = 2 �(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽)𝑆𝑥1 − 𝑥2

�2

Keterangan:

N = besar sampel

Zα = kesalahan tipe I sebesar 5% = 1,645

Zβ = kesalahan tipe II sebesar 20% = 0,842

(x1-x2) = selisih minimal yang dianggap bermakna = 0,05

S (standar deviasi) = Sg (standar deviasi gabungan), diperoleh

menggunakan rumus:

𝑆𝑔2 = [𝑆12 × (𝑛1 − 1) + 𝑆22 × (𝑛2 − 1)]

𝑛1 + 𝑛2 − 2

Keterangan:

Sg = standar deviasi gabungan

S1 = standar deviasi kelompok 1 pada penelitian sebelumnya

Page 41: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

27

n1 = besar sampel kelompok 1 pada penelitian sebelumnya

S2 = standar deviasi kelompok 2 pada penelitian sebelumnya

n2 = besar sampel kelompok 2 pada penelitian sebelumnya

Hasil perhitungan besar sampel yang dilakukan berdasarkan data yang

diperoleh dari penelitian Syahli MR pada tahun 2015, didapatkan hasil

perhitungan sebagai berikut:

𝑆𝑔2 = [0,24596742 × (42 − 1) + 0,144582 × (13 − 1)]

42 + 13 − 2

Sg2 = 0,05

Sg = �0,05 = 0,2236

𝑁1 = 𝑁2 = 2 �(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽)𝑆𝑥1 − 𝑥2

�2

𝑁1 = 𝑁2 = 2 �(1,645 + 0,842)0,2236

0,05�2

N1 = N2 = 2 �0,03220,0025

N1 = N2 = 25,79 (dibulatkan menjadi 26)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut menggunakan data dari penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Syahli MR pada tahun 2015, maka minimal besar

sampel pada tiap-tiap kelompok yang dibutuhkan adalah 26 orang. Berdasarkan

rule of ten, besar sampel yang dibutuhkan adalah 10 dikalikan dengan jumlah

setiap variabel yang berpengaruh terhadap hasil pengukuran kadar salivary

calcium yang tidak dapat dikontrol dengan kriteria eksklusi. Pada penelitian ini

terdapat 2 variabel yang berpengaruh terhadap hasil pengukuran kadar salivary

calcium yaitu subjek penelitian yang sedang diet atau mengkonsumsi makanan

atau minuman pada saat pengambilan sampel dilakukan dan/atau memiliki

penyakit yang mempengaruhi kadar salivary calcium seperti karies gigi, cystic

fibrosis, atau penyakit sistemik seperti diabetes melitus sehingga besar sampel

yang dibutuhkan adalah 20 orang untuk setiap kelompok.

Page 42: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

28

Besar sampel pada penilitian ini mengambil angka sampel terbesar dari

antara hasil perhitungan menggunakan rumus besar sampel penelitian analitik

bivariat tidak berpasangan dan dengan rule of ten. Dengan demikian, pada

penelitian ini besar sampel minimal yang dibutuhkan berjumlah 26 orang.

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Tabung penampung

2. Corong

3. Mikrometer pipet dengan tip

4. HORIBA Ca2+ Meter LAQUAtwin

5. Kertas tisu

6. Masker dan sarung tangan

7. Stopwatch

8. Coolbox berisi es

9. Senter

10. Alat periksa gigi dan mulut

3.5.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saliva dari subjek

perokok dan aquades

3.6 Cara Kerja Penelitian

Menentukan dan mencari subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria

inklusi dan eksklusi

Memberikan penjelasan kepada subjek penelitian mengenai penelitian

serta prosedur pengambilan saliva dan pemeriksaan gigi, serta

mendapatkan informed consent berupa tanda tangan subjek penelitian.

Melakukan pemeriksaan gigi dan mulut yang dilakukan oleh dokter gigi

dan dibantu oleh peneliti untuk menilai status gingivitis index (GI),

Page 43: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

29

calculus index (CI), dan debris index (DI) untuk kemudian dilakukan

perhitungan skor kesehatan gigi dan mulut (OHIS).

Meminta subjek penelitian untuk menampung saliva menggunakan tabung

penampung dan corong selama 5 menit sesuai instruksi yang diberikan.

Setelah 5 menit, mengukur dan mencatat jumlah saliva yang terkumpul.

Jika jumlah saliva kurang dari 2 mL, maka subjek diminta untuk

menampung kembali salivanya hingga jumlah saliva dalam tabung

mencapai 2 mL.

Melakukan pengukuran kadar salivary calcium menggunakan HORIBA

Ca2+ meter LAQUAtwin dengan terlebih dahulu melakukan kalibrasi

dengan cairan standar khusus.

Mengukur kadar salivary calcium menggunakan mikropipet yang telah

dipasang tip dan diatur untuk mengambil sebanyak 100µL. Mengambil

saliva subjek dan diteteskan pada bagian tengah alat pengukur hingga

sensor pada alat pengukur telah sepenuhnya terendam oleh cairan saliva.

