HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN TAHAP CUCI · PDF fileBAB II LANDASAN TEORI ... virus influenza...
-
Upload
trinhhuong -
Category
Documents
-
view
220 -
download
1
Transcript of HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN TAHAP CUCI · PDF fileBAB II LANDASAN TEORI ... virus influenza...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN TAHAP CUCI TANGAN MAHASISWA SAAT PRAKTIKUM
DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Cupuwatie Cahyani G0007053
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Hubungan Jenis Kelamin dengan Tahap Cuci Tangan
Mahasiswa saat Praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Cupuwatie Cahyani, G0007053, Tahun 2010
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari Senin, tanggal 15 November 2010
Pembimbing Utama
Nama : Dr. Diffah Hanim, Dra., M.Si NIP : 19640220 199003 2 001 (...........................................) Pembimbing Pendamping
Nama : Anik Lestari, dr., M.Kes NIP : 19680805 20112 2 001 (...........................................) Penguji Utama
Nama : Prof. Dr.H.Santoso, dr. MS. Sp.Ok NIP : 19441124 197609 1 001 (...........................................) Penguji Pendamping
Nama : H. Zainal Abidin, dr., M.Kes NIP : 19460202 197610 1 001 (...........................................)
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS. NIP : 19660702 19980 2 2001 NIP : 19481107 197310 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 15 November 2010
CUPUWATIE CAHYANI
NIM G0007053
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Cupuwatie Cahyani, G0007053, 2010. Hubungan Jenis Kelamin dengan Tahap Cuci Tangan Mahasiswa Saat Praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan tahap cuci tangan mahasiswa saat praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Metode : Penelitian ini adalah observasional analitik yang dilakukan dengan desain cross-sectional. Penelitian dilakukan pada bulan April-Juni 2010 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Penelitian ini mendapatkan 96 sampel yang terdiri dari 38 sampel laki-laki dan 58 sampel perempuan dengan skor tahap cuci tangan skor 8 sebanyak 11 sampel, skor 9 sebanyak 25 sampel, skor 10 sebanyak 1 sampel, skor 11 sebanyak 2 sampel, skor 12 sebanyak 7 sampel, skor 13 sebanyak 37 sampel serta sisanya skor 14 adalah sebanyak 13 sampel. Data yang diperoleh dianalisis dengan program Statistic Products and Service Solution (SPSS) for Windows Release 17.0 menggunakan uji statistik T-test Independent dan diteruskan dengan uji statistik regresi linier. Hasil : Hasil uji statistik T-test independent didapatkan nilai p = 0.006, dengan mean difference 1.318 dan IK 95% adalah antara 0.383 sampai 2.252. Selanjutnya dilakukan analisis regresi linier dengan nilai koefisien korelasi -0.295, R square determinasi 0.087, nilai F hitung adalah 8.949 dan p = 0.004. Simpulan : Ada hubungan antara jenis kelamin dengan tahap cuci tangan mahasiswa saat praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mahasiswa perempuan memiliki tahap cuci tangan yang lebih baik daripada laki-laki. Kata kunci : cuci tangan, jenis kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta ( FK UNS )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Cupuwatie Cahyani, G0007053, 2010. Sex Relationships with Students at Stage Hand Washing During Practicum at the Laboratory of Microbiology, Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta.. Thesis. Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta. Objective : This study is aims to determine the relationship of sex with student hand washing stage during practicum at the Laboratory of Microbiology, Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta. Methods : The study was an observational analytic with cross-sectional design. The study was conducted in April-June 2010 at the Laboratory of Microbiology, Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta. Sample got by purposive sampling. This research is found 96 samples. There were 38 men and 58 samples women. Score of washing hand stages were 8 scores found 11 students, score 9 found 25 students, score 10 found 1 students, score 11 found 2 students, score 12 found 7 students, score 13 found 37 students and the remaining score 14 found 13 students. Data were analyzed with the program Statistics Products and Service Solution (SPSS) for Windows Release 17.0 statistical test T-test Independent and forwarded by linier regression statistical test. Results : Statistical analysis of independent T-test shows that p value = 0.006, with a mean difference 1318 and IK 95% are between 0383 to 2252. Furthermore, linear regression analysis with correlation coefficient -0.295, R square determination of 0087, calculated F value is 8949 and p = 0.004. Conclusion : There is a relationship between the sexes with hand washing stage during practicum student at the Laboratory of Microbiology, Faculty of Medicine, University of Sebelas Maret Surakarta where female students have a stage hand washing better than men ( p ≤ 0.05). Keywords : hands washing, sex, Medical Faculty, Sebelas Maret University,
Surakarta (FK UNS).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat yang dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Hubungan Jenis Kelamin dengan Tahap Cuci Tangan Mahasiswa saat Praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Pelaksanaan dalam menyusun skripsi ini, penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun berkat bimbingan dan bantuan, penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu perkenankanlah dengan setulus hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. A.A. Subiyanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Sri Wahjono, dr., M.Kes. selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 3. Dr. Diffah Hanim, M.Si, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan
bimbingan, saran, dan motivasi bagi penulis. 4. Anik Lestari, dr., M.Kes selaku Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan motivasi bagi penulis. 5. Prof.Dr.H.Santoso,dr.MS.SP.OK, selaku Penguji Utama yang telah
memberikan saran, nasehat, dan melengkapi kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
6. H. Zainal Abidin,dr.,M.Kes, selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan saran, nasehat, dan melengkapi kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
7. Bagian skripsi Fakultas Kedokteran UNS, yang telah berkenan memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Segenap Staf Laboratorium Field Lab dan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta.
9. Papa, mama, adek Ely, dan mas Syaiful yang telah banyak memberikan dukungan moril dan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman penulis : Nur Afifah, Yunda Alhusna, Galih Herlambang, Miftahani Leo, Amirah Umar, Diana ZR, Dataari, serta Keluarga besar asisten Anatomi dan Field Lab terimakasih atas bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik serta sumbang saran di masa mendatang untuk peningkatan karya ini. Semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi semua.
