HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA...

113
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN PT. PARA FINANCE SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi Oleh: NUR MALASARI NIM: 106070002279 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M i

Transcript of HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA...

Page 1: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN

KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

PT. PARA FINANCE

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

NUR MALASARI

NIM: 106070002279

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2010 M

i

Page 2: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN PT. PARA FINANCE telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 6 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Jahja Umar, P.hD Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si.

NIP. 130885522 NIP. 195612231983032001

Anggota:

Penguji I Penguji II

Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi. Ikhwan Luthfi, M.Psi.

NIP. 197307102005011006

Pembimbing I Pembimbing II

Ikhwan Luthfi, M.Psi. Miftahuddin, M.Si.

NIP. 197307102005011006 NIP. 197303172006041001

iii

Page 3: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN

KINERJA DAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

PT. PARA FINANCE

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

NUR MALASARI

NIM: 106070002279

Dibawah bimbingan,

Pembimbing I Pembimbing II

Ikhwan Luthfi, M.Psi. Miftahuddin, M.Si.

NIP. 197307102005011006 NIP. 197303172006041001

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M

ii

Page 4: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

vi

ABSTRAKSI

(A) Fakultas Psikologi (B) September 2010

(C) Nur Malasari (D) Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penilaian Kinerja Dan Semangat

Kerja Karyawan PT. Para Finance (E) viii + 82 halaman

(F) Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap karyawan PT. Para

Finance terdapat beberapa indikasi yang menunjukkan semangat kerja yang tinggi. Indikasi tersebut antara lain karyawan datang tepat waktu dan rela bekerja lembur demi terselesaikannya pekerjaan tepat waktu. PT. Para Finance memiliki sistem penilaian kinerja bagi karyawannya, yang dikenal dengan sebutan personal appraisal sebagai salah satu kegiatan untuk menilai unjuk kerja sumber daya manusia yang dimilikinya. Melalui PK ini, perusahaan berharap dapat mengevaluasi kinerja seseorang dan mengukur sejauh mana efektifitas kinerja tersebut tercermin dalam semangat kerja orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara persepsi terhadap penilaian kinerja dengan semangat kerja pada karyawan PT. Para Finance. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasi. Penelitian ini dilakukan di PT. Para Finance dengan jumlah sampel sebanyak 80 orang karyawan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik random sampling. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah skala persepsi terhadap penilaian kinerja dan skala semangat kerja model likert. Teknik pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0. Uji validitas menunjukkan jumlah item yang valid untuk skala semangat kerja sebanyak 20 item dan skala persepsi terhadap penilaian kinerja terdapat 22 item. Uji reliabilitas skala semangat kerja dengan Alpha Croanbach yaitu 0,838. Dan uji reliabilitas skala persepsi terhadap penilaian kinerja dengan Alpha Croanbach yaitu 0,870. Berdasarkan hasil uji hipotesis didapatkan skor korelasi sebesar 0,572, taraf signifikansi pada level 0,01 (2-tailed) dengan menggunakan perhitungan Product Moment Pearson yaitu 0,000. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara

Page 5: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

vi

persepsi terhadap penilaian kinerja dengan semangat kerja yang berarti bahwa meningkatnya skor persepsi terhadap penilaian kinerja akan diikuti dengan peningkatan skor semangat kerja, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian hipotesis nihil (H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi terhadap penilaian kinerja dengan semangat kerja ditolak. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan penelitian ini diharapkan dapat meneliti semangat kerja karyawan dengan variabel lain yang memiliki sumbangan yang lebih besar kepada semangat kerja, karena aspek-aspek yang terdapat pada persepsi terhadap penilaian kinerja hanya memberikan sumbangan perubahan sebesar 32,7% terhadap variabel semangat kerja karyawan. Dengan demikian terdapat variabel 67,3% variabel lain selain persepsi terhadap penilaian kinerja yang dapat memberikan sumbangan perubahan terhadap semangat kerja. Faktor-faktor yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi, dan lingkungan kerja. Sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang lebih baik dari penelitian sebelumnya.

(G) Bahan bacaan: 33 (1955-2009)

Page 6: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

MOTTO

Bahagia atau tidak bahagianya manusia

ditentukan oleh cara dia memandang kehidupan,

dan bukan oleh keadaan.

(Hazrat Inayat Khan)

Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu

terdapat kemudahan,

dan sesungguhnya sesudah kesulitan itu

terdapat kemudahan.

(Q.S An Nasyr: 5-6)

Kemenangan (keberhasilan)

hanya dapat dicapai dengan kesabaran.

(HR. Attirmidzi)

iv

Page 7: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya pada penulis. Shalawat dan salam penulis

sampaikan kepada junjungan Baginda Nabi Besar Muhammad SAW.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini tak mungkin bisa

terselesaikan tanpa bantuan pihak-pihak terkait, karenanya penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Psikologi, Bapak Jahja Umar, P.hD dan pembimbing

akademik, Ibu Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si. yang telah membimbing

penulis selama kuliah.

2. Bapak Ikhwan Luthfi, M.Psi. selaku pembimbing I, Bapak Miftahuddin,

M.Si. selaku pembimbing II, dan Bapak Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi.

selaku penguji I yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan

pikirannya untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan

kepada penulis.

3. Seluruh jajaran dosen Fakultas Psikologi beserta staf administrasi yang

telah mengajar dan membantu penulis.

4. Kedua orang tuaku, yang selalu mencurahkan kasih sayang dan

perhatiannya. Serta telah mendidik penulis dengan sangat sabar sehingga

penulis merasakan kehidupan yang penuh arti. Ya Allah ampunilah dosaku

dan dosa kedua orang tuaku dan sayangilah keduanya sebagaimana mereka

menyayangiku sewaktu aku masih kecil.

5. Ka Fadli selaku staf HRD Para Finance yang dengan ikhlas dan sabar

membantu penulis dalam memperoleh data penelitian.

6. Sahabat-sahabat seperjuanganku angkatan 2006, semoga kesuksesan selalu

menyertai kita bersama.

7. Semua orang yang telah membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu

persatu, namun tidak sedikitpun mengurangi rasa hormat kepada mereka.

Terima kasih semua.

vii

Page 8: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

vii

Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kata sempurna. Besar harapan penulis,

semoga skripsi ini bisa berguna bagi perkembangan wawasan dan cakrawala

intelektual pembaca.

Akhirnya, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang kita lakukan dan

terus mencurahkan rahmat dan pintu ilmu-Nya kepada kita semua. Amiin.

Jakarta, September 2010

Penulis

Page 9: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................... i Halaman Persetujuan........................................................................................... ii Halaman Pengesahan .......................................................................................... iii Halaman Motto ................................................................................................... iv Abstrak ................................................................................................................ v Kata Pengantar .................................................................................................... vii Daftar Isi ............................................................................................................. ix Daftar Tabel ........................................................................................................ xii Daftar Gambar..................................................................................................... xiii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 ...........................................................................................................Lat

ar Belakang Masalah ................................................................................... 1 1.2 ...........................................................................................................Ide

ntifikasi Masalah.......................................................................................... 9 1.3 ...........................................................................................................Pe

mbatasan dan Perumusan Masalah .............................................................. 9 1.3.1 Pembatasan Masalah ......................................................................... 9 1.3.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 10

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................... 10 1.4.1 Tujuan Penelitian .............................................................................. 10 1.4.2 Manfaat Penelitian ............................................................................ 10

1.4.2.1 Manfaat Teoritis .................................................................. 10 1.4.2.2 Manfaat Praktis.................................................................... 11

1.5 Sistematika Penulisan .................................................................................. 11

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Semangat Kerja............................................................................................ 13 2.1.1 Pengertian Semangat Kerja ............................................................... 13 2.1.2 Faktor-Faktor Untuk Mengukur Semangat Kerja ............................. 16 2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja....................... 18 2.1.4 Indikasi-Indikasi Penyebab Tinggi Rendahnya Semangat Kerja...... 19 2.1.5 Cara Untuk Meningkatkan Semangat Kerja Karyawan .................... 23 2.2 Persepsi........................................................................................................ 27 2.2.1 Pengertian Persepsi ........................................................................... 27 2.2.2 Proses Persepsi dan Faktor yang Mempengaruhinya........................ 29 2.3 Penilaian Kinerja (Performance Appraisal) ................................................ 33 2.3.1 Definisi Penilaian Kinerja ................................................................. 34 2.3.2 Tujuan dan Manfaat dari Penilaian Kinerja ...................................... 35

xi

Page 10: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

2.3.3 Pentingnya Penilaian Kinerja yang Objektif dan Rasional ............... 37 2.3.4 Hambatan Dalam Penilaian Kinerja.................................................. 39 2.3.5 Metode Penilaian Kinerja.................................................................. 43 2.3.4 Waktu Pelaksanaan Penilaian Kinerja .............................................. 47 2.3.5 Penilai Pada Penilaian Kinerja .......................................................... 47 2.3.6 Tahapan Dalam Penilaian Kinerja .................................................... 49 2.4 Persepsi Terhadap Penilaian Kinerja........................................................... 50 2.5 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 50 2.6 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 52 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................................. 53 3.2 Populasi dan Sampel.................................................................................... 53 3.2.1 Populasi ............................................................................................. 53 3.2.2 Sampel & Teknik Pengambilan Sampel ........................................... 54 3.3 Variabel penelitian....................................................................................... 56 3.3.1 Identifikasi Variabel.......................................................................... 56 3.3.2 Definisi Konseptual Variabel............................................................ 57 3.3.3 Definisi Operasional Variabel........................................................... 57 3.4 Pengumpulan Data....................................................................................... 58 3.4.1 Teknik & Instrumen Pengumpulan Data........................................... 58 3.5 Uji Instrumen............................................................................................... 65 3.5.1 Uji Validitas ...................................................................................... 65 3.5.2 Uji Reliabilitas .................................................................................. 65 3.6 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 66 3.7 Teknik Analisis Data ................................................................................... 68 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian..................................................... 69

4.1.1 Responden Berdasarkan Usia............................................................ 69 4.1.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................ 70 4.1.3 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .................................. 70 4.1.4 Responden Berdasarkan Status Pernikahan ...................................... 71 4.1.5 Responden Berdasarkan Masa Kerja ................................................ 72 4.1.6 Responden Berdasarkan Status Kepegawaian .................................. 72

4.2 Deskripsi Data ............................................................................................. 73 4.2.1 Gambaran Skor Persepsi Terhadap Penilaian Kinerja ...................... 73 4.2.2 Gambaran Skor Semangat Kerja....................................................... 74 4.3 Hasil Uji Hipotesis....................................................................................... 76 4.4 Analisis Regresi Variabel X terhadap variabel Y........................................ 77

xi

Page 11: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

xi

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Diskusi ......................................................................................................... 79 5.2 Kesimpulan.................................................................................................. 80 5.3 Saran ............................................................................................................ 81 5.3.1 Saran Teoritis .................................................................................... 81 5.3.2 Saran Praktis ..................................................................................... 82 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Page 12: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kelebihan dan kelemahan dari metode penilaian kinerja ....................................46

Tabel 3.1 Sebaran item semangat kerja yang digunakan untuk tryout ................................62

Tabel 3.2 Penilaian pada skala semangat kerja....................................................................63

Tabel 3.3 Blue print skala persepsi terhadap penilaian kinerja (tryout) ..............................64

Tabel 3.4 Penilaian pada skala persepsi terhadap penilaian kinerja ....................................65

Tabel 3.5 Tingkat reliabilitas alpha croanbach ...................................................................67

Tabel 4.1 Responden berdasarkan usia ................................................................................70

Tabel 4.2 Responden berdasarkan jenis kelamin .................................................................71

Tabel 4.3 Responden berdasarkan pendidikan terakhir .......................................................72

Tabel 4.4 Responden berdasarkan status pernikahan...........................................................72

Tabel 4.5 Responden berdasarkan masa kerja .....................................................................73

Tabel 4.6 Responden berdasarkan status kepegawaian .......................................................74

Tabel 4.7 Kategori skor skala persepsi terhadap penilaian kinerja......................................75

Tabel 4.8 Hasil interpretasi skor persepsi terhadap penilaian kinerja..................................75

Tabel 4.9 Kategori skor semangat kerja...............................................................................76

Tabel 4.10 Hasil interpretasi skor semangat kerja .................................................................76

Tabel 4.11 Perolehan hasil statistik product moment pearson ..............................................77

xiii

Page 13: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses terjadinya persepsi ..............................................................................30

Page 14: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang paling

menentukan sukses tidaknya suatu organisasi. Berbeda dengan sumber daya

organisasi lainnya, sumber daya manusia merupakan faktor produksi yang

mempunyai pengaruh yang dominan terhadap faktor produksi yang lain seperti

mesin, modal, material, dan metode. Oleh karena itu, organisasi dituntut untuk

mengelola sumber daya manusia yang dimiliki dengan baik demi kelangsungan

hidup dan kemajuan organisasi. Dengan demikian keberhasilan dalam proses

operasional organisasi sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang

dalam hal ini adalah karyawan. Kontribusi karyawan bagi organisasi sangat

dominan, karena karyawan adalah penghasil kerja bagi organisasi. Hal ini berarti

setiap pekerjaan dalam organisasi selalu dilaksanakan oleh karyawan.

Setiap organisasi akan membutuhkan karyawan yang handal dan kompeten.

Karyawan tersebut diharapkan akan bertanggung jawab dalam melaksanakan

tugas yang diberikan dan berusaha semaksimal mungkin untuk selalu memberikan

hasil terbaik. Dengan kata lain, setiap organisasi membutuhkan karyawan yang

mampu menunjukkan performa kerja yang optimal. Oleh karenanya, penting bagi

organisasi untuk mengupayakan agar karyawan yang terlibat di dalamnya

terdorong untuk selalu memaksimalkan performa kerjanya yang tercermin dengan

Page 15: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

2

semangat kerja yang tinggi. Dalam hal ini, karyawan dalam organisasi tersebut

akan berperilaku dalam suatu cara tertentu, serta menampilkan performa kerjanya,

berdasarkan pada apa yang mereka lihat atau bukan pada situasi yang sebenarnya.

Keyakinan mereka ini merupakan suatu persepsi terhadap situasi pada lingkungan

organisasi tempat mereka bekerja dimana mereka memiliki harapan-harapan akan

gambaran ideal mengenai apa yang semestinya berjalan di dalam kegiatan

organisasi dan bukan pada apa yang sudah berlaku di dalam organisasi tersebut.

Robbins (2005), menjelaskan persepsi sebagai suatu proses dimana individu

mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera agar memberikan makna

bagi lingkungan mereka. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, karyawan

mempersepsi apa yang mereka lihat atau harapkan untuk dapat mereka peroleh.

Bila dihubungkan dengan lingkungan kerja, setiap individu mempunyai harapan

tentang pemberian imbalan yang memuaskan tujuan pribadinya atas hasil

usahanya terhadap pencapaian prestasi tertentu. Lebih lanjut, hal ini dijelaskan

oleh teori harapan dari Vroom (1964) yang dituangkan sebagai hubungan usaha

kinerja, kinerja imbalan, dan imbalan tujuan pribadi, yang merupakan aspek-aspek

(expectancy, instrumentality, dan valence) penunjang semangat kerja.

Berdasarkan model dari teori harapan tampak bahwa jika sasaran yang diharapkan

oleh karyawan tidak tercapai, upaya tidak mengarah ke penilaian yang

memuaskan mengenai kinerja mereka, tidak ada imbalan dari organisasi bila

sasaran tercapai, maka dapat diharapkan kinerja karyawan berada jauh dibawah

prestasi atau dengan kata lain akan mengakibatkan derajat semangat kerja yang

Page 16: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

3

rendah pula dalam diri karyawan. Lawler (seperti dikutip dalam Furnham, 2006)

menjelaskan bahwa aspek expectancy, instrumentality, dan valence mengarah

kepada kepuasan kerja tergantung pada persepsi karyawan mengenai terpenuhinya

imbalan yang diharapkannya. Wahjosumidjo (1992), menjelaskan bahwa sikap

perilaku seseorang, selalu berorientasi pada tujuan, ialah terpenuhinya kebutuhan

yang diinginkan. Perilaku yang ditampilkan seseorang dalam kehidupan

organisasi, timbul karena mengharapkan adanya kepuasan yang dapat dinikmati.

Lebih lanjut Nitisemito (1996) menjelaskan bahwa dengan adanya kepuasan yang

diterima karyawan baik kebutuhan materi maupun non-materi, maka semangat

kerja akan timbul dalam diri karyawan.

Untuk lebih jelasnya, perlu diketahui definisi dari semangat kerja itu sendiri.

Anoraga & Suyati (1995) mengemukakan semangat kerja sebagai sikap individu

maupun kelompok terhadap lingkungan kerja yang tercermin dengan adanya

minat, gairah, dan bekerja secara lebih giat terhadap pekerjaan yang dilakukan.

Lebih lanjut Guba (seperti dikutip dalam Panggabean, 2004), menyatakan

semangat kerja sebagai kondisi di mana ada tujuan yang jelas dan tetap yang

dirasakan menjadi penting dengan tujuan individu serta adanya rasa pemahaman

dengan perhatian terhadap unsur-unsur dari pekerjaan seseorang.

Seorang karyawan akan mulai bekerja dengan derajat semangat kerja tertentu,

dalam hal ini tergantung pada apa yang ia alami selama bekerja, yaitu bagaimana

ia mempersepsikan imbalan yang diberikan kepadanya atas unjuk kerjanya.

Page 17: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

4

Nitisemito (1996) mengemukakan bahwa pada prinsipnya turunnya semangat

kerja disebabkan karena ketidakpuasan yang dirasakan karyawan. Dengan

ketidakpuasan yang dirasakan tersebut maka akan menimbulkan

kekurangbahagiaan bagi karyawan yang dapat menimbulkan semangat kerja

menurun. Dengan kata lain, semangat kerja seseorang akan mengalami

peningkatan atau penurunan tergantung pada pengalamannya selama bekerja dan

bagaimana ia mempersepsikan imbalan yang diperoleh atas kinerjanya.

Untuk melihat sejauh mana kinerja individu dalam organisasi maka organisasi

perlu melakukan evaluasi pada kinerja yang disebut performance appraisal atau

yang lebih sering disebut dengan istilah Penilaian Kinerja (selanjutnya disebut

dengan PK). Schultz & Schultz (2006) mendefinisikan Penilaian Kinerja sebagai

bentuk evaluasi performa kerja karyawan yang dilakukan secara periodikal. Hal

yang senada juga diungkapkan oleh Cummings & Worley (2001) yang

menyatakan bahwa PK merupakan sistem umpan balik yang meliputi penilaian

secara langsung oleh penyelia, manajer maupun rekan kerja terhadap performa

kerja individu atau kelompok.

