Hubungan Hukum dengan Lembaga Sosial

13
BAB I PENDAHULUAN I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk saling berinteraksi dengan manusia yang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam setiap individu memiliki sejumlah nilai masing-masing. Nilai tersebut terhimpun menjadi cita-cita masyarakat sehingga terbentuklah norma. Dari norma tersebut terbentuk suatu sistem norma yang melembaga sehingga menjadi lembaga sosial. Terbentuknya lembaga sosial ini tak lepas dari berbagai aktivitas mansusia yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar, baik disengaja maupun tidak disengaja. Selain itu, lembaga sosial juga terbentuk dari peristiwa tingkah laku individu yang dilakukan berulang-ulang sehingga aktivitas tersebut melembaga dan melekat pada masing-masing individu. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, setiap masyarakat mempunyai lembaga-lembaga sosial. Lembaga sosial disini memiliki arti yaitu suatu himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang menyangkut kebutuhan pokok manusia (Soekanto, 1982:91). Lembaga sosial berfungsi sebagai pedoman berperilaku atau sebagai dasar melakukan berbagai aktivias guna mengadakan pengendalian sosial atau social control. Kaitanya dengan lembaga sosial, Soerjono Soekanto (1982:91) dalam bukunya ”Sosiologi Hukum” mengatakan bahwa hukum merupakan lembaga sosial. Hukum sebagai lembaga sosial harus memenuhi kebutuhan pokok manusia akan kedamaian dalam masyarakat. Sejatinya, masyarakat tidak akan hidup teratur dan damai jika tanpa adanya hukum. Oleh sebab itu, untuk menciptakan suasana yang aman, nyaman, tentram dan damai diperlukan hukum sebagai lembaga sosial yang berfungsi sebagai pengendali sosial dalam masyarakat. Dengan kehidupan sosial masyarakat yang semakin berkembang, diiringi dengan perubahan teknologi yang semakin maju dan dengan semakin ketatnya

Transcript of Hubungan Hukum dengan Lembaga Sosial

Page 1: Hubungan Hukum dengan Lembaga Sosial

BAB I

PENDAHULUAN

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut

untuk saling berinteraksi dengan manusia yang lain untuk memenuhi

kebutuhannya. Dalam setiap individu memiliki sejumlah nilai masing-masing.

Nilai tersebut terhimpun menjadi cita-cita masyarakat sehingga terbentuklah

norma. Dari norma tersebut terbentuk suatu sistem norma yang melembaga

sehingga menjadi lembaga sosial. Terbentuknya lembaga sosial ini tak lepas dari

berbagai aktivitas mansusia yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar, baik

disengaja maupun tidak disengaja. Selain itu, lembaga sosial juga terbentuk dari

peristiwa tingkah laku individu yang dilakukan berulang-ulang sehingga aktivitas

tersebut melembaga dan melekat pada masing-masing individu.

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, setiap masyarakat mempunyai

lembaga-lembaga sosial. Lembaga sosial disini memiliki arti yaitu suatu

himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang menyangkut kebutuhan pokok

manusia (Soekanto, 1982:91). Lembaga sosial berfungsi sebagai pedoman

berperilaku atau sebagai dasar melakukan berbagai aktivias guna mengadakan

pengendalian sosial atau social control.

Kaitanya dengan lembaga sosial, Soerjono Soekanto (1982:91) dalam

bukunya ”Sosiologi Hukum” mengatakan bahwa hukum merupakan lembaga

sosial. Hukum sebagai lembaga sosial harus memenuhi kebutuhan pokok manusia

akan kedamaian dalam masyarakat. Sejatinya, masyarakat tidak akan hidup teratur

dan damai jika tanpa adanya hukum. Oleh sebab itu, untuk menciptakan suasana

yang aman, nyaman, tentram dan damai diperlukan hukum sebagai lembaga sosial

yang berfungsi sebagai pengendali sosial dalam masyarakat.

