HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel...

159
HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH TANGGA DAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN LEPTOSPIROSIS (Studi Kasus di Kecamatan Candisari Kota Semarang Tahun 2012) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh: Rizka Auliya NIM. 6450408117 JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

Transcript of HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel...

Page 1: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH TANGGA DAN SANITASI RUMAH DENGAN

KEJADIAN LEPTOSPIROSIS

(Studi Kasus di Kecamatan Candisari Kota Semarang Tahun 2012)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

Rizka Auliya NIM. 6450408117

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2012

Page 2: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

ii  

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang September 2012

ABSTRAK

Rizka Auliya. Hubungan antara Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga dan Sanitasi Rumah dengan Kejadian Leptospirosis. (Studi Kasus di Kecamatan Candisari Kota Semarang Tahun 2012) XIV + 95 halaman + 27 tabel + 2 gambar + 15 lampiran Leptospirosis merupakan penyakit di daerah banjir karena kejadian penyakit ini paling tinggi saat pasca banjir. Candisari merupakan daerah yang jarang mengalami banjir namun menjadi daerah yang memiliki angka kejadian leptospirosis tinggi pada tahun 2009-2011 yaitu 41 kasus dan 5 kematian. Kejadian leptospirosis dipengaruhi oleh beberapa faktor, utamanya PHBS dan Sanitasi Rumah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara strata PHBS tatanan rumah tangga dan sanitasi rumah dengan kejadian leptospirosis (Studi kasus di Kecamatan Candisari Kota Semarang Tahun 2012). Penelitian ini menggunakan pendekatan kasus kontrol. Populasi penelitian adalah penderita leptospirosis di Kecamatan Candisari (kasus) dan bukan penderita (kontrol). Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi, dan luxmeter.. Data dianalisis dengan rumus uji Chi-square. Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara strata PHBS tatanan rumah tangga (p=0,003,OR=4,667), kondisi selokan (p=0,001,OR=5,290), keberadaan tikus (p=0,001,OR=6,107), keberadaan air menggenang (p=0,001,OR=6,133), sarana pembuangan limbah (p=0,003,OR=4,600), sarana pembuangan sampah (p= 0,002,OR=5,400) dan tidak ada hubungan antara intensitas cahaya (p=0,323), keberadaan hewan peliharaan (p=0,084) dengan kejadian leptospirosis. Saran yang diajukan adalah diharapkan pasien memperbaiki PHBS dan sanitasi rumah agar tidak menjadi sumber dan wahana penularan penyakit leptospirosis. Kata Kunci : Leptospirosis, Sanitasi Rumah, Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga. Kepustakaan : 30 (1999-2011)

Page 3: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

iii  

Public Health Departement Sport Science Faculty

Semarang State University September 2012

ABSTRACT

Rizka Auliya. Relationship Between the Strata of Healthy and Clean Life Behavior (PHBS) Order Household and House Sanitary with Leptospirosis Incidence (Case Study in Candisari District Semarang City in 2012) XIV + 95 pages + 27 tables + 2 figure + 15 appendices

Leptospirosis is a disease in flooded areas because of the high incidence of this disease at post-flood. Candisari is an area that rarely experiences flooding, but a region that has a high incidence of leptospirosis in 2009-2011, namely 41 cases and 5 deaths. Incidence of leptospirosis is influenced by several factors, the main strata of healthy and clean life behavior (PHBS) order household and house sanitation. The purpose of this study was to determine the relationship between the strata PHBS order household and house sanitary with the incidence of leptospirosis (case study in Candisari District Semarang City in 2012).

This study used a case-control approach. The study population was patients with leptospirosis in the Candisari district (cases) and not the patients (controls). The sample amounted to 66 respondents. The instruments used were questionnaires, observation sheets, and luxmeter. Data were analyzed by chi-square formula.

The result showed that there is a relationship between the strata of healthy and clean life behavior (PHBS) order household (p = 0.003, OR = 4.667), the condition of the sewers (p = 0.001, OR =5.290), presence of mice (p = 0.001, OR = 6.107), presence of stagnant water (p = 0.001, OR = 6.133),cesspool disposal facilities (p = 0.003, OR = 4.600), waste disposal facilities (p = 0.002, OR = 5.400) and no correlation between the intensity of light (p = 0.323), presence of pets (p = 0.084) with the incidence of leptospirosis.

The suggestions are the patient expected to improve PHBS and house sanitary in order not to be a source and vector for transmission of leptospirosis. Kata Kunci : Leptospirosis, House Sanitation, Strata of Healthy and Clean Life Behavior. Kepustakaan : 30 (1999-2011)           

Page 4: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

iv  

PENGESAHAN

Telah disidangkan di hadapan Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, skripsi atas:

Nama : Rizka Auliya

NIM : 6450408117

Judul : Hubungan antara Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga dan

Sanitasi Rumah dengan Kejadian Leptospirosis (Studi Kasus di

Kecamatan Candisari Kota Semarang)

Pada hari : Rabu

Tanggal : 21 November 2012

Panitia Ujian:

Ketua, Sekretaris,

Drs. H. Harry Pramono, M.Si . ` Dr. dr. Oktia Woro KH, M. Kes. NIP.19591019.198503.1.001 NIP. 19591001.198703.2.001 Dewan Penguji Tanggal

Ketua, Eram Tunggul P., S.KM., M.Kes ___________ NIP. 19740928.200312.1.001

Anggota, Arum Siwiendrayanti, S.KM, M.Kes ___________ (Pembimbing Utama) NIP. 19800909.200501.2.002

Anggota, Sofwan Indarjo, S.KM, M.Kes ___________ (Pembimbing Pendamping) NIP. 19760719.200812.1.002

Page 5: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

v  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

♠ Dahulukan Allah, maka Allah akan mendahulukanmu dalam segala urusan.

♠ Masyarakat akan sehat, apabila setiap insan ikut serta menyehatkan dirinya serta

lingkungannya (Juli Soemirat Slamet, 2002:5).

PERSEMBAHAN:

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Ibuku tercinta (Ibu Sa’diyah).

2. Adik dan Kakakku (Oyik dan Naila).

3. Keluarga Besarku

4. Almamaterku Unnes

Page 6: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

vi  

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan

karuniaNya, sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan antara Strata PHBS

Tatanan Rumah Tangga dan Sanitasi Rumah dengan Kejadian Leptospirosis

(Studi Kasus di Kecamatan Candisari Kota Semarang Tahun 2012)” dapat

terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Jurusan Ilmu Kesehatan

Masyarakat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.

Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian sampai penyelesaian skripsi ini,

dengan rendah hati disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Negeri Semarang, atas ijin penelitian.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang, atas persetujuan penelitian.

3. Pembimbing I, Ibu Arum Siwiendrayanti, S.KM., M.Kes., atas bimbingan,

arahan serta motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.

4. Pembimbing II, Bapak Sofwan Indarjo, S.KM., M.Kes., atas bimbingan, arahan

serta motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dosen Penguji Proposal Skripsi, Bapak Eram Tunggul Pawenang, S.KM.,

M.Kes., atas saran dan masukkan dalam perbaikan skripsi ini.

6. Dosen-dosen dan karyawan di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, atas bimbingan dan

bantuannya.

7. Kepala Kesbangpolinmas Kota Semarang , Bapak Drs. Bambang Sukono, MM,

atas ijin penelitian.

Page 7: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

vii  

8. Kepala Kantor Kecamatan Candisari Kota Semarang, Bapak Budi Tjahyanto,

S.H., M.Hum, atas ijin penelitian di wilayah tersebut.

9. Ibu (Sa’diyah), adik (Oyik), Kakak (Naila), atas do’a, pengorbanan, kasih

sayang dan motivasinya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

10. Muhammad Ulya, atas bantuan do’a, tenaga, pikiran, pengorbanan serta

motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.

11. Sahabat sekaligus teman diskusi (Dwina, Wiwin, Madya Feni, Evy, Nunung)

atas bantuan serta motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.

12. Teman-teman “Kos 8”, atas do’a, dukungan serta motivasinya dalam

penyusunan skripsi ini.

13. Teman-teman Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Angkatan 2008, atas bantuan

serta motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuannya dalam

penyelesaian skripsi ini.

Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat ganda

dari Allah SWT. Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan karya

selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Semarang, September 2012

Penyusun

Page 8: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

viii  

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ................................................................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................................ ii

ABSTRACT .......................................................................................................... iii

PENGESAHAN .................................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7

1.5 Keaslian Penelitian ......................................................................................... 8

1.6 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 11

Page 9: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

ix  

2.1 Leptospirosis .................................................................................................. 11

2.2 Sanitasi Rumah ............................................................................................. 26

2.3 Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Leptospirosis ............... 34

2.4 PHBS Tatanan Rumah Tangga ..................................................................... 36

2.5 Kerangka Teori .............................................................................................. 42

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 43

3.1 Kerangka Konsep ........................................................................................... 43

3.2 Hipotesis Penelitian ........................................................................................ 44

3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................................... 44

3.4 Variabel Penelitian ......................................................................................... 44

3.5 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel .................................. 45

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................... 48

3.7 Sumber Data Penelitian .................................................................................. 52

3.8 Instrumen Penelitian ...................................................................................... 53

3.9 Teknik Pengambilan Data ............................................................................. 53

3.10 Prosedur Penelitian ....................................................................................... 54

3.11 Teknik Analisis Data ..................................................................................... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................ 60

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................ 60

4.2 Hasil Penelitian ............................................................................................ 60

4.2.1 Karakteristik Responden .............................................................................. 60

4.2.2 Analisis Univariat Variabel Penelitian ......................................................... 63

4.2.3 Hasil Analisis Bivariat ................................................................................. 68

Page 10: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

x  

4.2.4 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat .......................................................... 77

BAB V PEMBAHASAN ....................................................................................... 78

5.1 Pembahasan .................................................................................................. 78

5.1.1 Hubungan antara Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga dengan Kejadian

Leptospirosis ................................................................................................ 78

5.1.2 Hubungan antara Kondisi Selokan dengan Kejadian Leptospirosis ........... 80

5.1.3 Hubungan antara Intensitas Cahaya dengan Kejadian Leptospirosis .......... 81

5.1.4 Hubungan antara Keberadaan Tikus dengan Kejadian Leptospirosis ......... 82

5.1.5 Hubungan antara Keberadaan Hewan Peliharaan dengan Kejadian

Leptospirosis ............................................................................................... 84

5.1.6 Hubungan antara Keberadaan Air Menggenang dengan Kejadian Leptospirosis

.................................................................................................................... 85

5.1.7 Hubungan antara Sarana Pembuangan Limbah dengan Kejadian Leptospirosis

.................................................................................................................... 87

5.1.8 Hubungan antara Sarana Pembuangan Sampah dengan Kejadian Leptospirosis

.................................................................................................................... 89

5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian ............................................................ 91

5.2.1 Hambatan Penelitian ................................................................................... 91

5.2.2 Kelemahan Penelitian ................................................................................. 91

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 92

6.1 Simpulan ........................................................................................................ 92

6.2 Saran ............................................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 94

LAMPIRAN ......................................................................................................... . 96

Page 11: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

xi  

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1: Keaslian Penelitian................................................................................. 8

Tabel 1.2: Matrik Perbedaan Penelitian .................................................................. 9

Tabel 2.1: Strata PHBS di Rumah Tangga ............................................................. 40

Tabel 2.2: Strata Kelompok

(RT,RW,DESA/KELURAHAN,KECAMATAN,KABUPATEN/KOTA) ............ 41

Tabel 3.1: Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ........................... 45

Tabel 3.2: Perhitungan Sampel ............................................................................... 50

Tabel 3.3: Tabel 2 x 2 Penentuan OR ..................................................................... 57

Tabel 4.1: Distribusi Responden menurut Umur .................................................... 61

Tabel 4.2: Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin ....................................... 62

Tabel 4.3: Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan .............................. 62

Tabel 4.4: Distribusi Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga Responden ................ 63

Tabel 4.5: Distribusi Kondisi Selokan Responden ................................................. 64

Tabel 4.6: Distribusi Intensitas Cahaya dalam Rumah Responden ........................ 64

Tabel 4.7: Distribusi Keberadaan Tikus di Rumah Responden .............................. 65

Tabel 4.8: Distribusi Keberadaan Hewan Peliharaan Responden ........................... 66

Tabel 4.9: Distribusi Keberadaan Air Menggenang di Rumah Responden ............ 66

Tabel 4.10: Distribusi Sarana Pembuangan Limbah Responden ............................ 67

Tabel 4.11: Distribusi Sarana Pembuangan Sampah Responden............................ 68

Tabel 4.12: Tabulasi Silang antara Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga dengan

Kejadian Leptospirosis ............................................................................................ 69

Page 12: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

xii  

Tabel 4.13: Tabulasi Silang antara Kondisi Selokan dengan Kejadian Leptospirosis

.............................................................................................................. 70

Tabel 4.14: Tabulasi Silang antara Intensitas Cahaya dengan Kejadian Leptospirosis

.............................................................................................................. 71

Tabel 4.15: Tabulasi Silang antara Keberadaan Tikus dengan Kejadian Leptospirosis

.............................................................................................................. 72

Tabel 4.16: Tabulasi Silang antara Keberadaan Hewan Peliharaan dengan Kejadian

Leptospirosis ........................................................................................................... 73

Tabel 4.17: Tabulasi Silang antara Keberadaan Air Menggenang dengan Kejadian

Leptospirosis ........................................................................................................... 74

Tabel 4.18: Tabulasi Silang antara Sarana Pembuangan Limbah dengan Kejadian

Leptospirosis ........................................................................................................... 75

Tabel 4.19: Tabulasi Silang antara Sarana Pembuangan Sampah dengan Kejadian

Leptospirosis ........................................................................................................... 76

Tabel 4.20: Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Menggunakan Uji Chi-Square ... 77

Page 13: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

xiii  

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1: Kerangka Teori................................................................................... 42

Gambar 3.1: Kerangka Konsep ............................................................................... 43

Page 14: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

xiv  

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Permohonan Sebagai Responden Penelitian ...................................... 96

Lampiran 2: Persetujuan Menjadi Responden Penelitian ....................................... 97

Lampiran 3: Kuesioner Penelitian dan Lembar Observasi ..................................... 98

Lampiran 4: Daftar Responden Kasus .................................................................... 105

Lampiran 5: Daftar Responden Kontrol .................................................................. 106

Lampiran 6: Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Tiap Variabel .............................. 107

Lampiran 7: Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ..................................................... 123

Lampiran 8: Output SPSS Analisis Bivariat dengan Uji Chi-Square ..................... 125

Lampiran 9: Surat Tugas Pembimbing ................................................................... 133

Lampiran 10: Surat Ijin Penelitian dari Fakultas .................................................... 134

Lampiran 11: Surat Ijin Peminjaman Alat .............................................................. 135

Lampiran 12: Surat Ijin Penelitian dari Kesbangpolinmas ..................................... 136

Lampiran 13: Surat Ijin Penelitian dari Kecamatan Candisari ................................ 138

Lampiran 14: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ................................ 139

Lampiran 15: Dokumentasi Penelitian .................................................................... 140

Page 15: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

1  

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Leptospirosis merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia,

khususnya di negara-negara yang beriklim tropis dan subtropis serta memiliki

curah hujan yang tinggi. World Health Organization (WHO) menyebutkan

kejadian Leptospirosis untuk negara subtropis adalah berkisar antara 0,1-1

kejadian tiap 100.000 penduduk per tahun, sedangkan di negara tropis berkisar

antara 10–100 kejadian tiap 100.000 penduduk per tahun (WHO, 2012).

Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis. Indonesia sebagai

negara tropis merupakan negara dengan kejadian Leptospirosis yang tinggi serta

menduduki peringkat ketiga di dunia dibawah China dan India untuk mortalitas.

Penyakit bersumber tikus yang pernah dilaporkan di Provinsi Jawa Tengah

diantaranya adalah penyakit Pes dan Leptospirosis. Leptospirosis telah

mengakibatkan kematian penduduk di beberapa kabupaten atau kota seperti di

Semarang, Demak, Pati, Klaten dan Purworejo (Buku Saku Kesehatan 2011 Prov.

Jateng : 40 - 41).

Leptospirosis merupakan penyakit zoonosa yang disebabkan oleh infeksi

bakteri yang berbentuk spiral dari genus Leptospira yang pathogen, yang

menyerang hewan dan manusia. Penularan leptospirosis pada manusia ditularkan

oleh hewan yang terinfeksi kuman leptospira yang biasanya masuk melalui

conjunctiva atau kulit yang terluka. Pada kulit yang utuh, infeksi dapat pula terjadi

Page 16: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

2  

  

apabila seseorang kontak dengan air, tanah, dan tanaman yang terkontaminasi urin

tikus atau hewan lain seperti anjing, kucing dll yang sakit leptospirosis dalam

waktu yang lama (Muliawan, 2008: 64).

Angka kematian leptospirosis di Indonesia termasuk tinggi, bisa mencapai

2,5–16,45%. Dan di provinsi Jawa Tengah angka kematian leptospirosis

cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kejadian dan angka kematian

leptospirosis di Jawa Tengah tahun 2007 adalah 67 kejadian dan 6 kematian,

tahun 2008 adalah 231 kejadian dan 15 kematian, tahun 2009 adalah 232 kejadian

dan 14 kematian, tahun 2010 adalah 133 kejadian dan 14 kematian, dan pada

tahun 2011 adalah 153 kejadian dan 30 kematian (Profil Kesehatan Indonesia

2010, Kepmenkes RI Tahun 2011). Angka kejadian dan kematian leptospirosis di

Jawa Tengah mulai tahun 2008–2011 yang paling tinggi adalah di Kota Semarang

yaitu sebanyak 151 kejadian dengan 4 kematian, 235 kejadian dengan 9

kematian, 70 kejadian dengan 6 kematian, dan 60 kejadian dengan peningkatan

kasus kematian sebanyak 22 kematian (Buku Saku Data Kasus dan Kematian

Leptospirosis Jateng 2012 ). Bila dilihat dari data, selama tahun 2008–2011

kejadian leptospirosis di Kota Semarang mengalami penurunan. Namun pada

angka kematian yang terjadi mengalami peningkatan yang pesat pada tahun 2011.

Pada umumnya, penyakit leptospirosis merupakan penyakit yang banyak

terjadi di daerah rawan banjir karena kejadian penyakit ini paling tinggi setelah

banjir tersebut surut. Kawasan rob yang memiliki kasus leptospirosis tinggi di

Kota Semarang misalnya Kecamatan Semarang Utara. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Sunaryo dari Loka Litbang P2B2 Banjarnegara tentang zona

kerawanan leptospirosis di Kota Semarang menunjukan hasil yang berbeda untuk

Page 17: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

3  

  

daerah yang jarang banjir. Daerah Candisari merupakan daerah yang jarang

mengalami banjir namun menjadi daerah yang memiliki angka kejadian

leptospirosis yang tinggi pada tahun 2009-2011 yaitu 41 kasus dan 5 kematian.

Dan pada tahun 2008–2010 kejadian leptospirosis yang juga tinggi berada di

daerah Tembalang yang merupakan daerah yang juga jarang terjadi banjir

(Rekapitulasi Bulanan Kasus Leptospirosis Kota Semarang Tahun 2012). Dengan

demikian, fenomena kejadian leptospirosis bukan hanya terjadi di kawasan rob

saja, melainkan sudah merambat ke daerah yang jarang banjir di Kota Semarang.

Menurut petugas Puskesmas Kagok bagian penyakit Leptospirosis, hal ini

disebabkan oleh banyaknya populasi tikus yang terinfeksi bakteri leptospira yang

bermigrasi dari daerah yang rawan banjir ke daerah yang jarang banjir seperti

Candisari. Dan penyakit Leptospirosis dapat terjadi hanya dengan adanya tikus

yang terinfeksi Leptospira, air menggenang dan kontak manusia dengan air

menggenang yang terinfeksi oleh Leptospira dari air kencing tikus tersebut. dari

hal tersebut maka banyaknya kejadian Leptospirosis di daerah jarang banjir dapat

terjadi.

Di wilayah kota Semarang, tercatat kecamatan Candisari sebagai wilayah

terpadat dengan angka kepadatan 14.089 jiwa/km2. Di kecamatan Candisari, air

tanah dan permukaan air dangkal mencapai 10-20 meter. Hal ini berpotensi

menimbulkan genangan air luas mencapai 1-25 hektare utamanya di kelurahan

Kaliwiru. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 28 Juli 2012

di beberapa kelurahan (Jomblang, Karanganyar Gunung, Kaliwiru dan Tegalsari)

yang merupakan kelurahan dengan keberadaan kasus Leptospirosis di kecamatan

Page 18: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

4  

  

Candisari, mendapatkan hasil bahwa kondisi sanitasi di daerah tersebut perlu

diperhatikan. Hal tersebut terlihat dari kondisi rumah-rumah yang sangat

berhimpitan dan masih sedikitnya tempat sampah di tiap-tiap rumah sehingga

menimbulkan banyaknya sampah yang dibuang sembarangan di sekitar rumah

maupun selokan. Warga juga menyatakan bahwa saat musim hujan, selokan di

sekitar rumah mereka sering meluap karena tidak tertutup dan berukuran kecil.

Keterbatasan tempatlah yang membuat mereka tidak dapat membuat selokan yang

lebih besar. Terbatasnya tempat juga menyebabkan rumah-rumah mereka

dibangun dengan kondisi seminimal mungkin sehingga kondisi di dalam rumah

terlihat cukup gelap walaupun saat siang hari. Hal- hal tersebut yang menjadi

kemungkinan sebagai faktor-faktor penularan Leptospirosis.

Penyakit leptospirosis merupakan penyakit yang sangat berhubungan

dengan lingkungan. Faktor lingkungan yang sangat berperan dalam kejadian

leptospirosis adalah sanitasi rumah. Sanitasi rumah dapat dikatakan baik apabila

memenuhi salah satu kriteria rumah sehat yaitu memenuhi persyaratan

pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air

bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan

tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,

terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan

dan penghawaan yang cukup (Rusmini, 2011:86).

Penelitian terdahulu yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kejadian

Leptospirosis berkaitan dengan faktor lingkungan. Pada penelitian Dwi Sarwani

(2005) mendapatkan hasil bahwa beberapa faktor lingkungan fisik yang

Page 19: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

5  

  

merupakan faktor risiko kejadian leptospirosis berat adalah kondisi tempat

pengumpulan sampah (Odd Ratio = 1,2 dengan 95% CI 0,6-2,7), kondisi selokan

(Odd Ratio = 5 dengan 95% CI 2,3-10,6). Faktor lingkungan biologik yang

merupakan faktor risiko kejadian leptospirosis berat adalah adanya tikus di dalam

rumah (Odd Ratio = 38,1 dengan 95% CI 8,6–169,8).

Faktor–faktor lingkungan termasuk kedalam beberapa indikator dari PHBS

tatanan rumah tangga. Selain faktor lingkungan, faktor–faktor lain yang ikut

berpengaruh pada kejadian leptospirosis juga terdapat dalam PHBS tatanan rumah

tangga. PHBS tatanan rumah tangga dilakukan untuk memberdayakan anggota

rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS dengan baik,

memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit

dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan

kesehatan masyarakat (Pedoman Program PHBS Tatanan Rumah Tangga Tahun

2010). Dengan PHBS tatanan rumah tangga tersebut dapat diketahui tingkatan

strata PHBS dalam rumah tangga, tingkatan strata tersebut antara lain sehat

pratama, sehat madya, sehat utama dan sehat paripurna.

Tingkatan strata PHBS Tatanan Rumah Tangga menentukan bagaimana

kondisi PHBS dalam keluarga. Penentuan strata PHBS Tatanan Rumah Tangga

merupakan program pemerintah yang telah dilakukan oleh Puskesmas. Untuk itu

perlu diketahui hubungannya dengan kejadian Leptospirosis agar bisa lebih

ditingkatkan keefektifannya di masyarakat. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti

ingin melakukan penelitian mengenai “Hubungan Antara Strata PHBS Tatanan

Rumah Tangga dan Sanitasi Rumah dengan Kejadian Leptospirosis”

Page 20: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

6  

  

1.2 Rumusan Masalah

Menurut penelitian terdahulu, faktor lingkungan merupakan faktor yang

sangat berperan dalam kejadian leptospirosis utamanya adalah sanitasi rumah

yang meliputi kondisi selokan, intensitas cahaya, keberadaan tikus di dalam

rumah, keberadaan air yang menggenang di dalam rumah, sarana pembuangan air

limbah dan sarana pembuangan sampah. Faktor–faktor lingkungan tersebut

termasuk ke dalam beberapa indikator dari PHBS tatanan rumah tangga. Selain

faktor lingkungan tersebut, faktor–faktor lain yang ikut berpengaruh pada

kejadian leptospirosis juga terdapat dalam PHBS tatanan rumah tangga. Indikator

tersebut antara lain KIA dan gizi, gaya hidup, dan upaya kesehatan masyarakat.

Dengan PHBS tatanan rumah tangga tersebut dapat diketahui tingkatan strata

PHBS dalam rumah tangga.