Penilaian Kinerja adalah proses yang dipergunakan dalam sebuah organisasi

untuk menilai sejauh mana anggotanya telah melakukan pekerjaannnya dengan

memuaskan. Informasi yang dihasilkan proses ini merupakan fungsi koordinasi

yang utama dalam aktivitas yang berhubungan dengan personalia. Penilaian untuk

kerja ini merupakan sistem pengendali umpan balik (feedback) dan umpan maju

Page 18: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

5

(feedforward). Dilihat dari sudut pandang karyawan, sebagai umpan balik, PK

memberikan umpan balik yang penting kepada karyawan secara pribadi dalam hal

bagaimana unjuk kerjanya dipandang. Sedangkan sebagai umpan maju, PK

memberikan informasi untuk membuat keputusan administratif mengenai

pemberian penghargaan kepada karyawan organisasi tersebut. Penghargaan yang

berhubungan dengan pekerjaan tersebut meliputi kenaikan gaji, bonus, promosi,

dan pemberian pekerjaan sesuai dengan keinginan (atau dalam hal tertentu, tetap

dipertahankan dalam pekerjaan tertentu). Informasi PK lainnya yang tak kalah

penting manfaatnya adalah sumber informasi untuk kebutuhan dan kesempatan

pengembangan karyawan pribadi. Melalui informasi ini pula kelemahan maupun

kekuatan karyawan dapat terukur/terlihat sehingga dapat digunakan untuk

membuat rencana pencapaian unjuk kerja yang lebih baik dimasa yang akan

datang terutama tersedianya kesempatan karier di masa depan. Selain bermanfaat

bagi tujuan pribadi pada khususnya, fungsi umpan maju dan umpan balik ini juga

bermanfaat bagi tujuan personalia, diantaranya, rancangan pekerjaan, pemeriksaan

validasi test, rancangan metode pelatihan, dan dokumentasi mengenai praktek

penerimaan karyawan yang adil. Dari ulasan diatas mengenai tujuan PK dapat

dilihat bahwa efektivitas PK dapat terwujud apabila PK tersebut memberikan nilai

yang berharga bagi penggunaan sumber daya untuk keperluan tersebut. Dengan

kata lain efektivitas PK tergantung dari tercapai tidaknya tujuan-tujuan PK

tersebut bagi sumber daya yang bersangkutan (Jewell & Siegall, 1998).

Page 19: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

6

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi PK adalah sosialisasi hasil PK

yang merupakan umpan-balik yang penting tentang bagaimana peran serta

individu dalam suatu lingkungan organisasi (Gibson, et. al, 2000). Hal ini

dimaksudkan agar individu dapat memiliki persepsi bahwa PK yang dilakukan

oleh organisasi bermanfaat secara positif sehingga dapat mengidentifikasi

performa kerjanya dalam kurun waktu tertentu, dan dapat melihat kekurangan

ataupun kelebihan yang dimilikinya. Selain itu, melalui umpan balik tersebut,

diharapkan individu akan termotivasi untuk meningkatkan semangat kerjanya

dimasa yang akan datang.

Cara karyawan mempersepsikan PK dapat memiliki pengaruh penting

terhadap sikap yang dihasilkan sebagai respon atas persepsi. Persepsi menjadi

dasar individu untuk menentukan sikap dan mengembangkan perilaku kerjanya

dalam organisasi. Persepsi seseorang yang positif terhadap penilaian kinerja dapat

memotivasi orang tersebut untuk meningkatkan semangat kerjanya selama ia

meyakini bahwa penilaian kinerja yang telah dilakukan terhadap upayanya

tersebut akan menghantarkannya pada ganjaran yang dapat memuaskan tujuan

pribadinya.

Lebih lanjut, Munandar (2001) menyatakan bahwa hal yang paling penting

dari sebuah PK adalah membuat pekerja menyadari apa yang diharapkan

perusahaan darinya dan mempercayai perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dan

harapannya. Dengan kata lain, efektivitas proses PK tergantung pada bagaimana

Page 20: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

7

individu dalam organisasi mempersepsi sejauh mana PK yang dilakukan memberi

ukuran keberhasilan penyelesaian kerja yang masuk akal dan bagaimana hasil dari

PK tersebut diberikan dalam bentuk penghargaan dan hukuman sehingga

memotivasi mereka untuk bersemangat melakukan pekerjaan dengan baik. Hal ini

senada dengan teori harapan yang dikemukakan oleh Victor Vroom (seperti

dikutip dalam Schultz & Schultz, 2006) bahwa individu termotivasi untuk

menjalankan tingkat upaya yang tinggi (dalam hal ini semangat kerja yang tinggi)

bila ia meyakini upaya yang dilakukannya akan menghantar ke suatu PK yang

baik. PK yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran organisasional seperti

bonus, kenaikan gaji, atau promosi yang akan memuaskan tujuan-tujuan pribadi

individu tersebut. Oleh sebab itu teori harapan dari Vroom merupakan teori yang

cocok untuk melihat hubungan persepsi terhadap penilaian kinerja dengan

semangat kerja.

Setiap organisasi mengharapkan agar individu-individu yang terlibat di

dalamnya memiliki semangat kerja yang tinggi dan PK dapat menjadi salah satu

alat untuk mewujudkan hal ini. Hal ini didukung oleh hasil analisis data penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Nidia Liesdiarini (2009), yang menunjukkan

bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara penerimaan terhadap sistem

performance appraisal dengan semangat kerja. Artinya, jika persepsi yang

dimiliki karyawan positif mengenai penilaian kinerja, maka akan diikuti oleh

semangat kerja yang tinggi.

Page 21: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

8

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan sepeda motor, PT.

Para Finance memiliki sistem penilaian kinerja bagi karyawannya, yang dikenal

dengan sebutan personal appraisal sebagai salah satu kegiatan untuk menilai

unjuk kerja sumber daya manusia yang dimilikinya. PT. Para Finance melakukan

PK satu kali dalam setahun untuk sumber daya kerja yang dimiliki dan biasa

dilakukan setiap awal tahun. Hasil dari PK tersebut kemudian dikomunikasikan

oleh masing-masing kepala divisi kepada stafnya dalam bentuk coaching &

counseling sebagai tolok ukur bagi performa kerja mereka, dalam arti apakah

perlu ditingkatkan ataukah sudah cukup memuaskan sehingga dapat dijadikan

bahan pertimbangan promosi jabatan dan pengangkatan karyawan tetap. Melalui

PK ini, perusahaan berharap dapat mengevaluasi kinerja seseorang dan mengukur

sejauh mana efektifitas kinerja tersebut tercermin dalam semangat kerja orang-

orang yang terlibat di dalamnya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan

terhadap karyawan PT. Para Finance terdapat beberapa indikasi yang

menunjukkan semangat kerja yang tinggi. Indikasi tersebut antara lain karyawan

datang tepat waktu, rela bekerja lembur demi terselesaikannya pekerjaan tepat

waktu, mengerjakan pekerjaan sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan,

dan tetap ramah, baik kepada sesama karyawan maupun kepada tamu yang

berkunjung ke perusahaan.

Berdasarkan kondisi tersebut, penulis ingin mengetahui lebih jauh apakah

semangat kerja karyawan yang tinggi tersebut dipengaruhi oleh persepsi karyawan

terhadap penilaian kinerja yang berlaku dalam PT. Para Finance. Untuk itu,

Page 22: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

9

penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: HUBUNGAN

ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DAN SEMANGAT

KERJA KARYAWAN PT. PARA FINANCE.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas teridentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara persepsi terhadap penilaian kinerja kerja dan

semangat kerja karyawan PT. Para Finance?

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.3.1 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan ini, maka dalam penelitian ini hanya

dibatasi mengenai hubungan antara persepsi terhadap penilaian kinerja dan

semangat kerja karyawan PT. Para Finance. Adapun pengertian tentang konsep

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Semangat kerja secara operasional memiliki pengertian skor yang diperoleh

melalui skala semangat kerja model Likert yang disusun berdasarkan faktor-

faktor untuk mengukur semangat kerja menurut Anoraga (1995) yang meliputi

kerjasama, disiplin kerja, dan kegairahan kerja.

2. Persepsi terhadap penilaian kinerja secara operasional memiliki pengertian

skor yang diperoleh melalui skala persepsi terhadap penilaian kinerja model

Likert yang disusun mengikuti model teori harapan dari Vroom (1964)

Page 23: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

10

berdasarkan aspek expectancy, instrumentality, dan valence yang dituangkan

pada manfaat dari penilaian kinerja menurut Schultz & Schultz (2006).

3. Responden yang diteliti adalah karyawan PT. Para Finance, yang berlokasi di

wilayah Jakarta Selatan, dan pernah mengikuti proses penilaian kinerja di PT.

Para Finance.

1.3.2 Perumusan Masalah

Agar penelitian ini jelas, maka masalah dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat hubungan antara persepsi terhadap

penilaian kinerja kerja dan semangat kerja karyawan PT. Para Finance?”.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang

positif dan signifikan antara persepsi terhadap penilaian kinerja dan semangat

kerja karyawan PT. Para Finance.

1.4.2 Manfaat Penelitian

1.4.2.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperkaya dunia

ilmu pengetahuan mengenai semangat kerja dan menambah literatur mengenai

penilaian kinerja. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi

penelitian-penelitian selanjutnya di bidang semangat kerja dan penilaian kinerja.

Page 24: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

11

1.4.2.2 Manfaat Praktis

Bagi perusahaan, manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah untuk

memberikan gambaran bagi perusahaan bahwa PK yang diberlakukan dapat

difungsikan semaksimal mungkin baik sebagai alat penilai maupun sebagai

pendorong semangat kerja bagi SDM, dengan demikian dapat menjadi masukan

yang signifikan bagi perusahaan Para Finance dalam mengoptimalkan kinerja

SDM yang ada. Sedangkan manfaat bagi karyawan adalah memberi masukan dan

pegangan kepada karyawan tentang pentingnya persepsi yang positif mengenai

proses penilaian kinerja guna meningkatkan semangat kerja karyawan.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling

berkaitan, adapun uraian selengkapnya adalah sebagai berikut:

BAB 1: PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB 2: KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan teori-teori yang berhubungan dengan masalah

yang akan dibahas yaitu mengenai semangat kerja, persepsi, penilaian

kinerja, persepsi terhadap penilaian kinerja, kerangka berpikir, dan

hipotesis penelitian.

Page 25: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

12

BAB 3: METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang meliputi

pendekatan dan jenis penelitian, populasi dan sampel, variabel

penelitian, pengumpulan data, uji instrumen, prosedur penelitian, dan

teknik analisis data.

BAB 4: PRESENTASI DAN ANALISIS DATA

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum responden penelitian,

deskripsi data, uji persyaratan, dan hasil uji hipotesis.

BAB 5: DISKUSI, KESIMPULAN, DAN SARAN

Bab ini berbicara tentang diskusi, kesimpulan, dan saran.

Page 26: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

13

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Semangat Kerja

2.1.1 Pengertian Semangat Kerja

Semangat kerja merupakan terjemahan dari kata morale (moril) yang artinya

sikap atau semangat yang ditandai secara khas oleh adanya kepercayaan diri,

motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan, dan organisasi

yang baik (Chaplin, 2006).

Setiap perusahaan atau organisasi akan selalu berusaha agar prestasi kerja

karyawannya dapat ditingkatkan. Agar prestasi kerja karyawan tinggi, maka

perusahaan harus dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga dengan

motivasi kerja yang tinggi, diharapkan semangat kerja meningkat. Berkaitan

dengan semangat kerja ini, Anoraga & Suyati (1995) menyatakan bahwa

semangat kerja adalah sikap kejiwaan dan perasaan individu-individu maupun

kelompok terhadap lingkungan kerjanya yang sikap kejiwaannya dan peranan

individu tercermin dengan adanya minat, gairah, dan bekerja lebih giat terhadap

pekerjaan yang dilakukan.

Sedangkan menurut Nitisemito (1996), semangat kerja adalah melakukan

pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan akan diharapkan

lebih cepat dan lebih baik. Lebih lanjut Halsey (seperti dikutip dalam Utama,

Page 27: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

14

2003), menyatakan semangat kerja adalah kesediaan perasaan yang

memungkinkan seseorang bekerja untuk menghasilkan kerja lebih banyak dan

lebih baik. Sedangkan menurut Guba (seperti dikutip dalam Panggabean, 2004),

menyatakan semangat kerja sebagai kondisi di mana ada tujuan yang jelas dan

tetap yang dirasakan menjadi penting dengan tujuan individu serta adanya rasa

pemahaman dengan perhatian terhadap unsur-unsur dari pekerjaan seseorang.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

semangat kerja adalah kesediaan perasaan dan kesungguhan seseorang dalam

melakukan pekerjaan yang tercermin dengan adanya minat, gairah, dan bekerja

lebih giat terhadap pekerjaan yang dilakukan, di mana ada tujuan yang jelas dan

dirasakan penting bagi individu atas hasil usahanya terhadap pencapaian prestasi

tertentu.

Wahjosumidjo (1992), menjelaskan bahwa sikap perilaku seseorang, selalu

berorientasi pada tujuan, ialah terpenuhinya kebutuhan yang diinginkan. Dan

perilaku yang ditampilkan seseorang dalam kehidupan organisasi, timbul karena

mengharapkan adanya kepuasan yang dapat dinikmati. Lebih lanjut Nitisemito

(1996) menjelaskan bahwa dengan adanya kepuasan yang diterima karyawan baik

kebutuhan materi maupun non-materi, maka semangat kerja akan timbul dalam

diri karyawan.

Page 28: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

15

Teori harapan atau yang sering disebut dengan (valence instrumentality

expectancy) VIE theory uang dikemukakan oleh Vroom (1964) bertujuan untuk

menjelaskan bagaimana seseorang memilih satu diantara beberapa tindakan yang

ingin mereka lakukan. Pemilihan alternatif ini dipandang sebagai suatu proses

kognitif dimana dasar pertimbangan dari setiap tindakan meliputi tiga faktor,

yaitu:

1. Expectancy, pekerja merasa bahwa mereka setidaknya memiliki

keterampilan yang memadai untuk melakukan pekerjaan tertentu.

2. Instrumentality, pekerja merasa bahwa dengan menunjukkan performa

kerja yang baik setidaknya cukup memuaskan maka mereka akan

mendapatkan imbalan

3. Valence, pekerja merasa bahwa imbalan yang mereka peroleh atas

pekerjaan yang memuaskan adalah sesuatu yang menarik.

Teori harapan menyatakan bahwa kekuatan suatu kecenderungan untuk

bertindak dalam suatu cara tertentu tergantung pada kekuatan suatu pengharapan

bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu hasil tertentu serta daya tarik hasil

tersebut bagi individu itu. Dalam istilah yang lebih praktis, teori harapan

mengatakan seorang karyawan termotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang

tinggi bila ia meyakini upayanya akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang

baik; suatu penilaian kinerja yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran

organisasional seperti bonus, kenaikan gaji, atau suatu promosi; dan ganjaran-

Page 29: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

16

ganjaran itu akan memuaskan tujuan-tujuan pribadi karyawan itu sehingga muncul

semangat kerja dalam diri karyawan.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hubungan usaha-kinerja (expectancy): Probabilitas yang dipersepsikan oleh

individu bahwa pencapaian usaha tertentu akan mendorong kinerja. Keyakinan

seseorang bahwa usaha tertentu akan mencapai hasil tertentu.

2. Hubungan kinerja-imbalan (instrumentality): Keyakinan bahwa kinerja pada

suatu tingkat tertentu akan mendorong tercapainya suatu hasil yang

diinginkan.

3. Hubungan imbalan-tujuan pribadi (valence): Tingkat sejauh mana imbalan

dari organisasi dapat memenuhi tujuan atau kebutuhan pribadi individu serta

tingkat daya tarik imbalan tersebut bagi individu.

2.1.2 Faktor-Faktor Untuk Mengukur Semangat Kerja

Menurut Anoraga dan Suyati (1995), faktor-faktor untuk mengukur semangat

kerja yaitu:

a. Kerjasama

Kerjasama berarti bekerja bersama-sama kearah tujuan yang sama. Dalam

suatu perusahaan, kerjasama dapat dilihat dari:

1) Kesediaan para karyawan untuk bekerjasama dengan teman-teman sekerja

maupun dengan atasan mereka untuk mencapai tujuan bersama.

Page 30: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

17

2) Kesetiaan untuk saling membantu diantara teman-teman sekerja

sehubungan dengan tugasnya.

b. Disiplin kerja

Disiplin kerja adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang tergabung dalam

suatu organisasi dan tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang

hati. Beberapa ukuran untuk mengukur disiplin kerja yang baik yaitu:

1) Kepatuhan karyawan pada jam-jam kerja.

2) Kepatuhan karyawan kepada perintah dari atasan, serta taat pada tata tertib

yang berlaku.

3) Penggunaan dan pemeliharaan bahan-bahan atau alat-alat perlengkapan

kantor dengan hati-hati.

4) Bekerja dengan mengikuti cara-cara bekerja yang telah ditentukan oleh

perusahaan.

c. Kegairahan kerja

Kegairahan kerja adalah kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang

dilakukan. Kegairahan kerja dapat dilihat dalam hal:

1) Karyawan dalam melaksanakan pekerjaan dengan disertai perasaan

gembira dan senang hati serta rela berkorban tanpa banyak perintah.

2) Karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan dengan penuh perhatian tanpa

mengeluh dan bermalasan.

3) Karyawan selalu mengisi waktu kosong dengan bekerja.

Page 31: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

18

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja

Nitisemito (1996) mengatakan beberapa faktor yang mempengaruhi semangat

kerja yaitu:

a. Kebanggan pekerja akan pekerjaan dan kepuasannya dalam bekerja.

Kebanggaan yang dimiliki karyawan terhadap pekerjaan dan kepuasannya

dalam bekerja akan memacu semangat kerja karyawan. Sebaliknya, jika tidak

ada kebanggaan terhadap pekerjaan dan tidak ada kepuasan dalam bekerja,

maka semangat kerja karyawan akan cenderung statis bahkan dapat pula

menurun.

b. Sikap terhadap pimpinan.