Menunggu hingga angka pada layar alat pengukur berhenti berkedip, dan

mencatat hasil yang muncul pada layar (dalam satuan ppm). Hasil yang

telah dicatat kemudian dikonversi terlebih dahulu kedalam satuan mmol/L

dengan cara membaginya dengan nilai massa atom Ca2+ yaitu 40,078

Semua sampel saliva pada penelitian ini dilakukan pengukuran sebanyak

satu kali (simplo), namun pada beberapa sampel yang hasil pengukurannya

meragukan maka dilakukan dua kali pengukuran (diplo).

Page 44: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

30

3.7 Alur Penelitian

3.8 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel bebas/independen yang terdapat dalam penelitian ini adalah

tingkat keparahan merokok yang ditetapkan berdasarkan indeks

Brinkman

b. Variabel terikat/dependen di dalam penelitian ini adalah kadar salivary

calcium

c. Variabel perancu di dalam penelitian ini adalah subjek penelitian yang

sedang diet atau mengkonsumsi makanan atau minuman pada saat

pengambilan sampel dilakukan dan/atau memiliki penyakit yang

Membuat Proposal Penelitian

Mengajukan Ethical Clearence kepada Komisi Etik

Pemilihan Subjek Penelitian berdasarkan kriteria

Menjelaskan Prosedur dan Informed Consent kepada subjek

penelitian

Pengambilan data kuesioner dan sampel saliva dari subjek

penelitian

Pemeriksaan sampel Salivary Calcium di Lab

Pengolahan Data Menggunakan Software

Page 45: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

31

mempengaruhi kadar salivary calcium seperti karies gigi, cystic

fibrosis, atau penyakit sistemik seperti diabetes melitus.

3.9 Manajemen dan Analisis Data

Data hasil pengisian kuesioner dan pengukuran salivary calcium dari

subjek penelitian dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam tabel data induk

menggunakan Microsoft© Excel 2010, kemudian dianalisis menggunakan

software analisis data IBM SPSS v21.

Page 46: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Subjek penelitian berjumlah 110 orang yang terdiri dari perokok dengan

kategori derajat ringan-sedang berjumlah 58 orang, perokok dengan kategori

derajat berat berjumlah 20 orang serta subjek penelitian non-perokok berjumlah

32 orang.

4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian Perokok

Karakteristik kebiasaan merokok 78 orang subjek perokok tercantum di

dalam tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Karakteristik Perokok Subjek Penelitian (n=78)

Karakteristik Perokok Ringan-Sedang Perokok Berat

N=58 (100%) N=20 (100%)

Jumlah Rokok Perhari <11 Batang 17 (29,3%) 0 (0%)

11-20 Batang 28 (65,5%) 5 (25,0%) >20 Batang 3 (5,2%) 15 (75,0%) Median (Min-Maks) 12 (2-24) 24 (15-40)

Lama Merokok <6 Tahun 5 (8,6%) 0 (0%)

6-10 Tahun 11 (19,0%) 0 (0%) >10 Tahun 42 (72,4%) 20 (100%) Rerata ± SD 18,24 ± 9,5 31,5 ± 7,18

Dari tabel hasil penelitian diatas mengenai karakteristik kebiasaan

merokok subjek penelitian didapatkan subjek perokok derajat ringan-sedang

mengkonsumsi jumlah rokok perhari sebanyak 11-20 batang per harinya sebanyak

38 orang (65,5%) dengan nilai median 12 batang per hari sedangkan pada subjek

perokok berat mengkonsumsi jumlah rokok per harinya paling banyak >20 batang

per harinya yaitu sebanyak 15 orang (75,0%) dengan nilai median 24 batang per

hari. Berdasarkan waktu lama merokok baik subjek perokok ringan-sedang dan

perokok berat paling banyak telah merokok selama >10 tahun dengan nilai rerata

32

Page 47: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

33

pada kelompok perokok ringan sedang 18,24 tahun dan nilai rerata pada

kelompok perokok berat 31,5 tahun.

4.1.2 Hubungan Tingkat Keparahan Merokok dengan Salivary Calcium

Hasil pengolahan data statistik mengenai perbandingan antara karakteristik

merokok dengan kadar salivary calcium pada subjek perokok derajat ringan-

sedang dengan subjek perokok derajat berat dapat dilihat pada tabel 4.2, tabel 4.3

dan gambar 4.1 sebagai berikut.

Tabel 4.2 Tingkat Keparahan Merokok dengan Salivary Calcium

Salivary Calcium (mmol/L)

Mean ± SD

Status Merokok

Non-Perokok 0,55 ± 0,18

Perokok Ringan-Sedang 0,76 ± 0,26

Perokok Berat 0,95 ± 0,23

*Hasil Bermakna (p < 0,05)

Karakteristik

p < 0,001*

p value

Berdasarkan derajat merokok yang diklasifikasikan menggunakan indeks

Brinkman didapatkan hasil nilai rerata salivary calcium pada subjek non-perokok,

perokok ringan-sedang, dan perokok berat. Perokok dengan derajat berat lebih

tinggi dibandingkan dengan nilai rerata salivary calcium pada subjek perokok

dengan derajat ringan-sedang, yaitu 0,95 ± 0,23 mmol/L pada perokok derajat

berat dan 0,76 ± 0,26 mmol/L pada perokok derajat ringan-sedang sementara pada

subjek non-perokok memiliki kadar rerata salivary calcium yang lebih rendah

yaitu 0,55 ± 0,18 mmol/L.

