HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

49
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF-MANAGEMENT PADA PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISIS : LITERATURE REVIEW SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan LALA DWI APRILIANA AK.1.16.028 PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG 2020

Transcript of HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

Page 1: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN

SELF-MANAGEMENT PADA PASIEN YANG MENJALANI

HEMODIALISIS : LITERATURE REVIEW

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

LALA DWI APRILIANA

AK.1.16.028

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

BANDUNG

2020

Page 2: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

i

Page 3: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

ii

Page 4: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

iii

Page 5: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

iv

Page 6: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

v

ABSTRAK

Penyakit ginjal kronik merupakan penyakit kronis yang membutuhkan

terapi hemodialisis selama hidupnya. Lamanya hemodialisis menyebabkan

terjadinya perubahan pada pasien baik perubahan fisik maupun psikologis. Untuk

mencegah terjadinya dampak akibat proses hemodialisis, pasien gagal ginjal

kronik membutuhkan self-management yang baik dengan bantuan dukungan dari

keluarga untuk mempertahankan hidupnya. Dukungan keluarga penting dalam

membentuk self-management karena pasien gagal ginjal kronik membutuhkan

dukungan untuk mempraktekkan berdasarkan informasi dalam memberikan

kualitas perawatan yang lebih baik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan review jurnal mengenai

hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan self-management pada pasien

yang menjalani hemodialisis.

Metode yang digunakan yaitu metode electronic data base dengan

menggunakan google scholar, pubmed dan researchgate. Populasi sesuai dengan

kriteria inklusi dan eksklusi sehingga didapatkan sampel 8 jurnal/artikel. Dari 8

jurnal/artikel yang digunakan 4 jurnal diantaranya menggunakan metode cross

sectional, 2 jurnal menggunakan metode deskriptif dan 2 jurnal lainnya dengan

metode penelitian kualitatif. Mengevaluasi kelayakan jurnal dengan critical

appraisal menggunakan instrumen Joanna Briggs Institute (JBI).

Berdasarkan 8 jurnal/artikel didapatkan bahwa dukungan sosial keluarga

merupakan faktor yang mempengaruhi self-management dan terdapat hubungan

bermakna antara dukungan sosial keluarga dengan self-management pada pasien

hemodialisis. Self-management yang baik dibantu oleh dukungan dari keluarga,

pasien hemodialisis dapat mencegah terjadinya dampak yang akan membantu

pasien untuk mengontrol penyakit dan meningkatkan kualitas hidupnya.

Diharapkan hasil literature review ini dapat menjadi landasan teori terkait

dukungan sosial keluarga dalam meningkatkan self-management pasien yang

menjalani hemodialisis.

Kata kunci: Dukungan sosial keluarga, hemodialisis, penyakit ginjal kronik,

self-management

Daftar pustaka : 9 Buku (2010-2018)

14 Jurnal (2010-2019)

5 Website (2017-2018)

Page 7: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

vi

ABSTRACT

Chronic kidney disease is a chronic disease that requires hemodialysis

therapy for life. The duration of hemodialysis causes changes in patients, both

physical and psychological changes. To prevent the impact of the hemodialysis

process, patients with chronic renal failure need good self-management with the

help of support from their families to survive. Family support is important in

establishing self-management because chronic renal failure patients need support

to practice based information in providing better quality care.

The purpose of this study was to review journals regarding the

relationship between family social support and self-management in patients

undergoing hemodialysis.

The method used is the electronic data base method using google scholar,

pubmed and researchgate. Population in accordance with the inclusion and

exclusion criteria so that a sample of 8 journals / articles was obtained. Of the 8

journals / articles used, 4 journals used cross sectional method, 2 journals used

descriptive method and 2 other journals used qualitative research methods.

Evaluating the feasibility of a journal with a critical appraisal using the

instrument Joanna Briggs Institute (JBI).

Based on 8 journals / articles, it was found that family social support is a

factor that affects self-management and there is a significant relationship between

family social support and self-management in hemodialysis patients. Good self-

management is assisted by support from family, hemodialysis patients can prevent

impacts that will help patients to control the disease and improve their quality of

life. It is hoped that the results of this literature review can become a theoretical

basis regarding family social support in improving self-management of patients

undergoing hemodialysis.

Keywords: chronic kidney disease, family social support, hemodialysis, self-

management

Bibliography :9Books (2010-2018)

14 Journals (2010-2019)

5 Websites (2017-2018)

Page 8: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan nikmat dan karunia Nya serta Shalawat serta salam kepada junjungan

Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan literature review

yang berjudul “Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Self-Management

Pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis : Literature Review” yang diajukan

sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana keperawatan di Universitas

Bhakti Kencana.

Dalam penyusunan literature review ini penulis mendapat bantuan dari

beberapa pihak, maka penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah SWT, yang telah memberikan keberkahan dan kemudahan dalam

pembuatan literature review ini.

2. H. Mulyana, S.H., M.Pd., MH.Kes., selaku kepala Yayasan Adhi Guna

Kencana.

3. Dr. Entis Sutrisno, MH.Kes., Apt., selaku Rektor Universitas Bhakti

Kencana.

4. Rd. Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep., selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Bhakti Kencana.

5. Lia Nurlianawati, S.Kep., Ners., M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana

Keperawatan Universitas Bhakti Kencana.

Page 9: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

viii

6. Titin Mulyati, S.Kp., M.Kep., selaku pembimbing I yang selalu membimbing,

mengarahkan, dan memberi saran kepada penulis serta memberikan solusi

pada setiap kesulitan dalam penulisan literature review ini.

7. Rizki Muliani, S.Kep., Ners., MM., selaku pembimbing II yang selalu

membimbing, mengarahkan, dan memberi saran kepada penulis serta

memberikan solusi pada setiap kesulitan dalam penulisan literature review

ini.

8. Seluruh Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Bhakti Kencana yang telah memberikan pengetahuan yang sangat

bermanfaat selama masa perkuliahan.

9. Keluarga tersayang: Alm. Mama (Sukarmi), Bapak (Djuliantoro) dan Kakak

(Nur Intan Fajarin) yang selalu mendoakan dan memberikan semangat serta

motivasi dalam penulisan literature review ini.

