HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS...

112
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS KERJA PADA PEKERJA SOSIAL SEBAGAI CAREGIVER DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA DKI JAKARTA 2013 Skripsi diajukan sebagai tugas akhir strata -1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Keperawatan OLEH : ENDAH SARWENDAH 108104000048 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H / 2013 M

Transcript of HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS...

Page 1: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS KERJA PADA PEKERJA

SOSIAL SEBAGAI CAREGIVER DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA

DKI JAKARTA 2013

Skripsi diajukan sebagai tugas akhir strata -1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan untuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Keperawatan

OLEH :

ENDAH SARWENDAH

108104000048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433 H / 2013 M

Page 2: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

i

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS KERJA PADA PEKERJA

SOSIAL SEBAGAI CAREGIVER DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI

MULIA DKI JAKARTA 2013

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun oleh :

ENDAH SARWENDAH

108104000048

Jakarta, 22 Januari 2014

Pembimbing I

Ns. Uswatun Khasanah, S. Kep. MNS

NIP: 19770401 200912 2 003

Pembimbing II

Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep. MKM

NIP: 19790520 200901 1012

Page 3: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

ii

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI DENGAN JUDUL

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS KERJA PADA

PEKERJA SOSIAL SEBAGAI CAREGIVER DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA

BUDI MULIA DKI JAKARTA 2013

Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh

Nama: Endah Sarwendah

NIM: 108104000048

Pembimbing I

Pembimbing II

Ns. Uswatun Khasanah, S. Kep. MNS

NIP: 19770401 200912 2 003

Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep. MKM

NIP: 19790520 200901 1012

Penguji I

Penguji II

Jamaludin, S.Kep., M.Kep. NIP: 196805222008011007

Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep. MKM

NIP: 19790520 200901 1012

Penguji III

Ns. Uswatun Khasanah, S. Kep. MNS

NIP: 19770401 200912 2 003

Page 4: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

iii

LEMBAR PENGESAHAN

SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Mei 2014

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM

NIP: 197905202009011012

Dekan Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Prof. Dr. (hc). dr. MK. Tadjudin, Sp.And

Page 5: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Endah Sarwendah

NIM : 108104000048

Mahasiswa Program : Ilmu Keperawatan

Tahun akademik : 2008

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya

yang berjudul:

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS KERJA PADA

PEKERJA SOSIAL SEBAGAI CAREGIVER DI PANTI SOSIAL TRESNA

WERDHA BUDI MULIA DKI JAKARTA 2013

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan

menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, Februari 2014

Endah Sarwendah

Page 6: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

v

RIWAYAT HIDUP

Nama : Endah Sarwendah

Tempat, Tanggal Lahir : Cianjur, 13 Februari 1991

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Raya Bandung Kp. Cicantu Girang RT/RW

002/003 Desa Hegarmanah Kec. Sukaluyu Kab.

Cianjur 43284

Anak ke : 6 dari 7 bersaudara

Telepon : 085781161510

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. RA Yayasan Nurul Islam Ciranjang tahun 1995-1996

2. SD Negeri Ciranjang 2 tahun 1996-2002

3. Mts Nurul Islam Ciodeng tahun 2002-2005

4. MA Nurul Islam Ciodeng tahun 2005-2008

5. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008-2014

Pengalaman Organisasi :

1. OSIS MA At- Taqwa Rajapolah 2005 – 2007

2. Dewan Kerja Cabang Kabupaten Tasikmalaya 2006 -2007

3. Anggota Divisi SOSMAS BEMJ Ilmu Keperawatan 2008-2009

4. Sekretaris divisi SOSMAS BEMJ Ilmu Keperawatan 2009 - 2010

5. Sie. Kaderisasi PMII Komisariat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

2009 – 2010

6. Menteri Pengembangan dan Pemberdayaan Pesantren dan Masyarakat

Community of Santri Scholar of Ministry of Religion Affair of UIN

Jakarta 2010 – 2011

Page 7: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

vi

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Skripsi, Januari 2014

Endah Sarwendah, NIM: 108104000048

Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stress Kerja pada Pekerja Sosial

sebagai Caregiver Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia DKI Jakarta

2013

xviii, 56 hal, 2 tabel, 2 gambar, 8 lamp

ABSTRAK

Beban kerja yang berlebihan atau rendah dapat menimbulkan stress kerja. Stress

kerja merupakan respon psikologis individu terhadap tuntutan di tempat kerja

yang menuntut seseorang untuk beradaptasi dalam mengatasinya. Stress kerja

merupakan respon seseorang terhadap tuntutan dari pekerjaanya. PSTW Budi

Mulia adalah suatu lembaga pelayanan sosial yang berada di bawah naungan

Dinas Sosial provinsi DKI Jakarta. Terdiri dari PSTW Budi Mulia 01 yang

terletak di Cipayung Jakarta Timur, PSTW Budi Mulia 02 terletak di Cengkareng

Jakarta Barat, PSTW Budi Mulia 03 di Ciracas Jakarta Timur dan PSTW Budi

Mulia 04 di Margaguna Jakarta Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara beban kerja dengan tingkat stress kerja pada pekerja sosial di

PSTW Budi Mulia DKI Jakarta. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan

pendekatan cross sectional yang dilakukan pada 30 orang caregiver di empat

PSTW Budi Mulia di Wilayah DKI Jakarta pada bulan Agustus sampai dengan

September 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 23 caregiver atau 63,3 %

merasakan beban kerja ringan sampai sedang dengan tingkat stress kerja pada

rentang rendah sebanyak 30 responden (100 %).. Hasil uji statistik menggunakan

uji Spearman dengan α=0,05 diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang signifikan

antara beban kerja dengan tingkat stress kerja pada pekerja sosial sebagai

caregiver di PSTW Budi Mulia DKI Jakarta (p value=0,001). Hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi referensi untuk pengembangan keperawatan serta

menjadi bahan pertimbangan bagi penentuan kebijakan ketenagakerjaan di Dinas

Sosial

Kata kunci: beban kerja, tingkat stress kerja, caregiver

Daftar Bacaan: 54 (2000 – 2012)

Page 8: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

vii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM

ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Undergraduate Thesis, Januari 2014

Endah Sarwendah, NIM: 108104000048

The Relationship Workload with Level of Work Stress at Social Worker as a

Caregiver in Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia DKI Jakarta 2013

xviii + 56 page + 8 table + 2 picture + 8 attachment

ABSTRAK

Excessive workload or low can cause job stress. Job stress is a psychological

response to the demands of individuals in the workplace that requires a person to

adapt to overcome. Job stress is a person's response to the demands of the job.

PSTW Budi Mulia is a social service agency that is under the auspices of the

Department of Social Jakarta province. Consisting of 01 PSTW Budi Mulia

located in East Jakarta Cipayung, PSTW Budi Mulia 02 located in Cengkareng

West Jakarta, PSTW Budi Mulia Ciracas 03 in East Jakarta and Budi Mulia

PSTW Margaguna 04 in South Jakarta. This study aims to determine the

relationship between the level of stress workload on social workers work as

caregiver in PSTW Budi Mulia Jakarta. The study was cross-sectional quantitative

approach conducted on 30 people in four PSTW caregiver Budi Mulia in Jakarta

area in August to September 2013. The results showed that 23 caregiver or 63.3%

felt mild to moderate workload with levels of job stress on the low range of 30

caregivers (100%). The results of the statistical test using the Spearman test with

α=0.05 obtained the result that there is a significant relationship between the level

of stress workload on social workers work as caregiver in PSTW Budi Mulia

Jakarta (pvalue = 0.001). The result is expected to be a reference for the

development of nursing as well as taken into consideration for the determination

of employment policy at the Department of Social of DKI Jakarta.

Keyword : woarkload, level work stress, caregiver

Referece : 54 (2000 – 2012)

Page 9: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stress Kerja pada

Pekerja Sosial di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia DKI Jakarta 2013”.

Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan besar Nabi

Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan sehingga penulis tetap

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyelesaian skipsi, penulis

sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai

pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibunda tercinta Ibu Neni Rohaeni, yang tak henti – hentinya memberikan

motivasi dan inspirasi luar biasa kepada penulis untuk tidak menyerah dalam

segala hal termasuk menyelesaikan tugas akhir penulis sebagai mahasiswa.

Ayahanda tercinta Bapak Muhammad Oce Darmawan, yang senantiasa berdoa

di tempat terindah disisi-Nya untuk segala kebaikan penulis.

2. Prof. DR (hc). Dr. Muhammad Kamil Tadjuddin, Sp. And, selaku Dekan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Tien Gartinah, MN, selaku dosen yang senantiasa memotivasi dan

membimbing penulis.

4. Bapak Waras Budi Utomo, S. Kep., MKM, Selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan (PSIK) FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku dosen

Page 10: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

ix

pembimbing II yang telah banyak membantu dan mencurahkan fikirannya

untuk memberikan masukan kepada penulis serta tak henti – hentinya

memberikan masukan yang berarti dan motivasi kepada penulis.

5. Ibu Uswatun Khasanah S. Kep. MNS selaku dosen pembimbing I yang telah

sabar membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini juga bersedia

meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan masukan,

nasihat, petunjuk dan arahan serta motivasi kepada penulis dalam menyusun

skripsi ini.

6. Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp. Mat Selaku Dosen Pembimbing

Akademik penulis.

7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan dan membimbing penulis, serta

staff akademik (Bapak Azib Rosyidi S. Psi, Bapak Syafi’i dan Ibu Syamsiah)

atas bantuannya yang telah memudahkan penulis dalam proses belajar di PSIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Kementrian Agama Republik Indonesia yang telah memberikan beasiswa

penuh selama masa studi kepada penulis.

9. Kakak – kakak penulis ( Teh Sumi, Teh Eli, Teh Ai, Teh Imas, dan Teh

Enung) yang senantiasa memberikan dukungan moral maupun materil kepada

penulis dan tak henti – hentinya memotivasi penulis. Tidak lupa kepada 17

(tujuh belas) keponakan penulis, yang selalu memberikan warna baru dalam

kehidupan penulis.

10. Adik tercinta Muhammad Oni Sultoni, yang menjadi motivasi penulis untuk

segera menyelesaikan masa kuliah.

Page 11: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

x

11. Sahabat tercinta penulis (Aam Amelia (Suri), Da’watul Himmah (Himbobop),

Anisah Khoirul Umami (Toeki), Wardatul Washilah (Nyunyu), Umi Hanan

(Sinpe)) yang selalu membantu dan menasehati penulis saat masa kuliah

ataupun penyusunan tugas akhir ini. I Love You all.

12. Bapak Dede Hermawan, yang telah tulus ikhlas banyak membantu penulis.

13. Kakak – Kakak senior (Kak Hara, Kak Agista, dan Kak Tiwi) yang banyak

membantu penulis selama masa perkuliahan ataupun masa – masa penyusunan

Skripsi. Terima Kasih, karena selalu sabar dan mendukung penulis untuk

“grow up”.

14. Segenap Ketua Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia DKI Jakarta yang

telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.

15. Segenap responden yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi

kuisioner.

16. Teman-teman angkatan 2008 yang telah bersama-sama dengan penulis

melewati hari-hari baik suka maupun duka dalam menyelesaikan kuliah di

PSIK UIN Jakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Untuk

itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Jakarta, Januari 2014

ENDAH SARWENDAH

Page 12: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

xi

DAFTAR ISI

halaman

JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... v

ABSTRAK ....................................................................................................... vi

ABSTRACT ..................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7

1. Tujuan Umum ........................................................................... 7

2. Tujuan Khusus .......................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian........................................................................ 7

1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan .................................... 7

2. Bagi Lembaga PSTW Budi Mulia DKI Jakarta ....................... 8

3. Bagi Perkembangan Ilmu Kepetawatan .................................... 8

4. Bagi Mahasiswa ........................................................................ 8

E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 9

Page 13: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

xii

A. Definisi Caregiver ........................................................................ 9

1. Tipe – tipe Tugas Caregiver ..................................................... 9

2. Karakteristik Caregiver ............................................................ 10

3. Jenis Caregiver ......................................................................... 11

4. Pekerja Sosial sebagai Caregiver ............................................. 11

B. Definisi Stress Kerja .................................................................... 13

1. Definisi Stress ........................................................................... 13

2. Definisi Stress Kerja ................................................................. 13

3. Tahapan Stress .......................................................................... 14

4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Stress .............................. 17

5. Sumber Stress ............................................................................ 22

6. Tingkatan Stress ........................................................................ 24

C. Definisi Beban Kerja .................................................................... 24

1. Definisi Beban Kerja ............................................................... 24

2. Beban Kerja pada Caregiver .................................................... 25

3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja .................. 26

D. Penelitian Terkait ......................................................................... 27

E. Kerangka Teori ............................................................................. 28

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI

OPERASIONAL ............................................................................................. 29

A. Kerangka Konsep ......................................................................... 29

B. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 20

C. Definisi Operasional ..................................................................... 30

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 33

A. Desain Penelitian .......................................................................... 33

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 33

1. Lokasi Penelitian .......................................................................... 33

2. Waktu Penelitian ........................................................................... 33

C. Populasi dan Sampel .................................................................... 33

1. Populasi ..................................................................................... 33

Page 14: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

xiii

2. Sampel ....................................................................................... 34

D. Instrumen Penelitian ..................................................................... 35

E. Uji Validitas dan Reabilitas Penelitian ......................................... 36

1. Uji Validitas .............................................................................. 36

2. Uji Reliabilitas .......................................................................... 36

3. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas ............................................. 37

F. Tekhnik Pengumpulan Data ......................................................... 38

G. Pengolahan Data ........................................................................... 38

H. Analisa Data ................................................................................. 39

1. Analisa Univariat ...................................................................... 39

2. Analisa Bivariat ......................................................................... 40

I. Etika Penelitian .............................................................................. 40

BAB V HASIL PENELITIAN ...................................................................... 42

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 42

1. Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia DKI

Jakarta ................................................................................... 42

2. Gambaran Umum Karakteristik Responden ........................ 43

a) Usia Caregiver..................................................................... 43

b) Status Pernikahan Caregiver ............................................... 45

c) Jenis Kelamin Caregiver .................................................... 45

d) Masa Kerja Caregiver ........................................................ 45

B. Analisa Univariat .......................................................................... 46

1. Gamabaran Beban kerja pada Caregiver .................................. 46

2. Gambaran Tingkat Stress Kerja pada CAregiver ..................... 46

C. Analisa Bivariat ........................................................................... 47

1. Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stress Kerja pada

Caregiver ................................................................................ 47

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 49

A. Karakteristik Responden ................................................................. 49

1. Usia Caregiver .......................................................................... 49

Page 15: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

xiv

2. Status Pernikahan Caregiver .................................................... 50

3. Jenis Kelamin Caregiver .......................................................... 50

4. Masa Kerja Caregiver .............................................................. 51

B. Hasil Analisis Univariat .................................................................. 51

1. Gambaran Beban Kerja pada Pekerja Sosial sebagai Caregiver

................................................................................................... 51

2. Gambaran Tingkat Stress Kerja pada Pekerja Sosial sebagai

Caregiver ................................................................................... 52

C. Analisis Bivariat .............................................................................. 53

1. Hubungan Beban Kerj dengan Tingkat Stress Kerja pada Pekerja

Sosial sebagai Caregiver di Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Mulia DKI Jakarta .................................................................... 53

D. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 54

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 55

A. Kesimpulan ..................................................................................... 55

B. Saran ................................................................................................ 55

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

xv

Page 17: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

xv

DAFTAR SINGKATAN

DKI = Daerah Khusus Ibu Kota

OSI-R = Occupatio all Stress Inentory – Revised Edition

PSTW = Panti Sosial Tresna Werdha

SPSS = Statistical Package for Social Science

Page 18: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian ………………………………………. 28

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ……………………………………. 29

Page 19: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional …………………………………………….. 30

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi usia Pekerja Sosial sebaga Caregiver di PSTW

Budi Mulia DKI Jakarta 2013……………….................................43

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi Status Pernikahan Pekerja Sosial sebaga

Caregiver di PSTW Budi Mulia DKI Jakarta 2013.........................44

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi Jenis Kelamin Pekerja Sosial sebaga Caregiver

di PSTW Budi Mulia DKI Jakarta 2013.........................................45

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi Masa Kerja Pekerja Sosial sebaga Caregiver di

PSTW Budi Mulia DKI Jakarta 2013..............................................45

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi Beban Kerja pada Pekerja Sosial sebaga

Caregiver di PSTW Budi Mulia DKI Jakarta 2013.........................46

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi Tingkat Stress pada Pekerja Sosial sebaga

Caregiver di PSTW Budi Mulia DKI Jakarta 2013........................47

Tabel 5.7 Hubungan antara Beban Kerja dengan Tingkat Stress Kerja pada

Pekerja Sosial sebagai Caregiver di PSTW Budi Mulia DKI Jakarta

2013..................................................................................................47

Page 20: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Studi Pendahuluan dari Dinas Sosial Provindi DKI Jakarta

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Uji Validitas dan Reabilitas

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Pengambilan Data

Lampiran 4 Surat Rekomendasi dari Badan kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi

DKI Jakarta

Lampiran 5 Surat Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

tentang Pemberian Izin Penelitian dari Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta

Lampiran 6 Lembar persetujuan menjadi responden penelitian (Informed

consent)

Lampiran 7 Kuesioner penelitian

Lampiran 8 Hasil uji statistik penelitian

Page 21: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut Usia adalah seseorang baik wanita maupun laki-laki yang

telah berusia 60 tahun ke atas (UU No. 13 Tahun 1998 pasal 1 ayat 2).

Pada tahun 2000 jumlah lansia baru mencapai 14,4 juta atau 7,18% total

populasi penduduk Indonesia, dan pada tahun 2004 jumlah lansia

meningkat hingga mencapai 16,5 juta. Pada tahun 2005 jumlah lansia

mencapai angka 17,6 juta jiwa dan data pada tahun 2012 diketahui bahwa

jumlah lansia meningkat menjadi 8% dari jumlah penduduk Indonesia

yakni mencapai 28 juta jiwa (Kemensos, 2012).

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perbaikan sosio-

ekonomi, perbaikan perawatan dan penyediaan fasilitas kesehatan serta

semakin baiknya gizi masyarakat selama tiga dekade terakhir berdampak

pada meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia menjadi 72

tahun. Hal ini membawa konsekuensi meningkatnya jumlah lanjut usia

dari tahun ke tahun. Dengan semakin panjangnya usia harapan hidup, akan

berimplikasi pada permasalahan sosial yang berkaitan dengan kondisi

fisik, psikologis, sosial dan ekonomi dimana jumlah lanjut usia terlantar

semakin meningkat. Diprediksi pada 2025, jumlah lansia membengkak

menjadi 40 jutaan. Bahkan pada 2050 jumlah lansia diperkirakan

mencapai 71,6 juta jiwa di Indonesia (Kemensos, 2012).