Surakarta, November 2010
Cupuwatie Cahyani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 5
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 5
B. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 20
C. Hipotesis ...................................................................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 21
A. Jenis Penelitian ............................................................................. 21
B. Lokasi Penelitian ........................................................................... 21
C. Subjek Penelitian ......................................................................... 21
D. Teknik Sampling ........................................................................... 22
E. Identifikasi Variabel Penelitian……………………………………….23
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ....................................... 23
G. Rancangan Penelitian ..................................................................... 23
H. Instrumen dan Bahan Penelitian .................................................... 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
I. Cara Kerja ...................................................................................... 25
J. Teknik Analisis Data Statistik...............................................................25
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 27
A. Karakteristik Responden .............................................................. 27
B. Analisis Uji Kemaknaan antar Variabel ...................................... 31
C. Analisis Regresi Linier Variabel .................................................... 32
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................... 34
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 37
A. Kesimpulan .................................................................................. 37
B. Saran ............................................................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 39
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penjelasan Variabel Bebas dan Terikat
Tabel 2. Distribusi Usia Responden
Tabel 3. Distribusi Jenis Kelamin Responden
Tabel 4. Distribusi Predikat IPK Responden
Tabel 5. Distribusi Kesibukan Organisasi Responden
Tabel 6. Distribusi Jumlah Sumber Informasi Responden
Tabel 7. Distribusi Skor Tahapan Cuci Tangan Responden
Tabel 8. Analisis Kemaknaan Antar Variabel
Tabel 9. Analisis Kemaknaan Antar Variabel (uji statistik regresi linier)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Lampiran 2. Data Sampel
Lampiran 3. Hasil Uji Statistik
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 5. Surat Telah Menyelesaikan Penelitian
Lampiran 6. Foto Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari, unsur kebersihan merupakan hal urgen
yang berperan dalam menentukan kondisi kesehatan karena pola hidup bersih
dapat mengeliminasi jumlah bakteri penyebab penyakit. Berdasarkan data dari
World Health Organization (WHO, 2005), orang dengan pola hidup bersih
dapat menurunkan jumlah bakteri yang ada pada tangannya. Selain itu, orang
yang terjangkit penyakit tertentu kebanyakan disebabkan oleh pola hidup yang
tidak bersih (Stone, 2001). Cuci tangan merupakan perwujudan pola hidup
bersih. Banyak manfaat yang diperoleh dari cuci tangan misalnya untuk
menghambat transmisi mikroorganisme patogen yang salah satunya adalah
virus influenza A strain H1N1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Grayson, et al. (2009), menunjukkan bahwa cuci tangan dapat menurunkan
jumlah virus tersebut pada lengan kanan sampel setelah cuci tangan dengan
alkohol selama 2 menit.
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret sebagai salah satu
Fakultas Kedokteran Negeri terkemuka tentunya dituntut untuk menjunjung
tinggi nilai–nilai kebersihan dalam seluruh aspek kegiatan kampus. Apalagi
kampus merupakan lembaga pendidikan yang berkecimpung khusus dalam
bidang kesehatan. Tentunya, pihak yang berkewajiban dalam menjalankan
tugas tersebut adalah seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang terdiri dari mahasiswa, staf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pengajar, dan karyawan dengan populasi terbanyak adalah mahasiswa. Salah
satu cara untuk melaksanakan kewajiban ini adalah dengan menerapkan tata
cara pola hidup bersih yang baik, seperti cara mencuci tangan (hand washing)
dan memilih jenis antiseptik yang benar. Kedua hal tersebut sangat penting
karena dapat mengurangi jumlah bakteri patogen pada tangan bila dilakukan
dengan baik dan benar (Twomey, 2006).
Penelitian mengenai tingkat kepatuhan cuci tangan di kalangan petugas
paramedik sudah banyak dilakukan, namun tidak demikian dengan penelitian
tingkat kepatuhan dan cara cuci tangan yang benar di kalangan mahasiswa
kedokteran. Salah satu penelitian perilaku cuci tangan pada mahasiswa
kedokteran pernah dilakukan oleh Semmelweiz sekitar tahun 1840 (Boyce dan
Pittlet, 2002). Setelah itu, penelitian perilaku cuci tangan pada mahasiswa
kedokteran tidak banyak dilaporkan. Stone (2001) melaporkan penelitiannya
pada MB BS Objective Structured Clinical Examination (OSCE) dengan 200
sampel mahasiswa kedokteran yang sedang melakukan ujian pemeriksaan
neurologis. Saat ujian, mahasiswa kedokteran diberikan kesempatan untuk
melakukan kontak fisik dengan pasien. Dari hasil penelitian diperoleh
persentase mahasiswa yang mencuci tangannya berkisar antara 8-20%.
Sebanyak tiga perempat sampel yakin telah menghabiskan waktu untuk
mencuci tangan mereka sedikitnya 60% dari total lama waktu mencuci tangan
ideal.
Mahasiswa kedokteran di Indonesia memiliki pola cuci tangan yang
heterogen. Hal tersebut dapat dijadikan dasar oleh peneliti untuk mengambil
sampel yang dapat memberikan gambaran tentang kondisi masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Indonesia yang juga beraneka ragam. Selain itu, mahasiswa kedokteran juga
memiliki pengetahuan kesehatan yang baik sehingga dapat dijadikan
gambaran tentang kondisi masyarakat Indonesia yang juga memiliki tingkat
pengetahuan dan akses kesehatan yang baik. Oleh karena itu, berdasarkan
permasalahan tersebut, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul
”Hubungan Jenis Kelamin dengan Tahap Cuci Tangan Mahasiswa saat
praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat disusun rumusan masalah, ”Apakah
ada Hubungan Jenis Kelamin dengan Tahap Cuci Tangan Mahasiswa saat
praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan tahap cuci tangan mahasiswa
saat praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tahap cuci tangan
mahasiswa saat praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
b. Menganalisis tahap cuci tangan dengan jenis kelamin saat praktikum
mahasiswa di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
hubungan Jenis Kelamin dengan Tahap Cuci Tangan pada Mahasiswa saat
praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta serta mengetahui faktor-faktor lain yang
berpengaruh terhadap tahap cuci tangan mahasiswa.
2. Manfaat Praktis
a. Mewujudkan pola hidup bersih dan sehat di masyarakat.
b. Mengetahui pentingnya melakukan tindakan cuci tangan bagi diri
sendiri maupun sebagai bentuk pelayanan paripurna kepada pasien.
c. Sebagai solusi bagi pemerintah untuk mewujudkan program Indonesia
Sehat 2010. Hal tersebut disebabkan perilaku cuci tangan dapat
menjadi awal perilaku hidup sehat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Cuci Tangan
Awal konsep mencuci tangan dengan bahan antiseptik muncul di
awal abad ke-19. Pada awal tahun 1822, seorang Ahli Farmasi Perancis
mendemonstrasikan larutan yang mengandung klorida pada limun atau
soda yang dapat menghilangkan bau busuk mayat manusia dan dapat
digunakan sebagai desinfektan dan antiseptik. Dalam tulisannya yang
dipublikasikan pada tahun 1825, ahli farmasi tersebut menyatakan bahwa
dokter ataupun orang yang mendatangi pasien dengan penyakit berbahaya
dapat terhindar dari penyakit tersebut dengan menggosok tangannya
menggunakan cairan yang menggunakan klorida tersebut (Boyce dan
Pittlet, 2002; Nasution, 2007).