10. Sahabat-sahabat tercinta dan tersayang : Rafi, Ciroh, Eka, Linda, Dila, Ina,

Ila, Ghina, Siska, Lani, Emi, Uwik, Winda, Rizki dan seluruh teman-teman

kelas A angkatan 2016.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

literature review ini sehingga segala kritik dan saran yang membangun akan

diterima peneliti untuk perbaikan selanjutnya. Akhir kata penulis berharap

semoga literature review ini dapat memberikan manfaat kepada penulis

khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Bandung, Agustus 2020

Penulis

Page 10: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN i

LEMBAR PENGESAHAN ii

SURAT PERNYATAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR BAGAN xii

DAFTAR SINGKATAN xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 7

1.3 Tujuan Penelitian 7

1.4 Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi Fisiologi Ginjal 9

2.1.1 Anatomi Ginjal 9

2.1.2 Fisiologi Ginjal 10

2.2 Penyakit Gagal Ginjal 11

2.3 Konsep Gagal Ginjal Kronik 12

2.3.1 Definisi 12

2.3.2 Etiologi 13

2.3.3 Stadium Gagal Ginjal Kronik 13

2.3.4 Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik 14

2.3.5 Manifestasi Klinis 15

2.3.6 Pemeriksaan Penunjang 16

Page 11: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

x

2.3.7 Komplikasi 16

2.3.8 Penatalaksanaan 17

2.4 Konsep Hemodialisis 19

2.4.1 Definisi Hemodialisis 19

2.4.2 Tujuan Hemodialisis 19

2.4.3 Prinsip Hemodialisis 20

2.4.4 Komplikasi Hemodialisis 20

2.5 Konsep Self Management 22

2.5.1 Definisi Self Management 22

2.5.2 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Self Management 22

2.5.3 Tujuan Self Management 24

2.5.4 Manfaat Self Management 25

2.5.5 Prinsip Self Management 25

2.5.6 Dimensi Self Management 26

2.6 Konsep Dukungan Sosial Keluarga 26

2.6.1 Definisi Dukungan Sosial Keluarga 26

2.6.2 Jenis Dukungan Sosial Keluarga 27

2.6.3 Tujuan Dukungan Sosial Keluarga 29

2.6.4 Sumber-Sumber Dukungan Sosial Keluarga 29

2.7 Penelitian-Penelitian Terkait 30

2.8 Kerangka Konseptual 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian 34

3.2 Variabel Penelitian 34

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 35

3.4 Tahapan Literatur Review 37

3.5 Analisa Data 43

3.6 Etika Penelitian 44

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian 45

Page 12: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 46

4.2 Pembahasan 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 62

5.2 Saran 62

DAFTAR PUSTAKA 64

Page 13: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Metode PICO Hubungan Dukungan Sosial Keluarga

Dengan Self-Management Pada Pasien Yang Menjalani

Hemodialisis: Literature Review 38

Tabel 3.2 Penilaian Hasil Uji Kelayakan Joanna Briggs Institute (JBI) 41

Tabel 4.1 Penilaian Kritis Tentang Hubungan Dukungan Sosial Keluarga

Dengan Self-Management Pada Pasien Hemodialisis 46

Page 14: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

xiii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan

Self-Management Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisis 33

Bagan 3.3 Prisma Flow Diagram 43

Page 15: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

xiv

DAFTAR SINGKATAN

AMA : Style (American Medical Association)

APA : Style (American Psychological Association)

CKD : Chronic Kidney Disease

ESRD : (End Stage Renal Disease)

IEE : Style (Institute of Electrical Engineers)

JBI : (Joanna Briggs Institute)

K/DOQI : (Kidney Disease Outcomes Qualitiy Intiative)

MLA : Style (Modern Language Association)

PGK : Penyakit Ginjal Kronik

WHO : (World Health Organization)

Page 16: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup

Lampiran II Instrumen Joanna Briggs Institute (JBI) Hubungan Sosial

Keluarga Dengan Self-Management Pada Pasien Yang

Menjalani Hemodialisis

Lampiran III Catatan Bimbingan Skripsi

Lampiran IV ACC Sidang Akhir

Page 17: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) kesehatan merupakan keadaan

sempurna dari fisik, mental, sosial dan tidak hanya terbebas dari penyakit,

kelemahan dan kecacatan. Kondisi kesehatan dapat menurun jika seseorang

mengalami suatu penyakit yang bersifat progresif, salah satu penyakit

tersebut yaitu penyakit ginjal kronik. Penyakit Ginjal Kronik (PGK)

merupakan masalah kesehatan di dunia yang sering terjadi, di mana

prevalensi dan insidensi semakin meningkat. Menurut United States Renal

Data System (Sistem Data Ginjal AS) tahun 2018 menunjukkan bahwa pada

tahun 2016 orang dirawat dengan ESRD (End Stage Renal Disease) totalnya

sebanyak 726.331 orang yang terus meningkat sekitar 20.000 kasus per tahun.

Menurut hasil Global Burden of Disease tahun 2010, penyakit ginjal kronik

merupakan penyebab kematian peringkat ke-27 di dunia tahun 1990 dan

meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010 (Pusat Data dan Informasi

Kementerian Kesehatan RI, 2017). Di Indonesia angka prevalensi tertinggi

yaitu di provinsi DKI Jakarta sebesar 38,7% disusul oleh provinsi Bali, DIY,

dan Jawa Barat masuk pada urutan 12 Provinsi tertinggi dengan diagnosa

penyakit ginjal kronik.

PGK merupakan suatu penyakit tidak menular di mana terjadinya

penurunan fungsi ginjal secara menahun dan mengarah pada kerusakan

jaringan ginjal. Kondisi klinis yang memungkinan terjadinya PGK bisa

disebabkan dari faktor ginjal sendiri ataupun faktor dari luar ginjal (Astuti,

Page 18: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

2

2018). PGK merupakan suatu gangguan dengan hilangnya fungsi ginjal untuk

mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat

terjadinya destruksi pada struktur organ ginjal secara progresif atau bertahap

dengan manifestasi penumpukan sisa metabolic (toksik uremik) di dalam

darah (Muttaqin, 2014). Manifestasi klinis yang sering terjadi yaitu hipotensi,

kram, kelelahan, nyeri dada, nyeri pinggang, gatal, demam dan

ketidakseimbangan elektrolit (Wijayanti, 2017).

Penatalaksanaan untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit

serta mencegah terjadinya komplikasi yaitu dengan dialisis yang terdiri dari

hemodialisis dan dialisis peritoneal serta dapat dilakukan dengan transplantasi

ginjal, namun terapi yang sering dilakukan yaitu terapi hemodialisis

(Muttaqin, 2011). Pasien dengan ESRD yang melakukan transplantasi ginjal

sebanyak 2,8%, yang menjalani hemodialisis sebanyak 87,3% dan yang

menjalani dialisis peritoneal sebanyak 9,7% (Pusat Data dan Informasi

Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Menurut data Indonesia Renal Registry (2018) jumlah pasien baru

terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan peningkatan jumlah unit

HD, pasien baru sebanyak 66.433 pasien, sedangkan pasien aktif sebanyak

132.142 pasien. Hasil prevalensi pasien PGK berdasarkan hasil Riskesdas

(2018) yang pernah melakukan atau sedang menjalani hemodialisis dan

terdiagnosis PGK sebesar 19,3%. Di provinsi Jawa Barat pada tahun 2018

jumlah pasien aktif sebanyak 33.828 pasien dan pasien baru sebanyak 14.771

pasien (Indonesia Renal Registry, 2018).

Page 19: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

3

Menurut Astuti (2018) hemodialisis merupakan tindakan penyaringan

zat-zat sisa metabolisme dengan menggunakan alat yang disebut dengan

dialyzer. Tindakan hemodialisis bertujuan untuk mengoreksi gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit, mengeliminasi sisa produk metabolisme

protein sehingga mampu mempertahankan kondisi homeostasis tubuh. Pasien

ESRD (End Stage Renal Disease) yang menjalani hemodialisis mengalami

masalah yang kompleks terkait dengan tindakan hemodialisis atau penyakit

ginjal tersebut yang sudah pada tahap akhir.