Jika karyawan memiliki sikap positif terhadap pimpinan, maka semangat kerja

akan meningkat. Tapi bila karyawan bersikap negatif terhadap pimpinannya

maka semangat kerja akan menurun.

c. Hasrat untuk maju.

Adanya keinginan untuk maju dapat meningkatkan semangat kerja karyawan.

Namun sebaliknya jika karyawan tidak mempunyai keinginan untuk maju,

maka semangat kerja akan menurun.

d. Perasaan telah diperlakukan secara baik.

Semangat kerja akan meningkat bila karyawan merasa telah diperlakukan

dengan baik oleh perusahaannya. Namun bila karyawan merasa bahwa ia tidak

diperlakukan dengan baik, maka semangat kerjanya akan menurun.

Page 32: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

19

e. Kemampuan untuk bergaul dengan karyawan sekerjanya.

Semangat kerja akan meningkat bila didukung dengan kemampuan untuk

bergaul dengan rekan sekerja, sehingga pekerjaan yang berat akan terasa lebih

ringan. Tetapi sebaliknya, semangat kerja karyawan akan menurun bila

karyawan tidak mampu bergaul dan bekerja sama dengan rekan sekerjanya.

f. Kesadaran akan tanggung jawabnya terhadap pekerjaan.

Semangat kerja meningkat bila karyawan memiliki kesadaran akan tanggung

jawab terhadap pekerjaannya. Sebaliknya, semangat kerja menurun bila

karyawan tidak memiliki kesadaran akan tanggung jawab terhadap

pekerjaannya.

2.1.4 Indikasi-Indikasi Penyebab Tinggi Rendahnya Semangat Kerja

Menurut Maier (1955), semangat kerja yang tinggi dapat dilihat dari empat

karakteristik berikut:

a. Semangat kelompok (team spirit), menggambarkan hubungan antara karyawan.

Dengan adanya semangat kelompok maka karyawan lebih berpikir sebagai

kami daripada saya; mereka akan saling tolong menolong dan tidak saling

bersaing untuk menjatuhkan; keberhasilan pada seorang karyawan dianggap

sebagai keberhasilan kelompok. Semangat kelompok merupakan aspek

semangat kerja yang jelas menggambarkan gejala kelompok dan merupakan

salah satu karakteristik dasar kelompok untuk bekerja sama dan bertanggung

jawab secara sosial.

Page 33: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

20

b. Kualitas untuk bertahan (staying quality), merupakan suatu keadaan yang

menggambarkan situasi kelompok yang tidak kehilangan arah tujuan ketika

menghadapi kesulitan. Ini berarti ada ketekunan, penuh keyakinan dan saling

memberi semangat antar karyawan.

Kegairahan atau antusiasme (zest or enthusiasm), secara tidak langsung

berhubungan dengan motivasi yang tinggi. Kegairahan juga dapat

memperkirakan bahwa motivasi ada pada tugas itu sendiri, karena kegembiraan

berarti ada minat yang akan mendorong individu untuk berupaya lebih keras

dalam bekerja. Karyawan yang memiliki kegairahan dalam bekerja berarti

karyawan tersebut memiliki dorongan untuk melakukan pekerjaan dengan

sebaik-baiknya.

d. Kekuatan untuk melawan frustasi (resistance to frustration), menggambarkan

bagaimana orang yang memiliki semangat kerja yang tinggi tidak memiliki

sikap yang pesimis apabila menemui kesulitan dalam pekerjaannya.

Semangat kerja tidak selalu ada dalam diri karyawan. Terkadang semangat

kerja dapat pula menurun. Indikasi-indikasi menurunnya semangat kerja selalu

ada dan memang secara umum dapat terjadi. Menurut Nitisemito (1996), indikasi-

indikasi tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1. Rendahnya produktivitas kerja

Menurunnya produktivitas dapat terjadi karena kemalasan, menunda pekerjaan,

dan sebagainya. Bila terjadi penurunan produktivitas, maka hal ini berarti

indikasi dalam organisasi tersebut telah terjadi penurunan semangat kerja.

Page 34: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

21

2. Tingkat absensi yang naik atau tinggi

Pada umumnya, bila semangat kerja menurun, maka karyawan dihinggapi rasa

malas untuk bekerja. Apalagi kompensasi atau upah yang diterimanya tidak

dikenakan potongan saat mereka tidak masuk bekerja. Dengan demikian dapat

menimbulkan penggunaan waktu luang untuk mendapatkan penghasilan yang

lebih tinggi, meski hanya untuk sementara.

3. Labour turn over atau tingkat perpindahan karyawan yang tinggi

Keluar masuk karyawan yang meningkat terutama disebabkan karyawan

mengalami ketidaksenangan atau ketidaknyamanan saat mereka bekerja,

sehingga mereka berniat bahkan memutuskan untuk mencari tempat pekerjaan

lain yang lebih sesuai dengan alasan mencari kenyamanan dalam bekerja.

Manajer harus waspada terhadap gejala-gejala seperti ini.

4. Tingkat kerusakan yang meningkat

Meningkatnya tingkat kerusakan sebenarnya menunjukkan bahwa perhatian

dalam pekerjaan berkurang. Selain itu dapat juga terjadi kecerobohan dalam

pekerjaan dan sebagainya. Dengan naiknya tingkat kerusakan merupakan

indikasi yang cukup kuat bahwa semangat kerja telah menurun.

5. Kegelisahan dimana-mana

Kegelisahan tersebut dapat berbentuk ketidaktenangan dalam bekerja, keluh

kesah serta hal-hal lain. Terusiknya kenyamanan karyawan memungkinkan

akan berlanjut pada perilaku yang dapat merugikan organisasi itu sendiri.

Page 35: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

22

6. Tuntutan yang sering terjadi

Tuntutan merupakan perwujudan dari ketidakpuasan, di mana pada tahap

tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan. Organisasi

harus mewaspadai tuntutan secara massal dari pihak karyawan.

7. Pemogokan

Pemogokan adalah wujud dari ketidakpuasan, kegelisahan dan sebagainya. Jika

hal ini terus berlanjut maka akan berujung pada munculnya tuntutan dan

pemogokan. Sebaliknya ada beberapa penyebab rendahnya semangat kerja

karyawan. Hal ini terkait dengan kurang diperhatikannya pengaturan kerja

mengenai disiplin kerja, kondisi kerja dan kekurangan tenaga kerja yang

terampil dan ahli dibidangnya.

Sedangkan menurut Zainun (seperti dikutip dalam Hidayati, 2002), ada

beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya semangat kerja karyawan

dalam suatu organisasi, yaitu komunikasi, kepuasan kerja, lingkungan kerja,

partisipasi dan kepemimpinan.

Lebih lanjut Wardoyo (seperti dikutip dalam Hendra, 2006), mengatakan ada

tiga konsepsi dasar yang dapat membantu menjelaskan pasang surutnya semangat

kerja yaitu:

1. Setiap karyawan niscaya akan mengamati lingkungan dari kerjanya untuk

mendapatkan tanda-tanda yang mungkin mempengaruhi keberuntungan

psikologisnya.

Page 36: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

23

2. Berbagai macam informasi (juga desas-desus) mengenai pekerjaan dinilai

sebagai dukungan moral atau sebagai tekanan atau juga sebagai dukungan

suatu yang netral.

3. Moral kerja juga tergantung pada, apakah karyawan itu merasa dapat

mempengaruhi mereka ketimbang keputusan mereka sendiri.

2.1.5 Cara Untuk Meningkatkan Semangat Kerja Karyawan

Menurut Nitisemito (1996), ada beberapa cara untuk meningkatkan semangat

kerja karyawan. Caranya dapat bersifat materi maupun non materi, seperti antara

lain :

1. Gaji yang sesuai dengan pekerjaan.

Setiap perusahaan seharusnya dapat memberikan gaji yang sesuai dengan

pekerjaan kepada karyawannya. Sesuai di sini adalah jumlah yang mampu

dibayarkan tanpa menimbulkan kerugian bagi perusahaan tersebut. Makin

besar gaji yang diberikan berarti semakin tercukupi kebutuhan karyawan.

Dengan demikian karyawan akan mendapatkan ketenangan dalam

melaksanakan tugas-tugasnya sehingga semangat kerjanya akan dapat

diharapkan lebih meningkat.

2. Memperhatikan kebutuhan rohani.

Selain kebutuhan materi yang berwujud gaji yang sesuai dengan pekerjaan,

maka mereka juga membutuhkan kebutuhan rohani. Kebutuhan rohani ini

antara lain adalah menyediakan tempat untuk menjalankan ibadah, rekreasi,

partisipasi dan sebagainya sehingga semangat kerja dapat ditingkatkan.

Page 37: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

24

3. Menciptakan suasana kerja yang santai yang dapat mengurangi beban kerja.

Suasana kerja yang rutin seringkali menimbulkan kebosanan dan ketegangan

kerja bagi karyawan. Untuk menghindari hal-hal seperti itu maka perusahaan

perlu sesekali dalam waktu tertentu menciptakan suasana santai. Hal ini dapat

diciptakan dengan jalan mengadakan rekreasi bersama-sama, mengadakan

pertandingan olah raga antar karyawan, dan lain sebagainya yang dapat

menimbulkan semangat kerja karyawan.

4. Harga diri karyawan perlu mendapatkan perhatian.

Persoalan harga diri merupakan persoalan yang cukup tinggi. Pihak perusahaan

bukan saja perlu memperhatikan harga diri, akan tetapi kalau perlu bahkan

membangkitkan harga diri para karyawannya. Hal ini dapat dilakukan dengan

memberikan pujian atau penghargaan pada karyawan.

5. Tempatkan para karyawan pada posisi yang tepat.

Setiap perusahaan harus mampu menempatkan karyawannya pada posisi yang

tepat. Artinya tempatkan karyawan pada posisi yang sesuai dengan

keterampilan masing-masing. Ketidaktepatan dalam menempatkan posisi

karyawan akan menyebabkan jalannya pekerjaan menjadi kurang lancar dan

tidak dapat memperoleh hasil yang maksimal. Disamping itu semangat kerja

karyawan juga akan menurun. Jadi sesungguhnya masalah ketepatan

menempatkan karyawan pada posisi yang tepat merupakan salah satu faktor

yang sangat penting dalam usaha membangkitkan semangat kerja karyawan.

Page 38: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

25

6. Berikan kesempatan pada mereka yang berprestasi.

Semangat kerja karyawan akan timbul jika karyawan mempunyai harapan

untuk dapat maju. Sebaliknya jika karyawan tidak mempunyai harapan untuk

maju dalam perusahaan maka semangat kerjanya lama-kelamaan akan

menurun. Jadi hendaknya setiap perusahaan memberikan kesempatan

karyawannya untuk dapat maju.

7. Perasaan aman menghadapi masa depan perlu diperhatikan.

Semangat kerja karyawan akan terpupuk jika karyawan memiliki perasaan

aman terhadap masa depan profesinya. Untuk menciptakan rasa aman

menghadapi masa depan karyawannya ada perusahaan yang melaksanakan

program pensiun bagi karyawannya. Tetapi tidak hanya itu, kestabilan

perusahaan juga menjadi jaminan perasaan aman bagi karyawan. Perusahaan

yang usahanya tidak stabil akan menimbulkan kecemasan/kekhawatiran

karyawannya. Jadi sebaiknya perusahaan berusaha agar usahanya stabil.

8. Usahakan para karyawan memiliki loyalitas dan keperdulian terhadap

organisasi.

Kesetiaan atau loyalitas karyawan terhadap perusahaan akan dapat

menimbulkan rasa tanggung jawab. Tanggung jawab dapat menciptakan

semangat kerja. Untuk dapat menimbulkan loyalitas karyawan terhadap

perusahaan maka pihak perusahaan harus mengusahakan agar para

karyawannya merasa senasib dengan perusahaan. Salah satu cara untuk

menimbulkan loyalitas karyawan terhadap perusahaan ialah dengan

Page 39: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

26

memberikan kesempatan kepada karyawan untuk ikut berpartisipasi dalam

perusahaan tersebut.

9. Pemberian insentif yang terarah dalam aturan yang jelas.

Dengan memberikan tambahan penghasilan secara langsung kepada para

karyawan yang menunjukkan kelebihan prestasi kerjanya. Cara seperti ini

sangat efektif untuk mendorong semangat kerja karyawan. Tentu saja cara

seperti ini harus disertai dengan kebijakan yang tepat.

10.Fasilitas kerja yang menyenangkan yang dapat membangkitkan gairah kerja.

Setiap perusahaan bilamana memungkinkan hendaknya menyediakan fasilitas

yang menyenangkan bagi para karyawannya. Apabila dengan fasilitas tersebut

ternyata mampu menambah kesenangan pada karyawan, maka berarti semangat

kerja dapat pula ditingkatkan.

Sedangkan Halsay (seperti dikutip dalam Anoraga & Suyati, 1995)

mengemukakan beberapa cara untuk menciptakan dan memupuk semangat kerja

di kalangan karyawan yaitu:

1. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mewujudkan kepribadiannya

di dalam pekerjaannya.

2. Perasaan bahwa usaha-usahanya dihargai.

3. Karyawan hendaknya menaruh kepercayaan di dalam kebaikan-kebaikan

tujuan umum dari organisasinya dan bagiannya di dalam organisasi itu.

4. Jangan ada sesuatu yang merugikan pada karyawan itu yang akan mengurangi

rasa harga dirinya.

Page 40: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

27

5. Rasa aman dalam bekerja.

6. Memberikan kesempatan untuk maju.

7. Karyawan hendaknya menyukai secara pribadi dan menghormati pengawasnya.

8. Karyawan hendaknya menemukan di lingkungan pekerjaannya itu pengalaman

kemasyarakatan yang memuaskan.

Dari kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa banyak cara yang

dapat dipakai oleh pihak pimpinan untuk meningkatkan semangat kerja dan

mempertahankan agar tetap tinggi, yang keseluruhannya dapat digolongkan dalam

dua macam pemenuhan kebutuhan dari karyawannya. Pertama, pemenuhan atas

materi yang dapat berupa gaji yang cukup, berbagai macam tunjangan tambahan

atau insentif dan sebagainya. Kedua, yaitu pemenuhan atas kebutuhan non materi

yang dapat berupa pemberian pujian, memberikan kesempatan karyawan untuk

maju, perasaan aman dalam bekerja dan sebagainya.

2.2 Persepsi

Untuk melakukan penelitian mengenai persepsi terhadap penilaian kinerja

maka perlu diulas sedikit mengenai pengertian persepsi.

2.2.1 Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan terjemahan dari kata perception yang artinya “Proses di

mana seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui

Page 41: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

28

indera-indera yang dimilikinya; pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui

interpretasi data indera” (Rafy, 2004).

Menurut Robbins & Judge (2009), perception is a process by which

individuals organize and interpret their sensory impressions in order to give

meaning to their environment. Artinya: “Persepsi adalah suatu proses dimana

individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera agar

memberikan makna bagi lingkungan mereka”.

McShane & Glinow (2005), perception is the process of receiving

information about and making sense of the world around us. Artinya: “Persepsi

adalah proses penerimaan informasi dan membuat pemahaman melalui sensasi

inderawi mengenai dunia disekitar kita”.

Atkinson, et. al (1993) menjelaskan bahwa persepsi adalah penelitian

bagaimana kita mengintegrasikan sensasi ke dalam percepts objek, dan bagaimana

kita selanjutnya menggunakan percepts itu untuk mengenali dunia (percepts

adalah hasil dari proses perseptual).

Gibson, et. al (2000) mengatakan bahwa persepsi menyangkut kognisi yang

meliputi penafsiran terhadap objek, tanda-tanda dari sudut pengalaman yang

bersangkutan. Dengan kata lain persepsi mencakup penafsiran terhadap stimulus

yang telah diorganisasikan, sehingga persepsi merupakan proses pemberian arti

Page 42: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

29

terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, tiap orang akan memberi arti

pada stimulus dengan cara yang berbeda meskipun obyeknya sama.

Abdurrahman (1999) mengatakan bahwa hal terpenting untuk memahami

persepsi adalah mengakui adanya interpretasi individual yang unik terhadap

situasi, dan bukan rekaman nyata suatu situasi. Oleh karena itu, bisa terjadi

stimulus yang sama akan diartikan secara berbeda-beda oleh individu yang

berbeda.

Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi merupakan

proses kognitif (pemberian arti) yang dipergunakan seseorang untuk menafsirkan

dan memahami lingkungan. Namun demikian pada proses tersebut tidak hanya

sampai pada pemberian arti saja tetapi akan mempengaruhi pada perilaku yang

akan dipilihnya sesuai dengan rangsang yang diterima dari lingkungannya.

2.2.2 Proses Persepsi dan Faktor yang Mempengaruhinya

Untuk memahami persepsi secara lebih baik, kita perlu mengetahui

bagaimana proses persepsi itu berlangsung dalam diri manusia. Gambar 2.1

menjelaskan terjadinya proses persepsi tersebut. Gambar tersebut menunjukkan

tiga tahap kejadian, yaitu:

Page 43: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

30

Gambar 2.1 Proses Terjadinya Persepsi

Sumber: Gibson, et.al., Organization: Behavior, Structure, & Process. Tenth edition. McGraw-Hill: New York.

1. Kenyataan dalam Organisasi atau Pekerjaan (sebagai stimulus), misalnya

sistem imbalan, gaya kepemimpinan, beban pekerjaan, penilaian kinerja, dan

sebagainya. Semua stimulus ini berkaitan dengan manusia sebagai objeknya.

2. Pengolahan Persepsi, stimuli tersebut diolah didalam proses kognitif internal

yang tidak bisa diamati, kemudian diorganisasikan dan ditafsirkan dengan

perangkat-perangkat yang ada. Terdapat tiga bagian dalam pengolahan ini,

yaitu:

a) Pengamatan Stimulus; tahap ini disebut juga sensasi, yang melibatkan

panca indrawi sebagai pintu-pintu masuk stimuli ke dalam proses

kognisi individu. Jadi, sensasi merupakan bagian dari persepsi.

b) Faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap stimuli yang

diterimanya.

c) Bagian terakhir dari tahap pengolahan ini adalah evaluasi dan

penafsiran kenyataan. Dalam hal ini kenyataan-kenyataan (sebagai

Page 44: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

31

stimuli) tadi sudah diolah dalam suatu mekanisme kognitif yang rumit

dan tidak bisa diamati.