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Adakah

hubungan antara strata PHBS tatanan rumah tangga dan sanitasi rumah dengan

kejadian leptospirosis?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

antara strata PHBS tatanan rumah tangga dan sanitasi rumah dengan kejadian

leptospirosis.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui hubungan antara strata PHBS tatanan rumah tangga dengan

kejadian leptospirosis.

2. Mengetahui hubungan antara kondisi selokan dengan kejadian leptospirosis.

Page 21: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

7  

  

3. Mengetahui hubungan antara intensitas cahaya dengan kejadian

leptospirosis.

4. Mengetahui hubungan antara keberadaan tikus dengan kejadian leptospirosis.

5. Mengetahui hubungan antara keberadaan hewan peliharaan dengan kejadian

leptospirosis.

6. Mengetahui hubungan antara keberadaan air yang menggenang dengan

kejadian leptospirosis.

7. Mengetahui hubungan antara sarana pembuangan air limbah dengan kejadian

leptospirosis.

8. Mengetahui hubungan antara sarana pembuangan sampah dengan kejadian

leptospirosis.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama

kuliah di bidang Kesehatan Lingkungan dalam bentuk penelitian ilmiah mengenai

hubungan antara strata PHBS tatanan rumah tangga dan sanitasi rumah dengan

kejadian leptospirosis.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Sebagai sarana pemberian informasi yang nantinya dapat dijadikan

masukan dalam bidang sosial-ekonomi dengan memasyarakatkan bahwa strata

PHBS tatanan rumah tangga dan sanitasi rumah berhubungan dengan kejadian

leptospirosis, sehingga masyarakat dapat mencegah kejadian leptospirosis.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

8  

  

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Judul Peneliti

An

Nama Peneli

ti

Tahun dan

Tempat Peneliti

an

Ranca ngan

Peneliti An

Variabel Penelitian Hasil Penelitian

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Faktor Risiko Ling kungan Yang Berpe ngaruh Terha dap Kejadian Leptospirosis Berat

Dwi Sarwa ni Sri Rejeki

Tahun 2005, di Rumah Sakit Dr. Kariadi Sema rang.

Meng gu nakan metode Obser vasio nal dengan rancang an kasus kontrol

Variabel bebas : Kondisi selokan, karakteristik genangan air, keberadaan sampah, kondisi jalan sekitar rumah, curah hujan, kondisi selokan, kondisi tempat pengumpulan sampah, topografi, keberadaan tikus di dalam dan sekitar rumah, kepemilikan hewan peliharaan, pH tanah, riwayat peran serta dalam kegiatan sosial yang berisiko terhadap leptospirosis, penggunaan alat pelindung, jumlah pendapatan, jenis pekerjaan, kebiasaan tidak memakai alas kaki, mencuci/mandi di sungai Variabel terikat : Kejadian leptospirosis.

Beberapa faktor lingkungan fisik yang merupakan faktor risiko kejadian leptospirosis berat adalah kondisi tempat pengumpulan sampah OR = 1,2 95% CI 0,6-2,7; curah hujan >= 177,5 mm OR=5,7; 95% CI 1,9-17,3; kondisi selokan < 2,0 meter OR=5; 95% CI 1,8-15,7. Faktor lingkungan biologik yang merupakan faktor risiko kejadian leptospirosis berat adalah adanya tikus di dalam dan sekitar OR=38,1; 95% CI 8,6–169,8.

Page 23: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

9  

  

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Analisis Faktor – Faktor yang Berhubung an dengan Penyakit Leptospiro sis Di Puskesmas Kedungmundu 2011

Taufik Ari Pambudi

Tahun 2011 di Puskesmas Kedungmundu

Analitik observasional dengan desain kasus kontrol

Variabel Bebas : Kebersihan diri, riwayat adanya luka, kondisi selokan, keberadaan tikus di dalam rumah, kebiasaan menutup makanan, keberadaan hewan peliharaan, pengetahuan, pekerjaan, aktifitas di air Variabel Terikat : Kejadian Leptospirosis

Variabel yang berhubung an dengan kejadian leptospiro sis adalah pekerjaan OR=7,765 ; 95% CI 0,852–70,752, kebersihan diri OR=7,3,685 ; 95% CI 1,062-12,771, riwayat adanya luka OR=5,6 ; 95% CI 1,523–20,492, keberadaan tikus OR=3,683 ; 95% CI 1,062–12,771, riwayat kontak dengan air kotor OR=3,683 ; 95% CI 1,062–12,771, kebersihan rumah OR=3,683 ; 95% CI 1,062–12,771.

Perbedaan penelitian dari penelitian sebelumnya dapat dilihat pada tabel

1.2 tentang matrik perbedaan penelitian di bawah ini :

Tabel 1.2 Matrik Perbedaan Penelitian

No Perbedaan Penelitian Rizka Auliya

Penelitian Dwi Sarwani

Penelitian Taufik Ari Pambudi

(1) (2) (3) (4) (5) 1. Judul

Penelitian Hubungan Antara Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga Dan Sanitasi Rumah Dengan Kejadian Leptospirosis.

Faktor Risiko Lingkungan Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Leptospirosis Berat

Analisis Faktor – Faktor yang Berhubungan Penyakit Leptospirosis Di Puskesmas Kedungmundu 2011

2. Tempat Kecamatan Candisari Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang

Puskesmas Kedungmundu

3. Rancangan Penelitian

Menggunakan metode observasional analitik dengan desain studi kasus kontrol.

Menggunakan metode Observasional dengan rancangan kasus kontrol

Analitik observasional dengan desain kasus kontrol

Page 24: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

10  

  

(1) (2) (3) (4) (5) 4. Variabel

Bebas Strata PHBS tatanan rumah tangga dan sanitasi rumah yang meliputi kondisi selokan, intensitas cahaya, keberadaan tikus, keberadaan air yang menggenang, sarana pembuangan air limbah, serta sarana pembuangan sampah.

Kondisi selokan, karakteristik genangan air, keberadaan sampah, kondisi jalan sekitar rumah, curah hujan, kondisi selokan, kondisi tempat pengumpulan sampah, topografi, keberadaan tikus di dalam dan sekitar rumah, kepemilikan hewan peliharaan, pH tanah, riwayat peran serta dalam kegiatan sosial yang berisiko terhadap leptospirosis, penggunaan alat pelindung, jumlah pendapatan, jenis pekerjaan, kebiasaan tidak memakai alas kaki, mencuci/mandi di sungai

Kebersihan diri, riwayat adanya luka, kondisi selokan, keberadaan tikus di dalam rumah, kebiasaan menutup makanan, keberadaan hewan peliharaan, pengetahuan, pekerjaan, aktifitas di air

5. Teknik sampling

Sistem random sampling sampling

Sistematik random sampling

Simple random sampling

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Candisari Kota Semarang.

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Agustus 2012.

1.6.3 Ruang Lingkup Keilmuan

Penelitian ini dibatasi lingkup teorinya pada strata PHBS tatanan rumah

tangga dan sanitasi rumah sebagai pemicu munculnya vektor tikus yang kemudian

menghubungkannya dengan kejadian Leptospirosis.

Page 25: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

11  

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Leptospirosis

2.1.1 Pengertian Leptospirosis

Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan bakteri yang

berbentuk spiral dari genus leptospira patogen, menyerang hewan dan manusia.

Definisi zoonosa (zoonosis) adalah penyakit yang secara alami dapat dipindahkan

dari hewan vertebrata ke manusia atau sebaliknya (Depkes RI, 2005:1)

Bakteri zoonosis sebagai aspek penyebab leptospirosis. Dari aspek

transmisinya leptospirosis merupakan salah satu direct zoonosi (host to host

transmission) karena penularannya hanya memerlukan satu vertebrata saja.

Penyakit ini bebas berkembang di alam, di kalangan hewan liar maupun domestik,

dan manusia merupakan infeksi terminal. Dari aspek ini penyakit tersebut

termasuk golongan anthropozoonosis. Gambaran klinis penyakit leptospirosis

pada manusia meliputi: demam, pembesaran hati dan limpa, ikterus, dan ada tanda

– tanda kerusakan pada ginjal (Depkes RI,2005:1).

2.1.1.1 Etiologi

Mikroorganisme penyebab leptospirosis termasuk dalam genus Leptospira

(L), famili Leptospiraceae, ordo Spirochaetales yang terdiri dari 2 spesies yaitu L.

interrogans yang patogen dan L. biflexa yang hidup bebas (non – patogen,

saprofit). Jenis Leptospira interrogans yang mampu menginfeksi manusia antara

lain adalah L. icterohaemorrhagiae, L. canicola, L. pamona, L. grippotyphosa, L.

javanica, L. celledoni, L. ballum, L. pyrogenes, L. autumnalis, L. bataviae, L.

Page 26: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

12  

  

tarrasovi, L. panama, L. andamana, L. shemonai, L. ranarum, L. bufonis, L.

copenhageni, L. australis, L. cynopteri. Jenis yang paling sering menginfeksi

manusia adalah L. icterohaemorrhagiae dengan tikus sebagai reservoirnya, L.

canicola dengan anjing sebagai reservoirnya, dan L.pamona dengan sapi dan babi

sebagai reservoirnya (Djoni Djunaedi, 2007:20).

2.1.1.2 Epidemiologi

Leptospira yang hidup dalam tubuh hewan yang menjadi sumber penular

leptospirosis berada di dalam ginjal atau air kemihnya. Tikus merupakan vektor

yang utama penyebab leptospirosis pada manusia. Dalam tubuh tikus, leptospira

akan menetap dan membentuk koloni serta berkembang biak di dalam epitel

tubulus ginjal tikus dan secara terus menerus akan ikut mrngalir dalam filtrat urin.

Penyakit ini bersifat musiman, di daerah beriklim sedang, masa puncak insidens

dijumpai pada musim panas dan musim gugur karena temperatur adalah faktor

yang mempengaruhi kelangsunga hidup leptospira, sedangkan di daerah tropis

insidens tertinggi terjadi selama musim hujan. Untuk dapat berkembang biak,

leptospira memerlukan lingkungan optimal serta tergantung pada suhu yang

lembab, hangat, dan pH air tanah yang netral (Aru W. Sudoyo, dkk., 2006:1845).

Bakteri Leptospira tetap hidup pada air tergenang selama beberapa

minggu. Ketika orang meminum air tersebut, berenang atau mandi di dalamnya,

atau mengkonsumsi makanan yang tercemar, maka dapat timbul infeksi pada

orang tersebut. Orang yang sering berkontak dengan air yang tercemar oleh urin

tikus mempunyai risiko terbesar untuk terinfeksi (Muliawan, 2008:65).

Page 27: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

13  

  

2.1.1.3 Patogenesis

Infeksi pada manusia biasanya terjadi akibat air minum atau makanan

yang terkontaminasi denga leptospira. Selaput mukosa dan kulit yang terluka

merupakan tempat masuk yang paling mungkin bagi leptospira patogenik. Setelah

masuknya bakteri ini, terjadi infeksi yang tersebar di seluruh tubuh termasuk

cairan serebrospinal dan mata, tetapi tidak timbul lesi pada tempat masuk. Gerak

yang menggangsir (burrowing motility) telah diajukan sebagai mekanisme

masuknya Leptospira di tempat tersebut, yang secara normal terlindung (Rusmini,

2011:86-88).

Leptospira secara cepat dieliminasi dari semua jaringan tubuh hospes,

kecuali pada otak, mata, dan ginjal. Leptospira yang bertahan hidup pada otak dan

mata tidak memperbanyak diri, akan tetapi pada ginjal, bakteri ini berkembang

biak di dalam tubuli kontorta dan dikeluarkan ke dalam urin. Leptospira bertahan

di dalam hospes selama berminggu–minggu hingga berbulan–bulan, dan pada

rodensia bakteri ini dapat dikeluarkan melalui urin sepanjang hidup hewan

tersebut (Muliawan, 2008:67).

2.1.1.4 Patologi

Perjalanan pada fase leptospiremia, leptospira melepaskan toksin yang

bertanggung jawab atas terjadinya keadaan patologi beberapa organ. Lesi yang

muncul terjadi karena kerusakan pada lapisan endotel kapiler. Pada leptospirosis

terdapat perbedaan antara derajat gangguan fungsi organ dengan kerusakan secara

histologik. Pada leptospirosis lesi histologis yang ringan ditemukan pada ginjal

dan hati pasien dengan kelainan fungsional yang nyata dari organ tersebut.

Page 28: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

14  

  

Perbedaan ini menunjukkan bahwa kerusakan bukan pada struktur organ. Selain

di ginjal, leptospira juga dapat bertahan pada otak dan mata. Leptospira dapat

masuk pada fase leptospiremia. Hal ini akan menyebabkan meningitis yang

merupakan gangguan neurologi terbanyak yang terjadi sebagai komplikasi

leptospirosis. Organ–organ yang sering dikenai leptospira adalah ginjal, hati, otot

dan pembuluh darah (Aru W. Sudoyo, dkk.,2006:1845).

2.1.1.5 Morfologi

Leptospira merupakan organisme fleksibel, tipis, berlilit padat, dengan

panjang 5–25 μm, disertai spiral halus yang lebarnya 0,1–0,2 μm. Salah satu ujung

organisme seringkali bengkok, membentuk kait. Bentuk yang demikian

menyebabkan leptospira dapat bergerak sangat aktif untuk maju, mundur atau

berbelok. Leptospira dapat dikembangbiakkan pada pH 7,4 dan pada suhu 28–

30°C (Muliawan, 2008:65).

2.1.1.6 Struktur

2.1.1.6.1 Struktur Umum

Leptospira memiliki ciri umum yang berbeda dari bakteri lainnya. Sel

bakteri ini dibungkus oleh membran luar yang terdiri dari 3 – 5 lapis, atau disebut

juga envelop. Di bawah membran luar ini terdapat lapisan peptidoglikan yang

fleksibel dan helical, serta membran sitoplasma. Kedua lapisan ini meliputi isi

sitoplasma dari sel. Struktur yang dikelilingi membran luar tersebut, secara

kolektif dinamakan silinder protoplasmik.

Ciri khas Spirochaeta adalah lokasi flagelanya, yang terletak diantara

membran luar dan lapisan peptidoglikan. Flagela ini disebut sebagai flagella

Page 29: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

15  

  

periplasmik. Leptospira memiliki flagella periplasmik, masing – masing

berpangkal pada setiap ujung sel. Ujung bebas flagella periplasmik berjalan ke

arah pusat sel, tetapi tidak bertumpang tindih seperti Spirochaeta lainnya.

Leptospira berbeda denga spirochaeta lainnya, karena tidak mempunyai zat

glikopid tetapi memiliki asam diaminopimelat sebagai pengganti ornitin pada

bahan peptidoglikannya (Muliawan, 2008:67).

2.1.2 Cara Penularan Bakteri Leptospira

Manusia dapat terinfeksi bakteri Leptospira melalui kontak dengan air,

tanah (lumpur), dan tanaman yang telah dikotori oleh air seni dari hewan – hewan

penberita leptosirosis. Bakteri Leptospira masuk ke dalam tubuh manusia melalui

selaput lendir (mukosa) mata, hidung, atau kulit yang lecet dan kadang – kadang

melalui saluran pencernaan dari makanan yang terkontaminasi oelh urin tikus

yang telah terkontaminasi oleh Leptospira (Depkes RI, 2005:8).

Masuknya kuman Leptospira pada hospes secara kualitatif berkembang

bersama dengan proses infeksi pada semua resevoar Leptospira. Namun

masuknya kuman secara kuantitatif berbeda, bergantung kepada agen, host dan

lingkungan. Melalui cara lain dapat saja terjadi yaitu melaui permukaan mukosa,

misalnya melalui abrasi, mukosa, saluran hidung atau konjungtiva. Kuman

Leptospira akan masuk dalam peredaran darah yang ditandai dengan adanya

demam dan berkembang pada target organ serta akan menunjukkan gejala infeksi

pada organ tersebut. Masa inkubasi dari leptospirosis 4–19 hari, rata–rata 10 hari.

Penularan langsung dari manusia ke manusia jarang terjadi (Depkes RI, 2005:8).

Page 30: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

16  

  

Gambaran klinis akan bervariasi bergantung dari kondisi manusianya,

spesies hewan, dan umurnya. Kuman ini beberapa hari akan tinggal pada organ

seperti hati, limpa, ginjal dengan ditandai perubahan patologis. Mekanisme sistem

imunitas tubuh akan aktif apabila kuman menjalar ke jaringan hati dan ginjal,

serta berada si tubular ginjal (Depkes RI, 2005:8).

Orang dengan profesi tertentu seperti petani yang mengerjakan sawah,

petugas rumah potong hewan, dokter hewan yang menangani ternak, mempunyai

kecenderungan besar terinfeksi bakteri. Tikus yang mempunyai kesempatan

bergerak luas melampaui batas–batas kepemilikian lahan merupakan sumber

penularan yang potensial (Soeharsono, 2002:41).

2.1.3 Resevoar Penular

Hewan–hewan yang menjadi sumber penularan adalah rodent (tikus), babi,

sapi, kambing, domba, kuda, kucing, anjing, serangga, burung, insektivora

(landak, kelelawar, tupai), sedangkan rubah dapat berperan sebagai karier dari

Leptospira (Rusmini, 2011:43-44).

2.1.4 Gejala Klinis

Manifestasi klinis leptospirosis sangat bervariasi, mulai dai infeksi

subklinik, demam anikterik ringan seperti influenza sampai dengan yang berat dan

berpotensi fatal yaitu penyakit weil (weil’s disease atau weil’s syndrome). Karena

variasi klinik penyakit ini luas, maka penyakit ini biasanya mirip dengan infeksi

dengue, malaria ringan atau berat, demam typhoid, hepatitis virus, infeksi

hantavirus, sepsis atau penyakit demam lainnya (Rusmini, 2011:89).

Page 31: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

17  

  

Selain pembagian gambaran klinis diatas, Soeharyo Hadisaputro, 2002,

Iskandar Z; Nelwan RHH, Suhendro, dkk, 2002, membagi leptospirosis menurut

perjalanan penyakitnya menjadi 3 fase yaitu:

2.1.4.1 Fase Pertama

Pada masa leptospiremia akan dijumpai leptospira dalam darah, timbul

keluahan sakit kepala, suhu badan meningkat sampai menggigil, nyeri otot hebat

terutama pada paha, betis yang diikuti dengan hiperaestesia. Beberapa penderita

mengeluh nafsu makan berkurang, mual, muntah dan diare. Keluhan batuk dan

sakit dada dijumai pada hampir semua kasus, sedangkan batuk darah sangat jarang

ditemukan.

Tanda fisik dianggap khas adalah conjuctival suffusion, pertama kali

timbul pada hari ke 3 (tiga) atau ke 4 (empat), yang disertai dengan sklera mata

berwarna kuning dan adanya photophpbia. Tanda lain dapat berupa kemerahan

pada kulit berbentuk makula, makulopapula ataupun urtikaria, dan perdarahan

kulit. 25% kasus dapat dijumpai penurunan kesadaran, bradikardi, hipotensi, dan

oliguria yang kadang juga dijumpai splenomegelia, hepatomegali, atau

limfadenopatia.

2.1.4.2 Fase Kedua (Fase Immune)

Pada fase immune, ditandai kembali dengan munculnya gejala demam

yang tidak melebihi 39°C, berlangsung selama 1–3 hari, kadang–kadang timbul

antibodi dalam sirkulasi darah. Pada fase ini kadang–kadang dijumpai adanya

iridlosiklitis, neuritis optik, mielitis, encephalitis, serta neurophati perifer.

Page 32: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

18  

  

Dengan terbentuknya IgM dalam sirkulasi darah, sehingga gambaran

klinis bervariasi dari demam tidak terlalu tinggi, dapat terjadi gangguan fungsi

ginjal dan hati, serta gangguan hemostatis dengan manifestasi perdarahan spontan.

2.1.4.3 Fase Ketiga (Fase Convalescent)

Pada fase ini terjadi perbaikan klinis yang ditandai dengan pulihnya

kesadaran, ikterus menghilang, tekanan darah menjadi normal kembali, serta

perbaikan produksi urin. Fase ini terjadi bila pada minggu kedua sampai minggu

keempat degan petogenesis yang masih belum jelas, demam, serta nyeri otot

masih dijumpai, yang kemudian berangsur–angsur hilang.

2.1.5 Penyebab Penyakit (Agent)

Bakteri leptospira sebagai penyebab leptospirosis berbentuk spiral

termasuk dalam ordo spirochaetales dalam famili trepanometaceae. Bentuk spiral

denga pilinan yang rapat dengan ujung – ujungnya yang bengkok seperti dari

bakteri leptospira menyebabkan gerakan leptospira sangat aktif, baik gerakan

berputar sepanjang sumbunya, maju, mundur maupun melengkung karena

ukurannya yang sangat kecil. Leptospira hanya dapat dilihat dengan mikroskop

medan gelap atau mikroskop phase kontras. Leptospira peka terhadap asam dan

dapat hidup dalam air tawar selama kurang lebih satu bulan, tetapi dalam air laut,

air selokan, dan air kemih yang tidak diencerkan akan cepat mati (Depkes RI,

2005:6).

Sifat dari bakteri Leptospira adalah spirochaeta yang bergelung rapat

sekali, berukuran 0,1 μm x 0,6 μm sampai 0,3 μm x 20 μm. Amplitudo hilikel

sekitar 0,1 sampai 0,15 μm dan panjang gelombang sekitar 0,5 μm, pada ujung

Page 33: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

19  

  

selnya baik pada salah satu maupun keduanya biasanya terikat pada semacam kait.

Dua filamen aksial (flagella periplasmik) dengan insersi polar terletak pada ruang

perplasmik. Struktur protein flagella sangat komplek, leptospira memperlihatkan

dua bentuk yang berbeda dalam pergerakannya, translatasi dan nontranslatasi.

Leptospira dapat diwarnai dengan pewarnaan karbolfuchsin. Bakteri ini bersifat

aerobik obligat dengan pertumbuhan optimal pada suhu 28°C–30°C dan pH 7,2–

80. Menghasilkan katalase dan oksidase, tumbuh pada media sederhana yang kaya

dengan vitamin (vit B2 dan B12 adalah faktor pertumbuhan), asam lemak rantai

panjang, dan garam amonium. Asam lemak rantai panjang digunakan sebagai

sumber karbon tunggal dan metabolisme oleh α oxidase (Depkes RI, 2005:6).

Leptospira relatif mudah dikultur dalam kondisi aerobik, suhu 28°C–30°C.

Genus leptospira dibagi dalam 2 spesies, yaitu L. interrogans (patogen) dan L.

biflexa, mengandung strain saprofitik yang diisolasi dari lingkungan. L. biflexa

dibedakan dari L. interrogans dengan melihat pertumbuhan pada suhu 13°C

(Depkes RI, 2005:6).

Kedua spesies tersebut di atas, L interrogans dan L.biflexa dibagi dalam

sejumlah serovar yang telah ditetapkan dalam aglutinas setelah absorbsi silang

dengan antigen homolog. Jika pada uji ulangan selalu terdapat lebih dari 10% titer

homolog pada sekurang–kurangnya satu dari dua antisera, maka pada dua strain

tersebut dnyatakan sebagai dua serovar yang berbeda (Depkes RI, 2005:6).

2.1.6 Faktor Risiko Manusia Terinfeksi Bakteri Leptospirosis

1. Petani dan peternak serta tukang potong hewan

2. Penangkap/penjerat hewan

Page 34: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

20  

  

3. Dokter/mantri hewan

4. Penebang kayu, pekerja selokan dan perkebunan

5. Berenang di sungai

6. Bersampan

7. Kemping

8. Berburu/kegiatan di hutan

9. Anjing piaraan dan hewan ternak

10. Genangan air hujan

11. Lingkungan tikus

12. Banjir (Aru W. Sudoyo, 2007:1824)

2.1.7 Diagnosis klinis dan diagnosis banding

Langkah untuk menegakkan diagnosis dilakukan dengan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Pola klinis leptospirosis tidak

sama, tergantung dari : jenis bakteri leptospirosis, kekebalan seseorang, kondisi

lingkungan dan lain-lain.

2.1.7.1 Anamnesis

Pada anamnesis identitas pasien, keluhan yang dirasakan dan data

epidemiologis penderita harus jelas karena berhubungan dengan lingkungan

pasien. Identitas pasien ditanyakan : nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal,

jenis pekerjaan dan jangan lupa menanyakan hewan peliharaan maupun hewan

liar dilingkungannya, karena berhubungan dengan leptospirosis. Keluhan-

keluahan khas yang dapat ditemukan yaitu : demam mendadak, keadaan umum

lemah tidak berdaya, mual, muntah, nafsu makan menurun dan merasa mata

Page 35: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

21  

  

semakin lama semakin bertambah kuning dan sakit otot hebat terutama daerah

betis dan paha (Rusmini,2011:103).

2.1.7.2 Pemeriksaan fisik

Gejala klinis menonjol yaitu : ikterik,demam, mialgia, nyeri sendi serta

conjungtival suffusion. Conjungtival suffusion dan mialgia merupakan gejala

klinik yang sering ditemukan. Kelainan fisik lain yang ditemukan yaitu :

hepatomegali, splenomegali, kaku kuduk, rangsa meningeal, hipotensi, ronki paru

dan adanya diatesisi hemoragik (Rusmini, 2011:104-105).