Pada tahun 1843, Holmes menyimpulkan bahwa demam purpura
dipindahkan dari satu pasien ke pasien lain melalui tangan para petugas
kesehatan. Dari hasil observasinya, Holmes menyimpulkan bahwa untuk
mencegah terjadinya penyebaran demam purpura, dokter yang menangani
persalinan wanita tidak diperkenankan ikut serta dalam pemeriksaan
forensik. Jika dokter tersebut tetap ikut dalam pemeriksaan forensik,
Holmes menyarankan dokter tersebut untuk mencuci tangannya dengan
baik, mengganti setiap pakaiannya, dan beristirahat minimal 24 jam
sebelum kembali membantu persalinan atau memeriksa pasien. Selain itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Holmes juga menyarankan jika seorang dokter menangani pasien
demam, maka sebaiknya dihentikan praktiknya kurang lebih satu bulan
(Boyce dan Pittlet, 2002; Nasution, 2007).
Observasi Holmes diikuti pula oleh Semmelweis pada tahun 1846.
Semmelweis menyimpulkan bahwa wanita yang bersalin dengan dibantu
mahasiswa kedokteran dan dokter di Rumah Sakit Umum Wina memiliki
angka mortalitas tinggi daripada mereka yang dibantu oleh bidan.
Semmelweis mencatat bahwa dokter yang pindah dari kamar autopsi ke
ruang operasi obstetrik memiliki tangan yang berbau tidak sedap meskipun
telah mencuci tangannya dengan sabun dan air ketika memasuki klinik
obstetrik (Boyce dan Pittlet, 2002; Nasution, 2007).
Menurut postulat Semmelweis, demam purpura yang
mempengaruhi wanita postpartum adalah akibat berbagai partikel pada
kadaver yang pindah dari kamar autopsi ke ruang persalinan lewat tangan
mahasiswa dan dokter. Mungkin, karena telah diketahuinya efek
menghilangkan bau oleh campuran klorida. Pada Mei 1847 Semmelweis
menyarankan mahasiswa kedokteran dan dokter membersihkan tangannya
dengan larutan klorida bila berpindah dari satu pasien ke pasien lain.
Observasi oleh Semmelweis ini kemudian menunjukkan bahwa mencuci
tangan dengan bahan antiseptik dapat mengurangi transmisi penyakit
berbahaya oleh petugas kesehatan lebih baik dibanding mencuci tangan
dengan sabun dan air biasa. Berdasarkan hasil studi Holmes dan
Semmelweis tersebut, mencuci tangan diterima sebagai cara penting dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
pencegahan transmisi patogen pada fasilitas pelayanan kesehatan (Boyce
dan Pittlet, 2002; Nasution, 2007).
Terminologi cuci tangan di bidang kedokteran diartikan sebagai
kegiatan asepsis yang bertujuan mengurangi kolonisasi flora transien
(mikroorganisme yang sebenarnya tidak hidup normal di bagian tubuh
tersebut namun tidak patogen pada individu dengan daya tahan tubuh
baik). Terdapat dua bagian besar mikroorganisme yang ditemukan pada
kulit, yaitu mikroorganisme yang memang normal terdapat di kulit dan
mikroorganisme yang bersifat sebagai kontaminan sementara. Flora
residen yang merupakan flora normal kulit mempunyai potensi patogenik
yang rendah, sedangkan flora yang transien di kulit merupakan penyebab
paling sering infeksi nosokomial akibat transmisi silang di rumah sakit
(Pittet, 2001).
Mencuci tangan yang diduga terkontaminasi setelah merawat atau
memegang pasien dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai materi,
di antaranya (Pittet, 2001) :
a. Sabun. Bahan ini dapat menyingkirkan beberapa mikroba secara
mekanis. Mencuci tangan menggunakan air yang dicampur dengan
sabun atau deterjen dapat membantu melepaskan debu, bakteri,
protein, dan sekresi minyak dari kulit yang tidak lepas hanya dengan
menggunakan air saja (WHO, 2005). Mencuci tangan menggunakan
air panas dengan temperatur yang nyaman di kulit terbukti lebih efektif
dalam membersihkan tangan. Hal ini disebabkan kemampuan air panas
dalam melarutkan berbagai substansi seperti debu, minyak, dan/atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
zat kimia, dan bukan karena kemampuan air panas yang dapat
membunuh kuman. Temperatur air yang paling efektif membunuh
kuman adalah sekitar 100oC, sedangkan temperatur air paling nyaman
untuk mencuci tangan adalah sekitar 45oC (WHO, 2005).
b. Klorheksidine Glukonat dan Povidon Iodine. Kulit manusia normalnya
mengandung sel-sel mati, keringat kering, bakteri, sekresi minyak,
protein, dan debu. Sabun biasa tidak dapat membunuh patogen, akan
tetapi penambahan bahan kimia antiseptik pada sabun menjadikan
sabun memiliki sifat pembasmi kuman dengan tangan (WHO, 2005).
Bahan antiseptik, seperti klorheksidine glukonat atau povidon iodin,
digunakan untuk mengeliminasi flora-flora transien melalui efek
deterjen mekanik. Selain itu, zat antiseptik ini dapat tetap
mempertahankan fungsi antimikrobanya pada flora lain yang
kemungkinan masih tersisa. Menurut Rotter, bahan antiseptik tidak
hanya menghilangkan flora transien secara mekanik namun juga secara
kimiawi membunuh flora yang mengkontaminasi dan berkolonisasi
dengan aktivitas residu yang lama (Kesavan et al., 1998).
c. Alkohol. Alkohol memiliki aktivitas paling baik dan paling cepat
dalam membunuh bakteri dari semua jenis antiseptik. Bahan ini juga
dipilih untuk hand-rubbing dan biasa disebut desinfektan-tangan-
tanpa-air (waterless hand desinfection). Menggosok tangan dengan
alkohol baik sebagai upaya desinfeksi tangan karena alkohol memilih
spektrum antimikroba yang optimal (aktif melawan semua bakteri,
virus, dan jamur), tidak membutuhkan wastafel atau tempat khusus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
untuk menggunakannya, ketersediaannya mudah, dan kerjanya cepat
(Pittet, 2001). Cuci tangan memiliki banyak manfaat antara lain:
a. Mencegah Infeksi Nosokomial
Cuci tangan bagi tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit
merupakan salah satu langkah preventif untuk mencegah infeksi
nosokomial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Grayson et
a.l (2009), mencuci tangan dengan menggunakan sabun maupun
dengan menggunakan pencuci tangan berbasis alkohol efektif dalam
mengurangi konsentrasi virus pada tangan. Dengan berkurangnya
konsentrasi viral pada tangan, transmisi virus dari tenaga kesehatan
kepada pasien, maupun kepada sesama tenaga kesehatan dapat
dicegah. Cuci tangan juga merupakan salah satu intervensi non-
farmakologis dalam mencegah penyebaran influenza (Ford dan
Grabenstein, 2006).
b. Mencegah Penularan Penyakit Infeksi
Cuci tangan merupakan cara efektif dan sederhana sebagai
upaya pencegahan penularan penyakit infeksi. Hal tersebut disebabkan
cuci tangan dapat mencegah seseorang terpajan dengan
mikroorganisme penyebab penyakit infeksi. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Sandora, seorang dokter di Divisi Penyakit
Menular pada Rumah Sakit Anak Boston, menunjukkan bahwa jumlah
kasus diare turun hingga 59 persen setelah anak-anak di rumah sakit
tersebut mencuci tangan dengan menggunakan cairan antiseptik
(Barclay dan Lie, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
c. Mengurangi Jumlah Flora Transien di Tangan
Berdasarkan penelitian, pemakaian 3 jenis pencuci tangan
berbasis alkohol (gel etanol 61.5%; etanol 70% ditambah larutan
chlorhexidine 0.5%; isopropanol 70% ditambah larutan chlorhexidine
0.5%) serta mencuci tangan dengan air dan sabun efektif dalam
mengurangi konsentrasi viral pada tangan pada para medis di suatu
rumah sakit (Grayson, 2009).
