HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik...

58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HU PROG UBUNGAN BEBAN KER KERJA PADA PERAW RSJD Dr. R. M. SOE SK Untuk Mem Memperoleh Gela Rika P R.0 GRAM STUDI DIPLOMA IV KE FAKULTAS KEDOKTERAN Su RJA MENTAL DENGAN S WAT BAGIAN RAWAT IN EDJARWADI KLATEN KRIPSI menuhi Persyaratan ar Sarjana Sains Terapan Prabawati 0208078 ESELAMATAN DAN KESEHAT UNIVERSITAS SEBELAS MAR urakarta 2012 STRES NAP TAN KERJA RET

Transcript of HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik...

Page 1: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT BAGIAN RAWAT INAP

RSJD Dr. R. M. SOEDJARWADI KLATEN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Rika PrabawatiR.0208078

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT BAGIAN RAWAT INAP

RSJD Dr. R. M. SOEDJARWADI KLATEN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Rika Prabawati R.0208078

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARETSurakarta

2012

HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT BAGIAN RAWAT INAP

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Page 2: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

SkripsiPerawat Bagian Rawat Inap RSJD. Dr. R.

Pembimbing Utama Nama : Hardjono, Drs., M. Si.NIP : 19590119 198903 1002 Pembimbing Pendamping Nama : Lusi Ismayenti, S. T., M. Kes. NIP : 19720322 200812 2 001 Penguji Utama Nama : Sri Hartati H., Dra., Apt., S.U.NIP : 19490709 19703 2 001

PERSETUJUAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Hubungan Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja pada Perawat Bagian Rawat Inap RSJD. Dr. R.

Rika Prabawati, R.0208078, Tahun 2012

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Ujian Skripsi

Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan KerjaFakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari: Senin, Tanggal:

Pembimbing Utama

Nama : Hardjono, Drs., M. Si. NIP : 19590119 198903 1002

Pembimbing Pendamping

Nama : Lusi Ismayenti, S. T., M. Kes. NIP : 19720322 200812 2 001

Penguji Utama

Nama : Sri Hartati H., Dra., Apt., S.U. NIP : 19490709 19703 2 001

PERSETUJUAN SKRIPSI

Hubungan Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja pada Perawat Bagian Rawat Inap RSJD. Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten

Rika Prabawati, R.0208078, Tahun 2012

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Ujian Skripsi

Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

, Tanggal: 25 Juni 2012

Nama : Lusi Ismayenti, S. T., M. Kes. NIP : 19720322 200812 2 001

Surakarta, …………Juli 2012

II

2

Hubungan Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja pada M. Soedjarwadi Klaten

Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, …………Juli 2012

Page 3: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, .....................2012

Rika Prabawati

NIM. R0208078

III

Page 4: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

ABSTRAK Rika Prabawati, R0208078, 2012. HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT BAGIAN RAWAT-INAP RSJD Dr. R. M. SOEDJARWADI KLATEN. SKRIPSI. PROGRAM D. IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA, FAKULTAS KEDOKTERAN, UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA. Latar Belakang : Rumah sakit sebagai sebuah organisasi kerja yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, perawat merupakan salah satu profesi sebagai media kerja karyawan dalam menjalankan fungsinya di rumah sakit dan setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban kerja mental merupakan salah satu dari beban kerja yang berasal dari faktor fisik. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa ada hubungan beban kerja mental dengan stres kerja pada perawat di bagian rawat inap, RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten. Metode : Jenis penelitian ini adalah observasi analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah 42 orang tenaga perawat menggunakan teknik sampling jenuh. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dan kuesioner. Teknik pengolahan dan analisis data dengan uji statistik Gamma and Somers’d dengan menggunakan program komputer SPSS versi 17. Hasil : Dari uji statistik diperoleh p 0,027 berarti terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja mental dengan stres kerja. Kekuatan korelasi 0,556, menunjukkan korelasi yang kuat antar variabel. Simpulan : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara beban kerja mental dengan stres kerja pada perawat bagian rawat inap RSDJ Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten. Kata Kunci : Beban Kerja Mental, Stres Kerja, Perawat.

IV

Page 5: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

ABSTRACT Rika Prabawati, R0208078, 2012. CORELATION BETWEEN MENTAL WORKLOAD AND WORK STRESS ON NURSE OVERNIGHT SUBDIVISION IN RSJD. Dr. R. M. SOEDJARWADI KLATEN. MINITHESIS. D. IV OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY, MEDICAL FACULTY, SEBELAS MARET UNIVERSITY, SURAKARTA. Background : Hospital as organitation active in field of health service, nurse is one of profestion as work media of workers to do their fungction in hospital and every work is load to them. Mental work load is one of work load which comes from physical factor. This research aimed to show that there was correlation between mental workload and work stress on nurse overnight section in RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten. Method : This research was observational analytic and used cross sectional approach. The subject was 42 nurses used totally sampling technique. Technique of data collecting was done by interview and questionnaire. Technique of data analysis used Gamma and Somers’d statistic test with SPSS program version 17. Result : The result of statistic test showed p value 0,027 there was significant correlation between mental work load and work stress. While the correlation strength level was 0,556, showed strong correlation between independent variable and dependent variable. Conclusion : From the results, it was concluded that there was correlation between mental work load and work stress on nurse overnight subdiviton in RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten. Keyword : Mental work load, work stress, nurse.

V

Page 6: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayahNya sehingga pelaksanaan penelitian skripsi dapat berjalan dengan lancar dan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan beban kerja mental dengan stres kerja pada perawat bagian rawat inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten” dapat terselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana sains terapan pada Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini secara khusus, perkenankan penulis untuk menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada : 1. Ibu Ipop Sjarifah, Dra, M. Si. selaku Ketua Program Studi Diploma IV

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan semangat kepada peneliti.

2. Bapak Hardjono, Drs., M. Si., selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi.

3. Ibu Lusi Ismayenti, S. T., M. Kes., selaku dosen pendamping yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi.

4. Ibu Sri Hartati H., Dra., Apt., S.U., selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan selama penyusunan skripsi.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar dan karyawan/karyawati Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Karyawan dan staf RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten yang sudah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Bapak Hartono selaku Pengurus Diklat RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten atas kerjasama dan bantuannya selama penyusunan skripsi.

8. Seluruh Perawat bagian Rawat Inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten selaku Responden yang sudah membantu dalam pelaksanaan kegiatan penelitian skripsi.

9. Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang telah memberikan doa, semangat, bantuan, dan motivasi kepada penulis.

10. Teman penulis, Nur Ika yang sudah banyak membantu dalam pelaksanaan kegiatan penelitian skripsi.

11. Sahabat-sahabat penulis, Ratna Fajariyani, Erwin Ningsih, Nining Sri Purwanti, Nur Ika Widiyawati, Janti Alinuari, Nurina Kusuma Wardhani, dan Oktina Maryana yang sudah banyak mendukung penulis selama ini.

12. Semua teman angkatan 2008 Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang sudah banyak membantu selama ini.

VI

Page 7: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuannya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini.

Surakarta, Juni 2012

Penulis

Rika Prabawati

VII

Page 8: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ....................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................................... iii ABSTRAK .................................................................................................................... iv ABSTRACT .................................................................................................................. v PRAKATA .................................................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................................. viii DAFTAR TABEL ......................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xii BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 4

BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................................. 5

A. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 5 B. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 20 C. Hipotesis ................................................................................................. 21

BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 22

A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 22 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 22 C. Populasi Penelitian ................................................................................. 22 D. Teknik Sampling .................................................................................... 22 E. Sampel Penelitian ................................................................................... 22 F. Rancangan Penelitian ............................................................................. 23 G. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................................. 23 H. Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................................... 24 I. Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................... 25 J. Cara Kerja Penelitian ............................................................................. 25 K. Teknik Analisis Data .............................................................................. 28

BAB IV. HASIL PENELITIAN ................................................................................. 29

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 30 B. Karakteristik Subjek Penelitian .............................................................. 31 C. Hasil Pengukuran Beban Kerja Mental .................................................. 33 D. Hasil Pengukuran Stres Kerja ................................................................. 34 E. Uji Hubungan Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja ........................ 36

BAB V. PEMBAHASAN .......................................................................................... 38 BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 47

A. Simpulan ................................................................................................ 47 B. Saran ....................................................................................................... 47

VIII

Page 9: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 48 LAMPIRAN

IX

Page 10: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kategori Penilaian Beban Kerja Mental ............................................................ 11 Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Risiko Stres Akibat Kerja ................................................... 18 Tabel 3. Distribusi Umur Perawat.................................................................................... 33 Tabel 4. Distribusi Masa Kerja ....................................................................................... 33 Tabel 5. Distribusi Jenis Kelamin .................................................................................... 34 Tabel 6. Hasil Pengukuran Beban Kerja Mental .............................................................. 34 Tabel 7. Distribusi Beban Kerja Mental .......................................................................... 35 Tabel 8. Hasil Pengukuran Stress Kerja........................................................................... 36 Tabel 9. Distribusi Stres Kerja ....................................................................................... 37 Tabel 10. Tabulasi Silang Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja ................................ 37 Tabel 11. Hasil Uji Somers’d ........................................................................................... 38 Tabel 12. Hasil Uji Gamma ........................................................................................... 39