2.1.7.3 Pemeriksaan laboratorium

2.1.7.3.1 Pemeriksaan laboratorium umum

Pemeriksaan laboratorium umum ini tidak terlalu spesifik untuk

menentukan diagnosis leptospirosis. Yang termasuk pemeriksaan laboratorium

umum yaitu pemeriksaan darah, pemeriksaan fungsi ginjal, pemeriksaan fungsi

hati

2.1.7.3.2 Pemeriksaan laboratorium khusus

Pemeriksaan laboratorium khusus untuk mendeteksi keberadaan bakteri

leptospira dapat secara langsung dengan mencari bakteri leptospira atau

antigennya dan secara tidak langsung melalui pemeriksaan antibodi terhadap

bakteri leptospira dengan uji serologis. Pemeriksaan langsung meliputi kultur,

mikroskopis, inokulasi hewan, (immuno) staining dan reaksi polimerase berantai.

Pemeriksaan langsung dengan isolasi bakteri leptospira patogen merupakan

diagnosis pasti leptospirosis. Sedangkan interpretasi pemeriksaan tidak langsung

Page 36: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

22  

  

harus dikorelasikan dengan gejala klinis dan data epidemiologis seperti riwayat

pajanan dan faktor risiko lain.

2.1.7.4 Pemeriksaan Langsung

Pemeriksaan langsung meliputi pemeriksaan mikroskopik dan

immunostaining, pemeriksaan molekuler, biakan, dan inokulasi hewan percobaan

2.1.7.5 Pemeriksaan tidak langsung/serologi

Spesimen untuk pemeriksaan serologi adalah 2 ml serum. Spesimen serum

disimpan dan dikirim dalam keadaan beku dengan dry ice, (karena pada suhu 20-

250 C spesimen hanya tahan beku selama 1-2 hari). Berbagai jenis uji serologi

antara lain Microscopic Agglutination Test (MAT), Macroscopic Slide

Agglutination Test (MSAT), Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA), dan

Uji Serologi Penyaring

2.1.8 Tikus

2.1.8.1 Klasifikasi Tikus

Tikus dan mencit termasuk familia Muridae dari kelompok mamalia

(hewan menyusui). Para ahli zoologi (ilmu hewan) sepakat untuk

menggolongkannya ke dalam ordo rodensia (hewan yang mengerat), subordo

Myormorpha, famili amauridae, dan sub famili Murinae.

2.1.8.2 Biologi

Anggota muridae ini dominan di sebagian kawasan di dunia. Potensi

reproduksi tikus dan mencit sangat tinggi dan ciri yang menarik adalah gigi

serinya beradaptasi untuk mengerat.

Page 37: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

23  

  

Gigi seri ini terdapat pada rahang atas dan bawah, masing-masing

sepasang. Gigi seri ini secara cepat akan tumbuh memanjang sehingga merupakan

alat potong yang sangat efektif. Tidak mempunyai taring dan graham.

Karakterisitik lainnya adalah cara berjalannya dan perilaku hidupnya. Semua

rodensia komersal berjalan dengan telapak kakinya. Beberapa jenis rodensia

adalah Rattus norvegicus, Rattus diardi, Mus muculus. Rattus norvegicus (tikus

got) berperilaku menggali lubang di tanah, dan hidup di lubang tersebut.

sebaliknya Rattus diardi (tikus rumah) tidak tinggal di tanah tapi di semak-semak

atau di atap bangunan. Bantalan telapak kaki jenis tikus ini disesuaikan untuk

kekuatan menarik dan memegang yang sangat baik. Hal ini karena pada bantalan

telapak kaki terdapat guratan-guratan beralur, sedang pada rodensia penggali

bantalan telapak kakinya halus. Mus muculus selalu berada di dalam bangunan

rumah, sarangnya bisa ditemui didalam dinding, lapisan atap (eternit), kotak

penyimpanan atau laci.

2.1.8.3 Kebiasaan-Kebiasaan Tikus

Tikus mempunyai penglihatan yang buruk, tetapi mempunyai panca indera

seperti pencium yang tajam, meraba, mendengar. Pada malam hari, tikus bergerak

dipandu kumis yang panjang peka terhadap sentuhan. Tikus senang dengan bau

harum khususnya yang berasal dari makanan manusia. Kebiasaan lain misalnya

senang di tempat-tempat penyimpanan makanan. Kesukaan mencari makanan

adalah di tempat sampah, lemari, selokan dan dapur. Umur hidup seekor tikus

rata-rata mencapai 1 tahun dan pembiakan cepat terjadi selama musim hujan,

apabila terdapat banyak makanan dan tempat untuk berlindung.

Page 38: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

24  

  

2.1.9 Pengobatan penderita/tersangka

Pengobatan terhadap penderita leptospirosis dapat dilakukan dengan

pemberian antibiotik seperti doxycycline, ampicilin, amoxicillin, penicillin, dan

erithromycin yang sebaiknya diberikan pada hari munculnya gejala klinis, karena

pengobatan setelah hari kelima sakit tidak akan banyak menolong. Pemberian

doksisiklin 200 mg perminggu dapat juga melindungi terjadinya leptospirosis

(Rusmini, 2011:109).

2.1.10 Pengendalian leptospirosis di masyarakat

Pengendalian leptospirosis di masyarakat sangat terkait dengan hasil studi

faktor - faktor risiko terjadinya leptospirosis. Oleh karena itu pengendalian

leptospirosis terdiri dari pencegahan primer dan pencegahan sekunder.

Pencegahan primer adalah bagaimana agar orang sehat sebagai sasaran dapat

terhindar dari leptospirosis, sehingga kegiatannya bersifat promotif, termasuk di

sini proteksi spesifik dengan cara vaksinasi. Sedangkan pencegahan sekunder

yang sasarannya adalah orang yang sudah sakit leptospirosis, dicegah agar orang

tersebut terhindar dari komplikasi yang nantinya akan menyebabkan kematian.

Prinsip kerja dan langkah pencegahan primer adalah mengendalikan agar tidak

terjadi kontak leptospira pada manusia yang meliputi :

2.1.10.1 Pencegahan hubungan dengan air / tanah yang terkontaminasi.

Pada pekerja yang mempunyai risiko tinggi terinfeksi leptospira, misalnya

pada pekerja irigasi, petani tebu, pekerja laboratorium, dokter hewan, pekerja

pemotongan hewan, petugas survei di hutan, pekerja tambang, harus memakai

pakaian khusus yang dapat melindungi kontak dengan bahan yang telah

Page 39: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

25  

  

terkontaminasi, misal : sepatu bot, masker dan sarung tangan. Dianjurkan setelah

bekerja, terutama pekerja laboratorium daan pemotongan hewan untuk mencuci

alat - alat kerja dengan sodium hipokhlorit pengenceran 1 : 4000 atau dengan

deterjen.

2.1.10.2 Melindungi sanitasi air minum penduduk.

Dalam hal ini dilakukan pengelolaan air minum yang baik, filtrasi dan

dekhlorinasi untuk mencegah invasi leptospira. pH air sawah diturunkan menjadi

asam dengan pemakaian pupuk / bahan-bahan kimia, sehingga jumlah dan

virulensi leptospira berkurang.

2.1.10.3 Pemberian Vaksinasi.

Vaksinasi diberikan sesuai dengan leptospira di tempat tersebut, akan

memberikan manfaat cukup poten dan aman sebagai pencegahan bagi pekerja

risiko tinggi. Pencegahan dengan serum imun spesifik telah terbukti melindungi

pekerja laboratorium. Vaksinasi terhadap hewan piaraan efektif untuk mencegah

leptospirosis (Dharmajono, 2002:7).

2.1.10.4 Pencegahan dengan antibiotik.

Pemberian penisilin 2 juta unit per hari selama 5 hari secara intramuskuler

dianggap dapat melindungi orang-orang dianggap telah terkontaminasi oleh strain

leptospira yang virulensinya tinggi. Doksisiklin dapat juga digunakan untuk

pencegahan.

2.1.10.5 Pengendalian hospes perantara leptospira

Rodent yang diduga paling poten sebagai karier leptospira adala tikus.

Untuk itu dapat dilakukan beberapa cara seperti penggunaan racun tikus,

Page 40: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

26  

  

pemasangan jebakan, penggunaan bahan Rodentisida dan penggunaan predator

rodent. Untuk mengatasi agar tikus tidak masuk ke dalam rumah, sebaiknya

dibuat kedap tikus dan bahan-bahan makanan yang mudah busuk dibuang.

2.1.10.6 Usaha promotif

Untuk menghindari leptospirosis dilakukan dengan cara edukasi, dimana

antara daerah satu dengan daerah lain mempunyai serovar dan epidemi

leptospirosis yang berbeda. Seperti diketahui bahwa leptospirosis merupakan

zoonosis klasik pada binatang yang merupakan sumber infeksi utama, oleh karena

itu setiap program edukasi haruslah melibatkan profesi kesehatan / kedokteran,

dokter hewan dan kelompok lembaga sosial masyarakat yang terlibat. Pokok-

pokok cara pengendalian leptospirosis juga memperhatikan hasil studi faktor

risiko terjadinya leptospirosis, antara lain higiene perorangan seperti kebiasaan

mandi, riwayat adanya luka, keadaan lingkungan yang tidak bersih, disamping

pekerjaan, sosial ekonomi, populasi tikus dan lain-lain.

2.2 Sanitasi Rumah

2.2.1 Definisi

Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada

pengawasan terhadap faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan

masyarakat (Mukono, 2000:155).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

829/MENKES/SK/VII/1999 Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, yang

dimaksud dengan rumah yaitu bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal

atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Perumahan merupakan kelompok

Page 41: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

27  

  

rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian

dan sarana pembinaan keluarga yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana

lingkungan (Mukono, 2000:155).

2.2.2 Kriteria Rumah Sehat

Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria

sebagai berikut:

1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan, dan

ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu

2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup, komunikasi

yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah

3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah

dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja, dan limbah rumah tangga,

bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan,

cukup sinar matahari pagi, terlindunginya makanan dan minuman dari

pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup

4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, baik yang timbul

karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain, persyaratan garis

sempadan jalan konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar,

dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir (Dinkes Provinsi

Jawa Tengah, 2005: 24).

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan bahwa

persyaratan kesehatan rumah tinggal yaitu:

Page 42: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

28  

  

2.2.2.1 Bahan Bangunan

A. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat

membahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut:

1) Debu total tidak lebih dari 150 µg m3

2) Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4 jam

3) Timah hitam tidak lebih dari 300 mg/kg

B. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tempat tumbuh dan

berkembangnya mikroorganisme pathogen.

2.2.2.2 Komponen dan Penataan Ruang Rumah

Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis sebagai

berikut:

a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan

b. Dinding:

Ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk

pengaturan sirkulasi udara. Kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan

mudah dibersihkan.

c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.

d. Bumbungan rumah yang memiliki ketinggian 10 meter atau lebih harus

dilengkapi dengan penangkal petir.

e. Ruang didalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang

keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi, ruang bermain

anak.

Page 43: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

29  

  

f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.

2.2.2.3 Pencahayaan

Pencahayaan alami yaitu berasal dari sinar matahari yang masuk ke dalam

rumah dan atau pencahayaan buatan langsung maupun tidak langsung dapat

menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.

2.2.2.4 Kualitas Udara

Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut:

a. Suhu udara nyaman berkisar antara 16°C sampai 30°C

b. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%

c. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam

d. Pertukaran udara = 5 kaki kubik per menit per penghuni

e. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam

f. Konsentrasi gas formaklehid tidak melebihi 120 mg/m3

2.2.2.5 Ventilasi

Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari

luas lantai.

2.2.2.6 Binatang Penular Penyakit

Tidak ada tikus bersarang di dalam rumah.

2.2.2.7 Air

a. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/orang/hari.

b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air

minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 44: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

30  

  

2.2.2.8 Tersedianya Sarana Penyimpanan Makanan yang Aman

2.2.2.9 Limbah

a. Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak

menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.

b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran

terhadap permukaan tanah serta air tanah.

2.2.2.10 Kepadatan Hunian

Luas rumah minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2

orang.

2.2.3 Faktor Kondisi Sanitasi Rumah yang Mempengaruhi Kejadian Leptospirosis

Kondisi sanitasi rumah berpengaruh terhadap terjadinya leptospirosis.

Sanitasi rumah merupakan segala sesuatu yang berada di lingkungan sekitar

rumah. Beberapa aspek kondisi sanitasi rumah yang berkaitan dengan kejadian

leptospirosis meliputi : kondisi selokan, karakteristik genangan air, sarana

pembuangan air limbah, sarana pembuangan sampah, kejadian banjir, keberadaan

tikus di dalam rumah, kepadatan hunian, tempat penyediaan makanan di dalam

rumah, serta intensitas cahaya di dalam rumah.

2.2.3.1 Kondisi Selokan

Kondisi selokan yang digunakan untuk mengalirkan limbah rumah tangga

harus memenuhi syarat–syarat sebagai berikut : tidak ada genangan air di sekitar

rumah akibat luapan dari selokan, saluran tertutup atau diresapkan dan kondisi

selokan lancar tidak tersumbat (Dinkes propinsi Jawa Tengah 2005:24).

2.2.3.2 Karakteristik genangan air

Page 45: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

31  

  

Biasanya yang mudah terjangkit penyakit leptospirosis adalah usia

produktif dengan karakteristik tempat tinggal : merupakan daerah yang padat

penduduknya, banyak pejamu reservoar, lingkungan yang sering tergenang air

maupun lingkungan kumum. Tikus biasanya kencing di genangan air. Lewat

genangan air inilah bakteri leptospira akan masuk ke tubuh manusia (Depkes RI,

2003).

2.2.3.3 Sarana pembuangan air limbah

Air limbah rumah tangga disalurkan pada tempat pembuangan limbah

yang telah tersedia di setiap rumah masing – masing tanpa menimbulkan bau tidak

sedap dan pencemaran lingkungan (Dinkes propinsi Jawa Tengah 2009).

2.2.3.4 Sarana pembuangan sampah

Adanya kumpulan sampah di rumah dan sekitarnya akan menjadi tempat

yang disenangi tikus. Kondisi sanitasi yang jelek seperti adanya kumpulan

sampah dan kehadiran tikus merupakan variabel determinan kasus leptospirosis.

Adanya kumpulan sampah dijadikan indikator dari kehadiran tikus. Jarak rumah

yang dekat dengan tempat pengumpulan sampah mengakibatkan tikus dapat

masuk ke rumah dan kencing di sembarang tempat. Jarak rumah yang kurang dari

500 m dari tempat pengumpulan sampah menunjukkan kasus leptospirosis lebih

besar dibanding yang lebih dari 500 m (Dinkes propinsi Jawa Tengah 2005:26).

2.2.3.5 Kejadian banjir

Leptospirosis menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah

beriklim tropis dan subtropis, dengan curah hujan dan kelembapan tinggi (Depkes

Page 46: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

32  

  

RI, 2003). Leptospirosis berhubungan dengan musim hujan, dan musim hujan

inilah yang sering menyebabkan banjir di beberapa wilayah.

2.2.3.6 Keberadaan tikus di dalam rumah

Bakteri leptospira khususnya spesies L. ichterrohaemorrhagiae banyak

menyerang tikus besar seperti tikus wirok (Rattus norvegicus dan tikus rumah

(Rattus diardii). Sedangkan L.ballum menyerang tikus kecil (mus musculus). Ada

tidaknya tikus di dalam dan sekitar rumah yang ditandai dengan ada tidaknya

lubang tikus atau kotoran tikus.

2.2.3.7 Keberadaan hewan peliharaan

Selain pada tikus, Leptospira juga dapat menginfeksi hewan lain seperti

sapi, anjing, kuda, kambing, domba dan babi. Meskipun pada hewan- hewan

tersebut hanya kemungkinan kecil terjadi. Seperti Canicola pada anjing dan

Pomona pada babi dan sapi.

2.2.3.8 Kepadatan hunian

Menetapkan luas rumah, jumlah dan ukuran ruangan harus disesuaikan

dengan jumlah orang yang akan menempati rumah tersebut agar tidak terjadi

kelebihan jumlah penghuni rumah. Rumah yang dihuni oleh banyak orang dan

ukuran luas rumah tidak sebanding dengan jumlah orang maka akan

mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan dan berpotensi terhadap penularan

penyakit dan infeksi (Dinkes Prov Jateng, 2005).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

828/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, luas

bangunan yang optimum adalah 2,5-3 m2 untuk tiap orang (tiap anggota

Page 47: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

33  

  

keluarga). Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di

rumah. Kepadatan penghuni merupakan luas lantai dalam rumah dibagi dengan

jumlah anggota keluarga penghuni tersebut. Kepadatan penghuni dikategorikan

menjadi memenuhi standar (2 orang per 8 m2) dengan ketentuan anak <1 tahun

tidak diperhitungkan dan umur 1-10 tahun dihitung setengah (Mukono,

2000:156).

2.2.3.9 Intensitas cahaya di dalam rumah

Rumah sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak

terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah, terutama cahaya

matahari, disamping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang

baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak

cahaya dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusak mata.

Cahaya alami, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh

bakteri-bakteri patogen dalam rumah. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus

mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogianya jalan masuk cahaya

(jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai yang

terdapat dalam ruangan rumah. Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan

dan diusahakan agar sinar matahari lama menyinari lantai bukan menyinari

dinding (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:170-171).

Selain sebagai penerangan, cahaya berperan pula sebagai germic

(pembunuh kuman atau bakteri) disamping untuk penyembuhan beberapa jenis

penyakit. Cahaya berperan sebagai germicid karena cahaya merupakan

Page 48: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

34  

  

gelombang-gelombang elektromagnetik dan karena itu cahaya mempunyai energi

(Soekidjo Notoatmodjo, 2007:170-171).

Secara umum pengukuran pencahayaan terhadap sinar matahari adalah

menggunakan luxmeter, yang diukur pada pukul 09.00-15.00 WIB dan membagi

beberapa titik pengukuran dengan jarak antara titik sekitar 1 meter, dilakukan

dengan tinggi luxmeter kurang lebih 85 cm diatas lantai dan posisi photo cell

menghadap sumber cahaya, dengan ketentuan tidak memenuhi syarat kesehatan

bila < 60 lux. Menurut WHO, kebutuhan standar cahaya alam yang memenuhi

syarat kesehatan untuk berbagai keperluan khusus untuk pencahayaan dalam

rumah adalah 60-120 lux (Dinkes Prov Jateng, 2005).

2.3 Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Leptospirosis

2.3.1 Umur

Kejadian suatu penyakit sering terkait pada umur. Berdasarkan data

prevalensi dan data umur pada saat timbulnya penyakit mungkin tidak

menggambarkan risiko spesifik umur. Leptospirosis diketahui terjadi pada semua

umur berkisar antara balita sampai lansia ( 1 tahun sampai lebih dari 65 tahun).

Namun yang terbanyak adalah pada umur muda dan produktif. Menurut

rekapitulasi bulanan data kesakitan tingkat puskesmas se-Kota Semarang tahun

2010, penderita leptospirosis berumur 1–4 tahun sebanyak 3 penderita, umur 5–14

tahun sebanyak 8 penderita, umur 15–44 tahun sebanyak 22 penderita, umur 45–

54 tahun sebanyak 2 penderita, umur 55–64 tahun sebanyak 3 penderita dan yang

berumur ≥ 65 tahun sebanyak 2 penderita. Dan penderita leptospirosis terbanyak

Page 49: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

35  

  

pada umur 15-44 tahun dengan penderita sebanyak 22 penderita (Depkes RI,

2006:8, Dinkes Kota Semarang, 2010).

2.3.2 Status Gizi

Daya tahan tubuh bagi penderita leptospirosis dapat didukung oleh status

gizi yang baik. Hal ini disebabkan karena status gizi yang baik adalah parameter

yang baik untuk mendeteksi bahwa proses metabolisme gizi dalam keadaan

normal. Metabolisme gizi yang normal adalah syarat terpenuhinya berbagai

kebutuhan fisiologis tubuh untuk bertahan hidup (survival), termasuk kemampuan

imunologi tubuh terhadap berbagai penyakit infeksi. Status gizi bagi pasien

leptospirosis memiliki pengaruh nyata terhadap daya tahan tubuhnya. Hal ini

disebabkan status gizi yang baik adalah proteksi yang baik untuk melawan virus

patogen dalam tubuh. Sistem imunologi yang didukung sepenuhnya oleh protein

tubuh, akan memberikan pertahanan maksimal dan mengurangi efek kerusakan

jaringan akibat infeksi virus dan bakteri oleh tubuh. Interaksi antara infeksi

termasuk penyakit leptospirosis dan gizi didalam tubuh seseorang dikemukakan

sebagai suatu peristiwa sinergik, selama terjadinya infeksi status gizi akan

menurun dan dengan menurunnya status gizi orang tersebut menjadi kurang

resisten terhadap infeksi. Respons imun menjadi kurang efektif dan kuat ketika

seseorang mengalami gizi kurang.

2.3.3 Status Ekonomi

Faktor yang turut menjadi risiko terjadinya leptospirosis adalah tingkat

ekonomi, yang dapat digambarkan dengan besarnya penghasilan. Besarnya

penghasilan seseorang turut mempengaruhi pemenuhan kebutuhan hidupnya,

Page 50: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

36  

  

termasuk kebutuhan makanan dan kesehatan. Jika kebutuhan akan makanan sehat

tidak terpenuhi maka dapat melemahkan daya tahan tubuh, sehingga mudah

terserang suatu penyakit (Indan Entjang, 2000:24).

Derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah. Masyarakat miskin

biasanya rentan terhadap penyakit dan mudah terjadi penularan penyakit. Derajat

kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena

sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Untuk menjamin akses penduduk

miskin terhadap pelayanan kesehatan melalui pelaksanaan kebijakan Program

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin. Program ini berganti nama

menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Peserta program

Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidak mampu, yang terdaftar dan

memiliki kartu sehingga berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.

2.4 PHBS Tatanan Rumah Tangga

2.4.1 Pengertian PHBS di Rumah Tangga

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota

rumah tangga agar mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih sehat

serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat (Pedoman Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga, Dinkes Prov. Jateng, 2010).

2.4.2 Tujuan PHBS di Rumah Tangga

Tujuan PHBS di rumah tangga antara lain adalah sebagai berikut:

2.4.2.1 Tujuan Umum

Meningkatnya rumah tangga sehat di Kabupaten/ Kota

Page 51: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

37  

  

2.4.2.2 Tujuan Khusus

1. Meningkatnya pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota rumah

tangga untuk melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

2. Anggota rumah tangga berperan aktif dalam gerakan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) di masyarakat.

2.4.2.3 Manfaat PHBS di Rumah Tangga

Manfaat PHBS di Rumah Tangga adalah sebagai berikut :

2.4.2.3.1 Bagi Rumah tangga itu sendiri

1) Setiap anggota keluarga meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit.

2) Anak tumbuh sehat dan cedas

3) Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat

4) Pengeluaran biaya rumah tangga dapat difokuskan untuk memenuhi

kebutuhan gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk peningkatan

pendapatan keluarga.

2.4.2.3.2 Bagi masyarakat

1) Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.

2) Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah

kesehatannya.

3) Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

4) Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber

Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan,

tabungan ibu bersalin (tabulin), arisan jamban, kelompok pemakai air,

ambulans desa dan lain-lain.

Page 52: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

38  

  

2.4.2.3.3 Bagi Pemerintah Kota / Kabupaten

1) Peningkatan prosentase Rumah Tangga sehat menunjukkan kinerja dan citra

Pemerintah Kabupaten / Kota yang baik.

2) Biaya yang tadinya dialokasikan untuk menanggulangi masalah-masalah

kesehatan dapat dialihkan untuk pengembangan lingkungan yang sehat dan

penyediaan sarana pelayanan kesehatan yang merata, bermutu dan terjangkau.

3) Kabupaten / Kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam

pengembangan PHBS di Rumah Tangga.

(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga, Pusat Promosi

Kesehatan Departemen kesehatan RI, 2006).

2.4.3 Indikator Penilaian PHBS Tatanan Rumah Tangga

Indikator PHBS tatanan rumah tangga adalah suatu alat ukur atau

merupakan suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian untuk menilai

keadaan atau permasalahan kesehatan di rumah tangga. Indikator PHBS tatanan

rumah tangga diarahkan pada aspek program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan

Lingkungan, Gaya Hidup, dan Upaya Kesehatan Masyarakat.