Dengan kehidupan sosial masyarakat yang semakin berkembang, diiringi

dengan perubahan teknologi yang semakin maju dan dengan semakin ketatnya

Page 2: Hubungan Hukum dengan Lembaga Sosial

persaingan diantara individu satu dengan individu yang lain, maka tidak bisa

dipungkiri akan terjadi penyimpangan-penyimpangan di masyarakat yang pada

akhirnya dapat meimbulkan konflik sosial. Dari dasar inilah diperlukan

pembahasan antara hukum sebagai alat untuk menciptakan ketertiban dengan

lembaga sosial yang lahir dari aktivitas sosial masyarakat yang membudaya

sehingga menjadi cultur mereka. Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan

membahas hubungan antara hukum dengan lembaga sosial dalam masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dari penulisan makalah ini, maka penulis

akan mengambil beberapa rumusan masalah yang nantinya akan penulis bahas,

diantaranya:

1. Apakah pengertian hukum?

2. Apakah lembaga sosial itu?

3. Apa hubungan antara hukum dengan lembaga sosial dalam masyarakat?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari pembuatan makalah ini yang pertama yaitu untuk memenuhi

tugas dari mata kuliah Sosiologi Hukum. Selain itu tujuan dari penulisan makalah

ini yaitu untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca berkenaan dengan

hubungan antara hukum dengan lembaga sosial dalam masyarakat. Di samping

itu, penulis juga berharap agar makalah ini menjadi sumber rujukan bagi pembaca

yang mencari sumber-sumber bacaan yang dibutuhkan.

Page 3: Hubungan Hukum dengan Lembaga Sosial

BAB II

PEMBAHASAN

II. Pembahasan

2.1 Pengertian Hukum

Dalam buku ”Pengantar Ilmu Hukum” karangan Dudu Duswara

Machmudin (2010:6) dijelaskan bahwa pemberian definisi tentang hukum sukar

untuk menjawabnya. Hal ini dapat dilihat dengan adanya dua pendapat yang

berbeda dari dua kubu. Kubu pertama menyatakan bahwa tidak mungkin

memberikan definisi tentang hukum, yang sungguh-sungguh dapat memadai

kenyataan. Pernyataan dari kubu pertama ini didasari atas kenyataan bahwa sudah

sejak lama orang mencai definisi tentang hukum akan tetapi belum pernah

mendapatkan pengertian yang memuaskan. Hal ini menandakan bahwa hukum itu

bersifat abstrak, banyak seginya dan luas cakrawalanya.

Sedangkan pendapat kedua menyatakan bahwa definisi hukum itu ada

manfaatnya, sebab pada saat itu juga dapat memberikan sekedar pengertian pada

orang yang baru mulai tentang apa yang dipelajarinya, setidak-tidaknya digunakan

sebagai pegangan (Machmudin, 2010:7).

Adapun secara bahasa hukum berasal dari bahasa Inggris yaitu law, droit

dalam bahasa Perancis, Recht dalam bahasa Jerman, recht dalam bahasa Belanda,

atau dirito dalam bahasa Italia. Definisi hukum secara luas dapat disamakan

dengan aturan, norma, kaidah atau ugeran, baik yang tertulis maupun tidak tertulis

yang diakui oleh orang dan apabila dilanggar akan dikenakan sanksi. Sedangkan

pengertian hukum menurut Ensiklopedia Indonesia,”Hukum merupakan rangkaian

kaidah, peraturan-peraturan, tata aturan, baik tertulis maupun yang tidak tertulis,

yang menentukan atau mengatur hubungan-hubungan antara para anggota

masyarakat”.

Sehingga jika disimpulkan dari pengertian di atas, maka hukum itu memiliki

beberapa unsur (Machmudin, 2010:9), yaitu:

1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia;

Page 4: Hubungan Hukum dengan Lembaga Sosial

2. Peraturan yang dibuat oleh lembaga yang berwenang;

3. Peraturan tersebut bersifat memaksa, tetapi tidak dapat dipaksakan; dan

4. Peraturan itu disertai sanksi yang tegas dan dapat dirasakan oleh yang

bersangkutan.

Sedangkan ciri-ciri dari hukum yaitu terdapat suatu perintah, larangan dan

kebolehan serta terdapat sanksi yang tegas.

2.2 Lembaga Sosial

2.2.1 Pengertian Lembaga Sosial

Istilah lembaga sosial mengacu pada pengertian institusi atau

lembaga, dalam bahasa Inggris institute dan institution. Jika dilihat dari

pengertian institute lebih menekankan kepada pengertian institusi sebagai

sarana dan organisasi untuk mencapat tujuan tertentu. Sedangkan istilah dari

institution lebih menekankan pada pengertian institusi sebagai suatu sistem

norma yang memenuhi kebutuhan.