X

Page 11: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

DAFTAR BAGAN Bagan 1. Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 21 Bagan 2. Rancangan Penelitian ..................................................................................... 24 Bagan 3. Contoh Pemasangan Deskriptor ...................................................................... 28 Bagan 4. Contoh Pemberian Peringkat ......................................................................... 29

XI

Page 12: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Keterangan Survei Awal Penelitian Kampus Lampiran 2. Surat Balasan Promohonan Survei Awal Penelitian Dari Rumah Sakit Lampiran 3. Surat Pemberitahuan Penelitian Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 5. Kuesioner Beban Kerja Mental Lampiran 6. Kuesioner Stres Kerja Lampiran 7. Hasil Pengukuran Beban Kerja Mental Lampiran 8. Hasil Pengukuran Stres Kerja Lampiran 9. Uji Statistik Gamma And Somers’d Lampiran 10. Foto Tenaga Perawat Dengan Pasien

XII

Page 13: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional yang telah dilaksanakan sampai saat ini telah

menghasilkan banyak perubahan dan kemajuan di berbagai bidang dan sektor

kehidupan. Selain itu, pembangunan tersebut telah memunculkan banyak fenomena

baru. Salah satu pengaruh dari kemajuan teknologi adalah kepentingan-kepentingan

ekonomi atau meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan 24 jam, antara lain

adalah adanya kebutuhan untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan kerja shift.

(Djoko Wardono dan Setia Hermawati, 2004)

Keselamatan pada dasarnya adalah kebutuhan setiap manusia dan menjadi

naluri setiap makhluk hidup. Sejak manusia bermukim di muka bumi, secara tidak

sadar mereka telah mengenal aspek kesehatan dan keselamatan untuk mengantisipasi

berbagai bahaya yang dihadapi dalam lingkungan hidup. (Soehatman Ramli, 2009)

Pekerjaan di satu sisi mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan

prestasi, sehingga dapat mencapai kehidupan yang produktif sebagai salah satu

tujuan hidup. Di sisi lain, bahwa setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang

bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun beban mental.

(Tarwaka, 2010)

Stres adalah sesuatu kekuatan yang memaksa seseorang untuk berubah,

bertumbuh, berjuang, beradaptasi atau mendapatkan keuntungan. Semua kejadian

dalam kehidupan, bahkan yang bersifat positif juga menyebabkan stres. Sebagai

13

Page 14: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

contoh : kenaikan pangkat merupakan perubahan yang positif, namun tanggung

jawab yang baru menyebabkan stres. Tidak semua stres bersifat merusak, karena

rangsangan, tanggapan, dan perubahan akan memberikan keuntungan bagi kehidupan

seseorang; meskipun demikian sebagian besar penderita stres berlebih dan

kemampuan untuk mengatasinya terbatas. (Swatrh, 2004)

Rumah sakit sebagai sebuah organisasi kerja yang bergerak di bidang

pelayanan kesehatan, di dalamnya terdapat berbagai profesi sebagai media kerja dari

karyawan dalam menjalankan fungsinya. Di antara sekian banyak profesi yang ada di

rumah sakit, profesi perawat merupakan profesi yang banyak berperan dalam

pelayanan kesehatan, dilihat dari sisi kuantitas, umumnya jumlah tenaga perawat

adalah yang terbanyak dibandingkan dengan profesi lainnya, mengingat keberadaan

perawat cukup strategis di dunia pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit.

Perawat adalah profesi yang sangat dekat dengan individu, keluarga, dan masyarakat.

Untuk dapat memenuhi harapan individu, keluarga, dan masyarakat tersebut, perawat

perlu mempunyai efek penyembuhan pada pasien. (Intansari Nurjannah, 2001)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia

(2006) menunjukkan bahwa perawat mengalami stres kerja, untuk menyatakan

keluhan sering merasa pusing, lelah, tidak ada istirahat, antara lain karena beban

kerja yang tinggi dan pekerjaan yang menyita waktu.

Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. R. M. Soedjarwadi adalah rumah sakit jiwa

yang berdaya saing tinggi melalui pelayanan yang profesional, dengan tujuan untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa terpadu dan komprehensif dengan biaya

yang terjangkau oleh masyarakat, meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Page 15: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

secara berkesinambungan, mengembangkan pelayanan unggul, dan menciptakan

kesejahteraan semua pihak terkait.

Dari hasil survei awal di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. R. M. Soedjarwadi,

bagian rawat-inap bangsal jiwa terdiri atas 4 bangsal yaitu bangsal Wijaya Kusuma,

bangsal Arimbi, bangsal Arjuna, bangsal Abimanyu; dengan jumlah tenaga perawat

42 orang, di rumah sakit tersebut setiap tenaga kerja perawat bekerja 7,5 jam/hari dan

terdapat 3 shift kerja dalam 24 jam.

Beban kerja perawat di rumah sakit meliputi beban kerja fisik dan mental.

Beban kerja yang bersifat fisik meliputi mengangkat pasien, memandikan pasien,

membantu pasien ke kamar mandi, mendorong peralatan kesehatan, merapikan

tempat tidur pasien, mendorong kursi roda pasien, sedangkan beban kerja yang

bersifat mental dapat berupa bekerja dengan shift atau bergilir, kompleksitas

pekerjaan (mempersiapkan mental dan rohani pasien serta keluarga, terutama bagi

pasien yang sedang mengalami keadaan kritis dan guncangan kejiwaannya), bekerja

dengan ketrampilan khusus dalam merawat pasien, tanggung jawab terhadap

kesembuhan, serta harus menjalin komunikasi dengan pasien.

Berdasarkan kenyataan di atas, perawat dikhawatirkan akan mengalami

pembebanan berlebih dan timbulnya stres kerja, sehingga peneliti ingin mengadakan

penelitian mengenai hubungan beban kerja mental dengan stres kerja pada perawat di

bagian rawat-inap, RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi, Klaten.

Page 16: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan beban kerja mental dengan stres kerja pada perawat di

bagian rawat-inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi, Klaten ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan beban kerja mental dengan stres kerja pada

perawat di bagian rawat-inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

Diharapkan sebagai pembuktian bahwa ada pengaruh beban kerja mental terhadap

stres kerja pada perawat di bagian rawat inap, RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi

Klaten.

2. Manfaat aplikatif

a. Diharapkan mampu memberikan informasi pada rumah sakit bahwa ada

pengaruh beban kerja mental terhadap stres kerja pada tenaga perawat.

b. Diharapkan para tenaga medis sadar akan pentingnya menjaga kesehatan

dengan cara mengurangi beban kerja mental dan mengatasi stres sesuai tingkat

keparahannya.

Page 17: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tiunjauan Pustaka

1. Beban Kerja Mental

a. Pengertian Beban Kerja Mental

Menurut Meshkati (dalam Tarwaka, 2010), beban kerja (work load)

dapat didefinisikan sebagai suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan

pekerjaan dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi. Mengingat kerja

manusia bersifat mental dan fisik, maka masing-masing mempunyai tingkat

pembebanan yang berbeda-beda. Tingkat pembebanan yang terlalu tinggi

memungkinkan pemakaian energi yang berlebih dan terjadi “over stress”,

sebaliknya intensitas pembebanan yang terlalu rendah memungkinkan rasa

bosan dan kejenuhan atau “understress”. Oleh karena itu, perlu diupayakan

tingkat intensitas pembebanan yang optimum di antara kedua batas yang

ekstrim tadi dan tentunya berbeda antara individu yang satu dengan yang

lainnya.

Menurut Depkes RI (2003), beban kerja adalah beban yang diterima

pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya, seperti mengangkat, berlari, dan

lain-lain. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban tersebut

dapat berupa fisik, mental atau sosial. Beban kerja yang sering dijumpai

merupakan kombinasi antara beban kerja fisik dan beban kerja mental. Hal ini

mudah dipahami karena pada dasarnya semua aktivitas merupakan kombinasi

17

Page 18: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

dari aktivitas fisik dan mental dengan salah satu aktivitas yang lebih dominan

dibandingkan dengan aktivitas yang lainnya.

Suparjono (2008) menyatakan bahwa beban kerja mental adalah suatu

konsep yang tidak memisahkan faktor fisik dan faktor psikologis yang saling

berpengaruh dalam diri manusia. Grandjean (1993) menyatakan, bahwa setiap

aktivitas mental akan selalu melibatkan unsur persepsi, interpretasi, dan

proses mental dari suatu informasi yang diterima oleh organ sensoris untuk

diambil suatu keputusan atau mengingat informasi yang disimpan.