3. Hasil proses persepsi adalah perilaku tanggapan dan sikap yang terbentuk. Dua

bentuk hasil tersebut bisa keduanya bersifat positif, atau negatif, atau bisa salah

satunya negatif atau positif.

Selanjutnya, dua bentuk hasil persepsi tadi akan memberikan umpan balik

terhadap stimuli, pengamatan stimuli dan faktor-faktor yang berpengaruh

sehingga mungkin terjadi perubahan yang bersifat korektif atau mengukuhkan

persepsi awal. Sebagaimana telah disebutkan bahwa proses persepsi akan

menghasilkan interpretasi individual yang unik terhadap stimulus tertentu.

Terdapat kemungkinan setiap individu berbeda atau sama persepsinya terhadap

suatu hal yang sama. Hal ini disebabkan karena adanya sejumlah faktor yang

berperan dalam membentuk persepsi individu tersebut.

Faktor yang mempengaruhi perbedaan persepsi menurut Robbins & Judge

(2009), diantaranya adalah karakteristik pribadi dari pelaku persepsi yaitu:

1. Sikap, merupakan suatu bentuk evaluasi individu terhadap berbagai aspek yang

meliputi objek, orang atau kegiatan serta bagaimana evaluasi tersebut

memunculkan rasa suka atau tidak suka terhadap hal-hal tersebut.

2. Motif, merupakan suatu kebutuhan yang bila tidak dipuaskan akan

menimbulkan pengaruh yang kuat terhadap persepsi individu.

Page 45: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

32

3. Minat, adalah suatu kecenderungan atau keinginan individu yang dapat

mempengaruhi fokus perhatian individu sehingga menimbulkan persepsi yang

berbeda antara satu individu dengan individu lain.

4. Pengalaman masa lalu, adalah suatu kejadian di masa lalu yang dapat

mengarahkan individu pada hal-hal tertentu sehingga menimbulkan persepsi

yang berbeda.

5. Harapan, adalah suatu keinginan untuk menjadikan sesuatu menjadi kenyataan.

Harapan dapat mempengaruhi persepsi dalam hal individu akan melihat pada

apa yang mereka harapkan untuk mereka lihat.

Faktor kedua adalah faktor situasi (unsur dalam lingkungan sekitar) yang

merupakan suatu faktor yang berkaitan dengan konteks dimana individu melihat

obyek ataupun peristiwa. Faktor ini meliputi:

1. Waktu, yaitu suatu rangkaian saat ketika suatu keadaan berlangsung.

2. Keadaan/tempat kerja, yang merupakan suatu kondisi ataupun keadaan di ruang

tempat individu melakukan sesuatu.

3. Keadaan sosial, yang merupakan lingkungan sosial individu.

yang mana semua faktor tersebut dapat menimbulkan perbedaan persepsi

terhadap individu.

Dalam hal ini, faktor dominan yang dapat mempengaruhi persepsi karyawan

terhadap Penilaian Kinerja adalah pengalaman masa lalu dan harapan. Dengan

alasan pengalaman akan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang

Page 46: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

33

mempersepsikan sesuatu. Pengalaman karyawan mengenai hasil Penilaian Kinerja

yang baik, akan cenderung mempersepsikan Penilaian Kinerja memiliki manfaat

secara positif bagi dirinya. Begitu pula sebaliknya, karyawan yang memiliki

pengalaman buruk mengenai hasil Penilaian Kinerjanya akan cenderung

mempersepsikan Penilaian Kinerja sebagai formalitas belaka tanpa manfaat yang

berarti. Perilaku yang ditampilkan seseorang dalam kehidupan organisasi, timbul

karena mengharapkan adanya kepuasan yang dapat dinikmati.

2.3 Penilaian Kinerja (Performance Appraisal)

Penilaian Kinerja atau penilaian performa bukanlah suatu hal yang baru bagi

individu. Sepanjang perjalanan karirnya, kinerja individu itu akan selalu di

monitor dan diberi penilaian bahkan sejak individu tersebut mulai memasuki masa

sekolah. Segala bentuk tes yang diberikan selama masa pendidikan seperti

ulangan harian, ulangan umum, ujian, pembuatan makalah dan presentasi

merupakan bentuk dari beberapa penilaian kinerja. Semua teknik penilaian yang

dirancang sedemikian rupa bertujuan untuk mengakses kualitas kerja individu.

Pada prinsipnya teknik yang digunakan pada PK dalam pendidikan maupun

pekerjaan memiliki kesamaan dimana hasil evaluasi yang diperoleh dari keduanya

memiliki makna yang penting bagi masa depan individu.

Dalam kegiatan organisasi, SDM sebagai pelaku kegiatan mengharapkan

kebutuhan, keinginan, dan harapannya dapat dipenuhi oleh organisasi industri,

Page 47: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

34

sebaliknya organisasi industri mengharapkan SDM memberikan tenaga dan

pikirannya sehingga tercapai tujuan perusahaan.

PK sebagai alat ukur kinerja yang dikembangkan oleh organisasi diharapkan

dapat memberikan hasil evaluasi yang diinginkan sehingga organisasi dapat

memberikan imbalan atas tercapainya sasaran.

2.3.1 Definisi Penilaian Kinerja

Schultz & Schultz (2006), mendefinisikan Penilaian Kinerja sebagai the

periodic, formal evaluation of employee performance for the purpose of making

career decisions. Artinya: “Bentuk evaluasi kinerja pegawai yang dilakukan

secara formal dan rutin dalam periode waktu tertentu sebagai dasar penentuan

karir dimasa yang akan datang”.

Senada dengan pengertian Penilaian Kinerja di atas, Cummings & Worley

(2001), menjelaskan bahwa Penilaian Kinerja merupakan suatu sistem pemberian

umpan balik yang melibatkan evaluasi langsung terhadap performa individu atau

kelompok kerja yang dilakukan oleh supervisor, manajer, atau rekan kerja.

Panggabean (2004), menyatakan Penilaian Kinerja adalah suatu proses yang

bertujuan untuk mengetahui atau memahami tingkat kinerja karyawan

dibandingkan dengan tingkat kinerja karyawan lainnya atau dibandingkan dengan

standar yang telah ditetapkan.

Page 48: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

35

Lebih jauh Dessler (2008), memberikan uraian yang lebih rinci tentang

Penilaian Kinerja. Menurutnya Penilaian Kinerja adalah setiap prosedur yang

melibatkan:

1. Penyusunan standar kerja.

2. Evaluasi kinerja aktual karyawan dihubungkan dengan standar tersebut.

3. Menyediakan feedback bagi karyawan dengan tujuan memotivasinya untuk

memperkecil sisi kelemahan kerjanya dan memperkuat kelebihan-

kelebihannya.

Dari definisi Penilaian Kinerja di atas maka dapat disimpulkan bahwa

Penilaian Kinerja merupakan bentuk evaluasi performa kerja karyawan untuk

menilai sejauh mana anggotanya telah melakukan pekerjaannya dalam jangka

waktu tertentu secara periodikal dengan tujuan untuk memberikan umpan balik

terhadap karyawan agar mereka dapat termotivasi serta memiliki semangat untuk

berkinerja lebih baik lagi.

2.3.2 Tujuan dan Manfaat dari Penilaian Kinerja

Menurut Schultz & Schultz (2006) Penilaian Kinerja mempunyai dua tujuan

utama yaitu:

1. Tujuan administrasi, yaitu digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan

bagi kepentingan personel SDM seperti umpan-balik kepada karyawan

mengenai bagaimana pandangan organisasi akan kinerja mereka, kenaikan

upah, promosi, transfer, dan pemutusan hubungan kerja.

Page 49: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

36

2. Tujuan penelitian, berguna untuk validasi instrumen atau alat ukur seleksi.

Hasil evaluasi Penilaian Kinerja dapat digunakan untuk mengidentifikasi

kebutuhan pelatihan dan pengembangan serta evaluasi digunakan sebagai

kriteria terhadap pengesahan program seleksi dan pengembangan.

Tujuan dilakukannya Penilaian Kinerja ini didukung oleh pernyataan Grote

(seperti dikutip dalam Nisa, 2006), yang mengungkapkan hal senada bahwa dasar

dilakukannya PK adalah:

1. Sebagai informasi dalam pengambilan keputusan, seperti dalam kenaikan gaji,

mutasi dan promosi.

2. Memberikan kesempatan bagi atasan dan bawahan untuk mereview tingkah

laku yang berhubungan dengan pekerjaannya, sehingga kesalahan-kesalahan

yang dilakukan dapat segera diperbaiki.

3. Memberikan kesempatan seseorang untuk mereview rencana kariernya.

Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat disimpulkan manfaat atau fungsi

dari Penilaian Kinerja adalah:

1. Memberikan umpan balik yang penting kepada karyawan secara pribadi dalam

hal bagaimana unjuk kerjanya dipandang.

2. Memberikan informasi untuk membuat keputusan administratif mengenai

pemberian penghargaan kepada karyawan organisasi tersebut. Penghargaan

yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut meliputi kenaikan gaji, bonus,

Page 50: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

37

promosi, dan pemberian pekerjaan sesuai dengan keinginan (atau dalam hal

tertentu tetap dipekerjakan dalam pekerjaan tertentu).

3. Informasi Penilaian Kinerja juga dapat digunakan untuk menilai kekuatan dan

kelemahan karyawan dan digunakan untuk membuat rencana guna mencapai

unjuk kerja yang lebih baik dan tujuan serta kesempatan karir di masa depan.

2.3.3 Pentingnya Penilaian Kinerja yang Objektif dan Rasional

Jika seseorang berkarya pada suatu perusahaan dalam rangka

mempertahankan harkat dan martabatnya sekaligus mencari nafkah agar ia dan

tanggungannya dapat hidup layak dan wajar, berarti ia harus bersedia mengikat

diri pada penunaian kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Jabatan apapun yang

dipangkunya, fungsi apapun yang harus diselenggarakan dan tugas apapun yang

diembannya, secara kontraktual semuanya akan dilakukannya dengan tanggung

jawab. Di lain pihak, perusahaan terikat kontrak yang dibuat sehingga karyawan

mengharap agar perusahan menunaikan kewajibannya dan karyawan mendapat

haknya. Perusahaan berhak memperoleh manfaat hasil karya karyawannya,

sebaliknya perusahaan berkewajiban memenuhi hak karyawan

Salah satu bentuk hak karyawan adalah untuk dinilai secara objektif dan

rasional oleh perusahaan. Dilihat dari sudut hak dan kepentingan karyawan,

Penilaian Kinerja dimaksudkan untuk menghargai kinerja yang memuaskan.

Kinerja yang kurang memenuhi harapan perusahaan perlu diidentifikasikan

Page 51: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

38

faktor-faktor penyebabnya dan dicarikan jalan keluarnya. Jika perlu, perusahaan

membantu karyawan sehingga terwujud peningkatan kinerja di masa depan.

Pentingnya penilaian yang objektif dan rasional dapat dilihat dari manfaat

yang diperoleh. Manfaat adanya penilaian yang objektif dan rasional (Siagian,

2004) adalah sebagai berikut:

1. Memungkinkan karyawan, atasan langsung, dan satuan kerja yang mengelola

sumber daya manusia dalam perusahaan dapat mengambil langkah-langkah

untuk meningkatkan kinerja.

2. Membantu perusahaan melakukan penyesuaian dalam pemberian imbalan

kepada karyawan sesuai dengan penilaian kinerja. Kinerja yang ditampilkan

karyawan diterjemahkan ke dalam kebijaksanaan pemberian imbalan.

3. Membantu para pengambil keputusan kunci dalam penempatan posisi yang

baru seperti alih tugas, alih wilayah, dan promosi.

4. Memberikan bahan pertimbangan dalam merancang program pelatihan untuk

mengatasi permasalahan dan dalam rangka pengembangan karyawan yang

dinilai memiliki potensi tetapi belum dikembangkan secara efektif.

5. Membantu karyawan untuk merencanakan dan mengembangkan kariernya di

masa depan.

6. Membantu manajemen sumber daya manusia untuk menyempurnakan

prosedur dan rekrutmen dan seleksi karyawan baru.

Page 52: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

39

7. Menyempurnakan sistem informasi sumber daya manusia sehingga benar-

benar dapat diandalkan dalam menyelenggarakan berbagai fungsi yang

menjadi tanggung jawab manajemen sumber daya manusia.

8. Menyempurnakan sistem rancang bangun pekerjaan karena tidak mustahil

kinerja karyawan tidak sesuai dengan harapan karena rancang bangun yang

kurang tepat.

9. Membantu perusahaan meningkatkan kemampuan untuk menghadapi

tantangan eksternal di masa datang.

2.3.4 Hambatan Dalam Penilaian Kinerja

Penilaian yang dilakukan dengan adil diharapkan dapat meningkatkan

produktivitas karyawan. Karyawan yang tidak berprestasi baik akan memperoleh

umpan balik dan diharapkan akan meningkatkan prestasinya. Namun, terkadang

cara Penilaian Kinerja tidak memperbaiki kondisi. Karyawan yang mendapat

teguran atau mempunyai penilaian tidak baik di mata pimpinan akan merasa

tersinggung atau putus asa. Hal ini akan semakin memperburuk prestasinya.

Dengan demikian, Penilai harus berhati-hati dalam menjelaskan hasil Penilaian

Kinerja terhadap karyawan. Penilaian diharapkan menjadi proses kontinu yang

merupakan bagian integral dari proses interaksi antara manajer dengan karyawan.

Rachmawati (2008), menjelaskan beberapa faktor yang mungkin dapat

menjadi hambatan dalam Penilaian Kinerja yang adil:

Page 53: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

40

1. Perubahan standar

Standar yang tidak konsisten dan berubah-ubah akan mempengaruhi

pengukuran prestasi karyawan. Sebagai contoh, penilai mungkin cenderung

memberikan penilaian yang baik terhadap karyawan yang kelihatannya

penurut dibandingkan karyawan yang suka membantah, meskipun karyawan

tersebut mempunyai prestasi yang baik.

2. Hallo effect

Hallo effect terjadi apabila penilaian penilai terhadap prestasi karyawan secara

keseluruhan hanya bergantung pada satu atau beberapa aspek saja. Efek

tersebut merupakan efek berantai. Biasanya hal ini terjadi karena pimpinan

melibatkan emosi dalam sebuah penilaian, menilai terlalu lunak atau keras,

melibatkan prasangka pribadi, serta menilai berdasarkan data atau fakta dari

waktu yang paling akhir saja.

3. Perbedaan sifat penilai

Penilai mempunyai sifat dan karakter yang berbeda. Penilaian karyawan bisa

menjadi berbeda karena sifat penilai. Oleh karena itu, disarankan untuk

membuat standar/pedoman penilaian untuk dijadikan patokan penilaian agar

penilaian secara adil dapat diwujudkan dan karyawan terhindar dari bias yang

disebabkan karakter penilai.

4. Perbedaan stereotipe tertentu

Penilai dapat menjadi bias karena faktor etnis, jenis kelamin, atau golongan

tertentu. Untuk menghindari hal itu, penilai harus berpegang pada

Page 54: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

41

pedoman/standar tertulis dan hasil Penilaian Kinerja pun harus dilakukan

secara tertulis sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

Lebih lanjut Grote (seperti dikutip dalam Nisa, 2006), menyebutkan bahwa

ketidakpuasan terhadap sistem Penilaian Kinerja selama ini terjadi karena:

1. Kriteria penilaian dirasakan tidak adil.

2. Tidak ada feedback dan coaching.

3. Tidak bisa menjawab pertanyaan tentang pengembangan diri atau peningkatan

karier.

4. Tidak ada korelasi yang jelas antara kinerja dengan upah yang diterima.

5. Sistem Penilaian Kinerja dinilai fragmented, bukan merupakan sistem yang

berkelanjutan.

Menurut Grote (seperti dikutip dalam Nisa, 2006) Agar sistem Penilaian

Kinerja menjadi efektif, maka organisasi dituntut untuk memfokuskan perhatian

pada empat hal, yaitu:

1. Kesiapan organisasi

Kesiapan organisasi disini termasuk juga komitmen organisasi yang mana

manajemen puncak mencontohkan model perilaku yang tepat, melibatkan

karyawan dalam pengembangan sistem (untuk membangun ownership),

mengkomunikasikan tata cara pelaksanaan sistem serta secara jelas

menegaskan bahwa sistem yang ada merefleksikan nilai-nilai organisasi.

Page 55: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

42

2. Integrasi sistem

Sistem penilaian kinerja tidak bisa berdiri sendiri, harus terintegrasi dengan

sistem lain dalam organisasi. Faktor integrasi ini penting karena sistem

penilaian kinerja baru efektif apabila didukung oleh sistem SDM lainnya antara

lain pelatihan, kompensasi, managemen development, seleksi, manpower

planning, dan strategic planning. Harus ada kepastian bahwa tujuan individu,

tim maupun departemen memang terkait erat dengan strategi organisasi dan

nilai-nilai organisasi.

3. Pelatihan

Harus dilakukan sosialisasi serta pelatihan yang terkait dengan substansi

maupun mekanisme penilaian kinerja, baik kepada penilai (appraiser) maupun

yang dinilai (appraisee). Para pimpinan dan karyawan harus diajarkan

bagaimana cara menetapkan tujuan, mengidentifikasi perilaku kunci dan

menilai kinerja secara benar. Para pimpinan juga perlu diberikan pelatihan

interpersonal dan coaching skill agar proses konsultasi berlangsung efektif.

4. Evaluasi

Efektivitas sistem penilaian kinerja juga tergantung pada komitmen pemimpin

untuk mempergunakannya secara efektif. Kualitas dan kesinambungan review

yang dilakukan perlu diperhatikan. Organisasi yang ingin sistemnya berjalan

efektif menuntut para pemimpin untuk melakukan review paling sedikit 1 tahun

sekali. Organisasi dapat menilai tanggungjawab pemimpin melalui evaluasi

pemanfaatan sistem penilaian kinerja terhadap pengembangan dan peningkatan

karier bawahan.

Page 56: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

43

2.3.5 Metode Penilaian Kinerja

Dalam melakukan Penilaian Kinerja, organisasi pada umumnya menggunakan

metode tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan dari organisasi tersebut. Hal

ini dimaksudkan agar organisasi dapat memperoleh hasil yang maksimal dan

setidaknya dapat meminimalkan dampak dari masalah yang kemungkinan timbul

sebagai akibat dari pemilihan metode yang kurang tepat.

