HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN ...eprints.ums.ac.id/83127/1/Naskah Publikasi.pdflagi...

14
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA PENDERITA PENYAKIT KRONIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: FIRDA CANDRA PRATIWI J210160117 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2020

Transcript of HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN ...eprints.ums.ac.id/83127/1/Naskah Publikasi.pdflagi...

Page 1: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN ...eprints.ums.ac.id/83127/1/Naskah Publikasi.pdflagi untuk melakukan pekerjaan (Kholifah,2016). Rata-rata lansia berstatus kawin (53,8%)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN

KUALITAS HIDUP LANSIA PENDERITA PENYAKIT

KRONIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I

Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

FIRDA CANDRA PRATIWI

J210160117

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020

Page 2: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN ...eprints.ums.ac.id/83127/1/Naskah Publikasi.pdflagi untuk melakukan pekerjaan (Kholifah,2016). Rata-rata lansia berstatus kawin (53,8%)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN

KUALITAS HIDUP LANSIA PENDERITA PENYAKIT KRONIS

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

Firda Candra Pratiwi

J210160117

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Pembimbing:

Supratman, SKM., M.Kep., Ph.D

NIK. 755

Page 3: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN ...eprints.ums.ac.id/83127/1/Naskah Publikasi.pdflagi untuk melakukan pekerjaan (Kholifah,2016). Rata-rata lansia berstatus kawin (53,8%)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN

KUALITAS HIDUP LANSIA PENDERITA PENYAKIT KRONIS

Oleh:

Firda Candra Pratiwi

J210.160.117

Dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada tanggal: 15 Februari 2020

Susunan Dewan Penguji:

1. Supratman, SKM., M.Kep., Ph.D (.................................)

(Ketua Dewan Penguji)

2. H.M. Abi Muhlisin, SKM., M.Kep (.................................)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Arum Pratiwi, S.Kp., M.Kep., Ph.D (.................................)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes

NIK. 786

Page 4: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN ...eprints.ums.ac.id/83127/1/Naskah Publikasi.pdflagi untuk melakukan pekerjaan (Kholifah,2016). Rata-rata lansia berstatus kawin (53,8%)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 10 Februari 2020

(Firda Candra Pratiwi)

Page 5: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN ...eprints.ums.ac.id/83127/1/Naskah Publikasi.pdflagi untuk melakukan pekerjaan (Kholifah,2016). Rata-rata lansia berstatus kawin (53,8%)

1

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KUALITAS

HIDUP LANSIA PENDERITA PENYAKIT KRONIS

Abstrak

Prevalensi penyakit kronis di wilayah Surakarta tercatat cukup tinggi. Penyakit

kronis yang diderita sebagian kelompok usia lanjut adalah diabetes, hipertensi,

stroke, gout, dan kondisi tersebut memiliki dampak pada kualitas hidup mereka.

Masyarakat kurang memahami pentingnya menjaga kesehatan dan tidak

mengetahui bagaimana mempertahankan hidup yang berkualitas. Penelitian ini

bertujuan mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kualitas hidup

lansia penderita penyakit kronis. Rancangan penelitian menggunakan deskriptif

korelatif. Populasi adalah lanjut usia di wilayah Puskesmas Purwosari Surakarta.

Besar sampel didapat secara cluster sampling dan diperoleh 106 orang dari tujuh

posyandu. Alat ukur penelitian menggunakan kuesioner. Kuesioner tentang

pengetahuan dirancang oleh peneliti, sementara kuesioner kualitas hidup

menggunakan MINICHAL. Hasil penelitian mendapatkan gambaran tingkat

pengetahuan lanjut usia kategori tinggi mencapai 44,3%, sedangkan kualitas hidup

lanjut usia yang baik hanya 49,1%. Dengan analisis Chi Kuadrat diketahui 23,7%

kualitas hidup tinggi disebabkan pengetahuan yang rendah dan 80,9% kualitas

hidup tinggi disebabkan pengetahuan yang tinggi. Secara korelatif ada hubungan

yang signifikan diantara dua variabel tersebut (p=0,001). Rekomendasi bagi lanjut

usia adalah perlunya meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mereka dengan

aktif mengikuti program kesehatan Puskesmas.