2. Tahap Cuci Tangan
Agar tujuan cuci tangan dapat tercapai diperlukan metode cuci
tangan yang sempurna. Tahap-tahap yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut (Sherertz dan Sarubbi, 1983; Anonim, 2009) :
a. Tangan dibasuh dengan air hangat yang mengalir dan menggunakan
sabun (sebaiknya sabun cair).
b. Melakukan tahap-tahap pembasuhan tangan sebagai berikut:
Gambar-1: Urutan dan Cara Mencuci Tangan yang Benar (Anonim, 2009)
1) Telapak tangan ke telapak tangan (palm to palm).
2) Telapak tangan kanan membasuh bagian punggung tangan kiri, dan
sebaliknya (palm to back).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
3) Telapak tangan ke telapak tangan, jari-jari saling menyilang untuk
menggosok sela jari (finger webs).
4) Mempertemukan kuku-kuku kedua tangan dan saling menggosok.
5) Menggosok dengan gerakan memutar ibu jari kanan dengan
telapak tangan kiri.
6) Menggosok telapak tangan kiri dengan gerakan memutar ke depan
ke belakang menggunakan jari-jari kanan, dan sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
c. Tangan kemudian dibilas dengan air hangat yang mengalir untuk
membersihkan sisa sabun.
d. Tangan dikeringkan dengan seksama.
Selain itu terdapat hal-hal yang penting dilakukan untuk lebih
menyempurnakan cuci tangan, yaitu (Anonim, 2009; Wilkinson dan
Van Leuven, 2007) :
1) Mengangkat lengan baju.
2) Melepaskan perhiasan yang dipakai.
3) Melepaskan jam tangan.
4) Menghindari air memercik ke pakaian.
5) Menghindari memegang wastafel.
6) Menuangkan 3-5 mL sabun cair.
7) Menggosokkan sabun ke seluruh permukaan tangan.
8) Menggosok tangan selama minimal 15 detik.
9) Menyabuni seluruh permukaan tangan dan jari-jari.
10) Membersihkan kuku, bila kuku kotor.
11) Membilas tangan dengan air dan menjaga tangan tetap lebih rendah
dari lengan bawah.
12) Mengeringkan tangan dengan kain atau tisu kering mulai dari jari
ke lengan.
13) Mematikan keran dengan tisu/handuk.
14) Mengoleskan losion tangan atau pelindung kulit lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3. Hubungan Tahap Cuci Tangan dengan Jenis Kelamin
Jenis kelamin dapat mempengaruhi tahap cuci tangan seseorang.
Antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan kebiasaan mengenai
pola hidup bersih. Hal tersebut juga dapat menyebabkan tahap cuci tangan
antara laki-laki dan perempuan dapat berbeda. Dalam sebuah penelitian
yang dilakukan di tujuh kota di Korea Selatan dengan 2800 responden
yang diobservasi, Jeong, et al. (2007) menemukan bahwa 63,4%
responden mencuci tangannya setelah menggunakan kamar mandi umum.
Salah satu faktor signifikan yang terkait dengan peningkatan tingkat cuci
tangan adalah jenis kelamin wanita. Penelitian lain oleh Johnson, et al.
berteori bahwa tingginya angka cuci tangan pada wanita dibanding pria
dipengaruhi oleh perilaku penglihatan. Pada penelitian ini, Johnson, et al.
(2003) memasang tanda peringatan yang mengingatkan orang untuk
mencuci tangannya di kamar mandi umum. Observasi terhadap 175
individu (95 wanita dan 80 pria) menyatakan bahwa 61% wanita dan 37%
pria mencuci tangannya, tanpa adanya tanpa peringatan. Sedangkan 97%
wanita dan 35% pria mencuci tangannya pada keadaan ada tanda
peringatan. Pada kelompok pekerja medis, perbedaan ini juga diteliti oleh
Van de Mortel, et al. (2001) di dalam Critical Care Unit (CCU) sebuah
institusi pendidikan kedokteran dan keperawatan di Australia. Di mana
mereka menemukan bahwa staf CCU wanita secara signifikan mencuci
tangan mereka lebih sering dibanding staf pria setelah kontak dengan
pasien, dengan nilai (p = 0.0001). Dalam penelitian tersebut disimpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
bahwa faktor jenis kelamin mempengaruhi tingkat cuci tangan, meskipun
angka ini dapat berubah pada grup profesi tertentu.
4. Hubungan Tahap Cuci Tangan dengan Pendidikan
Pendidikan juga dapat mempengaruhi tahap cuci tangan seseorang.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Larson, et al.,
mengenai implementasi dari program intervensi edukasi/feedback pada
pasien di Intensive Care Unit (ICU) dan ICU bedah. Dari penelitian
tersebut diperoleh setelah dilaksanakannya program pendidikan,
kepatuhan dan cara mencuci tangan dengan benar berubah sedikit; ICU
14% (sebelum) dan 25% (sesudah); ICU bedah 6% (sebelum) dan 13%
(sesudah) (Larson et al., 1997; Littet et al., 1999; Voss et al., 1997).
5. Hubungan Tahap Cuci Tangan dengan Kesibukan Organisasi
Organisasi kampus juga merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi cuci tangan terutama pada mahasiswa kedokteran. Hal
tersebut disebabkan organisasi kampus dapat menjadi wadah promosi
kesehatan khususnya cuci tangan. Hal tersebut tergantung pada jenis
organisasi yang diikuti. Namun, organisasi kampus ternyata dapat
mengurangi waktu cuci tangan. Hal tersebut berbanding terbalik dengan
jumlah organisasi yang diikuti (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Universitas Newscastle,
Inggris, dengan 300 sampel yang terdiri dari 150 sampel sibuk (≥4
organisasi kampus yang diikuti) dan 150 sampel tidak sibuk (<4 organisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
kampus yang diiikuti), ternyata sebesar 26 % yang mencuci tangan benar
pada sampel sibuk dan 67 % pada sampel tidak sibuk (Tones dan Tilford,
2001; WHO 2005).