Page 48: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

34

Gambar 4.1 Boxplot Tingkat Keparahan Merokok dengan Kadar Salivary Calcium

Hasil pengujian nilai statistik menggunakan uji ONE Way ANOVA antara

kelompok subjek non-perokok, perokok derajat ringan-sedang, dan dengan

kelompok subjek perokok derajat berat menunjukkan nilai p value sebesar 0,000.

Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna secara

statistik antara nilai rerata salivary calcium antara non-perokok, perokok derajat

ringan-sedang dengan perokok derajat berat. Hasil uji statistic lanjutan post-hoc

menunjukkan hasil bermakna antara kelompok non-perokok dengan perokok

ringan-sedang (p value < 0,001) dengan nilai mean difference 0,211, antara

kelompok non-perokok dengan perokok berat (p value < 0,001) dengan nilai mean

difference 0,396, dan antara kelompok perokok ringan-sedang dengan perokok

berat (p value = 0,009) dengan nilai mean difference sebesar 0,184.

Page 49: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

35

Tabel 4.3 Korelasi Tingkat Keparahan Merokok dengan Salivary Calcium

Ca2+ (mmol/L) Tingkat Keparahan Merokok Correlation Coefficient 0,509*

p value <0,001**

N 110 *korelasi sedang **hasil bermakna (p < 0,05)

Hasil uji statistik korelasi menggunakan korelasi spearman didapatkan

nilai koefisien korelasi antara tingkat keparahan merokok dengan kadar salivary

calcium sebesar 0,509. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif

dengan tingkat korelasi sedang antara tingkat keparahan merokok dengan kadar

salivary calcium, dimana korelasi positif menunjukkan bahwa semakin tinggi

tingkat keparahan merokok maka kadar salivary calcium juga akan semakin

tinggi. Pada hasil juga didapatkan nilai p < 0,001 yang berarti terdapat hubungan

yang bermakna antara tingkat keparahan merokok dengan kadar salivary calcium.

Berdasarkan hasil data tersebut didapati bahwa kadar salivary calcium

berhubungan yang bermakna dengan tingkat keparahan merokok. Salivary

calcium dipengaruhi oleh tingginya tingkat keparahan merokok, dimana semakin

tinggi tingkat keparahan merokok seseorang maka akan semakin tinggi kadar

salivary calcium.

4.2 Pembahasan

Penelitian ini diikuti oleh 78 orang subjek penelitian yang merupakan

perokok aktif dengan usia diatas 20 tahun, dengan jumlah perokok dengan derajat

merokok ringan-sedang sebanyak 58 orang dan jumlah perokok dengan derajat

merokok berat sebanyak 20 orang.

Dari hasil pengolahan data mengenai hubungan antara karakteristik

merokok dengan kadar salivary calcium pada subjek perokok ringan-sedang

dengan subjek perokok berat, secara bermakna didapatkan hasil nilai rerata kadar

salivary calcium yang lebih tinggi pada subjek dengan derajat merokok berat

yaitu 0,95 ± 0,22 mmol/L dibandingkan dengan nilai rerata salivary calcium

Page 50: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

36

subjek dengan derajat merokok ringan-sedang yaitu 0,77 ± 0,25 mmol/L (p<0,05).

Pada hasil uji statistik korelasi menggunakan korelasi spearman didapatkan nilai

koefisien korelasi antara tingkat keparahan merokok dengan kadar salivary

calcium sebesar 0,509 dengan p value<0,001 yang berarti bermakna. Hal tersebut

menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif dengan tingkat korelasi sedang

antara tingkat keparahan merokok dengan kadar salivary calcium, dimana korelasi

positif menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat keparahan merokok maka

kadar salivary calcium juga akan semakin tinggi.

Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa zat-zat yang terkandung di dalam

rokok terutama nikotin akan menyebabkan perubahan komposisi dalam saliva

sehingga menurunkan derajat keasaman (pH) rongga mulut.14 Ketika derajat

keasaman (pH) rongga mulut turun dibawah tingkat tertentu maka akan terjadi

pemecahan mineral gigi (kristal hiroksiapatit) yang disebut sebagai proses

demineralisasi gigi dan melepaskan ion kalsium ke dalam saliva sehingga terjadi

peningkatan kadar ion kalsium di dalam saliva.19,20 Alharbi tahun 2012 dalam

penelitiannya menyatakan bahwa paparan terhadap nikotin dalam rokok dalam

jangka waktu yang lama (kronik) menyebabkan anergi pada sel-T dengan

mengganggu transduksi sinyal antigen receptor-mediated yang menyebabkan

pengeluaran simpanan Ca2+ serta mengakibatkan peningkatan Ca2+ intrasel yang

dapat menyebabkan kerusakan selular.15

Hal ini sejalan dengan penelitian lainnya yang telah dilakukan mengenai

kadar salivary calcium pada perokok dan non-perokok. Al-Obaidi dalam

penelitiannya pada tahun 2006 menyatakan bahwa kadar salivary calcium pada

perokok lebih tinggi dibandingkan dengan non-perokok.16 Abed et al. tahun 2012

juga menyebutkan dalam penelitiannya bahwa kadar salivary calcium pada

perokok secara bermakna lebih tinggi dibandingkan dengan non-perokok.17 Khan

GJ et al. tahun 2005 pada penelitiannya juga menyebutkan bahwa ditemukan

kadar salivary calcium yang lebih tinggi secara signifikan pada perokok

dibandingkan dengan non-perokok.18 Namun pada semua penelitian tersebut tidak

dijelaskan hubungannya dengan tingkat keparahan merokok pada perokok dengan

kadar salivary calcium.