Kata kunci: tingkat pengetahuan, kualitas hidup, lanjut usia, MINICHAL,

Surakarta.

Abstract

Prevalence rate of chronic diseases at the District of Surakarta is almost high. They

were occurred of diabetes, hypertension, stroke, gout, and it is influenced to their

quality of life. People, in general are unaware the important to maintenance the

health status. They were also unaware how to preserve the quality of life. This study

aim was to examine the association between the level of knowledge and the quality

of life of elderly with chronic diseases. Study design was a correlational. The

population in this study was an elderly who lived in District of Surakarta Central

Java Province. The samples size was obtain by cluster sampling and from these we

earned 106 persons from seven posyandu. The instruments are questionnaire.

Measuring the level of knowledge was use questionnaire which create by own

investigator. While quality of life was measure by MINICHAL. The results shows

using a Chi Square 23.7% quality of life influenced by lower level of knowledge

and 80.9% quality of life influenced by higher level of knowledge. Statistically

there were any correlation between the level of knowledge and the quality of life

(p=0,001).

Keywords: level of knowledge, quality of life, elderly, MINICHAL, Surakarta.

Page 6: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN ...eprints.ums.ac.id/83127/1/Naskah Publikasi.pdflagi untuk melakukan pekerjaan (Kholifah,2016). Rata-rata lansia berstatus kawin (53,8%)

2

1. PENDAHULUAN

Indonesia saat ini telah memasuki periode aging population, dimana terjadi

peningkatan umur harapan hidup yang diikuti dengan jumlah lansia yang

meningkat. Menurut Engheepi et al. (2017), peningkatan jumlah penduduk lansia

akan memiliki dampak negatif dari sisi epidemiologis transisi penyakit, yaitu

meningkatkan kondisi morbiditas penyakit kronis yang dapat mempengaruhi

kualitas hidup lansia.

Menurut Praveen (2016), penilaian kualitas hidup penderita penyakit kronis

penting untuk dilakukan, karena kualitas hidup mencerminkan status kesehatan dan

kesejahteraan lansia. Kualitas hidup selalu dihubungkan dengan kondisi kesehatan,

baik secara fisik maupun psikologis. Penulis menyakini bahwa semakin sehat

kondisi seseorang, maka kualitas hidupnya semakin baik. Dan sebaliknya, semakin

tidak sehat kondisi seseorang, maka kualitas hidupnya semakin buruk atau

menurun.

Latar belakang pendidikan yang rendah pada lansia dan kurangnya edukasi

tentang penyakit yang dialaminya, merupakan faktor yang dapat memperburuk

kualitas hidup lansia. Karena pengetahuan merupakan faktor utama yang

menentukan seseorang dalam pengambilan sikap (Situmorang, 2017). Hasil

penelitian Kueh et al. (2016) menyatakan bahwa pengetahuan tentang penyakit

diabetes merupakan prediktor dalam pengambilan sikap dan manajemen diri,

dimana sikap sebagai penentu manajemen diri dalam hal diet, kemudian manajemen

diri sebagai penentu kadar glukosa darah yang berdampak pada kualitas hidup

pasien DM tipe 2.

Berdasarkan hasil wawancara singkat dengan 10 lansia di Puskesmas

Purwosari, 20% lansia mengatakan belum memahami tentang penyakitnya, 30%

lansia mengatakan belum mengerti cara perawatan penyakit kronis, dan 50% lansia

mengatakan belum memeriksakan kesehatannya secara rutin. Peneliti juga

melakukan observasi bahwa lansia terlihat lemah dan mengalami gangguan dalam

berjalan, sehingga memerlukan alat bantu berupa kursi roda. Hal tersebut

membuktikan bahwa lansia mengalami masalah kesehatan fisik yang akan

berdampak pada kualitas hidup lansia. Selain itu, lansia juga mengalami masalah

Page 7: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN ...eprints.ums.ac.id/83127/1/Naskah Publikasi.pdflagi untuk melakukan pekerjaan (Kholifah,2016). Rata-rata lansia berstatus kawin (53,8%)

3

psikologis bahwa lansia mengatakan cemas dan takut jika kondisi penyakitnya

semakin parah.