Menurut Robbins & Coulter (2007), terdapat tujuh metode Penilaian Kinerja

yakni:

1. Esai Tertulis

Esai tertulis adalah teknik Penilaian Kinerja di mana penilai menuliskan

gambaran kekuatan dan kelemahan, kinerja di masa lampau, dan potensi

karyawan. Penilai tersebut juga akan membuat saran untuk perbaikan.

2. Insiden Kritis

Penggunaan insiden kritis memfokuskan perhatian penilai pada perilaku kritis

(penentu keberhasilan) atau utama yang memisahkan kinerja pekerjaan yang

efektif dari yang tidak efektif. Penilai menuliskan anekdot yang

menggambarkaan apa yang dilakukan karyawan yang sangat efektif atau sangat

tidak efektif. Kuncinya di sini adalah hanya perilaku khusus, bukan ciri

kepribadian yang didefinisikan secara samar-samar, yang disebutkan.

3. Skala Pemeringkat Grafis

Salah satu metode Penilaian Kinerja yang tertua dan yang paling terkenal

adalah skala pemeringkat grafis. Metode itu mencantumkan serangkaian faktor

Page 57: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

44

kinerja seperti jumlah dan mutu pekerjaan, pengetahuan kerja, kerja sama,

kesetiaan, kehadiran, kejujuran, dan inisiatif. Penilai kemudian melihat daftar

itu dan memeringkat karyawan berdasarkan tiap faktor dengan menggunakan

skala yang teratur kenaikannya. Skala itu biasanya menyebutkan lima poin;

sebagai contoh, faktor seperti pengetahuan kerja mungkin diberi peringkat dari

1 (“sangat tidak memahami kewajiban pekerjaan”) sampai 5 (“menguasai

secara penuh semua fase pekerjaan”).

4. Skala Pemeringkat Berdasarkan Perilaku

Salah satu pendekatan Penilaian Kinerja yang semakin terkenal adalah skala

pemeringkat berdasarkan perilaku atau behaviorally anchored rating scales

(BARS). Skala itu menggabungkan unsur utama insiden kritis dan pendekatan

skala pemeringkat grafis. Penilai memeringkat karyawan menurut item

penilaian dalam skala numerikal, tetapi item penilaian itu berupa contoh

perilaku sebenarnya dalam pekerjaan bukannya deskripsi atau ciri umum

perilaku.

5. Perbandingan Berbagai Orang

Perbandingaan berbagai orang membandingkan kinerja seseorang dengan

orang lain. Contohnya, karyawan dinilai sebagai penampil terbaik (20 persen),

penampil menengah (70 persen), atau penampil bawah (10 persen). Dalam tiap

kelompok, 20 persen memperoleh nilai A, 70 persen nilai B, dan 10 persen

nilai C.

Page 58: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

45

6. Sasaran

Manajemen berdasarkan tujuan (MBO) merupakan mekanisme untuk menilai

kinerja. MBO merupakan metode lebih yang disukai untuk menilai manajer

dan karyawan professional. Dengan MBO, para karyawan dievaluasi berdasar

seberapa baik mereka mencapai serangkaian sasaran tertentu yang telah dibuat

oleh mereka dan manajernya.

7. Umpan Balik 360 Derajat

Umpan balik 360 derajat adalah metode Penilaian Kinerja yang menggunakan

umpan balik dari penyelia, karyawan dan rekan kerja. Dengan kata lain, jenis

kajian itu menggunakan informasi dari lingkaran penuh orang-orang yang

dengan orang tersebut manajer berinteraksi. Pengguna pendekatan ini waspada

bahwa, walaupun pendekatan ini efektif untuk pelatihan karier dan membantu

manajer mengenali kekuataan dan kelemahannya, pendekatan tersebut tidak

memadai untuk menentukan gaji, promosi atau pemecatan.

Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing

sehingga penting bagi organisasi untuk mengetahuinya agar bisa dijadikan dasar

pertimbangan untuk memilih yang paling mendekati kebutuhan organisasi

tersebut. Adapun kelebihan dan kelemahan dari metode Penilaian Kinerja menurut

Robbins & Coulter (2007):

Page 59: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

46

Tabel 2.1 Kelebihan dan Kelemahan Dari Metode Penilaian Kinerja

Metode Kelebihan Kelemahan

Esai tertulis Mudah digunakan Lebih merupakan

pengukur kemampuan

menulis evaluator

daripada kinerja aktual

karyawan

Insiden kritis Kaya contoh;

berdasar perilaku

Memboroskan waktu

kurangnya perhitungan

angka

Skala pemeringkat

grafis

Menyediakan data kuantitatif;

kurang memakan waktu

daripada yang lain

Tidak menyediakan

kedalaman perilaku

pekerjaaan yang dinilai

BARS Berfokus pada perilaku

khusus dan dapat diukur

Memboroskan waktu;

sukar untuk

dikembangkan

Perbandingan Membandingkan karyawan

satu sama lain

Berat dengan banyaknya

jumlah karyawan

MBO Berfokus pada sasaran akhir;

berorientasi hasil

Memboroskan waktu

Penilaian 360

derajat

Menyeluruh Memboroskan waktu

Penilaian Kinerja dapat dilakukan dengan berbagai cara atau metode. Cara

mana yang dipilih tergantung kepada kegunaannya (Panggabean, 2004). Dalam

hal ini, guna mengevaluasi kinerja seseorang dan mengukur sejauh mana

efektifitas kinerja tersebut teknik Penilaian Kinerja yang digunakan PT. Para

Finance adalah skala pemeringkat grafis. Untuk ukuran staf, terdapat suatu ukuran

Page 60: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

47

dengan pilihan angka 5 untuk baik sekali hingga 1 untuk kurang sekali. Kemudian

diberikan kesimpulan secara tertulis dibawahnya, dimana setiap karyawan

dievaluasi berdasar ukuran efektifitas kinerja harian seorang karyawan

berdasarkan standar kerjanya.

2.3.4 Waktu Pelaksanaan Penilaian Kinerja

Kegiatan Penilaian Kinerja yang dilakukan pada akhir periode penilaian yang

pada umumnya berlaku satu tahun. Ada kalanya periode penilaian berlangsung

selama satu semester (Munandar, 2001). Pada PT. Para Finance, pelaksanaan

Penilaian Kinerja dilakukan sekali dalam satu tahun dan dilakukan setiap awal

tahun.

2.3.5 Penilai Pada Penilaian Kinerja

Orang-orang yang berhak melakukan penilaian adalah mereka yang

mempunyai peluang yang baik untuk dapat mengamati unjuk kerja dari SDM

yang harus dinilai selama jangka waktu yang lama.

Beberapa pihak yang boleh melakukan penilaian, menurut Indradi (1999)

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Supervisor Menengah

Penilaian dan supervisor masih menjadi fokus utama dari sebagian sistem

penilaian, ini disebabkan mereka pada umumnya atasan langsung dari

karyawan yang akan dinilai, yang tentu saja mengetahui lebih banyak perilaku

Page 61: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

48

para karyawannya. Keuntungan dengan sistem ini adalah relatif mudah dan

menimbulkan perasaan aman bagi karyawan.

2. Sesama Pekerja

Penilaian dengan sistem ini dipakai jika kontak antara supervisor dengan

karyawan terbatas, cara demikian akan efektif terutama untuk memprediksi

kesuksesan manajemen yang akan datang. Kelebihannya adalah lebih stabil dan

akurat, namun dengan catatan tidak ada indikasi kolusi dalam melakukan

penilaian.

3. Panitia Penilaian

Untuk penilaian yang lebih objektif mungkin dapat dipakai dengan

menggunakan sistem ini, panitia yang dibentuk terdiri dari supervisor perantara

pekerja dan beberapa supervisor lainnya, yang terutama mempunyai

keterkaitan pekerjaan.

4. Penilaian Diri Sendiri

Penilaian dengan model ini biasanya akan memunculkan kelebihan serta

kekurangan karyawan, bahkan karyawan seringkali menilai diri sendiri terlalu

besar dibandingkn penilaian dari supervisor maupun sesama pekerja, namun

khusus bagi karyawan wanita biasanya akan cenderung menilai diri lebih

rendah. Sistem ini merupakan cara terbaik untuk memotivasi dalam

mengembangkan karyawan.

Page 62: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

49

5. Penilaian Oleh Karyawan

Dalam penilaian ini karyawan harus diberikaan jaminan kerahasiaan serta tidak

mempunyai ketakutan akan pembalasan dari yang dinilai.

6. Umpan Balik 360 Derajat

Dengan cara ini, maka informasi prestasi kerja dikumpulkan dari seluruh

rangkaian pekerja, meliputi supervisor, karyawan, rekan sekerja, pelanggan

internal dan eksternal.

7. Pelanggan

Cara demikian akan memberikan posisi sempurna untuk menilai umpan balik

yang ada, pada umumnya hal ini lebih banyak dilakukan di bidang jasa.

8. Pekerjaan itu sendiri (the job it self)

Pekerja akan mendapat umpan balik dari pekerjaan yang dilakukan, contohnya

sekretaris.

Pada PT. Para Finance yang umumnya memberikan penilaian adalah atasan

langsung, yakni kepala divisi yang menilai kinerja anggota staf di departemennya

masing-masing.

2.3.6 Tahapan dalam Penilaian Kinerja

Apapun pekerjaan yang dilakukan tentu harus melalui beberapa tahapan yang

harus diikuti, demikian pula halnya untuk dapat melakukan Penilaian Kinerja

yang baik juga diperlukan hal yang sama. Untuk itu langkah yang harus dilakukan

menurut Dessler (1998) meliputi:

Page 63: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

50

1. Mendefinisikan pekerjaan, yaitu memastikan bahwa antara manajer dan

karyawan sepakat tentang tugas-tugas dan standar jabatan.

2. Menilai kinerja, yaitu membandingkan antara kinerja aktual karyawan dengan

standar pekerjaan yang telah ditetapkan.

3. Sesi umpan balik, kinerja dan kemajuan karyawan dibahas dan rencana-rencana

dibuat untuk perkembangan apa saja yang dituntut.

2.4 Persepsi Terhadap Penilaian Kinerja

Persepsi terhadap Penilaian Kinerja adalah bagaimana individu dalam

organisasi memberi penilaian mengenai hasil Penilaian Kinerja berdasarkan apa

yang dipersepsikan oleh penilai sebagai karakteristik positif atau negatif sesuai

dengan harapan masing-masing individu.

2.5 Kerangka Berpikir

Persepsi adalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan

menafsirkan kesan-kesan indera agar memberikan makna bagi lingkungan mereka

(Robbins & Judge, 2009). Persepsi dalam penerapannya pada organisasi dapat

dilihat dengan adanya kegiatan saling menilai diantara orang-orang dalam

organisasi tersebut. Menurut Robbins & Judge (2009) penilaian kinerja seorang

karyawan sangat tergantung pada proses perseptual. Dari sisi karyawan yang

dinilai, mereka secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan berdasarkan

pengalaman dan harapan. Dalam kaitannya dengan penilaian kinerja, mereka akan

Page 64: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

51

mengupayakan unjuk kerja mereka sesuai dengan apa yang mereka persepsikan

sebagai suatu penilaian kinerja yang “positif” atau “negatif”.

Penilaian kinerja sebagai suatu proses evaluasi kinerja yang memiliki manfaat

bagi karyawan sebagai salah satu kegiatan perusahaan yang dilaksanakan secara

periodikal, dipersepsikan oleh karyawan sebagai suatu kegiatan yang dianggap

sesuai dengan apa yang diharapkan oleh karyawan. Hal ini berarti karyawan

memiliki suatu pandangan atau harapan bahwa penilaian kinerja yang sudah

berjalan selama ini bermanfaat bagi mereka sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan

penilaian kinerja tersebut. Lebih lanjut, hal ini dapat membuat semangat kerja

karyawan meningkat selama ia meyakini bahwa penilaian kinerja yang telah

dilakukan terhadap upayanya akan menghantarkannya pada manfaat yang dapat

memuaskan tujuan pribadinya. Harapan adalah faktor yang sangat dominan yang

dapat mempengaruhi persepsi. Oleh karena itu teori harapan digunakan sebagai

teori yang paling mendekati untuk menjelaskan hubungan antara persepsi terhadap

penilaian kinerja dengan semangat kerja karena dalam teori yang dikemukakan

oleh Vroom (1964) ini menjelaskan bagaimana hubungan ketiga aspek

(expectancy, instrumentality, dan valence) yang tertuang dalam persepsi terhadap

penilaian kinerja dapat mempengaruhi tinggi rendahnya semangat kerja seseorang.

Berdasarkan pembahasan tersebut di atas, tampak bahwa ada kaitan antara

persepsi karyawan terhadap penilaian kinerja dengan semangat kerja. Dalam

kaitannya dengan penelitian ini, akan dilihat hubungan antara persepsi terhadap

penilaian kinerja dengan semangat kerja karyawan.

Page 65: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

52

Persepsi Terhadap Penilaian Kinerja Semangat Kerja

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi yang telah dijelaskan di atas, maka dapat

dikemukakan:

Hipotesis Alternatif (Ha) : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan

antara persepsi terhadap penilaian kinerja dengan

semangat kerja karyawan.

Hipotesis Nihil (H0) : Tidak terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara persepsi terhadap penilaian

kinerja dengan semangat kerja karyawan.

Page 66: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

53

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, di mana suatu pendekatan

yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah

dengan metoda statistika (Azwar, 2005). Pada dasarnya pendekatan kuantitatif

dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan

menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan

hipotesis nihil. Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh signifikansi

perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti.

Desain penelitian yang digunakan adalah non-eksperimen dengan jenis penelitian

korelasional, korelasi adalah hubungan statistik berdasarkan ukuran kuantitatif

menyangkut dua parameter atau lebih (Basuki, 2006). Tujuan penelitian

korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu

faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan

pada koefisien korelasi (Suryabrata, 2006).

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek penelitian. Populasi menurut Gay (seperti

dikutip dalam Sevilla, 1993) adalah kelompok dimana peneliti akan

menggeneralisasikan hasil penelitiannya. Adapun populasi yang diambil dalam

Page 67: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

54

penelitian ini yaitu seluruh karyawan pelaksana yang telah mendapatkan penilaian

kinerja di PT. Para Finance yang berjumlah 170 orang.

3.2.2 Sampel & Teknik Pengambilan Sampel

Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi. Pada umumnya kita tidak bisa

mengadakan penelitian pada seluruh anggota dari suatu populasi karena terlalu

banyak. Apa yang bisa kita lakukan adalah mengambil representasi dari suatu

populasi. Sampel adalah kelompok kecil yang kita amati (Sevilla, 1993).

Menurut Kerlinger (2000), sebaiknya penelitian menggunakan sampel sebesar

mungkin. Jika sampel kecil kemungkinan terpilihnya sampel yang menyimpang

akan lebih besar dibanding jika menggunakan sampel yang besar. Gay (seperti

dikutip dalam Sevilla, 1993) menawarkan ukuran minimum yang dapat diterima

berdasarkan penelitian korelasi adalah 30 Subjek. Semakin besar jumlah sampel

maka kemungkinan terpilihnya sampel menyimpang akan lebih kecil. Selain itu,

bila jumlah sampel cukup besar, maka distribusi frekuensi akan lebih mendekati

normal. Pada penelitian ini jumlah sampel yang dilibatkan 80 orang karyawan

pada PT. Para Finance.

Page 68: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

55

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah proses yang meliputi pengambilan satu

bagian dari populasi, melakukan pengamatan atas kelompok sampel, kemudian

menggeneralisasikan penemuan-penemuan pada populasi (Sevilla, 1993).

Guilford & Frucher (1978) menyatakan bahwa teknik pengambilan sampel

terbagi dalam 2 kategori, yaitu:

1. Probability Sampling, yaitu pengambilan sampel dengan menggunakan tahap-

tahap random sampling. Random sampling adalah mengambil satu bagian

populasi dengan cara tertentu sehingga setiap anggota populasi memiliki

peluang yang sama untuk terpilih.

2. Non-Probability Sampling. Teknik ini tidak menggunakan cara random

sampling untuk pengambilan sampel.

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah probability sampling,

yaitu random sampling. Teknik random sampling adalah proses pemilihan sampel

dimana seluruh anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk

dipilih. Oleh karena semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama

sebagai sampel, maka strategi ini sering disebut sebagai prosedur yang terbaik

(Sevilla, 1993).

Karakteristik responden yang menjadi kriteria sampel penelitian ini adalah

karyawan yang bekerja di PT. Para Finance minimal satu tahun. Asumsi yang

Page 69: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

56

mendasari pemilihan sampel ini adalah bahwa karyawan tersebut telah

mendapatkan Penilaian Kinerja di perusahaan Para Finance. Dengan demikian,

maka diharapkan dengan memasukkan kriteria ini, individu tersebut dapat

memberikan data yang lebih aktual sehubungan dengan tema penelitian.

3.3 Variabel penelitian

3.3.1 Identifikasi Variabel

Kerlinger (2000), mendefinisikan variabel adalah suatu sifat yang memiliki

bermacam nilai. Ia menyebutnya sebagai konstruk atau sifat (properties) yang

diteliti.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yakni variabel terikat (DV), dan

variabel bebas (IV). Sevilla (1993) mendefinisikan variabel terikat adalah variabel

yang dipengaruhi atau hasil dari penelitian, sedangkan variabel bebas adalah

variabel yang mempengaruhi atau mengakibatkan hasil. Dalam penelitian ini

variabel-variabelnya adalah:

Variabel terikat (dependent variable) : Semangat kerja

Variabel bebas (independent variable) : Persepsi terhadap penilaian kinerja

Page 70: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

57

3.3.2 Definisi Konseptual Variabel

a) Definisi konseptual semangat kerja:

Anoraga & Suyati (1995) mendefinisikan semangat kerja adalah sikap

kejiwaan dan perasaan individu-individu maupun kelompok terhadap

lingkungan kerjanya yang sikap kejiwaannya dan peranan individu tercermin

dengan adanya minat, gairah, dan bekerja lebih giat terhadap pekerjaan yang

dilakukan.

b) Definisi konseptual persepsi terhadap penilaian kinerja:

Persepsi terhadap penilaian kinerja adalah bagaimana individu dalam

organisasi memberi penilaian mengenai hasil penilaian kinerja berdasarkan

apa yang dipersepsikan oleh penilai sebagai karakteristik positif atau negatif

sesuai dengan harapan masing-masing individu.