6. Hubungan antara Tahap Cuci Tangan dengan jumlah sumber informasi
Sumber informasi dapat mempengaruhi tahap cuci tangan
seseorang. Hal tersebut disebabkan karena sumber informasi tertentu dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang untuk cuci tangan dengan
benar. Salah satu sumber informasi yang dapat meningkatkan tingkat
kepatuhan cuci tangan adalah orang tua. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Catalina Lopez, et al. kepada anak-anak yang berumur
13,4 tahun dengan jumlah sampel 645, menunjukkan bahwa anak-anak
mencuci tangan setelah mendapat informasi dari orang tua sebesar 88,5%,
dari sekolah 66,7%, dari media 56,8%. Selain itu, siswa yang mendapat
informasi dari orang tua cenderung dua kali lebih benar dalam mencuci
tangan dibandingkan dengan yang tidak mendapat informasi dari orang tua
(Nutbeam, 1998).
7. Perilaku Kesehatan
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan
tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan
berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa
interaksi tersebut amat kompleks sehingga petugas kesehatan tidak sempat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu
amat penting bagi seorang petugas kesehatan untuk dapat menelaah alasan
di balik perilaku individu sebelum mampu mengubah perilaku tersebut.
Hal yang paling penting dalam mewujudkan perilaku kesehatan adalah
masalah pembentukan dan proses perubahan perilaku. Karena perubahan
perilaku merupakan tujuan pendidikan atau penyuluhan kesehatan dan
juga sebagai penunjang program-program kesehatan yang lain
(Notoatmodjo, 2001).
Terdapat berbagai macam teori yang menjelaskan tentang
perubahan perilaku seseorang terhadap suatu perilaku kesehatan. Dalam
teori perilaku individu, terdapat beberapa teori dasar yang mencoba
menerangkan konsep perilaku dan hal-hal yang menyebabkan seseorang
melakukan tindakan tersebut. Teori tersebut adalah The Health Field
Concept, Health Belief Model (HBM), Theory of Reasoned Action (TRA)
dan teori perilaku berencana (Theory of Planned Behavior) (Notoatmodjo,
2001). Selain itu juga masih ada beberapa teori perilaku yang juga penting
dalam upaya menerangkan perilaku individu.
8. Theory of Planned Behavior (Tones dan Tilford, 2001)
Pada teori health action model dikembangkan untuk menjelaskan
secara menyeluruh faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang
untuk hidup sehat. Terdapat dua bagian utama dari teori ini yaitu berperan
dalam keinginan individu untuk bertindak atau disebut juga behavioural
intention; yang terdiri dari tiga komponen yang saling berinteraksi yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
kognitif, afektif, dan normatif. Bagian utama yang kedua lebih difokuskan
pada factor-faktor yang menentukan sebuah keinginan untuk diwujudkan.
Theory of Planned Behavior (PBT) merupakan pengembangan lebih lanjut
dari theory of reasoned action. Ajzen (1988) menambahkan konstruk yang
belum ada dalam TRA, yaitu tekad dan kemauan diri untuk berperilaku
sehat atau kontrol perilaku yang dipersepsi (perceived behavioral control).
Konstruk ini ditambahkan dalam upaya memahami keterbatasan yang
dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu (Chau dan Hu,
2002). Dengan kata lain, dilakukan atau tidak dilakukannya suatu perilaku
tidak hanya ditentukan oleh sikap dan norma subjektif semata, tetapi
Behavioral juga persepsi individu terhadap kontrol yang dapat
dilakukannya yang bersumber pada keyakinannya terhadap kontrol
tersebut (control beliefs). Secara lebih lengkap Ajzen (2005)
menambahkan factor latar belakang individu ke dalam PBT.
Model teoritik dari PBT mengandung berbagai variabel yaitu :
a. Latar belakang (background factors), seperti usia, jenis kelamin, suku,
status sosial ekonomi, suasana hati, sifat kepribadian, dan pengetahuan
mempengaruhi sikap dan perilaku individu terhadap sesuatu hal.
Faktor latar belakang pada dasarnya adalah sifat yang hadir di dalam
diri seseorang, yang dalam model Kurt Lewin dikategorikan ke dalam
aspek O (organism). Di dalam kategori ini Ajzen memasukkan tiga
faktor latar belakang, yakni personal, sosial, dan informasi. Faktor
personal adalah sikap umum seseorang terhadap sesuatu, sifat
kepribadian (personality traits), nilai hidup (values), emosi, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
kecerdasan yang dimilikinya. Faktor sosial antara lain adalah usia,
jenis kelamin (gender), etnis, pendidikan, penghasilan, dan agama.
Faktor informasi adalah pengalaman, pengetahuan, dan ekspose pada
media.
b. Keyakinan Perilaku (behavioral belief) yaitu hal-hal yang diyakini
oleh individu mengenai sebuah perilaku dari segi positif dan negatif,
sikap terhadap perilaku atau kecenderungan untuk bereaksi secara
afektif terhadap suatu perilaku, dalam bentuk suka atau tidak suka
pada perilaku tersebut.
c. Keyakinan Normatif (normative belief), yang berkaitan langsung
dengan pengaruh lingkungan yang secara tegas dikemukakan oleh
Lewin dalam Field Theory. Pendapat Lewin ini digaris-bawahi juga
oleh Ajzen melalui PBT. Menurut Ajzen, faktor lingkungan sosial
khususnya orang-orang yang berpengaruh bagi kehidupan individu
(significant others) dapat mempengaruhi keputusan individu.
d. Norma subjektif (subjective norm) adalah sejauh mana seseorang
memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan orang terhadap perilaku
yang akan dilakukannya (normative belief). Apabila individu merasa
itu adalah hak pribadinya untuk menentukan apa yang akan dilakukan,
bukan ditentukan oleh orang lain di sekitarnya, maka individu akan
mengabaikan pandangan orang tentang perilaku yang akan
dilakukannya. Fishbein & Ajzen (1975) menggunakan istilah
motivation to comply untuk menggambarkan fenomena ini, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
apakah individu mematuhi pandangan orang lain yang berpengaruh
dalam hidupnya atau tidak.
e. Keyakinan bahwa suatu perilaku dapat dilaksanakan (control beliefs)
diperoleh dari berbagai hal, pertama adalah pengalaman melakukan
perilaku yang sama sebelumnya atau pengalaman yang diperoleh
karena melihat orang lain (misalnya teman, keluarga dekat)
melaksanakan perilaku itu sehingga individu memiliki keyakinan
bahwa dirinya akan dapat melaksanakan. Selain pengetahuan,
ketrampilan, dan pengalaman, keyakinan individu mengenai suatu
perilaku akan dapat dilaksanakan ditentukan juga oleh ketersediaan
waktu untuk melaksanakan perilaku tersebut, tersedianya fasilitas
untuk melaksanakannya, dan memiliki kemampuan untuk mengatasi
setiap kesulitan yang menghambat pelaksanaan perilaku.
f. Persepsi kemampuan mengontrol (perceived behavioral control), yaitu
keyakinan bahwa individu pernah melaksanakan atau tidak pernah
melaksanakan perilaku tertentu, individu memiliki fasilitas dan waktu
untuk melakukan perilaku itu, kemudian individu melakukan estimasi
atas kemampuan dirinya apakah individu memiliki kemampuan atau
tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan perilaku itu. Ajzen
menamakan kondisi ini dengan “persepsi kemampuan mengontrol”
(perceived behavioral control). Niat untuk melakukan perilaku
(intention) adalah kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan
atau tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Niat ini ditentukan oleh
sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku tertentu, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
sejauh mana kalau individu memilih untuk melakukan perilaku tertentu
itu mendapatkan dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh
dalam kehidupannya.