Sehingga istilah lembaga sosial merupakan pengalihan dari istilah

Inggris yaitu social institution. Menurut Soerjono Soekanto (2003) lembaga

sosial (kemasyarakatan) merupakan himpunan daripada norma-norma dari

segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam

kehidupan masyarakat. Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa

dalam memahami lembaga sosial perlu diperhatikan tentang kebutuhan

pokok manusia dan sistem perilaku yang terorganisasi. Sehingga jika

disimpulkan dari pengertian-pengertian di atas dapat diketahui bahwa

lembaga sosial berkaitan dengan:

1. Seperangkat norma yang saling berkaitan, bergantung dan

mempengaruhi;

2. Seperangkat norma yang dapat dibentuk, diubah dan dipertahankan

sesuai dengan kebutuhan hidup; dan

3. Seperangkat norma yang mengatur hubungan antar warga masyarakat

agar dapat berjalan tertib dan teratur.

Secara umum, lembaga sosial memiliki dua aspek, yaitu lembaga

sosial sebagai peraturan dan lembaga sosial yang sesungguh-sungguhnya

Page 5: Hubungan Hukum dengan Lembaga Sosial

berlaku. Dikatakan lembaga sosial sebagai peraturan apabila norma-norma

yang berlaku membatasi serta mengatur perilaku orang-orang. Sedangkan

pengertian lembaga sosial yang sesungguhnya berlaku yaitu apabila

sepenuhnya membantu pelaksanaan kebutuhan pokok masyarakat. Contoh:

lembaga perkawinan, lembaga pendidikan, lembaga agama, lembaga

pemerintahan dan lembaga perekonomian. Lembaga sosial berbeda dengan

asosiasi.

Lembaga sosial terbentuk dari norma-norma yang hidup dimasyarakat.

Norma-norma tersebut mengalami pelembagaan, yaitu proses menjadi

bagian dari dari kehidupan masyarakat sehingga dikenal, diakui, dihargai,

dan ditaati. Setelah proses pelembagaan, berlangsung internalisasi, yaitu

proses penyerapan norma-norma oleh masyarakat sehinngga norma-norma

atau telah berakar sebagai pedoman cara berfikir, bersikap, berprilaku dalam

kehidupan sehari-hari. Sedangkan asosiasi adalah kumpulan orang yang

memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi.

Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat

memengaruhi perilaku para anggotanya. Adapun perbedaan lebih jelaskan

dapat penulis gambarkan seperti dalam tabel di bawah ini:

LEMBAGA SOSIAL ASOSIASI

Perkawinan KUA (Kantor Urusan Agama)

Pendidikan Perguruan Tinggi, SD, SMP, SMK

Perekonomian PT, CV, Firma

Agama Masjid, Gereja, Pura, Wihara

Tujuan dari lembaga sosial adalah untuk memenuhi kebutuhan pokok

manusia. Adapun fungsi dari lembaga sosial menurut Soerjono Soekanto

(1982:111) adalah:

1. Memberikan pedoman berperilaku bagi warga masyarakat, terutama

dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya yang mencakup

sandang, pangan dan papan, keselamatan akan jiwa dan harta benda,

harga diri, kesempatan untuk mengembangkan potensi kasih sayang;

2. Mempertahankan keutuhan masyarakat dengan cara menghimpun

norma-norma dalam suatu wadah; dan

Page 6: Hubungan Hukum dengan Lembaga Sosial

3. Menyelenggarakan sistem pengendalian sosial, yaitu suatu proses

yang direncanakan yang bertujuan untuk mendidik, mengajak atau

bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai dan norma

yang berlaku.

2.2.2 Proses Pertumbuhan Lembaga Sosial

Seperti yang sudah penulis jelaskan di atas bahwasannya lembaga

sosial terbentuk dari norma-norma yang hidup dimasyarakat. Norma-norma

tersebut mengalami pelembagaan, yaitu proses menjadi bagian dari dari

kehidupan masyarakat sehingga dikenal, diakui, dihargai, dan ditaati.