Jadi beban kerja mental adalah beban yang diterima pekerja untuk

menyelesaikan pekerjaannya dengan melibatkan aktivitas mental, seperti :

pengambilan keputusan dengan tanggung jawab yang lebih besar, pekerjaan

di bidang teknik informasi, pekerjaan dengan menggunakan teknologi tinggi,

pekerjaan dengan kesiapsiagaan tinggi, dan pekerjaan yang bersifat monotoni.

b. Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja Mental.

Menurut Manuaba (2000), secara umum hubungan antara beban kerja

dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks.

Faktor yang mempengaruhi beban kerja tersebut antara lain adalah :

1) Beban kerja karena faktor eksternal

Beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja. Beban kerja eksternal

yaitu tugas (task) itu sendiri, organisasi, dan lingkungan kerja. Ketiga

aspek ini biasanya disebut stressor.

2) Beban kerja karena faktor internal

Page 19: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri sebagai akibat adanya

reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tubuh tersebut disebut strain

dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif. Penilaian secara

objektif, yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis, sedangkan penilaian

subjektif berkaitan dengan harapan, keinginan, kepuasan, dan penilaian

subjektif lainnya.

Selanjutnya, menurut Hart dan Staveland (1988), ada 3 faktor utama yang

menentukan beban kerja mental :

1) Faktor tuntutan tugas (task demands)

Beban kerja dapat ditentukan dari analisis tugas-tugas yang dilakukan

oleh pekerja. Bagaimanapun juga, perbedaan-perbedaan secara individu

harus selalu diperhitungkan.

2) Usaha atau tenaga (effort)

Jumlah effort yang dikeluarkan pada suatu pekerjaan mungkin

merupakan suatu bentuk intuitif secara alamiah terhadap beban kerja.

Bagaimanapun juga, sejak terjadinya peningkatan tuntutan tugas, secara

individu mungkin tidak dapat meningkatkan tingkat effort.

3) Performansi

Sebagian besar studi tentang beban kerja mempunyai perhatian dengan

tingkat performansi yang akan dicapai. Sebagai contoh, secara individu

seseorang mungkin akan dapat mengimbangi tuntutan tugas yang

meningkat dengan meningkatkan tingkat effort untuk mempertahankan

performansi.

Page 20: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Beban kerja mental dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

1) Hubungan antara tuntutan tugas (task demand) dengan performansi tugas

(task performance).

2) Kewaspadaan (vigilance) yaitu kemampuan seseorang untuk tetap fokus

pada perhatian dan tetap siapsiaga terhadap stimuli pada target untuk

periode waktu yang cukup lama.

Faktor lain yang mempengaruhi beban kerja mental seseorang dalam

suatu pekerjaan antara lain adalah jenis pekerjaan, situasi pekerjaan waktu

respons, waktu penyelesaian yang tersedia dan faktor individu seperti :

tingkat motivasi, keahlian, kelelahan, kejenuhan, serta toleransi performansi

yang diijinkan. (Risma, 2010)

Dalam psikologi kerja, dibahas masalah-masalah yang berkaitan

dengan kejiwaan yang dijumpai pada tempat kerja, yaitu yang menyangkut

faktor-faktor diri. Yang termasuk faktor diri antara lain attitude, jenis

kelamin, usia, sifat atau kepribadian, sistem nilai, karakteristik fisik, motivasi,

minat, pendidikan, dan pengalaman. Masalah faktor diri ini dikaji dalam

ergonomi karena pada setiap orang ada. (Risma, 2010)

c. Akibat Beban Kerja Mental

Ada beberapa akibat dari beban kerja mental, yaitu :

1) Akibat beban kerja yang terlalu berat sedangkan kemampuan fisik yang

lemah, maka dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan

atau penyakit akibat kerja (Lilis, 2007).

2) Kelelahan kerja (Rinda I., Zarni A., dan Danardi S., 2011).

Page 21: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

3) Stres psikologis (Rinda I., Zarni A., dan Danardi S., 2011).

4) Ketegangan yang tinggi/tertekan (Rinda I., Zarni A., dan Danardi S.,

2011).

5) Apabila beban kerja lebih besar dari kemampuan tubuh, maka akan

terjadi rasa tidak nyaman (paling awal), kelelahan (overstres),

kecelakaan, cedera, rasa sakit, penyakit, dan produktivitas menurun

(palingakhir). Sebaliknya, jika beban kerja lebih kecil dari kemampuan

tubuh, maka akan terjadi understres, kejenuhan, kebosanan, kelesuan,

kurang produktif, dan sakit (Lilis, 2007).

6) Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan, baik

fisik atau mental, dan reaksi-reaksi emosional seperti : sakit kepala,

gangguanan pencernaan dan mudah marah. Sedangkan beban kerja yang

terlalu sedikit, yaitu pekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerakan

akan menimbulkan kebosanan, rasa monoton, kebosanan dalam kerja

rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit

mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan, sehingga secara

potensial membahayakan pekerja. Beban kerja yang berlebih atau rendah

dapat menimbulkan stres kerja (Lilis, 2007).

d. Penilaian Beban Kerja Mental

Metode pengukuran beban kerja mental dikelompokkan menjadi 3

kategori, yaitu metode pengukuran secara subyektif, pengukuran secara

fisiologis atau biomekanis, dan metode pengukuran berdasarkan performansi.

Pengukuran beban kerja mental dengan metode subyektif lebih didasarkan

Page 22: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

pada persepsi subyektif responden atau pekerja yang diukur. Menurut

Tarwaka (2010), metode pengukuran beban kerja mental secara subyektif

yang telah banyak digunakan adalah :

1) Metode dengan menggunakan teknik pengukuran beban kerja subyektif

(Subjective Workload Assessment Technique – SWAT)

2) Metode dengan menggunakan skala rating/skor dari pekerjaan mental

(Rating Scale Mental Effort- RSME)

3) Metode dengan menggunakan indeks beban tugas dari National

Aeronautics dan Space Administration NASA –TLX (NASA – Task Load

Index – TLX), dengan tahap pemberian bobot (weights) dan tahap

pemberian peringkat (ratings) (Sandara dalam Risma, 2010).

2. Stres Kerja

Manusia adalah sesuatu yang paling kompleks. Manusia memiliki rasa

suka dan benci, gembira dan sedih, berani dan takut, dan lain sebagainya.

Manusia mempunyai kehendak, kemauan, angan-angan, dan cita-cita. Manusia

memiliki dorongan-dorongan hidup tertentu. Selain itu, manusia mempunyai

pikiran-pikiran dan pertimbangan-pertimbangan yang menentukan sikap dan

pendiriannya. Juga, manusia mempunyai pergaulan hidup, baik di rumah

ataupun di tempat kerja serta di masyarakat luas, sehingga manusia cenderung

mendapat stres fisik dan psikologis. Udara dingin menyebabkan stres fisik pada

tubuh sehingga timbul respons perubahan sirkulasi, pernapasan dan denyut

jantung. Paparan terhadap virus, penyakit, serta udara berasap dan berkabut

semuanya menyebabkan stres fisik (faktor lingkungan). Batasan waktu suatu

Page 23: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

pekerjaan, kecemasan akan acara sosial khusus, atau kehilangan teman dekat

adalah salah satu contoh stres psikologis. (Swarth, 2004)

a. Pengertian Stres Kerja

Terdapat beberapa pengertian tentang stres yang dapat dimaknai dari

beberapa sudut pandang keilmuan. Levi (dalam Tarwaka, 2010)

mendefinisikan stres sebagai berikut :

1) Dalam bahasa teknik, stres dapat diartikan sebagai kekuatan dari bagian-

bagian dalam tubuh.

2) Dalam bahasa biologi dan kedokteran, stres dapat diartikan sebagai proses

tubuh untuk beradaptasi terhadap pengaruh luar dan perubahan lingkungan

terhadap tubuh.

3) Secara umum, stres dapat diartikan sebagai tekanan psikologis yang dapat

menimbulkan penyakit baik fisik maupun penyakit jiwa.

Menurut Manuaba (2000), stres adalah segala rangsangan atau aksi dari

tubuh manusia baik yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh itu

sendiri yang dapat menimbulkan bermacam-macam dampak yang merugikan

mulai dari menurunkan kesehatan sampai kepada dideritanya suatu penyakit.

Stres akibat kerja adalah respons emosional dan fisik yang bersifat

mengganggu atau merugikan yang terjadi pada saat tuntutan tugas tidak

sesuai dengan kapasitas, sumber daya, atau keinginan pekerja (NIOSH,

1999). Adapun menurut European Commission (1999), stres akibat kerja

adalah suatu bentuk emosi, kognitif, perilaku, dan reaksi fisiologis berhadap

Page 24: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

aspek-aspek pekerjaan, organisasi kerja, dan lingkungan kerja yang bersifat

merugikan.