B. Kerangka Pemikiran
Keterangan : * : yang diteliti
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hubungan Jenis Kelamin dengan Tahap Cuci Tangan
C. Hipotesis
Mahasiswa perempuan memiliki tahap cuci tangan yang lebih baik
daripada laki-laki saat praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Faktor yang mempengaruhi tahap cuci tangan :
Jenis Kelamin *
Pendidikan
Sumber Informasi
Kesibukan Organisasi
Tahap Cuci Tangan*
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah observasional analitik yang dilakukan dengan
desain Cross Sectional.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, dari April-Juni 2010.
C. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
1. Kriteria Inklusi :
a. Mahasiswa sehat (tidak alergi terhadap sabun dan tidak sedang flu).
b. Mahasiswa peserta praktikum mikrobiologi pada bulan April-Juni
2010.
c. Mahasiswa berjenis laki-laki dan perempuan usia 17-20 tahun.
d. Mahasiswa tidak memiliki cacat bawaan.
2. Kriteria Eksklusi :
a. Mahasiswa yang sakit dan tidak mengikuti praktikum mikrobiologi.
b. Mahasiswa yang berumur lebih dari 20 tahun dan kurang dari 17 tahun
serta memiliki cacat bawaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
D. Teknik Sampling
Sampel dipilih secara purposive sampling. Besar sampel data nominal
pada sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi dihitung dengan
rumus (Madiyono et al., 2002) :
n= (Zα)2 pq
d2
Keterangan rumus:
n = jumlah/besar sampel
α = tingkat kemaknaan yang ditetapkan peneliti. Dalam penelitian
ini, peneliti menetapkan α = 0,05 sehingga Z α yaitu kesalahan tipe I
penelitian ini sebesar 1,96 (Dahlan S, 2006)
p = proporsi keadaan yang akan dicari (berasal dari kepustakaan).
Berdasarkan penelitian SP. Stone (2001), persentase mahasiswa
kedokteran yang mencuci tangan sebesar 20 %.
q = 1-p = 1-0,2= 0,8
d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki peneliti. Dalam
penelitian ini, peneliti menetapkan d= 0,1.
Angka-angka di atas dimasukkan kembali ke rumus besar
sampel, sehingga jumlah sampel minimal yang dibutukan adalah 68
orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
E. Desain penelitian
Gambar 2. Desain Penelitian Hubungan Jenis Kelamin dengan Tahap Cuci Tangan
F. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas : jenis kelamin.
2. Variabel terikat : tahap cuci tangan.
3. Variabel perancu : pendidikan (predikat IPK), jumlah sumber
informasi, dan kesibukan organisasi.
G. Definisi Operasional Variabel
Cuci tangan adalah tindakan membersihkan permukaan kulit bagian
tangan dan pergelangan tangan sesuai prosedur dengan media air, sabun, dan
alkohol, maksimal 150 menit setelah memegang/kontak fisik dengan
Populasi
68 Sampel
Pengukuran variabel :
Jenis kelamin dan tahap cuci tangan
Analisis statistik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
orang/benda atau sebelum memegang/kontak fisik dengan orang atau benda
selanjutnya selama 2 menit.
1. Variabel Bebas:
Jenis kelamin adalah laki-laki dan perempuan.
2. Variabel Terikat:
a. Tahap cuci tangan adalah tindakan atau kegiatan cuci tangan yang
dilakukan sampel berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, sifat, nilai,
dan norma sampel.
Tabel 1. Penjelasan Variabel Bebas dan Terikat
No Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Jenis kelamin Laki laki dan
perempuan
Kuesioner Laki-laki= 1
Perempuan=2
Kategorikal
2. Tahap Cuci
Tangan
Tindakan atau
kegiatan cuci
tangan yang
dilakukan sampel
berdasarkan
pengetahuan,
kepercayaan, sifat,
nilai, dan norma
sampel.
Observasi
dengan
daftar tilik
Skor Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
H. Alat dan Bahan
1. Kuesioner Identitas Responden
2. Sarana dan prasarana di Laboratorium Mikrobiologi (air kran/ledeng,
sabun cuci tangan, dan lap kering)
I. Cara Kerja
1. Memberi kode setiap calon responden penelitian dengan menggunakan
angka.
2. Observasi: melihat tahap cuci tangan calon responden penelitian. Tahap
ini dikerjakan terlebih dahulu untuk menghindari bias.
3. Sosialisasi penelitian. Pada tahap ini, peneliti mensosialisasikan penelitian
cuci tangan dan meminta inform consent kepada calon responden yang
telah diobservasi untuk mengisi kuesioner identitas responden dan
menuliskan angka di lembar kuesioner sesuai dengan kode angka yang
diberikan sebelumnya.
4. Analisis data. Pada tahap ini, peneliti menganalisis hubungan antara jenis
kelamin dengan tahap cuci tangan serta factor-faktor yang berpengaruh
pada mahasiswa saat praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret dengan cara pendekatan statistika.
5. Pembuatan laporan hasil penelitian.
J. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh akan dideskripsikan dan dianalisis dengan teknik
T-test Independent menggunakan program SPSS versi 17.0. Jika ditemukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
hubungan positif maka analisis dilanjutkan dengan analisis multivariat dengan
uji statistik regresi linier.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian diperoleh dari proses pengumpulan data yang dilakukan
pada mahasiswa yang praktikum pada bulan April-Juni 2010 di Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Data
penelitian didapat secara primer dari hasil observasi oleh peneliti dengan
menggunakan daftar tilik untuk variabel tahapan cuci tangan, sedangkan untuk
variabel jenis kelamin, predikat Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), tingkat
kesibukan, serta jumlah sumber informasi diperoleh dengan cara pengisian
kuesioner oleh responden tanpa adanya intervensi dari peneliti. Total data primer
yang memenuhi kriteria inklusi adalah 96 responden dan semua data dipakai
dalam analisis karena tidak ada data yang drop out.