Dari populasi lansia yang tercatat sebanyak 16.522.311 jiwa,

sekitar 3.092.910 (20 persen) diantaranya adalah lansia terlantar (Depsos,

2006). Jumlah lansia terlantar yang mendapat pelayanan kesejahteraan

sosial pada tahun 2005 adalah sebanyak 15.920 orang, sedangkan pada

tahun 2006 bantuan kesejahteraan sosial kepada lansia meningkat menjadi

15.930 orang. Dalam Symposium on ageing, Lanjut Usia Kementerian

Sosial RI, Yulia Suhartini mengatakan tahun 2012 jumlah lansia sudah

Page 22: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

2

mencapai 28 juta jiwa atau sekitar delapan persen dari jumlah penduduk

Indonesia dan 1,8 juta di antaranya terlantar.

Tantangan yang dihadapi akibat meningkatnya jumlah lanjut usia,

terutama mereka yang tidak potensial dan terlantar, adalah penyediaan

jaminan sosial baik formal maupun informal. Diperkirakan sekitar 3,3 juta

lansia memerlukan pelayanan sosial, sebagian besar terlantar dan

memerlukan upaya perlindungan khusus (Komnas Lanjut Usia, 2000).

Dinyatakan oleh Hawari (2007), di negara maju lanjut usia memiliki

permasalahan seperti depresi hingga bunuh diri disebabkan keterasingan,

isolasi sosial dan kesepian. Demikian juga dengan panti-panti werdha di

negara maju yang menjadi semakin dibutuhkan. Disinilah timbul arti

penting bagi Negara Indonesia untuk mempersiapkan panti-panti werdha

yang tetap memberikan peluang bagi lanjut usia untuk tetap sejahtera

tinggal di dalamnya.

Panti adalah rumah atau tempat kediaman (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2007). Sementara Tresna werdha berasal dari bahasa Jawa yang

berarti mencintai lansia. Panti werdha ( rumah perawatan orang – orang

lanjut usia ) ini biasanya diperuntukkan bagi lansia yang tidak mempunyai

sanak keluarga atau teman yang mau menerima, sehingga pemeritah wajib

melindungi lansia dengan menyelenggarakan panti werdha ( Darmojo,

2009 dalam Oktariyani 2012). Panti sosial yang dikelola oleh pemerintah

dinamakan panti sosial tresna werdha. Panti Sosial Tresna Werdha (

PSTW ) adalah suatu lembaga pelayanan sosial yang menempatkan lansia

sebagai penerima layanan. Panti Sosial Tresna Werdha berada dibawah

bimbingan kementrian sosial republik indonesia. Jumlah Panti Sosial

Tresna Werdha yang dikelola oleh Pemerintah Pusat maupun Daerah dan

Masyarakat (2010) berjumlah 235 unit dengan jumlah lanjut usia yang

mampu ditangani sebanyak 11.397 orang (Kemensos, 2010). Sedangkan di

wilayah DKI Jakarta sendiri terdapat 12 panti werdha yang dikelola oleh

dinas sosial maupun oleh swasta.

PSTW Budi Mulia adalah suatu lembaga pelayanan sosial yang

berada di bawah naungan Dinas Sosial provinsi DKI Jakarta. Terdiri dari

Page 23: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

3

PSTW Budi Mulia 01 yang terletak di Cipayung Jakarta Timur, PSTW

Budi Mulia 02 terletak di Cengkareng Jakarta Barat, PSTW Budi Mulia 03

di Ciracas Jakarta Timur dan PSTW Budi Mulia 04 di Margaguna Jakarta

Selatan. Masing masing memiliki warga binaan sendiri yang ditampung di

panti – pati tersebut. PSTW Budi Mulia 01 warga binaan yang tinggal

sebanyak 200 jiwa, PSTW Budi Mulia 02 warga binaan yang tinggal

sebanyak 166 jiwa, PSTW Budi Mulia 03 warga binaan yang tinggal 130

jiwa dan PSTW Budi Mulia 04 warga binaan yang tinggal sebanyak 200

jiwa. Dinas sosial menyebutkan bahwa untuk menjadi anggota atau

penghuni PSTW adalah lansia terlantar laki – laki atau perempuan yang

berusia minimal 60 tahun dan sehat jasmani dan rohani (layananpanti,

n.d). Berdasarkan hasil obeservasi yang telah dilakukan karakteristik

lansia yang ada di panti ini biasanya lansia yang tergolong kurang mampu,

memiliki taraf ekonomi yang rendah dan pendidikan yang rendah serta

memiliki gaya hidup yang kurang karena sebelumnya lansia tersebut biasa

hidup di jalanan.

Seperti Panti Sosial pada umumnya PSTW Budi Mulia memiliki

tujuan dalam meningkatkan kualitas pelayanan sosial lanjut usia secara

fisik, mental, sosial yang diliputi rasa keselamatan dan kenyamanan.

Pelayanan tersebut dilaksanakan dalam berbagai kegiatan yang telah

direncanakan sebelumnya dan menjadi kegiatan rutinitas bagi lansia.

Dalam kegiatan rutinitasnya, para lansia membutuhkan dukungan sosial

dimana orang lain dapat membantunya memenuhi kebutuhannya. Sumber

dukungan sosial bagi para lansia adalah orang lain yang akan berinteraksi

dengan para lansia tersebut sehingga para lansia dapat merasakan

kenyamanan secara fisik maupun psikologis, yang disebut sebagai

caregiver.

Caregiver terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu caregiver yang

berasal dari keluarga dan caregiver yang berada dalam suatu institusi

formal ( Astuti, 2002). Caregiver yang bertugas di PSTW Budi Mulia

terdiri dari Pekerja Sosial dan Pramu Sosial. Fungsi pelayanan dan

pertolongan yang diberikan keduanya tidak jauh berbeda, keduanya

Page 24: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

4

memberikan pelayanan sosial pada para lansia yang menjadi warga binaan

sosial ( WBS) di PSTW Budi Mulia. Yang membedakan mereka adalah

status kepegawaian yang berpengaruh pada fungsi administratif pelayanan

( Lubis, 2004). Caregiver formal yang bertugas di PSTW Budi Mulia

untuk selanjutnya akan disebut dengan Pekerja Sosial atau Pramu Sosial.

Di indonesia Idealnya seorang pekerja sosial dalam pelayanannya

terhadap klien menangani 5 klien ( Depsos RI, 1995: 5 dalam Marsaoly,

2001). Namun pada kenyataan di lapangan ada ketidakseimbangan jumlah

caregiver dengan warga binaan sosial. Di PSTW Budi Mulia 01 ratio

antara jumlah caregiver dan warga binaan sosial adalah 1:11, di PSTW

Budi Mulia 02 ratio perbandingannya 1 :11, di PSTW Budi Mulia 03 ratio

perbandingannya 1:11, dan di PSTW Budi Mulia 04 ratio

perbandingannya 1:13. Dari perbandingan ratio tersebut bisa terlihat

adanya beban berlebih yang dialami oleh para caregiver.

Oyebode 2003 dalam Juairiani 2004 dikatakan bahwa mereka yang

menerima pertolongan caregiver biasanya bergantung pada caregivernya.

Bagi caregiver tuntutan dari kliennya dapat mengakibatkan strees, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Caregiver memiliki tingkat stres

yang lebih tinggi dibandingkan noncaregivers (Pinquart & Sorensen

2003). Memberikan perawatan pada klien dengan kondisi penurunan

fungsional dirasakan begitu berat dan menyebabkan depresi bagi para

caregiver (Grunfeld 2004). Menurut Okoye dan Asa (2011), sebagai

seorang caregiver, memberikan perawatan terutama untuk orang tua,

menuntut pengorbanan yang besar, baik secara fisik dan emosional.

Sehingga peningkatan stress yang signifikan pada caregiver yag merawat

lansia dengan demensia banyak sekali ditemukan. Studi penelitian

menunjukkan bahwa 30 sampai 40 % dari caregiver lansia dementia

mengalami deprsei dan stress ( Alzheimer’s Association & National

Alliance for Caregiving 2004 ).

Caregiver berada pada risiko kesehatan yang lebih besar daripada

penerima perawatan, karena ketika caregiver mengabdikan diri dengan

kebutuhan orang lain, mereka cenderung mengabaikan kebutuhan mereka

Page 25: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

5

sendiri. Mereka mungkin tidak mengenali atau mungkin mengabaikan

tanda-tanda penyakit, kelelahan atau depresi yang mereka alami. Stres

negatif dapat berdampak pada kesehatan fisik caregiver atau menyebabkan

caregiver secara fisik atau verbal agresif terhadap klien atau lansia. Studi

juga menunjukkan bahwa salah satu alasan untuk penelantaran dan

kekerasan pada lansia adalah stress pada caregiver (Gupta R, Chaudhuri

A, 2008 dalam Okoye 2011).

Studi menunjukkan bahwa 30% sampai 40% dari caregiver lansia

dengan demensia menderita depresi dan stress (Covinsky et all, 2003).

Zarit (2006), mengemukakan antara 40% sampai 70% dari caregiver

memiliki gejala klinis yang signifikan dari depresi, dengan sekitar

seperempat hingga setengah dari caregiver ditemukan kriteria diagnostik

utama untuk depresi. Caregiver yang mengalami depresi sangat mungkin

untuk mendapatkan gangguan kecemasan, penyalahgunaan atau

ketergantungan zat psikotropika, dan penyakit kronis. (Spector dan Tampi,

2005).

Hurrel (dalam Munandar 2001) dan Manuaba (2000)

mengemukakan salah satu faktor penyebab stress kerja adalah beban

kerja, faktor – faktor pekerjaan yang dapat menimbulkan stress adalah

kategori faktor – faktor intrinsik dalam pekerjaan adalah fisik dan tugas.

Beban kerja termasuk kedalam cakupan tugas. Data dan fakta menunjukan

lebih dari seperlima (22%) dari caregiver merasa kelelahan ketika mereka

pergi tidur dimalam hari, dan mereka banyak yang merasa tidak dapat

menangani semua tanggung jawab perawatan bagi para lansia akibat beban

kerja yang dirasa begitu berat. (Center on Aging Society, 2005).

Studi pendahuluan dilakukan terhadap 22 responden dari PSTW

Budi Mulia 04 dan PSTW Budi Mulia 01. Hasil studi pendahuluan

diketahui bahwa dari 22 responden 81,8 % mengalami stress sedang dan

18,2 % mengalami stress ringan. beban kerja yang di alami responden,

merasa beban kerja ringan sampai sedang 72,7 %.

Dari data dan fakta yang ditemukan peneliti dan mengacu pada

teori Hurrel (dalam Munandar, 2001) bahwa beban kerja merupakan salah

Page 26: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

6

satu faktor yang menyebabkan stress kerja. Maka peneliti akan mengkaji

hubungan antara beban kerja dengan tingkat stress kerja pada caregiver.

Peneliti akan melakukan penelitian di PSTW Budi Mulia DKI Jakarta.

Penelitian ini belum pernah diteliti di empat lokasi PSTW Budi Mulia di

wilyah DKI Jakarta,sehingga sangat relevan jika permasalahan ini

diangkat sebagai judul skripsi “ Hubungan antara Beban Kerja dengan

Tingkat Stress Kerja pada Pekerja Sosial sebagai Caregiver di Panti Sosial

Tresna Werdha DKI Jakarta 2013”.

B. Rumusan Masalah

Stress merupakan reaksi internal individu untuk menyesuaikan diri

terhadap stressor yang dihadapinya. Reaksi ini akan mempengaruhi

individu berespon terhadap lingkungannya. Stress yang dialami oleh para

Pekerja sosial sebagai caregiver formal di Panti Sosial bisa berdampak

negatif baik untuk dirinya ataupun penerima perawatan. Banyaknya

penelitian yang memperlihatkan kondisi stress yang terjadi pada para

caregiver dan adanya perhitungan perbandingan jumlah caregiver dengan

warga binaan sosial yang cukup signifikan yakni di PSTW Budi Mulia 01

ratio antara jumlah caregiver dan warga binaan sosial adalah 1 : 11, di

PSTW Budi Mulia 02 ratio perbandingannya 1 : 11, di PSTW Budi Mulia

03 ratio perbandingannya 1 : 11, dan di PSTW Budi Mulia 04 ratio

perbandingannya 1 : 13, membuat peneliti ingin melihat seberapa jauh

hubungan beban kerja terhadap tingkat stress kerja yang dialami oleh para

caregiver.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran tingkat stress kerja pada pekerja sosial sebagai

caregiver di PSTW Budi Mulia DKI Jakarta?

2. Bagaimana gambaran beban kerja pada pekerja sosial sebagai

caregiver di PSTW Budi Mulia DKI Jakarta?

3. Apakah ada hubungan antara beban kerja dengan stress kerja pada

pekerja sosial sebagai caregiver di PSTW Budi Mulia DKI Jakarta ?

Page 27: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

7

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

melihat Hubungan beban kerja dengan tingkat stress kerja pada

pekerja sosial sebagai caregiver di Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Mulia DKI Jakarta.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik demografi pada pekerja sosial

sebagai caregiver di PSTW Budi Mulia DKI Jakarta.

b. Mengetahui gambaran tingkat stress kerja pada pekerja sosial

sebagai caregiver di PSTW Budi Mulia DKI Jakarta.

c. Mengetahui gambaran beban kerja pada pekerja sosial sebagai

caregiver di PSTW Budi Mulia DKI Jakarta.

d. Mengetahui ada atau tidak hubungan antara beban kerja dengan

tingkat stress kerja pada pekerja sosial sebagai caregiver di PSTW

Budi Mulia DKI Jakarta.

E. Manfaat Penelitian

1. Institusi Pendidikan Keperawatan

Gambaran tingkat stress kerja dan beban kerja yang didapat dari

penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan konseling Institusi

Pendidikan Keperawatan kepada para pekerja sosial sebagai caregiver

di PSTW dalam meningkatkan kualitas pelayanan sosial yang

diberikan. Secara tidak langsung, berguna untuk meningkatkan

kesejahteraan sosial orang, kelompok maupun masyarakat yang

dibantu oleh Pekerja Sosial sebagai seorang caregiver.

Page 28: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

8

2. Bagi Lembaga PSTW

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

masukan yang bermanfaat serta membantu pimpinan lembaga atau

instansi dalam memberikan task schedule pada caregiver di PSTW.

3. Perkembangan Ilmu Keperawatan

Manfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan adalah sebagai

salah satu dasar untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang

tingka stres kerja yang dialami para caregiver di panti sosial.

4. Mahasiswa

a. Dapat memberikan masukan dan alternatif dalam mencegah dan

mengatasi masalah stres yang dialami mahasiswa dalam

memberikan pelayanan.

b. Dapat menambah pengetahuan tentang hal-hal yang dapat

menyebabkan stres saat memberikan pelayanan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengetahui hubungan beban

kerja dengan tingkat stress kerja pada pekerja sosial sebagai caregiver di

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia Jakarta. Subjek yang diteliti

adalah para pemberi pelayanan atau caregiver di PSTW Budi Mulia 01,

PSTW Budi Mulia 02, PSTW Budi Mulia 03, dan PSTW Budi Mulia 04.

Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif analitik dan

menggunakan desain penelitian cross sectional.

Page 29: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Caregiver

Oyeboed mendefinisikan caregiver adalah “The person who

provides care to another one who is defendent on him or her for help”

(Oyebode 2003). Juairiani (2004) dalam tugas kesarjanaannya

menyimpulkan bahwa caregiver adalah individu (baik keluarga, teman,

tenaga sukarela ataupun tenaga profesional yang dibayar) yang memberi

perhatian, menyediakan kebutuhan fisik, memberi bantuan atau

kenyamanan, serta perlindungan dan pengawasan kepada individu lain

yang membutuhkan pertolongan karena sedang dalam keadaan sakit atau

tidak mampu. Caregiver adalah seseorang yang memberikan bantuan

kepada orang yang mengalami ketidakmampuan dan memerlukan bantuan

karena penyakit dan keterbatasannya (Sukmarini, 2009). Seorang

caregiver bisa berasal dari anggota keluarga, teman, ataupun tenaga

profesional yang mendapatkan bayaran (Nadya, 2009). Caregiver lansia

adalah seseorang baik itu berasal dari keluarga, teman, tetangga, ataupun

tenaga profesional yang memberikan perawatan, memberikan perhatian,

menyediakan kebutuhan fisik, memberi bantuan atau kenyamanan, serta

perlindungan dan pengawasan kepada lansia karena ketidakmampuan,

keterbatasan atau dalam keadaan sakit.

1. Tipe Tipe Tugas Caregiver

Birren dan Schale dalam Juairiani (2004) menjelaskan

mengenai tipe – tipe dan tugas caregiver yang digolongkan

kedalam dua kelompok yaitu :

a. Berdasarkan bentuk gangguan yang dialami klien

Bentuk gangguan yang dialami klien dapat

mempengaruhi jenis bantuan yang diberikan oleh

caregiver. Sebagai contoh, klien yang mengalami gangguan

Page 30: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

10

pada fungsi fisik mengetahui apa yang hendak ia lakukan

namun tidak mampu mengerjakannya tanpa bantuan

caregiver.

b. Berdasarkan tindakan yang dilakukan oleh caregiver

Ada beberapa bentuk tindakan yang dapat diberikan

oleh caregiver antara lain menyediakan materi yang dapat

memeberikan pertolongan langsung, memberikan informasi

atau saran tentang situasi dan kondisi klien, memberikan

rasa nyaman dan dihargai serta diberikan kepada klien,

menghargai positif individu dan memberi semangat serta

persetujuan positif kepada klien. Serta membuat individu

merasa menjadi anggota dari suatu kelompok yang saling

membutuhkan.

Dalam melaksanakan tugasnya, para caregiver di

PSTW tergolong kedalam dua tipe diatas, memberikan

pelayanan, perawatan, advokasi, sekaligus edukator bagi

para lansia. Tidak hanya itu saja, para caregiver juga

berperan dalam kenyamanan dan ketenangan para lansia di

panti.

2. Karakteristik Caregiver

Seorang caregiver percaya bahwa dirinya memiliki

kemampuan, bersahabat, berharga, termotivasi secara internal,

dapat menjadi tempat bergantug dan suka menolong orang lain.