Setelah proses pelembagaan, berlangsung internalisasi, yaitu proses

penyerapan norma-norma oleh masyarakat sehinngga norma-norma atau

telah berakar sebagai pedoman cara berfikir, bersikap, berprilaku dalam

kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, tidak setiap norma secara serta-merta menjadi

bagian dari lembaga sosial. Agar suatu norma bisa menjadi bagian dari

lembaga sosial membutuhkan beberapa proses terlebih dahulu. Adapun

proses yang pertama yaitu proses pelembagaan atau institutionalization

(Soekanto, 1982:112). proses pelembagaan atau institutionalization adalah

suatu proses yang harus dialami suatu norma sosial tertentu untuk menjadi

bagian dari lembaga sosial. Maksudnya adalah norma baru harus dikenal,

diakui, dihargai, kemudian ditaati dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pelembagaan sosial ada proses yang mengatur dan membina

pola-pola prosedur disertai sangsi-sangsi dalam masyarakat. Kekuatan suatu

norma dapat dilihat dari kuat lemahnya sangsi yang dikenakan pada para

pelanggarnya berkaitan dengan tingkatan kekuatan daya pengikat norma,

yaitu cara, kebiasaan, tata kelakuan, serta adat istiadat masyarakat baik di

bidang sosial, politik, maupun ekonomi.

Setelah norma-norma mengalami proses pelembagaan, proses

selanjutnya adalah internalisasi, maksudnya adalah suatu taraf

perkembangan dimana para anggota masyarakat dengan sendirinya ingin

berperilaku sejalan dengan perilaku yang memang sebenarnya memenuhi

Page 7: Hubungan Hukum dengan Lembaga Sosial

kebutuhan masyarakat. Proses internalisasi adalah suatu tahap penerimaan

terhadap masyarakat sehingga masyrakat berkeinginan untuk selalu berbuat

atau bertingkah laku dengan apa yang sudah dimengerti.

2.2.3 Ciri-Ciri Lembaga Sosial

Meskipun lembaga sosial merupakan suatu konsep yang abstrak, ia

memiliki sejumlah ciri dan karakter yang dapat dikenali. Menurut J.P Gillin

di dalam karyanya yang berjudul "Ciri-ciri Umum Lembaga Sosial"

(General Features of Social Institution) yang dikutip oleh Soekanto

(1987:34), lembaga sosial memiliki ciri dan karakter sebagai berikut:

1. Lembaga sosial adalah organisasi pola-pola pemikiran dan perilaku

yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas masyarakat dan hasil-

hasilnya. Ia terdiri atas kebiasaan-kebiasaan, tata kelakukan, dan

unsur-unsur kebudayaan lain yang tergabung dalam suatu unit yang

fungsional;

2. Lembaga sosial juga dicirikan oleh suatu tingkat kekekalan tertentu.

Oleh karena lembaga sosial merupakan himpunan norma-norma yang

berkisar pada kebutuhan pokok, maka sudah sewajarnya apabila terus

dipelihara dan dibakukan;

3. Lembaga sosial memiliki satu atau beberapa tujuan tertentu. Lembaga

pendidikan sudah pasti memiliki beberapa tujuan, demikian juga

lembaga perkawinan, perbankan, agama, dan lain- lain;

4. Terdapat alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai

tujuan lembaga sosial. Misalnya, rumah untuk lembaga keluarga serta

masjid, gereja, pura, dan wihara untuk lembaga agama;

5. Lembaga sosial biasanya juga ditandai oleh lambang-lambang atau

simbol-simbol tertentu. Lambang-lambang tersebut secara simbolis

menggambar tujuan dan fungsi lembaga yang bersangkutan. Misalnya,

cincin kawin untuk lembaga perkawinan, bendera dan lagu

kebangsaan untuk negara, serta seragam sekolah dan badge (lencana)

untuk sekolah; dan

Page 8: Hubungan Hukum dengan Lembaga Sosial

6. Lembaga sosial memiliki tradisi tertulis dan tidak tertulis yang

merumuskan tujuan, tata tertib, dan lain-lain. Sebagai contoh, izin

kawin dan hukum perkawinan untuk lembaga perkawinan.