3.3.3 Definisi Operasional Variabel

a) Definisi operasional semangat kerja:

Semangat kerja adalah kondisi yang mencerminkan kegairahan, keteguhan

hati dan rasa persatuan dengan kelompok yang akan mempengaruhi seseorang

untuk bekerja lebih cepat dan lebih baik. Pengukuran dilakukan dengan

menggunakan skala semangat kerja yang berbentuk skala Likert yang disusun

berdasarkan faktor-faktor untuk mengukur semangat kerja menurut Anoraga

dan Suyati (1995) yang meliputi kerjasama, disiplin kerja, dan kegairahan

kerja.

Page 71: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

58

b) Definisi operasional persepsi terhadap penilaian kinerja:

Persepsi terhadap penilaian kinerja adalah bagaimana individu dalam

organisasi memberi penilaian mengenai hasil Penilaian Kinerja dengan

mengikuti model teori harapan dari Vroom (1964) dimana pada teori ini

Vroom mengemukakan bahwa keputusan untuk memilih alternatif dari setiap

tindakan ditunjang oleh adanya tiga aspek yaitu: expectancy, instrumentality,

dan valence yang akan dituangkan dalam persepsi terhadap Penilaian Kinerja

berdasarkan manfaat dari Penilaian Kinerja bagi karyawan. Hal ini bisa dilihat

dari teori Penilaian Kinerja dari Schultz & Schultz (2006).

3.4 Pengumpulan Data

3.4.1 Teknik & Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan

menggunakan metode pengumpulan data primer yaitu skala. Skala berisi

pernyataan yang harus dijawab atau dilengkapi oleh responden. Penggunaan skala

pada penelitian ini didasarkan atas karakteristik skala sebagai alat ukur yang

dikemukakan oleh Azwar (2008), yaitu:

a. Stimulusnya berupa pernyataan atau pertanyaan yang tidak langsung

mengungkapkan atribut yang hendak diukur melainkan indikator perilaku dari

atribut yang bersangkutan.

b. Atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator

yang diterjemahkan dalam bentuk item-item.

Page 72: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

59

c. Respon subyek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”.

Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-

sungguh.

Penelitian ini menggunakan skala berbentuk kuesioner sebagai alat

pengumpul data yang disampaikan kepada responden penelitian melalui

pernyataan tertulis. Dalam penelitian korelasional, alat ukur yang digunakan

biasanya menggunakan skala dalam bentuk kuesioner dimana responden dapat

mengidentifikasikan perasaan, sikap, atau opini secara self report.

penggunaan skala berbentuk kuesioner sebagai alat pengumpul data memiliki

kelebihan dan kekurangan sebagai berikut (Kerlinger, 2000):

1. Dapat mengumpulkan banyak info dalam populasi yang besar.

2. Terdapat banyak pernyataan yang berasal dari dimensi-dimensi yang jelas

dengan skor yang sama.

3. Mampu menggambarkan suatu komunitas yang akurat.

4. Jumlah dan kualitas data yang didapat lebih bagus.

5. Peneliti tidak akan pernah tahu apakah subjek penelitian menjawab sesuai

dengan keadaan dirinya atau tidak.

6. Adanya kemungkinan pernyataan bersifat socially desirable dan socially

undesirable sehingga responden cenderung memberi jawaban yang

mengiyakan atau mengingkari pernyataan.

Page 73: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

60

7. Ketika memberi jawaban, metode ini mengeluarkan seseorang dari konteks

sosialnya, sehingga mungkin saja ia menjawab tidak dengan apa yang ada

pada dirinya, tetapi apa yang sebenarnya ingin ia lakukan.

Hal-hal yang dilakukan untuk mengurangi kelemahan Skala berbentuk

kuesioner:

1. Memberikan jaminan anonimitas bagi responden.

2. Meminta responden untuk menjawab sesuai dengan keadaan dirinya

sehari-hari, dan menekankan pentingnya menjawab dengan jujur.

Skala yang digunakan adalah skala semangat kerja dan skala persepsi

terhadap penilaian kinerja dengan menggunakan skala Likert yang telah

dimodifikasi menjadi empat alternatif jawaban. Modifikasi skala Likert

meniadakan kategori jawaban yang di tengah, berdasarkan tiga alasan. Pertama,

kategori undecided itu mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum mempunyai

jawaban atau keputusan, bisa juga diartikan netral yaitu setuju pun tidak, tidak

setuju pun tidak, atau ragu-ragu. Kategori jawaban arti ganda (multi interpretable)

ini tentu tidak diharapkan dalam suatu instrumen. Kedua, tersedianya yang di

tengah ini menimbulkan kecenderungan jawaban, ke tengah (central tendency

effect) terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan jawaban, ke arah

setuju ataukah tidak setuju. Ketiga, maksud kategori SS-S-TS-STS adalah

terutama untuk melihat kecenderungan pendapat responden, ke arah setuju atau

tidak setuju. Jika disediakan kategori jawaban itu akan menghilangkan banyak

Page 74: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

61

data penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring

dari responden (Hadi, 1993).

Skala Semangat Kerja

Skala semangat kerja disusun berdasarkan faktor-faktor untuk mengukur

semangat kerja menurut Anoraga dan Suyati (1995). Skala semangat kerja dengan

faktor-faktor sebagaimana dikemukakan oleh Anoraga dan Suyati digunakan

dalam menyusun kuesioner dan berdasarkan pertimbangan bahwa faktor-faktor

tersebut terperinci dan spesifik untuk mengukur semangat kerja karyawan. Faktor-

faktor tersebut antara lain: disiplin, kerjasama dan kegairahan kerja. Faktor-faktor

yang ada ini selanjutnya akan dikembangkan menjadi item-item atau pernyataan.

Distribusi item pada skala semangat kerja ini dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Sebaran Item Skala Semangat Kerja yang Digunakan untuk Tryout

Nomor Item Indikator

Favourable Unfavourable

Jumlah

1. Kerjasama Kerja 1, 4, 9*, 14*, 19* 11, 18*, 23*, 25*, 29* 10

2. Disiplin kerja 2*, 6, 7*, 10*, 17* 3, 12*, 16*, 21*, 22* 10

3. Kegairahan Kerja 8*, 13, 15, 24, 28* 5*, 20, 26, 27*, 30* 10

Jumlah 15 15 30

Ket* = valid

Page 75: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

62

Sistem Penilaian Skala Semangat Kerja

Skala ini memiliki empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju

(S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pernyataan terdiri atas

pernyataan yang favourable dan unfavourable. Untuk pemberian nilai pada item

favourable dengan pilihan jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor 4, jawaban

Setuju (S) diberi skor 3, jawaban Tidak Setuju (TS) diberi skor 2, dan jawaban

Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1. Sedangkan untuk item unfavourable

pemberian skor adalah kebalikan dari item favourable. Responden diminta untuk

memilih salah satu jawaban yang dianggap menggambarkan dirinya dengan cara

memberi tanda checklist (√). Adapun penilaian dari skala yang digunakan dapat

dilihat pada tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Penilaian Pada Skala Semangat Kerja

Pilihan Favourable Unfavourable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Skala semangat kerja tersebut diujikan pada 40 responden dan dilakukan

analisis menggunakan SPSS versi 17.0, berdasarkan uji validitas diperoleh 20

item yang valid. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3. Sedangkan koefisien

reliabilitasnya sebesar 0.838 yang berarti sangat reliabel. Dengan demikian skor

yang dihasilkan dapat dipercaya dan konsisten dari waktu ke waktu.

Page 76: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

63

Skala Persepsi terhadap Penilaian Kinerja

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala model Likert untuk

mengetahui persepsi terhadap penilaian kinerja yang dipergunakan untuk

mengukur bagaimana individu mempersepsi penilaian kinerja yang dijalaninya.

Penyusunan alat ukur persepsi terhadap penilaian kinerja yang digunakan dalam

penelitian ini disusun dengan mengikuti model teori harapan dari Vroom (1964)

yang terdiri dari dimensi expectancy, instrumentality, dan valence berdasarkan

faktor dominan yang dapat mempengaruhi persepsi karyawan terhadap penilaian

kinerja yakni harapan, yang akan dituangkan dalam persepsi terhadap penilaian

kinerja berdasarkan manfaat dari penilaian kinerja bagi karyawan dari Schultz &

Schultz (2006). Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3 Blue Print Skala Persepsi terhadap Penilaian Kinerja (Try Out)

Nomor Item Domain-domain PK

Favourable Unfavourable

Jumlah

1. Expectancy 1*, 2*, 3*, 4*, 5 16, 17*, 24*, 25*, 30* 10

2. Instrumentality 6*, 7, 8, 9*, 10* 21*, 26, 27*, 28, 29* 10

3. Valence 11*, 12*, 13*, 14*, 15* 18*, 19*, 20, 22, 23* 10

Jumlah 15 15 30

Ket* = valid

Sistem Penilaian Skala Persepsi terhadap Penilaian Kinerja

Skala ini memiliki empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju

(S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pernyataan terdiri atas

Page 77: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

64

pernyataan yang favourable dan unfavourable. Untuk pemberian nilai pada item

favourable dengan pilihan jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor 4, jawaban

Setuju (S) diberi skor 3, jawaban Tidak Setuju (TS) diberi skor 2, dan jawaban

Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1. Sedangkan untuk item unfavourable

pemberian skor adalah kebalikan dari item favourable. Pemberian alternatif

jawaban ini disesuaikan dengan persepsi individu terhadap penilaian kinerja yang

berlaku di tempat kerja. Adapun penilaian dari skala yang digunakan dapat dilihat

pada tabel 3.4 berikut

Tabel 3.4 Penilaian Pada Skala Persepsi terhadap Penilaian Kinerja

Pilihan Favourable Unfavourable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Skala persepsi terhadap penilaian kinerja tersebut diujikan pada 40 responden

dan dilakukan analisis menggunakan SPSS versi 17.0, berdasarkan uji validitas

diperoleh 22 item yang valid. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5 di atas. Sedangkan

koefisien reliabilitasnya sebesar 0.870 yang berarti sangat reliabel. Dengan

demikian skor yang dihasilkan dapat dipercaya dan konsisten dari waktu ke

waktu.

Page 78: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

65

3.5 Uji Instrumen

3.5.1 Uji Validitas

a. Uji Validitas

Untuk mengetahui apakah data psikologi mampu menghasilkan data yang

skurat sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu pengujian validitas (Azwar,

2008). Validitas adalah sejauh mana tes mampu mengukur atribut yang

seharusnya diukur. Validitas alat ukur merupakan indeks dari ketelitian yaitu

sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat ukur mengungkap gejala yang hendak

diukur.

Uji validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor tiap item dengan

skor total, yaitu dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson

yang penghitungannya menggunakan program SPSS versi 17.0.

3.5.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas artinya konsistensi atau tingkat kepercayaan hasil ukur, yang

mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2008). Pengukuran yang

tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena

perbedaan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor eror

(kesalahan) daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya. Pengukuran yang

tidak reliabel tentu tidak akan konsisten pula dari waktu ke waktu.

Page 79: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

66

Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’)

yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi

koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas.

Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin

rendah reliabilitas. Dalam pengukuran psikologi, koefisien reliabilitas yang

mencapai angka rxx’ = 1,00 tidak pernah dapat dijumpai (Azwar, 2008).

Untuk mencari nilai estimasi reliabilitas dari instrumen yang digunakan,

peneliti menggunakan teknik uji reliabilitas Alpha Cronbach (Azwar, 2008)

dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 17.0.

Adapun tingkat reliabilitas Alpha Cronbach (Husein, 1999) sebagai berikut:

Tabel 3.5 Tingkat Reliabilitas Alpha Cronbach

Alpha Tingkat Reliabilitas

0,00 s/d 0,20 Kurang Reliabel

0,21 s/d 0,40 Agak Reliabel

0,41 s/d 0,60 Cukup Reliabel

0,61 s/d 0,80 Reliabel

0,81 s/d 1,00 Sangat reliabel

3.6 Prosedur Penelitian

Secara garis besar penelitian ini dilakukan dalam lima tahapan, yaitu:

1. Persiapan penelitian

Pada tahap ini penulis mempersiapkan beberapa hal antara lain: merumuskan

permasalahan yang akan dibahas, menentukan variabel yang akan diteliti,

Page 80: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

67

melakukan studi pustaka untuk memperoleh gambaran dari landasan teori

yang tepat dan sesuai yang menyangkut variabel penelitian, menyusun dan

mempersiapkan instrumen penelitian, dan menentukan lokasi penelitian.

2. Pengujian alat ukur (try out)

Setelah alat ukur dibuat berupa skala, lalu dilakukan pengujian terhadap alat

ukur (try out). Uji coba skala dilakukan untuk melihat tingkat validitas dan

reliabilitas dari alat ukur. Uji coba dilakukan dengan menyebarkan skala

semangat kerja dan persepsi terhadap penilaian kinerja kepada 40 responden,

yakni karyawan divisi monitoring PT. Indosat yang berlokasi di kawasan

Jakarta Pusat pada tanggal 19-20 Juli 2010. Setelah uji coba dilakukan, lalu

menguji validitas dan reliabilitas skala. Uji validitas dilakukan dengan cara

mengkorelasikan skor tiap item dengan skor total, yaitu dengan menggunakan

rumus korelasi Product Moment Pearson yang penghitungannya

menggunakan program SPSS versi 17.0.

3. Pelaksanaan penelitian

Tahap ini dimulai dengan meminta izin terhadap pihak yang terkait di

perusahaan Para Finance. Di mana lokasi penelitian ini bertempat di kawasan

Jakarta Selatan. Pengumpulan data yang sesungguhnya untuk penelitian ini

dilakukan pada tanggal 18-19 Agustus 2010.

4. Pengolahan data

Setelah data hasil penelitian terkumpul kemudian dilakukan skoring dan

perhitungan kembali yang diakhiri dengan menganalisis data melalui metode

statistika dengan menggunakan program SPSS versi 17.0.

Page 81: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

68

5. Pembahasan.

Tahap ini merupakan tahapan akhir dari penelitian, dimana penulis

menginterpretasikan dan membahas hasil analisis data melalui metode statistik

yang didukung dengan teori. Kemudian membuat kesimpulan serta saran dan

diskusi yang menjadi penunjang kelengkapan berakhirnya penulisan laporan

penelitian.

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, untuk menguji instrumen peneliti menggunakan rumus

koefisien korelasi Product Moment Pearson, yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan persepsi terhadap penilaian kinerja dengan semangat kerja. Untuk

menghitungnya, penulis mengggunakan program SPSS versi 17.0.

Page 82: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

69

BAB 4

PRESENTASI DAN ANALISA DATA

4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di PT. Para

Finance minimal selama satu tahun. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 80

orang karyawan. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum

responden berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, status

pernikahan, masa kerja, dan status kepegawaian.

4.1.1 Responden Berdasarkan Usia

Responden berdasarkan usia dalam penelitian ini digambarkan pada tabel

berikut:

Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase

22-28 tahun 45 56%

29-35 tahun 23 29%

> 36 tahun 12 15%

Jumlah 80 100%

Berdasarkan tabel gambaran umum responden penelitian berdasarkan

usia, terlihat bahwa sebagian besar berusia antara 22-28 tahun yang berjumlah

45 orang atau sebesar 56% kemudian responden yang berusia antara 29-35

Page 83: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

70

tahun berjumlah 23 orang atau sebesar 29%, selanjutnya yang berusia lebih

dari 36 tahun berjumlah 12 orang atau sebesar 15%. Dapat disimpulkan bahwa

responden dengan rentang usia 22-28 tahun lebih mendominasi.

4.1.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian ini digambarkan

pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 47 59%

Perempuan 33 41%

Jumlah 80 100%

Tabel diatas menunjukkan bahwa sampel penelitian berjumlah 80 orang,

yang terdiri dari 47 orang laki-laki dengan persentase 59% dan 33 orang

perempuan dengan persentase 41%. Dapat disimpulkan bahwa responden

dengan jenis kelamin laki-laki lebih mendominasi dibandingkan responden

berjenis kelamin perempuan.

4.1.3 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Responden berdasarkan pendidikan terakhir dalam penelitian ini

digambarkan pada tabel berikut:

Page 84: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

71

Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase

SMU/Diploma 19 24%

Sarjana 61 76%

Jumlah 80 100%

Dari tabel gambaran responden berdasarkan pendidikan terakhir, terlihat

bahwa jumlah responden yang pendidikannya SMU/Diploma 19 orang atau

sekitar 24%, sedangkan jumlah responden yang pendidikannya Sarjana 14

orang atau sekitar 76%. Dapat disimpulkan bahwa responden dengan tingkat

pendidikan Sarjana lebih mendominasi.

4.1.4 Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Responden berdasarkan status pernikahan dalam penelitian ini

digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Status Pernikahan Frekuensi Persentase

Menikah 32 40%

Belum Menikah 48 60%

Jumlah 80 100%

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden berdasarkan status pernikahan

diperoleh 32 orang (40%) responden yang sudah menikah dan 48 orang (60%)

responden yang belum menikah. Dapat disimpulkan bahwa responden yang

Page 85: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

72

belum menikah lebih dominan dibandingkan dengan responden yang sudah

menikah.

4.1.5 Responden Berdasarkan Masa Kerja

Responden berdasarkan masa kerja dalam penelitian ini digambarkan

pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Responden Berdasarkan Masa Kerja

Masa Kerja Frekuensi Persentase

1-4 tahun 55 69%

5-8 tahun 22 27%

> 9 tahun 3 4%

Jumlah 80 100%

Berdasarkan dari lamanya bekerja, terdapat 69% responden penelitian

yang telah bekerja 1-4 tahun, terdapat 27% responden penelitian yang telah

bekerja selama 5-8 tahun, terdapat 4% responden penelitian yang telah bekerja

selama lebih dari 9 tahun. Dapat disimpulkan bahwa responden dengan masa

kerja 1-4 tahun lebih mendominasi.

4.1.6 Responden Berdasarkan Status Kepegawaian

Responden berdasarkan status kepegawaian dalam penelitian ini

digambarkan pada tabel berikut:

Page 86: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

73

Tabel 4.6 Responden Berdasarkan Status Kepegawaian

Status Kepegawaian Frekuensi Persentase

Tetap 62 77%

Kontrak 18 23%

Jumlah 80 100

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sampel penelitian berdasarkan status

kepegawaian diperoleh 62 orang (77%) responden yang sudah menjadi

karyawan tetap dan 18 orang (23%) responden yang masih berstatus karyawan

kontrak. Dapat disimpulkan bahwa responden dengan status kepegawaian

tetap lebih mendominasi.