Compton dan galaway menambahakan kematangan yang terdiri

dari kapasitas untuk kreatif, mampu mengobservasi diri sendiri

ketika berinteraksi dengan orang lain, memiliki keinginan untuk

menolong, sert memiliki keberanian serta kepekaan untuk menilai

dan memutuskan sesuatu atas dasar kepentingan klien (Combs, et

al dalam Juairiani 2004).

Page 31: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

11

3. Jenis Caregiver

Caregiver dibagi menjadi caregiver informal dan caregiver

formal. Caregiver informal adalah salah seorang individu (anggota

keluarga, teman atau tetangga) yang memberikan perawatan tanpa

dibayar, paruh waktu atau sepanjang waktu, tinggal bersama

maupun terpisah dengan orang yang dirawat, sedangkan caregiver

formal adalah caregiver yang merupakan bagian dari sistem

pelayanan baik dibayar maupun sukarelawan (Sukmarini, 2009).

Dalam konteks ini para caregiver di PSTW tergolong kedalam

jenis caregiver formal. Karena para caregiver di PSTW merupakan

bagian dari sistem pelayanan.

4. Pekerja Sosial Sebagai Caregiver di Panti Sosial

Dalam bidang pelayanan kesejahteraan sosial (termasuk pelayanan

lansia), banyak lembaga kesejahteraan sosial yang memperkerjakan

tenaga – tenaga profesional dan fungsional, yang salah satunya

adalah pekerja sosial ( social worker) ( Marsaoly, 2001).

Pekerja sosial adalah menurut keputusan menteri sosial RI No.

25/HUK/1996, “seseorang yang mempunyai kompetensi profesional

yang diperolehnya melalui pendidikan formal atau pengalaman

praktek di bidang pekerjaan sosial atau kesejahteraan sosial yang

diakui secara resmi oleh pemerintah, dan melaksanakan tugas

fungsional.

Menurut Berry dalam Handayani (2004) istilah pekerja sosial

diartikan sebagai :

“the term ‘social worker’ to prefer to people who are paid in a

profesional capacity to undertake the tasks of konselling and or

social care palnning.” Istilah pekerja sosial menunjuk kepada orang

yang dibayar dalam suatu kemampuan profesional untuk

mengadakan tugas tugas konseling dan atau perencanaan perawatan

perlindungan social.

Page 32: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

12

Pekerja sosial selaku ujung tombak daripada pelaksanaan

pelayanan sosial oleh suatu lembaga ( termasuk panti) keberadaanya

mempunyai peranan yang sangat penting dalam melayani klien

karena itulah merekalah yang lebih mengetahui dan mengenali

langsung masalah dan kebutuhan yang dirasakan oleh klien.

Disamping itu juga pengetahuan dan keterampilan pekerjaan sosial

yang mereka miliki, baik diperoleh lewat pendidikan maupun

pelatihan – pelathan yang dilaksanakan, baik oleh kementrian sosial

maupun institusi – intstitusi lain sangat diperlukan dalam rangka

melaksanakan pelayanan sosial.

Pekerja sosial di panti sosial adalah caregiver formal yang bertugas

meningkatkan kualitas hidup penghuni panti sosial sehingga mereka

dapat hidup lebih baik di masyarakat. Caregiver yang bertugas di

panti sosial yang ada di indonesia terdiri dari pekerja sosial dan

pramu sosial. Fungsi pelayanan dan pertolongan yang diberikan

keduanya tidak jauh berbeda dimana keduanya memberikan

pelayanan sosial pada klien yang ada di panti tempat mereka bekerja.

Yang membedakan adalah status kepegawaian yang berpengaruh

pada fungsi adminitrasi. Para caregiver melakukan tugasnya

dituntun oleh sejumlah kepercayaan yang terpendam yang

memotivasinya untuk melakukan perilaku menolong. Dalam

menjalankan tugas, fungsi dan perannya sebagai tenaga fungsional,

para caregiver di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia Jakarta

terikat pada ketentuan – ketentuan yang berlaku. Dalam hal ini

adalah buku panduan pekerja sosial yang diterbitkan oleh Sekjen

Depsos RI tahun 1998 dan merupakan pedoman bagi para pekerja

sosial dalam rangka menjalankan tugas pelayanan bidang

kesejahteraan sosial .

Dalam htttp://www.kemensos.go.id/peksos.htm disebutkan bahwa

fungsi pekerja sosial adalah sebagai berikut :

a. Melaksanakan pencegahan terhadap timbul dan

berkembangnya masalah masalah sosial

Page 33: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

13

b. Melaksanakan rehabilitasi antara lain memperbaiki ,

memulihkan peran peran sosial yang terganggu

c. Melaksanakan pengembangan kemampuan individu, kelompok

dan masyarakat dalam meningkatkan taraf kesejahteraan

sosialnya dan mendayagunkaan potensi dan sumber sumber

d. Memberikan dukungan terhadap profesi dan sektor - sektor

lain guna peningkatan kualitas pelayanan sosial.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa pekerja sosal adalah

merupakan caregiver yang menolong orang atau kelompok lain

dengan berdasarkan pegetahuan, nilai – nilai dan keahlian

profesional yang diberikan secara sadar dan dan satu arah.

B. Definisi Stress Kerja

1. Definisi Stress

Stress merupakan istilah dari bahasa latin “stingere” yang berarti

“keras” (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan

perkembangan penelaahan yang berkelanjutan dari waktu ke waktu

dari straise, strest, stresce, dan stres (Yosep, 2007). Stress adalah

suatu keadaaan ketika seseorang berespon terhadap perubahan yang

terjadi dari situasi yang normal dan stabil dalam hidupnya. Stress

bukanlah penyakit, namun kondisi stress dapat mempengaruhi

berbagai aspek kehidupan baik secara fisik, emosional intelektual,

sosial dan spiritual (Kozier, 2004). Stres adalah respon manusia yang

bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntunan kebutuhan yang ada

dalam dirinya (Pusdikakes Depkes. RI dalam Sunaryo 2004). Bapak

dari konsep stress modern, Selye (1976 dalam Potter & Perry, 2005),

menyatakan bahwa stres adalah segala situasi dimana tuntutan

nonspesifik mengharuskan seorang individu untuk merespon atau

melakukan tindakan.

Page 34: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

14

2. Definisi Stress Kerja

Stress kerja merupakan respon psikologis individu terhadap

tuntutan di tempat kerja yang menuntut seseorang untuk beradaptasi

dalam mengatasinya. Stress kerja merupakan respon seseorag terhadap

tuntutan dari pekerjaanya (Martina, 2012). Spears (2008)

mendefinisikan stress kerja sebagai reaksi seseorang terhadap tekanan

yang berlebihan atau tuntutan di tempat kerja yang bersifat merugikan.

3. Tahapan Stress

Menurut Amberg (1979) seperti yang dikemukakan Hawari (2008)

bahwa tahapan stres sebagai berikut :

a. Stres tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stress yang paling ringan,

dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan berikut :

1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).

2) Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasannya.

3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari

biasanya ; namun tanpa disadari cadangan energi

dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang

berlebihan pula.

4) Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan

semakin bertambah semangat, namun tanpa disadari

cadangan energi semakin menipis.

b. Stres tahap II

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang

yang berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut :

1) Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya

merasa segar

2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang

3) Lekas merasa capek menjelang sore hari

Page 35: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

15

4) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman

(bowel discomfort).

5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya

(berdebar-debar)

6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang

7) Tidak bisa santai.

c. Stres tahap III

Pada tahap III keluhan semakin meningkat dan

mengganggu yaitu :

1) Gangguan lambung dan usus semakin nyata;

misalnya keluhan maag (gastritis), buang air besar

tidak teratur (diare).

2) Ketegangan otot-otot semakin terasa.

3) Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan

emosional semakin meningkat.

4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar

untuk mulai masuk tidur (early imsomnia), atau

terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur

(middle imsomnia), atau bangun terlau pagi atau

dini hari dan tidak dapat kembali tidur (late

imsomnia).

5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa mau

pingsan). Kesempatan untuk beristrirahat guna

menambah suplai energi yang mengalami defisit.

d. Stres tahapan IV

1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa

amat sulit.

2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan

dan mudah diselesaikan menjadi membosankan

dan terasa lebih sulit.

Page 36: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

16

3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi

kehilangan kemampuan untuk merespons secara

memadai (adequate).

4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan

rutin sehari-hari.

5) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi

yang menegangkan

6) Seringkali menolak ajakan (negativesm) kerena

tidak semangat dan kegairahan.

7) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.

8) Timbul perasaan ketakuatan dan kecemasan yang

tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.

e. Stres tahap V

Bila keadaan berlanjut maka seseorang itu akan jatuh dalam

stres tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut :

1) Kelelahan fisik dan mental yang semakin

mendalam (physical and psychological ex-

haution).

2) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan

sahari-hari yang ringan dan sederhana.

3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat

(gastro-intestinal disorder)

4) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang

semakin meningkat, mudah bingung dan panik.

f. Stres tahap VI

1) Debaran jantung teramat keras

2) Susah bernafas (sesak dan megap-megap)

3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan

keringat bercucuran

4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan

Page 37: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

17

5) Pingsan dan kolaps (collapse)

Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala sebagaimana

digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang

disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh sebagai

akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk

mengatasinya.

4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Stress

Stressor diperkenalkan oleh Selye. Stressor adalah faktor-faktor

dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respon stres.

Stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi fisik,

psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah,

dalam kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya. Tekanan stress

atau stressor akan membebani individu dan mengakibatkan gangguan

keseimbangan fisik maupun psikis. Usaha seseorang dalam

menanggulangi stressor dikatakan stress (Maramis, 2009). Stres

merupakan reaksi non-spesifik manusia terhadap rangsangan atau

tekanan (stimulus stressor) (Hartono, 2007).

Potter & perry (2005) mengklasifikasikan faktor penyebab stres

menjadi 2 yaitu:

a. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri

seseorang seperti: kondisi fisik, atau suatu keadaan emosi,

dan motivasi/harapan.

b. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari diri seseorang

seperti: perubahan ,lingkungan sekitar, keluarga,hubungan

interpersonal dan sosial budaya.

Adapun menurut Grand (2000) dalam Sunaryo (2004), stres

ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

a. Penyebab makro menyangkut peristiwa besar dalam

kehidupan seperti kematian, perceraian, luka bathin,

kebangkrutan.

Page 38: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

18

b. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-

hari, seperti pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaaan,

masalah apa yang akan dimakan, dan antri.

Menurut Munandar dalam Psikologi Kesehatan, faktor – faktor

yang berhubungan dengan stress kerja adalah :

a. Tuntutan Tugas

1) Shift kerja

Penelitian kepada para pekerja shift menunjukkan

bahwa kerja shift merupakan sumber utama dari stress

bagi para pekerja. (Monk & Tepas 1985 dalam

Komara 2012).

2) Beban Kerja

Beban kerja adalah kombinasi dari beban kerja

kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja secara

kuantitatif yaitu timbul karena tugas – tugas terlalu

banyak atau sedikit, sedangkan beban kerja kualitatif

jika pekerja merasa tidak mampu melakukan tugas

atau tidak menggunakan keterampilan atau potensi

dari pekerja (Munandar, 2001).

c. Peran individu dalam Organisasi

Setiap pekerja bekerja sesuai dengan perannya dalam

organsasi, artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok

tugasnya yang harus ia lakukan sesuai dengan aturan – aturan

yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan atasannya.

Namun demikian, pekerja tidak selalu berhasil memainkan

perannya tanpa menimbulkan masalah sehingga hal ini

merupakan pembangkit stress yang meliputi konflik peran

dan ketidak jelasan kerja.

Konflik peran akan timbul jika seorang tenaga kerja

mengalami adanya pertentangan antara tugas – tugas yang

Page 39: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

19

harus ia lakukan dan antara tanggung jawab yang ia miliki

atau tugas – tugas yang harus ia lakukan yang menurut

pandangannya bukan merupakan bagian dari pekerjaan.

Konflik peran juga dapat terjadi akibat adanya tuntutan –

tuntutan yang bertentangan dari atasa, rekan, bawahannya,

atau orang lain yang dinilai penting bagi dirinya.

Pertentangan dengan nilai – nilai pribadi pun sewaktu-waktu

dapat menyebabkan terjadinya konflik peran saat pekerja

melakukan tugasnya.

d. Pengembangan Karir

Pengembangan karir merupakan pembangkit stress yang

potensial yang mencangkup ketidakpastian pekerjaan,

promosi yang berlebih atau promosi yang kurang.

e. Hubungan dalam pekerjaan

Hubungan yang buruk dengan atasan, rekan kerja dan

bawahan dalam bekerja dapat memicu timbulnya stress dan

absenteisme dalam bekerja.

f. Struktur dan Iklim Organisasi

Faktor stress yang dikemukakan dalam kategori ini

berpusat pada sehjauh mana tenaga kerja dapat terlibat atau

berperan serta dan pada support sosial. Kurangnya peran serta

atau partisipasi dalam pengambilan keputusan berhubungan

dengan suasana hati dan perilaku negatif. Peningkatan

peluang untuk berperan serta menghasilkan peningkatan

produktivitas, dan peningkatan taraf dari kesehatan mental

dan fisik. (Komara,2012).

Page 40: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

20

g. Tuntutan dari luar organisasi

Kategori pembangkit stress potensial ini mencangkup

segala unsur kehidupan seseorang yang dapat berinteraksi

dengan peristiwa – peristiwa kehidupan dan kerja didalam

satu organisasi, dengan demikian memberi tekanan pada

individu. Namun perlu diketahui bahwa peristiwa pribadi

dapat meringankan akibat dari pembangkit stress organisasi.

Jadi support sosial berfungsi sebagai bantal penahan stress.

Sebaliknya, kepuasan kerja dapat membantu individu untuk

menghadapi kehidupan pribadi yang penuh stress dengan

berfungsi sebagai bantal penahan.

h. Ciri – ciri individu

Stress ditentukan pula oleh individunya sendiri, sejauh

mana ia melihat situasinya sebagai penuh stress

(Komara,2012). Reaksi – reaksi psikologis, fisiologis dalam

bentuk perilaku terhadap stress adalah hasil dari interaksi

situasi dengan individunya sendiri, mencakup ciri – ciri

kepribadian yang khusus dan pola – pola perilaku yang

didasarkan pada sikap, kebutuhan, nilai- nilai, pengalaman

masa lalu, keadaan kehidupan dan kecakapan.

1) Kepribadian

Faktor – faktor dalam diri individu berfungsi

sebagai faktor pengaruh antara rangsangan dari

lingkungan yang merupakan pembangkit stress

potensial dengan individu.

2) Kecakapan

Merupakan variable yang ikut menentukan stress

tidaknya suatu situasi yang sedang dihadapi, jika

seorang pekerja menghadapi masalah yang ia rasakan

Page 41: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

21

tidak mampu ia pecahkan, sedangkan situasi tersebut

penting bagi dirinya sehingga ia mengalami stress.

Ketidakmampuan menghaddapi situasi menimbulkan

rasa tidak berdaya. Sebaliknya jika merasa mampu

mengahadapi situasi orang justru akan merasa di

tantang dan motivasinya akan meningkat.

3) Nilai dan Kebutuhan

Setiap organisasi mempunyai kebudayaan masing –

masing, kebudayaan yang terdiri dari keyakinan –

keyakinan, nilai – nilai, dan norma – norma perilaku

yang menunjang organisasi dalam usahanya mengatasi

masalah – masalah adaptasi eksternal dan internal.

4) Masa Kerja

Masa kerja mempunyai potensial untuk terjadinya

stress. hal ini sesuai dengan pendapat Robbin

berdasarkan teori pola hubungan U terbalik yang

memeberikan reaksi terhadap stress sepanjang waktu

dan terhadap perubahan intensitas stress, baik masa

kerja yang sebentar ataupun lama dapat menjadi pemicu

terjadinya stress kerja serta diperberat dengana danya

beban kerja yang besar. Pekerja yang telah bekerja di

atas 5 (lima) tahun biasanya memiliki tingkat kejenuhan

yang lebih tinggi dari pada pekerja yang baru bekerja.

Sehingga adanya tingkat kejenuhan tersebut dapat

menyebabkan stress dalam bekerja (Munandar,2004).

5) Umur

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh UO

Okoye dan SS Asa (2011) pada 330 care giver di Panti

sosial di Negara bagian Nigeria tenggara menyebutkan,

Page 42: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

22

tingkat stress pada caregiver yang masih remaja lebih

tinggi dibanding caregiver dewasa hal ini dikarenakan

para remaja tersebut memiliki lebih banyak kegiatan

dan tidak tersedianya waktu yang cukup untuk

mengurus hal lain yang menarik perhatian mereka.

Selain itu caregiver yang telah dewasa memiliki

pengalaman yang lebih dalam memberikan pelayanan

sehingga dengan pengalaman tersebut para caregiver

dewasa mampu mengatasi permasalahan lebih baik

daripada para caregiver remaja.

6) Pendidikan

Penelitian yang dilakukan oleh UO Okuye dan SS

Asa 2011 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

caregiver berpengaruh pada tingkat pengalaman stress.

Cregiver dengan tingkat pendidkan yang rendah

mengalami tingkat stress yang tinggi dibandingkan

dengan tingkat pendidikan yang tinggi.

7) Status pernikahan

Menurut Handy (dalam Komara 2012) menyatakan

bila seorang pekerja mendapatkan dukungan dalam

karir dari isteri atau suami maka ia akan mendapatkan

kepuasan kerja. Oleh karena itu hubungan pernikahan

yang baik membantu pekerja untuk mencegah atau

mengurangi stress kerja.

5. Sumber Stress

Menurut Cooper (1983) dalam Prihatini (2008) sumber stress kerja

terdiri dari faktor – faktor :

Page 43: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

23

a. Lingkungan kerja ; Kondisi kerja yang buruk berpotensi

menyebabkan pekerja mudah sakit, mengalami stress dan

menurunkan produktivitas kerja.

b. Overload (beban kerja berlebih) ; beban kerja kuantitatif bila

target kerja melebihi kerja yang bersangkutan akibatnya

mudah lelah dan berada dalam ketegangan. Beban kerja

berlebihan secara kualitatif, bila pekerjaan memiliki tingkat

kesulitan yang tinggi.

c. Deprivational stress ; yaitu pekerjaan yang tidak menantang

atau tidak menarik lagi bagi pekerja, akibatnya timbul

berbagai keluhan seperti kebosanan, ketidakpuasan dan lain

sebagainya.

d. Pekerjaan berisiko tinggi, peerjaan yang berbahaya bagi

keselamatan.