Page 51: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

37

Pada hasil penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa kadar salivary

calcium baik pada kelompok non-perokok, perokok ringan-sedang, dan perokok

berat lebih rendah daripada kadar normal salivary calcium (1-1,5 mmol/L), hal

tersebut mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor di dalam penelitian ini yaitu

waktu pengambilan yang dilakukan pada penelitian ini pada pagi hari dimana

kadar salivary calcium lebih rendah dibandingkan waktu lainnya.5,18,32 Serta

pengukuran kadar salivary calcium dilakukan menggunakan alat ukur HORIBA

Ca2+ meter LAQUAtwin yang prinsip pengukurannya bergantung kepada sensor

ion-selective electrode yang terdapat pada alat, sehingga pada penelitian ini perlu

diikutsertakan pengukuran subjek non-perokok (32 orang non-perokok).28

4.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang terdapat di dalam penelitian ini yang harus

dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya antaralain sebagai berikut:

- Penentuan faktor-faktor inklusi dan eksklusi subjek penelitian hanya

dengan menggunakan kuesioner.

- Peneliti menentukan populasi sampel adalah laki-laki perokok dan

non-perokok di kawasan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sekitarnya yang cakupannya

dirasakan masih kurang luas sehingga jumlah sampel pada kelompok

subjek perokok berat hanya didapatkan sebanyak 20 sampel.

4.4 Aspek Keislaman

Tingginya kadar salivary calcium pada perokok menunjukkan kerusakan

yang terjadi pada rongga mulut akibat konsumsi rokok jangka panjang. Paparan

zat-zat toksik yang terkandung di dalam rokok menyebabkan kerusakan jaringan-

jaringan di dalam rongga mulut dan menyebabkan perubahan komposisi saliva

yang dibutuhkan dalam proses fisiologis tubuh serta merupakan salah satu barrier

tubuh terhadap patogen. Dari penelitian ini telah dibuktikan bahwa semakin

banyak rokok yang dikonsumsi akan semakin parah kerusakan yang terjadi di

dalam rongga mulut.

Page 52: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

38

Ijtima’ Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahun 2009 telah menyatakan

sepakat mengenai hukum merokok yaitu khilaf ma baiyna al-makruh wa al-haram

atau antara makruh dan haram, serta merokok haram hukumnya apabila dilakukan

di tempat umum, dilakukan oleh anak-anak, dan apabila dilakukan oleh wanita

hamil.20 Dengan banyaknya hal-hal negatif yang ditimbulkan dari merokok,

penulis menyarankan bagi para perokok khususnya untuk berhenti atau

mengurangi konsumsi rokok agar dapat mengurangi dampak buruk yang

ditimbulkannya kepada kesehatan tubuh. Di dalam al-Qur’an Allah SWT

berfirman dalam surat al-Baqarah (2) ayat 192:

Artinya:

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu

menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena

sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah

(2) : 195)

Dan juga di dalam surat al-A’raf (7) ayat 157 Allah SWT berfirman:

Artinya:

“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya)

mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang

Page 53: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

39

menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari

mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan

mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka

beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang

yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya

yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang

yang beruntung.” (QS. Al-A’raf (7) : 157)

Dan juga hadits Nabi Muhammad SAW:

ررضال الو رارضArtinya:

“Tidak boleh membuat mudlarat kepada diri sendiri dan tidak boleh membuat

mudlarat kepada orang lain” (HR. Ibnu Majah)

Page 54: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan

yang bermakna antara salivary calcium dengan tingkat keparahan merokok (p <

0,05). Semakin tinggi tingkat keparahan merokok, maka semakin tinggi kadar

salivary calcium. Didapatkan kadar kalsium saliva pada perokok dengan indeks

Brinkman ringan-sedang (0,76 ± 0,26 mmol/L) secara bermakna lebih rendah

dibandingkan dengan perokok dengan indeks Brinkman berat (0,95 ± 0,23

mmol/L) dan non-perokok (0,55 ± 0,18 mmol/L).

5.2 Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa saran untuk peneliti

selanjutnya:

1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan peneliti dapat menggunakan

alat yang lebih obyektif (seperti rekam medis atau urinalisis) dalam

menentukan subjek penelitian yang masuk ke dalam kriteria inklusi

dan eksklusi.

2. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti hubungan antara

pengaruh rokok dengan komponen anorganik lain yang terdapat pada

saliva dan hubungannya dengan derajat kesehatan gigi dan mulut.

3. Pada penelitian selanjutnya apabila meneliti mengenai peran rokok

terhadap salivary calcium dapat meneliti perbedaan pengaruh jenis

rokok elektrik (vaporizer) terhadap salivary calcium dibandingkan

dengan jenis rokok biasa.

40

Page 55: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

41

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Global Adult Tobacco Survey (GATS): Indonesia report 2011.

Jakarta: World Health Organization, Regional Office for South-East Asia;

2012

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes RI. Riset

kesehatan dasar 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia; 2013

3. American Dental Hygienists Association (ADHA) [Internet]. Tobacco Use,

Periodontal Disease dalam: Access Magazine 16 July 2010.