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Gambaran Skor Persepsi Terhadap Penilaian Kinerja

Untuk menentukan tingkat persepsi terhadap penilaian kinerja dalam

kategori positif dan negatif peneliti menggunakan kategorisasi jenjang.

Jenjang kontinum tersebut adalah rentang minimum dan maksimumnya, yaitu

22x1=22 sampai dengan 22x4=88, sehingga luas jarak sebarannya adalah 88–

22=66. Sebagai rentangan skor diperoleh dari 66:2=33. Dengan demikian

mean teoritisnya adalah:

µ=(22x2)+(22x3)/2

=44+66/2

=55

Page 87: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

74

Dari 22 item persepsi terhadap penilaian kinerja, nilai terendah teoritisnya

adalah 22, nilai tengah 55, dan nilai tertingginya adalah 88. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Kategori Skor Skala Persepsi Terhadap Penilaian Kinerja

Interval Kategori

22-54 Negatif

55-88 Positif

Sedangkan gambaran tingkat persepsi terhadap penilaian kinerja dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8 Hasil Interpretasi Skor Persepsi Terhadap Penilaian Kinerja

Kategori Frekuensi Persentase

Negatif 4 5%

Positif 76 95%

Total 80 100%

Secara umum persepsi terhadap penilaian kinerja responden berada pada

kecenderungan positif yakni sebanyak 76 responden (95%), kecenderungan

negatif sebanyak 4 responden (5%). Dari data tersebut terlihat bahwa

frekuensi mayoritas responden ditemui pada kategori positif.

4.2.2 Gambaran Skor Semangat Kerja

Untuk menentukan tingkat semangat kerja dalam kategori tinggi dan

rendah peneliti menggunakan kategorisasi jenjang. Jenjang kontinum tersebut

Page 88: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

75

adalah rentang minimum dan maksimumnya, yaitu 20x1=20 sampai dengan

20x4=80, sehingga luas jarak sebarannya adalah 80–20=60. Sebagai rentangan

skor diperoleh dari 60:2=30. Dengan demikian mean teoritisnya adalah:

µ=(20x2)+(20x3)/2

=40+60/2

=50

Dari 20 item semangat kerja, nilai terendah teoritisnya adalah 20, nilai

tengah 50, dan nilai tertingginya adalah 80. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.9 Kategori Skor Skala Semangat Kerja

Interval Kategori

20-49 Rendah

50-80 Tinggi

Sedangkan gambaran tingkat semangat kerja dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.10 Hasil Interpretasi Skor Semangat Kerja

Kategorisasi Total Persentase

Rendah 0 0%

Tinggi 80 100%

Total 80 100%

Page 89: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

76

Secara umum semangat kerja responden yang berada pada kecenderungan

tinggi sebanyak 80 orang (100%), sedangkan tidak ada satupun responden

yang berada pada kecenderungan rendah (0%). Dari data tersebut terlihat

bahwa frekuensi mayoritas responden ditemui pada kategori tinggi.

4.3 Hasil Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini pengujian hipotesis menggunakan bantuan program

komputer yakni SPSS versi 17.0. Adapun hasil uji hipotesis diperoleh nilai

koefisien korelasi antara persepsi terhadap penilaian kinerja dengan semangat

kerja sebesar 0,572. Korelasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis Koefisien Korelasi Pearson

Correlations

Pearson Correlation 1 .572**

Sig. (2-tailed) .000

persepsi terhadap penilaian

kinerja

N 80 80

Pearson Correlation .572** 1

Sig. (2-tailed) .000

semangat kerja

N 80 80

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabel 4.11 menunjukkan skor korelasi 0,572, taraf signifikansi pada level

0,01 (2-tailed) dengan menggunakan perhitungan Product Moment Pearson

yaitu 0,000. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

Page 90: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

77

positif dan signifikan antara persepsi terhadap penilaian kinerja dengan

semangat kerja yang berarti bahwa meningkatnya skor persepsi terhadap

penilaian kinerja akan diikuti dengan peningkatan skor semangat kerja,

demikian pula sebaliknya. Dapat dikatakan bahwa karyawan yang memiliki

persepsi positif terhadap penilaian kinerja akan diikuti oleh tingkat semangat

kerja karyawan yang tinggi, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian

hipotesis nihil (H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang

positif dan signifikan antara persepsi terhadap penilaian kinerja dengan

semangat kerja ditolak. Artinya semangat kerja dapat dipengaruhi oleh

persepsi terhadap penilaian kinerja sebesar 0,572.

4.4 Analisis Regresi Variabel X terhadap variabel Y

Setelah dihitung nilai korelasi antara semangat kerja dan persepsi

terhadap penilaian kinerja, kemudian dilakukan penghitungan nilai R Square

untuk melihat seberapa besar sumbangsih variabel X terhadap variabel Y.

hasil penghitungannya ditampilkan pada tabel 4.12 Model Summary:

Tabel 4.12

Model Summary

Model R R Square 1 .572 .327

a. Predictors: (Constant), persepsi terhadap penilaian kinerja b. Dependent Variable: semangat kerja

Hasil perhitungan nilai R Square variabel independen dihasilkan nilai R

square sebesar 0,327. Hal ini bermakna bahwa variabel persepsi terhadap

Page 91: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

78

penilaian kinerja memberikan sumbangan perubahan sebesar 32,7% terhadap

variabel semangat kerja. Dengan demikian terdapat variabel 67,3% variabel

lain selain persepsi terhadap penilaian kinerja yang dapat memberikan

sumbangan perubahan terhadap semangat kerja.

Page 92: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

79

BAB 5

DISKUSI, KESIMPULAN, DAN SARAN

Pada bab ini akan dijelaskan diskusi, kesimpulan, dan saran dari penelitian.

5.1 Diskusi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara persepsi terhadap penilaian kinerja dengan semangat kerja

karyawan. Artinya, individu yang memiliki persepsi positif terhadap penilaian

kinerja akan memiliki kecenderungan semangat kerja yang tinggi. Hasil

penelitian ini memperkuat hasil penelitian Nidia Liesdiarini (2009) yang

menyatakan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara kedua variabel

tersebut. Menurutnya, tingkat semangat kerja diawali dengan persepsi

karyawan terhadap penilaian kinerja yang berlaku di perusahaan tempat ia

bekerja mengenai sejauh mana harapan-harapan pribadinya akan tercapai bila

karyawan menunjukkan suatu performa tertentu.

Hasil perhitungan nilai R Square variabel independen dihasilkan nilai R

Square sebesar 0,327. Hal ini bermakna bahwa variabel persepsi terhadap

penilaian kinerja memberikan sumbangan perubahan sebesar 32,7% terhadap

variabel semangat kerja. Dengan demikian terdapat variabel 67,3% variabel

lain selain persepsi terhadap penilaian kinerja yang dapat memberikan

sumbangan perubahan terhadap semangat kerja. faktor-faktor yang tidak

Page 93: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

80

diteliti dalam penelitian ini adalah penempatan, kompensasi, kesempatan

berprestasi, komunikasi, dan lingkungan kerja. Dengan alasan bahwa

penempatan yang tepat, pemberian kompensasi yang adil, pemberian

kesempatan berprestasi yang terbuka, hubungan kerja atau komunikasi yang

kondusif, dan lingkungan kerja yang menyenangkan dapat meningkatkan

semangat kerja karyawan.

5.2 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis didapatkan skor korelasi sebesar 0,572,

taraf signifikansi pada level 0,01 (2-tailed) dengan menggunakan perhitungan

Product Moment Pearson yaitu 0,000. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi terhadap

penilaian kinerja dengan semangat kerja yang berarti bahwa meningkatnya

skor persepsi terhadap penilaian kinerja akan diikuti dengan peningkatan skor

semangat kerja, demikian pula sebaliknya. Dapat dikatakan bahwa karyawan

yang memiliki persepsi positif terhadap penilaian kinerja akan diikuti oleh

tingkat semangat kerja karyawan yang tinggi, demikian pula sebaliknya.

Dengan demikian hipotesis nihil (H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat

hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi terhadap penilaian

kinerja dengan semangat kerja ditolak. Artinya semangat kerja dapat

dipengaruhi oleh persepsi terhadap penilaian kinerja sebesar 0,572.

Page 94: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

81

Hasil perhitungan nilai R Square variabel independen dihasilkan nilai R

Square sebesar 0,327. Hal ini bermakna bahwa variabel persepsi terhadap

penilaian kinerja memberikan sumbangan perubahan sebesar 32,7% terhadap

variabel semangat kerja. Dengan demikian terdapat variabel 67,3% variabel

lain selain persepsi terhadap penilaian kinerja yang dapat memberikan

sumbangan perubahan terhadap semangat kerja.

5.3 Saran

Berdasarkan penulisan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih

terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu, dari peneliti ada beberapa

saran untuk bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan peneliti selanjutnya

yang terkait dengan penelitian serupa, yaitu berupa saran teoritis dan saran

praktis.

5.3.1 Saran Teoritis

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan penelitian ini

diharapkan dapat meneliti semangat kerja karyawan dengan variabel lain yang

memiliki sumbangan yang lebih besar kepada semangat kerja, karena aspek-

aspek yang terdapat pada persepsi terhadap penilaian kinerja hanya

memberikan sumbangan perubahan sebesar 32,7% terhadap variabel semangat

kerja karyawan. Dengan demikian terdapat variabel 67,3% variabel lain selain

persepsi terhadap penilaian kinerja yang dapat memberikan sumbangan

perubahan terhadap semangat kerja. Faktor-faktor yang tidak diteliti dalam

Page 95: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

82

penelitian ini seperti penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi,

komunikasi, dan lingkungan kerja. Sehingga nantinya akan mendapatkan hasil

yang lebih baik dari penelitian sebelumnya.

5.3.2 Saran Praktis

Bagi para karyawan sebaiknya selalu memiliki persepsi yang positif

terhadap penilaian kinerja yang berlaku sehingga dapat memberikan manfaat

secara positif dan memberikan umpan balik atas kinerjanya. Dengan demikian

kelemahan ataupun kekuatan karyawan akan terlihat sehingga dapat

digunakan untuk membuat rencana pencapaian unjuk kerja yang lebih baik

dimasa yang akan datang. Demikian pula bagi mayoritas karyawan yang telah

memiliki semangat kerja yang tinggi, diharapkan agar tetap mempertahankan

semangat kerja tersebut agar pekerjaan cepat selesai dan mendapatkan hasil

sesuai dengan harapan.

Page 96: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

DAFTAR PUSTAKA Anoraga, P & Suyati, S. (1995) Psikologi Industri & Sosial. Jakarta: Pustaka Jaya. Azwar, S. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. _______. (2005). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., Smith, E. E., Bem, D. J. (1993). Pengantar

Psikologi. Edisi kesebelas. Jil. 1. (terj. Widjaya Kusuma). Batam Centre: Interaksara.

Basuki, S. (2006). Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Chaplin, J. P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. (terj. Kartini Kartono). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Cummings & Worley (2001). Organization Development and Change. Seventh edition. Ohio: South Western College Publishing.

Dessler, G. (1998). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jil.2. (terj. Benyamin Molan). Jakarta: PT. Prenhallindo.

________. (2008). Human Resource Management. Eleventh edition. New Jersey: Pearson Education International.

Furnham, A. (2006). The Psychology of Behavior at Work: The Individual in the Organization. New York: Psychology Press.

Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., & Donnelly, J. H. (2000). Organizations: Behavior, Structure, Processes. Tenth edition. New York: McGraw Hill.

Jewell, L. N., & Siegall, M. (1998). Psikologi Industri / Organisasi Modern. Edisi 2. (terj. A. Hadyana Pudja Atmaka & Meitasari). Jakarta: Arcan.

Kerlinger, F. N., Lee, H. B. (2000). Foundations of Behavioral Research. Fourth edition. USA: Harcourt College Publisher.

Maier, N. R. F. (1955). In Industry: A Psychological Approach To Industrial Problems. Second edition. Cambridge: The riverside Press.

Munandar, A. S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI-Press. McShane, S. L & Von Glinow, M. A. (2005). Organizational Behavior. 3rd ed.

New York: McGraw Hill. Nitisemito, Alex. (1996). Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Panggabean, M. S. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia

Indonesia. Rafy, Y. A. (2004). Kamus Ungkapan Psikologi. Jakarta: Restu Agung. Rachmawati, I. K. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:

ANDI Robbins, S. P. (2005). Organizational Behavior. Eleventh edition. New Jersey:

Pearson Education International. Robbins, S. P. & Judge, T. A. (2009). Organizational Behavior. New Jersey:

Pearson Education International. Robbins, S. P & Coulter, M. (2007). Manajemen. Edisi kedelapan. (terj. Harry

Slamet). Jakarta: PT. Index.

Page 97: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

Schultz, D.P & Schultz, S.E. (2006). Psychology and Work Today: An Introduction to Industrial and Organizational Psychology. New Jersey: Pearson Education International.

Siagian, S. P. (2004). Manajemen Abad 21. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Suryabrata, S. (2006). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Wahjosumijo (1992). Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Jurnal Abdurrahman, D. (1999). Beberapa Bentuk Kesalahan Persepsi Dalam Penilaian

Prestasi Kerja Karyawan: Suatu Tinjauan Teoritis. Jurnal Fakultas Ekonomi UNS. 4, 3.

Hendra, Y. (2006). Pengaruh Komunikasi Interpersonal Pimpinan Terhadap Semangat Kerja Pegawai. Majalah Ilmiah Ukhuwah. 1, 3.

Hidayati, RA. (2002). Pengaruh Beberapa Faktor Semangat Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Tetap Operasional PT. Petrokimia Gresik. Jurnal BETA. 1, 1.

Indradi, H. (1999). Penilaian Prestasi Kerja Karyawan. GEMA stikubang, majalah ilmiah dua bulanan. ed. XXXI, 1.

Nisa, F. N. (2006). Efektivitas Penggunaan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3). TAZKIYA Journal of Psychology. 6, 2.

Utama, I.W.M. (2004). Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja Karyawan Kantor Rektorat Universitas Udayana. Buletin Studi Ekonomi. 9, 2.

Page 98: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

Skripsi Liesdiarini, N. (2009). Hubungan Antara Penerimaan Terhadap Sistem

Performance Appraisal Dengan Semangat Kerja Pada Karyawan STIKOM Bali. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

(Hasan, 2002). Menurut Masrun (1979) Hasibuan, Malayu. (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bina Aksara: Jakarta. Narbuko & Achmadi, 2008 Kountur, R. (2005). Metodologi Penelitian Untuk Penulisan Skripsi Dan Tesis.

Jakarta: PPM. Guilford & Frucher, 1978) Sevilla, C. G. (1993) Pengantar Metode Penelitian. (terj. Alimuddin Tuwu

1993). Jakarta: Universitas Indonesia Press. (Hadi, 1993). (Gibson, Ivancevich, & Donnelly, 1973). Nitisemito, Alex. 1996. Manajemen Personalia. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Page 99: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

Fang, Hanming & Moscarini, Giuseppe. (2003). Morale Hazard. Cowles foundation for research in economics yale university. New Haven: Connecticut, USA.

Page 100: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

DAFTAR REFERENSI

Halaman No. Nama Rujukan/ Sumber Skripsi Referensi

Paraf Pembimbing

1. Anoraga, P & Suyati, S. (1995) Psikologi Industri & Sosial.

3 74

2. Azwar, S. (2008). Penyusunan Skala Psikologi.

59 4

3. Azwar, S. (2005). Metode Penelitian.

54 7

4. Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., Smith, E. E., Bem, D. J. (1993). Pengantar Psikologi.

28 276

5. Basuki, S. (2006). Metode Penelitian.

54 114

6. Chaplin, J. P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi.

13 309

7. Cummings & Worley (2001). Organization Development and Change.

34 389

8. Dessler, G. (1998). Manajemen Sumber Daya Manusia.

49 3

9. Dessler, G. (2008). Human Resource Management.

35 294

10. Furnham, A. (2006). The Psychology of Behavior at Work: The Individual in the Organization.

3 309

11. Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., & Donnelly, J. H. (2000). Organizations: Behavior, Structure, Processes.

29 97

12. Jewell, L. N., & Siegall, M. (1998). Psikologi Industri / Organisasi Modern.

5 211

13. Kerlinger, F. N., Lee, H. B. (2000). Foundations of Behavioral Research.

55 175

14. Maier, N. R. F. (1955). In Industry: A Psychological Approach To Industrial Problems.

19 111

15. Munandar, A. S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi.

6 286

16. McShane, S. L & Von Glinow, M. A. (2005). Organizational Behavior.

28 76

17. Nitisemito, Alex. (1996). Manajemen Personalia.

20 161

18. Panggabean, M. S. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia.

34 72

19. Rafy, Y. A. (2004). Kamus Ungkapan Psikologi.

27 216

Page 101: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

20. Rachmawati, I. K. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: ANDI

39 126

21. Robbins, S. P. (2005). Organizational Behavior.

2 134

22. Robbins, S. P. & Judge, T. A. (2009). Organizational Behavior.

28 174

23. Robbins, S. P & Coulter, M. (2007). Manajemen.

43 358

24. Schultz, D.P & Schultz, S.E. (2006). Psychology and Work Today: An Introduction to Industrial and Organizational Psychology.