Menurut Tarwaka (2010), stres merupakan tekanan psikologis yang dapat

menyebabkan berbagai bentuk penyakit, baik penyakit secara fisik maupun

mental (kejiwaan), dan secara konsep stres dapat didefinisikan menurut

variabel kajian berikut ini :

1) Stres sebagai stimulus,

2) Stres sebagai respons,

3) Stres sebagai interaksi antara individu dan lingkungannya.

Menurut Pandji Anoraga (2001), stres kerja adalah suatu bentuk

tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di

lingkunganya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya

terancam.

Jadi, stres kerja adalah segala rangsangan atau respons emosional dan

fisik yang mengganggu dan merugikan yang dapat menyebabkan berbagai

penyakit baik fisik maupun psikis serta dapat mengakibatkan dirinya

terancam.

Page 25: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

b. Gejala Stres Kerja

Menurut Agus M. Hardjana (2004) tanda dan gejala stres yang berpengaruh

pada keadaan seseorang antara lain sebagai berikut :

1) Mata melotot,

2) Muka merah,

3) Leher dan bahu kaku,

4) Berkeringat banyak,

5) Nyeri dada,

6) Rasa tidak enak pada lambung,

7) Konstipasi,

8) Diare,

9) Kedutan-kedutan pada wajah,

10) Sakit kepala,

11) Menggesek-gesek gigi,

12) Mangatupkan rahang kuat-

kuat,

13) Tekanan darah tinggi,

14) Palpitasi,

15) Sesak napas,

16) Telapak tangan yang

basah/lembap,

17) Jari kaki mengerut.

c. Faktor Penyebab Stres Kerja

Suatu keadaan yang dapat menimbulkan stres pada seseorang tetapi

belum tentu akan menimbulkan hal yang sama terhadap orang lain. Menurut

Patton (dalam Tarwaka, 2010) bahwa perbedaan reaksi antara individu

tersebut sering disebabkan oleh faktor psikologis dan sosial yang dapat

mengubah dampak stresor bagi individu.

Faktor-faktor tersebut antara lain :

1) Kondisi individu, seperti : umur, jenis kelamin, temperamental, genetik,

inteligensi, pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain.

Page 26: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

2) Ciri kepribadian, seperti : introvert atau ekstrovert, tingkat emosional,

kepasrahan, kepercayaan diri, dan lain-lain.

3) Sosial-kognitif, seperti dukungan social dan hubungan sosial dengan

lingkungan sekitarnya.

4) Strategi untuk menghadapi setiap stres yang muncul.

Selanjutnya Cartwright, et. al. (1995) mencoba mengelompokkan penyebab

stres akibat kerja menjadi 6 kelompok penyebab :

1) Faktor intrinsik pekerjaan,

2) Faktor peran individu dalam organisasi kerja,

3) Faktor hubungan kerja,

4) Faktor pengembangan karir,

5) Faktor struktur organisasi dan suasana kerja,

6) Faktor dari luar pekerjaan.

Faktor lain yang mungkin dapat menyebabkan stres akibat kerja antara lain

sebagai berikut :

1) Ancaman pemutusan hubungan kerja,

2) Perubahan politik nasional,

3) Krisis ekonomi nasional.

Berdasarkan reverensi diatas secara singkat, dapat disimpulkan bahwa

pekerjaan sebagai penyebab stres ditandai dengan adanya :

1) Tingkat tuntutan tugas yang tinggi (beban kerja),

2) Tingkat kontrol tugas yang rendah (pembuat keputusan),

Page 27: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

3) Tingkat pelaksanaan tugas tidak menentu (kemampuan kerja dan

ketrampilan teknis),

4) Dukungan organisasi rendah (pengakuan dan penghargaan terhadap

individu pekerja).

d. Pengaruh Stres Kerja pada Kesehatan

Perbedaan reaksi tubuh disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain

faktor psikologis dan faktor sosial-budaya seseorang. Adapun menurut

Mathews (dalam Tarwaka, 2010) pengaruh stres akibat kerja yaitu:

1) Pengaruh psikologis. Stres biasanya merupakan perasaan subyektif sebagai

bentuk kelelahan, kegelisahan, dan depresi. Reaksi psikologis kepada stres

dapat dievaluasi dalam bentuk beban mental, kelelahan, dan perilaku.

2) Pengaruh sosial. Setelah lama mengalami stres di tempat kerja,

kegelisahan, depresi, maka pengaruhnya akan dibawa ke dalam lingkungan

sosial.

3) Pengaruh kesehatan atau fisiologis. Bila tubuh mengalami stres, maka

akan terjadi perubahan fisiologis sebagai jawaban atas terjadinya stres.

Adapun sistem di dalam tubuh yang mengadakan respons diperantarai oleh

saraf otonom, hypothalamic-pituitari axis, dan pengeluaran katekolamin

yang akan mempengaruhi fungsi-fungsi organ seperti sistem

kardiovaskuler, sistem gastro intestinal, dan gangguan penyakit lain.

4) Pengaruh individu. Individu dengan kepribadian introvert akan bereaksi

lebih negatif dan menderita ketegangan lebih besar dibandingkan dengan

mereka yang berkepribadian ekstrovert. Begitu juga dengan orang dengan

Page 28: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

berkepribadian luwes akan mengalami ketegangan yang lebih besar

daripada yang berkepribadian rigrid .

Laurentius Panggabean (dalam Tarwaka, 2010), menyatakan stres kerja dapat

mengakibatkan hal- hal sebagai berikut:

1) Penyakit fisik yang diinduksi oleh stres, yaitu penyakit jantung koroner,

hipertensi, gangguan menstruasi, gangguan pencernaan, mual, muntah, dan

sebagainya.

2) Kecelakaan kerja, terutama pada pekerjaan yang menuntut kinerja yang

tinggi, bekerja bergiliran (shift), penyalahgunaan zat adiktif.

3) Absen, pegawai yang sulit menyelesaikan pekerjaan disebabkan tidak

hadir karena pilek, sakit kepala.

4) Lesu kerja, pegawai kehilangan motivasi bekerja.

5) Gangguan jiwa, mulai dari gangguan yang mempunyai efek ringan dalam

kehidupan sehari-hari sampai pada gangguan yang mengakibatkan

ketidakmampuan yang berat. Gangguan jiwa ringan seperti mudah gugup,

tegang, marah-marah, mudah tersinggung, kurang berkonsentrasi, apatis,

dan depresi. Perubahan perilaku berupa kurang partisipasi dalam

pekerjaan, mudah bertengkar, terlalu mudah mengambil risiko. Gangguan

yang lebih jelas lagi dapat berupa depresi, gangguan cemas.

Stres dapat menimbulkan gangguan kesehatan pekerja, gangguan di

tempat kerja, masyarakat, dan keluarga (Lientje, 2011). Stres dapat

mengakibatkan penyakit secara langsung, karena stres mendatangkan banyak

Page 29: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

perubahan pada sistem fisik tubuh manusia yang dapat mengakibatkan

penyakit.

e. Pencegahan Stres Kerja

Untuk mencegah datangnya stres yang tak perlu, maka haruslah dibuat

antara lain : mengatur waktu, menghindari penundaan tugas dan kerja tanpa

alasan, cakap dan berani berkata tidak, ketangguhan pribadi dan sikap siap

menghadapi hal, peristiwa, serta keadaan yang dapat mendatangkan stres (Agus

M. H., 2004).

Sauter, et al. (1990) dikutip dari National Institute for Occupational Safety

and Health (NIOSH) memberikan rekomendasi tentang bagaimana cara untuk

mengurangi atau meminimalisasi stres akibat kerja sebagai berikut :

1) Beban kerja baik fisik maupun mental harus disesuaikan dengan kemampuan

atau kapasitas kerja pekerja yang bersangkutan dengan menghindari adanya

beban berlebih maupun beban yang terlalu ringan.

2) Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun tanggung

jawab di luar pekerja.

3) Setiap pekerja harus diberi kesempatan untuk mengembangkan karir,

mendapatkan promosi, dan pengembangan kemampuan keahlian.

4) Membentuk lingkungan sosial yang sehat, hubungan antara tenaga kerja yang

satu dengan yang lain, tenaga kerja-supervisor yang baik dan sehat dalam

organisasi, akan membuat situasi yang nyaman.

Page 30: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

5) Tugas-tugas pekerjaan harus didesain untuk dapat menyediakan stimulasi dan

kesempatan agar pekerja dapat menggunakan keterampilannya. Rotasi tugas

dapat dilakukan untuk meningkatkan karir dan pengembangan usaha.

Secara ringkas, langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengurangi

terjadinya stres di tempat kerja adalah sebagai berikut :

1) Memposisikan pekerja pada posisi yang seharusnya (the right man on the

right place)

2) Mengembangkan struktur organisas sesuai dengan kultur dan tradisi

masyarakat pekerjanya.

3) Menjamin perasaan aman setiap pekerja.

4) Menghilangkan faktor penyebab stres, khususnya yang berasal dari tasks,

organisasi kerja, dan lingkungan kerja.