Menurut Rice (1999) dalam (Marita, 2012) beberapa sumber stress

yang dapat mengakibatkan stress kerja antara lain :

a. Physichal danger, yaitu sumber potensial yang dapat

mengakibatkan stress kerja terutama saat pekerja menghadapi

kemungkinan terluka. Pekerjaan yang berada pada pekerjaan

yang darurat misalnya polisi, pemadam kebakaran, dan

tentara memiliki kemungkinan stress kerja.

b. Shift Work adalah salah satu sumber stress kerja. Shift work

dapat mengakibatkan terganggunya pola tidur, ritme

neurophysiological, metabolisme tubuh dan efisien mental.

Reaksi tersebut terjadi karena terganggunya cicardian

ryhtem, yaitu tipe jam biologis tubuh.

c. Role ambiguity (ambiguitas peran ) adalah sumber stress

kerja yang banyak terjadi terutama dalam struktur organisasi

yang besar. Ini terjadi karena peran menunjukkan ekspektasi

sosial yang akan ditunjukkan individu pada perilakunya saat

individu tersebut menduduki posisi yang jelas.

Page 44: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

24

d. Interpersonal Stress. rendahnya hubungan interpersonal

individu dapat mengakibatkan stress kerja. Hubungan

interpersonal dibutuhkan oleh pekerja.

e. Career development. Stress kerja dapat diakibatkan oleh

ketidaktersediaanya kebutuhan karir oleh pekerja, dimana

penelitian mengenai stress kerja mengatakan bahwa

seseorang membawa harapan spesifik terhadap pekerjaanya,

harapan mengenai hal – hal yang berlalu begitu cepat, atau

terus menerus dan berharap akan adanya kemajuan.

f. Organiational structure. Stuktur organisasi dapat

mengakibatkan stress kerja, pekerja biasanya mengalami

permasalahan dengan struktur yang tidak jelas,

ketidakstabilan politik dalam organisasi dan ketidakmampuan

supervisi dalam manajemen.

g. Hubungan antara rumah dan pekerjaan, masalah pribadi,

pekerjaan dirumah dapat mengakibatkan stress kerja di

lingkungan tempat dia bekerja.

h. Kebosanan dan situasi monoton, situasi yang membosankan

dan monoton dapat mengakibatkan stress kerja. Pekerja

menerima pekerjaan mereka sebagai sesutu yang

membosankan, monoton dan dilakukan berulang – ulang

i. Technostress, tekhnologi dapat menjadi sumber stress bagi

pekerja saat pekerja merasakan kondisi dari ketidakmampuan

mereka atau organisasinya untuk beradaptasi dengan

tekhnologi yang baru.

6. Tingkatan Stress

Leidy et al (1990) dalam Potter & Perry (2005) mengemukakan

bahwa situasi stress ringan biasanya tidak mengakibatkan kerusakan

fisiologis kronis, tetapi stress sedang dan berat dapat menimbulkan

resiko penyakit medis atau memburuknya penyakit kronis. Seperti

Page 45: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

25

yang dikategorikan Leidy et al, Rasmun (2004) juga mengkategorikan

stress menjadi tiga kategori :

a. Ringan (stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari

seseorang, terjadi hanya beberapa menit atau beberapa jam)

b. Sedang (stress yang dapat memicu terjadinya penyakit,

terjadi lebih lama dari stress ringan beberapa jam hingga

beberapa hari)

c. Berat (stress yang dapat memicu terjadinya penyakit, stress

kronis yang terjadi beberapa minggu hingga beberapa tahun)

C. Definisi Beban kerja

1. Definisi beban kerja

Beban kerja adalah kombinasi dari beban kerja kuantitatif dan

kualitatif. Beban kerja secara kuantitatif yaitu timbul karena tugas

– tugas terlalu banyak atau sedikit, sedangkan beban kerja

kualitatif jika pekerja merasa tidak mampu melakukan tugas atau

tidak menggunakan keterampilan atau potensi dari pekerja.

(Munandar,2001). Akibat beban kerja yang terlalu berat atau yang

terlalu sedikit dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita

gangguan atau penyakit akibat kerja. Tidak hanya itu saja, beban

kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan fisik

atau mental dan reaksi – reaksi emosional seperti sakit kepala,

gangguan pencernaan dan mudah marah. Sedangkan beban kerja

yang terlalu sedikit dimana terjadi pengulangan gerak akan

mengakibatkan kebosanan, rasa monoton. Beban kerja yang

berlebihan atau rendah dapat menimbulkan stress kerja (Manuaba,

2000).

2. Beban kerja pada caregiver

Beban tanggung jawab caregiving mempengaruhi kualitas

hubungan antara pengasuh dan penerima perawatan, kesehatan

caregiver dan keputusan untuk melembagakan penerima perawatan

Page 46: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

26

(Pinquart & Sorensen, (2007); Schulz & Martire, (2004) dalam

Savundranayagam et all (2010)) . Beban pada caregiver

mempengaruhi kesehatan caregiver ataupun penerima perawatan

(Kim et all, 2012).

Beban caregiver dibagi atas dua yaitu beban subyektif dan

beban obyektif. Beban subyektif caregiver adalah respon

psikologis yang dialami caregiver sebagai akibat perannya dalam

merawat pasien. Sedangkan beban obyektif caregiver yaitu

masalah praktis yang dialami oelh caregiver, seperti masalah

keuangan, gangguan pada kesehatan fisik, masalah dalam

pekerjaan, dan aktifitas sosial (Sukmarini 2009).

Ada 3 faktor beban caregiver yaitu efek dalam kehidupan

pribadi dan sosial caregiver. Beban psikologis dan perasaan

bersalah. Caregiver harus memberikan sejumlah waktu energi dan

uang. Tugas ini acap kali dirasakan tidak menyenangkan

menyebabkan stress psikologis dan melelahkan secara fisik. Faktor

terakhir berhubungan dengan perasaan bersalah seperti seharusnya

dapat melakukan lebih banyak, tidak dapat merawat dengan baik,

dan lain sebagainya (Rahmat, 2009). Beban kerja caregiver telah

didefinisikan sebagai respon multidimensi akibat penilaian negatif

dan stress yang dirasakan akibat mengurus individu yang sakit atau

memiliki keterbatasan (Kim et all, 2012).

3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Manuaba (2000) menyatakan bahwa beban kerja dipengaruhi

oleh faktor – faktor berikut :

a. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh

pekerja. Fakor eksternal mencakup tiga aspek yang sering

kali disebut stressor. Pertama, tugas – tugas yang bersifat

fisik seperti stasiun kerj, tata ruang, tempat kerja, alat dan

sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, sedangkan tugas –

tugas yang bersikap mental seperti kompleksitas pekerjaan,

Page 47: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

27

tingkat kesulitan pekerjaan dan tanggung jawab pekerjaan.

Kedua, organisasi kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu

istiraha, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan,

model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.

Dan yang ketiga, lingkungan kerja baik lingkungan kerja

fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis dan

lingkungan kerja psikologis.

b. Faktor internal, adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh

itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi

tubuh disebut strain, berat ringannya strain dapat dinilai

baik secara obyektif maupun subyektif. Faktor internal

meliputi faktor somatis ( jenis kelamin, umur, ukuran tubuh,

status gizi, dan kondisi kesehatan) dan faktor psikis

(motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, dan kepuasan).

D. Penelitian Terkait

Lebih dari seperlima (22%) dari caregiver merasa kelelahan ketika

mereka pergi tidur dimalam hari, dan mereka banyak yang merasa tidak

dapat menangani semua tanggung jawab perawatan bagi para lansia akibat

beban kerja yang dirasa begitu berat. (Center on Aging Society, 2005).

Berdasarkan penelitian Prihatini (2008), Terdapat hubungan yang

signifikan antara beban kerja dengan stress kerja pada perawat perawatan

ruang penyakit dalam RSUD Sidikalang. Menurut Campbell et al. (2008),

faktor lain yang terkait dengan beban caregiver yang dapat menyebabkan

stres bagi caregiver salah satunya adalah kualitas hubungan antara

caregiver dan klien, kemampuan kognitif klien, perilaku dan gejala

psikologis yang ditampilkan oleh klien, jenis kelamin caregiver, dan

peristiwa tidak baik dalam kehidupan. Hasil penelitian Fitrikasari et all

(2012), pada caregiver penderita skizofrenia didapatkan bahwa nilai skor

BAS (Burden Assessment Schedule) antara 18 sampai dengan 40, dengan

rata – rata 26,41. Sebanyak 89 responden (89%) merasa terbebani dengan

kondisi penderita. Beban cregiver mengancam kondisi fisik, psikologis,

Page 48: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

28

emosional dan kesehatan fungsional caregiver (Zarit et al. 1980, Parks &

Novielli 2000, Etters et al. 2008, Carretero et al. 2009 dalam

Savundranayagam 2010).

Page 49: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Caregiver

Oyeboed mendefinisikan caregiver adalah “The person who

provides care to another one who is defendent on him or her for help”

(Oyebode 2003). Juairiani (2004) dalam tugas kesarjanaannya

menyimpulkan bahwa caregiver adalah individu (baik keluarga, teman,

tenaga sukarela ataupun tenaga profesional yang dibayar) yang memberi

perhatian, menyediakan kebutuhan fisik, memberi bantuan atau

kenyamanan, serta perlindungan dan pengawasan kepada individu lain

yang membutuhkan pertolongan karena sedang dalam keadaan sakit atau

tidak mampu. Caregiver adalah seseorang yang memberikan bantuan

kepada orang yang mengalami ketidakmampuan dan memerlukan bantuan

karena penyakit dan keterbatasannya (Sukmarini, 2009). Seorang

caregiver bisa berasal dari anggota keluarga, teman, ataupun tenaga

profesional yang mendapatkan bayaran (Nadya, 2009). Caregiver lansia

adalah seseorang baik itu berasal dari keluarga, teman, tetangga, ataupun

tenaga profesional yang memberikan perawatan, memberikan perhatian,

menyediakan kebutuhan fisik, memberi bantuan atau kenyamanan, serta

perlindungan dan pengawasan kepada lansia karena ketidakmampuan,

keterbatasan atau dalam keadaan sakit.

1. Tipe Tipe Tugas Caregiver

Birren dan Schale dalam Juairiani (2004) menjelaskan

mengenai tipe – tipe dan tugas caregiver yang digolongkan

kedalam dua kelompok yaitu :

a. Berdasarkan bentuk gangguan yang dialami klien

Bentuk gangguan yang dialami klien dapat

mempengaruhi jenis bantuan yang diberikan oleh

caregiver. Sebagai contoh, klien yang mengalami gangguan

Page 50: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

10

pada fungsi fisik mengetahui apa yang hendak ia lakukan

namun tidak mampu mengerjakannya tanpa bantuan

caregiver.

b. Berdasarkan tindakan yang dilakukan oleh caregiver

Ada beberapa bentuk tindakan yang dapat diberikan

oleh caregiver antara lain menyediakan materi yang dapat

memeberikan pertolongan langsung, memberikan informasi

atau saran tentang situasi dan kondisi klien, memberikan

rasa nyaman dan dihargai serta diberikan kepada klien,

menghargai positif individu dan memberi semangat serta

persetujuan positif kepada klien. Serta membuat individu

merasa menjadi anggota dari suatu kelompok yang saling

membutuhkan.

Dalam melaksanakan tugasnya, para caregiver di

PSTW tergolong kedalam dua tipe diatas, memberikan

pelayanan, perawatan, advokasi, sekaligus edukator bagi

para lansia. Tidak hanya itu saja, para caregiver juga

berperan dalam kenyamanan dan ketenangan para lansia di

panti.

2. Karakteristik Caregiver

Seorang caregiver percaya bahwa dirinya memiliki

kemampuan, bersahabat, berharga, termotivasi secara internal,

dapat menjadi tempat bergantug dan suka menolong orang lain.

Compton dan galaway menambahakan kematangan yang terdiri

dari kapasitas untuk kreatif, mampu mengobservasi diri sendiri

ketika berinteraksi dengan orang lain, memiliki keinginan untuk

menolong, sert memiliki keberanian serta kepekaan untuk menilai

dan memutuskan sesuatu atas dasar kepentingan klien (Combs, et

al dalam Juairiani 2004).

Page 51: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

11

3. Jenis Caregiver

Caregiver dibagi menjadi caregiver informal dan caregiver

formal. Caregiver informal adalah salah seorang individu (anggota

keluarga, teman atau tetangga) yang memberikan perawatan tanpa

dibayar, paruh waktu atau sepanjang waktu, tinggal bersama

maupun terpisah dengan orang yang dirawat, sedangkan caregiver

formal adalah caregiver yang merupakan bagian dari sistem

pelayanan baik dibayar maupun sukarelawan (Sukmarini, 2009).

Dalam konteks ini para caregiver di PSTW tergolong kedalam

jenis caregiver formal. Karena para caregiver di PSTW merupakan

bagian dari sistem pelayanan.

4. Pekerja Sosial Sebagai Caregiver di Panti Sosial

Dalam bidang pelayanan kesejahteraan sosial (termasuk pelayanan

lansia), banyak lembaga kesejahteraan sosial yang memperkerjakan

tenaga – tenaga profesional dan fungsional, yang salah satunya

adalah pekerja sosial ( social worker) ( Marsaoly, 2001).

Pekerja sosial adalah menurut keputusan menteri sosial RI No.

25/HUK/1996, “seseorang yang mempunyai kompetensi profesional

yang diperolehnya melalui pendidikan formal atau pengalaman

praktek di bidang pekerjaan sosial atau kesejahteraan sosial yang

diakui secara resmi oleh pemerintah, dan melaksanakan tugas

fungsional.

Menurut Berry dalam Handayani (2004) istilah pekerja sosial

diartikan sebagai :

“the term ‘social worker’ to prefer to people who are paid in a

profesional capacity to undertake the tasks of konselling and or

social care palnning.” Istilah pekerja sosial menunjuk kepada orang

yang dibayar dalam suatu kemampuan profesional untuk

mengadakan tugas tugas konseling dan atau perencanaan perawatan

perlindungan social.

Page 52: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

12

Pekerja sosial selaku ujung tombak daripada pelaksanaan

pelayanan sosial oleh suatu lembaga ( termasuk panti) keberadaanya

mempunyai peranan yang sangat penting dalam melayani klien

karena itulah merekalah yang lebih mengetahui dan mengenali

langsung masalah dan kebutuhan yang dirasakan oleh klien.

Disamping itu juga pengetahuan dan keterampilan pekerjaan sosial

yang mereka miliki, baik diperoleh lewat pendidikan maupun

pelatihan – pelathan yang dilaksanakan, baik oleh kementrian sosial

maupun institusi – intstitusi lain sangat diperlukan dalam rangka

melaksanakan pelayanan sosial.

Pekerja sosial di panti sosial adalah caregiver formal yang bertugas

meningkatkan kualitas hidup penghuni panti sosial sehingga mereka

dapat hidup lebih baik di masyarakat. Caregiver yang bertugas di

panti sosial yang ada di indonesia terdiri dari pekerja sosial dan

pramu sosial. Fungsi pelayanan dan pertolongan yang diberikan

keduanya tidak jauh berbeda dimana keduanya memberikan

pelayanan sosial pada klien yang ada di panti tempat mereka bekerja.

Yang membedakan adalah status kepegawaian yang berpengaruh

pada fungsi adminitrasi. Para caregiver melakukan tugasnya

dituntun oleh sejumlah kepercayaan yang terpendam yang

memotivasinya untuk melakukan perilaku menolong. Dalam

menjalankan tugas, fungsi dan perannya sebagai tenaga fungsional,

para caregiver di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia Jakarta

terikat pada ketentuan – ketentuan yang berlaku. Dalam hal ini

adalah buku panduan pekerja sosial yang diterbitkan oleh Sekjen

Depsos RI tahun 1998 dan merupakan pedoman bagi para pekerja

sosial dalam rangka menjalankan tugas pelayanan bidang

kesejahteraan sosial .

Dalam htttp://www.kemensos.go.id/peksos.htm disebutkan bahwa

fungsi pekerja sosial adalah sebagai berikut :

a. Melaksanakan pencegahan terhadap timbul dan

berkembangnya masalah masalah sosial

Page 53: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

13

b. Melaksanakan rehabilitasi antara lain memperbaiki ,

memulihkan peran peran sosial yang terganggu

c. Melaksanakan pengembangan kemampuan individu, kelompok

dan masyarakat dalam meningkatkan taraf kesejahteraan

sosialnya dan mendayagunkaan potensi dan sumber sumber

d. Memberikan dukungan terhadap profesi dan sektor - sektor

lain guna peningkatan kualitas pelayanan sosial.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa pekerja sosal adalah

merupakan caregiver yang menolong orang atau kelompok lain

dengan berdasarkan pegetahuan, nilai – nilai dan keahlian

profesional yang diberikan secara sadar dan dan satu arah.

B. Definisi Stress Kerja

1. Definisi Stress

Stress merupakan istilah dari bahasa latin “stingere” yang berarti

“keras” (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan

perkembangan penelaahan yang berkelanjutan dari waktu ke waktu

dari straise, strest, stresce, dan stres (Yosep, 2007). Stress adalah

suatu keadaaan ketika seseorang berespon terhadap perubahan yang

terjadi dari situasi yang normal dan stabil dalam hidupnya. Stress

bukanlah penyakit, namun kondisi stress dapat mempengaruhi

berbagai aspek kehidupan baik secara fisik, emosional intelektual,

sosial dan spiritual (Kozier, 2004). Stres adalah respon manusia yang

bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntunan kebutuhan yang ada

dalam dirinya (Pusdikakes Depkes. RI dalam Sunaryo 2004). Bapak

dari konsep stress modern, Selye (1976 dalam Potter & Perry, 2005),

menyatakan bahwa stres adalah segala situasi dimana tuntutan

nonspesifik mengharuskan seorang individu untuk merespon atau

melakukan tindakan.

Page 54: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

14

2. Definisi Stress Kerja

Stress kerja merupakan respon psikologis individu terhadap

tuntutan di tempat kerja yang menuntut seseorang untuk beradaptasi

dalam mengatasinya. Stress kerja merupakan respon seseorag terhadap

tuntutan dari pekerjaanya (Martina, 2012). Spears (2008)

mendefinisikan stress kerja sebagai reaksi seseorang terhadap tekanan

yang berlebihan atau tuntutan di tempat kerja yang bersifat merugikan.

3. Tahapan Stress

Menurut Amberg (1979) seperti yang dikemukakan Hawari (2008)

bahwa tahapan stres sebagai berikut :

a. Stres tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stress yang paling ringan,

dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan berikut :

1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).

2) Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasannya.

3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari

biasanya ; namun tanpa disadari cadangan energi

dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang

berlebihan pula.

4) Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan

semakin bertambah semangat, namun tanpa disadari

cadangan energi semakin menipis.

b. Stres tahap II

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang

yang berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut :

1) Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya

merasa segar

2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang

3) Lekas merasa capek menjelang sore hari

Page 55: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

15

4) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman

(bowel discomfort).

5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya

(berdebar-debar)

6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang

7) Tidak bisa santai.

c. Stres tahap III

Pada tahap III keluhan semakin meningkat dan

mengganggu yaitu :

1) Gangguan lambung dan usus semakin nyata;

misalnya keluhan maag (gastritis), buang air besar

tidak teratur (diare).

2) Ketegangan otot-otot semakin terasa.

3) Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan

emosional semakin meningkat.

4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar

untuk mulai masuk tidur (early imsomnia), atau

terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur

(middle imsomnia), atau bangun terlau pagi atau

dini hari dan tidak dapat kembali tidur (late

imsomnia).

5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa mau

pingsan). Kesempatan untuk beristrirahat guna

menambah suplai energi yang mengalami defisit.

d. Stres tahapan IV

1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa

amat sulit.

2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan

dan mudah diselesaikan menjadi membosankan

dan terasa lebih sulit.

Page 56: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

16

3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi

kehilangan kemampuan untuk merespons secara

memadai (adequate).

4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan

rutin sehari-hari.

5) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi

yang menegangkan

6) Seringkali menolak ajakan (negativesm) kerena

tidak semangat dan kegairahan.

7) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.

8) Timbul perasaan ketakuatan dan kecemasan yang

tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.

e. Stres tahap V

Bila keadaan berlanjut maka seseorang itu akan jatuh dalam

stres tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut :

1) Kelelahan fisik dan mental yang semakin

mendalam (physical and psychological ex-

haution).

2) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan

sahari-hari yang ringan dan sederhana.

3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat

(gastro-intestinal disorder)

4) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang

semakin meningkat, mudah bingung dan panik.

f. Stres tahap VI

1) Debaran jantung teramat keras

2) Susah bernafas (sesak dan megap-megap)

3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan

keringat bercucuran

4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan

Page 57: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

17

5) Pingsan dan kolaps (collapse)

Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala sebagaimana

digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang

disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh sebagai

akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk

mengatasinya.

4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Stress

Stressor diperkenalkan oleh Selye. Stressor adalah faktor-faktor

dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respon stres.

Stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi fisik,

psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah,

dalam kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya. Tekanan stress

atau stressor akan membebani individu dan mengakibatkan gangguan

keseimbangan fisik maupun psikis. Usaha seseorang dalam

menanggulangi stressor dikatakan stress (Maramis, 2009). Stres

merupakan reaksi non-spesifik manusia terhadap rangsangan atau

tekanan (stimulus stressor) (Hartono, 2007).

Potter & perry (2005) mengklasifikasikan faktor penyebab stres

menjadi 2 yaitu:

a. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri

seseorang seperti: kondisi fisik, atau suatu keadaan emosi,

dan motivasi/harapan.

b. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari diri seseorang

seperti: perubahan ,lingkungan sekitar, keluarga,hubungan

interpersonal dan sosial budaya.

Adapun menurut Grand (2000) dalam Sunaryo (2004), stres

ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

a. Penyebab makro menyangkut peristiwa besar dalam

kehidupan seperti kematian, perceraian, luka bathin,

kebangkrutan.

Page 58: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

18

b. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-

hari, seperti pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaaan,

masalah apa yang akan dimakan, dan antri.

Menurut Munandar dalam Psikologi Kesehatan, faktor – faktor

yang berhubungan dengan stress kerja adalah :

a. Tuntutan Tugas

1) Shift kerja

Penelitian kepada para pekerja shift menunjukkan

bahwa kerja shift merupakan sumber utama dari stress

bagi para pekerja. (Monk & Tepas 1985 dalam

Komara 2012).

2) Beban Kerja

Beban kerja adalah kombinasi dari beban kerja

kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja secara

kuantitatif yaitu timbul karena tugas – tugas terlalu

banyak atau sedikit, sedangkan beban kerja kualitatif

jika pekerja merasa tidak mampu melakukan tugas

atau tidak menggunakan keterampilan atau potensi

dari pekerja (Munandar, 2001).

c. Peran individu dalam Organisasi

Setiap pekerja bekerja sesuai dengan perannya dalam

organsasi, artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok

tugasnya yang harus ia lakukan sesuai dengan aturan – aturan

yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan atasannya.

Namun demikian, pekerja tidak selalu berhasil memainkan

perannya tanpa menimbulkan masalah sehingga hal ini

merupakan pembangkit stress yang meliputi konflik peran

dan ketidak jelasan kerja.

Konflik peran akan timbul jika seorang tenaga kerja

mengalami adanya pertentangan antara tugas – tugas yang

Page 59: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

19

harus ia lakukan dan antara tanggung jawab yang ia miliki

atau tugas – tugas yang harus ia lakukan yang menurut

pandangannya bukan merupakan bagian dari pekerjaan.

Konflik peran juga dapat terjadi akibat adanya tuntutan –

tuntutan yang bertentangan dari atasa, rekan, bawahannya,

atau orang lain yang dinilai penting bagi dirinya.

Pertentangan dengan nilai – nilai pribadi pun sewaktu-waktu

dapat menyebabkan terjadinya konflik peran saat pekerja

melakukan tugasnya.

d. Pengembangan Karir

Pengembangan karir merupakan pembangkit stress yang

potensial yang mencangkup ketidakpastian pekerjaan,

promosi yang berlebih atau promosi yang kurang.

e. Hubungan dalam pekerjaan

Hubungan yang buruk dengan atasan, rekan kerja dan

bawahan dalam bekerja dapat memicu timbulnya stress dan

absenteisme dalam bekerja.

f. Struktur dan Iklim Organisasi

Faktor stress yang dikemukakan dalam kategori ini

berpusat pada sehjauh mana tenaga kerja dapat terlibat atau

berperan serta dan pada support sosial. Kurangnya peran serta

atau partisipasi dalam pengambilan keputusan berhubungan

dengan suasana hati dan perilaku negatif. Peningkatan

peluang untuk berperan serta menghasilkan peningkatan

produktivitas, dan peningkatan taraf dari kesehatan mental

dan fisik. (Komara,2012).

Page 60: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

20

g. Tuntutan dari luar organisasi

Kategori pembangkit stress potensial ini mencangkup

segala unsur kehidupan seseorang yang dapat berinteraksi

dengan peristiwa – peristiwa kehidupan dan kerja didalam

satu organisasi, dengan demikian memberi tekanan pada

individu. Namun perlu diketahui bahwa peristiwa pribadi

dapat meringankan akibat dari pembangkit stress organisasi.

Jadi support sosial berfungsi sebagai bantal penahan stress.

Sebaliknya, kepuasan kerja dapat membantu individu untuk

menghadapi kehidupan pribadi yang penuh stress dengan

berfungsi sebagai bantal penahan.

h. Ciri – ciri individu

Stress ditentukan pula oleh individunya sendiri, sejauh

mana ia melihat situasinya sebagai penuh stress

(Komara,2012). Reaksi – reaksi psikologis, fisiologis dalam

bentuk perilaku terhadap stress adalah hasil dari interaksi

situasi dengan individunya sendiri, mencakup ciri – ciri

kepribadian yang khusus dan pola – pola perilaku yang

didasarkan pada sikap, kebutuhan, nilai- nilai, pengalaman

masa lalu, keadaan kehidupan dan kecakapan.

1) Kepribadian

Faktor – faktor dalam diri individu berfungsi

sebagai faktor pengaruh antara rangsangan dari

lingkungan yang merupakan pembangkit stress

potensial dengan individu.

2) Kecakapan

Merupakan variable yang ikut menentukan stress

tidaknya suatu situasi yang sedang dihadapi, jika

seorang pekerja menghadapi masalah yang ia rasakan

Page 61: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

21

tidak mampu ia pecahkan, sedangkan situasi tersebut

penting bagi dirinya sehingga ia mengalami stress.

Ketidakmampuan menghaddapi situasi menimbulkan

rasa tidak berdaya. Sebaliknya jika merasa mampu

mengahadapi situasi orang justru akan merasa di

tantang dan motivasinya akan meningkat.

3) Nilai dan Kebutuhan

Setiap organisasi mempunyai kebudayaan masing –

masing, kebudayaan yang terdiri dari keyakinan –

keyakinan, nilai – nilai, dan norma – norma perilaku

yang menunjang organisasi dalam usahanya mengatasi

masalah – masalah adaptasi eksternal dan internal.

4) Masa Kerja

Masa kerja mempunyai potensial untuk terjadinya

stress. hal ini sesuai dengan pendapat Robbin

berdasarkan teori pola hubungan U terbalik yang

memeberikan reaksi terhadap stress sepanjang waktu

dan terhadap perubahan intensitas stress, baik masa

kerja yang sebentar ataupun lama dapat menjadi pemicu

terjadinya stress kerja serta diperberat dengana danya

beban kerja yang besar. Pekerja yang telah bekerja di

atas 5 (lima) tahun biasanya memiliki tingkat kejenuhan

yang lebih tinggi dari pada pekerja yang baru bekerja.

Sehingga adanya tingkat kejenuhan tersebut dapat

menyebabkan stress dalam bekerja (Munandar,2004).

5) Umur

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh UO

Okoye dan SS Asa (2011) pada 330 care giver di Panti

sosial di Negara bagian Nigeria tenggara menyebutkan,

Page 62: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

22

tingkat stress pada caregiver yang masih remaja lebih

tinggi dibanding caregiver dewasa hal ini dikarenakan

para remaja tersebut memiliki lebih banyak kegiatan

dan tidak tersedianya waktu yang cukup untuk

mengurus hal lain yang menarik perhatian mereka.

Selain itu caregiver yang telah dewasa memiliki

pengalaman yang lebih dalam memberikan pelayanan

sehingga dengan pengalaman tersebut para caregiver

dewasa mampu mengatasi permasalahan lebih baik

daripada para caregiver remaja.

6) Pendidikan

Penelitian yang dilakukan oleh UO Okuye dan SS

Asa 2011 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

caregiver berpengaruh pada tingkat pengalaman stress.

Cregiver dengan tingkat pendidkan yang rendah

mengalami tingkat stress yang tinggi dibandingkan

dengan tingkat pendidikan yang tinggi.

7) Status pernikahan

Menurut Handy (dalam Komara 2012) menyatakan

bila seorang pekerja mendapatkan dukungan dalam

karir dari isteri atau suami maka ia akan mendapatkan

kepuasan kerja. Oleh karena itu hubungan pernikahan

yang baik membantu pekerja untuk mencegah atau

mengurangi stress kerja.

5. Sumber Stress

Menurut Cooper (1983) dalam Prihatini (2008) sumber stress kerja

terdiri dari faktor – faktor :

Page 63: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

23

a. Lingkungan kerja ; Kondisi kerja yang buruk berpotensi

menyebabkan pekerja mudah sakit, mengalami stress dan

menurunkan produktivitas kerja.

b. Overload (beban kerja berlebih) ; beban kerja kuantitatif bila

target kerja melebihi kerja yang bersangkutan akibatnya

mudah lelah dan berada dalam ketegangan. Beban kerja

berlebihan secara kualitatif, bila pekerjaan memiliki tingkat

kesulitan yang tinggi.

c. Deprivational stress ; yaitu pekerjaan yang tidak menantang

atau tidak menarik lagi bagi pekerja, akibatnya timbul

berbagai keluhan seperti kebosanan, ketidakpuasan dan lain

sebagainya.

d. Pekerjaan berisiko tinggi, peerjaan yang berbahaya bagi

keselamatan.

Menurut Rice (1999) dalam (Marita, 2012) beberapa sumber stress

yang dapat mengakibatkan stress kerja antara lain :

a. Physichal danger, yaitu sumber potensial yang dapat

mengakibatkan stress kerja terutama saat pekerja menghadapi

kemungkinan terluka. Pekerjaan yang berada pada pekerjaan

yang darurat misalnya polisi, pemadam kebakaran, dan

tentara memiliki kemungkinan stress kerja.

b. Shift Work adalah salah satu sumber stress kerja. Shift work

dapat mengakibatkan terganggunya pola tidur, ritme

neurophysiological, metabolisme tubuh dan efisien mental.

Reaksi tersebut terjadi karena terganggunya cicardian

ryhtem, yaitu tipe jam biologis tubuh.

c. Role ambiguity (ambiguitas peran ) adalah sumber stress

kerja yang banyak terjadi terutama dalam struktur organisasi

yang besar. Ini terjadi karena peran menunjukkan ekspektasi

sosial yang akan ditunjukkan individu pada perilakunya saat

individu tersebut menduduki posisi yang jelas.

Page 64: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

24

d. Interpersonal Stress. rendahnya hubungan interpersonal

individu dapat mengakibatkan stress kerja. Hubungan

interpersonal dibutuhkan oleh pekerja.

e. Career development. Stress kerja dapat diakibatkan oleh

ketidaktersediaanya kebutuhan karir oleh pekerja, dimana

penelitian mengenai stress kerja mengatakan bahwa

seseorang membawa harapan spesifik terhadap pekerjaanya,

harapan mengenai hal – hal yang berlalu begitu cepat, atau

terus menerus dan berharap akan adanya kemajuan.

f. Organiational structure. Stuktur organisasi dapat

mengakibatkan stress kerja, pekerja biasanya mengalami

permasalahan dengan struktur yang tidak jelas,

ketidakstabilan politik dalam organisasi dan ketidakmampuan

supervisi dalam manajemen.

g. Hubungan antara rumah dan pekerjaan, masalah pribadi,

pekerjaan dirumah dapat mengakibatkan stress kerja di

lingkungan tempat dia bekerja.

h. Kebosanan dan situasi monoton, situasi yang membosankan

dan monoton dapat mengakibatkan stress kerja. Pekerja

menerima pekerjaan mereka sebagai sesutu yang

membosankan, monoton dan dilakukan berulang – ulang

i. Technostress, tekhnologi dapat menjadi sumber stress bagi

pekerja saat pekerja merasakan kondisi dari ketidakmampuan

mereka atau organisasinya untuk beradaptasi dengan

tekhnologi yang baru.

6. Tingkatan Stress

Leidy et al (1990) dalam Potter & Perry (2005) mengemukakan

bahwa situasi stress ringan biasanya tidak mengakibatkan kerusakan

fisiologis kronis, tetapi stress sedang dan berat dapat menimbulkan

resiko penyakit medis atau memburuknya penyakit kronis. Seperti

Page 65: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

25

yang dikategorikan Leidy et al, Rasmun (2004) juga mengkategorikan

stress menjadi tiga kategori :

a. Ringan (stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari

seseorang, terjadi hanya beberapa menit atau beberapa jam)

b. Sedang (stress yang dapat memicu terjadinya penyakit,

terjadi lebih lama dari stress ringan beberapa jam hingga

beberapa hari)

c. Berat (stress yang dapat memicu terjadinya penyakit, stress

kronis yang terjadi beberapa minggu hingga beberapa tahun)

C. Definisi Beban kerja

1. Definisi beban kerja

Beban kerja adalah kombinasi dari beban kerja kuantitatif dan

kualitatif. Beban kerja secara kuantitatif yaitu timbul karena tugas

– tugas terlalu banyak atau sedikit, sedangkan beban kerja

kualitatif jika pekerja merasa tidak mampu melakukan tugas atau

tidak menggunakan keterampilan atau potensi dari pekerja.

(Munandar,2001). Akibat beban kerja yang terlalu berat atau yang

terlalu sedikit dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita

gangguan atau penyakit akibat kerja. Tidak hanya itu saja, beban

kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan fisik

atau mental dan reaksi – reaksi emosional seperti sakit kepala,

gangguan pencernaan dan mudah marah. Sedangkan beban kerja

yang terlalu sedikit dimana terjadi pengulangan gerak akan

mengakibatkan kebosanan, rasa monoton. Beban kerja yang

berlebihan atau rendah dapat menimbulkan stress kerja (Manuaba,

2000).

2. Beban kerja pada caregiver

Beban tanggung jawab caregiving mempengaruhi kualitas

hubungan antara pengasuh dan penerima perawatan, kesehatan

caregiver dan keputusan untuk melembagakan penerima perawatan

Page 66: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

26

(Pinquart & Sorensen, (2007); Schulz & Martire, (2004) dalam

Savundranayagam et all (2010)) . Beban pada caregiver

mempengaruhi kesehatan caregiver ataupun penerima perawatan

(Kim et all, 2012).

Beban caregiver dibagi atas dua yaitu beban subyektif dan

beban obyektif. Beban subyektif caregiver adalah respon

psikologis yang dialami caregiver sebagai akibat perannya dalam

merawat pasien. Sedangkan beban obyektif caregiver yaitu

masalah praktis yang dialami oelh caregiver, seperti masalah

keuangan, gangguan pada kesehatan fisik, masalah dalam

pekerjaan, dan aktifitas sosial (Sukmarini 2009).

Ada 3 faktor beban caregiver yaitu efek dalam kehidupan

pribadi dan sosial caregiver. Beban psikologis dan perasaan

bersalah. Caregiver harus memberikan sejumlah waktu energi dan

uang. Tugas ini acap kali dirasakan tidak menyenangkan

menyebabkan stress psikologis dan melelahkan secara fisik. Faktor

terakhir berhubungan dengan perasaan bersalah seperti seharusnya

dapat melakukan lebih banyak, tidak dapat merawat dengan baik,

dan lain sebagainya (Rahmat, 2009). Beban kerja caregiver telah

didefinisikan sebagai respon multidimensi akibat penilaian negatif

dan stress yang dirasakan akibat mengurus individu yang sakit atau

memiliki keterbatasan (Kim et all, 2012).

3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Manuaba (2000) menyatakan bahwa beban kerja dipengaruhi

oleh faktor – faktor berikut :

a. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh

pekerja. Fakor eksternal mencakup tiga aspek yang sering

kali disebut stressor. Pertama, tugas – tugas yang bersifat

fisik seperti stasiun kerj, tata ruang, tempat kerja, alat dan

sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, sedangkan tugas –

tugas yang bersikap mental seperti kompleksitas pekerjaan,

Page 67: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

27

tingkat kesulitan pekerjaan dan tanggung jawab pekerjaan.