A. Karakteristik Responden
1. Usia Responden
Dari 96 responden, responden yang berusia 17 tahun sebanyak 8
orang (8,3%), berusia 18 tahun sebanyak 44 orang (45,8%), berusia 19
tahun sebanyak 38 orang (39,6%), dan sisanya yang berusia 20 tahun
sebanyak 6 orang (6,3%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Tabel 2. Distribusi Usia Responden
Usia Frekuensi Persentase (%) Nilai p
17 tahun
18 tahun
8
44
8,3%
45,8%
0.363
0.363
19 tahun 38 39,6% 0.363
20 tahun 20 6,3% 0.363
Jumlah 96 100%
Sumber : Data Primer 2010
2. Jenis kelamin responden
Tabel 3. Distribusi Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%) Nilai p
Laki-laki
Perempuan
38
58
39.6%
60.4%
0.006
0.006
Jumlah 96 100%
Sumber : Data Primer 2010
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 96 responden,
terdapat 58 orang perempuan (60.4%) dan sisanya 38 orang laki-laki
(39.6%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
3. Predikat Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
Tabel 4. Distribusi Predikat IPK Responden
Predikat IPK Frekuensi Persentase (%) Nilai p
Cumlaude
Tidak cumlaude
21
75
78.1%
21.9%
0.000
0.000
Jumlah 96 100%
Sumber : Data Primer 2010
Untuk kategori predikat Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), sebanyak
21 responden (21.9%) termasuk kedalam kategori cumlaude, sedangkan
sisanya 75 responden (78.1%) termasuk yang tidak cumlaude.
4. Kesibukan Organisasi
Tabel 5. Distribusi Kesibukan Organisasi Responden
Kesibukan organisasi Frekuensi Persentase (%) Nilai p
Sibuk
Tidak sibuk
41
55
42.7%
57.3%
0.880
0.880
Jumlah 96 100%
Sumber : Data Primer 2010
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa 41 responden (42,7%)
adalah sibuk dan sisanya 55 responden (57,3%) tidak sibuk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
5. Jumlah sumber informasi
Tabel 6. Distribusi Jumlah Sumber Informasi Responden
Jumlah sumber informasi Frekuensi Persentase (%) Nilai p
2 16 16.7% 0.937
3 21 21.9% 0.937
4 25 26.0% 0.937
5 16 16.7% 0.937
6 12 12.5% 0.937
7 6 6.3% 0.937
Jumlah 96 100.0%
Sumber : Data Primer 2010
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa 16 responden (16,7%)
mendapatkan 2 sumber informasi tahapan cuci tangan, 21 responden
(21,9%) mendapatkan 3 sumber, 25 responden (26%) mendapatkan 4
sumber, 16 responden (16,7%) mendapatkan 5 sumber, 12 (12,5%)
responden mendapatkan 6 sumber, dan 6 responden (6,3%) mendapatkan 7
sumber. Untuk nilai rerata (+ SB) adalah 4.05 ± 1.461, dan dengan nilai
median serta modus adalah sama, yaitu 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
6. Skor Tahapan Cuci Tangan
Tabel 7. Distribusi Skor Tahapan Cuci Tangan Responden
Skor tahapan cuci tangan Frekuensi Persentase%
8 11 11.5%
9 25 26.0%
10 1 1.0%
11 2 2.1%
12 7 7.3%
13 37 38.5%
14 13 13.5%
Total 96 100.0%
Sumber : Data Primer 2010
Tahapan cuci tangan yang dilakukan responden (Tabel 7),
didapatkan responden yang memiliki skor 8 sebanyak 11 responden
(11.5%), skor 9 sebanyak 25 responden (26%), skor 10 sebanyak 1 (1%),
skor 11 sebanyak 2 responden (2.1%), skor 12 sebanyak 7 responden
(7.3%), skor 13 sebanyak 37 (38.5%) dan sisanya skor 14 adalah sebanyak
13 responden (13.5%). Sedangkan untuk nilai rerata (+ SB) adalah 11.38
± 2.197, dengan nilai median dan modus adalah sama, yaitu 13.
B. Analisis uji kemaknaan antar variabel
Hasil pengujian data untuk skor tahap cuci tangan kelompok
perempuan dan kelompok laki-laki menggunakan uji statistik T-test
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Independent menunjukkan nilai p = 0.006 (p<0.05), dengan mean difference
1.318 dan IK 95% adalah antara 0.383 sampai 2.252. Dapat diambil
kesimpulan bahwa secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna pada
rerata skor tahap cuci tangan antara kelompok perempuan dan laki-laki, yaitu
skor tahap cuci tangan perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki.
Tabel 8. Analisis Kemaknaan Antar Variabel
Kelompok F t df p keterangan
Skor tahap cuci tangan
dengan jenis kelamin 20.39 2.817 63.458 0.006
perbedaan
bermakna
Sumber : Data Primer 2010
C. Analisis regresi linier variabel
Selanjutnya setelah dilakukan analisis bivariat dan didapatkan
perbedaan yang bermakna antara skor tahap cuci tangan dengan jenis kelamin
analisis dilanjutkan dengan analisis multivariate.
Berdasarkan hasil analisis multivariate dengan menggunakan uji
statistik regresi linier didapatkan jenis kelamin menunjukkan adanya
hubungan yang nyata dengan nilai p<0.05. Untuk jenis kelamin, koefisien
korelasi -0.295 bertanda negatif menunjukkan arah korelasinya negatif, artinya
bahwa perempuan memiliki nilai skor yang lebih tinggi tahap cuci tangannya
dibanding laki-laki. R square determinasi yaitu 0.087 mengandung pengertian
bahwa pengaruh jenis kelamin terhadap skor tahap cuci tangan adalah 8.7%.
Nilai F hitung adalah 8.949 dengan signifikasi 0.004 yang lebih kecil dari 0.05
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada perubahan pertambahan skor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
tahap cuci tangan dengan jenis kelamin. Besarnya nilai a adalah 13.214 dan
nilai b adalah -1.318 (Tabel 9).
Tabel 9. Analisis Kemaknaan Antar Variabel (uji statistik regresi linier)
Sumber : Data Primer 2010
Variabel Sig.
Correlations
Koef.
Correlations
R
square
F Sig. F Interval
Keyakinan 95%
Batas
atas
Batas
bawah
Jenis
kelamin
0.002 -0.295 0.087 8.949 0.004 14.508 11.921
Untuk jenis kelamin, nilai a : 13.214 dan nilai b : -1.318
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB V
PEMBAHASAN
Hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukkan adanya hubungan
yang bermakna antara jenis kelamin dengan tahap cuci tangan mahasiswa saat
praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta (p<0.05). Hal itu dapat diketahui dari hasil uji statistik T-
test Independent dan diteruskan dengan uji statistik regresi linier jika ada
hubungan positif.