3. Hubungan Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja

Setiap tenaga kerja pernah mengalami beban kerja mental. Beban kerja

mental sering membuat tarikan napas menjadi pendek sehingga asupan oksigen ke

otak berkurang, darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbon

dioksida dari seluruh tubuh mengalir melalui 2 vena kava menuju ke arteri kanan

dan dipompa melalui katup pulmer ke dalam arteri pulmonalis menuju paru-paru

darah yang mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (kapiler) yang

mengelilingi kantong udara di paru menyerap oksigen dan melepas karbon

dioksida yang akan dihembuskan ke udara kembali. Kekurangan asupan oksigen

tersebut menyebabkan tubuh akan merespons denyut jantung dan sistem saraf

pusat, sehingga timbul gejala stres. (Ganong, 2002 )

Page 31: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Bila beban kerja mental lebih besar daripada kemampuan tubuh, maka akan

terjadi rasa tidak nyaman (paling awal), kelelahan (overstress), kecelakaan,

cedera, rasa sakit, penyakit dan produktivitas menurun (paling akhir). Sebaliknya,

jika beban kerja lebih kecil daripada kemampuan tubuh, maka akan terjadi

(understress), kejenuhan, kebosanan, kelesuan, kurang produktif, dan sakit.

(Gempur Santoso, 2004)

Beban kerja mental penting menjadi perhatian untuk mengindentifikasi

penyebab stres yang potensial di rumah sakit, karena stres akan selalu menimpa

perawat. Setiap perawat mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam

menahan stres, hal tersebut bergantung pada jenis, lama dan frekuensi stres yang

dialami perawat. (Lilis, 2008)

Page 32: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

B. Kerangka Pemikiran

: Diteliti

: Tidak diteliti

Bagan 1. Kerangka Pemikiran

Beban kerja mental

Faktor eksternal :

a. Hubungan pekerja

dengan atasan

b. Tekanan bekerja

dalam waktu yang

lama/lembur

Tarikan napas pendek

Stres kerja

Denyut jantung meningkat

Asupan O2 ke otak berkurang

Faktor internal :

a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Lama kerja

d. Masa kerja

e. Riwayat penyakit

Gejala stres secara fisik

Page 33: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

C. Hipotesis

Ada hubungan beban kerja mental dengan stres kerja pada perawat di bagian rawat

inap, RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi, Klaten.

Page 34: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik, pendekatan

pendekatannya, penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional.

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi, Klaten pada bulan

April sampai dengan Mei 2012.

C. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah perawat di bagian rawat-inap bangsal jiwa

RSJD Dr. Soedjarwadi, Klaten dengan total populasi sebanyak 42 orang, yaitu di

ruang Arimbi 10 orang, ruang Wijaya Kusuma 10 orang, ruang Abimanyu 10

orang, ruang Arjuna12 orang.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh.

E. Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja di

bagian rawat inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi, Klaten, yang berjumlah 42

orang tenaga kerja.

34

Page 35: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

F. Rancangan Penelitian

Bagan 2. Desain Penelitian

G. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : Beban kerja mental.

2. Variabel Terikat : Stres kerja.

3. Variabel Pengganggu tidak terkendali : riwayat penyakit, usia, masa kerja,

lama kerja dalam satu hari, hubungan pekerja dengan atasan, tekanan untuk

bekerja dalam waktu yang lama/lembur.

Populasi (N)

Sampling jenuh

Sampel (n)

Rendah

Uji Gamma and Somers’d

Beban kerja mental tinggi

Sedang Tinggi

Beban kerja mental rendah

Stres kerja Stres kerja

Rendah Sedang Tinggi

Beban kerja mental sedang

Stres kerja

Rendah Sedang Tinggi

Page 36: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

H. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Beban Kerja Mental

Beban kerja mental adalah beban yang diterima tenaga perawat untuk

menyelesaikan pekerjaan setiap harinya, seperti : merawat lebih dari satu

pasien dalam waktu bersamaan mengalami kritis, kejang, dan guncangan

jiwa/mengamuk, menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, mengatur

jadwal minum dan makan pasien, menghafal nama pasien, mengingat

penyebab dan hal-hal yang memicu kambuhnya gangguan jiwa, membantu

memandikan dan mengganti baju pasien setiap waktu pasien buang hajat,

medengarkan caci dan makian dari pasien-pasien gangguan jiwa, dan lain-

lain.

Alat ukur : Kuesioner beban kerja mental dengan metode NASA-Task Load

Index.

Skala pengukuran : Ordinal, karena data berasal dari kategori (rendah dan

tinggi).

2. Stres Kerja

Stres kerja dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu keadaan dari

perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang dialami tenaga perawat dalam

menghadapi pekerjaannya.

Alat ukur : Kuesioner stres kerja.

Skala pengukuran : Ordinal, karena data berasal dari kategori (rendah, sedang

dan tinggi).

Page 37: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

I. Alat dan Bahan Penelitian

1. Pengukuran terhadap beban kerja mental menggunakan Kuesioner NASA –

TLX (Task Load Index), data ini menggambarkan tinggi-rendahnya beban

kerja mental. Instrumen ini diadopsi dari Human Performance Research

Goup, NASA Ames Research Center’ Moffett Field, California. Kuesioner

beban kerja mental telah banyak digunakan dan telah mengalami validitas

serta uji reabilitas dengan uji Pearson (α = 0,781, r hitung = 0, 734, p = 0,00).

2. Untuk mengukur stres kerja digunakan kuesioner stres kerja. Instrumen stres

kerja menggunakan kuesioner dari HSE (2003). Kuesioner stres kerja telah

banyak digunakan dan telah mengalami uji validitas serta uji reliabilitas

dengan uji Keandalan Cronbach (α = 5% atau taraf kepercayaan 95%, r tabel =

0,361, p = 0,02). (Lilis, 2007)

3. Dokumentasi tentang riwayat pekerjaan responden, serta keluhan penyakit

yang sering dirasakan pada saat selesai bekerja/pulang, misalnya : sakit

kepala, selera makan berubah, gelisah, sedih, cemas,keringat berlebih, dan

darah tinggi.

J. Cara Kerja Penelitian

1. Tahap persiapan penelitian, yaitu dengan melakukan survei awal pada lokasi

penelitian dan menentukan kuesioner yang akan digunakan untuk beban kerja

mental serta stres kerja.

Page 38: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

2. Pelaksanaan penelitian, meliputi beberapa tahap :

a. Menyusun proposal penelitian dan melaksanakan validasi proposal.

b. Melakukan pengambilan data dengan menggunakan kuesioner beban

kerja mental dengan metode NASA-TLX, terdiri atas dua tahap :

1) Tahap pemberian bobot (weights), dipilih satu deskriptor untuk

masing-masing pasangan deskriptor (ada 15 pasang deskriptor yang

menurut responden lebih dominan dalam pekerjaannya). Data berupa

pilihan-pilihan deskriptor tersebut kemudian diolah untuk

menghasilkan bobot tiap-taip deskriptor yang akan digunakan pada

tahap kedua.

Tingkat usaha (EF) atau performasi (OP)

Tuntutan waktu (TD) atau tingkat usaha (EF)

Performansi (OP) atau tingkat frekuensi (ER)

Tuntutan fisik (PD) atau performansi (OP)

Tingkat frekuensi (ER) atau tingkat usaha (EF)

Performansi (OP) atau tuntutan waktu (TD)

Tuntutan mental (MD) atau tuntutan fisik (PD)

Tingkat frekuensi (EF) atau tuntutan mental (MD)

Tuntutan waktu (TD) atau tingkat frekuensi (FR)

Tuntutan fisik (PD) atau tingkat frekueinsi (ER)

Tuntutan fisik (PD) atau tuntutan waktu (TD)

Tuntutan waktu (TD) atau tuntutan mental (MD)

Performansi (OP) atau tuntutan mental (MD)

Tuntutan mental (MD) atau tingkat usaha (EF)

Tingkat usaha (EF) atau tuntutan fisik (PD)

Bagan 3. Contoh pemasangan descriptor.

2) Tahap memberian peringkat (rating), pemberian peringkat pada skala

10 – 100 untuk tiap-tiap deskriptor sesuai dengan beban kerja mental

yang dialami responden dalam melakukan pekerjaannya.

Page 39: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Bagan 4. Contoh tahap pemberian peringkat.

3) Tahap penyekoran beban kerja mental yaitu dengan melihat hasil

dibandingkan dengan tabel.

Tabel 1. Kategori penilaian beban kerja mental adalah :

No. Range Beban Kerja Mental

1 0-33 Rendah

2 34-67 Sedang

3 68-100 Tinggi

Sumber : Risma, 2010

c. Pengambilan data stres kerja menggunakan kuesioner stres kerja dengan

mengisi kuesioner dengan 5 skala Likert dari 35 daftar pertanyaan.

Penempatan skor tergantung dari setiap pernyataan yang dianjurkan.

Rentang jawaban dimulai dari “tidak pernah, jarang, agak sering, sering,

dan selalu”.