Indikator PHBS tatanan rumah tangga yang digunakan di Jawa Tengah

terdapat 16 variabel, yang terdiri dari 10 indikator Nasional dan 6 indikator lokal

Jawa Tengah. Indikator – indikator tersebut adalah sebagai berikut :

2.4.3.1 Indikator Nasional

1. Bagi ibu hamil apakah pertolongan persalinan dilakukan oleh tenaga/petugas

kesehatan

Page 53: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

39  

  

2. Bagi rumah tangga yang memiliki bayi, apakah bayinya mendapat ASI

ekslusif selama usia 0 sampai 6 bulan

3. Anggota rumah tangga mengkonsumsi beranekaragam makanan dalam

jumlah cukup untuk mencapai gizi seimbang

4. Anggota rumah tangga menggunakan/memanfaatkan air bersih

5. Anggota rumah tangga menggunakan jamban sehat

6. Anggota rumah tangga menempati ruangan rumah minimal 9 m2 per orang

7. Anggota rumah tangga menggunakan lantai rumah kedap air

8. Anggota rumah tangga melakukan aktifitas fisik/olahraga

9. Anggota rumah tangga tidak merokok

10. Anggota rumah tangga menjadi peserta JPK (Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan)

2.4.3.2 Indikator lokal Jawa Tengah

1. Penimbangan Balita

2. Anggota rumah tangga membuang sampah pada tempat yang semestinya

3. Anggota rumah tangga terbiasa mencuci tangan sebelum makan dan sesudah

BAB

4. Anggota rumah tangga menggosok gigi minimal 2 kali sehari

5. Anggota rumah tangga tidak minum miras dan tidak menyalahgunakan

narkoba

6. Anggota rumah tangga melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)

minimal seminggu sekali. (Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Tatanan Rumah Tangga, Dinkes Prov. Jateng, 2010).

Page 54: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

40  

  

2.4.4 Peran Anggota Rumah Tangga

1. Menerapkan PHBS di rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari

2. Mengajak anggota rumag tangga lain untuk ber-PHBS melalui kelompok

dasawisma

3. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat terkait PHBS seperti

posyandu, gerakan PSN dan sebagainya.

4. Menjadi kader untuk memberdayakan anggota rumah tangga di masyarakat

bekerjasama tim ditinggat desa melalui penyuluhan perorangan, penyuluhan

kelompok dan penyuluhan massa.

(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga, Pusat Promosi

Kesehatan Departemen kesehatan RI, 2006).

2.4.5 Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga

Tingkatan strata tersebut antara lain sehat pratama, sehat madya, sehat

utama dan sehat paripurna. Strata rumah tangga dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Strata PHBS Di Rumah Tangga

Strata Kriteria

Sehat Pratama (Warna Merah) Sehat Madya (Warna Kuning) Sehat Utama (Warna Hijau) Sehat Paripurna (Warna Hijau)

Apabila nilai rumah tangga antara 0 s/d 5

Apabila nilai rumah tangga antara 6 s/d 10

Apabila nilai rumah tangga antara 11 s/d 15

Apabila nilai rumah tangga adalah 16

Page 55: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

41  

  

Tabel 2.2 Strata Kelompok (RT,RW, DESA/KELURAHAN, KECAMATAN,

KABUPATEN/KOTA)

Strata Kriteria

Sehat Pratama (Warna Merah) Sehat Madya (Warna Kuning) Sehat Utama (Warna Hijau) Sehat Paripurna (Warna Hijau)

Apabila jumlah rumah tangga yang mencapai strata Sehat Utama dan Sehat Paripurna

mencapai 0 s/d 24,4% Apabila jumlah rumah tangga yang mencapai

strata Sehat Utama dan Sehat Paripurna mencapai 24,5 s/d 49,4%

Apabila jumlah rumah tangga yang mencapai strata Sehat Utama dan Sehat Paripurna

mencapai 49,5 s/d 74,4% Apabila jumlah rumah tangga yang mencapai

strata Sehat Utama dan Sehat Paripurna mencapai 74,5% atau lebih

Page 56: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

42  

  

2.5 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Dinkes propinsi Jawa Tengah 2005, Dinkes propinsi Jawa Tengah 2009,

Kepmenkes RI Nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan, Djoni Djunaedi 2007, Mukono 2000, Soekidjo Notoatmodjo 2007, Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga Dinkes Prov. Jateng 2010.

Strata PHBS tatanan rumah tangga

Keberadaan Bakteri leptospira

Sarana pembuangan sampah

Intensitas cahaya dalam rumah

Kepadatan hunian

Keeradaan hewan peliharaan

Keberadaan tikus dalam rumah

Kejadian Leptospirosis

Status gizi Umur Status ekonomi

Keberadaan air menggenang

Kondisi selokan

Kejadian banjir

Sarana pembuangan air limbah

Kejadian kontaminasi genangan air 

Kejadian infeksi leptospira pada manusia melalui luka, mukosa, dan konjungtiva

Page 57: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

43  

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Strata PHBS tatanan rumah tangga Kondisi selokan Intensitas cahaya di dalam rumah Keberadaan tikus di dalam rumah Keberadaan hewan peiharaan Keberadaan air yang menggenang Sarana pembuangan air limbah Sarana pembuangan sampah

Kejadian Leptospirosis

Variabel Pengganggu :

Umur Status ekonomi Kejadian banjir

Variabel Bebas : Variabel Terikat :

Page 58: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

44  

  

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Ada hubungan antara strata PHBS tatanan rumah tangga dengan kejadian

leptospirosis.

2) Ada hubungan antara kondisi selokan dengan kejadian leptospirosis.

3) Ada hubungan antara intensitas cahaya dengan kejadian leptospirosis.

4) Ada hubungan antara keberadaan tikus dengan kejadian leptospirosis.

5) Ada hubungan antara keberadaan hewan peliharaan dengan kejadian

leptospirosis.

6) Ada hubungan antara keberadaan air yang menggenang dengan kejadian

leptospirosis.

7) Ada hubungan antara sarana pembuangan air limbah dengan kejadian

leptospirosis.

8) Ada hubungan antara sarana pembuangan sampah dengan kejadian

leptospirosis.

3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian

Pada dasarnya metode penelitian yang akan digunakan adalah metode

penelitian observasional analitik dengan desain studi kasus kontrol, yaitu suatu

penelitian (survei) analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari

dengan menggunakan retrospektif (Soekidjo, 2005:150).

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Bebas

Strata PHBS tatanan rumah tangga, yaitu suatu tingkatan perilaku hidup

bersih dan sehat dalam setiap rumah tangga yang telah ditetapkan oleh dinkes

Page 59: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

45  

  

setempat yang meliputi beberapa strata rumah tangga antara lain sehat pratama,

sehat madya, sehat utama, dan sehat paripurna. Dan sanitasi rumah yaitu usaha

kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap tempat

tinggal untuk tempat berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.

Dan sanitasi rumah tersebut meliputi kondisi selokan, intensitas cahaya,

keberadaan tikus, keberadaan hewan peliharaan, keberadaan air yang

menggenang, sarana pembuangan air limbah, serta sarana pembuangan sampah.

3.4.2 Variabel Terikat

Kejadian leptospirosis di kecamatan Candisari Kota Semarang.

3.4.3 Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu tidak diteliti, tetapi dikendalikan dengan cara

restriksi/dihilangkan. Variabel-variabel tersebut adalah umur, status ekonomi,

kejadian banjir.

3.5 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Nama Variabel

Definisi Operasional

Alat Cara Ukur

Kriteria Skala

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Strata PHBS tatanan rumah tangga

Tingkatan kualitas PHBS dalam rumah tangga yang terdiri dari sehat pratama, sehat madya, sehat utama dan sehat paripurna (PHBS Tatanan Rumah Tangga 2010).

Kuesioner

Wawancara

1. Baik jika strata PHBS Tatanan Rumah Tangga termasuk sehat utama dan paripurna.

2. Kurang baik jika strata PHBS Tatanan Rumah Tangga termasuk sehat pratama dan madya.

Ordinal

Page 60: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

46  

  

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Kondisi selokan

Kondisi saluran yang digunakan untuk mengalirkan limbah rumah tangga yang dihasilkan.

Kuesioner

wawancara

1. Memenuhi syarat jika tidak ada genangan air di sekitar rumah, saluran tertutup atau diresapkan dan kondisi selokan lancar tidak tersumbat.

2. Tidak memenuhi syarat jika ada genangan air di sekitar rumah, saluran tidak tertutup, tidak diresapkan dan kondisi selokan tidak lancar (Dinkes propinsi Jawa Tengah 2005:24)

Ordinal

Intensi tas cahaya

Banyaknya sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan rumah. Pengukuran dilakukan di dapur dan kamar mandi. Waktu pengukuran dilakukan pada pukul 09.00-15.00 WIB.

Luxmeter

Pengukuran lang sung

1.Memenuhi syarat jika pengukuran ≥ 60 - ≤ 120 lux

2. Tidak memenuhi syarat jika:Pengukuran < 60 lux dan Pengukuran > 120 lux (Kepmenkes RI, 1999).

Ordinal

Kebera daan tikus

Ada tidaknya tikus di dalam dan sekitar rumah yang ditandai dengan ada tidaknya lubang tikus atau kotoran tikus.

Kuesioner

Wawancara

1.Memenuhi syarat jika tidak terdapat tikus, lubang tikus atau kotoran tikus.

2. Tidak memenuhi syarat jika terdapat tikus, lubang tikus atau kotoran tikus (Dinkes Prov Jateng 2005).

Ordinal

Page 61: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

47  

  

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Kebera daan hewan peliha raan

Ada tidaknya hewan peliharaan yang dapat terinfeksi Leptospira (kucing, sapi, anjing, kuda, kambing, domba, babi) yang dimiliki.

Kuesioner

Wawancara

1. Baik jika tidak memiliki hewan peliharaan.

2. Kurang baik jika memiliki hewan peliharaan.

Ordinal

Kebera daan air yang mengge nang

Ada tidaknya air yang menggenang di dalam dan sekitar rumah (± 5 meter) saat musim hujan.

Kuesioner

Wawancara

1. Baik jika tidak terdapat air yang menggenang

2. Tidak baik jika terdapat air yang menggenang

Ordinal

Sarana pembua ngan air limbah

Tempat pembuangan air limbah rumah tangga yang digunakan oleh keluarga tersebut.

Kuesioner

Wawancara

1. Memenuhi syarat, jika saluran tertutup dan diresapkan.

2. Tidak memenuhi syarat, jika saluran terbuka dan tidak diresapkan (Dinkes propinsi Jawa Tengah 2005).

Ordinal

Sarana pembu angan sampah

Tempat pembuangan sampah rumah tangga yang digunakan oleh keluarga tersebut.

Kuesioner

Wawancara

1. Memenuhi syarat, jika sampah diangkut tidak melebihi 3 x 24 jam, tertutup dan kedap air.

2. Tidak memenuhi syarat, jika sampah diangkut lebih dari 3 x 24 jam, terbuka dan tidak kedap air. (Dinkes propinsi Jawa Tengah 2005:26).

Ordinal

Page 62: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

48  

  

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Kejadian leptospi Rosis

Penderita yang tinggal di kecamatan Candisari yang menderita leptospirosis oleh dokter melalui pemeriksaan klinis dan konfirmasi laboratorik (MAT).

Rekam medik

Melihat data sekun der

1. Menderita leptospirosis

2. Tidak menderita leptospirosis

Ordinal

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

3.6.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Soekidjo Notoatmojo,

2005:79). Populasi pada penelitian ini adalah semua penderita Leptospirosis yang

tinggal di Kecamatan Candisari pada tahun 2009-2011. Populasi pada penelitian

ini dibagi dua, yaitu populasi kasus dan populasi kontrol. Pada penelitian ini

sekelompok kasus (kelompok yang menderita efek/penyakit yang sedang diteliti)

dibandingkan dengan kelompok kontrol (kelompok yang tidak menderita/penyakit

yang sedang diteliti). Penelitian dilakukan dengan cara mengidentifikasi penderita

dengan efek atau penyakit tertentu dan kelompok tanpa efek disebut kontrol.

Populasi pada penelitian ini berjumlah 41 orang.

3.6.1.1 Populasi Kasus

Kelompok kasus adalah orang yang menderita efek atau penyakit tertentu.

Pada penelitian ini populasi kasus adalah seluruh penderita leptosopirosis yang

tercatat di Puskesmas Candilama dan Puskesmas Kagok yang bertempat tinggal di

Page 63: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

49  

  

wilayah Kecamatan Candisari selama periode Januari 2009 sampai Desember

2011 yaitu sejumlah 41 orang.

3.6.1.2 Populasi Kontrol

Kelompok kontrol adalah orang yang tidak menderita efek atau tanpa efek.

Pada penelitian ini populasi kontrol adalah orang yang tidak menderita

leptospirosis dan bertempat tinggal di Kecamatan Candisari Kota Semarang

selama periode Januari 2009 sampai Desember 2011. Kemudian secara

retrospektif (penelusuran ke belakang) diteliti faktor risiko yang dapat

menerapkan apakah pada kasus dan kontrol terdapat faktor risiko atau tidak

(Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail, 2011:111).

3.6.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo

Notoatmojo,2002:79). Perhitungan besar sampel dengan tingkat kepercayaan 95%

(Zα=1,96) dan kekuatan penelitian 80% (Zβ=0,842) serta berdasarkan nilai OR

dan proporsi paparan pada kelompok kontrol (P2) dari penelitian terdahulu adalah

sebagai berikut:

n1=n2= 2 1 1 2 2

2

1 2 2 (Sudigdo dan Sofyan Ismail, 2011:368).

Keterangan:

n1=n2 : Besar sampel untuk kasus dan kontrol

Zα : Tingkat kepercayaan (95%=1,96)

Zβ : Kekuatan penelitian (80%= 0,84)

Page 64: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

50  

  

P1 : Perkiraan proporsi efek pada kasus

P2 : Proporsi pada kelompok kontrol (dari penelitian terdahulu, P2=44%)

Q : 1–P

OR : Dari penelitian terdahulu (Taufik Ari Pambudi, 2011) dengan nilai

OR=3,683

Tabel 3.2 Perhitungan Sampel

Faktor Risiko Leptospirosis OR P2

PenelitianDwi Sarwani Sri Rejeki 1 Kondisi selokan 5 31,7% 2 Keberadaan Tikus 38,1 44,4%

Penelitian Taufik Ari Pambudi 1 Keberadaan tikus 3,683 43,5% 2 Kondisi selokan 1,758 56,5% OR dipilih yang terkecil dan memenuhi jumlah sampel

P1 =

=

, , , , ,

= 0,739

P = = , , = 0,587

Q = 1 – P = 1 – 0,587 = 0,413

Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,739 = 0,261

Q2 = 1 – P2 = 1 – 0,435 = 0,565

Zα = 1,96 dan Zβ = 0,842

n1= n2= , √ , , , √ , , , ,

, ,

= 32,64

= 33

Page 65: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

51  

  

Hasil perhitungan sampel minimal diperoleh jumlah sampel minimal yaitu

33 responden, dan akan diambil sampel sejumlah 33 responden. Dengan

perbandingan 1:1 untuk kelompok kasus dan kelompok kontrol (n1=n2), maka

besar sampel pada penelitian ini adalah 33 sampel kasus dan 33 sampel kontrol.

3.6.2.1 Sampel Kasus

Sampel kasus dalam penelitian ini adalah penderita Leptospirosis pada

bulan Januari 2009–Desember 2011 yang terdaftar dalam catatan rekam medik

Puskesmas Candilama dan Puskesmas Kagok yang bertempat tinggal di

Kecamatan Candisari Kota Semarang Tahun 2009-2011 yaitu sejumlah 33 orang.

Kriteria Inklusi dan eksklusi pada sampel kasus adalah:

1. Kriteria Inklusi

a) Menderita penyakit leptospirosis yang tercatat dalam rekam medik Puskesmas

Candilama dan Kagok

b) Bertempat tinggal di Kecamatan Candisari

c) Kondisi fisik dan lingkungan rumah tidak berubah mulai tahun 2009.

2. Kriteria Eksklusi

a) Penderita pindah tempat saat dilakukan penelitian.

b) Responden menolak berpartisipasi dalam penelitian.

c) Responden tidak ada di rumah.

3.6.2.2 Sampel Kontrol

Sampel kontrol dalam penelitian ini adalah orang yang tidak menderita

Leptospirosis yang tinggal di sekitar (± 700 meter) rumah kasus (tetangga

Page 66: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

52  

  

penderita) yang bertempat tinggal di Kecamatan Candisari Kota Semarang Tahun

2009-2011.

Kriteria inklusi dan eksklusi pada sampel kontrol adalah:

1. Kriteria Inklusi

a) Responden bukan penderita leptospirosis yang tinggal di sekitar rumah kasus

(tetangga penderita) dengan jarak ± 700 meter.

b) Tidak ada anggota keluarga yang dinyatakan penderita Leptospirosis dan

menunjukkan gejala–gejala Leptospirosis sejak bulan Januari tahun 2009.

c) Bertempat tinggal di Kecamatan Candisari saat dilakukan penelitian.

d) Kondisi fisik dan lingkungan rumah tidak berubah mulai dari tahun 2009.

2. Kriteria Eksklusi

a) Subyek pindah tempat saat dilakukan penelitian.

b) Subyek menolak berpartisipasi dalam penelitian.

c) Subyek tidak ada di rumah.

3.6.3 Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik simple random

sampling. Dengan cara menanyakan kepada responden menggunakan kuesioner

penjaringan sampel pada kelompok kontrol.

3.7 Sumber Data Penelitian

3.7.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diambil secara langsung oleh peneliti (Eko

Budiarto, 2002:5). Dalam penelitian ini data primer adalah data penderita

leptospirosis di Kecamatan Candisari (Puskesmas Candilama dan Puskesmas

Kagok). Data primer juga diperoleh dengan cara wawancara dan observasi.

Page 67: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

53  

  

Wawancara dilaksanakan kepada sebagian pelayanan kesehatan (DKK Kota

Semarang dan Puskesmas Candilama dan Puskesmas Kagok).

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah bila pengumpulan data yang diinginkan diperoleh

dari orang lain dan tidak dilakukan oleh peneliti sendiri (Eko Budiarto, 2001:5).

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data pasien rawat jalan Puskesmas

Candilama dan Puskesmas Kagok.

3.8 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat–alat yang digunakan untuk pengumpulan

data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

3.8.1 Kuesioner

Kuesioner merupakan suatu daftar tertulis yang berisikan rangkaian –

rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal tertentu untuk dijawab secara tertulis

pula (Sugiyono, 2008:142). Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data –

data melalui wawancara. Adapun kuesioner ini digunakan untuk memperoleh

jawaban yang akurat dari responden mengenai sanitasi rumah.

3.8.3 Pengukuran

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Luxmeter untuk

pengukuran pencahayaan.

3.9 Teknik Pengambilan Data

3.9.1 Observasi

Observasi adalah suatu hasil pembuatan pemusatan perhatian terhadap

suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera (Suharsimi Arikunto,

2002:133).

Page 68: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

54  

  

Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data hubungan antara strata

PHBS tatanan rumah tangga dan sanitasi rumah dengan kejadian leptospirosis di

Kecamatan Candisari.

3.9.2 Interview atau wawancara

Interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawancara yang digunakan peneliti untuk menilai

keadaan seseorang (Suharsimi Arikunto, 2002:132). Peneliti menanyakan

langsung dari sumbernya, tujuannya untuk mencari data yang belum terjaring

dengan kuesioner. Variabel yang ditanyakan dan diambil dengan cara wawancara

meliputi perilaku hidup bersih dan sehat, kondisi selokan, keberadaan tikus,

keberadaan hewan peliharaan, keberadaan air yang menggenang, sarana

pembuangan air limbah, serta sarana pembuangan sampah.

3.9.3 Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan adalah data sekunder berupa data penderita

Leptospirosis yang diperoleh dari Puskesmas Candilama dan Kagok.

3.10 Prosedur Penelitian

Kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini secara garis besar

adalah sebagai berikut:

3.10.1 Tahap Pra Penelitian

Tahap awal penelitian adalah kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan

penelitian. Adapun kegiatan pada awal penelitian adalah:

1. Koordinasi dengan pihak–pihak yang terkait dalam penelitian ini tentang

tujuan dan prosedur penelitian

Page 69: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

55  

  

2. Menegelompokkan sampel (kasus dan kontrol)

3. Penyusunan Kuesioner

4. Mempersiapkan alat ukur dan perlengkapan lainnya.

3.10.2 Tahap Penelitian

Tahap penelitian adalah kegiatan yang dilakukan saat pelaksanaan

penelitian. Adapun kegiatan pada tahap penelitian adalah:

1. Pengisian kuesioner yang dipandu oleh Guide Quest

2. Pengukuran intensitas cahaya yang dilakukan secara bergantian dari 1 rumah

responden (kasus dan kontrol) ke rumah yang lainnya.

3.10.3 Tahap Pasca Penelitian

Tahap akhir penelitian adalah kegiatan yang dilakukan pada saat setelah

selesai penelitian. Adapun kegiatan pada tahap pasca penelitian adalah:

1. Pencatatan hasil penelitian

2. Analisis data

3.11 Teknik Analisis Data

Data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian dianalisis

dalam rangka untuk memberikan arti yang berguna pada pemecahan masalah

dalam penelitian ini.

3.11.1 Langkah – langkah dalam menganalisis data.

3.11.1.1 Editing

Sebelum data diolah, data perlu diedit terlebih dahulu. Mengedit adalah

memeriksa kelengkapan daftar pertanyaan yang telah diarahkan oleh para

Page 70: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

56  

  

pengumpul data. Tujuan dari editing adalah untuk mengurangi kesalahan atau

kekurangan yang ada dalam daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan.

3.11.1.2 Coding

Coding adalah mengklasifikasikan jawaban – jawaban dari para responden

ke dalam kategori – kategori. Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi

tanda atau kode berbentuk angka pada masing – masing jawaban.

3.11.1.3 Tabulating

Tabulating adalah pekerjaan membuat tabel jawaban – jawaban yang

sudah diberi kategori jawaban dan mengatur angka – angka kemudian dimasukkan

dalam tabel, sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam bernagai kategori.

3.11.1.4 Entry

Data yang telah dikode tersebut kemudian dimasukkan dalam program

komputer untuk selanjutnya akan diolah.

3.11.2 Cara Analisis Data

3.11.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.

Pada umumnya dalam analisis univariat hanya menghasilkan distribusi pada

persentase dari tiap variabel (Agus Riyanto, 2010:61). Analisis univariat

bermanfaat untuk melihat apakah data telah layak untuk dianalisis, melihat

gambaran data yang dikumpulkan dan apakah data telah optimal untuk dianalisis

lebih lanjut.

Page 71: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

57  

  

3.11.2.2 Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk menguji hubungan antara masing–masing

variabel meliputi variabel bebas degan variabel terikat. Skala data penelitian yaitu

skala ordinal dengan ordinal maka uji statisiknya Chi–Square. Syarat uji Chi–

Square adalah tidak ada sel yang nilai observed nol dan sel expected (E) kurang

dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel (Sopiyudin Dahlan, 2011:19).

3.11.2.2.1 Penentuan Odds Ratio (OR)

1) Tabel 2 x 2

Untuk mengetahui besar faktor risiko yang digunakan dalam analisis OR

dengan menggunakan tabel 2 x 2 yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.3 Tabel 2 x 2 penentuan OR

Kasus Kontrol Jumlah

Faktor risiko (+) Ya a b a + b

Faktor risiko (-) Tidak c d c + d

Jumlah a + c b + d a + b + c + d

(Sumber: Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael, 2011:148)

Susunan hasil pengamatan dalam tabel 2 x 2 dilakukan sebagai berikut:

Sel a : Kasus yang mengalami pajanan

Sel b : Kontrol yang mengalami pajanan

Sel c : Kasus yang tidak mengalami pajanan

Sel d : Kontrol yang tidak mengalami pajanan

Risiko relative dinyatakan dengan Odds Ratio (OR) = {a/(a+b) : b/(a+b)}/{c(c+d)

: d/(c+d)} = a/b : c/d = ad/bc

(Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael, 2011:148).

Page 72: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

58  

  

2) Perhitungan Odds ratio (OR)

Odds ratio adalah berapa sering terdapat pajanan pada kasus dibandingkan

pada kontrol (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael, 2011: 148). OR pada

studi kasus kontrol mengalami kelompok kasus (a+c) dan kelompok kontrol

(b+d).

Rumus menghitung OR :

OR=O

O

=

:

= //

: //

= :

=

(Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael, 2011:158).

Interpretasi OR dan 95%CI

1. OR > 1, dan 95% CI tidak mencangkup angka 1, menunjukkan bahwa faktor

yang diteliti merupakan faktor risiko timbulnya penyakit.

2. OR > 1, dan 95% CI mencangkup angka 1, menunjukkan bahwa faktor yang

diteliti belum merupakan faktor risiko timbulnya penyakit.

3. OR = 1, dan 95% CI mencangkup angka 1 atau 95% CI, menunjukkan bahwa

faktor yang diteliti bukan merupakan faktor risiko timbulnya penyakit.

Page 73: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

59  

  

4. OR < 1, dan 95% CI tidak mencangkup angka 1, menunjukkan bahwa faktor

yang diteliti merupakan faktor protektif yang dapat mengurangi terjadinya

penyakit.

5. OR < 1, dan 95% CI mencangkup angka 1, menunjukkan bahwa faktor yang

diteliti belum tentu merupakan faktor protektif yang dapat mengurangi

terjadinya penyakit (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael, 2011: 136).

Page 74: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

60  

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Candisari Kota Semarang.

Kecamatan Candisari merupakan wilayah kerja Puskesmas Candilama dan Kagok.

Wilayah kerja Puskesmas Candilama adalah kelurahan Karanganyar Gunung,

Jomblang, dan Jatingaleh. Sedangkan wilayah kerja Puskesmas Kagok adalah

Kelurahan Wonotingal, Candi, Kaliwiru, dan Tegalsari.