Hasil dari studi pendahuluan yang telah dilakukan, peneliti berasumsi bahwa

kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas Purwosari tergolong rendah. Hal

tersebut dibuktikan dengan rendahnya tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit

kronis dan cara perawatan penyakit yang dapat dilakukan. Berdasarkan studi

pendahuluan diatas, penulis tertarik melakukan penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kualitas hidup penderita

penyakit kronis.

2. METODE

Penelitian ini bersifat kuantitatif dan menggunakan jenis rancangan deskripstif

korelatif (Azwar dan Prihartono, 2014). Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja

Puskesmas Purwosari. Populasi penelitian adalah semua lansia yang menderita

penyakit kronis sebanyak 640 jiwa yang tercatat pada bulan Agustus 2019. Besar

sampel adalah 106 jiwa lansia yang diperoleh secara cluster sampling dari 28

posyandu kemudian diambil 7 posyandu.

Pengukuran tingkat pengetahuan menggunakan kuesioner yang dimodifikasi

dari penelitian Wulandari (2019) berisi pertanyaan tertutup (closed question)

berjumlah 20 pertanyaan. Penilaian menggunakan metode Guttman, yaitu benar

dan salah. Sementara pengukuran kualitas hidup menggunakan MINICHAL

dengan penilaian menggunakan skala Likert. 1 = tidak sama sekali, 2 = ya, kadang-

kadang, 3 = ya, seringkali, dan 4 = ya, hampir selalu (Maciel et al., 2016).

Analisis data (Susila dan Suyanto, 2015) menggunakan analisis univariat dan

bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square dengan tabulasi silang

(crosstab) untuk mengetahui arah hubungan tingkat pengetahuan dengan kualitas

hidup lansia penderita penyakit kronis. Selanjutnya dilakukan uji Spearman Rank

untuk mengetahui kekuatan hubungan antara tingkat pengetahuan dan kualitas

hidup lansia penderita penyakit kronis. variabel. Proses analisis menggunakan

menggunakan program komputer dengan software SPSS 16.

Page 8: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN ...eprints.ums.ac.id/83127/1/Naskah Publikasi.pdflagi untuk melakukan pekerjaan (Kholifah,2016). Rata-rata lansia berstatus kawin (53,8%)

4

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Demografi Responden

Tabel 1. Karakteristik demografi responden

Variabel Frekuensi Persentase

Jenis Kelamin:

Laki-laki

Perempuan

30

76

28,3

71,7

Usia:

60-69 tahun

>70 tahun

77

29

72,6

27,4

Pendidikan:

Tidak sekolah

SD

SMP

SMA

Perguruan Tinggi

11

39

37

17

2

10,4

36,8

34,9

16,0

1,9

Pekerjaan:

Pensiunan

Wiraswasta

Tidak Bekerja

Ibu Rumah Tangga

10

22

48

26

9,4

20,8

45,3

24,5

Status Perkawinan:

Kawin

Tidak Kawin

Janda

Duda

57

4

40

5

53,8

3,8

37,7

4,7

Jenis Penyakit:

Diabetes Mellitus

Hipertensi

Stroke

Asma

Gout Arthritis

Komplikasi

19

51

9

10

9

8

17,9

48,1

8,5

9,4

8,5

7,5

Lama Menderita:

1-5 tahun

5-10 tahun

10-15 tahun

78

23

5

73,6

21,7

4,7

N = 106

Karakteristik responden yaitu perempuan lebih banyak (71,7%)

dibandingkan laki-laki, usia 60-69 tahun lebih banyak (72,6%) daripada usia

>70 tahun, mayoritas responden berpendidikan tamat SD/sederajat (36,8%),

Page 9: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN ...eprints.ums.ac.id/83127/1/Naskah Publikasi.pdflagi untuk melakukan pekerjaan (Kholifah,2016). Rata-rata lansia berstatus kawin (53,8%)

5

hampir semua responden tidak bekerja (45,3%), rata-rata responden

berstatus kawin (53,8%), jenis penyakit paling banyak adalah hipertensi

(48,1%), dan lama menderita paling banyak 1-5 tahun (73,6%).