Page 40: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Tabel 2. Klasifikasi tingkat risiko stres akibat kerja berdasarkan total skor

Individu :

Tingat risiko stres

Total skor stres individu

Klasifikasi stres

Tingkat perbaikan

1 140-175 Rendah Belum diperlukan adanya kontrol untuk perbaikan.

2 105-139 Sedang Mungkin diperlukan kontrol terhadap gejala stres dikemudian hari.

3 35-104 Tinggi Diperlukan kontrol terhadap stres secara menyeluruh sesegera mungkin.

Sumber : HSE, 2003

3. Tahap penyelesaian, setelah data terkumpul peneliti melakukan pemeriksaan

terhadap jawaban pada kuesioner beban kerja mental dan stres kerja, apakah

semua pertanyaan sudah diisi; kemudian data dientri. Data pengukuran beban

kerja mental dan stres kerja dihuting rata-ratanya, dan disesuaikan dengan

klasifikasi skor, untuk beban kerja mental yaitu rendah : 0-49 dan tinggi : 50-

100 (Risma, 2010), adapun klasifikasi stres kerja yaitu rendah : 140-175,

sedang : 105-135, dan tinggi : 35-104 (HSE, 2003).

K. Teknik Analisis Data

Analisis data penelitian ini menggunakan uji Gamma and Somers’d (M.

Sopiyudin D., 2012) yang diolah dengan program SPSS versi 17. Interpetasi

hasil sebagai berikut :

1. Jika p ≤ 0,05 maka Ho ditolak.

2. Jika p > 0,05, maka Ho diterima.

Page 41: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit Jiwa Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten

Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. R. M. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah

berdiri pada tanggal 23 Agustus 1953 sebagai Koloni Orang Sakit Jiwa (KOSJ)

Klaten terletak di Jl. Ki Pandanaran Km. 2 Desa Danguran, Kecamatan Klaten

Selatan, Kabupaten Klaten. Tempat ini semula digunakan sebagai tempat

penampungan orang sakit jiwa yang dikirim dari Rumah Sakit Jiwa

Mangunjayan dan Rumah Sakit Jiwa Kramat Magelang.

Fasilitas pelayanan Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. R. M. Soedjarwadi

antara lain adalah :

1. Pelayanan rawat-inap, meliputi : perawatan intensif psikiater, bangsal jiwa,

bangsal gangguan fisik, instalasi rehabilitasi.

2. Pelayanan rawat jalan, meliputi : poliklinik spesialis jiwa, poliklinik umum,

poliklinik spesialis saraf, poliklinik psikologi, poliklinik gigi dan mulut,

poliklinik kesehatan jiwa anak dan remaja/TKA, IGD.

3. Pelayanan penunjang, seperti : instalasi laboratorium, farmasi, radiologi,

dapur gizi, laundry, fisioterapi, pemeliharaan sarana dan prasarana rumah

sakit.

4. Ketenagakerjaan

Tenaga kerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. R. M. Soedjarwadi berjumlah

229 pegawai, 101 orang sebagai perawat (42 orang sebagai tenaga medis

41

Page 42: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

yang bekerja di bagian rawat-inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. R. M.

Soedjarwadi)

Waktu kerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. R. M. Soedjarwadi dibagi

menjadi 3 sifh yaitu pagi 07.00 - 14.00 WIB, siang 14.00 - 21.00 WIB, malam

21.00 - 07.00 WIB. Tugas perawat bagian rawat-inap antara lain adalah merawat

lebih dari satu pasien dalam waktu bersamaan mengalami kritis, kejang, dan

guncangan jiwa/mengamuk, menjalin komunikasi yang baik dengan pasien,

mengatur jadwal minum dan makan pasien, menghafal nama pasien, mengingat

penyebab dan hal-hal yang memicu kambuhnya gangguan jiwa, membantu

memandikan dan mengganti baju pasien setiap waktu pasien buang hajat,

mendengarkan caci dan makian dari pasien-pasien, tuntutan ramah dan sabar,

serta tuntutan membuat laporan bulanan yang diserahkan pada atasan dalam

waktu singkat.

B. Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik perawat bagian rawat-inap RSJD. Dr. R. M. Soedjarwadi

Klaten antara lain sebagai berikut :

1. Umur

Dari hasil pendataan umur tenaga perawat, dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Page 43: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Tabel 3. Distribusi Umur Perawat Bagian Rawat Inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten tahun 2012

Umur Frekuensi Persentase (%) 21 - 30 12 28,6 31 - 40 16 38,1 41 - 50 9 21,4 51 - 60 5 11,9 Jumlah 42 100

Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012

Dari tabel 3 diketahui bahwa umur tenaga kerja paling banyak 31-40

tahun (38,1%), sedangkan umur tenaga kerja yang paling sedikit 51-60 tahun

(11,9%).

2. Masa Kerja

Dari hasil pendataan masa kerja tenaga perawat diperoleh data sebagai

berikut :

Tabel 4. Distribusi Masa Kerja Perawat Bagian Rawat Inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten tahun 2012

Masa Kerja (tahun) Frekuensi Persentase (%) 0 - 5 13 30,9 6 - 10 2 4,7 11 - 15 11 26,2 16 - 20 9 21,4 > 21 7 16,7

Jumlah 42 100 Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012

Dari tabel 4 diketahui bahwa tenaga kerja di bagian rawat-inap RSJD Dr.

R. M. Soedjarwadi Klaten yang terbanyak masa kerjanya 0-5 tahun yaitu 13

orang (30,9%), dan yang terendah masa kerjanya 6-10 tahun yaitu 2 orang

(4,7%).

Page 44: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

3. Jenis kelamin

Hasil pendataan jenis kelamin tenaga perawat dapat dilihat pada tabel 5.

Perawat yang bekerja dirumah sakit tersebut adalah laki-laki dan perempuan,

untuk data distribusinya sebagai berikut :

Tabel 5. Distribusi Jenis Kelamin Perawat Bagian Rawat Inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten tahun 2012

Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki 17 40,5

Perempuan 25 59,5 Jumlah 42 100

Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012

Dari tabel 5 diketahui bahwa jumlah tenaga kerja perawat di bagian

rawat-inap lebih banyak pada perempuan yaitu 25 orang (59,5%),

sedangakan tenaga perawat laki-laki lebih sedikit yaitu 17 orang (40,5%).

C. Hasil Pengukuran Beban Kerja Mental

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil

perhitungan beban kerja mental pada perawat adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Hasil Pengukuran Beban Kerja Mental Perawat Bagian Rawat Inap

RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten tahun 2012.

No. Responden

Beban Kerja

Mental

No. Responden

Beban Kerja

Mental

No. Responden

Beban Kerja

Mental 1 83,3 16 66,0 31 75,3

2 75,3 17 49,3 32 63,3

3 63,3 18 75,0 33 76,0

4 76,0 19 62,6 34 59,3

5 59,3 20 79,3 35 83,3

Bersambung

Page 45: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Sambungan

No. Responden

Beban Kerja

Mental

No. Responden

Beban Kerja

Mental

No. Responden

Beban Kerja

Mental 6 48,0 21 40,6 36 75,3

7 72,7 22 47,3 37 63,3

8 72,7 23 47,3 38 76,0

9 79,3 24 62,6 39 59,3

10 47,3 25 72,7 40 48,0

11 36,7 26 79,3 41 72,7

12 65,3 27 47,3 42 72,7

13 81,3 28 83,3

14 62,6 29 83,3

15 43,0 30 83,3

Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012

Hasil pengukuran beban kerja mental perawat menunjukan skor beban kerja

mental tertinggi skor 83, sedangkan skor beban kerja mental terendah skor 40,6.

Dari data hasil pengukuran beban kerja mental di atas, maka diperoleh data

distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel 7. Distribusi Beban Kerja Mental Perawat Bagian Rawat Inap RSJD. Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten tahun 2012

Beban kerja mental Frekuensi Persentase (%) Rendah 0 0 Sedang 21 50 Tinggi 21 50

Jumlah 42 100 Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012

Berdasarkan tabel 7, beban kerja mental rendah 0 orang (0%), untuk beban

kerja mental sedang yaitu 21 orang (50%), dan untuk beban kerja mental tinggi

yaitu 21orang (50%).

.

Page 46: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

D. Hasil Pengukuran Stres Kerja

Hasil perhitungan stres kerja pada perawat adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Hasil Pengukuran Stres Kerja Pada Perawat Bagian Rawat Inap RSJD.

Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten tahun 2012

No. Responden

Kategori Stres

No. Responden

Kategori Stres

No. Responden

Kategori Stres

1 104 15 100 29 101

2 102 16 104 30 102

3 139 17 93 31 99

4 134 18 104 32 120

5 156 19 100 33 104

6 100 20 101 34 100

7 104 21 138 35 102

8 103 22 103 36 100

9 99 23 100 37 100

10 158 24 120 38 98

11 140 25 130 39 170

12 101 26 140 40 130

13 146 27 135 41 100

14 143 28 99 42 130

Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012

Berdasarkan data pada tabel 8, diketahui skor stres kerja perawat tertinggi

adalah 93, sedangan skor stres kerja terendah 170.