Sedangkan seorang ahli sosial yang bernama John Conen ikut pula

mengemukakan karakteristik dari lembaga sosial seperti yang dikutip oleh

Arif Rohman (2002:54-56) dalam bukunya ”Sosiologi” seperti di bawah ini:

1. Setiap lembaga sosial bertujuan memenuhi kebutuhan khusus

masyarakat;

2. Setiap lembaga sosial mempunyai nilai pokok yang bersumber dari

anggotanya;

3. Dalam lembaga sosial ada pola-pola perilaku permanen menjadi

bagian tradisi kebudayaan yang ada dan ini disadari anggotanya;

4. Ada saling ketergantungan antarlembaga sosial di masyarakat,

perubahan lembaga sosial satu berakibat pada perubahan lembaga

sosial yang lain;

5. Meskipun antarlembaga sosial saling bergantung, masing-masing

lembaga sosial disusun dan di- organisasi secara sempurna di sekitar

rangkaian pola, norma, nilai, dan perilaku yang diharapkan;

6. Ide-ide lembaga sosial pada umumnya diterima oleh mayoritas

anggota masyarakat, terlepas dari turut tidaknya mereka berpartisipasi;

7. Suatu lembaga sosial mempunyai bentuk tata krama perilaku;

8. Setiap lembaga sosial mempunyai simbol-simbol kebudayaan tertentu;

dan

9. Suatu lembaga sosial mempunyai ideologi sebagai dasar atau orientasi

kelompoknya.

2.2.4 Tipe-Tipe Lembaga Sosial

Dalam setiap masyarakat akan dijumpai berbagai macam lembaga

sosial, dimana lembaga sosial tersebut mempunyai sistem nilai yang dapat

menentukan lembaga sosial mana yang dijadikan pusat dan kemudian

dianggap berada di atas lembaga sosial lainnya. Menurut Soerjono Soekanto

(2003) tipe-tipe lembaga Sosial dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Page 9: Hubungan Hukum dengan Lembaga Sosial

1. Dari sudut perkembangan.

a. Cresicive Institutions, yaitu merupakan lembaga yang primer,

tumbuh dari adat istiadat masyarakat seperti agama, perkawinan,

dan sebagainya.

b. Evated Institutions , sengaja dibentuk untuk memenuhi kebutuhan

seperti lembaga pendidikan, lembaga utang piutang, dan

sebagainya.

2. Dari sudut sistem nilai yang diterima masyarakat.

a. Basic Institutions, dianggap sanggat penting untuk memelihara

dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat seperti negara,

keluarga, sekolah, dan sebagainya.

b. Subsidiary institutions, dianggap kurang penting seperti untuk

rekreasi.

3. Dari sudut penerimaan masyarakat.

a. Socially santioned institutions, lembaga yang dapat diterima

masyarakat seperti sekolah, perusahaan dan sebagainya.

b. Socially unsactioned institution, lembaga yang ditolak masyarakat

seperti preman

4. Dari sudut penyebarannya.

a. General institutions, dikenal hampir semua masyarakat di dunia

seperti religi atau agama

b. Restricted institutions, dianut oleh masyarakat tertentu di dunia

seperti agama kristen, agama islam, dan sebagainya.

2.3 Hubungan Hukum dengan Lembaga Sosial

Kembali pada pengertian hukum dan lembaga sosial. Hukum merupakan

rangkaian kaidah, peraturan-peraturan, tata aturan, baik tertulis maupun yang

tidak tertulis, yang menentukan atau mengatur hubungan-hubungan antara para

anggota masyarakat. Sedangkan lembaga sosial adalah himpunan daripada norma-

norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam

kehidupan masyarakat. Untuk mengetahui hubungan keduanya, Soerjono

Soekanto (1982:92) dalam bukunya ”Sosiologi Hukum dalam masyarakat”

Page 10: Hubungan Hukum dengan Lembaga Sosial

mengatakan bahwa hukum merupakan lembaga sosial. Di dalam prosesnya,

hukum bertindak sebagai lembaga sosial yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan manusia akan kedamaian dalam masyarakat.

Hukum adalah suatu sistem aturan atau adat, yang secara resmi dianggap

mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah atau otoritas melalui

lembaga atau institusi hukum. Salah satu fungsinya yaitu sebagai lembaga sosial

dimana hukum menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat agar tercipta keadilan

dan ketentraman. Sehingga masyarakat dapat hidup dengan damai tanpa ada

konflik.

Jika mengidentifikasi hukum sebagai lembaga sosial, maka kita akan

mengamati hukum lebih dari suatu sistem peraturan belaka, melainkan juga

bagaimana hukum menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam dan untuk masyarakat.

Sebelum masuk ke dalam pembahasan utama, terlebih dahulu akan dipaparkan

“apa itu lembaga sosial?”. Lembaga sosial adalah himpunan daripada norma-

norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam

kehidupan masyarakat. Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa

masyarakat sangat membutuhkan kehadiran lembaga. Kebutuhan tersebut harus

mendapatkan pengakuan oleh masyarakat karena pentingnya lembaga bagi

kehidupan manusia. Sehingga masyarakat mengusahakan agar ia bisa dipelihara

dan diselenggarakan secara seksama.