(https://www.adha.org/sites/default/files/7232_Tobacco_Use_Periodontal_

Disease_1.pdf)

4. Gautam, DK et al. Effect of Cigarette Smoking on the periodontal status: A

comparative, cross sectional study. J Indian Soc Periodontol. 2011 Oct-

Dec; 15(4): 383-387.

5. Almeida de, Patricia Del Vigna, et al. Saliva Composition and Functions:

A comprehensive review. March 2008. The Journal of Contemporary

Dental Practice Vol. 9 Number 3.

6. Saladin KS, Porth CM. Salivary Glands, in: Anatomy and Physiology: The

Unit of Form and Function. 6th Ed. Oxford University Press, New York.

1998.

7. Margaret J. Fehrenbach, and Jane Weiner [ebook]. Saunders Review of

Dental Hygiene [December 2008; cited 22 October 2015]. Saunders:

Elsevier Health Sciences.

8. Grays JA. Kinetics dissolution of human dental enamel in acid. J Dent

Res.1982; 41(8): 633-645.

9. Friskopp J, Isacsson G. Mineral content of supragingival and subgingival

dental calculus. A quantitative microradiographic study. Scand J Dent Res.

1984; 92: 417-423.

10. Shata A. Hassan, and Tahani A Al-Sandook [Internet]. Salivary Calcium

Concentration in Patients with High Incidence of Calculus Formation

Page 56: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

42

[Updated 2005; cited 22 October 2015]. Al-Rafidain Dent J. Vol. 5, No. 1,

ISSN: 1812-1217

11. Samsuri Tirtosastro, dan A.S. Murdiyati [Internet]. Buletin Tanaman

Tembakau, Serat & Minyak Industri 2(1), April 2010:33-43 [Updated

2009; cited 2015 October 15]. Available from:

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=185619

12. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik

(PPOK) di Indonesia [Internet]. [Cited 2015 October 15]. Available from:

http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/konsensus-ppok-

isi1.html

13. Singh N, Aggarwal Ashutosh N, Gupta D, Behera D, Jindal Surinder K

[Internet]. Quantified Smoking status and non-small cell lung cancer stage

at presentation: analysis of a North Indian cohort and a systematic review

of literature [Updated 2012; cited 2015 October 15]. J Thorac Dis

2012;4(5):474-484. DOI:10.3987/j.issn.2072-1439.2012.05.11. Available

from: http://www.jthoracdis.com/article/view/439/html

14. Grover, Neeraj, et.al. Long-term effect of tobacco on unstimulated salivary

pH. Journal of Oral and Maxillofacial Pathology. Vol.20 Issue 1 Jan – Apr

2016.

15. Alharbi, Waheeb DM. Electrolyte Changes in Cigarette Smoking. Pakistan

Journal of Phamacology. Vol. 29, No. 1, January 2012.

16. Al-obaidi, W. Salivary calcium, potassium and oral health status among

smokers and non-smokers (a comparative study). J Bagh Coll Dentistry.

2006; 18(2): 89-91.

17. Abed, Hamed Hayder, et al. Evaluation of calcium concentration in saliva

of Iraqi male smokers. AJPS, 2012, vol. 11, No.1.

18. Khan GJ, Mehmood R, Salahuddin, Marwat FM, Haq I, Rehman J.

Secretion of calcium in the saliva of long term tobacco users. J Ayub Med

Col Abbottabad. 2005; 17(4): 1-3.

19. Bafghi AF, Tabrizi AG, Bakhshayi P. The effect of smoking on mineral

and protein composition of saliva. Iranian Journal of Otorhinolaryngology.

2015 July; 27(4): 301-5.

Page 57: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

43

20. Majelis Ulama Indonesia. Keputusan ijtima’ ulama komisi fatwa se-

Indonesia. Bagian ketiga. 2009.

21. Marieb, Elaine N., Patricia BW, and Jon Mallat. Marieb’s Human

Anatomy. 6th Ed. San Francisco: Pearson Benjamin Cummings. 2012.

22. Sonneson M. On minor salivary gland secretion in children, adolescents,

and adults. Swedish Dental Journal. 2011; 215: 14-9.

23. Tortora GJ, Derrickson B. The digestive system. In: Bonnie R, editor.

Principles of anatomy and physiology. 12th ed. US: John Wiley & Sons,

Inc; 2009. p. 930.

24. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 12th Ed.

Philadelphia: Elsevier; 2011.

25. Sherwood L. Sistem pencernaan. In: Sherwood L, author. Fisiologi

manusia dari sel ke sistem. 8th ed. Jakarta: EGC; 2012. p. 651-2.

26. Iida, Taichi et.al. Nicotinic receptor agonist-induced salivation and its

cellular mechanism in parotid acini of rats. Autonomic neuroscience: basic

& clinical 161(1-2):81-6 · February 2011. DOI:

10.1016/j.autneu.2011.01.003

27. Hasan A. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka; 2007.

28. HORIBA [Internet]. B-751 LAQUAtwin Compact Calcium Ion Meter

Specification. [Accessed: 2 October 2016]. Available from:

http://www.horiba.com/application/material-propert.../details/b-751-

laquatwin-compact-calcium-ion-meter-17175/

29. Syahli, Muhammad Reza. Peran Rokok Terhadap Kadar Kalsium Saliva.

2015. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

30. Kasim, E. Merokok sebagai faktor resiko terjadinya penyakit periodontal.

Jurnal Kedokteran Trisakti. 2001 January-April; 20(1): 9-15.