Page 47: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Dari hasil pengukuran stres kerja di atas, diperoleh distribusi frekuensi stres

kerja berdasarkan tingkat risiko stres kerja sebagai berikut :

Tabel 9. Distribusi Stres Kerja Pada Perawat Bagian Rawat Inap RSJD. Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten tahun 2012 Stres kerja Frekuensi Presentase (%)

Rendah 6 14,3 Sedang 10 23,8 Tinggi 26 61,9

Jumlah 42 100 Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012

Dari tabel di atas dapat diketahui, bahwa perawat di bagian rawat-inap

RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten yang mengalami stres kerja rendah 6 orang

(14,3%), stres kerja sedang 10 orang (23,8%), sedangkan untuk stres kerja tinggi

26 orang (61,9%).

E. Hasil Uji Hubungan Beban Kerja mental dengan Stres Kerja

Hasil perhitungan silang beban kerja mental dengan stres kerja perawat

bagian rawat inap RSJD. Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten yang dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 10. Tabulasi Silang Antara Beban Kerja Mental Dan Stres Kerja.

Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 42 tenaga perawat bagian rawat

inap RSJD. Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten memiliki beban kerja mental sedang

Beban kerja Stres kerja

Rendah Sedang Tinggi ∑

Rendah 0 0 0 0

Sedang 5 6 10 21

Tinggi 1 4 16 21

∑ 6 10 26 42

Page 48: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

dan tinggi. Dari 21 responden yang mengalami beban kerja mental sedang

dengan stres kerja rendah 5 responden, dengan stres kerja sedang 6 responden,

dan dengan stres kerja tinggi sebanyak 10 responden. Sedangkan dari 21

responden yang dengan beban kerja mental tinggi mengalami stres kerja rendah

1 responden, dengan stres kerja sedang 4 responden, dan terdapat 16 responden

yang mengalami stres kerja tinggi.

Hasil analisis hubungan beban kerja mental dengan stres kerja dengan

menggunakan uji statistik Gamma and Somers’d sebagai berikut :

Tabel 11. Hasil Tabulasi Silang Menggunakan Uji Statistik Somers’d.

Directional Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb

Approx.

Sig.

Ordinal by

Ordinal

Somers' d Symmetric .305 .135 2.207 .027

BKM

Dependent

.294 .129 2.207 .027

SK Dependent .317 .144 2.207 .027

Directional measures menyajikan hasil uji Somers’d, menunjukkan hasil r

variabel bebas (beban kerja mental) adalah 0,294 sedangkan r variabel terikat

(stres kerja) adalah 0,317 yang sama-sama menunjukkan korelasi yang lemah,

Page 49: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Tabel 12. Hasil Uji Statistik Gamma

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb

Approx.

Sig.

Ordinal by

Ordinal

Gamma .556 .214 2.207 .027

N of Valid Cases 42

Symmetric measures menyajikan hasil uji Gamma, kedua variabel setara

(tidak ada variabel bebas dan tergantung). Pada uji Gamma diperoleh nilai r

sebesar 0,556 yang menunjukkan bahwa kekuatan korelasi sedang (0,40 < r <

0,599).

Dari hasil uji Gamma tersebut diperoleh nilai p = 0.027 (p ≤ 0,05) berarti

Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini arti terdapat hubungan antara beban kerja

mental dengan stres kerja pada perawat bagian rawat-inap RSJD Dr. R. M.

Soedjarwadi Klaten.

Berdasarkan tabel 12, besarnya beban kerja mental yang berhubungan

dengan stres kerja adalah 55,6% dan sisanya 44,4% dipengaruhi oleh faktor-

faktor yang tidak terkendalikan.

Page 50: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Subjek Penelitian

1. Umur

Dalam penelitian ini umur responden mulai dari 21 tahun sampai 55

tahun. Rentang usia 40 – 60 tahun termasuk pada tingkat perkembangan masa

paruh baya dan mengalami tingkat resiko stres akibat kerja yang tinggi

(Hidayat, 2006). Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa umur

berpengaruh terhadap tingkat risiko stres kerja karena tenaga perawat yang

menjadi subjek penelitian berumur 21 - 55 tahun, usia ≥ 40 tahun berpotensi

mengalami stres kerja lebih tinggi dari pada usia yang berada di bawah 40

tahun.

Hasil uji Pearson Correlation didapatkan nilai p = 0,074 (p ≥ 0,05),

berarti bahwa Ha ditolak dan Ho diterima. Hal ini berarti tidak berhubungan

dengan stres kerja. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa variabel

pengganggu dari faktor internal yang dapat mempengaruhi stres kerja dapat

dikendalikan. Jadi, stres kerja yang timbul bukan dikarenakan oleh faktor

umur.

2. Masa Kerja

Dari penelitian terhadap masa kerja, diperoleh hasil bahwa masa kerja

tenaga kerja 0 - 5 tahun yaitu 13 orang (30,9%), 6 - 10 tahun yaitu 2 orang

50

Page 51: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

(4,7%), masa kerja 11 - 15 yaitu 11 orang (26,2%), masa kerja 16 - 20 yaitu 9

orang (21,4%), dan masa kerja > 21 orang (16,7%).

Hasil uji Pearson Correlation didapatkan nilai p = 0,057 (p ≥ 0,05),

berarti bahwa Ha ditolak dan Ho diterima. Hal ini berarti masa kerja tidak

berhubungan dengan stres kerja. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa

variabel pengganggu dari faktor internal yang dapat mempengaruhi stres kerja

dapat dikendalikan. Jadi, stres kerja yang timbul bukan dikarenakan oleh

faktor masa kerja.

3. Jenis kelamin

Sampel penelitian adalah semua tenaga perawat baik yag berjenis

kelamin laki-laki (17 orang), maupun yang berjenis kelamin perempuan (25

orang). Menurut Astrand dan Rodahl (dalam Tarwaka, 2010), ukuran dan

daya tahan tubuh laki-laki berbeda dengan wanita, laki-laki lebih sanggup

menyelesaikan pekerjaan berat yang biasanya tidak dapat dikerjakan wanita,

hal ini karena kemampuan otot pria memang lebih besar daripada wanita.

Berdasarkan referensi tersebut responden dipengaruhi dengan jenis

kelamin tetapi dapat dikendalikan dengan penyesuaian jenis pekerjaan dari

perawat tersebut, misalnya pada perawat laki-laki lebih banyak bekerja

dengan fisik seperti : mengangkat pasien, sedangkan perawat perempuan

lebih ringan seperti : memandikan pasien.

4. Lama Kerja

Lama kerja perawat di bagian rawat-inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi

Klaten adalah 8 jam sehari dengan waktu istirahat selama 1 jam, termasuk

Page 52: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

tenaga kerja yang menjadi sampel penelitian. Oleh karena semua sampel

mempunyai lama kerja yang sama, maka lama kerja dianggap tidak

berpengaruh terhadap hasil penelitian.

5. Riwayat Penyakit

Riwayat pekerjaan sampel sudah dikendalikan oleh peneliti. Hal ini

dapat dilihat dari sampel yang semuanya tidak mempunyai riwayat gangguan

jiwa, sehingga kemungkinan riwayat penyakit dari sampel tidak berpengaruh

terhadap hasil penelitian.

6. Hubungan pekerja dengan atasan

Hubungan pekerja dengan atasan tidak dapat dikendalikan oleh peneliti,

sehingga dimungkinkan hubungan pekerja dengan atasan mempengaruhi hasil

penelitian.

7. Tekanan bekerja dalam waktu yang lama/lembur

Tekanan bekerja dalam waktu yang lama/lembur tidak dapat

dikendalikan oleh peneliti, sehingga kemungkinan tekanan bekerja dalam

waktu lama/lembur mempengaruhi hasil penelitian.

B. Analisis Univariat

Analisis univariat dimaksudkan untuk menjelaskan/mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel pelitian yang diperoleh secara kuantitatif.

1. Beban Kerja Mental

Dari 42 responden, diperoleh hasil tenaga kerja yang mengalami beban

kerja mental rendah 0 orang (0%), beban kerja sedang 21 orang (50%), dan

untuk beban kerja mental tinggi sebesar 21 orang (50%).

Page 53: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Berdasarkan hasil wawancara dan perhitungan beban kerja mental

dengan menggunakan metode NASA-TLX pada perawat khususnya pada

bagian rawat-inap bahwa dari ke 6 skala, tuntutan mental dan tuntutan fisik

menempati posisi yang tertinggi dari skala lainnya. Beban kerja mental

setiap jenis pekerjaan berbeda–beda bergantung pada jenis dan lama

pekerjaannya. Setiap pekerjaan apa pun jenisnya yang memerlukan aktivitas

mental atau pemikiran merupakan beban bagi yang melakukan. Tiap-tiap

orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam hubungannya dengan

beban kerja mental atau sosial (Soekidjo Notoatmodjo, 1997). Hal ini berarti

bahwa jenis pekerjaan yang penuh tuntutan mental dan tuntutan fisik akan

mempengaruhi tingkat beban kerja mental tenaga kerja.