Kedua, organisasi kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu

istiraha, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan,

model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.

Dan yang ketiga, lingkungan kerja baik lingkungan kerja

fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis dan

lingkungan kerja psikologis.

b. Faktor internal, adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh

itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi

tubuh disebut strain, berat ringannya strain dapat dinilai

baik secara obyektif maupun subyektif. Faktor internal

meliputi faktor somatis ( jenis kelamin, umur, ukuran tubuh,

status gizi, dan kondisi kesehatan) dan faktor psikis

(motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, dan kepuasan).

D. Penelitian Terkait

Lebih dari seperlima (22%) dari caregiver merasa kelelahan ketika

mereka pergi tidur dimalam hari, dan mereka banyak yang merasa tidak

dapat menangani semua tanggung jawab perawatan bagi para lansia akibat

beban kerja yang dirasa begitu berat. (Center on Aging Society, 2005).

Berdasarkan penelitian Prihatini (2008), Terdapat hubungan yang

signifikan antara beban kerja dengan stress kerja pada perawat perawatan

ruang penyakit dalam RSUD Sidikalang. Menurut Campbell et al. (2008),

faktor lain yang terkait dengan beban caregiver yang dapat menyebabkan

stres bagi caregiver salah satunya adalah kualitas hubungan antara

caregiver dan klien, kemampuan kognitif klien, perilaku dan gejala

psikologis yang ditampilkan oleh klien, jenis kelamin caregiver, dan

peristiwa tidak baik dalam kehidupan. Hasil penelitian Fitrikasari et all

(2012), pada caregiver penderita skizofrenia didapatkan bahwa nilai skor

BAS (Burden Assessment Schedule) antara 18 sampai dengan 40, dengan

rata – rata 26,41. Sebanyak 89 responden (89%) merasa terbebani dengan

kondisi penderita. Beban cregiver mengancam kondisi fisik, psikologis,

Page 68: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

28

emosional dan kesehatan fungsional caregiver (Zarit et al. 1980, Parks &

Novielli 2000, Etters et al. 2008, Carretero et al. 2009 dalam

Savundranayagam 2010).

Page 69: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

29

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara variable satu

dengan variable yang lain (Notoatmodjo, 2005). Kerangka konsep ini

mengacu pada modifikasi dari kerangka teori yang disebutkan oleh

Munandar (2001). Beban Kerja menjadi acuan utama yang diambil dari

teori yang dikemukakan oleh Munandar.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Hipotesa penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kerangka

penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesa Penelitian sebagai berikut:

“ Ada hubungan antara beban kerja caregiver dengan stres kerja

pada caregiver di PSTW Budi Mulia DKI Jakarta”.

Beban kerja

Tingkat Stress

Kerja Pada

Caregiver

Page 70: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

33

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian

rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan

peneliti (Setiadi, 2007). Jenis penelitian ini adalah kuantitatif analitik dengan

desain Cross-sectional (potong lintang). Penelitian ini menggunakan studi

cross sectional, dimana variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang

terjadi pada objek penelitian diukur dan dikumpulkan secara simultan, sesaat

atau satu kali saja dalam satu kali waktu (dalam waktu yang bersamaan) serta

pada studi ini tidak ada follow up (Setiadi, 2007). Cross Sectionals

merupakan rancangan penelitian yang melakukan pengukuran atau

pengamatan variabel dependen dan variabel independen pada saat bersamaan

(sekali waktu) (Chandra, 2009).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Tempat yang menjadi lokasi penelitian ini adalah di Panti Sosial

Tresna Werdha 01 Cipayung Jakarta Timur, Panti Sosial Tresna Werdha

02 Cengkareng Jakarta Barat, Panti Sosial Tresna Werdha 03 Ciracas

Jakarta Timur, dan Panti Sosial Tresna Werdha 04 Margaguna Jakarta

Selatan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama bulan Agustus – September 2013

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah keseluruhan unit analisis yang

karakteristinya akan diduga (Hastono & Sabri, 2007). Populasi dapat

berupa orang, benda, gejala, atau wilayah yang ingin diketahui oleh

peneliti (Setiadi, 2007). Dalam penelitian ini adalah semua caregiver

Page 71: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

34

yang bekerja di Panti Sosial Tresna Werdha 01 Cipayung Jakarta Timur,

Panti Sosial Tresna Werdha 02 Cengkareng Jakarta Barat, Panti Sosial

Tresna Werdha 03 Ciracas Jakarta Timur, dan Panti Sosial Tresna

Werdha 04 Margaguna Jakarta Selatan.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, 2005).

Sampel pada penelitian ini adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi

sebagai berikut :

a. Caregiver dengan masa kerja 3 tahun atau lebih

b. Caregiver dengan tingkat pendidikan SMA

Saat menentukan besar sampel, peneliti melakukan proses skrining

terhadap 59 orang caregiver yang tersebar di 4 PSTW Budi Mulia

Jakarta. , dengan perincian sebagai berikut :18 caregiver dari PSTW Budi

Mulia 01, 15 caregiver dari Budi Mulia 02, 11 caregiver dari budi mulia

03, dan 15 caregiver dari Budi Mulia 04. Skrining dilakukan berdasarkan

kriteria inklusi sampel penelitian, instrumen yang digunakan dalam proses

skrining adalah kuesioner. Kuesioner digunakan karena sifatnya yang

mudah diaplikasikan. Setelah dilakukan proses skrining diperoleh hasil

sebagai berikut, dari 59 caregiver di 4 PSTW Budi Mulia Jakarta, hanya

30 orang diantaranya yang memenuhi kriteria untuk menjadi responden

dalam penelitian ini. Dengan perincian setiap PSTW adalah sebagai

berikut, 8 caregiver dari PSTW Budi Mulia 01, 9 caregiver dari PSTW

Budi Mulia 02, 7 caregiver dari PSTW Budi Mulia 03, dan 5 caregiver

dari PSTW Budi Mulia 04.

Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini

adalah teknik sampling jenuh (total sampling). Sampling jenuh (total

sampling) adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel dikarenakan jumlah populasi relatif kecil dan

penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat

kecil (Sugiyono, 2009). Total sampling digunakan pada penelitian ini

karena penyebaran jumlah responden di populasi yang tidak merata dan

Page 72: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

35

cakupan wilayah yang tidak terlalu luas sehingga tidak menyulitkan

peneliti untuk mengambil data dari semua sampel. Teknik ini juga

digunakan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bias, karena

dengan teknik ini data diambil dari semua sampel yang memenuhi

kriteria.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat – alat yang digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini instrumen

yang digunakan berupa kuisioner atau angket. Kuesioner diberikan langsung

kepada responden untuk diisi. Kuesioner dibagi menjadi tiga bagian yakni

kuesioner (A) mengenai data demografi caregiver, Kuesioner (B) mengenai

pengukuran tingkat stress. Kuesioner yang digunakan adalah OSI-R ™

(Occupational Stress Inentory – Revised Edition) oleh (Osipow & Spokane,

1998) yang telah dimodifikasi penggunaannya dan telah di uji validas dan

reabilitas dengan skor total item minimum r = 0,2 oleh Novianita (2008).

Pertanyaan yang diajukan untuk mengukur tingkat stress sebanyak 25

pertanyaan dengan pilihan skor 1- 5. Berdasarkan hal tersebut kemungkinan

nilai terendah adalah 25 dan tertinggi 125. Selanjutnya oleh peneliti

ditetapkan pengukuran tingkat stress rendah (25 – 58), sedang (59 – 92), dan

tinggi (93 – 125). Dan Kuesioner (C) mengenai pengukuran Beban kerja

dengan menggunakan Care Burden Scale (CBD) American Family

Physician 2002 yang diadaptasi dengan izin dari Zarit SH, Reever KE,

Bach-Peterson. Berisi 22 pertanyaan, namun kuesioner ini dimodifikasi oleh

peneliti sehingga menjadi 21 pertanyaan dengan nilai hasil menjadi 0

sampai 20 sama dengan sedikit atau tidak ada beban, 21 sampai 40 sama

dengan ringan sampai beban sedang, 41 sampai 60 sama dengan sedang

sampai beban berat, 61 sampai 88 sama dengan beban berat.

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar dalah

alat ukur yang telah melalui uji validitas dan uji reliabilitas data (Hidayat, 2008).

Page 73: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

36

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Arikunto

(2010) mengatakan bahwa sebuah instrumen dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari

variabel yang diteliti secara tepat,

Uji validitas yang digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus

“Pearson Product Moment”yakni :

∑ ∑ ∑

√[ ∑ ∑ ] [ ∑ ∑ ]

Keterangan :

= Koefisien korelasi

∑ = Jumlah skor item

∑ = Jumlah skor total (item)

n = Jumlah responden

Kemudian hasil diuji menggunakan uji t dan dilihat penafsiran

dari indeks korelasinya (Hidayat, 2008). Rumus uji t sebagai berikut :

Keterangan :

t = Nilai thitung

r = Koefisien korelasi hasil rhitung

n = Jumlah responden

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan sehingga

bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang

sama dengan alat ukur yang sama maka hasil pengukuran itu tetap

konsisten (Notoatmodjo, 2010). Teknik uji reliabilitas ini

menggunakan rumus Alpha Cronbach ( ), dimana r hasil adalah

Page 74: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

37

alpha. Apabila r alpha > r tabel maka dikatakan reliabel, sebaliknya

bila r alpha < r tabel maka dikatakan tidak reliabel (Hidayat, 2008).

Uji Validitas dan Reliabilitas ini akan dilakukan di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Mulia 01 dan Panti Sosial Tresa Werdha 04

dengan jumlah responden 20 orang caregiver. Uji validitas dan

realiabilitas ini dilakuakan dengan instument berupa kuesioner yang

akan diisi oleh responden.

3. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian ini dilakukan pada

tanggal 26 Agustus di PSTW Budi Mulia 04 dan tanggal 03

September di PSTW Budi Mulia 01 dengan melibatkan 20 responden.

Uji validitas ini digunakan untuk menguji kuesioner tingkat stress

kerja dan kuesioner beban kerja terhadap pekerja sosial sebagai

caregiver. Pada kuesioner tingkat stress kerja dari 21 pertanyaan

terdapat 4 pertanyaan yang tidak valid dikarenakan nilai rhitung < rtabel.

Nilai rtabel adalah 0,444 ( N= 20). Nilai rhitung < rtabel yakni pertanyaan

nomor B4 (rhitung = 0,056 < 0,444 ), nomor B6 (rhitung= 0,376 < 0,444 ),

nomor B12 (rhitung = 0,056 < 0,444) dan nomor B14 (rhitung = 0,186 <

0,444). Pada kuesioner pengukuran beban kerja dari 21 pertanyaan

terdapat 4 pertanyaan yang tidak valid, yakni pertanyaan nomor C17

(rhitung = 0,017 < 0,444), nomor C18 (rhitung = 0,161< 0,444), nomor

C19 (rhitung = 0,365 < 0,444) dan nomor C21 (rhitung = -0,061 < 0,444).

Beberapa pertanyaan yang tidak valid tersebut akan didrop atau

dihapuskan dikarenakan tidak mengurangi indikator yang akan diukur

dan telah terwakilkan oleh beberapa pertanyaan yang valid dan

pertanyaan yang valid akan ditetapkan untuk dipakai (Djaali dan

Muljono, 2007) sehingga kuesioner yang disebarkan kepada 30

responden berjumlah 17 pertanyaan untuk kuesioner pengukuran

tingkat stress kerja dan 17 pertanyaan untuk kuesioner pengukuran

beban kerja.

Page 75: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

38

Hasil uji reliabilitas kuesioner penelitian ini dilihat dari nilai Alpha

Cronbach ( ), nilai ( ) adalah 0,971 . Nilai tersebut menunjukkan

ralpha > rtabel ( 0,971 > 0,444 ) berarti pertanyaan yang berada dalam

kuesioner pada masing-masing variabel ini dapat dikatakan reliabel.

F. Tekhnik Pengumpulan Data

1. Jenis data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data

primer. Data diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan tertutup

melalui kuesioner yang akan dijawab oleh caregiver.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri. Jenis data yang

dikumpulkan adalah data primer. Data primer dikumpulkan dengan

wawancara dan observasi langsung kepada caregiver di PSTW Budi

Mulia DKI Jakarta dengan instrument kuesioner yang meliputi

pengukuran tingkat stress kerja dan pengukuran beban kerja.

G. Pengolahan Data

Adapun untuk tahapan – tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data

primer dari variael dependen dan variabel independen adalah sebagai berikut:

1. Editing / memeriksa

Memeriksa daftar pertanyaan yang meliputi kelengkapan jawaban,

keterbacaan tulisan, relevansi jawaban.

2. Memberi tanda kode / koding

Mengklasifikasikan jawaban- jawaban dari para responden dalam

kategori. Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda /

kode berbentuk angka pada masing – masing jawaban.

Page 76: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

39

3. Sorting

Mensortir dengan memilih kelompok data menurut jenis yang

dikehendaki (klasifikasi data).

4. Entry Data

Jawaban – jawaban yang sudah diberi kode kategri kemudian

dimasukkan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data.

Memasukkan data boleh dengan cara manual atau melalui

pengolahan komputer.

5. Cleaning

Pembersihan data, melihat variable apakah data suda benar atau

belum.

6. Mengeluarkan informasi

Disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan.

H. Analisis Data

Setelah semua data dikumpul, kemudian peneliti memastikan bahwa

semua jawaban telah diisi. Dilanjutkan dengan pengolahan data melalui

beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa data,

kemudian data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan peneliti dalam

melakukan analisa data. Analisa data dilakukan dengan teknik

komputerisasi yaitu program statistik.

1. Analisa univariat

Analisa univariat dilakukan secara deskriptif yang berfungsi untuk

meringkas, mengklasifikasikan, dan menyajikan data. Pengolahan

data hubungan beban kerja dengan tingkt stress kerja disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh

antaravariabel independen dengan variable dependen. Perhitungan

Page 77: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

40

analisis bivariat pada kedua variable menggunakan uji korelasi

Spearman Rank dengan menggunakan software SPSS 16.0.

Kesimpulan yang diambil adalah, apabila t hitung ≥ t tabel,

maka Ho ditolak artinya ada perbedaan yang signifikan. Apabila,

apabila t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima artinya tidak ada

perbedaan yang signifikan. Nilai t tabel dapat ditentukan dengan

dk: n- 1, dengan α : 0,05 ( Hidayat , 2008).

I. Etika Penelitian

Secara umum prinsip etika dalam penelitian dapat dibedakan menjadi tiga

bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subjek, dan

prinsip keadilan. Prinsip etika ini sangat penting diperhatikan dan

dilaksanakan karena subjek penelitian yang akan digunakan adalah manusia,

maka apabila tidak dilaksanakan, peneliti akan melanggar hak-hak

(otonomi) manusia yang kebetulan sebagai klien (Nursalam, 2008).

Berikut prinsip - prinsip etika penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu :

1. Prinsip Manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian ini dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

kepada responden.

b. Bebas dari eksploitasi.

Partisipasi responden dalam penelitian harus dihindarkan dari

keadaan yang tidak menguntungkan. Peneliti memberikan penjelasan

bahwa partisipasi responden dalam penelitian atau informasi yang

telah diberikan tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat

merugikan responden.

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)

Page 78: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

41

Responden mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia

menjadi responden ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apa pun.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right

to full disclosure)

Peneliti memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung

jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada responden.

c. Informed consent

Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada calon responden

setelah calon responden mendapatkan informasi secara lengkap tentang

tujuan penelitian yang akan dilaksanakan untuk ditandatangani apabila

bersedia menjadi responden. Responden mempunyai hak pula untuk

bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden.

3. Prinsip keadilan (right to justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)

Responden harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama

dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya

diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan

dari penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Responden mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang

diberikan harus dirahasiakan sehingga kuesioner yang diberikan tidak

perlu mencantumkan nama atau tanpa nama (anonymity) dan bersifat

rahasia (confidentiality).

Page 79: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

42

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia DKI

Jakarta

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia merupakan unit pelaksana

teknis bidang kesejahteraan sosial lanjut usia Dinas Bintal dan Kesos

Provinsi DKI Jakarta. Sebagai lembaga pelayanan masyarakat Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Mulia adalah lembaga pemerintah yang

memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya lanjut usia yang

tidak mampu/kurang beruntung dengan sumber dana APBD Provinsi

DKI Jakarta. Adapun yang menjadi landasan hukum dari Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Mulia adalah sebagai berikut :

a. Undang-undang No. 1 Tahun 1998 Tentang Lanjut Usia.

b. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 41 tahun 2002

tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Bina Mental Spiritual dan

Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta.

c. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 163 tahun 2002

tentang Pembentukkan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana

Teknis di Lingkungan Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan

Sosial Provinsi DKI Jakarta.

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia terletak di berbagai

kawasan di wilayah DKI Jakarta yakni, PSTW Budi Mulia 01 terletak

di Cipayung Jakarta Timur dengan warga binaan yang tinggal

sebanyak 200 jiwa, PSTW Budi Mulia 02 terletak di Cengkareng

Jakarta Barat dengan warga binaan yang tinggal sebanyak 166 jiwa,

PSTW Budi Mulia 03 terletak di Ciracas Jakarta Timur dengan warga

binaan yang tinggal 130 jiwa dan PSTW Budi Mulia 04 terletak di

Margaguna Jakarta Selatan dengan warga binaan yang tinggal

sebanyak 200 jiwa.

Page 80: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

43

Adapun jumlah Pekerja Sosial sebagai caregiver di setiap panti

adalah sebagai berikut : PSTW Budi Mulia 01 sebanyak 18 orang

caregiver. Hal ini diatur dalam Surat Tugas Nomor : 1414/-082.87

Tentang Pengangkatan dan Penugasan Tenaga Pelayanan Sosial (

Pramusosial ) Pada Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 01 Tahun

2013. Sementara caregiver di PSTW Budi Mulia 02 sebanyak 15

orang caregiver. Hal ini diatur dalam Surat Tugas Nomor : 251/-

082.74 Tentang Penugasan Tenaga Pelayanan Sosial (Pramusosial)

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 02 Dinas Sosial Provinsi DKI

Jakarta Periode 2013. Caregiver Di PSTW Budi Mulia 03 berjumlah

11 orang, hal ini diatur dalam Surat Tugas Nomor : 3798/ 082.74

Tentang Perpanjangan Masa Kerja Tenaga Pelayanan Sosial

(Pramusosial) Pada Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Dinas

Sosial DKI Jakarta Periode 2013. Caregiver di PSTW Budi Mulia 04

berjumlah 15 orang caregiver. Hal ini diatur dalam Surat Tugas

Nomor : 549 / -082.74 tentang Perpanjangan Tenaga Pelayanan Sosial

( Pramusosial) pada Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 04 Dinas

Sosial Provinsi DKI Jakarta Periode 2013.