Pasien yang menjalani hemodialisis akan mengalami komplikasi atau

dampak fisik yaitu hipotensi, kram, kelelahan, kelemahan, nyeri dada, nyeri

pinggang, gatal, demam, menggigil, perdarahan, ketidakseimbangan elektrolit

(Wijayanti, 2017). Komplikasi atau dampak fisik yang sering terjadi yaitu

kelelahan dan kelemahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk

menghadapi berbagai masalah yang timbul dari komplikasi penyakit dan dari

proses dialisis pasien PGK membutuhkan managemen diri (self-management)

yang efektif dan konsisten untuk mengurangi kematian dan komplikasi serta

dapat meningkatkan kualitas hidup (Gela et al., 2018). Menurut Donald et.al.,

(2019) Self-management pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis

merupakan serangkaian proses dan tugas yang kompleks melibatkan

pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri pasien untuk

mengelola penyakitnya, mengidentifikasi dan mengakses sumber daya yang

mendukung, serta belajar untuk mengatasi kondisi tersebut, termasuk dalam

hal dampaknya terhadap individu dan konsekuensi emosional dari penyakit.

Page 20: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

4

Pasien PGK mengandalkan perawatan hemodialisis sepanjang hidup

mereka. Jika perawatan dikelola dengan baik, akan mudah bagi pasien dalam

mengurangi beban dan ketergantungan pada orang lain dalam kegiatan sehari-

hari (Emaliyawati, 2018). Pasien hemodialisis membutuhkan managemen diri

yang baik dalam proses hemodialisis untuk menghindari lebih banyak

komplikasi yang lebih parah seperti pengendalian pertambahan berat badan

antara periode hemodialisis, dan nilai-nilai laboratorium; hemoglobin, urea

dan kreatinin. Manajemen diri tersebut termasuk pembatasan cairan, diet gizi,

manajemen obat, dan olahraga (Welch et al., 2014).

Menurut Griva et al (2011) prevalensi ketidakpatuhan pada pasien

hemodialysis dari 284,9 per juta penduduk (pmp) meliputi 10% - 60% untuk

asupan cairan, 2% - 57% untuk saran diet, antara 0 - 35% untuk sesi dialisis

dan 19% - 99% tidak patuh dalam pengobatan. Dampak ketidakpatuhan

pasien hemodialisis dalam melakukan pengontrolan cairan akan menimbulkan

kelebihan volume cairan tubuh, tanda-tanda yang dapat ditimbulkan seperti

edema, hipertensi, hipertrofi ventrikel kiri pada jantung dan hal ini

mengakibatkan progresifitas penurunan status kesehatan, penurunan quality

of life dan berujung pada kematian dini.

Smeltzer & Bare dalam Rahma (2017), pasien hemodialysis yang

tidak patuh dalam melakukan pengontrolan mengakibatkan kenaikan berat

badan yang cepat (melebihi 5%), edema, ronkhi basah dalam paru-paru,

kelopak mata yang bengkak dan sesak nafas yang diakibatkan oleh volume

cairan yang berlebihan. Dampak dari ketidakpatuhan penderita tersebut dapat

ditangani melalui pendekatan perbaikan self-management (Griva et.al., 2011).

Page 21: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

5

Penelitian yang dilakukan Gela et al., (2018) mengenai faktor-faktor

yang berhubungan dengan managemen diri pada pasien penyakit ginjal

stadium akhir yang sedang menjalani hemodialisis antara lain faktor

sosiodemografi seperti usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan, dan

faktor-faktor terkait penyakit seperti lamanya hemodialisis, penghasilan

keluarga serta dukungan sosial. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andriani

(2016) sebanyak 47,6% keluarga kurang peduli dengan kebutuhan dan

keinginan yang berkaitan dengan kelancaran program pengobatan pada pasien

hemodialisis. Sehingga dukungan dari keluarga begitu penting dalam proses

perawatan pasien yang menjalani hemodialisis. Dukungan sosial keluarga

sangat dibutuhkan pada pasien yang mengalami penyakit kronis karena

keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling dekat dengan pasien gagal

ginjal kronik sehingga dapat membantu, mengontrol dan membentuk perilaku

termasuk dalam hal ini perilaku self-management. Dukungan keluarga yang

baik memberi makna secara signifikan pada peningkatan self-management

pasien hemodialisis, sehingga akan membantu pasien mencapai derajat

kesehatan yang lebih baik (Wijayanti, 2017).

Bentuk dukungan sosial keluarga pada pasien hemodialisis terdapat 4

dimensi yaitu dukungan emosional yang merupakan dukungan dengan

melibatkan ekspresi empati perhatian, dukungan informasi yaitu keluarga

memberikan informasi mengenai segala sesuatu yang menyangkut dengan

penyakit gagal ginjal kronik, dukungan instrumental yaitu keluarga

membantu meliputi bantuan material, serta dukungan penghargaan yaitu

keluarga bertindak sebagai pembimbing dan pemecah masalah (Sarafino,

Page 22: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

6

2011). Tingkat dukungan sosial yang lebih tinggi dapat meningkatkan

kemampuan seseorang untuk memperoleh dan memahami informasi medis

dan dapat memilih sistem perawatan kesehatan yang akan menjadi sangat

penting untuk memfasilitasi pembentukan sikap dan perilaku sehat (Lora

et.al., 2011). Dengan dukungan dari keluarga dan pelayanan kesehatan, dapat

memperlambat perkembangan penyakit dan meningkatkan hasil kesehatan

pasien gagal ginjal kronik (Donald et.al., 2019).

Penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2018), menjelaskan bahwa

jadwal kunjungan pasien hemodialisis untuk cuci darah relatif teratur, pasien

mendapatkan resep obat setiap bulan, jadwal pemeriksaan laboratorium

dilakukan setiap bulan secara rutin, namun tingkat kepatuhan pasien dalam

pembatasan cairan dan diet masih kurang serta kegiatan pendidikan oleh

perawat belum dijalankan secara khusus dan rutin. Hasil penelitian

menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga

dengan self-management pasien hemodialisis. Sementara penelitian yang

dilakukan oleh Busby (2019) yaitu motivasi yang diberikan dalam mengelola

kesehatan pasien gagal ginjal kronik (ESRD) dan harapan untuk hidup lebih

lama didukung dari anggota keluarga pasien gagal ginjal kronik.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian literature review tentang hubungan dukungan sosial keluarga

dengan self-management pada pasien yang menjalani hemodialisis.

Page 23: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan dalam latar belakang

diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan

antara dukungan sosial keluarga dengan self-management pada pasien yang

menjalani hemodialisis : literature review?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk melakukan review jurnal mengenai hubungan antara

dukungan sosial keluarga dengan self-management pada pasien yang

menjalani hemodialisis.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada pasien yang menjalani

hemodialisis.

2. Mengidentifikasi self management pada pasien yang menjalani

hemodialisis.

3. Mengetahui adanya hubungan dukungan keluarga dengan self

management.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan dalam

pengembangan informasi mengenai dukungan sosial dari keluarga

Page 24: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

8

yang dapat mempengaruhi self-management untuk mengurangi

komplikasi yang terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisis.

2. Bagi Universitas Bhakti Kencana

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan informasi

bagi instansi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam

bidang keperawatan, mengenai hubungan dukungan sosial keluarga

dengan self-management pada pasien yang menjalani hemodialisis.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini dapat memberikan ilmu pengetahuan terhadap

anggota keluarga dan pasien sehingga pasien hemodialisis dapat

membentuk self-management yang efektif.

2. Bagi Perawat

Penelitian ini dapat menambah wawasan perawat terhadap

pentingnya dukungan sosial keluarga dalam membentuk self-

management pasien yang menjalani hemodialisis.

3. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan faktor-faktor lain yang

dapat berhubungan dengan self-management pada pasien yang

menjalani hemodialisis.

Page 25: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Ginjal

2.1.1 Anatomi Ginjal

Ginjal merupakan suatu organ yang berbentuk seperti kacang

merah yang berukuran panjang sekitar 11 cm, lebarnya sekitar 5-6 cm

dan tebalnya sekitar 3-4 cm. Ginjal terletak di rongga belakang

abdomen, jumlah ginjal berjumlah sepasang yaitu di kanan dan kiri

tulang vertebra. Letak ginjal kanan lebih rendah dibandingkan dengan

ginjal kiri karena pada ginjal kanan terdapat lobus hepar. Jaringan yang

membungkus ginjal terdapat 3 lapisan jaringan, yaitu lapisan terdalam

disebut kapsula renalis, lapisan kedua disebut adiposa dan lapisan

terluar disebut fascia renal. Fungsi dari ketiga lapisan jaringan ini yaitu

sebagai pelindung organ ginjal dari trauma dan dapat memfiksasi ginjal.

(Tortora dan Derrickson, 2011).

Struktur ginjal cukup unik, yaitu terdiri atas pembuluh darah dan

unit penyaring. Proses penyaring terjadi pada bagian kecil di dalam

ginjal yang disebut nefron. Setiap ginjal memiliki sekitar 1 miliar

nefron. Nefron yang terdapat pada ginjal terdiri atas pembuluh-

pembuluh darah kecil yang saling berkaitan dengan saluran kecil pada

ginjal yang disebut dengan tubulus. Ginjal menghasilkan beberapa

hormon penting bagi tubuh yaitu hormon eritropoietin, hormon renin,

dan bentuk aktif vitamin D yang disebut dengan kalsitriol.

(Muhammad, 2012).

Page 26: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

10

2.1.2 Fisiologi Ginjal

Ginjal merupakan organ penting yang memiliki peran sebagai

pengatur kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Hal ini dilihat

dari fungsi ginjal itu sendiri yaitu sebagai pengatur air, mengatur

konsentrasi garam di dalam darah, dan mengatur keseimbangan asam

dan basa darah serta mengatur ekskresi bahan buangan atau kelebihan

garam di dalam tubuh. Proses keseimbangan air di dalam ginjal diawali

oleh glomerulus yang fungsinya sebagai penyaring cairan, kemudian

cairan tersebut mengalir ke tubulus renalis dan sel-sel pada ginjal

menyerap semua bahan yang masih dibutuhkan oleh tubuh (Damayanti,

2015).

Ginjal adalah suatu organ yang memiliki kemampuan luar biasa

dan berbeda dengan fungsi organ lainnya. Sebuah referensi menjelaskan

bahwa ginjal mampu menyaring zat-zat yang tidak terpakai (zat

buangan atau sampah/limbah) sisa metabolisme tubuh. Ginjal setiap

harinya memproses darah yang masuk ke dalam ginjal dan

menghasilkan sejumlah limbah serta cairan berlebih dalam bentuk urin.

Urin tersebut nantinya akan dalirkan melalui ureter menuju kandung

kemih dan disimpan sebelum dikeluarkan saat ingin buang air kecil.

Selain menyaring darah, ginjal menyaring pula intake makanan dan

sekaligus mengeluarkan molekul-molekul yang sudah tidak dibutuhkan

oleh tubuh dalam bentuk toksin (racun). Toksin atau racun akan

menumpuk di dalam darah apabila fungsi ginjal terganggu sehingga

Page 27: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

11

menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada tubuh (Muhammad,

2012).

2.2 Penyakit Gagal Ginjal

Penyakit gagal ginjal merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh

menurunnya fungsi organ ginjal, sehingga ginjal tidak dapat menyaring zat-zat

pembuangan elektrolit pada tubuh. Selain itu, organ ginjal ini juga tidak dapat

menjaga keseimbangan antara cairan dan zat kimia tubuh, seperti sodium dan

kalium yang ada di dalam darah atau produksi urin. Penyakit ginjal tidak

menular, namun menyebabkan kematian. Bahkan, sebagian besar penderita

tidak merasakan keluhan atau tanda gejala apa pun sebelum ia kehilangan 90%

fungsi pada ginjalnya. Penyakit ini dapat menyerang siapapun, terlebih

penderita penyakit serius atau luka yang berdampak terhadap fungsi ginjal

secara langsung. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialami oleh kaum dewasa,

terutama orang-orang berusia lanjut (Muhammad, 2012).

Sementara itu, menurut Muhammad (2012) penyakit gagal ginjal

dibedakan menjadi dua, yaitu gagal ginjal akut (GGA) dan gagal ginjal kronis

(GGK), sebagai berikut:

1. Penyakit Gagal Ginjal Akut (GGA)

Penyakit gagal ginjal akut merupakan penyakit yang terjadi akibat

adanya kelainan pada organ ginjal secara kompleks, sehingga

kemampuannya atau fungsinya dalam membersihkan zat-zat toksik (racun)

di dalam darah menjadi menurun. Hal tersebut akan menyebabkan

terjadinya penimbunan limbah atau zat metabolisme di dalam darah.

Page 28: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

12

2. Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Gagal ginjal kronik merupakan penyakit ginjal dengan proses

kerusakan ginjal yang terjadi selama rentang waktu lebih dari tiga bulan.

Gagal ginjal kronis dapat menimbulkan simtoma atau gejala klinis, yaitu

laju filtrasi glomerular berada di bawah 60 ml/men/1.73 m2 atau diatas

nilai tersebut yang disertai dengan terjadinya kelainan sedimen urine.

Selain itu, adanya batu ginjal yang terjadi juga dapat menjadi indikasi

terjadinya gagal ginjal kronis pada penderita kelainan bawaan, seperti

hiperoksaluria dan sistinuria.

2.3 Konsep Penyakit Ginjal Kronik

2.3.1 Definisi

Penyakit ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang

disebabkan karena kegagalan fungsi pada organ ginjal yaitu

mempertahankan metabolisme dalam tubuh serta keseimbangan cairan

dan elektrolit akibat destruksi pada struktur ginjal yang bersifat

progresif dan manifestasinya yaitu penumpukan sisa metabolit di dalam

darah (Arif & Kumala, 2011).

Penyakit ginjal kronik merupakan perkembangan penyakit

gagal ginjal yang progresif dan lambat pada setiap nefron ginjal

(biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak reversible) (Price &

Wilson, dalam Nanda, 2018).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

Penyakit ginjal kronik adalah suatu keadaan terjadinya penurunan

Page 29: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

13

fungsi pada ginjal yang bersifat progresif dan mengarah pada kerusakan

ginjal serta dapat menyebabkan penumpukan sisa-sisa metabolisme

dalam tubuh.

2.3.2 Etiologi

Penyebab utama penyakit ginjal kronik dari total kasus penyakit

ginjal kronik 65% disebabkan oleh penyakit hipertensi dan diabetes.