31. Lamria B. Analisa volume, pH dan kadar ion kalsium saliva yang

distimulasi pada pecandu ganja di pusat rehabilitasi insyaf Medan tahun

2014 [skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2015

32. Moreira AR, Passos IA, Sampaio FC, Soares MSM, Oliveira RJ. Flow

rate, pH and calcium concentration of saliva of children and adolescents

Page 58: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

44

with type 1 diabetes mellitus. Braz J Med Biol Res. 2009 August; 42(8):

707-11.

33. Saliva Collection and Handling Advice 3rd ed. [Internet] 2013. [cited 2015

July 11]. Available from: https://www.salimetrics.com

34. Armand A. Perubahan pH saliva setelah mengkonsumsi minuman isotonik

dan minuman produk olahan susu pada mahasiswa FKG USU [skripsi].

Medan: Universitas Sumetera Utara; 2010.

35. Whelton, Helen [Internet]. Introduction: the anatomy and physiology of

salivary glands. Wrigley Oral Health Program. USA. [Accessed 10 August

2016]. Available from:

https://www.stephenhancocks.com/wrigley/wrigley_ohp.pdf

36. Saladin [E-book]. Anatomy and Physiology – The Unity of Form and

Function 3rd Ed. 2003. McGrawHill.

Page 59: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

45

LAMPIRAN

Lampiran 1

Lembar Informed Consent dan Kuesioner Responden Subjek Penelitian

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Judul Penelitian: Hubungan Kadar Protein Total pada Saliva Perokok berdasarkan Indeks Brinkman Hubungan Kadar pH pada Saliva Perokok berdasarkan Indeks Brinkman Hubungan Kadar Ion Kalsium pada Saliva Perokok berdasarkan Indeks Brinkman Perbedaan Salivary Flow Rate pada Saliva Perokok Kretek dan Perokok Non-Kretek Perbedaan Kadar pH pada Saliva Perokok Kretek dan Perokok Non-Kretek Peneliti Utama: Drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatulah, Jl. Kertamukti Pisadngan Ciputat, Jakarta 15419, Telepon: 021-74716718, 021-7401925 Kontak pada Keadaan darurat: Peneliti Utama: drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD (0817-0710263)

Anda diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi Anda bersifat sukarela, dalam arti Anda bebas untuk turut serta atau menolaknya. Anda juga bebas berbicara karena kerahasiaan Anda terjamin. Sebelum membuat keputusan, anda akan diberitahu detail penelitian ini berikut kemungkinan manfaat dan risikonya, serta apa yang harus anda kerjakan. Tim peneliti akan menerangkan tujuan penelitian ini dan memberikan Formulir persetujuan untuk dibaca. Anda tidak harus memberikan keputusan saat ini juga, formulir persetujuan dapat anda bawa ke rumah untuk didiskusikan dengan keluarga, sahabat atau dokter Anda. Jika anda tidak memahami apa yang Anda baca, jangan menandatangani formulir persetujuan ini. Mohon menanyakan kepada dokter atau staf peneliti mengenai apapun yang tidak anda pahami, termasuk istilah-istilah medis. Anda dapat meminta formulir ini dibacakan oleh peneliti. Bila anda bersedia untuk berpartisipasi, anda diminta menandatangani formulir ini dan salinannya akan diberikan kepada anda. Apa tujuan penelitian ini? Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keadaan rongga mulut para pria perokok mengukur

Kode Partisipan No. Rekam Medik Tanggal

Page 60: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

46

salivary flow rate, derajat keasaman, kadar ion kalsium, kadar protein total pada salivanya. Mengapa saya diminta untuk berpartisipasi? Anda diminta untuk berpartisipasi karena anda telah merokok rutin selama minimal 5 tahun dan telah memenuhi kriteria penelitian ini . Berapa banyak orang yang mengikuti penelitian ini? Seratus perokok akan mengikuti penelitian ini. Di mana penelitian akan berlangsung? Penelitian akan dilakukan di Medical Research Laboratory, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Apa yang harus saya lakukan? Jika memenuhi kriteria, anda akan diikutkan dalam penelitian. JIka anda setuju untuk mengikuti penelitian, maka Anda harus mengikuti seluruh prosedur penelitian termasuk mengisi rekam medis, pemeriksaan fisik, gigi dan mulut, dan pengumpulan saliva. Pengisian Rekam Medis untuk mengumpulkan informasi Anda akan mengisi rekam medis dengan sejumlah pertanyaan untuk mengetahui data pribadi, mengenai kesehatan dan kesejahteraan, jumlah rokok yang dikonsumsi, kebiasaan mengenai pola makan dan menjaga kebersihan rongga mulut serta, mengenai keluhan di rongga mulut. Pemeriksaan Fisik dan Gigi Mulut Anda akan menjalani pemeriksaan fisik berupa pengukuran berat badan dan tinggi badan. Pemeriksaan gigi untuk mengetahui adanya kelainan rongga mulut berupa radang gusi, kerusakan jaringan penyangga gigi, gigi berlubang, infeksi jamur rongga mulut, sudut bibir pecah-pecah dan meradang, sindroma mulut terbakar, serta pengukuran banyaknya ludah yang dihasilkan dan derajat keasaman saliva (ludah). Pengumpulan Saliva Anda akan diminta untuk mengumpulkan ludah selama kurang lebih 5 menit di dalam mulut, lalu meludahkannya ke dalam tabung steril. Ludah anda akan dikumpulkan kurang lebih sebanyak 1 mL. Berapa lama saya harus menjalani penelitian ini? Dapatkah saya berhenti dari penelitian sebelum waktunya? Penelitian ini akan memakan waktu maksimal 1,5 jam dengan rincian, 30 menit untuk mengisi rekam medis, 30 menit pemeriksaan fisik dan gigi mulut, 15 untuk pengumpulan ludah, dan 15 menit untuk pengisian kuisioner. Akankah saya mendapat kompensasi? Anda akan menerima souvenir dari Tim Peneliti untuk serangkaian penelitian ini. Souvenir ini diberikan sebagai tanda terima kasih atas partisipasi anda dalam penelitian ini. Anda juga dapat berkonsultasi masalah gigi, mulut, dan kesehatan secara umum kepada dokter dan dokter gigi. Siapa yang dapat saya hubungi bila mempunyai pertanyaan, keluhan, atau bertanya tentang