2. Gambaran Umum Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah para pekerja sosial yang

bertugas sebagai caregiver yang membantu para warga binaan sosial.

Dengan kategori tingkat pendidikan adalah lulusan SMA/ SMK

sederajat dan dengan pengalaman masa kerja tiga tahun atau lebih.

a. Usia Caregiver

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Usia Pekerja Sosial sebagai caregiver di

PSTW Budi Mulia DKI Jakarta 2013

Variabel Mean SD Min-Maks

Usia Caregiver 32,43 7,97 21- 46

Page 81: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

44

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa rata-rata usia caregiver

adalah 32,4333 atau 32 tahun dengan standar deviasi sebesar

7,97705. Usia Minimal Caregiver yang bekerja di PSTW Budi

Mulia Provinsi DKI Jakarta dengan masa kerja 3 tahun atau lebih

dan tingkat pendidikan SMA Sederajat adalah minimal 21 tahun

dan usia maksimal yaitu 46 tahun.

b. Status Pernikahan Caregiver

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Status Pernikahan Pekerja Sosial sebagai

caregiver di PSTW Budi Mulia DKI Jakarta 2013

T

a

b

e

l

m

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa presentase pekerja sosial

sebagai caregiver di PSTW Budi Mulia DKI Jakarta dengan masa

kerja 3 tahun atau lebih dan tingkat pendidikan SMA Sederajat

dengan status belum menikah adalah 63,3 % lebih tinggi dari pada

yang sudah menikah yakni 36,7 %.

Variabel Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Menikah 11 36,7 36,7 35,7

Belum

menikah 19 63,3 63,5

100,0

Total 30 100,0 100,0

Page 82: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

45

c. Jenis Kelamin Caregiver

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pekerja Sosial sebagai

caregiver di PSTW Budi Mulia DKI Jakarta 2013

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa presentase pekerja sosial

sebagai caregiver di PSTW Budi Mulia DKI Jakarta dengan masa

kerja 3 tahun atau lebih dan tingkat pendidikan SMA Sederajat

berjenis kelamin laki –laki adalah 63,7 % lebih tinggi dari pada

caregiver perempuan 33,3%. Jumlah frekuensi untuk caregiver

laki – laki adalah 20 orang dan perempuan 10 orang.

d. Masa Kerja Caregiver

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Usia Pekerja Sosial sebagai caregiver di

PSTW Budi Mulia DKI Jakarta 2013

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa masa kerja rata-rata

caregiver adalah 7,0333 atau 7 tahun dengan standar deviasi

sebesar 4,319. Masa kerja minimal Caregiver yang bekerja di

Variabel Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Perempuan 10 33,3 33,3 33,3

Laki – laki 20 66,7 66,7 100,0

Total 30 100,0 100,0

Variabel Mean SD Min-Maks

Masa Kerja

Caregiver 7,03 4,31 3 - 17

Page 83: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

46

PSTW Budi Mulia Provinsi DKI Jakarta 3 tahun dan maksimal 17

tahun.

B. Analisis Univariat

1. Gambaran Beban Kerja Pada Caregiver

Tabel 5.5

Distribusi Beban Kerja pada Pekerja Sosial sebagai Caregiver di

PSTW Budi Mulia DKI Jakarta 2013

Tabel 5.5 menunjukkan gambaran beban kerja yang dialami oleh

caregiver, dari hasil analisis univariat didapat bahwa caregiver yang

merasakan beban ringan sampai sedang berjumlah 23 caregiver atau

76,7 % dan caregiver yang merasakan beban kerja sedang sampai

berat berjumlah 7 caregiver atau 23,3 %.

Variabel Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Ringan

sampai

Sedang

23 76,7 76,7

76,7

Sedang

sampai

Berat

7 23,3 23,3

100,0

Total 30 100,0 100,0

Page 84: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

47

2. Gambaran Tingkat Stress Kerja Pada Caregiver

Tabel 5.6

Distribusi Tingkat Stress Kerja pada Pekerja Sosial sebagai

Caregiver di PSTW Budi Mulia DKI Jakarta 2013

Tabel 5.6 menunjukkan gambaran tingkat stress kerja yang

dialami oleh caregiver, dari hasil analisis univariat terhadap 30

responden didapat bahwa caregiver yang merasakan tingkat stress

ringan berjumlah 30 caregiver atau 100%.

C. Analisis Bivariat

1. Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stress Kerja Pada

Caregiver

Berdasarkan kerangkan konsep, analisis bivariat akan menguji

hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel

independen adalah beban kerja pada caregiver, sedangkan variabel

dependen adalah tingkat stress kerja pada caregiver. Uji bivariat ini

menggunakan uji korelasi Pearson dengan tingkat kemaknaan 0.05 (α

= 5%). Analisis bivariat hubungan beban kerja dengan tingkat stress

kerja pada pekerja sosial sebagai caregiver di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia DKI Jakarta disajikan pada tabel 5.7 berikut ini.

Variabel Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Rendah 30 100,0 100,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

Page 85: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

48

Tabel 5.7

Hubungan antara Beban Kerja dengan Tingkat Stress Kerja pada

Pekerja Sosial sebagai caregiver di PSTW Budi Mulia DKI

Jakarta 2013

N Spearman Correlation Signifikansi

30 0,573 0,001

Tabel 5.7 Menunjukkan hasil uji korelasi Spearman terhadap

Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stress Kerja pada Pekerja Sosial

Sebagai Caregiver di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia DKI

Jakarta didapatkan hasil bahwa nilai p=0,001 lebih kecil dari nilai alpha

0,05. Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima yang menunjukkan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan tingkat stress

kerja pada pekerja sosial di Panti Sosial Tresna werdha Budi Mulia DKI

Jakarta pada tahun 2013.

Page 86: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

49

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab VI ini akan membahas atau menjelaskan hasil penelitian tentang

Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stress Kerja Pada Pekerja Sosial sebagai

Caregiver Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia DKI Jakarta Tahun 2013.

Pembahasan yang akan dijelaskan meliputi keterbatasan penelitian, hasil analisis

univariat dan hasil analisis bivariat dari variabel independen terhadap variabel

dependen penelitian.

A. Karakterisik Responden

1. Usia Caregiver

Usia adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun (Harlock,

2004). Analisis univariat dari hasil penelitian didapatkan data bahwa usia

terendah caregiver yang bekerja di Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Mulia DKI Jakarta adalah 21 tahun dan usia tertinggi adalah 46 tahun

dengan rata – rata usia caregiver adalah 32 tahun. Dari hasil tersebut,

dapat dilihat bahwa caregiver di PSTW Budi Mulia DKI Jakarta berada

pada rentang usia produktif. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil

penelitian UO Okuye dan SS Asa yang meneliti Faktor – faktor yang

memepengaruhi tingkat stress pada caregiver di Nigeria dengan usia rata

– rata 27 tahun dengan lebih dari setengah caregiver 51,8 % berada pada

grup 20 -29 tahun.

Menurut Levison (1978 dalam Potter & Perry, 2005) bahwa usia 32

tahun termasuk ke dalam masa dewasa awal, yakni masa tenang. Masa

tenang merupakan masa ketika seseorang mengalami stabilitas yang lebih

besar. Pada usia ini pula, tingkat berpikir caregiver sudah cukup matang

sesuai dengan pendapat Nursalam dan Pariani (2001) yang menyatakan

bahwa semakin cukup usia seseorang maka tingkat kematangan dalam

berpikir lebih matang. Hal ini erat kaitannya dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh UO Okuye dan SS Asa (2011) yang menyebutkan bahwa

Page 87: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

50

pada 330 caregiver di Panti sosial di Negara bagian Nigeria tenggara,

tingkat stress pada caregiver yang masih remaja lebih tinggi dibanding

caregiver dewasa hal ini dikarenakan para remaja tersebut memiliki lebih

banyak kegiatan dan tidak tersedianya waktu yang cukup untuk

mengurus hal lain yang menarik perhatian mereka. Selain itu caregiver

yang telah dewasa memiliki pengalaman yang lebih dalam memberikan

pelayanan sehingga dengan pengalaman tersebut para caregiver dewasa

mampu mengatasi permasalahan lebih baik daripada para caregiver

remaja. Namun tidak sejalan dengan teori yag dikemukakan oleh Schultz

dan Schultz dalam penelitian yang berjudul The Effect of Age on Stress

Levels and Affect on Overall Performance mengemukakan bahwa tidak

ada perbedaan yang signifikan antara usia individu dengan stress.

2. Status Pernikahan Caregiver

Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa mayoritas caregiver yang

bekerja di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia DKI Jakarta berstatus

belum menikah yaitu sebanyak 19 orang (63,3 %) dan yang sudah

menikah sebanyak 11 orang (36,7 %). Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh UO Okuye dan SS Asa (2011) yang menyebutkan

2/3 dari responden yang berjumlah 330 responden belum menikah

kemudian 23, 6 % responden sudah menikah dan responden yang single

parent 4,5 %. Bekerja adalah salah satu konsekuensi dari mempunyai

pasangan.

3. Jenis Kelamin Caregiver

Pekerja sosial sebagai caregiver yang bekerja di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia DKI Jakarta berjenis kelamin perempuan yaitu

sebanyak 10 orang (33,3 %) dan yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 20 orang (66,7 %).

Penelitian di Amerika Serikat dalam Martina 2012 menyatakan bahwa

wanita cenderung memiliki tingkat stress yang lebih tinggi dibandingkan

dengan pria. Secara umum wanita mengalami stress 30 % lebih tinggi

Page 88: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

51

daripada pria ( Gunawati et al, 2006). Pada wanita stress dapat muncul

akibat kewanitaannya, secara umum sebagai akibat sampingan dari

keadaan dan perubahan biologis, psikologis dan sosialnya ( Darmono,

1985, dalam Sarwono dan Purwono, 2006 ). Sementara tanggung jawab

bagi para laki – laki lebih besar dari pada perempuan.

4. Masa Kerja Caregiver

Pekerja yang telah bekerja di atas 5 (lima) tahun biasanya memiliki

tingkat kejenuhan yang lebih tinggi dari pada pekerja yang baru bekerja.

Sehingga adanya tingkat kejenuhan tersebut dapat menyebabkan stress

dalam bekerja (Munandar, 2004). Penelitian ini mendapatkan bahwa

caregiver yang bekerja di Panti Sosial Tresna Werda Budi Mulia DKI

Jakarta rata - rata berada pada masa kerja 7 tahun.

B. Hasil Analisis Univariat

1. Gambaran Beban Kerja pada Pekerja Sosial sebagai Caregiver di

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia DKI Jakarta

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di empat lokasi PSTW Budi

Mulia DKI Jakarta, yakni PSTW Budi Mulia 01, PSTW Budi Mulia 02,

PSTW Budi Mulia 03 dan PSTW Budi Mulia 04 diperoleh hasil

distribusi pengukuran beban kerja sebagai berikut : Pekerja Sosial

sebagai caregiver yang merasakan beban kerja ringan sampai sedang

sebanyak 23 caregiver atau 76,7 %. Pekerja Sosial yang merasakan

beban kerja sedang sampai berat sebanyak 7 caregiver dengan presentase

23,3 %. Data diatas bisa dilihat dari asumsi rasio caregiver dengan warga

binaan sosial di PSTW Budi Mulia 01 yaitu 1 : 11, di PSTW Budi Mulia

02 ratio perbandingannya 1 : 11, di PSTW Budi Mulia 03 ratio

perbandingannya 1 : 11, dan di PSTW Budi Mulia 04 ratio

perbandingannya 1 : 13.

Di indonesia Idealnya seorang pekerja sosial dalam pelayanannya

terhadap klien menangani 5 klien ( Depsos RI, 1995: 5 dalam Marsaoly,

2001). Namun pada kenyataan di lapangan ada ketidakseimbangan

Page 89: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

52

jumlah caregiver dengan warga binaan sosial. Menurut Cooper (1983)

dalam Prihatini (2008) Overload (beban kerja berlebih) adalah beban

kerja kuantitatif bila target kerja melebihi kerja yang bersangkutan

akibatnya mudah lelah dan berada dalam ketegangan. Beban kerja

berlebihan secara kualitatif, bila pekerjaan memiliki tingkat kesulitan

yang tinggi dan Deprivational stress ; yaitu pekerjaan yang tidak

menantang atau tidak menarik lagi bagi pekerja, akibatnya timbul

berbagai keluhan seperti kebosanan, ketidakpuasan dan lain sebagainya.

Kedua hal tersebut masuk ke dalam faktor – faktor yang memeperngaruhi

tingkat stress menurut Cooper.

Akibat beban kerja yang terlalu berat atau yang terlalu sedikit dapat

mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat

kerja. Tidak hanya itu saja, beban kerja yang terlalu berlebihan akan

menimbulkan kelelahan fisik atau mental dan reaksi – reaksi emosional

seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan mudah marah. Sedangkan

beban kerja yang terlalu sedikit dimana terjadi pengulangan gerak akan

mengakibatkan kebosanan, rasa monoton. Beban kerja yang berlebihan

atau rendah dapat menimbulkan stress kerja (Manuaba, 2000).

2. Gambaran Tingkat Stress Kerja pada Pekerja Sosial sebagai

Caregiver di Panti Sosial Budi Mulia DKI jakarta

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Panti Sosial Trensa

Werdha Budi Mulia DKI Jakarta menunjukan gambaran tingkat stress

kerja yang dialami oleh caregiver dengan analisis univariat terhadap 30

responden dan didapatkan bahwa caregiver yang merasakan tingkat

stress ringan berjumlah 30 caregiver atau 100%.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

UO Ukuye dan SS Asa (2011) yang mengatakan bahwa 50 % caregiver

berada pada rentang tingkat stress yang tinggi, perbedaan ini terjadi

karena adanya perbedaan pada jumlah responden, sosiodemografi, dan

faktor lain yang mempengaruhi yaitu umur caregiver, jenis kelamin

caregiver, tingkat pendidikan caregiver, status pernikahan caregiver,

Page 90: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

53

pendapatan caregiver, umur care recevier, jenis kelamin recevier, tingkat

pendidikan recevier.

C. Hasil Analisis Bivariat

1. Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stress Kerja pada Pekerja

Sosial sebagai Caregiver di Panti Sosial Budi Mulia DKI Jakarta

Hasil penelitian pada tabel 5.7 menunjukkan nilai probabilitas

sebesar 0,001 berarti ada hubungan yang bermakna antara beban kerja

dengan tingkat stress kerja pada pekerja sosial sebagai caregiver di panti

sosial tresna werdha budi Mulia DKI Jakarta. Hasil penelitian ini juga

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Prihatini (2008) yang

menyebutkan adanya hubungan yang signifikan antara beban kerja

dengan tingkat stress kerja pada perawat di setiap ruang rawat inap

RSUD Sidangkalang dengan koefisien korelasi pada ruang prawatan

bedah adalah r= 0,885 dan p=0,019. Kemudian pada ruang perawatan

anak didapatkan hasil koefisien korelasi sebesar r=0,705 dan p=0,034.

Pada ruang perawatan kebidanan didapatkan hasil koefisien korelasi

sebesar r=0,756 dan p=0,049. Dan pada ruang perawatan penyakit dalam

didapatkan hasil koefisisen korelasi sebesar r= 0,797 dan p= 0,018.

Rata – rata tingkat stress yang dialami para perawat adalah berada

pada rentang ringan, dan beban kerja yang dirasakan oleh perawat rata –

rata berada pada rentang sedang. Sama Halnya dengan kondisi yang

terjadi di PSTW Budi Mulia DKI Jakarta, para caregiver merasakan

beban kerja yang dirasakan berada pada rentang ringan sampai dengan

sedang dan tingkat stress kerja yang dirasakan berada pada rentang

rendah. Hal ini harus dipertahankan untuk menunjang kinerja yang baik

pada caregiver dalam memberikan pelayanan terhadap warga binaan

sosial di panti. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Iswanto (2001) tentang hubungan stress kerja, kepribadian dan kinerja

yang menyimpulkan bahwa adanya hubngan yang kuat antara stress kerja

dengan kinerja. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa tingkat stress

Page 91: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

54

paling tinggi akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis seseorang

dan pada gilirannya akan mempengaruhi kinerja yang semakin menurun.

Pada penelitian ini didapatkan hasil korelasi Spearman 0,573

(r=0,573) yang menggambarkan ada hubungan yang kuat antara beban

kerja dengan tingkat stress kerja pada pekerja sosial sebagai caregiver di

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia DKI Jakarta.

D. Keterbatasan penelitian

1. Desain penelitian yang digunakan adalah desain cross sectional yang

hanya mengukur satu kali dalam satu kali waktu.

2. Penelitian ini hanya melihat hubungan beban kerja dengan tingkat stress

kerja pada pekerja sosial sebagai caregiver tanpa melihat sarana dan

prasarana yang ada dalam mendukung caregiver untuk melakukan

tugasnya sehingga hal ini dapat mempengaruhi jawaban caregiver dalam

mengisi kuesioner

3. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Keuntungan menggunakan kuesioner adalah dapat memperoleh data yang

banyak dalam waktu yang singkat, namun penggunaan kuesioner ini

memiliki kelemahan yakni tidak dapat mengukur secara pasti tentang

beban kerja ataupun tingkat stress kerja yang dirasakan caregiver

dikarenakan jawaban pada kuesioner merupakan pendapat caregiver.

Page 92: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

55

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menyimpulkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dijelaskan di bab sebelumnya, serta saran yang dapat digunakan oleh pemerintah

wilayah setempat dan peneliti selanjutnya.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan analisis hasil penelitian, secara umum dapat

disimpulkan bahwa:

1. Pada penelitian ini didapatkan hasil pengukuran beban kerja sebagai

berikut : caregiver yang merasakan beban kerja pada rentang ringan

sampai sedang sebanyak 23 orang (76,7%) dan caregiver yang

merasakan sedang sampai berat sebanyak 7 orang ( 23,3 %).

2. Hasil penelitian yang didapatkan pada pengkuran tingkat stress kerja

adalah 30 orang caregiver ( 100%) merasakan tingkat stress kerja

yang dialami berada pada rentang rendah.

3. Pada penelitian ini ada hubungan yang bermakna antara Beban Kerja

dengan Tingkat Stress Kerja pada Pekerja Sosial sebagai Caregiver di

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia DKI Jakarta (p=0,001)

dengan nilai r = 0,573.