Selain itu ada beberapa penyebab lainnya menurut (Muhammad, 2012)

1. Penyumbatan saluran kemih

2. Kelainan ginjal (penyakit ginjal polikistik)

3. Kelainan autoimun (lupus eritematosus sistemik)

4. Penyakit pembuluh darah

5. Bekuan darah pada ginjal

6. Cedera pada jaringan ginjal dan sel-sel

7. Glomerulonefritis

8. Nefritis interstisial akut

9. Akut tubular nekrosis

2.3.3 Stadium Penyakit Ginjal Kronik

Stadium penyakit ginjal kronik terdapat 4 stage berdasarkan

tingkat laju filtrasi glomerulus (GFR). Penyakit ginjal kronik berkaitan

dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR), stadium-stadium

tersebut menurut (Arif & Kumala, 2011) adalah sebagai berikut:

1. GFR turun 50% dari normal, terjadi penurunan cadangan ginjal.

Page 30: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

14

2. GFR turun menjadi 20-35% dari normal, terjadi insufisiensi ginjal

yaitu nefron-nefron yang masih berfungsi mengalami kerusakan

akibat menahan beratnya beban yang diterimanya.

3. GFR <20% dari normal, terjadi gagal ginjal karena nefron banyak

mengalami kematian.

4. GFR <5% dari normal, terjadi gagal ginjal terminal karena nefron

yang berfungsi hanya tersisa sedikit, ditemukan pada ginjal

jaringan parut dan tubulus mengalami atrofi.

2.3.4 Patofisiologi

Menurut Kidney Disease Outcomes Qualitiy Intiative (K/DOQI)

Of National Kidney Foundation (2016), terdapat dua penyebab utama

dari penyakit ginjal kronik yaitu diabetes dan tekanan darah tinggi,

yang bertanggung jawab untuk sampai 2/3 kasus. Diabetes terjadi

apabila gula darah terlalu tinggi, sedangkan tekanan darah tinggi terjadi

apabila tekanan darah terhadap dinding pembuluh darah meningkat.

Patofisiologi Penyakit ginjal kronik dimulai pada fase awal

gangguan keseimbangan cairan, penanganan garam, serta penimbunan

zat sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit.

Sampai fungsi ginjal turun dari 25% normal, manifestasi gagal ginjal

kronik mungkin minimal karna nefron-nefron sisa yang sehat

mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa

meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsorsi, dan sekresi, serta mengalami

hipertrofi. Nefron yang tersisa menghadapi tugas yang semakin berat

sehingga nefron tersebut ikut rusak dan mati. Pada saat penyusutan

Page 31: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

15

progresif pada nefron, membentuk jaringan parut dan aliran darah ke

ginjal akan berkurang. Pelepasan renin akan meningkat bersama dengan

kelebihan beban cairan sehingga dapat menyebabkan hipertensi maka

terjadilah peningkatan filtrasi protein-protein plasma. Kondisi ini akan

semakin buruk dengan semakin banyak terbentuk jaringan parut sebagai

respons dari kerusakan nefron secara pogresif menyebabkan fungsi

ginjal menurun secara drastis dengan manifestasi penumpukan

metabolik - metabolik yang seharusnya dikeluarkan dari sirkulasi

sehingga akan terjadi sindrom uremia berat yang memberikan banyak

manifestasi pada setiap organ tubuh (Arif & Kumala. 2011).

2.3.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik pada penyakit ginjal kronik tidak begitu

spesifik dan sering ditemukan manifestasi klinik pada tahap akhir

penyakit. Pada stadium awal biasanya tidak ditemukan gejala, namun

pada End Stage Renal Disease (ESRD) melibatkan beberapa organ

menurut (Tanto, 2014) yaitu:

1. Gangguan keseimbangan cairan tubuh seperti: oedema perifer,

efusi pleura, hipertensi, dan asites.

2. Gangguan elektrolit dan asam basa seperti: tanda dan gejala

terjadinya hyperkalemia, asidosis metabolik (nafas Kussmaul), dan

hiperfosfatemia.

3. Gangguan gastrointestinal dan nutrisi: mual, muntah, gastritis,

ulkus peptikum, malnutrisi.

Page 32: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

16

4. Kelainan kulit seperti kulit tampak pucat, kering, pruritus, dan

ekimosis.

5. Gangguan metabolik endokrin seperti: dislipidemia, gangguan

metabolik glukosa, dan gangguan hormon seks.

6. Gangguan hematologi: anemia, gangguan homeostatis.

2.3.6 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Tanto (2014), pemeriksaan penunjang yang akan

digunakan, antara lain:

a. Pemeriksaan darah lengkap seperti: ureum meningkat, kreatinin

serum meningkat.

b. Pemeriksaan elektrolit seperti: hyperkalemia, hipokalsemia,

hipermagnesemia.

c. Pemeriksaan kadar glukosa darah dan profil lipid dalam darah

seperti: hiperkolestrolemia, hipertrigliserida, dan meningkatnya

LDL.

d. Analisis gas darah seperti: asidosis metabolik (pH menurun, HCO3

menurun).

2.3.7 Komplikasi

Penyakit ginjal kronik menyebabkan berbagai macam

komplikasi menurut Muhammad (2012), yaitu:

1. Hiperkalemia

Diakibatkan karena adanya penurunan eksresi asidosis metabolik.

2. Perikarditis dan temponade jantung

3. Hipertensi

Page 33: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

17

Disebabkan oleh retensi cairan dan natrium.

4. Anemia

Disebabkan oleh penurunan eritoprotein, rentang usia sel darah

merah, dan perdarahan gastrointestinal akibat iritasi.

5. Penyakit Tulang

Penyakit tulang dapat disebabkan oleh retensi fosfat kadar kalium

serum yang rendah, metabolisme vitamin D menjadi abnormal, dan

peningkatan kadar aluminium.

2.3.8 Penatalaksanaan

Tujuan penalataksanaan adalah untuk menjaga keseimbangan

cairan dan elektrolit dan mencegah terjadinya komplikasi, yaitu sebagai

berikut (Muttaqin, 2011).

a. Dialisis

Terapi dialisis merupakan salah satu terapi yang dapat dilakukan

yang bertujuan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang lebih

serius seperti komplikasi terjadinya hyperkalemia, perikarditis, dan

dapat terjadi kejang-kejang. Dengan dilaksanakan terapi dialisis

dapat memperbaiki abnormalitas biokimia dalam tubuh yang

menyebabkan cairan protein dan natrium dapat dikonsumsi secara

bebas, juga dapat menghilangkan kecenderungan perdarahan, dan

membantu dalam penyembuhan luka. Dialisis atau sering dikenal

dengan nama cuci darah adalah suatu metode terapi yang bertujuan

untuk menggati ginjal sebagai proses metabolisme. Terapi ini

dilakukan apabila fungsi ginjal sudah sangat menurun (lebih dari

Page 34: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

18

90%) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan hidup

individu, maka perlu dilakukan terapi. Terapi dialisis terdiri dari dua

jenis yaitu:

a) Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)

Hemodialisis atau HD adalah dialisis yang menggunakan mesin

dialiser yang berfungsi sebagai ginjal buatan, pada proses ini,

darah akan di pompa keluar dari tubuh dan masuk kedalam mesin

dialiser. Di dalam mesin dialiser, darah di bersihkan dari zat racun

melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan

khusus untuk dialisis), lalu setelah darah selesai dibersihkan darah

dialirkan kembali ke dalam tubuh. Proses ini dilakukan 1 – 3 kali

seminggu di rumah sakit dan setiap kalinya dibutuhkan waktu

selama 2-4 jam.

b) Dialisis Peritoneal (cuci darah melalui perut)

Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci darah

dengan bantuan membrane peritoneum (selaput rongga perut).