Page 61: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

47

hak-hak saya sebagai subyek penelitian? Jika anda memiliki pertanyaan maupun keluhan berkaitan dengan partisipasi anda atau hak-hak sebagai subyek penelitian, anda dapat menghubungi peneliti utama pada nomor telepon yang tercantum di halaman pertama formulir ini, jika anggota tim peneliti tidak dapat dihubungi. Ketika anda menandatangani formulir ini, anda setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Ini berarti anda sudah membaca informed consent, pertanyaan anda telah dijawab, dan anda memutuskan untuk berpartisipasi Nama Partisipan Tanda tangan Tanggal Nama Pengumpul data Tanda tangan Tanggal DATA PRIBADI Nama : ……………………………………………. Jenis Kelamin : L/P TTL : ……………………………………………. Alamat : …………………………………………………………………………………………………………. Telepon : ……………………….. HP : ………………………… Berat badan : ………………. Kg Tinggi Badan : ………………. Cm IMT : …….. (diisi peneliti) Pekerjaan : …………………….. Status Pernikahan : ……………. Agama : ……………. Penghasilan : /bulan 1. <1.500.000 2. 1.500.000-2.500.000 3. 2.500.000-3.500.000 4. >3.500.000 5. ……………… Pendidikan : SMA/S1/S2/S3/ ……… PENYAKIT SISTEMIK : (jawab dengan ADA atau TIDAK ADA dan obat-obatan) Hepatitis B/C : HIV : TBC : Diabetes Mellitus : Hipertensi : RIWAYAT GIGI DAN MULUT Kunjungan terakhir ke dokter gigi : Jenis Perawatan : Frekuensi & waktu sikat gigi : …….. kali/hari; pagi/ siang / sore / malam Penggunaan obat kumur : ya / tidak; …… kali/hari; Merek …………. Keluhan mulut kering :ya/tidak;sejak….. Hari/minggu/bulan/tahun Asupan air putih/hari : …… Gelas

Page 62: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

48

KEBIASAAN MINUM KOPI Apakah anda mempunyai kebiasaan mengkonsumsi kopi?

1) Ya, …….. cangkir/hari 2) Tidak

Jenis kopi yang biasa anda konsumsi : 1) kopi hitam 2) kopi susu 3) kopi luwak 4) lainnya …….

FREKUENSI MEROKOK

1. Apakah anda hampIr setiap hari merokok: 1) Ya 2) Tidak, berapa hari dalam seminggu anda merokok ……

2. Berapa rata-rata jumlah batang rokok yang anda habiskan dalam sehari :…….. batang/hari

3. Jenis rokok yang biasa anda konsumsi: 1) Kretek 2) Filter 3) Membuat sendiri 4) Lainnya: ………

4. Sudah berapa lama anda merokok: ……….. tahun yang lalu 5. Apakah alasan anda pertama kali merokok?

1) iseng 2) penasaran/coba-coba 3) diajak/dipaksa teman 4) mencontoh orang tua 5) terlihat dewasa/keren 6) terlihat seperti tokoh idola 7) lainnya…..

6. Siapa yang pertama kali mepengaruhi anda untuk merokok 1) tidak ada 2) orang tua 3) saudara 4) teman 5) iklan 6) lainnya…..

7. Dimana biasanya anda merokok 1) di rumah 2) di tempat kerja 3) di tempat teman 4) di tempat umum 5) lainnya….

8. Biasanya anda mendapatkan rokok darimana 1) orang tua 2) teman 3) beli sendiri 4) lainnya…

Page 63: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

49

9. Keadaan apa yang membuat anda merokok 1) saat bosan 2) saat stress/kesal/marah 3) merasa gugup/hilangkan ketegangan 4) saat mulut merasa tidak enak 5) saat santai/iseng 6) saat melihat orang merokok 7) lainnya….