3.2 Tingkat Pengetahuan dan Kualitas Hidup

Tabel 2. Tingkat Pengetahuan dan Kualitas Hidup

Variabel Frekuensi Persentase

Tingkat Pengetahuan:

Tinggi

Rendah

47

59

44,3

55,7

Kualitas Hidup:

Baik

Buruk

52

54

49,1

50,9

Total 106 100

Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa dari 106 responden,

sebanyak 47 responden dengan pengetahuan tinggi (44,3%), sedangkan 59

responden dengan pengetahuan rendah (55,7%). Sementara kualitas hidup

responden hampir merata yaitu 52 responden memiliki kualitas hidup baik

(49,1%), sedangkan 54 responden memiliki kualitas hidup buruk (50,9%).

3.3 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Kualitas Hidup

Tabel 3. Tabulasi silang tingkat pengetahuan dengan kualitas hidup

Kualitas Hidup

Total Buruk Baik

Tingkat

Pengetahuan

Rendah 45 14 59

76.2% 23.7% 100.0%

Tinggi 9 38 47

19.1% 80.9% 100.0%

Total 54 52 106

50.9% 49.1% 100.0%

X2 = 34,4 𝑝 = 0,001 𝑟 = 0,569

Berdasarkan tabel 3 diatas, diketahui bahwa 80,9% kualitas hidup baik

diperoleh dari tingkat pengetahuan yang tinggi dan 23,7% kualitas hidup

baik diperoleh dari tingkat pengetahuan yang rendah. Hal tersebut

menunjukkan adanya kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat

pengetahuan responden, maka semakin tinggi pula proporsi kualitas

Page 10: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN ...eprints.ums.ac.id/83127/1/Naskah Publikasi.pdflagi untuk melakukan pekerjaan (Kholifah,2016). Rata-rata lansia berstatus kawin (53,8%)

6

hidupnya. Kuatnya korelasi antar variabel ditunjukkan dengan nilai r =

0,569 dan p value = 0,001 artinya adanya hubungan yang signifikan antara

tingkat pengetahuan dengan kualitas hidup.

3.4 Pembahasan

3.4.1 Karakteristik Demografi Responden

Proporsi jenis kelamin perempuan lebih banyak (71,7%) dibandingkan

jenis kelamin laki-laki, Perbedaan proporsi jenis kelamin ini

dikarenakan responden perempuan lebih banyak dijumpai daripada

responden laki-laki. Proporsi penduduk lansia di Indonesia tahun 2012,

menunjukkan angka sebesar 7,59%, dimana penduduk lansia

perempuan 54% lebih banyak dibandingkan lansia laki-laki yaitu 46%

(Kementerian Kesehatan RI, 2012). Kelompok usia lanjut elderly (60-

69 tahun) dengan jumlah 72,6%. Keadaan tersebut dapat dipahami

karena 6 dari 10 lansia merupakan kelompok lansia elderly (60-69

tahun) (Badan Pusat Statistik, 2018). Mayoritas responden lansia

berpendidikan tamat SD (36,8%) dan tamat SMP (34,9%). Berdasarkan

data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan lansia masih

tergolong rendah. Sebagian besar lansia tidak bekerja (45,3%). Hal

tersebut dikarenakan kondisi fisik lansia sudah tidak memungkinkan

lagi untuk melakukan pekerjaan (Kholifah,2016). Rata-rata lansia

berstatus kawin (53,8%) dan berstatus janda (37,7%). Kondisi tersebut

dapat dipahami bahwa lansia telah berada pada tahap perkembangan

keluarga usia lanjut, dimana pada tahap itu lansia akan mengalami

moment ditinggal pasangan (Muhlisin, 2012). Lansia paling banyak

mengalami penyakit hipertensi (48,1%). Kondisi tersebut sesuai dengan

prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia yang terus meningkat hingga

mencapai angka 38,1% (Riskesdas, 2018). Rata-rata responden

menderita penyakit kronis selama 1-5 tahun (73,6%). Kemungkinan

terjadi karena lansia terlambat mengetahui penyakitnya dan baru

melakukan pemeriksaan setelah muncul tanda gejala (Subramaniam,

2016).