Jadi darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan

dan disaring.

b. Transplantasi Ginjal

Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien Penyakit

ginjal kronik maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.

Namun metode ini jarang dilakukan karena keterbatasan pendonor.

Page 35: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

19

2.4 Konsep Hemodialisis

2.4.1 Definisi

Hemodialisis adalah suatu proses atau cara untuk mengeluarkan

zat-zat sisa metabolisme yang tidak dibutuhkan kembali oleh tubuh

berupa larutan dan air yang terdapat dalam darah, dikeluarkan melewati

membrane semipermeabel atau melalui alat yang disebut dengan

dialyzer. Dialyzer merupakan alat dialisis yang berupa tabung plastik

besar yang terdiri dari kompartmen darah dan kompartmen dialysate

yang bagiannya dipisahkan oleh membran semipermeabel dan terdiri

dari ribuan serat-serat kecil dimana darah yang dipompa dari tubuh

akan melewatinya (Cahyaningsih, 2011).

Hemodialisis tidak dapat menyembuhkan atau memulihkan

penyakit ginjal karena tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas

metabolik penyakit ginjal, oleh karena itu pasien yang menderita

Penyakit ginjal kronik harus menjalani dialisa sepanjang hidupnya

(Smeltzer & Bare, 2013).

2.4.2 Tujuan Hemodialisis

Hemodialisis tidak mengatasi masalah pada sistem organ yang

terserang akibat penyakit ginjal kronik. Tujuan utama dilakukannya

tindakan hemodialisis yaitu untuk mengembalikan kembali

keseimbangan antara cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler yang

terganggu di dalam tubuh akibat dari fungsi ginjal yang mulai rusak

(Himmelfarb & Ikizler, 2010).

Page 36: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

20

2.4.3 Prinsip Hemodialisis

Tindakan hemodialisis memiliki tiga prinsip yaitu: difusi,

osmosis dan ultrafiltrasi. Zat-zat sisa dari proses metabolisme yang ada

di dalam darah kemudian di keluarkan dengan cara berpindah yaitu

berpindah dari darah yang mempunyai konsentrasi tinggi ke dialisat

yang mempunyai konsentrasi rendah. Air yang berlebihan di dalam

darah akan dikeluarkan dalam tubuh dengan melalui proses osmosis.

Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradient

tekanan; dengan kata lain air bergerak dari daerah dengan tekanan yang

lebih tinggi (tubuh klien) ke tekanan yang lebih rendah (dialisat).

Gradient tekanan ini dapat meningkat yaitu dengan cara melalui

tekanan-tekanan negative yang kemudian dapat ditingkatkan, proses ini

dapat disebut juga dengan ultrafiltrasi pada mesin hemodialisa. Tekanan

negative ini sebagai kekuatan penghisap pada membrane dan

memfasilitasi pengeluaran air sehingga dapat tercapainya keseimbangan

(Brunner & Suddart, 2010).

2.4.4 Komplikasi Hemodialisis

Selama menjalankan proses hemodialisis sering muncul

komplikasi yang berbeda-beda untuk setiap pasien hemodialisis.

Menurut Brunner dan Suddart (2010) komplikasi selama hemodialisis

adalah :

1. Intradialytic Hypotension (IDH)

Intradialytic Hypotension adalah kondisi dimana tekanan darah

menjadi menurun atau rendah yang terjadi saat proses hemodialisis

Page 37: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

21

sedang berlangsung. IDH terjadi karena penyakit diabetes millitus,

kardiomiopati, left ventricular hypertrophy (LVH), status gizi

kurang baik, albumin rendah, kandungan Na dialysate rendah,

tingginya target penarikan pada cairan atau target ultra filtrasi, berat

badan kering yang terlalu rendah dan usia diatas 65 tahun.

2. Kram Otot

Kram otot merupakan kondisi yang terjadi selama hemodialisis,

terjadinya karena target pada ultrafiltrasi yang terlalu tinggi dan

kandungan Na dialysate yang terlalu rendah.

3. Mual dan Muntah

Komplikasi ini jarang terjadi hanya kondisi mual dan muntah saja,

melainkan sering menyertai kondisi lain seperti hipotensi dan ini

merupakan salah satu presensi klinik terjadinya sindrom yang

disebut disequillibrium syndrom. Bila tidak disertai gambaran klinik

lainnya harus dicurigai terjadinya penyakit hepar atau

gastrointestinal.

4. Sakit Kepala

Penyebab dari sakit kepala tidak jelas, tetapi kondisi seperti ini

dapat berhubungan dengan kondisi dialisat acetat disequillibrium

syok syndrome (DDS).

5. Emboli Udara

Emboli udara yang terjadi dalam proses hemodialisis adalah

masuknya udara kedalam pembuluh darah yang terjadi selama

proses hemodialisis.

Page 38: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

22

6. Hipertensi

Keadaan seperti hipertensi sering terjadi selama proses

hemodialisis, kondisi ini bisa diakibatkan karena kelebihan cairan,

aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron, kelebihan natrium dan

kalsium disebabkan karena erythropoietin stimulating agents dan

pengurangan obat anti hipertensi.

2.5 Konsep Self-Management

2.5.1 Definisi

Self-Management atau managemen diri merupakan kemampuan

individu untuk mengelola gejala, pengobatan, perubahan gaya hidup

dan konsekuensi fisik dan psikososial dari kondisi kesehatan terutama

pada penyakit kronis (Gela, 2018).

Manajemen diri dapat didefinisikan sebagai kemampuan

seseorang untuk mengelola kondisi penyakit secara holistik dan

perubahan gaya hidup yang harus dijalani terkait dengan penyakit

kronis. Manajemen diri penting pada pasien yang hidup dengan gagal

ginjal kronik mencegah memburuknya penyakit (Emaliyawati, 2018).

2.5.2 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Self-Management

Ghaddar (2012) mengembangkan sebuah model terkait

karakteristik individu yang dapat dikategorikan sebagai faktor prediktor

atau faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan self-care pada

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis, yaitu:

Page 39: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

23

a. Usia

Perbedaan tingkat kemampuan self care dapat dibedakan

karena pengaruh usia, hal ini berhubungan dengan berbagai

keterbatasan fisik maupun kerusakan fungsi sensori yang dimiliki

setiap individu.

b. Jenis Kelamin

Laki-laki dan perempuan sudah pasti berbeda, berbeda

dalam cara berespon, bertindak, dan bekerja dalam situati yang

mempengaruhi setiap segi kehidupan. Oleh karena itu, mengenai

sejauh mana hasil pembelajaran dipengaruhi oleh perbedaan gender

hingga kini masih dikaji dan dipertanyakan.

c. Tingkat Pendidikan

Perbedaan tingkat pendidikan seseorang sering

dihubungkan dengan pengetahuan. Seseorang yang pendidikannya

lebih tinggi diasumsikan lebih mudah memahami dan menyerap

informasi yang didapat sehingga seseorang tersebut dapat

berperilaku positif seperti dalam hal mengembangkan kemampuan

dan meningkatkan kualitas pribadinya.

d. Lama Hemodialisis

Lamanya seseorang mengalami penyakit kronis dalam

perawatannya seperti hemodialisis dapat mempengaruhi kepatuhan

seseorang. Pengaruh dari sakit yang lama dapat merubah pola

hidup yang kompleks serta komplikasi yang sering muncul sebagai

dampak sakit yang dapat mempengaruhi bukan hanya pada fisik

Page 40: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

24

pasien, namun lebih kepada emosional, psikologis serta sosial

pasien.

e. Penghasilan Keluarga

Penghasilan sering dikaitkan dengan status sosial ekonomi

seseorang. Bagi pasien hemodialisis pada usia dewasa yang hidup

dalam kondisi sosial ekonomi rendah dan tidak memiliki

pendapatan tambahan selain gaji (apabila bekerja), ia akan

mengalami beberapa kesulitan dalam aspek self care.

f. Dukungan Sosial

Sumber dukungan sosial yang terpenting adalah dari

keluarga. Keluarga memiliki hubungan yang kuat dengan pasien.