34 129

25. Siagian, S. P. (2004). Manajemen Abad 21.

38 158

26. Suryabrata, S. (2006). Metodologi Penelitian.

54 82

27. Wahjosumijo (1987). Kepemimpinan dan Motivasi.

3 179

28. Abdurrahman, D. (1999). Jurnal Fakultas Ekonomi UNS.

29 131

39. Hendra, Y. (2006). Majalah Ilmiah Ukhuwah.

22 270

30. Hidayati, RA. (2002). Jurnal BETA.

22 95

31. Indradi, H. (1999). GEMA stikubang, majalah ilmiah dua bulanan.

47 82

32. Nisa, F. N. (2006). TAZKIYA Journal of Psychology.

41 98

33. Utama, I.W.M. (2004). Buletin Studi Ekonomi.

13 141

Jakarta, 24 Agustus 2010

Nur Malasari 106070002279

Page 102: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

NO. JNS KLMN

USIA PNDDKN

ST. KWN

MASA KRJ

ST. PG

PK SK

1. LK 24-3 S1 S 2 T 55 55 2. LK 27 S1 S 2 T 55 62 3. LK 24-3 D3 S 1-3 T 60 60 4. LK 35 S1 M 7-3 T 57 59 5. LK 26-7 S1 S 1-1 T 60 67 6. LK 45 S1 M 6 T 68 71 7. LK 36-9 S1 M 7-4 T 61 79 8. LK 32-3 S1 S 2-3 T 71 62 9. LK 40 SMA M 14-8 T 54 59 10. LK 43-4 S1 M 9-8 T 55 65 11. LK 34-3 S1 M 8 T 73 70 12. LK 24-11 S1 S 1-1 K 64 67 13. LK 22-1 S1 S 1-3 K 70 69 14. LK 36 S1 M 6-2 T 66 68 15. LK 35 S1 M 3-6 T 60 70 16. LK 33-4 S1 S 5-3 T 85 80 17. LK 35 S1 M 7 T 66 64 18. LK 33 S1 M 7-1 T 56 68 19. LK 28-9 S1 M 2-11 T 73 70 20. LK 26-1 S1 S 1-4 T 61 60 21. LK 27-8 S1 S 1-8 T 56 61 22. LK 25-8 S1 S 1-3 K 67 63 23. LK 23-2 S1 S 1-4 K 63 58 24. LK 23-7 S1 S 1-3 K 59 59 25. LK 26-1 S1 S 1-3 K 55 67 26. LK 25 S1 S 1-3 K 72 68 27. LK 23-9 S1 S 1-2 K 74 69 28. LK 36 S1 M 4-2 T 56 63 29. LK 22-11 D3 S 1-6 T 50 60 30. LK 25-1 S1 S 1-10 T 65 66 31. LK 28-3 S1 S 1-9 T 59 76 32. LK 24-4 S1 S 1-6 K 69 70 33. LK 35 D3 M 7 T 57 74 34. LK 30 S1 M 3-5 T 64 62 35. LK 40-6 SMA M 6-3 T 62 64 36. LK 36-1 S1 M 5-1 T 65 74 37. LK 22-5 D3 S 1-7 T 48 59 38. LK 35 STM M 3-1 T 57 62 39. LK 32-8 S1 M 4-8 T 66 70 40. LK 34-5 SMA M 5-5 T 65 62 41. LK 40-4 SMA M 7-4 T 61 65 42. LK 32-3 S1 S 9-10 T 62 62 43. LK 26-4 S1 S 4-6 T 61 65 44. LK 24-10 S1 S 1-1 T 64 67 45. LK 36-6 S1 M 5-3 T 74 74 46. LK 30-1 S1 M 1-3 T 74 74 47. PR 30-3 D3 M 6 T 65 64 48. PR 26-9 S1 M 1-2 T 64 67 49. PR 43 S1 S 8-6 T 63 69

Page 103: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

50. PR 26 S1 S 1 T 64 66 51. PR 24 D3 S 1 T 63 62 52. PR 29-3 D3 M 7 T 53 69 53. PR 30 S1 M 5-11 T 69 70 54. PR 30-2 S1 M 8 T 69 73 55. PR 23-4 S1 S 1-7 T 66 60 56. PR 27 S1 S 1-9 T 63 73 57. PR 27 D3 S 4 T 81 74 58. PR 23-7 S1 S 1 T 67 60 59. PR 30-8 S1 M 5 T 69 72 60. PR 29-11 S1 S 7-3 T 62 70 61. PR 25 S2 S 1-3 K 63 64 62. PR 23-3 S1 S 1-3 K 63 57 63. PR 23-2 S1 S 1-3 K 66 62 64. PR 22-9 S1 S 1-3 K 63 58 65. PR 25-3 D3 S 2 K 58 61 66. PR 26-9 S1 M 2-1 T 63 70 67. PR 39-4 D1 S 8-11 T 74 77 68. PR 29 S1 M 3-3 T 73 66 69. PR 34-1 S1 M 7-6 T 56 59 70. PR 23 D3 S 1 T 71 69 71. PR 22-10 D3 S 1 K 75 66 72. PR 31 S1 M 3-2 T 65 69 73. PR 23-4 S1 S 1-7 T 72 73 74. PR 24-8 D3 S 1 T 70 73 75. PR 24 D3 S 1 T 86 77 76. PR 22-8 S1 S 1 K 68 70 77. PR 24-6 S1 S 1-7 T 62 58 78. PR 24-11 S1 S 1-2 T 55 60 79. PR 22-10 S1 S 1 K 59 57 80. LK 24-4 S1 S 1 K 57 66

Page 104: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

Inform Consent

Dengan hormat,

Saya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi semester IX (sembilan), yang

sedang melakukan penelitian dalam rangka penyelesaian skripsi sebagai tugas

akhir dan syarat memperoleh gelar sarjana yang berjudul “Hubungan Antara

Persepsi Terhadap Penilaian Kinerja Dan Semangat Kerja Karyawan PT.

Para Finance”.

Sehubungan dengan itu saya mengharapkan kesediaan Anda untuk

memberikan data maupun informasi yang diperlukan. Jawaban yang Anda berikan

akan dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian

semata.

Demikian atas perhatian dan kerja sama yang baik saya ucapkan terima

kasih.

Hormat saya,

Nur Malasari

Page 105: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

D A T A R E S P O N D E N

Berikanlah tanda √ (checklist) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan

Pendidikan terakhir SMU/ Diploma Sarjana

Status perkawinan Menikah Belum menikah

Status kepegawaian Tetap Kontrak

Masa kerja : …….tahun …….bulan

Usia : …….tahun …….bulan

P E T U N J U K P E N G I S IA N

1. Bacalah terlebih dahulu sebelum menjawab. 2. Tidak ada jawaban “benar” atau “salah”, melainkan yang paling sesuai dengan keadaan diri

Anda. 3. Pilihlah salah satu pernyataan yang paling sesuai dengan diri Anda dengan memberikan tanda

checklist (√) pada setiap kolom yang telah tersedia.

Perhatikan contoh berikut:

Pernyataan SS S TS STS1. Warna ruangan kantor menarik √ 2. Ruangan kantor sempit √

Ket: SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Page 106: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

Korelasi Correlations

smngat prsepsi

smngat 1.000 .572Pearson Correlation

prsepsi .572 1.000

smngat . .000Sig. (1-tailed)

prsepsi .000 .

smngat 80 80N

prsepsi 80 80

Regresi

Model Summaryb

Change Statistics

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate R Square Change F Change df1 df2

1 .572a .327 .319 4.777 .327 37.926 1 78

a. Predictors: (Constant), prsepsi

b. Dependent Variable: smngat

Page 107: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

RELIABILITAS SKALA SEMANGAT KERJA TRYOUT

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.838 30

VALIDITAS SKALA SEMANGAT KERJA TRYOUT

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

VAR00001 86.2500 45.577 .195 .838

VAR00002 86.9500 41.638 .518 .827

VAR00003 86.9000 44.297 .243 .838

VAR00004 86.8000 46.472 .026 .843

VAR00005 86.9000 43.169 .439 .830

VAR00006 87.1000 45.990 .073 .843

VAR00007 87.2250 42.025 .610 .824

VAR00008 86.7250 43.538 .469 .830

VAR00009 86.6500 44.028 .415 .832

VAR00010 87.0000 42.974 .556 .827

VAR00011 86.7250 44.615 .304 .835

VAR00012 87.3500 42.746 .403 .832

VAR00013 86.7000 44.882 .294 .835

VAR00014 86.9750 43.974 .596 .829

VAR00015 87.0250 46.076 .079 .842

VAR00016 86.9000 43.785 .394 .832

VAR00017 86.9250 43.148 .507 .828

VAR00018 86.9000 43.118 .490 .829

VAR00019 86.9250 45.251 .329 .835

Page 108: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

VAR00020 88.0750 46.071 .067 .843

VAR00021 87.2500 43.987 .332 .834

VAR00022 87.1000 42.810 .596 .826

VAR00023 86.8500 44.541 .386 .833

VAR00024 86.9500 46.459 .043 .842

VAR00025 87.2000 42.215 .509 .827

VAR00026 87.4500 46.356 .018 .846

VAR00027 86.9250 42.994 .595 .827

VAR00028 87.5250 42.358 .590 .825

VAR00029 86.8500 44.028 .333 .834

VAR00030 86.9000 43.631 .377 .833

Page 109: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

a. Skala Semangat Kerja (try out)

Pernyataan SS S TS STS 1. Dalam bekerja, saya bersedia bekerjasama dengan

teman sekerja.

2. Saya datang bekerja tepat waktu. 3. Saya tidak mematuhi perintah yang diberikan

atasan.

4. Saya bersedia bekerjasama dengan atasan. 5. Saya tidak bergairah untuk masuk kerja. 6. Saya meninggalkan tempat kerja sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan.

7. Saya berusaha datang ke tempat kerja lebih awal daripada waktu yang telah ditentukan.

8. Saya bekerja dengan rasa gembira. 9. Dalam bekerja, saya bersedia membantu rekan kerja

yang mengalami kesulitan.

10. Saya menggunakan dan memelihara peralatan kantor dengan hati-hati.

11. Dalam bekerja saya tidak membantu rekan kerja dalam mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan pekerjaan.

12. Saya menggunakan jam kerja untuk bermain game. 13. Saya berpikir optimis dalam menjalankan pekerjaan. 14. Rekan kerja saya membantu setiap kesulitan yang

saya alami dalam bekerja.

15. Saya tidak suka mengeluh dalam bekerja. 16. Saya pulang kerja lebih awal dari waktu yang telah

ditentukan.

17. Saya mentaati tata tertib yang berlaku di perusahaan.

18. Dalam bekerja saya tidak bersedia untuk dibantu rekan kerja lain.

19. Saya bersedia membantu teman sekerja sehubungan dengan tugasnya.

20. Saya menggunakan waktu kosong dengan bercengkrama bersama rekan kerja.

21. Saya meninggalkan pekerjaan pada waktu jam kerja. 22. Saya bekerja dengan cara sendiri dan tidak sesuai

dengan ketentuan perusahaan.

23. Saya tidak mau membantu rekan kerja yang mengalami kesulitan dalam bekerja.

24. Saya bekerja dengan senang hati tanpa banyak perintah.

25. Atasan tidak memperhatikan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

26. Saya merasa kesal jika atasan terlalu banyak perintah.

27. Saya merasa malas dalam bekerja.

Page 110: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

28. Saya mengisi waktu kosong dengan bekerja. 29. Saya merasa bahwa teman-teman disini tidak dapat

diajak bekerja sama.

30. Dengan bonus yang saya peroleh sekarang ini saya merasa tidak perlu untuk bekerja dengan lebih baik.

b. Skala Persepsi terhadap Penilaian Kinerja (try out)

Pernyataan SS S TS STS 1. Melalui Penilaian Kinerja saya dapat mengetahui

apakah usaha yang saya keluarkan selama ini dalam mencapai suatu target sudah maksimal.

2. Melalui Penilaian Kinerja saya dapat mengetahui kelebihan ataupun kekurangan saya dalam melakukan pekerjaan.

3. Menurut saya Penilaian Kinerja mencerminkan performa kerja saya.

4. Penilaian Kinerja merupakan tolok ukur bagi peningkatan kinerja selanjutnya.

5. Melalui Penilaian Kinerja saya dapat melihat apakah kinerja saya selama kurun waktu tertentu meningkat atau menurun.

6. Perusahaan memberikan imbalan atas hasil Penilaian Kinerja yang baik.

7. Besarnya kenaikan gaji ditentukan berdasarkan hasil Penilaian Kinerja.

8. Hasil Penilaian Kinerja menjadi dasar bagi pemberian bonus.

9. Hasil Penilaian Kinerja digunakan sebagai sarana guna memperoleh promosi ke jenjang yang lebih tinggi.

10. Hasil Penilaian Kinerja merupakan sarana guna memperoleh kesempatan untuk mengikuti program pelatihan.

11. Saya merasa puas dengan imbalan yang diberikan oleh perusahaan berdasarkan Penilaian Kinerja yang baik.

12. Imbalan yang saya peroleh berdasarkan hasil Penilaian Kinerja yang baik sesuai dengan apa yang saya harapkan.

13. Saya merasa puas dengan Penilaian Kinerja yang berlaku selama ini.

14. Saya merasa Penilaian Kinerja ini bermanfaat. 15. Penilaian Kinerja merupakan salah satu kegiatan

yang perlu untuk dilakukan.

16. Penilaian Kinerja tidak membuat saya termotivasi untuk berkinerja lebih giat lagi.

Page 111: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

17. Hasil Penilaian Kinerja saya yang memuaskan tidak berdampak pada dipromosikannya saya ke jenjang yang lebih tinggi

18. Saya merasa bahwa Penilaian Kinerja yang berlaku selama ini kurang efektif untuk meningkatkan prestasi kerja.

19. Saya merasa kecewa dengan Penilaian Kinerja ini yang kurang rasional dan objektif.

20. Saya merasa tidak puas dengan hasil evaluasi Penilaian Kinerja ini.

21. Saya tidak memperoleh imbalan yang sesuai berdasarkan hasil Penilaian Kinerja meskipun telah bekerja sesuai prosedur perusahaan.

22. Saya merasa bahwa Penilaian Kinerja ini hanya merupakan formalitas yang dilalui perusahaan tanpa manfaat yang berarti.

23. Tidak ada dampak positif yang saya terima dengan adanya Penilaian Kinerja ini.

24. PHK terhadap saya tidak ditentukan berdasarkan hasil Penilaian Kinerja.

25. Mutasi terhadap saya tidak ditentukan berdasarkan hasil Penilaian Kinerja.

26. Penilaian Kinerja memberikan informasi yang terkesan subjektif atas kinerja karyawan.

27. Hasil Penilaian Kinerja memperkecil kemungkinan untuk memperoleh promosi jabatan.

28. Hasil Penilaian Kinerja tidak memberikan kesempatan untuk mengikuti program pelatihan dan pengembangan karyawan.

29. Hasil Penilaian Kinerja yang baik tidak berdampak pada kenaikan upah.

30. Menurut saya hasil Penilaian Kinerja tidak mencerminkan performa kerja saya selama ini.

Page 112: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

a. Skala Semangat Kerja

Pernyataan SS S TS STS 1. Saya datang bekerja tepat waktu. 2. Saya tidak bergairah untuk masuk kerja. 3. Saya berusaha datang ke tempat kerja lebih awal daripada waktu yang

telah ditentukan.

4. Saya bekerja dengan rasa gembira. 5. Dalam bekerja, saya bersedia membantu rekan kerja yang mengalami

kesulitan.

6. Saya menggunakan dan memelihara peralatan kantor dengan hati-hati. 7. Saya menggunakan jam kerja untuk bermain game. 8. Rekan kerja saya membantu setiap kesulitan yang saya alami dalam

bekerja.

9. Saya pulang kerja lebih awal dari waktu yang telah ditentukan. 10. Saya mentaati tata tertib yang berlaku di perusahaan. 11. Dalam bekerja, saya tidak bersedia bekerjasama dengan teman

sekerja.

12. Saya bersedia membantu teman sekerja sehubungan dengan tugasnya. 13. Saya meninggalkan pekerjaan pada waktu jam kerja. 14. Saya bekerja dengan cara sendiri dan tidak sesuai dengan ketentuan

perusahaan.

15. Saya tidak mau membantu rekan kerja yang mengalami kesulitan dalam bekerja.

16. Atasan tidak memperhatikan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

17. Saya merasa malas dalam bekerja. 18. Saya mengisi waktu kosong dengan bekerja. 19. Saya merasa bahwa teman-teman disini tidak dapat diajak bekerja

sama.

20. Dengan bonus yang saya peroleh sekarang ini saya merasa tidak perlu untuk bekerja dengan lebih baik.

b. Skala Persepsi Terhadap Penilaian Kinerja

Pernyataan SS S TS STS

1. Melalui Penilaian Kinerja saya dapat mengetahui apakah usaha yang saya keluarkan selama ini dalam mencapai suatu target sudah maksimal.

2. Melalui Penilaian Kinerja saya dapat mengetahui kelebihan ataupun kekurangan saya dalam melakukan pekerjaan.

3. Menurut saya Penilaian Kinerja mencerminkan performa kerja saya. 4. Penilaian Kinerja merupakan tolok ukur bagi peningkatan kinerja

selanjutnya.

5. Perusahaan memberikan imbalan atas hasil Penilaian Kinerja yang baik.

6. Hasil Penilaian Kinerja digunakan sebagai sarana guna memperoleh promosi ke jenjang yang lebih tinggi.

7. Hasil Penilaian Kinerja merupakan sarana guna memperoleh kesempatan untuk mengikuti program pelatihan.

8. Saya merasa puas dengan imbalan yang diberikan oleh perusahaan berdasarkan Penilaian Kinerja yang baik.

9. Imbalan yang saya peroleh berdasarkan hasil Penilaian Kinerja yang baik sesuai dengan apa yang saya harapkan.

10. Saya merasa puas dengan Penilaian Kinerja yang berlaku selama ini. 11. Saya merasa Penilaian Kinerja ini bermanfaat. 12. Penilaian Kinerja merupakan salah satu kegiatan yang perlu untuk

dilakukan.

Page 113: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENILAIAN KINERJA DENGAN SEMANGAT KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3458/1... · 2013-04-03 · Kerja Karyawan PT. Para

13. Hasil Penilaian Kinerja saya yang memuaskan tidak berdampak pada dipromosikannya saya ke jenjang yang lebih tinggi

14. Saya merasa bahwa Penilaian Kinerja yang berlaku selama ini kurang efektif untuk meningkatkan prestasi kerja.

15. Saya merasa kecewa dengan Penilaian Kinerja ini yang kurang rasional dan objektif.

16. Saya tidak memperoleh imbalan yang sesuai berdasarkan hasil Penilaian Kinerja meskipun telah bekerja sesuai prosedur perusahaan.

17. Tidak ada dampak positif yang saya terima dengan adanya Penilaian Kinerja ini.

18. PHK terhadap saya tidak ditentukan berdasarkan hasil Penilaian Kinerja.

19. Mutasi terhadap saya tidak ditentukan berdasarkan hasil Penilaian Kinerja.

20. Hasil Penilaian Kinerja memperkecil kemungkinan untuk memperoleh promosi jabatan.

21. Hasil Penilaian Kinerja yang baik tidak berdampak pada kenaikan upah.

22. Menurut saya hasil Penilaian Kinerja tidak mencerminkan performa kerja saya selama ini.