Page 11: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN ...eprints.ums.ac.id/83127/1/Naskah Publikasi.pdflagi untuk melakukan pekerjaan (Kholifah,2016). Rata-rata lansia berstatus kawin (53,8%)

7

3.4.2 Tingkat pengetahuan dan Kualitas Hidup

Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan lansia 55,7%

masih rendah. Faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pengetahuan.

Pengetahuan dapat terbentuk oleh tingkat pendidikan, informasi, dan

pengalaman (Senoaji, 2017; Wawan dan Dewi, 2010). Penelitian

memperlihatkan 49,1% lansia memiliki kualitas hidup baik. Hal itu

dikarenakan responden lansia mengalami gangguan tidur, merasa

tertekan dan tegang, merasa lemah dan tidak bertenaga, dan mengalami

masalah kesehatan berupa sesak nafas, nyeri sendi, sering berkemih,

serta bibir pecah-pecah. Menurut Masi dan Kundre (2018), kualitas

hidup dipengaruhi oleh faktor medis, seperti lama menderita penyakit,

kondisi penyakit saat ini, pengontrolan tekanan darah dan kadar gula

darah, serta komplikasi penyakit. Selain itu, kualitas hidup juga

dipengaruhi oleh kecemasan, stress, dan dukungan keluarga (Suryani,

2016 dan Friedman, 2010).

Kemungkinan lain yang menyebabkan kualitas hidup lansia masih

buruk adalah faktor penyakit, yaitu tingginya angka prevalensi penyakit

terutama penyakit degeneratif, dimana semakin tinggi angka morbidity

rates cenderung kualitas hidupnya juga akan menurun. Hasil penelitian

Wikananda (2017) mejelaskan bahwa lansia yang menderita penyakit

kronis, jika tidak ditangani dengan baik akan meningkatkan morbiditas

yang berdampak buruk pada kualitas hidup lansia yang berujung pada

peningkatan angka kesakitan dan kematian.

3.4.3 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Kualitas Hidup

Penelitian ini menemukan 80,9% kualitas hidup disebabkan

tingkat pengetahuan yang tinggi. Penelitian Golamrej Eliasi, et al.

(2017) sejalan dengan temuan itu. Penelitian Nur dan Mukhlis (2020)

juga hampir sama dimana pengetahuan rendah berisiko 4,4 kali lebih

banyak untuk memiliki kualitas hidup buruk. De Sousa, et al. (2016)

menjelaskan makin besar pengetahuan makin tinggi kualitas hidup.

Penemuan itu mirip dengan apa yang ditemukan Akhmad et al. (2016).

Page 12: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN ...eprints.ums.ac.id/83127/1/Naskah Publikasi.pdflagi untuk melakukan pekerjaan (Kholifah,2016). Rata-rata lansia berstatus kawin (53,8%)

8

Keterbatasan penelitian antara lain responden ada yang buta

aksara dan tidak menjawab semua pertanyaan yang ada di kuesioner

sehingga harus didampingi. Penelitian ini data responden diambil dari

rekam medik, peneliti tidak melakukan pemeriksaan sendiri. Instrumen

penelitian adalah kuesioner dengan pertanyaan tertutup, sehingga

responden tidak bebas memberikan jawabaan.

4. Penutup

4.1 Kesimpulan

Karakteristik responden yaitu perempuan lebih banyak dibandingkan laki-

laki, usia 60-69 tahun lebih banyak daripada usia >70 tahun, mayoritas

responden berpendidikan tamat SD/sederajat, hampir semua responden

tidak bekerja, rata-rata responden berstatus kawin, jenis penyakit paling

banyak adalah hipertensi, dan lama menderita paling banyak 1-5 tahun.

Tingkat pengetahuan responden mayoritas masih rendah dan kualitas hidup

responden yang baik hanya mencapai sebagian. Berdasarkan analisis, ada

hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kualitas

hidup.

4.2 Saran

4.2.1 Institusi pendidikan, sebagai lembaga akademis diharapkan mampu

memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan pengetahuan

khususnya tentang penyakit kronis baik kepada petugas kesehatan

maupun kepada masyarakat secara langsung melalui seminar dan

promosi kesehatan.