Kecamatan Candisari terletak pada ketinggian ± 100 m diatas permukaan

laut. Luas wilayahnya sekitar 555.510 ha. Jumlah penduduk sebesar 71.242 jiwa

terdiri dari 35.251 orang penduduk laki-laki dan 35.991 orang penduduk

perempuan. Dari 7 kelurahan tersebut terdiri dari 461 RT dan 65 RW. Proporsi

penduduk menurut mata pencaharian yaitu PNS/TNI/POLRI sebanyak 2.551

orang dan swasta/buruh/wiraswata sebanyak 15.092 orang. Sarana Pendidikan

yang terdapat di Kecamatan Candisari yaitu sebanyak 47 SD/sederajat, 8

SMP/sederajat, 4 SMA/sederajat dan 5 SMK/sederajat. Sarana Kesehatan yang

tersedia selain puskesmas yaitu 1 rumah sakit dan 5 poliklinik (Kecamatan

Candisari, 2011:1).

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Karakteristik Responden

Responden terdiri dari responden kasus dan responden kontrol yang mana

responden kasus terdiri dari 33 orang dan responden kontrol sebanyak 33 orang.

Page 75: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

61  

  

Responden kasus yaitu penderita Leptospirosis pada bulan Januari 2009–

Desember 2011 yang terdaftar dalam catatan rekam medik Puskesmas Candilama

dan Puskesmas Kagok yang bertempat tinggal di Kecamatan Candisari Kota

Semarang Tahun 2009-2011. Sedangkan responden kontrol yaitu orang yang tidak

menderita Leptospirosis yang tinggal di sekitar (± 700 meter) rumah kasus

(tetangga penderita) yang bertempat tinggal di Kecamatan Candisari Kota

Semarang Tahun 2009-2011.

4.2.1.1 Distribusi Responden menurut Umur

WHO menganjurkan pembagian umur menurut tingkat kedewasaan, yaitu

15-49 tahun untuk orang muda dan dewasa, serta 50 tahun ke atas untuk orang tua

(Notoatmodjo, 2007:20). Hasil penelitian pada responden kasus dan kontrol

didapatkan gambaran umum mengenai umur responden, dapat dilihat pada tabel

4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Responden menurut Umur

Umur (tahun) Kejadian Leptospirosis

Kasus Kontrol ∑ % ∑ %

15-49 >50

9 24

27,3 72,7

10 23

30,3 69,7

Total 33 100,0 33 100,0

Data Tabel 4.1 menggambarkan bahwa dari 33 responden kasus,

prosentase responden dengan umur 15-49 tahun sebesar 27,3% dan responden

dengan umur > 50 tahun sebesar 72,7%. Sedangkan dari 33 responden kontrol,

prosentase responden dengan umur 15-49 tahun sebesar 30,3% dan responden

dengan umur > 50 tahun sebesar 69,7%.

Page 76: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

62  

  

4.2.1.2 Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin

Hasil penelitian pada responden kasus dan kontrol didapatkan gambaran

umum mengenai jenis kelamin responden, dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai

berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Kejadian Leptospirosis Kasus Kontrol ∑ % ∑ %

Laki-laki Perempuan

21 12

63,6 36,4

22 11

66,6 33,4

Total 33 100,0 33 100,0

Data Tabel 4.2 menggambarkan bahwa dari 33 responden kasus,

prosentase responden dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 63,6% dan responden

dengan jenis kelamin perempuan sebesar 36,3%. Sedangkan dari 33 responden

kontrol, prosentase responden dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 66,6% dan

responden dengan jenis kelamin perempuan sebesar 33,4%.

4.2.1.3 Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan

Hasil penelitian pada responden kasus dan kontrol didapatkan gambaran

umum mengenai tingkat pendidikan responden, dapat dilihat pada tabel 4.3

sebagai berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Kejadian Leptospirosis Kasus Kontrol ∑ % ∑ %

SD SMP SMA/SMK Akademi/PT

14 8 10 1

42,4 24,2 30,3 3,1

10 11 11 1

30,3 33,3 33,3 3,1

Total 33 100,0 33 100,0

Page 77: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

63  

  

Data Tabel 4.3 menggambarkan bahwa dari 33 responden kasus,

prosentase responden yang memiliki tingkat pendidikan SD yaitu sebesar 42,4%,

SMP sebesar 24,2%, SMA/SMK sebesar 30,3% dan akademi/PT yaitu sebesar

3,1%. Sedangkan pada 33 responden kontrol, prosentase responden yang memiliki

tingkat pendidikan SD yaitu sebesar 30,3%, SMP sebesar 33,3%, SMA/SMK

sebesar 33,3% dan akademi/PT yaitu sebesar 3,1%.

4.2.2 Analisis Univariat Variabel Penelitian

4.2.2.1 Distribusi Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga Responden

Hasil penelitian pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari

Kota Semarang didapatkan gambaran umum mengenai strata PHBS tatanan

rumah tangga, dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga Responden

Strata PHBS Kejadian Leptospirosis Kasus Kontrol ∑ % ∑ %

Kurang Baik Baik

24 9

72,7 27,3

12 21

36,4 63,6

Total 33 100,0 33 100,0

Data Tabel 4.4 menggambarkan bahwa dari 33 responden kasus,

prosentase responden yang memiliki strata PHBS tatanan rumah tangga kurang

baik sebesar 72,7% dan responden yang memiliki strata PHBS tatanan rumah

tangga baik sebesar 27,3%. Sedangkan dari 33 responden kontrol, prosentase

responden yang memiliki strata PHBS tatanan rumah tangga kurang baik sebesar

36,4% dan responden yang memiliki strata PHBS tatanan rumah tangga baik

sebesar 63,6%.

Page 78: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

64  

  

4.2.2.2 Distribusi Kondisi Selokan Responden

Hasil penelitian pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari

Kota Semarang didapatkan gambaran umum mengenai kondisi selokan

responden, dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Kondisi selokan Responden

Kondisi Selokan Kejadian Leptospirosis Kasus Kontrol ∑ % ∑ %

Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

23 10

69,7 30,3

10 23

30,3 69,7

Total 33 100,0 33 100,0

Data Tabel 4.5 menggambarkan bahwa dari 33 responden kasus,

prosentase responden yang memiliki kondisi selokan tidak memenuhi syarat

sebesar 69,7% dan responden yang memiliki kondisi selokan memenuhi syarat

sebesar 30,3%. Sedangkan dari 33 responden kontrol, prosentase responden yang

memiliki kondisi selokan tidak memenuhi syarat sebesar 30,3% dan responden

yang memiliki kondisi selokan memenuhi syarat sebesar 69,7%.

4.2.2.3 Distribusi Intensitas Cahaya dalam Rumah Responden

Hasil penelitian pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari

Kota Semarang didapatkan gambaran umum mengenai intensitas cahaya dalam

rumah responden, dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Intensitas Cahaya dalam Rumah Responden

Intensitas Cahaya dalam Rumah

Kejadian Leptospirosis Kasus Kontrol ∑ % ∑ %

Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

16 17

48,5 51,5

20 13

60,6 39,4

Total 33 100,0 33 100,0

Page 79: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

65  

  

Data Tabel 4.6 menggambarkan bahwa dari 33 responden kasus,

prosentase responden yang memiliki intensitas cahaya dalam rumah tidak

memenuhi syarat sebesar 48,5% dan responden yang memiliki intensitas cahaya

dalam rumah memenuhi syarat sebesar 51,5%. Sedangkan dari 33 responden

kontrol, prosentase responden yang memiliki intensitas cahaya dalam rumah tidak

memenuhi syarat sebesar 60,6% dan responden yang memiliki intensitas cahaya

dalam rumah memenuhi syarat sebesar 39,4%.

4.2.2.4 Distribusi Keberadaan Tikus di Rumah Responden

Hasil penelitian pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari

Kota Semarang didapatkan gambaran umum mengenai keberadaan tikus di rumah

responden, dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7 Distribusi Keberadaan Tikus di Rumah Responden

Keberadaan Tikus Kejadian Leptospirosis Kasus Kontrol ∑ % ∑ %

Ada Tidak Ada

27 6

81,8 18,2

14 19

42,4 57,6

Total 33 100,0 33 100,0

Data Tabel 4.7 menggambarkan bahwa dari 33 responden kasus,

prosentase responden yang terdapat tikus di rumah sebesar 81,8% dan responden

yang tidak terdapat tikus sebesar 18,2%. Sedangkan dari 33 responden kontrol,

prosentase responden yang terdapat tikus di rumah sebesar 42,4% dan responden

yang tidak terdapat tikus sebesar 57,6%

Page 80: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

66  

  

4.2.2.5 Distribusi Keberadaan Hewan Peliharaan Responden

Hasil penelitian pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari

Kota Semarang didapatkan gambaran umum mengenai keberadaan hewan

peliharaan responden, dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.8 Distribusi Keberadaan Hewan Peliharaan Responden

Keberadaan Hewan Peliharaan

Kejadian Leptospirosis Kasus Kontrol ∑ % ∑ %

Ada Tidak Ada

19 14

57,6 42,2

12 21

36,4 63,6

Total 33 100,0 33 100,0 Data Tabel 4.8 menggambarkan bahwa dari 33 responden kasus,

prosentase responden yang memiliki hewan peliharaan sebesar 57,6% dan

responden yang tidak memiliki hewan peliharaan sebesar 42,2%. Sedangkan dari

33 responden kontrol, prosentase responden yang memiliki hewan peliharaan

sebesar 36,4% dan responden yang tidak memiliki hewan peliharaan sebesar

63,6%.

4.2.2.6 Distribusi Keberadaan Air Menggenang di Sekitar Rumah Responden

Hasil penelitian pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari

Kota Semarang didapatkan gambaran umum mengenai keberadaan air

menggenang di sekitar rumah responden, dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai

berikut:

Tabel 4.9 Distribusi Keberadaan Air Menggenang di Rumah Responden

Keberadaan Air Menggenang

Kejadian Leptospirosis Kasus Kontrol ∑ % ∑ %

Ada Tidak Ada

23 10

69,7 30,3

9 24

27,3 72,7

Total 33 100,0 33 100,0

Page 81: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

67  

  

Data Tabel 4.9 menggambarkan bahwa dari 33 responden kasus,

prosentase responden yang terdapat air menggenang di sekitar rumah sebesar

69,7% dan responden yang tidak terdapat air menggenang di sekitar rumah

sebesar 30,3%. Sedangkan dari 33 responden kontrol, prosentase responden yang

terdapat air menggenang di sekitar rumah sebesar 27,3% dan responden yang

tidak terdapat air menggenang di sekitar rumah sebesar 72,7%

4.2.2.7 Distribusi Sarana Pembuangan Limbah Responden

Hasil penelitian pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari

Kota Semarang didapatkan gambaran umum sarana pembuangan limbah

responden, dapat dilihat pada tabel 4.10 sebagai berikut:

Tabel 4.10 Distribusi Sarana Pembuangan Limbah Responden

Sarana Pembuangan Limbah Kejadian Leptospirosis Kasus Kontrol ∑ % ∑ %

Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

23 10

69,7 30,3

11 21

33,3 63,7

Total 33 100,0 33 100,0

Data Tabel 4.10 menggambarkan bahwa dari 33 responden kasus,

prosentase responden yang memiliki sarana pembuangan limbah tidak memenuhi

syarat sebesar 69,7% dan responden yang memiliki sarana pembuangan limbah

memenuhi syarat sebesar 30,3%. Sedangkan dari 33 responden kontrol, prosentase

responden yang memiliki sarana pembuangan limbah tidak memenuhi syarat

sebesar 33,3% dan responden yang memiliki sarana pembuangan limbah

memenuhi syarat sebesar 63,7%.

Page 82: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

68  

  

4.2.2.8 Distribusi Sarana Pembuangan Sampah Responden

Hasil penelitian pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari

Kota Semarang didapatkan gambaran umum sarana pembuangan sampah

responden, dapat dilihat pada tabel 4.11 sebagai berikut:

Tabel 4.11 Distribusi Sarana Pembuangan Sampah Responden

Sarana Pembuangan Sampah Kejadian Leptospirosis Kasus Kontrol ∑ % ∑ %

Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

27 6

81,8 18,2

15 18

45,5 54,5

Total 33 100,0 33 100,0

Data Tabel 4.11 menggambarkan bahwa dari 33 responden kasus,

prosentase responden yang memiliki sarana pembuangan sampah tidak memenuhi

syarat sebesar 81,8% dan responden yang memiliki sarana pembuangan sampah

memenuhi syarat sebesar 18,2%. Sedangkan dari 33 responden kontrol, prosentase

responden yang memiliki sarana pembuangan sampah tidak memenuhi syarat

sebesar 45,5% dan responden yang memiliki sarana pembuangan sampah

memenuhi syarat sebesar 54,5%.

4.2.3 Hasil Analisis Bivariat

4.2.3.1 Hubungan antara Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga dengan

Kejadian Leptospirosis

Hasil uji chi square dari data penelitian tentang strata PHBS Tatanan

Rumah Tangga responden pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan

Candisari Kota Semarang, didapatkan hasil sebagai berikut:

Page 83: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

69  

  

Tabel 4.12 Tabulasi Silang antara Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga dengan

Kejadian Leptospirosis

Strata PHBS Kejadian Leptospirosis Nilai P

OR 95%CI

Kasus Kontrol ∑ % ∑ %

Kurang Baik Baik

24 9

72,7 27,3

12 21

36,4 63,6 0,003 4,667 1,643-

13,256 Total 33 100,0 33 100,0

Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui bahwa prosentase responden kasus

dengan strata PHBS kurang baik sebesar 72,7% lebih besar dibandingkan dengan

strata PHBS kurang baik yaitu 27,3%, sedangkan prosentase responden kontrol

dengan strata PHBS baik sebesar 63,6% lebih besar dibandingkan dengan strata

PHBS kurang baik yaitu 36,4%.

Hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai p (0,003) < α (0,005) sehingga

Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan antara strata

PHBS tatanan rumah tangga dengan kejadian Leptospirosis. Nilai odds ratio (OR)

= 4,667 dengan interval 1,643-13,256, yang berarti bahwa responden dengan

strata PHBS tatanan rumah tangga kurang baik memiliki risiko 4,667 kali lebih

besar menderita Leptospirosis bila dibandingkan responden dengan strata PHBS

tatanan rumah tangga baik

4.2.3.2 Hubungan antara Kondisi Selokan dengan Kejadian Leptospirosis

Hasil uji chi square dari data penelitian tentang kondisi selokan responden

pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari Kota Semarang,

didapatkan hasil sebagai berikut:

Page 84: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

70  

  

Tabel 4.13 Tabulasi Silang antara Kondisi Selokan dengan Kejadian Leptospirosis Kondisi Selokan Kejadian Leptospirosis Nilai

p OR 95%CI

Kasus Kontrol ∑ % ∑ %

Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

23

10

69,7 30,3

10 23

30,3 69,7 0,001 5,290 1,851-

15,116 Total 33 100,0 33 100,0

Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa responden kasus dengan kondisi

selokan yang tidak memenuhi syarat sebesar 69,7% lebih besar dibandingkan

dengan kondisi selokan yang memenuhi syarat yaitu 30,3%, sedangkan

responden kontrol dengan kondisi selokan yang tidak memenuhi syarat sebesar

30,3% lebih kecil dibandingkan dengan selokan yang memenuhi syarat yaitu

69,7%.

Hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai p (0,001) < α (0,05) sehingga

Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan antara kondisi

selokan dengan kejadian Leptospirosis. Nilai odds ratio (OR) = 5,290 dengan

interval 1,851-15,116, yang berarti bahwa responden dengan kondisi selokan

tidak memenuhi syarat memiliki risiko 5,290 kali lebih besar menderita

Leptospirosis bila dibandingkan responden dengan kondisi selokan yang

memenuhi syarat

4.2.3.3 Hubungan antara Intensitas Cahaya dalam Rumah dengan Kejadian

Leptospirosis

Hasil uji chi square dari data penelitian tentang intensitas cahaya dalam

rumah responden pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari Kota

Semarang, didapatkan hasil sebagai berikut:

Page 85: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

71  

  

Tabel 4.14 Tabulasi Silang antara Intensitas Cahaya dalam Rumah dengan

Kejadian Leptospirosis

Intensitas Cahaya dalam Rumah

Kejadian Leptospirosis Nilai p

OR 95%CI

Kasus Kontrol ∑ % ∑ %

Tidak Memenuhi Syarat

Memenuhi Syarat

16

17

48,5 51,5

20 13

60,6 39,4

0,323 0,612 0,230-1,624

Total 33 100,0 33 100,0

Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa responden kasus dengan

intensitas cahaya dalam rumah tidak memenuhi syarat sebesar 48,5% lebih kecil

dibandingkan dengan intensitas cahaya dalam rumah memenuhi syarat yaitu

51,5%, sedangkan responden kontrol dengan intensitas cahaya dalam rumah tidak

memenuhi syarat sebesar 60,6% lebih besar dibandingkan dengan intensitas

cahaya dalam rumah memenuhi syarat yaitu 39,4%.

Hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai p (0,323) > α (0,05) sehingga

Ho diterima. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara

intensitas cahaya dalam rumah dengan kejadian leptospirosis.

4.2.3.4 Hubungan antara Keberadaan Tikus di Rumah Responden dengan

Kejadian Leptospirosis

Hasil uji chi square dari data penelitian tentang keberadaan tikus du rumah

responden pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari Kota

Semarang, didapatkan hasil sebagai berikut:

Page 86: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

72  

  

Tabel 4.15 Tabulasi Silang antara Keberadaan Tikus di Rumah Responden dengan

Kejadian Leptospirosis

Keberadaan Tikus Kejadian Leptospirosis Nilai p

OR 95%CI

Kasus Kontrol ∑ % ∑ %

Tidak Memenuhi Syarat

Memenuhi Syarat

27

6

81,8

18,2

14

19

42,4

57,6 0,001 6,107 1,988-

18,757

Total 33 100,0 33 100,0 Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui bahwa responden kasus yang terdapat

tikus di rumah sehingga tidak memenuhi syarat sebesar 81,8% lebih besar

dibandingkan dengan yang tidak terdapat tikus sehingga memenuhi syarat yaitu

sebesar 18,2%, sedangkan responden kontrol yang terdapat tikus di rumah

sehingga tidak memenuhi syarat sebesar 42,4% lebih kecil dibandingkan dengan

yang tidak terdapat tikus sehingga memenuhi syarat yaitu sebesar 57,6%

Hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai p (0,001) < α (0,05) sehingga

Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan antara keberadaan

tikus dengan kejadian leptospirosis. Nilai odds ratio (OR) = 6,107 dengan

interval 1,988-18,757, yang berarti bahwa responden yang terdapat tikus di rumah

sehingga tidak memenuhi syarat memiliki risiko 6,107 kali lebih besar menderita

leptospirosis bila dibandingkan responden yang tidak terdapat tikus sehingga

memenuhi syarat.

4.2.3.5 Hubungan antara Keberadaan Hewan Peliharaan Responden dengan

Kejadian Leptospirosis

Hasil uji chi square dari data penelitian tentang keberadaan hewan

peliharaan responden pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari

Kota Semarang, didapatkan hasil sebagai berikut:

Page 87: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

73  

  

Tabel 4.16 Tabulasi Silang antara Keberadaan Hewan Peliharaan Responden

dengan Kejadian Leptospirosis

Keberadaan Hewan Peliharaan

Kejadian Leptospirosis Nilai p

OR 95%CI

Kasus Kontrol ∑ % ∑ %

Kurang Baik

Baik

19

14

57,6

42,4

12

21

36,4

63,6 0,084 2,375 0,883-6,390

Total 33 100,0 33 100,0

Berdasarkan Tabel 4.16 diketahui bahwa responden kasus yang terdapat

hewan peliharaan sehingga tergolong kurang baik sebesar 57,6% lebih besar

dibandingkan dengan yang tidak terdapat hewan peliharaan sehingga tergolong

baik yaitu sebesar 42,4%, sedangkan responden kontrol yang terdapat hewan

peliharaan sehingga tergolong kurang baik sebesar 36,4% lebih kecil

dibandingkan dengan yang tidak terdapat hewan peliharaan sehingga tergolong

baik yaitu sebesar 63,6%.

Hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai p (0,084) > α (0,05) sehingga

Ho diterima. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara

keberadaan hewan peliharaan dengan kejadian leptospirosis.

4.2.3.6 Hubungan antara Keberadaan Air Menggenang dengan Kejadian

Leptospirosis

Hasil uji chi square dari data penelitian tentang keberadaan air

menggenang di sekitar rumah responden pada responden kasus dan kontrol di

Kecamatan Candisari Kota Semarang, didapatkan hasil sebagai berikut:

Page 88: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

74  

  

Tabel 4.17 Tabulasi Silang antara Keberaadaan Air Menggenang dengan Kejadian

Leptospirosis

Keberadaan Air Menggenang

Kejadian Leptospirosis Nilai p

OR 95%CI

Kasus Kontrol ∑ % ∑ %

Kurang Baik

Baik

23

10

69,7

30,3

9

24

27,3

72,7 0,001 6,133 2,111-17,824

Total 33 100,0 33 100,0

Berdasarkan Tabel 4.17 diketahui bahwa responden kasus yang terdapat

air menggenang sehingga tergolong kurang baik yaitu sebsar 69,7% lebih besar

dibandingkan dengan tidak terdapat air menggenang sehingga tergolong baik

yaitu sebesar 30,3%, sedangkan responden kontrol yang terdapat air menggenang

sehingga tergolong kurang baik yaitu sebsar 27,3% lebih kecil dibandingkan

dengan tidak terdapat air menggenang sehingga tergolong baik yaitu sebesar

72,7%

Hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai p (0,001) < α (0,05) sehingga

Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan antara keberadaan

air menggenang dengan kejadian Leptospirosis. Nilai odds ratio (OR) = 6,133

dengan interval 2,111-17,824, yang berarti bahwa responden yang terdapat air

menggenang di sekitar rumah sehingga tergolong kurang baik memiliki risiko

6,133 kali lebih besar menderita leptospirosis bila dibandingkan responden yang

tidak terdapat air menggenang di sekitar rumah sehingga tergolong baik.

Page 89: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

75  

  

4.2.3.7 Hubungan antara Sarana Pembuangan Limbah dengan Kejadian

Leptospirosis

Hasil uji chi square dari data penelitian tentang sarana pembuangan

limbah responden pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari Kota

Semarang, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.18 Tabulasi Silang antara Sarana Pembuangan Limbah dengan Kejadian

Leptospirosis

Sarana Pembuangan Limbah

Kejadian Leptospirosis Nilai p

OR 95%CI

Kasus Kontrol ∑ % ∑ %

Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

23

10

69,7

30,3

11 22

33,3 66,7 0,003 4,600 1,631-

12,973

Total 33 100,0 33 100,0

Berdasarkan Tabel 4.18 diketahui bahwa responden kasus dengan sarana

pembuangan limbah tidak memenuhi syarat sebesar 69,7% lebih besar

dibandingkan dengan sarana pembuangan limbah memenuhi syarat yaitu 30,3%,

sedangkan responden kontrol dengan sarana pembuangan limbah tidak memenuhi

syarat sebesar 33,3% lebih kecil dibandingkan dengan sarana pembuangan limbah

memenuhi syarat yaitu 66,7%.

Hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai p (0,003) > α (0,05) sehingga

Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan antara sarana

pembuangan limbah dengan kejadian Leptospirosis. Nilai odds ratio (OR) =

4,600 dengan interval 1,631-12,973, yang berarti bahwa responden dengan sarana

pembuangan limbah tidak memenuhi syarat memiliki risiko 4,6 kali lebih besar

menderita leptospirosis bila dibandingkan responden dengan sarana pembuangan

limbah memenuhi syarat.

Page 90: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

76  

  

4.2.3.8 Hubungan antara Sarana Pembuangan Sampah dengan Kejadian

Leptospirosis

Hasil uji chi square dari data penelitian tentang sarana pembuangan

sampah responden pada responden kasus dan kontrol di Kecamatan Candisari

Kota Semarang, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.19 Tabulasi Silang antara Sarana Pembuangan Sampah dengan Kejadian

Leptospirosis

Sarana Pembuangan Sampah

Kejadian Leptospirosis Nilai P

OR 95%CI

Kasus Kontrol ∑ % ∑ %

Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

27

6

81,8

18,2

15 18

45,5 54,5 0,002 5,400 1,764-

16,533

Total 33 100,0 33 100,0

Berdasarkan Tabel 4.19 diketahui bahwa responden kasus dengan sarana

pembuangan sampah tidak memenuhi syarat sebesar 81,8% lebih besar

dibandingkan dengan sarana pembuangan sampah memenuhi syarat yaitu 18,2%,

sedangkan responden kontrol dengan sarana pembuangan sampah tidak memenuhi

syarat sebesar 45,5% lebih kecil dibandingkan dengan sarana pembuangan

sampah memenuhi syarat yaitu 54,5%.

Hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai p (0,002) > α (0,05) sehingga

Ho ditolak. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan antara sarana

pembuangan sampah dengan kejadian Leptospirosis. Nilai odds ratio (OR) =

5,400 dengan interval 1,764-16,533, yang berarti bahwa responden dengan sarana

pembuangan sampah tidak memenuhi syarat memiliki risiko 5,4 kali lebih besar

menderita leptospirosis bila dibandingkan responden dengan sarana pembuangan

sampah memenuhi syarat.