Keadilan merupakan salah satu kebutuhan dalam hidup manusia yang

umumnya diakui di semua tempat di dunia ini. Karena itu, dibentuklah lembaga

sosial bernama hukum agar keadilan dapat terselenggara secara seksama dalam

masyarakat. Ada beberapa ciri yang umumnya melekat pada lembaga, yaitu:

1. Stabilitas

Hukum sebagai lembaga sosial harus menimbulkan suatu kemantapan dan

keteraturan dalam usaha manusia untuk memperoleh keadilan;

2. Memberikan kerangka sosial terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam

masyarakat;

3. Adanya norma-norma; dan

4. Ada jalinan antar institusi.

Page 11: Hubungan Hukum dengan Lembaga Sosial

Karena lembaga sengaja dibentuk, maka tidak serta merta ia menjadi

sempurna. Proses untuk membuat lembaga menjadi makin efektif disebut

penginstitusionalan. Di setiap negara tentunya proses ini akan berbeda-beda sesuai

kebutuhan masing-masing. Hukum merupakan lembaga sosial yang tujuannya

adalah untuk menyelenggarakan keadilan dalam masyarakat. Penyelenggaraan

tersebut berkaitan dengan tingkat kemampuan masyarakat itu sendiri untuk

melaksanakannya. Oleh karena itu, terdapat perbedaan cara dalam

penyelenggaraannya di berbagai tempat. Perbedaan ini berhubungan erat dengan

persediaan perlengkapan yang terdapat dalam masyarakat. Sehingga sebagai

lembaga sosial, kita dapat melihat hukum dalam kerangka yang luas, melibatkan

berbagai proses dan kekuatan dalam masyarakat.

Selain itu, lembaga sosial dalam hal ini hukum berfungsi sebagai pengendali

sosial atau social control, sehingga hukum sebagai lembaga sosial memiliki

funsgi sebagai:

1. Pengawas dari individu terhadap individu;

2. Pengawas dari individu terhadap kelompok; dan

3. Pengawas dari kelompok terhadap kelompok.

BAB III

PENUTUP

III. Penutup

3.1 Ringkasan

Dari penjelasan seputar hubungan hukum dengan lembaga sosial dalam

masyarakat di atas, maka penulis dapat meringkas beberapa hal sebagai berikut:

1. Hukum merupakan rangkaian kaidah, peraturan-peraturan, tata aturan,

baik tertulis maupun yang tidak tertulis, yang menentukan atau

mengatur hubungan-hubungan antara para anggota masyarakat.

2. Lembaga sosial (kemasyarakatan) merupakan himpunan daripada

norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan

pokok di dalam kehidupan masyarakat.

Page 12: Hubungan Hukum dengan Lembaga Sosial

3. Lembaga sosial terbentuk dari norma-norma yang hidup dimasyarakat.

Norma-norma tersebut mengalami pelembagaan, yaitu proses menjadi

bagian dari dari kehidupan masyarakat sehingga dikenal, diakui,

dihargai, dan ditaati. Setelah proses pelembagaan, berlangsung

internalisasi, yaitu proses penyerapan norma-norma oleh masyarakat

sehinngga norma-norma atau telah berakar sebagai pedoman cara

berfikir, bersikap, berprilaku dalam kehidupan sehari-hari.

4. Jika mengidentifikasi hukum sebagai lembaga sosial, maka kita akan

mengamati hukum lebih dari suatu sistem peraturan belaka, melainkan

juga bagaimana hukum menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam dan

untuk masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Machmudin, Dudu Duswara. 2010. Pengantar Ilmu Hukum, Sebuah Sketsa.

Bandung: Refika Aditama

Soekanto, Soerjono, dkk. 1982. Sosiologi Hukum dalam masyarakat. Jakarta:

Rajawali Pers

Soekanto, Soerjono.1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press

Rohman, Arif, dkk. 2002. Sosiologi. Klaten: Intan Pariwara

Rahardjo, Sutjipto. 2000. Ilmu Hukum. Jakarta: PT Citra Aditya Bakti

Page 13: Hubungan Hukum dengan Lembaga Sosial