Keberadaan keluarga berada didekat pasien mampu memberikan

semangat dan motivasi yang sangat bermakna pada pasien disaat

pasien memiliki berbagai permasalahan mengenai perubahan pola

kehidupan yang sedemikian rumit.

2.5.3 Tujuan Self-Management

Menurut Nuzul (2016) tujuan self-management adalah agar

individu khususnya pasien hemodialisis dapat menempatkan dirinya

dalam situasi-situasi yang menghambat tingkah laku yang hendak

mereka hilangkan dan untuk mencegah timbulnya perilaku atau masalah

yang tidak dikehendaki. Dalam hal ini pasien hemodialisis dapat

mengelola pikiran, perasaan dan perbuatan mereka sehingga mendorong

pada pengindraan terhadap hal-hal yang tidak baik yang tidak

diharapkan.

Page 41: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

25

2.5.4 Manfaat Self Management

Manfaat self management menurut Nuzul (2016) adalah sebagai

berikut:

1. Membantu individu dalam mengelola dirinya sendiri baik dalam

pikiran, perasaan dan perbuatan sehingga individu tersebut dapat

berkembang secara optimal.

2. Dengan melibatkan langsung individu secara aktif maka individu

tersebut akan menimbulkan perasaan bebas dari kontrol orang lain.

3. Dengan meletakkan tanggung jawab perubahan sepenuhnya kepada

individu, maka individu akan menganggap bahwa perubahan yang

terjadi ini karena usaha dirinya dan bertahan lebih lama.

4. Individu dapat semakin mampu untuk menjalani hidup yang

diarahkan oleh dirinya sendiri dan tidak bergantung pada konselor

untuk membantu dalam masalah mereka.

2.5.5 Prinsip Self Management

Setiap Individu memiliki prinsip dalam dirinya masing-masing

sehingga dapat mengelola hal-hal yang terjadi pada dirinya. Prinsip-

prinsip self management tersebut adalah sebagai berikut:

1. Self Regulation, dimana individu cenderung dapat menjadi lebih

waspada ketika perilakunya mereka dapat mendatangkan

konsekuensi yang tidak diharapkan.

2. Self Kontrol, individu tetap memiliki komitmen dan menjalankan

program perubahan dalam perilakunya meskipun salah satu sisi

Page 42: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

26

dalam individu tersebut mengalami konsekuensi yang tidak

mengenakan bagi dirinya.

3. Self Attribution, individu percaya bahwa dirinya memiliki tanggung

jawab atas terjadinya sesuatu dan memiliki keyakinan dalam meraih

kesuksesan karena kemampuan personalnya (Nuzul, 2016).

2.5.6 Dimensi Self Management

Menurut Curtin dan Mapes dalam Mahjubian (2018),

mendefinisikan manajemen diri sebagai upaya yang positif dari pasien

untuk mengawasi dan berpartisipasi dalam perawatan kesehatan mereka

dalam mengoptimalkan kesehatan, mencegah terjadinya komplikasi,

mengendalikan gejala yang muncul, dan sumber daya medis.

Manajemen diri pada pasien yang menjalani hemodialisis mencakup

delapan dimensi sebagai berikut: saran untuk penyedia layanan

kesehatan, perawatan diri selama hemodalisis, pencarian informasi,

penggunaan terapi alternatif, manajemen gejala selektif, advokasi diri

asertif, manajemen peran dan tanggung jawab bersama.

2.6 Konsep Dukungan Sosial Keluarga

2.6.1 Definisi Dukungan Sosial Keluarga

Dukungan sosial merupakan suatu dukungan atau bantuan yang

diberikan oleh teman, keluarga, atau lainnya kepada individu yang

sedang menghadapi situasi atau masalah yang menekan dan bertujuan

untuk membantu individu dalam pemecahan masalahnya maupun

mengurangi emosi yang disebabkan oleh permasalahan tersebut.

Page 43: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

27

Dukungan sosial yang diberikan dari keluarga akan dapat membantu

individu dalam mengatasi kondisi atau masalahnya yang penuh tekanan

(Hamzah & Marhamah, 2015).

Dukungan sosial keluarga adalah bentuk hubungan interpersonal

yang didalamnya meliputi dukungan berupa sikap, tindakan dan

penerimaan terhadap anggota keluarganya, sehingga anggota keluarga

tersebut merasa ada yang memperhatikannya. Dukungan sosial dari

keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang sebagai

sesuatu yang dapat diakses atau diberikan untuk keluarga yang selalu

siap memberikan pertolongan dan bantuannya jika sedang diperlukan

(Erdiana, 2015).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pada

individu yang mengalami suatu permasalahan dibutuhkan dukungan

sosial dari individu yang lainnya karena untuk membantu mengatasi

permasalahan tersebut. Dukungan sosial keluarga sangatlah penting

untuk perkembangan manusia, dengan adanya dukungan sosial keluarga

individu merasa dirinya dihargai, dicintai, percaya diri dan individu

dapat merasa tenang.

2.6.2 Jenis Dukungan Sosial Keluarga

Menurut Friedman dalam Sarafino (2011), menyatakan bahwa

fungsi utama keluarga yaitu sebagai sistem pendukung bagi anggota

keluarga lainnya. Dukungan sosial keluarga terdiri dari empat dimensi,

yaitu:

Page 44: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

28

1. Dukungan Emosional

Dukungan emosional berfungsi sebagai tempat pemulihan atau

tempat istirahat yang nantinya dapat membantu anggota keluarga

dalam penguasaan emosi serta dapat juga meningkatkan moral dan

kedekatan dalam keluarga. Dukungan emosional ini dapat

melibatkan bebrapa ekspresi seperti: empati, perhatian, pemberian

semangat kepada anggota keluarga, kehangatan pribadi, memberi

cinta dan kasih sayang serta bantuan emosional.

2. Dukungan Informasi

Dalam dukungan informasi ini keluarga berfungsi sebagai sebuah

kolektor dan disseminator atau sebagai penyebar dan pemberi

informasi tentang dunia atau tentang suatu penyakit. Dukungan

informasi ini diberikan oleh keluarga kepada individu atau anggota

keluarga yang lain dalam bentuk nasehat, memberikan saran dan

sebagai tempat diskusi tentang bagaimana cara dalam mengatasi

atau memecahkan suatu masalah yang sedang dihadapi.

3. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental ini merupakan dukungan yang diberikan

oleh keluarga secara langsung yang terdiri dari bantuan material

seperti memberikan tempat tinggal, meminjamkan atau memberikan

uang dan bantuan dalam mengerjakan tugas rumah atau kegiatan

sehari-hari.