Page 91: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

77  

  

4.2.4 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat

Rekapitulasi hasil penelitian mengenai Hubungan antara Strata PHBS

Tatanan Rumah Tangga dan Sanitasi Rumah dengan Kejadian Leptospirosis

Kecamatan Candisari Kota Semarang (Tabel 4.20).

Tabel 4.20 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Menggunakan Uji Chi-Square No. Variabel Bebas p value OR 95%CI Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga

0,003 4,667 1,643−13,256 Ada hubungan

2. Kondisi Selokan 0,001 5,290 1,851−15,116 Ada hubungan

3. Intensitas Cahaya 0,323 − − Tidak ada hubungan

4. Keberadaan Tikus 0,001 6,107 1,988−18,757 Ada hubungan

5. Keberadaan Hewan Peliharaan

0,084 − − Tidak ada hubungan

6. Keberadaan Air Menggenang

0,001 6,133 2,111–17,824 Ada hubungan

7. Sarana Pembuangan Limbah

0,003 4,600 1,631−12,973 Ada hubungan

8. Sarana Pembuangan Sampah

0,002 5,400 1,764−16,533 Ada hubungan

Page 92: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

78  

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan

5.1.1 Hubungan antara Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga dengan

Kejadian Leptospirosis

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara strata

PHBS tatanan rumah tangga dengan kejadian leptospirosis di Kecamatan

Candisari Kota Semarang. Hasil uji chi square diperoleh nilai p (0,003) < α

(0,05). Dengan nilai OR sebesar 4,667 dan 95%CI=1,463-13,256 maka dapat

diketahui bahwa responden dengan strata PHBS kurang baik mempunyai risiko

4,667 kali lebih besar menderita Leptospirosis daripada responden dengan strata

PHBS baik. Karena nilai OR>1 dan 95%CI tidak mencakup angka 1, maka dapat

dikatakan bahwa strata PHBS merupakan salah satu faktor risiko timbulnya

penyakit Leptospirosis.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan didapatkan bahwa sebagian besar

responden kasus dengan strata PHBS yang kurang baik yaitu 24 orang atau 72,7%

dan yang baik sebanyak 9 orang atau 27,3% karena pada sebagian besar

responden kasus memiliki tingkatan strata PHBS sehat madya sehingga tergolong

kurang baik. Sebaliknya pada responden kontrol, dimana strata PHBS yang

dicapai sebagian besar yaitu 21 orang atau 63,6% memiliki strata PHBS sehat

utama sehingga tergolong baik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Pedoman Program PHBS Tatanan

Rumah Tangga Tahun 2010 yang menyatakan bahwa PHBS tatanan rumah tangga

dilakukan untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan

Page 93: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

79  

  

mampu melakukan PHBS dengan baik, memelihara dan meningkatkan

kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari

ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Hasil

penelitian ini dapat menggambarkan bahwa keadaan kasus dan kontrol memiliki

perbedaan dan perbandingan yang cukup jelas. Dimana pada kasus, yang memiliki

strata PHBS sehat madya cukup banyak, sedangkan pada kontrol, yang memiliki

strata PHBS sehat madya hanya setengah dari jumlah kasus yang memiliki strata

PHBS sehat madya. Pada indikator kesehatan lingkungan, banyak responden

kasus yang lantai rumahnya tidak kedap air di bagian ruang dapur serta masih

banyak yang membuang sampah di sembarang tempat. Kepadatan hunian juga

masih banyak menjadi masalah. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan PHBS

pada kontrol lebih terjaga bila dibandingkan dengan PHBS pada kasus. Dan sesuai

dengan teori yang telah ada bahwa anggota rumah tangga yang mampu

melakukan PHBS dengan baik, memelihara dan meningkatkan kesehatannya akan

mampu mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman

penyakit.

Hal ini sesuai dengan penelitian Ima Nurisa (2005) yang menyatakan

bahwa ada hubungan antara indikator-indikator pada strata PHBS tatanan rumah

tangga seperti status gizi, faktor lingkungan, gaya hidup dengan kejadian

leptospirosis. Selain itu hasil penelitian Dwi Sarwani (2005) juga menyatakan

bahwa ada hubungan antara faktor lingkungan dan gaya hidup dengan kejadian

leptospirosis. Hal yang menyebabkan strata PHBS tatanan rumah tangga ikut

berpengaruh terhadap penyakit leptospirosis ini adalah karena sebagian besar

indikator-indikator PHBS merupakan faktor yang berhubungan dengan

leptospirosis.

Page 94: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

80  

  

5.1.2 Hubungan antara Kondisi Selokan dengan Kejadian Leptospirosis

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara kondisi

selokan dengan kejadian leptospirosis di Kecamatan Candisari Kota Semarang.

Hasil uji chi square diperoleh nilai p (0,001) < α (0,05). Dengan nilai OR sebesar

5,290 dan 95%CI=1,851-15,116 maka dapat diketahui bahwa responden dengan

kondisi selokan tidak memenuhi syarat mempunyai risiko 5,290 kali lebih besar

menderita Leptospirosis daripada responden dengan kondisi selokan memenuhi

syarat. Karena nilai OR>1 dan 95%CI tidak mencakup angka 1, maka dapat

dikatakan bahwa kondisi selokan merupakan salah satu faktor risiko timbulnya

penyakit Leptospirosis.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar

responden kasus dengan kondisi selokan yang tidak memenuhi syarat yaitu 23

orang atau 69,7% dan yang memenuhi syarat sebanyak 10 orang atau 30,3%

karena pada sebagaian besar responden kasus memiliki kondisi selokan yang

terbuka dan tersumbat saat musim hujan. Sebaliknya pada responden kontrol,

dimana kondisi selokan yang memenuhi syarat lebih banyak daripada kondisi

selokan yang tidak memenuhi syarat. Hasil penelitian ini sesuai dengan Dinkes

Prop Jateng 2005 yang menyatakan bahwa saluran pembuangan air/got yang

lancar akan menghambat perkembangan leptospira untuk dapat berkembang

secara baik, leptospira membutuhkan lingkungan optimal yaitu temperatur yang

hangat, lembab, dengan pH air yang netral

Hal ini dapat menggambarkan bahwa keadaan kasus dan kontrol memiliki

perbedaan dan perbandingan yang cukup jelas. Dimana pada kasus, yang memiliki

kondisi selokan tidak memenuhi syarat jauh lebih banyak bila dibandingkan

dengan yang memenuhi syarat, dan sebaliknya dengan kontrol. Hal ini

Page 95: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

81  

  

menunjukkan bahwa kondisi selokan pada kontrol lebih terawat bila dibandingkan

dengan kondisi selokan pada kasus sehingga kondisi selokan pada kontrol lebih

banyak yang memenuhi syarat, kondisi selokan pada kontrol banyak yang sudah

tertutup, tidak meluap saat hujan dan jarang tersumbat. Namun hal sebaliknya

terjadi pada kasus. Dan sesuai dengan yang telah dikatakan sebelumnya bahwa

kondisi selokan yang lancar akan menghambat perkembangan leptospira untuk

dapat berkembang secara baik.

Hal ini sesuai dengan penelitian Siti Maesharokh (2011) yang menyatakan

bahwa ada hubungan antara kondisi selokan dengan kejadian leptospirosis di Kota

Semarang. Selain itu penelitian dari Mari Okatini (2007) juga menyatakan bahwa

ada hubungan antara kodisi selokan dengan kejadian leptospirosis di Jakarta.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kondisi selokan yang masih tidak tertutup

dan tersumbat hingga meluap saat hujan dapat menjadi faktor risiko leptospirosis.

5.1.3 Hubungan antara Intensitas Cahaya dengan Kejadian Leptospirosis

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

intensitas cahaya dengan kejadian leptospirosis di Kecamatan Candisari Kota

Semarang. Hasil uji chi square diperoleh nilai p (0,323) > α (0,05). Sehingga Ho

diterima, yang berarti tidak ada hubungan antara intensitas cahaya dengan

kejadian leptospirosis di Kecamatan Candisari Kota Semarang. Dan dapat

dikatakan juga bahwa intensitas cahaya bukan merupakan salah satu faktor risiko

timbulnya penyakit Leptospirosis.

Dari hasil penelitian di lapangan didapatkan bahwa responden kasus

dengan intensitas cahaya tidak memenuhi syarat yaitu 16 orang atau 48,5% dan

yang memenuhi syarat (< 60 dan > 120 lux) sebanyak 17 orang atau 51,5%. Dan

pada responden kontrol, responden dengan intensitas cahaya tidak memenuhi

Page 96: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

82  

  

syarat yaitu 20 orang atau 60,6% dan yang memenuhi syarat sebanyak 13 orang

atau 39,4%.

Hal ini dapat menggambarkan bahwa intensitas cahaya pada responden

kasus dan kontrol relatif sama. Bahkan pada kontrol, yang memiliki intensitas

cahaya tidak memenuhi syarat cenderung lebih banyak. Hal ini disebabkan karena

keberadaan kamar mandi dan dapur pada kontrol lebih banyak berada di ruangan

tertutup dan menyatu dengan rumah, sedangkan kamar mandi dan dapur pada

kontrol lebih banyak yang berada terpisah dengan rumah sehingga cahaya lebih

mudah masuk sehingga intensitas cahaya juga banyak yang memenuhi syarat.

5.1.4 Hubungan antara Keberadaan Tikus dengan Kejadian Leptospirosis

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara

keberadaan tikus dengan kejadian leptospirosis di Kecamatan Candisari Kota

Semarang. Hasil uji chi square diperoleh nilai p (0,001) < α (0,05). Dengan nilai

OR sebesar 6,107 dan 95%CI=1,988-18,757 maka dapat diketahui bahwa

responden yang terdapat tikus di dalam rumahnya mempunyai risiko 6,107 kali

lebih besar menderita Leptospirosis daripada responden yang tidak terdapat tikus

di dalam rumahnya. Karena nilai OR>1 dan 95%CI tidak mencakup angka 1,

maka dapat dikatakan bahwa keberadaan tikus merupakan salah satu faktor risiko

timbulnya penyakit Leptospirosis.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar

responden kasus terdapat tikus di rumahnya yaitu 27 orang atau 81,8% dan yang

tidak terdapat tikus sebanyak 6 orang atau 18,2%. Dan pada responden kontrol,

perbandingan antara responden yang terdapat tikus dan tidak di rumahnya tidak

terlalu jauh yaitu 14 orang atau 42,4% dan 19 orang atau 57,6%. Hal ini

Page 97: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

83  

  

menunjukkan bahwa keberadaan tikus banyak ditemukan baik pada responden

kasus maupun responden kontrol namun keberadaan tikus pada responden kasus

lebih terlihat dominan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Djoni Djunaedi (2007) yang menyatakan

bahwa leptospirosis juga banyak dijumpai di daerah pinggiran kota dengan

populasi tikus yang berkembang biak secara cepat. Di daerah padat penduduk,

penyakit ini biasanya berkembang apabila dijumpai populasi tikus dalam jumlah

yang besar dan disertai sanitasi yang jelek.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden kasus banyak yang

mengaku bahwa sering melihat tikus di dalam dan sekitar rumahnya, serta

didukung dengan terdapatnya kotoran tikus di sekitar rumah yang menandakan

keberadaan tikus. Adanya tikus inilah yang menyebabkan variabel keberadaan

tikus di dalam dan sekitar rumah tidak memenuhi syarat. Namun pada kontrol

banyak yang mengaku bahwa jarang melihat tikus di dalam dan sekitar rumahnya

serta didukung dengan bersihnya sekitar rumah dari kotoran tikus yang

menandakan jarang ada tikus. Dan jarang/tidak adanya tikus inilah yang

menyebabkan variabel keberadaan tikus memenuhi syarat. Mungkin keberadaan

tikus memang selalu ada di setiap rumah, namun bila kebersihan tetap terjaga

maka tikus tidak akan betah untuk melakukan segala aktifitas dalam rumah

tersebut.

Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Taufik Ari Pambudi

(2010) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara keberadaan tikus dengan

kejadian leptospirosis. Hal tersebut dapat terjadi karena tikus domestik memiliki

kebiasaan dekat dengan manusia. Selain itu penelitian oleh Dwi Sarwani (2005)

juga menyatakan bahwa faktor lingkungan biologik yang merupakan faktor risiko

Page 98: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

84  

  

kejadian leptospirosis berat adalah adanya tikus di dalam dan sekitar rumah. Peran

tikus sebagai vektor dan reservoir beberapa penyakit menular menyebabkan

keberadaan tikus di pemukiman penduduk menjadi ancaman serius bagi manusia

untuk tertular penyakit. Dan sesuai dengan ketentuan tentang persyaratan rumah

sehat yang terdapat pada Dinkes Prop Jateng (2005) bahwa rumah sehat harus

bebas dari tikus atau hewan pengerat lainnya.

5.1.5 Hubungan antara Keberadaan Hewan Peliharaan dengan Kejadian

Leptospirosis

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

keberadaan hewan peliharaan dengan kejadian leptospirosis di Kecamatan

Candisari Kota Semarang. Hasil uji chi square diperoleh nilai p (0,084) > α

(0,05). Sehingga Ho diterima, yang berarti tidak ada hubungan antara keberadaan

hewan peliharaan dengan kejadian leptospirosis di Kecamatan Candisari Kota

Semarang. Dan dapat dikatakan juga bahwa keberadaan hewan peliharaan bukan

merupakan salah satu faktor risiko timbulnya penyakit Leptospirosis.

Dari penelitian di lapangan didapatkan hasil bahwa responden kasus yang

memiliki hewan peliharaan dirumahnya yaitu 19 orang atau 57,6% dan yang tidak

memiliki hewan peliharaan sebanyak 14 orang atau 42,4%. Dan pada responden

kontrol, yang memiliki hewan peliharaan dirumahnya yaitu 12 orang atau 36,4%

dan yang tidak memiliki hewan peliharaan sebanyak 21 orang atau 63,6%. Hal ini

menunjukkan bahwa meskipun responden kasus banyak yang memiliki hewan

peliharaan namun hal tersebut bukan merupakan faktor risiko kejadian

leptospirosis.

Hasil penelitian ini dapat menggambarkan bahwa responden kasus banyak

yang memiliki hewan peliharaan di rumahnya, adanya hewan peliharaan inilah

Page 99: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

85  

  

yang menyebabkan variabel keberadaan hewan peliharaan di rumah tergolong

kurang baik. Namun pada kontrol hanya sedikit yang memiliki hewan

peliharaan di rumahnya, dan tidak adanya hewan peliharaan inilah yang

menyebabkan variabel keberadaan hewan peliharaan di rumah tergolong baik.

Pada hasil penelitian, hasil kurang baik lebih banyak didapatkan pada responden

kasus. Namun ternyata hal tersebut belum cukup untuk menjadi penentu yang

menyatakan bahwa ada hubungan antara keberadaan hewan peliharaan dengan

kejadian leptospirosis .Hasil ini mungkin disebabkan karena kejadian leptospirosis

dipengaruhi oleh faktor kebersihan kandang hewan peliharaan. Jadi meskipun

masyarakat mempunyai hewan peliharaan namun kebersihan kandang tetap

terjaga, tidak akan menjadi faktor risiko leptospirosis.

5.1.6 Hubungan antara Keberadaan Air Menggenang dengan Kejadian

Leptospirosis

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara

keberadaan air menggenang dengan kejadian leptospirosis di Kecamatan

Candisari Kota Semarang. Hasil uji chi square diperoleh nilai p (0,001) < α

(0,05). Dengan nilai OR sebesar 6,133 dan 95%CI=2,111-17,284 maka dapat

diketahui bahwa responden yang terdapat air menggenang di sekitar rumahnya

mempunyai risiko 6,133 kali lebih besar menderita Leptospirosis daripada

responden yang tidak terdapat air menggenang di sekitar rumahnya. Karena nilai

OR>1 dan 95%CI tidak mencakup angka 1, maka dapat dikatakan bahwa

keberadaan air menggenang merupakan salah satu faktor risiko timbulnya

penyakit Leptospirosis.

Dari penelitian di lapangan didapatkan hasil bahwa sebagian besar

responden kasus terdapat air menggenang di sekitar rumahnya yaitu 23 orang atau

Page 100: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

86  

  

69,7% dan yang tidak terdapat air menggenang di sekitar rumahnya sebanyak 10

orang atau 30,3%. Dan pada responden kontrol, responden yang terdapat air

menggenang di sekitar rumahnya yaitu 9 orang atau 27,3% dan yang tidak

terdapat air menggenang di sekitar rumahnya sebanyak 24 orang atau 72,7%.

Hasil penelitian ini dapat menggambarkan bahwa di sekitar rumah

responden kasus banyak terdapat air yang menggenang, adanya genangan air

inilah yang menyebabkan variabel keberadaan air menggenang di sekitar rumah

tergolong kurang baik. Namun pada kontrol hanya sedikit yang di sekitar

rumahnya terdapat air yang menggenang, dan tidak adanya genangan air inilah

yang menyebabkan variabel keberadaan air menggenang tergolong baik. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan air menggenang banyak ditemukan

pada responden kasus, karena sebagian besar letak kamar mandi dengan rumah

responden kasus terpisah sehingga kemungkinan responden kasus untuk

terkontaminasi genangan air di sekitar rumah sangat besar.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Djoni Djunaedi

(2007), yang menyatakan bahwa transmisi leptospira berlangsung dengan urin,

darah, atau jaringan dari hewan yang terinfeksi atau terpapar oleh lingkungan

yang terkontaminasi. Transmisi langsung dari manusia ke manusia jarang

ditemukan. Oleh karena leptospira diekskresi melalui urin dan dapat hidup dalam

air selama beberapa bulan, maka air tergenang memiliki peranan penting sebagai

transmisi. Mereka dapat terserang leptospirosis terpapar langsung oleh air atau

tanah yang terkontaminasi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Agus

Priyanto (2008), yang menyatakan bahwa genangan air merupakan faktor risiko

Leptospirosis karena saat terjadinya kasus sebagian besar responden di sekitar

Page 101: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

87  

  

rumahnya terdapat genangan air. Selain itu penelitian Asyhar Tunissea (2008)

menyatakan bahwa genangan air yang berasal dari badan air alami merupakan

salah satu faktor risisko kejadian leptospirosis. Hal ini mebuktikan bahwa

keberadaan air menggenang cukup berpengaruh pada kejadian leptospirosis, untuk

itu diperlukan menjaga lingkungan rumah agar tidak terdapat genangan air di

sekitarnya.

5.1.7 Hubungan antara Sarana Pembuangan Limbah dengan Kejadian

Leptospirosis

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara sarana

pembuangan limbah dengan kejadian leptospirosis di Kecamatan Candisari Kota

Semarang. Hasil uji chi square diperoleh nilai p (0,003) < α (0,05). Dengan nilai

OR sebesar 4,600 dan 95%CI=1,631-12,973 maka dapat diketahui bahwa

responden dengan sarana pembuangan limbah tidak memenuhi syarat mempunyai

risiko 4,600 kali lebih besar menderita Leptospirosis daripada responden dengan

sarana pembuangan limbah memenuhi syarat. Karena nilai OR>1 dan 95%CI

tidak mencakup angka 1, maka dapat dikatakan bahwa sarana pembuangan limbah

merupakan salah satu faktor risiko timbulnya penyakit Leptospirosis.

Berdasarkan penelitian di lapangan didapatkan hasil bahwa sebagian besar

responden kasus dengan sarana pembuangan limbah tidak memenuhi syarat yaitu

23 orang atau 69,7% dan yang memenuhi syarat sebanyak 10 orang atau 30,3%.

Dan pada responden kontrol, responden dengan sarana pembuangan limbah tidak

memenuhi syarat yaitu 11 orang atau 33,3% dan yang memenuhi syarat sebanyak

22 orang atau 66,7%. Hal ini terjadi karena sebagaian besar dari responden kasus

memiliki saluran pembuangan limbah yang tidak diresapkan.

Page 102: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

88  

  

Hal ini dapat menggambarkan bahwa keadaan kasus dan kontrol memiliki

perbedaan dan perbandingan yang cukup jelas. Dimana pada kasus, yang memiliki

sarana pembuangan limbah tidak memenuhi syarat jauh lebih banyak bila

dibandingkan dengan yang memenuhi syarat, dan sebaliknya dengan kontrol. Hal

ini menunjukkan bahwa sarana pembuangan limbah pada kontrol lebih baik bila

dibandingkan dengan sarana pembuangan limbah pada kasus. Sarana pembuangan

limbah pada kontrol lebih banyak yang memenuhi syarat karena sarana

pembuangan limbah pada kontrol sudah banyak yang tertutup dan diresapkan.

Namun pada kasus, masih sedikit yang memiliki sarana pembuangan limbah yang

tertutup dan diresapkan karena sarana pembuangan limbah mereka sebagian besar

masih dibuat seadanya.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rusmini (2011) yang

menyatakan bahwa saluran pembuangan limbah yang buruk sehingga

menyebabkan adanya genangan air di sekitar rumah merupakan faktor risiko

kejadian leptospirosis karena vektor perantara bakteri leptospira dapat bertahan

hidup selama berbulan-bulan pada air yang menggenang. Sesuai dengan Dinkes

Prop Jateng 2005 yang menyatakan bahwa sarana pembuangan limbah harus

memenuhi syarat agar tidak mengganggu lingkungan dan mengurangi

kemungkinan munculnya penyakit yang disebabkan oleh lingkungan. Syarat-

syarat sarana pembuangan limbah antara lain saluran pembuangan limbah harus

tertutup dan diresapkan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Agus

Priyanto (2008), yang menyatakan bahwa sarana pembuangan limbah merupakan

faktor risiko Leptospirosis karena munculnya kontaminasi genangan air juga

disebabkan oleh sarana pembuangan limbah yang tidak lancar atau tersumbat.

Page 103: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

89  

  

Selain itu penelitian Mari Okatini (2005) juga menyatakan bahwa ada hubungan

antara sarana pembuangan limbah dengan kejadian leptospirosis. Untuk itu

sebaiknya sarana pembuangan limbah harus dibuat cukup baik agar bermanfaat

saat digunakan tanpa menimbulkan efek negatif yang mendatangkan penyakit.

5.1.8 Hubungan antara Sarana Pembuangan Sampah dengan Kejadian

Leptospirosis

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara sarana

pembuangan sampah dengan kejadian leptospirosis di Kecamatan Candisari Kota

Semarang. Hasil uji chi square diperoleh nilai p (0,002) < α (0,05). Dengan nilai

OR sebesar 5,400 dan 95%CI=1,764-16,533 maka dapat diketahui bahwa

responden dengan sarana pembuangan sampah tidak memenuhi syarat mempunyai

risiko 5,400 kali lebih besar menderita Leptospirosis daripada responden dengan

sarana pembuangan sampah memenuhi syarat. Karena nilai OR>1 dan 95%CI

tidak mencakup angka 1, maka dapat dikatakan bahwa sarana pembuangan

sampah merupakan salah satu faktor risiko timbulnya penyakit Leptospirosis.

Dari penelitian di lapangan didapatkan hasil bahwa sebagian besar

responden kasus dengan sarana pembuangan sampah tidak memenuhi syarat yaitu

27 orang atau 81,8% dan yang memenuhi syarat sebanyak 6 orang atau 18,2%.

Dan pada responden kontrol, responden dengan sarana pembuangan sampah tidak

memenuhi syarat yaitu 15 orang atau 45,5% dan yang memenuhi syarat sebanyak

18 orang atau 54,5%. Hal ini terjadi karena sebagaian besar dari responden kasus

memiliki sarana pembuangan sampah yang tidak tertutup dan tidak kedap air.

Hal ini dapat menggambarkan bahwa keadaan kasus dan kontrol memiliki

perbedaan dan perbandingan yang cukup jelas. Dimana pada kasus, yang memiliki

sarana pembuangan sampah tidak memenuhi syarat jauh lebih banyak bila

Page 104: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

90  

  

dibandingkan dengan yang memenuhi syarat, dan sebaliknya dengan kontrol. Hal

ini menunjukkan bahwa kondisi sarana pembuangan sampah pada kontrol lebih

baik bila dibandingkan dengan sarana pembuangan sampah pada kasus. Sarana

pembuangan sampah pada kontrol lebih banyak yang memenuhi syarat karena

sarana pembuangan sampah pada kontrol sudah banyak yang tertutup dan kedap

air sehingga aman dari hewa-hewan pembawa vektor penyakit. Namun pada

kasus, masih sedikit yang memiliki sarana pembuangan sampah yang tertutup dan

kedap air karena sarana pembuangan sampah mereka sebagian besar masih

terbuka dan banyak digunakan oleh tikus sebagai tempat untuk mencari sisa-sisa

makanan.

Penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rusmini (2011)

yang menyatakan bahwa tempat pengumpulan sampah yang buruk merupakan

faktor risiko kejadian leptospirosis karena vektor perantara bakteri leptospira

khususnya tikus sangat menyukai tempat-tempat dengan

keberadaan tumpukan sampah. Dan sesuai dengan Dinkes Prop Jateng 2005 yang

menyatakan bahwa sarana pembuangan sampah harus memenuhi syarat agar tidak

menimbulkan keberadaan vektor-vektor penyakit. Syarat-syarat tersebut antara

lain sampah harus diangkut tidak melebihi 3 x 24 jam, tertutup dan kedap air.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Feriyanti

(2008), yang menyatakan bahwa kebersihan rumah yang salah satunya adalah

sarana pembuangan sampah berhubungan dengan kejadian leptospirosis. Selain

itu penelitian Dwi Sarwani (2005) juga menyatakan bahwa sarana pembuangan

sampah yang tidak baik sehingga mengakibatkan adanya sampah di sekitar rumah

berhubungan dengan kejadian leptospirosis. Untuk itu sebaiknya sarana

Page 105: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

91  

  

pembuangan sampah harus dibuat cukup baik agar bermanfaat saat digunakan

tanpa menimbulkan efek negatif yang mendatangkan penyakit.

5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian

5.2.1 Hambatan Penelitian

Hambatan dalam penelitian ini adalah:

1. Peneliti mengalami kesulitan dalam mencari alamat responden penelitian yang

tersebar dalam wilayah Kecamatan Candisari Kota Semarang karena data

alamat responden yang tidak jelas, sehingga peneliti membutuhkan bantuan

dari personil penelitian yang lebih banyak.

2. Pencarian alamat responden yang jaraknya cukup jauh antara responden yang

satu dengan responden yang lain.

5.2.2 Kelemahan Penelitian

Kelemahan dalam penelitian ini adalah :

1. Kelemahan dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel kelompok kontrol

dalam penelitian ini tidak didasarkan pada hasil diagnosis laboratorium,

sehingga konsekuensinya bisa saja dalam kelompok kontrol terdapat penderita

Leptospirosis

2. Kejujuran responden dalam hal pengisian kuesioner, sehingga penulis harus

melakukan pendekatan secara personal pada saat pelaksanaan wawancara

dalam hal mencari informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

Page 106: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

92  

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian strata PHBS tatanan rumah tangga dan sanitasi

rumah dengan kejadian leptospirosis di Kecamatan Candisari Kota Semarang dapat

disimpulkan bahwa:

1. Ada hubungan antara strata PHBS tatanan rumah tangga, kondisi selokan,

keberadaan tikus, keberadaan air menggenang, sarana pembuangan limbah dan

sarana pembuangan sampah dengan kejadian leptospirosis di Kecamatan

Candisari Kota Semarang.

2. Tidak ada hubungan antara intensitas cahaya dan keberadaan hewan peliharaan

dengan kejadian leptospirosis di kecamatan Candisari Kota Semarang.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan adalah sebagai

berikut:

6.2.1 Bagi Penderita Leptospirosis

Diharapkan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar supaya tidak

menjadi sarang tikus, penanganan sampah perlu dilakukan secara benar yaitu dengan

cara tempat sampah diusahakan tertutup rapat dan kedap air sehingga tidak menjadi

sumber makanan tikus, menjaga kondisi selokan dan sarana pembuangan limbah

Page 107: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

93  

 

agar tidak menimbulkan genangan air di sekitar rumah/ lingkungan. Memperhatikan

pula pedoman PHBS tatanan rumah tangga untuk mencegah risiko terjadinya

penyakit leptospirosis.

6.2.2 Bagi Instansi Terkait

Sebagai bahan masukan bagi dinas kesehatan serta puskesmas yang

menangani penyakit leptospirosis untuk menambah program kesehatan dalam rangka

pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, khususnya penyakit leptospirosis

sehingga dapat menurunkan angka kesakitan, penularan maupun angka kematian

leptospirosis. Misalnya dengan memberikan penyuluhan kepada warga tentang

bahaya leptospirosis. Serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan misalnya dengan

melakukan pemeriksaan yang lebih mendalam serta pelaporan kasus yang lebih

akurat sehingga instansi terkait mendapat pencegahan dan pemberantasan secara

efektif.

6.2.3 Bagi Peneliti Lain

Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan jenis desain penelitian dan

variabel yang berbeda untuk lebih mengetahui faktor lain yang berhubungan dengan

kejadian leptospirosis.

Page 108: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

94  

DAFTAR PUSTAKA

Agus Priyanto, 2008, Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Leptospirosis (Studi Kasus di Kabupaten Demak), Tesis: Pasca Sarjana Undip

Agus Riyanto, 2010, Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Yogyakarta:Nuha

Medika Aru W. Sudoyo, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI Depkes RI, 1999, Keputusan Menteri Kesehatan No. 829/MENKES/SK/VII/1999,

Jakarta: Depkes RI ___________, 2003, Pedoman Tatalaksana Kasus dan Pemeriksaan

Laboratorium Leptospirosis di Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta: Depkes RI.

___________, 2005, Pedoman Penanggulangan Leptospirosis Di Indonesia,

Jakarta: Depkes RI Ditjen P2P danPLP ___________, 2010, Profil Kesehatan IndonesiaTahun 2010, Jakarta: Depkes RI Dharmajono, 2002, Leptospirosis Anthrax Mulut $ Kuku Sapi-Gila,

Jakarta:Pustaka Populer Obor Dinkes Kota Semarang, 2010, Profil Kesehatan Kota Semarang 2010, Semarang:

DKK Semarang ___________, 2010, Rekapitulasi Laporan Bulanan Kasus Leptospirosis Kota

Semarang. DKK Semarang Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2005, Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat

untuk Puskesmas, Semarang: DKP Jateng ___________, 2009, Profil Kesehatan Provinsi Jateng 2009, Semarang: DKP

Jateng ___________, 2010, Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah

Tangga, Semarang: DKP Jateng ___________, 2011, Buku Saku Kesehatan Provinsi Jateng 2011, Semarang: DKP

Jateng

Page 109: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

95  

 

Djoni Djunaedi, 2007, Kapita Selekta Penyakit Infeksi Ehrlichiosis, Leptospirosis, Riketsiosis, Antraks, Penyakit Pes. Malang: UMM Pres

Dwi Sarwani Sri Rejeki, 2005, Faktor Resiko Lingkungan yang Berpengaruh

terhadap Kejadian Leptospirosis Berat, Tesis: Program Studi Epidemiologi Undip Semarang

Eko Budiarto, 2002, Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: EGC Ima Nurisa, 2005, Penyakit Bersumber Rodensia (Tikus dan Mencit) di

Indonesia,Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 4 No 3 Indan Entjang, 2000, Mikrobiologi & Parasitologi U-Akademi Keperawatan,

:P.T. Citra Aditya Bakti Mukono, 2000, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Surabaya: Airlangga

University Press Rusmini, 2011, Bahaya Leptospirosis (Penyakit Kencing Tikus) & Cara

Pencegahannya, Yogyakarta:Penerbit Gosyen Publishing Soeharsono, 2002, Zoonosis Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia 2,

Jakarta:Kanisius Soekidjo Notoatmodjo, 2005, Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta ___________, 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Jakarta: Rineka Cipta Sopiyudin Dahlan, 2011, Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5,

Jakarta: Salemba Medika Sudigdo S dan Sofyan Ismael, 2011, Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis

Edisi ke – 4, Jakarta: CV Sagung Seto. Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

CV. Alfabeta Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,

Jakarta: Rineka Cipta Sunaryo, 2009, Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan dan Penentuan Zona

Kerawanan Leptospirosis di Kota Semarang Sylvia Y. Muliawan, 2008, Bakteri Spiral Patogen (Treponema, Leptospira dan

Borelia), Jakarta: Erlangga

Page 110: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

  

Page 111: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

96  

 

Lampiran 1

PERMOHONAN SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

Kepada Yth : Responden Penelitian Di tempat Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rizka Auliya NIM : 6450408117 Status : Mahasiswa Program Sarjana (S1) Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Bermaksud mengadakan penelitian tentang “Hubungan Antara Strata PHBS

Tatanan Rumah Tangga dan Sanitasi Rumah dengan Kejadian Leptospirosis di Kecamatan Candisari Kota Semarang Tahun 2012”. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi Saudara sebagai responden dengan berpartisipasi menjawab pertanyaan yang telah disediakan. Untuk itu, saya mengharap kesediaan Saudara secara sukarela untuk menjadi partisipan dalam penelitian saya.

Atas bantuan dan kesediaan Saudara menjadi responden, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

Rizka Auliya

Page 112: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

97  

 

Lampiran 2

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya secara sukarela bersedia

menjadi partisipan dalam penelitian ini. Saya akan berpartisipasi dalam penelitian

ini dari awal penelitian hingga penelitian ini selesai.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh

kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun.

Semarang, Agustus 2012

Responden

(…………………………..)

Page 113: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

98  

  

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH TANGGA DAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN LEPTOSPIROSIS DI

KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG TAHUN 2012

Nomor Responden : ....................................................................................

Tanggal Survey : ....................................................................................

Kelompok : 1. Kasus 2. Kontrol

Identitas Responden :

1. Nama : .........................................................................

2. Alamat : .........................................................................

.........................................................................

3. Umur : ..................................................................tahun

4. Jenis Kelamin : .........................................................................

5. Pendidikan :

a. Tidak tamat SD

b. Tamat SD

c. Tamat SLTP

d. Tamat SLTA

e. Tamat Akademi/PT

Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang hubungan antara strata PHBS tatanan rumah tangga dan sanitasi rumah dengan kejadian Leptospirosis. Hasil dari penelitian ini akan dipergunakan sebagai saran-saran dalam meningkatkan program pencegahan Leptospirosis di Kecamatan Candisari Kota Semarang.

Page 114: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

99  

  

Lanjutan (Lampiran 3)

I. PERTANYAAN PENJARINGAN

1. Apakah rumah Anda direnovasi atau diperbaiki mulai tahun 2009-2011?

a. Ya

b. Tidak

Jika jawab “ya”, lanjut pertanyaan ke nomor 2

Jika jawab “tidak”, lanjut pertanyaan ke nomor 3

2. Rumah bagian mana yang Anda renovasi atau perbaiki? Sebutkan!

Jawab: ....................................................................................................

...............................................................................................................

3. Apakah sebelumnya ada anggota keluarga/tetangga (tinggal di sekitar ±

700 meter) yang menderita Leptospirosis?

a. Ya

b. Tidak

4. Pendapatan perbulan dalam keluarga :

No Nama Anggota Keluarga

Hubungan Keluarga

Jenis Pekerjaan

Besar Pendapatan Tetap+Sampingan

Per Bulan

Pendapatan per kapita =

a. < Rp 231.046,00

b. ≥ Rp 231.046,00

Page 115: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

100  

  

5. Apakah Saudara pernah menderita/mengalami gejala penyakit berikut?

NO GEJALA KLINIS YA TIDAK

1 Demam mendadak

2 Menggigil

3 Sakit/nyeri kepala

4 Nafsu makan berkurang

5 Nyeri pada betis/paha

6 Kemerahan pada mata

7 Kekuningan pada kulit/mata

8 Badan lemah

9 Leher kaku

10 Nyeri perut

11 Nyeri pada persendian

12 Tidak ada nafsu makan

13 Mual

14 Muntah

15 Diare

16 Kencing Berkurang

17 Kencing kecoklatan

18 Perdarahan di mukosa

19 Kulit kemerahan di beberapa tempat

20 Batuk

21 Pikiran kacau/bingung

Responden bisa dijadikan kontrol apabila responden minimal tidak pernah

menderita gejala klinis pada point 1, 4, 5, 7, 8, 13, 14. Apabila responden pernah

menderita gejala-gejala tersebut secara bersamaan maka wawancara tidak bisa

dilanjutkan dan responden tersebut tidak dapat dijadikan kontrol.

Page 116: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

101  

  

Lanjutan (Lampiran 3)

II. KUESIONER PENGUKURAN SANITASI RUMAH

1. Kondisi Selokan

2. Intensitas Cahaya

3. Keberadaan Tikus

4. Keberadaan hewan peliharaan

5. Keberadaan air yang menggenang

Pertanyaan dan Pengukuran YA TIDAK Keterangan1. Apakah terdapat selokan di dekat

rumah?

Memenuhi

syarat/ Tidak

memenuhi syarat

2. Apakah saluran tertutup?

3. Apakah saluran diresapkan?

4.Apakah selokan lancar/tidak tersumbat?

Pertanyaan dan Pengukuran Jawab/ Hasil (Lux)

Keterangan

1. Pengukuran intensitas pencahayaan ruang dapur

Memenuhi syarat/ Tidak

memenuhi syarat

2. Pengukuran intensitas pencahayaan kamar mandi

Pertanyaan dan Pengamatan YA TIDAK Keterangan 1. Apakah ada tikus di dalam atau

sekitar rumah?

Memenuhi syarat/ Tidak

memenuhi syarat

2. Apakah ada lubang tikus atau kotoran tikus di dalam atau sekitar rumah?

Pertanyaan YA TIDAK Keterangan Apakah ada hewan peliharaan di

rumah? (sapi, anjing, kuda, kambing, domba,

babi)

Baik/Kurang

baik

Pertanyaan YA TIDAK Keterangan Apakah ada air yang menggenang di

dalam atau sekitar rumah (± 5 meter) saat musim hujan?

Baik/Kurang baik

Page 117: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

102  

  

6. Tempat Pembuangan Limbah

Pertanyaan Jawab

KeteranganYa Tidak

1. Apakah telah tersedia tempat pembuangan air limbah di rumah?

Memenuhi syarat/ Tidak

memenuhi syarat

2. Apakah saluran tertutup?

3. Apakah saluran diresapkan?

7. Sarana Pembuangan Sampah

Pertanyaan Jawab

KeteranganYa Tidak

1. Apakah ada tempat penampungan sampah?

Memenuhi syarat/ Tidak

memenuhi syarat

2. Apakah sampah diangkut dalam 3 x 24 jam?

3. Apakah tempat penampungan sampah tertutup?

4. Apakah tempat penampungan sampah kedap air?

III. KUESIONER STRATA PHBS TATANAN RUMAH TANGGA

NO. PERTANYAAN INDIKATOR YA TIDAK

I

1.

KIA DAN GIZI

• Apakah rumah tangga yang memiliki ibu hamil

mempunyai akses pertolongan persalinan oleh

petugas/tenaga kesehatan?

• Bagi rumah tangga yang tidak atau belum

pernah hamil, maka digali dengan pertanyaan

mengenai pengetahuan dan sikapnya tentang

persalinan Nakes

2. • Untuk rumah tangga yang memiliki bayi,

apakah bayi memperoleh ASI ekskusif sejak

usia 0 sampai 6 bulan?

Page 118: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

103  

  

• Bagi rumah tangga yang tidak atau belum

pernah memiliki bayi, maka digali dengan

pertanyaan mengenai pengetahuan dan sikapnya

tentang ASI ekslusif.

3. • Apakah rumah tangga yang memiliki balita

menimbangkan balitanya secara teratur?

• Bagi rumah tangga yang tidak atau belum

pernah memiliki balita, maka digali dengan

pertanyaan mengenai pengetahuan dan sikapnya

tentang penimbangan balita.

4. Apakah anggota rumah tangga mengkonsumsi

beraneka ragam makanan dalam jumlah cukup

untuk mencapai gizi seimbang?

II

5.

KESLING

Apakah anggota rumah tangga menggunakan

/memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari-

hari?

6. Apakah anggota rumah tangga menggunakan

jamban sehat?

7. Apakah anggota rumah tangga membuang sampah

pada tempatnya?

8. Apakah setiap anggota rumah tangga menempati

ruangan rumah minimal 9m2 ?

9. Apakah semua ruangan rumah tempat tinggal

rumah tangga berlantai kedap air (bukan tanah)

dan dalam keadaan bersih?

III

10.

GAYA HIDUP

Apakah anggota rumah tangga yang berumur 10

tahun keatas melakukan aktifitas fisik/olahraga?

Page 119: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

104  

  

11. Apakah anggota rumah tangga tidak ada yang

merokok?

12. Apakah anggota rumah tangga terbiasa mencuci

tangan sebelum makan dan sesudah BAB?

13. Apakah anggota rumah tangga menggosok gigi

minimal 2 kali sehari?

14. Apakah anggota rumah tangga tidak minum Miras

dan tidak menyalahgunakan Narkoba?

IV

15.

UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

Apakah anggota rumah tangga menjadi peserta

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)?

16. Apakah anggota keluarga melakukan PSN

(Pemberantasan Sarang Nyamuk) minimal

seminggu sekali?

TOTAL

Pratama/Madya/Utama/Paripurna Baik/Kurang baik

Keterangan kuesioner strata PHBS Tatanan Rumah Tangga:

• Total jawaban YA berjumlah 0 s/d 5 = Sehat Pratama

Total jawaban YA berjumlah 6 s/d 10 = Sehat Madya

Total jawaban YA berjumlah 11 s/d 15 = Sehat Utama

Total jawaban YA berjumlah 16 = Sehat Paripurna

• Kriteria BAIK jika rumah tangga termasuk sehat utama dan sehat

paripurna.

• Kriteria KURANG BAIK jika rumah tangga termasuk sehat pratama dan

sehat madya.

Page 120: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

105  

  

Lampiran 4

DAFTAR RESPONDEN KASUS

No Nama Alamat Umur JK Pendidikan Pekerjaan1. Machmud Kaliwiru 61 L SMP Swasta 2. Parwati Tegalsari Barat 60 P SMP Swasta 3. Slamet Sukoco Tegalsari 64 L SD TB 4. Sodikin Tegalsari Barat 60 L SD Swasta 5. Sodikin Bari Tegalsari 58 L SD Buruh 6. Dita (Danis) Tegalsari Barat 28 P SMA Swasta 7. Tukimin Tegalsari 70 L SD TB 8. Ana Aminah Tegalsari 58 P SMP IRT 9. Tumini Jomblang 45 P SMP IRT 10. Riyanto Jomblang 25 L SMA Swasta 11. Riko Supriyadi Jomblang 48 L SMA Swasta 12. Sukini Jomblang 51 P SMP IRT 13. Siswo K. Wonotingal 51 L SMP Swasta 14. Sudiarto Tegalsari 57 L SD Swasta 15. Suripah Tegalsari 60 P SD IRT 16. Sahmat Rekso Tegalsari 16 L SMA Pelajar 17. Sumaryanto Tegalsari 43 L SMA Swasta 18. Saeful Bahri Tegalsari Barat 50 L SD Swasta 19. Sutini Tegalsari 56 P SD IRT 20. Paulus Ngateno Karanganyar

Gunung 70 L SD TB

21. Sumirah Jomblang 55 P SD IRT 22. Parwiyono Jomblang 50 L SMA Swasta 23. Slamet Riyadi Tegalsari Barat 44 L SMK Swasta 24. Minarti Tegalsari 52 P SMA IRT 25. Paeno Tegalsari 68 L SD TB 26. Uminah Tegalsari Barat 65 P SD IRT 27. Ani Suwiyani Jomblang 19 P SMA IRT 28. Tumidi Jomblang 51 L SMA Wiraswas

ta 29. Suwarini Jomblang 43 P PT PNS 30. Suparno Tegalsari 54 L SMP Buruh 31. Sulimanardi Tegalsari 61 L SD TB 32. Ngateman Tegalsari 55 L SMP Buruh 33. Saifudin Tegalsari 67 L SD TB Keterangan:

JK : Jenis Kelamin

TB : Tidak Bekerja

IRT : Ibu Rumah Tangga

PNS : Pegawai Negeri Sipil

Page 121: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

106  

  

Lampiran 5

DAFTAR RESPONDEN KONTROL

No Nama Alamat Umur JK Pendidikan Pekerjaan 34. Sutini Kaliwiru 57 P SD IRT 35. Andin K. Tegalsari Barat 42 L SMP Swasta 36. Ari Tegalsari 40 L PT PNS 37. Bagus Tegalsari 55 L SMK Swasta 38. Sudarwanto Tegalsari 58 L SD Buruh 39. Junaidi Tegalsari Barat 61 L SMP TB 40. Sulandoko Tegalsari Barat 58 L SMP Buruh 41. Wijiyono Tegalsari 56 L SMP Buruh 42. Sujarno Jomblang 45 L SMK Wiraswasta43. Tukiman Jomblang 65 L SD TB 44. Tohirin Jomblang 69 L SD TB 45. Muh. Kamim Jomblang 44 L SMA Swasta 46. Paidi Wonotingal 52 L SMP Swasta 47. Masmunah Tegalsari Barat 68 P SD TB 48. Mujiani Tegalsari 60 P SD IRT 49. Holipah Tegalsari 54 P SMA IRT 50. Endang Tegalsari 43 P SMA Wiraswasta51. Saipul Tegalsari Barat 50 L SMA Swasta 52. Nasukah Tegalsari 56 P SD IRT 53. Sukiran Karanganyar

Gunung 67 L SD TB

54. Fitriatun Jomblang 36 P SMA IRT 55. Paidi Jomblang 52 L SMP Swasta 56. Sumiati Tegalsari 44 P SMP IRT 57. Yuli Tegalsari 48 P SMP IRT 58. Dyah Tegalsari 49 P SMA IRT 59. Toni Tegalsari Barat 38 L SMK Swasta 60. Salam Jomblang 55 L SMA Swasta 61. Warso Jomblang 60 L SMP TB 62. Munawaroh Jomblang 64 P SD TB 63. Sutris Tegalsari 60 L SMP Buruh 64. Roni Tegalsari 61 L SMP TB 65. Bagyo Tegalsari Barat 55 L SMA Swasta 66. Mamah Tegalsari 67 L SD TB

Keterangan:

JK : Jenis Kelamin

TB : Tidak Bekerja

IRT : Ibu Rumah Tangga

PNS : Pegawai Negeri Sipil

Page 122: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

107  

 

Lampiran 6

REKAPITULASI DATA HASIL PENELITIAN

Strata PHBS Tatanan Rumah Tangga

No. JENIS STRATA KATEGORI 1. Madya Kurang Baik 2. Madya Kurang Baik 3. Utama Baik 4. Madya Kurang Baik 5. Utama Baik 6. Madya Kurang Baik 7. Madya Kurang Baik 8. Madya Kurang Baik 9. Utama Baik

10. Madya Kurang Baik 11. Madya Kurang Baik 12. Madya Kurang Baik 13. Utama Baik 14. Madya Kurang Baik 15. Madya Kurang Baik 16. Madya Kurang Baik 17. Madya Kurang Baik 18. Madya Kurang Baik 19. Madya Kurang Baik 20. Madya Kurang Baik 21. Utama Baik 22. Utama Baik 23. Madya Kurang Baik 24. Madya Kurang Baik 25. Madya Kurang Baik 26. Madya Kurang Baik 27. Madya Kurang Baik 28. Madya Kurang Baik 29. Utama Baik 30. Utama Baik 31. Madya Kurang Baik 32. Madya Kurang Baik 33. Utama Baik 34. Madya Kurang Baik 35. Madya Kurang Baik 36. Madya Kurang Baik 37. Utama Baik 38. Madya Kurang Baik 39. Madya Kurang Baik

Page 123: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

108  

 

40. Utama Baik 41. Madya Kurang Baik 42. Utama Baik 43. Utama Baik 44. Utama Baik 45. Utama Baik 46. Madya Kurang Baik 47. Madya Kurang Baik 48. Utama Baik 49. Utama Baik 50. Utama Baik 51. Utama Baik 52. Utama Baik 53. Utama Baik 54. Utama Baik 55. Utama Baik 56. Madya Kurang Baik 57. Madya Kurang Baik 58. Utama Baik 59. Madya Kurang Baik 60. Madya Kurang Baik 61. Utama Baik 62. Utama Baik 63. Utama Baik 64. Utama Baik 65. Utama Baik 66. Utama Baik

Page 124: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

109  

 

REKAPITULASI DATA HASIL PENELITIAN

Kondisi Selokan

No. P1 P2 P3 P4 JUMLAH KATEGORI 1. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 3. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 4. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 5. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 6. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 7. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 8. 1 1 0 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 9. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 10. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 11. 1 1 1 0 3 Tidak Memenuhi Syarat 12. 1 1 1 0 3 Tidak Memenuhi Syarat 13. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 14. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 15. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 16. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 17. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 18. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 19. 1 0 1 1 3 Tidak Memenuhi Syarat 20. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 21. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 22. 1 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 23. 1 1 0 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 24. 1 0 0 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 25. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 26. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 27. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 28. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 29. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 30. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 31. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 32. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 33. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 34. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 35. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 36. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 37. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 38. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 39. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 40. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 41. 1 1 0 0 2 Tidak Memenuhi Syarat

Page 125: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

110  

 

42. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 43. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 44. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 45. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 46. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 47. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 48. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 49. 1 1 0 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 50. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 51. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 52. 1 1 0 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 53. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 54. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 55. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 56. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 57. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 58. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 59. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 60. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 61. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 62. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 63. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 64. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 65. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 66. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 

Page 126: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

111  

 