B. Saran

1. Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk

pengembangan keperawatan, khususnya di bidang keperawatan

manajemen.

Page 93: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

56

2. Dinas Sosial DKI Jakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk

memberikan masukan dalam penentuan kebijakan pembagian tugas pada

para Pekerja Sosial sebagai Caregiver di setiap Panti.

3. Peneliti selanjutnya

a) Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti variabel lain yang dapat

mempengaruhi tingkat stress kerja pada pekerja sosial sebagai

caregiver.

Page 94: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Alzheimer’s Association & National Alliance for Caregiving. Families Care:

Alzheimer’s Caregiving in the United States. Chicago, IL: Alzheimer’s

Association and Bethesda, MD: National Alliance for Caregiving. 2004.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, ed.rev.,

cet.14. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Campbell, et al. Determinants of burden in those who care for someone with

dementia. International Journal of Geriatric Psychiatry, 23, 1078-1085.

2008

Center on Aging Society. How Do Family Caregivers Fare? A Closer Look at Their

Experiences. Washington, DC: Georgetown University. 2005

Chandra, Budiman. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta : EGC.

2009

Covinsky, K.E., Newcomer, R., Dane, C.K., Sands, L.P., Yaffe, K. (2003). Patient

and caregiver characteristics associated with depression in caregivers of

patients with dementia. Journal of General Internal Medicine

Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. 2008

Dewi, Ikhsani Utami. Hubungan Karakteristik Caregiver Terhadap Beban Kerja

Caregiver Pasien Skizophrenia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat

Gatot Subroto Jakarta Periode Desember 2010 – Februari 2011. Skripsi.

Fakultas Kedokteran. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jakarta. 2011

Djaali dan Muljono, Pudji. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta :

Grasindo. 2007

Page 95: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dwiyanti. Stress Kerja di Lingkungan DPRD : Studi Tentang Anggota DPRD di

Kota Surabaya, Malang dan Kabupaten Jember, Jurnal Masyarakat,

Kebudayaan dan Politik, Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Airlangga. 2001

Eliopoulous, Charlotte. Gerontological Nursing. Philadelphia. Lippicott. 2005

FCA. Family Caregiver Alliance. Caregiver Health. 2012

Grunfeld, E. Family caregiver burden: Results from a longitudinal study of breast

cancer patients and their principal caregivers. Canadian Medical

Association Journa. 2004

Gunawati R, Hartati S, Listiara A. Hubungan Evektifitas Komunikasi Mahasiswa

Dosen Pembimbing Utama Skripsi dengan Stress dalam Menyusun Skripsi

pada Mahasiswa Program Studi Peikologi Fakultas Kedokteran. Jurnal

Psikologi Universitas Diponegoro Vol :3 No. 2. 2006

Hastono SP dan Sabri L. Statistik Kesehatan. Jakarta : Rajawali Pers. 2010

Hawari, Dadang. Manajemen stress, cemas dan depresi. Jakarta: EGC. 2007

Hidayat, A. Aziz Alimul.Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data,

cetakanketiga. Jakarta: Salemba Medika, 2008.

Kemensos. Symposium on Ageing: “Ageing in The 21st Century : A Celebration and

Challenge. 2012.

Kim H. , Chang M. , Rose K. & Kim S. Predictors of caregiver burdenin caregivers of

individuals with dementia. Journal of Advanced Nursing.2012.

Komara, Eka. Gambaran Stress Kerja pada perawat di RSUD 45 Kuningan Jawa

Barat. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.2012

Page 96: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., Synders, J. Fundamental of Nursing : Consepts,

Process, Practice. 7th ed. New Jersey : Pearson Education, Inc. 2004

Lubis, Juariani Arliza. Gambaran Kebutuhan Pekerja Sosial Sebagai Caregiver Di

Panti Sosial Berdasarkan Tes EPPS. Thesis. Universitas indonesia. 2004.

Manuaba. Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Surabaya : Guna Widya.

2000

Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press.

2009

Mariany, Finna. Pelayanan Sosial Bagi Usia Lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha

Nazareth Santo Yusuf Bandung. Skripsi. Universitas Padjajaran. 2011

Martina, Anggra. Gambaran tingkat stress kerja perawat di ruang rawat inap rumah

sakit paru Dr. Moehammad Goenawan Partowidigyo Cisarua Bogor

(RSPG). Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia.

Depok. 2012

Maryam, R. Siti. Ekasari, Mia Fatma. Rosidawati. Jubaedi, Ahmad dan Batubara,

Irwan. Mengenal Usia lanjut dan perawatannya. Jakarta : Salemba

Medika, 2008.

Munandar, Ashar Sunyoto. Psikologi Industry dan Organisasi, Jakarta, UI Press.

2001

Nadya, Rima. Gambaran Kebahagiaan dan karakteristik positif wanita dewasa

madya yang menjadi caregiver informal penderita skizofrenia. Skripsi.

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Depok. 2009

Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan, ed. Rev. Jakarta : Rineka

Cipta. 2003

Page 97: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta,

2010

Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2005

Novianita. Gambaran Tingkat Stress Kerja di PT (X). Jurnal Fakultas Psikologi.

Universitas Indonesia : Depok. 2008

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :

Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika. 2008

Oktariyani. Gambaran status gizi pada lanjut usia di panti sosial tresna werdha

(PSTW) Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur. Skripsi. Fakultas Ilmu

Keperawatan. Universitas Indonesia. Depok. 2012

Okuye, UO dan Asa, SS. Caregiving and Stress : Experience of People Taking care

of Elderly relations in South – Eastern Nigeria.2011

Paulina, Decy. Hubungan Tingkat pendidikan dan Lama Waktu Merawat dalam

Sehari terhadap Beban Caregiver Pasca Stroke di RSU Bhakti Yudha

Depok. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Pembangunan Nasional

“ Veteran” Jakarta. 2011

Pinquart, M. & Sorensen, S. Differences between caregivers and noncaregivers in

psychological health and physical health: A meta-analysis. Psychology

and Aging. American Psycology Association. 2003

Rahmat, Louw Anneke Endawati. Penentuan Validitas dan Reabilitas the Zarit

Burden Interview untuk menilai beban caregiver dalam merawat usia

lanjut dengan disabilitas. Thesis. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta. 2009

Rasmun. Stress, koping dan adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan. Jakarta:

CV Sagung Seto. 2004

Page 98: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Sarwono dan Purwono. Hubungan Masa Kerja dengan Stress Kerja pada

Pustakawan Perpustakaan Universitas Gajah Mada. Universitas Gajah

Mada. 2006

Savundranayagam et all. A Dimensional Analysis of Caregiver Burden Among

Spouses and Adult Children. Journal The Gerontologist Advance

Access.2010

Schneider, M., Steel, R., Cadell, S., & Hemsworth, D. Difference on psychosocial

Outcomes Between Male and Female Caregivers of Children with Life-

limiting Illness. Journal of Pediatric Nursing. 2010

Schultz CM, Schultz TJ. The Effects of Age on Stress Level and Its Affect on Overall

Performance. Journal Psiciatry. 2003

Setiadi. Konsep dan Penulisan riset keperawatan. Yogyakarta: Graha ilmu. 2007

Spears, A. Work Related Stress. Victoria : Health and Safety. Executif Inc. 2008

Spector, J. & Tampi, R. Caregiver depression. Annals of Long-Term Care: Clinical

Care and Aging.2005

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

2009

Sukmarini, Natalingrum. Optimalisasi Peran caregiver dalam penatalaksanaan

Skizofrenia. Bandung. Majalah Pskiatri XLII. 2009

Sunaryo. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. 2004

Tantono H, Siregar IMP, Hasan Z. Beban caregiver lanjut usia suatu survey

terhadap caregiver lanjut usia dibeberapa tempat sekitar kota Bandung.

Bandung. majalah psikiatri XL. 2006

Page 99: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Wikaningtyas, Theresia Sila. Hubungan antara Perilaku Tipe A dengan Stress Kerja

Pada Karyawan Non – Manajerial . Skripsi. Fakultas Psikologi

Universitas Indonesia. Depok. 2007

Yosep, I. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama. 2007

Zarit, S. Assessment of Family Caregivers: A Research Perspective. In Family

Caregiver Alliance (Eds.), Caregiver Assessment: Voices and Views from

the Field. Report from a National Consensus Development Conference

(Vol. II) (pp. 12 – 37). San Francisco: Family Caregiver Alliance. 2006

Page 100: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stress Kerja pada Pekerja

Sosial sebagai Caregiver di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia

DKI Jakarta

2013

Kuesioner Penelitian

Kepada Yth,

Bapak / Ibu / Saudara / i responden

di PSTW Budi Mulia DKI Jakarta

Assalamu’alaikum Wr. Wb.,

Saya Endah Sarwendah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, akan

melakukan penelitian tentang Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stress

Kerja pada Caregiver di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia DKI

Jakarta 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan beban

kerja dengan tingkat stress kerja pada caregiver di Panti Sosial Tresna Werdha

Budi Mulia yang berada di bawah naungan Dinas Sosial DKI Jakarta. Serta

sebagai data untuk penyusunan skripsi dan persyaratan tugas akhir dalam

menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Untuk keperluan tersebut saya harap dengan segala kerendahan hati agar

kiranya bapak /ibu /saudara/i bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi

kuesioner yang telah disediakan, dan diharapkan semua pernyataan dan

pertanyaan dijawab semua. Kerahasiaan jawaban ibu akan dijaga dan hanya

diketahui oleh peneliti.

Atas perhatian dan bantuan ibu sebagai responden saya ucapakan terima

kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Apakah ibu bersedia menjadi responden?

YA / TIDAK

Tertanda

(Responden)

Page 101: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS KERJA

PADA PEKERJA SOSIAL SEBAGAI CAREGIVER DI PANTI SOSIAL

TRESNA WERDHA BUDI MULIA DKI JAKARTA 2013

Tujuan :Untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan tingkat stress kerja

pada pekerja sosial sebagai caregiver di Panti Sosial Tresna Werdha

Budi Mulia yang berada di bawah naungan Dinas Sosial DKI Jakarta.

Petunjuk Pengisian :

Berilah tanda checklist ( √ ) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan

jawaban Anda.

A. Identitas/Data Demografi

1. Identitas Responden

No. Responden : (dikosongkan)

Usia : …… tahun

Pendidikan : Perguruan Tinggi SMP Tidak Sekolah

SMA SD

Status Pernikahan : Menikah Belum Menikah

Masa Kerja :......... tahun

Jenis kelamin : Laki - Laki Perempuan

Agama :

Alamat : ( sesuai dengan KTP)

Page 102: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

B. Pengukuran Stress Kerja

Petunjuk Pengisian : Berilah tanda checklist ( √ ) pada kotak yang telah

disediakan sesuai dengan jawaban Anda.

No. Pernyataan Selalu Sering Kadang

-kadang Jarang

Tidak

Pernah

Diisi

oleh

peneliti

B.1 Dalam pekerjaan, saya

dituntut untuk mengerjakan

banyak tugas yang berbeda

dengan waktu yang sangat

sedikit

B.2 Saya merasa beban pekerjaan

saya bertambah

B.3 Saya dituntut untuk

mengerjakan tugas, dimana

saya belum pernah

mendapatkan pelatihan

tentang tugas tersebut

B.4 Saya memiliki kemampuan

untuk menyelesaikan

pekerjaan saya

B.5 Saya mampu menyelesaikan

pekerjaan saya dengan baik

B.6 Saya bekerja dengan batasan

Page 103: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

waktu yang ketat

B.7 Saya berharap memperoleh

bantuan lebih untuk

menghadapi tuntutan yang

diberikan dalam pekerjaan

saya

B.8 Pekerjaan menuntut saya

untuk bekerja di beberapa

area yang sama pentingnya

dalam waktu yang bersamaan

B.9 Saya diharapkan dapat

mengerjakan tugas lebih

banyak dari yang seharusnya

B.10

.

Pekerjaan saya sesuai dengan

keahlian dan ketertarikan saya

B.11

.

Saya merasa bosan dengan

pekerjaan saya

B.12

.

Saya merasa memiliki

tanggung jawab yang cukup

dalam pekerjaan saya

B.13 Ketika berhadapan dengan

beberapa tugas, saya tahu

mana yang harus dikerjakan

terlebih dahulu

Page 104: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

B.14 Saya tidak selera makan

ketika banyak pekerjaan yang

harus saya kerjakan

B.15 Saya akan tersinggung ketika

mendapat teguran atau

kritikan terhadap pekerjaan

yang telah saya lakukan di

ruangan

B.16 Setelah selesai bekerja,

misalnya merapikan tempat

tidur warga binaan sosial,

leher atau otot punggung saya

tidak kaku

B.17 Meskipun banyak pekerjaan

saya di panti werdha saya

makan seperti biasa

Page 105: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

C. Pengukuran Beban kerja

Petunjuk Pengisian :

Berilah tanda checklist ( √ ) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan

jawaban Anda.

No. Pernyataan Selalu Sering Kadang

-kadang Jarang

Tidak

Pernah

Diisi

oleh

peneliti

C.1 Klien meminta bantuan yang lebih

dari pada yang dia butuhkan.

C.2 Karena waktu yang anda habiskan

dengan klien anda, anda tidak

punya cukup waktu untuk diri

sendiri?

C.3 Apakah anda merasa strees,

memberikan perawatan pada klien

dengan penurunan fungsional

C.4 Apakah anda merasa mengabaikan

kebutuhan anda ketika

mengabdikan diri untuk membantu

memenuhi kebutuhan klien.

C.5 Apakah anda merasa klien anda

bergantung kepada anda?

C.6 Apakah anda merasa kelelahan

ketika anda pergi tidur di malam

hari ?

Page 106: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

C.7 Apakah anda merasa khawatir

tentang bagaimana masa depan

klien anda?

C.8 Apakah anda merasa tidak dapat

menangani semua tanggung jawab

perawatan bagi para lansia akibat

beban kerja yang dirasa begitu

berat?

C.9 Apakah anda merasa tegang saat

berada disekitar klien anda?

C.10 Apakah anda merasa adanya

penurunan tingkat kesehatan pada

diri anda akibat memberikan

perawatan pada lansia?

C.11 Apakah anda merasa bahwa anda

tidak memiliki kebebasan pribadi

seperti yang anda inginkan karena

klien anda?

C.12 Apakah anda merasa tidak nyaman

bersama teman anda karena klien

anda?

C.13 Apakah anda merasa bahwa klien

anda mengharapkan anda

mengurus dia, seolah olah hanya

Page 107: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

anda tempat dia bergantung?

C.14 Apakah anda merasa tidak dapat

mengurus klien anda lagi untuk

waktu yang lama?

C.15 Apakah anda merasa, anda harus

melakukan sesuatu yang lebih

untuk klien anda?

C.16 Apakah anda merasa tidak yakin

mengenai apa yang dilakukan

terkait klien anda?

C.17 Apakah anda merasa bosan karena

melakukan hal yang sama setiap

hari?

Page 108: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Lampiran

OUTPUT DATA SPSS

1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.971 42

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

STRESS 2.25 1.293 20

STRESS 2.15 1.182 20

STRESS 2.00 1.338 20

STRESS 2.45 1.395 20

STRESS 2.25 1.293 20

STRESS 2.95 .999 20

STRESS 2.15 1.182 20

STRESS 2.30 1.261 20

STRESS 2.15 1.226 20

STRESS 2.25 1.293 20

STRESS 2.25 1.293 20

STRESS 2.45 1.395 20

STRESS 2.20 1.240 20

STRESS 3.20 1.056 20

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 76.9

Excludeda 6 23.1

Total 26 100.0

Page 109: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

STRESS 2.20 1.196 20

STRESS 2.05 1.356 20

STRESS 2.15 1.226 20

STRESS 2.25 1.293 20

STRESS 2.00 1.487 20

STRESS 2.25 1.293 20

STRESS 2.15 1.226 20

BEBAN 2.00 1.487 20

BEBAN 2.15 1.226 20

BEBAN 2.10 1.294 20

BEBAN 2.00 1.487 20

BEBAN 1.85 .875 20

BEBAN 1.90 .788 20

BEBAN 1.90 .788 20

BEBAN 2.25 1.293 20

BEBAN 2.15 1.226 20

BEBAN 1.90 .788 20

BEBAN 1.90 .788 20

BEBAN 2.15 1.226 20

BEBAN 2.15 1.226 20

BEBAN 1.90 .788 20

BEBAN 2.15 1.226 20

BEBAN 2.15 1.226 20

BEBAN 1.20 1.005 20

BEBAN 2.35 1.531 20

BEBAN 3.25 .851 20

BEBAN 1.90 .788 20

BEBAN 2.35 1.531 20

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

91.70 1.177E3 34.314 42

Page 110: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

2. Hasil Analisis Univariat dan Bivariat

sex

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid perempuan 10 33.3 33.3 33.3

laki - laki 20 66.7 66.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

statuspernikahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid belum menikah 11 36.7 36.7 36.7

menikah 19 63.3 63.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Descriptives

Statistic Std. Error

masakerja Mean 7.0333 .78854

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 5.4206

Upper Bound 8.6461

5% Trimmed Mean 6.7222

Median 6.0000

Variance 18.654

Std. Deviation 4.31903

Minimum 3.00

Maximum 17.00

Range 14.00

Interquartile Range 6.00

Skewness 1.098 .427

Kurtosis .282 .833

umur Mean 32.4333 1.45640

95% Confidence Interval for Lower Bound 29.4547

Page 111: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Mean Upper Bound 35.4120

5% Trimmed Mean 32.3148

Median 31.0000

Variance 63.633

Std. Deviation 7.97705

Minimum 21.00

Maximum 46.00

Range 25.00

Interquartile Range 15.00

Skewness .273 .427

Kurtosis -1.362 .833

Statistics

bebankategori stresskategori

N Valid 30 30

Missing 0 0

Mean 2.2333 1.0000

Median 2.0000 1.0000

Mode 2.00 1.00

Std. Deviation .43018 .00000

Minimum 2.00 1.00

Maximum 3.00 1.00

bebankategori

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ringan sampai sedang 23 76.7 76.7 76.7

sedang sampai berat 7 23.3 23.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Page 112: HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25716/1/ENDAH... · Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

stresskategori

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid rendah 30 100.0 100.0 100.0

Correlations

stres kategori bebankategori

Spearman's rho stres kategori Correlation Coefficient 1.000 .573**

Sig. (2-tailed) . .001

N 30 30

bebankategori Correlation Coefficient .573** 1.000

Sig. (2-tailed) .001 .

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).