Page 45: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

29

4. Dukungan Penghargaan

Dalam dukungan penghargaan keluarga bertindak sebagai sistem

pembimbing umpan balik, yaitu keluarga membimbing dan

memerantai pemecahan masalah anggota keluarganya dan

merupakan sumber validator identitas anggota. Dukungan

penghargaan dapat terjadi melalui ekspresi penghargaan yang

positif yang melibatkan pernyataan setuju dan penilaian terhadap

ide-ide.

2.6.3 Tujuan Dukungan Sosial Keluarga

Tujuan dukungan sosial keluarga yaitu dapat mengurangi dan

meningkatkan kesehatan mental suatu individu atau keluarga secara

langsung serta berfungsi sebagai strategi pencegahan untuk mengurangi

stress. Dukungan dari keluarga dapat membantu anggota keluarganya

berorientasi pada tugas yang sering kali diberikan oleh keluarga besar,

teman, ataupun tetangga. Bantuan dari keluarga besar juga dilakukan

dalam bentuk bantuan langsung, termasuk bantuan financial yang

diberikan terus menerus dan intermiten, seperti berbelanja, dalam

merawat anak, perawatan fisik pada lansia, melakukan tugas rumah

tangga dan bantuan praktis lainnya selama kondisi pasien dalam masa

kritis (Friedman, 2010).

2.6.4 Sumber-Sumber Dukungan Sosial

Dukungan sosial didapatkan dari beberapa sumber. Sumber-

sumber tersebut menurut Kahn & Antonoucci dalam Siregar (2010)

terbagi menjadi 3 kategori, yaitu:

Page 46: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

30

a. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu yang selalu ada

dan bersama dalam hidupnya untuk mendukung sepanjang

hidupnya. Seperti: keluarga dekat, pasangan suami/istri ataupun

teman-teman terdekat.

b. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang

berperannya hanya sedikit dalam hidup dan cenderung berubah

sesuai waktu. Sunber ini didapat dari teman kerja, tetangga, dan

sanak keluarga.

c. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang

berperan sangat sedikit dan jarang sekali memberi dukungan sosial

dan perannya sangat cepat berubah. Sumber ini didapatkan dari

supervisor tenaga ahli/professional dan keluarga jauh.

2.7 Penelitian-Penelitian Terkait

Self Management diawali dengan pemberian informasi oleh keluarga

atau pemberi pelayanan kesehatan terkait penyakit yang dialami oleh pasien

sehingga akan menghasilkan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh pasien

dirumah sebagai individu yang menjalani penyakit kronis. Komponen tugas-

tugas yang harus dilakukan individu dengan penyakit kronis seperti

manajemen pengobatan, manajemen emosi, manajemen perilaku kemampuan

problem solving (pengambilan keputusan), pemanfaatan sumberdaya,

hubungan dengan petugas kesehatan dan melakukan perawatan diri (Li, Jiang

& Lan, 2014).

Page 47: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

31

Penelitian tentang self management dan motivasi pasien dengan

penyakit ginjal tahap akhir yang dilakukan oleh Wiles, Exeter dan Kenealy

(2019), Self-Management Action And Motivation Of Pacific Adults In New

Zealand With End-Stage Renal Disease : Dalam menghadapi diagnosis ESRD,

motivasi untuk mengelola sendiri kesehatan pasien didorong oleh harapan

untuk tetap hidup. Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat anggota keluarga

sebagai sumber daya untuk dukungan manajemen diri.

Penelitian tentang faktor-faktor terkait pasien dengan penyakit ginjal

stadium akhir salah satunya yang dilakukan oleh Gela dan Mengistu (2018),

Self-Management And Associated Factors Among Patients With End-Stage

Renal Disease Undergoing Hemodialysis At Health Facilities In Addis Ababa,

Ethiopia : Banyak faktor yang dapat mempengaruhi manajemen diri pasien

ESRD yang menjalani hemodialisis. Faktor-faktor terkait penyakit seperti

durasi frekuensi saat hemodialisis, komplikasi yang terjadi, pengetahuan

tentang hemodialisis, status psikologis (kecemasan dan depresi) serta

dukungan sosial.

Penelitian yang serupa diteliti oleh Astuti, Herawati dan Kariasa

(2018), “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Self Management Pada

Pasien Hemodialisis Di Kota Bekasi” : Hasil penelitian tersebut yaitu terdapat

hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan Self Management pada

pasien hemodialisis.

Penelitian terkait lain yang menunjukkan bahwa dukungan keluarga

mempengaruhi self management pasien hemodialisis diteliti oleh Wijayanti,

Dinarwiyata dan Timini (2017), “Self Management Pasien Hemodialisa

Page 48: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

32

Ditinjau Dari Dukungan Keluarga Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya”:

disimpulkan bahwa dukungan yang baik dari keluarga dapat memberi makna

secara signifikan pada meningkatnya self care management pada pasien

hemodialisis, sehingga dapat membantu pasien hemodialisis mencapai derajat

kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya.

Penelitian lain yang mendukung diteliti oleh Chen et.al (2017), “The

Roles Of Social Support And Health Literacy In Self-Management Among

Patients With Chronic Kidney Disease” : hasil penelitian tersebut yaitu literasi

kesehatan dan dukungan sosial berkorelasi positif dengan perilaku self

management. Dukungan sosial memiliki daya penjelas yang relatif lebih besar

untuk pengelolaan diri daripada literasi kesehatan.

Penelitian lain yang terkait mengenai dukungan sosial keluarga dengan

self management diteliti oleh Donald et.al (2019), “Identifying Needs For Self-

Management Interventions For Adults With CKD And Their Caregivers: A

Qualitative Study” : kesimpulan dalam penelitian ini adalah pentingnya

menempatkan diri pengasuh atau keluarga pasien untuk membantu pasien

dalam mengelola serta membantu memenuhi kebutuhan pasien dengan

penyakit CKD yang bertujuan untuk mendukung segala upaya mereka.

Adanya peluang untuk meningkatkan dukungan manajemen dengan

menangani bidang yang disarankan seperti pengetahuan, meningkatkan

berbagai informasi, dan memberikan dukungan nyata.

Penelitian lain yang terkait mengenai managemen diri pada pasien

hemodialisa diteliti oleh Purba, Emaliyawati dan Sriati (2018), “Self-

Management And Self-Efficacy In Hemodialysis Patients”: menjelaskan hasil

Page 49: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF …

33

penelitian yang menemukan bahwa mayoritas pasien CHF dengan

hemodialisis di RS Advent Bandung memiliki manajemen diri yang baik dan

self-efficacy yang tinggi.

2.8 Kerangka Konseptual

Bagan 2.1

Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Self Management Pada

Pasien Yang Menjalani Hemodialisis

Sumber : Friedman 2010, Britz & Dunn 2010, Ghaddar 2012, Wijayanti 2017

Gagal Ginjal Kronik

Pasien Hemodialisis Dapat

Mengoptimalkan Kesehatan

Dukungan Sosial

Keluarga

Self Management

Dukungan Keluarga:

1. Dukungan Emosional

2. Dukungan Informasi

3. Dukungan Instrumental

4. Dukungan Penghargaan

atau Penilaian

Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan

Self Management :

1. Usia

2. Jenis Kelamin

3. Tingkat Pendidikan

4. Lamanya

Hemodialisis

5. Penghasilan

Keluarga

6. Dukungan Sosial