Separuh dari tenaga kerja mengalami beban kerja mental yang terlalu

tinggi sehingga menyebabkan timbul rangsangan dari sistem saraf pusat yang

dapat menimbulkan rasa sakit atau penyakit akibat kerja. Bila beban kerja

mental lebih besar daripada kemampuan tubuh, maka akan terjadi rasa tidak

nyaman (paling awal), kelelahan (overstress), kecelakaan, cedera, rasa sakit,

penyakit dan produktivitas menurun (paling akhir). Sebaliknya, jika beban

kerja lebih kecil dari kemampuan, tubuh maka akan terjadi (understress),

kejenuhan, kebosanan, kelesuan, kurang produktif, dan sakit (Gempur

Santoso, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi beban kerja

mental pada perawat, maka semakin besar tingkat risiko stres kerja.

Page 54: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

2. Stres kerja

Dari hasil pengukuran stres kerja,didapat mengalami stres kerja rendah

yaitu 6 responden (14,3%), stres kerja sedang 10 responden (23,8%), dan

stres kerja tinggi 26 responden (61,9%).

Stres kerja sering dialami oleh perawat RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi

Klaten stres ini ditunjukkan dengan perubahan ekspresi wajah dan keluhan

rasa sakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Pandji Anoraga (2001) yang

menyatakan stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang, baik fisik

maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan

mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.

Pengukuran stres kerja dengan kuesioner untuk menilai tingkat

keparahan stres individu dalam kelompok kerja yang cukup banyak atau

keseluruhan, jika penilaian stres kerja dengan metode skoring dilakukan

hanya untuk beberapa orang pekerja dalam kelompok populasi yang besar,

maka hasilnya tidak akan valid dan reliabel (Tarwaka, 2010). Oleh karena

itu penggambilan sampel dalam penelitian dilakukan secara jenuh, sebanyak

42 responden untuk memperoleh hasil yang valid dan reliabel.

Di setiap ruang rawat-inap terdapat perbedaan karakteristik/sifat pasien

yang berdampak pada kondisi dan beban kerja yang berbeda pula. Oleh

karena itu, perawat harus berperan aktif sebagai tenaga serba bisa, memiliki

insiatif, berperilaku kreatif, serta memiliki wawasan yang luas dengan

motivasi kerja keras, cerdas, ikhlas dan berkualitas tinggi. Jenis pasien yang

dirawat di ruang rawat-inap rumah sakit dapat dipandang sebagai tuntutan

Page 55: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

terhadap pelayanan kesehatan ; jika tidak dikelola dengan baik, maka akan

berakibat terjadinya stres kerja (Ed Boenisch dkk, 2004).

Dari hasil pengukuran didapatkan adanya stres kerja yang tinggi dan

dengan tingkat skoring yang rendah hal ini disebabkan adanya faktor-faktor

lain yang tidak dikendalikan, seperti umur, jenis kelamin, dan masa kerja.

Hal ini telah sesuai dengan Patton (dalam Tarwaka, 2010) bahwa perbedaan

reaksi antara individu tersebut sering disebabkan karena faktor psikologis

dan sosial yang dapat merubah dampak stresor bagi individu.

C. Analisis Bivariat

Dari hasil penelitian pada 42 tenaga perawat terdapat 21 responden

mengalami beban kerja mental sedang dengan stres kerja rendah 5 responden,

dengan stres kerja sedang 6 responden, dan dengan stres kerja tinggi sebanyak

10 responden. Sedangkan dari 21 responden yang mengalami beban kerja mental

tinggi, yang mengalami stres kerja rendah 1 responden, dengan stres kerja

sedang 4 responden, dan dengan stres kerja tinggi 16 responden. Oleh karena itu

dapat dikatakan bahwa perawat yang mengalami beban kerja mental sedang

sebagian besar mengalami stres kerja rendah sedangkan perawat yang

mengalami beban kerja mental tinggi sebagian besar mengalami stres kerja yang

tinggi pula.

Berdasarkan hasil analisis dengan uji Gamma and Somers’d pada tingkat

kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan (α) 0,05, diketahui bahwa ada hubungan

beban kerja mental dengan stres kerja pada perawat bagian rawat inap RSJD Dr.

R. M. Soedjarwadi Klaten dengan nilai p 0,027. Hubungan antarvariabel dalam

Page 56: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

penelitian ini adalah hubungan sebab-akibat. Hubungan sebab-akibat, yaitu

hubungan yang salah satu bagiannya menjawab pertanyaan : ”Mengapa sampai

terjadi begini?”. Koherensi ini dinyatakan dengan bagian pertama menyatakan

sebab, sedangkan bagian berikutnya menyatakan akibat (Bambang Hartono,

2000). Dalam penelitian ini yang menjadi penyebab adalah beban kerja mental

dan akibatnya adalah stres kerja.

Gempur Santoso (2004) menyatakan bahwa setiap beban kerja mental

harus disesuaikan dengan kemampuan tubuh seseorang. Apabila beban kerja

mental lebih besar daripada kemampuan tubuh maka akan terjadi rasa tidak

nyaman, kelelahan, stres, kecelakaan, cedera, rasa sakit, penyakit dan

produktivitas menurun.

Dari hasil analisis diketahui tingkat kekuatan korelasi r sebesar 0,556. Hal

ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antarvariabel dengan ketelitian

sedang, karena nilai tersebut berada pada interval 0,40 - 0,599. Besarnya beban

kerja mental yang berhubungan dengan stres kerja adalah 55,6% dan sisanya

44,4% berhubungan oleh faktor-faktor yang tidak terkendalikan.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi beban kerja mental seseorang dalam

suatu pekerjaan antara lain adalah jenis pekerjaan, situasi pekerjaan, waktu

respons, waktu penyelesaian yang tersedia dan faktor individu seperti: tingkat

motivasi, keahlian, kelelahan, kejenuhan, serta toleransi performansi yang

diijinkan. (Risma, 2010)

Dalam psikologi kerja, dibahas masalah-masalah yang berkaitan dengan

kejiwaan yang dijumpai pada tempat kerja, yaitu yang menyangkut faktor-faktor

Page 57: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

diri. Yang termasuk faktor diri antara lain attitude, jenis kelamin, usia, sifat atau

kepribadian, sistem nilai, karakteristik fisik, motivasi, minat, pendidikan, dan

pengalaman. Masalah faktor diri ini dikaji dalam ergonomi karena pada setiap

orang ada. (Risma, 2010)

Berdasarkan referensi tersebut, dari faktor-faktor yang tidak terkendali

sebesar 44,4% kemungkinan berasal dari hubungan tenaga perawat dengan

atasan yang kurang harmonis, dan tekanan bekerja dalam waktu yang

lama/lembur yang lebih dari 3 jam dalam satu hari.

Akibat buruk yang disebabkan oleh beban kerja mental, yaitu terjadinya

stres kerja. Hal ini dapat dicegah dengan adanya kesadaran dari tenaga perawat

itu sendiri dan kerjasama dari pihak rumah sakit, misalnya saja tenaga perawat

agar dibiasakan untuk berolah raga ringan seperti stretching atau menggerakkan

kepala, tangan dan kakinya di sela–sela pekerjaanya ataupun saat istirahat.

Olahraga dapat membuat aliran darah dalam tubuh menjadi lancar sehingga

pikiran menjadi lebih segar dan ketegangan otot-otot pun menjadi renggang serta

tenaga perawat tidak merasa bahwa beban kerjanya saat itu lebih berat,

selanjutnya dapat mengurangi tekanan atau stres. Tenaga kerja sebaiknya

membiasakan diri untuk mempergunakan waktu istirahat yang telah diberikan

perusahaan, yaitu 1 jam dengan sebaik–baiknya. Saat istirahat, waktu yang telah

disediakan jangan hanya untuk mengobrol namun harus betul–betul digunakan

untuk beristirahat.

Page 58: HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES …/Hubungan... · Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulan, ada hubungan

positif antara beban kerja mental dengan stres kerja pada perawat bagian rawat-

inap RSDJ Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten (p = 0,027; r = 0,556).

Hubungan beban kerja mental dengan stres kerja sebesar 55,6% sedangkan

faktor-faktor lain yang tidak terkendali sebesar 44,4%.

B. SARAN

1. Sebaiknya hasil pengukuran beban kerja mental disosialisasikan kepada

seluruh tenaga perawat serta memberikan pengetahuan tentang dampak yang

akan terjadi, seperti stres kerja.

2. Sebaiknya melakukan giliran atau rolling kerja khususnya untuk perawat di

bagian rawat inap.

3. Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam dengan penambahan jumlah

sampel penelitian dan waktu yang lebih lama serta perlu memperhatikan

faktor-faktor lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi variabel terikat

sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.

58