Sebelum dilakukan uji statistik T-test Independent, peneliti melakukan uji
normalitas data skor tahap cuci tangan terlebih dahulu karena uji normalitas
merupakan syarat utama untuk T-test Independent. Parameter yang digunakan
untuk uji normalitas ini adalah koefisien varians, rasio Swekness, dan rasio
kurtosis dengan nilai masing-masing 19.30, -1.5, dan -1.362 sehingga dapat
disimpulkan bahwa distribusi data adalah normal. Oleh karena itu T-test
Independent dapat dipakai sebagai uji statistik (Lampiran 3).
Pada pengujian data untuk skor tahap cuci tangan kelompok perempuan
dan kelompok laki-laki menunjukkan nilai p = 0.006 (p<0.05). Dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan rerata skor tahap cuci tangan yang bermakna antara
kelompok perempuan dan laki-laki, dimana skor tahap cuci tangan perempuan
lebih tinggi dibanding laki-laki.
Selanjutnya dilakukan analisis regresi linier karena terdapat hubungan
yang bermakna. Dari hasil analisis didapat signifikansi korelasi jenis kelamin
dengan skor tahap cuci tangan sebesar 0.002 maka Ho ditolak. Hal ini berarti
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan skor tahap cuci
tangan. Koefisien korelasi bertanda negatif sebesar -0.295 mengandung
pengertian perempuan memiliki skor tahap cuci tangan yang lebih tinggi daripada
laki-laki, sebaliknya skor tahap cuci tangan laki-laki lebih rendah dari perempuan.
Nilai R square menunjukkan koefisien determinasi yaitu 0.087 mengandung
pengertian bahwa pengaruh jenis kelamin terhadap skor tahap cuci tangan adalah
8.7%. Signifikasi nilai F adalah 0.004 yang lebih kecil dari 0.05 sehingga Ho
ditolak dan Ha diterima. Besarnya nilai konstant (a) adalah 13.214 dan nilai jenis
kelamin (b) adalah -1.318. Nilai b bertanda negatif, sehingga perubahan adalah
pengurangan, maka persamaan regresinya ditulis Y = 13.214 – 1.318X. Artinya X
adalah jenis kelamin dengan nilai perempuan adalah 1 dan laki-laki adalah 2,
maka skor tahap cuci tangan perempuan lebih besar 1.318 dari laki-laki.
Pada jenis kelamin menunjukkan nilai signifikasi dikarenakan faktor latar
belakang (background factors). Faktor latar belakang sendiri pada dasarnya
adalah sifat yang hadir di dalam diri seseorang, yang dalam model Kurt Lewin
dikategorikan ke dalam aspek O (organism). Menurut Ajzen, faktor utama yang
mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang dan menyebabkan orang tersebut
mencuci tangan dengan tahapan yang benar adalah latar belakang (background
factor). Latar belakang meliputi usia, jenis kelamin, suku, status sosial ekonomi,
suasana hati, sifat kepribadian, dan pengetahuan. Ajzen membagi latar belakang
menjadi 3 yakni personal, sosial, dan informasi. Faktor personal adalah sikap
umum seseorang terhadap sesuatu, sifat kepribadian (personality traits), nilai
hidup (values), emosi, dan kecerdasan yang dimilikinya. Faktor sosial antara lain
adalah usia, jenis kelamin, etnis, pendidikan, penghasilan, dan agama. Faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
informasi adalah pengalaman, pengetahuan, dan ekspose pada media. Selain itu
antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan kebiasaan mengenai pola
hidup bersih (Tones dan Tilford, 2001). Hal tersebut juga dapat menyebabkan
tahap cuci tangan antara laki-laki dan perempuan dapat berbeda.
Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional, yang termasuk ke
dalam salah satu bentuk studi analitik non eksperimental. Penelitian ini
menggunakan populasi yang cenderung homogen, yaitu mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang sedang praktikum di Laboratorium
Mikrobiologi sehingga memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data yang
relatif lebih mudah, murah, dan hasilnya cepat diperoleh. Selain itu, penelitian ini
juga dapat digunakan untuk meneliti sekaligus banyak variabel bebas.
Kelebihan yang terdapat di dalam penelitian ini antara lain dapat
memberikan gambaran secara umum tentang permasalahan kebiasaan cuci tangan
pada mahasiswa kedokteran Indonesia, khususnya pada mahasiswa FK UNS yang
melakukan praktikum mikrobiologi. Selain itu, dengan dipilihnya mahasiswa
kedokteran sebagai responden, maka penelitian ini juga dapat memberikan
gambaran tentang kebiasaan cuci tangan masyarakat Indonesia yang mempunyai
pengetahuan serta akses kesehatan yang baik. Adapun, kekurangan dari penelitian
ini antara lain tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat, karena
pengambilan data hanya diambil dalam satu waktu. Selain itu, ada kemungkinan
bias karena pengisian kuesioner identitas dilakukan oleh responden sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Hasil penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa ada hubungan antara
jenis kelamin dengan tahap cuci tangan mahasiswa saat praktikum di
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta (p<0.05). Adapun mahasiswa perempuan memiliki tahap cuci
tangan yang lebih baik daripada laki-laki dengan nilai p<0.05 dan nilai R
square 0.087 atau ada pengaruh variabel bebas yaitu jenis kelamin terhadap
variabel terikat yaitu skor tahap cuci tangan sebesar 8.7%.
B. Saran
1. Jenis kelamin mempunyai hubungan bermakna terhadap tahap cuci tangan
dan ternyata responden perempuan mempunyai tahap cuci tangan yang
lebih baik dibanding laki-laki. Oleh karena itu diperlukan penelitian yang
lebih fokus terhadap laki-laki untuk mengetahui sebab mengapa tahap cuci
tangan yang kurang baik lebih banyak dijumpai pada mahasiswa laki-laki
dibanding perempuan. Selain itu, diperlukan juga adanya sistem yang
dapat meningkatkan kebiasaan cuci tangan mahasiswa, misalnya dengan
memberikan selisih waktu yang mencukupi antara kuliah dengan
praktikum, supaya mahasiswa memiliki waktu luang untuk dapat mencuci
tangannya, atau dengan cara ditetapkan sebagai salah satu peraturan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
sebelum maupun sesudah praktikum, mahasiswa wajib mencuci
tangannya.
2. Perlu adanya pengembangan riset yang lebih lanjut tentang tahapan cuci
tangan mahasiswa di seluruh laboratorium FK UNS dengan menggunakan
analisis gender ( Gender Analysis Pathway) sehingga dapat melihat faktor-
faktor yang berhubungan dengan tahap cuci tangan yang buruk antara laki-
laki dan perempuan saat praktikum di laboratorium.
3. Diperlukan juga kerja sama yang baik antara pihak fakultas dengan
mahasiswa untuk mewujudkan kebiasaan pola hidup bersih di kampus;
khususnya mengenai kebiasaan mencuci tangan. Baik dalam penyediaan
sarana dan fasilitas; maupun promosi melalui media pamflet atau poster
yang dapat dibaca mahasiswa di tempat tertentu, misalnya: toilet, dll.
Sehingga mereka menjadi terbiasa untuk mencuci tangan.