REKAPITULASI DATA HASIL PENELITIAN

Intensitas Cahaya

No. Intensitas Cahaya Ruang Dapur Kamar Mandi Kategori

1. 74 46 Tidak Memenuhi Syarat 2. 93 68 Memenuhi Syarat 3. 78 62 Memenuhi Syarat 4. 70 43 Tidak Memenuhi Syarat 5. 75 57 Tidak Memenuhi Syarat 6. 86 56 Tidak Memenuhi Syarat 7. 67 54 Tidak Memenuhi Syarat 8. 80 60 Memenuhi Syarat 9. 86 65 Memenuhi Syarat 10. 55 42 Tidak Memenuhi Syarat 11. 87 40 Tidak Memenuhi Syarat 12. 88 47 Tidak Memenuhi Syarat 13. 81 60 Memenuhi Syarat 14. 78 62 Memenuhi Syarat 15. 72 62 Memenuhi Syarat 16. 70 58 Tidak Memenuhi Syarat 17. 65 40 Memenuhi Syarat 18. 76 61 Memenuhi Syarat 19. 84 74 Memenuhi Syarat 20. 70 55 Tidak Memenuhi Syarat 21. 72 57 Tidak Memenuhi Syarat 22. 75 61 Memenuhi Syarat 23. 84 72 Memenuhi Syarat 24. 57 50 Tidak Memenuhi Syarat 25. 83 67 Memenuhi Syarat 26. 73 65 Memenuhi Syarat 27. 68 66 Memenuhi Syarat 28. 76 55 Tidak Memenuhi Syarat 29. 66 42 Tidak Memenuhi Syarat 30. 70 41 Tidak Memenuhi Syarat 31. 70 60 Memenuhi Syarat 32. 85 70 Memenuhi Syarat 33. 72 55 Tidak Memenuhi Syarat 34. 54 41 Tidak Memenuhi Syarat 35. 68 42 Tidak Memenuhi Syarat 36. 65 42 Tidak Memenuhi Syarat 37. 94 75 Memenuhi Syarat 38. 90 70 Memenuhi Syarat 39. 79 54 Tidak Memenuhi Syarat 40. 87 58 Tidak Memenuhi Syarat 

Page 127: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

112  

 

41. 88 70 Memenuhi Syarat 42. 84 75 Memenuhi Syarat 43. 76 56 Tidak Memenuhi Syarat 44. 75 55 Tidak Memenuhi Syarat 45. 70 45 Tidak Memenuhi Syarat 46. 65 40 Tidak Memenuhi Syarat 47. 85 67 Memenuhi Syarat 48. 98 76 Memenuhi Syarat 49. 85 57 Tidak Memenuhi Syarat 50. 56 40 Tidak Memenuhi Syarat 51. 105 76 Memenuhi Syarat 52. 76 48 Tidak Memenuhi Syarat 53. 80 67 Memenuhi Syarat 54. 96 79 Memenuhi Syarat 55. 72 45 Tidak Memenuhi Syarat 56. 75 41 Tidak Memenuhi Syarat 57. 60 41 Tidak Memenuhi Syarat 58. 98 74 Memenuhi Syarat 59. 65 44 Tidak Memenuhi Syarat 60. 87 66 Memenuhi Syarat 61. 80 65 Memenuhi Syarat 62. 58 38 Tidak Memenuhi Syarat 63. 70 43 Tidak Memenuhi Syarat 64. 58 40 Tidak Memenuhi Syarat 65. 76 54 Tidak Memenuhi Syarat 66. 95 70 Memenuhi Syarat

Page 128: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

113  

 

REKAPITULASI DATA HASIL PENELITIAN

Keberadaan Tikus

No. P1 P2 JUMLAH KATEGORI 1. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 3. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 4. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 5. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 6. 1 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 7. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 8. 1 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 9. 0 0 0 Memenuhi Syarat 10. 1 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 11. 1 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 12. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 13. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 14. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 15. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 16. 1 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 17. 1 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 18. 0 0 0 Memenuhi Syarat 19. 0 0 0 Memenuhi Syarat 20. 1 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 21. 0 0 0 Memenuhi Syarat 22. 1  0 1 Tidak Memenuhi Syarat 23. 1  0 1 Tidak Memenuhi Syarat 24. 0 0 0 Memenuhi Syarat 25. 1  0 1 Tidak Memenuhi Syarat 26. 1  0 1 Tidak Memenuhi Syarat 27. 1  0 1 Tidak Memenuhi Syarat 28. 0 0 0 Memenuhi Syarat 29. 1 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 30. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 31. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 32. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 33. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 34. 0 0 0 Memenuhi Syarat 35. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 36. 0 0 0 Memenuhi Syarat 37. 0 0 0 Memenuhi Syarat 38. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 39. 0 0 0 Memenuhi Syarat 40. 0 0 0 Memenuhi Syarat 41. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat

Page 129: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

114  

 

42. 0 0 0 Memenuhi Syarat 43. 0 0 0 Memenuhi Syarat 44. 0 0 0 Memenuhi Syarat 45. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 46. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 47. 0 0 0 Memenuhi Syarat 48. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 49. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 50. 0 0 0 Memenuhi Syarat 51. 0 0 0 Memenuhi Syarat 52. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 53. 0 0 0 Memenuhi Syarat 54. 0 0 0 Memenuhi Syarat 55. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 56. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 57. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 58. 0 0 0 Memenuhi Syarat 59. 0 0 0 Memenuhi Syarat 60. 0 0 0 Memenuhi Syarat 61. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 62. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 63. 0 0 0 Memenuhi Syarat 64. 0 0 0 Memenuhi Syarat 65. 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 66. 0 0 0 Memenuhi Syarat

Page 130: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

115  

 

REKAPITULASI DATA HASIL PENELITIAN

Keberadaan Hewan Peliharaan

No. P1 KATEGORI 1. Ada Kurang baik 2. Ada Kurang baik3. Ada Kurang baik4. Tidak Ada Baik5. Tidak Ada Baik6. Ada  Kurang baik7. Ada  Kurang baik8. Tidak Ada Baik 9. Ada Kurang baik10. Ada Kurang baik11. Ada Kurang baik12. Tidak Ada Baik13. Tidak Ada Baik14. Ada Kurang baik 15. Tidak Ada Baik 16. Ada Kurang baik17. Ada Kurang baik18. Ada Kurang baik19. Tidak Ada Baik20. Tidak Ada Baik21. Ada Kurang baik 22. Tidak Ada Baik23. Tidak Ada Baik24. Ada Kurang baik25. Ada Kurang baik26. Tidak Ada Baik27. Tidak Ada Baik28. Ada Kurang baik 29. Tidak Ada Baik30. Tidak Ada Baik31. Ada Kurang baik32. Ada Kurang baik33. Ada Kurang baik34. Tidak Ada Baik35. Tidak Ada Baik36. Ada Kurang baik 37. Tidak Ada Baik38. Tidak Ada Baik39. Tidak Ada Baik40. Ada Kurang baik 41. Tidak Ada Baik

Page 131: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

116  

 

42. Tidak Ada Baik 43. Ada Kurang baik 44. Tidak Ada Baik45. Tidak Ada Baik46. Ada Kurang baik47. Ada Kurang baik48. Ada Kurang baik49. Tidak Ada Baik50. Tidak Ada Baik51. Ada Kurang baik 52. Tidak Ada Baik53. Tidak Ada Baik54. Tidak Ada Baik55. Ada Kurang baik56. Ada Kurang baik57. Ada Kurang baik58. Tidak Ada Baik59. Tidak Ada Baik60. Tidak Ada Baik61. Tidak Ada Baik62. Tidak Ada Baik63. Tidak Ada Baik64. Ada Kurang baik 65. Tidak Ada Baik 66. Ada Kurang baik

Page 132: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

117  

 

REKAPITULASI DATA HASIL PENELITIAN

Keberadaan Air Menggenang

No. P1 KATEGORI 1. Ada Kurang baik 2. Tidak Ada Baik 3. Tidak Ada Baik 4. Ada Kurang baik5. Ada Kurang baik6. Ada Kurang baik7. Ada Kurang baik8. Tidak Ada Baik 9. Ada Kurang baik10. Ada Kurang baik11. Ada Kurang baik12. Ada Kurang baik13. Ada Kurang baik14. Tidak Ada Baik 15. Ada Kurang baik16. Ada Kurang baik17. Ada Kurang baik18. Tidak Ada Baik 19. Tidak Ada Baik 20. Ada Kurang baik21. Ada Kurang baik22. Ada Kurang baik23. Ada Kurang baik24. Ada Kurang baik25. Ada Kurang baik26. Tidak Ada Baik 27. Tidak Ada Baik 28. Ada Kurang baik29. Ada Kurang baik30. Ada Kurang baik31. Ada Kurang baik32. Tidak Ada Baik 33. Tidak Ada Baik 34. Tidak Ada Baik35. Tidak Ada Baik36. Tidak Ada Baik37. Ada Kurang baik38. Ada Kurang baik39. Tidak Ada Baik40. Tidak Ada Baik41. Tidak Ada Baik

Page 133: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

118  

 

42. Tidak Ada Baik43. Tidak Ada Baik44. Tidak Ada Baik45. Ada Kurang baik 46. Tidak Ada Baik47. Tidak Ada Baik48. Tidak Ada Baik49. Ada Kurang baik50. Ada Kurang baik51. Tidak Ada Baik52. Tidak Ada Baik53. Tidak Ada Baik54. Tidak Ada Baik55. Ada Kurang baik56. Ada Kurang baik57. Tidak Ada Baik58. Tidak Ada Baik59. Tidak Ada Baik60. Tidak Ada Baik61. Tidak Ada Baik62. Tidak Ada Baik63. Ada Kurang baik64. Ada Kurang baik65. Tidak Ada Baik66. Tidak Ada Baik

Page 134: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

119  

 

REKAPITULASI DATA HASIL PENELITIAN

Tempat Pembuangan Limbah

No. P1 P2 P3 JUMLAH KATEGORI 1. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 2. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 3. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 4. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 5. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 6. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 7. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 8. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 9. 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 10. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 11. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 12. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 13. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 14. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 15. 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 16. 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 17. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 18. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 19. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 20. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 21. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 22. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 23. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 24. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 25. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 26. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 27. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 28. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 29. 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 30. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 31. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 32. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 33. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 34. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 35. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 36. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 37. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 38. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 39. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 40. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 41. 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat

Page 135: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

120  

 

42. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 43. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 44. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 45. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 46. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 47. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 48. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 49. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 50. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 51. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 52. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 53. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 54. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 55. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 56. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 57. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 58. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 59. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 60. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 61. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 62. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 63. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 64. 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 65. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 66. 1 1 1 3 Memenuhi Syarat

Page 136: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

121  

 

REKAPITULASI DATA HASIL PENELITIAN

Sarana Pembuangan Sampah

No. P1 P2 P3 P4 JUMLAH KATEGORI 1. 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 3. 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat4. 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat5. 1 1 1 0 3 Tidak Memenuhi Syarat6. 1 1 1 0 3 Tidak Memenuhi Syarat7. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat8. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat9. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat10. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 11. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 12. 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat13. 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat14. 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat15. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat16. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat17. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 18. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat19. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat20. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat21. 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat22. 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat23. 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat24. 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat25. 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat26. 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat27. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 28. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 29. 1 1 1 0 3 Tidak Memenuhi Syarat30. 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat31. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat32. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat33. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat34. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat35. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 36. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 37. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 38. 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 39. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 40. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 41. 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat

Page 137: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

122  

 

42. 1 1 0 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 43. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 44. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 45. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 46. 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat47. 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat48. 1 1 1 0 3 Tidak Memenuhi Syarat49. 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat50. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 51. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 52. 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 53. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 54. 1 1 1 0 3 Tidak Memenuhi Syarat55. 1 1 0 0 2 Tidak Memenuhi Syarat56. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 57. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 58. 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 59. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 60. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 61. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 62. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 63. 1 1 1 0 3 Tidak Memenuhi Syarat64. 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat65. 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat66. 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat

Page 138: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

123  

 

Lampiran 7

REKAPITULASI DATA HASIL PENELITIAN

No. Resp

Variabel Penelitian V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 V8

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1. 0 0 0 0 0 0 1 0 2. 0 1 1 0 0 1 0 1 3. 1 1 1 0 0 1 0 0 4. 0 0 0 0 1 0 0 0 5. 1 1 0 0 1 0 1 0 6. 0 0 0 0 0 0 0 0 7. 0 0 0 0 0 0 0 0 8. 0 0 1 0 1 1 1 0 9. 1 0 1 1 0 0 0 0 10. 0 1 0 0 0 0 0 1 11. 0 0 0 0 0 0 1 1 12. 0 0 0 0 1 0 1 0 13. 1 0 1 0 1 0 0 0 14. 0 1 1 0 0 1 0 0 15. 0 1 1 0 1 0 0 0 16. 0 0 0 0 0 0 0 0 17. 0 0 1 0 0 0 1 1 18. 0 1 1 1 0 1 0 0 19. 0 0 1 1 1 1 0 0 20. 0 0 0 0 1 0 0 0 21. 1 1 0 1 0 0 1 0 22. 1 0 1 0 1 0 0 0 23. 0 0 1 0 1 0 0 0 24. 0 0 0 1 0 0 0 0 25. 0 0 1 0 0 0 0 0 26. 0 0 1 0 1 1 0 0 27. 0 0 1 0 1 1 1 1 28. 0 1 0 1 0 0 1 1 29. 1 1 0 0 1 0 0 0 30. 1 0 0 0 1 0 1 0 31. 0 0 1 0 0 0 0 0 32. 0 0 1 0 0 1 0 0 33. 1 0 0 0 0 1 0 0 34. 0 1 0 1 1 1 0 0 35. 0 1 0 0 1 1 1 1 36. 0 0 0 1 0 1 0 1 37. 1 1 1 1 1 0 0 1

Page 139: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

124  

 

38. 0 1 1 0 1 0 1 0 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 39. 0 1 0 1 1 1 1 1 40. 1 1 0 1 0 1 0 1 41. 0 0 1 0 1 1 0 0 42. 1 1 1 1 1 1 1 0 43. 1 1 0 1 0 1 1 1 44. 1 1 0 1 1 1 1 1 45. 1 1 0 0 1 0 1 1 46. 0 1 0 0 0 1 1 0 47. 0 0 1 1 0 1 1 0 48. 1 1 1 0 0 1 1 0 49. 1 0 0 0 1 0 0 0 50. 1 1 0 1 1 0 1 1 51. 1 1 1 1 0 1 1 1 52. 1 0 0 0 1 1 0 0 53. 1 1 1 1 1 1 1 1 54. 1 1 1 1 1 1 1 0 55. 1 0 0 0 0 0 1 0 56. 0 1 0 0 0 0 0 1 57. 0 0 0 0 0 1 1 1 58. 1 0 1 1 1 1 0 0 59. 0 1 0 1 1 1 1 1 60. 0 1 1 1 1 1 1 1 61. 1 0 1 0 1 1 0 1 62. 1 1 0 0 1 1 1 1 63. 1 1 0 1 1 0 1 0 64. 1 1 0 1 0 0 0 0 65. 1 1 0 0 1 1 1 0 66. 1 0 1 1 0 1 1 1

Keterangan:

1. V = Variabel

2. Skor 0 = Tidak Memenuhi Syarat dan skor 1 = Memenuhi Syarat

{Untuk variabel Kondisi selokan (V1), Intensitas cahaya (V2), Keberadaan tikus (V3), Tempat Pembuangan Limbah (V6), Sarana Pembuangan Sampah (V7)}

3. Skor 0 = Kurang Baik dan skor 1 = Baik

{Untuk variabel Keberadaan hewan peliharaan (V4), Keberadaan air menggenang (V5), Strata PHBS (V8)}

Page 140: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

125  

 

Lampiran 8

Output SPSS Analisis Bivariat dengan Uji Chi-Square

Strata PHBS * Kejadian Lepto Crosstabulation

Kejadian Lepto

Total kasus Kontrol

Strata PHBS Kurang Baik Count 24 12 36

Expected Count 18.0 18.0 36.0

% within Kejadian Lepto 72.7% 36.4% 54.5%

Baik Count 9 21 30

Expected Count 15.0 15.0 30.0

% within Kejadian Lepto 27.3% 63.6% 45.5%Total Count 33 33 66

Expected Count 33.0 33.0 66.0% within Kejadian Lepto 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 8.800a 1 .003 Continuity Correctionb 7.394 1 .007 Likelihood Ratio 9.015 1 .003 Fisher's Exact Test .006 .003

Linear-by-Linear Association 8.667 1 .003

N of Valid Casesb 66 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,00. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Strata PHBS (Kurang Baik / Baik) 4.667 1.643 13.256

For cohort Kejadian Lepto = kasus 2.222 1.228 4.023

For cohort Kejadian Lepto = kontrol .476 .284 .799

N of Valid Cases 66

Page 141: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

126  

 

Kondisi Selokan * Kejadian Lepto Crosstabulation

Kejadian Lepto

Total kasus kontrol

Kondisi Selokan Tidak memenuhi syarat

Count 23 10 33

Expected Count 16.5 16.5 33.0

% within Kejadian Lepto 69.7% 30.3% 50.0%

Memenuhi Syarat Count 10 23 33

Expected Count 16.5 16.5 33.0

% within Kejadian Lepto 30.3% 69.7% 50.0%

Total Count 33 33 66

Expected Count 33.0 33.0 66.0% within Kejadian Lepto 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 10.242a 1 .001 Continuity Correctionb 8.727 1 .003 Likelihood Ratio 10.525 1 .001 Fisher's Exact Test .003 .001

Linear-by-Linear Association 10.087 1 .001

N of Valid Casesb 66 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Kondisi Selokan (Tidak memenuhi syarat / Memenuhi Syarat)

5.290 1.851 15.116

For cohort Kejadian Lepto = kasus 2.300 1.308 4.044

For cohort Kejadian Lepto = kontrol .435 .247 .764

N of Valid Cases 66

Page 142: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

127  

 

Intensitas Cahaya * Kejadian Lepto Crosstabulation

Kejadian Lepto

Total kasus kontrol

Intensitas Cahaya Tidak Memenuhi syarat

Count 16 20 36

Expected Count 18.0 18.0 36.0

% within Kejadian Lepto 48.5% 60.6% 54.5%

Memenuhi syrat Count 17 13 30

Expected Count 15.0 15.0 30.0

% within Kejadian Lepto 51.5% 39.4% 45.5%

Total Count 33 33 66

Expected Count 33.0 33.0 66.0% within Kejadian Lepto 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .978a 1 .323 Continuity Correctionb .550 1 .458 Likelihood Ratio .980 1 .322 Fisher's Exact Test .459 .229

Linear-by-Linear Association .963 1 .326

N of Valid Casesb 66 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Intensitas Cahaya (Tidak Memenuhi syarat / Memenuhi syrat)

.612 .230 1.624

For cohort Kejadian Lepto = kasus .784 .485 1.269

For cohort Kejadian Lepto = kontrol 1.282 .775 2.120

N of Valid Cases 66

Page 143: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

128  

 

Keberadaan Tikus * Kejadian Lepto Crosstabulation

Kejadian Lepto

Total kasus kontrol

Keberadaan Tikus Tidak Memenuhi Syarat

Count 27 14 41

Expected Count 20.5 20.5 41.0

% within Kejadian Lepto 81.8% 42.4% 62.1%

Memenuhi Syarat Count 6 19 25

Expected Count 12.5 12.5 25.0

% within Kejadian Lepto 18.2% 57.6% 37.9%

Total Count 33 33 66Expected Count 33.0 33.0 66.0% within Kejadian Lepto 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 10.882a 1 .001 Continuity Correctionb 9.272 1 .002 Likelihood Ratio 11.297 1 .001 Fisher's Exact Test .002 .001

Linear-by-Linear Association 10.717 1 .001

N of Valid Casesb 66 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Keberadaan Tikus (Tidak Memenuhi Syarat / Memenuhi Syarat)

6.107 1.988 18.757

For cohort Kejadian Lepto = kasus 2.744 1.320 5.703

For cohort Kejadian Lepto = kontrol .449 .278 .725

N of Valid Cases 66

Page 144: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

129  

 

Keberadaan Hewan Peliharaan * Kejadian Lepto Crosstabulation

Kejadian Lepto

Total kasus kontrol

Keberadaan Hewan Peliharaan

Kurang Baik Count 19 12 31

Expected Count 15.5 15.5 31.0

% within Kejadian Lepto 57.6% 36.4% 47.0%

Baik Count 14 21 35

Expected Count 17.5 17.5 35.0

% within Kejadian Lepto 42.4% 63.6% 53.0%Total Count 33 33 66

Expected Count 33.0 33.0 66.0% within Kejadian Lepto 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2.981a 1 .084 Continuity Correctionb 2.190 1 .139 Likelihood Ratio 3.004 1 .083 Fisher's Exact Test .138 .069

Linear-by-Linear Association 2.935 1 .087

N of Valid Casesb 66 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Keberadaan Hewan Peliharaan (Kurang Baik / Baik)

2.375 .883 6.390

For cohort Kejadian Lepto = kasus 1.532 .936 2.508

For cohort Kejadian Lepto = kontrol .645 .384 1.084

N of Valid Cases 66

Page 145: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

130  

 

Keberadaan Air Menggenang * Kejadian Lepto Crosstabulation

Kejadian Lepto

Total kasus kontrol

Keberadaan Air Menggenang

Kurang Baik Count 23 9 32

Expected Count 16.0 16.0 32.0

% within Kejadian Lepto 69.7% 27.3% 48.5%

Baik Count 10 24 34

Expected Count 17.0 17.0 34.0

% within Kejadian Lepto 30.3% 72.7% 51.5%Total Count 33 33 66

Expected Count 33.0 33.0 66.0% within Kejadian Lepto 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 11.890a 1 .001

Continuity Correctionb 10.252 1 .001

Likelihood Ratio 12.277 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear

Association 11.710 1 .001

N of Valid Casesb 66

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Keberadaan Air Menggenang (Kurang Baik / Baik)

6.133 2.111 17.824

For cohort Kejadian Lepto = kasus 2.444 1.390 4.296

For cohort Kejadian Lepto = kontrol .398 .220 .722

N of Valid Cases 66

Page 146: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

131  

 

Sarana Pembuangan Limbah * Kejadian Lepto Crosstabulation

Kejadian Lepto

Total kasus kontrol

Sarana Pembuangan Limbah

Tidak Memenuhi Syarat

Count 23 11 34

Expected Count 17.0 17.0 34.0

% within Kejadian Lepto 69.7% 33.3% 51.5%

Memenuhi Syarat Count 10 22 32

Expected Count 16.0 16.0 32.0

% within Kejadian Lepto 30.3% 66.7% 48.5%Total Count 33 33 66

Expected Count 33.0 33.0 66.0% within Kejadian Lepto 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 8.735a 1 .003 Continuity Correctionb 7.340 1 .007 Likelihood Ratio 8.940 1 .003 Fisher's Exact Test .006 .003

Linear-by-Linear Association 8.603 1 .003

N of Valid Casesb 66 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Sarana Pembuangan Limbah (Tidak Memenuhi Syarat / Memenuhi Syarat)

4.600 1.631 12.973

For cohort Kejadian Lepto = kasus 2.165 1.232 3.805

For cohort Kejadian Lepto = kontrol .471 .274 .807

N of Valid Cases 66

Page 147: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

132  

 

Sarana Pembuangan Sampah * Kejadian Lepto Crosstabulation

Kejadian Lepto

Total kasus kontrol

Sarana Pembuangan Sampah

Tidak Memenuhi Syarat

Count 27 15 42

Expected Count 21.0 21.0 42.0

% within Kejadian Lepto 81.8% 45.5% 63.6%

Memenuhi Syarat Count 6 18 24

Expected Count 12.0 12.0 24.0

% within Kejadian Lepto 18.2% 54.5% 36.4%Total Count 33 33 66

Expected Count 33.0 33.0 66.0% within Kejadian Lepto 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 9.429a 1 .002 Continuity Correctionb 7.923 1 .005 Likelihood Ratio 9.756 1 .002 Fisher's Exact Test .004 .002

Linear-by-Linear Association 9.286 1 .002

N of Valid Casesb 66 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Sarana Pembuangan Sampah (Tidak Memenuhi Syarat / Memenuhi Syarat)

5.400 1.764 16.533

For cohort Kejadian Lepto = kasus 2.571 1.241 5.329

For cohort Kejadian Lepto = kontrol .476 .299 .760

N of Valid Cases 66

Page 148: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

133  

 

Lampiran 9

Page 149: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

134  

 

Lampiran 10

Page 150: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

135  

 

Lampiran 11

Page 151: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

136  

 

Lampiran 12

Page 152: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

137  

 

Page 153: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

138  

 

Lampiran 13

Page 154: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

139  

 

Lampiran 14

Page 155: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

140  

 

Lampiran 15

Dokumentasi

Penandatanganan Log Book dan Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Penelitian

Wawancara dengan Responden Kasus

Page 156: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

141  

 

Wawancara dengan Responden Kontrol

Pengukuran Cahaya di Ruang Dapur dengan Luxmeter

Page 157: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

142  

 

Pengukuran Cahaya di Kamar Mandi dengan Luxmeter

Kondisi Selokan yang Sering Meluap Saat Musim Hujan

Page 158: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

143  

 

Keberadaan Genangan Air di Sekitar Rumah

Page 159: HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH …lib.unnes.ac.id/18804/1/6450408117.pdf · Sampel berjumlah 66 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi,

144  

 

Sarana Pembuangan Sampah yang Tidak Tertutup