4.2.2 Petugas pelayanan kesehatan, harus bekerjasama melakukan upaya-

upaya untuk meningkatkan pengetahuan lansia melalui penyuluhan

kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup lansia dengan melakukan

senam sehat dan pemeriksaan rutin di setiap posyandu lansia.

4.2.3 Peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melakukan penelitian dalam

cakupan wilayah yang lebih luas untuk mendapatkan data yang akurat

dan melakukan penelitian yang bersifat kuantitatif untuk melengkapi

hasil dari penelitian ini.

Page 13: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN ...eprints.ums.ac.id/83127/1/Naskah Publikasi.pdflagi untuk melakukan pekerjaan (Kholifah,2016). Rata-rata lansia berstatus kawin (53,8%)

9

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, A. N., Primanda, Y., & Istanti, Y.P. (2016). Kualitas Hidup Pasien gagal

Jantung Kongestif (PJK) Berdasarkan Karakteristik Demografi. Jurnal

Keperawatan Soedirman, 11(1), 27-34.

Azmi, N. (2018). Gambaran Kualitas Hidup Lansia dengan Hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Tampan Pekanbaru, JOM Fkp, 5(2),

1-10.

Azwar, A., & Prihartono, J. (2014). Metodologi Penelitian Kedokteran &

Kesehatan Masyarakat.

Badan Pusat Statistik (BPS). (2018). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2018. Jakarta:

Badan Pusat Statistik.

De Sousa, M. C., Dias, F. A., Nascimento, J. S., & Dos Santos Tavares, D. M.

(2016). Correlation of quality of life with knowledge and attitude of diabetic

elderly. Investigacion y Educacion En Enfermeria, 34(1), 180–188.

Engheepi, F. B. P., Rai, A. D., Sonowal, N. J., & Mehta, V. K. (2018). “Quality of

Life of Elderly in Rural Areas of East Sikkim, India: a Cross Sectional Study.”

3(Icoph), 65–70.

Golamrej Eliasi, L. (2017). Factors Affecting Quality of Life among Elderly

Population in Iran. Humanities and Social Sciences, 5(1), 26.

Kueh, Y. C., Morris, T., Borkoles, E., & Shee, H. (2015). Modelling of diabetes

knowledge, attitudes, self-management, and quality of life: A cross-sectional

study with an Australian sample. Health and Quality of Life Outcomes, 13(1),

1–11.

Kholifah, S.N. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber

Daya Manusia Kesehatan.

Maciel, A.P.F., Pimenta, H.B., & Caldeira, A.P. (2016). Quality of life and

medication adherence in hypertensive patients. Acta Paul Enferm, 29(5), 542-

548.

Praveen, V.A.R.M. (2016). Quality of life among elderly in rural area. International

Journal Community Medicine and Public Health, 3(3), 754-757.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.

Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan.

Page 14: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN ...eprints.ums.ac.id/83127/1/Naskah Publikasi.pdflagi untuk melakukan pekerjaan (Kholifah,2016). Rata-rata lansia berstatus kawin (53,8%)

10

Senoaji, A.U. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga tentang Diit

Hipertensi dan Tingkat Stres dengan Frekuensi Kekambuhan Hipertensi pada

Lansia.

Situmorang, P.R. (2017). Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pengetahuan Lansia Terhadap Upaya Pencegahan Rematoid Arthritis di

Kelurahan Medan Labuhan Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Keperawatan

IMELDA, 3(1), 241-246.

Subramaniam, K. (2016). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan

Diagnosis Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Abang I

Kabupaten Karangasem Bali 2015. Directory of Open Access Journals, 6(1),

83-91.

Suryani, A. (2016). Hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas hidup

lanjut usia di Panti Wredha Dharma Bhakti Pajang Surakarta. 1-12.

Susila dan Suyanto. (2015). Metodologi Penelitian Cross Sectional. Klaten Selatan:

Bossscript.

Wawan, A., & Dewi, M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan

Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wikananda, G. (2017). Hubungan Kualitas Hidup dan Faktor Resiko pada Usia

Lanjut di Wilayah Kerja Puskesmas Tampaksiring I Kabupaten Gianyar Bali

2015. Intisari Sains Medis, 8(1), 41-49.

Wulandari, E. (2019). Gambaran tingkat pengetahuan penderita hipertensi tentang

kualitas hidup.