KEINGINAN BERHENTI MEROKOK Diadopsi dari WHO

1. Apakah anda pernah mencoba berhenti merokok 1) Ya 2) Tidak (langsung ke pertanyaan No. 7)

2. Kapan anda mencoba berhenti merokok : ……………. Tahun yang lalu 3. Berapa kali anda berusaha berhenti merokok? ……. Kali 4. Apakah anda sukses dalam berhenti merokok pada saat itu?

1) Ya 2) Tidak

5. Berapa lama anda berhenti merokok pada saat itu? ……. Hari 6. Apa cara yang anda gunakan untuk berhenti merokok pada saat itu?

1) Ke dokter 2) Permen 3) Obat 4) Lainnya…..

7. Apakkah anda mau berhenti merokok? 1) Ya, karena….. 2) Tidak

8. Bagaimana tindakan keluarga saat anda merokok 1) Ditegur 2) Dibiarkan 3) Lainnya…

9. Seberapa besar pengaruh iklan dalam mempengaruhi anda merokok 1) besar sekali 2) besar 3) biasa saja 4) tidak ada pengaruh 5) sangat tidak ada pengaruh

10. Keadaan apa yang anda peroleh dari setelah merokok 1) memberi kenikmatan 2) memberi rasa percaya diri 3) membantu melepaskan rasa tertekan oleh masalah 4) dapat memusatkan konsentrasi

11. Menurut anda, apakah ada dampak merokok terhadap anda? 1) Ya, ada. Contohnya….. 2) Tidak

12. Menurut anda, adakah dampak rokok terhadap lingkungan?

Page 64: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

50

1) Ya, ada. Contohnya…. 2) Tidak

KETERGANTUNGAN TERHADAP NIKOTIN

Diadopsi dari Fagerstrom Nicotine Dependence 1. Seberapa cepat anda merokok yang pertama kali setelah anda bangun tidur?

1) setelah 60 menit (0) 2) 31-60 menit (1) 3) 6-30 menit (2) 4) dalam 5 menit (3)

2. Apakah anda mengalami kesulitan untuk tidak merokok di daerah yang terlarang/dilarang merokok? 1) Tidak (0) 2) Ya (1)

3. Kapan paling sulit bagi anda untuk tidak merokok? 1) Merokok pertama kali pada apgi hari (1) 2) Waktu lainnya (0)

4. Berapa batang rokok anda habiskan dalam sehari? 1) 10 atau kurang dari itu (0) 2) 11-20 (1) 3) 21-30 (2) 4) 31 atau lebih (3)

5. Apakah anda lebih sering merokok pada jam-jam pertama bangun tidur dibandingkan dengan waktu lainnya? 1) Tidak (0) 2) Ya (1)

6. Apakah anda merokok walaupun sedang sakit sampai hanya tiduran ditempat tidur hampir sepanjang hari? 1) Tidak (0) 2) Ya (1)

Kesimpulan : Jumlah Skor : ………………….. Interpretasi : ……………….. 1-2 : Ketergantungan rendah 5-7 : Ketergantungan sedang 3-4 : Ketergantungan rendah sampai sedang 8+ : Ketergantungan tinggi SALIVA Laju aliran saliva tanpa stimulasi : mL/menit pH : Ion Ca :

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

Debris Index Debris Index

Calculus Index Calculus Index

CPITN CPITN

Page 65: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

51

CPITN CPITN

Calculus Index Calculus Index

Debris Index Debris Index

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

GI tidak dapat digantikan

6

1 4

4 1

6

GI = DEBRIS INDEX (DI) 0 : Tidak ada debris/stain 1 : Debris lunak yang menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau adanya stain ekstrinsik tanpa adanya debris pada permukaan gigi tersebut. 2 : Debris lunak yang menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi namun tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi. 3 : Debris lunak yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi CALCULUS INDEX (CI) pengganti 21/41 0 : Tidak ada kalkulus 1 : Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi 2: Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi namun tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi dan/atau terdapat sedikit/bercak kalkulus supragingiva di servikal gigi 3 : Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi dan/atau kalkulus supragingiva yang menutupi atau melingkari permukaan servikal gigi GINGIVAL INDEX (GI) tidak dapat digantikan 0 : Gingival normal 1 : Inflamasi ringan, sedikit perubahan warna, sedikit edema, tidak ada perdarahan saat probing 2 : Inflamasi sedang, kemerahan, edema & licin mengkilat, perdarahan saat probing 3: Inflamasi berat, kemerahan & edema yang jelas, ulserasi. Kecenderungan untuk perdarahan spontan.

Page 66: HUBUNGAN KADAR SALIVARY CALCIUM DENGAN TINGKAT … · pengisian lembar persetujuan dan kuesioner, pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi, serta pengumpulan saliva tanpa distimulasi.

52

Lampiran 2

Riwayat Hidup Penulis

Identitas

Nama : Ichtiarsyah Suminar

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Juli 1995

Agama : Islam

Alamt : Jl. WR Supratman, Komplek Cempaka Hijau

Blok D No. 13, Ciputat Timur, Tangerang Selatan,

Banten, 15412

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

• 2001 – 2006 : SDN Kampung Utan 1 Ciputat

• 2007 – 2009 : SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

• 2010 – 2012 : SMAN 4 Kota Tangerang Selatan

• 2013 – Sekarang : Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta